props jigsaw desi elwina
Post on 15-Jun-2015
1.970 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHANDI KELAS VIII SEMESTER II SMPN-2 SABANGAU
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
DESI ELWINAACD 104 053
UNIVERSITAS PALANGKARAYAFAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses
pembelajaran adalah dengan cara mengefektifkan penggunaan metodologi
pengajaran untuk menghasilkan interaksi yang baik selama proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran adanya interaksi semua komponen yang saling
berhubungan antar satu dengan yang lainnya, sehingga suatu proses pembelajaran
yang dikelola dengan baik tentu akan menghasilkan hasil yang baik pula. Komponen
yang termasuk dalam proses pembelajaran meliputi indikator yang ingin dicapai,
materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat
ukur tercapai tidaknya indikator pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar yang
optimal, seorang guru diharapkan mampu menggunakan berbagai metode dan
strategi belajar yang baik serta sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan
pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap
ilmiah. Pembelajaran biologi lebih menekankan pada pendekatan keterampilan
proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun materi-materi, teori dan
sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas
maupun produk pendidikan. Pembelajaran biologi selama ini lebih banyak
menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja, sehingga pengetahuan yang diperoleh
siswa cepat dilupakan oleh siswa, (Baskoro, 2006). Oleh karena itu, perlu
2
dikembangkan metode atau strategi pembelajaran biologi yang dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan
ide-ide mereka karena keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar
merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru mata
pelajaran biologi kelas VIII di SMPN-2 Sabangau pada bulan Juni 2008, guru
bersangkutan memutuskan tentang kesulitan dalam memberikan materi struktur dan
fungsi jaringan tumbuhan. Hal ini dikarenakan masih sulitnya materi tersebut
dipahami oleh siswa dan masih rendahnya daya serap (penguasaan) siswa dalam
memahami materi tersebut sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Pada materi stuktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa dituntut untuk mengenal
struktur morfologi dan struktur anatomi tumbuhan serta mengetahui fungsi-
fungsinya, sehingga untuk memahami materi tersebut perlu dilakukan belajar
berkelompok yang dibimbing oleh guru agar siswa mampu bekerjasama dan terlibat
aktif dengan sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan
materi pembelajaran. Sebenarnya guru biologi sudah menerapkan pembelajaran
secara diskusi kelompok untuk menyampaikan materi biologi, namun dalam
prosesnya kegiatan kelompok tersebut biasanya hanya didominasi oleh siswa yang
pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah, kurang berperan dalam
mengerjakan tugas kelompok.
Model pembelajaran yang bersifat kerja kelompok dan mendorong siswa
dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh
sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok selama proses pembelajaran
3
adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim (2000) pembelajaran
kooperatif adalah suatu kelompok pembelajaran yang mendorong siswa bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang sama. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Handayani
(2007) bahwa pada saat menyelesaikan tugas, anggota kelompok saling bekerjasama
dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah diantaranya adalah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
yang menekankan kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan
masalah atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Ibrahim, 2000). Guru
membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4-6 orang
siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru dengan sebaik-
baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap
subtopik yang sama membentuk kelompok lagi untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: 1) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; 2)
merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula, setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok masing-
masing sebagai ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya di kelompok asal, anggota kelompok ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga dari proses pembelajaran ini,
seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap
4
materi yang dipelajari memiliki kecenderungan lebih tinggi agar dapat menjelaskan
kembali kepada anggota kelompok asalnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka diperlukan
upaya nyata untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar biologi khususnya
pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang bercirikan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada SMPN-2 Sabangau. Sehingga penelitian
ini diberi judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan di Kelas VIII Semester II SMPN-2 Sabangau.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Guru diharapkan mampu menggunakan berbagai metode atau strategi belajar
yang baik yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk mencapai hasil
belajar yang optimal.
2) Faktor penyebab sulitnya pemahaman materi oleh siswa SMPN 2 Sabangau,
yaitu tidak terlibatnya siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan dengan sikap yang kurang antusias dari siswa ketika pembelajaran
berlangsung.
3) Upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah untuk melatih siswa agar dapat
bekerjasama dalam kelompok serta menguasai dan memahami materi dengan
baik.
5
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terarah maka perlu diberikan batasan-batasan
mengenai masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1). Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah kooperatif tipe jigsaw.
2). Materi yang diberikan dalam penelitian ini mengenai struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan pada siswa kelas VIIIa semester II SMPN-2 Sabangau tahun
ajaran 2008/2009.
3). Hasil belajar siswa yang diteliti yaitu aktivitas siswa dan hasil belajar pada
aspek kognitif.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka rumusan
masalah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1). Bagaimana pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam membantu
siswa Kelas VIIIa SMPN Sabangau memahami materi struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan?
2). Bagaimana aktivitas siswa Kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau selama penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
3). Bagaimana respon guru dan siswa Kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
6
4). Bagaimana hasil belajar biologi siswa kelas VIIIa semester II SMPN-2
Sabangau setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi
struktur dan fungsi jaringan tumbuhan?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1). Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran biologi
yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk membantu siswa
memahami materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas VIIIa
semester II SMPN 2 Sabangau.
2). Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas VIIIa
semester II SMPN 2 Sabangau.
3). Mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
4). Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan.
1.6 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu memperbaiki
proses pembelajaran biologi di dalam kelas sehingga akan meningkatkan hasil
7
belajar siswa kelas VIIIa semester II SMPN 2 Sabangau Tahun ajaran 2008/2009
pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
1.7 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1). Memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah.
2). Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran serta
dapat menggunakannya pada materi yang sesuai.
3). Meningkatkan keterlibatan/partisipasi siswa agar lebih aktif dalam proses
belajar mengajar.
4) Sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan pembelajaran Biologi
Belajar diartikan sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan diri individu dan merupakan suatu perubahan yang kompleks, karena
adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya (Usman, 1995). Perubahan diri dalam hal ini adalah perubahan yang
terjadi dalam diri siswa sebagai hasil belajar pada aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Menurut Wittrock (Pannen, 2001:), proses belajar seseorang
dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (intention). Selain itu faktor penting
dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian proses belajar tidak
akan pernah terjadi. Dengan demikian, keberhasilan dalam proses belajar mengarah
pada perubahan diri siswa dengan fokus pada materi pelajaran yang diberikan
sehingga diperoleh suatu pemahaman materi yang baik.
Kegiatan belajar yang dilakukan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
mengajar. Mengajar adalah kegiatan penyampaian materi oleh pengajar kepada
pihak yang belajar. Menurut Sudjana (1989) mengajar adalah membimbing kegiatan
siswa belajar, mengatur dan mengorganisasi lingkugan yang ada disekitar siswa
untuk melakuan kegiatan belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru
9
dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga
hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang
ada di luar kelas.
Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja
siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 1998). Sebagai
suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut proses belajar terhenti untuk sementara
dan terjadilah penilaian. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan
belajar adalah guru sebagai pemegang kunci pembelajaran yang menyusun desain
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar (Dimyati &
Mudjiono, 2002:250). Kegiatan pemberian nilai/penilaian hendaknya merupakan
bagian integral dari proses belajar mengajar (Purwanto, 1990:74). Ini berarti bahwa
tujuan penilaian disamping untuk mengetahui kemampuan belajar serta penguasaan
siswa terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai feedback (umpan balik),
baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. Sehingga dari hasil tes,
guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya
guru dapat melakukan koreksi maupun reinformance terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan.
Pembelajaran pada materi biologi yang lebih menekankan pada pendekatan
keterampilan proses, guru biologi tentunya harus mampu dan mahir menggunakan
model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan karena
tujuan pembelajaran biologi ialah agar siswa mampu melakukan pengamatan dan
10
diskusi untuk memahami materi, mampu melakukan percobaan sederhana untuk
memahami materi dan mengkomunikasikan hasil percobaan, mampu
menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan melaporkannya. Berdasarkan hal
ini, maka perlu digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
mempelajari biologi tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model cooperatif learning (Handayani, 2007). Model cooperative learning
yang sarat dengan bentuk aktifitas siswa tentunya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif pada kegiatan
pembelajaran, sehingga diharapkan siswa yang sedang belajar adalah siswa yang
sedang mengembangkan materi yang sudah dimilikinya.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu kelompok pembelajaran yang
mendorong siswa bekerjasama dengan tingkat kemampuan berbeda untuk mencapai
tujuan yang sama (Ibrahim, 2000). Pada saat menyelesaikan tugas, anggota
kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran.
Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran
(Handayani, 2007). Menurut Ibrahim (Chabibah, 2007), pembelajaran kooperatif
menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan siswa
yang berbeda, siswa belajar dan bekerjasama untuk memahami suatu bahan
pelajaran, serta tanggungjawab individu sekaligus kelompok. Dengan demikian,
dalam diri siswa tumbuh sikap dan prilaku saling ketergantungan positif serta
adanya interaksi kooperatif akan memungkinkan siswa menjadi sumber belajar bagi
11
sesamanya, sehingga kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerjasama
dan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran
kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling
berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat,
saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar,
saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti
oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal.
Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama mereka. Fase terakhir
pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok tentang apa
yang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu.
Enam tahap pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase-2Menyajikan informasi
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
12
Fase-3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase-5Evaluasi
Fase-6Memberikan penghargaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber: Ibrahim, 2000
2.2.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang menarik
kreativitas siswa sehingga keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: Hasil Belajar Akademik,
Penerimaan terhadap perbedaan, dan Pengembangan Keterampilan Sosial (Ibrahim,
2000).
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh
Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama
13
positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu
dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain (Ibrahim, 2000).
Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan
kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar
belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya
suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk
mempelajari topik mereka tersebut. Peran guru dalam diskusi tersebut adalah
memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok
ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang
didapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut
diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah
interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
14
yang diperlukan, artinya para siswa harus memiliki tanggungajawab dan kerjasama
dan saling ketergantungan yang positif untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang diberikan (Chabibah 2006). Selanjutnya, diakhir
pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas.
2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif Tipe jigsaw
Langkah pembelajaran disusun dalam dua tahap, yaitu pra-kegiatan
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pra-kegiatan pembelajaran
menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Kegiatan
pembelajaran menggambarkan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Pra-Kegiatan PembelajaranPersiapan 1) Bahan/materi2) Membagi siswa ke dalam kelompok asal3) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
SKENARIO PENGELOMPOKAN
KELOMPOK ASAL(4 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan)
KELOMPOK AHLI(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal)
15
A B CD E
A B CD E
A B CD E
A B CD E
A B CD E
A A AA A
B B BB B
D D DD D
C C CC C
E E EE E
Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim JigsawSumber : Ibrahim, 2000
Rencana kegiatan
1) Membaca: siswa membaca topik ahli dan menetapkan anggota ahli untuk
topik tertentu
2) Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam grup ahli
3) Laporan kelompok: siswa ahli kembali ke kelompoknya masing-masing
untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya kepada anggota
kelompoknya
4) Tes: siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.
5) Penghargaan kelompok
Gambar 2. Ilustrasi yang menunjukkan alur rencana kegiatan pembelajaran jigsawSumber : Pannen, 2001
16
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan digunakan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Tahap pertama adalah menyampaikan dan memotivasi siswa yaitu dengan
mengingatkan pengetahuan terdahulu dengan pengetahuan yang sekarang serta
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Tahap Kedua adalah menyampaikan informasi yang mendukung tugas belajar
kelompok melalui bahan bacaan.
3) Tahap Ketiga adalah pembentukan kelompok asal. Pada tahap ini siswa dibagi
ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok
4-6 orang yang disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian.
Penyusunan kelompok memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan dan
gender). Kemudian setiap siswa diberi soal yang berbeda dan dalam kelompok
asal ini, yang dilakukan siswa adalah menyimak materi struktur dan fungsi
jaringan tumbuhan, membaca soal dan mencoba memahami soal dengan
bimbingan guru.
4) Tahap Keempat adalah pembentukan kelompok ahli. Pada tahap ini setiap siswa
yang memiliki tugas atau materi berbeda meninggalkan kelompok asal untuk
bergabung dengan kelompok ahli yang terdiri dari siswa yang memiliki tugas
atau soal yang sama, membahas dan menyelesaikan soal tersebut.
17
Pada tahap ini juga, setelah siswa menyelesaikan tugas atau soal pada kelompok
ahli kemudian setiap siswa (ahli) kembali ke kelompok asalnya masing-masing
untuk menginformasikan hasil penyelesaian soal yang telah dibahas dalam
kelompok ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya
(presentasi) yang sesuai dengan kekhususan soal yang diperoleh masing-masing.
5) Tahap kelima adalah evaluasi. Pada tahap ini, siswa mempresentasikan hasil
diskusi mewakili keseluruhan materi yang telah diajarkan pada pertemuan
tersebut.
5) Tahap keenam adalah Penghargaan kepada kelompok.
2.3.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Anam (Sholehah, 2004) tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
yaitu :
1) Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dan membaca.
2) Mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima
informasi di antara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir.
3) Menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih
kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Anonim (Sholehah, 2004) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw antara lain:
1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
18
(1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam
memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan.
(2) Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar.
(3) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan yang
dihadapi dalam mempelajari materi
(4) Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat
terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.
2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
(1) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya
seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat
duduknya nanti akan berpindah.
(2) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran.
2.4 Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
Menurut Saktiyono (2004) dan Syamsuri (2007), Materi Struktur dan Fungsi
Jaringan Tumbuhan adalah sebagai berikut:
1) Secara morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar,
ujung akar, dan tudung akar. Secara anatomi, akar tersusun oleh tiga lapisan
jaringan pokok atau tiga sistem jaringan yaitu sistem jaringan dermal (epidermis),
sistem jaringan dasar (korteks), endodermis dan silinder pusat (stele). Fungsi akar
adalah untuk: menyerap air dan mineral; menunjang dan memperkokoh
berdirinya tumbuhan; sebagai alat pernapasan.
19
2) Berdasarkan keadaan batang, tumbuhan tingkat tinggi dapat dibagi menjadi tiga
tipe batang yaitu tipe rumput (kalmus), tipe lunak berair (herbaseus atau terna),
dan tipe berkayu (lignosus). Pada permukaan batang berkayu terdapat lentisel
yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya gas pada tumbuhan. Struktur
dalam batang hampir sama dengan struktur dalam akar. Pada ujung batang yang
sedang tumbuh, tepatnya di belakang meristem apikal, terbentuk jaringan primer.
Dari luar ke dalam, jaringan primer terdiri atas: Protoderma, Prokambium, dan
meristem Dasar. Pada tumbuhan dikotil yang hanya memiliki kambium, sehingga
dapat terjadi pertumbuhan sekunder. Akibat kegiatan kambium pada batang
dikotil terdapat batas-batas yang jelas yang disebut lingkaran tahun. Fungsi
batang adalah sebagai organ lintasan air, mineral, dan hasil fotosintesis; organ
pembentuk dan penyangga daun; tempat penyimpan makanan; alat
perkembangbiakan vegetatif.
3) Daun merupakan bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk lembaran pipih dan
berwarna hijau. Namun, adapula daun yang berbentuk jarum misalnya daun pinus
atau seperti sisik, misalnya pada kaktus. Daun lengkap mempunyai bagian-bagian
daun berupa pelepah daun atau upih daun (vaginula), tangkai daun (petiolus), dan
helaian daun (lamina). Dalam satu tangkai daun ada yang berhelaian daun satu
(daun tunggal), misalnya daun mangga dan yang lebih dari satu (daun majemuk),
misalnya daun belimbing. Daun dapat dikelompokkan berdasarkan susunan atau
struktur tertentu seperti bentuk helaian daun, bentuk ujung daun, tepi daun, dan
susunan tulang daun. Struktur anatomi atau struktur dalam daun terdiri dari
epidermis, jaringan tiang (palisade), dan jaringan bunga karang (jaringan spons).
20
Pada bagian-bagian daun, epidermis dilapisi kutikula sedangkan pada epidermis
bawah terdapat stomata. Pada jaringan tiang banyak terdapat kloroplas. Pada
jaringan bunga karang terdapat berkas pembuluh angkut yaitu xilem dan floem.
Fungsi daun adalah untuk tempat fotosintesis; traspirasi tumbuhan; alat
pernapasan; alat perkembangbiakan vegetatif contohnya pada daun cocor bebek
(Kalanchoe pinnata)
4) Bunga merupakan organ yang penting bagi tumbuhan karena di dalamnya
terdapat alat-alat perkembangbiakan. Bunga sebenarnya merupakan ujung cabang
yang berubah bentuk (mengalami modifikasi) dan tumbuh terbatas. Secara umum,
bunga yang dimiliki oleh setiap jenis tumbuhan memiliki struktur dasar yang
sama. Bagian-bagian utama pada bunga adalah kelopak bunga (calyx), mahkota
bunga (corolla), benang sari (stamen), putik (pistillum), dan bakal buah
(ovarium). Bunga yang mempunyai semua bagian tersebut dinamakan bunga
lengkap, sedangkan bunga yang tidak mempunyai satu atau lebih bagian-bagian
bunga tersebut dinamakan bunga tidak lengkap. Fungsi bunga adalah sebagai alat
perkembangbiakan generatif pada tumbuhan. Bila serbuk sari melekat di kepala
putik, maka terjadilah penyerbukan (persarian). Penyerbukan biasanya akan
diikuti oleh pembuahan. Pembuahan adalah peristiwa penyatuan sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina.
Struktur alat perkembangbiakan bunga terdiri dari benang sari dan putik. Bagian
benang sari adalah tangkai sari (filamen), kepala sari (anthera) dan serbuk sari
(polen). Benang sari merupakan penghasil serbuk sari yang menghasilkan gamet
jantan pada tumbuhan. Putik terletak dibagian pusat bunga setelah benang
21
sari. Putik merupakan organ perkembangbiakan betina karena membentuk sel
telur (ovum). Bagian-bagian penyusun putik adalah kepala putik (stigma), tangkai
putik (stilus) dan bakal buah (ovarium). Di dalam bakal buah terdapat bakal biji
(ovulum) dan di dalam bakal biji terdapat sel telur yang merupakan sel kelamin
betina.
5) Secara umum buah berkembang dari bakal buah (ovarium). Bakal buah
merupakan bagian bawah dari putik, di dalam bakal buah terdapat bakal biji. Bila
terjadi penyerbukan yang biasanya diikuti pembuahan maka bakal buah
berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Buah dapat
dibedakan menjadi tiga tipe yaitu buah tunggal contonya pada buah mangga,
jambu; buah agregat contohnya pada sirsak, srikaya; dan buah majemuk
contohnya pada nangka. Jika dilihat dari asal terbentuknya, buah dibedakan
mejadi buah sejati contohnya pada pepaya, durian; dan buah semu contohnya
pada buah jambu monyet.
Bagian-bagian buah terdiri dari kulit buah (perikarp), dan biji. Kulit buah dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu kulit buah luar (eksokarp), kulit buah tengah
(mesokarp) dan kulit buah dalam (endokarp).
Sedangkan biji terbentuk dari hasil pembuahan yang terjadi dalam bakal biji. Di
dalam bakal biji terdapat calon individu baru yang disebut embrio. Biji pada
umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kulit biji, tali pusat, dan inti
biji atau isi biji.
2.5 Penelitian-penelitian yang Relevan
22
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian
pendukung pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain menurut Yusuf
(2003) yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Putri NW
Narmada Lombok Barat, teryata 78% dari keseluruhan TPK yang diajarkan telah
tuntas dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun klasikal. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dengan baik dan meningkatkan keterampilan kooperatif siswa selama
PBM berlangsung.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayantri, (2007) menyatakan bahwa
bahwa pembelajaran biologi pada kelas I SMA yang berorientasi penggunaan
pendekatan lingkungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat
meningkatkan keterampilan guru mengelola KBM, meningkatkan kualitas
pengelolaan proses belajar mengajar oleh guru, meningkatkan kualitas interaksi
siswa dengan lingkungan belajar, dan meningkatkan prestasi belajar siswa yang
meliputi peningkatan nilai rata-rata dan meningkatkan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar. Hasil penelitian Sholelah (2004) juga menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran
biologi, aktivitas guru dan siswa, keterampilan kooperatif dan hasil belajar siswa
tentang konsep keanekaragaman tumbuhan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini adalah model siklus Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup empat komponen
di dalam satu siklus, yaitu: 1) Rencana Tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3)
Observasi/Pengamatan, dan 4) Refleksi atas tindakan. (Aqib, 2006:22). Apabila
dalam awal penelitian tindakan dbutir soalukan adanya kekurangan, maka
perencanaan dan pelaksananaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada
siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai (Wardhani, 2007).
24
4.Refleksi
2. Pelaksanaan Tindakan
3.Observasi
1. Rencana Tindakan
4.Refleksi
2.Pelaksanaan Tindakan
3.Observasi
1. Rencana Tindakan
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan KelasSumber : (Aqib, 2006)
Penyampaian informasi materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dibagi
ke dalam 2 submateri yang dilaksanakan ke dalam 2 siklus tindakan dengan
mengikuti alur pelaksanaan tindakan kelas. Siklus I: struktur dan fungsi morfologi
tumbuhan: Siklus II: struktur dan fungsi anatomi tumbuhan.
Pelaksanaaan penelitian siklus I meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
3.1.1 Perencanaan Tindakan
Pada perencanaan tindakan, setelah mendapat izin untuk mengadakan
penelitian dan memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian maka guru
(peneliti) menyusun rencana penelitian yang harus sudah dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing yang bersangkutan, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran 01 (Lampiran 5), Lembar Kerja Siswa 01 (Lampiran 7) dan Tes Hasil
Belajar Aspek Kognitif (Lampiran 10). Menyusun instrumen-instrumen berupa
lembar pengelolaan pembelajaran biologi dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, lembar pengamatan aktivitas siswa, angket respon guru dan siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada awal pertemuan di bulan Januari 2009, peneliti memberikan pretest
terhadap siswa kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau berupa soal-soal pilihan ganda
mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, Pretest ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi tersebut. Berdasarkan hasil
25
pretest, kemudian peneliti melaksanakan siklus I terhadap siswa kelas VIIIa SMPN-
2 Sabangau dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01)
yang telah disusun berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3.1.3 Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat (observer) yang
mengamati dan mencatat segala kejadian atau peristiwa yang terjadi selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Pengamat mengisi lembar pengamatan berupa
pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan aktivitas siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
3.1.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melakukan analisis, interpretasi dan
evaluasi bersama dengan pengamat sehingga dapat diketahui kekurangan dan
kelebihan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi tersebut
peneliti dapat memperkirakan tindakan (siklus) telah berhasil atau belum dengan
menggunakan kriteria bahwa hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang dikemukakan. Interpretasi
dan evaluasi ini peneliti gunakan sebagai dasar untuk melakukan bahan perbaikan
dan penyempurnaan mengajar pada siklus selanjutnya.
Pada pelaksanaan penelitian siklus II submateri struktur dan fungsi anatomi
tumbuhan diberikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Setelah seluruh siklus selesai
dilaksanakan, peneliti melakukan evaluasi seluruh tindakan yaitu: memberikan soal-
soal tes hasil belajar kognitif (post-test), membagikan angket untuk mengetahui
respon guru dan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
26
menganalisis serta merefleksi seluruh tindakan dalam proses pembelajaran untuk
menarik kesimpulan dan selanjutnya menyusun laporan hasil penelitian.
3.2 Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sabangau yang letak bangunannya
berada di Jalan Matal Kelurahan Sabaru Kecamatan Sabangau Kota Palangkaraya.
Bangunan SMPN 2 Sabangau memiliki luas tanah ± 25.000 m2 dengan panjang
200m dan lebar 125m. Bangunan ini bersebelahan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB)
2 Palangkaraya dan berada di belakang rumah pemukiman penduduk. Fasilitas dan
prasarana sekolah antara lain: ruang kelas (9 ruang), ruang Kepala Sekolah (1
ruang), ruang wakil Kepala Sekolah (1 ruang),ruang Guru (1 ruang), ruang tata
usaha (1 ruang), ruang perpustakaan (1 ruang), ruang laboratorium (1 ruang),
ruang BP/Bk (1 ruang), ruang UKS (1 ruang), ruang koperasi (1 ruang), Gudang (1
ruang), Kamar Kecil Siswa (3 Ruang) dan Kamar kecil Guru/TU (2 ruang).
Untuk lebih lengkapnya, denah sekolah dapat dilihat pada Lampiran 14.
3.3 Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan guru (peneliti) yang bertindak sebagai subjek
penelitian dan Siswa Kelas VIIIa Semester II SMPN 2 Sabangau dengan jumlah
siswa sebanyak 32 orang sebagai objek penelitian. Pada sekolah yang bersangkutan
telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh guru (peneliti) dan dua orang pengamat.
Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemberian pretest dan post-test, lembar
27
pengamatan yang diisi oleh dua orang pengamat serta angket respon yang diisi oleh
guru dan siswa. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:
3.4.1 Identifikasi Parameter pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan mulai bulan Januari-Februari 2009 oleh
peneliti dan pengamat terhadap siswa kelas VIIIa SMPN-2 Sabangau. Objek utama
penelitian adalah siswa yang memiliki pemahaman rendah mengenai materi struktur
dan fungsi jaringan tumbuhan. Adapun data yang dikumpulkan berupa hasil tes awal
dan tes akhir pada aspek kognitif, selain itu juga dikumpulkan data tentang
pengamatan pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil respon guru dan
siswa.
3.4.2 Validitas Perangkat Pembelajaran
Setelah semua perangkat selesai dibuat, selanjutnya dilakukan validasi
kepada para pakar (Lampiran 11). Para pakar menelaah untuk menguji validitas
perangkat yang telah disusun. Pendapat dan saran dari para validator digunakan
untuk memperbaiki perangkat pembelajaran. Hasil revisi perangkat selanjutnya
digunakan untuk simulasi (Tinduh, 2008:28).
3.4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1). Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran biologi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini dipergunakan untuk
mengetahui pengelolaan pembelajaran oleh guru yang menerapkan model
28
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas. Instrumen ini diisi oleh dua orang
pengamat selama mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar dari awal sampai
berakhirnya pembelajaran.
2). Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini dipergunakan untuk
mengetahui aktivitas siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Instrumen ini diisi oleh 2 orang pengamat yang mengamati dan
mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dari awal sampai berakhirnya
pembelajaran
4). Angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap
penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, diberikan dan diisi oleh guru
dan siswa setelah pertemuan berakhir.
5). Tes hasil belajar kognitif tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
untuk kelas VIIIa SMPN-2 Sabangau. Instrumen ini digunakan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian (tingkat penguasaan) hasil belajar kognitif
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3.4.4 Jenis Data
Data yang dikumpulkan berasal dari :
1). Hasil observasi pengelolaan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2). Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3). Hasil angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran koopertif tipe jigsaw.
29
4). Hasil tes awal dan tes akhir siswa kelas VIII SMPN-2 Sabangau dengan
menggunakan soal-soal tes belajar kognitif tentang struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan.
3.4.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti, guru dan siswa SMPN 2
Sabangau, serta hasil pengamatan oleh 2 orang pengamat yaitu dari Saudari
Selphiana Anitha dan Saudari Retsi Pernant.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan
masalah, adapun analisis yang dgunakan adalah:
1) Penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw menggunakan analisis deskriptif rata-rata, yaitu jumlah
skor sekeluruhan tiap kategori dibagi dengan jumlah kategori yang ada
(Koentjaraningrat, 2007).
2) Menganalisis data pengamatan aktivitas dan respons siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan analisis statistik deskriptif persentase.
Menurut Sutomo (Jayantri, 2007) rumus yang digunakan yaitu:
3) Validitas butir soal akan diperoleh dengan menghitung sensitivitas butir dari
setiap butir soal. Menurut Purwanto (1984), Indeks sensitivitas bagi
30
Keterangan :
P = Persentase tanggapan siswa
F = Frekuensi tiap aktivitas
N = Jumlah seluruh aktivitas
keberhasilan pembelajaran (sensitivity of instructional effect) (S) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
S : Indeks Sensitivitas butir soalRa : Jumlah siswa yang menjawab benar suatu butir soal sesudah proses
pembelajaranRb : Jumlah siswa yang menjawab benar suatu butir soal sebelum proses
pembelajaran.T : Jumlah siswa yang mengikuti tes.
Menurut Gronlund (Yusuf, 2003) Indeks butir yang efektif terdapat di antara
0,00 dan 1,00 dan nilai positif yang lebih besar menyatakan butir soal yang lebih
besar kepekaannya terhadap efek-efek pembelajaran. Butir soal yang mempunyai
sensitivitsas ≥ 0.40 maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek pembelajaran.
Sehingga dalam penelitian ini, butir soal yang dianggap layak digunakan untuk
menilai hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah butir soal yang mempunyai
sensitivitas ≥ 0.40.
Reliabilitas instrumen pengamatan akan dihitung dengan teknik interobserver
agreement. Menurut Borich (Yusuf, 2003) rumus yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas adalah:
Percent agreement (R) = X 100%
Keterangan:
A : Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi tinggi.
B : Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat lain dengan memberikan frekuensi rendah
31
Untuk tingkat ketercapaian (TK) atau tingkat penguasaan belajar biologi siswa
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilihat tes hasil
belajar siswa sebagai standar ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa yang
dimaksudkan adalah ketuntasan belajar secara individu dan klasikal. Berdasarkan
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) secara individu, siswa dikatakan tuntas dalam
belajar apabila siswa memperoleh nilai ≥ 60. Sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal apabila 85% dari seluruh tujuan pembelajaran khusus mencapai tuntas
belajar.
Rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan individu, adalah:
Rumus yang digunakan untuk menentukan persentase ketuntasan klasikal, adalah:
4) Respons Guru digunakan untuk mengetahui pendapat guru terhadap penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dianalisis secara deskriptif.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Baskoro. (2006). Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Berpikir Kritis Konsep Ekologi Siswa MA NW Pancor Melalui Model Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif. Pancor Selong Lombok Timur NTB
Chabibah, U. (2006). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi [Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 1 (2);24-26.
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayani, S. (2006). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Hubungan Antara Kuat Arus Dengan Beda Potensial Dan Hambatan [Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1 (2); 27-30.
Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa, University Press.
Jayantri, M. (2007). Penggunaan Pendekatan Lingkungan Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Ekosistem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xb Di SMAN 1 Bukit Batu Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya.
Koentjaraningrat. (2007). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Ilmu.
Pannen, P. (2001). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Pengembangan UT Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto, N. (1984). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
33
Saktiyono. (2004). IPA Biologi SMP dan MTs Jilid 2. Jakarta: Esis.
Sholehah, Z. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Di Kelas 1 MTs Islamiah Palangkaraya Tahun Ajaran 2004/2005. Proposal Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya.
Sudjana, N. (1998). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi, Sulastri, Priambodo. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 2A Kelas VIII Semester I. Jakarta: Erlangga.
Syamsuri, Sulisetijono, Ibrohim, Rahayu. (2007). IPA Biologi Jilid 2 Untuk Kelas VIII SMP. Jakarta: Erlangga.
Tinduh, E. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Pembelajaran Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Di Kelas XI IPA SMA Kristen Palangka Raya Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya.
Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Penyusun. (2007). Pedoman Penulisan Skripsi. Palangkaraya: FKIP, UNPAR. Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wardhani, Wihardit, Nasoetion. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
34
top related