perilaku model tereduksi di laboratorium struktur …
Post on 01-Aug-2022
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PERILAKU MODEL TEREDUKSI DI LABORATORIUM
STRUKTUR REL KERETA API DENGAN PERKUATAN
CERUCUK KAYU DITINJAU DARI POLA LENDUTAN AKIBAT
PEMBEBANAN STATIS REPETITIF DIVALIDASI ANALISIS
PLAXIS 3D
Reduced Model Behaviour of Railway Structures with Short-Pile Reinforcement
based on Deflection Patterns due Static Repetitive Loading validated by Plaxis 3D
Analysis
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
FICO DIO AGRENSA
NIM. I0108010
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERILAKU MODEL TEREDUKSI DI LABORATORIUM
STRUKTUR REL KERETA API DENGAN PERKUATAN
CERUCUK KAYU DITINJAU DARI POLA LENDUTAN AKIBAT
PEMBEBANAN STATIS REPETITIF DIVALIDASI ANALISIS
PLAXIS 3D
Reduced Model Behaviour of Railway Structures with Short-Pile Reinforcement
based on Deflection Patterns due Static Repetitive Loading validated by Plaxis 3D
Analysis
Disusun Oleh:
FICO DIO AGRENSA NIM. I0108010
TUGAS AKHIR
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Bambang Setiawan, ST, MT Ir. Ary Setyawan, MSc, PhD
NIP. 19690717 188702 1001 NIP. 19661204 199512
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERILAKU MODEL TEREDUKSI DI LABORATORIUM
STRUKTUR REL KERETA API DENGAN PERKUATAN
CERUCUK KAYU DITINJAU DARI POLA LENDUTAN
AKIBAT PEMBEBANAN STATIS REPETITIF DIVALIDASI
ANALISIS PLAXIS 3D
Reduced Model Behaviour of Railway Structures with Short-Pile Reinforcement
based on Deflection Patterns due Static Repetitive Loading validated by Plaxis
3D Analysis
Disusun Oleh:
FICO DIO AGRENSA
NIM. I0108010
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari
1. Bambang Setiawan, ST, MT ________________________ NIP. 19690717 199702 1 001
2. Ir. Ary Setyawan, MSc, PhD ________________________ NIP. 19661204 199512 1 001
3. Dr. Niken Silmi S., ST, MT ________________________ NIP. 19690903 199702 2 001
4. Dr. techn. Ir. Sholihin As’ad, MT ________________________ NIP. 19671001 199702 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS
Ir. Bambang Santosa, MT NIP. 19590823 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Dan jika dalam perjalanan ditemui karya
lain yang mirip, maka hal itu menjadi sumber referensi tambahan bagi penulis.
Surakarta, 13 September 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK FICO DIO AGRENSA. 2012. Perilaku Model Tereduksi di Laboratorium Struktur Rel Kereta Api dengan Perkuatan Cerucuk Kayu Ditinjau dari Pola Lendutan Akibat Pembebanan Statis Repetitif Divalidasi Analisis Plaxis 3D. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rel kereta api yang merupakan komponen pendukung utama dari sistem transportasi kereta api diharuskan memenuhi persyaratan umum. Beban yang besar dan kecepatan yang tinggi menjadi acuan dalam persyaratan pembuatan struktur tersebut. Tujuannya agar pelaksanaan kegiatan transportasi kereta api menjadi optimal dalam hal keamanan dan kenyamanan. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah penurunan pada timbunannya. Mengacu pada kondisi tersebut, perkuatan diperlukan untuk mengantisipasi kerusakan yang terjadi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui perilaku struktur rel kereta api dengan skala tereduksi dari ukuran aslinya di Laboratorium Mekanika Tanah UNS. Tiga kondisi subgrade yang berbeda yang digunakan secara berturut-turut adalah tanah pasir, tanah lempung, dan tanah lempung dengan perkuatan cerucuk kayu. Penurunan dan pola lendutan yang diperoleh dari pengujian model laboratorium kemudian divalidasi dengan Plaxis 3D v.1.6. Berdasarkan pengujian model laboratorium diperoleh kesimpulan bahwa pengaplikasian perkuatan tiang cerucuk kayu pada tanah lempung dapat mengurangi penurunan secara signifikan, besarnya selisih perbandingan penurunan dengan tanah lempung mencapai 69,5414 %, sedangkan dengan tanah pasir mencapai 73,7073 %. Perbandingan penurunan maksimum yang antara model laboratorium dengan model Plaxis 3D adalah berkisar dari 0,22 – 96,87 % untuk tanah pasir, 0,13 – 148,599 % untuk tanah lempung, dan 3,6 – 124,58 % untuk tanah lempung dengan perkuatan cerucuk. Kata kunci : struktur rel kereta api, tiang cerucuk, tanah pasir, tanah lempung,
penurunan, Plaxis 3D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
FICO DIO AGRENSA. 2012. Reduced Model Behaviour of Railway Structures with Short-Pile Reinforcement based on Deflection Patterns due Static Repetitive Loading Validated by Plaxis 3D. Final Assignment. Civil Engineering Department of Engineering Faculty of Sebelas Maret University. Railway which is main supportive component of train transportation system must fulfil its general requirement. Massive loads and high velocity are considered in those railway structure requirement. Conducting safe and comfort train transportation are the main purpose. One of the general issues often occured is settlement of railway embankment. According to the condition, reinforcements are required to overcome possible deterioration. This research is conducted to observe a reduced scale railway structure behaviour in Soil Mechanics Laboratory of UNS. Three different subgrade condition are used in this research, those are sand, clay, and clay with wooden short-pile reinforcement. Settlement and deflection pattern obtained from laboratory model experiments will then be validated by Plaxis 3D v.1.6. Based on laboratory model experiment, applying wooden short-pile reinforcement can reduced settlement significantly. The difference value between reinforced clay subrade and clay without reinforcement reach 69,5414 %, otherwise, between reinforced clay and sand reach 73,7073 %. By comparing maximum deformation from laboratory model and Plaxis model, the difference value from both model ranged 0,22 – 96,87 % for sand subgrade, 0,13 – 148,599 % for clay without reinforcement subgrade, and 3,6 – 124,58 % for clay with reinforcement. Key words : railway structures, sand, clay, short-piles, soil deformation, Plaxis 3D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Penulis menghaturkan Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir yang
berjudul “Perilaku Model Tereduksi di Laboratorium Struktur Rel Kereta Api
dengan Perkuatan Cerucuk Kayu Ditinjau dari Pola Lendutan Akibat Pembebanan
Statis Repetitif Divalidasi Analisis Plaxis 3D” dapat terselesaikan.
Penulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan jenjang
Strata-1 di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universtas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan penulisan ini banyak pihak yang telah membantu, sehingga
perlu bagi penyusun untuk mengucapkan terima kasih, yaitu:
1. Ir. Bambang Santosa MT, selaku Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf.
2. Bambang Setiawan, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
mengarahkan aktif sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
3. Ir. Ary Setyawan, MSc, PhD, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
membimbing penulis hingga tersusunnya tugas akhir ini.
4. Ir, Koosdaryani S, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala
dukungan dan dorongannya.
5. Para asisten laboratorium mekanika tanah.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT. Oleh karena itu,
penyusun meminta maaf dan menerima saran serta kritik yang membangun.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi civitas akademika
terutama penyusun dan masyarakat Indonesia.
Surakarta, 13 September 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xxv
DAFTAR NOTASI ...................................................................................... xxxiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxxvi
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3. Batasan Masalah .................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................... 4
2.1. Tinjauan Pustaka . .................................................................. 4
2.2. Landasan Teori . ..................................................................... 8
2.2.1. Struktur Rel Kereta Api ............................................. 8
2.2.2. Tanah Lunak .............................................................. 17
2.2.3. Pondasi Tiang Cerucuk .............................................. 19
2.2.4. Kapasitas Dukung Tiang Cerucuk .............................. 20
2.2.5. Metode Elemen Hingga ............................................. 22
2.2.6. Software Plaxis 3D FOUNDATION .......................... 31
2.2.7. Model Fisik Laboratorium ......................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 38
3.1. Uraian Umum . ....................................................................... 38
3.2. Tahapan Penelitian ................................................................ 39
3.2.1. Penyiapan Benda Uji ................................................. 39
3.2.2. Penyiapan Media Tanah ............................................. 40
3.2.3. Pengujian Pendahuluan Tanah Media Uji ................... 43
3.2.4. Pencampuran Tanah Media Uji dengan Air ................ 43
3.2.5. Persiapan Peralatan Pengujian Utama ........................ 44
3.2.6. Pengujian Utama Model Laboratorium ...................... 49
3.2.7. Analisis dengan Software Plaxis 3D Foundation v 1.6. 53
3.3. Alur Penelitian ....................................................................... 65
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 67
4.1. Analisis Pengujian Pendahuluan ............................................ 67
4.2. Analisis Hasil Pengujian Utama (Model Laboratorium) .......... 69
4.2.1. Media Tanah Pasir ..................................................... 70
4.2.2. Media Tanah Lempung .............................................. 104
4.2.3. Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk .... 139
4.2.4. Analisis Penurunan Maksimum Model Laboratorium . 174
4.3. Analisis Hasil Pengujian Model Plaxis 3D Foundation v.1.6 .. 187
4.3.1. Pembebanan Posisi A Model Plaxis 3D Foundation ... 190
4.3.2. Pembebanan Posisi B Model Plaxis 3D Foundation ... 193
4.3.3. Pembebanan Posisi C Model Plaxis 3D Foundation ... 196
4.3.4. Pembebanan Posisi D Model Plaxis 3D Foundation ... 199
4.4. Analisis Perbandingan Penurunan Pada Model Laboratorium
dengan Model Plaxis 3D Foundation v.1.6 .............................. 202
4.4.1. Perbandingan Penurunan Pada Media Tanah Pasir ..... 202
4.4.2. Perbandingan Penurunan Pada Media Tanah Lempung
................................................................................. 205
4.4.3. Perbandingan Penurunan Pada Media Tanah Lempung
dengan Perkuatan Cerucuk ........................................ 208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 211
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 211
5.2. Saran ...................................................................................... 212
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 213
LAMPIRAN ............................................................................................. A-D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tekanan pada Lapisan Tanah Dasar (Chopra, 2009) ............... 5
Gambar 2.2 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum (Abdillah, 2011) 7
Gambar 2.3 Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus (PJKA,1986) 9
Gambar 2.4 Hubungan antara Tekanan pada Tanah Dasar dengan CBR Tanah
Dasar dan Mud Pumping (Utomo, 2010) ................................ 12
Gambar 2.5 Kurva Berat Isi Kering dan Kadar Air untuk Beberapa Kondisi
Tanah (Utomo, 2010) .............................................................. 13
Gambar 2.6 Hubungan antara γd dengan LL, PL, dan IP (Utomo, 2010) ..... 11
Gambar 2.7 Hubungan antara Kadar Air dengan LL, PL, dan IP (Utomo, 2010)
............................................................................................... 14
Gambar 2.8 Hubungan antara Kadar Air dengan Nilai CBR soaked, CBR
unsoaked, Nilai Swelling, dan γd (Utomo, 2010) .................... 14
Gambar 2.9 Macam Keruntuhan Pondasi (Vesic, 1963 dalam Hardiyatmo,
2010) ...................................................................................... 17
Gambar 2.10 Elemen Hingga Kuadrilateral Isoparametrik Delapan-noda (Burke,
1983) ...................................................................................... 24
Gambar 2.11 Representasi Skematis dari Prosedur Peningkatan Dasar (Burke,
1983) ...................................................................................... 27
Gambar 2.12 Representasi Skematis Metode Iterasi Langsung (Burke, 1983)
............................................................................................... 28
Gambar 2.13 Representasi dari Metode Regangan Awal (Burke, 1983) ....... 29
Gambar 2.14 Representasi Skematis Metode Regangan Awal (Burke, 1983)
............................................................................................... 30
Gambar 2.15 Ikon Input Program ................................................................ 32
Gambar 2.16 Calculation Toolbar ............................................................... 35
Gambar 2.17 Ikon Output Program ............................................................. 36
Gambar 2.18 Ikon Curves Program ............................................................. 36
Gambar 3.1 Model Benda Uji Small Size Tiang Cerucuk ........................... 39
Gambar 3.2 Tiang Cerucuk yang Dipasangkan ke Bantalan Rel ................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Gambar 3.3 Penjemuran Media Benda Uji di Bawah Sinar Matahari ......... 40
Gambar 3.4 Penghancuran Tanah dengan Soil Crusher .............................. 41
Gambar 3.5 Pencampuran Tanah dengan Air ............................................. 43
Gambar 3.6 Bak Uji Besi ........................................................................... 44
Gambar 3.7 Penghamparan Ballast pada Bak Uji ....................................... 44
Gambar 3.8 Boogie .................................................................................... 45
Gambar 3.9 Sketsa Konstruksi dan Pembebanan Pada Rel Kereta Api dalam
suatu model uji (Abdillah, 2011) ............................................ 45
Gambar 3.10 Beban Coak (slotted weight) ................................................... 46
Gambar 3.11 Dial Gauge ............................................................................. 47
Gambar 3.12 Set Up Pembebanan pada Media Pasir .................................... 48
Gambar 3.13 Set Up Pembebanan pada Media Pasir dan Lempung dengan
Perkuatan Tiang Cerucuk ....................................................... 48
Gambar 3.14 Skema Pembebanan pada Siklus Pergi .................................... 49
Gambar 3.15 Skema Pembebanan pada Siklus Pulang ................................. 49
Gambar 3.16 Pemadatan Tanah dengan Alat Pemadat ................................. 50
Gambar 3.17 Struktur Rel Kereta Api Skala Tereduksi dan Peralatan Pengujian
yang telah Terpasang .............................................................. 51
Gambar 3.18 Pembebanan pada Model ........................................................ 52
Gambar 3.19 Tampilan Splash Plaxis 3D Foundation .................................. 53
Gambar 3.20 (a) Pengaturan Umum Project (b) Pengaturan Umum Dimensions
............................................................................................... 54
Gambar 3.21 Pengaturan Lapisan Tanah ...................................................... 55
Gambar 3.22 Input Geometri Model pada Work Planes ............................... 55
Gambar 3.23 Input Elemen Struktur Pile ..................................................... 56
Gambar 3.24 Material Sets .......................................................................... 57
Gambar 3.25 Input Parameter Tanah .......................................................... 58
Gambar 3.26 Input Komponen Struktural .................................................... 59
Gambar 3.27 Jaring-jaring Elemen 2 Dimensi.............................................. 60
Gambar 3.28 Distribusi dari nodes (●) dan stress points (x) pada elemen baji 15-
noda ....................................................................................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Gambar 3.29 (a.) Pembentukan jaring-jaring 3 dimensi pada seluruh model
(b.) Pembentukan jaring-jaring 3 dimensi pada struktur .......... 61
Gambar 3.30 (a.) Pengaturan Umum pada Fase Perhitungan
(b.) Pengaturan Parameter pada Fase Perhitungan ................. 61
Gambar 3.31 Pemilihan Titik Tinjauan untuk Kurva Keluaran ..................... 62
Gambar 3.32 Proses Perhitungan yang Dilakukan ........................................ 63
Gambar 3.33 Output Perhitungan................................................................. 64
Gambar 3.34 Alur Penelitian ....................................................................... 66
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 70
Gambar 4.2 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 70
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 72
Gambar 4.4 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 72
Gambar 4.5 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 74
Gambar 4.6 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 74
Gambar 4.7 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 75
Gambar 4.8 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 76
Gambar 4.9 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 77
Gambar 4.10 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 78
Gambar 4.11 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 79
Gambar 4.12 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Gambar 4.13 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 81
Gambar 4.14 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 81
Gambar 4.15 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 82
Gambar 4.16 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 83
Gambar 4.17 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 84
Gambar 4.18 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 85
Gambar 4.19 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 86
Gambar 4.20 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 86
Gambar 4.21 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 88
Gambar 4.22 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 88
Gambar 4.23 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 89
Gambar 4.24 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 90
Gambar 4.25 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 91
Gambar 4.26 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 91
Gambar 4.27 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 93
Gambar 4.28 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 4.29 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 94
Gambar 4.30 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 95
Gambar 4.31 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 96
Gambar 4.32 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 96
Gambar 4.33 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 98
Gambar 4.34 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 98
Gambar 4.35 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 99
Gambar 4.36 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 100
Gambar 4.37 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 101
Gambar 4.38 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 101
Gambar 4.39 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi ............................................................ 103
Gambar 4.40 Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang ......................................................... 103
Gambar 4.41 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi ................................................. 105
Gambar 4.42 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang ............................................... 105
Gambar 4.43 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi ................................................. 106
Gambar 4.44 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang ............................................... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 4.45 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi ................................................. 108
Gambar 4.46 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang ............................................... 108
Gambar 4.47 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi ................................................. 110
Gambar 4.48 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang ............................................... 110
Gambar 4.49 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi ................................................. 111
Gambar 4.50 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang ............................................... 112
Gambar 4.51 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi ................................................. 113
Gambar 4.52 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang ............................................... 113
Gambar 4.53 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi ................................................. 115
Gambar 4.54 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang ............................................... 115
Gambar 4.55 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi ................................................. 116
Gambar 4.56 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang ............................................... 117
Gambar 4.57 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi ................................................. 118
Gambar 4.58 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang ............................................... 119
Gambar 4.59 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi ................................................. 120
Gambar 4.60 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang ............................................... 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 4.61 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi ................................................. 122
Gambar 4.62 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang ............................................... 122
Gambar 4.63 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi ................................................. 123
Gambar 4.64 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang ............................................... 124
Gambar 4.65 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi ................................................. 125
Gambar 4.66 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang ............................................... 126
Gambar 4.67 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi ................................................. 127
Gambar 4.68 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang ............................................... 127
Gambar 4.69 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi ................................................. 129
Gambar 4.70 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang ............................................... 129
Gambar 4.71 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi ................................................. 130
Gambar 4.72 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang ............................................... 131
Gambar 4.73 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi ................................................. 132
Gambar 4.74 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang ............................................... 133
Gambar 4.75 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi ................................................. 134
Gambar 4.76 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang ............................................... 134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 4.77 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi ................................................. 136
Gambar 4.78 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang ............................................... 136
Gambar 4.79 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi ................................................. 137
Gambar 4.80 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang ............................................... 138
Gambar 4.81 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi ....................... 139
Gambar 4.82 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang ..................... 140
Gambar 4.83 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi ....................... 141
Gambar 4.84 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang ..................... 141
Gambar 4.85 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi ....................... 143
Gambar 4.86 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang ..................... 143
Gambar 4.87 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi ....................... 144
Gambar 4.88 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang ..................... 145
Gambar 4.89 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi ....................... 146
Gambar 4.90 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang ..................... 147
Gambar 4.91 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi ....................... 148
Gambar 4.92 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang ..................... 148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Gambar 4.93 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi ....................... 150
Gambar 4.94 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang ..................... 150
Gambar 4.95 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi ....................... 151
Gambar 4.96 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang ..................... 152
Gambar 4.97 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi ....................... 153
Gambar 4.98 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang ..................... 154
Gambar 4.99 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi ....................... 155
Gambar 4.100 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang ..................... 155
Gambar 4.101 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi ....................... 157
Gambar 4.102 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang ..................... 157
Gambar 4.103 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi ....................... 158
Gambar 4.104 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang ..................... 159
Gambar 4.105 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi ....................... 160
Gambar 4.106 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang ..................... 161
Gambar 4.107 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi ....................... 162
Gambar 4.108 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang ..................... 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Gambar 4.109 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi ....................... 164
Gambar 4.110 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang ..................... 164
Gambar 4.111 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi ....................... 165
Gambar 4.112 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang ..................... 166
Gambar 4.113 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi ....................... 167
Gambar 4.114 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang ..................... 168
Gambar 4.115 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi ....................... 169
Gambar 4.116 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang ..................... 169
Gambar 4.117 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi ....................... 171
Gambar 4.118 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang ..................... 171
Gambar 4.119 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi ....................... 172
Gambar 4.120 Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang ..................... 173
Gambar 4.121 Penurunan Pada Pembebanan Posisi A Model Laboratorium .. 176
Gambar 4.122 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi A ......................................................................... 177
Gambar 4.123 Penurunan Pada Pembebanan Posisi B Model Laboratorium... 179
Gambar 4.124 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi B .......................................................................... 180
Gambar 4.125 Penurunan Pada Pembebanan Posisi C Model Laboratorium... 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Gambar 4.126 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi C .......................................................................... 183
Gambar 4.127 Penurunan Pada Pembebanan Posisi D Model Laboratorium .. 185
Gambar 4.128 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi D ......................................................................... 186
Gambar 4.129 Model Pengujian Pada Plaxis 3D Foundation v.1.6 ................. 189
Gambar 4.130 Penurunan Pada Pembebanan Posisi A Model Plaxis 3D ........ 191
Gambar 4.131 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis Pada
Posisi A .................................................................................. 192
Gambar 4.132 Penurunan Pada Pembebanan Posisi B Model Plaxis 3D......... 194
Gambar 4.133 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis Pada
Posisi B .................................................................................. 195
Gambar 4.134 Penurunan Pada Pembebanan Posisi C Model Plaxis 3D......... 197
Gambar 4.135 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis Pada
Posisi C .................................................................................. 198
Gambar 4.136 Penurunan Pada Pembebanan Posisi D Model Plaxis 3D ........ 200
Gambar 4.137 Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis Pada
Posisi A .................................................................................. 201
Gambar 4.138 Grafik Perbandingan Penurunan Media Tanah Pasir ............... 204
Gambar 4.139 Grafik Perbandingan Penurunan Media Tanah Lempung ........ 207
Gambar 4.140 Grafik Perbandingan Penurunan Media Tanah Lempung dengan
Perkuatan Cerucuk ................................................................. 210
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelas Jalan Rel Indonesia (PJKA, 1986) ................................. 8
Tabel 2.2 Penampang Melintang Jalan Rel (PJKA, 1986) ....................... 10
Tabel 2.3 Gradasi Lapisan Balas Atas (Utomo, 2010) ............................. 11
Tabel 2.4 Gradasi Lapisan Balas Bawah (Utomo, 2010) ........................ 11
Tabel 2.5 Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah Lempung Lunak
(Litbang, 2001) ....................................................................... 18
Tabel 2.6 Kuat Geser Lempung Lunak (Litbang, 2001) .......................... 18
Tabel 2.7 Klasifikasi Lempung Lunak (Bjerrum, 1972) .......................... 18
Tabel 3.1 Perbandingan Dimensi Struktur Rel Kereta Api Dalam Skala Asli
dengan Skala Terduksi pada Suatu Model Uji ......................... 46
Tabel 4.1 Tabel Parameter Tanah Hasil Pengujian Pendahuluan ............. 67
Tabel 4.2 Analisis Pengklasifikasian Tanah Lunak ................................. 69
Tabel 4.3 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg ........................................................................... 71
Tabel 4.4 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg ........................................................................... 72
Tabel 4.5 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg ........................................................................... 73
Tabel 4.6 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg ........................................................................... 73
Tabel 4.7 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg ........................................................................... 75
Tabel 4.8 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg ........................................................................... 75
Tabel 4.9 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg ........................................................................... 76
Tabel 4.10 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg ........................................................................... 77
Tabel 4.11 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg ........................................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Tabel 4.12 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg ........................................................................... 79
Tabel 4.13 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg ........................................................................... 80
Tabel 4.14 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg ........................................................................... 80
Tabel 4.15 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg ........................................................................... 82
Tabel 4.16 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg ........................................................................... 82
Tabel 4.17 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg ........................................................................... 83
Tabel 4.18 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg ........................................................................... 84
Tabel 4.19 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg ........................................................................... 85
Tabel 4.20 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg ........................................................................... 86
Tabel 4.21 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg ........................................................................... 87
Tabel 4.22 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg ........................................................................... 87
Tabel 4.23 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg ........................................................................... 89
Tabel 4.24 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg ........................................................................... 89
Tabel 4.25 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg ........................................................................... 90
Tabel 4.26 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg ........................................................................... 91
Tabel 4.27 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg ........................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
Tabel 4.28 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg ........................................................................... 92
Tabel 4.29 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg ........................................................................... 94
Tabel 4.30 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg ........................................................................... 94
Tabel 4.31 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg. .......................................................................... 95
Tabel 4.32 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg ........................................................................... 96
Tabel 4.33 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg ........................................................................... 97
Tabel 4.34 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg ........................................................................... 97
Tabel 4.35 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg ........................................................................... 99
Tabel 4.36 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg. .......................................................................... 99
Tabel 4.37 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg ........................................................................... 100
Tabel 4.38 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg ........................................................................... 101
Tabel 4.39 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg ........................................................................... 102
Tabel 4.40 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg ........................................................................... 102
Tabel 4.41 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg ........................................................................... 104
Tabel 4.42 Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg ........................................................................... 104
Tabel 4.43 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pergi Beban 16 kg .................................................................. 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
Tabel 4.44 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pulang Beban 16 kg ................................................................ 106
Tabel 4.45 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pergi Beban 16 kg .................................................................. 107
Tabel 4.46 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pulang Beban 16 kg ................................................................ 108
Tabel 4.47 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pergi Beban 16 kg .................................................................. 109
Tabel 4.48 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pulang Beban 16 kg ................................................................ 109
Tabel 4.49 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pergi Beban 16 kg .................................................................. 111
Tabel 4.50 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pulang Beban 16 kg ................................................................ 111
Tabel 4.51 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pergi Beban 32 kg .................................................................. 112
Tabel 4.52 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pulang Beban 32 kg ................................................................ 113
Tabel 4.53 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pergi Beban 32 kg .................................................................. 114
Tabel 4.54 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pulang Beban 32 kg ................................................................ 114
Tabel 4.55 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pergi Beban 32 kg .................................................................. 116
Tabel 4.56 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pulang Beban 32 kg ................................................................ 116
Tabel 4.57 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pergi Beban 32 kg .................................................................. 117
Tabel 4.58 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pulang Beban 32 kg ................................................................ 118
Tabel 4.59 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pergi Beban 48 kg .................................................................. 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
Tabel 4.60 Penurunan Media Tanah Lempung Penurunan Pada Posisi A untuk
Siklus Pulang Beban 48 kg ..................................................... 120
Tabel 4.61 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pergi Beban 48 kg .................................................................. 121
Tabel 4.62 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pulang Beban 48 kg ................................................................ 121
Tabel 4.63 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pergi Beban 48 kg .................................................................. 123
Tabel 4.64 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pulang Beban 48 kg ................................................................ 123
Tabel 4.65 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pergi Beban 48 kg .................................................................. 124
Tabel 4.66 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pulang Beban 48 kg ................................................................ 125
Tabel 4.67 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pergi Beban 64 kg .................................................................. 126
Tabel 4.68 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pulang Beban 64 kg ................................................................ 127
Tabel 4.69 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pergi Beban 64 kg .................................................................. 128
Tabel 4.70 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pulang Beban 64 kg ................................................................ 128
Tabel 4.71 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pergi Beban 64 kg .................................................................. 130
Tabel 4.72 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pulang Beban 64 kg ................................................................ 130
Tabel 4.73 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pergi Beban 64 kg .................................................................. 131
Tabel 4.74 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pulang Beban 64 kg ................................................................ 132
Tabel 4.75 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pergi Beban 80 kg .................................................................. 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
Tabel 4.76 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus
Pulang Beban 80 kg ................................................................ 134
Tabel 4.77 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pergi Beban 80 kg .................................................................. 135
Tabel 4.78 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus
Pulang Beban 80 kg ................................................................ 135
Tabel 4.79 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pergi Beban 80 kg .................................................................. 137
Tabel 4.80 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus
Pulang Beban 80 kg ................................................................ 137
Tabel 4.81 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pergi Beban 80 kg .................................................................. 138
Tabel 4.82 Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus
Pulang Beban 80 kg ................................................................ 139
Tabel 4.83 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 16 kg ........................ 140
Tabel 4.84 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 16 kg ..................... 141
Tabel 4.85 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 16 kg ........................ 142
Tabel 4.86 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 16 kg ..................... 142
Tabel 4.87 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 16 kg ........................ 144
Tabel 4.88 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 16 kg ..................... 144
Tabel 4.89 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 16 kg ........................ 145
Tabel 4.90 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 16 kg ..................... 146
Tabel 4.91 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 32 kg ........................ 147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
Tabel 4.92 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 32 kg ..................... 148
Tabel 4.93 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 32 kg ........................ 149
Tabel 4.94 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 32 kg ..................... 149
Tabel 4.95 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 32 kg ........................ 151
Tabel 4.96 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 32 kg ..................... 151
Tabel 4.97 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 32 kg ........................ 152
Tabel 4.98 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 32 kg ..................... 153
Tabel 4.99 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 48 kg ........................ 154
Tabel 4.100 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 48 kg ..................... 155
Tabel 4.101 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 48 kg ........................ 156
Tabel 4.102 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 48 kg ..................... 156
Tabel 4.103 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 48 kg ........................ 158
Tabel 4.104 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 48 kg ..................... 158
Tabel 4.105 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 48 kg ........................ 159
Tabel 4.106 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 48 kg ..................... 160
Tabel 4.107 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 64 kg ........................ 161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
Tabel 4.108 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 64 kg ..................... 162
Tabel 4.109 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 64 kg ........................ 163
Tabel 4.110 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 64 kg ..................... 163
Tabel 4.111 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 64 kg ........................ 165
Tabel 4.112 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 64 kg ..................... 165
Tabel 4.113 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 64 kg ........................ 166
Tabel 4.114 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 64 kg ..................... 167
Tabel 4.115 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 80 kg ........................ 168
Tabel 4.116 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 80 kg ..................... 169
Tabel 4.117 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 80 kg ........................ 170
Tabel 4.118 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 80 kg ..................... 170
Tabel 4.119 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 80 kg ........................ 172
Tabel 4.120 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 80 kg ..................... 172
Tabel 4.121 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 80 kg ........................ 173
Tabel 4.122 Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Pada Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 80 kg ..................... 174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
Tabel 4.123 Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi A Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media
Tanah Pasir dan Tanah Lempung ............................................ 177
Tabel 4.124 Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi B Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media
Tanah Pasir dan Tanah Lempung ............................................ 180
Tabel 4.125 Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi C Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media
Tanah Pasir dan Tanah Lempung ............................................ 183
Tabel 4.126 Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi D Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media
Tanah Pasir dan Tanah Lempung ............................................ 186
Tabel 4.127 Besar Input Pembebanan Pada Plaxis 3D Foundation ............. 187
Tabel 4.128 Parameter Material Tanah dan Cerucuk .................................. 188
Tabel 4.129 Parameter Material Beam ....................................................... 188
Tabel 4.130 Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi A Media
Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung ..................................................................... 192
Tabel 4.131 Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi B Media
Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung ..................................................................... 195
Tabel 4.132 Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi C Media
Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung ..................................................................... 198
Tabel 4.133 Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi D Media
Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung ..................................................................... 201
Tabel 4.134 Perbandingan Penurunan Media Tanah Pasir .......................... 203
Tabel 4.135 Perbandingan Penurunan Media Tanah Lempung ................... 206
Tabel 4.136 Perbandingan Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan
Cerucuk .................................................................................. 209
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
DAFTAR NOTASI
: luas penampang bawah ujung tiang (m2) : luas selimut tiang (m2)
B : Lebar bantalan (m)
B : Lebar pondasi (m)
c : Kohesi tanah (kg/cm2) : kohesi tanah di sekitar ujung tiang (kN/m2) : adhesi antara dinding tiang dengan tanah (kN/m2) : kohesi tanah pada kondisi undrained (kN/m2) : diameter tiang (m)
E : Modulus elastisitas tanah (kN/m2)
Es : Modulus elastisitas
G : Modulus Geser
Ip : Faktor pengaruh : koefisien tekanan tanah lateral pada dinding tiang
Ko : Koefisien tekanan diam ncK0 : Harga 0K untuk normal konsolidasi (default ncK0 =1- ϕsin ) (-)
m : Power for stress-level dependency of stiffness (-) , , : factor-faktor kapasitas dukung (fungsi dari ) :tekanan overburden pada ujung tiang (kN/m2) : tekanan overburden rata-rata di sepanjang tiang refP : Tegangan referensi untuk kekakuan (default refP =100) (kN/m2)
q : Tekanan pada dasar pondasi (kN/m2)
Q : tekanan pada dasar pondasi (kN/m2) : tahanan ujung bawah ultimit (kN) : tahanan gesek ultimit (kN)
fR : Rasio keruntuhan af qq / (default fR =0.9) (-)
S : Jarak bantalan (m)
),( zru : Fungsi perpindahan elemen segitiga
ν : Rasio poisson (-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
urν : Rasio poisson unloading/reloading (default urν =0.2) (-)
yx, : Koordinat elemen isoparametrik
γ : Berat volume tanah
γd : Berat volume tanah kering
γsat : Berat volume tanah jenuh
θ : Sudut gesek internal bahan balas (°), sekitar 40°
μ : Angka poisson tanah
ψ : Sudut dilatansi (o)
φ : Sudut geser dalam efektif ( o)
[ ]N : Matrik Interpolasi
[ ]K : Matrik kekakuan
{ }d : Matrik perpindahan
{ }ψ : Matrik perpindahan global
{ }ε : Matrik regangan
{ }σ : Matrik tegangan
{ }B : Matrik tranformasi regangan
{ }C : Matrik tranformasi tegangan
[ ]T : Matrik transformasi
{ }E : Modulus elastisitas
{ }r : Radius
tensionσ : Tensile strength (default tensionσ =0 stress unit (kN/m2)
incrementσ : Sama pada model MC (default incrementσ =0) (kN/m2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A HASIL UJI PENDAHULUAN TANAH MEDIA
UJI
LAMPIRAN B HASIL PENGUJIAN MODEL PLAXIS 3D
FOUNDATION v.1.6
LAMPIRAN C DOKUMENTASI UJI LABORATORIUM
LAMPIRAN D SURAT-SURAT KELENGKAPAN TUGAS
AKHIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat menuntut peningkatan segala
sarana pemenuhannya. Sarana transportasi merupakan salah satu jenis sarana
pemenuhan kehidupan manusia. Baik darat, air, maupun udara menjadi bagian
dari kehidupan manusia yang tidak dapat terlepaskan. Kereta api adalah salah satu
jenis moda transportasi darat yang sedang naik daun di Indonesia. Hal ini
disebabkan moda transportasi tersebut mempunyai banyak keuntungan dan lebih
efisien dibandingkan yang lainnya.
Perencanaan konstruksi jalan rel harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara teknis diartikan
konstruksi jalan rel tersebut harus dapat dilalui oleh kendaraan rel dengan aman
dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya. Secara eknomis
diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat
diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih
memungkinkan terjaminnya keamanan dan tingkat kenyamanan. Perencanaan
konstruksi jalan rel dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum, beban
gandar dan pola operasi. (PJKA, 1986)
Umumnya rel kereta api terletak di suatu lapisan tanah yang disebut tanah dasar
(subgrade). Beban yang timbul dari kereta api akan didistribusikan oleh rel dan
diterima oleh lapisan ini. Permasalahan signifikan sering muncul dari keberadaan
jenis tanah dasar yang digunakan. Salah satu contohnya adalah penurunan.
Penyebab dari masalah ini adalah adanya tanah lunak yang menyusun subgrade
dari sistem rel kereta api. Penanganan khusus perlu dilakukan untuk mengatasi hal
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ada beberapa jenis solusi yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan
yang timbul akibat tanah lunak ini. Sebagai contoh penggunaan geogrid, tiang
terucuk, atau mengganti tanah dasar bermasalah dengan tanah lain yang lebih
baik. Dilihat dari efisiensi penggunaan serta kemudahan pembuatan dan
memperoleh bahan, maka tiang cerucuk cocok digunakan dalam kasus tersebut.
Tiang cerucuk merupakan salah satu jenis pondasi yang terbuat dari kayu.
Pemasangannya pun tidak perlu mencapai lapisan tanah keras (pondasi
mengapung). Daya dukung pondasi ini umumnya berasal dari friksi dari tiang
cerucuk dengan tanah. Diharapkan dengan daya dukung yang ada mampu
mengatasi masalah penurunan yang terjadi.
Berdasar permasalahan yang ada dan solusi yang dapat digunakan sangat menarik
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana tiang cerucuk dapat digunakan untuk mengatasi masalah
penurunan rel kereta api yang ada di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perilaku model struktur rel Kereta Api dengan perkuatan cerucuk
menggunakan variasi beban yang dikenakan dengan aplikasi software Plaxis 3D.
Sebagai pembanding digunakan hasil pemodelan fisik di laboratorium.
1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan agar penelitian dapat terarah, maka perlu batasan-batasan
masalah, antara lain :
a. Penelitian berupa permodelan yang dilakukan di laboratorium Mekanika
Tanah UNS.
b. Sistem struktur rel kereta api digunakan dengan model tereduksi dari
kondisi aslinya dan disesuaikan dengan skala laboratorium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
c. Tanah yang digunakan adalah tanah baik (tanah dominan pasir) dan tanah
bermasalah / lunak (tanah lempung).
d. Sampel tanah dimasukkan ke dalam bak terbuat dari plat baja yang
berukuran 100 cm × 100 cm × 60 cm.
e. Tinggi tanah dalam bak pengujian adalah 50 cm.
f. Tiang cerucuk yang digunakan berbentuk silinder pejal dan terbuat dari
kayu dengan diameter 1 cm dan panjang 25 cm.
g. Pembebanan dilakukan pada empat posisi di sepanjang rel.
h. Bak pengujian dianggap terbebas dari bidang runtuh akibat pembebanan.
i. Kecepatan kereta api diabaikan.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
a. Mengetahui perilaku model sistem rel kereta api dengan perkuatan cerucuk
berupa penurunan ditinjau dari hasil pemodelan fisik di laboratorium.
b. Mengetahui perilaku model sistem rel kereta api pada Plaxis 3D berupa
penurunan akibat pembebanan.
c. Mengetahui selisih dari perilaku antara pengujian laboratorium dengan
Plaxis 3D.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat pada penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Mengetahui perilaku sistem rel kereta api di atas subgrade tanah lunak
dengan perkuatan tiang cerucuk berdasarkan rumus yang berlaku.
b. Manfaat Praktis
Pola lendutan hasil penelitian dapat menggambarkan perilaku tiang cerucuk
tersebut. Hal ini dapat menjadi tolak ukur dalam penggunaan perkuatan
tersebut pada kondisi di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan lainnya yang akan atau sedang bergerak di jalan
rel. Moda transportasi tersebut membutuhkan suatu sarana yaitu jalur kereta api.
Jalur kereta api adalah daerah yang meliputi daerah manfaat jalan kereta api,
daerah milik jalan kereta api, dan daerah pengawasan jalan kereta api termasuk
bagian bawahnya serta ruang bebas di atasnya, yang diperuntukkan bagi lalu lintas
kereta api. (Kemenhub, 2000)
Sebuah lintasan kereta api merupakan subjek berkelanjutan yang menerima beban
dinamik yang besar (siklus pembebanan) sehingga biaya operasi yang besar
diperlukan untuk memelihara karakteristik ballast. Terkadang terjadi penambahan
biaya akibat sulitnya menemukan kualitas tanah yang baik dan mobilisasinya.
(Buonanno, 2003)
Lintasan kereta api klasik umumnya terdiri dari sebuah flat framework yang terdiri
dari rel dan bantalan yang didukung oleh ballast. Lapisan ballast terletak di atas
sub-ballast yang membentuk formasi layer tertentu. Rel dan bantalan
dihubungkan dengan penambat. (Esveld, 2002)
Material balas yang dibebani berulang-ulang pada tegangan cukup tinggi, material
akan terdegradasi, sebagai contoh setiap siklus pembebanan akan mengurangi
modulusnya menjadi kecil. Hal ini akan menyebabkan masalah stabilitas di tanah
dasar dan struktur rel. (Holm dkk, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Lehtonen (2011) mengemukakan bahwa untuk keperluan desain praktis suatu
timbunan rel kereta api, faktor keamanan masih harus dihitung terhadap tekanan
pori maksimum/kuat geser minimum untuk beban yang dikenakan (secara teoritis
tercapai beberapa saat setelah beban diberikan, tetapi sebelum konsolidasi
dimulai).
Tekanan maksimum pada formasi ballast bagian bawah dengan desain yang baik
tidak boleh melebihi 0,3 MN/m2 atau 3 kg/m2, sedangkan pada sub-soil
(subgrade) tidak boleh melebihi 0,1 MN/m2 atau 1 kg/cm2 seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.1. (Chopra, 2009)
Gambar 2.1. Tekanan pada Lapisan Tanah Dasar (Chopra, 2009)
Menurut “State–of-the-Art-Report on Sub-grade Stress and Design of Track
Structure (C-271) June-1993” oleh Kementrian Rel Kereta Pemerintah India
(1993) menyarankan bahwa :
- untuk subgrade yang terdiri dari tanah berlempung, total ketebalan ballast
dan sub-ballast dapat digunakan sesuai dengan Design Chart (diambil dari
ORE D-71, RP12) untuk axle load berbeda dan batas kekuatan tanah. Batas
tekan dari tanah dapat diasumsikan sebesar 45% dari UCC-strenght dan
- untuk subgrade yang terdiri dari selain tanah berlempung, ketebalan
konstruksi direncanakan berdasar dari Modulus Elastisitas, sebagai contoh
Nilai-E dari subgrade, seperti pada European Railways
- pada kasus subgrade kohesif dengan muatan penumpang dan barang,
diperlukan selimut dari material berbutir kasar dengan ketebalan sekitar 100
cm sebagai batas minimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Stabilisasi tanah dengan menggunakan tiang kayu telah dilakukan sejak dulu oleh
masyarakat kita di pedalaman akan tetapi masih terbatas hanya untuk menopang
bangunan rumah yang sederhana. Pada abad ke-19, pemanfaatan tiang kayu
ataupun tiang dengan bahan material lainnya sebagai konstruksi cerucuk semakin
berkembang tidak terbatas hanya untuk bangunan rumah sederhana saja, akan
tetapi untuk bangunan lainnya seperti : jembatan, bangunan, bendung dan lain-
lain. Teknik stabilisasi dangkal pada tanah lunak dengan menggunakan tiang
cerucuk (short-piles) berfungsi untuk menyebarkan tegangan ke lapisan tanah
yang lebih dalam. Teknik ini digunakan pada tanah lunak (Litbang PU, 2005)
Affandi (2009) mengatakan bahwa cerucuk banyak dipakai untuk meningkatkan
daya dukung pondasi dan mengurangi penurunan yang akan terjadi. Salah satu
alternatif pemakaian cerucuk ialah karena memiliki beberapa keunggulan antara
lain biaya yang relatif murah, bahan mudah didapat, pelaksanaannya sederhana,
mudah dikontrol serta waktu pelaksanaannya singkat. Selain itu, dari analisis pada
tanah gambut di daerah di daerah pengembangan irigasi di Kalimantan Tengah,
pengaplikasian perkuatan cerucuk pada kedalaman 4 sampai 5 meter dapat
meningkatkan kapasitas dukung menjadi 3,96 – 7,74 ton/m2. Dari yang semula
tanpa perkuatan hanya 0,5 – 1,13 ton/m2.
Irsyam, dkk (2009) melakukan analisis geoteknik pada timbunan jalan tol
Cipularang di atas tanah lempung dengan software elemen hingga PLAXIS.
Analisis tersebut dilakukan untuk timbunan dengan perkuatan tiang bor untuk
stabilisasi. Tanah dimodelkan dengan model konstitutif elastis-plastis dan kriteria
keruntuhan Mohr-Coulomb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Abdillah (2011) mengemukakan hasil penelitian tentang perkuatan bantalan rel
keret api dengan cerucuk kayu, bahwa berdasarkan hasil fisik dari uji pembebanan
model tereduksi pada semua posisi, perilaku rel kereta api di atas tanah lunak
dengan perkuatan cerucuk menunjukkan penurunan paling kecil. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai penurunan lebih kecil hingga 60,392 % dibanding pada
tanah lunak tanpa perkuatan dan lebih kecil hingga 36,657 % dibanding pada
tanah pasir.
(a.) (b.)
(c.) (d.)
Gambar 2.2. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum (Abdillah, 2011)
(a.) Posisi A (b.) Posisi B (c.) Posisi C (d.) Posisi D.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Struktur Rel Kereta Api
Keberadaan struktur rel kereta api memang tidak dapat dipisahkan dari
transportasi kereta api. Dalam keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2000 (KM
52 Th. 2000) disebutkan bahwa jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang
terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di
bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengarahkan
jalannya kereta api. Seluruh jalan rel yang ada di Indonesia diklasifikasikan ke
menjadi 5 jenis berdasar persyaratan tertentu yang dijelaskan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kelas Jalan Rel Indonesia (PJKA, 1986)
Keterangan : EG = Elastik Ganda
ET = Elastik Tunggal
Struktur rel kereta api terdiri dari dua bagian, yaitu struktur atas (superstructure)
dan struktur bawah (substructure). Struktur atas merupakan konstruksi rel kereta
api bagian atas yang menerima beban langsung dari kereta api. Beban tersebut
kemudian didistribusikan kepada struktur bawah. Bagian struktur atas antara lain
rel itu sendiri, bantalan (sleeper), penambat (fastener), dan ballast, sedangkan
struktur bawahnya berupa lapisan tanah subgrade.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Beberapa hal mengenai struktur rel baik superstructure dan substructure antara
lain :
a. Beban gandar
di Indonesia, satu lokomotif biasanya terdiri dari 2 boogie dengan masing-
masing boogie terdiri dari 2 sampai 3 gandar. Masing-masing gandar
direncanakan menahan beban sebesar 18 ton menyesuaikan dengan semua
jenis kelas jalan rel.
b. Lebar sepur
merupakan jarak minimum dari kedua sisi dalam kepala rel sebesar 1067 mm
yang diukur pada daerah 0-14 mm di bawah permukaan kepala rel paling atas.
c. Penampang melintang
penampang melintang jalan rel adalah potongan pada jalan rel, dengan arah
tegak lurus sumbu jalan rel, di mana terlihat bagian-bagian dan ukuran-
ukuran jalan rel dalam arah melintang. Ukuran-ukuran penampang melintang
jalan rel berjalur tunggal tercantum pada tabel 2.2. Pada tempat-tempat
khusus, seperti di perlintasan, penampang melintang dapat disesuaikan
dengan keadaan setempat.
Gambar 2.3. Penampang Melintang Jalan Rel pada Bagian Lurus (PJKA, 1986)
Sleeper Railway
Fastener
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel 2.2. Penampang Melintang Jalan Rel (PJKA, 1986)
d. Bantalan
Berdasarkan Peraturan Dinas no. 10 tentang Perencanaan Konstruksi Jalan
Rel, bantalan merupakan bagian dari struktur kereta api yang berfungsi
meneruskan beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur, dan stabilitas ke
arah luar jalan rel. Bantalan kayu yang digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
• Pada jalan yang lurus bantalan kayu mempunyai ukuran :
Panjang (L) = 2000 mm
Tinggi (t) = 130 mm
Lebar (b) = 220 mm
• Mutu kayu yang dipergunakan untuk bantalan kayu harus memenuhi
ketentuan Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI)
• Bentuk penampang melintang bantalan kayu harus berupa empat persegi
panjang pada seluruh tubuh bantalan.
e. Balas
Lapisan balas pada dasarnya adalah tersusun dari lapisan tanah dasar dan
terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat
lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentuknya harus
sangat terpilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Fungsi Utama balas adalah untuk:
• Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar
• Mengokohkan kedudukan bantalan
• Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar
bantalan rel.
Untuk menghemat biaya pembuatan jalan rel maka lapisan balas dibagi
menjadi dua, yaitu lapisan balas atas dengan material pembentuk yang sangat
baik dan lapisan alas bawah dengan material pembentuk yang tidak sebaik
material pembentuk lapisan balas atas.
Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan bersudut tajam
(angular) dengan salah satu ukurannya antara 2-6 cm serta memenuhi syarat-
syarat lain yang tercantum dalam peraturan bahan Jalan Rel Indonesia
(PBJRI). Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik. Tabel 2.3 di
bawah ini menunjukkan gradasi bahan yang diijinkan untuk digunakan
sebagai bahan lapisan balas atas, sedangkan tabel 2.4 merupakan persyaratan
gradasi bahan balas bawah.
Tabel 2.3. Gradasi Lapisan Balas Atas (Utomo, 2010)
Ukuran nominal
(inci)
Persen lolos saringan Ukuran saringan (inci)
3 2,5 2 1,5 1 0,75 0,5 3/8 2,5 – 0,75 100 90-100 25-60 25-60 0-10 0-5
2 – 1 100 95-100 35-70 0-15 0-5 1,5 – 0,75 100 90-100 20-15 0-15 0-5
Keterangan : untuk jalan rel kelas I dan II digunakan ukuran minimal 2,5 – 0,75
inci : untuk jalan rel kelas III digunakan ukuran minimal 1 inci
Tabel 2.4. Gradasi Lapisan Balas Bawah (Utomo, 2010)
Ukuran Saringan (inci) 2 1 3/8 No. 10 No. 40 No. 200 % Lolos (optimum) 100 95 67 38 21 7
1,5 – 0,75 100 90-100 50-84 26-50 12-30 0-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
f. Tanah dasar (subgrade)
merupakan bagian sub-structure rel kereta api yang berfungsi untuk menahan
beban dari upper-structure. Bahan penyusunnya dapat berupa tanah asli yang
berasal dari lokasi tersebut atau tanah urugan dari lokasi lain. Menurut
ketentuan yang digunakan oleh PT. Kereta Api (persero) kuat dukung tanah
dasar (dalam hal ini adalah nilai CBR) minimum ialah sebesar 8%. Tanah
dasar yang harus memenuhi syarat minimum CBR 8% adalah tanah dasar
setebal 30 cm. Tanah dasar harus mempunyai kemiringan ke arah luar sebesar
5% dan harus mencapai kepadatan 100% kepadatan kering maksimum. Tanah
dasar erat hubungannya dengan penggunaan balas. Jika lapisan balas tidak
kokoh dan mudah runtuh maka tanah dasar akan menerima beban yang lebih
besar. Akibatnya, balas akan menekan tanah dasar ke bawah. Jika proses ini
terus terjadi, akan terjadi kantong balas. Hal ini disebabkan juga karena mud
pumping (pemompaan lumpur / pertikel halus). Terjadinya kantong balas
akan bertambah parah jika sering terjadi hujan. Untuk menghindari mud
pumping, Japan Railway Technical Service memberikan persyaratan yang
harus dimiliki oleh tanah dasar.
Gambar 2.4. Hubungan antara Tekanan pada Tanah Dasar dengan CBR Tanah
Dasar dan Mud Pumping ( Utomo, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Jika struktur rel berada pada tanah timbunan, maka perlu dilakukan proses
pemadatan tanah. Hasil pemadatan tanah sangat bergantung dari kadar air tanah,
jenis tanah, dan besar energi alat pemadat. Pemadatan harus dilakukan pada saat
woptimum.. Toleransi kadar air dapat diambil sebesar ± 2% ke arah kiri dan kanan
woptimum. Jenis tanah sangat bergantung pada gradasi dan plastisitas tanah.
Gambar 2.5. Kurva Berat Isi Kering dan Kadar Air untuk Beberapa Kondisi
Tanah (Utomo, 2010)
Gambar 2.6. Hubungan antara γd dengan LL, PL, dan IP (Utomo, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2.7. Hubungan antara Kadar Air dengan LL, PL, dan IP (Utomo, 2010)
Sedangkan untuk jenis tanah lempung, sangat sensitif terhadap perubahan kadar
air tanah, yaitu akan mengalami pengembangan maupun penyusutan. Oleh sebab
itu, pelaksanaan pemadatan tanah disesuaikan dengan grafik berikut.
Grafik 2.8. Hubungan antara Kadar Air dengan Nilai CBR soaked, CBR
unsoaked, Nilai Swelling, dan γd (Utomo, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pemberian beban pada lapisan tanah akan menyebabkan keruntuhan pada tanah.
Dalam kasus ini, beban berasal dari kereta api yang berada di atas struktur rel
kereta api. Vesic (1963) dalam Hardiyatmo (2010), mendeskripsikan fase
keruntuhan pondasi akibat pembebanan yang dikenakan pada tanah menjadi 3
fase. Fase tersebut antara lain :
• Fase I, Saat awal penerapan beban, tanah di bawah pondasi turun yang diikuti
oleh deformasi tanah ke arah lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban
yang diterapkan kecil, penurunan yang jadi kira-kira sebanding dengan
besarnya beban yang diterapkan. Dalam keadaan ini, tanah masih dalam
kondisi keseimbangan elastis. Massa tanah yang terletak di bawah pondasi
mengalami kompresi/pemadatan yang mengakibatkan kenaikan kuat geser
tanah, sehingga menambah kapasitas dukungnya.
• Fase II, Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di
dasar pondasi dan deformasi plastis tanah menjadi semakin nampak. Gerakan
tanah pada kedudukan plastis dimulai dari tepi pondasi. Dengan
bertambahnya beban, zona plastis berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral
menjadi semakin nyata yang diikuti oleh retakan lokal dan geseran tanah di
sekeliling tepi pondasi. Dalam zona plastis, kuat geser tanah sepenuhnya
berkembang untuk menahan beban yang bekerja.
• Fase III, Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin
bertambah seiring dengan penambahan beban. Deformasi tersebut diikuti oleh
gerakan tanah ke luar yang disertai dengan menggelembungnya tanah
permukaan, dan kemudian tanah pendukung pondasi mengalami keruntuhan
dengan bidang runtuh yang berbentuk lengkungan dan garis, yang disebut
dengan bidang geser radial dan bidang geser linier.
Mekanisme keruntuhan pondasi selanjutnya dijelaskan juga oleh Vesic (1963)
dengan membaginya menjadi 3 macam. Hal ini didasarkan pada pengujian model
yang telah dilakukan. Keruntuhan tersebut antara lain :
• Keruntuhan geser umum (General shear failure)
Pada keruntuhan geser umum, mekanisme keruntuhannya dibagi menjadi 3
zona yang divisualisasikan pada gambar 2.8 dan terjadi secara cepat. Zona A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang berupa baji tanah terbentuk akibat pembebanan yang dilakukan. Bagian
ini akan menekan tanah ke arah bawah dan mengakibatkan zona B bergerak
yang bersifat plastis. Pergerakan dari zona B ini akan menekan zona C yang
bersifat menahan dari pergerakan. Apabila tahanan pasif dari zona C
terlampaui, maka pergerakan tadi akan berlanjut sampai permukaan tanah.
Hal ini akan menyebabkan tanah menggembung di daerah sekitar pondasi.
• Keruntuhan geser lokal (Local shear failure)
Jenis keruntuhan geser lokal pada umumnya hampir sama pada keruntuhan
geser umum. Perbedaannya adalah tidak terjadinya penggembungan pada
permukaan tanah. Tekanan tanah yang terjadi akibat pembebanan dari
pondasi mengakibatkan tanah di bawahnya menjadi mampat. Pada kondisi ini
pergerakan tanah tidak sampai zona plastis tidak akan berkembang seperti
pada keruntuhan geser umum.
• Keruntuhan penetrasi (Penetration failure)
Pada kondisi keruntuhan penetrasi pemampatan tanah terjadi akibat beban
dari pondasi yang terbebani. Namun, keruntuhan geser tanah tidak terjadi,
dapat dikatakan penurunan yang terjadi tidak menghasilkan cukup gerakan
arah lateral yang menuju kedudukan kritis keruntuhan tanah, sehingga kuat
geser ultimit tanah tidak akan berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.9. Macam Keruntuhan Pondasi (a) Keruntuhan geser umum (b)
Keruntuhan geser lokal (c) Keruntuhan penetrasi (Vesic, 1963 dalam
Hardiyatmo, 2010)
2.2.2. Tanah Lunak
Tanah lunak merupakan tanah kohesif yang mempunyai kuat geser rendah dan
kompresibilitas tinggi yang dapat menimbulkan penurunan dan ketidakstabilan
konstruksi akibat sifat-sifat yang ada pada tanah tersebut. Jenis tanah ini banyak
dijumpai di Indonesia meliputi lempung (organik dan anorganik) dan gambut,
sehingga bisa disebut tanah lempung lunak dan tanah gambut lunak. Masalah-
masalah yang timbul apabila didirikan bangunan di atas tanah lunak antara lain
daya dukung pondasi yang rendah dan penurunan yang besar.
Identifikasi tanah lunak dapat dilakukan di laboratorium maupun langsung di
lapangan. Ciri-ciri dari tanah lunak menurut Sasanti (2008) antara lain mempunyai
kadar air yang tinggi (≥ 40%), indeks plastisitas sedang-tinggi, (>20%), dan nilai
Su < 25 kPa. Pengamatan langsung di lapangan terhadap tanah lunak dapat
dilakukan dengan cara meremas tanah tersebut mengacu pada kuat geser tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
terdrainasenya, seperti yang dijelaskan pada tabel 2.5. Indikator-indikator tentang
tanah lunak yang lain dijabarkan pada tabel 2.6 dan 2.7.
Tabel 2.5. Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah Lempung Lunak (Litbang,
2001)
Konsistensi Indikasi Lapangan
Lunak Bisa dibentuk dengan mudah dengan jari tangan
Sangat Lunak Keluar di antara jari tangan jika diremas dalam kepalan tangan
Tabel 2.6. Kuat Geser Lempung Lunak (Litbang, 2001)
Konsistensi Kuat Geser kN/m2
Lunak 12,5 – 25
Sangat Lunak < 12,5
Tabel 2.7. Klasifikasi Lempung Lunak (Bjerrum, 1972)
Tipe Struktur Kondisi Tanah NSPT qu qc Kadar
air (%)
Jalan
A : Sangat Lunak B : Lunak C : Sedang
< 2 2 – 4 4 – 8
< 25 25 – 50 50
< 125 125 – 250 250 – 500
Jalan raya A : Tanah gambut B : Tanah lempung C : Tanah pasir
< 4 < 4 < 10
< 50 < 50
> 100 > 50 > 30
Jalan kereta api
Tebal lapisan : - 2 m - 5 m - 10 m
> 0 < 2 < 4
Kereta api peluru
A B
< 2 2 – 5
< 200 200 – 500
Tanggul sungai
A : Tanah lempung B : Tanah pasiran
< 3 < 10
< 600 > 40
Bendungan tipe urugan < 20
Catatan : Nspt = pukulan/30 cm penetrasi hasil uji SPT; qu = kuat tekan tidak terkekang; qc = tahan konus uji sondir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2.2.3. Pondasi Tiang Cerucuk
Pondasi tiang cerucuk sering digunakan pada tanah bermasalah seperti tanah
lunak, tanah gambut, dan lain-lain sebagai perkuatan untuk mengantisipasi
penurunan tanah yang berlebih. Pondasi ini dikategorikan sebagai pondasi tiang
apung karena kapasitas dukungnya hanya berasal dari friksinya saja.
Bahan dasar dari pondasi tiang cerucuk adalah kayu dengan ukuran-ukuran
tertentu. Berangkat dari bahan dasar tersebut, terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam penggunaan tiang cerucuk. Kelebihannya antara lain :
• berat cerucuk yang relatif ringan apabila dibandingkan dengan beton maupun
baja
• cocok berfungsi sebagai friction pile daripada end bearing pile
• kemudahan dalam pemasangan karena mempunyai kuat lentur dan kuat tarik
yang tinggi, serta mudah untuk melakukan pemotongan
• dapat bertahan lama apabila dipasang di bawah permukaan air.
Sedangkan kelemahan dari pondasi tiang cerucuk yaitu :
• sangat rentan terhadap zat-zat asing yang menyebabkan pelapukan pada kayu,
oleh sebab itu perlu dipasang di bawah muka air
• Kuat tekan yang rendah menyebabkan kayu pada umumnya tidak dapat
menembus lapisan dengan kekerasan sedang dan lapisan batuan.
Ditinjau berdasarkan fungsinya, pondasi tiang cerucuk mempunyai fungsi yang
hampir sama dengan pondasi tiang pada umumnya. Hardiyatmo (2002)
memaparkan beberapa maksud digunakannya pondasi tiang, antara lain :
a. Meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak, ke
tanah pendukung yang kuat.
b. Meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu
sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup
untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah
di sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
tergerus oleh air.
Hardiyatmo (2010) juga menjelaskan bahwa tiang kayu (tiang cerucuk) termasuk
fondasi tiang dalam kategori tiang perpindahan besar. Artinya bahwa tiang pejal
atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga
terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar. Dikarenakan tiang yang
dipancang maka tiang cerucuk dianalogikan sebagai tiang pancang.
2.2.4. Kapasitas Dukung Tiang Cerucuk
Kapasitas ultimit tiang yang dipancang dalam tanah kohesif adalah jumlah
tahanan gesek dinding tiang dan tahanan ujungnya.
a. Tahanan ujung ultimit.
Metode Mayerhoff, awalnya tahanan ujung ultimit memiliki rumus seperti di
bawah ini = + + 0,5 ....................................................(2-1)
dengan: = tahanan ujung bawah ultimit (kN) = luas penampang bawah ujung tiang (m2) = kohesi tanah di sekitar ujung tiang (kN/m2) = = tekanan overburden pada ujung tiang (kN/m2) = berat volume tanah (kN/m3) = diameter tiang (m) , , = factor-faktor kapasitas dukung (fungsi dari ).
Akan tetapi, pada tanah lunak (kohesif) pada kondisi pembebanan tak
terdrainase (undrained) dengan = 0 °, maka persamaan di atas menjadi = [ ] ......................................................................................(2-2)
dengan: = kohesi tanah pada kondisi undrained (kN/m2) yang nilainya
diambil dari contoh tak terganggu (kN/m2) = umumnya diambil sama dengan 9 (Skempton, 1959)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Tahanan dinding gesek ultimit = ∑ = ∑ [ + ]................................................(2-3)
dengan: = tahanan gesek ultimit (kN) = luas selimut tiang (m2) = adhesi antara dinding tiang dengan tanah (kN/m2) = koefisien tekanan tanah lateral pada dinding tiang = tekanan overburden rata-rata di sepanjang tiang
Karena tiang berada pada tanah kohesif, maka persamaan di atas menjadi = ..............................................................................................(2-4)
dengan = dimana = factor adhesi dan = kohesi tak
terdrainase
sehingga = Jika diameter tiang tidak seragam sampai ke ujung, maka diberikan faktor
koreksi sehingga persamaan menjadi = . Nilai = 1
untuk tiang berdiameter seragam dan = 1,2 untuk tiang berdiameter
meruncing (Simons dan Menzies, 1977)
c. Kapasitas ultimit tiang
Dari persamaan-persamaan tahanan ujung dan tahanan gesek dinding tiang
telah diperoleh, , maka dihasilkan persamaan sebgai berikut: = [ + ] + − ...............................................(2-5)
Karena (berat sendiri tiang) hampir sebanding dengan berat tanah yang
dipindahkan akibat adanya tiang, maka dianggap sama dengan .
Akhirnya, persamaan menjadi = +
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2.2.5. Metode Elemen Hingga
a. Model Tanah
Hampir semua material struktural mempunyai properties dan sifat yang sangat
kompleks. Kunci dari penyelesaian masalah geomekanik terletak pada pemilihan
model perhitungan dan parameter yang tepat. Pada beberapa kasus tertentu,
penggunaan analisis linear-elastis akan mencukupi, tetapi untuk kebanyakan
kasus, analisis non-linear menjadi begitu penting. Model tanah hanya digunakan
apabila didasarkan pada pengujian mekanika tanah konvensional seperti
oedometer dan triaxial test. Secara garis besar, model dari tanah menunjukkan
perilaku dari tanah itu sendiri dan dibagai menjadi dua kategori : yaitu model
dengan perilaku tegangan-regangan tanpa memperhatikan variabel waktu dan
model sama seperti sebelumnya dengan memperhatikan variabel waktu.
Pengetahuan mengenai sejarah tegangan tanah, akan memberikan indikasi
perilaku tanah pada masa yang akan datang. Model tanah yang akurat
memprediksikan perilaku tegangan berdasarkan faktor-faktor seperti material
anisotropi, tingkat pembebanan, dan lain-lain. Beberapa komponen penting yang
diperlukan untuk dapat memodelkan perilaku tanah secara ideal (Naylor dan
Pande, 1981) antara lain :
• Bulk modulus, K
• Modulus geser, G
• Kriteria keruntuhan harus memuaskan
• Pada saat unloading, ada kenaikan kekakuan secara tiba-tiba.
• Lempung yang terkonsolidasi berlebih menunjukkan suatu penurunan
kekakuan secara tiba-tiba ketika tekanan prekonsolidasi tercapai.
• Lempung dengan garis tegangan tertentu menunjukkan dilatansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Analisis Metode Elemen Hingga
Analisis metode elemen hingga mendiskretisasi sebuah kontinum menjadi
beberapa elemen dan di setiap elemen dipilih fungsi sederhana untuk
memperkirakan variasi dari variabel lapangan seperti perpindahan dan tekanan
pori. Sebuah prinsip variasi dari mekanika solid digunakan untuk mendapatkan
sebuah set persamaan dari tiap elemen yang berhubungan, sebagai contoh,
perpindahan dan beban yang bekerja dari tiap-tiap noda. Solusi dari persamaan-
persamaan akan menghasilkan variabel yang tidak diketahui (unknown variable)
dan perhitungan tambahanlah yang akan menghasilkan penurunan yang
diinginkan, seperti tegangan dan regangan pada elemen.
• Elemen Isoparametric
Elemen isoparametric (Ergatoudis, Irons, dan Zienkiewicz, 1968) akan lebih
efisien dengan memperhitungkan kondisi angka total dari derajat kebebasan
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah nilai batas. Kondisi
‘isoparametric’ digunakan karena terdapat kesamaan fungsi (fungsi bentuk)
yang dipakai untuk menentukan variasi perpindahan dan geometri dari
elemen. Dua jenis elemen yang dipakai tersebut adalah segitiga enam noda
dan kuadrilateral delapan noda.
Bila xi merepresentasikan koordinat x- dan y- dari sebuah titik dengan
subskripnya merupakan sebuah angka 1 dan 2, dan ui merepresentasikan
perpindahan dari masing-masing arah koordinat, koordinat dan perpindahan
pada setiap titik dengan elemen kuadrilateral delapan noda bisa didapatkan
sebagai berikut :
....(2-6)
dengan : ; ;
;
;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Nn = merupakan besaran fungsi bentuk nodal yang dihitung pada koordinat
lokal ;
m = menunjukkan sebuah elemen ;
n = menunjukkan nomor noda elemen lokal.
(a.) Elemen Induk (b.) Pemetaan Elemen
Gambar 2.10. Elemen Hingga Kuadrilateral Isoparametrik Delapan-noda (Burke,
1983)
• Tegangan dan Regangan Elemen
Dua kuantitas penting yang biasanya diperlukan adalah tetapan tegangan dan
regangan elemen. Bila {ɛ} adalah vektor komponen regangan dari sebuah
titik yang berubah-ubah dalam elemen hingga, persamaan regangan-
perpindahan dan model perpindahan dapat dituliskan sebagai berikut :
....................................................................................(2-7)
dimana : ;
;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
;
m = menunjukkan sebuah elemen ;
n = menunjukkan nomor noda elemen lokal.
Jika {ɛ} adalah vektor dari tegangan yang berhubungan dengan regangan,
{ɛ}, maka :
..........................................................(2-8)
dimana [D] merupakan matriks dari konstanta material :
=
dan K dan G secara berturut-turut adalah modulus geser dan kekakuan.
Matrix-[D] dituliskan pada kondisi dimana terdapat dua parameter elastis, K
dan G, meskipun dapat juga ditulis pada kondisi modulus Young dan angka
Poisson. Parameter K dan G lebih cocok dipakai untuk mendeskripsikan
perilaku tanah dan juga digunakan karena lebih familier terhadap tingkat
tegangan dan regangan.
Persamaan-persamaan di atas menunjukkan bagimana tegangan dihitung pada
setiap titik di elemen. Titik noda adalah posisi yang cocok untuk pemeriksaan
output tegangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
• Integrasi Numerik untuk Mendapatkan Kekakuan Elemen
Pada elemen terdistorsi (seperti pada gambar 2.10), integrasi numerik
diperlukan untuk mendapatkan kekakuan elemen. Sebuah aturan kuadratur
yang umum digunakan merupakan integrasi Gaussian yang mengevaluasi
sebuah integral dengan mengevaluasi fungsi untuk diintegrasikan pada sebuah
nomor titik yang dipilih (titik Gauss) dan mengkalikannya dengan faktor
beban tertentu. Proses ini sangat akurat dan kesalahan yang timbul dapat
diminimalkan dengan menambah titik Gauss.
Sebuah aturan titik Gauss dengan n-titik sampling dapat mengintegrasi sebuah
polinomial sampai derajat 2n-1 secara tepat. Integrasi dengan menggunakan
tetapan Gauss 2 x 2 biasanya lebih pasti karena titik-titik Gauss 2 x 2
merupakan titik-titik optimal dimana untuk menggambarkan kuantitas sebagai
tegangan dan regangan pada elemen isoparametrik delapan-noda, sehingga
integrasi yang tereduksi menghasilkan peningkatan akurasi. Pada analisis
mekanika tanah tidak terdrainase (melibatkan material tidak kompresibel atau
mendekati tidak kompresibel), integrasi tereduksi mempunyai manfaat untuk
mengurangi nomor batasan tidak komprehensif pada derajat kebebasan nodal
sehingga fenomena locking dapat terhindari. Keadaan tersebut berlaku dimana
properti dari suatu material selalu konstan. Jika properti dari suatu material
bervariasi sepanjang elemen, dimana terdapat penambahan derajat polinomial
yang diintegrasi untuk mendapatkan kekakuan elemen, keuntungan dari
penggunaan integrasi yang tereduksi dapat berkurang jika akurasi yang cukup
dari integrasi tidak dapat tercapai.
• Analisis Metode Non-linear
Metode solusi non-linear secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu :
prosedur peningkatan, prosedur iterasi, dan prosedur gabungan. Masing-
masing metode akan dijelaskan dengan acuan bahwa kondisi non-linear
muncul dari perilaku tegangan-regangan tanah. Metode tersebut yakni :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
- Prosedur Peningkatan
Prosedur ini berdasarkan pada pembagian beban yang bekerja menjadi
peningkatan kecil dengan jumlah yang banyak. Pada setiap peningkatan
dari beban diasumsikan mempunyai perilaku sebagai sebuah material
linear-elastis. Di antara peningkatan-peningkatan yang ada, matriks
kekakuan diperbaharui menjadi besaran tangensial yang baru yang
umumnya tergantung pada kondisi tegangan dan regangan yang
diakumulasikan pada akhir dari peningkatan sebelumnya. Pendekatan
mendasar ditunjukkan secara skematis oleh gambar berikut :
Gambar 2.11. Representasi Skematis dari Prosedur Peningkatan Dasar (Burke,
1983)
- Prosedur Iterasi
Prosedur iterasi menggunakan sejumlah re-solusi untuk tiap kenaikan
beban yang bekerja yang terus berlanjut sampai beberapa kriteria
konvergen memuaskan. Metode yang digunakan pada prosedur ini
umumnya adalah metode langsung (direct method) yang ditunjukkan oleh
gambar di bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 2.12. Representasi Skematis Metode Iterasi Langsung (Burke, 1983)
Terdapat pula alternatif iterasi langsung dengan menggunakan metode
beban equivalen. Metode beban equivalen menggunakan beban artifisial
(buatan) untuk mengoreksi awal dari solusi elastis dari sebuah solusi non-
linier. Ada dua cara untuk mengoreksinya, yaitu dengan menambahkan
metode regangan awal (initial strain) dan tegangan awal (initial stress).
Pada masing-masing kenaikan beban, kedua metode ini menggunakan
matrix kekakuan yang dihitung pada saat awal kenaikan.
Dasar dari metode regangan awal ditunjukkan oleh Gambar 2.12. Solusi
linier pertama untuk kenaikan ditunjukkan dengan titik A pada gambar.
Bagaimanapun juga, solusi yang benar untuk keadaan tegangan merupakan
titik B. Regangan dipakai untuk mengoreksi awal dari hukum konstitutif,
{ɛo}, dimana keadaan tegangan yang ada dihitung dan mengganggapnya
sebagai regangan awal, tegangan awal equivalen didapatkan dari :
......................................................................(2-9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(a.) (b.)
Gambar 2.13 Representasi dari Metode Tegangan Awal (a.) Material strain-
hardening (b.) Material locking (Burke, 1983)
Melalui integrasi virtual, tegangan awal ini dapat dikonversikan menjadi
sebuah set beban residual, {Qo}, dari :
.....................................................(2-10)
Skema metode tegangan awal ditunjukkan oleh gambar 2.13, dimana titik
A merupakan solusi dari analisis elastis. Perpindahan diasumsikan benar
dan beban residual yang berhubungan dengan regangan residual
direpresentasikan dengan AB yang dihitung dengan persamaan di atas dan
diaplikasikan pada sistem untuk mendapatkan solusi selanjutnya, A’,
seterusnya sampai kondisi konvergen tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(a.) (b.)
Gambar 2.14. Representasi Skematis Metode Regangan Awal (a.) Material Strain-
Hardening (b.) Material locking (Burke, 1983)
Beberapa pernyataan dapat diambil berdasarkan gambar 2.13 dan gambar
2.14 tentang kedua metode tersebut. Metode regangan awal akan gagal
untuk menemukan solusi pada material strain-hardening jika beban yang
bekerja terlalu besar, sedangkan metode tegangan awal akan gagal untuk
menemukan solusi pada material locking jika kekakuan tangen mempunyai
besaran yang terlalu kecil. Umumnya, jika metode regangan awal tidak
dapat menyelesaikan masalah, maka dapat digunakan metode tegangan
awal, hal ini berlaku sebaliknya. Pemilihan terhadap metode mana yang
akan dipakai bergantung pada bagaiman hukum konstitutif diformulasikan.
Iterasi yang diperlukan untuk setiap kenaikan pada kedua metode
bergantung pada masalah dan toleransi.
- Prosedur Gabungan
Sangat penting untuk mendapatkan prosedur yang lebih efisien dari kedua
prosedur yang telah dipaparkan walaupun tidak ada jalan pintas untuk
menyelesaikan suatu masalah non-linier. Sebuah metode yang mengacu
pada metode kekakuan tangensial (Owen dan Hinton, 1980) menggunakan
iterasi pada setiap kenaikan beban tetapi juga melakukan perhitungan
kembali matrix kekakuan untuk setiap setiap iterasi. Karena metode ini
mengikuti garis tegangan (stress path) yang bekerja lebih teliti dari metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
peningkatan dan metode iterasi, kenaikan beban yang lebih besar akan
lebih dipakai. Metode kekakuan tangensial dapat menjadi tidak stabil
ketika terdapat perilaku regangan-leleh.
2.2.6. Software PLAXIS 3D FOUNDATION
PLAXIS 3D FOUNDATION merupakan program Plaxis tiga dimensi,
dikembangkan untuk analisis konstruksi pondasi termasuk pondasi rakit dan
struktur lepas pantai. Perkembangan dari Plaxis dimulai tahun 1987 di Delft
University of Technology sebagai insiatif dari Departemen Pekerjaan Umum dan
Manajemen Keairan Pemerintah Belanda (rijkswaterstaat).
Terdiri dari tiga sub-program pada user interface yaitu input, output, dan curves
dengan masing-masing kegunaan. Input digunakan untuk mengatur geometri,
parameter model, dan fase perhitungan. Output digunakan untuk menampilkan
hasil perhitugan secara tiga dimensi maupun secara potongan melintang. Curves
berfungsi untuk melakukan plot grafik angka hasil perhitungan berdasarkan titik
tinjauan geometri yang telah ditetapkan. Toolbar pada user interface digunakan
untuk membantu dalam menggunakan masing-masing fitur program.
a. Input Program
Ikon di samping adalah ikon Input Program. Program ini terdiri dari dua mode
yang berbeda yaitu Model dan Calculation. Mode Model berfungsi untuk
membuat dan mengatur model geometri and untuk membuat jaring elemen hingga
secara dua dimensi dan tiga dimensi. Mode Calculation berisikan semua fasilitas
untuk mengatur fase perhitungan yang merepresentasikan tahap-tahap yang
berbeda dari pembebanan dan konstruksi, termasuk kondisi awal geometri.
Gambar 2.15. Ikon Input Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
• Model
Geometri dari suatu kasus geoteknik harus dibuat terlebih dahulu dalam input
program model ini. Selain itu, parameter-parameter juga harus didefinisikan
secara keseluruhan agar initial condition terbentuk sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Beberapa tool yang sering digunakan pada input model adalah :
a. Selection Tool
Selection tool digunakan untuk memilih komponen geometri yang
telah dibuat pada model. Biasanya komponen yang dipilih diatur
parameternya baik dari sifat maupun letak geometrinya.
b. Work Planes
Work planes merupakan bidang horizontal (bidang x-z) pada level
vertikal tertentu (level-y) pada sebuah model geometri. Bidang ini
adalah tempat untuk meletakkan titik, garis, struktur, maupun
beban.
c. Geometry Line
Input item yang paling dasar pada suatu pembuatan model adalah
menggunakan geometry line. Tool ini bertujuan untuk
menggambar suatu garis dan titik sebagai sarana penggambaran
konstruksi pada Plaxis.
d. Horizontal Beams
Horizontal beams adalah objek struktural untuk penggambaran
balok (satu-dimensi) di suatu model geometri dalam bidang
horizontal (bidang x-z), dengan kekakuan lentur tertentu.
e. Vertical Beams
Sama seperti horizontal beams dalam penggambaran suatu objek
balok (satu-dimensi), tetapi perbedaannya adalah pada acuannya.
Vertical beams didefinisikan pada bidang acuan vertikal yang
menghubungkan antara workplanes.
f. Floors
Floors adalah objek struktural untuk memodelkan struktur tipis
secara horizontal (dua-dimensi) pada suatu bidang horizontal x-z.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Objek ini bersifat menyeluruh pada suatu cluster yang telah
dibuat.
g. Walls
Jika floors dimodelkan pada bidang horizontal x-z, maka walls
merupakan pemodelan pada bidang vertikal x-y maupun y-z yang
menghubungkan antar workplanes.
h. Piles
Pile tool dapat digunakan untuk membuat tiang volumetrik
bentuk bulat, persegi, atau sesuai dengan yang diinginkan.
Potongan melintang dari pile terdiri dari garis lengkung dan/atau
garis yang membentuk suatu elemen shell
i. Springs
Springs adalah suatu elemen untuk mensimulasikan tiang dengan
cara yang lebih sederhana, sebagai contoh dengan tidak
melibatkan interaksi antara tiang-tanah. Tool ini dapat juga
dipakai untuk mensimulasikan jangkar untuk menahan dinding
penahan tanah. Springs hanya dapat dipasangkan pada objek
struktural di workplane.
j. Horizontal Line Fixities
Garis fixities berfungsi untuk menetapkan batas model pada arah
x-, y-, maupun z-. Garis fixities horizontal terletak pada
workplanes yang aktif.
k. Vertical Line Fixities
Mempunyai fungsi yang hampir sama dengan horizontal line
fixities, vertical line fixities membatasi model yang terletak antar
workplanes (vertikal).
l. Boreholes
Boreholes biasanya digunakan untuk mengatur lapisan-lapisan
tanah dan elevasi permukaan tanah. Lapisan tanah dan
permukaannya dapat berupa garis horizontal yang tidak lurus
dengan menggunakan beberapa boreholes di beberapa lokasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
m. Distributed Load on Horizontal Planes
Beban terdistribusi ini dikenakan pada suatu floor yang telah
digambarkan pada workplane, sehingga beban bekerja pada
bidang horizontal dan sejajar dengan gravitasi.
n. Distributed Load on Vertical Planes
Model pembebanan ini dapat diterapkan sebagai pemodelan
beban angin yang bekerja pada suatu bangunan. Beban tersebut
bekerja pada bidang vertikal yang terletak di antara workplane
yang telah dibuat.
o. Horizontal Line Loads
Opsi ini digunakan untuk membuat beban garis pada workplane.
Penggunaan tool ini sama seperti pembuatan garis geometri.
Besarannya diberikan dengan satuan beban per panjang tertentu.
p. Vertical Line Loads
Vertical Line Loads berfungsi untuk membuat beban garis yang
bekerja pada bidang vertikal. Besaran dan caran pembuatannya
pun sama dengan horizontal line loads.
q. Point Loads
Beban titik ini hanya dapat bekerja pada objek struktural atau
garis geometri yang sudah digambarkan pada suatu model.
r. Material Sets
Material sets merupakan kumpulan dari parameter-parameter data
model seperti tanah, balok, pelat, maupun objek struktural lainnya
yang digunakan pada model. Seluruh parameter ini menjadi suatu
database untuk melakukan perhitungan yang akan dilakukan.
s. 2D Mesh Generator
Tool ini digunakan untuk memunculkan jaring-jaring segitiga
pada bidang dua dimensi dengan hasil berupa jaring-jaring yang
tidak terstruktur. Jaring-jaring yang terbentuk mungkin terlihat
acak, tetapi perhitungan dari jaring-jaring tersebut biasanya lebih
bagus daripada yang teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
t. 3D Mesh Generator
Di saat jaring-jaring dua dimensi sudah terbentuk dan sudah
memuaskan, jaring tiga dimensi dapat terbentuk secara
menyeluruh dengan 3D mesh generator.
b. Calculation
Apabila jaring-jaring tiga dimensi telah terbentuk, maka dapat dianggap model
sudah sempurna. Perhitungan dapat dilakukan dengan masuk ke mode
Calculation. Perhitungan elemen hingga dapat dibagi menjadi beberapa rangkaian
fase perhitungan (sequential calculation phase). Fase perhitungan yang paling
awal (initial phase) selalu memperhitungkan kondisi tegangan awal suatu
geometri model berdasarkan beban gravitasi (gravity loading) atau prosedur k0
(K0 procedure). Setelah perhitungan awal ini, rangkaian perhitungan selanjutnya
dapat dilakukan sesuai dengan yang diinginkan.
Gambar 2.16. Calculation Toolbar
Tool yang digunakan dalam mode calculation antara lain :
a. Next Phase
Next phase digunakan untuk membuat fase perhitungan yang baru
/ fase perhitungan selanjutnya.
b. Phases Window
Phase window dipakai untuk membuka jendela pengaturan fase
perhitungan. Di sinilah semua jenis perhitungan diatur.
c. Preview
Situasi tiga dimensi yang telah diatur pada fase perhitungan dapat
diperlihatkan dengan tool ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
d. Select points for curves
Select points for curves berfungsi untuk menentukan titik dimana
akan ditinjau beban-perpindahan atau tegangan setelah dilakukan
perhitungan.
e. Calculate/Output
Fase perhitungan dapat dimulai dengan tool ini
setelah semua parameter perhitungan telah
ditentukan.
c. Output Program
Program output berisikan semua fasilitas untuk melihat hasil dari data yang
dimasukkan dan perhitungan elemen hingga secara tiga dimensi. Terdapat banyak
pilihan dalam menampilkan hasil dari perhitungan seperti deformasi, peningkatan
perpindahan, regangan total, peningkatan regangan, tengangan, dan lain-lain.
Pilihan tersebut dapat dilakukan dengan mengakses pada toolbar.
Gambar 2.17. Ikon Output Program
d. Curves Program
Curves Program adalah suatu sub-program dari Plaxis untuk menampilkan kurva
beban-perpindahan, garis tegangan, dan diagram tegangan-regangan. Sub-program
ini hanya daat diakses apabila titik-titik tinjauan telah ditentukan dahulu sebelum
perhitungan dengan tool select points for curves.
Gambar 2.18. Ikon Curves Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2.2.7. Permodelan Fisik Laboratorium
Model fisik merupakan tiruan dari prototip dilangan yang mempunyai ukuran
berbeda yang didapatkan dengan mengacu pada faktor skala. Ada tiga macam
keserupaan (similarity) pada pembuatan model fisik, yaitu geometric similarity,
kinematic similarity, dan dynamic similarity. Faktor skala (scale factor) sangat
berperan penting pada pereduksian baik geometri maupun kedua aspek yang
disebutkan sebelumnya.
Penggunaan model fisik laboratorium menjadi solusi yang paling efektif dalam
suatu penelitian karena sangat sulit melakukannya secara utuh (skala lapangan).
Selain itu, model fisik sudah terbukti memiliki keandalan dan dikatakan mampu
untuk mensimulasikan apa yang akan diteliti pada fenomena sebenarnya walaupun
terdapat beberapa limitasi dalam pembuatannya.
Kesesuaian yang sangat baik antara suatu model dengan prototipnya dapat
diketahui dengan membandingkan hasilnya. Di samping itu, untuk mendapatkan
hasil yang dapat dipercaya dari sebuah uji model geoteknik, sampel tanah harus
memenuhi sejumlah persyaratan untuk mendapatkan kekuatan tanah dan
karakteristik deformasi tanah yang akurat.
Randolph, 2001, mengemukakan bahwa akan sangat menguntungkan jika
melakukan physical model test untuk mengevaluasi respon yang kompleks dari
tanah, kompleksitas dari geometri atau konstruksi dan sekaligus dapat dipelajari
phenomena baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Uraian Umum
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan uji model laboratorium (pengujian
utama) dan analisis dengan bantuan software. Sebelum dilakukan pengujian
utama, akan dilaksanakan pengujian pendahuluan terhadap media uji berupa tanah
pasir dan tanah lempung. Tujuan pengujian pendahuluan ini adalah untuk
mengetahui parameter fisik, karakteristik, dan sifat-sifat tanah yang akan
digunakan. Data-data ini nantinya juga akan dipakai untuk analisis dengan
software PLAXIS 3D Foundation V1.6.
Penelitian laboratorium dilakukan dengan model uji laboratorium dalam box uji.
Pembebanan dilakukan pada model rel kereta api dengan 3 macam kondisi tanah
dasar. Kondisi yang digunakan pada tanah dasar adalah tanah pasir, tanah lunak
tanpa perkuatan, dan tanah lunak dengan perkuatan cerucuk. Lima macam besaran
pembebanan dengan variasi posisi dan siklus pergi-pulang digunakan pada tahap
pembebanan di pengujian utama. Setelah itu dilakukan analisis terhadap data hasil
pengujian. Analisis tersebut dilakukan dengan 2 metode, yaitu dengan analisis
data pengujian laboratorium dan analisis dengan PLAXIS 3D Foundation V1.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3.2. Tahapan Penelitian
3.2.1. Penyiapan Benda Uji
Benda uji yang dipakai pada penelitian ini adalah tiang cerucuk yang terbuat dari
kayu. Tiang ini merupakan bentuk perkuatan yang dipasangkan di bawah bantalan
rel. Masing-masing bantalan rel akan dipasang tiang cerucuk berjumlah dua buah
dengan posisi vertikal segaris dengan rel. Benda uji mempunyai diameter 1 cm
dan panjang 25 cm.
Gambar 3.1. Model Benda Uji Small Size Tiang Cerucuk
Gambar 3.2. Tiang Cerucuk yang Dipasangkan ke Bantalan Rel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3.2.2. Penyiapan Media Tanah
Media tanah yang digunakan sebagai subgrade berupa tanah pasir dan tanah
lempung lunak. Tanah pasir yang telah digunakan telah tersedia di Laboratorium
Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sedangkan tanah lempung diambil dari quarry di daerah Palur, Karanganyar.
Penjemuran di bawah sinar matahari dilakukan pertama kali untuk mendapatkan
kondisi kering optimum. Di samping itu, tanah juga dibersihkan dari material-
material lain seperti batu atau sampah yang ada sehingga tanah bersifat homogen.
Selanjutnya penyiapan media tanah dijelaskan per jenis tanah sebagai berikut :
Gambar 3.3. Penjemuran Media Benda Uji di Bawah Sinar Matahari
a. Tanah Pasir
Media tanah pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir
yang diasumsikan sebagai tanah dasar yang baik. Tanah diambil dengan
sistem pengambilan terganggu (disturbed sample). Persiapan media tanah ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
• Mengeringkan tanah hingga mencapai kering udara (Bowles, 1984).
• Membersihkan tanah dari kerikil, atau material selain tanah pasir.
• Menyaring tanah dengan lolos ayakan No. 4 (diameter 4,75 mm).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Tanah Lempung
Media tanah kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lunak.
Sama seperti tanah pasir, tanah lempung yang akan digunakan diambil dengan
sistem sampel tanah terganggu (disturbed sample). Persiapan media tanah ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
• Mengeringkan tanah hingga mencapai kering udara dengan cara menjemur
di bawah sinar matahari
• Menghancurkan tanah dengan soil crusher
Gambar 3.4. Penghancuran Tanah dengan Soil Crusher
• Menyingkirkan kotoran atau material selain tanah lempung
• Menyaring tanah dengan lolos ayakan no. 4 (diameter 4,75 mm)
3.2.3. Pengujian Pendahuluan Tanah Media Uji
Tujuan dari pelaksanaan pengujian pendahuluan adalah untuk mendapatkan data-
data parameter tanah. Data-data parameter tanah seperti index properties, kohesi,
sudut geser dalam, nilai CBR, kepadatan, kadar air optimum, dan berat jenis
optimum dibutuhkan untuk mengklasifikasikan tanah terhadap kondisi pengujian
yang akan dilakukan. Pelaksanaan pengujian ini mengacu pada beberapa standar
internasional dengan rincian sebagai berikut :
• Pengujian kadar air alami (w) menurut ASTM D2216, AASHTO T265
• Pengujian specific gravity menurut ASTM C127 D70 D854 , AASHTO
T854
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
• Pengujian grain size analysis menurut ASTM D421 D422 ,AASHTO
T88
• Pengujian berat volume basah tanah (bulk density) menurut ASTM D
4253-91
• Pengujian batas plastis menurut ASTM D4318, AASHTO T90
• Pengujian batas cair menurut ASTM D4318, AASHTO T89
• Pengujian kuat geser terdrainase tanah (direct shear) menurut ASTM
D3080, AASHTO T232
• Pengujian triaxial UU tanah menurut ASTM D2850-87
• Pengujian standard proctor menurut ASTM D698
3.2.4. Pencampuran Tanah Media Uji dengan Air
Banyaknya kadar air yang akan dicampurkan ke tanah media uji didasarkan pada
hasil pengujian pendahuluan. Acuan penambahan banyaknya air untuk kedua jenis
media tanah adalah dari hasil standard proctor. Pada tanah pasir, air ditambahkan
dengan jumlah tertentu sehingga didapatkan kadar air dan berat jenis kering
optimum seperti pada hasil pengujian standard proctor, sedangkan untuk tanah
lempung dibuat menjadi kondisi lunak. Kondisi tanah lempung untuk pengujian
ini dengan kata lain merupakan kondisi tanah lunak dengan parameter-parameter
seperti yang telah dijelaskan pada bab 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 3.5. Pencampuran Tanah dengan Air
3.2.5. Persiapan Peralatan Pengujian Utama
Pada tahap ini beberapa alat disiapkan untuk mendukung pengujian utama. Alat-
alat yang digunakan beserta penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Bak uji besi berukuran 100 x 100 x 60 cm.
Fungsi dari bak uji besi adalah sebagai tempat media pasir, struktur rel kereta
api skala tereduksi dan dial gauge. Di samping itu, bak uji besi secara tidak
langsung juga menjadi batas deformasi dan distribusi tegangan yang terjadi
akibat pengujian utama yang dilakukan. Bahan bak yang terbuat dari besi
diperkirakan mampu menahan berat tanah keseluruhan dan beban pengujian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 3.6. Bak Uji Besi
b. Sistem struktur rel kereta api dengan skala tereduksi.
Beberapa komponen-komponen penyusun yang disiapkan antara lain tanah
dasar, lapisan ballast dari kerikil, bantalan rel kayu, rel, dan boogie. Lapisan
ballast mempunyai diameter butiran kerikil antara 28 – 50 mm, sedangkan
untuk tanah dasar telah dipaparkan sebelumnya.
Gambar 3.7. Penghamparan Ballast pada Bak Uji
Bahan yang digunakan untuk rel berupa besi dengan profil siku. Bahan yang
sama digunakan pada model boogie sebagai perletakan beban. Model boogie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pembebanan terdiri dari dua gandar yang bertumpu pada roda pada kedua
ujungnya, sehingga terdapat empat roda yang menghubungkan ke rel.
Gambar 3.8. Model Boogie
Perbandingan antara ukuran sebenarnya dengan ukuran skala tereduksi
pengujian dari komponen sistem struktur rel kereta api disajikan pada tabel
3.1.
Gambar 3.9. Sketsa Konstruksi dan Pembebanan Pada Rel Kereta Api dalam
suatu model uji (Abdillah, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 3.1. Perbandingan Dimensi Struktur Rel Kereta Api Dalam Skala Asli
dengan Skala Terduksi pada Suatu Model Uji
No Faktor Skala Asli Skala Tereduksi 1. Lebar sepur 1200 mm 120 mm
2.
Bantalan kayu 3.3. Panjang 3.4. Lebar 3.5. Tinggi 3.6. Jarak antar
bantalan
2100 mm 200 mm 140 mm 600 mm
210 mm 20 mm 14 mm 60 mm
3.
Balas a. Lebar atas b. Lebar bawah c. Tebal
2700 mm 4200 mm 390 mm
270 mm 510 mm 54 mm
4. Jarak antar roda (depan dan belakang)
2300 mm 230 mm
c. Beban aksial berupa lempengan besi yang dicoak (Slotted Weights).
Terdapat sepuluh beban coak yang disiapkan dengan berat masing-masing
beban adalah 8 kg. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan pembebanan pada
uji laboratorium dengan beban terkecil seberat 16 kg dan berat terbesar seberat
80 kg.
Gambar 3.10. Beban Coak (slotted weight)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d. Dial gauge
Dial gauge yang dipakai mempunyai skala 0,01 mm dengan jumlah sepuluh
buah.
Gambar 3.11. Dial Gauge
Penyusunan semua alat-alat dilakukan setelah semuanya selesai disiapkan di
dalam bak uji. Apabila penyusunan telah selesai dilakukan, maka pengujian dapat
dilaksanakan. Set up susunan alat-alat ditunjukkan oleh Gambar 3.12 dan 3.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 3.12. Set Up Pembebanan pada Media Pasir
Gambar 3.13. Set Up Pembebanan pada Media Pasir dan Lempung
dengan Perkuatan Tiang Cerucuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3.2.6. Pengujian Utama Model Laboratorium
Tahap ini mulai dilakukan setelah seluruh alat dan media pengujian disusun pada
bak uji yang telah disiapkan. Beberapa variabel pengujian diberlakukan seperti
variasi media tanah, variasi beban, variasi posisi beban, dan variasi siklus pergi-
pulang. Terdapat tiga variasi media tanah, yaitu tanah pasir, tanah lempung, dan
tanah lempung lunak dengan perkuatan. Setiap masing-masing jenis media tanah
dilakukan pembebanan terhadap struktur rel kereta api skala tereduksi dengan
variasi besar beban sebanyak lima macam, antara lain 16 kg, 32 kg, 48 kg, 64 kg,
dan 80 kg. Variasi posisi dan variasi siklus pergi-pulang diberlakukan untuk tiap
macam beban dimana variasi posisi mengacu pada letak beban beserta boogie
pada jalur rel. Ditetapkan sebanyak empat buah variasi posisi yaitu posisi A,
posisi B, posisi C, dan posisi D di setiap variasi siklus pergi-pulang. Sedangkan
untuk variasi siklus pergi-pulang direncanakan dengan jumlah 5 buah siklus pergi-
pulang, atau dengan kata lain dilakukan lima kali pergi dan lima kali pulang
secara berurutan.
Gambar 3.14. Skema Pembebanan pada Siklus Pergi
Gambar 3.15. Skema Pembebanan pada Siklus Pulang
BEBAN
BEBAN
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
POSISI A POSISI B POSISI C POSISI D
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
POSISI A’ POSISI B’ POSISI C’ POSISI D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Data-data yang diambil pada pengujian utama berupa penurunan tanah yang
terjadi akibat pembebanan. Data ini didapatkan dari pembacaan dial gauge.
Setelah semua data penurunan didapatkan berdasarkan variasi media tanah, beban,
posisi, dan siklus pergi-pulang, dilakukan perhitungan dengan mengalikan angka
dari bacaan dial gauge dengan faktor skala. Hal ini bertujuan untuk menentukan
besaran sebenarnya dari penurunan.
Secara garis besar, pengujian utama dibagi menjadi 3 model utama berdasarkan
pada media tanah yang dipakai. Model pertama menggunakan tanah pasir, model
kedua menggunakan tanah lempung lunak tanpa perkuatan, dan model ketiga
menggunakan tanah lempung lunak dengan perkuatan. Langkah-langkah dalam
pembacaan data penurunan melalui dial gauge adalah :
a. Pemasukkan tanah ke dalam bak uji besi.
Tanah yang sudah dicampur dengan air kemudian dimasukkan ke bak uji
dengan ketebalan dan kedalaman tertentu. Pada model pertama yang
menggunakan pasir, tanah pasir dimasukkan ke dalam bak uji sampai
ketingian 50 cm atau 10 cm di bawah mulut bak.
Sedangkan pada model kedua dan ketiga, digunakan kedua jenis tanah, yaitu
tanah pasir dan tanah lempung. Lapisan tanah pasir setebal 20 cm diisikan
terlebih dahulu ke dalam bak uji kemudian diikuti dengan lapisan tanah lunak
setebal 30 cm.
Gambar 3.16. Pemadatan Tanah dengan Alat Pemadat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Pemasangan struktur rel kereta api dan peralatan pengujian pada media tanah.
Pemasangan komponen-komponen struktur rel kereta api dan peralatan
pengujian seperti dial gauge dilakukan di atas media tanah.
Gambar 3.17. Struktur Rel Kereta Api Skala Tereduksi dan Peralatan Pengujian
yang telah Terpasang
c. Pelaksanaan pengujian pembebanan dan pengambilan data pengujian
Pembebanan diasumsikan seperti pembebanan sebenarnya di lapangan dengan
berprinsip pada kereta api yang melewati rel secara berulang-ulang pada posisi
tertentu.
Mulanya diberikan beban sebesar 16 kg pada posisi A. Apabila dirasa kondisi
telah stabil, maka dial gauge dibaca dan dicatat besarnya. Setelah itu beban
digeser ke posisi B, C, dan D beserta dengan pembacaan dial gauge. Dari
posisi D, beban digeser ke arah yang berlawanan menuju ke posisi C, B, dan
A yang masing-masing posisi dilakukan pembacaan dial gauge. Pembebanan
dengan urutan posisi A, B, C, dan D merupakan suatu siklus pergi, sedangkan
urutan D, C, B, A merupakan siklus pulang. Pada pengujian utama ini
dilakukan siklus pergi-pulang sebanyak 5 kali untuk masing-masing model
media tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
`
Gambar 3.18. Pembebanan pada Model
Setelah selesai dengan beban 16 kg, maka diganti dengan beban 32 kg dan
dimulai pembacaan dial gauge untuk setiap posisi dengan total siklus pergi-
pulang sebanyak 5 kali. Kondisi ini juga berlaku pada pembebanan dengan
beban 48 kg, 64 kg, dan 80 kg.
Perlakuan yang sama juga diterapkan pada model pengujian kedua dan ketiga
yang menggunakan tanah lempung dan tanah lempung dengan perkuatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3.2.7. Analisis dengan Software Plaxis 3D Foundation v 1.6
Plaxis 3D Foundation merupakan software yang digunakan untuk keperluan
analisis suatu fondasi dalam suatu konstruksi teknik sipil, baik yang berada di
darat maupun berada di laut (offshore). Analisis yang dilakukan berdasarkan pada
finite element pada pengaplikasian di bidang geoteknik dimana suatu model dari
tanah digunakan untuk mensimulasikan sifat-sifat dari tanah tersebut. Berbeda
dengan Plaxis 2D, Plaxis 3D Foundation ini dikhususkan untuk analisis deformasi
secara tiga dimensi dari struktur pondasi. Perlu diketahui bahwa pondasi akan
membentuk suatu interaksi antara struktur atas suatu konstruksi dengan tanah.
Proses analisis dengan menggunakan Plaxis dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
pengaturan umum (satuan dan batas geometri), input geometri model, kalkulasi
perhitungan model, dan output perhitungan.
Gambar 3.19. Tampilan Splash Plaxis 3D Foundation
a. Pengaturan Umum
Tahap ini terdiri dari dua bagian, yaitu Project dan Dimensions. Deskripsi dari
model yang akan dibuat, gravitasi bumi, dan berat jenis air diatur pada project.
Pada dimensions dilakukan input satuan untuk panjang, gaya, dan waktu, serta
batasan-batasan geometri model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(a) (b)
Gambar 3.20. (a) Pengaturan Umum Project (b) Pengaturan Umum Dimensions
b. Input Model
• Input Geometri Model
Geometri model yang akan dianalisis harus dijabarkan terlebih dahulu pada
tahap ini. Geometri model merupakan representasi dari model permasalahan
3-D dan dideskripsikan dengan work planes dan boreholes. Penjabaran model
ini antara lain lapisan tanah, objek struktural, tahap konstruksi, dan beban.
Banyak tool bantuan untuk menggambarkan suatu geometri, sebagai contoh
line, boreholes, work planes, pile, dan lain-lain yang bisa ditemukan di
toolbar input. Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai input geometri
model adalah :
a. Points, merupakan bentuk dari awal atau akhir suatu garis. Points dapat
digunakan juga sebagai perletakan suatu beban titik, springs, dan
pengalusan lokal dari jaring-jaring elemen hingga.
b. Line, biasanya digunakan untuk mendefinisikan batas dari geometri,
kontur dari struktur dan diskontinyuitas di dalam geometri seperti
dinding atau balok, atau area galian.
c. Clusters, adalah area yang secara keseluruhan tertutup oleh garis. Suatu
clusters akan dikenali oleh PLAXIS sebagai area homogen.
d. Boreholes, berfungsi untuk mengatur lapisan tanah dan tinggi muka air
pada lokasi tertentu pada model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 3.21. Pengaturan Lapisan Tanah
e. Work planes, adalah suatu bidang datar horizontal, dengan perbedaan
pada koordinat-y. Setiap work planes mempunyai garis geometri yang
sama pada koordinat x dan z, tetapi bervariasi dalam y yang tergantung
pada input. Tool ini biasanya digunakan untuk menciptakan beban
ataupun struktur pada suatu model.
Gambar 3.22. Input Geometri Model pada Work Planes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Input komponen struktur pada model dapat dilakukan dengan tool yang ada di
toolbar seperti springs, beams, pile, walls, dan floor. PLAXIS 3D
Foundation sendiri merupakan program yang berisi tentang elemen struktural
yang bersifat linear dan non-linear. Input struktur pile akan ditunjukkan
dengan gambar 3.23.
Gambar 3.23. Input Elemen Struktur Pile
• Input Parameter Model
Model yang sudah didefinisikan secara geometri seperti lapisan tanah, pelat,
maupun tiang harus mempunyai suatu parameter yang mewakili sifat-sifat
fisik maupun mekanik dari masing-masing elemen. Input parameter model
yang semakin mendekati nyata akan membuat perhitungan juga akan nyata,
sehingga prediksi yang dilakukan akan lebih akurat. Input parameter sendiri
dilakukan dengan tool material sets.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 3.24. Material Sets
Setiap parameter yang dimasukkan pada masing-masing model harus
disesuaikan dengan model parameter yang telah ada. Untuk tanah terdapat
beberapa jenis model material seperti Linear-elastic, Mohr-Coloumb,
Hardening Soil, dan Soft soil creep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(a.) (b.)
(c.)
Gambar 3.25. Input Parameter Tanah (a.) General (b.) Parameters (c.) Interfaces
Berbeda dengan input parameter tanah, input parameter pada komponen
struktural hanya terbatas pada dua model saja, yaitu linear dan non-linear.
Contoh inputnya dijelaskan oleh Gambar 3.26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(a.) (b.)
(c.) (d.)
Gambar 3.26. Input Komponen Struktural (a.) Beam (b.) Walls (c.) Floors (d.)
Spring
• Penyusunan Jaring-jaring Elemen
Penyusunan jaring elemen dilakukan setelah penginputan model dan
parameter-parameternya selesai dilakukan pada work planes. Pada tahap
pertama dibuat jaring-jaring elemen 2 dimensi yang terdiri dari segitiga 6-
noda dengan generate 2D mesh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 3.27. Jaring-jaring Elemen 2 Dimensi
Apabila jaring-jaring elemen 2D tersebut dirasa sudah memuaskan, maka
dapat dilakukan pembentukan jaring-jaring elemen secara 3 dimensi. Dalam
sebuah jaring elemen 3 dimensi terdapat tiga identifikasi komponen berupa :
a. Elements, selama pembentukan jaring-jaring, geometri dibagi menjadi
elemen baji 15-noda. Elemen ini terdiri dari bidang segitiga 6-noda di
work planes, dan bidang quadrilateral pada arah y.
b. Nodes, elemen baji yang digunakan pada program 3D foundation terdiri
dari 15 nodes. Distribusi dari nodes sepanjang elemen dijelaskan pada
Gambar 3.28. Selama proses elemen hingga, perpindahan (ux, uy and
uz) akan dihitung pada nodes yang telah didefinisikan.
Gambar 3.28. Distribusi dari nodes (●) dan stress points (x) pada elemen baji 15-
noda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c. Stress Points, berbeda dengan perpindahan, perhitungan tegangan dan
regangan dilakukan pada titik integrasi Gaussian secara individual (stress
points).
(a.) (b.)
Gambar 3.29. (a.) Pembentukan jaring-jaring 3 dimensi pada seluruh model
(b.) Pembentukan jaring-jaring 3 dimensi pada struktur
c. Kalkulasi Perhitungan Model
Model dikatakan telah sempurna ketika jaring-jaring elemen sudah terbentuk.
Selanjutnya dilakukan tahap perhitungan model pada toolbar calculation. Pada
tahap ini, perhitungan dilakukan dalam beberapa tahap tergantung dari kondisi
yang diinginkan. Tahap perhitungan disebut juga fase. Tiap-tiap fase perhitungan
dapat diatur sedemikian rupa dengan variabel-variabel cocok.
(a.) (b.)
Gambar 3.30. (a.) Pengaturan Umum pada Fase Perhitungan
(b.) Pengaturan Parameter pada Fase Perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.30., fase awal dari suatu perhitungan adalah
initial phase. Fase ini merupakan perhitungan dari kondisi awal suatu geometri
model yang telah dibuat dan tegangan awal yang terbentuk. Hal-hal yang
mempengaruhi fase ini adalah keberadaan air, struktur eksisting, dan tanah itu
sendiri. Ada dua jenis perhitungan initial phase yang dapat dipilih, yaitu k-0
procedure yang berdasar dari Jaky Formula dan gravity loading.
Tahap selanjutnya merupakan tahap konstruksi yang perhitungannya dibagi
menjadi dua macam, plastic dan consolidation. Setelah menentukan jenis
perhitungan, maka dilakukan penentuan parameter-parameter perhitungan seperti
parameter kontrol, prosedur iterasi, dan input beban dengan variabel waktu. Pada
fase ini juga dapat dilakukan pemasangan suatu struktur dengan cara
mengaktifkannya dengan define. Sebelum dilakukan kalkulasi, dapat dilakukan
juga pemilihan titik tinjauan untuk kurva keluaran dengan select points for curve.
Kalkulasi dapat dilakukan setelah input parameter perhitungan sudah ditetapkan.
Gambar 3.31. Pemilihan Titik Tinjauan untuk Kurva Keluaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 3.32. Proses Perhitungan yang Dilakukan
d. Output Perhitungan
Output perhitungan dapat dilihat setelah proses perhitungan selesai dilakukan.
Terdapat banyak pilihan visualisasi hasil perhitungan, contohnya deformasi
jaring-jaring elemen, perpindahan vertikal, perpindahan horizontal, perpindahan
total, tegangan efektif, tegangan total, dan sebagainya. Struktur yang dimasukkan
pada perhitungan juga dapat ditinjau secara terpisah untuk mengetahui momen
maupun tegangan yang terjadi pada struktur tersebut. Contoh tampilan dari output
perhitungan terdapat pada gambar di bawah ini.
(a.) (b.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(c.) (d.)
Gambar 3.33. Output Perhitungan. (a.) Jaring-jaring yang terdeformasi
(b.) Perpindahan total
(c.) Tegangan efektif
(d.) Tegangan total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3.3. Alur Penelitian
PEMASANGAN ALAT dan BAHAN PENGUJIAN PADA MEDIA PASIR
MULAI
DESK STUDY LITERATUR
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN • Bak Uji • Alat Pembebanan (dial gauge, slotted weights, dan plat penyangga) • Struktur Rel Kereta Api (rel, bantalan, ballas, tanah pasir, dan tanah
lempung) • Bantalan dengan tiang cerucuk
UJI PENDAHULUAN • Moisture Content • Specific Gravity • Bulk Density • Grain Size Analysis • Atterberg Limit Test • Direct Shear • Standard Proctor • Triaxial Test
UJI PEMBEBANAN MODEL I
PELEPASAN ALAT dan BAHAN PENGUJIAN
PEMASANGAN ALAT dan BAHAN PENGUJIAN PADA MEDIA LEMPUNG LUNAK
UJI PEMBEBANAN MODEL II
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 3.34. Alur Penelitian
A
ANALISIS DATA HASIL PENGUJIAN
ANALISIS DATA DENGAN
METODE ANALITIS
ANALISIS DATA DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
PLAXIS 3D
PEMBAHASAN
KESIMPULAN dan SARAN
ANALISIS DENGAN PLAXIS 3D (VARIASI PANJANG CERUCUK)
SELESAI
PELEPASAN ALAT dan BAHAN PENGUJIAN
PEMASANGAN ALAT dan BAHAN PENGUJIAN PADA MEDIA LEMPUNG LUNAK DAN
CERUCUK
UJI PEMBEBANAN MODEL III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Pengujian Pendahuluan
Berdasarkan pengujian pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh parameter-
parameter berupa indeks properti tanah, kohesi, dan sudut geser dalam. Hasil dari
pengujian pendahuluan dari kedua jenis tanah media pengujian dipaparkan pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tabel Parameter Tanah Hasil Pengujian Pendahuluan.
JENIS TANAH PASIR LEMPUNG
PARAMETER Satuan water content % 24,51 57,83
bulk density gram/cm3 1,91 1,655
cohession (direct shear) kg/cm2 0 0,081
ϕ (direct shear) 54,59 4,63
cohession (triaxial) kg/cm2 - 0,133
ϕ (triaxial) - 2,177
optimum water content % 25,2 26,25
dry density gram/cm3 1,465 1,488
gravel % 0,00 0,00
sand % 64,42 16,93
silt % 15,39 36,72
clay % 20,2 46,35
liquid limit % - 41,32
plastic limit % - 12,45
plasticity index % - 28,87
Su kPa - 15,406
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari tabel di atas diketahui bahwa tanah pasir yang digunakan untuk media
pengujian mempunyai kadar air 24,51 % dan nilai bulk density sebesar 1,91
gram/cm3. Nilai kohesi dan sudut geser tanah pasir yang diperoleh dari pengujian
direct shear adalah sebesar 0 dan 54,59o. Selanjutnya dari pengujian standard
proctor didapatkan nilai kadar air optimum 25,2 % dan kepadatan kering optimum
1,465 %. Presentase butiran dari tanah adalah sebagai berikut; gravel sebanyak 0
%; pasir sebanyak 64,42 %; lanau sebanyak 15,39 %; dan lempung sebanyak 20,2
%. Tanah ini tidak dilakukan pengujian batas atterberg karena kadar pasir yang
begitu tinggi sehingga akan sangat sulit dilakukan pengujian atterberg.
Pengujian pendahuluan pada tanah lempung diketahui menghasilkan kadar air
sebesar 57,83 %, serta bulk density sebesar 1,655 gram/cm2. Dari pengujian direct
shear, didapatkan nilai kohesi 0,081 kg/cm2 dan sudut geser dalam 4,63o,
sedangkan dari triaxial test, nilai kohesinya sebesar 0,133 kg/cm2 dan sudut geser
dalam sebesar 2,177o. Nilai kadar air optimum tanah ini sebesar 26,25% dan
kepadatan kering optimum sebesar 1,488; hal ini diketahui dari pengujian
standard proctor. Presentase butiran dari gravel, pasir, lanau, dan lempung
berturut-turut adalah sebanyak 0 %; 16,93 %; 36,72 %; dan 46,35 %. Parameter
tanah lempung yang diperoleh dari pengujian batas atterberg adalah batas cair
41,32 %; batas plastis 12,45 %; dan indeks plastisitas 28,87 %. Nilai Su sebesar
15,406 kPa didapat dari pengujian UCS.
Berangkat dari data parameter tanah lempung pada tabel 4.1, maka dapat
diketahui bahwa tanah tersebut termasuk dalam klasifikasi tanah lunak/ lempung
lunak. Pertimbangan dalam penentuan klasifikasi tersebut adalah dengan
membandingkan parameter-parameter yang diperoleh dari pengujian pendahuluan
dengan pengklasifikasian tanah lunak dari referensi yang sudah ada. Perbandingan
parameter tanah dirangkumkan pada tabel 4.2. Referensi diambil dari Sasanti,
2008 dan Panduan Geoteknik 1, Puslitbang Prasarana Transportasi beserta acuan
klasifikasi tanah lunaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.2. Analisis Pengklasifikasian Tanah Lunak.
4.2. Analisis Hasil Pengujian Utama (Model Laboratorium)
Data yang diambil dari pengujian utama adalah bacaan dial gauge yang
merepresentasikan penurunan yang terjadi akibat pembebanan. Angka dari dial
gauge yang berada di sisi kiri dan kanan rel kemudian dirata-rata untuk
mendapatkan penurunan bagian tengah dari model. Setelah mendapatkan nilai
rerata, maka angka tersebut akan dikalikan dengan faktor kalibrasis sebesar 0,01
dengan tujuan memperoleh besaran penurunan aktual dalam satuan milimeter
(mm). Variasi posisi beban sebanyak empat posisi dan variasi siklus pergi-pulang
sebanyak masing-masing lima buah dengan total sepuluh kali perjalanan beban.
Hal ini turut menjadi pertimbangan dalam menginterpretasikan data hasil
pengujian. Pembahasan hasil pengujian utama akan dibagi menjadi tiga bagian
utama berdasar pada jenis tanah media pengujiannya, yaitu pasir, lempung, dan
lempung dengan perkuatan cerucuk. Setiap bagian utama tersebut akan kembali
dibagi menjadi lima bagian menurut besar pembebanannya. Penyajian data
tersebut akan dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan dalam
analisis. Hasil pengujian merupakan gambaran perilaku deformasi tanah dalam
menahan beban siklus. Analisis dilakukan dengan membandingkan besaran
deformasi yang tercatat secara aktual mengacu pada beban dan siklus.
Pembanding Satuan Parameter Tanah Acuan Referensi Kecocokan
kadar air % 57,83 ≥ 40
Sasanti, 2008
Cocok indeks
plastisitas % 28,87 >20 Cocok
Su kPa 15,406 < 20 Cocok
kuat geser kN/m2 13,3 12,5 - 25
Panduan Geoteknik 1,
Puslitbang Sarana Transportasi
Cocok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
4.2.1. Media Tanah Pasir
Penginterpretasian data di bawah ini dibagi menjadi lima menurut besar
pembebanan, yang kemudian terbagi lagi menurut siklus dari masing-masing
pembebanan. Pada masing-masing beban di bawah ini disajikan grafik dan tabel
dari hasil akhir pengujian utama.
a. Beban 16 kg
Posisi A
Gambar 4.1. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.2. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.1 dan gambar 4.2 hasil pengujian utama di atas, penurunan yang
signifikan terjadi pada titik dial 1 dan 2 yang mewakili posisi A. Siklus yang
ditinjau adalah pergi sebanyak lima kali dan pulang sebanyak lima kali. Setelah
beban diberikan untuk pertama kali, terjadi penurunan pada titik 1 dan titik 2
berturut-turut sebesar 0,3375 mm dan 0,2 mm untuk siklus pergi 1 (satu).
Penurunan meningkat pada titik 1 untuk siklus pergi 2 (dua) menjadi 0,3525 mm
dan pada titik 2 sebesar 0,1875. Pada fase siklus ini terjadi penurunan terbesar
dengan beban 16 kg di posisi A secara keseluruhan siklus pergi.
Perlu diketahui bahwa selain menjadi fase awal (dimulai dengan siklus pergi) dan
fase akhir (diakhiri dengan siklus pulang), posisi A merupakan penghubung antara
siklus pergi dan siklus pulang. Hal ini menyebabkan adanya kesamaan data hasil
penurunan posisi A untuk beberapa rangkaian siklus berikut,yaitu pulang 1 dan
pergi 2; pulang 2 dan pergi 3; pulang 3 dan pergi 4; serta pulang 4 dan pergi 5,
dimana masing-masing rangkaian tersebut hanya dilakukan satu kali pembacaan.
Ditinjau dari lima kali siklus pulang, penurunan yang terjadi tidak jauh berbeda
dengan siklus pergi. Penurunan yang terbesar terjadi sebesar 0,3575 mm di titik 1
pada siklus pulang lima (lima) yang diikuti dengan penurunan di titik 2 sebesar
0,2475. Besaran penurunan yang terjadi akan dicantumkan secara detail pada tabel
4.3 dan tabel 4.4.
Tabel 4.3. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi Beban
16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,3375 -0,2000 0,0100 0,0350 0,1400 2 -0,3525 -0,1875 -0,0300 0,0550 0,1100 3 -0,3425 -0,2000 -0,0400 0,0375 0,1000 4 -0,3425 -0,2425 -0,0400 0,0600 0,1125 5 -0,3475 -0,2375 -0,0450 0,0200 0,1175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.4. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,3525 -0,1875 -0,0300 0,0550 0,1100 2 -0,3425 -0,2000 -0,0400 0,0375 0,1000 3 -0,3425 -0,2425 -0,0400 0,0600 0,1125 4 -0,3475 -0,2375 -0,0450 0,0790 0,1175 5 -0,3575 -0,2475 -0,0500 0,0150 0,1125
Posisi B
Gambar 4.3. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.4. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Posisi B mempunyai posisi di antara titik dial 2 dan 3. Kedua titik inilah yang
mengalami penurunan tanah yang terbesar akibat pembebanan di posisi B, seperti
yang terlihat pada gambar 4.4 dan gambar 4.5. Pada siklus pergi, penurunan
terbesar terjadi pada siklus pergi ke 5 sebesar 0,22 mm pada titik 2 dan 0,18 mm,
sedangkan pada siklus pulang terjadi pada siklus pulang ke 5 sebesar 0,205 mm
pada titik 2 dan 0,155 mm pada titik 3. Tabel 4.5 dan tabel 4.6 berikut akan
mendeskripsikan secara rinci penurunan yang terjadi akibat pembebanan di posisi
B.
Tabel 4.5. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban
16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0950 -0,2000 -0,0875 -0,0100 0,1250
2 -0,0850 -0,1750 -0,0850 -0,0150 0,1125 3 -0,1000 -0,1850 -0,1050 -0,0300 0,0900 4 -0,1050 -0,2150 -0,1350 -0,0025 0,0775 5 -0,1350 -0,2200 -0,1800 -0,0050 0,0950
Tabel 4.6. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,1050 -0,1400 -0,1450 -0,0450 0,0300 2 -0,1075 -0,1850 -0,1450 -0,0500 0,0100 3 -0,0875 -0,1550 -0,1250 -0,0100 0,0550 4 -0,0975 -0,1900 -0,1500 -0,0700 -0,0550 5 -0,0900 -0,2050 -0,1550 -0,0800 -0,0800
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Posisi C
Gambar 4.5. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.6. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.5 dan gambar 4.6 adalah grafik penurunan media tanah pasir dengan
beban 16 kg untuk siklus pergi dan pulang. Setelah dari Posisi B, beban kembali
digerakkan ke posisi C dimana penurunan tanah terbesar terjadi pada titik 3 dan
titik 4. Pada siklus pergi ke 5 terjadi penurunan akibat secara berturut-turut untuk
titik 3 dan titik 4 sebesar 0,0975 mm dan 0,21 mm. Penurunan terbesar pada
siklus pulang terjadi pada siklus pulang ke 5 dengan besar 0,1875 mm dan 0,23
mm pada titik 3 dan 4. Tabel 4.7 dan tabel 4.8 merupakan tabel rincian penurunan
pembebanan di posisi C.
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.7. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban
16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0600 0,0350 -0,0450 -0,1800 -0,0300
2 0,0850 -0,0050 -0,0875 -0,1650 -0,0500 3 0,0450 0,0250 -0,1050 -0,1750 -0,0350 4 0,0500 -0,0350 -0,0950 -0,2000 -0,0450 5 0,0050 -0,0400 -0,0975 -0,2100 -0,0950
Tabel 4.8. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0650 -0,0200 -0,1450 -0,1650 -0,1000 2 0,0600 -0,0050 -0,1650 -0,2150 -0,0900 3 0,1150 0,0150 -0,1775 -0,1950 -0,0400 4 0,0500 -0,0350 -0,1725 -0,1750 -0,1200 5 -0,0300 0,0450 -0,1875 -0,2300 -0,0800
Posisi D
Gambar 4.7. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
16 kg dan Siklus Pergi
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 4.8. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
16 kg dan Siklus Pulang
Pada posisi D dilakukan tinjauan penurunan pada titik 4 dan titik 5. Sama seperti
titik A, posisi D siklus pergi dan siklus pulang merupakan posisi ujung dari suatu
siklus. Perbedaannya dengan posisi A adalah grafik penurunan dan besaran
penurunan dari posisi D mempunyai nilai yang sama, seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 4.7 dan gambar 4.8. Penurunan maksimal pada titik 4 dan titik 5
adalah 0,185 mm dan 0,295 mm. Rangkuman penurunan hasil pembebanan posisi
D disajikan pada tabel 4.9 dan tabel 4.10.
Tabel 4.9. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi Beban
16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1300 0,0300 0,0100 -0,1600 -0,2300
2 0,1400 0,0450 0,0100 -0,1600 -0,2200 3 0,1200 0,0700 -0,0200 -0,1350 -0,2200 4 0,1425 0,0300 -0,0450 -0,1250 -0,2500 5 0,0975 0,0400 -0,0550 -0,1850 -0,2950
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.10. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1300 0,0300 0,0100 -0,1600 -0,2300
2 0,1400 0,0450 0,0100 -0,1600 -0,2200 3 0,1200 0,0700 -0,0200 -0,1350 -0,2200 4 0,1425 0,0300 -0,0450 -0,1250 -0,2500 5 0,0975 0,0400 -0,0550 -0,1850 -0,2950
b. Beban 32 kg
Posisi A
Gambar 4.9. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 4.10. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang
Hasil pembebanan 32 kg pada media tanah pasir dibuat grafik pada gambar 4.9
dan gambar 4.10. Pemberian beban 32 kg dilakukan setelah semua siklus beban
16 kg (pergi-pulang) selesai dilakukan. Pada posisi beban awal di posisi A, titik
tinjauan adalah titik dial 1 dan titik dial 2. Dari grafik yang telah disajikan di atas,
terlihat bahwa penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 5 untuk pergi dan siklus
ke 4 untuk pulang. Besarnya penurunan maksimal untuk siklus pergi 5 adalah 0,39
mm di titik 1 dan 0,29 mm di titik 2, sedangkan untuk siklus pulang 4 adalah 0,39
mm di titik 1 dan 0,295 di titik 2. Tabel 4.11 dan tabel 4.12 berikut berisi tentang
nilai penurunan yang terjadi pada fase ini.
Tabel 4.11. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,3125 -0,2400 -0,0150 0,1000 0,1150 2 -0,3175 -0,2100 -0,0400 0,0925 0,1800 3 -0,3375 -0,2670 -0,0400 0,0725 0,1850 4 -0,3325 -0,1950 -0,0350 0,0650 0,1700 5 -0,3900 -0,2950 -0,0350 0,0450 0,1750
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.12. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,3175 -0,2100 -0,0400 0,0925 0,1800 2 -0,3375 -0,2670 -0,0400 0,0725 0,1850 3 -0,3325 -0,1950 -0,0350 0,0650 0,1700 4 -0,3900 -0,2950 -0,0350 0,0450 0,1750 5 -0,3675 -0,3100 -0,0650 0,0525 0,1750
Posisi B
Gambar 4.11. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.12. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Didasarkan pada grafik hasil pengujian utama untuk beban 32 kg posisi B,
penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 5 untuk pergi dan siklus ke 5 pula untuk
pulang. Nilai penurunan dari titik tinjauan 2 dan 3 untuk siklus pergi ke 5 adalah
0,365 mm dan 0,315 mm. Pada siklus pulang ke 5 dengan titik tinjauan yang sama
dihasilkan penurunan sebesar 0,32 mm dan 0,22 mm.
Tabel 4.13. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban
32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,2075 -0,3000 -0,1800 -0,0200 0,1500
2 -0,2050 -0,3400 -0,2000 -0,0100 0,1575 3 -0,2125 -0,3300 -0,2200 -0,0300 0,1150 4 -0,2175 -0,3500 -0,2600 -0,0400 0,1250 5 -0,2075 -0,3650 -0,3150 -0,0800 0,1800
Tabel 4.14. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PUL
AN
G K
E - 1 -0,1250 -0,2900 -0,1600 0,0025 0,0900
2 -0,1385 -0,3000 -0,1475 -0,0325 0,0700 3 -0,1225 -0,3100 -0,1900 -0,0725 0,0800 4 -0,1575 -0,3100 -0,1700 -0,0600 0,0900 5 -0,1600 -0,3200 -0,2200 -0,0575 0,1000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Posisi C
Gambar 4.13. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.14. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang
Ditinjau dari titik dial 3 dan titik dial 4 untuk posisi pembebanan C pada gambar
4.13 serta gambar 4.14, diperoleh penurunan dari masing-masing siklus. Siklus
pergi dengan penurunan terbesar diketahui terjadi di siklus pergi ke 4 dan untuk
siklus pulang terjadi di siklus pulang ke 5. Angka penurunan terbesar di titik dial
3 dan titik dial 4 untuk siklus pergi ke 4 dan siklus pulang ke 5 berturut-turut
adalah 0,245 mm dan 0,33 mm serta 0,34 mm dan 0,28 mm. Nilai-nilai penurunan
ini disajikan secara detail pada tabel 4.15 dan tabel 4.16 di bawah.
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.15. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban
32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0800 -0,0750 -0,2100 -0,2800 -0,0200
2 0,0275 -0,1100 -0,2000 -0,2950 -0,0450 3 0,0500 -0,0500 -0,2450 -0,3300 -0,1200 4 0,0700 -0,0200 -0,2250 -0,3400 -0,0950 5 0,0500 -0,0800 -0,2450 -0,3300 -0,0900
Tabel 4.16. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,1200 -0,0400 -0,2900 -0,2500 -0,0200 2 0,1100 -0,0300 -0,3000 -0,2500 -0,0550 3 0,1775 -0,0700 -0,3200 -0,2700 -0,0900 4 0,1700 -0,0650 -0,3250 -0,2600 -0,0900 5 0,1825 -0,0500 -0,3400 -0,2800 -0,0600
Posisi D
Gambar 4.15. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
32 kg dan Siklus Pergi
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 4.16. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
32 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.15 dan gambar 4.16 di atas merupakan grafik penurunan pada media
tanah pasir dengan beban 32 kg. Pembebanan 32 kg pada posisi D merupakan
posisi terakhir sebelum dilakukan penggantian beban. Dari tabel 4.17 dan tabel
4.18 penurunan pada posisi D untuk siklus pulang dan pergi diketahui bahwa
penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 5 untuk siklus pergi dan siklus pulang.
Besarnya pada titik dinjauan 4 dan 5 sebesar 0,34 mm dan 0,38 mm dari siklus
pergi dan siklus pulang.
Tabel 4.17. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1200 0,1050 -0,0600 -0,2050 -0,3450
2 0,1375 0,0500 -0,0600 -0,2700 -0,3025 3 0,1400 0,0850 -0,0725 -0,2800 -0,3500 4 0,1800 0,1020 -0,1100 -0,3150 -0,3400 5 0,1600 0,0600 -0,1200 -0,3400 -0,3800
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.18. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,1200 0,1050 -0,0600 -0,2050 -0,3450 2 0,1375 0,0500 -0,0600 -0,2700 -0,3025 3 0,1400 0,0850 -0,0725 -0,2800 -0,3500 4 0,1800 0,1020 -0,1100 -0,3150 -0,3400 5 0,1600 0,0600 -0,1200 -0,3400 -0,3800
c. Beban 48 kg
Posisi A
Gambar 4.17. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.18. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang
Tahap pembebanan seberat 48 kg dilakukan setelah tahap 32 kg dilakukan dengan
hasil disajikan pada gambar 4.17 dan gambar 4.18. Dimulai dengan posisi A
dengan menerapkan siklus pembebanan seperti sebelumnya. Hasil pengujian pada
pembebanan 48 kg menunjukkan bahwa penurunan maksimal terjadi pada siklus
pergi ke 5 sebesar 0,6575 mm di titik dial 1 dan 0,38 mm di titik dial 2. Dari
siklus pulang sendiri diketahui penurunan terbesarnya terjadi pada siklus ke 4
dengan besarnya di titik dial 1 dan titik 2 adalah 0,6575 mm dan 0,38 mm.
Tabel 4.19. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,5250 -0,3850 -0,1200 0,0675 0,1450
2 -0,6025 -0,3800 -0,1400 0,0375 0,1650 3 -0,5275 -0,3900 -0,1150 0,0965 0,1400 4 -0,5950 -0,3700 -0,0900 0,0500 0,1975 5 -0,6575 -0,3800 -0,0600 0,0400 0,1825
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.20. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,6025 -0,3800 -0,1400 0,0375 0,1650 2 -0,5275 -0,3900 -0,0900 0,0965 0,1400 3 -0,5950 -0,3700 -0,0900 0,0500 0,1975 4 -0,6575 -0,3800 -0,0600 0,0400 0,1825 5 -0,5825 -0,4250 -0,0950 -0,0025 0,1425
Posisi B
Gambar 4.19. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.20. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang
-0.6
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.19 dan gambar 4.20 di atas memperlihatkan kecenderungan penurunan
yang terjadi pada media tanah pasir untuk posisi B dengan beban 48 kg. Saat
tahap pembebanan dilakukan pada posisi B, titik tinjauan penurunannya adalah
titik dial 2 dan titik dial 3. Siklus pergi ke 5 dan siklus pulang ke 5 diketahui
mengalami penurunan yang paling besar di antara semua siklus pada tahap ini.
Penurunan terbesar yang terjadi adalah pada titik dial 2 dan titik dial 3 di siklus
pergi 5 adalah 0,36 mm dan 0,47 mm, serta untuk siklus pulang 5 sebesar sebesar
0,475 mm dan 0,392 mm. Tabel 4.21 dan tabel 4.22 di bawah menyajikan rincian
nilai penurunan yang terjadi.
Tabel 4.21. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban
48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,1125 -0,3700 -0,3700 -0,0375 0,1100
2 -0,1525 -0,3600 -0,3800 -0,0300 0,1650 3 -0,1125 -0,3400 -0,4200 -0,0725 0,0950 4 -0,1775 -0,3350 -0,4500 -0,0250 0,1800 5 -0,1875 -0,3600 -0,4700 -0,0375 0,1700
Tabel 4.22. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0700 -0,3850 -0,3400 -0,0725 0,0200 2 -0,0900 -0,3850 -0,3150 -0,0625 0,0350 3 -0,1100 -0,4400 -0,3650 -0,0425 0,0550 4 -0,1275 -0,3640 -0,2950 -0,0725 0,0650 5 -0,1275 -0,4750 -0,3920 -0,0875 0,0550
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Posisi C
Gambar 4.21. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.22. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang
Titik dial 3 dan titik dial 4 digunakan sebagai tinjauan untuk posisi C beban 48 kg.
Terlihat dari gambar 4.21 dan gambar 4.22 penurunan bahwa terjadi penurunan
maksimal pada siklus ke 5 untuk pergi dan siklus ke 5 untuk pulang. Nilai
penurunan di titik dial 3 dan titik dial 4 berdasarkan siklus pergi 5 dan siklus
pulang 5 secara berturut-turut adalah 0,24 mm; 0,495 mm; 0,29 mm; dan 0,43
mm. Rincian nilai penurunan yang terjadi dapat diberikan pada tabel 4.23 dan
tabel 4.24.
-0.6
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 4.23. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban
48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1300 0,0675 -0,2857 -0,3600 -0,1300
2 0,0980 0,0225 -0,1875 -0,4000 -0,1250 3 0,1200 0,0500 -0,1700 -0,4340 -0,0150 4 0,1075 0,0475 -0,2350 -0,4680 -0,0300 5 0,0675 0,0200 -0,2400 -0,4950 -0,0800
Tabel 4.24. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2200 0,0300 -0,2925 -0,3750 -0,1600 2 0,1900 0,0450 -0,2800 -0,3500 -0,0300 3 0,2100 -0,0300 -0,3900 -0,4200 -0,0650 4 0,1500 -0,0300 -0,3500 -0,4020 -0,1100 5 0,2200 0,0000 -0,2900 -0,4300 -0,0300
Posisi D
Gambar 4.23. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
48 kg dan Siklus Pergi
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 4.24. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
48 kg dan Siklus Pulang
Pada posisi terakhir pembebanan 48 kg ini, titik tinjauan dilakukan dengan
menggunakan titik dial 4 dan titik dial 5. Berdasarkan gambar 4.23, gambar 4.24,
tabel 4.25, dan tabel 4.26 tentang penuruna yang terjadi pada media tanah pasir di
posisi D dengan beban 48 kg, diketahui besarnya penurunan maksimal pada siklus
pergi untuk masing-masing titik tinjauan adalah 0,4925 mm dan 0,5485 mm. Hal
ini didapatkan dari siklus ke 2 baik pergi maupun pulang.
Tabel 4.25. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,2175 0,1500 -0,0075 -0,2975 -0,4200
2 0,1575 0,0900 -0,0500 -0,3925 -0,5485 3 0,3225 0,1600 -0,0650 -0,4925 -0,4750 4 0,2175 0,0800 -0,0700 -0,4875 -0,5350 5 0,2925 0,1150 -0,0975 -0,3675 -0,5150
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4.26. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2175 0,1500 -0,0075 -0,2975 -0,4200 2 0,1575 0,0900 -0,0500 -0,3925 -0,5485 3 0,3225 0,1600 -0,0650 -0,4925 -0,4750 4 0,2175 0,0800 -0,0700 -0,4875 -0,5350 5 0,2925 0,1150 -0,0975 -0,3675 -0,5150
d. Beban 64 kg
Posisi A
Gambar 4.25. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.26. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tahap pembebanan dengan beban 64 kg merupakan tahap ke 4 dari pengujian
utama dengan media pasir. Dari penurunan yang dicatat dan dianalisis, disajikan
grafik dan tabel data penurunan seperti pada gambar 4.25, gambar 4.26, tabel
4.27, dan tabel 4.28. Pada posisi A, diketahui bahwa penurunan terbesar akibat
beban 64 kg terjadi pada siklus pergi ke 4 dengan besar penurunan tersebut adalah
0,86 mm di titik dial 1 dan 0,49 mm di titik dial 2. Di samping itu, siklus pulang
ke 3 mengalami penurunan yang terbesar dengan 0,86 mm pada titik dial 1 dan
0,49 mm pada titik dial 2.
Tabel 4.27. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,6600 -0,3550 -0,0275 0,0275 0,0750
2 -0,6200 -0,4300 -0,0725 0,0275 0,1050 3 -0,7900 -0,4000 -0,1300 0,0650 0,1450 4 -0,8600 -0,4900 -0,1475 -0,0050 0,1680 5 -0,8025 -0,4700 -0,1400 0,0200 0,1400
Tabel 4.28. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,7700 -0,4300 -0,0725 0,0275 0,1050 2 -0,7900 -0,4000 -0,1300 0,0650 0,1450 3 -0,8600 -0,4900 -0,1475 -0,0050 0,1680 4 -0,8025 -0,4700 -0,1400 0,0200 0,1400 5 -0,8000 -0,4600 -0,2275 -0,0325 0,1950
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Posisi B
Gambar 4.27. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.28. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang
Dari gambar 4.27 dan gambar 4.28 di atas tentang penurunan pada media pasir
pada posisi B, didapatkan penurunan maksimum dari masing-masing siklus.
Beban 64 kg mengakibatkan penurunan maksimum terjadi pada siklus pergi yang
ke 4 dan siklus pulang ke 5. Besar penurunan maksimal untuk siklus pergi dengan
tinjauan berdasar titik dial 2 dan titik dial 3 adalah 0,43 mm dan 0,5475 mm,
sedangkan untuk siklus pulang adalah 0,54 mm dan 0,5175 mm. Secara rinci, nilai
penurunan yang terjadi disajikan pada tabel 4.29 dan tabel 4.30.
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 4.29. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban
64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0900 -0,3100 -0,3525 -0,1900 0,0100
2 -0,0675 -0,3300 -0,4575 -0,2075 0,0825 3 -0,0750 -0,3600 -0,5175 -0,1885 0,2000 4 -0,0975 -0,4300 -0,5475 -0,1975 0,1250 5 -0,0925 -0,3750 -0,5375 -0,1975 0,0850
Tabel 4.30. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0400 -0,4000 -0,4325 -0,2475 -0,0175 2 0,0700 -0,4500 -0,3725 -0,1275 0,0975 3 -0,0700 -0,4900 -0,4375 -0,1775 0,0950 4 -0,0525 -0,4200 -0,4075 -0,1075 0,0865 5 -0,0550 -0,5400 -0,5175 -0,2250 0,0625
Posisi C
Gambar 4.29. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.30. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang
Ketika beban 64 kg memasuki posisi C, maka titik tinjauan penurunan yang
dipakai adalah titik dial 3 dan titik dial 4. Dari keseluruhan data penurunan di
posisi C yang ditunjukkan oleh gambar 4.29 dan gambar 4.30, diperoleh
penurunan terbesar dari kelima siklus pergi dan siklus pulang. Penurunan
maksimal pada siklus pergi terjadi di siklus ke 5. Hal ini diketahui dari besar
penurunan di titik dial 3 sebesar 0,5075 mm dan di titik dial 4 sebesar 0,5775 mm.
Kondisi yang sama juga terjadi pada siklus pulang ke 5 dengan besar penurunan di
titik dial 3 sebesar 0,4875 mm dan titik dial 4 sebesar 0,6325 mm.
Tabel 4.31. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban
64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,2130 -0,0100 -0,3925 -0,4125 -0,0475
2 0,1750 -0,0600 -0,3125 -0,4625 0,0200 3 0,2225 -0,0350 -0,3950 -0,5775 -0,0225 4 0,2175 -0,0425 -0,4025 -0,5375 -0,1475 5 0,1640 -0,0650 -0,5075 -0,5775 -0,1025
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.32. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2350 -0,0800 -0,3475 -0,3775 0,0850 2 0,1950 -0,0650 -0,4100 -0,3725 0,2000 3 0,2150 -0,1150 -0,4425 -0,5325 -0,0550 4 0,1250 -0,1550 -0,4575 -0,5000 -0,0250 5 0,1625 -0,1800 -0,4875 -0,6325 -0,1850
Posisi D
Gambar 4.31. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.32. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
64 kg dan Siklus Pulang
-1.1
-0.9
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.1
-0.9
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Fase yang sama juga diasumsikan pada posisi D untuk beban 64 kg, dimana grafik
dan tabel hasil pengujian mempunyai nilai yang sama pada tabel 4.33 dan tabel
4.34. Di samping itu, gambar 4.31 dan gambar 4.32 juga menunjukkan penurunan
terbesar untuk semua siklus. Penurunan terbesar diketahui ada di siklus ke 5 dari
besar penurunan untuk titik dial 4 sebesar 0,6025 mm dan titik dial 5 sebesar
0,8825 mm.
Tabel 4.33. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,2800 -0,0100 -0,1500 -0,3725 -0,6150
2 0,2450 0,0200 -0,1175 -0,3975 -0,6500 3 0,2600 -0,0730 -0,1775 -0,5825 -0,7300 4 0,2950 -0,0500 -0,2000 -0,4875 -0,8050 5 0,2500 -0,1000 -0,2700 -0,6025 -0,8825
Tabel 4.34. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2800 -0,0100 -0,1500 -0,3725 -0,6150 2 0,2450 0,0200 -0,1175 -0,3975 -0,6500 3 0,2600 -0,0730 -0,1775 -0,5825 -0,7300 4 0,2950 -0,0500 -0,2000 -0,4875 -0,8050 5 0,2500 -0,1000 -0,2700 -0,6025 -0,8825
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
e. Beban 80 kg
Posisi A
Gambar 4.33. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.34. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang
Dari gambar 4.33 dan gambar 4.34, titik tinjauan merupakan titik dial 1 dan titik
dial 2 dengan tujuan untuk mengetahui penurunan terbesar dari masing-masing
siklus. Ditinjau dari siklus pergi, penurunan terbesar terjadi di siklus ke 3 dengan
besarnya pada titik dial 1 dan titik dial 2 adalah 1,0625 mm dan 0,5875 mm. Pada
siklus pergi didapatkan penurunan maksimal pada siklus ke 5 dengan besar di titik
dial 1 dan titik dial 2 adalah 1,0725 mm dan 0,85 mm. Tabel 4.35 dan tabel 4.36
di bawah memberikan nilai penurunan secara detail.
-1.2
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.2
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 4.35. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,9600 -0,6400 -0,0490 0,0275 0,0775
2 -1,0475 -0,7100 -0,0640 -0,0060 0,1600 3 -1,0625 -0,5875 -0,0555 -0,0125 -0,0200 4 -1,0600 -0,6750 -0,1190 -0,0300 -0,0275 5 -1,0575 -0,7100 -0,0790 0,0150 0,1075
Tabel 4.36. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -1,0475 -0,7100 -0,0640 -0,0060 -0,1675 2 -1,0625 -0,5875 -0,0555 -0,0125 -0,0200 3 -1,0600 -0,6750 -0,1190 -0,0300 -0,0275 4 -1,0575 -0,7100 -0,0790 0,0150 0,1075 5 -1,0725 -0,8500 -0,1190 -0,0350 -0,0625
Posisi B
Gambar 4.35. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 4.36. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang
Terlihat dari gambar 4.35 dan gambar 4.36 bahwa penurunan terbesar dialami
model pada siklus ke 5 baik siklus pulang maupun siklus pergi. Besar penurunan
dari pembebanan 80 kg untuk titik dial 2 dan titik dial 3 adalah sebesar 0,513 mm
dan 0,604 mm untuk siklus pergi, sedangkan untuk siklus pulang diketahui
sebesar 0,647 mm dan 0,503 mm. Tabel 4.37 dan tabel 4.38 akan menyajikan nilai
penurunan yang terjadi pada tiap-tiap siklus pembebanan.
Tabel 4.37. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pergi Beban
80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,1525 -0,3900 -0,4870 -0,0980 0,1275
2 -0,1625 -0,4220 -0,5970 -0,0600 0,0900 3 -0,1750 -0,3750 -0,5690 -0,1700 -0,0350 4 -0,1925 -0,4800 -0,5690 -0,1175 0,0150 5 -0,2150 -0,5130 -0,6040 -0,0880 0,1400
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 4.38. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0450 -0,4970 -0,3580 -0,0910 0,0750 2 -0,0773 -0,5650 -0,4240 -0,1175 0,1000 3 -0,1050 -0,5460 -0,4165 -0,1800 0,1225 4 -0,1375 -0,6270 -0,5030 -0,1000 0,1225 5 -0,1500 -0,6470 -0,5340 -0,1050 0,0875
Posisi C
Gambar 4.37. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.38. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang
-0.9
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.9
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Berdasarkan gambar 4.37 dan gambar 4.38, beban sebesar penurunan pada
subgrade model secara signifikan di titik dial 3 dan titik dial 4. Hal ini sesuai yang
ditunjukkan oleh Data-data penurunan dipaparkan secara rinci pada tabel 4.39
untuk siklus pergi dan tabel 4.40 untuk siklus pulang. Dari data-data tersebut,
terlihat bahwa penurunan terbesar terjadi pada siklus pergi ke 3 dan siklus pulang
ke 5. Hal ini didasarkan pada besar penurunan di titik dial 3 dan titik dial 4
sebesar 0,384 mm dan 0,65 mm untuk siklus pergi, serta 0,577 mm dan 0,504 mm
untuk siklus pulang.
Tabel 4.39. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pergi Beban
80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1725 0,0150 -0,4290 -0,4800 -0,0300
2 0,1475 -0,0600 -0,4240 -0,4500 -0,0050 3 0,1125 0,0000 -0,3840 -0,6500 -0,1600 4 0,0775 -0,0250 -0,4740 -0,6300 -0,0800 5 0,0575 -0,0250 -0,4190 -0,5600 -0,1450
Tabel 4.40. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2850 0,1100 -0,4340 -0,3850 -0,0600 2 0,2470 0,0700 -0,4480 -0,4050 -0,1650 3 0,2130 0,0450 -0,5750 -0,4270 -0,1100 4 0,1890 0,1100 -0,5170 -0,4800 -0,1200 5 0,2300 0,0300 -0,5770 -0,5040 -0,2300
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Posisi D
Gambar 4.39. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.40. Grafik Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D dengan Beban
80 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.39 dan gambar 4.40 menunjukkan bahwa beban 80 kg yang berada
pada posisi D dari model menyebabkan terjadinya penurunan tanah pada ujung
model. Data-data yang dicatat dari dial gauge dengan titik dial 4 dan titik dial 5
menunjukkan beberapa kondisi yang dapat ditentukan sebagai penurunan
maksimal. Kondisi tersebut terjadi pada siklus ke 2 dari siklus pergi dan pulang
sebesar 0,685 mm di titik dial 4 dan 1,03 mm di titik dial 5. Tabel 4.41 dan tabel
4.42 menyajikan hasil penurunan secara rinci.
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tabel 4.41. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,2900 0,1100 -0,0900 -0,5550 -0,9900
2 0,2000 0,1400 -0,1100 -0,6850 -1,0300 3 0,2600 0,0600 -0,1500 -0,7250 -0,9750 4 0,2800 0,0500 -0,1500 -0,7075 -0,9975 5 0,2600 -0,0100 -0,1900 -0,6900 -1,0250
Tabel 4.42. Penurunan Media Tanah Pasir Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2900 0,1100 -0,0900 -0,5550 -0,9900 2 0,2000 0,1400 -0,1100 -0,6850 -1,0300 3 0,2600 0,0600 -0,1500 -0,7250 -0,9750 4 0,2800 0,0500 -0,1500 -0,7075 -0,9975 5 0,2600 -0,0100 -0,1900 -0,6900 -1,0250
4.2.2. Media Tanah Lempung
Setelah pengujian dengan media tanah pasir selesai dilakukan, maka selanjutnya
merupakan pengujian dengan media tanah lempung. Data-data hasil pengujian
utama ini dipaparkan pada grafik dan tabel sesuai dengan siklus pulang dan
perginya. Masing-masing posisi beban mempunyai titik tinjauan penurunan
sendiri untuk mengetahui penurunan terbesar yang terjadi akibat pembebanan
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
a. Beban 16 kg
Posisi A
Gambar 4.41. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.42. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang
Terlihat dari gambar 4.41 dan gambar 4.42, perbedaan penurunan yang cukup
jelas terjadi dari masing-masing siklus pembebanan. Siklus ke 5 dari kedua siklus
pergi dan siklus ke 4 dari siklus pulang terjadi penurunan terbesar dari semua
siklus pada fase ini. Besar penurunan pada titik dial 1 dan titik dial 2 secara
berturut-turut untuk siklus pergi 5 serta siklus pulang 4 adalah 0,55 mm dan 0,373
mm serta 0,55 mm dan 0,373 mm. Data penurunan secara detail disajikan pada
tabel 4.43 dan tabel 4.44
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Tabel 4.43. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,3750 -0,3230 -0,1305 0,0350 0,0650
2 -0,4400 -0,3230 -0,0955 -0,0075 0,1100 3 -0,4550 -0,3330 -0,0205 -0,0075 0,0550 4 -0,4650 -0,3580 -0,0255 -0,0125 0,0200 5 -0,5500 -0,3730 -0,0205 -0,0225 0,0025
Tabel 4.44. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,4400 -0,3230 -0,0955 -0,0075 0,1100 2 -0,4550 -0,3330 -0,0205 -0,0075 0,0550 3 -0,4650 -0,3580 -0,0255 -0,0125 0,0200 4 -0,5500 -0,3730 -0,0205 -0,0225 0,0025 5 -0,5050 -0,3980 -0,1055 -0,0525 -0,0150
Posisi B
Gambar 4.43. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi
-0.6
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Gambar 4.44. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang
Berdasarkan gambar 4.43 dan gambar 4.44, diperoleh siklus penurunan terbesar
dari pergi dan pulang. Dari siklus pergi diketahui penurunan maksimal terjadi
pada siklus ke 5 dengan besar 0,3655 mm pada titik 2 dan 0,4255 mm pada titik 3.
Sedangkan untuk siklus pulang terjadi pada siklus ke 4 dengan besar 0,323 mm di
titik dial 2 dan 0,4505 mm di titik dial 3. Angka-angka ini dapat dilihat pada tabel
4.45 dan tabel 4.46 di bawah.
Tabel 4.45. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0700 -0,2980 -0,3395 -0,0275 0,1050
2 -0,0790 -0,3180 -0,3505 -0,1075 0,0050 3 -0,0800 -0,3430 -0,3855 -0,2075 -0,0450 4 -0,0900 -0,3420 -0,3905 -0,1675 -0,0650 5 -0,0950 -0,3655 -0,4255 -0,2050 -0,0900
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK(cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 4.46. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0210 -0,2830 -0,3830 -0,1375 -0,0050 2 -0,0090 -0,3080 -0,3705 -0,1675 -0,0400 3 -0,0050 -0,3180 -0,4305 -0,2075 -0,0750 4 -0,0140 -0,3230 -0,4505 -0,2175 -0,0900 5 -0,0100 -0,3230 -0,4355 -0,2325 -0,1250
Posisi C
Gambar 4.45. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.46. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar 4.45 dan gambar 4.46 memperlihatkan penurunan terbesar yang terjadi
pada dua titik dial yang berada di bawah posisi C. Titik dial 3 dan titik dial 4
digunakan untuk meninjau penurunan dimana posisi C berada. Tabel 4.47 dan
tabel 4.48 menunjukkan data penurunan yang terjadi akibat pembebanan di posisi
C. Pada siklus pergi, diketahui penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 5 yang
ditunjukkan oleh besar penurunan pada titik dial ke 3 sebesar 0,4455 mm dan
pada titik dial ke 4 sebesar 0,39 mm. Sedangkan pada siklus pulang terjadi di
siklus pulang 5 dengan besar penurunan di titik dial 3 dan titik dial 4 adalah
0,4205 mm dan 0,39 mm.
Tabel 4.47. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0350 -0,1780 -0,3680 -0,2150 0,0450
2 0,0375 -0,1930 -0,3905 -0,2810 -0,0225 3 0,0400 -0,2080 -0,4255 -0,3375 -0,0850 4 0,0150 -0,2320 -0,4255 -0,3525 -0,0675 5 0,0050 -0,2330 -0,4455 -0,3900 -0,1050
Tabel 4.48. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
-
1 0,0850 -0,1430 -0,3480 -0,2875 -0,0900 2 0,0750 -0,1480 -0,3755 -0,3200 -0,1400 3 0,0650 -0,1705 -0,4105 -0,3575 -0,1625 4 0,0475 -0,1830 -0,3905 -0,3625 -0,1825 5 0,0600 -0,1830 -0,4205 -0,3900 -0,2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Posisi D
Gambar 4.47. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.48. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 16 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.47 dan gambar 4.48 adalah grafik penurunan yang terjadi pada media
tanah lempung posisi D dengan beban 16 kg. Pada posisi terakhir pembebanan 16
kg, grafik dan tabel pencatatan mempunyai nilai yang sama karena posisi D
merupakan posisi yang paling ujung atau terakhir pada tiap-tiap siklus.
Ditunjukkan oleh tabel 4.49 dan 4.50, penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 5.
Besar penurunan pada titik dial 4 dan titik dial 5 secara berurutan yaitu 0,3525
mm dan 0,5425 mm.
-0.7
-0.6
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 4.49. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0360 -0,1005 -0,1405 -0,2775 -0,4450
2 0,0290 -0,1230 -0,1605 -0,3075 -0,5075 3 0,0200 -0,1330 -0,2305 -0,3375 -0,5310 4 0,0150 -0,1490 -0,2555 -0,3625 -0,5350 5 0,0000 -0,1580 -0,2055 -0,3525 -0,5425
Tabel 4.50. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0360 -0,1005 -0,1405 -0,2775 -0,4450 2 0,0290 -0,1230 -0,1605 -0,3075 -0,5075 3 0,0200 -0,1330 -0,2305 -0,3375 -0,5310 4 0,0150 -0,1505 -0,2555 -0,3625 -0,5350 5 0,0000 -0,1580 -0,2055 -0,3525 -0,5425
b. Beban 32 kg
Posisi A
Gambar 4.49. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Gambar 4.50. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang
Dimulai dari posisi A, beban 32 kg memberikan penurunan bagi model yang
ditinjau dari titik dial 1 dan titik dial 2 seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.49
dan gambar 4.50. Masing-masing siklus terjadi penurunan terbesar dimana pada
siklus pergi terdapat di siklus ke 5 dan siklus pulang terdapat di siklus ke 5 pula.
Berdasarkan tabel 4.51 dan tabel 4.52, titik dial 1 dan titik dial 2 pada siklus
menunjukkan angka penurunan sebesar 0,92 mm dan 0,57 mm pada siklus pergi
5, sedangkan pada siklus pulang 5 sebesar 0,93 mm dan 0,58 mm.
Tabel 4.51. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,7700 -0,3075 -0,0850 0,0000 0,0150
2 -0,8200 -0,4725 -0,2300 -0,1450 -0,1525 3 -0,8600 -0,5050 -0,2875 -0,1950 -0,2175 4 -0,8750 -0,5100 -0,2950 -0,2400 -0,2600 5 -0,9200 -0,5700 -0,3250 -0,2600 -0,2850
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Tabel 4.52. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,8200 -0,4725 -0,2300 -0,1450 -0,1525 2 -0,8600 -0,5050 -0,2875 -0,1950 -0,2175 3 -0,8750 -0,5100 -0,2950 -0,2400 -0,2600 4 -0,9200 -0,5700 -0,3250 -0,2600 -0,2850 5 -0,9300 -0,5800 -0,3500 -0,3050 -0,3200
Posisi B
Gambar 4.51. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.52. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Penurunan yang terjadi akibat pembebanan pada posisi B disajikan pada tabel
4.53 untuk siklus pergi dan tabel 4.54 untuk siklus pulang. Mengacu pada titik
dial 2 dan titik dial 3 yang menginterpretasikan posisi B, dapat diketahui
penurunan terbesar dari masing-masing siklus. Hal ini sesuai dengan gambar 4.51
dan gambar 4.52 di atas. Besar penurunan 0,675 mm di titik dial 2 dan 0,735 mm
di titik dial 3 menunjukkan terjadi penurunan yang paling besar di siklus pergi ke
5. Pada siklus pulang, penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 4. Hal ini
ditunjukkan oleh penurunan yang terjadi sebesar 0,57 mm di titik dial 2 dan 0,72
mm di titik dial ke 3.
Tabel 4.53. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,1150 -0,5225 -0,5650 -0,1200 0,1050
2 -0,1675 -0,5950 -0,6500 -0,2200 -0,1175 3 -0,1825 -0,6375 -0,6575 -0,2950 -0,0600 4 -0,1950 -0,6550 -0,6800 -0,3300 -0,2350 5 -0,2200 -0,6750 -0,7350 -0,3750 -0,2800
Tabel 4.54. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
-
1 0,0550 -0,4500 -0,6400 -0,2000 -0,0400 2 0,0075 -0,5100 -0,6625 -0,2550 -0,0800 3 -0,0200 -0,5450 -0,6750 -0,2800 -0,1100 4 -0,0450 -0,5700 -0,7200 -0,3250 -0,1250 5 -0,0750 -0,5850 -0,6950 -0,3750 -0,1050
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Posisi C
Gambar 4.53. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.54. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang
Terlihat dari gambar 4.53 dan gambar 4.54 tentang penurunan media tanah
lempung pada posisi C dengan beban 32 kg dan siklus pergi di atas, siklus ke 5
pembebanan merupakan siklus yang mengalami penurunan terbesar di antara
semua siklus pergi, yaitu sebesar 0,735 mm di titik dial 3 dan 0,735 mm di titik
dial 4. Urutan siklus yang sama untuk siklus pulang yang mengalami penurunan
terbesar dengan 0,7 mm di titik 3 dan 0,765 mm di titik 4. Tabel 4.55 dan tabel
4.56 menyajikan nilai penurunan pada posisi C untuk beban 32 kg.
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Tabel 4.55. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1000 -0,1825 -0,6050 -0,4850 0,0300
2 0,0800 -0,2200 -0,6500 -0,5500 -0,0400 3 0,0600 -0,2600 -0,6550 -0,5850 -0,0250 4 0,0500 -0,2650 -0,6050 -0,6175 -0,0700 5 0,0400 -0,2950 -0,7350 -0,7350 -0,0950
Tabel 4.56. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2550 -0,0790 -0,6450 -0,5650 -0,1900 2 0,2100 -0,1200 -0,7000 -0,6450 -0,2850 3 0,2150 -0,1400 -0,6800 -0,6250 -0,3300 4 0,2000 -0,1750 -0,6800 -0,7250 -0,3850 5 0,1850 -0,1950 -0,7000 -0,7650 -0,4200
Posisi D
Gambar 4.55. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pergi
-1.1
-0.9
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Gambar 4.56. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 32 kg dan Siklus Pulang
Tabel 4.57 dan 4.58 berisi tentang besarnya penurunan akibat beban 32 kg pada
posisi 32 kg. Di samping itu, disajikan grafik dengan gambar 4.55 dan gambar
4.56. Titik dial 4 dan titik dial 5 digunakan untuk meninjau penurunan terbesar
dan didapatkan 0,6225 mm dan 0,91 mm untuk tiap titik tinjauan. Kondisi ini
terjadi pada siklus pergi dan pulang ke 5.
Tabel 4.57. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0950 -0,0200 -0,1750 -0,3725 -0,7300
2 0,0800 -0,0825 -0,2650 -0,4775 -0,7900 3 0,0700 -0,1150 -0,3100 -0,4450 -0,8750 4 0,0500 -0,1350 -0,3350 -0,5775 -0,8750 5 0,0400 -0,1300 -0,3475 -0,6225 -0,9100
-1.1
-0.9
-0.7
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Tabel 4.58. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0950 -0,0200 -0,1750 -0,3725 -0,7300 2 0,0800 -0,0825 -0,2650 -0,4775 -0,7900 3 0,0700 -0,1150 -0,3100 -0,4450 -0,8750 4 0,0500 -0,1350 -0,3350 -0,5775 -0,8750 5 0,0400 -0,1300 -0,3475 -0,6225 -0,9100
c. Beban 48 kg
Posisi A
Gambar 4.57. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi
-1.6-1.4-1.2-1.0-0.8-0.6-0.4-0.20.00.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Gambar 4.58. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang
Dari gambar 4.57 dan gambar 4.58 terlihat bahwa penurunan yang terjadi akibat
beban 48 kg pada posisi A dapat ditinjau berdasarkan titik dial 1 dan titik dial 2.
Pada siklus pergi, penurunan terbesar terjadi pada siklus ke 5 dengan besar 1,495
mm di titik dial 1 dan 0,805 mm di titik dial 2. Siklus pulang ke 5 juga mengalami
penurunan terbesar yang diindikasikan oleh besarnya di titik dial 1 dan titik dial 2
berturut-turut yaitu 1,565 mm dan 0,78 mm. Secara rinci, besaran penurunan
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.59 dan tabel 4.60.
Tabel 4.59. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -1,1950 -0,6200 -0,1725 -0,0250 0,0650
2 -1,2850 -0,6500 -0,3975 -0,1050 -0,1150 3 -1,2375 -0,5950 -0,5025 -0,1500 -0,2600 4 -1,4500 -0,6300 -0,5175 -0,1950 -0,2700 5 -1,4950 -0,8050 -0,6125 -0,2250 -0,2325
-1.6-1.4-1.2-1.0-0.8-0.6-0.4-0.20.00.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Tabel 4.60. Penurunan Media Tanah Lempung Penurunan Pada Posisi A untuk
Siklus Pulang Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -1,2850 -0,6500 -0,3975 -0,1050 -0,1150 2 -1,3825 -0,6450 -0,5025 -0,1500 -0,1600 3 -1,4500 -0,6300 -0,5175 -0,1950 -0,2700 4 -1,4950 -0,8050 -0,6125 -0,2250 -0,2325 5 -1,5650 -0,7800 -0,6175 -0,2650 -0,2600
Posisi B
Gambar 4.59. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.60. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang
-1.4
-1.1
-0.8
-0.5
-0.2
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.5
-1.2
-0.9
-0.6
-0.3
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Posisi B yang terletak di tengah model terletak di antara titik dial 2 dan titik dial
3. Hal ini terlihat dari gambar 4.59 dan gambar 4.60, dimana terdapat
kecenderungan penurunan yang besar pada kedua titik tersebut. Beban 48 kg pada
posisi B menyebabkan terjadinya penurunan maksimal siklus pergi ke 5 dan siklus
pulang ke 5. Titik dial 2 menunjukkan besar 0,1075 mm dan titik dial 3 sebesar
0,9025 mm pada siklus pergi 4. Di sisi lain, siklus pulang ke 5 ditunjukkan oleh
besar penurunan di titik dial 2 dan 3 secara berturut-turut yaitu 1,19 mm dan
0,9725 mm.
Tabel 4.61. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,4150 -0,9850 -0,7875 -0,1925 0,1440
2 -0,4350 -1,0100 -0,8825 -0,2650 -0,1525 3 -0,5000 -1,0650 -0,9000 -0,3100 -0,2350 4 -0,4200 -1,0650 -0,9075 -0,3350 -0,2850 5 -0,4800 -1,0750 -0,9025 -0,3650 -0,3100
Tabel 4.62. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,1525 -0,9350 -0,7225 -0,2975 -0,0400 2 -0,2500 -1,0500 -0,8075 -0,3725 -0,0900 3 -0,2800 -1,0800 -0,8875 -0,4400 -0,3800 4 -0,3400 -1,1400 -0,8925 -0,4450 -0,3600 5 -0,4000 -1,1900 -0,9725 -0,5350 -0,3100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Posisi C
Gambar 4.61. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.62. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang
Ditinjau dari titik dial 3 dan titik dial 4 yang merupakan letak posisi C, diketahui 2
kondisi dari masing-masing siklus. Dari tabel 4.63 tentang penurunan pada posisi
C untuk siklus pergi beban 48 kg, tampak penurunan terbesar terjadi pada siklus
ke 4 dengan besar 1,0375 mm di titik dial 3 dan 0,9325 mm di titik 4. Pada siklus
pulang sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 4.64, siklus ke 4 mengalami
penurunan terbesar ynag ditunjukkan oleh besarnya pada titik dial 3 sebesar
1,0375 mm dan titik dial 4 sebesar 0,8825 mm.
-1.4-1.2-1.0-0.8-0.6-0.4-0.20.00.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.4-1.2-1.0-0.8-0.6-0.4-0.20.00.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Tabel 4.63. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0050 -0,4600 -0,8450 -0,7950 -0,0550
2 -0,0200 -0,5650 -0,9675 -0,8300 -0,2450 3 -0,0450 -0,6000 -1,0225 -0,9000 -0,3300 4 -0,0950 -0,6175 -1,0375 -0,9325 -0,3950 5 -0,1150 -0,6700 -1,0075 -0,9350 -0,4750
Tabel 4.64. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,2150 -0,2650 -0,8700 -0,8475 -0,0300 2 0,1800 -0,3950 -0,9325 -0,8900 -0,2450 3 0,1400 -0,3850 -0,9925 -0,9300 -0,4100 4 0,0550 -0,4850 -1,0375 -0,8825 -0,4650 5 0,0700 -0,5000 -0,9875 -1,0050 -0,5400
Posisi D
Gambar 4.63. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pergi
-1.7
-1.4
-1.1
-0.8
-0.5
-0.2
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Gambar 4.64. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 48 kg dan Siklus Pulang
Data penurunan yang sama pada kedua siklus pembebanan divisualisasikan oleh
gambar 4.63 dan gambar 4.64 di atas. Secara keseluruhan, penurunan terbesar
terjadi pada siklus ke 5. Titik dial pada posisi D cenderung memperlihatkan
penurunan yang lebih pesar dari titik dial yang lainnya. Besar penurunan pada titik
dial 4 dan titik dial 5 adalah 0,885 mm dan 1,375 mm seperti yang ditunjukkan
oleh tabel 4.65 dan tabel 4.66.
Tabel 4.65. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0800 -0,1350 -0,3775 -0,7150 -1,2850
2 0,0700 -0,1850 -0,4075 -0,6450 -1,3650 3 0,0225 -0,2550 -0,4625 -0,6800 -1,3300 4 -0,0050 -0,2750 -0,5125 -0,8300 -1,3450 5 -0,0350 -0,2800 -0,5225 -0,8850 -1,3750
-1.7
-1.4
-1.1
-0.8
-0.5
-0.2
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Tabel 4.66. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0800 -0,1350 -0,3775 -0,7150 -1,2850 2 0,0700 -0,1850 -0,4075 -0,6450 -1,3650 3 0,0225 -0,2550 -0,4625 -0,6800 -1,3300 4 -0,0050 -0,2750 -0,5125 -0,8300 -1,3450 5 -0,0350 -0,2800 -0,5225 -0,8850 -1,3750
d. Beban 64 kg
Posisi A
Gambar 4.65. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi
-2.2
-1.7
-1.2
-0.7
-0.2
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Gambar 4.66. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.65 dan gambar 4.66 menunjukkan bahwa titik dial 1 dan titik dial 2
mencatat penurunan yang paling besar di antara yang lain setelah dilakukan
pembebanan posisi A dengan berat 64 kg. Siklus yang mengalami penurunan
maksimal adalah siklus kelima dari kedua macam siklus (pergi dan pulang).
Berdasarkan tabel 4.67, nilai penurunan pada siklus pergi 5 di titik dial 1 adalah
2,07 mm dan di titik dial 2 adalah 0,99 mm. Selanjutnya dari tabel 4.68, titik dial
1 dan titik dial 2 menunjukkan angka 2,09 mm dan 1,02 mm pada siklus pulang
ke 5.
Tabel 4.67. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -2,0000 -0,8250 -0,3450 0,0800 0,1200
2 -1,7250 -0,8200 -0,4250 0,0600 0,2950 3 -2,0450 -0,9350 -0,4850 0,0400 0,2650 4 -1,8200 -0,9450 -0,5250 -0,0050 0,2300 5 -2,0700 -0,9900 -0,5500 -0,0550 0,1900
-2.2
-1.7
-1.2
-0.7
-0.2
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Tabel 4.68. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -1,7250 -0,8200 -0,4250 0,0600 0,2950 2 -2,0450 -0,9350 -0,4850 0,0400 0,2650 3 -1,8200 -0,9450 -0,5250 -0,0050 0,2300 4 -2,0700 -0,9900 -0,5500 -0,0550 0,1900 5 -2,0900 -1,0200 -0,5850 -0,0850 0,1450
Posisi B
Gambar 4.67. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.68. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang
-1.8
-1.5
-1.2
-0.9
-0.6
-0.3
0.0
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.8
-1.5
-1.2
-0.9
-0.6
-0.3
0.0
0.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Setelah beban dipindahkan dan sampai ke posisi B, titik dial 2 dan titik dial 3
mencatat penurunan yang digunakan sebagai tinjauan untuk menentukan
penurunan terbesar. Gambar 4.67 dan gambar 4.68 yang memperlihatkan hasil
pengujian menunjukkan bahwa siklus ke 5 dari siklus pergi maupun pulang
mengalami penurunan yang terbesar dari masing-masing kelompok siklus
penurunan pulang maupun pergi. Besarnya penurunan pada titik dial 2 dan titik
dial 3 untuk siklus pergi ke 5 dan siklus pulang ke 4 berturut-turut adalah 1,395
mm; 1,23 mm; 1,325 mm; dan 1,19 mm.
Tabel 4.69. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,4600 -1,1550 -1,1100 -0,0550 0,3250
2 -0,5000 -1,2950 -1,1300 -0,1600 0,4450 3 -0,5150 -1,3650 -1,1700 -0,0500 0,3450 4 -0,5950 -1,3750 -1,2300 -0,1750 0,3100 5 -0,6350 -1,3950 -1,2300 -0,1950 0,2850
Tabel 4.70. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,1150 -1,1600 -1,0850 -0,2650 0,1550 2 -0,1900 -1,2350 -1,1650 -0,3250 0,1150 3 -0,2200 -1,2700 -1,1700 -0,3700 0,0800 4 -0,2750 -1,3250 -1,1900 -0,4300 0,0500 5 -0,3200 -1,3050 -1,2600 -0,4900 0,0400
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Posisi C
Gambar 4.69. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.70. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang
Hasil pengujian pembebanan pada posisi C dengan beban 64 kg divisualisasikan
dengan gambar 4.69 dan gambar 4.70. Terlihat bahwa kondisi penurunan terbesar
terjadi pada siklus ke 5 baik pergi dan pulang. Pada siklus pergi, besar penurunan
pada titik dial 3 adalah 1,3 mm dan titik dial 4 adalah 1,18 mm, sedangkan pada
siklus pulang secara berurutan adalah 1,36 mm dan 0,26 mm. Rincian besar
penurunan yang terjadi disajikan pada tabel 4.71 dan tabel 4.72.
-1.7
-1.4
-1.1
-0.8
-0.5
-0.2
0.1
0.4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-1.7
-1.4
-1.1
-0.8
-0.5
-0.2
0.1
0.4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Tabel 4.71. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,2650 -0,2150 -1,0000 -1,0400 -0,0550
2 0,2150 -0,3150 -1,1700 -0,9800 0,0625 3 0,1550 -0,3950 -1,2350 -1,0650 0,0200 4 0,1400 -0,4200 -1,2850 -1,1150 0,0700 5 0,0900 -0,4400 -1,3000 -1,1800 -0,0100
Tabel 4.72. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,3325 -0,4050 -1,0250 -1,2750 -0,0725 2 0,3200 -0,4200 -1,1100 -1,0800 -0,1450 3 0,3200 -0,4600 -1,2350 -1,1400 -0,3050 4 0,2500 -0,5200 -1,3350 -1,1800 -0,3650 5 0,2250 -0,5550 -1,3600 -1,2600 -0,4350
Posisi D
Gambar 4.71. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pergi
-2.5
-2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Gambar 4.72. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 64 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.71 dan gambar 4.72 merupakan grafik penurunan pembebanan 64 kg
pada posisi D. Pada posisi terakhir ini fase pembebanan di posisi D meninjau
penurunan terbesar pada titik dial 4 dan titik dial 5. Pada kedua macam siklus
yang mempunyai nilai yang sama, terjadi penurunan terbesar pada siklus ke 5.
Kondisi ini ditunjukkan oleh besarnya penurunan yang terjadi pada titik dial 4 dan
titik dial 5 sebesar 1,095 mm dan 2,02 mm. Tabel 4.73 dan tabel 4.74 di bawah
berisi tentang besarnya penurunan yang terjadi pada posisi dan kondisi
pembebanan di atas.
Tabel 4.73. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,3100 0,1600 -0,2500 -0,8300 -2,0400
2 0,3475 0,1700 -0,3350 -0,9000 -1,9250 3 0,2850 0,0900 -0,5150 -0,9750 -1,9550 4 0,2750 0,0300 -0,6300 -1,0500 -2,0000 5 0,2200 -0,0150 -0,6550 -1,0950 -2,0200
-2.5
-2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 4.74. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,3100 0,1600 -0,2500 -0,8300 -2,0400 2 0,3475 0,1700 -0,3350 -0,9000 -1,9250 3 0,2850 0,0900 -0,5150 -0,9750 -1,9550 4 0,2750 0,0300 -0,6300 -1,0500 -2,0000 5 0,2200 -0,0150 -0,6550 -1,0950 -2,0200
e. Beban 80 kg
Posisi A
Gambar 4.73. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi
-3.3-2.8-2.3-1.8-1.3-0.8-0.30.20.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Gambar 4.74. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang
Beban 80 kg merupakan beban terbesar yang dikenakan pada tahap pengujian ini.
Hal ini berakibat juga pada penurunan yang sangat besar di tiap-tiap posisi model
laboratorium. Berdasarkan gambar 4.73 dan gambar 4.74, penurunan terbesar
dialami siklus pergi dan siklus pulang ke 4 dengan posisi A. Kondisi dari masing-
masing siklus terebut diketahui dari besarnya penurunan di titik dial 1 dan titik
dial 2 untuk siklus pergi 5 dan siklus pulang 4 secara berurutan adalah 2,93 mm;
1,335 mm; 2,93 mm; dan 1,335 mm.
Tabel 4.75. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -2,7400 -0,9050 -0,6300 -0,2500 0,3950
2 -2,6900 -1,0900 -0,8350 -0,2750 0,1950 3 -2,6250 -1,1800 -0,7150 -0,3050 0,2100 4 -2,9050 -1,2550 -0,8550 -0,4550 0,1200 5 -2,9300 -1,3350 -0,9600 -0,7100 -0,1250
-3.3-2.8-2.3-1.8-1.3-0.8-0.30.20.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Tabel 4.76. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi A untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -2,6900 -1,0900 -0,5300 -0,1250 0,1950 2 -2,6250 -1,1800 -0,5150 -0,1050 0,2100 3 -2,9050 -1,2550 -0,6550 -0,2550 0,1200 4 -2,9300 -1,3350 -0,8100 -0,5100 -0,1250 5 -2,1200 -1,4200 -0,6600 -0,2950 0,3100
Posisi B
Gambar 4.75. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.76. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang
-2.3
-1.8
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-2.3
-1.8
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Visualisasi data hasil pengujian pembebanan pada posisi B dengan beban 80 kg di
atas menunjukkan penurunan dengan variasi siklus yang dikenakan. Dari siklus
pergi yang ditunjukkan oleh gambar 4.75, diketahui siklus pergi ke 5-lah yang
mengalami penurunan terbesar, sedangkan pada siklus pulang yang ditunjukkan
oleh gambar 4.76 juga merupakan siklus pulang ke 5. Besar penurunan pada
siklus pergi ke 5 untuk titik dial 2 dan titik dial 3 sebesar 1,675 mm dan 1,76 mm,
sedangkan pada siklus pulang ke 5 sebesar 1,685 mm dan 1,685 mm. Besaran ini
disajikan pada tabel 4.77 dan tabel 4.78.
Tabel 4.77. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,6450 -1,3950 -1,3650 -0,5750 0,3900
2 -0,8100 -1,5100 -1,4550 -0,6750 0,2700 3 -0,8750 -1,5850 -1,4550 -0,3050 0,1750 4 -0,9050 -1,6600 -1,6300 -0,7200 0,0250 5 -1,1000 -1,6750 -1,7600 -0,8200 0,0100
Tabel 4.78. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi B untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,3450 -1,3650 -1,4300 -0,3500 0,1700 2 -0,4550 -1,3950 -1,5350 -0,4600 0,1050 3 -0,4550 -1,5050 -1,6150 -0,6000 0,0250 4 -0,5650 -1,5850 -1,6750 -0,6300 -0,0150 5 -0,7100 -1,6850 -1,6850 -0,6800 -0,5950
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Posisi C
Gambar 4.77. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.78. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang
Interpretasi data penurunan akibat pembebanan pada posisi C dilakukan dalam
bentuk grafik berupa gambar 4.77 dan gambar 4.78. Dimulai dari siklus pergi,
penurunan terbesar terjadi pada siklus pergi ke 5 berdasarkan tabel 4.79
mempunyai nilai penurunan di titik dial 3 sebesar 1,775 mm dan titik dial 4
berdasarkan tabel 4.80 sebesar 1,415 mm. Selanjutnya untuk siklus pulang,
penurunan terbesarnya terjadi pada siklus ke 5, dimana besarnya di titik dial 3 dan
titik dial 4 yaitu 1,79 mm dan 1,59 mm.
-2.3
-1.8
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-2.3
-1.8
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Tabel 4.79. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,3250 -0,3500 -1,3600 -1,3800 -0,1900
2 0,2000 -0,4850 -1,4800 -1,2100 -0,1200 3 0,2150 -0,4900 -1,5175 -1,2400 -0,2250 4 0,1200 -0,5700 -1,6650 -1,4800 -0,2800 5 0,0750 -0,5900 -1,7700 -1,4150 -0,3150
Tabel 4.80. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi C untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,5050 -0,2550 -1,3300 -1,1200 -0,4650 2 0,4550 -0,3350 -1,4250 -1,1950 -0,4200 3 0,3850 -0,4000 -1,6400 -1,4400 -0,4550 4 0,3200 -0,7300 -1,7200 -1,4500 -0,5450 5 0,2000 -0,5650 -1,7900 -1,5900 -0,6400
Posisi D
Gambar 4.79. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pergi
-3.3
-2.3
-1.3
-0.3
0.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Gambar 4.80. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D dengan
Beban 80 kg dan Siklus Pulang
Penurunan yang terbesar yang pernah dicatat pada pengujian utama model
laboratorium ini terjadi pada pembebanan 80 kg. Pada posisi D yang didasarkan
pada gambar 4.79 dan gambar 4.80, penurunan yang signifikan diketahui berada
pada titik dial 4 dan titik dial 5. Kondisi yang sama diterapkan pada pencatatan
data penurunan di posisi D, dimana data siklus pergi dan pulang mempunyai nilai
yang sama. Penurunan maksimal sendiri terjadi pada siklus ke 5, dengan besar
penurunan pada titik dial 4 dan titik dial 5 masing-masing adalah 1,185 mm dan
2,69 mm.
Tabel 4.81. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pergi
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,3850 -0,0950 -0,4550 -0,8350 -2,2200
2 0,4000 -0,1850 -0,5450 -0,9600 -2,4300 3 0,3800 -0,2900 -0,6450 -1,0850 -2,5150 4 0,0300 -0,2950 -0,7300 -1,1700 -2,4100 5 0,2350 -0,3350 -0,7450 -1,1850 -2,6900
-3.3
-2.3
-1.3
-0.3
0.7
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Tabel 4.82. Penurunan Media Tanah Lempung Pada Posisi D untuk Siklus Pulang
Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,3850 -0,0950 -0,4550 -0,8350 -2,2200 2 0,4000 -0,1850 -0,5450 -0,9600 -2,4300 3 0,3800 -0,2900 -0,6450 -1,0850 -2,5150 4 0,0300 -0,2950 -0,7300 -1,1700 -2,4100 5 0,2350 -0,3350 -0,7450 -1,1850 -2,6900
4.2.3. Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Tahap ketiga pengujian utama menggunakan media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk. Pembuatan model tersebut sama seperti yang dijelaskan pada
bab 3 dengan menggunakan tiang cerucuk kayu sepanjang 25 cm yang dipasang di
bawah bantalan kereta. Adapun hasil penelitian secara rinci pada media tanah
lempung dengan perkuatan cerucuk adalah sebagai berikut.
a. Beban 16 kg
Posisi A
Gambar 4.81. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Gambar 4.82. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.81 dan gambar 4.82 menunjukkan grafik penurunan hasil pembebanan
16 kg. Terlihat bahwa penurunan maksimal dominan terjadi pada titik dial 2. Titik
tinjauan yang digunakan adalah titik dial 1 dan titik dial 2. Secara keseluruhan,
kecenderungan terjadinya penurunan baik untuk siklus pergi maupun siklus
pulang hampir sama dengan puncaknya pada titik dial 2. Pada siklus pergi,
penurunan maksimum terjadi pada siklus ke 4 dengan besar 0,12 mm pada titik
dial 1 dan 0,15 mm pada titik dial 2. Hasil pengujian pada media tanah lempung
perkuatan cerucuk di posisi A dengan beban 16 kg dapat dilihat pada tabel 4.83
dan tabel 4.84.
Tabel 4.83. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,1400 -0,1250 -0,0400 -0,0100 0,0050 2 -0,1100 -0,1400 -0,0700 -0,0200 -0,0100 3 -0,1250 -0,1450 -0,0425 -0,0150 -0,0100 4 -0,1200 -0,1500 -0,0500 -0,0200 0,0250 5 -0,1200 -0,1100 -0,0450 0,0000 0,0200
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.1
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Tabel 4.84. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,1100 -0,1400 -0,0700 -0,0200 -0,0100 2 -0,1250 -0,1450 -0,0425 -0,0150 -0,0100 3 -0,1200 -0,1500 -0,0500 -0,0200 0,0250 4 -0,1200 -0,1100 -0,0450 0,0000 0,0200 5 -0,1375 -0,1100 -0,0475 -0,0100 0,0100
Posisi B
Gambar 4.83. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.84. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Pada gambar 4.83 dan gambar 4.84 di atas diketahui suatu kecenderungan
penurunan yang besar pada titik tial 2 dan titik dial 3. Dari seluruh siklus yang
dilakukan, penurunan maksimal terjadi pada siklus pergi ke 5 dan siklus pulang ke
5. Besarnya penurunan pada titik dial 2 dan titik dial 3 untuk siklus pergi ke 5
berdasarkan tabel 4.85 adalah 0,075 mm dan 0,13 mm. Sedangkan untuk siklus
pulang ke 5 berdasarkan tabel 4.86 adalah 0,088 mm di titik dial 2 dan 0,123 mm
di titik dial 3.
Tabel 4.85. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0150 -0,0850 -0,1280 -0,0200 -0,0050
2 -0,0300 -0,0800 -0,1150 -0,0300 -0,0150 3 -0,0100 -0,0900 -0,1150 -0,0400 0,0100 4 -0,0300 -0,0800 -0,1230 -0,0300 -0,0150 5 -0,0300 -0,0750 -0,1300 -0,0350 -0,0250
Tabel 4.86. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0200 -0,0850 -0,1000 -0,0450 0,0100 2 -0,0250 -0,0800 -0,1150 -0,0450 0,0150 3 -0,0200 -0,0900 -0,1150 -0,0400 0,0150 4 -0,0100 -0,0700 -0,1200 -0,0500 0,0100 5 -0,0300 -0,0880 -0,1230 -0,0450 0,0250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Posisi C
Gambar 4.85. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.86. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang
Penurunan yang terjadi akibat pembebanan 16 kg pada media tanah lempung
dengan perkuatan cerucuk pada posisi C ditunjukkan pada gambar 4.85 dan
gambar 4.86. Titik tinjauan yang digunakan pada kondisi ini adalah titik dial 3
dan titik dial 4. Dari tabel 4.87, diketahui besarnya penurunan maksimum sebesar
1,35 mm di titik dial 3 dan 0,09 mm di titik dial 4. Hal ini terjadi pada siklus pergi
ke 5. Pada siklus pulang sesuai tabel 4.88, besarnya penurunan pada titik dial 3
dan ke 4 untuk siklus pulang ke 1 adalah 0,123 mm dan 0,06 mm.
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Tabel 4.87. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0100 -0,0600 -0,1150 -0,0850 -0,0300
2 0,0100 -0,0650 -0,1100 -0,0900 -0,0300 3 -0,0100 -0,0580 -0,1300 -0,0700 -0,0200 4 0,0050 -0,0600 -0,1200 -0,0900 -0,0250 5 0,0100 -0,0550 -0,1350 -0,0900 -0,0400
Tabel 4.88. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0200 -0,0500 -0,1230 -0,0600 -0,0350 2 -0,0250 -0,0650 -0,1200 -0,0750 -0,0300 3 -0,0100 -0,0400 -0,1200 -0,0800 -0,0400 4 0,0100 -0,0600 -0,1200 -0,0750 -0,0400 5 0,0150 -0,0450 -0,1050 -0,0900 -0,0400
Posisi D
Gambar 4.87. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 16 kg dan Siklus Pergi
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Gambar 4.88. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 16 kg dan Siklus Pulang
Penurunan di media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk pada posisi D
untuk beban 16 kg menunjukkan besar yang sama pada siklus pergi dan siklus
pulang. Kondisi ini ditunjukkan oleh gambar 4.87 dan gambar 4.88. Sesuai
dengan posisi pembebanan, titik dial 4 dan titik dial 5 dijadikan titik tinjauan
penurunan. Tabel 4.89 dan tabel 4.90 memperlihatkan bahwa penurunan terbesar
untuk siklus pergi dan pulang terjadi pada siklus ke 5. Besarnya adalah 0,13 mm
pada titik dial 4 dan 0,145 mm pada titik dial 5.
Tabel 4.89. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0100 -0,0300 -0,0475 -0,1000 -0,1250
2 0,0100 -0,0300 -0,0425 -0,1100 -0,1200 3 -0,0100 -0,0200 -0,0500 -0,1100 -0,1300 4 0,0000 -0,0400 -0,0700 -0,1250 -0,1250 5 0,0100 -0,0225 -0,0475 -0,1300 -0,1450
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Tabel 4.90. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 16 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0100 -0,0300 -0,0475 -0,1000 -0,1250 2 0,0100 -0,0300 -0,0425 -0,1100 -0,1200 3 -0,0100 -0,0200 -0,0500 -0,1100 -0,1300 4 0,0000 -0,0400 -0,0700 -0,1250 -0,1250 5 0,0100 -0,0225 -0,0475 -0,1300 -0,1450
b. Beban 32 kg
Posisi A
Gambar 4.89. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi
-0.3
-0.3
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Gambar 4.90. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.89 dan gambar 4.90 adalah grafik penurunan media tanah lempung
pada posisi A dengan beban 32 kg. Terlihat bahwa penurunan yang besar
mendominasi di titik dial 1 dan titik dial 2. Penurunan maksimum untuk siklus
pergi dan pulang terdapat pada siklus ke 5 dan ke 4. Besar penurunan berdasarkan
tabel 4.91 di titik dial 1 dan titik dial 2 sebesar 0,28 mm dan 0,22 mm. Besaran
yang sama diperoleh pada penurunan maksimum untuk siklus pulang.
Tabel 4.91. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,2700 -0,1700 -0,0500 -0,0300 -0,0100
2 -0,2700 -0,2000 -0,0600 -0,0375 -0,0150 3 -0,2450 -0,1900 -0,0550 -0,0300 0,0000 4 -0,2600 -0,2100 -0,0700 -0,0550 0,0100 5 -0,2800 -0,2200 -0,0600 -0,0400 0,0150
-0.3
-0.3
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Tabel 4.92. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,2700 -0,2000 -0,0600 -0,0375 -0,0150 2 -0,2450 -0,1900 -0,0550 -0,0300 0,0000 3 -0,2600 -0,2100 -0,0700 -0,0550 0,0100 4 -0,2800 -0,2200 -0,0600 -0,0400 0,0150 5 -0,2750 -0,2100 -0,0680 -0,0450 0,0150
Posisi B
Gambar 4.91. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.92. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Dilihat dari gambar 4.91 dan gambar 4.92, penurunan yang signifikan umumnya
terjadi pada titik dial 2 dan titik dial 3. Pada siklus pergi ke 5 diketahui terjadi
penurunan maksimum dengan besarnya adalah 0,16 mm di titik dial 2 dan 0,16
mm di titik dial 3. Sedangkan pada siklus pulang terdapat pada siklus ke 4 dengan
besar 0,165 mm di titik dial 2 dan 0,14 mm di titik dial 3. Tabel 4.93 dan tabel
4.94 di bawah memberikan informasi tentang besaran penurunan yang dicatat.
Tabel 4.93. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0300 -0,1400 -0,1500 -0,0400 -0,0100
2 -0,0300 -0,1450 -0,1300 -0,0350 -0,0150 3 -0,0350 -0,1400 -0,1300 -0,0300 -0,0100 4 -0,0300 -0,1500 -0,1400 -0,0300 0,0050 5 -0,0350 -0,1600 -0,1400 -0,0275 0,0050
Tabel 4.94. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0300 -0,1300 -0,1450 -0,0500 -0,0200 2 -0,0400 -0,1500 -0,1300 -0,0600 -0,0100 3 -0,0350 -0,1400 -0,1400 -0,0700 -0,0100 4 -0,0400 -0,1650 -0,1400 -0,0600 0,0000 5 -0,0350 -0,1600 -0,1700 -0,0500 -0,0100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Posisi C
Gambar 4.93. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.94. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang
Titik tinjauan yang digunakan untuk posisi C adalah titik dial 3 dan titik dial 4.
Pada kedua titik dial inilah terjadi penurunan yang paling besar dibandingkan titik
dial yang lain. Visualisasi hasil penurunan ini dapat dilihat pada gambar 4.93 dan
gambar 4.94. Penurunan terbesar yang diperlihatkan tabel 4.95 dan tabel 4.96
diketahui berada pada siklus pergi ke 5 dan siklus pulang ke 4 dengan besarnya
pada titik dial 3 dan 4 kesemuanya adalah 0,17 mm dan 0,16 mm.
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.2
-0.2
-0.1
-0.1
0.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Tabel 4.95. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0200 -0,0450 -0,1600 -0,1500 -0,0300
2 -0,0200 -0,0600 -0,1450 -0,1550 -0,0300 3 -0,0200 -0,0600 -0,1400 -0,1500 -0,0400 4 -0,0200 -0,0600 -0,1550 -0,1700 -0,0550 5 -0,0100 -0,0500 -0,1700 -0,1600 -0,0400
Tabel 4.96. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0100 -0,0400 -0,1550 -0,1800 -0,0350 2 -0,0200 -0,0350 -0,1500 -0,1600 -0,0400 3 -0,0100 -0,0500 -0,1500 -0,1700 -0,0350 4 0,0050 -0,0400 -0,1700 -0,1600 -0,0350 5 -0,0100 -0,0600 -0,1700 -0,1550 -0,0400
Posisi D
Gambar 4.95. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 32 kg dan Siklus Pergi
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Gambar 4.96. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 32 kg dan Siklus Pulang
Hasil pembebanan 32 kg di media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk pada
posisi C disajikan dengan grafik pada gambar 4.95 dan gambar 4.96 serta tabel
pada tabel 4.97 dan tabel 4.98. Penurunan maksimum berada pada siklus ke 3.
Besarnya pada titik dial 4 dan titik dial 5 adalah 0,21 mm dan 0,32 mm. Pada
kondisi ini besarnya penuruna untuk siklus pergi dan siklus pulang adalah sama.
Tabel 4.97. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0100 -0,0275 -0,0600 -0,1900 -0,2800
2 -0,0150 -0,0300 -0,0500 -0,2000 -0,2550 3 0,0000 -0,0350 -0,0600 -0,2100 -0,3200 4 0,0000 -0,0400 -0,0610 -0,2200 -0,2900 5 0,0100 -0,0425 -0,0500 -0,2200 -0,3100
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Tabel 4.98. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 32 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0100 -0,0275 -0,0600 -0,1900 -0,2800 2 -0,0150 -0,0300 -0,0500 -0,2000 -0,2550 3 0,0000 -0,0350 -0,0600 -0,2100 -0,3200 4 0,0000 -0,0400 -0,0610 -0,2200 -0,2900 5 0,0100 -0,0425 -0,0500 -0,2200 -0,3100
c. Beban 48 kg
Posisi A
Gambar 4.97. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Gambar 4.98. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.97 dan gambar 4.98 merupakan grafik penurunan yang terjadi akibat
pembebanan media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk pada posisi A untuk
beban 48 kg. Siklus pergi 2 diketahui mengalami penurunan maksimum apabila
dibandingkan dari siklus pergi yang lain, begitu pula dengan siklus pulang ke 5
bila dibandingkan dari siklus pulang lainnya. Tercatat bahwa besar penurunan
maksimum berdasarkan tabel 4.99 dan tabel 4.100 di titik dial 1 dan titik dial 2
adalah sebesar 0,45 mm dan 0,3 mm untuk siklus pergi, sedangkan siklus pulang
sebesar 0,47 mm dan 0,34 mm.
Tabel 4.99. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,4200 -0,3100 -0,0900 -0,0300 0,0200
2 -0,4500 -0,3000 -0,0800 -0,0300 0,0000 3 -0,4100 -0,2900 -0,0700 -0,0200 0,0000 4 -0,4350 -0,3100 -0,0700 -0,0450 0,0100 5 -0,4450 -0,3200 -0,0600 -0,0400 0,0150
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Tabel 4.100. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,4500 -0,3000 -0,0800 -0,0300 0,0000 2 -0,4100 -0,2900 -0,0700 -0,0200 0,0000 3 -0,4350 -0,3100 -0,0700 -0,0450 0,0100 4 -0,4450 -0,3200 -0,0600 -0,0400 0,0150 5 -0,4700 -0,3400 -0,0680 -0,0450 0,0150
Posisi B
Gambar 4.99. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.100. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang
-0.37-0.32-0.27-0.22-0.17-0.12-0.07-0.020.030.08
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.37-0.32-0.27-0.22-0.17-0.12-0.07-0.020.030.08
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Gambar 4.99 dan gambar 4.100 menunjukkan penurunan yang signifikan terjadi
pada titik dial 2 dan titik dial 3 untuk semua siklus. Maka, kedua titik ini dijadikan
titik tinjauan untuk pembebanan posisi B. Pada siklus pergi ke 5 dan siklus pulang
ke 3 diketahui berdasarkan tabel 4.101 dan tabel 4.102 terjadi penurunan
maksimum. Besarnya untuk siklus pergi ke 5 adalah 0,26 mm di titik dial 2 dan
0,28 mm di titik dial 3, sedangkan siklus pulang ke 3 sebesar 0,27 mm di titik dial
2 dan 0,3 mm di titik dial 3.
Tabel 4.101. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,0500 -0,2400 -0,2500 -0,0400 -0,0100
2 -0,0500 -0,2500 -0,2600 -0,0700 -0,0150 3 -0,0400 -0,2700 -0,2500 -0,0500 -0,0100 4 -0,0500 -0,2500 -0,2800 -0,0700 0,0050 5 -0,0500 -0,2600 -0,2800 -0,0700 0,0050
Tabel 4.102. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0400 -0,2500 -0,2400 -0,0600 -0,0100 2 -0,0400 -0,2600 -0,2800 -0,0650 -0,0100 3 -0,0500 -0,2700 -0,3000 -0,1250 -0,0100 4 -0,0400 -0,2650 -0,2700 -0,0650 0,0000 5 -0,0350 -0,2600 -0,2700 -0,0500 0,0100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Posisi C
Gambar 4.101. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.102. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.101 dan gambar 4.102 merupakan grafik penurunan media tanah
lempung cerucuk pada posisi dengan beban 48 kg. Penurunan yang signifikan
cenderung terjadi pada titik dial 3 dan titik dial 4. Pada kondisi ini, diperoleh
besar penurunan maksimum di titik dial 3 dan titik dial 4 sebesar 0,24 mm dan
0,275 mm untuk siklus pergi ke 3. Selain itu, besar penurunan maksimum pada
siklus pulang 5 untuk titik dial 3 dan 4 adalah 0,28 mm dan 0,27 mm.
-0.35
-0.30
-0.25
-0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.35
-0.30
-0.25
-0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Tabel 4.103. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0100 -0,0700 -0,2600 -0,2500 -0,0300
2 -0,0200 -0,0900 -0,2450 -0,2600 -0,0500 3 -0,0100 -0,0900 -0,2400 -0,2750 -0,0500 4 -0,0200 -0,0950 -0,2550 -0,2700 -0,0400 5 0,0100 -0,0750 -0,2700 -0,2600 -0,0450
Tabel 4.104. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,0100 -0,0650 -0,2600 -0,2800 -0,0350 2 -0,0200 -0,0700 -0,2500 -0,2700 -0,0400 3 0,0100 -0,0900 -0,2500 -0,2700 -0,0350 4 0,0200 -0,1000 -0,2800 -0,2600 -0,0350 5 0,0200 -0,0900 -0,2800 -0,2700 -0,0400
Posisi D
Gambar 4.103. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 48 kg dan Siklus Pergi
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Gambar 4.104. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 48 kg dan Siklus Pulang
Penurunan yang terjadi pada posisi ini mempunyai besar yang sama seperti
ditinjukkan oleh tabel 4.105 dan tabel 4.106. Titik dial 4 dan titik dial 5 diketahui
berdasarkan gambar 4.103 dan gambar 4.104 mengalami penurunan yang terbesar
dibandingkan titik dial lainnya. Penurunan maksimal diketahui terjadi pada siklus
ke 5, baik siklus pergi maupun pulang. Besarnya penurunan di titik dial 4 dan titik
dial 5 secara berturut-turut adalah 0,34 mm dan 0,47 mm.
Tabel 4.105. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0300 -0,0250 -0,1200 -0,3300 -0,4500
2 0,0300 -0,0300 -0,1300 -0,3000 -0,4700 3 0,0300 -0,0500 -0,1200 -0,3100 -0,4400 4 0,0300 -0,0400 -0,1400 -0,2900 -0,4300 5 0,0400 -0,0500 -0,1500 -0,3400 -0,4700
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Tabel 4.106. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 48 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0300 -0,0250 -0,1200 -0,3300 -0,4500 2 0,0300 -0,0300 -0,1300 -0,3000 -0,4700 3 0,0300 -0,0500 -0,1200 -0,3100 -0,4400 4 0,0300 -0,0400 -0,1400 -0,2900 -0,4300 5 0,0400 -0,0500 -0,1500 -0,3400 -0,4700
d. Beban 64 kg
Posisi A
Gambar 4.105. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi
-0.70
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Gambar 4.106. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.105 dan gambar 4.106 merupakan grafik penurunan pada media tanah
lempung dengan perkuatan cerucuk di posisi A dengan beban 64 kg. Diketahui
bahwa penurunan yang signifikan terjadi pada titik dial 1 dan titik dial 2. Siklus
pergi ke 3 dan siklus pulang ke 2 diketahui mengalami penurunan yang maksimal.
Dari kondisi tersebut didapatkan besarnya pada titik dial 1 dan titik dial 2 sebesar
0,67 mm dan 0,33 mm untuk siklus pergi serta 0,67 mm dan 0,33 mm untuk siklus
pulang. Tabel 4.107 dan tabel 4.108 merupakan rincian penurunan yang terjadi
pada kondisi ini.
Tabel 4.107. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,6200 -0,3400 0,0050 0,0150 0,0210
2 -0,6400 -0,3900 -0,0100 0,0080 0,0180 3 -0,6700 -0,3300 -0,0300 0,0150 0,0200 4 -0,6500 -0,3700 0,0050 0,0100 0,0180 5 -0,6600 -0,3500 -0,0100 0,0150 0,0250
-0.70
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Tabel 4.108. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,6400 -0,3900 -0,0100 0,0080 0,0180 2 -0,6700 -0,3300 -0,0300 0,0150 0,0200 3 -0,6500 -0,3700 0,0050 0,0100 0,0180 4 -0,6600 -0,3500 -0,0100 0,0150 0,0250 5 -0,6700 -0,3100 0,0050 0,0100 0,0300
Posisi B
Gambar 4.107. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.108. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (mm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Grafik penurunan akibat pembebanan 64 kg media tanah lempung dengan
perkuatan tiang cerucuk pada posisi B ditunjukkan oleh gambar 4.107 dan gambar
4.108. Penurunan maksimal terjadi pada siklus pergi 5 dan siklus pulang ke 5.
Didapatkan besarnya penurunan untuk siklus pergi 5 berdasarkann tabel 4.109
adalah 0,33 mm di titik dial 2 dan 0,385 mm di titik dial 3. Sedangkan pada siklus
pulang 5 dari tabel 4.110 adalah 0,335 mm di titik dial 2 dan 0,39 mm di titik dial
3.
Tabel 4.109. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,1300 -0,3300 -0,3700 -0,0600 0,0500
2 -0,1200 -0,3350 -0,3700 -0,0500 0,0600 3 -0,1100 -0,3350 -0,3800 -0,0700 0,0400 4 -0,1200 -0,3400 -0,3700 -0,0500 0,0700 5 -0,1400 -0,3300 -0,3850 -0,0500 0,0650
Tabel 4.110. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,1200 -0,3000 -0,3600 -0,0700 0,0400 2 -0,1300 -0,3200 -0,3650 -0,0500 0,0500 3 -0,1300 -0,3300 -0,3500 -0,0600 0,0500 4 -0,1300 -0,3300 -0,3700 -0,0500 0,0700 5 -0,1200 -0,3350 -0,3900 -0,0400 0,0500
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Posisi C
Gambar 4.109. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.110. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.110 dan gambar 4.111 menggambarkan penurunan media tanah
lempung dengan perkuatan cerucuk pada posisi C dengan beban 64 kg.
Pembebanan pada posisi ini menyebabkan penurunan yang signifikan pada titik
dial 3 dan titik dial 4. Dari tabel 4.112, didapatkan besar penurunan maksimum
untuk siklus pergi ke 3 di titik dial 3 adalah 0,39 mm dan di titik dial 4 adalah
0,32 mm. Pada siklus pulang ke 4 sesuai tabel 4.113 mengalami penurunan
maksimum sebesar 0,39 mm di titik dial 3 dan 0,36 mm di titik dial 4.
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Tabel 4.111. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0500 -0,0500 -0,3700 -0,3300 -0,0800
2 0,0400 -0,0600 -0,3800 -0,3350 -0,1000 3 0,0500 -0,0500 -0,3900 -0,3200 -0,1100 4 0,0700 -0,0700 -0,3800 -0,3200 -0,1000 5 0,0800 -0,0600 -0,3700 -0,3300 -0,1100
Tabel 4.112. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0400 -0,0700 -0,3800 -0,3300 -0,1100 2 0,0600 -0,0500 -0,3800 -0,3100 -0,1000 3 0,1000 -0,0500 -0,3600 -0,3400 -0,0800 4 0,0600 -0,0600 -0,3900 -0,3600 -0,0900 5 0,1000 -0,0500 -0,3800 -0,3300 -0,0800
Posisi D
Gambar 4.111. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 64 kg dan Siklus Pergi
-0.80-0.70-0.60-0.50-0.40-0.30-0.20-0.100.000.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Gambar 4.112. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 64 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.111 dan gambar 4.112 memperlihatkan hasil pembebanan 64 kg pada
media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk di posisi D. Terlihat pada grafik
tersebut, penurunan yang terjadi mempunyai besaran yang sama untuk siklus pergi
dan siklus pulang. Hal ini dikuatkan dengan tabel 4.113 dan tabel 4.114.
Penurunan maksimum terjadi pada siklus ke 5 untuk pergi dan pulang. Besarnnya
di titik dial 4 sebesar 0,37 mm dan di titik dial 5 sebesar 0,64 mm.
Tabel 4.113. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0300 -0,0100 -0,0800 -0,3500 -0,6200
2 0,0300 -0,0150 -0,0850 -0,3300 -0,6300 3 0,0350 -0,0100 -0,0850 -0,3500 -0,6600 4 0,0400 -0,0250 -0,0900 -0,3500 -0,6400 5 -0,0350 -0,0220 -0,0950 -0,3700 -0,6400
-0.80-0.70-0.60-0.50-0.40-0.30-0.20-0.100.000.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Tabel 4.114. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 64 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0300 -0,0100 -0,0800 -0,3500 -0,6200 2 0,0300 -0,0150 -0,0850 -0,3300 -0,6300 3 0,0350 -0,0100 -0,0850 -0,3500 -0,6600 4 0,0400 -0,0250 -0,0900 -0,3500 -0,6400 5 -0,0350 -0,0220 -0,0950 -0,3700 -0,6400
e. Beban 80 kg
Posisi A
Gambar 4.113. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi
-0.80-0.70-0.60-0.50-0.40-0.30-0.20-0.100.000.100.20
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Gambar 4.114. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang
Hasil pembebanan 80 kg pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk
posisi A dibuat grafik pada gambar 4.113 dan gambar 4.114. Pemberian beban 80
kg dilakukan setelah semua siklus beban 64 kg (pergi-pulang) selesai dilakukan.
Pada posisi beban awal di posisi A, titik tinjauan adalah titik dial 1 dan titik dial 2.
Dari grafik yang telah disajikan di atas, terlihat bahwa penurunan terbesar terjadi
pada siklus ke 5 untuk pergi dan siklus ke 4 untuk pulang. Besarnya penurunan
maksimal untuk siklus pergi 5 adalah 0,78 mm di titik 1 dan 0,37 mm di titik 2,
sedangkan untuk siklus pulang 5 adalah 0,8 mm di titik 1 dan 0,35 di titik 2. Tabel
4.115 dan tabel 4.116 berikut berisi tentang nilai penurunan yang terjadi pada fase
ini.
Tabel 4.115. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pergi Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,7600 -0,3200 0,0150 0,0300 0,0180
2 -0,7800 -0,3300 0,0100 0,0350 0,0200 3 -0,7500 -0,3800 -0,0100 0,0300 0,0250 4 -0,7750 -0,3500 0,0050 0,0200 0,0150 5 -0,7800 -0,3700 0,0250 0,0300 0,0200
-0.80-0.70-0.60-0.50-0.40-0.30-0.20-0.100.000.100.20
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Tabel 4.116. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi A untuk Siklus Pulang Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,7800 -0,3300 0,0100 0,0350 0,0200 2 -0,7500 -0,3800 -0,0100 0,0300 0,0250 3 -0,7750 -0,3500 0,0050 0,0200 0,0150 4 -0,7800 -0,3700 0,0250 0,0300 0,0200 5 -0,8000 -0,3500 0,0200 0,0350 0,0250
Posisi B
Gambar 4.115. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.116. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Posisi B mempunyai posisi di antara titik dial 2 dan 3. Kedua titik inilah yang
mengalami penurunan tanah yang terbesar akibat pembebanan di posisi B, seperti
yang terlihat pada gambar 4.115 dan gambar 4.116. Pada siklus pergi, penurunan
terbesar terjadi pada siklus pergi ke 5 sebesar 0,38 mm pada titik dial 2 dan 0,44
mm pada titik dial 3, sedangkan pada siklus pulang terjadi pada siklus pulang ke 3
sebesar 0,37 mm pada titik dial 2 dan 0,44 mm pada titik dial 3. Tabel 4.117 dan
tabel 4.118 berikut akan mendeskripsikan secara rinci penurunan yang terjadi
akibat pembebanan di posisi B.
Tabel 4.117. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pergi Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 -0,1200 -0,3800 -0,4000 -0,0500 0,0700
2 -0,1300 -0,3800 -0,4350 -0,0200 0,0700 3 -0,1400 -0,3900 -0,4200 -0,0600 0,0500 4 -0,0800 -0,4000 -0,4350 -0,0600 0,0900 5 -0,1200 -0,3800 -0,4400 -0,0800 0,0650
Tabel 4.118. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi B untuk Siklus Pulang Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 -0,1350 -0,3450 -0,4000 -0,0600 0,0800 2 -0,1300 -0,4100 -0,4350 -0,0400 0,0800 3 -0,0900 -0,3700 -0,4400 -0,0900 0,0650 4 -0,0900 -0,3800 -0,4350 -0,0600 0,0700 5 -0,1500 -0,4000 -0,4300 -0,0500 0,0600
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Posisi C
Gambar 4.117. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi
Gambar 4.118. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang
Titik dial 3 dan titik dial 4 digunakan sebagai tinjauan untuk posisi C beban 80 kg.
Terlihat dari gambar 4.117 dan gambar 4.118 penurunan bahwa terjadi penurunan
maksimal pada siklus ke 5 untuk pergi dan siklus ke 5 untuk pulang. Nilai
penurunan di titik dial 3 dan titik dial 4 berdasarkan siklus pergi 5 dan siklus
pulang 5 secara berturut-turut adalah 0,44 mm; 0,36 mm; 0,44 mm; dan 0,39 mm.
Rincian nilai penurunan yang terjadi dapat diberikan pada tabel 4.119 dan tabel
4.120.
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0.20
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
-0.60
-0.50
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0.20
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Tabel 4.119. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pergi Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,1500 -0,0750 -0,4100 -0,3300 -0,0600
2 0,1700 -0,0800 -0,4000 -0,3550 -0,0800 3 0,1700 -0,0800 -0,4200 -0,3600 -0,0400 4 0,1600 -0,0700 -0,4100 -0,3500 -0,0300 5 0,1750 -0,0650 -0,4400 -0,3600 -0,0500
Tabel 4.120. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi C untuk Siklus Pulang Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,1650 -0,1100 -0,4200 -0,3300 -0,0650 2 0,1550 -0,0750 -0,4100 -0,3400 -0,0500 3 0,1950 -0,1450 -0,4250 -0,3500 -0,0800 4 0,1700 -0,0900 -0,4300 -0,3600 -0,0500 5 0,1500 -0,0750 -0,4400 -0,3900 -0,0600
Posisi D
Gambar 4.119. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 80 kg dan Siklus Pergi
-0.80-0.70-0.60-0.50-0.40-0.30-0.20-0.100.000.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PERGI 1 PERGI 2 PERGI 3 PERGI 4 PERGI 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Gambar 4.120. Grafik Penurunan Media Tanah Lempung Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D dengan Beban 80 kg dan Siklus Pulang
Gambar 4.119 dan gambar 4.120 menunjukkan bahwa beban 80 kg yang berada
pada posisi D dari model menyebabkan terjadinya penurunan tanah pada ujung
model. Data-data yang dicatat dari dial gauge dengan titik dial 4 dan titik dial 5
menunjukkan beberapa kondisi yang dapat ditentukan sebagai penurunan
maksimal. Kondisi tersebut terjadi pada siklus ke 4 dari siklus pergi dan pulang
sebesar 0,47 mm di titik dial 4 dan 0,66 mm di titik dial 5. Tabel 4.121 dan tabel
4.122 menyajikan hasil penurunan secara rinci.
Tabel 4.121. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pergi Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PER
GI K
E- 1 0,0350 -0,0650 -0,1300 -0,4500 -0,6300
2 0,0250 -0,0550 -0,1350 -0,4600 -0,6400 3 0,0250 -0,0600 -0,1400 -0,4700 -0,6600 4 0,0300 -0,0700 -0,1400 -0,4700 -0,6600 5 0,0450 -0,0500 -0,1500 -0,4800 -0,6500
-0.80-0.70-0.60-0.50-0.40-0.30-0.20-0.100.000.10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
PEN
UR
UN
AN
(mm
)
JARAK (cm)
PULANG 1 PULANG 2 PULANG 3 PULANG 4 PULANG 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Tabel 4.122. Penurunan Media Tanah Lempung dengan Perkuatan Cerucuk Pada
Posisi D untuk Siklus Pulang Beban 80 kg.
Penurunan TITIK DIAL (mm) 1 2 3 4 5
PULA
NG
KE
- 1 0,0350 -0,0650 -0,1300 -0,4500 -0,6300 2 0,0250 -0,0550 -0,1350 -0,4600 -0,6400 3 0,0250 -0,0600 -0,1400 -0,4700 -0,6600 4 0,0300 -0,0700 -0,1400 -0,4700 -0,6600 5 0,0450 -0,0500 -0,1500 -0,4800 -0,6500
4.2.4. Analisis Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Penurunan maksimum yang telah didapatkan dari masing-masing pembebanan
dan media uji kemudian dibandingkan satu sama lain. Pembandingan ini
dilakukan sesuai dengan posisi pembebanan agar dapat diketahui perbedaan dari
satu media dengan media lainnya. Selain itu, perbedaan perilaku tersebut juga
dianalisis untuk mengetahui dampak penambahan perkuatan tiang cerucuk pada
tanah lempung lunak.
a. Pembebanan Posisi A
Perbandingan data penurunan pada tiap-tiap media uji untuk pembebanan posisi A
dilakukan guna mengetahui penurunan terbesar dan presentase pengurangan
penurunan yang terjadi apabila menggunakan tiang cerucuk. Perbandingan
tersebut disajikan pada gambar 4.121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Gambar 4.121 menunjukkan penurunan yang terjadi akibat pembebanan pada
posisi A untuk setiap media tanah. Berdasarkan gambar tersebut, penurunan
maksimal terjadi pada media tanah lempung. Titik dial 1 dan titik dial 2
digunakan sebagai titik tinjauan untuk mengetahui penurunan terbesar. Umumnya,
titik dial 1 mencatat penurunan maksimal dari berbagai beban yang dikenakan.
Pada media tanah lempung, sudah pasti beban 80 kg mengakibatkan penurunan
paling besar, yaitu sebesar -2,93 mm di titik dial 1 dan -1,335 mm di titik dial 2.
Kondisi yang sangat kontras terlihat ketika digunakan perkuatan berupa tiang
cerucuk pada media tanah lempung. Dimana pada beban yang sama terjadi
penurunan hanya sebesar -0,8 mm pada titik dial 1 dan -0,35 pada titik dial 2.
Penurunan yang sangat besar yang biasanya terjadi sebelumnya pada tanah
lempung dapat diminimalkan secara optimal. Selain itu, terjadi pengangkatan pada
titik dial 4 dan titik dial 5 yang tidak terlalu besar. Kondisi ini terjadi karena titik
dial 4 dan titik dial 5 merupakan posisi paling ujung dan struktur rel kereta api
tidak berlanjut atau terpotong.
Tabel 4.123 di bawah menjabarkan presentase selisih setelah dibandingkan dari
ketiga jenis media pengujian tanah beserta rata-ratanya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penggunaan perkuatan cerucuk pada media tanah lempung mampu
mengurangi penurunan sebesar 73,2016 %. Sedangkan selisih hasil penurunan
pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk dengan penurunan pada
media tanah pasir sebesar 34,5135 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Gambar 4.121. Penurunan Pada Pembebanan Posisi A Model Laboratorium
-0.6
-0.4
-0.2
-1E-15
0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
00.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48 kg
-2.2-1.7-1.2-0.7-0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-3
-2.3
-1.6
-0.9
-0.20 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Tabel 4.123. Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi A Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung.
Beban 16 kg 32 kg 48 kg Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 78,1818 66,4336 69,8925 28,2051 77,2947 28,5171
Beban 64 kg 80 kg Rata-rata Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 67,9426 24,7059 72,6962 24,7059 73,2016 34,5135
Gambar 4.122 menunjukkan perbandingan penurunan maksimum yang terjadi
pada pembebanan di posisi A. Besarnya penurunan maksimum yang didapatkan
pada tanah pasir adalah sebesar 1,0625 mm. Pada tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk diperoleh penurunan maksimum sebesar 0,8 mm, sedangkan
untuk tanah lempung tanpa perkuatan sebesar 2,93 mm.
Gambar 4.122. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi A
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
0 20 40 60 80
Bes
ar P
enur
unan
(mm
)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
b. Pembebanan Posisi B
Pada bagian ini, dilakukan analisis penurunan yang terjadi pada posisi B untuk
setiap besar pembebanan. Analisis dilakukan dengan membandingkan data
penurunan terbesar hasil pengujian pada ketiga media uji. Penurunan tersebut
disajikan pada gambar 4.123 dan tabel 4.124.
Gambar 4.123. merupakan grafik interpretasi penurunan terbesar yang terjadi pada
pembebanan posisi B. Titik tinjauan penurunan yang dipakai adalah titik dial 2
dan titik dial 3. Kedua titik tinjauan tersebut terletak pada posisi B. Di samping
itu, penurunan terbesar yang diperoleh selama pengujian dengan posisi
pembebanan B juga terjadi pada titik-titik tersebut. Secara berturut-turut
penurunan dari terkecil sampai yang terbesar terjadi pada media tanah lempung
dengan perkuatan cerucuk, media tanah pasir, dan media tanah lempung. Pada
titik dial 2 dan titik dial 3, didapatkan besarnya penurunan maksimal yaitu
berurutan -1,675 mm dan -1,76 mm. Kondisi ini terjadi pada media tanah
lempung tanpa perkuatan dengan pembebanan terbesar, yaitu 80 kg. Dengan
beban yang sama, penurunan terbesar pada media tanah pasir didapatkan dengan
besar di titik dial 2 dan titik dial 3 secara berurutan adalah -0,647 mm dan -0,534
mm. Selanjutnya pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk,
didapatkan penurunan terbesar dengan nilai -0,38 mm di titik dial 2 dan -0,44 mm
di titik dial 3.
Tabel 4.124 menjelaskan tentang perbandingan yang dilakukan dari penurunan
media lempung perkuatan cerucuk dengan media pasir dan media lempung tanpa
perkuatan. Hasil dari perbandingan ini memberikan data yang variatif dari kelima
jenis pembebanan. Berdasar dari kelima jenis pembebanan inilah rata-rata dibuat.
Hasilnya adalah selisih dari penurunan maksimum antara media lempung
perkuatan cerucuk dengan media pasir sebesar 31,3327 %. Sedangkan dengan
penggunaan perkuatan tiang cerucuk pada media tanah lempung dapat
mengurangi penurunan sebesar 75,2621 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Gambar 4.123. Penurunan Pada Pembebanan Posisi B Model Laboratorium
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-0.8-0.6-0.4-0.2
00.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32kg
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48kg
-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64kg
-1.9-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Tabel 4.124. Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi B Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung.
Beban 16 kg 32 kg 48 kg Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 71,1432 27,7778 76,8707 46,0317 77,3109 43,1579
Beban 64 kg 80 kg Rata-rata Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 75,9857 22,093 75 17,603 75,2621 31,3327
Gambar 4.124 adalah visualisasi penurunan maksimum yang terjadi di model
laboratorium untuk pembebanan posisi B dalam bentuk grafik. Besar penurunan
maksimum yang diperoleh pada media tanah pasir adalah 0,647 mm. Pada tanah
lempung, penurunan maksimum seperti yang tertera pada grafik sebesar 1,76 mm.
Kondisi terakhir atau pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk
mempunyai penurunan maksimum sebesar 0,44 mm.
Gambar 4.124. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi B
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
0 20 40 60 80
Besa
r Pen
urun
an (m
m)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
c. Pembebanan Posisi C
Penurunan maksimum pada pembebanan posisi C akan disajikan dalam gambar
4.125 dan tabel 4.125. Perlu diketahui bahwa dalam analisa penurunan dari
pembebanan posisi C ini berdasarkan pada dua titik tinjauan, yaitu titik dial 3 dan
titik dial 4.
Gambar 4.125. mendeskripsikan penurunan maksimal dari kelima jenis
pembebanan yang dilakukan pada ketiga media tanah pengujian. Penurunan yang
sangat mencolok terjadi pada pengujian media tanah lempung tanpa perkuatan.
Besar penurunan pada media tersebut mencapai -1,36 mm di titik dial 3 dan -1,26
mm di titik dial 4. Untuk media tanah pasir penurunan terbesar didapatkan sebesar
-0,4875 mm di titik dial 3 dan -0,6325 mmdi titik dial 4. Sedangkan pada media
tanah lempung dengan perkuatan cerucuk didapatkan penurunan maksimal dengan
besar -0,44 mm di titik dial 3 dan -0,39 mm di titik dial 4. Kondisi tersebut
didapatkan pada pembebanan dengan beban 80 kg. Penurunan yang kecil pada
media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk mengindikasikan bahwa tiang
cerucuk yang diaplikasikan untuk perkuatan dapat berfungsi untuk mengurangi
pengurangan yang berlebihan, seperti yang ditunjukkan pada media tanah
lempung tanpa perkuatan. Pengangkatan rel juga terjadi pada titik dial 1 akibat
pembebanan di titik C. Kondisi ini tercatat juga pada hasil pembebanan utama.
Tabel 4.125 menjabarkan tentang perbandingan antara hasil pembebanan dari
ketiga jenis media tanah pengujian. Pada pembebanan sebesar 16 kg, 32 kg, dan
64 kg, penurunan pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk lebih
kecil daripada media tanah pasir. Sedangkan pada pembebanan 48 kg dan 80 kg,
terjadi hal yang sebaliknya dimana penurunan pada media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk lebih besar dari media tanah pasir. Hal ini diketahui dari hasil
perbandingan yang berharga negatif. Pengimplementasian perkuatan cerucuk pada
tanah lempung menyebabkan pengurangan penurunan yang terjadi sebesar
73,7073 %, sedangkan bila dibandingkan dengan media tanah pasir didapatkan
selisih sebesar 11,9214 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Gambar 4.125. Penurunan Pada Pembebanan Posisi C Model Laboratorium
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-0.8-0.6-0.4-0.2
00.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48kg
-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-1.9-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
Tabel 4.125. Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi C Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung.
Beban 16 kg 32 kg 48 kg Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 69,697 28 79,085 42,8571 73,012 -16,667
Beban 64 kg 80 kg Rata-rata Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 71,3235 20 75,419 -14,583 73,7073 11,9214
Gambar 4.126 adalah grafik penyajian penurunan maksimum pada masing-masing
media tanah yang digunakan di model laboratorium. Penurunan maksimum yang
didapat pada media tanah pasir adalah sebesar 0,65 mm. Selanjutnya untuk media
tanah lempung mempunyai penurunan maksimum akibat pembebanan yang
dilakukan sebesar 1,79 mm. Selain itu pada media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk diperoleh penurunan maksimum yang besarnya adalah 0,44
mm.
Gambar 4.126. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi C
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
0 20 40 60 80
Besa
r Pen
urun
an (m
m)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
d. Pembebanan Posisi D
Posisi D memberikan hasil pengujian pembebanan yang umumnya hampir sama
dengan posisi A karena letaknya yang sama-sama berada pada ujung model. Titik
dial 4 dan titik dial 5 merupakan titik tinjauan yang digunakan untuk menganalisis
penurunan yang terjadi. Hasil analisa penurunan yang terjadi akibat pembebanan
pada Posisi D disajikan pada gambar 4.124.
Gambar 4.124 menunjukkan analisa penurunan akibat pembebanan di titik D.
Penurunan yang besar ditunjukkan pada tik dial 4 dan titik dial 5. Kondisi yang
sama seperti pembebanan yang sebelumnya dengan penurunan media tanah
lempung tanpa perkuatan masih yang tersbesar di antara media tanah yang
lainnya. Penurunan terbesar yang didapatkan pada media tanah lempung tanpa
cerucuk mencapai -1,185 mm di titik dial 4 dan -2,69 mm di titik dial 5. Pada
media tanah pasir, penurunan terbesar yang terjadi adalah -0,69 mm di titik dial 4
dan -1,025 mm di titik dial 5. Penambahan perkuatan tiang cerucuk pada media
tanah lempung menghasilkan penurunan terbesar sebesar -0,47 mm di titik dial 4
dan -0,66 mm di titik dial 5. Jadi berdasarkan kondisi pembebanan ini, penurunan
yang terjadi pada media tanah lempung dengan perkuatan mempunyai penurunan
terkecil dari media pengujian yang lainnya.
Tabel 4.126 menyajikan perbandingan dari penurunan pada media tanah lempung
perkuatan cerucuk dengan media tanah lempung tanpa perkuatan dan media tanah
pasir. Selanjutnya dari perbandingan penurunan untuk kelima jenis pembebanan
tadi dicari rata-rata yang menggambarkan perbandingan secara keseluruhan.
Selisih dari penurunan pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk dan
media tanah pasir adalah sebesar 28,8074 %, yang berarti tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk ini lebih kuat daripada tanah pasir. Sedangkan, perbandingan
antara penurunan pada media tanah lempung tanpa dan dengan perkuatan
didapatkan rata-rata selisih sebesar 69,5414 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Gambar 4.127. Penurunan Pada Pembebanan Posisi D Model Laboratorium
-0.6
-0.4
-0.2
-1E-15
0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
00.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.5
-1.1
-0.7
-0.3
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48 kg
-2.4-2
-1.6-1.2-0.8-0.4
00.4
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-2.8-2.2-1.6
-1-0.40.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Tabel 4.126. Perbandingan Penurunan Model Laboratorium Akibat Pembebanan
Posisi D Media Tanah Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan
Tanah Lempung.
Beban 16 kg 32 kg 48 kg Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 73,2719 50,8475 64,8352 15,7895 65,8182 14,3118
Beban 64 kg 80 kg Rata-rata Perbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung dengan
Perkuatan 68,3168 27,4788 75,4647 35,6098 69,5414 28,8074
Gambar 4.128 merupakan grafik yang berisi tentang penurunan maksimum akibat
pembebanan yang dilakukan pada posisi D. Pertama-tama pada media tanah pasir,
penurunan maksimum yang diperoleh mempunyai besaran 1,025 mm. Kedua,
untuk media tanah lempung, besarnya penurunan maksimum yang terjadi adalah
2,69 mm. Terakhir pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk
mempunyai penurunan maksimum sebesar 0,66 mm.
Gambar 4.128. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Laboratorium
Pada Posisi D
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
0 20 40 60 80
Bes
ar P
enur
unan
(mm
)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
4.3. Analisis Hasil Pengujian Model Plaxis 3D Foundation v1.6
Pembebanan yang digunakan pada model Plaxis 3D Foundation v1.6 sama dengan
yang digunakan pada model laboratorium, yaitu 16 kg, 32 kg, 48 kg, 64 kg, dan
80 kg. Dari masing-masing beban tersebut kemudian ditambahkan dengan berat
boogie untuk mendapatkan hasil yang aktual. Model pembebanan dalam Plaxis
3D Foundation dilakukan dengan bantuan vertical point load atau beban titik
vertikal. Oleh karna itu dilakukan penyesuaian input beban dengan kondisi beban
titik dengan cara dibagi menjadi 4. Kondisi ini mewakili 4 roda yang
mendistribusikan langsung beban yang dikenakan ke sistem rel kereta api. Tabel
4.127 di bawah ini memberikan besaran input beban pada model program dari
masing-masing pembebanan.
Tabel 4.127. Besar Input Pembebanan Pada Plaxis 3D Foundation
Beban Sebenarnya
Input beban titik vertikal pada Plaxis
16 kg 0,0524 kN 32 kg 0,0924 kN 48 kg 0,1324 kN 64 kg 0,1724 kN 80 kg 0,2124 kN
Selain besar input pembebanan, terdapat pula input parameter-parameter material
yang terdapat pada program. Parameter-parameter yang dibutuhkan antara lain
untuk tanah pasir, tanah lempung, ballast, bantalan rel, rel itu sendiri, dan cerucuk
kayu. Parameter-parameter material tersebut akan dipaparkan pada tabel 4.128
dan tabel 4.129.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
Tabel 4.128. Parameter Material Tanah dan Cerucuk
Parameter Nama Pasir Lempung Ballast Cerucuk Satuan
Model Material Model Mohr-Coulomb
Mohr-Coulomb
Mohr-Coulomb -
Perilakuk Material Tipe Undrained Undrained Undrained Non-Porous -
Berat tanah tidak jenuh γunsat 19,1 16,55 20 5,2 kN/m3
Berat tanah jenuh γsat 21 18 21 5,2 kN/m3
Modulus Young E 15000 8000 200000 100000 kN/m2
Angka Poisson v 0,35 0,35 0,25 0,2 -
Kohesi c 0 13,3 2 - kN/m2
Sudut Geser Dalam φ 54,59 2,177 45 - ..o
Sudut Dilatansi ψ 24,59 0 15 - ..o
Faktor Reduksi Interface Rinter 1 1 1 1 -
Koefisien Tegangan Lateral K0 0,185 0,962 0,293 - -
Tabel 4.129. Parameter Material Beam
Parameter Nama Rel Bantalan
Model Material - Linear Linear Luas Penampang A 0,0008 0,0075 Berat jenis γ 78 5,2 Modulus Young E 250000 100000
Momen Inersia
I2 1,72E-09 3,00E-08 I3 1,72E-09 1,35E-07
I23 0 0 Angka Poisson v 0,4 0,2
Model dibuat dengan variasi media tanah seperti pada pengujian utama di
laboratorium, yaitu sebanyak 3 buah. Gambar 4.129 memperlihatkan model-
model yang dibuat pada program Plaxis. Pada model media tanah lempung
dengan perkuatan cerucuk terlihat sedikit berbeda dari model laboratorium. Hal
ini terjadi karena ketidakmampuan Plaxis untuk membuat jaring elemen hingga di
elemen yang sangat kecil, untuk kondisi ini terjadi pada elemen cerucuk dengan
diameter 1 cm. Sebuah alternatif dipilih dengan memodelkan tiang cerucuk yang
semula 34 buah menjadi 3 buah, dengan ketentuan berat total dan luas permukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
tiga tiang cerucuk yang baru ini sama dengan 34 buah tiang cerucuk diameter 1
cm.
(a.) (b.)
(c.)
Gambar 4.129. Model Pengujian Pada Plaxis 3D Foundation v.1.6 (a.) Pasir
(b.) Lempung (c.) Lempung dengan Perkuatan Cerucuk
Penyajian penurunan hasil pengujian dengan Plaxis 3D Foundation v.1.6
dilakukan berdasarkan posisi pembebanan. Penurunan yang diambil adalah
penurunan maksimal yang terjadi pada siklus ke 5 baik pergi maupun pulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
4.3.1. Pembebanan Posisi A Model Plaxis 3D Foundation
Perbandingan data penurunan pada tiap-tiap media uji untuk pembebanan posisi A
dilakukan guna mengetahui penurunan terbesar dan presentase pengurangan
penurunan yang terjadi apabila menggunakan tiang cerucuk. Perbandingan
tersebut disajikan pada gambar 4.130.
Gambar 4.130 menunjukkan penurunan yang terjadi akibat pembebanan pada
posisi A untuk setiap media tanah. Berdasarkan gambar tersebut, penurunan
maksimal terjadi pada media tanah lempung. Titik dial 1 dan titik dial 2
digunakan sebagai titik tinjauan untuk mengetahui penurunan terbesar. Umumnya,
titik dial 1 mencatat penurunan maksimal dari berbagai beban yang dikenakan.
Pada media tanah lempung, sudah pasti beban 80 kg mengakibatkan penurunan
paling besar, yaitu sebesar -1,1516 mm di titik dial 1 dan -1,2176 mm di titik dial
2. Kondisi yang sangat kontras terlihat ketika digunakan perkuatan berupa tiang
cerucuk pada media tanah lempung. Dimana pada beban yang sama terjadi
penurunan hanya sebesar -0,8298 mm pada titik dial 1 dan -0,6508 pada titik dial
2. Penurunan yang sangat besar yang biasanya terjadi sebelumnya pada tanah
lempung dapat diminimalkan secara optimal.
Tabel 4.130 menjabarkan tentang perbandingan antara hasil pembebanan dari
ketiga jenis media tanah pengujian. Selisih penurunan yang sangat besar
ditunjukkan dari media tanah lempung perkuatan cerucuk dengan media tanah
lempung tanpa perkuatan. Pada pembebanan sebesar 16 kg, 32 kg, dan 64 kg,
penurunan pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk lebih kecil
daripada media tanah pasir. Sedangkan pada pembebanan 48 kg dan 80 kg, terjadi
hal yang sebaliknya dimana penurunan pada media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk lebih besar dari media tanah pasir. Hal ini diketahui dari hasil
perbandingan yang berharga negatif. Pengimplementasian perkuatan cerucuk pada
tanah lempung menyebabkan pengurangan penurunan yang terjadi sebesar 16,152
%, sedangkan bila dibandingkan dengan media tanah pasir didapatkan selisih
sebesar 52,712 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Gambar 4.130. Penurunan Pada Pembebanan Posisi A Model Plaxis 3D
-0.6
-0.4
-0.2
-1E-150 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
00.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.2
-0.9
-0.6
-0.3
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48 kg
-1.8
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-1.5
-0.8
-0.10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Tabel 4.130. Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi A Media Tanah
Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan Tanah Lempung.
Gambar 4.131 adalah visualisasi penurunan maksimum yang terjadi di model
laboratorium untuk pembebanan posisi A dalam bentuk grafik. Besar penurunan
maksimum yang diperoleh pada media tanah pasir adalah 0,7141 mm. Pada tanah
lempung, penurunan maksimum seperti yang tertera pada grafik sebesar 1,2176
mm. Kondisi terakhir atau pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk
mempunyai penurunan maksimum sebesar 0,8298 mm.
Gambar 4.131. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis 3D
Pada Posisi A
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 4,495 -92,263 3,492 -83,460 17,180 -50,451
48 kg16 kg 32 kg
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 27,649 -18,693 27,943 -18,693 16,152 -52,712
64 kg 80 kg Rata-rata
0.0
0.5
1.0
1.5
0 20 40 60 80
Bes
ar P
enur
unan
(mm
)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
4.3.2. Pembebanan Posisi B Model Plaxis 3D Foundation
Pada bagian ini, dilakukan analisis penurunan yang terjadi pada posisi B untuk
setiap besar pembebanan. Analisis dilakukan dengan membandingkan data
penurunan terbesar hasil pengujian pada ketiga media uji. Penurunan tersebut
disajikan pada gambar 4.132 dan tabel 4.131.
Gambar 4.132 mendeskripsikan penurunan maksimal dari kelima jenis
pembebanan yang dilakukan pada ketiga media tanah pengujian. Penurunan yang
sangat mencolok terjadi pada pengujian media tanah lempung tanpa perkuatan.
Besar penurunan pada media tersebut mencapai -1,2054 mm di titik dial 2 dan -
1,2027 mm di titik dial 3. Untuk media tanah pasir penurunan terbesar didapatkan
sebesar -0,7075 mm di titik dial 2 dan -0,6942 mmdi titik dial 3. Sedangkan pada
media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk didapatkan penurunan maksimal
dengan besar -0,7104 mm di titik dial 2 dan -0,6943 mm di titik dial 3. Kondisi
tersebut didapatkan pada pembebanan dengan beban 80 kg. Penurunan yang kecil
pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk mengindikasikan bahwa
tiang cerucuk yang diaplikasikan untuk perkuatan dapat berfungsi untuk
mengurangi pengurangan yang berlebihan, seperti yang ditunjukkan pada media
tanah lempung tanpa perkuatan.
Tabel 4.131 di bawah menyajikan perbandingan dari penurunan pada media tanah
lempung perkuatan cerucuk dengan media tanah lempung tanpa perkuatan dan
media tanah pasir. Selanjutnya dari perbandingan penurunan untuk kelima jenis
pembebanan tadi dicari rata-rata yang menggambarkan perbandingan secara
keseluruhan. Selisih dari penurunan pada media tanah lempung dengan perkuatan
cerucuk dan media tanah pasir adalah sebesar 32,506 %, yang berarti tanah
lempung dengan perkuatan cerucuk ini lebih kuat daripada tanah pasir.
Sedangkan, perbandingan antara penurunan pada media tanah lempung tanpa dan
dengan perkuatan didapatkan rata-rata selisih sebesar 31,992 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
Gambar 4.132. Penurunan Pada Pembebanan Posisi B Model Plaxis 3D
-0.6
-0.4
-0.2
-1E-150 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-1-0.8-0.6-0.4-0.2
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.2-1
-0.8-0.6-0.4-0.2
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48 kg
-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-1.5-1.2-0.9-0.6-0.3
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
Tabel 4.131. Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi B Media Tanah
Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan Tanah Lempung.
Gambar 4.133 adalah grafik penyajian penurunan maksimum pada masing-masing
media tanah yang digunakan di model laboratorium khususnya posisi B.
Penurunan maksimum yang didapat pada media tanah pasir adalah sebesar 0,7075
mm. Selanjutnya untuk media tanah lempung mempunyai penurunan maksimum
akibat pembebanan yang dilakukan sebesar 1,2054 mm. Selain itu pada media
tanah lempung dengan perkuatan cerucuk diperoleh penurunan maksimum yang
besarnya adalah 0,7104 mm.
Gambar 4.133. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis 3D
Pada Posisi B
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 22,767 -61,377 21,729 -57,822 31,564 -30,154
16 kg 32 kg 48 kg
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 41,628 -13,166 42,269 -0,012 31,992 -32,506
64 kg 80 kg Rata-rata
0.0
0.5
1.0
1.5
0 20 40 60 80
Bes
ar P
enur
unan
(mm
)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
4.3.3. Pembebanan Posisi C Model Plaxis 3D Foundation
Penurunan maksimum pada pembebanan posisi C akan disajikan dalam gambar
4.134 dan tabel 4.132. Perlu diketahui bahwa dalam analisa penurunan dari
pembebanan posisi C ini berdasarkan pada dua titik tinjauan, yaitu titik dial 3 dan
titik dial 4.
Gambar 4.134 menunjukkan analisa penurunan akibat pembebanan di titik C.
Penurunan yang besar ditunjukkan pada tik dial 3 dan titik dial 4. Kondisi yang
sama seperti pembebanan yang sebelumnya dengan penurunan media tanah
lempung tanpa perkuatan masih yang terbesar di antara media tanah yang lainnya.
Penurunan terbesar yang didapatkan pada media tanah lempung tanpa cerucuk
mencapai -1,2005 mm di titik dial 3 dan -1,1771 mm di titik dial 4. Pada media
tanah pasir, penurunan terbesar yang terjadi adalah -0,6936 mm di titik dial 3 dan
-0,6906 mm di titik dial 4. Penambahan perkuatan tiang cerucuk pada media tanah
lempung menghasilkan penurunan terbesar sebesar -0,6987 mm di titik dial 3 dan
-0,6784 mm di titik dial 4. Jadi berdasarkan kondisi pembebanan ini, penurunan
yang terjadi pada media tanah lempung dengan perkuatan mempunyai penurunan
terkecil dari media pengujian yang lainnya.
Tabel 4.132 di atas menjabarkan presentase selisih setelah dibandingkan dari
ketiga jenis media pengujian tanah beserta rata-ratanya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penggunaan perkuatan cerucuk pada media tanah lempung mampu
mengurangi penurunan sebesar 32,182 %. Sedangkan selisih hasil penurunan pada
media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk dengan penurunan pada media
tanah pasir sebesar 32,589 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
Gambar 4.134. Penurunan Pada Pembebanan Posisi C Model Plaxis 3D
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.3
-0.8
-0.3
0.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48 kg
-1.6-1.3
-1-0.7-0.4-0.10.2
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-1.5-1.2-0.9-0.6-0.3
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
Tabel 4.132. Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi C Media Tanah
Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan Tanah Lempung.
Gambar 4.135 merupakan grafik yang berisi tentang penurunan maksimum akibat
pembebanan yang dilakukan pada posisi C. Pertama-tama pada media tanah pasir,
penurunan maksimum yang diperoleh mempunyai besaran 0,6936 mm. Kedua,
untuk media tanah lempung, besarnya penurunan maksimum yang terjadi adalah
1,2005 mm. Terakhir pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk
mempunyai penurunan maksimum sebesar 0,6987 mm.
Gambar 4.135. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis 3D
Pada Posisi C
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 22,781 -61,603 19,721 -60,122 33,483 -28,577
16 kg 32 kg 48 kg
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 43,125 -11,908 41,799 -0,737 32,182 -32,589
Rata-rata64 kg 80 kg
0.0
0.5
1.0
1.5
0 20 40 60 80
Bes
ar P
enur
unan
(mm
)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
4.3.4. Pembebanan Posisi D Model Plaxis 3D Foundation
Posisi D memberikan hasil pengujian pembebanan yang umumnya hampir sama
dengan posisi A karena letaknya yang sama-sama berada pada ujung model. Titik
dial 4 dan titik dial 5 merupakan titik tinjauan yang digunakan untuk menganalisis
penurunan yang terjadi. Hasil analisa penurunan yang terjadi akibat pembebanan
pada Posisi D disajikan pada gambar 4.136.
Gambar 4.129. merupakan grafik interpretasi penurunan terbesar yang terjadi pada
pembebanan posisi B. Titik tinjauan penurunan yang dipakai adalah titik dial 4
dan titik dial 5. Kedua titik tinjauan tersebut terletak pada posisi D. Di samping
itu, penurunan terbesar yang diperoleh selama pengujian dengan posisi
pembebanan B juga terjadi pada titik-titik tersebut. Secara berturut-turut
penurunan dari terkecil sampai yang terbesar terjadi pada media tanah lempung
dengan perkuatan cerucuk, media tanah pasir, dan media tanah lempung. Pada
titik dial 4 dan titik dial 5, didapatkan besarnya penurunan maksimal yaitu
berurutan -1,192 mm dan -1,082 mm. Kondisi ini terjadi pada media tanah
lempung tanpa perkuatan dengan pembebanan terbesar, yaitu 80 kg. Dengan
beban yang sama, penurunan terbesar pada media tanah pasir didapatkan dengan
besar di titik dial 4 dan titik dial 5 secara berurutan adalah -0,7 mm dan -0,6552
mm. Selanjutnya pada media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk,
didapatkan penurunan terbesar dengan nilai -0,6322 mm di titik dial 4 dan -0,7748
mm di titik dial 5.
Tabel 4.133 menjelaskan tentang perbandingan yang dilakukan dari penurunan
media lempung perkuatan cerucuk dengan media pasir dan media lempung tanpa
perkuatan. Hasil dari perbandingan ini memberikan data yang variatif dari kelima
jenis pembebanan. Berdasar dari kelima jenis pembebanan inilah rata-rata dibuat.
Hasilnya adalah selisih dari penurunan maksimum antara media lempung
perkuatan cerucuk dengan media pasir sebesar 61,82 %. Sedangkan dengan
penggunaan perkuatan tiang cerucuk pada media tanah lempung dapat
mengurangi penurunan sebesar 16,407 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Gambar 4.136. Penurunan Pada Pembebanan Posisi D Model Plaxis 3D
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
16 kg
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
32 kg
-1.1
-0.7
-0.3
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
48 kg
-1.5
-1.1
-0.7
-0.3
0.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
64 kg
-1.5-1.3-1.1-0.9-0.7-0.5-0.3-0.10.1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Penu
runa
n (m
m)
Jarak (cm)
PASIR LEMPUNG LEMPUNG CERUCUK
80 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Tabel 4.133. Perbandingan Penurunan Akibat Pembebanan Posisi D Media Tanah
Lempung dengan Perkuatan dengan Media Tanah Pasir dan Tanah Lempung.
Gambar 4.137 menunjukkan perbandingan penurunan maksimum yang terjadi
pada pembebanan di posisi D. Besarnya penurunan maksimum yang didapatkan
pada tanah pasir adalah sebesar 0,7005 mm. Pada tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk diperoleh penurunan maksimum sebesar 0,7748 mm,
sedangkan untuk tanah lempung tanpa perkuatan sebesar 1,192 mm.
Gambar 4.137. Grafik Perbandingan Penurunan Maksimum Model Plaxis 3D
Pada Posisi D
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 4,139 -89,455 4,303 -84,719 17,299 -52,561
16 kg 32 kg 48 kg
BebanPerbandingan (%) Lempung Pasir Lempung Pasir Lempung Pasir
Lempung dengan Perkuatan 27,895 -64,111 28,397 -18,255 16,407 -61,820
Rata-rata64 kg 80 kg
0.0
0.5
1.0
1.5
0 20 40 60 80
Bes
ar P
enur
unan
(mm
)
Beban (kg)
Pasir Lempung Lempung dengan Perkuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
4.4. Analisis Perbandingan Penurunan Pada Model
Laboratorium dengan Model Plaxis 3D Foundation v.1.6
Analisis perbandingan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
penurunan yang terjadi. Hasil analisis akan disajikan per media uji beserta tabel
rekapitulasi analisis yang telah dilakukan.
4.4.1. Perbandingan Penurunan Pada Media Tanah Pasir
Tabel 4.134 merupakan rekapitulasi analisis untuk semua pembebanan pada
media tanah pasir. Secara keseluruhan, selisih penurunan berkisar antara 0,2211 %
- 176,86 %. Selisih yang sangat kecil ditunjukkan pada titik tinjauan yang
titetapkan untuk masing-masing posisi pembebanan. Pada pembebanan posisi A,
hasil penurunan pada titik dial 1 dan titik dial 2 untuk kedua model mempunyai
selisih dengan nilai antara 8,28 % - 71,42%. Selisih penurunan yang didapat pada
titik dial 2 dan titik dial 3 untuk pembebanan posisi B sebesar 0,41 % - 27,74 %.
Selanjutnya pada posisi C dengan titik tinjauannya mempunyai selisih penurunan
untuk kedua jenis model sebesar 0,22 % - 54,45 %. Terakhir untuk posisi D
diperoleh interval selisih pada kedua titik tinjauan di antara 1,5 % - 96,87 %.
Gambar 4.138 adalah grafik perbandingan penurunan antara model laboratorium
dengan model Plaxis 3D pada media tanah pasir. Sumbu x merupakan besar beban
dari posisi pembebanan. Penurunan pada model laboratorium terlihat lebih besar
daripada penurunan pada model Plaxis 3D. Pola deformasi untuk tiap-tiap posisi
pembebanan umumnya hampir sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Gambar 4.138. Grafik Perbandingan Penurunan Media Tanah Pasir
0.00
0.50
1.00
1.50
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI A
Plaxis (Titik 1)
Uji Lab (Titik 1)
Plaxis (Titik 2)
Uji Lab (Titik 2)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI B
Plaxis (Titik 2)
Uji Lab (Titik 2)
Plaxis (Titik 3)
Uji Lab (Titik 3)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI C
Plaxis (Titik 3)
Uji Lab (Titik 3)
Plaxis (Titik 4)
Uji Lab (Titik 4)
0.00
0.50
1.00
1.50
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI D
Plaxis (Titik 4)
Uji Lab (Titik 4)
Plaxis (Titik 5)
Uji Lab (Titik 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
4.4.2. Perbandingan Penurunan Pada Media Tanah Lempung
Interval yang bervariatif tentang selisih penurunan dari model laboratorium
dengan model Plaxis 3D Foundation v.1.6. Hal ini terlihat dari tabel 4.135 yang
merupakan rekapitulasi analisis perbandingan dari kedua model untuk media
tanah lempung. Besarnya interval selisih yang didapatkan secara kasar berada di
antara 0,13 % - 154,42 %. Selisih penurunan yang kecil terjadi pada titik tinjauan
pembebanan dimana letaknya tepat di bawah beban. Pada posisi A dengan titik
tinjauan berupa titik dial 1 dan titik dial 2, selisih penurunan didapatkan di kisaran
9,64 % - 154,42 %. Selanjutnya pada titik tinjauan untuk posisi pembebanan B,
diperoleh selisih dengan nilai minimal sebesar 0,13 % dan nilai maksimal sebesar
46,34 %. Titik dial 3 dan titik dial 4 pada posisi C mempunyai selisih penurunan
di antara 1,12 % - 49,11 %. Posisi D yang merupakan posisi terakhir, didapatkan
selisih sebesar 0,585 % - 148,599 % di titik dial 4 dan titik dial 5.
Gambar 4.139 merupakan grafik perbandingan penurunan maksimum antara
model laboratorium dengan model software Plaxis 3D pada media tanah lempung.
Selisih yang kecil ditunjukkan pada titik-titik tinjauan untuk masing-masing posisi
pembebanan. Dari grafik tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan penurunan
pada model laboratorium lebih besar daripada model Plaxis 3D. Pola deformasi
dari kedua model menunjukkan kesamaan pada tiap-tiap posisi pembebanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
Gambar 4.139. Grafik Perbandingan Penurunan Media Tanah Lempung
0.00
1.00
2.00
3.00
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI A
Plaxis (Titik 1)
Uji Lab (Titik 1)
Plaxis (Titik 2)
Uji Lab (Titik 2)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI B
Plaxis (Titik 2)
Uji Lab (Titik 2)
Plaxis (Titik 3)
Uji Lab (Titik 3)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI C
Plaxis (Titik 3)
Uji Lab (Titik 3)
Plaxis (Titik 4)
Uji Lab (Titik 4)
0.00
1.00
2.00
3.00
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI D
Plaxis (Titik 4)
Uji Lab (Titik 4)
Plaxis (Titik 5)
Uji Lab (Titik 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
4.4.3.Perbandingan Penurunan Pada Media Tanah Lempung
dengan Perkuatan Cerucuk
Penurunan yang terjadi dari kedua model dibandingkan dan dianalisis selisihnya.
Tabel 4.136 berisikan tentang analisis penurunan yang terjadi dari model
laboratorium dengan model Plaxis 3D Foundation v1.6. Nilai selisih minimal
yang berhasil didapatkan sebesar 3,6 % dan nilai maksimal sebesar 124,58 %.
Besaran selisih ini menggambarkan keseluruhan titik dial dari pembebanan, baik
sebagai titik tinjauan maupun bukan. Titik dial 1 dan titik dial 2 yang merupakan
titik tinjauan pembebanan posisi A mempunyai selisih penurunan dengan besar di
antara 3,6 % - 68,91 %. Selanjutnya, selisih untuk posisi pembebanan B
didapatkan di kisaran 28,36 % - 78,89 %. Pada titik C, titik dial 3 dan titik dial 4
sebagai titik tinjauan mempunyai selisih dengan besar di antara 28,26 % - 74,19
%. Terakhir, selisih dengan besaran yang berkisar antara 13,001 % - 63,75 %
didapatkan pada titik-titik tinjauan untuk posisi pembebanan D.
Gambar 4.140 menunjukkan grafik perbandingan antara hasil pengujian model
laboratorium dengan model Plaxis 3D pada media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk. Terlihat bahwa terdapat kecenderungan bahwa hasil model
Plaxis 3D mempunyai nilai lebih besar daripada model laboratorium. Penurunan
pada titik-titik dial di model software hampir mempunyai nilai yang sama, tetapi
jika dilihat besarannya, nilai pada titik tinjauan masih lebih besar per masing-
masing posisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
Gambar 4.140. Grafik Perbandingan Penurunan Media Tanah Lempung dengan
Perkuatan Cerucuk
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI A
Plaxis (Titik 1)
Uji Lab (Titik 1)
Plaxis (Titik 2)
Uji LAb (Titik 2)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI B
Plaxis (Titik 2)
Uji Lab (Titik 2)
Plaxis (Titik 3)
Uji Lab (Titik 3)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI C
Plaxis (Titik 3)
Uji Lab (Titik 3)
Plaxis (Titik 4)
Uji Lab (Titik 4)
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
16 KG 32 KG 48 KG 64 KG 80 KG
Penu
runa
n (m
m) POSISI D
Plaxis (Titik 4)
Uji Lab (Titik 4)
Plaxis (Titik 5)
Uji Lab (Titik 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Berdasarkan pengujian model laboratorium terdapat beberapa kesimpulan
yaitu :
• Penurunan terbesar terjadi pada media tanah lempung tanpa perkuatan,
sedangkan penurunan terkecil terjadi pada media tanah lempung dengan
perkuatan.
• Pengaplikasian perkuatan tiang cerucuk kayu pada media tanah lempung
dapat mengurangi penurunan secara signifikan, dengan selisih penurunan
maksimum yang terjadi antara media tanah lempung dengan media tanah
lempung dengan perkuatan cerucuk untuk posisi beban A dan D (posisi
ujung) adalah 2,13 mm atau mencapai 73,20 %, sedangkan untuk posisi
beban B dan C (posisi tengah) adalah 1,35 mm atau mencapai 69,54 %.
• Secara keseluruhan, penurunan pada media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk lebih kecil daripada pada media tanah pasir. Selisih
penurunan maksimum yang terjadi antara media tanah pasir dengan media
tanah lempung dengan perkuatan cerucuk untuk posisi beban A dan D
(posisi ujung) adalah 0,26 mm atau mencapai 34,51 %, sedangkan untuk
posisi beban B dan C (posisi tengah) adalah 0,21 mm atau mencapai
31,33 %.
b. Pada pengujian model software Plaxis 3D Foundation v.1.6., beberapa
kesimpulan yang diperoleh yaitu :
• Penurunan terbesar terjadi pada tanah lempung tanpa perkuatan,
sedangkan penurunan terkecil terjadi pada media tanah pasir.
• Pengaplikasian perkuatan tiang cerucuk kayu pada media tanah lempung
dapat mengurangi penurunan secara signifikan, dengan selisih penurunan
maksimum yang terjadi antara media tanah lempung dengan media tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
lempung dengan perkuatan cerucuk untuk posisi beban A dan D (posisi
ujung) adalah 0,39 mm atau mencapai 16,41 %, sedangkan untuk posisi
beban B dan C (posisi tengah) adalah 0,49 mm atau mencapai 32,18 %.
• Secara keseluruhan, penurunan pada media tanah lempung dengan
perkuatan cerucuk lebih besar daripada pada media tanah pasir. Selisih
penurunan maksimum yang terjadi antara media tanah pasir dengan media
tanah lempung dengan perkuatan cerucuk untuk posisi beban A dan D
(posisi ujung) adalah 0,12 mm atau mencapai 61,82 %, sedangkan untuk
posisi beban B dan C (posisi tengah) adalah 0,0029 mm atau mencapai
32,59 %.
c. Perbandingan seluruh penurunan yang terjadi antara model laboratorium
dengan model Plaxis 3D untuk masing-masing media tanah yang digunakan
adalah :
• Untuk media tanah pasir, selisih penurunan berkisar antara 0,0005 mm –
0,793 mm atau 0,22 % - 176,86 % untuk perbandingannya.
• Untuk media tanah lempung, selisih penurunan berkisar antara 0,0006
mm – 1,7784 mm atau 0,13 % - 154,42 % untuk perbandingannya.
• Untuk media tanah lempung dengan perkuatan cerucuk, selisih penurunan
berkisar antara 0,0298 mm – 0,7602 mm atau 3,60 % - 68,91 % untuk
perbandingannya.
5.2. Saran
Agar penelitian yang akan didapatkan hasil yang lebih baik, beberapa saran yang
perlu diindahkan sebagai berikut :
a. Pemberian beban berjalan yang menggambarkan kereta yang sedang berjalan
di atas rel yang digerakkan dengan mesin atau alat tertentu.
b. Penggunaan boogie dan beban yang mempunyai titik berat yang tepat berada
di tengah sehingga tidak berat sebelah.
c. Mengisolasi ruangan pengujian laboratorium dari segala kegiatan yang dapat
menyulitkan pembacaan dial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
d. Melakukan pengujian laboratorium dengan membuat model struktur rel
kereta api sesuai dengan skala asli di lapangan.
e. Melakukan analisis dengan Plaxis 3D pada struktur rel skala sebenarnya serta
parameter-parameter material penyusun struktur rel kereta api sesuai dengan
kondisi aslinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related