tugas makalah promkes tampil
Post on 28-Dec-2015
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sedang memasuki periode transisi epidemiologi, dimana
penyakit-penyakit infeksi yang sejak dahulu banyak terjadi di masyarakat
masih memiliki angka kejadian yang tinggi. Di sisi lain seiring dengan
perubahan gaya hidup terutama di perkotaan, angka kejadian penyakit non-
infeksi (Penyakit Tidak Menular/PTM) juga mulai menunjukkan peningkatan.
Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan
peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular tersebut jika
dibandingkan dengan SKRT tahun 1995. Oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan yang amat komprehensif agar dapat menurunkan angka kejadian
tersebut dan yang lebih penting untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak
terjadi di masyarakat kita (WHO, 1998).
Pendekatan komprehensif tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan
pendekatan kuratif/pengobatan saja, seperti yang selama ini menjadi titik
berat praktik kedokteran di Indonesia. Perlu diupayakan peningkatan
kesadaran dan peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap pola-pola
penyakit tersebut yang akhirnya berujung pada perubahan gaya hidup menjadi
gaya hidup sehat. Di sinilah peranan pendidikan kesehatan dan promosi
kesehatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.
1
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta
nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan
fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan phisik dalam kehidupan
pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral
pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat
kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terpapar zat yang bahaya
mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan
kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya
kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.
Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi
perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat
pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan
lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi. Dimana
industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti
meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik
dan meningkatkan pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga memberikan
dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat kerja dan
masyarakat pada umumnya.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan
secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga
melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang
2
tehnologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka
konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakitkarena
hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan) ,
faktor fisik (panas , bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja
juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan, stress,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak
tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun
mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan
rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan
pencegahan (Buchari, 2007).
Promosi kesehatan ini dikembangkan dengan adanya Deklarasi
Jakarta hasil dari konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta bulan
Juli 1997. Dengan komitmen yang tinggi Indonesia ikut berperan dalam
melakukan kegiatan tersebut terutama melalui program perilaku hidup bersih
yang dilakukan di beberapa tatanan diantaranya adalah tatanan tempat kerja.
Masih sangat sedikit sekali pekerja dari perusahaan mendapatkan
pelayanan kesehatan keselamatan kerja yang memuaskan, karena banyak para
pimpinan perusahaan kurang menghubungkan antara tempat kerja, kesehatan
dan pembangunan. Padahal kita ketahui bahwa pekerja yang sehat akan
menjadikan pekerja yang produktif, yang mana sangat penting untuk
keberhasilan bisnis perusahaan dan pembangunan nasional. Untuk itu
promosi kesehatan di tempat kerja merupakan bagian yang sangat penting di
tempat kerja (Buchari, 2007).
3
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi.
Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun mereka yang terkena
penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan.
Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan,
dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja
kantor-kantor pelayanan kesehatan.
Sekolah merupakan sarana penting yang membutuhkan edukasi
tentang pentingnya menjaga kesehatan, karena anak usia sekolah merupakan
kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan termasuk pendidikan
kesehatan. Mengingat pentingnya hal tersebut, pihak kepala sekolah dan guru
pun diharapkan bisa mengajarkan pendidikan kesehatan pada muridnya
secara maksimal, termasuk menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan untuk menjaga kesehatan. Tujuan diadakannya promosi
kesehatan di sekolah yakni untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sekolah, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di kalangan
masyarakat sekolah serta memperbaiki dan memulihkan kesehatan
masyarakat sekolah melalui mengikutsertakan secara aktif guru, murid dan
orang tua murid dalam pendidikan kesehatan dan mengawasi kesehatan
murid. Selain itu juga melalui imunisasi, usaha pengobatan dan
pencegahannya, usaha perbaikan gizi anak dan usaha lingkungan sekolah
yang sehat (Depkes RI, 2005).
4
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap
menuju hidup sehat. Pada umumnya pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan seseorang atau masyarakat dalam mencerna informasi untuk
kemudian menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan dan menerapkan
hidup sehat agar lebih sejahtera dikemudian hari (Sumijatun, 2006).
Komite sekolah juga perlu mendukung dalam hal pendanaan untuk
sarana dan prasarana pembinaan PHBS di sekolah serta mengevaluasi kinerja
kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan dengan pencapaian sekolah
sehat. Contoh sederhana yang perlu dilakukan ada berbagai hal, salah satu
yang sederhana yakni menyediakan westafel dan air bersih buat cuci tangan
siswa/i disekolah dan tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir, lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah BAB dan BAK,
memegang uang dan sebagainya, membersihkan seluruh tangan termasuk
sela-sela jari dan di bawah kuku, dan hemat menggunakan air.
Pesan lain yang tak kalah penting yakni menyampaikan pentingnya makan
makanan sehat. Salah satunya yakni dengan mengonsumsi makanan bergizi
dan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak
dan vitamin. Alat bantu yang bisa mendukung dalam melakukan penyuluhan
disekolah bisa digunakan leaflet, poster, lembar balik dll.
5
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Promosi Kesehatan di tempat kerja dan sekolah
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Promosi Kesehatan di tempat kerja dan
sekolah
3. Untuk mengetahui perencanaan / langkah-langkah Promosi Kesehatan
pada tempat kerja dan sekolah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Promosi Kesehatan
Definisi promosi kesehatan menurut WHO tahun 2008 adalah
promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu,
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan
sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat
disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam
masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Green (dalam Notoadmojo, tahun 2005) juga mengemukakan
bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan
dan sikap seseorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana,
dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
7
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi
seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-
undang, peraturanperaturan, surat keputusan.
Seperti halnya Kesehatan Masyarakat, Promosi Kesehatan sebagai
bagian dari Kesehatan Masyarakat juga mempunyai aspek teori atau ilmu, dan
praktek, aplikasi atau seni. Dari aspek aplikasi, Promosi Kesehatan mecakup
komponen atau faktor-faktor yang terkait dengan pelaksanaan Promosi
Kesehatan di lapangan. Pelaksanaan atau Promosi Kesehatan dari aspek
praktis, tidak terlepas dari 6W dan 1H, yakni:
1. Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya promosi
kesehatan)
2. Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana promosi
kesehatan)
3. Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau dilaksanakan
(sasaran promosi kesehatan)
4. What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat (materi promosi
kesehatan)
5. When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan (waktu pelaksanaan
promosi kesehatan)
6. Where, dimana promosi kesehatan dilakukan (tempat atau tatanan
promosi kesehatan dilakukan)
7. How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode dan teknik
promosi kesehatan) (Notoadmojo, 2007).
8
B. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
1. Definisi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Menurut Ottawa 1996 promosi kesehatan di tempat kerja adalah
upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta lingkungannya.
2. Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat
f. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan
kesehatan pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan
peningkatan kesehatan. Secara mendasar promosi kesehatan di tempat
kerja adalah perlu melindungi individu (pekerja), lingkungan di dalam
dan di luar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress atau
lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan
kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat
mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
9
3. Sasaran dari Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja adalah:
a. Primer : Karyawan di tempat kerja.
b. Sekunder : Pengelola kesehatan dan keselamatan kerja (K3), serikat
atau organisasi pekerja.
c. Tertier : Pengusaha dan manajer/ Direktur.
4. Keuntungan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Bagi Perusahaan
Meningkatnya lingkungan tempat kerja yang sehat dan aman serta nyaman
Citra Perusahaan Positif
Meningkatkan moral staf
Menurunnya angka absensi
Meningkatnya produktifitas
Menurunnya biaya kesehatan atau biaya asuransi.
Pencegahan terhadap penyakit.
Bagi Pekerja
Lingkungan tempat kerja menjadi lebih sehat
Meningkatnya percaya diri
Menurunnya stress
Meningkatnya semangat kerja
Meningkatnya kemampuan
Meningkatnya kesehatan.
Lebih sehatnya keluarga dan masyarakat
10
5. Dasar hukum K3 ( keselamatan dan kesehatan kerja)
Adapun dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :
undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan undang-undang
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Isi Undang-
Undang
a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia.
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya
saing bangsa bagipembangunan nasional.
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi
yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan
negara.
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan
kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan
11
kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak
baik Pemerintah maupun masyarakat.
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan
kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan
diganti dengan UndangUndang tentang Kesehatan yang baru.
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk
Undang-Undang tentang Kesehatan.
1. Definisi tenaga kerja dan pekerja
Definisi tenaga kerja dan pekerja menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia NO 50 tahun 2012 yaitu :
a. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
b. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Manajemen Resiko
Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan:
meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan
kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja
yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian
12
akibat kegagalan produksi yang disebabkan kecelakaan dan sakit, serta
pencegahan kerugian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Secara sistematik dilakukan pengendalian potensi bahaya serta
risiko dalam proses produksi melalui aktivitas :
a. Identifikasi bahaya
b. Penilaian pajanan
c. Karakteristik resiko
d. Penilaian resiko
e. Pengendalian risiko untuk mencegah atau mengurangi kerugian.
f. Pemantauan dan peninjauan ulang
3. Faktor resiko pekerja
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko pekerja mengalami
penyerangan di tempat kerja, yaitu : Kontak dengan publik, pertukaran
uang, pengantar penumpang atau barang/ jasa, memiliki tempat kerja yang
bergerak (taksi atau mobil patroli), bekerja dengan orang yang tidak stabil
atau gampang marah dalam layanan kesehatan, layanan sosial, atau
dilingkungan hukum pidana, bekerja sendirian atau dalam jumlah kecil,
bejkerja lembur sampai larut malam atau selama waktu subuh, bekerja
dilingkngan yang tingkat kejahatannya tinggi, menjaga properti atau
kepemilikan yang berharga, bekerja dilingkungan masyarakat (National
Institude core Occupational safety and health, 1996).
4. Program K3S
13
James S. et all. (2006), mengatakan program yang dilakukan ditempat
kerja untuk mengurangi cidera dan penyakit, yaitu :
a. Pemeriksaan pra penempatan.
b. Program pemeliharaan kesehatan.
c. Program kewaspadaan keselamatan
d. Program promosi kesehatan
e. Penyelidikan kecelakaan
f. Program manajemen stress
g. Program bantuan pegawai dan rehabilitasi
5. Penyakit Akibat Kerja
Terdapat 31 penyakit akibat kerja menurut KEPPRES No.22 Tahun 1993
Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja yaitu :
- Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan
parut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis
yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau
kematian.
- Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras.
- Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
- Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
14
- Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai
akibat penghirupan debu organik.
- Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-nya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
15
- Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang
beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena
atau homolognya yang beracun.
- Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
- Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
- Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen
sulfida, atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
- Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
- Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan
otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
- Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan
lebih.
- Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi
yang mengion.
- Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,
kimiawi atau biologik.
- Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari
zat tersebut.
- Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
16
- Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi
khusus.
- Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
- Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
6. Jaminan untuk pekerja
Jaminan untuk para pekerja yaitu berdasarkan pada UU Nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 50 tahun 2012 yaitu dijaminnya keselamatan dan kesehatan akibat
kerja dan upaya pencegahannya dengan program K3.
C. Promosi Kesehatan di Sekolah
1. Definisi Promosi Kesehatan di Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya meningkatkan
kemampuan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar
mandiri dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan
dan memelihara lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat
serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
sekitarnya.
Program Promosi Kesehatan di Indonesia semula dikelola atau
dikembangkan oleh Direktorat Penyuluhan Kesehatan, yang selanjutnya
pada tahun 1980-an diganti menjadi Pusat Penyuluhan Kesehatan.
Penggunaan terminologi penyuluhan pada saat itu hanya untuk
17
menghindari tumpang tindih dengan nama Departemen Pendidikan. Oleh
sebab itu meskipun menggunakan nama Pusat Penyuluhan Kesehatan,
tetapi tugas dan fungsinya sama, yakni Pendidikan Kesehatan, dan
sekarang berubah ke Promosi Kesehatan. Bersamaan dengan era
reformasi, Pusat Penyuluhan Kesehatan diganti menjadi Pusat Promosi
Kesehatan, sesuai dengan perkembangan yang terjadi di Badan Kesehatan
Dunia atau WHO (WHO, 2008).
Terkait dengan pembinaan kesehatan sekolah di Indonesia, pada
saat masih sebagai Pusat Penyuluhan Kesehatan bekerjasama dengan
Seksi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yang pada waktu itu masih di
bawah Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat, telah
menyusun sebuah buku konsep yang mencakup juga semacam panduan
bagi penyelenggaraan UKS. Buku inilah satu-satunya pegangan bagi
usaha pembinaan kesehatan pada masyarakat sekolah, khususnya siswa
(Sumijatun et al, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa UKS merupakan bentuk program
pelaksanaan Pendidikan Kesehatan atau sekarang Promosi Kesehatan di
Sekolah. Memang perlu disadari bersama bahwa UKS itu bukan satu-
satunya milikatau tanggung jawab Departemen Kesehatan, tetapi tetap
tanggung jawab dari empat departemen. Di samping Departemen
Kesehatan, juga terlibat Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Agama, dan Departemen Dalam Negeri. Pelaksanaan UKS meliputi 3
kegiatan utama (Trias UKS), yakni :
18
1. Pendidikan kesehatan
2. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Kemudian pada tahun 1990-an, di tingkat internasional, WHO
mengeluarkan deklarasi yang disebut "Health Promoting School" atau
Sekolah yang Berwawasan Kesehatan, atau sering juga diterjemahkan
"Sekolah yang Mempromosikan Kesehatan". Kegiatan health promoting
school (HPS).
Elemen kegiatan mencakup 6 elemen yaitu:
1. Pelibatan staf kesehatan dan pendidikan, guru, orang tua,tokoh-tokoh
masyarakat dalam upaya promosi kesehatan di sekolah
2. Penjaminan lingkungan yang sehat dan aman, baik fisik maupun
psikososial
3. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan berbasis keterampilan yang
efektif dan "Life skill"
4. Penyediaan akses terhadap pelayanan kesehatan
5. Penerapan kebijakan sekolah dan aktivitas yang menunjang
kesehatan
6. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat secara menyeluruh
19
Usaha Kesehatan Sekolah di Indonesia, maupun Sekolah yang
Berwawasan Kesehatan (health promoting school) sebenarnya memiliki
tujuan utama yang sama, yakni membina komunitas sekolah sehingga
menjadi sekolah yang sehat atau "healthy school". Sekolah adalah salah
satu tatanan yang sangat potensial dalam Promosi Kesehatan. Hubungan
antara Promosi Kesehatan,danHealth Promoting School dapat
digambarkan sebagai berikut :
2. Tujuan Promosi Kesehatan Di Sekolah
a. Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
untuk ber-PHBS.
b. Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman dan nyaman.
c. Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
d. Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan di sekolah
e. Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di
sekitar lingkungan sekolah
f. Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk
mempromosikan kesehatan (Sumijatun, 2006).
3. Sasaran dari Promosi Kesehatan di Sekolah
a. Peserta didik, yaitu semua anak yang mengikuti pendidikan di
sekolah.
20
b. Warga sekolah, yaitu setiap orang yang berperan di dalam proses
belajar-mengajar di sekolah (guru, Kepala Sekolah, karyawan
sekolah).
c. Masyarakat lingkungan sekolah, yaitu seluruh masyarakat yang berada
di lingkungan sekolah selain warga sekolah (pengelola kantin, penjaga
sekolah, dan lain-lain).
d. Persatuan Guru Republik Indonesia, Komite Sekolah.
e. Tim Pembina UKS dan Tim Pelaksana UKS.
f. Penentu kebijakan/pengambil keputusan (Kepala Dinas Pendidikan,
Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Daerah, DPR/DPRD).
4. Manfaat Promosi Kesehatan di Sekolah
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai
gangguan dan ancaman penyakit
b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak
pada prestasi belajar peserta didik
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)
d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
5. Dasar-dasar Hukum Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Sekolah
21
a. UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 45 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Sekolah
b. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. SKB 4 Menteri (Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri) No. 1/U/SKB/2003,
1067/Menkes/SKB/VII/2003, MA/230 A/2003, dan 26 Tahun 2003
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah
d. SKB 4 Menteri (Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri) No. 2/P/SKB/2003, No.
1068/Menkes/SKB/VII/2003, MA/230 B/2003, dan 4415-404 Tahun
2003 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat
e. Kepmenkes No. 1193/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan
f. Kepmenkes No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. Promosi Kesehatan Pada Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan yang dapat menyediakan kesempatan
untuk memanipulasi lingkungan dan dapat dijadikan tempat untuk program
peningkatan kesehatan. Sekolah merupakan sistem yang kompleks (terdapat
banyak struktur dan aspek-aspek terkait), sehingga dalam program promosi
kesehatan di sekolah, semua aspek dalam lingkungan sekolah harus ikut
berperan. Dengan memfokuskan pada semua aspek di sekolah, diharapkann
pesan edukasi tentang kesehatan akan diperkuat melalui modelling norma
sosial yang sehat dan penghambat dari perilaku sehat dapat dikurangi.
Menurut WHO (dalam Morrison & Benneth, 2006) menetapkan
dasar-dasar bagi promosi kesehatan di sekolah:
23
1. Kebijakan kesehatan di sekolah – mengembangkan kebijakan untuk
perilaku sehat di sekolah
2. Menetapkan lingkungan yang aman, sehat secara fisik dan sosial
3. Mengajarkan ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan
4. Menyediakan makanan sehat
5. Adanya program promosi kesehatan untuk staff di sekolah
6. Menyediakan program konseling sekolah dan psikologi
7. Program pendidikan fisik / Olah Raga di sekolah
Berdasarkan dasar-dasar WHO tersebut, Physicial and Health
Education Canada (dalam Gleddie et al., 2010) membuat program 4E sebagai
pengelompokan dalam program promosi kesehatan di sekolah: Education,
Environment, Everyone, Evidence.
1. Education melibatkan proses belajar mengajar yang mendukung bagi
promosi kesehatan untuk semua anggota komunitas sekolah.
2. Environment: melibatkan semua aspek lingkungan sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi promosi
kesehatan di sekolah. Lingkungan sekolah tidak hanya melibatkan
lingkungan yang terdapat dalam sekolah (misal: kantin, ruang kelas) tapi
juga melibatkan lingkungan luar sekolah, seperti rumah.
3. Everyone melibatkan seluruh anggota dari sekolah (guru, siswa, penjual
makanan di kantin sekolah) dan juga luar sekolah (orang tua, masyarakat
sekitar sekolah).
24
4. Evidence terdiri dari konsep kolaboratif dalam mengidentifikasi tujuan,
perencanaan tindakan dan mengumpulkan semua informasi yang dapat
mendukung keefektifan program promosi kesehatan
Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan
sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun
organisasi-organisasi di masyarakat
2. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
a. Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta
didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan
berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental
dan sosial
b. Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru
maupun orangtua
3. Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya
pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
a. Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
b. Kerjasama dengan Puskesmas setempat
c. Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan
“keamanan” makanan.
25
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan perencanaan
promosi kesehatan di sekolah adalah :
a. Analisis situasi
1. Diagnosis Masalah, Green dan Kreuter (1991) telah
mengembangkan suatu model pendekatan untuk membuat
perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai model
PRECEED – PROCEDE. PRECEDE (Predisposing, Reinforsing
and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation)
digunakan pada fase diagnosis masalah kesehatan, penetapan
prioritas masalah dan tujuan program. PROCEED digunakan untuk
menetapkan sasaran dan criteria kebijakan serta pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Menetapkan Prioritas Masalah, Langkah-langkah yang harus
ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah :
a) Menetapkan status kesehatan, Menetukan pola pelayanan
kesehatan yang ada,
b) Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan
pelayanan kesehatan di sekolah dan masyarakat,
c) Menentukan determinan masalah kesehatan.
Setelah melakukan langkah-langkah diatas, selanjutnya dalam
menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan
beberapa factor, seperti : beratnya masalah dan akibat yang
26
ditimbulkan, pertimbangan politis guna mendapat dukungan,
sumber daya yang ada di sekolah maupun masyarakat.
b. Pengembangan Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan di Sekolah,
1. Menentukan tujuan, pada dasarnya tujuan promosi kesehatan
disekolah adalah untk mencapai tiga hal, yaitu : meningkatkan
pengetahuan dan atau sikap sisiwa, guru, masyarakat disekitarnya,
meningkatkan perilaku siswa, guru, masyarakat sekolah , serta
masyarakat di sekitarnya, yang pada akhirnya akan berpenagruh
terhadap peningkatan status kesehatan mereka.
2. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan di Sekolah, sasaran
Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan tidak selalu sama.
Oleh sebab itu, kita harus menetapkan sasaran langsung (primer)
dan tidak langsung ( sekunder dan teersier). Di dalam promosi
kesehatan di sekolah, yang dimaksud dengan sasaran primer adlah
siswa sekolah, sedangkan sasaran sekunder adalah warga sekolah
( guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnyainnya, dll.
3. Menentukan Metode Promosi Kesehatan di Sekolah, dalam
menggunakan metode yang akan digunakan dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada siswa harus dipertimbangkan aspek
yang ingin dicapai. Jika ingin mencapai aspek pengetahuan maka
dapat dilakukan dengan cara penyuluhan langsung. Media yang
bisa dipergunakan seperti poster, spanduk, leaflet, dll sehingga
masyarakat sekolah sering melihat dan membaca. Untuk aspek
27
sikap perlu diberikan contoh yang konkrit sehingga dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap siswa. Jika akan
mengembangkan aspek ketrampilan tertentu, maka siswa harus
diberi kesempatan untuk mencoba.
4. Menentukan Media Promosi Kesehatan di Sekolah, teori
pendidikan menyebutkan, bahwa belajar yang paling baik dan
mudah adlah dengan menggunakan panca indera sebanyak
mungkin, yang untuk maksud tersbut hampir semua program
pendidikan kesehatan menggunakan media yang disesuaikan
denngan sasaran.
5. Menyusun Rencana Evaluasi,eEvaluasi bertujuan untuk mengukur
keberhasilan dari apa yang telah dilakasanakan.
6. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan, untuk memudahkan
pelaksanaan, monitoringdan evaluasi kegiatan yang dilakukan perlu
diususn jadwal pelaksanaan kegiatan, yang biasanya disajikan
dalam bentuk gant chart atau matrik.
Strategi Promosi Kesehatan Pada Sekolah
1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Sehat
2. Pemberdayaan Warga Sekolah dan Masyarakat Lingkungan Sekolah
dalam Membangun Lingkungan Sekolah yang Sehat
3. Penggalangan Kemitraan untuk Meningkatkan Upaya Promosi Kesehatan
di Sekolah
28
4. Memberikan Pendidikan Kesehatan bagi Anak
5. Pengkajian/Penelitian untuk Meningkatkan Program Promosi Kesehatan
di Sekolah
6. Memberikan Akses Pelayanan Kesehatan yang Bersifat Promotif dan
Preventif bagi Peserta Didik
7. Berperan Aktif dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
Pentingnya promosi promosi kesehatan di sekolah yaitu :
1. Sekolah adalah tempat utama dimana individu mengikuti proses
pendidikan.
2. Sebagian besar anak usia 7-12 tahun mengikuti pendidkan di sekolah
sekitar 5 jam per hari atau 30 jam per minggu.
3. Seorang anak akan terpapar dengan sekolahnya dalam kurun waktu yang
cukup lama (SD 6 tahun).
4. Sekolah memiliki kurikulum yang memungkinkan seorang anak dapat
belajar hal terkait dengan kesehatannya.
Indikator jangka panjang promosi kesehatan di sekolah adalah :
1. Menurunnya angka absensi siswa dan guru karena sakit.
2. Menurunnya kasus / siswa yang memerlukan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) do sekolah.
3. Menurunnya jumlah kasus / siswa yang menderita kurang gizi.
29
B. Beberapa Contoh Promosi Kesehatan Di Sekolah
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Perilaku makan di Sekolah
C. Rancangan Promosi Kesehatan di Sekolah Pada Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari
pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009).
Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah (PHBS) di
sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Sekolah sehat adalah sekolah yang mampu menjaga dan meningkatkan
kesehatan masyarakat sekolah dan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak sekolah melalui berbagai upaya kesehatan
(Sya’roni, RS 2007).
Bidang PHBS (Depkes RI, 2001) yaitu:
30
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2 kali sehari
2. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi
garam beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
setiap 6 bulan
3. Bidang Kesehatan lingkungan, seperti membuang sampah pada
tempatnya, menggunakan jamban, memberantas jentik.
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-
10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di
sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan
melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, 2009).
Penerapan PHBS di sekolah menurut Sya’roni. RS (2007), antara lain:
1. Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan
kurikulum yang berlaku (kurikuler)
2. Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan
diluar jam pelajaran biasa (ekstrakurikuler)
a. Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
31
b. Aktivitas kader kesehatan sekolah/ dokter kecil
c. Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
d. Pemeliharaan jamban sekolah
e. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
f. Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
g. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
h. Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi
3. Membimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.
4. Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan
peran aktif siswa, guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan
kelompok, pemutaran kaset radio atau film, penempatan media poster,
penyebaran leaflet dan membuat majalah dinding
5. Pemantauan dan evaluasi
a. Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan
yang telah dilaksanakan
b. Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap
masalah yang ditemukan
c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.
Sasaran
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota
keluarga institusi pendidikan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya
(2009) terbagi dalam:
32
1. Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan diubah
perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu atau
kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
2. Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua
murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan
dan lintas sektor terkait, pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).
3. Sasaran Tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala
desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat,
dan orang tua murid.
Manfaat PHBS di Sekolah
Manfaat PHBS di sekolah diantaranya:
1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan
dan ancaman penyakit
2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar peserta didik
33
3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat)
4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Suryatiningsih,
2010).
Indikator PHBS
1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di
tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang
cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman
penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan.
Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum
baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan
semangkuk air atau kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan.
Padahal kebiasan sehat mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan
sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim,
2009).
Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun adalah:
a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan
34
b. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang
bisa menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).
c. Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan
kuman 25% dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan sabun akan dapat membersihkan kotoran dan
membunuh kuman hingga 80% dari tangan (Hasyim, 2009).
Saat harus mencuci tangan yaitu:
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
binatang, berkebun)
b. Setelah buang air besar
c. Sebelum makan dan sebelum memegang makanan
Manfaat mencuci tangan diantaranya:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu
burung atau SARS
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu:
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
b. Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan,
gosok bila perlu
c. Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari
35
d. Setelah itu keringkan dengan lap bersih. (Depkes RI, 2001)
2. Jajan di kantin sekolah yang sehat
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan
hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak
sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana
telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman
yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang
tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran
kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah
penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengawet
yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang
digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan
methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).
Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang
tempat, harus di kantin sekolah karena:
a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin
kebersihannya, terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari
serangga dan tikus
b. Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
siswa, sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah
c. Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan
dan peralatan makan
36
d. Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air
kotor
e. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite
sekolah.
3. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang
besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah
untuk diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang
Binawan yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah
sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya
warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya
(Kartiadi, 2009).
Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah
juga mengundang kuman penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di
tempat sampah.
Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakan sampah
menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Sampah anorganik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan
secara alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol
37
b. Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara
alami, contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-
rempah, atau sisa buah
c. Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum
suntik bekas.
Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah:
a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus
b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang
membahayakan kesehatan
d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara memusnahkan atau
memanfaatkannya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan
secara sederhana sebagai berikut:
a. Penumpukan
Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara
langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode
penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena
berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran udara,
terutama bau, sumber penyakit dan mencemari sumber-sumber air.
b. Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat
menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
38
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat
dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari
pencemaran asap, bau, dan kebakaran.
d. Sanitari landfill
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang
telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal
khusus yang sangat luas.
Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos
dan makanan ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang
seperti sampah kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu
strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk atau
material bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang misalnya:
1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening
maupun yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.
2) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus,
kecuali kertas yang berlapis minyak
3) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
4) Besi bekas rangka meja, besi rangka beton
5) Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember
6) Sampah basah dapat diolah menjadi kompos
39
Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri,
orang lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:
a. Menghemat sumber daya alam
b. Menghemat energi
c. Mengurangi uang belanja
d. Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA)
e. Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah.
4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah (Gunarsa, S 2001):
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan
terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan
meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas
kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang
berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesi masing-masing.
Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang
dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan
(Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan
dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness).
40
Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk
memelihara kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah
sakit. Selain itu juga untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Manfaat olahraga antara lain:
a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker,
tekanan darah tinggi, kencing manis
b. Berat badan terkendali
c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
d. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
e. Lebih percaya diri
f. Lebih bertenaga dan bugar
g. Keadaan kesehatan menjadi lebih baik
5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan
diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat
memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang
bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui
pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara
membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran
tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh
melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka
pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih
41
kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal
apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain
seusianya.
Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk
memantau pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa agar
segera diketahui jika ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi
lebih.
Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa
yaitu dengan mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan
tiap siswa di Kartu Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan telihat
berat badan atau tinggi badan naik atau tidak naik (terlihat
perkembangannya).
Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah (Depkes,
2001) antara lain:
a. Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa.
c. Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi lebih,
sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses
belajar di sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas.
Jenis-jenis kondisi gizi tidak seimbang yang dapat diketahui setelah
melakukan penimbangan berat badan adalah:
a. Gizi buruk
42
Gizi buruk adalah bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka
akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada
keadaanya ini dapat menjadi kwarshiorkor dan marasmus yang
biasanya disertai penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit
pencemaan, infeksi saluran pernafasan bagian atas, dan anemia.
Tanda-tanda gizi buruk (Meru, 2008) yaitu:
1) Sangat kurus, tulang iga tampak jelas
2) Wajah terlihat lebih tua
3) Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis)
4) Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung, dan bila dicabut
tidak sakit
5) Kulit keriput
6) Pantat kendur dan keriput
7) Perut cekung atau buncit
8) Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan bila
ditekan lama kembali
9) Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat.
b. Gizi lebih
Masalah ini disebabkan karena konsumsi makanan yang
melebihi dari yang dibutuhkan, terutama konsumsi lemak yang
tinggi dan makanan dari gula murni. Pada umumnya masalah ini
43
banyak terdapat di daerah perkotaan dengan dijumpainya balita yang
kegemukan.
Tanda-tanda gizi lebih (Meru, 2008) yaitu:
1) Berat badan jauh di atas berat normal
2) Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang
3) Tidak dapat bergerak bebas
4) Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan
5) Mudah lelah
6) Malas melakukan kegiatan.
c. Gizi kurang
Gizi kurang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak
mencukupi kebutuhannya dalam waktu tertentu (Meru, 2008).
6. Tidak merokok di sekolah
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan
setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun
utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena
itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat
sekolah dasar (Wastuwibowo, 2008).
Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik
bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya
adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin menyebabkan
44
ketagihan dan merusak jantung serta aliran darah, tar menyebabkan
kerusakan sel paru-paru dan kanker, sedangkan karbon monoksida
menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Perokok aktif
Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1
batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak
rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba.
b. Perokok pasif
Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok
orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan
orang yang sedang merokok.
Bahaya merokok (Depkes RI, 2003), antara lain:
a. Menyebabkan kerontokan rambut
b. Gangguan pada mata, seperti katarak
c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok
d. Menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan kanker
e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap
f. Tulang lebih mudah keropos
Bagi perokok yang ingin berhenti merokok dapat melakukannya dengan
cara:
45
e. Bulatkan tekat, mantapkan niat yang kuat untuk berhenti merokok
f. Mencari alasan yang kuat untuk berbenti merokok misalnya karena
disuruh keluarga atau ingin meningkatkan kesehatan
g. Tetapkan tanggal berhenti merokok dalam waktu kurang dan dua
minggu
h. Memilih salah satu cara berhenti seperti berhenti seketika, mengurangi
jumlah rokok secara bertahap atau menunda waktu merokok
i. Minta dukungan teman atau keluarga
j. Menghindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan merokok
(Wastuwibowo, 2008).
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang penetapan
kawasan tanpa rokok sebagai upaya perlindungan untuk masyarakat
terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar
asap rokok.
Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, perdagangan, promosi, dan
penggunaan rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok diselenggarakan di
berbagai tempat (Depkes RI, 2001), yaitu:
a. Tempat umum, seperti terminal, bus way, bandara, stasiun kereta api,
pusat perbelanjaan, pasar serba ada, hotel, restoran, tempat rekreasi
b. Tempat ibadah, seperti masjid, mushola, gereja, kapal, pura, wihara, dan
klenteng
46
c. Arena kegiatan anak-anak, seperti tempat penitipan anak, tempat
pengasuhan anak, arena bermain anak-anak
d. Tempat proses belajar mengajar, seperti sekolah, tempat pelatihan,
termasuk perpustakaan, ruang praktik, atau laboratorium, museum.
e. Tempat pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, Puskesmas, dan rumah
sakit
f. Tempat kerja, seperti perkantoran, pabrik, ruang rapat, ruang sidang atau
seminar
g. Angkutan umum, seperti bus, bus way, mikrolet, kereta api, kapal laut
dan pesawat udara.
7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin (Depkes RI,
2001):
Sekolah menjadi bebas jentik dan warga sekolah serta masyarakat
sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui
nyamuk, seperti demam berdarah, malaria, dan kaki gajah.
Memberantas jentik di sekolah adalah kegiatan memeriksa
tempat-tempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi,
kolam) apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan
memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya:
a. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
(menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk)
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam
47
dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-
tempat perkembangbiakannya.
Tiga (3) M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN, yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi, kolam, tatakan pot kembang
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti lubang bak
kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air
hujan
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air, seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang
dibuang sembarangan (bekas botol atau gelas air mineral, plastik
kresek)
d. Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
2) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya
memakai obat nyamuk oles atau diusap ke kulit
3) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
4) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak
5) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat
yang sulit dikuras, misalnya di talang air atau di daerah sulit air
6) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampung air,
misalnya ikan cupang, ikan nila
7) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk, misalnya zodia, lavender,
rosemary
48
Manfaat sekolah bebas jentik adalah:
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit
dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
b. Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti
demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah
c. Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat
Cara pemeriksaan jentik berkala dapat dilakukan secara sederhana
dengan menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. Jika
ditemukan jentik, warga sekolah dan masyarakat sekolah diminta untuk
menyaksikan atau melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan
PSN melalui 3 M atau 3 M plus. Setelah itu mencatat hasil pemeriksaan
jentik.
8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah (Depkes RI,
2001):
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki
setiap masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih
adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena
sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar
pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari
sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak
mencemari lingkungan sekitar.
49
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung), yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Jenis jamban ada dua, yaitu:
a. Jamban cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi menyimpan
dan meresapkan cairan kotoran/ tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik atau leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian atau
dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.
Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jamban bersih adalah:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit
infeksi saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
Syarat jamban sehat yaitu:
50
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g. Penerangan dan ventilasi cukup
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
Cara memelihara jamban sehat adalah:
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
d. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki
Langkah-langkah Pembinaan PHBS di Sekolah (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, 2004):
1. Analisis Situasi
51
Penentu kebijakan atau pimpinan di sekolah melakukan pengkajian ulang
tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana
sikap dan perilaku khalayak sasaran (siswa, warga sekolah, dan
masyarakat lingkungan sekolah) terhadap kebijakan PHBS di sekolah.
Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.
2. Pembentukan kelompok kerja
Pihak pimpinan sekolah mengajak bicara/ berdialog guru, komite sekolah,
dan tim pelaksana atau pembina UKS tentang:
a. Maksud, tujuan, dan manfaat penerapan PHBS di sekolah
b. Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di sekolah
c. Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah, antisipasi
kendala, sekaligus alternatif solusi
d. Menetapkan penanggung jawab PHBS di sekolah dan mekanisme
pengawasannya
e. Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga sekolah, dan
masyarakat sekolah
f. Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja penyusunan
kebijakan PHBS di sekolah
3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah
Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan, dan cara
melaksanakannya.
4. Penyiapan Infrastruktur
52
Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas
PHBS di sekolah, instrumen pengawasan materi, sosialisasi penerapan
PHBS di sekolah, pembuatan dan penempatan pesan di tempat-tempat
strategis disekolah, pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah.
5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah
Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal, antara lain:
a. Penggunaan jamban sehat dan air bersih
b. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
c. Larangan merokok di sekolah dan kawasan tanpa rokok di sekolah
d. Membuang sampah pada tempatnya
e. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah.
D. Rancangan Promosi Kesehatan di Sekolah Pada Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)
Dalam siklus hidup, masa kanak-kanak merupakan waktu yang tepat
untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya manusia yang
berkualitas sebagai sumber daya pembangunan bangsa. Kesadaran akan funsi
anak dan nilai substabtifnya melatarbelakangi dikembangkannya berbagai
upaya pembinaan anak, termasuk Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). UKS
mulai dikembangkan sejak beberapa dekade yang lalu dan dimantapkan
dengan pembentukan tim pembina UKS di semua tingkat pemerintahan pada
sekitar tahun 1984 (Dep. Kes RI, 2001).
53
Upaya pembinaan melalui sekolah telah dinyatakan dalam Undang-
Undang RI No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan. Pada Bab V Pasal 45 ayat
1 dinyatakan bahwa “Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas”
(Sumijatun, 2006).
Tujuan umum dari UKS adalah adanya usaha untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya dan berkualitas. Sasaran dari pelaksanaan UKS
adalah anak-anak usia sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menegah.
Ruang lingkup UKS tercermin dalam Tri-program dan dikenal :Trias
UKS” yang meliputi :
1. Pendidikan kesehatan, dilaksanakan melalui intrakurikuler dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilakukan dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada jam pelajaran, sedangkan ekstrakurikuler
dilaksanakan di luar jam pelajaran, seperti : kerja bakti, aktivitas kader
sekolah (dokter kecil), bimbingan perilaku sehat dan penyuluhan
kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan, dilakukan secara komprehensif yang meliputi
kegiatan promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi.
54
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah, yang dilakukan adalah
kegiatan bina fisik, mental dan sosial.
Bentuk dan sifat upaya kesehatan melalui UKS mencakup beberapa prinsip
yaitu :
1. Intervensi program yang dilakukan melalui kegiatan upaya kesehatan dan
pendidikan
2. Melaksanakan dasar-dasar upaya kesehatan seperti upaya dan pelayanan
kesehatan paripurna serta pembinaan dan peningkatan peran masyarakat
dalam pengembangan sikap dan perilaku sehat
3. Pendekatan terhadap pemecahan masalah
4. Intervensi yang lain yang terkait
Pelayanan kesehatan dalam bentuk UKS salah satunya melalui program
“Dokter Kecil” :
1. Pengrtian, Dokter Kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah
dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan
lingkungan.
2. Tujuan umum : untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam progran UKS
Tujuan khusus :
a. Siswa dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, rumah dan
lingkungannya
55
b. Siswa dapat menolong diri sendiri, sesama teman dan orang lain untuk
hidup sehat
3. Kriteria peserta :
a. Siswa SD kelas 4 da 5
b. Berprestasi di sekolah
c. Berbadan sehat
d. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab
e. Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat
f. Berbudi pekerti baik dan suka menolong
g. Izin orang tua
4. Tugas dan kewajiban Dokter Kecil :
a. Bersikap santun dan berperilaku sehat
b. Dapat menggerakkan sesama teman / siswa untuk bersama-sama
menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya sendiri
c. Berusaha bagi terciptanya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah
maupun di rumah
d. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan
program di sekolah
5. Kegiatan Dokter Kecil :
a. Menggerakkan dan membimbing teman melaksanakan :
1) Pengamatan kebersihan dan kesehtan pribadi
2) Pengukuran tinggi badan dan berat badan
3) Penyuluhan kesehatan
56
b. Membantu petugas kesehatan, melaksanakan :
1) Distribusi obat cacing, vitamin S, dll
2) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
3) Pertolongan pertama pada penyakit (P3P)
c. Pengamatan dini tanda-tanda penyakit
d. Pengamatan kebersihan ruang UKS, warung sekolah dan lingkungan
e. Pencatatan dan pelaporan
f. Melaporkan hal-hal yang khusus pada guru UKS / Kepala Sekolah
yang ditunjuk
E. Rancangan Promosi Kesehatan di Sekolah Pada Perilaku Makan (di
sekolah)
Tujuan Umum : Siswa mampu melakukan perilaku makan yang sehat
Tujuan Khusus:
1. Siswa memiliki pengetahuan tentang makanan sehat dan manfaatnya
2. Siswa memiliki sikap yang positif terhadap makanan sehat
3. Siswa memiliki keyakinan tentang outcome dari pemilihan makanan
yang sehat dan yakin bahwa dirinya mampu melakukan perilaku makan
sehat
4. Siswa mampu melakukan pilihan terhadap makanan yang sehat dan
mengatur porsi makanannya sesuai dengan kandungan gizinya
57
Program akan dilakukan selama 1 tahun, dengan evaluasi program
tiap 3 bulan. Program diberikan pada level SD – SMP, dengan penyesuaian
kurikulumnya untuk tiap levelnya.
Hal-hal yang akan dilakukan dalam program promosi perilaku
makan sehat di sekolah:
1. Kebijakan sekolah
Menambahkan tentang kebijakan tentang perilaku makan sehat.
Kebijakan dapat berupa aturan tentang makanan yang dapat dikonsumsi
di sekolah atau larangan membeli makanan dari luar sekolah. Berkaitan
dengan kebijakan, sekolah bisa mengadakan hari makanan sehat (misal
seminggu sekali), dimana pada hari itu semua siswa dan guru diharuskan
untuk makan makanan yang sehat.
2. Kurikulum dalam pengajaran
Menambahkan pengajaran tentang makanan sehat dan perilaku makan
sehat pada kurikulum pengajaran beberapa mata pelajaran, misal:
biologi, olah raga, bimbingan konseling, IPA. Bila memungkinkan
menambah satu mata pelajaran tentang perilaku makan sehat yang
dilakukan seminggu sekali (1jam pelajaran). Hal-hal yang bisa menjadi
topik dalam pengajaran: pengetahuan tentang nutrisi atau kelompok
makanan, piramida makanan, cara-cara memilih makanan yang sehat,
body image – kaitannya dengan pemilihan makanan yang sehat, cara-
cara meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, cara
meningkatkan self-efficacy dalam hal perilaku makan sehat, cara
58
mengontrol porsi makanan, masalah-masalah yang ditimbulkan akibat
obesitas atau kurangnya nutrisi dalam makanan, dan gunanya memiliki
berat badan yang ideal.
3. Kantin
Membuat kebijakan khusus tentang jenis makanan yang dijual di kantin
(misal: mengurangi jumlah makanan yang tidak sehat di sekolah –
contoh: snack, gorengan, es dengan pewarna, mengganti minuman soft
drink dengan susu, juga menambah banyak jumlah buah-buahan dan
sayuran) dan merubah harga makanan yang dijual (misal: dengan
menaikkan harga makanan-makanan yang tidak sehat dan menurunkan
harga makanan-makanan yang sehat). Perlu adanya penyuluhan dan
pelatihan khusus bagi penjual makanan di kantin agar mereka dapat
memilih makanan yang lebih selektif, khususnya makanan yang sehat
untuk dijual di kios mereka. Pihak sekolah juga dapat memberikan
reward bagi penjual di kios yang menjual makanan sehat lebih banyak.
4. Aktivitas lain
Mengadakan bazaar makanan sehat dan lomba yang berkaitan dengan
perilaku makan sehat. Konseling bagi anak-anak dan orang tua,
khususnya bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan obesitas
Memberikan reward bagi siswa yang melakukan perilaku makan sehat –
sehingga siswa yang lain mencontoh, sehingga terjadi vicarious learning
Peer educator, yaitu memilih siswa-siswa yang terlihat menonjol dan
dapat memberi pengaruh di antara siswa-siswa yang lain. Para siswa
59
yang dipilih akan mendapat pelatihan tentang cara-cara memilih
makanan sehat dan bagaimana mengajarkan pengetahuan tersebut
kepada teman-temannya.
5. Kerja sama dengan orang tua
Orang tua memiliki peran yang kuat dalam program promosi kesehatan
di sekolah. Halhal yang telah diajarkan di sekolah, perlu diperkuat juga
oleh lingkungan rumah. Penyuluhan bagi orang tua penting agar orang
tua juga mampu memberi pengetahuan kepada anak-anaknya tentang
makanan sehat dan tidak membiasakan anak untuk ‘jajan’ atau makan
makanan yang tidak sehat. Orang tua juga diharapkan lebih sering
memberi bekal makanan sehat daripada hanya memberi uang untuk
membeli makanan di sekolah atau di luar rumah.
6. Kerja sama dengan masyarakat setempat
Sekolah dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk
mengurangi jumlah penjual makanan di luar sekolah. Misal, dengan
bekerja sama dengan RT atau RW di sekitar sekolah untuk memberikan
larangan berjualan bagi penjaja makanan tidak sehat. Para penjaja
makanan atau jajanan di luar sekolah seringkali menjual makanan yang
berbahaya karena mengandung bahan-bahan yang berbahaya dan
seharusnya tidak dicampur dalam makanan (seperti boraks, pewarna
kain, formalin, dan zat berbahaya lain). Data BPOM tahun 2006-2010
60
menunjukkan 40-44% jajanan di sekolah tidak memenuhi syarat
keamanan makanan.
F. Promosi Kesehatan Pada Tempat Kerja
Prinsip Promosi Kehatan di Tempat Kerja
Prinsip Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja hendaknya
dilakukan secara komprehensif, partisipasi dan kewenangan yang ada.
Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan
melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan
melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga
lebih mantap serta berkesinambungan.
a. Komprehensif.
Promosi Kesehatan Di tempat Kerja merupakan kegiatan
yang melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan
tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya tempat kerja yang
sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang
mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu
dan kelompok kearah yang positif sehingga dapat menjaga
lingkungan agar tetap sehat.
b. Partisipasi
61
Para pekerja di semua tingkatan dalam perusahaan hendaknya
terlibat secara aktif mengindetifikasi masalah kesehatan yang
dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi
lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di
tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para
pekerja untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan
mereka dalam merubah gaya hidup dan mengembangkan
kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.
c. Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang
mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja
hendaknya harus melalui pendekatan yang integrasi yang mana
penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.
Untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan membangun
tempat kerja yang sehat dibutuhkan koordinasi berbagai pengambil
keputusan dari sektor-sektor terkait termasuk pemerintah, industri,
sektor kesehatan, university yang terkait, organisasi pekerja,
organisasi pengusaha , organisasi masyarakat, masyarakat dan lain-
lain. Para propesional dari berbagai disiplin ilmu juga diperlukan.
d. Kelompok organisasi masyarakat.
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya
melibatkan semua anggota pekerja, termasuk kelomok organisasi
wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan
62
tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi
masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam
membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja
hendaknya di perhitungkan dalam mengembangkan program
sebelumnya.
e. Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat
dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting
pada lingkungan tempat kerja dan aktifitas manajemen sehari-hari.
Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus
menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila
pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih mentap,
program hendaknya sesuai dan responsif terhadap kebutuhan
pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
kerja (Efendi, 2009).
Langkah mengembangkan Promosi Kesehatan di tempat Kerja
Langkah-langkah strategi promosi kesehatan di tempat kerja
dilaksanakan melalui Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pekerja (PPMP /
Primary Health Care Approach). Untuk mencapai sasaran masyarakat pekerja
diperlukan pendekatan sistemik yang mampu mengajak partisipasi dari
masyarakat pekerja.
Ciri-ciri dari Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pekerja (PPMP) adalah :
63
1) Penyelenggaraan program promosi kesehatan di tempat kerja harus
bertumpu pada partisipasi aktif masyarakat pekerja atau kerja sama
interaksi antara penyelenggara program promosi kesehatan di tempat
kerja dengan masyarakat pekerja di tempat kerja sasaran
2) Adanya konsepsi dan pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja
3) Adanya kegiatan program promosi kesehatan di tempat kerja yang
diselenggarakan melalui kemitraan triparteit (pemerintah, manajemen
tempat kerja dan pekerja atau serikat pekerja)
Tahapan langkah-langkah dari pendekatan pemberdayaan masyarakat
pekerja sebagai berikut :
1) Melakukan advokasi dan sosialisasi advokasi secara umum ialah suatu
bentuk komunikasi yang berlangsung dari pihak yang lemah kepada
yang lebih kuat (berkuasa). Dalam hal tempat kerja dapat dianalogikan
dengan komunikasi antara pekerja dengan pihak manajemen tempat
kerja, dengan tujuan agar hak-hak pekerja atas promosi kesehatan dapat
diperoleh atau terpenuhi.
Sosialisasi adalah kegiatan mendiseminasikan pesan ke semua arah
(horizontal), yang dalam konteks tempat kerja adalah pada semua pekerja
di semua tingkatan, agar semua pekerja mengetahui, memahami dan
mengamalkan pesan yang diprogramkan oleh manajemen tempat kerja.
Jadi lebih jauh lagi agar semua pekerja berpartisipasi sesuai dengan apa
yang diharapkan melalui pesan tersebut.
64
2) Telaah mawas diri (workers community diagnosis)
Telaah mawas diri sebenarnya merupakan ajang diagnosis masalah oleh
masyarakat pekerja terhadap kondisi kesehatan kerja mereka. Secara
singkat dapat digambarkan bahwa masyarakat pekerja diajak untuk
mengenali keadaan kesehatan kerja mereka sendiri, disamping
mendeteksi potensi yang ada di sekeliling mereka. Atas dasar kedua hal
ini (masalah dan potensi), dibuatlah diagnosis masalah kesehatan
kerjanya. Dalam hal ini, kewajiban bagi manajemen tempat kerja adalah
mencarikan cara yang tepat agar mempermudah mereka dalam mengenali
masalah dan menggali potensi yang mereka miliki.
3) Musyawarah masyarakat pekerja (workers community prescription)
Musyawarah masyarakat pekerja merupakan kegiatan “workers
community prescription” untuk mengatasi segala yang berhubungan
dengan kesehatan kerja yang mereka alami. Tentu saja penyelesaian
masalah ini diutamakan dengan menggunakan potensi setempat. Resep
ini belum tentu rasional, oleh karena itu adalah kewajiban manajemen
tempat kerja untuk menuntun mereka membuat resep yang rasional.
Wujudnya berupa rencana kegiatan yang sederhana, dapat dijangkau
dengan sumber daya setempat, tetapi memberi sumbangan besar pada
upaya mengatasi masalah kesehatan kerja setempat.
4) Pelaksanaan kegiatan (workers community treatment)
Dalam hal ini, masyarakat pekerja menjalankan upaya penanggulangan
masalah. Serangkaian kegiatan yang disusun diharapkan dapat secara
65
bertahap mengatasi masalah-masalah kesehatan kerja yang mereka
hadapi, sekaligus membuktikan apakah persepsi mereka sudah tepat.
Namun perlu dipantau agar bila ternyata ada kekeliruan, bisa segera
diperbaiki.
5) Memantau/menyesuaikan
Selama program promosi kesehatan di tempat kerja berlangsung,
pemantauan perlu dilakukan. Setiap perubahan perilaku yang terjadi
perlu diperhitungkan, dan perubahan lingkungan baik yang positif
(mendukung) maupun yang negatif (menghambat) perlu diketahui,
diantisipasi dan dihadapi secara tepat. Dengan demikian program
promosi kesehatan dapat berjalan terus, berkembang dan mencapai
sasarannya.
6) Evaluasi
Pada akhirnya setelah program dijalani sesuai rencana, maka dilakukan
evaluasi ; apakah proses pelaksanaan berlangsung sesuai dengan
rencana?, apakah ada perubahan perilaku pekerja kearah positif?, apakah
perubahan keadaan sehubungan dengan promosi kesehatan yang
dilakukan?
7) Pembinaan dan pengembangan
Kegiatan pembinaan dan pengembangan merupakan siklus lanjut dari
lingkaran pemecahan masalah-masalah kesehatan kerja. Pada satu
66
periode akhir kegiatan, tahap selanjutnya adalah worker community
development yang kemudian berputar kembali ke langkah workers
community diagnosis, workers community prescription dan workers
community treatment, Inspection/adaptation, evaluation sebab akan
timbul problematik baru yang lebih tinggi tingkatnya. Bila ini berjalan,
maka akan terjadi proses pembinaan dan pengembangan sesuai dengan
tingkat perkembangan masalahnya.
Langkah-langkah dalam kontrol lingkungan kerja :
1. Mengukur semua bahaya di tempat kerja
2. Bila memungkinkan, menyingkirkan hal-hal yang berbahaya
3. Melindungi pekerja dari bahaya yang potensial
4. Menyediakan alat-alat yang aman
5. Menyediakan pakaian yang aman
6. Memberikan pengetahuan tentang bahaya dan keamanan di tempat kerja
Beberapa program pomosi kesehatan di tempat kerja :
1. Program olah raga
2. Pengelolaan hipertensi dan CHD
3. Drug dan alkohol
4. Stress management
5. Smoking
6. Pengurangan berat badan
7. Keamanan
8. Screning untuk kanker
67
Menurut Li dan Cox, 1986 (dalam Notoadmojo) menjelaskan karakteristik
program kesehatan di tempat kerja (PKDTK) antara lain :
1. Kebijakan penyelenggaraan,
Progran PKDTK dilakukan apabila pengambil keputusan di tempat kerja
merasa program tersebut memberikan manfaat bagi pekerja dan
institusinya. Dengan demikian penyelenggaraan program bersifat
sukarela.
2. Sasaran
a. Sasaran primer : Karyawan di tempat kerja
b. Sasaran skunder : Pengelola kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
serikat atau organisasi pekerja
c. Sasaran tertier : Pengusaha dan manajer / direktur
3. Tujuan.
Li dan Cox, 1986 menyatakan bahwa tujuan program PKDTK adalah
memberikan informasi kesehatan dan memodifikasi perilaku pekerja
agar kondusif bagi kesehatan.
Dep Kes RI menyatakan tujuan program PKDTK sebagai berikut :
a. Menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam
tempat kerja.
b. Mengurangi angka kemangkiran karyawan.
68
c. Membantu menurunkan angka penyakit akibat pekerjaan dan
lingkungan kerja.
d. Membantu tumbuhnya kebiasaan kerja dan gaya hidup yang sehat.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, kondusif dan aman.
f. Memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat.
4. Tema kegiatan, program promosi kesehatan di tempat kerja dapat
mengambil tema kegiatan yang bersifat umum.
5. Kegiatan
Odonnel, 1984 menguraikan empat tingkat pendekatan untuk mengubah
perilaku sehat pekerja. Tingkat pertama pemberian informasi, tingkat
kedua penjajakan resiko kesehatan, tingkat ketiga pemberian resep,
tingkat empat membuat sistem dan lingkungan yang mendukung
6. Waktu dan durasi,
PKDTK dapat dilaksanakan kapan saja sesuai dengan kebutuhan
institusi baik pada jam kerja atau di luar jam kerja.
7. Lokasi
a. Di dalam tempat kerja
b. Di luar tempat kerja
8. Penyelenggara,
69
unit dalam perusahaan itu sendiri atau bekerja sama dengan pihak ketiga
dalam penyelenggaraan kegiatan PKDTK.
Manfaat PKDTK adalah :
1. Bagi pekerja,
Mereka akan lebih memahami dan mau berperilaku sehat, baik di dalam
tempat kerja maupun di luar tempat kerja. Kepuasan kerja akan
meningkat ketika mereka menyadari bahwa perusahaan peduli dengan
kesehatan mereka.
2. Bagi perusahaan,
Perusahaan yang menyelenggarakan program PKDTK lebih
memperlihatkan kepada karyawannya bahwa mereka peduli terhadap
kesehatan pekerja. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :
1. Tidak merokok di tempat kerja.
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
70
3. Melakukan olahraga secara teratur atau aktifitas fisik.
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil.
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6. Menggunakan air bersih.
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8. Membuang sampah pada tempatnya.
9. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan di
perusahaan dan karyawan yaitu :
1. Lebih mengkomunikasikan dengan para karyawan tentang perhatian dan
tujuan yang terkait dengan kesehatan.
2. Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat
pemahaman di tempat kerja.
3. Membuat komitmen tetap untuk memelihara kesehatan dan
kesejahteraan karyawan.
4. Memulai kegiatan program kesehatan.
Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
1. Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti
merokok, Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress
dll).
2. Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.
71
3. Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi
kesehatan khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan
perusahaan.
4. Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat,
responsif terhadap kebutuhan karyawan.
5. Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok
dan minuman keras dan narkoba di tempat kerja.
6. Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan
pertemuan secara reguler.
7. Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam
program promosi kesehatan.
8. Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan
menghubungkan audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler
dan ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah.
9. Komunikasi secara reguler dengan karyawan untuk menghormati
promosi kesehatan.
Kunci Efektivitas Program Kesehatan Di Tempat Kerja
1. Menunjukkan keterlibatan dan dukungan manajemen pada program
kesehatan.
2. melibatkan karyawan dalam tahapan perencanaan program.
3. Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenagkan bagi
karyawan.
72
4. Membuat tujuan program dan identifikasi kebutuhan kesehatan
karyawan.
5. Berikan hadiah terhadap prestasi dan keikutsertaan dalam pencapaian
tujuan program.
6. Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat
penting.
7. Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan
karyawan.
8. Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya
hidup.
9. Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.
Langkah Mengembangkan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
Mengembangkan Promosi Kesehatan Di tempat Kerja dapat melalui
beberapa langkah yaitu :
1. Menggalang dukungan manajemen.
Untuk mengembangkan Promosi kesehatan di tempat kerja, dukungan
dan komitmen dari para pengambil keputusan dari semua pihak sangat
penting sekali. Ini termasuk bukan saja sebagai sponsor, tetapi
komitmen untuk pelaksanaan Promosi kesehatan tersebut. Para manager
hendaknya membuat program dan informasi umum tentang pelaksanaan
promosi kesehatan yang diedarkan keseluruh staf untuk di diskusikan.
2. Melaksanakan koordinasi.
73
Untuk lancarnya proses jalannya pelaksanaan, para pengambil
keputusan membentuk kelompok kerja (team) yang baik, contohnya
panitia dari bagian kesehatan, bagian keselamatan, lingkungan dan
ketenagaan. Kelompok kerja tersebut hendaknya mengikuti semua
komponen yang terkait di semua tingkatan di tempat kerja maupun di
sektor terkait.
3. Penjajakan Kebutuhan
Team hendaknya melakukan need assessmen. Hal ini untuk
mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja. Tujuan dari need assessmen ini adalah
mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi kesehatan dan
menjadikan nya program.
4. Memprioritaskan Kebutuhan
Team memproiritaskan masalah berdasarkan keinginan dan kebutuhan
masalah –masalah yang mempengaruhi kesehatan.
5. Menyusun perencanaan
Berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan, team mengembangkan
perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek
lengkap dengan goal dan tujuan, strateginya, aktifitasnya, biaya dan
jadwal pelaksanaan. Biaya perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun
anggaran
6. Monitoring dan Evaluasi
74
Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk
melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk
mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan
umpan balik (feedback) untuk perbaikan
7. Revisi dan perbaikan program
Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan dan
masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan
program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
75
1. Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang
untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
2. Menurut Ottawa 1996 promosi kesehatan di tempat kerja adalah upaya
memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta lingkungannya.
3. Promosi kesehatan di sekolah adalah upaya meningkatkan kemampuan
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri
dalam mencegah penyakit, memelihara kesehatan, menciptakan dan
memelihara lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta
berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya.
B. Saran
Meningkatkan promosi kesehatan di tempat kerja dan sekolah adalah
salah satu upaya perbaikan efektifitas suatu perusahaan dan sekolah. Oleh
karena itu dari promosi kesehatan di tempat kerja dan di sekolah harus
digiatkan dan ditingkatkan lagi demi terciptanya suasana kerja yang nyaman
dan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
76
top related