pbl blok 23 ayu
Post on 31-Oct-2015
58 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kelainan pada Mata ec Ulkus Kornea
Ayu Sriningsih
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Telp 56942061, Jakarta
Scenario
Seorang pria usia 40 tahun datang dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair, dan
sakit. Sebelum keluhan diatas pasien sedang menyabit padi di sawah.Pada pemeriksaan
didapatkan mata kanan visus 3/60, konjungtiva hiperemis, kornea defek + luas.Mata kiri
normal.
Anamnesis1
Keluhan Utama
Pada kasus didapatkan keluhan utamanya yaitu mata kanan kabur, merah, berair, dan sakit.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan?
Apakah keluhan pada salah satu atau keduanya?
Bagaimana onsetnya? Mendadak atau berangsur-angsur?
Apa keluhan lain ? Seperti merah, berair, sakit mata, fotofobia, secret, merasa kelilipan,
penglihatan menurun?
Adakah gejala lain akibat kemasukan benda asing dan pemakaian kontak lensa?
Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit atau keluhan mata sebelumnya?
Adakah riwayat trauma mata?
Adakah riwayat hipertensi?
Adakah riwayat diabetes mellitus?
Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan
penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata dulu maupun sekarang?
Riwayat keluarga dan sosial
Apakah di keluarga ada riwayat penyakit mata turunan?
Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga (misalnya penularan konjungtivits
infektif)?1
Gejala umum mata
Hilangnya penglihatan Mendadak/ perlahan-lahan
Nyeri/ tidak nyeri
Transien/ permanen
Kedua mata/ satu mata/ sebagian dari lapang pandang
Mata merah Berair/ lengket
Nyeri
disertai hilangnya penglihatan
Durasi
Tabel1. Gejala umum mata 2
Pemeriksaan Fisik
Tanda Tanda Vital
Terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau tidak.
Pemeriksaan mata dasar
Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:
1. Segmen anterior :2
Cara pemeriksaan : arahkan lampu senter dari arah pinggir temporal ke arah kornea,
gerakkan ke arah anterior dan nasal. Penilaian :
palpebra superior / inferior : apakah terdapat vesikel / krusta, hiperemi,
hematom, posisi normal atau ptosis, lagoftalmus
konjungtiva bulbi : apakah terdapat injeksi konjungtiva/injeksi siliar,
pterigium, skleritis/episkleritis, apakah tampak perdarahan subkonjungtiva,
flikten, sekret?
konjungtiva tarsalis inferior : apakah terdapat papil, vesikel, sekret, sikatriks?
Konjungtiva tarsalis superior (palpebra superior di balik) : apakah terdapat
papil, vesikel, sekret, sikatriks?
Kornea : apakah jernih, terdapat infiltrat, sikatrik (makula, nebula, lekoma),
ulkus, perforasi/perlukaan, neovaskular?
C O A , sinari mata dari bagian lateral 45 derajat : apakah dalam, atau
dangkal, hifema, hipopion?
Pupil : besar pupil apakah kecil atau lebar (diameter normal : 2 - 4 mm),
bentuknya bulat atau ireguler/sinekia posterior, apakah terdapat koloboma
(gangguan pembentukan iris yang tidak penuh 360°), cek juga refleks pupil
langsung dan tak langsung.
Iris : sinekia, iris bombe?
Lensa : apakah jernih, katarak?
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.
Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun
perikornea.3
2. Ketajaman visus /VA
Pada pemeriksaan visus atau VA kita menilai ketajaman penglihatan, manusia
normal memiliki ketajaman penglihatan 1,0, atau 20/20, atau 6/6 yang berarti pasien
dapat melihat dalam jarak 6 meter (numerator) dan secara normal seseorang dapat
melihat dalam jarak 6 meter (denominator). Pemeriksaan visus dilakukan pertama kali
sebelum pemeriksaan lain kecuali pada suatu trauma yang emergensi misalnya trauma
kimia. Pemeriksaan dengan memakai Snellen chart (umumnya, dan pada orang
normal yang tidak buta huruf).Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter, pasien
duduk tenang dan mencoba melihat dan membaca huruf yang kita tunjuk.Perlu diingat
bahwa pemeriksaan dilakukan kepada 1 mata secara bergantian, dan dimulai dengan
mata kanan.Baris terakhir yang bisa dibaca itulah visus pasien. Jika pasien tidak dapat
melihat huruf terbesar artinya visus kurang dari 6/60 atau 20/200 maka kita memakai
cara finger counting.4
Tes finger counting dilakukan pertama dalam jarak 1 meter, dilakukan
maksimal sampai 5 meter. Misalnya pasien dapat menghitung jari dalam sampai
jarak 3 meter maka laporannya ialah visus 3/60. Jika pasien tidak dapat menghitung
jari, maka kita melakukan tes hand movement.Uji ini dilakukan hanya 1 kali pada
jarak 1 meter.Jika pasien mampu melihat gerakan (lambaian) tangan maka
laporannya visus 1/300. Jika visus sudah sangat buruk sehingga tes hand
movementpun gagal, maka kita lakukan uji persepsi cahaya. Uji ini sebaiknya
dilakukan di dalam dark room. Pada uji light perception ini dapat dilihat dari arah
mana proyeksi cahayanya. Jika pasien tidak dapat membedakan lagi maka artinya no
light perception atau visus 0.Suatu penurunan visus kita asumsikan menjadi kelainan
pada media refraksi, maka dapat dikoreksi dengan lensa. Kita bisa memberi lensa pin
hole agar membantu memfokuskan cahaya yang masuk tepat di macula.3 Tujuan tes
ini adalah untuk membedakan antara kelainan refraksi dan kelainan media refraksi.
Bila ada kelainan refraksi, maka dengan melakukan uji pinhole didapatkan perbaikan
pada ketajaman penglihatan.Hal ini dikarenakan fungsi dari pinhole yang dapat
memfokuskan cahaya yang masuk sehingga jatuh tepat pada makula
lutea.Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh
karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi reflaksi cahaya yang masuk
ke dalam media refraktan.
4. TIO palpasi
Tonometri ialah cara memeriksanya, yang paling sederhana tentunya
tonometri perpalpasi, kita bisa membandingkan TIO kiri dan kanan maupun TIO
pasien dengan kita sebagai pemeriksa (dianggap normal).5
6. Funduskopi
Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen
anterior (termasuk lensa) maupun fundus.
Pemeriksaan Penunjang
Slit lamp
Merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normal.
Loupe mempunyai kekuatan 4 – 6 D. Pemeriksaan akan lebih sempurna bila dilakukan di
kamar yang digelapkan.
Pada gambaran slit lamp menunjukan luas, ulcus sentral kornea yang disebabkan
fungi fusarium. Ulkus karena jamur memberikan gambaran abu2, batas tidak jelas, dengan
lesi satelit.6
Uji flueresense
Uji flouresens merupakan uji untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea mata
Kertas flueresense yang telah terlebih dahulu dibasahi oleh garam fisiologi diletakkan di
dalam sakus konjungtiva anterior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik,
beberapa saat kemudian kertas ini diangkat dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam
fisiologis. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada
kerusakan epitel kornea. Defek kornea akan terlihat hijau karena pada bagian itu akan bersifat
basa dan memberi warna hijau. Pada keadaan ini disebut uji flueresense positif.6
Uji festel
Disebut juga Seidel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea). Pada
konjungtiva inferior ditaruh kertas fluresense atau diteteskan flueresense. Kemudian dilihat
adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea adanya
fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang
fistel.6
Papan placido
Untuk melihat lengkungan kornea. Dipakai papan placido dengan gambaran lingkaran
konsentris putih hitam yang menghadap sumber cahaya, sedang pasien sendiri membelakangi
jendela.Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran bayangan plasido pada
kornea.6
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini ditujukan sebagai persiapan prabedah guna melihat adanya penyakit lain
seperti DM, kelainan jantung, hipertensi, dll. Adanya trombositopenia prabedah dapat
meningkatkan resiko pendarahan saat pembedahan sehingga harus diketahui sebelum
pembedahan.7
Pemeriksaan gram, giemsa dan KOH(untuk jamur).
Pemeriksaan kultur dengan agar darah, agar coklat dan agar sabouraud.6
Working Diagnosis
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea.Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kola-genase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk tukak pada
kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer.
Differnsial Diagnosis
Keratitis
Penyebab keratitis 90% disebabkan oleh bakteri, jenis bakteri sepertiStaphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis, Stapylococcusaeroginosa, dan Moarxella.3
Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan korneayang terkena : yaitu
keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epiteldan bowman dan keratitis profunda
apabila mengenai lapisan stroma.
Pada anamnesis pasien, bisa didapatkan beberapa gejala klinis padapasien yang terkait
dengan perjalan penyakit keratitis pungtata superfisial. Pasien dapat mengeluhkan adanya
pengeluaran air mata berlebihan,fotofobia, penurunan visus, sensasi benda asing, iritasi
okuler dan blefarosspasma.Oleh karena korea memiliki banyak serat-serat
saraf, kebanyakanlesi kornea baik supervisial ataupun profunda, dapat menyebabkan
nyeridan fotofobia. Nyeri pada keratitis diperparah degan pergerakan daripalpebral (umunnya
palpebral superior) terhadap kornea dan biasanyamenetap hingga terjadi penyembuhan
karena kornea bersifat
sebagai jendela mata dan merefraksikan cahaya, lesi kornea sering kalimengakibatkan
penglihatan menjadi kabur, terutama ketika lesinya berada dibagian central.
Sensitifitas kornea umumnya normal atau hanya sedikit berkurang,tapi tidak pernah
menghilang sama sekali seperti pada keratitis herpessimpleks. Walaupun umumnya respons
konjungtiva tidak tampak padapasien akan tetapi reaksi minimal seperti injeksi konjungtiva
bulbar dapat dilihat pada pasien.7
Sedangkan pasien keratitis tanpa pengobatan komplikasi yangpaling ditakutkan
adalah ulkus kornea.3
Uveitis Anterior
Uveitis anterior disebut juga sebagai iridosiklitis. Dibedakan dalam bentuk
granulomatosa akut-kronis dan non-granulomatosa akut-kronis.
Penyebab uveitis anterior akut nongranulomatosa dapat oleh trauma, diare kronis,
penyakit Reiter, herpes simpleks, sindrom Bechet, sindrom Posner Schlosman, pascabedah,
infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan klamidia. Nongranulomatosa uveitis anterior
kronis dapat disebabkan artritis reumatoid dan Fuchs heterokromik iridosiklitis.
Granulomatosa akut terjadi akibat sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, jamur
(histoplasmosis), atau parasit (toksoplasmosis).7
Uveitis dapat terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit, ataupun datang
perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan penglihatan turun perlahan-lahan.
Iridosiklitis kronis merupakan episoda rekuren dengan gejala akut yang ringan atau sedikit.
Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun
ringan dengan mata berair, dan mata merah.Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis
akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi.
Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada otot sfingter pupil dan terdapatnya
edem iris. Pada proses radang akut dapat terjad miopisasi akibat rangsangan badan siliar dan
edem lensa.7
Terdapat fler atau efek tyndal di dalam bilik mata depan dan bila peradangan sangat
akut maka akan terlihat hifema atau hipopion. Pada nongranulomatosa terdapat presipitat
halus pada dataran befcaft kornea. Pada iridosiklitis granulomatosa terdapat prespitat besar
'mutton fat deposit', benjolan Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil atau benjolan Busacca
(penimbunan sel pada permukaan iris).7
Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi
setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam
rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan
memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan
jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah
(endogen).7
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada
tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat
penyebaran bekteri, jamur, ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh.
Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah stafilokok, strepto-kok, pneumokok,
Pseudomonas dan basil sublitis.
Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah ak-tinomises,
aspergilus, fitomikosis sportrikum dan kokidioides.
Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini
karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat
pembedahan mata intra-okular.7
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang
sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,
kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai dengan hipopion.
Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca, keadaan ini akan memberikan refleks pupil
berwarna putih sehingga gambaran seperti retinoblastoma atau pseudoretinoblastoma.
Bila sudah terlihat hipopion keadaan sudah lanjut sehingga prognosis lebih buruk.
Karena itu diagnosis dini dan cepat harus dibuat untuk mencegah berakhirnya dengan
kebutaan pada mata.
Endoftamitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau beberapa
minggu sesudah trauma atau perbedaan. Demikian pula infeksi jamur dapat tidak terlihat
sesudah beberapa hari atau minggu.
Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14
hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit.
Di dalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses
satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.
Endoftalmitis diobati dengan antibiotika melalui periokular atau sub-konjungtiva.
Penyulit endoftamitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga iapisan mata
(retina koroid dan Sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan panoftalmitis. Prognosis
endoftamitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit.6
Anatomi Ulkus Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda beda, yaitu lapisan epitel (yang bersambung
dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan
lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. 1 Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43dioptri. Kalau kornea oedema karena
suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar
sehingga penderita akan melihat halo.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam, yaitu:3
1) Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2) Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3) Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4) Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
µm.
5) Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden
Definisi Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrate supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Ulkus kornea adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan kebutaan yang
membutuhkan penatalaksanaan secara langsung.
Etiologi Ulkus Kornea
Infeksi
Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes simpleks.
Bakteri yang sering mengakibatkan tukak kornea adalah Streptokokkus alfa hemolitik,
Stafilokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas aeruginosa, Nocardia asteroides,
Alcaligenes sp., Streptokokkus anerobik, Streptokokkus betahemolitik, Enterobakter hafniae,
Proteus sp, Stafilokokkus epidermidis, infeksi campuran erogenes dan Stafilokokkus aureus,
Moraxella sp. dan Stafilokokkus aureu, Streptokokkus alfa hemolitik dan Stafilokokkus
aureus.3
Infeksi jamur oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies
mikosis fungoides.
Pada tukak kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang
dikelilingi leukosit polimorfnuklear.Bila infeksi disebabkan virus, akan terlihat reaksi
hipersensitivitas disekitarnya.
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar
yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksikornea oleh acanthamoeba adalah
komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila
memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.3
Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.Bahan asam yang dapat merusak
mata terutama bahan anorganik,organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam
mengenai mata maka akanterjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila
konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja.3
Trauma kimia asam adalah trauma pada kornea dan konjungtiva yang disebabkan
karena adanya kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan
permukaan epitel bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan
visus permanen baik unilateral maupun bilateral.3
Defisiensi vitamin A. Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi
karena kekuranganvitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna
danganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
SLE adalah gangguan autoimun multisystem dengan komplikasi ocular disegmen
anterior dan posterior, termasuk keratitis sicca, episkleritis, ulkus kornea, uveitis, dan
vasculitis retina.3
Rheumathoid arthritis (RA) adalah gangguan vaskulitis sistemik yang paling sering
melibatkan permukaan okular. Pasien dengan RA berat sering hadir dengan ulserasi progresif
indolen dari kornea perifer atau pericentral dengan peradangan minimal yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan perforasi kornea.3
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin.Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
arteritis nodosa, dan lain-lain.Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral.Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah
sentral.ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui.Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori
hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.Biasanya menyerang satu
mata.Perasaan sakit sekali.Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang
meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada
hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.3
Epidemiologi
Ulkus kornea merupakan penyebab tersering kebutaan di Negara-negara berkembang
yang disebabkan karena ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea.
Berdasarkan survey ulkus kornea merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah
katarak sebagai penyebab utama kebutaan di banyak Negara berkembang di Asia, Afrika dan
Timur Tengah.Ulkus kornea juga merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea,
yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan
61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-
hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk traumakornea.8
Patogenesis
Epitel merupakan sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea.
Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskkuler dan membran bowman’s mudah
terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, amuba dan jamur.
Perjalanan ulkus kornea dibagi 4 stadium:8
Stadium Infiltrasi Progresif
Mikroorganisme mengalami kesulitan untuk melekat pada epitel, karena epitel
mempunyai permukaan yang licin, membran yang tidak dapat ditembus mikroorganisme, dan
ditambah dengan adanya reflaks mengedip dari kelopak mata. Tetapi dengan adanya
penurunan alamiah ini maka kuman dapat melekat pada permukaan epitel dan masuk ke
dalam stroma melalui epitel yang rusak dan melakukan replikasi.
Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan kornea timbul reaksi radang yang diawali
pelepasan faktor kemotaktif yang merangsang migrasi sel polimorphonuclear(PMN) ke
stroma kornea yang berasal dari lapisan air mata dan pembuluh darah limbus. Apabila tidak
terjadi infeksi maka sel PMN akan menghilang dalam waktu 48 jam dan epitel pulih dengan
cepat.
Ciri khas stadium ini adalah terdapatnya infiltrat dari leukosit PMN dan limfosit ke
dalam epitel dan stroma. Ciri klinis pada epitel terdapat kekeruha yang berwarna putih atau
kekuning-kuningan, edema dan akhirnya terjadi nekrosis. Keadaan tersebut tergantung pada
virulensi kuman, mekanisme pertahanan tubuh dan pengobatan antibiotika.
Mikroorganisme akan difagosit oleh sel PMN. Sel ini akan mengeluarkan enzim –
enzim yang mencerna bakteri, dan juga merusak jaringan sekitarnya.
Stadium Ulserasi Aktif
Pada epitel dan stroma terjadi nekrosis, pengelupasan, dan timbul suatu cekungan
(defek). Jaringan sekitarnya terdapat infiltrasi sel radang, dan edema. Pada pemeriksaan klinis
terdapat kornea berwarna putih keabuan dengan dasar ulkus yang nekrosis. Pada bilik mata
depan timbul reaksi radang ringan atau sampai terjai hipopion, dan blefarospasme pada
kelopak mata. Penderita mengeluh rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi, dan penurunan tajam
penglihatan. Ulkus meluas ke lateral atau ke lapisan yang lebih dalam sehingga menimbulkan
descemetokel, atau bahkan sampai perforasi.
Stadium Regresi
Pada stadium ini terjadi regresi dari perjalanan penyakit di atas, karena adanya
mekanisme pertahanan tubuh atau pengobatan. Ciri regresi tersebut antara lain, berkurangnya
keluhan rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi dan keluhan – keluhan lainnya. Secara klinis tampak
infiltrat mengecil, batas ulkus lebih tegas, daerah nekrotik mendangkal, tanda – tanda radang
berkurang.
Stadium Penyembuhan / Sikatrisasi
Stadium ini, proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya epithelisasi
yang membentuk lapisan terluar secara permanen.Selain epithelium, jaringan fibrous juga
mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada kornea dan sebagian sel endothelial
untuk membentuk pembuluh darah baru. Stroma yang menebal dan mengisi lapisan bawah
epithelium, mendorong epithel ke anterior.Derajat jaringan parut (scar) pada penyembuhan
bervariasi. Jika ulkus sangat superfisial dan hanya merusak epithelium saja, maka akan
sembuh tanpa ada kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut. Bila ulkus mencapai lapisan
Bowman dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang terbentuk disebut dengan nebula.
Makula dan leukoma adalah hasil dari proses penyembuhan pada ulkus yang lebih dari 1/3
stromakornea.
Manifestasi Klinis
Tukak kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma enteng yang merusak epitel
kornea. Tukak kornea akan memberikan gejala mata merah sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, pengihatan menurun, dan kadang kotor.
Tukak kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea dengan defek
epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau ditengahnya. Iris sukar
dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.
Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi
jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa suar, hipopion, hifema dan sinekia
posterior. Biasanya kokus gram positif, staf aureus dan streptokok pneumoni akan
memberikan gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
abu-abu pada anak tukak yang supuratif.
Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi
sel radang. Bila tukak disebabkan pseudomonas maka tukak akan terlihat melebar dengan
cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak.
Bila tukak disebabkan jamur maka infiltrât akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat
halus di sekitarnya (fenomena satelit). Bila tukak berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi
pada kornea. Tukak yang berjalan cepat dapat membentuk descemetokel atau terjadi perforasi
kornea yang berakhir dengan membuat suatu bentuk lekoma adheren.
Bila proses pada tukak berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit fofobia,
berkurang infiltrât pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambahkecil.
Penatalaksanaan Ulkus Kornea
Pengobatan umumnya untuk tukak kornea adalah dengan siklo-plegik, antibiotika yang
sesuai topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak
dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.3
Pengobatan pada tukak kornea bertujuan menghalangai hidupnya bakteri dengan
antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara umum tukak diobati
sebagai berikut:3
tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan
berfungsi sebagai inkubator
sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder
debridement sangat membantu penyembuhan
diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali keadaan berat.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epiteliasasi dan mata terlihat tenang kecuali
bila penyebabnya Pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.
Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila : dengan pengobatan
tidak sembuh terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan3
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:9
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata
setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.
Prognosis Ulkus Kornea
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepatlambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, danada tidaknya komplikasi yang
timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukanwaktu penyembuhan yang lama, karena jaringan
kornea bersifat avaskular.Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat
pertolongan
sertatimbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.Penyembuhan yang
lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaanobat. Dalam hal ini, apabila tidak ada
ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus
disembuhkandengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan
duametode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis
sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva.Ulkus superfisial yang kecildapat
sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada
ulkusyang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapatmembentuk
jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007.h.44
2. James B, Chew C, Bron A. Oftalmologi. Ed.9. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. H.
18-9, 71, 79-83
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005. H. 173-176.
4. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya
Medika; 2000.h.401-406.
5. Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: ECG; 2010.h.30-
58.
6. Nuraeni N. Ulkus Kornea ec Jamur. (http://rumahnyeniaeni.blogspot.com/2010/11/v-
behaviorurldefaultvmlo.html) .diakses tanggal 25 Maret 2013.
7. Ocampo VVD. Senile cataract. 18 November 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, 10 Maret 2012.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam: Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran. Ed. 2. Jakarta: Penerbit
Sagung Seto. 2002.
9. American Academy of Ophthalmology. Basic and clinical science, external disease
and cornea. USA: MD Association, 2009.p.38-9
top related