sistem murabahah emas batangan mulia menurut …
Post on 30-Nov-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
SISTEM MURABAHAH EMAS BATANGAN MULIA
MENURUT HUKUM ISLAM
(Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah (Persero) Cabang Jelutung Kota Jambi)
SKRIPSI
ROSYANI TRIMALAWATI
NIM: SHE.151828
PEMBIMBING:
Drs. A. Faruk, MA
Mustiah RH, S.Ag, M.Sy
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MOTTO
ا فاكتبا أ إن أجم يس تى بد آيا إذا تدا انر
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.” (QS. Al- Baqarah : 282)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobil’alamin. Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha Esa,
dengan rahmat dan kasih-Nya yang telah memberikan saya kekuatan, dan telah
menuntun dan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini ku persembahkan untuk:
Mamaku tersayang Henny supriyanti dan Bapakku tercinta Robby. HS,
terimakasih mama dan bapak yang tak henti-hentinya memberikan dukungan
lewat doa, nasihat, semangat, serta kesabaran dan kasih sayang yang telah kalian
beriakan kepadaku, untuk kakak dan adikku serta sahabat dan teman seperjuangan
yang telah menyemangati serta memberikan semanagat menyelesaikan kuliah.
Semoga allah selalu memberikan rahmat dan nikmat untuk kita semua Amin.
ABSTRAK
Rosyani Trimalawati, SHE151828: Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia
Menurut Hukum Islam (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung
Kota Jambi)
Salah satu produk Pegadaian Syariah yang banyak diminati masyarakat yaitu
Mulia (Investasi Abadi Murabahah) yang memfasilitasi Pembiayaan secara
angsuran selain tunai dan arisan kepada masyarakat yang mana dapat
memudahkan setiap orang dapat memiliki emas untuk investasi jangka panjang
dan mewujudkan impian dimasa yang akan datang. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia
Menurut Hukum Islam (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota
Jambi), Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Murabahah Emas
Batangan Mulia. Tujuan penelitian ini Ingin mengetahui Sistem Murabahah Emas
Batangan Mulia, Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap Sistem
Murabahah Emas Batangan Mulia. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research), yang bersifat deskriftif analisis, diperkaya dengan data
kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan untuk menghimpun data lapangan
tentang Sistem Murabahah Emas Batangan mulia. Sumber data yang digunakan
adalah data primer dan sekunder. Tekhnik pengumpulan data melalui wawancara
(interview) dan dokumentasi, Analisa data menggunakan metode kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan Sistem Murabahah emas batangan Mulia
di PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung menggunakan akad Murabahah yaitu
kesepakatan kedua belah pihak kemudian untuk penerapan perawatan dan
pemeliharaan barang jaminan menggunakan akad rahn selama masa pelunasan
belum selesai dan denda apabila mengalami keterlambatan pembayaran sebesar
4% per 30 hari dimana denda tersebut dapat memberatkan nasabah. Berdasarkan
analisis merupakan bentuk kehati-hatian pihak pegadaian syariah terhadap
nasabah agar tidak melakukan wanprestasi dikemudian hari, pada praktiknya
menurut hukum islam dua akad murabahah dan rahn bukanlah akad yang dilarang
menurut agama yang menimbulkan ketidakjelasan dan kepraktikan riba
Kata Kunci :Murabahah, Emas Batangan Mulia, Gadai Syariah
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan pencipta alam dan
segala isinya yang telah memberikan kenikmatan Iman, Islam dan kesehatan
jasmani maupun rohani. Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, semoga kita dapat mendapat syafaatnya pada hari kiamat
nanti. Skripsi ini berjudul Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia Menurut
Hukum Islam (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi)
Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk mempeoleh gelar sarjana (S1)
di UIN Sulthan Thaha Saifuddin jambi. Kurang lebih jika terdapat kesalahan atau
kekeliruan di dalamnya, sesungguhnya itu terjadi ketidak sengajaan dan karna
keterbatasan ilmu pengetahuan penulis. Karena saran, koreksi dan kritik yang
proposional serta konstruktif sangat diharapkan.
Dalam penulisan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu melalui skripsi ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc.,M. HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan I
bidang Akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI, selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag, M.HI, selaku wakil Dekan III bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
6. Ibu Dr. Maryani, S. Ag, M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH, M,Sy selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
7. Bapak Drs. A. Faruk, MA selaku pembimbing I, dan Ibu Mustiah RH,
S.Ag, M.Sy, selaku pembimbing II, yang telah menyediakan waktu dan
pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan agar tersusunnya
skripsi ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Beserta Staff Akademik Fakultas Syariah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan
9. Kepala perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta staff
yang turut memberi data berupa literature sebagai sumber dalam penulisan
skripsi
10. Para Guru-Guru tercinta di sekolah SD,SMP,SMA dan Guru-guru lainnya
yang telah membimbingku sejak kecil hingga sekarang, terimakasih telah
memberikan ilmunya.
11. Untuk semua pihak PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
yang telah membantu dalam penyesaian skripsi ini.
12. Kedua orangtuaku, kakak dan adikku terimakasih telah memberikan doa
dan dukungannya. Semoga allah membalasnya dan memberikan
keberkahan kepada kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Batasan Masalah .................................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 6
E. Kerangka Teori ...................................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 29
BAB II: METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ............................................................................... 31
1. Jenis Penelitian ............................................................................... 31
2. Sifat Penelitian................................................................................ 31
3. Pendekatan Masalah ....................................................................... 31
4. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................... 32
5. Sumber Data ................................................................................... 32
6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 32
B. Sistematika Penulisan ....................................................................... 33
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pegadaian Syariah.............................................. 35
B. Legalitas dan Latar Belakang Pendirian Pegadaian Syariah ............. 36
C. Visi dan Misi PT. Pegadaian Syariah................................................38
D. Struktur Organisasi PT. Pegadaian Syariah ...................................... 39
E. Produk PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi ........... 42
BAB IV: ANALISIS DATA
A. Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia ...................................... 46
1. Persyaratan dalam Pengajuan Pembiayaan Mulia .................... 46
2. Akad Dalam Pembiayaan Mulia ................................................ 51
3. Pembiayaan Emas Secara Angsuran .......................................... 52
B. Tinjauan Hukum Islam Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia
di PT. Pegadaian Syariah ................................................................. 58
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Pegadaian pertama kali dikenal Indonesia pada masa
penjajahan Belanda. Pemerintah belanda saat itu mendirikan lembaga
keuangan yang berkerja dengan sistem Gadai. Lembaga ini di sebut bank
Leening, didirikan di batavia pada tanggal 20 Agustus 1746, kemudian seiiring
bergantinya pemegang kekuasaan (penjajah) atas Indonesia (Belanda, Inggris,
Jepang), sistem pegadaian juga mengalami beberapa perubahan.
Sejak masa itu pegadaian sudah beberapa kali berubah statusnya, yaitu
sebagai perusahaan negara sejak 1 Januari 1961, kemudian sebagai Perusahaan
Jawatan (Perjan), lalu sebagai Perusahaan Umum (Perum), dan menjadi
Perseroan pada tanggal 13 Desember 2011.1
Pemanfaatan barang oleh pihak penerima gadai (marhun bih) merupakan
bentuk pengecualian. Dikatakan demikian sebab ketentuan tersebut hanya
berlaku terhadap barang gadai (marhun) yang keberadaannya memerlukan
perawatan khusus dengan dana yang bukan berasal dari pihak penggadai
sebagai pemilik barang (rahin). terhadap barang gadai (marhun) yang
keberadaannya memerlukan perawatan khusus dengan dana yang bukan berasal
dari pihak penggadai sebagai pemilik barang (rahin).
1Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Gadjah Mada University Press
Yogyakarta,2005),hlm 88
Ulama Syafi‟i berpendapat bahwa rahin dibolehkan untuk memanfaatkan
barang borg (marhun). Jika tidak menyebabkan borg berkurang tidak perlu
meminta izin, seperti menyebabkan barang berkurang, seperti sawah, kebun,
rohin harus meminta izin kepada murtahin. Pemanfaatan murtahin atas barang
yang digadaikan masih terjadi kesimpangsiuran, ada pendapat yang
membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Murtahin dibolehkan
mengambil manfaat sekedar untuk mengganti ongkos pembiayaan.
Pembiayaan MULIA (Murabahah Logam Mulia Untuk Invesantasi
Abadi) merupakan pembiayaan murabahah yang salah satu bentuk
pembiayaannya secara angsuran karena pembiayaan ini dilakukan secara
angsuran. Secara praktik, dalam pembiayaan ini melibatkan tiga pihak, yang
pertama pihak nasabah, kedua pihak Pegadaian Syariah yang diminta untuk
membelikan nasabah barang yang dikehendaki dan yang ketiga pihak supplier
yang menyediakan barang yaitu PT. Aneka Tambang (ANTAM).2
Murabahah adalah transaksi jual beli dimana Bank menyebut jumlah
keuntungannya, Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai
pembeli. Harga jual adalah harga beli Bank dari pemasok ditambah
keuntungan. Dalam praktik perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan
pembayaran secara cicilan atau angsuran. Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara
tangguh.
2 Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
Pembiyaan murabahah juga sudah diatur dalam fatwa DSN MUI NO:
4/DSN-MUI/IV/2000 yang membahas tentang ketentuan umum murabahah
dalam Bank Syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan dalam
murabahah,utang dalam murabahah,penundaan pembayaran dalam murabahah,
dan juga bangkrut dalam murababah. Dalam pembiayaan logam mulia ini
pihak nasabah berkewajiban menyediakan jaminan atas pembiayaan pembelian
logam ini yang diterima dari peminjam (Pegadaian Syariah). Jaminan tersebut
terjadi karena adanya transaksi muamalah yang tidak tunai (angsuran).
Sehingga untuk menghindari nasabah melakukan wanprestasi atau
terjadi kelalaian dan menjamin nasabah membayar angsuran tepat waktu, maka
nasabah diwajibkan untuk menyediakan jaminan. Dalam hal ini yang menjadi
jaminan adalah objek pembiayaan itu sendiri dalam hal ini adalah logam mulia.
Sehingga pihak nasabah tidak langsung menikmati objek pembiayan itu
sebelum ia melunasi angsurannya.3
Peraturan mengenai objek jaminan tersebut sudah diatur dalam fatwa
DSN MUI No:4/DSN-MUI/IV/2000 yang menyatakan bahwa jaminan dalam
murabahah diperbolehkan, bank/lembaga keuangan non bank dapat meminta
nasabah utuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang agar nasabah serius
dengan pesanannya. Selain itu juga menurut pasal 127 dalam KHES
(Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah) juga menyatakan bahwa penjual dapat
3 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah
meminta kepada pembeli untuk menyediakan jaminan atas benda yang
dijualnya pada akad murababah.4
Salah satu bentuk akad muammalah yang dibolehkan dalam hukum Islam
untuk mengakomodir keinginan dan kebutuhan masyarakat adalah akad
murabahah yang merupakan harga pembelian barang kepada pembeli, ia
mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Kemudian bentuk akad lain
yang dibolehkan dalam hukum Islam yaitu gadai yang dikenal dengan istilah
Ar-Rahn yang merupakan jaminan kebendaan yang merupakan suatu jenis
perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang.5
Hal itu, berdasarkan firman allah Swt dalam surah Al-baqarah ayat 283
yang berbunyi:
ا ض ع ى ب ك ض ع ب ي أ ئ ف ت ض ب ق ي ا س ف ا ب ت ا ا ك د ج ى ت ن س ف س ه ى ع ت ك إ
ت ا ي أ ت ؤ ا انر د ؤ ه ف ئ ف ا ت ك ي ة د ا ا انش ت ك ت ا ن ب ز ه ن ا تق ن
ى ه ع ه ع ت ا ب ه ن ا ب ه ق ى ث آ
Artinya:“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuammalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada seorang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).
Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia berkata kepada allah dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya dan allah maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.6
Penerapan muammalah dalam masyarakat bersifat fleksibel, dimana
sejalan dengan perkembangan zaman yang diiringi dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat yang semakin kompleks. Pegadaian syariah memberikan
4 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 127 tentang murabahah
5 Ibid, hlm 96
6 QS. Al- Baqarah (2): 283
kontribusi dengan salah satu produknya, yaitu MULIA, (Murabahah Logam
Mulia untuk Investasi Abadi), yaitu penjualan logam mulia oleh pegadaian
kepada masyarakat.7
Berikut adalah bentuk simulasi kredit emas logam mulia :
SIMULASI KREDIT EMAS LOGAM MULIA
LM Harga Uang Jangka Waktu
Dasar (Rp) Muka (Rp)
3 Bulan
(Rp) 6 Bulan (Rp)
12 Bulan
(Rp)
18 Bulan
(Rp)
24 Bulan
(Rp)
36 Bulan
(Rp)
1 gr 653.000 97.950 290.630 107.860 57.066 40.209 31.838 23.578
2
gr 1.265.000 189.750 389.862 200.595 106.130 74.779 59.212 43.850
5 gr 3.166.000 467.400 934.975 481.070 254.523 179.337 142.003 105.163
10
gr 6.158.000 923.700 1.830.834 942.015 498.398 351.171 278.064 205.926
25 gr 15.280.000 2.292.000 4.517.232 2.324.241 1.229.701 866.448 686.070 508.084
50
gr 30.560.000 4.584.000 9.017.141 4.639.568 2.454.686 1.729.572 1.369.510 1.014.219
100 gr 61.020.000 9.153.000 17.987.510 9.255.071 4.896.638 3.450.137 2.731.916 2.023.177
250
gr
154.000.000 23.100.000 45.369.810 23.244.020 12..350.786 8.702.355 6.890.698 5.103.048
500
gr
304.600.000 45.690.000 89.721.008 46.163.936 24.424.244 17.209.331 13.626.691 10.091.527
1
kg 0 - 17.323 8.913 4.716 3.323 2.631 1.948
Mulia dapat menjadi alternatif pilihan investasi yang aman untuk
mewujudkan kebutuhan masa depan, seperti menunaikan ibadah haji,
mempersiapkan pendidikan anak, memiliki rumah idaman serta kendaraan
pribadi.8 Mulia itu sendiri merupakan emas batangan dimana selain secara
tunai dan arisan juga tedapat pembelian secara angsuran .
Tersedia pilihan emas batangan dengan berat mulai dari 5 gram sampai 1
kilogram, uang muka mulai dari 10% sampai 90% dari nilai logam mulia serta
7 Wawancara, Aris Kurniawan, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi,
02 agustus 2018 8 Brosur Simulasi Kredit Logam Mulia Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
jangka waktu angsuran mulai dari 3 bulan sampai dengan 36 bulan,
memudahkan bagi setiap masyarakat yang ingin berinvestasi karena memiliki
jarak waktu pelunasannya sesuai dengan yang waktu yang di inginkan.9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan di dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana sistem murabahah emas batangan mulia di PT. Pegadaian
Syariah (Persero) cabang jelutung kota jambi ?
2. Bagaimana menurut hukum Islam terhadap sistem sistem murabahah emas
batangan mulia di PT. Pegadaian Syariah (Persero) cabang jelutung kota
jambi ?
C. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan terhadap pokok bahasan dalam penulisan
skripsi ini, maka penulis memfokuskan penelitian pada aspek Sistem
Murabahah Emas Batangan Mulia Menurut Hukum Islam (Studi Kasus PT.
Pegadaian Syariah (Persero) Cabang Jelutung Kota Jambi.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang masalah dari pokok permasalahan yang
menjadi subjek bahasan, maka yang akan dicapai dalam penulisan skripsi ini
adalah :
9Produk Pegadaian Syariah:https//www.pegadaian.co.id/produk/mulia,Kamis, 01 November
2018,15:42
a. Ingin mengetahui mekanisme investasi pembiayaan emas batangan mulia
secara angsuran
b. Untuk Mengetahui dampak positif dan negatif terhadap investasi
pembiayaan emas batangan mulia
c. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pembiayaan emas
batangan mulia secara angsuran
2. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang masalah dari pokok permasalahan
yang menjadi subjek bahasan, maka yang menjadi kegunaan penelitian ini
adalah :
a. Ingin kerangka ilmiah ini dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
b. Ingin menambah cakrawala berpikir bagi penulis dan untuk menambah
keilmuan yang di persembahkan kepada mahasiswa khususnya Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
c. Ingin menjadikan salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana stara
satu
(S1) pada Fakultas Syariah bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Universitas Islam Negeri Sultah Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki problematika
keuangan. Keuangan yang akan di jadikan sebagai biaya kehidupan sehari-hari
atau modal usaha. Sebagai salah satu solusi dari permasalahan itu, lembaga
keuangan bank atau non bank telah menyediakan usaha yang biasanya disebut
pegadaian.
Secara sederhana transaksi di artikan peralihan hak dan kepemilikan dari
satu tangan ke tangan lain. Ini merupakan satu cara dalam sistem muammalah
Islam untuk memperoleh harta disamping mendapatkan sendiri sebelum milik
seseorang. Dan ini merupakan cara yang lazim dalam mendapatkan hak.
Suatu transaksi harus memenuhi rukun dan syarat yang harus ada dalam
setiap transaksi. Jika salah satu rukun tidak ada dalam transaksi yang
dilakukannya, maka transaksi tersebut di pandang tidak sah menurut
pandangan islam.
1) Konsep Rahn
a. Pengertian Ar-rahn
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat
juga dinamai al-hasbu. Secara etimologi, arti rahn adalah tetap dan lama,
sedangkan al-hasbu berarti penahanan terahadap suatu barang dengan hak
sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut.
Sedangkan menurut sabiq rahn adalah menjadikan barang yang
mempunyai nilai harta menurut pandangan syara‟ sebagai jaminan hutang,
hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia boleh
mengambil sebagian (manfaat) barang itu. Pengertian ini didasarkan pada
praktek bahwa apabila seseorang ingin berhutang kepada orang lain, ia
menjadikan barang miliknya baik berupa barang tak bergerak atau berupa
barang ternak berada di bawah penguasaan pemberi pinjaman sampai
penerima pinjaman melunasi hutangnya. 10
Adapun pengertian rahn menurut Ibnu Qudhamah dalam kitab al-
mughni adalah suatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang
untuk dipenuh dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup
membayarnya dari orang yang berpiutang.
Sedangkan imam abu zakaria al- anshary dalam kitabnya fathul
wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta
benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta
benda itu bila utang tidak dibayar. Dari beberapa pengertian rahn adalah
menahan harta salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas peminjam
yang diterimanya.11
Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa rahn adalah semacam
jaminan utang atau gadai. Pengertian yang ada dalam syariah agak berbeda
dengan pengertian gadai yang ada dalam hukum positif seperti yang
tercantum Burgerlijk Wetbook (kitab undang-undang hukum perdata) adalah
suatu hak yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau
oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan dari pada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan
pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya mana
yang harus didahulukan (pasal 1150 KUHPerdata) yaitu gadai adalah hak
10
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003),
hlm 14 11
Ibnu Qudamah dalam Kitab AL-Mughni
yang diperoleh kreditur atas benda benda bergerak yang diserahkan padanya
oleh debitur yang memberikan (I) pengertian kekuasaan pada kreditur untuk
mengambil pelunasan dari barang dengan hak prefent. Prof. Sri Soedewi,
gadai adalah hak yang diperoleh oleh kreditur atas benda yang bergerak
untuk menjamin suatu hutang yang bertubuh. (II) objek semua benda yang
bergerak tak bertubuh surat berharga.
Selain berbeda dengan KUHPerdata, pengertian gadai menurut syariat
islam juga berbeda dengan pengertian gadai menurut ketentuan hukum adat
yang mana dalam ketentuan hukum adat pengertian gadai yaitu
menyerahkan tanah untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara
tunai, dengan ketentuan si penjual (penggadai) tetap berhak atas
pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali.12
b. Dasar Hukum Rahn
Dasar hukum yang menjadi landasan Rahn adalah ayat-ayat Al-
qur‟an, hadist Nabi Muhammad Saw,ijma‟ ulama, dan fatwa MUI.13
Hal
dimaksud diungkapkan sebagai berikut:
1) Al-Qur‟an
yang digunakan sebagai dasar dalam membangun konsep gadai
adalah sebagi berikut:
12
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika,2008), hlm 8 13
Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta,2000).
Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka Agung Harapan,
2001)
ي أ ئ ف ت ض ب ق ي ا س ف ا ب ات ا ك د ج ى ت ن س ف س ه ى ع ت ك إ ى ك ض ع ب
ي ة د ا ا انش ت ك ت ا ن ب ز ه ن تق ا ن ت ا ي أ ت ؤ ا انر د ؤ ه ف ا ض ع ب
ى ه ع ه ع ت ا ب ه ن ا ب ه ق ى ث آ ئ ف ا ت ك
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuammalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada seorang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia berkata
kepada allah dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan,
maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya dan
allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.14
2) Hadis Nabi Muhammad Saw.
Dasar hukum yang kedua untuk dijadikan rujukan adalah Nabi
Muhammad Saw yang antara lain diungkapkan sebagai berikut:
إل أجل ورهنه عأ در من حدد هىد ه وسلم اشتري طعاما من أن النب صل لله عل
Artinya: “Sesungguhnya, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam membeli
bahan makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang, dan
beliau menggadaikan baju besinya.”15
Didalam buku Ahmad bin Ali Hajar al-Aqanlaniy. Bulugh al-
Maram, Dari al-Fikr,t.th. Tentang Barangsiapa memberi pinjaman,
hendaklah meminjamkan pada takran yang diketahui, dan hingga tempo
yang diketahui.
ى ت د سهى ان صه الله عه ا قال: قدو انب الله ع عباس زض اب از ع ف اث سهف
و م يعه ك س فهسهف ف ت أسهف ف فقال: "ي انست ".انست
14
QS. Al-Baqarah (2): 283 15
Al- Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadist: Shahih Al-
Bukhari I, Terjemahan Masyhar dan Muhammad Suhadi, (Jakarta: Almahira Cetakan I, 2011),
hlm 460
Artinya:“ Bersumber dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, “Nabi saw. Datang di
Madinah dan penduduknya sudah biasa meberi pinjaman berupa
buah buahan dalam jangka waktu setahun atau dua tahun.
Kemudian beliau bersabda, „Barang siapa yang memberi
pinjaman berupa buah buahan, hendaklah ia memberi dalam
takaran, timbangan dan waktu tertentu.”16
3) Ijma‟ Ulama
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal
dimaksud, berdasarkan kisah Nabi Muhammad Saw, yang menggadaikan
baju besinya untuk mendapatkan mendapatkan makanan dari seorang
Yahudi.
Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad
Saw tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi
kepada para sahabat yang kaya kepada seseorang Yahudi, bahwa hal itu
tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad Saw, yang tidak mau
memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti
ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw, kepada
mereka.17
c. Rukun Rahn
Dalam Fiqh Empat Mazhab (al Fiqh „ala al-Madzahib al-arba‟ah)
dinyatakan bahwa rukun gadai adalah sebagai berikut:
1) Aqid (orang yang berakad)
Aqid adalah orang yang melakukan akad yang meliputi dua
arah, yaitu Rahin (orang yang menggadaikan barangnya), dan
16
Asqalani, Syihab Al-Din Ahmad Bin Hajar Al-Tahdzib Al-Tahdzib, (Beirut: Dar Al- Fikr,
1995), hlm 854
17 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah... hlm 10
murtahin (orang yang berpiutang dan menerima barang gadai) atau
penerima gadai. Hal dimaksud didasari oleh sighat, yaitu ucapan
berupa ijab qabul (serah terima antara penggadai dengan penerima
gadai).
Untuk melaksanakan akad rahn yang memenuhi kriteria syariat
Islam, sehingga akad yang dibuat oleh dua pihak atau lebih harus
memenuhi beberapa rukun dan syarat.
2) Ma‟qud „alaih (Barang yang Diakadkan)
Ma‟qud „alaih meliputi 2 (dua) hal, yaitu Marhun (barang yang
digadaikan), dan Marhun bihi (utang yang karenanya diadakan akad
rahn).18
d. Syarat Rahn
1) Sighat
Makna sighat adalah ungkapan ijab dan qabul atau serah terima
objek yang akan digadaikan. Syarat sighat tidak boleh terikat dengan
syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misalnya, orang yang
menggadaikan hartanya mempersyaratkan tenggang waktu utang habis
dan utang belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat
diperpanjang satu bulan tenggang waktunya. Kecuali jika syarat itu
mendukung kelancaran akad maka diperbolehkan.
Sebagai contoh, pihak penerima gadai meminta supaya akad itu
disaksikan oleh dua orang saksi.
18
Ibid, hlm 13
a) Pihak-pihak yang Berakad Cakap Menurut Hukum.
Pihak-pihak yang dimaksud disini adalah rahin dan marhun
cakap melakukan perbuatan hukum, yang ditandai dengan aqil baligh,
berakal sehat, dan mampu melakukan akad. Ulama Syafi‟iyah
menyatakan ukuran yang dipakai bila seseorang telah dapat
melakukan jual beli yaitu berakal dan mumayyiz, tetapi tidak
disyaratkan harus baligh, dengan kondisi ini maka anak kecil yang
sudah mumayyiz dan orang yang bodoh boleh melakukan rahn atas
izin walinya.19
b) Marhun Bih (Utang)
Marhun bih adalah hak yang diberikan ketika transaksi rahn
terjadi. Hak ini tidak berpindah secara permanen melainkan sifatnya
sementara yatu hanya bertahan sampai utang tersebut dilunasi dan
barang jaminan kembali kepada peminjam (pemiliknya).
Berkaitan dengan marhun ini, ulama Hanafiyah mengelaborasi
beberapa syarat yang diperlukan antara lain:
Dapat diserahkan kepada orang yang memerlukan baik berupa uang
maupun berupa benda. Barang tersebut bermakna harus berada
dalam kekuasaan orang yang memberi jaminan. Tujuannya untuk
membedakan dengan bentuk dari jaminan lain dalam Islam seperti
kafalah maupun dhaman.
19
Ibid, hlm 14
a) Dimungkinkan untuk dapat dan segera dibayarkan kepada yang
membutuhkan, sekiranya tidak dapat dilakukan maka hal tersebut
menyebabkan rahn tidak sah, karena sifat rahn adalah bantuan
segera yang diberikan kepada yang sangat berhajat.
b) Hak dan kewajiban terhadap marhun bih harus jelas, seperti mana
yang menjadi utang dan wajib dibayar oleh peminjam atau hak apa
saja yang ia dapat dari bentuk perjanjian tersebut. Apakah bentuk
pembayarannya atau hak menggunakannya untuk berapa lama dan
sebagainya.20
Sedangkan ulama Hanabilah dan Syafi‟iyah menyebutkan
persyaratan marhun bih antara lain: berupa utang yang tetap dan dapat
dimanfaatkan, ketentuan utang harus jelas dan pasti pada waktu akad
berlangsung, serta bentuk utang tersebut harus jelas dan dimengerti
oleh para pihak.
2) Marhun
Marhun adalah harta yang dipegang oleh murtahin (penerima
gadai) atau wakilnya sebagai jaminan utang. Para ulama menyepakati
bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang
berlaku pada barang yang dapat diperjual belikan, yang ketentuannya
adalah:
Agunan itu harus bernilai dan dapat dimanfaatkan menurut
ketentuan syariat Islam; sebaliknya agunan yang tidak bernilai dan
20
Ibid, hlm 15
tidak dapat dimanfaatkan menurut syariat Islam maka tidak dapat
dijadikan agunan.
a) Agunan harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya
utang.
b) Agunan harus jelas dan tertentu (harus dapat ditentukan secara
spesifik).
c) Agunan itu milik sah debitur.
d) Agunan itu tidak terikat dengan hak orang lain (bukan milik orang
lain, baik sebagian maupun seluruhnya). Agunan dimaksud,
berbeda dengan agunan dalam praktik perbankan konvensional,
agunan kredit boleh milik orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya.
Hal tersebut adalah sejalan dengan ketentuan KUHPerdata yang
membolehkan hal demikian. Dalam hal debitur mengendaki agar
barang pihak ketiga yang menjadi agunan, seharusnya ditempuh
dengan menggunakan prinsip kafalah.
e) Agunan itu harus harta yang utuh, tidak berada di beberapa tempat.
Lain halnya dalam praktik perbankan konvensional, agunan kredit
boleh berupa tagihan (yang dibuktikan dengan surat utang atau
bukti lainnya). Demikian pula boleh dijadikan agunan kredit
barang-barang yang bertebaran di berbagai lokasi tersebut sejalan
dengan ketentuan KUHPerdata yang membolehkan hal itu.
f) Agunan itu dapat diserahkan kepada pihak lain, bak materinya
maupun manfaatnya.21
2) Konsep Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Secara bahasa, murabahah berasal dari kata ribh yang bermakna
tumbuh dan berkembang dalam perniagaan. Dalam istilah syariah,
konsep murabahah terdapat berbagai formulasi pengertian yang berbeda-
beda menurut pendapat para ulama (ahli).
Diantaranya menurut Utsmani, pengertian murabahah adalah salah
satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi
kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit
yang ditetapkan dalam bentuk harga jual nantinya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Kasani, pengertian murabahah
adalah mencerminkan transaksi jual beli : harga jual merupakan
akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan
objek transaksi atau harga pokok pembelian dengan tambahan
keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin), harga beli dan
jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Artinya
pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang
diinginkan.
b. Landasan Hukum Jual Beli Murabahah
21
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah...hlm, 20
1) Al-Qur‟an
Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu”.22
Artinya:” orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”.23
c. Rukun Murabahah
22
QS. An-Nissa (4):29 23
Al-Baqarah (2):275
Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi
ada beberapa, yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu ba‟i (pejual) adalah pihak yang memiliki barang
untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memrlukan
dan akan membeli barang.
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga).
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
d. Syarat- syarat Murabahah
Beberapa syarat pokok murabahah menurut ustmani (1999), antara
lain sebagai berikut:
1) Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual seara
eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan
menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan
yang diinginkan.
2) Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum atau persentase tertentu
dari biaya.
3) biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang,
seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan kedalam
biaya perolehan untuk menemukan harga agregat dan margin
keuntungan didasarkan pada harga agregat ini.
4) Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang
dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan,
barang/komoditas tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip
murabahah.
e. Macam-macam Murabahah
1) Murabahah Sederhana Murabahah sederhana adalah bentuk akad
murabahah ketika penjual memasarkan barangnya kepada pembeli
dengan harga sesuai harga perolehan ditambah marjin keuntungan
yang di inginkan.
2) Murabahah kepada pemesan Bentuk murabahah ini melibatkan tiga
pihak, yaitu pemesan, pembeli dan penjual. Bentukmurabahah ini juga
melibatkan pembeli sebagai perantara karena keahliannya atau karena
kebutuhan pemesan akan pembiayaan. Bentuk murabahah inilah yang
diterapkan perbankan syariah dalam pembiayaan.
f. Sumber Hukum Fiqh Muammalah
1) Al-Qur‟an
Perkataan Al-Qur‟an berasal dari kata kerja qaraa yang artinya
dia telah membaca. Kata kerja ini menjadi kata benda quran, yang
secara harfiah berati bacaan atau sesuatu yang harus dibaca atau
dipelajari. Makna perkataan itu sangat erat hubungannya dengan arti
ayat Al-Qur‟an yang pertama diturunkan di Gua Hira‟ yang dimulai
dengan perkataan iqra’ artinya bacalah. Membaca adalah salah satu
usaha untuk menambah ilmu pengetahuan dan memahami pesan-
pesan hukum didalamnya.
Selanjutnya, para ulam mendefinisikan Al-Qur‟an adalah kalam
allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dalam bahasa
arab dengan perantara malaikat jibril, sebagai argumentasi beliau
dalam mendakwahkan kerasulannya dan sebagai pedoman hidup bagi
manusia duniawi dan ukhrawi.
Dari sumbernya, Al-Qur‟an di kategorikan sebagai sumber
qath’iy al-wurud, yakni kepastian adanya allah, tanpa keraguan
sedikitpun dan untuk segi kandungannya, ayat Al-Qur‟an dalam qath’i
al-dilalah (makna yang pasti tanpa perlu penafsiran) dan dzanny al-
dilalahi (makna relatif yang membutuhkan penafsiran) yang
memerlukan interprestasi dalam berbagai sudut ijtihad.24
2) Sunnah Nabi Muhammad Saw
Sunnah dalam bahasa Arab artinya tradisi, kebiasaan, adat
istiadat. Dalam terminologi islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan
dan keizinan Nabi Saw. Menurut rumusan ulama Ushul Fiqh, sunnah
membawa arti segala yang dipindahkan dari Nabi Saw, berupa
perkataan, perbuatan ataupun taqrir yang mempunyai kaitan dengan
hukum. Jadi, sunnah pada intinya adalah ajaran-ajaran Nabi Saw, yang
disampaikan lewat ucapannya, tindakannya, atau persetujuannya.25
3) Ijma‟
Ijma‟ secara etimologi berati kesepakatan atau ketetapan hati
untuk melakukan sesuatu. Menurut ahli hukum islam ijma‟ adalah
kesepakatan para mujtahid sesudah zaman Nabi Saw, mengenai
hukum sauatu kasus tertentu. Secara umum dikatakan bahwa
kesapakatan komunitas dijamin kebenarannya dan mehirkan
keyakinan yang pastimeskipun sebuah konsesus tentang persoalan
tertentu diperoleh dari hadis ahad.
Para mujtahid dalam melakukan konsesus hanya memutuskan
bagian mana dari wahyu yang dapat diterima dan mana yang tidak
dapat diterima. Para ahli Fiqh ada yang menganggap bahwa ijma;
24
M. Hasbi Ummar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004),
hlm 29 25
Ibid, hlm 30
bersifat mengikat, wajib diamalkan, dan tidak boleh ada kajian ulang
dalam meniali hukum yang telah diputuskan oleh genarasi berikutnya.
Pendapat lainnya bahwa ijma‟ adalah kesepakatan umat, bukan
hanya kesepakatan mujtahid saja. Ijma‟ yang bersifat pasti dan
mengikat, menurut sebagian ahli hukum dari mazhab syafi‟i adalah
jika semua mujtadid bekerja sama secara aktif dalam membangun
sebuah konsesus dan melalui sanad yang mutawatir. Tetapi, jika hanya
sebagian dari mereka menyuarakan secara terbuka kesepakatan
mereka atas sebuah persoalan, sementara yang lain hanya bersikap
diam saja atau sanad bersifat ahad, maka konsesus seperti ini hanya
mencapai ketetapan hukum zhanni dan tidak dapat dianggap
mengingat.26
4) Qiyas
Qiyas disebut juga dengan analogi yang secara bahasa berati
mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk diketahui adanya
persamaan antara keduanya. Menurut istilah Ushul Fiqh adalah
penghubungan atau penyamaan hukum sesuatu yang tidak ada
ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang hukumnya kerena adanya
kesamaan antara keduanya.
Peranan qiyas dalam sejarah hukum syara‟ sangat penting
karena kesalihannya di dukung oleh sejumlah dalil Al-Qur‟an dan
Sunnah. Lebih dari pada itu qiyas adalah satu metodologi hukum
26
Ibid, hlm 31
syara‟ yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga ia menjadi satu
dalil penting dalam memberi jawaban hukum kepada berbagai
persoalan hidup yang semakin berkembang dan rumit. Karena itulah
hukum-hukum yang berdasrkan qiyas ini lebih banyak pada hukum-
hukum yang ditegaskan secara langsung oleh nas Al-Qur‟an, As-
sunnah dan Ijma‟.27
5) Istihsan
Dilihat dari segi kebahasaan, istisan berati mengikuti sesuatu
yang menurut analisis nalar adalah baik sama ada fisik maupun nilai.
Kata ini kemudian digunakan sebagai suatu tecnishe term yang
membentuk pengertian baru yang menggambarkan suatu konsep
penalaran dalam rangka penggunaan rasio secara lebih luas untuk
menggali dan menemukan hukum suatu kejadian yang tidak
ditetapkan hukumnya dari pada sumber syariat yang tersurat atau
sumber hukum yang dipersamakan dengan itu.
Secara khusus, istihsan bermakna berpaling dari satu hasil qiyas
pada hasil qiyas lain yang lebih kuat, atau dengan kata lain,
mentakhsis qiyas dengan hasil qiyas lain yang lebih kuat. Jadi dapat
dikatakan bahwa istihsan berada dalam ruang lingkup kajian qiyas.
Hanya saja analogi istihsan tidak terikat pada ketaatan analogi qiyas
27
Ibid, hlm 32
karena dimungkinkan adanya qiyas alternatif yang terlepas dari pada
elemen „illat, atas pertimbangan suatu alasan yang lebih kuat. 28
Dengan kata lain, lingkup kajian istihsan lebih luas dan
menyeluruh dengan melihat berbagai „illat atau dengan
menginventariskan „illat sebanyak-banyaknya,serta mengembangkan
alternatif asal yang bervariasi, sehingga dapat mengemukakan
berbagai pilihan hukum untuk mengkaji lebih lanjut mana
diantarannya yang lebih kuat, dengan melihat pada kepentingan
sosiologi. Pilihan-pilihan yang kuat relevansinya dengan keperluan
sosial yang berdasarkan kepada kemaslahatan hidup masyarakat, akan
dipilih oleh mujtahidnya itu.29
6) Maslahat al-Murshalat
Maslahah secara harfiah berati manfaat dan mursalah berati
netral. Konteks kajian ilmu Ushul Fiqh, kata tersebut menjadi sebuah
istilah teknikal, yang bermakna berbagai manfaat yang di maksudkan
syar‟i dalam penetapan hukum bagi hamba-hambanya yang mencakup
tujuan memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kekayuaan,
serta mencegah hal-hal yang dapat mengakibatkan luputnya seseorang
dari kelima kepentingan tersebut.
Dalil Maslahah al-Murshalah dalam kajian hukum dimulai
dengan perumusan kaidah-kaidahnya yang dilakukan melalui sistem
analisis induktif terhadap dalil-dalil hukum suatu perbuatan yang
28
Ibid, hlm 35 29
Ibid, hlm 35
berbeda satu sama lain namun memperlihatkan substansi ajaran yang
sama. Kesamaan pada dimensi substansinya itulah yang dijadikan
premis-premis dalam perumusan kesimpulan induktifnya, sehingga
dapat dirumuskan menjadi kaidah-kaidah maslahah al-murshalah yag
merupakan kaidan kulli. Kaidah-kaidah tersebut selanjutnya dijadikan
sebagai hukum asal untuk melihat kedudukan furu’ yang dihadapi
para mujtahid. 30
7) Al- Zari‟ah
Secara etimologi berarti jalan yang menghubungkan sesuatu
pada sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologi berarti sesuatu
yang akan membawa kepada perbuatan-perbuatan terlarang dan
menimbulkan mafsadah, atau yang akan membawa kepada perbuatan-
perbuatan yang baik dan menimbulkan maslahah.31
Dari definisi diatas dapat ditegaskan bahwa al-zari‟ah itu
terbagi kepada dua bentuk, yaitu pertama sesuatu yang akan
membawa kepada perbuatan terlarang dan mafsadah, dan kedua
sesuatu yang akan membawa kepada perbuatan baik dan menimbulkan
maslahah. Termasuk dalam al-zari‟ah jenis pertama peluang yang
membawa kepada perbuatan buruk dan menimbulkan mafsadah, maka
dalam hal ini harus ditutup. Proses inilah yang disebut dengan sadd al-
zari‟ah, yakni penutupan yuridis (hukum) terhadap perbuatan-
30
Ibid, hlm 39 31
Ibid, hlm 44
perbuatan yang pada awalnya boleh kemudian dihukumkan haram
atau makruh, tergantung kadar mafsadah yang akan ditimbulkannya.32
8) Istishab
Secara etimologi istishab berasal dari kata istish ha-ba dalam
sighat istif’al, yang berarti sealu menyertai. Penggunaan arti ini sesuai
dengan kaidah istishab yang berlaku dikalangan ulama ushul yang
menggunakan istishab sebagai dalil, karena mereka mengambil
sesuatu yang telah diyakini dan diamalkan di masa lalu dan secara
konsisten menyertainya untuk diamalkan sama kemasa selanjutnya.
Secara terminologi, terdapat beberapa rumusan pengertian
istishab meskipun berbeda namun secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa istishab itu adalah mengukuhkan apa yang pernah
ada atau apa yang pernah berlaku secara tetap pada masa lalu, pada
prinsipnya tetap berlaku pada masa yang akan datang.
Dapat ditegaskan bahwa istishab adalah kelangsungan status
hukum suatu perkara dimasa lalu pada masa kini dan masa depan
sejauh belum ada perubahan terhadap status hukum tersebut. Istishab
ada tiga macam yaitu: pertama, kelangsungan status hukum kebolehan
umum, maksudnya adalah segala sesuatu diluar tindakan ritual ibadah,
asas umumnya adalah kebolehan umum sampai ada dalil yang
bmenunjukan lain. Kedua, kelangsungan kebebasan asli, maksudnya
adalah bahwa zimmah (tanggung jawab hukum) seseorang menurut
32
Ibid, hlm 45
status hukum yang asli adalah bebas dari beban-beban dan kewajiban
hukum sampai ada bukti yang menunjukkan lain. Ketiga,
kelangsungan hukum yang sudah ada, maksudnya adalah bahwa status
hukum yang sudah ada di masa lampau terus berlaku hingga ada dalil
yang menentukan lain.33
9) Al-Urf (adat)
„Urf dalam istilah hukum islam adalah suatu hal yang diakui
keberadaannya dan diikuti oleh masyarakat serta diterima oleh akal
sehat dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan, baik berupa perkataan
maupun perbuatan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
nas- nas syariah atau ijma‟
Keterkaitan antara hukum dan adat tradisi dan kebiasaan-
kebiasaan masyarakat merupakan suatu kepastian. Bahkan sebelum
kedatangan islam hubungan itu sudah terjalin dengan kuatnya.34
10) Qoul Sahabat Nabi Saw
Sahabat Nabi adalah orang yang hidup sezaman dengan Nabi
Saw, dan pernah bertemu dengan baginda walaupun sebentar. Mereka
mempunyai posisi yang agung dimata allah dan umat islam, karena
mereka telah berjuang membela islam, berinteraksi langsung dengan
Nabi Saw, dan lebih memahami Al- Qur‟an dan As-Sunnah.
Sementara itu yang dimaksud dengan Qaul sahabat Nabi adalah
pendirian seorang sahabat mengenal suatu masalah hukum ijtihadiah
33
Ibid,hlm 48 34
Ibid, hlm 49
baik yang tercermin dalam fatwanya maupun dalam keputusannya
yang menyangkut masalah dimana tidak terdapat penegasan dalam Al-
Qur‟an, Hadis Nabi Saw ataupun dalam ijma‟.35
Para ulama sepakat bahwa Qaul sahabat yang dapat diterima
sebagai dalil hukum adalah Qaul sahabat yang bukan hasil pemikiran
dan ijtihadnya sendiri melainkan merupakan sesuatu yang
diketahuinya dari Rosulullah Saw. Begitu pula apabila para sahabat
sepakat pendapatnya mengenal suatu masalah sehingga menjadi ijma‟
maka dapat dijadikan dalil hukum. Akan tetapi apabila Qaul sahabat
merupakan hasil ijtihad murni, maka Qaul tersebut diperselisihkan
oleh ahli hukum islam apakah dapat menjadi dalil hukum atau tidak.
g. Berakhirnya Murabahah
1) Pembatalan akad, jika terjadi pembatalan akad oleh pembeli, maka
uang muka yang dibayar tidak dapat dikembalikan.
2) Terjadinya aib pada objek barang yang akan dijual yang kejadiannya
ditangan penjual.
3) Objek hilang atau musnah, seperti emas yang akan dijual hilang dicuri
orang.
4) Tenggang waktu yang telah disepakati pada akad murabahah telah
berakhir. Baik cara pembayarannya secara sekaligus ataupun secara
angsuran.
35
Ibid, hlm 50
5) Menurut jumhur ulama akad murabahah tidak berakhir (batal) apabila
salah seorang yang berakad meninggal dunia dan pembayaran belum
lunas, maka hutangnya harus dibayar oleh ahli warisnya.36
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini informasi yang penulis ketahui ada beberapa penelitian skripsi
yang membahas tentang investasi murabahah logam mulia atau produk
pegadaian syariah pembiayaan emas batang mulia yaitu :
Skripsi Arma Safitri,2011. Program Studi Muammalat Fakultas Hukum
Dan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
berjudul tentang “Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap Peningkatan
Pendapatan Pegadaian Syariah” yang membahas tentang pengaruh penjualan
produk logam mulia dalam meningkatkan pendapatan pegadaian syariah
cabang cinere serta menganalisis kendala yang mempengaruhi penjualan
produk logam mulia di pegadaian syariah cinere.37
Skripsi Dewi masyithoh, 2016. Program Studi Hukum Bisnis Syariah
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
yang berjudul “Penangguhan Penyerahan Barang Dalam Pembiayaan
Murabahah Logam Mulia Di Pegadaian Syariah Jokotole Cabang Pemekasan
Perspektif Mazhab Syafi’i “ yang membahas tentang alasan pihak pegadaian
syariah jokotole cabang pemekasan menangguhkan penyerahan barang kepada
nasabah serta pendapat mazhab syafi‟i mengenai alasan penangguhan barang
36
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: Ull Pers, 2005), hlm 97 37
Skripsi, Arma Safitri, 2011, Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap Peningkatan
Pendapatan Pegadaian Syariah, Program Studi Muammalat Fakultas Hukum Dan Syariah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang dilakukan oleh pegadaian syariah jokotole pemekasan dalam produk
pembiayaan murabahah logam mulia.38
Skripsi Jasmawati, 2012. Program studi Hukum Bisnis Syariah Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau, yang berjudul
“Kontribusi Produk Mulia (Murabahah Emas Logam Mulia Untuk Investasi
Abadi) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Nasabah Pada
Pegadaian Syariah Cabang H.R. Soebratas Panam” yang membahas tentang
operasional produk mulia pada pegadaian syariah cabang H.R. Soebratas
Panam serta kontribusi produk mulia dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi nasabah pada pegadaian syariah cabang H.R. Soebratas Panam.39
Namun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian
sebelumnya adalah penulis lebih memfokuskan membahas tentang mekanisme
pada pegadaian syariah cabang jelutung kota jambi, kemudian dampak yang
ditimbulkan dari murabahah logam mulia investasi abadi tersebut dan tinjauan
hukum islam tentang akad pembiayaan emas batangan mulia di PT. Peagadaian
syariah (Persero) cabang jelutung kota jambi.
38
Skripsi Dewi masyithoh, 2016, Penangguhan Penyerahan Barang Dalam Pembiayaan
Murabahah Logam Mulia Di Pegadaian Syariah Jokotole Cabang Pemekasan Perspektif
Mazhab Syafi’i, Program Studi Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang “
39 Skripsi Jasmawati, 2012, Kontribusi Produk Mulia (Murabahah Emas Logam Mulia
Untuk Investasi Abadi) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Nasabah Pada
Pegadaian Syariah Cabang H.R. Soebratas Panam, Program studi Hukum Bisnis Syariah
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau
43
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian sangat penting dalam mencapai suatu tujuan termasuk
dalam penelitian dan dalam metode yang di gunakan dalam peyusunan skripsi
ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach), yaitu
mencari data dengan melakukan penelitian langsung di lapangan. Adapun
lokasi penelitian yang akan penulis lakukan untuk memperoleh data dan
informasi adalah PT. Pegadaian Syariah (Persero) cabang Jelutung Kota Jambi.
2. Sifat Penelitian
a. Deskriptif yaitu: penelitian yang menggambarkan kaedah, subjek dan
objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada.
b. Deduktif yaitu: menguraikan masalah secara umum untuk menarik
kesimpulan secara khusus.40
3. Pendekatan Masalah
a. Pendekatan Normative adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara
mempelajari perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun dilakuakan
pendekatan normative dengan melihat dan memilih data-data tentang
40
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali pers,2011), hlm 37
investasi pembiayaan emas mulia, dalam hal ini penulis mencari dan
mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi dengan cara
mengobservasi langsung ke lokasi penelitian.41
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang,benda,ataupun
lembaga (organisasi). Sebagai subjek dalam penelitian observasi
langsung ke lokasi adalah pimpinan atau yang mewakili PT. Pegadaian
Syariah
b. Objek penelitian adalah sifat atau keadaan suatu benda, orang atau yang
menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sebagai objek penelitian
adalah sistem murabahah pembiayaan emas batangan mulia.42
5. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer adalah: data yang di peroleh dari responden.
b. Data sekunder adalah: data yang di peroleh dari dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian.43
6. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik yang dikumpulkan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Wawancara, adalah pembuktian terhadap informasi atau ketererangan
yang diperoleh sebelumnya. Wawancara yang dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab langsung kepada pengelola dan nasabah sistem
41
Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm 46 42
Ibid, hlm 52 43
Moleong, J. Lexy, Metode Penelitian Kulaitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm 20
murabahah emas batangan mulia di PT. Pegadaian Syariah Cabang
Jelutung Kota jambi
b. Observasi, adalah informasi yang diperoleh dari ruang (tempat) yang
meliputi pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu dan perasaan. Penulis melakukan pengamatan terhadap kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan masalah itu.
c. Dokumentasi, adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan pemberian atau
pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan
koran, dan bahan referensi lain.44
B. Sistematika Penulisan
Rangkaian sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Masing-masing
bab diperinci lagi dengan beberapa sub bab yang saling berhubungan antara
satu sama lainya. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangaka teori, dan tinjauan pustaka.
BAB II : Pada bab ini untuk memberikan landasan pada bab berikutnya yang
akan dibahas tentang gambaran tentang sistem investasi pembiayaan emas
mulia pada pegadaian syariah dalam bab empat. Dalam bab ini penulis
membahas pengertian investasi.
44
Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, Indonesia: PT.
Gramedia: 2008), hlm 17
BAB III : Gambaran umum lokasi penelitian yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti adalah langsung observasi di PT. Pegadaian Syariah Cabang
Jelutung Kota Jambi.
BAB IV : Laporan temuan penelitian yang akan membahas isi dari
permasalahan yang diteliti di PT. Pegadaian Syariah cabang jelutung kota
jambi
BAB V : Membahas yang mana didalamnya mencakup kesimpulan dari hasil
peneliti, dan juga saran.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
Pegadaian Syariah yang terletak di Jalan Hayam Wuruk No.17
Kecamatan Jelutung Kota Jambi merupakan kantor cabang Pegadaian di Kota
Jambi yang berdiri pada tahun 2010 yang sebelumnya kantor cabang terbesar
Kanwil II terletak di Sumatera Barat yang telah berdiri pada tahun 2007 yang
meliputi wilayah Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu
lampung dan Sumatera Selatan.
Majunya kantor cabang di Kota Jambi juga disebabkan lokasi yang lebih
nyaman dan mudah dikunjungi karena lokasinya yang strategis, kantor cabang
Pegadaian Syariah di Jalan Hayam Wuruk ini menjadi kantor terbesar di Kota
Jambi yang telah memiliki kantor unit di beberapa Kecamatan di Kota Jambi
dimana hal ini berdampak positif bagi kemajuan pertumbuhan Pegadaian
Syariah di Kota Jambi.
Keberadaan Pegadaian Syariah pada awalnya didorong oleh
perkembangan dan keberhasilan lembaga-lembaga keuangan syariah. Di
samping itu, juga di landasi oleh kebutuhan masyarakat indonesia terhadap
hadirnya sebuah pegadaian yang menerapkan prinsip-prinsip syariah45
45
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, 2
April 2019
B. Legalitas dan Latar Belakang Pendirian Pegadaian Syariah Cabang
Jelutung Kota Jambi
Landasan dibukanya layanan gadai syariah pada Perum Pegadaian
Syariah secara umum didasarkan PP No.103 tahun 2003 tahun 2000 Bagian ke
3 butir b tentang maksud dan tujuan Perum Pegadaian yang berbunyi :
“maksud dan tujuan adalah menghidarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik
riba dan pinjaman tidak wajar lainnya”
Sedangkan landasan syariah berdasarkan pada:
1. Al-Qur‟an
ي أ ئ ف ت ض ب ق ي ا س ا ف ب ت ا ا ك د ج ى ت ن س ف س ه ى ع ت ك إ
ت ؤ ا د انر ؤ ه ا ف ض ع ى ب ك ض ع ا ب ت ك ت ا ن ب ز تق انه ن ت ا ي أ
ى ه ع ه ع ت ا ب انه ب ه ى ق ث آ ئ ا ف ت ك ي ة اد انش
Artinya:” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.46
2. Hadis riwayat Aisyah RA., Beliau berkata:
ز طعايا د سهى ي عه صه انه عائشت قانت اشتس زسل انه ع
حدد دزعا ي
46
QS. Al-Baqarah (2):283
Artinya:“ Rasulullah SAW. pernah membeli makanan dari seorang Yahudi
dengan cara menangguhkan pembayarannya, lalu beliau
menyerahkan baju besi beliau sebagai jaminan”.47
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Landasan Hukum Syariah dalam mengeluarkan produk Pegadaian
Syariah juga berdasarkan pada Fatwa DSN/No. 25/DSN-MUI/III/2002,
tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan
mengendalikan barang sebangai jaminan hutang dalam bentuk Rahn di
bolehkan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Murtahin (Penerima Barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun
(Barang) sampai semua hutang Rahn dilunasi.
b. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin, pada prinsipnya
Marhun tidak boleh tidak boleh dimanfaaatkan oleh Murtahin kecuali
seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan
pemanfaatannya itu sekedar penngganti biaya pemeliharaan
perawatannya.
c. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan
biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
d. Besar biaya administrasi dan penyimpan Marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
e. Penjualan Marhun: apabila jatuh tempo, Murtahin harus mengingatkan
Rahin untuk segera melunasi hutangnya, apabila Rahin tetap ntidak dapat
47
Al- Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadist...hlm 460
melunasi hutangnya, maka Marhun dijual paksa (Eksekusi), hasil
penjualan Marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan
dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan, kelebihan
hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi
tanggung jawab Rahin.48
Layanan Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi Mulai dibuka
pada tahun 2010 ini beralamat di Jalan Hayam Wuruj No.17 Kecamatan
Jelutung Kota Jambi. Berdirinya Layanan Gadai ini di latar belakangi oleh:
1. Mayoritas masyarakat Jambi yang Muslim
2. Untuk mencegah praktik ijon, renternir dan pinjaman tidak wajar lainnya
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jambi
4. Untuk mendukung program Pemerintah di Bidang Ekonomi dan
Pembangunan Nasional
5. Kebutuhan masyarakat akan prinsip Syariah
Dismaping faktor-faktor tersebut diatas juga terdapat faktor Internal
dimana layanan Gadai Syariah ini mengembangkan Pegadaian Syariah dengan
bekerja sama dengan Bank Muammalah Indonesia sehingga terbentuknya
layanan Gadai Syariah.49
C. Visi dan Misi PT. Pegadaian Syariah
1. Visi PT. Pegadaian Syariah
a. Menjadi The Most Valuable Financial Company di Indonesia dan
Sebagai Agen Inklusi Keuangan Pilihan Utama Masyarakat.
48
Website Pegadaian, www.pegadaian.co.id, 02 April 2019,15.50 49
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
b. Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu
menjadi Market Leader dan Micro berbasis Fudisia selalu menjadi
yang terbaik untuk masyarakat menengah kebawah.
2. Misi PT. Pegadaian Syariah
a. Memberikan manfaat dan keuntungan optimal bagi seluruh pemangku
kepentingan dengan mengembangkan bisnis inti.
b. Membangun bisnis yang lebih beragam dengan mengembangkan bisnis
baru untuk menambah proposisi nilai ke nasabah dan pemangku
kepentingan.
c. Memberikan service excelence dengan focus nasabah melalui Bisnis
proses yang lebih sederhana dan digital, Teknologi informasi yang
handal dan mutakhir, Praktek manajemen risiko yang kokoh, SDM yang
profesional berbudaya kinerja baik.
d. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah,aman, dan selalu
pemberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah
atau mendorong perekonomian masyarakat.
e. Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha lain dalam rangka
Optimalisasi sumber daya masyarakat.50
D. Struktur Organisasi PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelung Kota Jambi
Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi yang terletak di Jalan
Hayam Wuruk No. 17 Jelutung Kota Jambi adalah Lembaga non-Bank (
50
Website Pegadaian, www.pegadaian.co.id, 02 April 2019,15:50
Pegadaian Syariah) di bawah Binaan Unit Usaha Syariah PT. Pegadaian, yang
secara struktual terpisah pengelolanya (operasional) dari unit usaha gadai
secara konvensional. Adapun struktur organisasi Pegadaian Syariah Cabang
Jelutung Kota Jambi adalah sebagai berikut:
Pimpinan Cabang yaitu Pejabat Struktual dibawah pimpinan wilayah
uyang bertanggung jawab atas kelancaran pengelolaan kantor cabang dan unit-
unit pelayanan yang ada dibawahnya yaitu meliputi: Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan seluruh kegiatan Operasional dan
Keamanan kantor cabang dan unit-unit pelayanan yang ada dibawahnya.
Penaksir yaitu Petugas Fungsional dibawah Pimpinan Cabang, Penaksir
bertugas menaksir Marhun untuk menentukan mutu dan nilai barang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan rangka mewujudkan penetapan taksiran
dan uang pinjaman yang wajar serta citra baik perusahaan.
Pengelola yaitu Petugas Fungsional dibawah Pimpinan Cabang yang
bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Cabang atas kelancaran dan
kebenaran pengadministrasian, penyimpanan,keamanan, dan kebersihan barang
jaminan titipan nasabah (Rahin) dan dokumen penting lainnya yang dititipkan
oleh pemilik kepadanya.
Penaksir
Asih Taryono
Pengelola
Indra Gunawan
Kasir
Budi Herman
Peng.G24
Anto Irawan
PIMPINAN CABANG
Heriyadi
Kasir yaitu Petugas Fungsional dibawah Pimpinan Cabang, Kasir
melakukan tugas penerimaan barang dan pembayaran serta pembukuan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan operasional
kantor cabang.
Pengelola G24 (Pengelola galeri 24) yaitu Petugas Fungsional dibawah
Pimpinan Cabang yng bertugas melakukan jual beli emas batangan atau logam
mulia.51
Adapun budaya Organisasi dalam menjalankan perusahaan dan
pelayanan kepada masyarakat PT. Pegadaian Syariah menetapkan suatu budaya
organisasi yang wajib dipublikasikan bagi seluruh Pegadaian termasuk PT.
Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi:
1) Berinisiatif, Kreatif, Produktif dan Adaptif
2) Berorientasi pada solusi bisnis
3) Taat beribadah
4) Jujur dan berpikir positif
5) Kompeten dibidang tugasnya
6) Selalu mengembangkan diri
7) Peka dan cepat tanggap
8) Empati, santun dan ramah
9) Bangga sebagai insan Pegadaian
10)Bertanggung jawab atas aset dan reputasi perusahaan52
51
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi 52
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
E. Produk PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
Adapun produk-produk yang dikeluarkan oleh PT. Pegadaian Syariah
Cabang Jelutung Kota Jambi meliputi sebagai berikut:
1. Arrum Haji
Produk yang satu ini bermanfaat untuk siapa saja yang berencana
pergi haji ke Tanah Suci tapi kekurangan biaya. Arrum Haji dapat
memberikan pinjaman kepada nasabah sebesar Rp 25 juta. Nasabah hanya
menjaminkan emas senilai Rp 7 juta atau logam mulia seberat 15 gram.
Syaratnya, nasabah menyerahkan fotokopi KTP dan memenuhi syarat
sebagai pendaftar haji. Keunggulan produk ini adalah nasabah bisa
memperoleh tabungan haji yang langsung dapat digunakan untuk
memperoleh nomor porsi haji.
2. Arrum BPKB
Mendapatkan modal untuk pengembangan usaha mikro kini semakin
mudah. Salah satunya kita bisa menggunakan layanan Arrum (Ar Rahn
untuk Usaha Mikro). Produk satu ini memudahkan nasabah mendapatkan
pinjaman uang dengan jaminan BPKB kendaraan.
Syaratnya, harus sudah memiliki usaha yang sudah berjalan selama
setahun. Sertakan juga fotokopi KTP, kartu keluarga (KK), dan BPKB
(buku pemilik kendaraan bermotor) asli. Banyak keunggulan yang bisa
didapat apabila meminjam modal usaha di Pegadaian Syariah. Kamu bisa
pilih jangka waktu pinjaman mulai dari 12, 18, 24, sampai 36 bulan.
3. Amanah
Layanan Amanah ini tersedia hampir di seluruh outlet Pegadaian di
seluruh Indonesia. Untuk uang muka pembelian sepeda motor, nasabah
harus membayar mulai 20 persen dari harga. Sementara, untuk pembelian
mobil 25 persen dari harga. Jangka waktu cicilan bisa dipilih mulai dari 12,
18, 24, 36, 48, hingga 60 bulan.
Proses transaksi layanan Amanah ini berprinsip syariah yang adil
sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional No 92/DSN-MUI/IV/2014.
4. Rahn (Gadai Syariah)
Produk ini memberikan pinjaman hanya dengan waktu sekitar 15 hari.
Pinjaman bisa didapat mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 200 juta dengan
jangka waktu pinjaman maksimal empat bulan. Pinjam Uang dengan produk
layanan ini, hanya perlu membawa agunan berupa perhiasan emas, BPKB,
dan barang berharga lainnya.
Untuk meminjam uang dengan cara ini, nasabah hanya perlu
membawa fotokopi KTP dan menyerahkan jaminan. Layanan ini bisa
dilakukan di seluruh outlet Pegadaian Syariah.
5. Multi Pembayaran Online
Bayar tagihan listrik, air, telepon, hingga pembelian tiket kereta api
kini bisa didilakukan lewat produk Multi Pembayaran Online (MPO).
Fasilitas ini tersedia di outlet Pegadaian Syariah seluruh Indonesia.
6. Konsinyasi Emas
Produk ini memberikan layanan jual-titip emas batangan. Nasabah
bisa membeli emas sekaligus menitipkannya untuk dikonsinyasikan di
Pegadaian Syariah. Nasabah akan mendapat bagian dari hasil penjualan
kalau emas yang dikonsinyasikan tersebut terjual. Dengan demikian, emas
yang kita titipkan akan lebih produktif dan bisa ngasih untung daripada
hanya disimpan aja.
Pengajuan Produk ini cukup menyerahkan fotokopi identitas diri,
seperti KTP, SIM, atau paspor, serta mengisi dokumen pengajuan
konsinyasi dan memperlihatkan bukti pembelian emas.
7. Tabungan Emas
Dengan membeli emas mulai dari Rp 6.000-an atau setara 0,01 gram,
Nasabah sudah bisa berinvestasi emas. Hanya membuka rekening tabungan
emas di outlet terdekat dan mengisi formulir pembukaan rekening dan
membayar biaya administrasi sebesar Rp 10.000 dan biaya fasilitas titipan
selama 12 bulan sebesar Rp 30.000. Lampirkan juga identitas diri seperti
KTP, SIM atau paspor.
8. Mulia
Produk Mulia Pegadaian Syariah melayani penjualan emas batangan
kepada masyarakat. Produk ini bisa digunakan sebagai alternatif pilihan
investasi buat masa depan. Emas batangan pada produk Mulia ini bisa dibeli
mulai dari 5 gram hingga 1 kilogram. Selain bisa dibeli tunai, emas
batangan juga bisa di beli secara angsuran serta secara arisan .
Untuk pembelian dengan cara angsuran, Pegadaian memberi pilihan
uang muka pembelian mulai dari 10 persen hingga 90 persen dari nilai
emas. Sementara jangka waktu cicilan mulai dari 3 bulan hingga 36 bulan.53
53
Website Pegadaian Syariah, www.pegadaian.co.id , 2 April 2019, 15:50
58
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia di PT. Pegadaian Syariah
(Persero) Cabang Jelutung Kota Jambi
Pegadaian Syariah cabang Jelutung Kota Jambi sebagai lembaga
keuangan syariah non bank yang mempunyai fungsi lembaga intermediary,
yakni perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana. Salah satu kegiatan Pegadaian Syariah cabang Jelutung Kota
Jambi dengan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan ke
dalam bentuk pembiayaan.
Hal ini PT. Pegadaian Syariah Cabang Jelutung dalam sistem murabahah
emas batangan mulia nasabah harus mengetahui beberapa hal beberapa hal
sebagai berikut:
1. Persyaratan Dalam Pengajuan Mulia
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan pengajuan
Investasi Pembiayaan Emas Batangan mulia meliputi sebagai berikut:
a. Menyerahkan fotocopy KTP/identitas resmi lainnya.
b. Mengisi formulir aplikasi Mulia.
c. Menyerahkan uang muka mulai dari 15% sampai dengan 90%
d. Menanda tangani akad mulia,54
54
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
Selain itu nasabah juga harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diberikan oleh PT. Pegadaian Syariah cabang Kota Jambi antara lain sebagai
berikut:
1) Nasabah dapat langsung datang ke pegadaian syariah dengan maksud
untuk melakukan jual beli emas dalam pembiayaan Mulia. Kemudian
menyerahkan foto copy KTP, menyerahkan kartu keluarga dan
menyerahkan NPWP.
Mengisi formulir yang diberikan dengan beberapa kompenen yaitu
formulir pengajuan mulia, formulir persetujuan pembiayaan, formulir
bukti pembayaran uang muka, dan bukti status pemesanan, selain itu
uang muka harus di bayarkan nasabah sebesar 20% dari jumlah
pembiayaan, setelah itu nasabah dan kantor cabang pelaksana produk
mulia mengirim bukti uang muka kepada kantor cabang distribusi mulia
melalui fax.
Setelah kantor cabang distribusi menerimabukti uang muka dari
kantor cabang pelaksana produk mulia, uang muka ini langsung
ditransfer kepada PT. Antam Logam Mulia. Sekaligus menegaskan
bahwa kantor cabang distribusi mulia (Pegadaian Syariah) sebagai
perwakilan nasabah untuk membeli emas kepada PT. Antam Logam
Mulia.
Pada saat membeli atau memesan emas ke PT. Antam Logam
Mulia, Pegadaian Syariah menggunakan akad Wakalah yaitu pemberian
kuasa. Selanjutnya kantor cabang distribusi mulia mengirim formulir
status pemesanan emas kepada kantor cabang pelaksanamulia melalui
fax, formulir ini sebagai bukti bahwa pihak pegadaian telah membeli
emas sesuai dengan kesepakatan nasabah.
Kemudian nasabah akan diberikan kwitansi dan buku angsuran
pembiayaan, apabila emas yang dibeli belum tersedia di Pegadaian
Syariah maka kwitansi ini akan ditahan oleh Pegadaian Syariah dan emas
diberikan apabila nasabah telah melunasi seluruh hutangnya.55
Dengan terpenuhinya berbagai persyaratan serta ditanda tanganinya
akad, maka nasabah secara tidak langsung telah menjadi pemilik emas.
Nasabah mempunyai kewajiban dalam akad murabahah yaitu:
a) Mentaati isi akad murabahah yang telah disepakati bersama
b) Membayar kembali harga barang yang telah ditentukan secara
angsuran
c) Membayar margin keuntungan sesuai batas waktu dan jumlah yang
telah ditentukan
d) Membayar uang muka atas harga barang pada saat menandatangani
akad murabahah
Setelah pengisian formulir oleh nasabah, kepala cabang Pegadaian
Syariah mempunyai wewenang untuk memberikan keputusan yaitu:
a) Keputusan untuk menolak. Dalam hal ini nasabah segera diberitahu
dan diberi alasan mengapa memberi penolakan
55
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
b) Keputusan untuk menerima. Persetujuan permohonan pembiayaan
diberikan apabila pemohon telah memenuhi persyaratan dalam
pengajuan permohonan pembiayaan. Apabila permohonan telah di
terima oleh Pegadaian Syariah maka proses berikutnya adalah
pelaksanaan penandatanganan akta akad murabahah.
Setelah itu dilaksanakannya realisasi pembiayaan. Jangka waktu
realisasi pembiayaan adalah 15 hari. Apabila sampai batas waktu
tersebut calon nasabah tidak merealisasikannya maka akad murabahah
dianggap batal karena untuk memberikan keputusan tersebut
didasarkan pada suatu kreteria dan analisis tertentu, maka sifatnya
obyektif berdasarkan kejujuran dan keadilan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Hal ini menunjukan penerapan prinsip
kejujuran, keadilan dan prinsip tauhid dalam ekonomi syariah.
Setelah semua persyaratan nasabah sudah dilengkapi maka
Pegadaian Syariah akan memesan atau membeli emas di PT. Antam
Logam Mulia namun sebelum itu, Pengelola Unit Pegadaian Syariah
harus melakukan prosedur pemesanan emas logam mulia yang sudah
ditetapkan oleh pihak Pegadaian Syariah untuk menghindari sesuatu yang
tidak di inginkan.
Adapun prosedur yang dilakukan oleh pengelola unit/cabang harus
melakukan verifikasi data yang disampaikan oleh calon nasabah.
Verifikasi-verifikasi dalam proses ini adalah
a) Kelengkapan administrasi
b) Kemampuan membayar uang muka
c) Kemampuan akan membayar angsuran Mulia
d) Motif dan tujuan menggunakan Mulia
Analisis pembiayaan dengan calon nasabah dilakukan secra
lengkap dan obyektif meliputi:
a) Karakter, evaluasi terhadap karakter calon nasabah melalui
wawancara yang memungkinkan diambilnya suatu kesimpulan bahwa
calon nasabah yang bersangkutan mempunyai integritas dan
berkesanggupan untuk membayar kembali pembiayaan yang
diterimanya serta kewajiban-kewajiban lainnya.
b) Modal, analisis ini digunakan untuki mengetahui seberapa besar
pendapatan yang akan dihasilkan oleh nasabah dan juga apakah
nasabah tersebut memiliki simpanan dilembaga keuangan lain dan
apakah memiliki penghasilan tetap untuk pembayaran angsuran
c) Kemampuan, penilaian atas setiap kemampuan setiap calon nasabah
produk mulia untuk membayar kembali pembiayaan murabahah yang
telah diterimanya serta kewajiban-kewajiban lainnya. Batas
pembiayaan untuk nasabah ditentukan berdasarkan kemampuan
nasabah untuk dapat membayar kembali
d) Kondisi, penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan Pegadaian
Syariah untuk melihat kondisi-kondisi yang akan menimbulkan
masalah pada pembayaran kembali dimasa yang akan datang,
sehingga proses evaluasi kelayakan usaha tidak hanya didasari post
perfomance, tetapi juga evaluasi terhadap prospek kondisi yang akan
datang
e) Agunan, agunan atau jaminan yang dijadikan nasabah pada produk
mulia ini adalah emas yang dibeli tersebut
2. Akad Dalam Pembiayaan Mulia
Pada produk Pembiayaan Mulia dalam jual beli secara angsuran di
Pegadaian Syariah menggunakan Akad Murabahah, dimana akad tersebut
telah disetujui dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak pada saat mengisi
formulir pengajuan Pembiayaan Emas Batangan Mulia. 56
Atas Akad Murabahah pada Pembiayaan Mulia pihak Nasabah
(Rahin) sepakat untuk menyerahkan barang miliknya sebagai jaminan
hutang sampai selesai masa pelunasan yang telah disetujui oleh Nasabah
pada sebelumnya. Sebagaimana di definisikan oleh para ulama adalah
menjadikan barang berharga menurut tinjauan syariat sebagai jaminan
hutang, sekiranya pembayaran hutang atau sebagian bisa diambil dari benda
yang digadaikan tersebut.
Jaminan pelunasan hutang atas akad murabahah pada Pembiayaan
Mulia tersebut yaitu berupa objek atau emas yang dibeli secara angsuran
pada saat awal pengajuan yang mana emas teresebut tidak dapat langsung
diberikan kepada Nasabah selama masa pelunasan emas belum selesai.
Dalam masa pemeliharaan atau perawatan emas yang masih di
jadikan jaminan kepada Pegadaian Syariah tersebut Nasabah harus
56
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
membayar uang pemeliharaan dan perawatan atas emas yang dijaminkan
seperti pada Pembiayaan Rahn yaitu barang di jadikan jaminan selama masa
angsuran dan kemudian Nasabah membayar perawatan atau pemeliharaan
barang yang di jadikan jaminan selain itu Nasabah menerima uang atas
Gadai yang ia lakukan.
Adapun jangka waktu pelunasan dalam Pembiayaan Mulia ini
minimal 3 bulan dan maksimal 36 bulan dengan tanggal jatuh tempo
terhitung dimulainya dari awal akad perjanjian. Jika terjadi keterlambatan
pembayaran angsuran maka akan dikenakan denda 4 % per-30hari.
Jika nasabah belum juga membayar angsuran selama 2 bulan maka
emas yang dijadikan jaminan hutang tetap berada dibawah kekuasaan
Pegadaian Syariah untuk disimpan dan dijual jika sewaktu-waktu ada
nasabah lain yang ingin memesan atau dilakukan pelelangan.57
3. Pembiayaan Emas Secara Angsuran
Barang yang menjadi objek pada pembiayaan emas batangan secara
angsuran ini memiliki kreteria berat yang berbeda, nasabah hanya perlu
memperhitungkan emas mana yang ingin ia investasikan, selain dari pada
itu nasabah juga harus memperhitungkan berapa lama jangka pembiayaan
emas tersebut, sedangkan perusahaan bertanggung jawab dan menjamin
emas yang akan di investasikan itu terjaga perawatan serta keamanannya.
Selain itu biaya administrasi besarnya tergantung berapa berat emas
yang ingin di investasikan karna setiap berat emas memiliki golongan yang
57
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
berbeda dimana ketentuan kebijakan penetapan harga ditetapkan oleh PT.
Peagadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi.
Adapun penetapan Marhun Bih dalam delapan golongan pinjaman
diantarannya adalah sebagai berikut:
a. Golongan A, nasabah akan dimasukan golongan A apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 20.000 sampai
Rp. 150.000
b. Golongan B, nasabah akan dimasukan golongan B apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 151.000 sampai
dengan Rp. 500.000
c. Golongan C1, nasabah akan dimasukan golongan ini apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 501.000 sampai
dengan Rp. 1.000.000
d. Golongan C2, nasabah akan dimasukan golongan ini apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 1.005.000
sampai dengan Rp. 5.000.000
e. Golongan C3, nasabah akan dimasukan golongan ini apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 5.050.000
sampai dengan Rp. 10.000.000
f. Golongan C4, nasabah akan dimasukan golongan ini apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 10.050.000
sampai dengan Rp. 20.000.000
g. Golongan D, nasabah akan dimasukan golongan ini apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 20.100.000
sampai dengan Rp. 50.000.000
h. Golongan E, nasabah akan dimasukan golongan ini apabila Pegadaian
Syariah memberikan pinjaman dengan nominal uang Rp. 50.100.000
sampai dengan 200.000.000.58
Berikut adalah bentuk simulasi kredit emas logam mulia :
SIMULASI KREDIT EMAS LOGAM MULIA
LM Harga Uang Jangka Waktu
Dasar (Rp) Muka (Rp)
3 Bulan
(Rp)
6 Bulan
(Rp)
12 Bulan
(Rp)
18 Bulan
(Rp)
24 Bulan
(Rp)
36 Bulan
(Rp)
1 gr 653.000 97.950 290.630 107.860 57.066 40.209 31.838 23.578
2
gr 1.265.000 189.750 389.862 200.595 106.130 74.779 59.212 43.850
5 gr 3.166.000 467.400 934.975 481.070 254.523 179.337 142.003 105.163
10
gr 6.158.000 923.700 1.830.834 942.015 498.398 351.171 278.064 205.926
25 gr 15.280.000 2.292.000 4.517.232 2.324.241 1.229.701 866.448 686.070 508.084
50
gr 30.560.000 4.584.000 9.017.141 4.639.568 2.454.686 1.729.572 1.369.510 1.014.219
100 gr 61.020.000 9.153.000 17.987.510 9.255.071 4.896.638 3.450.137 2.731.916 2.023.177
250
gr
154.000.000 23.100.000 45.369.810 23.244.020 12..350.786 8.702.355 6.890.698 5.103.048
500
gr
304.600.000 45.690.000 89.721.008 46.163.936 24.424.244 17.209.331 13.626.691 10.091.527
1
kg 0 - 17.323 8.913 4.716 3.323 2.631 1.948
Adapun komponen-komponen yang terkait Pembiayaan Produk Mulia
sebagai berikut:
a. Harga. Dalam hal ini harga yang dimaksud adalah harga perolehan dari
emas batangan yang akan dibeli. Pada prinsipnya, ketika melakukan
58
Skripsi, Haryati, 2016, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Murabahah di Pegadaian
Syariah Lampung , Program Studi Muammalah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Raden Intan
pembiayaan secara angsuran, pihak Pegadaian Syariah langsung
membelikan emas batangan di pemasok. Dimana pihak Pegadaian Syariah
akan menutup kekurangan dana terlebih dahulu dan menyimpan emas yang
mereka beli, emas tersebut akan diserahkan oleh nasabah setelah pelunasan.
b. Margin merupakan keuntungan yang akan diperoleh oleh pihak Pegadaian
Syariah. Semakin besar (gram) emas yang dibeli maka keuntungan
Pegadaian Syariah akan semakin meningkat, namun lain halnya apabila
nasabah mengalami telat bayar atau menunggak saat melunasi pembayaran
maka ini akan merugikan Pegadaian Syariah.
c. Biaya administrasi. Biaya ini merupakan biaya yang diminta oleh Pegadaian
Syariah untuk hal-hal yang berkaitan dengan formulir, photocopy dan lain-
lain.
d. Pembayaran awal (DP) atau uang muka. Pembayaran ini menunjukan
kesungguhan dari nasabah yang ingin membeli emas.
e. Agunan. Agunan adalah sejumlah dana yang harus dibayarkan nasabah
secara rutin tiap bulan untuk melakukan usaha pelunasan dari emas
batangan yang telah dibeli. Angka angsuran ini diperoleh dari besarnya
biaya perolehan dikurangi dengan DP kemudian dibagi dengan jangka
waktu yang di inginkan. Jangka waktu angsuran yang dapat dipilih untuk
melakukan pembelian emas batangan secara angsuran di Pegadaian Syariah
adalah 3 sampai 36 bulan.
Sebagaimana yang telah di jelaskan diatas, maka pihak pegadaian
syariah menetapkan beberapa ketentuan-ketentuan tambahan dalam
melakukan pembiayaan murabahah dengan sistem angsuran ini.
Diantaranya, pihak pegadaian syariah mensyaratkan adanya jaminan.
Jaminan atau rahn yang dikenal dalam hukum islam adalah menjadikan
barang yang mempunyai nilai harta sebagai jaminan hutang atau bisa
mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. Adanya ketentuan tersebut
secara otomatis emas batangan mulia yang di jadikan jaminan (marhun)
untuk pelunasan sisa hutang nasabah kepada pihak pegadaian syariah.
Setelah semua hutang lunas, maka emas batangan mulia beserta
dokumen-dokumennya diserahkan kepada nasabah. 59
Ketentuan-ketentuan yang ada dalam pembiayaan emas batangan
mulia sudah disediakan oleh pihak pegadaian syariah, maka dalam
membuat kesepakatan akad nasabah lebih bersifat pasif tidak bisa
mengajukan syarat-syarat perjanjian kecuali yang sudah ditentukan oleh
pegadaian sysriah, seperti halnya ketentuan emas batangan mulia yang
merupakan objek jual beli dijadikan jaminan. Tentu saja dapat merugikan
nasabah, sebab emas batangan mulia tidak dapat langsung diserahkan
kepada nasabah. Sehingga emas batangan mulia tidak dapat langsung
dimiliki oleh nasabah sebelum lunasnya hutang atas barang tersebut.
Padahal yang dapat menjadi barang gadai (marhun) adalah setiap barang
atau harta yang dapat diperjual belikan bisa berupa barang perhiasan,
barang elektronik kendaraan dan barang-barang lain yang dianggap
bernilai dan dibutuhkan. Penyerahan benda yang diperjual belikan dalam
59
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
hukum islam merupakan kewajiban. Akad yang tidak dibarengi dengan
penyerahan objek maka akad tersebut dinilai sebagai gharar.
Melalui akad rahn nasabah menjaminkan emas batangan mulia
kepada pihak pegadaian syariah kemudian pihak pegadaian syariah
menyimpan dan merawatnya ditempat yang telah disediakan. Akibat
yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang
meliputi biaya penyimpanan, biaya perawatan, dan seluruh proses
kegiatan. Selain itu adanya biaya administasi dan biaya ekspedisi
disamping keuntungan yang dikenakan oleh pihak pegadaian syariah
sangat memberatkan nasabah. Demikian juga dengan adanya pembayaran
denda keterlambatan yang sangat memberatkan bagi nasabah, karena
nasabah tidak hanya membayar cicilan hutang murabahah akan tetapi
membayar denda yang berlipat setiap melebihi tangan yang telah
ditetapkan. 60
Menurut Zanial, dalam perjanjian murabahah emas batangan mulia,
pihak nasabah berkewajiban menyediakan barang jaminan (rahn) atas
pembiayaan logam mulia yang terjadi. Jaminan tersebut terjadi karena
adanya transaksi muammalah yang tidak tunai antara Pegadaian Syariah
dan nasabah sehingga untuk menghindari wanprestasi yang dilakukan
oleh nasabah seperti kelalaian, dan menjamin nasabah membayar
angsuran tepat waktu maka dari itu pihak pegadaian mewajibkan nasabah
untuk menjadikan emas tersebut sebagai barang jaminan atas hutangnya.
60
Wawancara, Zanial, Nasabah Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
Sehingga nasabah tidak dapat menerima manfaat dari emas yang di
belinya secara angsuran sebelum melunasi masa angsurannya. Hal ini
terjadi karna objek dari pembiayaan murabahah logam mulia itu adalah
emas batangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan bertujuan
untuk mengindari nasabah melakukan wanprestasi. Sehingga timbulah
akan rahn dalam murabahah emas batangan mulia yang mana akad rahn
berfungsi sebagai perawatan dan pemeliharan atas emas yang di beli
secara angsuran selain itu pihak pegadaian dapat menjamin bahwa emas
tersebut dalam perawatan dan pemeliharaan yang baik sehingga pada
waktu masa pelunasan selesai emas tersebut dapat terjaga kwalitasnya.61
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Pembiayaan Emas Batangan
Mulia
Muammalah merupakan hal yang sangat dalam kehidupan manusia,
sebab dengan muammalah ini manusia dapat berhubungan satu sama lain yang
menimbulkan hak dan kewajiban, sehingga akan tercipta segala sesuatu yang di
inginkan dalam mencapai kebutuhan hidupnya. 62
Akad, dalam literatur ilmu hukum, terdapat berbagai istilah yang
sering dipakai sebagai rujukan disamping istilah Hukum Perikatan untuk
menggambarkan ketentuan hukum yang mengatur transaksi dalam masyarakat.
Dimana bentuk abstrak dari terjadinya keterikatan itu antara para pihak yang
melakukan transaksi tersebut.63
61
Wawancara, Ayu Wulandani, Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi 62
Syafe‟i, Rachmat, Fiqh Muammalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001),hlm 105 63
Ibid, hlm 112
Menurut istilah Fiqh, kata multi akad merupakan terjemahan dari kata
arab yaitu Al- Uqud Al- Murakkabah yaitu berarti akad ganda (rangkap). Multi
akad itu sendiri memiliki batasan-batasan karna tidak semua multi akad
diperbolehkan menurut agama. 64
Dalam pembiayaan murabahah emas batangan mulia secara angsuran
di PT. Pegadaiam Syariah (Persero) cabang jelutung kota jambi ini melakukan
penangguhan dalam penyerahan emas batangan dan menjadikan emas sebagai
barang jaminan sampai masa pelunasan selesai sehingga dalam pembiaayan
emas batangan secara angsuran ini menerapkan dua akad yaitu akad murabahah
dan akad rahn. Akad murabahah yaitu akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati penjual dan
pembeli sehingga akad murabahah di pergunakan dengan tujuan mencari
keuntungan atau laba ketika transaksi, akad murabahah di dalam pembiayaan
emas batangan mulia ini merupakan akad pokok atau akad utama.
Sedangkan akad rahn yaitu menahan harta milik nasabah sebagai
jaminan atas hutang yang diterimanya. Dengan akad ini pihak pegadaian
syariah menahan barang yang menjadi objek transaksi emas batangan mulia.
Akad rahn ini merupakan akad tabarru‟ yaitu akad yang dipergunakan dengan
tujuan saling tolong menolong, akad rahn pada pembiayaan mulia ini sebagai
accessoir atau akad tambahan yang keberlakuannya bergantung pada perjanjian
utama.
64
Muhammad Syafii Antonie, Akad Syariah, (Bandung: Mizan Pustaka,2011), hlm 38
Akad dalam pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi
abadi yaitu akad murabahah dan akad rahn telah sesuai dengan syarat dan
rukun menurut hukum islam baik yang menyangkut para pihak, objek
perjanjian, maupun sighat (ijab dan qabul). Pensyaratan dan prosedur
pembiayaan mulia yang telah di tentukan oleh pegadaian syariah dengan
kaidah-kaidah hukum islam yaitu persyaratan sederhana, prosedurnya mudah,
akad secara tertulis, pembiayaan atau hutang dengan jaminan barang yang
sudah dibeli, tidak dipungut bunga, keuntungan margin dan isi perjanjian
disepakati oleh kedua belah pihak serta pembiayaan tidak mengandung gharar.
Pembiayaan mulia dengan akad murabahah dan akad rahn tidak termasuk
kategori dua akad dalam satu transaksi yang dilarang. Hal ini didadasarkan
dengan adanya kejelasan antara kedua belah pihak. Akad murabahah terlebih
dahulu dilakukan dan merupakan akad pokoknya kemudian disusul dengan
akad rahn. Bahwasanya yang dilarang oleh Nabi Muhammad SAW adalah jual
beli dengan harga yang tidak pasti. Pembiayaan mulia di perbolehkan karena
tidak mengandung riba maupun gharar serta barang jaminan sudah menjadi
milik nasabah ketika terjadinya akad murabahah.
Berdasarkan penjelasan di atas, akad dalam pembiayaan mulia yaitu
akad murabahah dan akad rahn merupakan prosedur yang telah ditentukan
sesuai batas kewajaran, dimana merupakan wujud kehati-hatian pihak
pegadaian syariah dalam mrnghadapi resiko tidak terbayar oleh nasabah,
sebagaimana dalam penetapan uang muka, penetapan keuntungan (margin),
penetapan jaminan (marhun), penetapan denda dan ketentuan lainnya, maka hal
itu di perbolehkan. Meskipun dalam praktiknya nasabah tetap dirugikan karena
harus membayar hutang murabahah dan biaya penyimpanan atas barang
jaminan.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara umum Sistem Murabahah Emas Batangan Mulia di PT. Pegadaian
Syariah (Persero) Cabang Jelutung Kota Jambi menggunakan Akad
Murabahah yaitu jual beli dengan keuntungan yang disepakati kedua belah
pihak sedangkan Rahn yaitu pembiayaan yang dilakukan setelah emas telah
di beli secara angsuran dan dilakukan perawatan serta pemeliharaan karena
emas tidak dapat langsung diterima oleh nasabah. Hal ini bertujuan agar
tidak terjadinya wanprestasi dari pihak nasabah kepada PT. Pegadaian
Syariah. Persyaratan sederhana, prosedurnya mudah, akad secara tertulis,
pembiayaan atau hutang dengan jaminan barang yang sudah dibeli, tidak
dipungut bunga, keuntungan margin dan isi perjanjian disepakati oleh kedua
belah pihak serta pembiayaan tidak mengandung gharar. Nasabah hanya
membayar uang muka minimal 15% atas emas yang di beli secara angsuran,
kemudian objek akad yaitu emas logam mulia dijadikan sebagai barang
jaminan dengan jangka waktu pelunasan mulai dari 3 bulan sampai 36
bulan, kemudian nasabah harus membayar biaya-biaya yang terdapat dalam
pembiayaan emas batangan mulia seperti biaya penyimpanan, biaya
perawatan jaminan, biaya administrasi, biaya ekspedisi serta denda sebesar
4% per 30 hari apabila nasabah mengalami keterlambatan dalam
pelunasannya.
2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap sistem murabahah emas batangan mulia
yaitu dalam jual beli emas secara angsuran ini mensyaratkan penangguhan
atas barang jaminan (mahrun) oleh nasabah ke Pegadaian Syariah. Sehingga
dalam transaksi Pembiayaan Mulia Pegadaian Syariah Cabang Jelutung
Kota Jambi menerapkan dua akad perjanjian, yaitu akad murabahah dan
akad rahn. Akad yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Sehingga akad murabahah dipergunakan dengan tujuan untuk
mencari keuntungan atau laba ketika bertransaksi. Akad murabahah di
dalam pembiayaan Mulia ini merupakan akad pokok atau akad utama. Akad
rahn yaitu menahan harta milik nasabah sebagai jaminan atas hutang yang
diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian
Syariah menahan barang yang menjadi objek transaksi yaitu emas logam
mulia. Akad rahn ini merupakan akad tabarru‟ yaitu akad yang
dipergunakan utuk tujuan saling menolong tanpa mengharap imbalan
kecuali dari Allah SWT. Pensyaratan dan prosedur pembiayaan mulia yang
telah di tentukan oleh pegadaian syariah dengan kaidah-kaidah hukum islam
yaitu persyaratan sederhana, prosedurnya mudah, akad secara tertulis,
pembiayaan atau hutang dengan jaminan barang yang sudah dibeli, tidak
dipungut bunga, keuntungan margin dan isi perjanjian disepakati oleh kedua
belah pihak serta pembiayaan tidak mengandung gharar. akad murabahah
dan akad rahn merupakan prosedur yang telah ditentukan sesuai batas
kewajaran, dimana merupakan wujud kehati-hatian pihak pegadaian syariah
dalam menghadapi resiko tidak terbayar oleh nasabah, sebagaimana dalam
penetapan uang muka, penetapan keuntungan (margin), penetapan jaminan
(marhun), penetapan denda dan ketentuan lainnya, maka hal itu di
perbolehkan.
B. Saran
1. Pegadaian syariah Cabang Jelutung Kota Jambi diharapkan mampu
memberikan keterangan yang jelas atas akad yang sedang di buat agar akad
tersebut tidak cacat hukum karena ada faktor yang tersembunyi atau tidak
terang pengertiannya.
2. Hukum islam itu sendiri telah menetapkan bahwa suatu akad akan dilarang
menurut agama apabila dapat menimbulkan ketidakpastian (Gharar) dan
ketidak jelasan (Jahalah), menjerumuskan kepraktik riba.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur‟an dan Terjemahan, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta:
Bumi Restu, 1976
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, Gadjah Mada University
Press Yogyakarta,2005
Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,
Jakarta,2000). Departemen Agama RI Al-Qur‟an dan Terjemahannya,
Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2001
Al- Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadist: Shahih
Al- Bukhari I, Terjemahan Masyhar dan Muhammad Suhadi, Jakarta:
Almahira Cetakan I, 2011
Asqalani, Syihab Al-Din Ahmad Bin Hajar Al-Tahdzib Al-Tahdzib, Beirut: Dar
Al- Fikr, 1995
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali pers, 2011
Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Indonesia: PT.
Gramedia, 2008
M. Hasbi Ummar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers,
2004
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah, Jakarta: Salemba Diniyah,
2003
Muhammad Syafii Antonie, Akad Syariah, Bandung: Mizan Pustaka,2011
Saifuddin, Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Syafe‟i, Rachmat, Fiqh Muammalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001
Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: Ull Pers, 2005
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika,2008
B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BAB 20 Pasal 1150 Ayat 1 dan 2 Tentang
Gadai
C. Jurnal
Arma Safitri, Pengaruh Penjualan Mulia Terhadap Peningkatan Pendapatan
Pegadaian Syariah, Skripsi, Fakultas Hukum dan Syariah, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Dewi masyithoh, Penangguhan Penyerahan Barang Dalam Pembiayaan
Murabahah Logam Mulia Dipegadaian syariah Jokotole Cabang
Pemekaran Perspektif Mazhab Syafi’i, Skripsi, Fakultas Syariah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim malang, 2016
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah
Jasmawati, Kontribusi Produk Mulia (Murabahah Emas Logam Mulia Untuk
Investasi Abadi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Nasabah
Pada Pegadaian Syariah Cabang H.R Soebratas Panam, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau, 2012
Haryati, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Murabahah di Pegadaian
Syariah Lampung, Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2016
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tentang Murabahah
D. Lain-Lain
Produk Pegadaian Syariah:https//www.pegadaian.co.id/produk/mulia
Website Pegadaian, www.pegadaian.co.id
Wawancara Ayu Wulandani, Pengelola Pegadaian Syariah cabang Jelutung Kota
Jambi
Wawancara Zanial, Nasabah Pegadaian Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
top related