referat kulit tinea capitis
Post on 30-Dec-2015
265 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REFERAT
TINEA CAPITIS
Disusun oleh :
Wienda Dida Prahandani G1A212018
Syaziliasnur Qudrat G1A212052
Ajeng Trilakson G1A212053
Famila G4A013026
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TINEA CAPITIS
Diajukan untuk memenuhi syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Telah disetujui dan dipresentasikan
Pada tanggal Oktober 2013
Disusun oleh :
Wienda Dida Prihandani G1A212018
Syaziliasnur Qudrat G1A212052
Ajeng Trilaksono G1A212053
Famila G4A013026
Purwokerto, Oktober 2013
Dokter Pembimbing,
d r. Ismiralda Oke P , Sp.KK
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada karakteristik dari
host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait secara taksonomi. Kemampuan
mereka untuk membentuk lampiran molekul kertatin dan menggunakannya sebagai sumber
nutrisi memungkinkan mereka untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk ke dalam
stratum korneum dan epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial
yang disebabkan oleh dermatofit yang disebut dermatofitosis dimana dermatimicosis
mengacu pada infeksi jamur.
Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat dan pola
infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali menyerang
manusia,biasanya melalui kontak langsung dengan tanah. Tinea kapitis adalah kelainan kulit
yang disebabkan oleh jamur dermatofit.
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans adalah
infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies Microsporum dan
Trichophyton.1 Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama
ringan sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama
dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi
kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan alopesia
permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang disebabkan
oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat.
2.2 Sinonim
Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans
2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan Microsporum,
misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii, M. canis, M.ferrugineum.
Di Indonesia penyebab terbanyak adalah M. canis dan T. tonsurans.
Tabel 1. Taksonomi Trichophyton tonsurans:
Trichophyton tonsurans dapat menyerang beberapa bagian tubuh manusia terutama
pada bagian kulit kepala dan rambut. Berbentuk pensil dengan ujung-ujung yang tumpul dan
berdinding halus. Tiap-tiap spesies berbeda dalam morfologi dan pigmentasinya.
Kingdom Fungi
Filum Ascomycota
Kelas Euscomycetes
Ordo Onygenales
Famili Arthrodermataceae
Genus Trichophyton
Spesies Trichophyton tonsurans
Tricophyton Tonsurans memperbanyak diri dengan membelah, biasanya banyak juga
cepat, dan memungkinkan untuk menghasilkan cabang-cabang yang pendek. Koloninya biasa
dalam bentuk serbuk.
2.4 Epidemiologi
Di Amerika Serikat dan daerah lain di dunia, insidensi tinea capitis meningkat. Di
Afrika dan Amerika kejadian puncak dilaporkan terjadi pada anak usia sekolah. 92,5%
dermatofitosis pada anak-anak muda dari usia 10 tahun. Rentang usia tinea kapitis yaitu
antara 3-7 tahun. Tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan, terutama pada
anak-anak keturunan Afro-Karibia, di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan. Di Asia Tenggara, tingkat infeksi telah dilaporkan telah menurun secara dramatis
dari 14% (rata-rata anak-anak laki-laki dan perempuan) menjadi 1,2% dalam 50 tahun
terakhir karena peningkatan kondisi sanitasi umum dan kebersihan pribadi.
Angka kejadian tinea kapitis mungkin berbeda menurut jenis kelamin. Mikrosporum
audouinii telah dilaporkan hingga 5 kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada
anak perempuan. Setelah pubertas, sebaliknya pada perempuan lebih banyak mungkin karena
perempuan memiliki eksposur yang lebih besar untuk anak yang terinfeksi dan mungkin
karena faktor hormonal. Pada infeksi oleh M canis rationya bervariasi, tetapi tingkat infeksi
biasanya lebih tinggi pada anak laki-laki. Infeksi Trichophyton pada anak perempuan dan
laki-laki mempunyai ratio yang sama; tetapi pada orang dewasa, wanita lebih sering
terinfeksi daripada pria. Tinea kapitis lebih banyak pada ras kulit hitam dibandingkan kulit
putih. Kasus-kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari
anak anjing dan anak kucing.
2.5 Patogenesis
Infeksi dimulai pada kulit kepala, yang selanjutnya dermatofita tumbuh kebawah
mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut berlangsung tepat diatas akar
rambut. Jamurnya akan terus tumbuh kebawah pada batang rambut yang tumbuh keatas.
Sebagian memasuki batang rambut (endodotrix), yang dapat membuat rambut mudah patah
didalam atau pada permukaan folikel rambut.
Berdasarkan patogenesisnya tinea kapitis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lesi non inflamasi; disebabkan invasi jamur ke batang rambut terutama oleh
M.audouini dan penularan dari anak ke anak melalui alat cukur rambut, penggunaan
topi dan sisir yang sama. M.canis dapat ditularkan melalui hewan peliharaan ke anak,
dan anak-anak.
2. Lesi inflamasi; disebabkan oleh T. tonsurans, M. canis, T. verrucosum , dan lain-lain.
Spora masuk melalui celah di batang rambut atau kulit kepala sehingga menyebabkan
infeksi klinis. Trauma di kulit kepala juga membantu inokulasi. Dermatofit awalnya
menyerang stratum korneum kulit kepala, yang dapat diikuti oleh infeksi rambut.
Menyebar ke folikel rambut lain kemudian terjadi infeksi regresi dengan atau tanpa
respon peradangan. Gejala klinis bervariasi sesuai dengan jenis invasi rambut, imun
tubuh, dan tingkat respons inflamasi. Berdasarkan invasinya infeksi jamur dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Endothrix; infeksi di dalam batang rambut tanpa merusak kutikula, biasanya oleh
Trchophyton spp yang ditandai dengan adanya rantai spora yang besar.
b. Exothrix; infeksi terjadi di batang rambut luar dan menyebabkan kerusakan
kutikula. Biasanya disebabkan oleh Microsporum spp.
2.6 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis tergantung etiologinya:
1. Bentuk Non- inflamasi
Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, Microsporum audouinii di Amerika
dan Eropa namun sekarang jarang atau Microsporum ferrugineum di Asia. Lesi mula-
mula berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang meluas
sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi
peradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah menjadi abu-abu
dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah beberapa milimeter diatas kepala.
Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah
oksiput atau leher belakang. Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi
Microsporum. Ini berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan
komposisi sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan
asam lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar.
2. Bentuk inflamasi
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (Microsporum canis) atau geofilik
(Microsporum gypseum). Peradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion
yaitu pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-
lubang folikular yang mengandung pus. Inflamasi seperti ini sering menimbulkan
alopesia yang sikatrik. Lesi peradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati
servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.
3. Tinea Kapitis black dot
Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu Trichophyton
onsurans atau Trichophyton violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada
kerontokan rambut maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga
membentuk gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi
peradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti
furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal dengan
batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut-rambut normal
biasanya masih ada dalam alopesianya.
Referensi lain menyebutkan di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai tiga bentuk
yang jelas:
1) Grey patch ringworm
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
Microsporum dan sering ditemukan pada anak - anak. Penyakit mulai dengan papul
merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang
menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi
abu - abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang
oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat - tempat ini terlihat
sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam klinik tidak menunjukkan batas - batas
daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat
flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas - batas grey
tersebut. Pada kasus - kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak
membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii
biasanya disertai tanda peradangan ringan, jarang dapat terbentuk kerion.
Gambar 1. Grey Patch Ringworm
2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan
yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila
penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini
lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum.
Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap,
parut yang menonjol kadang - kadang dapat terbentuk.
Gambar 2. Severe Inflammatory kerion on scalp
3. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai
kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah,
tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut
ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, ujung rambut yang patah kalau tumbuh
kadang - kadang masuk ke bawah permukaan kulit.
Gambar 3. Black dot ringworm
2.7 Diagnosis Banding
1) Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan peradangan minimal:
a. Dermatitis seboroik
Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah pubertas
yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak eritema dengan
skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena biasanya difus, tidak
setempat. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya di kepala, leher dan daerah-
daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah
kepala, alis mata, bulu mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien
penyakit saraf atau immunodefisiensi.
b. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan skuama
kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan rambut, bila ada
biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang gatal. Disertai lesi
dermatitis atopik di daerah lain.
c. Psoriasis
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas jelas dan
berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambutrambut tidak patah.
Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya menyeluruh dalam
kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi
pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi psoriasis anak
terjadipada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis psoriasis.
d. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos) merupakan tumpukan skuama dalam masa
yang kusut. Dermatitis kepala lokalisata yang non infeksius yang tidak diketahui
sebabnya. Skuama yang putih tebal melekat sering dijumpai mengikat batang rambut
proksimal. Kepala dapat tampak beradang. Rontok rambut sementara dapat terjadi
dengan pelepasan manual skuama yang melekat. Kelainan kulit dilain tempat yang
menyertai biasanya tidak ada, namun dapat mempunyai penyakit yang menyertai,
yaitu Dermatitis atopik atau peradangan kulit lainnya. Ada yang menganggap sebagai
psoriasis dini.
2) Diagnosis banding tinea kapitis dengan alopesia jelas:
a. Alopesia areata
Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi
dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama dan rambut-rambut
pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.
b. Trikotilomania
Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena pencabutan
rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut berukuran macam-macam
pada daerah yang terkena. Tersering di kepala atas, daerah oksipital dan parietal yang
kontra lateral dengan tangan dominannya. Kadang-kadang ada gambaran lain dari
kelainan obsesif kompulsif misalnya menggigit-gigit kuku, menghisap ibu jari atau
ada depresi atau kecemasan. Dapat disertai efek efluvium telogen yaitu berupa
tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau rontoknya rambut meningkat
sebelum tumbuh kembali.
c. Pseudopelade
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah alopesia sikatrik
progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma klinis sebagai hasil akhir
dari satu dari banyak proses patologis yang berbeda (yang diketahui maupun yang
tidak diketahui), walaupun klinis spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai
misalkan karena likhen planus, lupus eritematus stadium lanjut.
3) Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi:
a. Pioderma bakteri
Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus pyogenes,
misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel.
b. Folliculitis decalvans
Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai sikatrik progresif.
Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.
4) Diagnosis banding alopesia sikatrik:
a. Diskoid Lupus eritematosus
Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent khas ada foliculler
plugging.
b. Liken planopilaris
Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia sikatrik.
2.8 Penegakkan Diagnosis
1) Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila pada anak-anak dan dewasa (lebih
jarang) dengan kulit kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal posterior atau
limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk pustul atau abses, Grey
patch ringworm, kerion, dissecting cellulitis atau black dot ringworm.
2) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur Microsporum canis, Microsporum
audouinii dan Microsporum ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang
oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia
memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu Microsporum Gypsium
dan spesies Trichophyton (kecuali Trichophyton schoenleinii penyebab tinea favosa
memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh
aktif di rambut yang terinfeksi.
b. Pemeriksaan sediaan KOH
Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Kasa basah digunakan
untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal
rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan
dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala harus termasuk akar
rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan
artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena
rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada
pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan
miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut
dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang
terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula
rambut.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit lama dan atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah
spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar
rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat
juga hifa pada sediaan rambut.
c. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas
kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok
rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang
dicabut langsung ke media kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media
Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol +
sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai
tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh
karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur
dematofit positif.
2.9 Terapi
1. Sistemik
Obat antijamur yang menjadi pilihan pertama dalam mengatasi tinea kapitis secara
sistemik adalah Griseofulvin yang bersifat fungistatik dengan dosis 10-25 mg/kg BB/hari
untuk anak-anak dan 500 mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 8-10 minggu
tergantung pada organisme penyebab. Selama terapi, pasien juga dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan berlemak tinggi untuk mempercepat tingkat absorbsi obat
(Gunawan & Nafrialdi, 2007).
Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu (Paller & Mancini, 2006) :
a. Terbinafin
Obat ini bersifat fungisida sehigga dapat diberikan dalam waktu yang lebih singkat
yaitu selama 2-4 minggu. Dosis yang digunakan yaitu 62,5 mg/hari untuk pasien
dengan berat < 20 kg, 125 mg/hari untuk pasien dengan berat 20-40 kg dan 250 mg/hari
untuk pasien dengan berat > 40 kg.
b. Ketokonazol
Obat ini dapat diberikan dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari untuk anak-anak dan 200
mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 7-14 hari. Penggunaan obat ini
terutama pada anak-anak dibatasi karena bersifat hepatotoksik.
c. Flukonazol
Obat ini cukup efektif untuk mengatasi tinea kapitis terutama pada anak-anak. Dosisnya
yaitu 3-5 mg/kg BB/hari selama 4 minggu.
Pada kasus cerion celsi, dapat diberikan obat tambahan berupa kortikosteroid yaitu
prednison dengan dosis 3x5 mg/hari atau prednisolon 3x4 mg/hari untuk mengurangi
terjadinya sikatrik, nyeri dan pembengkakan.
2. Topikal
Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian shampoo desinfektan antijamur, antara
lain yaitu (Paller & Mancini, 2006) :
a. Shampoo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru
dibilas.
b. Shampoo ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru
dibilas.
c. Shampoo povidon iodine digunakan 2 kali / minggu selama 15 menit.
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari tinea kapitis yang dapat terjadi di antaranya (Paller & Mancini, 2006) :
1. Alopesia sikatrik permanen, akibat jamur yang bersifat merusak rambut dan struktur di
sekitarnya sehingga terjadi kerusakan rambut yang parah.
2. Infeksi berulang, akibat pengobatan yang tidak adekuat.
2.11 Prognosis
Jika pengobatan telah lengkap dan penyembuhan telah tercapai, prognosis umumnya baik.
BAB III
KESIMPULAN
Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan
bermacammacam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur penyebab
dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan prevalensi penyakit.
Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat lini
pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau kalau terpaksa
dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh dengan griseofuvin, atau dapat
sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan shampo anti jamur untuk membasmi
serpihan (fomites) yang terinfeksi,mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan
pasien
Daftar Pustaka
Aktas, E., Karakuzu A., Yigit N. 2009. Etiological agents of tinea capitis in Erzurum,Turkey.
J Medical Mycology; 19: 248–52.
Djuanda A., Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi V. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gunawan G.S., Nafrialdi S.R. 2007. Farmakologi dan terapi. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI : Jakarta.
Paller A.S., Mancini A.J. 2006. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd ed. Elsivier
Saunders: Philadelphia.
Zara, I., Hawilo A, Aounallah A, Trojjet S, El Euch D, Mokni M, Osman AB. 2013.
Inflammatory tinea capitis: a 12-year study and a review of the literature. Mycoses; 56:
110–6.
top related