sistem integumen ikan
Post on 29-Jun-2015
1.583 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Pengertian
Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang khusus mempelajari
tentang ikan. Pengertian dari ikhtiologi itu sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya. Salah satu sub pokok
bahasan ikhtiologi adalah Sistem Integumen pada ikan. Adapun pengertian dari
integumen ikan adalah suatu sistem pembalut tubuh yang terdiri dari kulit dan derivat-
derivatnya. Secara umum sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan
bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk
hidup tersebut berada. Pada sistem integumen tersebut terdapat sejumlah organ atau
struktur dengan fungsi yang beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup.
B. Tujuan
Ikhtiologi merupakan dasar beberapa ilmu seperti fisiologi dan reproduksi
hewan air, pengelolaan sumberdaya perikanan, budidaya ikan, pemanfaatan
sumberdaya perairan atau teknik penangkapan ikan. Dengan mempelajari ikhtiologi
diharapkan mahasiswa akan lebih mudah memahami tentang ikan dengan segala
aspek kehidupannya dan kaitannya dengan bidang ilmu-ilmu yang lain seperti tersebut
diatas.
1
II. SISTEM INTEGUMEN
A. Kulit
Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu
lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis atau
corium (Gambar 1). Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara
embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya.
Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan
oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya.
Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan
dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang kompleks. Integumen sekalian
hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan zat-zat yang
terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak dilengkapi dengan pembuluh-
pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh secara difusi, karena itu
kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk menjadi mati dan lepas sangat
besar sekali. Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum
germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini sangat giat dalam melakukan
pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar yang lepas dan untuk persediaan
pengembangan tubuh.
Dermis yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan
pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih
kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam lapisan
ini. Lapisan dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan
2
derivat-derivat kulit lainnya. Asal mula terbentuknya dermis ini belum banyak
diketahui; diperkirakan bahwa jaringan ikat di bawah epidermis dulunya berubah,
terutama sekali menjadi tulang pada hewan nenek moyang vertebrata, seperti yang
terlihat pada fosil-fosil Ostracodermi yang mempunyai perisai-perisai tulang pada
kulitnya yang pertumbuhannya sangat baik.
Keterangan : 1. epidermis 5. chromatophore
2. dermis 6. subcutis
3. kelenjar lendir 7. otot
4. sisik
Kulit selain sebagai pembalut tubuh juga berfungsi sebagai :
1. Alat pertahanan pertama terhadap penyakit.
2. Perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan ikan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan panas
secara bergantian melalui aliran darah pada kulit (thermoregulasi), dimana dalam
kulit terdapat penerima rangsang (sensory receptor).
3
3. Menjaga keseimbangan cairan (air) dalam tubuh (kelompok amphibian).
4. Alat ekskresi dan osmoregulasi.
5. Alat pernafasan tambahan dan respirasi pada beberapa jenis ikan terutama pada
kelompok amphibian.
2. Lendir
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan
tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam
epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,
misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding
pada saat atau keadaan normal.
Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang
dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam
osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air
melalui kulit. Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat
perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus)di
Afrika yang menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus
tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang
menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota
dari genus Trichogaster.
3. Sisik
4
Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive,
sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis
sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis.
Di samping ikan bersisik terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik, di
temukan pada ikan lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea), ikan sub-ordo
Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi dari tidak
terdapatnya lendir pada tubuhnya, mereka memiliki lendir yang lebih tebal sehingga
badannya menjadi lebih licin.
Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu
saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum
dan ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat
(Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil
dan dilapisi lendir yang tebal.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, ganoid, Cycloid dan
Ctenoid.
a. Sisik Placoid
Jenis sisik ini karakteristik hanya bagi golongan ikan-ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang
bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya
terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar
dari permukaan epidermis (Gambar 2). Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton
5
yang primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang
biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan
duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang
berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut
dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik
placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan
dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk
papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan
hiu merupakan derivate dari sisik.
Keterangan : 1. dentine 2. enamel 3. canaliculi
4. pulp 5. epidermis 6. dermis
b. Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah
dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan,
yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel,
kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir
isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya
6
pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang
menutup permukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae.
c. Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan
terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian
lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah
antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.
d. Sisik Cycloid dan Ctenoid
Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat
pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-
jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya
meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian
posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak
mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih
tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah
kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi
gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah
bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan
(anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen
(chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak
berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian
7
posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan
titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik
(Gambar 3).
Gambar 3. Tipe sisik (A) cycloid, (B) ctenoid, dan
(C) sisik Linea lateralis (L.l)
Keterangan : 1. focus 2. circuli 3. annulus
4. radius 5. chromatophore 6. ctenii
7. lubang L.L 8. saluran L.L
Di daerah yang bermusim empat, sisik dapat digunakan untuk menentukan
umur ikan. Circulus selalu bertambah selama ikan hidup. Pada musim dingin
pertumbuhan ikan lambat, dan jarak antara circulus yang satu dengan yang lainnya
menjadi sempit sekali, bahkan kadang-kadang berhimpitan. Circuli yang berhimpitan
ini disebut annulus yang terjadi setahun sekali. Annulus ini digunakan untuk
menghitung umur ikan. Bagian yang jelas menunjukkan umur ikan ialah bagian
anteriornya.
4. Pewarnaan
8
Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas seperti tenggiri (Scomberomorus
commersoni) mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-
putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampai
warna kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada
bagian punggungnya. Ikan yang hidup di daerah dasar perutnya berwarna pucat dan
bagian punggungnya berwarna gelap. Umumnya ikan laut yang hidup di lapisan atas
berwarna keperak-perakan, di bagian tengah kemerah-merahan dan di bagian bawah
(dasar) ungu atau hitam.
Warna ikan tersebut disebabkan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik)
dan biochrome (pigmen pembawa warna). schemachrome putih terdapat pada
rangka, gelembung renang, sisik dan testes, biru dan ungu pada iris mata, warna-
warna pelangi pada sisik, mata dan membrane usus. Adapun yang termasuk
biochrome ialah :
(1). Carotenoid berwarna kuning, merah dan corak lainnya.
(2). Chromolipod berwarna kuning sampai coklat.
(3). Indigoid berwana biru, merah dan hijau.
(4). Melanin kebanyakan berwarna hitam atau cokat.
(5). Porphyrin atau pigmen empedu berwarna merah, kuning, hijau dan coklat.
(6). Flavin berwarna kuning tetapi sering dengan fluorisensi kehijau-hijauan.
(7). Purin berwarna putih atau keperak-perakanSel khusus.
(8). Pterin berwarna putih, kuning, merah dan jingga.
Sel khusus yang memberikan warna ikan ada 2 macam yaitu iridocyte
(leocophore dan guanophore) dan chromathopore.
9
Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang dapat
memantulkan warna di luar tubuh ikan. Bahan yang terkandung di dalam sel cermin
antara lain guanin crystal (warna keputih-putihan) sebagai hasil buangan
metabolisme.
Sel chromathopre terdapat dalam dermis. Sel ini mempunyai butir-butir
pigmen yang merupakan sumber warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat
menyebar keseluruh sel atau mengumpul pada suatu titik. Gerakan inilah yang
menyebabkan perubahan warna pada ikan. Chromathopre dasar ada 4 jenis yaitu
erythrophore (merah dan jingga), xanthopore (kuning), melanophore (hitam) dan
leucophore (putih).
Fungsi warna pada tubuh ikan dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu :
1. Sebagai persembunyian
Jenis warna persembunyian dibedakan menjadi 5 kelompok yang meliputi :
1. Pemiripan warna secara umum, yaitu antara ikan dengan latar belakangnya
merupakan karakteristik dasar ikan untuk memiripi bayangan dan corak habitat
dimana mereka tinggal.
2. Pemiripan warna secara berubah yaitu merupakan kemampuan ikan untuk
mengubah warna tubuhnya secara berlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk
dapat menyamai latar belakangnya dengan lebih sempurna.
3. Pemudaran warna yaitu merupakan kemampuan ikan untuk mengurangi
kejelasan ikan tersebut dari sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu bentuk
pemudaran warna ini ialah “counter shading” dimana ikan mempunyai bagian
10
dorsal yang berwarna lebih gelap daripada bagian ventralnya, sehingga tampak
seperti bidang datar bagaikan bayangan.
4. Pewarnaan terpecah yaitu merupakan suatu upaya untuk mengaburkan
pandangan terhadap tubuh ikan.
5. Pewarnaan terpecah koinsiden yaitu merupakan suatu kamuflase khusus,
dengan cara membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh.
2. Sebagai Penyamaran
Penyamaran merupakan suatu upaya untuk menyerupai suatu benda tertentu,
bukan saja terhadap warna, tetapi juga bentuk dan tingkah laku. Ikan Monacanthus
polycanthus dan Oligoplites saurus tampak menyerupai daun. Bentuk ikan lepu
tembaga (Synanoeja horrida) mirip batu.
3. Sebagai Pemberitahuan
Pada beberapa ikan bentuk pewarnaannya justru cenderung sebagai
pemberitahuan terhadap ikan sejenisnya. Biasanya pada saat musim pemijahan, ikan-
ikan cenderung mengeluarkan warna cemerlang yang bermakna untuk pengenalan
seksual.
5. Organ Cahaya
Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan bioluminescens, yang
umumnya berwarna biru atau biru kehijau-hijauan. Terdapat dua sumber cahaya yang
dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada kulit, yaitu cahaya yang
dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiose dengan ikan dan cahaya yang
dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Ikan-ikan yang dapat mengeluarkan cahaya
11
umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup di perairan
dangkal. Habitat di laut yang didiami kelompok ikan ini berkisar antara 300 - 1000
meter.
Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya disebut sel cahaya atau
photophore (photocyte). Sel ini terdapat pada golongan ikan Elasmobranchii (Spinax,
Etmopterus, Benthobathis moresbyi ) dan Teleostei (Stomiatidae, Myctophiformes,
Batrachoididae).
Ikan-ikan family Macroridae, Gadidae, Monocentridae, Anomalopidae,
Leiongnathidae, Serranidae dan Saccopharyngidae mempunyai cahaya yang
dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiose dengan ikan. Ikan leweri batu
(photoblepharon palpebratus) dan leweri air (Anomalops katoptron), yang keduanya
termasuk family Anomalopidae, mempunyai bakteri cahaya yang terletak di bawah
matanya. Kedua ikan tersebut hidup di perairan yang dangkal.
Adapun fungsi organ cahaya pada ikan adalah :
1. Sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis
2. Untuk memikat mangsa
3. Menerangi lingkungan sekitarnya
4. Mengejutkan musuh dan melarikan diri
5. Penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut yang merupakan sebagai ciri-ciri ikan
beracun.
6. Kelenjar Beracun
12
Kelenjar beracun merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan
lendir. Kelenjar beracun berfungsi sebagai mempertahankan diri, untuk
menyerang dan mencari makanan. Bahkan kelenjar beracun pada ikan dapat
mematikan manusia seperti racun ikan lepu tembaga (Synanceja horrida).
Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar racun antara
lain ikan-ikan yang hidup di sekitar karang. Kelenjar racun umumnya dikeluarkan
melalui jari-jari keras sirip punggung (dorsal fin) dan dada (fectoral fin) atau
sering disebut patil seperti pada ikan sembilang (Plotosus canius), ikan lele
(Clarias batrachus). Pada sirip ekor ikan pari (Dasyatis) terdapat duri tersusun
dari bahan yang disebut yasodentine dan sepanjang kedua sisi duri tersebut
terdapat gerigi yang bengkok ke dalam.
Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga mempunyai kelenjar
racun, tetapi racunnya bukan berasal dari sistem integumennya, melainkan dari
kelenjar empedu (hepar) dan empedu.
DAFTAR PUSTAKA
13
Djadja Subardjo Sjafei, dkk. 1989. Iktiologi. Fakultas Perikanan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. IPB Bogor.
Website : http://id.wikipedia.org/wiki/Sisik_ikan.
Website : http://seabass86.wordpress.com/2009/05/23/Sistem Integumen pada Ikan Secara Umum.
14
TUGAS TERSTRUKTURMATA KULIAH IKTIOLOGI
DOSEN PENGAMPUH :EKA INDAH RAHARJO, S.Pi, M.Si
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD YUSUP
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2010
15
top related