pengaruh penjualan kredit dan perputaran piutang terhadap laba bersih.doc
Post on 29-Nov-2015
3.444 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan ekonomi mendorong peningkatan dan
pertumbuhan dunia usaha, hal ini berarti semakin banyak peluang
yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih
banyak.
Di bidang perdagangan, untuk mencapai hal tersebut salah
satunya menentukan kebijakan penjualan yang menguntungkan bagi
perusahaan. Melihat fakta yang terjadi di pasar bahwa di tengah
kondisi ekonomi yang masih dalam tahap recovery, sebagian besar
perusahaan memiliki tren untuk memberikan fasilitas kredit bagi
pelanggannya. Berawal dari aktivitas vital perusahaan, yakni penjualan
(penjualan kredit yang tujuan utamanya adalah menjaga kelangsungan
perusahaan dalam kondisi sulit ) maka piutang timbul. Piutang
sebagai asset yang materiil bagi perusahaan, karena sebagian besar
penjualan umumnya dilakukan secara kredit.
Dengan diterapkannya kebijakan penjualan secara kredit akan
mempermudah perusahaan dalam menjual produknya dan juga
mempermudah perusahaan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih
banyak serta dapat memperluas pangsa pasarnya dalam melakukan
1
ekspansi. Penjualan kredit akan memberikan keuntungan yang lebih
besar, hal ini disebabkan penjualan kredit menghendaki adanya laba
yang lebih tinggi dibanding laba yang dikehendaki dalam penjualan
tunai.
Penjualan kredit akan mempengaruhi permintaan terhadap suatu
produk yang ditawarkan, terutama disaat kondisi perekonomian yang
belum sepenuhnya pulih seperti sekarang ini, ditambah lagi persaingan
yang semakin ketat. Saat ini pembeli lebih memilih untuk membeli
produk secara kredit, karena sebagian besar dari mereka tidak
mempunyai kondisi keuangan yang kuat.
Pada dasarnya, setiap perusahaan dalam menjalankan
usahanya bertujuan memperoleh laba, dan juga perusahaan akan
selalu berusaha agar laba selalu meningkat. Perolehan laba yang
besar akan mengundang investor untuk bergabung dalam
menanamkan modalnya di perusahaan.
Dalam melakukan investasi, investor akan melakukan
pengamatan terhadap perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat
untuk berinvestasi. Untuk menilai dan menganalisa kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba, biasanya calon investor akan terlebih
dahulu melihat laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat yang tepat
bagi perusahaan untuk menarik investor terutama laporan rugi-laba
yang merupakan salah satu satu informasi yang sangat penting bagi
masyarakat yang ingin melakukan investasi pada perusahaan terbuka,
2
karena prestasi perusahaan dapat dinilai dari besar kecilnya hendak
membeli saham selalu ingin mengetahui gambaran masa depan dari
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Biasanya investor
yang bersedia menanggung risiko akan mengharapkan untung yang
besar, sebaliknya investor yang tidak ingin menanggung risiko akan
memilih perusahaan yang dinilai lebih aman.
Dengan diterapkannya kebijakan kredit, maka akan timbul
piutang, sehingga perusahaan harus menunggu saatnya piutang
dilunasi, karena ada tenggang waktu antara saat penyerahan barang
sampai dengan diterimanya uang. Apabila pelunasan piutang tidak
lancar, maka akan menggangu posisi keuangan, (terutama
perusahaan yang arus kasnya kurang baik) karena modal kerja banyak
tertahan dalam bentuk piutang tersebut. Pengelolaan piutang adalah
unsur penting dalam kelangsungan hidup suatu usaha, karena piutang
adalah sumber keuangan atau kas perusahaan salah satu manfaatnya
adalah untuk pembiayaan operasional perusahaan.
Demikian halnya dengan perputaran piutang, karena hal ini
sangat krusial dalam mempengaruhi laba perusahaan. Dengan adanya
siklus piutang yang baik dan memenuhi standar, maka hal-hal yang
tidak diinginkan perusahaan seperti adanya bad debt ataupun piutang
tak tertagih dapat dihindari, karena dengan adanya standar yang
ditetapkan, manajemen perusahaan akan lebih terarah dalam
menjalankan kebijakan perusahaan, terutama hal yang mengenai
penjualan kredit. Karena jika tidak demikian, hal ini akan mengganggu
3
perputaran piutang yang dampaknya akan berimbas pada penurunan
laba perusahaan. Perputaran piutang yang tidak stabil akan
berdampak pada proses cepat atau lambatnya piutang menjadi kas.
Manajemen piutang sangat penting bagi perusahaan produknya
secara kredit, hal ini menyangkut masalah pengendalian jumlah
piutang, pengendalian dan pengumpulan piutang, serta evaluasi
kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan, sehingga terhindar dari
risiko terjadinya piutang tak tertagih.
Pada kondisi normal, perputaran piutang biasanya lebih cepat
perputarannya daripada persediaan, sehingga tingkat likuiditasnya
lebih tinggi. Piutang dapat diukur likuiditasnya melalui perhitungan
perputaran piutang. Hal ini akan menunjukkan jangka waktu antara
penjualan kredit dan penarikan kas.
Secara garis besar, penjualan kredit adalah transaksi penjualan
barang atau jasa yang dilakukan secana non-tunai. Siklus operasi
normal dalam sebuah perusahaan biasanya melibatkan : pembelian,
persediaan (secara kas maupun kredit) yang kemudian dijual secara
kredit.
Sedangkan perputaran piutang dapat dijelaskan sebagai
perbandingan antara jumlah penjualan kredit dengan jumlah rata-rata
piutang.
Lalu, laba bersih pun dapat dijelaskan sebagai laba yang didapat
oleh perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya dan pajak. Laba
adalah peningkatan manfaat ekonomis bagi perusahaan yang
4
merupakan tujuan utama dari perusahaan itu sendiri, laba dibagikan
kepada pemilik modal sebagai balas jasa atas investasi yang
ditanamkan pada perusahaan.
Sebagian dari penelitiaan ini adalah replikasi dari penelitian
sebelumnya disimpulkan bahwa derajat hubungan perputaran piutang
terhadap laba bersih adalah positif kuat dengan persentase : 84.3 %
dan kontribusi pengaruh sebesar : 50,6 % yang artinya adalah positif
dan signifikan.
Di sisi lain, penulis tertarik untuk menambahkan satu variabel
lagi akan saling terkait satu sama lain, yakni penjualan kredit. Seperti
yang telah dijabarkan di atas, bagaimana hubungannya.
Berdasarkan teori yang telah ada, bahwa dalam keadaan normal
bila penjualan kredit tinggi maka laba yang nantinya diperoleh akan
tinggi pula serta perputaran piutang yang tinggi maka kesempatan
untuk mendapatkan laba yang besar pun akan tinggi.
Dengan demikian, maka perputaran piutang dan penjualan kredit
sudah sepatutnya memberikan kontribusi positif terhadap laba bersih
perusahaan sehingga kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan
dapat diprediksikan.
Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk mengembangkan
penelitian ini dari sudut pandang yang baru, dengan judul “Pengaruh
Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba Bersih
pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar Di
BEI”.
5
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari gambaran di atas, penelitian menitikberatkan pada
masalah penjualan kredit dan perputaran piutang dan pengaruhnya
terhadap laba bersih, dengan cara menganalisis seberapa besar
pengaruh yang ditimbulkan dari keterkaitan kedua variabel tersebut
terhadap laba bersih.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka pembahasan terhadap pokok-pokok
permasalahannya adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana perputaran piutang mempengaruhi laba bersih
perusahaan ?
b. Bagaimana penjualan kredit mempengaruhi laba bersih
perusahaan ?
c. Bagaimana analisa penjualan kredit terhadap perputaran piutang
pada perusahaan ?
d. Bagaimana hubungan penjualan kredit dan perputaran piutang
terhadap laba bersih perusahan ?
C. Batasan Masalah
Di dalam pembahasan ini, penulis hanya mendalami materi
yang hanya berkaitan dengan piutang, perputaran piutang dan
penjualan kredit, dalam hal ini laba bersih perusahaan. Perusahaan
yang akan dijadikan bahan penelitian bergerak di bidang perdagangan,
6
adapun data tahun penelitian adalah data tahun 2008, karena di tahun
ini Indonesia berusaha untuk mengurangi dampak krisis global yang
terjadi dan hal ini cukup menarik untuk melihat tren pasar yang terjadi ,
dan laporan keuangan yang akan digunakan sebagai sumber data
adalah laporan laba-rugi(karena akan sangat sulit untuk mendapatkan
laporan penjualan kredit secara riil hal ini dikarenakan : memberikan
rincian penjualan akan menambah halaman di laporan keuangan rugi-
laba dan perusahaan tidak ingin para pesaing mengetahui hasil
aktivitas operasional dan pada kenyataannya memang sebagian besar
penjualan dilakukan secara kredit), laporan neraca, dan laporan
pendukung lainnya jika diperlukan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kali ini adalah :
1. Untuk memberi penjelasan mengenai hubungan penjualan kredit
dan perputaran piutang terhadap laba bersih perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penjualan kredit dan perputaran
piutang terhadap laba bersih pada perusahaan.
3. Untuk memperkuat ataupun mendukung teori-teori yang telah ada.
E. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mendukung
teori-teori yang telah ada dan dapat mengembangkannya menjadi
7
ilmu yang lebih berguna bagi dunia ekonomi khususnya dan dunia
luas pada umumnya.
2. Aspek Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan di dalam
penerapannya dapat memberikan sumbangsih kepada pelaku
ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terkait
dengan konsep penjualan kredit, konsep perputaran piutang dan
konsep laba bersih.
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Konsep Penjualan Kredit
1. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang
berarti kepercayaan. Selain itu, dalam bahasa Latin terdapat istilah
Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Di bidang
ekonomi, istilah kredit diartikan sebagai kemampuan untuk
memperoleh barang atau jasa dengan janji untuk membayar di
kemudian hari. Jadi, orang yang memperoleh kredit adalah orang
yang memperoleh kepercayaan bahwa ia akan memenuhi janjinya
untuk membayar pada waktu yang dijanjikan untuk barang atau
jasa yang diperolehnya.
2. Pengertian Kebijakan Kredit
Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan mempunyai
kebijakan yang berbeda, mulai dari kebijakan kredit yang longgar
dengan orientasi peningkatan penjualan sampai kebijakan kredit
yang ketat dengan orientasi penekanan terhadap piutang tak
tertagih. Hal ini juga dipengaruhi dasar pertimbangan dan karakter
pimpinan serta permodalan perusahaan yang bersangkutan.
99
Perusahaan yang basis modalnya kurang kuat dan
mempunyai pimpinan yang penuh dengan kehati-hatian cenderung
menempuh kebijakan kredit yang ketat dan hati-hati. Bila
persyaratan dalam kebijakan terlalu ketat. Maka hal itu akan
mengurangi volume penjualan, menurunkan investasi dalam
piutang dagang dan memperkecil risiko piutang ragu-ragu, begitu
pula sebaliknya.
3. Penjualan Kredit
Penjualan merupakan suatu transaksi yang melibatkan
penjual dan pembeli pada kegiatan usaha dalam menyerahkan
produk yang berupa barang ataupun jasa. Sedangkan penjualan
kredit adalah penjualan yang dilakukan secara non-tunai, dalam hal
ini laba yang diharapkan adalah lebih besar daripada penjualan
tunai.
Cara mengetahui apakah pemberian kredit dapat bermanfaat
bagi perusahaan dalam meningkatkan laba bersih adalah dengan
menghitung tingkat perputaran piutang.
Menurut Horngren, et.al. (1997), mengenai penjualan
sebagai berikut : “Penjualan merupakan nama lain dari pendapatan
penjualan yang merupakan jumlah yang didapat penjual dari hasil
penjualan barang dagang yang dimilikinya sebelum dikurangi
dengan beban-beban.”
Besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang
dipengaruhi dari beberapa faktor (I Made Darmadja), antara lain :
10
a. Standar Kredit
Standar kredit adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi permintaan, dengan menurunkan standar kredit
dapat menstimulasi permintaan, yang akhirnya akan mengarah
pada penjualan dan laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, terdapat
biaya untuk membuat piutang tambahan. Seperti juga resiko
yang lebih besar untuk adanya kerugian akibat piutang tak
tertagih.
b. Syarat Pembayaran
Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Bila perusahaan menetapkan syarat penjualan kredit yang ketat
berarti perusahaan lebih mengutamakan keamanan kredit
dibandingkan misalnya memberikan batas waktu pembayaran
yang singkat dan memberikan beban bunga bila
pengembaliannya terlambat. Dengan demikian maka investasi
perusahaan dalam piutang dagang cenderung lebih kecil. Hal
sebaliknya akan terjadi bila syarat penjualan kredit bersifat
lunak/longgar. Sebagai contoh, syarat penjualan kredit adalah
2/10; net/30, yang dapat diartikan pembayaran dapat dilakukan
dalam jangka waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang
dan mendapatkan potongan tunai sebesar 2 persen dari harga
penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan
dalam kurun waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan
barang.Bila dalam kurun waktu 30 hari belum dilakukan
11
pembayaran oleh pelanggan berarti makin besar jumlah
investasi perusahaan dalam piutang.
c. Plafon Kredit
Dalam memberikan kredit kepada pelanggan maupun
calon pelanggan, perusahaan akan membuat sebuah batasan
kredit yang berbeda-beda terhadap pelanggan satu dengan
pelanggan lainnya, hal ini dikarenakan tingkat kemampuan yang
berbeda pula. Hal ini adalah salah satu alat kontrol dalam
pelaksanaan kebijakan kredit.
d. Besarnya Volume Penjualan Kredit
Dalam melakukan penjualan secara kredit, perusahaan
dapat menetapkan batas maksimal kredit yang akan diberikan
kepada pelanggannya. Makin tinggi batas yang ditetapkan untuk
masing-masing pelanggan berarti makin besar pula dana yang
diinvestasikan dalam piutang dan sebaliknya. Makin selektif
dalam menentukan langganan yang diberi kredit, maka akan
memperkecil jumlah investasi dalam piutang dan sebaliknya.
e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan
untuk membayar dengan menggunakan kesempatan
mendapatkan cash discount, dan ada sebagian lagi tidak
menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para langganan
membayar dalam periode cash discount atau sesudahnya akan
mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang.
12
Bila sebagian besar para langganan membayar selama discount
period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih
cepat cair dan akan memperkecil investasi dalam piutang.
f. Kebijakan Pengumpulan piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam
pengumpulan piutang dalam dua cara yaitu secara aktif maupun
pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan
pengumpulan piutang secara aktif mengeluarkan uang yang
lebih besar dalam membiayai aktivitas pengumpulan piutangnya
dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan
kebijaksanaan piutang secara pasif. Perusahaan yang
melakukan pengumpulan piutangnya secara aktif juga
mempunyai investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada
perusahaan yang melakukan pengumpulan piutangnya secara
pasif.
Faktor yang memperumit pengukuran harga pertukaran adalah :
1.) Adanya diskon
Dengan adanya diskon, maka akan mempengaruhi harga
walaupun tidak material namun harus tetap diperhitungkan
sebagai beban.
2.) Tenggang waktu antara tanggal penjualan dengan tanggal
jatuh tempo
13
Di tenggang waktu inilah ditentukan, apakah pelanggan
menggunakan periode diskon atau tidak, sehingga terdapat
waktu tunggu.
B. Konsep Piutang dan Perputaran Piutang
1. Pengertian Piutang
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan lebih menyukai
penjualan secara tunai, karena dengan demikian perusahaan akan
dapat menghemat sejumlah biaya dan dapat menghindarkan diri
dari sejumlah risiko yang sangat mungkin timbul jika penjualan
dilakukan secara kredit. Namun, untuk meningkatkan penjualan, di
samping melakukan penjualan tunai, perusahaan juga melayani
pembelian secara kredit kepada pelanggan.
Penjualan secara kredit ini kemudian akan menimbulkan
piutang dagang yang muncul sebagai salah satu akun dalam neraca
perusahaan, khususnya dalam kelompok aktiva lancar karena
normalnya piutang dagang berjangka waktu pendek.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) menyatakan
bahwa ”piutang dagang adalah sejumlah uang yang dialihkan
kepemilikannya kepada suatu perusahaan oleh para pelanggan
yang telah membeli barang atau jasa secara kredit.”
2. Pengakuan dan Penilaian
Pengakuan pendapatan dari penjualan kredit berdasarkan
kriteria pengakuan pendapatan.Yakni, pendapatan diakui ketika
14
terjadi realisasi yaitu sumber daya bukan kas ditukar dengan kas
atau hak atas kas dan pendapatan diperoleh ketika proses
perolehan sudah selesai.
3. Jenis Piutang
Piutang terdiri atas beberapa jenis, yakni :
a. Piutang Usaha (account receivable) adalah suatu jumlah
pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat
dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya
diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar
yang dimiliki perusahaan. Menurut Skousen dan Stice (2001)
piutang usaha adalah piutang yang dihubungkan dengan
aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit
barang atau jasa untuk pelanggan. (hlm : 361)
b. Wesel Tagih (notes receivable) adalah surat formal yang
diterbitkan sebagai bentuk pengukuran utang. Wesel tagih
biasanya memiliki waktu tagih antara 60 – 90 hari atau lebih
lama serta mewajibkan pihak yang berhutang untuk membayar
bunga. Wesel tagih dan piutang usaha yang disebabkan karena
transaksi penjualan biasa disebut dengan piutang dagang (trade
account). Menurut Skousen dan Stice (2001) piutang wesel
adalah piutang yang diterbitkan oleh janji tertulis formal untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu. (hlm :
361)
15
c. Piutang lain-lain (other receivable) adalah mencakup selain
piutang dagang. Contoh: piutang bunga, piutang gaji, uang
muka karyawan, dan restitusi pajak. Secara umum bukan
berasal dari kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu,
piutang jenis ini diklasifikasikan dan dilaporkan pada bagian
yang secara terpisah di neraca. Menurut Skousen dan Stice
(2001) piutang lain-lain adalah piutang apapun yang muncul dari
transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan
aktivitas opersi normal sebuah bisnis. (hlm : 362)
Contoh Jurnal Penjualan Kredit
PT JORDACHE
Tgl Keterangan Debet Kredit
1Juli Piutang Usaha – PT POLO 1000
Penjualan 1000
(mencatat penjualan kredit)Sumber : Weygandt (2007, hlm 512)
4. Pengelolaan Piutang
a. Kebijakan manajemen piutang
Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh
karena itu diperlukan manajemen piutang yang efektif dan
efisien agar jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang
sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan sehingga tidak
mengganggu aliran kas.
Pemisahan fungsi-fungsi piutang pun perlu dilakukan yang
antara lain adalah (Niswonger, 1999 hlm : 325) :
16
1) fungsi persetujuan kredit
2) fungsi penjualan
3) fungsi akuntansi
4) fungsi penagihan
Kebijakan pengelolaan piutang meliputi pengambilan
keputusan-keputusan sebagai berikut :
1) Standar kredit
Jika suatu perusahaan memberikan kredit hanya
kepada para pelanggan yang kuat keuangannya, maka
penjualan akan relatif rendah dan kerugian yang timbul
akibat piutang tak tertagih biasanya akan relatif kecil. Namun
jika perusahaan menerapkan hal yang demikian akan
menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan laba yang
lebih besar, karena peluang itu dibatasi akan kekhawatiran
perusahaan terhadap pelanggan yang menunggak
tagihannya. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan
standar kredit yang tepat, yang lebih besar manfaat yang
akan diperoleh bagi perusahaan daripada biaya akan
dikeluarkan perusahaan dengan adanya standar tersebut.
Menurut Van Horne dan Wachowicz standar kredit adalah
”kualitas minimal kelayakan kredit seorang pemohon kredit
yang dapat diterima oleh perusahaan”. Dengan adanya
standar tersebut, perusahaan dapat meningkatkan
17
penjualannya melalui penjualan secara kredit namun tidak
menimbulkan resiko piutang tak tertagih yang berlebihan.
2) Syarat kredit
Suatu syarat kredit menetapkan adanya periode di
mana kredit diberikan dan potongan tunai (bila ada) untuk
pembayaran yang lebih awal.
Faktor yang mempengaruhi syarat kredit adalah (I Made
Darmadja) :
a) Sifat ekonomik produk
b) Kondisi penjual
c) Kondisi pembeli
d) Periode kredit
e) Potongan tunai
f) Tingkat bunga bebas risiko (tingkat bunga bank)
3) Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang mencakup
beberapa keputusan yaitu :
a) Kualitas jumlah yang diterima
b) Periode kredit
c) Potongan tunai
d) Persyaratan khusus
e) Tingkat pengeluaran untuk pengumpulan piutang
Keputusan yang tidak kalah pentingnya adalah
menetapkan cara penagihan terhadap piutang yang telah
18
jatuh tempo tetapi belum dilunasi oleh pelanggan. Untuk itu
diperlukan suatu ketegasan penagihan untuk mencegah
bertambah panjangnya waktu penagihan dan memperkecil
kerugian langsung yang timbul akibat tidak tertagihnya
piutang.
Beberapa pola penagihan dapat dilakukan antara lain
melalui :
a) Surat
b) Telepon
c) Kunjungan pribadi
d) Agen-agen penagihan
e) Jalur hukum
Banyaknya piutang yang tak tertagih akan membuat
biaya penagihan meningkat. Akan tetapi, usaha
pengumpulan piutang juga tidak dianjurkan terlalu agresif,
karena dapat mengurangi penjualan dan keuntungan
perusahaan di masa mendatang karena pelanggan akan
beralih ke perusahaan lain, dalam hal ini pesaing.
4) Evaluasi terhadap para pelanggan
Perusahaan yang telah menjalankan kebijakan kredit
dan pengumpulan piutang, dapat mengevaluasi calon
langganan yang baru berdasarkan pada cara-cara yang telah
digunakan.
19
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
mengevaluasi calon langganan antara lain :
a) Mengumpulkan informasi yang relevan tentang calon
langganan
b) Menganalisis calon langganan atas dasar informasi yang
diperoleh
c) Memutuskan apakah calon langganan akan diberikan
kredit atau tidak, dan jika diberikan berapa jumlahnya.
5) Menggumpulkan dan menganalisis informasi
Analisis kredit berusaha untuk menetapkan siapa
yang harus menerima kredit dan berdasarkan kondisi apa
saja. Dua aspek dari proses itu harus dibedakan yaitu
langganan baru dengan langganan lama yang ada. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam menilai risiko kredit
dikenal dengan sebutan 5 C yakni :
a) Kepribadian (character) : digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan bahwa pelanggan mau
memenuhi kewajibannya.
b) Kemampuan (capacity) : merupakan penilaian subjektif
atas kemampuan pelanggan untuk membayar.
c) Modal (capital) : diukur dengan posisi keuangan
perusahaan secara umum yang disimpulkan dari analisis
rasio keuangan.
20
d) Kolateral (collateral) : diberikan oleh pelanggan dalam
bentuk aktiva sebagai jaminan keamanan atas kredit
yang diberikan.
e) Kondisi (conditions) : berhubungan dengan dampak
kecenderungan ekonomi secara umum terhadap
perubahan atau perkembangan khusus di sektor
ekonomi tertentu yang mungkin berpengaruh terhadap
kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
6) Tagihan awal
Cara paling nyata tetapi paling mudah dilupakan
untuk mempercepat penagihan adalah mengirimkan faktur ke
pelanggan sedini mungkin. Para pelanggan memiliki
kebiasaan membayar tagihan yang berbeda. Beberapa dari
mereka membayar tagihan mereka pada tanggal batas
diskon atau pada tanggal jatuh tempo terakhir (atau
setelahnya), sementara lainnya membayar segera setelah
menerima faktur. Dalam segala kondisi percepatan
pembuatan dan pengiriman faktur akan menghasilkan
pembayaran yang lebih cepat, karena penerimaan faktur
yang lebih awal akan menimbulkan tanggal diskon serta jatuh
tempo lebih awal pula.
Untuk menganalisis kredit diperlukan informasi-
informasi mengenai pelanggan mulai dari tingkat likuiditas
maupun tingkat profitabilitas perusahaan pelanggan.
21
Sumber-sumber informasi yang diperlukan itu
menurut Van Horne (1998, hlm 371 – 373) adalah :
a) financial statement
b) credit ratings and report
c) bank checking
d) trade checking
e) the company’s own experience
Analisis kredit ini sangat penting dalam pengelolaan
piutang karena analisis kredit merupakan langkah awal untuk
menentukan apakah pengajuan permohonan kredit tersebut
diterima atau tidak. Kesalahan dalam menganalisis dapat
menyebabkan bertambahnya piutang tak tertagih. Setelah
menganalisis informasi kredit, perusahaan akan membuat
credit rating untuk menilai pelanggannya. Credit rating adalah
tingkatan dalam persentase pemberian kredit terhadap
pelanggan. Contoh credit rating dapat disajikan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 1
Credit Rating
Total Nilai
Keterangan
1 8 - 10 Memberi kredit dengan batas 60 persen dari penjualan
2 6 - 7,9 Memberi kredit dengan batas 40 persen dari penjualan
3 4 - 5,9 Memberi kredit dengan batas 40 persen dari penjualan
4 2 - 3,9 Memberi kredit dengan batas 10 persen dari penjualan
5 0 - 1,9 Untuk sementara tidak memberikan kreditSumber : I Made Darmadja(2002, hlm :75)
22
5. Pengertian Perputaran Piutang
Piutang usaha adalah hasil dari transaksi non-tunai, yakni
penjualan kredit. Siklus di mana piutang usaha menjadi kas
dinamakan perputaran piutang. Van Horne (2005) “Perputaran
piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang
perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam
penagihannya.”
Menurut Skousen dan Stice (2001) menyatakan bahwa :
”Piutang adalah sebuah ukuran analitis seberapa cepat akun
pelanggan dikumpulkan. Rumus perputaran piutang dagang adalah
penjualan kredit bersih dibagi dengan piutang dagang rata-rata
selama satu periode.” (hlm : 371)
Menurut Munawir (2002) menyatakan bahwa : “Piutang
usaha adalah piutang yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan
yang bersumber dari penjualan produk atau penyerahan jasa secara
kredit yang merupakan usaha utama dari perusahaan yang
bersangkutan.” (hlm : 5)
Menurut Bambang Riyanto (2001) menyatakan bahwa :
“Tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui
dengan membagi jumlah penjualan kredit selama periode tertentu
dengan jumlah rata-rata piutang.“ (hlm : 40)
Menurut Munawir (2002) menyatakan bahwa : “Posisi
piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
23
menghitung tingkat perputaan piutang tersebut dengan membagi
total penjualan kredit dengan piutang rata-rata.” (hlm :75)
a. Perhitungan perputaran piutang
Perhitungan perputaran piutang dirumuskan sebagai berikut :
1) rasio perputaran piutang :
Penjualan kredit tahunan bersih = _________________________
Piutang rata-rata
2) rasio rata-rata waktu penagihan :
Piutang X hari dalam setahun (360) = ____________________________
Penjualan kredit tahunan
3) rasio perputaran piutang dalam hari :
Jumlah hari dalam setahun (360) = ___________________________
Perputaran piutang
Atau
utang X jumlah hari dalam setahun (360) = __________________________________
Pembelian kredit tahunan
Sumber : Van Horne (2005, hlm 212 – 213)
4) rasio rata-rata piutang :
Saldo awal piutang + saldo akhir piutang = _________________________________
2
Sumber : Kieso (2001, hlm 409)
24
Gambar 1
Elemen Model Kerja
6. Piutang Ragu-Ragu
Dalam pencatatan piutang ragu-ragu, perusahaan yang
menaksir piutang ragu-ragu akan membuat ayat jurnal penyesuaian
pada setiap akhir periode akuntansi.
Adapun jurnal pencatatannya adalah :
Dr. Beban piutang ragu-ragu XXX
Cr. Cadangan piutang ragu-ragu XXX
Namun sebelumnya terdapat jurnal untuk mencatat
penghapusan piutang dagang yakni :
Dr. Cadangan piutang ragu-ragu XXX
Sales
Inventory Account receivable
Cash
Costumer
25
Cr. Piutang dagang XXX
Otorisasi atau kewenangan terhadap kebijakan ini berada
pada manajer kredit. Adakalanya piutang yang telah dihapuskan
dimunculkan kembali ketika kreditur membayar tagihannya. Maka
untuk jurnal pencatatannya adalah :
Dr. Cadangan piutang ragu-ragu XXX
Cr. Beban piutang ragu-ragu XXX
Dr. Piutang dagang XXX
Cr. Cadangan piutang ragu-ragu XXX
Dr. Kas XXX
Cr. Piutang dagang XXX
a. Skedul umur piutang
Skedul umur piutang adalah pengklasifikasian saldo
piutang pelanggan berdasarkan lamanya waktu piutang tersebut
tidak terbayar. Oleh karena dasar pembuatannya adalah waktu,
maka analisis ini disebut dengan analisis umur piutang usaha
(aging the accounts receivable).
Menurut Skousen dan Stice (2001) umur piutang adalah
metode paling lazim digunakan untuk membuat cadangan
beban kerugian piutang berdasarkan piutang berlebih. Metode
ini meliputi penganalisisan aku-akun individual untuk
menentukan akun-akun yang belum dan yang telah jatuh tempo.
26
Akun-akun yang telah jatuh tempo dikalasifikasikan menurut
lamanya waktu setelah jatuh tempo. (hlm : 367)
Estimasi persentase piutang tak tertagih akan meningkat
seiring dengan penambahan umur piutang. Hal ini akan
membuat perputaran piutang menjadi terganggu dan hal ini
adalah masalah bagi perusahaan.
Tabel 2
Contoh skedul umur piutang untuk DART COMPANY
Pelanggan SaldoBelum jatuh
tempoJumlah hari setelah jatuh tempo
1 - 30 31 - 60 61 - 90 > 90T.E. ADERT $ 600 $ 300 $ 200 $ 100
R.C. BORTZ 300 $ 300
B.A. CARL 450 200 $ 250
O.L. DIKER 700 500 200
T.O. EBBET 600 300 300
LAIN-LAIN 36950 26200 5200 2450 1600 1500
Jumlah $ 39600 $ 27000 $ 5700 $ 3000 $ 2000 $1900
Estimasi piutang
tak tertagih (%) 2% 4% 10% 20% 40%
Total estimasi
piutang tak
tertagih
$ 2228 $ 540 $ 228 $ 300 $ 400 $ 760
Sumber : Weygandt (2007, hlm 521)
7. Metode Penghapusan Piutang Tak Tertagih
27
a. Metode penghapusan langsung
Menurut Skousen dan Stice (2001) metode
penghapusan langsung dilakukan dengan cara
mengorganisir kerugian aktual dari akun yang tidak bisa
ditarik sebagai biaya selama peroide dimana piutang
menjadi dapat ditarik ; metode ini tidak sesuai dengan
GAAP. (hlm : 365)
Tgl Keterangan Debet Kredit
12Des Beban piutang tak tertagih 200
Piutang usaha- M.E. DORAN 200
Sumber : Weygandt (2007, hlm 515)
Kelebihan metode ini adalah :
1) Relatif lebih mudah untuk diterapkan.
2) Sederhana dalam prakteknya karena pencatatan dilakukan
sekaligus.
Kelemahan metode ini adalah :
1) Tidak representatif terhadap jumlah piutang yang
sesungguhnya (yang seharusnya dihapuskan sesuai analisis
umur piutang).
2) Tidak adanya kesesuaian antara pembebanan beban piutang
tak tertagih dengan pengakuan pendapatan di laporan laba-
rugi karena pencatatan sering kali dicatat pada periode yang
berbeda dengan pendapatan.
28
b. Metode penghapusan dengan penyisihan
Menurut Skousen dan Stice (2001) metode penyisihan
atau cadangan dilakukan dengan memperkirakan dari akun
yang tidak dapat ditarik sebagai biaya selama periode dimana
penjualan terjadi ; metode ini diwajibkan oleh GAAP. (hlm : 365)
Kelebihan metode penyisihan adalah :
1) Metode ini lebih dapat menjelaskan tentang keadaan piutang
tak tertagih yang sebenarnya secara representatif.
2) Terdapat kesesuaian pencatatan pembebanan sehingga
pendapatan yang dilaporkan bukan hanya “angka-angka”
semata.
Kelemahan metode ini adalah :
1) Metode ini lebih rumit untuk diterapkan karena akan selalu
terjadi penyesuaian terhadap pembebanan piutang maupun
pendapatan setiap adanya perubahan terhadap piutang.
2) Diperlukan bagian pencatatan yang memahami piutang secara
mendalam.
Tgl Keterangan Debet Kredit
31Des Beban piutang tak tertagih 12000
Penyisihan piutang tak tertagih 12000
Sumber : Weygandt (2007, hlm 516)
Jadi dengan jelas dikatakan, perusahaan yang kinerja baik
dalam penjualan kredit adalah perusahaan yang mampu
29
menyelesaikan segala penagihan piutangnya kepada para
pelanggan.
Namun, perlu diingat perusahaan bahwa bagian
penagihan yang terlalu agresif akan membuat pelanggan risih
dan berakibat pindahnya pelanggan kepada perusahaan lain dan
hal itu akan merugikan perusahaan itu sendiri.
C. Konsep Laba Bersih
Pada umumnya, ukuran yang sering kali digunakan untuk
menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahan adalah
dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan.
Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi
biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba yang dianut oleh organisasi
akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
positif antara pendapatan dan biaya.
1. Pengertian Laba Bersih
Menurut Horngren, et.al. (1997) mendefinisikan laba
sebagai berikut : “Laba merupakan kelebihan total pendapatan
dibandingkan total bebannya. Disebut juga pendapatan bersih atau
net earnings.”
Menurut Hansen and Mowen (2001) mendefinisikan
bahwa : “Laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak, biaya
bunga, biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan
30
dalam laporan rugi-laba dengan menyandingkan antara
pendapatan dengan biaya.” (hlm : 38)
2. Unsur-unsur Laba
Unsur-unsur laba antara lain :
a. Pendapatan
Aliran masuk atau kenaikkan aktiva suatu perusahaan atau
penurunan kewajiban yang terjadi dalam suatu periode
akuntansi, yang berasal dari aktivitas operasi dalam hal ini
penjualan barang(kredit) yang merupakan unit usaha pokok
perusahaan.
Hal ini berhubungan berhubungan dengan pengakuan piutang,
karena pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan
selesai dan janji pembayaran yang ditentukan diterima.
Saat berpindahnya kepemilikan barang berbeda-beda,
tergantung syarat penjualannya. Oleh karena itu, adalah hal
yang wajar untuk mengakui piutang ketika barang dikirim
kepada pelanggan, pada kondisi inilah kriteria pendapatan
umumnya terpenuhi.
b. Beban
Aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikkan kewajiban
dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas
operasi.
31
Menurut IAI (1994) dikutip dari Chariri dan Ghozali (2001)
“Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. “
c. Biaya
Biaya adalah kas atau nilai equivalen kas yang dikorbankan
untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan
masa ini dan masa datang untuk organisasi.
Biaya yang telah kadaluarsa disebut beban, tiap periode beban
dikurangkan dari pendapatan pada laporan keuangan rugi-laba
untuk menentukan laba periode.
Menurut FASB (1980) dikutip dari Chariri dan Ghozali (2001)
“Biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva
atau timbulnya hutang (kombinasi keduanya) selama satu
periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau
penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan lain yang
merupakan kegiataan utama suatu entitas.”
d. Untung-rugi
Keuntungan adalah kenaikkan ekuitas atau aktiva bersih yang
berasal dari transaksi insidental yang terjadi pada perusahaan
dan semua transaksi atau kejadian yang mempengaruhi
32
perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Selain yang berasal
dari pendapatan investasi pemilik.
e. Penghasilan
Penghasilan adalah hasil akhir penghitungan dari pendapatan
dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian dalam periode
tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam PSAK no.23 Ikatan
Akuntan Indonesia (2007) paragraf 70 menyatakan sebagai
berikut :
“Penghasilan (income) adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama
suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikkan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.”
Selanjutnya pada paragraf 74 dinyatakan : “ Definisi
penghasilan meliputi baik pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gain).”
3. Penggolongan Laba-Rugi
Laba-rugi dapat digolongkan menjadi :
a. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih positif antara penjualan dikurangi retur
penjualan dan potongan penjualan.
33
b. Laba usaha (operasi)
Laba usaha adalah laba kotor dikurangi harga pokok penjualan
dan biaya-biaya atas usaha.
c. Laba bersih sebelum pajak
Adalah laba yang diperoleh setelah laba usaha dikurangi
dengan biaya bunga.
d. Laba bersih
Adalah jumlah laba yang diperoleh setelah adanya pemotongan
pajak.
4. Pengukuran dan Pengakuan Laba
Menurut Stice (2004), terdapat pendekatan transaksi
(transaction approach) untuk mengukur laba yang menekankan
penghitungan langsung atas pendapatan dan beban.
Pendekatan transaksi, sering juga disebut sebagai metode
penandingan (matching method), berfokus pada kejadian ekonomis
yang mempengaruhi elemen tertentu pada laporan keuangan, yaitu
pendapatan, beban, keuntungan (laba), kerugian (rugi).
Menurut Niswonger (1999), konsep akuntansi yang
mendukung pelaporan dan beban terkait pada periode yang sama
disebut konsep penandingan atau prinsip penandingan (matching
principle). (hlm : 97)
Hal ini berkaitan dengan metode penghapusan piutang tak
tertagih yang terdiri dari dua metode yakni metode penghapusan
34
langsung dan metode penyisihan piutang, di mana metode yang
sesuai dengan dasar matching concept adalah metode penyisihan
yang besarnya beban kerugian piutang tak tertagih diestimasi
(berdasarkan pengalaman masa lampau) dalam periode berjalan,
yaitu saat terjadinya penjualan, bukan dalam periode pada saat
piutang tersebut benar-benar secara akrual tidak dapat ditagih.
Jadi, besarnya estimasi beban kerugian piutang tak tertagih ini
akan ditandingkan langsung dalam periode berjalan atau dalm
periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan
dilaporkan. Berbeda dengan metode penghapusan langsung yang
besarnya beban kerugian piutang tak tertagih akan dicatat pada
saat piutang tersebut benar-benar secara aktual tidak dapat ditagih
sehingga ada kemungkinan bahwa beban kerugian piutang tak
tertagih ini diakui atas penjualan yang telah terjadi dalam periode
sebelumnya, bukan atas penjualan yang terjadi dalam periode
berjalan. Namun, metode penghapusan langsung juga diperlukan
saat perusahaan mengalami situasi yang sangat tidak
memungkinkan bagi perusahaan untuk mengestimasi besarnya
piutang usaha yang tidak dapat ditagih sampai dengan akhir
periode, dan khusus bagi perusahaan yang menjual sebagian
besar barangnya secara tunai sehingga jumlah jumlah beban atas
piutang usaha yang tak tertagih dapat dikatakan sangat tidak
material.
35
5. Laporan Keuangan Laba - Rugi
Prinsip-prinsip umum (Munawir, 2004) yang diterapkan
adalah sebagai berikut :
a). Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari
usaha pokok perusahaan diikuti dengan harga pokok dari
barang atau jasa yang dijual.
b). Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operationil yang
terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi
(operating expense).
c). Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar
operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya
yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating /
financial income dan expense).
d). Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi insidentil (extra
ordinary gain or loss) sehingga diperoleh laba bersih sebelum
pajak penghasilan.
(hlm : 26)
Pelaporan laba – rugi dapat dilakukan dengan dengan
beberapa bentuk laporan keuangan laba-rugi. Antara lain : laporan
bentuk langsung atau single step dan laporan bentuk bertahap atau
multiple step.
36
Contoh Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung
Tabel 3
Seller Electronic
Laporan Laba-Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20X1
Pendapatan
Penjualan bersih XXXX
Pendapatan bunga XXXX
Keuntungan penjualan peralatan XXXX _____+
XXXXX
Harga pokok penjualan XXXX
Beban
Beban penjualan XXX
Beban administrasi XXX
Beban bunga XXX
Kerugian akibat vandalisme XX______ +
Total beban XXXXX _______ -
Laba bersih XXXX
Sumber : Weygandt (2007, hlm 281)
Dalam laporan laba – rugi langsung (single-step income statement), hasil
penjumlahan semua beban dikurangkan sekaligus dari hasil penjumlahan
semua pendapatan.
37
Tabel 4
Single Step
PT X
Laporan Rugi-Laba
Penghasilan Pokok XXXX
Penghasilan Non-operasional XXX
Penghasilan Insedentil XX _____-
Total Penghasilan XXXX
Harga Pokok Penjualan XXXX
Biaya Operasional XXX
Biaya Non-operasional XX_____ +
Total Biaya XXX _____-
Pendapatan Bersih XXX
Sumber : Skousen, Stice (2001, hlm : 266 – 267)
Laporan laba – rugi bertahap (multiple-step income statement) memuat
beberapa seksi, subseksi dan subtotal. Rincian yang akan disajikan pada
berbagai seksi berbeda dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain.
38
Tabel 5
Multiple StepPT X
Laporan Rugi-Laba
Penjualan Bruto XXX
Potongan dan Retur Penjualan XX_____
Penjualan Neto XXX
Harga Pokok Penjualan XXX ____-
Laba Kotor XXX
Biaya – Biaya Operasional :Biaya Penjualan XX
Biaya Umum dan Administrasi XX
___ +Total Biaya XXX
____-Laba Bersih XXX
Penghasilan dan Biaya Non-operasional
Penghasilan XX
Biaya XX___ -
Rugi / Laba Insidentil XX___-/+
Pendapatan Neto Sebelum Pajak XXX
Pajak XX
___ -
Pendapatan Bersih XXX
Sumber : Weygandt (2007, hlm 280)
Menurut Hansen dan Mowen (2001) laporan rugi-laba dapat
dinyatakan dalam persamaan naratif yakni :
39
Penghasilan operasi : pendapatan penjualan - beban variable -
beban tetap
Penghasilan operasi menyatakan penghasilan atau laba
sebelum pajak penghasilan.
Penghasilan bersih : penghasilan operasi - pajak penghasilan
Bagi peneliti dapat diartikan bahwa perputaran piutang dan
penjualan kredit sangat penting karena perputaran piutang akan
berdampak pada jumlah piutang yang berhasil menjadi kas dan
penjualan kredit akan menimbulkan piutang dan kedua hal ini akan
mempengaruhi laba bersih perusahaan, sehingga perlunya
dibuktikan kebenarannya dengan melakukan riset berupa
penulisan skripsi ini.
D. Penelitian Terdahulu
Berdasar pada penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Diah
Eka Restuwati (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Perputaran Piutang terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar Di BEI” diketahui terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara perputaran piutang terhadap laba bersih
dengan derajat hubungan : 84,3 % serta kontribusi pengaruh : 50,6 %
Di sisi lain, terdapat pula informasi tambahan dari I Made M.
Darmadja dalam Jurnal Ekonomi/Th.VII/01/Juli/2002 Universitas
40
Tarumanagara Jakarta yang berjudul “Piutang Dagang dan
Penanganannya.”
Maka dari itu, penulis akan meneliti lebih lanjut sejauh mana
pengaruh penjualan kredit dan perputaran piutang terhadap laba
bersih.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini dibuat untuk memberikan gambaran
yang jelas mengenai permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut
dalam skripsi ini dengan harapan dapat membantu dalam
pelaksanaan penelitian selanjutnya. Penulis membuat korelasi
hubungan antara independent variables (Perputaran Piutang dan
Penjualan Kredit) dengan dependent variable (Laba Bersih).
Gambar 2
Paradigma Hubungan antar Variabel
41
Penjualan kredit
Perputaran piutang
Laba bersih
F. Hubungan antara Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang
terhadap Laba Bersih
Pada bab satu telah dijabarkan bahwa dalam rangka
peningkatan jumlah penjualan, perusahaan cenderung memberikan
kredit bagi pelanggannya. Hal ini dilakukan hampir semua perusahaan
untuk memperluas pasar dan sedapat mungkin menguasai pasar,
yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan (going concern) di tengah kondisi ekonomi global yang
terguncang.
Dengan timbulnya piutang, mengharuskan perusahaan bekerja
lebih optimal lagi, terlebih pada hal-hal yang berhubungan dengan
pengendalian piutang : pengumpulan dan penagihannya, agar
kebijakan yang dijalankan tidak membuat perusahaan terganggu,
terutama arus kasnya.
Piutang merupakan elemen modal kerja (aktiva lancar) yang
cukup materiil dan selalu dalam kondisi berputar. Besar kecilnya
piutang juga dipengaruhi oleh efektifitas pengendalian piutang yang
diterapkan dan berkaitan dengan besar kecilnya piutang (investasi
dalam piutang), karena pengendalian yang tidak efektif
mengakibatkan piutang tidak tertagih tepat waktu.
Tingkat perputaran piutang yang tinggi akan secara otomatis
membuat rata-rata pengumpulan piutang akan menjadi lebih cepat
sehingga investasi dalam piutang serta resikonya berkurang.
42
Perputaran piutang yang tinggi mengindikasikan jumlah
penjualan yang tinggi pula dan mempengaruhi pendapatan secara
mutlak. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan penjualan juga
hendaknya tidak hanya bertumpu pada strategi kebijakan penjualan
kredit semata, tetapi juga harus memperhatikan efisiensi dan
efektifitas piutang itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa
penjualan kredit harus dikendalikan dengan kebijakan kredit yang
cermat dan sehat serta menguntungkan bagi perusahaan, sehingga
penjualan tetap meningkat sementara perputaran piutang tetap stabil
atau bahkan lebih cepat, yang pada akhirnya akan meningkatkan
perolehan laba bersih.
G. Hipotesis
Untuk mengetahui ada atau tidak hubungan dan pengaruh
antara independent variables (Perputaran Piutang dan Penjualan
Kredit) dengan dependent variable (Laba Bersih). Maka penulis akan
melakukan pengujian lebih lanjut dengan melakukan uji hipotesis.
Yaitu untuk mengetahui hubungan antara perputaran piutang
dan penjualan kredit dengan laba bersih dan untuk mengetahui
pengaruh antara perputaran piutang dan penjualan kredit terhadap
laba bersih.
Ha koefisien regresi : perputaran piutang dan penjualan kredit
mempunyai pengaruh positif terhadap laba bersih.
43
Ha koefisien korelasi : perputaran piutang dan penjualan kredit
mempunyai hubungan dengan laba bersih.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian secara asosiatif atau pengaruh (untuk mengetahui pengaruh
antara variabel yang dianalisa).
Tabel 6
Jenis penelitian
Jenis-jenis Penelitian
Tujuan
Metode Tingkat Eksplanasi
Analisis & Jenis Data
a. Murni b. Terapan
a. Survey b. Ex. Post Facto c. Eksperimen d. Naturalistik e. Policy Research f. Action Research g. Evaluasi h. Sejarah
a. Deskriptif b. Komparatif c. Asosiatif
a. Kuantitatif b. Kualitatif c. Gabungan
Menurut Sugiyono (2008) jenis penelitian semacam ini adalah
jenis penelitian asosiatif no. 4 yakni “ secara bersama-sama terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X1 dan X2 dengan
variabel Y” , maka dalam hal ini penjualan kredit dan perputaran
piutang dengan laba bersih. (hlm : 256)
4545
Menurut Neumen (2003) dikutip dari Sugiyono (2008)
menyatakan bahwa : “Researchers use theory differently in various
types of research but, some type of theory is present in most social
research.”
Suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan
pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah.
Usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau
mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin
tahu manusia.
Berdasarkan tujuan, penelitian dapat dibedakan atas: (1)
penelitian dasar dan (2) penelitian terapan. Prosedur yang digunakan
yang digunakan oleh penelitian dasar dan penelitian terapan secara
substansi tidak berbeda. Keduanya menggunakan metode ilmiah yang
berguna membantu peneliti bisnis untuk mengetahui dan memahami
fenomena bisnis. Esensi dari penelitian, apakah itu penelitian dasar
atau terapan, terletak pada metode ilmiah. Secara teknis perbedaan
kedua jenis penelitian tersebut terletak pada tingkat permasalahan
(matter of degree) daripada substansinya itu sendiri.
Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research atau
pure research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu
pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung
untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus.
Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada
atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali
46
yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep
atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta
kesimpulan tentang fenomena yang diamati. (Wibisono, 2002: 4-5).
Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan teori yaitu:
Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji
teori pada keadaan tertentu.
Penelitian induktif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui
pengungkapan fakta.
Metode Penelitian adalah: Cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah = didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
• Rasional = Penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk
akal sehinggga terjangkau oleh penalaran manusia.
• Empiris = Cara yang digunakan dapat diamati dengan indera
manusia.
• Sistematis = Proses penelitian menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis
Menurut Siti Rahayu Haditono (1999) dikutip dari Sugiyono
(2008) menyatakan bahwa : “Suatu teori akan memperoleh arti
penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan
memprediksi gejala yang ada.”
47
B. Objek Penelitian
1. Populasi
Data-data yang rencananya akan digunakan dalam
penelitian adalah data perputaran piutang, nilai penjualan kredit,
dan nilai laba bersih pada perusahan dagang yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2008
2. Sample
Teknik sample yang rencananya akan digunakan adalah
non-probability sampling dan dengan teknik pengambilan
keputusan, di mana anggota sampling dipilih dengan pertimbangan
tertentu berdasarkan tujuan penelitian walaupun secara
representatif rendah namun mengingat waktu, biaya dan tenaga
yang terbatas maka peneliti menggunakan teknik ini. Perusahan
yang akan dijadikan sample ada pada kelompok perdagangan
dengan kriteria adalah sebagai berikut :
a. Perusahan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2006 – 2008.
b. Data perusahaan tersebut lengkap dengan variabel yang teliti.
C. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Independen (X)
Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perputaran piutang dan penjualan kredit.
48
a. Penjualan kredit (X1)
Merupakan teransaksi penjualan yang dilakukan tanpa
pembayaran langsung tunai atau cash, sehingga para pembeli
mendapatkan kemudahan dalam hal pembayaran dan hal ini
juga salah satu yang dapat meningkatkan jumlah pembeli
maupun pembelian yang pada akhirnya akan memberikan
kontribusi pada laba.
b. Perputaran piutang (X2)
Merupakan angka yang didapat dengan membagi jumlah
penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-
rata piutang, menentukan seberapa berhasilnya perusahaan
dalam melakukan penagihan terhadap piutang-piutang
usahanya dalam rangka mendapatkan laba.
2. Variabel Dependen (Y)
Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah
laba bersih, yaitu laba yang berasal dari operasional perusahaan
setelah dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Laba bersih
adalah salah satu alat penukuran kinerja perusahaan yang
dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan secara periodik.
D. Jenis, Sumber Dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Menurut sifatnya, jenis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data kuantitatif, yakni data-data yang
49
berbentuk angka-angka yang terdapat dalam hasil laporan
keuangan sehingga pengolahan data diperlukan alat bantu dalam
hal ini adalah statistik dan juga data ini masuk dalam kategori data
dokumenter, yakni jenis data penelitian yang antara lain berupa
laporan-laporan.
2. Sumber Data
Menurut sumbernya, data penelitian ini termasuk data
sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Sumber data yang
dijadikan acuan adalah berdasarkan sumber data eksternal, yakni
data yang diperoleh dari luar perusahaan, jadi peneliti mengambil
data melalui individu atuapun organisasi di luar perusahaan namun
yang telah diakui kebenarannya secara umum.
3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, yakni pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek
(benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan
dan komunikasi dengan organisasi yang diteliti, dalam hal ini
observasi dilakukan secara tidak langsung karena melalui
perantara (data sekunder).
50
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah non-
participant observation, si peneliti tidak menjadi bagian dari proses
operasi perusahaan namun, sangat tergantung pada si peneliti itu
sendiri, dengan instrumennya yakni observasi terstruktur.
E. Rancangan Analisis
Rancangan analisis merupakan langkah yang dilakukan untuk
menganalisis data. Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul
akan dianalisis sehingga dapat menghasilkan informasi yang berguna
bagi pihak yang memerlukannya.
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis
data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan
pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis
merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
Dalam penelitian kali ini, penulis hanya menggunakan uji
normalitas untuk normalisasi data, uji regresi untuk menilai pengaruh
antar variabel, dan uji korelasi untuk menilai hubungan antar variabel.
Berhubung data yang digunakan adalah data sekunder, maka uji
asumsi klasik tidak digunakan, karena data sekunder tersebut
bersumber pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang
telah di audit oleh auditor independen, sehingga kewajarannya dapat
dipertanggungjawabkan.
51
Suparanto (2000) menurutnya hipotesis pada dasarnya
merupakan suatu anggapan yang mungkin benar dan sering
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan dari
suatu permasalahan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Suatu pengujian hipotesis statistik ialah prosedur yang
memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk
menolak atau menerima hipotesa yang sedang diuji.
1. Statistik Deskriptif
Statistik merupakan sekumpulan metode yang diperlukan
dalam proses analisis data penelitian untuk dapat
menginterpretasikan berbagai karakteristik data dan menarik
kesimpulan yang masuk akal berdasarkan data tersebut, sehingga
memberikan gambaran secara umum mengenai objek penelitian
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya.
a. Mean
fi.miX =
fi
Keterangan:
X = Mean
fi = Frekuensi kelas
mi = Titik tengah interval kelas
52
b. Median
Md = Lo + ( n/2 – ( f 1 )o ) i fm
Keterangan:
Md = Median
Lo = Batas bawah sebenarnya kelas yang mengandung
median
n/2 = Posisi Median
( f)o= Frekuensi komulatif sampai dengan kelas sebelum
median
fm = frekuensi mutlak kelas median
i = Interval kelas
c. Modus
(f1)oMo = Lo + ( ) i
(f1)o + (f2)o
Keterangan:
Mo = Modus
Lo = Batas bawah sebenarnya yang mengandung modus
(f1)o = Selisih frekuensi kelas yang mengandung modus dengan
kelas sebelumnya
(f2)o = Selisih frekuensi kelas yang mengandung modus dengan
kelas sesudahnya
i = Interval kelas
53
d. Standar deviasi
fi (mi – X )²S =
fi
Keterangan:
S = Standar deviasi
f i = Frekuensi kelas
mi = Titik tengah interval kelas
Dalam hal pengolahan data, penulis menggunakan alat
bantu statistik berupa software SPSS ver. 16 untuk memudahkan
penulis dalam mengolah data-data tersebut.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah langkah awal dalam proses analisis,
walaupun hal ini tidak selalu dibutuhkan namun bila sebelum
melakukan analisis terlebih dahulu dilakukan uji normalisasi, hasil
analisa akan lebih baik karena variabel akan berdistribusi normal.
Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan adalah
probabilitas yakni :
Jika signifikan > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika signifikan < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal
54
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Korelasi
Korelasi digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel yang akan diteliti. Korelasi dapat diartikan sebagai
hubungan.
Arah hubungan antara variabel dapat dibedakan menjadi:
a) Direct correlation (positive correlation).
Perubahan pada satu variabel diikuti perubahan variabel yang
lain secara teratur dengan arah gerakan yang sama.
b) Inverse correlation (negative correlation).
Perubahan pada satu variabel diikuti perubahan variabel yang
lain secara teratur dengan arah gerakan yang berlawanan.
c) Nihil correlation.
Arah hubungan kedua variabel yang tidak teratur.
Koefisien korelasi sering dilambangkan dengan huruf (r).
Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0
sampai +1 atau 0 sampai -1. Apabila korelasi mendekati +1 atau -1
berarti terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya korelasi yang
mendekati nilai 0 bernilai lemah. Apabila korelasi sama dengan 0,
antara kedua variabel tidak terdapat hubungan sama sekali. Pada
korelasi +1 atau -1 terdapat hubungan yang sempurna antara
kedua variabel. Notasi positif (+) atau negatif (-) menunjukkan arah
hubungan antara kedua variabel. Pada notasi positif (+), hubungan
antara kedua variabel searah, jadi jika satu variabel naik maka
55
variabel yang lain juga naik. Pada notasi negatif (-), kedua variabel
berhubungan terbalik, artinya jika satu variabel naik maka variabel
yang lain justru turun.
Penyelidikan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel biasanya diawali dengan usaha untuk menemukan bentuk
terdekat dari hubungan tersebut dengan cara menyajikannya dalam
bentuk diagram pencar (scatter plot). Diagam ini menggambarkan
titik-titik pada bidang X1, X2 dan Y dimana setiap titik ditentukan
oleh pasangan nilainya.
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam uji signifikansi
korelasi linier adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesa awal
2) Menentukan taraf nyata (probabilitas yang menolak hipotesa)
3) Menentukan alat uji statistik
4) Menentukan daerah keputusan dimana hipotesa nol ditolak /
diterima (nilai kritis)
5) Menarik kesimpulan atas hasil uji korelasi.
Dalam penelitian ini, analisis korelasi akan sangat berguna
dalam mengukur seberapa besarnya hubungan antara perputaran
piutang (X1) dan penjualan kredit (X2) dengan laba bersih (Y).
56
b. Koefisien Regresi
Regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh yang timbul
terhadap variabel dependen bila adanya perubahan pada variabel
independen.
Regresi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + еi
∑ y = a + b1 ∑x1 + b2 ∑x2
∑ x1y = a ∑x1 + b1 ∑x1 + b2 ∑x1 x2
∑x2y = a ∑x1 + b1 ∑x1 + b2 ∑x2
Keterangan :
Y = variabel dependen (laba bersih)
a = koefisien konstanta
b1= koefisien regresi penjualan kredit
X1= variabel indpenden (penjualan kredit)
b2= koefisien regresi perputaran piutang
X2= variabel independen (perputaran piutang)
ei = kesalahan prediksi (error)
Dalam hal ini, analisis data menggunakan program SPSS ver
15.00 sehingga penghitungan dapat diketahui hasilnya secara
langsung.
1) Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur
besarnya kontribusi variansi X terhadap variansi atau naik turunnya
57
Y, sedangkan variansi lainnya disebabkan oleh faktor lain yang
juga mempengaruhi.
Koefisien ini disebut juga sebagai koefisien penentu, karena
variasi yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan
melalui variasi yang terjadi pada variabel independen. Yakni untuk
mengetahui sumbangan pengaruh variabel independen (X1,X2,…Xn)
secara serentak terhadap variabel dependen (Y).
Sugiyono (2008) menurutnya koefisien determinasi adalah
instrumen untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan hasil
dari koefisien korelasi yang telah ditemukan hasilnya terlebih dulu,
kemudian dikalikan dengan 100. Perhitungan koefisien determinasi
dapat diuraikan dalam rumus :
KD = (r2)x 100%
2) Uji F atau ANOVA
Uji F atau ANOVA dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen (X1,X2,…Xn) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Atau untuk mengetahui model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang
terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
58
Uji hipotesa serentak ini membandingkan antara nilai F
hitung dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan tertentu.
Tahap-tahap untuk melakukan Uji F adalah sebagai berikut :
a). Merumuskan hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Penjualan
Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba Bersih
Ha : Terdapat pengaruh secara signifikan antara Penjualan
Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba Bersih
b). Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (ukuran standar yang
sering digunakan dalam penelitian).
c). Menentukan F hitung
F hitung diperoleh dari hasil (output) penghitungan SPSS.
d). Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df 1
(jumlah variabel – 1 ) = 2, dan df 2 (n-k-1)
e). Kriteria pengujian
1). Jika F hitung £ F tabel maka Ho diterima
2). Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak
f). Membandingkan F hitung dengan F tabel
g). Gambar Daerah Penentuan Ha
59
Gambar 3
Sumber : SPSS (Dwi Priyatno : 2008)
h). Menarik kesimpulan.
3) Uji t
Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen,
guna mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadat variabel dependen.
Tahap-tahap untuk melakukan Uji t adalah sebagai berikut :
a). Merumuskan hipotesa
Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen
b). Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%
60
Ho diterima
Ho ditolak
c). Menentukan t hitung
t hitung diperoleh dari hasil penghitungan SPSS.
d). Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
e). Kriteria pengujian
1). Jika -t tabel £ t hitung £ t tabel, maka Ho diterima
2). Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
f). Membandingkan t hitung dengan t tabel
g). Gambar Daerah Penentuan Ho
Gambar 4
Sumber : SPSS (Dwi Priyatno : 2008)
h). Menarik kesimpulan.
4) Uji Koefisien Beta
Uji koefisien beta digunakan untuk menunjukkan variabel
independen manakah yang paling dominan mempengaruhi
terhadap variabel dependennya. Keuntungan dengan
61
Ho ditolak Ho ditolakHo diterima
menggunakan standarized beta adalah mampu mengeliminasi
perbedaan inti ukuran pada variabel independen.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan standarized
beta adalah koefisien beta digunakan untuk melihat pentingnya
masing-masing variabel independen secara relatif.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah :
Ha : Penjualan Kredit lebih berpengaruh terhadap Laba Bersih
dibandingkan denganPerputaran Piutang.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Sampel
1. Gambaran Umum Sampel
Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan seleksi
pengumpulan data terhadap sampel perusahaan yang diambil
untuk dijadikan obyek penelitian, dengan cara mengamati data-data
yang diperoleh secara seksama sehingga sampel tersebut
memenuhi kriteria atau syarat dalam pemilihan sampel.
Bursa Efek Indonesia mengklasifikasikan emiten (perusahaan
yang go public) ke dalam beberapa sektor berdasarkan jenis usaha
atau produk yang dihasilkan. Sektor-sektor tersebut antara lain :
a. Pertanian
b. Pertambangan
c. Industri Dasar dan Kimia
d. Aneka Industri
e. Industri barang konsumsi
f. Properti dan Real Estate
g. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
h. Perdagangan, Jasa dan Investasi
6363
2. Sejarah Umum Bursa Efek
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak
jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia.
Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan
pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa
efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar
modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif
dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di
Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
64
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia
dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang
Dunia I
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama
Perang Dunia II
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri
kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan
(Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa
Efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh
Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM
(Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus
diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali
pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen
Cibinong sebagai emiten pertama.
65
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu.
Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat
lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen
Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987
(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan
untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan
Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi
dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan
dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember
88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan
untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi
pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi
dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT
Bursa Efek Surabaya.
66
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati
sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ
dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta
Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-
Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading)
mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak
jauh (remote trading).
2004 : Peningkatan pada tahun inin membuat BEJ menjadi
salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada
tahun tersebut.
2006 : Setelah sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat-
saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun
2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya
sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo
Bambang Yudhoyono.
67
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI). Penggabungan ini menjadikan Indonesia
hanya memilki satu pasar modal.
3. Daftar Perusahaan Sampel
Sampel penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah beberapa perusahaan yang bergerak di sektor industri
barang konsusmsi yang telah go public serta sahamnya terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan periode
tahun 2008.
Tabel 7
Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
perusahaan
Perusahaan Manufaktur yang listing di BEI
Perusahaan industri yang bukan barang konsumsi
Perusahaan industri barang konsumsi
Laporan Keuangan yang tidak sesuai kriteria penelitian
Perusahaan yang terpilih sebagai sampel
Jumlah observasi untuk masing-masing perusahaan
Jumlah observasi untuk seluruh perusahaan
140
(10 3 )
37
( 13 )
24
2
48
68
Berdasarkan tabel prosedur pemilihan sampel diatas
terlihat bahwa perusahaan manufaktur yang listing di BEI berjumlah
140 perusahaan. Seperti yang terlihat dalam tabel diatas, ada 103
perusahaan yang bukan perusahaan industri barang konsumsi.
Karena populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan industri barang konsumsi, maka perusahaan industri
barang konsumsi yang terdapat di BEI hanya berjumlah 37
perusahaan.
Setelah dilakukan pengamatan secara seksama, terdapat
perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian sehingga
hanya 24 perusahaan saja yang memenuhi kriteria yang
diantaranya :
a. Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
yang memperoleh laba bersih selama tiga tahun berturut-
turut (tidak mengalami kerugian)
b. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang
secara representatif dapat mewaklili populasi, terutama
dalam hal perputaran piutang, karena jika jarak (gap) antara
perusahaan skala besar dengan skala kecil akan sangat
jauh jaraknya.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, Penulis
menggunakan sampel dari perusahaan yang sesuai kriteria untuk
dua periode laporan keuangan, jadi sampel yang diambil sebanyak
48 buah.
69
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, yaitu :
Tabel 8
Daftar Nama Perusahaan SampelNo. Nama Perusahaan Jenis Usaha
1 Aqua Golden Missisipi Makanan dan minuman
2 Cahaya Kalbar Makanan dan minuman
3 Delta Djakarta Makanan dan minuman
4 Mayora Indah Makanan dan minuman
5 Multi Bintang Indonesia Makanan dan minuman
6 Sekar Laut Makanan dan minuman
7 Siantar Top Makanan dan minuman
8 Smart Makanan dan minuman
9 Tiga Pilar Sejahtera Food Makanan dan minuman
10 Tunas Baru Lampung Makanan dan minuman
11 Ultra Jaya Makanan dan minuman
12 Darya-Varia Laboratoria Farmasi
13 Indofarma Farmasi
14 Kalbe Farma Farmasi
15 Kimia Farma Farmasi
16 Merck Farmasi
17 Pyridam Farma Farmasi
18 Schering Plough Indonesia Farmasi
19 Tempo Scan Pasific Farmasi
20 Mandom Indonesia Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
21 Mustika Ratu Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
22 Uniliver Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
23 Kedawung Setia Industrial Peralatan rumah tangga
24 Langgeng Makmur plastic Peralatan rumah tangga
B. Analisis dan Pembahasan
70
1. Statistik Deskriptif
Nilai mean merupakan nilai rata-rata dari setiap variabel yang
diteliti. Nilai minimum merupakan nilai terkecil diantara nilai-nilai
yang ada dari setiap variabel. Nilai maksimum merupakan nilai
tertinggi diantara nilai-nilai yang ada dari setiap variabel. Dan
standar deviasi menggambarkan disperse atau variasi dari variabel-
variabel tersebut.
Hasil dari statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 9
Descriptive Statistics
48 64063800191 16094424718253 1880695891116,23 2826507355268,028
48 2 24 8,40 4,810
48 1743483869 1046389267147 132332851205,25 240266813719,811
48
x1
x2
y
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
Hasil penelitian statistik deskriptif diatas menjelaskan bahwa :
a. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh
penulis, dapat diartikan bahwa nilai rata-rata penjualan kredit
dari 24 perusahaan industri barang konsumsi yang diteliti
sebagai sampel yaitu sebesar Rp.1.880.695.891.116,-
dengan nilai terendah Rp. 64.063.800.191,-. Sedangkan nilai
tertinggi sebesar Rp. 16.094.424.718.253,- serta standar
deviasinya sebesar Rp. 2.826.507.355.268,-.
b. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh
71
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
48 48 48
1880695891116 8,40 132332851205
2826507355268 4,810 240266813720
,260 ,200 ,321
,244 ,200 ,321
-,260 -,110 -,293
1,803 1,386 2,222
,003 ,043 ,000
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
x1 x2 y
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
penulis, dapat diartikan bahwa nilai rata-rata perputaran
piutang dari 24 perusahaan industri barang konsumsi yang
diteliti sebagai sampel yaitu sebesar 8,4 X ≈ 8 X dengan
nilai terendah adalah 2 X. Sedangkan untuk nilai tertinggi
adalah 24 X serta standar deviasinya sebesar 4,810 X .
c. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan oleh
penulis, dapat diartikan bahwa nilai rata-rata laba bersih dari
24 perusahaan industri barang konsumsi yang diteliti
sebagai sampel yaitu sebesar Rp. 132.332.851.205,-
dengan nilai terndah adalah Rp. 1.743.483.869,-.
Sedangkan nilai tertinggi adalah Rp. 1.046.389.267.147,-
serta standar deviasi Rp. 240.266.813.719,-.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 10
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
72
x11.5E131.0E135.0E120.0E0
Freq
uenc
y
30
20
10
0
Histogram
Mean =1.88E12Std. Dev. =2.83E12
N =48
Normal
Berdasarkan hasil perhitungan One-sample Kolomogorov-
Smirnov Test menunjukkan nilai K-S untuk variabel Penjualan
1,803 dengan probabilitas signifikansi 0,003 dan nilainya di bawah
0,05 hal ini berarti variabel Penjualan berdistribusi tidak normal.
Nilai untuk variabel perputaran piutang 1,386 dengan probabilitas
signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,043 hal ini berarti variabel
Perputaran Piutang terdistribusi secara tidak normal. Nilai untuk
variabel Laba Bersih 2,222 dengan probabilitas signifikansi lebih
kecil dari 0,05 yaitu 0,000... hal ini berarti variabel Laba Bersih
terdistribusi secara tidak normal.
Data yang tidak berdistribusi secara normal dapat
ditransformasi menjadi normal dengan terlebih dulu melihat bentuk
grafik histogram. Berikut adalah grafik histogram untuk variabel
Penjualan Kredit, Perputaran Piutang dan Laba Bersih :
Gambar 5
73
x2252015105
Fre
quen
cy
12
10
8
6
4
2
0
Histogram
Mean =8.4Std. Dev. =4.81
N =48
Normal
y1.0E128.0E116.0E114.0E112.0E110.0E0
Fre
quency
40
30
20
10
0
Histogram
Mean =1.32E11Std. Dev. =2.4E11
N =48
Normal
Gambar 6
Gambar 7
74
Jika dilihat dari tiga bentuk histogram diatas, bentuk histogram
tersebut adalah Moderate Positive Skewness, yang dilihat dari
bentuk kurva yang arahnya menceng ke kiri. Bentuk transformasi
untuk Moderate Positive Skewness adalah SQRT (x) atau akar
kuadrat. Berikut adalah uji normalitas sesudah ditransform :
Tabel 11
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
48 48 48
1144615 2,7993 272866,3033
763343,0 ,75608 243121,891
,155 ,145 ,185
,155 ,145 ,185
-,121 -,093 -,171
1,073 1,007 1,279
,200 ,263 ,076
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
PenjualanPerputaran_
Piutang Laba_Bersih
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.0
Berdasarkan hasil perhitungan One-sample Kolomogorov-
Smirnov Test dengan data yang telah ditransfom menunjukkan nilai
untuk variabel Penjualan 1,073 dengan probabilitas signifikansi
lebih dari 0,05 yaitu 0,200 hal ini berarti variabel Penjualan Kredit
terdistribusi secara normal. Nilai untuk variabel Perputaran Piutang
1,007 dengan probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu
0,263 hal ini berarti variabel Perputaran Piutang terdistribusi secara
normal. Sedangkan untuk variabel Laba Bersih 1,279 probabilitas
signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,076
75
Setelah melihat hasil uji normalitas diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini layak untuk dilanjutkan ke
pengujian tahap berikutnya.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Koefisien Korelasi
Analisa korelasi digunakan untuk menghitung seberapa
kuat hubungan antara Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang,
terhadap Laba Bersih. Dimana dalam penelitian ini
menggunakan korelasi Pearson (Product Moment).
Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika signifikan < 0,05 maka terdapat hubungan.
2) Jika signifikan > 0,05 maka tidak terdapat hubungan.
Interpretasi koefisien korelasi:
0.00 – 0.199 Hubungan sangat lemah
0.20 – 0.399 Hubungan sangat rendah
0.40 – 0.599 Hubungan sedang
0.60 – 0.799 Hubungan kuat
0.80 – 1.000 Hubungan sangat kuat
76
Hasil korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12
Correlations
1 ,501** ,876**
,000 ,000
48 48 48
,501** 1 ,365*
,000 ,011
48 48 48
,876** ,365* 1
,000 ,011
48 48 48
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Penjualan
Perputaran_Piutang
Laba_Bersih
PenjualanPerputaran_
Piutang Laba_Bersih
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
Berdasarkan pengujian diatas, diketahui korelasi Pearson
antara Penjualan Kredit terhadap Laba Bersih sebesar 0,876
dan signifikansi 0,000 < 0,01 artinya Penjualan Kredit
mempunyai hubungan positif dan sangat kuat terhadap Laba
Bersih. Korelasi Pearson Perputaran Piutang antara terhadap
Laba Bersih sebesar 0,365 dan signifikansi 0,011 > 0,05 artinya
Perputaran PIutang mempunyai hubungan positif dan sangat
rendah terhadap Laba Bersih.
b. Analisis Koefisien Regresi Berganda
Koefisien regresi dinyatakan dalam bentuk persamaan
regresi. Adapun persamaan regresi berganda digunakan untuk
77
menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
24896,681 66183,089 ,376 ,709
,295 ,026 ,926 11,350 ,000
-32060,1 26244,352 -,100 -1,222 ,228
(Constant)
Penjualan
Perputaran_Piutang
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Laba_Bersiha.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
Model persamaan regresi berdasarkan hasil diatas adalah:
Ŷ = 24896,681 + 0,295 X1 – 32060,1 X2 + ei
Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah :
Konstanta sebesar 24896,681 artinya jika Penjualan Kredit
(X1) dan Perputaran Piutang (X2) nilainya adalah 0, Laba Bersih
(Y) nilainya positif yaitu Rp. 24896,681,-.
Koefisien regresi Penjualan Kerdit (X1) sebesar 0,295
artinya jika Penjualan Kredit mengalami kenaikan Rp. 1,- maka
laba bersih akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 0,295.
koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
Penjualan Kredit dengan Laba Bersih, semakin naik Penjualan
Kredit maka semakin meningkatkan Laba Bersih.
78
Koefisien regresi Perputaran Piutang (X2) yang memiliki
nilai sebesar -32060,1 artinya jika perputaran mengalami
kenaikan 1X maka Laba Bersih akan mengalami penurunan
sebesar Rp. 32060,1,-. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi
hubungan negatif antara Perputaran Piutang dengan Laba
Bersih, semakin naik Perputaran Piutang maka akan semakin
menurunkan Laba Bersih.
1) Analisis Uji t
Uji t (uji secara parsial) digunakan untukmenunjukkan
apakah variabel independen secara individu mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian koefisien regresi variabel Penjualan Kredit
a) Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara Penjualan
Kredit terhadap Laba Bersih.
Ha : Ada pengaruh signifikan antara Penjualan Kredit
terhadap Laba Bersih.
b) Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%.
c) Menentukan t hitung
t hitung diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah
12,343. Seperti yang terlihat dalam tabel 16 berikut ini :
79
Tabel 14
Hasil Uji Parsial (Uji t) untuk Penjualan Kredit
Coefficientsa
-46633,1 31012,970 -1,504 ,140
,279 ,023 ,876 12,343 ,000
(Constant)
Penjualan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Laba_Bersiha.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
d) Menentukan t Tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 48-2-1 = 45 (n
adalah jumlah kasus dan k adalah variabel independen).
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil
diperoleh untuk t tabel sebesar 2,014 (lihat lampiran).
e) Kriteria pengujian
1) Jika -t hitung > -t tabel, maka Ho ditolak.
2) Jika -t hitung < -t tabel, maka Ho diterima.
f) Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung > t tabel ( 12,343 > 2,014), maka Ho ditolak.
g) Gambar Daerah Penentuan Ho
80
Gambar 8
Daerah Penentuan Ho untuk Uji t Penjualan Kredit
h) Penjelasan
Berdasarkan tabel , dapat diketahui bahwa variabel
Penjualan Kredit (X1) memiliki signifikansi thitung sebesar
12,343 lebih kecil dari ttabel sebesar dan jika dilihat dari
nilai probabilitas thitung sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
maka Ha1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Laba Bersih (Y) secara parsial dipengaruhi oleh
Penjualan Kredit (X1).
Pengujian koefisien regresi variabel Perputaran Piutang
a) Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara Perputaran
Piutang terhadap Laba Bersih.
Ha : Ada pengaruh signifikan antara Perputaran Piutang
terhadap Laba Bersih.
81
Ho ditolak Ho ditolak
-2,014 2,014
Ho diterima
12,343
b) Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%.
c) Menentukan t hitung
t hitung diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah
2,655. Seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 15
Hasil Uji Parsial (Uji t) untuk Perputaran Piutang
Coefficientsa
-55298,0 127921,2 -,432 ,668
117230,8 44147,948 ,365 2,655 ,011
(Constant)
Perputaran_Piutang
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Laba_Bersiha.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
d) Menentukan t Tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 48-2-1 = 45 (n
adalah jumlah kasus dan k adalah variabel independen).
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil
diperoleh untuk t tabel sebesar 2,014 (lihat lampiran).
e) Kriteria pengujian
1) Jika -t tabel < -t hitung, maka Ho diterima.
2) Jika -t hitung > -t tabel, maka Ho ditolak.
f) Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai -t hitung > -t tabel ( 2,665 > 2,014), maka Ho ditolak.
g) Gambar Daerah Penentuan Ho.
82
Ho diterima
Gambar 9
Daerah Penentuan Ho untuk Uji t Perputaran Piutang
h) Penjelasan
Sedangkan berdasarkan tabel , dapat diketahui bahwa
variabel Perputaran Piutang (X2) memiliki signifikansi thitung
sebesar 2,665 lebih besar dari ttabel sebesar 2,014 dan
jika dilihat dari nilai probabilitas thitung sebesar 0,011 lebih
kecil dari 0,05 maka Ha2 diterima yang dapat
disimpulkan bahwa variabel Perputaran Piutang (X2)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Laba
Bersih (Y).
2) Analisis Uji F atau ANOVA
Uji F (uji secara simultan) digunakan untuk menguji
apakah secara bersama-sama seluruh variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
83
Ho ditolak Ho ditolak
- 2,014 2,014 2,665
Tahap-tahap untuk melakukan Uji F adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara
Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang terhadap
Laba Bersih.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara Penjualan
Kredit dan Perputaran Piutang terhadap Laba
Bersih.
b) Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi
5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering
digunakan dalam penelitian).
c) Menentukan F hitung
F hitung diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah
77,738. Seperti yang terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 16
Hasil Uji F atau ANOVA (Uji Simultan)
ANOVAb
2154504321987 2 1077252160993 77,738 ,000a
623583599886,7 45 13857413330,816
2778087921873 47
Regression
Residual
Total
Model1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Perputaran_Piutang, Penjualana.
Dependent Variable: Laba_Bersihb.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
84
d) Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat kayakinan 95%, a = 5%, df
1 (jumlah variabel – 1) = 3, dan df 3 (n-k-1) atau 48-2-1 =
45 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel
independen). Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar
3,204 (lihat lampiran).
e) Kriteria pengujian
1) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima.
2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak.
f) Membandingkan F hitung dengan F tabel
Nilai F hitung > F tabel (77,738 > 3,204), maka Ho
ditolak.
g) Gambar Daerah Penentuan Ho.
Gambar 10
Daerah Penentuan Ho untuk Uji F atau ANOVA
h) Penjelasan
Berdasarkan tabel , untuk melihat pengaruh secara
serentak dilakukan dengan uji F yaitu pengujian secara
85
Ho diterima
Ho ditolak
3,204 77,738
serentak pengaruh variabel Penjualan Kredit (X1) dan
Perputaran Piutang (X2) terhadap Laba Bersih (Y). Pada
pengujian ini besarnya signifikansi Fhitung sebesar 77,738
lebih besar dari Ftabel sebesar 3,204 dan jika dilihat dari
nilai probabilitas Fhitung sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05
maka Ha3 diterima dan model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi Laba Bersih atau dapat dikatakan
bahwa Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang
berpengaruh terhadap Laba Bersih.
3) Analisis Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar variasi
dari variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan kedalam model. Banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R²
pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik karena
nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila suatu variabel
independen ditambahkan kedalam model.
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
86
Tabel 17
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
,881a ,776 ,766 117717,515Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Perputaran_Piutang, Penjualana.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R2 (Adjusted R
Square) sebesar 0,766 atau (76,6%). Hal ini menunjukkan
bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang)
terhadap variabel dependen (Laba Bersih) sebesar 76,6%.
Sedangkan sisanya (100% - 76,6% = 23,4%) sebesar 23,4%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
4) Analisis Uji Koefisien Beta
Uji koefisien beta digunakan untuk menunjukkan
variabel bebas manakah yang dominan mempengaruhi PER,
dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien beta yang
distandarisasi paling besar.
Hasil uji koefisien beta dapat dilihat pada tabel berikut :
87
Tabel 18
Hasil Koefisien Beta
Coefficientsa
24896,681 66183,089 ,376 ,709
,295 ,026 ,926 11,350 ,000
-32060,1 26244,352 -,100 -1,222 ,228
(Constant)
Penjualan
Perputaran_Piutang
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Laba_Bersiha.
Sumber : Data diolah dengan SPSS 15.00
Berdasarkan tabel , dapat diketahui bahwa variabel yang
paling dominan adalah variabel Penjualan Kredit yang
ditunjukkan dengan nilai Koefisien Beta yang distandardisasi
sebesar 0,926. Sehingga dapat dikatakan Ha4 diterima atau
dapat dikatakan bahwa Penjualan Kredit lebih berpengaruh
terhadap Laba Bersih dibandingkan dengan Perputaran
Piutang.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian mengenai pengaruh penjualan kredit dan perputaran
piutang terhadap laba bersih dapat ditarik beberapa kesimpulan.
Kesimpulan hasil penelitian ini terdiri dari kesimpulan umum dan
kesimpulan khusus.
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil analisis asosiatif yang telah diuraikan
dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
umum penelitian sebagai berikut :
a. Pengaruh penjualan kredit tergolong sangat tinggi dan secara
keseluruhan penjualan kredit nilai dalam rupiahnya meningkat
dari tahun ke tahun diiringi dengan kenaikan laba bersih.
b. Pengaruh perputaran piutang terbilang lemah terhadap laba
bersih , hal ini dikarenakan pengakuan pendapatan dinyatakan
ketika terjadi piutang dan baru akan mempengaruhi laba bersih
pada periode berikutnya ketika piutang tersebut tidak dapat
ditagih dan cenderung stabil dari tahun ke tahun.
c. Laba bersih merupakan indikator penting dalam menilai kinerja
suatu perusahaan, namun bukan satu-satunya indikator yang
89
89
dapat digunakan sebagai alat investasi, masih banyak faktor
lainnya.
2. Kesimpulan Khusus
Dari sampel data yang diperoleh dan proses pengolahan
data, maka penulis menyimpulkan bahwa :
a. Penjualan kredit memiliki pengaruh yang sangat kuat dan
signifikan terhadap laba bersih dengan koefisien regresi
sebesar 0,295 artinya jika Penjualan Kredit mengalami kenaikan
Rp. 1,- maka laba bersih akan mengalami peningkatan sebesar
Rp. 0,295.
Korelasi Pearson sebesar 0,876 dan signifikansi 0,000 < 0,01.
Hal ini disebabkan penjualan kredit berhubungan langsung
dengan pembentukan laba.
b. Perputaran piutang memang dapat disimpulkan mempengaruhi
laba bersih, namun tidak secara langsung dan sangat lemah
dengan koefisien regresi yang memiliki nilai sebesar -32060,1
artinya jika perputaran mengalami kenaikan 1X maka Laba
Bersih akan mengalami penurunan sebesar Rp. 32060,1,-
artinya terjadi hubungan negatif antara perputaran piutang
dengan laba bersih, semakin naik perputaran piutang maka
akan semakin menurunkan laba bersih, walaupun secara angka
tidak materiil.
Korelasi Pearson sebesar 0,365 dengan signifikansi 0,011 >
0,05 artinya mempunyai hubungan positif dan sangat rendah
90
terhadap laba bersih, contohnya ketika piutang tidak tertagih
dan menjadi beban biaya yang akan menurunkan laba bersih.
Pada prinsipnya, perputaran piutang yang semakin cepat akan
menghasilkan laba yang semakin besar, walaupun hal itu tidak
secara langsung. Namun, pada kenyataannya yang terjadi pada
sampel sebaliknya. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1). Adanya peningkatan terhadap piutang tak tertagih
2). Menurunya efektivitas penagihan perusahaan
3). Terlalu longgarnya kebijakan kredit
4). Krisis global yang terjadi pada tahun 2008
c. Hal tersebut wajar saja terjadi, karena di samping faktor-faktor
tersebut, teori-teori yang dianut pada umumnya berasal dari
negara maju separti Amerika, sehingga hal tersebut belum tentu
berlaku di negara lain, khususnya di Indonesia.
Karena banyak sekali faktor penyebab lainnya yang antara lain :
1). Kualitas SDM
2). Etos budaya dan peradaban
3). Persepsi dan pandangan
4). Kondisi ekonomi makro dan mikro
Dan pastinya masih ada faktor lainya yang tidak dapat
penulis sebutkan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman.
91
B. Saran
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dan kesimpulan
di atas, penulis mengemukakan saran-saran yang mungkin dapat
bermanfaat :
1. Dengan hasil analisis yang telah dikemukakan maka diharapkan
perusahaan-perusahaan lebih dapat meningkatkan efektivitas
pengendalian piutang, terutama di saat kondisi recovery pasca
krisis global seperti sekarang ini.
2. Perusahaan-perusahaan diharapkan tidak berinvestasi terlalu tinggi
pada piutang, karena hal ini akan mengganggu perputaran arus
kas, sehingga likuiditas perusahaan menjadi menurun.
3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk dapat lebih banyak
mencari referensi dan keterkaitan antar variabel sehingga dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi secara lebih baik dan
sempurna.
92
top related