perbedaan jigsaw

141
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII SMP NEGERI 7 PURWODADI SKRIPSI Oleh Isti Muslikhah NPM 09320199 IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEMARANG 2013

Upload: ananda-phie

Post on 25-Nov-2015

161 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

merupakan perbedaan jigsaw

TRANSCRIPT

  • i

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

    BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN

    MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN

    MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

    PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

    SMP NEGERI 7 PURWODADI

    SKRIPSI

    Oleh

    Isti Muslikhah

    NPM 09320199

    IKIP PGRI SEMARANG

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    SEMARANG

    2013

  • ii

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

    BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN

    MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN

    MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

    PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

    SMP NEGERI 7 PURWODADI

    Skripsi

    Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang

    untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

    Program Sarjana Pendidikan Biologi

    Oleh

    Isti Muslikhah

    NPM 09320199

    IKIP PGRI SEMARANG

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    SEMARANG

    2013

    ii

  • iii

    Halaman Persetujuan

    Skripsi berjudul

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

    BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN MODEL

    PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN

    MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

    PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

    SMP NEGERI 7 PURWODADI

    Yang diajukan oleh

    Isti Muslikhah

    NPM 09320199

    Yang disetujui dan siap untuk diujikan.

    Semarang,..........2013

    Pembimbing I Pembimbing II

    Ary Susatyo Nugroho, M.Si Drs. Benediktus Suharno, M.Si.

    NIP. 196908261994031003 NIP. 19510616 198003 1 002

    iii

  • iv

    Halaman Pengesahan

    Skripsi Berjudul

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

    BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN

    MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN

    MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

    PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

    SMP NEGERI 7 PURWODADI

    yang dipersiapkan dan disusun oleh

    Isti Muslikhah

    NPM 09320199

    telah dipertahankan didepan Dewan Penguji

    pada hari Selasa, tanggal 19 November 2013

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan

    Panitia Ujian

    Ketua Sekretaris

    Drs. Nizaruddin, M.Si Endah Rita S.D., S. Si., M.Si

    NIP. 19680325 199403 1 004 NPP. 937001100

    Anggota Penguji,

    1. Ary Susatyo Nugroho,S.Si,M.Si ( )

    NIP. 196908261 994031 003

    2. Drs. Benediktus Suharno, M.Si ( )

    NIP. 19510616 1980031 002

    3. Prasetiyo, M. Pd ( )

    NPP. 098401250

    iv

  • v

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada :

    Pihak kampus IKIP PGRI Semarang demi menyelesaikan tugas akhir

    Pembimbing I dan pembimbing II yang senantiasa membantu penyusunan

    skripsi ini

    Ayah, Ibu dan kakak tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril

    dan materi serta senantiasa mendoakan dan menyayangiku

    Teman-teman baiku yang sudah bersedia menyediakan dan meminjamkan

    fasilitas alat bantu demi terselesainya skripsi ini

    Seluruh teman seperjuangku kelas E angkatan 2009 yang tidak pernah

    kulupakan.

    v

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

    melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair

    Share Berbantukan LKS Bergambar Dibandingkan Model Pembelajaran Jigsaw

    Untuk Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran

    Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada

    pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

    menyelesaikan skripsi, mulai dari persiapan sampai selesainya penelitian ini,

    terutama kepada :

    1. Drs. Muhdi, S.H, M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.

    2. Drs. Nizaruddin, M. Si. selaku Dekan Fakultas Pendidikan Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang.

    3. Dra. Endah Rita, S.Si.,selaku ketua jurusan pendidikan

    4. Ary Susatyo Nugroho, M.Si., selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi.

    5. Drs. Benediktus Suharno, M.Si,. selaku pembimbing II dalam penyusunan

    skripsi.

    6. Umi Soldiyah, S.Pd,. selaku guru mata pelajaran Biologi SMP Negeri 7

    Purwodadi yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

    7. Bapak, ibu dan kakak yang selalu mendoakan penulis demi terselesaikannya

    skripsi ini.

    8. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu

    per satu.

    vi

  • vii

    Harapan penulis, mudah-mudahan laporan penelitian (skripsi) yang

    sederhana ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi calon pendidik

    atau guru-guru biologi, dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.

    Semarang, 2013

    Isti Muslikhah

    NPM : 09320199

    vii

  • viii

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

    BERBANTUKAN LKS BERGAMBAR DIBANDINGKAN

    MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN

    MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

    PENCEMARAN LINGKUNGAN KELAS VII

    SMP NEGERI 7 PURWODADI

    Isti Muslikhah

    Prodi Pendidikan Biologi

    ABSTRAK

    Proses pembelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 7 Purwodadi masih berpusat

    pada pengetahua guru semata, siswa hanya berperan sebagai penerima informasi

    dan hanya pasif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran

    monoton, dan para siswa tidak dapat saling berinteraksi dengan baik sehingga

    mengakibatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya

    biologi masih sangat rendah. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA biologi

    maka peneliti menggunakan media lks bergambar dalam pembelajaran agar dapat

    meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, mendorong siswa untuk

    meningkatkan kerjasama mereka dalam menyelesaikan soal, dan siswa dapat

    menemukan konsep yang bermakna pada media lks bergambar. Penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

    Think Pair Share berbantukan lks bergambar dengan pembelajaran jigsaw pada

    materi Pencemaran Lingkungan kelas VII di SMP Negeri 7 Purwodadi tanggal 22

    dan 25 Mei 2013. Dari delapan kelas dipilih kelas VII C sebagai kelas uji coba

    sedangkan kelas VII A dan VII B sebagai kelas eksperimen I dan eksperimen II.

    Pada kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan menggunakan media lks

    bergambar sedangkan pada kelas eksperimen II tidak. Pemilihan sampel dengan

    cara cluster random sampling. Sedangkan metode pengumpulan data yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi minat, wawancara

    ,dokumentasi, dan tes. Analisis data awal meliputi uji normalitas dan uji

    homogenitas menggunakan exel atau manual. Setelah dilakukan analisis

    didapatkan bahwa kelas kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut berdistribusi normal dan homogen. Dan untuk analisis data akhir digunakan uji t

    satu pihak kanan yaitu untuk menguji hipotesis dalam penelitian tersebut. Hasil

    penelitian antara kelas eksperimen I dengan eksperimen II setelah dianalisis

    didapatkan nilai thitung = 13,7155 dan nilai ttabel yaitu 1,9966. Jadi thitung > ttabel =

    13,7155 > 1,9966 dan pada eksperimen II thitung = 11,3850 karena thitung > ttabel yaitu

    11,3850 > 1,9966 yang berarti nilai thitung lebih besar dari pada ttabel maka bisa

    disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan dari penelitian ini

    adalah ada perbedaan minat dan hasil belajar dalam penggunaan pembelajaran

    Think Pair Share berbantukan lks bergambar dengan pembelajaran Jigsaw di

    SMP Negeri 7 Purwodadi.

    Kata kunci : Pembelajaran kontekstual, Minat, Hasil Belajar, Media Lks

    Bergambar.

    viii

  • ix

    DAFTAR ISI

    SAMPUL LUAR .............................................................................................. i

    SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Perumusan masalah ...................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

    E. Definisi Istilah .............................................................................. 4

    F. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 5

    BAB II TELAAH PUSTAKA ........................................................................ 6

    A. Kajian Tentang Belajar................................................................. 6

    1. Belajar .................................................................................... 6

    2. Tujuan Belajar ........................................................................ 7

    3. Media Pembelajaran ............................................................... 8

    4. Minat Belajar .......................................................................... 11

    5. Hasil Belajar ........................................................................... 12

    ix

  • x

    6. Model-model Pembelajaran ................................................... 14

    7. Media LKS Bergambar .......................................................... 19

    8. Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ................... 20

    B. Kerangka Berfikir dan Paradigma Penelitian .............................. 22

    C. Hipotisis Penelitian ...................................................................... 23

    BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 25

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 25

    B. Subyek Penelitian ......................................................................... 25

    C. Instrumen Penelitian ..................................................................... 26

    D. Variabel Penelitian ....................................................................... 26

    E. Desain Eksperimen ....................................................................... 27

    F. Prosedur/Cara Kerja ...................................................................... 28

    G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 28

    H. Analisis dan Intrepetasi Data........................................................ 35

    BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 40

    A. Data Minat Belajar ....................................................................... 40

    1. Minat Belajar Eksperimen I ...................................................... 40

    2. Minat Belajar Eksperimen II .................................................... 41

    B. Data Hasil Belajar......................................................................... 42

    1. Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen I ................................... 42

    2. Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II .................................. 43

    C. Analisis Data ............................................................................... 44

    1. Hasil Uji Normalitas ............................................................... 44

    2. Hasil Uji Homogenitas ............................................................ 45

    3. Hasil Uji-t ................................................................................ 44

    4. Hasil Uji N-Gain ..................................................................... 45

    BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 46

    KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 49

    A. Kesimpulan ................................................................................. 49

    B. Saran ........................................................................................... 49

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    x

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Data Minat Belajar Kelas Eksperimen I .......................................... 40

    Tabel 4.2 Data Minat Belajar Kelas Eksperimen II ......................................... 41

    Tabel 4.3 Data Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen I................................... 42

    Tabel 4.4 Data Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II ................................. 43

    xi

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ................................................. 9

    Gambar 2.2 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ........................................................... 18

    Gambar 2.3 Paradigma Penelitian .................................................................... 23

    Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 27

    Gambar 4.1 Diagram Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen I ...................... 40

    Gambar 4.2 Diagram Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen II .41

    Gambar 4.3 Diagram Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen I..42

    Gambar 4.4 Diagram Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II 43

    xii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis telah

    merencanakan bermacam lingkungan yakni lingkungan pendidikan yang

    menyebabkan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai

    kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman pendidikan.

    Dengan demikian mendorong pertumbuhan dan perkembangannya kearah suatu

    tujuan yang dicita-citakanya (Hamalik, 2005 : 79-80).

    Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah

    lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang

    didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Banyak siswa mampu

    menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya,

    tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahaminya. Banyak guru ketika

    pengajaran konsep hanya berpusat pada kemampuan berpikir tingkat rendah yaitu

    mengingat dan menghafal bukan melengkapinya dengan pengembangan

    kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dan ketika menghadapi fakta-fakta

    pengajaranya cenderung menyuruh peserta didik untuk menghafalkanya (Kesuma,

    2010: 3-4).

    Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 29 april 2013 di SMP

    Negeri 7 Purwodadi adalah sebagai berikut, yang pertama biologi merupakan

    mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian siswa sehingga membuat minat

    siswa pada pelajaran biologi tersebut kurang. Kedua, menunjukan bahwa aktivitas

    dalam mengikuti proses pembelajaran masih rendah karena pengajarannya masih

    bersifat konvensional sehingga hasil belajar kurang maksimal. Observasi kelas

    yang dilakukan selama satu jam pelajaran, kebanyakan suasana pembelajaran

    masih monoton, serta siswa masih kurang aktif dalam proses belajar karena

    selama observasi didapatkan ada beberapa siswa yang kurang siap mengikuti

    pembelajaran dengan tidak membawa Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun buku

    1

  • 2

    Biologi. Siswa cenderung hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari

    guru, bahkan pada saat guru menjelaskan materi, terlihat beberapa siswa

    mengobrol dengan teman sebangku dan kurang memperhatikan penjelasan guru,

    sehingga mengakibatkan nilai ulangan harian dan nilai hasil ujian semester

    banyak yang belum mencapai 100 % ketuntasan minimal yang menunjukkan

    bahwa hasil belajar siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Belajar

    IPA khususnya Biologi sebenarnya suatu hal yang menyenangkan dan

    mengasyikkan untuk dipelajari, tetapi hal ini ada kalanya menjadi terbalik suatu

    hal yang tidak menyenangkan, menjemukkan bahkan membosankan.

    Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan hasil belajar biologi

    kurang maksimal yang berdampak ketidak berhasilanya ketuntasan siswa dengan

    nilai minimal (KKM) 70. Untuk meminimalisasi dan mengatasi permasalahan

    tersebut diperlukan strategi pembelajaran dan media pengajaran lain yang lebih

    memberdayakan siswa dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Salah

    satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

    minat dan hasil belajar siswa, peneliti mencoba menggunakan model

    pembelajaran Think Pair Share berbantukan LKS bergambar dibandingkan

    dengan model pembelajaran Jigsaw.

    Model pembelajaran Think Pair Share menurut Frank Lyman, menuntut

    siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam bekrja sama dengan teman

    sebangkunya. Model Pembelajaran Jigsaw juga dapat memandirikan siswa dalam

    individu maupun kelompok. Bisa dilihat dengan siswa berada di tim asal ke tim

    ahli, dan kembali lagi ke tim asal lagi untuk mencari suatu invormasi, menurut

    Arson et al. Pemilihan Model pembelajaran Think Pair Share dan model

    pembelajaran Jigsaw dapat membuat siswa aktif dan bekerjasama dengan

    temannya, pada pembelajaran biologi ini mampu meningkatkan minat belajar

    siswa, dimana setiap siswa dilatih untuk bekerjasama dan aktif dalam kelompok

    untuk mencari informasi dan memecahkan masalah.

    Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, peneliti tertarik

    untuk mengadakan suatu penelitian eksperimen yang berjudul Pengaruh Model

    Pembelajaran Think Pair Share Berbantukan LKS Bergambar Dibandingkan

  • 3

    Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Peningkatan Minat dan Hasil Belajar

    Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 7

    Purwodadi.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah penelitian ini

    adalah: Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Think Pair Share

    berbantukan LKS Bergambar dibandingkan model pembelajaran Jigsaw untuk

    peningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan

    kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi.

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian berdasarkan permasalahan adalah untuk menganalisis

    dan mengetahui perbandingan minat dan hasil belajar siswa antara kelas yang

    menerapkan model pembelajaran Think Pair Share berbantukan LKS Bergambar

    dibandingkan model pembelajaran Jigsaw pada materi pencemaran lingkungan

    kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagi siswa

    a. Siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran Biologi, serta

    dalam proses pembelajaran siswa bisa meningkaatkan minat dan hasil

    belajarnya melalui Model Pembelajaran Think Pair Share berbantukan

    LKS Bergambar dan Model Pembelajaran Jigsaw

    b. Meningkatkan kerjasama dan komunikasi dengan teman atau anggota

    kelompok dalam belajar.

    2. Bagi guru

    a. Meningkatkan kemampuan guru dalam upaya mengoptimalkan kegiatan

    belajar mengajar dan menvariasi model pembelajaran.

    b. Meningkatkan wawasan guru dalam pengembangan media pembelajaran

    serta mampu menerapkan dalam proses pembelajaran

    c. Model pembelajaran ini dapat dimanfaatkan guru untuk menciptakan

    suasana kelas yang menyenangkan, karena siswa dapat saling bertukar

    pikiran, diskusi dan berpendapat.

  • 4

    3. Bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang baik bagi sekolah

    dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar pada

    umumnya dan sekolah pada khususnya.

    E. Definisi Istilah

    Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran. maka dalam memahami judul

    skripsi ini perlu adanya penegasan istilah-istilah dalam judul tersebut. Adapun

    istilah-istilah yang perlu mendapat penegasan dan batasan adalah:

    1. Pengaruh

    Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang

    berkuasa atau berkekuatan

    2. Model

    Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk

    menyarankan bagaimana sebaiknya meneruskan penelitian empiris tentang suatu

    masalah.

    3. Belajar

    Belajar ialah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang yang baru secara keseluruhan,

    sebagai suatu hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dan lingkungannya.

    4. Model Pembelajaran Think Pair Share

    Model pembelajaran Think Pair Share adalah suatu pembelajaran yang

    melibatkan siswa untuk berperan aktif, baik dari segi fisik maupun mental dalam

    proses pembelajaran.

    5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

    Model pembelajaran Jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif

    dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam

    pelaksanaan pembelajaran.

    6. Minat Siswa

    Minat merupakan keterlibatan sepenuhnya seseorang siswa dengan

    segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan

    mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yamg dituntunnya di sekolah.

  • 5

    7. Hasil Belajar Siswa

    Hasil belajar merupakan pencapaian akhir yang diperoleh siswa selama

    proses belajar. Hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah hasil belajar

    kognitif siswa berupa nilai pretest dan postest.

    8. LKS Bergambar

    LKS Bergambar adalah suatu media yang berisi tentang materi

    pembelajaran, dilengkapi dengan soal-soal yang berkaitan dengan materi, gambar-

    gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan digunakan untuk

    memberi gambaran tentang materi yang dijelaskan (Indawati (1999: 7).

    9. Pencemaran Lingkungan

    Dikutip dari Buku Biologi untuk SMP kelas VII dengan pengarang

    Syamsuri penerbit Erlangga adalah sebagai berikut:

    Standar Kompetensi (SK): memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dan

    Kompetensi Dasar (KD): 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan

    lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

    F. Sistematika Penulisan Skripsi

    Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga

    bagian yaitu bagian pendahuluan yang berisi halaman judul, halaman pengesahan,

    halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

    daftar gambar, daftar grafik, dan lampiran. Bagian isi dibagi menjadi lima bab

    antara lain bab pertama pendahuluan, pada bagian ini berisi latar belakang

    masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

    serta sistematika penulisan skripsi. Bab kedua landasan teori mengemukakan

    tentang kajian teori-teori yang mendasari dalam penulisan skripsi. Bab tiga

    metode penelitian. Bab empat hasil Penelitian, bab ini meliputi hasil penelitian

    yang telah dilakukan disekolah. Bab lima pembahasan, bab ini meliputi

    pembahasan hasil penelitian. Bab enam kesimpulan dan saran, berisikan

    kesimpulan dari hasil penelitian serta saran. Bagian akhir skripsi ini adalah daftar

    pustaka, tabel-tabel dan lampiran yang digunakan.

  • 6

    BAB II

    TELAAH PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Belajar

    Usaha pemahaman mengenai makna belajar akan diawali dengan

    mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang

    belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :

    a. Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior

    as a result of experience.

    b. Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to

    imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

    c. Geoch mengatakan : Learning is a change in performance as a result of

    practice (Sardiman,2007: 20-21).

    Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu

    senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

    serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

    meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik jika siswa

    mengalami atau melakukanya,jadi tidak bersifat verbalistik.

    Selanjutnya ada yang mendefinisikan belajar adalah berubah. Dalam hal

    ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar

    akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar

    (Sardiman,2007: 20-21).

    Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu kearah sudah

    mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya

    perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar.

    Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin

    banyak pula perubahan yang telah dialami. Demi mudahnya, kemampuan yang

    banyak itu digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan

    dan pemahaman, kemampuan sensorik-motorik yangmeliputi ketrampilan

    6

  • 7

    melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan tertentu, kemampuan

    dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, meresapi perilaku dan tindakan

    (Winkel, 2007: 56-57).

    Menurut pandangan Skinner (dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono,2006: 9)

    belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responya menjadi

    baik. Sebaliknya jika orang tidak belajar maka responya menurun. Dalam belajar

    ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon

    belajar. Respon belajar berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat sedang

    belajar. Selain respon belajar, ditemukan juga konsekuensi yang menguatkan

    respon belajar tersebut.

    Jadi berdasarkan teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa salah satu

    pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam

    dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan yang bersifat

    pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun nilai dan sikap

    (afektif). Proses belajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi penyampaian

    pesan dari sumber pesan melalui suatu media tertentu ke penerima pesan.

    2. Tujuan belajar

    Menurut Sardiman (2010: 26-28), secara umum tujuan belajar terdiri dari

    tiga jenis, yaitu.

    a. Untuk mendapatkan pengetahuan

    Seseorang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan berpikir mampu

    mengembangkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya sehingga memiliki

    pengetahuan yang kompleks.

    b. Pemahaman konsep dan keterampilan

    Pemahaman konsep dapat diamati dari keterampilan jasmaniah maupun

    keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan diamati sehingga dapat

    menitikberatkan pada keterampilan gerak seseorang yang sedang belajar.

    Sedangkan keterampilan rohani dapat dilihat, akan tetapi lebih menyangkut pada

    persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk

    menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

  • 8

    c. Pembentukan sikap

    Pembentukan sikap mental,perilaku,dan pribadi dapat ditumbuhkan

    dengan pendekatan-pendekatan yang lebih bijak dan hati-hati dalam mengarahkan

    motivasi dengan menggunakan pribadi guru sebagai model yang dapat ditiru oleh

    siswa (Sardiman,2010: 26-28).

    3. Media Pembelajaran

    Kata media berasal dari bahasa latin medius dan membentuk jamak dari

    kata medium yang secara harfiah berarti pengantar. Dengan demikian media

    merupakan wahana penyalur informasi belajar. Bila media adalah sumber belajar

    maka secara luas media diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang

    membuat anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses

    belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti penting yang cukup penting.

    Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan yang disampaikan dapat dibantu

    dengan menghadirkan media perantara (Djamarah,2006: 120).

    Penggunaan media mempengaruhi mutu pembelajaran disekolah. Dengan

    menggunakan media pembelajaran disekolah menjadi lebih aktif dan tidak

    membosankan. Mutu pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pembelajaran aktif,

    kreatif, afektif, dan menyenangkan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar

    dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktifitas

    belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong

    untuk menyimpulkan pemahaman daripada sekedar menerima pelajaran yang

    diberikan .

    Peningkatan mutu melalui model pembelajaran dengan menggunakan

    pembelajaran Think Pair Share dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw agar

    proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa

    lebih dituntut mandiri dalam menyelesaikan masalah dengan pemahaman konsep

    yang diperolehnya dan tidak bergantung dengan penjelasan guru. Melalui

    pembelajaran aktif, beberapa alat indra akan cenderung terlibat, sehingga pesan

    yang tersimpan lebih banyak.

    Penggunaan media mempengaruhi mutu pembelajaran disekolah. Dengan

    menggunakan media pembelajaran disekolah menjadi lebih aktif dan tidak

  • 9

    membosankan. Mutu pembelajaran dapat ditingkatkan melalui pembelajaran aktif,

    kreatif, afektif, dan menyenangkan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar

    dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktifitas

    belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong

    untuk menyimpulkan pemahaman daripada sekedar menerima pelajaran yang

    diberikan. Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai

    landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dales Cone of

    Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969 dikutip oleh Arsyad,

    2000:10), kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan

    pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh

    mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan

    kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang

    verbal (abstrak). Seperti yang digambarkan oleh kerucut pengalaman Dales

    dibawah ini :

    Gambar 2.1 Kerucut pengalaman belajar menurut Dales

    Gambar tersebut menunjukan semakin ke atas (puncak kerucut), semakin

    abstrak media penyampaian pesan itu. Urut-urutan ini tidak berarti proses belajar

    dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung,

  • 10

    tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan

    kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi

    belajarnya.

    Dasar pengembangan kerucut dibawah bukanlah tingkat kesulitan,

    melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama

    penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan

    kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang

    terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu ia melibatkan indera

    penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba (Arsyad, 2011:10).

    a. Macam-macam Media

    Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,

    tetapi sudah lebih dari itu. Berikut pembagian media dilihat dari jenisnya:

    1) Media Auditif

    Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio,

    piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan

    dalam pendengaran.

    2) Media Visual

    Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada

    yang menampilkan gambar desain. Ada pula media yang menampilkan simbol

    yang bergerak.

    3) Media Audiovisual

    Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini

    mempunyai kemampuan yang lebih baik. Karena menggabungkan jenis media

    pertama dan kedua (Djamarah, 2006:124).

    b. Manfaat Media

    Sebagai alat bantu dalam pembelajaran media mempunyai beberapa fungsi:

    1) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif

    2) Merupakan salah satu unsur yang harus kembangkan oleh guru

    3) Melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa

    4) Membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru

    5) Meningkatkan hasil belajar siswa (Djamarah,2006:134).

  • 11

    4. Minat Belajar

    a. Pengertian Minat Belajar

    Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

    mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan

    terus-menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto, 2003: 57). Setiap

    individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan dimana yang satu pasti

    berbeda dengan yang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang

    minat khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok agar

    mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut.

    Djamarah (2002: 132-133) mengemukakan, minat adalah suatu rasa lebih

    suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

    Semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar minat siswa. Siswa

    yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan

    perhatian lebih besar terhadap subyek tersebut.

    Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari

    keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Minat belajar adalah kecenderungan hati

    untuk belajar, mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha,

    pengajaran dan pengalaman. Minat belajar dapat disimpulkan merupakan

    keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara

    penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman

    tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

    Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).

    Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan,

    kebutuhan, bakat, dan kebiasaan. Dilihat dari faktor luarnya minat bersifat tidak

    menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar

    tersebut dapat berupa kelengkapan saran dan prasarana, pergaulan dengan orang

    tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial

    budaya.

  • 12

    Faktor-faktor yang berpengaruh dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan

    cara sebagai berikut:

    1) Penyajian materi yang dirancang sistematis dan lebih praktis.

    2) Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi

    terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.

    3) Mengembangkan kebiasaan yang teratur.

    4) Meningkatkan kondisi fisik siswa.

    5) Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.

    6) Menyediakan sarana penunjang yang memadai.

    Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat

    pribadi pada setiap siswa. Minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-

    masing siswa. Pihak lain hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk

    memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.

    c. Ciri-ciri Minat Belajar Siswa

    Adapun ciri-ciri siswa berminat dalam belajar menurut Slameto (2003:

    188) diantaranya; Siswa mempunyai kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, ada

    rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, memperolehsuatu kebanggaan

    dan kepuasan pada suatu yang diminati, ada rasa ketertarikan pada suatu aktivitas-

    aktivitas yang diminati, lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada

    yang lainnya, serta dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan

    kegiatan.

    d. Pengaruh Minat terhadap Hasil Belajar

    Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila

    bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan

    belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan

    tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang

    menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi

    belajar. Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat

    mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu

    seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya

  • 13

    adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang

    diharapkan untuk dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.

    5. Hasil Belajar

    Dengan berakhirnya suatu proses belajar maka siswa memperoleh suatu

    hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

    tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

    hasil belajar. Dan disisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak hasil

    belajar.

    Menurut Purwanto (2009: 46) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan

    pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan

    pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar

    merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang

    diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikanya. Dengan kata lain hasil

    belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

    pengalaman belajarnya.

    Bloom membagi hasil belajar menjadi dua kelompok yaitu hasil belajar

    kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar kognitif terdiri dari enam jenis

    perilaku atau tingkatan kemampuan kognitif yaitu : pengetahuan (C1) mencapai

    kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam

    ingatan, pemahaman (C2) mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

    tentang hal yang dipelajari, penerapan (C3) mencakup kemampuan menerapkan

    metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, analisis (C4)

    mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian sehingga struktur

    keseluruhan dapat dipahami dengan baik, sintesis (C5) mencakup kemampuan

    membentuk suatu pola baru, evaluasi (C6) mencakup kemampuan membentuk

    pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Hasil belajar afektif

    terdiri dari lima perilaku atau tingkatan yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian

    dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup (Dimyati, 2006: 26-

    28).

  • 14

    Menurut Slameto (2010: 54-71) faktor yang mempengaruhi belajar banyak

    jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor

    ekstern.

    a. Faktor Intern

    1) Faktor Jasmaniah

    Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan sesorang

    terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baikharuslah mengusahakan

    kesehatan badanya tetap terjamin.

    2) Faktor Psikologis

    Faktor psikologis dalam belajar meliputi intelegensi, perhatian, minat,

    bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

    b. Faktor Ekstern

    1) Faktor Keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

    orangtua mendidik.

    2) Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

    mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

    disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah.

    6. Model-model Pembelajaran

    a. Berpikir berpasangan berbagi (Think Pair Share)

    Model belajar mengajar Berfikir-Berpasangan-Berbagi dikembangkan

    oleh Frank Lyman (Think Pair Share) penelitian tentang Cooperatif Learning.

    Model Think pair share memiliki dasar dari metode diskusi. Salah satu perubahan

    dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai yang

    diharapkan adalah memilih dan menetapkan prosedur model/ teknik belajar

    mengajar yang dianggap tepat. Suatu model mungkin hanya cocok digunakan

    untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, maka

    guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai model

    atau mengembangkan beberapa model/ teknik yang relefan. Untuk itu penggunan

  • 15

    model Think Pair Share sangat relevan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan

    metode diskusi. Model Think Pair Share dapat memberi siswa kesempatan untuk

    bekerja sendiri, serta bekerja sama dengan orang lain.

    Selain itu model ini juga dapat mengoptimalisasi partisipasi siswa. Dengan

    metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan

    hasilnya untuk seluruh kelas, model Think Pair Share ini memberi kesempatan

    sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukan

    partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini dapat digunakan dalam semua

    mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia didik.

    1. Tahapan model pembelajaran Think Pair Share

    Tahapan model pembelajaran menurut Trianto terdiri dari tiga tahap yaitu:

    a) Tahap I Berikir (Thinking)

    Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan

    pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk

    berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan

    bahwa berbicara atau mengerjakan bukan merupakan bagian berpikir.

    b) Tahap II Berpasangan (Pairing)

    Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka

    peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban,

    jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatakan gagasan apabila suatu

    masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak

    lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

    c) Tahap III Berbagi (Sharing)

    Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

    seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini dapat dilakukan

    dengan cara bergiliran pasangan demi pasang dan dilanjutkan sampai sekitar

    seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

    2. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai berikut :

    a) Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe berpasangan berbagi yaitu :

    Mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang muncul, lebih

    banyak tugas yang bisa dilakukan dan Guru mudah memonitor.

  • 16

    b) Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe berpasngan berbagi yaitu:

    Membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik,

    jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara, kurang

    kesempatan untuk kontribusi individu dan siswa mudah melepaskan diri dari

    keterlibatan dan tidak memperhatikan.

    b. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

    Model mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al dalam

    (Lie,2004) sebagai metode cooperatif learning. Teknik ini bisa digunakan dalam

    teknik membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini

    menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

    Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu

    pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa.

    Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.

    Dalam teknik ini, guru memperhatikan sekema atau latar belakang

    pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan

    pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa

    dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

    mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie,2004).

    Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu pembelajaran

    kooperatif yang terdiri dari tim-tim hiterogen beranggotaan 4-6 orang. Materi

    pembelajarannya diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota

    bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu, bahan yang diberikan itu

    dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain (Arends, 2008).

    Jigsaw didesign untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

    pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

    mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

    menyebarkan materinya tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan

    demikian siswa saling tergantung dengan lainnya dan harus bekerjasama secara

    kooperatif untuk mempelajari materi yang diinginkan.

  • 17

    Anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

    untuk berdiskusi (antar ahli) saling membantu sama lain, tentang topik pelajaran

    yang ditugaskan pada mereka, kemudian siswa itu kembali pada kekompakkannya

    masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan yang lain tentang apa yang

    telah mereka pelajari sebelumnya (dalam pertemuan ahli).

    1) Kerangka Pembelajaran

    Kerangka pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

    adalah sebagai berikut :

    a. Tahap I (tahap pendahuluan)

    Mereview, apersepsi, serta memotivasi peserta didik, menjelaskan model

    pembelajaran jigsaw itu seperti apa kepada peserta didik, meembuat

    pembentukan kelompok, serta pembagian materi kepada peserta didik.

    b. Tahap II (tahap penugasan)

    Tiap siswa berusaha menguasai materi dengan soal yang diterima, mengubah

    bentuk kelompok dengan cara penukaran anggota kelompok menurut soal

    yang diterima kelompok baru yang terbentuk disebut kelompok ahli,

    kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok ahli untuk memperoleh

    jawabannya.

    c. Tahap III

    Dari kelompok ahli, siswa kembali kekelompoknya semula untuk melakukan

    kegiatan memberi dan menerima penjelasan anggota kelompok.

    d. Tahap IV

    Guru bersama siswa membahas soal, kemudian siswa diberi tes individu

    untuk mengerjakannya.

    Ilustrasi pembelajaran kelompok dalam model jigsaw yang dimodif dalam

    bentuk bagan (Trianto, 2007).

  • 18

    Kelompok Asal

    Kelompok Ahli

    Gambar 2.2 Ilustrasi kelompok jigsaw

    Pengelompokan dalam kelompok jigsaw adalah berdasarkan acak atau

    dengan cara siswa berhitung sesuai urutan bangku yang paling kanan dan

    seterusnya.

    2) Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

    Kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif jigsaw adalah sebagai

    berikut :

    a. Kelebihannya yaitu dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif

    diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda, menerapkan

    bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggi,

    memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar,

    sikap apatis berkurang, pemahaman materi lebih mendalam, serta

    meningkatkan minat belajar siswa.

    b. Kelemahannya yaitu: Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu

    menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok

    masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam

    pelaksanaan diskusi, Jika jumlah anggota kelompok kurang akan

    menimbulkan masalah, misal ada anggota yang hanya membonceng dan

    menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi, Membutuhkan waktu

    yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik

    sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh

    (Arends, 2008).

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan jigsaw adalah

    pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang disebut

    + - x : + - x :

    + - x :

    + - x :

    + + + + - - - - x x x x

    x

    : : : :

  • 19

    kelompok asal, dari perwakilan kelompok asal masing-masing bertemu berdiskusi

    (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pelajaran yang

    ditugaskan pada mereka. Kemudian siswa itu kembali pada masing-masing

    kelompok asal untuk menjelaskan yang lain tentang apa yang telah mereka

    pelajari sebelumnya dalam pertemuan kelompok ahli.

    7. LKS Bergambar dalam Pembelajaran Pencemaran Lingkungan

    Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang berisi informasi,

    perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan

    belajar dalam bentuk kerja, praktek atau dalam bentuk penerapan hasil belajar

    untuk mencapai suatu tujuan.

    Komponen LKS menurut Indawati (1999: 7) bahwa lembar kerja siswa

    (LKS) mempunyai komponen sebagai berikut:

    1) Tujuan

    Tujuan menyatakan perubahan tingkah laku yang diinginkan dari siswa

    setelah mempelajari LKS tersebut.

    2) Deskripsi konsep/prinsip

    Deskripsi konsep atau prinsip berdasarkan pada kepentingan materi yang

    telah dirumuskan dengan jelas.

    3) Prosedur kegiatan

    Kegiatan yang diberikan dalam satu LKS dimaksud untuk melatih

    ketrampilan proses seperti ketrampilan menggunakan alat, pengamatan,

    pemeriksaan kesimpulan dan sebagainya.

    4) Evaluasi

    Evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang

    dirumuskan telah tercapai, termasuk evaluasi terhadap proses.

    Sedangkan penggunaan Lembar Kerja dalam pengajaran biologi sebagai

    berikut:

    a. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajarannya atau

    mengenalkan suatu kegiatan tertuntu atau konsep,skil sebagai variable

    kegiatan mengajar.

    b. Dapat mempercepat proses pengajaran dan menghemat penyajian suatu topik.

  • 20

    c. Dapat memudahkan penyelesaian tugas perorangan kelompok atau klasikal.

    d. Meringankan kerja guru dalam memberikan bantuan perorangan atau remidi

    terutama dalam mengelola kelas yang besar.

    e. Dapat mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran yang terbatas.

    LKS Bergambar adalah suatu media yang berisi tentang materi

    pembelajaran, dilengkapi dengan soal-soal yang berkaiatan dengan materi,

    gambar-gambar yang berkaiatan dengan materi pembelajaran dan digunakan

    untuk memberi gambaran tentang materi yang dijelaskan.

    8. Kajian Materi tentang Pencemaran Lingkungan

    Dalam penelitian ini materi yang diambil adalah materi pencemaran

    lingkungan. Dikutip dari Buku Biologi untuk SMP kelas VII dengan pengarang

    Syamsuri penerbit Erlangga adalah sebagai berikut:

    Standar Kompetensi (SK): Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem

    dan Kompetensi Dasar (KD): 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam

    pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

    Adapun materinya sebagai berikut:

    a. Ciri-ciri Lingkungan Alami dan Tercemar

    Lingkungan alami adalah lingkungan atau ekosistem yang keadaanya

    seimbang. Artinya, komponen biotik dan abiotik dalam lingkungan tersebut

    berada dalam keadaan seimbang. Sebaliknya, lingkungan yang tercemar adalah

    lingkungan atau ekosistem yang keadaanya menjadi tidak murni lagi. Artinya

    lingkungan atau ekosistem tersebut keadaanya idak seimbang akibat adanya

    polutan yang masuk kedalam lingkungan tersebut.

    b. Sumber-sumber Pencemaran Lingkungan

    1) Pencemaran Kimiawi

    Pencemaran Kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat

    kimia. Misalnya, jenis-jenis logam berat yang terdapat dalam limbah pabrik

    seperti raksa dan timbal. Limbah adalah sisa proses produksi.

    2) Pencemaran Fisik

    Pencemaran Fisik adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat

    atau gas. Zat cair yang menyebabkan pencemaran misalnya limbah pabrik dan

  • 21

    limbah rumah tangga. Zat padat yang menyebabkan pencemaran misalnya

    sampah. Gas yang menyebabkan pencemaran misalnya asap pabrik.

    3) Pencemaran Biologis

    Pencemaran Biologis adalah pencemaran yang disebabkan oleh berbagai

    macam mikro-organisme penyebab penyakit. Misalnya sumur atau sumber air

    yang digunakan sehari-hari tercemar kuman penyebab penyakit.

    c. Macam-macam Pencemaran Lingkungan

    1) Pencemaran Air

    Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lainya

    kedalam lingkungan perairan sehingga kualitas air terganggu. Sumber-sumber

    pencemaran air terutama berasal dari limbah industri, limbah pertanian dan limbah

    rumah tangga.

    2) Pencemaran Udara

    Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya zat, energi atau komponen

    lainya kedalam lingkungan udara. Akibatnya kualitas udara menurun sehingga

    menggangu kehidupan manusia atau makhluk hidup lainya. Pencemaran udara

    disebabkan oleh pembakaran bahan bakar dari kendaraan bermotor dan gas

    buangan pabrik. Bahan-bahan pencemar udara yang merugikan kesehatan manusia

    antara lain adalah karbondioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen

    oksida dan asap.

    3) Pencemaran Tanah

    Pencemaran tanah adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain

    kedalam suatu areal tanah. Akibatnya dapat mengubah atau mempengaruhi

    keseimbangan ekologis diareal tersebut. Pencemaran tanah antara lain diakibatkan

    oleh pemakaian pestisida yang berlebihan, buangan bahan kimia limbah industri,

    penambangan dan hujan asam.

    4) Pencemaran Suara

    Pencemaran suara adalah masuknya suara atau bunyi yang tidak

    diinginkan ke pemukiman penduduk. Pencemaran suara dapat mengganggu

    aktivitas manusia. Pencemaran suara yang berat dapat merusak telinga. Sumber-

  • 22

    sumber pencemaran suara antara lain suara lalu lintas jalan raya, pesawat yang

    lepas landas, pesawat jet, mesin pabrik, dan lingkungan sosial.

    d. Akibat Pencemaran Terhadap Makhluk Hidup Secara Global

    Pembakaran bahan bakar minyak bumi, batu bara dan kebakaran hutan

    baik karena perbuatan manusia atau secara alami menyebabkan kenaikan kadar

    karbondioksida dalam atmosfer. Gas ini juga dihasilkan dari bermacam-macam

    pembakaran. Semakin banyak pembakaran, semakin banyak terbentuk

    karbondioksida. Kemudian karbondioksida akan terkumpul diatmosfer bumi.

    Dalam jumlah yang banyak diatmosfer, gas karbondioksida menghalangi pantulan

    panas dari bumi keatmosfer. Jadi panas akan dipantulkan kembali ke bumi

    sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut efek rumah

    kaca.

    Akibat pencemaran udara yang disebabkan oleh oksida nitrogen dan

    oksida belerang dalam jumlah banyak dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.

    Bila pencemaran hujan asam terjadi terus menerus menyebabkan tanah, sungai,

    danau menjadi asam. Akibatnya akan merusak tumbuh tumbuhan.

    e. Usaha Pencegahan dan mengatasi pencemaran lingkungan

    Usaha untuk mencegah dan mengatasi pencemaran lingkungan serta

    kerusakan lingkungan akibat penebangan hutan antara lain sebagai berikut:

    1) Pembuangan limbah industri diatur sedemikian rupa sehingga tidak

    mencemari lingkungan

    2) Mencegah penebangan hutan untuk lahan pertanian

    3) Penggunaan pestisida harus sesuai dengan aturanya

    4) Tidak membangun pabrik didekat pemukiman penduduk

    5) Penanaman kembali hutan bekas penebangan

    6) Sistem tebang pilih

    B. Kerangkan Berpikir dan Paradigma Penelitian

    Perbandingan penggunaan model Pembelajaran Thik Pair Share

    dengan model Pembelajaran Jigsaw akan berpengaruh terhadap minat belajar

    siswa, sedangkan minat belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

    Berdasarkan hubungan antara variabel tersebut maka dapat dinyatakan bahwa jika

  • 23

    pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Thik Pair Share efektif,

    maka minat dan hasil belajar siswa juga akan meningkat.

    Dari kerangaka berfikir, dapat digambarkan paradigma sebagai berikut:

    Gambar 2.3 Paradigma Penelitian

    Menurunnya minat dan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan

    di SMP Negeri 7 Purwodadi

    Model Pembelajaran

    Thik Pair Share

    Model Pembelajaran

    Jigsaw

    Minat belajar siswa

    menggunakan

    Thik Pair Share

    Hasil belajar siswa menggunakan Think

    Pair Share dan Jigsaw meningkat

    Minat belajar siswa

    menggunakan Jigsaw

    Hasil belajar siswa

    menggunakan

    Thik Pair Share

    Hasil belajar siswa

    menggunakan Jigsaw

    Media LKS

    Bergambar

    Konvensional/

    Ceramah

  • 24

    C. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini ada perbedaan minat dan hasil belajar

    siswa pada model Pembelajaran Think Pair Share, dengan model Pembelajaran

    Jigsaw pada materi pencemaran lingkungan kelas VII semester II SMP Negeri 7

    Purwodadi.

    Untuk kepentingan uji statistik dikembangkan hipotesis alternatif dan

    hipotesis nol sebagai berikut :

    Ho : Tidak ada perbedaan minat dan hasil belajar siswa yang mendapatkan

    model Pembelajaran Think Pair Share, dan model Pembelajaran Jigsaw

    pada materi pencemaran lingkungan siswa kelas VII semester II SMP

    Negeri 7 Purwodadi.

    X TPS = X Jigsaw

    Ha : Ada perbedaan minat dan hasil belajar siswa yang mendapatkan model

    Pembelajaran Think Pair Share, dan model Pembelajaran Jigsaw pada

    materi pencemaran lingkungan siswa kelas VII semester II SMP Negeri 7

    Purwodadi.

    X TPS X Jigsaw

  • 25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Purwodadi pada kelas

    VII semester II, dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dengan materi

    Pencemaran Lingkungan. Materi tersebut merupakan materi kelas VII semester

    genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode penelitian

    eksperimen.

    B. Subjek Penelitian

    1. Populasi

    Menurut (Margono,2009: 118) Populasi adalah seluruh data yang

    menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.

    Populasi tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-

    sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian. Populasi dalam penelitian

    ini yaitu siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi yang terdiri dari 4 kelas

    yaitu kelas VIIAVIID.

    2. Sampel

    Dalam suatu penelitian, perlu diterapkan subyek penelitian yaitu subyek

    penelitian ilmiah yang tidak selalu dikenakan kepada seluruh obyek, melainkan

    sebagian dari obyek penelitian yang dapat mewakili dari seluruh subyek

    penelitian. Penelitian yang menggunakan sebagian dari subyek penelitian ini

    disebut dengan penelitian sampel. Sampel adalah bagian dari populasi sebagai

    contoh yang diambil dengan cara-cara tertentu (Margono,2009: 121).

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan

    sampel dan populasi dalam penelitian ini menggunakan tehnik sampel. Sampel

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Siswa-siswi kelas VIIA SMP Negeri 7 Purwodadi tahun pelajaran 2012/2013

    berjumlah 34 siswa menggunakan Teknik pembelajaran Think Pair Share

    24

  • 26

    berbantu LKS Bergambar dalam pembelajaran biologi pada materi

    pencemaran lingkungan.

    b. Siswa-siswi kelas VIIB SMP Negeri 7 Purwodadi tahun pelajaran 2012/2013

    berjumlah 34 siswa menggunakan Teknik pembelajaran Jigsaw dengan

    metode ceramah atau konvensional dalam pembelajaran biologi pada materi

    pencemaran lingkungan.

    Dari empat kelas kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi dipilih dua kelas

    secara diundi, dua kelas ditetapkan untuk dilakukan percobaan yaitu kelas VIIA

    mendapat perlakuan model pembelajaran Think Pair Share dan VIIB mendapat

    perlakuan model pembelajaran Jigsaw.

    C. Instrumen Penelitian

    1. RPP

    2. Test (Pretest-postest)

    3. LKS Bergambar

    4. Lembar Observasi (Think Pair Share)

    5. Lembar Observasi (Jigsaw)

    D. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah :

    1. Variabel bebas (Independen)

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair

    Share dan pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran biologi dengan materi

    pelajaran yaitu pencemaran lingkungan.

    2. Variabel terikat (Dependen)

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa

    kelas VII SMP Negeri 7 Purwodadi

  • 27

    E. Desain Eksperimen

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan

    dilakukan dalam beberapa pelaksanaan. Desain yang digunakan adalah desain

    quasi-eksperimental, macam desainnya adalah Desain Non-equivalent Group

    Pretest Posttest.

    Kelompok subjek diambil dari populasi kelas VII SMP Negeri 7

    Purwodadi yang dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok eksperimen I dan

    kelompok eksperimen II. Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen

    I berupa penerapan pembelajaran Think Pair Share, sedangkan pada kelompok

    eksperimen II berupa penerapan pembelajaran Jigsaw. Pola rancangan tersebut

    digambarkan sebagi berikut.

    Kelompok Pre test Treatment Post test

    A T1 X1 T2

    B T1 X2 T2

    Waktu

    Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

    Desain Nonequivalent Group Pretest-Posttest

    Keterangan :

    T1 :Tes sebelum diberi perlakuan untuk kelompok pembelajaran

    Think Pair Share maupun kelompok dengan pembelajaran

    Jigsaw

    T2 : Tes setelah diberi perlakuan untuk kelompok pembalajaran

    Think Pair Share maupun kelompok dengan pembelajaran

    Jigsaw

    A : kelompok pembelajaran Think Pair Share

    B : kelompok pembelajaran Jigsaw

    X1 : penerapan penggunaan pembelajaran Think Pair Share

    X2 : penerapan penggunaan pembelajaran Jigsaw

    (Purnomo, 2011: 48-49).

  • 28

    F. Prosedur/Cara Kerja

    1. Persiapan

    Pada tahap awal, peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran

    biologi yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pencemaran lingkungan

    di SMP Negeri 7 Purwodadi dengan teknik pengamatan dan wawancara guru

    mengenai kondisi sekolah dan siswa serta melakukan uji coba instrument berupa

    tes, setelah itu mengujikan kepada siswa soal uji coba tadi agar mengetahui

    apakah soal uji coba tersebut valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran, dan daya

    beda baik.

    2. Pelaksanaan Penelitian

    Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rancangan penelitian. Rancangan

    pelaksanaan pembelajaran yaitu, memerlukan dua kelas, dimana kelas VIIA untuk

    pembelajaran Think Pair Share sedangkan VIIB untuk pembelajaran Jigsaw.

    Selama kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal pretest, pembelajaran

    dengan Think Pair Share, pembelajaran Jigsaw, memberi soal post test,

    pengambilan data minat dan hasil belajar.

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Berdasarkan data yang dibutuhkan pada penelitian, metode yang

    digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

    1) Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau

    variabel yang berupa benda-benda tertulis buku-buku, majalah, dokumen,

    peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2006:

    158).

    2) Metode Tes

    Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka

    melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai

    pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab

    oeleh peserta didik (Arifin,2011:118).

  • 29

    a. Uji Validitas

    Menurut Gay (1983 dikutip dalam Sukardi,2007: 121-131) suatu

    instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa

    yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen penelitian tidak lain adalah derajat

    yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip

    suatu tes adalah valid, tidak universal. Valid berarti instrument tersebut dapat

    digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mencari validitas

    pada soal pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus korelasi product

    moment, yaitu.

    2222

    YYNXXN

    YXXYNrXY

    Keterangan:

    XYr = koefisien korelasi tiap item

    N = Banyaknya subyek yang diuji

    X = Jumlah skor item

    Y = Jumlah skor total

    2X = Jumlah kuadarat skor item

    2Y = Jumlah kuadrat skor total

    YX = Jumlah perkalian skor item (X) dan skor total (Y)

    Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel harga kritik r product

    moment dengan = 5%. Jika rhitung > rtabel maka alat ukur dinyatakan valid.

    Adapun hasil analisis data tingkat validitas selengkapnya dapat dilihat

    pada lampiran. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan hasil tes soal uji coba

    sebagai berikut:

    1) Item pada soal uji coba yang dinyatakan valid atau rxy > r table dari 35 soal,

    yaitu soal nomor 1, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 25, 27, 29,

    30, 33, 34.

  • 30

    2) Item soal uji coba yang dinyatakan tidak valid atau rxy < r table dari 35 soal,

    yaitu soal nomor 2, 5, 8, 9, 13, 15, 17, 21, 23, 24, 26, 28, 31, 32, 35.

    b. Uji Reliabilitas

    Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen

    penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang

    dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.

    Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka semakin

    yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil

    yang sama ketika dilakukan tes kembali (Sukardi,2007:127-128).

    Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas bentuk

    pilihan ganda adalah:

    2

    2

    i

    1,1 11-n

    nr

    t

    Keterangan :

    11r = Reliabilitas yang dicari

    2

    i = Jumlah varians skor tiap-tiap item

    2

    t = Varians total

    n = Banyak item

    Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga

    r product moment pada tabel. Jika hitungr tabelr harga kritik r product moment

    maka item tes yang diujicobakan reliabel. Adapun kriteria reliabilitasnya

    adalah sebagai berikut:

    0,00 r11< 0,20 : reliabilitas sangat rendah

    0,20 r11 < 0,40 : reliabilitas rendah

    0,40 r11 < 0,60 : reliabilitas cukup

    0,60 r11 < 0,80 : reliabilitas tinggi

  • 31

    0,80 r111,00 : reliabilitas sangat tinggi (Arikunto, 2009: 109).

    Menghitung Reliabilitas sebagai berikut:

    Karena nilai r11 lebih besar dari r tabel 0,2869, maka semua pertanyaan

    dinyatakan Reliabel

    Dikarenakan rhitung 0,60 < r11 < 0,80, dengan demikian reliabilitas soal

    tinggi.

    c. Uji Tingkat Kesukaran Soal

    Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukan mudah dan

    sukarnya suatu butir soal. Menurut Arikunto (2009:207) mengatakan bahwa

    soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

    Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    JS

    BP

    Keterangan:

    P = Indeks kesukaran

    B = banyaknya item

    JS = jumlah keseluruhan siswa peserta tes

    Kriteria indeks kesukaran

    0,00-0,30 : sukar

    0,31-0,70 : sedang

    0,71-1,00 : mudah

  • 32

    Penghitungan tingkat kesukaran soal nomor 1 sebagai berikut:

    B = 26

    Js = 34

    P = Js

    B=

    34

    26 = 0,76

    Karena 0,3 < P < 0,7, maka dapat dikatakan bahwa kriteria soal nomor

    1 memiliki tingkat kesukaran soal mudah.

    d. Daya Pembeda

    Menurut Arikunto (2009: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan

    sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan

    tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.

    Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes

    bentuk pilihan ganda adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata

    (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata kelompok

    bawah untuk tiap-tiap item :

    BA

    B

    B

    A

    A PPJ

    B

    J

    BD

    Keterangan :

    D = indeks diskriminasi

    J = jumlah peserta tes

    JA = banyaknya peserta kelompok atas

    JB = banyaknya peserta kelompok bawah

    BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

    dengan benar

    BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

    dengan benar

    A

    AA

    J

    BP

    proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

  • 33

    B

    BB

    J

    BP

    proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

    Adapun klasifikasi indeks daya pembeda soal adalah :

    Daya Pembeda Klasifikasi

    0,00 0,20 Jelek

    0,20 0,40 Cukup

    0,40 0,70 Baik

    0,70 1,00 Baik Sekali

    Jika D = negatif, semuanya tidak baik

    Dari hasil validasi 35 butir soal didapatkan 20 soal valid dengan daya

    pembeda cukup yaitu nomor 1, 6, 10, 11, 12,14, 16, 19, 20, 29 dan 30. Daya

    pembeda dengan kriteria baik yaitu nomor 3, 4, 7, 22, 25, 27, 33 dan 34. Daya

    pembeda dengan kriteria jelek yaitu nomor 18 dan 25.

    Contoh penghitungan daya beda soal nomor 1 sebagai berikut:

    BA = 16 BB = 10

    JA = 17 JB = 17

    Karena 0,20 < 0,4 < 0,400, maka soal nomor 1 mempunyai daya pembeda

    yang baik sekali.

    3. Observasi

    Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

    sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik

  • 34

    dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai

    tujuan tertentu (Arifin,2011:152).

    Pengumpulan datanya dengan membuat lembar observasi atau

    pengamatan tentang kegiatan siswa selama proses belajar mengajar dikelas.

    Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

    a. Situasi kelas

    1) Siswa masuk kelas tepat waktu pada saat pembelajaran biologi

    2) Siswa memperhatikan instruksi guru saat guru menyampaikan materi

    biologi

    3) Siswa mempersiapkan diri saat pelajaran biologi berlangsung

    4) Siswa tidak berbicara sendiri saat proses belajar berlangsung

    5) Siswa terlihat serius saat pembelajaran biologi

    b. Partisipasi siswa

    1) Siswa menjawab pertanyaan tentang materi biologi yang diajarkan

    2) Siswa semangat mencatat materi saat proses belajar berlangsung

    3) Siswa menyelesaikan tugas dan mempresentasikan kerja kelompok

    didepan kelas

    c. Kepunyaan buku

    1) Buku catatan bilogi siswa lengkap

    2) Siswa mempunyai buku referensi

    4. Wawancara

    Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-

    tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung

    maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung

    adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara atau

    guru dengan orang yang diwawancarai atau peserta didik tanpa melalui

    perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau

    guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain

    atau media (Arifin, 2011:158).

  • 35

    Wawancara dilakukan secara langsung dengan guru mata pelajaran

    biologi. Wawancara ini berkaitan dengan penggunaan model dalam

    pembelajaran disekolah. Tujuan peneliti mengadakan wawancara adalah

    untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penggunaan model dalam

    pembelajaran kontekstual yang digunakan sehingga dapat meningkatkan hasil

    belajar.

    H. Analisis dan Interpretasi Data

    1. Analisis hasil penelitian

    a. Uji normalitas sampel

    Menurut Sudjana (2002:466), uji kenormalan yang digunakan

    adalah menggunakan rumus uji Lilliefors sebagai berikut.

    1) Hipotesis

    Ho : sampel dari populasi berdistribusi normal

    Ha : sampel tidak dari populasi berdistribusi normal

    2) Prosedur

    a. Pengamatan x1, x2,xn dijadikan bilangan baku z1, z2,zn dengan

    menggunakan rumus s

    xxz ii

    s

    xxz ii

    ( x dan s masing-

    masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).

    1

    n

    xxS

    i

    b. Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor

    tertinggi

    c. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi

    normal baku, kemudian dihitung peluang )()( ii zzPzF

    d. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ..., zn yang lebih kecil atau

    sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka

    n

    zyangzzzbanyaknyazS ini

    ...,,,)( 21

    e. Hitung selisih F(zi) S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

  • 36

    f. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

    tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.

    g. Membandingkan Lo dengan Ltabel, pada taraf signifikan 0,05.

    3) Kesimpulan

    1) Jika Lo < Ltabel, maka Ho diterima

    2) Jika Lo > Ltabel, maka Ho ditolak

    Catatan: Ltabel diperoleh dari tabel Liliefors.

    b. Uji homogenitas

    Uji homogenitas adalah bahwa variansi populasi kelompok satu

    sama besar dengan variansi populasi kelompok dua. Rumus yang

    digunakan adalah:

    Kriteria pengujiannya adalah :

    Jika F hitung F tabel maka Ho diterima atau varians kedua

    kelompok sampel sama (homogen)

    Jika F hitung F tabel maka varians kedua kelompok sampel berbeda

    (heterogen)

    c. Uji t (t-test)

    Uji digunakan untuk membandingkan dua rata-rata populasi atau dua rata-

    rata sampel dari dua metode pembelajaran eksperimen pendidikan. Varian

    sampel homogen, t independen n1 = n2. Persamaan yang digunakan adalah.

    n

    S

    XXt

    Gab2

    21

    2

    )1(2

    //

    1

    2

    2

    2

    2

    21

    2

    1

    2

    12

    n

    nXXnXXS Gab

    Atau

  • 37

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

    SnSnS Gab ; db = 2 (n-1)

    Keterangan:

    t : uji t

    1x : nilai rata-rata hasil teknik pembelajaran thik pair share

    2x : nilai rata-rata hasil teknik pembelajaran tipe jigsaw

    1n : banyaknya subyek teknik pembelajaran think pair share

    2n : banyaknya subyek tekik pembelajaran tipe jigsaw

    1s : deviasi nilai teknik pembelajaran think pair share

    2s : deviasi nilai teknik pembelajaran tipe jigsaw

    Hipotesis : Ho : 1x = 2x , HA: 1x 2x kriteria uji: terima Ho jika -t< t <

    t ; Tolak Ho jika t < -t atau t > t; (Sudjana, 2002 : 239-240).

    d. Uji n-gain

    Uji efektivitas untuk mengetahui pembelajaran menggunakan

    media kartu mastery dalam pembelajaran kontekstual efektif, maka

    dilakukan uji n-gain sebagai berikut:

    g = skor postest skor pretest

    skor ideal skor pretest

    Kriteria gain ternormalisasi:

    0 g 0,3 = rendah

    0,3 g 0,7 = sedang

    0,7 g 1 = tinggi

    (Awaludin,2006).

    e. Data Minat Siswa

    Minat diperoleh berdasarkan lembar angket. Lembar angket

    tersebut menggunakan lembar yang sudah diberikan pilihan jawaban.

  • 38

    Hasilnya dianalisis dengan cara mengubah hasil angket ke dalam

    bentuk nilai dan konversi menjadi persentase. Perhitungan persentase

    digunakan rumus sebagai berikut.

    Minat siswa %100xN

    nDp

    Keterangan:

    Dp : skor yang diharapkan

    n : jumlah skor yang diperoleh

    N : jumlah skor maksimum

    Penyekoran Kriteria

    SL = Selalu (skor 5) Skor 84 100 = sangat berminat

    SR = Sering (skor 4) Skor 68 83 = berminat

    KD = Kadang (skor 3) Skor 52 67 = cukup berminat

    JR = Jarang (skor 2) Skor 36 51 = kurang berminat

    TP = Tidak Pernah (skor 1) Skor 20 35 = tidak berminat

    f. Ketuntasan Belajar

    Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran digunakan kriteria

    ketuntasan belajar sebagai berikut:

    1. Ketuntasan Belajar Individu (Perorangan)

    Ketuntasan belajar siswa baik kelompok kontrol maupun kelompok

    eksperimen dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Ketuntasan individu = %100max

    seluruhnyanilaiJumlah

    siswadiperolehyangnilaijumlahApabila

    siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 65% terhadap materi setiap

    satuan bahasan yang diajukan.

  • 39

    2. Ketuntasan Belajar klasikal

    Di dalam pengukuran tuntas secara klasikal, dikatakan belajar tuntas

    dengan rumus:

    Ketuntasan Klasikal= %100tesmengikutiyangsiswaJumlah

    belajartuntasyangsiswajumlahApabila

    sekurang-kurangya 85% dari siswa berhasil mencapai tingkat penguatan

    yang ditetapkan.

  • 40

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Data Minat Belajar

    1. Minat Belajar Eksperimen I

    Data minat belajar siswa yang diperoleh dari observasi minat dengan

    menggunakan model pembelajaran Think Pair Share diperoleh data sebagai

    berikut :

    Tablel 4.1 Data Minat Belajar Kelas Eksperimen I

    No Interval Nilai Siswa presentase Kriteria

    1 84% 100% 8 23,53% Sangat berminat

    2 68% 83% 23 67,65% Berminat

    3 52% 67% 3 8,82% Cukup berminat

    4 36% 51% 0 0,00% Kurang berminat

    5 20% 35% 0 0,00% Tidak berminat

    Rata-Rata 75,91

    Berdasarkan tabel diatas dapat ditunjukan dengan diagram sebagai

    berikut :

    Gambar 4.1 Diagram minat belajar siswa kelas eksperimen I

    40

  • 41

    2. Minat Belajar Eksperimen II

    Data minat belajar belajar siswa yang diperoleh dari observasi minat

    dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw diperoleh suatu data sebagai

    berikut :

    Tabel 4.2 Minat Belajar Kelas Eksperimen II

    No Interval Nilai Siswa presentase Kriteria

    1 84 % 100 % 2 5,88% Sangat berminat

    2 68% 83% 22 64,71% Berminat

    3 52% 67% 10 29,41% Cukup berminat

    4 36% 51% 0 0,00% Kurang berminat

    5 20% 35% 0 0,00% Tidakberminat

    Rata-Rata 70,71

    Berdasarkan tabel diatas dapat ditunjukan dengan diagram sebagai

    berikut:

    PRE

    Gambar 4.2 Diagram Minat Belajar Kelas Eksperimen II

  • 42

    B. Data Hasil Belajar

    1. Pretes dan postes kelas eksperimen I

    Hasil belajar pada siswa kelas VII A SMP Negeri 7 Purwodadi yang

    menerapkan teknik pembelajaran think pair share pada proses pembelajaran

    dapat diketahui nilai rata-rata pretes sebesar 48,68 dan nilai rata-rata posttes

    sebesar 80,29. Berdasarkan hasil penelitian dikelas VII A menunjukan bahwa

    dari 34 siswa, sebelum diterapkan teknik pembelajaran think pair share

    berbantukan LKS Bergambar tersebut terdapat 1 siswa yang nilainya tuntas dan

    setelah menerapkan teknik pembelajaran tersebut siswa yang nilainya tuntas

    sebanyak 31 siswa. Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I yang

    menggunakan teknik pembelajaran think pair share tersebut dapat disajikan

    sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen I

    Pre test Post test

    No Nilai Interval Siswa presentase Siswa presentase Kriteria

    1

  • 43

    2. Pretes dan Postes Kelas Eksperimen II

    Hasil belajar pada siswa kelas VII B di SMP Negeri 7 Purwodadi yang

    menggunakan model pembelajaran jigsaw pada proses pembelajaran dapat

    diketahui nilai rata-rata pretes sebesar 48,24. Berdasarkan hasil penelitian

    dikelas VII B menunjukan bahwa dari 34 siswa sebelum diterapkan model

    jigsaw siswa tidak ada yang nilainya tuntas dan setelah menerapkan model

    pembelajaran jigsaw tersebut terdapat 26 siswa yang nilainya tuntas. Data

    hasil belajar siswa pada kelas VII B yang menggunakan model pembelajaran

    jigsaw tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

    Tabel 4.4 Data Nilai Prettes dan Posttes Kelas Eksperimen II

    No Nilai Interval Pretest Posttest Kriteria

    Siswa presentase Siswa presentase

    1

  • 44

    C. Analisis Data

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data. Uji

    kenormalan dengan menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan uji normalitas

    menggunakan data hasil belajar prettes dan posttes. Dari hasil Testi normalitas

    kelas eksperimen I think pair share pretest Lo

  • 45

    Karena thitung > ttabel, yaitu 2,8597 > 1,9966 maka dapat dikatakan terdapat

    perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen I dan kelompok

    eksperimen II, artinya penerapan pembelajaran think pair share dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    4. Uji N-Gain

    Uji efektivitas untuk mengetahui pembelajaran dikelas eksperimen I

    menggunakan pembelajaran tink pair share berbantukan LKS Bergambar dan

    eksperimen II menggunakan jigsaw efektif atau tidak, maka dilakukan uji n-

    gain sebagai berikut:

    a. Uji n-gain Kelas Eksperimen I

    T1 (pre tes) = 27,30

    T2 (post test) = 16,55

    Tmaks = 100

    g =

    = 30,27100

    30,2755,16

    = 0.616045845

    Kriteria gain ternormalisasi:

    0 g 0,3 = rendah

    0,3 g 0,7 = sedang

    0,7 g 1 = tinggi

    Karena 0,3 < g < 0,7 maka dapat dikatakan kriteria uji n gain sedang.

    b. Uji n-gain Kelas Eksperimen II

    T1 (pre tes) = 16,40

    T2 (post test) = 25,15

    Tmaks = 100

    g =

    = 40,16100

    40,1615,25

    = 0.497159091

  • 46

    Karena 0,0 < g < 0,3 maka dapat dikatakan kriteria uji n-gain sedang. Berdasarkan

    perhitungan n-gain diatas menunjukkan bahwa uji n gain kelas eksperimen I lebih

    besar dibandingkan dengan kelas eksperimen II .

  • 47

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kelas eksperimen

    I Think Pair Share berbantukan LKS Bergambar dan kelas eksperimen II Jigsaw

    untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran

    Lingkungan kelas VII di SMP Negeri 7 Purwodadi. Setelah dilakukan

    pembelajaran eksperimen I Think Pair Share dengan bantuan LKS Bergambar,

    terkumpul berbagai data seperti penilaian minat belajar dan hasil beajar siswa.

    Minat belajar siswa bisa diketahui dari hasil observasi. Hasil minat pada

    eksperimen I diperoleh presentase rata-rata sebesar 75,91%. Sedangkan hasil

    belajar siswa pada kelas eksperimen I data diperoleh melalui nilai pretest dan

    posttest. Data prettes siswa kelas eksperimen I nilai rata-rata kelas mencapai

    48,68 karena pada saat prettes siswa belum paham pada materi yang akan

    disampaikan dan belum dilakukannya model pembelajaran sehingga nilainya

    belum mencapai KKM. Sedangkan nilai posttes kelas eksperimen I rata-rata

    mencapai 80,29 karena sebelum dilakukannya posttest siswa sudah dibekali

    materi yang menggunakan model Think Pair Share berbantukan LKS Bergambar,

    dengan adanya model Think Pair Share siswa bisa melakukan kerjasama dengan

    teman sebangkunya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai prettes dan minat

    belajar siswa.

    Pada eksperimen II peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw,

    dimana minat belajar diperoleh dari hasil observasi dengan presentase rata-rata

    sebesar 70,71% karena pada proses pembelajaran eksperimen II hanya

    menggunakan model pembelajaran Jigsaw tidak menggunakan media

    pembelajaran sehingga minat siswa kurang dibandingkan pada eksperimen I yang

    menggunakan media LKS Bergambar. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

    II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 48,24 hal ini menunjukan nilai siswa tidak

    optimal, sedangkan nilai posttest kelas eksperimen II diperoleh nilai rata-rata

    kelas mencapai 73,97 karena dengan adanya model pembelajaran Jigsaw siswa

    44

  • 48

    mengalami kesulitan. Hal ini menunjukan minat dan hasil nilai postes eksperimen

    I yang berbantukan LKS Bergambar lebih tinggi dibandingkan nilai postes

    eksperimen II yang menggunakan model Jigsaw.

    Penggunaan Media dalam pemb