pembelajaran biologi menggunakan metode proyek dengan lab real
Post on 12-Jan-2017
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN METODE
PROYEK DENGAN LAB REAL DAN AUDIOVISUAL
DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN SISWA DAN
KEMAMPUAN KERJASAMA
(Studi Kasus Siswa Kelas X SMA Negeri I Polanharjo Klaten
Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Materi Fungi)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh :
HESTY HANDAYANI
S830908016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN METODE PROYEK DENGAN LAB REAL DAN AUDIOVISUAL
DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN SISWA DAN KEMAMPUAN KERJASAMA
(Studi Kasus Siswa Kelas X SMA Negeri I Polanharjo Klaten
Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Materi Fungi)
Disusun oleh:
Hesty Handayani
S830908016
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
………………….
………. NIP. 195201161980031001 Sekretaris Prof. Dr. Ashadi
………………….
………. NIP. 195101021975011001 Anggota Penguji
1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, PhD ………………….
………. NIP. 19600809198612101
2. Dr. Sarwanto, M.Si ………………….
………. NIP. 196909011994031002
Mengetahui Direktur Ketua
Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, PhD Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195708201985031004 NIP. 195201161980031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Hesty Handayani. S830908016. 2010. “Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Proyek dengan Lab Real dan Audiovisual Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Kemampuan Kerjasama.” Tesis: Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar, (2) pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar, (3) pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, (4) interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar, (5) interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar, (6) interaksi antara keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, (7) interaksi antara metode proyek dengan lab real dan audiovisual, keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, pada materi fungi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah semua siswa kelas X SMA Negeri I Polanharjo Klaten. Sampel diambil secara cluster random sampling, sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas kelas X 4 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X1 sebagai kelas eksperimen II. Data dikumpulkan dengan metode tes dan angket. Data dianalisis dengan Anava tiga jalan dan dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar, Pvalue: 0.004 (kognitif), Pvalue: 0.000 (afektif dan psikomotorik), (2) terdapat pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar, Pvalue: 0.000 (kognitif dan psikomotorik), Pvalue: 0.032 (afektif), (3) terdapat pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, Pvalue: 0.011 (kognitif), Pvalue: 0.003 (afektif), Pvalue: 0.005 (psikomotorik), (4) tidak ada interaksi antara keingitahuan siswa dengan metode proyek lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar, Pvalue: 0.719 (kognitif), Pvalue: 0.185 (afektif), Pvalue: 0.854 (psikomotorik), (5) terdapat interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar, Pvalue: 0.015 (kognitif), Pvalue: 0.028 (psikomotorik), (6) tidak ada interaksi antara keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, Pvalue: 0.117 (kognitif), Pvalue: 0.941 (afektif), Pvalue: 0.264 (psikomotorik) (7) tidak ada interaksi antara metode proyek dengan lab real dan audiovisual, keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, P value: 0.115 (kognitif), Pvalue: 0.056 (afektif), Pvalue: 0.050 (psikomotorik). Implikasi terhadap pembelajaran yaitu pembelajaran lebih menarik, bermakna dan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses belajar. Kata kunci: Metode Proyek, lab real, audiovisual, keingintahuan, kemampuan
kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penelitian ini dapat tersusun
dengan baik. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan pada
program studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini dapat tersusun berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari
pembimbing serta berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberi
kesempatan untuk menempuh studi S2 program studi pendidikan sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
memberikan perijinan dan fasilitas untuk penyusunan penelitian.
3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku ketua prodi pendidikan sains
yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan dan fasilitas
akademik sehingga penelitian ini dapat tersusun.
4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan arahan khususnya dalam materi
penelitian
5. Dr. Sarwanto, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak
bantuan, arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Segenap Dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains yang telah
membantu kelancaran penyusunan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Petugas dan pegawai administrasi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah membantu fasilitas akademik demi kelancaran dalam
penyusunan penelitian.
8. Teman-teman mahasiswa S2 Pendidikan Sains angkatan September 2008
dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penyusunan penelitian.
Semoga Allah SWT memberikan ridho-NYA kepada semua pihak dan
mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya dan khususnya masyarakat pendidikan.
Surakarta, Maret 2010
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. iv
PERNYATAAN ............................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ............................................................................. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Teori Belajar ........................................................................ 11
a. Belajar menurut Ausubel............................................... 11
b. Perkembangan Intelektual oleh Piaget.......................... . 12
2. Model Pembelajaran ........................................................... 14
a. CTL ................................................................................ 14
b. Metode Proyek ............................................................... 17
3. Media Pembelajaran ........................................................... 21
a. Lab Real................................................ .......................... 21
b. Audiovisual.................... ................................................ 22
4. Keingintahuan .................................................................... 24
5. Sikap sosial dan Kerjasama ................................................. 27
6. Sosiometri ............................................................................. 30
7. Peran guru ............................................................................. 32
8. Prestasi Belajar ..................................................................... 33
9. Materi Fungi ......................................................................... 36
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 39
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 43
D. Hipotesis ................................................................................... 48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian .................................................... 50
B. Metode penelitian ...................................................................... 51
C. Populasi dan sampel .................................................................. 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Rancangan penelitian ................................................................ 52
E. Variabel penelitian .................................................................... 53
F. Teknik pengumpulan data ......................................................... 55
1. Instrumen pelaksanaan penelitian .................................. 55
2. Instrumen pengambilan data .......................................... 55
3. Uji coba instrumen
a. Uji coba tes kognirif ............................................... 55
b. Uji coba angket ....................................................... 60
c. Analisis Sosiometri ................................................. 62
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 63
1. Uji Prasyarat Analisis .................................................... 63
a. Uji Normalitas ........................................................ 64
b. Uji Homogenitas ..................................................... 65
2. Uji Analisis .................................................................... 66
a. Analisis Parametrik ............................................... 66
1) Pengujian Hipotesis ......................................... 66
2) Asumsi ............................................................. 66
3) Model ............................................................... 66
4) Hipotesis .......................................................... 67
5) Komputasi ........................................................ 69
6) Keputusan Uji ................................................... 73
7) Rangkuman ANAVA tiga jalan ........................ 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
8) Menentukan Kaidah Pengujian Hipotesis ......... 74
9) Uji Lanjut ANAVA .......................................... 76
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA ....................................... 79
A.Deskripsi data ....................................................................... 79
1. Data nilai prestasi belajar siswa ............................... 79
2. Deskripsi data keingintahuan siswa ......................... 86
3. Deskripsi data kemampuan kerjasama ..................... 89
B. Pengujian prasyarat analisis ................................................. 91
1. Uji Normalitas .......................................................... 91
2. Uji Homogenitas ....................................................... 93
C. Pengujian hipotesis penelitian ............................................. 94
1. Rangkuman hasil Anava 3 jalan ............................... 94
2. Uji lanjut Anava ....................................................... 97
D. Pembahasan hasil penelitian ................................................ 99
E. Kelemahan dan keterbatasan penelitian ............................... 111
BAB V. KESIMPULAN .................................................................................. 113
A.Kesimpulan ........................................................................... 113
B. Implikasi hasil penelitian ..................................................... 114
C. Saran-saran .......................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 116
LAMPIRAN .................................................................................................... 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Nilai biologi UH dan UHS............................................................ 4
Tabel 2 : Waktu penelitian............................................................................. 50
Tabel 3 : Desain Faktorial............................................................................. 52
Tabel 4 : Hasil validitas butir soal.......................................................... 56
Tabel 5 : Hasil tingkat kesukaran butir soal.................................................. 58
Tabel 6 : Hasil daya beda butir soal............................................................... 59
Tabel 7 : Hasil validitas butir soal keingintahuan........................................... 61
Tabel 8 : Hasil validitas butir soal aspek afektif............................................. 61
Tabel 9 : Hasil analisis sosiometri.................................................................. 63
Tabel 10 : Rancangan analisis statistik............................................................. 69
Tabel 11 : Letak Hasil Rangkuman Analisis Variansi.................................... 73
Tabel 12 : Rangkuman data prestasi belajar hasil penelitian berdasarkan
metode proyek dengan lab real dan audiovisual............................ 79
Tabel 12.1: Sebaran data prestasi belajar aspek kognitif yang diajar dengan
Metode proyek lab real................................................................... 80
Tabel 12.2: Sebaran data prestasi belajar aspek kognitif yang diajar dengan
Metode proyek audiovisual............................................................. 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel12.3: Sebaran data prestasi belajar aspek afektif yang diajar dengan
Metode proyek lab real................................................................... 82
Tabel 12.4: Sebaran data prestasi belajar aspek afektif yang diajar dengan
Metode proyek audiovisual............................................................. 83
Tabel 12.5: Sebaran data prestasi belajar aspek psikomotorik yang diajar
dengan metode proyek lab real....................................................... 84
tabel 12.6: Sebaran data prestasi belajar aspek psikomotorik yang diajar
dengan Metode proyek audiovisual............................................... 85
Tabel 13 : Deskripsi data keingintahuan siswa berdasarkan metode
proyek dengan lab real dan audiovisual.......................................... 86
Tabel 13.1: Sebaran data keingintahuan siswa kelas lab real.......................... 87
Tabel 13.2: Sebaran data keingintahuan siswa kelas audiovisual.................... 88
Tabel 14 : Deskripsi data kemampuan kerjasama berdasarkan metode
proyek dengan lab real dan audiovisual.......................................... 89
Tabel 14.1: Sebaran data kemampuan kerjasama kelas lab real....................... 89
Tabel 14.2: Sebaran data kemampuan kerjasama kelas audiovisual................. 90
Tabel 15 : Hasil uji normalitas prestasi belajar................................................. 91
Tabel 16 : Hasil uji normalitas keingintahuan dan kemampuan kerjasama...... 92
Tabel 17 : Hasil uji homogenitas prestasi belajar............................................. 93
Tabel 18 : hasil uji homogenitas keingintahuan dan kemampuan kerjasama... 93
Tabel 19 : Rangkuman hasil anava 3 jalan aspek kognitif............................... 94
Tabel 20 : Rangkuman hasil anava 3 jalan aspek afektif................................ 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 21 : Rangkuman hasil anava 3 jalan aspek psikomotorik...................... 96
Tabel 22 : Rangkuman komparasi ganda untuk aspek kognitif....................... 97
Tabel 23 : Rangkuman komparasi ganda untuk aspek afektif.......................... 98
Tabel 24 : Rangkuman komparasi ganda untuk aspek psikomotorik............... 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kerucut pengalaman Edgar Dale.................................................... 24
Gambar 2 : Attitude sebagai hasil evaluasi....................................................... 28
Gambar 3 : Diagram batang data kognitif, metode proyek lab real.................. 81
Gambar 4 : Diagram batang data kognitif, metode proyek audiovisual............ 82
Gambar 5 : Diagram batang data afektif, metode proyek lab real..................... 83
Gambar 6 : Diagram batang data afektif, metode proyek audiovisual.............. 84
Gambar 7 : Diagram batang data psikomotorik, metode proyek lab real.......... 85
Gambar 8 : Diagram batang data psikomotorik, metode proyek audiovisual... 86
Gambar 9 : Diagram batang data keingintahuan siswa kelas lab real............... 87
Gambar 10: Diagram batang data keingintahuan siswa kelas audiovisual........ 88
Gambar 11: Diagram batang data kemampuan kerjasama kelas lab real.......... 90
Gambar 12: Diagram batang data kemampuan kerjasama kelas audiovisual.... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus ...................................................................................... 123
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran fungi
Dengan Lab Real ...................................................................... 124
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran fungi
Dengan Media Audiovisual ...................................................... 133
Lampiran 4 : Kisi- kisi tes prestasi belajar dan tes kognitif ............................ 142
Lampiran 5 : Kunci jawaban tes kognitif ........................................................ 150
Lampiran 6 : kisi-kisi dan Angket Aspek Afektif uji coba ........................... 159
Lampiran 7 : Lembar observasi penilaian psikomotorik ................................ 163
Lampiran 8 : Kisi- kisi dan Angket psikomotorik ........................................ 164
Lampiran 9 : Angket Afektif (penelitian) ....................................................... 168
Lampiran 10 : Kisi-kisi dan Angket keingintahuan uji coba ............................ 171
Lampiran 11 : Angket keingintahuan (penelitian)............................................ 181
Lampiran 12 : Angket sosiometri ..................................................................... 188
Lampiran 13 : Analisis butir soal tes kognitif uji coba ..................................... 189
Lampiran 14 : Analisis angket keingintahuan uji coba ..................................... 197
Lampiran 15 : Data induk penelitian ................................................................ 203
Lampiran 16 : Uji normalitas keingintahuan .................................................... 206
Lampiran 17 : Uji normalitas kemampuan kerjasama ...................................... 207
Lampiran 18 : Uji normalitas kognitif .............................................................. 210
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 19 : Uji normalitas afektif ................................................................ 212
Lampiran 20 : Uji normalitas psikomotorik ...................................................... 214
Lampiran 21 : Uji homogenitas keingintahuan ................................................. 216
Lampiran 22 : Uji homogenitas kemampuan kerjasama ................................... 218
Lampiran 23 : Uji homogenitas kognitif ........................................................... 220
Lampiran 24 : Uji homogenitas afektif ............................................................. 222
Lampiran 25 : Uji homogenitas psikomotorik .................................................. 224
Lampiran 26 : Pengujian hipotesis anava 3 jalan (kognitif) ............................. 226
Lampiran 27 : Pengujian hipotesis anava 3 jalan (afektif)................................ 237
Lampiran 28 : Pengujian hipotesis anava 3 jalan (psikomotorik) ..................... 245
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan,
pembaruan pendidikan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nasional, sehingga pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK) yang diperbaharui dengan
Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 5 tahun dan semestinya
dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya,
pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih kurang memperhatikan ketercapaian
kompetensi siswa. Hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa
menghafal fakta-fakta dan sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan
antara konsep dengan implementasi konsep dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah,
yang pengajarannya dikelola secara tradisional tidak membantu peserta didik
dalam menerapkan pemahamannya terhadap cara seseorang harus belajar dan
menerapkan sesuatu yang dipelajari pada situasi baru. Pembelajaran seperti ini
kemudian disebut sebagai pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang
‘kering’ karena tidak menyertakan lingkungan bahkan tidak pula memanfaatkan
multimedia yang sebenarnya telah tersedia baik di alam maupun pada media
buatan, seperti yang tergambar dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada kemampuan
peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Neila Ramdhani (2008)
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bahwa “sesungguhnya manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio emosional
dan perkembangan kognitif”. Belajar lebih bermakna jika anak mengalami sendiri
konsep yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Kemudian, pengetahuan
tersebut dihubungkan dengan struktur kognitif mereka. Pembelajaran bermakna
dapat diterapkan melalui beberapa model pembelajaran, seperti cooperative
learning, problem based learning dan contextual teaching and learning, karena
model pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk aktif secara kognitif, afektif
dan psikomotorik dalam pembelajaran. Pengajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Hal ini disebabkan siswa dikonsentrasikan hanya untuk menguasai isi, tanpa
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) No. 20 Tahun 2003
pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Undang-undang tersebut mengisyaratkan adanya upaya-upaya untuk
mengembangkan kemampuan siswa agar mereka lebih berilmu, cakap, kreatif dan
tanggung jawab. Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro mengemukakan
tiga prinsip pembelajaran yaitu ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran
membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut
wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill
sehingga mereka menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, student-
oriented adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006, bukan dengan
teacher-oriented. Metode yang tepat untuk pembelajaran biologi yaitu metode
proyek, metode eksperimen, metode diskusi, GI dan STAD. Implikasi terhadap
pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara
optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tetapi harus dengan hands-
on, minds-on, konstruktivis dan daily life (kontekstual).
Pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) dapat dikonstruk melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik. Keotentikan kegiatan kurikuler terdukung oleh proses kegiatan perencanaan (designing) atau investigasi yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu. Siswa dapat didorong dalam proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif antar personal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif (Waras Kamdi, 2007). Kerja proyek dapat dilihat sebagai bentuk open-ended contextual activity-
based learning dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberikan
penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif yang
dilakukan dalam proses pembelajaran dalam periode tertentu. Menurut Waras
Kamdi (2007), ”Hakekat kerja proyek adalah kolaboratif” maka pengembangan
ketrampilan tersebut berlangsung di antara siswa. Kerja kelompok suatu proyek,
tergantung pada kekuatan individu dan cara belajar yang diacu untuk memperkuat
kerja tim sebagai suatu keseluruhan. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap sosial yang
tinggi dalam kelompok agar kerja proyek dapat berhasil. Sikap sosial dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berkelompok terwujud dalam kemampuan kerjasama. Kerjasama yang aktif dari
anggota kelompok sangat mendukung untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi selama proyek. Proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan
mengarahkan siswa lebih kolaboratif dari pada kerja secara individu. Proyek juga
dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat fakta ke eksplorasi ide.
Suasana belajar yang kondusif saat siswa melakukan metode proyek, dapat
memunculkan keingintahuan yang tinggi untuk memahami kegiatan yang
dilakukan. Keingintahuan memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan
belajar peserta didik.
Mengajar dalam arti menyajikan ide, masalah atau pengetahuan dalam
bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami peserta didik, bentuk sederhana
yang dimaksud dapat dikemas dengan mudah ketika rancangan pembelajaran
menyertakan lingkungan dan memanfaatkan multimedia. Pembelajaran yang
menyertakan lingkungan dan memanfaatkan multimedia untuk diterapkan di kelas
dapat mengantarkan peserta didik belajar lebih bermakna (meaning full learning)
dan belajar lebih menyenangkan (joyfull learning). Suasana pembelajaran seperti
ini dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Keberhasilan proses pembelajaran untuk aspek kognitif, dapat dilihat dari
prestasi nilai UH1 (Ulangan Harian), UH2 dan TAS kelas X (2008/2009) untuk
mata pelajaran biologi pada tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1. Nilai Biologi UH dan UAS semester 1 TP 2008/2009 kelas X
Kelas Kelas X-1 Kelas X-2 Kelas X-3 Kelas X-4 Kelas X-5 UH 1 70.4 69.5 71.3 71.1 69.2 Sd 1.27 1.23 1.50 1.77 1.28 Rentang 35-90 25-83 35-90 30-88 25-88 UH 2 54.2 55 62.6 60.3 52.9 Sd 1.20 1.30 1.45 1.41 1.20 Rentang 35-90 43-83 30-90 28-88 35-83 UAS 64.2 62.8 68 69.7 60.7 Sd 0.68 0.67 0.72 0.73 0.65 Rentang 50-78 50-80 50-80 46-85 50-87.8
(Sumber: Data statistik bagian pengajaran SMA 1 Polanharjo, Klaten).
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa terdapat nilai rata-rata yang berada
dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal tersebut dapat disebabkan penggunaan
metode atau model pembelajaran yang kurang tepat, dalam arti tidak
memberdayakan potensi siswa. Hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan
siswa menghafal fakta, tetapi siswa tidak memahami secara mendalam subtansi
dari materi tersebut.
Penyajian materi belum sepenuhnya memanfaatkan lab real atau media
audiovisual, sehingga kurang menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa. Fungi
merupakan materi pada siswa kelas X semester 1. Diperlukan kemampuan untuk
memahami konsep yang benar, kreatif dalam menstranfer pemahaman secara
abstrak menjadi nyata dan mampu menganalisis struktur fungsi dari fungi tersebut.
Media untuk memahami konsep fungi sebenarnya sudah tersedia di alam sekitar,
tetapi guru belum memanfaatkan media tersebut dan hanya mengajak siswa untuk
memahami materi secara abstrak.
Materi biologi untuk siswa SMA kelas X yaitu virus, monera, protista dan
fungi. Penyajian materi dengan mempertunjukkan gambar struktur fungsi objek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tersebut sangat membantu siswa dalam memahami materi, apabila objek tidak
dapat disajikan langsung kedalam kelas, guru dapat menggunakan media yang
berisi animasi struktur fungsi objek tersebut. Banyak terdapat media pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan guru dalam menyampaikan materi karena media yang
disebarluaskan sudah melalui koreksi oleh ahli media. Materi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah fungi, materi ini penting untuk dipelajari karena
terdapat keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menjembatani kekurangan
tersebut adalah CTL. Menurut Depdiknas (2003: 5) Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah “konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sehari-hari”. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran
yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi)
yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling). Hal
tersebut memberikan manfaat dari materi yang disajikan, motivasi belajar muncul,
dunia pikiran siswa menjadi konkret dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan
menyenangkan. Hasil penelitian Shamsid dan Smith (2006) menunjukkan bahwa
“From these findings, it appears that contextual teaching and learning practices take place regularly in a majority of consumer sciences classrooms. This was especially true with the practices of having students actively engaged, learning related to real life, and learning from each other”
(Dari hasil penelitian, muncul bahwa CTL mengambil bagian dalam sebagian
besar orang-orang yang belajar tentang Sains didalam kelas, hal ini dibenarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dengan praktek dari para siswa yang belajar aktif, belajar melalui kehidupan nyata
dan belajar dari orang lain). Model pembelajaran CTL diharapkan lebih bermakna
bagi siswa karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti
makna belajar, manfaat dan cara mencapainya.
Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu ”belajar bukan hanya
menghafal tetapi juga mengkonstruksi pengetahuan”(Sugiyanto, 2008: 19). Dalam
penerapannya konstruktivisme masih mengalami kekurangan, seperti hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ari Widodo (2007) bahwa ”penerapan prinsip-
prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran masih sangat terbatas serta urutan
pembelajaran kurang menampakkan urutan sebagaimana yang disarankan oleh
konstruktivis”. Oleh sebab itu, dalam menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme
atau CTL guru perlu memberikan bimbingan yang memadai agar pembelajaran
tidak menimbulkan kesulitan bagi siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berikut ini adalah identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang
masalah.
1. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan
ketercapaian kompetensi siswa.
2. Siswa dikonsentrasikan untuk menguasai isi, tanpa dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Siswa tidak mampu menghubungkan antara konten yang dipelajari dengan
implementasi pengetahuan tersebut.
4. Pembelajaran konvensional tidak menyertakan lingkungan dan tidak
memanfaatkan multimedia.
5. Keberhasilan proses belajar masih dititikberatkan pada aspek kognitif.
6. Banyak faktor internal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti
motivasi, minat, kemampuan kerjasama dan keingintahuan siswa.
7. Model pembelajaran cooperative learning, problem based learning dan
contextual teaching learning dapat digunakan untuk menyampaikan materi
biologi.
8. Metode proyek, metode eksperimen. diskusi, GI, STAD dapat digunakan
untuk menyampaikan materi biologi.
9. Materi kelas X semester I yaitu virus, monera, protista dan fungi.
C. Pembatasan Masalah
Berikut ini beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian,
berdasarkan identitas masalah pada latar belakang.
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching And
Learning).
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode proyek dengan lab real
dan audiovisual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Kemampuan kerjasama dan keingintahuan sebagai daya dorong dalam
keberhasilan belajar.
4. Materi pelajaran difokuskan pada materi jamur/fungi.
D. Perumusan Masalah
Berikut ini beberapa rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang
masalah.
1. Apakah ada pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual
terhadap prestasi belajar?
2. Apakah ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar?
3. Apakah ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar?
4. Apakah ada interaksi antara keingintahuan dengan metode proyek melalui lab
real dan audiovisual terhadap prestasi belajar?
5. Apakah ada interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek
melalui lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar?
6. Apakah ada interaksi antara keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama
terhadap prestasi belajar?
7. Apakah ada interaksi antara metode proyek dengan lab real dan audiovisual,
keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Tujuan Penelitian
Berikut ini adalah tujuan penelitian yang dikemukakan berdasarkan
rumusan masalah.
1. Mengetahui pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual
terhadap prestasi belajar.
2. Mengetahui pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
3. Mengetahui pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
4. Mengetahui interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek
melalui lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
5. Mengetahui interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek
melalui lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
6. Mengetahui interaksi antara keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama
terhadap prestasi belajar.
7. Mengetahui interaksi antara metode proyek dengan lab real dan audiovisual,
keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memiliki manfaat sebagaimana
berikut ini.
1. Manfaat teoritis
Manfaat dari penelitian ini, dapat menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam mendukung teori-teori yang berhubungan dengan masalah
pada penelitian serta menumbuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan
metode pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Memberi masukan yang penting pada guru tentang alternatif pengajaran
dengan model pembelajaran dan metode yang tepat dalam penyampaian
mata pelajaran biologi.
b. Pembelajaran metode proyek diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan khususnya prestasi belajar siswa.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan di sekolah-sekolah
khususnya pada materi yang berhubungan dengan lingkungan maupun
kehidupan nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar
a. Belajar Menurut Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut
Ratna Wilis (1989: 117) ”Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang”. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Tingkat pertama dalam
belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar
penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final. Tingkat kedua,
siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi pada pengetahuan (berupa
konsep atau yang lain) yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar
bermakna. Hal ini berarti, apabila siswa hanya menghafal materi tanpa dikaitkan
dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, disebut belajar hafalan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel dalam Ratna Wilis (1989: 116) ialah: 1) struktur kognitif yang ada, sifat-
sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul
waktu informasi baru masuk kedalam struktur kognitif, 2) stabilitas, jika struktur
kognitif stabil, jelas dan diatur dengan baik maka arti-arti yang sahih dan jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya, jika
struktur kognitif tidak stabil, meragukan dan tidak beratur maka struktur kognitif
itu cenderung menghambat belajar, 3) kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
tertentu dan pada waktu tertentu.
Pembelajaran yang bermakna dapat terwujud melalui metode proyek,
seperti yang dideskripsikan oleh Blumenfeld et.al. dalam Waras Kamdi (2007)
bahwa ”pembajaran berbasis proyek adalah unit pembelajaran bermakna dengan
mengintegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan atau
disiplin atau lapangan studi”. Belajar melalui proyek, membuat pengalaman
belajar meningkat karna siswa didorong lebih aktif melakukan kegiatan dan
mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran bermakna dan
ketrampilan yang bermakna-guna (meaningfull-use) dapat dibangun melalui
tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Hal tersebut diperoleh melalui interaksi siswa
dengan lingkungan. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar melalui lab
real dan audiovisual, membuat pembelajaran bermakna karena siswa melakukan
aktifitas dalam belajar, menggunakan kemampuan berpikir kritis serta siswa
mengadakan eksplorasi dengan lingkungan untuk pemenuhan keingintahuan dan
bekerja sama menyelesaikan tugas.
b. Perkembangan Intelektual Menurut Piaget
Perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak menurut Piaget dalam
Syaiful Sagala (2007: 24), yaitu: 1) proses assimilation, dalam proses ini
menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah
diketahui, 2) proses accommodation, anak menyusun dan membangun kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang
baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik. Jadi, perkembangan kognitif adalah
hasil dari penggabungan assimilation dengan accommodation. Menurut Ratna
Wilis (1989), bahwa “adaptasi merupakan kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi, apabila dengan proses asimilasi tidak bisa beradaptasi dengan
lingkungan maka terjadi ketidaksetimbangan, kemudian terjadi akomodasi yang
menyebabkan struktur yang sudah ada mengalami perubahan/struktur baru
timbul”. Struktur kognitif dapat berubah bila individu berhadapan dengan hal baru
yang tidak dapat diorganisasikan kedalam struktur yang telah ada.
Proses berpikir manusia menurut Piaget dalam Bell (1981), merupakan
suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual kongkret ke abstrak
melalui empat tahap perkembangan, yaitu: 1) periode sensori motor (0-2 tahun).
Karateristik periode ini merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi
langsung dari rangsangan, 2) periode pra-operasional (2-7 tahun). Operasi yang
dimaksud adalah suatu proses berpikir atau logik dan merupakan aktivitas mental,
bukan aktivitas sensori motor. Periode ini, cara berpikir anak tidak didasarkan
kepada keputusan yang logis melainkan didasarkan kepada keputusan yang dapat
dilihat seketika. Periode ini sering disebut juga periode pemberian simbol,
misalnya suatu benda diberi nama/simbol, 3) periode operasi kongkret (7-12)
tahun. Periode ini cara berpikir anak sudah menjadi operasional. Periode ini
disebut operasi kongkret sebab berpikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik
dari objek-objek. Operasi kongkret menunjukkan kenyataan adanya hubungan
dengan pengalaman empirik-kongkret yang lampau dan masih mendapat kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dalam mengambil kesimpulan yang logis dari pengalaman-pengalaman yang
khusus, 4) periode operasi formal (>12 tahun). Menurut Ratna Wilis (1989)
bahwa “periode ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda/peristiwa
konkret karena anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak”. Anak pada
periode ini sudah memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak simbol
atau gagasan dalam berpikir. Anak dapat mengoperasikan argumen-argumen
tanpa dikaitkan dengan benda-benda empirik, mampu menyelesaikan masalah
dengan lebih baik dan kompleks dari pada anak yang masih dalam tahap periode
operasi kongkret.
Implikasi teori Piaget adalah penerapan metode pembelajaran proyek
dengan media lab real dan audiovisual sesuai untuk siswa SMA yang termasuk
periode operasi formal karena menuntut kemampuan berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, mengumpulkan informasi dan manarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Belajar lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru.
Media lab real mampu melatih siswa untuk mempergunakan pemikiran
abstrak dan konkret dengan memanfaatkan semua panca indera untuk memperoleh
informasi dan membangun pengetahuan, dengan mengadakan eksplorasi terhadap
objek dan lingkungan objek tersebut. Semakin banyak panca indera yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
digunakan, maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Pada dasarnya
pengetahuan diperoleh, sebagai akibat interaksi langsung siswa secara terus-
menerus dengan lingkungan. Media audiovisual mampu melatih siswa
menggunakan pemikiran abstrak, dengan mengadakan observasi terhadap materi
yang disajikan. Semakin abstrak media pencapaian maka semakin bagus karena
cara berpikir anak SMA operasional abstrak.
c. Belajar menurut Vygotsky
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara
sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan dan pengalaman. Pebelajar tidak
hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan
pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Menurut Lutfizulfi (2009), Vygotsky
mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu: 1) penekanan
pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning),
pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran, 2) zona
perkembangan terdekat (zone of proximal development), tingkat perkembangan
potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai siswa jika ia mendapat bimbingan
atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten, 3)
pemagangan kognitif (cognitive appreticeship) yaitu yaitu suatu proses seorang
siswa yang belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam
interaksinya dengan seorang ahli, dan 4) perancahan (scaffolding), yaitu
pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang siswa selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
setelah siswa mampu mengerjakan sendiri. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan dan pembelajaran terjadi didalam konteks
sosial yakni berinteraksi dengan orang lain atau orang yang berkompeten dalam
bidang tertentu. Dengan pertolongan orang dewasa (guru dan orang tua), siswa
dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika
siswa hanya belajar sendiri. Terdapat dua implikasi utama teori Vygotsky, yaitu:
1) menghendaki pengaturan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa
atau terdapat kerjasama antar siswa, 2) menumbuhkan semangat dan tanggung
jawab siswa secara mandiri dan kelompok.
Perkembangan kemampuan seseorang menurut Vygotsky dalam
Topatopeng (2009), dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu 1) tingkat
perkembangan aktual, tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Hal ini disebut
sebagai kemampuan intramental, dan 2) tingkat perkembangan potensial, tampak
dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan
masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi
dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Hal ini disebut sebagai kemampuan
intermental. Jadi, perkembangan aktual dan potensial siswa menjadi matang
melalui interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya
yang lebih kompeten.
Pembelajaran lebih terarah apabila guru menerapkan strategi pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan potensi siswa, sehingga proses belajar tidak bersifat
transfer ilmu tetapi mengkonstruksi pengetahuan. Pengetahuan dikonstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh
setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual
dalam konteks sosial budaya. Menurut Susanto (1999), menyebutkan bahwa
“kritik terhadap teori belajar kognitif Piaget dikemukakan oleh Vigotsky yang
memandang tahap-tahap perkembangan anak tidak fixed”, yang berarti tahap
perkembangan anak dapat dipercepat dengan syarat pada saat belajar anak
mendapat bantuan yang sesuai. Oleh sebab itu, lingkungan dan interaksi sosial
sangat berpengruh terhadap perkembangan pendidikan dan pola pikir siswa.
Teori ini sesuai dengan metode proyek karena melibatkan siswa untuk
investigasi masalah dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Pada
penelitian ini guru memberikan motivasi dan bimbingan agar konsep yang
diperoleh siswa tidak menyimpang. Guru juga memberikan umpan balik dengan
memberikan permasalahan atau koreksi pada sesi demonstrasi kelompok sehingga
siswa lebih termotivasi untuk melengkapi pengetahuan. Dengan metode ini
diharapkan siswa dapat belajar mandiri atau belajar dalam kelompok dan peka
terhadap informasi dilingkungan sekitar.
2. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran konstektual menurut Nurhadi (2004: 13) adalah “konsep
belajar, guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa menghasilkan dasar-
dasar pengetahuan yang mendalam, siswa kaya pemahaman masalah dan cara
untuk menyelesaikannya.
Pembelajaran kontekstual ini memungkinkan siswa menguatkan,
memperluas dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka
dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah. Pengajaran dan
pembelajaran kontekstual menekankan berpikir tingkat tinggi, transfer
pengetahuan melalui disiplin ilmu, mengumpulkan, menganalisis, mensintesis
informasi dan data dari berbagai sumber dan sudut pandang. Menurut Johnson,
Elaine B (2008: 65), sistem CTL mencakup delapan komponen yaitu “membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan
kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar
yang tinggi dan menggunakan penilaian autentik”.
Komponen dalam pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2004: 31-
51) ada tujuh komponen, yaitu: a) konstruktivisme (constructivism), siswa belajar
sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas, siswa mengkonstruk sendiri
pemahamannya dan pemahaman yang mendalam tersebut diperoleh melalui
pengalaman belajar yang bermakna, b) bertanya (questioning), mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
melatih siswa untuk berpikir kritis dan digunakan untuk menilai kemampuan
siswa berpikir kritis, c) menemukan (inquiry), siklus yang terdiri dari mengamati,
bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik perorangan maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kelompok. Tahap pertama pengamatan, kemudian berkembang untuk memahami
konsep/fenomena serta mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berpikir
kritis, d) masyarakat belajar (learning community), berbagi pengalaman dan
bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik,
e) pemodelan (modeling), membahasakan gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan
melakukan sesuatu yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan, f)
refleksi (reflection), cara-cara berpikir tentang sesuatu yang telah kita pelajari.
Menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktifitas dan pengalaman. Mencatat
yang telah kita pelajari, merasakan ide-ide baru dan refleksi berupa jurnal, diskusi
dan karya seni, g) penilaian autentik (authentic assesment), menilai dengan
berbagai cara dan dari berbagai sumber. Mengukur pengetahuan dan ketrampilan
siswa. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman. Tugas-tugas
yang kontekstual dan relevan serta proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.
Kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstektual jika menerapkan ketujuh
komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Proses pembelajaran dengan prinsip kontekstual, diharapkan membantu
siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan
diri dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Nurhadi (2004: 15), ada sembilan konteks belajar yang melingkupi siswa
yaitu
”konteks tujuan yang terjabar dalam indikator, konteks isi, konteks sumber (pemanfaatan berbagai sumber belajar yang relevan), konteks target siswa, konteks guru, konteks metode (strategi belajar yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran), konteks hasil (hasil pembelajaran meliputi afektif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kognitif dan psikomotorik dapat diukur), konteks kematangan/timing (kesiapan siswa menerima sebuah konsep atau pengetahuan baru) dan konteks lingkungan (lingkungan yang kondusif sebagai tempat belajar)”.
Pembelajaran kontekstual tidak hanya menuntun siswa mengikuti pelajaran
dengan konteks lingkungan mereka sendiri. Pembelajaran kontekstual menuntut
siswa mengeksplorasi makna ”konteks” itu sendiri, tujuannya untuk menyadarkan
siswa bahwa mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk
mempengaruhi dan membentuk susunan konteks yang beragam mulai dari
keluarga, ruang kelas, kelompok, tempat kerja dan komunitas dalam suatu tatanan
ekosistem. Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan model CTL,
yaitu: a) mengembangkan pemikiran siswa dengan cara bekerja secara
berkelompok, b) melaksanakan kegiatan inkuiri, c) mengembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya, d) menciptakan masyarakat belajar, e)
mendemonstrasikan hasil pengamatan, f) melakukan refleksi, g) penilaian.
3. Metode Proyek
Proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara
otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri melalui tugas atau proyek
yang autentik. Seperti yang dinyatakan Thomas, John W (2000) bahwa ”Project
Based Learning (PBL) is a model that organizes learning around project. Project
are complex task, based on challenging question or problems, that involve
students in design, problem solving, decision making, or investigative activities”.
(Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebuah model pembelajaran yang mengatur
cara belajar tentang proyek. Proyek adalah tugas yang komplek yang didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pada pertanyaan atau masalah yang menantang, yang mengikutsertakan siswa
dalam menyusun, pemecahan masalah, membuat keputusan atau kegiatan
penyelidikan). Pernyataan tersebut sejalan dengan Baharuddin et.al (2009) bahwa
”PBL is a model which differs from traditional teaching since the focus is put on
the learner and his project. Learner have the opportunity to work more
autonomously and build their knowledge”. (Pembelajaran Berbasis Proyek adalah
sebuah model yang fokus pembelajaran diletakkan pada siswa dan proyeknya.
Siswa mempunyai kesempatan untuk bekerja lebih bebas dan membangun
pengetahuan mereka sendiri).
Proyek adalah model pembelajaran, model pembelajaran dapat berubah
menjadi metode pembelajaran karena model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Siswa
mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek.
Proyek terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa menjalani
(dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari
disiplin. Difinisi proyek (bagi siswa) harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin
hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang diharapkan dapat
berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Menurut Herron, SS et.al bahwa
”Unlike problem based learning where a problem is specified by the instructor, student exert a great deal of control in project based learning. The project may or may not address a spesific problem, but aims to provide understanding of various problem at every stage of its development”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(Tidak seperti Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu masalah ditunjukkan secara
rinci terlebih dahulu oleh instruktur, siswa mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam Pembelajaran Berbasis Proyek. Proyek bisa ditunjukkan pada masalah yang
spesifik atau umum, tetapi proyek memberikan pemahaman terhadap berbagai
masalah dalam setiap perkembangan). Proyek merupakan tempat bagi siswa untuk
melatih kemampuan berpikir serta menyalurkan pengalaman, diharapkan terjadi
perkembangan pengetahuan dan pemahaman dalam setiap kegiatan. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak sekedar mampu menemukan masalah tetapi mampu
memahami dan menemukan makna di setiap pengetahuan yang dikonstruk.
a. Konsep Dan Karakteristik Belajar Dengan Metode Proyek
Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja
(performance) menurut Waras Kamdi (2007), secara umum siswa melakukan
kegiatan, yaitu: ”mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan
pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi”.
Proyek bersifat interdisipliner yang dilakukan secara kolaboratif dan berfokus
pada pemecahan masalah. Siswa belajar di dalam kelompok kolaboratif antara 4-5
orang. Ketika siswa bekerja di dalam kelompok, mereka menemukan
keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, bertanggung jawab dan
mengumpulkan informasi.
Hakikat kerja proyek adalah kolaboratif maka pengembangan ketrampilan
tersebut berlangsung di antara siswa. Kerja kelompok dalam suatu proyek,
pengalaman belajar individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim
sebagai suatu keseluruhan. Proses belajar dengan metode proyek berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
otentik, mencerminkan kegiatan produksi dunia nyata dan konstruktivistik,
menggunakan pendekatan dan ide-ide pebelajar untuk menyelesaikan tugas yang
mereka tangani. Menurut Waras Kamdi (2007), lima kriteria suatu pembelajaran
berproyek adalah ”keterpusatan (centrality) berfokus pada pertanyaan atau
masalah, investigasi konstruktif atau desain, otonomi pebelajar, dan realisme”.
Investigasi berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah,
pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa, dapat disebut proyek apabila
aktivitas inti dari proyek meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan
(dengan pengertian pemahaman baru atau keterampilan baru) pada pihak siswa.
b. Keuntungan Menggunakan Metode Proyek
Keuntungan dari belajar dengan metode proyek menurut Waras Kamdi
(2007), adalah 1) meningkatkan motivasi dan meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, 2) meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok
dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan
ketrampilan komunikasi, 3) meningkatkan ketrampilan mengelola sumber seperti
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
c. Langkah-langkah metode proyek
Sistem CTL menurut Johnson, Elaine B (2008: 293), ”sangat tergantung
pada proyek sebagai cara untuk mendapatkan tujuan akademik sambil
menyesuaikan perbedaan gaya belajar, minat dan bakat dari setiap siswa”. Proyek
dapat menghubungkan muatan akademik dengan konteks dunia nyata dan proyek
membangkitkan partisipasi para siswa. Menurut Edwards Deming yang dikutip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
oleh Johnson, Elaine B (2008: 293), untuk menyelesaikan sebuah proyek dengan
sukses sebaiknya mereka menjalankan kegiatan yang meliputi: (a) arrange
(mengatur), ketahui tujuan belajarmu, putuskan proyek yang akan dikerjakan, atur
waktu sebaik-baiknya, siapkan persediaan dan atur waktu untuk bertemu dengan
orang-orang penting. (b) begin (memulai), mulai mengerjakan proyek. (c) change
(mengubah), sambil bekerja lakukan perubahan yang akan memperkuat dan
memperbaiki proyek, (d) demonstrate (mempertunjukkan), tunjukkan apa yang
telah kamu capai.
4. Lab Real
Laboratorium menurut Wawan Setiawan (2006), adalah “suatu tempat atau
bangunan yang berisi alat dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran
biologi”. Alam adalah sumber pengetahuan yang luas dan berlimpah. Belajar
menggunakan media alam, menuntut siswa untuk memiliki kemampuan
membangun jiwa keingintahuan, melakukan observasi, membuat hipotesa, serta
kemampuan berfikir ilmiah. Hal ini dapat mendorong siswa menemukan sesuatu
yang penting dan berarti tentang mereka dan dunia yang mengelilinginya dalam
kegiatan belajar yang mereka jalani, serta dapat mendorong pembentukan sikap
kepercayaan diri, kepemimpinan dan kerjasama kelompok. Jadi, laboratorium real
adalah laboratorium yang menyediakan alat dan bahan real untuk digunakan
dalam percobaan atau praktikum pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah merupakan
laboratorium real yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Lingkungan
dalam pembelajaran IPA menurut Jeperis (2009), diartikan sebagai
“segala sesuatu yang ada di sekolah atau tempat tinggal siswa yang temasuk di dalamnya mahluk hidup maupun benda mati yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, dengan maksud lebih lanjut bahwa lingkungan tersebut dapat menjadi objek pengamatan, sarana atau tempat melakukan percobaan/penyelidikan dan sebagai tempat mendapatkan informasi”.
Lingkungan sebagai sumber belajar akan menambah wawasan dan pengetahuan
siswa sebab siswa dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan
potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Pemanfaatan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang bermakna
(meaningfull learning) sebab siswa dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang
sebenarnya. Menurut Eny Wahyu (2009), “memanfaatkan lingkungan pada
dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami”. Lingkungan
sebagai sumber belajar, dapat menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan
kelas. Oleh karena itu, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
fisik, keterampilan sosial, perkembangan emosional dan intelektual.
Laboratorium merupakan pusat inovasi atau pusat penelusuran kembali
konsep-konsep ilmu pengetahuan yang telah ditemukan, pengembangan ilmu
pengetahuan lebih lanjut dan aplikasi ilmu pengetahuan yang telah berkembang
karena dalam laboratorium terdapat kegiatan ilmiah yang menghasilkan
penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan. Hal ini membawa
pembaharuan, baik berupa bahan-bahan baru, pemikiran-pemikiran baru maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
cara-cara baru. Fungsi laboratorium biologi antara lain membantu siswa
membangun pengetahuan tentang fenomena alam dan mengembangkan
keterampilan kecakapan hidup melalui kegiatan ilmiah untuk memperoleh
generalisasi atau kesimpulan berupa eksplanasi ilmiah.
Keuntungan penggunaan lingkungan sebagai laboratorium real menurut
Jeperis (2009), yaitu a) membuat siswa mendapatkan informasi berdasarkan
pengalaman langsung, b) membuat siswa mudah mencapai sasaran pembelajaran
yang telah ditetapkan, c) penerapan ilmu menjadi lebih mudah, sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga siswa
akan merasakan bahwa belajar IPA menjadi bermakna dan menarik. Jadi,
kesimpulan yang diambil yaitu melalui laboratorium real pelajaran menjadi lebih
aplikatif, artinya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan
kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering
menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
5. Audiovisual
Media pembelajaran merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran dan bagian dari sumber belajar. Dengan demikian,
sumber belajar kedudukannya lebih luas, yang didalamnya termasuk media dan
alat bantu pembelajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar
siswa dalam pengajaran dan diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Pengetahuan tentang media pengajaran sangat berguna untuk
menyusun perencanaan program pengajaran. Karena program pengajaran adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
seluruh rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran. Jerome Bruner dalam Syaiful Sagala (2007: 163) membagi alat
instruksional dalam empat macam menurut fungsinya yaitu: a) alat untuk
menyampaikan pengalaman ”vicarious”, berarti sebagai substitusi untuk
pengganti pengalaman yang langsung, b) alat atau model yang dapat memberikan
pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, c) alat dramatisasi yakni
yang mendramatisasikan suatu peristiwa atau tokoh, d) alat automatisasi seperti
”teaching mechine” atau pelajaran terprogram. Menyajikan suatu masalah dalam
urutan yang teratur dan memberi balikan/feedback tentang respon murid.
Media menurut Nuryani, R (2005: 114-120), berarti ”perantara atau
pengantar”. Association for Education and Comunication Tehnology (AET)
mengartikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses
penyaluran informasi sedangkan National Education Association (NEA)
mengartikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca atau dibicarakan bersama instrumen yang digunakan untuk
kegiatan tersebut. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran,
perasaan dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada
dirinya.
Fungsi dari media pembelajaran, meliputi: a) memperjelas dan
memperkaya/melengkapi informasi yang diberikan secara verbal, b)
meningkatkan motivasi dan perhatian siswa untuk belajar, c) meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penyampaian informasi, d) menambah variasi penyajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
materi, e) pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah dan
mencegah kebosanan siswa untuk belajar, f) kemudahan materi untuk dicerna dan
lebih membekas sehingga tidak mudah dilupakan siswa, g) memberikan
pengalaman yang lebih konkret bagi hal yang mungkin abstrak, h) meningkatkan
keingintahuan (curiosity) siswa, i) memberikan stimulus dan mendorong respon
siswa. Menurut Arsyad Azhar (2004: 10-11), salah satu gambaran yang paling
banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses
belajar mengajar adalah Dale’s Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale)
seperti yang terlihat pada gambar 1.1
Gambar 1.1 Kerucut pengalaman Edgar Dale
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan
pengalaman. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(konkret), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian
melalui benda tiruan sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas
dipuncak kerucut semakin abstrak media pencapai pesan itu. Media visual ini
diberi audio, agar informasi yang diterima dapat disimpan lebih lama dalam
memori siswa dan bukan hanya indera penglihatan saja yang dapat digunakan
dalam mengobservasi objek yang terdapat dalam video, tetapi juga dapat
menggunakan indera pendengaran. Audio yang diberikan bersifat informasi
abstrak sebagai rangsangan supaya siswa dapat berpikir secara abstrak.
Pengetahuan yang didapat semakin lengkap apabila dapat menggunakan semua
panca indera dalam mencari informasi.
6. Keingintahuan
Keingintahuan (curiosity) merupakan salah satu aspek yang bersifat
kondisional bagi pengembangan peserta didik. Menurut Agus Sujanto (2004: 86),
”keingintahuan tidak terlepas dari kata keinginan yang didefinisikan sebagai
dorongan nafsu kepada suatu benda tertentu atau yang konkrit. Keinginan yang
dipraktekkan secara terus menerus dapat menjadi kebiasaan”. Keingintahuan
sejalan dengan daya kreativitas dari seorang siswa, hal ini dapat dicirikan dengan
seringnya bertanya dan mencari tahu tentang sesuatu yang sedang dihadapi
dengan mengadakan eksplorasi terhadap lingkungannya. Siswa yang memiliki
keingintahuan tinggi akan menanggapi secara positif terhadap pelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
diberikan oleh gurunya. Keingintahuan akan mendorong terwujudnya
kebermaknaan dalam belajar sehingga keingintahuan merupakan jiwa dan hakekat
budaya belajar.
Keingintahuan bertindak sebagai pemacu berfikir, manusia adalah mahluk
yang ingin tahu bahkan terhadap hal-hal yang diluar jangkauan akalnya sekalipun.
Kemampuan siswa dalam mengingat dan berpikir, menyebabkan siswa dapat
mendayagunakan kemampuannya yang terdahulu kemudian menggabungkannya
dengan pengetahuan yang diperoleh, sehingga menghasilkan pengetahuan yang
baru. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu
menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Manusia
sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa
yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk menjelaskan gejala-gejala
alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia
dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan yang terkumpul semakin banyak
disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya,
dari rasa keingintahuan itulah akan menimbulkan budaya meneliti bagi seseorang.
Menurut Isjoni (2004), ”Koentjaraningrat seorang Antropolog mengatakan bahwa
suatu ciri khas manusia adalah selalu ingin tahu dan setelah itu memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu, maka segera kepuasannya disusul lagi dengan
kecenderungan untuk ingin tahu lebih banyak lagi”.
Sifat keingintahuan tersebut merupakan kodrati manusia, keingintahuan
terhadap sesuatu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukannya. Rasa ingin tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dari seorang siswa dan pengetahuan yang tersedia, seringkali diibaratkan dengan
perumpamaan bagaikan sebuah spon kering dan air. Sepon siap untuk menyerap
sebanyak-banyaknya air yang ada. Menyadari hal ini, guru akan sangat berperan
untuk mengetahui metode yang dapat digunakan dalam proses belajar sehingga
keingintahuan dan hasrat menyelidiki pada anak timbul di dalam maupun di luar
kelas. Rasa ingin tahu siswa muncul diawali dengan rangsangan dari orang lain
(gurunya), sedangkan untuk orang dewasa, rasa ingin tahu muncul dengan
sendirinya karena kepekaan terhadap lingkungan disekitar. Keingintahuan
biasanya berhubungan dengan pencarian pengetahuan tentang sesuatu atau
kekurangpuasan terhadap suatu penjelasan. Penjelasan memuat informasi adanya
observasi yang baru, ide untuk menerima kenyataan atau hanya berupa ide saja.
Siswa yang tidak memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu biasanya
jarang mendapatkan dorongan atau rangsangan untuk berfikir, tetapi manusia
yang memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu biasanya sadar terhadap suatu
masalah dengan mengajukan pertanyaan mengapa atau bagaimana proses itu
bekerja atau sesuatu itu terjadi. Pengalaman, tidak semuanya berkembang menjadi
pengetahuan. Berkembang menjadi pengetahuan apabila subjek yang mengalami
sesuatu perlu memiliki minat dan rasa ingin tahu tentang apa yang dialaminya.
Maka, hal lain yang mendasari pengetahuan adalah adanya minat dan rasa ingin
tahu manusia. Menurut Pradanaputra (2007), ”minat mengarahkan perhatian
terhadap hal-hal yang dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan sedangkan
rasa ingin tahu erat terkait dengan pengalaman kekaguman atau keheranan akan
apa yang dialami”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa komponen-komponen
keingintahuan, meliputi: a) pengajuan pertanyaan, b) adanya penalaran, c) adanya
eksplorasi lebih lanjut, d) berkembangnya daya pikir, e) pemenuhan kepuasan
terhadap suatu penjelasan, f) adanya dorongan/rangsangan untuk berpikir.
Pengukuran keingintahuan siswa didasarkan pada perolehan skor dalam pengisian
angket, skor tinggi menunjukkan siswa tersebut mempunyai keingintahuan yang
tinggi dan sebaliknya. Dalam angket terdapat daftar pertanyaan yang
dikelompokkan dalam pertanyaan bersifat positif dan negatif, kemudian siswa
sebagai responden memberikan respon sesuai dengan keadaan pribadi.
7. Kerjasama
Sikap (attitude) menurut Neila Ramdhani (2008), berasal dari bahasa Italia
attitudine yaitu “Manner of placing or holding the body and way of feeling,
thinking or behaving. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri atau
cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku”. Jadi, sikap adalah konsep yang
merepresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu atau
pandangan positif, negatif/netral terhadap "objek sikap" seperti manusia, perilaku
atau kejadian.
Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian, kebanyakan sikap individu
adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Sikap dapat mengalami perubahan
sebagai akibat dari pengalaman. Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran
yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individu
dalam kehidupan sosialnya. Sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan
proses kesadaran yang sifatnya individual. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya
perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin
dipertahankan dan dikelola oleh individu. Sikap individu ini dapat diketahui dari
beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif yang terjadi pada
diri individu secara konsisten dalam berhubungan dengan obyek sikap.
Pengalaman memberikan kesempatan pada individu untuk belajar. Sikap
dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap (lihat gambar 1.2),
yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif dan perilaku.
Observable Infered Observable
Gambar 1.2 Attitude sebagai hasil Evaluasi ( Sumber: Eagly & Chaiken dalam Neila Ramdhani, 2008 )
Respon evaluatif dalam bentuk afektif berupa perasaan individu terhadap objek
sikap, meliputi respon positif dan negatif. Proses kognitif dapat terjadi pada saat
individu memperoleh informasi mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat
terjadi melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Proses-proses lain yang
dapat membentuk sikap adalah afektif dan perilaku.
Stimulus (Object)
Behavioral respon
Affectif Respon
Cognitif Respon
Attitude
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sikap sosial siswa dalam berkelompok terwujud dalam kemampuan
kerjasama. Menurut Johnson, Elaine B (2008: 169), ”kerjasama dapat
menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara
pandang yang sempit”. Hal ini memungkinkan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan diri, belajar menghargai orang lain, mengembangkan pikiran yang
terbuka dan membuat persetujuan bersama. Bekerja sama menyebabkan para
kelompok kecil akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri,
tanggung jawab, mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan. Setiap bagian
kelompok saling berhubungan sehingga pengetahuan yang dipunyai seseorang
akan menjadi output bagi orang lain, dan output ini akan menjadi input bagi yang
lainnya lagi.
Premis mayor dalam suatu kelompok menurut Benne dan Seats dalam
Asrori (2003), adalah ”setiap orang dalam kelompok tersebut berfungsi sebagai
pemain yang kooperatif dan produktif untuk menuju tercapainya hasil yang
diinginkan”. Menurut Gerogiannis and Fitsilis (2006) bahwa ”They (students)
recognize (86%) that working productively with the team is their major acquired
skill”. Jadi, kerjasama adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan bersama.
Bekerjasama untuk mencapai hasil maksimal, mengharuskan setiap anggota
kelompok mendapatkan tanggung jawab yang sama. Kesimpulan yang diambil
adalah dengan membiasakan penerapan pembelajaran dengan kerja kelompok,
siswa mampu mengembangkan kerjasama dan mampu memprioritaskan tujuan-
tujuan kepentingan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Sosiometri Fransiscamudji (2008) adalah ”suatu tehnik untuk
mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu
lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu
kelompok” sedangkan menurut Pawit Yusuf (2008), ”sosiometri adalah suatu
metode untuk menemukan, menuliskan dan mengevaluasi status sosial, struktur-
struktur sosial dan perkembangan proses dari gejala-gejala dengan jalan mengukur
besarnya penolakan serta penerimaan antar individu dalam kelompok”. Studi
sosiometri juga bisa digunakan untuk meneliti keadaan dan ciri-ciri persekutuan
sosial, ikatan kerja sama kelompok, ikatan persaudaraan serta kemungkinan
keterpencilan anggota masyarakat tertentu dalam suatu kelompok. Teknik dasar
sosiometri adalah dengan test-sosiometri. Setiap siswa dalam kelas diminta
memilih siswa lain dalam kelas tersebut, siswa yang paling disukai dalam situasi
khusus.
Penggunaan angket sosiometri, yakni: 1) dijelaskan kepada siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok misalnya satuan kelas bahwa akan dibentuk
kelompok-kelompok lebih kecil (4-6 orang) dalam rangka mengadakan kegiatan
tertentu seperti belajar kelompok dalam kelas. Kegiatan tertentu itu merupakan
situasi pergaulan sosial (criterion) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan, 2)
setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan dengan nama
beberapa teman untuk melakukan kegiatan (disukai) dan nama teman yang tidak
disukai. Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan
pilihan pertama, kedua dan ketiga. Hal yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu
bukanlah jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
keinginan masing-masing siswa terhadap kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal
pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometri
diterapkan lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda),
3) pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga
dirahasiakan. Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa yang tidak
suka pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri
kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang
tidak seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa.
Sosiometri dapat dipergunakan untuk 1) menentukan kelompok kerja, 2)
meneliti kemampuan memimpin seseorang individu dalam kelompok tertentu
untuk suatu kegiatan tertentu, 3) mengetahui bagaimana hubungan
sosial/berteman seorang individu dengan individu lainnya, 4) mencoba mengenali
masalah penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu, 5)
menemukan individu yang diterima/ditolak dalam kelompok sosial tertentu.
Tahap-tahap pelaksanaan sosiometri, adalah: 1) tahap persiapan,
menentukan kelas yang akan digunakan untuk sampel dan mempersiapkan
angket sosiometri, 2) tahap pelaksanaan, membagikan dan mengisi angket
sosiometri serta mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah
diisi dengan benar, 3) tahap pengolahan, memeriksa hasil angket dan mengolah
data sosiometri dengan cara menganalisa indeks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
8. Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut masidjo (1995: 26), dapat diartikan sebagai ”hasil
yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka
waktu tertentu atau kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu
usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan”. BNSP (2006:
12), menunjukkan bahwa ”prestasi belajar merupakan ketuntasan belajar.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator 75%”. Satuan pendidikan harus menetukan keriteria ketuntasan minimal
dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Jadi, prestasi adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini senada dengan pendapat Nana Sudjana
(2001: 3) yang menyatakan bahwa ”hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah
laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik”.
a. Bidang kognitif
Kawasan kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai ke tingkat
yang paling tinggi yaitu “evaluasi”. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan
dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Bidang Afektif
Martinis Yamin (2003: 32), menyatakan bahwa ”tujuan afektif terdiri dari
yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang
komplek yang merupakan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati
nurani”. Bidang afektif mencakup penilaian yang berkenaan dengan perasaan,
minat, keinginan dan penghargaan ketika siswa dihadapkan pada objek tertentu.
c. Bidang Psikomotrik
Kawasan psikomotorik menurut Martinis Yamin (2003: 37), adalah
”kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot”. Jadi, hasil belajar psikomotoris dalam bentuk ketrampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Aspek psikomotoris, terdiri dari 1) meniru
(perception), 2) menyusun (manipulating), 3) melakukan dengan prosedur
(precition), 4) melakukan dengan baik dan tepat (articulation) dan 5) melakukan
tindakan secara alami (naturalization).
Penilaian mengukur perkembangan dan kemajuan siswa, yang
menyangkut dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan dalam kurikulum.
Proses pembelajaran berhasil atau tidak, dapat diketahui melalui evaluasi oleh
guru.
Evaluasi mengandung unsur mengukur (measurement) dan tidak mengukur (non measurement) atau menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif ( Endang Supartini, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilakukan perbaikan terhadap metode
pengajaran, sarana, prasarana maupun bahan yang akan disampaikan. Tinggi
rendahnya prestasi belajar mencerminkan efektif atau tidaknya pembelajaran yang
diikuti oleh siswa. Kesimpulan yang diambil adalah prestasi belajar merupakan
hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan dan mengikuti proses
pembelajaran selama kurun waktu tertentu dan diadakan evaluasi oleh guru.
Faktor yang berkaitan dengan prestasi belajar menurut Farid Nasution
(2001), yaitu ”faktor internal dan eksternal peserta didik. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari diri siswa seperti motivasi dan keingintahuan
sedangkan faktor internal meliputi sarana dan prasarana belajar”. Hasil temuan
dalam penelitian Farid Nasution (2001) menunjukkan bahwa faktor eksternal yaitu
”metode mengajar memberikan sumbangan terbesar (10.748%) dari ketrampilan
belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar. Sumbangan variabel lain yang tidak
menjadi variabel dalam penelitiannya mencapai 80.4% seperti minat, bakat,
motivasi dan intelegensi”. Jadi, banyak faktor yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Semua faktor yang berkaitan tersebut harus dikelola dengan baik
oleh guru maupun siswa, agar proses pembelajaran dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
9. Bahan Pembelajaran Fungi
Jamur atau fungi banyak dikenal sebagai cendawan atau kapang. Jamur
dapat ditemukan tumbuh pada batang tumbuhan, pada sisa makanan yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
basi, dan ditempat-tempat yang basah atau kaya zat organik. Menurut Bagod
Sudjadi dan Siti Laila (2007: 107), ”Jamur bukan termasuk tumbuhan meskipun
menyerupai tumbuhan. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga jamur tidak dapat
berfotosintesis. Jamur jelas bukan termasuk hewan dan juga tidak menyerupai
bakteri atau protozoa”. Jamur ditempatkan pada kingdom tersendiri berdasarkan
sel yang uniselular dan multiselular serta cara jamur dalam memperoleh makanan.
Jamur bersama dengan bakteri merupakan mahluk hidup pengurai (dekomposer).
Menurut Praweda (2005), ”tanpa bantuan jamur kemungkinan besar permukaan
bumi akan penuh dengan sampah”. Karena jamur merupakan tumbuhan yang
tidak mempunyai korofil sehingga bersifat heterotrof dengan tipe sel eukariotik.
Jamur memiliki tiga peranan berdasarkan cara memperoleh makanan, yaitu
saprofit, parasit atau bersimbiosis dengan organisme lain. Menurut Wijaya Jati
(2007: 90-91), ”berdasarkan morfologinya jamur dibedakan menjadi tiga, yaitu
khamir (yeast), kapang (molds) yang berbentuk benang dan cendawan
(mushroom) yang berbentuk seperti payung”. Jamur terbagi menjadi empat devisi,
devisi pertama yaitu zygomycotina, tubuh multiselular dengan habitat umum
didarat sebagai saprofit. Reproduksi vegetatif dengan spora, contoh Mucor
mucedo yang biasa hidup dikotoran ternak dan roti. Contoh lain dari
zygomycotina adalah Rhizopus Orizae, perhatikan gambar 1.3 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Gambar 1.3 Rhizopus orizae
(Sumber: http://www.botany.hawaii.edu/nlc_biology)
Reproduksi generatif dengan konyugasi hifa (+) dan hifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru,
contoh Rhizopus orizae. Rhizopus orizae biasa digunakan dalam produksi
fermentasi makanan tetapi juga menghasilkan alkoloid agroklavin yang
menyebabkan racun bagi manusia dan hewan. Klasifikasi dari jamur Rhizopus
orizae yaitu kingdom: fungi, famili: Mucoraceae, Genus: Rhizopus, Spesies:
Rhizopus oryzae. Siklus hidup Rhizopus tampak pada gambar 1.4 berikut ini.
Siklus hidup rhizopus, dimulai dengan bertemunya gametangium positif
dengan gametangium negatif dan membentuk sekat dinding dibawah cabang hifa.
Sel kelamin dari dua jenis jamur bertemu dan melebur membentuk zigot,
seanjutnya zigot memasuki masa dormansi. Pada masa ini zigot tidak melakukan
aktifitas metabolisme selama 1 sampai 3 bulan. Setelah masa dormansi, zigot
berkecambah kemudian inti zigot membelah secara meiosis sehinga terbentuk hifa
hiploid (1n). Setelah matang, hifa haploid membentuk sporangium penghasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
spora. Apabila sporangium sudah masak, spora akan dikeluarkan dan apabila
menemukan tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi miselium baru.
Gambar 1.4 Siklus hidup Rhizopus
(Sumber: www.biologie.uni-hamburg.de/.../rhizopus.lc.gif)
Contoh fungi dari devisi ini adalah Mucor mucedo (terdapat pada kotoran hewan
dan roti), Rhizopus oryzae (terdapat pada tempe) Sclerospora maydis (parasit pada
butir jagung).
Devisi kedua yaitu ascomycotina, hidupnya ada yang parasit, saprofit dan
ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk lichenes (lumut kerak).
Reproduksi vegetatif pada jamur uniselular membentuk tunas dan multiselular
membentuk spora dari konidia. Gambar 1.5 berikut merupakan salah satu contoh
dari devisi ascomycotina.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 1.5 Alternaria Solani
(Sumber: http://www.agroatlas.ru/en/content/diseases)
Alternaria Solani merupakan devisi ascomycotina yang bersifat parasit,
menyerang daun tomat sehingga menyebabkan daun berwarna coklat dengan
bintik-bintik hitam yang berkumpul, semakin lama terinfeksi daun ini akan layu
dan kering. Temperatur untuk perkembangan fungi jenis ini adalah 24-300C.
klasifikasi Alternaria Solani yaitu kingdom: fungi, divisi: ascomycotina, order:
dothideales, family: Pleosporaceae, genus: Alternaria, spesies: Alternaria solani.
Siklus hidup dari ascomycotina dapat dilihat pada gambar 4 berikut.
Siklus hidup ascomycotina berlangsung melalui tahapan yang terlihat pada
gambar 1.6, dimulai dari pertumbuhan askospora/kanidiospora menjadi miselium.
Diferensiasi dari hifa menjadi anteridium dan askogonium, selanjutnya
plasmogami (peleburan plasma), peleburan kariogami, pembelahan zigot secara
meiosis menghasilkan inti haploid. Pasangan inti haploid didalam askogonium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
bergabung membentuk inti diploid, kemudian inti diploid membelah secara
meiosis menjadi 4-8 inti haploid, dikelilingi selaput pelindung untuk membentuk
askospora.
Gambar 1.6 Siklus hidup Ascomycotina
(http://ascomicota4.blogspot.com/2009/05/ascomycotina.html)
Contoh fungi lain dari devisi ini adalah Saccharomyces cereviceae (bahan
pembuat roti), Saccharomyces ovale (berperan dalam pembuatan tempe),
Penicillium chrysogenum (penghasil zat antibiotik) dan Aspergillus wentii (untuk
pembuatan kecap, tauco, sake, asam nirat dan asam oksalat).
Devisi ketiga yaitu basidiomycotina, sering dipresentasikan dengan jamur
makroskopis yang biasa disebut mushroom. Tubuh buah tampak jelas
dipermukaan tanah/substrat lainnya dan tubuh buahnya ini dapat dimakan atau
bernilai gizi tinggi. Basidiomycota mikroskopis sering disebut jamur karat. Jamur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mikroskopis ini sering bersifat parasit dan menyebabkan berbagai penyakit pada
tumbuhan dan dapat membusukkan bahan organik. Basidiomycota memiliki ciri
khas yaitu memiliki ”basidium” berbentuk mirip gada dan menyebabkan jamur ini
dikenal dengan nama umum jamur gada (kelompok fungi) yang memiliki anggota
sekitar 25.000 spesies.
Ciri-ciri basidiomycota, yaitu: 1) anggota kebanyakan makroskopis, 2)
hyfanya bersekat, 3) memiliki tubuh buah (basidiokarp) berbentuk panjang,
lembaran-lembaran yang berliku atau bulat, 4) hidupnya saprofit, parasit dan
mutualisme, 5) perkembangbiakan secara aseksual (vegetatif) biasa dilakukan
dengan konidium, pertunasan dan fragmentasi miselium dan secara seksual
dengan basidiospora yang dibentuk oleh basidium, 6) habitat jamur yang saprofit
pada sisa-sisa makhluk hidup misalnya seresah daun ditanah, merang padi dan
batang pohon yang mati sedangkan yang parasit hidup pada organisme inangnya
seperti tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada yang bersimbiosis dengan akar
tumbuhan membentuk mikoriza.
Mycena Amicta merupakan salah satu spesies dari divisi basidiomycotina.
Fungi jenis ini hidup pada batang pohon yang lapuk, bersifat parasit. Warnanya
abu-abu sampai coklat (lihat gambar 1.7).
Mycena Amicata tidak dapat dikonsumsi karena bersifat racun. Klasifikasinya
yaitu kingdom: fungi, divisi: basidiomycota, class: basidiomycetes, subclass:
agaricomycetidae, order: agaricales, family: tricholomataceae, genus: mycena,
species: Mycena Amicata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 1.7 Mycena Amicta
(Sumber: Steve Reekie, 2008)
Reproduksi jamur basidiomycotina dapat terjadi secara seksual dan
aseksual, hal ini terlihat dalam siklus hidupnya (lihat gambar 1.8). Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan kanidiospora dan reproduksi seksual
dengan konjugasi, yaitu peleburan dua hifa berlainan jenis membentuk hifa
dikariotik yang mngandung dua inti. Hifa tersebut berkembang menjadi miselium
dikariotik dan membentuk tubuh buah (basidiokarp). Basidiokarp bentuknya
bervariasi, berbentuk paying, kuping, bola dan tidak beraturan. Contoh fungi yang
termasuk devisi ini adalah Auricularia polytrica (jamur kuping sebagai bahan
makanan), Volvariella volvaceae (jamur merang sebagai bahan makanan),
Pleurotus sp. (jamur kayus sebagai bahan makanan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 1.8 Siklus hidup basidiomycotina
(Sumber: www.biologi.isu.edu)
Devisi ke empat yaitu deuteromycotina, nama lain fungi imperfecti (jamur
tidak sempurna) karena belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara
generatif. Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh
jamur dari golongan ini, misalnya Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit
kaki atlit (lihat gambar 1.9) dan Microsporum sp penyebab penyakit kurap. Jamur
deuteromycotina bersifat parasit dibanyak jenis materi organik, sebagai parasit
pada tanaman tingkat tinggi, tanaman budidaya atau menyebabkan penyakit pada
manusia seperti yang terlihat pada gambar 1.9 dan penyakit panu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 1.9 Epidermophiton Floocosum
(Sumber: Molly, 2009)
Contoh fungi lain yang termasuk devisi ini adalah Helminthosporium
oryzae (merusak kecambah dan menyerang buah-buahan sehingga menimbulkan
noda-noda pada daun inang dan buah yang terserang berwarna hitam), Alternaria
(penyebab busuk pada tanaman budidaya, tomat dan kentang), Fusarium
(menyerang tanaman kubis, tomat, padi pisang), Epidermophyton floocosum
(penyakit kaki atlit pada manusia), Epidermophyton (penyebab penyakit kurap),
Trighophyton (penyebab penyakit kurap).
Mikorhiza adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi,
jamur dari devisi zygomycotina, ascomycotina dan basidiomycotina.
Lichenes/liken adalah simbiosis antara ganggang (ganggang hijau atau ganggang
biru) dengan jamur (dari ascomycotina atau basidiomycotina). Liken tergolong
tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup ditempat yang ekstrim.
Bentuk tubuh liken dikelompokkan menjadi tiga yaitu krustosa, foliosa dan
fruktikosa. Perhatikan gambar 1.10 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 1.10 Foliosa liken
Sumber: http://www.botany.hawaii.edu/nlc_biology
Bentuk tubuh (life form) liken berbentuk foliosa seperti gambar 1.10,
karena talus pipih seperti daun. Liken bermanfaat sebagai indikator pencemaran
menurut wijaya jati (2007: 106) karena “sifat liken yang peka terhadap
lingkungan, terutama pencemaran yang disebabkan berbagai zat berbahaya
misalnya logam berat dan pestisida. Liken juga digunakan dalam proses
pewarnaan, industri parfum dan bahan baku kertas lakmus (indikator pH)”.
Lumut kerak (liken) melekat pada batu-batuan menggunakan rizoidnya.
Bila terjadi perubahan cuaca dan kelembaban, maka liken melepaskan fragmen
talus dan zat kimia sehingga dapat melapukkan permukaan batuan tersebut
sehingga liken tetap hidup. Oleh karena itu, liken disebut dengan tumbuhan pioner
(tumbuhan pertama atau pemula). Contoh liken yang lain adalah Cetraria
islandica (dimanfaatkan sebagai bahan obat), Rocciela tinctoria (bahan pembuat
kertas lakmus), Usnea barbata (obat anti kembung).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Penelitian yang Relevan
1. Legiman, 2008 (Tesis)
Keingintahuan menurut hasil penelitian Legiman (2008), merupakan sikap
pribadi yang tercermin untuk ingin tahu terhadap sesuatu benda atau yang konkrit.
Siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi dalam proses pembelajaran lebih
aktif dan terbuka pikirannya dibandingkan dengan siswa yang keingintahuannya
rendah. Disamping itu, siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi akan
bersemangat dalam memperoleh dan mengembangkan konsep ilmu secara kritis
dalam menghadapi permasalahan. Keingintahuan memberikan suatu hasil yang
relatif berbeda dan memaksimalkan pencapaian hasil belajar. Pada penelitian ini
menyatakan bahwa keingintahuan merupakan pemacu berfikir oleh karena itu
belajar melalui proyek dengan lab real dan audiovisual merupakan metode yang
tepat untuk memunculkan keingintahuan siswa. Negosiasi kognitif dalam
kelompok menambah kekayaan berfikir siswa sehingga timbul keingintahuan dan
proses akhir mampu mengidentifikasi masalah serta mampu mencari solusi.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian Legiman adalah melengkapi pada
komponen keingintahuan siswa.
2. Shamsid, Ifraj dan Smith, bettye P. (2006), Journal of Family and Consumer
Sciences Education, Vol. 24
Contextual Teaching Learning menurut Shamsid dan Smith (2006), dapat
diterapkan untuk siswa yang belajar didalam kelas, hal ini dibenarkan dengan
praktek dari siswa yang belajar aktif, belajar dari kehidupan nyata dan belajar dari
teman-teman lain. Contextual Teaching Learning pada penelitian ini, merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
model pembelajaran dimana siswa belajar melalui lab real maupun belajar yang
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas, supaya siswa dapat membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, CTL diterapkan bukan hanya belajar praktek didalam
kelas tetapi juga media alam sebagai sumber belajar. Relevansi penelitian ini
dengan penelitian Shamsid dan Smith adalah melanjutkan untuk komponen model
pembelajaran.
3. Gerogiannis, Vasillis dan Fitsilis Panos (2005), International Journal of
Learning, vol.12
Hasil penelitian Gerogiannis dan Fitsilis (2005) menyimpulkan, bahwa
dengan bekerja secara produktif dalam kelompok, siswa dapat meningkatkan
kemampuan mengelola proyek dengan baik. Siswa juga merasa senang bekerja
dalam kelompok karena dapat mengidentifikasi semua komponen yang diperlukan
dalam proyek. Pada penelitian ini, kerja kelompok merupakan daya dukung agar
siswa dapat berinteraksi dengan baik, mampu melakukan negosiasi kognitif,
bertukar pengalaman belajar dan mampu bekerja sama untuk menyelesaikan
tanggung jawab dalam proyek. Relevansi penelitian ini dengan penelitian
Gerogiannis dan Fitsilis adalah melengkapi pada komponen kerjasama dalam
kelompok.
4. Herron, SS et.al (2008), International Journal of Social Sciences
Hasil penelitian Herron, SS et.al (2008) menyimpulkan, bahwa
pembelajaran berbasis proyek dapat memotivasi siswa dan mendidik siswa ke
berbagai disiplin ilmu. Pada penelitian ini, metode proyek merupakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang mengantarkan siswa belajar bermakna serta membangun keingintahuan
siswa dan kemampuan kerjasama. Pembelajaran bermakna diperoleh melalui
keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran dengan bekerja dan mengalami
untuk mendapatkan informasi. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Herron,
SS et.al adalah melengkapi pada komponen pembelajaran berbasis proyek.
5. Baharuddin et.al. (2009), International Education Studies, vol 2
Hasil penelitian Baharuddin et.al (2009) menyimpulkan, bahwa pembelajaran
berbasis proyek berdampak pada motivasi dan kepercayaan diri siswa, membuat
perencanaan proyek menjadi mudah, bekerja sama dan menyelesaikan tugas tepat
waktu. Pada penelitian ini, metode proyek merupakan metode yang membantu
siswa untuk menyelesaikan tugas, mendapatkan berbagai informasi, belajar
bermakna dan mampu mempresentasikan hasil proyek. Relevansi penelitian ini
dengan penelitian Baharuddin et.al adalah melengkapi pada komponen
pembelajaran berbasis proyek. Proyek tidak hanya meningkatkan motivasi dan
kepercayaan diri, tetapi juga faktor internal lain seperti keingintahuan,
kemampuan kerjasama, kecakapan hidup yang terwujud dalam ketrampilan dan
sikap.
6. Thomas, John W. (2000), A Review of Research
PBL menurut Thomas, John W (2000), terbukti merupakan suatu metode
yang efektif untuk mengajar siswa dengan proses seperti perencanaan,
komunikasi, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Terbukti juga
terdapat kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan proyek yang
komplek, terutama memulai penemuan, arah penyelidikan, mengatur waktu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
penggunaan teknologi secara produktif sehingga dibutuhkan bimbingan dari guru
untuk membantu siswa belajar dengan baik.
7. Asrori (2003), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Hasil penelitian Asrori (2003) menyimpulkan, bahwa dengan penerapan
teamwork learning, siswa akan terbiasa bekerja sama dalam kelompok dan
mampu memahami yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Pada penelitian
ini, bekerja dalam kelompok merupakan daya dukung untuk menyelesaikan tugas
proyek, memahami setiap proses yang dilakukan serta menjadikan pembelajaran
bermakna. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Asrori adalah melengkapi
pada komponen kerja kelompok. Kerja kelompok tidak hanya membantu
menyelesaikan tugas tepat waktu tetapi juga mampu meningkatkan interaksi antar
siswa dan ketrampilan dalam pengorganisasian kelompok.
8. Ari Widodo (2007), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Konstruktivisme menurut Ari Widodo (2007), merupakan teori
pembelajaran yang relatif baru karena didalamnya terus terjadi perkembangan, hal
tersebut memberikan kesulitan bagi siswa, akan lebih tepat apabila guru
menerapkan pembelajaran tersebut dengan bimbingan yang memadai. Pada
penelitian ini, konstruktivisme merupakan komponen penyusun CTL, model
pembelajaran yang mengantarkan siswa untuk belajar bermakna, melalui tahap-
tahap pelaksanaan berkesinambungan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian
Ari Widodo adalah melanjutkan pada komponen konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi
belajar.
Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri I Polanharjo pada bidang studi
biologi belum memanfaatkan lingkungan secara maksimal sebagai sarana belajar,
padahal interaksi antara siswa dengan lingkungan merupakan ciri pokok dalam
pembelajaran sains. Hal tersebut menjadi satu permasalahan tersendiri, biologi
merupakan materi yang identik dengan lingkungan karena biologi adalah salah
satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup dan
lingkungan. Lebih baik apabila ada unsur lingkungan yang dimasukkan dalam
proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada hal-hal yang berkaitan dengan
lingkungan hidup mereka maka dalam proses kegiatan belajar dimungkinkan
siswa memberikan respon berupa pengetahuan dan kecakapan hidup yang
terwujud dalam ketrampilan dan sikap.
Kerja proyek baik dengan lab real atau audiovisual, sama-sama
menekankan lingkungan belajar aktif, menghadapkan siswa pada permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa secara kolaboratif mendesain
kegiatan belajar mulai dari pengorganisasian kelompok, mencari permasalahan
sampai mempresentasikan hasil proyek. Seluruh proses kegiatan tersebut
berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir/intelektual, aspek sikap dan
ketrampilan atau kemampuan bertindak. Setiap individu melakukan interaksi
secara terus menerus dengan lingkungan dan menggunakan kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
abstrak maka terjadi perkembangan pengetahuan. Oleh sebab itu, diduga ada
pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi
belajar.
2. Pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar
Biologi adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan
metode berdasarkan observasi. Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri I
Polanharjo belum memberikan aspek proses, produk dan sikap sains dengan porsi
yang cukup. Aspek internal siswa berkembang apabila siswa sering dihadapkan
pada permasalahan kontekstual, melibatkan observasi, mencari permasalahan.
Metode proyek dengan lab real dan audiovisual sebagai tempat untuk
mengadakan eksplorasi, keingintahuan merupakan kemampuan awal yang
bertindak sebagai pemacu berfikir, karena terdapat rangsangan dan dorongan
untuk berpikir, mengantar siswa peka terhadap permasalahan dengan mengajukan
berbagai pertanyaan untuk pemenuhan keingintahuan. Masalah yang
teridentifikasi selama proyek menuntut siswa melakukan tindakan, berdialog dan
bekerja sama dalam penyelesaian masalah. Berbagai kegiatan tersebut dapat
melatih aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Oleh sebab itu, diduga ada
pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
3. Pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar
Kerjasama dalam kelompok, diterapkan apabila siswa dihadapkan pada
kegiatan dilaboratorium, sedangkan bekerja dilaboratorium sangat terbatas
tergantung dari materi pelajaran. Keadaan tersebut yang tercermin dalam kelas X
SMA Negeri I Polanharjo. Mengasah kemampuan kerjasama tidak maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
apabila hanya dihadapkan pada suasana laboratorium saja. Kondisi akan lebih
baik bila siswa dihadapkan pada laboratorium real yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, pada penelitian ini siswa dihadapkan
pada materi kontekstual dengan media lab real maupun audiovisual yaitu
kehidupan nyata yang dibawa kedalam kelas. Para siswa mengerjakan proyek
dengan bekerja sama dalam kelompok. Berkelompok diharapkan komunikasi
antar anggota terjalin baik, sehingga dapat membentuk rasa tanggung jawab dan
bekerja secara kooperatif. Para siswa yang melakukan dialog untuk mencapai
persetujuan bersama akan mudah mengidentifikasi dan menyelesaikan tugas.
Sehingga diduga ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
4. Interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek melalui lab real
dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
Kelas X SMA Negeri I Polanharjo, proses kegiatan belajar belum
maksimal dalam pengelolaan keingintahuan siswa karena metode yang digunakan
belum mengembangkan proses, produk dan sikap. Oleh karena itu diterapkan
metode proyek karena metode proyek dengan lab real dan audiovisual menuntut
kreatifitas dan mengajak siswa bekerja mandiri dalam kelompok. Kreatifitas
seiring dengan kemampuan bertanya dan mencari tahu tentang sesuatu yang
sedang dihadapi dengan mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan. Karena
keingintahuan bertindak sebagai pemacu berpikir sedangkan lab real dan
audiovisual menyediakan tempat untuk bereksplorasi dan mengembangkan daya
pikir maka diduga ada interaksi antara keingintahuan dengan metode proyek
dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
5. Interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek dengan lab real
dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
Metode yang digunakan pada kelas X SMA Negeri I Polanharjo, belum
mengembangkan proses, produk dan sikap. Kemampuan kerjasama termasuk
komponen dalam metode tersebut. Apabila metode berdasarkan observasi masih
jarang digunakan maka kemampuan kerjasama siswa belum terasah dengan baik.
Metode proyek dengan lab real dan audiovisual diterapkan pada kelas yang
didalamnya terdapat kelompok-kelompok kecil. Diharapkan para siswa dapat
mengidentifikasi berbagai masalah dengan negosiasi kognitif diantara anggota
kelompok. Setiap bagian kelompok saling berhubungan sehingga pengetahuan
yang dipunyai seseorang menjadi out put bagi orang lain, dan out put ini akan
mnejadi input bagi yang lainnya lagi. Keefektifan komunikasi sejalan dengan
kemampuan kerjasama, tinggi rendahnya kerjasama tergantung bagaimana
pengorganisasian kelompok dan kondisi pribadi siswa. Melalui Komunikasi yang
efektif diharapkan anggota kelompok memberikan tanggung jawab maksimal.
Metode proyek sangat cocok bila digabungkan dengan kemampuan kerjasama
karena proyek membutuhkan tanggung jawab dari setiap anggota kelompok. Oleh
sebab itu, diduga ada interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode
proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi antara keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap
prestasi belajar.
Salah satu aspek yang mampu mengasah keingintahuan dan kemampuan
kerjasama adalah penggunaan metode berdasarkan observasi, tetapi di kelas X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
SMA Negeri I Polanharjo siswa belum diarahkan untuk mampu memecahkan
permasalahan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari melalui pengembangan
ketrampilan proses dalam kerja kelompok. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
kemampuan internal siswa belum dimunculkan dengan baik. Produk yang
dihasilkan dalam proyek maksimal apabila siswa dapat menggali pengetahuan dan
mengidentifikasi segala sesuatu tentang proyek tersebut. Siswa bekerja sama
dalam kelompok, saling tukar pendapat, berpikir kritis dan melakukan tindakan
maka proyek akan terselesaikan dengan baik. Berpikir kritis ini membutuhkan
pemikiran dan kecermatan yang tinggi dan didukung oleh keingintahuan yang
besar pula karena keingintahuan bertindak sebagai pemacu berpikir. Sehingga
diduga ada interaksi antara keingintahuan, kemampuan kerjasama terhadap
prestasi belajar.
7. Interaksi antara metode proyek dengan lab real dan audiovisual,
keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
Metode yang digunakan pada kelas X SMA Negeri I Polanharjo, belum
mengembangkan proses, produk dan sikap. Hal tersebut merupakan permasalahan
tersendiri sebab pembelajaran sekarang menuntut untuk pencapaian kompetensi
melalui pembelajaran siswa aktif. Oleh sebab itu, penelitian ini menerapkan
metode proyek yang menekankan siswa untuk aktif dalam kegiatan, mulai dari
pengorganisasian kelompok sampai mempresentasikan hasil data yang ditemukan.
Metode proyek dengan lab real dan audiovisual sebagai wadah untuk memacu
perkembangan pengetahuan siswa, yang tentu saja perkembangan tersebut
membutuhkan kemampuan siswa untuk bekerja secara efektif dan kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Keingintahuan sebagai tahap awal yang baik untuk menggali pengetahuan,
kemudian mencari permasalahan dengan pengajuan pertanyaan dan bekerja sama
untuk memecahkan masalah yang ditemukan. Oleh sebab itu, diduga ada interaksi
antara keingintahuan, kemampuan kerjasama dan metode proyek dengan lab real
dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
D. Hipotesis
Berikut ini, beberapa rumusan hipotesis berdasarkan kajian teoritis dan
kerangka berfikir.
1. Ada pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap
prestasi belajar.
2. Ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
3. Ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
4. Ada interaksi keingintahuan siswa dengan metode proyek lab real dan
audiovisual terhadap prestasi belajar.
5. Ada interaksi kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real dan
audiovisual terhadap prestasi belajar.
6. Ada interaksi keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap
prestasi belajar.
7. Ada interaksi metode proyek dengan lab real dan audiovisual, keingintahuan
siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian bertempat di SMA Negeri I Polanharjo Klaten. Penelitian
dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 yaitu pada bulan
September 2009. Penelitian dilakukan di SMA Negeri I Polanharjo karena
terdapat fungi di areal sekolah, keberadaan tanah yang lembab serta terdapat
pohon tinggi menjadi kanopi bagi tumbuhan di bawahnya, yang merupakan faktor
pertumbuhan fungi.
Tabel 2.1 Waktu Penelitian
Tahap Bulan, 2008
Bulan, 2009
Nop Des Mar April Mei Juli Agust Sept Oktbr Usulan judul dan penyusunan proposal
√
√
Penyusunan Instrumen
√
Seminar proposal
√
Perijinan Penelitian
√
Uji coba Instrumen
√ √
Pelaksanaan Penelitian
√
Pengolahan Data
√
Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen,
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2. Kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam segala segi
yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan media pembelajaran.
Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan menggunakan metode proyek dengan
lab real sedangkan kelompok eksperimen 2 diberi perlakuan menggunakan
metode proyek dengan audiovisual.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1
Polanharjo Klaten, tahun pelajaran 2009/2010.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan dengan cluster random
sampling dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Undian
dilakukan menggunakan koin. Berikut ini, langkah-langkah dalam pengambilan
sampel.
a. Mengambil dua kelas secara random acak dengan cara undian untuk
menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
b. Setelah didapat dua kelas kemudian diundi kembali untuk menentukan kelas
yang diberi perlakuan dengan metode proyek lab real dan metode proyek
audiovisual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
D. Rancangan penelitian
Rancangan/desain yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2 x 2. Berikut ini,
adalah desain penelitian (lihat tabel 2.2).
Tabel 2.2. Desain Faktorial
Metode Proyek (A)
Lab Real (A1) Audiovisual (A2)
Keingintahuan (B) Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
Kemampuan kerjasama
(C)
Tinggi (C1) A1C1 A2C1
Rendah (C2) A1C2 A2C2
Keterangan:
A1 : Metode proyek dengan lab real
A2 : Metode proyek dengan audiovisual
B1 : Keingintahuan tinggi
B2 : Keingintahuan rendah
C1 : Kemampuan kerjasama tinggi
C2 : Kemampuan kerjasama rendah
A1B1 : Kelompok siswa yang memiliki keingintahuan tinggi yang diajar
menggunakan metode proyek dengan lab real.
A2B1 : Kelompok siswa yang memiliki keingintahuan tinggi yang diajar
menggunakan metode proyek dengan audiovisual.
A1B2 : Kelompok siswa yang memiliki keingintahuan rendah yang diajar
menggunakan metode proyek dengan lab real.
A2B2 : Kelompok siswa yang memiliki keingintahuan rendah yang diajar
menggunakan metode proyek dengan audiovisual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
A1C1 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan kerjasama tinggi yang diajar
menggunakan metode proyek dengan lab real.
A2C1 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan kerjasama tinggi yang diajar
menggunakan metode proyek dengan audiovisual.
A1C2 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan kerjasama rendah yang
diajar menggunakan metode proyek dengan lab real.
A2C2 : Kelompok siswa yang memiliki kemampuan kerjasama rendah yang
diajar menggunakan metode proyek dengan audoivisual.
E. Variabel Penelitian
Berikut ini, adalah variabel-variabel dalam penelitian.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Proyek
a. Definisi Operasional: Metode yang digunakan oleh guru dan diterapkan
kepada siswa agar siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek pada materi fungi sebagai upaya mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Skala pengukuran: variabel metode proyek dengan lab real dan audiovisual
berskala nominal.
c. Indikator: kelas X 4 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X 1 sebagai kelas
eksperimen 2
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
a. Definisi Operasional: Prestasi belajar adalah perolehan skor dengan tes
prestasi belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik dengan penilaian
Authentic Assesmen yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap
konsep-konsep materi fungi setelah siswa melaksanakan proses pembelajaran
dengan metode proyek.
b. Skala Pengukuran: prestasi belajar menggunakan skala ordinal.
c. Indikator: siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.
3. Variabel Moderator I adalah keingintahuan Siswa
a. Definisi Operasional: Keingintahuan adalah suatu kecenderungan atau
dorongan seseorang untuk mengetahui sesuatu atau benda tertentu.
b. Skala Pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu keingintahuan tinggi
dan keingintahuan rendah
c. Indikator: keingintahuan kategori tinggi jika>Mean, sedangkan keingintahuan
kategori rendah jika< Mean.
4. Variabel Moderator II adalah kemampuan kerjasama.
a. Definisi Operasional: Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang
lain.
b. Skala Pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu kemampuan kerjasama
tinggi dan kemampuan kerjasama rendah. Pembuatan kategori ini berdasarkan
pada banyaknya seseorang dipilih atau ditolak oleh orang lain sebagai anggota
kelompok dengan menggunakan angket sosiometri.
c. Indikator: kemampuan kerjasama kategori tinggi jika>Mean, sedangkan
kemampuan kerjasama kategori rendah jika< Mean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen pelaksanaan Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian berupa: Silabus dan RPP
dengan metode proyek melalui lab real dan audiovisual.
2. Instrumen pengambilan data
Instrumen dalam pengambilan data yaitu angket keingintahuan, angket
sosiometri dan tes hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
G. Uji Coba Instrumen
1. Uji coba soal kognitif
Sebelum alat evaluasi digunakan, perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu
untuk mengetahui kelayakan alat evaluasi. Soal hasil uji coba kemudian dihitung
daya beda soal, indeks kesukaran, validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Validitas butir soal menurut Arikunto (2002: 252), dicari dengan rumus
korelasi point biserial.
qp
S
MM r
t
tppbis
-=
Keterangan:
rpbis : Koefisien validitas tiap item soal
Me : Rata-rata skor total yang dijawab benar pada butir soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Mt : Rata-rata skor total
St : Standar deviasi skor total
P : Proporsi siswa yang menjawab benar setiap butir soal
Q : Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal
Hasil perhitungan dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke tabel r
hasil korelasi product moment. Jika harga r> harga kritis dalam tabel, maka
korelasi signifikan begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas dengan signifikansi 5% diperoleh r
tabel 0.334. Berikut ini, adalah hasil validitas butir soal uji coba (lihat tabel 2.3).
Tabel 2.3. Hasil Validitas Butir Soal
Validitas Butir Soal Jumlah
Valid 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 34
26
Tidak Valid 3, 6, 8, 11, 18, 21, 25, 33, 35 9
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan suatu tes yang apabila diteskan dapat
mengukur hasil yang sama untuk semua subjek yang mempunyai kemampuan
tidak jauh berbeda. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat
menunjukkan hasil yang relatif jika tes tersebut digunakan pada kesempatan yang
lain. Rumus yang digunakan adalah KR-20 (Arikunto, 2002: 160).
÷÷ø
öççè
æ å-÷øö
çèæ= 2
2
11 SpqS
1-k
k r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Keterangan:
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
p : Proporsi siswa yang menjawab benar setiap butir soal
q : Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal
∑pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : Banyaknya soal
S2 : Standar deviasi dari tes
Kriteria reliabel:
r11 ≤ 0.20 : Sangat rendah
0.20 < r11 ≤ 0.40 : Rendah
0.40 < r11 ≤ 0.60 : Agak rendah
0.60 < r11 ≤ 0.80 : Cukup
0.8 < r11 ≤ 1.00 : Tinggi
(Erman & Yahya, 1990: 352).
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas uji coba evaluasi diperoleh r11: 0.891
c. Tingkat Kesulitan
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai indeks kesulitan memadai
dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Berikut ini, rumus yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan soal.
BA
BA
JSJSJBJB
IK ++
=
Keterangan :
IK : Indeks kesukaran
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSS : Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria menunjukkan tingkat kesukaran soal adalah
0.00< IK ≤ 0.30 : Sukar
0.30 < IK ≤ 0.70 : Sedang
0.70 < IK ≤ 1.00 : Mudah
(Erman & Yahya, 1990: 353 )
Berikut ini, tingkat kesukaran butir soal yang dihasilkan berdasarkan perhitungan
analisis butir soal (lihat tabel 2.4).
Tabel 2.4 Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat Kesukaran Butir Soal Jumlah
Sedang 6, 8, 10, 11, 14, 16, 17, 20, 22, 23,
24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33
18
Mudah 1, 2, 3, 4, 5, 7 , 9, 12, 13, 15, 18,
19, 21, 26, 31, 34, 35
17
d. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai
kemampuan rendah. Berikut ini, rumus yang digunakan untuk menentukan daya
beda soal.
A
BA
JSJBJB
DP-
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Keterangan :
DP : Daya beda
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria soal yang dipakai diklasifikasikan sebagai berikut:
0.00< DP ≤ 0.20 : Jelek
0.20< DP ≤ 0.40 : Cukup
0.40< DP ≤ 0.70 : Baik
(Erman & Yahya, 1990: 353).
Berikut ini, daya beda butir soal yang dihasilkan (lihat tabel 2.5) berdasarkan
analisis butir soal.
Tabel 2.5 Hasil daya Beda Butir Soal
Daya Beda Butir Soal Jumlah
Jelek 3, 8, 18, 21, 25, 33, 35 7
Cukup 6, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 24, 34 9
Baik 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 14, 16, 17, 22,
23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
19
Berdasarkan hasil analisis, dari 35 soal kognitif yang telah diuji cobakan maka
diambil keputusan yakni soal yang dipakai berjumlah 26 dan soal yang tidak
dipakai berjumlah 9 (lihat tabel 2.6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 2.6 Butir soal kognitif yang dipakai dan tidak dipakai dalam penelitian
Butir soal kognitif Butir Soal Jumlah
Dipakai 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 34.
26
Tidak dipakai 3, 6, 8, 11, 18, 21, 25, 33, 35 9
2. Uji Coba Angket
a. Uji Validitas
Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas butir soal
dari instrumen penelitian. Item dikatakan valid jika ada dukungan besar terhadap
skor total. Validitas soal dihitung menggunakan rumus korelasi product moment
dari Karl Pearson (Masidjo, 1995: 246; Nasution, 2002: 57).
rxy =( )( )
( ){ } ( ){ }å åå åå åå
--
-2222 YYNXXN
YXXYN
Dimana : r xy : Indeks korelasi produk moment
N : Jumlah peserta tes
Σ X : Jumlah seluruh skor X
Σ Y : Jumlah seluruh skor Y
Kriteria pengujian:
Jika rxy > t total maka item dinyatakan valid
Jika rxy < t total maka item dinyatakan tidak valid
Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
0,91 – 1,00 : Sangat tinggi
0,71 – 0,90 : Tinggi
0,41 – 0,70 : Cukup
0,21 – 0,40 : Rendah
Negatif-0,20 : Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan validitas angket dengan signifikasi 5% diperoleh r
tabel 0.334. Validitas untuk uji coba diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2.7 Hasil validitas butir soal keingintahuan
Validitas Butir soal Jumlah Valid 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 17,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 40, 41
30
Tidak valid 1, 3, 7, 11, 12, 13, 18, 19, 28, 37, 38
11
Pada tabel 2.7 dapat dilihat bahwa butir soal pada angket keingintahuan
berjumlah 41 soal dengan skala penilaian 4 sampai 1. Setelah diuji validitasnya,
butir soal yang valid 30 soal sedangkan yang tidak valid 11 soal. Soal yang
dipakai dalam penelitian yaitu soal yang valid berjumlah 30 dan 11 soal tidak
dipakai.
Tabel 2.8 Hasil validitas butir soal aspek afektif
Validitas Butir soal Jumlah
Valid 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16,
19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32
25
Tidak valid 2, 5, 10, 11, 17, 18, 24 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pada tabel 2.8 dapat dilihat bahwa butir soal pada angket afektif berjumlah
32 soal dengan skala penilaian 4 sampai 1. Butir soal yang valid, terdapat 25 butir,
soal yang valid tersebut dipakai dalam penelitian sedangkan 7 butir soal tidak
valid, tidak dipakai dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas Angket
Menurut Budiyono (2000: 62), untuk menguji reliabilitas angket
digunakan rumus alpha sebagai berikut:
r11 = ÷÷ø
öççè
æ å-÷
øö
çèæ
- 2
2
11 t
i
S
S
NN
Dimana:
r11 : indeks reabilitas instrumen
N : cacah butir soal.
2is : variansi belahan ke-i, i : 1,2,...k (K<N)
Variansi butir ke-i, i : 1,2,...N
2ts : Variansi skor-skor yang di peroleh subyek uji coba
Kriteria tingkat reliabilitas berdasarkan koefisien r menurut Suharsimi Arikunto
(2000: 245) adalah sebagai berikut:
0,800 - 1,00 : tinggi
0,600 – 0,800 : cukup
0,400 – 0,600 : sedang
0,200 – 0, 400 : rendah
0,100 - 0,200 : sangat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, diperoleh Alpha 0.9206 untuk angket
keingintahuan dan Alpha 0.9007 untuk angket afektif yang berarti reliabel dengan
tingkat reliabilitas tinggi.
c. Analisis Sosiometri
Berikut ini, tahap-tahap yang harus dilakukan dalam menganalisis hasil
sosiometri.
1) Memeriksa hasil angket sosiometri.
2) Menghitung indeks pemilihan (i.p), yakni indeks pemilihan dibuat dengan
rumus:
Jumlah pemilih-jumlah penolak
i.p =
n - 1
Keterangan:
i.p: indeks pemilihan
n : jumlah anggota dalam kelompok
Tabel 2.9 Hasil analisis sosiometri
Indek pemilihan No. Siswa Jumlah
Kemampuan kerjasama
tinggi
1, 3, 4, 6, 8, 10, 13, 15, 16, 18, 23, 24, 25,
29, 32, 34, 35, 36
18
Kemampuan kerjasama
rendah
2, 5, 7, 9, 11, 12, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 26,
27, 28, 30, 31, 33
18
Angket sosiometri berisi pemilihan dan penolakan yang masing-masing
terhadap 3 teman untuk dijadikan kelompok belajar. Semakin tinggi siswa dipilih
oleh teman lain sebagai anggota kelompok, menerangkan bahwa siswa tersebut
mempunyai kemampuan kerjasama yang semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
B. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Analisa data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang
diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava 3 jalan dengan frekuensi
isi sel tak sama, sebelum dilakukan uji anava, harus dilakukan uji prasyarat
analisis.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak, menggunakan uji liliefors.
1) Menetapkan hipotesis
H0 : populasi tidak berdistribusi normal
Ha : populasi berdistribusi normal
2) Mengubah bilangan hasil pengamatan X1 menjadi bilangan baku (Z1) dengan
menggunakan rumus.
Xi-X Zi : SD Keterangan:
Xi : Data hasil pengamatan
X : Rata- rata hasil pengamatan
SD: Simpangan baku
3) Statistik Uji
L: Maks | F (Zi) – S(Zi) |
Dengan menggunakan distribusi normal baku dihitung peluang F (zi): P (z ≤ zi)
Z ~ (0,1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
S(zi) = Proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh zi
4) Taraf Signifikansi ,α : 0,05
5) Daerah kritik (Dk)
Dk: { L| L< L α ; n} dengan n adalah ukuran sampel. Dk dikonsultasikan
dengan tabel liliefors.
6) Keputusan uji
Ho ditolak jika Dk jatuh dalam daerah kritik
Ha diterima jika Dk jatuh diluar daerah kritik (Budiyono, 2004: 170-171)
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen.
Dalam penelitian ini dianalisis yang digunakan untuk menguji homogenitas
adalah dengan metode Barlett.
2,303 X2 : ( ƒ log RKG – Σƒ j log s2
j) c Dengan:
X2 : harga uji Barlett
K : banyaknya sampel
nj : banyaknya nilai sampel (ukuran) ke- j
fj : nj- 1: derajat kebebasan untuk s2j ; j : 1, 2......., k
k
f : N – k : Σ ƒj : derajat kebebasan untuk RKG j=1
1 1 1 Σ c : 1 + ( Σ - ); RKG : rataan kuadrat galat : 3(k - 1) ƒj ƒ Σ ƒj
( ΣXj )2
SSj : ΣX2j - : ( nj - 1) s2
j nj
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
kriteria uji:
dk: 1 ; α : 0,05
jika X2 hit ≤ X2tab berarti sampel berasal dari populasi yang homogen
jika X2hit > X2
tab berarti sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
(Budiyono, 2004: 176)
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan analisis parametrik karena data
berdistribusi normal dan homogen. Data berdistribusi normal jika Lobs<Lα;n pada
taraf signifikasi 5%. Sedangkan data homogen jika X2hitung< X2α;n pada taraf
signifikasi 5%. Pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan.
a. Anava
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis tersebut analisis
yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan.
b. Asumsi
1) Populasi-populasi berdistribusi normal
2) Populasi-populasi homogen
3) Sampel dipilih secara acak
4) Variabel terikat berskala pengukuran interval
5) Variabel bebas berskala pengukuran nominal
c. Model
Xijkl = ijklijkjkikijkji Î++++++++ )()()()( abgbgagabgbam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Keterangan:
Xijkl: data ke-I pada faktor A kategori Ke-i, faktor B kategori ke-j dan faktor C
kategori ke-k
m : rerata dari seluruh data
ia : efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat
jb : efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat
kg : efek faktor C kategori ke-k pada variabel terikat
ij)(ab : kombinasi efek faktor A dan B
( ) jkbg : kombinasi efek faktor B dan C
( )ikag : kombinasi efek faktor A dan C
( )ijkabg : kombinasi efek faktor A ,B dan C
ijklÎ : daviasi data Xijkl terhadap rerata populasinya ( ijm ) yang berdistribusi normal
i : 1,2,3,...,p; p = banyaknya kategori pada variabel A
j : 1,2,3,...,q; q = banyaknya kategori pada variabel B
k : 1,2,3,...,r; r = banyaknya kategori pada variabel C
l: 1,2,3,...,n; n = banyaknya data amatan pada setiap sel
(Budiyono, 2004: 228)
d. Hipotesis
Berikut ini, adalah hipotesis-hipotesis penelitian.
1) Pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
H0A: Tidak ada pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual
terhadap prestasi belajar.
H1A: Ada pengaruh metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap
prestasi belajar
2) Pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
H0B: Tidak ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
H1B: Ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
3) Pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
H0C: Tidak ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
H1C: Ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
4) Interaksi keingintahuan siswa dengan metode proyek lab real dan audiovisual
terhadap prestasi belajar.
H0AB: Tidak ada interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek
lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
H1AB: Ada Interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek lab
real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
5) Interaksi kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real dan
audiovisual terhadap prestasi belajar.
H0AC:Tidak ada interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek
lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
H1AC: Ada interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab
real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
6) Interaksi keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
H0BC:Tidak ada interaksi antara keingintahuan dan kemampuan kerjasama
terhadap prestasi belajar.
H1BC: Ada interaksi antara keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap
prestasi belajar.
7) Interaksi metode proyek lab real dan audiovisual, keingintahuan siswa dan
kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
H0ABC:Tidak ada interaksi antara metode proyek lab real dan audiovisual,
keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi
belajar.
H1ABC:Ada Interaksi antara metode proyek lab real dan audiovisual,
keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi
belajar.
e. Komputasi
1) Data sel
Berikut ini, rancangan analisis anava 3 jalan (lihat tabel 2.10).
Tabel 2.10 Rancangan Analisis Statistik
B 1 B2
C 1 C 2 C 1 C 2
A 1 A1 B1 C1 A1 B1 C2 A1 B2 C1 A1 B2 C2
A 2 A2 B1 C1 A2 B1 C2 A2 B2 C1 A2 B2 C2
Keterangan :
A 1: metode proyek dengan Lab Real
A 2: metode proyek dengan Audiovisual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
B 1: keingintahuan Tinggi
B2: keingintahuan Rendah
C 1: kemampuan kerjasama tinggi
C 2: kemampuan kerjasama rendah.
2) Komponen jumlah kuadrat
a) pqrG 2
b) ijk
SSå
c) åi
i
qr
A2
d) åj
j
pr
B2
e)åk
k
pq
B2
f)åji
ij
r
AB
,
2
g)åki
ik
q
AC
,
2
h)åkj
jk
p
BC
,
2
i) åijkABC 2
Rerata Sel Harmonik :
å=
ij ij
H
n
rqpn
1..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3) Jumlah kuadrat (sum Square)
a) JKA : ( ) ( )[ ]13 -
b) JKB : ( ) ( )[ ]14 -
c) JKC : ( ) ( )[ ]15 -
d) JKAB : ( ) ( )[ ])1()4(36 +--
e) JKAC : ( ) ( )[ ])1()5(37 +--
f) JKBC : ( ) ( )[ ])1()5(48 +--
g) JKABC : ( ) ( )[ ])8()7()6()1()9()5(43 ---++++
h) JKG : (2) –(9)
i) Jkt : (2) – (1)
(atau JKT = JKA+ JKB+ JKC+ JKAB+ JKAC+ JKBC+ JKABC+ JKG)
4) Derajat kebebasan (Degree of Freedom)
dkA : (p - 1)
dkB : (q - 1)
dkC : (r - 1)
dkAB : (p - 1) (q - 1)
dkAC : (p - 1)(r - 1)
dkBC : (q - 1)(r - 1)
dkABC: (p - 1)( q - 1)( r - 1)
dkG : N – pqr
dkT : N – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
5) Rerata kuadrat (Mean Square)
JKA RKA :
dKA
JKB RKB :
dkB
JKC RKC :
dkC
JKAB RKAB :
dkAB
JKAC RKAC :
dkAC
JKBC RKBC :
dkBC JKABC
RKABC: dkABC JKG
RKG : dkG
6) Statistik uji
RKA Fa :
RKG RKB
Fb : RKG RKC
Fc : RKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
RKAB Fab:
RKG RKAC
Fac : RKG RKBC
Fbc : RKG RKABC
Fabc: RKG
7) Daerah kritik
a) DKa:{ }pqrNpFaFF --³ ;1;a
b) DKb: { }pqrNqFFbF --³ ;1;a
c) DKc: { }pqrNrFcFF --³ ;1;a
d) DKab: { }pqrNqqab FFF ---³ );1)(1(;a
e) DKac: { }pqrNrpac FFF ---³ );1)(1(;a
f) DKbc: { }pqrNrqbc FFF ---³ );1)(1(;a
g) DKabc: { }pqrNrqpabc FFF ----³ );1)(1)(1(;a
8) Keputusan uji
Ho ditolak jika harga statistik ujinya melebihi daerah kritiknya. Harga
kritik tersebut diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat signifikan a .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
9) Rangkuman Anava Tiga jalan
Tabel 2.11 Letak Hasil Rangkuman Analisis Variansi
Sumber Variansi
JK DK RK F hitung F α p
A JKA p – 1 RKA Fa F tabel < α atau > α B JKB q - 1 RKB Fb F tabel < α atau > α C JKC r - 1 RKC Fc F tabel < α atau > α
AB JKAB (p -1)(q- 1) RKAB Fab F tabel < α atau > α AC JKAC (p - 1)(r - 1) RKAC Fac F tabel < α atau > α BC JKBC (q - 1)(r - 1) RKBC Fbc F tabel < α atau > α
ABC JKABC (p- 1)(q- 1)(r -1) RKABC Fabc F tabel < α atau > α Gelat JKG N-pqr RKG - - - Total JKT N - 1 - - - -
Keterangan: p adalah probabilitas amatan.
f. Menentukan kaidah pengujian hipotesis dengan uji Anava tiga jalan
1) Uji Hipotesis 1
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak HoA (signifikan) dan H1A diterima artinya
ada pengaruh antara metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap
prestasi belajar.
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0A (tidak signifikan) dan H1A ditolak
artinya tidak ada pengaruh antara metode proyek dengan lab real dan
audiovisual terhadap prestasi belajar.
2) Uji Hipotesis 2
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0B (signifikan) dan H1B diterima artinya
ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0B (tidak signifikan) dan H1B ditolak
artinya tidak ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3) Uji Hipotesis 3
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0C (signifikan) dan H1C diterima artinya
ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0C (tidak signifikan) dan H1C ditolak
artinya tidak ada pengaruh kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
4) Uji Hipotesis 4
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0AB (signifikan) dan H1AB diterima
artinya ada interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek lab
real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0AB (tidak signifikan) dan H1AB ditolak
artinya tidak ada interaksi antara keingintahuan siswa dengan metode proyek
lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
5) Uji Hipotesis 5
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0AC (signifikan) dan H1AC diterima
artinya ada interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab
real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0AC (tidak signifikan) dan H1AC ditolak
artinya interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real
dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
6) Uji Hipotesis 6
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0BC (signifikan) dan H1BC diterima
artinya ada interaksi antara keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama
terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0BC (tidak signifikan) dan H1BC ditolak
artinya tidak ada interaksi antara keingintahuan siswa dan kemampuan
kerjasama terhadap prestasi belajar.
7) Uji Hipotesis 7
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0ABC (signifikan) dan H1ABC diterima
artinya ada interaksi antara metode proyek lab real dan audiovisual,
keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
Bila F hitung ≤ F tabel, maka terima H0ABC (tidak signifikan) dan H1ABC ditolak
artinya interaksi antara metode proyek lab real dan audiovisual, keingintahuan
siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar.
g. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi, apabila
hasil analisis variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji
lanjut Anava ini adalah untuk melakukan pengacakan terhadap rerata setiap
kolom, baris dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah rerata
yang berbeda. Penelitian ini menggunakan uji lanjut Anava metode komparasi
ganda dengan uji scheffe. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k
perlakuan, maka ada 2
)1( -kkpasangan rataan,
2) merumuskan hipotesis yang sesui dengan komparasi tersebut,
3) mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut,
a) untuk komparasi rataan antar baris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Fi.- j. = ( ) 2
.
..
1.
1 ÷øö
çèæ +
-
ji
ji
nnRKG
XX
b) untuk komparasi rataan antar kolom
F.i - .j = ( ) 2
.
..
1.
1 ÷øö
çèæ +
-
ji
ji
nnRKG
XX
c) untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj = ( ) 2
11 ÷øö
çèæ +
-
ikij
ikij
nnRKG
XX
d) komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik = ( ) 2
11 ÷øö
çèæ +
-
ikij
ikij
nnRKG
XX
4) menentukan tingkat signifikasi (a )
5) menentukan daerah kritik (dk) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DKi. – j. : { }pqNpjiji FpFF ---- -³ ;1;.... )1( a
DK.i - . j : { }pqNqjiji FpFF ---- -³ ;1;.... )1( a
DKij-kj : { }pqNqpkjijkjij FqpFF ----- <--³ );1)(1(;)1)(1( a
6) komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik)
DKij-kj : { }pqNqpkjijkjij FqpFF ----- <--³ );1)(1(;)1)(1( a
Keterangan:
xi.: rerata pada baris ke- i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
xj.: rerata pada baris ke- j
x.i: rerata pada kolom ke- i
x.j: rerata pada kolom ke- j
xij: rerata pada sel ij
xkj: rerata pada sel kj
xik: rerata pada sel ik
ni.: cacah observasi pda baris ke- i
nj.: cacah observasi pada baris ke- j
n.i: cacah observasi pada kolom ke- i
n.j: cacah observasi pada kolom ke- j
nij : cacah observasi pada sel ij
nkj : cacah observasi pada sel kj
nik: cacah observasi pada sel ik
7) Menentukan keputusan uji
8) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada Bab II dan hasil data penelitian,
maka disajikan deskripsi data, pengolahan data dan keputusan-keputusan uji hasil
penelitian.
1. Data nilai prestasi belajar siswa
Dalam penelitian ini data nilai prestasi belajar siswa berupa nilai pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (lihat tabel 3.1). Nilai aspek kognitif
diperoleh melalui tes tertulis, sedangkan nilai aspek afektif diperoleh melalui
angket dan nilai aspek psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi.
Tabel 3.1 Rangkuman data prestasi belajar hasil penelitian berdasarkan metode proyek lab real dan audiovisual.
Metode Proyek dengan media
Prestasi N Min Max Rata-rata
Lab Real Kognitif 36 4.60 8.50 6.65 Afektif 36 72.00 94.00 82.52
Psikomotorik 36 26.00 38.00 31.79
Audiovisual Kognitif 36 4.20 8.10 6.30
Afektif 36 64.00 91.00 76.51 Psikomotorik 36 22.00 36.00 27.13
Pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa untuk kelas yang menggunakan metode
proyek dengan lab real nilai Min, Max dan rata-ratanya lebih besar dibanding
kelas yang menggunakan metode proyek dengan audiovisual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Sebaran data nilai prestasi belajar siswa ditampilkan dalam tabel-tabel
berikut.
a. Aspek Kognitif
Tabel 3.2 Sebaran data kognitif untuk metode proyek lab real
Interval kelas xi (nilai tengah) f Fxi 4.60 - 5.25 4.925 3 14.775 5.26 - 5.91 5.585 6 33.510 5.92 - 6.57 6.245 10 62.450 6.58 - 7.23 6.905 10 69.050 7.24 - 7.89 7.565 5 37.825 7.90 - 8.55 8.225 2 16.450
jumlah 36 234.060
SD 1.03 Mean 6.65
Tabel 3.2 adalah sebaran data kognitif untuk kelas metode proyek lab real.
Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 5.92-6.57 dan 6.58-7.23 dengan
frekuensi masing-masing 10. Frekuensi terendah yaitu 2 dengan interval kelas
7.90-8.55. Interval kelas terbagi menjadi 6 dengan jumlah jumlah frekuensi 36.
Dihasilkan standar deviasi 1.03 dan mean 6.65. Sebaran data kognitif tersebut,
juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.1, untuk mengetahui lebih jelas
sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Gambar 2.1 Diagram data kognitif untuk metode proyek lab real
Gambar 2.1 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 12.1,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 10 dengan nilai tengah 6.245 dan
6.905 sedangkan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 8.225.
Tabel 3.3 Sebaran data kognitif untuk metode proyek audiovisual
Interval kelas xi (nilai tengah) f Fxi 4.20 - 4.85 4.525 4 18.100 4.86 - 5.51 5.185 6 31.110 5.52 - 6.17 5.845 9 52.605 6.18 - 6.83 6.505 8 52.040 6.84 - 7.49 7.165 6 42.990 7.50 - 8.15 7.825 3 23.475
jumlah 36 220.320
SD 1.00 Mean 6.30
Tabel 3.3 adalah sebaran data kognitif untuk kelas metode proyek
audiovisual. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 5.52-6.17 dengan
frekuensi 9. Interval kelas terbagi menjadi 6 dengan jumlah frekuensi 36.
Dihasilkan standar deviasi 1.00 dan mean 6.30. Sebaran data kognitif tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.2, untuk mengetahui lebih jelas
sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
Gambar 2.2 Diagram data kognitif untuk metode proyek audiovisual
Gambar 2.2 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 12.2,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 5.845
sedangkan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 7.825
b. Aspek Afektif
Tabel 3.4 Sebaran data afektif untuk metode proyek lab real.
Interval kelas xi (nilai tengah) f Fxi 72.00 - 75.67 73.84 3 221.51 75.68 - 79.35 77.52 7 542.61 79.36 - 83.03 81.20 9 730.76 83.04 - 86.71 84.88 9 763.88 86.72 - 90.39 88.56 6 531.33 90.40 - 94.07 92.24 2 184.47
Jumlah 36 2974.54
SD 5.02 Mean 82.52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 3.4 adalah sebaran data afektif untuk metode proyek lab real.
Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 79.36-83.03 dan 83.04-86.71
dengan jumlah frekuensi masing-masing 9. Interval kelas dibagi menjadi 6 kelas
dengan jumlah siswa 36. Dihasilkan standar deviasi 5.02 dan mean 82.52. Sebaran
data afektif tersebut, juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.3, untuk
mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak merata. Data pada
tabel 3.4 dan gambar 2.3 adalah data yang sama, hanya dibentuk penyajian yang
berbeda untuk memudahkan dalam membaca data tersebut.
Gambar 2.3 Diagram data afektif untuk metode proyek lab real
Gambar 2.3 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 12.3,
menerangkan bahwa interval terdiri dari enam kelas. Frekuensi tertinggi yaitu 9
dengan nilai tengah 81.20 dan 84.88 sedangkan frekuensi terendah yaitu 2 dengan
nilai tengah 92.24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 3.5 Sebaran data afektif untuk metode proyek audiovisual.
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi 64.00 - 68.50 66.25 4 265.000 68.51 - 73.01 70.76 6 424.560 73.02 - 77.52 75.27 10 752.700 77.53 - 82.03 79.78 8 638.240 82.04 - 86.54 84.29 6 505.740 86.55 - 91.05 88.8 2 177.600
Jumlah 36 2763.840
SD 6.57 Mean 76.51
Tabel 3.5 adalah sebaran data afektif untuk metode proyek audiovisual.
Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 73.02-77.52 dengan frekuensi 10.
Interval kelas terbagi menjadi 6 kelas dengan jumlah frekuensi 36. Dihasilkan
standar deviasi 6.57 dan mean 76.51. Sebaran data afektif tersebut, dapat juga
dilihat melalui diagram pada gambar 2.4, untuk mengetahui lebih jelas sebaran
data tersebut merata atau tidak merata.
Gambar 2.4 Diagram data afektif metode proyek audiovisual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 2.4 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 12.4,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 10 dengan nilai tengah 75.27
sedangkan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 88.8
c. Aspek Psikomotorik
Tabel 3.6 Sebaran data psikomotorik untuk metode proyek lab real.
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi 26.00 - 28.00 27 2 54.000 28.01 - 30.01 29.01 4 116.040 30.02 - 32.02 31.02 8 248.160 32.03 - 34.03 33.03 9 297.270 34.04 - 36.04 35.04 8 280.320 36.05 - 38.05 37.05 5 185.250
Jumlah 36 1181.040
SD 2.55 Mean 31.79
Tabel 3.6 adalah sebaran data psikomotorik untuk metode proyek lab real.
Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 32.03-34.03 dengan frekuensi 9.
Interval kelas terbagi menjadi 6 kelas dengan jumlah frekuensi 36. Dihasilkan
standar deviasi 2.55 dan mean 31.79. Sebaran data psikomotorik tersebut, juga
dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.5, untuk mengetahui lebih jelas
sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 2.5. Diagram data psikomotorik untuk metode proyek lab real
Gambar 2.5 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 12.5,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 33.03
sedangkan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 27.
Tabel 3.7 Sebaran data psikomotorik untuk metode proyek audiovisual
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi 22.00 - 24.33 23.165 5 115.825 24.34 - 26.67 25.505 6 153.030 26.68 - 29.01 27.845 9 250.605 29.02 - 31.35 30.185 8 241.480 31.36 - 33.69 32.525 5 162.625 33.70 - 36.03 34.865 3 104.595
Jumlah 36 1028.160
SD 2.94 Mean 27.13
Tabel 3.7 adalah sebaran data psikomotorik untuk metode proyek
audiovisual. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 26.68-29.01 dengan
jumlah frekuensi 9. Interval kelas terbagi menjadi 6 dengan jumlah frekuensi 36.
Dihasilkan standar deviasi 2.94 dan mean 27.13. Sebaran data psikomotorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
tersebut, juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.6, untuk mengetahui
lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
Gambar 2.6 Diagram data psikomotorik metode proyek audiovisual
Gambar 2.6 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 12.6,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 27.845
sedangkan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 34.865
2. Deskripsi Data keingintahuan siswa
Tabel 3.8 Deskripsi data keingintahuan siswa
Kelas Jml siswa Min Max Rata-rata Lab Real 36 92.00 114.00 101.109 Audiovisual 36 78.00 111.00 95.43
Tabel 3.8 merupakan deskripsi data keingintahuan siswa, terlihat bahwa
kelas lab real memiliki nilai Min, Max dan rata-rata lebih besar dibanding kelas
Audiovisual yaitu nilai maksimal kelas Lab Real 114 serta Rata-rata 101.09 lebih
besar dari nilai maksimal kelas Audiovisual 111 dan Rata-rata 95.43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 3.9 Sebaran data keingintahuan siswa untuk kelas metode proyek lab real
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi 92.00 - 95.67 93.835 4 375.340 95.68 - 99.35 97.515 6 585.090 99.36 - 103.03 101.2 9 910.755
103.04 - 106.71 104.88 8 839.000 106.72 - 110.39 108.56 5 542.775 110.40 - 114.07 112.24 4 448.940 Jumlah 36 3701.900
SD 6.42 Mean 101.09
Tabel 3.9 adalah sebaran data keingintahuan siswa untuk metode proyek
lab real. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 99.36-103.03 dengan
frekuensi 9. Interval kelas terbagi menjadi 6 kelas dengan jumlah frekuensi 36.
Dihasilkan standar deviasi 6.42 dan mean 101.09. Sebaran data keingintahuan
tersebut, juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.7, untuk mengetahui
lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
Gambar 2.7 Diagram data keingintahuan siswa untuk metode proyek lab real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 2.7 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 13.1,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 101.195
sedangkan frekuensi terendah yaitu 4 dengan nilai tengah 93.835 dan 112.235
Tabel 3.10 Sebaran data keingintahuan siswa untuk metode proyek audiovisual
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi 78.00 - 83.50 80.75 2 161.500 83.51 - 89.01 86.26 4 345.040 89.02 - 94.52 91.77 8 734.160 94.53 - 100.03 97.28 9 875.520
100.04 - 105.54 102.79 8 822.320 105.55 - 111.05 108.3 5 541.500 Jumlah 36 3480.040
SD 8.41 Mean 95.43
Tabel 3.10 adalah sebaran data keingintahuan siswa untuk metode proyek
audiovisual. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 94.53-100.03 dengan
frekuensi 9. Interval kelas terbagi menjadi 6 kelas dengan jumlah frekuensi 36.
Dihasilkan standar deviasi 8.41 dan mean 95.43. Sebaran data keingintahuan
tersebut, juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.8, untuk mengetahui
lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 2.8 Diagram data keingintahuan siswa untuk metode proyek audiovisual
Gambar 2.8 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 13.2,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 97.28
sedangkan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 80.75
3. Data kemampuan kerjasama
Tabel 3.11 Deskripsi data kemampuan kerjasama
Kelas Jml data Min Max Rata-rata Lab Real 36 -0.14 0.29 0.07 Audiovisual 36 -0.29 0.23 0.04
Pada tabel 3.11 Deskripsi data kemampuan kerjasama, nilai maksimal
kelas lab real 0.29 dan rata-rata 0.07 lebih besar dari nilai maksimal kelas
audiovisual 0.23 dan rata-rata 0.04. Individu yang terbaik akan mempunyai indeks
+1 sedangkan paling ditolak mempunyai indeks -1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 3.12 Sebaran data kemampuan kerjasama untuk metode proyek lab real
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi -0.14 - -0.07 -0.105 4 -0.420 -0.06 - 0.01 -0.025 6 -0.150 0.02 - 0.09 0.055 11 0.605 0.10 - 0.17 0.135 9 1.215 0.18 - 0.25 0.215 5 1.075 0.26 - 0.33 0.295 1 0.295
Jumlah 36 2.620
SD 0.12 Mean 0.07
Tabel 3.12 adalah sebaran data kemampuan kerjasama untuk metode
proyek lab real. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 0.02-0.09 dengan
frekuensi 11. Interval kelas terbagi menjadi 6 kelas dengan jumlah frekuensi 36.
Dihasilkan standar deviasi 0.12 dan mean 0.07. Sebaran data kemampuan
kerjasama tersebut, juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar 2.9, untuk
mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
Gambar 2.9 Diagram data kemampuan kerjasama untuk metode proyek lab real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 2.9 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 14.1,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 0.055
sedangkan frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 0.295
Tabel 3.13 Sebaran data kemampuan kerjasama untuk metode proyek audiovisual
Interval kelas xi (nilai tengah) F Fxi -0.29 - -0.20 -0.245 3 -0.735 -0.19 - -0.10 -0.145 4 -0.580 -0.09 - 0.00 -0.045 6 -0.270 0.01 - 0.10 0.055 10 0.550 0.11 - 0.20 0.155 8 1.240 0.21 - 0.30 0.255 5 1.275
Jumlah 36 1.480
SD 0.12 Mean 0.04
Tabel 3.13 adalah sebaran data kemampuan kerjasama untuk metode
proyek audiovisual. Frekuensi tertinggi terdapat pada interval kelas 0.01-0.10
dengan frekuensi 9. Interval kelas terbagi menjadi 6 kelas dengan jumlah
frekuensi 36. Dihasilkan standar deviasi 0.12 dan mean 0.04. Sebaran data
kemampuan kerjasama tersebut, juga dapat dilihat melalui diagram pada gambar
2.10, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak merata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 2.10 Diagram data kemampuan kerjasama untuk metode proyek audiovisual.
Gambar 2.10 merupakan gambaran dari interval data pada tabel 14.2,
menerangkan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 0.055
sedangkan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah -0.245.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Analisis data menggunakan Anava tiga jalan. Sebelum di analisis dengan
anava, terlebih dahulu di uji normalitas dan homogenitasnya.
1. Uji Normalitas
Tabel 3.14 Hasil uji normalitas prestasi belajar
Metode proyek dengan media
Prestasi Belajar
Lobs
{maks | F(Zi)-S(Zi)|}
DK (L|L > La; n)
α Keputu san Ho
Lab real
Kognitif 0.0709 0.1477 0.05 diterima
Afektif 0.0937 0.1477 0.05 diterima
Psikomotorik 0.0799 0.1477 0.05 diterima
Audiovisual Kognitif 0.0574 0.1477 0.05 diterima
Afektif 0.0937 0.1477 0.05 diterima
Psikomotorik 0.1127 0.1477 0.05 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Uji normalitas pada data tersebut adalah prestasi belajar, meliputi kognitif,
afektif dan psikomotorik. Teknik yang digunakan adalah uji Liliefors. Ho
diterima karena Lobs<L0,05; n pada taraf signifikansi 0.05, berarti sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Data menunjukkan bahwa semua prestasi
belajar berdasarkan media lab real dan audiovisual adalah berdistribusi normal
karena Lobs<L0,05; n pada taraf signifikansi 0.05.
Tabel 3.15 Hasil uji normalitas keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama
Kelas Eksperimen
Variabel Lobs
{maks|F(Zi)S(Zi)|} DK
(L|L> La; n) α Keputusan
Ho
Metode proyek
lab real
Keingintahuan 0.1144 0.1477 0.05 Diterima
Kemampuan kerjasama
0.0183 0.1477 0.05 Diterima
Metode proyek audiovisual
Keingintahuan 0.0801 0.1477 0.05 Diterima Kemampuan kerjasama
0.0709 0.1477 0.05 Diterima
Uji normalitas keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama dari
penerapan kedua media pembelajaran menghasilkan keputusan uji Ho diterima,
berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal karena Lobs< L0,05;n
pada taraf signifikansi 0.05
2. Uji Homogenitas
Tabel 3.16 Hasil uji homogenitas prestasi belajar
Prestasi Belajar c2hitung c2
0,05; 1 Kriteria Uji Keputusan Ho
Kognitif 0.004 3.841 c hitung <c tab Diterima
Afektif 2.447 3.841 c hitung <c tab Diterima
Psikomotorik 2.563 3.841 c hitung <c tab Diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Uji homogenitas menggunakan Metode Barlett. Sampel berasal dari
populasi yang homogen apabila c hitung < c tab dan data menunjukkan bahwa prestasi
belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik berasal dari
populasi yang homogen karena c hitung <c tab.
Tabel 3.17 Hasil uji homogenitas keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama
Variabel c2hitung c2
0,05; 1 Kriteria Uji Keputusan Ho
Keingintahuan siswa
0.913 3.841 c hitung <c tab Diterima
Kemampuan kerjasama
2.428 3.841 c hitung <c tab Diterima
Uji homogenitas keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama menghasilkan
keputusan Ho diterima berarti sampel berasal dari populasi yang homogen karena
c2hitung < c2
0,05; 1
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh
atau ada tidaknya interaksi terhadap penerapan kedua media pembelajaran.
Pengujian ini menggunakan teknik anava tiga jalan.
Tabel 3.18 menunjukkan bahwa HoA, HoB, HoC dan HoAC ditolak karena Fhit> Ftab
dengan α: 0.05 atau P value< taraf signifikansi 0.05, hal ini berarti ada pengaruh
antara metode proyek lab real dan audiovisual, ada pengaruh keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar, ada pengaruh kemampuan kerjasama siswa terhadap
prestasi belajar dan ada interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode
proyek lab real dan Audiovisual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
1. Rangkuman Hasil Anava Tiga Jalan dari Prestasi Belajar
Tabel 3.18 Rangkuman hasil anava tiga jalan untuk aspek kognitif Sumber Variansi
JK Dk RK Fhitung Fa Pvalue Keputusan Ho
A 5.438009 1 5.438009 9.184 3.99 0.004 Ditolak B 16.325854 1 16.325854 27.572 3.99 0.000 Ditolak C 4.0533168 1 4.053317 6.846 3.99 0.011 Ditolak AB 0.0771142 1 0.077114 0.130 3.99 0.719 Diterima AC 3.7121131 1 3.712113 6.269 3.99 0.015 Ditolak BC 1.4947685 1 1.494769 2.524 3.99 0.117 Diterima ABC 1.5140811 1 1.514081 2.557 3.99 0.115 Diterima Galat 37.89487 64 0.592107 - - - - Total 70.5101309 71 - - - - -
Pada HoAB, HoBC dan HoABC diterima karena Fhit< Ftab dengan α: 0.05 atau
P value> taraf signifikansi 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara
keingintahuan siswa terhadap metode proyek, tidak ada interaksi antara
keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar, tidak ada
interaksi antara metode proyek lab real dan audiovisual, keingintahuan dan
kemampuan kerjasama.
Tabel 3.19 Rangkuman anava tiga jalan untuk aspek afektif
Sumber Variansi
JK Dk RK Fhitung Fa Pvalue Keputusan Ho
A 391.76734 1 391.76734 13.700 3.99 0.000 Ditolak B 138.04972 1 138.04972 4.828 3.99 0.032 Ditolak C 273.80098 1 273.80098 9.575 3.99 0.003 Ditolak AB 51.26534 1 51.26534 1.793 3.99 0.185 Diterima AC 9.61359 1 9.61359 0.336 3.99 0.564 Diterima BC 0.15725 1 0.15725 0.005 3.99 0.941 Diterima ABC 108.56770 1 108.56770 3.797 3.99 0.056 Diterima Galat 1830.16299 64 28.59630 - - - - Total 2803.38491 71 - - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 3.19 menunjukkan bahwa HoA, HoB, HoC ditolak karena Fhit> Ftab
dengan α: 0.05 atau Pvalue< taraf signifikansi 0.05, hal ini berarti ada pengaruh
antara metode proyek lab real dan audiovisual, ada pengaruh keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar, ada pengaruh kemampuan kerjasama siswa terhadap
prestasi belajar. Sedangkan pada HoAB, HoAC, HoBC dan HoABC diterima karena
Fhit< Ftab dengan α: 0.05 atau P value> taraf signifikansi 0.05, hal ini berarti tidak
ada interaksi antara keingintahuan siswa terhadap metode proyek, tidak ada
interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek, tidak ada interaksi
antara keingintahuan dan kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real
dan audiovisual, tidak ada interaksi antara metode proyek lab real dan
audiovisual, keingintahuan dan kemampuan kerjasama.
Tabel 3.20 Rangkuman anava tiga jalan untuk aspek psikomotorik
Sumber
Variansi
JK Dk RK Fhitung Fa Pvalue Keputusan
Ho
A 229.45356 1 229.45356 30.988 3.99 0.000 Ditolak
B 180.58195 1 180.58195 24.388 3.99 0.000 Ditolak
C 61.67469 1 61.67469 8.329 3.99 0.005 Ditolak
AB 0.25167 1 0.25167 0.034 3.99 0.854 Diterima
AC 37.64590 1 37.64590 5.084 3.99 0.028 Ditolak
BC 9.41216 1 9.41216 1.271 3.99 0.264 Diterima
ABC 29.48229 1 29.48229 3.982 3.99 0.051 Diterima
Galat 473.89459 64 7.40460 - - - -
Total 1022.39682 71 - - - - -
Tabel 3.20 menunjukkan bahwa HoA, HoB, HoC dan HoAC ditolak karena
Fhit> Ftab dengan α: 0.05 atau Pvalue< taraf signifikansi 0.05, hal ini berarti ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
pengaruh antara metode proyek lab real dan audiovisual, ada pengaruh
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar, ada pengaruh kemampuan
kerjasama siswa terhadap prestasi belajar dan ada interaksi antara kemampuan
kerjasama dengan metode proyek lab real dan audiovisual. Sedangkan pada HoAB,
HoBC dan HoABC diterima karena Fhit< Ftab dengan α: 0.05 atau Pvalue> taraf
signifikansi 0.05, hal ini berarti tidak ada interaksi antara keingintahuan siswa
terhadap metode proyek, tidak ada interaksi antara keingintahuan dan kemampuan
kerjasama terhadap prestasi belajar, tidak ada interaksi antara metode proyek Lab
real dan audiovisual, keingintahuan dan kemampuan kerjasama.
2. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava menggunakan metode komparasi ganda dengan uji
Scheffe. Adapun tujuan dari uji lanjut anava adalah melakukan pengacakan
terhadap rerata setiap kolom, baris dan pasangan sel sehingga diketahui pada
bagian manakah rerata yang berbeda.
Tabel 3.21 Rangkuman komparasi ganda untuk aspek kognitif
Komparasi Rataan
Fobs DK Keputusan Uji
Keterangan
Antar baris FA12 = 8.379
3.99 Ho ditolak FA12 > F0,05; 1,64
Antar kolom
FB12 = 36.560 FC12 = 7.905
3.99 Ho ditolak Ho ditolak
FB12 > F0,05; 1,64 FC12 > F0,05; 1,64
Antar sel FA1C1-A1C2 = 20.297 FA1C1-A2C1 = 20.717 FA1C1-A2C2 = 15.701 FA1C2-A2C1 =0.030 FA1C2-A2C2 =0.063 FA2C1-A2C2 = 0.010
3.99
Ho ditolak Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima Ho diterima Ho diterima
FA1C1-A1C2 > 3F0,05; 1,64 FA1C1-A2C1 > 3F0,05; 1,64
FA1C1-A2C2 > 3F0,05; 1,64 FA1C2-A2C1 < 3F0,05;
1,64 FA1C2-A2C2 < 3F0,05;
1,64 FA2C1-A2C2 < 3F0,05;
1,64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 3.21 menunjukkan bahwa komparasi rataan antar baris yaitu baris
A1 dengan A2, antar kolom yaitu kolom B1 dengan B2 dan kolom C1 dengan C2
sedangkan antar sel yaitu sel A1C1, sel A1C2, sel A2C1 dan sel A2C2. Apabila hasil
yang didapatkan Fobs>F0,05; 1,64 maka Ho ditolak.
Tabel 3.22 Rangkuman komparasi ganda untuk aspek afektif
Komparasi Rataan
Fobs DK Keputusan Uji
Keterangan
Antar Baris FA12 = 13.384
3.99 Ho ditolak FA12 > F0,05; 1,64
Antar Kolom FB12 = 5.507 FC12 = 7.588
3.99 Ho ditolak Ho ditolak
FB12 > F0,05; 1,64 FC12 > F0,05; 1,64
Komparasi rataan pada tabel 3.22 menunjukkan bahwa untuk komparasi
rataan antar baris yaitu baris A1 dengan A2 dan antar kolom yaitu kolom B1
dengan B2 dan kolom C1 dengan C2
Tabel 3.23 Rangkuman komparasi ganda untuk aspek psikomotorik
Komparasi Rataan
Fobs DK Keputusan Uji
Keterangan
Antar baris
FA12= 27.918 3.99 Ho ditolak FA12 > F0,05; 1,64
Antar kolom
FB12= 23.198 FC12 = 7.618
3.99 Ho ditolak Ho ditolak
FB12 > F0,05; 1,64
FC12 > F0,05; 1,64
Antar sel FA1C1-A1C2= 1.501 FA1C1-A2C1= 9.400 FA1C1-A2C2 = 37.984 FA1C2-A2C1 = 3.173 FA1C2-A2C2 = 25.173 FA2C1-A2C2 = 12.772
3.99 Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak
FA1C1-A1C2 < 3F0,05; 1,64 FA1C1-A2C1 > 3F0,05; 1,64 FA1C1-A2C2 > 3F0,05; 1,64 FA1C2-A2C1 < F0,05; 1,64 FA1C2-A2C2 > 3F0,05; 1,64 FA2C1-A2C2 > 3F0,05; 1,64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 3.23 menunjukkan data komparasi rataan antar baris yaitu baris A1
dengan A2, antar kolom yaitu kolom B1 dengan B2 dan kolom C1 dengan C2,
sedangkan antar sel yaitu sel A1C1, sel A1C2, sel A2C1 dan sel A2C2. Apabila hasil
yang didapatkan Fobs>F0,05; 1,64 maka Ho ditolak dan untuk Fobs< F0,05; 1,64 maka Ho
diterima.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Data hasil analisis menunjukkan Fa: 9.184 (kognitif), Fa: 13.70 (afektif)
dan Fa: 30.988 (psikomotorik) maka Hoa ditolak. Hal ini, berarti metode proyek
dengan lab real dan audiovisual mempunyai efek yang tidak sama terhadap
prestasi belajar siswa. Hasil uji scheffe menunjukkan terdapat perbedaan rerata
yang signifikan antara baris A1 (lab real) dengan baris A2 (audiovisual).
Perbedaan yang signifikan juga disebabkan karena P-value: 0.004 (kognitif), P-
value: 0.000 (afektif dan psikomotorik). Oleh sebab itu, hipotesis yang diterima
yaitu ada pengaruh metode proyek lab real dan audiovisual terhadap prestasi
belajar. Baris A1 memiliki rerata yang lebih besar dari baris A2, sehingga media
lab real lebih baik dari media audiovisual.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ana dan Liunir Zulbahri
(2008), bahwa ‘This approach introduces the project-based learning in which
students develop their permanent knowledge by working together in dealing with
real-life problems and taking responsibility for their own learning’. Jadi,
Pengetahuan siswa berkembang dengan baik karena proyek yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
bersifat kontekstual atau dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Terlihat bahwa dari semua aspek prestasi belajar siswa
memiliki nilai yang cukup baik.
Kerja proyek dilihat sebagai bentuk open-ended contextual activity-based
learning dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberikan
penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif dan
dilakukan dalam proses pembelajaran dalam periode tertentu. Metode Project-
Based Learning yang diterapkan membuat siswa melakukan kegiatan belajar aktif
bersama kelompok. Oleh sebab itu, kerja proyek menekankan siswa untuk bekerja
dalam tim dan dihadapkan pada masalah yang kontekstual sehingga tercipta
prinsip kesaling bergantungan diantara siswa dalam kelompok, siswa bekerja
sama mengembangkan ketrampilan, saling tukar pendapat, bekerja sama
menyelesaikan tanggung jawab, saling membantu dan melaksanakan tahap-tahap
proyek. Semua itu melatih kemampuan siswa baik psikomotorik, afektif dan
kognitif. Penyajian materi lab real dan audiovisual membuat siswa melakukan
interaksi terus menerus dengan lingkungan, menggunakan pemikiran abstrak dan
konkret untuk memperdalam pengetahuan mereka.
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek juga didukung teori belajar
konstruktivistik, menurut Ari Widodo (2007), bahwa sebagai sebuah ilmu
kontstruktivistik merupakan dinamika yang menguntungkan namun bagi orang
yang mempelajari (terutama pemula) kadang menimbulkan kesulitan. Oleh karena
itu sebelum melaksanakan proyek, guru memberikan pengarahan dan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kepada siswa mengenai kerja proyek dan tahap-tahapnya agar kegiatan yang
terlaksana memberikan kontribusi terhadap pengalaman belajar siswa.
2. Hipotesis kedua
Data hasil analisis menunjukkan Fb: 27.572 (kognitif), Fb: 4.828 (afektif),
Fb: 24.388 (psikomotorik), maka H0b ditolak. Hal ini berarti, keingintahuan siswa
kategori tinggi dan rendah mempunyai efek yang tidak sama terhadap prestasi
belajar siswa. Hasil uji Scheffe menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang
signifikan antara kolom B1 (keingintahuan tinggi) dengan kolom B2
(keingintahuan rendah). Perbedaan signifikan juga bisa disebabkan karena P-value:
0.000 (kognitif dan psikomotorik), P-value: 0.032 (afektif). Hipotesis yang
diterima, yaitu ada pengaruh keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar. Kolom
B1 memiliki rerata yang lebih besar dari kolom B2, maka keingintahuan tinggi
lebih baik dari keingintahuan rendah.
Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar
dan melakukan penyelidikan, sesuai dengan hasil penelitian Engelhard dan Judith
(1988), bahwa ‘curiosity represents broadly conceived exploratory behavior’,
serta menurut Talib, Alkiyumi M. (2009) bahwa ‘curiosity as the inner drive that
motivates people to learn and investigate. It drives people to search information
about an object, or idea through exploration’. Keingintahuan muncul apabila
siswa dihadapkan pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan
mencerminkan kehidupan sehari-hari. Rasa keingintahuan berkembang karena
aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran materi fungi masih asing bagi siswa,
pada umumnya siswa hanya melihat gambar fungi dibuku paket sekolah, padahal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
fungi atau jamur sering siswa jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Penyajian
materi yang berbeda, menyebabkan siswa merasa tertarik. Ketertarikan tersebut
membuat faktor internal siswa berkembang, salah satunya adalah keingintahuan.
Keingintahuan siswa muncul, menyebabkan terjadinya negosiasi kognitif diantara
siswa untuk memperbanyak pengetahuan yang mereka peroleh. Hal ini
menyebabkan bagian kelompok saling berhubungan sehingga pengetahuan yang
dipunyai seseorang akan menjadi output bagi yang lain dan output ini menjadi
input bagi yang lainnya lagi.
Keingintahuan sebagai modal awal yang dimiliki siswa, lab real dan
audiovisual sebagai tempat untuk menyalurkan keingintahuan dengan
mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan. Keingintahuan yang berbeda
menyebabkan perbedaan aktivitas selama kegiatan pembelajaran. Perbedaan
aktivitas ini terletak pada seringnya bertanya dan mencari tahu. Siswa dengan
keingintahuan tinggi berusaha mencari sesuatu yang belum dimengerti begitu pula
sebaliknya karena siswa yang tidak memiliki keingintahuan biasanya jarang
mendapat dorongan atau rangsangan untuk berfikir. Siswa dengan keingintahuan
tinggi, mengajak temannya untuk aktif dalam kegiatan karena permasalahan yang
ditemukan merupakan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikannya. Oleh
karena itu, kelompok yang berisi siswa dengan keingintahuan tinggi dan rendah
sama-sama aktif bekerja.
3. Hipotesis ketiga
Data hasil analisis menunjukkan Fc: 6.846 (kognitif), Fc: 9.575 (afektif)
dan Fc: 8.329 maka H0c ditolak (psikomotorik). Hal ini berarti kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kerjasama kategori tinggi dan rendah mempunyai efek yang tidak sama terhadap
prestasi belajar. Hasil uji scheffe menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang
signifikan antara kolom C1 (kemampuan kerjasama tinggi) dengan kolom C2
(kemampuan kerjasama rendah). Perbedaan signifikan juga bisa disebabkan
karena P-value: 0.011 (kognitif), P-value: 0.003 (afektif), P-value: 0.005
(psikomotorik). Hipotesis yang diterima yaitu ada pengaruh kemampuan
kerjasama terhadap prestasi belajar. Baris C1 memiliki rerata yang lebih besar dari
baris C2, maka kemampuan kerjasama tinggi lebih baik dari kemampuan
kerjasama rendah.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gerogiannis dan Fitsilis
(2005), bahwa ‘They recognize (86%) that working productively with the team is
their major acquired skill. Jadi bekerja secara produktif dalam kelompok atau
kerjasama untuk menyelesaikan proyek meningkatkan ketrampilan siswa. Diskusi
yang dilakukan bersama dalam satu kelompok merupakan panduan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Menurut Benne dan Seats yang dikutip
oleh Asrori (2003), bahwa setiap orang dalam tim harus berfungsi sebagai pemain
yang kooperatif dan produktif untuk menuju tercapainya hasil yang diinginkan.
Jadi, belajar kooperatif dalam kelompok memberikan landasan pengembangan
kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antar siswa.
Kemampuan kerjasama ditentukan oleh pembentukan kelompok dimana
anggota-anggotanya adalah orang-orang yang disenangi dengan alasan tertentu,
dari rasa senang tersebut maka kenyamanan untuk berinteraksi akan nyata.
Semakin tinggi frekuensi interaksi diantara anggota kelompok maka semakin baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
kemampuan kerjasamanya. Hal ini sesuai dengan jurnal diatas bahwa kemampuan
kerjasama yang tinggi diantara anggota kelompok dapat meningkatkan
kemampuan berpikir sehingga tercipta kelompok yang kooperatif dan produktif.
Siswa menyadari bahwa dengan bekerja sama maka kelompok dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu sehingga semua anggota
kelompok berusaha memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran mereka.
4. Hipotesis ke empat
Data hasil analisis menunjukkan Fab: 0.130 (kognitif), Fab: 1.793 (afektif)
dan Fab: 0.034 maka H0ab diterima (psikomotorik). Hal ini berarti, metode proyek
lab real dan audiovisual dengan keingintahuan siswa memberikan efek yang sama
terhadap prestasi belajar siswa atau tidak ada interaksi antara keingintahuan
dengan metode proyek dengan lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar.
Dapat juga dilihat dari P-value: 0.179 (kognitif), P-value: 0.185 (afektif) dan P-
value: 0.854 (psikomotorik).
Siswa yang mampu bergaul adalah siswa yang mampu berkomunikasi atau
memberikan informasi selama berkomunikasi. Jadi, orang yang mampu bergaul
dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Ari Widodo (2007), bahwa
lingkungan pembelajaran bukanlah hanya lingkungan fisik semata namun juga
lingkungan sosial dan emosional. Oleh karena itu, untuk berkomunikasi dengan
lingkungan diperlukan penyesuaian diri dengan baik. Stimulus yang ada diluar
diri siswa secara mental dapat mempengaruhi hasil belajar, apabila keingintahuan
dan metode tidak terdapat interaksi dapat dikarenakan siswa bekerja dalam sebuah
kelompok kecil, ada perilaku akan saling mengabaikan dan menerima beban tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
yang tidak sama. Hal tersebut menyebabkan siswa bekerja kurang kooperatif
dengan anggota lain sehingga rasa keingintahuan berkurang dan hasil akhir
informasi yang diperoleh dari proyek tersebut sangat terbatas. Aspek
psikomotorik kurang berkembang melalui metode ini maka aspek kognitif sebagai
hasil akhirnya pun tidak ada interaksi dengan metode.
Keingintahuan siswa berbeda-beda meliputi keingintahuan tinggi dan
keingintahuan rendah sehingga dibutuhkan rangsangan yang berbeda pula untuk
setiap siswa, sesuai dengan pendapat Talib, Alkiyumi M (2009), bahwa ’the
teachers must appreciate that there are individual differences between students in
their styles of curiosity. Some explore using only their minds, others use more
physical ways, touching, smelling and tasting. Dari hal tersebut, dapat diterangkan
bahwa dengan penyajian materi lab real dan audiovisual menimbulkan berbagai
macam respon, baik negatif maupun positif. Keingintahuan sebagai modal awal
dan pemacu berpikir dapat dikelola dengan baik, harus ada bimbingan dari guru.
Keingintahuan bersifat kondisional, tergantung dari situasi yang dihadapi. Apabila
situasi dirasa cukup menarik dan berbeda maka siswa merespon dengan
mengadakan eksplorasi berdasarkan sesuatu yang ingin diketahui. Penyajian
materi dengan media yang berbeda, merupakan rangsangan yang cukup untuk
menimbulkan keingintahuan siswa. Tetapi metode yang digunakan terbilang baru
bagi siswa, sehingga siswa masih beradaptasi dengan langkah-langkah dalam
metode tersebut. Adaptasi setiap siswa berbeda-beda dan menimbulkan perbedaan
dalam aktifitas selama kegiatan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
5. Hipotesis kelima
Data hasil analisis menunjukkan Fac: 6.269 (kognitif), Fac: 5.084 maka H0ab
ditolak (aspek psikomotorik) atau P-value: 0.015 (kognitif) dan P-value: 0.028
(psikomotorik). Berarti metode proyek lab real dan audiovisual dengan
kemampuan kerjasama mempunyai efek yang tidak sama terhadap kemampuan
kognitif serta psikomotorik siswa. Berdasarkan hasil uji sceffe, terdapat perbedaan
rerata yang signifikan antara sel A1C1 (metode proyek dengan lab real pada
kemampuan kerjasama tinggi) dengan sel A2C2 (metode proyek dengan
audiovisual pada kemampuan kerjasama rendah). Hipotesisnya adalah terdapat
interaksi antara kemampuan kerjasama dengan metode proyek lab real dan
audiovisual. Kesimpulan yang diambil, metode proyek lab real pada kemampuan
kerjasama tinggi lebih baik dari metode proyek audiovisual pada kemampuan
kerjasama rendah.
Penelitian ini sesuai dengan Gerogiannis dan Fitsilis (2006) bahwa The
PBL model as a means of improving students’ personal, collaborative and
communication skliils. Menurut Duin, dkk yang dikutip oleh Asrori (2003), bahwa
kerjasama merupakan proses dua orang atau lebih merencanakan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan bersama. Kerjasama para siswa
membantu mereka dalam mengerjakan proyek karena siswa saling bertukar
pendapat, merencanakan kegiatan kelompok sampai memecahkan permasalahan.
Kurangnya pemahaman tentang konsep kelompok dapat berakibat kurangnya
kesadaran akan pentingnya kerjasama, tidak dapat memprioritaskan tujuan
kelompok serta bekerja kurang efisien. Jadi, ketepatan pengorganisasian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
kelompok harus jelas dalam arti semua anggota menerima beban tugas yang sama,
bila hal tersebut tidak terpenuhi menyebabkan siswa bekerja kurang kooperatif.
Bisa dikatakan bahwa kelompok yang bersangkutan tidak mengerti konsep sebuah
kelompok dan pada gilirannya dapat berakibat membuat kesalahan dalam kerja
kelompok, mengabaikan batas waktu penyelesaian pekerjaan, kurang penuh dalam
bertanggung jawab serta kurang dapat bekerja secara efisien.
6. Hipotesis ke enam
Data hasil analisis menunjukkan Fbc: 2.524 atau P-value: 0.117 (kognitif),
Fbc: 0.005 atau P-value: 0.941 (afektif), Fbc: 1.271 atau P-value: 0.264
(psikomotorik) maka H0a diterima. Hipotesis yang diterimma yaitu tidak ada
interaksi antara keingintahuan dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi
belajar.
Faktor yang berkaitan dengan prestasi belajar menurut Farid Nasution
(2001), yaitu faktor internal dan eksternal peserta didik. Kedua faktor tersebut
tidak memberikan pengaruh cukup berarti berarti terdapat faktor lain. Ketrampilan
belajar siswa, sarana belajar dan lingkungan belajar juga berperan untuk mencapai
prestasi belajar. Keingintahuan dan kemampuan kerjasama merupakan faktor
internal maka disajikan kegiatan belajar melalui media lab real dan audiovisual
sebagai rangsangan untuk memaksimalkan faktor internal dan bekerja dalam
kelompok guna mendapatkan hasil yang baik. Menurut Barrick, Murray et.al
(1998), bahwa ’team output is dependent on individual contributions, it follows
that greater levels of ability among team members should lead to higher team
performance’. Keaktifan kelompok tergantung pada individu-individu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kelompok, sehingga dapat diterangkan bahwa keingintahuan dan kemampuan
kerjasama adalah faktor internal, pengelolaannya tergantung siswa dan
pengorganisasian kelompok. Pengorganisasian kelompok yang baik, ada
komunikasi efektif dan saling menghormati antar anggota kelompok
mengakibatkan faktor internal tersebut dapat berkembang. Tetapi sebaliknya,
pengorganisasian kelompok yang tidak baik mengakibatkan faktor internal antar
anggota kelompok tidak berkembang, sehingga tidak ada pengaruh terhadap
prestasi belajar. Interaksi siswa dengan lingkungan akan mengembangkan
pengetahuan. Tahap perkembangan berpikir siswa SMA adalah operasional
formal, yaitu anak dapat berpikir abstrak, hal ini didukung keingintahuan untuk
membentuk pengetahuan yang berbentuk informasi abstrak. Keingintahuan tidak
ada interaksi dengan kemampuan kerjasama, karena tingkat keingintahuan siswa
berbeda atau belum ada high order thinkin. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat
kerjasama dalam kelompok, guna menyelesaikan tugas proyek.
7. Hipotesis ke tujuh
Data analisis menunjukkan Fabc: 2.557 atau P-value: 0.115 (kognitif), Fabc:
3.797 atau P-value: 0.056 (afektif), Fabc: 3.982 atau P-value: 0.050 (psikomotorik)
maka H0ab diterima. Hal ini berarti, tidak ada interaksi antara metode proyek lab
real dan audiovisual, keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap
prestasi belajar.
Hasil temuan dalam penelitian Farid Nasution bahwa metode mengajar
merupakan variabel yang memberikan sumbangan terbesar yaitu 10.75%,
sedangkan variabel lainnya yaitu ketrampilan belajar (3.27%), sarana belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
(2.26%) dan lingkungan belajar (3.35%) sedangkan 80.4% lagi merupakan
sumbangan dari variabel lain yang tidak menjadi variabel dalam penelitiannya.
Penelitian Stevanie Endah (2006), menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan aktivitas dan
keterlibatan siswa dalam belajar.
Dalam penelitian ini tidak ada interaksi bahwa keingintahuan siswa dan
kemampuan kerjasama dengan metode pembelajaran dapat disebabkan karena
tahap-tahap dalam metode proyek dirasa terlalu berat untuk siswa, metode
tersebut terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan dan diintegrasikan dengan waktu
yang singkat. Oleh sebab itu, siswa mengalami kesulitan dan menyebabkan faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi hasil belajar menjadi tidak maksimal.
Hasil belajar bukan hanya disebabkan oleh variabel yang diteliti semata, tetapi
juga variabel lain yaitu intelegensi, minat, bakat dan motivasi seperti yang
dikemukakan oleh Farid Nasution. Meskipun tidak terdapat interaksi, siswa telah
menjalani kegiatan proyek yang melatih kemampuan mereka baik kognitif, afektif
dan psikomotorik. Stimulus yang diberikan adalah lingkungan alam, dengan kata
lain siswa menghadapi hal-hal yang ada dilingkungan hidupnya maka respon dari
siswa berupa kecakapan hidup/kemampuan, bukan hanya pengetahuan saja.
Kecakapan hidup terwujud dalam membangun konsep sains, ketrampilan dan
sikap. Kemampuan individu dalam memproses informasi, juga menjadi faktor
penentu keberhasilan proses pembelajaran. Informasi yang diterima, akan diolah
sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pengolahan informasi memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
keterbatasan, tergantung dari sering tidaknya siswa berinteraksi dengan
lingkungan dan mengikuti kegiatan belajar yang menerapkan kerja ilmiah.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin dalam melaksanakan penelitian. Berikut ini, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil penelitian.
1. Waktu penelitian. Penelitian berlangsung 4 kali pertemuan, setiap pertemuan
2x45’ dengan satu materi pokok Fungi sehingga ada kemungkinan belum
terlihat jelas perbedaannya.
2. Metode yang digunakan belum terbiasa dilakukan sehingga dalam proses
belajar, siswa belum maksimal dalam berinteraksi dan menyampaikan
pendapatnya dalam belajar.
3. Media audiovisual yang digunakan belum di uji cobakan secara luas sehingga
perlu penyempurnaan media oleh ahli media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berikut ini adalah kesimpulan yang diambil, berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan.
1. Pembelajaran menggunakan metode proyek lab real membuat siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungan, mempergunakan pemikiran konkret
dan abstrak serta semua panca indera untuk memperoleh informasi dengan
mengadakan observasi terhadap lingkungan. Metode proyek audiovisual,
melatih siswa mempergunakan pemikiran abstrak untuk mengumpulkan
informasi dan membangun pengetahuan. Media lab real dan audiovisual,
sama-sama mengoptimalkan potensi siswa, baik kognitif, afektif dan
psikomotorik. Oleh karena itu, ada pengaruh yang signifikan metode proyek
lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari P-
value: 0.004 (kognitif), P-value: 0.000 (afektif dan psikomotorik). 2. Aktifitas dan kegiatan observasi yang dilakukan siswa untuk pemenuhan
keingintahuan mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga meningkatkan
prestasi belajar. Oleh karena itu, ada pengaruh yang signifikan keingintahuan
siswa terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari P-value: 0.000
(kognitif dan psikomotorik), P-value: 0.032 (afektif). 3. Kemampuan kerjasama tinggi sebagai perwujudan tanggung jawab terhadap
kelompok, meningkatkan kemampuan berpikir karena ada negosiasi kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
antar anggota kelompok sehingga memberikan kontribusi terhadap
peningkatan prestasi siswa. Oleh karena itu, ada pengaruh yang signifikan
kemampuan kerjasama terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari P-
value:0.011 (kognitif), P-value: 0.003 (afektif), P-value: 0.005 (psikomotorik). 4. Metode proyek dengan lab real dan audiovisual sebagai tempat pemenuhan
keingintahuan melalui kegiatan observasi yang dilakukan oleh siswa selama
pembelajaran. Keingintahuan merupakan aspek internal sehingga kendali
sepenuhnya ada pada siswa. Pengelolaan aspek internal yang tidak tepat, tidak
memberikan sumbangan terhadap kemampuan berpikir. Oleh karena itu, tidak
ada interaksi keingintahuan siswa dengan metode proyek lab real dan
audiovisual terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari P-value: 0.719
(kognitif), P-value: 0.185 (afektif) dan P-value: 0.854 (psikomotorik).
5. Kemampuan kerjasama tinggi memberikan kontribusi pada kemampuan
berpikir dan kreatifitas kelompok sehingga proyek dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, ada interaksi yang signifikan kemampuan kerjasama
dengan metode proyek lab real dan audiovisual terhadap prestasi belajar. Hal
ini dapat dilihat dari P-value: 0.015 (kognitif) dan P-value: 0.028
(psikomotorik). 6. Keingintahuan rendah menyebabkan kemampuan kerjasama yang rendah pula,
sehingga tidak memiliki kontribusi terhadap peningkatan prestasi siswa. Oleh
karena itu, tidak ada interaksi keingintahuan dan kemampuan kerjasama
terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari P-value: 0.117 (kognitif), P-
value: 0.941 (afektif) dan P-value: 0.264 (psikomotorik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
7. Keingintahuan rendah menyebabkan kemampuan kerjasama yang rendah pula,
sehingga informasi yang didapatkan dan pengetahuan yang dibentuk sangat
terbatas. Oleh karena itu, tidak ada interaksi metode proyek lab real dan
audiovisual, keingintahuan siswa dan kemampuan kerjasama terhadap prestasi
belajar. Hal ini dapat dilihat dari P-value: 0.115 (kognitif), P-value: 0.056
(afektif) dan P-value: 0.050 (psikomotorik).
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang dikemukakan, dapat
memberikan implikasi sebagaimana berikut.
1. Teoritis
Metode proyek lab real lebih efektif meningkatkan prestasi belajar
dibanding metode proyek audiovisual. Oleh karena itu, pembelajaran biologi
dengan metode proyek sebaiknya menggunakan lab real.
2. Praktis
a. Pembelajaran dengan metode proyek melalui audiovisual dapat digunakan
sebagai variasi pembelajaran biologi dikelas.
b. Pembelajaran menggunakan metode proyek baik lab real dan audiovisual
memerlukan proses yang cukup lama.
c. Aspek internal siswa yang cocok untuk dikembangkan melalui metode
proyek adalah keingintahuan dan kemampuan kerjasama. Metode proyek
mempunyai karakteristik dapat mengoptimalkan potensi siswa. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
karena itu, keingintahuan dan kemampuan kerjasama tinggi dapat
meningkatkan prestasi belajar.
C. Saran- saran
Berikut ini, saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil
penelitian dan implikasi.
1. Untuk Guru
a. Sebelum mengambil nilai dari penerapan metode proyek, terlebih dahulu guru
memberikan pemahaman kepada siswa karena metode proyek masih asing bagi
siswa sehingga dalam pelaksanaan kegiatan belajar, siswa tidak lagi
beradaptasi dengan metode tersebut.
b. Pembelajaran yang diinginkan kontekstual dengan materi fungi, apabila tidak
dijumpai fungi dilingkungan sekitar, dapat membudidayakan fungi dengan alat
dan bahan yang sederhana. Dapat juga menggunakan tempe berjamur sebagai
contoh dalam pembelajaran.
2. Untuk Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya yang sejenis dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya materi
fungi.
top related