usulan rancangan troli sebagai alat bantu …/usulan... · reba tertinggi sebelum perancangan...
Post on 30-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
USULAN RANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT KARUNG GABAH DALAM RANGKA PERBAIKAN
POSTUR KERJA DI PENGGILINGAN PADI ( Studi Kasus : Penggilingan Padi di Sragen )
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
BAYU PUTUT TRI NUGROHO
I 1307030
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN RANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT KARUNG GABAH DALAM RANGKA
PERBAIKAN POSTUR KERJA DI PENGGILINGAN PADI
( Studi Kasus : Penggilingan Padi di Sragen )
S K R I P S I
oleh :
BAYU PUTUT TRI NUGROHO I 1307030
Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Teknik.
Pada Hari : Kamis
Tanggal : 13 September 2012
Tim Penguji :
1. Taufiq Rochman, STP, MT ( ) NIP . 19701030 199802 1 001
2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng ( ) NIP . 19700404 199603 1 002
3. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT ( ) NIP . 19760122 199903 2 001
4. Pringgo Widyo Laksono, ST, MT ( ) NIP. 1791103 200501 1 003
Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Industri Ketua Program Studi Non Reguler
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT NIP. 19711104 199903 1 001 NIP. 19791005 200312 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
SURAT PERNYATAAN
ORISINILITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Teknik UNS yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Bayu Putut Tri Nugroho
NIM : I 1307030
Judul TA : Usulan Rancangan Troli Sebagai Alat Bantu Angkut Karung
Gabah Dalam Rangka Perbaikan Postur Kerja Di Penggilingan
Padi( Studi Kasus : Penggilingan Padi Di Sragen )
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun
tidak mencontoh atau tidak melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika
terbukti Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari orang
lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar yang
saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, 22 Oktober 2012
Bayu Putut T N I 1307030
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis berhasil
menyelesaikan skripsi ini
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang selalu dan tidak henti-hentinya melimpahkan segala
rahmat, nikmat, anugerah, kesempatan serta ilmu yang berguna sehingga
penulis dapat menuntaskan pendidikan kesarjanaan ini dengan baik dan
lancar.
2. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan do’a,kasih sayang,
semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik
3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik
Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Taufiq Rochman, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I dan bapak
Irwan Iftadi, ST, M.Eng, terima kasih atas segala bimbingan, bantuan,
arahan dan kesabaran Bapak selama penyelesaian Laporan Skripsi ini.
5. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT dan bapak Pringgo Widyo Laksono,
ST selaku Dosen Penguji, terima kasih atas masukan dan perbaikan untuk
Laporan Skripsi ini.
6. Bapak Wakhid A. Jauhari, ST, MT selaku koordinator Tugas Akhir yang
telah membantu mempermudah pelaksanaan Skripsi ini.
7. Dosen-dosen Teknik Industri yang memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan
pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran
penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2007, terima kasih atas
semangat,kekompakan serta bantuan selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
10. Teman-teman kos Salman terima kasih telah memberikan semangat dalam
pengerjaan skripsi. Semoga persahabatan tetap terus terjaga.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK Bayu Putut Tri Nugroho, NIM: I1307030. USULAN RANCANGAN TROLI SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT KARUNG GABAH DALAM RANGKA PERBAIKAN POSTUR KERJA DI PENGGILINGAN PADI. ( STUDI KASUS : PENGGILINGAN PADI DI SRAGEN ). Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012
Proses pemindahan karung gabah di penggilingan padi di Sragen masih ditangani tanpa alat bantu. Jarak antar stasiun 10 meter dan berat karung gabah yang dipindahkan 40 kg. Berdasarkan kuisioner Bordic Body Map yang diberikan pada pekerja, diketahui rata-rata keluhan rasa sakit terbesar pada bagian leher, lengan atas kiri, lengan atas kanan, punggung, pinggang, paha kiri, paha kanan, betis kiri, betis kanan.
Usulan rancangan troli sebagai alat bantu angkut karung gabah dilakukan dengan menganalisis postur kerja dengan metode REBA, kemudian menentukan dimensi anthropometri untuk menentukan dimensi troli yang akan dirancang. Berdasarkan pemodelan hasil rancangan dengan gambar 3D kemudian dilakukan perhitungan dengan metode REBA, bahwa usulan rancangan troli sebagai alat bantu angkut karung gabah dapat memberikan perbaikan postur kerja. Hasil skor REBA tertinggi sebelum perancangan adalah 10 artinya memiliki level resiko yang tinggi, sedangkan hasil skor REBA tertinggi setelah perancangan adalah 6 artinya memiliki level resiko sedang.
Kata kunci : nordic body map, anthropometri, REBA, ergonomi, troli sebagai alat bantu angku karung gabah. xvii + 100 halaman ; 52 gambar; 24 tabel; 36 lampiran; Daftar Pustaka : 11 (1989-2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT Bayu Putut Tri Nugroho, NIM: I1307030. THE PROPOSAL OF THE TROLLEY DESIGN AS AN AID FOR TRANSPORTING RICE SACKS RESULTS IN IMPROVEMENT OF WORK POSTURES IN A RICE MILL. (Case Study: a rice mill in Sragen). Thesis. Surakarta: Program Study of Industrial Engineering Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, September 2012.
The process of transporting rice sacks in a rice mill in Sragen area is still held manually without transporting aid. The distance between two stations is 10 meters and the sacks weigh 40 kilograms. According to the Bordic Body Map questionnaires handed out to the workers, their complaint is about pain in neck area, upper left arm, upper right arm, back, waist, left thigh, right thigh, left calf, and right calf.
The proposal of the trolley design as an aid for transporting rice sacks is accomplished by analyzing work postures using REBA method, then deciding the anthropometry dimension to decide the dimension of the trolley design. According to the 3D (three dimensional) picture of the design, which is then supported by the calculation result using REBA method, it is found that the design of trolley as an aid for transporting rice sacks results in improvement of work postures. The highest score of REBA before the design is 10, which represents high risk level, while the score after the design is 6, represents average risk level. Keywords : nordic body map, anthropometry, REBA, ergonomics, trolley as an aid for transporting rice sacks. xvii + 100 pages ; 52 drawings; 24 tables; 36 appendixes; Reference : 11 (1989-2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS KARYA ILMIAH........................ iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................. iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………............... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii BAB I PENDAHAULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………….............. I-1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………............... I-3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………................... I-3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………..................... I-3
1.5 Batasan Masalah…………………………………………................ I-4
1.6 Asumsi Penelitian………………………………………….............. I-4
1.7 Sistematika Penulisan……………………………………................ I-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Perusahaan............................................................ II-1
2.2 Ergonomi............................................................................................ II-2
2.3 Nordic Body Map............................................................................... II-3
2.4 Manual Material Handling................................................................. II-4
2.4.1 Faktor Resiko Dalam Pemindahan Material.......................... II-5
2.4.2 Penyelesaian Pemindahan Material Secara Teknis................ II-6
2.4.3 Rekomendasi Batas Beban yang Boleh Diangkat................. II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.4.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Manual Material Handling.................................................. II-8
2.4.5 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan
Musculoskeletal..................................................................... II-10
2.4.6 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling......... II-13
2.5 Rapid Entire Body Assessment ( REBA )........................................ II-14
2.6 Anthropometri Dalam Ergonomi.......................................................... II-22
2.6.1 Pengertian Anthropometri........................................................ II-22
2.6.2 Dimensi Anthropometri........................................................... II-25
2.7 Perancangan Dengan Metode Rasional............................................. II-27
2.7.1 Clarifying Objectives............................................................. II-27
2.7.2 Establishing Function............................................................ II-28
2.7.3 Performance Specification.................................................... II-28
2.8 Mekanika Kontruksi.......................................................................... II-28
2.8.1 Statika.................................................................................... II-29
2.8.2 Gaya...................................................................................... II-30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahap Identifikasi Masalah............................................................... III-2
3.1.1 Studi Literatur……………………………………………... III-2
3.1.2 Studi Lapangan……………………………………………. III-3
3.1.3 Perumusan Masalah………………………………………... III-3
3.1.4 Tujuaan Penelitian…………………………………………. III-3
3.1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………. III-3
3.2 Tahap Pengumpulan Data…………………………………………. III-4
3.2.1 Dokumentasi Postur kerja …………………………………. III-4
3.3.2 Data Anthropometri Operator...................................................... III-4
3.3.3 Data Anthropometri Operator……………………………… III-4
3.3 Tahap Pengolahan Data……………………………………………. III-4
3.3.1 Perhitungan Nilai Nordic Body Map………………………. III-4
3.3.2 Penilaian Postur kerja dengan Metode REBA…………….. III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3.4 Tahap Perancangan………………………………………………… III-4
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan…………………………. III-4
3.4.2 Penentuan Spesifikasi Perancangan……………………….. III-5
3.4.3 Perhitungan Teknik………………………………………... III-6
3.4.4 Estimasi Biaya Perancangan………………………………. III-6
3.4.5 Pemodelan Hasil Rancangan dengan Gambar 3D………… III-6
3.4.6 Penilaian Postur Kerja Perancangan dengan Metode REBA. III-7
3.5 Tahap Analisis dan Interpetasi Hasil………………………………. III-7
3.6 Tahap Kesimpulan dan Saran……………………………………… III-7
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data........................................................................... IV-1
4.1.1 Dokumentasi Postur Kerja..................................................... IV-1
4.1.2 Data Anthropometri Operator................................................ IV-3
4.2 Pengolahan Data................................................................................ IV-3
4.2.1 Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA..................... IV-3
4.3 Tahap Perancangan............................................................................ IV-15
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan.......................................... IV-15
4.3.2 Penentuan Spesifikasi Perancangan....................................... IV-20
4.3.3 Perhitungan Teknik................................................................ IV-28
4.3.4 Estimasi Biaya Rancangan..................................................... IV-33
4.3.5 Pemodelan Hasil Rancangan Dengan Gambar 3D................. IV-34
4.3.6 Penilaian Postur Kerja Perancangan Dengan Metode REBA IV-37
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Analisis Hasil Penelitian…………………………………………… V-1
5.1.1 Analisis Penilaian REBA Terhadap Aktivitas
Operator Dalam Membawa Karung Gabah dari
Penimbangan Menuju Penggilingan………………………. V-1
5.1.2 Analisis Rancangan Troli Alat Bantu Angkut Gabah…….. V-2
5.1.3 Analisis Kekuatan Rangka………………………………... V-4
5.1.4 Analisis Penentuan Bahan dan Biaya……………………... V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5.1.5 Analisis Hasil Rancangan dengan Gambar 3D
dan Perbandingan Postur Kerja…………………………… V-5
5.2 Interpretasi Hasil Penelitian……………………………………….. V-6 BAB VI Kesimpulan dan Saran……………………………………………... VI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat . II-7
Tabel 2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat . II-8
Tabel 2.3 Skor Pergerakan Punggung ......................................................... II-16
Tabel 2.4 Skor Pergerakan Leher ................................................................ II-16
Tabel 2.5 Skor Postur Kaki ......................................................................... II-17
Tabel 2.6 Skor Pergerakan Lengan Atas ..................................................... II-17
Tabel 2.7 Skor Pergerakan Lengan Bawah ................................................. II-18
Tabel 2.8 Skor Pergelangan Tangan ........................................................... II-18
Tabel 2.9 Tabel REBA A ............................................................................ II-19
Tabel 2.10 Tabel REBA B ............................................................................ II-19
Tabel 2.11 Tabel REBA C ............................................................................ II-20
Tabel 2.12 Load/Force .................................................................................. II-20
Tabel 2.13 Coupling ...................................................................................... II-20
Tabel 2.14 Activity ......................................................................................... II-21
Tabel 2.15 Level Resiko dan Tindakan ......................................................... II-22
Tabel 4.1 Tabel Anthropometri Operator .................................................... IV-3
Tabel 4.2 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.2 ...................................... IV-6
Tabel 4.3 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.2 ...................................... IV-7
Tabel 4.4 REBA Skor C untuk Gambar 4.2 ................................................ IV-8
Tabel 4.5 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.4 ...................................... IV-11
Tabel 4.6 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.4 ...................................... IV-12
Tabel 4.7 REBA Skor C untuk Gambar 4.4 ................................................ IV-13
Tabel 4.8 Hasil Penilian Skor REBA Pada Semua
Aktivitas Pengangkutan Gabah dari Penimbangan
Menuju Penggilingan .................................................................. IV-15
Tabel 4.9 Penjabaran Kebutuhan Perancangan ........................................... IV-17
Tabel 4.10 Performance Specification Perancangan Troli ............................ IV-20
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Troli ........................... IV-23
Tabel 4.12 Estimasi Biaya Material .............................................................. IV-33
Tabel 4.13 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.28 .................................... IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.14 Skor REBA Grup B Untuk Gambar 4.28 ................................... IV-40
Tabel 4.15 REBA Skor C untuk Gambar 4.28 .............................................. IV-41
Tabel 4.16 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.30 .................................... IV-43
Tabel 4.17 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.30 .................................... IV-45
Tabel 4.18 REBA Skor C untuk Gambar 4.30 .............................................. IV-46
Tabel 4.19 Hasil Penilian Skor Reba Pada Semua
Aktivitas Pengangkutan Gabah ................................................... IV-47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nordic Body Map........................................................................ II-4
Gambar 2.2 Range Pergerakan Punggung....................................................... II-16
Gambar 2.3 Range Pergerakan Leher.............................................................. II-16
Gambar 2.4 Range Pergerakan Kaki ….…………………………………….. II-17
Gambar 2.5 Range Pergerakan Lengan Atas................................................... II-18
Gambar 2.6 Range Pergerakan Lengan Bawah............................................... II-18
Gambar 2.7 Range Pergerakan Pergelangan Tangan....................................... II-19
Gambar 2.8 Langkah-langkah Perhitungan Metode REBA............................ II-21
Gambar 2.9 Anthropometri untuk Perancangan Produk atau Fasilitas............ II-25
Gambar 2.10 Tumpuan Rol................................................................................ II-29
Gambar 2.11 Tumpuan Sendi............................................................................ II-29
Gambar 2.12 Tumpuan Jepit.............................................................................. II-30
Gambar 2.13 Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan......................................... II-31
Gambar 2.14 Sketsa Shearing Force Diagram................................................... II-31
Gambar 2.15 Sketsa Normal Force.................................................................... II-31
Gambar 2.16 Sketsa Moment Bending (+)......................................................... II-32
Gambar 2.17 Landasan Sketsa Moment Bending (-).......................................... II-32
Gambar 2.18 Landasan Arah Kanan.................................................................. II-32
Gambar 2.19 Landasan Arah Kiri...................................................................... II-32
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian.................................................................. III-1
Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan Sampai Penggilingan... IV-1
Gambar 4.2 Operator Mengangkat Gabah dari Penimbangan
Menuju Penggilingan.................................................................... IV-4
Gambar 4.3 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total............................................. IV-9
Gambar 4.4 Operator Mengangkat Gabah Menuju ke Penggilingan............... IV-9
Gambar 4.5 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total............................................ IV-14
Gambar 4.6 Clarifying Objectives Perancangan.............................................. IV-18
Gambar 4.7 Function Analysis Perancangan.................................................... IV-18
Gambar 4.8 Sub Fungsi Dasar Perancangan.................................................... IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 4.9 Rangka Troli................................................................................. IV-24
Gambar 4.10 Besi Pipa Pegangan Troli............................................................. IV-24
Gambar 4.11 Roda Troli..................................................................................... IV-25
Gambar 4.12 Tuas Pengangkat Pompa Hidrolik................................................ IV-25
Gambar 4.13 Landasan Gabah........................................................................... IV-25
Gambar 4.14 Gambar 2D Tampak Samping...................................................... IV-26
Gambar 4.15 Gambar 2D Tampak Depan......................................................... IV-26
Gambar 4.16 Gambar 3D Tampak Depan......................................................... IV-27
Gambar 4.17 Gambar 3D Tampak Samping...................................................... IV-27
Gambar 4.18 Gambar 3D Tampak Belakang..................................................... IV-27
Gambar 4.19 Gambar 3D Tampak Atas............................................................ IV-28
Gambar 4.20 Gambar 3D Troli.......................................................................... IV-28
Gambar 4.21 Rangka Troli……………………………………………………. IV-29
Gambar 4.22 Reaksi Gaya-gaya Pada Rangka................................................... IV-29
Gambar 4.23 Diagram Momen Bending............................................................ IV-31
Gambar 4.24 Penampang Besi Stall Rangka Troli............................................. IV-31
Gambar 4.25 Rangka Troli................................................................................. IV-32
Gambar 4.26 Tahapan Cara Kerja Troli............................................................. IV-34
Gambar 4.27 Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan....................... IV-35
Gambar 4.28 Operator Membawa Gabah dari Timbangan ke Troli.................. IV-37
Gambar 4.29 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total............................................. IV-41
Gambar 4.30 Operator Menaruh Gabah dari Penimbangan ke Troli................. IV-42
Gambar 4.31 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total……………………………. IV-46
Gambar 4.32 Perbandingan Postur Kerja……………………………………… IV-48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Nordic Body Map dan Form Pengukuran
Data anthropometri ........................................................................ L1
Lampiran 2 Penilaian REBA Pada Aktivitas Sebelum Perbaikan .................... L2
Lampiran 3 Penilaian REBA Pada Pemodelan Aktivitas Setelah Perbaikan .... L3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dan perumusan masalah
yang akan diangkat, tujuan, dan manfaat dari penelitian. Selanjutnya diuraikan
mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam membahas
permasalahan dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian ini.
I.1 Latar Belakang
Pemindahan bahan secara manual apabila tidak tidak dilakukan secara
ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri
( industrial accident ) yang disebut sebagai “ Over exertion – lifting and carrying
“ yaitu kerusakan pada jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang
berlebihan ( Nurmianto, 2004 ). Penanganan material di industri sampai saat ini
masih ada yang dilakukan secara manual. Pekerjaan penanganan material secara
manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain
karyawan di industri ( Muslimah, dkk. 2006 ). Pemilihan manusia sebagai tenaga
kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa sebab,
penanganan material secara manual memiliki suatu keuntungan yaitu fleksibel
dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang
terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
Penggilingan padi merupakan proses produksi yang penting yang berada di
Sragen karena sebagian besar penduduk di Sragen bekerja sebagai petani sehingga
jasa penggilingan padi sangat berguna untuk menggilingankan padi petani. Pada
musim panen padi, penggilingan padi melalukan jam tambahan semula dari pukul
14.00-17.00 pada hari Senin, Rabu, Sabtu maka untuk musim panen ditambah
menjadi setiap hari dari pukul 08.00-17.00. Saat ini, bentuk sistem proses
produksi pada penggilingan padi ini masih tradisional, hal ini dapat dilihat dari
pengerjaan proses produksinya yang sebagian besar masih ditangani secara
manual, dalam artian masih banyak menggunakan tenaga manusia.
Pada Penggilingan di Sragen terdapat dua stasiun kerja dalam proses
produksinya. Stasiun kerja tersebut merupakan stasiun penimbangan dan stasiun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 2
penggilingan. Pada stasiun penimbangan terjadi proses penimbangan karung
gabah sebelum gabah dibawa ke stasiun penggilingan. Gabah yang telah
ditimbang kemudian dibawa ke stasiun penggilingan yang mana pada stasiun ini
terdapat 2 mesin yang digunakan untuk menggiling padi. Mesin pertama
digunakan untuk memisahkan gabah dari sekam dan pada mesin kedua digunakan
mengolah hasil pada mesin pertama. Hasil dari penggilingan ini berupa beras dan
bekatul.
Aktifitas pemindahan karung gabah dari stasiun penimbangan menuju
stasiun penggilingan merupakan aktifitas yang paling berat. Hal ini disebabkan
karena rata-rata berat karung gabah yang dibawa adalah 40 kg setiap kali karung
gabah diangkat dan dipindahkan sehingga beban kerjanya menjadi besar , jarak
dari stasiun penimbangan ke mesin sekitar 10 meter, operator setiap kali aktifitas
dalam mengangkat dan memindahkan karung gabah sebanyak satu karung gabah
apabila karung kabah sudah menumpuk banyak maka operator harus bolak-balik
membawa gabah, dalam sehari operator dalam memindahkan karung gabah
mencapai 20 kali pada hari diluar musim panen dan untuk musim panen operator
dapat 80 kali bolak balik dalam memindahkan karung gabah, operator tidak
menggunakan alat bantu untuk mengangkat dan memindahkan karung gabah.
Dalam melalukan proses pemindahan karung gabah dari stasiun timbangan ke
stasiun penggilingan operator merasakan kesulitan dan keluhan-keluhan serta
nyeri pada tubuh terutama pada musim panen padi yang mana pekerja lebih
banyak menguras tenaga. Keluhan dan rasa nyeri yang dirasakan oleh operator
pada bagian Leher, Lengan atas kiri, Lengan atas kanan, Punggung, Pinggang,
Paha kiri, Paha kanan, Betis kiri, Betis kanan berdasarkan kuisioner nordic body
map yang diberikan kepada operator yang bekerja pada penggilingan padi ini dan
operator selalu memakai kain selendang yang dililitkan pada pinggangnya yang
digunakan untuk menahan pinggangnya pada saat mengangkat karung gabah. Jika
hal ini terus dibiarkan, maka akan dapat memberikan dampak negatif, baik bagi
perusahaan maupun bagi operator tersebut, misalkan berkurangnya produktivitas
kerja, timbulnya rasa sakit pada operator baik yang bersifat sementara maupun
permanen, meningkatnya kemungkinan terjadi kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 3
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka perlu dilakukan suatu
penelitian yang dapat menghasilkan suatu rancangan alat angkut sebagai peralatan
untuk memindahkan karung gabah dari stasiun penimbangan ke stasiun
penggilingan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi dan anthropometri
operator berdasarkan metode REBA. Rapid Entire Body Assessment ( REBA )
adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan dan kaki seorang operator (McAtamney dan Hignett, 2000).
Metode ini dipilih karena berdasarkan hasil kuisoner, keluhan yang dialami
pekerja sebagian besar terjadi pada anggota tubuh bagian atas dan tubuh bagian
bawah. Sehingga aktivitas gerakan menjadi lebih baik dan dapat mengurangi
gangguan pada sistem musculoskeletal.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan dari penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana merancang
troli angkut karung gabah dalam rangka perbaikan postur kerja penggilingan padi
di Sragen.
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah
merancang troli angkut karung gabah berdasarkan pendekatan anthropometri
pekerja penggilingan padi di Sragen.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan
rancangan alat bantu kerja dalam pengangkatan karung gabah ke dalam mesin
penggiling berdasarkan anthropometri tubuh pekerja sehingga meningkatkan
kenyamanan dan mengurangi keluhan musculoskeletal pada operator dan
meningkatkan produktivitas pada penggilingan padi di Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 4
I.5 Batasan Masalah
Agar penelitan ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan
adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Pengukuran anthropometri dilakukan terhadap 2 pekeja di penggilingan
padi.
2. Hasil penelitian berupa desain 3D.
I.6 Asumsi – Asumsi
1. Metode kerja pada Penggilingan padi di Sragen tidak mengalami perubahan
selama penelitian.
2. Posisi postur tubuh operator selalu sama dalam setiap perulangan aktivitas.
I.7 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti
dijelaskan, di bawah ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : STUDI PUSTAKA
Bab ini membahas tentang gambaran umum perusahaan dan teori-
teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penyelesaian
masalah terkait langsung dengan metode penelitian digunakan sebagai
kerangka pemecahan masalah. Pencarian sumber informasi tersebut
dapat buku, jurnal penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap
penelitian terdahulu.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan,
selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir dalam melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 5
penelitian dari awal sampai penelitian selesai dalam bentuk flow
chart.
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi tentang data-data / informasi yang diperlukan dalam
menganalisis permasalahan yang ada serta pengolahan data dengan
menggunakan metode yang telah ditentukan
BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Analisis berisi penjelasan dari output yang didapatkan pada tahapan
pengumpulan dan pengolahan data dan interpretasi hasil.
BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengolahan
data dan analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang
diberikan untuk perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas gambaran umum Penggilingan padi di Sragen yang
merupakan tempat peneliti mengamati sistem yang berlangsung di dalamnya dan
teori-teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar
pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.
2.1 Gambaran Umum Perusahaan
Penggilingan padi di Sragen merupakan salah satu tempat selep gabah yang
berada di kelurahan patihan. Penggilingan padi di Sragen didirikan sekitar taun
1970an dan sudah mengganti mesin selep sebanyak 3 kali semenjak didirikan.
Penggilingan padi ini buka setiap 3 hari dalam seminggu yaitu hari senin, rabu,
sabtu dan dimulai pukul 14.00 sampai 17.00 WIB tergantung dari banyaknya yang
menggilingkan gabah. Untuk musim panen jasa penggilingan ini lebih ramai
dibanding diluar musim panen dan jam kerjanya ditambah menjadi setiap hari
mulai pukul 08.00-17.00. Penggilingan padi di Sragen ini terletak di dukuh Pasar
Ayu desa Patihan Sidoharjo Sragen.Penggilingan padi ini cukup strategis karena
berada ditengah tengah desa dan berada disamping jalan utama desa Patihan.
Penggilingan padi ini memperkerjakan 2 orang laki-laki yang berasal dari daerah
sekitar yang bernama bapak Sriyono yang berumur 35 tahun dan bapak Men yang
berumur 38 tahun.
Urutan dari proses penggilingan gabah ini terdiri dari 3 tahap, tahap pertama
tahap penimbangan gabah yang mana fungsi dari penimbangan gabah ini adalah
untuk menghitung biaya dari jasa penggilingan , setiap kilogram jasa pengilingan
dihargai Rp.200,00. Tahap kedua adalah tahap pemisahan sekam(berambut) dari
gabah menggunakan mesin dompeng, mesin dompeng ini digerakan menggunakan
tenaga diesel dan proses penggilingan pada mesin ini sebanyak 2 kali, hasil dari
mesin ini berupa beras yang masih bercampur dengan bekatul. Tahap ketiga yaitu
tahap pemisahan bekatul hasil dari proses pada mesin pertama, mesin yang
digunakan adalah mesin kubuta, mesin ini juga digerakan dengan tenaga diesel
.Proses penggilingan ini sebanyak 2 kali sehingga beras hasil dari proses ini
menjadi bersih dan terpisah dari bekatul, bekatul hasil dari penggilingan ini milik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
dari orang yang menggilingkan.Untuk berambut hasil proses dari mesin pertama
milik pihak penggilingan padi.
2.2 Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan
nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan
(Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 2006).
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun
(design) ataupun rancang ulang (redesign) (Nurmianto, 2004). Hal ini dapat
meliputi perangkat keras seperti perkakas kerja, bangku kerja, kursi, pegangan alat
kerja, sistem pengendali, alat peraga, jalan/ lorong, pintu, jendela dan lain-lain.
Sedangkan secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004):
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi
Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat
perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja
ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai
manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya
meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan
kepuasan dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek
sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia didalamya dan sifat
memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut,
pendekatan ergonomi merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih
tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sisten-sistem manusia
benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan lain perkataan
ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinteraksi
dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari.
Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat
bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu :
a. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
b. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha menuju
tujuan bersama.
Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu
menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak
dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia
sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara
efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan
2.3 Nordic Body Map (NBM)
Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk
mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map.
Menurut Corlet (1992) dalam Tarwaka, dkk. (2004) menyatakan bahwa melalui
nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan
dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat
sakit. Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.1, maka
diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas
yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
Gambar 2.1 Nordic Body Map Sumber: Corlet,1992 dalam Tarwaka, dkk. 2004
2.4 Manual Material Handling
Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas
pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang
menggunakan manusia sebagai sumber tenaga.
Selama ini pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan lifting dan
lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan MMH tidak
terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan pulling di
dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH menurut pendapat McCormick dan
Sanders (1994) yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri, yaitu:
1. Kegiatan pengangkatan benda (lifting task),
2. Kegiatan pengantaran benda (caryying task),
3. Kegiatan mendorong benda (pushing task),
4. Kegiatan menarik benda (pulling task).
Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan
penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual
memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban
pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
2.4.1 Faktor Resiko dalam Pemindahan Material
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah
sebagai berikut:
· Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat
badan operator
· Jarak horizontal dari beban relative terhadap operator.
· Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan
memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari badan operator, hal ini
akan menghalangi pandangan operator.
· Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
(mengangkat beban dari lantai akan relatif lebih sulit daripada
mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).
· Beban puntir pada badan operator selama aktivitas angkat beban.
· Prediksi terhadap berat beban yang diangkat. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
· Stabilitas beban yang diangkat.
· Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
· Berbagai macam rintangan yang menghalangiataupun keterbatasan
postur tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.
· Kondisi kerja yang meliputi : pencahayaan, temperature, kebisingan,
dan kelicinan lantai.
· Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktifitas angkat.
· Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-
tiba )
· Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team)
· Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama
dengan membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
beban pada vertebral disc ( VD ) dan invertebral disc ( ID ) pada
vertebral coloumn didaerah punggung.
2.4.2 Penyelesaian untuk Pemindahan Material Secara Teknis
Bebarapa penyelesaian secara teknik untuk pemindahan material secara
manual adalah sebagai berikut:
· Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang
dengan menggunakan roller (ban berjalan).
· Gunakan meja yang dapat digerakan naik turun untuk menjaga agar
bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk
memasukan lembaran logam ataupun benda kerja lainnya kedalam
mesin.
· Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi
dan turunkan dengan bantuan gaya gravitasi.
· Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya : pada ujung
belakang truk untuk memudahkan pengangkatan material. Dengan
demikian tidak diperlukan lagi alat angkut (crane).
· Desain kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang
ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat.
· Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi
angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang.
· Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.
· Siapkan troli dan pengungkit untuk mengangkat ujung drum.
· Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang
mengganggu jalur dari operator.
· Hindarkan lantai kerja daru sesuatu yang dapat membuat licin
sehingga membahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan
material.
· Buatlah ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas
operator.
· Tempatkan semua material sedekat mungkin dengan operator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
2.4.3 Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat
Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat
maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan
beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Australia
yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat
secara internasional (Nurmianto, 2004). Batasan angkat tersebut, yaitu:
1. Batasan angkat secara legal (legal limitations),
a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.
b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg.
c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.
d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.
e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg
Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada
tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.
Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Inggris, pada tahun 1982 juga
telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkatan
material/benda kerja.
Tabel 2.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Batasan Angkat (Kg) Tindakan
Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan
16 - 34
Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu
34 - 50 Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor
Diatas 50
Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat
Berikutnya lembaga the National Occupational Health and Safety
Commission (Worksafe Australia) pada bulan Desember 1986 membuat peraturan
untuk pemindahan material secara aman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
Tabel 2.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Level Batas Angkat (Kg) Tindakan
1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus
2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign
4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis
2. Batasan angkat secara fisiologi,
Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana
dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar
diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan
kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan
meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Menurut
Stevenson (1987) dalam Nurmianto, 2004 menyatakan bahwa repetitive lifting
dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures.
3. Batasan angkat secara psiko-fisik,
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk
mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda.
Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu:
a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder
height).
b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal).
c. genggaman tangan (knuckle height).
2.4.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manual Material Handling
Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Karakteristik Pekerja
Karakeristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis
serta jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan, didefinisikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
a. Fisik (physical), yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia,
jenis kelamin, anthropometri, dan postur tubuh.
b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi
penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan (vestibular)
dan proprioceptive.
c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi
kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis.
d. Psikomotorik, ukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan
gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi.
e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku,
penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll.
f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training
formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH.
g. Status kesehatan
h. Aktivitas dalam waktu luang.
2. Karakteristik karakter material atau bahan, meliputi :
a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat,
maupun momen inersia benda.
b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk
benda baik itu kotak, silinder, dll.
c. Distribusi beban, ukuran letak unit dengan reaksi pekerja untuk
membawa dengan satu atau dua tangan.
d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur,
permukaan, atau letak.
e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi. Aktivitas manual material
handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi,
murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga
diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja
yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja
yang salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
2.4.5 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal
Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya
gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara
la in berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja
dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada.
1. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan saat
bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat tubuh
mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi.
Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki
yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh
sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota
tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah.
Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs. Nyeri
punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada sikap
kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri terlalu
lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran darah
berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan
pergelangan kaki.
2. Sikap Kerja Duduk
Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung
bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan
bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke
belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini
akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal
ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.
Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi
dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak
sepertiga sampai setengah lebih banyak daripada posisi berdiri (Kroemer, 2000).
Sikap kerja duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung,
yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi
lumbar yang menekuk.
3. Sikap Kerja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan rasa
sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan ketidaknyamanan
karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat
bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang dan dalam waktu
yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bagian
bawah ( low back pain ).
Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh.
Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami
tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami
regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back
pain ).
Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti
dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja
membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi
belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini
disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar.
4. Pengangkatan Beban
Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam
kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH
(1981) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari
kecelakaan akibat tekanan berlebihan berkaitan dengan aktivitas
menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang
melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar
pula atau over exertion. Dari penelitian Kansal dkk menunjukkan bahwa over
exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung paling besar, presentasenya
sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan mempengaruhi lumbar,
dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1. Penekanan pada daerah ini
mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebral disk pada bagian
L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan tulang belakang. Bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka akan menyebabkan disc
herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc pada bagian L5/S1
pecah.
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat
mengangkat beban adalah :
a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak
mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat
beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin
dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk
menstabilkan tubuh.
c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat
dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah
jongkok sampai sudut paling nyaman.
d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring (bending and twist).
e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
dengan sudut paling nyaman.
5. Membawa Beban
Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering
dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada
perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan.
Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak
yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa.
6. Mendorong Beban
Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat
mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban
dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari
kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
7. Menarik Beban
Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan
beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan
melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang
dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak
pendek.
2.4.6 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling
Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material
handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik.
Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui
faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH
NIOSH (National For Occupational Safety and Health) pada tahun 1981 ada enam
prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan
manual material handling yang tidak tepat, yaitu:
1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera
musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik
dari data medis.
2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat
harus diketahui berat serta metode pengangkatan.
3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling,
mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area
kerja.
4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah
dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan,
melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk
mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan
prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik.
Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas
dengan pengecekan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
NIOSH adalah suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan dan
keselamatan kerja di Amerika, telah melakukan analisis terhadap faktor-faktor
yang bepengaruh yaitu:
1. Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh pembebanan
langsung.
2. Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh, dipengaruhi oleh:
a. Jarak horisontal beban yang dipindahkan dari titik berat tubuh.
b. Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari lantai.
c. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital (posisi pengangkatan tepat
didepan tubuh).
3. Frekuensi pemindahan dicatat sebagai rata-rata pemindahan/menit untuk
pemindahan berfrekuensi tinggi.
4. Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam pemindahan pada suatu
pencatatan.
2.5 RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)
REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue
Hignett dan Dr. Lynn McAtamney yang merupakan ergonom dari universitas di
Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occupational Ergonomics).
Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 2000.
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi
kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang
operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan
menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan
melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu
adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (McAtamney
dan Hignett, 2000).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan
faktor coupling yang menimbulkan cedera akibat aktivitas yang berulang-ulang.
Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
antara 1 sampai 15, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang
mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini
berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari
ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang
beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Penilaian REBA terjadi
dalam empat tahap, yaitu:
1. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan
bantuan video atau foto.
2. Tahap kedua adalah penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja.
3. Tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan
coupling dan penentuan aktivitas pekerja.
4. Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang
bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level
resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan
kerja.
Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue
Hignett dan Dr. Lynn McAtamney dijelaskan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut (McAtamney dan Hignett, 2000):
Tahap 1: Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto
Gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan
tangan hingga kaki di dapatkan dengan merekam atau memotret postur tubuh
pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara
detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data
akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
Tahap 2: Penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja
Pada metode REBA segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua kelompok
yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan
kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan. Data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui
skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor. Skor pergerakan punggung
dapat ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Skor Pergerakan Punggung
Pergerakan Skor Perubahan Skor
Tegak 1
+1 jika memutar atau
miring ke samping
00-200 Flexion 00-200 Extension 2
200-600 Fleksion >200 Extension 3
>600 Fleksion 4
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.3, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Range Pergerakan Punggung Sumber: Charoonsri dkk, 2008
Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Skor Pergerakan Leher
Pergerakan Skor Perubahan Skor
00-200 Flexion 1 +1 jika memutar atau miring ke samping >200 Flexion atau extension 2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Dari tabel 2.4, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3 Range Pergerakan Leher
Sumber: Charoonsri dkk, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
Untuk skor postur kaki dapat ditunjukkan pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Skor Postur Kaki
Pergerakan Skor Perubahan Skor
Kaki tetopang ketika berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata-rata
1 +1 jika lutut antara 300-600 Flexsion
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tidak tersebar merata
2 +2 jika lutut >600 Flexsion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Dari tabel 2.5, pergerakan kaki dapat ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Range Pergerakan Kaki Sumber: Charoonsri dkk, 2008
Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Skor Pergerakan Lengan Atas
Pergerakan Skor Perubahan Skor 00- Extension – 200 flexion 1 +1 jika lengan atas abducted
>200 Extension
200-450 Flexion 2
+1 jika pundak atau bahu
ditinggikan
450 -900 Flexion 3 -1 jika operator bersandar atau
bobot lengan ditopang >900 Flexion 4 Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.6 pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada gambar 2.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
Gambar 2.5 Range Pergerakan Lengan Atas Sumber: Charoonsri dkk, 2008
Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.7.
Tabel 2.7 Skor Pergerakan Lengan Bawah
Pergerakan Skor 600-1000 Flexion 1 < 600 Flexion atau > 1000 Flexion 2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Dari tabel 2.7, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Range Pergerakan Lengan Bawah
Sumber: Charoonsri dkk, 2008
Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Skor Pergelangan Tangan
Pergerakan Skor Perubahan Skor
00-150 Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan
menyimpang atau berputar >150 Flexion atau Extension 2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Dari tabel 2.8, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada gambar 2.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
Gambar 2.7 Range Pergerakan Pergelangan Tangan Sumber: Charoonsri dkk, 2008
Setelah diukur sudut-sudut segmen tubuh, langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh),
leher, dan kaki digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan tabel
2.9.
Tabel 2.9 Tabel REBA A
Legs
Neck 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Trunk
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan tabel 2.10.
Tabel 2.10 Tabel REBA B
Wrist
Lower Arm 1 2
1 2 3 1 2 3
Upper Arms
1 1 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 6 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 9 6 7 8 9 8 9 9
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Hasil skor yang diperoleh dan tabel REBA A dan tabel REBA B
digunakan untuk melihat table REBA C sehingga didapatkan skor dari tabel 2.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
Tabel 2.11 Tabel REBA C
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktivitas pekerja.
Selain memberikan skor pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang
perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas
pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor.
Besarnya skor berat beban yang diangkat terlihat pada tabel 2.12.
Tabel 2.12 Load/Force
0 1 2 +1
<5 kg 5-10 kg >10 kg Penambahan Beban Secara Tiba-tiba atau Secara Cepat
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.13.
Tabel 2.13 Coupling
0 Good 1 Fair 2 Poor 3 Unacceptable Pegangan pas dab tepat ditengah,genggaman kuat
Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal/coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh
Pegangan tangan tidak bisa diterima walaupun memungkinkan
Dipaksakan,genggaman yang tidak aman, tanpa pegangan coupling tidak sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.14.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 21 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 72 1 2 2 3 4 4 4 6 6 7 7 83 2 3 3 4 4 4 5 7 7 8 8 84 3 4 4 5 5 5 6 8 8 9 9 95 4 4 4 6 6 6 8 8 9 9 9 96 6 6 6 7 8 8 9 9 1 0 1 0 1 0 1 07 7 7 7 8 9 9 9 1 0 1 0 1 1 1 1 1 18 8 8 8 9 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 19 9 9 9 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 21 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
S co re B
S co re A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-21
Tabel 2.14 Activity
+1 Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis,ditahan lebih dari 1 menit
+1 Jika pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat,diulang
lebih dari 4 kali permenit(tidak termasuk berjalan)
+1 Jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur
yang cepat dari posisi awal
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.
Setelah didapatkan skor dari tabel REBA A kemudian dijumlahkan dengan
skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A.
Sementara skor dari tabel Reba B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling
sehingga didapatkan nilai bagian B. Dari nilai bagian A dan bagian B dapat
digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel REBA C yang ada.
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai
aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada
musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta
perbaikan kerja. Untuk lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan
metode REBA dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-22
Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level
resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.14 berikut ini.
Tabel 2.15 Level Resiko dan Tindakan
Action Level
Skor REBA
Level Resiko Tindakan Perbaikan
0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu
1 2-3 Rendah/kecil Mungkin perlu
2 4-7 Sedang Perlu
3 8-10 Tinggi Perlu segera
4 11-15 Sangat tinggi Perlu saat ini juga Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Dari tabel 2.15. dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan
sebelumnya, dapat diketahui level resiko yang terjadi, sehingga dapat diketahui
perlu atau tidaknya dilakukan tindakan perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin
dilakukan berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip
Ergonomi.
2.6 Anthropometri Dalam Ergonomi
Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja
adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan
jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang
bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai
ukuran anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data operatornya.
2.6.1 Pengertian Anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan
metri yang berarti “ukuran”. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh
manusia (Pullat, 1992). Anthropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-
perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya
(Panero dan Zelnik, 2003). Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi dua
kategori, antara lain (Pullat, 1992):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-23
a. Dimensi struktural (statis)
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap
dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat badan,
tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau
panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.
b. Dimensi fungsional (dinamis)
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai
posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain
(Wignjosoebroto, 1995) :
a. Perancangan areal kerja
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer,
dan lain-lain
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):
a. Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih
akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.
Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota masyarakat
jelas dapat diapromaksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu
dengan menggunakan data persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata 0 dan
standat deviasinya telah diestimasi.
b. Jenis kelamin
Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk
kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean dan
nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-24
segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis
kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
c. Suku bangsa
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu
negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya
jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi
jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi
anthropometri secara nasional.
d. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu:
· Balita
· Anak-anak
· Remaja
· Dewasa
· Lanjut usia
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat sampai
batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia
mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika
gerakan tangan dan kaki.
e. Jenis pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada
umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
f. Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh
bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya
terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin
manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif
lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-25
pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus
mempunyai pakaian khusus.
g. Faktor kehamilan pada wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan
analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.
h. Cacat tubuh secara fisik
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu
dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi
untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta
merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam
pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan
jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja,
lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus
untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan lain-
lain.
2.6.2 Dimensi Anthropometri
Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran
produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang
akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil
dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Anthropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-26
Keterangan Gambar 2.9 :
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-27
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.
2.7 Perancangan Dengan Metode Rasional
Metode rasional menggunakan pendekatan yang sistematis dalam
perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena memiliki
tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil rancangan dan produk akhir
yang berkualitas (Cross, 2000). Adapun langkah-langkah metode rasional antara
lain :
2.7.1 Clarifying Objectives
Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba
untuk menjelaskan tujuan perancangan. Pada kenyataannya akan sangat
membantu pada keseluruhan tahap perancangan, bila tujuan perancangan sudah
jelas, walaupun tujuan itu dapat berubah selama proses perancangan. Tujuan awal
dan sementara dapat berubah, meluas atau menyempit, atau benar-benar berubah
asalkan permasalahan menjadi lebih dimengerti dan sepanjang penyelesaian ide-
ide dapat berkembang.
Clarifying objectives menunjukkan tujuan dan maksud umum untuk
pencapaian tujuan yang sedang dalam pertimbangan. Metode ini menunjukkan
bentuk diagramatis dimana tujuan-tujuan yang berbeda dihubungkan satu sama
lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Langkah-langkah pembuatan
clarifying objectives adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan daftar tujuan perancangan, dimana daftar tersebut diambil dari
ringkasan perancangan.
b. Menyusun daftar ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat dikelompokkan ke
dalam tingkatan hirarki.
c. Menggambarkan diagram clarifying objectives, hubungan hirarki dan garis
hubungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-28
2.7.2 Establishing Function
Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang
dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah-
langkah pembuatan establishing functions adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input
menjadi output yang diinginkan.
b. Memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik.
c. Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan interaksi antar sub-fungsi
dasar.
2.7.3 Performance Specification
Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang
akurat dari kebutuhan perancangan. Spesifikasi yang telah ditentukan oleh
perancang ditetapkan sebagai tujuan perancangan dengan mencantumkan kriteria-
kriteria. Langkah-langkah pembuatan performance specification adalah sebagai
berikut :
a. Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima.
b. Menentukan tingkatan umum yang nantinya akan dioperasikan.
c. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan.
Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut dengan tepat dan teliti
2.8 Mekanika Konstruksi
Mekanika (Bahasa Latin mechanicus, dari Bahasa Yunani mechanikos,
"seseorang yang ahli di bidang mesin") adalah jenis ilmu khusus yang
mempelajari fungsi dan cara kerja mesin, alat atau benda yang seperti mesin.
Mekanika merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu fisika terutama
untuk ahli sains dan ahli teknik. Mekanika (Mechanics) juga berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam
gerakan itu. Cabang ilmu Mekanika terbagi dua : Mekanika Statik dan Mekanika
Dinamik (tidak dibahas dalam penelitian ini). Mekanika teknik dikenal juga
sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur. Pokok utama dari ilmu tersebut
adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-29
Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya reaksi
dan gaya internal).
2.8.1 Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban
terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga
dapat dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau
beban. Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis
peletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban
yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah:
a. Tumpuan Rol
Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang
peletakannya.
Gambar 2.10 Tumpuan Rol Sumber : Popov, 1989
b. Tumpuan Sendi
Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu
menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya.
Gambar 2.11 Tumpuan Sendi
Sumber : Popov, 1989
c. Tumpuan Jepitan
Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen
sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari
kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan
setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu ∑FHorisontal = 0, ∑FVertikal = 0,
∑M= 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-30
Gambar 2.12 Tumpuan Jepit Sumber : Popov, 1989
2.8.2 Gaya
Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja
padanya yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan
pada peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga
keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila
resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan
kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0.
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam
menjadi bergerak atau sebaliknya. Dalam ilmu statika berlaku hukum (Aksi =
Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi :
a. Gaya Luar
Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar
sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Sedangkan
beban adalah beratnya beban atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi
atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
· Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti
dinding, penutup lantai dll.
· Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun
beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta
dll.
· Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur.
Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga.
· Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik.
· Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan
baik itu beban mrata, titik, atau kombinasi antar keduanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-31
b. Gaya dalam
Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan
sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau
perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka besarnya
gaya akan bergantung pada struktur gaya luar, yaitu:
c. Gaya geser (Shearing Force Diagram)
Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah
garis kerjanya tegak lurus (^ ) pada sumbu batang yang ditinjau seperti tampak
pada Gambar 2.9.
Gambar 2.13 Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan
Sumber : Popov, 1989
Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana
penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung
dari arah gaya.
Gambar 2.14 Sketsa Shearing Force Diagram
Sumber : Popov, 1989 d. Gaya Normal (Normal Force)
Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang
arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau
Gambar 2.15 Sketsa Normal Force Sumber : Popov, 1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-32
Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar
diatas nampak bahwa tanda (-) negatif yaitu batang tertekan, sedang bertanda
(+) batang tertarik.
e. Momen
Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang
terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut
Gambar 2.16 Sketsa Moment Bending (+) Sumber : Popov, 1989
Gambar 2.17 Landasan Sketsa Moment Bending (-) Sumber : Popov, 1989
Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang
senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:
· Ditinjau dari arah kanan
Gambar 2.18 Landasan Arah Kanan Sumber : Popov, 1989
· Ditinjau dari arah kiri
Gambar 2.19 Landasan Arah Kiri
Sumber : Popov, 1989
Bila searah jarum jam (+)
Bila berlawanan jarum jam (-)
Bila berlawanan jarum jam (-)
Bila searah jarum jam (+)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam
diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini :
Gambar 3.1 Metologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ( Lanjutan )
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1 diuraikan
sebagai berikut:
3.1 Tahap Identifikasi Masalah
Tahap ini diawali dengan studi literatur, studi lapangan, perumusan
masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian.
Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan
pada subbab berikut ini.
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap dimana dilakukan pengkajian terhadap
referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian disesuaikan dan dievaluasi
berdasarkan referensi yang diperoleh dalam studi literatur. Adapun studi pustaka
yang diperlukan dalam penelitian ini yakni mengenai ergonomi dan perancangan
produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
3.1.2 Studi Lapangan
Pada saat memetakan permasalahan dan identifikasi permasalahan, perlu
dilakukan studi lapangan untuk mengetahui kondisi yang terjadi saat ini. Hasil
dari studi lapangan kemudian dievaluasi dengan studi literatur yang diperoleh agar
dapat diketahui permasalahan yang tengah dihadapi. Tahap pelaksanaan studi
lapangan ini antara lain yaitu dengan melakukan observasi langsung di lantai
produksi dan melakukan wawancara langsung kepada operator.
3.1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan studi lapangan di lantai produksi, didapati bahwa semua
aktivitas dalam memindahkan karung gabah masih ditangani secara manual
sehingga apabila dibiarkan terus menurus akan membuat dampat negatif baik bagi
operator maupun bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian
yang membahas masalah tersebut sehingga dapat mengurangi dampak negatif
yang terjadi di lantai produksi. Penelitian yang dapat dilakukan adalah merancang
troli angkut karung gabah dalam rangka perbaikan postur kerja di penggilingan
padi di Sragen.
3.1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat
menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan
penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah merancang troli
angkut karung gabah berdasarkan pendekatan anthropometri pekerja penggilingan
padi di Sragen.
3.1.5 Manfaat Penelitian
Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur
manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih
dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian adapun manfaat yang
diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan alat bantu kerja
dalam pengangkatan karung gabah ke dalam mesin penggiling berdasarkan
anthropometri tubuh pekerja sehingga meningkatkan kenyamanan dan
mengurangi keluhan musculoskeletal pada operator dan meningkatkan
produktivitas pada penggilingan padi di Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA
Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai peracangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa troli angkut
karung gabah secara ergonomis berdasarkan aspek anthropometri , sebagai
berikut:
3.2.1 Dokumentasi Postur Kerja
Pengumpulan data aktivitas di bagian penimbangan ini dilakukan dengan
cara merekam lewat video handpone dan foto digital semua aktivitas yang ada di
bagian stasiun penimbangan sampai stasiun penggilingan. Pengambilan gambar
aktivitas operator dilakukan disaat operator sedang bekerja dan hanya satu
operator yang diambil gambarnya. Data aktivitas ini digunakan untuk mengetahui
postur kerja dari operator yang bermasalah dari operator dengan menggunakan
software autocad.
3.2.2 Data Anthropometri Operator
Dalam perancangan ini diperlukan data anthropometri yang digunakan
untuk menetapkan ukuran rancangan troli. Hal ini dimaksudkan agar rancangan
yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak
mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil
pengukuran anthropometri operator yang bekerja di penggilingan padi di Sragen
yaitu berjumlah 2 orang. Data yang diambil berjenis kelamin pria, adapun data
anthropometri yang diambil sesuai dengan variabel yang dibutuhkan dalam
perancangan troli angkut angkut.
3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA
3.3.1 Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA
Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari
posisi kerja pekerja, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan
metode REBA yang berupa diagram atau gambar postur kerja dan kategori level
tindakan REBA.
3.4 TAHAP PERANCANGAN
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan
Penyusunan konsep perancangan alat angkut karung gabah dilakukan
dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Data permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
tersebut perlu dilakukan konsep perancangan alat bantu angkut yang bertujuan
untuk mengurangi keluhan pekerja dan memberikan kenyamanan bagi pekerja.
Adapun konsep perancangan tersebut menurut (Cross,2000) :
1. Penjabaran Kebutuhan Perancangan (Need).
Penjabaran dari hasil keluhan dan keinginan pekerja dalam proses
pemindahan karung gabah.
2. Pembangkitan Gagasan Dalam Perancangan (Idea)
a. Clarifying Objectives
Bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari perancangan,
yang akan dilakukan terhadap alat serta hubungan diantara keduanya.
b. Establishing Functions
Bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan
batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan.
c. Performance Specification
Bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan
perancangan alat yang akan dilakukan.
3.4.2 Penentuan Spesifikasi Perancangan
Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi alat yang
terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu :
1. Penentuan Dimensi
Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang
akan dibuat. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi:
a. Ukuran ketinggian troli
Data antropometri yang digunakan dalam merancang ketinggian pegangan
troli dari permukaaan lantai adalah tinggi siku berdiri (tsb). Pemilihan
persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di Sragen
hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah
persentil rata-rata Ukuran panjang dan lebar alas troli
b. Ukuran lebar pegangan troli
Data yang dibutuhkan untuk menentukan panjang alas troli adalah panjang
dari karung gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm dan
untuk lebar alas troli adalah 2 kali lebar karung gabah serta diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
tambahan allowence sebesar 10 cm karena troli perancangan dapat
memuat 3 karung gabah yang diangkut, 2 dibawah dan 1 ditumpu
diatasnya.
c. Diameter pegangan troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan
troli adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-50.
d. Panjang genggaman pegangan troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter
pegangan troli adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan persentil ke-
50.
e. Ketinggian pegangan troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang
genggaman pegangan troli adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil
ke-50.
2. Penentuan Komponen
Pada tahap ini akan dilakukan suatu penetapan bahan yang digunakan dalam
merancang troli angkut karung gabah.
3. Pembuatan Rancangan
Pembuatan rancangan troli angkut karung gabah dilakukan melalui pembuatan
gambar secara 2 dimensi dan 3 dimensi.
3.4.3 Perhitungan Teknik
Perhitungan teknik diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan
troli angkut karung gabah yang akan dibuat. Perhitungan teknik meliputi
penentuan beban dan perhitungan momen pada titik kritis.
3.4.4 Estimasi Biaya Rancangan
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk perancangan troli angkut karung gabah. Biaya yang dihitung
meliputi biaya material dan biaya tenaga kerja.
3.4.5 Pemodelan Hasil Rancangan dengan Gambar 3D
Tahap ini dilakukan pemodelan hasil rancangan dengan gambar 3D.
Tujuan pemodelan untuk mengetahui cara kerja troli hasil rancangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
3.4.6 Penilaian Postur Kerja Rancangan dengan Metode REBA
Pada tahap bertujuan untuk membandingkan postur kerja pekerja sebelum
perancangan dengan setelah perancangan.
3.5 TAHAP ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap
pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya.
3.6 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN
Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasil pengolahan data
dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian
memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang
digunakan sebagai acuan dalam perbaikan postur kerja dengan merancang troli
angkut karung gabah dengan mempertimbangkan anthropometri operator akan
dijelaskan pada sub bab berikut ini.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Tahap pengumpulan data diperlukan sebagai pendukung rancangan troli
karung gabah yang ergonomis sehingga dapat memperbaiki postur kerja operator
dan menimbulkan rasa nyaman bagi operator.
4.1.1. Dokumentasi Postur Kerja
Proses aktivitas dari stasiun penimbangan ke stasiun penggilingan ini
terdapat beberapa proses dimulai dari pengangkatan karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan, menaruh karung gabah pada anak tangga
pertama tempat penggilingan, menaruh karung gabah pada anak tangga kedua
tempat penggilingan. Proses pengangkatan dan pemindahan karung gabah semua
dilakukan secara manual tanpa bantuan alat. Dokumentasi proses aktivitas sikap
kerja pada operator dari bagian penimbangan sampai penggilingan dapat dilihat
pada gambar 4.1.
Fase Gerakan
Gambar Aktivitas
1.
Aktivitas operator
membawa karung
gabah dari
penimbangan menuju
penggilingan
Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan Sampai Penggilingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
Fase Gerakan
Gambar Aktivitas
2.
Aktivitas operator
membawa karung gabah
dari penimbangan
menuju penggilingan
3.
Aktivitas operator
membawa karung gabah
dari penimbangan
menuju penggilingan
4.
Aktivitas operator
menaruh karung gabah
pada anak tangga
pertama tempat
penggilingan.
5.
Aktivitas operator
menaruh karung gabah
pada anak tangga
pertama tempat
penggilingan
Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan Sampai Penggilingan
(Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
Fase Gerakan
Gambar Aktivitas
6
Aktivitas operator
menaruh karung
gabah pada anak
tangga kedua
tempat
penggilingan
Gambar 4.1 Aktivitas Operator Bagian Penimbangan sampai Penggilingan
(Lanjutan)
4.1.2. Data Anthropometri Operator
Data anthropometri operator digunakan untuk menentukan ukuran
rancangan troli yang akan dibuat. Data operator yang diperlukan dalam
merancang troli karung gabah dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.1 Tabel Anthropometri Operator
No Segmen Tubuh Operator 1 Operator 2 1. Tinggi Pinggang Berdiri (tpb) 100 cm 98 cm 2. Lebar Bahu (lb) 45 cm 45 cm 3. Diameter Lingkar Genggam (dlg) 4 cm 4 cm 4. lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) 10 cm 9 cm 5. Tinggi Siku Berdiri (tsb) 109 cm 104 cm
4.2 PENGOLAHAN DATA
Pada bagian ini akan diuraikan hasil pengolahan data berdasarkan data-data
yang telah dikumpulkan pada tahapan pengumpulan data. Pengolahan data yang
dilakukan adalah penilaian postur kerja dengan REBA. Pengolahan data tersebut
dijelaskan pada sub bab berikut ini.
4.2.1. Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA
Penilaian terhadap posisi kerja dengan metode REBA digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai resiko yang ditimbulkan dari posisi
kerja yang salah. penilaian terhadap postur kerja penting dilakukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
mengetahui tingkat resiko (risk level) yang ditimbulkan oleh suatu aktivitas
sehingga dapat diambil tindakan yang sesuai dengan tingkat resiko yang terjadi.
Penilaian postur kerja dari tiap-tiap fase gerakan pekerja dengan metode
REBA untuk mengetahui aman atau tidaknya postur kerja yang mereka lakukan,
berikut merupakan contoh penilaian menggunakan REBA:
A. Contoh penilaian REBA fase gerakan operator dalam membawa karung
gabah dari penimbangan menuju penggilingan:
· Fase gerakan operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju
penggilingan.
Berikut ini perhitungan skor REBA pada aktivitas operator membawa karung
gabah dari penimbangan menuju penggilingan yang dapat dilihat pada gambar
4.2.
Gambar 4.2 Operator Membawa Karung Gabah dari Penimbangan
Menuju Penggilingan
Hasil kode REBA dari sikap kerja operator membawa karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan adalah sebagai berikut :
1. Grup A
· Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung
termasuk dalam posisi bungkuk dengan sudut 49o flexion, sehinga
dari tabel 2.3 termasuk pergerakan antara 20 o- 60 o flexion. Skor
REBA untuk pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
· Leher (Neck)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa posisi kepala terhadap
sumbu tubuh lurus atau 0o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam 0 o
- 20 o Flexsion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel
2.4 adalah 1
· Kaki (Legs)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa kaki tertopang atau
bobot tubuh tersebar merata sehingga diberi skor 1. Lutut
membentuk sudut 39o yaitu pada range antara 30o - 60o sehingga ada
perubahan skor +1. Skor REBA untuk pergerakan kaki ini sesuai
tabel 2.5 adalah 1+1= 2 .
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Punggung ( trunk) : 3
Leher (neck) : 1
Kaki ( legs) : 2
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3
kemudian tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
trunk.
d. Diketahui skor untuk grup A adalah 4
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
Tabel 4.2 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.2
Neck 1 2 3
Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Trunk
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan
skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel 2.12, operator mengangkat karung gabah yang beratnya
lebih dari 40 kg sehingga memiliki skor 2.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 4
Berat beban = 2
Total skor A = 4 + 2 = 6
2. Grup B
· Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan
atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 32° termasuk
dalam range pergerakan 20o - 45o flexion. Skor REBA untuk
pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 2, karena bahu
ditinggikan maka mendapat penambahan nilai 1, maka nilainya
menjadi 2 + 1 = 3
· Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan
bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 24° termasuk
dalam range pergerakan < 60° flexion. Skor REBA untuk pergerakan
lengan bawah ini sesuai tabel 2.7 adalah 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
· Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
pergelangan tangan ke depan 30° (flexion) termasuk pergerakan >
15° flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini
sesuai tabel 2.8 adalah 2.
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 3
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan
tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan
kode untuk upper arm.
d. Diketahui skor untuk grup B adalah 5.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan
menggunakan Tabel B.
Tabel 4.3 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.2
Wrist
Lower Arm
1 2
1 2 3 1 2 3
Upper Arms
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 6
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 9
6 7 8 9 8 9 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good
diberikan skor coupling sebesar 2, maka skor B menjadi 5+ 2 = 7.
Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung
gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor
grup B dengan menggunakan tabel C.
Skor A = 6
Skor B = 7
Pada kolom skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan.
Kemudian pada baris skor B masukkan kode 8 dan tarik ke bawah sampai
bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9.
Tabel 4.4 REBA Skor C untuk Gambar 4.2
Score B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Score A
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 12 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
+ = Lengan bawah 2
Pergelangan tangan
2
Kopling 2
Skor B 7
Batang tubuh 3
Leher 1
Kaki 2
Tabel A 4
Beban 2
Skor A 6
Lengan atas 3
Tabel B 5
Skor C 9
Skor aktivitas 0
Final Skor 9 + =
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
Grup A + = Grup B
Gambar 4.3 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total
Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui level
tindakan 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi (high) dan perlu
segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja.
· Aktivitas operator membawa karung gabah menuju ke penggilingan.
Perhitungan skor REBA pada aktivitas operator membawa karung gabah
menuju penggilingan dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Operator Membawa Karung Gabah Menuju ke Penggilingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
Hasil kode REBA dari sikap kerja operator membawa karung gabah
menuju penggilingan adalah sebagai berikut :
1. Grup A
· Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung
dengan sudut 38o flexion, sehinga dari tabel 2.1 termasuk pergerakan
antara 20 o -60o flexion. Skor REBA untuk pergerakan punggung ini
sesuai tabel 2.3 adalah 3
· Leher (Neck)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa kepala dalam posisi
tegak terhadap sumbu tubuh dengan sudut 39o, shingga dari table 2.4
termasuk dalam >20 o flexion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini
sesuai tabel 2.4 adalah 2
· Kaki (Legs)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa Kaki tidak tertopang
atau bobot tubuh tidak tidak tersebar merata sehingga diberi skor 2.
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Punggung ( trunk) : 3
Leher (neck) : 2
Kaki ( legs) : 2
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3
kemudian tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk trunk.
d. Diketahui skor untuk grup A adalah 5
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan
menggunakan Tabel A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
Tabel 4.5 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.4
Neck
1 2 3
Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Trunk
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan
skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel 2.12, operator mengangkat karung gabah yang beratnya
lebih dari 40 kg sehingga memiliki skor 2.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 5
Berat beban = 2
Total skor A = 5 + 2 =7
2. Grup B
· Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan
atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 38° termasuk
dalam range pergerakan 20o - 45 o flexion. Skor REBA untuk
pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 2.
· Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan
bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 23° termasuk
dalam <60° flexion. Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini
sesuai tabel 2.7 adalah 2.
· Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
pergelangan tangan ke depan 23° (flexion) termasuk pergerakan >
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
15° flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini
sesuai tabel 2.8 adalah 2.
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 2
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan
tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan
kode untuk upper arm.
d. Diketahui skor untuk grup B adalah 3.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan
menggunakan Tabel B.
Tabel 4.6 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.4
Wrist
Lower Arm
1 2
1 2 3 1 2 3
Upper Arms
1 1 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 6
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 9
6 7 8 9 8 9 9
Skor grup B adalah 3, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good
diberikan skor coupling sebesar 2, maka skor B menjadi 3+ 2 = 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung
gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor
grup B dengan menggunakan tabel C.
Skor A = 7
Skor B = 5
Pada kolom skor A masukkan kode 7 dan tarik garis ke kanan.
Kemudian pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai
bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9.
Tabel 4.7 REBA Skor C untuk Gambar 4.4
Score B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Score A
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 12 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
+ = Lengan bawah 2
Pergelangan tangan
2
Kopling 2
Skor B 5
Batang tubuh 3
Leher 2
Kaki 2
Tabel A 5
Beban 2
Skor A 7
Lengan atas 2
Tabel B 3
Skor C 9
Skor aktivitas 0
Final Skor 9 + =
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini: Grup A + = Grup B
Gambar 4.5 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total
Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui
level tindakan 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi dan
perlu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko
kerja
B. Hasil rekapitulasi penilaian REBA pada semua aktivitas operator dalam
memindahkan karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan.
Keenam aktivitas operator dalam memindahkan karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan dilakukan penilaian postur kerja berdasarkan
metode REBA. Contoh perhitungan dengan metode REBA ini hanya dilakukan
pada 2 fase gerakan untuk mempermudah penyusunan laporan. Sedangkan
perhitungan aktivitas lainnya terdapat pada lampiran. Berikut ini hasil penilian
skor REBA pada semua aktivitas operator dalam mengangkut karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan terdapat pada tabel 4.8 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
Tabel 4.8 Hasil Penilian Skor REBA Pada Semua Aktivitas Penmindahan
karung Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan
No Aktivitas Action level
Skor Reba
Level Resiko
1. Operator membawa karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan
3 9 Tinggi
2. Operator membawa karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan
3 9 Tinggi
3. Operator membawa karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan
3 8 Tinggi
4. Operator menaruh karung gabah pada anak
tangga pertama tempat penggilingan.
3 9 Tinggi
5. Operator menaruh karung gabah pada anak
tangga pertama tempat penggilingan.
3 9 Tinggi
6. Operator menaruh karung gabah pada anak tangga kedua tempat penggilingan.
3 10 Tinggi
Berdasarkan perhitungan posisi kerja berdasarkan metode REBA pada
keenam aktivitas operator dalam mengangkut karung gabah dari penimbangan ke
penggilingan bahwa keenamnya memiliki level resiko tinggi yang diakibatkan
dari posisi kerja yang salah dan perlu segera dilakukan perbaikan (necessary
soon) untuk mengurangi resiko kerja. Jika dibiarkan akan menimbulkan keluhan
rasa sakit dan dalam jangka waktu tertentu hal ini dapat menyebabkan terjadinya
WMSDs (Work-Related Musculoskeletal Disorders), yaitu sekumpulan gangguan
sistem muskuloskeletal menyangkut otot, tendon dan syaraf yang diakibatkan oleh
pekerjaan penanganan material yang dilakukan secara berulang-ulang. Salah satu
sekumpulan gangguan sistem muskuloskeletal diantaranya pekerja mengalami
keluhan nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain).
4.3 TAHAP PERANCANGAN
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan
Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan mengacu pada data
studi pendahuluan yang diperoleh. Data studi pendahuluan ini menunjukkan fakta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
yang tejadi di tempat penelitian dan memberikan informasi tentang apa yang
diinginkan pekerja. Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan cara
menjabarkan keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan perancangan yang
dilanjutkan dengan pengembangan ide perancangan sesuai dengan kebutuhan
yang telah dibuat sebelumnya.
Perancangan troli karung gabah pada penggilingan padi melalui beberapa
tahap pokok yang harus dilalui, tahap-tahap perancangan troli karung gabah dapat
dijelaskan yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan (needs)
Pada aktivitas kerja yang dilakukan oleh pekerja pada penggilingan padi
terdapat beberapa aktivitas yang berpeluang menimbulkan rasa nyeri pada tubuh
operator. Berdasarkan penilaian Reba yang dilakukan terhadap aktivitas operator
di bagian penimbangan sampai mesin penggiling tersebut memiliki level resiko
yang cukup tinggi sehingga dari permasalahan itu maka perlu adanya perbaikan
posisi tubuh saat bekerja dan perlu alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengangkutan karung gabah sehingga dapat mengurangi beban kerja yang dialami
operator pada saat memindahkan karung gabah.
Pada penelitian ini pernyataan keinginan pekerja pada penggilingan padi,
kemudian dijabarkan menjadi kebutuhan perbaikan posisi kerja dan perancangan
troli karung gabah. Penjabaran kebutuhan dibuat untuk menentukan batasan-
batasan masalah yang kan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan konsep
perbaikan dan perancangan troli karung gabah. Hal ini dilakukan agar dapat
menghasilkan posisi tubuh kerja dan perancangan troli karung gabah yang dapat
memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dialami pekerja pada
penggilingan padi saat melakukan aktivitas pengangkutan karung gabah.
Penjabaran kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
Tabel 4.9 Penjabaran Kebutuhan Perancangan
No. Pernyataan Keluhan Penjabaran Kebutuhan
1. Karung gabah terlalu berat bebanya
sehingga dalam memindahkan
karung gabah dari penimbangan ke
penggilingan pekerja merasa
kesulitan
Perlunya perancangan troli
karung gabah untuk
mempermudah aktivitas
pengangkutan karung gabah
dari bagian penimbangan ke
bagian penggilingan dan
penambahan tuas dalam
rancangan yang digunakan
untuk memudahkan dalam
menjatuhkan karung gabah.
2. Jarak pemindahannya cukup jauh
sehingga menguras tenaga dalam
membawa karena karung gabah
terlalu berat bebanya
3. Karung gabah yang besar sehingga
kesulitan dalam membawa
2. Pembangkitan Gagasan dalam Perancangan (Idea)
Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,
maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang
dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan
yang telah dibuat sebelumnya.
Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk
mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh dan untuk meminimalkan
timbulnya sikap paksa dengan merancang sebuah alat bantu kerja (fasilitas kerja)
berupa troli karung gabah yang berfungsi untuk mempermudah aktivitas
pemindahan karung gabah. Peneliti berusaha memperjelas pembangkitan ide
perancangan dengan mengadopsi dan memodifikasi beberapa tahapan metode
perancangan dari Cross yang terdiri dari clarifying objectives, establishing
functions, dan performance specification untuk menggambarkan konsep
perancangan yang akan dilakukan (Cross,2000). Beberapa tahapan tersebut
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
a. Tahap Clarifying Objectives
Clarifying Objectives bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari
perancangan troli yang akan dilakukan, serta hubungan diantara keduanya. Untuk
lebih jelasnya penjabaran tujuan dan subtujuan dari perancangan dapat dilihat
pada pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Clarifying Objectives Perancangan
b. Tahap Establishing Functions
Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang
dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menunjukkan fungsi perancangan secara umum
dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.7
Gambar 4.7 Function Analysis Perancangan
Langkah selanjutnya adalah memecah fungsi umum menjadi sub fungsi
dasar yang lebih spesifik, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8
Alat pengangkut karung gabah
Efektif
Nyaman
Aman
Sehat
Efisien
Mempermudah dalam pengangkutan karung gabah
Sesuai dengan anthropometri pekerja
Alat angkut kuat membawa beban 120 kg
Meminimasi keluhan pekerja
Mempersingkat waktu dalam pengangkutan karung gabah
Alat bantu fasilitas kerja
Input
Aktivitas kerja pada saat Pengangkutan karung gabah Kenyamanan
Output Fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
Keterangan :
Pemberian busa / karet pada tuas pengangkat bertujuan untuk membuat
kenyamanan saat mengangkat dan menjatuhkan karung gabah diatas alat
pengangkut.
Gambar 4.8 Sub Fungsi Dasar Perancangan Keterangan:
Pemberian roda depan berjumlah 2 dan roda belakang berjumlah 2, dimaksudkan
agar mempersingkat dalam proses pemindahan karung gabah.
c. Performance Specification
Performance Specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat
dari kebutuhan perancangan alat yang akan dilakukan. Tabel 4.10. menunjukkan
performance specification dari perancangan yang dilakukan.
Tuas pengangkat Pompa hidrolik
Input
Alat bantu fasilitas kerja Kenyamanan
Output Fungsi
Mampu mengangkat beban sampai 120 kg
Pemberian busa/karet
Pemberian roda pada alat angkut
Input Output Fungsi
Alat bantu fasilitas kerja Efisien
Pemberian 2 roda depan dan 2 roda belakang
Mempersingkat waktu pemindahan karung gabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
Tabel 4.10 Performance Specification Perancangan Troli
No Tujuan Kriteria Performance Specification
1. Efektif
Mempermudah dalam
pengangkutan karung
gabah
a. Rancangan berupa troli angkut sehingga
dalam pengangkutan karung gabah
lebih mudah dan tenaga yang digunakan
dalam mengoperasikanya jauh lebih
kecil daripada tanpa troli
b.Adanya tuas pengangkat pompa hidolik
yang berfungsi memudahkan dalam
menjatuhkan karung gabah dari troli
2. Nyaman
Sesuai dengan
anthropometri pekerja
Tinggi pinggang (tpb)
Lebar bahu (lb)
Diameter lingkar genggam (dlg)
Llebar jari ke-2,3,4,5 (lj)
Tinggi siku berdiri (tsb)
Memberikan kenyamanan
dalam mendorong troli dan
menjatuhkan karung gabah
dari troli
Bagian pegangan untuk mendorong troli
diberi karet atau busa
3. Aman
Troli kuat membawa beban 120 kg
Komponen rangka troli terbuat dari baja
atau besi
4. Sehat
Meminimasi keluhan
pekerja
Perubahan postur/posisi bekerja menjadi
lebih baik
5. Efisien
Mempersingkat waktu
dalam pengangkutan
karung gabah
Pemberian roda depan dan belakang
berjumlah 4 pada troli
4.3.2 Penentuan Spesifikasi Perancangan
Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi rancangan
yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
1. Perhitungan Dimensi
Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang
akan dibuat.. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi :
a. Ukuran Ketinggian Alas Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ketinggian alas
angkut adalah tinggi pinggang berdiri (tpb) dengan persentil ke-50.
Perhitungan ketinggian alas troli sebagai berikut:
Tinggi alas troli = tpb (P50/ x )
= 촸 嫩幂密弥 cm
= 99 cm
b. Ukuran Panjang dan Lebar Alas Troli
Data yang dibutuhkan untuk menentukan panjang alas troli adalah
panjang dari karung gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm dan
untuk lebar alas troli adalah 2 kali lebar karung gabah serta diberi tambahan
allowence sebesar 10 cm karena troli perancangan dapat memuat 3 karung
gabah yang diangkut, 2 dibawah dan 1 ditumpu diatasnya.
Perhitungan panjang dan alas troli
Panjang alas troli = panjang karung gabah + allowance 10 cm
= 80 cm + 10 cm
= 90 cm
Lebar alas troli = (2 × lebar karung gabah) + allowance 10 cm
= ( 2 × 55) cm + 10 cm
= 120 cm
c. Ukuran Lebar Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan
troli adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-50. Perhitungan lebar
pegangan troli sebagai berikut:
Lebar pegangan troli = lb (P50/ x )
= 㜐觅嫩㜐觅弥
= 45 cm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
dengan;
lb = lebar bahu
P50 = persentil 50
d. Diameter Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter
pegangan troli adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan persentil ke-50.
Penggunaan persentil 50 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki diameter
genggam lebih besar maupun yang lebih kecil dapat memegang pegangan troli
dengan nyaman.
Perhitungan diameter pegangan troli , sebagai berikut:
Diameter pegangan troli = dlg (P50/ x )
= 㜐嫩㜐弥 cm
= 4 cm
dengan;
dlg = diameter lingkar genggam
P50 = persentil 50
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh diameter
pegangan troly hasil rancangan sebesar
e. Panjang Genggaman Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang
genggaman pegangan troli adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke-
50.
Perhitungan panjang genggaman pegangan troly, sebagai berikut:
Panjang genggaman pegangan troly = lj (P50/ x )
= 촸 嫩幂弥 cm
= 9,5 cm
dengan;
lj = lebar jari ke-2,3,4,5
P950 = persentil 50
f. Ketinggian Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran tinggi
pegangan troly dari permukaan lantai adalah tinggi siku berdiri (tsb) dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
persentil ke-50. Perhitungan ketinggian pegangan troly dari permukaan lantai,
sebagai berikut:
Ketinggian pegangan troli = tsb (P50/ x )
= 촸 幂嫩촸 㜐弥 cm
= 106,5 cm
dengan;
tsb = tinggi siku berdiri
P50 = persentil 50
Hasil rekapitulasi perhitungan dimensi troli yang akan dirancang secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Troli
No Bagian Ukuran
1 Ketinggian alas troli 99 cm
2 Panjang dan lebar alas troli 90 dan 120 cm
3 Lebar pegangan troli 45 cm
4 Diameter pegangan troli 4 cm
5 Panjang genggaman Pegangan troli 9,5 cm
6 Tinggi pegangan troli 106,5 cm
2. Penentuan Komponen
Penentuan komponen penyusun pada usulan perancangan lat angkut
karung gabah bertujuan untuk menetapkan komponen yang digunakan sesuai
spesifikasi yang dibutuhkan. Penentuan komponen tersebut meliputi:
a. Rangka
Rangka dijadikan sebagai kekuatan utama penopang keseluruhan
beban, sehingga diperlukan bahan yang benar-benar kuat untuk menopang
keseluruhan beban. Rangka tersebut terbuat dari material pipa besi stall
dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1,4 mm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
Gambar 4.9 Rangka Troli
b. Besi Pipa Pegangan Troli ( Handle)
Handle berfungsi untuk mengemudikan troli pada saat troli
dioperasikan untuk aktivitas pemindahan kaung gabah. Adapun ukuran
pipa baja yang digunakan berdiameter 25 mm.
Gambar 4.10 Besi Pipa Pegangan Troli
c. Roda Troli
Pemberian roda bertujuan untuk memudahkan pergerakan dan
perpindahan dari alat bantu kerja yang berupa troli. Roda yang digunakan
dalam perancangan menggunakan 2 roda depan yang berdiameter 8 cm
dan 2 roda belakang berdiameter 15 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-25
Gambar 4.11 Roda Troli
d. Tuas Pengangkat Pompa Hidrolik
Tuas pengangkat pompa hidrolik digunakan untuk untuk memudahkan
pengangkatan karung gabah dari troli dan menjatuhkannya.
Gambar 4.12 Tuas Pengangkat Pompa Hidrolik
e. Landasan Karung Gabah
Landasan gabah ini digunakan untuk menaikan karung gabah yang
digerakan oleh pompa hidrolik.
Gambar 4.13 Landasan Karung Gabah
3. Pembuatan Rancangan
Rancangan troli dibuat berdasarkan dimensi yang telah ditentukan dan
penentuan komponen yang telah dilakukan. Pembuatan gambar rancangan
desain troli dilakukan dengan menggunakan autocad 2007 dan software
3Dmax. Berikut pembuatan gambar rancangan desain troli:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-26
a. Gambar Troli 2D
Sudut pandang yang digunakan adalah :
· Tampak samping
Gambar 4.14 Gambar 2D Tampak Samping
· Tampak Depan
Gambar 4.15 Gambar 2D Tampak Depan
b. Gambar Troli 3D
Gambar troli 3D terdiri dari beberapa sudut pandang. Sudut pandang yang
digunakan yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-27
· Tampak Depan
Gambar 4.16 Gambar 3D Tampak Depan
· Tampak Samping
Gambar 4.17 Gambar 3D Tampak Samping
· Tampak Belakang
Gambar 4.18 Gambar 3D Tampak Belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-28
· Tampak Atas
Gambar 4.19 Gambar 3D Tampak Atas
· Dari Sudut
Gambar 4.20 Gambar 3D Troli
4.3.3 Perhitungan Teknik
Perhitungan teknik diperlukan untuk mengetahui kelayakan rancangan
troli apabila alat bantu fasilitas kerja tersebut dibuat. Perhitungan teknik meliputi
perhitungan gaya dan momen serta perhitungan kekuatan komponen. Masing-
masing bagian akan dijelaskan sebagi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-29
1. Perhitungan Kekuatan Rangka
a. Perhitungan Kontruksi pada Rangka
Gambar 4.21 Rangka Troli
Sebuah rancangan troli dengan panjang 1,2 m menerima tiga beban
merata disepanjang troli dengan beban sebesar 120 kg dengan masing-
masing beban 40 kg. Dengan tumpuan rol dititik A dan dititik B
b. Gaya-gaya pada Tumpuan
Gambar 4.22 Reaksi Gaya-gaya pada Rangka
l1 = l2 = l3 = 0.4 m
R1 = R2 = R3 = 40 kg/m x 0.4 m
= 16 kg
Reaksi-reaksi tumpuan RAV dan RBV dihitung dengan menerapkan
persamaan kesetimbangan 0=SM
Ø 0=S AM
0 = (RBV x l) – (R1 x (21l ) – (R2 x (l1 +
22l )) – (R3 x (l1 + l2 +
23l ))
0 = RBV x 1.2– (16 x (24.0
)) – (16 x (0.4 + 24.0
)) – (16 x (0.4+0.4+24.0
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-30
1.2 RBV = 3.2+9.6+16
RBV = 2.18.28
= 24 kg
Ø 0=S BM
RAV x l –R1 x (21l +l2+l3) – R2 x (
22l +l3) – R3 x (
23l ) = 0
RAV x 1.2 – 16x (24.0
+0.4+0.4)-16x (24.0
+0.4)-16 x (24.0
) = 0
1.2 RAV = 3.2+9.6+16
RAV = 2.18.28
= 24 kg
Dari perhitungan di atas, diperoleh RAV =24 kg, RBV=24 kg
c. Diagram Momen Bending (DMB)
Untuk menggambarkan diagram momen bending, dengan
menerapkan kesetimbangan untuk mendapatkan bentuk kurva momen
bending.
Ma = 0
Mc = RAV x (l1) – R1 x (21l
)
= 24 x (0.4)-16 x (24.0
)
= 6,4
Md = RAV x (l1+l2)-R1 x (l2 +21l
)-R2 x (22l
)
= 24 x (0.4+0.4)-16 x (0.4 + 24.0
)-16(24.0
)
= 19.2-9.6-3.2
= 6.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-31
Persamaan tersebut berlaku disepanjang batang dari titik A hingga
titik B. Besarnya momen bending disetiap titik dihitung akan diketahui
bentuk kurva momen bending yang terjadi.
Gambar 4.23 Diagram Momen Bending
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa momen yang terbesar
terletak di titik C dan di titik D sebesar 6,4 Nm, jadi kemungkinan
terjadinya bending terbesar adalah di kedua titik tersebut.
d. Perhitungan Kekuatan Profil Rangka Troli
Perhitungan kekuatan bahan rangka troli berdasarkan momen
terbesar yang terjadi, hal ini dilakukan agar pemilihan bahan rangka yang
digunakan mampu menahan momen yang terjadi. Penentuan ukuran
bahan berdasarkan ukuran yang ada dipasaran.
Diketahui :
Y dari batang kerangka 20x20 mm adalah 20 mm maka C=
mmy
102
202
==
I untuk pipa besi stal terdiri dari 2. Yaitu I untuk kotak luar dan I untuk
kotak dalam.
20 mm
20 mm 1,4 mm
Gambar 4.24 Penampang Besi Stall Rangka Troli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-32
Ukuran Kotak Luar P=20 mm L=20 mm
Kotak dalam P=17.2 mm L= 17.2 mm
4
3
3
33.1333312
)20(2012
mmI
I
bhI
luar
luar
luar
=
=
=
4
3
3
44.729312
)2.17(2.1712
mmI
I
bhI
dalam
dalam
dalam
=
=
=
Itotal=Iluar - Idalam
Itotal=13333.33-7293.44
Itotal=6039.89 mm4
2/6.1089.6039106400
mmN
xI
MC
=
=
=
s
s
s
=10.6 Mpa
Tegangan desain yang terjadi dengan momen terbesar adalah
10.6 Mpa. Jenis material yang dapat digunakan untuk menahan tegangan
diatas adalah besi ST 37 berdasarkan tabel material properties ( tabel
yang terdiri dari sifat-sifat material, seperti tegangan, regangan, modulus
elastisitas ) dengan alasan material ini memiliki sifat keras, mampu dilas,
mampu dikerjakan dengan baik oleh mesin, dan mudah ditemukan
dipasaran dengan harga yang relatif murah.
2. Beban Tiap Roda
Gambar 4.25 Rangka Troli
yFS = RAy + RBy = 3.40 kg
= RAy + RBy = 120 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-33
MaS = 0
MbS = 0
RBy.1,2m = 40. 0,2 +40. 0,6+40. 1
RBy. 1,2m = 40(0.2+0.6+1)
RBy .1,2m = 40 kg. 1.8 m
RBy = m
mkg2,1
8,1.40 = 60 kg
RAy + RBy = 120 kg
RAy+60 kg = 120 kg
RAy = 60 kg
Jadi tiap roda berdiamter 30 cm tersebut menerima beban sebesar 60 kg
4.3.4 Estimasi Biaya Rancangan
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk perancangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa troli. Asumsi
biaya yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material. Keseluruhan
biaya material ditunjukkan dalam Tabel 4.11. Harga yang tertera diperoleh dari
observasi di toko besi Sumber Rejeki di daerah Kusumodilagan pada bulan April
2012.
Tabel 4.12 Estimasi Biaya Material
No Bahan Ukuran Kebutuhan
Harga satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1 Baja plat Stal Kotak
20 x 20 x 1,4 mm
3068 cm 36000 tiap 6 m 184080
2 Besi pipa 30 x 26 x 2 mm
600 cm 90000 tiap 6 m 90000
3 Besi Plat 200 x 120 x 2 mm 420 x 15 cm 190000 190000
5 Roda dengan pengunci
Diameter 30 cm
2 buah 62500 125000
6 Roda tanpa pengunci
Diameter 30 cm 2 buah 30000 60000
8 Karet atau busa 4 x 5 cm 2 set 11000 22000
11 Tinner A liter 2 kaleng 15000 30000 12 cat kilogram 1 kaleng 55000 55000
13 Biaya tenaga kerja 150000 Total 906080
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-34
Jadi besarnya biaya yang diperlukan untuk membuat troli angkut karung gabah adalah Rp. 906.080,00 4.3.5 Pemodelan Hasil Perancangan dengan Gambar 3D
Pemodelan gambar 3D dibuat untuk mengetahui sistem cara kerja troli
hasil rancangan serta membandingkan kondisi postur kerja pekerja sebelum dan
setelah dilakukan perancangan troli. Gambar ilustrasi sesudah perancangan
merupakan model pekerja dalam postur kerja dengan troli, berikut ilustrasi cara
kerja troli dan sudut postur kerja pekerja sesudah perancangan.
a. Cara Kerja Troli
No Gambar Aktivitas 1.
Membawa karung gabah
dari timbangan ke troli
2.
Menaruh karung gabah
penimbangan ke troli
3.
Membawa karung gabah
dari penimbangan ke
penggilingan
Gambar 4.26 Tahapan Cara Kerja Troli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-35
No Gambar Aktivitas 4.
Menjatuhkan karung
gabah dari troli ke tangga
pertama pada mesin
penggilingan
5.
Menjatuhkan karung
gabah dari trol ke tangga
kedua pada mesin
penggilingan
Gambar 4.26 Tahapan Cara Kerja Troli ( Lanjutan )
b. Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan
No. Gambar Aktivitas
1.
Membawa karung
gabah dari timbangan
ke troli
Gambar 4.27 Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-36
No. Gambar Aktivitas 2.
Menaruh karung gabah
dari penimbangan ke troli
3.
Membawa karung gabah
dari penimbangan ke
penggilingan
4.
Menjatuhkan karung
gabah dari troli ke tangga
pertama pada mesin
penggilingan
5.
Menjatuhkan karung
gabah dari trol ke tangga
pertama pada mesin
penggilingan
Gambar 4.27 Gambar Sudut Postur Kerja Setelah Perancangan ( Lanjutan )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-37
4.3.6 Penilaian Postur Kerja Perancangan dengan Metode REBA
Penilaian terhadap posisi kerja hasil perancangan dengan metode REBA
digunakan untuk membandingkan dengan posisi kerja sebelum perancangan dan
untuk mengetahui tingkat resiko yang ditimbulkan dapat berkurang dari tingkat
resiko sebelum perancangan. Berikut merupakan penilaian setelah perancangan
dengan mengggunakan REBA:
A. Contoh penilaian REBA fase gerakan operator setelah perancangan
dalam mengangkut karung gabah dari penimbangan menuju
penggilingan:
· Fase gerakan operator membawa karung gabah dari timbangan ke troli
Berikut ini perhitungan skor REBA pada aktivitas operator membawa karung
gabah dari timbangan ke troli yang dapat dilihat pada gambar 4.28.
Gambar 4.28 Operator Membawa Karung Gabah Dari Timbangan Ke Troli
Hasil kode REBA dari sikap kerja operator membawa karung gabah dari
timbangan ke troli adalah sebagai berikut :
1. Grup A
· Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung
termasuk dalam posisi bungkuk dengan sudut 0o , sehinga dari tabel
2.3 termasuk pergerakan antara 0 o- 20 o flexion. Skor REBA untuk
pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-38
· Leher (Neck)
Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa posisi kepala terhadap
sumbu tubuh lurus atau 0o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam 0 o
- 20 o Flexsion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel
2.4 adalah 1
· Kaki (Legs)
Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa kaki tertopang atau
bobot tubuh tersebar merata sehingga diberi skor 1.
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Punggung ( trunk) : 1
Leher (neck) : 1
Kaki ( legs) : 1
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 1
kemudian tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
trunk.
d. Diketahui skor untuk grup A adalah 1
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.13 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.28
Neck
1 2 3
Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Trunk
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-39
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan
skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel 2.12, operator mengangkat karung gabah yang beratnya
lebih dari 40 kg sehingga memiliki skor 2.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 1
Berat beban = 2
Total skor A = 1 + 2 = 3
2. Grup B
· Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
lengan atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 62°
termasuk dalam range pergerakan 45o - 90o flexion. Skor REBA
untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 3.
· Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 9°
termasuk dalam range pergerakan < 60° flexion. Skor REBA untuk
pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.7 adalah 2.
· Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.28 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
pergelangan tangan ke depan 19° (flexion) termasuk pergerakan >
15° flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini
sesuai tabel 2.8 adalah 2.
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 3
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-40
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan
tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan
kode untuk upper arm.
d. Diketahui skor untuk grup B adalah 5.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan
menggunakan Tabel B.
Tabel 4.14 Skor REBA Grup B Untuk Gambar 4.28
Wrist
Lower Arm 1 2
1 2 3 1 2 3
Upper Arms
1 1 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 6 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 9 6 7 8 9 8 9 9
Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good
diberikan skor coupling sebesar 2, maka skor B menjadi 5+ 2 = 7.
Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung
gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor
grup B dengan menggunakan tabel C.
Skor A = 3
Skor B = 7
Pada kolom skor A masukkan kode 3 dan tarik garis ke kanan.
Kemudian pada baris skor B masukkan kode 7 dan tarik ke bawah sampai
bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-41
+ = Lengan bawah 2
Pergelangan tangan
2
Kopling 2
Skor B 7
Batang tubuh 1
Leher 1
Kaki 1
Tabel A 3
Beban 2
Skor A 5
Lengan atas 3
Tabel B 5
Skor C 6
Skor aktivitas 0
Final Skor 6 + =
Tabel 4.15 REBA Skor C untuk Gambar 4.28
Score B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Score A
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 12 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.29 berikut ini:
Grup A + = Grup B
Gambar 4.29 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total
Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui
level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sedang
(medium) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-42
· Fase gerakan operator menaruh karung gabah dari penimbangan ke troli
Gambar 4.30 Operator Menaruh Karung Gabah Dari Penimbangan ke Troli
Hasil kode REBA dari sikap kerja operator menaruh karung gabah dari
penimbangan ke troli adalah sebagai berikut :
1. Grup A
· Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung
termasuk dalam posisi bungkuk dengan sudut 0o , sehinga dari tabel
2.3 termasuk pergerakan antara 0 o- 20 o flexion. Skor REBA untuk
pergerakan punggung ini sesuai tabel 2.3 adalah 1
· Leher (Neck)
Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa posisi kepala terhadap
sumbu tubuh lurus atau 0o, shingga dari table 2.4 termasuk dalam 0 o
- 20 o Flexsion. Skor REBA untuk pergerakan leher ini sesuai tabel
2.4 adalah 1
· Kaki (Legs)
Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa kaki tertopang atau
bobot tubuh tersebar merata sehingga diberi skor 1.
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Punggung ( trunk) : 1
Leher (neck) : 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-43
Kaki ( legs) : 1
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 1
kemudian tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
trunk.
d. Diketahui skor untuk grup A adalah 1
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup A dengan
menggunakan Tabel A.
Tabel 4.16 Skor REBA Grup A untuk Gambar 4.30
Neck
1 2 3
Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Trunk
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan
skor untuk berat beban yang diangkat dengan ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel 2.12, karena operator menaruh karung gabah maka skor
beratnya adalah 0.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 1
Berat beban = 0
Total skor A = 1 + 0 = 1
2. Grup B
· Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
lengan atas ke depan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 50°
termasuk dalam range pergerakan 45o - 90o flexion. Skor REBA
untuk pergerakan lengan atas ini sesuai tabel 2.6 adalah 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-44
· Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
lengan bawah ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 10°
termasuk dalam range pergerakan < 60° flexion. Skor REBA untuk
pergerakan lengan bawah ini sesuai tabel 2.7 adalah 2.
· Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan
pergelangan tangan ke depan 25° (flexion) termasuk pergerakan >15°
flexion. Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan ini sesuai
tabel 2.8 adalah 2.
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B
pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B
yaitu :
a. Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 3
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
b. Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
c. Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan
tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan
kode untuk upper arm.
d. Diketahui skor untuk grup B adalah 5.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan
menggunakan Tabel B.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-45
Tabel 4.17 Skor REBA Grup B untuk Gambar 4.30
Wrist
Lower Arm
1 2
1 2 3 1 2 3
Upper Arms
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 6
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 9
6 7 8 9 8 9 9
Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah poor. Pada tabel 2.13 jenis coupling good
diberikan skor coupling sebesar 0 karena tidak mengangkat, maka skor B
menjadi 5+ 0 = 5.
Penentuan skor total untuk aktivitas operator mengangkat karung
gabah dari lantai dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor
grup B dengan menggunakan tabel C.
Skor A = 1
Skor B = 5
Pada kolom skor A masukkan kode 1 dan tarik garis ke kanan.
Kemudian pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai
bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-46
+ = Lengan bawah 2
Pergelangan tangan
2
Kopling 0
Skor B 5
Batang tubuh 1
Leher 1
Kaki 1
Tabel A 1
Beban 0
Skor A 1
Lengan atas 3
Tabel B 5
Skor C 3
Skor aktivitas 0
Final Skor 3 + =
Tabel 4.18 REBA Skor C untuk Gambar 4.30
Score B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Score A
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 12 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.31 berikut ini:
Grup A + = Grup B
Gambar 4.31 Bagan Rekapitulasi Penilaian Total
Berdasarkan tabel 2.15, dari skor REBA tersebut dapat diketahui
level tindakan 1 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu rendah (low)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-47
B. Hasil rekapitulasi penilaian REBA pada semua aktivitas operator dalam
mengangkut karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan
setelah perancangan.
Kelima aktivitas operator dalam mengangkut karung gabah dari
penimbangan menuju penggilingan setelah perancangan dilakukan penilaian
postur kerja berdasarkan metode REBA. Contoh perhitungan dengan metode
REBA ini hanya dilakukan pada 2 fase gerakan untuk mempermudah
penyusunan laporan. Sedangkan perhitungan aktivitas lainnya terdapat pada
lampiran. Berikut ini hasil penilian skor REBA pada semua aktivitas operator
dalam mengangkut karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan
setelah perancancangan terdapat pada tabel 4.21.
Tabel 4.19 Hasil Penilian Skor Reba Pada semua Aktivitas Pengangkutan
karung Gabah
No Aktivitas Action level
Skor Reba
Level Resiko
1. Operator membawa karung gabah dari
timbangan ke troli
2 6 sedang
2. Operator menaruh karung gabah dari
penimbangan ke troli
1 3 rendah
3. Operator membawa karung gabah dari
penimbangan ke penggilingan
0 1 Dapat diabaikan
4. Operator menjatuhkan karung gabah dari
troli ke tangga pertama pada mesin
penggilingan
0 1 Dapat diabaikan
5. Operator menjatuhkan karung gabah dari
trol ke tangga kedua pada mesin
penggilingan
0 1 Dapat diabaikan
Perbandingan postur kerja dan penilaian postur kerja dengan metode REBA
sebelum dan sesudah perancangan dijelaskan pada gambar 4.29.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-48
Sebelum Perancangan Setelah Perancangan
No Gambar Aktivitas Gambar Aktivitas
1.
Operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Skor REBA 9
Operator membawa karung gabah dari timbangan ke troli Skor REBA 6
2.
Operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Skor REBA 9
Operator menaruh karung gabah dari penimbangan ke troli Skor REBA 3
3.
Operator membawa karung gabah dari penimbangan menuju penggilingan Skor REBA 8
Operator membawa karung gabah dari penimbangan ke penggilingan Skor REBA 1
4.
Operator menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan. Skor REBA 9
Operator menjatuhkan karung gabah dari troli ke tangga pertama pada mesin penggilingan Skor REBA 1
5. Operator menaruh karung gabah pada anak tangga pertama tempat penggilingan. Skor REBA9
Operator menjatuhkan karung gabah dari troli ke tangga pertama pada mesin penggilingan Skor REBA 1
6.
Operator menaruh karung gabah pada anak tangga kedua tempat penggilingan. Skor REBA 10
Operator menjatuhkan karung gabah dari trol ke tangga pertama pada mesin penggilingan Skor REBA 1
Gambar 4.32 Perbandingan Postur Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang
telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya . Analisis dan interpretasi
hasil tersebut akan diuraikan dibawah ini.
5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya, diperoleh hasil
bahwa aktivitas proses pemindahan karung gabah dari penimbangan yang
menunjukan skor REBA yang tinggi sehingga memerlukan perbaikan fasilitas
kerja. Perbaikkan difokuskan pada perbaikkan postur kerja pekerja dengan
merancang fasilitas kerja berupa troli sebagai alat bantu angkut gabah. Secara
terperinci langlah-langkah tersebut dipaparkan sebagai berikut:
5.1.1 Analisis Penilaian REBA Terhadap Aktivitas Operator Dalam
Membawa Karung Gabah dari Penimbangan Menuju Penggilingan
Perhitungan posisi kerja dengan metode REBA dilakukan pada keenam
aktivitas operator dalam membawa karung gabah dari penimbangan menuju
penggilingan. Dari hasil penilaian REBA diketahui keenamnya memiliki level
resiko tinggi dengan rekomendasi perlu segera dilakukan perbaikan (necessary
soon) untuk mengurangi resiko kerja. Skor REBA yang tinggi ini disebabkan
karena skor dari masing-masing segmen tubuh yang tinggi mulai dari punggung,
leher, kaki ,lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
Segmen-segmen tubuh yang tinggi itu adalah punggung yang mana sudutnya
mencapai 69o flexion karena operator membawa karung gabah dari belakang dan
punggungya sebagai tumpuan dari karung gabah. Segmen tubuh yang kedua
adalah leher yang mana sudutnya mencapai 50 o flexion pada saat operator
menjatuhkan karung gabah pada anak tangga pertama. Segmen tubuh ketiga
adalah kaki yang mana sudutnya mencapai 64o flexion pada saat operator
menjatuhkan karung gabah pada anak tangga pertama karena letak anak tangga
yang rendah sehingga operator harus merendahkan tubuhnya untuk menjatuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
karung gabah. Segmen tubuh yang keempat adalah lengan atas yang mana
sudutnya mencapai 127 o flexion pada saat operator membawa gabah dari
penimbangan menuju penggilingan karena operator membawa karung gabah dari
belakang dan telapak tangan melewati bahu sehingga lengan atas terangkat keatas
sehingga sudut yang terbuat menjadi besar. Segmen tubuh yang kelima adalah
lengan bawah 53 o flexion pada saat operator menaruh gabah pada anak tangga
kedua tempat penggilingan karena anak tangga kedua tinggi sehingga lengan atas
mengangkat karung gabah agak tinggi sehingga terbentuk sudut tersebut. Segmen
keenam adalah pergelangan tangan 62° flexion pada saat operator menaruh gabah
pada anak tangga pertama tempat penggilingan karena posisi karung gabah
dibelakang dan lengan bawah melewati bahu sehingga pergelangan tangan tertarik
kebelakang dan membentuk sudut yang besar.
5.1.2 Analisis Rancangan Troli Alat Bantu Angkut Gabah
Pemilihan data antropometri yang tepat sangat penting dalam perancangan
sebuah produk Pemilihan data antropometri yang tidak tepat akan menghasilkan
suatu rancangan produk yang tidak ergonomis. Pada sub bab ini akan dianalisis
pemilihan data anthropometri dan jenis persentil yang digunakan dalam
merancang troli alat bantu angkut gabah.
1. Ukuran Ketinggian Alas Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ketinggian alas
angkut adalah tinggi pinggang berdiri (tpb). Pemilihan tinggi pinggang berdiri
agar operator tidak membungkuk dalam menaruh karung gabah diatas troli
sehingga sudut yang dibentuk pada punggung menjadi kecil bahkan posisi
punggung dapat menjadi tegak dan menghasilkan skor yang kecil pula.
Pemilihan persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di
Sragen hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah
persentil rata-rata.Tinggi alas troli adalah 99 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
2. Ukuran Panjang dan Lebar Alas Troli
Data yang dibutuhkan untuk menentukan panjang alas troli adalah panjang
dari gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm dan untuk lebar alas
troli adalah 2 kali lebar gabah serta diberi tambahan allowence sebesar 10 cm
karena troli perancangan dapat memuat 3 gabah yang diangkut, 2 dibawah dan 1
ditumpu diatasnya.
Pemilihan data tersebut disesuaikan dengan dimensi dari karung gabah karena
karung gabah yang akan dipindahkan. Pemberian allowence sebesar 10 cm agar
gabah tidak mudah jatuh apabila berada diatas troli. Panjang alas troli adalah 90
cm dan Lebar alas troli adalah 120 cm.
3. Ukuran Lebar Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan troli
adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-50.
Pemilihan lebar bahu agar posisi tangan baik lengan atas dan lengan bawah
agar lebih nyaman dan tidak mudah lelah. Apabila lebar pegangan terlalu lebar
maka otot tangan akan tertarik kesamping sehingga akan membuat lebih lelah.
Pemilihan persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di
Sragen hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah
persentil rata-rata. Lebar Pegangan Troli adalah 45 cm.
4. Diameter Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter pegangan
troli adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan persentil ke-50.
Pemilihan diameter lingkar genggam dalam menentukan diameter pegangan
agar dalam memegang pegangan troli operator lebih nyaman karena sesuai dengan
lingkar genggam dari operator tersebut.
Pemilihan persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di
Sragen hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah
persentil rata-rata. Diameter Pegangan adalah 4 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
5. Panjang Genggaman Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman
pegangan troli adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke-50.
Pemilihan lebar jari ke-2,3,4,5 dalam mentukan panjang genggaman
pegangan troli agar dalam memegang pegangan troli operator lebih nyaman
karena sesuai dengan anthropometri operator.
Pemilihan persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di
Sragen hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah
persentil rata-rata. Panjang Genggaman Pegangan adalah 9,5 cm.
6. Ketinggian Pegangan Troli
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran tinggi
pegangan troly dari permukaan lantai adalah tinggi siku berdiri (tsb) dengan
persentil ke-50. Perhitungan ketinggian pegangan troly dari permukaan lantai.
Pemilihan tinggi siku berdiri dalam menentukan ketinggian pegangan troli
agar sudut yang dibentuk dari lengan atas menjadi kecil dan bahkan menjadi nol
sehingga skor REBA menjadi lebih kecil.
Pemilihan persentil ke-50 karena jumlah operator pada penggilingan padi di
Sragen hanya berjumlah dua orang sehingga persentil yang digunakan adalah
persentil rata-rata. Ketinggian Pegangan troli adalah 106,5 cm.
5.1.3 Analisis Kekuatan Rangka
Rangka tersebut terbuat dari material pipa besi stall dengan ukuran 25 mm x
25 mm x 1,4 mm. Untuk mengetahui apakah rangka itu aman untuk menahan
beban, dilakukan perbandingan terhadap tegangan ijin desain untuk rangka
dengan tegangan ijin untuk profil besi pipa. Berdasarkan pada perhitungan pada
bab sebelumnya, diperoleh hasil bahwa tegangan ijin desain sebesar 10,6 Mpa.
sedangkan tegangan ijin pada material besi yang digunakan sebesar 220 Mpa
maka rangka troli aman untuk menahan beban yang dibebankan kepadanya (10,6
Mpa < 220 Mpa ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
5.1.4 Analisis Penentuan Bahan dan Biaya
Material yang digunakan untuk desain rangka troli alat bantu angkut gabah
terbuat dari pipa besi stall dengan ukuran ketebalan 1,4 mm. Penggunaan besi
dipilih dengan beberapa pertimbangan. Sebagai alternatif pembanding adalah
kayu. Berikut perbandingan antara keduanya.
Tabel 5.1 Tabel perbandingan material besi dengan material kayu Material Besi Material Kayu
· Lebih kuat dalam menahan
beban. · Mudah dibentuk, seperti
dibengkokan. · Tidak mudah rapuh karena
cuaca · Lebih awet
· Lebih lemah dalam menahan beban.
· Sulit dibentuk.
· Lebih mudah rusak atau rapuh karena cuaca baik cuaca panas maupun dingin
· Kurang awet
Berdasarkan pertimbangan pada tabel 5.1 maka diambil keputusan untuk
menggunakan bahan dari besi sebagai rangka troli alat bantu angkut gabah.
Total biaya pembuatan troli alat bantu angkut gabah adalah sebesar Rp
906.080,00. Total biaya didapat dari toko besi Sumber Rejeki di daerah
Kusumodilagan pada bulan April 2012.
5.1.5 Analisis Hasil Rancangan dengan Gambar 3D dan Perbandingan Postur Kerja
Gambar model dibuat per fase gerakan kemudian dilakukan penilaian
terhadap gambar 3D tersebut dengan menggunakan metode REBA. Penilaian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi postur kerja setelah perancangan yang
diilustrasikan melalui gambar 3D ini masih berpotensi menimbulkan cidera
musculoskeletal. Hasil penilaian ini kemudian dibandingkan dengan hasil
penilaian terhadap fase gerakan pekerja sebelum perancangan.
Berdasarkan table 4.19 dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode
sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko. Semula skor REBA sebelum
perancangan menghasilkan skor yang tinggi tetapi setelah perancangan skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-6
REBA yang dihasilkan menjadi sedang, rendah dan dapat diabaikan. Misalnya
untuk fase gerakan membawa karung gabah yang semula sebelum perancangan
skor REBA yang dihasilkan menunjukan skor 9 dengan level resiko tinggi dan
sesudah perancangan menghasilkan skor REBA 1 dengan level resiko dapat
diabaikan.
Penurunan level resiko ini terjadi karena terjadinya perubahan postur kerja
pekerja sebelum perancangan dan sesudah perancangan. Dari semula posisi postur
kerja operator membawa gabah dengan punggung membungkuk dan beban yang
diangkat berat kemudaian setelah rancangan alat maka berubah menjadi posisi
punggung tegak dan tidak ada beban yang diangkat karena operator hanya
mendorong troli.
Dari keseluruhan penilaian setelah perancangan dapat diperoleh hasil bahwa
postur tubuh pekerja memiliki level resiko lebih rendah dibandingkan dengan
sebelum perancangan sehingga resiko cidera musculoskeletal menjadi lebih kecil.
Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang
disebabkan troli alat bantu angkut gabah yang ergonomis sehingga
memungkinkan pekerja untuk dapat bekerja dengan postur tubuh yang baik. Troli
hasil rancangan dapat meningkatkan produktifitas karena troli dapat mengangkut
3 karung gabah sekaligus dengan jarak tempuh 16 meter sedang sebelum
perancangan, operator memindahkan karung gabah satu persatu sehingga jarak
tempuhnya 30 meter ketika membawa 3 karung gabah.
5.2 INTEPRETASI HASIL PENELITIAN
Troli alat bantu angkut gabah hasil rancangan sudah memenuhi semua
kebutuhan perancangan yang dibuat. Keluhan operator yang semula dalam
membawa karung gabah terlalu berat dan menurunkan ke tempat penggilingan
maka dengan adanya troli ini maka beban yang dibawa menjadi ringan karena
operator hanya mendorong troli saja dan kesulitan dalam menurunkan ke
penggilingan dengan adanya troli operator hanya mengungkit tuas dari pompa
hidrolik sehingga tenaga yang dibutuhkan operator lebih sedikit. Dengan adanya
troli pekerjaan akan menjadi lebih cepat karena troli dilengkapi dengan roda dan
dalam membawa karung gabah yang semula operator merasa kesulitan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-7
karung gabah yang besar dengan adanya troli maka operator hanya meletakan
diatas troli dan operator hanya mendorong tanpa membawa secara manual. Troli
rancangan juga lebih efisien karena dapat membawa 3 karung gabah sekaligus
sehingga akan lebih meningkatkan produktifitas di penggilingan padi. Desain dari
troli yang ergonomis sesuai dengan anthropometri dari operator maka pekerjaan
menjadi efektif, aman dan nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan
saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, dijelaskan pada sub bab berikut
ini.
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan desain troli alat bantu angkut karung gabah berdasarkan
anthropometri operator, dengan penilaian metode REBA yang telah memberikan
hasil penurunan level resiko. Skor REBA sebelum perancangan aktivitas
pengangkutan karung gabah sampai 10 tetapi setelah perancangan skor REBA
menjadi 1.
2. Meningkatkan produktivitas pada penggilingan padi. Troli hasil rancangan dapat
mengangkut 3 karung gabah sekaligus sedangkan sebelum perancangan operator
hanya dapat membawa 1 karung gabah.
6.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan terhadap penelitian selanjutnya yaitu
Sebaiknya pada timbangan diberi semacam conveyor untuk meletakan karung gabah
pada troli alat bantu angkut karung gabah, karena setelah perancangan operator masih
mengangkat karung gabah ke troli sehingga skor REBAnya paling tinggi diantara
aktifitas yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related