pengenalan gas dan kertas lakmus
Post on 10-Aug-2015
2.149 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Pengenalan Gas dan Kertas Lakmus
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui adanya suatu gas dan mampu mengenali sifat asam atau
basa dari gas tertentu dengan menggunakan kertas lakmus.
1
BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan
Alat:
Tabung reaksi
Penjepit
Bunsen
Korek api
Kertas lakmus
Pipet ukur
Propipet
Bahan:
Larutan NH4Cl 1% 2 ml
Larutan NaOH 1% 2 ml
2
B. Cara Kerja
3
Larutan NH4Cl 1% diambil sebanyak 2ml
Larutan NH4Cl 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Larutan NH4Cl 1% ditambah dengan larutan NaOH 1% sebanyak 2 ml
Tabung reaksi dipegang dengan penjepit dan dipanaskan sambil digoyang-goyangkan
Gas yang dihasilkan dicium baunya dan dicatat hasilnya
Kertas lakmus didekatkan di mulut tabung dan dicatat perubahan warnanya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada praktikum pengenalan gas
dan kertas lakmus, maka didapatkan hasil sebagai berikut,
Perubahan Sebelum Sesudah
Warna larutan Putih bening Putih bening
Bau Tidak berbau Amoniak
Warna kertas lakmus Hijau kekuningan Hijau
pH 6 7
B. Pembahasan
Benda-benda pada umumnya berbentuk sebagai padatan, cairan, atau
gas. Keadaan gas adalah keadaan yang paling sederhana untuk dipahami dari
ketiga bentuk tersebut. Perilaku gas telah dengan jelas digambarkan pada
penemuan hukum gabungan kimia ( The law of chemical combination) pada
pembuktian teori atom Dalton. Gas dapat memuai memenuhi ruangan dan
akan menyerupai bentuk ruang tempatnya berada. Semua zat yang bersifat gas
dapat berbaur dengan sesamanya dan akan bercampur dalam segala
perbandingan, karena itu semua campuran gas adalah larutan yang homogen
(Petrucci, 1987).
Gas tidak kasat mata dalam arti bahwa tidak ada partikel-partikel gas
yang dapat dilihat. Beberapa gas ada yang berwarna seperti gas klor yang
berwarna kuning kehijau-hijauan. Ada beberapa gas yang mudah meledak
seperti hydrogen, dan beberapa diantara gas secara kimiawi bersifat inert
seperti helium (Petrucci, 1987).
4
Suatu gas tak mempunyai bentuk, gas mengambil bentuk dari
wadahnya. Gas tak mempunyai volume yang tertentu, melainkan dapat
dimampatkan maupun dimuaikan menurut perubahan ukuran wadah. Volume
wadahnya adalah volume gas (Keenan, dkk, 1995).
Empat sifat dasar yang menentukan tingkah laku fisis dari gas adalah
banyaknya molekul gas, volume gas, suhu, dan tekanan. Balon gas
mengembung bila diisi udara (Petrucci, 1987). Suatu sifat yang mengesankan
dari gas adalah kedapat-mampatan-nya, atau lawannya, kedapat-muaiannya
(Keenan, dkk, 1995). Suatu hipotesis mengatakan bahwa molekul-molekul
gas bergerak konstan, bertumbukkan satu sama lainnya dan juga dengan
dinding-dinding wadah. Pada saat bertumbukkan inilah timbul gaya yang akan
menjaga balon tetap mengembung (Petrucci, 1987).
Menurut Boyle, “Volume sejumlah gas pada suhu tetap berbanding
terbalik terhadap tekanan gasnya”. Jika suhu dan sejumlah gas dibiarkan
tetap (konstan), penggandaan tekanan menyebabkan volume turun menjadi
setengah kali keadaan semula. Keadaan ini seperti kerja dari suatu pompa
tangan dengan tangkai penekan. Tangkainya dapat ditekan sedikit dan udara
di dalam pompa tertekan dalam taraf tertentu. Tetapi sulit mengurangi volume
gas lebih lanjut karena semakin tingginya tekanan ( gaya per satuan luas) yang
diperlukan (Petrucci, 1987).
Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa “Molekul yang sama banyak
terdapat dalam gas-gas berlainan yang volumenya sama, jika tekanan dan
temperaturnya sama”. Konsep Hukum Avogadro ini dipergunakan untuk
membantu menganalisis situasi dalam mana volume atau tekanan atau
temperature tidak sama. Untuk mudahnya dalam bekerja dengan gas, kondisi
standar didefinisikan sebagai 0˚C (273 K) dan 1 atm (760 mmHg). Kondisi ini
dirujuk sebagai temperature dan tekanan standar, STP (Keenan, dkk, 1995).
Menurut Charles, “Jika tekanan tak berubah, volume gas dengan
massa tertentu, berbanding lurus dengan temperature mutlak.” Menurut Gay-
5
Lussac dan Amontons, “Tekanan suatu gas dengan massa tertentu
berbanding lurus dengan temperature mutlak, bila volume tidak berubah.”
Sedangkan Hukum Dalton berbunyi, “Tekanan total dalam suatu campuran
gas adalah jumlah tekanan parsial anggota-anggota campuran” (Keenan,
dkk, 1995).
Gas sempurna didefinisikan sebagai gas yang molekulnya tidak saling
mengerjakan gaya, kecuali kalau molekul itu bertumbukan. Tumbukan
demikian dianggap tumbukan elastik sempurna. Sehingga energy kinetic total
dari 2 molekul yang bertumbukan sebelum dan sesudah tumbukan sama
besarnya (Sears, 1962).
Teori lain mengenai gas yaitu mengenai kinematika molekul gas yang
berdasarkan model berikut,
1. Gas terdiri dari partikel sangat kecil yang disebut molekul (atau atom).
2. Molekul gas pada umumnya dipisahkan dalam jarak yang cukup jauh.
Sebagai hasilnya mereka hanya memiliki bagian/ fraksi yang sangat kecil
dari volume total gas. Pada kenyataannya, molekul dianggap sebagai titik
massa.
3. Dianggap tidak terdapat gaya-gaya antar molekul.
4. Molekul bergerak secara konstan dan acak dalam volume gas sehingga
sering terjadi tumbukan.
5. Tumbukan bersifat elastik. Sekumpulan molekul pada suhu konstan,
energy total akan konstan.
(Sears, 1962)
Gas nyata umumnya bersifat ideal hanya pada suhu tinggi dan tekanan
rendah. Perilaku tak ideal disebabkan oleh gaya tarik antar molekul dan
volume diskrit yang dipunyai oleh molekul gas (Petrucci, 1987). Pada
praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan yaitu pengenalan gas dan
kertas lakmus. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya suatu gas dan
6
mampu mengenali sifat asam/ basa dari gas tertentu dengan menggunakan
kertas lakmus.
Menurut konsep Bronsted-Lowry mengenai asam dan basa, suatu asam
adalah zat yang dapat memberikan ion hydrogen yang bermuatan positif atau
proton (H+). Dua contoh dari asam Bronsted-Lowry adalah HCl dan HNO3 .
Basa didefinisikan tidak hanya molekul atau ion yang menghasilkan OH- saja
tetapi juga sebagai zat yang dapat menerima H+, contohnya OH- dan NH3
(Ralp, 1989).
Menurut Arrhenius (1884), asam adalah zat yang dalam pelarut air
menghasilkan ion hydrogen (H+), contohnya HCl, sedangkan basa adalah zat
yang dalam pelarut menghasilkan ion hidroksi (OH-), contohnya NaOH. Asam
adalah zat yang dapat melarutkan logam, tergantung dari kekuatannya. Asam
memiliki rasa masam, contohnya adalah asam asetat (CH3COOH), sedangkan
basa memiliki rasa pahit dan licin bila dipegang. Dalam keadaan murni, basa
biasanya berbentuk padat. Basa bersifat alkali, bereaksi dengan protein di
dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian, contohnya
adalah sabun (Anonim, 2010).
Indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan atau bentuk
lain, kertas berpori direndam dalam larutan indikator, atau dikeringkan. Jika
kertas ini dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi perubahan warna
yang dapat dijadikan sebagai penentu pH. Kertas yang seperti ini lazim
disebut kertas pH (lakmus) (Petrucci, 1987). Sehingga fungsi dari kertas
lakmus adalah untuk mengetahui sifat asam atau basa dari suatu zat. Ada dua
macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru.
Suatu zat tergolong asam apabila lakmus biru setelah diinteraksikan
dengan suatu zat akan berubah warna menjadi merah. Begitu sebaliknya untuk
kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru bila diinteraksikan
dengan zat basa (Anonim, 2011). Apabila lakmus merah atau biru tidak
berubah warna ketika direaksikan dengan suatu zat, maka zat itu bersifat
7
netral. pH netral adalah 7, pH di bawah 7 adalah asam dan pH di atas 7
bersifat basa.
Perubahan warna yang mampu dihasilkan oleh kertas lakmus
sebenarnya disebabkan karena adanya orchein (ekstrak Lichenes) di dalam
kertas lakmus (Nuraeni, 2008). Lakmus biru dibuat dengan menambahkan
ekstrak lakmus yang berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan
menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan dalam udara terbuka,
sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang
bersifat basa akan tetap biru, karena orchein merupakan anion, sehingga tidak
akan bereaksi dengan anion (OH-) (Miftahur, 2009).
Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan
pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau
asam klorida agar warnanya menjadi merah. Sehingga mekanisme reaksi
orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus merah
dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah
karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam.
Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat
basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk (Miftahur,
2009).
Pada percobaan kali ini, akan diteliti adanya suatu gas NH3 yang
merupakan hasil reaksi dari NH4Cl dengan NaOH. Hal yang dilakukan adalah
menambahkan larutan NH4Cl 1% 2 ml pada NaOH 1% 2 ml. Penambahan ini
dimaksudkan agar terjadi reaksi yang menghasilkan suatu produk yaitu gas
NH3. Campuran ini dipanaskan sambil digoyang-goyangkan dengan bantuan
penjepit dan posisi mulut tabung di arahkan ke tempat kosong karena apabila
mendidih larutan bisa tertumpah keluar dengan kekuatan yang besar. Untuk
amannya, selain di arahkan ke tempat kosong, juga harus diperhatikan dengan
baik ketika larutan sudah mulai mendidih.
8
Setelah mendidih, bauilah uap yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Cara membauinya dengan mengibas-ngibaskan tangan di atas mulut tabung
dengan jarak hidung yang jauh tapi masih bisa membaui. Hal ini dilakukan
karena gas tersebut adalah suatu zat kimia yang bisa jadi akan berbahaya bila
terhirup dengan kadar yang banyak. Setelah itu, dengan cepat meletakkan
kertas lakmus di mulut tabung dan lihat perubahan warna yang terjadi.
Pada percobaan ini yang dipakai adalah lakmus berwarna kuning.
Lakmus kuning ini memiliki pH sebelum direaksikan sebesar 6. Larutan awal
memiliki warna putih bening, begitu halnya setelah direaksikan. Perubahan
reaksi memang sebenarnya terjadi pada bau gas yang dihasilkan dan pH.
Pada percobaan ini, sebelum reaksi larutan tidak berbau, tapi setelah
direaksikan seperti penjelasan di atas, campuran tersebut menghasilkan bau
yang menyengat seperti amoniak (pesing). Amoniak atau NH3 merupakan
basa. Akan tetapi, pH yang terbaca oleh lakmus adalah 7. pH 7 adalah pH
normal, sedangkan pH basa adalah lebih dari 7. Sehingga percobaan ini tidak
sesuai dengan teori yang ada bahwa reaksi antara NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq)
menghasilkan suatu basa.
Kesalahan tersebut bisa terjadi karena kekurangtelitian dalam
mencocokkan warna lakmus dengan kertas pH. Selain itu, bisa dikarenakan
keterlambatan dalam membaca lakmus. Sebab, lakmus kuning ini cepat sekali
berubah warna sehingga bisa jadi ketika mencocokkan dengan kertas pH
lakmus sudah berubah warna menjadi hijau yaitu pH 7. Seharusnya warna
yang terbaca adalah hijau tua dengan pH sekitar 8 karena gas NH3 bersifat
basa.
Gas amoniak atau NH3 dihasilkan dari reaksi kimia antara larutan
NH4Cl yang bersifat asam dengan NaOH yang bersifat basa. Reaksinya adalah
sebagai berikut,
9
NH4Cl (aq) + NaOH (aq) NaCl(aq) + NH3 (g) + H2O (l)
Seperti pada teori Arrhenius, hasil reaksi antara asam dan basa (netralisasi)
adalah garam dan air. Pada percobaan ini, garam yang dihasilkan yaitu NaCl.
Gas ammonia dihasilkan dari NH4Cl (aq) yang melepaskan ion H+ dan
Cl-. Ion Cl- akan bereaksi dengan Na+ membentuk NaCl (aq). Ion H+ akan
bereaksi dengan OH- membentuk H2O (l) . Amonia bersifat basa karena dalam
suatu reaksi NH3 bertindak sebagai akseptor hydrogen atau ion H+ .
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil reaksi antara
NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq) akan menghasilkan suatu gas yang bersifat basa
yaitu NH3 (g). Gas ini berbau ammonia (pesing) menyengat. Gas ini memiliki
pH seharusnya pH basa yaitu sekitar 8. Gas ini akan mengubah lakmus kuning
menjadi biru.
10
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan mengenai pengenalan gas dan kertas
lakmus, maka dapat disimpulkan sebagai berikut,
1. Gas adalah suatu zat yang dapat memuai memenuhi ruangan dan akan
menyerupai bentuk ruang tempatnya berada.
2. Empat sifat dasar yang menentukan tingkah laku fisis dari gas adalah
banyaknya molekul gas, volume gas, suhu, dan tekanan.
3. Sifat-sifat gas antara lain dapat memuai memenuhi ruangan, dapat
dimampatkan, menyerupai bentuk ruangan, dapat berbaur dengan
sesamanya dan akan bercampur dalam segala perbandingan, tidak kasat
mata, ada yang berwarna, ada yang mudah meledak, ada yang bersifat
inert.
4. Reaksi antara NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq) menghasilkan gas NH3 (g) .
5. Gas NH3 memiliki bau pesing menyengat.
6. Cara mengetahui sifat asam/ basa dari NH3 (g) dengan menggunakan
indikator kertas lakmus.
7. Kertas lakmus akan berubah warna menjadi hijau tua ketika berada pada
larutan basa.
8. Hasil reaksi NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq) mengubah pH dari 6 menjadi pH
basa yaitu sekitar 8.
9. Hasil reaksi NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq) tidak mengubah warna larutan,
yaitu tetap putih bening.
10. Hasil samping reaksi NH4Cl (aq) dengan NaOH (aq) adalah garam NaCl dan
air.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sifat-Sifat Asam, Basa, dan Garam. http://www.chemistry.org/sifat-
sifat asam, basa, dan garam. Diakses pada 18 September 2012.
Anonim. 2011. Mengidentifikasi Asam Basa Menggunakan Kertas Lakmus.
http://ensiklopediakimia.com. Diakses pada 23 September 2012.
Fessenden, Joan S dan Fessenden, Ralp J. 1989. Kimia Organik Edisi 3 Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Keenan, Charles W., Kleinfelter, Donald C., dan Wood, Jesse H.. Ilmu Kimia untuk
Universitas. 1995. Erlangga. Jakarta.
Miftahur. 2009. Menunjukkan Larutan Asam, Basa, dan Netral Dengan Indikator
Kertas Lakmus Merah dan Biru. http://miftahur.com. Diakses pada 23
September 2012.
Nuraeni, Dewi. 2008. Info Kimia.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Dewi%20Nuraeni
%200606237_/info%20kimia.html. Diakses pada 23 September 2012.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Sears, Francis Weston dan Zemanky, Mark W. 1962. Fisika Untuk Universitas I:
Mekanika, Panas, Bunyi. Bina Cipta . Bandung.
12
top related