selamat datang di politeknik pembangunan pertanian ...salah satu musuh alami ulat kantong adalah...
Post on 07-Dec-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan produksi kelapa sawit saat ini banyak mengalami hambatan
diantaranya serangan hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. Walaupun
tanaman ini tergolong tanaman kuat, akan tetapi tanaman ini tidak luput dari
serangan hama dan penyakit yang akan mempengaruhi produktivitas tanaman.
Salah satu hama utama dari tanaman kelapa sawit yaitu ulat pemakan daun kelapa
sawit (Hartanto, 2011).
Ulat Pemakan Daun kelapa sawit (UPDKS) merupakan salah satu hama
penting pada tanaman kelapa sawit. Terdapat banyak jenis ulat UPDKS baik
golongan ulat api, ulat kantong ataupun ulat bulu. Ulat kantong (Metisa plana)
merupakan salah satu kelompok ulat pemakan daun kelapa sawit dan hama
penting yang paling sering menyerang perkebunan kelapa sawit. Untuk beberapa
daerah tertentu, ulat api dan ulat kantong sudah menjadi endemik sehingga sangat
sulit dikendalikan. Kejadian yang sering terjadi di perkebunan kelapa sawit adalah
terjadinya suksesi hama ulat bulu dari ulat api atau ulat kantong apabila kedua
hama ini dikendalikan secara ketat. Ulat kantong yang biasanya menyerang kelapa
sawit saat ini adalah Metisa plana, Mahasena corbetti, dan Pteroma pendula
(Susanto dkk, 2012).
Metisa plana merusak tanaman kelapa sawit dengan memakan daun
tanaman untuk perkembangan tubuhnya dan untuk pembentukan kantongnya.
Larva ulat memakan daun bagian atas sementara daun bagian bawah untuk
menggantung dan membentuk kantong. Kerusakan pada tanaman kelapa sawit
akan terlihat secara jelas ketika sudah terjadi defoliasi sebesar 50%. Kerusakan
pada tingkat ini akan mengurangi hasil hingga 10 ton TBS/ha (Hanim, ddk. 2011).
Usaha pengendalian ulat kantong dapat dilakukan dengan berbagai
metode, diantaranya adalah melalui kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas
tanaman, dan lain-lain), perlakuan fisis, mekanis, hayati dan kimia. Kelima cara
pengendalian tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan satu
dengan yang lain atau dilakukan secara terpadu (Sipayung dan Sudarto dalam
Lubis, 2008).
2
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pengendalian serangga hama
dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen
pengendali biologi), seperti predator, parasit dan patogen. Oleh karena
kemampuannya membunuh sejak lama patogen digunakan dalam pengendalian
hayati. Salah satu musuh alami ulat kantong adalah semut rang-rang. Semut rang-
rang (Oecophylla smaragdina) merupakan salah satu kelompok hewan yang
dikatakan sebagai indikator hayati, sebagai alat monitoring perubahan kualitas
lingkungan dan penentuan kawasan konservasi. Hal ini didukung oleh beberapa
sifat yang dimiliki semut, yaitu hidup diberbagai habitat, mempunyai toleransi
yang sempit terhadap perubahan lingkungan, biomassa dominan, mempunyai sifat
penting dalam ekosistem, mudah di koleksi serta secara taksonomi relatif maju
(Agosti et al, 2000).
Semut juga mempunyai fungsi ekologis membantu tumbuhan dalam
menyebarkan biji-bijian (dispersal), menggemburkan tanah, predator atau
pemangsa serangga lain (Schultz and McGlyinn, 2000). Selain itu yang paling
diharapkan adalah semut juga membantu mengendalikan hama pertanian dan
perkebunan. Meskipun memakan waktu yang cukup lama, metode pengendalian
hayati dengan menggunakan musuh alami yaitu semut rang-rang untuk
mengendalikan hama aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Pengendalian hayati juga dapat mengendalikan hama secara permanen dan dapat
membantu menciptakan suatu ekosistem yang seimbang yang berkelanjutan.
Musuh-musuh alami dapat berfungsi untuk mengatur keseimbangan hayati secara
permanen (Sembel, 2010).
Kecamatan Galang adalah salah satu kecamatan yang memiliki luas areal
lahan untuk komoditi pertanian dan perkebunan. Terdapat 694,30 Ha luas lahan
tanaman kelapa sawit dan terdapat di 4 (empat) desa yaitu Desa Nagorejo, Paya
Itik, Paku, Tj. Siporkis (Programa Kecamatan, 2018). Keadaan dilapangan
menunjukkan bahwa berbagai masalah yang dihadapi oleh petani kelapa sawit
yang ada di 3 (tiga) tersebut, seperti serangan hama ulat kantong ini yang
menyerang tanaman kelapa sawit dalam kurun waktu tiga tahun. Menyebabkan
menurunnya produktivitas yang drastis, daun menjadi rusak, bertambahnya biaya
produksi.
3
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki budidaya
tanaman kelapa sawit di Kecamatan Galang adalah dengan memperbaiki motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong dengan semut rang-
rang. Motivasi adalah hal yang penting untuk dapat menggerakkan petani dalam
menerapkan suatu inovasi pertanian. Dengan motivasi yang tinggi, maka akan
mudah memberikan suatu inovasi bagi petani, demikian sebaliknya. Hingga saat
ini belum diketahui motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat
kantonng dengan semut rang-rang.
Berdasarkan hasil survei tersebut penulis ingin mengkaji tentang
’’Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian Hama Ulat Kantong
(Metisa plana) Dengan Semut Rang-rang Pada Tanaman Kelapa Sawit
Dikecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang ’’.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan mengenai Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian Hama
Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut Rang-rang Pada Tanaman Kelapa
Sawit Di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat
kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit
Dikecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang?
2. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor motivasi dengan tingkat motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana)
dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit di Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang?
C. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan pengkajian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam melakukan pengendalian
hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman
kelapa sawit Di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor motivasi dengan tingkat motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana)
4
dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit Di Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan pengkajian tentang motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-
rang pada tanaman kelapa sawit Di Kecamatan Galang adalah sebagai berikut :
1. Sarana bagi mahasiswa untuk mempraktikkan secara komprehensif semua
ilmu yang telah dipelajari dan untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian
akhir/ujian komprehensif Diploma IV Politeknik Pembangunan Pertanian
(POLBANGTAN) Medan.
2. Sarana bagi mahasiswa untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut
rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
3. Bahan masukan bagi seluruh penyelenggara penyuluhan pertanian untuk lebih
memperhatikan kegiatan usaha tani kelapa sawit Di Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang.
4. Bahan pelajaran bagi petani agar dapat melakukan dalam pengendalian hama
ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa
sawit dengan baik agar dapat menambah pendapatan petani.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Motivasi
Menurut Hasibuan (2010), Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang
berarti bergerak. Berdasarkan pada kata dasarnya motif, motivasi yang ada pada
seseorang merupakan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan - kegiatan tertentu guna mencapai tujuannya. Motivasi
diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan
mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan
dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki,
sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat, karena perilaku
seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Silalahi (2011), mengemukakan motivasi merupakan seperangkat faktor
dorongan yang menguatkan (energize), menggerakkan (direct) dan memelihara
(sustain) perilaku atau usaha. Jika faktor pendorong itu sangat kuat maka akan
membentuk usaha yang keras untuk mencapainya, atau sebaliknya dan usaha
tersebut menentukan apakah kebutuhan terpenuhi, terpuaskan atau tidak.
Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor penting
dalam mendorong seseorang untuk bekerja. Motivasi mewakili proses–proses
psikologi, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah tujuan tertentuk (Winardi,
2011).
Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa
(konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa
yang melekat pada diri seseorang, dikombinasikan terhadap motivasi, dapat
menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang dapat mengarahkan
individu mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan. Uno (2016), juga
mengungkapkan bahwa motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri
seseorang untuk melakukan tujuan tertentuk yang ingin dicapainya.
6
Dapat dinyatakan bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi
seseorang dengan situasi tertentu yang di hadapinya. Karena itulah terdapat
perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukan oleh seseorang dalam
menghadapi situasi tertentuk dibandingkan dengan orang lain yang mneghadapi
situasi yang sama. Bahkan seseorang akan menunjukan dorongan tertentuk dalam
menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula. Apabila
berbicara mengenai motivasi salah satu hal yang amat penting untuk diperhatikan
adalah bahwa tingkat motivasi berbeda antara seorang dengan orang lain dan diri
seorang pada waktu yang berlainan ( Siagian, 2004).
2. Teori – Teori Motivasi
Menurut Uno, (2003), tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan
oleh tiga komponen yaitu :
a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
outcome tertentu).
c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapan motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan.
Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk
menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi
adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai
motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan
dalam kehidupan.
Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : (1). Seseorang senang terhadap sesuatu, bila ia
dapat mempertahankan rasa senangnya akan termotivasi untuk melakukan
kegiatan itu, dan (2). Bilamana seseorang merasa yakin mampu menghadapi
tantangan, maka biasanya orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut
(Uno, 2004).
7
Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang
dilakukannya sehingga dapat mencapai tujuannya.
3. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Petani
Kartikaningsih, (2009), mengemukakan bahwa ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi motivasi seseorang yaitu, 1). Ciri-ciri pribadi seseorang, 2).
Tingkat dan jenis pekerjaan, dan 3). Lingkungan kerja. Selanjutnya juga
dijelaskan bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis timbul diakibatkan
oleh faktor dalam diri seseorang atau faktor dari luar diri. Faktor di dalam diri
dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan atau berbagai
harapan cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor dari luar diri,
dapat ditimbulkan dari berbagai sumber, bisa karena pengaruh pemimpin, kolega
atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Pernyataan yang diungkapkan
terlihat bahwa tingkat pendidikan bukan merupakan satu-satunya faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi kerja. Mengukur motivasi umumnya terdapat dua
cara, yaitu : (1) mengukur faktor-faktor luar tertentu, yang diduga menimbulkan
dorongan dalam diri seseorang, dan (2) mengukur aspek tingkah laku tertentu
yang mungkin menjadi ungkapan dan motif tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat terlihat bahwa secara garis besar faktor -
faktor yang berhubungan dengan motivasi bervariasi. Namun secara umum faktor
- faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan faktor
internal.
a. Faktor internal adalah faktor yang terdapat hubungan dengan motivasi
seseorang yang datangnya dari dalam diri seseorang.
1) Menurut Wulandari (2010), persepsi petani berhubungan dengan motivasi
petani dimana persepsi petani merupakan suatu proses dalam melakukan
pengelolaan atau pemberian makna pada informasi tentang suatu obyek atau
peristiwa diluar dirinya yang diterima oleh panca indera menjadi sebuah
gambaran lengkap.
8
2) Karakteristik petani merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat khusus individu yang
melekat pada diri seorang petani yang berhubungan dengan semua aspek
kehidupan, (Suprayitno dalam Ruhimat, IR 2015).
a) Menurut Wicaksono (2006), keberadaan motivasi tidak dapat dipisahkan
dengan faktor yang mempengaruhinya. Terdapat hubungan yang nyata antara
pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan motivasinya.
b. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
seseorang yang bersumber dari lingkungan luar yaitu lingkungan dimana
terkait pencapaian tujuan tersebut.
1) Peran Penyuluh didefinisikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh
penyuluh dalam mendidik, membimbing, menfasilitasi dan mendampingi
petani dalam pengeloaan usahatani (Yunita, 2011).
4. Hama Ulat Kantong ( Metisa plana)
Ulat Kantong (Metisa plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan
Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun,
sehingga bekas gigitannya mengering dan berlubang. Daun yang mengering akan
digunakan sebagai bahan pembuat Ulat Kantong tersebut (Susanto, 2012).
Klasifikasi ulat kantung menurut Rozziansha, (2011) yaitu:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Bilateria
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lapidoptera
Famili : Acrolophidae
Genus : Metisa
Spesies : Metisa plana
Hama ini menyerang daun pada semua tingkatan umur tanaman. Larva
hidup didalam kantung yang terbuat dari potongan dedaunan diikat dengan
benang-benang dari air liurnya. Bentuk kantungnya kasar dan tidak teratur,
berwarna coklat kemerahan. (Rozziansha, 2011). Ciri khas yang lain yakni betina
tidak mampu terbang. Jantan memiliki sayap dan akan mencari betina karena
9
feromon yang dikeluarkan betina untuk menarik serangga jantan.
Siklus hidup ulat kantong identik dengan ulat kupu-kupu dan ngengat
lainnya. Telur menetas dalam kantong menjadi ulat. Pada stadia ini ulat mampu
mengeluarkan benang dan menyebar dibantu oleh angin dan hewan. Pengetahuan
tentang siklus hidup secara utuh sangat berguna dalam manajemen pengendalian
hama ulat kantong. Adanya informasi ini, maka rantai terlemah dari siklus
hidupnya didapat, sehingga akan membantu dalam menentukan waktu tindakan
pengendalian yang tepat. Informasi siklus hidup juga akan memberikan
pemahaman yang baik dalam pengelolaan hama ini (Purba dkk, 2005).
5. Biologi Ulat Kantong ( Metisa plana)
a. Telur
Telur ulat kantong berada di dalam kantong, berukuran kecil berbentuk
bulat dan berwarna putih saat diletakkan dan akan berwarna kecoklatan pada saat
akan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 18 hari (Prawirosukarto, dkk
2007).
b. Larva
Larva berukuran lebih kecil dibandingkan dengan M. Corbetti. Pada akhir
perkembangannya dapat mencapai panjang sekitar 12 mm, dengan panjang
kantong 15-17 mm. Stadia larva M. plana terdiri atas 4-5 instar dan berlangsung
sekitar 50 hari. Larva yang baru menetas berwarna putih kecoklatan, akan keluar
dari kantong dan bergantungan dengan bantuan air liurnya. Kadang-kadang larva
tetap berkelompok membuat masing-masing kantong. Larva M. plana memakan
epidermis daun sehingga pada serangan tinggi daun berwarna kecoklatan seperti
terbakar dan akhirnya daun menjadi melidi (Prawirosukarto, dkk 2007).
c. Kepompong
Waktu berkepompong, kantong kelihatan halus permukaan luarnya.
Berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan
bawah daun. Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari (Susanto, dkk 2010).
d. Ngengat
Ngengat jantan memiliki rentang sayap 17-20 mm, berwarna coklat
kehitaman, antena panjang dan berbulu pada ujung. Ngengat betina tidak memiliki
10
sayap dan dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir selama hidupnya.
Siklus hidup berlangsung selama 100 hari (Susanto, dkk 2010).
6. Gejala Serangan
Serangan ulat kantong ditandai dengan kenampakan tajuk tanaman yang
kering seperti terbakar dan menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat mencapai
46,6%. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi
lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun.
Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada
tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan (Utomo,
2007).
Hama Ulat Kantong mulai menyerang dari tengah daun sehingga daun
berlubang-lubang, kerusakan yang disebabkannya dalam bentuk bercak-bercak
nekrotis (hangus), karena banyak daun menjadi kering. Ulatnya kecil tetapi
serangannya lebih berat karena ulat memakan dan cepat berpindah-pindah
(Husairi, 2002).
Serangan hama seperti ulat kantong di tandai dengan kenampakan tanaman
yang kering seperti terbakar. Serangan intensif ulat kantong dapat meniadakan
seluruh helaian daun, sehingga yang tersisa hanya pelepah daun, tulang daun
utama, dan tulang anak (lidi). Berkurangnya atau musnahnya helaian daun dengan
sendirinya menurunkan prodiktivitas buah, tetapi selain itu pertumbuhan tanaman
pun terhambat, dan membutuhkan waktu cukup lama sebelum pertumbuhan
kembali normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2000). Semut rang-rang
(Oecophylla smaragdina) merupakan serangga eusosial (sosial sejati), dan
kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon (arboreal).
7. Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)
Semut rang-rang sering ditemukan bersarang pada berbagai jenis
pepohonan, misalnya pohon buah-buahan. Keberadaan semut rang-rang pada
pepohonan sering dianggap sebagai pengganggu terutama saat melakukan
pemanenan, karenan gigitannya yang sakit. Semut rang-rang ini membangun
sarang dengan cara bergotong royong dan selesai dalam waktu dua hari. Larva
semut rang-rang menghasilkan benang-benang sutera yang halus untuk merajut
11
daun. Jumlah semut dalam satu sarang antara 4000 sampai 6000 individu dan
dalam satu koloni terdapat sekitar 500,000 semut dewasa. Koloni semut
merupakan keluarga besar dengan beberapa sarang dan individu yang saling
mengenal dan bekerja sama pada suatu daerah tertentu. Banyaknya sarang dalam
satu koloni sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan dan tingkat
gangguan yang terjadi. Dalam satu koloni bisa mencapai 100 sarang.
Klasifikasi Semut Rangrang
Ordo : Hymenoptera
Family : Formicidae
Family : Formicinae
Genus : Oechophylla
Species : Oechophylla smaragdina
Nama lain semut rangrang disetiap wilayah (negara) semut rang-rang
memiliki nama yang ebrbeda-beda. Di Vietnam dan Cina semut rang-rang
dikenal dengan nama semut kuning, semut merah (Thailand) dan semut hijau
(Australia). Klasifikasi berdasarkan warna bukan cara yang tepat digunakan
untuk membandingkan spesies semut pada suatu negara, antar negara, apalagi
antar benua. Untuk membedakan dengan semut lainnya, para ahli
memberikan nama Oecophylla, atau lebih spesifik Oecophylla smaragdina
untuk semut rang-rang yang ada di Asia dan Oecophylla longinoda untuk
semut rang-rang yang ada di Afrika.
a. Daerah penyebaran semut rangrang
Semut rang-rang dapat dijumpai di berbagai negara dari benua Afrika sampai
benua Asia nama-nama negara disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Daerah Penyebaran Semut Rang-rang
No Benua Afrika Benua Asia-Pasifik
1 Burundi Australia
2 Gabon Bangladesh
3 Ghana China
4 Kamerun India
5 Kenya Indonesia
12
Lanjutan tabel 1.
No Benua Afrika Benua Asia-Pasifik
6 Malawi Kepulauam Solomon
7 Negria Laos
8 Pantai Gading Malaysia
9 Republic Demokrasi Kongo Vietnam
10 Rawanda Singapure
11 Tanzania Srilanka
12 Zambia Thailand
Sejauh ini, sejarah mencatat bahwa orang-orang Cinalah yang pertama kali
menemukan semut rang-rang sebagai sahabat mereka di kebun jeruk, labih dari
1000 tahun yang lalu. Sayangnya tidak semua informasi yang kita butuhkan
tercatat dalam sejarah. Oecophylla smaradigna menyukai lingkungan dengan suhu
antara 26o – 34
o C dan relatif kelembaban antara 62% sampai 92% (Suhara, 2009)
b. Manfaat Semut Rang-rang
1) Sebagai musuh alami hama
Semut adalah predator yang penting dan diprediksikan dapat melindungi
tanaman dari hama jika dapat dimengerti dan diteliti dengan benar. Salah satu
jenis semut yang banyak digunakan dalam mengendalikan hama pertanian dan
perkebunan antara lain jenis semut rang-rang (Oecophylla smaragdina).
Perilaku agresif semut rang-rang dalam mempertahankan daerah
kekuasaannya menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani untuk
menggunakan sebagai “penjaga” tanaman terhadap gangguan hama, karena semut
rang-rang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama
seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, serangga, dan dapat melindungi
eucalypus, pohon-pohon kayu dan dapat menghalangi serangan tikus. Hal inilah
yang menjadi semut rang-rang sebagai spesies semut yang unik dan berbeda dari
jenis lainnya (Embriani, 2012).
Menurut pengkajian yang telah dilakukan oleh Lim (2008), membuktikan
bahwa pemanfaatan Oecophylla sebagai musuh alami dalam pengendalian hama
di pohon mangga, mampu mengatasi hama mangga sekitar 70% pada perkebunan
di Australia. Sedangkan menurut hasil uji preferensi yang dilakukan oleh
Falahudin Irham (2012), menyatakan bahwa pemanfaatan semut rang-rang
13
(Oecophylla smaragdina) sebagai pengendali biologis terhadap beberapa ulat di
perkebunan kelapa sawit, mampu mengendalikan 83% dan 17% hama lain. Dari
segi ekonomi pemanfaatan semut rang-rang ini dapat dijadikan sumber
penghasilan yang sangat menjajikan.
Menurut hasil pengamatan Cesard (2004), Di Malingping Jawa Barat
menunjukkan bahwa larva dan pupa semut rang-rang (kroto), dapat dijual sebagai
pakan burung ataupun umpan pancing. Bahkan dibeberapa tempat dijawa, bisnis
kroto ini dianggap sebagai bisnis yang sangat menguntungkan. Nama kroto
berasal dari bahasa Jawa yang merupakan campuran larva dan pupa semut
(Oecophylla smaragdina) yang kaya protein dan vitamin.
c. Budidaya Semut Rang-rang
Semut rang-rang berkembangbiak dengan cara bertelur, telur semut rang-
rang disebut kroto. Jaring yang terdapat pada telur biasanya digunakan oleh semut
rang-rang untuk membangun sarang yang berguna untuk tempat menumbuhkan
telur yang akan menjadi larva, pupa dan akhirnya menjadi imago. Untuk
mendapatkan bibit semut rang-rang dapat dilakukan dengan mencari langsung dari
alam bebas atau dengan membelinya dari peternak. Menurut PT. Nasa cara
budidaya semut rang-rang sebagai berikut :
1) Membuat tempat ternak
Langkah-langkah membuat sarang semut rang-rang untuk dibudidaya adalah:
- Buatlah rak susun dua tingkat atau lebih. Rak dapat dibuat dari bumbu,
besi atau kayu, ukuran rak disesuai dengan tempat yang tersedia.
- Letakkan wadah plastik berisi air atau oli pada kaki-kaki rak tersebut,
tujuannya untuk mencegah semut rang-rang keluar rak.
- Sebaliknya rak jangan ditempatkan menempel dengan dinding, karena
semut rang-rang dapat kabur dengan cara merambat melalui dinding dan
membuat sarang ditempat lain.
2) Cara Ternak Menggunakan Paralon
Beternak menggunakan paralon merupakan cara yang baik, karena paralon
memiliki banyak kelebihan yaitu diantaranya paralon lebih tahan lama
dibandingkan media lain yaitu bisa mencapai 10 tahun, paralon kedap cahaya
sehingga cocok untuk semut rang-rang yang hanya membutuhkan cahaya
14
sedikit, paralon termasuk bahan yang mudah dicari dan potongan paralon juga
mudah disusun. Cara membuat kandang ternak semut rang-rang
menggunakan paralon sebagai berikut :
- Sediakan paralon berdiameter 12 cm
- Potong paralon dengan panjang sesuai dengan lebar rak.
- Susun paralon dalam rak
- Tambahkan daun-daunan kedalam paralon untuk merangsang semut rang-
rang membuat sarangnya sendiri.
- Tebarkan bibit koloni semut kedalam paralon tersebut.
3) Pemberian Makan Ternak
Pakan untuk semut rang-rang adalah nektar atau bisa diganti dengan air gula.
Pakan diberikan dengan cara meletakkan beberapa piring kecil disekitar
kandang ternak atau bisa menggunakan jangkrik, ulat hongkong atau tulang
ayam yang telah dihancurkan.
4) Cara Panen Semut Rang-rang
Jika ingin memanen telur semut rang-rang (Kroto) bisa mulai dipanen setiap
20 hari sekali, tetapi jika untuk memanen semut rang-rang untuk dipindahkan
kelapangan atau kekebun kelapa sawit biarkan kroto berkembangbiak agar
koloni semut rang-rang bertambah banyak ini dapat ditunggu sampai 3-5
bulan. Dan saat pemanenan menggunakan sarung tangan.
B. Hasil Pengkajian Terdahulu
Berdasarkan hasil pengkajian terdahulu oleh :
1. Waruyu D pada tahun 2016, dengan judul Motivasi Petani Dalam Penerapan
Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Terhadap Tingkat Produksi
Tanaman Kakao Di Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang mengkaji tentang Motivasi
Petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Terhadap
Tingkat Produksi Tanaman Kakao Di Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Tingkat motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis petani Dalam Penerapan
Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Terhadap Tingkat Produksi
Tanaman Kakao Di Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias adalah :
15
1) Motivasi ekonomi petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama Penggerek
Buah Kakao Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kakao Di Kecamatan
Hiliduho Kabupaten Nias pada kategori tinggi sebesar 71,24 % yang artinya
petani yang menerapkan pengendalian hama penggerek buah kakao dengan
harapan dapat memenuhi kebutuhan ekonominya.
2) Motivasi sosiologis petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama Penggerek
Buah Kakao Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kakao Di Kecamatan
Hiliduho Kabupaten Nias pada kategori tinggi sebesar 66,05%, yang artinya
petani beranggapan bahwa dengan menerapkan pengendalian hama
penggerek buah kakao dapat membawa dampak positif secara sosial yang
dapat mempererat persaudaraan, tukar pendapat antar petani sehingga terjalin
kerjasama yang baik.
b) Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal petani terhadap tingkat
motivasi ekonomi dan motivasi sosiologis petani dalam penerapan
pengendalian hama penggerek buah kakao terhadap tingkat produksi tanaman
kakao Di Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias adalah :
a) Tidak ada hubungan yang signifikan anatar faktor internal : umur petani,
pendidikan formal, pendidikan non formal petani, pendapatan usahatani, luas
lahan petani, pengalaman petani, jaminan harga, namun pada faktor eksternal
petani tentang ketersediaan sarana produksi terhadap motivasi ekonomi
terdapat hubungan signifikan.
2. Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Gambir (Uncaria Gambir Roxb)
Di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Oleh, Firman RL Silalahi,
Masrizal dan Abusari Marbun (2015). Berdasarkan hasil kajian ini dapat
disimpulkan bahwa Tingkat motivasi ekonomi petani adalah:
a. Motivasi ekonomi, dalam membudidayakan tanaman gambir di Kecamatan
Sutera Kabupaten Pesisir Selatan dalam kategori tinggi yaitu 73,88%.
b. Hubungan antara faktor-faktor motivasi ekonomi petani dengan tingkat
motivasi dalam usahatani tanaman gambir di Kecamatan Sutera Kabupaten
Pesisir Selatan adalah: ada hubungan yang sangat signifikan antara umur,
pendidikan formal, pendapatan petani, kesesuaian potensi lahan dengan
motivasi ekonomi, ada hubungan signifikan antara kesesuaian budaya
16
setempat dengan motivasi ekonomi,
c. Sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan non
formal luas penguasan lahan dengan motivasi ekonomi, ketersediaan kredit
usaha, ketersediaan sarana produksi dan tingkat ketahanan terhadap resiko
dengan motivasi.
C. Kerangka Pikir
Setiap petani memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukan kegiatan
usahanya, seperti halnya dengan petani sawit yang memiliki kemampuan dalam
mengendalikan hama ulat kantong secara hayati pada tanaman kelapa sawit.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani terdiri dari karakteristik
petani, persepsi petani dan peran penyuluh. Agar lebih mudah dipahami maka
disusun kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1. di bawah ini :
17
Gambar 1. Kerangka Pikir Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian
Hama Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut Rang-Rang Pada
Tanaman Kelapa Sawit.
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama
ulat kantong (Metisa plana)
dengan semut rang-rang (X)
Faktor Internal
- Pendidikan Non formal (X1)
- Pengalaman (X2)
- Pendapatan (X3)
- Luas Lahan (X4)
- Persepsi Petani (X5)
Faktor Eksternal
- Peran Penyuluh (X6)
Tingkat motivasi (Y) petani
dalam melakukan pengendalian
hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada
tanaman kelapa sawit
Analisis Data
Penarikan Kesimpulan
Rencana Tindak Lanjut
Rancangan Penyuluhan Pemanfaatan potensi
semut rang-rang sebagai agen hayati
Pengkajian
Tujuan Tujuan dari pelaksanaan pengkajian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat
kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit Di
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang
pada tanaman kelapa sawit Di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang.
18
D. Hipotesis Pengkajian
Berdasarkan pada perumusan masalah dan tujuan pengkajian yang hendak
dicapai, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong
(Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit Di
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang masih rendah.
2. Diduga adanya hubungan faktor-faktor motivasi dengan tingkat motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana)
dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit Di Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang.
19
III. METODE PELAKSANAAN
A. Lokasi dan Waktu
Kegiatan Tugas Akhir (TA) telah dilaksanakan di Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 25 Maret s/d 24
Mei 2019. Pemilihan lokasi pengkajian dilakukan secara purposive yaitu dengan
cara sengaja karena memiliki pertimbangan tertentu.
B. Batasan Operasional.
1. Batasan Operasional.
a. Motivasi yang ingin diteliti dalam pengkajian ini adalah motivasi petani
dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit dapat dikategorikan kedalam 4
indikator yaitu, sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Jika hasil
motivasi yang dikaji tinggi, maka dorongan petani untuk melakukan
pengendalian hama ulat kantong dengan semut rang-rang tinggi. Begitupun
sebaliknya. Tingkat motivasi di ukur dari 3 komponen :
1) Ekspektasi (harapan), harapan dengan menggunakan semut rang-rang
dalam pengendalian hama ulat kantong pada tanaman kelapa sawit bebas
serangan hama ulat kantong.
2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong dengan semut rang-
rang pada tanaman kelapa sawit untuk mendapatkan outcome tertentu,
seperti, meningkatkan pendapatan, mengurangi biaya produksi dan
menjaga lingkungan.
3) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral,
atau negatif.
Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan
motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
20
b. Petani responden yang dijadikan sebagai populasi yaitu dengan kriteria
petani yang bergabung dikelompok tani dan yang tanaman kelapa sawitnya
terserang hama ulat kantong.
c. Faktor internal yang berhubungan dengan motivasi yang diteliti dimiliki oleh
petani sasaran berdasarkan karakteristik yang dimiliki petani yaitu :
a) Tingkat Pendidikan nonformal adalah pelatihan yang diperoleh petani (diluar
pendidikan formal) yang pernah dan sedang diikuti oleh petani.
b) Pengalaman adalah lamanya petani melakukan usahatani budidaya tanaman
kelapa sawit.
c) Pendapatan adalah jumlah uang atau hasil yang diperoleh petani dalam satu
bulan dan hasil produktivitas tanaman kelapa sawit. Indikatornya yaitu
penghasilan yang diterima oleh petani kelapa sawit dari usahataninya per
Ha/bulan. Dinyatakan dalam bentuk rupiah dan ton/hektar.
d) Luas lahan, yaitu luasan areal perkebunan kelapa sawit yang sedang
diusahakan oleh petani, dinyatakn dengan satuan hektar (Ha).
e) Persepsi petani yang diukur dari 5 indikator yaitu:
1) Keuntungan relatif adalah keuntungan yang diperoleh petani dari
pengendalian hama ulat kantong dengan semut rang-rang yang diperkenalkan
kepada petani dibandingkan sistem usaha tani yang telah dan sedang
dilakukan sebelumnya oleh petani baik keuntungan ekonomi, teknis dan
sosial maupun ekologi.
2) Kemungkinan dicoba adalah tingkat kemudahan pengendalian hama ulat
kantong dengan semut rang-rang untuk diujicobakan oleh petani.
d. Faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) pada tanaman
kelapa sawit yaitu:
1) Peran penyuluh sebagai motivator adalah penyuluh yang senantiasa membuat
petani tahu, mau dan mampu dalam pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang.
21
2. Pengukuran Variabel
Berdasarkan batasan operasional dari masing-masing variabel yang telah
diuraikan di atas maka selanjutnya masing-masing variabel tersebut akan
diuraikan sesuai dengan indikator dan kriteria yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan penyekoran dari kriteria-kriteria yang ada tersebut.
Tabel 2. Variabel Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian Hama
Ulat Kantong Dengan Semut Rang-Rang Di Kecamatan Galang
Tahun 2019.
No Variabel Indikator Kriteria Skor
Variabel (X)
1 Pendidikan non
formal (X1)
a. Mengikuti pelatihan
b. Mengikuti demonstrasi
cara
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
2 Pengalaman (X2) Lamanya petani dalam
berusahatani kelapa sawit
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
3 Pendapatan
(X3)
Besarnya pendapatan yang
diperoleh dalam satu bulan.
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
4 Luas Lahan
(X4)
Luas lahan usahatani yang
dimiliki petani kelapa sawit
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
5. Persepsi Petani
(X5)
a. Keuntungan Relatif
b. Kemungkinan dicoba
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
6. Peran Penyuluh
(X6)
Motivator Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
Motivasi Petani (Y)
7. Motivasi Ekspektasi (harapan)
Instrumentalis
Valensi
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
4
3
2
1
22
C. Pelaksanaan Pengkajian
1. Prosedur Pelaksanaan
a. Tahapan pelaksanaan
1) Melakukan survei lapangan sebelum pelaksanaan tugas akhir. Survei ini
meliputi identifikasi potensi wilayah beserta permasalahan di lapangan yang
bertujuan untuk menentukan topik tugas akhir.
2) Penetapan judul berdasarkan hasil perumusan masalah yang didapat dari
identifikasi masalah.
3) Menyusun proposal mulai dari latar belakang, tinjauan pustaka dan metode
pelaksanaan.
4) Menetapkan cara pengambilan sampel dan metode analisis data yang
digunakan.
5) Melaksanakan pengkajian dengan kuesioner terhadap sampel yang ditarik
6) Melakukan analisis data hasil pengkajian dengan menggunakan metode
korelasi rank spearmen dengan bantuan program SPSS.
7) Penyusunan laporan hasil pengkajian yang disertai dengan seminar hasil
pengkajian.
b. Jenis Pengkajian
Jenis pengkajian yang akan dilaksanakan adalah jenis pengkajian
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Pengkajian survei
adalah pengkajian yang dilakukan pada populasi besar ataupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan antar
variabel sosiologis dan psiologis (Kerlinger dalam Benyamin S dan Paningkat S,
2017).
2. Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah strategis dalam
suatu pengkajian, karena tujuan utama dari suatu pengkajian yaitu memperoleh
data. Jika peneliti tidak mengetahui teknik ataupun cara dalam mengumpulkan
23
data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang akurat sesuai dengan
standar.
Data yang diperlukan dalam pengkajian ini dikumpulkan dengan
menggunakan :
1) Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan pengamatan yang sistematis
terhadap hal-hal yang akan diteliti di lapangan, yang meliputi daerah
pengkajian dan pencatatan informasi yang diperoleh dari petugas instansi
yang terkait dan petani responden di daerah pegkajian.
2) Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
langsung antara peneliti dan petani responden yang disertai dengan pemberian
kuesioner sebagai panduan yang telah disiapkan sebagai alat ukur .
3) Kuesioner/angket yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan
daftar pertanyaan/pernyataan yang disusun secara tertulis kemudian
disebarkan langsung ke responden. Kuisioner/angket yang berisi
pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan tujuan pengkajian, yaitu
meliputi pertanyaan untuk mengukur variabel faktor yang berhubungan (X)
dan motivasi petani (Y). Tentunya dalam penyusunan kuesioner harus benar
dalam menggambarkan tujuan dari pengkajian tersebut (valid) dan konsisten.
4) Pencatatan, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan
tentang identitas responden, faktor yang mempengaruhi, dan data pendukung
dengan mengutip dan mencatat sumber-sumber informasi baik itu dari petani
responden, pustaka, maupun dari instansi-instansi yang terkait yang ada
hubungannya dengan pengkajian.
5) Dokumentasi Teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang
diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada
hubungannya dengan pengkajian ini.
b. Sumber Data
Data pendukung yang digunakan dalam kegiatan pengkajian ini antara lain
terdiri dari :
1) Data primer, data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner atau juga
data hasil wawancara.
24
2) Data sekunder, data tertulis yang didapat dari catatan, buku, laporan
pemerintah, dan data-data lain yang dapat mendukung kajian.
c. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah atau keseluruhan objek/subjek pengkajian yang
mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya jumlah/kuantitas
yang ada pada objek/subjek pengkajian, tetapi juga meliputi seluruh
sifat/karakteristik yang dimiliki objek/subjek pengkajian (Kerlinger dalam
Benyamin S dan Paningkat S, 2017).
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi. Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang diteliti, dijadikan
responden dan dipandang sifat-sifatnya harus dapat mencerminkan keseluruhan
populasi yang ada (Benyamin S dan Paningkat S, 2017).
Populasi dalam pengkajian ini menggunakan metode puposive atau sengaja
dengan kriteria petani yang bergabung didalam kelompoktani dan petani yang
tanaman kelapa sawit nya terserang hama ulat kantong, dengan menggunakan
rumus Yamane. Penarikan sampel menggunakan rumus formula Taro Yamane
menurut Imran H. A, (2017), adalah sebagai berikut :
( )
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Presisi
1) Populasi Kelompoktani
Tabel 3. Data Populasi Kelompoktani
No Desa/ Kelurahan Nama Kelompoktani Jumlah Petani (Orang)
1. Paya Itik Mekar Jaya 51
2. Paku Bahagia 114
3. Tj. Siporkis Makmur 28
Jumlah 193 orang
Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan (2019).
25
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah populasi pada pengkajian
ini adalah sebanyak 193 orang yang terdiri dari 3 kelompoktani.
2) Sampel Kelompoktani
Dengan jumlah petani dari masing-masing kelompoktani yang menjadi
populasi untuk pelaksanaan pengkajian ini adalah sebanyak 193 orang. Jika
merujuk pada rumus Taro Yamane Menurut Riduan 2009. Maka tingkat
presisinya yang digunakan adalah 15 %. Perhitungan jumlah sampel dilakukan
dengan cara berikut :
( )
36,12 di bulatkan menjadi 36 orang
Untuk pembagian jumlah sampel pada masing-masing kelompoktani
dalam desa dilakukan perhitungan dengan cara porposional random sampling
dengan rumus sebagai berikut dan perhitungan dilakukan pada Tabel 4:
Dimana :
Tabel 4. Perhitungan Jumlah Sampel Pada Masing-Masing Kelompoktani
No Desa/ Kelurahan Nama
Kelompoktani
Jumlah
Petani
(Orang)
Menghitung
Sampel
Jlh
Sampel
1. Paya Itik Mekar Jaya 51 51/193x36 = 9.5 10
2. Paku Bahagia 114 114/193x36 = 21,2 21
3. Tj. Siporkis Makmur 28 28/193 x 36 = 5.2 5
Jumlah 193 orang 36
Sumber : Data Primer 2019
26
3. Teknik Analisis Data
a. Instrumen
Menurut Aditya D, (2013), instrumen adalah alat pengkajian yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah
dan hasilnya lebih baik. Penyusunan instrumen ini berguna untuk menguji teori
dan hipotesis sehingga dapat diuji dengan sebaik-baiknya. Instrumen ini sangat
menentukan hasil pengkajian, karena itu peneliti harus mencurahkan cukup
banyak pikiran dan tenaga dalam proses penyusunannya. Instrumen yang
digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah lembaran
kuesioner/angket.
Secara umum, kita dapat menguji instrumen yang telah disusun, yaitu
menguji keandalan dan validitas pengukuran. Tentunya dalam penyusunan sebuah
kuesioner harus benar-benar dapat menggambarkan tujuan dari pengkajian
tersebut.
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar –
benar mengukur apa yang diukur. Pengujian dilakukan dengan cara uji korelasi
antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total kuesioner. Aditya,
D, (2013), salah satu cara untuk mengukurnya dengan menggunakan rumus
korelasi Product Momonet. Uji validitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 18 sebagai berikut :
r xy = ( ) ( )
√{ ( ) }* ( ) +
Keterangan :
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item.
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
= Jumlah skor dalam distribusi X.
= Jumlah skor dalam distribusi Y
= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X.
= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya responden
27
Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai
berikut:
a. Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam
kuesioner tersebut dapat mendefinisikan suatu variabel.
b. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok
variabel tertentu.
c. Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid.
Berikut tabel hasil uji validitas kuesioner motivasi petani dalam melakukan
pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada
tanaman kelapa sawit.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner
No
Variabel
Jumlah
Item
Item
Valid
Item Tidak
Valid
1 Pendidikan non formal 6 4 2
2 Pengalaman 6 4 2
3 Pendapatan 3 3 -
4 Luas lahan 3 2 1
5 Persepsi petani 8 6 2
6 Peran penyuluh 5 4 1
7 Motivasi 7 6 1
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan Tabel 5 bahwa semua item pertanyaan/pernyataan variabel X
dan Y yang dibagikan kepada responden tidak semuanya valid,
pertanyaan/pernyataan dari setiap variabel yang tidak valid tersebut tidak
digunakan. Item pertanyaan/pernyataan dari setiap variabel yang dikatakan valid
apabila nilai rhitung > rtabel sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data
pada pengkajian ini, untuk melihat lebih jelas pertanyaan/pernyataan dari setiap
variabel yang valid disajikan pada lampiran 3.
2) Uji Reliabilitas
Riduan (2009), Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
28
subjek memang belum berubah. Pengujian realibilitas menggunakan rumus Alpha
Cronbach yang diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan
semua kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan
menggunakan butir pertanyaan yang sama. Rumus Alpha Cronbach, yaitu:
r =(
) (
)
Keterangan :
r = koefisien reliabilitas
n = banyaknya butir item
∑s
= jumlah varian skor dari tiap item
S
= varian total
Jika nilai Cronbach’s Alpha > rtabel disebut reliabel. Sebaliknya jika
nilai Cronbach’s Alpha < rtabel disebut tidak reliabel atau Jika nilai Alpha > 0,60
disebut reliabel. Sebaliknya jika nilai Alpha < 0,60 disebut tidak reliabel. Alat
untuk melakukan uji relibialitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
18. Berikut tabel hasil uji reliabilitas kuesioner motivasi petani dalam melakukan
pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada
tanaman kelapa sawit.
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
No Soal Nilai Cronbach’s
Alpha
Nilai
Minimum Keterangan
1 Pendidikan non formal 0,901 0,600 Reliabel
2 Pengalaman 0,602 0,600 Reliabel
3 Pendapatan 0,816 0,600 Reliabel
4 Luas lahan 0,646 0,600 Reliabel
5 Persepsi petani 0,843 0,600 Reliabel
6 Peran penyuluh 0,689 0,600 Reliabel
7 Motivasi 0,654 0,600 Reliabel
Sumber : Analisis Data Primer (2019)
Berdasarkan data nilai uji reliabilitas kuesioner pada Tabel 6 diatas dapat
dilihat bahwa hasil yang di dapatkan mengatakan bahwa semua variabel tersebut
dapat dikatakan reliabel dan dapat teruji kekonsistenannya. Hal ini karena nilai
Cronbach’s Alpha dari keseluruhan item > rtabel atau nilai Alpha > 0,60.
29
b. Analisis Tingkat Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian Hama
Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut Rang-Rang Pada Tanaman
Kelapa Sawit
Analisis data yang digunakan pada kajian motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong dengan semut rang-rang pada
tanaman kelapa sawit dilakukan secara bertahap, mulai data yang terkumpul
dilapangan hingga data tersebut dianalisis. Hasil pengumpulan data di lapangan
dilakukan pengeditan, pengkodean dan memasukan data ke dalam komputer.
Riduan dalam Gulo (2016), untuk mengetahui pengendalian hama ulat kantong
(Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit di Kecamatan
Galang, maka digunakan skala likert dengan ketentuan sebagai berikut:
N =
Keterangan : Kriteria interprestasi skor (Riduan, 2015)
0% - 25 % = Sangat Rendah
26% - 50 % = Rendah
51% - 75 % = Tinggi
76 % - 100 % = Sangat Tinggi
Atau dengan menggunakan garis kontinum sebagai berikut:
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
0 25 50 75 100
Gambar 2. Garis Kontinum Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian
Hama Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut Rang-Rang Pada
Tanaman Kelapa Sawit.
c. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Motivasi Dengan Tingkat Motivasi
Petani Dalam Melakukan Pengendalian Hama Ulat Kantong (Metisa
plana) Dengan Semut Rang-Rang Pada Tanaman Kelapa Sawit
Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor motivasi dengan tingkat
motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana)
dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit di Kecamatan Galang
30
Kabupaten Deli Serdang digunakan program SPSS version 18 for windows dengan
menggunakan rumus korelasi Rank Spearman.
Menurut Seigel (2011), Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat
atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat, dapat diketahui dengan rumus korelasi Rank Spearman :
Dimana:
= Nilai korelasi rank spearman
di = jumlah sampel
n = Selisih jumlah pasangan rank spearman
Untuk menguji tingkat signifikan hubungan digunakan uji T karena sampel
yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan
rumus :
√
( )
Sedangkan kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95 %
( ) adalah :
1) Jika thitung ttabel ( ) maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang
signifikan antara faktor-faktor motivasi dengan tingkat motivasi petani
dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
2) Jika thitung ttabel ( ) maka Ho diterima, artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara faktor-faktor motivasi dengan tingkat
motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa
plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Pengkajian
1. Letak Geografis
Gambar 3. Peta Kecamatan Galang
Kecamatan Galang adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten
Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Galang memiliki luas 135,13
Km2
(135.513 Ha). Kecamatan Galang terdiri dari 28 Desa atau 10 Kelurahan.
Wilayah Kecamatan Galang berbatasan dengan bebarapa wilayah, batas-
batas tersebut adalah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan
Tanjung Morawa
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau
Kec. Pagar Merbau
Kab.
Serdang
Bedagai
Kec. Bangun Purba
K
32
2. Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Di Kecamatan Galang tercatat sebanyak 71.145 jiwa
yang terdiri dari 35.548 jiwa laki-laki dan 35.597 jiwa perempuan. Jumlah rumah
tangga penduduk sebesar 18.358 rumah tangga. Jumlah rumah tangga dan jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin per Desa di Kecamatan galang disajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin Menurut Desa Tahun 2019
No Desa Penduduk Jumlah Rumah
Tangga Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kramat Gajah 1076 1028 2104 471
2 Timbang Deli 1930 1905 3835 954
3 Jaharun B 3463 3228 6691 1607
4 Tanah Abang 162 147 309 80
5 Kotasan 1643 1526 3169 1237
6 Juhar Baru 207 190 397 103
7 Paya itik 732 854 1586 422
8 Nogorejo 2878 2994 5872 1522
9 Pisang Pala 599 619 1218 327
10 Tanjung Siporkis 1060 1156 2216 524
11 Batu Lokong 810 763 1573 393
12 Tanjung Gusti 981 1027 2008 566
13 Tanah Merah 854 875 1729 490
14 Jaharun A 2191 2190 4381 995
15 Kel. Galang Kota 5180 5453 10633 3007
16 Sei Karang 840 818 1658 381
17 Paku 842 903 1745 444
18 Galang Barat 833 751 1584 423
19 Baru Titi Besi 396 379 775 185
20 Kramat Gajah 1076 1028 2104 471
21 Petumbukan 1292 1338 2630 605
22 Kelapa Satu 655 675 1330 301
23 Petangguhan 1872 1800 3672 841
24 Sei Putih 1320 1201 2521 641
25 Paya sampir 89 93 182 42
26 Paya Kuda 308 293 601 172
Jumlah 35548 35597 71145 18358
Sumber : Programa BPP Kecamatan Galang (2019)
33
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Kecamatan Galang memiliki jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan yang ditempuh dengan jumlah tiap Desanya, dan jumlah penduduk
yang memiliki jumlah penduduk terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan
terakhirnya yaitu, Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 5.073 orang pada desa
Nagorejo, sedangkan yang tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi/Akademik
terbanyak terdapat di Desa Galang Kota dengan jumlah 3000 orang untuk SMP,
berjumlah 2000 orang SMA dan Perguruan tinggi/akademik berjumlah 450 orang
dan keseluruhan jumlah tiap Desa Di sajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2019
No Desa Jumlah Petani Yang Berpendidikan
SD SMP SLTA Akademik Jumlah
1 Kramat Gajah 87 126 68 4 285
2 Timbang Deli 60 91 48 5 204
3 Jaharun B 45 61 125 25 256
4 Tanah Abang 20 15 20 10 65
5 Kotasan 549 341 270 - 960
6 Juhar Baru 48 153 57 12 270
7 Paya itik 1000 200 100 86 1386
8 Nogorejo 5073 200 140 60 5473
9 Tanjung Siporkis 216 112 84 20 432
10 Pisang Pala 313 102 43 5 463
11 Batu Lokong 181 98 107 12 398
12 Tanjung Gusti 453 640 386 25 1504
13 Tanah Merah 463 351 714 91 1619
14 Jaharun A 300 450 350 25 1125
15 Kotangan 300 400 250 30 980
16 Galang Suka 400 150 200 100 850
17 Galang Kota 750 3000 2000 450 1205
18 Paku 26 35 41 5 107
19 Galang Barat 12 14 17 2 45
20 Baru Titi Besi 35 45 43 8 131
21 Pulo Tagor 4 8 20 3 35
22 Bandar Kuala 15 27 38 5 85
23 Petumbukan 15 34 89 2 140
24 Kelapa satu 12 24 59 2 97
25 Petangguhan 36 123 106 5 270
Jumlah: 10433 6836 5441 995 18510
Sumber : Programa BPP Kecamatan Galang (2019)
34
3. Keadaan Pertanian
Komoditi tanaman perkebunan yang menjadi tanaman unggulan di
Kecamatan Galang yaitu tanaman kelapa sawit, tanaman karet dan kakao dengan
jumlah luas perkebunan kelapa sawit berjumlah 595,9 Ha, jumlah tanaman karet
159,4 Ha, dan untuk luasan tanaman kakao sebesar 123,5 Ha. Berikut adalah
jumlah luasan tanam komoditi perkebunan menurut Desa di Kecamatan Galang
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas Tanam Komoditi Perkebunan Tahun 2019
No Desa
Perkebunan (ha)
Kelapa
Sawit Karet Kakao Kelapa Pinang Jumlah
1 Kramat Gajah 28 - - 2 - 30
2 Timbang Deli 17 2 3 4 - 26
3 Jaharun B 25 20 5 1 51
5 Kotasan 68,9 13,7 25,4 1 1 110
6 Juhar Baru 18,2 21,2 1,8 0,5 0,2 41,9
7 Paya itik 50,3 - - - - 50,3
8 Nogorejo 176,3 85,7 7,7 - - 269,7
9 Tanjung
Siporkis
42 7 3 - 0,5 52,5
10 Pisang Pala 34,4 10,7 17,5 - - 62,6
11 Tanjung Gusti 15 3,5 2 - - 20,5
12 Tanah Merah 25 15 5 - - 45
13 Jaharun A 46,5 8 5,9 1 - 61,4
14 Kotangan 35 8,6 2,8 0,4 - 46,8
15 Galang Kota 34,9 - 5,4 1 - 41,3
16 Paku 161 9 10 1 - 181
17 Galang Barat 37 9 8 - - 54
18 Baru Titi Besi 35 - 14 1 - 50
19 Pulo Tagor - - - - - -
20 Bandar Kuala 67 5 10 1 - 83
21 Petumbukan 10 5 12 27
22 Kelapa Satu 18 25 6 49
23 Petangguhan 39 38 20 5 102
24 Sei Putih 38 8 17 63
Jumlah 595,9 159,4 123,5 19,2 1,7 884,7
Sumber : Programa BPP Kecamatan Galang (2019)
35
B. Hasil
1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Umur responden adalah umur yang dimiliki responden pada saat
pengkajian dilaksanakan. Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Umur Responden Analisis Data Primer Tahun 2019
No Kriteria Jumlah(Orang) Persentase(%)
1 30 Tahun – 37 Tahun 5 13,8
2 38 Tahun – 45 Tahun 19 52,8
3 46 Tahun – 53 Tahun 8 22,2
4 54 Tahun – 61 Tahun 4 11,2
Jumlah 36 100
Berdasarkan pada Tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa responden
didominasi oleh usia pada kriteria umur 38-45 tahun, yaitu dengan jumlah 19
orang atau setara dengan 52,8 %. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu pada
rentang 15 tahun hingga 60 tahun digolongkan sebagai usia produktif. Jika
berdasarkan usia kerja menurut Kementrian Tenaga Kerja yaitu mulai dari >18
tahun (UU No. 13 Tahun 2003), maka dapat dikatakan semua responden dalam
pengkajian berada pada usia kerja dan produktif. Usia produktif biasanya masih
memiliki semangat yang lebih besar, sehingga sangat potensial untuk lebih
meningkatkan peran sertanya dalam setiap kegiatan.
b. Tingkat pendidikan formal
Tingkat pendidikan responden adalah tingkat pendidikan formal responden
yang pernah dijalani hingga selesai. Distribusi responden berdasarkan pendidikan
selengkapnya disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
Analisis Data Primer Tahun 2019
No Kriteria Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SMA/Sederajat 23 63,89
2 SMP/Sederajat 9 25
3 SD/Sederajat 4 11,11
Jumlah 36 100
36
Berdasakan Tabel 11 diatas, dapat dilihat bahwa karakteristik responden
menurut tingkat pendidikan formal di Kecamatan Galang, yang dominan pada
kategori pendidikan SMA sederajat yaitu sebanyak 23 orang atau setara dengan
63,89 %. Dari total keselurusan responden.
Menurut Yani Diarsi Eka dan Idha Farida (2017) Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pola fikir seseorang, sehingga semakin lama seseorang
mengenyam pendidikan, maka akan semakin rasional cara berfikirnya. Secara
umum dapat dilihat petani yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih baik dan
lebih rasional cara berfikirnya, sehingga memungkinkan mereka untuk bertindak
secara rasional dalam mengelola usahatani.
c. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah sampel dalam pengkajian ini adalah 36 orang yang didalamnya
berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin akan
disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Analisis Data
Primer Tahun 2019
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 36 100
2 Perempuan - -
Total 36 100
Dari jumlah responden yang ada, seluruhnya adalah berjenis kelamin laki-
laki (100%).
d. Berdasarkan Lama Berusahatani
Lama berusahatani responden adalah lamanya petani melakukan usahatani
tanaman kelapa sawit sampai saat pengkajian. Jumlah responden berdasarkan
lama berusahatani disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Analisis
Data Primer Tahun 2019
No Lama berusahatani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 7 – 11 15 41,7
2 12 – 16 16 44,5
3 17 – 21 3 8,3
4 22 – 26 2 5,5
Total 36 100
37
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman berusaha tani petani
kelapa sawit berjumlah 15 orang yang pengalamannya berkisar 7-11 tahun atau
sebesar 41,7% dari jumlah responden keseluruhan. Dan yang pengalamannya di
atas 12-26 tahun berjumlah 21 orang atau sebesar 58,3% dari jumlah seluruh
responden.
C. Pembahasan
1. Analisis tingkat motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat
kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit
Untuk menjawab hipotesis 1 daripada pengkajian ini, dilakukan analisis
tingkat motivasi. Analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut :
N
Hasil analisis tingkat motivasi petani dalam melakukan pengendalian
hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa
sawit di Kecamatan Galang dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Tingkat Motivasi Petani Analisis Data Primer 2019
No Indikator Skor Yang
Diperoleh
Skor
Maksimum
Persentase
(%)
Tingkat
Motivasi
1 Motivasi 648
864
75
Tinggi
Tabel 14 menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat motivasi petani
dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut
rang-rang di Kecamatan Galang digunakan skala likert dengan rumus sebagai
berikut :
N =
N =
N = 75 %
38
Jika digambarkan dengan menggunakan garis kontinum adalah sebagai
berikut:
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0 25 50 75 100
75 %
Gambar 3.Garis Kontinum Tingkat Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian
Hama Ulat Kantong Dengan Semut Rang-rang Pada Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan pada Tabel 14 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa tingkat
motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong dengan semut
rang-rang pada tanaman kelapa sawit di Kecamatan Galang masuk dalam kategori
tinggi yaitu mencapai nilai 75%. Yang dimaksud motivasi tinggi dalam
pengkajian ini bahwa dorongan atau harapan petani yang kuat untuk melakukan
pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang. Hal ini
juga didukung berdasarkan dari hasil survey dan wawancara yang telah dilakukan
dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan
tingkat motivasi petani masih rendah ditolak. Hal ini disebabkan bahwa petani
melakukan pengendalian hama ulat kantong dengan semut rang-rang ketika
tanaman kelapa sawit terserang hama ulat kantong pada fase larva.
2. Hubungan Antara Faktor-FaktorMotivasi Dengan Motivasi Petani
Untuk mengkaji hubungan faktor-faktor motivasi dengan motivasi petani
dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut
rang-rang pada tanaman kelapa sawit di Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang, maka digunakan analisis korelasi untuk mencari hubungan antara dua
variabel.
Menurut Sarwono (2006), Korelasi Rank Spaerman menggunakan aplikasi
SPSS18 dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Angka korelasi berkisar 0 s/d 1.
2. Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan
kedua variabel. Patokan angkanya adalah sebagai berikut :
39
a. 0 – s/d 0.25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
b. > 0.25 - 0.5 : Korelasi cukup
c. > 0.5 - 0.75 : Korelasi kuat
d. > 0.75 – 1 : Korelasi sangat kuat
3. Korelasi dapat positif dan negatif. Korelasi positif menunjukan arah yang
sama hubungan antar variabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel
2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi negatif menujukan arah
berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil.
4. Signifikansi hubungan dua variabel dapat dianalisis dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Jika probabilitas < 0.05, hubungan kedua variabel signifikan
b. Jika probabilitas > 0.05, hubungan kedua variabel tidak signifikan
Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor motivasi dengan motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Analisis Hubungan Antara Faktor-Faktor Motivasi Dengan Motivasi Petani Analisis Data Primer Tahun 2019
No Variabel X
Motivasi
Rs (Rank
Spearmen) Sig.(2-tailed) thitung ttabel
1 Pendidikan Nonformal -0,081 0,637 -0,473 2,032
2 Pengalaman 0,041 0,811 0,239 2,032
3 Pendapatan 0,163 0,344 0,963 2,032 4 Luas Lahan -0,031 0,860 -0,180 2,032 5 Persepsi Petani 0,348* 0,037 2,164 2,032 6 Peran Penyuluh -0,355* 0,033 -2,214 2,032
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Keterangan :
T tabel = 2,032
Rs = Rank Spearmen
** = Signifikansi pada α = 0,01 (0,01%)
* = Signifikansi pada α = 0,05 (0,05%)
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukan
hubungan yang signifikan dan tidak signifikan, kuat atau lemahnya hubungan dan
arah hubungan. Untuk mengetahui analisis hubungan tiap variabel diatas
diuraikan sebagai berikut :
40
1) Hubungan Antara Pendidikan NonFormal Terhadap Motivasi Petani
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa variabel pendidikan nonformal
memiliki nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar -0,081 artinya kedua
variabel (pendidikan non formal dan motivasi) memiliki hubungan yang sangat
lemah, sedangkan untuk signifikan hubungan antara pendidikan non formal
dengan motivasi dapat dilihat dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel
dimana hasilnya -0,473 < 2,032 maka diketahui bahwa tidak ada terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan motivasi petani
dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut
rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
Tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan nonformal
dengan motivasi petani dikarenakan petani kelapa sawit di Kecamatan Galang
tidak mendapatkan pengetahuan diluar bangku sekolah seperti mengkutti
pelatihan, sekolah lapang ataupun penyuluhan tentang pengendalian hama ulat
kantong pada tanaman kelapa sawit.
Hal ini sejalan dengan penelitian Waruwu D., (2016), yang menunjukkan
bahwa pendidikan nonformal tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap
motivasi ekonomi petani dalam penerapan pengendalian hama penggerek buah
kakao terhadap tingkat produksi tanaman kakao di Kecamatan Hiliduho
Kabupaten Nias.
2) Hubungan Antara Pengalaman Terhadap Motivasi Petani
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa variabel pengalaman memiliki
nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,041 artinya kedua variabel
(pengalaman dan motivasi) memiliki hubungan yang sangat lemah, sedangkan
untuk signifikan hubungan antara pengalaman dengan motivasi dapat dilihat
dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dimana hasilnya 0,239 < 2,032
ataupun dengan membandingkan nilai signifikan sig. (2-tailed) dengan α = 0,05
dimana hasil yang diperoleh bahwa sig. (2-tailed) 0,811 > 0,05 maka diketahui
bahwa tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan
motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana)
dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
41
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan
motivasi dapat terjadi karena petani merasa bahwa pengalaman yang mereka
miliki tidak mempengaruhi motivasi mereka khususnya dalam melakukan
pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang.
Walaupun pada dasarnya semakin lama pengalaman yang dimiliki seseorang
dalam berusahatani maka akan semakin besar kemampuan seseorang dalam
mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam kegiatan usahataninya. Hal ini
sejalan dengan penelitian Waruwu D., (2016) yang menunjukkan bahwa
pengalaman tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap motivasi ekonomi
petani dalam penerapan pengendalian hama penggerek buah kakao terhadap
tingkat produksi tanaman kakao di Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias.
3) Hubungan Antara Pendapatan Terhadap Motivasi Petani
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa variabel pendapatan memiliki
nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,163 artinya kedua variabel
(pendapatan dan motivasi) memiliki hubungan yang sangat lemah, sedangkan
untuk signifikan hubungan antara pendapatan dengan motivasi dapat dilihat
dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dimana hasilnya 0,963 < 2,032
ataupun dengan membandingkan nilai signifikan sig. (2-tailed) dengan α = 0,05
dimana hasil yang diperoleh bahwa sig. (2-tailed) 0,344 > 0,05 maka diketahui
bahwa tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan
motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana)
dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan
motivasi dapat terjadi karena petani merasa bahwa pendapatan yang mereka
dapatkan tidak mempengaruhi motivasi mereka. Karena pendapatan yang mereka
dapatkantidak secara nyata langsung meningkat dengan melakukan pengendalian
hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang. Walaupun pada
dasarnya semakin tinggi tingkat pendapatan yang didapatkan seseorang dalam
berusahatani maka akan semakin besar kemauan seseorang dalam mengatasi
berbagai masalah yang terjadi dalam kegiatan usahataninya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Arwansyah (2017), bahwa pendapatan tidak terdapat hubungan
yang signifikan terhadap motivasi ekonomi dengan nilai Rs -0,204 dan thitung -
42
2,215 < ttabel 2,032 pada taraf kepercayaan 95 %. Dan penelitian Waruwu D
(2016) yang menunjukkan bahwa pendapatan tidak terdapat hubungan yang
signifikan terhadap motivasi ekonomi petani dalam penerapan pengendalian hama
penggerek buah kakao terhadap tingkat produksi tanaman kakao di Kecamatan
Hiliduho Kabupaten Nias.
4) Hubungan Antara Luas Lahan Terhadap Motivasi Petani
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa variabel luas lahan memiliki
nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar -0,031 artinya kedua variabel
(luas lahan dan motivasi) memiliki hubungan yang sangat lemah, sedangkan
untuk signifikan hubungan antara luas lahan dengan motivasi dapat dilihat dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel dimana hasilnya -0,180 < 2,032 ataupun
dengan membandingkan nilai signifikan sig. (2-tailed) dengan α = 0,05 dimana
hasil yang diperoleh bahwa sig. (2-tailed) 0,860 > 0,05 maka diketahui bahwa
tidak ada terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan motivasi
dapat terjadi karena petani merasa bahwa luas lahan yang mereka miliki tidak
berhubungan dengan motivasinya, karena luas lahan yang mereka miliki tidak
lebih dari 2 Ha, begitupun sebaliknya jika luas lahannya kecil dari 2 Ha.
Hal ini sejalan dengan penelitian Waruwu D., (2016) yang menunjukkan
bahwa luas lahan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap motivasi
ekonomi petani dalam melakukan pengendalian hama penggerek buah kakao.
5) Hubungan Antara Persepsi Petani Terhadap Motivasi Petani
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa variabel persepsi petani
memiliki nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar 0,348* artinya kedua
variabel (persepsi petani dan motivasi) memiliki hubungan korelasi yang cukup,
sedangkan untuk signifikan hubungan antara persepsi petani dengan motivasi
dapat dilihat dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dimana hasilnya -
2,164 > 2,032 ataupun dengan membandingkan nilai signifikan sig. (2-tailed)
dengan α = 0,05 dimana hasil yang diperoleh bahwa sig. (2-tailed) 0,037 < 0,05
43
maka diketahui bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara persepsi
petani dengan motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong
(Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
Adanya hubungan yang signifikan antara persepsi petani dengan motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit. Persepsi petani yang diukur dari
keuntungan relatif dan kemudahan uji coba dalam melakukan pengendalian hama
ulat kantong dengan semut rang-rang sangat menguntungkan. Menurut petani,
terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari penerapan pengendalian hama
ulat kantong dengan semut rang-rang dibandingkan dengan menggunakan
insektisida yaitu menekan biaya produksi dan menjaga lesetarian lingkungan.
Zulvera (2014) mengemukakan tingkat keuntungan relatif seringkali
dinyatakan dalam bentuk keuntungan ekonomi, teknis dan sosial psikologis.
Semakin besar nilai keuntungan relatif yang diperoleh dari sistem agroforestry
maka semakin besar pula motivasi yang akan dimiliki petani. Dan Zulvera (2014)
menyebutkan semakin sulit suatu teknologi diuji-cobakan dan diamati oleh petani
maka akan memperkecil ketertarikan petani untuk menerima dan menerapkan
teknologi tersebut.
6) Hubungan Antara Peran Penyuluh Terhadap Motivasi Petani
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa variabel peran penyuluh
memiliki nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar -0,355* artinya
kedua variabel (peran penyuluhdan motivasi) memiliki hubungan yang cukup
dengan ketentuan > 0.25 - 0.5 : korelasi cukup sedangkan untuk signifikan
hubungan antara peran penyuluh dengan motivasi dapat dilihat dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel dimana hasilnya -2,214 < 2,032 ataupun
dengan membandingkan nilai sig. (2-tailed) 0,033 < 0,05 maka diketahui bahwa
terdapatnya hubungan yang signifikan antara peran penyuluh dengan motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit. Nilai thitung yang diperoleh bertanda
negatif yang menunjukkan bahwa peran penyuluh memiliki hubungan yang
berlawanan arah dengan motivasi petani.
44
Nilai negatif yang dimaksudkan adalah berdasarkan hasil dilapangan
menunjukan bahwa kurangnya peran penyuluh dalam membimbing petani seperti
jarang dilakukannya pertemuan dengan kelompoktani, adapun penyuluhan yang
dilakukan tidak tepat sasaran dan kurangnya komunikasi antar penyuluh dengan
petani.
Mardikanto (2009), mengemukakan bahwa penyuluh harus memainkan
perannya secara profesional yang disingkronkan dengan edukasi, yaitu edukasi,
diseminasi informassi/inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan
evaluasi.
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari pengkajian motivasi
petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan
semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit di Kecamatan Galang Kabupaten Deli
Serdang maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Tingkat motivasi petani dalam melakukan pengendalian hama ulat kantong
(Metisa plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit Kecamatan
Galang Kabupaten Deli Serdang tergolong dalam kategori tinggi yaitu 75%.
Yang dimaksudkan motivasi tinggi dalam pengkajian ini bahwa dorongan
petani yang kuat untuk melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa
plana) dengan semut rang-rang pada tanaman kelapa sawit.
2. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap motivasi petani yaitu
a. Persepsi petani dengan nilai correlation coefficient yang diperoleh sebesar
0,348* dan nilai signifikan sig. (2-tailed) 0,037 < 0,05, memiliki hubungan
yang cukup dengan ketentuan > 0.25 - 0.5 : korelasi cukup artinya kedua
variabel (persepsi petani dan motivasi) memiliki hubungan korelasi yang
cukup.
b. Peran penyuluh memiliki nilai correlation coefficient yang diperoleh
sebesar -0,355* dan nilai sig. 0,033 < 0,05 artinya kedua variabel (peran
penyuluh dan motivasi) memiliki hubungan yang cukup dengan ketentuan
> 0.25 - 0.5 : korelasi cukup dan berhubungan tidak searah jika Peran
penyuluh besar maka motivasi petani terhadap pengendalian hama ulat
kantong dengan semut rang-rang kecil.
B. Saran
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-
rang pada tanaman kelapa sawit Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
maka dapat diberi saran sebagai berikut:
46
1. Petani diharapkan mendapatkan pelatihan dan penyuluhan tentang
pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-rang.
2. Peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam pembinaan kelompok
terutama untuk memotivasi, memberikan arahan dan mengawasi agar para
petani mampu mengikuti dan mencapai tujuan dari kegiatan.
C. Implikasi (Rencana Kegiatan Penyuluhan)
Hasil pengakajian ini menjelaskan bahwa tingkat motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong (Metisa plana) dengan semut rang-
rang pada tanaman kelapa sawit Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang
dalam kategori tinggi dengan interpretasi sebesar 75%, berdasarkan hasil analisis
tersebut menjelaskan seberapa besar dorongan petani dalam melakukan
pengendalian hama ulat kantong. Dari hasil kajian tersebut, maka disusunlah
rancangan penyuluhan sebagai rencana tindak lanjut sebagai berikut:
1. Dalam hal upaya peningkatkan kinerja penyuluh yaitu dengan 1). Memberikan
informasi, teknologi, dan inovasi-inovasi terbaru, 2). Peningkatan intensitas
kegiatan penyuluhan, 3). Peningkatan intensitas kegiatan penyuluhan, 4).
Peningkatan jenjang karir dan kesejahteraan penyuluh, 5). Peningkatan peran
organisasi penyuluhan.
2. Untuk petani dilakukannya rancangan penyuluhan sesuai dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian yang disajikan pada Tabel 16 sebagai berikut:
Rancangan Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
petani dari 40% menjadi 70% sehingga semakin banyak petani yang
menggunakan semut rang-rang dalam pengendalian hama ulat kantong pada
tanaman kelapa sawit Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Komponen
penting dalam perencanaan penyuluhan adalah penyusunan Lembar Persiapan
Menyuluh (LPM), Sinopsis, materi penyuluhan yang juga bermanfaat sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
47
Tabel 16. Matriks Rencana Penyuluhan di Kecamatan Galang
No Keadaan Tujuan Masalah Sasaran Kegiatan
PelakuUtama PelakuUtama Pelaku
Usaha
Wanita
Tani
Taruna
Tani
PetaniDe
wasa
L P L P Materi Metode Vol Lokasi Waktu SumberB
iaya
PenanggungJ
awab
Pelaksana Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Motivasi petani
dalam
melakukan
pengendalian
hama ulat
kantong pada
tanaman kelapa
sawit sesuai
anjuran sebesar
75%
Petani
mengetahui
perkembangbia
kan semut rang-
rang pada
tanaman kelapa
sawit sesuai
sebesar 75%
menjadi 85%.
Petani belum
mengetahui
perkembangbia
kan semut rang-
rang pada
tanaman kelapa
sawit sesuai
anjuran sebesar
25%
Perkembang
biakan Semut
Rang-rang
Pada
Tanaman
Kelapa Sawit
Ceramah
dan
diskusi
2X Kecama
tan
galang
Mei
2019
APBD Kood. BPP
hamparan
perak
Penyuluh
48
LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)
Judul : Perkembangbiakan Semut Rang-rang Pada Tanaman Kelapa
Sawit.
Tujuan : Petani mengetahui pemanfaatan semut rang-rang untuk
mengendalikan hama ulat kantong sesuai anjuran dari 75%
menjadi 85%
Media : Folder
Metode : Ceramah, dan diskusi
Waktu : 60 Menit
Lokasi : Kecamatan Galang
Alat bantu : Alat Tulis
Pokok Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu Keterangan
Pendahuluan
a) Salam pembuka.
b) Menjelaskan cakupan materi
dalam pertemuan.
c) Menjelaskan tujuan penyuluhan.
5 Menit Ceramah
Isi/Materi
a) Menjelaskan manfaat dari semut
rang-rang sebagai pengendali
hama ulat kantong
50 Menit Ceramah dan
Diskusi
Penutup/Pengakhiran a) Memuat kesimpulan
b) Umpan balik proses penyuluhan 5 Menit Ceramah
Kecamatan Galang, Mei 2019
Mahasiswa
Helmi
49
SINOPSIS
Perkembangbiakan Semut Rang-rang Pada Tanaman Kelapa Sawit
1. Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)
Semut rang-rang sering ditemukan bersarang pada berbagai jenis pepohonan,
misalnya pohon buah-buahan. Keberadaan semut rang-rang pada pepohonan
sering dianggap sebagai pengganggu terutama saat melakukan pemanenan,
karenan gigitannya yang sakit. Semut rang-rang ini membangun sarang dengan
cara bergotong royong dan selesai dalam waktu dua hari. Larva semut rang-rang
menghasilkan benang-benang sutera yang halus untuk merajut daun. Jumlah
semut dalam satu sarang antara 4000 sampai 6000 individu dan dalam satu koloni
terdapat sekita 500,000 semut dewasa. Koloni semut merupakan keluarga besar
dengan beberapa sarang dan individu yang saling mengenal dan bekerja sama
pada suatu daerah tertentu. Banyaknya sarang dalam satu koloni sangat
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan dan tingkat gangguan yang terjadi.
Dalam satu koloni bisa mencapai 100 sarang.
2. Manfaat Semut Rang-rang
a. Sebagai musuh alami hama
Semut adalah predator yang penting dan diprediksikan dapat melindungi
tanaman dari hama jika dapat dimengerti dan diteliti dengan benar. Slah satu jenis
semut yang banyaj digunakan dalam mengendalikan hama pertanian dan
perkebunan antara lain jenis semut rang-rang (Oecophylla smaragdina).
Perilaku agresif semut rang-rang dalam mempertahankan daerah
kekuasaannya menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani untuk
menggunakan sebagai “penjaga” tanaman terhadap gangguan hama, karena semut
rang-rang dapat menggagu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama
seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, serangga, dapat melindungi eucalypus,
pohon-pohon kayu dan dapat menghalangi serangan tikus. Hal inilah yang
menjadi semut rang-rang sebagai spesies semut yang unik dan berbeda dari jenis
lainnya (Embriani, 2012).
50
3. Cara Perkembangbiakan Semut Rang-rang
Semut rang-rang berkembangbiak dengan cara bertelur, telur semut rang-rang
disebut kroto. Jaring yang terdapat pada telur biasanya digunakan oleh semut
rang-rang untuk membangun sarang yang berguna untuk tempat menumbuhkan
telur yang akan menjadi larva, pupa dan akhirnya menjadi imago. Untuk
mendapatkan bibit semut rang-rang dapat dilakukan dengan mencari langsung
dari alam bebas atau dengan membelinya dari peternak. Menurut PT. Nasa cara
budidaya semut rang-rang sebagai berikut :
5) Membuat tempat ternak
Langkah-langkah membuat sarang semut rang-rang untuk dibudidaya adalah:
- Buatlah rak susun dua tingkat atau lebih. Rak dapat dibuat dari bumbu,
besi atau kayu, ukuran rak disesuai dengan tempat yang tersedia.
- Letakkan wadah plastik berisi air atau oli pada kaki-kaki rak tersebut,
tujuannya untuk mencegah semut rang-rang keluar rak.
- Sebaliknya rak jangan ditempatkan menempel dengan dinding, karena
semut rang-rang dapat kabur dengan cara merambat melalui dinding dan
membuat sarang ditempat lain.
6) Cara Ternak Menggunakan Paralon
Beternak menggunakan paralon merupakan cara yang baik, karena paralon
memiliki banyak kelebihan yaitu diantaranya paralon lebih tahan lama
dibandingkan media lain yaitu bisa mencapai 10 tahun, paralon kedap cahaya
sehinga cocok untuk semut rang-rang yang hanya membutuhkan cahaya sedikit,
paralon termasuk bahan yang mudah dicari dan potongan paralon juga mudah
disusun. Cara membuat kandang ternak semut rang-rang menggunakan paralon
sebagai berikut :
- Sediakan paralon berdiameter 12 cm
- Potong paralon dengan panjang sesuai dengan lebar rak.
- Susun paralon dalam rak
- Tambahkan daun-daunan kedalam paralon untuk merangsang semut rang-
rang membuat sarangnya sendiri.
- Tebarkan bibit koloni semut kedalam paralon tersebut.
51
7) Pemberian Makan Ternak
Pakan untuk semut rang-rang adalah nektar atau bisa diganti dengan air gula.
Pakan diberikan dengan cara meletakkan beberapa piring kecil disekitar kandang
ternak atau bisa menggunakan jangkrik, ulat hongkong atau tulang ayam yang
telah dihancurkan.
8) Cara Panen Semut Rang-rang
Jika ingin memanen telur semut rang-rang (Kroto) bisa mulai dipanen setiap
20 hari sekali, tetapi jika untuk memanen semut rang-rang untuk dipindahkan
kelapangan atau kekebun kelapa sawit biarkan kroto berkembangbiak agar koloni
semut rang-rang bertambah banyak ini dapat ditunggu sampai 3-5 bulan. Dan saat
pemanenan menggunakan sarang tangan.
Kecamatan Galang, Mei 2019
Mahasiswa
Helmi
52
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, D., 2013. Data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian. Surakarta.
Politekkes Kemenkes: Surakarta
Agosti, D., Majer, D., Alonso L.E., Schultz, TR, 2000. Ants Standard Methods for
Measuring and Monitoring Biodiversity. Washington: Smithsonian
Institution Press.
Arwansyah, AS., 2017. Motivasi Petani Dalam Penerapan Pemupukan Tanaman
Kopi (Coffea SP) Di Kecamatan Blangkerejen Kabupaten Gayo Lues. Karya
Penugasan Tugas Akhir. STPP Medan.
Benyamin, S., dan Paningkat S, 2017. Konsep dan Implikasi Pengkajian
Pendidikan. Medan: PUSSIS UNIMED.
BPP Jaharun, 2019. Programa Kecamatan Galang. Kecamatan Galang.
Cesard, Nicolas. 2004. Harvesting and Commercialisation of Kroto (Oechophylla
smaragdina) in the Malingping Area, West Java, Indonesia.
Embriani, 2012. Semut Rang-rang Sebagai Musuh Alami Dan Ajang Bisnis Yang
Cerah. POPT Ahli Pertama. Htpp://www.academia.edu/5066528/
Semut_rangrang_Sebagai_Musuh_Alami_Dan_Ajang_Bisnis_Yang_Cerah.
[diakses pada tanggal 24 Februari 2019].
Falahuddin Irham, 2012. Peranan Semut Rang-rang (Oecophylia smaragdina)
Dalam Pengendalian Biologis Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Palembang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah.
Gulo, Wal’alfrit., 2016. Pespektif Minat Generasi Muda Terhadap Usaha Bidang
Pertanian Pangan di Kecamatan Moro’o Kabupaten Nias Barat. Karya
Ilmiah Penugasan Akhir. Medan: STPP Medan.
Hanim, S., Purnomo, Hariri, M., 2011. Population Asesment And Approporiate
Sparying Teknicque To Control Tha Bagworm (Metisa Plana Walker).
Bandar Lampung: in North Sumatera And Lampung. J Agrivita.
Hartanto, H., 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Citra
Media Publishing.
Hasibuan, M., 2010. Manajemen sumberdaya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Husairi, 2002. Hama dan penyakit. Diklat Mandor Lapangan Kelapa Sawit. Puslat
PT. PNIII Gunung Pamela.
53
Imran, H., A. 2017. Peran Sampling Dan Distribusi Data Dalam Penelitian
Komunikasi Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Balai Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika. Kemetrian Komunikasi dan
Informatika.
Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartikaningsih, Anita., 2009. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Petani Dalam Berusahatani Tebu. Htpp://repository.ipb.ac.id/hadle
/12345678/11316. [diakses pada tanggal 22 Februari 2019].
Lim, G.T.L.G., Kirton. S.M., Salom, L.T Kok. R.D Fell. Dan D.G Pfeiffer, 2008.
Mahogany shoot borer contro; in Malysia and prospects for biological
control using weaver ants. Jurnal of Tropical Forest Science.
Lubis, AU., 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Mangoensoekarjo, S., Dan Haryono Semangun, 2000. Manajemen Agrobisnis
Kelapa Sawit. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Mardikanto, 2009. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas
Maret University.
Prawirosukarto, S., R.Y. Purba, C. Utomo dan A. Susanto, 2007. Pengenalan dan
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
PT, Nasa. 2019. Cara Bertenak Semut rang-rang. https://ptnasa.net/blog/cara-
ternak-semut-rangrang. [diakses pada tanggal 23 Maret 2019]
Purba, R., Y., Susanto, A., Dan Prawirosukarto S, 2005. Hama-hama Kelapa
Sawit. Pusat Pengkajian Kelapa Sawit (PPKS). Medan.
Rozziansha, Perdana., 2011. Organisme Pengganggu Tanaman
Htpp://iopri.org/jdownloads/OPT%20Info/Hama/mahasena_corbetti.pdf.
[diakses pada tanggal 19 Februari 2019].
Riduan, 2015. Skala Pengukuran Variabel-variabel Pengkajian. Alfabeta.
Bandung.
Ruhimat, 2015. Faktor-faktor untuk peningkatan kemandiria petani dalam
pengelolaan hutan rakyat. Bandung: Jurnal Sosial dan Ekonomi Kehutanan.
Sarwono, Jonathan., 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
54
Schultz, T. R. and McGlynn, T. P., 2000. The interaction of ants with other
organisms./ In: Agosti, D., Majer, J., Alonso, E. et al. (eds), Ants: standard
methods for measuring and monitoring biodiversity. Smithsonian Institution
Press.
Siegel, 2011. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sembel, T. Dantje., 2010. Pengendalian Hayati Hama-hama Serangga Tropis dan
Gulma. Yogyakarta: Andi.
Siagian, 2010. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Silalahi, F., 2014. Motivasi Petani Dalam Usahatani Tanaman Gambir (Uucaria
gambir roxb) Di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Medan:
Jurnal Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan.
Suhara, 2009. Semut Rang-rang (Oecophylla smaragdina). Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Susanto, A., Purba, R Y dan Prasetyo, A E., 2012. Hama dan Penyakit Kelapa
Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Uno, Hamzah, B., 2014. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Undang-undang, No., 13., 2003. Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta
Utomo, C., Tahjono, H., Dan Agus Susanto, 2007. Feromon Era Baru
Pengendalian Hama Ramah Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit.
Jurnal Pengkajian Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Waruwu, D., 2016. Motivasi Petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama
Penggerek Buah Kakao Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kakao Di
Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias. Medan: Karya Ilmiah Penugasan
Akhir.
Wicaksono, A. 2006. Motivasi Petani Dalam Pengembangan Budidaya Panili
(Vanilla planifolia, Andrews) (Kasus Pengenalan Panili di Kabupaten
Klaten). Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Winardi, 2004. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
, 2011. Kepemimpinan dalam manajemen. Jakarta: PT Rineka Cipta.
55
Wulandari, C., 2010. Studi Persepsi masyarakat tentang pengelolaan lanskap
agroforestry disekitar Sub DAS Way Besai Provinsi Lampung. Lampung:
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
Yani, Diarsi Eka dan Idha Farida. 2017. Dinamika kelompok Sentra Penyuluhan
Kehutanan Dan Pedesaan Mangga Delima Taman Nasional Karimun
Jawa. Tanggerang Selatan: Staf Akademik Program Studi Agribisnis
Universitas Terbuka.
Yunita, 2011. Strategi peningkatan kapasitas petani padi sawah lebak menuju
ketahan pangan rumah tangga di Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Kamering
Ilir Provindi sumatera Selatan. Disertasi. Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Zulvera, 2014. Faktor penentu adopsi sistem pertanian sayuran organik dan
keberdayaan petani di Provinsi Sumatera Barat. (Disertasi). Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
56
Lampiran 1. Kuesioner Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian
Hama Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut Rang-rang
Pada Tanaman Kelapa Sawit
KUESIONER TUGAS AKHIR
No. Responden
KATA PENGANTAR
Perihal : Permohonan Pengisisian Angket
Lampiran : Satu Berkas
Judul Tugas Akhir : Kuesioner Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian
Hama Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut
Rang-rang Pada Tanaman Kelapa Sawit.
Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr
Di-
Tempat.
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir (TA) sebagai salah satu persyaratan
untuk mendapatkan gelat Sarjana Terapan (S.Tr. Pt) di POLBANGTAN Medan,
maka saya memohon dengan sangat kepada Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi angket
yang telah disediakan. Angket ini buka tes psikologi, maka dari itu Bapak/Ibu/Sdr
tidak perlu takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban sesuai dengan
kondisi yang Bapak/Ibu/Sdr rasakan saat ini. Saya sangat mengharapkan
Bapak/Ibu/Sdr dapat menberikan jawaban yang sejujur-jujurnya sesuai dengan
kondisi yang Bapak/Ibu/Sdr rasakan saat ini.
Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai
harganya bagi penulis atas ketersedian Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terimakasih.
Galang, April 2019
Hormat Petani
57
No Responden
KUESIONER PENELITIAN TUGAS AKHIR
Kecamatan : Galang
Kabupaten : Deli Serdang
Tahun : 2019
1. Petunjuk Pengisian Kuesioner Penelitian Tugas Akhir
a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesedian Bapak/Ibu/Sdr untuk
menjawab seluruh pertayaan/pernyataan yang ada.
b. Isilah pertayaan/pernyataan dibawah ini dengan keadaan sebenarnya
dan pilihlah jawaban yang ada pada tabel dengan tanda contreng (√) !
Kriteria Penilaian
Sangat Setuju (SS) : 4
Setuju (S) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
2. Karakteristik Responden
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan
d. Alamat :
e. Pendidikan Terakhir :
f. Kelompok Tani :
g. Lama Berusahatani :
58
Berikut Kuesioner Motivasi Petani Dalam Melakukan Pengendalian Hama
Ulat Kantong (Metisa plana) Dengan Semut Rang-rang Pada Tanaman Kelapa
Sawit.
Isilah pertayaan/pernyataan tersebut dengan cara tanda (√) pada kolom alternatif
jawaban.
No Pertayaan/Pernyataan Alternatif Jawaban Jumlah
Nilai
Pendidikan Non Formal (X1)
1. Berapa kali bapak/ibu mengikuti kegiatan
pelatihan magang ataupun studibanding
dalam setahun ini?
4. Selalu (> 7 kali)
3. Sering (6-7kali)
2. Jarang (2-3 kali)
1. Tidak pernah
2. Petani mau mengikuti demonstrasi cara
penggunaan semut rang-rang dalam
mengendalikan hama ulat kantong
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
3. Pelatihan sangat perlu dilakukan untuk
petani dalam pengendalian hama ulat
kantong dengan semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
4. Penyuluhan sangat perlu dilakukan untuk
petani dalam pengendalian hama ulat
kantong dengan semut rang-rang
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
Pengalaman (X2)
1. Sudah berapa lama bapak/ibu dalam melakukan
bubidaya tanaman kelapa sawit?
4. >20 Tahun
3. 16-20 Tahun
2. 11-15 Tahun
1. < 10 Tahun
2. Dengan banyak pengalaman mendorong petani
melakukan pengendalian hama ulat kantong
dengan semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
3. Pengalaman mempengaruhi petani dalam
pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
4. Pengalaman mengelola semut rang-rang
diperlukan untuk pengendalian hama ulat
kantong
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
59
Pendapatan (X3)
1 Besarnya pendapatan yang bapak/ibu
dapatkan dalam budibaya tanaman kelapa
sawit selama satu bulan
4. > 3 juta
3. 2-3 Juta
2. 1-2 Juta
1. < 1 Juta
2 Dengan pendapatan petani saat ini, semakin
meningkatkan motivasi petani dalam
melakukan pengendalian hama ulat kantong
dengan semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
3 Pendapatan mempengaruhi petani untuk
melakukan pengendalian hama ulat kantong
dengan semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
Luas Lahan (X4)
1. Luas lahan mempengaruhi petani dalam
melakukan Pengendalian hama ulat kantong
dengan semut rang-rang.
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
2. Dengan luas lahan yang sedikit petani tidak
tertarik untuk melakukan Pengendalian
hama ulat kantong dengan semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
Persepsi Petani (X5)
1. Dengan menggunakan semut rang-rang
dalam pengendalian hama ulat kantong
mengguntungkan petani secara ekonomi
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
2. Dengan menggunakan semut rang-rang
dalam pengendalian hama ulat kantong
mengguntungkan petani secara teknis
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
3. Dengan menggunakan semut rang-rang
dalam pengendalian hama ulat kantong
mengguntungkan petani secara ekologi
karena tidak mencemari lingkungan
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
4. Pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang tidak sulit untuk diterapkan
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
5. Pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang mudah diuji cobakan dalam
skala kecil
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
60
6. Pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang mudah untuk diamati
secara langsung perkembangannya
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
Peran Penyuluh (X6)
1. Penyuluh perlu memberi petani dalam
pengelolaan usahatani dengan melakukan
pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
2. Penyuluh berperan dalam penyampain
informasi tentang pengendalian hama ulat
kantong dengan semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
3. Penyuluh mendorong petani untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan penyuluhan
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
4. Penyuluh mendorong petani untuk
memajukan usahatani dengan melakukan
pengendalian hama ulat kantong dengan
semut rang-rang
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
Motivasi (Y)
1 Harapan petani menggunakan semut rang-
rang, tanaman kelapa sawit bebas dari
serangan ham ulat kantong
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
2 Penggunaan semut rang-rang dalam
pengendalian hama ulat kantong
meningkatkan pendapatan petani
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
3 Penggunaan semut rang-rang dalam
pengendalian hama ulat kantong menekan
biaya produksi petani
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
4 Penggunaan semut rang-rang dalam
pengendalian hama ulat kantong dapat
menjaga kelestarian lingkungan petani
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
5 Petani terdorong menggunakan semut rang-
rang dalam pengendalian hama ulat kantong
karena banyak memiliki keuntungan
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
6 Petani bersemangat menggunakan semut
rang-rang dalam pengendalian hama ulat
kantong
4. Sangat Setuju
3. Setuju
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju
61
Lampiran 2. Data Responden
No
Responden
KARAKTERISTIK PETANI
Nama
Jenis
Kelamin Umur
Pendidikan
Terakhir
Alamat
Kelompoktani
Luas
Lahan (Ha)
Lama
Berusahatani
(Tahun)
1 Damai P Tarigan L 54 SMA Paya Itik Mekar Jaya 1 15
2 Miswa L 40 SMA Paya Itik Mekar Jaya 2 10
3 Darman Barus L 43 SMA Paya Itik Mekar Jaya 1 10
4 Mahmud L 30 SMA Paya Itik Mekar Jaya 2 7
5 Poian S L 47 SMP Paya Itik Mekar Jaya 1 15
6 Gino L 30 SMA Paya Itik Mekar Jaya 2 7
7 Mualir L 30 SMA Paya Itik Mekar Jaya 1 8
8 Ngasup L 60 SD Paya Itik Mekar Jaya 4 20
9 Pardamean L 45 SMP Paya Itik Mekar Jaya 2 15
10 Y. N Ginting L 60 SD Paya Itik Mekar Jaya 1.5 25
11 Nasib Fitriadi L 46 SMA Paku Bahagia 2 12
12 Jansen Saragih L 39 SMA Paku Bahagia 1 10
13 Pendi Purba L 37 SMA Paku Bahagia 1 10
14 Johanes Purba L 39 SMA Paku Bahagia 1 10
15 Suhendri L 46 SMP Paku Bahagia 2 15
16 Jailani Kusnadi L 47 SMP Paku Bahagia 1 15
17 Zukham Arifiandi L 38 SMA Paku Bahagia 2 10
18 Khairullah L 44 SMP Paku Bahagia 1 15
19 Giman L 41 SMA Paku Bahagia 2 15
62
Lanjutan lampiran 2.
No
Responden
KARAKTERISTIK PETANI
Nama
Jenis
Kelamin Umur
Pendidikan
Terakhir
Alamat
Kelompoktani
Luas
Lahan (Ha)
Lama
Berusahatani
(Tahun)
20 Jacob Damanik L 38 SMA Paku Bahagia 1 12
21 Sarmin L 43 SMP Paku Bahagia 2 13
22 Tumingan L 46 SMP Paku Bahagia 2 15
23 Sudarni L 42 SMA Paku Bahagia 1 13
24 Saminan L 45 SD Paku Bahagia 2 15
25 Sutrisno L 42 SMA Paku Bahagia 2 10
26 Paino L 48 SMA Paku Bahagia 2 17
27 Ampi Purba L 48 SMA Paku Bahagia 1 8
28 Saniman L 61 SD Paku Bahagia 1 25
29 Jamsen Sinaga L 39 SMA Paku Bahagia 1 10
30 Nasrun Saragih L 40 SMA Paku Bahagia 2 12
31 Daniel Saragih L 40 SMA Paku Bahagia 1 10
32 Sri Arianto L 39 SMA Tj. Siporkis Makmur 2 15
33 Hartono L 41 SMA Tj. Siporkis Makmur 2.5 15
34 Purnaji L 46 SMA Tj. Siporkis Makmur 3 17
35 Eko Wahyudi L 36 SMP Tj. Siporkis Makmur 2 10
36 Sopian L 45 SMA Tj. Siporkis Makmur 4 10
70
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. VARIABEL X1
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 JUMLAH
P1 Pearson Correlation 1 ,662** ,596
** ,000 ,727
** -,010 ,848
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,006 1,000 ,000 ,966 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation ,662** 1 ,562
** -,255 ,927
** -,010 ,908
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,010 ,278 ,000 ,968 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation ,596** ,562
** 1 -,301 ,680
** -,394 ,796
**
Sig. (2-tailed) ,006 ,010 ,197 ,001 ,086 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation ,000 -,255 -,301 1 -,067 ,000 ,053
Sig. (2-tailed) 1,000 ,278 ,197 ,779 1,000 ,823
N 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation ,727** ,927
** ,680
** -,067 1 -,061 ,955
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,779 ,798 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson Correlation -,010 -,010 -,394 ,000 -,061 1 -,207
Sig. (2-tailed) ,966 ,968 ,086 1,000 ,798 ,381
N 20 20 20 20 20 20 20
JUMLAH Pearson Correlation ,848** ,908
** ,796
** ,053 ,955
** -,207 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,823 ,000 ,381 N 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,901 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P1 7,70 7,063 ,733 ,889 P2 7,65 6,239 ,820 ,858 P3 7,65 7,608 ,664 ,911 P4 7,60 6,147 ,913 ,821
71
2. VARIABEL X2
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 JUMLAH
P1 Pearson Correlation 1 -,469* ,280 ,088 ,263 ,229 ,498
*
Sig. (2-tailed) ,037 ,232 ,713 ,262 ,330 ,025
N 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation -,469* 1 ,095 -,307 -,089 -,073 ,128
Sig. (2-tailed) ,037 ,690 ,188 ,710 ,759 ,591
N 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation ,280 ,095 1 -,265 ,082 ,308 ,589**
Sig. (2-tailed) ,232 ,690 ,259 ,733 ,187 ,006
N 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation ,088 -,307 -,265 1 ,092 -,249 ,067
Sig. (2-tailed) ,713 ,188 ,259 ,699 ,290 ,780
N 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation ,263 -,089 ,082 ,092 1 ,478* ,677
**
Sig. (2-tailed) ,262 ,710 ,733 ,699 ,033 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson Correlation ,229 -,073 ,308 -,249 ,478* 1 ,663
**
Sig. (2-tailed) ,330 ,759 ,187 ,290 ,033 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20
JUM
LAH
Pearson Correlation ,498* ,128 ,589
** ,067 ,677
** ,663
** 1
Sig. (2-tailed) ,025 ,591 ,006 ,780 ,001 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,602 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 8,00 3,263 ,353 ,554
P3 7,85 3,397 ,306 ,588
P5 7,70 3,274 ,388 ,528
P6 7,80 2,800 ,489 ,443
72
3. VARIABEL X3
Correlations
P1 P2 P3 JUMLAH
P1 Pearson Correlation 1 ,861** ,434 ,909
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,056 ,000
N 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation ,861** 1 ,468
* ,922
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,037 ,000
N 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation ,434 ,468* 1 ,723
**
Sig. (2-tailed) ,056 ,037 ,000
N 20 20 20 20
JUMLAH Pearson Correlation ,909** ,922
** ,723
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 N 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,816 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
P1 5,30 2,853 ,771 ,635 P2 5,20 2,800 ,800 ,602 P3 5,10 4,095 ,468 ,925
4. VARIABEL X4
Correlations
P1 P2 P3 JUMLAH
P1 Pearson Correlation 1 -,018 ,480* ,843
**
Sig. (2-tailed) ,940 ,032 ,000
N 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation -,018 1 -,191 ,442
Sig. (2-tailed) ,940 ,420 ,051
N 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation ,480* -,191 1 ,876
**
Sig. (2-tailed) ,032 ,420 ,000
N 20 20 20 20
JUMLAH Pearson Correlation ,843** ,442 ,876
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,051 ,000 N 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
73
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,646 2
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 2,20 ,905 ,480 .a
P2 2,90 ,726 ,480 .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items.
This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
5. VARIABEL X5
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 JUMLAH
P1 Pearson Correlation
1 ,305 ,334 1,000** ,735
** ,404 -,417 ,018 ,080 ,774
**
Sig. (2-tailed) ,191 ,150 ,000 ,000 ,077 ,067 ,942 ,738 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation
,305 1 ,199 ,305 ,234 ,404 -,126 ,228 ,080 ,567**
Sig. (2-tailed) ,191 ,400 ,191 ,320 ,077 ,596 ,335 ,738 ,009
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation
,334 ,199 1 ,334 ,478* ,833
*
*
,229 -,107 -,150 ,690**
Sig. (2-tailed) ,150 ,400 ,150 ,033 ,000 ,331 ,653 ,527 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation
1,000
**
,305 ,334 1 ,735** ,404 -,417 ,018 ,080 ,774
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,191 ,150 ,000 ,077 ,067 ,942 ,738 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation
,735*
*
,234 ,478* ,735
** 1 ,429 -,432 -,213 ,119 ,709
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,320 ,033 ,000 ,059 ,057 ,368 ,617 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson Correlation
,404 ,404 ,833** ,404 ,429 1 ,187 -,196 ,098 ,763
**
Sig. (2-tailed) ,077 ,077 ,000 ,077 ,059 ,429 ,409 ,681 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson Correlation
-,417 -,126 ,229 -,417 -,432 ,187 1 ,132 -,348 -,088
Sig. (2-tailed) ,067 ,596 ,331 ,067 ,057 ,429 ,579 ,132 ,712
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P8 Pearson Correlation
,018 ,228 -,107 ,018 -,213 -,196 ,132 1 ,019 ,188
Sig. (2-tailed) ,942 ,335 ,653 ,942 ,368 ,409 ,579 ,937 ,428
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
74
P9 Pearson Correlation
,080 ,080 -,150 ,080 ,119 ,098 -,348 ,019 1 ,201
Sig. (2-tailed) ,738 ,738 ,527 ,738 ,617 ,681 ,132 ,937 ,396
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
JUMLAH Pearson Correlation
,774*
*
,567** ,690
** ,774
** ,709
** ,763
*
*
-,088 ,188 ,201 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,009 ,001 ,000 ,000 ,000 ,712 ,428 ,396 N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,843 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 10,25 10,829 ,751 ,793
P2 10,25 12,829 ,352 ,865
P3 10,25 11,145 ,563 ,830
P4 10,25 10,829 ,751 ,793
P5 10,05 10,050 ,696 ,803
P6 10,45 11,313 ,661 ,811
6. VARIABEL X6
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 JUMLAH
P1 Pearson Correlation 1 ,377 ,783** -,037 -,068 ,713
**
Sig. (2-tailed) ,102 ,000 ,878 ,775 ,000
N 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation ,377 1 ,464* ,474
* ,054 ,693
**
Sig. (2-tailed) ,102 ,039 ,035 ,821 ,001
N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation ,783** ,464
* 1 ,283 ,025 ,841
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,039 ,226 ,916 ,000
N 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation -,037 ,474* ,283 1 ,363 ,600
**
Sig. (2-tailed) ,878 ,035 ,226 ,115 ,005
N 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation -,068 ,054 ,025 ,363 1 ,360
Sig. (2-tailed) ,775 ,821 ,916 ,115 ,119
N 20 20 20 20 20 20
JUMLAH Pearson Correlation ,713** ,693
** ,841
** ,600
** ,360 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,005 ,119
75
N 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,689 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 8,25 2,408 ,476 ,643
P2 7,75 3,355 ,577 ,602
P3 8,10 2,411 ,768 ,422
P4 8,30 3,484 ,222 ,773
7. VARIABEL Y
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 JUMLAH
P1 Pearson Correlation
1 ,139 ,251 ,351 ,431 -,113 ,103 ,499*
Sig. (2-tailed) ,560 ,285 ,129 ,058 ,635 ,666 ,025
N 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation
,139 1 ,453* -,097 ,082 ,163 ,124 ,470
*
Sig. (2-tailed) ,560 ,045 ,683 ,732 ,492 ,604 ,037
N 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation
,251 ,453* 1 ,143 ,176 ,185 -,098 ,529
*
Sig. (2-tailed) ,285 ,045 ,547 ,458 ,435 ,681 ,017
N 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation
,351 -,097 ,143 1 ,530* ,040 ,427 ,613
**
Sig. (2-tailed) ,129 ,683 ,547 ,016 ,868 ,060 ,004
N 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation
,431 ,082 ,176 ,530* 1 -,033 ,571
** ,714
**
Sig. (2-tailed) ,058 ,732 ,458 ,016 ,889 ,009 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson Correlation
-,113 ,163 ,185 ,040 -,033 1 ,252 ,437
Sig. (2-tailed) ,635 ,492 ,435 ,868 ,889 ,283 ,054
N 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson Correlation
,103 ,124 -,098 ,427 ,571** ,252 1 ,617
**
Sig. (2-tailed) ,666 ,604 ,681 ,060 ,009 ,283 ,004
76
N 20 20 20 20 20 20 20 20
JUMLAH
Pearson Correlation
,499* ,470
* ,529
* ,613
** ,714
** ,437 ,617
** 1
Sig. (2-tailed) ,025 ,037 ,017 ,004 ,000 ,054 ,004 N 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,654 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1 14,35 5,082 ,428 ,605
P2 14,55 5,208 ,191 ,681
P3 14,45 5,103 ,295 ,641
P4 14,70 4,432 ,440 ,589
P5 15,00 3,579 ,596 ,513
P7 14,70 4,958 ,407 ,606
77
Lampiran 4. Tabulasi Kuesioner
No
Responden
Variabel 1 Variabel 2
P1 P2 P3 P4 Total P1 P2 P3 P4 Total
1 1 4 3 4 12 2 3 3 3 11
2 1 3 4 3 11 2 4 4 3 13
3 1 3 4 3 11 3 3 4 3 13
4 1 3 3 4 11 1 2 2 3 8
5 1 4 4 4 13 1 3 3 3 10
6 1 4 3 4 12 1 3 3 3 10
7 1 4 4 4 13 1 3 3 3 10
8 1 3 3 3 10 2 3 3 3 11
9 1 3 4 3 11 1 2 3 3 9
10 1 3 3 4 11 1 3 3 3 10
11 1 3 3 3 10 1 3 3 3 10
12 1 3 4 3 11 2 3 3 3 11
13 1 3 4 3 11 2 3 3 4 12
14 1 4 3 4 12 2 2 3 3 10
15 1 3 4 3 11 2 3 3 3 11
16 1 3 4 4 12 2 3 3 3 11
17 1 4 3 4 12 2 4 3 3 12
18 1 3 4 3 11 2 3 4 3 12
19 1 2 4 4 11 2 3 4 3 12
20 1 4 3 3 11 2 3 3 3 11
21 1 3 3 4 11 2 3 3 3 11
22 1 4 4 4 13 1 4 4 4 13
23 1 4 3 4 12 1 3 3 3 10
24 1 3 4 4 12 2 3 3 3 11
25 1 3 4 3 11 1 2 3 4 10
26 1 3 3 3 10 1 2 3 2 8
27 1 3 4 3 11 4 4 4 4 16
28 1 4 3 4 12 2 3 3 3 11
29 1 4 4 3 12 3 3 4 3 13
30 1 3 4 4 12 2 4 4 4 14
31 1 4 4 3 12 1 3 4 3 11
32 1 3 3 3 10 1 3 3 3 10
33 1 4 4 4 13 1 2 3 3 9
34 1 3 2 3 9 3 3 3 4 13
35 1 4 4 4 13 1 2 3 3 9
36 1 3 2 4 10 4 3 3 3 13
78
No
Responden
Variabel 3 Variabel 4
P1 P2 P3 Total P1 P2 Total
1 2 3 4 9 3 4 7
2 2 4 4 10 4 3 7
3 2 4 4 10 3 4 7
4 2 4 3 9 4 3 7
5 2 3 4 9 3 4 7
6 2 3 4 9 4 4 8
7 3 4 4 11 4 4 8
8 4 3 4 11 4 3 7
9 4 4 4 12 3 4 7
10 3 4 3 10 4 3 7
11 3 3 4 10 4 4 8
12 4 4 4 12 4 3 7
13 3 4 3 10 4 3 7
14 3 4 4 11 4 2 6
15 4 4 4 12 4 4 8
16 4 3 4 11 4 4 8
17 3 4 4 11 4 4 8
18 3 4 3 10 4 3 7
19 4 3 4 11 3 4 7
20 3 3 4 10 4 2 6
21 4 3 4 11 4 3 7
22 2 3 4 9 3 3 6
23 1 4 4 9 3 2 5
24 3 4 4 11 3 4 7
25 1 4 4 9 4 3 7
26 1 3 4 8 3 4 7
27 2 4 4 10 4 4 8
28 2 3 4 9 3 4 7
29 3 4 4 11 3 4 7
30 4 4 3 11 4 3 7
31 2 4 4 10 4 4 8
32 4 4 3 11 4 3 7
33 2 3 4 9 4 3 7
34 3 4 3 10 3 4 7
35 3 4 3 10 4 4 8
36 3 4 4 11 4 4 8
79
No
Responden
Variabel 5 Variabel 6
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total P1 P2 P3 P4 Total
1 4 3 3 3 3 2 18 3 2 3 2 10
2 3 3 3 3 2 1 15 3 2 3 2 10
3 4 4 3 4 2 2 19 3 3 3 3 12
4 3 3 3 3 2 1 15 3 4 4 2 13
5 3 3 3 3 2 1 15 3 3 4 2 12
6 3 4 4 3 2 2 18 4 4 4 2 14
7 3 3 3 4 2 2 17 4 3 4 2 13
8 4 3 3 3 2 1 16 3 2 4 3 12
9 3 4 3 3 1 2 16 4 3 3 3 13
10 4 3 3 3 2 2 17 4 2 2 2 10
11 3 4 3 3 2 1 16 3 2 3 2 10
12 4 3 4 3 2 2 18 4 2 3 2 11
13 3 3 3 3 1 1 14 4 1 3 3 11
14 3 4 3 3 2 2 17 3 2 3 2 10
15 3 3 3 4 2 1 16 4 1 3 2 10
16 3 3 3 3 2 2 16 4 2 2 2 10
17 4 4 3 3 2 2 18 3 2 4 2 11
18 4 3 3 3 2 1 16 3 2 4 3 12
19 3 3 3 3 2 2 16 4 2 4 2 12
20 4 3 4 3 2 1 17 3 2 4 3 12
21 3 3 4 3 2 1 16 4 2 3 2 11
22 3 3 3 3 2 2 16 4 4 4 2 14
23 3 3 3 3 3 1 16 4 2 4 2 12
24 4 4 3 4 2 2 19 3 4 4 2 13
25 3 3 3 3 2 2 16 4 2 3 3 12
26 4 4 3 4 2 1 18 3 3 3 1 10
27 3 3 3 3 3 1 16 4 4 4 2 14
28 3 3 3 3 2 1 15 4 2 4 2 12
29 4 3 4 3 3 1 18 3 3 3 2 11
30 3 4 3 3 2 2 17 4 2 3 1 10
31 3 3 4 3 2 2 17 4 2 3 3 12
32 4 3 3 3 2 1 16 4 2 4 3 13
33 4 3 4 3 2 2 18 4 2 4 2 12
34 4 3 3 3 1 2 16 4 2 4 2 12
35 4 3 3 3 2 1 16 2 2 4 2 10
36 4 3 4 3 2 2 18 2 3 3 2 10
80
No
Responden
Variabel Y
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Total
1 4 3 3 3 3 4 20
2 3 2 4 3 3 3 18
3 4 3 3 3 3 3 19
4 3 2 3 3 3 3 17
5 3 3 3 3 3 3 18
6 3 2 3 3 3 3 17
7 3 3 3 4 3 3 19
8 4 2 3 3 3 3 18
9 3 3 3 3 3 3 18
10 3 3 3 3 4 3 19
11 3 2 3 3 3 3 17
12 3 3 3 4 3 3 19
13 3 2 3 3 3 3 17
14 3 3 4 3 3 4 20
15 3 3 3 3 3 3 18
16 3 2 3 4 3 3 18
17 4 3 3 3 3 4 20
18 3 2 3 3 3 3 17
19 3 3 3 3 3 3 18
20 3 3 3 3 3 3 18
21 4 2 3 3 3 3 18
22 3 3 2 3 3 3 17
23 3 3 3 3 3 3 18
24 3 2 2 3 3 4 17
25 3 2 3 3 3 3 17
26 4 3 3 3 3 3 19
27 3 3 3 3 3 3 18
28 3 3 3 3 3 3 18
29 3 2 3 3 3 3 17
30 3 3 3 2 3 3 17
31 3 3 3 3 3 4 19
32 4 2 3 3 3 3 18
33 3 3 3 2 3 3 17
34 3 3 3 3 3 3 18
35 3 2 3 3 3 3 17
36 3 3 3 3 3 3 18
81
Lampiran 5. Hasil Correlations
Correlations
PENDIDIKAN
NONFORMAL PENGALAMAN PENDAPATAN
LUAS
LAHAN
PERSEPSI
PETANI
PERAN
PENYULUH MOTIVASI
Spearman's
rho
PENDIDIKAN
NONFORMAL
Correlation
Coefficient
1,000 -,088 -,314 ,288 ,138 ,120 -,081
Sig. (2-tailed) . ,611 ,062 ,088 ,422 ,487 ,637
N 36 36 36 36 36 36 36
PENGALAMAN Correlation
Coefficient
-,088 1,000 ,177 -,170 ,108 -,054 ,041
Sig. (2-tailed) ,611 . ,303 ,323 ,529 ,753 ,811
N 36 36 36 36 36 36 36
PENDAPATAN Correlation
Coefficient
-,314 ,177 1,000 ,100 ,024 -,215 ,163
Sig. (2-tailed) ,062 ,303 . ,562 ,891 ,207 ,344
N 36 36 36 36 36 36 36
LUAS LAHAN Correlation
Coefficient
,288 -,170 ,100 1,000 ,177 ,179 -,031
Sig. (2-tailed) ,088 ,323 ,562 . ,303 ,297 ,860
N 36 36 36 36 36 36 36
PERSEPSI
PETANI
Correlation
Coefficient
,138 ,108 ,024 ,177 1,000 -,102 ,348*
Sig. (2-tailed) ,422 ,529 ,891 ,303 . ,556 ,037
N 36 36 36 36 36 36 36
PERAN
PENYULUH
Correlation
Coefficient
,120 -,054 -,215 ,179 -,102 1,000 -,355*
Sig. (2-tailed) ,487 ,753 ,207 ,297 ,556 . ,033
N 36 36 36 36 36 36 36
82
MOTIVASI Correlation
Coefficient
-,081 ,041 ,163 -,031 ,348* -,355
* 1,000
Sig. (2-tailed) ,637 ,811 ,344 ,860 ,037 ,033 .
N 36 36 36 36 36 36 36
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
83
top related