penggunaan bahasa di ruang publik
Post on 16-Mar-2022
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KESALAHAN BERBAHASA DALAM BIDANG PARIWISATA
DI RUANG PUBLIK KABUPATEN REMBANG
The Misspelling of Indonesian Language
in Rembang Regency Public Space on Tourism Area
Oleh/by
Sri Wahyuni
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Jalan Elang Raya Nomor 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang,
Telepon (024) 70769945, Faksimile (024) 70799945
Posel: yuni.bbjateng@gmail.com
Abstrak
Bahasa yang digunakan di ruang publik dapat menjadi indikator kepedulian masyarakat
terhadap bahasa. Semakin baik bahasanya, semakin peduli masyarakat itu terhadap
bahasa tersebut. Oleh karena itu, bahasa di ruang publik menjadi hal penting yang harus
dicermati oleh masyarakat. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Rembang dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Adapun analisisnya
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan masih
banyak kesalahan berbahasa terutama ejaan karena pengaruh bahasa Inggris, bahasa
Jawa, dan kurangnya kesadaran berbahasa yang baik dan benar di ruang publik
Kabupaten Rembang.
Kata kunci: bahasa, pariwisata, dan ejaan
Abstract
The language use in the public space could indicate the people’s awareness of the
language. The better the language shows the more concerned the community is about the
language. Therefore, the language in the public space should become an important issue
that has to be took into account by the society. The data of this study was collected in
Kabupaten Rembang through observation and documentation method. As for analysis,
qualitative and descriptive method were used. The results of this study showed that there
were many errors found in the language use, particularly in misspelling. The misspelling
was influenced by English, Javanese, and lack awareness on using good and correct
Indonesian language in the public space in Rembang Regency.
Keywords: language, tourism, and spelling
PENDAHULUAN
Rembang adalah salah satu kabupaten
yang terletak di jalur pantai utara
Jawa Tengah. Wilayahnya dilintasi
jalur transportasi Semarang—
Surabaya yang dulu dikenal sebagai
Jalan Daendels. Hal itu menyebabkan
Rembang menjadi daerah yang
mudah ditempuh. Kabupaten
Rembang juga memiliki potensi besar
berupa letak wilayah yang strategis
Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170
160
dan kekayaan laut yang berlimpah.
Beberapa tempat pelelangan ikan
(TPI) dibangun untuk menampung
hasil tangkapan nelayan. Di
Kabupaten Rembang pula, R.A.
Kartini, pahlawan nasional wanita,
dikebumikan. Makam dan
pemandangan di dekatnya merupakan
objek wisata yang banyak dikunjungi
wisatawan. Dengan segala potensi
tersebut, Rembang telah berkembang
menjadi daerah yang lebih maju dan
makmur. Namun, kemajuan suatu
daerah tidak hanya dilihat dari
kehidupan ekonomi masyarakatnya.
Hal lain yang dapat dijadikan
indikasi kemajuan suatu daerah, salah
satunya melalui bahasa yang
digunakan di ruang publik daerah
tersebut. Hal itu sesuai dengan
peribahasa bahasa merupakan citra
bangsa atau bahasa menunjukkan
bangsa. Peribahasa tersebut memiliki
makna kesantunan bahasa yang
digunakan di ruang publik dan
menunjukkan citra masyarakat di
daerah tersebut. Ketika kita
membicarakan bahasa, tidak hanya
menyangkut kesantunan, tetapi juga
ejaan, interferensi, dan struktur kata
maupun kalimat. Apakah bahasa yang
digunakan di ruang publik telah
memenuhi syarat-syarat tersebut?
Terlebih lagi tulisan di ruang publik
yang berkaitan dengan pariwisata
sangat dibutuhkan setiap pengunjung
di daerah tersebut.
Bidang pariwisata yang
dimaksud dalam penelitian ini
merupakan sektor-sektor yang
berkaitan dengan pariwisata, misalnya
transportasi, restoran, taman rekreasi,
dan hotel. Sektor-sektor tersebut
menjadi perhatian utama bagi orang
yang sedang berkunjung di suatu
daerah. Tidak dapat dimungkiri lagi,
sektor itu merupakan kebutuhan
penting bagi pengunjung. Oleh karena
itu, bahasa sebagai alat komunikasi
juga ikut andil dalam memenuhi
kebutuhan tersebut. Apakah bahasa
yang digunakan telah cukup baik dan
bijak untuk merepresentasikan
barang, tempat, dan jasa yang
ditawarkan pada calon pengunjung?
Apakah bahasa yang digunakan telah
mencerminkan keluhuran dan
kesantunan penduduknya? Semua itu
dapat terungkap melalui bahasa yang
digunakan di ruang publik.
Pada umumnya bahasa yang
digunakan di ruang publik Kabupaten
Rembang, yaitu bahasa Indonesia,
bahasa Jawa, dan bahasa Inggris.
Bahasa Indonesia digunakan pada
papan instansi pemerintah, papan
iklan, baliho, kain rentang, papan
nama usaha, dan papan pengumuman.
Bahasa Indonesia pada papan instansi
pemerintah dan sekolah digunakan
dengan formal, sedangkan pada iklan
tidak. Selain instansi pemerintah dan
sekolah, bahasa Indonesia di ruang
publik Kabupaten Rembang
digunakan bervariasi dengan bahasa
Jawa dan bahasa Inggris. Adapun
bahasa Jawa ada juga yang digunakan
pada papan imbauan dan iklan.
Meskipun penelitian bahasa di
ruang publik dapat mengungkap
banyak hal, penelitian ini hanya
membahas kesalahan ejaan, pilihan
kata, dan struktur. Masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut; (1) Apa saja kesalahan ejaan,
pilihan kata, dan struktur pada bidang
pariwisata di ruang publik Kabupaten
Rembang?; (2) Apa faktor-faktor
yang memengaruhi kesalahan ejaan,
pilihan kata, dan struktur pada bidang
pariwisata di ruang publik Kabupaten
Rembang? Berdasarkan rumusan
Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)
161
masalah tersebut maka tujuan
penelitian ini: (1) mendeskripsikan
kesalahan berbahasa terutama ejaan,
pilihan kata, dan struktur pada bidang
pariwisata di ruang publik Kabupaten
Rembang dan (2) mengetahui faktor-
faktor yang memengaruhi kesalahan
berbahasa, terutama ejaan, pilihan
kata, dan struktur pada bidang
pariwisata di ruang publik Kabupaten
Rembang
Penelitian mengenai kesalahan
berbahasa telah banyak dilakukan
oleh para ahli bahasa. Damayanti
(2006) meneliti pemakaian bahasa
Indonesia dalam iklan surat kabar
Kalimantan Barat. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan bahwa terdapat
kesalahan penulisan kata asing, kata
depan, awalan, gabungan kata, kata
yang tidak baku, dan tidak hemat.
Terkait dengan bahasa iklan, dalam
penelitian Bahasa Iklan pada Radio
Sonora di Kabupaten Pontianak,
Herawati (2009) juga menjelaskan
adanya penyimpangan penggunaan
diksi. Penyimpangan tersebut
disebabkan oleh pengaruh bahasa
daerah dan bahasa asing serta
ketidaktahuan si pembuat iklan
tentang bentuk bakunya. Inayati
(2014) juga meneliti pemakaian
bahasa di ruang publik Kabupaten
Kendal. Penelitian tersebut membahas
kesalahan penerjemahan unsur bahasa
asing di ruang publik Kabupaten
Kendal. Namun, faktor-faktor yang
menyebabkan kesalahan penerjemahan
tidak dibahas dalam penelitian
tersebut. Selain itu, data yang
digunakan bersifat umum, tidak
dikhususkan pada bidang tertentu
sehingga pembahasan tidak detail.
Selanjutnya, Sukesti (2007) juga
menjelaskan kesalahan-kesalahan
pada pemakaian bahasa Indonesia
dalam ranah pemerintahan di
Yogyakarta. Dalam penelitian
tersebut, dijelaskan bahwa wacana
laporan teknis memiliki kekhasan
struktur dan ungkapan. Selain itu,
wacana laporan teknis berkaitan
dengan pemanfaatan kaidah tata
bahasa, terutama kebenaran kesalahan
struktur sintaksis dan morfologis.
Berdasarkan keempat penelitian
tersebut, ada keragaman aspek, data,
dan tempat dalam penelitian
pemakaian bahasa. Secara umum,
penelitian-penelitian tersebut membahas
kesalahan berbahasa pada berbagai
objek. Hal itu dapat dijadikan dasar
pijakan dalam penelitian ini.
Penelitian bahasa, khususnya di
bidang pariwisata di ruang publik
Kabupaten Rembang, sepanjang
pengetahuan penulis belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu, penelitian
ini diharapkan dapat melengkapi
penelitian-penelitian sebelumnya.
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
Tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan Pasal 37 dan 38
mengatur penggunaan bahasa pada
produk barang atau jasa dan ruang
publik. Pasal 37 ayat (1)
menyebutkan Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam informasi tentang
produk barang atau jasa produksi
dalam negeri atau luar negeri yang
beredar di Indonesia. Pasal 38 ayat
(1) menyebutkan Bahasa Indonesia
wajib digunakan dalam rambu umum
penunjuk jalan, fasilitas umum,
spanduk, dan alat informasi lain yang
merupakan pelayanan umum dan ayat
(2) Penggunaan bahasa Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat disertai bahasa daerah dan/atau
bahasa asing. Selain Semua aturan
Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170
162
tersebut diterapkan pada penggunaan
bahasa di ruang publik.
Menurut Undang Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, ruang publik dapat berupa
ruang terbuka hijau publik atau ruang
terbuka non hijau publik yang secara
institusional harus disediakan oleh
pemerintah di dalam peruntukan
lahan di kota-kota di Indonesia.
Istilah ruang publik (public
space) pernah dilontarkan Lynch
dengan menyebutkan bahwa ruang
publik adalah nodes dan landmark
yang menjadi alat navigasi di dalam
kota (Lynch dalam Tamami: 2012).
Gagasan tentang ruang publik
kemudian berkembang secara khusus
seiring dengan munculnya
kekuatan masyarakat. Ruang publik
juga dianggap sebagai ruang diskusi
kritis, tempat berkumpul untuk
mengawasi kekuasaan pemerintah.
Ruang publik dalam hal ini termasuk
media informasi seperti surat kabar
dan jurnal. Di samping itu, tempat
minum dan warung kopi, balai
pertemuan, serta ruang publik lain
yang menjadi tempat diskusi sosio-
politik berlangsung juga dianggap
sebagai ruang publik.
Selain ruang publik, bahasa yang
digunakan pada papan imbauan,
petunjuk, reklame, nama usaha, dan
kantor menjadi persoalan yang sangat
penting. Seminar Politik Bahasa
Nasional (2011) merumuskan bahwa
pengembangan dan pembinaan
bahasa adalah usaha dan kegiatan
yang ditujukan untuk memelihara dan
mengembangkan bahasa Indonesia,
bahasa daerah, dan pengajaran bahasa
asing supaya dapat memenuhi fungsi
dan kedudukannya. Hal itu dijelaskan
pula oleh Sugono (2009: 4) bahwa
pengembangan dan pembinaan
bahasa Indonesia dilakukan melalui
usaha-usaha pembakuan agar tercapai
pemakaian bahasa yang cermat, tepat,
dan efisien dalam berkomunikasi.
Oleh karena itu, perlu dirumuskan
kaidah dalam bidang ejaan,
kosakata/istilah, dan tata bahasa.
Pengembangan aspek bahasa
meliputi ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Ragam bahasa
lisan mencakup aspek lafal, tata
bahasa, dan kosakata/istilah,
sedangkan ragam bahasa tulis
mencakup tata bahasa, kosakata, dan
ejaan. Adapun, pembinaan bahasa
ditujukan kepada masyarakat penutur
bahasa, yaitu upaya peningkatan mutu
penggunaan bahasa Indonesia dan
perluasan penggunaannya ke seluruh
lapisan masyarakat. Jadi,
pengembangan dan pembinaan
bahasa meliputi usaha
mengembangkan bahasa (yang salah
satu sasarannya berupa pembakuan
bahasa) dan usaha meningkatkan
kemampuan dan sikap penutur bahasa
Indonesia agar dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan
benar (Sugono, 2009: 7).
Ketepatan dan kesesuaian pilihan
kata serta ejaan diperlukan supaya
pesan dan informasi yang tertulis
dapat diterima oleh masyarakat.
Menurut Keraf (2004: 87), ketepatan
pilihan kata mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang
tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara. Adapun, kesesuaian
kata mempersoalkan apakah pilihan
kata dan gaya bahasa yang
dipergunakan tidak merusak suasana
atau menyinggung perasaan orang
yang membaca (Keraf, 2004: 103).
Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)
163
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan dokumentasi. Metode
observasi digunakan karena data yang
dikumpulkan adalah bahasa tulis di
ruang publik. Metode dokumentasi
digunakan karena data berupa unsur-
unsur kebahasaan pada papan iklan,
baliho, reklame, dan spanduk di
sepanjang Jalan Sudirman, Jalan
Gajah Mada, Jalan Kartini, Jalan
W.R. Supratman, dan Jalan
Sumbermukti di Kabupaten
Rembang. Data yang telah tersedia
kemudian diamati, dipilih, dan dipilah
berdasarkan pemilahan tertentu.
Pemilahan data mencakup di bidang
apa saja data yang mengalami
penyimpangan. Kemudian apakah
data tersebut menggunakan bahasa
Indonesia, bahasa Inggris, campuran
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
atau bahasa Jawa. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Metode itu
mendeskripsikan penggunaan bahasa
Indonesia di ruang publik, tulisan apa
saja yang mengalami penyimpangan,
dan faktor-faktor yang memengaruhi
penyimpangan tersebut. Pada tahap
analisis, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) digunakan sebagai
acuan untuk menentukan benar atau
tidaknya kata yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesalahan Berbahasa
Sebagian besar kesalahan berbahasa
di ruang publik bidang pariwisata
Kabupaten Rembang terdapat pada
ejaan yang disebabkan interferensi
bahasa Inggris.
Data 1
Ejaan executive data 1 telah
disesuaikan dalam bahasa Indonesia
menjadi eksekutif (KBBI, 2008: 356).
Penulisan tanda titik (.) data 1 salah.
Penulisan perincian pada data 1
seharusnya menggunakan tanda
koma, bukan tanda titik. Berdasarkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam
suatu perincian atau pembilangan.
Selain itu, reclining seat, smoking
area, leg rest merupakan istilah
dalam bahasa Inggris. Istilah smoking
area dapat diterjemahkan area
merokok. Adapun, jika belum
ditemukan padanannya istilah
tersebut seharusnya dicetak miring.
Dengan demikian, penulisan yang
tepat yaitu: FASILITAS: AC, TV,
TOILET, RECLINING SEAT, AREA
MEROKOK, MAKAN, LEG REST.
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008: 1485), ejaan transportation
telah disesuaikan menjadi transportasi.
Selain itu, struktur yang digunakan
bukan struktur bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, nama usaha yang
tepat untuk data 1 ialah Transportasi
Pahala Kencana. Kesalahan lainnya
yaitu penyingkatan kata jalan. Kata
jalan seharusnya ditulis lengkap.
Data 2
Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170
164
Penggunaan struktur asing data 2
terdapat pada nama usaha. Data 2
Pahala Express Delivery dapat
diterjemahkan Pengiriman Ekspres
Pahala. Ejaan courier telah
disesuaikan dalam bahasa Indonesia
menjadi kurir (KBBI, 2008: 626),
sedangkan cargo telah disesuaikan
menjadi kargo. Ejaan Domestic &
International juga telah disesuaikan
ejaannya menjadi Domestik dan
Internasional. Dengan demikian,
pilihan dan struktur kata yang tepat
untuk memperbaiki data 2, yaitu
Pengiriman Ekspres Pahala; Kurir &
Kargo; Domestik & Internasional;
Rekan Anda yang Tepercaya.
Data 3
Interferensi bahasa Inggris data 3
terdapat pada kata beach dan struktur
kata Dampo Awang Beach. Kata
beach memiliki padanan pantai atau
laut. Oleh karena itu, kata tersebut
sebaiknya menggunakan bentuk
bahasa Indonesia. Penggunaan kata
beach pada klausa di Dampo Awang
Beach juga tidak tepat. Papan
bertuliskan selamat datang pada data
3 menggunakan bahasa Indonesia,
sedangkan frasa di Dampo Awang
Beach terinterferensi bahasa Inggris.
Oleh karena itu, ungkapan tersebut
tidak tepat. Ungkapan pada papan
tersebut dapat diganti Selamat Datang
di Pantai Dampo Awang, TRP Kartini
Rembang.
Data 4
Struktur bahasa Inggris MD
(menerangkan diterangkan) digunakan
pada nama Antika Hotel. Penggunaan
struktur ini tidak tepat. Struktur yang
tepat adalah DM (diterangkan dan
menerangkan). Oleh karena itu,
penulisan nama yang tepat pada data
4 ialah Hotel Antika bukan Antika
Hotel. Penulisan kata restaurant telah
disesuaikan ejaannya dalam bahasa
Indonesia menjadi restoran sehingga
penulisan yang tepat hotel & restoran
bukan hotel & restaurant.
Data 5
Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)
165
Nama gier-lie pada data 5
merupakan akronim dari frasa
pinggier kalie. Frasa pinggier kalie
berasal dari modifikasi frasa pinggir
kali yang memiliki makna sama
„pinggir sungai‟ karena letak rumah
makan tersebut memang di pinggir
sebuah kali atau sungai. Kesalahan
ejaan terdapat pada penggantian
fonem /i/ dengan diftong /ie/ pada
suku kata gier dan lie. Diftong /ie/
tidak terdapat dalam komposisi
bahasa Indonesia. Diftong bahasa
Indonesia terdiri atas /oi/, /au/, /ei/,
dan /ai/. Diftong /oi/ terdapat pada
kata amboi, sepoi-sepoi. Diftong /au/
terdapat pada kata sengau, kacau
balau. Diftong /ei/ terdapat pada kata
eigendom, geiser, dan survei. Diftong
/ai/ terdapat pada kata melambai,
pantai, santai. Oleh karena itu, besar
kemungkinan diftong /ie/ yang ada
pada akronim gier-lie dipengaruhi
ejaan diftong dalam bahasa Inggris.
Diftong /ie/ dalam bahasa Inggris
misalnya terdapat pada kata tie ‟dasi‟,
lie ‟bohong‟, die ‟mati, meninggal‟.
Meskipun demikian, akronim gier-lie
tidak dilafalkan sebagai diftong yang
memiliki bunyi peluncur [y] seperti
pada kata tie, lie, maupun die. Dalam
kehidupan sehari-hari, penutur lebih
cenderung melafalkan akronim gier-
lie sebagai gir-li. Dengan
demikian, penulisan akronim gier-lie
terinterferensi oleh ejaan bahasa
Inggris. Hal itu menunjukkan kuatnya
pengaruh bahasa Inggris di kalangan
pelaku bisnis. Anggapan bahasa
Inggris dianggap lebih prestis
daripada bahasa Indonesia masih
menguasai cara pandang mereka.
Data 6
Terdapat pengaruh bahasa
daerah, yaitu bahasa Jawa pada kata
ndesa data 6. Menurut KBBI (2008:
318), ejaan yang benar yaitu desa.
Akan tetapi, dalam tuturan lisan
bahasa Jawa, kata desa sering kali
diucapkan ndesa. Kesalahan
pemilihan diksi data 6 juga terdapat
pada penggunaan kata special,
catering, dan dos. Kata special
berpadanan dengan kata khusus,
istimewa, khas, melulu (KBBI, 2008:
1334). Kata dos merupakan
kependekan dari kata kardus. Kata
dos terinterferensi oleh pengucapan
bahasa Jawa yang menyebut fonem
/u/ pada suku tertutup menjadi /U/
sehingga kata kardus diucapkan
dalam bahasa Jawa menjadi [kardUs].
Pilihan kata yang tepat untuk
menggantikan dos pada frasa nasi dos
yaitu kotak. Dengan demikian, frasa
yang tepat menggantikan nasi dos
yaitu nasi kotak. Selain itu, ejaan kata
special telah disesuaikan dalam
Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170
166
bahasa Indonesia menjadi spesial.
Adapun catering telah disesuaikan
menjadi katering. Oleh karena itu,
seharusnya didahulukan penggunaan
ejaan bahasa Indonesia khusus atau
khas atau spesial dan katering
daripada istilah bahasa Inggris special
dan catering. Kalimat yang tepat pada
data 6 untuk menggantikan Special
Masakan Jawa yaitu Masakan Khas
Jawa atau Khusus Masakan Jawa
atau Spesial Masakan Jawa. Adapun,
ejaan Melayani Pesanan Catering
menjadi Melayani Pesanan Katering.
Data 7
Penulisan ejaan yang salah data 7
terdapat pada kata syrup, tart dan
krupuk. Pada KBBI (2008: 686, 1318,
dan 1403), kata syrup dan tart telah
disesuaikan ejaannya menjadi sirop
dan tar, sedangkan penulisan yang
tepat kata krupuk yaitu kerupuk. Oleh
karena itu, kata syrup, tart dan krupuk
seharusnya ditulis sirop, tar, dan
kerupuk.
Data 8
Struktur nama Wahyu Warung
Makan menggunakan hukum MD
(menerangkan diterangkan). Nama
Wahyu menerangkan frasa Warung
Makan padahal dalam struktur bahasa
Indonesia unsur yang diterangkan
sebaiknya diletakkan di depan. Jadi,
penulisan yang tepat nama warung
tersebut yaitu Warung Makan Wahyu.
Berdasarkan KBBI (2008: 905),
penulisan ejaan kata mrica yang tepat
yaitu merica. Selain itu, penggunaan
tanda hubung pada kata Oseng -
oseng seharusnya tidak menggunakan
spasi. Meskipun dalam KBBI (2008:
1499) makna oseng – oseng memiliki
konsep tumis, penulisan tanda hubung
pada kata berulang sebaiknya
disesuaikan dengan PUEBI, yaitu
oseng-oseng.
Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)
167
Data 9
Ada beberapa kesalahan ejaan
pada data 9. Penulisan kata mie
mengalami penyimpangan karena
berdasarkan KBBI (2008: 912), ejaan
yang tepat ialah mi. Kata cake telah
disesuaikan dalam KBBI dalam
jaringan (daring) menjadi keik.
Adapun, kata bakery dapat
diterjemahkan menjadi toko roti. Jika
kata tersebut tetap ditulis sebagai
bakery, hendaknya ditulis dengan
huruf miring karena kata tersebut
merupakan bentuk asing. Namun,
sesuai dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah (2007: 22),
sangat bijaksana jika pembuat iklan
lebih mendahulukan bentuk bahasa
Indonesia daripada bentuk asing. Jika
cake & bakery dipadankan dalam
bahasa Indonesia sebagai keik & toko
roti tentu tidak sejajar. Bentuk bahasa
Indonesia yang dapat
merepresentasikan istilah cake &
bakery, yaitu keik & roti.
Data 10
Kesalahan ejaan data 10 terdapat
pada kata waroeng. Kemungkinan hal
itu merupakan pengaruh pelafalan
dalam bahasa Jawa. Bunyi u pada
kata warung dilafalkan u rendah yang
terdengar seperti bunyi [o] dalam
bahasa Indonesia sehingga kata
warung ditulis sebagai waroeng.
Akan tetapi, ejaan fonem /oe/ yang
mengacu pada fonem /u/ sudah tidak
digunakan lagi saat ini. Berdasarkan
PUEBI, fonem /u/ tetap ditulis /u/.
Dengan demikian, penulisan kata
waroeng yang tepat pada data 10
yaitu Warung Makan Sido Mulyo.
Data 11
Penyimpangan data 11 terdapat
pada kata kentaki, krapu, capcay, dan
mie. Ejaan penulisan krapu, capcay
dan mie telah disesuaikan dalam
KBBI (2008: 244, 686, 912) menjadi
kerapu, capcai, dan mi. Oleh karena
itu, seharusnya dalam daftar menu
ditulis kerapu, capcai, dan mi.
Adapun, kata kentaki merupakan
penyesuaian ejaan dari nama negara
bagian Kentucky di Amerika Serikat.
Nama Kentucky terkenal berkaitan
dengan bisnis waralaba Kentucky
Fried Chicken yang didirikan oleh
Kolonel Harland Sanders. Ada
beberapa nama restoran sejenis
seperti California Fried Chicken,
Texas Fried Chicken, tetapi nama
Kentucky Fried Chicken-lah yang
sangat populer. Bahkan, nama
Kentucky Fried Chicken menjadi ikon
Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170
168
jenis masakan ayam goreng tepung di
Indonesia. Ketika orang menyebut
nama Kentucky, sebagian besar
masyarakat di Indonesia akan tertuju
pada ayam goreng tepung. Oleh sebab
itu, muncul nama kentaki pada data
11 sebagai penyesuaian ejaan dari
nama Kentucky. Namun, penyesuaian
ejaan dalam bahasa Indonesia bukan
satu-satunya langkah dalam
pembentukan istilah. Bentuk kentaki
dapat digantikan ayam goreng
tepung, maka bentuk ayam goreng
tepung lebih utama untuk digunakan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesalahan berbahasa di ruang publik
Kabupaten Rembang dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
Pertama, interferensi bahasa Inggris.
Faktor ini merupakan faktor klasik
yang sering mempengaruhi kesalahan
berbahasa di situasi atau lokasi mana
pun. Sebagian besar hal itu terjadi di
negara yang tidak menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa
nasional seperti Indonesia. Pengaruh
bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional tidak dapat dimungkiri
sangat kuat mendesak eksistensi
kosakata lokal. Anggapan bahwa
bahasa Inggris lebih dapat mewakili
konsep yang dimaksud, prestis, atau
moderen merupakan alasan lebih
digunakannya bahasa Inggris dari
pada bahasa Indonesia. Hal itu
terlihat dengan digunakannya bahasa
Inggris pada data 1, 2, 3, 4, 9
Kedua, kurangnya minat
menerapkan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Ada dua penyebab
mengapa faktor ini dapat terjadi, yaitu
faktor kreativitas dan faktor
kurangnya pengetahuan. Data 5
merupakan salah satu contoh
kurangnya minat menerapkan bahasa
Indonesia yang baik karena
kreativitas. Penduduk Indonesia
banyak yang belum terbiasa dengan
budaya literasi. Untuk memastikan
ejaan yang benar, pemroduksi teks
ruang publik sangat jarang membuka
kamus. Hal itu terlihat pada data 7
dan 11.
Faktor ketiga, yaitu pengaruh
bahasa daerah. Masyarakat Rembang
merupakan penutur bahasa Jawa.
Pengaruh bahasa Jawa di ruang
publik Kabupaten Rembang terlihat
pada kata warung ndesa (data 6),
oseng-oseng (data 8), dan waroeng
(10). Pemilihan kata tersebut
menunjukkan identitas pemilik
sebagai penutur bahasa Jawa.
Biasanya, hal tersebut dilakukan
supaya produk yang dijual mudah
dikenali pengunjung. Selain itu,
penggunaan bahasa daerah juga
bertujuan untuk lebih mendekatkan
sesuatu yang ditawarkan atau
diinformasikan pada pembaca tulisan.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesalahan berbahasa masih
ditemukan di ruang publik Kabupaten
Rembang, khususnya di bidang
pariwisata. Kesalahan tersebut
sebagian besar terjadi karena
pengaruh bahasa Inggris yang sangat
kuat. Ejaan dan pola bahasa Inggris
digunakan pada tulisan berbahasa
Indonesia, misalnya, penulisan
Dampo Awang Beach, cake & bakery,
dan tart. Selain itu, kurangnya
kesadaran pembuat tulisan dalam
berbahasa Indonesia yang baik dan
benar juga ikut mempengaruhi
kesalahan berbahasa di ruang publik
Kabupaten Rembang, misalnya,
Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Pariwisata (Sri Wahyuni)
169
penulisan nama warung makan gier-
lie. Selanjutnya, kesalahan ejaan
karena pengaruh bahasa Jawa terdapat
pada penulisan kata ndesa.
Banyaknya kesalahan berbahasa di
ruang publik Kabupaten Rembang,
khususnya pada bidang pariwisata,
menunjukkan masyarakat kurang
peduli pada bahasa yang digunakan di
ruang publik. Hal itu perlu dibenahi
dengan memberikan pemahaman dan
wawasan tentang pentingnya
menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar oleh pihak
yang berwenang. Pembuat tulisan
atau iklan sebaiknya lebih menyadari
bahwa produk teks di ruang publik
memiliki pengaruh yang besar bagi
masyarakat. Tulisan-tulisan yang
terpampang di ruang publik suatu
daerah itu sering kali digunakan
sebagai navigasi untuk memandu
pengunjung di daerah tersebut. Oleh
karena itu, sangatlah bijak bagi
pembuat tulisan di ruang publik untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan & Sugono, Dendy. 2011.
Politik Bahasa. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa. 2011. Undang-
Undang Nomor 24 Tahun
2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan.
Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Damayanti, Wahyu. 2006. Pemakaian
Bahasa Indonesia dalam Iklan
Surat Kabar Kalimantan
Barat. Pontianak: Balai
Bahasa Provinsi Kalimantan
Barat.
Departemen Pekerjaan Umum. 2007.
Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Echols, John M. & Shadily, Hassan.
1997. Kamus Inggris
Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.
Herawati, Ida. 2009. Bahasa Iklan
pada Radio Sonora di
Kabupaten Pontianak.
Pontianak: Balai Bahasa
Provinsi Kalimantan Barat.
Inayati, Ika. 2014. ”Unsur Bahasa
Asing dalam Pemakaian
Bahasa di Ruang Publik
Kendal”. Jurnal Jalabahasa
Volume 10, Nomor 1, 17—33.
Balai Bahasa Jawa Tengah,
Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2016.
http://kbbi.kemdikbud.go.id/.
(diakses 30 Januari 2016)
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2015. Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun
Jalabahasa, Vol. 16, No. 2, November 2020, hlm. 159—170
170
2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Pusat Bahasa. 2007. Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir
Berbahasa Indonesia dengan
Benar. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sukesti, Restu, dkk. 2007.
“Pemakaian Bahasa Indonesia
dalam Ranah Pemerintahan di
Yogyakarta: Laporan Teknis”.
Jakarta: Pusat Bahasa
Tamami, Adib. 2012. “Humanisme
Ala Warung Kopi”.
http://www.academia.edu/103
68549/HUMANISME_ALA_
WARUNG_KOPI.
top related