visi - bank indonesia · banda aceh, agustus 2017 kepala perwakilan, ahmad farid deputi direktur ....
Post on 04-Aug-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
VISI
Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah
maupun nasional.
MISI
Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan
kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang
inklusif dan berkesinambungan.
FUNGSI
1. Fungsi Statistik dan surveillance
2. Fungsi Kajian
3. Fungsi Komunikasi dan Pelaksanaan Program
4. Fungsi Sistem Pembayaran
5. Fungsi Manajemen Intern dan koordinasi Wilayah
TUGAS POKOK
1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;
2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan
penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan
UMKM.
3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai
dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya
4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan , program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif
5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama.
Kalender Publikasi KEKR
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Mei Agustus November Februari
Penerbit :
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh
Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia
Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116
Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017 ii
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karuniaNya sehingga buku
“Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode Agustus 2017” ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini
memaparkan informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan
ekonomi, perbankan, sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi
internal maupun eksternal Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh
periode triwulan laporan mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan sedikit menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku
ini. Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini.
Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Banda Aceh, Agustus 2017
Kepala Perwakilan,
Ahmad Farid
Deputi Direktur
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017 viii
A. PDRB
PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha (Sektoral)
Sektoral
(Dalam Triliun)
2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Pertanian, Kehutanan,
& Perikanan 7,17 7,51 7,68 7,30 7,58 7,66 8,02 7,87 7,98 7,92 8,24 8,23 8,23 8,41
Pertambangan
& Penggalian 3,43 3,36 3,20 2,95 2,49 2,39 2,33 2,08 2,28 1,70 2,07 2,03 2,03 2,15
Industri Pengolahan 2,18 2,21 2,07 1,77 1,58 1,64 1,70 1,51 1,53 1,43 1,68 1,47 1,48 1,46
Pengadaan Listrik, Gas 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
Pengadaan Air 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Konstruksi 2,54 2,56 2,62 2,68 2,43 2,49 2,61 3,15 2,85 2,91 3,09 3,31 2,77 2,46
Perdagangan Besar
& Eceran, & Reparasi Mobil
& Sepeda Motor
4,10 4,24 4,40 4,29 4,27 4,43 4,58 4,45 4,45 4,52 4,60 4,74 4,61 4,69
Transportasi
& Pergudangan 2,11 2,13 2,19 2,33 2,21 2,24 2,31 2,33 2,19 2,22 2,23 2,23 2,21 2,33
Penyediaan Akomodasi
& Makan Minum 0,29 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31 0,32 0,33 0,34 0,34 0,35 0,36 0,36 0,39
Informasi & Komunikasi 1,00 1,02 1,04 1,05 1,03 1,05 1,06 1,07 1,04 1,04 1,05 1,07 1,07 1,09
Jasa Keuangan 0,43 0,44 0,44 0,45 0,45 0,41 0,46 0,48 0,48 0,49 0,55 0,47 0,50 0,55
Real Estate 0,95 0,97 0,99 1,00 1,02 1,03 1,05 1,06 1,09 1,13 1,13 1,15 1,18 1,22
Jasa Perusahaan 0,16 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,18 0,17 0,18 0,19 0,19 0,19 0,18
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan & Jaminan
Sosial Wajib
2,07 2,02 2,14 2,25 2,16 2,21 2,34 2,35 2,18 2,75 2,51 2,51 2,35 2,72
Jasa Pendidikan 0,55 0,55 0,57 0,64 0,58 0,60 0,63 0,65 0,63 0,71 0,67 0,73 0,68 0,76
Jasa Kesehatan & Kegiatan
Sosial 0,69 0,71 0,70 0,73 0,73 0,75 0,77 0,79 0,77 0,85 0,78 0,83 0,80 0,89
Jasa lainnya 0,34 0,34 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,38 0,39 0,40 0,40 0,42
PDRB 28,05 28,57 28,90 28,32 27,42 27,80 28,75 28,71 28,41 28,61 29,57 29,80 29,36 29,76
PDRB Non-Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,77 27,52 28,21 28,63 27,83 28,37
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
ix Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
PDRB Berdasarkan Pengeluaran
Komponen
(Rp Triliun)
2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga 15,34 15,45 15,73 15,83 15,78 15,89 16,27 16,34 16,35 16,56 16,67 16,76 16,77 17,14
Pengeluaran Konsumsi
LNPRT 0,53 0,54 0,49 0,50 0,49 0,49 0,49 0,50 0,51 0,53 0,54 0,56 0,58 0,57
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 4,53 5,08 5,73 7,82 4,30 5,20 5,94 9,06 4,04 5,44 5,28 7,75 4,20 5,45
Pembentukan Modal Tetap
Bruto 9,23 9,07 9,27 9,36 9,18 9,12 9,59 10,72 9,62 9,85 10,32 10,72 9,86 9,33
Perubahan Inventori -0,09 0,12 -0,04 0,05 -0,05 0,02 -0,05 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 -0,03 -0,01
Ekspor Luar Negeri 0,81 1,53 1,11 1,26 0,44 0,29 0,60 0,34 0,39 0,17 0,19 0,32 0,41 0,35
Impor Luar Negeri 0,28 0,33 0,26 0,37 0,87 0,66 0,48 0,44 0,35 0,41 0,32 0,30 0,29 0,45
Net Ekspor Antar Daerah -1,99 -2,98 -3,07 -6,15 -1,85 -2,54 -3,61 -7,80 -2,16 -3,53 -3,12 -6,02 -2,15 -2,62
P D R B 28,05 28,57 28,90 28,32 27,42 27,80 28,75 28,71 28,41 28,61 29,57 29,80 29,36 29,76
PDRB Non-Migas 24,83 25,45 26,13 26,11 25,76 26,29 27,18 27,35 26,77 27,52 28,21 28,63 27,83 28,37
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
B. Inflasi
Inflasi
(% YoY)
2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Banda Aceh 5,40 6,12 4,30 1,27 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01 3,17 3,13 3,08 3,94
Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03 4,79 5,60 3,61 4,10
Meulaboh 5,67 6,47 2,86 0,58 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19 3,81 3,77 4,72 4,32
Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34 3,73 3,95 3,45 4,03
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
Kota
Kelompok (%, yoy)
Bahan
Makanan Kesehatan
Makanan Jadi,
Minuman,
Rokok dan
Tembakau
Pendidikan,
Rekreasi dan
Olah Raga
Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan
Bahan Bakar
Sandang Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan Total
Banda Aceh 2,48 2,39 5,02 2,30 4,43 3,87 4,98 3,94
Lhokseumawe 4,35 3,51 2,30 0,95 5,58 5,44 4.03 4,10
Meulaboh 0,23 5,29 6,22 3,57 8,55 1,97 5,20 4,32
Aceh 2,77 3,09 4,38 2,07 5,31 4,09 4,74 4,03
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017 x
C. Perbankan (Berdasarkan Lokasi Bank)
Indikator Umum
Indikator 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II Total Aset (Rp Triliun) 41,27 45,79 48,70 43,49 45,76 46,75 43,65 45,23 45,25 51,22
Pertumbuhan (yoy)% 9,66 9,64 8,82 3,04 10,88 2,09 -10,37 4,01 -1,14 9,55
Pertumbuhan (mtm)% 4,46 1,09 13,36 (9,51) 4,31 -8,98 -10,66 -1,09 6,37 2,09
DPK (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,05 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 36,93
Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,10 16,34 13,66 5,87 -3,49 4,24 -1,67 10,98
Pertumbuhan (mtm)% 5,59 3,20 15,15 (9,11) 3,09 -4,36 -3,88 -7,02 2,85 2,33
Pembiayaan (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,88
Pertumbuhan (yoy)% 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,60 10,31 10,01 11,61 11,39
Pertumbuhan (mtm)% 1,45 2,00 0,80 1,92 1,78 1,60 0,96 0,66 2,76 1,29
FDR % 91,14 83,88 76,18 87,68 87,03 86,04 87,07 92,53 98,78 86,35
NPL-gross % 4,62 4,38 4,30 3,64 3,84 3,72 3,48 2,63 2,66 2,53
NPL-Nominal (Rp Triliun) 1,17 1,15 1,13 0,99 1,06 1,06 1,01 0,79 0,82 0,81
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Diolah
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan)
SIMPANAN 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II
Total (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,05 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 36,93
Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87 -3,49 4,24 -1,67 10,98
Giro (Rp Triliun) 7,00 9,07 11,12 6,10 7,30 7,27 7,91 5,51 6,82 9,75
Pertumbuhan (yoy)% 4,86 12,32 17,4 10,07 4,2 -19,83 -
28,88 -9,72 -6,59 33,96
Tabungan (Rp Triliun) 12,57 12,64 13,65 17,02 14,56 15,65 15,73 18,51 16,06 16,98
Pertumbuhan (yoy)% 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75 15,20 8,75 10,32 8,49
Deposito (Rp Triliun) 8,27 9,70 9,84 7,92 9,78 10,34 9,77 8,35 8,24 10,20
Pertumbuhan (yoy)% 54,86 40,71 42,47 22,69 18,37 6,61 -0,72 5,32 -15,85 -1,41
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Diolah
Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan
PINJAMAN 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II
Total Pembiayaan (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,89
Pertumbuhan (yoy) % 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,6 10,31 10,01 11,61 11,39
Modal Kerja (Rp Triliun) 7,41 7,80 7,64 8,04 7,97 8,45 8,57 8,84 9,09 9,97
Pertumbuhan (yoy)% -5,77 -3,48 -2,04 2,08 7,44 8,31 12,18 9,93 13,99 17,92
Investasi (Rp Triliun) 2,67 2,90 2,90 3,10 3,24 3,43 3,67 3,81 3,91 3,76
Pertumbuhan (yoy)% 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 18,01 26,53 22,79 20,62 9,68
Konsumsi (Rp Triliun) 15,28 15,64 15,82 16,07 16,33 16,74 16,83 17,30 17,75 18,16
Pertumbuhan (yoy)% 11,70 9,70 9,17 8,26 6,86 7,00 6,60 7,58 8,66 8,44
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Diolah
xi Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Indikator
(Dalam Triliun)
2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II
Pertanian 1,64 1,91 1,89 2,05 2,12 2,21 2,27 2,36 2,39 2,51
Pertambangan 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02
Industri Pengolahan 1,27 1,27 1,26 1,38 1,47 1,48 1,75 1.93 2,22 2,63
Listrik Gas dan Air 0,11 0,10 0,09 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,17
Konstruksi 0,65 0,82 0,86 0,90 0,74 0,78 0,78 0,78 0,66 0,76
Perdagangan 5,49 5,65 5,55 5,74 5,79 6,11 6,10 6,15 6,14 6,31
Pengangkutan 0,09 0,10 0,10 0,10 0,12 0,13 0,14 0,14 0,15 0,17
Jasa Dunia Usaha 0,23 0,22 0,20 0,20 0,22 0,26 0,31 0,30 0,29 0,30
Jasa Sosial Masy. 0,53 0,54 0,51 0,49 0,49 0,65 0,67 0,74 0,91 0,83
Lainnya 15,32 15,70 15,86 16,11 16,36 16,76 16,85 17,31 17,76 18,16
Total 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,89
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xii
Ringkasan Eksekutif
Gambaran Umum Perekonomian Aceh
• Secara umum perekonomian Aceh pada triwulan kedua tahun 2017
mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari
sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor luar
negeri menjadi lokomotif utama pendorong pertumbuhan. Sementara
itu, dari sisi sektoral kinerja perekonomian masih ditopang oleh
peningkatan kinerja sektor pertanian dan pertambangan.
• Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh terhadap APBD
mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya, namun demikian dari sisi realisasi belanja mengalami
penurunan.
• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-II 2017
tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode
triwulan I-2017 maupun triwulan yang sama di tahun sebelumnya.
Namun demikian masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-
rata inflasi year on year pada triwulan II dalam tiga tahun terakhir (2014-
2016). Inflasi tahunan Aceh sepanjang triwulan II-2017 disumbang oleh
komoditas dari kelompok administered prices dan core.
• Risiko Stabilitas Keuangan daerah di Aceh cenderung mengalami
penurunan, yang tercermin dari penurunan NPL kredit korporasi dan
UMKM, sementara NPL kredit perseorangan cenderung stabil. Namun
demikian terjadi penurunan kinerja penyaluran kredit perbankan di
kelompok korporasi dan UMKM.
• Pada Triwulan II-2017, Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh
Mengalami Net Cash Outflow, sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI
mengalami penurunan.
xiii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
• Pada bulan Februari 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, namun Tingkat
Kemiskinan Provinsi Aceh pada bulan Maret 2017 meningkat.
• Berdasarkan perkembangan terkini, Perekonomian Aceh pada tahun
2017 diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2016,
namun disertai risiko peningkatan inflasi
Asesmen Makro Ekonomi Regional
Pertumbuhan Ekonomi
Aceh Pada Triwulan II-
2017 Tercatat Tumbuh
Sebesar 4,01%(Yoy), Lebih
Baik Jika Dibandingkan
dengan Triwulan
Sebelumnya yang Tumbuh
Sebesar 3,33%(Yoy).
• Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II-2017 tercatat tumbuh
sebesar 4,01%(yoy), lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,33%(yoy) maupun dengan periode
yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 2,67%(yoy).
• Secara sektoral, kinerja perekonomian Aceh masih ditopang oleh
peningkatan kinerja sektor pertanian dan pertambangan. Sektor
pertanian pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 6,20%(yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 5,47%(yoy). Peningkatan di sektor pertanian didorong oleh
kegiatan panen raya padi dan peningkatan hasil produksi perkebunan,
khususnya komoditas kelapa sawit dan kopi. Peningkatan permintaan
menjadi faktor pendorong peningkatan kinerja pada komoditas tersebut
yang ditopang oleh tanaman hasil replanting yang sudah dapat dipanen
pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan signifikan yang
terjadi di sektor pertambangan dapat terjadi karena adanya peningkatan
hasil produksi dan membaiknya harga batu bara dan harga biji besi.
• Dilihat dari sisi pengeluaran, kinerja ekonomi Aceh pada triwulan II-2017
ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor luar
negeri. Konsumsi rumah tangga tercatat meningkat dari 2,62%(yoy) pada
triwulan sebelumnya menjadi 3,47%(yoy) pada triwulan laporan.
Peningkatan dalam komponen ini didorong oleh berbagai kegiatan besar
di Aceh, khususnya Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
Di samping itu, adanya pencairan gaji ke-14 dan Perayaan menyambut
Ramadhan serta Idul Fitri juga menjadi kontributor pengeluaran
konsumsi masyarakat yang mampu mendorong pertumbuhan
komponen ini pada triwulan laporan. Di sisi lain, peningkatan yang sangat
signifikan terjadi pada komponen ekspor luar negeri. Komponen
tersebut tercatat tumbuh sebesar 110,11%(yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xiv
sebesar 5,94%(yoy). Adanya peningkatan pada komponen tersebut
seiring dengan peningkatan ekspor hasil barang tambang dan penggalian
nonmigas berupa batu bara dan logam besi pada triwulan laporan.
Asesmen Keuangan Daerah
Pada Triwulan II-2017,
Realisasi Pendapatan
Provinsi Aceh Mengalami
Peningkatan. Sementara
Itu, Realisasi Belanja
Mengalami Penurunan
Dibandingkan Realisasi
Tahun Sebelumnya.
• Persentase realisasi pendapatan daerah terhadap target APBA pada
Triwulan II 2017 mencapai 36,89%, lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama pada tahun 2016 yang mencapai 35,67%. Peningkatan
realisasi pendapatan APBA terutama bersumber dari nominal realisasi
Pendapatan Perimbangan/Transfer.
• Sementara itu, persentase Belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada
Triwulan II 2017 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Realisasi belanja APBA mencapai Rp2.797,94 miliar atau
24,71% dari pagu anggaran tahunan 2017 senilai Rp 11.324,34 Miliar,
lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya
dengan realisasi mencapai Rp 3.224,53 miliar atau 32,81% dari target
belanja APBD senilai Rp 9.829,07 Miliar. Turunnya realisasi belanja APBA
terutama bersumber dari menurunnya realisasi Belanja Operasi.
Asesmen Inflasi Daerah
Inflasi Aceh pada Triwulan
II-2017 Mengalami
Peningkatan Sebagai
Imbas Meningkatnya
Tekanan Inflasi Kelompok
Administered Prices dan
Core.
• Tekanan inflasi tahunan Aceh pada Triwulan-II 2017 mencapai 4,03%(yoy)
atau mengalami peningkatan baik dibandingkan dengan inflasi pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,45%(yoy). Inflasi tersebut
juga tercatat meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya yang mencapai 2,34%(yoy). Namun demikian, capaian
tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-rata
inflasi year on year pada Triwulan-II dalam tiga tahun terakhir (2014-2016)
yaitu sebesar 4,68%. Peningkatan tekanan inflasi pada periode ini
didorong oleh serta kenaikan tarif listrik serta peningkatan harga
komoditas hasil laut seperti ikan tongkol dan bandeng akibat hujan deras
dan angin kencang serta menurunnya aktivitas kegiatan melaut di bulan
Ramadhan.
• Berdasarkan disagregasinya, Inflasi Aceh sepanjang Triwulan II-2017
terutama disumbang oleh kelompok administered prices dan core
sedangkan kelompok volatile foods sedikit menahan laju inflasi tersebut.
Pada Triwulan-II 2017, laju inflasi untuk komoditas volatile foods secara
year on year masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar
xv Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
2,56%(yoy), menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,44%(yoy). Penurunan
inflasi tersebut bersumber dari melimpahnya komoditas buah-buahan
bumbu-bumbuan seiring dengan lancarnya pasokan sayuran dan buah-
buahan dari Sumatera Utara.
Di sisi lain, Inflasi kelompok core tercatat sebesar 2,58%(yoy) di triwulan
laporan, atau mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,46%(yoy). Inflasi kelompok core
tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga tarif pulsa ponsel seiring
dengan penyesuaian tarif paket ponsel menjelang bulan Ramadhan dan
Idul Fitri, serta peningkatan tarif jasa tukang bukan mandor seiring
dengan Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh untuk tahun 2017
menjadi sebesar Rp2.500.000,-.
Sedangkan untuk kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi
sebesar 11,67%(yoy), dan mengalami kenaikan yang signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 5,66%(yoy).
Adanya tekanan inflasi administered prices yang signifikan tersebut
disebabkan oleh kenaikan harga rokok secara bertahap sebagai dampak
kenaikan cukai rokok yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2017 serta
pencabutan subsidi listrik untuk tarif pengguna listrik berdaya ≥ 900 volt
ampere (VA) untuk pelanggan kategori rumah tangga mampu.
• Secara berturut-turut kelompok barang dan jasa yang memiliki andil
terbesar terhadap inflasi tahunan pada triwulan II-2017 yaitu kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (1,30%), Kelompok Bahan
Makanan (0,78%) dan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan (0,78%).
Asesmen Perbankan, Stabilitas Keuangan
Daerah, dan Pengembangan UMKM
Risiko Stabilitas Keuangan
Daerah di Aceh Relatif
Mengalami Penurunan
• Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2017 belum
sepenuhnya berimbas pada membaiknya kinerja di seluruh sektor
korporasi, penyaluran kredit sektor korporasi mengalami penurunan
kinerja setelah mulai tumbuh pada triwulan sebelumnya, namun demikian
pada triwulan laporan terjadi penurunan risiko yang tercermin dari
penurunan non performing loan (NPL) kelompok korporasi
• Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017 mulai mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xvi
Aceh. Membaiknya daya beli masyarakat secara umum di triwulan II
tercermin dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Dalam survei tersebut, Indeks Penghasilan, Indeks Kondisi Ekonomi, dan
Indeks Keyakinan Konsumen tercatat mengalami peningkatan di triwulan
II-2017. Peningkatan konsumsi rumah tangga terutama terjadi seiring
dengan masuknya bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Hal
ini berimbas pada meningkatnya Kredit rumah tangga yang tumbuh
sebesar 39,51% (yoy) pada triwulan II 2017 atau meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 35,71% (yoy). Kredit perseorangan
yang menunjukkan kenaikan pertumbuhan yaitu KPR dan KKB, sementara
pertumbuhan multiguna mengalami penurunan. Risiko kredit rumah
tangga pada triwulan II 2017 tercatat stabil sebesar 0,74%, angka tersebut
masih jauh berada dibawah ambang atas 5%.
• Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit menurun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM
mengalami penurunan, namun berada di atas level wajar 5%. Berdasarkan
skala usahanya, pangsa penyaluran kredit sektor UMKM didominasi oleh
kredit UMKM skala kecil dengan penyaluran mencapai Rp5,05 triliun
(47,57%), diikuti oleh UMKM skala mikro sebesar Rp3,39 triliun (31,96%),
dan skala menengah Rp2,17 triliun (20,47%), sehingga secara total
eksposur UMKM mencapai 30,28% dari total kredit.
• Selain melakukan pengembangan UMKM dalam kerangka pengendalian
inflasi daerah, Bank Indonesia juga mengembangkan potensi daerah untuk
meningkatkan perekonomian daerah. Beberapa kegiatan pengembangan
UMKM yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh
sepanjang triwulan II-2017 antara lain kegiatan pemberian bantuan alat
pengelasan kepada penghuni Lapas Kelas II A Banda Aceh.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Dan Pengelolaan Uang Rupiah
Pada Triwulan II 2017,
Posisi Pengedaran Uang
Kartal di Bank Indonesia
Mengalami Net Cash
Outflow.
• Pada triwulan II-2017, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia
mengalami net cash outflow, atau aliran uang kartal dari Bank Indonesia
ke sistem perbankan (outflow) lebih besar daripada aliran uang kartal dari
perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia (inflow). Net cash outflow
mencapai Rp3,62 triliun, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat
net cash inflow sebesar Rp651,36 miliar. Pola net cash outflow tersebut
merupakan siklus tahunan seiring dengan pembayaran proyek baik
xvii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Aktivitas Kliring
Menunjukan Penurunan
Dibandingkan Triwulan
Sebelumnya, Baik Dari Sisi
Volume Maupun Nominal.
swasta maupun pemerintah. Aliran uang kartal yang masuk ke Bank
Indonesia (inflow) mengalami perlambatan sebesar 61,7%(qtq) dari
sebesar Rp1,92 triliun pada triwulan I-2017 menjadi Rp735,2 miliar pada
triwulan II-2017. Sebaliknya, aliran uang kartal dari Bank Indonesia
menuju perbankan dan masyarakat (outflow) pada triwulan pelaporan
tercatat sebesar Rp4,35 triliun atau meningkat 243,2% dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar Rp1,27 triliun. Posisi net outflow yang tinggi
saat triwulan II-2017 sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong
oleh peningkatan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke
perbankan/masyarakat seiring dengan aktivitas ekonomi yang timbul di
Bulan Ramadhan serta pembayaran proyek pemerintah dan swasta.
• Secara triwulanan, pada triwulan II-2017 penyelesaian transaksi ritel
melalui SKNBI tercatat sebanyak 79.007 Data Keuangan Elektronik (DKE)
atau menurun sebesar 3,18% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebanyak 81.600 DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI
sebesar Rp2,95 triliun atau sedikit menurun 0,03%(qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,06 triliun. Penurunan transaksi kliring
tersebut didorong oleh beberapa faktor, diantaranya keterlambatan
realisasi anggaran pemerintah, khususnya belanja modal dan pola
serapan belanja APBA yang umumnya masih rendah di awal tahun.
Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI pada periode
triwulan II-2017 tercatat menurun sebesar 13,91% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 91.770 DKE. Selain itu,
nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sedikit menurun sebesar
0,03%(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp4,62 triliun.
Asesmen Ketenagakerjaan Dan
Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dan Tingkat
Kemiskinan Provinsi Aceh
Menurun Dibandingkan
• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan
Februari 2017 mencapai 65,59%, atau meningkat dibanding bulan
Februari 2016 yang mencapai 64,24%. Sementara itu, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 7,39%,
menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
8,13%. Di sisi lain, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 2,33 juta
orang, atau meningkat sebanyak 95 ribu orang dari jumlah angkatan
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xviii
Periode yang Sama di
Tahun Sebelumnya.
kerja di bulan Februari 2016 sebanyak 2,23 juta orang. TPT yang
menurun tersebut didorong oleh meningkatnya jumlah penduduk
yang bekerja, sementara jumlah pengangguran menurun. Jumlah
partisipasi angkatan kerja meningkat sebesar 1,35% sementara jumlah
pengangguran menurun sebesar -0,74% dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode tahun 2016
hingga tahun 2017 masih dapat diserap oleh pasar tenaga kerja
terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di
Aceh.
• Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan
Maret 2017 tercatat sebesar 16,89%. Angka tersebut mengalami
peningkatan 0,16% dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan
Maret 2016 yang mencapai 16,73%. Peningkatan tingkat kemiskinan di
Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya peningkatan tingkat kemiskinan
di daerah pedesaan sebesar 1,64% dan peningkatan tingkat kemiskinan
di daerah perkotaan sebesar 8,06%.
Prospek Perekonomian
Pada Triwulan IV-2017
Tingkat Pertumbuhan
perekonomian Aceh
Diperkirakan Berpotensi
Lebih Rendah
Dibandingkan dengan
Triwulan Sebelumnya.
• Berdasarkan perkembangan indikator perekonomian terkini,
perekonomian Aceh pada triwulan IV-2017 diperkirakan akan tumbuh
pada kisaran 2,67%-3,67% dengan didorong Konsumsi Rumah Tangga,
Investasi, dan Konsumsi Pemerintah. Namun demikian, tingkat
pertumbuhan ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan III-
2017 dikarenakan terdapat indikasi peningkatan konsumsi seiring
dengan pencairan gaji PNS ke-13 pada bulan Juli 2017. Pertumbuhan
pada triwulan IV-2017 diperkirakan didorong oleh realisasi APBA,
khususnya belanja modal untuk pembayaran proyek konstruksi
pemerintah pada triwulan IV-2017. Selain itu pengeluaran pemerintah
yang sebelumnya sempat tertunda pada triwulan I-2017 diharapkan
dapat direlokasikan dan direalisasikan pada triwulan IV-2017.
• Di sisi lain, pada akhir tahun 2017, inflasi Aceh berpotensi mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2016 namun mengalami penurunan
jika dibandingkan triwulan III-2017. Perkiraan laju inflasi Provinsi Aceh
pada triwulan IV-2017 berada pada kisaran 3,76%-4,76%(yoy) dengan
tekanan inflasi bersumber dari komponen administered prices (AP) dan
xix Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
volatile foods (VF). Sumber tekanan administered prices yang berpotensi
mendorong tekanan inflasi di tahun 2017 meliputi kenaikan harga cukai
rokok, peningkatan harga BBM non subsidi pada bulan Januari 2017 serta
peningkatan TDL sepanjang tahun 2017, sedangkan tekanan inflasi
volatile food diperkirakan bersumber dari risiko cuaca buruk.
1 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Secara umum perekonomian Aceh pada triwulan kedua tahun 2017
mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II-2017 tercatat tumbuh sebesar 4,01%(yoy), lebih baik
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,33%(yoy) maupun dengan
periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 2,67%(yoy).
Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri menjadi lokomotif
utama pendorong pertumbuhan. Sementara itu, dari sisi sektoral kinerja perekonomian masih
ditopang oleh peningkatan kinerja sektor pertanian dan pertambangan.
1. Gambaran Umum
Pada triwulan II-2017, kinerja perekonomian
Aceh tercatat meningkat baik dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya maupun dengan
tahun sebelumnya. Apabila ditinjau dari sisi
pengeluaran, perbaikan ekonomi terutama
disumbang oleh komponen konsumsi rumah
tangga dan ekspor luar negeri. Sementara itu, dari
sisi sektoral, perbaikan ekonomi didorong oleh
pertumbuhan di sektor pertanian dan
pertambangan.
ertumbuhan yang signifikan dari
komponen ekspor luar negeri menjadi
salah satu faktor pendorong utama dalam
peningkatan ekonomi. Dalam beberapa triwulan
sebelumnya pertumbuhan ekspor terus mengalami
kontraksi, khususnya pada periode tahun 2015 dan
2016. Adanya peningkatan pada komponen
tersebut seiring dengan peningkatan ekspor hasil
barang tambang dan penggalian nonmigas berupa
batu bara dan logam besi pada triwulan laporan.
Selain di sektor perdagangan, peningkatan juga
terjadi di komponen paling besar dalam
perekonomian, yakni konsumsi rumah tangga.
Peningkatan dalam komponen ini didorong oleh
berbagai kegiatan besar di Aceh, khususnya Pekan
Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA),
pencairan gaji ke-14, momen bulan Ramadhan serta
Idul Fitri 1438 Hijriah.
Ditinjau dari sisi sektoral, akselerasi perekonomian
didorong oleh pertumbuhan di sektor pertanian
dan pertambangan. Peningkatan yang terjadi di
sektor pertambangan cukup signifikan
dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
Kenaikan permintaan yang ditopang oleh produksi
dan harga batu bara dan biji besi menjadi faktor
yang mendorong peningkatan di sektor tersebut.
Sementara itu, peningkatan di sektor pertanian
didorong oleh kegiatan panen raya padi dan
peningkatan hasil produksi perkebunan, khususnya
komoditas kelapa sawit dan kopi. Peningkatan
permintaan menjadi faktor pendorong peningkatan
P
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2
kinerja pada komoditas tersebut di samping
tanaman hasil replanting yang sudah dapat dipanen
pada triwulan laporan. Sektor pertanian pada
triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar
6,20%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
5,47%(yoy).
Memasuki triwulan III-2017, berbagai indikator
ekonomi terkini memperlihatkan adanya indikasi
penurunan.
Penurunan tersebut terindikasi dari hasil Indeks
Ekspektasi Konsumsi hingga bulan Juli 2017 yang
tercatat mengalami penurunan. Di samping itu, efek
realisasi APBA pada triwulan III-2017 diperkirakan
masih akan berada di bawah target yang ditetapkan.
Tercatat sampai dengan bulan Agustus 2017,
realisasi APBA baru mencapai 37%, lebih rendah
dibandingkan dengan target awal yang
diproyeksikan dapat terealisasi sebesar 55%.
Namun demikian, penurunan tersebut diperkirakan
dapat tertahan oleh kinerja komponen ekspor yang
masih positif seiring dengan adanya jadwal ekspor
barang-barang tambang nonmigas. Pencairan gaji
ke-13 pada bulan Juli 2017 juga diperkirakan akan
mampu meningkatkan konsumsi masyarakat pada
triwulan III-2017.
Dari sisi sektoral, adanya pergeseran masa panen di
Aceh yang diakibatkan oleh serangan hama yang
menyerang tanaman padi sehingga terjadi
penurunan kinerja sektor pertanian. Kinerja sektor
perdagangan juga diperkirakan akan mengalami
penurunan seiring dengan tidak adanya event yang
signifikan pada triwulan III-2017 selain Meugang dan
Hari Raya Idul Adha. Efisiensi di sektor administrasi
pemerintahan juga diperkirakan masih menjadi
risiko seiring dengan adanya pengurangan kegiatan
dinas dan sosialisasi.
Namun demikian, penurunan di beberapa sektor
tersebut diperkirakan dapat tertahan oleh adanya
peningkatan di sektor pertambangan dan
konstruksi. Beberapa proyek infrastruktur
pemerintah telah mulai kembali berjalan.
Sementara itu, ekspor batu bara dan biji besi
kembali akan dilakukan pada triwulan III-2017
sehingga hasil yang positif masih dapat menopang
penurunan di beberapa sektor utama lainnya.
2. Sisi Pengeluaran
Pada triwulan II-2017, kinerja perekonomian dari
sisi pengeluaran ditopang oleh komponen
konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor
luar negeri tercatat meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah
tangga tercatat meningkat dari 2,62%(yoy) pada
triwulan sebelumnya menjadi 3,47%(yoy) pada
triwulan laporan. Di sisi lain, peningkatan yang
sangat signifikan terjadi pada komponen ekspor luar
negeri. Komponen tersebut tercatat tumbuh
sebesar 110,11%(yoy), jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang sebesar 5,94%(yoy).
Grafik 1.1. Pertumbuhan dan Kontribusi
Ekonomi Aceh dari Sisi Pengeluaran
Sumber: BPS Aceh
Dari sisi kontribusinya, komponen konsumsi rumah
tangga dan ekspor luar negeri pada tercatat
memberikan andil masing-masing sebesar 2,01%
2,01
0,16 0,03
-1,83
0,640,15
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
Konsumsi RT KonsumsiLNPRT
KonsumsiPemerintah
Investasi(PMTB)
Ekspor LuarNegeri
Impor LuarNegeri
Pertumbuhan (%, yoy, kiri) Kontribusi Pertumbuhan (%, kanan)
3 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
dan 0,64% terhadap total pertumbuhan ekonomi.
Andil tersebut tercatat naik dari triwulan
sebelumnya yang masing-masing berkontribusi
sebesar 1,51% dan 0,08%. (Grafik 1.1).
Dengan capaian pertumbuhan sebesar 4,01%(yoy)
tersebut kinerja perekonomian Aceh masih berada
di bawah level pertumbuhan ekonomi Sumatera
dan Nasional. Perekonomian Sumatera tercatat
tumbuh sebesar 4,05%(yoy) sedangkan nasional
tumbuh sebesar 5,01%(yoy) (Grafik 1.2).
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Konsumsi Rumah Tangga
Komponen konsumsi rumah tangga tumbuh
3,47%(yoy), naik dibandingkan tingkat
pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar
2,62%(yoy). Namun demikian, capaian tersebut
juga tercatat lebih rendah dibandingkan tingkat
pertumbuhan pada tahun sebelumnya sebesar
4,29%(yoy).
Peningkatan dalam komponen ini didorong oleh
berbagai kegiatan besar di Aceh, khususnya Pekan
Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
Kegiatan yang melibatkan sekitar 35 ribu peserta
tersebut mampu meningkatkan kegiatan konsumsi
masyarakat dan tamu yang hadir sehingga
perekonomian Aceh kembali meningkat. Di samping
itu, adanya pencairan gaji ke-14 juga menjadi
kontributor pengeluaran konsumsi masyarakat yang
mampu mendorong pertumbuhan komponen ini
pada triwulan laporan. Perayaan menyambut
Ramadhan dan Idul Fitri juga mampu meningkatkan
konsumsi domestik masyarakat pada triwulan
laporan. (Grafik 1.3).
Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Rumah
Tangga
Sumber: Badan Pusat Statistik
Namun demikian, peningkatan yang terjadi pada
triwulan laporan belum didukung oleh konsumsi
masyarakat di daerah pedesaan. Tercatat, terdapat
penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II-
2017 yang tercatat sebesar 94,72 atau lebih rendah
dibandingkan NTP triwulan sebelumnya sebesar
95,11.
Adanya faktor penurunan harga komoditas pangan
akibat dari panen raya di tingkat nasional serta
banyaknya tanaman yang terserang hama di tingkat
provinsi menjadi salah satu penyumbang
penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan
laporan (Grafik 1.4).
Grafik 1.4 Nilai Tukar Petani
Sumber: Badan Pusat Statistik
Penurunan yang terjadi pada NTP tersebut juga
terjadi pada pergerakan harga di subsektor
26
27
28
29
30
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
PDRB Aceh (triliun, kanan) gAceh (%, yoy, kiri)
gSumatera (%, yoy, kiri) gNasional (%, yoy, kiri)
15
16
17
18
0,00
2,00
4,00
6,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
92
94
96
98
100
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Nilai NTP
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4
perkebunan yang masih menunjukkan tren
penurunan. Sampai dengan triwulan II-2017, harga
beberapa komoditas perkebunan unggulan utama
Aceh tercatat mengalami penurunan (Grafik 1.5)
Grafik 1.5 Harga Komoditas
Sumber: Bank Indonesia
Namun demikian, menurunnya NTP tersebut masih
dapat ditahan oleh kemampuan daya beli
masyarakat yang masih kuat. Dari hasil Survei
Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia
pada triwulan II-2017, Indeks Penghasilan, Indeks
Kondisi Ekonomi, dan Indeks Keyakinan Konsumen
tercatat mengalami peningkatan di triwulan laporan
(Grafik 1.6).
Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen,
Kondisi Ekonomi, dan Penghasilan
Sumber: Bank Indonesia
Seperti yang ditunjukkan oleh Grafik 1.6,
peningkatan konsumsi tersebut terkonfirmasi
dengan naiknya Indeks Penghasilan Konsumen,
Indeks Keyakinan Konsumen, dan Indeks Kondisi
Ekonomi Saat Ini yang semakin menunjukkan
optimisme dan peningkatan.
Pada triwulan III-2017, konsumsi rumah tangga
diperkirakan masih akan mengalami peningkatan.
Grafik 1.7 Proyeksi Pertumbuhan
Konsumsi Rumah Tangga
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan III-2017, diperkirakan komponen
konsumsi rumah tangga dapat tumbuh sebesar
6,06%(yoy) atau meningkat dibandingkan dengan
capaian triwulan laporan yang sebesar 3,47%(yoy).
Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan
ketiga tahun 2017 diperkirakan akan didukung oleh
peningkatan penghasilan sebagai akibat dari adanya
peningkatan realisasi anggaran pendapatan dan
belanja pemerintah berupa pencairan gaji PNS yang
ke-14 pada akhir bulan Juli. Adanya momentum Idul
Adha dan hari-hari Meugang yang mengiringinya
menjadi faktor lain yang diperkirakan akan
meningkatkan konsumsi masyarakat.
Peningkatan pada triwulan III-2017 juga didukung
oleh adanya realisasi proyek yang sempat tertunda
di triwulan II-2017.
Ekspektasi Konsumsi Masyarakat pada bulan
pertama di triwulan III tahun 2017 juga
menunjukkan peningkatan. Indeks Ekspektasi
Konsumen rata-rata pada bulan Juli tahun 2017
tercatat lebih besar dibandingkan dengan posisi
triwulan II-2017. Angka Indeks Ekspektasi pada
0,00
1,00
2,00
3,00
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017Harga Kopi Arabica (BRL/bag, kiri)Harga Sawit (USD/metric ton, kiri)Harga Karet (USD/kg, kanan)Harga Kopi Robusta (USD cent/pound, kanan)
100
110
120
130
140
I II III IV I II
2016 2017
Nilai Indeks
Indeks Penghasilan
Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE)
14
15
16
17
18
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
5 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
bulan Juli tahun 2017 tercatat masing-masing
sebesar 129,71 (Grafik 1.8).
Grafik 1.8 Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Bank Indonesia
Perkiraan meningkatnya ekspektasi konsumsi juga
tercermin dari porsi penggunaan pendapatan untuk
konsumsi pada bulan Juli 2017 yang menunjukkan
peningkatan, yakni sebesar 73,00%. Angka tersebut
juga tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan
proporsi rata-rata pada 3 (tiga) bulan di triwulan I-
2017 yang sebesar 70,50%.
Grafik 1.9 Indeks Penghasilan, Kondisi
Usaha, dan Ketersediaan Tenaga Kerja
Sumber: Bank Indonesia
Namun demikian, momentum optimisme tersebut
perlu untuk terus dipantau. Hasil Survei Bank
Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan III-2017
mengindikasikan persepsi masyarakat terkait
dengan adanya penurunan kinerja usaha dan
kondisi lapangan kerja. Hasil survei Bank Indonesia
sampai dengan bulan Juli 2017 memperlihatkan
adanya penurunan Indeks Tingkat Kinerja Usaha
dan Indeks Ketersediaan Lapangan Usaha. Namun
demikian, Indeks Tingkat Penghasilan masih
memperlihatkan optimisme dan peningkatan di
triwulan III-2017 (Grafik 1.9).
Konsumsi Pemerintah
Kinerja komponen konsumsi pemerintah pada
triwulan laporan tercatat mengalami penurunan.
Setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh
sebesar 3,80%(yoy), pada triwulan laporan
komponen ini mengalami kontraksi sebesar
0,15%(yoy).
Penurunan belanja pemerintah yang terjadi pada
triwulan laporan disebabkan oleh adanya efisiensi
anggaran pemerintah daerah dalam bentuk
pengurangan realisasi kegiatan dinas dan sosialisasi
di setiap SKPD. Realisasi belanja pada triwulan
laporan tercatat baru sebesar 37%, jauh rendah
dibandingkan dengan target yang telah ditargetkan
sebelumnya yakni sebesar 55%.
Pertumbuhan pada triwulan laporan juga tercatat
lebih rendah dibandingkan dengan capaian
pertumbuhan pada periode yang sama di tahun
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
6,99%(yoy) (Grafik 1.10).
Grafik 1.10 Pertumbuhan Konsumsi
Pemerintah Daerah
Sumber: Badan Pusat Statistik
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
I II III IV I II Juli
2016 2017
Nilai Indeks
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
I II III IV I II Juli
2016 2017
Nilai Indeks
Indeks PenghasilanIndeks Kinerja UsahaIndeks Ketersediaan Tenaga Kerja
0
2
4
6
8
10
-21
-14
-7
0
7
14
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Konsumsi Pemerintah (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6
Pada triwulan III-2017, konsumsi pemerintah
diperkirakan akan sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Jumlah APBA Aceh selaku pendorong utama
ekonomi Aceh pada tahun 2017 tercatat lebih besar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah
APBA Aceh tercatat sebesar 14,76 triliun.
Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan
APBA 2016 yang sebesar Rp12,8 triliun. Peningkatan
sebesar Rp2 triliun tersebut berasal dari pengalihan
dana guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan
adanya pengalihan dana guru PNS dimaksud,
diprediksikan akan meningkatkan realisasi anggaran
belanja pegawai pada triwulan III-2017.
Peningkatan realisasi konsumsi pemerintah dalam
APBA tersebut sebagian besar diperkirakan akan
berasal dari pengeluaran belanja modal. Belanja
tersebut diperkirakan akan semakin besar
realisasinya seiring dengan telah mulai
beroperasinya kegiatan pembangunan fisik di Aceh
pada triwulan III-2017, khususnya perbaikan jalan,
sarana Pendidikan, irigasi pertanian, dan jembatan
(Grafik 1.11).
Grafik 1.11 Proyeksi Pertumbuhan
Konsumsi Pemerintah
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)
Komponen PMTB pada triwulan laporan
mengalami kontraksi sebesar 5,31%(yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 2,58%(yoy).
Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan capaian di triwulan yang sama
di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
9,01%(yoy) (Grafik 1.12).
Penurunan PMTB secara tahunan terjadi seiring
dengan telah masuknya periode akhir penyelesaian
proyek multiyears yang mulai dilaksanakan sejak
awal tahun 2015. Beberapa proyek yang sudah
selesai dan berada pada tahap akhir penyelesaian
pembangunan antara lain pembangunan Masjid
Raya dan beberapa infrastruktur jalan dan
jembatan, antara lain Jembatan Lamnyong,
Jembatan Syiah Kuala, dan jalan provinsi.
Adanya pergeseran waktu persetujuan APBA juga
berdampak pada kegiatan pembangunan di mana
pada triwulan laporan berbagai rencana proyek
infrastruktur terpaksa harus mengalami penundaan
pembangunan, seperti pembangunan jalan serta
tugu Nol Kilometer.
Grafik 1.12 Pertumbuhan Investasi
Sumber: Badan Pusat Statistik
0
2
4
6
8
10
-21
-14
-7
0
7
14
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Konsumsi Pemerintah (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri) 8
10
12
-7
0
7
14
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
7 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Pembangunan berbagai macam infrastruktur
tersebut diperkirakan akan dimulai kembali secara
fisik pada triwulan III-2017 setelah kegiatan
pengadaan dan lelang selesai dilaksanakan.
Grafik 1.13 Realisasi Investasi Aceh
Sumber: Badan Investasi Aceh
Berdasarkan sumbernya, penurunan pertumbuhan
investasi pada triwulan II-2017 terlihat dari PMDN
(Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA
(Penanaman Modal Asing) yang terealisasi di Aceh.
Pada triwulan II-2017, tercatat investasi di Aceh
mengalami penurunan jumlah investasi. Pada
triwulan laporan, investasi PMDN mengalami
penurunan dari Rp650 miliar pada triwulan
sebelumnya menjadi Rp531 miliar pada triwulan
laporan. Proporsi PMDN sebesar 81,77% sedangkan
PMA memiliki proporsi sebesar 18,23% terhadap
total investasi di Aceh. Namun demikian, penurunan
PMDN tersebut masih dapat tertahan oleh kinerja
PMA yang naik dari Rp3 miliar pada triwulan
sebelumnya menjadi sebesar Rp115 miliar pada
triwulan laporan (Grafik 1.13).
Grafik 1.14 SKDU Konstruksi
Sumber: Bank Indonesia
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank
Indonesia juga ikut mengonfirmasi adanya
penurunan investasi yang tercermin dari kinerja
perusahaan. Pada triwulan II-2017 kinerja
perusahaan konstruksi mengalami penurunan dari
0,40%(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi
tumbuh sebesar 0,00%(yoy) (Grafik 1.14).
Selain itu, indikator utama sektor konstruksi lainnya,
yakni konsumsi semen juga tercatat mengalami
penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan
triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Laju
pertumbuhan konsumsi semen pada triwulan
laporan tercatat terkontraksi sebesar 23,22%(yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang
sama di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
3,21%(yoy). (Grafik 1.15).
Grafik 1.15 Konsumsi Semen
Sumber: Kemenperin dan Kemendag
Dari sisi dukungan pembiayaan, tercatat
pertumbuhan kredit untuk sektor konstruksi juga
masih mengalami perbaikan dengan kontraksi
sebesar 2,79%(yoy), sedikit lebih baik dibandingkan
dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang
sebesar 11,08%(yoy) (Grafik 1.16).
0
2.000
4.000
6.000
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017PMA (Miliar) PMDN (Miliar) TOTAL INVESTASI (Miliar)
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Realisasi (%) Perkiraan (%)
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
-40
-20
0
20
40
60
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Konsumsi Semen (Ton, kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8
Grafik 1.16 Kredit Konstruksi
Sumber: Bank Indonesia
Memasuki triwulan ketiga tahun 2017, investasi di
Aceh diperkirakan masih akan berada dalam tren
peningkatan.
Komponen investasi diperkirakan akan tumbuh
pada angka 11,04%(yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
5,31%(yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan
masih akan berasal dari PMDN yang terealisasi
dalam bentuk investasi fisik atau infrastruktur
(Grafik 1.17).
Grafik 1.17. Proyeksi Pertumbuhan
Investasi
Sumber: Bank Indonesia
Beberapa faktor utama peningkatan tersebut
adanya kegiatan belanja modal dari APBA yang
terealisasi dalam bentuk kelanjutan pembangunan
infrastruktur yang sebagian besar akan berakhir
sampai dengan akhir tahun 2017. Beberapa
program pembangunan tersebut antara lain
pembangunan Jembatan Lamnyong dan fly over
Simpang Surabaya di Banda Aceh. Pada bulan Mei
2017, pemerintah Aceh dan para stakeholders
menandatangani lebih dari 450 kontrak kerja yang
dananya berasal dari APBA 2017 senilai Rp980
miliar. Melalui kegiatan tersebut, realisasi belanja
modal yang sempat tertunda pada triwulan I dan II
di tahun 2017 sebagian besar diperkirakan dapat
terealisasi pada triwulan III-2017 s.d akhir tahun
2017.
Ekspor-Impor
Kinerja ekspor Aceh tercatat mengalami perbaikan
yang cukup signifikan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh
sebesar 5,94%(yoy), kinerja ekspor Aceh tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 110,11%(yoy).
Capaian pertumbuhan tersebut juga tercatat lebih
baik dibandingkan dengan periode yang sama di
tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar
41,27%(yoy) (Grafik 1.18).
Grafik 1.18. Pertumbuhan Nilai Ekspor
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sebanyak 83,87% total nilai ekspor Aceh pada
triwulan laporan berasal dari sektor pertambangan
dan penggalian, khususnya dari subsektor
nonmigas, yaitu batu bara dan beberapa jenis biji
besi.
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
1000,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017Kredit Konstruksi (Miliar, kiri)
0
2
4
6
8
10
12
14
-7
0
7
14
I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017
Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
-
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
-100,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
9 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Komoditas batu bara menjadi satu-satunya
lokomotif peningkatan ekspor Aceh seiring dengan
peningkatan permintaan komoditas tersebut dari
India. Pada tahun ini tercatat nilai total batu bara
yang diekspor tercatat sebanyak USD 16,22 juta,
naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 11,85 juta, Sementara pada tahun
sebelumnya hampir tidak mengirimkan ekspor
komoditas tersebut.
Peningkatan ekspor batu bara tersebut tidak
terlepas dari adanya peningkatan harga komoditas
tersebut. Sampai dengan triwulan II-2017, harga
batu bara di pasar internasional tercatat USD
52,44/metric ton atau naik dibandingkan dengan
posisi triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang
berada pada level 50,12/metric ton (Grafik 1.20).
Grafik 1.20. Harga Batubara
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja pertumbuhan impor sampai dengan
triwulan II-2017 tercatat kembali mengalami
peningkatan.
Grafik 1.21 Pertumbuhan Nilai Impor
Sumber: Badan Pusat Statistik
Jenis barang impor yang mendominasi pada
triwulan laporan masih didominasi oleh mesin-
mesin, kapal laut, dan impor garam, belerang, dan
kapur. Impor barang-barang tersebut digunakan
untuk keperluan industri pengolahan di Aceh.
Pada triwulan III-2017, pertumbuhan ekspor dan
impor diproyeksikan akan sedikit mengalami
sedikit penurunan.
Penurunan ekspor tersebut masih didorong
proyeksi penurunan harga komoditas pertanian.
Penurunan harga tersebut seiring dengan
meningkatnya penawaran yang ditopang oleh
membaiknya kuantitas hasil produksi dari
komoditas-komoditas tersebut di Aceh.
Tabel 1.1. Proyeksi Harga Komoditas Pertanian
Kopi
(cts/lb)
CPO
($/MT)
Karet
(cts/lb)
2016Q3 98,50 647,00 76,10
2017Q3 106,20 612,20 77,60
2017 105,5 599,9 77,80
Sumber : IMF
Namun demikian, penurunan ekspor tersebut
diperkirakan dapat tertahan oleh hasil ekspor
komoditas pertambangan nonmigas (batu bara)
yang diperkirakan akan terus naik seiring dengan
target ekspor sebanyak 2,73 juta metric ton sampai
dengan akhir tahun 2017.
Tabel 1.2. Proyeksi Harga Komoditas Batu Bara
Komoditas Satuan 2016Q3 2017Q3*
Batu Bara $/MT 70,70 88,20
Sumber: IMF
Proyeksi dari International Monetary Fund (IMF)
memperlihatkan masih akan adanya peningkatan
harga batu bara hingga triwulan III-2017. Namun
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
55,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
(USD/Metric Ton)
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
(100,00)
(50,00)
-
50,00
100,00
150,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Impor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10
demikian, peningkatan tersebut dikhawatirkan akan
terhenti pada triwulan IV-2017. Tren kenaikan harga
masih akan berpengaruh signifikan terhadap
kenaikan ekspor Aceh pada triwulan III-2017 (Grafik
1.22 dan Grafik 1.23).
Grafik 1.22 Proyeksi Pertumbuhan Ekspor
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Grafik 1.23 Proyeksi Pertubuhan Impor
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
3. Sisi Sektoral
Sektor pertanian dan sektor pertambangan
menjadi dua lokomotif pendorong pertumbuhan
ekonomi pada triwulan laporan.
Pertumbuhan pada sektor pertanian tercatat masih
memberikan kontribusi paling besar terhadap
kinerja perekonomian. Sektor tersebut memberikan
sumbangsih sebesar 1,71% terhadap pertumbuhan
perekonomian. Kontribusi tersebut mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 1,51%.
Di samping sektor pertanian, kontribusi dari sektor
pertambangan juga memberikan kontribusi yang
signifikan dalam perekonomian. Setelah beberapa
tahun sebelumnya memberikan kontribusi yang
negatif terhadap perekonomian, pada triwulan
laporan, sektor pertambangan tercatat memberikan
kontribusi pertumbuhan sebesar 1,55%, lebih tinggi
dibandingkan dengan kontribusi triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,00% (Grafik 1.24)
Grafik 1.24 Pertumbuhan dan Kontribusi
Ekonomi Aceh dari Sisi Sektoral
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Secara tahunan kinerja sektor pertanian pada
triwulan II-2017 meningkat dibandingkan tahun
dan triwulan sebelumnya.
Sektor pertanian pada triwulan II-2017 tumbuh
sebesar 6,20%(yoy) atau meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
5,47%(yoy). Capaian tersebut juga tercatat lebih
tinggi dibandingkan dengan capaian pada triwulan
yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 2,85%(yoy) (Grafik 1.25)
-
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
-100,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
(100,00)
(50,00)
-
50,00
100,00
150,00
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Impor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
1,71 1,55
0,08 0,00 0,00
-1,57
0,580,38
0,16 0,18 0,24 0,300,01-0,08
0,18 0,14 0,13
-2
-1
0
1
2
-5
0
5
10
15
20
25
30
Pe
rta
nia
n
Pe
rta
mb
an
ga
n
Ind
ust
ri…
Pe
ng
ad
aa
n L
istr
ik
Pe
ng
ad
aa
n A
ir
Ko
nst
ruk
si
Pe
rda
ga
ng
an
Tra
nsp
ort
asi
Ako
mo
da
si
Ko
mu
nik
asi
Jasa
Ke
ua
ng
an
Re
al E
sta
te
Jasa
Pe
rusa
ha
an
Ad
m. P
erm
eri
nta
h
Jasa
Pe
nd
idik
an
Jasa
Ke
seh
ata
n
Jasa
lain
nya
Pertumbuhan (%, yoy, kiri)
Kontribusi Pertumbuhan (%, kanan)
11 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor
Pertanian
Sumber: Badan Pusat Statistik
Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian
tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil SKDU sektor
pertanian yang menunjukan peningkatan kinerja
usaha.
Hasil SKDU sektor pertanian menunjukkan adanya
kenaikan hasil usaha dari 4,90%(yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 5,81%(yoy), pada triwulan
laporan.
Grafik 1.26 Realisasi SKDU Pertanian
Sumber: Bank Indonesia
Kenaikan ini terutama didorong oleh adanya
kenaikan kapasitas utilisasi hampir di seluruh
subsektor bahan pangan dan perkebunan.
Kenaikan kapasitas utilisasi tersebut didorong oleh
adanya masuknya masa panen gadu untuk
komoditas padi dan tanaman sela hortikultura.
Meskipun musim tanam gadu terkendala dengan
musim kemarau cukup panjang, dan terdapat areal
sawah yang gagal panen karena kekeringan
khususnya sawah tadah hujan, namun di areal yang
dialiri irigasi masih dapat berproduksi dengan baik
Meningkatnya kinerja sektor pertanian juga
terindikasi dari peningkatan kredit pada sektor
tersebut. Kredit sektor pertanian pada triwulan II-
2017 tercatat tumbuh sebesar 13,27%(yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
12,54%(yoy). (Grafik 1.27).
Grafik 1.27 Kredit Sektor Pertanian
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan
laporan didorong oleh naiknya hasil produksi
komoditas pangan dan perkebunan.
Seiring telah dimulainya kegiatan panen pada bulan
Maret dan peningkatan hasil produksi perkebunan,
menyebabkan adanya perbaikan di sisi produksi
sektor pertanian. Peningkatan hasil perkebunan
tercatat terjadi pada perkebunan kelapa sawit dan
kopi. Berdasarkan hasil lliaison ke produsen kopi dan
kelapa sawit, penyebab peningkatan produksi adalah
karena adanya hasil panen dari tanaman replanting.
Pada triwulan III-2017, sektor pertanian
diproyeksikan akan mengalami penurunan dari
6,20%(yoy) menjadi 2,14%(yoy).
7
8
8
9
-
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
SKDU Sektor Pertanian (%,yoy)
Pertumbuhan Sektor Pertanian (%,yoy)
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
0,00
500,00
1000,00
1500,00
2000,00
2500,00
3000,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017Kredit Pertanian (Miliar, kanan)
Pertumbuhan (%, yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12
Grafik 1.28 Proyeksi Pertumbuhan Sektor
Pertanian
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Penurunan di sektor pertanian diperkirakan
bersumber dari adanya penurunan di subsektor
tanaman pangan dan perkebunan.
Penurunan di subsektor pertanian pada triwulan III-
2017 diperkirakan akan diakibatkan oleh curah
hujan tinggi dan mengakibatkan areal sawah
terendam banjir luapan di sejumlah kabupaten dan
mengakibatkan beberapa petani melakukan panen
dini. Serangan hama juga ditemukan di beberapa
sentra pangan Aceh seperti di kabupaten Aceh
Barat Daya dan Aceh Barat.
Kondisi penurunan tersebut juga diperkirakan akan
terjadi pada subsektor perkebunan, khususnya dari
komoditas kopi, kelapa sawit, dan karet dikarenakan
mengalami penurunan harga jual sampai dengan
triwulan IV-2017.
Harga komoditas kelapa sawit pada triwulan III-2017
diperkirakan juga akan mengalami penurunan
sebagai akibat dari peningkatan kinerja produksi
dari Malaysia pasca menurunnya produksi akibat
curah hujan yang menerpa kawasan perkebunan di
negara tersebut.
Tabel 1.3 Proyeksi Harga Komoditas
Pertanian
Kopi
(cts/lb)
CPO
($/MT)
Karet
(cts/lb)
2016Q3 98,50 647,00 76,10
2017Q3 106,20 612,20 77,60
2017 105,5 599,9 77,80
Sumber : IMF
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Sektor perdagangan pada triwulan laporan
tercatat mengalami sedikit penurunan kinerja
usaha dibandingkan dengan periode triwulan
sebelumnya.
Pada periode laporan ini, sektor perdagangan
tumbuh sebesar 3,65%(yoy), menurun
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 3,66%(yoy). Namun
demikian, angka tersebut tercatat lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian di periode yang sama
tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
1,83%(yoy).
Penurunan di sektor perdagangan tersebut dapat
tertahan oleh transaksi masyarakat pada saat
perayaan bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul
Fitri. Di samping itu, telah mulai masuknya tahun
ajaran baru di beberapa wilayah juga ikut
membantu mendorong aktivitas konsumsi dan jual
beli masyarakat terhadap berbagai komoditas
perdagangan yang terkait dengan produk sandang
(Grafik 1.29).
7
8
8
9
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
13 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Grafik 1.29 Pertumbuhan Sektor
Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pada triwulan III-2017 sektor perdagangan
diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,92%(yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,65%(yoy).
Grafik 1.30 Proyeksi Pertumbuhan Sektor
Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Faktor pendorong peningkatan sektor perdagangan
sebagian besar bersumber dari berbagai kegiatan
konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa
pada saat hari Meugang dan hari Raya Idul Adha
1438 Hijriah. Di samping itu, efek dari tahun ajaran
baru pada awal triwulan III-2017 diperkirakan akan
membantu mendorong sektor perdagangan,
khususnya untuk barang-barang keperluan
pendidikan.
Kondisi tersebut juga didukung oleh Indeks
Penghasilan dari Survei Konsumen KPwBI Provinsi
Aceh tercatat mencapai 131,70 pada bulan Juli 2017,
naik dibandingkan dengan posisi di triwulan II-2017
yang tercatat sebesar 130,30. Faktor lain yang
diperkirakan akan meningkatkan kinerja sektor
perdagangan adalah adanya realisasi gaji ke 14
pegawai negeri sipil.
Sektor Konstruksi
Secara tahunan, pertumbuhan sektor konstruksi
menurun secara signifikan baik dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya maupun dengan
periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan
tercatat terkontraksi sebesar 15,46%(yoy) atau lebih
dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 2,58%(yoy).
Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan kinerja di triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
16,42%(yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, sektor
konstruksi dapat memberikan kontribusi negatif
sebesar 1,57%(yoy) (Grafik 1.31)
Grafik 1.31 Pertumbuhan Sektor
Konstruksi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Faktor utama penyebab terjadinya penurunan di
sektor ini adalah terkait dengan realisasi anggaran
pemerintah daerah yang mengalami keterlambatan.
Hal tersebut berdampak pada bergesernya rencana
pembangunan berbagai proyek infrastruktur yang
bersifat multiyears maupun yang nonmultiyears.
Selain itu, pada triwulan II-2017, beberapa proyek
4
5
5
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
4
4
5
5
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
0
1
2
3
4
-20,00
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Konstruksi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14
infrastruktur utama di Aceh telah memasuki tahap
akhir pembangunan.
Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan aktivitas ekonomi di sektor ini. Beberapa
proyek yang telah selesai adalah pembangunan
Masjid Raya Baiturrahman dan Jembatan
Lamnyong.
Kondisi penurunan sektor konstruksi ini juga
terkonfirmasi dari menurunnya pertumbuhan
konsumsi semen pada triwulan II-2017
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun
sebelumnya. Laju pertumbuhan konsumsi semen
pada triwulan laporan tercatat terkontraksi sebesar
23,22%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 3,21%(yoy). (Grafik 1.32).
Grafik 1.32 Pertumbuhan Konsumsi
Semen
Sumber: Kementerian Perindustrian
Sektor Konstruksi pada triwulan III-2017
diperkirakan akan mengalami peningkatan
kinerja perekonomian seiring telah dimulainya
berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur
fisik.
Pada triwulan III-2017, sektor konstruksi
diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,75%(yoy), lebih
tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 14,46%(yoy).
Grafik 1.33 Proyeksi Pertumbuhan Sektor
Konstruksi
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Peningkatan capaian pertumbuhan tersebut
terutama didorong oleh realisasi dari berbagai
proyek pembangunan infrastruktur baru dan
lanjutan pembangunan infrastruktur multiyears,
termasuk pembangunan jalan, tugu, dan flyover.
Sektor Pertambangan Dan Penggalian
Pada triwulan laporan, kinerja sektor
Pertambangan dan Penggalian tercatat mengalami
peningkatan yang sangat signifikan.
Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 26,10%(yoy),
naik signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 0,06%(yoy). Berdasarkan komponen
penyusunnya , peningkatan sektor ini berasal dari
adanya peningkatan komoditas nonmigas yang
mengalami pertumbuhan sebesar 139,53%(yoy),
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,02%(yoy).
Sementara itu, subsektor komoditas migas tercatat
tumbuh sebesar 31,07%(yoy), naik dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 8,66 (Grafik 1.34).
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
-40
-20
0
20
40
60
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Konsumsi Semen (Ton, kanan)Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
0
1
2
3
4
-20,00
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017
Konstruksi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
15 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor
Pertambangan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 1.35 Harga Batubara (USD/Metric
Ton)
Sumber: Bank Indonesia
Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan
penggalian non migas terutama didorong oleh
adanya peningkatan produksi batu bara yang masih
akan terus diekspor hingga periode akhir tahun. Hal
tersebut sejalan dengan hasil liaison ke perusahaan
penghasil batu bara yang menginformasikan akan
adanya penambahan jumlah ekspor sampai dengan
akhir tahun 2017.
Total ekspor batu bara hingga akhir tahun 2017
sebanyak 2,73 juta metric ton. Angka ekspor
tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan
realisasi ekspor tahun 2015 yang sebanyak 55 ribu
metric ton dan tahun 2016 yang tercatat sebesar
1,08 juta metric ton. Target ekspor ini juga didukung
oleh masih adanya tren peningkatan harga batu
bara di pasar dunia.
Ekspor komoditas batu bara menjadi komoditas
non-pertanian yang menjadi andalan Aceh pasca
habisnya gas Arun pada akhir tahun 2014.
Pada triwulan III-2017 sektor pertambangan dan
penggalian diperkirakan akan mengalami
perbaikan kinerja meskipun masih mengalami
kontraksi.
Sektor ini diperkirakan akan menurun dan tumbuh
pada angka 1,27%(yoy), atau lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang.
Penurunan kinerja ini khususnya diperkirakan akan
bersumber dari penurunan kinerja komponen
barang migas yang terus mengalami peningkatan
produksi dan permintaan.
Grafik 1.36 Proyeksi Pertumbuhan Sektor
Pertambangan
Sumber: Bank Indonesia
Namun demikian, penurunan tersebut diperkirakan
dapat tertahan oleh ekspor nonmigas dari
komoditas batu bara yang masih mengalami
peningkatan permintaan dari India. Kondisi tersebut
juga masih didukung oleh kondisi harga komoditas
batu bara yang masih berada dalam tren kenaikan.
Kondisi tren kenaikan harga tersebut diperkirakan
akan terus mengalami peningkatan hingga triwulan
III-2017.
Tabel 1.4. Proyeksi Harga Komoditas Batu
Bara
Komoditas Satuan 2016Q3 2017Q3*
Batu Bara $/MT 55,56 81,33
Sumber: IMF
0
1
1
2
2
3
3
-45,00
-30,00
-15,00
0,00
15,00
30,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
55,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
(USD/Metric Ton)
0
1
2
3
-40,00
-30,00
-20,00
-10,00
0,00
10,00
20,00
30,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
POTENSI DAN TANTANGAN AGROINDUSTRI ACEH
Sampai dengan triwulan II-2017, sektor pertanian masih menjadi sektor paling besar dalam struktur
ekonomi Aceh. Proporsi sektor tersebut mencapai 28,24% dari total perekonomian Aceh yang
bernilai sekitar 29,76 triliun pada triwulan laporan. Selain menjadi sektor terbesar, sektor pertanian
juga memiliki andil yang stabil dalam perekonomian Aceh dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
sebesar 4,07%(yoy) dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Namun demikian, potensi sektor pertanian belum dapat dioptimalkan seiring dengan karakteristik
pertanian yang ada di Aceh masih tergolong tradisional. Hal tersebut tercermin dari mayoritas
produk pertanian berasal dari perkebunan rakyat, kemudian produk pertanian yang dijual juga
masih dalam bentuk raw material sehingga belum mampu menghasilkan nilai tambah (value added)
dan kesejahteraan bagi masyarakat. Melihat pada kondisi tersebut, Pengembangan hilirisasi
produk-produk pertanian di Aceh menjadi suatu hal yang krusial untuk segera dilakukan.
Berdasarkan Tambunan (2003), kegiatan industrialisasi, merupakan salah satu proses kunci dari
keberhasilan ekonomi yang ditandai dengan perubahan struktur perekonomian. Dalam penelitian
yang lain, Todaro (2004) menyampaikan bahwa salah satu karakteristik pertumbuhan ekonomi
ada;aj tingkat transformasi struktur ekonomi yang tinggi, khususunya dari sektor primer ke sektor
sekunder dan primer. Di sisi lain, penambahan nilai tambah sektor industri juga terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu kawasan seiring
dengan naiknya nilai tambah yang ditawarkan (Robiani, 2005).
Terkait dengan hal pentingnya keberadaan industri, khususnya industri di sektor pertanian
tersebut, pemerintah Aceh saat ini sudah memiliki arah kebijakan untuk pembangunan sektor
agroindustri. Arah kebijakan tersebut diantaranya adalah untuk fokus dalam peningkatan hasil
produksi, produktivitas, dan nilai tambah produk pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan,
dan kehutanan. Dari berbagai komoditas pertanian yang tersebar di 1,05 juta hektar, tercatat ada
10 (sepuluh) komoditas utama yang menjadi fokus pengembangan untuk dijadikan komoditas
prioritas hilirisasi di Aceh, yakni padi, kelapa sawit, kopi, kakao, rotan, karet, ikan laut, garam, minyak
atsiri, gula aren, dan padi.
Untuk mengembangkan agroindustri dari berbagai komoditas utama, pada dasarnya Aceh sudah
memiliki modal yang cukup baik, seperti tersedianya sumber daya alam, kondisi keamanan dan
politik yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi infrastruktur
ruas jalan yang baik juga menjadi penunjang industri existing maupun keberadaan industri ke
depan.
17 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
POTENSI DAN TANTANGAN AGROINDUSTRI ACEH
Namun demikian, meskipun terdapat potensi-potensi yang sudah ada tersebut, terdapat pula
beberapa kendala dan juga tantangan yang dihadapi Aceh dalam mengembangkan potensi
agroindustri yang dimilikinya, antara lain:
1. Infrastruktur primer pendukung hilirisasi agroindustri yang belum memadai, khususnya
listrik dan air.
2. Tenaga kerja, pengupahan, dan sumber daya manusia yang belum kompetitif.
3. Keamanan dan kenyamanan, termasuk stagnannya produksi hasil pertanian dikarenakan
adanya permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak.
4. Upaya pelayaann perizinan 1 (satu) pintu yang belum optimal.
5. Produktivitas tanaman perkebunan yang menurun akibat belum dilakukannya replanting,
khususnya tanaman sawit, kopi, dan kakao sehingga diperlukan rehabilitasi untuk
peremajaan buah dan mempertahankan kualitas buah dalam menghadapi perubahan
iklim.
Berdasarkan kendala dan tantangan tersebut di atas, terdapat beberapa rekomendasi perbaikan
yang dapat menjadi pertimbangan bagi pemangku kepentingan dan regulator kebijakan di Aceh.
Salah satu kebijakan yang strategis usaha mengakselerasi agroindustri di Aceh antara lain dengan
percepatan pembangunan kawasan industri sebagai sumber ekonomi baru. Pembangunan
kawasan industri tersebut dapat difokuskan pada tiga lokasi, yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Lhokseumawe, Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, serta kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) Lampulo. Sementara itu, sebagai alternatif quick win pusat pertumbuhan ekonomi baru di
Aceh, pemerintah daerah dapat mengembangkan pembangunan di sektor pariwisata yang telah
ditopang dengan kekayaan sumber destinasi wisata di Aceh yang sangat potensial, baik dalam
bentuk wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata bahari, wisata sejarah, maupun wisata
kuliner.
17 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh terhadap APBD mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya,
namun demikian dari sisi realisasi belanja mengalami penurunan.
• Tingkat Realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Provinsi Aceh pada Triwulan II 2017 lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari peningkatan nominal pendapatan
pajak daerah dan pendapatan perimbanga/transfer.
• Realisasi belanja terhadap pagu APBD mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Penurunan realisasi belanja APBD terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja bantuan
sosial dan belanja barang & jasa. Sedangkan belanja APBN mengalami peningkatan dan bersumber dari pos
belanja bantuan sosial.
2.1. Penerimaan Pemerintah Provinsi
Persentase realisasi pendapatan daerah terhadap
target APBA pada Triwulan II 2017 mencapai
36,89%, lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama pada tahun 2016 yang mencapai 35,67%.
ealisasi pendapatan pada Triwulan II 2017
mencapai Rp 5.271,83 Miliar atau mencapai
36,89% dari target pendapatan APDB senilai Rp
14.291 Miliar. Sementara pada triwulan II 2016,
realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp4.477,18
Miliar atau 35,67% dari pagu Rp 12.551 Miliar.
Peningkatan realisasi pendapatan APBA terutama
bersumber dari nominal realisasi Pendapatan
Perimbangan / Transfer. Sementara Pendapatan
Asli Daerah menurun dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya
Pendapatan Perimbangan/Transfer mencapai
36,86% dari pagu, meningkat dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
34,82% dari pagu.
Realisasi PAD mencapai 37,38% dari pagu, menurun
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yaitu 40,19%. Penurunan realisasi PAD
terutama terjadi pada pos Pendapatan Retribusi
Daerah yang mencapai 43,92% atau menurun
dibandingkan periode yang sama tahun 2016 yang
mencapai 46,63%.
REALISASI PENDAPATAN APBA Pendapatan Asli Daerah
37,38%
Transfer Pusat 36,86%
Lain-Lain 36,89%
Penurunan realisasi PAD terutama terjadi pada pos
pendapatan retribusi yang mencapai 27,18% dari
pagu, atau memiliki persentase realisasi yang lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yaitu sebesar 33,50% .
R
Keuangan Pemerintah 18
Tabel 2.1 Pendapatan APBA Triwulan II 2017
Sumber : Dinas Keuangan Aceh
Berdasarkan struktur APBD 2017, porsi
Pendapatan perimbangan/transfer mendominasi
pendapatan APBD Pemerintah Provinsi.
Hal ini tercermin dari porsi pendapatan perimbangan
sebesar 84,28% dibandingkan Pendapatan Asli
Daerah yang hanya sebesar 15,58%.
2.2.Belanja Pemerintahan Provinsi
Persentase Belanja Pemerintah Provinsi Aceh
pada Triwulan II 2017 lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Realisasi belanja APBA mencapai Rp2.797,94 Miliar
atau 24,71% dari pagu anggaran tahunan 2017
senilai Rp 11.324,34 Miliar, lebih rendah
dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya dengan realisasi mencapai Rp 3.224,53
Miliar atau 32,81% dari target belanja APBD senilai
Rp 9.829,07 Miliar.
REALISASI BELANJA APBA
Belanja Operasi 5,45%
Belanja Tidak Terduga 1,35%
Penurunan persentase realisasi belanja APBD
terutama bersumber dari Belanja Operasi.
Realisasi belanja operasi tercatat sebesar 26,12%,
lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada
tahun 2016 sebesar 36,10%. Penurunan tersebut
terutama bersumber dari Belanja Bantuan Sosial dan
Belanja Barang & Jasa.
Realisasi Belanja Bantuan Sosial tercatat sebesar
46,89% atau menurun dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya yang tercatat 82,73%
sedangkan belanja Barang & Jasa tercatat sebesar
13,96%, menurun dibandingkan periode yang sama
pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
46,76%.
2016 2017 2016 2017 2016 2017
Pendapatan Asli Daerah 2.057,48 2.227,06 826,80 832,58 40,19 37,38
Pendapatan Pajak Daerah 1.219,99 1.299,74 568,90 570,84 46,63 43,92
Pendapatan Retribusi Daerah 11,80 10,07 3,95 2,74 33,50 27,18
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 201,09 227,98 - - - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah 624,61 689,26 253,96 259,00 40,66 37,58
Pendapatan Perimbangan/Transfer 10.484,85 12.044,81 3.650,33 4.439,25 34,82 36,86
Lain-lain Pendapatan yang Sah 8,84 20,07 0,05 - 0,00 -
Total Pendapatan 12.551,17 14.291,94 4.477,18 5.271,83 35,67 36,89
PENDAPATAN APBD Provinsi
Aceh
Pagu Anggaran Tahunan (Rp
Miliar)
Realisasi Akumulasi Realisasi
(Rp Miliar) (%)
19 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Tabel 2.1 Belanja APBA Triwulan II 2017
Sumber : Dinas Keuangan Aceh
Penurunan realisasi Belanja Bantuan Sosial, Belanja
Barang & Jasa dan Belanja Pegawai mendorong
penurunan realisasi Belanja Operasi secara umum.
Grafik 2.1. Struktur Belanja Daerah
Pemerintah Provinsi Aceh
Sumber: Dinas Keuangan Aceh
Berdasarkan strukturnya, belanja daerah
Pemerintah Provinsi Aceh didominasi oleh belanja
operasi/rutin.
Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pangsa Belanja
Operasi (72,36%) dibandingkan Belanja Modal
(22,33%). Adapun porsi pagu belanja modal telah
menunjukkan penurunan pada tahun 2017 yaitu
sebesar Rp 2,53 triliun dibandingkan tahun 2016
yang sebesar Rp 2,58 triliun.
2.3.Belanja Pemerintah Pusat
Realisasi belanja APBN Provinsi Aceh pada
Triwulan II 2017 lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada Triwulan II 2017, penyerapan APBN mencapai
Rp28.125,70 Milyar yaitu 46,07% terhadap target
belanja APBN tahunan senilai Rp61.044,55 Milyar,
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 42,84% dari target belanja
APBN senilai Rp47.995,19 Milyar.
Meningkatnya realisasi APBN pada triwulan
laporan disebabkan oleh meningkatnya realisasi
Dana Perimbangan dan Belanja Barang.
REALISASI BELANJA APBN
Belanja Negara 36,53%
Transfer 48,48%
Pada Tw II 2017, terdapat peningkatan realisasi
anggaran pada setiap komponen/pos belanja
negara. Namun, penurunan justru terjadi pada
realisasi anggaran Belanja Pegawai dan Dana
Desa.
Pos dengan peningkatan realisasi tertinggi adalah
pos Belanja Bantuan Sosial yang pada Tw II 2017
tumbuh sekitar 15,97% lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama di tahun sebelumnya. Disisi lain,
Realisasi Belanja Pegawai dan Dana Desa
menunjukkan penurunan signifikan yaitu masing-
masing menurun 3,64% dan 2,56% dibandingkan
periode yang sama di tahun sebelumnya.
2016 2017 2016 2017 2016 2017
Belanja Operasi 6.543,36 8.194,50 2.361,85 2.140,24 36,10 26,12
Belanja Pegawai 1.025,14 2.423,73 479,35 958,14 46,76 39,53
Belanja Barang & Jasa 4.226,83 4.886,02 1.107,38 681,91 26,20 13,96
Belanja Hibah 1.044,16 677,19 570,59 403,49 54,65 59,58
Belanja Bantuan Sosial 247,23 206,25 204,53 96,71 82,73 46,89
Belanja Modal 2.582,42 2.529,21 458,90 265,89 17,77 10,51
Belanja Tidak Terduga 43,50 30,00 - 0,41 - 1,35
Transfer 659,79 570,63 403,79 391,40 61,20 68,59
Total Belanja & Transfer 9.829,07 11.324,34 3.224,53 2.797,94 32,81 24,71
BELANJA APBD
Provinsi Aceh
Pagu Anggaran Tahunan (Rp
Miliar)
Realisasi Akumulasi Realisasi
(Rp Miliar) (%)
73%
22%
5%
BELANJA OPERASI
BELANJA MODAL
TRANSFER
Keuangan Pemerintah 20
Tabel 2.3 Pengeluaran APBN Di Provinsi Aceh Triwulan II 2017
Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh
2016 2017 2016 2017 2016 2017
Belanja Negara 12.708,12 12.293,63 4.559,22 4.490,78 35,88 36,53
Belanja Pegawai 5.083,52 5.270,83 2.605,94 2.509,92 51,26 47,62
Belanja Barang 4.389,20 4.097,83 1.207,93 1.179,17 27,52 28,78
Belanja Modal 3.167,60 2.853,18 739,42 783,94 23,34 27,48
Belanja Bantuan Sosial 67,81 71,80 5,94 17,75 8,76 24,72
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 35.287,07 48.750,92 16.001,72 23.634,29 45,35 48,48
Transfer ke Daerah 31.457,32 43.858,35 13.714,75 20.837,85 43,60 47,51
a. Dana Perimbangan 23.449,74 35.109,44 11.239,91 18.045,41 47,93 51,40
b. Dana Otonomi Khusus dan 8.007,57 8.748,91 2.474,84 2.792,44 30,91 31,92
Transfer Dana Desa 3.829,75 4.892,57 2.286,97 2.796,44 59,72 57,16
Total Belanja 47.995,19 61.044,55 20.560,94 28.125,07 42,84 46,07
BELANJA APBN
Provinsi Aceh
Pagu Anggaran Tahunan (Rp
Miliar)
Realisasi Akumulasi Realisasi
(Rp Miliar) (%)
Perkembangan Inflasi Daerah 20
Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-II 2017 cenderung meningkat namun
relatif terkendali
• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-II 2017 tercatat mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan periode triwulan I-2017 maupun triwulan yang sama
di tahun sebelumnya, namun demikian masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan
rata-rata inflasi year on year pada triwulan II dalam tiga tahun terakhir (2014-2016). Inflasi
tahunan Aceh sepanjang Triwulan-II 2017 disumbang oleh komoditas dari kelompok
administered prices dan core.
• Tren perkembangan inflasi bulanan Aceh pada Triwulan-II 2017 sedikit meningkat
dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di periode yang sama pada tahun sebelumnya
maupun dibandingkan triwulan sebelumnya.
• Pada Triwulan-III 2017 telah dilaksanakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) Provinsi Aceh yang terus menghimbau dan menekankan berbagai upaya untuk
meredam dan menjaga stabilitas inflasi. Beberapa upaya yang masih terus dilakukan antara
lain meliputi strategi intervensi pasar, distribusi barang, komunikasi kebijakan, koordinasi,
dan menjaga kecukupan pasokan.
3.1. Inflasi Tahunan
Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada
Triwulan-II 2017 mencapai 4,03 % (yoy) atau
mengalami peningkatan baik dibandingkan
dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 3,45 % (yoy), meningkat
dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya yang mencapai 2,34 % (yoy), namun
masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan
rata-rata inflasi year on year pada Triwulan-II dalam
tiga tahun terakhir (2014-2016) yaitu sebesar
4,68%.
eningkatan tekanan inflasi pada periode ini
didorong oleh serta kenaikan tarif listrik serta
peningkatan harga komoditas hasil laut seperti ikan
tongkol & bandeng akibat hujan deras & angin
kencang serta menurunnya aktivitas kegiatan
melaut di bulan Ramadhan.
Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks
Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi,
yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh
dengan nilai masing-masing sebesar 3,94 %(yoy),
4,10 %, dan 4,32 % pada Triwulan-II 2017.
Grafik 3.1: Pergerakan Laju Inflasi
Tahunan Kota Pantauan Aceh
Sumber: BPS, diolah
Laju inflasi tersebut lebih rendah dengan realisasi
inflasi tahunan Sumatera di triwulan yang sama
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
% Y
oY
Banda Aceh Lhokseumawe
Meulaboh AcehP
21 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
yang tercatat sebesar 4,65 % (yoy). Jika dibandingkan
dengan kondisi 23 kota pantauan inflasi di kawasan
Sumatera, angka inflasi pada Kota Meulaboh,
Lhokseumawe, Kota Banda Aceh, dan Kota
Meulaboh masing masing tercatat berada pada
peringkat 14,16, dan 17.
Capaian inflasi tahunan kota Banda Aceh pada
Triwulan-II 2017 tersebut meningkat bila
dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut
di periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 2,01
% (yoy). Pencapaian Inflasi tahunan kota
Lhokseumawe di Triwulan-II 2017 juga tercatat
meningkat bila dibandingkan dengan inflasi tahunan
kota tersebut di periode yang sama tahun
sebelumnya yaitu 3,03 % (yoy). Sementara itu, inflasi
kota Meulaboh mengalami peningkatan signifikan
dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut
di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
sebesar 2,19 % (yoy).
Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi
Inflasi Aceh sepanjang Triwulan-II 2017 terutama
disumbang oleh kelompok administered prices dan
core sedangkan kelompok volatile Foods sedikit
menahan laju inflasi tersebut.
Pada Triwulan-II 2017, laju inflasi untuk komoditas
volatile foods secara year on year masing-masing
tercatat mengalami inflasi sebesar 2,56 % (yoy) yaitu
menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,44 %
(yoy).
Penurunan inflasi tersebut bersumber dari
melimpahnya komoditas buah-buahan bumbu-
bumbuan seiring dengan lancarnya pasokan
sayuran dan buah-buahan dari Sumatera Utara.
Inflasi kelompok core tercatat sebesar 2,58 % (yoy)
di triwulan laporan, atau mengalami sedikit
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,46 (yoy).
Inflasi kelompok core tersebut dipengaruhi oleh
kenaikan harga tarif pulsa ponsel seiring dengan
penyesuaian tarif paket ponsel menjelang bulan
Ramadhan & Idul Fitri, serta peningkatan tarif jasa
tukang bukan mandor seiring dengan Kenaikan
Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh untuk tahun
2017 menjadi sebesar Rp2.500.000,-.
Grafik 3.2: Perkembangan Inflasi Tahunan
Sumber: BPS, diolah
Sedangkan untuk kelompok administered prices
tercatat mengalami inflasi sebesar 11,67 % (yoy),
dan mengalami kenaikan yang signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
sebesar 5,66 % (yoy).
Adanya tekanan inflasi administered prices yang
signifikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga
rokok secara bertahap sebagai dampak kenaikan
cukai rokok yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2017
serta pencabutan subsidi listrik untuk tarif
pengguna listrik berdaya ≥ 900 volt ampere (VA)
untuk pelanggan kategori rumah tangga mampu.
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
% Y
oY
IHK Core Volatile Adm Price
Perkembangan Inflasi Daerah 22
Tabel 3.1: Komoditas Inflatoir (Andil %
yoy)
No Inflatoir Yoy
(%)
Andil
(%)
Volatile foods
1 Ikan Tongkol 13,59 0,19
2 Bandeng/Bolu 23,07 0,14
3 Tomat Sayur 47,91 0,13
Administered Prices
1 Tarip Listrik 39,04 0,99
2 Rokok Kretek Filter 10,28 0,29
3 Angkutan Udara 33,47 0,24
Core
1 Tarip Pulsa Ponsel 6,28 0,11
2 Nasi Dengan Lauk 7,86 0,10
3 Tukang Bukan Mandor 1,59 0,06
Sumber: BPS, diolah
Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi
disumbang oleh kelompok Admnistred Price dengan
andil sebesar 1,88% (yoy).
Tiga komoditas pada kelompok ini yang
memberikan andil inflasi tertinggi secara year on
year antara lain Tarif Listrik (0,99%), Rokok Kretek
Filter (0,29%), Angkutan Udara (0,24%).
Selain itu, inflasi tahunan Aceh pada triwulan
laporan juga disumbang beberapa komoditas dari
kelompok volatile food dengan andil sebesar 0,59%
(yoy) yaitu Ikan Tongkol (0,19%), Bandeng/Bolu
(0,14%) dan Tomat Sayur (0,13%)
Tabel 3.2: Komoditas Deflatoir (Andil
%yoy)
No Deflatoir Yoy (%) Andil
(%)
Volatile foods
1 Bawang Merah (28,70) (0,19)
2 Cabai Merah (46,86) (0,16)
3 Apel (22,27) (0,14)
Administered Prices
1 Bahan Bakar Rumah
Tangga
(0,72) (0,01)
2 Tarif Air Minum PAM (0,00) (0,00)
3 Tarif Puskesmas (0,00) (0,00)
Core
1 Gula Pasir (12,20) (0,07)
2 Televisi Berwarna (7,77) (0,02)
3 Lada/Merica (20,73) (0,01)
Sumber: BPS, diolah.
Berdasarkan Kelompok Barang
Komoditas kelompok Bahan Makanan
memberikan andil terbesar pada inflasi di
Triwulan-II 2017
Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang
memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan
pada Tw II 2017 yaitu kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau (1,30%), Kelompok
Bahan Makanan (0,78%) dan Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan (0,78%).
Tabel 3.3: Inflasi Kelompok Barang
Kelompok Barang
dan Jasa Tw I 2017 Tw II 2017
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Bahan Makanan 4,31 1,10 2,77 0,78
Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan
Tembakau
5,16 0,91 4,38 1,30
Sandang 3,21 0,80 5,31 0,32
Pendidikan, Rekreasi,
dan Olahraga 3,65 0,27 4,09 0,12
Kesehatans 3,00 0,12 3,09 0,10
Perumahan, Air, Listrik,
Gas dan Bahan Bakar 2,17 0,11 2,07 0,70
Transport, Komunikasi,
dan Jasa Keuangan 0,83 0,13 4,74 0,78
Inflasi Umum 3,45 4,03
Sumber: BPS, diolah
Inflasi Kelompok Bahan Makanan menurun dari
4,31 % (yoy) pada Triwulan-I 2017 menjadi 2,77 %
(yoy) pada Triwulan-II 2017, dengan andil inflasi yang
sedikit mengalami penurunan yaitu dari 1,10% (yoy)
pada triwulan I 2017 menjadi 0,78% (yoy) pada
triwulan laporan.
BAHAN MAKANAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW I 2017 4,31 TW II 201 2,77
Komoditas Bahan
Makanan
Ikan Tongkol
Bandeng/Bolu
Tomat Sayur
Tw I 2017 Tw II 2017 Inflasi (%
yoy)
Andil (%
yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(% yoy)
4,24
16,34
-4,39
0,15
0,13
-0,01
13,59 0,19
23,07
47,91
0,14
0,13
23 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Tabel 3.4. Inflasi Bahan Makanan
Kelompok Bahan
Makanan
Tw I 2017 Tw II 2017 Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(% yoy)
Padi-padian, Umbi-
umbian, dan Hasilnya
1,66 0,08 1,62 0,06
Daging dan hasil-
hasilnya
10,82 0,32 3,11 0,09
Ikan Segar 11,00 0,76 12,48 0,83
Ikan Diawetkan 27,90 0,11 22,76 0,09
Telur, Susu, dan Hasil-
hasilnya
1,31 0,02 (0,41) -0,01
Sayur-sayuran (0,58) -0,02 2,26 0,05
Kacang-kacangan 0,82 0,01 (0,30) 0,00
Buah-buahan 5,42 0,12 (6,16) -0,17
Bumbu-bumbuan (20,48) -0,46 (18,70) -0,38
Lemak dan Minyak 9,92 0,14 9,35 0,13
Bahan Makanan
Lainnya
5,05 0,01 5,31 0,01
Inflasi Kelompok 4,31 1,10 2,77 0,71
Sumber: BPS, diolah
Berdasarkan andilnya, sumber inflasi kelompok
bahan makanan terutama bersumber dari sub
kelompok Ikan Segar. Komoditas utama yang
meningkatkan inflasi tahunan yaitu Tongkol/Ambu-
ambu dan Bandeng/Bolu .
Harga untuk Ikan Tongkol dan Cumi-cumi pada Tw II
2017 sedang mengalami penyesuaian kembali yang
signifikan akibat aktivitas nelayan yang menurun
pada bulan Ramadhan, mengakibatkan kelangkaan
pasokan ikan.
Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau
Tw I 2017 Tw II 2017
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Tembakau dan
Minuman Beralkohol
11,03 0,48 8,29 0,42
Makanan Jadi 3,05 0,38 4,19 0,36
Minuman yang Tidak
Beralkohol
2,75 0,11 (0,21) 0,00
Inflasi Kelompok 5,16 0,91 4,38 0,78
Di sisi lain, inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau menurun dari 5,16% (yoy)
pada awal tahun 2017 menjadi 4,38% (yoy) pada
triwulan laporan dengan andil inflasi juga menurun
dari 0,91% menjadi 0,78%.
MAKANAN JADI,
MINUMAN, ROKOK,
DAN TEMBAKAU INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW I 2017 5,16 TW II 2017 4,38
Penurunan andil tersebut terjadi pada sub
kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol
serta Makanan Jadi. Komoditas yang menyebabkan
penurunan andil inflasi kelompok tersebut yaitu
Rokok Kretek Filter dan Rokok Kretek yang
sebelumnya telah mengalami peningkatan yang
cukup siginifikan di awal tahun 2017 sebagai
dampak peningkatan tarif cukai rokok.
PERUMAHAN, AIR,
LISTRIK, GAS DAN
BAHAN BAKAR INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW I 2017 3,21 TW II 2017 5,31
Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Dan
Bahan Bakar meningkat signifikan dari 3,21% (yoy)
pada Triwulan I-2017 menjadi 5,31% (yoy) di
Triwulan laporan dengan andil inflasi yang
meningkat pula dari 3,65% ke 4,09% (yoy).
Peningkatan andil yang signifikan terjadi pada sub
kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air yaitu
dari 9,85% pada awal tahun 2017 menjadi 21,26%
pada Triwulan laporan.
Tembakau dan
Minuman
Beralkohol
Tw I 2017 Tw II 2017
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Rokok Kretek Filter
Rokok Kretek
Rokok Putih
13,90
6,23
12,01
0,36
0,10
0,07
10,28
4,06
11,11
0,29
0,07
0,06
Perumahan, Air,
Listrik, Gas Dan
Bahan Bakar
Tw I 2017 Tw II 2017
Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Tarip Listrik
Tukang Bukan
Mandor
Sewa RUmah
18,26
1,59
0,97
39,04
0,06
0,05
13,90
1,59
0,97
0,99
0,05
0,05
Perkembangan Inflasi Daerah 24
Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil
inflasi pada kelompok tersebut yaitu Tarip Listrik.
Tekanan inflasi tersebut merupakan dampak
pencabutan subsidi listrik untuk tarif pengguna
listrik berdaya ≥ 900 volt ampere (VA) untuk
pelanggan kategori rumah tangga mampu yang
menyebabkan kenaikan harga listrik pada golongan
tertentu.
SANDANG INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW I 2017 3,65 TW II 2017 4,09
Inflasi Kelompok Sandang mengalami peningkatan
dari 3,65 % (yoy) pada triwulan I-2017 menjadi 4,09
% (yoy) di Triwulan laporan dengan andil inflasi yang
meningkat dari 3,65% ke 4,09%.
Komoditas
Sandang
Tw I 2017 Tw II 2017
Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Baju Kaos
Berkerah 11,68 0,00 6,78 0,03
Blus 0,43 0,00 9,20 0,02
Baju Anak Stelan 3,98 0,01 8,09 0,02
Peningkatan andil inflasi terbesar bersumber dari
sub kelompok sandang anak-anak yaitu dari 0,04%
di akhir tahun 2016 menjadi 0,10% (yoy) di Triwulan
laporan.
Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil
inflasi terbesar pada kelompok tersebut yaitu Baju
Kaos Berkerah, Blus dan Setelan Anak sebagai
dampak perayaan hari raya Idul Fitri.
TRANSPOR,
KOMUNIKASI DAN
JASA KEUANGAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW I 2017 0,83 TW II 2017 4,74
Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan mengalami peningkatan signifikan dari
sebesar 0,83 % (yoy) di awal tahun 2017 menjadi
4,74 % (yoy) di triwulan laporan dengan andil inflasi
yang meningkat pula dari 0,13% menjadi 0,70%.
Peningkatan andil inflasi terbesar bersumber dari
sub komoditas Komunikasi dan Pengiriman yaitu
dari 0,12% di awal tahun 2017 menjadi 0,13% (yoy)
di Triwulan laporan.
Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil
inflasi terbesar pada kelompok tersebut yaitu
Angkutan udara dan Tarip Pulsa Ponsel sebagai
dampak musiman kenaikan harga menjelang Idul
Fitri.
Pada triwulan II 2017, inflasi Aceh diproyeksikan
akan mencapai 3,17%- 4,17% (yoy). Tekanan inflasi
tersebut diperkirakan masih akan bersumber dari
kelompok administered prices dan volatile foods.
3.2. Inflasi Bulanan
Tren rata-rata IHK bulanan Aceh pada Triwulan-II
2017 mengalami inflasi sebesar 0,41 %, meningkat
dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di triwulan
sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar
0,06%.
Meningkatnya tekanan inflasi bulanan pada periode
ini disumbang oleh inflasi kelompok Sandang
(1,35%), Perumahan, Listrik, Air dan Gas (0,70%), dan
Transpor (0,54%).
Penyebab inflasi tersebut terutama bersumber dari
perayaan bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri
yang mengakibatkan permintaan masyarakat akan
produk sandang meningkat. Selain itu, Pekan
Transpor,
Komunikasi dan
Jasa Keuangan
Tw I 2017 Tw II 2017
Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Angkutan Udara
Bensin
Tarip Pulsa Ponsel
13,87
-3,88
6,29
0,13
0,10
-0,17
33,47
5,06
6,28
0,70
0,24
0,20
25 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Nasional KTNA yang dilaksanakan pada bulan Mei
2017 mengakibatkan jumlah kunjungan ke Provinsi
Aceh meningkat dan berimbas pada peningkatan
harga tiket angkutan udara.
INFLASI APRIL 2017
-0,33 % KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm) - Tarip Listrik 0,21 - Angkutan Udara 0,09 - Nasi dengan Lauk 0,08
Tekanan inflasi pada bulan April 2017 mengalami
peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar 0,51% (mtm) maupun
jika dibandingkan inflasi pada periode yang sama
tahun sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar
0,76%.
Sumber terjadinya inflasi pada bulan laporan
berasal dari kelompok administered price yang
memberikan andil inflasi bulanan (mtm) sebesar
0,31% kemudian diikuti oleh kelompok core yang
memberikan andil inflasi sebesar 0,18%.
Adapun komoditas utama yang menghambat
tekanan inflasi adalah dari kelompok volatile foods
yang memberikan andil deflasi bulanan sebesar
0,82%, khususnya pada komoditas daging ayam ras,
beras, udang basah dan tongkol.
Penurunan harga komoditas daging ayam ras dan
tongkol terjadi akibat cuaca yang cukup baik juga
meningkatkan daging ayam ras dan pasokan ikan
tongkol yang sempat terganggu di bulan
sebelumnya.
Secara bulanan angka capaian inflasi komoditas
administered price tercatat meningkat dari inflasi
bulan sebelumnya yang sebesar 0,06%(mtm)
menjadi 0,21% (mtm) pada April 2017. Penyebab
inflasi bulanan komoditas administred price pada
periode ini adalah karena adanya kenaikan tarif
dasar listrik khusus untuk pelanggan 900 Va non
subsidi serta kenaikan harga BBM non subsidi pada
bulan laporan.
INFLASI MEI 2017
0,77% KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Angkutan Udara 0,17 - Daging Ayam Ras 0,11 - Tomat Sayur 0,09
Secara bulanan, capaian inflasi di Aceh pada bulan
Mei 2017 tercatat meningkat secara signifikan
apabila dibandingkan bulan sebelumnya yang
mengalami deflasi sebesar 0,33% (mtm) dan lebih
tinggi daripada inflasi bulanan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 0,54% (mtm).
Sumber inflasi bulanan tersebut berasal dari
kelompok volatile food yang memberikan andil
deflasi sebesar 0,38%(mtm) kemudian diikuti oleh
kelompok administered price dan core yang masing-
masing memberikan andil inflasi sebesar 0,35% dan
0,04%.
Sumber inflasi bulanan pada kelompok Volatile
Foods bersumber dari peningkatan harga komoditas
Daging Ayam Ras, Tomat Sayur dan Cumi-Cumi.
Inflasi terjadi akibat meningkatnya permintaan
komoditas bahan makanan menjelang Ramadhan &
Idul Fitri serta untuk mencukupi kebutuhan logistik
peserta Penas KTNA yang mencapai 35.000 orang.
Sedangkan sumber inflasi bulanan pada kelompok
Administered Prices bersumber dari kenaikan harga
Angkutan Udara seiring dengan pelaksanaan Pekan
Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan yang
dilaksanakan di kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
Perkembangan Inflasi Daerah 26
INLASI JUNI 2017
0,79%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm) - Tarip Listrik 0,19 - Udang Basah 0,09 - Ikan Kembung 0,06
Secara bulanan, tingkat inflasi di Aceh pada bulan
Juni 2017 tercatat sedikit lebih tinggi apabila
dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami
inflasi sebesar 0,79% (mtm) namun lebih rendah
daripada capaian inflasi pada bulan Juni tahun
sebelumnya yang mencapai 0,89%(mtm).
Sumber inflasi bulanan tersebut berasal dari
kelompok core yang memberikan andil inflasi
bulanan sebesar 0,40%(mtm) kemudian diikuti oleh
kelompok volatile food dan administred price yang
masing-masing memberikan andil inflasi sebesar
0,29% dan 0,01%.
Sumber inflasi bulanan pada kelompok core
bersumber dari peningkatan harga komoditas baju
kaos berkerah dan emas perhiasan.
Peningkatan harga komoditas baju dan emas
perhiasan merupakan tren musiman yang terjadi
menjelang hari raya Idul Fitri.
Sumber inflasi bulanan pada kelompok volatile food
terjadi akibat peningkatan harga pada komoditas
hasil laut seperti udang basah dan ikan kembung
akibat menurunnya aktivitas nelayan pada bulan
Ramadhan.
Sedangkan sumber inflasi bulanan pada kelompok
Administered Prices bersumber dari kenaikan harga
tarif listrik akibat pencabutan subsidi listrik kenaikan
tarif listrik berdaya ≥ 900 volt ampere (VA) untuk
pelanggan kategori rumah tangga mampu (RTM).
3.3.Aktivitas Tim
Pengendalian Inflasi (TPID)
Untuk menyusun program pengendalian inflasi
Aceh menghadapi Idul Adha 1438 H dan risiko inflasi
di akhir tahun, telah dilaksanakan kegiatan Rapat
Koordinasi Tim Teknis TPID pada tanggal 9 Agustus
2017 bertempat di Kabupaten Bireun. Forum
tersebut menekankan pada pentingnya upaya
untuk memitigasi inflasi akibat meningkatnya
permintaan menjelang Idul Adha 1438 H dan akhir
tahun 2017. Adapun beberapa program TPID Aceh
di semester II-2017 yang akan dilaksanakan
diantaranya meliputi:
A. Diseminasi Data & Informasi
1. Monitoring data & harga pangan melalui
pengembangan situs hargapanganaceh.com
2. Monitoring cuaca & potensi banjir untuk
mitigasi risiko gangguan alam.
B. Koordinasi Antar Institusi
1. Menjajaki kerjasama perdagangan antar
wilayah baik antar provinsi maupun intra
provinsi.
2. Melaksanakan rapat high level TPID
3. Berkoordinasi dengan satgas pangan Aceh
untuk memonitor kecukupan stok barang
kebutuhan pokok.
4. Meningkatkan komitmen pelaporan TPID
Kabupaten / Kota.
C. Kelancaran Distribusi
1. Menjaga kualitas kondisi jalan
2. Melakukan penataan terhadap jalur rawan
longsor dan rawan banjir
3. Melaksanakan monitoring lalu lintas barang
27 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
D. Kecukupan Pasokan
1. Inspeksi pasar , pedagang besar & gudang
distributor untuk mencegah penimbunan,
khususnya komoditas semen
2. Memastikan ketersediaan stok ternak
menjelang Idul Adha
E. Stabilitas Harga
1. Melaksanakan program Rastra sebagai
acuan floor level harga beras.
2. Melaksanakan program Toko Tani Indonesia
& Rumah Pangan Kita.
27 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017
Stabilitas Keuangan Daerah &
Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM Risiko Stabilitas Keuangan Daerah di Aceh Relatif Mengalami Penurunan
• Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2017 belum sepenuhnya berimbas pada membaiknya
kinerja penyaluran kredit di kelompok korporasi. Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami
penurunan kinerja setelah mulai tumbuh pada triwulan sebelumnya namun demikian terjadi penurunan
risiko yang tercermin dari penurunan non performing loan (NPL),
• Kinerja penyaluran kredit kelompok rumah tangga pada triwulan II-2017 mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan pertumbuhan perekonomian Aceh. Namun demikian, Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perseorangan di Perbankan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan risiko
kredit rumah tangga yang tercermin dari NPL tercatat stabil, namun masih di bawah ambang batas NPL 5%.
• Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan, namun berada di atas 5%.
4.1.Ketahanan Sektor Korporasi
Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan
II-2017 belum berimbas pada membaiknya kinerja
sektor korporasi.
amun demikian, hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia menunjukkan potensi peningkatan
kinerja korporasi di sektor pertanian sebagai sektor
paling besar di Aceh.
Hasil SKDU sektor pertanian menunjukkan adanya
kenaikan hasil usaha dari 4,90%(yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 5,81%(yoy), pada triwulan
laporan.
Kenaikan ini terutama didorong oleh adanya
kenaikan kapasitas utilisasi hampir di seluruh
subsektor bahan pangan dan perkebunan.
Kenaikan kapasitas utilisasi tersebut didorong oleh
masuknya masa panen gadu untuk komoditas padi
dan tanaman sela hortikultura. Meskipun musim
tanam gadu terkendala dengan musim kemarau
cukup panjang, dan terdapat areal sawah yang gagal
panen karena kekeringan khususnya sawah tadah
hujan, namun di areal yang dialiri irigasi masih dapat
berproduksi dengan baik.
Membaiknya kinerja sektor pertanian juga
terindikasi dari peningkatan kredit pada sektor
tersebut. Kredit sektor pertanian pada triwulan II-
2017 tercatat tumbuh sebesar 13,27%(yoy),
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 12,54%(yoy).
Grafik 4.1. Realisasi SKDU Pertanian
Sumber: Bank Indonesia
Kondisi kinerja korporasi di sektor kedua terbesar di
Aceh, yakni sektor perdagangan mengalami
peningkatan. Tercatat kinerja sektor perdagangan
berdasarkan hasil SKDU mengalami kenaikan
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
SKDU Sektor Pertanian (%,yoy)
Pertumbuhan Sektor Pertanian (%,yoy)
N
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 28
menjadi sebesar 1,57% (yoy) dibandingkan periode
triwulan sebelumnya yang terkonstraksi sebesar
0,63% (yoy).
Grafik 4.2. Realisasi SKDU Perdagangan
Sumber: Bank Indonesia
Selain hal tersebut di atas, kinerja sektor korporasi
juga dapat dilihat dari hasil SKDU Bank Indonesia
terkait dengan akses kredit. Responden SKDU yang
menyatakan bahwa akses kredit yang berkategori
‘Baik’ dan ‘Cukup’ sedikit meningkat dari total 86,71%
pada triwulan sebelumnya menjadi 87,48% pada
triwulan laporan.
Kondisi akses kredit yang cukup baik tersebut, juga
cukup membawa pengaruh terhadap perbaikan
kondisi keuangan korporasi, khususnya di sisi
kemampuan likuiditas. Kemampuan likuiditas
tersebut menunjukkan ketahanan korporasi dalam
hal pembiayaan kegiatan korporasi dalam jangka
pendek.
Hasil SKDU mencatat terjaganya penilaian likuiditas
yang memiliki predikat ‘Baik’ dari 41,19% pada
triwulan sebelumnya menjadi 41,99% pada triwulan
laporan.
Sementara itu, dari sisi kemampuan rentabilitas
yang menggambarkan kemampuan korporasi
dalam hal pembiayaan kegiatan perusahaan dalam
1 Indikator SKDU Akses kredit tidak mencerminkan pertumbuhan
kredit yang diterima korporasi namun lebih ke arah jumlah
nominal korporasi yang menerima kredit.
jangka panjang tercatat masih berada dalam posisi
yang stabil. Tercatat sebanyak 44,34% responden
menyampaikan bahwa kondisi rentabilitas berada
dalam predikat ‘Baik’, lebih baik dibandingkan
dengan kondisi triwulan sebelumnya yang sebesar
42,86%
Grafik 4.3. Realisasi SKDU Kondisi
Keuangan
Sumber: Bank Indonesia
Eksposur Perbankan di Sektor Korporasi
Kredit perbankan kepada sektor korporasi di Aceh
mengalami penurunan risiko yang tercermin dari
penurunan rasio Non Performing Loan (NPL), disisi
lain penyalurannya juga mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kredit korporasi triwulan II 2017 kembali
terkontraksi sebesar 3,96% (yoy), setelah triwulan
sebelumnya mulai mengalami perbaikan dan
tumbuh sebesar 0,29% (yoy).
Dilihat dari strukturnya, kredit korporasi Aceh
terkonsentrasi pada tiga sektor utama yaitu sektor
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (31,20%),
sektor Industri Pengolahan (5,17%), dan sektor
Perdagangan Besar dan Eceran (13,57%). Secara
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
SKDU Sektor Perdagangan (%,yoy)
Pertumbuhan Sektor Perdagangan (%,yoy)
29 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017
sektoral, penurunan penyaluran kredit korporasi
terutama didorong oleh perlambatan kontraksi
kredit pada sektor perdagangan serta perlambatan
sektor pertanian, sedangkan peningkatan
pertumbuhan pada sektor industri pengolahan
ternyata belum mampu mendongkrak tingkat
pertumbuhan kredit korporasi.
Grafik 4.4. Pangsa Kredit Korporasi
Sektoral
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit korporasi di sektor
perdagangan menurun cukup signifikan, yaitu
terkontraksi sebesar 34,44% (yoy) atau terkontraksi
lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi 22,67% (yoy). Penurunan kredit di
sektor ini terjadi seiring dengan konfirmasi sebagian
kontak liaison bahwa pelaku usaha memperoleh
modal kerja dan investasi dari modal sendiri dan
joint venture.
Grafik 4.5. Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sektoral
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Selanjutnya, Kredit korporasi di Sektor Pertanian
terkontraksi sebesar 3,09% (yoy), atau mengalami
perbaikan pertumbuhan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 32,74% (yoy).
Kredit korporasi sektor Industri Pengolahan
mengalami pertumbuhan sebesar 63,50% (yoy),
kondisi ini mencerminkan kenaikan yang signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 26,82% (yoy). Berdasarkan
hasil liaison KPw BI Provinsi Aceh, salah satu faktor
yang mendorong peningkatan pertumbuhan kredit
sektor industri adalah beberapa aktivitas investasi di
perusahaan pada sektor industri pengolahan sawit
yang berupaya untuk melakukan ekspansi lahan
perkebunan sawit dan pengadaan mesin pengolah
minyak sawit serta kebutuhan investasi untuk
peningkatan produksi.
Sejalan dengan penurunan penyaluran kredit
korporasi, risiko kredit juga tercatat mengalami
penurunan. Rasio Non Performing Loan (NPL) kredit
korporasi berada di bawah ambang batas NPL 5%,
yaitu berada di angka 4,97%, menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
5,12%.
Grafik 4.6. NPL Kredit Korporasi
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Penurunan risiko kredit korporasi terjadi pada
ketiga sektor utama. Di antara ketiga sektor
tersebut, yang mencatatkan penurunan NPL
terbesar adalah sektor Perdagangan Besar &
Eceran, dimana pada triwulan sebelumnya NPL di
12%
12%
43%
33%PERDAGANGAN
INDUSTRI PERTANIAN
LAINNYA
-
1.000
2.000
I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017
Rp
Milia
r
Kredit Ke Perdagangan
Kredit Ke Industri Pengolahan
0
3
6
9
12
15
18
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
%
NPL PHR NPL Industri Pengolahan NPL Pertanian
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 30
sektor ini mencapai 7,20%, namun pada triwulan II
2017 menurun hingga mencapai 5,87%. Meskipun
demikian, NPL pada sektor ini perlu menjadi
perhatian karena masih berada di atas ambang
batas NPL, yaitu sebesar 5%.
Tren penurunan suku bunga kredit korporasi yang
terjadi sejak awal tahun 2016 sedikit terhenti,
karena pada triwulan laporan, suku bunga kredit
korporasi berada pada level 11,53% atau sedikit
meningkat dibandingkan suku bunga triwulan
sebelumnya sebesar 11,02%.
4.2.Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2017
mulai mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan perekonomian Aceh
Membaiknya daya beli masyarakat secara umum di
triwulan II tercermin dari hasil Survei Konsumen
yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam survei
tersebut, Indeks Penghasilan, Indeks Kondisi
Ekonomi, dan Indeks Keyakinan Konsumen tercatat
mengalami peningkatan di triwulan II-2017.
Peningkatan konsumsi rumah tangga memasuki
bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri.
Menggeliatnya aktivitas ekonomi memasuki
perayaan hari besar keagamaan ini cukup mampu
menstimulus perekonomian Aceh, kondisi ini turut
dirasakan oleh konsumen.
Peningkatan konsumsi tersebut terkonfirmasi
dengan naiknya Indeks Kondisi Ekonomi yang
menguat tipis namun secara bersama mampu
mengangkat nilai indeks pada periode ini. IKE
periode Juni 2017 meningkat 4,4 poin dibandingkan
triwulan lalu, yaitu tercatat berada pada level 112.8.
Peningkatan ini tidak lepas dari menguatnya indeks
pendukung IKE, yaitu indeks penghasilan, indeks
pengeluaran konsumsi, dan indeks ketersediaan
lapangan kerja.
Indeks Penghasilan Konsumen tercatat meningkat
dari 122,86 di triwulan sebelumnya menjadi 130,29
pada triwulan laporan. Sementara itu, Indeks Kinerja
Usaha saat Ini tercatat naik sebesar 22,29 poin
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen naik
dari 118,57 pada triwulan sebelumnya menjadi
119,86 pada triwulan laporan. (Grafik 4.7, Adapun
detail penjelasan tentang Perkembangan Sektor
Rumah Tangga dijelaskan pada bab 1).
Grafik 4.7 Indeks Keyakinan Konsumen,
Kondisi Ekonomi, dan Penghasilan
Sumber: Bank Indonesia
DPK Perseorangan di Perbankan
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perseorangan di Perbankan mengalami
penurunan.
DPK perseorangan tercatat tumbuh sebesar 14,13%
(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelum
yang tercatat sebesar 22,23% (yoy). Perlambatan
bersumber dari kontraksi giro dan perlambatan
pertumbuhan deposito.
100
110
120
130
140
I II III IV I II
2016 2017
Nilai Indeks
Indeks Penghasilan
Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE)
31 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017
Grafik 4.8. Komposisi DPK Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Dengan pangsa sebesar 73,09% dari total DPK
perseorangan, pertumbuhan Tabungan pada
triwulan I 2017 tercatat sebesar 9,93% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 8,23% (yoy). Pertumbuhan
deposito mencapai 8,67% (yoy), menurun signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
65,80%. Sedangkan pertumbuhan giro terkontraksi
sebesar 73,87% (yoy), atau mengalami penurunan
kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi 80,16% (yoy). Namun demikian, pangsa
Giro terhadap total DPK perorangan hanya sebesar
6,76%.
Grafik 4.9. Pertumbuhan DPK
Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Seiring dengan perlambatan pertumbuhan
perekonomian Aceh dan keterlambatan realisasi
anggaran pemerintah di awal tahun, beberapa
Rumah Tangga Aceh diindikasikan cenderung
merubah preferensi DPKnya dari investasi (produk
deposito) menjadi DPK untuk berjaga-jaga (produk
tabungan).
Kredit Perseorangan di Perbankan
Penyaluran kredit kepada sektor perseorangan di
Aceh mengalami sedikit peningkatan
pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, adapun tingkat risiko yang tercermin
dari NPL masih relatif terjaga.
Grafik 4.10. Pangsa Kredit Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Grafik 4.11. Pertumbuhan Kredit
Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kredit rumah tangga kembali tumbuh sebesar
39,51% (yoy) pada triwulan II 2017, meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
35,71% (yoy). Kredit perseorangan yang
menunjukkan kenaikan pertumbuhan yaitu KPR dan
6,76%
73,09
%
20,16
%
GIRO
TABUNGAN
DEPOSITO
-100%
0%
100%
200%
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Giro Perseorangan (YoY)
Tabungan Perseorangan (YoY)
14%
10%
73%
3%
MULTIGUNAKPRKKB
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Kredit Perorangan (triliun, kiri)
Kredit Total (triliun, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 32
KKB, sementara pertumbuhan multiguna
mengalami penurunan.
KPR tercatat tumbuh sebesar 12,19% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 10,48% (yoy) sementara kredit KKB tumbuh
signifikan dari 43,37% (yoy) di triwulan sebelumnya
menjadi 69,45% (yoy) di triwulan II 2017. Sedangkan
kredit multiguna tercatat mengalami pertumbuhan
yang menurun dibanding triwulan sebelumnya yang
tumbuh 48,02%.
Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit
Perseorangan Berdasarkan Jenis
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Risiko kredit rumah tangga relatif terjaga. Risiko
kredit rumah tangga pada triwulan II 2017 tercatat
stabil sebesar 0,74%, angka tersebut masih jauh
berada dibawah ambang atas 5%.
Grafik 4.13. NPL Kredit Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kondisi tersebut ditopang oleh stabilnya risiko
kredit diseluruh sektor (KPR, KKB, Multiguna,
lainnya). NPL KPR tercatat sebesar 2,32%,
selanjutnya NPL KKB, dan Multiguna masing-masing
tercatat sebesar 0,44%, 0,23%.
4.3. Eksposur Perbankan Di Sektor UMKM
Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit
menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit
UMKM mengalami penurunan, namun berada di
atas level wajar 5%.
Grafik 4.14. Pangsa Kredit UMKM
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Berdasarkan skala usahanya, pangsa penyaluran
kredit sektor UMKM didominasi oleh kredit UMKM
skala kecil dengan penyaluran mencapai Rp 5,05
Triliun (47,57%), diikuti oleh UMKM skala mikro
sebesar Rp 3,39 Triliun (31,96%), dan skala
menengah Rp 2,17 Triliun (20,47%), sehingga secara
total eksposur UMKM mencapai 30,28% dari total
kredit.
Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Pertumbuhan yoy KPR (kanan)
Pertumbuhan yoy KKB (kanan)
Pertumbuhan yoy Multiguna (kanan)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
%
NPL KPR NPL KKB NPL Multiguna
21%
47%
32%
MIKRO
KECIL
MENENGAH
0%
5%
10%
15%
20%
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Total Pembiayaan UMKM (triliun, kiri)
33 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 11,51% (yoy),
sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 11,85% (yoy). Komposisi
kredit UMKM terbesar pada posisi kredit kecil
sebesar Rp5,05 Triliun pada triwulan laporan.
Grafik 4.16. NPL Kredit UMKM
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
NPL UMKM pada triwulan I 2017 tercatat sebesar
6,55%, relatif sama dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 6,96%. Penurunan NPL UMKM
terjadi pada Kredit UMKM skala keci dan menengah,
namun NPL kredit UMKM skala mikro meningkat.
Walaupun mengalami sedikit penurunan, NPL kredit
UMKM masih berada di atas level wajar 5%.
NPL kredit UMKM skala menengah pada triwulan II
2017 tercatat sebesar 7,31%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,1%.
Sedangkan NPL kredit mikro meningkat dari 2,84%
pada triwulan sebelumnya menjadi 3,06% pada
triwulan laporan dan NPL kredit skala kecil menurun
menjadi 8,18% dari 8,47% pada triwulan
sebelumnya.
Pada triwulan laporan, outstanding Kredit Untuk
Rakyat (KUR) tercatat sebesar Rp1,85 triliun dengan
jumlah debitur sebanyak 94.433 debitur. Angka ini
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp1,63 triliun dengan jumlah debitur
sebanyak 87.444 debitur.
4.4. Pengembangan UMKM
Selain melakukan pengembangan UMKM dalam
kerangka pengendalian inflasi daerah, Bank
Indonesia juga mengembangkan potensi daerah
untuk meningkatkan perekonomian daerah.
Beberapa kegiatan pengembangan UMKM yang
dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Aceh sepanjang triwulan II-2017 antara
lain kegiatan pemberian bantuan alat pengelasan
kepada penghuni Lapas Kelas II A Banda Aceh.
Menyandang status mantan narapidana membawa
konsekuensi tersendiri bagi narapidana, mulai dari
penyesuaian diri untuk kembali ditengah keluarga
dan masyarakat, hingga kebutuhan untuk mencari
pekerjaan. Oleh karena itu, pembinaan kepada
narapidana mutlak diperlukan, agar setelah bebas
dapat memulai hidup baru yang lebih baik, demi
masa depannya.
Sebagai warganegara yang masih memiliki potensi
produktif bagi pembangunan bangsa, narapidana
perlu dibekali dengan ketrampilan tertentu dan
kewirausahaan, sehingga mereka dapat hidup
mandiri dan memberikan kontribusi dalam
pembangunan.
Upaya pembinaan mental dan pelatihan
keterampilan kepada narapidana harus dilakukan
dengan terencana dan sistematis. Dengan bekal
tersebut, diharapkan setelah selesai menjalani masa
hukuman, mereka dapat kembali membaur dan
bahkan berperan secara positif ditengah
-
3
6
9
12
15
18
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
%
NPL Kredit Mikro NPL Kredit Kecil
NPL Kredit Menengah
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 34
masyarakat menjadi insan yang berguna bagi
lingkungan, negara dan bangsa.
Pemikiran inilah yang mendasari KPwBI Provinsi
Aceh melakukan penyaluran bantuan PSBI kepada
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Banda
Aceh. Bantuan PSBI yang diberikan adalah berupa
peralatan dan material pengelasan, untuk
pengembangan usaha las binaan mandiri Lapas
Kelas II A Banda Aceh. Pemberian bantuan ini
bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas dan
keterampilan, serta mendorong kemandirian
narapidana dan klien pemasyarakatan di Lapas
Kelas II A Banda Aceh.
Penyerahan bantuan diberikan secara simbolik
pada hari Kamis, tanggal 4 Mei 2017 di Lapas Kelas
II A Banda Aceh. Penyerahan dilakukan oleh Kepala
Perwakilan BI Prov. Aceh, Ahmad Farid kepada
perwakilan warga binaan Lapas. Turut hadir
menyaksikan acara ini yaitu Kepala Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Aceh, Kepala
Lapas Kelas II A Banda Aceh, unsur Forum
Komunikasi Pimpinan Kecamatan Ingin Jaya, Aceh
Besar, serta media massa.
Dalam sambutannya, Kakanwil Kemenkum HAM
Provinsi Aceh menyatakan apresiasinya dan terima
kasih atas kesediaan Bank Indonesia memberikan
perhatian terhadap pemberdayaan warga binaan
Lapas. Sementara KaKPw BI Provinsi Aceh dalam
kesempatannya menyatakan bahwa pemberian
bantuan tersebut selain memiliki makna sosial, juga
diharapkan dapat memberikan dampak positif dari
aspek perekonomian. Melalui bantuan tersebut,
diharapkan para narapidana yang telah bebas pada
waktunya nanti, dapat menjadi
wirausahawan/UMKM di bidang pengelasan atau
bidang usaha lainnya, yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi terhadap perekonomian
Aceh serta membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat lain.
35 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017
DAMPAK PENURUNAN SUKU BUNGA ACUAN (BI 7-DAY REVERSE
REPO) TERHADAP PEREKONOMIAN ACEH
Suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate turun sebesar 25 basis poin dari 4,75% menjadi 4,5%.
Penurunan suku bunga acuan tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia
yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 Agustus 2017. Selain menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate,
RDG Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility
masing-masing 25 bps menjadi 3,75% dan 5,25% secara berurutan.
Kebijakan penurunan suku bunga acuan tersebut konsisten dengan adanya ruang pelonggaran kebijakan
moneter yang didorong oleh situasi perekonomian terkini yang menjadi dasar pertimbangan, diantaranya
adalah :
1. Inflasi terkendali pada level yang lebih rendah dari perkiraan semula, sehingga mendukung
pencapaian sasaran inflasi sebesar 4,0+1% pada tahun 2017. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK)
Juli 2017 tercatat 2,60% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,88% (yoy). Terjaganya inflasi ini adalah
karena terkendalinya inflasi administered prices, inflasi inti, dan inflasi volatile food yang tercatat
lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada periode pascalebaran tiga tahun terakhir.
2. Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2017 tumbuh lebih rendah dari perkiraan semula.
Pertumbuhan ekonomi tercatat di angka 5,01%(yoy), lebih rendah dari periode yang sama pada
2016 sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh meningkatnya kinerja
investasi, namun tertahan dengan melemahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga,
melemahnya kinerja ekspor luar negeri, dan terkontraksinya konsumsi pemerintah seiring dengan
adanya pergeseran pengeluaran.
3. Rupiah bergerak cukup stabil ditopang oleh tetap tingginya kepercayaan terhadap stabilitas
makroekonomi Indonesia. Secara rata-rata, rupiah menguat sebesar 0,30% menjadi Rp 13.309 per
dolar AS pada triwulan II-2017, hal tersebut ditopang oleh aliran dana masuk yang tetap kuat seiring
dengan prospek imbal hasil yang positif dan diikuti oleh tingginya pasokan valas korporasi di pasar
valas domestik.
4. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2017 tercatat surplus 0,7 miliar dolar AS
ditopang oleh surplus transaksi modal dan keuangan sebesar 5,9 miliar dolar AS melebihi defisit
neraca transaksi berjalan sebesar 5,0 miliar dolar AS atau senilai dengan 1,96% PDB. Posisi cadangan
devisa pada akhir Juli 2017 sebesar 127,8 miliar dolar AS atau cukup untuk membiayai 8,7 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional
sekitar 3 bulan impor.
Perubahan suku bunga acuan yang terjadi akan berdampak terhadap kinerja perekonomian dan sektor
riil, dimana penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu untuk mendorong aktivitas ekonomi, baik
ekonomi nasional maupun daerah. Bagi Aceh, penurunan suku bunga acuan tersebut bagaikan sebuah
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 36
DAMPAK PENURUNAN SUKU BUNGA ACUAN (BI 7-DAY REVERSE
REPO) TERHADAP PEREKONOMIAN ACEH
pedal gas untuk dapat mendorong perekonomian Aceh melaju lebih kencang, karena pada triwulan II-
2017 tercatat ekonomi Aceh tumbuh sebesar 4,01%(yoy), lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,33%(yoy) maupun dengan periode yang sama di tahun sebelumnya
yang sebesar 2,67%(yoy).
Dengan turunnya suku bunga acuan, Perekonomian Aceh diharapkan dapat didorong untuk tumbuh
lebih tinggi lewat beberapa skema jalur atau transmisi, jalur tersebut antara lain:
1. Perubahan BI 7-day Reverse Repo Rate akan mempengaruhi suku bunga kredit yang pada akhirnya
akan mempengaruhi permintaan kredit, baik itu kredit rumah tangga maupun kredit korporasi. Pada
triwulan II-2017, kredit korporasi di Aceh mengalami kontraksi sebesar 3,96% (yoy) sedangkan kredit
rumah tangga tumbuh sebesar 39,51% (yoy) atau hanya mengalami sedikit peningkatan
pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya di angka 35,71% (yoy).
Turunnya BI 7-day Reverse Repo Rate, dapat mengakibatkan menurunnya suku bunga kredit yang
pada akhirnya akan meningkatkan permintaan kredit rumah tangga dan korporasi di Aceh. Sehingga
tingkat konsumsi dan produksi akan meningkat dan mendorong perekonomian ke titik yang lebih
tinggi.
2. Pada triwulan II-2017, tercatat nilai PMDN ke Aceh senilai Rp531 miliar atau turun dari triwulan
sebelumnya yang sebesar Rp650 miliar. Sehingga penurunan suku bunga acuan diharapkan mampu
akan mengurangi cost of capital perusahaan sehingga tingkat Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) atau investasi akan mengalami peningkatan dan akan berdampak ke berbagai variabel,
seperti meningkatnya permintaan tenaga kerja dan konsumsi masyarakat Aceh meningkat.
3. Nilai ekspor Aceh pada triwulan-II 2017 mengalami pertumbuhan 110,11% (yoy), meningkat
signifikan dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,94% (yoy). Penurunan suku bunga
acuan yang terjadi akan membuat nilai tukar rupiah cenderung terdepresiasi dan akan membuat
barang-barang Aceh akan relatif lebih murah bagi masyarakat luar negeri, sehingga akan lebih
banyak barang-barang Aceh yang di ekspor ke luar negeri, yang pada akhirnya akan meningkatkan
perekonomian Aceh dan Indonesia.
37 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Dan Pengelolaan Uang Rupiah Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh Mengalami Net Cash Outflow,
sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI mengalami penurunan.
• Net cash outflow pada Triwulan II 2017 mencapai Rp 3,62 triliun, berbeda arah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash inflow sebesar Rp 651,36 miliar.
• Pada triwulan II-2017 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 79.007. Data Keuangan
Elektronik (DKE) menurun sebesar 3,18% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 81.600
DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp 2,95 triliun atau menurun 0,03% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,06 triliun.
5.1. Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan II 2017, posisi pengedaran uang
kartal di Bank Indonesia mengalami net cash
outflow, atau aliran uang kartal dari Bank
Indonesia ke sistem perbankan (outflow) lebih
besar daripada aliran uang kartal dari perbankan
dan masyarakat ke Bank Indonesia (inflow).
et cash outflow mencapai Rp 3,62 triliun,
sementara pada triwulan sebelumnya tercatat
net cash inflow sebesar Rp 651,36 miliar. Pola net
cash outflow tersebut merupakan siklus tahunan
seiring dengan pembayaran proyek baik swasta
maupun pemerintah.
Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia
(inflow) mengalami perlambatan sebesar 61,7% (qtq)
dari sebesar Rp 1,92 triliun pada triwulan I 2017
menjadi Rp 735,2 miliar pada triwulan II 2017.
Sebaliknya, aliran uang kartal dari Bank Indonesia
menuju perbankan dan masyarakat (outflow) pada
triwulan pelaporan tercatat sebesar Rp 4,35 triliun
atau meningkat 243,2% dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp 1,27 triliun.
Posisi net outflow yang tinggi saat triwulan II 2017
sejalan dengan pola historisnya. Hal ini didorong
oleh peningkatan aliran uang keluar dari Bank
Indonesia ke perbankan/masyarakat seiring dengan
aktivitas ekonomi yang timbul di Bulan Ramadhan
serta pembayaran proyek pemerintah dan swasta.
Grafik 5.1. Netflow Kas
Sumber: Bank Indonesia
Secara tahunan, pertumbuhan posisi inflow pada
triwulan laporan mengalami perlambatan dari
118,3% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi sebesar
76,0% (yoy) pada triwulan II 2017. Namun demikian
-5000
-3000
-1000
1000
3000
I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017
Mili
ar
Outflow Inflow Netflow
N
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 38
pertumbuhan posisi outflow sebesar 243,2% (yoy)
tidak sebesar periode yang sama tahun sebelumnya
yang mencapai 262,7% (yoy).
Tabel 5.1. Netflow Uang Kartal
Tahun 2017
(Rp Miliar)
Pertumbuhan
(% yoy)
Triwulan I II I II
Inflow 1.920,53 735,2 118,3 76,0
Outflow 1.269,18 4.355,21 104,84 99,2
Netflow 651,36 -3.620,04 157,5 105,8
Sumber: Bank Indonesia
Selain menjaga dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah, Bank Indonesia juga berupaya menjaga
kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean
money policy and fresh for circulation). Dalam rangka
meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh
secara rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik
di dalam kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota,
maupun remote area (daerah terpencil).
Sepanjang triwulan II Tahun 2017 telah dilaksanakan
kegiatan kas keliling di Banda Aceh dan Aceh Besar
sebanyak 5 kali kegiatan, yaitu pada tanggal 6 April
2017 di Pasar Lambaro Aceh Besar, tanggal 11 April
2017 di Pasar Keutapang Banda Aceh, tanggal 18
April 2017 di Pasar Peunayong Banda Aceh, Tanggal
6 - 10 Mei 2017 di Kegiatan Penas, Tanggal 5 – 22
Juni 2017 di Mal Barata.
Dan kas keliling luar kota triwulan II Tahun 2017
telah dilaksanakan 3 kali kegiatan yaitu pada Tanggal
30 Maret s.d 4 April 2017 Kas Keliling simultan di
Subulusalam dan Singkil, Tanggal 25 April s.d 1 Mei
2017 Kas Keliling Sinabang dan Simeulue, Tanggal
25 s.d 28 April 2017 Kas Keliling di Kota Meulaboh.
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan uang layak
edar masyarakat di wilayah pesisir barat Aceh,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh
juga telah membuka kas titipan sejak 25 Februari
2016 bertempat di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk,
Cabang Blangpidie.
Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh & Kota
Lhokseumawe pada triwulan II 2017 menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sepanjang
triwulan II 2017, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Aceh & Lhokseumawe menerima laporan
uang palsu sebanyak 3 lembar, menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebanyak 4 lembar.
Grafik 5.2. Uang Palsu (Lembar)
Sumber: Bank Indonesia
5.2. Sistem Pembayaran Non Tunai
Baik secara triwulanan maupun tahunan,
penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI pada
triwulan II-2017 tercatat mengalami penurunan
Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang
diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya, baik dari sisi volume maupun nominal
(Grafik 5.3).
27 71 11844 2 10 17
1.196
4 3
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
Le
mb
ar
39 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Grafik 5.3. Volume Kliring
Sumber: Bank Indonesia
Secara triwulanan, pada triwulan II-2017
penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat
sebesar 79.007 Data Keuangan Elektronik (DKE)
atau menurun sebesar 3,18% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 81.600 DKE. Nilai
transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp
2,95 triliun atau sedikit menurun 0,03% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,06
triliun.
Penurunan transaksi kliring tersebut didorong oleh
beberapa faktor, diantaranya keterlambatan
realisasi anggaran pemerintah, khususnya belanja
modal dan pola serapan belanja APBA yang
umumnya masih rendah di awal tahun.
Grafik 5.4. Nominal Kliring
Sumber: Bank Indonesia
Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui
SKNBI pada periode triwulan II-2017 tercatat
menurun sebesar 13,91% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
91.770 DKE. Selain itu, nilai transaksi yang diproses
melalui SKNBI sedikit menurun sebesar 0,03% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar Rp4,62 triliun.
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
%
Volume (kiri)
g_VolKliring(QtQ)
g_VolKliring(YoY)
-1
0
1
2
3
4
0
2.000
4.000
6.000
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
%
Rp
Mili
ar
Nominal (Kiri) g_NomKliring(QtQ) g_NomKliring(YoY)
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 40
Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya, namun Tingkat Kemiskinan Provinsi Aceh meningkat
• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Februari 2017 mencapai 65,59%, atau
meningkat dibanding bulan Februari 2016 yang mencapai 64,24%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 7,39%, menurun dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 8,13%.
• Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan Maret 2017 tercatat sebesar 16,89%.
Angka tersebut mengalami peningkatan 0,16% dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan Maret
2016 yang mencapai 16,73%. peningkatan tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya
meningkatnya tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 1,64%, sementara itu tingkat kemiskinan di
daerah perkotaan cenderung meningkat sebesar 8,06%.
6.1. Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Aceh
menurun dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya
ingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi
Aceh pada Februari 2017 mencapai 7,39%,
menurun dibandingkan TPT bulan Februari 2016
sebesar 8,13%. Sementara itu, jumlah angkatan
kerja tercatat sebesar 2,33 juta orang, atau
meningkat sebanyak 95 ribu orang dari jumlah
angkatan kerja di bulan Februari 2016 sebanyak
2,23 juta orang.
TINGKAT PENGANGGURAN
Februari 2016 8,13
Februari 2017 7,39
TPT yang menurun tersebut didorong oleh
meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja,
sementara jumlah pengangguran menurun.
Jumlah partisipasi angkatan kerja meningkat
sebesar 1,35% sementara jumlah pengangguran
menurun sebesar -0,74% dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa pertumbuhan jumlah
angkatan kerja selama periode tahun 2016 hingga
tahun 2017 masih dapat diserap oleh pasar tenaga
kerja terkait dengan peningkatan berbagai aktivitas
ekonomi dan proyek di Aceh.
Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka
PENGANGGURAN 2016 2017
Februari Februari
Jumlah Angkatan Kerja (orang, dalam ribuan)
Bekerja 1436 1528
Pengangguran 182 172
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Persentase TPAK (%) 64,24 65,59
Tingkat Pengangguran Terbuka
TPT (%) 8,13 7,39
Perkembangan ketenagakerjaan hingga triwulan I
2017 masih tertahan.
T
41 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Kondisi ini tercermin dari hasil Liaison Tw I 2017, di
mana jumlah contact yang mengkonfirmasi kenaikan
maupun penurunan tenaga kerja berimbang.
Hasil Likert Scale Liaison mengindikasikan adanya
penurunan realisasi tenaga kerja dibandingkan
triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan
dengan hasil SKDU Tw IV 2016 yang menunjukkan
penurunan realisasi tenaga kerja. Realisasi tenaga
kerja tercatat terkontraksi sebesar -1,93% (yoy),
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar -1,85% (yoy).
Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2016,
maka jumlah penduduk yang bekerja pada Februari
2017 di Sektor Industri Pengolahan tercatat
menurun sebanyak 26 ribu jiwa, Sektor Jasa-Jasa
tercatat meningkat sebanyak 22 ribu dan Sektor
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan,
dan Perikanan yang tercatat meningkat sebanyak
109 ribu jiwa.
Tabel 6.2. Tenaga Kerja Berdasarkan
Sektor (%)
SEKTOR Februari 2017
Pertanian 39,25
Industri Pengolahan 12,65
Jasa-jasa 48,1
Sektor Jasa-jasa menyerap tenaga kerja dengan
porsi terbesar yaitu 48,1%, sementara penyerapan
tenaga kerja pada Sektor Industri Pengolahan hanya
sebesar 12,65%. Peningkatan ini dapat disebabkan
karena beralihnya pekerja di sektor pertanian ke
sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan.
Sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh masih
didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan
yang rendah yaitu setingkat SD ke bawah.
Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada
Februari 2017 masih didominasi oleh pekerja yang
berpendidikan SD kebawah yang mencapai 687 ribu
orang (31,84%). Jumlah tersebut mengalami
penurunan apabila melihat periode Februari 2016
yang mencapai 707 ribu orang (34,42%).
Tabel 6.3. Tenaga Kerja Menurut
Pendidikan (%)
Pendidikan Tertinggi
(Februari) 2016 2017
SD ke bawah 34,42 31,84
Sekolah Menengah Pertama 18,70 18,51
Sekolah Menengah Atas 24,81 25,91
Sekolah Menengah Kejuruan 5,53 5,18
Diploma I/II/III 4,16 5,00
Universitas 12,38 13,57
Berdasarkan status pekerjaannya, sektor
Buruh/Karyawan/Pegawai menyerap tenaga kerja
dengan porsi terbesar yaitu sekitar (37,86%),
Tabel 6.4. Tenaga Kerja Berdasarkan
Pekerjaan
Status
Pekerjaan
Agustus
2016 2017
Porsi (%) Porsi (%)
Berusaha
Sendiri 19,56 19,65
Berusaha
dibantu buruh
tidak tetap
15,89 16,87
Berusaha
dibantu buruh
tetap
4,31 4,31
Buruh/Karyawan 35 37,86
Pekerja bebas 8,94 8,67
Pekerja
keluarga/tak
dibayar
11,21 12,7
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 42
Nilai Tukar Petani1 pada akhir Triwulan-II 2017
mengalami penurunan dibandingkan NTP pada
triwulan sebelumnya.
Nilai Tukar Petani pada akhir Triwulan-II 2017
tercatat sebesar 94,72, atau mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 95,11. Nilai Tukar Petani pada triwulan
laporan masih berada dalam tekanan (di bawah
100). NTP di bawah 100 mengindikasikan bahwa
petani mengalami defisit dalam usahanya sebab
penerimaan atas hasil produksi petani lebih rendah
dibandingkan dengan pengeluaran petani.
Penurunan NTP bersumber dari seluruh sektor
kecuali Sektor Hortikultura, Peternakan, dan
Perikanan.
NILAI TUKAR PETANI (NTP)
Triwulan-I 2017 95,11
Triwulan-II 2017 94,72
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di
wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi ke-2
terendah setelah Provinsi Sumatera Selatan.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Triwulan-II
2017 tercatat sebesar 104,09, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 102,91.
NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh
petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran
yang terkait dengan keperluan produksi dan
penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks
harga yang diterimanya. NTUP di atas 100
menunjukkan bahwa petani telah memperoleh
keuntungan dalam menjalankan usahanya.
1 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga
yang diterima petani dengan indeks harga yang
dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai
6.2. Kemiskinan
Posisi kemiskinan pada Maret 2017 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu meningkat
dari 16,73% menjadi 16,89%. Peningkatan
persentase penduduk miskin tersebut terjadi baik
perdesaan maupun di perkotaan. Secara nominal,
jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh pada
Maret 2017 sebesar 872 ribu orang meningkat
dibandingkan periode Maret 2017 sebesar 848 ribu
orang.
Peningkatan tingkat kemisikinan ini terutama
didorong oleh keterlambatan penyaluran Beras
Sejahtera (Rastra) yang diakibatkan oleh konsolidasi
data warga miskin penerima Rastra.
Dengan memperhatikan komponen Garis
Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan
Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi
makanan masih jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Pada Maret 2017, sumbangan GKM terhadap GK
sebesar 76,03% sementara sumbangan GKBM
terhadap GK sebesar 23,97%. Beberapa komoditas
utama yang memberikan sumbangan besar
terhadap kenaikan Garis Kemiskinan baik di
perdesaan maupun perkotaan yaitu beras, rokok
kretek filter, dan daging sapi (perkotaan) / ikan
tongkol (pedesaan).
KEMISKINAN (%) MAR 2016
16,73
MAR 2017 16,89
tukar petani merupakan salah satu indikator dalam
menentukan tingkat kesejahteraan petani.
43 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN MAR 2016
3,48
MAR 2017 2,98
INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN MAR 2016
1
MAR 2017 0,81
Sementara itu, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada
Maret 2017 penurunan penurunan dibandingkan
dengan Maret 2016.
P1 mengalami penurunan dari 3,48% pada Maret
2016 menjadi 2,98% pada Maret 2017. Sementara
P2 mengalami penurunan dari 1% pada Maret 2016
menjadi 0,81 pada Maret 2017. Penurunan nilai
indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
mendekati garis kemiskinan. Sementara penurunan
nilai indeks P2 menunjukkan bahwa ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin semakin
kecil.
Tabel 6.5. Indeks Kemiskinan (P1 dan P2)
Daerah
2016 2017
MAR MAR
P1 P2 P1 P2
Perkotaan 2,30 0,70 1,55 0,35
Pedesaan 3,96 1,12 3,59 1,00
Perkotaan+Pedesaan 3,48 1,00 2,98 0,81
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017 44
Prospek Perekonomian Daerah Berdasarkan perkembangan terkini, Perekonomian Aceh pada tahun 2017
diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2016, namun
disertai risiko peningkatan inflasi
• Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,11-4,11% atau berpotensi
lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun 2016 sebesar 3,31%. Pada triwulan IV-2017 tingkat
pertumbuhan Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran 2,67% - 3,67% (yoy) atau berpotensi lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan III-2017 yang diperkirakan tumbuh sebesar 3,44% - 4,44% (yoy).
• Pada akhir tahun 2017, inflasi Aceh diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan 2016. Inflasi Aceh
diperkirakan berada pada kisaran 3,76-4,76% (yoy) atau berpotensi meningkat dibandingkan realisasi inflasi
tahun 2016 sebesar 3,95%.
7.1. Prospek Makroekonomi
Pada triwulan IV 2017 pertumbuhan ekonomi Aceh
diperkirakan berpotensi menurun dibandingkan
triwulan III 2017. Namun, berdasarkan indikator
terkini, perekonomian ekonomi Aceh pada tahun
2017 diperkirakan berpotensi tumbuh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016.
Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan
Ekonomi
YoY 2017Q3p 2017Q4p 2017 p
3,44-4,44% 2,67%-3,67% 3,11%-4,11%
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia
erdasarkan perkembangan indikator
perekonomian terkini, perekonomian Aceh
pada triwulan IV 2017 tumbuh pada kisaran 2,67%-
3,67% dengan didorong Konsumsi Rumah Tangga ,
Investasi dan Konsumsi Pemerintah.
Namun demikian, tingkat pertumbuhan ini
diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan III
2017 dikarenakan terdapat indikasi peningkatan
konsumsi seiring dengan pencairan gaji PNS ke-13
pada bulan Juli 2017.
Pertumbuhan pada triwulan IV 2017 diperkirakan
didorong oleh realisasi APBA, khususnya belanja
modal untuk pembayaran proyek konstruksi
pemerintah pada triwulan IV 2017 . Selain itu
pengeluaran pemerintah yang sebelumnya sempat
tertunda pada triwulan I-2017 diharapkan dapat
direlokasikan dan direalisasikan pada triwulan IV-
2017.
Namun demikian, tren penurunan komoditas mulai
terjadi hingga akhir tahun 2017 dikhawatirkan dapat
menghambat pertumbuhan perekonomian Aceh,
khususnya pada sektor utama pertanian dan
perkebunan.
Indeks kopi dunia pada triwulan IV 2017
diperkirakan mengalami penurunan indeks hingga
mencapai 153,0 cts/lb Kondisi tersebut menurun
dibandingkan indeks harga rata-rata sebelumnya
B
45 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
sebesar 175,3 ct/lb pada triwulan IV 2016.
Penurunan harga tersebut tidak terlepas dari
peningkatan pasokan akibat cuaca baik di mayoritas
negara penghasil kopi.
Selain kopi, penurunan harga juga diproyeksikan
terjadi pada komoditas minyak kelapa sawit. Sejak
sempat meningkat pada triwulan I 2017, index harga
minyak kelapa sawit dunia pada triwulan IV 2017
diperkirakan mencapai 599,0 $/MT, menurun
dibandingkan tahun sebelumnya 677,7$/MT.
Penurunan harga rata-rata TBS tersebut tidak
terlepas dari perbaikan pasokan CPO Malaysia yang
sebelumnya sempat menurun karena tingginya
curah hujan di awal tahun 2017. Namun demikian,
membaiknya pasar CPO domestik untuk
permintaan biodiesel B20 diharapkan mampu
menahan laju perlambatan harga CPO, khususnya
di tingkat lokal.
Tabel 7.2 Perkiraan Harga Komoditas
Kopi
(cts/lb)
CPO
($/MT)
Karet
(cts/lb)
2016Q4 175,3 677,7 87,3
2017Q3 147,2 612,2 77,6
2017Q4 153,0 599,0 77,8
Sumber: IMF
Namun demikian hasil liaison pada beberapa
korporasi swasta yang bergerak di bidang usaha
perkebunan sawit mencatat bahwa penjualan,
investasi dan tenaga kerja sampai dengan triwulan
IV tahun 2017 diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut di samping
karena produksi yang akan meningkat dengan
adanya hasil tanaman replanting baru, juga didorong
oleh adanya peningkatan permintaan dari
pemerintah terkait program biofuel dari kelapa
sawit.
Selain itu, perkiraan membaiknya permintaan pasar
CPO domestik didorong regulasi PermenESDM No
26/2016 tanggal 12/10/2016 yang menetapkan
bahwa tidak ada lagi pembedaan perlakuan antara
biosolar subsidi maupun non subsidi, sehingga
semua solar yang dicampur biodiesel akan
mendapatkan subsidi yg dikelola BPDP Kelapa Sawit.
Ekspektasi konsumsi rumah tangga pada triwulan IV
2017 masih terjaga. Perbaikan pendapatan rumah
tangga seiring dengan kebijakan kenaikan UMP
tahun 2017. UMP Aceh tahun 2017 tercatat sebesar
Rp 2.500.000 atau meningkat 18% dibandingkan
tahun 2016. Selain itu, beberapa iniasi event
pariwisata diharapkan turut mendukung
peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan IV
2017 , antara lain: Festival Pulo Aceh, Banda Aceh
Cofee Festival, Wisata Camping Nusantara, Aceh
Diving Championship.
Namun demikian investasi yang bersumber dari
pembiayaan pemerintah diperkirakan menurun
seiring dengan penurunan anggaran pagu belanja
modal baik yang bersumber dari APBN yang
menurun dari Rp3,08 triliun pada tahun 2016
menjadi Rp2,62 triliun pada tahun 2017 maupun
APBA yang sedikit menurun dari Rp2,58 triliun
menjadi Rp2,57 triliun.
Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2017
diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,11%-4,11%
atau berpotensi lebih tinggi dibandingkan
pencapaian tahun 2016 sebesar 3,31%. Potensi
peningkatan pertumbuhan perekonomian
disebabkan karena perbaikan ekspor di sektor
tambang, khususnya untuk komoditas batu bara.
7.2. Prospek Inflasi
Pada akhir tahun 2017, inflasi Aceh berpotensi
mengalami peningkatan dibandingkan 2016.
Namun pada triwulan IV 2017 , tren inflasi Aceh
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017 46
diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Tabel 7.2 Perkiraan Inflasi
2016 2017Q3p 2017 p
YoY 3,95% 2,91%-3,91% 3,76%-4,76%
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia
Perkiraan laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan IV
2017 berada pada kisaran 3,76%-4,76% (yoy)
dengan tekanan inflasi bersumber dari komponen
administred prices (AP) dan volatile foods (VF).
Tarif listrik, BBM, angkutan serta ikan dan bumbu-
bumbuan diperkirakan menjadi komoditas
administred prices yang mendorong tekanan inflasi
pada bulan September-Desember 2017.
Sesuai dengan pola historis dalam tiga tahun
terakhir, kenaikan harga semen dan bahan
bangunan umumnya terjadi pada bulan September
hingga November. Sedangkan sumber tekanan
inflasi pada bulan Desember 2017 secara musiman
bersumber dari harga komoditas ikan laut dan
bumbu-bumbuan
Tekanan administred prices berpotensi meningkat
seiring dengan tren kenaikan harga minyak dunia.
Kondisi ini diperkirakan akan memberikan pengaruh
pada kenaikan harga energi domestik pada triwulan
IV 2017 .
Tabel 7.3 Perkiraan Harga Minyak Dunia
2016Q4 2017Q3p 2017 p
USD/bbl 49,1 46,6 47,1
Sumber: IMF
Selain itu beberapa komoditas ikan dan bumbu-
bumbuan, secara pola siklus panennya berpotensi
mengalami penurunan pasokan pada triwulan IV
2017 , yaitu: Tongkol, Cabai Merah dan Bawang
Merah.
Sementara itu, laju inflasi inti diperkirakan masih
dapat dikendalikan. Faktor utama pencetus
stabilitas inflasi inti adalah menguatnya kurs Rupiah
terhadap Dolar AS sebagai respon pasar atas
predikart investment grade yang diberikan oleh
lembaga rating Standard & Poor terhadap
Indonesia. Namun demikian, beberapa faktor yang
dikhawatirkan dapat memberikan tekanan terhadap
inflasi inti Aceh antara lain: peningkatan ekspektasi
masyarakat seiring dengan kenaikan harga
komoditas, risiko ketidakpastian perekonomian
global yang bersumber dari kebijakan ekonomi
Amerika Serikat yang diperkirakan berdampak pada
nilai tukar Rupiah kedepan dan memberikan
dampak pada perkembangan imported inflation.
Pada akhir tahun 2017, inflasi Aceh berpotensi
mengalami peningkatan dibandingkan 2016.
Namun pada triwulan III 2017, tren inflasi Aceh
diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Proyeksi inflasi triwulan III
2017 Aceh diperkirakan menurun dan berada
pada kisaran 2,47-3,47% (yoy) sedangkan pada
akhir tahun 2017 diperkirakan meningkat
dibandingkan akhir tahun 2016 yaitu berada pada
kisaran 3,44-4,44% (yoy)
Sumber tekanan inflasi Aceh sampai dengan akhir
tahun 2017 diperkirakan berasal dari komoditas
administered price sementara inflasi inti dan volatile
food relatif terjaga.
Sumber tekanan administered prices yang
berpotensi mendorong tekanan inflasi di tahun
2017 meliputi kenaikan harga cukai rokok,
peningkatan harga BBM non subsidi pada bulan
Januari 2017 serta peningkatan TDL sepanjang
tahun 2017.
47 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Pada tanggal 1 Januari 2017 cukai rokok meningkat
sebesar 10,54% yang memberikan kontribusi inflasi
tahunan Aceh pada bulan Juli 2017 sebesar 0,03%.
Pada bulan Juli 2017, kontribusi inflasi komoditas
bensin mencatatkan nilai 0,14%. Hal ini terjadi
karena Tren kenaikan harga minyak dunia hingga
akhir tahun 2017 dapat mendorong risiko
peningkatan harga BBM pada semester II 2017.
Tarif listrik memberikan kontribusi inflasi tahunan
Aceh pada bulan Juli 2017 sebesar 0101% dan
masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Hal ini
terjadi akibat pencabutan subsidi pelanggan listrik
1.300 VA dan 2.200 VA disertai dengan dampak
lanjutan peralihan pelanggan listrik rumah tangga
dari golongan 900 VA menjadi 1.300 VA.
Diberlakukan kenaikkan TDL bertahap setiap 2
bulan, yaitu 1 Januari 2017 (30%), 1 Maret 2017
(30%), 1 Mei 2017 (30%) dan pada 1 Juli 2017 (30%)
untuk golongan tarif R-1/900 VA.
7.3. Rekomendasi Kebijakan
Beberapa rekomendasi kebijakan yang perlu
ditempuh dalam upaya mempertahankan arah
pertumbuhan ekonomi Aceh dan stabilitas inflasi
yaitu :
Pertumbuhan Ekonomi
1. Percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus Lhokseumawe melalui:
• Kemudahan kegiatan perijinan, legalitas,
dan kegiatan administrasi dalam
pembentukan KEK Lhokseumawe yang
dapat ditempuh melalui peningkatan
koordinasi antar instansi dan antarlevel
pemerintahan, baik di tingkat kabupaten,
provinsi, hingga tingkat nasional.
• Penyediaan infrastruktur primer
khususnya listrik dan air.
2. Penambahan kapasitas serta percepatan
perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan
utama Aceh, seperti pelabuhan Malahayati dan
Pelabuhan Krueng Geukeuh. Perbaikan
pelabuhan tersebut dapat berbentuk program-
program sebagai berikut:
• Perbaikan infrastruktur pelabuhan,
termasuk luas pelabuhan untuk
menambah kapasitas dan menarik para
eksportir/importir luar negeri dan luar
daerah.
• Perbaikan konektivitas darat dari dan
menuju ke pelabuhan.
• Penambahan sumber daya manusia untuk
peningkatan service dalam hal dwelling
time
• Promosi penggunaan pelabuhan di Aceh
ke berbagai pelaku usaha di Aceh dan luar
Aceh sebagai pelabuhan alternatif di
samping pelabuhan Belawan di Sumatera
Utara.
3. Pembangunan konektivitas darat trans Aceh:
• Pembangunan jalur alternatif baru serta
perbaikan dan perluasan jalan yang
menghubungkan kawasan Aceh bagian
Tengah (Penghasil kopi) dengan wilayah
Aceh bagian Timur (Jalur bisnis utama
Aceh).
• Perbaikan jalan yang menghubungkan
Aceh bagian barat (Penghasil kekapa sawit
dan karet) dengan wilayah bagian timur
(Jalur Bisnis Utama Aceh)
4. Pengembangan kualitas sumber daya manusia,
khususnya dalam hal produktivitas dan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Mei 2017 48
kompetensi melalui program wajib wajib
belajar 12 tahun, penyediaan beasiswa
pendidikan bagi para siswa kurang mampu,
perbaikan fasilitas sarana dan prasaran
pendidikan di daerah remote, pengembangan
Sekolah Menengah Kejuruan, peningkatan
kualitas guru/ dosen, program pelatihan
keterampilan, sertifikasi keahlian.
5. Memberikan stimulus perekonomian berupa
percepatan realisasi APBA, tren peningkatan
pertumbuhan pengeluaran pemerintah
terutama untuk proyek pembangunan harus
dipertahankan karena merupakan sumber
utama penopang pertumbuhan Aceh.
6. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan
defisit neraca perdagangan Aceh, diantaranya
melalui upaya pembuatan model kerjasama
perdagangan antar daerah baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten / kota yang
memprioritaskan pemenuhan komoditas
strategis dari Aceh sendiri, selain itu percepatan
pembangunan pabrik-pabrik pengolahan harus
dilakukan agar produk dengan nilai tambah
yang terbesar berada di Aceh.
7. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren
peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini
harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan
melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah
komoditas pertanian dan perkebunan seperti
gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui
integrasi dengan industri pengolahan pertanian
sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii)
Meningkatkan kemudahan dalam berusaha
dan berinvestasi di Aceh melalui pembentukan
kawasan khusus seperti kawasan industri
maupun kawasan ekonomi khusus; (iii)
Menumbuhkan sektor perdagangan &
akomodasi melalui peningkatan infrastruktur,
regulasi maupun tata kelola pariwisata
potensial di Aceh; (iv) pembentukan forum
peningkatan daya saing daerah dan Regional
Investment Relation Unit untuk meningkatkan
awareness Aceh sebagai daerah berpotensi,
baik dan terpercaya.
Perkembangan Inflasi
1. Potensi kenaikan inflasi pada Triwulan III-2017
didorong oleh peningkatan harga musiman
pasca Idul Fitri serta menjelang tahun ajaran
baru. Sedangkan Potensi kenaikan inflasi pada
akhir tahun didorong peningkatan harga
komoditas administred price meliputi BBM dan
tarif listrik.
2. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka
perlu mengoptimalkan peran dan fungsi Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui
pelaksanaan program:
• Senantiasa memonitor perkembangan
harga, stok dan produksi komoditas bahan
makanan sebagai dasar dalam
pelaksanaan intervensi pengendalian
harga melalui program operasi pasar,
beras sejahtera dan pasar murah.
• Sinergi program kerja SKPA untuk
pengendalian inflasi di Aceh sesuai dengan
dokumen roadmap TPID Aceh.
• Pengalokasian APBN dan APBD dalam
memperbaiki konektivitas perhubungan
dan energi untuk mendukung kelancaran
distribusi barang dan mendukung
peningkatan ketersediaan pasokan.
• Mendorong upaya pengembangan
infrastruktur dan antisipasi kerusakan
infrastruktur khususnya infrastruktur yang
mendukung produksi bahan pangan dan
49 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
terkait transportasi untuk menjamin
kelancaran pasokan barang.
• Melakukan diseminasi dan komunikasi
terkait inflasi untuk menjaga ekspektasi
harga di masyarakat.
• Meningkatkan kelancaran distribusi barang
ke masyarakat melalui pasar alternatif,
seperti Toko Tani Indonesia atau
optimalisasi pasar induk.
• Pencegahan upaya penimbunan
kebutuhan pokok melalui koordinasi
dengan aparat penegak hukum.
• Melakukan upaya untuk meningkatkan
kecukupan dan kemandirian pangan Aceh
melalui upaya pengembangan
agroindustri, pemanfaatan bibit unggul,
serta aplikasi metode dan teknologi tepat
guna.
• Melaksanakan kerjasama perdagangan
antar provinsi/kabupaten/kota terkait
pemenuhan stok komoditas strategis di
Aceh secara tepat waktu dan tepat guna.
• Mendorong peningkatan stok untuk
menjaga ekspektasi pasar, salah satunya
melalui optimalisasi program Sistem Resi
Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold
storage serta cold chain.
49 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
Lampiran
DAFTAR ISTILAH
Administered price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur
oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan.
APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah Aceh
yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan
moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi
inflasi masyarakat
Faktor Non Fundamental Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan
otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga
barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.
Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.
Lampiran 50
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi
mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan
gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil
kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat
bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
51 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Agustus 2017
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
Ahmad Farid
KOORDINATOR PENYUSUN
Handoko
EDITOR
Akhmad Ginulur
TIM PENULIS
Akhmad Ginulur
Tutut Tiana
Ridwan Sobirin
Nidia Riska
Ridha Subagja
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI ACEH
JL. Cut Mutia No.15, Banda Aceh
Telp. (0651) 32320 ext. 8205| Fax. (0651) 34116
Softcopy dapat diunduh pada tautan:
http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/ ekonomi_regional/aceh/
top related