proposal penelitian final (2)
Post on 08-Dec-2015
228 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini diare masih menjadi masalah serius dibanyak negara, terutama negara
berkembang, namun masalah ini masih dijumpai di beberapa negara maju1. Diare
masih dianggap sebagai penyakit yang biasa terjadi disekitar kita, dan terjadi
berulang, hal ini terjadi juga di negara kita yang merupakan negara berkembang
sehingga perlu dikaji secara khusus tentang masalah diare ini serta faktor apa yang
mungkin menjadi pencetus timbulnya penyakit ini.
Angka kematian balita di Indonesia masih sangat memperihatinkan, diare
masih menjadi masalah utama di tengah-tengah masyarakat kita hingga saat ini,
dan diare merupakan salah satu penyebab dari kematian seorang balita, menurut
WHO tahun 2007 morbiditas diare di Indonesia mencapai angka 195 per 1000
penduduk, dan angka ini termasuk tinggi di Asean1 .
Menurut data yang diambil dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, tahun
2007 sedikitnya 20% penduduk dari suatu wilayah setingkat kecamatan pernah
mengalami diare, dan 12% diantaranya dialami oleh seorang balita. Data lebih
jelasnya tentang angka kejadian diare pada balita di kota Jakarta menurut Depkes
pada tahun 2007 diare pada balita sebesar 223.929 kasus2. dan angka tertinggi
kasus tersebut terjadi di Jakarta utara diikuti oleh Jakarta timur dan Jakarta barat
diurutan ketiga. Jakarta yang merupakan kota metropolitan ternyata masih
memiliki pengaruh besar terhadap jumlah kejadian diare pada balita di Indonesia,
dan itulah sebabnya WHO pada tahun 2010 memasukan diare sebagai penyebab
kematian tertinggi pada balita di Indonesia3,6.
Masih menjadi pertanyaan bagi penulis saat data yang ditemukan menunjukan
Jakarta sebagai salah satu penyumbang angka kejadian diare yang cukup besar,
Menjadi aneh mengingat tingginya angka diare pada balita terjadi ditengah-tengah
masyarakat yang terlihat sadar akan arti lingkungan sehat, yang diharapkan dapat 1
menjaga dan memberikan pengaruh positif dalam berkehidupan. Lingkungan yang
dikatakan sebagai basis utama terjadinya beberapa penyakit yang timbul
dimasyarakat merupakan masalah yang perlu dikaji secara lanjut.
Berdasarkan data yang ada serta mempelajari dampak negatif yang akan
terjadi bila masalah diare pada balita ini tidak segera ditanggulangi maka penulis
tergugah untuk mengembangkan penelitian tentang penyakit diare pada balita
ditinjau dari faktor yang memungkinkan penyakit diare terjadi pada balita dan
juga meneliti tentang kondisi lingkungan yang dianggap menjadi faktor terbesar
terjadinya diare, dan juga sampel yang diambil ialah balita yang memiliki angka
kejadian diare terbesar di ukur dari umur.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah ada hubungan faktor lokasi pembuangan sampah umum dengan
rumah tinggal atas terjadinya diare pada balita?
2. Apakah ada hubungan kebiasaan membuang sampah di sungai yang
jaraknya dekat dengan rumah dengan diare pada balita?
3. Apakah ada hubungan sumber air yang digunakan rumah tangga dengan
kejadian diare pada balita?
4. Apakah ada hubungan pengelolaan air minum (dimasak/tidak) dengan
kejadian diare pada balita?
5. Apakah ada hubungan kedekatan jarak sarana sumber air dengan lokasi
pencemaran (tempat pembuangan sampah) dengan kejadian diare pada
balita?
6. Apakah ada hubungan jenis sampah dengan kejadian diare akut pada balita?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antara lingkungan dengan angka kejadian diare pada balita.
2
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui bagaimana kondisi lingkungan di RW 014 Kelurahan Tomang.
2. Mengetahui penyebab diare di RW 014 Kelurahan Tomang.
3. Dapat menurunkan angka diare balita di RW 014 Kelurahan Tomang.
1.4 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara diare dengan lokasi pembuangan sampah umum
terhadap rumah.
2. Terdapat hubungan antara kejadian diare dengan kebiasaan membuang
sampah di sungai
3. Terdapat hubungan antara kejadian diare dengan sumber air rumah tangga
4. Terdapat hubungan antara kejadian diare dengan pengelolaan air minum
(dimasak/tidak)
5. Terdapat hubungan antara kejadian diare dengan jarak sarana sumber air-
tempat pembuangan sampah.
6. Terdapat hubungan antara kejadian diare dengan jenis sampah di
lingkungan rumah tangga.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi masyarakat
Diharapkan supaya masyarakat RW 014 Kelurahan Tomang, dapat
memahami pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan dalam upaya
pencegahan kejadian diare pada balita.
1.5.2 Bagi peneliti
Dapat menambah pemahaman ilmu mengenai kesehatan masyarakat dan
juga menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian.
3
1.5.3 Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Agar dapat memajukan citra Almamater dalam bidang penelitian sains dan
menambah kepustakaan penelitian tentang masalah kesehatan masyarakat,
khususnya masalah diare pada balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare pada balita
Diare merupakan pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah yang
lebih banyak dari normal, dan hal tersebut terjadi sekitar 7-14 hari4. Diare sampai
saat ini memang menjadi masalah kesehatan utama, terlebih lagi masalah ini
sering dijumpai di negara berkembang seperti Indonesia bahkan dapat ditemukan
pula di Negara-negara maju. World Health Organitation (WHO) memperkirakan
ada sekitar 2 miliar kejadian diare setiap tahunnya dengan angka kematian 2-3
juta pertahunnya6.
Di Negara berkembang walaupun masalah diare ini telah menjadi fokus
utama untuk mengendalikan angka kejadiannya namun kerap kali ditemukan
kasus-kasus diare pada balita yang justru tak tertangani dengan baik bahkan dapat
berakibat fatal. Frekuensi kejadian diare di Indonesia lebih banyak 2-3 kali
dibandingkan Negara maju, data tersebut diambil dari survey Depkes dimana
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2007 sebesar 320 per 1000 penduduk angka
tersebut jelas meningkat jika dibandingkan dengan hasil survey pada tahun 2003
yaitu sekitar 211 per 1000 penduduk.
Dari hasil penelitian dan survey pengumpulan data didapatkan prevalensi
diare di Jawa Barat berkisar antara 10% sampai 20% sedangkan data tentang
kejadian diare di DKI Jakarta prevalensinya diare sebesar 9,2%. Jakarta Barat dan
Jakarta Utara masih disinyalir sebagai kota dengan angka kejadian diare di DKI
Jakarta yang cukup tinggi5.
2.2 Prevalensi diare balita
4
Data yang diambil dari RISKESDAS tahun 2007 mengenai prevalensi
penyakit menular menunjukan diare pada balita di DKI JAKARTA masih tinggi,
dan dalam riset tersebut diare masih menduduki peringkat ke 3 penyakit menular
yang mematikan di Indonesia. Berikut data tentang penyakit menular di Indonesia
menurut RISKESDAS 2007.
Tabel 1 : Prevalensi penyakit menular (Riskesdas) 2007
Dalam data tersebut terdapat prevalensi diare dilihat dari kelompok umur
masih tinggi terlebih prevalensi tertinggi terdapat di usia 1-4 tahun yang berarti
pada kelompok balita. Dan dilihat dari segi jenis kelamin perempuan ternyata
memiliki angka kejadian yang lebih besar dari laki-laki. Dan ternyata daerah
perdesaan atau kampung masih menjadi tempat atau tipe daerah yang memiliki
angka kejadian diare tertinggi, faktor lingkungan seperti air, sampah, jamban
5
hingga faktor sosiodemografi menjadi salah satu penyebab kejadian diare akut
balita.
Riset tersebut juga meneliti tentang kejadian diare akut pada tingkat
nasional dilihat dari provinsi yang ada, terdapat provinsi NAD dan Bengkulu
sebagai urutan pertama kejadian diare, sedangkan Jakarta berada di posisi ke 18.
Tabel 2 : Prevalensi diare akut di Indonesia
Sedangkan data spesifik tentang angka diare akut pada balita di DKI
Jakarta memperlihatkan hasil tinggi dimana wilayah ibu kota yang cukup luas
namun tidak diimbangi dengan sarana prasarana limbah, pembuangan sampah
hingga kebutuhan air bersih menjadi faktor tercetusnya diare di DKI Jakarta.
Dimana Jakarta utara menjadi daerah dengan tingkat kejadian diare tertinggi, dan
juga diikuti Jakarta selatan dan juga Jakarta barat, di nyatakan kejadian diare di
Jakarta utara sebesar 54.382 kasus dalam tahun 2007, begitupula dengan Jakarta
barat yang terdapat 28.480 kejadian diare, angka ini masih tinggi mengingat DKI
Jakarta sebagai kota metropolis yang seharusnya kesadaran masyarakatnya akan
kesehatan sudah cukup tinggi.
6
2.3 Etiologi diare
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi diare diantara faktor-faktornya
ialah sebagai berikut4 :
- Infeksi bakteri :Vibrio cholera, Salmonella, E.coli,
Shigella, Entero toxigenic E coli (ETEC), Entero
pathogenic E.coli (EPEC).
- Infeksi Virus, misalnya : Rotavirus, farvovirus.
- Investasi parasit, seperti :
1. Protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli.
2. Investasi cacing : Ascaris, Trichuris trichuria,
Strongiloides sterkoraslis
3. Jamur: Candida
- Makanan
Makanan dengan kebersihan kurang terjaga, dan juga pada balita bias
terjadi akibat alergi dari susu sapi, makanan yang biasa dimasak kurang matang
serta terkadang diare ini memang disebabkan oleh karena peralatan memasak dan
juga alat-alat makan yang kurang bersih ditambah juga dengan kondisi sang balita
yang kurang baik.
- Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam 7
susu formula dapat menyebabkan diare9. Gejalanya berupa diare berat, tinja
berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak,
terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus,
diaredapat munculkarena lemak tidak terserap dengan baik.
- Faktor lingkungan dan air
Terkadang terlupakan oleh kita bahwa faktor lingkungan tempat tinggal
yang dekat jaraknya dengan tempat pembuangan sampah serta wilayah
lingkungan yang kurang baik dapat membantu mempermudah penyebaran kuman-
kuman pathogen penyebab diare, seperti halnya sanitasi lingkungan kurang baik,
gorong-gorong yang kotor9. Serta dipermudah bila balita bermain ditempat-tempat
seperti itu akan sangat mempermudah terjadinya diare tersebut.
- Faktor perilaku
Menurut penelitian, faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut8:
a. Pemberian ASI Eksklusif
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak memberikan
ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan. Pada bayi yang tidak diberi
ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh
dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Pada bayi yang baru
lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.
b. Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman, karena
botol susu susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi
8
buruk.
c. Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyuapi makan anak dan sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian
diare.
d. Kebiasaan membuang tinja
Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan
benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal
sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi
dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
e. Menggunakan air minum yang tercemar
Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan
dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat peyimpanan tidak
tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan. Untuk mengurangi risiko terhadap diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi.
2.4 Jenis diare
Berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu10 :
a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan
9
terjadinnya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
2.5 Gejala balita diare
Gejala-gejala awal dari penyakit diare adalah balita pada umumnya mereka
akan menjadi gelisah dan cengeng atau juga iritabilitas, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada napsu makan sama sekali,
kemudian timbul diare tersebut11. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai
dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi
kuning tua atau kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi serta seringnya terjadi trauma
gesek akibat pembersihan kotoran di anus dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat pula terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit7.
Semakin lama pasien mengalami diare tentu akan berdampak lebih terhadap
kondisi pasien sendiri bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak. Yang umumnya akan terjadi ialah penurunan
berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Menurut Kliegman,
Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya 10
kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
• Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkatan diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena
frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
Dan biasanya gejala umum pada pasien masih baik, hanya memang konsistensi
tinja yang encer serta frekuensinya saja yang berubah.
• Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tahapan diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau bahkan lebih,
kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun.
• Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang
kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang.
• Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung.
2.6 Tinjauan Umum Tentang Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air12.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
11
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40
galon13. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,
standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.
2.6.1 Golongan air
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan
berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel
air/MPN. Golongan-golongan air tersebut, antara lain13 :
a) Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri
koliform dan pathogen atau zat kimia beracun.
b) Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN <50/100>
c) Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100>
d) Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc.
e) Air dengan penjernihan khusus; MPN >250.000/100 cc.
MPN di sini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100 cc air).
2.6.2 Sumber air bersih dan aman
Air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain2:
(a) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
(b) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
(c) Tidak berasa dan tidak berbau.
(d) Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan tumah tangga.
(e) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
2.6.3 Mekanisme penularan penyakit
(a) Waterborne mechanism
12
Di dalam mekanisme ini,kuman pathogen dalam air yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut
atau sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularakn melalui mekanisme ini
antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.
(b) Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum
dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
(1) Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
(2) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.
(3) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
(c) Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit
akibat Dracunculus medinnensis.
(d) Water-related insect vector mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak
di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. (Budiman Chandra,2006)
2.6.4 Sumber dan Karakteristik Air Bersih
(a) Sumber Air Bersih
Berbagai air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas
dengan ketentuan harus yang memenuhi syarat yang sesuai dari segi kontruksi
sarang pengolahan, pemeliharan dan pengawasan kualitasnya, urutan sumbernya
air bersih berdasarkan kemudahan pengolahan dapat berasal dari: (Depkes RI,
1998)
(1) Perusahaan Air Minum (PAM).
(2) Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)
13
(3) Air hujan
(b) Karakteristik Sumber Air
(1) Perusahaan air minum (PAM) dari segi kualitas relative sudah memenuhi
syarat (fisik, kimia, dan bakteriologis)
(2) Air tanah: mutu air sangat di pengaruhi keadaan geologis setempat.
(3) Air hujan: biasanya bersifat asam, CO2 bebas, tinggi, mineral rendah,
kesadahan rendah.
2.7 Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya1.
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang terjadi karena hubungan
dengan aktivitas manusia sudah tidak dipakai lagi, tidak disegani dan dibuang
dengan cara saniter14. Banyak para ahli-ahli mengajukan batasan-batasan lain, tapi
pada umumnya mengandung prinsip yang sama.
2.7.1 Pengelolaan sampah
penyimpanan sampah cair dan padat (storage)
merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut atau dibuang ke
tempat pembuangan terakhir secara terpisah menurut jenisnya, storage sebaiknya :
- Terbuat dari bahan-bahan yang tidak terpakai, tidak mudah rusak dan mudah
dibersihkan.
- Harus ditutup sehingga tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau
binatang-binatang lainnya seperti tikus, lalat dan kecoa.
- Ditempatkan diluar rumah
2.7.2 Pengangkutan atau pengumpulan sampah (collection)
sampah untuk ditampung dalam tempat sampah sementara dikumpul dan
14
dibuang. Pada pengumpulan dan pengangkutan sampah dapat dapat dilakukan
perorangan, pemerintah dan swasta.
Pembuangan sampah
Tempat pembuangan sampah akhir harus memenuhi syarat kesehatan yaitu :
- Tidak dekat dengan sumber air
- Lokasi tempat pembuangan sampah bukan daerah banjir.
- Jauh dari tempat pemukiman penduduk
sampah yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan.
15
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
16
KEBIASAAN BUANG
SAMPAH
SEMBARANGAN
TEMPAT
PEMBUANGAN
SAMPAH
SUMBER AIR/SARANA
PENGELOLAAN AIR
- Diolah/Dimasak
- Tidak dimasak
B
A
L
I
T
A
D
I
A
L
I
N
G
K
U
N
G
A
N
JENIS SAMPAH
: Variabel tergantung Variabel bebas
3.2 Definisi operasional
Batasan yang digunakan :
3.2.1 Diare pada balita
Diare merupakan buang air besar yang cair atau encer dan lebih dari 3 kali
sehari21. Sedangkan balita adalah anak yang berusia diatas 1 tahun sampai 5 tahun.
Penelitian ini menggunakan batasan waktu untuk kejadian diare pada balita yaitu
3 minggu terakhir (akut).
3.2.2 Sampah
A. Definisi
Merupakan sisa dari sesuatu yang tidak terpakai atau tidak digunakan lagi,
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya barang hasil penggunaan manusia,
Pada umumnya berupa padat16.
B. Jenis sampah berdasarkan bentuknya
o Sampah cair.
o Sampah padat.
o Sampah konsumsi.
o Sampah manusia.
17
- Sumur pompa
- Sumur gali
JARAK SARANA AIR KE
SUMBER PENCEMARAN
o Sampah alam.
o Limbah radioaktif.
C. Syarat tempat pengumpulan sampah
o Dibangun diatas permukaan tanah setinggi kendaraan pengangkut
sampah.
o Memiliki 2 buah pintu, untuk memasukan dan untuk mengeluarkannya
lagi.
o Memiliki lubang udara atau ventilasi.
o Terjangkau oleh masyarakat.
o Jauh dari sumber air.
D. Pengelolaan sampah
Dalam praktiknya terdapat cara-cara yang baik dalam mengelola sampah,
yaitu dengan cara :
1. Reduce (mengurangi sampah)
2. Reuse (menggunakan kembali sisa sampah yang bisa digunakan).
3. Recycle (mendaur ulang).
Ketiga tahapan pengelolaan sampah diatas penting dilakukan baik
diprogramkan oleh pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat, terlebih jika
setiap lingkungan menggunakan metode 3R tersebut, maka limbah sampah yang
ada akan dapat teratasi dan mengurangi pencemaran lingkungan yang selama ini
terjadi dan meminimalisir kejadian penyakit pada masyarakat.
E. Kebiasaan buang sampah
Maksudnya ialah berapa kali dalam seminggu warga sekitar membuang
sampah rumah tangganya. Dan bagaimana mengelola sampah rumah tangganya.
Karena semakin lama sampah ditimbun dalam rumah tangga memudahkan
pencemaran lingkungan dalam rumah.
18
F. Tempat pembuangan sampah
Adalah suatu wadah yang disediakan untuk menampung sampah
sementara, hal ini untuk menjauhkan sampah yang merupakan barang bekas yang
dapat menimbulkan bau dan juga berkembangnya kuman agar tidak
mengkontaminasi subjek lain, biasanya tempat sampah ini akan berada di setiap
rumah, setelah itu akan di timbun atau dikumpulkan disuatu tempat yang lebih
besar dan disatukan dengan sampah rumah tangga lainnya20. untuk mengetahui
dimanakah sampah rumah tangga tersebut dibuang apakah jauh dari pemukiman
warga dan apakah terawatt dengan baik. Untuk itu perlu dipahami syarat-syarat
tempat pembuangan sampah yang baik :
o Tempat tersebut dibangun jauh dari sumber air minum atau sumber air
lainnya yang digunakan untuk manusia dalam aktivitas sehari-hari.
o Tidak pada tempat yang sering terdapat genangan air atau juga banjir
o Jauh dari pemukiman warga , ideal jaraknya ialah 2-3 km dari tempat
tinggal warga, sekitar 15 km dari laut dan 200 m dari sumber air.
G. Sistem pembuangan/pengelolaan sampah yang baik
o Hog feeding, merupakan penggunaan sampah jenis garbage untuk
makanan hewan (babi).
o Inceneration, yaitu merupakan pembakaran sampah melalui fasilitas
pabrik yang memang dibangun untuk hal tersebut.
o Sanitary landfill, adalah pembuangan sampah dengan cara ditimbun
dibawah tanah sehingga sampah tidak menimbulkan bau dan
berkontaminasi dengan subjek lain.
o Composting, yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk.
o Dumping, meletakkan sampah diatas permukaan tanah
o Dumping in water, membuang sampah ke air
o Individual inceneration, pembakaran sampah yang dilakukan oleh
setiap individu dilingkungannya sendiri.
19
o Recycling, pengolahan kembali sampah yang sudah dibuang untuk hal-
hal yang positif seperti dijadikan kertas atau kantung plastik.
o Reduction, menghancurkan sampah-sampah menjadi bagian yang lebih
kecil.
Pada bagian ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan kondisi pengelolaan sampah warga sekitar.
3.2.3 Sumber air
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, bahkan dapat
dikatakan tanpa sumberdaya air secara konsisten maka kehidupan manusia akan
mengalami ketidakseimbangan16.
Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah
untuk kebutuhan air minum, air bersih merupakan air yang harus bebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan bahan kimia yang dapat merugikan
kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya17.
Air merupakan zat kehidupan dimana tidak ada satupun makhluk hidup yang
tidak membutuhkan air, penelitian yang dilakukan oleh lembaga sumber daya air
menyatakan 65-75% dari berat manusia adalah terdiri dari air17. Menurut ahli gizi
manusia setiap harinya membutuhkan air minum sebanyak 2,5-3 liter setiap
harinya termasuk yang terdapat di dalam makanan
A. Sumber air bersih
1. Sumur pompa tangan
Merupakan sarana untuk mendapatkan air bersih yang banyak dijumpai,
mekanisme kerjanya ialah untuk menaikkan air dalam tanah kepermukaan secara
sehat. Sumur ini dibuat dengan cara mengebor tanah hingga mencapai kedalaman
tertentu atau dipasang pada sumur gali dan lubang sumur, harus ditutup16. Dan
pompa dari alat ini dipasang diatas dari sumur dengan menggunakan tuas unruk
membantu memompa. Ada dua jenis sumur pompa tangan ini yaitu pompa tangan 20
dangkal (kedalaman sumur optimal 7 meter) dan pompa tangan dalam (kedalaman
25-30 M).
2. Sumur gali
Sumur gali ini merupakan sarana sumber air yang paling sederhana dan
banyak sekali dipakai, pembuatan dari sarana ini ialah dengan menggali tanah
yang banyak mengandung air yang dalam musim kemarau sekalipun air itu tidak
habis atau kering16. Biasanya sumur digali hingga kedalaman 6-10 meter atau
dapat juga lebih. Tergantung kepada banyaknya air yang terdapat dalam tanah
setempat.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam membangun sumur gali ini,
antara lain:
o Jaraknya paling tidak 15 meter dari sumber pencemaran : seperti tempat
sampah, selokan, sungai, limbah pabrik.
o Dibuat pinggiran sumur setinggi 90 cm dari atas tanah.
o Diberi penutup agar tidak ada sampah atau kotoran yang masuk kedalam
sumber air tersebut.
o Dibuat lantai semen yang mengitari sumur selebar 1-2meter.
o Dirawat dan dibersihkan secara berkesinambungan untuk menghilangkan
lumut atau kotoran yang ada.
3. Penampungan air hujan
Sarana ini merupakan cadangan terakhir ketika penggunaan sumber daya air
lainnya tidak bisa digunakan. Mekanisme kerja dari penampungan air hujan ini
ialah dengan menyediakan bak pengumpul yang sangat besar, dibutuhkan volume
sekitar 20m2 agar memenuhi kebutuhan 15 orang18. namun sarana ini memiliki
kelemahan ketika musim penghujan tidak teratur dan tempat penampungan air
kekurangan cadangan air. Namun penggunaan air hujan ini memiliki kelemahan
dan perbedaan dengan air tanah, dimana pada air hujan sedikit mengandung
21
mineral yang dibutuhkan manusia, sehingga penggunaanya mesti di tunjang
dengan sumber mineral lainnya dari sayuran dan buah18.
B. Syarat air bersih
1. Syarat fisik
Syarat air bersih dilihat dari fisiknya adlah air yang tidak berwarna, tidak
berbau, jernih, dan suhunya berada di bawah suhu udara19.
2. Syarat bakteriologis
Syarat air yang terhindar dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Biasanya alat ukur yang diguakan ialah bakteri Eschericia coli dimana pada
kebanyakan kasus bakteri inilah yang terdapat pada air kotor dan juga
terdapat pada kotoran manusia dan sukar untuk dimusnahkan walaupun
dengan pemanasan air.
3. Syarat kimia
Ialah air yang secara murni tidak terkontaminasi dengan bahan kimia
apapun baik itu yang berasal dari limbah industry atau bahan kimia rumah
tangga lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi mineral air dan juga pH
dari air .
3.2.4 Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut20.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban,
cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa
22
seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri)20.
Serta lingkungan dipengaruhi oleh faktor manusia dalam pengelolaannya seperti
sumber air dan juga sampah yang jika dikelola dengan salah maka akan
berdampak negatif pada lingkungan.
Pertanyaan seputar Air bersih
Penulis mengajukan 8 pertanyaan mengenai faktor air bersih ini, yang
dibagi menjadi pertanyaan mengenai sumber air, pengelolaan air, jarak sumber air
ke tempat pencemaran lingkungan terdekat (jamban, tempat sampah)21 :
3 pertanyaan (no 2, 3, 7 ) akan diajukan dengan penilaian skor sebagai berikut :
a. skor 5
b. skor 4
c. skor 3
d. skor 2
e. skor 1
2 pertanyaan (no 4 dan 5 ) dengan skor :
a. skor 5
b. skor 3
c. skor 1
3 pertanyaan (no 1,6 dan 8) dengan skor :
a. skor 5
b. skor 1
Penilaian pada bagian ini kami kategorikan menjadi :
Baik : jumlah skor 36-45
Sedang : jumlah skor 19-35
Buruk : jumlah skor 9-1
Pertanyaan mengenai Sampah
23
Pertanyaan yang menjelaskan kebiasaan membuang sampah warga,
pengelolaan sampah rumah tangga, akan diajukan 5 pertanyaan.
2 pertanyaan (no 9,10) dengan jumlah skor 21:
a. skor 5
b. skor 4
c. skor 3
d. skor 2
e. skor 1
1 pertanyaan (no 11) dengan skor :
a. skor 5
b. skor 1
1 pertanyaan (no 12) dengan skor :
a. skor 5
b. skor 3
c. skor 1
1 Pertanyaan (no 13) dengan skor :
a. Skor 5
b. Skor 3
c. Skor 1
untuk pertanyaan mengenai sampah ini akan di jumlahkan skor dengan
interpretasi :
Baik : 15-22
Sedang : 9-14
Buruk : 4-8
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik Cross-sectional,
penelitian diakukan melalui observasi atau penilaian variabel pada satu saat
tertentu.
4.2 Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di RW 014 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol
Petamburan, selama periode Mei-Januari 2013
4.3 Kriteria inklusi dan ekslusi
Inklusi :
25
Balita dengan diare akut yang berada di RW 014 Kelurahan Tomang,
Kecamatan Grogol Petamburan.
Ekslusi :
Keluarga yang tidak kooperatif / menolak.
Balita yang tidak menetap disitu.
Baita diare karena alergi makanan (susu sapi ).
4.4 Besar sampel
Jumlah balita menurut Dinkes Jakarta bahwa balita yang menderita diare di
Jakarta barat berjumlah 0,24% dari populasi.
Data Infinit :
n = Za . p . q
d2
n = besar sampel optimal yang dibutuhkan
za = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96
p = prevalensi yang menderita penyakit/peristiwa yang diteliti
q = prevalensi yang tidak menderita penyakit = 1 - p
d = akurasi dari ketepatan pengukuran
n = (1,96)2 . 0,24 . 0,76 = 3,8416 . 0,24 . 0,76
(0,05)2 0,0025
n = 0,70 = 280
0,0025
Data Finit :
n = n0 / (1+n0 /N)
n= besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 = besar sampel dari populasi yang infinit
26
N = besar sampel populasi finit
Pada kelurahan Tomang kecamatan Grogol Petamburan memiliki 16 RW
dan 174 RT. Penulis menggunakan pendekatan Cluster random sampling dan
dipiih RW 014 sebagai populasi terjangkau. RW 014 kelurahan tomang
kecamatan grogol petamburan diketahui memiiki populasi balita yaitu
sebanyak 48 anak, maka N = 48
n = 280 / (1+280/48) = 40,97 (41) Sampel.
Untuk mencegah terjadinya drop out maka besar sampel penelitian ditambah
15% dari jumlah sampel finit yang didapatkan.
n= 41 + (41 .15%)
n= 41 + 6,1 = 47 sampel
Sehingga pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel yang harus diteliti 47.
4.5 Bahan dan instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam pengambilan data dan data
yang diperoleh dikumpulkan, kemudian dinilai berdasarkan ketentuan skor
yang telah dibuat.
4.6 Analisis data
Analisis data menggunakan pendekatan metode regresi logistik dan
pengolahan data dengan program SPSS.
Pengolahan data pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada
kuisioner.
2. Coding, yaitu memberikan kode pada data untuk memudahkan dalam
memasukan data ke dalam program computer.
27
3. Entry, yaitu memasukan data dalam program komputer untuk
dilakukan analisis lanjutan.
4. Tabulating, yaitu ketika data telah dimasukan kemudian di susun dan
dibuat tabel agar mudah untuk dibaca.
4.7 Alur penelitian
28
Pengumpulan data
Wawancara + Kuesioner (pada orangtua)
Balita di RW 014 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan
29
Analisis data
30
Lampiran1 :
KUESIONER
I. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
II. IDENTITAS BALITA
1. Nama :
2. Umur :
31
3. Jenis Kelamin :
III. DATA LINGKUNGAN
- AIR
1. Apakah sarana air yang digunakan adalah milik pribadi ?
a. Ya b. Tidak
(Jika jawab Tidak, langsung isi no 3)
2. Jika Ya, sarana air tersebut berupa ?
a. PAM d. Sumur pompa tangan (SPT) dangkal
b. Jet pump e. Sumur gali
c. Sumur pompa tangan (SPT) dalam
3. Air minum yang digunakan berasal dari ?
a. Jet pump d. SPT Dangkal Umum
b. Air yang dibeli e. Sumur Gali Umum
c. SPT Dalam Umum
4. Bagaimana kondisi sarana air tersebut ?
a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik
5. Jarak sarana air dari sumber pencemaran (kakus, sungai, tempat sampah)?
a. Lebih dari 10 meter
b. 5-10 meter
c. Kurang dari 5 meter
6. Kualitas air yang digunakan ?
A. Apakah berwarna/ tidak jernih ? a. Ya b. Tidak
B. Apakah berasa(ada rasa)? a. Ya b. Tidak
C. Apakah berbau? a. Ya b. Tidak
7. Sumber air untuk mandi berasal dari ?
a. PAM d. Sumur Gali
32
b. Jet pump/ pompa sanyo e. MCK (sarana mandi umum)
c. SPT
8. Apakah air yang digunakan untuk minum sudah dimasak sampai mendidih?
a. Ya b. Tidak
- SAMPAH
9. Tempat pembuangan sampah yang ada di rumah ?
a. Bak sampah d. Kantong plastik
b. Drum e. Lain-lain
c. Keranjang sampah
10. Cara pengelolaan sampah rumah tangga ?
a. Dikumpulkan oleh petugas yang dikelola RT/RW
b. Dikumpulkan oleh pihak swasta
c. Ditanam / dikubur di pekarangan rumah
d. Dibuang ke kali/ sungai terdekat
11. Berapa kali sampah tersebut diangkut dalam seminggu?
a. Lebih dari 3 kali b. kurang dari 3 kali
12. Bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah warga?
a. Baik b. Sedang c. Buruk
13. Jenis sampah disekitar lingkungan anda?
a. Sampah alam c. Sampah cair
b. Sampah padat
- DIARE
14. Apakah balita anda pernah BAB lebih dari 3 kali sehari dalam waktu 3
minggu terakhir?
a. Ya
b. Tidak
Uji Validitas
Uji validitas ini menggunakan kuesioner berasal dari penelitian yang telah
dibuat oleh Kartadinata. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-
33
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu alat ukur/instrumen (Arikunta 2006). Uji
validitas yang dilakukan dalam kuesioner ini menggunakan tehnik korelasi
Pearson product moment. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui korelasi antar
skor tiap butir pertanyaan.
Hasil pengujian validitas kuesioner tentang subjek lingkungan dikatakan
valid jika r hitung untuk setiap pertanyaan lebih besar dari r tabel atau memiliki
nilai p ≤≤≤ 0,05. Uji validitas instrumen dilakukan melalui uji coba kuesioner
terhadap 40 ibu balita yang anaknya terkena diare. Berdasarkan hasil uji kuesioner
dari variabel yaitu tentang sampah dan pencemaran lingkungan sekitar diperoleh
hasil uji validitas dalam rentang nilai 0,487-0,834. Artinya kuesioner ini valid
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,444.
Uji reliabilitas
Pengujian reliabilitas digunakan dengan koefisien Alpha Cronbach. Bila
nilai r alpha > 0,60 maka alat penelitian adalah reliable. Berdasarkan uji kuesioner
ini didapatkan hasil r alpha = 0,818 yang artinya instrument ini reliable untuk
digunakan.
Lampiran2 :
INFORMED CONSENT
Penjelasan mengenai penelitian
Penelitian mengenai pengaruh lingkungan terhadap kejadian diare akut
pada balita dapat memberikan pengetahuan berdasarkan riset tentang bagaimana
keterkaitan antara lingkungan sekitar dengan kejadian diare khususnya pada
balita.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi masyarakat
untuk mencegah dan mengambil tindakan selanjutnya untuk menangani kejadian
diare sehingga penyakit tersebut dapat dikurangi angka kejadiannya.
34
Oleh karena itu kami mengharapkan bapak/ibu/saudara untuk ikut serta
dalam penelitian ini. Bila bersedia peneliti akan melakukan wawancara tentang
kondisi lingkungan sekitar rumah seperti sumber air, dan pengelolaan sampah
yang nantinya akan dijadikan sumber penelitian. Hasil penelitian ini akan
disampaikan kepada perwakilan warga (ketua RW 014) dan kerahasiaan masing-
masing informasi akan tetap terjaga.
Bila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, bapak/ibu/saudara dapt
menghubungi peneliti di nomor telepon 08569930961.
Bapak/ibu/saudara bebas untuk bersedia atau menolak ikut serta terhadap
penelitian ini, jika bapak/ibu saudara bersedia ikut serta kami mohon untuk
membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan di bawah ini.
Jakarta,……………..…….2013
Pandu Satya Widiarto
FORMULIR PERSETUJUAN
Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan telah saya
pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut serta
dalam penelitian ini.
Nama :35
Tanda tangan :
Tanggal :
36
top related