novel ranah 3 warna karya ahmad fuadi analisis …/novel... · pengertian kepribadian ..... 49 b....
Post on 13-Mar-2019
279 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DAN
NILAI PENDIDIKAN
TESIS
Di susun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh:
Masnuatul Hawa
Nim: S841102009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DAN
NILAI PENDIDIKAN
TESIS
Oleh
Masnuatul Hawa S841102009
Komisi
Pembimbing
Nama
Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Herman. J. Waluyo, M. Pd.
NIP 194402151978041001
………………….
02 Juli 2012
Pembimbing II Dr. Nugraheni Eko Wardani, M. Hum.
NIP 197007162002122001
…………………..
06 Juli 2012
Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat
Pada Tanggal 06-07-2012
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd..
NIP 196204071987031003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA DAN
NILAI PENDIDIKAN
TESIS
Oleh:
Masnuatul Hawa
S841102009
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda
Tangan
Tanggal
Ketua Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
NIP 19620407 198713 1 003
…………
Sekretaris Dr. Muh Rohmadi, M. Hum.
NIP 19461208 198203 1 001
…………
Anggota
Penguji
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M. Pd.
NIP 19440215 197804 1 001
Dr. Nugraheni Eko Wardani, M. Hum.
NIP 19700716 200212 2 001
…………
…………
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal ………… 2012
Direktur Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S
NIP 19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
NIP 19620407 198713 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MASNUATUL HAWA. S 841102009. 2012. Novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi Analisis Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan. TESIS.
Pembimbing I: Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd, II: Dr. Nugraheni Eko
Wardani, M.Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1)
struktur naratif, (2) aspek psikologi watak, dan (3) nilai pendidikan yang
terkandung dalam novel Ranah 3 Warna. Dengan demikian, setelah membaca
hasil penelitian ini pembaca dapat memperoleh gambaran secara jelas tentang
struktur naratif, aspak psikologi watak tokoh, dan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam novel.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan
pendekatan strukturalisme dan aspek psikologi watak dengan metode deskriptif
kualitatif dan strategi content analysis (analisis isi). kegiatan yang dilakukan
adalah membaca, mencermati, menafsirkan, dan menganalisis novel Ranah 3
Warna. Hasil dari kegiatan tersebut dideskripsikan dalam bentuk kalimat-kalimat.
Penelitian dilaksanakan selama lebih kurang lima bulan, yaitu bulan Oktober 2011
sampai dengan bulan Maret 2012.Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1)
teks, yaitu novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh
penerbit PT Gramedia Pustaka Utama pada bulan Januari 2011, dan (2) catatan
lapangan yang terdiri dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagian refleksi.
Bagian deskripsi merupakan usaha untuk merumuskan objek yang sedang diteliti,
sedangkan bagian refleksi merupakan renungan pada saat penelaahan, (3) buku-
buku literatur yang relevan.Teknik pengumpulan data dengan metode
dokumentasi dan metode telaah.
Setelah diadakan penelitian, dapat disimpulkan bahwa struktur naratif
dalam novel terdiri atas: tema yang berupa motivasi hidup; plot atau alur novel
Ranah 3 Warna secara umum menggunakan plot campuran; penokohan yang
diciptakan pengarang berhasil menggambarkan secara riil karakter manusia;
perwatakan yang diciptakan pengarang terbagi atas dua sisi watak, yaitu tokoh
sederhana dan tokoh bulat atau tokoh kompleks; setting atau latar cerita novel
Ranah 3 Warna adalah kota Bayur tepatnya di Meninjau, Gontor (Jawa Timur),
Bandung, dan Quebec (Amerika); sudut pandang novel Ranah 3 Warna
menggunakan sudut pandang persona pertama (firt-person) atau gaya “Aku”; dan
amanat novel Ranah 3 Warna banyak memberi motivasi para kaum muda dalam
bidang kehidupan. Dari hasil penelitian aspek psikologi watak pada tokoh dalam
novel meliputi: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan
dicintai atau disayangi, (4) kebutuhan harga diri, dan (5) kebutuhan aktualisasi
diri. Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna
setidaknya ada empat macam, yaitu nilai pendidikan agama, moral, sosial
kemasyarakatan, dan budaya.
Kata kunci: novel Ranah 3 Warna, psikologi sastra, nilai pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MASNUATUL HAWA. S 841 102 009. Of 2012. The Novel Ranah 3 Warna by
Ahmad Fuadi, Psychology Analysis of Literature and Values Education. THESIS. Mentors I : Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M Pd, II: Dr. Nugraheni Eko
Wardani, M. Hum. Indonesian Education Studies Program, Post Graduate
Program of the Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
This study aims to describe and explain (1) narrative structure, (2) the
psychology of character, and (3) educational values embodied in the novel Ranah
3 Warna. Thus, after reading the results of this study the reader may obtain a clear
narrative structure, character figures psychology aspect, and educational values
embodied in the novel.
This is a form of qualitative descriptive study using the approach of
structuralism and psychological aspects of character with the methods and
strategies for qualitative descriptive content analysis. Activities carried out are
reading, looking at, interpreting, and analyzing the novel Ranah 3 Warna. The
results of the activity described in the form of sentences. The experiment was
conducted for about five months, October 2011 to March 2012.Source of data in
this study were: (1) text, the novel aspect Ahmad Fuadi published by PT
Gramedia Pustaka Utama Press, January 2011 , and (2) field notes that consisted
of two parts, the description part and reflection part. Description part is an effort
to formulate a description of the object being studied, while the reflection part is a
reflection upon the review, (3) literature books connected. Documentation and
data collection methods.
After some research, it can be concluded that the structure consists of
narrative in the novel: a form of motivational themes of life; plot or plot a novel
Ranah 3 Warna in general use mixed plots; characterizations created by the
author managed to describe the real character of men disposition that made the
author divided the two-sided nature, the simple figures and prominent figures
rounded or complex, the background setting of novel Ranah 3 Warna is the city
Bayur, Maninjau, Gontor (East Java), Bandung, and Quebec (America) point of
view using a novel Ranah 3 Warna. The first person perspective or the style of "I"
and the mandate of novel Ranah 3 Warna motivates many young people in life.
From the results of research on the psychology of the characters in the novel
Ranah 3 Warna include: (1) physiological needs, (2) security needs, (3) a
cherished and loved needs, (4) esteem needs, and (5) need for self-actualization.
The educational values embodied in the novel Ranah 3 Warna there are at least
four, namely the value of religious education, morality, social, and cultural.
Key words: a novel Ranah 3 Warna, the psychology literature, the value of
education.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Tiada tempat yang paling teduh kecuali di saat posisi kita
dekat dengan Allah SWT
Kesuksesan di dunia bukan menjadi jaminan kesuksesan di
akhirat, akan tetapi kesuksesan di akhirat harus di mulai
dari ketekunan manusia ketika di dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segenap kasih sayang dan cintaku, sebuah karya ini
kupersembahkan
kepada:
1. Suamiku mas Pamuji, S. Hi tercinta yang dengan ikhlas mengizinkanku,
memberikan motivasi, dan selalu menjadi teman diskusi selama
menempuh program Pascasarjana ini.
2. Buah hatiku tercinta M. Najih Nasril Maulana yang selalu ikut berjuang
dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan studi ini.
3. Bapakku H. Ahmad Bukhori dan Ibunda Hj. Mustamiroh .
4. Almamater tercinta.
5. Rekan-rekanku tercinta selama menempuh program pascasarjana.
6. IKIP PGRI Bojonegoro.
7. Rekan-rekan di LPPM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah meberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisini
tepat waktu. Solawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rosulillah
yang telah menunjukkan manusia pada sebuah kebenaran.
Penyusunan tesis ini adalah guna memenuhi persyaratan untuk mencapai
derajat Magister. Dalam proses penulisan ini tidak lepas dari peran pembimbing
dan segenap masukan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof.sarwiji Suwandi, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan
Bahasa Indonesia Program Pascasarjana.
2. Ibu Dr. Andayani, M.Pd. selaku sekretaris Program Pendidikan Bahasa
Indonesia Program Pascasarjana.
3. Bapak Prof. Dr. Herman J.waluyo, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga
bagi proses penulisan tesis ini
4. Ibu Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum. selaku pembimbing II yang
telah memberikan pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga bagi
proses penulisan tesis ini.
5. Suamiku mas Pamuji tercinta dan buah hatiku tersayang M. Najih Nasril
Maulana yang selalu memberikan dukungan dan pengertiannya selama
menempuh perkuliahan sampai penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Kritik dan saran konstruktif selalu penulis nantikan demi
ksempurnaan penulisan. Akhirnya mudah-mudahan tesis ini bermanfaat
bagi pembaca.
Bojonegoro, 06 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ................................................. ii
PENGESAHAN PENGUJI TESIS .......................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ....... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
KERANGKA BERPIKIR ......................................................................... 8
A. Kajian Teori .................................................................................. 8
1. Hakikat dan Jenis-jenis Novel ................................................. 8
2. Pengertian Psikologi Sastra dan Metode Penelitian Psikologi
Sastra ......................................................................................... 31
a. Pengertian Psikologi Sastra ............................................. 31
b. Metode Penelitian Psikologi Sastra ................................. 40
3. Teori Psikologi Abraham Maslow ........................................... 42
4. Pengertian Psikologi Kepribadian ........................................... 49
a. Pengertian Kepribadian .................................................. 49
b. Dasar Pemikiran Teori Abraham Maslow ...................... 50
c. Batasan Kepribadian ....................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra ..................................... 56
a. Hakikat Nilai ..................................................................... 56
b. Hakikat Pendidikan ........................................................... 60
c. Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra Novel .................... 64
1. Nilai Agama ............................................................... 66
2. Nilai Moral................................................................. 67
3. Nilai Sosial................................................................. 69
4. Nilai Budaya .............................................................. 71
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 71
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 75
A. Tempat Penelitian ......................................................................... 75
B. Waktu Penelitian .......................................................................... 75
C. Pendekatan Penelitian ................................................................... 76
D. Sumber Data ................................................................................. 77
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 77
F. Validitas Data ............................................................................... 78
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 83
A. HASIL PENELITIAN ................................................................ 83
1. Analisis Struktural dalam Novel Ranah 3 Warna ............ 83
a. Tema ................................................................................. 83
b. Plot .................................................................................... 85
c. Tokoh dan Perwatakan .. .................................................. 93
d. Latar ................................................................................. 109
e. Sudut Pandang ................................................................. 114
f. Amanat ............................................................................. 115
2. Aspek Psikologi Watak dalam Novel Ranah 3 Warna
Berdasarkan Teori Kepribadian Abraham Maslow ............ 118
a. Kebutuhan Fisiologi .......................................................... 118
b. Kebutuhan Keamanan ....................................................... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Kebutuhan Dimiliki dan Cinta .......................................... 122
d. Kebutuhan Harga Diri ....................................................... 124
e. Kebutuhan aktualisasi Diri ............................................... 125
3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah 3 Warna ....... 128
a. Nilai Pendidikan Agama ..................................................... 129
b. Nilai Pendidkan Moral ........................................................ 130
c. Nilai Pendidikan Sosial ....................................................... 132
d. Nilai Pendidikan Budaya..................................................... 134
B. PEMBAHASAN .......................................................................... 135
1. Analisis Struktural Novel Ranah 3 Warna ........................ 137
a. Tema dalam Novel Ranah 3 Warna ................................. 137
b. Plot dalam novel Ranah 3 Warna ..................................... 139
c. Tokoh dan Perwatakan dalam Novel Ranah 3 warna ...... 132
d. Latar dalam Novel Ranah 3 Warna .................................. 148
e. Sudut Pandang dalam Novel Ranah 3 Warna .................. 150
f. Amanat dalam Novel Ranah 3 Warna .............................. 154
2. Aspek Psikologi Watak dalam Novel Ranah 3 Warna
Berdasarkan Teori Kepribadian Abraham Maslow ............ 159
a. Kebutuhan Fisiologi .......................................................... 159
b. Kebutuhan Keamanan ....................................................... 161
c. Kebutuhan Dimiliki dan Cinta .......................................... 163
d. Kebutuhan Harga Diri ....................................................... 166
e. Kebutuhan aktualisasi Diri ............................................... 169
3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah 3 Warna ....... 172
a. Nilai Pendidikan Agama ................................................ 174
b. Nilai Pendidkan Moral ................................................... 177
c. Nilai Pendidikan Sosial .................................................. 181
d. Nilai Pendidikan Budaya ................................................ 183
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 186
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa pengarang yang
disampaikan kepada pembaca, karya sastra berisi luapan jiwa pengarang
berdasarkan pengalaman pribadi (yang benar-benar pernah di alami) atau juga
sekedar hasil rekaan (imajinasi). Sastra sebagai hasil imajinasi, juga bermanfaat
sebagai hiburan yang menyenangkan. Karya sastra juga menambah pengalaman
batin bagi para pembacanya.
Membicarakan sastra yang bersifat imajinatif, ada tiga jenis sastra yaitu
prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Sebuah novel
membicarakan tentang kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang.Berbagai
permasalahan individu dapat dijadikan bahan penciptaan karya sastra. Tema
seperti kritik sosial, perbedaan pandangan masyarakat, dan reaksi kejiwaan
seseorang dalam menghadapi peremasalahan kehidupan saat ini banyak dijadikan
pokok pemikiran pengarang. Seorang pengarang dapat menciptakan tema yang
dirangkum dalam satu tema utama. Semakin banyak permaslahan batin yang
dimunculkan melalui tokoh, semakin menarik dan membuat penasaran
pembacanya untuk melanjutkan menyelesaikan aktivitas membaca novel tersebut.
Pada dasarnya sastra dalam analisisnya selalu melalui analisis struktural,
yaitu analisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya. Unsur-unsur
tersebut meliputi tema, alur, tokoh, dan penokohan, setting atau latar, sudut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pandang, serta amanat. Unsur tokoh dan penokohan menjadi fokus utama tinjauan
kajian penelitian. Dalam analisis penokohan memiliki kaitan erat dengan
pengertian diri individu. Dalam hal ini, pengarang berusaha mengungkapkan
pemikiran dan gejolak batin yang biasa dialami manusia. Oleh sebab itu ada
hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologi
watak tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca sebagai penikmat karya
sastra, dan psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi
lewat karangannya.
Dalam setiap karya sastra tercermin nilai-nilai pendidikan yang menjadi
salah satu tendens sastra. Walaupun sastra pada saat ini tidak lagi sebagai bentuk
sastra terikat seperti halnya sastra tahun 20-an atau 30-an tetapi unsur tendens
selalu menyertai terciptanya sebuah karya sastra. Cerminan nilai-nilai pendidikan
dalam karya sastra meliputi ; pendidikan agama, moral, dan karakter. Tujuan
penyampaian nilai-nilai tersebut baik secara tersirat maupun tersurat diharapan
dapat memberikan motivasi dan contoh-contoh baik yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Sastra merupakan salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia yang
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai dengan SMA atau
sederajat. Secara material pembelajaran sastra harus diarahkan sebagai bentuk
aktualisasi budaya nasional dan usaha menumbuhkan kecintaan siswa (sebagai
generasi bangsa) terhadap karya-karya sastra anak bangsa. Secara esensial pada
bagian tertentu guru dapat mengarahkan dan memantapkan perilaku siswa pada
kearifan nasional untuk menumbuhkan karakteristik siswa yang normatif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehingga secara bertahap dapat membentuk pribadi yang berbudaya dan memiliki
jati diri sebagai anak bangsa yang patut di banggakan.
Pendidikan sebagai keseluruhan yang kompleks sangat berhubungan
dengan akal budi dalam kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat. Proses
pendidikan di masyarakat bersifat membudaya. Budaya pendidikan dalam diri
anak harus di tanamkan sejak mereka masih dalam usia dini, karena dengan usaha
tersebut kita dapat meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) untuk menjadikan
bangsa berkualitas.
Budaya pendidikan dari kehidupan manusia adalah nilai-nilai. Nilai-nilai
tersebut perlu di tanamkan, dilestarikan, dan di laksanakan oleh seluruh anggota
masyarakat. Keseluruhan proses tersebut disebut budaya, dengan demikian
manusia hidup itu selalu beriringan dengan kebudayaan. Nilai budaya
dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu: (1) nilai keagamaan, (2) nilai ilmu
pengetahuan, (3) nilai sosial, (4) nilai ekonomi, dan (5) nilai politik.
Ranah 3 Warna adalah sebuah novel yang menceritakan kehidupan
seorang pemuda yang bernama Alif. Dalam novel tersebut sarat akan aspek-aspek
psikologi tokoh yang menyertai perjalanan hidup dari para tokoh utama dan
tokoh-tokoh pembantu lainnya. Alif merupakan tokoh utama dalam cerita. Dia
seorang pemuda lulusan pondok pesantren yang tidak memiliki ijazah SMA tetapi
dia berani bermimpi/ brcita-cita untuk masuk UMPTN. Dari sinilah awal
permasalah yang mempengaruhi aspek kejiwaan dimulai. Dengan berbagai
gejolak di hatinya karena kemungkinan untuk meraih impian itu sangat kecil.
Belum lagi berbagai ejekan dan gunjingan dari teman serta tetangganya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
meragukan impian tersebut akan tercapai. bermodalkan mantra man jadda wa
jadda berbagai keraguan untuk masuk di perguruan tinggi negeri pun tercapai.
Pada cerita berikutnya dipaparkan gejolak kejiwaan sang tokoh tidak
hanya berhenti sampai di situ saja. Dia masih harus menghadapi berbagai
hambatan ketika sedang menempuh kuliah S1 di Bandung. Mulai dari kehilangan
sosok ayah yang dicintainya, himpitan ekonomi karena amak di kampung harus
berjuang menghidupi adik-adiknya, IP yang kurang memuaskan, sampai pada
akhirnya Alif jatuh sakit karena badannya yang kurus karena setiap hari harus
kerja sambil kuliah serta pikirannya yang terkuras habis untuk bisa tetap
menyeimbangkan antara kuliah dan kerja. Pada akhir cerita dipaparkan sang tokoh
Alif menyadari bahwa ternyata mantera man jadda wa jadda tidak cukup
digunakan untuk bekal mengarungi kehidupan ini tetapi juga diperlukan mantera
man sabara zafira sehingga dapat menjadikan dia berani menembus segala
halangan dan hambatan untuk meraih cita-cita dan impiannya. Dari berbagai
peristiwa yang ada dalam cerita itulah peneliti anggap bahwa novel Ranah 3
warna ini layak diteliti dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.
Sebagai pengarang Ahmad Fuadi menampilkan tokoh Alif dengan
memasukkan unsur-unsur pendidikan yang di wujudkan tokoh dalam bentuk sikap
dan prilaku tokoh sehari-hari. Hal ini di maksudkan agar pembaca meresapi dan
mengamalkan dalam kehidupan ini.
Sosok Ahmad Fuadi adalah salah satu pengarang dari Sumatra. Ia adalah
mantan wartawan TEMPO dan VOA, penerima delapan beasiswa luar negeri, dan
penyuka fotografi. Pernah tinggal di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Ingris. Alumni pondok moderen Gontor. Novel pertamanya yang berjudul Negeri
5 Menara telah mendapat penghargaan dan pengakuan di hati masyarakat.
Atas dasar uraian di atas dapat di jelaskan alasan dalam pemilihan judul,
antara lain:1) Penulis novel ini merupakan penulis terfavorit, anugrah pembaca
Indonesia 2010, 2) novel Ranah 3 Warna banyak menggugah hati pembaca
sehingga sebagian royalti trilogi ini untuk membangun komunitas menara, sebuah
yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu, yang
berbasiskan sukarelawan. 3) novel ini menceritakan seseorang lulusan dari
pesantren tetapi juga memiliki kemauan keras untuk merambah kesetaraan
pendidikan negri bahkan sampai ke luar negeri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan di
bahasa dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah struktur novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi?
2. Bagaimanakah aspek-aspek psikologi watak tokoh dalam novel Ranah 3
Warna karya Ahmad Fuadi?
3. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah
3 Warna karya Ahmad Fuadi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan pendekatan psikologi sastra yang dipresentasikan dalam
novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.
2. Tujuan Khusus
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan khusus dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan struktur dalam novel Ranah 3
Warna karya Ahmad Fuadi.
b. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan aspek-aspek psikologi watak
tokoh dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.
c. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan struktur nilai-nilai pendidikan
yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Secara teori manfaat penelitian ini untuk melengkapi khasanah teori yang
terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan
memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi novel
dan memberikan motivasi kepada penikmat sastra secara mendalam untuk
akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Manfaat Praktis
Pertama, bagi guru novel ini bisa di jadikan sumber belajar dan media
pembelajaran baik yang berkaitan pendidikan bahasa, sastra, pendidikan
moral, dan pendidikan karakter sehingga akan tercapai tujuan dari sebuah
pendidikan itu sendiri. Kedua, bagi siswa di harapkan dengan meneladani isi
novel ini akan terbentuk karakter siswa sesuai dengan watak dan kepribadian
bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budaya bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Hakikat dan Jenis-jenis Novel
Karya sastra pada dasarnya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu prosa,
puisi, dan drama.Karya sastra jenis prosa biasanya diungkapkan melalui
bentuk fiksi atau cerita rekaan. Akan tetapi tidak semua karya yang
mengandung unsur rekaan disebut karya fiksi (Nurgiyantoro: 8). Menurut
kesastraan Inggris dan Amerika karya fiksi menunjuk pada karya yang
berwujud novel dan cerita pendek.
Novel dianggap sebagai hasil perenungan dan reaksi pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupannya.Perenungan tersebut bukanlah
suatu lamunan, melainkan berupa hasil pengalaman jiwa yang telah
dipertimbangkan baik-baik. Perenungan yang telah dilakukan dengan
penuh kesadaran dan bertanggung jawab tersebut menawarkan gambaran
kehidupan seperti yang diisyaratkan oleh penulisnya sendiri. Hal ini
seperti apa yang disampaikan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 3) yang
menyatakan “Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia.
Interaksinya dengan lingkungan dan dan diri sendiri, serta interaksinya
dengan Tuhan.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupan.Walau berupa hayalan, tidak benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, lebih tepatnya fiksi
dikatakan sebagai hasil penghayatan dan perenungan secara intens,
perenungan terhadap hidup dan kehidupan yang dilakukan dengan penuh
kesadaran. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan
tanggung jawab dari segi kreativitas. Fiksi menawarkan model-model
kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus
menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis.
Novel yang dalam bahasa Inggris Novel merupakan bentuk karya
sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannnya
yang kemudian novel dianggap bersinonim dengan fiksi ( Nurgiyantoro:
9). Kata novel berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa
Jerman novelle) yang berarti “baru” ( Nurgiyantoro, 1994: 9).
Kata novel berasal dari bahasa latin novellus yang diturunkan dari
kata novies yang berarti “baru” (Henry Guntur Tarigan, 1993: 164). The
Amarican Collage Dictioonary (dalam Tarigan, 1993: 164) menyebutkan
bahwa novel merupakan sebuah cerita fiktif berbentuk prosa yang
memiliki panjang tertentu yang didalamnya melukiskan para tokoh, gerak,
serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur.Novel
merupakan sebuah aksplorasi atau suatu kronik penghidupan, perenungan,
dan melukiskan dalam bentuk pengaruh, ikatan hasil, kehancuran atau
tercapainya gerak-gerik manusia.
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel
merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan
tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal
mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita
kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Menurut khasanah kesusastraan Indonesia moderen, novel berbeda
dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks
dan jumlah pemeran (tokoh cerita) juga lebih banyak.Hal ini sangat
berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam penyajian alur cerita
dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu banyak.
Pendapat lain mengatakan The present English (and Spanish) word
derives from the Italian novella for "new", "news", or "short story of
something new", itself from the Latin novella, a singular noun use of the
neuter plural of novellus, diminutive of novus, meaning "new" (Lord Byron
Don Juan, 1824: 163). Di situ dikatakan bahwa istilah novel berasal dari
Italia yang berarti “baru”. Sedangkan menurut bahasa Latin novel berasal
dari kata novellus yang berarti “baru”. Pengertian ini dikatakan karena
sebelum adanya novel orang-orang Italia dan Latin lebih dulu mengenal
istilah roman yang ceritanya 85 % berisi kisah-kisah percintaan.
E.M. Foster (2005: 78) mengatakan novel is one form of an
extended fictional prose narrative. Dari pendapat tersebut dikatakan
bahwa novel adalah satu bentuk prosa fiksi naratif yang diperluas.Prosa
fiksi yang diperluas disini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang
beragam, dan setting yang beragam pula. Namun ukuran luas disini juga
tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fidiknya
saja, misalnya tema sedangkan untuk karakter, setting dan lain-lainnya
tidak.Novel menceritakan peristiwa yang biasa dialami oleh manusia
sehari-hari. Kisah yang disajikan biasanya berupa percintaan, ketuhanan,
pendidikan dan sebagainya.
Rene Wellek and Austin Warren (1995: 35) menyatakan novel
refers to both a higher reality and deeper psychology, in all, a birth of a
novel is an illustration of human condition and the environment of the
society surrounding us. Novel lebih mengacu kepada realitas yang tinggi
dan psikologi yang lebih mendalam, tetapi pada dasarnya kelahiran sebuah
novel merupakan gambaran terhadap suatu keadaan manusia dan
lingkungan masyarakat yang ada disekeliling kita.Keadaan psikologi
pengarang dan lingkungan tempat tinggal pengarang menjadi hal yang
paling utama mempengaruhi lahirnya novel.
Berikutnya istilah novel juga disampaikan oleh Chesil Beach
(1982: 90) yang menyatakan bahwa:
novel is a long work of fiction that contain more than 10000 words. It
is more complex because it has more incidents, setting, character, and
may take place in a long span of time. I may have more than one theme
and more conflicts. Novel tends to expands and it is very complex in
it’s structure. It does not finish to be read once a seat as a short story
because it’s length develops the character’s problem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Novel diartikan sebagai cerita fiksi panjang lebih dari 10.000
kata.Novel lebih bersifat kompleks karena mempunyai banyak peristiwa,
setting, karakter, dan latar tempat yang memiliki kemungkinan diambil
dalam waktu yang lama.Penulis dalam menulis novel memiliki satu tema
dengan banyak konflik.Novel memiliki tendensi untuk memperluas
sehingga sangat kompleks dalam strukturnya. Novel tidak dapat
diselesaikan atau di baca dalam sekali duduk seperti halnya cerpen, karena
di dalam novel memiliki perkembangan di berbagai permasalahan dalam
ceritanya.
Dari berbagai pendapat mengenai novel dapat disimpulkan bahwa
novel adalah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih
yang mengarang kehidupan manusia yang bersifat imajinatif,
menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat
menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya.
Penulisan karya sastra dalam bentuk novel ada kaitannya dengan
unsur kesejarahan sehingga interpretasi dan pemberian makna akan lebih
lengkap. Memberi interpretasi dan makna secara penuh terhadap karya
sastra, dimulai dengan membahas teori dan unsur pembentuk karya
tersebut. Menggali dan menentukan teori dan unsur pembentuknya untuk
mengetahui makna dari novel yang kita analisis.
Novel digolongkan menjadi tiga jenis yang berbeda (Goldmann
dalam Faruk, 1994: 31).Ketiga jenis penggolongan tersebut adalah 1)
novel idealisme abstrak, 2) novel psikologis, dan 3) novel pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Novel pertama disebut “idealisme abstrak”, artinya novel yang
menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia.Novel itu
memperlihatkan idealism, namun karena persepsi tokoh tentang dunia
bersifat subjektif dan didasarkan pada kesadaran yang sempit, maka
idealismenya menjadi abstrak. Berbeda dengan novel idealism abstrak,
novel jenis romantisme idealism menampilkan sang hero yang terlampau
luas. Kesadarannya lebih luas daripada dunia sehingga menjadi berdiri
sendiri dan terpisah dari dunia. Itulah sebabnya sang hero cenderung pasif
dan cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata.
Novel pendidikan berada diantara kedua jenis novel tersebut.
Dalam novel jenis ketiga ini, sang hero di satu pihak memiliki interioritas,
tetapi di pihak lain juga ingin bersatu dengan dunia, sehingga sang hero itu
mengalami kegagalan. Kegagalan yang dialami sang hero merupakan
kegagalan yang tidak disengaja diciptakan oleh dunia batinnya, namun Ia
menyadari sebab kegagalan itu. Hal itu disebabkan sang hero memiliki
interioritas dan kesadaran yang tinggi. Oleh Lukacs novel pendidikan ini
disebut sebagai novel “kematangan yang jantan” (Faruk, 1994: 19).
Adapun Zaiden Hendy (1993: 225) membagi novel berdasarkan
unsur fiksi dan corak isinya. Berdasarkan unsur fiksi novel dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu novel plot, novel watak, dan novel tematis.
1. Novel plot atau novel kejadian. Novel ini mementingkan struktur
cerita atau perkembangan kejadian. Novel ini biasanya banyak
melukiskan ketegangan karena banyak mengisahkan kejadian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Novel watak atau novel karakter. Novel ini mementingkan pengisahan
watak atau karakter para pelakunya misalnya penakut, pemalas, humor,
pemarah, mudah putus asa, mudah kecil hati, dan sebagainya;
3. Novel tematis. Novel ini mementingkan tema atau pokok persoalan
yang sangat banyak, maka novel tematispun bermacam-macam pula.
Dari sekian banyak itu digolongkan atau beberapa saja yaitu novel
politik, novel agama, dan novel sosial.
Berdasarkan corak isinya, novel dibagi atas novel popular dan
novel aktual. Novel popular adalah novel kebanyakan yang ditulis dengan
pola tiru meniru karena itu novel jenis ini sangat banyak dihasilkan.Yang
tergolong dalam novel ini yaitu novel detektif, novel kriminal, novel
western, dan novel silat.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa novel
merupakan jenis karya sastra yang mengangkat tema dan dalam alur cerita
diperankan oleh beberapa tokoh dalam beberapa episode kehidupan serta
di dalam cerita tersebut terdapat perubahan nasib tokoh-tokohnya.Sebuah
novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat
artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian atau
unsur-unsur yang berkaitan dan dapat membangun totalitas dari novel itu
sendiri. Unsur pembangun novel itu salah satunya adalah subsistem
organisme. Kata inilah yang menyebabkan novel, juga sastra pada
umumnya menjadi berwujud. Pembicaraan unsur fiksi berikut dilakukan
menurut pandangan Stanton (1965) dan Chapman (1980).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Unsur-unsur pembangun novel secara totalitas di samping unsur
formal bahasa, masih banyak lagi macamnya.Namun secara garis besar
unsur dalam novel di bedakan menjadi dua bagian yaitu unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra. Unsur intrinsik dalam karya sastra meliputi: peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya
bahasa, dan lain-lain. Unsur-unsur intrinsik dalam novel meliputi:
a. Tema
Tema (theme), menurut Stanton (1965: 20) dan Kenny (1966: 88)
adalah makna yang dikandung dalam sebuah cerita.Tema yang bagus
adalah tema yang bisa melingkupi semua isi cerita.Cerita yang
disampaikan secara panjang lebar dapat terangkum dalam sebuah tema
yang singkat dan bisa mewakili keberadaan sebuah cerita. Sedangkan
pendapat lain menyatakan tema merupakan gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai
struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto dalam Burhan Nurgiyantoro,
1965: 68).
Suminto A. Sayuti berpendapat bahwa tema ialah makna cerita,
gagasan sentral, atau dasar cerita (1996: 118).tema dapat dipandang
sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
umum inilah yang harus ditentukan oleh pengarang dalam tahap awal
yang nantinya akan dipergunakan untuk membangun cerita.
Berikutnya tema menurut Brooks dan Warren diartikan sebagai
dasar atau makna suatu cerita atau novel (dalam Henry Guntur Tarigan,
1993: 125). Dasar cerita inilah yang nantinya akan terus digunakan untuk
mengembangkan sebuah cerita, dengan kata lain cerita tentunya „setia”
mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya
sehingga berbagai peristiwa-konflik dan pemilihan berbagai unsur
intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan penyudutpandangan
diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut. Jika dasar cerita
telah ditetapkan maka akan mempermudahkan dalam menentukan langkah
pembuatan cerita, sehingga cerita tidak akan keluar dari lingkup tema yang
telah ditentukan.
Dari berbagai pandangan mengenai pengertian tema maka dapat
disimpulkan bahwa tema ialah gagasan dasar yang di buat atau ditentukan
oleh pengarang sebelum mencipta sebuah karya sastra.
b. Plot
Plot menurut Stanton (1965: 14) plot ialah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa
yang lain. Plot merupakan unsur penting. Tinjauan struktural karya fiksi
sering ditonjolkan pada pembicaraan plot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pendapat lain mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa
yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena
pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab
akibat (Kenny: 14). Untuk menjadi sebuah plot, peristiwa haruslah
disiasati secara kreatif, sehingga akan menghasilkan suatu plot yang
bernilai estetis. Kegiatan pemplotan meliputi kegiatan menata, pengaluran,
dan pengambangan, dengan memilih peristiwa yang akan diceritakan.
Sedangkan menurut Forster (1927: 93) plot ialah peristiwa-
peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan
kausalitas. Jadi berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan
bahwa plot adalah struktur peristiwa yang terdapat dalam karya fiksi yang
ditata secara apik, serta berdasarkan urutan sebab akibat.
Pembedaan plot berdasarkan kriteria urutan waktu menurut Burhan
Nurgiyantoro (153-156) dibedakan menjadi tiga, yaitu pertama plot lurus,
maju atau dapat juga dinamakan plot progresif, kedua plot sorot balik atau
regresif, ketiga plot campuran. plot sebuah novel dikatakan progresif jika
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-
peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau menyebabkan terjadinya)
peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari
tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah
(konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
Plot sorot balik, adalah urutan kejadian yang dikisahkan tidak
dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan akhir, baru
kemudian tahap awal cerita yang dikisahkan. Sedangkan plot campuran
adalah urutan kejadian yang dikisahkan bersifat campuran, artinya
terkadang sebuah cerita dikisahkan secara lurus dan suatu saat cerita
berubah menjadi regresif.
c. Penokohan dan Perwatakan
Dalam karya fiksi sering dipergunakan istilah tokoh atau
penokohan, watak dan perwatakan. Dalam hal ini tokoh diartikan sebagai
pelaku cerita.Tokoh cerita menurut Abrams (1981: 20), adalah orang-
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikamn dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan. Jadi istilah penokohan sekaligus terkandung dua aspek, yakni isi
dan bentuk.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 165) karakterisasi sering
disamakan artinya dengan perwatakan yakni menunjuk pada penempatan
tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Sedangkan penggunaan istilah karakter character sendiri dalam literature
bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai
tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan,
keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut
(Stanton, 1965: 17). Dengan demikian karakter dapat berarti pelaku cerita
dan dapat pula berarti perwatakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya,
memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh
tertentu, tak jarang langsung dapat mengisyaratkan kepada kita perwatakan
yang dimilikinya. Hal itu terjadi terutama pada tokoh-tokoh cerita yang
telah menjadi milik masyarakat.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dibedakan menjadi dua,
yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat atau tokoh kompleks (Burhan
Nurgiyantoro: 181). Tokoh sederhana dalam bentuknya yang asli, adalah
tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak
yang tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia ia tidak diungkap
berbagai kemungkinan sisi hidupnya. Sedangkan tokoh bulat atau tokoh
kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki
watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat
menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin
bertentangan dan sulit diduga.
d. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:
175). Latar yang ditulis dalam cerita biasanya sesuai dengan latar atau
tempat-tempat yang pernah di kunjungi oleh penulis. Artinya pengalaman
suatu tempat yang dimiliki oleh penulis akan digunakan sebagai modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dalam menulis cerita, sehingga latar yang diceritakan terlihat nyata dan
rinci penjelasannya.
Unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu
tempat, waktu, dan sosial (Burhan Nurgiyantoro: 227). Ketiga unsur itu
walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat
dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur-unsur yang mungkin
dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu. Latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Sedangkan latar sosial menyaran pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan
sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup
kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang, menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan.
Sudut pandang ialah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada
pembaca (Abrams, 1981: 142). Sudut pandang merupakan salah satu unsur
fiksi yang digolongkan sebagai sarana cerita. Sudut pandang merupakan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Stevick (1967: 85) mengemukakan bahwa sudut pandang dapat
disamakan artinya, bahkan dapat lebih memperjelas dengan istilah
pengisahan ( focus of narration). Menurut Stevick pengertian sudut
pandang adalah sebuah pengisahan tokoh melalui persona atau yang biasa
disebut dengan kata ganti orang. Hal itu akan mempermudah dalam
pengisahan cerita dan membuat cerita yang disampaikan pengarang lebih
terlihat hidup.
Sudut pandang diartikan sebagai sesuatu yang menyaran pada
masalah teknis, sarana untuk menyampaikan maksud yang lebih besar dari
pada sudut pandang itu sendiri.Sudut pandang merupakan teknik yang
dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna
karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca
(Booth dalam Stevick, 1967: 107). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sudut pandang merupakan tempat pencerita dalam hubungannya
dengan cerita dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya.
Sudut pandang memiliki banyak macam jenis, tergantung dari
sudut mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Pembedaan
sudut pandang juga dapat dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling atau penunjukan,
showing, naratif atau dramatik. Metode langsung (telling) pemaparan
dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Metode ini biasanya
digunakan oleh kisah-kisah rekaan jaman dahulu sehingga pembaca hanya
mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Menurut
Albertin Minderop (2011: 8) ada beberapa cara yang dapat dilakukan
pengarang dalam memaparkan ceritanya melalui metode langsung,
diantanya adalah sebagai berikut:
1. Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh
Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk
memberikan idea tau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta
mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang
melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain
nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh.
2. Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh
Dalam suatu karya sastra faktor penampilan tokoh memegang
peranan penting sehubungan dengan telaah karakterisasi. Penampilan tikoh
yang dimaksud misalnya, pakaian apa yang dikenakannya atau
bagaimanaekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada
pembaca tentang usia, kondisi fisik/kesehatan, dan tingkat kesejahteraan si
tokoh. Dari pelukisan ini tampak apakah si tokoh merupakan sosok yang
kuat, terkadang lemah, relatif berbahagia, tenang atau kadang kala kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak dapat
disangkal terkait pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita.
3. Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang
Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada
pengarang dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang
watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran,
perasaan, dan gejolak batin sang tokoh. Dengan demikian, pengarang
terus-menerus mengawasi karakterisasi tokoh. Pengarang tidak sekedar
menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh
tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang
dikisahkannya.
Sedangkan metode tidak langsung (showing) adalah metode yang
mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga para tokoh dalam karya
sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku
mereka. Dalam hal ini pembaca dapat menganalisis sendiri karakter para
tokoh. Dalam metode ini Albertin Minderop (2011: 22) menyatakan bahwa
metode tidak langsung dapat dilakukan melalui:
a. Karakterisasi Melalui Dialog
Karakterisasi melalui dialog terbagi atas apa yang dikatakan
penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang
dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan,
dialek, dan kosa kata para tokoh.
b. Lokasi dan Situasi Percakapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Percakapan yang berlangsung dalam cerita ditampilkan sesuai
kebutuhan, keadaan, dan lokasi di mana dia sedang berbicara. Lokasi yang
ditampilkan tokoh dalam cerita dapat digambarkan ketika tokoh sedang
berada di jalan, pasar, kamar pribadi, sekolahan, atau tempat-tempat umum
lainnya. Situasi terjadinya percakapan apakah pada malam hari, pagi hari,
atau siang hari sangat mempengaruhi percakapan yang berlangsung dalam
cerita.
c. Jatidiri Tokoh yang Dituju Oleh Penutur
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam
cerita. Maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh
lainnya.
d. Kualitas Mental Para Tokoh
Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui alunan adan
aliran tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. Misalnya para tokoh yang
terlibat dalam suatu diskusi yang hidup menandakan bahwa mereka
memiliki sikap mental yang open-minded. Ada pula tokoh yang gemar
memeberikan opini, atau bersikap tertutup (close-minded), atau tokoh yang
penuh rahasia dan menyembunyikan sesuatu.
e. Nada Suara, Tekanan, Dialek, dan Kosa Kata
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu
memperjelas karakter para tokoh apabila pembaca mampu mengamati dan
mencermatinya secara tekun dan sungguh-sungguh. Nada suara walaupun
diekspresikan secara eksplisit maupun implisit dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
gambaran kepada pembaca tentang perwatakan tokoh. Sedangkan tekanan
suara memberikan gambaran penting karena memperlihatkan keaslian
watak tokoh bahkan dapat merefleksikan pendidikan, profesi, dan dari
kelas mana tokoh berasal.
f. Karakterisasi Melalui Tindakan Para Tokoh
Perbuatan dan tingkah laku secara logis merupakan pengembangan
psikologi dan kepribadian, memperlihatkan bagaimana watak tokoh
ditampilkan dalam perbuatannya. Selain itu, terdapat motivasi yang
melatarbelakangi perbuatan dan dapat memeperjelas gambaran watak para
tokoh. Apabila pembaca mampu menelusuri motivasi ini maka tidak sulit
untuk menentukan watak tokoh.
Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut
berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang. Macam-
macam sudut pandang dalam karya sastra dapat digolongkan sebagaimana
yang diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro (2011: ) sebagai berikut:
1. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
Sudut pandang orang pertama ini pengarang berlaku
sebagai narrator atau seseorang yang terlibat dalam cerita.
2. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia”
Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
persona ketiga, gaya “Dia” , narator adalah seseorang yang berada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama, atau kata gantinya; Ia, Dia, mereka.
3. Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran di
dalamnya mungkin menggunakan sudut pandang persona ketiga
dengan teknik “Dia” mahatahu dan “Dia” sebagai pengamat.
Jakob Sumardjo dan Saini K.M. dalam bukunya Apresiasi
Kesusastraan (1998: 82) menyatakan bahwa sudut pandang pada dasarnya
adalah visi pengarang , artinya sudut pandang yang diambil pengarang
untuk melihat suatu kejadian cerita ada empat macam sudut pandang,
yaitu:
1. Omniscient point of view (sudut penglihatan yang berkuasa). Disini
pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya
2. Objective point of view. Dalam teknik ini pengarang bekerja seperti
dalam teknik omniscient, hanya pengarang sama sekali tidak member
komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi “pandangan mata”
3. Sudut pandang orang pertama. Gaya ini bercerita dengan sudut
pandangan “Aku”. Jadi seperti orang menceritakan pengalamannya
sendiri
4. I”oini of View. Peninjau dalam teknik ini pengarang memilih salah
satu tokohnya untuk bercerita.
Sedangkan A. sayuti membagi sudut pandang menjadi empat jenis
yaitu, 1) sudut pandang akuan-sertaan; 2) sudut pandang akuan-taksertaan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) sudut pandang diaan-mahatahu; 4) sudut pandang diaan-terbatas.
Keempat sudut pandang tersebut memiliki peran masing-masing, namun
tidak menutup kemungkinan bahwa dalam sebuah novel pengarang
mengguna kan beberapa sudut pandang sekaligus.
Di dalam sudut pandang akuan-sertaan, tokoh sentral cerita adalah
pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita. Sementara itu dalam
sudut pandang akuann-taksertaan tokoh “Aku” biasanya hanya menjadi
pembantu atau pengantar tokoh lain yang lebih penting. Pencerita pada
umumnya hanya muncul di awal atau di akhir cerita saja (Suminto
A.sayuti, 1996: 101).
Di dalam sudut pandang diaan-mahatahu Pengarang berada di luar
cerita. Pengarang berperan menjadi pengamat yang mahatahu, bahkan
dapat berdialog langsung dengan pembaca. Sedangkan diaan-terbatas,
pengarang menjadi orang ketiga, yakni sebagai pencerita yang terbatas hak
berceritanya. Pengarang dengan kedudukannya sebagai orang ketiga henya
menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan tumpuan cerita
Suminto A. sayuti, 1996: 101).
Panuti Sudjiman dalam Zulfahnur dkk (1996: 35) mengemukakan
bahwa sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan
cerita-cerita dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya. Hal
tersebut memiliki pengertian bahwa pengarang menuturkan kejadian atau
rentetan peristiwa melalui siapa, dan jika pembaca mendapatkan gambaran
yang jelas maka ia akan mudah mamahmi cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Harry Shaw (dalam Zulfahnur, dkk, 1996: 36) menbagi sudut
pandang menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pengarang terlibat : pengarang ikut ambil bagian dalam cerita sebagai
tokoh utama atau yang lain, mengisahkan tentang dirinya. Dalam cerita
ini pengarang menggunakan kata ganti orang pertama (aku atau saya)
2. Pengarang sebagai pengamat: posisi pengarang sebagai pengamat yang
mengisahkan pengamatannya sebagai tokoh samping. Pengarang
berada di luar cerita, dan menggunakan kata ganti orang ketiga (ia atau
dia) di dalm ceritanya.
3. Pengarang serba tahu : pengarang berada di luar cerita (impersonal)
tapi serba tahu tentang apa yang di rasa dan di pikirkan oleh tokjoh
cerita. Dalam kisahan cerita pengarang memakai nama-nama orang
dan kata ganti “dia” (orang ketiga).
Jadi sudut pandang atau pusat pengisahan adalah tempat pencerita
dalam hubungannya denga cerita yang digunakan pengarang untuk melihat
suatu kejadian cerita secara utuh untuk memperoleh totalitas cerita.Sudut
pandang mewakili pengarang dalam menuturkan setiap kejadian yang ada
dalam cerita.
g. Amanat
Zulfahnur, dkk (1996: 26) berpendapat bahwa amanat dapat
diartikan sebagi pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai
kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.Pesan-
pesan moral yang mewakili pengarang sebagai bagian dari sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
masyarakat tertentu itulah yang menjadi sbeuah ruh dalam sebuah karya.
Sebuah karya tidak akan berarti jika tidak mengandung pesan-pesan
tersebut.
Amanat menurut Panuti Sudjiman (1988: 57) ialah ajaran moral
atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.Dalam amanat terdapat
dua jenis bentuk, yaitu implisit dan eksplisit.Sudjiman mengatakan bahwa
amanat implisit jika jalan keluar atau ajarean moral itu disiratkan dalam
tingkah laku tokoh yang menjelang akhir cerita.Sedangkan dikatakan
eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan
seruan, saran, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya.
Burhan Nurgiyantoro mengemukakan bahwa dalam sebuah novel
sering ditemukan adanya pesan yang tersembunyi, namun ada juga yang
disampaikan secara langsung dan terkesan ditonjolkan pengarang. Bentuk
penyampaian pesan moral yang ditonjolkan secara langsung identik
dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling atau
penjelasan expository (1995: 336).
Karya sastra adalah karya yang estetis yang memiliki fungsi untuk
menghibur, memberi kenikmatan emosional dan intelektual.Oleh
karenanya karya sastra harus memiliki kepaduan yang utuh pada semua
unsurnya. Pesan moral yang bersifat langsung oleh Burhan Nurgiyantoro
(1995: 337), dikatakan biasanya terasa dipaksakan dan kurang koheren
dengan unsur yang lain. Hal tersebut dapat mengurangi nilai karya sastra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yang bersangkutan. Hubungan langsung yang terjadi tersebut dijelaskan
dalam gambar berikut ini:
pengarang Amanat pembaca
(Andresser) (Message) (Andresse)
Gambar 1. Hubungan Langsung Pengarang dengan Karyanya
Gambar di atas menunjukkan bahwa pesan yang ingin disampaikan
pengarang tidak memiliki hubungan yang berkaitan dengan cerita sehingga
terkesan tidak melibatkan tokoh cerita dan alut penceritaannya. Pengarang
akan lebih bijak jika dalam menyampaikan pesannya mengikutsertakan
teks cerita , sehingga terjalin koherensi yang kuat dan padu. Hubungan
komunikasi langsung pengarang dan pembaca yang tidak mengabaikan
teks sastra tersebt dapat dilukiskan dalam gambar berikut ini:
Gambar 1.2 Hubungan Langsung Pengarang Dengan Karyanya Tanpa
Mengabaikan Teks
Bentuk penyampaian pesan secara tak langsung atau tersirat menurut
Burhan Nurgiyantoro (1995: 341), mengandung arti bahwa pengarang
Pengarang Pembaca Amanat
Amanat
Ditafsirkan
Oleh
h
Amanat
Teks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memberikan kebebasan seluas – luasnya untuk pembaca sehingga kurang ada
potensi pengarang untuk langsung menggurui pembaca, pengarang tidak
menganggap pembaca bodoh, demikian pula sebaliknya, pembaca pun tidak
mau dibodohi oleh pengarang.Dengan begitu, satu pihak pengarang berusaha
“Menyembunyikan” pesan dalam teks, dalam kepaduannya dengan totalitas
cerita, di lain pihak, pembaca berusaha menemukannya lewat teks cerita itu
sendiri.
Dilihat dari kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan pesan
dan pandangannya, menurut Burhan Nurgiyantoro (1995: 341). Cara
penyampaian pesan tak langsung ini mungkin kurang komunikatif, sebab
pembaca belum tentu mampu mengungkap apa yang sesungguhnya ingin
pengarang sampaikan, paling tidak dengan memilih penyampaian pesan tak
langsung ini, peluang terjadinya salah tafsir cukup besar.Namun, hal tersebut
dapat dimaklumi, bahkan merupakan hal yang esensial dalam karya sastra
yang notabene mengandung banyak penafsiran.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa amanat dalam karya
sastra merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang lewat karya
tersebut, dan amanat dibedakan menjadi dua, yaitu implisit dan eksplisit.
2. Pengertian Psikologi Sastra dan Metode Penelitian Psikologi Sastra
a. Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah model penelitian interdisiplin dengan
menetapkan karya sastra sebagai memiliki posisi lebih dominan (Nyoman
Kutha Ratna, 2004: 349). Pada dasarnya psikologi sastra memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perhatian pada pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan
tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya.Melalui pendekatan
psikologi sastra masyarakat dapat menikmati sebuah karya melalui
pemahaman terhadap tokoh-tokoh, misalnya adanya perubahan, kontradiksi,
dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat
khususnya yang berkaitan dengan psike atau kejiwaan.
Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan
relevansi dan peranan studi psikologis. Artinya, psikologi turut berperan
penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut
kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun
pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan
dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Jadi,
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi
sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan
“Psikologi Sastra”.
Rene Wellek dan Austin Warren (1989: 90) berpendapat bahwa istilah
psikologi sastra mempunyai empat pengertian.Yang pertama adalah studi
psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah
studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang
dierapkan pada karya sastra.Dan yang keempat mempelajari dampak sastra
pada pembaca (psikologi pembaca).Istilah psikologi pengarang artinya
kecerdasan sastrawan dalam menghasilkan karya sastra yang biasanya sering
melampaui batas kewajaran, melalui psikologi sastra keadaan psike
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pengarang dapat di deteksi. Selain itu studi psikologi yang berkaitan dengan
pengarang berhubungan dengan inspirasi, ilham, dan kekuatan-kekuatan
supranatural lainnya.
The term of “psychological literature” posses four possibilities. The
first is the study of author’s psychology as a type or as a personal.
The second is the study of creative process. The third is study of type
and psychological laws applied on literature. The fourth is to learn
the impacts of literature on reader (reader’s psychology) (1948: 90).
Berikutnya Schallenberg menyatakan According to Sigmund Freud,
psychological literature is all mental phenomena which are covered by the
unconscious nature of consciousness (1997: 18). Artinya menurut Sigmund
Freud psikologi sastra adalah semua gejala yang bersifat mental bersifat tak
sadar yang tertutup oleh alam kesadaran (Schellenberg, 1997: 18). Asas
psikologi merupakan alam bawah sadar, yang disadari secara samar-samar
oleh individu yang bersangkutan.Ketaksadaran justru merupakan bagian yang
paling besar dan paling aktif dalam diri setiap orang. Dalam hal ini Freud
juga menghubungkan karya sastra dengan mimpi.Sastra dan mimpi dianggap
memberikankepuasan secara tak langsung.
Daiches (1956: 340-357) states that psychology research on literature
is devided into three: first, psychological literature through authorship
analysis; second, psychological literature through the figures and
characteristics analysis; third, psychological literature in term of archetypal
image. Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa penelitian psikologi sastra
dibedakan menjadi tiga: pertama psikologi sastra melalui analisis dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kepengarangan, kedua psikologi sastra melalui analisis tokoh-tokoh dan
penokohan, ketiga psikologi sastra dalam kaitannya dengan citra arketipe.
Cara yang pertama disebut sebagai kritik ekspresif sebab melukiskan
pengarang sebagai subjek individual, khususnya antara sikap pengarang
dengan karya yang dihasilkan.Cara yang kedua disebut kritik objektif dengan
memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, sebagai perwujudan karakterologi
dan karakterisasi. Cara yang ketiga disebut sebagai kritik arkatipe sebab
analisis dipusatkan pada eksistensi ketaksadaran kolektif.
Ernest Hilgert (1957: 58) mengatakan Psychology may be defined is
the science that studies the behavior of man and other animal yang artinya
adalah psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dan hewan lainnya. Dalam hubungannya dengan psikologi sastra
ilmu psikologi mempelajari hubungan kejiwaan tokoh-tokoh dengan sikap
atau tingkah laku yang tercermin dalam karya sastra.Keberadaan sikap dan
kejiwaan pengarang dapat dideteksi melalui karya sastranya, sedangkan sikap
dan perilaku tokoh biasanya erat kaitannya dengan kehidupan pengarang.
Robert S. Woodworth dan Marquis (1984: 110) mengatakan
Psychology is the scientific studies of individual activities relation to the
inveronment artinya psikologi merupakan keilmuan yang mempelajari tentang
aktivitas in divide dalam hubungan dengan alam sekitarnya. Alam sekitar ini
meliputi kehidupan pengarang sebagai pencipta karya, karya sastra itu sendiri,
dan pembaca sebagai penikmat karya sastra.Segala aspek yang berhubungan
dengan psike dapat dianalisis melalui pendekatan psikologi sastra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
psikologi sastra ialah model penelitian interdisiplin dengan menetapkan karya
sastra sebagai memiliki posisi yang dominan yang memusatkan penelitian
pada aspek kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra.Aspek-aspek
kemanusiaan merupakan objek utama psikologi sastra.Unsur-unsur kejiwaan
tokoh fiksional dalam karya sastra dianalisis untuk mengetahui aspek
psikologis watak yang timbul dalam karya tersebut.
Menurut Semi (1993: 41), ada beberapa asumsi yang memunculkan
psikologi sastra antara lain, yaitu:
1. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar
(subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam
bentuk tertentu secara sadar (conscious) dalam bentuk penciptaan karya
sastra. Jadi proses terbentuknya karya sastra terjadi dari dua tahap, yaitu
pertama dalam bentuk meramu gagasan dalam situasi imajinatif dan
abstrak, kemudian dipindahkan ke dalam tahap kedua, yaitu penulisan
karya sastra yang sifatnya mengkonkretkan apa yang sebelumnya dalam
bentuk abstrak.
2. Mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh bentuk proses penciptaan dari
tingkat pertama, yang berada di alam bawah sadar, kepada tingkat kedua
yang berada dalam keadaan sadar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Di samping membahas proses penciptaan dan kedalaman segi perwatakan
tokoh, perlu pula mendapat perhatian dan penelitian, yaitu aspek makna,
pemikiran, dan falsafah yang terlihat di dalam karya sastra.
4. Karya yang bermutu, menurut pendekatan psikologis, adalah karya sastra
yang mampu menyajikan simbol-simbol, wawasan, perlambangan yang
bersifat universal yang mempunyai kaitan dengan mitologi, kepercayaan,
tradisi, moral, budaya, dan lain-lain.
5. Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis
adalah karya sastra yang mempu menggambarkan kekalutan dan
kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia itu adalah
perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri. Perilaku yang tampak
dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap orang belum sepenuhnya
menggambarkan diri mereka masing-masing. Apa yang diperlihatkan
belum tentu sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi di dalam dirinya
karena manusia sering kali menutupinya. Kejujuran, kecintaan,
kemunafikan, dan lain-lain berada di dalam batin masing-masing yang
kadang terlihat gejalanya dari luar dan kadang-kadang tidak.
6. Kebebasan individu penulis sangat dihargai, dan kebebasan mencipta juga
mendapat tempat yang istimewa. Dalam hal ini, sangat dihargai individu
yang senantiasa berusaha mengenal hakikat dirinya. Dalam upaya
mengenal dirinya pula sastrawan mencipta untuk mengkonkretkan apa
yang bergolak di dalam dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dari enam alasan tersebut secara jelas dapat dipahami bahwa
psikologi sastra layak dikembangkan.Kehadiran psikologi sastra
merupakan analisis produk kejiwaan.Melalui analisis ini diharapkan
sebuah karya sastra dapat dipahami secara mendalam melalui watak-watak
psikologis yang dialami tokoh dalam karya sastra tersebut.
Pada dasarnya penelitian psikologi sastra meliputi tiga hal, yaitu:
1. Psikologi Pengarang
Yang perlu dikaji dalam kaitannya dengan pengarang menurut Wright
(1991: 146) adalah mencermati sastra sebagai analog fantasi percobaan
sintom penulis tertentu.Setelah itu baru dapat dipahami seberapa jauh
fantasi bergulir dalam sastra. Dalam psikologi pengarang terdapat empat
lingkup dunia kepengarangan, yaitu:
a. Memori Psikologis Pengarang
Memori adalah salah satu persoalan yang dapat digunakan untuk
menciptakan sebuah karya sastra. Seorang sastrawan tidak akan lepas
dari fantasi kejiwaan, bahkan amat mungkin fantasi dalam diri
sastrawan semakin berlebihan. Sastrawan dianggapnya mengulangi
kembali atau mempertahankan hubungan dengan masa kanak-
kanaknya dan masa mudanya.Karya sastra dalam konteks ini
merupakan “rekaman ulang”.Reka ulang merupakan potret
jiwa.Pemutaran ulang kejiwaan tidak hanya timbul dari dirinya, tetapi
juga lingkungan. Kekayaan diri pengarang akan ditempa oleh kondisi
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Tipologi Psikis Pengarang
Keadaan psikis pengarang adalah suasana unik.Dikatakan oleh wellek
dan Warren (1989: 95-98) bahwa homo scriptor tidak terdiri satu tipe
saja. Pengarang adalah makhluk multijiwa, yang bisa bersuara apa
saja. Dalam hal ini sastrawan digolongkan ke dalam dua tipe
psikologis, yaitu (1) sastrawan yang “kesurupan” yang penuh emosi,
menulis dengan spontan dan yang meramal masa depan, dan (2)
sastrawan “pengrajin” yang penuh keterampilan, terlatih dan bekerja
dengan serius dan penuh tanggung jawab.
c. Psikobudaya Pengarang
Psikobudaya adalah kondisi pengarang yang tidak lepas dari aspek
budaya.Kejiwaan pengarang dituntun oleh kondisi budaya.Hampir
semua pengarang tidak lepas dariyang faktor budaya. Pengarang tidak
bisa lepas dari budaya, pribadi, dan moral yang mengitari jiwanya.
Oleh sebab itu, kreativitas pengarang sebenarnya merupakan “cetak
ulang” dari jiwanya. Dari faktor budaya karakter pribadi pengarang
akan terbentuk, misalnya pengarang yang hidup dalam lingkup budaya
keras, marginal, ketidakadilan tentu akan menghasilkan karya yang
keras juga. Budaya kota dan desa juga akan membentuk jiwa
pengarang.
d. Kepribadian Pengarang
Kepribadian adalah persoalan jiwa pengarang yang asasi. Pribadi
pengarang akan mempengaruhi ruh karya. Dikatakan oleh Danandjaja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
91994: 41) bahwa kepribadian seseorang ada yang normal dan
abnormal.Pribadi normal biasanya mengikuti irama yang lazim dalam
kehidupannya. Adapun abnormal, bila terjadi deviasi kepribadian.
Kedua wilayah tersebut sah dalam kehidupan pengarang.
2. Psikologi Tokoh
Tokoh adalah figur yang dikenai dan sekaligus mengenai tindakan
psikologis. Dia adalah “eksekutor” dalam sastra. Jutaan rasa akan hadir
melalui tokoh. Segala sesuatu yang dialami tokoh yakni, kecemasan,
kegelisahan moral akibat ia telah berbuat dosa dan salah sehingga perasaan
bersalah dan berdosa menghantui nuraninya. Tokoh yang menjadi
tumpuan penelitian psikologi sastra perlu diidentifikasi.Dalam analisisnya
pada umumnya yang menjadi tujuan adalah tokoh utama, sedangkan tokoh
kedua, kedua, ketiga, dan seterusnya kurang mendapat
penekanan.Seharusnya semua aspek psikologi tokoh dianalisis karena
semua tokoh memiliki watak sendiri-sendiri yang seringkali juga dijadikan
cerminan diri bagi pembaca.
3. Psikologi Pembaca
Psikologi pembaca atau disebut dengan resepsi pembaca
merupakan sebuah penerimaan. Penerimaan sastra oleh pembaca bisa
berbeda-beda tafsirnya. Perbedaan inilah yang menuntut kebebasan tafsir.
Tafsir yang beragam dan plural, akan memperkaya pesan. Tafsir
psikologis akan membangkitkan imajinasi yang berharga. Pembaca bebas
bermain imajinasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sastra merupakan sebuah dokumen, monument, dan tanda (struktur
indah). Ketiga hal ini dalam studi psikologi sastra harus dipegang teguh
agar fokus penelitian tidak meleset. Dengan demikian dapat dikatakan
fokus penelitian psikologi sastra adalah aspek kejiwaan. Kejiwaan itu
sangat luas, namun peneliti bisa memfokuskan pada satu atau lebih sisi
yang dominan saja (Fokkema dalam Suwardi Endraswara, 1998: 174).
b. Metode Penelitian Psikologi Sastra
Metode atau langkah kerja pada pendekatan psikologis menurut
Semi dalam Suwardi Endraswara (1993: 80-81). Langkah kerja yang akan
menuntun fokus penelitian psikologi sastra adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap keseluruhan karya
sastra, baik segi intrinsik maupun segi ekstrinsik. Namun, tekanan
diberikan kepada segi intrinsik. Dari segi intrinsik, yang ditekankan adalah
penokohan atau perwatakannya.
2. Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah mengenai
pengarang yang menyangkut masalah kejiwaannya, cita-cita, keinginan,
falsafah hidup, obsesi, dan lain-lain. Dalam hubungan ini diperlukan
melacak riwayat hidup pengarang dari kecil karena adanya anggapan
bahwa peristiwa dan kejiwaan pengalaman masa kecil akan mempengaruhi
kehidupan, tindakan, dan cara berpikir yang bersangkutan pada masa
dewasa. Dengan memahami segi kejiwaan pengarang, akan sangat
membantu dalam memahami perilaku dan perwatakan tokoh-tokoh cerita
yang ditulisnya. Apa yang dilukiskan pengarang merupakan tumpukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pengalaman kejiwaan pengarang. Dengan demikian , akan menjadi mudah
pula memahami segi-segi lain yang ada kaitannya dengan perilaku dan
perwatakan tokoh cerita.
3. Di samping menganalisis penokohan dan perwatakan , dilakukan analisis
yang lebih tajam tentang tema utama karya sastra.
4. Di dalam analisis perwatakan harus dicari nalar tentang perilaku tokoh.
Apakah perilaku tersebut dapat diterima apabila ditinjau secara psikologi.
Selain itu juga harus dijelaskan motif dan niat yang mendukung tindakan
tersebut.
5. Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian.
Dalam penelitian harus diketahui apa motif penciptaan. Apakah penciptaan
karya tersebut berdasarkan endapan pengalaman batin atau ada keinginan-
keinginan yang tidak terpenuhi, yang segera melepaskan kekecewaan itu
dengan menulis.
6. Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita, harus pula
mendapat penelitian, bahkan perlu dijelaskan perwatakan yang dihinggapi
gejala penyakit neurosis, psikosis, dan halusinasi. Dalam menganalisis
konflik harus dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri tokoh, atau
konflik dengan tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirinya.
Dari penjelasan di atas dapat disintemasikan bahwa fokus
penelitian psikologi sastra bisa pada teks yang terkait dengan perwatakan
tokoh, proses kreatif, dan pembaca.Masing-masing fokus memerlukan
penelitian yang serius. Tetapi yang utama bagi peneliti adalah menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
data kejiwaan apa saja yang ada dalam sastra atau yang
melingkupinya.Fokus juga lahir dari konsep bahwa sastra tidak lahir dari
bumi yang kering atau kosong.Sastra tidak bisa hadir dari kekosongan
jiwa. Jiwa yang rumit justru akan memungkinkan lahirnya sekian banyak
sastra.
3. Teori Psikologi Abraham Maslow
Penelitian psikologi sastra berawal dari teori Sigmund Freud
(1856-1939). Freud membedakan kepribadian menjadi tiga macam, yaitu
Id, Ego, dan Superego. Ketiga ranah psikologi ini menjadi dasar pijakan
penelitian psikologi sastra. Berbeda dengan teori Sigmund Freud tokoh
psikologi sastra berikutnya adalah Abraham Maslow yang dikenal sebagai
pelopor aliran psikologi humanistik. Menurut Maslow (1989: 201)
manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.
Teori yang disampaikan Abraham Maslow dikenal dengan
Hierarchy of Needs atau hirarki kebutuhan. Teori ini dilatar belakangi oleh
kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya sehingga member
pengaruh atas gagasan psikologisnya. Maslow menggunakan piramida
sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow (1989: 201), manusia termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/ fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
hirarki kebutuhan tersebut disampaikan Abraham Maslow (1989: 204)
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah terdapat kebutuhan yang bersifat
fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman, dan sebagainya)
yang ditandai oleh kekurangan sesuatu dalam tubuh orang yang
bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan kebutuhan dasar (besic needs)
yang jika tidak dipenuhi manusia yang bersangkutan bisa kehilangan
kendali atas perilakunya sendiri karena kapasitas manusia tersebut
dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan
keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa
diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas. Karena adanya kebutuhan
inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang,
mengembangkan kepercayaan, membuat sistem dan sebagainya. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka pandangan dunianya bisa terpengaruh
yang akhirnya akan menimbulkan perilaku yang cenderung negatif.
3. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi, maka akan
timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
needs). Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab,
bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap
orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Jika kebutuhan ini
tidak tersalurkan maka rasa kepercayaan diri seseorang tersebut akan
turun.
4. Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan harga diri atau disebut esteem needs terdiri dari dua
kebutuhan. Pertama adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan,
penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sedangkan yang
kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status,
ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari
orang lain. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka seseorang akan tampil
sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain, dan
selalu siap untuk berkembang terus, sehingga akhirnya dapat mencapai
kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri.
Kebutuhan harga diri terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan kekuatan,
penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan
kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri
bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup.
b. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others):
kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran,
dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal baik dan
dinilai baik oleh orang lain.
Kepuasan kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan dan sikap
percaya diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna serta penting
di dunia. Sebaliknya frustasi karena kebutuhan harga diri tidak terpuaskan
akan menimbulkan perasaan dan sikap interior, canggung, lemah, pasif,
tergantung, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup, dan rendah
diri dalam bergaul. Menurut Maslow, penghargaan dari orang lain
hendaknya diperoleh berdasarkan penghargaan diri kepada diri sendiri.
Orang seharusnya memperoleh penghargaan diri dari kemampuan dirinya
sendiri, bukan dari ketenaran eksternal yang tidak dapat dikontrolnya,
yang membuatnya tergantung kepada orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah
kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi
sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya memakai (secara
maksimal) seluruh bakat, kemampuan, dan potensinya. Aktualisasi diri
adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri self
fulfillment, untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa
saja yang ia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif serta bebas
mencapai puncak prestasi potensinya (Abraham Maslow, 1989: 206).
Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri menjadi manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang
lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
Kebutuhan ini merupakan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang
tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta
kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti
apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan,
mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
Dalam penelitian psikologi sastra dibutuhkan langkah-langkah atau
teknik untuk menganalisis sebuah karya sastra. Dalam teknik analisis
psikologi sastra didalamnya terkandung unsur-unsur yang dapat digunakan
sebagai pijakan untuk penelitian psikologi sastra, unsur-unsur tersebut
berupa:
1) Interpretasi psikologis
Interpretasi adalah proses membaca dan menjelaskan teks yang lebih
sistematis dan lengkap (Luxemburg, dkk, 1989: 25). Membaca dan
interpretasi tidak bisa lepas dari sebuah sistem. Sistem sastra akan masuk
dalam kedua kegiatan tersebut. Kelengkapan pada interpretasi bersifat relatif
karena karya sastra itu sendiri multitafsir. Namun, dalam kaitannya dengan
aspek psikologis, kiranya interpretasi psikologis menjadi wajib dalam
penelitian ini, yakni interpretasi mempertimbangkan unsur kejiwaan secara
total.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Interpretasi juga disebut dengan hermeneutik. Artinya, penafsiran
pada karya sastra secara mendalam. Interpretasi memerlukan indikator dan
data yang jelas. Dakta yang dimaksud disini adalah fakta psikologis. Fakta-
fakta ditafsirkan secara psikologis sehingga membentuk keutuhan makna.
Dengan begitu psikologi sastra dapat diartika sebagai suatu disiplin yang
menganggap bahwa sastra memuat unsur-unsur psikologis. Sementara itu,
Quthub Via Sangidu dalam Suwardi Endraswara (2007: 30) berpendapat
bahwa psikologi terhadap sastra merupakan suatu pendekatan yang
menggambarkan perasaan dan emosi pengarangnya. Untuk menganalisis
psikologi yang terdapat dalam karya sastra diperlukan pendekatan psikologi
sastra.
Berikutnya dalam penelitian psikologi sastra juga terdapat proses
kreatif yang berkaitan dengan wilayah penelitian dan penyelidikan
psikologi. Psikologi mengklasifikasikan pengarang berdasarkan tipe
psikologi dan fisiologinya. Selain itu dalam kaitannya dengan teks sastra ,
menurut Felman dalam Suwardi Endraswara (1988: 213-214) menyatakan
bahwa penafsiran psikologi sastra seharusnya berusaha tetap “menjelaskan”
dan “mengaktualisasikan” teks. Teks sebenarnya tidak berarti apa-apa
sebelum diinterpretasi kan. Teks menjadi bermakna ketika diinterpretasikan.
Wellek dan Warren dalam Suwardi Endraswara (1989: 106-107)
menyatakan tokoh-tokoh dalam drama dan novel dinilai apakah benar secara
psikologis. Karya sastra bukan merupakan studi psikologi atau eksposisi,
melainkan drama atau melon drama. Yang ditonjolkan dalam penelitian itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
berupa peristiwa-peristiwa yang mencolok, bukan motivasi psikologi yang
realistis.
2) Dekonstruksi Psikologis ala Holland dan Bloom
Penelitian psikologi sastra mendekonstruksi keadaan. Penelitian
psikologi sastra tidak hanya menonjolkan kajian structural saja melainkan
sudah menuju poststruktural. Dalam kaitannya dengan pengertian ini
Holland (Pradopo, 1991: 129) menyatakan manyajikan teori kesan: a)
pembaca anak, biasanya memperoleh kesan “identitas pertama dari ibunya”,
dan b) orang dewasa memiliki “identitas tema” dan dalam struktur psikis
stabil. Teori kesan a) berarti anak-anak sering sulit melepaskan karya yang
diceritakan ibunya. Paling tidak ketika anak pernah memperoleh dongeng
sebelum tidur di masa kecilnya. Berbeda dengan identitas orang dewasa,
tematik-tematik psikologis biasanya dapat dia raih.
3) Deskontruksi Psikologi ala Kristeva
Menurut Kristeva untuk mengungkap sisi kejiwaan sastra, unsur
semiotik (simbol) dan bahasa amat penting dicermati. Kristeva
memfokuskan pada aspek semiotik dan feminisme yang harus digarap.
Sedangkan Mitchell (1988: 425) menyatakan bahwa penelitian sastra dapat
merunut hubungan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Unsur
feminisme akan dapat membedakan antara pengarang laki-laki dan
perempuan, dan antara pembaca laki-laki dan perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dari deskontruksi di atas dapat disimpulkan bahwa dasar pijakan
penelitian psikologi sastra bersifat bebas (boleh membolak-balik sejauh
masih memiliki relevansi.
4. Pengertian Psikologi Kepribadian
a. Pengertian Kepribadian
Menurut Alwisol (2007: 1) teori psikologi kepribadian bersifat
deskriptif dalam wujud penggambaran organisasi tingkahlaku secara
sistematis dan mudah dipahami. Artinyatidak ada tingkah laku yang terjadi
begitu saja tanpa alasan, ada faktor-faktor anteseden, sebab-musabab,
pendorong, motivator, sasaran-tujuan, dan latar belakangnya. Faktor-faktor
itulah yang harus diletakkan dalam suatu kerangka saling berhubungan
yang bermakna, agar dapat terjamin mendapat tilikan yang cermat ketika
dilakukan pendeskripsian tingkahlaku.
Menurut Alwisol (2011: 2) kepribadian adalah bagian dari jiwa
yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak
terpecah-belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti
memahami aku, diri, self, atau memahami manusia seutuhnya. Hal
terpenting yang harus diketahui berkaitan dengan kepribadian adalah
bahwa pemahaman itu sangat dipengaruhi oleh paradigm yang dipakai
sebagai acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri.
Kepribadian adalah ranah kajian psikologi; pemahaman
tingkahlaku, pikiran, perasaan, kegiatan manusia, memakai sistematik,
metoda, dan rasional psikologik. Pemahan dengan memakai sistematik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
metoda, dan rasional disiplin ilmu yang lain, seperti ilmu ekonomi,
biologi, atau sejarah bukan teori psikologi kepribadian (Alwisol, 2011: 2).
Teori psikologi kepribadian mempelajari individu secara spesifik; siapa
dia, apa yang dimilikinya, dan apa yang dikerjakannya. Analisis terhadap
selain individu (misalnya kelompok, bangsa, binatang, atau mesin) berarti
memandang mereka sebagai individu, bukan sebaliknya.
b. Dasar Pemikiran Teori Kepribadian Abraham Maslow
Teori kepribadian Abraham Maslow disebut dengan humanism,
artinya pandangan ini berpendapat bahwa manusia di dalam dirinya
memiliki potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau
menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari
potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah,
dan tekanan sosial lainnya. Pandangan humanism dalam kepribadian
menekankan hal-hal berikut :
1. Holisme
Holisme adalah anggapan bahwa organisme selalu bertingkah laku
sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen
yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian
dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi
bagian lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting
adalah:
a. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan
koherensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Organism dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya,
tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.
c. Organism memiliki satu drive yang berkuasa, yakni aktualisasi diri.
Orang berjuang tanpa henti untuk merealisasi potensi inheren yang
dimilikinya pada ranah manapun yang terbuka baginya.
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat
minimal. Potensi organism, jika bisa terkuak di lingkungan yang
tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna
daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai
fungsi psikologis yang di solir.
2. Menolak Riset Binatang
Psikologi humanistik menekankan perbedaan antara tingkah laku
manusia dengan tingkah laku binatang. Riset binatang memandang
manusia sebagai mesin dan mata ranta reflex-kondisioning, mengabaikan
karakteristik manusia yang unik seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta,
homor, cemburu, dosa, serta puisi, musik, ilmu, dan hasil kerja berpikir
lainnya.
3. Manusia Pada Dasarnya Baik, Bukan Setan
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki struktur psikologik
yang analog dengan struktur fisik: mereka memiliki” kebutuhan,
kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya geneti” ( Alwisol,
2011: 200). Beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lainnya menjadi ciri unik individual. Kebutuhan, kemampuan, dan
kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik bukan setan.
4. Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan cirri universal manusia sejak dilahirkan
(Alwisol, 2011: 201). Kreativitas adalah potensi semua orang yang tidak
memerlukan bakat dan kemampuan yang khusus. Tetapi sayangnya
umumnya orang justru kehilangan bakat ini karena proses pembudayaan.
5. Menekankan Kesehatan Psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan perhatiannya kepada manusia
sehat, kreatif, dan mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya
memusatkan analisis kepada tema pokok kehidupan manusia, yakni
aktualisasi diri. Psikopatologi umumnya hasil penolakan, frustasi, atau
penyimpangan dari hakikat alami seseorang.
c. Batasan Kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani
kuno prosopon atau persona, yang artinya “topeng”. Para artis bertingkah
laku sebagaimana ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng
bisa mewakili kepribadiannya. Ada beberapa kata atau istilah yang biasa
digunakan sebagai sinonim kata personality, namun sebenarnya dari
istilah-istilah berikut memiliki makna yang berbeda. Istilah yang
berdekatan maknanya itu disampaikan oleh Alwisol (2011: 7) antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1. Personality (kepribadian): penggambaran tingkah laku secara
deskriptif tanpa member nilai
2. Character (karakter): penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk yang disampaikan
secara eksplisit maupun implisist.
3. Disposition (watak): karakter yang telah lama dimiliki dan sampai
sekarang belum berubah.
4. Tempramen (temperamen): kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
5. Traits (sifat): respon yang senada terhadap sekelompok stimuli
yang mirip yang berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama.
6. Type-attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok
stimuli yang lebih terbatas.
7. Habit (kebiasaan) respon yang sama cenderung berulang untuk
stimulus yang sama pula.
Sampai saat ini belum ada batasan formal tentang personality yang
mendapat pengakuan atau kesepakatan dari para ahli. Variasai
merangkum definisi bukan sekedar variasi cara merangkum pengertian.
Masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri
sesuai dengan paradigm yang mereka yakini. Berikut beberapa contoh
definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan
menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard dan Marquis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan,
individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan
dan membuka diri, kemampuan memeperoleh pengalaman
3. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik
seseorang yang menentukan model penyesuaiannya dengan
lingkungannya (Allport)
4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang
(Guilford)
5. Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum
yang mengakibatkan pola menetap dalam merespon suatu situasi
6. Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan
yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku
psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam
waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara
sederhanasebagai hasil dari tekanan social dan tekanan biologic saat
itu (Maddy)
7. Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh yang
sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam
pengubahan kegiatan fungsional. (Murrai)
8. Kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku
yang membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah
lintas waktu dan situasi. (Phares)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah:
1. Kepribadian menunjuk kepada sifat umum seseorang, pikiran,
kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh secara sistematik terhadap
keseluruhan tingkah lakunya.
2. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan
sifat individu yang membedakan dia dengan orang lain
3. Kepribadian berjangka lama: kepribadian dipakai untuk
menggambarkan sifat individu yang awet, tidak mudah berubah
sepanjang hayat.
4. Kepribadian bersifat kesatuan: kepribadian dipakai untu memandang
diri sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik
yang membentuk kesatuan dan konsisten.
5. Kepribadian bisa berfungsi baik atau berfungsi buruk: kepribadian
adalah cara bagaimana orang berada di dunia.
5. Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra
a. Hakikat Nilai
Nilai ialah gagasan yang berpegang pada suatu kelompok individu
dan menandakan pilihan di dalam situasi. Nilai selalu dikaitkan dengan
kebaikan, kemaslahatan, dan keluhuran.Nilai merupakan suatu yang amat
dihargai dan dijunjung tinggi oleh manusia.Dengan nilai manusia dapat
merasakan kepuasan baik lahir maupun batin (Darsono Wisadinara, 2004:
31).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai
hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara, yaitu;
1. Subjektivitas, yaitu nilai sepenuhnya berhakikat subyektif. Ditinjau
dari sudut pandang ini nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia
sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman.
2. Objektivisme logis yaitu, nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi
ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai
tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
3. Objektivisme metafisik yaitu, nilai merupakan unsur obyektif yang
menyusun kenyataan.
Situasi nilai di atas meliputi empat hal, yaitu pertama segi
pragmatis yang merupakan suatu subjek yang memberi nilai.Kedua, segi
semantik yang merupakan suatu objek yang diberi nilai.Ketiga, suatu
perbuatan penilaian.Keempat, nilai ditambah perbuatan penilaian.
Nilai menjadi ukuran dalam menentukan kebenaran dan keadilan,
kebaikan dan keburukan, layak dan tidak layak sehingga tidak akan
pernah lepas dari sumber asalnya yaitu berupa ajaran agama, logika, dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini disampaikan oleh
Wina Wijaya (2008: 274), yaitu: “Nilai adalah suatu konsep yang berada
dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam
dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang
tentang baik buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan
tidak adil, dan lain sebagainya.Pandangan seseorang tentang semua itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tidak bisa diraba, kita hanya mungkin mengetahuinya dari perilaku yang
bersangkutan”.
Lebih lanjut Wina Sanjaya (2008: 276) juga mengatakan bahwa
pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta
didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berperilaku sesuai
dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Golo
(dalam Wina Wijaya, 2008: 276) menyimpulkan tentang pandangan nilai
sebagaimana berikut: 1) nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari
penampilannya; 2) pengembangan dominan afektif pada nilai tidak bisa
dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotor; 3) masalah nilai adalah
masalah emosional oleh karena itu keberadaannya dapat berubah,
berkembang sehingga dapat dibina; 4) perkembangan nilai atau moral
tidak terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap tertentu.
Nilai merupakan fenomena psikis manusia yang menganggap
sesuatu hal bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya. Seseorang
sering merelakan dirinya terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena
tersebut.Ada beberapa jenis nilai misalnya nilai moral, nilai relegius, nilai
ekonomi, nilai keindahan, nilai psikologis, dan sebagainya (Herman J.
Waluyo, 2007: 98).
The Liang Gie (1979; 168) berpendapat bahwa nilai secara
manusiawi dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu: 1) nilai
relegius, 2) nilai etis, 3) nilai intelektual, 4) nilai estetis. Nilai relegius
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
adalah suatu jenis nilai manusiawi dalam kehidupan manusia yang
menjelma sebagai pemujaan yaitu tindakan manusia yang memiliki suatu
kepercayaan menyambah Tuhan, pengakuan, yaitu perasaan bahwa diri
telah di sahkan secara resmi masuk dalam suatu masyarakat relegius,
persaudaraan, yaitu perasaan yang diperoleh dari pergaulan dengan suatu
kelompok keagamaan, kepastian, yaitu keyakinan bahwa dibalik dunia
fana ini ada Tuhan, harapan, yaitu perasaan optimis bahwa dunia akhirat
adalah dunia yang kekal.
Nilai relegius sifatnya mutlak untuk setiap saat dan keadaan.Semua
manusia yang beragama yakin dan percaya, karena ajaran agama
merupakan petunjuk yang nyata bagi umat.Bagi manusia yang meyakini
adanya Tuhan, nilai dijadikan dasar pijakan utama dalam mencapai tujuan
hidupnya.Hal ini sifatnya universal bagi semua ajaran agama yang ada.
Nilai etis adalah nilai mengenai tingkah laku manusia.Nilai tersebut
mempunyai hubungan dalam tingkah laku manusia, misalnya kearifan,
keberanian, keadilan, kesetiaan, dan kesederhanaan.Sedangkan nilai
intelektual mencakup nilai-nilai dari pengetahuan dan pencarian
kebenaran seperti kebenaran ilmiah atau kebenaran logis.Hal ini
dilakukan melalui penyalidikan dan pembuktian.
Nilai estetis adalah nilai manusiawi yang tersusun dalam sejumlah
nilai yang dalam estetika disebut sebagai kategori estetis, yaitu kategori
yang agung dan elok, yang kosmis dan tragis, yang indah dan kurang
indah. Nilai ini diberikan manusia untuk memberikan penghargaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
penilaian terhadap tingkah laku manusia lain. Manusia yang dianggap
memenuhi aturan yang berlaku di masyarakat dianggap pantas
mendapatkan nilai baik, begitu sebaliknya manusia yang melanggar
aturan di masyarakat dianggap memiliki citra buruk.
Selain nilai-nilai manusiawi, masih ada jenis lain yang digolongkan
sebagai nilai-nilai, yakni:
1. Nilai pendidikan, yakni nilai yang melekat pada hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan.
2. Nilai sosial, yaitu nilai yang mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti
kasih saying, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan.
3. Nilai politik, yaitu bila tujuan proses penilaiannya berdasarkan kekuasaan
agar orang tunduk kepada otoritas pemegang kekuasaan.
4. Nilai ekonomi, yaitu mencakup semua benda yang dapat dibeli dan
nilainya ditentukan oleh pasar.
5. Nilai biologis, yaitu nilai sesuatu yang membuat tercapainya kesehatan,
efisiensi, dan keindahan dari kehidupan jasmani seperti kesenangan,
kesehatan, dan kekuatan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, sulit dirumuskan, memiliki
kriteria yang beragam, dan dijunjung tinggi keberadannya oleh setiap
individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b. Hakikat Pendidikan
Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan
hekikat kemanusiaannya.Maksudnya pendidikan harus dapat mewujudkan
manusia seutuhnya.Dengan adanya pendidikan diharapkan manusia mampu
menyadari potensi yang dimiliki sebagai makhluk yang berpikir.(Soedono,
2003: 18) menjelaskan pengertian pendidikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik dalam uasaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan yang dilakukan.
Pendapat berbeda disampaikan oleh H. A. Tilaar (2002: 28)
pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta
didik yang memasyarakat dan membudaya, dalam tata kehidupan yang
berdimensi lokal, nasional, serta global. Menurut Marimba (1989: 19)
seorang pakar filsafat pendidikan merumuskan bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau tuturan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani, rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama.
Menurut Suparlan Suhartono pengertian pendidikan dibedakan
menjadi dua sudut pandang.Menurut sudut pandang yang luas, pendidikan
adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat
belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang
telah diketahui itu.Sedangkan menurut sudut pandang sempit pendidikan
merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara
teratur dan terarah di lembaga sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem
persekolahan (2008: 43 dan 46).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Bab I ketentuan umum pasal (dalam Soedomo Hadi,
2003: 108) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Pendidikan menurut Philip H. Coombs (1985: 20) adalah popular
education is equated with schooling is commonly known as formal education,
moving and mining levels up to elementary school and collage level last.
Dalam kutipan itu dikatakan bahwa pendidikan secara popular disamakan
dengan persekolahan (schooling) yang lazim dikenal dengan pendidikan
formal, yang bergerak ditingkat pertama sekolah dasar hingga mencapai
tingkat terakhir dan perguruan tinggi. Pendidikan dalam arti luas disamakan
dengan belajar yakni proses yang dilakukan oleh semua manusia tanpa
memperhatikan dimana atau pada usia berapa proses belajar itu terjadi.
Pendidikan sebagai proses belajar sepanjang hayat (life long process).
Menurut George f. Kneller dalam bukunya yang berjudul:
Foundations of Education (1967: 63) menyatakan sebagaimana berikut ini;
Education can be viewed in a broad sense and in a technical sense, or in
terms of outcomes and in terms process. In the broad meaning of
education refers to any act or experience that has the effect associated
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
with the growth or development of the soul (mind), character, or physical
ability (physical ability) individuals.
Dalam kutipan di atas dijelaskan bahwa pendidikan dapat dipandang
dalam arti luas dan dalam arti teknis atau dengan kata lain dalam arti proses
dan hasil. Dalam artian yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan
atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan
pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik
individu.Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup).
Pendapat lain tentang pendidikan disampaikan oleh Carter V. Good
dalam Dictionary of Education (1945: 145) yang menyatakan study were: (1)
the overall process by wich a person develops abilities, attitudes, and other
forms of other behavior that is positive in the community where he lives, (2)
social process in wich people are exposed to influence the choice and control.
Menurut Carter pendidikan adalah : (1) keseluruhan proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
yang bernilai positif dalam masyarakat dimana dia hidup; (2) proses sosial
dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
sosial dan kemampuan individu yang optimal.Pada intinya pendidikan
merupakan sebuah perkembangan pengalaman atau tingkah laku manusia
untuk menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
John Dewey dalam bukunya Democracy and education (1950: 89-90)
menyatakan bahwa education as a fundamental skill formation process of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
intellectual and emotional human beings. Dalam kutipan itu dinyatakan
bahwa pendidikan dipandang sebagai proses pembentukan kecakapan
fundamental dan emosional manusia. Istilah kecakapan yang dihasilkan
setelah proses pendidikan tidak hanya berupa kecakapan intelektual atau IQ
saja melainkan juga yang utama adalah kecakapan emosional atau disebut
kecakapan EQ.
Rickey dalam bukunya yang berjudul Planning for Teaching an
Introduction to Education (1994: 123) menyatakan sebagaimana dibawah ini:
Education is broader process than the process that goes on school.
Education is an essential social activity that allows the complex, modern,
educational function is undergoing a process of special ization and
instutions with formal education, which remains associated with the
educational process information outside school.
Dalam pendapat tersebut dijelaskan bahwa hakikat pendidikan adalah
suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam
sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang
memungkinkan masyarakat yang kompleks, moderen, fungsi pendidikan ini
mengalami proses spesialisasi dan lembaga dengan pendidikan formal yang
tetap berhubungan dengan proses pendidikan informasi di luar sekolah.
Dari berbagai pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk menumbuhkembangkan
potensi yang ada dalam diri setiap individu manusia itu sendiri. Sedangkan
dalam proses pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
serta untuk memperoleh pendidikan diperlukan ahli yang dapat membimbing
peserta didiknya sesuai kebutuhan pendidikannya.
c. Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra Novel
Karya sastra yang baik harus memiliki beberapa nilai, yaitu nilai
estetika, nilai moral, nilai konsepsional, nilai sosial budaya, dan lain-lain
yang pada dasarnya bermuatan positif yang perlu ditanamkan pada generasi
muda. Dalam karya Mudji Sutisno (1997: 63) menyatakan bahwa nilai-nilai
dalam sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema besar mengenai
siapa manusia, keberadaannya, dan bagaimana proses pendidikannya. Semua
ini dipergunakan dalam refleksi konkret fenomenal berdasarkan fenomena
eksistensi manusia, direfleksikan sebagai rentangan perjalanan bereksistensi
di masyarakat sampai kepulangannya ke pangkuan Yang Maha Esa.
Herman J. Waluyo (1992: 28) berpendapat bahwa makna nilai dalam
sastra adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra seseorang.Hal ini
berarti bahwa dalam karya sastra pada dasarnya selalu mangandung nilai-nilai
kehidupan yang bermanfaat untuk pembaca. Muatan-muatan nilai yang
tersirat dalam karya sastra pada umumnya adalah nilai relegius, nilai moral,
nilai sosial, dan nilai estetika atau keindahan.
Berikutnya diungkapkan bahwa nilai pendidikan dalam karya sastra
memang banyak diharapkan dapat member solusi atas sebagian masalah
dalam kehidupan bermasyarakat. Sastra merupakan alat penting bagi pemikir-
pemikir untuk mengerakkan pembaca pada kenyataan dan menolongnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mengambil suatu keputusan apabila Ia menhhadapi masalah (Atar Semi,
1993: 20).
Kaswadi (1993: 148-149) mengemukakan ada tiga fungsi karya
sastra dalam kaitannya dengan penerangan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai tersebut antara lain: 1) karya sastra berfungsi untuk
mempertegas nilai-nilai umum yang dianut masyarakat pada zamannya, 2)
karya sastra yang berfungsi untuk memberdayakan nilai-nilai, 3) karya sastra
mempersoalkan atau mengguagat nilai-nilai yang berlaku.
Menurut Suyitno (1986: 3) menyatakan bahwa berbicara mengenai
nilai pendidikan atau nilai didik dalam karya sastra, maka tidak akan terlepas
dari karya satra itu sendiri. Karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan yang
mengambil bahan dari segala permasalahan dalam kehidupan dapat
memberikanpengetahuan yang tidak dimiliki oleh pengetahuan yang lain. Hal
ini merupakan salah satu kelebihan karya sastra. Kelebihan lain ialah bahwa
karya sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara
berpikir mengenai hidup, baik dan buruk, benar dan salah, dan mengenai cara
hidupnya sendiri dan bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan
mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra
terutama novel di dalamnya pasti memiliki unsur-unsur nilai pendidikan yang
bermanfaat bagi pendidikan batin pembacanya atau penikmatnya.Secara
umum nilai yang terkandung dalam karya sastra adalah nilai relegius, nilai
moral, nilai estetis, dan nilai sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
1) Nilai relegius (keagamaan)
Nilai relegius merupakan sudut pandang yang mengikat hubungan
manusia dengan Penciptanya.Agama merupakan pegangan hidup
manusia.Unsur pokok yang ada dalam agama meliputi akidah atau
keyakinan, ibadah, dan akhlak atau tingkah laku.Akidah merupakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan.Ibadah barkaitan
dengan perilaku dan perbuatan manusia yang dipersembahkan kepada
Tuhan sebagai bentuk ucapan terima kasihnya.Akhlak berkaitan dengan
moral manusia di dunia, termasuk perilaku dan sikap manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran unsur relegius dalam sastra adalah suatu keberadaan
sastra itu sendiri, bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat relegius
(Burhan Nrgiyantoro, 2007: 326).Lebih lanjut beliyau menjelaskan bahwa
agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan
dengan hukum-hukum yang resmi.
Koentjaraningrat (1985: 145) menyatakan bahwa semakin seseorang
taat menjalankan syariat agama, maka semakin tinggi pula tingkat
kerelegiusannya.Tirot Suwondo (1994: 145) menjelaskan bahwa relegius
adalah keterkaitan antara manusia dengan Tuhan sebagai sumber
ketentraman dan kebahagiaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai relegius
atau keagamaan merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada
manusia yang berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
terhadap adanya Tuhan yang mencipta bumi dan segala isinya.Keyakinan
ini muncul berdasarkan atas kesadaran masing-masing individu dan tidak
bisa dipaksakan. Manusia yang memiliki nilai relegius biasanya hidupnya
akan terlihat teratur dan terkontrol, karena dalam setiap tindakan dan
sikapnya selalu dikendalikan oleh aturan-aturan agama yang dianutnya.
2) Nilai Moral (etika)
Secara etimologis asal kata moral berasal dari kata “mos” atau
“mores” yang berarti tata cara, adat istiadat, kebiasaan, atau tingkah laku
(Soedarsono, 1985: 23). Nilai moral dalam karya sastra biasanya
bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan
budi pekerti.
Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai
yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan
bermasyarakat.Moral menciptakan perbuatan manusia yang dipandang
dari nilai baik dan buruk, benar dan salah, serta berdasarkan adat
kebiasaan dimana individu itu berada.Pengambangan nilai moral sangat
penting supaya manusia memahami, menghayati etika ketika berinteraksi
dan berkomunikasi dengan masyarakat. Pemahaman dan penghayatan
terhadap nilai-nilai etika mampu menempatkan manusia sesuai
kapasitasnya, dengan demikian akan berwujud perasaan saling hormat-
menghormati, saying-menyayangi, dan tercipta suasana yang harmonis.
Karya sastra senantiasa menawarkan nilai moral yang berhubungan
dengan sifat-sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
manusia (Burhan Nurgiyantoro, 2007: 232). Sifat-sifat luhur luhur
kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat universal.Artinya, sifat-
sifat itu dimiliki dan diyakini oleh manusia.
Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan
pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam
kehidupan serta pelindung bagi masyarakat itu sendiri.Moral dihasilkan
dari perilaku intelektual, emosi, atau hasil berpikir intuitif setiap individu
yang pada akhirnya merupakan aturan dalam kehidupan untuk bisa
menghargai dan membedakan antara yang benar dan yang salah.
Secara umum moral merujuk pada pengertian baik dan buruk yang
diterima secara umum mengenai perbuatan dan kelakuan, akhlak, dan
kewajiban. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
moral adalah suatu tingkah laku atau perbuatan manusia yang akhirnya
akan menimbulkan penilaian baik dan buruk dari manusia yang lain.
Penilaian tersebut didasarkan atas kebiasaan, tatanan yang dibuat oleh
masyarakat sekitar, dan hukum-hukum yang sudah ditentukan.
3) Nilai Sosial
Hampir semua novel sejak awal pertumbuhannya sampai sekarang
memiliki unsur nilai sosial (Burhan Nurgiyantoro, 2007: 330).Wujud
kehidupan sosial yang dikritik dapat bermacam-macam seluas kehidupan
sosial itu sendiri.Dengan membaca karya sastra dapat dikaji masalah
moral, budi pekerti, agama, dan tatanan masyarakat.Di samping itu, kita
tidak dapat menutup mata bahwa sastra menjanjikan kehidupan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kehidupan sebagian besar terdiri atas kehidupan sosial (Aminuddin, 1987:
67).
Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang
dapat direnungkan dengan karya sastra dan ekspresinya. Pada akhirnya
dapat dijadikan cermin atau sikap para pembacanya (Suyitno, 1986: 31).
Karya sastra novel didalamnya memiliki nilai sosial yang tersirat yang
hendak disampaikan kepada pembaca. Nilai sosial yang terdapat dalam
karya tersebut diambil berdasarkan cerita yang terjadi dalam kehidupan
nyata.
Kata “sosial” berasal dari bahasa Latin sosio yang berarti
“menjadikan teman”.Kata sosio juga berarti suatu petunjuk umum kea rah
kehidupan bersama manusia dalam masyarakat (Suparlan, 1994: 128).Jadi
arti kata sosial adalah sebuah usaha manusia untuk menjalin hubungan
kemasyarakatan dengan lingkungan sekitarnya.
M. Zaini Hasan dan Salladin (1996: 83) menyatakan nilai sosial
adalah aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh kelompok untuk
memperoleh makna atau penghargaan yang tinggi. Pendapat lain
dikatakan oleh Suyitno 91986: 31) bahwa tata nilai sosial tertentu akan
mengungkapkan sesuatu hal yang dapat direnungkan. Dalam karya sastra
dengan ekspresinya, pengungkapan nilai sosial berpadu dengan tata
kehidupan sosial yang sebenarnya.Pada akhirnya dapat dijadikan cermin
atau sikap para pembaca dengan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat
positif ataupun negatif.Segi positif harus ditonjolkan sebagai hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
patut ditiru atau diteladani.Hal ini dimaksudkan agar bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk dari tatanan kehidupan sosial yang
sebenarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia selain sebagai
makhluk individu juga sebagai makhluk sosial, karena ia tidak dapat lepas
dalam hubungannya dengan manusia lain. Pengungkapan nilai sosial
berpadu dengan tata kehidupan sosial. Nilai pendidikan sosial akan
menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok
dalam ikatan kekeluargaan, menjalin hubungan baik antar individu satu
dengan lainnya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai sosial
adalah suatu penghargaan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
masyarakat tempat dimana dia tinggal.Nilai sosial dapat berupa nilai
positif dan juga nilai negatif.
4) Nilai Estetis
Dedy Sugono (2003: 61) menyatakan keestetikaan dalam karya
sastra dapat ditengarai sebagai berikut:
a. Karya sastra itu mampu menghidupkan atau memperbarui
pengetahuan pembaca, menuntunnya melihat berbagai kenyataan
kehidupan, dan memberikan orientasi baru terhadap hal yang dimiliki
b. Karya itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca untuk berpikir,
berbuat lebih banyak, dan berkarya lebih baik bagi penyempurnaan
kehidupan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
c. Karya itu mampu memperlihatkan peristiwa kebudayaan, sosial,
keagamaan, yang berkaitan dengan peristiwa masa kini dan masa
depan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang studi sastra telah banyak dilakukan. Berikut ini
beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis:
1. Kajian yang berhubungan dengan analisis psikologi sastra telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Agus Suhanto (2009)
dalam tesis yang berjudul Analisis Psikologi Sastra dalam Roman
Larasati Karya Pramoedya Ananta Teor. Dari hasil penelitian itu
dapat dimpulkan bahwa konflik kebatinan pelaku atau tokoh sarat
menyertai kehidupan tokoh dalam novel tersebut. Tokoh dalam novel
itu mngalami konflik kejiwaan antara dia harus membantu Belanda
atau memperjuangkan rakyatnya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Litrev (2010) yang berjudu Writing a
Psychological Literature Review. Simpulan dari penelitian tersebut
adalah bahwa ada dua pendekatan utama untuk kajian literature dalam
psikologi. Pendekatan yang pertama adalah dengan memilih area
penelitian, membaca semua studi yang relevan, dan mengaturnya
dalam cara yang berarti. Pendekatan kedua adalah dengan memilih
tema yang mengatur titik yang akan dibuat, kemudian pilih yang sesuai
dengan studi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. 3L: The Southeast Asian Journal of English Language Studies – Vol
17(1) 2011
Saving the Savior: A Deconstruction of the Novel Viajero by F. Sionil
Jose oleh Dennis H. Pulido.
Dalam jurnal ini dibahas tentang identifikasi struktur novel,
identifikasi bagian-bagian novel yang menunjukkan hubungan yang
tidak stabil. Penelitian tersebut pada hasil akhirnya digunakan untuk
meningkatkan kemampuan membaca kritis.
4. American Journal of Psychology
Vol. 86, No. 4 (Jan., 2003), pp. 640-664
American Character and the American Novel: An Expansion of
Reflection Theory in the psychology of Literature oleh Wendy
Griswold
Dalam jurnal ini penulis mencoba untuk menentukan
bagaimana sastra dianalisis melalui pendekatan psikologi sastra yang
dipusatkan pada penelitian watak pelaku/tokoh. Dari hasil penelitian
tersebut ditemukan adanya konsep Oedipus complex yang meliputi,
cerminan rasa bersalah, menghukum diri, kepedihan, dan gangguan
halusinasi yang menjadi tekanan psikologi pelaku dalam novel Sons
and Lovers karya D.H.Lawrence.
5. Penelitian psikologi yang dilakukan oleh Ami E. Taylor dalam
penelitiannya yang berjudul Body and Technology: Refreming the
Humanistic Critique (kritik psikologi humasnistik terhadap teknologi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Simpulan dari penelitian tersebut adalah tokoh psikologi humanistik
mengkritik teknologi
Bertolak dari penelitian yang dilakukan beberapa peneliti
sebelumnya, penelitian ini memfokuskan kajian tentang analisis psikologi
sastra dan nilai pendidikan dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad
Fuadi.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori bahwa novel
merupakan salah satu media untuk mengungkapkan pikiran dan imajinasi
pengarang. Seorang pengarang dapat menggunakan novel sabagai media
dalam mengungkapkan perasaan dan emosi pengarang yang disampaikan
melalui tuturan tokoh atau berwujud gejolak jiwa tokoh dalam karya
sastra.Sesuai dengan kajian teori tentang psikologi sastra dalam novel
yang digunakan untuk menjelaskan psikologi watak tokoh dan nilai – nilai
pendidikan dapat dibuat suatu kerangka berpikir seperti dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 1.3 Kerangka Berpikir
Novel Ranah 3
Warna
Nilai – nilai pendidikan
Keagamaan, moral,
sosial, dan budaya
Psikologi watak
1. Jujur
2. Penyayang
3. Ramah, dsb
Analisis struktur tema,
Tokoh/penokohan,
alur, setting, sudut
pandang, dan amanat
Novel yang memiliki nilai
literal tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai dengan Maret
012. Tempat penelitian dilaksanakan di UPT Perpustakaan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, perpustakaan IKIP PGRI Bojonegoro, dan
Perpustakaan Pascasarjana UNS. Kegiatan analisis tidak harus dilakukan di
dua tempat tersebut, karena proses analisis yang dilakukan dapat di lakukan
luar tempat yang bersangkutan. Secara terperinci jadwal penelitian dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel I. Waktu Pelaksanaan Penelitian.
Bulan ke
Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
penelitian
a. Persetujuan
judul x
b. Penyusunan
proposal x x x
c. Mengurus perijinan x
2. Pelaksanaan penlitian
a. Pengumpulan
data x x x
b. Analisa data x x x
c. validitas data x X x
3. Penyelesaian
penelitian
a. Penyusunan
penelitian x x x x x x x x
b. Pelaksanaan ujian x
c. Revisi x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
B. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Kajian
sastra dengan pendekatan psikologi sastra termasuk penelitian kualitatif. Data dari
penelitian ini berupa data teks novel Ranah 3 Warna, yaitu paparan bahasa dari
pernyataan tokoh yang berupa dialog dan monolog, serta narasi yang ada dalam
novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Instrumen penelitian ini adalah
penelitian sendiri, karena data diperoleh dari dokumen yang berupa data verbal
atau tulisan.
Kedudukan penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil
penelitiannya. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pembaca aktif, terus
menerus membaca, mengamati, dan mengidentifikasi satuan-satuan tutur yang
sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian menafsirkan dan menganalisis data
penelitian, digunakan instrumen pembantu berupa panduan kodifikasi data.
Menurut Tailor ( dalam Lexi J Moleong, 1998: 3), metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurutnya
pendekatan kualitatif diarahkan pada latar individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.
Berdasrkan uraian di atas kajian novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi
dengan pendekatan psikologi sastra dalam penelitian kualitatif disini berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mengkaji unsur psikologi dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.
Sumber data penelitian ini adalah novel Ranah 3 Warna tersebut, mencari aspek-
aspek psikologi watak tokoh dan nilai-nilai pendidikan dalam novel berdasarkan
kajian teori yang telah diuraikan pada bab II.
C. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah novel Ranah 3 warna
karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama tahun
2011. Selanjutnya penelitian dilakukan dengan menelaah dokumen novel Ranah 3
Warna. Catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian diskripsi dan
bagian refleksi. Bagian diskripsi merupakan usaha untuk merumuskan objek yang
sedang diteliti, sedangkan bagian refleksi merupakan renungan pada saat
penelaahan. Catatan lapangan yang dibuat antara lain : struktur novel (tema,
setting dan penokohan) serta analisis psikologi tokoh yang terdapat dalam novel
Ranah 3 Warna tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian membantu peneliti dalam menentukan urutan kerja dalam
bagaimana penalitian dilakukan. sedangkan tekhnik adalah alat-alat pengukur apa
yang diperlukan dalam melakukan suatu penelitian (Nazir, 1985). Teknik
pengumpulan data bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan cara
kerja dalam menganalisis dan bagaimana penelitian dilakukan sehingga dalam
penelitian ini menggunakan studi pustaka. Data penelitian dikumpulkan
menggunakan metode dokumentasi dan metode telaah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah:
1. Metode Dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah suatu cara atau sistem
pemberian/pengumpulan, pamilihan, pengolahan, dan penyampaian informasi
berdasarkan keterangan-keterangan atau kutipan/referensi lain yang dapat
disajikan terhadap berbagai hal didalam penelitian dan pengkajian data
selanjutnya. Melalui metode ini data-data yang termuat dalam novel
dikumpulkan sebagai perbendaharaan data untuk dapat digunakan sebagai
bukti atau keterangan dalam melakukan pengkajian data selanjutnya yang
sudah terkumpul atau teridentifikasi itu dapat dianalisis.
2. Analisis dokumen, analisis dokumen berupa data-data dalam novel, dan buku-
buku yang relevan dengan penelitian. Melalui metode ini data-data yang
termuat dalam novel dikumpulkan sebagai perbendaharaan data untuk dapat
digunakan sebagai bukti atau keterangan dalam melakukan pengkajian data
selanjutnya yang sudah terkumpul atau teridentifikasi itu dapat dianalisis.
E. Validitas Data
Data yang telah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penalitian
harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti memilih
dan menentukan cara – cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang
diperoleh guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi (Sutopo, 1996: 70).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Trianggulasi adalah proses pengumpulan data secara inpresentatif. Data
dikatakan representatif apabila sudah tidak ada lagi menemukan fenomena baru
dalam pengumpulan data. Trianggulasi data dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
a. Trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa data untuk
mengumpulkan data yang sama.
b. Trianggulasi peneliti yaitu pengecekan keabsahan data dengan
memamfaaatkan peneliti lain.
c. Trianggulasi metode yaitu pengecekan keabsahan data dengan beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda atau pengecekan beberapa sumber
data dengan metode yang sama.
d. Trianggulasi teori yaitu pengecekan data dengan menggunakan beberapa
perspektif teori yang berbeda.
Dari keempat teknik trianggulasi, peneliti menggunakan trianggulasi data
dan trianggulasi teori untuk mengumpulkan data yang sama dan menjelaskan data
sesuai dengan teori-teori yang ada. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih
mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Melalui
trianggulasi metode penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda untuk mendapatkan data yang sejenis, yaitu dengan analisis dokumen.
F. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan sifat penelitian ini yaitu kualitatif, maka peneliti melakukan
analisis terhadap data-data yang ada dengan mengutamakan kedalaman
penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara khusus (Semi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1993). Langkah-langkah dalam menganilis novel Ranah 3 Warna adalah sebagai
berikut :
1. Tahap deskripsi yaitu seluruh data yang diperoleh dihubungkan dengan
persoalan setelah itu dilakukan tahap pendeskripsian. Karena, dalam
penelitian ini data yang terkumpul berupa satuan semantic seperti kata-
kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf, juga gambar, dan hasilnya
berupa kutipan-kutipan dari kumpulan data tersebut yang berisi tindakan,
pikiran, pandangan hidup, konsep, ide, gagasan yang disampaikan
pengarang melalui karyanya.
2. Tahap klasifikasi: data-data yang telah dideskripsikan kemudian
dikelompokkan menurut kelompoknya masing-masing sesuai dengan
permasalahan yang ada.
3. Tahap analisis: data-data yang telah diklasifikasikan menurut
kelompoknya masing-masing dianalisis menurut struktur kemudian
dianalisis lagi dengan pendekatan psikologi sastra.
4. Tahap interpretasi: upaya penafsiran dan pemahaman terhadap hasil
analisis data.
5. Tahap evaluasi: data-data yang sudah dianalisis dan diinterpretasikan
sebelum ditarik kesimpulan begitu saja. Data-data harus diteliti dan
dievalusai agar dapat diperoleh penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Penarikan kesimpulan: penelitian ini akan disimpulkan dengan teknik
induktif yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan dari pengetahuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
bersifat khusus, untuk untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas teknik analisis data, berikut
ini digambarkan teknik analisis data.
Dari gambar diatas dapat dijelaskan, bahwa pada waktu pengumpulan
data, penelitian selalu membuat reduksi data dan sajian data. Data yang berupa
catatan lapangan yang terdiri dari deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah
digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut peneliti menyusun rumusan
pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok temuan penting, yang disebut
reduksi data. Kemudian dilakukan penyusunan sajian data yang berupa cerita
sistematis dan logis dengan suntingan peneliti supaya makna peristiwanya
menjadi lebih jelas dipahami.
Dari sajian data tersebut dilakukan penarikan simpulan sementara
dilanjutkan verifikasi. Apabila simpulan dirasa masih kurang mantap karena
kurangnya rumusan data dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti
wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk
Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyimpulan
dan Verifikasi
Display
Data
Gambar 1.4 Teknik Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
mencari pendukung simpulan yang telah dikembangkan sebagai usaha
pendalaman data.Begitu berulang-ulang hingga mendapat simpulan yang
memuaskan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan analisis psikologi
tokoh dan nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra yang berjudul Ranah 3 Warna
karya Ahmad Fuadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Struktural dalam Novel Ranah 3 Warna
Sebuah karya sastra yang berupa novel menampilkan penceritaan
tokoh dengan menggunakan media atau unsur-unsur intrinsik maupun
ekstrinsik novel untuk membantu mudahnya pemahaman dan imajinasi
pembaca novel Ranah 3 Warna. Oleh sebab itu analisis dalam novel ini
dimulai dari analisis strutural novel yang di jelaskan seperti halnya di bawah
ini:
a. Tema
Tema (theme), menurut Stanton (1965: 20) dan Kenny (1966: 88)
adalah makna yang dikandung dalam sebuah cerita.Tema yang bagus
adalah tema yang bisa melingkupi semua isi cerita.Cerita yang
disampaikan secara panjang lebar dapat terangkum dalam sebuah tema
yang singkat dan bisa mewakili keberadaan sebuah cerita. Sedangkan
pendapat lain menyatakan tema merupakan gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai
struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto dalam Burhan Nurgiyantoro,
1965: 68).
Tema yang diangkat dalam novel Ranah 3 Warna ini adalah
motivasi hidup. Di dalam novel ini banyak memaparkan cerita tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
motivasi-motivasi hidup, mengejar cita-cita, memperoleh cinta yang pada
akhirnya tidak bisa dimiliki. Tema inilah yang menjadikan novel ini
menarik untuk di baca. Di zaman moderan seperti sekarang ini sudah
jarang dijumpai orang yang mampu bertahan dengan sabar ketika sedang
diuji dalam kehidupannya. Ujian yang di berikan Tuhan kepada manusia
itu berbeda-beda, ada orang yang di uji kesabarannya dengan kesulitan
ekonominya, kesehatannya, tingkah laku anak yang tidak bisa patuh
terhadap orang tuanya sendiri ataupun ujian-ujian dalam bentuk lainnya.
Dalam hal ini novel Ranah 3 warna hadir sebagai novel yang dapat
dijadikan acuan manusia untuk mengarungi kehidupan di dunia bahkan
sebagai bekal kehidupan di akhirat. Di dalam cerita novel dikisahkan
kehidupan tokoh utama Alif yang memiliki impian untuk menempuh
kuliah di jalur negeri, di tengah perjalanan proses pendidikannya ujian
demi ujian hadir seolah menghalangi niat baik seorang pemuda kampung
yang ingin menjadi sukses. Kematian sang ayah hamper membuat Alif
putus asa untuk melanjutkan kuliahnya. Di dalam pikirannya berkecamuk
antara harus melanjutkan kuliah atau pulang membantu amaknya
menghidupi kedua orang adiknya yang masih sekolah.
Pada suatu hari di tengah keputusasaannya dia menemukan jalan
bagaimana agar tetap bisa melanjutkan kuliah dan bisa membiayai amak
serta adik-adiknya di rumah. Dia memutuskan bekerja sambil kuliah.
Segala tawaran pekerjaan yang di berikan temannya ia terima dan kerjakan
dengan penuh harapan. Tetapi bekerja sambil kuliah bukanlah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pekerjaan yang mudah. Dia harus mampu menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya. Masa liburan yang lazim digunakan oleh teman-temannya
untuk bersenang-senang tetapi baginya adalah suatu kesempatan untuk
bekerja lebih keras. Pada saat itulah akhirnya Alif jatuh sakit karena
kelelahan dan kurang istirahat sampai harus berbulan-bulan berbaring di
tempat tidur. Melalui ujian tersebut muncul motivasi hidup Alif dalam
menguasai kesulitan yang menimpanya selama ini. Berikut kutipan yang
dapat menunjukkan tema motivasi hidup dalam novel Ranah 3 Warna:
Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-
cita besar dan membalas budi orang tua? Biarlah tulang mudaku ini
remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengorbankan masa muda
yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena aku
tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus
aku rasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang
melebihi orang lain. Man Jadda Wajada!
(Ahmad Fuadi:117)
b. Plot
Plot menurut Stanton (1965: 14) plot ialah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa
yang lain. Plot merupakan unsur penting. Tinjauan struktural karya fiksi
sering ditonjolkan pada pembicaraan plot.
Peristiwa (dan atau plot) diartikan sebagai peralihan dari satu
keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1992: 150). Peristiwa
adalah kejadian yang terjadi dalam sebuah cerita yang mana kejadian satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dengan lainnya selalu berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi karena alur
penceritaan dalam tiap paragraf yang berbeda pula.
Peristiwa yang ditampilkan dalam sebuah teks naratif mempunyai
hubungan logis, selain itu juga memiliki hierarki logis. Sifat yang dimiliki
tersebut akan menunjukkan bahwa satu dengan yang lain secara
berkausalitas. Sifat hierarki peristiwa satu dengan yang lain berbeda
menunjukkan tingkat kepentingan yang berbeda pula dalam setiap
peristiwa.
Novel Ranah 3 Warna menyajikan peristiwa yang beragam, mulai
dari peristiwa yang dialami tokoh utama waktu di Meninjau, yaitu kota
kelahirannya, peristiwa tokoh ketika di pondok Madani, kehidupan tokoh
ketika menempuh S1 di Bandung, sampai peristiwa yang terjadi ketika
tokoh utama tinggal di Amerika. Plot atau alur yang dikisahkan dalam
cerita di mulai ketika tokoh berada di kampung kelahirannya, yaitu
Meninjau. Sebuah kampung kecil yang terletak di pinggir danau Meninjau.
Danau Meninjau yang digambarkan memiliki air yang berwarna biru
pekat, berbagai pepohonan berbaris hijau mengelilingi danau menambah
suasana indah dan ketanangan di kampung Meninjau.
Ini saat menikmati kembali suasana kampung kami: langit bersih
terang, bukit barisan menghijau segar, air danau Meninjau yang biru pekat,
dan angin danau yang lembut mengelus-elus ubun-ubun. Waktu yang
cocok untuk lomba memancing. Persis seperti masa kecil kami dulu.
(Ahmad Fuadi: 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Selain itu terdapat plot yang dialami tokoh utama di tempat
kelahirannya, juga terdapat beberapa alur dalam cerita yang terjadi ketika
tokoh utama (Alif) di pondok Madani. Seusai tamat SMP Alif di kirim
ayahnya ke Ponorogo Jawa Timur untuk belajar lebih dalam tentang ilmu
agama di pondok Madani. Sebuah pondok pesantren yang diasuh oleh
seorang kiai bernama kiai Rais.
Dari pendidikan pondok inilah Alif banyak belajar tentang
bagaimana cara menjalankan ibadah islam yang benar, belajar ikhlas, dan
belajar kesabaran. Kehidupan seorang santri di pondok pesantren dalam
cerita dikisahkan sama halnya dengan kehidupan santri di dunia nyata.
Keseluruhan santri yang berasal dari berbagai pulau, suku, bahasa, dan
strata sosial yang berbeda-beda di perlakukan sama oleh kiai, dan hal itu
menjadikan para santri juga merasa memiliki nasib yang sama, yaitu sama-
sama jauh dari orang tua dan sanak saudara, hidup di perantauan sebagai
musafir ilmu. Oleh sebab itu setiap teman santri dianggap sebagai saudara.
Bagi mereka orang pertama yang dianggap bisa diajak untuk saling tolong-
menolong ketika satu-sama lainnya membutuhkan pertolongan.
Kehidupan di pondok Madani digambarkan dalam cerita sebagai
kehidupan yang penuh kesederhanaan. Para santri diajarkan untuk terbiasa
makan seadanya, bahkan mereka juga di latih menjadi orang yang terbiasa
menahan lapar yakni dengan cara menjalankan berbagai macam puasa
sunah. Melalui cara ini kiai Rais berharap kelak ketika mereka sudah
menjalankan hidup di tengah-tengah masyarakat terbiasa menjadi orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
sederhana dalam berpakaian, dalam bertingkah laku, dan dalam berbagai
hal lainnya. Pendidikan yang ditanamkan di pondok pesantren menjadi
modal hidup bagi manusia untuk belajar hidup di segala situasi dan kondisi
bisa bersyukur ketika sedang dalam keadaan senang dan bersabar ketika
sedang dalam kondisi kesusahan. Berikut cuplikan cerita yang terdapat
dalam novel:
Ini adalah sarapan bergaya barat pertamaku. Bedanya bak bumi
dan langit dengan sarapanku pada masa susah di Bandung:
setengah porsi bubur ayam dengan ekstra air atau sarapanku di
Pondok Madani dengan salathah rohah dan makrunah (sambal khas
buatan dapur umum pondok Madani yang sangat lezat, yang hanya
ada pada jam istirahat pagi).
(Ahmad Fuadi: 260)
Seusai mondok di pondok Madani Alif berniat melanjutkan
pendidikan di jalur umum. Tujuan utama sesuai dengan cita-citanya adalah
ingin melanjutkan kuliah di kota Bandung. Keinginan ini dibuktikan Alif
melalui usaha yang keras untuk dapat lulus ujian masuk UMPTN.
Meskipun dia tidak memiliki ijazah SMA tetapi dia yakin bahwa ijazah itu
masih bisa dia dapatkan melalui ujian paket C.
Usaha keras yang pertama dilakukan Alif adalah belajar semua
buku pelajaran SMA selama tiga tahun, yakni mulai dari kelas satu sampai
dengan kelas tiga. Setelah proses ini dilalui dengan baik barulah dia dapat
mengikuti tes UMPTN. Dengan segala usaha belajar yang ekstra habis-
habisan menguras pikiran dan tenaga akhirnya dia bisa lulus ujian UMPTN
dan bisa masuk di UNPAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Di kota Bandung inilah dia menggantungkan harapan untuk
menjadi orang yang berguna ketika kembali ke kampungnya nanti. Selama
di Bandung Alif menemukan teman-teman baru yang bisa saling
melengkapi satu sama lainnya seperti teman-temannya di pondok Madani
dahulu. Sebagai seorang mahasiswa Alif tergolong sebagai mahasiswa
yang memiliki kemampuan sedang. Dia bukan tergolong mahasiswa yang
cerdas, tapi berkat keuletan dan ketekunannya dia bisa menyelesaikan
kuliahnya dengan baik. Tidak banyak prestasi yang di dapat di bidang
akademik, tapi di dunia tulis-menulis kemampuannya tidak bisa diragukan
lagi sehingga beberapa tulisannya pernah diterbitkan di majalah kampus.
Suatu ketika Alif mencoba menulis di surat kabar KOMPAS berkat
latihan keras yang diberikan oleh bang Togar. Semula rasa putus asa
dialami Alif ketika harus menerima berbagai tekanan yang diberikan bang
Togar dalam usahanya mendidik Alif menjadi seorang penulis yang tidak
manja dan mau menerima kritikan serta masukan sebagai bekalnya kelak.
Setelah melalui proses panjang akhirnya tulisan Alif diterbitkan oleh surat
kabar KOMPAS.
Setelah keberhasilannya menembus dunia tulis-menulis, Alif tidak
lantas puas dengan keberhasilannya mencari uang serta bisa
menyelesaikan kuliah S1 nya di Bandung. Selama di Bandung usaha untuk
mencari-cari peluang agar bisa terbang ke Amerika seperti impiannya
selama ini selalu dilakukan. hingga pada suatu ketika kesempatan itu dapat
diperolehnya melalui informasi yang di dapat dari seorang wanita teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
duduknya ketika naik bus. Berikut cuplikan yang menunjukkan plot atau
alur cerita yang terjadi di Bandung:
Ketika senja melingkupi Bandung, aku sudah berjalan sampai
ujung kompleks, sampai tidak ada lagi pintu rumah yang bisa aku
ketuk. Di depanku hanya ada gerumbul semak belukar dan jalan
setapak menuju jalan besar. Aku mengembuskan napas dan rasa
nyeri merayap di belakang kepalaku.
(Ahmad Fuadi: 119)
Sewaktu Alif menempuh program S1 di Bandung dia mengikuti
program pertukaran generasi muda antar Negara. Amerika adalah Negara
tujuan utama yang selalu menjadi impiannya ketika masih di podok
Madani. Di Negara inilah Alif mendalami berbagai bidang ilmu yang
berkaitan dengan dunia kejurnalisan. Ini berarti sejalan dengan
keinginannya kelak untuk menjadi seorang jurnalis.
Suasana Negara Amerika yang digambarkan dalam cerita dapat
membuat pembaca seolah-olah ikut merasakan keindahan kota tersebut.
Kota Quebec yang merupakan bagian dari kota kecil yang terdapat di
benua Amerika. Kota ini memiliki tanah yang berwarna kuning dan sifat
tanah yang cenderung gersang dan ringan berbeda dengan tanah yang ada
di Meninjau kota kelahiran Alif. Di Quebec banyak terdapat pohon maple,
yaitu pohon yang memiliki daun berwarna merah merona ketika sedang
musim semi dan akan berubah menjadi coklat ketika sudah hampir gugur.
Perbedaan budaya juga sangat dirasakan oleh Alif. Di Quebec
orang dibiasakan untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi
mereka. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat Quebec
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
terhadap lingkungan yang bersih dari polusi. Dan yang paling
mengejutkan lagi, di sana keamanan mereka baik dari segi fisik maupun
finansial sangat terjaga, sehingga ketika mau pergi kemanapun tidak perlu
mengunci pintu karena tidak akan ada pencuri yang berniat mengambil
barang-barang si empunya rumah. Hal ini menunjukkan bahwa strata
sosial penduduk yang ada di sana sama, yaitu golongan yang serba
kecukupan atau menengah ke atas.
Hari menjelang sore ketika kami masuk ke batas kota Saint-
Raymond. Di tengah rimbunan maple, berdiri tegak sebuah plang
lalu lintas berwarna hijau yang bertuliskan “Saint-Raymond 1 km”.
aku semakin tidak sabar ingin melihat bentuk kota tempat kami
bermukim nanti. Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku.
Kata Subastien, hanya sebuah kota kecil. Tapi sekecil apa? Lebih
kecil mana dibandingkan kampungku di Bayur, Meninjau?
(Ahmad Fuadi: 297)
Selain terdapat berbagai peristiwa yang terdapat dalam novel
Ranah 3 Warna alur yang dikisahkan dalam cerita merupakan alur
campuran, di mana alur maju dan alur mundur digunakan dalam
penceritaan sebuah novel. percampuran itu terjadi hampir disemua cerita.
Dengan perpaduan alur maju dan alur mundur ini, jalinan cerita menjadi
menarik dan tidak membosankan walaupun ceritanya sangat panjang dan
berliku.
Novel ini dibagi menjadi beberapa episode. Masing-masing episode
memiliki alur sendiri. Bagian pertama menceritakan Meninjau, latar
tempat terjadinya awal cerita yang mendominasi novel ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Bagian berikutnya menceritakan tokoh utama yakni Alif. Alif
termuat pada 4 bagian dalam novel ini. Jadi bisa dikatakan tokoh inilah
yang menjadi tokoh sentra, ialah yang merangkai alur cerita dari awal
sampai akhir menghubungkan setiap bagian cerita.
Di bawah ini akan dipaparkan bagian dari plot/alur pada tiap bagian
khususnya ketika alur mencapai klimaks.Kehilangan salah seorang yang
dikasihinya menjadi klimaks awal dalam novel ini, terbukti dengan
berawal dari kejadian pahit tersebut, Alif berusaha bangkit semampunya,
dan menyempurnakan "mantera", bukan lagi sekedar "Man Jadda Wajada"
tapi juga "Man Shabara Zhafira", Siapa yang bersabar akan beruntung.
Kata-kata yang didengarnya pertama kali dari Kiai Rais, gurunya di
Pondok Pesantren Madani membuatnya lebih sabar menghadapi hidup dan
sekali lagi mengajak pembacanya untuk ikut menyelami lika-liku
perjuangan untuk mencapai kesabaran itu sendiri.
Enam bulan sejak ayah meninggal, aku sudah tidak tahan lagi
dengan perang batin ini. Aku harus mengambil keputusan sekarang
juga. Aku harus berhenti kuliah. Drop out. Menguburkan impian ku
kuliah dan pulang kampong membela amak dan adik-adikku. Kalau
mengenang susahnya lulus UMPTN, aku selalu galau. Aku juga
ingat nasihat ayah untuk menyelesaikan kuliah. Tapi membiarkan
amak kerja mati-matian membuatku merasa berdosa. Aku pasti bisa
bekerja di kampungku. Dengan pengalaman yang aku punya, aku
bisa mengajar di Madrasah, atau bisa menjadi pengurus masjid,
atau aku bisa melamar jadi koresponden nasional.
(Ahmad Fuadi: 104)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
c. Tokoh dan Perwatakan
Dalam karya fiksi sering dipergunakan istilah tokoh atau
penokohan, watak. Dalam hal ini tokoh diartikan sebagai pelaku
cerita.Tokoh cerita menurut Abrams (1981: 20), adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Jadi istilah penokohan sekaligus terkandung dua aspek, yakni isi dan
bentuk.
Novel Ranah 3 Warna menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki
latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda. Mulai dari tokoh
yang menjadi teman masa kecil di tanah Meninjau, tokoh yang berasal dari
Kalimantan, dan tokoh yang berasal dari Negara Amerika. Di bawah ini
akan diuraikan beberapa tokoh yang terdapat dalam novel Ranah 3 warna.
1. Tokoh Utama (Alif Fikri)
Alif adalah tokoh utama dalam novel ini. Keberadaannya
menjadi pusat penceritaan. Kisah yang dipaparkan dalam novel ini
secara keseluruhan berpusat pada kehidupan Alif, mulai masa kecil,
masa-masa perjuangannya, dan sampai masa puncak keberhasilan serta
kelulusan Alif menjadi seorang sarjana.
Alif adalah sosok pemuda desa yang memiliki kemauan keras
dalam menggapai cita-citanya. Dia dilahirkan di Meninjau kota Bayur.
Orang tuanya adalah guru SD. Dia adalah anak pertama dari tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
bersaudara. Dua adiknya masih duduk di bangku sekolah tingkat SMP
dan SMA. Alif sejak kecil di didik menjadi anak yang mandiri, hal itu
diajarkan sejak Alif di masukkan dalam pendidikan pondok pesantren
yang menurut orang tuanya dapat melatih kemandirian anak, selain itu
pondok pesantren juga merupakan sarana yang dapat melatih cara
bersosialisasi, dan terutama dianggap sebagai gudangnya ilmu agama
yang akan banyak memberikan bekal-bekal akhirat nanti.
Walaupun Alif besar dilingkungan pesantren hal itu tidak
menjadikannya sebagai pemuda yang berpribadi kaku dalam arti
hanya berpikiran tentang kepentingan keagamaan saja dan memiliki
pandangan sempit tentang dunia tetapi dia justru berkeinginan untuk
menyeimbangkan antara kemampuan penguasaan ilmu agama dan
ilmu dunia. Kemampuannya dalam menguasai ilmu agama digunakan
bekal hidupnya agar selalu mengingat Tuhan dalam segala hal,
pegangan agar jangan sampai berbuat salah arah, memacu motivasi
hidup untuk selalu menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang
lain. Melalui agama dia yakin kehidupannya bisa selamat dan sukses.
Sedangkan kemampuannya dalam menyelaraskan ilmu dunia
dianggap sebagai langkah awal manusia agar selalu berusaha, karena
nasib baik-buruknya manusia di dunia dan akhirat itu ditentukan oleh
seberapa besar usaha yang dia lakukan.
Keberadaan Alif sebagai tokoh utama dari segi fisik
digambarkan sebagai sosok pemuda yang kurang begitu sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Wajahnya tidak tampan, perawakan tubuhnya sedang, badannya
kurus, dan memakai kaca mata. Penampilannya pun sangat sederhana.
Mungkin itu menjadi penggambaran pengarang dalam menampilkan
sosok tokoh utama yang terbiasa hidup dalam kesederhanaan.
“Ooh”. Dia mengintip wajahku dari balik kaca matanya
yang melotot. Mungkin kurang percaya melihat mahasiswa
ceking dengan baju lusuh dan berkaca mata seperti aku ini.
(Ahmad Fuadi: 151)
2. Tokoh Sentra (Randai)
Tokoh sentra yang menjadi penghubung di setiap cerita
adalah Randai. Randai merupakan sahabat Alif sejak kecil sampai
kuliah di Bandung yang selalu bersaing dalam mengejar impian, mulai
dari impian masuk ujian UMPTN, mengikuti pertukaran pemuda
antarbangsa, sampai pada bersaing dalam urusan pilihan hati terhadap
seorang wanita. Kehidupan Randai jauh lebih beruntung dibandingkan
Alif. Dia terlahir sebagai anak tunggal, orang tuanya adalah saudagar
kaya. Dan beruntungnya lagi Randai selalu berhasil mencapai cita-
citanya tanpa harus mengalami ujian yang berarti dalam hidupnya.
Masa muda Randai terlalui sebagaimana anak muda
lainnya. Bisa menikmati kuliah dengan biaya dari orang tua, uang
jajan yang lebih, nilai semester begus, bisa menikmati liburan bersama
teman-temannya kemanapun dia mau, dan utamanya lagi kedua orang
tua Randai masih hidup semua. Pada akhir cerita percintaan, Randai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
berhasil memiliki Raisa sebagai pendamping hidup yang berarti itu
mengalahkan Alif sang tokoh utama.
Dalam cerita Randai digambarkan sebagai sosok pemuda
yang memiliki perawakan tinggi, kulitnya putih, berambut panjang
yang jelas lebih sempurna sebagai sosok pemuda dibandingkan Alif
sang tokoh utama. Randai menjadi teman Alif sejak kecil di kampung
Meninjau. Setamat SMA Randai melanjutkan kuliah di Bandung sama
seperti Alif akan tetapi dia tercatat sebagai mahasiswa ITB.
Randai tergolong sebagai mahasiswa yang cerdas. Hal ini
terbukti dari nilai hasil semesternya yang bagus-bagus. Malah dengan
modal nilai yang bagus tersebut Randai dapat memperoleh beasiswa
selama dia kuliah di ITB. Keahlian yang dia milikipun beragam, mulai
dari kemahirannya dalam memainkan alat musik angklung, gitar,
drum, dan segala alat musik lainnya. Suaranya yang bagus juga akan
sangat mendukung kahliannya bermain musik tersebut.
Tidak hanya kesenian tradisional yang dia suka. Kalau
sedang bangkit semangat bernyanyinya, dia akan putar
kaset rock keras, mengambil gitar bass-nya dengan
melonjak-lonjakkan badan seperti gitaris sejati. Rambutnya
yang panjang berkibar-kibar, seiring dengan kepalanya
yang digoyang-goyang seperti orang gila. Kalau saja dia
seorang penyanyi, dengan postur tinggi, berkulit putih, dan
rambut gaya begini, tentulah banyak gadis yang akan lumer
hatinya.
(Ahmad Fuadi: 63)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
3. Tokoh-tokoh Tambahan
Dalam novel ini, terdapat tokoh-tokoh tambahan,
diantaranya adalah : Amak, Ayah, Raisa, bang Togar, Rusdi, dan
Francois Pepin. Kehadiran mereka sebagai tokoh pembantu menjadi
pelengkap atau tambahan dalam mata rantai cerita untuk menciptakan
sebuah cerita menjadi lebih indah, menarik, serta realistis.
a. Amak
Amak adalah ibu dari tokoh utama (Alif). Amak adalah
panggilan untuk seorang Ibu khususnya di tanah Meninjau, Sumatera
Barat. Sebagai seorang ibu amak memiliki sifat lemah lembut,
mengasihi anak-anaknya, mengayomi, menciptakan suasana tenang,
dan selalu memperjuangkan cita-cita anaknya walaupun kadang dia
harus bekerja keras menggantikan posisi ayah ketika sudah terlebih
dulu di panggil Sang Pencipta.
Seperti para kaum ibu pada umumnya amak adalah ibu dari
tiga orang anak. Selain berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang
setiap harinya mempersiapkan makanan untuk suami dan anak-
anaknya amak juga berprofesi sebagai guru SD di Meninjau. Dua
pekerjaan ini tentulah tidak mudah, itu berarti amak harus pandai-
pandai membagi waktu antara karir dan keluarganya. Tapi keadaan
seperti itu dijalani amak dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab
untuk bisa membantu suaminya mencari nafkah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Amak bukanlah wanita yang sering mengeluh. Biarpun
dalam kondisi susah dan dalam keadaan keterpurukan amak tetap
menjadi seorang ibu yang tegar. Bertanggung jawab atas masa depan
anak-anaknya. Kehilangan suami ketika ketiga anaknya masih banyak
membutuhkan biaya sekolah bukanlah menjadi halangan amak untuk
tetap memperjuangkan nasib ketiga puteranya. Sosok inilah yang
menjadi motivasi Alif untuk lebih bersemangat dan akan mebuktikan
kepada amak bahwa dia akan berhasil meraih impiannya untuk
menjadi seorang sarjana.
Surat balasan dari amak cepat sekali datang. Tidak
berpanjang-panjang. Hanya ada kalimat singkat-singkat dan
di tutup dengan “ancaman”: “ Amak sedih sekali belum
bisa mencukupi kebutuhan waang di rantau. Tapi jangan
pernah berani-berani pulang tanpa menyelesaikan apa yang
sudah wa‟ang mulai. Selesaikan kuliah. Amak akan
mendukung dengan sepenuh tenaga dan do‟a. menuntut
ilmu itu juga berjuang di jalan Tuhan. Insya Allah, amak
masih sanggup menghidupi kalian. Dengan cara apapun”
(Ahmad fuadi: 105)
b. Ayah
Ayah adalah orang tua laki-laki dari tokoh utama Alif.
Kedudukan sang ayah menjadi motivasi hidup dalam
memperjuangkan cita-cita kuliah Alif. Sosok ayah disini
digambarkan sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung
jawab, mengayomi keluarganya, penuh kasih sayang walau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
terkadang harus keras dalam mendidik anaknya dalam hal
kebaikan.
Perjuangan seorang ayah terhadap anaknya akan selalu
dilakukan sepanjang hayat. Walaupun dalam bentuk pengorbanan
terhadap benda kesayangannya sekalipun. Dia rela menjual sepeda
bebek kesayangannya yang setiap pagi selalu di lap dengan penuh
cinta. Hal itu dilakukan agar dapat melihat anaknya tersenyum
karena bisa masuk kuliah di Bandung.
Sosok ayah dalam cerita juga digambarkan sebagai seorang
yang memiliki hobi memotret. Hampir di setiap momen yang
dialami keluarganya diabadikan dalam jepretan potret. Menurutnya
melalui gambar-gambar itu kelak dapat dijadikan kenangan yang
dapat menimbulkan rasa syukur kepada Allah.
Selain usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik yang
dilakukan orang tua terhadap anaknya mereka juga senantiasa
dengan ikhlas berdoa untuk keselamatan dan keberhasilanya. Apa
yang dilakukan orang tua terhadap kita tidak pernah sedikitpun
mereka berharap akan balasan atau imbalan. Melihat anaknya bisa
bahagia dan sejahtera dalam hidup sudah cukup menjadi balasan
kebahagiaan bagi orang tua.
Ayah tersenyum dan menatapku leka-lekat. “ semoga bisa
lulus UMPTN ya, nak. Hanya biaya kuliah di universitas
negeri yang mungkin bisa kita bayar,” kata ayah lirih. Aku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
paham betul harapan ayah dan aku hanya bisa
mengangguk-angguk.
( Ahmad Fuadi: 6)
c. Raisa
Sosok Raisa merupakan teman sekaligus tetangga Alif di
Bandung. Raisa inilah yang pada akhirnya menjadi pilihan hati Alif
sekaligus Randai. Ini berarti mereka berdua lagi-lagi harus
berusaha untuk berlomba merebut hati Raisa. Dalam cerita Raisa
digambarkan sebagai wanita yang cantik mempesona, lembut,
cerdas, dan ramah.
Walaupun terlahir dari orang tua blesteran akan tetapi
kecintaan Raisa terhadap Indonesia dan segala budayanya sangat
tinggi. Selain mahir berbahasa Inggris dan Prancis, Raisa juga
memiliki suara yang bagus dan keahlian dalam memainkan
berbagai alat musik termasuk angklung.
Keelokan wajah, kecerdasan, dan kepiawaiannya dalam
bertutur inilah yang pada akhirnya membuat Alif jatuh hati kepada
Raisa. Dalam cerita Raisa digambarkan sebagai gadis periang,
energik, cerdas, memiliki lensa mata berwarna coklat, kulit
tubuhnya putih, dan senyumannya selalu mempesona bagi siapa
saja yang melihat. Kebiasaan gadis ini adalah selalu mengepang
rambutnya dan menggunakan topi dari bahan wol.
Bunyi derap langkahnya berbeda. Ketipak-ketipak
sepatunya ringan dan pendek-penden. Aku lihat ke
belakang. Dia lagi. Beberapa hari terakhir ini, aku tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
sengaja berjalan seiring dengan orang yang sama dari
Tubagus Ismail ke pasar Simpang Dago. Seorang gadis
bermata bulat dengan bulu mata lentik, wajahnya lonjong
telur. Dia selalu bertopi wol di atas kepangnya.
Menggendong ransel hijau tentara dan berjalan dengan
lincah membelah gang sempit. Sesekali dia meloncati sisa
genangan air hujan semalam dengan energik sekali. Bahkan
dengan melihat dia berjalan saja aku ikut bersemangat
seakan-akan ini hari terindah.
(Ahmad Fuadi: 49)
d. Rusdi
Rusdi adalah teman satu grup Alif ketika menjadi duta
muda di Amerika. Dia dari Banjar Kalimantan dan pandai sekali
berpantun sehingga dijuluki kesatria berpantun. Hampir dalam
setiap kesempatan dia selalu mengubahnya menjadi sebuah pantun.
Bisa di bilang dia bisa membuat pantun dalam waktu singkat atau
sekerjab mata. Dalam situasi penting ketika acara upacara
pemberangkatan duta pun dia masih menyempatkan diri untuk
berpantun, padahal waktu itu dia datang terlambat. Bahkan pernah
ketika kondisi sedang genting dia justru bisa menyuarakan isi
hatinya dalam wujud pantun. Hal itu menunjukkan bahwa darah
Banjar seorang Rusdi sudah sangat melekat pada dirinya.
Rusdi adalah pemuda pelosok yang sangat lugu. Bahkan
pernah suatu ketika akibat keluguannya terjadi peristiwa heboh
yang menggemparkan seluruh kompleks karena alarm kebakaran
berbunyi. Hal itu terjadi karena secara tidak sengaja Rusdi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
memencet tombol merah yang menjadi tombol peringatan
kebakaran, akibatnya tombol itu berbunyi dengan keras. Seisi
kompleks yang semula sedang tidur pulas keluar berhamburan
dengan wajah panik dan mencari sumber kebakaran itu. Tetapi
nyala api tidak dapat ditemukan dan akhirnya semua teman-teman
Rusdi satu kompleks kembali tidur dengan hati dongkol.
Kebiasaan lain Rusdi yang di gambarkan dalam sebuah
cerita adalah ketika dia dalam kondisi senang dan grogi kerjanya
menekuk-nekuk jari tangan dan kakinya sampai berbunyi seperti
tulang patah. Kebiasaannya lagi di semua tempat dia selalu
membawa bendera Merah Putih sebagai wujud kebanggaannya
terhadap bangsa Indonesia. Segala pakaian dan koper yang
dikenakannya juga di tempeli stiker bendera merah putih.
Keunikan lain yang dimiliki Rusdi adalah suara tertawanya
yang sangat keras. Keadaan seperti itu dapat membuat suasana
yang ada di sekitarnya menjadi segar dan riang. Walaupun dia
sosok yang lugu tapi keberadaannya yang unik sering membuat
siapa saja yang berteman dengannnya menjadi nyaman. Topik
pembicaraan yang paling dia sukai adalah nasionalisme, hutan,
dunia polisi, dan mata-mata.
Ke mana saja Rusdi pergi, dia pasti membawa bendera
Indonesia. Bahkan kopernya di cat merah putih, ranselnya
punya badge merah putih, buku diary-nya juga di tempeli
stiker gambar bendera. Salah satu topik pembicaraan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
disukainya adalah nasionalisme, hutan , dunia polisi, dan
mata-mata. Kalau sedang senang atau grogi, kerjanya
menekuk-nekuk jari sampai berbunyi seperti tulang patah.
Semakin dia bersemangat, semakin banyak bunyi tulang
patah, termasuk leher, bahu, sampai jari kaki.Dia juga
seseorang yang mempunyai tawa yang menurutku paling
kencang yang pernah aku dengar dan sekaligus menular
kepada siapa saja yang ada di sekitarnya. Satu lagi mukjizat
Rusdi adalah dia lihai menggubah pantun. Dalam situasi
apa saja, dia mampu merangkai pantun dalam hitungan
detik atau kerjapan mata.
(Ahmad Fuadi: 220)
e. Francois Pepin
Francois Pepin adalah homologue Alif ketika di Quebec.
Dia orang asli Quebec, orang tuanya bekerja sebagai petani di
dekat St. Agapit, sebuah daerah di luar Quebec City. Tanah
pertanian keluarganya menghasilkan berbagai hasil bumi mulai
dari tomat, lobak, gandum, jagung, dan tanaman lain yang
kemudian dijual di pasar pagi, fres market. Orang tuanya juga
beternak sapi perah, biri-biri, dan ayam petelur. Yang unik dari
keluarga ini mereka juga memelihara ribuan ekor lebah dan
menjual madu dalam botol-botol.
Perawakan Franc panggilan untuk Francois Pepin
digambarkan sebagai sosok pemuda tampan, tubuhnya tinggi,
kulitnya putih, pupil matanya berwarna biru, mukanya lonjong,
dagunya simetris, dan pipinya lesung sehingga ketika tersenyum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
akan membuat aura ketampanannya terlihat semakin sempurna. Dia
adalah homolog yang kompak dalam menyelaraskan pikiran serta
misi menjadi duta antarnegara.
Perilaku yang dimiliki Franc adalah ramah, supel (mudah
bergaul dengan siapa saja), berterus terang, mau menerima kritikan
dari teman, dan bersungguh-sungguh dalam belajar maupun
menjalankan tugasnya selama ditempatkan untuk bekerja di stasiun
TV bersama Alif. Perbedaan kebiasaan sehari-hari serta
kebudayaan antara Alif dan Franc tidak menjadi masalah yang
berarti bagi persahabatan keduanya, justru hal itu menjadikan
mereka belajar bagaimana agar bisa menjadi manusia yang saling
menghargai kebiasaan dan kebudayaan masing-masing.
Kesempatan menjadi homolog mereka gunakan untuk melengkapi
dan saling belajar kekurangan serta kelebihan yang dimiliki.
Kalaulah Franc hidup di Indonesia, aku yakin wajahnya
sudah menghiasi sampul majalah sebagai bintang iklan.
Pupil matanya sepenuhnya biru terang, mirip batu akik
bening melekat di cincin ayahku dulu. Mukanya lonjong
dan dagunya simetris serta dibalut bulu tipis yang
membikin dia terlihat macho. Sedangkan rambutnya ikal
pirang. Badannya sedang, tidak terlalu tinggi. Yang paling
aku ingat adalah dia selalu tersenyum lebar. Dan senyum
hangatnya ini menular.
(Ahmad Fuadi: 275)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 165) perwatakan disamakan
artinya dengan karakter yakni menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh
tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Perwatakan
merupakan sifat yang melekat dalam tiap-tiap diri tokoh yang diciptakan
oleh pengarang. Keberadaan watak sudah merupakan satu bentuk kesatuan
(unity) yang dapat melukiskan gambaran secara jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Perwatakan hadir sebagai bentuk penggambaran yang diciptakan
oleh pengarang untuk membuat peran para tokoh fiktif menjadi hidup.
Keberadaan manusia dalam dunia nyata yang banyak memiliki sifat dan
perwatakan menjdikan sebuah inspirasi untuk penciptaan tokoh manusia
dalam cerita. Perwatakan yang sering ditampilkan pengarang biasanya
hanya terdiri dari dua sisi sudut manusia saja, yakni manusia baik dan
manusia jahat. Penyandang perwatakan baik diperuntukkan kepada tokoh
utama, sedangkan perwatakan jahat atau kurang baik diperuntukkan
kepada tokoh tambahan maupun tokoh sentra.
Berdasarkan perwatakannya tokoh cerita dapat dibedakan kedalam
tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh complex atau
tokoh bulat (complex atau round character) (Froster, 1970: 75). Tokoh
sederhana ialah penggambaran tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Sebagai seorang tokoh
manusia, keberadaannya tidak diungkap segala bentuk kemungkinan sisi
kehidupannya. Ia tidak memiliki sifat atau tingkah laku yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat yang dimiliki adalah datar,
monoton, dan mencerminkan satu watak saja. Walaupun tokoh sederhana
dapat melakukan berbagai tindakan akan tetapi semua tindakannya akan
dikembalikan kepada perwatakan yang telah diformulakan itu.
Sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks ialah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan
jati dirinya. Ia hadir dengan membawa dua atau bahkan lebih dari sifat asal
yang telah diformulasikan sejak awal. Watak dan tingkah lakunya
bermacam-macam, bahkan terkadang sulit di duga oleh pembaca. Tokoh
bulat menyerupai manusia sesungguhnya, karena disamping memiliki
berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan
kejutan bagi para pembaca. Berikut dipaparkan perwatakan para tokoh
dalam novel.
a. Alif
Berdasarkan hasil analisis data novel Ranah 3 Warna
menunjukkan bahwa karakter atau perwatakan yang dimiliki tokoh-tokoh
terbagi atas dua perwatakan, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh
sederhana disandang oleh Alif sang tokoh utama dalam novel. Alif
digambarkan perwatakannya oleh pengarang sebagai sosok manusia yang
memiliki sifat baik, sopan, patuh terhadap kedua orang tua, jujur, dan
pekerja keras. Segala sifat baik lengkap sudah digambarkan pengarang
pada diri Alif, walau pun terkadang pengarang berusaha menjadikan Alif
sebagai sosok manusia pada umumnya dalam dunia nyata yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
berbagai kemungkinan sifat lain. Akan tetapi ujung-ujungnya pengarang
akan mengembalikan Alif kepada sebuah formulasi yakni sebagai orang
baik yang ketika melakukan kesalahan akhirnya insaf juga.
Kalau aku lihat dicermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan
mataku merah. Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam
hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib masa depanku.
(Ahmad Fuadi: 12)
b. Randai
Tokoh kompleks atau tokoh bulat dalam novel ini ditunjukan pada
Randai sahabat kecil Alif dan juga bang Togar. Kedua manusia ini
digambarkan sebagai sosok yang tidak hanya memiliki satu sisi sifat atau
perwatakan saja melainkan terkadang muncul sifat lain yang menjadi
kejutan tak terduga bagi para pembaca. Hal tersebut tampak pada sifat
Randai sebagai seorang sahabat yang setia, baik, penolong, dan murah
hati. Akan tetapi pada suatu saat sifat kurang baiknya pun muncul, yakni
sifat menyakiti dan suka mengejek Alif. Disinilah sisi manusia yang
sesungguhnya dimunculkan oleh pengarang.
c. Amak
Dalam penceritaan novel amak digambarkan sebagai sosok ibu
yang hanya memiliki satu sisi perwatakan, yaitu perwatakan baik.
Perwatakan baik seorang ibu terhadap anaknya sering ditunjukkan tokoh
amak dalam bentuk tutur kata, sikap, dan tingkah laku sebagai bentuk
kasih sayangnya terhadap anak-anaknya. Lazimnya seorang ibu, amak
selalu memberikan perhatian dan selalu setia menemani anak-anaknya di
kala senang maupun susah. Begitu juga bentuk pengorbanan demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
memperjuangkan cita-cita besar anaknya akan selalu dilakukan sebagai
wujud kasih sayang dan perhatiannya.
Isi ranselku hanya empat helai baju, dua helai celana panjang
berbahan tetoron, dan satu plastik rendang yang khusus dimasak
amak untukku. Di dalam dompetku ada beberapa helai puluhan
ribu hasil berhemat ayah dan amak, serta hadiah dari kakek dan
nenekku. Semua milikku kecil dan sederhana, kecuali hati dan
kepercayaan diri yang menggelembung sebesar gajah.
(Ahmad Fuadi: 41)
d. Ayah
Ayah merupakan sosok motivator bagi keberhasilan Alif.
Kehadirannya membawa suasana tenang dan menjadikan segala keraguan
untuk mencapai cita-cita Alif musnah. Sosok ayah dalam cerita adalah
sebagai tokoh sederhana yang dianggap hanya memiliki sifat baik dalam
tutur kata, sikap, maupun perilakunya.
Ayah sering memberikan nasihat-nasihat baik kepada anak-
anaknya. Walaupun terkadang harus keras dalam mendidik, akan tetapi
sesungguhnya dalam hatinya terselip niat baik demi keberhasilan anak-
anaknya kelak. Selain itu bentuk kerja keras dan kegigihan sosok ayah
dalam mencari nafkah selalu dilakukan untuk bisa memenuhi segala
kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya.
“Ayah sengaja memesan ke tukang sepatu dan terompah di pasar
Ateh. Khusus dari kulit jawi. Asli kulit sapi” kata ayah sambil
membuka kotak itu. Sambil terbatuk-batuk, beliau mengeluarkan
sebuah sepatu hitam berkilat-kilat dan mendaratkan ke dekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
kakiku. Semuanya berwarna hitam gelap, mulai dari kulit, jahitan,
tali, sampai sol.
(Ahmad Fuadi: 40)
e. Bang Togar
Bang Togar juga digambarkan sebagai sosok manusia yang
memiliki banyak sisi perwatakan. Bang Togar memiliki watak baik,
penyayang, peduli terhadap kesusahan orang lain, dan dermawan bang
Togar juga terkadang memiliki watak keras, hal ini dilakukan sebagai
bentuk usahanya mendidik muridnya untuk memiliki mental kuat.
“Heh kau anak baru, ke mana saja kau selama ini? Aku pikir kau
hilang diculik. Masa baru menulis satu tulisan di Kutub sudah
senang minta ampun dan berhenti menulis. Bagaimana akan maju
kau dirantau!” Katanya merepet dengan alis terangkat tinggi.
(Ahmad Fuadi: 138)
f. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:
175). Latar yang terdapat dalam novel ini meliputi banyak waktu dan
tempat, diantaranya latar ketika sang tokoh berada di kota Meninjau, yakni
tempat kelahiran Alif, berikutnya latar di pondok Madani, Bandung tempat
melanjutkan kuliah S1 setelah menempuh ujian UMPTN, dan terakhir
adalah Amerika yang menjadi cita-cita Alif selama di podok Madani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
1. Latar di Meninjau
Sewaktu di Meninjau banyak latar atau tempat yang di paparkan
dalam novel. Meninjau merupakan tanah kelahiran Alif sang tokoh utama
dan juga Randai yang menjadi tokoh sentra dalam cerita. Oleh sebab itu
hampir di setiap episode cerita menampilkan tanah Meninjau sebagai
sentra utama tempat berawalnya sebuah cerita.
Meninjau merupakan tanah kelahiran Alif yang banyak menyimpan
kenangan serta impiannya. Kampung ini di gambarkan sebagai kampung
yang sejuk penuh dengan pepohonan dan terdapat juga danau yang di
sebut dengan danau Meninjau. Ini membuat suasana asri dan kedamaian
tanah kelahirannya tidak bisa di lupakan. Kampung yang menjadi
kebanggaan dan akan selalu di junjung tinggi kebudayaan dan adat yang
ada di mana pun dia tinggal kelak.
Banyak hal yang menarik di kampung Meninjau. Salah satunya
adalah danau Meninjau yang sewaktu kecil sering mereka gunakan sebagai
arena perlombaan memancing ikan supareh. Selain itu berbagai permainan
tradisional masih di pertahankan keberadaannya sebagai bentuk pelestarian
budaya. Ketika waktu puasa tiba banyak anak kecil bermain tembak-
tembakan dengan menggunakan bambu sebagai alat tembaknya.
Ketentraman dan kedamaian sangat terlihat dari penduduknya yang saling
bergotong –royong di setiap ada hajatan di desa.
Aku mahir dalam kaligrafi Arab, tapi apa hubungannya dengan
pertunjukan? Apa lagi? O ya, aku bisa sedikit silat, tapi sekarang
hanya sisa-sisa ingatan ketika belajar silek Minang waktu kecil di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Meninjau. Entah bagaimana caranya aku lolos tes ini. Aku
terduduk lesu, tidak tahu harus bagaimana. Ya Tuhan, tunjukilah
jalan terbaik.
(Ahmad Fuadi: 190)
2. Latar di pondok Madani
Latar atau tempat kedua yang di tampilkan dalam cerita adalah
pondok pesantren Madani yang ada di Gontor Jawa Timur. Hal itu terjadi
seiring dengan keinginan orang tua Alif selepas tamat SMP ingin mendidik
anaknya dalam dunia pondok pesantren. Di pondok Madani inilah yang
banyak menjadi kenangan sekaligus tempat menimba ilmu agama sebagai
bekal kehidupannya kelak di akhirat.
Dalam dunia pondok pesantren banyak mengajarkan Alif berbagai
ilmu agama termasuk cara menjalankan ibadah sholat secara benar, puasa,
membaca Al-Quran, dan membaca kitab-kitab kuning yang menjadi ciri
khas di setiap pondok pesantren. Selain mendapatkan pelajaran ilmu
agama, para santri juga di bekali dengan ilmu tasawuf yaitu suatu imu
yang mengajarkan manusia untuk bisa berbuat ikhlas, sabar, dan
tawakal/pasrah terhadap segala takdir Allah. Pelajaran-pelajaran itu semua
yang pada akhirnya dapat mencetak Alif sebagai sosok pemuda yang
tangguh, berani bercita-cita tinggi dan juga berani mengaktualisasikan apa
yang menjadi cita-citanya tersebut.
Aku tulis ketika mendengarkan salah satu wejangan Kiai Rais di
PM sekitar dua tahun lalu. Membaca lembaran itu membuat aku
hanyut ke suatu masa ketika kiaiku berpidato di depan ribuan
santrinya. Aku mencatat, seluruh aula tiba-tiba berdengung oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
bisik-bisik kami, ketika kiai Rais masuk ruangan berkapasitas
3000 orang itu.
(Ahmad Fuadi: 191)
3. Latar di Bandung
Selain terdapat latar di pondok Madani yang merupakan suatu
tempat yang pernah di singgahi tokoh jalannya cerita juga menampilkan
kota Bandung sebagai tempat Alif melanjutkan studinya untuk meraih
gelar S1. Bandung sering di sebut dengan kota pelajar yakni tempat yang
banyak di minati mahasiswa untuk mencari ilmu. Selain itu kota Bandung
terkenal memiliki curah hujan cukup tinggi, karena letak geografisnya
yang berada di daerah pegunungan sehingga dapat di bilang hampir setiap
hari terjadi hujan.
Layaknya kota-kota besar seperti Jakarta, di tengah kemegahan
kota Bandung terdapat suatu daerah pemukiman kumuh yang banyak di
huni oleh penduduk yang datang dari luar kota Bandung. Mereka hidup di
area pembuangan sampah. Rumah mereka terbuat dari tripleks dan juga
kardus-kardus bekas. Pekerjaan yang dilakukan mereka sehari-hari adalah
menjadi pemulung.
Di kota Bandung inilah Alif melanjutkan studi S1 nya di UNPAD
yaitu salah satu kampus yang berada di kota Bandung. Kampus itu
menjadi pilihan utamanya selepas lulus ujian paket C. Di sana dia terdaftar
menjadi mahasiswa selain itu juga sebagai aktivis muda. Barbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kegiatan organisasi dia lakoni. Hal itu di lakukan karena dia tidak mau
menyia-nyiakan kesempatannya belajar selama kuliah di Bandung.
Aku mengekor saja, menumpang mobil Kijang barunya, hasil
tabungan dari proyek menulis. Kami menembus lalu lintas
Bandung. Mengarah ke pinggir kota. Dia melambatkan mobil
ketika memasuki kawasan yang dikelilingi banyak bukit dan
mematikan mesin di sebelah sebuah bukit. Bukan bukit hijau, tapi
bukit-bukit dari sampah setinggi rumah. Sampah ini bercampur
dengan rumah-rumah seng dan tripleks bekas. Air kehitaman
menggenang di sana-sini. Lalat-lalat hijau yang gemuk-gemuk
berdengung-dengung mengitari kepalaku. Bau tempat ini bagai
merajam saraf hidungku.
(Ahmad Fuadi:160)
4. Latar di Amerika
Selain kegiatannya sebagai mahasiswa Alif juga menginginkan
untuk bisa masuk tes menjadi anggota program pertukaran pemuda
antarnegara. Salah satu negara yang menjadi pilihannya adalah Amerika.
Sebuah negara yang memiliki sistem pemerintahan paling berkuasa
diantara negara-negara lainnya. Selain itu Alif juga menganggap di Negara
Amerika dirinya akan banyak mendapatkan ilmu dalam hal tulis-menulis.
Cita-citanya untuk menjadi seorang jurnalis kelak mendorong semangat
tinggi untuk berusaha keras menjadi salah satu pemuda yang beruntung
masuk tes program pertukaran pemuda antarbangsa tersebut.
Setelah melalui berbagai macam tes diantaranya tes tulis,
wawancara, keterampilan seni, dan tes kesehatan akhirnya Alif
dinyatakan lolos menjadi pemuda terpilih yang bisa pergi ke Amerika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
sebagai pemuda wakil negara yang akan menampilkan segala
kemampuan dan mengenalkan budayanya ke negara tersebut. Di sana
banyak hal baru yang ia temui salah satunya adalah keadaan tanah
Amerika yang memiliki sifat jauh berbeda dengan tanah Meninjau
daerah kelahirannya atau pun tanah-tanah lain yang ada di Indonesia.
Menginjakkan kaki di tarmac di Montreal ini menjadi
sebuah sensasi yang membuat badanku seakan terbang
melayang. Aku cubit lenganku kut-kuat dan meringis
sendiri. Ini bukan mimpi, tapi awan impian yang menjadi
nyata.
(Ahmad Fuadi: 255)
g. Sudut Pandang
Sudut pandang, point of view, menyarankan pada cara sebuah
cerita dikisahkan. Sudut pandang ialah cara atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya
fiksi kepada pembaca (Abrams, 1981: 142). Sudut pandang merupakan
salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai sarana cerita. Sudut
pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih
pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Sudut pandang yang digunakan dalam penceritaan novel Ranah 3
Warna adalah sudut pandang persona pertama atau biasa di sebut sudut
pandang orang pertama. Hal ini ditandai dengan menggunakan kata “Aku”
dalam menyebut atau menceritakan tokoh utama dalam novel. Ini berarti
cerita yang disajikan seolah-olah merupakan kejadian yang dialami sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
oleh penulis. Penulis berperan aktif dalam pemaparan kisah demi kisah
yang dialami tokoh utama.
Penulisan sudut pandang persona pertama keseluruhan digunakan
dalam penceritaan tokoh utama dalam novel. kadang-kadang pengarang
menggunakan sebutan wa’ang yang artinya juga aku kata yang biasa
digunakan oleh masyarakat Meninjau dalam menyebut dirinya sendiri. Hal
ini menunjukkan unsur biografi serta penggunaan bahasa pengarang yang
tidak bisa lepas dari kehidupan pribadinya dalam dunia nyata.
Seminggu ini hatiku rasanya lapang. Ke mana pun aku pergi
senyum pun selalu tersibak. Aku merasa diakui, dan yang tidak
kalah penting, aku akan dapat uang yang cukup buat biaya
hidupku. Semoga cukup banyak untuk bisa aku kirimkan ke Amak.
Kawanku satu kos juga member selamat, termasuk Randai.
(Ahmad Fuadi: 151)
“ wa‟ang tidak punya backup, Dai?” tanyaku memberanikan diri.
Aku merasa bersalah sekali dan bisa merasakan penderitaannya.
Dia melirikku dengan sengit, matanya lalu menyipit.
(Ahmad Fuadi: 167-168)
h. Amanat
Zulfahnur, dkk (1996: 26) berpendapat bahwa amanat dapat
diartikan sebagi pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai
kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.Pesan-
pesan moral yang mewakili pengarang sebagai bagian dari sebuah
masyarakat tertentu itulah yang menjadi sbeuah ruh dalam sebuah karya.
Sebuah karya tidak akan berarti jika tidak mengandung pesan-pesan
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu pesan
kepada para pembaca yang bisa berupa pesan moral, pendidikan, dan
agama yang disampaikan baik melalui percakapan antartokoh atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam rangkaian cerita. Pada novel Ranah
3 Warna ini penulis hendak menyampaikan pesan-pesan kepada para
pembaca tentang motivasi kehidupan, pendidikan, serta kesabaran dalam
menjalani tantangan hidup.
Amanat tersebut disampaikan sesuai isi cerita secara keseluruhan
yang ditampilkan pengarang melalui novel. Pesan yang terkandung dalam
novel disampaikan secara tersurat dan tersirat. Pesan yang sifatnya tersurat
dapat dicerna pembaca secara langsung untuk akhirnya diharapkan dapat
mempengaruhi prilaku serta pola pikir pembaca sehari-hari dalam
kehidupan nyata. Sedangkan pesan yang sifatnya tersirat hendaknya dapat
pembaca peroleh melalui penelaahan serta pemahaman yang mendalam
terhadap bacaan novel Ranah 3 Warna.
Pesan atau amanat yang menunjukkan motivasi hidup terlihat
dalam penceritaan ketika sang tokoh harus melewati ujian fisik serta
mental yang dapat mempengaruhi rasa kepercayaan dirinya. Akan tetapi
Alif sang tokoh utama bukanlah merupakan pribadi yang gampang putus
asa dan mudah menyerah. Peristiwa demi peristiwa pahit yang dialaminya
menjadi cambuk untuk memompa semangat hidupnya dalam menggapai
cita-cita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Sedangkan pesan yang menunjukkan pendidikan moral atau
tingkah laku, pendidikan sosial, dan pendidikan agama dapat dijumpai
pembaca hampir di setiap jalannya cerita. Pembaca di didik untuk menjadi
sosok manusia yang menyayangi kedua orang tua, mengasihi, patuh
terhadap kemauan positif orang tua, serta berbakti. Pada sisi pendidikan
sosial pembaca diharapkan dapat mencontoh perilaku sosial yang
digambarkan pada tokoh-tokoh dalam novel. keseluruhan tokoh dalam
novel memiliki perilaku sosial atau kepedulian yang tinggi terhadap
sesamanya. Mereka semua bisa bersosialisasi dengan teman dari suku
mana pun dan agama apa pun. Hal inilah yang nantinya dapat dijadikan
pelajaran positif bagi kaum muda agar tidak mudah memandang manusia
dengan sisi-sisi tertentu atau mengkotak-kotakkan golongan.
Dalam kehidupan beragama pengarang hendak menyampaikan
amanat terhadap pembaca melalui sosok tokoh utama Alif. Sebagai
seorang muslim sejati Alif selalu menjalankan ibadahnya dengan rajin.
Tidak hanya itu kepercayaannya terhadap Allah juga dia buktikan melalui
keyakinnya akan perubahan nasib, serta kesabarannya ketika harus
melewati berbagai pelajaran hidup.
Di ujung langkan, ayah mengajak kami sekeluarga berkumpul.
“Nak, ingat-ingatlah nasihat para orang tua kita. Di mana bumi di
pijak, di situ langit di junjung. Jangan lupa menjaga nama baik dan
kelakuan. Elok-elok menyeberang. Jangan sampai titian patah.
Elok-elok di negeri orang. Jangan sampai berbuat salah.
(Ahmad Fuadi: 41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
“ Anak-anak, sudah kalian lihat tadi semua, jurus dua golok. Saya
ingin memperlihatkan kepada kalian semua hikmah dari jurus ini.
Ini jurus yang sangat andal dan sakti, tapi bukan untuk kalian
praktikkan dengan tangan, tapi untuk kalian hidupkan dan amalkan
dalam jiwa. Cobalah kalian bayangkan. Kalian yang dikaruniai
bakat hebat dan otak cerdas adalah bak golok tajam yang
mengkilat-kilat. Kecerdasan kalian bisa menyelesaikan berbagai
masalah. Tapi kalau kalian tidak serius, tidak sepenuh tenaga dan
niat menggunakan otak ini, maka hidup kalian tidak akan
maksimal, misi tidak akan sampai, usaha tidak akan berhasil, kayu
tidak akan patah. Sedangkan kalian yang kurang berbakat seperti
golok majal yang karatan. Walau otak kalian tidak cemerlang, tapi
kalau kalian mau bekerja keras, tidak kenal lelah mengulang-ulang
usaha dengan serius, sabar
dalam proses perjuangan dan tidak akan menyerah sedikitpun,
maka hambatan apa pun lambat laun akan kalian kalahkan.
(Ahmad Fuadi: 194-195)
2. Aspek Psikologi Watak dalam Novel Ranah 3 Warna Berdasarkan
Teori Kepribadian Abram Maslow
a. Kebutuhan Fisiologi
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat homeostatik (usaha
menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula,
garam, protein, serta kebutuhan istirahan dan seks. Kebutuhan ini
digambarkan dalam penceritaan novel Ranah 3 Warna melalui tingkah
laku dan kebiasaan para tokoh. Terutama hasil analisis ini menunjukkan
bahwa kebutuhan fisiologis tokoh utama ketika tidak dapat terpenuhi
akhirnya menimbulkan sakit tifus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Di kisahkan dalam novel semenjak kematian ayah yang menjadi
motivator serta tempat berlindung membuat kehidupan sang tokoh Alif
pun berubah total. Alif yang semula periang dan pantang putus asa dalam
bermimpi menggapai cita-cita berubah menjadi sosok yang murung,
lemah, dan hampir kehilangan semangat hidupnya. Dia merasakan dunia
ini gelap bak mengarungi samudra yang luas hanya dengan menggunakan
perahu sampan kecil dan terombang-ambing oleh ombak laut yang
sewaktu-waktu dapat menenggelamkannya.
Seiring dengan keadaan keterpurukan Alif yang berkepanjangan
akhirnya tergerak juga hatinya untuk bangkit dan berani menghadapi
tantangan dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberaniannya mengambil
keputusan untuk tetap melanjutkan kuliah tanpa harus bergantung kepada
biaya yang dikirimkan amak. Ia merasa sudah besar, sebagai anak laki-laki
sulung ia justru beranggapan bahwa dirinyalah yang memikul tanggung
jawab menggantikan posisi ayahnya untuk menjaga amak dan adik-
adiknya termasuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Dengan niat yang bulat dia memutuskan untuk menerima segala
macam pekerjaan yang di tawarkan teman-temannya. Ia kesampingkan
perasaan malu dan menekan egonya untuk menjadi pribadi yang lebih
kuat. Pekerjaan demi pekerjaan dia lakoni, mulai dari sales sabun mandi
dan berbagai produk kebutuhan rumah tangga lainnya, menjadi guru
privat, sampai menjual border kerancang khas tanah Meninjau milik orang
tua Randai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Banyaknya kegiatan yang harus Alif kerjakan menjadikan dirinya
harus pandai-pandai membagi waktu antara pagi harus kuliah dan sore
sepulang kuliah dia harus menjajakan berbagai macam dagangannya demi
kelanjutan kuliahnya. Pada suatu saat fisik serta pikiran Alif yang harus
terkuras habis setiap harinya menjadikan kebutuhan fisiologisnya kurang
terpenuhi. Uang yang pas-pasan membuatnya sering menahan lapar atau
terkadang sarapan pagi dengan nasi basi yang masih tersisa di dapur, itu
pun tidak dia dapatkan setiap hari jika sudah terlebih dahulu di makan
temannya berarti dia harus rela membeli setengah porsi bubur ayam untuk
sekedar mengisi perutnya yang kosong. Selain itu jam istirahat hanya dia
lakukan ketika malam hari saja hingga pada akhirnya dia jatuh sakit dan
harus istirahat total selama berbulan-bulan.
“ itu penyebab sakit tifus. Saran saya, mas istirahat total dulu.
Lebih baik istirahat di rumah sakit supaya cepat sembuh”.
Kadang-kadang, serangan fajar ke dapur gagal karena nasi sisa
kemarin sudah rasan dan berkaca-kaca. Maka tidak ada pilihan
lain, aku harus beli sarapan. Setiap pagi, Raisa dan teman-
temannya merubung gerobak bubur ayam yang berhenti diantara
kos Raisa dn kosku. Kalau mereka sudah bubar, aku biasanya
melambaikan tangan kea bang tukang bubur untuk datang. Tapi di
sakuku tinggal beberapa ribu rupiah saja. Tidak cukup untuk
makan sampai malam. Apa boleh buat, harus berhemat lagi.
Dengan berbisik, supaya tidak terdengar Raisa, aku hanya
memesan setengan porsi bubur ayam dengan banyak bawang
goreng. Supaya bubur kelihatan banyak, aku tuangkan air putih dan
aku aduk. Tidak apa encer, tapi kan kelihatan sudah semangkuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
penuh. Lumayan buat menghangatkan perutku pagi ini.
(Ahmad Fuadi: 103)
b. Kebutuhan Keamanan
Sesudah kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncul
kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan,
batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan keamanan pada
dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Jikalau
kebutuhan fisiologis mempertahankan hidup jangka pendek, maka
kebutuhan keamanan adalah mempertahankan hidup jangka panjang.
Dari analisis novel ditemukan bahwa kebutuhan keamanan tokoh-
tokoh dalam cerita menjadi kebutuhan kedua yang harus terpenuhi
selayaknya manusia dalam dunia nyata. Hal ini tampak pada perilaku yang
ditunjukkan tokoh untuk membela diri ketika keamanannya sedang
terancam. Setiap manusia menginginkan keamanan dan ketanangan untuk
keberlangsungan hidupnya.
Pernah suatu ketika Alif di todong oleh preman dengan
menggunakan pisau tajam yang mengkilat-kilat di tengah gelapnya malam
yang diiringi dengan hujan deras. Preman itu menginginkan Alif untuk
menyerahkan uang dan segala barang berharga lainnya termasuk sepatu
yang dikenakannya. Dia merasakan keamanannya terancam, dengan
segenap kekuatan yang tersisa Alif berusaha melawan dengan
menggunakan jurus silat yang pernah dia pelajari sewaktu di Pondok
Madani. Akan tetapi badannya terlalu lemah untuk melawan serangan
preman itu. Hingga pada akhirnya pisau itu digoreskan ke leher Alif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
preman itu berkata mati atau menyehkan seluruh barang berharganya.
Akhirnya Alif memutuskan untuk mempertahankan hidupnya dia tidak
mau mati konyol hanya karena kegigihannya mempertahankan barang-
barang yang dia miliki.
“Ampun, ampun, Aa. Ambil saja semua, tapi jangan lukai saya”.
Aku mendengar suaraku bergetar-getar di tengah dentangan tetes
hujan di atap seng di atasku.Takut bertingkah aku berlutut
membuka tas dan memperlihatkan parfum, odol, dan mukena
jualanku. Tangannya mengobrak-abrik dengan kasar. Mengambil
beberapa barang sembarangan, termasuk odol. Mungkin dia merasa
harus menggosok giginya yang kuning seprti jagung muda. Si
kurus mencampakkan dompet ke depanku. Kosong.
(Ahmad Fuadi: 122)
c. Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love)
Kebutuhan dimiliki menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta
menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian,
pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan
cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Dalam penceritaan novel Ranah 3 Warna ini dapat terbukti jelas
ketika Alif yang sangat mengasihi ayahnya harus kehilangan cintanya
karena di tinggal mati oleh ayahnya. Orang yang selama ini dia cintai dan
kasihi harus pergi untuk selama-lamanya. Keterpurukan dan rasa
kesendirian yang teramat menyiksa batin bahkan raganya juga.
Untuk mengobati rasa kesendirian dan keterpurukan itu tidaklah
mudah. Dia membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
untuk dapat menyembuhkan rasa dukanya. Akibat tidak terpenuhinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
kebutuhan dicintai dan disayangi tersebut kehidupan serta perilaku Alif
yang periang berubah menjadi pemuda yang cengeng, lemah, dan
kehilangan semangat hidup.
Begitu juga ketika Alif tidak bisa mendapatkan cinta Raisa sang
pujaan hatinya. Raisa adalah gadis yang menjadi pilihan hatinya sejak
pertama bertemu. Dia belum sempat mengucapkan kata cintanya kepada
Raisa.
Momen wisuda dia anggap sebagai momen yang tepat untuk
menyampaikan segala perasaan cinta yang terpendam selama ini. Tapi
ternyata kenyataan berbalik lain. Randai sahabatnya terlebih dahulu
meminang Raisa untuk dijadikan pendamping hidup. Peristiwa tersebut
membuat hati Alif hancur di tengah kebahagiaan para tamu undangan
wisuda. Dia merasakan dunia yang sempit dan tidak secerah hari-hari
ketika bisa memandang wajah Raisa yang justru dimiliki oleh temannya
Randai.
Aku terduduk lunglai di kasur tipisku. Rasanya kasur ini bagai
pulau mungil di tengah lautan besar yang marah, aku terkurung dan
ombak besar bergulung-gulung siap menelan pulau ringkih ini.
Ombak besar ini muncul dalam bentuk kematian ayah, kehabisan
uang saku, dan ujian semester yang mengintai.
(Ahmad Fuadi: 102)
Setiap tetes darahku rasanya surut seketika ke jantungku dan
membeku di sana. Telingaku berdenging-denging. Rasanya aula
tempat wisuda ini gemeratak dan runtuh berkeping-keping.
Membawa semuanya rata tanah, debu beterbangan pekat, dan aku
terkapar tidak berdaya. Tanganku yang sudah memegang surat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
hamper mengeluarkan dari saku, surut kembali, seperti undur-
undur terkejut.
(Ahmad Fuadi: 459)
d. Kebutuhan Harga Diri
Kepuasan kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan dan sikap
percaya diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna serta penting
di dunia. Sebaliknya frustasi karena kebutuhan harga diri tak terpuaskan
akan menimbulkan perasaan dan sikap inferior, canggung, lemah, pasif,
tergantung, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan rendah
diri dalam bergaul. Seseorang akan dengan sekuat tenaga dalam membela
harga diri ketika dia merasa dirinya direndahkan atau diremehkan orang.
Begitu juga yang dialami tokoh Alif, dia sebagai tokoh utama dalam cerita
sangat merasa tidak tenang dan gundah jika kebutuhan harga dirinya tidak
dapat terpenuhi.
Suatu ketika Randai teman kecil Alif pernah meragukan keinginan
alif untuk mengikuti tes UMPTN. Dengan nada sedikit merendahkan
Randai mengatakan bagaimana mungkin aden bisa lulus ujian UMPTN
ijazah SMA saja tidak punya, Lebih baik aden jadi guru ngaji saja.
Perkataan Randai membuat hati Alif terbakar, dia merasa harga dirinya
dijajah habis-habisan. Dalam hati dia ingin membuktikan bahwa saya yang
dari lulusan pondok pesantren pun bisa memiliki kesempatan yang sama
dengan anak-anak yang dari lulusan sekolah negeri. Akan tetapi jauh di
lubuk hatinya juga agak sedikit meragukan apakah dirinya benar-benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
akan mampu menembus ujian UMPTN Perasaan lemah dan gundah tidak
dapat dia sembunyikan.
“Hmm, kuliah di mana setelah pesantren? Emangnya wa‟ang bisa
kuliah ilmu umum? Kan tidak ada ijazah SMA? Bagaimana akan
ikut UMPTN?” pertanyaan Randai berentetan dan berbunyi
sengau. Seperti merendahkan. Rasanya telak menusuk harga diriku.
Darahku pelan-pelan terasa naik ke ubun-ubun. Kawanku
sikumboh bersorak dari bukit-bukit di sekeliling danau. Suara koor
mereka yang magis seperti di bawa angin, melantun-lantun ke
segala penjuru danau, seperti ikut menanyai diriku.
(Ahmad Fuadi: 4)
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan
meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang
orang itu mampu mewujudkannya memakai (secara maksimal) seluruh
bakat, kemampuan, potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk
memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfillment.) Untuk
menyadari semua potensi dirinya untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya, dan menjadi kreatif serta bebas mencapai puncak
prestasinya.
Alif sebagai tokoh utama cerita selalu berusaha mengaktualisasikan
dirinya dengan segenap usaha untuk mencapai cita-cita dan apa yang
menjadi keinginannya.
Perjuangan tokoh dalam usahanya mengaktualisasikan diri
ditunjukkan pada setiap episode cerita. Pertama usaha Alif untuk bisa
mendapatkan ijazah setara SMA dia lakukan dengan penuh kerja keras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Mengejar ketinggalannya selama tiga tahun di dunia pendiikan tingkat
SMA bukanlah merupakan sebuah hal yang mudah. Berbagai usaha dia
lakukan, mulai dari mencari guru pembimbing sampai dengan meminjam
buku ke teman-temannya. Hal itu dia lakukan sebagai bukti bahwa dia
merasa mampu untuk mendapatkan ijazah paket C dengan nilai bagus.
Usaha kedua untuk menggapai cita-citanya masuk perguruan tinggi
negeri dia lakukan melalui tes UMPTN. Belajar dengan keras dan berdo‟a
itu adalah kunci kesuksesan bagi Alif. Dia sudah mengerjakan
kewajibannya untuk memenuhi persyaratan lulus UMPTN tinggal Allah
yang berhak menentukan. Pada akhirnya perjuangan Alif Pun
membuahkan hasil. Dia yang selama ini tercatat sebagai lulusan pesantren
yang diragukan kemampuannya untuk menembus UMPTN akhirnya
keraguan itu terbantahkan juga. Dia berhasil melewati ujian masuk
perguruan tinggi negeri dan di terima di UNPAD Bandung. Kepuasan
muncul dalam hati Alif, begitu juga ucapan rasa syukur tidak henti-
hentinya dia panjatkan kepada Allah yang selama ini selalu mengabulkan
doa-doanya.
Keyakinan dalam diri Alif akan adanya kemudahan jalan bagi
orang yang menuntut ilmu terlanjur melekat kuat. Selama ini dia merasa
mampu untuk menggapai segala keinginannya. Pelajaran yang dia
dapatkan di pondok Madani lebih dari cukup untuk menjadi bekal
menaklukkan segala yang ada di dunia termasuk niatnya untuk pergi ke
tanah Amerika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Alif bukanlah orang yang mudah puas dengan keberhasilan yang
sudah dia peroleh selama ini. Impiannya untuk bisa pergi ke negeri
Amerika menjadi tujuan besar dalam hidupnya. Segala hal yang menjadi
persyaratan tes masuk pertukaran pemuda antarnegara dia lakukan dengan
sungguh-sungguh. Satu hal yang menjadikannya hampir tidak lolos dalam
ujian tersebut. Itu di karenakan adanya tes olah fokal dan tes menampilkan
kesenian tradisional bangsa Indonesia. Salah satu yang menjadi
kelemahannya adalah Alif tidak memiliki suara bagus dan juga tidak
pandai menari. Tapi bukan Alif namanya kalau dia tidak melakukan segala
usaha untuk gigih menggapai impiannya.
Dari situlah usaha untuk meyakinkan dewan juri dia lakukan. Dia
berbicara dengan tegas layaknya orang yang sedang berpidato. Dia
meyakinkan bahwa ia layak terpilih menjadi perwakilan bangsa. Walaupun
dia tidak bisa menyanyi dan menari tapi dia memiliki banyak tulisan yang
sudah pernah diterbitkan di Koran-koran. Hal itu menurutnya menjadikan
modal bahwa bangsa Indonesia dapat memperkenalkan segala
kebudayaannya melalui tulisan dan pemikiran-pemikiran jenius seperti
dirinya.
Aku mengambil Koran Kompas dari ransel dan menunjuk-nunjuk
tulisannya yang dimuat. “ Aku ingin bisa menulis seperti ini. Kali
ini kalau aku malas, maka taruhanku adalah putus sekolah dan mati
kelaparan di sini. Apapun akan aku hadapi untuk bisa terus kuliah”.
(Ahmad Fuadi: 139)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah 3 Warna
Karya sastra memiliki kaitan yang erat dengan pendidikan. Dalam
setiap karya sastra penulis memiliki tujuan untuk menyampaikan
pendidikan agama, moral, sosial, maupun budaya. Nilai-nilai pendidikan
itu ditampilkan melalui peran tokoh, peristiwa, dan percakapan antar
tokoh. Nilai-nilai yang ditampilkan sangat bermanfaat bagi para pembaca.
Suatu peristiwa, atau perbuatan yang negatif dalam novel bisa dijadikan
contoh untuk masyarakat agar tidak mencontoh perbuatan atau sifat negatif
tersebut, sedangkan untuk nilai-nilai positif dapat dijadikan acuan serta
contoh yang patut di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna dapat
dijadikan contoh bagi masyarakat sebagai penikmat sastra. karena pada
dasarnya masyarakat cenderung lebih mudah terpengaruh pada tokoh-
tokoh serta prilaku yang ditampilkan dalam novel. hal ini yang menjadikan
tanggung jawab besar bagi penulis sastra untuk memasukkan unsur-unsur
nilai pendidikan dalam karyanya.
Pembaca yang sudah menghayati novel akan meniru perilaku
bahkan kebiasaan serta pola pikir tokoh dalam penceritaan novel. Novel
yang dianggap bagus serta cocok dengan pengalaman pembaca akan
mendapat nilai tersendiri di hati pembaca. Pendidikan dapat berfungsi bagi
pembaca untuk akhirnya digunakan bekal dalam kehidupan
bermasyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
a. Nilai Pendidikan Agama
Agama adalah wahyu dari Allah yang di bawa oleh para Nabi
untuk disampaikan kepada semua manusia sebagai pegangan hidup.
Manusia terlahir tentu ada yang menciptakan tidak serta merta wujud
tanpa ada yang mencipta. Hal inilah yang perlu disadari manusia bahwa di
dalam kehidupan ini sudah sepantasnya kita bersyukur dan melaksanakan
kewajiban kita kepada Allah SWT.
Di dalam agama terkandung aturan-aturan hidup yang dapat
dijadikan pegangan manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan agama
manusia akan tertuntun dan lebih terarah dalam berperilaku. Agama dapat
menenteramkan hati, menyejukkan jiwa dikala manusia sedang dalam
keterpurukan atau dalam kebahagiaan.
Agama yang dianut dalam novel Ranah 3 Warna adalah agama
Islam. Sesuai dengan aturan yang terdapat dalam agama Islam Alif
merupakan orang yang taat beribadah, selalu bersyukur, dan bersabar
ketika sedang menghadapi masalah hidup. Hal ini juga yang selalu
diajarkan orang tua Alif , dia di beri pendidikan pondok pesantren sebelum
akhirnya masuk ke pendidikan umum, dengan tujuan memberikan bekal
akhirat kepada anaknya untuk kemudian dapat digunakan sebagai bekal
dunia.
Hari pertandingan itu datang juga. Aku duduk di sebuah aula luas
milik IKIP Padang bersama ratusan anak muda lain dari segala
penjuru Sumatera Barat. Inilah hari yang mahapenting. Hari
penentuan. Aku harus berani dan tidak ragu-ragu. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
menggumamkan bismillah, mulailah aku buka lembar pertanyaan
yang tertangkup di meja.
(Ahmad Fuadi: 26-27)
Setelah salat, aku berjalan keluar rumah kos. Ke mana pun aku
memandang yang kulihat adalah genteng belang-belang yang
berimpit dengan antenna TV yang tumbuh disana-sini lengkap
dengan beberapa bangkai layang-layang putus yang tersangkut.
(Ahmad Fuadi: 45)
b. Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting di tegakkan
pada suatu masyarakat karena dapat menjadi rambu-rambu dalam
kehidupan serta pelindung bagi masyarakat itu sendiri. Moral dihasilkan
dari perilaku intelektual, emosi, hasil intuitif setiap individu yang pada
akhirnya menjadi aturan dalam kehidupan untuk bisa menghargai dan
membedakan antara yang benar dan yang salah.
Moral merupakan tingkah laku manusia yang dapat dinilai baik dan
buruknya berdasarkan aturan agama, budaya, serta aturan yang dibuat di
dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Di dalam novel nilai moral
digambarkan dengan perilaku tokoh dalam menghormati orang tua sebagai
keluarga yang paling dekat, teman, kiai atau guru yang mendidik dan
memberikan makanan rohani, dan umumnya pada setiap manusia lainnya.
Alif adalah sosok yang digambarkan dalam novel sebagai anak yang
berbakti pada orang tuanya, menuruti apa yang menjadi kemauan dari
orang tuanya. Selain itu ia juga sosok anak yang taat pada guru,
melaksanakan dan mengamalkan apa yang menjadi wejangan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
gurunya, begitu juga dia juga sosok teman yang bisa menghargai sesama,
dan menjadi sahabat yang selalu ada di saat senang maupun susah.
Banyak pendidikan moral yang di tunjukkan para tokoh dalam
novel Ranah 3 Warna. Sebagai sosok anak Alif tergolong anak yang patuh
dan hormat kepada kedua orang tuanya. Hal ini di tunjukkan melalui sikap
dan tuturan bahasa yang di gunakan Alif ketika sedang berbicara kepada
orang tuanya. Selain itu Alif juga terbiasa mencium kedua tangan orang
tuanya ketika hendak pergi meninggalkan rumah. Perlakuan mengasihi dan
sikap berbaktinya kepada kedua orang tua juga selalu di tunjukkan melalui
kerelaannya melaksanakan apa yang menjadi kemauan orang tuanya.
Selain perilaku baik Alif terhadap orang tuanya dia juga banyak
memberikan contoh perilaku baik lain yaitu jiwa kepedulian tinggi
terhadap sesama manusia. Hal ini di tunjukkan dengan bentuk kesadaran
untuk menyumbangkan sebagian rezeki yang ia miliki. Hatinya tidak rela
ketika harus senang dan kenyang di atas kesusahan dan kelaparan yang di
rasakan oleh saudara muslim lainnya.
“ sekali-sekali aku main ke sini, menyumbang sekedarnya, agar
mereka bisa sekolah. Kebetulan ada yayasan yang membuka kelas
belajar membaca di belakang rumah-rumah seng itu. Aku ajak juga
orang tuanya yang kebanyakan pemulung untu menyadari
pentingnya pendidikan untuk masa depan anak mereka. Kadang-
kadang bawa makanan. Kalau melihat mereka hidup seperti ini,
sungguh malu aku kalau tidak rajin berkarya”..
(Ahmad Fuadi: 161)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
c. Nilai Pendidikan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Sudah selayaknya manusia
melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosialisasi atau kepedulian
manusia terhadap sesama. Dalam rangka membina hubungan sosial
kemasyarakan dapat dilakukan dengan cara membina komunikasi antar
sesama manusia dengan baik, peduli sesama artinya tidak mementingkan
kebutuhan diri sendiri, menyadari bahwa dalam hidup kita tidak akan lepas
dari pertolongan orang lain. Dengan kesadaran akan hubungan tersebut
akan menumbuhkan rasa peduli, tidak akan menganggap diri kita lebih
baik dan orang lain derajatnya lebih rendah dibandingkan kita.
Nilai pendidikan sosial dalam novel Ranah 3 Warna ditunjukkan
melalui kebiasaan yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel. tokoh Alif
yang membuktikan kepedulian sosialnya dengan memberikan bantuan
uang kepada panti asuhan tidak hanya ketika kondisi ekonominya bagus
saja melainkan di saat kondisi ekonominya terpuruk pun dia merasa harus
menyisihkan uang. Dia menyadari bahwa di setiap rizki yang di berikan
oleh Allah ada haknya orang miskin yang harus kita berikan.
Sore itu aku datangi sebuah panti asuhan di jalan Nilem. Aku kais-
kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak
pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama
sekali. Matanya terpejam sambil khusyuk mendoakan aku. Aku
merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu
rupiah.
(Ahmad Fuadi: 155)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Nilai pendidikan sosial juga ditunjukkan oleh tokoh Randai sahabat
sekaligus orang yang selalu menjadi saingan Alif dalam setiap cita-cita
dan keinginan. Randai adalah teman yang baik bagi Alif, disaat Alif
pertama kali datang ke Bandung Randai adalah orang yang menawarkan
tempat tinggal bagi Alif. Begitu juga ketika Alif sedang kesulitan ekonomi
semenjak di tinggal mati ayahnya Randai dengan senang hati memberikan
pinjaman uang bahkan pekerjaan untuk membantu menjual kain-kain
dagangan ibunya sebagai modal usaha Alif.
Sebelum kembali ke Bandung tempo hari, Randai berkali-kali
mengajak aku menginap di kamarnya di Dago. “sampai wa‟ang
mendapatkan tempat kos sendiri”., katanya sambil menulis alamat
lengkap di selembar kertas.
(Ahmad Fuadi: 43)
Bentuk kepedulian terhadap sesama juga ditunjukkan melalui
kebiasaan tokoh bang Togar yang sering memberikan bantuan makanan ,
uang, dan bantuan-bantuan dalam bentuk lain kepada anak-anak yang
tinggal di pemukiman kumuh kota Bandung. Secara fisik dan ucapan bang
Togar memang terlihat keras, tetapi sesungguhnya dia memiliki hati yang
baik dan jiwa sosial yang tinggi. Kesadarannya akan kehidupan yang serba
kecukupan tidak di raih dengan begitu saja, perlu usaha dan kerja keras.
Pelajaran hidup yang pernah dialami bang Togar memberikan pelajaran
bahwa masih ada banyak orang yang hidupnya jauh lebih menderita dan
membutuhkan pertolongan.
Beberapa anak kecil dengan ingus turun-naik berlarian mendatangi
kami. Anak-anak tanpa alas kaki dengan baju compang-camping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
ini berteriak-teriak senang dan sejenak aku ttidak mengerti kenapa.
Begitu mendekat, mereka berebutan menyalami dan mencium
tangan bang togar. Dari jauh, beberapa orang tua melambaikan
tangan kea rah kami. Anak-anak ini dengan senang mengiringi ke
mana pun kami berjalan. Bang togar bertanya tentang pelajaran
sekolah mereka. “Sebentar, Om punya hadiah buat kalian!”
serunya. Dia kembali ke mobil dan membawa keluar sebuah kardus
besar yang berisi aneka macam panganan dan memberikannya
kepada mereka. Setelah berterima kasih, anak-anak itu bubar,
berlari membawa makanan itu ke rumah seng dan tripleks mereka.
(Ahmad Fuadi: 160)
d. Nilai Pendidikan Budaya
Budaya adalah sebuah tradisi yang dibuat oleh suatu masyarakat
dan dilestarikan secara turun-temurun oleh golongan masyarakat itu
sendiri. Sebuah budaya yang sudah terlanjur melekat akan menjadi
pedoman yang dapat menimbulkan nilai baik ataupun buruk dari
masyarakat. Budaya yang timbul di masyarakat dapat berupa kebiasaan
hidup sehari-hari, aturan, dan pola pikir manusia.
Nilai budaya yang di tunjukkan dalam novel tampak pada cerita
melalui perbedaan kebiasaan makanan yang di konsumsi oleh santri yang
ada di pondok pesantren, anak kos, dengan masyarakat di Quebec. Pondok
pesantren dan tempat kos-kosan adalah merupakan dua hal yang sama
yaitu hidup sebagai perantauan yang harus menghemat segala bentuk
keperluan termasuk juga makan. Hal ini dilakukan karena banyaknya
kebutuhan yang harus diutamakan dan bersifat jauh lebih penting di
bandingkan kebutuhan makan enak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Di lingkungan pesantren para santri terbiasa makan dengan lauk
sambel dan tambahan lauk lain seadanya. Sedangkan di tempat kos Alif
terbiasa menyantap sarapan paginya dengan satu porsi bubur ayam dengan
harga ekonomis yang tidak akan membuat kantongnya kering. Berbeda
dengan di pondok dan tempat kos kebiasaan makan di Quebec dilakukan
Alif dengan menyantap sup sebagai menu pembuka sarapan paginya.
Setelah itu baru menyantap makanan roti atau nasi dengan lauk daging,
sayur, dan masih banyak pilihan lauk lainnya. Tidak cukup di situ saja
minuman yang di hidangkan bukan sekedar air putih saja melainkan
berbagai jus buah segar tersedia di hadapannya. Hal itu menjadi dua sisi
budaya yang bertolak belakang dengan kehidupannya semasa susahnya
dahulu.
Sambil mengobrol ngalor-ngidul, Mado berkeliling meja,
menuangkan soupe aux pois yang berwarna kuning ke cawan putih
kami sebagai entrée, makanan pembuka. Warna sup ini sekilas
mirip kuah gulai kuning yang sering di masak amak, tapi lebih
kental. Aku seruput sedikit dan tidak bisa berhenti menyeruput
sam[pai tandas. “Ini makanan tradisional Quebec, dibikin dari
kacang ercis kering yang berwarna kuning, terang Franc yang
sudah menambah dua kali.
(Ahmad Fuadi: 313-314)
B. Pembahasan
Kesuksesan Ahmad Fuadi merambah dunia sastra melalui novel Negeri 5
Menara yang kemudian dilanjutkan dengan novel keduanya Ranah 3 Warna
adalah merupakan satu pembuktian bahwa Ahmad Fuadi merupakan sosok
sastrawan muda yang piawai dalam merangkai kalimat dengan bahasa yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
diterima di masyarakat (mudah dipahami) dan kekhasannya dalam menciptakan
karya yang berbeda dengan karya-karya sastrawan lainnya. Pada setiap karya yang
di ciptakan Ahmad Fuadi diceritakan dengan gaya yang memikat, detail, dan
mampu menggambarkan latar dengan rinci sehingga dapat membawa pembaca
seolah-olah ikut mengalami peristiwa tokoh dalam novel dan juga ikut merasakan
suasana setiyap tempat yang diceritakan oleh pengarang.
Ada banyak sisi yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna. Salah satu
yang digambarkan dengat sangat menyentuh adalah kegigihan seorang pemuda.
Perjuangan hidup seorang pemuda yang mungkin akan sangat jarang ditemui pada
zaman sekarang menjadikan cerita dalam novel hadir sebagai pencerahan baru
yang banyak memberikan motivasi dan semangat yang bisa menyadarkan generasi
muda saat ini, bahwa tidak semua orang sukses yang berhasil mencapai cita-
citanya berasal dari keturunan orang berada, dan proses pencapaian kesuksesan
dilalui tanpa adanya hambatan berarti. Justru dalam novel ini digambarkan realita
perjuangan yang penuh dengan keadaan keterbatasan. Baik itu keterbatasan
ekonomi, pikiran, serta kenyataan sang tokoh yang dibesarkan dari golongan
masyarakat tingkat menengah. Ini semua merupakan pelajaran berharga bagi para
pembaca, bahwa sesungguhnya hidup adalah perputaran roda nasib yang penuh
rahasia. Perputaran roda kehidupan itu terjadi karena adanya usaha dari manusia
itu sendiri untuk berusaha merubah nasib. Akan tetapi rahasia itu merupakan
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia senantiasa tidak berhenti
berusaha dan berdoa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel Ranah 3 Warna, di bawah ini
peneliti sajikan pembahasan terhadap temuan-temuan yang telah peneliti paparkan
sebelumnya.
1. Analisis Struktural Novel Ranah 3 Warna
a. Tema dalam Novel Ranah 3 Warna
Menurut Zainuddin Fenanie (2008: 84) tema adalah ide, gagasan,
pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya
sastra. karena sastra merupakan hasil refleksi kehidupan masyarakat, maka
tema yang diciptakan dalam karya sastra pun sifatnya beragam. Korrie
Layun Rampan (1995: 36) dan Burhan Nurgiyantoro (2002: 68) juga
memiliki pendapat yang hampir sama dengan pendapat di atas. Pendapat
tersebut menyatakan bahwa tema merupakan dasar bagi pengembangan
sebuah cerita.
Karena keberadaan tema merupakan dasar pembuatan cerita, maka
agar menjadi sebuah cerita yang menarik, memikat, bernilai sastra, cerita
harus dikembangkan secara kreatif oleh pengarang. Akan lebih baik jika
tema tidak dinyatakan secara definitif, tetapi tersamarkan lewat unsur-
unsur cerita. Bisa melalui jalan pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan
psikologi, setting, dan lain sebagainya.
Mengacu pada berbagai pendapat ahli di atas tentang tema, maka
berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan terbukti bahwa
tema yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna adalah motivasi hidup.
Karena di dalam novel ini sarat dengan tanda-tanda yang menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
adanya motivasi-motivasi pemuda dalam kegigihannya meraih impian dan
cita-citanya. Pada akhir cerita dipaparkan usaha yang membuahkan
keberhasilan dalam menempuh pendidikan S1 dan utamanya keberhasilan
seseorang dalam proses pendewasaan berpikir, berteman, bersosialisasi,
dan dalam menghadapi setiap ujian yang datang.
Sesungguhnya tema yang diangkat dalam novel Ranah 3 Warna
merupakan pelajaran moral yang banyak memberikan motivasi hidup bagi
para pembaca di tengah krisis kepercayaan diri yang terjadi di masyarakat.
Saat ini banyak masyarakat kecil utamanya, yang menganggap bahwa
impian dan cita-cita manusia miskin adalah sebuah angan-angan belaka
yang tidak mungkin akan terwujud menjadi kenyataan. Berbagai pikiran
tersebut muncul berdasarkan pandangan mereka terhadap kenyataan dunia
yang terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal.
Peran Ahmmad Fuadi untuk menampilkan cerita secara segar
menjadi nilai tersendiri bagi pengarang. Dia mampu menyajikan tema
tentang motivasi yang diiringi dengan perjuangan hidup tokoh, sehingga
segala peristiwa yang terjadi di dalam cerita itu tampak sebuah cerita yang
benar-benar ada dalam dunia nyata. Hal ini akan dapat mempengaruhi pola
pikir serta mengubah pandangan hidup para pembaca tentang sempitnya
peluang orang miskin untuk memperoleh kesempatan kesuksesan seperti
yang dialami golongan orang-orang yang memiliki ekonomi cukup.
Pada dasarnya siapa pun saja berhak bermimpi dan mewujudkan
mimpinya. Keyakinan akan adanya kemudahan di setiap keinginan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
manusia dapat menumbuhkan semangat baru bagi manusia untuk tidak
mudah putus asa ketika harus menghadapi rintangan dan cobaan yang
bertubi-tubi. Segala bentuk peristiwa yang di lalui dalam hidup ini
sesungguhnya ada ganjaran atau balasan tersendiri. Kesadaran inilah yang
perlu kita tumbuhkan agar sebagai manusia kita lebih dapat bersyukur dan
sedikit mengeluh terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita.
b. Plot atau Alur Cerita Novel Ranah 3 Warna
Menurut Herman J. Waluyo (2002: 8) plot atau alur cerita
merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang
merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu
berkembang karena kontradiksi para pelaku. Plot meliputi: (1) paparan
awal cerita (eksposition), (2) masuk problem (inciting moment), (3)
penanjakan konflik (rising action), (4) konflik makin ruwet
(complication), (5) menurunnya konflik (talking action), dan (6)
penyelesaian (denoument).
Suatu plot yang terdapat pada novel Ranah 3 Warna menunjukkan
bahwa keseluruhan peristiwa jalannya cerita dari awal sampai akhir
merupakan jalinan konflik yang terjadi antara dua tokoh yaitu Alif (tokoh
utama) dan Randai (tokoh sentra). Ke dua tokoh tersebut menjadi sumber
terjadinya konflik dalam sebuah cerita. Sebuah konflik yang terjadi pada
kedua tokoh tersebut tidak sampai pada istilah konflik yang pelik untuk
diselesaikan, karena mereka berdua merupakan sahabat sejak kecil yang
sama-sama memiliki jiwa kepedulian terhadap sesama, orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
berpendidikan, dan mampu menyelesaikan masalah secara bijak atau
memiliki kemampuan mengekang emosi.
Paparan awal cerita yang di bangun oleh Ahmad Fuadi tampak
pada peristiwa masa kecil yang menceritakan kisah persahabatan antara
Alif dan Randai. Kedua sahabat ini sering menghabiskan waktu bermain
bersama dengan melakukan kegiatan memancing atau bermain tembak-
tembakan yang di buat dari bambu. Walaupun mereka tampak akrab dalam
bersahabat akan tetapi dalam diri keduanya selalu terjadi persaingan yang
mengarah pada hal-hal yang bersifat positif, misalnya bersaing untuk bisa
masuk tes ujian UMPTN dan lain-lain. Di tengah persaingan itu Randai
sering kali mengucapkan kata-kata yang tanpa disadarinya dapat membuat
hati Alif tersinggung. Konflik-konflik kecil yang terjadi diantara keduanya
tersebut tidak menjadikan persahabatan mereka terganggu, itulah yang
unik dari mereka dua individu yang berbeda sifat dan watak tetapi
keduanya dapat bersahabat sampai dewasa.
Problem dalam cerita mulai tampak ketika Alif hendak mengikuti
ujian tes masuk UMPTN. Padahal kenyataannya dia yang lulusan
pesantren dan tidak memiliki ijazah SMA mustahil untuk bisa dikatakan
bisa masuk tes itu. Di situlah celoteh Randai selalu terngiang-ngiang di
telinga Alif dan membuat harga diri Alif serasa diinjak-injak. Seharusnya
Randai sebagai sahabat Alif sejak kecil lebih bisa memahami dan
menghargai perasaan Alif yang juga menginginkan kesempatan yang sama
untuk masuk di perguruan tinggi negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Setelah melalui jalinan yang menjadikan problem awal cerita
terjadilah penanjakan konflik yaitu ketika Alif dan Randai lagi-lagi harus
bersaing untuk bisa mendapatkan hati Raisa yaitu gadis yang memiliki
wajah cantik dan berkepribadian menarik, sekaligus persaingan untuk bisa
masuk tes pertukaran pemuda antarnegara yang diadakan di Bandung.
Sedangkan penanjakan konflik terjadi ketika suatu hari Alif secara
tidak sengaja merusakkan komputer Randai. Sejak saat itulah persahabatan
keduanya merenggang. Alif merasakan dirinya sebagai pihak yang
bersalah akan tetapi sebesar apa pun kesalahan yang dia lakukan tidak
sepatutnya Randai berkata kasar yang menjadikan hatinya terluka. Sebagai
seorang sahabat seharusnya lebih bisa menjaga perasaan sahabatnya,
karena perkataan yang menyakitkan sampai kapan pun akan membekas di
hati orang yang telah kita lukai.
Dengan adanya kejadian pinjam-meminjam diantara kedua teman
itu membuat mereka harus berpisah sementara. Alif memutuskan untuk
pindah kos dan hal itu memjadikan intensitas waktu untuk bertemu
keduanya menjadi jarang. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu
rasa sakit hati diantara Allif dan Randai dapat mereka tekan dan hapus,
karena sesungguhnya mereka menyadari persahabatan yang terjalin
diantara mereka berdua sudah sangat lama, akan tampak konyol jika
sebuah persahabatan itu putus hanya gara-gara satu peristiwa pinjam-
meminjam. Di situlah penurunan konflik sekaligus penyelesaian konflik
terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Selain mengacu pada pandangan Herman J. Waluyo plot atau alur
dalam cerita yang di tampilkan pengarang adalah tergolong dalam istilah
alur campuran, yaitu suatu alur cerita yang menampilkan paparan cerita
secara maju artinya cerita disampaikan sesuai dengan perkembangan
kejadian dari masa lalu menuju masa saat ini atau masa sekarang dan
terkadang peristiwa terjadi kembali ke masa lalu sang tokoh (alur mundur)
artinya penceritaan yang seharusnya membahas masa sekarang justru
berbalik menceritakan kisah masa lalu tokoh. Walaupun novel Ranah 3
Warna menggunakan alur campuran akan tetapi hal tersebut tidak
menjadikan cerita yang hadir menjadi bacaan yang membosankan dan sulit
di pahami. Karena pengarang mampu menyajikan isi cerita secara
bertahap, detail, dan menarik sehingga memudahkan pemahaman bagi
para pembacanya.
Keberadaan alur dalam cerita menjadi salah satu struktur penting
novel. Penyajian alur yang tepat akan dapat mempengaruhi nilai seni yang
di tampilkan pengarang. Selain itu dengan tatanan alur yang bagus dapat
menghasilkan sebuah cerita yang mudah untuk diikuti jalan ceritanya oleh
pembaca. Keberhasilan seorang pengarang untuk menyampaikan ide cerita
juga dapat ditentukan melalui kepiawaiannya dalam menciptakan struktur
novel yang lengkap dan menarik.
c. Tokoh dan Perwatakan dalam Novel Ranah 3 Warna
Menurut Jones (1968: 33) penokohan adalah penyajian watak,
penciptaan citra, atau pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
yang ditampilkan sebagai tokoh dalam sebuah cerita. Sebagai subjek yang
menggerakkan peristiwa-peristiwa cerita. Penyajian tokoh menjadi sumber
utama awal terbentuknya sebuah karya sastra khususnya novel.
Sedangkan pendapat yang sama juga disampaikan Abrams (1981:
20) bahwa tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral
dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari dua kutipan di atas dapat di
ketahui bahwa antara tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan
dalam penerimaan pembaca.
Ketepatan seorang pengarang dalam menampilkan tokoh yang
sesuai dengan karakter serta perwatakannya dapat memberikan kesan
kepada pembaca seolah-olah peristiwa yang diceritakan bukan sekedar
imajinatif melainkan peristiwa faktual. Dalam hal ini apa yang
disampaikan oleh Ahmad Fuadi pada cerita dikisahkan secara mendalam,
karena dalam kehidupan nyata seorang Ahmad Fuadi sudah mengetahui
betul tentang dunia pondok pesantren, dunia pendidikan, serta lokasi
sebagaimana yang dikisahkan dalam novelnya.
Berbagai pengalaman yang dimiliki pengarang cukup untuk di
jadikan pedang yang bisa menembus segala model dan sisi kehidupan
sehingga akhirnya terapresiasikan melalui hasil karangannya. Segala
bentuk tampilan penokohan disajikan secara menarik sesuai dengan
kehidupan tokoh di dunia nyata. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
tokoh ciptaan pengarang akan tetapi ia haruslah merupakan seorang tokoh
yang hidup secara wajar. Tokoh dalam cerita haruslah bersikap dan
bertindak sesuai dengan tuntutan cerita yang di buat oleh pengarang.
Karya sastra novel adalah suatu bentuk karya kreatif, maka di
dalam novel ini Ahmad Fuadi berhasil mewujudkan dan mengembangkan
tokoh-tokoh ceritanya sesuai dengan kreativitas yang dimiliki sebagai
seorang pengarang. Novel Ranah 3 Warna menawarkan model kehidupan
seperti yang dialami tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan
pengarang terhadap kehidupan itu sendiri.
Tokoh-tokoh penting dalam novel Ranah 3 warna berjumlah tujuh
orang, diantaranya adalah Alif, Randai, Amak, Ayah, Raisa, Rusdi, dan
Francois pepin. Tokoh-tokoh inilah yang menjadi sumber terjadinya cerita.
Pengarang berhasil menampilkan sosok tokoh yang sesuai dengan karakter
masing-masing.
Alif sang tokoh utama yang digambarkan sebagai sosok pemuda
pesantren yang hidup penuh kesederhanaan serta terbiasa dengan
lingkungan sosial yang memiliki keberagaman namun di tengah menjalani
ujian hidup masih juga dia merasakan perasaan putus asa karena berbagai
cobaan yang datang bertubi menimpa dirinya. Sedangkan Randai
ditampilkan sebagai sosok pemuda yang memiliki kecerdasan IQ tinggi
serta postur tubuh yang ideal, kehidupannya jauh lebih baik dari segi
ekonomi, serba kecukupan di banding sosok tokoh utama. Sosok ibu yang
lemah lembut dan peyayang digambarkan melalui tokoh Amak. Ayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
adalah figur orang tua yang keras tapi peyayang. Keberadaan teman yang
unik dan memiliki humor tinggi dimiliki olah Rusdi dan Francois pepin.
Sebenarnya masih banyak tokoh lain yang terlibat dalam novel,
diantaranya bang Togar, Wira, Agam, dan Memet. Ketiga tokoh tersebut
hadir dan menjadi guru serta teman Alif sewaktu di Bandung. Akan tetapi
keberadaanya tidak di bahas secara berkelanjutan pada tiyap-tiyap episode
seperti halnya tokoh-tokoh penting di atas. Mereka merupakan tokoh
pelengkap cerita yang dapat membuat suasana cerita tampil lebih menarik.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 165) perwatakan adalah
suatu istilah yang menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Jika
tokoh adalah sebagai wujud penggambaran manusia yang menjadi sumber
terjadinya peristiwa sedangkan perwatakan merupakan sifat yang melekat
pada diri seorang tokoh tersebut. Sifat yang digambarkan oleh seorang
pengarang meliputi sifat baik dan sifat kurang baik atau buruk. Sifat baik
yang melekat dalam diri tokoh biasanya menimbulkan simpati di hati
pembacanya,
Novel ini lebih dominan dengan penampilan sifat atau perwatakan
baik pada diri tokoh. Baik itu tokoh protagonis maupun tokoh antagonis
berusaha di tampilkan dengan perwatakan yang sesuai dengan harapan
pembaca, tetapi ada sebagian kecil yang terdapat dalam diri tokoh
antagonis yang menunjukkan bahwa perwatakan yang dimilikinya tidak
patut di contoh oleh para pembaca. Sifat yang tidak bisa di jadikan suri
tauladan tersebut berupa sifat sebagai seorang manusia yang suka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
merendahkan orang lain, mengejek, dan tidak menjaga hati temannya atau
suka berbicara tanpa berpikir akan akibat yang di timbulkan dari
perkataannya.
Sesungguhnya banyak sisi lain dari sifat atau perwatakan tokoh
protagonis maupun antagonis yang dapat di jadikan panutan dalam
kehidupan masyarakat. Sifat-sifat baik tersebut diantaranya adalah sifat
saling mengasihi, setia, hormat pada orang tua, jujur, ikhlas, dan sabar
dalam menerima cobaan hidup. Pengarang berusaha menempatkan
karakter serta perwatakan baik pada tokoh utama dan juga tokoh sentra
dalam novel. apa yang dilakukan merupakan bentuk kreativitas pengarang
untuk membuat cerita lebih hidup dan tampak pada keadaan manusia
dalam dunia nyata.
Menurut Forster (1970: 75) berdasarkan perwatakannya, tokoh
cerita dapat di bedakan ke dalam tokoh sederhana (simple atau flat
character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round
character). Tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu
kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Sebagai
seorang tokoh manusia, keberadaannya tidak diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku
yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku
seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan
suatu watak tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Dalam novel ini penampilan Alif adalah hadir sebagai tokoh
sederhana. Sosok Alif memiliki satu perwatakan yang tidak berubah-ubah.
Perwatakan yang dia miliki cenderung baik, jujur, dan keberadaannya
menjadi tokoh yang familiar di hati pembaca. Sifa-sifat baik tersebut
sengaja di tampilkan pengarang untuk menjadikan tampilan tokoh utama
terlihat sempurna.
Sedangkan Randai sahabat Alif kedudukannya adalah sebagai
tokoh bulat atau tokoh kompleks. Tokoh kompleks ialah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi
kepribadian dan jati dirinya. Ia memiliki watak tertentu yang dapat di
formulasikan dan juga menampilkan watak dan tingkah laku yang
bermacam-macam. Sosok Randai dalam novel ini selain memiliki watak
yang baik, tindakan yang santun, setia, dan suka menolong tetapi di sisi
lain perwatakan yang melekat dengan tanpa di sadarinya menjadi sosok
seorang sahabat yang suka mengejek, dan menyakiti temannya.
Tokoh kompleks ini memiliki perwatakan yang sulit di
deskripsikan secara tepat di bandingkan tokoh sederhana. Tokoh bulat
lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di
samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga
sering memberikan kejutan. Selain itu tokoh kompleks merupakan tokoh
yang kurang familiar di hati pembaca. Tingkah laku yang di tampilkan
memberikan efek kejutan pada pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
d. Latar dalam Novel Ranah 3 Warna
Menurut Abrams (1981: 175) latar atau setting di sebut juga
dengan landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peritiwa-peristiwa yang di
ceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal
ini diharapkan dapat memberikan kesan realistis kepada pembaca,
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan
terjadi. Dengan demikian pembaca akan merasa di permudah untuk
mengoperasikan daya imajinasinya dan berperan kritis sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Latar yang di tampilkan pengarang dalam karyanya langsung
dalam kaitannya dengan sikap, pandangan, dan perlakuan tokoh. Dalam
novel Ranah 3 Warna Ahmad Fuadi berusaha menampilkan latar fisik
secara khusus dan detail. Kreativitas ini sesuai dengan pengalaman
seorang pengarang terhadap segala situasi, kondisi, dan tempat yang
pernah di kunjunginya.
Menurut Kenny (1966: 39) latar dalam karya fiksi tidak terbatas
pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik
saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan,
dan nilai-nilai yang berlaku di tempat bersangkutan. Hal ini juga tampak
pada penceritaan yang ada dalam novel Ranah 3 Warna. Selain pengarang
menyampaikan pikirannnya pada pengalaman segala tempat dan lokasi
pengarang juga mampu menampilkan segala bentuk kebiasaan atau adat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
dan budaya yang ada di lokasi atau tempat terjadinya cerita. Keberagaman
segala bentuk budaya tersebut merupakan nilai luhur yang patut di jadikan
panutan bagi para pembaca novel ini.
Latar yang di tampilkan secara rinci dapat terlihat pada awal cerita
yang mengkisahkan suasana tanah Meninjau yang sejuk, damai, banyak di
kelilingi pohon rindang, dan memiliki danau Meninjau yang airnya
berwarna biru pekat. Penceritaan ini menunjukkan suasana dan kondisi
tanah kelahiran tokoh utama.
Sedangkan pengkisahan latar berikutnya juga di sampaikan secara
rinci ketika kehidupan tokoh utama hijrah ke Pondok Madani, yaitu tempat
sang tokoh utama (Alif) menimba ilmu agama dan ilmu-ilmu tasawuf.
Pada bagian ini tampak jelas penguasaan pengarang terhadap situasi dan
tempat kehidupan pondok pesantren. Kehidupan pondok digambarkan
sebagai tempatnya orang-orang hidup dalam kesederhanaan, tidur tanpa
kasur, makan seadanya, dan uang saku yang pas-pasan serta menahan
kerinduan karena harus jauh dari orang tua dan segala orang-orang yang di
cintai termasuk sahabatnya.
Latar berikutnya hadir di pertengahan cerita, yakni tepatnya ketika
Alif mulai kuliah di Bandung. Di situ pengarang berlaku sebagai sosok
tokoh utama yang dengan gamblang menceritakan keadaan serta segala
kebudayaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bandung. Kebiasaan
yang di lakukan oleh masyarakat Bandung meliputi dialek dan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
bahasa yang berbeda dengan bahasa yang biasa digunakan oleh orang
Meninjau.
Selain itu kondisi masyarakat miskin yang tinggal di kota Bandung
memiliki nasib yang tragis di bandingkan dengan kondisi masyarakat
miskin yang ada di tanah Meninjau tempat kelahirannya. Walaupun strata
kehidupannya sama-sama tercatat sebagai orang miskin akan tetapi orang
miskin yang tinggal di Meninjau masih bisa makan karena mereka bisa
bertanam dan memiliki lahan di sekitar rumahnya, sedangkan keadaan
orang miskin yang tinggal di kota memang benar-benar miskin segala-
galanya bahkan tempat tinggal pun terkadang mereka tidak punya, karena
memang tidak memiliki lahan untuk membuat rumah, mereka harus rela
tinggal di tempat pembuangan sampah atau kolong-kolong jembatan.
Latar terakhir yang disampaikan dalam novel adalah negara
Amerika, yaitu suatu negara yang banyak memiliki tempat pendidikan di
bidang teknologi, dan bidang-bidang lain. Tempat inilah yang menjadi
pelabuhan cita-cita Alif untuk mendalami ilmu di dunia kejurnalisan.
Kemampuan dan kreativitas pengarang untuk bisa menampilkan latar di
Negara Amerika tidak di ragukan lagi. Pengarang berhasil menciptakan
suasana latar peristiwa di Negara Amerika tersebut secara estetis.
e. Sudut Pandang dalam Novel Ranah 3 Warna
Sudut pandang, point of view merupakan cara dan atau pandangan
yang di pergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
sebuah karya fiksi khususnya novel. Pada hakikatnya sudut pandang ialah
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja di pilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang di kemukakan
dalam novel, memang hak sepenuhnya pengarang, pandangan hidup dan
tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam novel di
tampilkan pengarang melalui sudut pandang tokoh atau lewat kaca mata
tokoh cerita.
Sudut pandang juga dapat di samakan artinya dengan istilah pusat
pengisahan, focus of narration. Sebagai pusat pengisahan segala sesuatu
yang menjadi tonggak awal dalam pembuatan cerita bisa di katakan
bertumpu pada sudut pandang. Penceritaan peristiwa yang ada dalam
novel di mulai dari pembuatan sudut pandang cerita. Sebelum pengarang
menulis cerita langkah awal yang di lakukan adalah memutuskan
pemilihan sudut pandang yang akan di gunakan dalam pengisahan
ceritanya. Ia harus telah mengambil sikap naratif, antara mengemukakan
cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh narrator yang di
luar cerita itu sendiri. Ia juga harus mengambil sikap apakah akan
menuliskan cerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama atau
ketiga, yang masing-masing memiliki berbagai kemungkinan atau bahkan
menggunakan keduanya sekaligus.
Penggunaan sudut pandang “Aku” atau pun “Dia” biasanya juga
berarti tokoh aku atau tokoh dia, dalam novel berfungsi untuk
memerankan dan menyampaikan berbagai hal yang dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
pengarang. Ia dapat berupa ide, gagasan, nilai-nilai, sikap dan pandangan
hidup, kritik, pelukisan, penjelasan, dan penginformasian untuk dapat
menciptakan cerita yang bernilai estetis. Melalui penentuan sudut pandang
inilah pembaca dapat mengikuti segala bentuk pandangan hidup dan pola
piker yang akan di sampaikan pengarang melalui penampilan tokoh, latar,
dan perwatakannya.
Pemilihan sudut pandang akan dapat mempengaruhi terhadap
penyajian cerita. Sedangkan reaksi afektif pembaca terhadap sebuah novel
pun dalam banyak hal akan di pengaruhi oleh bentuk sudut pandang.
Selain itu sudut pandang juga memiliki hubungan psikologis dengan
pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut
pandang cerita untuk mendapatkan pemahaman yang sempurna ketika
sedang membaca novel, karena hal itu akan dapat menentukan seberapa
jauh persepsi dan penghayatan pembaca bahkan penilaiannya terhadap
novel.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 256) menyatakan bahwa
pembedaan sudut pandang di lihat dari bagaimana kehadiran cerita itu
kepada pembaca, lebih bersifat penceritaan telling atau penunjukan
showing, naratif atau dramatik. Dengan metode telling pemaparan di
lakukan secara langsung oleh si pengarang melalui berbagai bentuk
pengisahan, sedangkan dalam metode showing penceritaan di kisahkan
secara dramatik artinya para tokoh dalam karya sastra bebas menampilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
diri sendiri secara langsung baik melalui tingkah laku atau pun
percakapan-percakapan yang ada dalam cerita.
Berdasarkan pendapat di atas novel Ranah 3 Warna yang di tulis
Ahmad Fuadi adalah tergolong novel yang menggunakan teknik
penceritaan tidak langsung atau showing. Artinya dalam novel ini Ahmad
Fuadi menceritakan segala bentuk peristiwa dan jati diri melalui peran
para tokoh yang di ciptakannya. Dia berusaha menempatkan diri sebagai
pengarang yang tidak berhak masuk dalam wilayah cerita yang ada dalam
novel. hal ini akan menciptakan kesan tokoh dalam cerita tampak lebih
hidup dan cerita akan berjalan secara wajar.
Selain menggunakan metode showing novel ini juga menggunakan
sudut pandang orang pertama dalam pemaparan ceritanya. Hal ini tampak
pada setiap penyebutan tokoh utamanya dengan menggunakan kata “Aku”
untuk menyebut sosok Alif. Pengarang menggunakan sudut pandang
“Aku” tokoh tambahan atau di sebut juga dengan first person observant,
yaitu pengarang yang tidak ikut berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh
tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya
melaporkan cerita kepada pembaca dari sudut pandang “saya”.
Sudut pandang dengan menggunakan “Aku” untuk penyebutan si
tokoh utama mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang
dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik,
hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. “Aku” menjadi pusat
kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si “Aku” ,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
peristiwa, tindakan, dan orang, di ceritakan hanya jika berhubungan
dengan dirinya, atau di pandang penting. Jika tidak, hal itu tidak di
singgung sebab si “Aku” memiliki keterbatasan terhadap segala hal yang
di luar dirinya.
Ahmad Fuadi dalam usahanya menampilkan sebuah novel
cenderung memilih penggunaan sudut pandang “Aku”. Ia menganggap
pusat peristiwa yang ada dalam seluruh novel hanya berpusat pada tokoh
utama (Alif). Dia hanya akan menceritakan orang-orang yang memiliki
hubungan dekat dengan tokoh utama tersebut, seperti kedua orang tua
tokoh utama, sahabat dekat, dan guru yang dominan menjadi perantara
kesuksesan tokoh utama. Hal ini di lakukan untuk menciptakan sosok Alif
sebagai sosok manusia utama dalam novel yang bisa menampilkan segala
nilai positif untuk di jadikan panutan pembaca. Sedangkan tokoh-tokoh
tambahan walaupun sikap dan perwatakannya juga mengandung nilai
positif tetapi kehadirannya hanya sebagai pelengkap cerita.
f. Amanat dalam Novel Ranah 3 Warna
Setiap karya sastra mengandung pesan atau amanat yang hendak di
sampaikan pengarang kepada pembaca. Suatu amanat yang terkandung
dalam novel meliputi berbagai jenis nilai kehidupan baik yang bersifat
positif maupun negatif. Pesan yang memiliki nilai positif di harapkan
dapat menjadi acuan atau tauladan bagi pembaca khususnya, umumnya
kepada segenap masyarakat untuk selanjutnya dapat di terapkan dalam
perilaku sehari-hari. Sedangkan pesan negatif yang terkandung dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
novel hendaknya dapat menjadi sebuah contoh perwatakan maupun
perilaku yang tidak pantas untuk di tiru.
Dalam novel Ranah 3 Warna pengarang hendak menyampaikan
pesan yang berkaitan dengan aspek psikologi manusia melalui berbagai
penokohan serta perwatakan para tokoh dalam novel tersebut .Selain itu
pengarang juga berusaha menyampaikan pesan-pesan yang bernafaskan
pendidikan meliputi pendidikan keagamaan, moral, sosial, dan pendidikan
kebudayaan. Keseluruhan amanat yang terkandung dalam novel di
sampaikan melalui percakapan tokoh dengan diri sendiri, percakapan
antartokoh, dan segala peristiwa yang ada dalam cerita.
Pesan atau amanat yang berkaitan dengan aspek psikologi watak
tokoh meliputi: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan di
miliki dan cinta, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Segala macam bentuk kebutuhan tokoh dalam novel tidak semuanya dapat
terpenuhi secara utuh, terkadang kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat
terpenuhi sesuai dengan keinginan yang akibatnya justru menimbulkan
sakit, perasaan kecewa, pribadi yang kurang percaya diri, bahkan perasaan
putus asa. Akan tetapi segala bentuk kekecewaan yang dialami tokoh
dalam novel dapat terkendali dengan baik tidak sampai menimbulkan
perilaku yang bersifat negatif.
Dalam aspek kebutuhan fisiologis pengarang menyampaikan
amanat kepada pembaca bahwa kebutuhan pokok manusia demi
kelangsungan hidupnya adalah makan, minum, bernafas, tidur, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
beristirahat. Sesibuk apapun pekerjaan yang kita lakukan hendaknya
jangan sampai melalaikan kebutuhan fisiologis tersebut karena akibat yang
akan di timbulkan justru dapat membuat kita sakit dan akhirnya tidak
dapat melakukan aktivitas sebagaimana mestinya. Segala target kerja yang
kita rancang akan dapat terhambat dan terabaikan.
Sedangkan kebutuhan keamanan pun menjadi suatu kebutuhan
utama setiap manusia. Dalam hal ini pengarang memberikan gambaran
bahwa setiap manusia pasti akan berusaha memperoleh rasa aman dan
nyaman walaupun terkadang harus mengorbankan harta benda. Kebutuhan
keamanan walaupun bukan merupakan kebutuhan yang dapat menjadikan
raga manusia sakit, akan tetapi ketiadaan pemenuhan kebutuhan ini dapat
menjadikan jiwa dan perasaan tidak tenang dan selalu dihantui perasaan
takut.
Aspek kepribadian selanjutnya adalah kebutuhan di miliki dan
cinta. Setiap individu pasti mebutuhkan cinta dan kasih sayang baik dari
orang tua, sahabat, atau pun dari lawan jenisnya. Ketika suatu kebutuhan
itu tidak dapat kita capai sesuai dengan keinginan karena suatu sebab
alamiah atau pun sebab-sebab lain hendaknya kebesaran jiwa dan
kesabaran hati perlu kita utamakan untuk menghadapi masalah, karena
dengan cara inilah kita akan menjadi sosok manusia yang tangguh dan
berani menghadapi tantangan hidup. Berikutnya dalam usaha memenuhi
kebutuhan harga diri memang tidak seharusnya kita mengedepankan
emosi, akan tetapi terkadang keberanian untuk mendapatkan itu perlu kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
usahakan semaksimal mungkin agar perasaan di hargai sebagai manusia
dapat terpenuhi sesuai harapan.
Aspek kebutuhan manusia yang terakhir adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Setiap manusia memiliki perasaan mampu untuk
melakukan sesuatu walaupun terkadang kemampuan yang dimiliki tidak
semuanya disertai dengan perasaan berani untuk mewujudkan segala
kemampuan yang dimilikinya. Tapi setidaknya segala perasaan mampu
untuk melakukan sesuatu yang bersifat ringan untuk dikerjakandan tidak
menimbulkan efek besar pasti akan dilaksanakan untuk memperoleh
kepuasan hati.
Selain pesan yang berhubungan dengan aspek psikologi watak
tokoh, pengarang juga hendak menyampaikan pesan yang berkaitan
dengan pendidikan, yang meliputi pendidikan keagamaan, moral atau
tingkah laku, sosial, dan pendidikan kebudayaan. Pesan-pesan ini sengaja
pengarang sampaikan dengan maksud menghadirkan sebuah karya yang
dapat memiliki manfaat bagi kehidupan manusia untuk menjadi pribadi
yang lebih baik.
Pesan yang berkaitan dengan pendidikan relegius, termasuk di
dalamnya bersifat keagamaan dan kritik sosial memang banyak di temukan
dalam sebuah karya sastra. hal ini disebabkan karena banyaknya masalah
kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan pengarang, sehingga mereka
mencoba menawarkan sesuatu yang diidealkan. Unsur keagamaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
dihadirkan pengarang sangat berpengaruh terhadap keyakinan terhadap
sebuah agama yang di anut oleh pengarang itu sendiri.
Pesan keagamaan yang hendak disampaikan Ahmad fuadi dalam
novel Ranah 3 Warna adalah agama merupakan syariat yang harus
dilaksanakan segala seuatu aturan yang ada dalam agama tersebut sebagai
bukti kecintaan manusia dan wujud rasa syukurnya kepada Allah. Salah
satu bentuk kesetiaan manusia pada Allah adalah dengan selalu
menjalankan ibadah shalat, puasa, dan ibadah-ibadah yang berkaitan
dengan syariat dalam rukun islam. Sedangkan selain kewajiban tersebut
bukti kepercayaan manusia terhadap kekuasaan Allah adalah dengan
menumbuhkan sikap sabar, ikhlas, dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapi berbagai cobaan hidup merupakan bentuk kepercayaan
manusia terhadap segala takdir dan kekuasaan Allah.
Berikutnya pesan yang berkaitan dengan pendidikan moral dan
sosial disampaikan pengarang melalui berbagai penokohan dan
perwatakan dalam cerita. Sikap patuh dan hormat yang di tunjukkan oleh
tokoh utama (Alif) merupakan harapan pengarang terhadap pembaca untuk
bisa mencontoh perilaku baik yang ditampilkan tokoh tersebut. Selain itu
para tokoh juga memiliki sikap saling menghargai sesama teman, tolong-
menolong, peduli terhadap sesama juga menjadi pelajaran yang berharga
yang dapat dirasakan manfaat dari penerapan segala perilaku tersebut
dalam menjalankan kehidupan sebagai manusia sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Kebudayaan merupakan pesan terakhir yang sengaja di hadirkan
oleh pengarang sebagai bukti kecintaannya terhadap Indonesia, khususnya
tanah kelahirannya. Segala kebudayaan yang ada di kampung Meninjau
sengaja pengarang kenalkan kepada pembaca dengan tujuan untuk
mengajak pembaca mendalami dan ikut merasakan latar kejadian yang
akan ditampilkan pada cerita. Di samping itu penghargaan budaya
Indonesia adalah suatu warisan yang patut dilestarikan dan diperkenalkan
kepada bangsa lain. Segala kreativitas masyarakatnya dan keramahan
sikap perlu kita banggakan untuk menerapkan pola pikir bangsa yang
cerdas dan berakhlak.
2. Aspek Psikologi Watak dalam Novel Ranah 3 Warna Berdasarkan
Teori Kepribadian Abraham Maslow
a. Kebutuhan Fisiologi
Pada dasarnya kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan dasar manusia
yang harus segera dipenuhi demi keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan utama yang sangat kuat
dan harus dipenuhi oleh setiap individu jika tidak maka akan menimbulkan
dampak buruk bagi setiap manusia. Kebutuhan fisiologi meliputi;
kebutuhan makan, minum, tidur, istirahan, dan kebutuhan seks. Semua
kebutuhan tersebut hampir setiap hari dilakukan manusia, tanpa disadari
kebutuhan itu sudah menjadi rutinitas setiap manusia.
Dalam penggambaran kebutuhan fisiologi, pengarang
menampilkan aktivitas para tokoh dalam memenuhi kebutuhan tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
akan tetapi dalam keadaan tertentu seperti kekurangan uang, banyaknya
waktu yang harus digunakan untuk mencari biaya hidup terkadang
kebutuhan fisiologi itu terabaikan. Pola makan yang layaknya dilakukan
orang tiga kali dalam sehari tidak bisa dilakukan sesuai dengan kebiasaan.
Alif (tokoh utama dalam novel) hanya bisa memenuhi kebutuhan
makan satu atau dua kali dalam sehari. Hal itu disebabkan himpitan
ekonomi yang dialaminya semenjak peristiwa kematian ayahnya. Tidak
hanya kebutuhan fisiologi yang berupa makan, tetapi kebutuhan fisiologi
yang berupa tidur dan istirahat pun harus terabaikan, karena waktu siang
hari merupakan waktu untuk kuliah, sedangkan sore dan malam hari
adalah waktu untuk mencari uang demi keberlangsungan hidup dan
kuliahnya di Bandung.
Tuntutan ekonomi yang semakin tinggi serta banyaknya aktivitas
yang dilakukan manusia terkadang menjadikan kebutuhan fisiologi
menjadi kebutuhan yang di nomor duakan. Kebutuhan yang seharusnya
diprioritaskan menjadi terabaikan hanya karena faktor ekonomi kurang
dan kesibukan yang tak pernah ada hentinya. Pandangan ini muncul akibat
kurangnya kesadaran manusia terhadap bahaya yang akan ditimbulkan
jika kebutuhan fisiologi tidak terpenuhi. Manusia bisa sehat dan
beraktivitas jika asupan makan, minum, tidur, istirahat, dan seksnya
terpenuhi, akan tetapi jika kebutuhan tersebut dalam jangka lama tidak
terpenuhi maka segala penyakit akan mudah hinggap dalam tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
manusia, diantaranya busung lapar, dehidrasi, anemia dan penyakit
lainnya.
Kebutuhan fisiologi tidak hanya dapat dipuaskan dengan kegiatan
sesuai dengan kebutuhan yang dia rasakan. Terkadang kebutuhan fisiologi
bisa dipuaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap sebagai pengganti
pemuas kebutuhan fisiologi tersebut, misalnya kebutuhan lapar yang
seharusnya dipenuhi dengan makan tetapi terkadang orang merokok atau
minum kopi sebagai pengganti makan untuk menghilangkan rasa laparnya.
Tetapi ada sebagian lain dari kebutuhan fisiologi yang tidak dapat
digantikan cara pemuasannya dengan cara lain, seperti kebutuhan seks,
istirahat, dan tidur. Kebutuhan-kebutuhan tersebut hanya dapat terpuaskan
jika kebutuhan tersebut sudah dipenuhi.
b. Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan yang sudah muncul
sejak manusia lahir. Kebutuhan ini biasanya dalam bentuk menangis dan
berteriak karena ketakutan yang disebabkan perlakuan kasar atau
perlakuan yang dirasa sebagai sumber bahaya. Anak akan merasa lebih
aman jika berada dalam suasana keluarga yang teratur, terencana,
terorganisir, dan disiplin, karena suasana semacam itu dapat mengurangi
kemungkinan adanya perubahan dadakan, kekacauan yang tidak
dibayangkan sebelumnya.
Pada orang dewasa kebutuhan keamanan maujud dalam berbagai
bentuk misalnya: 1) kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap, tabungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
dan asuransi, memperoleh jaminan masa depan, 2) praktek beragama dan
keyakinan filsafat tertentu yang membantu orang untuk mengorganisir
dunianya menjadi lebih bermakna dan seimbang, sehingga orang merasa
lebih selamat (semasa hidup dan sesudah mati), 3) pengungsian, manusia
perahu dampak perang, bencana alam atau kerusuhan ekonomi. Hal-hal
yang biasa orang lakukan untuk memastikan jaminan keamanannya adalah
mengecek berulang-ulang pintu rumahnya untuk memastikan kondisi
rumah dalam keadaan aman atau mencuci tangan dengan menggunakan
sabun untuk menghindari penyebaran kuman, dan berbagai kegiatan lain
yang dirasa dapat menjadikan rasa aman dalam dirinya terpenuhi.
Dalam novel Ranah 3 Warna berbagai kebutuhan keamanan
diungkapkan pengarang melalui perilaku para tokoh yang diciptakannya.
Diantaranya ketika suatu saat sang tokoh utama mendapatkan musibah di
tengah malam karena di palak oleh seorang preman ada segenap usaha
pembelaan diri dan barang-barang bawaannya agar tidak sampai diambil
orang lain yang tidak memiliki hak untuk barang itu semua. Bentuk
pembelaan ini dilakukan karena setiap manusia pasti tidak menginginkan
diri dan hartanya direbut orang lain secara paksa, rasa keamanannya pasti
akan terusik. Begitu juga penggambaran yang dilakukan oleh pengarang,
ia mengambil pemikiran yang disesuaikan dengan keadaan manusia secara
riil untuk mendapatkan peran tokoh yang tampak hidup sebagai
penggambaran manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Rasa keamanan dan kenyamanan dalam cerita tidak hanya
dimunculkan pengarang melalui bentuk penindasan terhadap tokoh, tetapi
juga ditampilkan dalam wujud keresahan Alif ketika dia tidak
mendapatkan pekerjaan, pekerjaan yang dianggap sebagai salah satu jalan
keluar permasalahan yang dialaminya semenjak kematian ayahnya. Segala
bentuk usaha untuk mendapatkan pekerjaan pun dilakukan mulai menjadi
guru privat, sales produk kebutuhan rumah tangga, menjual border
kerancang milik orang tua Randai, sampai menjadi seorang penulis yang
berguru kepada bang Togar. Segenap usaha tersebut menunjukkan bahwa
manusia yang tidak memiliki pekerjaan atau gaji yang layak untuk biaya
hidupnya, dia akan merasakan ketidak amanan dan ketidaknyamanan
dalam hidupnya. Sehingga ia merasa mesti berbuat lebih dan berusaha
keras untuk dapat memenuhi kebutuhan keamananya tersebut.
c. Kebutuhan Dimiliki dan Cinta
Menurut Maslow dalam Alwisol (2011: 205) cinta adalah
hubungan sehat antara sepasang manusia yang melibatkan perasaan saling
menghargai, menghormati, dan mempercayai. Dicintai dan diterima adalah
jalan menuju perasaan yang sehat dan berharga, sebaliknya kehidupan
manusia yang dilalui tanpa cinta akan menimbulkan kekosongan, kesia-
siaan dalam hidup, dan ketidakbergunaan. Sedangkan kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan dimiliki dan cinta hampir semua menjadi bentuk
psikopatologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Pengalaman kasih sayang semasa anak-anak dapat menjadi dasar
perkembangan kepribadian yang sehat kelak ketika ia dewasa. Anak-anak
akan mengecap indahnya kesempurnaan perasaan dimiliki dan dicintai
oleh kedua orang tuanya yang dapat menumbuhkan perasaan percaya diri
dan merasa diri berharga. Sebaliknya gangguan pemerolehan rasa dimiliki
dan cinta justru dapat menyebabkan pengaruh psikologi anak yang berupa
frustasi dan trauma yang mendalam. Pengalaman ketidak puasan anak
terhadap perlakuan orang tua akan selalu dikenang dan dapat
mempengaruhi perilakunya. Biasanya segala perlakuan orang tua terhadap
anak kelak akan di tiru dan di praktekkan ketika ia mendidik anak dan
keluarganya, karena pada dasarnya pengalaman masa kecil menjadi
pengalaman berharga bagi dirinya sekaligus guru yang dirasa perlu untuk
ditiru.
Menurut Alwisol (2011: 205) ada dua jenis cinta (dewasa) yakni
deficiency atau D-love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena
kekurangan disebut D-love yaitu orang yang mencintai sesuatu yang tidak
dimilkinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya
tidak sendirian. Misalnya hubungan pacaran, hidup bersama atau
perkawinan yang membuat seseorang terpuaskan kenyamanan dan
keamanannya. Sedangkan D-love adalah cinta yang mementingkan diri
sendiri, lebih memperoleh daripada memberikan sesuatu kepada orang lain
yang dicintai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
B-love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain secara apa
adanya, tanpa keinginan untuk mengubah atau memanfaatkan orang itu.
Cinta yang tidak berniat memiliki, mempengaruhi, tetapi bertujuan
memberikan orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan
dicintai. Perlakuan ini yang akhirnya diharapkan dapat membuka
kesempatan bagi orang yang dicintai untuk berkembang dan bebas
mengapresiasikan segala kemampuan yang dimilikinya.
Melihat dari pandangan cinta yang dikemukakan oleh Maslow
dan Alwisol Ahmad Fuadi sebagai pengarang novel ini kiranya tergolong
sebagai individu yang merasakan kasih sayang dan perhatian cukup dari
kedua orang tuanya. Pernyataan tersebut dapat di buktikan melalui hasil
karyanya yang juga menceritakan sosok tokoh utama yang hidup dalam
perasaan bahagia karena mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari
kedua orang tuanya dalam bentuk perhatian, teguran, dan ajaran-ajaran
baik yang selalu ditanamkan padanya.
Perhatian yang cukup serta kasih sayang yang melimpah dapat
menjadikan seseorang pribadi yang tangguh, walaupun terkadang perasaan
cinta dan kasih sayang yang dimilikinya tidak dapat diterima lawan
jenisnya. Tetapi pengalaman ksempurnaan perasaan dicintai kedua orang
tua kiranya menjadikan keadaan psikologi seseorang lebih stabil, tidak
mudah putus asa dan terpuruk. Justru di dalam perasaan kekecewaannya
masih terselip kesadaran diri akan adanya Dzat yang lebih mulia untuk
dicintai dan Dia pasti akan membalas cinta kita tanpa harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
mengecewakan, yakni Allah SWT. Di sinilah letak manusia sebagai
makhluk yang lemah dan tidak memiliki daya kekuatan, ketika ujian hidup
sudah tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia maka sudah seharusnya
sikap tawakkal, pasrah kepada Allah adalah jalan keluar yang terbaik.
Pengalaman pahit ketika perasaan mencintai tidak dapat terpenuhi
juga pernah dirasakan oleh Alif. Ia pernah merasakan getar-getar cinta
ketika bertemu dengan seorang gadis bernama Raisa. Perasaan bahagia
dan percaya diri pun tumbuh dalam segenap lubuk hatinya, akan tetapi
suatu ketika belum sempat perasaan cinta itu disampaikan sang gadis lebih
dulu dimiliki sahabatnya Randai. Di situlah perasaan kecewa, terasing
dirasakan oleh Alif. Tetapi berkat didikan keluarga Alif yang selalu
mengajarkan dirinya untuk menjadi lelaki kuat masih selalu di pegang
teguh olehnya, sehingga perasaan kecewa dan keterasingan akibat
perasaan cinta yang tidak terpenuhi pun tidak sampai menjadikan
kesedihan yang berlarut-larut bagi Alif. Ia menyadari kesedihan yang
berkepanjangan bukan merupakan perilaku yang disenangi Allah, maka
sudah seharusnya ia mengembalikan segala sesuatu yang sudah menjadi
takdir Allah.
d. Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan harga diri ialah salah satu jenis kebutuhan yang dimiliki
oleh setiap individu, akan tetapi terkadang tidak setiap individu memiliki
keberanian untuk mempertahankan harga diri tersebut. Pada kodratnya
manusia diciptakan Allah dengan segenap akal, pikiran, dan perasaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
peka terhadap segala bentuk perlakuan dan tindakan yang di lakukan orang
lain terhadapnya. Bekal inilah yang menumbuhkan perasaan tersakiti, di
rendahkan, dan merasa bahwa martabat dan harga dirinya perlu di bela jika
ia merasakan harga dirinya terusik orang lain. Bentuk pembelaan tersebut
dapat berwujud perasaan inferior, canggung, lemah, pasif, tergantung,
penakut, dan rendah diri.
Kebutuhan harga diri muncul dalam setiap diri manusia akibat
perasaan ingin mendapatkan penghargaan diri dari orang lain, keinginan
status, kehormatan, merasa dirinya mampu melakukan segala sesuatu,
mampu menguasai tugas, dan ingin mendapatkan apresiasi atau
penghargaan dari orang lain yang ada di sekitarnya. Aspek-aspek itulah
yang mendorong manusia untuk selalu memenuhi kebutuhan harga diri
yang sudah dikodratkan Allah kepadanya. Melalui kebutuhan inilah
manusia dapat merasakan kepemilikan yang ada padanya tidak patut diusik
orang lain.
Kepuasan akibat terpenuhinya kebutuhan harga diri dapat berupa
perasaan dan sikap percaya diri, diri berharga, diri mampu, perasaan
berguna dan penting bagi orang lain. Seseorang yang terpenuhi kebutuhan
harga dirinya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri, karena ia
merasa dirinya dihargai keberadaannya oleh orang-orang yang ada di
sekitarnya. Sikap inilah yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan
senang karena mendapatkan kepuasan apa yang menjadi kebutuhan
hidupnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Usaha pemenuhan kebutuhan harga diri di tampilkan dalam novel
melalui peristiwa Alif (sang tokoh utama) ketika mendapatkan hinaan dari
sahabatnya Randai. Randai melontarkan kata-kata meledek yang
menganggap Alif tidak patut mengikuti ujian UMPTN karena tidak
memiliki ijazah SMA. Peristiwa inilah yang dirasa Alif sebagai bentuk
hinaan dan merupakan sebuah ungkapan yang menjatuhkan harga dirinya.
Ia merasa Randai tak pantas berkata demikian, Allah saja yang memiliki
kekuasaan penuh terhadap hambanya tidak pernah meremehkan cita-cita
dan impian yang dimiliki makhluknya. Wujud pembelaan yang dilakuka
Alif ketika ia merasa harga dirinya terusik atau tidak dapat dipenuhi
akibatnya menimbulkan perasaan galau, dirinya bimbang atau ragu atas
kemampuan yang dimilikinya. Berhari-hari perasaan itu kian menyiksa
batin Alif. Untung saja Alif tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan rasa
ketidakbergunaan, ia segera menepis segala keraguan yang ada dan
mengganti dengan sikap optimis tinggi.
Setelah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan Alif untuk
mencapai segala impiannya masuk di perkuliahan tinggi negeri, akhirnya
ia dapat merasakan keberhasilan karena dapat lulus dalam ujian UMPTN
tersebut. Di sinilah Alif merasakan kebutuhan harga dirinya terpenuhi.
Apa yang menjadi keraguan orang-orang sekitarnya termasuk juga
sahabatnya dapat ditepis dengan kemenangan. Akibatnya atas pencapaian
dan pembuktian usahanya ia dapat memperoleh penghargaan diri dari
kedua orang tuanya termasuk juga Randai dan para sahabatnya. Itu berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
status yang dimiliki Alif pun meningkat di tengah-tengah kepercayaan
masyarakat di lingkungan tempat ia tinggal.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisai diri merupakan kebutuhan yang muncul
setelah keempat kebutuhan hidupnya terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologi,
kebutuhan keamanan, kebutuhan di miliki dan cinta, dan kebutuhan harga
diri. Ketika manusia merasakan bahwa empat kebutuhan dasarnya dapat
terpenuhi maka dalam dirinya kan muncul kebutuhan aktualisasi diri,
yakni keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri,
untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa yang dia dapat
lakukan, dan untuk menjadi kreatif serta bebas mencapai puncak prestasi
yang dimilikinya.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan aktualisasi diri
sejak lahir. Sejak manusia masih bayi kebutuhan ingin mengapresiasikan
segenap kemampuan yang dimiliki secara alamiah, bebas, dantanpa ada
larangan dari orang lain. Hal itu tampak pada aktivitas bayi ketika kedua
tangan dan kakinya di gedong, ia akan berusaha untuk dapat melepaskan
dari gedongan itu. Hal itu dilakukan sekaligus menunjukkan rasa ingin
bebas dan berekspresi serta menunjukkan kemampuannya menggerak-
gerakkan kedua tangan dan kakinya.
Aktualisasi diri dapat di pandang sebagai kebutuhan tertinggi dari
suatu hierarki kebutuhan, namun juga dapat dipandang sebagai tujuan
akhir atau tujuan yang ideal bagi kehidupan manusia. Tujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
mencapai kebutuhan ini bersifat alamiah, yang di bawa sejak lahir. Secara
genetik manusia mempunyai dasar yang positif. Selain itu manusia juga
memiliki potensi dasar jalur perkembangan yang sehat untuk dapat
mencapai kebutuhan yang ideal.
Menurut Alwisol (2011: 209) pencapaian kebutuhan aktualisai diri
berjalan secara sehat atau alamiah. Yang dimaksudkan dalam kategori
sehat disini adalah orang yang mengembangkan potensi positifnya secara
alami di dalam dirinya. Penolakan, frustasi, dan peyimpangan dari
perkembangan hakikat alami akan menimbulkan psikopatologi. Dalam hal
ini segala perilaku yang baik akan mengarah kepada aktualisadi diri, dan
perilaku yang abnormal segala hal yang menggalkan atau menghambat
aktualisai diri sebagai potensi yang alamiah.
Manusia yang dapat memenuhi kebutuhan aktualisai dirinya, ia
akan mengalami pengalaman puncak yakni suatu pengalaman mistik
mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam. Suatu keadaan dimana
seseorang mengalami keajaiban, terpesona, dan perasaan bahagia yang
luar biasa. Sepanjang orang mengalami hal itu ia akan merasa kuat, sangat
percaya diri, dan yakin akan kemampuan yang dimilikinya.
Kreatifitas pengarang dalam menampilkan kebutuhan aktualisasi
diri yang di miliki tokoh sudah tampak sejak awal penulisan novel Ranah
3 Warna. Peristiwa tersebut di dukung oleh tema cerita yang memang
mengangkat sebuah motivasi manusia dalam pencapaian segala tujuan dan
cita-cita hidupnya. Pengarang menginginkan sebuah tampilan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
berbeda pada sebuah karyanya di tengah keringnya kepercayaan diri
manusia terhadap kemampuan yang dimiliki, manusia yang notabene pada
saat ini lebih percaya bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat
dikalahkan dengan uang. Kurangnya potensi diri bukan menjadikan
masalah besar bagi sebagian hidup manusia yang memiliki banyak materi
yang berlimpah, karena mereka dapat melakukan apa pun dengan materi
yang dimilikinya tersebut.
Di sinilah peran pengarang yang hadir membawa warna baru dalam
menciptakan karya yang segar dan sesuai kebutuhan zaman. Manusia yang
memang pada dasarnya di bekali kemampuan alamiah yakni katualisai diri
harus memiliki keberanian untuk bisa mewujudkan kemampuan tersebut.
Menghapus pandangan di tengah zaman yang serba mengedepankan uang
untuk dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya, kisah dalam novel
justru menceritakan sebuah pencapaian kesuksesan yang dilalui tanpa
mendewakan uang.
Sejatinya kesuksesan yang diraih seseorang atas dasar kerja keras
dengan menggunakan segenap akal, pikiran, dan tenaganya akan
membuahkan hasil yang lebih menyenangkan. Seperti yang dilakukan Alif
dalam novel, sejak awal pendidikannya di pondok pesantren, ia sudah
memiliki segudang cita-cita tinggi yang ingin selalu di wujudkannya. Cita-
cita dan keinginan tersebut tidak hanya menjadian impian baginya,
melainkan ia berani berjuang melewati hambatan-hambatan yang ia temui
dalam setiam pencapaian cita-citanya tersebut. Hingga pada akhirmya ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
dapat mereguk manisnya sebuah keberhasilan yang dilalui dengan usaha
dan kerja kerasnya selama ini.
Berkat terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri yang ada pada diri
Alif, ia dapat merasakan pengalaman puncak, dimana ekstensi keajaiban
dan perasaan bahagia yang luar biasa dapat dirasakan. Setelah pengalaman
puncak dapat ia rasakan menjadikannya sosok pribadi manusia yang
sholeh dan relegius. Ucapan syukur kepada Allah senantiasa ia curahkan
atas segala pencapaian cita-citanya selama ini. Perasaan nikmat yang luar
bisa dalam diri manusia yang dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi
dirinya dengan usaha dan kerja keras akan dirasakan dalam jangka lama,
karena ia mendapatkan keberhasilan tersebut bukan dengan cara instan.
3. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah 3 Warna
Nilai pendidikan berasal dari kata “nilai” dan “pendidikan”. Nilai
dapat diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal penting yang berguna bagi
kemanusiaan, sedangkan pendidikan sebagai proses pengembangan
kemampuan, sikap, dan tingkah laku di dalam masyarakat tempat di mana
dia tinggal, selain itu pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial
individu yang terkontrol sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan
kemampuan sosial yang dimiliki. Pada dasarnya subjek pendidikan adalah
manusia. Pemahaman seseorang terhadap pendidikan tergantung dari
pemahaman seseorang tentang manusia. Implikasi dari pemahaman ini
akan berpengaruh pada bagaimana suatu sistem pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
diselenggarakan serta bagaimana anggapan seseorang terhadap
pendidikan.
Tuhan menciptakan manusia dengan segenap kesempurnaan sifat-
sifat manusiawinya. Berbeda dengan manusia hewan hanya di karuniai
naluri, sedangkan manusia dilengkapi dengan cipta, rasa, dan karsa. Cipta
adalah daya pikir, logika, dan prakarsa yang mendasari kemauan. Rasa
adalah denyut hati nurani, insting terkendali, getar jiwa yang member
pencerahan kepada batin. Karsa adalah kemauan diri, greget pribadi yang
terjelma karena dorongan batin. Dalam kehidupan manusia normal cipta,
rasa, dan karsa akan mempertaruhkan kesejatian eksistensi manusia di
jagad raya.
Ahmad Fuadi dalam menuliskan novelnya pun memfungsikan
secara maksimal cipta, rasa, dan karsa yang dimiliki, karena ia
menginginkan kesejatian eksistensinya sebagai manusia di jagad raya ini.
Salah satu wujud pertaruhannya adalah “nilai” yang terkandung dalam
novel Ranah 3 Warna. Pembaca sebagai penikmat sastra tentu akan
menyambut baik hal-hal penting yang berguna bagi kemanusiaan untuk
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku lainnya di
dalam masyarakat.
Setiap karya sastra yang baik tentu memiliki beberapa nilai yang
terkandung di dalamnya, diantaranya nilai keagamaan, nilai moral, nilai
sosial, nilai budaya, nilai estetikadan sebagainya. Menurut Mudji Sutrisno
(1997: 63) mengatakan bahwa nilai dari sebuah sastra dapat tergambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
melalui tema besar mengenai siapa manusia, keberadaannya di dunia,
dalam masyarakat apa kebudayaannya, dan bagaimana proses
pendidikannya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel Ranah 3
Warna, peneliti menyimpulkan bahwa novel kedua dari trilogy navel
Ahmad Fuadi ini memiliki criteria seperti yang dikemukakan oleh Mudji
Sutrisno. Dalam pembahasan ini akan peneliti paparkan empat nilai
pendidikan yang terkandung dalam novel yang meliputi; nilai pendidikan
keagamaan, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai
pendidikan budaya.
a. Nilai Pendidikan Agama
Menurut Koentjaraningrat (1984: 145) religi atau kepercayaan
mengandung pengertian tentang segala keyakinan serta bayangan manusia
tentang sifat-sifat Tuhan, tentang alam gaib, segala nilai, norma, dan
ajaran yang bersangkutan. Mengacu pada pendapat tersebut cakupan-
cakupan yang menandai tentang sifat-sifat keagamaan bersifat abstrak.
Esensi religi atau agama terletak pada keyakinan. Religi bukanlah logika,
melainkan pancaran hidayah Tuhan yang langsung menembus hati
manusia. Oleh sebab itu, manakala agama harus selalu dikaitkan dengan
logika, maka gagallah seseorang itu dalam memaknai agama.
Nilai agama yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna adalah
nilai agama islam. Hal ini tidak hanya tampak pada setting awal tenpat
kejadiannya yaitu pondok pesantren tetapi juga terdapat pada sejumlah
paparan dalam bentuk dialog, monolog, dan perilaku-perilaku para tokoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
dalam menjalankan syariat agamanya. Warna islami dalam noel sekaligus
menandakan bahwa penulisnya selain beragama islam juga merupakan
pemeluk agama yang taat.
Ahmad Fuadi, melalui novelnya memiliki cara lain dalam
menunjukkan keyakinan agama yang dianutnya. Ia tidak perlu berkhotbah
tentang nilai-nilai kebenaran berdasarkan agama yang dianutnya,
melainkan cukup dengan menuliskan pikirannya melalui karya sastranya.
Selain tersurat pembelajaran agama yang berkaitan dengan akidah, Al-
Quran, fiqih, akhlak, dan tarikh juga tersirat pembelajaran pendidikan
tasawuf yang banyak mengajarkan manusia menjadi pribadi yang tangguh
dan tidak mudah berputus asa ketika menghadapi ujian pelik dalam
hidupnya.
Nilai-nilai agama Islam yang termuat dalam novel ditunjukkan
pengarang melalui perilaku tokoh dalam menjalankan syariat agama,
ketekunan tokoh untuk menjalankan ibadah sholat lima waktu adalah bukti
utama kesadaran manusia dalam mensyukuri nikmat Allah. Di samping
ibadah sholat ucapan-ucapan islami juga sering dilakukan dalam
percakapan dialog maupun monolog tokoh, seperti mengucapkan salam,
bismillah, hamdalah, subhanallah dan ucapan-ucapan syukur dan bentuk
kepasrahan hamba kepada sang khaliqnya.
Tokoh Alif di gambarkan sebagai sosok yang dapat dijadikan
panutan oleh para pembaca. Pribadinya sebagai seorang santri dan orang
yang berpendidikan benar-benar dibuktikan dalam bentuk perilaku serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
tutur kata yang diucapkannya. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan
pengarang memang benar-benar memosisikan dirinya sebagai pengarang
bukan sebagai seseorang yang menggurui pembaca. Pengarang
menganggap pembaca akan lebih aktif dan merasa tidak dipaksa untuk
menyetujui segala nilai-nilai agama yang hendak disampaikan sesuai
dengan keyakinan pengarang.
Nilai pendidikan agama adalah salah satu nilai yang masuk dalam
kategori wajib disampaikan pengarang dalam setiap karya yang di
tulisnya. Karena di dalam agama banyak diyakini dapat mengajarkan
manusia pada sebuah aturan hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Melalui agama, seseorang dapat terbentuk kepribadian hidup menjadi
sosok manusia yang relegius, tidak semena-mena dalam bertindak, dan
merasa bahwa ada Allah yang selalu mengawasinya dalam setiap gerak-
gerik yang diperbuatnya. Di dalam agama juga mengajarkan bahwa dalam
setiap tindakan dan perbuatan manusia akan diberikan ganjarannya kelak
di akhirat.
Keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya akan
memberikan pengaruh baik terhadap perilaku dan segala perbuatannya.
Hal ini disebabkan agama merupakan wahyu yang diturunkan langsung
oleh Allah, bukan merupakan peraturan yang dibuat oleh manusia. Jika
dalam peraturan yang dibuat oleh manusia terkadang ada satu atau dua hal
yang tidak sependapat dengan hati manusia, akan tetapi kalau dalam
agama manusia akan selalu tunduk dan taat atas apa saja yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
ajaran dan lrangan dalam agama yang dianutnya tersebut. Manusia
menyadari sepenuhnya bahwa manusia lahir ke dunia itu karena ada yang
menciptakannya, yaitu sebuah Dzat yang yang lebih sempurna dari
ciptaannya dan lebih kuat dari yang diciptakannya.
b. Nilai Pendidikan Moral
Setiap karya sastra yang lahir dari sebuah proses kreatif dapat
dipastikan mengandung amanat atau nilai-nilai tertentu. Sebuah karya
sastra diciptakan oleh pengarang yang menghargai nilai-nilai moral,
bahkan ingin mempertahankan nilai-nilai moral sesuai dengan lingkungan
di mana ia tinggal. Melalui hasil karyanya pengarang ingin menjunjung
tinggi nilai-nilai moral yang berlaku. Pengertian moral berkaitan erat
dengan ajaran baik buruk yang diterima manusia mengenai suatu
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Istilah moral sering dikaitkan dengan tingkah laku manusia atau
perilaku baik buruknya manusia. Dalam hal ini di negara kita
keberadaannya menjadi sorotan manusia untuk memberikan penilaian
terhadap perbuatan manusia lainnya yang dikaitkan dengan kebudayaan
yang berlaku di lingkungan tempat ia tinggal. Penilaian baik dan buruk
moral manusia antara daerah satu dengan daerah lainnya tidak sama
karena kebudayaan yang dibangun tiap-tiap daerah berbeda-beda.
Ahmad Fuadi terlahir di negara Indonesia yang sangat
menghargai adat dan budaya timur, sehingga novel yang di tulisnya pun
mencerminkan budaya-budaya timur yang sangat menghargai perbedaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
ras, dan golongan. Selain budaya-budaya tersebut Ahmad Fuadi juga
mengangkat nilai-nilai moral tentang sopan santun terhadap orang tua,
teman, guru, dan rekan-rekan lain yang menjadi sahabat dalam
mengarungi perjalanan hidupnya.
Pendidikan moral yang tampak pada novel meliputi ajaran orang
tua pada setiap anaknya untuk mencium tangan kedua orang tuanya
sebelum dan sesudah pergi, hal ini dilakukan sebagai simbol kebaktian
anak pada orang yang lebih tua. Pendidikan moral lainnya tampak pada
sikap diam dan mendengarkan ketika orang tua atau orang lain sedang
berbicara, hal ini menjadi symbol rasa hormat kita kepada orang lain yang
sedang menyampaikan idea atau informasinya. Selanjutnya pengarang
menyampaikan pesan moralnya melalui percakapan antar tokoh yang
terjadi dalam cerita baik percakapan tokoh utama dengan tokoh sentra,
atau pun percakapan tokoh utama dengan tokoh-tokoh tambahan lainnya.
Pesan lain yang menunjukkan pendidikan moral tampak pada kisah
dimana diceritakan dalam novel bahwa di tengah kehidupan kota Bandung
yang megah terdapat perkampungan kumuh. Di sana tinggal beberapa
kelompok keluarga yang bertempat tinggal di rumah yang terbuat dari
kardus dan seng. Cerita diangkat sebagai bukti bahwa di sekitar kita itu
masih banyak orang-orang yang hidupnya jauh lebih susah dan menderita
dibandingkan kita. Oleh karena itu di saat ada rezeki sudah sepatutnya kita
menyisihkan sebagian uang yang kita punya untuk orang lain. Sikap
dermawan yang kita lakukan bukanlah sebuah usaha untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
pujian dari orang lain atau bahkan imbalan. Tapi memang semata-mata
bukti rasa syukur dan rasa terima kasih kita kepada Allah atas segala
nikmat yang diberikan kepada kita.
Kisah lain di bawa oleh bang Togar yang memberikan nasihat
kepada Alif untuk selalu menyisihkan uangnya untuk akhirnya diberikan
kepada kaum miskin. Seseorang di latih bersedekah tidak hanya ketika
dalam keadaan memiliki uang berlebih, tetapi di saat kondisi uang kita
pas-pasan pun anjuran untuk bersedekah tetap berlaku. Kisah ini
mengajarkan kepada kita untuk selalu menumbuhkan sikap sosial atau
peduli orang lain di saat kapan saja dan dalam keadaan senang maupun
susah.
Banyak hal yang dapat di petik melalui pendidikan moral yang
terkandung dalam novel Ranah 3 Warna , diantaranya pembaca dapat
lebih menghargai budaya yang ada di daerahnya masing-masing yang
pastinya dalam setiap daerah tertentu memiliki tujuan baik tetapi terkadang
juga kita perlu menghapus budaya-budaya lama yang dirasa tidak sesuai
dengan perkembangan moral manusia saat ini. Keberadaan budaya dapat
membawa seseorang menjadi lebih berharga, percaya diri, dan merasa
diakui keberadaannya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Hal inilah
yang membuat sebagian masyarakat lebih memilih mengikuti aturan-
aturan moral yang ditentukan oleh setiap daerahnya masing-masing.
Pendidikan moral yang ditunjukkan dalam novel membawa
pengaruh segar terhadap perilaku para remaja saat ini. Mereka akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
terbawa karakter yang ditampilkan oleh Alif yang hadir sebagai sosok
manusia sederhana tetapi memiliki kemauan keras untuk menggapai segala
impiannya. Selain itu pendidikan moral yang terkandung dalam novel juga
dapat dirasakan manfaatnya oleh anak-anak, orang tua, dan masyarakat
umum lainnya. Karena di dalam cerita dikisahkan banyak hal yang dapat
memberikan motivasi bagi semua kalangan manusia. Bagi anak-anak
mereka bisa mencontoh Alif sang tokoh utama yang berani bermimpi dan
mengambil keputusan di tengah peristiwa yang menimpanya, sedangkan
bagi para orang tua setidaknya mereka dapat termotivasi agar memiliki
niat yang tinggi dan kuat untuk membimbing anaknya dalam urusan
pendidikan.
Bekal pendidikan yang diberikan orang tua dalam lingkungan
keluarga akan banyak memberikan pengaruh moral atau tingkah laku anak
ketika hidup di lingkungan masyarakat. Anak yang senantiasa
mendapatkan wejangan dan contoh dari kedua orang tuanya tentang sikap,
cara bertutur kata, dan cara menghargai orang lain, maka ketika ia lepas
ditengah-tengah masyarakat dapat berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan perilaku yang baik dan santun, sebaliknya pengalaman kehidupan
di keluarga yang tidak menyenangkan akan cenderung terbawa dalam
wujud perilaku anak yang keras, tidak mudah menerima pendapat orang
lain, dan sikap-sikap yang kurang baik.
Sejatinya pendidikan moral akan membentuk pribadi mansuai yang
lebih baik. Manusia yang mengetahui batasan-batasan moral sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
aturan yang dianut masyarakat di daerahnya, ia akan selalu menjga
perilakunya dan berhati-hati dalam segala tindakannya. Pelanggaran
moral yang dilakukan oleh manusia akan menjadikan persaan terasing,
merasa tidak dapat diterima di lingkungan masyarakatnya, dan perasaan
terhukum.
c. Nilai Pendidikan Sosial
Esensi dari pendidikan sosial adalah sebuah ajaran atau anjuran
positif yang mendorong seseorang atau sekelompok masyarakat secara
suka rela untuk memperhatikan kepentingan umum, seperti diwujudkan
dengan sikap suka menolong, berderma, dan peduli terhadap orang lain.
Menurut Ivona Indah (2003: 26) yang dimaksud sosial adalah sikap atau
perilaku hidup yang lebih memperhatikan orang lain. Dengan adanya sikap
dan perilaku hidup yang mementingkan orang lain diharapkan dapat
timbul kebermaknaan dalam hidup seseorang. Sebab sikap sosial akan
mengantarkan akal manusia kepada sebuah pemikiran rasa ingin berbagi
kepada orang lain dan peduli akan kesusahan orang-orang yang ada
disekitarnya.
Pengembangan nilai sosial kemasyarakatanapat ditempuh melalui
berbagai aktivitas yang melibatkan orang lain. Kerja sama, saling
menolong dalam memecahkan masalah, berdiskusi dan mengambil
kesepakatan bersama, menghargai hak orang lain, menghargai hasil karya
orang lain, menghargai perbedaan, dan kerelaan untuk berbagi. Contoh-
contoh yang dipaparkan tersebut merupakan kegiatan yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
diterapkan dalam rangka pengembangan nilai sosial yang sangat
diperlukan manusia dalam hidup bersama.
Sikap dan perilaku hidup yang lebih memperhatikan orang lain
merupakan salah satu sisi fitrah manusia, yaitu manusia terlahir sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia selalu berkomunikasi
dengan orang lain. Komunikasi atau hubungan yang dibina antara manusia
adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Mengupas tentang nilai pendidikan yang terkandung dalam novel
Ranah 3 Warna tidak terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan.
Sebab dari segi kolektivitas tokoh-tokoh dalam novel tersebut sarat dengan
perilaku sosial. Kegiatan sosial dalam novel meliputi peduli terhadap
keberadaan orang lain, yaitu sahabat-sahabat Alif, anak yatim, dan kaum
miskin lainnya. Kegiatan sosial menjadi prioritas utama yang tercermin
dalam novel. banyak kegiatan social yang menjadi rutinitas Alif dan bang
Togar yakni dengan memberikan santunan berupa uang, pakaian,
makanan, dan peralatan sekolah. Hal ini mereka lakukan dengan segenap
kesadaran hatinya bahwa dalam setiap rezeki yang di berikan Allah kepada
kita terselip titipan hak bagi orang-orang miskin, oelh karena itu kita harus
menyampaikan amanat Allah tersebut.
Kisah yang mencerminkan pendidikan sosial tersebut tidak jauh
beda dengan kepribadian Ahmad Fuadi sang pengarang novel. dalam
dunia nyata beliau dan istrinya gemar melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kepentingan socsal. Kegiatan yang di lakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
diantaranya dengan membangun komunitas MENARA. Sebuah komunitas
yang didalamnya terdapat kegiatan pendidikan mulai dari PAUD sampai
dengan sekolah menengah. Di mana dalam kegiatan pendidikan tersebut
dikhususkan bagi anak-anak dari golongan orang tua yang kurang mampu.
Komunitas MENARA sampai saat ini sudah banyak memberikan manfaat
yang bisa dirasakan bagi penghuninya.
Melalui tulisannya Ahmad Fuadi sengaja memberikan himbauan
kepada masyarakat luas untuk selalu menumbuhkan sikap peduli terhadap
lingkungan sosial. Seperti yang dikatakan pepatah bahwa tangan di atas
lebih baik daripada tangan di bawah. Semboyan ini mengajarkan hal baik
terhadap kita semua untuk menjadi orang yang peduli akan nasib dan
keadaan orang lain, bukan sebaliknya kita justru mengharapkan orang lain
yang peduli terhadap nasib dan segala kesusahan kita. Kalau pelajaran ini
kita hayati lebih dalam maka bangsa kita Indonesia akan menjadi bangsa
yang makmur dan seluruh rakyatnya hidup tanpa kekurangan suatu apa
pun.
d. Nilai Pendidikan Budaya
Budaya merupakan sebuah tradisi yang dibuat oleh masyarakat dan
dilestarikan secara turun-temurun oleh golongan masyarakat itu sendiri.
Hadiranya kebudayaan di tengah-tengah masyarakat akan memberikan
pengaruh besar terhadap kebiasaan dan tingkah laku masyarakatnya.
Karena budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
dapat memunculkan nilai-nilai positif maupun negatif yang diberikan oleh
masyarakat bagi siyapa saja yang melaksanakan ataupun melanggar.
Kebudayaan yang tergambar dalam karya sastra, biasanya
mendapat pengaruh besar dari pngarang itu sendiri. Karena budaya yang
dianut oleh pengarang justru dapat menjadikan inspirasi dan pengalaman
untuk kemudian dituliskan dalam sebuah karangannya. Pemunculan nilai-
nilai pendidikan budaya diharapkan mampu memberikan pelajaran awal
bagi anak-anak untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya yang ada
di lingkungannya masing-masing.
Perwujudan budaya dalam masyarakat dapat berupa kesenian
tradisional, kebiasaan hidup manusia, keyakinan atau kepercayaan
manusia terhadap barang dan hal mistik, aturan dalam sebuah daerah, dan
kebiasaan-kebiasaan lain yang terlanjur menjadi tradisi yang berkembang
secara turun-temurun. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat berupa
kebiasaan makan, minum, pemilihan makanan pokok pada tiap-tiap
daerah, dan kebiasaan lain yang sudah dilakukan oleh sekelompok
masyarakat yang tinggal di suatu daerah.
Nilai pendidikan budaya yang dihadirkan pengarang dalam novel
ini yakni berupa budaya kesenian masyarakat Indonesia, khususnya
masyarakat tanah Meninjau. Kesenian tersebut berupa silat ala tanah
Meninjau, nyanyian daerah, musik angklung, dan tarian-tarian daerah.
Selain itu pengarang juga menceritakan kebudayaan makan yang terjadi di
Tanah Meninjau, pondok Madani, dan Quebec.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Kebiasaan-kebiasaan makan yang dilakukan pada tiyap-tiyap
tempat atau daerah lama-kelamaan akan menjadi budaya yang khas dan
tidak biasa dilakukan di tempat lain, diantaranya budaya makan yang biasa
dilakukan di tanah Meninjau adalah makanan pokok berupa nasi dengan
lauk rendang, lemang, dan kue baralek yang menjadi makanan spesial
ketika ada hajatan atau peristiwa istimewa saja, sedangkan kebiasaan lain
di pondok Madani yaitu gaya sarapan anak pondok setiap pagi dengan
makanan pokok nasi dan berlauk sambal atau disebut salathah rohah dan
makrunah. Kedua kebiasaan tersebut sangat jauh berbeda dibandingkan
dengan gaya sarapan di Quebec. Sarapan di Quebec makanan pokoknya
berupa roti, kemudian ada istilah makanan pembuka yang berupa sup aux,
kemudian di tutup dengan jus.
Kebiasaan yang dilakukan pada tiyap-tiyap tempat di atas kiranya
sudah menjadi budaya yang melekat, bahkan makanan tersebut wajib ada
ketika penghelatan acara atau menyambut tamu istimewa. Sehingga jika
kebiasaan itu dilakukan dapat menumbuhkan nilai positif, begitu juga
sebaliknya seseorang yang tidak melakukannya akan mendapatkan
penilaian negatif dari orang lain. Hal inilah yang membuat sebagian besar
masayarakat mengikuti aturan-aturan yang sudah di buat oleh nenek
moyangnya dan melestarikannya kepada anak dan cucu mereka masing-
masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV tesis ini,
maka simpulan hasil penelitian adalah:
1. Struktur Novel Ranah 3 Warna
Struktur naratif novel Ranah 3 Warna dapat dikaji dari segi tema,
peristiwa, plot atau alur, penokohan/perwatakan, latar, sudut pandang,
setting, dan amanat. Novel Ranah 3 Warna bertema motivasi pendidikan.
Peristiwa yang digambarkan dalam novel meliputi empat hal, yaitu
peristiwa masa kecil tokoh di kampung Meninjau (tempat kelahirannya,
peristiwa ketika kehidupan tokoh di pondok Madani, peristiwa ketika
sedang menempuh pendidikan di Bandung, dan peristiwa ketika tokoh
menjadi duta pertukaran pemuda sebagai wakil bangsa di Quebec
(Amerika). Plot atau alur yang digunakan dalam penceritaan adalah alur
campuran.
Penokohan yang diciptakan pengarang berhasil menggambarkan
secara riil karakter manusia. Pada sisi lain, walaupun tokoh-tokoh penting
yang membangun seluruh konfigurasi cerita relatif banyak dan tiap tokoh
memiliki kekhasan sendiri-sendiri, Ahmad Fuadi berhasil memosisikan
setiap tokoh pada sebuah kolektivitas yang menyatu. Tokoh Alif yang
sengaja dihadirkan pengarang berhasil ditampilkan sebagai sosok pemuda
yang berperawakan kurus, berkaca mata, dan memiliki perwatakan tidak
186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
mudah putus asa, keras dalam mencapai segala keinginannya. Segala
tampilan itu menunjukkan kebaikan sosok pemuda yang hidup dalam
kesederhanaan dan berani bermimpi serta berani mewujudkan impiannya.
Sedangkan di sisi lain pengarang menampilkan tokoh Randai yang
menjadi sahabat Alif sejak kecil. Celoteh Randai dapat menggambarkan
kepribadian Randai yang peduli terhadap teman akan tetapi terkadang
bentuk kepeduliannya tersebut menggunakan cara dan perilaku yang
kurang baik, sehingga terkadang tidak dapat diterima dengan baik pula
oleh Alif.
Perwatakan tokoh yang dibuat oleh pengarang dalam novel ini
meliputi dua macam, yakni tokoh sederhana dan tokoh bulat atau tokoh
kompleks. Predikat tokoh sederhana disandang Alif sang tokoh utama
yang digambarkan sebagai tokoh yang hanya memiliki satu sisi sifat dan
keberadaannya jauh dari kehidupan manusia nyata. Sedangkan predikat
tokoh kompleks disandang oleh Randai (tokoh sentra) dan bang Togar
yang diceritakan sebagai manusia yang memiliki lebih dari satu sifat atau
perwatakan dalam dirinya. Selain perwatakan jujur, penolong, penyayang
mereka juga digambarkan memiliki perwatakan yang berlawanan yakni
keras, suka mengejek dan menyakiti hati orang lain.
Sedangkan latar yang digunakan sebagai pusat penceritaan adalah
di Meninjau, pondok Madani, Bandung, dan Quebec. Sudut pandang yang
digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang persona pertama (firt
person) atau gaya “Aku”. Kalau diteliti secara lebih mendalam setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
membaca riwayat hidup atau biografi Ahmad Fuadi seolah-olah
penceritaan yang dibuat dalam novel merupakan pengalaman pribadi dari
seorang Ahmad Fuadi sendiri. Penggunaan persona pertama “Aku” seolah
aku ini posisinya adalah Ahmad Fuadi sendiri yang menceritakan kisah
perjuangan hidup dalam menggapai sebuah cita-cita untuk menempuh
pendidikan.
2. Aspek Psikologi Watak Tokoh
Aspek psikologi watak yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna
meliputi; (1) kebutuhan fisiologi, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan
dicinta atau disayangi, (4) kebutuhan harga diri, dan (5) kebutuhan
aktualisasi diri. Seluruh aspek-aspek watak tersebut merupakan kondisi
psikologi normal setiap individu terutama para tokoh yang ada dalam
novel. Tidak ada bentuk-bentuk penyimpangan psikologi yang berarti pada
setiap tokoh.
1) Kebutuhan fisiolofi (papan, pangan, dan sandang) yang terdapat
dalam novel tampak pada kebutuhan makan, minum, tidur, dan istirahat
yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel, 2) kebutuhan rasa aman
tampak pada situasi dimana tokoh utama (Alif) di rampok oleh seorang
preman. Di situlah segala perlawanan untuk mendapatkan rasa aman dia
perjuangkan, 3) kebutuhan dicinta dan disayangi tampak saat sang tokoh
utama juga memiliki perasaan kehilangan ketika harus ditinggal mati oleh
ayahnya, selain itu perasaan cinta terhadap lawan jenis yaitu Raisa juga
dimiliki oleh tokoh utama, 4) kebutuhan harga diri ditunjukkan ketika sang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
tokoh utama mendapatkan hinaan dari orang lain dia merasa tidak terima
dan akan memperjuangkan dalam bentuk sikap atau ucapan yang dapat
menjadikan kebutuhan harga dirinya terpenuhi, dan 5) kebutuhan
aktualisasi diri, dalam novel kebutuhan ini ditunjukkan pada sikap
perjuangan tokoh utama untuk mencapai setiap cita-cita yang di miliki.
3. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna
setidaknya meliputi empat macam, yaitu nilai pendidikan agama, nilai
pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya.
Nilai pendidikan agama tampak pada unsur-unsur keagamaan yang
sengaja diceritakan pengarang melalui kegiatan yang dilakukan oleh para
tokoh dalam menjalankan syariat agama, diantaranya sholat, membaca Al-
Quran, puasa, sikap sabar, percaya kepada takdir dan segala ketentuan
Allah SWT.
Sedangkan nilai pendidikan moral di tampilkan pengarang melalui
perilaku baik yang ditunjukkan oleh para tokoh dalam novel, yaitu
kebiasaan beramal atau bersedekah, sikap menghormati orang tua dan
guru, serta sikap saling menghargai antarteman. Selain sikap moral yang
bersifat positif perilaku negatif pun juga dikisahkan dalam novel yakni
melalui sikap Randai yang tidak patut di jadikan contoh bagi para
pembaca.
Berikutnya nilai pendidikan sosial dihadirkan dalam bentuk
perilaku tokoh yang sering melakukan kegiatan sosial, yaitu peduli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
terhadap anak yatim dan anak-anak yang hidup dalam garis kemiskinan.
Prinsip hidup dari tokoh utama adalah sebesar apa pun rezeki yang di
terima di dalamnya ada hak orang lain, maka perlu kiranya menyisihkan
rezeki untuk bersedekah kepada orang yang membutuhkan bantuan kita.
Di dalam nilai pendidikan budaya yang terkandung dalam novel
diantaranya adalah budaya kesenian tradisional yang ada di Indonesia,
khususnya tanah Meninjau yakni meliputi kebudayaan silat, nyanyian
tradisional “Kembanglah Bungo”, tari-tarian, dan seni musik angklung.
Selain kebudayaan yang berupa kesenian dalam novel juga menampilkan
kebudayaan yang berupa kebiasaan yang sengaja dibuat oleh sekelompok
masyarakat daerah tertentu, diantaranya masyarakat tanah Meninjau,
pondok Madani, dan masyarakt Quebec.
Kebiasaan yang di maksud disini adalah kebiasaan makanan dan
minuman yang disantap sehari-hari sebagai asupan energi bagi mereka.
Makanan yang biasa dimakan oleh masyarakat tanah Meninjau adalah nasi
yang berfungsi sebagai makanan pokok dengan lauk-pauk rendang, gule,
dan kue baralek yang biasa tersaji ketika ada hajatan atau peristiwa
istimewa. Sedangkan makanan yang disantap sewaktu di pondok Madani
adalah berupa nasi dengan salthah rohah dan makrunah yakni sejenis
sambal yang hanya ada di pondok tersebut. Berikutnya makanan yang
biasa disantap masyarakat Quebec adalah roti. Sebelum memakan roti ada
sejenis sup yang disebut dengan sup aux yang berfungsi sebagai makanan
pembuka, dan minumannya berupa jus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
B. Implikasi
Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi memiliki implikasi dalam
dunia pondok pesantren, sosial, dan pendidikan. Novel ini dapat memberikan
gambaran mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan pesantren,
konflik secara psikologi pada kehidupan sosial yang juga dialami oleh hampir
setiap manusia, serta dunia pendidikan.
Generasi muda ditunjukkan pada gambaran situasi pesantren yang
menjadi tempat pembentukan jiwa-jiwa manusia yang selalu mengingat
Tuhan. Tempat dimana seseorang di bentuk untuk menjadi karakter yang
kuat, mandiri, tidak mudah putus asa, ikhlas dalam menerima sesuatu, serta
optimis ketika harus bersaing di dunia pendidikan jalur umum.
Konflik-konflik psikologi yang muncul bukanlah merupakan
hambatan untuk menuju sebuah kesuksesan. Justru dapat di jadikan cambuk
untuk memotivasi impian meraih cita-cita. Manusia akan dianggap dewasa
ketika dapat mandiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana pun
dia tinggal. Kehidupan tokoh dapat memberikan gambaran baik secara
implisit maupun eksplisit bahwa tekanan psikologi yang dialami manusia
haruslah dihadapi dengan tegar dan percaya diri, bukan sebaliknya.
Masalah yang diangkat dalam novel ini juga dapat memberikan
motivasi bagi siswa/pelajar dalam usahanya mencapai pendidikan setinggi-
tingginya. Mengajarkan siswa untuk menjadi pribadi yang berakhlak dan
bermoral. Menghargai budaya bangsa sendiri dan mengambil nilai positif
budaya bangsa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
C. Saran
Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengajukan saran sebagai berikut.
1. Pembaca novel Ranah 3 Warna dapat mengambil nilai positif dan
meninggalkan nilai-nilai negatif yang terdapat dalam novel. Nilai-nilai
positif hendaknya digunakan sebagai contoh untuk selanjutnya dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai negatif hendaknya menjadi
contoh yang tidak patut kita tiru dan kita terapkan dalam kahidupan ini,
akan tetapi hanya sebagai referensi hidup untuk sebuah aturan agar jangan
sampai kita melakukan hal itu.
2. Para kaum muda, novel Ranah 3 Warna dapat digunakan sebagai motivasi
dalam meraih cita-cita besar dalam kehidupan. Para kaum muda
hendaknya dapat mengambil hikmah yang ada dalam novel agar menjadi
pribadi yang kuat, pantang menyerah, sabar, dan selalu mengandalkan
pertolongan Tuhan dalam setiap usaha yang dilakukan.
3. Siswa mulai jenjang SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi hendaknya
dapat menjadikan novel Ranah 3 Warna sebagai tauladan dalam menjalani
proses pendidikan. Berbagai kondisi psikologi tokoh serta kesulitan-
kesulitan yang menghadang kehidupan tokoh dalam novel dapat
menjadikan siswa lebih giat dalam belajar dan tidak mudah menyerah atau
menjadi sosok yang rapuh ketika harus mengalami peristiwa yang dapat
menghambat cita-citanya untuk menyelesaikan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
4. Bagi guru, kiranya dapat memanfaatkan novel Ranah 3 Warna sebagai
sumber pembelajaran, khususnya dalam bidang pendidikan untuk
pembentukan karakter siswa didiknya di segala jenjang pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related