perbedaan jigsaw
DESCRIPTION
merupakan perbedaan jigsawTRANSCRIPT
-
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN
MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN
MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII
SMP NEGERI 7 PURWODADI
SKRIPSI
Oleh
Isti Muslikhah
NPM 09320199
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMARANG
2013
-
ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN
MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN
MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII
SMP NEGERI 7 PURWODADI
Skripsi
Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh
Isti Muslikhah
NPM 09320199
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEMARANG
2013
ii
-
iii
Halaman Persetujuan
Skripsi berjudul
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN MODEL
PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN
MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII
SMP NEGERI 7 PURWODADI
Yang diajukan oleh
Isti Muslikhah
NPM 09320199
Yang disetujui dan siap untuk diujikan.
Semarang,..........2013
Pembimbing I Pembimbing II
Ary Susatyo Nugroho, M.Si Drs. Benediktus Suharno, M.Si.
NIP. 196908261994031003 NIP. 19510616 198003 1 002
iii
-
iv
Halaman Pengesahan
Skripsi Berjudul
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN
MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN
MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII
SMP NEGERI 7 PURWODADI
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Isti Muslikhah
NPM 09320199
telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
pada hari Selasa, tanggal 19 November 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Nizaruddin, M.Si Endah Rita S.D., S. Si., M.Si
NIP. 19680325 199403 1 004 NPP. 937001100
Anggota Penguji,
1. Ary Susatyo Nugroho,S.Si,M.Si ( )
NIP. 196908261 994031 003
2. Drs. Benediktus Suharno, M.Si ( )
NIP. 19510616 1980031 002
3. Prasetiyo, M. Pd ( )
NPP. 098401250
iv
-
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Pihak kampus IKIP PGRI Semarang demi menyelesaikan tugas akhir
Pembimbing I dan pembimbing II yang senantiasa membantu penyusunan
skripsi ini
Ayah, Ibu dan kakak tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
dan materi serta senantiasa mendoakan dan menyayangiku
Teman-teman baiku yang sudah bersedia menyediakan dan meminjamkan
fasilitas alat bantu demi terselesainya skripsi ini
Seluruh teman seperjuangku kelas E angkatan 2009 yang tidak pernah
kulupakan.
v
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair
Share Berbantukan LKS Bergambar Dibandingkan Model Pembelajaran Jigsaw
Untuk Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran
Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi, mulai dari persiapan sampai selesainya penelitian ini,
terutama kepada :
1. Drs. Muhdi, S.H, M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.
2. Drs. Nizaruddin, M. Si. selaku Dekan Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang.
3. Dra. Endah Rita, S.Si.,selaku ketua jurusan pendidikan
4. Ary Susatyo Nugroho, M.Si., selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Benediktus Suharno, M.Si,. selaku pembimbing II dalam penyusunan
skripsi.
6. Umi Soldiyah, S.Pd,. selaku guru mata pelajaran Biologi SMP Negeri 7
Purwodadi yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
7. Bapak, ibu dan kakak yang selalu mendoakan penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
vi
-
vii
Harapan penulis, mudah-mudahan laporan penelitian (skripsi) yang
sederhana ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi calon pendidik
atau guru-guru biologi, dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
Semarang, 2013
Isti Muslikhah
NPM : 09320199
vii
-
viii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN
MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN
MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII
SMP NEGERI 7 PURWODADI
Isti Muslikhah
Prodi Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Proses pembelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 7 Purwodadi masih berpusat
pada pengetahua guru semata, siswa hanya berperan sebagai penerima informasi
dan hanya pasif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran
monoton, dan para siswa tidak dapat saling berinteraksi dengan baik sehingga
mengakibatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya
biologi masih sangat rendah. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA biologi
maka peneliti menggunakan media lks bergambar dalam pembelajaran agar dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, mendorong siswa untuk
meningkatkan kerjasama mereka dalam menyelesaikan soal, dan siswa dapat
menemukan konsep yang bermakna pada media lks bergambar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
Think Pair Share berbantukan lks bergambar dengan pembelajaran jigsaw pada
materi Pencemaran Lingkungan kelas VII di SMP Negeri 7 Purwodadi tanggal 22
dan 25 Mei 2013. Dari delapan kelas dipilih kelas VII C sebagai kelas uji coba
sedangkan kelas VII A dan VII B sebagai kelas eksperimen I dan eksperimen II.
Pada kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan menggunakan media lks
bergambar sedangkan pada kelas eksperimen II tidak. Pemilihan sampel dengan
cara cluster random sampling. Sedangkan metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi minat, wawancara
,dokumentasi, dan tes. Analisis data awal meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas menggunakan exel atau manual. Setelah dilakukan analisis
didapatkan bahwa kelas kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut berdistribusi normal dan homogen. Dan untuk analisis data akhir digunakan uji t
satu pihak kanan yaitu untuk menguji hipotesis dalam penelitian tersebut. Hasil
penelitian antara kelas eksperimen I dengan eksperimen II setelah dianalisis
didapatkan nilai thitung = 13,7155 dan nilai ttabel yaitu 1,9966. Jadi thitung > ttabel =
13,7155 > 1,9966 dan pada eksperimen II thitung = 11,3850 karena thitung > ttabel yaitu
11,3850 > 1,9966 yang berarti nilai thitung lebih besar dari pada ttabel maka bisa
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah ada perbedaan minat dan hasil belajar dalam penggunaan pembelajaran
Think Pair Share berbantukan lks bergambar dengan pembelajaran Jigsaw di
SMP Negeri 7 Purwodadi.
Kata kunci : Pembelajaran kontekstual, Minat, Hasil Belajar, Media Lks
Bergambar.
viii
-
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR .............................................................................................. i
SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Definisi Istilah .............................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 5
BAB II TELAAH PUSTAKA ........................................................................ 6
A. Kajian Tentang Belajar................................................................. 6
1. Belajar .................................................................................... 6
2. Tujuan Belajar ........................................................................ 7
3. Media Pembelajaran ............................................................... 8
4. Minat Belajar .......................................................................... 11
5. Hasil Belajar ........................................................................... 12
ix
-
x
6. Model-model Pembelajaran ................................................... 14
7. Media LKS Bergambar .......................................................... 19
8. Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ................... 20
B. Kerangka Berfikir dan Paradigma Penelitian .............................. 22
C. Hipotisis Penelitian ...................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 25
B. Subyek Penelitian ......................................................................... 25
C. Instrumen Penelitian ..................................................................... 26
D. Variabel Penelitian ....................................................................... 26
E. Desain Eksperimen ....................................................................... 27
F. Prosedur/Cara Kerja ...................................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 28
H. Analisis dan Intrepetasi Data........................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 40
A. Data Minat Belajar ....................................................................... 40
1. Minat Belajar Eksperimen I ...................................................... 40
2. Minat Belajar Eksperimen II .................................................... 41
B. Data Hasil Belajar......................................................................... 42
1. Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen I ................................... 42
2. Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II .................................. 43
C. Analisis Data ............................................................................... 44
1. Hasil Uji Normalitas ............................................................... 44
2. Hasil Uji Homogenitas ............................................................ 45
3. Hasil Uji-t ................................................................................ 44
4. Hasil Uji N-Gain ..................................................................... 45
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 46
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 49
A. Kesimpulan ................................................................................. 49
B. Saran ........................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Minat Belajar Kelas Eksperimen I .......................................... 40
Tabel 4.2 Data Minat Belajar Kelas Eksperimen II ......................................... 41
Tabel 4.3 Data Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen I................................... 42
Tabel 4.4 Data Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II ................................. 43
xi
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ................................................. 9
Gambar 2.2 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ........................................................... 18
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian .................................................................... 23
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 27
Gambar 4.1 Diagram Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen I ...................... 40
Gambar 4.2 Diagram Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen II .41
Gambar 4.3 Diagram Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen I..42
Gambar 4.4 Diagram Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II 43
xii
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis telah
merencanakan bermacam lingkungan yakni lingkungan pendidikan yang
menyebabkan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai
kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman pendidikan.
Dengan demikian mendorong pertumbuhan dan perkembangannya kearah suatu
tujuan yang dicita-citakanya (Hamalik, 2005 : 79-80).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Banyak siswa mampu
menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya,
tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahaminya. Banyak guru ketika
pengajaran konsep hanya berpusat pada kemampuan berpikir tingkat rendah yaitu
mengingat dan menghafal bukan melengkapinya dengan pengembangan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dan ketika menghadapi fakta-fakta
pengajaranya cenderung menyuruh peserta didik untuk menghafalkanya (Kesuma,
2010: 3-4).
Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 29 april 2013 di SMP
Negeri 7 Purwodadi adalah sebagai berikut, yang pertama biologi merupakan
mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian siswa sehingga membuat minat
siswa pada pelajaran biologi tersebut kurang. Kedua, menunjukan bahwa aktivitas
dalam mengikuti proses pembelajaran masih rendah karena pengajarannya masih
bersifat konvensional sehingga hasil belajar kurang maksimal. Observasi kelas
yang dilakukan selama satu jam pelajaran, kebanyakan suasana pembelajaran
masih monoton, serta siswa masih kurang aktif dalam proses belajar karena
selama observasi didapatkan ada beberapa siswa yang kurang siap mengikuti
pembelajaran dengan tidak membawa Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun buku
1
-
2
Biologi. Siswa cenderung hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari
guru, bahkan pada saat guru menjelaskan materi, terlihat beberapa siswa
mengobrol dengan teman sebangku dan kurang memperhatikan penjelasan guru,
sehingga mengakibatkan nilai ulangan harian dan nilai hasil ujian semester
banyak yang belum mencapai 100 % ketuntasan minimal yang menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Belajar
IPA khususnya Biologi sebenarnya suatu hal yang menyenangkan dan
mengasyikkan untuk dipelajari, tetapi hal ini ada kalanya menjadi terbalik suatu
hal yang tidak menyenangkan, menjemukkan bahkan membosankan.
Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan hasil belajar biologi
kurang maksimal yang berdampak ketidak berhasilanya ketuntasan siswa dengan
nilai minimal (KKM) 70. Untuk meminimalisasi dan mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan strategi pembelajaran dan media pengajaran lain yang lebih
memberdayakan siswa dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Salah
satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa, peneliti mencoba menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share berbantukan LKS bergambar dibandingkan
dengan model pembelajaran Jigsaw.
Model pembelajaran Think Pair Share menurut Frank Lyman, menuntut
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam bekrja sama dengan teman
sebangkunya. Model Pembelajaran Jigsaw juga dapat memandirikan siswa dalam
individu maupun kelompok. Bisa dilihat dengan siswa berada di tim asal ke tim
ahli, dan kembali lagi ke tim asal lagi untuk mencari suatu invormasi, menurut
Arson et al. Pemilihan Model pembelajaran Think Pair Share dan model
pembelajaran Jigsaw dapat membuat siswa aktif dan bekerjasama dengan
temannya, pada pembelajaran biologi ini mampu meningkatkan minat belajar
siswa, dimana setiap siswa dilatih untuk bekerjasama dan aktif dalam kelompok
untuk mencari informasi dan memecahkan masalah.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, peneliti tertarik
untuk mengadakan suatu penelitian eksperimen yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Think Pair Share Berbantukan LKS Bergambar Dibandingkan
-
3
Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Peningkatan Minat dan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 7
Purwodadi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah penelitian ini
adalah: Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Think Pair Share
berbantukan LKS Bergambar dibandingkan model pembelajaran Jigsaw untuk
peningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan
kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan permasalahan adalah untuk menganalisis
dan mengetahui perbandingan minat dan hasil belajar siswa antara kelas yang
menerapkan model pembelajaran Think Pair Share berbantukan LKS Bergambar
dibandingkan model pembelajaran Jigsaw pada materi pencemaran lingkungan
kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa
a. Siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran Biologi, serta
dalam proses pembelajaran siswa bisa meningkaatkan minat dan hasil
belajarnya melalui Model Pembelajaran Think Pair Share berbantukan
LKS Bergambar dan Model Pembelajaran Jigsaw
b. Meningkatkan kerjasama dan komunikasi dengan teman atau anggota
kelompok dalam belajar.
2. Bagi guru
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam upaya mengoptimalkan kegiatan
belajar mengajar dan menvariasi model pembelajaran.
b. Meningkatkan wawasan guru dalam pengembangan media pembelajaran
serta mampu menerapkan dalam proses pembelajaran
c. Model pembelajaran ini dapat dimanfaatkan guru untuk menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan, karena siswa dapat saling bertukar
pikiran, diskusi dan berpendapat.
-
4
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang baik bagi sekolah
dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar pada
umumnya dan sekolah pada khususnya.
E. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran. maka dalam memahami judul
skripsi ini perlu adanya penegasan istilah-istilah dalam judul tersebut. Adapun
istilah-istilah yang perlu mendapat penegasan dan batasan adalah:
1. Pengaruh
Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang
berkuasa atau berkekuatan
2. Model
Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk
menyarankan bagaimana sebaiknya meneruskan penelitian empiris tentang suatu
masalah.
3. Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang yang baru secara keseluruhan,
sebagai suatu hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.
4. Model Pembelajaran Think Pair Share
Model pembelajaran Think Pair Share adalah suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk berperan aktif, baik dari segi fisik maupun mental dalam
proses pembelajaran.
5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif
dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
pelaksanaan pembelajaran.
6. Minat Siswa
Minat merupakan keterlibatan sepenuhnya seseorang siswa dengan
segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan
mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yamg dituntunnya di sekolah.
-
5
7. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan pencapaian akhir yang diperoleh siswa selama
proses belajar. Hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah hasil belajar
kognitif siswa berupa nilai pretest dan postest.
8. LKS Bergambar
LKS Bergambar adalah suatu media yang berisi tentang materi
pembelajaran, dilengkapi dengan soal-soal yang berkaitan dengan materi, gambar-
gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan digunakan untuk
memberi gambaran tentang materi yang dijelaskan (Indawati (1999: 7).
9. Pencemaran Lingkungan
Dikutip dari Buku Biologi untuk SMP kelas VII dengan pengarang
Syamsuri penerbit Erlangga adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi (SK): memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dan
Kompetensi Dasar (KD): 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga
bagian yaitu bagian pendahuluan yang berisi halaman judul, halaman pengesahan,
halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, daftar grafik, dan lampiran. Bagian isi dibagi menjadi lima bab
antara lain bab pertama pendahuluan, pada bagian ini berisi latar belakang
masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
serta sistematika penulisan skripsi. Bab kedua landasan teori mengemukakan
tentang kajian teori-teori yang mendasari dalam penulisan skripsi. Bab tiga
metode penelitian. Bab empat hasil Penelitian, bab ini meliputi hasil penelitian
yang telah dilakukan disekolah. Bab lima pembahasan, bab ini meliputi
pembahasan hasil penelitian. Bab enam kesimpulan dan saran, berisikan
kesimpulan dari hasil penelitian serta saran. Bagian akhir skripsi ini adalah daftar
pustaka, tabel-tabel dan lampiran yang digunakan.
-
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang
belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior
as a result of experience.
b. Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c. Geoch mengatakan : Learning is a change in performance as a result of
practice (Sardiman,2007: 20-21).
Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik jika siswa
mengalami atau melakukanya,jadi tidak bersifat verbalistik.
Selanjutnya ada yang mendefinisikan belajar adalah berubah. Dalam hal
ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar
akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar
(Sardiman,2007: 20-21).
Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu kearah sudah
mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya
perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar.
Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin
banyak pula perubahan yang telah dialami. Demi mudahnya, kemampuan yang
banyak itu digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan
dan pemahaman, kemampuan sensorik-motorik yangmeliputi ketrampilan
6
-
7
melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan tertentu, kemampuan
dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, meresapi perilaku dan tindakan
(Winkel, 2007: 56-57).
Menurut pandangan Skinner (dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono,2006: 9)
belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responya menjadi
baik. Sebaliknya jika orang tidak belajar maka responya menurun. Dalam belajar
ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
belajar. Respon belajar berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat sedang
belajar. Selain respon belajar, ditemukan juga konsekuensi yang menguatkan
respon belajar tersebut.
Jadi berdasarkan teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa salah satu
pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun nilai dan sikap
(afektif). Proses belajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi penyampaian
pesan dari sumber pesan melalui suatu media tertentu ke penerima pesan.
2. Tujuan belajar
Menurut Sardiman (2010: 26-28), secara umum tujuan belajar terdiri dari
tiga jenis, yaitu.
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan berpikir mampu
mengembangkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya sehingga memiliki
pengetahuan yang kompleks.
b. Pemahaman konsep dan keterampilan
Pemahaman konsep dapat diamati dari keterampilan jasmaniah maupun
keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan diamati sehingga dapat
menitikberatkan pada keterampilan gerak seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan keterampilan rohani dapat dilihat, akan tetapi lebih menyangkut pada
persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
-
8
c. Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental,perilaku,dan pribadi dapat ditumbuhkan
dengan pendekatan-pendekatan yang lebih bijak dan hati-hati dalam mengarahkan
motivasi dengan menggunakan pribadi guru sebagai model yang dapat ditiru oleh
siswa (Sardiman,2010: 26-28).
3. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius dan membentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti pengantar. Dengan demikian media
merupakan wahana penyalur informasi belajar. Bila media adalah sumber belajar
maka secara luas media diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang
membuat anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses
belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti penting yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan yang disampaikan dapat dibantu
dengan menghadirkan media perantara (Djamarah,2006: 120).
Penggunaan media mempengaruhi mutu pembelajaran disekolah. Dengan
menggunakan media pembelajaran disekolah menjadi lebih aktif dan tidak
membosankan. Mutu pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pembelajaran aktif,
kreatif, afektif, dan menyenangkan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar
dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktifitas
belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong
untuk menyimpulkan pemahaman daripada sekedar menerima pelajaran yang
diberikan .
Peningkatan mutu melalui model pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran Think Pair Share dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw agar
proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa
lebih dituntut mandiri dalam menyelesaikan masalah dengan pemahaman konsep
yang diperolehnya dan tidak bergantung dengan penjelasan guru. Melalui
pembelajaran aktif, beberapa alat indra akan cenderung terlibat, sehingga pesan
yang tersimpan lebih banyak.
Penggunaan media mempengaruhi mutu pembelajaran disekolah. Dengan
menggunakan media pembelajaran disekolah menjadi lebih aktif dan tidak
-
9
membosankan. Mutu pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pembelajaran aktif,
kreatif, afektif, dan menyenangkan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar
dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktifitas
belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong
untuk menyimpulkan pemahaman daripada sekedar menerima pelajaran yang
diberikan. Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai
landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dales Cone of
Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969 dikutip oleh Arsyad,
2000:10), kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan
pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh
mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan
kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang
verbal (abstrak). Seperti yang digambarkan oleh kerucut pengalaman Dales
dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerucut pengalaman belajar menurut Dales
Gambar tersebut menunjukan semakin ke atas (puncak kerucut), semakin
abstrak media penyampaian pesan itu. Urut-urutan ini tidak berarti proses belajar
dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung,
-
10
tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi
belajarnya.
Dasar pengembangan kerucut dibawah bukanlah tingkat kesulitan,
melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama
penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan
kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu ia melibatkan indera
penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba (Arsyad, 2011:10).
a. Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,
tetapi sudah lebih dari itu. Berikut pembagian media dilihat dari jenisnya:
1) Media Auditif
Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio,
piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan
dalam pendengaran.
2) Media Visual
Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada
yang menampilkan gambar desain. Ada pula media yang menampilkan simbol
yang bergerak.
3) Media Audiovisual
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik. Karena menggabungkan jenis media
pertama dan kedua (Djamarah, 2006:124).
b. Manfaat Media
Sebagai alat bantu dalam pembelajaran media mempunyai beberapa fungsi:
1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif
2) Merupakan salah satu unsur yang harus kembangkan oleh guru
3) Melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa
4) Membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru
5) Meningkatkan hasil belajar siswa (Djamarah,2006:134).
-
11
4. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto, 2003: 57). Setiap
individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan dimana yang satu pasti
berbeda dengan yang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang
minat khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok agar
mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut.
Djamarah (2002: 132-133) mengemukakan, minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar minat siswa. Siswa
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian lebih besar terhadap subyek tersebut.
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Minat belajar adalah kecenderungan hati
untuk belajar, mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha,
pengajaran dan pengalaman. Minat belajar dapat disimpulkan merupakan
keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara
penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman
tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan,
kebutuhan, bakat, dan kebiasaan. Dilihat dari faktor luarnya minat bersifat tidak
menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar
tersebut dapat berupa kelengkapan saran dan prasarana, pergaulan dengan orang
tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial
budaya.
-
12
Faktor-faktor yang berpengaruh dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan
cara sebagai berikut:
1) Penyajian materi yang dirancang sistematis dan lebih praktis.
2) Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi
terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
3) Mengembangkan kebiasaan yang teratur.
4) Meningkatkan kondisi fisik siswa.
5) Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.
6) Menyediakan sarana penunjang yang memadai.
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat
pribadi pada setiap siswa. Minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-
masing siswa. Pihak lain hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk
memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.
c. Ciri-ciri Minat Belajar Siswa
Adapun ciri-ciri siswa berminat dalam belajar menurut Slameto (2003:
188) diantaranya; Siswa mempunyai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, ada
rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, memperolehsuatu kebanggaan
dan kepuasan pada suatu yang diminati, ada rasa ketertarikan pada suatu aktivitas-
aktivitas yang diminati, lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada
yang lainnya, serta dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan
kegiatan.
d. Pengaruh Minat terhadap Hasil Belajar
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan
belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan
tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang
menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi
belajar. Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu
seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya
-
13
adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
5. Hasil Belajar
Dengan berakhirnya suatu proses belajar maka siswa memperoleh suatu
hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dan disisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak hasil
belajar.
Menurut Purwanto (2009: 46) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan
pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan
pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar
merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang
diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikanya. Dengan kata lain hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Bloom membagi hasil belajar menjadi dua kelompok yaitu hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif terdiri dari enam jenis
perilaku atau tingkatan kemampuan kognitif yaitu : pengetahuan (C1) mencapai
kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam
ingatan, pemahaman (C2) mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari, penerapan (C3) mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, analisis (C4)
mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian sehingga struktur
keseluruhan dapat dipahami dengan baik, sintesis (C5) mencakup kemampuan
membentuk suatu pola baru, evaluasi (C6) mencakup kemampuan membentuk
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Hasil belajar afektif
terdiri dari lima perilaku atau tingkatan yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian
dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup (Dimyati, 2006: 26-
28).
-
14
Menurut Slameto (2010: 54-71) faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.
a. Faktor Intern
1) Faktor Jasmaniah
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan sesorang
terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baikharuslah mengusahakan
kesehatan badanya tetap terjamin.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis dalam belajar meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
b. Faktor Ekstern
1) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orangtua mendidik.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah.
6. Model-model Pembelajaran
a. Berpikir berpasangan berbagi (Think Pair Share)
Model belajar mengajar Berfikir-Berpasangan-Berbagi dikembangkan
oleh Frank Lyman (Think Pair Share) penelitian tentang Cooperatif Learning.
Model Think pair share memiliki dasar dari metode diskusi. Salah satu perubahan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai yang
diharapkan adalah memilih dan menetapkan prosedur model/ teknik belajar
mengajar yang dianggap tepat. Suatu model mungkin hanya cocok digunakan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka
guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai model
atau mengembangkan beberapa model/ teknik yang relefan. Untuk itu penggunan
-
15
model Think Pair Share sangat relevan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
metode diskusi. Model Think Pair Share dapat memberi siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri, serta bekerja sama dengan orang lain.
Selain itu model ini juga dapat mengoptimalisasi partisipasi siswa. Dengan
metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan
hasilnya untuk seluruh kelas, model Think Pair Share ini memberi kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukan
partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini dapat digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.
1. Tahapan model pembelajaran Think Pair Share
Tahapan model pembelajaran menurut Trianto terdiri dari tiga tahap yaitu:
a) Tahap I Berikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan
bahwa berbicara atau mengerjakan bukan merupakan bagian berpikir.
b) Tahap II Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban,
jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatakan gagasan apabila suatu
masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak
lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c) Tahap III Berbagi (Sharing)
Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini dapat dilakukan
dengan cara bergiliran pasangan demi pasang dan dilanjutkan sampai sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
2. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut :
a) Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe berpasangan berbagi yaitu :
Mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang muncul, lebih
banyak tugas yang bisa dilakukan dan Guru mudah memonitor.
-
16
b) Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe berpasngan berbagi yaitu:
Membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,
jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara, kurang
kesempatan untuk kontribusi individu dan siswa mudah melepaskan diri dari
keterlibatan dan tidak memperhatikan.
b. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Model mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al dalam
(Lie,2004) sebagai metode cooperatif learning. Teknik ini bisa digunakan dalam
teknik membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa.
Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan sekema atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie,2004).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari tim-tim hiterogen beranggotaan 4-6 orang. Materi
pembelajarannya diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu, bahan yang diberikan itu
dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain (Arends, 2008).
Jigsaw didesign untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
menyebarkan materinya tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan
demikian siswa saling tergantung dengan lainnya dan harus bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang diinginkan.
-
17
Anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk berdiskusi (antar ahli) saling membantu sama lain, tentang topik pelajaran
yang ditugaskan pada mereka, kemudian siswa itu kembali pada kekompakkannya
masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya (dalam pertemuan ahli).
1) Kerangka Pembelajaran
Kerangka pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah sebagai berikut :
a. Tahap I (tahap pendahuluan)
Mereview, apersepsi, serta memotivasi peserta didik, menjelaskan model
pembelajaran jigsaw itu seperti apa kepada peserta didik, meembuat
pembentukan kelompok, serta pembagian materi kepada peserta didik.
b. Tahap II (tahap penugasan)
Tiap siswa berusaha menguasai materi dengan soal yang diterima, mengubah
bentuk kelompok dengan cara penukaran anggota kelompok menurut soal
yang diterima kelompok baru yang terbentuk disebut kelompok ahli,
kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok ahli untuk memperoleh
jawabannya.
c. Tahap III
Dari kelompok ahli, siswa kembali kekelompoknya semula untuk melakukan
kegiatan memberi dan menerima penjelasan anggota kelompok.
d. Tahap IV
Guru bersama siswa membahas soal, kemudian siswa diberi tes individu
untuk mengerjakannya.
Ilustrasi pembelajaran kelompok dalam model jigsaw yang dimodif dalam
bentuk bagan (Trianto, 2007).
-
18
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 2.2 Ilustrasi kelompok jigsaw
Pengelompokan dalam kelompok jigsaw adalah berdasarkan acak atau
dengan cara siswa berhitung sesuai urutan bangku yang paling kanan dan
seterusnya.
2) Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif jigsaw adalah sebagai
berikut :
a. Kelebihannya yaitu dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif
diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda, menerapkan
bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggi,
memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar,
sikap apatis berkurang, pemahaman materi lebih mendalam, serta
meningkatkan minat belajar siswa.
b. Kelemahannya yaitu: Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu
menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok
masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam
pelaksanaan diskusi, Jika jumlah anggota kelompok kurang akan
menimbulkan masalah, misal ada anggota yang hanya membonceng dan
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi, Membutuhkan waktu
yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik
sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh
(Arends, 2008).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan jigsaw adalah
pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang disebut
+ - x : + - x :
+ - x :
+ - x :
+ + + + - - - - x x x x
x
: : : :
-
19
kelompok asal, dari perwakilan kelompok asal masing-masing bertemu berdiskusi
(kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pelajaran yang
ditugaskan pada mereka. Kemudian siswa itu kembali pada masing-masing
kelompok asal untuk menjelaskan yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya dalam pertemuan kelompok ahli.
7. LKS Bergambar dalam Pembelajaran Pencemaran Lingkungan
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang berisi informasi,
perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan
belajar dalam bentuk kerja, praktek atau dalam bentuk penerapan hasil belajar
untuk mencapai suatu tujuan.
Komponen LKS menurut Indawati (1999: 7) bahwa lembar kerja siswa
(LKS) mempunyai komponen sebagai berikut:
1) Tujuan
Tujuan menyatakan perubahan tingkah laku yang diinginkan dari siswa
setelah mempelajari LKS tersebut.
2) Deskripsi konsep/prinsip
Deskripsi konsep atau prinsip berdasarkan pada kepentingan materi yang
telah dirumuskan dengan jelas.
3) Prosedur kegiatan
Kegiatan yang diberikan dalam satu LKS dimaksud untuk melatih
ketrampilan proses seperti ketrampilan menggunakan alat, pengamatan,
pemeriksaan kesimpulan dan sebagainya.
4) Evaluasi
Evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang
dirumuskan telah tercapai, termasuk evaluasi terhadap proses.
Sedangkan penggunaan Lembar Kerja dalam pengajaran biologi sebagai
berikut:
a. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajarannya atau
mengenalkan suatu kegiatan tertuntu atau konsep,skil sebagai variable
kegiatan mengajar.
b. Dapat mempercepat proses pengajaran dan menghemat penyajian suatu topik.
-
20
c. Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan kelompok atau klasikal.
d. Meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan perorangan atau remidi
terutama dalam mengelola kelas yang besar.
e. Dapat mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran yang terbatas.
LKS Bergambar adalah suatu media yang berisi tentang materi
pembelajaran, dilengkapi dengan soal-soal yang berkaiatan dengan materi,
gambar-gambar yang berkaiatan dengan materi pembelajaran dan digunakan
untuk memberi gambaran tentang materi yang dijelaskan.
8. Kajian Materi tentang Pencemaran Lingkungan
Dalam penelitian ini materi yang diambil adalah materi pencemaran
lingkungan. Dikutip dari Buku Biologi untuk SMP kelas VII dengan pengarang
Syamsuri penerbit Erlangga adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi (SK): Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
dan Kompetensi Dasar (KD): 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Adapun materinya sebagai berikut:
a. Ciri-ciri Lingkungan Alami dan Tercemar
Lingkungan alami adalah lingkungan atau ekosistem yang keadaanya
seimbang. Artinya, komponen biotik dan abiotik dalam lingkungan tersebut
berada dalam keadaan seimbang. Sebaliknya, lingkungan yang tercemar adalah
lingkungan atau ekosistem yang keadaanya menjadi tidak murni lagi. Artinya
lingkungan atau ekosistem tersebut keadaanya idak seimbang akibat adanya
polutan yang masuk kedalam lingkungan tersebut.
b. Sumber-sumber Pencemaran Lingkungan
1) Pencemaran Kimiawi
Pencemaran Kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat
kimia. Misalnya, jenis-jenis logam berat yang terdapat dalam limbah pabrik
seperti raksa dan timbal. Limbah adalah sisa proses produksi.
2) Pencemaran Fisik
Pencemaran Fisik adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat
atau gas. Zat cair yang menyebabkan pencemaran misalnya limbah pabrik dan
-
21
limbah rumah tangga. Zat padat yang menyebabkan pencemaran misalnya
sampah. Gas yang menyebabkan pencemaran misalnya asap pabrik.
3) Pencemaran Biologis
Pencemaran Biologis adalah pencemaran yang disebabkan oleh berbagai
macam mikro-organisme penyebab penyakit. Misalnya sumur atau sumber air
yang digunakan sehari-hari tercemar kuman penyebab penyakit.
c. Macam-macam Pencemaran Lingkungan
1) Pencemaran Air
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lainya
kedalam lingkungan perairan sehingga kualitas air terganggu. Sumber-sumber
pencemaran air terutama berasal dari limbah industri, limbah pertanian dan limbah
rumah tangga.
2) Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya zat, energi atau komponen
lainya kedalam lingkungan udara. Akibatnya kualitas udara menurun sehingga
menggangu kehidupan manusia atau makhluk hidup lainya. Pencemaran udara
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar dari kendaraan bermotor dan gas
buangan pabrik. Bahan-bahan pencemar udara yang merugikan kesehatan manusia
antara lain adalah karbondioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen
oksida dan asap.
3) Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain
kedalam suatu areal tanah. Akibatnya dapat mengubah atau mempengaruhi
keseimbangan ekologis diareal tersebut. Pencemaran tanah antara lain diakibatkan
oleh pemakaian pestisida yang berlebihan, buangan bahan kimia limbah industri,
penambangan dan hujan asam.
4) Pencemaran Suara
Pencemaran suara adalah masuknya suara atau bunyi yang tidak
diinginkan ke pemukiman penduduk. Pencemaran suara dapat mengganggu
aktivitas manusia. Pencemaran suara yang berat dapat merusak telinga. Sumber-
-
22
sumber pencemaran suara antara lain suara lalu lintas jalan raya, pesawat yang
lepas landas, pesawat jet, mesin pabrik, dan lingkungan sosial.
d. Akibat Pencemaran Terhadap Makhluk Hidup Secara Global
Pembakaran bahan bakar minyak bumi, batu bara dan kebakaran hutan
baik karena perbuatan manusia atau secara alami menyebabkan kenaikan kadar
karbondioksida dalam atmosfer. Gas ini juga dihasilkan dari bermacam-macam
pembakaran. Semakin banyak pembakaran, semakin banyak terbentuk
karbondioksida. Kemudian karbondioksida akan terkumpul diatmosfer bumi.
Dalam jumlah yang banyak diatmosfer, gas karbondioksida menghalangi pantulan
panas dari bumi keatmosfer. Jadi panas akan dipantulkan kembali ke bumi
sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut efek rumah
kaca.
Akibat pencemaran udara yang disebabkan oleh oksida nitrogen dan
oksida belerang dalam jumlah banyak dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Bila pencemaran hujan asam terjadi terus menerus menyebabkan tanah, sungai,
danau menjadi asam. Akibatnya akan merusak tumbuh tumbuhan.
e. Usaha Pencegahan dan mengatasi pencemaran lingkungan
Usaha untuk mencegah dan mengatasi pencemaran lingkungan serta
kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan antara lain sebagai berikut:
1) Pembuangan limbah industri diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mencemari lingkungan
2) Mencegah penebangan hutan untuk lahan pertanian
3) Penggunaan pestisida harus sesuai dengan aturanya
4) Tidak membangun pabrik didekat pemukiman penduduk
5) Penanaman kembali hutan bekas penebangan
6) Sistem tebang pilih
B. Kerangkan Berpikir dan Paradigma Penelitian
Perbandingan penggunaan model Pembelajaran Thik Pair Share
dengan model Pembelajaran Jigsaw akan berpengaruh terhadap minat belajar
siswa, sedangkan minat belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan hubungan antara variabel tersebut maka dapat dinyatakan bahwa jika
-
23
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Thik Pair Share efektif,
maka minat dan hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Dari kerangaka berfikir, dapat digambarkan paradigma sebagai berikut:
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
Menurunnya minat dan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan
di SMP Negeri 7 Purwodadi
Model Pembelajaran
Thik Pair Share
Model Pembelajaran
Jigsaw
Minat belajar siswa
menggunakan
Thik Pair Share
Hasil belajar siswa menggunakan Think
Pair Share dan Jigsaw meningkat
Minat belajar siswa
menggunakan Jigsaw
Hasil belajar siswa
menggunakan
Thik Pair Share
Hasil belajar siswa
menggunakan Jigsaw
Media LKS
Bergambar
Konvensional/
Ceramah
-
24
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini ada perbedaan minat dan hasil belajar
siswa pada model Pembelajaran Think Pair Share, dengan model Pembelajaran
Jigsaw pada materi pencemaran lingkungan kelas VII semester II SMP Negeri 7
Purwodadi.
Untuk kepentingan uji statistik dikembangkan hipotesis alternatif dan
hipotesis nol sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan minat dan hasil belajar siswa yang mendapatkan
model Pembelajaran Think Pair Share, dan model Pembelajaran Jigsaw
pada materi pencemaran lingkungan siswa kelas VII semester II SMP
Negeri 7 Purwodadi.
X TPS = X Jigsaw
Ha : Ada perbedaan minat dan hasil belajar siswa yang mendapatkan model
Pembelajaran Think Pair Share, dan model Pembelajaran Jigsaw pada
materi pencemaran lingkungan siswa kelas VII semester II SMP Negeri 7
Purwodadi.
X TPS X Jigsaw
-
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Purwodadi pada kelas
VII semester II, dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dengan materi
Pencemaran Lingkungan. Materi tersebut merupakan materi kelas VII semester
genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode penelitian
eksperimen.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut (Margono,2009: 118) Populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Populasi tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-
sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian. Populasi dalam penelitian
ini yaitu siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi yang terdiri dari 4 kelas
yaitu kelas VIIAVIID.
2. Sampel
Dalam suatu penelitian, perlu diterapkan subyek penelitian yaitu subyek
penelitian ilmiah yang tidak selalu dikenakan kepada seluruh obyek, melainkan
sebagian dari obyek penelitian yang dapat mewakili dari seluruh subyek
penelitian. Penelitian yang menggunakan sebagian dari subyek penelitian ini
disebut dengan penelitian sampel. Sampel adalah bagian dari populasi sebagai
contoh yang diambil dengan cara-cara tertentu (Margono,2009: 121).
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan
sampel dan populasi dalam penelitian ini menggunakan tehnik sampel. Sampel
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa-siswi kelas VIIA SMP Negeri 7 Purwodadi tahun pelajaran 2012/2013
berjumlah 34 siswa menggunakan Teknik pembelajaran Think Pair Share
24
-
26
berbantu LKS Bergambar dalam pembelajaran biologi pada materi
pencemaran lingkungan.
b. Siswa-siswi kelas VIIB SMP Negeri 7 Purwodadi tahun pelajaran 2012/2013
berjumlah 34 siswa menggunakan Teknik pembelajaran Jigsaw dengan
metode ceramah atau konvensional dalam pembelajaran biologi pada materi
pencemaran lingkungan.
Dari empat kelas kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi dipilih dua kelas
secara diundi, dua kelas ditetapkan untuk dilakukan percobaan yaitu kelas VIIA
mendapat perlakuan model pembelajaran Think Pair Share dan VIIB mendapat
perlakuan model pembelajaran Jigsaw.
C. Instrumen Penelitian
1. RPP
2. Test (Pretest-postest)
3. LKS Bergambar
4. Lembar Observasi (Think Pair Share)
5. Lembar Observasi (Jigsaw)
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair
Share dan pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran biologi dengan materi
pelajaran yaitu pencemaran lingkungan.
2. Variabel terikat (Dependen)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi
-
27
E. Desain Eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan
dilakukan dalam beberapa pelaksanaan. Desain yang digunakan adalah desain
quasi-eksperimental, macam desainnya adalah Desain Non-equivalent Group
Pretest Posttest.
Kelompok subjek diambil dari populasi kelas VII SMP Negeri 7
Purwodadi yang dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok eksperimen I dan
kelompok eksperimen II. Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen
I berupa penerapan pembelajaran Think Pair Share, sedangkan pada kelompok
eksperimen II berupa penerapan pembelajaran Jigsaw. Pola rancangan tersebut
digambarkan sebagi berikut.
Kelompok Pre test Treatment Post test
A T1 X1 T2
B T1 X2 T2
Waktu
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Desain Nonequivalent Group Pretest-Posttest
Keterangan :
T1 :Tes sebelum diberi perlakuan untuk kelompok pembelajaran
Think Pair Share maupun kelompok dengan pembelajaran
Jigsaw
T2 : Tes setelah diberi perlakuan untuk kelompok pembalajaran
Think Pair Share maupun kelompok dengan pembelajaran
Jigsaw
A : kelompok pembelajaran Think Pair Share
B : kelompok pembelajaran Jigsaw
X1 : penerapan penggunaan pembelajaran Think Pair Share
X2 : penerapan penggunaan pembelajaran Jigsaw
(Purnomo, 2011: 48-49).
-
28
F. Prosedur/Cara Kerja
1. Persiapan
Pada tahap awal, peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran
biologi yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pencemaran lingkungan
di SMP Negeri 7 Purwodadi dengan teknik pengamatan dan wawancara guru
mengenai kondisi sekolah dan siswa serta melakukan uji coba instrument berupa
tes, setelah itu mengujikan kepada siswa soal uji coba tadi agar mengetahui
apakah soal uji coba tersebut valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran, dan daya
beda baik.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rancangan penelitian. Rancangan
pelaksanaan pembelajaran yaitu, memerlukan dua kelas, dimana kelas VIIA untuk
pembelajaran Think Pair Share sedangkan VIIB untuk pembelajaran Jigsaw.
Selama kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal pretest, pembelajaran
dengan Think Pair Share, pembelajaran Jigsaw, memberi soal post test,
pengambilan data minat dan hasil belajar.
G. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang dibutuhkan pada penelitian, metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa benda-benda tertulis buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2006:
158).
2) Metode Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oeleh peserta didik (Arifin,2011:118).
-
29
a. Uji Validitas
Menurut Gay (1983 dikutip dalam Sukardi,2007: 121-131) suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen penelitian tidak lain adalah derajat
yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip
suatu tes adalah valid, tidak universal. Valid berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mencari validitas
pada soal pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus korelasi product
moment, yaitu.
2222
YYNXXN
YXXYNrXY
Keterangan:
XYr = koefisien korelasi tiap item
N = Banyaknya subyek yang diuji
X = Jumlah skor item
Y = Jumlah skor total
2X = Jumlah kuadarat skor item
2Y = Jumlah kuadrat skor total
YX = Jumlah perkalian skor item (X) dan skor total (Y)
Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel harga kritik r product
moment dengan = 5%. Jika rhitung > rtabel maka alat ukur dinyatakan valid.
Adapun hasil analisis data tingkat validitas selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan hasil tes soal uji coba
sebagai berikut:
1) Item pada soal uji coba yang dinyatakan valid atau rxy > r table dari 35 soal,
yaitu soal nomor 1, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 25, 27, 29,
30, 33, 34.
-
30
2) Item soal uji coba yang dinyatakan tidak valid atau rxy < r table dari 35 soal,
yaitu soal nomor 2, 5, 8, 9, 13, 15, 17, 21, 23, 24, 26, 28, 31, 32, 35.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen
penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin
yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil
yang sama ketika dilakukan tes kembali (Sukardi,2007:127-128).
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas bentuk
pilihan ganda adalah:
2
2
i
1,1 11-n
nr
t
Keterangan :
11r = Reliabilitas yang dicari
2
i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t = Varians total
n = Banyak item
Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga
r product moment pada tabel. Jika hitungr tabelr harga kritik r product moment
maka item tes yang diujicobakan reliabel. Adapun kriteria reliabilitasnya
adalah sebagai berikut:
0,00 r11< 0,20 : reliabilitas sangat rendah
0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah
0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup
0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi
-
31
0,80 r111,00 : reliabilitas sangat tinggi (Arikunto, 2009: 109).
Menghitung Reliabilitas sebagai berikut:
Karena nilai r11 lebih besar dari r tabel 0,2869, maka semua pertanyaan
dinyatakan Reliabel
Dikarenakan rhitung 0,60 < r11 < 0,80, dengan demikian reliabilitas soal
tinggi.
c. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukan mudah dan
sukarnya suatu butir soal. Menurut Arikunto (2009:207) mengatakan bahwa
soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
JS
BP
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = banyaknya item
JS = jumlah keseluruhan siswa peserta tes
Kriteria indeks kesukaran
0,00-0,30 : sukar
0,31-0,70 : sedang
0,71-1,00 : mudah
-
32
Penghitungan tingkat kesukaran soal nomor 1 sebagai berikut:
B = 26
Js = 34
P = Js
B=
34
26 = 0,76
Karena 0,3 < P < 0,7, maka dapat dikatakan bahwa kriteria soal nomor
1 memiliki tingkat kesukaran soal mudah.
d. Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2009: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes
bentuk pilihan ganda adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata
(mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata kelompok
bawah untuk tiap-tiap item :
BA
B
B
A
A PPJ
B
J
BD
Keterangan :
D = indeks diskriminasi
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
A
AA
J
BP
proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
-
33
B
BB
J
BP
proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Adapun klasifikasi indeks daya pembeda soal adalah :
Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 0,20 Jelek
0,20 0,40 Cukup
0,40 0,70 Baik
0,70 1,00 Baik Sekali
Jika D = negatif, semuanya tidak baik
Dari hasil validasi 35 butir soal didapatkan 20 soal valid dengan daya
pembeda cukup yaitu nomor 1, 6, 10, 11, 12,14, 16, 19, 20, 29 dan 30. Daya
pembeda dengan kriteria baik yaitu nomor 3, 4, 7, 22, 25, 27, 33 dan 34. Daya
pembeda dengan kriteria jelek yaitu nomor 18 dan 25.
Contoh penghitungan daya beda soal nomor 1 sebagai berikut:
BA = 16 BB = 10
JA = 17 JB = 17
Karena 0,20 < 0,4 < 0,400, maka soal nomor 1 mempunyai daya pembeda
yang baik sekali.
3. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
-
34
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu (Arifin,2011:152).
Pengumpulan datanya dengan membuat lembar observasi atau
pengamatan tentang kegiatan siswa selama proses belajar mengajar dikelas.
Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Situasi kelas
1) Siswa masuk kelas tepat waktu pada saat pembelajaran biologi
2) Siswa memperhatikan instruksi guru saat guru menyampaikan materi
biologi
3) Siswa mempersiapkan diri saat pelajaran biologi berlangsung
4) Siswa tidak berbicara sendiri saat proses belajar berlangsung
5) Siswa terlihat serius saat pembelajaran biologi
b. Partisipasi siswa
1) Siswa menjawab pertanyaan tentang materi biologi yang diajarkan
2) Siswa semangat mencatat materi saat proses belajar berlangsung
3) Siswa menyelesaikan tugas dan mempresentasikan kerja kelompok
didepan kelas
c. Kepunyaan buku
1) Buku catatan bilogi siswa lengkap
2) Siswa mempunyai buku referensi
4. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-
tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung
adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara atau
guru dengan orang yang diwawancarai atau peserta didik tanpa melalui
perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau
guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain
atau media (Arifin, 2011:158).
-
35
Wawancara dilakukan secara langsung dengan guru mata pelajaran
biologi. Wawancara ini berkaitan dengan penggunaan model dalam
pembelajaran disekolah. Tujuan peneliti mengadakan wawancara adalah
untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penggunaan model dalam
pembelajaran kontekstual yang digunakan sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar.
H. Analisis dan Interpretasi Data
1. Analisis hasil penelitian
a. Uji normalitas sampel
Menurut Sudjana (2002:466), uji kenormalan yang digunakan
adalah menggunakan rumus uji Lilliefors sebagai berikut.
1) Hipotesis
Ho : sampel dari populasi berdistribusi normal
Ha : sampel tidak dari populasi berdistribusi normal
2) Prosedur
a. Pengamatan x1, x2,xn dijadikan bilangan baku z1, z2,zn dengan
menggunakan rumus s
xxz ii
s
xxz ii
( x dan s masing-
masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).
1
n
xxS
i
b. Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor
tertinggi
c. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang )()( ii zzPzF
d. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ..., zn yang lebih kecil atau
sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka
n
zyangzzzbanyaknyazS ini
...,,,)( 21
e. Hitung selisih F(zi) S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
-
36
f. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.
g. Membandingkan Lo dengan Ltabel, pada taraf signifikan 0,05.
3) Kesimpulan
1) Jika Lo < Ltabel, maka Ho diterima
2) Jika Lo > Ltabel, maka Ho ditolak
Catatan: Ltabel diperoleh dari tabel Liliefors.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas adalah bahwa variansi populasi kelompok satu
sama besar dengan variansi populasi kelompok dua. Rumus yang
digunakan adalah:
Kriteria pengujiannya adalah :
Jika F hitung F tabel maka Ho diterima atau varians kedua
kelompok sampel sama (homogen)
Jika F hitung F tabel maka varians kedua kelompok sampel berbeda
(heterogen)
c. Uji t (t-test)
Uji digunakan untuk membandingkan dua rata-rata populasi atau dua rata-
rata sampel dari dua metode pembelajaran eksperimen pendidikan. Varian
sampel homogen, t independen n1 = n2. Persamaan yang digunakan adalah.
n
S
XXt
Gab2
21
2
)1(2
//
1
2
2
2
2
21
2
1
2
12
n
nXXnXXS Gab
Atau
-
37
2
11
21
2
22
2
112
nn
SnSnS Gab ; db = 2 (n-1)
Keterangan:
t : uji t
1x : nilai rata-rata hasil teknik pembelajaran thik pair share
2x : nilai rata-rata hasil teknik pembelajaran tipe jigsaw
1n : banyaknya subyek teknik pembelajaran think pair share
2n : banyaknya subyek tekik pembelajaran tipe jigsaw
1s : deviasi nilai teknik pembelajaran think pair share
2s : deviasi nilai teknik pembelajaran tipe jigsaw
Hipotesis : Ho : 1x = 2x , HA: 1x 2x kriteria uji: terima Ho jika -t< t <
t ; Tolak Ho jika t < -t atau t > t; (Sudjana, 2002 : 239-240).
d. Uji n-gain
Uji efektivitas untuk mengetahui pembelajaran menggunakan
media kartu mastery dalam pembelajaran kontekstual efektif, maka
dilakukan uji n-gain sebagai berikut:
g = skor postest skor pretest
skor ideal skor pretest
Kriteria gain ternormalisasi:
0 g 0,3 = rendah
0,3 g 0,7 = sedang
0,7 g 1 = tinggi
(Awaludin,2006).
e. Data Minat Siswa
Minat diperoleh berdasarkan lembar angket. Lembar angket
tersebut menggunakan lembar yang sudah diberikan pilihan jawaban.
-
38
Hasilnya dianalisis dengan cara mengubah hasil angket ke dalam
bentuk nilai dan konversi menjadi persentase. Perhitungan persentase
digunakan rumus sebagai berikut.
Minat siswa %100xN
nDp
Keterangan:
Dp : skor yang diharapkan
n : jumlah skor yang diperoleh
N : jumlah skor maksimum
Penyekoran Kriteria
SL = Selalu (skor 5) Skor 84 100 = sangat berminat
SR = Sering (skor 4) Skor 68 83 = berminat
KD = Kadang (skor 3) Skor 52 67 = cukup berminat
JR = Jarang (skor 2) Skor 36 51 = kurang berminat
TP = Tidak Pernah (skor 1) Skor 20 35 = tidak berminat
f. Ketuntasan Belajar
Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan kriteria
ketuntasan belajar sebagai berikut:
1. Ketuntasan Belajar Individu (Perorangan)
Ketuntasan belajar siswa baik kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ketuntasan individu = %100max
seluruhnyanilaiJumlah
siswadiperolehyangnilaijumlahApabila
siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 65% terhadap materi setiap
satuan bahasan yang diajukan.
-
39
2. Ketuntasan Belajar klasikal
Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan belajar tuntas
dengan rumus:
Ketuntasan Klasikal= %100tesmengikutiyangsiswaJumlah
belajartuntasyangsiswajumlahApabila
sekurang-kurangya 85% dari siswa berhasil mencapai tingkat penguatan
yang ditetapkan.
-
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Minat Belajar
1. Minat Belajar Eksperimen I
Data minat belajar siswa yang diperoleh dari observasi minat dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share diperoleh data sebagai
berikut :
Tablel 4.1 Data Minat Belajar Kelas Eksperimen I
No Interval Nilai Siswa presentase Kriteria
1 84% 100% 8 23,53% Sangat berminat
2 68% 83% 23 67,65% Berminat
3 52% 67% 3 8,82% Cukup berminat
4 36% 51% 0 0,00% Kurang berminat
5 20% 35% 0 0,00% Tidak berminat
Rata-Rata 75,91
Berdasarkan tabel diatas dapat ditunjukan dengan diagram sebagai
berikut :
Gambar 4.1 Diagram minat belajar siswa kelas eksperimen I
40
-
41
2. Minat Belajar Eksperimen II
Data minat belajar belajar siswa yang diperoleh dari observasi minat
dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw diperoleh suatu data sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Minat Belajar Kelas Eksperimen II
No Interval Nilai Siswa presentase Kriteria
1 84 % 100 % 2 5,88% Sangat berminat
2 68% 83% 22 64,71% Berminat
3 52% 67% 10 29,41% Cukup berminat
4 36% 51% 0 0,00% Kurang berminat
5 20% 35% 0 0,00% Tidakberminat
Rata-Rata 70,71
Berdasarkan tabel diatas dapat ditunjukan dengan diagram sebagai
berikut:
PRE
Gambar 4.2 Diagram Minat Belajar Kelas Eksperimen II
-
42
B. Data Hasil Belajar
1. Pretes dan postes kelas eksperimen I
Hasil belajar pada siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Purwodadi yang
menerapkan teknik pembelajaran think pair share pada proses pembelajaran
dapat diketahui nilai rata-rata pretes sebesar 48,68 dan nilai rata-rata posttes
sebesar 80,29. Berdasarkan hasil penelitian dikelas VII A menunjukan bahwa
dari 34 siswa, sebelum diterapkan teknik pembelajaran think pair share
berbantukan LKS Bergambar tersebut terdapat 1 siswa yang nilainya tuntas dan
setelah menerapkan teknik pembelajaran tersebut siswa yang nilainya tuntas
sebanyak 31 siswa. Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I yang
menggunakan teknik pembelajaran think pair share tersebut dapat disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen I
Pre test Post test
No Nilai Interval Siswa presentase Siswa presentase Kriteria
1
-
43
2. Pretes dan Postes Kelas Eksperimen II
Hasil belajar pada siswa kelas VII B di SMP Negeri 7 Purwodadi yang
menggunakan model pembelajaran jigsaw pada proses pembelajaran dapat
diketahui nilai rata-rata pretes sebesar 48,24. Berdasarkan hasil penelitian
dikelas VII B menunjukan bahwa dari 34 siswa sebelum diterapkan model
jigsaw siswa tidak ada yang nilainya tuntas dan setelah menerapkan model
pembelajaran jigsaw tersebut terdapat 26 siswa yang nilainya tuntas. Data
hasil belajar siswa pada kelas VII B yang menggunakan model pembelajaran
jigsaw tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Nilai Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II
No Nilai Interval Pretest Posttest Kriteria
Siswa presentase Siswa presentase
1
-
44
C. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data. Uji
kenormalan dengan menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan uji normalitas
menggunakan data hasil belajar prettes dan posttes. Dari hasil Testi normalitas
kelas eksperimen I think pair share pretest Lo
-
45
Karena thitung > ttabel, yaitu 2,8597 > 1,9966 maka dapat dikatakan terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen I dan kelompok
eksperimen II, artinya penerapan pembelajaran think pair share dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Uji N-Gain
Uji efektivitas untuk mengetahui pembelajaran dikelas eksperimen I
menggunakan pembelajaran tink pair share berbantukan LKS Bergambar dan
eksperimen II menggunakan jigsaw efektif atau tidak, maka dilakukan uji n-
gain sebagai berikut:
a. Uji n-gain Kelas Eksperimen I
T1 (pre tes) = 27,30
T2 (post test) = 16,55
Tmaks = 100
g =
= 30,27100
30,2755,16
= 0.616045845
Kriteria gain ternormalisasi:
0 g 0,3 = rendah
0,3 g 0,7 = sedang
0,7 g 1 = tinggi
Karena 0,3 < g < 0,7 maka dapat dikatakan kriteria uji n gain sedang.
b. Uji n-gain Kelas Eksperimen II
T1 (pre tes) = 16,40
T2 (post test) = 25,15
Tmaks = 100
g =
= 40,16100
40,1615,25
= 0.497159091
-
46
Karena 0,0 < g < 0,3 maka dapat dikatakan kriteria uji n-gain sedang. Berdasarkan
perhitungan n-gain diatas menunjukkan bahwa uji n gain kelas eksperimen I lebih
besar dibandingkan dengan kelas eksperimen II .
-
47
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kelas eksperimen
I Think Pair Share berbantukan LKS Bergambar dan kelas eksperimen II Jigsaw
untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran
Lingkungan kelas VII di SMP Negeri 7 Purwodadi. Setelah dilakukan
pembelajaran eksperimen I Think Pair Share dengan bantuan LKS Bergambar,
terkumpul berbagai data seperti penilaian minat belajar dan hasil beajar siswa.
Minat belajar siswa bisa diketahui dari hasil observasi. Hasil minat pada
eksperimen I diperoleh presentase rata-rata sebesar 75,91%. Sedangkan hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen I data diperoleh melalui nilai pretest dan
posttest. Data prettes siswa kelas eksperimen I nilai rata-rata kelas mencapai
48,68 karena pada saat prettes siswa belum paham pada materi yang akan
disampaikan dan belum dilakukannya model pembelajaran sehingga nilainya
belum mencapai KKM. Sedangkan nilai posttes kelas eksperimen I rata-rata
mencapai 80,29 karena sebelum dilakukannya posttest siswa sudah dibekali
materi yang menggunakan model Think Pair Share berbantukan LKS Bergambar,
dengan adanya model Think Pair Share siswa bisa melakukan kerjasama dengan
teman sebangkunya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai prettes dan minat
belajar siswa.
Pada eksperimen II peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw,
dimana minat belajar diperoleh dari hasil observasi dengan presentase rata-rata
sebesar 70,71% karena pada proses pembelajaran eksperimen II hanya
menggunakan model pembelajaran Jigsaw tidak menggunakan media
pembelajaran sehingga minat siswa kurang dibandingkan pada eksperimen I yang
menggunakan media LKS Bergambar. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 48,24 hal ini menunjukan nilai siswa tidak
optimal, sedangkan nilai posttest kelas eksperimen II diperoleh nilai rata-rata
kelas mencapai 73,97 karena dengan adanya model pembelajaran Jigsaw siswa
44
-
48
mengalami kesulitan. Hal ini menunjukan minat dan hasil nilai postes eksperimen
I yang berbantukan LKS Bergambar lebih tinggi dibandingkan nilai postes
eksperimen II yang menggunakan model Jigsaw.
Penggunaan Media dalam pemb