peranan misykat dpu daarut tauhid bandung dalam pemberdayaan mustahiq studi kasus...
Post on 09-May-2018
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID BANDUNG DALAM
PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ
Studi Kasus Majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran
Kabupaten Bandung
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Dede Ilyas
NIM: 103054128823
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H./2008 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syyarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karyya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 16 Desember 2008
Dede Ilyas
PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID BANDUNG DALAM
PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Dede Ilyas
NIM: 1030541288123
Dibawah bimbingan
Drs. Helmi Rustandi, M.Ag
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERANAN MISYKAT DPU DAARUT TAUHID
BANDUNG DALAM PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ: STUDI KASUS
MAJELIS AL-AMANAH DESA MARGAHURIP KECAMATAN
BANJARAN KABUPATEN BANDUNG telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 16 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada jurusan Kesejahteraan
Sosial.
Jakarta, !6 Desember 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Djalal, M.Ag. Dra. Sukmayeti
NIP : 150202342 NIP : 150234867
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Prof. Dr. Asep Usman Ismail Ismeth Firdaus, M.Si
NIP : 150246393 NIP :
Pembimbing,
Drs. Helmi Rustandi, M.Ag
NIP : 150235946
ABSTRAK
Dede Ilyas
Peranan MisYkat DPU Daarut Tauhid Bandung dalam Pemberdayaan
Mustahiq
Pemberdayaan merupakan salah satu upaya transformasi terhadap individu
dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pemahaman, perilaku, dan harkat
hidup sebagai individu dan kelompok menuju keberdayaan dan kemandirian.
Pemberdayaan juga berarti upaya memberikan kuasa terhadap individu.
Berdasarkan hal tersebut, maka sasaran pemberdayaan adalah mereka yang tidak berkuasa, mengalami keterbatasan akses terhadap sumber-sumber yang berpotensi
mengangkat dan meningkatkan kualitas individu dan kelompok. Individu yang termasuk dalam kategori tersebut adalah mereka yang dilemahkan (mustadh’afin)
oleh faktor internal maupun eksternal. Dalam terminologi zakat mereka diistilahkan dengan mustahiq.
Penelitian ini ingin memetakan secara jelas mengenai peranan kegiatan pemberdyaan yang dilaksanakan oleh salah satu lembaga filantropi Islam yang
bernama MiSykat di bawah naungan Dompet Peduli Umat (DPU) Daarut Tauhid.
Fokus penelitiannya adalah kegiatan pendampingan pekanan yang
menitikberatkan pada penyampaian materi-materi yang berbasiskan
pengembangan pengetahuan, penanaman nilai dan pengembangan keterampilan
anggota binaan yang terdiri dari para mustahiq dan mustadh’afin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penulisan
laporan analitis deskriptif. Subjek yang diteliti adalah anggota binaan MiSykat
pada majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten
Bandung. Studi dokumentasi dan wawancara adalah teknik yang digunakan untuk
pengumpulan data yang kemudian di interpretasikan sesuai dengan fenomena
masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Dokumentasi baik dari literatur
tertulis dan bentuk lainnya digunakan untuk memperkuat analisis hasil penelitian. Melalui analisis data hasil penelitian diketahui bahwa pemberdayaan
dengan strategi pendampingan yang dilaksanakan MiSykat cukup berperan dalam upaya mengembangkan pengetahuan, menanamkan nilai, dan mengembangkan
keterampilan anggotanya. Walaupun begitu, tanpa menafikan keberhasilan tersebut, besarnya bantuan dana usaha belum cukup mampu mengangkat kegiatan
usaha anggota secara signifikan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, pemimpin di atas seluruh pemimpin, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peranan MiSykat
DPU Daarut Tauhid Bandung dalam Pemberdayaan Mustahiq: Studi Kasus
Majelis Al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Meskipun saya sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil akhir dari
skripsi ini, adalah mustahil karya ini bisa tuntas tanpa dukungan dan kontribusi
dari banyak pihak. Olehnya, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan
Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus sebagai dosen pembimbing yang terus bersabar dengan memberi
saran-saran dan kritik kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Ismeth Firdaus, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Kesejahteraan Sosial
atas segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan dorongan, wacana,
wawasan, dan intelektualitas yang telah “ditularkan” kepada penulis
selama menempuh studi.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Setinggi-tingginya penghargaan bagi keluarga besar Alm. K.H. Ahmad
Syuja’I, khususnya Ayahanda, K.H. Muniruddin Syuja’I dan Ibunda, Hj,
Solihah tercinta, Kakanda Dudin Muhyiddin dan Teh Cucu Umi Kulsum,
Zaki Habibullah dan istri, dan Adinda Abdul Aziz. Do’a, dorongan, dan
kehadiran mereka yang senantiasa mengusir kepenatan dan kejenuhan
serta meneguhkan semangat untuk melangkah dijalur pengetahuan.
Mereka telah menanggung banyak demi tuntasnya skripsi ini. Semoga
Allah SWT membalas pengorbanan mereka dengan ganjaran yang
berlipat.
8. Siti Ida Mursyida, sang penakluk jiwa dan bintang yang terus memberikan
sinar semangat untukku walaupun dengan banyak merasakan kegelisahan.
9. Sahabat-sahabat (dengan caranya sendiri-sendiri memberikan kontribusi
penting dalam penyelesaian skripsi ini) di Forum Studi Manba’ul Afkar
(MaKar), kosan Bapak Iwang, El-Fata sebagai wadah penyaluran hobi dan
bakat. Abdurahman Sutara, Jarwo, Abi Setyo Nugroho, Muhammad Kahfi,
Adi Prayitno S.Sos,I, Su’udi, Habib Anas, Markos Nasution, Erik Zaenal
Muttaqien, dan lain-lain. Gugatan-gugatan mereka seringkali “memaksa”
penulis untuk memikirkan kembali berbagai analisa yang telah penulis
kembangkan. Penulis berharap sahabat-sahabat kental ini menyadari
sepenuhnya bahwa jaringan intelektual yang telah dibangun bersama kelak
diperhitungkan oleh banyak pihak di masa mendatang.
10. Seluruh jajaran pimpinan, staf, dan kolega di DPU Daarut Tauhid
Bandung dan Jakarta, Microfinance Syari’ah Berbasis Masyarakat
(MiSykat), mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah Margahurip
Banjaran Kabupaten Bandung, yang telah memberikan dukungan, fasilitas
dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
11. Rekan-rekan di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Ikatan
mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat dan pergerakan atau
forum lainnya di Ciputat dan semua pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Skripsi ini tentu saja bukan suatu karya yang sempurna dan bebas dari
kesalahan. Karena itu, masukan-masukan dari para pembaca untuk perbaikan di
masa mendatang sangat penulis nantikan. Penulis memohon ampunan-Nya atas
segala kesalahan.
Akhirnya, skripsi ini penulis dedikasikan kepada siapapun yang
mempunyai keberpihakan yang besar terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat.
Ciputat, 16 Desember 2008
Dede Ilyas
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metodologi Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis tentang Peranan
1. Pengertian Peranan
2. Tinjauan Sosiologi tentang Peranan
B. Tinjauan Teoritis tentang Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
2. Strategi Pemberdayaan
3. Pendekatan
4. Prinsip Pemberdayaan
5. Pendampingan Sosial
6. Tugas Pekerja Sosial
C. Tinjauan Teoritis tentang Zakat
1. Pengertian Zakat
2. Hukum Zakat
3. Tujuan Zakat
4. Hikmah Zakat
5. Macam-Macam Zakat
6. Muzakki (Orang yang Wajib Berzakat)
D. Penjelasan tentang Mustahiq
1. Delapan Asnaf
2. Beberapa Ketentuan Khusus
BAB III GAMBARAN UMUM PROGRAM MISYKAT DPU DARUT
TAUHID JAKARTA
A. Kelahiran Program Misykat
B. Strategi Misykat dalam Pemberdayaan Masyarakat
1. Prinsip Dasar Program Misykat
2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan Misykat
C. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota Misykat
1. Sosialisasi Program
2. Rekrutmen Calon Anggota
D. Pendampingan Pekanan Program Misykat
E. Pendidikan Anggota Program Misykat
F. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Misykat
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUAN
A. Temuan lapangan
1. Metode Pendampingan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung
a. Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan
b. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilai
c. Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Keterampilan
2. Peluang dan Hambatan
a. Peluang
b. Hambatan
3. Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota
B. Analisa Hasil Temuan
1. Analisa Metode Pendampingan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung
a. Analisa Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan
b. Analisa Pendampingan Berbasis Penanaman Nilai
c. Analisa Pendampingan Berbasis Pengembangan Keterampilan
2. Analisa Peluang dan Hambatan
3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data base anggota MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Majelis
al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten
Bandung tahun 2007-2008
Tabel 2 Kurikulum Pendampingan MiSykat
Tabel 3 Model Perencanaan Anggaran Keuangan Rumah Tangga Anggota
MiSykat DPU DT
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Pedoman Wawancara Kepada Pengurus Misykat DPU Daarut
Tauhid Bandung
Lampiran II : Pedoman Wawancara Untuk Mitra Pendamping Misykat
Lampiran III : Surat Perjanjian Qordhul Hasan
Lampiran IV : Formulir Pendaftaran Calon Peserta Anggota MiSykat DPU
Daarut Tauhid Bandung
Lampiran V : Data Profil Anggota Program Pemberdayaan MiSykat
Lampiran VI : Program Survey MiSykat
Lampiran VII : Format Wawancara Dana Bergulir MiSykat DPU Daarut Tauhid
Bandung
Lampiran VIII : Draf Monitoring Usaha
Lampiran IX : Formulir Pengajuan Pinjaman MiSykat DPU Daarut Tauhid
Bandung
Lampiran X : Draf Kunjungan Penunggak
Lampiran XI : Berita Acara Survey MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung
Lampiran XII : Form Persetujuan Suami/Istri/Orang Tua
Lampiran XIII : Struktur Organisasi MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung
Lampiran XIV : Dokumentasi Wawancara dan Survey
BAB IBAB IBAB IBAB I
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahA. Latar Belakang MasalahA. Latar Belakang MasalahA. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan makin tingginya kesadaran masyarakat akan arti penting
lingkungan hidup, nilai-nilai budaya, humanisme dan hak-hak asasi manusia,
lembaga swadaya masyarakat (LSM) semakin memiliki arti tersendiri di
masyarakat.
Sesuai dengan namanya (walaupun istilah LSM tidak tepat, karena kurang
substansif dan merupakan "istilah akomodatif' terhadap keinginan penguasa
dibanding Non-Government Organizations-NGOs), LSM umumnya bertujuan
mensejahterakan masyarakat, dalam arti memberdayakan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan bersama.1
Kebutuhan tersebut bisa berarti pendidikan, tempat tinggal yang layak,
keadilan, lingkungan yang alami, dan dalam skala tertentu termasuk pula
persoalan gender.2
Jenis LSM sendiri setidaknya dapat dibagi menjadi dua golongan.
Pertama, LSM dikalangan aktivis sering dikatakan LSM pelat merah, yakni
LSM
yang dibentuk atas inisiatif pemerintah untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan pada level tertentu. Kedua, LSM yang dibentuk oleh
1 Tim Peneliti PSIK, Negara Kesejahteraan dan Globalisasi : Pengembangan Kebijakan
dan Perbandingan Pengalaman,Universitas Paramadina, Jakarta 2008, hal. 7 2 Firdaus Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire, Y.B. Mangunwijaya,
Logung Pustaka, Jogjakarta 2005, hal. 13
kalangan yang umumnya berada pada kelas menengah seperti intelektual,
mahasiswa ataupun
sejumlah orang yang concern pada kesejahteraan masyarakat yang tak terjangkau
tangan-tangan negara (pembangunan) dan pada level paling rendah adalah
kalangan kelas bawah. Selain kedua jenis itu, ada yang menambahkan jenis
ketiga, yakni LSM yang dibentuk atas dasar ikatan tradisional.
Jenis LSM yang pertama perannya lebih banyak pada dukungan atas
program yang dicanangkan pemerintah. Artinya, LSM ini memiliki keterikatan
yang cukup dekat dengan pemerintah. Setidaknya dalam soal pendanaan atau
dalam skala tertentu otoritas dalam pelaksanaan di lapangan. Dalam kelompok ini
yang terlihat perannya antara lain PKK dan Dharma Wanita.
Pada jenis kedua, umumnya mengambil jarak dengan pemerintah (namun
bukan berarti oposisi) dan memiliki independesi tinggi, sementara sektor
pendanaan banyak disokong oleh organisasi atau yayasan tertentu di luar
negeri. Umumnya LSM dalam kelompok ini melontarkan kritik pada penguasa
(baca: pembangunan ) dengan dasar fakta dan analisis kritis yang
seringkali disertai solusi rasional dan banyak bertumpu pada kepentingan
rakyat kebanyakan.
Sedangkan untuk kelompok ketiga, lebih banyak bersifat kekeluargaan dan
mengambil jalan musyawarah bersama dalam menyelesaikan persoalan, seperti
halnya rembuk desa di pedesaan Jawa.
Perkembangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), secara umum
merebak di negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan tujuan utama
untuk menjadi agen sosial pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
demokratisasi. Namun begitu, banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang
eksistensinya tidak bertahan lama, untuk kemudian mengalami kavakuman dalam
proses pelayanan kemasyarakatannya. Hal ini memang muncul tidak secara
kebetulan, menurut Edwards dan Hulme yang dikutip oleh DR. Suharko, banyak
NGO dibentuk hanya untuk merespon meningkatnya bantuan asing yang
disalurkan melalui komunitas NGO dan juga sebagai akibat dari besarnya bantuan
resmi asing untuk NGO.3
Namun di sisi lain dapat kita lihat banyak terbentuknya LSM
konvensional yang concern dalam upaya keswadayaan dan
pemberdayaan di Indonesia, telah mampu memfasilitasi kebutuhan sosial
mendasar masyarakat dalam proses menuju kemandirian ekonomi.
Walaupun ada beberapa LSM yang tingkat keberlanjutannya terhambat
dikarenakan ketergantungannya terhadap sumber-sumber dana bantuan
asing, di Indonesia terdapat juga beberapa LSM yang mampu
mempertahankan konsistensinya memberikan konstribusi dalam
membantu upaya pembangunan ekonomi dan sosial, misalnya LSM Islam
yang mengelola dana-dana zakat, infaq, shadaqoh dan wakaf seperti DPU
Daarut Tauhid dan Dompet Dhu’afa (DD).
LSM semacam ini – yang menggunakan pola syariah dan
berasaskan Islam- banyak lahir di Indonesia pada sekitar satu dasawarsa
3 Lihat DR. Suharko, Merajut DEMOKRASI – Hubungan NGO, Pemerintah dan
Pengembangan Tata Pemerintahan Demokratis (Yogya: Tiara Wacana, 2005), h. 3.
terakhir ini. Ketika sederetan LSM dibentuk hanya untuk menjadikannya
sebagai penerima bantuan dari lembaga donor dan agen-agen sosial luar
negeri, maka DPU Daarut Tauhid dan beberapa lembaga swadaya lain
yang serupa berdiri pada barisan yang berbeda. Lembaga-lembaga
tersebut –dalam hal ini khususnya DPU Daarut Tauhid- mengelola dana
zakat untuk kemudian disalurkan kepada para mustahiq dalam bentuk
pinjaman dana produktif yang disertai dengan peningkatan keterampilan
dan pengetahuan berusaha melalui berbagai jenis pelatihan.
Pengelolaan dana zakat oleh lembaga swasta memang bukan tanpa
polemik, karena pemerintah melalui Departemen Agama berusaha
mengelola dana zakat oleh negara sebagai dana potensial bagi
pengembangan sumber daya umat terutama dalam memerangi
kemiskinan. Dualitas ini muncul karena pemerintah di satu sisi merasa
bahwa berdasarkan pengalaman, ketika pengelolaan zakat dipercayakan
kepada pribadi umat islam atau badan amil zakat swasta, uang yang
terkumpul sangat sedikit dan tidak signifikan untuk pemberdayaan
ekonomi umat dan memerangi kemiskinan karena institusi swasta hanya
melakukan himbauan atau menunggu kesadaran para umat Islam yang
kaya4. Sedangkan di sisi lain, realitas yang muncul adalah pemerintah
tidak mampu mengelola dana zakat secara efektif dan tepat guna. Selain
itu, peraturan perundang-undangan juga tidak memberikan sangsi kepada
para muzakki yang tidak membayar zakat. Hal ini dapat kita lihat pada
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang
4 Lihat Drs. H. M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk Memerangi
Kemiskinan (Ciputat Jaksel, 2004), h 5.
Pengelolaan Zakat yang tidak menempatkan satu pasal pun tentang
sangsi bagi para muzakki yang tidak mengeluarkan zakatnya. Sehingga
sebatas yang penulis ketahui, metode yang berjalan selama ini adalah
muzakki membayar zakatnya untuk kemudian tidak mengetahui secara
jelas dana itu disalurkan kepada siapa dan dalam bentuk apa, dengan kata
lain tidak ada transparansi pengelolaan dana zakat. Hal ini berbeda
dengan LSM swasta yang mengelola dana zakat untuk kemudian
menyalurkannya dalam bentuk pemberian dana usaha bergulir yang
mekanismenya bisa diketahui oleh donor baik perseorangan maupun
kolektif.
Ketidakberhasilan konsep pembangunan ekonomi yang dikelola
pemerintah atau yang bisa kita sebut dengan pendekatan institusional di
Indonesia tercermin salah satunya dari ketidakefektifan pengelolaan dana
zakat seperti yang telah dijelaskan di alinea sebelumnya. Masalah ini bisa
terjadi dikarenakan ketidakpercayaan pemerintah terhadap peranan
lembaga zakat sehingga tidak mendapatkan perhatian secara serius.
Lebih jauh lagi, kita bisa melihat bahwa telah terjadi kesalahan
penempatan skala prioritas pertumbuhan ekonomi dengan jalan
industrialisasi dan liberalisasi ekonomi yang secara nyata tidak mampu
memberikan hasil yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi
rakyat. Pemerintah memandang bahwa pertumbuhan ekonomi yang
berlangsung pada sekelompok kecil orang, akan dengan sendirinya
menetes pada sebagaian besar rakyat sehingga meningkatkan
kesejahteraan mereka (trickle down effect).
Terlepas dari keberhasilan yang dimiliki oleh lembaga pengelola
dana zakat swasta, masyarakat merasakan manfaat dari keberadaan
lembaga zakat swasta dan menaruh kepercayaan yang besar
terhadapnya yang telah memberikan konstribusi positif bagi
pengembangan ekonomi umat. Hal ini wajar karena mereka datang
dengan perspektif pembangunan ekonomi yang berbeda. Dengan tanpa
tergantung pada donor asing dan dana-dana dari pemerintah, Sirojuddin
Abbas mengatakan bahwa mereka telah berhasil melakukan revisi
produktif pendekatan pembangunan sosial dengan memasukkan nilai-nilai
dan usaha kesejahteraan sosial Islam serta mengadaptasikannya ke
dalam konteks lokal Indonesia.
Adapun fokus pelayanan lembaga tersebut lebih bertendensi pada
program pemberdayaan masyarakat yang direalisasikan dalam berbagai
bentuk kegiatan peningkatan usaha menuju kesejahteraan dan
kemandirian ekonomi. Pemberdayaan menjadi program utama melalui
pendayagunaan dana-dana keagamaan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat miskin dengan orientasi produktivis, pengembangan usaha
kecil, investasi di bidang pendidikan melalui pendirian sekolah-sekolah
gratis, serta pengembangan usaha kecil menengah yang melibatkan
kelompok-kelompok miskin. Hal ini berarti, bahwa dana-dana keagamaan
dikelola dan digunakan tidak secara konsumtif, sebagai charity,
melainkan untuk misi pembangunan sosial yang berjangka panjang.
Maksimalisasi peran-peran lembaga pengelola dana-dana
keagamaan menjadi hal yang urgen untuk meminimalisir kesenjangan
ekonomi masyarakat. Di masa pertumbuhan ekonomi yang cukup
memprihatinkan ini, sesungguhnya peranan dana-dana keagamaan dapat
dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
khususnya di bidang ekkonomi, apabila dana-dana tersebut dikelola
sebagaimana mestinya.
Pemahaman umat Islam tentang peruntukan dana-dana keagamaan
mulai berkembang tidak hanya pada kepentingan kegiatan-kegiatan
ibadah, melainkan bertendensi pada pemberdayaan ekonomi umat. Hal
tersebut direalisasikan oleh lembaga-lembaga filantrofi Islam dalam hal ini
DPU Daarut Tauhid Bandung sebagai lembaga yang memaksimalkan
potensi dana-dana keagamaan sebagai sarana berbuat kebajikan bagi
kepentingan masyarakat. Potensi-potensi tersebut dikelola dengan baik
berdasarkan asas-asas profesionalisme, sehingga mampu memberi
dampak besar dalam kehidupan masyarakat.
Tulisan ini akan membahas program pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan oleh sebuah lembaga filantrofi Islam yang bernama Dana
Peduli Umat (DPU) Daarut Tauhid Bandung melalui salah satu lembaga
ciptaannya yang dinamakan MiSykat (Microfinance Syariah Berbasis
Masyarakat).
MiSykat adalah sebuah lembaga yang khusus diperuntukkan
mengelola dana zakat yang masuk dari donor perseorangan atau kolektif
ke DPU Daarut Tauhid. Misykat lahir dari keprihatinan terhadap
masyarakat mustadh’afin (yang dilemahkan) oleh struktural sebagai faktor
eksternal maupun faktor yang berasal dari dalam diri para mustadh’afin
atau faktor internal. Salah satu contoh faktor internal adalah adanya
kesadaran dan pemahaman yang keliru dalam memaknai hidup yang
semestinya harus terus diperjuangkan. Kesalahan pemahaman ini
misalnya didapat dari interpretasi yang salah terhadap ajaran agama
tentang qada dan qadar Allah SWT.
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa segala yang terjadi
pada diri mereka adalah takdir Allah yang harus dihadapi dengan sabar,
sehingga mereka menerima begitu saja terhadap semua hal yang
menimpa pada diri mereka termasuk kondisi sosial ekonomi yang lemah.
Padahal sabar merupakan hal yang tidak identik dengan sikap lemah,
menerima apa adanya atau menyerah, tetapi merupakan usaha tanpa
lelah atau gigih yang menggambarkan kekuatan jiwa sehingga mampu
mengalahkan atau mengendalikan nafsu liarnya. Sabar bukan berarti
mengendapkan seluruh keinginan sampai terlupakan di bawah sadar
sehingga dapat menimbulkan kompleks-kompleks kejiwaan, tetapi
pengendalian keinginan yang dapat menjadi hambatan bagi pencapaian
sesuatu yang luhur dan mendorong jiwa sehingga mampu mencapai cita-
cita yang didambakan.5
MiSykat mencoba untuk memberikan pertolongan bagi mereka
yang berada pada golongan miskin baik itu di perkotaan maupun di
pedesaan. Bentuk pemberian pertolongan itu adalah program
pemberdayaan masyarakat miskin melalui pemberian dana usaha bergulir
sehingga mereka mampu untuk mandiri secara ekonomi.
Mekanisme pembiayaan yang dilakukan senantiasa terkait dengan
kelompok. Metode seperti ini dapat kita maknai bahwa sebuah
permasalahan ataupun musibah bukanlah permasalahan individual
melainkan kelompok, sekalipun misalnya musibah itu hanya menimpa
pada satu individu tertentu. Selain menerapkan konsep berbagi resiko
(risk sharing dalam bahasa asuransi), MiSykat juga bertujuan membantu
5 Waryono Abdul Ghafur, M.Ag. Tafsir Sosial : Mendialogkan Teks dengan Konteks
(Yogya: eLSAQ Press, 2005), h. 37.
dan menyantuni anggota kelompok yang mendapatkan musibah seperti
sakit melalui dana iuran kelompok yang dikumpulkan. Singkatnya, MiSykat
bertujuan untuk saling memberikan rasa aman, tenteram, melindungi,
bekerjasama, berbagi resiko dan sekaligus berbagi santunan dan
keuntungan. Nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, gotong royong dan
solidaritas sosial merupakan orientasi MiSykat, bukan semata-mata
orientasi ekonomi bisnis.
Tujuan MiSykat tersebut sesuai dengan perintah ayat Al-Quran
surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya :
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
taqwa, janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran “ (QS Al-Maidah [5] : 2).
Semangat kebersamaan, persaudaraan dan solidaritas sosial
tersebut juga sesuai dengan hadist Nabi SAW yang artinya sebagai
berikut:
“Rasulullah SAW bersabda : siapa yang memberi kelonggaran
kepada seorang muslim dari suatu kesulitan dunia, maka Allah pasti akan
memberikan kelonggaran atas perbuatannya itu dari kesulitan-kesulitan
hari kiamat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu mau
memberi pertolongan kepada sesamanya.” (HR. Abu Dawud).
Berdasar ayat dan hadis di atas, tujuan MiSykat tidak hanya
bersifat duniawi, melainkan juga beroientasi ukhrawi. Menyantuni dan
meringankan kesulitan seorang muslim, tidak hanya merupakan tindakan
kemanusiaan yang terpuji, melainkan juga merupakan ibadah sosial yang
pasti akan diganjar oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan kata lain, MiSykat juga bertujuan untuk menginvestasikan amal
sosial untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Dari latar belakang permasalahan di atas, disertai dengan berbagai
pandangan khususnya Islam terkait dengan program pemberdayaan
masyarakat, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat model
pemberdayaan tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul “ Peranan “ Peranan “ Peranan “ Peranan
MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan MustahiqMiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan MustahiqMiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan MustahiqMiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Dalam Pemberdayaan Mustahiq: : : :
Studi Kasus Majleis AlStudi Kasus Majleis AlStudi Kasus Majleis AlStudi Kasus Majleis Al----Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran
Kabupaten BandungKabupaten BandungKabupaten BandungKabupaten Bandung”.”.”.”.
Adapun alasan yang menguatkan penulis untuk mengambil tema
tentang program pemberdayaan ekonomi berbasis syariah tersebut
adalah guna memantapkan analisis tentang keberhasilan metode
pemberdayaan lembaga filantrofi Islam dalam mengantarkan masyarakat
binaannya dari mustahiq menjadi muzakki. Selain itu, ini adalah upaya
untuk menunjukan betapa pentingnya agen-agen otonom di luar birokrasi
dalam proses pembangunan kesejahteraan rakyat.
B. Pembatasan dan Perumusan MasalahB. Pembatasan dan Perumusan MasalahB. Pembatasan dan Perumusan MasalahB. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang
jelas, maka penulis membatasi pada peranan Misykat DPU Daarut Tauhid
Bandung dalam pemberdayaan mustahiq disalah satu majelis binaan yaitu
majelis al-Amanah yang terletak di Desa Margahurip Kecamatan Banjaran
Kabupaten Bandung. Peranan tersebut dapat dilihat dari domain atau
objek studi pemberdayaan yang meliputi pengembangan pengetahuan
dan penanaman nilai serta pengembangan keterampilan melalui berbagai
materi dan pelatihan yang dilakukan oleh MiSykat dalam pelaksanaan
program pendampingan menuju kesejahteraan dan kemandirian ekonomi
golongan mustahiq di majelis tersebut.
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalah
pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam
pemberdayaan mustahiq MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung yang ingin
dijawab melalui penelitian dan dituangkan dalam skripsi ini adalah :
1. Apa metode yang digunakan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung
dalam upaya pengembangan pengetahuan, penanaman nilai dan
pengembangan keterampilan anggota binaan di majelis al-Amanah
Bandung?
2. Apa yang menjadi peluang dan hambatan dalam proses
pelaksanaan program pendampingan di majelis al-Amanah
Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana relevansi metode tersebut dengan kesejahteraan
anggota binaan di majelis al-Amanah Kabupaten Bandung?
C. Tujuan dan Manfaat PenelitianC. Tujuan dan Manfaat PenelitianC. Tujuan dan Manfaat PenelitianC. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kegiatan
pendampingan terhadap pengembangan pengetahuan, penanaman nilai
dan pengembangan keterampilan anggota binaan MiSykat di majelis al-
Amanah. Selanjutnya, dapat dilihat relevansi kegiatan pendampingan
terhadap kesejahteraan anggota. Selain dari itu, penulis ingin mengetahui
ada tidaknya peluang dan hambatan dalam pelaksanaan program
pemberdayaan yang terimplementasi dalam kegiatan pendampingan.
b. Manfaat Penelitian
1. Segi akademis
Untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas program
pemberdayaan berbasis syariah terhadap kesejahteraan dan
pengembangan kemandirian usaha kelompok miskin. Sehingga mampu
menambah pengetahuan dalam upaya memahami nilai-nilai sosial dan
keagamaan.
2. Segi praktis
Penelitian ini diharapkan mampu mengkorelasikan teori-teori
pekerjaan sosial dengan praktik pekerjaan sosial di lapangan. Kemudian
dapat menambah wawasan tentang praktik pekerjaan sosial yang tepat
sesuai dengan konteks masyarakat.
D. Metodologi PenelitianD. Metodologi PenelitianD. Metodologi PenelitianD. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Bentuk penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field
research), dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan
guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilakukan merupakan
proses pengkajian terhadap suatu fenomena pemberdayaan yang terjadi
di salah satu majelis binaan Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung yaitu
majelis al-Amanah. Agar dapat memahami fenomena tersebut secara
holistik, peneliti diharuskan untuk beinteraksi langsung dengan subjek
penelitian, karena fenomena merupakan kondisi sosial yang cenderung
berubah setiap saat. Kondisi tersebut harus diinterpretasikan kasus per
kasus sehingga proses generalisasi bergantung pada konteks yang
berlaku pada saat itu.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti yang
dikutip oleh Lexy Moleong dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif
adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.”6 Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik. Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu/organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sedangkan menurut Anselm Strauss adalah penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari pengukuran.7
Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa model metode
penulisan, dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis.
Withney mengemukakan definisi metode deskriptif, yang diikuti oleh Moh.
Nazir (1985), yaitu :
Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.8
6 Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT.
Remaja ROSDA Karya, 2007), h. 4. 7 H. M. Djunaidy Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Prosedur, Teknik dan Teori
Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997) cet ke 1, h. 11. 8 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 83.
Definisi tersebut menunjukan bahwa metode penulisan deskriptif
adalah mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki. Berdasarkan tujuan
metode penulisan ini dapat digambarkan peranan program pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung
terhadap kemandirian ekonomi anggota binaannya, untuk kemudian
digambarkan pula peluang dan hambatan pelaksanaan kegiatan.
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian lapangan (field research) dilaksanakan di majelis al-
Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung yang
merupakan majelis binaan Misykat DPU Daarut Tauhid Bandung.
3. Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini melalui
beberapa tahapan, yaitu:
a.Tahap pra lapangan
Pada tahapan ini, peneliti mempersiapkan rancangan penelitian,
menentukan lokasi penelitian dengan mempertimbangkan berbagai
masukan dari lembaga, mengurus perizinan baik dari kampus ataupun
lembaga dan menjajaki serta menilai lapangan penelitian.
b.Tahap lapangan
Dalam tahap lapangan, peneliti harus memahami latar penelitian
agar ketika memasuki lapangan ada penyesuaian dengan kondisi
lapangan sehingga proses pengumpulan data akan berjalan secara
efektif dan efisien. Tahapan ini di awali dengan pertemuan dengan pihak-
pihak yang terkait, diantaranya koordinator wilayah IV MiSykat
Kabupaten Bandung, mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah
dan kemudian anggota binaan melalui pertemuan di pendampingan dan
home visit.
c. Tahap analisis data
Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data dilaksanakan dan
dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian,
karena analisis data merupakan pekerjaan yang membutuhkan
pemusatan perhatian, pergerakan tenaga, fisik dan pikiran. Sehingga jika
analisis ini tidak dilakukan semenjak proses pencarian data akan terjadi
penumpukan data yang akan menyulitkan penulisan analisisnya. Pada
tahap ini, pengumpulan dan analisis data dilakukan secara bertahap
sesuai dengan tahapan-tahapan pertemuan dengan sumber data yang
dilakukan selama satu bulan.
4. Macam dan Sumber Data
Menurut Lofland an Lofland (1984:47) yang dikutip oleh Lexy
Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke
dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan statistik.
a. Kata-kata dan tindakan, merupakan proses mengamati kata-kata
serta tindakan orang yang diwawancarai. Proses mengamati ini
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya. Kemudian dijadikan sumber data utama
yang dicatat melalui catatan tertulis dan pengambilan foto.
Responden adalah kepala bagian MiSykat DPU Daarut Tauhid
Bandung, sebagaian dari anggota binaan MiSykat majelis al-
Amanah, mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah. Dalam
proses wawancara ini, diamati bagaimana responden menanggapi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kemudian menjadikannya
sebagai sumber data.
b. Sumber tertulis, adalah sumber data yang didapat dari dokumentasi
tertulis lembaga Misykat serta literatur-literatur ilmiah yang terkait
dengan masalah penelitian. Beberapa yang terkait dengan
penelitian adalah dokumen-dokumen yang didapatkan dari
lembaga berupa buku profil, tata tertib MiSykat, data anggota dan
penjelasan kurikulum pendidikan MiSykat pemula berupa materi-
materi pendampingan tiap pekan. Sedangkan untuk literatur ilmiah,
terdiri dari referensi-referensi yang mendukung penulisan skripsi
ini, berupa literatur tentang pemberdayaan, kesejahteraan sosial
dan zakat.
c. Foto atau dokumentasi gambar tentang proses pelaksanaan
program Misykat yang digunakan untuk menghasilakan data-data
deskriptif. Foto ini didapat dari dokumentasi lembaga dan yang
dihasilkan oleh penulis sendiri. Selain dari dokumentasi lembaga,
penulis juga mengambil dokumentasi langsung dari proses
wawancara dan home visit.
d. Data statistik, yang menjadi data tambahan sesuai dengan
keperluan penelitian. Statistik digunakan untuk membantu memberi
gambaran tentang kecenderungan subjek terhadap latar
penelitian.9
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari bahan-bahan tertulis, baik itu literatur, dokumen-
dokumen tertulis, laporan-laporan dan bemtuk-bentuk lainnya yang
berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada
responden dengan lisan yang berpedoman pada instrumen
penelitian yang berbentuk pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan peneliti
secara langsung terhadap oarang-orang yang dianggap perlu dan
mewakili dalam penelitian. Wawancara ini juga dimaksudkan untuk
menggali keterangan-keterangan yang mendalam sehingga
terkumpul informasi-informasi yang tidak didapatkan dari telaah
dokumentasi atau kepustakaan.
6. Analisis Data
Adapun metode analisis data yang akan digunakan adalah metode
perbandingan tetap, yaitu upaya analisis data secara tetap yang
membandingkan data umum dengan data yang lain, dan kemudian
9 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi ( Bandung: PT. Remaja
ROSDA Karya, 2007), h. 157.
membandingkan kategori dengan kategori yang lainnya.10 Proses yang
dilakukan dalam metode ini adalah11:
a. Reduksi data, yaitu identifikasi satuan yang didapat dari data yang
mempunyai makna jika dikaitkan dengan masalah penelitian.
Selanjutnya membuat koding agar satuan tersebut dapat ditelusuri
sumbernya.
b. Kategorisasi, yaitu menyusun satuan ke dalam bagian-bagian yang
memiliki kesamaan.
c. Sintesisasi, yaitu mencari korelasi antara kategori-kategori.
d. Menyusun hipotesis kerja dengan merumuskan suatu pernyataan
proporsional yang terkait sekaligus menjawab pertanyaan
penelitian.
E. Sistematika PenulisanE. Sistematika PenulisanE. Sistematika PenulisanE. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini
secara sistematis penulis membagi ke dalam lima bab. Adapun
sistematika selengkapnya adalah sebagai berikut :
BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis. Terdiri dari pengertian tentang peranan,
pemberdayaan serta pengetahuan literalis tentang zakat.
BAB III : Gambaran umum lembaga Misykat DPU Daarut Tauhid
Bandung. Gambaran umum ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh MiSykat terkait dengan anggota binaannya dari proses awal
10 ibid, h. 288. 11
ibid, h. 288-300.
rekrutmen sampai pada permasalahan anggota dan tujuan akhir program
pembinaan.
BAB IV : Gambaran riil aktifitas program pemberdayaan yang
didapat berdasarkan temuan dilapangan. Gambaran tersebut meliputi
metode pengembangan pengetahuan, nilai dan keterampilan anggota
binaan disertai dengan gambaran peluang dan hambatan dalam
pelaksanaan program untuk kemudian menjelaskan relevansinya
terhadap kesejahteraan anggota. Setelah penjelasan tentang temuan di
lapangan, selanjutnya dilakukan analisis kritis terhadap temuan lapangan
tersebut.
BAB V : Penutup. Dalam penutup ini penulis akan berusaha
memberikan kesimpulan dari keseluruhan bahasan skripsi ini serta saran
terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari tulisan
ini.
BAB IIBAB IIBAB IIBAB II
TINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITISTINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis Tentang PerananA. Tinjauan Teoritis Tentang PerananA. Tinjauan Teoritis Tentang PerananA. Tinjauan Teoritis Tentang Peranan
1. Pengertian Peranan1. Pengertian Peranan1. Pengertian Peranan1. Pengertian Peranan
Berbicara mengenai peranan tentu tidak bisa dilepaskan dengan
status (kedudukan). Walaupun keduanya berbeda, akan tetapi
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Kedudukan dan
peranan diibaratkan dua sisi mata uang yang kelekatannya sangat terasa
sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena
orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun
kedudukannya itu berbeda anatar satu orang dengan orang lain, akan
tetapi masing-masing darinya berperan sesuai dengan statusnya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, paranan adalah bagian dari
tugas utama yang harus dilaksanakan.12
Sedang Grass Masson dan A. W. Mc Eachen sebagaimana dikutip
oleh David Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-
harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu.13 Harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan
imbangan dari norma-norma sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan
peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.
Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan
oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan
yang lainnya.
12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991), h. 667 13
N. Grass W. S. Masson and A. W. Mc Eachen, Eksploration Role Analysis, dalam
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet
ke-3, h. 99
2. Tinjauan Sosiologi Tentang P2. Tinjauan Sosiologi Tentang P2. Tinjauan Sosiologi Tentang P2. Tinjauan Sosiologi Tentang Perananerananerananeranan
Di atas telah disinggung bahwa terdapat hubungan yang sangat
erat antara peranan dan kedudukan, seseorang mempunyai peranan
dalam lingkungan sosial dikarenakan ia mempunyai status atau
kedudukan dalam lingkungan sosialnya (masyarakat).
Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah makhluk
sosial yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent)
pada makhluk atau manusia yang lainnya. Maka pada posisi semacam
inilah, peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut,
dalam artian diharapkan masing-masing individu dari masyarakat yang
berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat atau
lingkungan dimana ia bertempat tinggal.
Di dalam peranannya, sebagaiman dikatakan oleh David Berry
terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat
terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh si
pemegang peranan terhadap masyarakat.14
Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada satu harapan dari
masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan
sebagaimana mestinya sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan,
individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya. Dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagai bagian dari
struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan,
keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh
14 Ibid, h. 99
masyarakat. Demikian pula halnya dengan MiSykat DPU Daarut Tauhid
Bandung, di situ terdapat suatu harapan yang sangat besar baik dari para
pengurus maupun masyarakat agar kiranya mampu menjadi wadah bagi
sebuah pengembangan kesejahteraan masyarakat terlebih mampu
menjadi wadah bagi transformasi mustahiq menjadi muzakki.
B. Tinjauan Teoritis Tentang B. Tinjauan Teoritis Tentang B. Tinjauan Teoritis Tentang B. Tinjauan Teoritis Tentang PemberdayaanPemberdayaanPemberdayaanPemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan1. Pengertian Pemberdayaan1. Pengertian Pemberdayaan1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan
kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional
menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.
Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang
tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak
terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak tervakum dan
terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar
manusia. kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan
dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan
seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian
memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan
terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :
pertama, bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat
berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
Kedua, bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.15
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli di
bawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,
proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 1997:210-224) :
a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).
b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup
untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan ornag lain yang
menjadi perhatiannya (Parson, et.al., 1994).
15 Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial (Bandung: refika ADITAMA, 2005), h.
57.
c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).
d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport, 1984).16
Menurut Ife (1995:61-64), pemberdayaan memuat dua pengertian
kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan
bukan hanya menyangkut kekuasaan dalam arti sempit, melainkan
kekuasaan atau penguasaan klien atas: kesatu, pilihan-pilihan personal
dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat
keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
Kedua, Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan
selaras dengan aspirasi dan keinginannya. Ketiga, Ide atau gagasan:
kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-
pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan,
kesehatan. Keempat, Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-
sumber formal, informal dan kemasyarakatan. Kelima, Aktivitas ekonomi:
kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi,
distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. Keenam, Reproduksi:
kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak,
pendidikan dan sosialisasi.17
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
16 Ibid, h. 58. 17
Ibid, h. 59.
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan
sebagai sebuah proses.18
Dalam orientasi yang lain, pemberdayaan masyarakat dimaknai
bukan sekedar penyediaan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, serta perawatan kesehatan. Tetapi prinsip ini
lebih diarahkan kepada upaya peningkatan kemampuan masyarakat yang
tidak berdaya untuk dapat bersama dengan yang lain mengakses sumber-
sumber ekonomi dan politik yang tersedia.19
Sedangkan dalam wacana pembangunan masyarakat, konsep
pemberdayaan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,
jaringan kerja dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan
pada kekuatan tingkat individu dan sosial.20
Mahmud Thoha mengatakan bahwa prioritas pembangunan dalam
kegiatan pemberdayaan meliputi pembangunan modal intelektual
18 Ibid, h. 60.
19 Tim Penulis Center for the Study of Religian and Culture. Wakaf, Tuhan dan Agenda
Kemanusiaan : Studi tentang Wakaf dalam Persfektif keadilan Sosial di Indonesia (CSRC UIN
Jakarta, 2006), h. 10. 20 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, ( Humaniora Utama Bandung,
2004), h. 3.
(intelectual capital building), pembangunan modal sosial (social capital
building) dan pembangunan modal kewirausahaan (entrepreneurial
capital building). Yang pertama merupakan kegiatan olah pikir, yang
keduan adalah olah rasa serta yang ketiga merupakan kegiatan olah
karsa.21
Dalam konteks MiSykat, pemberdayaan tidak hanya dilakukan
dengan memberikan modal usaha, tetapi juga meliputi pemberian
pengetahuan dan pembentukan karakter wirausahawan sukses
2. Strategi Pemberdayaan2. Strategi Pemberdayaan2. Strategi Pemberdayaan2. Strategi Pemberdayaan
Parson et. Al. (1994:112-113) menyatakan bahwa proses
pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada
literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam
relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting
pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini
bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua
intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam
beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara
individual; meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sistem atau
sumber lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga ras atau matra pemberdayaan
(empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.
21 Mahmud Thoha, APU. Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora,
Teraju, Jakarta, 2004, h. 170
a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara
individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini
sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas
(task centered approach).
b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
kesadaran pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem
Besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk menentukan
strategi yang tepat untuk bertindak.22
3. Pendekatan 3. Pendekatan 3. Pendekatan 3. Pendekatan
22 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Ksejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 66.
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas
dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat
disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,
Penyokongan dan Pemeliharaan (Jim Ife oleh Suharto, 1997:218-219):
a. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.
Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari
sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.
b. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu
menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan
diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-
kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat,
menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi
tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah, dan mencegah
terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan ahrus diarahkan pada penghapusan segala jenis
diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar
masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas
kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadan dan posisi yang
semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok
dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin
keselarasan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang
memperoleh kesempatan berusaha.23
Dubois dan Miley (1992:211) memberi beberapa cara atau teknik
yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan
masyarakat:
a. Membangun relasi pertolongan yang: (a) merefleksikan respon
empati; (b) menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya
sendiri (self determination); (c) menghargai perbedaan dan
keunikan individu; (d) menekankan kerjasama klien (client
partnership).
b. Membangun komunikasi yang: (a) menghormati martabat dan harga
diri klien; (b) mempertimbangkan keragaman individu; (c) berfokus
pada klien; (d) menjaga kerahasiaan klien.
c. Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (a) memperkuat
partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah;
(b) menghargai hak-hak klien; (c) merangkai tantangan-tantangan
sebagai kesempatan belajar; (d) melibatkan klien dalam pembuatan
keputusan dan evaluasi.
d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (a)
ketaatan terhadap kode etik profesi; (b) keterlibatan dalam
pengembangan profesional, riset dan perumusan kebijakan; (c)
penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik;
23 Ibid, h. 68.
(d) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan
kesempatan.24
4. Prinsip Pemberdayaan4. Prinsip Pemberdayaan4. Prinsip Pemberdayaan4. Prinsip Pemberdayaan
Pelaksanaan pendekatan di atas berpijak pada pedoman dan
prinsip pekerjaan sosial. Menurut beberapa penulis, seperti Solomon
(1976), Rappaport (1981, 1984), Pinderhughes (1983), Swift (1984), Swift
dan Levin (1987), Weick, Rapp, Sulivan dan Kisthardt (1989), terdapat
beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial
(Suharto, 1997:216-217).
a. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Karenanya pekerja
sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.
b. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor
atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-
sumber dan kesempatan-kesempatan.
c. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting
yang dapat mempengaruhi perubahan.
d. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup,
khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada
masyarakat.
e. Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan
menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang
berada pada situasi masalah tersebut.
f. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan
yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan
kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang.
24 Ibid, h. 68.
g. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka
sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka
sendiri.
h. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena
pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan.
i. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara
efektif.
j. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,
evolutif; permasalahan selalu memiliki beragam solusi.
k. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan
pembangunan ekonomi secara paralel.25
5. Pendampingan Sosial5. Pendampingan Sosial5. Pendampingan Sosial5. Pendampingan Sosial
Pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat
menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat.
Pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi yang
dapat disingkat dalam akronim 4P, yakni: pemungkinan (enabling) atau
fasilitasi, penguatan (empowering), perlindungan (protecting), dan
pendukung (supporting).26
Pemungkinan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian
motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial
yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi contoh (model),
melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta
melakukan manajemen sumber.
25 Ibid, h. 69. 26
Ibid, h. 95
Penguatan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pendidikan
dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity
building).pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi
masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan
pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran
masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi,
menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas
yang berkaitan dengan fungsi penguatan.
Perlindungan merupakan fungsi yang berkaitan dengan interaksi
antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan
demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat
bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan
media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan
kerja. Fungsi perlindungan juga menyangkut tugas pekerja sosial sebagai
konsultan, orang yang bisa diajak berkonsultasi dalam proses pemecahan
masalah.
Fungsi pendukungan mengacu pada aplikasi keterampilan yang
bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada
masyarakat. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer
perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu
melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan
dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok,
menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mencari serta mengatur
sumber dana.
6666. Tugas. Tugas. Tugas. Tugas Pekerja Sosial Pekerja Sosial Pekerja Sosial Pekerja Sosial
Schwartz (1961:157-158), mengemukakan 5 (lima) tugas yang
dapat dilaksanakan oleh pekerja sosial:
a. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat
mengenai kebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan
sosial yang dihadapi mereka.
b. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat
banyak orang dan membuat frustasi usaha-usaha orang untuk
mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orang-
orang yang berpengaruh (significant others) terhadap mereka.
c. Memberi kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang
tidak dimiliki masyarakat, tetapi bermanfaat bagi mereka dalam
menghadapi realitas sosial dan masalah yang dihadapi mereka.
d. Membagi visi kepada masyarakat; harapan dan aspirasi pekerja
sosial merupakan investasi bagi interaksi antara orang dan
masyarakat dan bagi kesejahteraan individu dan sosial.
e. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan situasi dengan
mana sistem relasi antara pekerja sosial dan masyarakat dibentuk.
Aturan-aturan tersebut membentuk konteks bagi ‘kontrak kerja’
yang mengikat masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan tersebut
juga mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat masyarakat
dan pekerja sosial menjalankan fungsinya masing-masing.27
B. Tinjauan Teoritis Tentang ZakatB. Tinjauan Teoritis Tentang ZakatB. Tinjauan Teoritis Tentang ZakatB. Tinjauan Teoritis Tentang Zakat
1. Pengertian Zakat1. Pengertian Zakat1. Pengertian Zakat1. Pengertian Zakat
Secara bahasa, zakat mempunyai arti pertumbuhan, pertambahan
dan penyucian. Menurut syari’at, zakat merujuk kepada pengambilan
27 Ibid, h. 70.
sejumlah uang atau barang dari beberapa jenis kekayaan tertentu yang
mencapai jumlah yang ditentukan pada suatu rentang masa, untuk
kemudian dibagikan kepada beberapa golongan umat yang masuk ke
dalam kriteria penerima zakat. Ibadah ini dinamakan zakat dikarenakan
harta yang dimiliki orang yang membayar zakat disucikan dan derajatnya
ditinggikan oleh Allah SWT sehingga kedudukannya di mata Allah pun
terangkat.28
Zakat juga bisa didefinisikan sebagai sebagian dari harta
benda/kekayaan (yang bernilai ekonomi baik tetap atau bergerak)
seseorang atau badan usaha yang beragama islam yang wajib
dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya untuk
kemashlahatan masyarakat.29
Definisi lain tentang zakat yaitu menyisihkan sebagian harta (sesuai
ketentuan syara’) untuk dibagikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.30
Zakat adalah rukun islam yang ketiga. Dasar hukum wajibnya
cukup banyak dan jelas diterangkan di dalam al-Quran dan al-Hadis. Salah
satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kewajiban zakat diantaranya
adalah surah at-Taubah ayat 103 yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka”.
28 Abdal Haqq Bewley, Amal Abdalhakim-Douglas. Restorasi Zakat: Menegakan
Kembali Pilar Yang Runtuh (Depok: Pustaka Adina, 2005), h. 23. 29
Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat
(Jakarta: PT. Ade Cahya, 1994/1995), h. 171. 30 Syamsul Rizal Hamid, Buku Pintar Tentang Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.
143.
Adapun al-Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban zakat
diantaranya adalah sabda Rasul SAW kepada Mu’adz ibn Jabal ketika
Mu’adz diutus ke Yaman untuk menjadi wali negara dan hakim di negara
tersebut, yang artinya:
“Rasulallah SAW sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke
negeri Yaman (yang telah ditaklukkan oleh umat islam) bersabda:
Engkau datang kepada kaum ahli kitab, ajaklah mereka kepada
syahadat, bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain
Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah utusan
Allah. Jika mereka telah taat untuk itu, beritakanlah kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan mereka melakukan shalat lima waktu
dalam sehari semalam.
Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati kekayaan mereka.
Yang zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan kepada
yang fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-hatilah
(janganlah) mengambil yang baik-baik saja (bila kekayaan itu
bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya harus meliputi
nilai-nilai itu) hindari do’anya orang madhlum (teraniaya) karena
diantara do’a itu dengan Allah tidak berdinding (pasti
dikabulkan).”31
2. Hukum Zakat2. Hukum Zakat2. Hukum Zakat2. Hukum Zakat
31 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.
108.
Dalam menentukan hukum sebuah permasalahan, Islam melalui
fiqih mengajarkan kepada kita untuk melakukan ijtihad. Ijtihad itu berkisar
pada tiga bidang, yaitu: Istimbath, Tarjih dan Tahqiqul manath.
Istimbath bertujuan untuk menggali hukum syar’i tentang sesuatu
masalah sebagaimana halnya para imam mujtahidin. Ijtihad dibidang tarjih
bertujuan untuk membanding dalil-dalil serta wajah istidlal yang dilakukan
oleh masing-masing mujtahidin dalam rangka memilih pendapat yang
terkuat. Ijtihad dibidang tahqiqul manath adalah semata-mata untuk
menerapkan ‘ilat hukum asal baik ia manshushah atau mustambathath
bagi sesuatu masalah (furu’) yang belum ada nash hukumnya. Ijtihad
dibidang tahqiqul manath inilah yang kita lakukan untuk mencari sumber-
sumber untuk zakat.
Menurut penelitian, harta-harta yang dizakati menurut ketentuan
nash yaitu dari binatang ternak yang meliputi sapi, kambing dan unta. Dari
barang-barang berharga meliputi emas dan perak. Dari tumbuh-tumbuhan
meliputi sya’ir (jelai), gandum, anggur kering (kismis) dan kurma.32
Hukum wajib zakat pada harta-harta tersebut yang menjadi ‘illat-
nya adalah sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk
diperkembangkan pada harta tersebut. ‘Illat seperti itu terkenal dengan
istilah ‘illat mustambathath (hasil ijtihad para mujtahidin). Hukum berputar
pada ‘illat-nya, ada ‘illat ada hukum, hilang ‘illat hilang hukumnya.
Tegasnya dimana ada ‘illat di sana ada hukum.33
Pelaksanaan kewajiban zakat ini ditentukan pula dan dibatasi oleh
pembatasan-pembatasan (restriksi) sebagai berikut :
32 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.
180. 33
Ibid, h. 180.
a. Zakat itu diwajibkan setahun sekali atas barang-barang yang tetap
dimiliki selama setahun penuh (haul). Haul tidak berlaku pada zakat
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Haul dan nisab pada ma’din
(hasil tambang) diperselisihkan oleh para ulama.
b. Nilai barang yang dizakati telah mencapai batas ukuran yang
disebut nisab. Nisab itu berlain-lainan tergantung kepada
macamnya barang yang harus dizakati.
c. Hukum wajib zakat pada harta-harta yang menjadi ‘illat-nya adalah
sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk
diperkembangkan pada harta tersebut. ‘Illat seperti ini terkenal
dengan istilah ‘illat mustambathah. Hukum berputar pada ‘illat-nya.
d. Zakat dibayarkan pada mustahiq. Tidak dibenarkan mambayarkan
zakat kepada sembarangan orang yang disukai.
e. Untuk memudahkan pengumpulan dan penyaluran zakat perlu
mendapat perhatian sahnya mengeluarkan zakat dengan qimah
(nilai pengganti) jika dikehendaki oleh hajat dan kemaslahatan.
f. ‘Amil atau penyelenggara sangat diperlukan dalam masalah zakat
bahkan seorang amil berhak mendapat bagian dari hasil zakat dan
termasuk satu dari delapan asnaf yang menjadi mustahiq.
g. Wilayah zakat yaitu radius penyebaran hasil zakat. Agar tujuan dan
sasaran zakat dapat dicapai secara maksimal maka perlu
ditentukan wilayahnya, apakah kabupaten, provinsi atau seluruh
Indonesia bagi pelaksanaan di negeri ini.
h. Perdagangan suatu barang yang ada padanya zakat, seperti buah-
buahan dan tumbuh-tumbuhan maka terdapat dua kewajiban zakat
yaitu: zakat perniagaan dan zakat dari barang yang kita
perdagangkan, untuk ini hanya dibayar salah satunya saja.34
3. Tujuan Zakat3. Tujuan Zakat3. Tujuan Zakat3. Tujuan Zakat
Zakat adalah salah satu tiang pokok ajaran islam. Di dalam al-
Quran sangat banyak disebutkan perintah zakat bersamaan dalam satu
susunan kalimat dengan salat. Dengan demikian setidak-tidaknya
kewajiban zakat sama kuatnya dengan hukum salat. Allah SWT berfirman
yang artinya:
“Maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah
dan Rasul-Nya.”
Sebagai pokok ajaran agama atau ibadah, zakat mengandung
hikmah dan tujuan tertentu. Hikmah zakat adalah sifat-sifat rohaniah dan
filosofis yang terkandung dalam lembaga zakat . dimaksud dengan tujuan
zakat di sini ialah sasaran praktisnya. Dari tujuan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Membantu, mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin dari
kesulitan hidup dan penderitaan mereka.
b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
gharimin, ibnu sabil dan para mustahiq lainnya.
c. Membina dan merentangkan tali solidaritas sesama umat manusia.
d. Mengimbangi ideologi kapitalisme dan komunisme.
e. Menghilangkan sifat bakhil dari pemilik kekuasaan dan penguasa
modal.
34 Ibid, h. 181.
f. Menghindarkan penumpukan kekayaan perseorangan yang
dikumpulkan diatas penderitaan orang lain.
g. Mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat menimbulkan
malapetaka dan kejahatan sosial. Mengembangkan tanggung
jawab perseorangan terhadap kepentingan masyarakat dan
kepentingan umum.
h. Mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas seorang untuk
menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain.35
4. Hikmah Zakat4. Hikmah Zakat4. Hikmah Zakat4. Hikmah Zakat
Zakat sebagai bagian dari tradisi filantrofi Islam yang sudah
dilembagakan, mengandung hikmah dan keutamaan-keutamaan. Hikmah
dan keutamaan tersebut digambarkan di dalam ayat-ayat al-Quran dan
hadis serta kenyataan yang hidup di masyarakat akan pentingnya zakat
dalam mengatasi kemiskinan dan kemelaratan.
Allah berfirman yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka.”
“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) oarang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus
biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia
35 Ibid, h. 183.
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya).” (QS Al-
Baqarah:261)
Begitulah Allah menjelaskan tentang kewajiban zakat kepada
setiap muslim yang telah memenuhi syarat dalam mengeluarkan zakat,
sebagai bagian dari pamanuhan kewajiban dan juga praktek kesalehan
sosial. Adapun hikmah yang dapat diambil dari zakat antara lain adalah:
a. Mensyukuri nikmat Allah, meningkat suburkan harta dan pahal
serta membersihkan diri dari kekotoran, kikir dan dosa.
b. Melindungi masarakat dari bahaya kemiskinan dan kemelaratan
dengan segala akibatnya.
c. Memerangi dan mengatasi kefakiran yang menjadi sumber bencana
dan kejahilan.
d. Membina dan mengembangkan stabilitas kehidupan sosial
ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
e. Mewujudkan rasa solidaritas dan belas kasih.
f. Merupakan manifestasi kegotong-royongan dan tolong menolong.
Selain hikmah tersebut yang dapat diambil dari melaksanakan
praktek zakat. Zakat juga mempunyai keutamaan-keutamaan, antara lain:
a. Menumbuh suburkan pahala.
b. Memberi berkat kepada harta yang tinggal (setelah di zakati).
c. Menjadi sebab bertambahnya rezeki, pertolongan dan ‘inayah Allah
SWT.
d. Menjauhkan diri dari bencana yang tidak dikehendaki.
e. Menjauhkan diri dari api neraka dan melepaskannya dari kepicikan
dunia dan akhirat.
f. Mendatangkan keberkatan dan kemaslahatan kepada masyarakat.
g. Menumbuhkan kerukunan dan membuahkan kasih sayang.
h. Mengembangkan rasa tanggung jawab dan menghasilkan uswatun
hasanah.36
Zakat dalam Islam, bukanlah sekedar kebaikan hati yang diulurkan
orang kaya terhadap orang miskin, atau suatu kebajikan dari orang yang
berdada kepada orang yang papa. Tetapi, zakat memiliki jangkauan yang
jauh lebih dalam dan manfaat yang jauh lebih luas. Zakat merupakan salah
satu aspek penting dalam sistem ekonomi Islam. Suatu sistem ang unik,
tiada duanya, dalam menanggulangi problema kemiskinan khususnya,
maupun problema harta kekayaan pada umumnya. Sebelumnya dunia
tidak mengenal satu pun sistem yang memperhatikan tentang
penanggulangan aspek yang amat rawan bagi kehidupan manusia.37
5. Macam5. Macam5. Macam5. Macam----macam Zakatmacam Zakatmacam Zakatmacam Zakat
Zakat dibedakan dari berbagai jenis kekayaan yang wajib di zakati.
Adapun jenis kekayaan yang wajib di zakati adalah emas, perak,
simpanan, hasil bumi, binatang ternak, dagangan, hasil usaha, hasil jasa
(honorarium) yang berjumlah besar, harta rikaz, harta ma’din dan hasil
laut.
A. Emas. Perak dan Simpanan
Dasar hukum wajib zakat emas, perak dan simpanan adalah al-
Quran surat at-Taubah ayat 34-35 yang artinya:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menfkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
36 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.
186. 37
Dr. Yusuf Al Qardlawi, Ibadah Dalam Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998), h. 435.
mereka, (bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih) pada
hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan pinggang mereka
(lalu dikatakan kepada mereka), inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu.”
Sabda Rasulullah Saw :
“Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham dan telah cukup
satu tahun, maka zakatnya5 dirham. Apabila engkau memiliki emas
20 dinar dan telah cukup satu tahun, maka wajib zakatnya ½ dinar”.
B. Harta Perniagaan (perdagangan).
Berdagang artinya memutar uang dengan tukar menukar atau jual
beli dengan maksud mencari keuntungan. (Mahalli jilid II halaman 27).
Mengingat kaidah tersebut di atas, maka setiap pemutaran uang
atau modal dengan tujuan mencari keuntungan seperti mendirikan pabrik,
mendirikan rumah untuk dijual belikan atau dikontrakkan dan lain-lain
adalah termasuk tijarah atau dagang yang dikenakan zakat.
Dasar hukum wajib zakat perniagaan diantaranya adalah firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 267 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”.
Sabda Rasulallah Saw :
“Kain-kain yang disediakan untuk dijual dikeluarkan zakatnya”.
(HR. Al-Hakim)
Dari Samurah : “Rasulallah Saw memerintahkan kepada kami
mengeluarkan zakat barang yang disediakan untuk dijual.” (HR.
Daruquthni dan Abu Daud).
Syarat wajib zakat tijarah adalah jumlah nisabnya ada senisab
emas (20 dinar) dan harus sudah berjalan setahun. Jadi zakat tijarah
harus dilakukan setiap tahun sekali. Cara pelaksanaannya ialah setelah
tijarah berjalan satu tahun, uang kontan yang ada dan segala macam,
barang dagangan ditaksir, kemudian jumlah yang didapat dikeluarkan
zakatnya 2 ½ % (dua setengah persen).
C. Hasil bumi.
Dasar hukum zakat hasil bumi ialah al-Quran surat al-Baqarah ayat
267 yang artinya:
“Dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Zakat hasil bumi tanpa syarat haul, sebab setiap kali panen harus
dikeluarkan zakatnya. Sedangkan panen hasil bumi ada yang sekali
setahun, ada yang dua kali, ada yang tiga kali bahkan ada yang empat kali.
Setiap kali penen jika hasilnya ada senisab dikeluarkan zakatnya dan jika
tidak cukup senisab tidak usah hasil panen itu dikumpulkan dengan hasil
panen yang lain untuk mengejar nisab.
Nisab dari hasil bumi di bagi dua macam:
1. Apabila tanaman itu hidup dariair hujan atau sungai (tanpa biaya
pengairan) zakatnya 10% dari hasil panen.
2. Jika hidupnya dari air yang dibeli, maka zakatnya 5% dari hasil
panen.
D. Binatang ternak
Binatang ternak di Indonesia yang dikenakan zakat adalah sapi,
kerbau dan kambing. Zakat ini harus dengan syarat haul.
Perlu diketahui bahwa binatang ternak yang dipakai membajak
sawah atau menarik gerobak tidak wajib zakat. Sabda Rasulallah Saw:
“Tidaklah ada zakat pada sapi yang dipakai untuk bekerja.’
Itulah diantara penejalasan tentang barang yang wajib dizakatkan.
Dilihat dari jenis kekayaan di luar dari pada itu, beberapa harta yang
harus dikeluarkan zakatnya adalah hasil tambang dan harta terpendam.
1. Hasil tambang
Harta makdin berupa besi, baja, tembaga, kuningan, timah, minyak,
batu bara dan lain-lain. Untuk konteks Indonesia semua barang-barang itu
dikuasai oleh negara, oleh karen itu tidak usah kita bicarakan di sini.
Adapun yang berupa batu-batuan, emas dan perak masyarakat
masih diperbolehkan menambangnya. Makdin seperti inilah yang
dikenakan zakat yaitu 2 ½%. Adapun nisabnya seharga nisab emas yaitu
20 dinar atau 94 gram. Hasil tambang emas dan perak apabila sampai
nisabnya wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu penambangan dilakukan
tanpa harus dimiliki selama setahun.
Sabda Rasulallah Saw. “Bahwa Rasulallah Saw telah mengambil sedekah
(zakatnya) dari hasil tambang di negeri Qabaliyah”. (HR. Daud dan Hakim)
2. Zakat rikaz
Rikaz ialah benda kuno yang ditemukan. Apabila kita menemukan
harta terpendam seperti emas dan perak, maka wajib mengeluarkan
zakatnya 1/5 (20%). Rikaz tidak disyaratkan dimiliki selama setahun.
Disamping itu menurut Imam Maliki, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad
serta pengikutnya bahwa nisab tidak menjadi syarat. Hanya Imam Syafi’I
yang berpendapat harus sampai nisabnya.
Dari Abu Hurairah, telah berkata rasulallah Saw : “Zakat rikaz
seperlima”. (HR. Bukhari dan Muslim).38
6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)6. Muzakki (Orang yang wajib berzakat)
Muzakki adalah orang Islam yang memiliki kekayaan yang cukup
nisab. Semua kekayaan yang dikenakan zakat harus cukup nisab, yaitu
jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Selain itu ada beberapa ketetuan tambahan tentang siapa yang
wajib mengeluarkan zakat, yaitu:
a. Kekayaan anak di bawah umur/orang gila
Anak dibawah umur, yang belum akil baligh semestinya belum
mukallaf. Bagaimana hukumnya seandainya anak itu memiliki kekayaan
yang telah mencukupi syarat-syarat wajib zakat. Menurut pendapat para
ulama kekayaan itu harus dizakati dan walinya-lah yang melaksanakan
pembayaran zakat itu. Orang yang sakit gila, dalam hal kekayaan dan
zakatnya, sama dengan anak di bawah umur.
38 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Tentang islam (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.
143-147.
Rasulallah Saw bersabda:
“ barang siapa mewlikan anak yatim yang mempunyai kekayaan,
hendaklah kekayaan itu dipergunakan untuk berdagang dan janganlah
kekayaan itu ditinggalkansehingga kekayaan itu terkena zakat.”
b. Kekayaan dizakati setelah dikurangi biaya pengolahan.
Kekayaan apapun yang dimiliki oarang diwajibkan zakatnya setelah
kekayaan itu dipergunakan untuk kebutuhan yang betul-betul primer,
seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain. Jika untuk keperluan
yang primer itu tidak cukup maka ia tidak berkewajiban zakat.
c. Mempunyai kekayaan tetapi berhutang.
Orang yang mempunyai kekayaan cukup nisab, akan tetapi ia
mempunyai hutang, baik hutang itu kepada sesama manusia ataupun
kepada Allah SWT maka hutang itu harus dilunasi dahulu, kemudian jika
sisanya masih ada senisab maka harus dikeluarkan zakatnya.
d. Meninggal sebelum membayar zakat
Orang yang berkewajiban membayar zakat, tetapi ia meninggal
dunia sebelum kewajiban itu dilaksanakan, maka kekayaan yang
ditinggalkan tidak boleh dibagi sebagai warisan kepada ahli warisnya
sebelum zakat itu dikeluarkan, karena zakat itu adalah hutang kepada
Allah.
e. Kompensasi hutang dengan zakat
Seorang fakir atau miskin mempunyai pinjaman uang kepada
seorang kaya kemudian pada suatu waktu orang kaya itu mengeluarkan
zakat uangnya dan uang pinjaman yang ada pada orang fakir atau miskin
itu dijadikan sebagai zakat yang diberikan kepadanya. Maka yang
demikian itu hukumnya khilaf, ada yang melarang an ada yang
membolehkan.39
C. Penjelasan Tentang MustahiqC. Penjelasan Tentang MustahiqC. Penjelasan Tentang MustahiqC. Penjelasan Tentang Mustahiq
Dalam kamus besar bahasa arab, mustahiq adalah fa’il dari akar
kata haq yang mempunyai makna patut; wajar40. Mustahiq merupakan
intilah yang dikenal dalam terminologi zakat, yang berarti orang yang
patut menerima zakat. Orang-orang atau golongan yang berhak menerima
zakat telah diatur dalam ajaran agama Islam, yakni ada delapan golongan
(asnaf). Ketentuan ini diatur dalam al-Quran surat at-Taubah : 60.
Syariat Islam adalah bersifat universal, artinya ketentuan-
ketentuannya bersifat umum, dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi
yang berbeda-beda. Di sini tergantung kemampuan kita untuk
menafsirkan ajaran itu sesuai dengan situasi yang ada.
1. Delapan Asnaf1. Delapan Asnaf1. Delapan Asnaf1. Delapan Asnaf
Delapan golongan yang berhak menerima zakat seperti diatur
dalam surat at-Taubah :60 adalah sebagai berikut: kesatu, Fakir, yaitu
orang yang tidak berharta dan tidak mempunyai pekerjaan atau usaha
tetap guna mencukupi kebutuhan hidupnya (nafkah), sedang orang yang
menjaminnya tidak ada. Kedua, Miskin, yaitu orang-orang yang tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan
atau uasaha tetap, tetapi usaha itu belum dapat mencukupi kebutuhannya
dan orang yang menanggung (menjaminnya) tidak ada. Ketiga, Amil, yaitu
orang atau panitia/organisasi yang mengurusi zakat baik mengumpulkan,
membagi atau mengelolanya. Keempat, Muallaf, yaitu orang yang masih
39 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.
117-120. 40
Achmad Sunarto, Kamus Lengkap Al-Fikr, Halim Jaya, Surabaya, 2002. h. 149
lemah imannya, karena baru memeluk agama Islam atau orang yang
mempunyai kemauan untuk masuk agama islam tetapi masih lemah (ragu-
ragu) kemauannya itu. Kelima, Riqab (hamba sahaya) yang mempunyai
perjanjian akan di merdekakan oleh majikannya dengan jalan menebus
dengan uang. Keenam, Gharim, yaitu orang yang punya hutang karena
suatu kepentingan yang bukan maksiat dan ia tidak mampu utnuk
melunasinya. Ketujuh, Sabilillah, yaitu usaha-usaha yang tujuannya untuk
meninggikan syi’ar Islam seperti membela/mempertahankan agama,
mendirikan tempat ibadah, pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan
lainnya. Kedelapan, Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam
bepergian dengan maksud baik.41
2. Beberapa ketentu2. Beberapa ketentu2. Beberapa ketentu2. Beberapa ketentuan khususan khususan khususan khusus
a. Pengaturan bagi fakir miskin
Bila hasil pengumpulan zakat cukup banyak, seharusnya
pembagian untuk para fakir miskin diatur demikian :
“fakir miskin yang biasa berdagang (ada pengalaman dan
pengetahuan berdagang) diberi modal berdagang yang besarnya
diperkirakan keuntungannya cukup guna biaya hidup, agar sekali diberi
untuk selamanya. Atau mereka dapat bekerja sebagai tukang kayu, batu
dan lain-lainnya, mereka diberi alat-alatnya agar dengan alat-alat itu
mereka bekerja sehingga sekali diberi juga untuk selamanya. Jika
41 Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat, h.
325.
berdagang tidak dapat, bertukang pun tidak dapat, maka diberi bekal
seumur ghalib (umur rata-rata 63 tahun). Imam Kurdi berpendapat bahwa
bukanlah kepada orang yang tidak dapat berdagang maupun bertukang
itu langsung diberi uang yang mencukupi hidupnya seumur ghalib, tetapi
yang dimaksud orang itu diberi modal yang sekiranya hasil yang diperoleh
dari modal itu dapat mencukupi hidupnya. Oleh karena itu maka modal itu
harus dibelikan tanah pekarangan atau binatang ternak apabila ia
mempunyai kemahiran mengolah/memeliharanya.”
b. Zakat kepada sanak kerabat
Memberikan zakat kepada sanak kerabat itu demikian baiknya,
karena selain memberi akan berarti juga merapatkan persaudaraan
(silaturahmi). Adapun yang dimaksud sanak kerabat itu misalnya saudara
lelaki atau perempuan, paman, bibi, uwak dan lain-lain asal mereka
termasuk mustahiq.
Sabda Rasulallah Saw yang diriwayatkan oleh Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi
: “shadaqah kepada orang miskin (yang bukan kerabat) itu
mendapat pahala shadaqah, sedangkan shadaqah kepada si miskin yang
kerabat itu mendapat dua pahal, pahala silaturahim dan pahala
shadaqah.”
c. Zakat kepada pencari ilmu
Pemberian zakat kepada para pelajar dan mahasiswa itu boleh,
terutama jika yang dipelajari itu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh agama dan
mereka, karena belajar itu tidak berkesempatan mencari nafkah.
“jika orang dapat berusaha mencari nafkah dengan cara yang sesuai
dengan keadaannya akan tetapi ia masih sibuk menghasilkan ilmu syariat,
dan sekiranya ia berusaha mencari nafkah maka akan terputus usaha
mencari ilmu itu, maka kepadanya boleh diberikan zakat karena
menghasilkan ilmu yang serupa itu hukumnya fardu kifayah.”
(fikhussunnah jilid I hal 407)
d. Zakat kepada suami yang fakir
Seorang isteri yang memiliki kekayaan berupa barang yang wajib
dizakati dan barang itu telah cukup senisab, maka ia boleh memberikan
zakatnya kepada suaminya asal suami itu termasuk golongan mustahiq
dan zakat yang diterimanya tidak akan dijadikan nafkah kepada isterinya.
“ Abu Said Al Hudri mengatakan bahwa Zainab isteri Abu Mas’ud berkata:
Wahai Rasulallah, Engkau hari ini memerintahkan bershadaqah/berzakat.
Saya mempunyai perhiasan dan akan saya shadaqahkan/saya zakati.
Sedangkan Ibnu Mas’ud (suamiku) berpendapat, bahwa ia dan ank-
anaknya adalah orang yang lebih berhak menerima shadaqah/zakatku.
Maka Rasulallah bersabda, pendapat Ibnu Mas’ud itu betul, bahwa suami
dan anakmu lebih berhak dari pada orang lain untuk menerima
shadaqahmu.” (HR. Bukhari)
e. Zakat kepada orang shaleh
Diseyogyakan zakat diberikan kepada ahli-ahli ilmu dan orang-
orang yang baik adab kesopanannya. Orang yang bila diberi zakat akan
dipergunakan untuk maksiat, maka orang semacam itu jangan diberi
zakat.
Dalam hal ini, Abu Said Al Hudri meriwayatkan bahwa Rasulallah
Saw pernah bersabda :
“gambaran orang mukmin dengan imannya seperti kuda dengan tali
ikatnya, sekali-sekali kuda itu lepas tapi kembali lagi kepada tali ikat itu.
Demikian orang mukmin kadang-kadang lupa tetapi kembali lagi kepada
imannya. Berikanlah makanan kepada orang-orang yang taqwa dan
orang-orang mukmin yang baik-baik.”
BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III
GAMBARAN UMUM MISYKAT GAMBARAN UMUM MISYKAT GAMBARAN UMUM MISYKAT GAMBARAN UMUM MISYKAT
DPU DAARUT TAUHID BANDUNGDPU DAARUT TAUHID BANDUNGDPU DAARUT TAUHID BANDUNGDPU DAARUT TAUHID BANDUNG
A. Kelahiran MiSykat A. Kelahiran MiSykat A. Kelahiran MiSykat A. Kelahiran MiSykat
MiSykat merupakan akronim dari Microfinance Syariah Berbasis
Masyarakat, adalah sebuah lembaga yang lahir dari Dana Peduli Umat
Daarut Tauhid (DPU DT). MiSykat merupakan lembaga yang concern
terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah,
karena secara konsisten lembaga ini memberikan bantuan dana bergulir
kepada mereka yang mau berusaha untuk memperbaiki nasibnya.
Lembaga ini lahir atas keprihatinan terhadap masyarakat mustadh’afin
(yang dilemahkan) oleh struktural maupun yang disebabkan oleh
beberapa faktor baik itu eksternal maupun internal.
Salah satu faktor eksternal yang menyebabkan timbulnya golongan
mustadh’afin adalah struktur yang hanya memihak kepada golongan
tertentu saja, sehingga sadar atau tidak mereka menjadi korban dari
kepentingan golongan yang ada di dalam struktur tersebut. Sedangkan
faktor internal diantaranya adalah pola pikir yang masih rigid terhadap
kenyataan hidup yang menimpa mereka baik itu dilihat dari sisi agama
maupun sikap fatalisme dan skeptis terhadap dirinya sendiri.
MiSykat Dana Peduli Umat Daarut Tauhid (DPU DT) Bandung didirikan
pada tanggal 22 April 2003 bertempat di gedung Darul 'Ilmi Pondok Pesantren
Daarut Tauhid Bandung. Namun secara mekanisme kerja, lembaga ini mulai
efektif melaksanakan program pada akhir Agustus tahun 2003 dengan membentuk
dua majelis yang terdiri dari 10 orang anggota binaan. Majelis adalah sebutan atau
istilah untuk tempat berkumpulnya para anggota binaan Misykat yang menerima
binaan dari pendamping yang berasal dari kepengurusan Misykat. Pendampingan
sendiri dilakukan selama seminggu sekali atau tergantung dari kesediaan para
anggota binaan untuk memberikan waktu luang.
B. Gambaran Umum Lokasi PenelitianB. Gambaran Umum Lokasi PenelitianB. Gambaran Umum Lokasi PenelitianB. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Majelis al-Amanah terletak di Desa Margahurip RT/RW 05/09
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Dikarenakan lokasinya yang
jauh dari kantor MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung yang berada di jalan
Gegerkalong Girang Sukasari Kotamadya Bandung, maka dilibatkanlah
peran dari mitra yang terkoordinasi secara langsung dengan MiSykat.
Mitra sekaligus pendamping di majelis al-Amanah adalah Bapak
Ahmad Juhri yang berprofesi sebagai karyawan swasta. Pemilihan Bapak
Ahmad Juhri sebagai mitra dilatar belakangi oleh peranannya sebagai
koordinator donatur dana zakat ditempatnya bekerja untuk disalurkan ke
DPU Daarut Tauhid Bandung. Atas dasar itulah, DPU berinisiatif
melibatkannya dalam lembaga pemberdayaan dana zakat (MiSykat)
sebagai mitra yang bertugas mencari mustahiq dilingkungan tempat
tinggalnya yaitu desa Margahurip.
Melalui Bapak Ahmad Juhri kemudian tercatatlah 20 orang
mustahiq yang tersebar di wilayah RW 05 Desa Margahurip Kecamatan
Banjaran Kabupaten Bandung.
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang anggota majelis
al-Amanah, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Data base anggota MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung Majelis al-
Amanah Desa Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung
tahun 2007-2008
no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis
usaha
pekerjaan
1 Dede S Margahurip Rt
01/05
L 16/8/1975 nikah SMP Dagang karyawan
2 Apep D Margahurip Rt
02/05
L 17/5/1974 Nikah MA Dagang
susu
guru
3 Tedjiana M Margahurip Rt
01/05
L 10/8/1983 nikah MA Dagang Buruh tani
4 Dase Margahurip Rt
01/05
L 21/2/1971 nikah SMP Dagang Buruh tani
5 Suparman Margahurip Rt
01/05
L 4/6/1977 nikah SMP Kue balok Buruh tani
6 Entin Margahurip Rt
01/05
P 30/6/1973 nikah SD Warung Buruh tani
7 Juaningsih Margahurip Rt
01/05
P 1/1/1963 nikah SD Dagang Buruh tani
8 Rubiah Margahurip Rt
01/05
P 30/3/1950 nikah SD Dagang Buruh tani
9 Engkom Margahurip Rt
01/05
P 19/7/1967 nikah SD Krupuk
mie
Buruh tani
10 Ii Khotijah Margahurip Rt
01/05
P 1965 nikah SD Dagang Buruh tani
11 Ulimah Margahurip Rt
01/05
P 1/1/1948 janda SD Dagang Buruh tani
12 Onih Margahurip Rt
01/05
P 1/7/1940 nikah SD Dagang Buruh tani
13 Sumiati Margahurip Rt
01/05
P 15/6/1967 nikah SD Baso tahu Buruh tani
14 E.Imas U Margahurip Rt
01/05
P 25/11/1972 nikah SD Es krim Buruh tani
15 Diah Margahurip Rt P 1/7/1943 janda SD Krupuk Buruh tani
01/05 mie
16 Kartini Margahurip Rt
01/05
P 4/3/1984 nikah SD Dagang Buruh tani
17 Mi'ah Margahurip Rt
01/05
P 1975 nikah SD - Buruh tani
18 Sari Margahurip Rt
01/05
P 1/1/1943 nikah SD Krupuk
mie
Buruh tani
19 Euis R Margahurip Rt
01/05
P 12/5/1967 nikah SD Dagang
gula
Buruh tani
20 Ine Z Margahurip Rt
01/05
P 21/10/1979 nikah SD Dagang Buruh tani
Sumber : Data MiSykat
Jika di klasifikasikan ke dalam kelompok, maka majelis al-Amanah
dapat dibagi menjadi empat kelompok dengan rincian anggota per
kelompok sebagai berikut.
Kelompok 1
no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerjaan
1 Dede S Margahurip Rt
01/05
L 16/8/1975 nikah SMP Dagang
buah
karyawan
2 Apep D Margahurip Rt
02/05
L 17/5/1974 Nikah MA Dagang
susu
guru
3 Tedjiana M Margahurip Rt
01/05
L 10/8/1983 nikah MA Dagang
buah
Buruh
tani
4 Dase Margahurip Rt
01/05
L 21/2/1971 nikah SMP Dagang
buah
Buruh
tani
5 Suparman Margahurip Rt
01/05
L 4/6/1977 nikah SMP Kue balok Buruh
tani
Kelompok 2
no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerjaan
1 Entin Margahurip Rt
01/05
P 30/6/1973 nikah SD Warung Buruh
tani
2 Juaningsih Margahurip Rt
01/05
P 1/1/1963 nikah SD Dagang Buruh
tani
3 Rubiah Margahurip Rt
01/05
P 30/3/1950 nikah SD Dagang Buruh
tani
4 Engkom Margahurip Rt
01/05
P 19/7/1967 nikah SD Krupuk mie Buruh
tani
5 Ii Khotijah Margahurip Rt
01/05
P 1965 nikah SD Dagang Buruh
tani
Kelompok 3
n
o
nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerja
an
1 Ulimah Margahurip Rt
01/05
P 1/1/1948 janda SD Dagang Buruh
tani
2 Onih Margahurip Rt
01/05
P 1/7/1940 nikah SD Dagang Buruh
tani
3 Sumiati Margahurip Rt
01/05
P 15/6/196
7
nikah SD Baso tahu Buruh
tani
4 E.Imas U Margahurip Rt
01/05
P 25/11/19
72
nikah SD Es krim Buruh
tani
5 Diah Margahurip Rt
01/05
P 1/7/1943 janda SD Krupuk mie Buruh
tani
Kelompok 4
no nama alamat jk tgl lahir status pnddk Jenis usaha pekerjaan
1 Kartini Margahurip Rt
01/05
P 4/3/1984 nikah SD Dagang Buruh
tani
2 Mi'ah Margahurip Rt
01/05
P 1975 nikah SD - Buruh
tani
3 Sari Margahurip Rt
01/05
P 1/1/1943 nikah SD Krupuk mie Buruh
tani
4 Euis R Margahurip Rt
01/05
P 12/5/1967 nikah SD Dagang gula Buruh
tani
5 Ine Z Margahurip Rt
01/05
P 21/10/1979 nikah SD Dagang Buruh
tani
Data base pada tabel 1 menunjukan bahwa sebagaian besar
anggota binaan MiSykat di majleis al-Amanah berprofesi sebagai buruh
tani. Dikarenakan profesi tersebut sangat tergantung dengan musim
bercocok tanam dan musim panen, maka mayoritas dari mereka
mempunyai usaha sampingan yaitu berdagang.
Seluruh anggota masih berada pada usia produktif, sehingga di
satu sisi majelis ini mempunyai sumberdaya manusia yang cukup besar
dan potensial untuk pengembangan dan pemberdayaan dana-dana zakat,
tetapi di sisi lain, produktifitas usia dibatasi oleh kemampuan
pengetahuan dan keterampilan yang terbatas, sehingga diperlukan
pembinaan untuk pengembangan kemampuan. Harapannya, dengan
peningkatan pengetahuan serta keterampilan, mereka akan selalu
berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih
baik.
Anggota yang berhasil memperoleh kesempatan untuk menempuh
pendidikan yang cukup masih sangat kecil, tetapi hal tersebut tidak
menjadi halangan untuk pelaksanaan pemberdayaan bahkan merupakan
potensi yang dapat membantu pelaksanaan pemberdayaan yang
diberikan kepada mereka sehingga taraf kehidupan mereka dan
keluarganya dapat meningkat. Lebih dari itu, diharapkan terjadi
transformasi status mustahiq menjadi muzakki yang juga sebagai
indikator keberhasilan program pendampingan dan pemberdayaan
MiSykat.
C. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan MasyarakatC. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan MasyarakatC. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan MasyarakatC. Strategi MiSykat Dalam Pemberdayaan Masyarakat
1. Prinsip Dasar MiSykat1. Prinsip Dasar MiSykat1. Prinsip Dasar MiSykat1. Prinsip Dasar MiSykat
Prinsip dasar MiSykat terdiri dari beberapa prinsip awal dan prinsip
lanjutan. Prinsip-prinsip dasar itu terdiri dari beberapa poin, yaitu:
a. Penguatan pendidikan dan pelatihan sebelum pinjaman 4-12 kali
pertemuan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa anggota
binaan yang akan memdapatkan bantuan dana bergulir memang
layak untuk menerimanya dan serius untuk mengelola usaha dan
keuangannya.
b. Program harus berkelompok bukan individu. Metode seperti ini
ditujukan untuk memberikan rasa kebersamaan dan solidaritas
(silaturahmi) antara sesama anggota.
c. Satu kelompok minimal lima orang. Ketentuan ini dilakukan agar
pemberian dana bantuan dapat mudah dikontrol dengan model 2-2-
1
d. Jarak antar kelompok berdekatan. Hal ini dilakukan karena untuk
mempermudah komunikasi sesama anggota dan pendamping serta
untuk menghindari praktek penyimpangan yang dilakukan oleh
anggota binaan.
e. Usia anggota dan pendidikan homogen.
f. Model pemberian dana bergulir 2-2-1. Model ini diadopsi dari pola
pemberian dana bergulir yang dilakukan di beberapa negara dan
sudah mengalami pembuktian empiris tentang keefektifannya.
Model pemberian dana bergulir 2-2-1 berarti dalam satu kelompok
binaan terdiri dari lima orang yang masing-masing saling bekerjasama,
melindungi dan saling bertanggung jawab (cooperation, protection,
mutual responsibility). Praktiknya, satu orang dalam satu kelompok
binaan menjadi ketua dan harus rela untuk memberikan kesempatan
pertama mendapatkan bantuan kepada dua orang pertama.
Dalam perjalanan usaha kedua orang tersebut, tiga orang
dibelakangnya termasuk satu orang ketua harus terus memberikan
dorongan semangat dan bantuan agar dua orang pertama mampu
memenuhi syarat-syarat lancarnya usaha yang ditentukan oleh MiSykat.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah pemasukan keuangan
berupa iuran-iuran tabungan cicilan yang diwajibkan untuk kemudian
mengembalikan dana pinjaman.
Setelah semua syarat itu dapat dipenuhi oleh dua orang pertama,
maka kedua orang berikutnya akan mendapatkan bantuan selanjutnya.
Begitu seterusnya hingga seorang ketua mendapat bantuan sehingga
semua anggota binaan mampu menjalankan usahanya dengan lancar
karena bantuan dan kerjasama kelompok.
Setelah prinsip dasar diatas mampu dilaksanakan, ada prinsip
dasar lanjutan yang meliputi:
a. Setiap anggota wajib memiliki tabungan berencana.
b. Wajib membayar iuran kelompok sepekan sekali (besar iuran
tergantung wilayah program).
c. Adanya tanggung renteng diantara kelompok.
d. Pendampingan rutin pekanan yang dilaksanakan oleh pendamping
dari MiSykat.
� Pemberian dana bergulir untuk kepentingan produktif bukan
konsumtif.
2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat2. Ciri Khas/Inovasi Pemberdayaan MiSykat
Beberapa ciri khas MiSykat DPU Daarut Tauhid adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki strategi menghadapi kredit macet.
b. Pembinaan yang seimbang antara ma’rifatullah dan kebutuhan
duniawi yang bermuara pada filosofi dzikir, fikir dan ikhtiar.
c. Sumber dana pemberdayaan berbasis syariah.
d. Memiliki jenjang pendidikan terstruktur, modul, materi pelatihan
dan kurukilum pemberdayaan.
e. Perubahan karakter baik dan kuat.
f. Program mudah dan murah direflikasi.
g. Program berkesinambungan dan bukan charity
h. Memiliki asset produktifitas (tabungan berencana) dan asset
pemodalan (pemberian dana bergulir)
i. MiSykat merupakan organisasi mustahiq. MiSykat bukan organisasi
yang memelihara orang miskin, melinkan organisasi mustahiq yang
mengantarkan mustahiq menjadi muzakki.
j. Model akad bermuara pada syariah.
k. Memiliki tahapan aqad. Tahap I Qordul Hasan, tahap II dan
seterusnya Bagi hasil. Jika yang bersangkutan pada tahap II
manajemen usahanya belum bagus maka ia dianjurkan untuk infaq
saja. Setelah itu, baru kemudian Bagi hasil.
D. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykatD. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykatD. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykatD. Proses Sosialisasi Program dan Rekrutmen Calon Anggota MiSykat
1. Sosialisasi program1. Sosialisasi program1. Sosialisasi program1. Sosialisasi program
Sebelum melaksanakan sosialisasi, MiSykat bersama dengan
pengurusnya melakukan beberapa persiapan sosialisasi. Adapun
persiapan tersebut meliputi:
a. Memastikan data primer dan data skunder yang mendukung untuk
perekrutan anggota dengan menghubungi pejabat setempat yakni
pihak kelurahan, RT, RW dan tokoh kunci masyarakat setempat.
b. Mengelompokan data yang telah didapat dengan
mengklasifikasikan/memisahkan anggota yang sejahtera dan pra
sejahtera serta usia calon anggota yang masih produktif menurut
perspektif MiSykat (yakni pendapatan di bawah UMR, sedangkan
untuk usia produktif yakni dengan usia sampai 45 tahun).
c. Mempelajari dan memahami kelompok masyarakat setempat
(sebagai dasar untuk memilih pola dan metode untuk proses
sosialisasi)
d. Mempersiapkan bahan-bahan untuk sosialisasi.
e. Melakukan proses undangan kepada pihak pejabat setempat untuk
menghadiri acara sosialisasi.
f. Mengundang ulang kembali secara tertulis ke calon anggota untuk
kumpul di suatu tempat yang telah disepakati.
g. Sebelum terjun ke lapangan pastikan data yang dibutuhkan sudah
terkumpul dengan rapi.
Setelah melaui tahapan persiapan sosialisasi, kemudian acara
sosialisasi yang dihadiri oleh para pejabat setempat dan calon anggota
dilaksanakan. Pelaksanaan sosialiosasi dilaksanakan secara formal yang
berisi dialog serta diakhiri dengan pendaftaran. Beberapa poin yang
harus dicapai dalam sosialisasi adalah sebagai berikut:
a. Melahirkan kepercayaan terhadap MiSykat sebagai sebuah
kegiatan non politik, dilaksanakan bukan untuk kepentingan pribadi
melainkan kepentingan kelompok dan masyarakat serta bukan
untuk mengeksploitasi masyarakat.
b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kegiatan
MiSykat, dimana keberhasilan program sangat tergantung kepada
partisipasi masyarakat sebagai peserta program. Selain itu juga
memberikan pengertian bahwa MiSykat bukan program chariy dan
juga bukan program pemerintah.
c. Memberikan motivasi tentang urgensi program yang meliputi
pemberian pengarahan dan pemahaman nilai manfaat dari adanya
MiSykat.
d. Terakhir adalah informasi tentang persyaratan awal untuk ikut
program dengan memahami poin-poin berikut ini: Prinsip
keikutsertaan adalah sukarela; harus adanya kesediaan untuk
berperan aktif; bersedia ikut kegiatan rutin pekanan (minimal 1
jam); bersedia menabung dan membayar pembiayaan sesuai
ketentuan; tergabung dalam kelompok yang jumlah anggotanya
lima orang; antara anggota adalah yang saling percaya oleh
karenanya saling menanggung; sesama anggota tidak boleh ada
ikatan adarah satu tingkat; satu kelompok dipimpin oleh satu orang
ketua; rumahnya saling berdekatan (kira-kira maksimal satu RW);
homogen (status sosial, pendidikan dan lain-lain); mengisi formulir.
Adapun maksud dan tujuan dari diadakannya proses sosialisasi
adalah sebagai berikut: pertama, menginventarisir data mustadh’afin
yang ada di suatu wilayah. Kedua, menguji nilai validitas data yang sudah
didapatkan dari kelurahan, RT, RW setempat. Ketiga, memberikan
penilaian objektif dalam proses perekrutan anggota baru. Keempat,
memberikan dana membangun citra positif lembaga dengan adanya
aspek transparansi dalam pola perekrutan secara langsung. Kelima,
mensosialisasikan secara langsung dari pengurus ke masyarakat tantang
MiSykat sehingga dapat mengantisipasi terjadinya distorsi informasi.
2. Rekrutmen calon anggota2. Rekrutmen calon anggota2. Rekrutmen calon anggota2. Rekrutmen calon anggota
Sosialisasi kembali dilakukan pada tahapan rekrutmen calon
anggota MiSykat. Pada proses rekrutmen, ada tahapan-tahapan serta
teknik yang harus dilalui. Tahapan-tahapan serta teknik tersebut meliputi:
pertama, mengutarakan maksud dari MiSykat. Kedua, menyebarkan
formulir pendaftaran ke RT setempat. Ketiga, menindaklanjuti data yang
telah terkumpul dengan survey langsung ke rumah-rumah masyarakat.
Melakukan / mengajukan beberapa pertanyaan mendalam untuk
penelaahan anggota, yakni pribadi calon anggota meliputi: curriculum
vitae secara lengkap, pendapatan keluarga perbulan serta biaya
hidup/pengeluaran keluarga perbulan.
Setelah tahapan-tahapan dalam proses awal rekrutmen
dilaksanakan, maka tugas selanjutnya adalah menyeleksi para calon
anggota dengan mengikuti alur proses seleksi rekrutmen yaitu:
a. Menginventarisir data hasil survey dengan mengklasifikasi data
sesuai dengan alamat anggota.
b. Menginventarisir data hasil survei sesuai dengan usia produktif.
c. Petugas lapangan (surveyor) membuat laporan survey dengan
tahapan sebagai berikut : nama surveyor, tempat/wilayah survey,
seperti nama calon anggota, umur, penghasilan, biaya survey,
usaha yang dijalani dan hal-hal yang berkaitan dengan usaha calon
anggota, tanda tangan petugas lapangan, tanda tangan
koordinator pendamping, dan diketahui oleh ketua program,
pembina program serta dilengkapi tambahan dari pihak pengurus
diakhir tulisan laporan.
d. Merapatkan hasil survey dalam rapat komite pengurus MiSykat
yang dihadiri oleh ketua program, koordinator pendamping dan
surveyor.
e. Melakukan proses seleksi dengan tolok ukur sebagai berikut : calon
anggota termasuk pra sejahtera dengan penghasilan
<Rp.1.500.000, tergolong pada usia produktif yakni <45 tahun,
adanya indikasi antara pendapatan dan pengeluaran tidak
seimbang, terjerat utang rentenir atau utang lainnya, memiliki jiwa
berwirausaha, memiliki komitmen untuk mengikuti proses
pembinaan atau tata tertib Misykat, masyarakat asli suatu tempat.
E. Pendampingan Pekanan MiSykatE. Pendampingan Pekanan MiSykatE. Pendampingan Pekanan MiSykatE. Pendampingan Pekanan MiSykat
1. Po1. Po1. Po1. Pola dan bentuk pendampingan programla dan bentuk pendampingan programla dan bentuk pendampingan programla dan bentuk pendampingan program
Pendampingan merupakan strategi yang sangat menentukan
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip
pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya
sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya
partisipasi publik yang kuat.42
Merujuk pada Payne yang dikutip oleh Edi Suharto, prinsip utama
pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resources”.
Sejalan dengan persfektif kekuatan (strength persfective),43 pendamping
42 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 93 43 Strength Perspective seperti ditulis oleh Edi Suharto adalah cara pandang yang
menekankan pada kekuatan yang dimiliki klien. Fokus model ini lebih ditekankan pada bagaimana
atau dalam hal ini pekerja sosial tidak memandang klien dan
lingkungannya sebagai sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-
apa.44
MiSykat sebagai program pemberdayaan masyarakat juga
melakukan program pendampingan dengan pola dan bentuk yang khusus.
Pola pendampingan program MiSykat yaitu :
a. Pembinaan secara rutin pada kelompok sepekan sekali.
b. Pembinaan dilakukan sekitar satu jam/pertemuan.
c. Tempat pembinaan di rumah anggota berdasarkan musyawarah
anggota. Bisa tetap dan bisa giliran.
d. Aspek pembinaan mencakup perubahan karakter dalam satu
kelompok dengan entry point simpan pinjam.
Sedangkan bentuk pembinaan program yang dilakukan tiap pekan
yaitu:
a. Pembinaan wajib dilakukan sepekan sekali.
b. Setiap anggota wajib dilaksankan sepekan sekali.
c. Setiap anggota wajib memiliki rekening “Tabungan Berencana”
sebelum pembiayaan dan bergulir diberikan kepada yang
bersangkutan.
d. Pelayanan pembiayaan dana bergulir untuk anggota.
e. Adanya pengembangan jaringan pemasaran.
f. Pelatihan berbentuk usaha atau keterampilan.
g. Belajar keorganisasian seperti rapat anggota, adkeu dan lain-lain.
menggali dan memobilisasi sumber-sumber yang terkait dengan klien, baik sumber internal
maupun eksternal. 44
Ibid, h. 94.
Adapun standarisasi susunan acara pembinaan/pendampingan
pekanan adalah sebagai berikut:
AcaraAcaraAcaraAcara DurasiDurasiDurasiDurasi PJPJPJPJ
Tilawah 10 menit Anggota
Saritilawah 05 menit Anggota
Materi 30 memit Pendamping
Administrasi 15 menit Anggota
Bentuk pembinaan yang lain adalah memberikan pelayanan
keuangan yang bentuknya bermacam-macam, dari iuran kelompok,
tabungan berencana, tabungan cadangan yang besarnya 25% dari jumlah
pinjaman, cicilan pokok pinjaman sampai bagi hasil (mudharabah)
pembiayaan.
Iuran kelompok artinya setiap anggota wajib membayar iuran
kelompok setiap pekan. Meskipun yang bersangkutan tidak bisa hadir
pada pertemuan pekanan, tetapi ia wajib membayar iuran tersebut. Iuran
kelompok adalah merupakan asset anggota yang dikelola oleh MiSykat
dan tidak bisa dikembalikan apabila mereka secara musyawarah
membubarkan diri. Iuran kelompok ini pun sekaligus sebagai asset
tanggung renteng kelompok.
Tabungan berencana dalam program pemberdayaan MiSykat
merupakan esensi. Karenanya setiap anggota MiSykat wajib memiliki
tabungan berencana. Tabungan berencana dibebankan kepada anggota
yang sudah memiliki penghasilan. Bagi anggota yang belum memiliki
penghasilan tabungan, berencana bukan merupakan kewajiban sampai
yang bersangkutan memiliki penghasilan.
Tabungan cadangan diwajibkan kepada anggota MiSykat setiap
mengajukan pembiayaan dana bergulir yang besar bebannya 25% dari
jumlah pinjaman. Tabungan cadangan tidak dipotong langsung oleh
lembaga MiSykat pada saat anggota menerima pembiayaan, tetapi dicicil
oleh anggota secara rutin pada pertemuan pekanan sesuai dengan lama
pinjaman. Adapun jika yang bersangkutan mengalami kemacetan maka
tabungan cadangan bisa dipergunakan sebagai dana talangan.
Cicilan pokok pinjaman adalah tindak lanjut dari setiap anggota
yang melakukan ajuan pinjaman. Besarnya cicilan pokok disesuaikan
dengan lamanya pinjaman dan kesanggupan anggota yang bersangkutan.
Bagi hasil pembiayaan dana bergulir merupakan proses yang harus
dilakukan oleh anggota MiSykat setelah melalui tahap akad Qordul Hasan
yang dananya menjadi asset program pemberdayaan MiSykat. Dana
tersebut bisa digunakan untuk kepentingan dan keberlangsungan
operasional program/kemandirian.
F. Pendidikan Anggota MiSykat.F. Pendidikan Anggota MiSykat.F. Pendidikan Anggota MiSykat.F. Pendidikan Anggota MiSykat.
1. Tujuan Pendidikan Program Pemberdayaan MiSykat
a. Memberikan pendidikan secara integral tentang pemberdayaan
kepada masyarakat.
b. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap fenomena
yang muncul.
c. Tidak memiliki ketergantungan terhadap program dan bisa
meningkatkan kemandirian.
2. Model Pendidikan Program Pemberdayaan MiSykat
a. Model pendidikan program pemberdayaan MiSykat tidak semata
pendidikan yang dilakukan ‘di dalam kelas”. Tetapi dilaksanakan
terus menerus dan berlangsung “dimana dan kapan saja”.
b. Pola pendekatan pendidikan pada program pemberdayaan MiSykat
yaitu menggunakan teknik dengan proses pendampingan secara
intensif dan integral.
3. Kurikulum Pendidikan MiSykat
Pendidikan program pemberdayaan MiSykat secara berjenjang,
yaitu: pemula, mandiri dan kader dengan definisi masing-masing jenjang
sebagai berikut.
a. Definisi pendidikan anggota MiSykat pemula
Anggota MiSykat pemula adalah anggota yang terdaftar
(dinyatakan lulus) sejak yang bersangkutan diterima hingga satu tahun
lamanya.
Selama satu tahun pendidikan di bagi dalam dua semester. Masing-
masing pada akhir semester dilakukan evaluasi dan monitoring sebagai
tolak ukur atau parameter untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program yang dilaksankan.
Evaluasi dan monitoring mencakup asset anggota, peningkatan
pendapatan, item dan perkembangan usaha, sertaperubahan paradigma
dan peningkatan penngetahuan.
b. Definisi pendidikan anggota MiSykat mandiri
Anggota Misykat mandiri adalah anggota yang sudah terdaftar
sekitar dua tahun lamanya.
Pada jenjang pendidikan tahun kedua ini, mereka lebih difokuskan
pada peningkatan pengetahuan dan menejemen usaha menuju
kemandirian.
c. Definisi anggota MiSykat kader
Anggota MiSykat kader adalah anggota yang sudah terdaftar
sekitar tiga tahun lamanya.
Pada jenjang pendidikan tahun ketiga ini, mereka lebih difokuskan
pada peningkatan pengetahuan dan pemahaman menjalankan organisasi
kelompok dan mejelisnya sekaligus sebagai kandidat pengelola program
MiSykat, sehingga diharapkan apabila mereka sudah bisa menjalankan
organisasi kelompok dan majelis selanjutnya dapat mengelola lembaga
MiSykat.
Dalam program pemberdayaan MiSykat dikenal istilah pengurus
dan pengelola program. Pengelola program adalah anggota yang
menjalankan roda organisasi program MiSykat pusat dan cabang.
Sedangkan pengurus MiSykat adalah mereka yang diangkat oleh
pengelola MiSykat sebagai manajer dalam menggerakan
keberlangsungan program MiSykat.
G. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykatG. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykatG. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykatG. Strategi Menghadapi Kredit Macet Program Pemberdayaan MiSykat
Dalam program pemberdayaan MiSykat dikenal empat istilah
operasional pembiayaan dana bergulir, yaitu: pertama, pembiayaan dana
bergulir lancar. Kedua, pembiayaan dana bergulir kurang lancar. Ketiga,
pembiayaan dana bergulir tidak lancar. Keempat, pembiayaan dana
bergulir macet.
Yang dimaksud dengan pembiayaan dana bergulir lancar dalam
program MiSykat adalah pengembalian dana bergulir yang diterima
anggota sesuai dengan MoU (akad) yang disepakati atau pengembalian
dana bergulir tepat waktu pada saat pertemuan pekanan secara rutin.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembiayaan dana bergulir
kurang lancar dalam program pemberdayaan MiSykat adalah
pengembalian dana bergulir dari anggota pada setiap pekannya, kadang
membayar dan kadang tidak. Kondisi itu ditentukan selama empat kali
pertemuan.
Pembiayaan dana bergulir tidak lancar dalam program
pemberdayaan MiSykat adalah pengembalian dana bergulir dari anggota
pada setiap pekannya, kadang membayar kadang tidak. Kondisi itu
ditentukan selama 4-12 kali pertemuan.
Pembiayaan dana bergulir macet dalam program pemberdayaan
MiSykat adalah tidak ada pengembalian dana bergulir dari anggota pada
setiap pekannya, terhitung setelah 12 kali pertemuan. Dengan catatan,
yang bersangkutan sudah dibantu dengan pola tanggung renteng dana
bergulir dari anggota majelisnya, tetapi yang bersangkutan tetap tidak
mau mengembalikan pembiayaan dana bergulir yang diterimanya.
Dalam menghadapi pembiayaan dana bergulir macet, program
pemberdayaan MiSykat memiliki dua pendekatan preventif, yaitu: pertama
secara khusus dan kedua secara umum.
Strategi menghadapi pembiayaan dana bergulir macet pada
anggota MiSykat secara khusus dilakukan ketika anggota MiSykat
mengalami stagnasi dalam pembayaran dana bergulir, maka langkah yang
harus dilakukan secara bertahap yaitu: pertama, melakukan home visit
dan musyawarah anggota. Kedua, gerakan akumulasi iuran kelompok
seluruhnya (iuran tanggung renteng). Ketiga, gunakan tabungan
cadangan. Keempat, membuat MoU baru. Kelima, gunakan tabungan
berencana milik anggota.
Strategi menghadapi pembiayaan dana bergulir macet pada
anggota MiSykat secara umum adalah dengan melakukan pelatihan dan
pendidikan sebelum pinjaman 4-12 kali pertemuan, pemberian dana
bergulir menggunakan pola 2-2-1, adanya tanggung renteng (tanggung
jawab) iuran anggota kelompok, adanya pertemuan pekanan dan
pendampingan secara rutin dan home visit kepada anggota secara rutin.
BAB IVBAB IVBAB IVBAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUANTEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUANTEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUANTEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA HASIL TEMUAN
A. Temuan LapanganA. Temuan LapanganA. Temuan LapanganA. Temuan Lapangan
1. 1. 1. 1. Metode PemberdayaanMetode PemberdayaanMetode PemberdayaanMetode Pemberdayaan MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung
MiSykat melakukan redefinisi tentang kemiskinan untuk
memberikan stimulus semangat independensi kreatif masyarakat dalam
mengelola sebuah bantuan dana sehingga tidak dianggap sebagai ”rezeki
yang tidak terduga”. Allah berfirman dalam Al-Quran surat at-Thalaq ayat
2-3 yang artinya ”barang siapa yang bertaqwa kepada Allah pasti Kami
akan berikan jalan keluar dari setiap masalahnya. Dan Kami memberi
rezeki dari hal yang tidak terduga.” Upaya pembekuan pemahaman
tentang ”rezeki yang tidak terduga” dilakukan oleh DPU Daarut Tauhid
Bandung melalui MiSykat sebagai sebuah program pemberian dana usaha
bergulir bagi kalangan miskin dan mustadh’afin yang dibarengi dengan
pemberian pendidikan secara sistematis dan berkesinambungan. Pola
pemberdayaan seperti ini dirumuskan dalam kurikulum pendidikan
MiSykat yang memberikan gambaran upaya pengembangan pengetahuan
dan penanaman nilai serta pengembangan keterampilan.
Program pemberdayaan direalisasikan dalam bentuk
pendampingan pekanan. Oha Khoer selaku Kasubag MiSykat
mengatakan:
”pola pendampingan yang dilakukan adalah pembinaan secara
rutin kepada kelompok sepekan sekali. Pembinaan berdurasi selama 1jam
dan bertempat di rumah anggota berdasar musyawarah anggota, bisa
tetap bisa bergiliran. Adapun aspek pembinaan mencakup perubahan
karakter dalam satu kelompok dengan entry point simpan pinjam45”.
Pendampingan di isi dengan kegiatan yang bertujuan untuk
pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Usaha tersebut
dirumuskan dalam bentuk kurukulum penididkan yang jadi pedoman
pendamping dalam setiap proses pendampingan setiap pekannya.
Untuk mengetahui kurukulum pendidikan MiSykat dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2
Kurikulum Pendampingan MiSykat
SEMESTER 1SEMESTER 1SEMESTER 1SEMESTER 1
Tabungan dalam pandangan islam
Pentingnya menabung
Hambatan dan kiat menabung
Aplikasi membuka tabungan berencana
Tabungan
Evaluasi I
Jenis-jenis pembiayaan dalam islam
Qordhul hasan
Mudhorobah
Musyarokah
Murobahah
Wakalah
Utang piutang dalam pandangan islam
Bersegera membayar utang
Trik untuk menghindari jeratan utang
Pinjaman dan Pembiayaan
Evaluasi II
Pengantar ekonomi rumah tangga robbaniyyah Ekonomi Rumah Tangga Robbaniyyah I
Ikhlas dalam berekonomi rumah tangga
45 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008.
Ekonomi sebagai penguat iman
Zuhud
Istikhlaf
Evaluasi III
SEMESTER IISEMESTER IISEMESTER IISEMESTER II
Bekerja dalam pandangan islam
Ihsan dalam bekerja
Tawakkal
Tidak kikir dan tidak boros
pendapatan dan pengeluaran yang halal
Ekonomi rumah tangga robbaniyyah II
Evaluasi IV
Pentingnya perencanaan keuangan rumah
tangga
Pengedalian keuangan rumah tangga
Mengatur keuangan rumah tangga
Hak dan kewajiban suami istri dalam mengelola
anggaran
Menyusun anggaran keuangan
pengelolaan keuangan rumah tanga
Evaluasi V
Landasan moral wirausahawan muslim
Jalan menuju wirausaha sukses
Membangun mental wirausahawan muslim
Karakteristik wirausahawan muslim
Bisnis yang menguntungkan dalam perpektif
islam
Menegakkan citra perusahaan islami
Kiat sukses membangun jaringan wirausaha
kewirausahaan muslim
Evaluasi VI
Materi-materi yang disampaikan dibagi dalam dua semester, yang
jika kita gambarkan sesuai dengan domain pemberdayaan dapat kita
klasifikasikan sebagai berikut:
Pengembangan pengetahuan meliputi :
a. Tabungan dalam pandangan Islam
b. Pengetahuan tentang pembiayaan syari’ah dan utang piutang
Penanaman nilai meliputi :
a. Ekonomi rumah tangga rabbaniyyah
b. Pemahaman tentang zuhud dan istikhlaf
c. Bekerja dalam pandangan Islam
d. Tawakkal
e. Tidak kikir dan tidak boros
Pengembangan keterampilan meliputi :
a. Pengelolaan keuangan rumah tangga
b. Menyusun anggaran rumah tangga
c. Keterampilan berwirausaha
Metode pendampingan seperti ini sesuai dengan strategi
pemberdayaan yang dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu termasuk
dalam kategori strategi aras mezzo. Dalam kategori ini pemberdayaan
dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan
menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan
pelatihan, dinamika kelompok, adalah metode yangdigunakan sebagai
strategi dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
Berdasarkan penelitian, survei dan wawancara terhadap sebagian
anggota, dapat diketahui tentang gambaran umum pelaksanaan
pendampingan di majelis al-Amanah Desa Margahurip Kecamatan
Banjaran Kabupaten Bandung. Pendampingan dilakukan sepekan sekali
setiap hari minggu pukul 15.30 WIB. Hari minggu dipilih berdasarkan
kesepakatan bersama para anggota dan mitra sekaligus pendamping.
Latar belakang dipilihnya hari minggu adalah karena sebagian besar
anggota adalah pedagang keliling ataupun berjualan di luar wilayah
Kabupaten Bandung46.
Pelaksanaan program pemberdayaan melalui kegiatan
pendampingan di majelis al-Amanah secara efektif dimulai sejak Agustus
200647. Sehingga ketika penulis melakukan penelitian dan wawancara,
anggota dengan mudah menjelaskan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan serta memberikan gambaran yang cukup memuaskan untuk
menggali informasi peranan pendampingan terhadap anggota dilihat dari
tiga objek studi pemberdayaan, serta relevansinya terhadap
kesejahteraan anggota.
Latar belakang program pemberdayaan MiSykat di Desa
Margahurip adalah berawal dari lahirnya mitra di desa tersebut yang
bernama Bapak Ahmad Juhri. Dijadikannya beliau sebagai mitra adalah
karena peran awalnya yang menjadi koordinator donatur zakat PT.
Panasia tempat beliau bekerja untuk kemudian disalurkan ke DPU Daarut
Tauhid. Dikarenakan intensitasnya yang sering berhadapan dengan
pengurus DPU, maka dipilihlah beliau untuk menjadi mitra lembaga
pengelola dana zakat DPU DaarutTauhid yaitu MiSykat48.
Tugas awal mitra adalah mencari anggota untuk mendapatkan
dana zakat dengan metode pemberdayaan berbasis syari’ah dari MiSykat.
Bapak Ahmad Juhri melihat bahwa sekeliling tempatnya tinggal banyak
46 Wawancara pribadi dengan istri Bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus
2008. 47
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Juhri selaku mitra MiSykat, Bandung,
Sabtu, 16 Agustus 2008. 48
Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008
terdapat mustadh’afin yang memenuhi kriteria MiSykat untuk mendapat
bantuan dana usaha bergulir dengan metode pemberdayaan49.
Beberapa hal yang dapat dilihat dari kondisi lingkungan dan
masyarakat Desa Margahurip yang mendukung keputusan mitra adalah
sebagai berikut:
a. Sebagian besar penduduk termasuk kategori miskin yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian,
pendidikan yang cukup dan kesehatan.
b. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai buruh tani yang tidak
memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak-anaknya secara
wajar, mayoritas sampai tingkat SLTP.
c. Adanya arus remaja Desa Margahurip ke kota-kota besar seperti
Jakarta, Cirebon, dan Kotamadya Bandung.
d. Kondisi perumahan, sarana rumah tangga dan sanitasi lingkungan
yang kurang layak.
e. Usulan dari mitra Bapak Ahmad Juhri agar di Desa Margahurip
dilahirkan majelis binaan MiSykat karena tingkat kesejahteraan
masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan desa-desa lainnya
di Kecamatan Banjaran.
Berdasarkan kondisi tersebut, tujuan umum pemberdayaan intinya
adalah peningkatan produktifitas dan taraf kesejahteraan anggota melalui
bantuan dana usaha bergulir serta pendampingan pekanan dengan
materi-materi yang bertujuan mengembangkan pegetahuan, keterampilan
serta penanaman nilai-nilai moral spiritual anggota.
49 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008
Persepsi mitra dan anggota di Desa Margahurip tentang program
pemberdayaan berbasis syari’ah adalah bahwa program merupakan
kegiatan bantuan sosial kemanusiaan dari MiSykat dalam bentuk bantuan
dana usaha bergulir disertai pendampingan pekanan yang berguna untuk
peningkatan pengetahuan dan keterampilan50.
Sementara itu, rincian sasaran program pemberdayaan berbasis
syari’ah diuraikan sebagai berikut:
a. Warga negara Republik Indonesia
b. Mustadh’afin (orang yang terlemahkan)
c. Sudah menikah
d. Usia produktif
e. Memiliki keinginan kuat untuk usaha
f. Fokus usaha yang dibiayai oleh MiSykat mengutamakan usaha
mikro
g. Bersedia untuk dikelompokkan dalam satu majelis
h. Bersedia mengikuti kegiatan pendampingan
i. Menyetujui segala peraturan yang berlaku di lembaga MiSykat DPU
Daarut Tauhid baik secara tertulis maupun tidak tertulis
j. Bersedia untuk di survey dan di wawancara untuk mengikuti
keabsahan menjadi anggota MiSykat.
Pengelola program di Desa Margahurip yaitu mitra, berada di
bawah tanggung jawab seorang pengurus MiSykat sebagai koordinator
program di wilayah IV Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaan kegiatan,
koordinator bekerjasama dengan mitra dengan diawali pemberitahuan
50 Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Juhri dan sebagian anggota majelis pada
pendampingan, Senin, 18 Agustus 2008.
kepada pihak berwenang di kelurahan setempat. Bentuk kerjasama
antara koordinator dengan mitra adalah kegiatan koordinasi dalam
perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan pelaporan51.
Sistem administrasi keuangan program dikelola terpusat di DPU
Daarut Tauhid Bandung sebagai lembaga pusat penerima dana-dana
zakat, infaq dan shadaqoh dari para donor dan muzakki khususnya dan
kaum muslimin pada umumnya. Bantuan dana awal dianggarkan secara
langsung oleh MiSykat, bantuan selanjutnya berdasakan permintaan
anggota sesuai dengan plafon anggaran lembaga dengan pertimbangan
evaluasi pendampingan pada pemberian dana awal52.
aaaa.... Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan Pengetahuan
Materi-materi yang terkait dengan pengembangan pengetahuan
diberikan pada awal-awal pelaksanaan pendampingan. Hal ini dilakukan
agar anggota mampu memahami langkah-langkah yang akan
dipraktekkan oleh mereka dikemudian hari selama kegiatan
pendampingan53.
Penilaian situasi awal anggota menunjukan kualitas pengetahuan
yang rendah, antara lain berdasarkan data-data berikut;
a. Banyak anggota yang mendapatkan pendidikan formal Cuma
sampai tingkat Sekolah Dasar. Data menunjukan, anggota yang
pendidikan formalnya di atas SD adalah 5 orang dari 20 orang
anggota majelis al-Amanah
51 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008. 52
Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008. 53 Wawancara pribadi dengan koordinator MiSykat wilayah IV Iwan Firmansyah S.Sos.i,
Bandung, Kamis, 14 Agustus 2008.
b. Banyak anggota yang terjerat hutang kepada rentenir. Mereka
umumnya berpikiran pendek untuk segera mendapatkan uang
tanpa memikirkan tindak lanjut uang tersebut digunakan untuk hal-
hal yang bersifat ekonomis produktifis. Yang terjadi uang tersebut
habis lalu kemudian terjerat hutang.
c. Banyak anggota dengan pengetahuannya yang rendah, tidak
mampu memahami arti pentingnya menabung, terlebih menabung
di lembaga-lembaga keuangan yaitu bank.
Materi awal pendampingan berisi pengetahuan tentang ekonomi
syari'ah dan kewirausahaan. Dimulai dengan memperkenalkan
pengetahuan tentang tabungan dalam pandangan islam. Materi tentang
tabungan ini dilaksanakan pada awal pendampingan antara pekan ke 1
sampai dengan pekan ke 5.
Dari materi ini, diharapkan anggota mempunyai cara pandang yang
berbeda tentang tabungan, yang mungkin selama ini mereka anggap tidak
penting. Materi ini juga disampaikan karena pada kesempatan selanjutnya
anggota akan mempraktekkan secara langsung proses menabung selama
pendampingan terutama tabungan berencana.
Tujuan lain dari pemberian materi ini adalah :
a. Anggota mempunyai pengetahuan tentang tabungan berencana
dan tinjuannya dalam perspektif islam
b. Anggota merasakan manfaat dari menabung
c. Anggota mampu mempelajari hambatan-hambatan dalam
menabung
d. Mempunyai pengetahuan tentang kiat-kiat menabung yang efektif
e. Mempunyai pengetahuan tentang cara-cara membuka tabungan
berencana.
Ibu Tini, salah satu ketua kelompok di majelis al-Amanah
mengatakan bahwa
"dulu gimana ya, saya sulit pisan menabung, maklum pendapatan
juga pas-pasan. Tetapi setelah ikut MiSykat, saya mengerti tentang
menabung, mengerti tentang tabungan berencana dan saya pun
merasakan manfaat setelah mempraktekannya”54.
Senada dengan Ibu Tini, Ibu Entin yang membuka warung kecil-
kecilan di rumahnya mengatakan
"setelah ikut MiSykat, saya mengerti tentang tabungan berencana
dan bagaimana menabung di Bank. Dan saya akan selalu membiasakan
menabung”55.
Pada kesempatan selanjutnya, materi dilanjutkan pada tema
pembiayaan syariah. Pembiayaan syari'ah banyak dipraktekkan oleh BMT
atau lembaga keuangan mikro denga memberikan pelayanan keuangan
pada masyarakat lapisan bawah.
Pengetahuan tentang pembiayaan kemudian dilanjutkan pada jenis-
jenis pembiayaan dalam islam. Terutama dan yang paling utama
disampaikan pada pendampingan adalah pola-pola pembiayaan yang
kemudian akan dipraktekkan oleh anggota dari mulai pembiayaan dengan
akad qordhul hasan, mudhorobah, musyarokah, murobahah dan wakalah.
54 Wawancara pribadi dengan Ibu Tini, ketua kelompok 2 majelis al-Amanah, Bandung,
Sabtu, 23 Agustus 2008. 55 Wawancara pribadi dengan Ibu Entin, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu, 23
Agustus 2008.
Materi ini sangat berguna untuk anggota sebelum mereka
mendapat bantuan usaha, sehingga mereka mengerti dan memahami
pola-pola pembiayaan yang nantinya akan mereka praktekkan secara
langsung.
Proses pembiayaan berjenjang ini – yang dimulai dari qordhul
hasan- memberikan manfaat bagi kedua belah pihak antara MiSykat dan
anggota. Kang Iwan Firmansyah S.Sos sebagai koordinator wilayah
MiSykat Kabupaten Bandung mengatakan bahwa
”di satu sisi, MiSykat sebagai pemberi dana mampu melakukan
monitoring dan menilai kelayakan anggota mendapatkan bantuan yang
bersifat ekonomis dari pembiayaan qordhul hasan dan pendampingan
pekanan selama akad tersebut berlangsung. Dan di sisi lain, anggota
sebagai penerima dana mampu memahami pola-pola pembiyaan yang
diajarkan oleh islam”56.
Setelah materi pembiayaan, maka selanjutnya disampaikan materi
tentang utang piutang dalam islam. Materi ini selain berisi definisi serta
penjelasan menyeluruh tentang utang piutang, juga mengajarkan tentang
bagaimana kita harus bersegera untuk membayar utang dan berbagai
cara untuk menghindari jeratan utang.
Ibu Ulimah, ketua kelompok 3 majelis al-Amanah mengatakan
"sebelum ikut MiSykat, saya punya hutang pada koperasi -bank
keliling, pen-. Setelah ikut pendampingan saya jadi mengerti tentang
56 Wawancara pribadi dengan Iwan Firmansyah, Bandung, Kamis, 14 Agustus 2008
utang dan segera melunasinya, supaya bebas, pan jadi di MiSykat
wungkul –saja, pen-57.
Pada fase ini biasanya dilakukan pencairan dana bantuan usaha
bergulir, khususnya ketika materi tentang pembiayaan dalam islam telah
selesai disampaikan. Besarnya dana bantuan adalah sama besarnya yaitu
Rp. 500.000,- untuk setiap anggota dengan pola 2-2-1 serta dengan akad
qordhul hasan.
b. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilaib. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilaib. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilaib. Metode Pendampingan Berbasis Penanaman Nilai
Pengembangan pengetahuan dan penanaman nilai pada dasarnya
dapat dikategorikan pada sebuah kesatuan yang terintegrasi satu sama
lain. Namun dalam konteks materi pendampingan MiSykat, kita dapat
memisahkannya dengan melihat penanaman nilai adalah sesuatu usaha
yang terdapat muatan religius dan spiritual di dalamnya.
Secara umum nilai adalah keyakinan relatif kepada yang baik dan
yang jahat, yang benar dan yang salah, kepada apa yang seharusnya ada
dan seharusnya tidak ada. Nilai memainkan peranan yang sangat penting
dalam kehidupan sosial. Kebanyakan hubungan-hubungan sosial
didasarkan bukan saja pada fakta-fakta positif, akan tetapi juga pada
pertimbangan-pertimbangan nilai.58
Materi yang terkait dengan penanaman nilai lebih bertendensi pada
materi yang bermuatan agama. Anggota pada umumnya menanggapi
materi ini dengan antusias, seperti juga pada materi-materi yang lain.
Kecenderungan sikap mereka mungkin dikarenakan keterbatasan
57 Wawancara pribadi dengan Ibu Ulimah, ketua kelompok 3 majelis al-Amanah,
Bandung, Sabtu, 23 Agustus 2008. 58 Maurice Duverger, Sosiologi Politik. Diterjemahkan dari buku The Study of Politics
oleh Daniel Dhakidae, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Hal 12
pengetahuannya tentang ajaran-ajaran agama yang bersifat praktis yang
pada awalnya tidak mereka pahami. Selain materi yang bermuatan
agama, terdapat juga materi penanaman nilai yang terkait dengan unsur
realita sosial, seperti pengetahuan tentang ekonomi rumah tangga
robbaniyyah.
Materi pendampingan MiSykat yang dikategorikan pada
penanaman nilai diawali dengan pengenalan ekonomi rumah tangga
robbaniyyah. Dijelaskan bahwa rumah tangga muslim adalah keluarga
yang hidup bersama dalam suasana islami dan diikat oleh norma-norma
keluarga muslim yang selalu mendasarkan berbagai perkara hidupnya
pada syari'at. Rumah tangga muslim didirikan berdasarkan nilai-nilai
keimanan, keutamaan yang mulia, akhlak yang baik, perilaku yang luhur
dan kebaikan unsur-unsur sosial yang lain.
Setelah memahami perekonomian rumah tangga muslim, diajarkan
pula bagaimana ikhlas dalam berekonomi rumah tangga. Ikhlasnya kita
ketika menghadapi kesulitan adalah dengan tetap bersyukur terhadap apa
yang telah diberinya dengan terus berusaha memperbaiki dan menjemput
rezeki kita. Untuk hal ini, saya mendapatkan informasi dari mitra sekaligus
pendamping MiSykat majelis al-Amanah yaitu Bapak Ahmad Juhri, bahwa
terdapat anggota binaan yang mengalami masalah ekonomi dan sempat
ingin keluar dari anggota MiSykat. Bapak Ahmad Juhri bercerita Ibu
tersebut konsultasi kepadanya bahwa beberapa bulan belakangan ini
kehidupan ekonominya selalu dihadapkan pada keadaan serba
kekurangan. Untuk ongkos anak-anaknya yang SMP saja harus pinjam
sana-sini, padahal biasanya untuk pergi sekolah anaknya tinggal pergi,
tapi kali ini mesti nunggu dulu ibunya pinjem pada tetangga59. Pada satu
kesempatan pendampingan, ibu tersebut mengatakan "bapak, lebih baik
saya keluar saja dari anggota MiSykat soalnya kehidupan sehari-hari saya
tidak seperti dulu lagi. Saya sudah cape menjalaninya dan malas untuk
ikut-ikutan kegiatan apapun......."
Adapun tanggapan dari anggota MiSykat majelis al-Amanah
terhadap materi terkait dengan penanaman nilai-nilai Islam, dapat kita
lihat pada sikap antusiasme salah seorang anggota ketika ditanya tentang
bagaimana pendapatnya mengenai materi-materi tersebut. Antusiasme
terlihat pada ungkapan rasa senang Ibu Engkom dengan mengatakan
bahwa
"sebelumnya boro-boro mengerti tentang nilai-nilai Islam,
membaca al-Quran saja saya tidak bisa. Tapi setelah ikut MiSykat, jadi
tahu apa itu tawakkal, sabar terus bagaimana ekonomi rumah tangga bisa
secara islami gitu”60.
Apresiasi tersebut menjadi salah satu tanda yang mewujudkan
harapan MiSykat agar mampu menciptakan pondasi yang kuat bagi setiap
anggota untuk menjalani kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat
dengan berbagai kegiatan-kegiatan produktif yang dilandasi oleh nilai-
nilai keislaman.
cccc. . . . Metode Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanMetode Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanMetode Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanMetode Pendampingan Berbasis Pengembangan Keterampilan
Materi pengembangan keterampilan lebih menekankan pada
keterampilan pengorganisasian rumah tangga. Mungkin dari beberapa
59 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008
60 Wawancara pribadi dengan Ibu Engkom, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu,
23 Agustus 2008.
materi yang disampaikan, materi pengorganisasian rumah tangga telah
mampu memfasilitasi anggota dalam upaya menambah keterampilan
dalam mengatur keuangan rumah tangga61.
Dari materi pengembangan keterampilan diharapkan anggota
mampu mempunyai keterampilan mengatur dan memenej anggaran
keuangan rumah tangga. Seorang kepala keluarga harus dapat membuat
jadwal prioritas pembelanjaan kebutuhan pokok secara tertib sesuai
dengan kemampuan usahanya62.
Di bawah ini digambarkan model perencanaan anggaran keuangan
rumah tangga anggota MiSykat DPU DT
Perencanaan Anggaran Keuangan Rumah Tangga
Anggota MiSykat DPU DT
NamNamNamNama a a a ::::
Majelis Majelis Majelis Majelis ::::
Alamat Alamat Alamat Alamat ::::
PemasukanPemasukanPemasukanPemasukan
No Uraian Tetap Tambahan Keseluruhan
1 Gaji suami Rp. Rp.
2 Gaji istri Rp. Rp.
3 Pendapatan tambahan
a. Warung/toko
b. Jasa
c. .........
Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp
61 Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008
62 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008.
Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran
NoNoNoNo PenjelasanPenjelasanPenjelasanPenjelasan KalkulasiKalkulasiKalkulasiKalkulasi JumlahJumlahJumlahJumlah PrioritasPrioritasPrioritasPrioritas TambahanTambahanTambahanTambahan
1111 KewajibanKewajibanKewajibanKewajiban
a Cicilan rumah 1 Bln Rp. Rp Rp
b Telepon, listrik,
PAM
1 Bln Rp Rp Rp
c Zakat/infaq 1 Bln Rp Rp Rp
d Iuran warga 1 Bln
2222 Tabungan dan AsuransiTabungan dan AsuransiTabungan dan AsuransiTabungan dan Asuransi
a Tabungan 1 Bln Rp Rp Rp
b Asuransi 1 Bln Rp Rp Rp
3333 Pos untuk AnakPos untuk AnakPos untuk AnakPos untuk Anak----anakanakanakanak Org Rp Rp Rp
4444 Pos untuk AyahPos untuk AyahPos untuk AyahPos untuk Ayah
a Transportasi dan
konsumsi
1 Bln Rp Rp Rp
b Voucher HP 1 Bln Rp Rp Rp
5555 Pos untuk IbuPos untuk IbuPos untuk IbuPos untuk Ibu
a Transportasi dan
konsumsi
1 Bln Rp Rp Rp
b Voucher Hp 1 Bln Rp Rp Rp
Konsumsi dan MCKKonsumsi dan MCKKonsumsi dan MCKKonsumsi dan MCK
a Makan menu 1 31 Hr Rp Rp Rp
b Makan menu 2 Hr Rp Rp Rp
6666
c MCK 1 Pkt Rp Rp Rp
7777 Kesehatan Kesehatan Kesehatan Kesehatan 1 Pkt Rp Rp Rp
8888 Pos LainPos LainPos LainPos Lain----lainlainlainlain 1 Bln Rp Rp Rp
TotalTotalTotalTotal RpRpRpRp RpRpRpRp RpRpRpRp
SaldoSaldoSaldoSaldo RpRpRpRp RpRpRpRp
Khusus untuk pengembangan keterampilan, lembaga memberikan
keterampilan tambahan yang dipraktekkan secara langsung oleh anggota.
Jenis keterampilan yang diberikan adalah berupa membuat payet pada
kerudung, jepit pita rambut serta membuat sabun colek63.
Menurut mitra, ketiga jenis keterampilan yang diberikan pada
gilirannya juga mengalami stagnasi. Hal ini dikarenakan banyak dari
anggota yang bedagang diluar daerah, sehingga tidak mampu
melanjutkan kegiatan tersebut. Sampai saat ini, hanya keterampilan
membuat payet kerudung yang tetap bertahan, itupun karena difasilitasi
oleh mitra melalui istrinya yang memang terampil membuat payet
kerudung. Anggota yang tetap terlibat dalam jenis keterampilan ini adalah
anggota yang bedomisili dekat dengan mitra64.
2. Peluang dan Hambatan2. Peluang dan Hambatan2. Peluang dan Hambatan2. Peluang dan Hambatan
a. Peluanga. Peluanga. Peluanga. Peluang
Pemberdayaan yang merupakan usaha transformatif menuju
keberdayaan diri (self empowerment), seyogianya bukan hanya
bertendensi kepada keberdayaan potensi pribadi. Karena dalam
prakteknya, proses pemberdayaan merupakan upaya mensinergikan
antara potensialitas dengan dukungan sumber-sumber internal maupun
eksternal menuju aktualisasi diri dalam lingkungannya.
Strategi pemberdayaan pada aras mezzo seperti yang tergambar
dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan, harus mampu memberikan
63 Wawancara pribadi dengan istri Bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus
2008. 64
Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008
konstribusi kepada lingkungan secara keseluruhan. Kemungkinan ini
dapat terwujud ketika anggota mempunyai awarness (kepedulian,
kesadaran) terhadap sumber-sumber internal maupun ekternal
(manajemen sumber) yang potensial dalam proses pemberdayaan menuju
kesejahteraan masyarakat. Beberapa sumber yang mampu dimanfaatkan
dan belum tersentuh dalam pelaksanaan pemberdayaan oleh MiSykat
terhadap anggota binaan di Desa Margahurip adalah: pertama,
mengembangkan potensi lain yang ada dalam diri anggota maupun di luar
diri anggota itu sendiri65. Dalam bahasa penulis, mungkin bisa diistilahkan
dengan human resources. Artinya, menggali dan mengembangkan
potensi diri yang tidak hanya seputar persoalan ekonomi, tetapi juga
persoalan sosial dan politik. Hal ini akan terkait dengan pengembangan
materi pemberdayaan MiSykat yang bermuatan nilai-nilai sosial dan
budaya, serta pergeseran paradigma pembangunan yang tidak tidak
hanya bertumpu pada kekuatan ekonomi tetapi juga kekuatan politik dan
legitimasi kekuatan rakyat66.
Kedua, pembangunan jaringan (building networking) baik dari
pihak pemerintah maupun swasta sehingga terjadi sinergi dalam upaya
pemberdayaan masyarakat. Pada gilirannya, proyek dan gerakan lokal
mampu dihubungkan secara lebih strategis di tingkat lokal maupun
nasional.
Ketiga, untuk dapat memilih pendekatan pemberdayaan yang lebih
tepat, lembaga harus menganalisa kekuatan yang ada dan berkembang
65 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008. Beliau juga mengatakan tentang harapannya kepada penulis untuk menganalisa peluang-peluang lain yang mungkin bisa dikembangkan oleh MiSykat pada mejelis binaan di Desa
Margahurip sehubungan belum adanya penelitian karya ilmiah yang dilaksanakan di wilayah
tersebut. 66
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Jakarta 2004, h. 14
pada anggota dan masyarakat. Dengan ketajaman analisis dan kritisisme
terhadap jenis-jenis kekuatan yang ada, hal tersebut akan membantu
efektivitas kerja di masyarakat. Salah satu contoh yang bisa kita angkat
diantaranya adalah ketika anggota merasa tidak puas dengan situasi dan
kondisi ekonomi yang telah dirasakan dan diikuti oleh perasaan adanya
sesuatu yang belum terpenuhi. Dalam kasus ini, fenomena tersebut bisa
dijadikan faktor pendorong agar anggota selalu diarahkan pada
perubahan-perubahan situasi yang lebih baik daripada yang telah ada.
b. Hambatanb. Hambatanb. Hambatanb. Hambatan
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di majelis al-Amanah Desa
Margahurip tidak selalu berjalan mulus. Banyak hambatan yang ditemui
baik itu yang berasal dari internal anggota maupun dari faktor di luar
anggota. Menurut Oha Khoer
“kendala internal yang lahir biasanya adalah kredit macet dana
bergulir. Seandainya hal ini terjadi maka MiSykat melakukan langkah-
langkah secara bertahap meliputi home visit dan musyawarah anggota;
menggunakan akumulasi iuran anggota seluruhnya; menggunakan
tabungan cadangan; membuat MoU baru ataupun menggunakan tabungan
berencana milik anggota masing-masing”67.
Hambatan lain yang dialami MiSykat adalah keberadaan rentenir
yang sudah masuk pada sebagian besar keluarga, misalnya Ibu Entin yang
sebelum ikut program pemberdayaan MiSykat, sudah terlebih dahulu
terlilit utang pinjaman modal usaha dengan bunga tinggi. Ibu Entin
67 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008.
mengatakan bahwa pinjaman sebesar Rp.100.000,- harus mampu
dikembalikan dalam jangka waktu satu bulan dengan bunga 20%68. Hal ini
tentu memberatkan pihak peminjam yang notabene masyarakat usaha
kecil. Di satu sisi, untuk anggota, mendapatkan bantuan dana usaha dari
MiSykat dengan 0% bunga telah sangat membantu kegiatan usaha tanpa
terbebani dengan hutang karena pembayarannya dilakukan secara
berkala dengan rentang waktu yang agak lama yaitu seminggu. Tapi di sisi
lain, bagi lembaga, keluarga yang sebelumnya pernah mendapatkan
bantuan usaha dari rentenir, biasanya tidak memberdayakan bantuan
yang telah diberikan selain untuk membayar hutang pada pihak peminjam
sebelumnya69. Selain itu ada juga program bantuan swasta lain walaupun
dengan menggunaan metode yang berbeda. Untuk jenis yang di sebut
terakhir, ada program bantuan usaha dengan mewajibkan anggotanya
melakukan perjanjian yang diucapkan secara lisan pada setiap acara
kumpulan rutin setiap hari kamis sore70. Memang, hambatan itu dirasakan
oleh mitra dan anggota pada tahap-tahap awal, karena menghambat
komunikasi antar warga akibat egoisme dan sentimen kepercayaan
terhadap program yang diikuti. Untuk kondisi masyarakat yang demikian,
model pendekatan social action yang dimodifikasi dan disesuaikan
dengan nilai budaya masyarakat dapat menjadi alternatif. Dengan cara
proporsional dan menafikan konfrontasi, misalnya dilibatkannya unsur-
unsur kekuatan masyarakat seperti tokoh agama, pendidik, tokoh formal-
informal yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat yang
68 Wawancara pribadi dengan Ibu Entin, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu, 23
Agustus 2008. 69
Wawancara pribadi dengan istri Bapak Ahmad Juhri, Bandung, Sabtu, 16 Agustus 2008 70 Wawancara pribadi dengan anggota majelis al-Amanah pada pendampingan, Bandung,
Sabtu, 23 Agustus 2008
konfrontatif. Pada gilirannya kemudian, masyarakat dengan berbagai
program pemberdayaan yang ada mampu bersinergi mewujudkan
perubahan.
3. 3. 3. 3. Relevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan AnggotaRelevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan AnggotaRelevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan AnggotaRelevansi Pendampingan Terhadap Kesejahteraan Anggota
Kegiatan pemberdayan yang dilaksanakan MiSykat adalah
meningkatkan kesejahteraan anggota dilihat dari peningkatan
penghasilan ekonomi rumah tangga. Secara umum, indikator keberhasilan
program meliputi : adanya peningkatan penghasilan ekonomi rumah
tangga; adanya peningkatan asset majelis; adanya kesinambungan asset
program; adanya produktifitas ekonomi anggota; adanya peningkatan
akumulasi tabungan anggota; perubahan karakter dan paradigma71
berfikir anggota; terbentuknya kelompok usaha mikro di majelisnya dan
lahirnya muzakki72.
Strategi pemberdayaan yang dilakukan MiSykat berada pada
tataran aras Mezzo. Hal ini berarti pemberdayaan dalam bentuk
pendampingan dilakukan terhadap suatu kelompok orang yang terhimpun
dalam suatu lembaga. Pemberdayan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
kesadaran pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Anggota binaan majelis al-Amanah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan selama proses pendampingan. Hal ini berdampak pada
71 Paradigma menurut George Rizer yang dikutip oleh Zainuddin Maliki dalam Narasi
Agung adalah gambaran fundamental mengenai subjek ilmu pengetahuan. Paradigma juga merupakan unit consensus yang amat luas dalam ilmu pengetahuan dan dipakai untuk melakukan
pemilahan masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat pengetahuan yang lain. 72 Wawancara pribadi dengan Kasubag MiSykat Oha Khoer, Bandung, Rabu, 6 Agustus
2008.
peningkatan kualitas individu pada beberapa segi. Misalnya dalam hal
pengetahuan agama, Ibu Entin mengatakan bahwa dulu dia hanya tahu
mengucapkan kalimat bismillahirrahmanirrahim tanpa tahu bagaimana
menuliskan kalimat tersebut, tetapi setelah mengikuti materi
pendampingan, dia tahu dan mampu menuliskan kalimat
bismillahirrahmanirrahim dengan menggunakan hurup arab.73
Dalam hal pengembangan kegiatan usaha, walaupun belum banyak
membantu meningkatkan pendapatan, tetapi paling tidak anggota mampu
mengelola dana yang diberikan untuk terus digulirkan tanpa mengalami
hambatan dalam pengembalian cicilan. Seperti yang dikatakan mitra,
bahwa majelis al-Amanah adalah salah satu majelis yang tidak mengalami
hambatan dalam tabungan cicilan. Kenyataan ini paling tidak
membuktikan bahwa anggota secara sadar menggunakan dana bantuan
pada yang semestinya digunakan yaitu untuk usaha.
B. Analisa Hasil TemuanB. Analisa Hasil TemuanB. Analisa Hasil TemuanB. Analisa Hasil Temuan
Skripsi ini ditulis untuk menjawab tiga pertanyaan terkait dengan
objek studi pemberdayaan yang meliputi pengembangan pengetahuan,
penanaman nilai dan pengembangan keterampilan. Selain itu, penulis
ingin mengetahui bagaimana relevansi pemberdayaan yang
diimplementasikan dalam kegiatan pendampingan setiap pekan terhadap
kesejahteraan anggota dan mengetahui peluang dan hambatan
pelaksanaan pendampingan. Fokus analisisnya terletak pada kegiatan
pendampingan pekanan yang berisi materi-materi berdasarkan kurikulum
yang telah MiSykat buat sebagai acuan.
73 Wawancara pribadi dengan Ibu Entin, anggota majelis al-Amanah, Bandung, Sabtu, 23
Agustus 2008
Selanjutnya, akan dijelaskan secara deskriptif analitis terkait
dengan hasil temuan dilapangan. Analisa tersebut menggunakan
kecenderungan subjektif yang tidak melepaskan diri secara terbuka dari
nilai-nilai objektifitas. Perangkat analisa yang digunakan selain
pengamatan dan penelitian, juga menggunakan referensi untuk
memperkuat dan melegitimasi secara akademis-ilmiah hasil tinjauan.
1. 1. 1. 1. Analisa Metode PemberdayaanAnalisa Metode PemberdayaanAnalisa Metode PemberdayaanAnalisa Metode Pemberdayaan MiSykat DPU Daarut Tauhid MiSykat DPU Daarut Tauhid MiSykat DPU Daarut Tauhid MiSykat DPU Daarut Tauhid BandungBandungBandungBandung
Dalam pemberdayaan, terdapat salah satu teknik yang
mengedepankan masyarakat dalam hal ini anggota secara partisipatif
dalam proses pelaksanaannya. Artinya lembaga harus memandang
bahwasanya masyarakat dalam hal ini anggota binaan memiliki banyak
potensi, baik dilihat dari sumber-sumber daya alam yang ada maupun dari
sumber-sumber sosial budaya. Kekuatan ini tidak sepenuhnya digali dan
disalurkan sehingga secara signifikan belum menjadi energi untuk
mengatasi masalah yang mereka alami. Di dalam pemberdayaan, faktor
yang paling penting adalah bagaimana mendudukkan anggota pada posisi
pelaku (subjek) pembangunan yang aktif, bukan hanya penerima yang
pasif. Konsep gerakan pemberdayaan dalam pembangunan
mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat (anggota) dengan strategi
pokok adalah memberi kekuatan (power) kepada mereka.
Masyarakat yang lebih memahami kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi harus diberdayakan agar mereka lebih mampu mengenali
kebutuhan-kebutuhannya. Mereka juga dilatih untuk dapat merumuskan
rencana-rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri
dan swadaya.
Partisipasi masyarakat dalam melaksanakan gerakan
pembangunan tersebut harus selalu didorong dan ditumbuhkembangkan
secara bertahap dan berkelanjutan. Jiwa partisipasi masyarakat adalah
semangat solidaritas sosial, yaitu hubungan sosial yang selalu didasarkan
pada perasaan moral, kepercayaan dan cita-cita bersama.74
Dalam hal pendampingan, seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya bahwa pendampingan merupakan strategi yang sangat
menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai
dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu
membantu dirinya sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat
memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat.75Merujuk pada
Payne yang dikutip oleh Edi Suharto, prinsip utama pendampingan sosial
adalah “making the best of the client’s resources”. Sejalan dengan
persfektif kekuatan (strength persfective),76 pendamping atau dalam hal
ini pekerja sosial tidak memandang klien dan lingkungannya sebagai
sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa.77
Dalam konteks pemberdayaan MiSykat, pendampingan
menitikberatkan pada pemberian materi-materi yang berorientasi
pengembangan pengetahuan, keterampilan dan penanaman nilai. Dengan
memperhatikan materi-materi pendampingan, ini berarti bahwa
keberhasilan program pemberdayaan MiSykat DPU Daarut Tauhid
Bandung dalam meningkatkan kesejahteraan mustahiq tidak dapat diukur
74 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Jakarta 2004, h. 218
75 Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 93 76
Strength Perspective seperti ditulis oleh Edi Suharto adalah cara pandang yang menekankan pada kekuatan yang dimiliki klien. Fokus model ini lebih ditekankan pada bagaimana
menggali dan memobilisasi sumber-sumber yang terkait dengan klien, baik sumber internal
maupun eksternal. 77
Ibid, h. 94.
dari sudut kelancaran pengembalian modal yang diberikan saja, namun
juga pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
anggota binaan. Dalam hal pemberian modal, apa yang dilakukan MiSykat
DPU Daarut Tauhid Bandung saat ini hanya sebatas bantuan insidentil
saja, dalam arti hanya meringankan beban hidup mustadh’afin yang
bersifat sementara, dan dapat dikatakan belum sampai pada tingkat
pengentasan kemiskinan. Bahkan materi mempunyai porsi yang dominan
dalam setiap proses pendampingan, yakni selama 30 menit dari 1 jam
kegiatan pendampingan. Namun, pendampingan yang bertendensi
penyampaian materi, telah menafikan faktor-faktor sumber daya alam dan
sosial budaya di masyarakat sebagai sebuah kekuatan yang dapat digali
untuk mengatasi masalah yang mereka alami.
Pada bab sebelumnya, dijelaskan bahwa dalam pendampingan,
pekerja sosial dalam hal ini pendamping mempunyai empat bidang tugas
yang mesti dilaksanakan, yakni : pemungkinan (enabling) atau fasilitasi,
penguatan (empowering), perlindungan (protecting) dan pendukungan
(supporting).
Pendamping harus mampu menjadi fasilitator sebagai tanggung
jawab untuk membantu anggotanya menjadi mampu menangani tekanan
situasional ataupun transisional. Dalam konteks majelis al-Amanah, Bapak
Ahmad Juhri sebagai pendamping, selain mempunyai status sosial yang
lebih tinggi dengan aktifitasnya sebagai staf di salah satu perusahaan
swasta, beliau juga mempunyai latar belakang pendidikan yang baik.
Kondisi ini kemudian berimbas pada ruang tugas tugas potensial sebagai
fasilitator dan penguat kapasitas masyarakat (capacity building).
Dalam hal peranannya sebagai fasilitator, Bapak Ahmad Juhri
harus mampu menjembatani anggota dalam mengakses sumber-sumber
yang ada, baik sumber personal, sumber interpersonal maupun sumber
sosial. sumber personal dan sumber interpersonal yang tergambar dalam
kegiatan penyampaian materi yang diselingi dengan ajang ”curhat”
sesama anggota dengan pendamping, adalah sebagian dari upaya
mengakses sumber potensial dan strategis dalam proses pemecahan
masalah. Anggota dan pendamping secara partisipatif berbagi
pengetahuan, pengalaman hidup sebagai pribadi dan bagian dari
masyarakat desa Margahurip, menganalisa masalah yang ada untuk
kemudian mencari solusi yang tepat dalam menyikapinya.
Adapun untuk akses terhadap sumber sosial yang berupa interaksi
antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan
demi kepentingan masyarakat dampingannya, belum dilaksankan secara
maksimal. Akibatnya, banyak anggota yang kemudian tidak mengalami
peningkatan usaha. Bantuan yang diberikan pun hanya mampu
menghindarkan anggota dari jerat hutang dan ketergantungan mereka
kepada rentenir. Aspek yang termasuk dalam kategori penguatan ini,
terbatas pada fungsi pendamping sebagai konsultan. Konsultasi yang
sering muncul dalam ajang ”curhat” ini pun, belum sampai pada fungsi
pendamping dalam memberikan pilihan-pilihan solusi dan membantu
anggota mengidentifikasi prosedur-prosedur bagi tindakan-tindakan yang
diperlukan.
Fungsi terakhir pendamping sebagai pendukung, menitikberatkan
pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung
terjadinya perubahan bagi anggota. Fungsi ini memerlukan pendamping-
pendamping yang menguasai strategi pemberdayaan dari aspek teoritis
dan juga praktis. Pendamping dituntut untuk mampu melaksanakan tugas-
tugas teknis sesuai dengan keterampilan dasar, seperti melakukan
analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi,
bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur dana. Fungsi
inilah yang belum bisa dicapai secara penuh oleh pendamping di majelis
al-Amanah khususnya dan pendamping-pendamping dibeberapa majelis
binaan MiSykat yang lain pada umumnya.
Kemudian dalam hal perencanaan program pemberdayaan, tidak
ada upaya nyata agar perencanaan itu berawal dari bawah ke atas
(bottom up planning), terutama dalam perencanaan jangka panjang
(setelah anggota menjajaki jenjang keanggotaan di atas pemula).
Walaupun mekanisme perencanaan dan kurikulum pendampingan selalu
ditinjau ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan riil masyarakat di
lapangan, namun keterlibatan mereka sangat terbatas. Pelaksanaan
kegiatannya tidak mementingkan bentuk swadaya masyarakat dalam hal
partisipasi sumbang pemikiran terhadap setiap tahap pelaksanaan
program sebagaimana terlihat pada pendampingan pekanan.
Padahal, kondisi masyarakat berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu, pola pendampingan harus pula memperhatikan
heterogenitas anggota binaan terkait dengan peranan dalam ruang
lingkup sosial yang berbeda. Perhatian terhadap hal ini, jika
diejawantahkan dalam penyampaian materi, maka materi akan bersifat
flksibel. Fleksibilitas ini pada gilirannya mampu menjadi wadah untuk
seorang pendamping khususnya dan MiSykat pada intinya, memahami
masalah yang dialami anggota dalam konteks yang berbeda-beda, untuk
kemudian membuat formulasi solusi yang sesuai dengan realitas.
aaaa. Analisa . Analisa . Analisa . Analisa Pendampingan BerbasisPendampingan BerbasisPendampingan BerbasisPendampingan Berbasis Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan
Rendahnya tingkat pendidikan yang disandang oleh anggota
binaan berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki, sehingga program pemberdayaan yang dilaksanakan sangat
tepat sasaran. Dalam arti, program diberikan kepada masyarakat yang
tidak mempunyai kekuatan (powerless) untuk mampu memberdayakan
dirinya (self empowerment) sehingga dapat hidup mapan secara ekonomi
dengan disertai pengetahuan dan keterampilan dalam bingkai nilai-nilai
religiusitas.
Berjalannya arus pengetahuan secara lancar adalah sangat
penting, karena sebenarnya pengetahuan dapat memerangi kehidupan
orang miskin di manapun.78Namun sayangnya hal ini tidak disertai dengan
kemampuan menyalurkan pengetahuan itu kepada anggota dengan cara
yang efektif. Suatu sistem pengetahuan pemberdayaan dalam kegiatan
pendampingan hanya merupakan rangkaian upacara rutin. Walaupun
secara kasat mata terlihat berhasil jika di analisa dari sedikit wawancara,
namun dari penelitian yang terbatas, terlihat materi yang disampaikan
seolah untuk memenuhi formalitas pendampingan, sehingga hasilnya
tidak maksimal. Padahal jika dilihat dari kurikulum yang telah mengalami
beberapa kali revisi, materi harusnya mampu mengapresiasikan idealnya
sebuah pemberdayaan.
78 Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan : Pengenalan Teori dan
Penerapannya. Rajawali Pers, Edisi Revisi, Jakarta 2002. Hal 181
Dalam konteks kesejahteraan, terpenuhinya kebutuhan dasar
menjadi unsur yang paling pokok dalam menilai standarisasi
kesejahteraan. Namun dalam prosesnya, terdapat unsur lain seperti
peranan seseorang dalam lingkungan sosial. Dengan pengetahuan yang
memadai, walaupun tanpa legalitas formal pendidikan, seseorang mampu
untuk berperan dalam lingkungan sosialnya. Misalnya dalam konteks
anggota MiSykat di Desa Margahurip yang kebanyakan adalah ibu-ibu,
pengetahuan tentang mengelola keuangan rumah tangga dengan cara
menabung, secara langsung telah mampu memfasilitasi dirinya secara
maksimal dalam peranannya sebagai ibu rumah tangga.
bbbb. Analisa . Analisa . Analisa . Analisa Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis PenaPenaPenaPenanaman Nilainaman Nilainaman Nilainaman Nilai
Penanaman nilai seyogianya tidak terbatas pada pengetahuan yang
bermuatan agama, karena nilai juga terkait dengan pendekatan sosial dan
budaya. Sehingga, jika pendampingan menitikberatkan pada
penyampaian materi-materi yang sudah terkonsep, maka di dalamnya juga
harus terdapat materi-materi yang terkait dengan nilai sosial budaya
masyarakat. Nilai-nilai memainkan peranan yang sangat penting di dalam
kehidupan sosial, karena kebanyakan hubungan-hubungan sosial
didasarkan juga pada pertimbangan nilai.
Jika dianalisa dari materi-materi yang disampaikan,
keseluruhannya mempunyai muatan agama, dan tidak terdapat materi
yang mengangkat fenomena sosial berdasarkan pertimbangan nilai.
Peranan mempelajari pertimbangan nilai yang diperkembangkan dalam
suatu masyarakat akan mampu mendefinisikan realita sosial. Misalnya
terdapat fenomena tradisonal dalam memandang hubungan antar individu
dalam suatu masyarakat, maka diperlukan materi yang mengangkat isu-
isu terkait dengan pandangan sosial mereka terhadap realitas.
Penyampaian materi ini –dengan melihat respon anggota- pada gilirannya
memungkinkan kita mengukur pengaruh nilai-nilai terhadap tingkah laku
dan bertindak sesuai dengan itu. Artinya, nilai sosial yang diberikan pada
gilirannya mampu membentuk sikap mental yang positif dalam proses
sosialisasi anggota dengan lingkungannya.
Sikap mental menunjukkan kualitas moral sesorang dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat menuntut bahwa para anggotanya
memiliki standar-standar moral tertentu. Mereka yang tidak bisa
memenuhi persyaratan ini dikategorikan menyimpang, dan orang-orang
yang bertingkah laku sesuai dengan standar-atandar moral dihormati.
Pada tataran budaya, materi penanaman nilai harus mampu
merefleksikan transformasi budaya (istilah Sri-Edi Swasono, 2005) dimana
materi mampu membentuk sikap mental bermartabat, maju dan positif.
Hal ini diwujudkan dengan mendesain strategi perubahan budaya melalui
enterpreneurial dengan menitikberatkan pada pengembangan budaya
hemat, tidak konsumtif, beretoskerja produktif, berorientasi teknologi,
berorientasi efisiensi, menghargai waktu, melepas dependendi, disiplin
dan mandiri.
cccc. Analisa . Analisa . Analisa . Analisa Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pendampingan Berbasis Pengembangan KeterampilanPengembangan KeterampilanPengembangan KeterampilanPengembangan Keterampilan
Dalam term pemberdayaan, pengembangan keterampilan
equivalen dengan pengembangan aspek psikomotorik. Tujuan
pengasahan dan penumbuhkembangan aspek psikomotorik ini adalah
untuk menanamkan behin-benih entrepreneurship atau kewirausahaan
atau kemampuan bisnis setiap anggota79. Materi-materi berbasis
keterampilan -seperti yang telah dijelaskan di atas- disertai dengan materi
ekstra kurikuler seperti keterampilan membuat payet kerudung, membuat
sabun colek dan jepi pita rambut pada anggota majelis al-Amanah Desa
Margahurip diharapkan membantu merangsang pertumbuhan dan
perkembangan psikomotorik.
Realitas pengembangan aspek psikomotorik yang dilakukan
MiSykat pada gilirannya mengalami banyak hambatan sampai pada tahap
satgnan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena keterampilan yang
diberikan tidak mempertimbangkan kecenderungan minat, bakat, dan
kekuatan internal para anggota. Selain berorientasi produktifis,
keterampilan yang diberikan seharusnya berdasarkan minat dan
pemanfaatan potensi-potensi individu.
Kemampuan mengelola keuangan rumah tangga menjadi contoh
jenis keterampilan yang berhasil menciptakan kesadaran anggota untuk
membuat skala prioritas sendiri yang berdasarkan kepentingan-
kepentingan pribadi dalam memenej rumah tangga secara baik.
Terakhir, keterampilan anggota dalam jangka panjang diarahkan
bukan hanya supaya anggota mampu masuk ke sumber-sumber dimana
mereka mendapatkan penghasilan, melainkan juga bagaimana anggota
mempunyai skill untuk pengembangan wiraswasta.
2. Analisa Peluang dan Hambatan2. Analisa Peluang dan Hambatan2. Analisa Peluang dan Hambatan2. Analisa Peluang dan Hambatan
Pengembangan sumber-sumber yang ada dilingkungan dengan
disertai pembangunan jaringan yang baik, belum dilakukan secara
79 Mahmud Thoha, APU. Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora,
Teraju, Jakarta, 2004. Hal. 111
maksimal oleh MiSykat terhadap sebagian besar wilayah binaan termasuk
Desa Margahurip. Pemanfaatan peluang yang ada untuk mewujudkan
perubahan sosial di masyarakat, adalah hal penting supaya kegiatan
pemberdayaan MiSykat tidak hanya ideal pada tataran konsep, tetapi
disertai dengan kinerja maksimal menuju tercapainya tujuan ideal yaitu
mengantarkan dhu’afa, mustahiq menjadi mapan secara ekonomi dan
tergolong pada kelompok muzakki untuk kemudian mampu memberikan
kontribusi kemajuan ekonomi bagi golongan mustahiq lainnya.
Namun dapat kita sadari, bahwa mewujudkan idealisme tidak
semudah yang dibayangkan, dalam prosesnya selalu terdapat kendala.
Salah satu yang patut mendapat perhatian lebih ialah terjeratnya anggota
pada rentenir yang tergambar pada wawancara dengan salah satu
anggota yang mengatakan bahwa sebelum ikut MiSykat sudah ada
bantuan dari rentenir dengan mengatasnamakan koperasi.
Jika ada pertanyaan, benarkah selama ini sudah berhasil mencapai tujuan
mengantarkan mustahiq menjadi muzakki dan menjauhkan mereka dari jerat
rentenir, maka jawabannya adalah belum pada tahap seperti itu. Banyak dari
anggota yang belum dapat melepaskan diri dari jerat rentenir. Untuk
mengatasinya diperlukan komitmen yang kuat untuk bergerak dan melepaskannya
dari hisapan lintah darat tersebut. Untuk mencapainya membutuhkan sistem,
MiSykat harus memperbaiki diri dengan pengurus dan organisasi yang rapih, yang
punya kemauan untuk mengurus pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat
dhu’afa.
Masyarakat yang bentuk usahanya beragam, perlu dianalisa potensi yang
ada untuk mewujudkan model pemberdayaan yang tepat dengan kondisi internal
dan eksternal anggota. Hal ini tentu tidak gampang, untuk mewujudkannya harus
dilakukan secara periodik sehingga kita akan tahu akan diarahkan ke usaha apa
masyarakat miskin yang ingin diberdayakan ini
Satu hal yang patut disayangkan adalah bahwa tidak terdapat kelanjutan
dari proses pemberdayaan dalam hal yang lebih konkrit. Yang terjadi adalah
pemberian bantuan an sich tanpa memperimbangkan secara matang bagaimana
kemudian anggota mampu meningkatkan taraf hidupnya untuk mencapai level
muzakki. Kelemahan ini bisa jadi diakibatkan dari tidak adanya orang yang ahli
dan professional dalam hal pemberdayaan dan kesejateraan sosial pada umumnya.
Untuk program pemberdayaan ekonomi mikro seperti Misykat
harus ada orang profesional yang khusus dan ahli di bidangnya. Yang
terjadi, SDM atau orang di DT itu sering dipindah-pindah. Jadi, dari nol
lagi. Kalau hanya mengandalkan pendamping, Misykat tidak akan berjalan
dengan baik. Harus ada orang ahli yang memberikan masukan dan
pengembangkan para anggota Misykat. Orang-orang yang
berpengalaman dalam pemberdayaanlah yang mestinya berkiprah dalam
wilayah kerja lembaga bantuan usaha kecil seperti MiSykat.
3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota3. Analisa Relevansi Pemberdayaan Terhadap Kesejahteraan Anggota
Adapun kaitannya dengan kesejahteraan dalam hal pemenuhan
sosial basic need, sebelum masuknya MiSykat pun anggota tidak
mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, artinya
MiSykat belum mampu secara signifikan mengangkat kesejahteraan
anggota pada level yang lebih tinggi.
Kecenderungan tersebut salah satunya dari tidak terdapatnya
pelayanan tindak lanjut yang lebih riil terhadap anggota yang mampu
mengembalikan pinjaman dana tanpa ”cacat”. Apresiasi lembaga
terhadap mereka terbatas pada pemberian bantuan lanjutan dengan
nominal yang lebih besar, itu pun belum mampu mengangkat kegiatan
usaha anggota. Hal ini disebabkan karena MiSykat tidak memonitor untuk
apa bantuan tersebut dijalankan. Proses monitoring mungkin dilakukan
seandainya MiSykat memberikan akses pengembangan jaringan usaha,
sedangkan bentuk pembinaan program seperti ini tidak dilakukan.
Kemajuan dapat diukur, salah satunya, lewat kemajuan secara
material dan spiritual. Ukuran material didasarkan pada ukuran konsumsi
yang semakin tinggi, sedangkan ukuran spiritual mengacu pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan dapat mempermudah kehidupan
bersama. Pembangunan masyarakat merupakan perubahan sosial yang
direncanakan (planned social change) yang terwujud dalam berbagai
program dan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat.80
Indikator keberhasilan yang relevan dengan karakter
kesejahteraan, meliputi aspek perubahan karakter, produktifitas ekonomi
baik secara individual ataupun kelompok seperti yang dikonsepkan
MiSykat belum sepenuhnya teraelisasi. Anggota binaan di majelis al-
Amanah Desa Margahurip masih berkutat dengan usaha-usaha kecil
rumahan yang tidak mengalami perkembangan secara signifikan. Anggota
80 Harry Hikmat, hal. 61
yang mempunyai usaha diluar daerah pun, tetap dengan usahanya yang
lama tanpa peningkatan berarti. Usaha rumahan seperti membuat
kerupuk, berdagang kecil-kecilan, maupun juga usaha luar daerah seperti
berjualan buah mangga di kota Bandung, tetap betahan dengan jenis
usaha tersebut. Adapun tidak terdapatnya masalah pengembalian
pinjaman, hal tersebut lebih bertendensi pada keberhasilan MiSykat
mempertahankan karakter-karakter individu yang sederhana, tidak
konsumtif, dan bertanggung jawab, yang memang dimiliki oleh sebagian
besar anggota
Walapun begitu, keberhasilan program terhadap kesejahteraan
anggota bisa dilihat pada kemampuan anggota mempertahankan
usahanya untuk keberlangsungan hidup rumah tangga mereka. Hal ini
paling tidak menunjukan indikasi bahwa suatu saat nanti, dengan
manajemen pemberdayaan yang lebih baik, kegiatan usaha dan
pemberdayaan ekonomi anggota dapat ditingkatkan dengan didukung
oleh karakter-karakter positif anggota yang sudah terbina dan akses
terhadap sumber-sumber termasuk jaringan usaha yang diciptakan
secara berkala dan serius.
BAB VBAB VBAB VBAB V
KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN
A.KesimpulanA.KesimpulanA.KesimpulanA.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan,
sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya,
maka penulis mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. MiSykat DPU Daarut Tauhid Bandung adalah lembaga yang lahir
atas dasar keprihatinan terhadap masyarakat mustadh’afin melalui
pemberian dana usaha bergulir yang di dapat dari dana zakat, infaq
dan shadaqoh. Kelebihan yang dimiliki MiSykat adalah
diwajibkannya para anggota binaan untuk mengikuti
pemberdayaan dengan kegiatan pendampingan pekanan secara
rutin.
2. Pemberdayaan MiSykat dengan strategi pendampingan melalui
penyampaian materi-materi, telah berperan dalam
mengambangkan pengetahuan, nilai dan keterampilan anggota
binaannya. Pada aspek pengembangan pengetahuan,
pemberdayaan berperan dalam mengubah karakter anggota yang
sebelumnya boros menjadi hemat dan tidak tergantung pada
rentenir. Perubahan karakter, juga mewakili keberhasilan peran
pemberdayaan pada kategori penanaman nilai. Sedangkan peran
pemberdayaan MiSykat pada pengembangan keterampilan
anggota, hanya terbatas pada keterampilan dalam hal mengatur
anggaran keuangan rumah tangga yang selalu jadi acuan bagi
seluruh anggota dalam memenej keuangan mereka.
3. Proses pemberdayaan dengan kegiatan pendampingan di majelis
al-Amanah Margahurip Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung
secara lebih jauh sejalan dengan prioritas pembangunan bangsa
yang meliputi tiga hal yaitu intellectual capital building, social
capital building dan entrepreneurial capital building.
4. Proses pemberdayaan diwujudkan dalam bentuk pendampingan
pekanan yang berisi penyampaian materi-materi yang sudah
terkonsep dalam kurikulum pendidikan program MiSykat. Materi
tersebut berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan
penanaman nilai serta keterampilan anggota, dalam upaya
mendukung kemandirian usaha yang ditunjang dengan pendidikan
yang berkesinambungan.
5. Sebagaimana hal nya sebuah program pemberdayaan,
mekanismenya harus didukung dengan sumber-sumber yang ada
pada internal anggota maupun lingkungannya. Penggalian secara
mendalam terhadap potensi-potensi diri dan lingkungan dengan
analisa kekuatan yang didukung dengan pembangunan jaringan
oleh lembaga, pada gilirannya mampu mempercepat perubahan
struktural dalam pembangunan masyarakat.
6. Hambatan yang dihadapi adalah kurang terciptanya komunikasi
yang baik antar warga terkait dengan program pemberdayaan
MiSykat, sehingga pada satu waktu dapat menciptakan konfrontasi
yang bisa berujung pada tidak berjalannya program.
7. Sejauh ini, pemberdayaan MiSykat di Desa margahurip Kecamatan
Banjaran Kabupaten Bandung telah mampu memfasilitasi anggota
dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pemberian
modal usaha tanpa bunga dan cicilan rendah, anggota tidak
merasa terbebani dan secara sukarela mengikuti kegiatan rutin
pendampingan. Hal ini terwujud juga dengan dukungan materi-
materi pemberdayaan yang disampaikan sehingga mampu
melahirkan kesadaran dan kepedulian yang cukup tinggi dalam diri
anggota.
B. SaranB. SaranB. SaranB. Saran----SaranSaranSaranSaran
Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan
lembaga dan dengan disertai keterbatasan seorang penulis sebagai
manusia awam yang baru belajar tentang pengetahuan pengembangan
masyarakat, dibawah ini akan dicatat beberapa rekomendasi yang
barangkali mampu memberikan masukan bagi lembaga untuk kinerja dan
efektifitas kegiatan pemberdayaan dikemudian hari.
1. Membangun kembali mitra kerja di beberapa wilayah yang belum
tersentuh, sehingga penyebaran dana zakat lebih merata dalam
upaya menanggulangi masalah kesejahteraan sosial serta
menumbuhkembangkan masyarakat dengan berjiwa usaha yang
gigih dan profesional. Tentunya hal ini dengan mempertimbangkan
kondisi finansial lembaga serta pertimbangan mobilisasi efektifitas
program.
2. Melakukan koordinasi yang lebih intens dengan mitra dari sejak
awal pengangkatannya untuk mencegah dana zakat jatuh ke
tangan yang tidak tepat. Keterlibatan mitra sepenuhnya untuk
mencari anggota yang seharusnya dari kalangan mustadh’afin,
terkadang berubah menjadi pragmatisme mitra untuk cuma
memenuhi target yang ditetapkan oleh lembaga.
3. Perlunya staf-staf MiSykat yang paham pengetahuan
pemberdayaan khususnya dan kesejahteraan sosial pada
umumnya, sehingga lembaga mampu dikelola secara lebih
profesional.
4. Building networking (pengembangan jaringan) untuk memberi
fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk pengembangan lingkungan
sekitar tempat diadakannya program. Pengemabangan jaringan
juga mampu melahirkan pendekatan pemberdayaan yang lebih
strategis.
5. Perlunya pengembangan awarness (kepedulian, kesadaran) agar
anggota secara sepenuhnya sadar berperan serta aktif dalam
mendukung program.
6. Perlunya kemampuan berkomunikasi dari lembaga dan anggota
supaya awarness terjalin bukan hanya bersifat top down namun
juga bottom up sebagai salah satu bagian inti dari pemberdayaan,
sehingga masyarakat berperan aktif dalam proses pemberdayaan.
7. Untuk dapat memilih pendekatan pemberdayaan yang lebih tepat,
lembaga harus menganalisa kekuatan yang ada dan berkembang
pada anggota dan masyarakat. Dengan ketajaman analisis dan
kritisisme terhadap jenis-jenis kekuatan yang ada, hal tersebut
akan membantu efektivitas kerja di masyarakat (lihat hal 79).
8. Memobilisasi sumber daya setempat. Supaya kegiatan
pendampingan tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh anggota,
maka perlu melibatkan sumber lain diluar anggota untuk
mendukung kegiatan pemberdayaan. Partisipasi masyarakat
secara umum walaupun dalam skala keterlibatan yang kecil, di lain
pihak mampu menjadi ajang sosialisasi MiSykat.
9. Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan.
10. Melakukan pelatihan lanjutan bagi mitra dan pendamping yang
telah ada. Pelaihan tersebut berisi materi-materi tentang
pemberdayaan masyarakat, sehingga peran dan fungsi
pendamping lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
Abdal Haqq Bewley, Amal Abdalhakim-Douglas. Restorasi Zakat:
Menegakan Kembali Pilar Yang Runtuh (Depok: Pustaka Adina, 2005). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1991).
Dr. Yusuf Al Qardlawi, Ibadah Dalam Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1998).
Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat :
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial
(Bandung: refika ADITAMA, 2005).
Firdaus Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire, Y.B.
Mangunwijaya, Logung Pustaka, Jogjakarta 2005.
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Jakarta
2004.
H. M. Djunaidy Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Prosedur,
Teknik dan Teori Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997).
Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja ROSDA Karya, 2007).
Lihat DR. Suharko, Merajut DEMOKRASI – Hubungan NGO, Pemerintah
dan Pengembangan Tata Pemerintahan Demokratis (Yogya: Tiara Wacana,
2005). Lihat Drs. H. M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk
Memerangi Kemiskinan (Ciputat Jaksel, 2004). Mahmud Thoha, APU. Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan
Humaniora, Teraju, Jakarta, 2004.
Maurice Duverger, Sosiologi Politik. Diterjemahkan dari buku The Study
of Politics oleh Daniel Dhakidae, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985). N. Grass W. S. Masson and A. W. Mc Eachen, Eksploration Role
Analysis, dalam David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995).
Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat (Jakarta: PT. Ade Cahya, 1994/1995).
Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat.
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Tentang islam (Jakarta: Pustaka
Amani, 1995).
Tim Peneliti PSIK, Negara Kesejahteraan dan Globalisasi :
Pengembangan Kebijakan dan Perbandingan Pengalaman,Universitas
Paramadina, Jakarta 2008. Tim Penulis Center for the Study of Religian and Culture. Wakaf,
Tuhan dan Agenda Kemanusiaan : Studi tentang Wakaf dalam Persfektif
keadilan Sosial di Indonesia (CSRC UIN Jakarta, 2006).
Waryono Abdul Ghafur, M.Ag. Tafsir Sosial : Mendialogkan Teks dengan
Konteks (Yogya: eLSAQ Press, 2005).
Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan : Pengenalan Teori dan
Penerapannya. Rajawali Pers, Edisi Revisi, Jakarta 2002.
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGURUS MISYKAT DPU DARUT
TAUHID BANDUNGTAUHID BANDUNGTAUHID BANDUNGTAUHID BANDUNG
Nama : Oha Hoer, S.Pd
Jabatan : Kasubag MiSykat
Hari/Tanggal : Rabu/06 Agustus 2008
Tempat : Kantor MiSykat DPU DT Bandung
1) Apa yang di maksud dengan MiSykat?
MiSykat itu akronim dari Microfinance Syari'ah Berbasis Masyarakat
yang bisa di definisikan secara sederhana dengan institusi
pemberdayaan mustadh'afin melalui pendampingan yang intensif dan
integral dengan entry point simpan pinjam.
2) Apa latar belakang berdirinya MiSykat?
Berdirinya MiSykat dilatar belakangi oleh keprihatinan terhadap
masyarakat mustadh'afin atau yang dilemahkan oleh struktural
maupun faktor eksternal dan internal.
3) Bagaimana visi, misi dan tujuan MiSykat?
Visinya adalah untuk menghantarkan mustahiq menjadi muzakki.
Misinya meliputi peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga;
mengoptimalkan potensi anggota menuju kemandirian; meningkatkan
produktifitas, perubahan pola pikir dan kinerja anggota;
membudayakan pola hidup hemat dan menabung; serta meningkatkan
akses jaringan, keterampilan dan usaha nggota.
Tujuannya terwujudnya peningkatan produktifitas dan penghasilan
ekonomi rumah tangga anggota; lahirnya majelis-majelis di
masyarakat; adanya peningkatan tabungan berencana anggota:
adanya kesinambungan asset program berupa distribusi dana bergulir
untuk anggota; adanya peningkatan akumulasi asset majelis; adanya
perubahan karakter dan paradigma berfikir anggota; menjadi muzakki.
4) Program apa saja yang dilaksanakan dan dari mana dana
didapatkan untuk proses berjalannya program tersebut?
Program yang dijalankan yaitu pemberian modal usaha dalam bentuk
dana bergulir kepada mustahiq di beberapa daerah. Adapun dananya
berasal dari dana zakat DPU Darut Tauhid yang diberikan kepada
MiSykat untuk disalurkan kepada mustadh'afin dengan akad Qurdhul
Hasan. Artinya akad yang dilakukan untuk meringankan para
mustadh'afin dalam memulai usahanya karena para mustadh'afin
hanya mengembalikan dana pokoknya saja.
5) Siapa saja yang dapat menjadi anggota binaan MiSykat?
Para mustahiq/mustadh'afin dibeberapa daerah yang terpilih, dalam
arti memnuhi kriteria atau persyaratan yang telah ditentukan.
6) Bagaimana proses sosialisasi program MiSykat?
Proses sosialisasi dimulai dengan menginventarisir data mustadh'afin
di suatu wilayah untuk kemudian menguji validitas data tersebut
berdasar informasi dari kelurahan serta RT/RW setempat. Kemudian
dilanjutkan dengan sosialisasi secara langsung tentang MiSykat
kepada masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya distorsi informasi.
7) Bagaimana proses rekrutmen anggota MiSykat?
Proses rekrutmen sendiri dibagi dalam tiga tahap. Pertama,
mengutarakan maksud dari program MiSykat melalui kegiatan
sosialisasi program. Kedua, menyebarkan formulir pendaftaran
kepada calon anggota atau masyarakat yang hadir pada kegiatan
sosialisasi. Setelah pengambilan formulir, data diolah dan
mengklasifikasikan keluarga sejahtera dan pra sejahtera. Ketiga,
menindaklanjuti data yang telah terkumpul dengan survey dan
wawancara langsung ke rumah/tempat tinggalnya masing-masing oleh
petugas atau pengurus MiSykat. Setelah itu selesai, maka dilakukan
rapat komite penentuan calon anggota yang dihadiri oleh surveyor,
koordinator pendamping dan kasubag MiSykat.
8) Bagaimana prosedur yang harus ditempuh oleh calon anggota agar
mendapat bantuan dari MiSykat?
Prosedur yang harus ditempuh adalah dengan mengisi formulir
proposal pengajuan dana bergulir MiSykat, selanjutnya dilakukan
wawancara atas proposal ajuan dananya (analisis usaha). Setelah
ditentukan, kemudian bagi mereka yang diterima sebagai anggota
MiSykat, diundang untuk hadir ditampat yang telah ditentukan
(mesjid), untuk pengesahan menjadi anggota MiSykat, pembentukan
majelis dan peresmian majelis. Adapun bagi mereka yang ditolak maka
diberikan surat pemberitahuan bahwa mereka tidak diterima menjadi
anggota MiSykat. Bagi anggota yang baru, dana bergulir dapat
diajukan ke MiSykat setelah mengikuti pendampingan 8 kali pertemuan
dengan pola 2-2-1.
9) Bagaimana pola pendampingan MiSykat?
Pola pendampingan yang dilakukan adalah pembinaan secara rutin
kepada kelompok sepekan sekali. Pembinaan berdurasi selama 1jam
dan bertempat di rumah anggota berdasar musyawarah anggota, bisa
tetap bisa bergiliran. Adapun aspek pembinaan mencakup perubahan
karakter dalam satu kelompok dengan entry point simpan pinjam.
10) Apa saja indikator keberhasilan program MiSykat?
Indikator keberhasilan program meliputi : adanya peningkatan
penghasilan ekonomi rumah tangga; adanya peningkatan asset
majelis; adanya kesinambungan asset program; adanya produktifitas
ekonomi anggota; adanya peningkatan akumulasi tabungan anggota;
perubahan karakter dan paradigma berfikir anggota; terbentuknya
kelompok usaha mikro di majelisnya dan lahirnya muzakki.
11) Apa ekspektasi dari program pendampingan terkait dengan
kurikulum pendidikan yang sepertinya mempertimbangkan tiga
aspek pengembangan pengetahuan, keterampilan dan penanaman
nilai?
Benar sekali, ada tiga aspek yang kita sentuh dalam kurikulum seperti
yang anda katakan tadi. Dari aspek pengetahuan, paling tidak anggota
tahu tentang definisi, tata cara, dan keuntungan menabung. Dari
materi pengembangan keterampilan diharapkan anggota mampu
mempunyai keterampilan mengatur dan memenej anggaran keuangan
rumah tangga. Seorang kepala keluarga harus dapat membuat jadwal
prioritas pembelanjaan kebutuhan pokok secara tertib sesuai dengan
kemampuan usahanya. Kalua aspek nilai, mungkin lebih kepada
penanaman pengetahuan keislaman yang semoga berimbas dengan
karakter pribadi anggota.
12) Bagaimana pengelolaan majelis binaan yang lokasinya jauh?
Yang akan anda teliti misalnya, yaitu majelis al-Amanah di daerah
Kabupaten Bandung. Sistem pengelolaan di sana diawasi oleh mitra,
berada di bawah tanggung jawab seorang pengurus MiSykat sebagai
koordinator program di wilayah IV Kabupaten Bandung. Dalam
pelaksanaan kegiatan, koordinator bekerjasama dengan mitra dengan
diawali pemberitahuan kepada pihak berwenang di kelurahan
setempat. Bentuk kerjasama antara koordinator dengan mitra adalah
kegiatan koordinasi dalam perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan
pelaporan.
13) Kendala apa yang menghambat pelaksanaan program MiSykat.
Jika ada, upaya apa yang dilakukan?
Kendala yang lahir biasanya adalah kredit macet dana bergulir.
Seandainya hal ini terjadi maka MiSykat melakukan langkah-langkah
secara bertahap meliputi home visit dan musyawarah anggota;
menggunakan akumulasi iuran anggota seluruhnya; menggunakan
tabungan cadangan; membuat MoU baru ataupun menggunakan
tabungan berencana milik anggota masing-masing.
14) Kalau peluangnya seperti apa?
Mungkin banyak potensi lain yang bisa dikembangkan baik dari
individu anggota ataupun potensi di lingkungannya. Karena secara
akademis belum ada yang meneliti majelis al-Amanah, maka saya
harap anda mampu menganalisa potensi-potensi yang bisa jadi
peluang untuk pelaksanaan program yang lebih baik di masa yang
akan datang.
15) Bagaimana administrasi keuangan dan pola pemberian dana
bantuan?
Sistem administrasi keuangan program dikelola terpusat di DPU
Daarut Tauhid Bandung sebagai lembaga pusat penerima dana-dana
zakat, infaq dan shadaqoh dari para donor dan muzakki khususnya dan
kaum muslimin pada umumnya. Bantuan dana awal dianggarkan
secara langsung oleh MiSykat, bantuan selanjutnya berdasakan
permintaan anggota sesuai dengan plafon anggaran lembaga dengan
pertimbangan evaluasi pendampingan pada pemberian dana awal.
16) Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program?
Yang terlibat dalam pelaksanaan program adalah para pengurus
MiSykat, mitra, pendamping serta anggota binaan di beberapa majelis.
17) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan program?
Program ini idealnya 3 tahun, dalam artian anggota majelisnya mandiri.
Tahun pertama level pemula, tahun kedua level mandiri dan tahun
ketiga level kader.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK MITRA PENDAMPING MISYKAT
Nama : Ahmad Juhri
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat Rumah : Desa Margahurip Rt/Rw 05/09 Banjaran
Hari/Tanggal : Sabtu/16 Agustus 2008
1. Bagaimana gambaran hubungan antara MiSykat dengan mitra?
Mitra itu adalah orang yang dipilih oleh MiSykat untuk mengelola
anggota di salah satu majelis binaan.
2. Bagaimana pola rekrutmen mitra dan apa syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi mitra?
Maksudnya kenapa saya terpilih gitu? Jadi dulu saya adalah orang
yang mengkoordinir dana zakat dari tempat saya bekerja yaitu PT.
Panasia. Mungkin karena seringnya saya bulak-balik DPU,
kemudian mereka berinisiatif untuk mengangkat saya menjadi
mitra kerja.
Adapun syaratnya....Mungkin kita diberi pelatihan dulu dari DPU.
3. Jenis pelatihan seperti apa yang anda dapatkan?
Waktu itu saya di beri training selama 1 minggu di DPU. Materi
training meliputi pengenalan tentang program-program DPU serta
cara pengumpulan dana dari muzakki.
4. Apa tugas pertama Bapak setelah terpilih menjadi mitra?
Ya mencari anggota untuk mendapatkan dana zakat. Saya lihat
banyak anggota masyarakat yang layak mendapatkan bantuan, tapi
berhubung DPU membutuhkan 20 orang anggota, maka saya pilih
anggota yang terdaftar sekarang ini yang mendapatkan bantuan.
5. Sejak kapan program bantuan dana MiSykat dilaksanakan di
daerah ini?
Pelaksanaan program pemberdayaan melalui kegiatan
pendampingan di majelis al-Amanah secara efektif dimulai sejak
Agustus 2006
6. Bagaimana persepsi Bapak dan masyarakat tentang MiSykat?
Kami memandang bahwa program pemberdayaan berbasis
syari’ah adalah program yang merupakan kegiatan bantuan sosial
kemanusiaan dari DPU Daarut Tauhid dalam bentuk bantuan dana
usaha bergulir disertai pendampingan pekanan yang berguna
untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
7. Berapa banyak jumlah penyandang masalah kesejahteraan yang
Bapak ketahui di Desa margahurip khususnya wilayah Rt 05?
Tepatnya mungkin saya tidak tahu, tapi sebagian besar warga Rt 05
di sini bisa dikategorikan sebagai mustahiq. Anda bisa lihat dari
kondisi rumah dan lingkungan di sini, sebagaian besar para bapak
bekerja berdagang di kota dan ibunya bekerja rumahan. Ada yang
usaha berdagang ataupun usaha rumahan lainnya seperti membuat
kerupuk.
Saya disuruh untuk mengkoordinir warga sebanyak 20 orang untuk
membuat majelis binaan untuk kemudian mendapatkan bantuan
dana usaha dari DPU.
8. Apakah mayoritas mustahiq di wilayah binaan saudara, telah
mendapatkan bantuan dari MiSykat?
Yang termasuk anggota sejauh ini cuma 20 orang saja.
9. Apakah sudah ada program yang dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan mustahiq di wilayah binaan saudara dari lembaga
swasta?
Sebatas yang saya ketahui tidak ada.
10. Apakah sudah ada program yang dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan mustahiq di wilayah binaan saudara dari lembaga
pemerintah?
Belum ada juga tuh (sambil melirik ke arah istrinya yang mungkin
mengetahui informasi terkait dengan pertanyaan saya).
11. Terkait dengan pola pendampingan, kan ada tiga hal yang menjadi
objek studi pendampingan yaitu pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan nilai. Menurut Bapak bagaimana?
Betul. Hal itu tergambar dari materi-materi yang disampaikan.
Pengetahuan tentang tabungan misalnya, semenjak mereka
mengetahui itu, mereka lebih peka terhadap manfaat menabung.
Selain itu, pengetahuan-pengetahuan keagamaan telah mampu
memberikan dampak positif bagi anggota dalam menjalani kegiatan
sehari-hari. Yang menarik mungkin pada pengembangan
keterampilan anggota yang lebih menekankan pada keterampilan
pengorganisasian rumah tangga. Mungkin dari beberapa materi
yang disampaikan, materi pengorganisasian rumah tangga telah
mampu memfasilitasi anggota dalam upaya menambah
keterampilan dalam mengatur keuangan rumah tangga.
12. Keterampilan lain yang pernah diberikan misalnya?
-dengan dibantu oleh istrinya-, beliau mengatakan bahwa dulu
pernah diberikan pelatihan membuat sabun colek, jepit pita rambut
dan membuat payet kerudung. Walaupun pada perkembangannya,
ketiga jenis keterampilan yang diberikan juga tidak bertahan lama.
Hal ini dikarenakan banyak dari anggota yang bedagang diluar
daerah, sehingga tidak mampu melanjutkan kegiatan tersebut.
Sampai saat ini, hanya keterampilan membuat payet kerudung
yang tetap bertahan, itupun anggota yang terlibat yang rumahnya
dekat-dekat rumah saya.
13. Adakah pengalaman menarik dari anggota yang pernah Bapak
alami?
Emmmmm….mungkin dulu pada awal-awal pendampingan pernah
ada seorang Ibu yang datang ke rumah untuk ngadu tentang
masalah pribadinya. Dia berniat untuk keluar dari keanggotaan,
karena kehidupan ekonominya agak bermasalah beberapa bulan
terakhir katanya. Ibu itu bilang untuk ongkos anak-anaknya yang
SMP saja harus pinjam sana-sini, padahal biasanya untuk pergi
sekolah anaknya tinggal pergi, tapi kali ini mesti nunggu dulu
pinjem pada tetangga. Kemudian ibu itu bilang –sambil
membayangkan keadaan pada waktu itu- lebih baik saya keluar
saja dari anggota MiSykat soalnya kehidupan sehari-hari saya tidak
seperti dulu lagi. Saya sudah cape menjalaninya dan malas untuk
ikut-ikutan kegiatan apapun.......". tapi dengan pendekatan oleh
Pak Iwan dari MiSykat, ibu tersebut akhirnya mengurungkan
niatnya itu.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKATPEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA BINAAN MISYKAT
Nama : Tini
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMP
Jumlah Tanggungan Keluarga : 3 Orang
Pekerjaan :
Pendapatan Perbulan :
Alamat Rumah : Ds. Margahurip RT 01/05
Nama Majelis : al-Amanah
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008
1. Darimana saudara/I mengetahui keberadaan program MiSykat?
Dari Pak Ahmad Juhri
2. Persyaratan apa saja yang saudara/I berikan untuk mengikuti program
MiSykat?
Maksudnya…..?Oh, paling ngisi formulir aja.
3. Kegiatan apa saja yang saudara/I ketahui dari MiSykat?
Yaa…ada pengajian. Ya pendampingan aja lah…
4. Apa saja yang saudara/I pelajari dan dapatkan dari program
pendampingan?Jelaskan!
Ya banyak….ada tentang menabung (sambil termenung sebentar),
kemudian juga tentang pengetahuan agama, banyak lah
pokoknya.hehe…..
5. Bagaimana pengaruh pendampingan MiSykat terhadap pengetahuan
saudara/I?Jelaskan!
Pengaruhnya….misalkan dulu gimana ya, saya sulit pisan menabung,
maklum pendapatan juga pas-pasan. Tetapi setelah ikut MiSykat, saya
mengerti tentang menabung, mengerti tentang tabungan berencana dan
saya pun merasakan manfaat setelah mempraktekannya.
6. Jenis pelatihan keterampilan seperti apa yang saudara/I dapatkan dari
pendampingan?Jelaskan!
Yang terakhir membuat payet kerudung. Dulu kan sempat ada
keterampilan membuat sabun colek, tapi tidak berjalan lama ya Pak
(sambil menoleh ke arah Pak Juhri)
7. Apakah pola pembiayaan efektif dan mampu diterima oleh
saudara/I?Apa alasannya? –dilihat dari pola pembiayaan yang harus
melewati beberapa pertemuan dan pola 2-2-1-
Ya nggak apa-apa sih saya mah, kan sudah peraturannya seperti itu.
8. Bagaimana pengaruh besarnya bantuan terhadap penghasilan ekonomi
rumah tangga saudara/I?
Lumayan lah untuk menambah modal.
9. Bagaimana proses pengembalian dana usaha apakah mengalami
hambatan atau tidak?Jelaskan!
Tidak ada. (argumennya kemudian diperkuat oleh keterangan Pak Ahmad
Juhri bahwa majelis al-Amanah adalah majelis yang paling tidak
bermasalah dalam hal pengembalian dana usaha.
10. Adakah saran atau masukan dari saudara/I untuk kelanjutan program?
Yaa….udah cukup lah.
Nama : Entin
Umur :
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SD
Jumlah Tanggungan Keluarga : 2
Pekerjaan : Dagang
Pendapatan Perbulan : -
Alamat Rumah : Ds. Margahurip RT 01/05
Nama Majelis : al-Amanah
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008
1. Darimana saudara/I mengetahui keberadaan program MiSykat?
Dari Pak Ahmad Juhri
2. Persyaratan apa saja yang saudara/I berikan untuk mengikuti program
MiSykat?
Persyaratannya, dulu itu paling mengisi formulir. Lalu ada dari DPU
datang (Survey, pen.), terus langsung ikut pendampingan.
3. Kegiatan apa saja yang saudara/I ketahui dari MiSykat?
Kegiatannya pendampingan aja.
4. Apa saja yang saudara/I pelajari dan dapatkan dari program
pendampingan?Jelaskan!
Banyak Pak ya (sambil meminta konfirmasi dari Pak Ahmad Juhri), belajar-
belajar tentang agama, belajar menabung ke Bank, banyak lah.
5. Bagaimana pengaruh pendampingan MiSykat terhadap pengetahuan
saudara/I?Jelaskan!
Pengaruhnya, setelah ikut MiSykat, saya mengerti tentang tabungan
berencana dan bagaimana menabung di Bank. Dan mungkin saya akan
terus membiasakan menabung.
6. Bagaimana pengaruh kurikulum MiSykat terhadap pengetahuan
keagamaan saudara/I?Jelaskan!
Apa ya...(sambil tersenyum dia mengatakan) dulu saya hanya
mengucapkan kalimat bismillahirrahmanirrahim tanpa tahu bagaimana
menuliskannya. Tapi setelah mengikuti materi pendampingan, saya diajari
bagaimana cara menuliskan kalimat bismillahirrahmanirrahim dengan
menggunakan hurup arab.
7. Jenis pelatihan keterampilan seperti apa yang saudara/I dapatkan dari
pendampingan?Jelaskan!
Dulu sempat ada membuat sabun colek, tapi tidak lama. Saya nya pun
malas, karena warung sering di tinggal-tinggal.
8. Apakah pola pembiayaan efektif dan mampu diterima oleh
saudara/I?Apa alasannya? –dilihat dari pola pembiayaan yang harus
melewati beberapa pertemuan dan pola 2-2-1-
Ya nggak apa-apa, itu kan aturan dari sana nya.
9. Bagaimana pengaruh besarnya bantuan terhadap penghasilan ekonomi
rumah tangga saudara/I?
Untuk nambah-nambah modal Pak (dalam perbincangan itu, suami Ibu
Entin mengomentari tentang dulu yang pernah pinjam modal ke rentenir,
Ibu Entin pun menjelaskan), iya, karena dulu sebelum ada MiSykat, sudah
pinjam modal ke rentenir, bunganya 20% satu bulan, waktu itu saya pinjam
100.000, sebulan kemudian di bayar 120.000.
10. Bagaimana proses pengembalian dana usaha apakah mengalami
hambatan atau tidak?Jelaskan!
Nggak ada lah ya, lancar-lancar aja.
11. Adakah saran atau masukan dari saudara/I untuk kelanjutan program?
Nggak ada lah, udah cukup.
Nama : Engkom
Umur :
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Jumlah Tanggungan Keluarga : 2
Pekerjaan : Dagang/Usaha rumahan
Pendapatan Perbulan : -
Alamat Rumah : Ds. Margahurip RT 03/05
Nama Majelis : al-Amanah
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Agustus 2008
1. Darimana saudara/I mengetahui keberadaan program MiSykat?
Dari Pak Ahmad Juhri
2. Persyaratan apa saja yang saudara/I berikan untuk mengikuti program
MiSykat?
Persyaratannya apa ya…lupa lagi.hehe…(saya perjelas dengan mengisi
formulir mungkin), ya itu lah.
3. Kegiatan apa saja yang saudara/I ketahui dari MiSykat?
Sekitar pendampingan aja paling juga.
4. Apa saja yang saudara/I pelajari dan dapatkan dari program
pendampingan?Jelaskan!
Ada belajar agama, menabung, ngatur uang rumah tangga, banyak.
5. Bagaimana pengaruh pendampingan MiSykat terhadap pengetahuan
saudara/I?Jelaskan!
Bagaimana ya...mungkin duli itu saya sebelumnya boro-boro mengerti
tentang Islam, membaca al-Quran saja saya tidak bisa. Tapi setelah ikut
MiSykat, jadi tahu apa itu tawakkal, sabar terus bagaimana ekonomi
rumah tangga bisa secara islami gitu. Pengetahuan saya bertambah Pak.
6. Jenis pelatihan keterampilan seperti apa yang saudara/I dapatkan dari
pendampingan?Jelaskan!
Dulu ada keterampilan membuat sabun colek, tapi saya tidak ikut, maklum
rumah saya agak jauh dari Pak Ahmad (Ahmad Juhri, pen.).
7. Apakah pola pembiayaan efektif dan mampu diterima oleh
saudara/I?Apa alasannya? –dilihat dari pola pembiayaan yang harus
melewati beberapa pertemuan dan pola 2-2-1-
Efektif-efektif saja lah..nggak apa-apa, kan supaya sesama anggota lebih
akrab, saling bertanggung jawab.
8. Bagaimana pengaruh besarnya bantuan terhadap penghasilan ekonomi
rumah tangga saudara/I?
Lumayan untuk nambah modal usaha.
9. Bagaimana proses pengembalian dana usaha apakah mengalami
hambatan atau tidak?Jelaskan!
Nggak ada, lancar aja.
10. Adakah saran atau masukan dari saudara/I untuk kelanjutan program?
Sarannya, ditambah lagi dana bantuannya.hehe…..
SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN SURAT PERJANJIAN QORDHUL HASAN
Dengan senantiasa mengharap Ridho Allah SWT, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : M.Oha Khoer M.Pd
Jabatan : Koordinator Program Ekonomi
Bertindak untuk dan atas nama Misykat Dompet Peduli Ummat Daarut Tahuiid
Bandung selanjutnya disebut sebagai pihak kesatu.
Nama :
Alamat :
Bertindak untuk dan atas nama diri sendiri selanjutnya disebut sebagai pihak
kedua
Pihak kesatu dan pihak kedua bersepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian Qordhul Hasan sebagai berikut :
1. Pihak kesatu meminjamkan uang sebesar Rp. ………………..... (………………..
…………………)
2. Pihak kedua dengan ini menyatakan mengaku berhutang kepada pihak
kesatu senilai sebagaimana tercantum pada butir satu perjanjian ini.
3. Jangka waktu pembayaran ialah ….. Pekan yakni mulai tanggal
…...................……..200... sampai dengan tanggal …...................……..200..
4. Cicilan dilakukan setiap pekan pada pertemuan kelompok atau majelis.
5. Besarnya pembayaran cicilan adalah sebesar Rp. ……….....
(……………………. ………........................…)
6. Sesuai dengan ketentuan Misykat maka pihak kedua selain membayar cicilan
pinjaman, wajib membayar tabungan cadangan yang untuk akad ini adalah
sebesar Rp. ………… (…………………………………..) .
7. Pihak kedua menyatakan bahwa pinjaman tersebut hanya akan digunakan
untuk kepentingan pengembangan usaha yang halal dan tidak bertentangan
dengan ketentuan undang-undang di Indonesia.
8. Bila ternyata pada butir 7 (tujuh) perjanjian ini terbukti tidak dilakukan, maka
perjanjian dinyatakan batal dan pihak kedua diwajibkan membayar lunas
sebesar nilai yang tercantum pada butir perjanjian ini.
9. Segala perselisihan berkenaan dengan perjanjian ini akan diselesaikan
dengan cara musyawarah .
10. Bila cara butir 9 (sembilan) perjanjian ini tidak menyelesaikan masalah, maka
akan diselesaikan di Badan Arbitrase Muamalah Indonesia.
Perjanjian ini dibuat pada Bandung,…………………. 200....
Pihak Kesatu Pihak Kedua
M.Oha KhoerM.Oha KhoerM.Oha KhoerM.Oha Khoer ……………….……………….……………….……………….
Saksi I Saksi II
……………….……………….……………….………………. ……………….……………….……………….……………….
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA ANGGOTA
MISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNGMISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNGMISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNGMISYKAT DPU DAARUT TAHUIID BANDUNG
top related