program studi manajemen fakultas ekonomi dan ilmu...
Post on 06-Dec-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN
TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus: Perusahaan Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
OLEH:
OKA FAUZI
NIM: 104081002513
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ii
ANALISIS PENGARUH
NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI
PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana
Oleh :
OKA FAUZI
NIM : 104081002513
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, MSi
NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
iii
ANALISIS PENGARUH
NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH MELALUI
PENDEKATAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana
Oleh :
OKA FAUZI
NIM : 104081002513
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE,
M.Si
NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746
Penguji Ahli
Dr. Yahya Hamja
NIP. 160 676 334
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv
1430 H / 2009 M
Hari ini, Kamis Tanggal 30 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Delapan (Tiga
Dzulhijjah Seribu Empat Ratus Dua Puluh Sembilan) telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Oka Fauzi dengan NIM : 104081002513 dengan judul
skripsi “ANALISIS PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TUMBUH DAN
TIDAK TUMBUH MELALUI PENDEKATAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING” (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut
selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Oktober 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Herni Ali HT, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Oka Fauzi
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Oktober 1986
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dr. Ciptomangunkusumo Rt 002/09
No.52
Paninggilan Utara Ciledug Tangerang Banten
Telepon : 085814151647/02195144147
II. PENDIDIKAN FORMAL
SDN Paninggilan 05 Ciledug Tangerang
1998
SMPN 219 Joglo Jakarta Barat 2001
SMAN 32 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2004
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan
2009
vi
ABSTRACT
This Research is taken to analyze the influence of Investment
Opportunity Set (IOS) the company value and to analyze the influence of
Investment Opportunity Set (IOS) directly and directly to the company
value by using policy of dividend as variable intervening. To the clasify
grow company an non grow company is using Common Factor Analysis.
Five variable are used in this research as potensial growth indicator. Such
as is Price to Earning Ratio (PER), Market to Book Asset Ratio (MVABVA),
Market to Book of Equity Ratio(MVEBVE), Capital Expenditure to Market
Value of Asset (CAPMVA) and Capital Addition to Asset Book Value
(CAPBVA).
The population in this research is done in the companies that are
listed in Indonesian Stock Exchange. By using Purposive Sampling methode
the writer gained 186 samples of company, 76 of them are consistently
grow and other 76 are no grow. The hypothesis test uses Linier Regression
and Path Analysis.
The result of this research which was taken with Liniear Regression
test, shows that Investment Opportunity Set (IOS) has significant influence
to the grow company and non grow company. Beside that, by using Path
Analysis Investment Opportunity Set (IOS) has also negative influences
either directly an indirectly to the growth company and Investment
Opportunity Set (IOS) has directly negative influence and indirectly
positive influence to the company value by using dividend as intervening
variable.
Keywords : Investment Opportunity Set (IOS), Dividend Policy, Company
Value
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Investment
Opportunity Set (IOS) terhadap nilai perusahaan dan menganalisis
pengaruh langsung dan tidak langsung Investment Opportunity Set (IOS)
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel
intervening. Untuk mengklasifikasikan perusahaan tumbuh dan tidak
tumbuh menggunakan Common Factor Analysis. Lima variabel digunakan
dalam penelitian ini sebagai indikator potensi pertumbuhan, yaitu is Price
to Earning Ratio (PER), Market to Book Asset Ratio (MVABVA), Market to
Book of Equity Ratio(MVEBVE), Capital Expenditure to Market Value of
Asset (CAPMVA) dan Capital Addition to Asset Book Value (CAPBVA).
Populasi dalam penelitian ini pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode Purposive Sampling
diperoleh sampel sebanyak 186 perusahaan, yang konsisten 76 perusahaan
tumbuh dan 76 perusahaan tidak tumbuh. Pengujian hipotesis
menggunakan Regresi Llinier dan Analisis Jalur.
Hasil dari penelitian ini dengan Uji Regresi Liniear menunjukkan
bahwa Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaaan tumbuh dan tidak tumbuh. Selain itu, Dengan Uji
Analisis Jalur Investment Opportunity Set (IOS) juga mempunyai pengaruh
negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan
tumbuh dan Investment Opportunity Set (IOS) juga mempunyai pengaruh
negatif secara langsung dan positif secara tidak langsung terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening.
Kata Kunci : Investment Oportunity Set (IOS), Kebijakan Dividen, nilai
perusahaan
viii
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya selama ini. Shalawat serta salam selalu
kita sanjungkan kepada Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Alhamdulillahi Robbil`alamin dengan pertolongan Allah SWT akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbedaan
Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Investment
Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel
Intervening” dan penulis menyadari hasil skripsi ini masih jauh dari sempurna,
mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis
miliki, maka inilah hasil kerja yang dapat penulis berikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini, juga pada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama
menjalankan kuliah hingga selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis persembahkan kepada :
1. Kedua Orang Tua Tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang
dan perhatian serta selalu memberikan dukungan baik moril spiritual
maupun materiil pada penulis. Segala kasih sayang mereka yang telah
berikan kepada penulis begitu indah dan tulus sehingga menjadi inspirasi
dan motivasi bagi penulis dalam menjalankan hidup. Kepada SaudaraKu :
Yuli, Adam, Aldi, Tomi dan Echi (kita adalah keluarga yang terbaik).
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama kuliah.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen Pembimbing II, terima
kasih untuk semua advice, bimbingan, dan waktunya dalam proses
bimbingan.
ix
4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial terima kasih untuk ilmu serta
bimbingannya selama perkuliahan.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan.
6. Seluruh Dosen dan Assisten Dosen yang telah mendidik dan mengajarkan
ilmu-ilmu yang dimilikinya.
7. Seluruh karyawan dan civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
Bu Lilik, Pak Rahmat, Pak Bambang, Bu Siska, Bu Umi atas kerjasamanya.
8. Seluruh anggota Fikma Com, Gubuk Fc dan Debi Fotocopy.
9. Seluruh Rismada (Remaja Islam Masjid Raudhatul Huda) yang telah
memberikan inspirasi rohani yang sangat berharga kepada Penulis.
10. Sahabat seperjuangan : Sodikin, Rahman, Imam, Vivi, Dyah, Nisa, Iik, Isna
dan Eko (terima kasih sudah menjadi tempat bertukar pikiran sewaktu
kompre).
11. Thank`to: Irsad, Miftah, Sugih, Adul, Tia, Ekowati, Pani, Apri, Ryan,
Robby, Opank, Ahmad dan Dennis yang telah banyak membantu penelitian
skripsi ini.
12. Keluarga Besar Manajemen C 2004 terima kasih semua untuk
kebersamaannya selama ini, jalanin masa-masa kuliah bersama.
Jakarta, 22 Juni 2009
Oka Fauzi
x
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. .............................................................................................................. L
atar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B................................................................................................................ P
erumusan Masalah ........................................................................................ 9
C................................................................................................................ T
ujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. .............................................................................................................. I
nvestment Opportunity Set (IOS) ............................................................ 12
1. .......................................................................................................... K
lasifikasi IOS .......................................................................................... 15
a. Proksi Berdasarkan Harga (Price Based Proxies)............................... 15
b. Proksi Berdasarkan Investasi (Investment Based Proxies) .................. 16
c. Proksi Berdasarkan Varian (Varian Based Proxies) ........................... 17
xi
B................................................................................................................ K
ebijakan Dividen .................................................................................... 18
1...................................................................................................... J
enis-Jenis Dividen……. ............................... 23
2...................................................................................................... T
ipe Pembayaran Dividen.................................................................... 24
3...................................................................................................... T
eori Kebijakan Dividen...................................................................... 25
C................................................................................................................ N
ilai Perusahaan ....................................................................................... 27
D. .............................................................................................................. P
enelitian Terdahulu ................................................................................. 29
E. ............................................................................................................... K
erangka Pemikiran................................................................................... 34
F. ............................................................................................................... H
ipotesis Penelitian.................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36
A. .............................................................................................................. R
uang Lingkup Penelitian ............................................................................... 36
B................................................................................................................ M
etode Penentuan Sampel ............................................................................... 36
C................................................................................................................ M
etode Pengumpulan Data .............................................................................. 37
D. .............................................................................................................. M
etode Analisis Data ....................................................................................... 38
E. ............................................................................................................... O
perasional Variabel Penelitian ...................................................................... 51
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 56
A. .............................................................................................................. S
ekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 56
1. .......................................................................................................... S
ejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ...................................................... 56
2. .......................................................................................................... P
erkembangan Pasar Modal....................................................................... 59
B................................................................................................................ D
eskriptif Analisis ........................................................................................ 63
1. .......................................................................................................... D
eskriptif Data Sampel .............................................................................. 63
2. .......................................................................................................... D
eskriptif Analisis Data ............................................................................ 65
C. Analisis Faktor ............................................................................................ 80
D. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tumbuh ........................... 95
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 97
2. Uji Signifikansi ...................................................................................... 101
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ............................................ 103
4. Uji Regresi Linier................................................................................... 104
E. Analisis Pengujian Model Regresi Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh ....... 105
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 107
2. Uji Signifikansi ...................................................................................... 111
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ............................................ 112
4. Uji Regresi Linier................................................................................... 113
F. Analisis Jalur (Path Analysis)....................................................................... 114
xiii
1. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tumbuh......................... 115
2. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh.............. 119
G. Interpretasi................................................................................................... 124
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................... 128
A. .............................................................................................................. K
esimpulan ..................................................................................................... 128
B................................................................................................................ S
aran............................................................................................................... 129
C................................................................................................................ I
mplikasi ....................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 131
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 135
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan
Halaman
Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian .................................................................. 64
Tabel 4.2 Proksi-Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ............................. 66
Tabel 4.3 Dividend Payout Ratio (DPR)......................................................... 75
Tabel 4.4 Nilai Perusahaan............................................................................. 78
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan KMO and Bartlett Test dalam Analisis Faktor .. 81
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Anti Image Matrices dalam Analisis Faktor....... 81
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Communalities Dalam Analisis Faktor ............... 82
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Total Variance Explained dalam Analisis Faktor 83
Tabel 4.9 Hasil Rotated Component Matrices dalam Analisis Faktor.............. 84
Tabel 4.10 Pengklasifikasian Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh............. 86
Tabel 4.11 Perusahaan Tumbuh berdasarkan Analisis Faktor ........................... 91
Tabel 4.12 Perusahaan Tidak Tumbuh berdasarkan Analisis Faktor ................. 91
Tabel 4.13 Sampel Perusahaan Tumbuh........................................................... 95
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas (Perusahaan Tumbuh) .......................... 98
Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi (Perusahaan Tumbuh) ................................ 100
Tabel 4.16 Hasil Uji Uji F Simultan (Perusahaan Tumbuh) .............................. 101
Tabel 4.17 Hasil Uji Uji t Statistik (Perusahaan Tumbuh) ................................ 102
Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Perusahaan Tumbuh) ................. 103
Tabel 4.19 Sampel Perusahaan Tidak Tumbuh ................................................ 105
Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinieritas (Perusahaan Tidak Tumbuh) ................ 108
xv
Tabel 4.21 Hasil Autokorelasi (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............................ 110
Tabel 4.22 Hasil Uji F statistik (Perusahaan Tidak Tumbuh) .......................... 111
Tabel 4.23 Hasil Uji t statistik (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............................ 112
Tabel 4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Perusahaan Tidak Tumbuh) ........ 113
Tabel 4.25 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 115
Tabel 4.26 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 116
Tabel 4.27 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 116
Tabel 4.28 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
Tumbuh.......................................................................................... 117
Tabel 4.29 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tidak Tumbuh................................................................................ 119
Tabel 4.30 Hasil Uji Regresi Linier Model I Variabel Intervening Perusahaan
Tidak Tumbuh................................................................................ 120
Tabel 4.31 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
tidak Tumbuh ................................................................................. 120
Tabel 4.32 Hasil Uji Regresi Linier Model II Variabel Intervening Perusahaan
Tidak Tumbuh................................................................................ 121
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 34
Gambar 3.1 Diagram Jalur (Path Analysis) ........................................................ 49
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data (Perusahaan Tumbuh) ........................... 97
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Perusahaan Tumbuh) ...................... 99
Gambar 4.3 Hasil Normalitas Data (Perusahaan Tidak Tumbuh) ....................... 107
Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Perusahaan Tidak Tumbuh) ............ 109
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Halaman
Lampiran 1 Hasil Output SPSS Analisis Faktor ................................................. 135
Lampiran 2 Hasil Sampel Data Penelitian.......................................................... 137
Lampiran 3 Proksi-Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ............................. 139
Lampiran 4 Dividend Payout Ratio (DPR)......................................................... 143
Lampiran 5 Nilai Perusahaan............................................................................. 146
Lampiran 6 Perusahaan Tumbuh ....................................................................... 148
Lampiran 7 Perusahaan Tidak Tumbuh.............................................................. 150
Lampiran 8 Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik dan Regresi liniear
(Perusahaan Tumbuh) .................................................................... 152
Lampiran 9 Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik dan Regresi liniear
(Perusahaan Tidak Tumbuh) .......................................................... 154
Lampiran 10 Hasil Output SPSS Uji Variabel Intervening (Perusahaan Tumbuh) 115
Lampiran 11 Hasil Output SPSS Uji Variabel Intervening (Perusahaan Tidak
Tumbuh)......................................................................................... 157
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan memiliki tujuan serta sasaran tertentu yang berlainan.
Namun tujuan perusahaan yang sebenarnya adalah memaksimalkan nilai
perusahaan yang dapat diukur dari harga saham yang bersangkutan.
Harga pasar saham perusahaan mencerminkan pusat pertimbangan dari
semua peserta pasar terhadap nilai perusahaan tertentu. Didalamnya
dipertimbangkan pendapatan per lembar saham sekarang dan masa yang akan
datang, waktu, lamanya, dan resikonya dari pendapatan tersebut, kebijakan
dividen perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga
saham itu. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi atau kartu laporan
keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini mengukur seberapa jauh manajemen
telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham perusahaan
Manajemen berada dibawah penilaian dan penelitian yang berkesinambungan.
Bila perusahaan ini mempunyai kinerja baik respon pasar akan cenderung
positif dan nilai akan saham akan meningkat. Sebaliknya bila kinerja
perusahaan tersebut kurang baik maka respon pasar akan cenderung negatif
dan nilai saham akan menurun. Pemegang saham yang tidak puas dengan
prestasi manajemen akan menjual sahamnya dan akan menanamkannya di
perusahaan lain. Akibat tindakan yang dilakukan pemegang saham yang tidak
puas ini maka akan menekan dan menyebabkan harga pasar per lembar saham
xix
yang dilepas tersebut menurun. Jadi naik turunnya nilai saham merupakan
indeks ukuran keberhasilan perusahaan, sehingga memaksimalkan nilai saham
perusahaan dijadikan sebagai tujuan utama perusahaan.
Nilai saham juga digunakan sebagai dasar pemikiran prospek pertumbuhan
perusahaan. Menurut Hartono (1998), pasar menilai perusahaan yang sedang
bertumbuh memiliki harga saham yang lebih besar dari nilai bukunya. Jadi
semakin besar selisih harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya
menandakan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang semakin
besar pula.
Perusahaan yang semakin banyak peluang di dalam berinvestasi di masa
depan akan semakin besar peluang untuk tumbuh. Menurut Myers (1977)
dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah kombinasi antara nilai asset
in place dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan investasi
merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali
perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di
masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan
investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan
investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk
membuat investasi di masa mendatang.
Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan
untuk tetap going concern. Pertumbuhan yang selalu meningkat serta
bertambahnya nilai aset perusahaan diharapkan tercapai sesuai dengan
xx
ekspektasi atau peramalan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menurut
Smith dan Watts (1992) dapat diproksikan dengan berbagai macam kombinasi
nilai set kesempatan investasi (IOS: Investments Opportunity Set). Esensi
pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang
dapat menghasilkan keuntungan (Chung & Charoenwong 1991).
Perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan
(asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang (Myers,
1977). Pilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal
dengan istilah set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS).
Istilah IOS pertama kali diperkenalkan sebagai ketergantungan nilai
perusahaan terhadap kebijakan pembiayaan perusahaan (Myers, 1997). Bentuk
yang membedakan pilihan investasi atau pertumbuhan adalah nilai perusahaan
itu tergantung pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh
manajer di masa depan.
Gaver dan Gaver (1993) manyatakan opsi investasi di masa yang akan
datang tidak hanya sekedar ditujukan dengan adanya proyek yang didukung
dengan pengembangan dan riset saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil
keputusan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam kelompok
industri. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat
diobservasi (unobservable).
Menurut Gaver dan Gaver, IOS perusahaan merupakan sesuatu yang
secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Disebabkan oleh sifatnya yang
xxi
tidak dapat diobservasi, maka IOS memerlukan sebuah proksi (Hartono,
1999). Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang
mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva
maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan
di masa depan. Terdapat beberapa bentuk proksi IOS yang digunakan dalam
beberapa penelitian yaitu antara lain: 1) Menggunakan sebuah rasio saja
sebagai proksi IOS dalam model penelitiannya, misalnya (book to market
value ratio) yaitu rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas (Collins
dan Kothari,1989), 2). Menggunakan metode statistik analisis faktor untuk
memperoleh skor faktor sebagai indeks umum IOS (Gaver & Gaver 1993),
serta menggunakan rangking skor faktor tersebut untuk mengklasifikasikan
perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh (Gaver &
Gaver 1993; Sami et al. 1999); dan 3). Melakukan analisis sensitivitas
terhadap beberapa rasio individual sebagai alternatif proksi IOS dan kemudian
membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain proksi IOS (Smith &
Watts 1992; Hartono 1999).
Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya, seperti dalam
bentuk saham bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari dividen
ataupun dari capital gain. Selain investor, pihak manajemen perusahaan juga
berusaha memaksimumkan kesejahteraan shareholder (investor) melalui
kewenangan yang diberikan dalam membuat keputusan baik berupa peluang
investasi, pendanaan maupun dividen. Semua keputusan tersebut harus dibuat
xxii
dengan hati-hati karena keputusan yang dibuat akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan
dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin
terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya
untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan
dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya
meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan.
Surasni (1998) dalam Yeye Susilowati (2003), menyatakan bahwa investor
yang tidak menyukai risiko mengisyaratkan bahwa semakin tinggi risiko suatu
perusahaan semakin tinggi keuntungan yang diinginkan. Dividen yang ada
ditangan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari capital gain dimasa yang
akan datang. Dengan demikian investor yang menghindari risiko menuntut
dividen yang tinggi. Dengan makin tingginya dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham mengakibatkan pendapatan yang diperoleh perusahaan
makin banyak yang dialokasikan ke dividen dibandingkan ke laba ditahan.
Laba ditahan yang rendah mengakibatkan kesempatan investasi semakin
berkurang. Di sisi lain perusahaan dituntut untuk terus tumbuh maka
perusahaan harus dapat melaksanakan ekspansi dengan melaksanakan
investasi yang ada. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, maka kekurangan
dana investasi dari laba ditahan dapat dipenuhi dari external finance terutama
dengan hutang dari para kreditur.
xxiii
Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pembagian laba
pendapatan perusahaan untuk dibayarkan sebagai dividen atau digunakan
sebagai laba ditahan untuk keperluan investasi selanjutnya. Kebijakan dividen
yang optimal adalah kebijakan dividen yang menekankan pada keseimbangan
antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang. Semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin
kecil dividen yang diberikan, karena perusahaan yang bertumbuh
diidentifikasi sebagai perusahaan yang memiliki free cash flow rendah (Jansen
dalam Smith dan Watts 1992). Hal ini sesuai dengan hipotesis pecking order
yang menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk
membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih
banyak untuk memiliki proyek-proyek investasi.
Signaling theory menjelaskan bahwa perusahaan yang bertumbuh
membayar dividen yang lebih tinggi. Apabila sinyal meningkat akibat
disparitas informasi antara manajemen dan investor, perusahaan dengan
disparitas informasi yang besar yaitu perusahaan yang memiliki pilihan
pertumbuhan kecil dan akan membayarkan dividen lebih tinggi, sebagai sinyal
bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979) dalam Smith dan Watts).
Kondisi pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kebijakan pendanaan dan
dividen yang dibuat. Dari hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993), Skinner
(1993), Kallapur dan Trombley (1999), Subekti dan Kusuma (2000), Fitrijanti
dan Hartono (2000) serta Prasetyo (2000) dalam hal kebijakan telah
xxiv
membuktikan bahwa perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh mengambil
kebijakan pendanaan yang berbeda.
Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earnings power dari asset perusahaan,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan
investasi
Dermawan (1997) menyatakan dalam membuat keputusan pembagian
dividen harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
perusahaan. Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai dividen seluruhnya
melainkan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Dalam
menentukan kebijakan dividen terdapat dua pihak yang berkepentingan yang
saling bertentangan yaitu kepentingan perusahaan dengan retained earning
untuk investasi, disamping kepentingan handholders yang juga mempengaruhi
jumlah dividen kas yang dibagikan.
Untuk meningkatkan nilai, perusahaan dituntut untuk tumbuh.
Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan dengan
baik. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian
besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi jumlah dividen
dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang jumlah dividen.
Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal mendanai
kegiatan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar (Surasni, 1998).
Untuk itulah, manajemen harus dapat menentukan kebijakan dividen yang
xxv
memberikan keuntungan kepada investor, di sisi lain harus menjalankan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Bahkan perusahaan
bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga
telah mengurangi rencana investasinya.
Peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari hasil penelitian yang
dilakukan Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) dan Isnaini Rokhayati
(2004)). Dengan melihat pengaruh proksi IOS terhadap nilai perusahaan serta
pengaruh IOS melalui kebijakan dividen dalam menentukan nilai perusahaan
tersebut.
Adapun perbedaan dan kelebihan dalam penelitian ini adalah :
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih terdaftar sampai
dengan tahun 2006. penelitian sebelumnya hanya satu sektor saja yang di
yang terdaftar di BEI.
2. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006. Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) melakukan
penelitian pada tahun 2001-2004, sedangkan Isnaini Rokhayati melakukan
penelitian tahun 1999-2001.
3. Penelitian di uji juga dengan variabel intervening yang menggunakan
Analisis Jalur (Path Analysis).
4. Sinarahardja dan Isnaini Yuningsih (2006) memakai 4 rasio Investment
Opportunity Set (IOS). Penelitian ini menambahkan satu rasio lagi yaitu
rasio Capital Expenditure to Book Value Assets (CAPBVA).
xxvi
Berdasarkan dari teori dan pemahaman seperti yang telah diuraikan di
atas, maka hal tersebut mendorong penulis mengambil topik ini untuk
pembahasan penelitian skripsi dengan judul penelitian sebagai berikut:
Analisis Pengaruh Nilai Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh
Melalui Pendekatan Investment Opportunity Set (IOS) dengan
Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Dengan studi kasus pada
perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan
selama periode penelitian dari tahun 2004-2006.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) secara langsung
dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening
xxvii
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap
nilai perusahaan.
b. Untuk menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) secara
langsung dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagai variabel intervening.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya mengenai
kontribusi Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap nilai
perusahaan tumbuh dan perusahaan tidak tumbuh dengan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening. Sehingga dapat menerapkan Ilmu Ekonomi,
khususnya dalam Manajemen Keuangan dan Pasar Modal yang telah
diperoleh selama masa perkuliahan.
xxviii
b. Bagi Akademisi
Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang
keuangan terutama yang berkaitan dengan Pengaruh Investment Opportunity
Set (IOS) Terhadap nilai perusahaan tumbuh dan perusahaan tidak tumbuh
dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening. Dan penelitian ini
diharapkan bisa digunakan sebagian acuan dalam penelitian selanjutnya guna
menguji hipotesis yang lebih baik khususnya yang berkaitan dengan IOS dan
Kebijakan dividen.
c. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan public dalam hal
untuk pengambilan keputusan investasi oleh menajer perusahaan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
peluang-peluang investasi yang ada dan berusahan meningkatkan potensi
perusahaan agar dapat bertumbuh dengan menerapkan kebijakan dividen yang
tepat.
xxix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investment Opportunity Set (IOS)
Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977)
yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara
aktiva riil (asset in place) yang sifatnya tangible dan opsi investasi di masa
yang akan datang (growth option) yang sifatnya intangible. Keduanya akan
sangat menentukan keputusan pendanaan dan nilai perusahaan di masa yang
akan datang.
Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah
kombinasi antara nilai asset in place dengan pilihan investasi di masa yang
akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk
berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan
semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak
dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang
hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-
pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang.
Menurut Gaver dan Gaver (1983) opsi investasi masa depan tidak semata-
mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh
kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan
xxx
dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok
industrinya.
Menurut Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (1993), nilai IOS bergantung
pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan
datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih
besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.
Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur
antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau
diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas,
penambahan aset, mengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang, dan
lain-lain.
Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa peluang pertumbuhan bukan
sekedar diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan
aktivitas pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang
berlebih untuk melaksanakan proyek baru. Kemampuan yang berlebih ini
bersifat tidak dapat diamati (unobservable).
Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi adalah
tersedianya alternatif di masa mendatang bagi perusahaan (Hartono, 1999).
IOS mencerminkan terdapatnya pilihan proyek investasi dengan net present
value (NPV) positif yang bervariasi antar perusahaan (Myers, 1997). Oleh
karena perusahaan tidak selalu melaksanakan semua kesempatan investasi di
masa mendatang, maka nilai kesempatan pertumbuhan merupakan nilai
xxxi
sekarang dari pilihan perusahaan untuk membuat investasi masa mendatang
(Myers, 1997). Dengan demikian esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan
adalah adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan
(Chung & Charoenwong, 1991).
Perusahaan kecil sering menghadapi keterbatasan pilihan dalam
menentukan proyek baru atau merestrukturisasi asset. Perusahaan besar
cenderung mendominasi pasar dalam industrinya (Mueller 1986, dalam Gaver
& Gaver 1993), sehingga seringkali perusahaan besar lebih memiliki
keunggulan kompetitif dalam mengeksplorasi kesempatan investasi.
Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa pilihan pertumbuhan memiliki
pengertian yang fleksibel dan tidak hanya berupa proyek baru. Perusahaan
yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil atau aktif
melakukan penelitian & pengembangan. Gaver & Gaver (1993) juga
menyatakan bahwa pilihan investasi di masa depan tidak hanya pada proyek-
proyek yang didanai dari kegiatan riset dan pengembangan, namun juga
dengan kemampuan mengeksploitasi kesempatan memperoleh keuntungan.
Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang
mengimplikasikan nilai aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva, ekuitas,
maupun perusahaan) dan nilai kesempatan bertumbuh suatu perusahaan di
masa depan (berupa nilai perusahaan) (Smith dan Watts, 1992).
Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang
luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun
sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di
xxxii
masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat
diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan
dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan,
variabel kebijakan dan lain-lain.
1. Klasifikasi IOS
Adapun proksi IOS diklasifikasikan dalam 3 jenis utama :
a. Proksi Berdasarkan Harga (PriceBased Proxies)
Proksi berdasarkan harga merupakan proses yang menyatakan bahwa
prospek pertumbuhan perusahaan sebagian diyatakan dalam harga pasar.
Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa perusahaan
secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-
perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai ekuitas yang lebih tinggi secara
relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). IOS yang didasari
pada harga akan berbentuk suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai
perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian:
1) Market to book value of equity (MVE/BVE), rasio ini menjelaskan bahwa
pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan akan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Perusahaan yang
mempunyai rasio MVE/BE tinggi memiliki pertumbuhan aktiva dan
ekuitas yang besar.
2) Market to book value of asset (MVA/BVA), dengan dasar pemikiran bahwa
prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar
xxxiii
menilai perusahaan yang sedang bertumbuh memiliki nilai lebih dari nilai
bukunya.
3) Tobin`s Q, didefinisikan sebagai nilai pasar dari perusahaan dibagi dengan
replacement cost dari asset.
4) Earning to price ratio (EP), semakin besar rasio ini semakin besar
kemungkinan perusahaan bertumbuh. Menurut Foster dalam Subekti dan
Kusuma (2001) rasio EP mempresentasikan aliran laba masa depan.
5) Ratio of property, plant, equipment to firm value (PPE/BVA),
mengindikasikan adanya investasi aktiva tetap yang produktif. Komposisi
PPE yang besar pada struktur aktiva menunjukkan adanya potensi
pertumbuhan perusahaan.
6) Ratio firm value to depreciation, menunjukkan besarnya pengurangan
assets in place.
7) Market value of equity plus book value of debt (MVEPBD), rasio ini
merupakan nilai total aktiva dari suatu perusahaan.
b. Proksi Berdasarkan Investasi (Investment Based Proxies)
Proksi berdasarkan investasi mengungkapkan aktivitas investasi yang
besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan
yang memiliki IOS tinggi seharusnya memiliki tingkatan investasi yang tinggi
pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan dalam
jangka waktu relatif lama. Proksi ini merupakan rasio yang membandingkan
suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva
xxxiv
tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah
diinvestasikan. Rasio-rasio yang sering digunakan dalam penelitian yang
berkaitan dengan proksi investasi, antara lain ; 1) ratio R & D to sales. 2) ratio
of capital expenditure to firm value, 4) investment to sales ratio, 5) ratio
capital addition to assets book value (CAP/BVA), 6) investment to earning
ratio, 7) log of firm value.
c. Proksi Berdasarkan Varian (Varian Measures)
Proksi pengukuran varian mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi
lebih bernilai jika menggunakan variabilitas untuk memperkirakan besarnya
opsi yang tumbuh; seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan
aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian antara lain ; 1)
variance of return, digunakan untuk membuat proksi return dari dari IOS
perusahaan; 2) asset betas, digunakan untuk membuat proksi risiko dari IOS
perusahaan ; 3) the variance of asset deflated sales.
Ketiga jenis proksi diatas menggambarkan bahwa keberagaman ukuran
IOS yang memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio
sebagai proksi IOS. Hal ini dikarenakan sifat IOS yang unobservable (Gaver,
1993). Dengan demikian IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran
empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan
proksi komposit. Dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan
dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam
variabel tunggal untuk proksi IOS.
xxxv
B. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam menentukan pembagian laba
antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke
perusahaan (Copeland, 1997 :125). Kebijakan dividen merupakan bagian yang
menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen
(Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai
sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan, maka semakin sedikit jumlah
laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba
sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam
kebijakan dividen (Van Horne :1998).
Brigham (1994) menyatakan bahwa yang dinamakan kebijakan dividen
yang optimal (Optimal dividen payout) perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang yang memaksimalkan harga saham
(Sukmawati S. 2000).
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai
pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan
perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham
xxxvi
diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut
Fabozzi (2003) mengatakan bahwa kebijakan dividen merupakan
keputusan perusahaan yang berkaitan dengan pembayaran dividen tunai
kepada pemegang saham.
Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan
dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin
terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya
untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan
dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya
meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan.
Menurut Smith dan Watts (1992), hubungan kebijakan investasi dan
kebijakan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan. Semakin
besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang
diberikan, karena perusahaan bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan
yang free cash flow-nya rendah (Jensen 1986 dalam Smith dan Watts 1992).
Hal ini sesuai dengan hypothesis pecking order (Myers dan Majluf 1984,
dalam Hartono 1990) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan
membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka memiliki dana internal
xxxvii
lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi
perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk
karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Hartono
1999).
Hipotesis sinyal menjelaskan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi
akan membayar dividen lebih tinggi (Miller & Rock 1985, dalam Hartono).
Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dan
investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar, yaitu
perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan kecil, akan membayar dividen
lebih tinggi sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya
1979, dalam Smith & Watts 1992).
Hasil penelitian Smith dan Watts (1992) mendukung hipotesis kontrak.
Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) menunjukkan bahwa dividen yield
singnifikan memiliki hubungan negatif dengan IOS, namun koefisien IOS
dalam model dividen payout ratio tidak signifikan. Penelitian Sami dkk.
(1999) menunjukkan bahwa IOS memiliki koefisien negatif walaupun tidak
sinifikan dalam model kebijakan dividen ketika kebijakan dividen diukur
dengan dividen payout. Sami dkk. (1999) menduga terdapat measurement
error dalam dividen payout sehingga menyandarkan temuannya pada dividen
yield saja.
Levy dan Sarnat (1990) berpendapat bahwa, perusahaan yang memiliki
peluang investasi akan lebih memilih pendanaan internal daripada eksternal
karena pendanaan internal lebih murah. Akibatnya, kebijakan dividen lebih
xxxviii
menekankan pada pembayaran dividen yang kecil. Menurut Schall dan Haley
(1983) berpendapat bahwa dalam jangka waktu panjang perusahaan yang
pertumbuhannya cepat memiliki dividend payout yang rendah atau bahkan
tidak membayar dividen sama sekali.
Rasio dividend payout merupakan perbandingan jumlah dividen yang
dibayarkan per lembar saham terhadap EPS perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini akan menguntungkan para investor tetapi akan memperlemah internal
financial perusahaan karena memperkecil laba ditahan. Sebaliknya rasio yang
semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal
financial perusahaan akan semakin kuat (Gitosudarmo dan Basri :2000).
Menurut mereka, besar kecilnya rasio dividen payout dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1) Faktor likuiditas
Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan rasio dividen payout dan
sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout.
2) Kebutuhan dana untuk melunasi hutang
Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotik
dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat
menurunkan rasio dividend payout dan begitu sebaliknya.
3) Tingkat ekspansi yang direncanakan
Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan
berakibat mengurangi rasio dividend payout karena laba yng diperoleh
diprioritaskan untuk penambahan aktiva.
xxxix
4) Faktor pengawasan
Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawasan
cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga akan mengakibatkan
kenaikan rasio dividend payout begitu juga sebaliknya.
5) Ketentuan-ketentuan dari pemerintah
Ketentuan-ketentuan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
laba perusahaan dan maupun pembayaran dividen.
6) Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham
Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas
pajak maka akan rasio dividend payout lebih tinggi dibanding apabila
pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
Selain pengertian diatas, dibawah ini juga terdapat beberapa istilah yang
berhubungan dengan dividen, yaitu:
1. Dividen interim adalah dividen yang dibayarkan selama tahun berjalan
2. Declared dividen (dividen yang disahkan) adalah jumlah dividen yang
secara resmi disahkan oleh komisaris untuk dibayarkan pada tanggal
tertentu.
3. Extra dividen (dividen tambahan) adalah dividen yang dibayarkan
melebihi tingkat tahunan yang dipertahankan dalam masa lalu.
4. Dividen final adalah dividen setelah akhir tahun buku.
xl
1. Jenis- jenis dividen
Jenis-jenis dividen menurut Kieso et.al, (2003:358) :
a. Dividen Tunai
Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan
dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui, maka segera dividen
diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan, daftar pemegang saham terakhir
harus dipersiapkan. Karena itu, biasanya, terdapat tenggang waktu antara saat
pengumuman dan pembayaran.
b. Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai
dividen property atau dividend in kind. Dividen property dapat berupa barang
dagang real estate, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang dewan
direksi.
c. Dividen Skrip
Dividen skrip (scrip dividend) hutang dividen dalam skrip berarti bahwa
perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya
pada suatu tanggal di masa depan. Skrip yang diterbitkan kepada pemegang
saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.
d. Dividen Likuidasi
Beberapa perusahaan menggunakan modal disetor sebagai dasar untuk
membayar dividen. Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadang-
kadang disebut sebagai dividen likuidasi (liquidating dividends), yang
menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi saham
xli
dan bukan dari laba. Dengan kata lain, setiap dividen yang didasarkan pada
laba merupakan pengurangan modal disetor perusahaan, sejauh itu meupakan
dividen likuidasi.
e. Dividen Saham
Jika manajemen ingin mengkapitalisasikan sebagian dari laba (misalnya,
reklasifikasi jumlah yang dihasilkan ke modal kontribusi) dan dengan
demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen, maka
perusahaan dapat menerbitkan dividen saham.
2. Tipe Pembayaran Dividen
Menurut Bambang Riyanto (2001) ada 4 tipe kebijakan pembayaran
dividen oleh perusahaan, yaitu :
a. Kebijakan Dividen Stabil
Yaitu jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya
relatif tetap selama jangka waktu tertentu.
b. Penetapan Jumlah Dividen Minimal Plus Ekstra
Yaitu jumlah dividen minimal per lembar saham setiap tahunnya
ditetapkan terlebih dahulu. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik
perusahaan akan ada dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut.
c. Rasio Pembayaran Konstan
Yaitu jumlah dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap
tahunnya berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang
diperoleh setiap tahunnya.
xlii
d. Rasio Pembayaran fleksibel
Yaitu jumlah dividen setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dari
perusahaan yang bersangkutan.
Dari keempat macam pola pembayaran dividen diatas, dividen stabil
merupakan kebijakan yang paling banyak digunakan perusahaan karena dapat
memberi kesan kepada pihak investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang. Dan juga dengan dividen yang
pasti akan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik.
3. Teori Kebijakan Dividen
a. Teori ketidakrelevanan Dividen
Modigliani-Miller berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung
pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapatan tersebut dibagi antara deviden dan laba yang ditahan
(Brigham, 1994: 198). Beberapa asumsi yang diajukan oleh MM : 1) tidak
ada pajak dan lainnya, 2) penerapan investor homogen, 3) kebijakan
investasi ditentukan lebih dahulu dan kebijakan dividen tidak
mempengaruhi kebijakan investasi. Dalam kondisi keputusan karena
investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham, karena investor dapat melakukan
homemade dividens. Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari
xliii
aset perusahaan, sehingga nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan
investasi.
b. Signaling Hypothesis
Pada kenyataannya, kenaikan dividen diikuti dengan kenaikan harga
saham sehingga memberi kesan bahwa investor lebih menyukai dividen
daripada kenaikan modal. Menurut MM suatu kenaikan dividen yang lebih
besar daripada yang diperkirakan merupakan sinyal bagi investor bahwa
manajemen perusahaan memperkirakan peningkatan laba di masa yang
akan datang, sedangkan penurunan dividen menandakan perkiraan laba
yang rendah (Brigham, 1994:203).
c. Teori Dividen Residual
Perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang
menguntungkan dibiayai. Menurut teori tersebut, manajer akan melakukan
langkah-langkah berikut: 1) semua usulan investasi yang mempunyai NPV
positif akan diterima, 2) menentukan jumlah saham yang diperlukan untuk
membiayai investasi baru dengan menjaga struktur modal yang ideal, 3)
menggunakan dana internal untuk pendanaan investasi, 4) pembayaran
dividen dilakukan setelah semua usulan investasi dengan NPV positif
didanai (Hanafi, 2004:372).
xliv
C. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997)). Penelitian
Hasnawati (2005) dalam Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) Harga
saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor
ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin
tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh
pemilik perusahaan (Wright dan Ferris, 1997).
Harga pasar saham perusahaan mencerminkan pusat pertimbangan dari
semua peserta pasar terhadap nilai perusahaan tertentu. Didalamnya
dipertimbangkan pendapatan per lembar saham sekarang dan masa yang akan
datang, waktu, lamanya, dan resikonya dari pendapatan tersebut, kebijakan
dividen perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi harga
saham itu. Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi atau kartu laporan
keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini mengukur seberapa jauh manajemen
telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham perusahaan
Manajemen berada dibawah penilaian dan penelitian yang berkesinambungan.
Modigliani dan Miller (1961) mengemukakan bahwa pembayaran dividen
tidak terpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earnings power dari asset
perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh
keputusan investasi.
xlv
Riyanto (1977) dalam Yeye Susilowati (2003), menyatakan bahwa setiap
perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan disatu
pihak dan juga dapat membayar dividen kepada para pemegang saham dilain
pihak, tetapi tujuan selalu bertentangan. Hal tersebut disebabkan semakin
tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin sedikit retained earning, dan
sebagai akibatnya akan menghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan
harga saham.
Nilai saham juga digunakan sebagai dasar pemikiran prospek pertumbuhan
perusahaan. Menurut Hartono (1998), pasar menilai perusahaan yang sedang
bertumbuh memiliki harga saham yang lebih besar dari nilai bukunya. Jadi
semakin besar selisih harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya
menandakan perusahaan tersebut memiliki potensi pertumbuhan yang semakin
besar pula.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga akan meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham
mencerminkan nilai perusahaan meningkat.
xlvi
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Sri Hasnawati (2005) dengan judul “Implikasi
Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan”
hasilnya menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Investment Opportunity Set (IOS) yang digunakan sebagai
proksi keputusan investasi dengan menggunakan indikator variabel proksi IOS
yaitu total assets growth, market to book assets ratio, earning to price ratio,
ratio capital expenditure to book value assets, current assets to total assets
ratio.
Penelitian yang dilakukan Zaenal Fanani (2006) dalam penelitiannya yang
berjudul “Manejemen Laba : Bukti dari Set Kesempatan Investasi (IOS),
Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar Yang Sedang
Berkembang” hasil penelitiannya menunjukan bahwa set kesempatan Investasi
berpengaruh positif dengan harga saham (nilai perusahaan) hal ini dibuktikan
dengan Book to market value of assets (MBVA), Tobin’s Q (TOBIQ), Earnings
to price ratios (PER), Ratio of depreciation to firm value (DFV), dan Firm
Value to book value of PPE (VPPE) memberikan kontribusi terhadap set
kesempatan investasi berbasis harga (IOSp), Ratio of capital expenditure to
book value of assets (CEBVA), Rasio capital expenditure to market of assets
(CEMVA), dan Invesment to Net Sales Ratio (INS) memberikan kontribusi
terhadap set kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi). Dan hasilnya
menunjukkan bahwa set kesempatan investasi berbasis harga (IOSp), set
kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi) dan set kesempatan investasi
xlvii
berbasis varian (IOSv) memberikan kontribusi terhadap set kesempatan
investasi (IOS) yang ditunjukkan dengan nilai semua dimensi diatas nilai
kritis.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinarahardja dan Isnani Yuningsih ( 2006)
dengan judul “Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh dan Tidak
Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS dengan Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Intervening” Menggunakan 4 Proksi IOS yaitu PER,
MVEBVE, MVABVA, DAN CAPMVA. Dengan studi kasus perusahaan
manufaktur tahun 2002-2004. Dan hasilnya yang menyatakan bahwa untuk
perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh positif secara
langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh dan dapat juga berpengaruh
negatif secara tidak langsung dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005) dengan judul
“Analisis Hubungan Dengan Realisasi Pertumbuhan Perusahaan Serta
Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Terhadap Kebijakan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh”
hasil penelitiannya membuktikan bahwa variabel-variabel Investment
Opportunity Set (IOS) mempunyai korelasi yang berbeda terhadap semua
unsur realisasi pertumbuhan perusahaan baik untuk perusahaan yang tumbuh
maupun yang tidak tumbuh. Korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang
tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan dan
pertumbuhan ekuitas, MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas, CAPBVA
terhadap pertumbuhan aset dan VPPE terhadap pertumbuhan penjualan dan
xlviii
ekuitas. Untuk perusahaan yang tidak tumbuh antara CAPBVA terhadap
pertumbuhan laba dan CAPMVA terhadap pertumbuhan aset. Korelasi yang
negatif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara CAPMVA
terhadap pertumbuhan ekuitas. Selain itu terjadi perbedaan yang signifikan
terhadap kebijakan dividen perusahaan dilihat dari dividen yields antara
perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Perusahaan
yang tumbuh membagikan dividen yang lebih kecil dari pada perusahaan yang
tidak tumbuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati (2003) dengan judul
“Hubungan Antara Peluang Investasi dengan Arus Kas, Kebijakan Pendanaan
Dan dividen” hasilnya terdapat kecenderungan yang nilainya lebih sebesar
asset in place lebih memilih pendanaan melalui hutang, sehingga leveragenya
tinggi, sedangkan perusahaan yang nilainya lebih besar dari asset in place
lebih memilih pendanaan dari sumber internal, sehingga leveragenya rendah.
Perusahaan yang kebijakan dividennya stabil cenderung membayar dividen
kecil, karena bila terjadi kontraksi ekonomi masih mampu mempertahankan
untuk membayar dividen.
Penelitian Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto Bartono M (2002) yang meneliti
tentang “Set Kesempatan Investasi : Proksi dan Analisis Hubungannya dengan
Kebijakan Pendanaan dan Dividen” dari hasil penelitian tersebut bahwa rasio
individual MVABVA, MVEBVE, PER, CAPMVA dan CAPMVA serta
indeks IOS berupa SKOR dan VIIOS berkorelasi positif signifikan dengan
realisasi pertumbuhan pada periode setelah penetapan level IOS diterima.
xlix
Selain itu, analisis dalam penelitian ini cenderung mendukung hipotesis
kontrak: bahwa perusahaan bertumbuh memiliki leverage dan kebijakan
dividen relatif lebih rendah terhadap perusahaan tidak bertumbuh, perusahaan
bertumbuh cenderung merupakan perusahaan besar.
Penelitian yang dilakukan MG Kentris dan Muh. Yusuf Ariyanto (2005)
yang meneliti tentang “Analisis Kebijakan Dividen, Pendanaan, dan Asimetri
Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh”, dan hasil penelitian
tersebut menunjukkan perusahaan yang tumbuh memiliki kebijakan
pendanaan melalui hutang dalam struktur modalnya (rasio debt/equity) lebih
kecil dari perusahaan tidak tumbuh. Dilihat dari mean ranknya, perusahaan
tumbuh membayar dividen lebih rendah daripada perusahaan tidak tumbuh
dengan proksi dividen payout.
Penelitian Sih Widhi Utami (2006) dalam penelitiannya berjudul “Asosiasi
Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen
dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham” hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa PER berkorelasi positif terhadap ekuitas, CAP/BVA dan
CAP/MVA memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan aktiva.
Perusahaan bertumbuh memiliki kebijakan dividen lebih rendah dibandingkan
perusahaan perusahaan tidak bertumbuh yang signifikan dengan pengukuran
dividen payout ratio.
Penelitian Agustina M.V Norpratiwi dengan judul (2004) “Analisis
Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham” berdasarkan
hasil pengujian keempat variabel proksi IOS (MKTBEKEQ, MKTBKASS,
l
CAPBVA, EP-RASIO) secara umum dapat ditunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara proksi IOS dengan return saham. Hal ini
menunjukan bahwa IOS mempengaruhi nilai perusahaan yang dicerminkan
dengan harga saham.
li
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh
Melalui Pendekatan IOS Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Intervening
Koefisien
Determinasi
Uji Asumsi Klasik:
- Normalitas
- Multikolinieritas
- Autokorelasi
- Heteroskedastisitas
Regresi Linier Berganda
Interpretasi
Path Analysis
Uji F Uji T
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Rasio Investment Opportunity Set (IOS)
Kebijakan Dividen
(Dividend Payout Ratio)
Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2004-2006
Nilai Perusahaan Tumbuh
Factor Analysis
Interpretasi
lii
F. Hipotesis Penelitian
Atas dasar kerangka Pemikiran dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka
hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. H0 = Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
H1 = Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2. H0 = Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai
variabel intervening.
H1 = Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel
intervening.
liii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Investment
Oportunity Set (IOS) terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel Intervening dengan studi kasus Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2006.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh sektor
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2006.
Pemfokusan seluruh sektor bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian lebih
akurat. Pengamatan mengenai nilai perusahaan, investment opportunity set dan
kebijakan dividen. Periode yang diamati adalah jumlah saham yang beredar
dan harga penutupan , dividen per lembar saham serta laporan keuangan tahun
2004-2006. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive
sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria
tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Perusahaan telah terdaftar di BEI minimal sejak Januari 2004. hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang berusia minimal 3 tahun
(sampel 2004 sampai dengan tahun 2006);
liv
(2) Bukan Perusahaan lembaga keuangan, perbankan maupun pemerintah
(untuk mengantisipasi adanya pengaruh peraturan tertentu yang mungkin
mempengaruhi variabel dalam penelitian ini);
(3) Mempublikasikan datanya berupa laporan keuangan, dividen, harga
penutupan saham, dan jumlah saham yang beredar secara berturut-turut
tahun 2004-2006 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory;
(4) Tidak memiliki laba dan total ekuitas negatif pada tahun 2004 sampai
tahun 2006.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan bersumber dari data sekunder, lalu teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini dilakukan
serangkaian kegiatan berikut :
1. Penelitian Laporan
a. Laporan Keuangan 31 Desember 2004, 31 Desember 2005, 31
Desember 2006.
b. Harga saham akhir tahun pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
2. Metode Kepustakaan
Penelitian ini juga diperoleh melalui studi kepustakaan. Sumber-sumber
yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan
membahas permasalahan penelitian ini seperti buku, jurnal, literatur,
lv
koran, website, dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian
yang diteliti.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi
laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan
untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia periode 2004 hingga 2006. Sumber data diperoleh dari:
(1) Indonesian Capital Market Directory 2007 dan 2008;
(2) laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi;
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Faktor
Analisis Faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi
variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu
himpunan variabel observasi.
Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau
dengan kata lain melakukan peringkasaan sejumlah variabel menjadi lebih
kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi
beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga
ditemukan variabel-variabel atau faktor yang dominan atau penting untuk
dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan dikorelasikan dengan variabel
tergantung.
lvi
Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus harus memiliki
korelasi yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor. Untuk menentukan
dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah melihat matrik secara
keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan
uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya signifikan berarti matrik korelasi
memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji lain yang
digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya
analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA).
Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling Adequecy mengukur
kecukupan sampling (Sampling Adequacy). Indeks ini membandingkan
besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi
parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa korelasi antar-pasangan
variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lainnya dan analisis faktor
mungkin tidak tepat. Kaiser-Myer-Olkin (KMO) Measure of Sampling
Adequecy merupakan suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti
ketepatan analisis faktor. Nilai tinggi antara 0.5 – 1,0 berarti analisis faktor
tepat, kalau kurang dari 0,5 analisis faktor dikatakan tidak tepat.
Ketentuan tersebut di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
• Jika probabilitas (sig) < 0.05 maka variabel dapat dianalisis lebih
lanjut
• Jika probabilitas (sig) > 0.05 maka variabel tidak dapat dianalisis lebih
lanjut.
lvii
Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan
dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah Measure of Sampling
Adequacy (MSA). Besarnya angka MSA ialah antara 0-1. Nilai MSA
ditunjukkan oleh Anti Image correlation matrices yaitu matriks korelasi
parsial di antara variabel setelah dilakukan analisis faktor mewakili derajat
(tingkatan) untuk mana faktor-faktor saling menjelaskan satu sama lain.
Elemen diagonal (off diagonal) menunjukkan korelasi parsial antar variabel.
Jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel maka ketentuannya
sebagai berikut:
• Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
• Jika MSA > 0.05 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan
dapat dianalisis lebih lanjut.
• Jika MSA < 0.05 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan
tidak dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus
dikeluarkan atau dibuang.
Dalam penelitian ini penyeleksian sampel berdasarkan nilai IOS dilakukan
dengan menggunakan metode Common Factor Analysis yaitu kelima variabel
sebagai proksi IOS yang terdiri dari MVE/BVE, MVA/BVA, PER,
CAP/BVA, dan CAP/MVA dianalisis dengan menggunakan Common Factor
Analysis. Jumlah faktor yang dapat digunakan yaitu untuk mengklasifikasi
sampel ke dalam perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh adalah faktor yang
memiliki eigenvalues sama dengan atau lebih besar dari satu (Hair et.al,
lviii
1995). Atau jumlah eigenvalues sama atau lebih besar nilai total
communalities dari seluruh variabel yang digunakan (Gaver dan Gaver, 1993).
Communalities ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu
variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis. Bisa juga
disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan oleh common factor atau
besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.
Eigenvalues merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.
Faktor yang memiliki total communalities sama atau lebih besar dari satu
dianggap telah mewakili nilai-nilai dari keseluruhan variabel yang digunakan.
Apabila faktor yang terbentuk lebih dari satu maka nilai tersebut akan
dijumlahkan menjadi satu indeks faktor saja. Indeks faktor yang diperoleh
selanjutnya akan diurutkan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Setelah menjumlahkan indeks faktor yang merupakan variable representative
dari IOS yang sudah diekstrasi dengan common Factor analysis. Langkah
selanjutnya melakukan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan indeks
faktor sebagai berikut yaitu 40 % perusahaan dengan indeks faktor IOS
tertinggi merupakan perusahaan tumbuh 40 % perusahaan dengan indeks
faktor IOS terendah merupakan perusahaan tidak tumbuh sedangkan 20 %
perusahaan dengan indeks faktor IOS di tengah dihilangkan karena dianggap
kurang ekstrim utuk membedakan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh.
lix
Untuk menghitung model skor atau nilai faktor ke i bisa dihitung dengan
menggunakan rumus:
Fi = Wi 1 X1 + Wi 2 X2 + Wi 3 X3 + …….. + Wi k Xk
Di mana :
Fi = perkiraan faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X dengan
koefisiennya Wi )
Wi = timbangan atau koefisien nilai factor ke-i
K = banyaknya variabel
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan mendapatkan model penelitian yang
valid dan dapat digunakan estimasi. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian
ini meliputi normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
lx
ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas
• Jika data berada di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal, maka data model regresi dinyatakan memenuhi asumsi
normalitas.
• Jika data menyebar dari garis diagonal serta penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal, maka data model regresi dinyatakan tidak memenuhi
asumsi normalitas.
b). Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk
mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
i) Dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor)
Jika model regresi memiliki angka VIF lebih besar dari pada nilai 10 maka
dikatakan terdapat masalah multikolinieritas dan sebaliknya jika model regresi
memiliki angka VIF kurang dari 10 maka pada model regresi dikatakan tidak
terdapat masalah multikolinieritas. (Ghozali, 2001)
ii) Dilihat dari nilai tolerance
Jika model pada regresi memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 maka
dikatakan terdapat masalah multikolinieritas dan jika sebaliknya model regresi
lxi
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 maka dapat dikatakan model regresi
tidak terdapat masalah multikolinieritas. (Ghozali, 2001)
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghazali, 2002:61).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya autokorelasi pada
model regresi, maka akan digunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Menurut Durbin Watson Statistics, pengambilan keputusan ada atau
tidaknya autokorelasi didasarkan pada 5 kondisi autokorelasi :
o 0 < d < dL : ada autokorelasi positif.
o dL < d < dU : inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi positif).
o dU < d < 4-dU : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.
o 4-dU <d< 4-dL: inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi negatif).
o 4-dL < d < 4 : ada autokorelasi negatif.
Selain itu menurut Singgih Santoso (2000:218) secara umum angka D-W
yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan adalah:
o Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
lxii
o Angka D-W di antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada
autokorelasi.
o Angka D-W diatas 2 berarti terdapat autokorelasi negatif.
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya
signifikan (dilihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak untuk
dipakai Uji F (uji secara simultan).
d) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians
dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai
model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik
scatter plots). Cara mendeteksi grafik scatter plots adalah sebagai berikut :
� Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit),
dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.
� Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
lxiii
3. Uji Signifikansi
Uji signifikansi keseluruhan secara simultan ditunjukkan oleh bilangan F
(F-test), sedangkan uji signifikansi terhadap kontribusi masing-masing
variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya bilangan t (t-test)
a.) Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen adalah uji F. Tingkat signifikansi yang
digunakan dalam uji F adalah 0,05 dengan kondisi pengujian sebagai berikut :
• Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dapat dikatakan
semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
• Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan
semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001)
b) Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual)
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah uji t.
tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dengan kondisi
pengujian sebagai berikut :
lxiv
• Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat dikatakan
bahwa variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen
• Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, dapat dikatakan
bahwa variabel independen secara individual berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001).
4. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan
variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu.
Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang
mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi
variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001).
5. Analisis Regresi Linier
Model regresi linier dipilih karena data dalam penelitian ini berupa data
nominal dan ordinal. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dijabarkan dengan persamaan sebagai berikut :
Y1 = β0 + β1 XIOS + e
Berdasarkan perumusan model tersebut penulis berusaha mengoperasikan
dalam variabel dependen kedua yang digunakan sehingga bentuk persamaan
menjadi:
lxv
Y2 = β0 + β2 XIOS + e
Keterangan:
Y1 = Nilai perusahaan tumbuh
Y2 = Nilai perusahaan tidak tumbuh
β = Konstanta
IOS = Investment Opportunity Set (IOS)
e = Standar Error
6. Uji Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya
memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Untuk menguji variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi liniear
berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2001). Analisis jalur ialah
suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada
regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung,
tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung, melalui satu
atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007). Berdasarkan kerangka
pemikiran model jalur yang diajukan berdasarkan teori bahwa IOS
mempunyai hubungan langsung dengan nilai perusahaan. Namun demikian
lxvi
IOS juga mempunyai hubungan tidak langsung ke nilai perusahaan dari
kebijakan dividen (DPR) baru kemudian ke nilai perusahaan.
Model uji variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis jalur (Path Analysis) yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 3.1
Diagram Jalur (Path Analysis) e1
Kebijakan Dividen
p2 p3
IOS Nilai perusahaan e2
p1
Diagram jalur di atas dapat diterangkan sebagai berikut: IOS dan
Kebijakan Dividen dinamakan variabel penyebab atau variabel eksogen.
Kebijakan dividen dan Nilai Perusahaan dinamakan variabel akibat atau
variabel endogen. IOS mempengaruhi Kebijakan Dividen tetapi masih ada
faktor-faktor lain di luar IOS yang mempengaruhi kebijakan Dividen yang
tidak dapat diukur dan faktor-faktor tersebut dinamakan variabel residu
dengan lambang e1. IOS dan Kebijakan Dividen masih ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi Nilai Perusahaan yang disebut variabel residu dengan
lambang e2.
Setiap nilai p menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Berdasarkan
gambar dapat dijelaskan bahwa IOS dapat berpengaruh langsung dengan nilai
perusahaan (p1), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu lewat
lxvii
kebijakan dividen lebih dahulu (p2) baru ke nilai perusahaan (p3). Total
pengaruh hubungan dari IOS ke nilai perusahaan (korelasi IOS dan Nilai
Perusahaan) sama dengan pengaruh langsung ke nilai perusahaan (koefisien
path atau regresi p1) ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path
dari IOS ke kebijakan dividen yaitu p2 dikalikan dengan koefisien path dari
kebijakan dividen ke nilai perusahaan yaitu p3.
Pengaruh langsung IOS ke Nilai perusahaan = p1
Pengaruh tak langsung IOS ke dividen ke nilai perusahaan = p2 x p3
Total pengaruh (korelasi IOS ke Nilai Perusahaan) = p1+ (p2x p3)
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel
lainnya tanpa ada variabel ke tiga yang memediasi (intervening) hubungan
kedua variabel tadi. Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ke tiga
yang memediasi hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel
dependen (endogen variabel) akan ada anak panah yang menuju ke variabel
ini dan ini berfungsi untuk menjelaskan jumlah variance yang tak dapat
dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu. Jadi anak panah dari e1 ke
kebijakan dividen menunjukkan jumlah variance kebijakan dividen yang tidak
dapat dijelaskan oleh IOS. Besarnya nilai e1 = {(1-R2)
2}. Sedangkan anak
panah dari e2 menuju nilai perusahaan menunjukkan variance nilai
perusahaan yang tidak dapat dijelaskan oleh IOS dan kebijakan dividen dan
besarnya e2 = {(1-R2)
2. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua
lxviii
persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan
yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada empat persamaan tersebut adalah :
DPR Perusahaan Tumbuh = b1 IOS + e1 (1)
Nilai Perusahaan Tumbuh = b1 IOS + b2 DPR + e2 (2)
DPR Perusahaan Tidak Tumbuh = b1 IOS + e3 (3)
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = b1 IOS + b2 DPR + e4 (4)
Standardized koefisien untuk IOS pada persamaan (1 dan 3) akan
memberikan nilai p2. sedangkan koefisien untuk IOS dan kebijakan Dividen
pada persamaan (2 dan 4) akan memberikan nilai p1 dan p3.
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga
kelompok yaitu variabel dependen, variabel independen dan variabel
intervening.
1. IOS (Investment Opportunity set)
Yaitu set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan
perusahaan. IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variable
laten) sehingga diperlukan proksi (Hartono, 2001). Alternatif proksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham.
lxix
Pasar menilai perusahaan yang sedang tumbuh lebih besar dari nilai
bukunya. Rasio antara nilai pasar terhadap nilai buku asset mencerminkan
peluang investasi yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan
melalui hubungan bahwa semakin rendah MVABVA maka akan semakin
tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver and Gaver (1993) juga menemukan
bahwa semakin tinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai buku, maka
akan semakin tinggi pula nilai IOS.
MVABVA = [total aset-total ekuitas +
(lembar saham beredar x harga saham penutupan)]
total aset
b. Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran
bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio nilai pasar
terhadap nilai buku ekuitas juga mencerminkan adanya peluang investasi
bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari (1989) membuktikan bahwa
perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminan
peluang investasi. Proksi ini dapat menjelaskan pula bahwa besarnya
return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang
akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan.
MVEBVE = [Jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham]
total ekuitas
lxx
c. Rasio Price to eaning ratio (PER) dengan dasar pemikiran bahwa nilai
ekuitas merupakan jumlah nilai kapitalisasi laba yang dihasilkan dari
pengelolaan aset plus nilai sekarang neto (NPV) dari pilihan investasi di
masa datang. Semakin besar rasio PER maka semakin besar pula
perusahaan kemungkinan untuk tumbuh. Rasio EPS/Price atau rasio laba
per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS
yang sama dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar (Chung and
Charoenwong, 1991; Smith and Watts, 1992; Gaver and Gaver,1993; Sami
et al. 1999 dan Hartono, 1999).
PER = Harga Penutupan Saham
laba per lembar saham
d. Rasio Capital expenditure to book value of assets (CAPBVA)
menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang
dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio
capital addition to asset book value (CAPBVA) menggunakan investasi
riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan tambahan aktiva tetap.
Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanya peluang
investasi bagi suatu perusahaan melalui kesempatan adanya tambahan
modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva tetap. Bagi suatu
perusahaan, nilai peluang investasi juga dapat dianalisis melalui adanya
tambahan aktiva tetap yang diinvestasikan dalam satu atau lebih periode.
Apabila perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan bertumbuh, maka
lxxi
secara langsung peluang investasi tersebut dapat dibuktikan melalui
adanya tambahan modal melalui tambahan aktiva tetap.
CAPBVA = [nilai buku aktiva tetapt – nilai buku aktiva tetapt-1 ]
total asset
e. Rasio Capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) dengan
dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas
investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak
tumbuh.
CAPMVA = [nilai buku aktiva tetapt – nilai buku aktiva tetapt-1 ]
[ Total aset-total ekuitas +
(lembar saham beredar x harga saham penutupan)]
2. Kebijakan Dividen
Merupakan kebijakan manajemen perusahaan dalam membagikan dividen
kepada para pemegang sahamnya. Kebijakan dividen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham
laba per lembar saham
Dividen payout ratio disajikan dalm bentuk persentase. Menurut Riyanto
(1993:201) makin tingginya dividen payout ratio yang ditetapkan perusahaan,
makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam
lxxii
perusahaan, yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Rasio
pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk kas (Brigham dan Gapenski, 1996: 450).
3. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997). Harga saham
digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi
nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan (Wright dan Ferris, 1997).
Nilai Perusahaan = Log (Harga Penutupan Saham Per Lembar)
lxxiii
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia yang
diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel zaaz. Berdasarkan
pengalaman Belanda, pendirian bursa efek di Batavia adalah dalam rangka
memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh
secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan
saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta
efek-efek Belanda lainnya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
Kegiatan pasar modal di Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu
perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan saham di Bei.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut:
• 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
lxxiv
• 1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
• 1925-1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya
• Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
• 1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
• 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
• 1956-1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
• 1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
lxxv
• 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
• 1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
• Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
• Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
• 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
• 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
• 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
• 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.
• 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
lxxvi
• 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
• 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
• 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Sepanjang bulan Januari hingga Juli 2007, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ)
terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur
dan transparan. Sepanjang periode di atas, Bursa telah menunjukkan prestasi
yang sangat luar biasa. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada
tanggal 24 Juli 2007 di level 2.401,144. Rata-rata volume perdagangan
harian mencapai 3.981.633.295 saham dengan rata-rata nilai transaksi Rp
3.549.999.411.555 dan 43.024 kali transaksi.
Bersamaan dengan HUT Pasar Modal ke-30 (tahun 2007) BEJ
meluncurkan Indeks Kompas 100. Indeks ini diharapkan akan bermanfaat
bagi para pemodal dalam mengelola portofolio investasinya dan bagi fund
manager yang akan menggunakannya sebagai acuan dalam menciptakan
kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham. Proses pemilihan
100 saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi dan
kapitalisasi pasar serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Indeks
lxxvii
ini akan melengkapi informasi mengenai perkembangan pasar saham pada
umumnya dan perkembangan harga masing-masing saham khususnya, serta
diharapkan dapat memberikan pedoman bagi pemodal dalam melakukan
pilihan investasi di Pasar Modal yang pada akhirnya akan meningkatkan
likuiditas transaksi di BEJ. Nilai dasar yang digunakan Indeks Kompas 100
adalah 2 Januari 2002. Review terhadap saham-saham yang masuk akan
dilakukan 2 (dua) kali selama setahun yaitu setiap bulan Januari dan Juli.
Indeks Kompas 100 merupakan kerjasama antara BEJ dan Harian Kompas
yang merupakan wujud komitmen bersama dalam pengembangan Pasar Modal
Indonesia.
Perubahan ekonomi global berdampak pada pasar keuangan, ekonomi
makro, maupun besaran APBN 2008 Di pasar keuangan dalam negeri, terjadi
gejolak di pasar modal, sehingga Indeks harga saham gabungan (IHSG)
sempat mengalami penurunan cukup besar di awal tahun 2007, walaupun
kinerja pasar modal Indonesia lebih baik dari negara lain. Selain itu net
buying asing terhadap obligasi negara juga cenderung menurun dalam
beberapa bulan terakhir sampai Januari 2008, sedangkan indikator ekonomi
makro, tingkat inflasi 2007 mengalami sedikit tekanan sehingga realisasinya
mencapai 6,6 persen dan bulan Januari 2008 sebesar 1,77 persen.
Perkembangan yang terjadi di pasar modal banyak dipengaruhi oleh
sentimen perekonomian global. Itulah sebabnya IHSG yang pada akhir tahun
2007 yang lalu mencapai 2.754, pada bulan-bulan sesudahnya mengalami
penurunan dan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun 2008. Pada akhir
lxxviii
September 2008, IHSG bahkan berada pada level 1.832. suatu penurunan
sebesar 33,5 persen dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya. Penurunan
tersebut terus berlanjut, terutama pada bulan Oktober, sehingga pada akhir
bulan Oktober tersebut IHSG mencapai 1.256,70. Indeks saham tersebut
secara bertahap mengalami kenaikan dari titik nadirnya dan pada akhir
Desember 2008 IHSG telah kembali mencapai 1.355,4. Indeks harga saham
gabungan mengalami peningkatan menjadi 1.406 pada akhir Maret 2009.
Peningkatan tersebut terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya dengan
kembalinya rally di pasar modal negara-negara berkembang.
Tahun 2008 ternyata merupakan tahun yang tetap baik bagi perekonomian
Indonesia. Meskipun dalam beberapa bulan di penghujung tahun 2008
perekonomian dunia banyak disibukkan oleh krisis perekonomian global,
terutama jatuhnya beberapa lembaga keuangan besar di Amerika Serikat dan
Inggris, ternyata dampaknya terhadap perekonomian Indonesia masih relatif
terbatas. Hal tersebut tidak berarti krisis perekonomian global tidak
berdampak apapun terhadap perekonomian Indonesia. Pada awal kuartal
keempat tahun 2008, perekonomian Indonesia sibuk menghadapi masa-masa
yang menegangkan. Likuiditas perbankan demikian ketat, sehingga bank-bank
(dimulai dari bank-bank asing) akhirnya mencoba menarik dana nasabah
dengan tingkat suku bunga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku
bunga yang berlakudi pasar. Karena bank-bank asing berani memasang bunga
yang tinggi, bank-bank lokal, baik yang kecil maupun yang besar terpaksa
harus menaikkan suku bunganya, yang ternyata dampaknya masih tetap
lxxix
dirasakan sampai dengan awal kuartal kedua tahun 2009. Keketatan likuiditas
tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi hampir bersamaan, sebagai
berikut. Pertama, sangat tingginya pertumbuhan kredit yang terutama
disebabkan oleh beralihnya kredit “offshore” ke dalam negeri karena tidak di
roll-overnya pinjaman terhadap korporasi maupun perbankan lokal oleh para
kreditor di luar negeri. Hal tersebut terjadi karena para bankir luar negeri
harus menyiapkan dana untuk memperkuat likuiditas perusahaan induk
mereka masing-masing. Sebagai perusahaan yang memiliki kualitas kredit
yang prima, maka perpindahan kredit ke dalam negeri disambut dengan
antusias oleh bank-bank dalam negeri yang mengakibatkan sampi bulan
Agustus 2008 kredit meningkat sekitar Rp 204 triliun.
Dalam tahun 2008, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah
sektor pengangkutan’dan komunikasi yang mengalami peningkatan sebesar
16,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007, sedangkan
yang terendah adalah sektor pertambangan dengan pertumbuhan sebesar 0,5
persen. Pada kuartal pertama tahun 2009, sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang
tumbuh 16,7 persen, listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar 11,4 persen,
sektor jasa tumbuh 6,8 persen, serta sektor keuangan dan sektor konstruksi
masing-masing mengalami peningkatan sebesar 6,3 persen. Sektor pertanian
meningkat dengan 4,8 persen sektor pertambangan dan penggalian meningkat
sebesar 2,2 persen, industri pengolahan meningkat dengan 1,6 persen,
lxxx
sedangkan sektor perdagangan menempati kedudukan yang paling rendah
dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,6 persen terlalu tajam.
B. Deskriptif Analisis
1. Deskriptif Data Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di
Bursa Efek Jakarta dan masih tetap terdaftar sampai dengan tahun 2006.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,
yaitu metode pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu.
Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
� Perusahaan yang mempublikasikan diri sebagai perusahaan go public di
BEI tahun 2004, 2005, 2006
� Perusahaan yang tidak termasuk dalam lembaga keuangan perbankan dan
lembaga keuangan non perbankan
� Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahun 2004, 2005 dan 2006
� Perusahaan yang memiliki laporan keuangan per 31 Desember yang tidak
menunjukkan adanya saldo total ekuitas negatif dan atau mengalami
kerugian pada salah satu periode penelitian (2004-2006)
� Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara terus menerus selama
tahun 2004-2006
Berdasarkan kriteria diatas, maka diperoleh sampel penelitian per tahun
yaitu 62 perusahaan dengan nama-nama perusahaan sebagai berikut:
lxxxi
Tabel. 4.1
Sampel Data Penelitian
No Kode Emiten
1 AALI Astra Agro Lestari
2 ADHI Adhi Karya
3 AKRA AKR Corporindo
4 ANTM Aneka Tambang
5 ASGR Astra Graphia
6 ASII Astra International
7 AUTO Astra Otoparts
8 BATA Sepatu Bata
9 BLTA Berlian Laju Tanker
10 BUMI Bumi Resources
11 CENT Centrin Online
12 CLPI Colorpak Indonesia
13 CTBN Citra Tubindo
14 DLTA Delta Djakarta
15 EKAD Ekadharma International
16 EPMT Enseval Putra Megatrading
17 FAST Fast Food Indonesia
18 GGRM Gudang Garam
19 GMTD Gowa Makassar Tourism Development
20 HEXA Hexindo Adiperkasa
21 HITS Humpuss Intermoda Transportasi
22 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna
23 INCO International Nickel Indonesia
24 INDF Indofood Sukses Makmur
25 INDR Indorama Syenthetic
26 ISAT Indosat
27 KAEF Kimia Farma
28 LION Lion Metal Works
29 LMSH Lion Mesh Prima
30 LTLS Lautan Luas
31 MEDC Medco Energi International
32 MERK Merck Indonesia
33 MLBI Multi Bintang Indonesia
34 MPPA Matahari Putra Prima
35 MYOR Mayora Indah
36 PBRX PAN Brothers
37 PLIN Plaza Indonesia Realty
38 PNSE Pudjiadi & Sons Estate
lxxxii
39 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam
40 PTRO Petrosea
41 RALS Ramayana Lestari Sentosa
42 RIGS RIG Tenders
43 RMBA Bentoel Internasional Investama
44 SCMA Surya Citra Media
45 SMDR Samudera Indonesia
46 SMGR Semen Gresik
47 SMRA Summarecon Agung
48 SMSM Selamat Sempurna
49 SUMI Sumi Indo Kabel
50 SQBI Bristol Myers Squibb Indonesia
51 TBLA Tunas Baru Lampung
52 TCID Mandom Indonesia
53 TGKA Tiga Raksa Satria
54 TINS Timah International
55 TLKM Telekomunikasi Indonesia
56 TOTO Surya Toto Indonesia
57 TRST Trias Sentosa
58 TSPC Tempo Scan Pacific
59 TURI Tunas Ridean
60 UNSP Bakrie Sumatera Plantation
61 UNTR United Tractors
62 UNVR Unilever Indonesia
2. Deskriptif Analisis Data
Data–data yang diperoleh dari variabel observed/indicator yang diteliti
diantaranya adalah :
a. Investment Opportunity Set (IOS)
Munculnya istilah investment opportunity dikemukakan oleh Myers (1977)
yang menjelaskan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara
aktiva riil (asset in place) yang sifatnya tangible dan opsi investasi di masa
yang akan datang (growth option) yang sifatnya intangible. Menurut Gaver
dan Gaver, IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat
lxxxiii
tidak dapat diobservasi. Disebabkan oleh sifatnya yang tidak dapat diobservasi,
maka IOS memerlukan sebuah proksi (Hartono, 1999). Nilai IOS dapat
dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai
aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai
kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan. Maka
peneliti menggunakan proksi IOS yang sering digunakan oleh para peneliti
terdahulu, yaitu rasio MVEBVE, rasio MVABVA, rasio CAPMVA. Rasio
CAPBVA dan rasio PER. Untuk mengetahui besarnya masing rasio-rasio
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Proksi-Proksi IOS
No Perusahaan Tahun MVABVA MVEBVE CAPBVA CAPMVA PER IOS
1 AALI 2004 1.5564 1.9276 0.0403 0.0257 6.0900 9.6400
2 AALI 2005 1.1173 1.1427 0.0724 0.0648 9.7600 12.1572
3 AALI 2006 1.3503 1.1446 0.0715 0.0529 25.2000 27.8193
4 ADHI 2004 2.5674 6.7655 0.0791 0.1348 17.2500 26.7968
5 ADHI 2005 1.6288 5.0931 0.2338 0.1435 16.6400 23.7392
6 ADHI 2006 2.0055 7.5490 0.1588 0.0792 15.0800 24.8725
7 AKRA 2004 0.5836 0.1810 0.0501 0.0858 4.7100 5.6105
8 AKRA 2005 0.7883 0.5699 0.0184 0.0233 7.7500 9.1499
9 AKRA 2006 1.0291 1.0655 0.0922 0.0346 13.2900 15.5114
10 ANTM 2004 1.1711 1.4171 0.4205 1.6555 4.0800 8.7442
11 ANTM 2005 1.4460 1.9427 0.0207 0.1223 8.1000 11.6317
12 ANTM 2006 2.0320 2.7570 -0.0657 -0.0323 9.8300 14.5210
13 ASGR 2004 0.7967 0.6493 -0.2130 -0.0162 11.5600 12.7768
14 ASGR 2005 1.2501 1.4554 0.0095 0.0076 12.0300 14.7526
15 ASGR 2006 0.9125 0.8272 -0.0061 -0.0067 17.4000 19.1269
16 ASII 2004 1.2354 1.5591 0.0630 0.0510 7.1900 10.0985
17 ASII 2005 0.9874 0.9709 0.0627 0.0635 16.6400 18.7245
18 ASII 2006 1.2343 0.2034 0.0265 0.0214 15.0800 16.5656
19 AUTO 2004 0.6690 0.4234 0.0831 0.1242 6.5500 7.8497
20 AUTO 2005 0.4839 0.1843 0.0447 0.0924 7.7300 8.5353
lxxxiv
21 AUTO 2006 0.4446 0.0980 0.0261 0.0587 8.0800 8.7074
22 BATA 2004 0.3693 0.0519 0.0125 0.8340 5.1900 6.4577
23 BATA 2005 0.4503 0.0466 0.0375 0.9833 7.5100 9.0277
24 BATA 2006 0.3502 0.0720 -0.0008 -0.0023 9.0300 9.4491
25 BLTA 2004 2.7826 2.4308 0.1689 0.2158 11.9300 17.5281
26 BLTA 2005 1.4436 2.7471 0.2873 0.1990 16.7000 21.3770
27 BLTA 2006 2.4261 4.7374 0.0876 0.0361 28.0000 35.2872
28 BUMI 2004 2.3659 13.8387 0.0131 0.0055 12.8100 29.0332
29 BUMI 2005 1.9360 9.3250 0.0198 0.0102 12.0700 23.3610
30 BUMI 2006 1.7446 6.1995 0.1002 0.0574 8.7000 16.8017
31 CENT 2004 0.0892 0.0002 -0.0231 -0.2593 20.7100 20.5170
32 CENT 2005 0.0769 0.0004 -0.0267 -0.3474 15.0000 14.7032
33 CENT 2006 0.1083 0.0509 -0.0666 -0.6147 9.1700 8.6479
34 CLPI 2004 0.4078 0.0704 -0.0145 -0.0356 22.6700 23.0981
35 CLPI 2005 0.5482 0.1682 -0.0042 -0.0077 15.7800 16.4845
36 CLPI 2006 1.0853 1.1751 -0.0052 -0.0047 39.1400 41.3905
37 CTBN 2004 0.1613 0.0002 -0.0189 -0.1176 46.1100 46.1350
38 CTBN 2005 0.4152 0.0042 0.0106 0.0256 9.2200 9.6756
39 CTBN 2006 0.5805 0.1047 0.0415 0.6254 6.4400 7.7921
40 DLTA 2004 0.2376 0.0181 0.0254 0.1069 5.9900 6.3780
41 DLTA 2005 0.2618 0.0233 0.0030 0.0116 10.2200 10.5197
42 DLTA 2006 0.2440 0.0036 0.0146 0.0600 8.4300 8.7522
43 EKAD 2004 1.0642 0.2541 -0.0171 -0.0161 12.2500 13.5351
44 EKAD 2005 0.3491 0.1073 0.0025 0.0072 14.6600 15.1261
45 EKAD 2006 0.2380 0.0172 0.0037 0.0155 15.5200 15.7944
46 EPMT 2004 1.0401 1.1153 0.2300 0.0222 7.0200 9.4276
47 EPMT 2005 0.8729 0.6906 0.0953 0.0258 8.4100 10.0946
48 EPMT 2006 0.8310 0.6779 0.0282 0.0340 7.0900 8.6611
49 FAST 2004 0.4003 0.0057 0.0057 0.0138 13.0700 13.4955
50 FAST 2005 0.3982 0.0065 0.0214 0.0538 12.9700 13.4499
51 FAST 2006 0.4085 0.0076 0.0522 0.1278 11.7800 12.3761
52 GGRM 2004 0.6327 0.3793 0.0967 0.1530 14.5600 15.8217
53 GGRM 2005 0.5630 0.2625 0.0175 0.0310 11.8600 12.7340
54 GGRM 2006 0.4979 0.1707 0.0218 0.0437 19.4700 20.2041
55 GMTD 2004 0.7434 0.0425 -0.0033 -0.0044 6.7500 7.5282
56 GMTD 2005 0.7182 0.0013 -0.0023 -0.0032 5.6100 6.3240
57 GMTD 2006 0.7006 0.0024 -0.0022 -0.0032 5.7800 6.4776
58 HEXA 2004 1.4484 2.0075 -0.0136 -0.9386 5.6500 8.1537
59 HEXA 2005 0.7417 0.1879 0.0889 1.2042 8.2500 10.4727
lxxxv
60 HEXA 2006 0.8928 0.6266 0.1267 0.1420 19.1700 20.9581
61 HITS 2004 0.8209 0.5099 0.0403 0.0491 8.6500 10.0702
62 HITS 2005 0.5480 0.0126 0.1149 0.2097 8.8900 9.7752
63 HITS 2006 0.4549 0.0041 -0.1078 -0.2369 14.0300 14.1443
64 HMSP 2004 1.4855 2.1553 0.0168 0.8113 14.6500 19.1189
65 HMSP 2005 4.5083 10.1509 0.0055 0.9013 16.3600 31.9260
66 HMSP 2006 0.5645 0.0317 -0.0007 -0.0012 12.0500 12.6443
67 INCO 2004 0.4047 0.1673 0.0027 0.0067 4.6300 5.2114
68 INCO 2005 0.3662 0.1926 0.0026 0.0071 4.9400 5.5085
69 INCO 2006 3.6470 0.4339 0.0027 0.0048 6.6500 10.7384
70 INDF 2004 1.9701 0.6992 0.0119 0.0098 19.9800 22.6710
71 INDF 2005 1.2304 1.7907 0.0019 0.0015 69.3000 72.3245
72 INDF 2006 1.3849 3.5966 0.0247 0.0179 19.2800 24.3041
73 INDR 2004 0.6051 0.1114 0.0251 0.0415 28.8900 29.6731
74 INDR 2005 0.5911 0.0285 0.0311 0.0525 15.0700 15.7732
75 INDR 2006 0.5732 0.0131 0.0355 0.0585 17.3800 18.0603
76 ISAT 2004 1.1330 1.0631 0.1130 0.1411 18.6100 21.0602
77 ISAT 2005 1.0521 1.1194 0.1318 0.1253 18.3100 20.7386
78 ISAT 2006 1.4102 1.9236 0.0993 0.0704 26.0100 29.5135
79 KAEF 2004 0.4346 0.1855 0.0007 0.0016 14.6400 15.2624
80 KAEF 2005 0.3599 0.1071 -0.0013 -0.0035 15.2400 15.7022
81 KAEF 2006 0.3666 0.0824 -0.0059 -0.0143 20.8300 21.2588
82 LION 2004 0.2045 0.0316 0.0191 0.0935 3.7500 4.0987
83 LION 2005 0.2159 0.0368 -0.0103 -0.0479 5.4700 5.6645
84 LION 2006 0.2055 0.0044 0.0048 0.0237 5.5400 5.7784
85 LMSH 2004 0.6087 0.0431 -0.0048 -0.0347 2.6600 3.2723
86 LMSH 2005 0.5008 0.0078 -0.0232 -0.0470 4.4400 4.8784
87 LMSH 2006 0.2245 0.0402 0.0105 0.0210 6.1200 6.4162
88 LTLS 2004 0.7993 0.0004 0.0440 0.0550 5.5600 6.4587
89 LTLS 2005 1.0096 0.0009 0.0207 0.0209 7.1400 8.1921
90 LTLS 2006 0.7637 0.0001 0.0284 0.0372 10.6400 11.4694
91 MEDC 2004 0.6196 0.2828 0.0296 0.0478 10.5400 11.5198
92 MEDC 2005 0.6557 3.7560 0.0418 0.0638 15.3000 19.8173
93 MEDC 2006 0.7096 1.9920 0.0646 0.0910 34.3400 37.1972
94 MERK 2004 0.4073 0.2285 0.0159 0.0392 8.9200 9.6109
95 MERK 2005 0.2554 0.0998 -0.0089 -0.0350 9.4300 9.7413
96 MERK 2006 0.3044 0.1651 -0.0026 -0.0086 10.3500 10.8083
97 MLBI 2004 0.5297 0.0067 0.0578 0.1091 10.3800 11.0833
98 MLBI 2005 0.6154 0.0290 0.1091 0.1132 12.1100 12.9767
lxxxvi
99 MLBI 2006 0.6806 0.0174 0.0595 0.0874 15.7500 16.5949
100 MPPA 2004 0.6117 0.1602 0.0101 0.0166 12.4100 13.2086
101 MPPA 2005 0.8036 0.5651 0.1169 0.1455 11.6100 13.2411
102 MPPA 2006 0.7394 0.2715 0.0338 0.0457 13.4900 14.5804
103 MYOR 2004 0.4913 0.2505 0.0074 0.0151 10.8100 11.5743
104 MYOR 2005 0.4822 0.1554 0.0836 0.1735 13.7500 14.6447
105 MYOR 2006 0.7361 0.5771 0.0035 0.0048 13.2700 14.5915
106 PBRX 2004 1.0973 1.1541 -0.2132 -0.1943 18.1800 20.0239
107 PBRX 2005 0.8143 0.3423 -0.2810 -0.3451 16.2200 16.7505
108 PBRX 2006 0.8218 0.1656 0.1155 0.1405 17.3600 18.6034
109 PLIN 2004 0.4741 0.1731 0.0277 0.0584 19.1700 19.9033
110 PLIN 2005 0.3674 0.1099 0.0271 0.0737 18.0400 18.6181
111 PLIN 2006 0.3036 0.0035 0.0523 0.1723 25.1200 25.6517
112 PNSE 2004 0.7028 0.0204 0.0447 0.0636 32.8100 33.6415
113 PNSE 2005 0.6892 0.0007 0.0482 0.0699 37.8000 38.6080
114 PNSE 2006 0.6688 0.0021 0.0015 0.0023 10.1800 10.8547
115 PTBA 2004 1.3877 1.5474 0.0184 0.0132 7.7500 10.7167
116 PTBA 2005 1.6946 1.9609 0.0142 0.0084 8.8800 12.5581
117 PTBA 2006 4.6237 5.9059 -0.0132 -0.0028 16.7200 27.2336
118 PTRO 2004 0.3223 0.0827 1.6583 0.1412 7.1600 9.3645
119 PTRO 2005 0.4568 0.1340 0.1612 0.3529 8.5900 9.6949
120 PTRO 2006 0.4995 0.1979 0.0614 0.1230 10.6800 11.5618
121 RALS 2004 0.5329 0.2787 -0.0177 -0.0333 17.4000 18.1606
122 RALS 2005 0.8313 0.7763 0.0393 0.0473 18.8400 20.5342
123 RALS 2006 1.0352 1.0458 0.0194 0.0187 19.6600 21.7791
124 RIGS 2004 0.0484 0.0112 0.0817 0.2412 8.7200 9.1025
125 RIGS 2005 0.8118 0.8038 -0.0389 -0.2946 11.1500 12.4321
126 RIGS 2006 0.3979 0.0032 0.6415 0.9188 39.3300 41.2914
127 RMBA 2004 0.5159 1.0026 -0.0206 -0.0401 9.0700 10.5278
128 RMBA 2005 0.7589 1.2162 -0.0162 -0.0214 7.8800 9.8175
129 RMBA 2006 1.2430 1.4791 0.0852 0.0685 13.1700 16.0458
130 SCMA 2004 0.5100 0.2289 0.0021 0.0041 25.4900 26.2351
131 SCMA 2005 0.7015 0.5139 0.0110 0.0157 18.5300 19.7721
132 SCMA 2006 0.3965 0.0357 -0.0055 0.0139 20.9500 21.3906
133 SMDR 2004 0.5520 0.0057 -0.0348 -0.0630 3.0600 3.5199
134 SMDR 2005 0.6302 0.2090 0.0201 0.0317 3.5100 4.4010
135 SMDR 2006 0.6399 0.1286 0.1507 0.2356 18.1500 19.3048
136 SMGR 2004 0.7008 0.4572 -0.0462 -0.0659 21.0800 22.1259
137 SMGR 2005 0.4900 0.1707 -0.0332 -0.0677 10.3300 10.8898
lxxxvii
138 SMGR 2006 1.4529 1.6173 0.0342 0.0235 16.6200 19.7479
139 SMRA 2004 0.8414 0.6380 0.0373 0.0444 7.9600 9.5211
140 SMRA 2005 1.2869 1.6391 0.0464 0.0361 9.7600 12.7685
141 SMRA 2006 1.1889 1.4244 0.2514 0.0405 19.1700 22.0752
142 SMSM 2004 0.4832 0.0197 -0.0118 0.0244 6.5600 7.0755
143 SMSM 2005 0.4514 0.0182 0.0035 -0.0177 6.5900 7.0454
144 SMSM 2006 0.3759 0.0084 0.0180 0.0481 6.8700 7.3204
145 SUMI 2004 0.2897 0.0020 -0.0342 -0.1182 23.9600 24.0993
146 SUMI 2005 0.3839 0.0019 -0.0127 -0.0331 15.5100 15.8500
147 SUMI 2006 0.3720 0.0069 -0.0402 -0.1081 12.6500 12.8806
148 SQBI 2004 0.3358 0.8160 0.0346 0.1030 0.8400 2.1294
149 SQBI 2005 0.3876 0.9019 0.0159 0.1341 44.1200 45.5595
150 SQBI 2006 0.3701 0.0008 0.0399 0.1079 12.2900 12.8087
151 TBLA 2004 0.7398 0.3111 0.0867 0.1171 22.5700 23.8247
152 TBLA 2005 0.6882 0.1160 0.0435 0.0632 51.9000 52.8109
153 TBLA 2006 1.0291 1.0691 0.1057 0.1027 59.2300 61.5366
154 TCID 2004 0.2538 0.1137 0.0651 0.2568 7.5600 8.2494
155 TCID 2005 0.1915 0.0396 0.0527 0.2753 6.8900 7.4491
156 TCID 2006 0.1562 0.0655 0.0924 0.5915 12.5600 13.4656
157 TGKA 2004 0.6618 0.0108 0.0013 0.0019 82.6500 83.3258
158 TGKA 2005 0.6961 0.0074 -0.0183 -0.0263 12.9800 13.6389
159 TGKA 2006 0.7540 0.0006 -0.0114 -0.0151 9.5500 10.2781
160 TINS 2004 1.0299 1.0479 0.0056 0.0055 20.7500 22.8389
161 TINS 2005 0.8761 0.7781 0.0199 0.0231 8.5200 10.2172
162 TINS 2006 1.7165 2.4795 -0.0025 -0.0015 10.7000 14.8920
163 TLKM 2004 4.3469 1.0289 0.0034 0.0034 15.8700 21.2526
164 TLKM 2005 1.2559 1.6832 0.7261 0.5781 14.8800 19.1233
165 TLKM 2006 1.5906 2.5648 0.1148 0.0721 18.5000 22.8423
166 TOTO 2004 0.8038 0.0426 0.0647 0.0858 11.1400 12.1369
167 TOTO 2005 0.7461 0.0024 0.1286 0.1723 4.7300 5.7794
168 TOTO 2006 0.6911 0.0005 -0.2070 -0.2140 4.1000 4.3706
169 TRST 2004 0.5003 0.0003 0.1371 0.2459 20.5000 21.3836
170 TRST 2005 0.5799 0.0772 0.0476 0.0821 25.0000 25.7868
171 TRST 2006 0.5272 0.0208 0.0044 0.0083 16.1100 16.6707
172 TSPC 2004 0.5848 2.4074 0.0283 0.0484 10.5400 13.6089
173 TSPC 2005 0.3330 2.4842 0.0570 0.1711 38.5700 41.6153
174 TSPC 2006 0.5784 2.0055 0.8091 0.1157 14.8600 18.3687
175 TURI 2004 1.0744 1.2841 0.0462 0.0429 6.1700 8.6176
176 TURI 2005 0.8121 0.2456 0.0540 0.0531 6.7400 7.9048
lxxxviii
177 TURI 2006 0.7887 0.1041 0.0081 0.0103 44.5900 45.5012
178 UNSP 2004 0.8842 0.6812 0.0803 0.0905 7.5600 9.2962
179 UNSP 2005 1.8262 3.0960 0.1418 0.0775 8.3600 13.5015
180 UNSP 2006 4.0907 9.5726 0.0399 0.0097 13.0800 26.7929
181 UNTR 2004 1.4760 2.0383 0.9610 0.0412 5.8900 10.4065
182 UNTR 2005 1.5483 2.4201 0.1825 0.1178 9.9700 14.2387
183 UNTR 2006 1.5843 2.4303 0.9785 0.0496 20.0800 25.1227
184 UNVR 2004 1.2703 1.4312 0.1288 0.1014 17.1500 20.0817
185 UNVR 2005 0.0995 0.9911 0.0383 0.0385 22.6400 23.8074
186 UNVR 2006 1.1361 1.2658 0.0495 0.0435 29.2500 31.7449
Rasio Market to book value of asset (MVABVA) dengan dasar pemikiran
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham. Rasio
ini diukur dari selisih antara total aset dengan total ekuitas ditambah dengan
perkalian antara jumlah lembar saham beredar dengan harga saham penutupan
kemudian hasilnya dibagi dengan total aset perusahaan pada periode t.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas pada tahun 2004 nilai rasio MVABVA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Tbk yaitu
sebesar 4.3469 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan RIG Tenders
(RIGS) Tbk yaitu sebesar 0.0484. Pada tahun 2005 nilai rasio MVABVA
tertinggi dimiliki oleh perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk
sebesar 4.5083 sedangkan nilai rasio MVABVA terendah pada perusahaan
Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar 0.0769. Sementara itu pada tahun
2006 nilai rasio MVABVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tambang Batu
Bara Bukit Asam (PTBA) Tbk yaitu sebesar 4.6237 sedangkan nilai rasio
MVABVA terendah dimiliki oleh Perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk
yaitu sebesar 0.1083.
lxxxix
Rasio Market to book value of equity (MVEBVE) dengan dasar pemikiran
bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio ini dihitung dari
perkalian antara jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham
dibagi dengan total ekuitas perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel
diatas pada tahun 2004 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Bumi Resources (BUMI) Tbk yaitu sebesar 13.8387 sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Citra Tubindo (CTBN) Tbk yaitu sebesar
0.0002. Pada tahun 2005 nilai rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) Tbk sebesar 10.1509
sedangkan nilai rasio MVEBVE terendah pada perusahaan Pudjiadi & Sons
Realty (PNSE) Tbk yaitu sebesar 0.0007. Sementara itu pada tahun 2006 nilai
rasio MVEBVE tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bakrie Sumatera Plantation
(UNSP) Tbk yaitu sebesar 9.5726 sedangkan nilai rasio MVEBVE terendah
dimiliki oleh Perusahaan Lautan Luas (LTLS) Tbk yaitu sebesar 0.0001.
Rasio Capital expenditure to book value of assets (CAPBVA)
menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat
digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio CAPBVA
menggunakan investasi riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan
tambahan aktiva tetap. Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang
mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan melalui
kesempatan adanya tambahan modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva
tetap. Rasio ini diukur nilai buku aktiva tetapt dikurangi dengan nilai buku
xc
aktiva tetapt-1 kemudian dibagi total aset perusahaan pada periode t.
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2004 nilai rasio CAPBVA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Petrosea (PTRO) Tbk yaitu sebesar 1.6583
sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah dimiliki oleh perusahaan PAN
Brothers (PBRX) Tbk yaitu sebesar -0.2132. Pada tahun 2005 nilai rasio
CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Telekomunikasi Indonesia
(TLKM) Tbk sebesar 0.7261 sedangkan nilai rasio CAPBVA terendah pada
perusahaan PAN Brothers (PBRX) Tbk yaitu sebesar -0.2810. Sementara itu
pada tahun 2006 nilai rasio CAPBVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan
United Tractors (UNTR) Tbk yaitu sebesar 4.6237 sedangkan nilai rasio
CAPBVA terendah dimiliki oleh Perusahaan Surya Toto Indonesia (TOTO)
Tbk yaitu sebesar -0.2070.
Rasio Capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) dengan
dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas
investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak tumbuh.
Rasio ini dihitung dengan nilai buku aktiva tetap t dikurang nilai buku aktiva
tetap t-1 kemudian dibagi dengan total aset dikurang total ekuitas kemudian
ditambah antara perkalian jumlah lembar saham beredar dikali harga saham
penutupan perusahaan pada periode t. Berdasarkan tabel diatas pada tahun
2004 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Aneka Tambang
(ANTM) Tbk yaitu sebesar 1.6555 sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah
dimiliki oleh perusahaan Hexindo Adiperkasa (HEXA) Tbk yaitu sebesar -
0.9386. Pada tahun 2005 nilai rasio CAPMVA tertinggi dimiliki oleh
xci
perusahaan Hexindo Adiperkasa (HEXA) Tbk sebesar 1.2042 sedangkan nilai
rasio CAPMVA terendah pada perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu
sebesar -0.3474. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio CAPMVA tertinggi
dimiliki oleh perusahaan RIG Tenders (RIGS) Tbk yaitu sebesar 0.9188
sedangkan nilai rasio CAPMVA terendah dimiliki oleh Perusahaan
perusahaan Centrin Online (CENT) Tbk yaitu sebesar -0.6147.
Rasio Price Earning Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar para
investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan
sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Para
manajer keuangan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan
dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai
peluang pertumbuhan yang baik, yang berarti pendapatannya relatif aman dan
sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi. PER dihitung harga penutupan
saham dibagi laba per lembar saham perusahaan periode t. Berdasarkan tabel
diatas pada tahun 2004 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tiga
Raksa Satria (TGKA) Tbk yaitu sebesar 82.6500 sedangkan terendah dimiliki
oleh perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia (SQBI) Tbk yaitu sebesar
0.8400. Pada tahun 2005 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Indofood Sukses Makmur (INDF) Tbk sebesar 69.3000 sedangkan nilai rasio
PER terendah pada perusahaan Lion Mesh Prima (LMSH) Tbk yaitu sebesar
4.4400. Sementara itu pada tahun 2006 nilai rasio PER tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Tunas Baru Lampung (TBLA) Tbk yaitu sebesar 59.2300
xcii
sedangkan nilai rasio PER terendah dimiliki oleh Perusahaan Surya Toto
Indonesia (TOTO) Tbk yaitu sebesar 4.1000.
b. Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah
tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga
jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya
pembagian dividen saham tersebut.
Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham
laba per lembar saham
Untuk mengetahui besarnya tingkat DPR dari 62 perusahaan periode
2004-2006 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Dividend Payout Ratio
No Perusahaan 2004 2005 2006
1 AALI 0.4911 0.6475 0.1900
2 ADHI 0.4999 0.3001 0.2000
3 AKRA 0.3279 0.3139 0.3167
4 ANTM 0.3500 0.3400 0.4000
5 ASGR 0.8179 0.9349 0.1942
6 ASII 0.2771 0.3264 0.1636
7 AUTO 0.2042 0.2761 0.1639
8 BATA 0.5561 0.5182 0.2192
9 BLTA 0.1278 0.1289 0.1380
xciii
10 BUMI 0.0801 0.1588 0.1547
11 CENT 0.1029 0.5000 0.5833
12 CLPI 0.2960 0.1480 0.1997
13 CTBN 1.3569 0.7471 0.6814
14 DLTA 0.1448 0.1987 0.4809
15 EKAD 0.5001 0.5391 0.2910
16 EPMT 0.9812 0.9561 0.2725
17 FAST 0.2240 0.2161 0.1942
18 GGRM 0.5374 0.5091 0.4773
19 GMTD 0.2857 0.2767 0.2477
20 HEXA 0.3951 0.3952 0.9621
21 HITS 0.0895 0.9476 0.2778
22 HMSP 0.6057 0.4595 0.1801
23 INCO 0.4123 0.3725 0.9423
24 INDF 0.4372 0.3808 0.4428
25 INDR 0.2560 0.4810 0.5069
26 ISAT 0.4991 0.4926 0.5000
27 KAEF 0.2982 0.3000 0.2992
28 LION 0.2208 0.2734 0.2520
29 LMSH 0.0697 0.0935 0.0108
30 LTLS 0.2554 0.2529 0.2103
31 MEDC 0.4897 0.4387 0.5002
32 MERK 1.0958 0.5435 0.5177
33 MLBI 0.2303 1.1841 0.7560
34 MPPA 0.3023 0.9038 0.1753
35 MYOR 0.2252 0.4191 0.2867
36 PBRX 0.3143 0.0865 0.0457
37 PLIN 0.0423 0.0396 0.0285
38 PNSE 0.8019 0.5323 0.5091
39 PTBA 0.9742 0.5009 0.5000
40 PTRO 0.8179 0.9681 0.2384
41 RALS 0.1347 0.5117 0.4950
42 RIGS 0.5286 0.6755 0.7865
43 RMBA 0.2061 0.2919 0.9287
44 SCMA 2.1096 1.4523 0.2095
45 SMDR 0.2446 0.1672 0.4036
46 SMGR 0.3500 0.2570 0.5000
47 SMRA 0.2294 0.9613 0.9816
48 SMSM 0.4527 0.8638 0.3263
49 SUMI 0.2916 0.6443 0.8414
50 SQBI 0.0814 1.5270 0.5534
51 TBLA 0.2944 0.1948 0.1986
52 TCID 0.9782 0.3696 0.9530
53 TGKA 3.3507 0.0448 0.6076
xciv
54 TINS 0.4589 0.4722 0.9502
55 TLKM 0.5000 0.5520 0.1775
56 TOTO 0.3828 0.2363 0.2486
57 TRST 0.5000 0.5000 0.5555
58 TSPC 0.5548 0.4548 0.9413
59 TURI 0.9608 0.3323 0.3330
60 UNSP 0.1463 0.1813 0.2022
61 UNTR 0.1422 0.2985 0.3985
62 UNVR 1.0912 0.9534 0.9085
Rata-rata 0.4997 0.4846 0.4228
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata DPR pada tahun 2004
lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 dan 2006. Tahun 2004 rata-rata DPR
sebesar 0.4997, di mana nilai tertinggi DPR dimiliki oleh perusahaan Tiga
Raksa Satria Tbk. yaitu sebesar 3.3507 sedangkan terendah dimiliki oleh
perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0423. Sementara itu,
rata-rata DPR tahun 2005 sebesar 0.4846, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk yaitu sebesar 1.5270
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk.
yaitu sebesar 0.0396. Sementara itu rata-rata DPR tahun 2006 sebesar 0.4228,
dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Summarecon Indonesia Tbk.
yaitu sebesar 0.9816 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Plaza
Indonesia Realty Tbk. yaitu sebesar 0.0285.
Besar kecilnya laba yang dibagikan sangat bergantung pada kebijakan
dividen yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen
dalam jumlah kecil, itu dilakukan karena perusahaan tersebut merasa yakin
terhadap masa depan perusahaan, dan ingin mempertahankan pendapatannya
untuk memperluas usahanya. Sedangkan perusahaan yang membagikan
xcv
dividen dalam jumlah besar biasanya berharap agar nilai perusahaannya
meningkat sejalan dengan jumlah dividen yang dibagikan.
c. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya (Fama (1978), Wright dan Ferris (1997). Harga saham
digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi
nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan (Wright dan Ferris, 1997). Nilai perusahaan dihitung Log harga
penutupan saham.
Nilai Perusahaan = Log (Harga Penutupan Saham Per Lembar)
Tabel 4.4
Nilai Perusahaan
No Perusahaan 2004 2005 2006
1 AALI 3.4914 3.6902 4.1004
2 ADHI 2.8293 2.8573 2.9031
3 AKRA 3.0607 3.1702 3.4353
4 ANTM 3.2368 3.5533 3.9031
5 ASGR 2.5051 2.4698 2.4843
6 ASII 3.9823 4.0086 4.1959
7 AUTO 3.2844 3.4471 3.4661
8 BATA 4.1461 4.1613 4.1461
9 BLTA 2.8451 3.0170 3.2405
10 BUMI 2.9031 2.8808 2.9542
11 CENT 2.1614 3.9505 2.0414
12 CLPI 3.6816 2.6074 2.9912
13 CTBN 3.9031 3.9294 4.2304
14 DLTA 4.1613 4.5563 4.3579
15 EKAD 2.3891 3.5315 2.2041
16 EPMT 2.7403 2.8751 2.8129
17 FAST 4.0212 3.0792 3.2601
xcvi
18 GGRM 4.1319 4.0663 4.0086
19 GMTD 3.6284 2.5623 2.6232
20 HEXA 3.4878 2.9827 2.9542
21 HITS 3.4624 3.7482 3.0043
22 HMSP 3.8228 3.9494 3.9867
23 INCO 4.0626 4.1189 4.4914
24 INDF 2.9031 2.9590 3.1303
25 INDR 2.7959 2.6721 2.6812
26 ISAT 3.7597 3.7443 3.8293
27 KAEF 3.3117 3.1614 2.2175
28 LION 3.2304 3.3010 3.3424
29 LMSH 3.1832 3.2787 3.2304
30 LTLS 2.5682 2.6812 3.6074
31 MEDC 3.3170 3.5283 3.5502
32 MERK 4.3579 4.3856 4.6020
33 MLBI 4.6284 4.6989 4.7403
34 MPPA 2.7596 2.9823 2.9031
35 MYOR 3.0792 3.9138 3.2095
36 PBRX 2.6074 2.5740 2.5797
37 PLIN 3.7558 3.7558 3.0414
38 PNSE 2.9542 2.8512 3.8451
39 PTBA 3.1832 3.2553 3.5471
40 PTRO 3.6047 3.8451 3.7817
41 RALS 2.8893 2.9085 2.9395
42 RIGS 2.9164 2.9956 3.0000
43 RMBA 4.0414 2.1303 3.4913
44 SCMA 2.8603 2.8061 2.9031
45 SMDR 3.5740 3.8663 3.8228
46 SMGR 4.2672 4.2504 4.5599
47 SMRA 2.7958 2.8751 3.0682
48 SMSM 3.4624 2.4843 2.5441
49 SUMI 2.7596 3.6335 3.9138
50 SQBI 4.5441 4.5911 4.7443
51 TBLA 2.3617 3.3010 2.3802
52 TCID 3.6021 3.6128 3.8419
53 TGKA 2.4393 2.4624 2.4393
54 TINS 3.6459 3.2601 3.6459
55 TLKM 4.0043 3.7708 4.0043
56 TOTO 3.7781 3.7781 3.8195
57 TRST 2.3117 2.1761 2.1613
58 TSPC 3.8808 3.7520 2.9542
59 TURI 4.0293 2.8388 2.8512
60 UNSP 2.4913 2.6180 2.9867
61 UNTR 3.3569 3.5652 3.8612
62 UNVR 3.5185 3.6309 3.8195
Rata-Rata 3.3463 3.3566 3.3772
xcvii
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata Nilai Perusahaan pada
tahun 200 lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 dan 2005. Tahun 2004 rata-
rata Nilai Perusahaan sebesar 3.3463, dimana nilai tertinggi Nilai Perusahaan
dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 4.6284
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Centrine Online Tbk yaitu
sebesar 2.1614. Sementara itu, rata-rata Nilai Perusahaan tahun 2005 sebesar
3.3566, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang
Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4.6989 sedangkan terendah dimiliki oleh
perusahaan Trias Sentosa Tbk yaitu sebesar 2.1761. Sedangkan rata-rata Nilai
Perusahaan tahun 2006 sebesar 3.3772, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Bristol Myers Squibb Indonesia Tbk yaitu sebesar 4.7443
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Centrine Online Tbk yaitu
sebesar 2.0414.
C. Analisis Faktor
Analisis Faktor merupakan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi
variabel dasar atau faktor yang menerangkan pola hubungan dalam suatu
himpunan variabel observasi.
Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau
dengan kata lain melakukan peringkasaan sejumlah variabel menjadi lebih
kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi
beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor sehingga
ditemukan variabel-variabel atau faktor yang dominan atau penting untuk
xcviii
dianalisis lebih lanjut, misalnya dengan dikorelasikan dengan variabel
tergantung.
Hasil pengujian analisis faktor tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel
dibawah ini.
Tabel. 4.5
KMO and Bartlett's Test
.509
146.303
10
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test of
Sphericity
Didasarkan hasil penghitungan tabel 4.5 di atas angka Kaiser-Myer-Olkin
(KMO) Measure of Sampling Adequecy adalah sebesar 0,509 dengan
signifikansi sebesar 0.000. angka 0.509 berada diatas 0.5 dan signifikansi
0.000 lebih kecil dari 0.05 sehingga variabel diatas dapat terus dianalisis lebih
lanjut. Artinya, benar-benar terdapat korelasi antar variabel bebas.
Tabel. 4.6
Anti-image Matrices
.998 -.018 .002 -.002 .026
-.018 .496 -.351 -.039 -.010
.002 -.351 .497 .011 -.022
-.002 -.039 .011 .908 -.265
.026 -.010 -.022 -.265 .908
.587a -.025 .003 -.003 .027
-.025 .506a -.706 -.058 -.015
.003 -.706 .505a .016 -.033
-.003 -.058 .016 .525a -.292
.027 -.015 -.033 -.292 .533a
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA
Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.
xcix
Dari hasil tabel 4.6 tersebut di atas terlihat pada output Anti-image
Correlation terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai MSA kurang
0.5. maka variabel tersebut dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut.
Tabel. 4.7
Communalities
1.000 .019
1.000 .852
1.000 .852
1.000 .641
1.000 .646
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Nilai communalities pada dasarnya adalah jumlah varians dari suatu
variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. untuk rasio
MVABVA sebesar 0.852. hal ini berarti bahwa sekitar 85.2 % dari variabel
MVABVA bisa dijelaskan oleh factor yang terbentuk. Dimana jika dilihat
dalam pada tabel 4.6 (component matrix, ada dua komponen, berarti ada dua
faktor yang terbentuk).
Untuk rasio MVEBVE angka yang diperoleh adalah 0.852 yang berarti
bahwa 85.2 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang
terbentuk. Rasio CAPBVA angka yang diperoleh 0.641 yang berarti bahwa
64.1 % varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk.
Rasio CAPMVA angka yang diperoleh 0.646 yang berarti bahwa 64.6 %
varians dari rasio ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Dan rasio
PER angka yang diperoleh 0.019 yang berarti bahwa 1.9 % varians dari rasio
ini dapat dijelaskan oleh 2 faktor yang terbentuk. Jadi jumlah kelima nilai
c
communalities tersebut adalah 3.010. semakin besar communalities berarti
semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk
Tabel. 4.8
Total Variance Explained
1.755 35.103 35.103 1.755 35.103 35.103 1.719 34.374 34.374
1.254 25.083 60.185 1.254 25.083 60.185 1.291 25.811 60.185
.997 19.931 80.116
.704 14.070 94.186
.291 5.814 100.000
Component
1
2
3
4
5
Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared LoadingsRotation Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Pada tabel 4.8 di atas ditunjukkan angka eigenvalues dari masing-masing
factor. Susunan angka eigenvalues selalu diurutkan dari yang terbesar sampai
yang terkecil, dengan kriteria bahwa angka eigenvalues dibawah 1 tidak
digunakan untuk menghitung jumlah faktor yang terbenuk dari tabel di atas,
terlihat bahwa hanya faktor 1 dan faktor 2 saja yang memiliki nilai
eigenvalues di atas 1 sehingga dapat disimpulkan hanya terdapat 2 faktor yang
terbentuk. Artinya untuk mencapai nilai communalities sebesar 3.010
dibutuhkan dua faktor yang mempunyai nilai eigenvalues di atas 1, faktor
pertama 1.755 dan faktor kedua 1.254. Jadi dalam penelitian ini dibutuhkan
ini, dua faktor dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan timbal balik antar
proksi IOS.
Eigenvalues menunujukkan kepentingan relatif masing-masing faktor
dalam menghitung varian kelima variabel yang dianalisis. Jumlah angka
eigenvalues seluruhnya yaitu 1.754 + 1.254 + 0.997 + 0.704 + 0.291 = 5
Faktor pertama dapat menjelaskan varians kelima variabel tersebut sebesar
1.754/5 x 100 % = 35.08 %. Sedangkan faktor kedua dapat menjelaskan
ci
varians kelima variabel tersebut sebesar 1.254/5 x 100% = 25.08 %. Sehingga
total kedua faktor akan dapat menjelaskan 35.08 % + 25.08 % = 60.16 % dari
variabilitas kelima variabel asli tersebut.
Tabel. 4.9
Rotated Component Matrixa
.082 -.111
.923 .029
.923 .006
.064 .798
.070 .801
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
1 2
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 3 iterations.a.
Berdasarkan tabel 4.9 merupakan tabel component matrix hasil proses
rotasi yang menunjukkan distribusi kelima variabel tersebut pada dua faktor
yang terbentuk. Sedangkan angka-angka pada variabel tersebut adalah factor
loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan
faktor 1 dan faktor 2. Setelah diketahui bahwa ada dua faktor yang terbentuk
langkah selanjutnya adalah penentuan suatu variabel untuk masuk ke dalam
suatu faktor yang terbentuk.
Penentuan suatu variabel masuk ke dalam suatu faktor tertentu dilakukan
dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. Seperti pada
variabel MVABVA, angka factor loadings 1 sebesar 0.923 sedangkan factor
loadings 2 sebesar 0.006. oleh karena itu, maka variabel MVABVA masuk ke
dalam faktor 1 karena memiliki factor loadings yang terbesar. Variabel
MVEBVE, angka factor loadings 1 sebesar 0.923 dan factor loadings 2
cii
sebesar -0.029 maka MVEBVE masuk ke dalam faktor 1 karena memiliki
angka terbesar. Variabel CAPBVA, angka factor loadings 1 dan 2 masing-
masing 0.064 dan 0.798. dengan melihat angka ini maka CAPBVA masuk ke
dalam faktor 2 karena memiliki angka terbesar. Variabel CAPMVA, angka
factor loadings 1 dan 2 masing-masing 0.070 dan 0.801 sehingga CAPMVA
masuk ke dalam faktor 2. Variabel PER, angka factor loadings 1 sebesar
0.082 dan factor loadings 2 sebesar -0.111 (tanda “-“ hanya menunjukkan
arah korelasi). Oleh sebab itu, maka PER masuk ke dalam faktor 2 karena
memiliki angka terbesar.
Jadi dari lima variabel asli yang digunakan dapat diringkas menjadi 2
kumpulan variabel baru atau faktor yang mencerminkan variabel aslinya.
faktor 1 merupakan proksi IOS berdasarkan harga yang berhubungan dengan
nilai pasar ekuitas (MVEBVE) dan nilai pasar aset (MVABVA) dengan
loading masing- 0.923 dan 0.923. sedangkan faktor kedua merupakan proksi
IOS berdasarkan investasi yang berhubungan dengan tambahan modal melalui
nilai investasi riil berupa aktiva tetap (CAPBVA), aliran modal saham
perusahaan (CAPMVA) dan nilai laba per lembar saham (PER) dengan
loading masing-masing 0.798, 0.801 dan -0.111.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka persamaan untuk faktor baru yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
F1 = 0.923 MVABVA + 0.923 MVEBVE
F2 = 0.798 CAPBVA + 0.801 CAPMVA – 0.111 PER
ciii
Kemudian untuk proses pengklasifikasian perusahaan ke dalam
perusahaan tumbuh atau tidak tumbuh didasarkan atas penjumlahan skor atau
indeks faktor tersebut untuk menggantikan kelima variabel asli tersebut.
Berikut ini merupakan indeks faktor yang diperoleh untuk masing-masing
perusahaan yang diurutkan berdasarkan besar penjumlahan kedua indeks
faktor yang diperoleh.
Tabel 4.10
Pengklasifikasian Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh
No Perusahaan Tahun Fact_1 Fact_2 Jumlah
1 HMSP 2005 5.12913 1.48151 6.61064
2 ANTM 2004 0.20225 5.19056 5.39281
3 PTRO 2004 -0.78667 5.46734 4.68067
4 UNSP 2006 4.67443 -0.5834 4.09103
5 BUMI 2004 4.62579 -0.63502 3.99077
6 TLKM 2005 0.40215 3.38066 3.78281
7 UNTR 2006 0.87196 2.79817 3.67013
8 UNTR 2004 0.6177 2.84834 3.46604
9 RIGS 2006 -0.56788 3.84815 3.28027
10 PTBA 2006 4.05599 -0.79212 3.26387
11 ADHI 2004 2.81471 -0.02842 2.78629
12 ADHI 2006 2.61684 0.13309 2.74993
13 HEXA 2005 -0.39918 2.99203 2.59285
14 BUMI 2005 3.05609 -0.49295 2.56314
15 TSPC 2006 0.01383 2.52852 2.54235
16 HMSP 2004 0.7273 1.63691 2.36421
17 BLTA 2004 1.72922 0.5673 2.29652
18 ADHI 2005 1.66455 0.59138 2.25593
19 BUMI 2006 2.02657 -0.02149 2.00508
20 BLTA 2006 2.20249 -0.29301 1.90948
21 TLKM 2004 2.49383 -0.61732 1.87651
22 BLTA 2005 0.87432 0.95522 1.82954
23 BATA 2005 -0.64267 2.29719 1.65452
24 UNSP 2005 1.21631 0.2127 1.42901
25 UNTR 2005 0.83334 0.46289 1.29623
26 INCO 2006 1.78156 -0.48557 1.29599
27 BATA 2004 -0.70528 1.86466 1.15938
28 TLKM 2006 0.94982 0.0536 1.00342
29 CTBN 2006 -0.52903 1.40995 0.88092
civ
30 SMRA 2006 0.34113 0.45866 0.79979
31 INDF 2006 1.09949 -0.3855 0.71399
32 TCID 2006 -0.81645 1.46967 0.65322
33 ISAT 2006 0.67891 -0.03935 0.63956
34 UNVR 2004 0.39631 0.22347 0.61978
35 ANTM 2005 0.6261 -0.02274 0.60336
36 EPMT 2004 0.09122 0.45609 0.54731
37 ANTM 2006 1.29009 -0.75852 0.53157
38 TINS 2006 0.98665 -0.45704 0.52961
39 PTRO 2005 -0.59814 1.10512 0.50698
40 AALI 2004 0.69292 -0.1925 0.50042
41 ISAT 2004 0.2021 0.27513 0.47723
42 PTBA 2005 0.81658 -0.35314 0.46344
43 MEDC 2005 0.59955 -0.13677 0.46278
44 ISAT 2005 0.15776 0.30346 0.46122
45 RMBA 2006 0.37395 0.03206 0.40601
46 ASII 2004 0.36351 -0.03666 0.32685
47 SMGR 2006 0.58345 -0.29103 0.29242
48 SMRA 2005 0.43638 -0.15362 0.28276
49 INDF 2004 0.7164 -0.4443 0.2721
50 SMDR 2006 -0.41853 0.68694 0.26841
51 AALI 2006 0.41692 -0.15053 0.26639
52 HEXA 2006 -0.0898 0.34049 0.25069
53 AALI 2005 0.17437 0.02248 0.19685
54 PTBA 2004 0.47547 -0.29122 0.18425
55 MPPA 2005 -0.207 0.38537 0.17837
56 TBLA 2006 0.32672 -0.16656 0.16016
57 TSPC 2005 0.12255 0.03652 0.15907
58 TOTO 2005 -0.4395 0.55942 0.11992
59 TRST 2004 -0.54264 0.6609 0.11826
60 MEDC 2006 0.23688 -0.12266 0.11422
61 AKRA 2006 0.10643 -0.01039 0.09604
62 TURI 2004 0.16758 -0.08831 0.07927
63 UNVR 2006 0.31797 -0.26631 0.05166
64 PBRX 2006 -0.27726 0.32715 0.04989
65 HITS 2005 -0.55895 0.58812 0.02917
66 UNSP 2004 -0.13308 0.15353 0.02045
67 ASGR 2005 0.37241 -0.35823 0.01418
68 ASII 2005 0.06709 -0.05654 0.01055
69 TSPC 2004 0.15116 -0.15413 -0.00297
70 GGRM 2004 -0.36626 0.32898 -0.03728
71 AUTO 2004 -0.36515 0.27394 -0.09121
72 EPMT 2005 -0.13352 0.03349 -0.10003
73 TBLA 2004 -0.26831 0.13554 -0.13277
74 INDF 2005 0.72869 -0.86522 -0.13653
75 TCID 2004 -0.74693 0.57291 -0.17402
76 MYOR 2005 -0.54036 0.35802 -0.18234
77 MLBI 2005 -0.48766 0.29601 -0.19165
cv
78 RALS 2006 0.14021 -0.33884 -0.19863
79 TCID 2005 -0.81535 0.58979 -0.22556
80 ASII 2006 0.02582 -0.27128 -0.24546
81 RALS 2005 -0.08684 -0.17768 -0.26452
82 SMRA 2004 -0.17047 -0.10197 -0.27244
83 TOTO 2004 -0.35043 0.07781 -0.27262
84 TINS 2004 0.14331 -0.42542 -0.28211
85 HITS 2004 -0.2178 -0.08251 -0.30031
86 TURI 2005 -0.30776 -0.00752 -0.31528
87 EPMT 2006 -0.17027 -0.15066 -0.32093
88 TINS 2005 -0.1024 -0.22125 -0.32365
89 RIGS 2004 -0.91765 0.59363 -0.32402
90 CLPI 2006 0.30807 -0.64054 -0.33247
91 PTRO 2006 -0.52847 0.18182 -0.34665
92 MLBI 2006 -0.42334 0.03621 -0.38713
93 SQBI 2004 -0.51932 0.12451 -0.39481
94 AKRA 2004 -0.50011 0.09452 -0.40559
95 LTLS 2004 -0.39048 -0.02089 -0.41137
96 MLBI 2004 -0.56096 0.13874 -0.42222
97 AKRA 2005 -0.22702 -0.21019 -0.43721
98 LTLS 2005 -0.22978 -0.20909 -0.43887
99 MPPA 2006 -0.31888 -0.14202 -0.4609
100 SQBI 2005 -0.24917 -0.21272 -0.46189
101 ASGR 2006 -0.01763 -0.45572 -0.47335
102 FAST 2006 -0.64109 0.16419 -0.4769
103 PLIN 2006 -0.65426 0.17555 -0.47871
104 AUTO 2005 -0.55603 0.07566 -0.48037
105 RMBA 2005 -0.0645 -0.44484 -0.50934
106 TRST 2005 -0.43351 -0.0849 -0.51841
107 PNSE 2004 -0.32284 -0.21112 -0.53396
108 MEDC 2004 -0.41574 -0.11885 -0.53459
109 PNSE 2005 -0.31434 -0.223 -0.53734
110 LTLS 2006 -0.39031 -0.15508 -0.54539
111 EKAD 2004 -0.09251 -0.47415 -0.56666
112 MYOR 2006 -0.23456 -0.34644 -0.581
113 TBLA 2005 -0.21446 -0.37088 -0.58534
114 SCMA 2005 -0.25226 -0.33381 -0.58607
115 SQBI 2006 -0.66692 0.07268 -0.59424
116 SMDR 2005 -0.46172 -0.13292 -0.59464
117 INDR 2006 -0.49171 -0.12053 -0.61224
118 INDR 2005 -0.48535 -0.1327 -0.61805
119 GGRM 2005 -0.45456 -0.20704 -0.6616
120 PLIN 2004 -0.50918 -0.15671 -0.66589
121 AUTO 2006 -0.60473 -0.06838 -0.67311
122 INDR 2004 -0.38491 -0.29382 -0.67873
123 DLTA 2004 -0.78678 0.08234 -0.70444
124 GGRM 2006 -0.49065 -0.21681 -0.70746
125 PLIN 2005 -0.60915 -0.103 -0.71215
cvi
126 MPPA 2004 -0.44471 -0.2733 -0.71801
127 UNVR 2005 -0.53329 -0.18892 -0.72221
128 GMTD 2004 -0.40912 -0.33072 -0.73984
129 TURI 2006 -0.17777 -0.56642 -0.74419
130 MERK 2004 -0.59004 -0.15704 -0.74708
131 GMTD 2005 -0.44426 -0.3129 -0.75716
132 GMTD 2006 -0.45576 -0.3128 -0.76856
133 LION 2004 -0.8169 0.04823 -0.76867
134 FAST 2005 -0.63952 -0.13093 -0.77045
135 PNSE 2006 -0.45774 -0.32038 -0.77812
136 MYOR 2004 -0.51347 -0.26645 -0.77992
137 RMBA 2004 -0.29184 -0.49621 -0.78805
138 SMSM 2006 -0.68411 -0.10559 -0.7897
139 TGKA 2006 -0.39897 -0.40661 -0.80558
140 CTBN 2005 -0.64477 -0.20773 -0.8525
141 HMSP 2006 -0.51508 -0.34504 -0.86012
142 TRST 2006 -0.52578 -0.33473 -0.86051
143 DLTA 2006 -0.77266 -0.09057 -0.86323
144 SCMA 2004 -0.43464 -0.43083 -0.86547
145 SMSM 2004 -0.60335 -0.26692 -0.87027
146 INCO 2004 -0.62813 -0.24584 -0.87397
147 CLPI 2005 -0.47039 -0.40407 -0.87446
148 INCO 2005 -0.64721 -0.24553 -0.89274
149 LMSH 2004 -0.52444 -0.36981 -0.89425
150 KAEF 2004 -0.55305 -0.34831 -0.90136
151 TGKA 2005 -0.4214 -0.48121 -0.90261
152 FAST 2004 -0.6359 -0.28348 -0.91938
153 SMSM 2005 -0.6261 -0.32102 -0.94712
154 EKAD 2005 -0.63631 -0.32161 -0.95792
155 RALS 2004 -0.4414 -0.52623 -0.96763
156 LMSH 2006 -0.78637 -0.18256 -0.96893
157 SCMA 2006 -0.59166 -0.38359 -0.97525
158 BATA 2006 -0.67211 -0.31023 -0.98234
159 KAEF 2005 -0.62534 -0.36626 -0.9916
160 SMGR 2004 -0.25117 -0.74467 -0.99584
161 LION 2006 -0.81255 -0.1878 -1.00035
162 DLTA 2005 -0.7439 -0.26591 -1.00981
163 MERK 2006 -0.6724 -0.34109 -1.01349
164 TGKA 2004 -0.11048 -0.90725 -1.01773
165 EKAD 2006 -0.73722 -0.29498 -1.0322
166 KAEF 2006 -0.59991 -0.45358 -1.05349
167 LMSH 2005 -0.60181 -0.46728 -1.06909
168 SMDR 2004 -0.57131 -0.53744 -1.10875
169 SUMI 2005 -0.63476 -0.47979 -1.11455
170 CLPI 2004 -0.56382 -0.55249 -1.11631
171 SMGR 2005 -0.53469 -0.60139 -1.13608
172 MERK 2005 -0.72916 -0.41619 -1.14535
173 LION 2005 -0.79374 -0.41752 -1.21126
cvii
174 ASGR 2004 -0.16762 -1.09527 -1.26289
175 RIGS 2005 -0.11728 -1.22839 -1.34567
176 SUMI 2006 -0.65233 -0.73395 -1.38628
177 PBRX 2004 0.22527 -1.6251 -1.39983
178 SUMI 2004 -0.65817 -0.82567 -1.48384
179 CTBN 2004 -0.64464 -0.94481 -1.58945
180 HITS 2006 -0.58014 -1.29422 -1.87436
181 CENT 2004 -0.81502 -1.10456 -1.91958
182 TOTO 2006 -0.45519 -1.49489 -1.95008
183 HEXA 2004 0.66377 -2.78171 -2.11794
184 CENT 2005 -0.84884 -1.29072 -2.13956
185 PBRX 2005 -0.20587 -2.17686 -2.38273
186 CENT 2006 -0.83131 -2.04808 -2.87939
Tabel 4.10 diatas merupakan sampel awal sebanyak 62 perusahaan (3
tahun) berdasarkan indeks faktor yang diurutkan dari yang terbesar hingga
yang terkecil. Penentuan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh berdasarkan
pada penjumlahan kedua faktor tersebut (fac_1 dan fac_2). Fac1_1 dan fac1_2
adalah variabel reperesentasi dari MVABVA, MVEBVE, CAPBVA,
CAPMVA dan PER setelah diekstrasikan dengan common factor analysis.
Penjumlahan kedua faktor ini kemudian diperingkat. 40 % tertinggi masuk
kategori perusahaan yang tumbuh dan 40 % terendah masuk perusahaan yang
tidak tumbuh. Sedangkan 20% ditengah dihilangkan karena kurang ekstrim
untuk membedakan klasifikasi perusahaan. Dari 62 sampel penelitian
perusahaan per tahun maka dapat didapatkan hasil seperti tabel 4.11 dan 4.12
dibawah ini :
cviii
Tabel 4.11
Perusahaan Tumbuh
No Perusahaan Tahun Fact_1 Fact_2 Jumlah
1 HMSP 2005 5.12913 1.48151 6.61064
2 ANTM 2004 0.20225 5.19056 5.39281
3 PTRO 2004 -0.78667 5.46734 4.68067
4 UNSP 2006 4.67443 -0.5834 4.09103
5 BUMI 2004 4.62579 -0.63502 3.99077
6 TLKM 2005 0.40215 3.38066 3.78281
7 UNTR 2006 0.87196 2.79817 3.67013
8 UNTR 2004 0.6177 2.84834 3.46604
9 RIGS 2006 -0.56788 3.84815 3.28027
10 PTBA 2006 4.05599 -0.79212 3.26387
11 ADHI 2004 2.81471 -0.02842 2.78629
12 ADHI 2006 2.61684 0.13309 2.74993
13 HEXA 2005 -0.39918 2.99203 2.59285
14 BUMI 2005 3.05609 -0.49295 2.56314
15 TSPC 2006 0.01383 2.52852 2.54235
16 HMSP 2004 0.7273 1.63691 2.36421
17 BLTA 2004 1.72922 0.5673 2.29652
18 ADHI 2005 1.66455 0.59138 2.25593
19 BUMI 2006 2.02657 -0.02149 2.00508
20 BLTA 2006 2.20249 -0.29301 1.90948
21 TLKM 2004 2.49383 -0.61732 1.87651
22 BLTA 2005 0.87432 0.95522 1.82954
23 BATA 2005 -0.64267 2.29719 1.65452
24 UNSP 2005 1.21631 0.2127 1.42901
25 UNTR 2005 0.83334 0.46289 1.29623
26 INCO 2006 1.78156 -0.48557 1.29599
27 BATA 2004 -0.70528 1.86466 1.15938
28 TLKM 2006 0.94982 0.0536 1.00342
29 CTBN 2006 -0.52903 1.40995 0.88092
30 SMRA 2006 0.34113 0.45866 0.79979
31 INDF 2006 1.09949 -0.3855 0.71399
32 TCID 2006 -0.81645 1.46967 0.65322
33 ISAT 2006 0.67891 -0.03935 0.63956
34 UNVR 2004 0.39631 0.22347 0.61978
35 ANTM 2005 0.6261 -0.02274 0.60336
36 EPMT 2004 0.09122 0.45609 0.54731
37 ANTM 2006 1.29009 -0.75852 0.53157
38 TINS 2006 0.98665 -0.45704 0.52961
39 PTRO 2005 -0.59814 1.10512 0.50698
40 AALI 2004 0.69292 -0.1925 0.50042
41 ISAT 2004 0.2021 0.27513 0.47723
cix
42 PTBA 2005 0.81658 -0.35314 0.46344
43 MEDC 2005 0.59955 -0.13677 0.46278
44 ISAT 2005 0.15776 0.30346 0.46122
45 RMBA 2006 0.37395 0.03206 0.40601
46 ASII 2004 0.36351 -0.03666 0.32685
47 SMGR 2006 0.58345 -0.29103 0.29242
48 SMRA 2005 0.43638 -0.15362 0.28276
49 INDF 2004 0.7164 -0.4443 0.2721
50 SMDR 2006 -0.41853 0.68694 0.26841
51 AALI 2006 0.41692 -0.15053 0.26639
52 HEXA 2006 -0.0898 0.34049 0.25069
53 AALI 2005 0.17437 0.02248 0.19685
54 PTBA 2004 0.47547 -0.29122 0.18425
55 MPPA 2005 -0.207 0.38537 0.17837
56 TBLA 2006 0.32672 -0.16656 0.16016
57 TSPC 2005 0.12255 0.03652 0.15907
58 TOTO 2005 -0.4395 0.55942 0.11992
59 TRST 2004 -0.54264 0.6609 0.11826
60 MEDC 2006 0.23688 -0.12266 0.11422
61 AKRA 2006 0.10643 -0.01039 0.09604
62 TURI 2004 0.16758 -0.08831 0.07927
63 UNVR 2006 0.31797 -0.26631 0.05166
64 PBRX 2006 -0.27726 0.32715 0.04989
65 HITS 2005 -0.55895 0.58812 0.02917
66 UNSP 2004 -0.13308 0.15353 0.02045
67 ASGR 2005 0.37241 -0.35823 0.01418
68 ASII 2005 0.06709 -0.05654 0.01055
69 TSPC 2004 0.15116 -0.15413 -0.00297
70 GGRM 2004 -0.36626 0.32898 -0.03728
71 AUTO 2004 -0.36515 0.27394 -0.09121
72 EPMT 2005 -0.13352 0.03349 -0.10003
73 TBLA 2004 -0.26831 0.13554 -0.13277
74 INDF 2005 0.72869 -0.86522 -0.13653
75 TCID 2004 -0.74693 0.57291 -0.17402
76 MYOR 2005 -0.54036 0.35802 -0.18234
cx
Tabel 4.12
Perusahaan Tidak Tumbuh
No Perusahaan Tahun Fact_1 Fact_2 Jumah
1 EKAD 2004 -0.09251 -0.47415 -0.56666
2 MYOR 2006 -0.23456 -0.34644 -0.581
3 TBLA 2005 -0.21446 -0.37088 -0.58534
4 SCMA 2005 -0.25226 -0.33381 -0.58607
5 SQBI 2006 -0.66692 0.07268 -0.59424
6 SMDR 2005 -0.46172 -0.13292 -0.59464
7 INDR 2006 -0.49171 -0.12053 -0.61224
8 INDR 2005 -0.48535 -0.1327 -0.61805
9 GGRM 2005 -0.45456 -0.20704 -0.6616
10 PLIN 2004 -0.50918 -0.15671 -0.66589
11 AUTO 2006 -0.60473 -0.06838 -0.67311
12 INDR 2004 -0.38491 -0.29382 -0.67873
13 DLTA 2004 -0.78678 0.08234 -0.70444
14 GGRM 2006 -0.49065 -0.21681 -0.70746
15 PLIN 2005 -0.60915 -0.103 -0.71215
16 MPPA 2004 -0.44471 -0.2733 -0.71801
17 UNVR 2005 -0.53329 -0.18892 -0.72221
18 GMTD 2004 -0.40912 -0.33072 -0.73984
19 TURI 2006 -0.17777 -0.56642 -0.74419
20 MERK 2004 -0.59004 -0.15704 -0.74708
21 GMTD 2005 -0.44426 -0.3129 -0.75716
22 GMTD 2006 -0.45576 -0.3128 -0.76856
23 LION 2004 -0.8169 0.04823 -0.76867
24 FAST 2005 -0.63952 -0.13093 -0.77045
25 PNSE 2006 -0.45774 -0.32038 -0.77812
26 MYOR 2004 -0.51347 -0.26645 -0.77992
27 RMBA 2004 -0.29184 -0.49621 -0.78805
28 SMSM 2006 -0.68411 -0.10559 -0.7897
29 TGKA 2006 -0.39897 -0.40661 -0.80558
30 CTBN 2005 -0.64477 -0.20773 -0.8525
31 HMSP 2006 -0.51508 -0.34504 -0.86012
32 TRST 2006 -0.52578 -0.33473 -0.86051
33 DLTA 2006 -0.77266 -0.09057 -0.86323
34 SCMA 2004 -0.43464 -0.43083 -0.86547
35 SMSM 2004 -0.60335 -0.26692 -0.87027
36 INCO 2004 -0.62813 -0.24584 -0.87397
37 CLPI 2005 -0.47039 -0.40407 -0.87446
38 INCO 2005 -0.64721 -0.24553 -0.89274
39 LMSH 2004 -0.52444 -0.36981 -0.89425
40 KAEF 2004 -0.55305 -0.34831 -0.90136
41 TGKA 2005 -0.4214 -0.48121 -0.90261
42 FAST 2004 -0.6359 -0.28348 -0.91938
43 SMSM 2005 -0.6261 -0.32102 -0.94712
44 EKAD 2005 -0.63631 -0.32161 -0.95792
cxi
45 RALS 2004 -0.4414 -0.52623 -0.96763
46 LMSH 2006 -0.78637 -0.18256 -0.96893
47 SCMA 2006 -0.59166 -0.38359 -0.97525
48 BATA 2006 -0.67211 -0.31023 -0.98234
49 KAEF 2005 -0.62534 -0.36626 -0.9916
50 SMGR 2004 -0.25117 -0.74467 -0.99584
51 LION 2006 -0.81255 -0.1878 -1.00035
52 DLTA 2005 -0.7439 -0.26591 -1.00981
53 MERK 2006 -0.6724 -0.34109 -1.01349
54 TGKA 2004 -0.11048 -0.90725 -1.01773
55 EKAD 2006 -0.73722 -0.29498 -1.0322
56 KAEF 2006 -0.59991 -0.45358 -1.05349
57 LMSH 2005 -0.60181 -0.46728 -1.06909
58 SMDR 2004 -0.57131 -0.53744 -1.10875
59 SUMI 2005 -0.63476 -0.47979 -1.11455
60 CLPI 2004 -0.56382 -0.55249 -1.11631
61 SMGR 2005 -0.53469 -0.60139 -1.13608
62 MERK 2005 -0.72916 -0.41619 -1.14535
63 LION 2005 -0.79374 -0.41752 -1.21126
64 ASGR 2004 -0.16762 -1.09527 -1.26289
65 RIGS 2005 -0.11728 -1.22839 -1.34567
66 SUMI 2006 -0.65233 -0.73395 -1.38628
67 PBRX 2004 0.22527 -1.6251 -1.39983
68 SUMI 2004 -0.65817 -0.82567 -1.48384
69 CTBN 2004 -0.64464 -0.94481 -1.58945
70 HITS 2006 -0.58014 -1.29422 -1.87436
71 CENT 2004 -0.81502 -1.10456 -1.91958
72 TOTO 2006 -0.45519 -1.49489 -1.95008
73 HEXA 2004 0.66377 -2.78171 -2.11794
74 CENT 2005 -0.84884 -1.29072 -2.13956
75 PBRX 2005 -0.20587 -2.17686 -2.38273
76 CENT 2006 -0.83131 -2.04808 -2.87939
cxii
D. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan tabel 4.11 maka perusahaan tumbuh dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel. 4.13
Perusahaan Tumbuh
No Perusahaan
Tahun
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA IOS
DPR NP
1 AALI
2004 6.09 1.93 1.56 0.04 0.03 9.64 0.49
3.49
2 AALI
2005 9.76 1.14 1.12 0.07 0.06 12.1
6 0.65
3.69
3 AALI
2006 25.2
0 1.14 1.35 0.07 0.05 27.8
2 0.19
4.10
4 ADHI
2004 17.2
5 6.77 2.57 0.08 0.13 26.8
0 0.50
2.83
5 ADHI
2005 16.6
4 5.09 1.63 0.23 0.14 23.7
4 0.30
2.86
6 ADHI
2006 15.0
8 7.55 2.01 0.16 0.08 24.8
7 0.20
2.90
7 AKRA 2006 13.2
9 1.07 1.03 0.09 0.03 15.5
1 0.32
3.44
8 ANTM
2004 4.08 1.42 1.17 0.42 1.66 8.74 0.35
3.24
9 ANTM
2005 8.10 1.94 1.45 0.02 0.12 11.6
3 0.34
3.55
10 ANTM
2006 9.83 2.76 2.03 -0.07 -0.03 14.5
2 0.40
3.90
11 ASGR
2005 12.0
3 1.46 1.25 0.01 0.01 14.7
5 0.93
2.47
12 ASII
2004 7.19 1.56 1.24 0.06 0.05 10.1
0 0.28
3.98
13 ASII
2005 16.6
4 0.97 0.99 0.06 0.06 18.7
2 0.33
4.01
14 AUTO 2004 6.55 0.42 0.67 0.08 0.12 7.85 0.20
3.28
15 BATA
2004 5.19 0.05 0.37 0.01 0.83 6.46 0.56
4.15
16 BATA
2005 7.51 0.05 0.45 0.04 0.98 9.03 0.52
4.16
17 BLTA
2004 11.9
3 2.43 2.78 0.17 0.22 17.5
3 0.13
2.85
18 BLTA
2005 16.7
0 2.75 1.44 0.29 0.20 21.3
8 0.13
3.02
19 BLTA
2006 28.0
0 4.74 2.43 0.09 0.04 35.2
9 0.14
3.24
20 BUMI
2004 12.8
1 13.84 2.37 0.01 0.01 29.0
3 0.08
2.90
21 BUMI
2005 12.0
7 9.33 1.94 0.02 0.01 23.3
6 0.16
2.88
cxiii
22 BUMI
2006 8.70 6.20 1.74 0.10 0.06 16.8
0 0.15
2.95
23 CTBN
2006 6.44 0.10 0.58 0.04 0.63 7.79 0.68
4.23
24 EPMT
2004 7.02 1.12 1.04 0.23 0.02 9.43 0.98
2.74
25 EPMT
2005 8.41 0.69 0.87 0.10 0.03 10.0
9 0.96
2.88
26 GGRM
2004 14.5
6 0.38 0.63 0.10 0.15 15.8
2 0.54
4.13
27 HEXA
2005 8.25 0.19 0.74 0.09 1.20 10.4
7 0.40
2.98
28 HEXA
2006 19.1
7 0.63 0.89 0.13 0.14 20.9
6 0.96
2.95
29 HITS 2005 8.89 0.01 0.55 0.11 0.21 9.78 0.95
3.75
30 HMSP 2004 14.6
5 2.16 1.49 0.02 0.81 19.1
2 0.61
3.82
31 HMSP 2005 16.3
6 10.15 4.51 0.01 0.90 31.9
3 0.46
3.95
32 INCO
2006 6.65 0.43 3.65 0.00 0.00 10.7
4 0.94
4.49
33 INDF
2004 19.9
8 0.70 1.97 0.01 0.01 22.6
7 0.44
2.90
34 INDF
2005 69.3
0 1.79 1.23 0.00 0.00 72.3
2 0.38
2.96
35 INDF
2006 19.2
8 3.60 1.38 0.02 0.02 24.3
0 0.44
3.13
36 ISAT
2004 18.6
1 1.06 1.13 0.11 0.14 21.0
6 0.50
3.76
37 ISAT
2005 18.3
1 1.12 1.05 0.13 0.13 20.7
4 0.49
3.74
38 ISAT
2006 26.0
1 1.92 1.41 0.10 0.07 29.5
1 0.50
3.83
39 MEDC
2005 15.3
0 3.76 0.66 0.04 0.06 19.8
2 0.44
3.53
40 MEDC
2006 34.3
4 1.99 0.71 0.06 0.09 37.2
0 0.50
3.55
41 MPPA
2005 11.6
1 0.57 0.80 0.12 0.15 13.2
4 0.90
2.98
42 MYOR
2005 13.7
5 0.16 0.48 0.08 0.17 14.6
4 0.42
3.91
43 PBRX
2006 17.3
6 0.17 0.82 0.12 0.14 18.6
0 0.05
2.58
44 PTBA
2004 7.75 1.55 1.39 0.02 0.01 10.7
2 0.97
3.18
45 PTBA
2005 8.88 1.96 1.69 0.01 0.01 12.5
6 0.50
3.26
46 PTBA
2006 16.7
2 5.91 4.62 -0.01 0.00 27.2
3 0.50
3.55
47 PTRO
2004 7.16 0.08 0.32 1.66 0.14 9.36 0.82
3.60
48 PTRO
2005 8.59 0.13 0.46 0.16 0.35 9.69 0.97
3.85
cxiv
49 RIGS
2006 39.3
3 0.00 0.40 0.64 0.92 41.2
9 0.79
3.00
50 RMBA 2006 13.1
7 1.48 1.24 0.09 0.07 16.0
5 0.92
3.49
51 SMDR
2006 18.1
5 0.13 0.64 0.15 0.24 19.3
0 0.40
3.82
52 SMGR
2006 16.6
2 1.62 1.45 0.03 0.02 19.7
5 0.50
4.56
53 SMRA
2005 9.76 1.64 1.29 0.05 0.04 12.7
7 0.96
2.88
54 SMRA
2006 19.1
7 1.42 1.19 0.25 0.04 22.0
8 0.98
3.07
55 TBLA
2004 22.5
7 0.31 0.74 0.09 0.12 23.8
2 0.29
2.30
56 TBLA
2006 59.2
3 1.07 1.03 0.11 0.10 61.5
4 0.20
2.38
57 TCID
2004 7.56 0.11 0.25 0.07 0.26 8.25 0.98
3.60
58 TCID
2006 12.5
6 0.07 0.16 0.09 0.59 13.4
7 0.95
3.84
59 TINS
2006 10.7
0 2.48 1.72 0.00 0.00 14.8
9 0.95
3.65
60 TLKM
2004 15.8
7 1.03 4.35 0.00 0.00 21.2
5 0.50
4.00
61 TLKM
2005 14.8
8 1.68 1.26 0.73 0.58 19.1
2 0.55
3.77
62 TLKM
2006 18.5
0 2.56 1.59 0.11 0.07 22.8
4 0.18
4.00
63 TOTO
2005 4.73 0.00 0.75 0.13 0.17 5.78 0.24
3.78
64 TRST 2004 20.5
0 0.00 0.50 0.14 0.25 21.3
8 0.50
2.31
65 TSPC
2004 10.5
4 2.41 0.58 0.03 0.05 13.6
1 0.55
3.88
66 TSPC
2005 38.5
7 2.48 0.33 0.06 0.17 41.6
2 0.45
2.95
67 TSPC
2006 14.8
6 2.01 0.58 0.81 0.12 18.3
7 0.94
3.75
68 TURI
2004 6.17 1.28 1.07 0.05 0.04 8.62 0.96
4.03
69 UNSP
2004 7.56 0.68 0.88 0.08 0.09 9.30 0.15
2.49
70 UNSP
2005 8.36 3.10 1.83 0.14 0.08 13.5
0 0.18
2.62
71 UNSP
2006 13.0
8 9.57 4.09 0.04 0.01 26.7
9 0.20
2.99
72 UNTR
2004 5.89 2.04 1.48 0.96 0.04 10.4
1 0.14
3.36
73 UNTR
2005 9.97 2.42 1.55 0.18 0.12 14.2
4 0.30
3.57
74 UNTR
2006 20.0
8 2.43 1.58 0.98 0.05 25.1
2 0.40
3.86
75 UNVR
2004 17.1
5 1.43 1.27 0.13 0.10 20.0
8 1.09
3.52
cxv
76 UNVR
2006 29.2
5 1.27 1.14 0.05 0.04 31.7
4 0.91
3.82
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Untuk mengetahui distribusi data antara variabel independen dengan
variable dependen terdistribusi dengan normal atau mendekati normal dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar. 4.1
cxvi
Hasil Uji
Normalitas
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ec
ted
Cu
m P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan gambar 4.1 tersebut Dari gambar grafik Normal P-P Plot
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa data ditunjukan berupa titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
demikian berdasarkan grafik normal P-P Plot tersebut dapat disimpulkan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :
cxvii
Tabel. 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
3.660 .120 30.621 .000
-.013 .005 -.267 -2.386 .020 1.000 1.000
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuha.
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, menunjukkan bahwa variabel independen
(IOS) memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10,0.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi
masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Semakin
sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil regresi yang dihasilkan
semakin baik.
c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians
dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai
model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik
scatter plots) dibawah ini.
Gambar. 4. 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
cxviii
Regression Standardized Predicted Value
20-2-4
Reg
ressio
n S
tud
en
tized
Resid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Berdasarkan gambar 4.2 di atas terlihat data sudah menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga model ini
layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan
variabel independennya.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini,
pengujian autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson
cxix
(DW-nya). Untuk pengambilan keputusan digunakan kriteria jika nilai DW
berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat dikatakan tidak terdapat
autokolerasi. Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 4.15
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.267a .071 .059 .52515 1.882
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuhb.
Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa angka DW bernilai +1.882. Hal ini
berarti angka DW terletak diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat
disimpulkan pada model ini tidak tedapat gejala autokorelasi.
2. Uji Signifikansi
Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen (IOS)
terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan Tumbuh) mempunyai pengaruh
yang signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian Uji-t masing-masing
variabel independen dan Uji-F untuk pengujian independen variabel secara
simultan.
1. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah semua variabel
independen (IOS) di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
cxx
signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) dengan tingkat
signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel. 4.16
Hasil Uji F
ANOVAb
1.570 1 1.570 5.693 .020a
20.408 74 .276
21.977 75
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuhb.
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut :
H0 : Investment Opportunity Set (IOS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
H1 : Investment Opportunity Set (IOS) mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki tingkat signifikansi sebesar
0.020, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 5.693
dimana diperoleh Ftabel dengan alpha 5% dan df1= 1, df2= 74 sebesar ± 4,
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan
demikian H1 diterima yang artinya secara signifikan variabel independen
(IOS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Nilai
Perusahaan).
2. Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual)
cxxi
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh
masing-masing variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai
Perusahaan Tumbuh) adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam
uji t adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 .17
Hasil Uji t
Coefficientsa
3.660 .120 30.621 .000
-.013 .005 -.267 -2.386 .020 1.000 1.000
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuha.
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen
(IOS) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.020, angka signifikan ini lebih
kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak, yang artinya bahwa IOS berpengaruh
secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan
variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu.
Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang
mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi
variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001).
Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan dapat menjelaskan
kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel independen.
Koefisien determinasi atau Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel berikut:
cxxii
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
.267a .071 .059 .52515 1.882
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuhb.
Berdasarkan 4.18 tabel dapat dilihat angka koefisien determinasi (Adjusted
R Square) sebesar 0.059 atau 5.9 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dependen (IOS), dapat menjelaskan variabel dependen (Nilai Perusahaan
Tumbuh) sebesar 5.9 % dan sisanya sebesar 94.1 % dijelaskan oleh variabel-
variabel lain di luar penelitian ini.
d. Uji Regresi Linier
Berdasarkan hasil penelitian uji asumsi klasik tersebut diatas maka analisis
regresi linier perusahaan tumbuh dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:
Regresi Linier Perusahaan Tumbuh
Y1 = β0 + β1 XIOS + e Nilai Perusahaan Tumbuh = 3.660 - 0.013 IOS + e
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan bahwa
jika variabel independen bernilai nol atau konstan maka nilai Y1 (Nilai
Perusahaan Tumbuh) adalah sebesar 3.660 satuan atau apabila tidak ada
cxxiii
pengaruh atau perubahan variabel IOS, maka nilai variabel dependen yaitu
nilai perusahaan tumbuh (Y1) adalah sebesar 3.660 satuan.
Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien Investment
Opportunity Set (IOS) bertanda negatif sebesar -0.013, hal ini menunjukkan
jika terjadi peningkatan variabel IOS maka akan menimbulkan penurunan
nilai perusahaan sebesar 0.013 dengan asumsi variabel lain bernilai nol atau
konstan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Investment
Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan
Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan
semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh.
3. Analisis Pengujian Model Regresi Perusahaan Tidak Tumbuh
Untuk mengetahui perusahaan tidak tumbuh dapat dilihat pada tabel
berikut dibawah ini :
Tabel 4.19
Perusahaan Tidak Tumbuh
No Perusahaan
Tahun
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA IOS
DPR NP
1 ASGR
2004 11.5
6 0.65 0.80 -0.21 -0.02 12.7
8 0.82
2.51
2 AUTO 2006 8.08 0.10 0.44 0.03 0.06 8.71 0.16
3.47
3 BATA
2006 9.03 0.07 0.35 0.00 0.00 9.45 0.22
4.15
4 CENT
2004 20.7
1 0.00 0.09 -0.02 -0.26 20.5
2 0.1 2.16
5 CENT 2005 15.0 0.00 0.08 -0.03 -0.35 14.7 0.5 3.9
cxxiv
0 0 5
6 CENT
2006 9.17 0.05 0.11 -0.07 -0.61 8.65 0.58
2.04
7 CLPI
2004 22.6
7 0.07 0.41 -0.01 -0.04 23.1
0 0.3 2.68
8 CLPI
2005 15.7
8 0.17 0.55 0.00 -0.01 16.4
8 0.15
2.61
9 CTBN
2004 46.1
1 0.00 0.16 -0.02 -0.12 46.1
4 1.36 3.9
10 CTBN
2005 9.22 0.00 0.42 0.01 0.03 9.68 0.75
3.93
11 DLTA 2004 5.99 0.02 0.24 0.03 0.11 6.38 0.14
4.16
12 DLTA 2005 10.2
2 0.02 0.26 0.00 0.01 10.5
2 0.2 4.56
13 DLTA 2006 8.43 0.00 0.24 0.01 0.06 8.75 0.48
4.36
14 EKAD
2004 12.2
5 0.25 1.06 -0.02 -0.02 13.5
4 0.5 2.39
15 EKAD
2005 14.6
6 0.11 0.35 0.00 0.01 15.1
3 0.54
3.53
16 EKAD
2006 15.5
2 0.02 0.24 0.00 0.02 15.7
9 0.29 2.2
17 FAST
2004 13.0
7 0.01 0.40 0.01 0.01 13.5
0 0.22
3.02
18 FAST
2005 12.9
7 0.01 0.40 0.02 0.05 13.4
5 0.22
3.08
19 GGRM
2005 11.8
6 0.26 0.56 0.02 0.03 12.7
3 0.51
4.07
20 GGRM
2006 19.4
7 0.17 0.50 0.02 0.04 20.2
0 0.48
4.01
21 GMTD 2004 6.75 0.04 0.74 0.00 0.00 7.53 0.29
3.63
22 GMTD 2005 5.61 0.00 0.72 0.00 0.00 6.32 0.28
2.56
23 GMTD 2006 5.78 0.00 0.70 0.00 0.00 6.48 0.25
2.62
24 HEXA
2004 5.65 2.01 1.45 -0.01 -0.94 8.15 0.4 4.49
25 HITS 2006 14.0
3 0.00 0.45 -0.11 -0.24 14.1
4 0.28 3
26 HMSP 2006 12.0
5 0.03 0.56 0.00 0.00 12.6
4 0.18
3.99
27 INCO
2004 4.63 0.17 0.40 0.00 0.01 5.21 0.41
4.06
28 INCO
2005 4.94 0.19 0.37 0.00 0.01 5.51 0.37
4.12
29 INDR
2004 28.8
9 0.11 0.61 0.03 0.04 29.6
7 0.26
2.79
30 INDR
2005 15.0
7 0.03 0.59 0.03 0.05 15.7
7 0.48
2.67
31 INDR
2006 17.3
8 0.01 0.57 0.04 0.06 18.0
6 0.51
2.68
32 KAEF 2004 14.6 0.19 0.43 0.00 0.00 15.2 0.3 3.3
cxxv
4 6 1
33 KAEF
2005 15.2
4 0.11 0.36 0.00 0.00 15.7
0 0.3 3.16
34 KAEF
2006 20.8
3 0.08 0.37 -0.01 -0.01 21.2
6 0.3 2.22
35 LION
2004 3.75 0.03 0.20 0.02 0.09 4.10 0.22
3.23
36 LION
2005 5.47 0.04 0.22 -0.01 -0.05 5.66 0.27 3.3
37 LION
2006 5.54 0.00 0.21 0.00 0.02 5.78 0.25
3.34
38 LMSH
2004 2.66 0.04 0.61 0.00 -0.03 3.27 0.07
3.18
39 LMSH
2005 4.44 0.01 0.50 -0.02 -0.05 4.88 0.09
3.28
40 LMSH
2006 6.12 0.04 0.22 0.01 0.02 6.42 0.01
3.23
41 MERK
2004 8.92 0.23 0.41 0.02 0.04 9.61 1.1 4.36
42 MERK
2005 9.43 0.10 0.26 -0.01 -0.04 9.74 0.54
4.39
43 MERK
2006 10.3
5 0.17 0.30 0.00 -0.01 10.8
1 0.52 4.6
44 MPPA
2004 12.4
1 0.16 0.61 0.01 0.02 13.2
1 0.3 2.76
45 MYOR
2004 10.8
1 0.25 0.49 0.01 0.02 11.5
7 0.23
3.08
46 MYOR
2006 13.2
7 0.58 0.74 0.00 0.00 14.5
9 0.29
3.21
47 PBRX
2004 18.1
8 1.15 1.10 -0.21 -0.19 20.0
2 0.31
2.61
48 PBRX
2005 16.2
2 0.34 0.81 -0.28 -0.35 16.7
5 0.09
2.57
49 PLIN
2004 19.1
7 0.17 0.47 0.03 0.06 19.9
0 1.84
3.76
50 PLIN
2005 18.0
4 0.11 0.37 0.03 0.07 18.6
2 1.94
3.76
51 PNSE
2006 10.1
8 0.00 0.67 0.00 0.00 10.8
5 0.51
2.85
52 RALS
2004 17.4
0 0.28 0.53 -0.02 -0.03 18.1
6 0.13
2.89
53 RIGS
2005 11.1
5 0.80 0.81 -0.04 -0.29 12.4
3 0.68 3
54 RMBA 2004 9.07 1.00 0.52 -0.02 -0.04 10.5
3 0.21
3.04
55 SCMA
2004 25.4
9 0.23 0.51 0.00 0.00 26.2
4 2.11
2.86
56 SCMA
2005 18.5
3 0.51 0.70 0.01 0.02 19.7
7 1.45
2.81
57 SCMA
2006 20.9
5 0.04 0.40 -0.01 0.01 21.3
9 0.21 2.9
58 SMDR
2004 3.06 0.01 0.55 -0.03 -0.06 3.52 0.24
3.57
59 SMDR 2005 3.51 0.21 0.63 0.02 0.03 4.40 0.9 3.8
cxxvi
7 7
60 SMGR
2004 21.0
8 0.46 0.70 -0.05 -0.07 22.1
3 0.35
4.27
61 SMGR
2005 10.3
3 0.17 0.49 -0.03 -0.07 10.8
9 0.26
4.25
62 SMSM
2004 6.56 0.02 0.48 -0.01 0.02 7.08 0.45
3.46
63 SMSM
2005 6.59 0.02 0.45 0.00 -0.02 7.05 0.86
2.48
64 SMSM
2006 6.87 0.01 0.38 0.02 0.05 7.32 0.33
2.54
65 SQBI
2006 12.2
9 0.00 0.37 0.04 0.11 12.8
1 0.55
4.74
66 SUMI 2004 23.9
6 0.00 0.29 -0.03 -0.12 24.1
0 0.29
2.76
67 SUMI 2005 15.5
1 0.00 0.38 -0.01 -0.03 15.8
5 1.24
3.63
68 SUMI 2006 12.6
5 0.01 0.37 -0.04 -0.11 12.8
8 0.84
3.91
69 TBLA
2005 51.9
0 0.12 0.69 0.04 0.06 52.8
1 0.19 2.3
70 TGKA
2004 82.6
5 0.01 0.66 0.00 0.00 83.3
3 3.35
2.44
71 TGKA
2005 12.9
8 0.01 0.70 -0.02 -0.03 13.6
4 0.04
2.46
72 TGKA
2006 9.55 0.00 0.75 -0.01 -0.02 10.2
8 0.61
2.44
73 TOTO
2006 4.10 0.00 0.69 -0.21 -0.21 4.37 0.25
3.82
74 TRST 2006 16.1
1 0.02 0.53 0.00 0.01 16.6
7 0.56
2.16
75 TURI
2006 44.5
9 0.10 0.79 0.01 0.01 45.5
0 0.33
2.85
76 UNVR
2005 22.6
4 0.99 0.10 0.04 0.04 23.8
1 0.95
3.63
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas ataupun keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. pengujian normalitas dalam penelitian ini
cxxvii
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Untuk mengetahui distribusi data antara variabel independen dengan
variable dependen terdistribusi dengan normal atau mendekati normal dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan gambar 4.3 grafik Normal P-P Plot tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa data ditunjukan berupa titik-titik yang menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian
berdasarkan grafik normal P-P Plot tersebut dapat disimpulkan bahwa model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.
cxxviii
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.20
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
3.516 .128 27.562 .000
-.016 .007 -.272 -2.436 .017 1.000 1.000
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuha.
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, menunjukkan bahwa variabel independen
(IOS) memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10,0.
Dengan demikian dapat diisimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi
masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Semakin
sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil regresi yang dihasilkan
semakin baik.
c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan. Jika varians
dari residual suatu pengamatan yang lain tetap berarti telah terjadi
homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda dikatakan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika terjadi homoskedastisitas dikatakan mempunyai
cxxix
model yang baik, cara mendeteksi dengan melihat diagram pencar (grafik
scatter plots) dibawah ini.
Gambar 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Regression Standardized Predicted Value
0-2-4-6
Re
gre
ss
ion
Stu
de
nti
ze
d R
es
idu
al
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Berdasarkan gambar 4.4 di atas terlihat data sudah menyebar secara acak
dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
model ini sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas, sehingga model ini
layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan
variabel independennya.
d. Uji Autokorelasi
cxxx
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2001). Dalam penelitian ini,
pengujian autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai uji Durbin Watson
(DW-nya). Untuk pengambilan keputusan digunakan kriteria jika nilai DW
berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat dikatakan tidak terdapat
autokolerasi. Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.21
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.272a .074 .062 .68900 1.768
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuhb.
Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa angka DW bernilai +1.768, hal ini
berarti angka DW terletak diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat
disimpulkan pada model ini tidak tedapat gejala autokorelasi.
2. Uji Signifikansi
Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen (IOS)
terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) mempunyai pengaruh yang
signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian Uji-t masing-masing variabel
independen dan Uji-F untuk pengujian independen variabel secara simultan.
cxxxi
1. Uji F Statistik (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian yang dilakukan ini untuk mengetahui apakah semua variabel
independen (IOS) di dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan) dengan tingkat
signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah 0,05 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.22
Hasil Uji F
ANOVAb
2.817 1 2.817 5.933 .017a
35.130 74 .475
37.946 75
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuhb.
Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki tingkat signifikansi sebesar
0.017, angka signifikan ini lebih kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 5.933
dimana diperoleh Ftabel dengan alpha 5% dan df1= 1, df2= 74 sebesar ± 4,
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak. Dengan demikian
hipotesis alternatif diterima yang artinya secara signifikan variabel independen
(IOS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Nilai
Perusahaan Tidak Tumbuh).
2. Uji t Statistik (Uji Signifikan Parameter Individual)
cxxxii
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi dari pengaruh
variabel independen (IOS) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan)
adalah uji t. tingkat signifikansi yang digunakan dalam uji t adalah 0,05 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.23
Hasil Uji t
Coefficientsa
3.516 .128 27.562 .000
-.016 .007 -.272 -2.436 .017 1.000 1.000
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuha.
Berdasarkan tabel 4.23 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen
(IOS) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.017, angka signifikan ini lebih
kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak, yang artinya bahwa IOS berpengaruh
secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan Tumbuh.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pengujian yang mengukur kemampuan model regresi dalam menerangkan
variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu.
Semakin kecil adjusted R Square berarti semakin terbatas kemampuan
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependennya, nilai yang
mendekati satu berarti semua informasi yang dibutuhkan memprediksi variasi
variabel dependen oleh variabel-variabel independen. (Ghozali, 2001).
Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan dapat menjelaskan
cxxxiii
kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variable independen.
Koefisien determinasi atau Adjusted R Square dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.24
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
.272a .074 .062 .68900 1.768
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuhb.
Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat angka koefisien determinasi (Adjusted
R Square) sebesar 0.062 atau 6.2 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dependen (IOS) dapat menjelaskan variabel dependen (Nilai Perusahaan
Tidak Tumbuh ) sebesar 6.2 % dan sisanya sebesar 93.8 % dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
4. Uji Regresi Linier
Berdasarkan hasil penelitian uji asumsi klasik tersebut diatas maka analisis
regresi linier perusahaan tidak tumbuh dapat dilihat pada persamaan sebagai
berikut:
Y2 = β0 + β1 XIOS + e Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = 3.516 - 0.016 IOS + e
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan bahwa
jika variabel independen bernilai nol atau konstan maka nilai Y2 (Nilai
Perusahaan Tidak Tumbuh) adalah sebesar 3.516 satuan atau apabila tidak ada
cxxxiv
pengaruh atau perubahan variabel IOS, maka nilai variabel dependen yaitu
nilai perusahaan tidak tumbuh (Y2) adalah sebesar 3.516 satuan.
Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa koefisien Investment
Opportunity Set (IOS) bertanda negatif sebesar -0.016, hal ini menunjukkan
jika terjadi peningkatan variabel IOS maka akan menimbulkan penurunan
nilai perusahaan sebesar 0.016 dengan asumsi variabel lain bernilai nol atau
konstan. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa Investment
Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan Tidak
Tumbuh, artinya semakin besar Investment Opportunity Set (IOS) maka akan
semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh.
F. Analisis Jalur (Path Analysis)
Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating, fungsinya
memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Untuk menguji variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi liniear
berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2001). Analisis jalur ialah
suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada
regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung,
tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung, melalui satu
atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007). Berdasarkan kerangka
cxxxv
pemikiran model jalur yang diajukan berdasarkan teori bahwa IOS
mempunyai hubungan langsung dengan nilai perusahaan. Namun demikian
IOS juga mempunyai hubungan tidak langsung ke nilai perusahaan dari
kebijakan dividen (DPR) baru kemudian ke nilai perusahaan.
1. Analisis Jalur (Path Analysis) Nilai Perusahaan Tumbuh
Untuk model persamaan I untuk Perusahaan Tumbuh adalah sebagai
berikut:
DPR = ββββ1 IOS1 + є 1
DPR = - 0.006 IOS + є 1
Tabel. 4.25
Model Summary
.241a .058 .045 .28968
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), IOSa.
Berdasarkan Tabel 4.25 besarnya Besarnya nilai e1 = {(1-0.058)2} = 0.887
menunjukkan bahwa Kebijakan dividen yang dapat diterangkan dengan
menggunakan variabel IOS adalah sebesar 88.7 % sedangkan pengaruh
sebesar 11.3 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
Tabel 4.26
cxxxvi
Coefficientsa
.645 .066 9.788 .000
-.006 .003 -.241 -2.133 .036
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: DPRa.
Hasil tabel 4.26 menunjukkan standardized beta IOS pada persamaan (1)
sebesar -0.241 signifikan pada 0.036 yang berarti IOS mempengaruhi DPR.
Nilai koefisien standardized beta merupakan nilai path atau jalur antara IOS
dengan DPR.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa IOS berpengaruh negatif dan
signifikan, karena tingkat signifikansi dibawah 0.05 terhadap DPR. Dengan
demikian perusahaan tumbuh yang melakukan IOS menyebabkan penurunan
pembagian dividen kepada investor.
Model Persamaan II untuk perusahaan tumbuh adalah sebagai berikut:
Nilai Perusahaan Tumbuh = ββββ1 IOS1 + ββββ1 DPR1 + є 1
Nilai Perusahaan Tumbuh = - 0.011 IOS + 0.272 DPR + є 1
Tabel 4.27
Model Summary
.304a .092 .068 .52274
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), DPR, IOSa.
Tabel 4.28
cxxxvii
Coefficientsa
3.484 .180 19.333 .000
-.011 .005 -.231 -2.014 .048
.272 .210 .149 1.298 .198
(Constant)
IOS
DPR
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuha.
Pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa pelaksanaaan IOS dapat berpengaruh
langsung ke nilai perusahaan tumbuh yaitu bernilai negatif -0.231 dan
signifikan pada 0.048 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS berbanding
terbalik dengan nilai perusahaan artinya semakin besar Investment
Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tumbuh.
Nilai standardized beta pelaksanaan IOS sebesar -0.231 dan kebijakan
dividen sebesar 0.149 dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar
0.048 dan 0.198. Nilai standardized beta -0.231 merupakan nilai path (jalur)
P1 dan nilai standardized beta 0.149 merupakan nilai path (jalur) P3.
Besarnya nilai e2 = {(1-0.092)2} = 0.824 menunjukkan bahwa Nilai
perusahaan Tumbuh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel
IOS dan kebijakan dividen adalah sebesar 82.4 % sedangkan pengaruh sebesar
17.6 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan struktural antara X1, X2
dan Y dapat digambarkan sebagai berikut :
cxxxviii
Gambar 4.1
Hasil uji hubungan struktur antara X1, X2, dan Y
P1 = -0.231
Sig = 0.048 e2 = 0.824
Sig = 0.036 Sig = 0.198
P2 = -0.241 P3 = 0.149
e1 = 0.887
Berikut ini disajikan hasil perhitungan total pengaruh (korelasi antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel
intervening:
Pengaruh langsung independen ke dependen = -0.231
Pengaruh tak langsung independen ke intervening ke dependen = -0.036
Total pengaruh (korelasi independen ke dependen) = -0.267
Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien
tidak langsungnya yaitu (-0.241 x 0.149) = -0.036 sehingga pengaruh tidak
langsungnya bernilai negatif sebesar -0.036 yang berarti hubungan
pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding terbalik dengan nilai
perusahaan tumbuh. Perusahaan yang melakukan IOS akan menurunkan
pembagian dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan secara keseluruhan total pengaruh pelaksanaan IOS ke nilai
perusahaan sebesar = -0.231+ (-0.241 x 0.149) = -0.267.
Pelaksanaan IOS
(X1)
Nilai Perusahaan
Tumbuh (Y)
Kebijakan Dividen (X2)
cxxxix
Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil
analisis jalur untuk perusahaan tumbuh menyatakan bahwa pelaksanaan IOS
dapat berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan
kebijakan dividen sebagai variabel intervening menunjukkan tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai
perusahaan tumbuh.
2. Analisis Uji Variabel Intervening Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Model persamaan I untuk Perusahaan Tidak Tumbuh adalah sebagai
berikut:
DPR = ββββ2 IOS2 + є 2
DPR = 0.024 IOS + є 2
Tabel 4.29
Model Summary
.539a .290 .281 .45452
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), IOSa.
Berdasarkan Tabel 4.29 besarnya Besarnya nilai e1 = {(1-0.290)2}
= 0.841
menunjukkan bahwa Kebijakan dividen yang dapat diterangkan dengan
menggunakan variabel IOS adalah sebesar 84.1 % sedangkan pengaruh
sebesar 15.9 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
cxl
Tabel 4.30
Coefficientsa
.152 .084 1.804 .075
.024 .004 .539 5.502 .000
(Constant)
IOS
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: DPRa.
Hasil tabel 4.30 menunjukkan standardized beta IOS pada persamaan (1)
sebesar 0.539 signifikan pada 0.000 yang berarti IOS mempengaruhi DPR.
Nilai koefisien standardized beta merupakan nilai path atau jalur antara IOS
dengan DPR.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa IOS berpengaruh positif dan
signifikan, karena tingkat signifikansi dibawah 0.05 terhadap DPR. Dengan
demikian perusahaan tumbuh yang melakukan IOS menyebabkan peningkatan
pembagian dividen kepada investor.
Model Persamaan II untuk perusahaan tidak tumbuh adalah sebagai
berikut:
Y2 = ββββ2 IOS2 + ββββ2 DPR2 + є 2
Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh = - 0.024 DPR + 0.341 DPR + є 2
Tabel 4.31
Model Summary
.348a .121 .097 .67598
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), DPR, IOSa.
cxli
Tabel 4.32
Coefficientsa
3.464 .128 27.091 .000
-.024 .008 -.411 -3.153 .002
.341 .173 .257 1.970 .053
(Constant)
IOS
DPR
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuha.
Pada tabel 4.32 menunjukkan bahwa pelaksanaaan IOS dapat berpengaruh
langsung ke nilai perusahaan tidak tumbuh yaitu bernilai negatif -0.411 dan
signifikan pada 0.002 yang berarti hubungan pelaksanaan IOS berbanding
terbalik dengan nilai perusahaan semakin besar Investment Opportunity Set
(IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan tidak tumbuh
Nilai standardized beta pelaksanaan IOS sebesar -0.411 dan kebijakan
dividen sebesar 0.257 dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar
0.002 dan 0.053. Nilai standardized beta -0.411 merupakan nilai path (jalur)
P1 dan nilai standardized beta 0.257 merupakan nilai path (jalur) P3.
Besarnya nilai e2 = {(1-0.121)2} = 0.773 menunjukkan bahwa Nilai
perusahaan Tumbuh yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel
IOS dan kebijakan dividen adalah sebesar 77.3 % sedangkan pengaruh sebesar
22.7 % disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka hubungan struktural antara X1, X2
dan Y dapat digambarkan sebagai berikut :
cxlii
Gambar 4.1
Hasil uji hubungan struktur antara X1, X2, dan Y
P1 = -0.411
Sig = 0.002 e2 = 0.846
Sig = 0.000 Sig = 0.053
P2 = 0.539 P3 = 0.257
e1 = 0.567
Berikut ini disajikan hasil perhitungan total pengaruh (korelasi antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan adanya variabel
intervening:
Pengaruh langsung independen ke dependen = - 0.411
Pengaruh tak langsung independen ke intervening ke dependen = 0.138
Total pengaruh (korelasi independen ke dependen) = - 0.273
Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan mengalikan koefisien
tidak langsungnya yaitu (0.539 x 0.257) = 0.138 sehingga pengaruh tidak
langsungnya bernilai positif sebesar 0.138 yang berarti hubungan pelaksanaan
IOS dengan kebijakan dividen berbanding lurus dengan nilai perusahaan tidak
tumbuh. Perusahaan yang melakukan IOS akan menaikan pembagian dividen
untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Sedangkan secara keseluruhan total pengaruh pelaksanaan IOS ke nilai
perusahaan sebesar = -0.411 + (0.539 x 0.257) = -0.273.
Pelaksanaan IOS
(X1)
Nilai Perusahaan
Tumbuh (Y)
Kebijakan Dividen (X2)
cxliii
Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel maka hasil
analisis jalur untuk perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa
pelaksanaan IOS berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan tidak
tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai variabel intervening tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai
perusahaan.
cxliv
G. Interpretasi
Berdasarkan pada hasil pembahasan yang telah dilakukan di atas,
penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Investment Opportunity Set (IOS) dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. tumbuh dan tidak tumbuh.. Akan tetapi untuk perusahaan
tumbuh dan tidak tumbuh menunjukkan koefisien Investment Opportunity
Set (IOS) bertanda negatif, maka dapat diinterpretasikan bahwa Investment
Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan
Tumbuh dan Tidak Tumbuh, artinya semakin besar Investment
Opportunity Set (IOS) maka akan semakin rendah nilai perusahaan
Tumbuh dan juga Perusahaan Tidak Tumbuh. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) meskipun berbeda
sampel. Tetapi penelitian ini juga menunjukkan hasi yang berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rokhayati (2005) yang
menunjukkan tiap-tiap proksi IOS menunjukkan korelasi positif terhadap
semua realisasi unsur pertumbuhan. Kemungkinan perbedaan ini karena
nilai perusahaan dikorelasikan dengan satu per satu proksi IOS. Menurut
Fama (1978) nilai perusahaan hanya ditentukan oleh keputusan investasi.
Menurut Modigliani dan Miller (1958), keputusan investasi sangatlah
penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan
melalui kegiatan investasi perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
efek langsung dari keputusan investasi terhadap nilai perusahaan
cxlv
merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi melalui pemilihan
proyek atau kebijakan lain yang lebih efisien (Myers,1976).
2. Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) untuk perusahaan tumbuh
menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara langsung
terhadap nilai perusahaan dan juga berpengaruh negatif secara tidak
langsung yaitu dari IOS ke DPR lalu ke nilai perusahaan. IOS berpengaruh
negatif secara langsung berarti Perusahaan yang melakukan IOS akan
menurunkan nilai perusahaan. Sedangkan IOS berpengaruh negatif secara
tidak langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa
hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding terbalik
dengan nilai perusahaan tumbuh. Artinya, Perusahaan yang melakukan
IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan Nilai
perusahaan. Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel
maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tumbuh secara keseluruhan
menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS dapat berpengaruh langsung
terhadap nilai perusahaan tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen sebagai
variabel intervening menunjukkan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan tumbuh.
Sedangkan hasil analisis jalur (Path Analysis) untuk perusahaan tidak
tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif secara
langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh dan juga berpengaruh
positif secara tidak langsung yaitu dari IOS ke DPR lalu ke nilai
perusahaan tidak tumbuh. IOS berpengaruh negatif secara langsung
cxlvi
menunjukkan perusahaan yang melaksanakan IOS akan menurunkan nilai
perusahaan tumbuh. Sedangkan IOS berpengaruh positif secara tidak
langsung terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh menunjukkan bahwa
hubungan pelaksanaan IOS dengan kebijakan dividen berbanding lurus
dengan nilai perusahaan tumbuh. Artinya, Perusahaan yang melakukan
IOS akan menaikkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Dengan melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel
maka hasil analisis jalur untuk perusahaan tidak tumbuh secara
keseluruhan menunjukkan bahwa pelaksanaan IOS berpengaruh langsung
terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh. Sedangkan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan IOS dengan nilai perusahaan.
Hasil penelitian analisis jalur ini sejalan dengan penelitian
Sinarahardja dan Isnani Yuningsih (2006) yang menyatakan bahwa untuk
perusahaan tumbuh menunjukkan bahwa IOS dapat berpengaruh negatif
secara langsung terhadap nilai perusahaan tumbuh dan dapat juga
berpengaruh negatif secara tidak langsung dari IOS ke DPR lalu ke nilai
perusahaan. Tetapi berbeda untuk perusahaan tidak tumbuh yang
menyatakan bahwa IOS dapat berpengaruh positif secara langsung
terhadap perusahaan tidak tumbuh dan berpengaruh negatif secara tidak
langsung terhadap perusahaan tidak tumbuh.
Berdasarkan hasil penelitan analisis jalur di atas maka untuk
perusahaan tumbuh sesuai dengan hypothesis pecking order (Myers dan
cxlvii
Majluf 1984, dalam Hartono 1990) bahwa perusahaan yang profitable
memiliki dorongan membayar dividen relatif lebih rendah dalam rangka
memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek
investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen
dapat menjadi berita buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi
rencana investasinya. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan
oleh Isnaeni Rokhayati (2005), Penelitian yang dilakukan MG Kentris dan
Muh. Yusuf Ariyanto (2005), Penelitian Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto
Bartono M (2002) bahwa Perusahaan yang tumbuh membagikan dividen
yang lebih kecil dari pada perusahaan yang tidak tumbuh.
Sedangkan untuk perusahaan tidak tumbuh sesuai dengan Hipotesis
sinyal (signaling hypothesis) yang menjelaskan bahwa perusahaan yang
berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi (Miller & Rock
1985, dalam Hartono). Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas
informasi antara manajer dan investor, maka perusahaan yang memiliki
disparitas informasi besar, yaitu perusahaan yang memiliki pilihan
pertumbuhan kecil, akan membayar dividen lebih tinggi sebagai sinyal
bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979, dalam Smith & Watts
1992).
cxlviii
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Hasil ini merupakan hasil dari pengujian data dengan menggunakan
bantuan Program Statical Package for Social Science (SPSS) versi 15.0 for
windows. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat diambil kesimpulan yang
merupakan jawaban dari perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan tumbuh
2. Bahwa Investment Opportunity Set mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan tidak tumbuh.
3. Hasil analisis jalur (Path Analysis) Perusahaan tumbuh yang melakukan
IOS akan menurunkan pembagian dividen untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
4. Hasil analisis jalur (Path Analysis) Perusahaan tidak tumbuh yang
melakukan IOS akan meningkatkan pembagian dividen untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
cxlix
B. Saran
1. Masih banyak variabel yang dapat dijadikan sebagai proksi IOS yang
belum masuk sehingga mempengaruhi hasil analisis dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini hanya mengaitkan IOS dengan kebijakan dividen dan nilai
perusahaan. saja. Selain itu sebenarnya ada faktor lain yang dapat
dijadikan variabel lagi seperti kebijakan pendanaan, ukuran perusahaan
dan lain-lain.
3. Periode pengamatan yang relatif pendek, yaitu tiga tahun selanjutnya dapat
diteliti dengan periode lebih panjang lagi.
4. Untuk mengintervensi sebaiknya penelitian ini selanjutnya dapat
menggunakan analisis logit yang mengarah ke arah probability.
cl
C. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya :
1. Adanya pengaruh yang signifikan yang terjadi antara Investment
Opportunity Set (IOS) dengan nilai perusahaan, diharapkan hasil dari
penelitian ini dapat membantu pihak perusahaan dalam mengambil
keputusan perusahaan. karena untuk meningkatkan nilai perusahaan
dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan
menggunakan kesempatan yang baik, karena perusahaan merupakan
sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan (asset in place) dengan
pilihan investasi dimasa yang akan datang (Myers).
2. Khususnya dengan adanya Investment Opportunity Set (IOS) dan
kebijakan dividen dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan dan
memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena setiap investor
menginginkan prospek yang baik bagi perusahaannya dimasa yang akan
datang.
3. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagian acuan dalam penelitian
selanjutnya guna menguji hipotesis yang lebih baik khususnya yang
berkaitan dengan IOS dan Kebijakan dividen.
cli
DAFTAR PUSTAKA
.
A. Fauzi, Johan Arifin, M. Fakhrudin, “Aplikasi Excel Dalam Finansial Terapan”,
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001.
Akhtaruddin, M. & Hossian, M, “Investment opportunity set, ownership control
and voluntary disclosures in Maylaysia”, JOAAG, Vol. 3, No. 2, 2008.
Anggarwal, Raj dan NyoNyo Aung Kyaw, “Leverage, Investment Opportunities,
and Firm Value: A Global Perspective on the Influence of Financial
Development”, Januari 2006.
Brigham, Gapenski and Daves, “Intermediate Financial Management” Sixth
Edition, The Dryden Press, 1999.
Fabozzi, Frank J, “Manajement Investasi”, Prentice-Hall, Inc. A, 1995.
Fanani, Zaenal, “Manajemen Laba: Bukti Dari Set Kesempatan Investasi, Utang,
Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar Pada Pasar yang Sedang
Berkembang”, Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 2006.
Fitrijanti, Tettet dan Jogiyanto Hartono, “Set Kesempatan Investasi: Konstruksi
Proksi dan Analisis Hubungannya dengan Kebijakan Pendanaan dan
Dividen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.1, Hal.35-63, 2002.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Undip,
2001.
Hakim, Lukman, “Relevance Level Analysis Dividend Yield, Price Earning Ratio,
Stock Return of Share Next The Risk Premium Towards Investment
Opportunity Set (IOS)”, Program Pasca Sarjana UPI YAI.
clii
Hamzah, Ardi, “Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas,
dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Tahun 2001-2005)”, Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo, Madura.
Hartono, Jogiyanto, “Teori Portfolio dan Analisis Investasi”, BPFE, Yogyakarta,
1999.
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPPAMP
YKPN, Yogyakarta, 2001.
Husnan, Suad, “Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapannya”, Buku I, Edisi
12, BPFE, Yogyakarta, 1992.
Husnan Suad dan E. Pudjiastuti, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” Edisi
Pertama, UPP AMP YKPN” 1994.
Indarti, Kentris MG dan Ariyanto, M. Yusuf, “Analisis Kebijakan Dividen,
Pendanaan, dan Asimetri Informasi Pada Perusahaan Tumbuh dan Tidak
Tumbuh”, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.12, No.1, Hal 115-133, Maret
2005.
Norpratiwi, Agustini M.V, “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
Terhadap Return Saham” , STIE YKPN, Jogjakarta
Pagalung, Gagaring, “Analisis Simultan Antara Set Kesempatan Investasi dengan
Leverage Keuangan Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Ekonomi
STEI No.3/Th. XII/22/Juli-September 2003: (p.23-39)
Riduwan, “Dasar-Dasar Statistik”, Bandung, Alfabeta, 2006.
Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro, “Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analisis)”, Alfabeta, Bandung, 2008.
cliii
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat,
BPFE, Yogyakarta, 1995.
Rokhayati, Isnaeni, “Analisis Hubungan Investment Opportunity Set (IOS)
dengan Realisasi Pertumbuhan serta Perbedaan Perusahaan yang
Tumbuh dan Tidak Tumbuh terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen
di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal SMART, Vol 1 No. 2 (p.41-60), Januari
2005.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat”, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2001.
Sartono Agus, “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Sarwono, Jonathan, “Analisis Data Penelitian Menggunakan spss”, Yogyakarta,
2006.
Sinarahardja, dan Yuningsih I, “Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh
Dan Tidak Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel Intervening”, Jurnal Telaah Manajemen, Vol. 1,
No. 2, Hal 79-102, Program Magister, Universitas Budi Luhur, Jakarta,
November 2006.
Smith Clifford W dan Ross L Watts, “The Investment Opportunity Set and
Corporates Policy Choice”, University of Rochester Library, Maret 1986.
Soemartini, “Principal Component Analysis (PCA) Sebagai Salah Satu Metode
Untuk Mengatasi Masalah Multikoliniearitas”, Jurusan Statistika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran,
Jatinangor, 2008.
cliv
Suharli, Michell, “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
terhadap Kebijkan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel
Penguat”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 9, No.1, Hal 9-17, Mei
2007.
Supranto J, “Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi”, Rineka Cipta, Jakarta,
2004.
Susilowati Y, “Hubungan Antara Peluang Investasi Dengan Arus Kas, Kebijakan
Pendanaan Dan Dividen”, Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 2 No.1, Hal 24-31,
April 2003.
Utami, Sih Widhi, “Asosiasi IOS dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan
Dividen, dan Implikasinya Pada Perubahan Harga Saham”, Simposium
Nasional Akuntansi, IAI, 2006.
Wahyu Winarno, Wing, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2007.
Weston, J.F. and E.F. Brigham, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Erlangga,
Jakarta, 1990.
www.google.co.id
www.jsx.co.id.
clv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Output SPSS Analisis Faktor
KMO and Bartlett's Test
.509
146.303
10
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test of
Sphericity
Anti-image Matrices
.998 -.018 .002 -.002 .026
-.018 .496 -.351 -.039 -.010
.002 -.351 .497 .011 -.022
-.002 -.039 .011 .908 -.265
.026 -.010 -.022 -.265 .908
.587a -.025 .003 -.003 .027
-.025 .506a -.706 -.058 -.015
.003 -.706 .505a .016 -.033
-.003 -.058 .016 .525a -.292
.027 -.015 -.033 -.292 .533a
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA
Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.
Communalities
1.000 .019
1.000 .852
1.000 .852
1.000 .641
1.000 .646
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis.
clvi
Rotated Component Matrixa
.082 -.111
.923 .029
.923 .006
.064 .798
.070 .801
PER
MVEBVE
MVABVA
CAPBVA
CAPMVA
1 2
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 3 iterations.a.
Total Variance Explained
1.755 35.103 35.103 1.755 35.103 35.103 1.719 34.374 34.374
1.254 25.083 60.185 1.254 25.083 60.185 1.291 25.811 60.185
.997 19.931 80.116
.704 14.070 94.186
.291 5.814 100.000
Component
1
2
3
4
5
Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared LoadingsRotation Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
clvii
Lampiran 2
Sampel Data Penelitian
No Kode Emiten
1 AALI Astra Agro Lestari
2 ADHI Adhi Karya
3 AKRA AKR Corporindo
4 ANTM Aneka Tambang
5 ASGR Astra Graphia
6 ASII Astra International
7 AUTO Astra Otoparts
8 BATA Sepatu Bata
9 BLTA Berlian Laju Tanker
10 BUMI Bumi Resources
11 CENT Centrin Online
12 CLPI Colorpak Indonesia
13 CTBN Citra Tubindo
14 DLTA Delta Djakarta
15 EKAD Ekadharma International
16 EPMT Enseval Putra Megatrading
17 FAST Fast Food Indonesia
18 GGRM Gudang Garam
19 GMTD Gowa Makassar Tourism Development
20 HEXA Hexindo Adiperkasa
21 HITS Humpuss Intermoda Transportasi
22 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna
23 INCO International Nickel Indonesia
24 INDF Indofood Sukses Makmur
25 INDR Indorama Syenthetic
26 ISAT Indosat
27 KAEF Kimia Farma
28 LION Lion Metal Works
29 LMSH Lion Mesh Prima
30 LTLS Lautan Luas
31 MEDC Medco Energi International
32 MERK Merck Indonesia
33 MLBI Multi Bintang Indonesia
34 MPPA Matahari Putra Prima
35 MYOR Mayora Indah
clviii
36 PBRX PAN Brothers
37 PLIN Plaza Indonesia Realty
38 PNSE Pudjiadi & Sons Estate
39 PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam
40 PTRO Petrosea
41 RALS Ramayana Lestari Sentosa
42 RIGS RIG Tenders
43 RMBA Bentoel Internasional Investama
44 SCMA Surya Citra Media
45 SMDR Samudera Indonesia
46 SMGR Semen Gresik
47 SMRA Summarecon Agung
48 SMSM Selamat Sempurna
49 SUMI Sumi Indo Kabel
50 SQBI Bristol Myers Squibb Indonesia
51 TBLA Tunas Baru Lampung
52 TCID Mandom Indonesia
53 TGKA Tiga Raksa Satria
54 TINS Timah International
55 TLKM Telekomunikasi Indonesia
56 TOTO Surya Toto Indonesia
57 TRST Trias Sentosa
58 TSPC Tempo Scan Pacific
59 TURI Tunas Ridean
60 UNSP Bakrie Sumatera Plantation
61 UNTR United Tractors
62 UNVR Unilever Indonesia
clix
Lampiran 3
Proksi-Proksi IOS
No Perusahaan Tahun MVABVA MVEBVE CAPBVA CAPMVA PER IOS
1 AALI 2004 1.5564 1.9276 0.0403 0.0257 6.0900 9.6400
2 AALI 2005 1.1173 1.1427 0.0724 0.0648 9.7600 12.1572
3 AALI 2006 1.3503 1.1446 0.0715 0.0529 25.2000 27.8193
4 ADHI 2004 2.5674 6.7655 0.0791 0.1348 17.2500 26.7968
5 ADHI 2005 1.6288 5.0931 0.2338 0.1435 16.6400 23.7392
6 ADHI 2006 2.0055 7.5490 0.1588 0.0792 15.0800 24.8725
7 AKRA 2004 0.5836 0.1810 0.0501 0.0858 4.7100 5.6105
8 AKRA 2005 0.7883 0.5699 0.0184 0.0233 7.7500 9.1499
9 AKRA 2006 1.0291 1.0655 0.0922 0.0346 13.2900 15.5114
10 ANTM 2004 1.1711 1.4171 0.4205 1.6555 4.0800 8.7442
11 ANTM 2005 1.4460 1.9427 0.0207 0.1223 8.1000 11.6317
12 ANTM 2006 2.0320 2.7570 -0.0657 -0.0323 9.8300 14.5210
13 ASGR 2004 0.7967 0.6493 -0.2130 -0.0162 11.5600 12.7768
14 ASGR 2005 1.2501 1.4554 0.0095 0.0076 12.0300 14.7526
15 ASGR 2006 0.9125 0.8272 -0.0061 -0.0067 17.4000 19.1269
16 ASII 2004 1.2354 1.5591 0.0630 0.0510 7.1900 10.0985
17 ASII 2005 0.9874 0.9709 0.0627 0.0635 16.6400 18.7245
18 ASII 2006 1.2343 0.2034 0.0265 0.0214 15.0800 16.5656
19 AUTO 2004 0.6690 0.4234 0.0831 0.1242 6.5500 7.8497
20 AUTO 2005 0.4839 0.1843 0.0447 0.0924 7.7300 8.5353
21 AUTO 2006 0.4446 0.0980 0.0261 0.0587 8.0800 8.7074
22 BATA 2004 0.3693 0.0519 0.0125 0.8340 5.1900 6.4577
23 BATA 2005 0.4503 0.0466 0.0375 0.9833 7.5100 9.0277
24 BATA 2006 0.3502 0.0720 -0.0008 -0.0023 9.0300 9.4491
25 BLTA 2004 2.7826 2.4308 0.1689 0.2158 11.9300 17.5281
26 BLTA 2005 1.4436 2.7471 0.2873 0.1990 16.7000 21.3770
27 BLTA 2006 2.4261 4.7374 0.0876 0.0361 28.0000 35.2872
28 BUMI 2004 2.3659 13.8387 0.0131 0.0055 12.8100 29.0332
29 BUMI 2005 1.9360 9.3250 0.0198 0.0102 12.0700 23.3610
30 BUMI 2006 1.7446 6.1995 0.1002 0.0574 8.7000 16.8017
31 CENT 2004 0.0892 0.0002 -0.0231 -0.2593 20.7100 20.5170
32 CENT 2005 0.0769 0.0004 -0.0267 -0.3474 15.0000 14.7032
clx
33 CENT 2006 0.1083 0.0509 -0.0666 -0.6147 9.1700 8.6479
34 CLPI 2004 0.4078 0.0704 -0.0145 -0.0356 22.6700 23.0981
35 CLPI 2005 0.5482 0.1682 -0.0042 -0.0077 15.7800 16.4845
36 CLPI 2006 1.0853 1.1751 -0.0052 -0.0047 39.1400 41.3905
37 CTBN 2004 0.1613 0.0002 -0.0189 -0.1176 46.1100 46.1350
38 CTBN 2005 0.4152 0.0042 0.0106 0.0256 9.2200 9.6756
39 CTBN 2006 0.5805 0.1047 0.0415 0.6254 6.4400 7.7921
40 DLTA 2004 0.2376 0.0181 0.0254 0.1069 5.9900 6.3780
41 DLTA 2005 0.2618 0.0233 0.0030 0.0116 10.2200 10.5197
42 DLTA 2006 0.2440 0.0036 0.0146 0.0600 8.4300 8.7522
43 EKAD 2004 1.0642 0.2541 -0.0171 -0.0161 12.2500 13.5351
44 EKAD 2005 0.3491 0.1073 0.0025 0.0072 14.6600 15.1261
45 EKAD 2006 0.2380 0.0172 0.0037 0.0155 15.5200 15.7944
46 EPMT 2004 1.0401 1.1153 0.2300 0.0222 7.0200 9.4276
47 EPMT 2005 0.8729 0.6906 0.0953 0.0258 8.4100 10.0946
48 EPMT 2006 0.8310 0.6779 0.0282 0.0340 7.0900 8.6611
49 FAST 2004 0.4003 0.0057 0.0057 0.0138 13.0700 13.4955
50 FAST 2005 0.3982 0.0065 0.0214 0.0538 12.9700 13.4499
51 FAST 2006 0.4085 0.0076 0.0522 0.1278 11.7800 12.3761
52 GGRM 2004 0.6327 0.3793 0.0967 0.1530 14.5600 15.8217
53 GGRM 2005 0.5630 0.2625 0.0175 0.0310 11.8600 12.7340
54 GGRM 2006 0.4979 0.1707 0.0218 0.0437 19.4700 20.2041
55 GMTD 2004 0.7434 0.0425 -0.0033 -0.0044 6.7500 7.5282
56 GMTD 2005 0.7182 0.0013 -0.0023 -0.0032 5.6100 6.3240
57 GMTD 2006 0.7006 0.0024 -0.0022 -0.0032 5.7800 6.4776
58 HEXA 2004 1.4484 2.0075 -0.0136 -0.9386 5.6500 8.1537
59 HEXA 2005 0.7417 0.1879 0.0889 1.2042 8.2500 10.4727
60 HEXA 2006 0.8928 0.6266 0.1267 0.1420 19.1700 20.9581
61 HITS 2004 0.8209 0.5099 0.0403 0.0491 8.6500 10.0702
62 HITS 2005 0.5480 0.0126 0.1149 0.2097 8.8900 9.7752
63 HITS 2006 0.4549 0.0041 -0.1078 -0.2369 14.0300 14.1443
64 HMSP 2004 1.4855 2.1553 0.0168 0.8113 14.6500 19.1189
65 HMSP 2005 4.5083 10.1509 0.0055 0.9013 16.3600 31.9260
66 HMSP 2006 0.5645 0.0317 -0.0007 -0.0012 12.0500 12.6443
67 INCO 2004 0.4047 0.1673 0.0027 0.0067 4.6300 5.2114
68 INCO 2005 0.3662 0.1926 0.0026 0.0071 4.9400 5.5085
69 INCO 2006 3.6470 0.4339 0.0027 0.0048 6.6500 10.7384
70 INDF 2004 1.9701 0.6992 0.0119 0.0098 19.9800 22.6710
71 INDF 2005 1.2304 1.7907 0.0019 0.0015 69.3000 72.3245
clxi
72 INDF 2006 1.3849 3.5966 0.0247 0.0179 19.2800 24.3041
73 INDR 2004 0.6051 0.1114 0.0251 0.0415 28.8900 29.6731
74 INDR 2005 0.5911 0.0285 0.0311 0.0525 15.0700 15.7732
75 INDR 2006 0.5732 0.0131 0.0355 0.0585 17.3800 18.0603
76 ISAT 2004 1.1330 1.0631 0.1130 0.1411 18.6100 21.0602
77 ISAT 2005 1.0521 1.1194 0.1318 0.1253 18.3100 20.7386
78 ISAT 2006 1.4102 1.9236 0.0993 0.0704 26.0100 29.5135
79 KAEF 2004 0.4346 0.1855 0.0007 0.0016 14.6400 15.2624
80 KAEF 2005 0.3599 0.1071 -0.0013 -0.0035 15.2400 15.7022
81 KAEF 2006 0.3666 0.0824 -0.0059 -0.0143 20.8300 21.2588
82 LION 2004 0.2045 0.0316 0.0191 0.0935 3.7500 4.0987
83 LION 2005 0.2159 0.0368 -0.0103 -0.0479 5.4700 5.6645
84 LION 2006 0.2055 0.0044 0.0048 0.0237 5.5400 5.7784
85 LMSH 2004 0.6087 0.0431 -0.0048 -0.0347 2.6600 3.2723
86 LMSH 2005 0.5008 0.0078 -0.0232 -0.0470 4.4400 4.8784
87 LMSH 2006 0.2245 0.0402 0.0105 0.0210 6.1200 6.4162
88 LTLS 2004 0.7993 0.0004 0.0440 0.0550 5.5600 6.4587
89 LTLS 2005 1.0096 0.0009 0.0207 0.0209 7.1400 8.1921
90 LTLS 2006 0.7637 0.0001 0.0284 0.0372 10.6400 11.4694
91 MEDC 2004 0.6196 0.2828 0.0296 0.0478 10.5400 11.5198
92 MEDC 2005 0.6557 3.7560 0.0418 0.0638 15.3000 19.8173
93 MEDC 2006 0.7096 1.9920 0.0646 0.0910 34.3400 37.1972
94 MERK 2004 0.4073 0.2285 0.0159 0.0392 8.9200 9.6109
95 MERK 2005 0.2554 0.0998 -0.0089 -0.0350 9.4300 9.7413
96 MERK 2006 0.3044 0.1651 -0.0026 -0.0086 10.3500 10.8083
97 MLBI 2004 0.5297 0.0067 0.0578 0.1091 10.3800 11.0833
98 MLBI 2005 0.6154 0.0290 0.1091 0.1132 12.1100 12.9767
99 MLBI 2006 0.6806 0.0174 0.0595 0.0874 15.7500 16.5949
100 MPPA 2004 0.6117 0.1602 0.0101 0.0166 12.4100 13.2086
101 MPPA 2005 0.8036 0.5651 0.1169 0.1455 11.6100 13.2411
102 MPPA 2006 0.7394 0.2715 0.0338 0.0457 13.4900 14.5804
103 MYOR 2004 0.4913 0.2505 0.0074 0.0151 10.8100 11.5743
104 MYOR 2005 0.4822 0.1554 0.0836 0.1735 13.7500 14.6447
105 MYOR 2006 0.7361 0.5771 0.0035 0.0048 13.2700 14.5915
106 PBRX 2004 1.0973 1.1541 -0.2132 -0.1943 18.1800 20.0239
107 PBRX 2005 0.8143 0.3423 -0.2810 -0.3451 16.2200 16.7505
108 PBRX 2006 0.8218 0.1656 0.1155 0.1405 17.3600 18.6034
109 PLIN 2004 0.4741 0.1731 0.0277 0.0584 19.1700 19.9033
110 PLIN 2005 0.3674 0.1099 0.0271 0.0737 18.0400 18.6181
clxii
111 PLIN 2006 0.3036 0.0035 0.0523 0.1723 25.1200 25.6517
112 PNSE 2004 0.7028 0.0204 0.0447 0.0636 32.8100 33.6415
113 PNSE 2005 0.6892 0.0007 0.0482 0.0699 37.8000 38.6080
114 PNSE 2006 0.6688 0.0021 0.0015 0.0023 10.1800 10.8547
115 PTBA 2004 1.3877 1.5474 0.0184 0.0132 7.7500 10.7167
116 PTBA 2005 1.6946 1.9609 0.0142 0.0084 8.8800 12.5581
117 PTBA 2006 4.6237 5.9059 -0.0132 -0.0028 16.7200 27.2336
118 PTRO 2004 0.3223 0.0827 1.6583 0.1412 7.1600 9.3645
119 PTRO 2005 0.4568 0.1340 0.1612 0.3529 8.5900 9.6949
120 PTRO 2006 0.4995 0.1979 0.0614 0.1230 10.6800 11.5618
121 RALS 2004 0.5329 0.2787 -0.0177 -0.0333 17.4000 18.1606
122 RALS 2005 0.8313 0.7763 0.0393 0.0473 18.8400 20.5342
123 RALS 2006 1.0352 1.0458 0.0194 0.0187 19.6600 21.7791
124 RIGS 2004 0.0484 0.0112 0.0817 0.2412 8.7200 9.1025
125 RIGS 2005 0.8118 0.8038 -0.0389 -0.2946 11.1500 12.4321
126 RIGS 2006 0.3979 0.0032 0.6415 0.9188 39.3300 41.2914
127 RMBA 2004 0.5159 1.0026 -0.0206 -0.0401 9.0700 10.5278
128 RMBA 2005 0.7589 1.2162 -0.0162 -0.0214 7.8800 9.8175
129 RMBA 2006 1.2430 1.4791 0.0852 0.0685 13.1700 16.0458
130 SCMA 2004 0.5100 0.2289 0.0021 0.0041 25.4900 26.2351
131 SCMA 2005 0.7015 0.5139 0.0110 0.0157 18.5300 19.7721
132 SCMA 2006 0.3965 0.0357 -0.0055 0.0139 20.9500 21.3906
133 SMDR 2004 0.5520 0.0057 -0.0348 -0.0630 3.0600 3.5199
134 SMDR 2005 0.6302 0.2090 0.0201 0.0317 3.5100 4.4010
135 SMDR 2006 0.6399 0.1286 0.1507 0.2356 18.1500 19.3048
136 SMGR 2004 0.7008 0.4572 -0.0462 -0.0659 21.0800 22.1259
137 SMGR 2005 0.4900 0.1707 -0.0332 -0.0677 10.3300 10.8898
138 SMGR 2006 1.4529 1.6173 0.0342 0.0235 16.6200 19.7479
139 SMRA 2004 0.8414 0.6380 0.0373 0.0444 7.9600 9.5211
140 SMRA 2005 1.2869 1.6391 0.0464 0.0361 9.7600 12.7685
141 SMRA 2006 1.1889 1.4244 0.2514 0.0405 19.1700 22.0752
142 SMSM 2004 0.4832 0.0197 -0.0118 0.0244 6.5600 7.0755
143 SMSM 2005 0.4514 0.0182 0.0035 -0.0177 6.5900 7.0454
144 SMSM 2006 0.3759 0.0084 0.0180 0.0481 6.8700 7.3204
145 SUMI 2004 0.2897 0.0020 -0.0342 -0.1182 23.9600 24.0993
146 SUMI 2005 0.3839 0.0019 -0.0127 -0.0331 15.5100 15.8500
147 SUMI 2006 0.3720 0.0069 -0.0402 -0.1081 12.6500 12.8806
148 SQBI 2004 0.3358 0.8160 0.0346 0.1030 0.8400 2.1294
149 SQBI 2005 0.3876 0.9019 0.0159 0.1341 44.1200 45.5595
clxiii
150 SQBI 2006 0.3701 0.0008 0.0399 0.1079 12.2900 12.8087
151 TBLA 2004 0.7398 0.3111 0.0867 0.1171 22.5700 23.8247
152 TBLA 2005 0.6882 0.1160 0.0435 0.0632 51.9000 52.8109
153 TBLA 2006 1.0291 1.0691 0.1057 0.1027 59.2300 61.5366
154 TCID 2004 0.2538 0.1137 0.0651 0.2568 7.5600 8.2494
155 TCID 2005 0.1915 0.0396 0.0527 0.2753 6.8900 7.4491
156 TCID 2006 0.1562 0.0655 0.0924 0.5915 12.5600 13.4656
157 TGKA 2004 0.6618 0.0108 0.0013 0.0019 82.6500 83.3258
158 TGKA 2005 0.6961 0.0074 -0.0183 -0.0263 12.9800 13.6389
159 TGKA 2006 0.7540 0.0006 -0.0114 -0.0151 9.5500 10.2781
160 TINS 2004 1.0299 1.0479 0.0056 0.0055 20.7500 22.8389
161 TINS 2005 0.8761 0.7781 0.0199 0.0231 8.5200 10.2172
162 TINS 2006 1.7165 2.4795 -0.0025 -0.0015 10.7000 14.8920
163 TLKM 2004 4.3469 1.0289 0.0034 0.0034 15.8700 21.2526
164 TLKM 2005 1.2559 1.6832 0.7261 0.5781 14.8800 19.1233
165 TLKM 2006 1.5906 2.5648 0.1148 0.0721 18.5000 22.8423
166 TOTO 2004 0.8038 0.0426 0.0647 0.0858 11.1400 12.1369
167 TOTO 2005 0.7461 0.0024 0.1286 0.1723 4.7300 5.7794
168 TOTO 2006 0.6911 0.0005 -0.2070 -0.2140 4.1000 4.3706
169 TRST 2004 0.5003 0.0003 0.1371 0.2459 20.5000 21.3836
170 TRST 2005 0.5799 0.0772 0.0476 0.0821 25.0000 25.7868
171 TRST 2006 0.5272 0.0208 0.0044 0.0083 16.1100 16.6707
172 TSPC 2004 0.5848 2.4074 0.0283 0.0484 10.5400 13.6089
173 TSPC 2005 0.3330 2.4842 0.0570 0.1711 38.5700 41.6153
174 TSPC 2006 0.5784 2.0055 0.8091 0.1157 14.8600 18.3687
175 TURI 2004 1.0744 1.2841 0.0462 0.0429 6.1700 8.6176
176 TURI 2005 0.8121 0.2456 0.0540 0.0531 6.7400 7.9048
177 TURI 2006 0.7887 0.1041 0.0081 0.0103 44.5900 45.5012
178 UNSP 2004 0.8842 0.6812 0.0803 0.0905 7.5600 9.2962
179 UNSP 2005 1.8262 3.0960 0.1418 0.0775 8.3600 13.5015
180 UNSP 2006 4.0907 9.5726 0.0399 0.0097 13.0800 26.7929
181 UNTR 2004 1.4760 2.0383 0.9610 0.0412 5.8900 10.4065
182 UNTR 2005 1.5483 2.4201 0.1825 0.1178 9.9700 14.2387
183 UNTR 2006 1.5843 2.4303 0.9785 0.0496 20.0800 25.1227
184 UNVR 2004 1.2703 1.4312 0.1288 0.1014 17.1500 20.0817
185 UNVR 2005 0.0995 0.9911 0.0383 0.0385 22.6400 23.8074
186 UNVR 2006 1.1361 1.2658 0.0495 0.0435 29.2500 31.7449
clxiv
Lampiran 4
Dividend Payout Ratio
No Perusahaan 2004 2005 2006
1 AALI 0.4911 0.6475 0.1900
2 ADHI 0.4999 0.3001 0.2000
3 AKRA 0.3279 0.3139 0.3167
4 ANTM 0.3500 0.3400 0.4000
5 ASGR 0.8179 0.9349 0.1942
6 ASII 0.2771 0.3264 0.1636
7 AUTO 0.2042 0.2761 0.1639
8 BATA 0.5561 0.5182 0.2192
9 BLTA 0.1278 0.1289 0.1380
10 BUMI 0.0801 0.1588 0.1547
11 CENT 0.1029 0.5000 0.5833
12 CLPI 0.2960 0.1480 0.1997
13 CTBN 1.3569 0.7471 0.6814
14 DLTA 0.1448 0.1987 0.4809
15 EKAD 0.5001 0.5391 0.2910
16 EPMT 0.9812 0.9561 0.2725
17 FAST 0.2240 0.2161 0.1942
18 GGRM 0.5374 0.5091 0.4773
19 GMTD 0.2857 0.2767 0.2477
20 HEXA 0.3951 0.3952 0.9621
21 HITS 0.0895 0.9476 0.2778
22 HMSP 0.6057 0.4595 0.1801
23 INCO 0.4123 0.3725 0.9423
24 INDF 0.4372 0.3808 0.4428
25 INDR 0.2560 0.4810 0.5069
26 ISAT 0.4991 0.4926 0.5000
27 KAEF 0.2982 0.3000 0.2992
28 LION 0.2208 0.2734 0.2520
29 LMSH 0.0697 0.0935 0.0108
30 LTLS 0.2554 0.2529 0.2103
31 MEDC 0.4897 0.4387 0.5002
32 MERK 1.0958 0.5435 0.5177
33 MLBI 0.2303 1.1841 0.7560
34 MPPA 0.3023 0.9038 0.1753
35 MYOR 0.2252 0.4191 0.2867
clxv
36 PBRX 0.3143 0.0865 0.0457
37 PLIN 0.0423 0.0396 0.0285
38 PNSE 0.8019 0.5323 0.5091
39 PTBA 0.9742 0.5009 0.5000
40 PTRO 0.8179 0.9681 0.2384
41 RALS 0.1347 0.5117 0.4950
42 RIGS 0.5286 0.6755 0.7865
43 RMBA 0.2061 0.2919 0.9287
44 SCMA 2.1096 1.4523 0.2095
45 SMDR 0.2446 0.1672 0.4036
46 SMGR 0.3500 0.2570 0.5000
47 SMRA 0.2294 0.9613 0.9816
48 SMSM 0.4527 0.8638 0.3263
49 SUMI 0.2916 0.6443 0.8414
50 SQBI 0.0814 1.5270 0.5534
51 TBLA 0.2944 0.1948 0.1986
52 TCID 0.9782 0.3696 0.9530
53 TGKA 3.3507 0.0448 0.6076
54 TINS 0.4589 0.4722 0.9502
55 TLKM 0.5000 0.5520 0.1775
56 TOTO 0.3828 0.2363 0.2486
57 TRST 0.5000 0.5000 0.5555
58 TSPC 0.5548 0.4548 0.9413
59 TURI 0.9608 0.3323 0.3330
60 UNSP 0.1463 0.1813 0.2022
61 UNTR 0.1422 0.2985 0.3985
62 UNVR 1.0912 0.9534 0.9085
Rata-rata 0.4997 0.4846 0.4228
clxvi
Lampiran 5
Nilai Perusahaan
No Perusahaan 2004 2005 2006
1 AALI 3.4914 3.6902 4.1004
2 ADHI 2.8293 2.8573 2.9031
3 AKRA 3.0607 3.1702 3.4353
4 ANTM 3.2368 3.5533 3.9031
5 ASGR 2.5051 2.4698 2.4843
6 ASII 3.9823 4.0086 4.1959
7 AUTO 3.2844 3.4471 3.4661
8 BATA 4.1461 4.1613 4.1461
9 BLTA 2.8451 3.0170 3.2405
10 BUMI 2.9031 2.8808 2.9542
11 CENT 2.1614 3.9505 2.0414
12 CLPI 3.6816 2.6074 2.9912
13 CTBN 3.9031 3.9294 4.2304
14 DLTA 4.1613 4.5563 4.3579
15 EKAD 2.3891 3.5315 2.2041
16 EPMT 2.7403 2.8751 2.8129
17 FAST 4.0212 3.0792 3.2601
18 GGRM 4.1319 4.0663 4.0086
19 GMTD 3.6284 2.5623 2.6232
20 HEXA 3.4878 2.9827 2.9542
21 HITS 3.4624 3.7482 3.0043
22 HMSP 3.8228 3.9494 3.9867
23 INCO 4.0626 4.1189 4.4914
24 INDF 2.9031 2.9590 3.1303
25 INDR 2.7959 2.6721 2.6812
26 ISAT 3.7597 3.7443 3.8293
27 KAEF 3.3117 3.1614 2.2175
28 LION 3.2304 3.3010 3.3424
29 LMSH 3.1832 3.2787 3.2304
30 LTLS 2.5682 2.6812 3.6074
31 MEDC 3.3170 3.5283 3.5502
32 MERK 4.3579 4.3856 4.6020
33 MLBI 4.6284 4.6989 4.7403
34 MPPA 2.7596 2.9823 2.9031
35 MYOR 3.0792 3.9138 3.2095
36 PBRX 2.6074 2.5740 2.5797
37 PLIN 3.7558 3.7558 3.0414
38 PNSE 2.9542 2.8512 3.8451
clxvii
39 PTBA 3.1832 3.2553 3.5471
40 PTRO 3.6047 3.8451 3.7817
41 RALS 2.8893 2.9085 2.9395
42 RIGS 2.9164 2.9956 3.0000
43 RMBA 4.0414 2.1303 3.4913
44 SCMA 2.8603 2.8061 2.9031
45 SMDR 3.5740 3.8663 3.8228
46 SMGR 4.2672 4.2504 4.5599
47 SMRA 2.7958 2.8751 3.0682
48 SMSM 3.4624 2.4843 2.5441
49 SUMI 2.7596 3.6335 3.9138
50 SQBI 4.5441 4.5911 4.7443
51 TBLA 2.3617 3.3010 2.3802
52 TCID 3.6021 3.6128 3.8419
53 TGKA 2.4393 2.4624 2.4393
54 TINS 3.6459 3.2601 3.6459
55 TLKM 4.0043 3.7708 4.0043
56 TOTO 3.7781 3.7781 3.8195
57 TRST 2.3117 2.1761 2.1613
58 TSPC 3.8808 3.7520 2.9542
59 TURI 4.0293 2.8388 2.8512
60 UNSP 2.4913 2.6180 2.9867
61 UNTR 3.3569 3.5652 3.8612
62 UNVR 3.5185 3.6309 3.8195
Rata-Rata 3.3463 3.3566 3.3772
clxviii
Lampiran 6
Perusahaan Tumbuh No Perusahaan Tahun PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA IOS DPR NP
1 AALI 2004 6.09 1.93 1.56 0.04 0.03 9.64 0.49 3.49
2 AALI 2005 9.76 1.14 1.12 0.07 0.06 12.16 0.65 3.69
3 AALI 2006 25.20 1.14 1.35 0.07 0.05 27.82 0.19 4.10
4 ADHI 2004 17.25 6.77 2.57 0.08 0.13 26.80 0.50 2.83
5 ADHI 2005 16.64 5.09 1.63 0.23 0.14 23.74 0.30 2.86
6 ADHI 2006 15.08 7.55 2.01 0.16 0.08 24.87 0.20 2.90
7 AKRA 2006 13.29 1.07 1.03 0.09 0.03 15.51 0.32 3.44
8 ANTM 2004 4.08 1.42 1.17 0.42 1.66 8.74 0.35 3.24
9 ANTM 2005 8.10 1.94 1.45 0.02 0.12 11.63 0.34 3.55
10 ANTM 2006 9.83 2.76 2.03 -0.07 -0.03 14.52 0.40 3.90
11 ASGR 2005 12.03 1.46 1.25 0.01 0.01 14.75 0.93 2.47
12 ASII 2004 7.19 1.56 1.24 0.06 0.05 10.10 0.28 3.98
13 ASII 2005 16.64 0.97 0.99 0.06 0.06 18.72 0.33 4.01
14 AUTO 2004 6.55 0.42 0.67 0.08 0.12 7.85 0.20 3.28
15 BATA 2004 5.19 0.05 0.37 0.01 0.83 6.46 0.56 4.15
16 BATA 2005 7.51 0.05 0.45 0.04 0.98 9.03 0.52 4.16
17 BLTA 2004 11.93 2.43 2.78 0.17 0.22 17.53 0.13 2.85
18 BLTA 2005 16.70 2.75 1.44 0.29 0.20 21.38 0.13 3.02
19 BLTA 2006 28.00 4.74 2.43 0.09 0.04 35.29 0.14 3.24
20 BUMI 2004 12.81 13.84 2.37 0.01 0.01 29.03 0.08 2.90
21 BUMI 2005 12.07 9.33 1.94 0.02 0.01 23.36 0.16 2.88
22 BUMI 2006 8.70 6.20 1.74 0.10 0.06 16.80 0.15 2.95
23 CTBN 2006 6.44 0.10 0.58 0.04 0.63 7.79 0.68 4.23
24 EPMT 2004 7.02 1.12 1.04 0.23 0.02 9.43 0.98 2.74
25 EPMT 2005 8.41 0.69 0.87 0.10 0.03 10.09 0.96 2.88
26 GGRM 2004 14.56 0.38 0.63 0.10 0.15 15.82 0.54 4.13
27 HEXA 2005 8.25 0.19 0.74 0.09 1.20 10.47 0.40 2.98
28 HEXA 2006 19.17 0.63 0.89 0.13 0.14 20.96 0.96 2.95
29 HITS 2005 8.89 0.01 0.55 0.11 0.21 9.78 0.95 3.75
30 HMSP 2004 14.65 2.16 1.49 0.02 0.81 19.12 0.61 3.82
31 HMSP 2005 16.36 10.15 4.51 0.01 0.90 31.93 0.46 3.95
32 INCO 2006 6.65 0.43 3.65 0.00 0.00 10.74 0.94 4.49
33 INDF 2004 19.98 0.70 1.97 0.01 0.01 22.67 0.44 2.90
clxix
34 INDF 2005 69.30 1.79 1.23 0.00 0.00 72.32 0.38 2.96
35 INDF 2006 19.28 3.60 1.38 0.02 0.02 24.30 0.44 3.13
36 ISAT 2004 18.61 1.06 1.13 0.11 0.14 21.06 0.50 3.76
37 ISAT 2005 18.31 1.12 1.05 0.13 0.13 20.74 0.49 3.74
38 ISAT 2006 26.01 1.92 1.41 0.10 0.07 29.51 0.50 3.83
39 MEDC 2005 15.30 3.76 0.66 0.04 0.06 19.82 0.44 3.53
40 MEDC 2006 34.34 1.99 0.71 0.06 0.09 37.20 0.50 3.55
41 MPPA 2005 11.61 0.57 0.80 0.12 0.15 13.24 0.90 2.98
42 MYOR 2005 13.75 0.16 0.48 0.08 0.17 14.64 0.42 3.91
43 PBRX 2006 17.36 0.17 0.82 0.12 0.14 18.60 0.05 2.58
44 PTBA 2004 7.75 1.55 1.39 0.02 0.01 10.72 0.97 3.18
45 PTBA 2005 8.88 1.96 1.69 0.01 0.01 12.56 0.50 3.26
46 PTBA 2006 16.72 5.91 4.62 -0.01 0.00 27.23 0.50 3.55
47 PTRO 2004 7.16 0.08 0.32 1.66 0.14 9.36 0.82 3.60
48 PTRO 2005 8.59 0.13 0.46 0.16 0.35 9.69 0.97 3.85
49 RIGS 2006 39.33 0.00 0.40 0.64 0.92 41.29 0.79 3.00
50 RMBA 2006 13.17 1.48 1.24 0.09 0.07 16.05 0.92 3.49
51 SMDR 2006 18.15 0.13 0.64 0.15 0.24 19.30 0.40 3.82
52 SMGR 2006 16.62 1.62 1.45 0.03 0.02 19.75 0.50 4.56
53 SMRA 2005 9.76 1.64 1.29 0.05 0.04 12.77 0.96 2.88
54 SMRA 2006 19.17 1.42 1.19 0.25 0.04 22.08 0.98 3.07
55 TBLA 2004 22.57 0.31 0.74 0.09 0.12 23.82 0.29 2.30
56 TBLA 2006 59.23 1.07 1.03 0.11 0.10 61.54 0.20 2.38
57 TCID 2004 7.56 0.11 0.25 0.07 0.26 8.25 0.98 3.60
58 TCID 2006 12.56 0.07 0.16 0.09 0.59 13.47 0.95 3.84
59 TINS 2006 10.70 2.48 1.72 0.00 0.00 14.89 0.95 3.65
60 TLKM 2004 15.87 1.03 4.35 0.00 0.00 21.25 0.50 4.00
61 TLKM 2005 14.88 1.68 1.26 0.73 0.58 19.12 0.55 3.77
62 TLKM 2006 18.50 2.56 1.59 0.11 0.07 22.84 0.18 4.00
63 TOTO 2005 4.73 0.00 0.75 0.13 0.17 5.78 0.24 3.78
64 TRST 2004 20.50 0.00 0.50 0.14 0.25 21.38 0.50 2.31
65 TSPC 2004 10.54 2.41 0.58 0.03 0.05 13.61 0.55 3.88
66 TSPC 2005 38.57 2.48 0.33 0.06 0.17 41.62 0.45 2.95
67 TSPC 2006 14.86 2.01 0.58 0.81 0.12 18.37 0.94 3.75
68 TURI 2004 6.17 1.28 1.07 0.05 0.04 8.62 0.96 4.03
69 UNSP 2004 7.56 0.68 0.88 0.08 0.09 9.30 0.15 2.49
70 UNSP 2005 8.36 3.10 1.83 0.14 0.08 13.50 0.18 2.62
71 UNSP 2006 13.08 9.57 4.09 0.04 0.01 26.79 0.20 2.99
72 UNTR 2004 5.89 2.04 1.48 0.96 0.04 10.41 0.14 3.36
clxx
73 UNTR 2005 9.97 2.42 1.55 0.18 0.12 14.24 0.30 3.57
74 UNTR 2006 20.08 2.43 1.58 0.98 0.05 25.12 0.40 3.86
75 UNVR 2004 17.15 1.43 1.27 0.13 0.10 20.08 1.09 3.52
76 UNVR 2006 29.25 1.27 1.14 0.05 0.04 31.74 0.91 3.82
Lampiran 7
Perusahaan tidak tumbuh No Perusahaan Tahun PER MVEBVE MVABVA CAPBVA CAPMVA IOS DPR NP
1 ASGR 2004 11.56 0.65 0.80 -0.21 -0.02 12.78 0.82 2.51
2 AUTO 2006 8.08 0.10 0.44 0.03 0.06 8.71 0.16 3.47
3 BATA 2006 9.03 0.07 0.35 0.00 0.00 9.45 0.22 4.15
4 CENT 2004 20.71 0.00 0.09 -0.02 -0.26 20.52 0.1 2.16
5 CENT 2005 15.00 0.00 0.08 -0.03 -0.35 14.70 0.5 3.95
6 CENT 2006 9.17 0.05 0.11 -0.07 -0.61 8.65 0.58 2.04
7 CLPI 2004 22.67 0.07 0.41 -0.01 -0.04 23.10 0.3 2.68
8 CLPI 2005 15.78 0.17 0.55 0.00 -0.01 16.48 0.15 2.61
9 CTBN 2004 46.11 0.00 0.16 -0.02 -0.12 46.14 1.36 3.9
10 CTBN 2005 9.22 0.00 0.42 0.01 0.03 9.68 0.75 3.93
11 DLTA 2004 5.99 0.02 0.24 0.03 0.11 6.38 0.14 4.16
12 DLTA 2005 10.22 0.02 0.26 0.00 0.01 10.52 0.2 4.56
13 DLTA 2006 8.43 0.00 0.24 0.01 0.06 8.75 0.48 4.36
14 EKAD 2004 12.25 0.25 1.06 -0.02 -0.02 13.54 0.5 2.39
15 EKAD 2005 14.66 0.11 0.35 0.00 0.01 15.13 0.54 3.53
16 EKAD 2006 15.52 0.02 0.24 0.00 0.02 15.79 0.29 2.2
17 FAST 2004 13.07 0.01 0.40 0.01 0.01 13.50 0.22 3.02
18 FAST 2005 12.97 0.01 0.40 0.02 0.05 13.45 0.22 3.08
19 GGRM 2005 11.86 0.26 0.56 0.02 0.03 12.73 0.51 4.07
20 GGRM 2006 19.47 0.17 0.50 0.02 0.04 20.20 0.48 4.01
21 GMTD 2004 6.75 0.04 0.74 0.00 0.00 7.53 0.29 3.63
22 GMTD 2005 5.61 0.00 0.72 0.00 0.00 6.32 0.28 2.56
23 GMTD 2006 5.78 0.00 0.70 0.00 0.00 6.48 0.25 2.62
24 HEXA 2004 5.65 2.01 1.45 -0.01 -0.94 8.15 0.4 4.49
25 HITS 2006 14.03 0.00 0.45 -0.11 -0.24 14.14 0.28 3
26 HMSP 2006 12.05 0.03 0.56 0.00 0.00 12.64 0.18 3.99
27 INCO 2004 4.63 0.17 0.40 0.00 0.01 5.21 0.41 4.06
28 INCO 2005 4.94 0.19 0.37 0.00 0.01 5.51 0.37 4.12
29 INDR 2004 28.89 0.11 0.61 0.03 0.04 29.67 0.26 2.79
30 INDR 2005 15.07 0.03 0.59 0.03 0.05 15.77 0.48 2.67
31 INDR 2006 17.38 0.01 0.57 0.04 0.06 18.06 0.51 2.68
32 KAEF 2004 14.64 0.19 0.43 0.00 0.00 15.26 0.3 3.31
33 KAEF 2005 15.24 0.11 0.36 0.00 0.00 15.70 0.3 3.16
clxxi
34 KAEF 2006 20.83 0.08 0.37 -0.01 -0.01 21.26 0.3 2.22
35 LION 2004 3.75 0.03 0.20 0.02 0.09 4.10 0.22 3.23
36 LION 2005 5.47 0.04 0.22 -0.01 -0.05 5.66 0.27 3.3
37 LION 2006 5.54 0.00 0.21 0.00 0.02 5.78 0.25 3.34
38 LMSH 2004 2.66 0.04 0.61 0.00 -0.03 3.27 0.07 3.18
39 LMSH 2005 4.44 0.01 0.50 -0.02 -0.05 4.88 0.09 3.28
40 LMSH 2006 6.12 0.04 0.22 0.01 0.02 6.42 0.01 3.23
41 MERK 2004 8.92 0.23 0.41 0.02 0.04 9.61 1.1 4.36
42 MERK 2005 9.43 0.10 0.26 -0.01 -0.04 9.74 0.54 4.39
43 MERK 2006 10.35 0.17 0.30 0.00 -0.01 10.81 0.52 4.6
44 MPPA 2004 12.41 0.16 0.61 0.01 0.02 13.21 0.3 2.76
45 MYOR 2004 10.81 0.25 0.49 0.01 0.02 11.57 0.23 3.08
46 MYOR 2006 13.27 0.58 0.74 0.00 0.00 14.59 0.29 3.21
47 PBRX 2004 18.18 1.15 1.10 -0.21 -0.19 20.02 0.31 2.61
48 PBRX 2005 16.22 0.34 0.81 -0.28 -0.35 16.75 0.09 2.57
49 PLIN 2004 19.17 0.17 0.47 0.03 0.06 19.90 1.84 3.76
50 PLIN 2005 18.04 0.11 0.37 0.03 0.07 18.62 1.94 3.76
51 PNSE 2006 10.18 0.00 0.67 0.00 0.00 10.85 0.51 2.85
52 RALS 2004 17.40 0.28 0.53 -0.02 -0.03 18.16 0.13 2.89
53 RIGS 2005 11.15 0.80 0.81 -0.04 -0.29 12.43 0.68 3
54 RMBA 2004 9.07 1.00 0.52 -0.02 -0.04 10.53 0.21 3.04
55 SCMA 2004 25.49 0.23 0.51 0.00 0.00 26.24 2.11 2.86
56 SCMA 2005 18.53 0.51 0.70 0.01 0.02 19.77 1.45 2.81
57 SCMA 2006 20.95 0.04 0.40 -0.01 0.01 21.39 0.21 2.9
58 SMDR 2004 3.06 0.01 0.55 -0.03 -0.06 3.52 0.24 3.57
59 SMDR 2005 3.51 0.21 0.63 0.02 0.03 4.40 0.97 3.87
60 SMGR 2004 21.08 0.46 0.70 -0.05 -0.07 22.13 0.35 4.27
61 SMGR 2005 10.33 0.17 0.49 -0.03 -0.07 10.89 0.26 4.25
62 SMSM 2004 6.56 0.02 0.48 -0.01 0.02 7.08 0.45 3.46
63 SMSM 2005 6.59 0.02 0.45 0.00 -0.02 7.05 0.86 2.48
64 SMSM 2006 6.87 0.01 0.38 0.02 0.05 7.32 0.33 2.54
65 SQBI 2006 12.29 0.00 0.37 0.04 0.11 12.81 0.55 4.74
66 SUMI 2004 23.96 0.00 0.29 -0.03 -0.12 24.10 0.29 2.76
67 SUMI 2005 15.51 0.00 0.38 -0.01 -0.03 15.85 1.24 3.63
68 SUMI 2006 12.65 0.01 0.37 -0.04 -0.11 12.88 0.84 3.91
69 TBLA 2005 51.90 0.12 0.69 0.04 0.06 52.81 0.19 2.3
70 TGKA 2004 82.65 0.01 0.66 0.00 0.00 83.33 3.35 2.44
71 TGKA 2005 12.98 0.01 0.70 -0.02 -0.03 13.64 0.04 2.46
72 TGKA 2006 9.55 0.00 0.75 -0.01 -0.02 10.28 0.61 2.44
clxxii
73 TOTO 2006 4.10 0.00 0.69 -0.21 -0.21 4.37 0.25 3.82
74 TRST 2006 16.11 0.02 0.53 0.00 0.01 16.67 0.56 2.16
75 TURI 2006 44.59 0.10 0.79 0.01 0.01 45.50 0.33 2.85
76 UNVR 2005 22.64 0.99 0.10 0.04 0.04 23.81 0.95 3.63
Lampiran 8
Uji Asumsi Klasik dan Regresi Liniear Perusahaan Tumbuh
Hasil Autokorelasi
Model Summaryb
.267a .071 .059 .52515 1.882
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuhb.
Hasil Uji F
ANOVAb
1.570 1 1.570 5.693 .020a
20.408 74 .276
21.977 75
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuhb.
Hasil Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa
3.660 .120 30.621 .000
-.013 .005 -.267 -2.386 .020 1.000 1.000
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuha.
clxxiii
Hasil Uji Normalitas
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Ex
pec
ted
Cu
m P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Hasil Uji Heteroskedastisitas
clxxiv
Regression Standardized Predicted Value
20-2-4
Reg
ress
ion
Stu
de
nti
ze
d R
es
idu
al
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuh
Lampiran 9
Uji Asumsi Klasik dan Regresi Liniear Perusahaan Tidak Tumbuh
Hasil Autokorelasi
Model Summaryb
.272a .074 .062 .68900 1.768
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuhb.
Hasil Uji F
clxxv
ANOVAb
2.817 1 2.817 5.933 .017a
35.130 74 .475
37.946 75
Regression
Residual
Total
Model1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), IOSa.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuhb.
Hasil Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa
3.516 .128 27.562 .000
-.016 .007 -.272 -2.436 .017 1.000 1.000
(Constant)
IOS
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuha.
Hasil Uji Normalitas
clxxvi
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Regression Standardized Predicted Value
0-2-4-6
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
Lampiran 10
clxxvii
Uji Variabel Intervening Perusahaan Tumbuh
Model I
Model Summary
.241a .058 .045 .28968
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), IOSa.
Coefficientsa
.645 .066 9.788 .000
-.006 .003 -.241 -2.133 .036
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: DPRa.
Model II
Model Summary
.304a .092 .068 .52274
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), DPR, IOSa.
Coefficientsa
3.484 .180 19.333 .000
-.011 .005 -.231 -2.014 .048
.272 .210 .149 1.298 .198
(Constant)
IOS
DPR
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tumbuha.
clxxviii
Lampiran 11
Uji Variabel Intervening Perusahaan Tidak Tumbuh
Model I
Model Summary
.539a .290 .281 .45452
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), IOSa.
Coefficientsa
.152 .084 1.804 .075
.024 .004 .539 5.502 .000
(Constant)
IOS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: DPRa.
Model II
Model Summary
.348a .121 .097 .67598
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), DPR, IOSa.
Coefficientsa
3.464 .128 27.091 .000
-.024 .008 -.411 -3.153 .002
.341 .173 .257 1.970 .053
(Constant)
IOS
DPR
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Nilai Perusahaan Tidak Tumbuha.
clxxix
top related