manajerial kepemimpinan kepala sekolah dalam …
Post on 30-Oct-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJERIAL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA
MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN MUATAN LOKAL DI SMA
NEGERI 8 TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
NUR FITRIANA
10538319915
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“sesungguhnya hasilmu ditentukan atas dasar kamu berusaha, berdo’a
dan berupaya..karena hidup adalah pilihan”
PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan karya sederhana ini
kepada kedua orang tuaku yang telah bersabar dan
ikhlas dalam mensupport, saudara-
Saudaraku, teman-teman serta seluruh keluarga
tercinta yang senantiasa memberikan kasih
sayangnya untukku, senantiasa mendoakanku dengan
tulus dan ikhlas untuk kesuksesanku.
Do’a...,pengorbanan...,nasehat yang tulus darinya
menunjang kesuksesanku dalam menggapai cita-citaku”
ABSTRAK
Nur Fitriana dengan judul Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Upaya Mengimplementasikan Pendidikan Muataan Lokal di SMA Negeri 8 Takalar.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 Khaeruddin dan pembimbing II
Nurdin.
Manajerial kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya mengimplementasikan
pendidikan muatan lokal ini dilaksanakan dari segala bentuk oleh kepala sekolah,
utamanya dalam hal pengembangan kurikulum oleh wakil kepala sekolah kurikulum dan
peran guru terkait masalah pelajaran Muatan Lokal di SMA Negeri 8 Takalar.
Tujuan dari penelitian ini adalah, (1) Untuk mengetahui system manajerial
kepemimpinan kepala sekolah di sekolah SMA Negeri 8 Takalar. (2) Untuk mengetahui
upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan muataan
lokal di sekolah SMA Negeri 8 Takalar.
Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang
bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengungkap tentang kepemimpinan kepala
sekolah. Peneliti melakukan Penelitian dilokasi SMA Negeri 8 Takalar, tepatnya di
Dusun Toddosila, Desa Lantang, Kec. Polong Bangkeng Selatan, Kabupaten Takalar.
Informan yang digunakan untuk memperoleh informasi pada penelitian adalah 7 orang,
Kepala Sekolah, 3 siswa, dan 3 guru. Pengumpulan data yang digunakan peneliti terdapat
tiga teknik adalah observasi, wawancara dan dokumen serta menggunakan keabsahan
data triangulasi.
Hasil penelitian dari kepempinan kepala sekolah dapat diketahui bahwa menjadi
seorang pemimpin guna dapat mencapai tujuan harus memiliki karakter untuk
membangun sekolah yang dipimpinnya upaya ini bisa dalam bentuk gaya kepemimpinan
yang di terapkan oleh seorang kepala sekolah
Juga tidak terlepas dari kepemimpinannya sebagai seorang kepala sekolah juga
mampu memange kontrol kinerja para dewan pendidik guna dapat melaksanakan sebagai
sumber dan memberikan ilmu pada siswa. Uapaya-upaya kepala sekolah dalam
menuntaskan kurikulum. Utamanya yang paling tersorot Muatan Lokal di SMA Negeri 8
Takalar sebagai pelajaran baru di tahun 2018 lalu.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Manajerial, Kepala Sekolah, Implementasi, Muatan Lokal
ABSTRACT
Nur Fitriana with the title Managerial Leadership of School Principals in Efforts to
Implement Local Reality Education at SMA Negeri 8 Takalar. Essay. Department of
Sociology Education Faculty of Teacher Training and Education Muhammadiyah
University Makassar. Advisor 1 Khaeruddin and advisor II Nurdin.
The managerial leadership of the school principal in the effort to implement local
content education was carried out in all forms by the school principal, especially in terms
of curriculum development by the vice principal of the curriculum and the role of the
teacher in relation to the problem of Local Content lessons at Takalar State High School
8.
The purpose of this study is, (1) To find out the managerial leadership system of
principals in 8 Takalar High School. (2) To find out the efforts made by school principals
in implementing local muataan education in Takalar 8 Public High School.
This thesis uses a qualitative method with a case study approach that aims to
describe or uncover the principal's leadership. Researchers conducted research at the
Takalar 8 Public High School, precisely in Toddosila Hamlet, Lantang Village, Kec.
Polong Bangkeng Selatan, Takalar Regency. The informants used to obtain information
on the study were 7 people, the Principal, 3 students, and 3 teachers. Data collection used
by researchers there are three techniques are observation, interviews and documents as
well as using the validity of triangulation data.
The results of the research from the leadership of the school principal can be seen
that being a leader in order to achieve the goals must have the character to build a school
which is led by this effort can be in the form of leadership style applied by a school
principal.
Also not apart from his leadership as a school principal is also able to memange
control of the performance of the board of educators in order to be able to carry out as a
source and provide knowledge to students. Principals' efforts in completing the
curriculum. Mainly the most highlighted Local Content in SMA Negeri 8 Takalar as a
new lesson in 2018 ago.
Keywords: Leadership, Managerial, Principal, Implementation, Local Content
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah Swt, karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya jualah serta
kekuatan iman yang diberikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya yang direncanakan walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Begitu pula sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabat-sahabat-Nya dan orang-orang
yang mengikuti beliau. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami
berbagai hambatan dan kesulitan. Namun hal itu dapat teratasi dengan baik berkat
kerja keras dan tekad yang bulat serta bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana pendidikan sosiologi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Disamping itu, izinkan penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua yang telah mendukung dan memotivasi penyelesaian skripsi ini
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang
tercinta. Ayahanda Abdul Basir dan Ibunda Roslina serta kakak dan adik penulis
yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-
jasa mereka. Do’a restu, nasehat dan petunjuk dari mereka yang merupakan
dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M Rektor Universitas
Muhammdiyah Makassar. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak
Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan
Imu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Makassar. Ketua Program Studi
Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd dan Sekretaris Program Studi
Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D beserta seluruh
staffnya.
Bapak Dr. Khaeruddin, M.Pd sebagai pembimbing I (satu) dan Bapak Drs. H
Nurdin, M.Pd selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Bapak dan Ibu dosen
Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen
selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT.
ix
Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian
hari.Keluarga besar SMA Negeri 8 Takalar Bapak Ibrahim, S.Pd., M.Pd beserta
para guru-guru dan staf yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk
mendapatkan informasi mengenai esktrakurikuler sebagai ruang pembentukan
karakter siswa, yang mendukung penyelesaian skripsi ini.
Bapak pimpinan beserta staff Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas dan
Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penuis untuk
mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini. Kawan-
kawanku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi khususnya kawan-
kawan seperjuangan Kelas B yang selalu memberikan support kepada penulis.
Seseorang terdekat yang selalu mendukung penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penuis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan pahala
dari rahmat Allah SWT. Semga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihan. Amin ya Rabbal a’lamin.
Makassar, Desember 2019
Nur. Fitriana
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .......................................................... vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ............................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
E. Definisi Operasional ................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori ............................................................................ 14
1. Pengertian Kepala Sekolah ................................................ 14
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ......................................... 16
3. Tanggung Jawab Kepala Sekolah ...................................... 23
4. Implementasi Pendidikan ................................................... 25
5. Muatan Lokal ..................................................................... 26
6. Landasan Teori .................................................................. 27
7. Penelitian Relevan ............................................................. 33
B. Kerangka Konsep ..................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 39
B. Lokus Penelitian ..................................................................... 41
C. Informan Penelitian .................................................................. 42
D. Fokus Penelitian ...................................................................... 43
E. Instrumen Penelitian ............................................................... 43
F. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 48
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 48
H. Teknik Keabshan Data ............................................................. 50
I. Etika Penelitian ........................................................................ 55
BAB IV GAMBARAN DAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian ........................................................... 57
B. Letak Geografi............................................................................ 73
C. Keadaan Sosial ........................................................................... 77
D. Keadaan Pendidikan ................................................................... 78
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 80
1. Sistem Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah
di SMAN 8 Takalar ............................................................... 80
a. Sistem Kepemimpinan Transformatif ............................... 80
b. Bentuk Pengambilan Keputusan yang Bersifat
Musyawarah ...................................................................... 82
c. Pola Interaksi dan Komunikasi dengan Baik .................... 84
2. Upaya Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan
Pendidikan Muatan Lokal di SMAN 8 Takalar .................... 85
a. Upaya Implementasi Oleh Kepala Sekolah
SMAN 8 Takalar ............................................................... 86
b. Tenaga Kependidikan Pelajaran Muatan Lokal ................ 88
1. Dewan Pendidik Tidak Memadai ................................. 89
c. Respon Siswa Terhadap Pelajaran Muatan Lokal ............ 89
B. Pembahasan ................................................................................ 91
1. Sistem Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah
di SMAN 8 Takalar dalam tinjauan teori
Stuktural Fungsional .............................................................. 91
2. Upaya Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan
Pendidikan Muatan Lokal di SMAN 8 Takalar ..................... 95
3. Interpretasi Hasil Penelitian .................................................. 98
4. Cara Kerja Teori .................................................................... 102
5. Nilai Kebaruan ....................................................................... 104
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 106
B. Saran ........................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 110
LAMPIRAN LAMPRIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel I.I Waktu Penelitian ........................................................................ 42
Tabel II.2 Instrument Observasi .............................................................. 44
Tabel III.3 Instrument Wawancara ......................................................... 46
Tabel VI.4 Instrument Dokumentasi........................................................ 47
Tabel V.5 Profil Sekolah ............................................................................ 62
Tabel VI.6 Personil Sekolah ...................................................................... 68
Tabel VII.7 Peserta Didik .......................................................................... 71
Tabel VIII.8 Interpretasi ........................................................................... 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.I Kerangka Pikir ...................................................................... 38
Gambar II.2 Peta Kecamaatan Polongbangkeng Selatan ...................... 73
Gambar III.3 Peta SMA Negeri 8 Takalar .............................................. 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pendidikan nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani.Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan
nasional dimaksud, maka kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah perlu
ditunjang oleh adanya pelayanan kebijakan yang teratur, terarah, dan terencana.
Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah
adalah seorang yang mentukan titikpusat dan irama suatu sekolah. Lebih jauh
studi tersebut menyimpulkan bahwa “keberhasilan sekolah adalah keberhasilan
kepala sekolah”. Beberapa diantara kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang
memiliki harapan tinggi pada staff dan para siswa. Kepala sekolah adalah mereka
yang menentukan irama bagi sekolah merekaWahjosumidjo dalam kasmiati (2009
:2).
Kemampuan manajerial kepala sekolah adalah seperangkat keterampilan
teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manager sekolah untuk mendayagunaka
segala sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan
efisien. Akdon dalam Karweti (210 :78)
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah untuk
menggerakkan segala sumber yang ada pada suau sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rachmawati (2013 :21)
Kepala sekolah sebagai kunci pendorong bagi pengembangan dan
kemajuan sekolah serta bertanggungjawab untuk meningkatkan akuntabilitas
keberhasilan siswa dan programnya. Agar hal demikian tercapai dengan baik,
maka kepemimpinan kepala sekolaah perlu diberdayakan, sehingga kepala
sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawab.
Purwannti dkk dalam Fitrah (2017 :32).
Salah satu acuan indikator keberhasilan kepala sekolah diukur dari mutu
pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.(Depdikas,
2010). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan
berubahnya menjadi sesuatu yang lain dengan mengintegrasikan input sekolah
sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, motivasi
dan minat belajar yang tinggi. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah yang
dapat diukur dari kualitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan
moral kerjanya. Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai
makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang
ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan criteria tertentu. Surya dalam Firah
(2017 :33).
Di SMA Negeri 8 Takalar pada kenyataannya kepemimpinan kepala
sekolahdalam mengimplementasikan pelajaran Muatan Lokal telah
mengupayakan agar dapat menuntaskan nilai-nilai lulus padaa siswa. Meskipun
pada dasarnya sekolah ini membutuhkan buku paket yang memadai serta
kecerdasan dan keterampilan seorang guru yang memberikan materi belajar pada
siswa. Besar harapan terhadap sekolah ini agar guru, kepala sekolah dan siswa itu
sendiri memiliki rasa kesadaran serta peduli akan melestarikan dan mempelajari
Muatan Lokal yang berfokus pada Sejarah Daerah. Dengan mempelajari Muatan
Lokal maka secara langsung siswa-siswa dapat mengetahui dan memahami
sejarah lahirnya Kota Makassar. Kepada kepala sekolah agar lebih meperhatikan
lagi sumber atau buku pelajaran untuk siswa, mempertahaankan gaya
kepemimpinan yang luwes atau terbuka pada semua pihak sorganisasi atau
sekolah yang dipimpin, untuk tenaga pendidik agar lebih meningkatkan semangat
belajar siswa, memberikan penguatan materi pada siswa
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang
professional dalam organisasi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan prndidikan.
Banyak faktor penghambat tercapainya kualitas kepemimpinan seorang
kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak transparan, rendahnya
mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya disiplin dalam melakukan
tugas dan seringnya dating terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit
serta banyak faktor lain yang menghambat kinerja seorang kepala sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Ini
mengiplikasian rendahya produktivitas kerja kepal sekolah yang berimplikasi juga
pada mutu. Fitrah (2017 :35)
Yusrizal dalam Fitrah (2017 :35) salah satu kendala dalam meningkatkan
mutu pendidikan adalah kepala sekolah yang kurang tepat waktu dan
melaksanakanprogram peningkatan mutu. Dalam melaksanakan fungsi
kepemimpinannya, kepala sekolah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan
terhadap seluruh komponen sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen
dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuan manajerial seorang
kepala sekolah. Hasil penelitian dari Busrin dkk dalam Fitrah (2017: 36)
menuujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sepervisi
pengawas dan kemampuan manajerial kepala sekolah secaraa bersama-sama
dengan kinerja guru.
Fungsi yang pertama dan utama dari seseorang manajer dari seorang
pendidikan atau bisnis adalah menjamin tujuan organisasinya dinyatakan dengan
jelas dan dapat dipahami Bongue dan Saunders dalam Syafaruddin(2008: 146).
Dengan demikian pada era otonomi kualitas pendidikan akan sangat
ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Konsep modernisasi lama seringkali
menganggap kebudayaan lokal sebagai hambatan dalam proses pembangunan
digantikan konsepsi pembangunan ala barat. Namun, kini konsep modernisasi
mengalami evolusi yang cukup besar, dimana salah satu penggerak keberlanjutan
pembangunan kini semakin mengependenkan aspek kebudayaan sebagai modal
dasar pembangunan.
Bahasa daerah adalah bahasa komunikasi sehari-hari yang dipakai oleh
masyarakat lokal. Bahasa ini telah bertahan melewati berbagai macam perubahan
aman dan telah sering bersinggungan dengan bahsa lain seperti bahsa daerah lain,
bahasa asing maupun bahasa Indonesia. Akibat dari berinteraksinya bahasa ini
dengan berbagai macam kondisi dan situasi, maka muncullah berbagai jenis dialek
dan logat yang berbeda. Akibatnya, bahasa daerah yang diucapkan oleh satu
masayarakat, meskipun secara akar dan rumpun sama,tetapi dalam prakteknya
memiliki perbedaan dengan bahasa daerah yang diucapkan oleh masyarakat lain.
Meskipun berbeda, bahasa bahasa daerah ini memiliki kesamaan yang tidak dapat
dibantahkan terutama dalam hal yang berhubungan dengan sastra. Untuk
menyelamatkan bahasa daerah dari kebinasaan inilah, maka kurikulum pendidikan
dasar dan menengah mencantumkan bahsa daerah sebagai muatan local yang
harus dan wajib dipelajari.
Muatan lokal (mulok) sebagai salah satu unsure muatan kurikulum 1994
mulai diterapkan sejak tahun 1994. Status mulok sebagai salah satu mata pelajaran
yang wajib diajarkan di sekolah (dasar dan menengah) kemudian diperkuat
posisinya dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional yang disahkan pada tanggal 8 juli 2003 (pos kupang.com). sayangnya,
meskipun sudah lama diterapkan, hasilnya ternyata tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Hal mendasar yang mungkin dapat dijadikan alas an adalah bahwa
bahsa daerah adalah bukan bahsa official/resmi yang wajib dipakai didalam segala
kegiatan formal. Bahasa daerah hanyalah bahasa komunikasi sehari-hari yang
ketika dipakai pun kadang kurang memenuhi standard penggunaannya karena
sering dicampur adukkan dengan bahasa lain.pembelajaran bahsa daerah
hendaknya berlangsung tidak sekedar meaning getting, tetapi berupa proses
meningmaking, sehingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai dalm diri siswa. (
wibawa, sutrisna, 2007). Dengan pola ini siswa tidak dipaksa bekerja keras
menggunakan aspek kognitif mereka untuk memahami seprangkat kaidah. Nergi
mereka lebih diarahkan kepada pengembangan aspek afektif, sesuai dengan sifat
bahsa daerah itu sendiri yang sebagian besar bersubtansikan nuansa afektif.
Konsep pembelajaran seperti ini akan dapat diimplementasikan dengan baik pada
semua pengajaran bahasa daerah manapun, karena pada dasarnya bahasa-bahasa
daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang sama, yaitu penuh dengan
substansi afektif.
Belajar dari pelaksanaan pembelajaran muatan lokal kurikulum 1994, guru
sebagai manajer, team leader, pendidik dan sutradara kegiatan kelas terkesan
kurang memahami apa yang ditulis dalam GBPP mereka. Ahar (2009: 3)
B. Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas, maka
rumusan masalahnya adalah
1. Bagaimanakah sistem manajerial kepemimpinan Kepala Sekolah SMA
Negeri 8 Takalar?
2. Bagaimanakah upaya Kepala Sekolah dalam mengimplementasikan
pendidikan muatan lokal di SMA Negeri 8 Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan,
adapun tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui system manajerial kepemimpinan Kepala Sekolah di
SMA Negeri 8 Takalar.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam
mengimplementasikan pendidikan muatan lokal di SMA Negeri 8 Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menbawa manfaat secara
teoritis maupun secara praktis antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi teoritis terkait
manajerial kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya
mengimplementasikan pendidikan muatan lokal di sekolah SMA Negeri
8 Takalar
b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi mahasiswa Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan terkait
manajerial kepala sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan
muatan lokal
b. Sebagai masukan bagi praktisi pendidikan pada umumnya, terkait
lembaga pendidikan yang bersangkutan
c. Bagi penulis, penelitian ini selain memberikan pengetahuan bagi peneliti
tentang manajerial kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya
mengimplementasikan pendidikan muatan lokal dapat dijadikan
referensi bagi peneliti kedepannya.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari judul yang penulis konsepkan bertujuan untuk
memperoleh gambaran yang jelas terkait dari judul yang telah diangkat. Maka
penulis memberikan gambaran dafenisi dari konsep judul penelitian tersebut
berikut:
1. Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam mengatur
segala sesuatunya dengan benar. Pelaku ilmu disebut dengan manajer,
seorang manajer haruslah menguasai ilmu manajerial dengan baik.
Defenisi manajer manurut Havard Business School adalah orang yang
mendapatkan hasil melalui orang lain. Secara etimologi, manajemen
berasal dari kata to manage yang berarti mengelola atau mengatur. Secara
terminology, George R. Terry (1982) mendefenisikan manajemen adalah
cara pencapaian tujuan yang ditentukan terlebih dahulu dengan melalui
kegiatan orang lain. Haiman (dalam Manullang, 1983) mengatakan
manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan
orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk
mencapai tujuan. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
manejemen meliputi adanya suatu proses, adanya tujuan yng hendak
dicapai, proses melalui pelaksanaan pencapaian tujuan,dan tujuan yang
dicapai melalui pemanfaatan sumber daya yang ada. Dalam proses
manajemen tersebut, terlibat fungi-fungsi pokok yang ditampilkan seorang
manajer/pemimpin, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penempatan staf (staffing), memimpin (leading), motivasi
(motivating), pengarahan (actuacting), kumunikasi (communicating),
maupun pengendalian (controlling). Dengan demikian manajemen
diartikan sebagai proses perencanaan, mengoganisasi, memimpin, dan
mengendalikan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Andang
(2014: 21-22).
2. Kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan
Supriyadi (1988: 346) bahwa: ” Erat hubungannya antara mutu kepala
sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah,
iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.
Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990
bahwa: ” Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana. Secara teoritis kepemimpinan kepala sekolah mencakup cara-
cara dan usahanya dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, serta
menggerakkan guru, staf, siswa dan orang tua siswa demi tercapainya
tujuan sekolah (Suparno dkk., 2002:16). Di era sekarang ini peran kepala
sekolah benar-benar ditempatkan pada posisi yang sangat strategis:
memiliki otonomi untuk mengatur dinamika sekolah yang dipimpinnya
menuju arah yang lebih baik dan benar-benar mendahulukan kepentingan
siswa sebagai subyek pendidikan. Mannan. (4)
3. Implenetasi pendidikan adalah bernajak dari implementasi yaitu suatu
proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk
tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. Implementasi
juga bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa inggris
implement yang berarti melaksanakan. Kajian tentang komponen
pelaksanaan pendidikan berarti kajian tentang system pendidikan yang
merupakan satu kesatuan, saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Hamalik (2013: 56).
Hakikat pendidikan adalah suatu proses yang didalamnya terdapat individu
yang diajarkan dan mengajar dalam artian memberikan arahan yang
bertujuan supaya mampu menafsirkan dan memaknai rangkaian
pengalamannya dengan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuh
kembangkan eksistensi manusia yang memasyarakat dan membudaya
demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki. Dengan
dilandasi sikap religious berarti dalam pendidikan kita sadar akan ciptaan
Tuhan yang seharusnya hidup sesuai dengan aturan yang tujuan akhirnya
yaitu bekal untuk kehidupan di akhirat. Oleh karena itu yang menjadi
sentral pendidikan adalah pendidikan formal. Rukoyah (2017).
4. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan cirri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
kedalam mata pelajaran yang ada. Upaya untuk menjadikan budaya lokal
semakin dekat dengan generasi muda yaitu dengan adanya mata pelajaran
muatan lokal sesuai dengan KTSP 2006 dan pada kurikulum 2013
terintegrasi dalam mata pelajaran seni budaya. Penerapan mauatan lokal di
sekolah membutuhkan sumber belajar dan perangkat pembelajaran yang
membantu guru dan siswa untuk mempeljari mata pelajaran muatan lokal
tersebut. Salah satu sumber belajar yang mampu mendidik siswa untuk
lebih mandiri yaitu modul.
Dalam proses untuk merevitalisasikan bahasa daerah diperlukan sebuah
media untuk memfasilitasi keinginan ini agar dapat berjalan secara
berkelanjutan. Salah satunya melalui muatan lokal yang terdapat dalam
kurikulum pada tingkat sekolah di provinsi Sulawesi Selatan.
Utomo (2000: 2-4) menyatakan bahwa kebijakan untuk mengisi muatan
lokal dalam kurikulum dilandasi kenyataan bahwa Negara Indonesia
menyadari keanekaragaman budaya, kondisi alam, dan lingkungan sosial.
Sekolah, tempat pendidikan berlangsung adalah bagian dari masyarakat.
Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang mantap kepada siswa tentanh kekhususan yang ada di
lingkunganya.
Selanjutnya, menurut Dakir (2004: 101), kurikulum muatan lokal dan
keberadaannya di indonesia telah dikuatkan dengan surat keputusan
menteri pendidikan dan kebudayaan republic indonesia dengan nomor 02
12/U/1987 tanggal 11 juni 1987. Sedangkan pelaksanannya telah
dijabarkan dalam keputusan direktur jenderal pendidikan dasar dan
menengah nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 oktober 1987.
Menurut keputusan diatas, pengertian muatan lokal ialah program
pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan
lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib
untuk dipelajari oleh murid di daerah itu. Pada umumnya muatan lokal pada
tingkatan sekolah dasar dan menengah diisi oleh pelajaran bahasa inggris
serta bahasa pendamping sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan masing-
masing daerah. Beberapa daerah mendampingkan bahasa inggris dengan
bahasa daerah setempat, maupun bahasa asing. Demikian juga di sekolah-
sekolah yang berbeda dalam cakupan dinas pendidikan provinsi Sulawesi
selatan, dimana hamper seluruh sekolah negeri, maupun swasta di tingkatan
dasar dan menengah memasukkan bahasa Makassar sebagai bahasa daerah
ke dalam pelajaran muatan lokal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep dan Teori
1. Pengertian kepala sekolah
Kepala sekolah sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak
pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen
bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain.
Lembaga-lembaga publik telah menggunakan istilah stakeholder ini secara luas ke
dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana,
stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak
yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana.
Kepala sekolah utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan
kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek.
Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan
keputusan.
Kata kepala sekolah tersususn dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat
diartikan ketua atau pimpinan dalam suatu oraganisasi atau sebuah lembaga, dan
“sekolah” yaitu sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi
pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefenisikan sebagai seseorang
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar, atau tempat tempat dimana terjadinya interaksi
antara guru yang member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran
(Wahjosumidjo, 2008:83). Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang
memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa, menurut Wahyusumidjo
(2008:82), kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas
mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah. Rumusan tersebut
menunjukkan pentingnya peranan atau kebijakan kepala sekolah dalam
menggerakkan kehidupan sekolah guna mencapai tujuan. Studi keberhasilan
kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah sesorang yang menetu
kan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah
kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks
yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah.
Kepala sekolah mempunyai dua peranan utama, pertama sebagai
pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manaj
emen. Pembaharuan pendidikan melelui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan
komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi memberikan
kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk menerapkan dengan
lebih mantap berbagai fungsi dari peran kedua tersebut. Pendekatn manusiawi,
saling asah-asih dan asuh dan sangat diyakini kepemimpinan kepala sekolah
satuan pendidikan akan efektif dan hl ini sangat menunjang pencapaian tujuan
sekolah yang digariskan.
Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit. Pada satu
pihak ia adalah seorang atasan karena ia diangkat oleh atasan. Dalam
kedudukannya yang demikian itu, kepala sekolah mengemban tugas pokoknya
yaitu membina dan mengembangkan kepala sekolah secara terus menerus sesuai
dengan perkembangan dan tantangna zaman. Dalam usaha peningkatan mutu
tersebut, seorang kepala sekolah dapat dapat memperbaiki dan mengembangkan
fasilitas sekolah, yang kesemuanya tercakup dalam bidang admistrasi pendidikan.
Dalam hal ini , maka kepala sekolah layaknya mempunayai kebijakan dalam
pendidikan atau sekolah yang dipimpinnya. kasmiati (2008 :7-8).
Kepala sekolah mempunyai beberapa kompetensi manajerial yang
meliputi:
a. Menyusun perencanaan
b. Mengembangkan organisasi
c. Memimpin penyelenggaraan sekolah
d. Mengelola perubahan dan pengembangan
e. Menciptakan budaya kondusif dan inovatif
f. Mengelola guru dan tenaga administrasi
g. Mengelola sarana dan prasarana
h. Mengelola hubungan dengan masyarakat
i. Mengelola seleksi siswa
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
k. Mengelola keuangan
l. Mengelola ketatausahaan
m. Mengelola unit layanan khusus
n. Mengelola system informasi
o. Memanfaatkan tik, dan
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen. Lebih
lanjut, Siagian dalam kasmiati (2009 :8-9), mengemukakan bahwa kepemimpinan
memainkan perana yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya
untuk meningkatkan pruduktivitas kerja, baik pada tingkat individual, pada
tingkat kelompok, dan pada tingkat organisasi. Implementasi pada kepemimpinan
kepala sekolah dalam hal ini memang penting dan memberikan manfaat yang
besar bagi peningkatan mutu kinerja. Urgesitasnya bagi kepala sekolah adalah
menerapakan gaya kepemimpinan yang partisipatif demokratik dan
memperhatikan perkembangan professional sebagai salah satu cara untuk
memotivasi guru-guru dan para siswa.
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar. Kepala sekolah
merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju sekolah dan
pendidikan secara luas. Sebagai pengelola institusi satuan pendidikan, kepala
sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk
mencapai tujuan mutu sekolah yang efektif, kepala sekolah dan seluruh
stakeholders harus bahu membahu kerja sama dengan penuhkekompakan dalam
segala hal. Selain itu, kepala sekolah juga disentil dengan persepsi bahwa guru
dan siswa berkemungkinan memiliki tingkat kebutuhan berbeda-beda, tapi yang
pasti mereka akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni interaksi afiliasi
social, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Pada dasarnya, tujuan
penerapanmuatan lokal ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tujuan
kelompok langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adaalah tujuan
yang dapat segera dicapai sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan
yang memerlukan waktu yang relative lama untuk mencapainya dan merupakan
dampak dari tujuan langsung. Mansur (2012: 72)
Oleh karena itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih
keras. Kiat kepala sekolah adalah memikirikan fleksibilitas peran dan
kesempataan, bukannya otoriter dan semuanya. Demi kelancaran semua kegiatan
itu kepala sekolah harus mengubah gaya pertemuan yang sifatnya pemberitahuan
kepada pertemuan yang sesungguhnya yakni mendengarkan apa kata mereka dan
bagaimana seharusnya mereka menindaklanjutinya. Kasmiati (2009: 8-10)
Karena itu sifat dasar dari kepemimpinan adalah motivasi, keputusan, ko
munikasi,dan proses pengendalian akan menentukan efektivitas kepemimpinan da
lam mengembngkan suatu iklim dan budaya kondusif untuk membuat kebijakan
Jauch dan Glueck dalam Syafaruddin(2008 :129). Secara rinci ditemukan bahwa
perilaku pemimpin mengacu kepada dua dimensi utama. Perilaku yang
menyatakan peduli terhadap pencapaian tugas dalam organisasi dan peduli
terhadap hubungan sesame manusia dalam organisasi.
Teori ini secara umum diterima bahwa kedua jenis perilaku ini menjadi sy
arat keberhasilan kepemimpinan.Usaha untuk mengembangkan teori melalui pene
litaian yang hati hati dalam situasi tugas kepemimpinan, memahami bahwa tidak s
atupun cara yang tebaik untuk memimpin dalam semua situasi, tetapi bahwa dala
m situasi tertentu,satu pendekatan kepemimpinan mungkin lebih efektif dari yang
lain. Tantangan terhadaap teori perilaku kepemimpinan yaitu salah satunya
dijelskan teori kontingensi. Hasley dan Blanchard dalam Syafaruddin (2008: 130)
mengusulkan teori situasional.
Pada pokoknya perilaku kepemimpinan ini dibagi atas kematangan
bawahan ataau anggota. Situasi dalaam teori ini kemudian dibagi kepada
kemataangan psikologis. Ada dua dimensi juga tentang perilaku pemimpin yaitu:
perilaku orientasi tugas dalam hal ini pemimpin menekankan kepada tugas
khusus,dan perilaku hubungan dalam hal ini pemimpin menggunakan waktu
dalaam membangun hubungan interpersonal yang baik dengan anggota kelompok.
Teori ini menguslkan empat jenis perilaku kepemimpinan secara umum, setiap
bagian cocok dengan level kematangan khusus. Peningkatan kematangan-
kematangan bergerak melalui gaya menceritakan (pencapaian tugas tinggi-
hubungan rendah), gaya menjual (pencapaian tugas tinggi-hubungan tinggi),
partisipasi (rendah pencapaian tugas-hubungan tinggi), dan perilaku delegasi
(rendah pencapaian tugas dan hubungan rendah). Kepemimpinan merupakan
factor kunci dalam menciptakan perubahan di sekolah. Salah satu focus kepala
sekolah adalah membuat kebijakan. Hasil penelitaian Rutter dalam Syafaruddin
(2008: 132-133).
Untuk mengarahkan fokus karakteristik sekolah sebagaimana diungkapkan
di atas, pimpinan sekolah harus orang yang mampu memberdayakan personel
sekolah dalam proses pengembangan sekolah. Dijelaskan oleh Hesselbein dalam
Syafaruddin (2008: 133), para pemimpin harus mengusahakan, memperjuangkan
dan kemudian mendukung gagasan-gagasan baru. Pemimpin harus memberikan
dana lingkungan bagi pengembangan dan menyatakan semangat kewirausaan.
Pemimpin harus memberdayakan.
Lebih jauh dijelaskannya, bahwa pemberdayaan orang-orang untuk
berinovasi bagaimanapun, tidak berarti memberikan kebebasan, tetapi inovasi
adalah adanya pengakuan dan peneriamaan atas gagasan baru Hesselbein dalam
Syafaruddin (2008:133-134).
Pemimpin transformasional memperhatikan potensi motif individu dalam
anggotanya, mengusahakan kepuasan kebutuhan yang tinggi, dan mengikat secara
penuh pribadi-pribadi anggota. Ownes dalam Syafaruddin (2008: 135). Ternyata
hasil dari kepemimpinan transformative adalah hubungan timbal balik pimpinan
dan anggoa untuk saling memajukan, berkinerja tinngi, dan mencapai kepuasan.
Pengembangan sekolah diharapakan untuk mengelola perubahan dan
meningkatkan kualitas sekolah. Pada dasarnya perlu mempelajari kekuatan dan
kelemahan staf, moral, ketersediaan bangunan, peralatan-peralatan cukup
tidaknya, budaya sekolah, budaya pelajar, hubungan kemsyarakatan, jaringan, dan
budget atau keuangan sekolah.
Sekolah memerlukan kebijakan pengembangan diarahkan kepada
pencapaian kualitas unggul. Untuk menangkap dengan baik persaingan antar
sekolah dan antar daerah maka usaha pengembangan sekolah diperlukan oleh
warga sekolah. Kepemimpinan transformative menjadi satu instrument penting
mengarahkan perubahan untuk pengembangan sekolah. Kepala sekolah dengan
otonomi lebih luas memilki peluang untuk mengembangkan organisasi sekolah.
Kebijakan pengembangan sekolah harus bermuara kepada langkah inovasi dengan
memperkenalkan manajemen mutu terpadu (total quality management),
membentuk tim kerja dari dalam, penggajian berbasis keterampilan, dan rekayasa
ulang format program pengembangan mutu sekolah sesuai tuntutan perubahan.
Syafaruddin (2008: 129-137)
Adapun faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam inovasi
atau pembaharuan pendidikan dan pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Guru
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar.
Oleh karena itu harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin
dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya, guru juga harus
berpandangan luas serta harus memiliki kewibawaan. Kewibawaan adalah sesuatu
yang penting untuk dimiliki oleh seorang guru karena dengan hal itu dapat
mempunyai pengaruh, kekuatan yang berarti pada siswa. Pengetahuan, teknik
mengajar juga pengalaman-pengakaman tidaklah cukup untuk mempengaruhi
seseorang ini adalah misteri yang terdapat didalam proses penyembuhan. Dari
uaraian diatas dapat dikemukakan bahwaa untuk mengadakan pembaharuan dalam
pendidikan kita harus tingkatkan professional guru.
b. Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa belajar
dari pengalaman mereka, dan kualitas pendidikannya bergantung pada pengalama
nnya, kualitas pengalaman-pengalamannya, sikap-sikapnya pada pendidikan
adalah dipengaruhi oleh orang yang dikaguminya. Dalam hal murid-murid tidak
berbeda dengan manusia lain karena dalam kenyataannya pengalaman murid
diluar program akademis dalam rangka pengaruh pendidikan dan intelektual yang
dipelajarinya pada kurikulum regular. Oleh karena itu dalam mengadakan
pembaharuan pendidikan kita harus memperhatikannya dari segi murid adalah
objek yang akan diarahkan.
c. Fasilitas
Proses belajar akan berjalan lancer apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana
yang lengkap. Pada tahun 20-an proses belajar mengajar berbeda dengan system
sekarang, yang sudah banyak menggunakan alat modern untuk melangsungkan
proses belajar mengajar. Oleh karena itu masalah fasilitas merupakan masalah
yang sangat penting dalam pendidikan, maka dalam pembaharuan pendidikan kita
harus sama-sama memperbarui baik segi fisik sekolah meliputi gedung dan
saralainnya maaupun pada masalah dominan yaitu alat peraga sebagai salah satu
untuk menjelaskan dalam menyampaikan materi pendidikan.
d. Program/tujuan/rencana
Dalam proses belajar mengajar harus mempunyai tujuan yang jelas. Dan harus
teliti tujuan dari pendidikan nasional, dan apa tujuan institusionalnya,
kurikulernya sampai pada tujuan yang spesifikik. Dalam pembaharuan pendidikan
tidak akan berhasil kalau mengesampingkan masalah tujuan. Sebaliknya dengan
memperjelas tujuan akan lebih mudah untuk mencapai apa yang diharapkan.
e. Kurikulum
Kurikulum dalam arti yang luas adalah semua program dan kehidupan dalam
sekolah. Kurikulum sekolah dapat dipandang sebagai bagian kehidupan. Oleh
karena itu kurikulum sangat berpengaruh sekali pada maju mundurnya
pendidikan. Kurikulum sifatnya tidak statis akan tetapi dinamis yakni senantiasa
dipengaruhi oleh berbagai perubahan-perubahan dalam pendidikan yang
mendasarinya. Apalagi kita mengadaakan pembaharuan dalam pendidikan, kita
harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan. Kalau pendidikan
diperbarui maka secara otomatis kurikulumnya pun harus berubah. Kata tidak bisa
mengadakan pembaharuan tanpa adanya perubahan pada kurikulum. Vebrianto
(1989: 29). Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu bagian dari kurikulum
yang berlaku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia
secara resmi mulai tahun 1987, melalui keputusan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 juli 1987, tetang muatan lokal.
Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata pelajaran
yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajrana lokal yang dimasukkan kedalam
berbagai bidang study yang relevan. Sejak diberlakukannya kurikulum tahun
1994, muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, atau tidak lagi
diintregasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal tidak lagi sama
seperti tahun1987, konsep muatan lokal disini maksudnya adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang bersifatdesntralisasi, sebagai upaya pemerintah
untuk lebih meningkatkan relevansi terhadap kebutuhan daerah yang
bersangkutan kurikulum 1994 muatan lokal sudah menjadi bidang study yang
berdiri sendiri, baik dibidang studi wajib maupun dan mata pelajaran muatan lokal
pilihan. Utama (2013: 158).
https://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2013
Menurut departemen pendidikan nasional, muatan lokal merupakan
kegiatan kurukuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam
mata pelajaran yang ada. Muatan lokal sebagai program pendidikan dimana isii
dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial,
dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan yang perlu diajarkan
(Musanna 2009). Muatan lokal ditunjukkan untuk menjebatani antara kebutuhan
keluarga dan masayarakat serta disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional.
Muatan lokal juga dapaat memberikan wawasan di sekitar peserta didik dan
memberikan peluang untuk mengebangkan kemampuan dirinya yang dianggap
perlu oleh daerah yang bersangkutan. Farid (2012: 91).
3. Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Tanggung jawab tidak lepas dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin
mempunyai tanggung jawab dan wewenang terhadap para bawahan dan
melakukan tugas pekerjaannya. Tanggung jawab timbul karena adanya hubungan
antara atasan dan bawahan yang melaksanakan tugas sebagian tugas dari orang
lain. Tanngung jawab tercipta karena adanya penerimaan wewenang. Tanggunga
jawab harus sama-sama besarnya dengan yang dimiliki.
Beberapa terjemahan pengertian tanggung jawab dari beberapa para ahli
sebagai berikut Sudirman dalam Kasmiati (2008)
a. Menurut Harold Koonz dan Cyiil O’Donnel
Tanngung jawab sebagai kewajiban seorang bawahan terhadap seorang
atasan yang telah menugaskan suatu kewajiban untuk melakukan pekerjaan
yang dimaksud.
b. Menurut Goerge R. Terry
Tanggung jawab artinya kewajiab seseorang untuk melaksanakan aktivitas
yang ditugaskan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
c. Menurut Alvin Brown
Tanggung jawab adalah suatu tugas kewajiban dimana seseorang dapat
diminta tanggung jawabnya
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggung jawab adalah
satu keyakinan dan kesanggupan seseorang untuk melakukan tugas dan kewajiban
yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuannya.Kasmiati (2008 :10-
11)
Banyak faktor penghambat tercapainya kualitas kepemimpinan seorang kepala
sekolah seperti proses pengangkatannya tidak transparan, rendahnya mental
kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta
kurangnya disiplin dalam melakukan tugas dan seringnya datang terlambat,
wawasan kepala sekolah yang masih sempit serta banyak faktor lain yang
menghambat kinerja seorang kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Ini mengimplikasikan rendahnya
produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu. Senada
dengan hasil penelitian Sri, Yusrizal, &Nasir(2016) salah satu kendala dalam
meningkatkan mutu pendidikan adalah kepala sekolah yang kurang tepat waktu
dalam melaksanakan program peningkatan mutu.
4. Implementasi Pendidikan
Implementasi pendidikan merupakan suatu upaya atau proses menerapkan ide,
konsep, kebijakan atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun
sikap.
Clarence schauer menyebut pengembangan pembelajaran pengembangan
instruksional sebagai perencanaan secara akal sehat untuk mengidentifikasikan ma
salah belajar dan mengusahakan pemecahan masalah belajar dan mengusahakan
pemecahan masalah belajar dan mengusahakan pemecahan masalah tersebut
dengan menggunakan suatu rencana terhadap pelaksanakan, evaluasi, uji coba,
umpan balik, dan hasilnya. Twelker, Urbach dan Buck mendefenisikan
pengembangan pembelajaran sebagai cara yang sistematik untuk
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi
belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu. Suparman menyebut
pengembangan pembelajaran sebagai suatu proses yang sitematik meliputi
identifikasi masalah, pengembangan strategi dan bahan intruksional dalam
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien (Suparman, 1991).
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
menghasilkan suatu system pembelajaran.
Fungsi pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan
fungsi pengelolaan personil yang mutlak diperlukan untuk memperbaiki, menjaga
dan meningkatkan kinerja tenaga guru kependidikan. Kegiatan pembinaan dan
pengembangan berhubungan dengan pemberian kesempatan untuk maju oleh
pihak sekolah kepada guru seperti melalui seminar, penataran, KKG, lokarya dan
pemberian kesempatan kepada guru untu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dengan belajar dan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Misalnya, memberi kesempatan bagi guru yang belum mencapai sarjana untuk
mengikuti perkuliahan dengan catatan pelaksanaannya tidak mengganggu
kegiatan pembelajaran. Oktavia(2014 :823)
1. Muatan Lokal
Saat ini bahasa daerah berada dalam situasi yang memprihatinkan, karena
banyak penggunanya yang telah meninggalkan bahasa ini. Untuk mengatasi
bertambahnya bahasa daerah yang mati, maka pemerintah memberlakukan bahasa
daerah sebagai muatan lokal yang dipelajari di sekolah. Azhar (2009).
Menurut department pendidikan nasional, muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan cirri khas
dan potensi daerah. Muatan lokal ditunjukkan untuk menjembatani antara
kebutuhan keluarga dan masyarakat serta di seesuaikan dengan tujuan pendidikan
nasional. Muatan lokal juga dapat memberikan wawasan disekitar peserta didik
dan memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan dirinya yang
dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
6.Landasan Teori
Dalam pandangan James Macgregor Burns (1978), leadership
(kepemimpinan) adalah fenomena yang paling banyak dicermati dan paling jarang
dimengerti. Meski begitu banyak kajian tentangnya, tetap saja kepemimpinan
tampil sebagai konsep yang taksa (kabur), multitafsir, tak jelas bentuk dan
banyak salah dipahami. Beragamnya defenisi kepemimpinan bias menjadi indikasi
dari kakaburan konsep ini. Suatu hal yang memiliki begitu banyak defenisi
biasanya merupakan hal yang sulit dipahami. Defenisi sebagai penjelasan
berfungsi membedakan suatu hal dari hal lainnya dapat diberikan secara lengkap
dan tepat jika hal yang didefenisikan dapat dikenali batas-batasnya, dapat
dipisahkan secara jelas dab terpilah dari hal-hal yang lain. Oleh karena
kepemimpinan yang tidak jelas batasnya maka sulnya orang sering mencampur
adukkan kepemimpinan dengan manajemen it untuk dikenali secara jelas dan
dipilah secara tegas dari hal-hal lain.contoh dan administrasi atau dengan sifat-
sifat pemimpin dan cirri-ciri pemimpin.
a. Ada yang sepilah-pilah memberi identitas bagi kepemimpinan dalam
defenisi yang dibuatnya seperti Hemhiil dan Coons (1957) menyatakan
kepemimpinan adalah:
“…Perilaku individu yang memilih berbagai aktivitas kelompok pada suatu
yangbingin dicapai bersama”,juga”…pengaruh antarpribadi yang dijalankan
dalam situasi tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi kea rah
pencapaian satu atau beberapa tujuan”.Anwar & Andang. Sosiologi untuk
universitas ( 2013: 237)
b. Talcot parsons “AGIL”
Parsons tidak menganalisis tindakan dalam tingkat makro namun pada tingkat
mikro yang lebih luas terhadap tindakan dalam suatu system. Teori parsons
dikenal dengan nama AGIL, singkatnya model ini merujuk pada kebutuhan pada
setiap system yang memenuhi persyaratan fungsional yaitu penyesuaian,
pencapaian tujuan, integrasi dan memelihara pola-pola yang laten. Tekanan dan
analisis structural fungsioal parsons adalah mekanisme yang meningkatkan
stabilitas dan keteraturan dalam system social (social order).
a). Adaptation adalah proses penyesuaian terhadap lingkungan yang
menjadi kelangsungan hidup masyarakat, agar tetap bertahan.
b). Goal adalah sebab suatu system selayaknya diorientasiakn untuk
mencapai tujuan.
c). Integration adalah kerjasama semua elemen dalam suatu system yang
mengatur hubungan antar bagian-bagian yang menjadi komponennya.
d). Laten pettern adalah pemeliharaan system norma yang mengatur
kehidupan masyarakat. Nursalam dkk (2016: 189-190)
c. Teori Behaviorisme
Paradigma perilaku sosial dikembangkan oleh B.F. Skiner dengan
meminjam pendekatan behaviorisme dari ilmu psikologi. Ia sangat kecewa dengan
dua paradigma sebelumnya karena dinilai tidak ilmiah, dan dianggap bernuansa
mistis. Menurutnya, obyek studi yang konkret-realistik itu adalah perilaku
manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavioral of man and
contingencies of reinforcement). Skinner juga berusaha menghilangkan konsep
volunterisme Parson dari dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi. Yang tergabung
dalam paradigma ini adalah Teori Behavioral Sociology dan Teori Exchange.
Teori Behavioral Sociology dan Teori Exchange adalah pendukung utama
“behaviorisme sosial” ini. Sosiologi model ini menekuni „perilaku individu yang
tak terpikirkan‟. Fokus utamanya pada rewards sebagai stimulus berperilaku –
yang diinginkan, dan punishment sebagai pencegah perilaku –yang tidak
diinginkan. Berbeda dengan paradigma fakta sosial yang cenderung menggunakan
interview-kuesioner dalam metodologinya, juga definisi sosial dengan observasi,
Teori Behavioral Sociology dan Teori Exchange adalah pendukung utama
“behaviorisme sosial” ini. Sosiologi model ini menekuni „perilaku individu yang
tak terpikirkan‟. Fokus utamanya pada rewards sebagai stimulus berperilaku –
yang diinginkan, dan punishment sebagai pencegah perilaku –yang tidak
diinginkan. Berbeda dengan paradigma fakta sosial yang cenderung menggunakan
interview-kuesioner dalam metodologinya, juga definisi sosial dengan observasi,
paradigma perilaku sosial menggunakan metode eksperimen.Ada dua teori yang
masuk dalam “behaviorisme sosial”, yakni; sociology behavioral, dan teori
pertukaran.
Ketiga paradigma di atas memang menjadi dominan dalam kajian
sosiologi. Tapi, untuk mempermudah bayangan kita tentang mana pendekatan
yang utama maka di sini akan dibahas analisis Habermas dalam membagi
paradigma ilmu-ilmu sosial, termasuk juga kategori sosiologis. Pertama,
paradigma instrumental. Dalam paradigma “instrumental” ini, pengetahuan lebih
dimaksudkan untuk menaklukkan dan mendominasi obyeknya. Paradigma ini
sesungguhnya adalah paradigma positivisme, atau dekat dengan paradigma
fungsional.
Positivisme adalah aliran filsafat dalam ilmu sosial yang mengambil cara
kerja ilmu alam dalam menguasai benda, dengan kepercayaan pada universalisme
dan generalisasi. Untuk itulah, positivisme mensyaratkan pemisahan fakta dengan
nilai (value) agar didapati suatu pemahaman yang obyektif atas realitas sosial.
Kedua, paradigma intepretatif. Dasar dalam paradigma ini adalah fenomenologi
dan herme neutik, yaitu tradisi filsafat yang lebih menekankan pada minat yang
besar untuk memahami. Semboyannya adalah “biarkan fakta berbicara atas nama
dirinya sendiri”.
Yang ingin dicapai hanya memahami secara sungguh-sungguh, tapi tidak
sampai walaupun kelompok paradigma ini kontra dengan positivisme. Ketiga,
paradigma kritik. Paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk
membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan. Prinsipnya sudah tidak lagi
bebas nilai, dan melihat realitas sosial menurut perspektif kesejarahan
(historisitas). Paradigma ini menempatkan rakyat atau manusia sebagai subyek
utama yang perlu dicermati dan diperjuangkan.
Menurut paradigma perilaku sosial, pemikiran yang memutuskan perhatian
pada system atau setruktur sosial, seperti yang berlangsung dalam paradigma
Fakta Sosial, dapat mengalihkan perhatian kita dari tingkah laku sebenarnya
manusia. Sebab system atau setruktur itu adalah sesuatu yang jauh dari realitas
social. Begitu juga pengagungan individu-individu manusia dengan menyatakan
bahwa tindakan manusia adalah hasil dari kreatifitas yang bersumber dari diri
manusia, seperti yang disodorkan oleh paradigm Definisi Sosial, merupakan
pandangan yang bersifat subyektif dan aspeknya sangant psikologis, sehingga
menjauhkan sosiologi dari dunua empiris. Jadi kedua paradigm ini menjauhkan
sosiologi dari tingkah laku atau perilaku yang diimbulkan oleh interaksi social
yang terdapat dalam lingkungan pergaulan masyarakat.
Menurut paradigma Perilaku Sosial, interaksi sosial menduduki posisi
yang sangat penting dalam suatu komunitas karena selalu menimbulkan perilaku
dan perubahan perilaku berikutnya. Tetapi secara konseptual perilaku di sini harus
dibedakan dengan perilaku menurut paradigma Definisi Sosial yang
memposisikan manusia sebagai actor yang mempunyai kekuatan kreatif.
Behavioral sociology di bangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teroi ini memusatkan perhatiaannya
kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan
aktor dengan tingkah laku aktor. Akibat-akibat tingkah laku diperlakukan sebagai
variabel independen. Ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah
laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi
nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa
sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang.
Yang menarik perhatian behavioral sociology adalah hubungan historis antara
akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang
terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi
tingkah laku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang di
peroleh dari suatu tingkah laku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah
seseorang aktor akan bertingkah laku yang sama(mengulanginya) dalam situasi
sekarang.
Konsep dasar Behavior sosiology yang menjadi pemahamannya adalah
“reinforcement” yang dapat diartikan sebagai ganjaran. Tidak ada sesuatu yang
melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku
tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.
Perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap aktor. Sesuatu ganjaran
yang tidak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang Menurut
skinner, analisis tingkah laku secara eksperimental tidak memungkinkan kita
mengutarakan kejadian-kejadian internal. Sebaliknya, kita ketahui bahwa
tingkahlaku dikendalikan oleh keadaan-keadaan lingkungan. Konsep-konsep
kebebasan mungkin lebih dipahami dalam arti penentuan lingkungan ketimbang
dalam arti pernyataan sesuatu yang secara internal bersifat otonom. Manusia terus
hidup sebagai satu jenis dan sebagai seorang individu. tingkahlakunya tidak lagi
dilihat sebagai sesuatu yang datang dari dalam. Ia dilihat sebagai fungsi dari
keadaan-keadaan lingkungannya. Dalam hal ini Skinner berkata:
Ia sesungguhnya ditentukan oleh lingkungan sekitarnya, tetapi kita perlu
mengingat bahwa lingkungan itu adalah lingkungan ciptaannya sendiri. Evolusi
budaya adalah satu latihan raksasa mengenai kontrol diri. Kita belum melihat apa
yang dapat diperlukan oleh manusia atas manusia sendiri.
Di antara bidang-bidang psikologi sosial yang sangat dipengaruhi oleh
skinner sekarang ini adalah bidang kepercayaan dan sikap. Sekilas terlihat bahwa
pendekatan behaviorisme seolah-olah tidak memiliki tempat di sini. Sikap selalu
dilihat dalam kerangka psikologi kognitif. Dan tidak dapat dilihat dari sudut
behaviorisme. Soalnya adalah bagaimana sikap itu dipelajari? Bukankah melalui
pengukuhan sosial? Dan seorang ahli behaviourisme ini akan mempertahankannya
dengan menjelaskan bahwa perubahan dapat dilihat dari sudut sosiologi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Hemhiil dan Coons
(1957) serta teori fungsional structural dan juga teori behaviorisme dalam
mengenai analisis kebijakan stakeholder atau kepala sekolah dalam hal ini terkait
teori kepemimpinan. Dikaitkan dengan penelitian yaitu Manajerial Kepemimpinan
Kepala sekolah dalam Upaya Mengimplementasikan Pendidikan Muatan Lokal di
Sekolah SMA Negeri 8 Takalar, maka jelas adanya dalam pencapaian tujuan
selaku yang berperan utama yaitu stakeholder atau kepala sekolah yang
mempunyai hak penuh atas pengembangan pembelajaran. Dalam teori ini dapat
menjadi pola dalam mengupayakan menjadi pemimpin dalam sebuah institusi
yaitu sekolah. Dasar untuk menjadi pemimpin dalam pencapaian tujuan yang
terutama berpusat pada poin ke dua dari teori Talcot Parsons beserta teori Hemhiil
dan Coons (1957) sebagai system yang paling berperan karena berisi tentang
pencapaian tujuan.
7. Penelitian Relevan
Penelitian ini mengenai kepala sekolah sebagai sosial control atau
pemegang kuasa penuh dalam ruang lingkup sekolah seperti dalam hal
pengembangan, administrasi dan lainnya mengenai kecakupan sitem kebijakan
dalam pendidikan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan bertitik fokus pada pendidikan muatan lokal..
Berdasarkan eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
a. Dalam penelitian Sri Seryatimengatakan bahwa penelitian ini bertujuan
mengetahui: pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, dan budaya
sekolah terhadap kinerja guru SMK Negeri, pengaruh kepemimpinan kepalasekola
h terhadap kinerja guru SMK Negeri, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
guru SMK Negeri, pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SMK
negeri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri di
Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 753 guru.
Hasil analisis data menunjukkan: ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja, budaya sekolah terhadap kinerja
guru dimana kontribusi yang diberikan sebesar 42,2%. Ada pengaruh
yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru dengan sumbangan efektifnya sebesar 18,22%. Ada pengaruh yang positif
dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja guru dengan sumbangan
efektifnya sebesar 13,03%, dan ada pengaruh yang positif dan signifikan
antara budaya sekolah efektifitas terhadap kinerja guru dengan sumbangan
efektifnya sebesar 10,94%.
b. dalam penelitian Sitti Rabiah menjelaskan tentang bagaimana dahulu
bahasa daerah merupakan bahasa pertama yang diperoleh oleh seseorang di
lingkungan keluarga, maupun masayarakat. Seiring berjalannya waktu dan
perkembangan saman, bahasa daerah semakin terlupakan dikalangan keluarga
modern. Kurangnya penguasaan orang tua terhadap bahasa daerahnya membuat
generasi selanjutnya menjadi kehilangan jati diri kedaerahannya. Sebagai upaya
revitalisasi bahasa daerah ini, maka diperlukan hal nyata untuk diwujudkan
sehingga generasi mendatang tetap memiliki jati diri kedaerahannya melalui
bahasa daerah yang dikuasai. Walaupun bahasa Makassar merupakan 1 dari 13
bahasa yang penuturnya diatas satu juta orang, namun tantanganrevitalisasi
terhadap bahasa Makassar ini merupakan tanggung jawab bersama yang harus
diemban. Berangkat dari keprihatinan ini, penulis mengusulkan upaya nyata untuk
pengembangan bahan ajar bahasa Makassar sebagai muatan lokal. Hal ini
dikarenakan proses belajar mengajar merupakan salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa untuk menanamkan
pengetahuan berbahasa Makassar yang baik dan benar. Namun demikianlah, hlal
yang menjadi tantangan pengembangan bahan ajar ini, siapkah seluruh elemen
masyrakat maupun pemerintah mendukung upaya ini
B. Kerangka Konsep
Kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama
suatu sekolah karena sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks, maka
sekolah sebagai organisasi memerlukan koordinasi. Keberhasilan sekolah adalah
keberhasilan keberhasilan kepala sekolah juga. Kepala sekolah berhasil apabila
mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan
unik, serta mampu melksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang
diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Berdasarkan rumusan di atas
menunjukkan betapa penting peran kepala sekolah dalam menggerakkan untuk
mencapai tujuan. Stiyati (2014 :201-202).
Seorang Kepala Sekolah sebagai manjerial dituntut mampu memiliki
kesiapan dalam menegelola sekolah. Kesiapan yang dimaksud adalah berkenaan
dengan kemampuan manajerial kepala sekolah sebagai seorang pemimpin.
Kemampuan manajerial yang dimaksud disini adalah berkenaan dengan
kemampuannya dalam membuat perencanaan (planning), mengorganisasikan
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Dengan
kemampuan semacam itu, diharapkan setiap pemimpin mampu mejadi pendorong
dan penegak disiplin bagi para karyawannya agar mereka mampu menunjukkan
produktivitas karyanya dengan baik. Yogaswara (2010 :61)
Kinerja guru tidak lepas lepas dari pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah. Dalam rambu penilaian kinerja sekolah (Depdiknas, 200:42) mejelaskan
bahwa unsure-unsur kepemimpinan kepala sekolah adalah, memiliki kepribadian
yang kuat, memahami kondisi guru, karyawan dan siswa yang baik, memiliki visi
dan memahami misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan
berkomunikasi. Akan tetapi, ada kecenderungan kepala sekolah yang terkadang
tidak memahami kondisi guru dengan baik. Hal ini tampak dalam pembagian
tugas mengajar masih ada guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar
pendidikannya. Djatmiko (2006 :21)
Keberhasilan guru dalam kegiatan pembelajaran ditunjang oleh
kelengkapan sumber belajar yang ada di sekolah. Kegiatan belajar mengajar perlu
ditunjang oleh adanya buku-buku yang diperlukan dan saran belajar lainnya.
Secara rasional kegiatan pembelajaran terlaksana secara optimal, apabila sumber
belajarnya belum menjamin terlaksananya kegiatan pembelajaran yang optimal.
Kepala sekolah perlu memanage sumber belajar tersebut dengan kepemimpinan
yang efektif, sehingga sumber belajar yang ada dapat berfungsi menunjang guru
dan melaksanakan tugasnya. Djatmiko (2006 :21)
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan social karena
tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya
orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan
hidup dalam suatu kelompok sosial. Bentuk umum proses sosial adaalah interaksi
sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena proses interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas social. Soekanto (2012 :54-
55)
Dapat diketahui dengan jelas dengan adanya komunikasi maka aka ada
interaksi yang terjadi, suatu organisasi ataupun lembaga akan berhasil memcapai
tujuannya apabila inetaksi dan saling mengahargai pendapat dijalankan. Dalam
ruang lingkup sekolah stakeholder atau kepala sekolah beserta jajaraannya
dituntut untuk berinteraksi yang baik salah satu tujuan atau guna terbentuknya
manusia yang bersifat social.Dilansir dari penjabaran mengenai kepala sekolah
dalam upaya mengembangkan pembelajaran serta dapat memotivasi guru
terutama dalam mata pelajaran muatan lokal.
Maka dari itu peneliti menggambarkan kerangka konsep sebagai berikut:
Bagan 2.1 Gambar Skema Kerangka Konsep
Hasil dan Temuan
Kepala Sekolah
Upaya kepala sekolah
dalam implementasi
pendidikan muatan
lokal
Implementasi
Pendidikan Muatan
Lokal
Sistem tidak
lancar Penerapan
kebijakan lancar
maksimal
Sistem manajerial
kepemimpinan
kepala sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis pendekatan kualitatif deskriptif
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif
mengenai “Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya
Mengimplementasikan Pendidikan Muatan Lokal di Sekolah SMA Negeri 8
Takalar”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif mengenai beberapa
asumsi dalam beberapa pendekatan kualitatif yaitu yang pertama, peneliti
kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif
lebih menekankan pada interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat
utama dalam mengumpulkan data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke
lapangan, untuk melakukan observasi partisipasi. Keempat, penelitian
menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data,
dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar. Terakhir, proses penelitian
kualitatif besifat induktif dimana peneliti membuat konsep, hipotesa atau dugaan
sementara, dan teori berdasarkan data lapangan dalam proses penelitian.
Fraenke dan Walen dalam Creswell (2016: 276) Penelitian kualitatif berfokus
pada proses-proses yang terjadi atau hasil dan outcame.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus (case
study). Creswell (2016: 245) Metode kualitatif memiiki pendekatan yang lebih
beragam dalam penelitian akademis ketimbang peneitian kuantitatif. Studi kasus
adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu
secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber
informasi. Creswell (2010: 49) mendefinisikan studi kasus sebagai suatu
eksplorasi dari system-sistem yang terkait atau kasus.
Stake dalam Creswell (2010: 22) mengemukakan bahwa studi kasus
merupakan salah satu strategi penelitian yang didalamnya peneliti yang memiliki
peranan aktif karena dalam strategi ini peneliti menyelidiki berbagai macam
gejala atau permasalahn yang terjadi dalam suatu gejala atau masalah yang akan
diteliti oleh peneliti tersebut. Peneliti juga harus mampu menyelidiki secara
cermat suatu program, kejadian, dan segala aktivitas yang dilakukan dan proses
yang dilakukan dalam sekelompok individu. Kasus-kasus dan masalah yang akan
diteliti dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi
secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Patton dalam Conny R. Semiawan (2010: 49) mengemukakan bahwa studi
kasus merupakan studi tentang suatu kejadian atau permasalahan yang memiliki
kekhususan dan keunikan sehingga peneliti tertarik untuk mengungkap terkait
dengan masalah yang akan diteliti karena keunikannya dan dalam permasalahan
tersebut peneliti harus melihat masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan ketiga pendapat diatas terkait dengan pengertian studi kasus
dapat dilihat persamannya bahwa studi kasus merupakan suatu jenis penelitian
yang menfokuskan pada suatu permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan
penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin peneliti capai. Pada jenis penelitian ini
peneliti harus benar-benar mampu menempatkan diri dan mampu menemukan
suatu cara yang tepat yang dapat memecahkan masalah yang akan diteliti karena
pada penelitian ini penelitilah yang berperan aktif.
Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam
tentang perorangan, kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau
bahkan Negara. Dengan metode ini peneliti bertujuan melihat suatu kasus secara
keseluruhan serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari
kekhususan atau ciri khasnya.
Untuk memahami dan mendeskripsikan jenis penelitian yang digunakan
adalah peneitian deskriptif kualitatif mengenai “Manajerial Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Upaya Mengimplementasikan Pendidikan Muatan Lokal di
Sekolah SMA Negeri 8 Takalar” peneliti menggunaka studi lapangan ( field
research )dengan observasi peneitian langsung ke lapangan untuk melakukan
pengamatan pada subjek dan objek peneitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini secara geografis terletak di Sekolah SMA Negeri 8 Takalaar di
Kecamatan Polong Bangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Pada penelitian ini berkaitan dengan. Manajerial kepemimpinan
kepala sekolah dalam upaya mengimplementasikan pendidikan muatan lokal
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada saat surat izin penelitian terbit.
Adapun contoh jadwal peneliti selama melakukan penelitian di SMA
Negeri 8 Takalar, dapat kita lihat dalam matriks penelitian sebagai berikut:
No Jenis Kegiatan
BULAN I BULAN II BULAN III
I II III IV I II III IV I II III IV
1
Penyusunan
Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Konsultasi
Pembimbing
4
Seminar
Proposal
5 Pengurusan Izin
Penelitian
C. Informan Penelitian
Informasi penelitian merupakan sebagai sumber informasi yang dapat
memberikan data yang diperlukan oleh peneiti dengan cara melakukan wawancara
dengan beberapa orang yang dianggap dapat memberikan data atau informasi
yang benar dan akurat terhadap yang diteliti. Hendarso dalam Suyanto (2009:
172) informan yang sudah memberikan berbagai informasi selama peneliti
melakukan penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu :
1. Informan kunci (key informan),yaitu mereka yang menegtahui dan
memiliki informasi pokok. Hal ini mengenai kebijakan stakeholder dalam
pendidikan
2. Informan ahli yaitu mereka yang terilbat secara angsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Hal ini dewan guru juga berperan sebagai tangan-
tangan stakeholder.
3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan infomasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam penelitian ini.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian. Adapun fokus penelitian ini yaitu manajemen kepala
sekolah selaku pemimpin di sekolah . Melalui penelitian ini adapun beberapa
penjelesan atau ulasan-ulasan mengenai pengendalian serta peran kepala sekolah
selaku stakeholder di sekolah, serta upaya dalam mengimplementasikan
pendidikan muatan lokal.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan
akan di kembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara. Sugiyono (2016: 307).
1. Instrumen Observasi
Bungin (2001: 142) “ observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu
dengan pancaindera lainnya. Observasi atau pengamatan langsung dilakukan di
lokasi. Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati Manajerial
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya Mengimplementasikan Pendidikan
Muatan Lokal di Sekolah SMA Negeri 8 Takalar. Selain dari sekolah yang
menjadi sampel penulis juga mendatangi Dinas Pendidikan untuk mendapatkan
data tentang manaajerial kepemimpian kepala sekolah.
Contoh format instrument observasi
Nama aktivitas : Melakukan observasi
Jenis objek : Mengamati keadaan sekolah
Hari/tanggal/bulan : Senin/1-6/agustus
Waktu : 07.00
Lokasi : SMA Negeri 8 Takalar
Keadaan aktivitas
No
.
Tema / objek Interpretation
1. Peneliti mendatangi sekolah Melakukan observasi tentang kepeminpinan
untuk melakukan observasi
terlebih dahulu tentang kepala
sekolah.
kepala sekolah di SMA Negeri 8 Takalar.
2. Peneliti melakukan
pengamatan
terhadap manajerial kepemimpi
nan kepala sekolah dalam upay
a mengimplementasikan
pendidikan muatan lokal.
Melakukan pengamatan terkait manajerial se
bagai seorang kepala sekolah atau pemimpin
dalam mengimplementasikan pendiidkan
muatan lokal
2. Instrumen Wawancara
Wawancara yang digunakan oleh penulis adalah kamera, alat perekam,
Alat Tulis, lembar observasi, dan pedoman wawancara dan suatu bentuk
komunikasi verbal. Jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi dengan topik penulisan. Proses wawancara dapat dilakukan oleh kedua
belah pihak yakni pewawancara dan diwawancaradalam proses wawancara ada
beberapa bentuk-bentuk pertanyaan yang akan diajukan oleh pewawancara yakni :
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara
terstruktur yaitu wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut
jawaban-jawaban tertentu. Misalnya setuju, ragu-ragu, tidak setuju. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan penulis dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya
pertanyaan yang mengandung jawaban yang terbuka.
Contoh format instrument wawancara:
Nama aktivitas : Wawancara dengan kepala sekolah
Jenis objek : Terkait kepemimpinan serta
pengimplementasian dalam
pendidikan muatan lokal
Nama informan : Pak Ibrahim
Hari /tgl/bulan : Senin /8/agustus
Waktu : 08.00
Lokasi : SMA Negeri 8 Takalar
Keadaan aktivitas
No. Tema / objek Interpretation
1. Melakukan wawancara terkait
kepemimpinan di sekolah
Menanyakan tentang bagaimanakah
menjadi seorang pemimpin yang baik dan
menjalankan tanggug jawab
Melakukan wawancara terkait
bagaimana upaya
mengimplementasikan pendidikan
muatan lokal
Menanyakan tentang bagaimana upaya
sebagaai seorang pemimpin yang baik
terkait pembelajaran muatan lokal yang di
anggap layak untuk dipelajari
3. Instrumen Dokumentasi
Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-
hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, web, jurnal, buku dan
sebagainya.
Contoh format instrumen dokumentasi
Nama aktivitas : Dokumentasi
Jenis dokumentasi : Pernyataan dari jurnal terkait kepemimpinan
kepala sekolah dan muatan lokal
Hari /tgl : Rabu / 16
Waktu : 10.00
Keadaan aktivitas
No. Tema / objek Interpretation
1. Pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi
kerja, dan budaya sekolah
terhadap kinerja guru
Mengemukakan bahwasanya peningkatan mutu
pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber
daya manusia yang terlibat dalam proses
pendidikan, guru merupakan salah satu faktor
penentu tinggi dan rendahnya mutu hasil
pendidikan mempunyai posisi strategis maka
setiap usaha peningkataan besar kepada
peningkatan guru dalam segi jumlah maupun
mutunya.
2. Revitalisasi bahasa daerah Mengemukakan bahwasanya salah satu bentuk
Makassar melalui
pengembangan bahan ajar
bahasa Makassar sebagai
muatan lokal
revitalisasi bahasa daerah yang dapat dilakukan,
yakni dengan melakukan engembangan bahan
ajar bahasa Makassar sebagai muatan lokal di
sekolah.
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Sugiyono ( 2010: 15 )data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek. Untuk
melengkapi data, maka melalkukan wawancara secara langsung dan mendalam
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai alat
pengumpulan data. Dalam hal ini sumber data utama (data primer) diperoleh
langsung dari setiap informan yang diwawancara secara langsung dalam
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bacaan dan berbagai macam
sumber lainnya terdirir dari surat-surat pribadi, buku harian, sampai dokumentasi-
dokumentasi resmi dari berbagai instansi pemerintah.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan dalam penulisan
ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Observasi
Creswell 2017:254 menagatakan bahwa Observasi adalah ketika peneliti
langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-
individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat
baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-
aktivitas di lokasi penelitian. Observasi atau pengamatan langsung dilakukan di
lokasi. Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati Manajerial
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Upaya Mengimplementasikan Pendidikan
Muatan Lokal di SMA Negeri 8 Takalar. Selain dari sekolah yang menjadi sampel
penulis juga mendatangi Dinas Pendidikan untuk mendapatkan data tentang
manajerial kepemimpinan kepala sekolah.
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah face to face interview (wawancara
berhadap-hadapan) dengan partisipan, terlibat dalam focus group interview (
wawancara dalam kelompok tertentu) atau suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dengan topik
penulisan. Proses wawancara dapat dilakukan oleh kedua belah pihak yakni
pewawancara dan diwawancaradalam proses wawancara ada beberapa bentuk-
bentuk pertanyaan yang akan diajukan oleh pewawancara yakni : wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara terstruktur
yaitu wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban-
jawaban tertentu. Misalnya setuju, ragu-ragu, tidak setuju. Sedangkan wawancara
tidak terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan penulis dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang
mengandung jawaban yang terbuka.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sekumpulan berkas yakni mencari data mengenai hal-hal
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, jurnal, majalah, agenda dan
sebagainya. Dapat dipahami lagi bahwa metode dokumentasi dapat diartikan
sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau
catatan yang ada dan tersimpan, baik itu berupa catatan transkip, surat kabar,
buku, dan sebagainya. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penulisan. Tujuan digunakan metode
ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang gambaran lokasi yang
berkaitan dengan topik penulisan.
Selain itu dokumen yang diperoleh peneliti disetiap sekolah berupa profil
sekolah, jumlah tenaga pengajar, jumlah siswa, daftar organisasi sekolah, visi dan
misi setiap sekolah, daftar sarana dan prasarana yang dimiliki setiap sekolah dan
daftar SMA Negeri 8 Takalar yang menjadi fokus penelitian peneliti dalam hal ini.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di Kabupaten Takalar dilakukan
sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama pelaksanaan penelitian di
lapangan dan setelah selesai penelitian di lapangan. Data penelitian ini diperoleh
dari hasil, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
cara mengorganisasi data yang diperoleh kedalam sebuah kategori, menjabarkan
data kedalam unit-unit, menganalisis data yang penting, menyusun atau
menyajikan data yang sesuai dengan masalah penelitian dalam bentuk laporan dan
membuat kesimpulan agar mudah untuk dipahami. Sesuai dengan jenis penelitian
di atas, maka peneliti menggunakan model interaktif untuk menganalisis data hasil
penelitian. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Data interaktif yaitu mengubungkan data yang satu dengan data yang lain.
Adapun gambar dibawah ini:
Gambar 1. Proses Analisis Data Ian Day
Proses Analisis Data Ian Day dijelaskan sebagai berikut:
1. Mencari Fokus
Adalah suatu penentuan penelitian konsentrasi sebgai pedoman arah suatu
penelitian dalam upaya mengumpulkan datadan mencari informasi serta sebagai
pedoman dalam mengadakan pembahasan sehingga penelitian tersebut
Mencari
Fokus
Mengelolah
Data
Hasil Produksi Analisis Penguatan
Buku
Mengkategorikan
Data
Matriks Menentukan
Kategori
Menghubungkan
Data
benar benar mendapat hasil yang diinginkan. Mengelolah data dan mengkategorik
an data.
Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih dan memfokuskan data
Pengumpulan data Penyajian data Reduksi data Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan /verifikasi pada hal-hal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada
tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari catatan lapangan, wawancara dan
dokumentasi.
2. Menghubungkan Data dan Menetukan Kategori
Menghubungkan data dilakukan setelah data selesai direduksi atau
dirangkum. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk CO (Catatan Observasi), CW
(Catatan Wawancara), dan CD(Catatan Dokumentasi). Data yang sudah disajikan
dalam bentuk catatan observasi, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi
diberi kode data untuk mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat menganalisis
dengan cepat dan mudah. Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai dengan
pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing data yang
sudah diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk
teks.
3. Penguatan Buku dan Hasil Produksi Analisis
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif adalah
penarikan kesimpulan dari verifikasi atau hasil produksi Analisis. Berdasarkan
data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat kesimpulan yang
didukung dengan bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan
adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan
oleh peneliti sejak awal.
I. Teknik Keabsahan Data
Merupakan teknik yang digunakan untuk meyakinkan publik/masyarakat/
audiens mengenai daya yang didapatkan dapat dipercaya atau dipertanggung-
jawabkan kebenarannya. Sehingga peneliti dapat berhati-hati dalam memasukkan
data hasil penelitian, data yang dimasukkan adalah data yang sudah melalui
berbagai tahapan keabsahan data.
Pemeriksaan keabsahan data sangat penting dalam penelitian kualitatif
karena sangat menentukan tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian yang
telah dilakukan yakni:
1. Triangulasi
Yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu:
a. Triangulasi Sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal
ini untuk mengetahuai bagaimana manajerial kepemimpinan kepala
sekolah dalam upaya mengimplementasikan pendidikan muatan lokal di
sekolah SMA Negeri 8 Takalar. Maka pengumpulan dan pengujian data
yang telah diperoleh dilakukan keinstansi yang bersangkutan dan
masyarakat yang menjadi objek.
b. Triangulasi Waktu, yaitu waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas
data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Dalam hal ini untuk
mengetahuimanajerial kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya
mengimplementasikan pendidikan muatan lokal di sekolah SMA Negeri 8
Takalar maka perlu dilakukan wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar.
c. Triangulasi Teori, dilakukan dengan mengurai pola, hubungan, dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analis untuk mencari
penjelasan perbandingan. Adapun teori yang digunakan peneliti adalah
teori pilihan rasional dimana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Coleman, bahwa manusia dalam kehidupan sosial merupakan aktor yang
dimana setiap individu memiliki suatu tujuan tertentu yang ingin
dicapainya dalam setiap masalah yang ada. Begitupun yang dilakukan
oleh Orang Tua siswa untuk menghadapi setiap sistem yang berlaku
dalam dunia pendidikan, Orang Tua harus siap menentukan pilihan
terbaik bagi pendidikan anak.
2. Member Check
Sugiyono (2018: 375) “ Member Check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Pengabsahan data atau validitasi data ini
di terapkan dalam rangka membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan
kenyataan di lapangan. Teknik pengabsahan data yang digunakan untuk menguji
kribeditasi data dalam penelitian adalah member check. Member check di lakukan
untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka
baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan hasil penelitian.
Penulis melakukan Member Check dengan cara melakukan wawancara
kembali kepada informan, karena tidak bisa dipungkiri hasil wawancara informan
yang pertama kali dilakukan berbeda dengan hasil wawancara informan apabila
diwawancarai kembali, atau peneliti melakukan member check setelah data dari
semua informan telah terkumpul atau tahap pengumpulan data selesai.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian.Oleh
karena itu maka segi etika harus diperhatikan. Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Informed Consent( Surat Persetujuan)
Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian informed consent
ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed
consent ini bertujuan agar sybjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta
mengerti dampaknya. Jika subjek tidak bersedia maka peneliti harus menghormati
hak responden atau subjek.Jika subjek bersedia maka harus mendatangani lembar
persetujuan.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika pendidikan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan maupun masalah-masalah
lainnya dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Jujur
Jujur yaitu dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,
pelaksanaan metode, dan prosedur penelitian, publikasi hasil.Jujur pada
kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan.Hargai rekan peneliti, jangan
mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan anda sebagai pekerjaan anda.
5. Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan dalam rancangan percobaan, analisis
dan interpretasi data, penilaian, ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh
pemberi dana/sponsor peneliti.
6. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian, lakukan penelitian dengan tulus,
Upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
7. Keterbukaan
Secara terbuk, saling berbagi data, hasil, ide, alat, dan sumber daya
penelitian terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Lokasi Penelitian
1. Sejarah Kabupaten Takalar
Kabupaten Takalar adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi selatan,
Indonesia. Ibu kotanya terletak di pattalalassang. Kab takalar terdiri dari Sembilan
kecamatan, yaitu pattallassang, polong bangkeng selatan, polong bangkeng utara,
galesong, galesong selatan, galesong utara, sanrobone, mappakasunggu dan
mangarabombang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 566,51 km dan
berpenduduk sebanyak 250.000 jiwa. Takalar diberi julukan dengan takalar kota
“MENYALA” (Menarik, Nyaman, dan Asri).
Kabupaten takalar yang hari jadinya pada tanggal 10 pebruari 1960.
Sebelumnya, takalar sebagai onder afdelling yang tergabung dalam daerah
swantantra Makassar bersama-sama dengan onder afdelling Makassar, gowa,
maros, pangkajene kepulauan dan jeneponto. Onder afdelling takalar, membawahi
beberapa district (adat gemen chap) yaitu: district polongbangkeng, district
galesong, district topejawa, district takalar, district laikang, district sanrobone.
Setiap district diperintah oleh seorang kepala pemerintahan yang bergelar
karaeng, kecuali district topejawa dipenrintah oleh kepala pemerintahan yang
bergelar lo’mo.
Setelah terbentuknya kabupaten takalar, maka districk polongbangjeng
selatan dan polongbangkeng utara, districk galesong dijadikan 2 (dua) kecamatan
yaitu kecamatan galesong selatan dan kecamatan galesong utara, districk
topejawa, districk takalar, districk laikang dan districk sanrobone menjadi
kecamatan totallasa (singkatan dari topejawa, takalar, laikang dan sanrobone)
yang selanjutnya berubah menjadi kecamatan mangarabombang dan kecamatan
mappakasunggu. Perkembangan selanjutnya berdasarkan peratuan daerah nomor 7
tahun 2001 terbentuk lagi sebuah kecamatan yaitu kecamatan pattallassang
(kecamatan ibu kota) dan terakhir dengan perda nomor 3 tahun 2007 tanggal 27
april 2007 dan perda nomor 5 tahun 2007 tanggal 27 april 2007, dua kecamatan
baru tebentuk lagi yaitu kecamatn sanrobone (pemekaran dari kecamatan
mappakasunggu) dan kecamatan galesong (pemekaran dari kecematan galesong
selatan dan kecamatan galesong utara). Sehingga dengan demikian sampai
sekarang kabupaten takalar terdiri dari 9 (Sembilan) buah kecamatan,
sebagaimana telah disebutkan terdahulu. Kesembilan kecamatan ini membawahi
sejumlah 82 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk 252,275 jiwa.
Upaya memperjuangkan terbentuknya kabupaten takalar, dilakukan
bersama antra pemerintah, politisi dan tokoh-tokoh masyarakat takalar. Melalui
kesepakatan antaraa ketiga komponen ini, disepakati 2 (dua) pendekatan/cara
yang ditempuh untuk mencapai cita-cita perjuangan terbentuknya kabupaten
takalar, yaitu:
a. Melalui lembaga perwakilan rakyat (DPRD) swatantra Makassar.
Perjuangan melalui legislative ini, dipercayakan sepenuhnya kepada 4
(empat) orang anggota DPRD utusan takalar, masing-masing H.
Dewakang Dg. Tiro, Daradda Dg. Ngambe, Abu Dg. Mattola dan Abd.
Mannan Dg. Liwang.
b. Melalui pengiriman delegasi dari unsure pemerintah bersama tokoh-
tokoh masyarakat mereka menghadap gubernur provinsi Sulawesi selatan
di Makassar menyampaikan aspirasi, agar harapan terbentuknya
kabupaten takalar segera terwujud. Mereka yang menghadap gubernur
Sulawesi adalah bapak H.Makkaraeng Dg. Manjarungi, Bostan Dg.
Mamajja, H. Mappa Dg. Temba, H. Achmad Dahlan Dg. Sibali, Nurung
Dg. Tombong, Sirajuddin Dg. Bundu dan beberapa lagi tokoh
masyarakat lainnya.
Upaya ini dilakukan tidak hanya sekali jalan. Titik terang sebagai tanda-
tanda keberhasilan dari perjuangan tersebut sudah mulai nampak, namun belum
mencapai hasil yang maksimal yaitu dengan keluarnya Undang-undang RI Nomor
2 Tahun 1957 (LN No. 2 Tahun 1957) maka terbentuklah kabupaten Jeneponto-
Takalar dengan ibu kotanya jeneponto. Sebagai bupati kepala daerah yang
pertama adalah bapak H. Mannyingarri Dg. Sarrang dan bapak Abd. Mannan Dg.
Liwang sebagai ketua DPRD
2. Sejarah Polongbangkeng Selatan
Polong bangkeng merupakan salah satu nama daerah di Sulawesi selatan,
tepatnya di kabupaten takalar. arti dari nama daerah ini jika di indonesiakan
memang seram dan lekat dengan sesuatu yang kejam. Dimana pong artinya
potong dan bangkeng artinya kaki, sehingga jika diartikan diluar sejarahnya
adalah potong kaki. Sehingga wajar jika di daerah ini kemudian dianggap lekat
dengan keberingasan para bandit alias perampok, dan memang faktanya daerah
polong bangkeng ini pada abad ke-18 merupakan markas besar para perampok.
Seperti yang dilansir dari majalah historia, yang menyebut daerah ini pada tahun
1856, gerombolan perampok yang dipimpin Sumange Rukka bahkan memiliki
anggota sebanyak 300 orang dan menempati wilayah ini.
Dan pada1908 hingga 1913 perampok yang melegenda cerit dan kisah
kepahlawanannya dalam syair sinrilik, yakni I Tolok Daeng Magassing, juga
bermarkas di daerah ini. Walaupun memang sosok perampok yang satu ini
bukanlah seperti rampok biasa, sebab perampokan yang di lakukannya sangat
mirip dengan Robbin Hood yang merampok bukan untuk kepentingan dirinya
sendiri, melainkan untuk kelangsungan hidup kelompoknya dan untuk masyarakat
miskin. Bahkan dikabarkan dalam syair sinriliknya, I Tolok Daeng Magassing ini
merampok untuk menyusahkan para penjajah Belanda kala itu. Meski demikian
polongbangkeng yang faktanya adalah sarang bandit ini, dinamakan justru bukan
untuk menimbulkan pandangan kejam dan kekejian. Alasannya dikarenakan
Polong Bangkeng ini mendapatkan nama tersebut atas sebuah peristiwa diplomasi
antara kerajaan Bajeng Takalar dan Kerajaan Gowa.
Dimana kerajaan Gowa yang saat itu Berjaya dimasa tersebut, meminta
panji alias paying kebesaran kerajaan Bajeng mesti dipotong agar sejajar dengan
panji milik kerajaan Gowa. Sehingga untuk arti sebenarnya daerah ini adalah
pemotongan tiang atau kaki Panji kerajaan Bajeng. Polong artinya potong atau
dipatahkan, sementara Bangkeng dalam peristiwa ini ini adalah kaki dari tiang
panji, jadi Polong Bangkeng ini memang adalah symbol diplomasi kedua kerajaan
tersebut, yang entah sengaja ataupun tidak dijadikan markas para perampok.
3. Sejarah SMA NEGERI 8 Takalar
Dari penjelasan mengenai sejarah polong bangkeng diatas merupakan
salah satu kecamatan di Kabupaten Takalar dimana peneliti melakukan penelitian.
Di kecamatan ini terdapat kampung yang yang dinamakan Desa Lantang, Dusun
Toddosila. Dusun toddosila ini merupakan tempat atau lokasi dimana SMA
NEGERI 8 Takalar ini didirikan.pada tahun 2005
4. Keadaan sekolah SMA Negeri 8 Takalar
a. Profil sekolah
1) Identitas sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Takalar
Alamat Sekolah : JL. Basullu Dg. Lawa, Moncongkomba,
Kec. Polongbangkeng Selatan, Kab. Takalar, Prov. Sulawesi Selatan
Status Sekolah : Negeri
Jenjang Akreditasi : B
Bentuk Pendidikan : SMA
Status kepemilikan : Pemerintah Daerah
Kode Pos : 92252
Bank : Bank BPD
Cabang KCP/Unit : Takalar
Rekening Atas Nama : SMAN 8 Takalar
N.P.S.N : 40308577
Luas Tanah Milik : 10035 M2
Status Tanah : Hak Pakai
Jumlah Ruang Belajar : 13 Ruang Kelas
Kepala Sekolah : Ibrahim S.Pd.,M.Pd
NIP : 19790401 200604 1 010
No. Telp./Hp : 085 255 729 363
SK Pendirian Sekolah : 2819/DPP-TU/2005
Tanggal SK Pendirian : 2009-05-20
SK Izin Operasional : 2819?DPP-TU/2005
Tanggal SK Izin Operasional : 2009-0520
1. Identitas Sekolah
1 NamaSekolah : SMAN 8 Takalar
2 NPSN : 40308577
3 JenjangPendidikan : SMA
4 Status Sekolah : Negeri
5 AlamatSekolah : Jl. Basullu Dg. Lawa
RT / RW : 0 / 0
KodePos : 92252
Kelurahan : Moncongkomba
Kecamatan : Polongbangkeng
Kabupaten/Kota : Kab. Takalar
Provinsi : Prov. Sulawesi Selatan
Negara : Indonesia
6 PosisiGeografis : -5.4057 Lintang
119.4987 Bujur
2. Data Pelengkap
7 SK PendirianSekolah : 2819/DPP-TU/2005
8 Tanggal SK Pendirian : 2009-05-20
9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
10 SK IzinOperasional : 2819/DPP-Tu/2005
11 Tgl SK IzinOperasional : 2009-05-20
12 KebutuhanKhususDilayani : -
13 NomorRekening : 021-202-00000-1703-2
14 Nama Bank : BPD
15 Cabang KCP/Unit : Takalar
16 RekeningAtasNama : SMAN 1 POLONGBANGKENG SELATAN
17 MBS : Ya
18 Luas Tanah Milik (m2) : 10035
19
Luas Tanah BukanMilik
(m2) : 0
20 NamaWajibPajak : Bend. Dana BOS SM Neg. 8 Takalar
21 NPWP : 4.5822E+12
3. KontakSekolah
20 NomorTelepon : 085398223581
21 Nomor Fax : -
22 Email : Sman1_@yahoo.com
23 Website : -
4. Data Periodik
24 WaktuPenyelenggaraan : Pagi/6 hari
25 BersediaMenerimaBos? : Ya
26 Sertifikasi ISO : BelumBersertifikat
27 SumberListrik : PLN
28 DayaListrik (watt) : 2200
29 Akses Internet : Tidak Ada
30 Akses Internet Alternatif : Tidak Ada
2) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan mengacu pada tujuan umum pendidikan. Tujuan pendidikan
menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
3) Tujuan Pendidikan Menengah Atas
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
4) Visi dan Misi Sekolah
a. Visi :
Menciptakan insan yang beriman, berprestasi, profesional dalam layanan,
kopentatif dalam era globalisasi.
b. Misi :
Untuk mewujudkan visi, sekolah memiliki misi, sebagai berikut.
1. Membentuk Peserta didik menjadi unggul dalam prestasi, jujur
dalam bertingkah laku yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.
2. Meningkatkan layanan yang profesional, kerja sama internal dan
eksternal.
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, aman dan
tertata.
4. Penanaman dan aplikasi nilai-nilai budi pekerti dan nilai-nilai luhur
bangsa,baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.
5. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien
berdasarkan kurikulum yang berlaku.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana, serta tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan sesuai dengan standar yang ditentukan.
5) Tujuan Sekolah
Berdasarkan visi dan misi sekolah, tujuan yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut.
a. Terlaksananya proses Kegiatan Belajar Mengajar secara efektif dan efisien
sehingga diperoleh hasil (out put) yang sangat memuaskan.
b. Tersedianya sarana dan prasarana Kegiatan Belajar Mengajar yang
memadai sehingga memiliki daya dukung yang optimal terhadap
terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien.
c. Tersedianya tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi standar
yang ditetapkan, sebagai pendukung terciptanya Kegiatan Belajar
Mengajar yang efektif, efisien, dan hasil yang optimal.
d. Mempersiapkan peserta didik dalam bersaing di perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta.
6) Lingkungan Sekolah
SMA Negeri 8 Takalar terletak didaerah kaki jalur pegunungan Bawa
karaeng, wilayahnya termasuk kedalam administrasi kabupaten Takalar
Propinsi Sulawesi Selatan.Polongbangkeng Selatan merupakan daerah
kelahiran salah seorang pahlawan Nasional yang berasal dari Sulawesi Selatan
yaitu Padjonga Daeng Ngalle (Karaeng Polongbangkeng).Wilayahnya
merupakan daerah pertanian dan perkebunan serta dijadikan sebagai daerah
pemukiman penduduk.
Jumlah penduduk di kabupaten Takalar adalah 257.974 (Sensus penduduk
tahun 2013) yang terdiri dari 123.944 jiwa laki-laki dan 134.030 jiwa
perempuan. Dari jumlah penduduk pada kabupaten takalar terdapat 25.692 jiwa
yang berada di kecamatan Polongbangkeng Selatan (sensus penduduk tahun
2013) dengan jumlah laki-laki 12.134 jiwa dan perempuan13.558 jiwa.
Kecamatan Polongbangkeng Selatan merupakan daerah yang terletak pada
daerah pegunungan dan berjarak 10 km dari ibukota kabupaten. Sarana jalan
sangat bagus dan beraspal namun bukan merupakan jalur mobil transportasi
umum (mikrolet) sehingga masyarakat dalam beraktifitas menggunakan jasa
Ojek bahkan jalan kaki bagi merekan yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Dalam bidang pendidikan terdapat sekolah SD sampai SMA namun mutu
pendidikan pada umumnya masih rendah.Rendahnya mutu pendidikan ini
berkaitan erat dengan mata pencaharian penduduk yaitu sebagian besar adalah
petani. Serta akses informasi yang sangat terbatas khususnya pada SMA
Negeri 8 Takalar.
7) Keadaan sekolah
1. Seluruhnya Sarana dan Prasarana
a. Tanah dan halaman
Tanah sekolah sepenuhnya milik Negara.Luas areal 10,035 M2.
Sekitar gedung sekolah dikelilingi sebagian pagar yang belum
permanen (pagar bambu) dan sebagian kecil pagar permanen.
b. Gedung sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang
kelas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar masih kurang dan
tidak sebanding dengan jumlah siswa.
Keadaan Gedung Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Takalar
Ruang Kepala Sekolah : 1 Baik
Ruang TU : 1 Baik
Ruang Guru : 1 Baik
Ruang Kelas : 13 Baik
Ruang Lab IPA : 3 (2 baik 1 rusak Berat)
Ruang Perpustakaan : 1 Baik
Ruang Lab. Komputer : Tidak ada
Ruang Lab PAI : 1 Baik
Mushallah : 1 Baik
2. Anggaran sekolah
Anggaran sekolah berasal dari dana pemerintah yaitu dana BOS.
8) Personil Sekolah
SMA Negeri 8 Takalar didirikan pada tahun 2005 yang merupakan sekolah
binaan dari SMA Negeri 1 Takalar. Pimpinan sekolah yang pernah bertugas
di SMA Negeri 1 Polongbangkeng Selatan sejak awal berdirinya (2005)
adalah :
No Nama Periode Tugas
1
2
3
4
5
Drs. H. Muh. Ali, M.Pd
Drs. H. Gassing Raba
Abdul Karim, S.Pd.,M.Pd
Patahuddin, S.Pd
Ibrahim, S.Pd.,M.Pd
Tahun 2005
Tahun 2005 s.d. 2006
Tahun 2006 s.d 2008
Tahun 2008 s.d 2016
Tahun 2016 s/d sekarang
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 56 orang terdiri dari Kepala UPT 1
orang, guru 45 orang, tata usaha 8 orang, satpam 1 orang dan bujang sekolah 1
orang.
Keadaan Personil Sekolah
No Nama / Nip Jabatan Status
1 Ibrahim, S.Pd.,M.Pd
19790401 200604 1 010
Kepala UPT Satuan Pendidikan PNS
2 Hj. Darliana, S.Si.,M.Pd
19790401 200604 1 010
Wakasek Kurikulum/Guru Fisika PNS
3 Barqiah Rahma, SS
19800724 200903 2 007
Wakasek Kesiswaan/Guru B.
Inggris
PNS
4 Nurnia, S.Ag
19770514 20141 12 001
Wakasek Sarana/Guru Agama PNS
5 H. Hamzah, S.Ag
19740908 200312 1 006
Wakasek Humas/Guru Agama PNS
6 Adriani Puspita Sari, S. Pd
19850930 201001 2 030
Kepala Perpustakaan/Guru B.
Indonesia
PNS
7 Patahuddin, S.Pd
19631231 199202 1 010
Kepala Lab. IPA/Guru Biologi PNS
8 Kusmawati, S.Ag
Kepala Lab. PAI/Guru Agama PNS
9 H. Asrianto, S.Sos.,MM.Pd
197909262011011005
Pembina OSIS/Guru Sosiologi PNS
10 Hamneni Mansyur, S.Pd
19840718 200903 2 012
Bendahara BOS/Guru Bhs.
Indonesia
PNS
11 Drs Amiruddin
19671231 199203 1 069 Guru PKN
PNS
12 Hasnah, S.Pd.M.Pd
19791001 200604 2 024
Guru Kimia PNS
13 Supriandi, S.Pd
19800503 200604 1 009
Guru Ekonomi PNS
14 Murdalin, S.Pd
19820708 200604 1 007
Guru Geografi PNS
15 Suriati M.,S.Pd
198508062009032006
Guru Fisika PNS
16 Karwati, S.Pd
19771110 200903 2 006
Guru Matematika PNS
17 AsrianiMusyakkir,SP.,M.d
19771021 201001 2 016
Guru Biologi PNS
18 Nurhayati, S. S., S. Pd
19851201 201001 2 032
Guru Bhs. Inggris PNS
19 Syamsina Naba, S.Pd
197601202010012011
Guru Bhs. Jerman PNS
20 Sri Rejeki Arif, S.Pd
19821009 201101 2 017
Guru Bhs. Indonesia PNS
21 Rosmiati.S.Pd
19800312 201411 2 002
Guru Bhs. Inggris PNS
22 Fajri Amin, S.Pd.,M.Pd
19812304 200312 1 012
Guru Penjaskes PNS
23 Sumijem, S.Pd
19810824 201101 2 014
Guru Seni Budaya PNS
24 Kahar, S.Pd
19701201 200502 1 003
Guru Bahasa Indonesia PNS
25 Muallah, S.Pd
197112312006041093
Guru Sejarah PNS
26 Normawati, S.Pd.
Guru Matematika Honorer
27 Nurdin, S. Pd
Guru Penjaskes Honorer
28 Muh. Asri, S.Kom
Guru TIK Honorer
29 Nurhayati, SP
Guru Mulok Honorer
30 Hasniati, S.Pd Guru Matematika Honorer
31 Lidia Husain, S.Pd Guru Geografi Honorer
32 Inayanti Fatwa, S.Pd.,M.Pd Guru Matematika Honorer
33 Muh. Rizal, S.Pd Guru Sejarah Honorer
34 Rekayanti, S.Pd Guru Mulok Pertanian Honorer
35 Nurhaedah, S.Pd Guru Mulok Pertanian Honorer
36 Kaslina, S.Pd Guru Sosiologi Honorer
37 Nur Insani, S.Pd Guru PKn Honorer
38 Yopi Baco, S.Pd Guru Seni Budaya Honorer
39 Istiqamah, S.Si Guru Kimia Honorer
40 Hasniah, S.Pd Guru PKN Honorer
41 Basri Salam, S.Pd Guru Bahasa daerah Honorer
42 Safri Azis, S.Si, S.Pd Guru Biologi Honorer
43 Siska Hariani Salam, S.Pd Guru Matematika Honorer
44 Imam Ismanto, S.Pd Guru Matematika Honorer
45 Mulhair, S.Pd Guru Matematika Honorer
46 Saida, S.Pd Guru Matematika Honorer
II TATA USAHA
1 Fatmawati, SE Kepala Tata Usaha PNS
2 H.Mansyur, S.Sos Staf Tata Usaha PNS
3 Hasniati, S.Pd Operator Dapodikmen Honorer
4 Hamriani, SE Operator Komputer Honorer
5 Ratnawati Administrasi Honorer
6 Supiani Administrasi Honorer
7 Nurliana Administrasi Honorer
8 Salawati Administrasi Honorer
9 Usman Keamanan Honorer
10 Dg Ngutung Bujang sekolah Honorer
9) Keadaan Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2019/2020 seluruhnya
berjumlah 382 orang. Peserta didik dikelas X terdiri dari 4 Rombongan belajar,
kelas XI MIPA 2 Rombongan belajar, kelas XI IPS 2 Rombongan belajar, Kelas
XII. MIPA 3 Rombongan belajar, kelas XII. IPS 2 Rombongan belajar.
Jumlah Peserta Didik Tahun 2019/2020
Kelas Jumlah
Jumlah Laki-laki Perempuan
X 63 75 138
XI 53 57 110
XII 59 76 134
Jumlah 174 208 382
10) Prestasi yang pernah dicapai
a. Prestasi Akademik
1. Juara 1 Olimpiade Sains Nasional bidang Astronomi dan mewakili
Kab.Takalar di tingkat Propinsi tahun 2010
2. Juara 2 Olimpiade Sains Nasional Bidang Astronomi tingkat
kabupaten dan mewakili kab.Takalar di Tingkat propinsi tahun
2015
3. Juara 1 Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika, Ekonomi
dan Astronomi dan mewakili Kab. Takalar di tingkat Provinsi
tahun 2018
4. Juara 2 Olimpiade Sains Nasional bidang Biologi dan TIK dan
mewakili Kab. Takalar di Tingkat Provinsi tahun 2018
5. Juara 3 cerdas cermat tingkat SMA se kab.Takalar tahun 2011
6. Juara Umum Lomba Cerdas Cermat Wawasan Kebangsaan Tingkat
Kab. Tahun 2018
b. Prestasi Kegiatan Ekstra kurikuler
1. Juara Harapan 1 Kalpataru ORIENTERING 2007
2. The Best Taleng Dara dan daeng kab.Takalar Tahun 2008
3. Juara 1 Napak Tilas PPM Sulsel tahun 2009
4. Juara 3 Festival Tari Tradisional tahun 2009
5. Juara 3 putri Tanding Kelas B propinsi bidang silat tahun 2010
6. Juara umum PERSAMI tingkat Kab. Takalar tahun 2012
7. Karate terbaik 1 Majelis Sabuk Hitam Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2013
8. Juara Pavorit Gerak jalan indah tingkat Kab. Takalar tahun 2018
9. Juara Harapan 1 lomba Baris berbaris Tingkat Kab. Tahun 2018
d. Letak Geografi
1. Batas wilayah
a. Sebelah Utara : Kampung la’nyara
b. Sebelah Timur : Sawah dan Kebun Tebuh
c. Sebelah Barat : Sawah dan Kebun Tebuh
d. Sebelah Selatan : Kampung kalumbangara
Gambar. II.2 Peta Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Gambar. III.3 Peta SMA Negeri 8 Takalar
2. Luas Wilayah
Luas Sekolah 10,035 M2. Yang didalamnya terdapat 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang TU, 1 ruang guru, 13 ruang kelas, 3 ruang lab IPA,
1 ruang perpustakaan, 1 ruang lab PAI, dan 1 mushalah.Sekitar
gedung sekolah dikelilingi sebagian pagar yang belum permanen
(pagar bambu) dan sebagian kecil pagar permanen.
3. keadaan Topografi
Keadaan geografi wilayah kabupaten takalar terdiri dari pantai,
dataran dan perbukitan. Di bagian barat adalah daerah pantai dan dataran rendah
dengan kemiringan 0-3 derajat, sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-25 m,
dengan batuan penyusun geomorfologi dataran didominasi endapan alluvial,
endapan rawa pantai, batu gamping, terumbu dan tufa serta beberapa tempat
batuan lelehan basal. Sebagian dari wilayah kabupaten takalar merupakan daerah
pesisir pantai, yaitu sepanjang 74 km meliputi kecamatan mangarabombang,
kecamatan sanrobone, kecamatan galesong selatan, kecamatan galesong kota dan
kecamatan galesong utara. Kabupaten takalar dilewati oleh 4 buah sungai, yaitu
sungai jeneberang, sungai jenetallasa, sungai pammukkulu dan sungai
jenemarrung. Pada keempat sungai tersebut telah dibuat bendungan untuk irigasi
sawah seluas 13. 183 Ha.
Secara umum keadaan topografi kecamataan polongbangkeng selatan
tepatnya SMA Negeri 8 Takalar adalah daerah dataran rendah yang berada pada
kecamatan polongbangkeng selatan desa lantang
3. Iklim
Morfologi dataran rendah dan pantai terdapat di sebelah barat, memanjang
dari utara ke selatan dan pada umumnya diisi oleh endapan sedimen sungai dan
pantai berpotensi pengembangan pertanian dan perikanan (tambak). Sedangkan
morfologi perbukitan dan ketinggian kurang lebih 50-200 meter dari permukaan
laut yang berada pada bagian tengah kea rah timur dan selatan pada umumnya
wilayah perbukitan yang berpotensi untuk mengembangkan pertanian.
Kondisi iklim wilayah di kabupaten takalar dan sekitarnya secara umum
ditandai denganjumlah hari hujan dan curah hujan yang relative tinggi, dan sangat
dipengaruhi oleh angin musim. Pada dasarnya angin musim di kabupaten
takalardipengaruhi oleh letak geografis wilayah yang merupakan pertemuan selat
Makassar dan laut flores, kondisi ini berdampak pada putaran angin yang dapat
berubah setiap waktu, hal terutama terjadi pada kecamatan mangarabombang,
sehingga pada beberapa kawasan di wilayah ini mengalami kekeringan terutama
padaa musim kemarau.
Berdasarkan hasil pengamataan hasil stasiun hujan di kabupaten takalar,
menunjukkan suhu udara minimum rata-rata 22,2 derajat C hingga 20,4 derajat C
pada bulan februari-agustus dan suhu udara maksimum mencapai 30,5 derajat C
hingga 33,9 derajat C pada bulan September-januari. Tingkat curah hujan dan
jumlah hari hujan dalam periode empat tahun terakhir mengalami perubahan
intensitas curah hujan setiap tahunnya, dengan rerata terbesar tejadi pada tahun
2007 yang mencapai 107 hh dengan curah hujan 555,42 mmHg. Dalam kurun
waktu tersebut, jumlah hari hujan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 88 hari
hujan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006 dengan rerata
intensitas curah hujan menapai 192 mmHg. Secara rinci jumlah hari hujan dari
intensitas curah hujan tiga tahun terakhir, hasil pengamatan dari stasiun hujan
BPP pattallassang 426 A, BPP 423 D pattallassang, dan stasiun hujan lassang 426
F, memperlihatkan rerata jumlah hari hujan pada tahun terkair bekisar antara 8-9
hari hujan setiap bulan, dengan rerata intensitas curah hujan berkisar antara 166-
216 mmHg perbulan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diuraikan bahwa
musim hujan di wilayah ini berawal pada bulan November dan berakhir padaa
bulan mei, sedangkan musim kemaru dimulai pada bulan juni hingga bulan
sptember.Iklim pada kecamatan polongbangkeng selatan yang merupakan lokasi
penelitian tepatnya di SMA Negeri 8 Takalar adalah sebagaimana iklim yang ada
di Indonesia yaitu beriklim tropis dengan dua musim yakni, musim hujan dan
musim kemarau.
e. Keadaan Sosial Budaya
1. Sosial
Keadaan Sosial yang ada lokasi penelitian sebagaimana masyarakat
umumnya yang ada di pedesaan yang sangat menjunjung tinggi rasa saling
menghargai dan kepedulian antar masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa
masyarakat setempat sangat menanamkan rasa kepedulian terhadap sesama yang
saling membutuhkan bantuan. Selain daripada itu mereka juga terbuka terhadap
orang-orang yang membutuhkan informasi tentang kondisi setempat.
Terlepas dari hal tersebut terdapat pula keadaaan sosial yang ada di SMA
Negeri 8 Takalar yakni menjalin hubungan interaksi yang cukup bagus dan sangat
menjalin hubungan persudaraan karena hubungan kekerabatan yang begitu dekat.
Hal ini dipengaruhi karena sekolah ini juga terletak pada daerah pedesaan yang
masih terbilang gotong royong dan solidaritas yang tinggi. Sehingga hal ini juga
diterapkan disekolah SMA Negeri 8 Takalar oleh siswa dan beberapa tenaga
pengajar. Terlepas dari keadaan sosial yang di lokasi penelitian dapat pula
dijelaskan tentang bagaimana kondisi dan keadaan budaya yang terdapat pada
daerah tersebut.
2. Budaya
Keadaan budaya yang ada di desa Lantang tepatnya dusun Toddosila yang
merupakan lokasi peneliti melakukan penelitian memiliki kekhasan dan budaya
tersendiri yang sering dilakukan. Masyarakat disana dapat dikatakan terbuka dan
ramah untuk orang-orang yang ingin mencari informasi khusunya tentang
bagaimana kondisi masyarakat setempat.
Masyarakat yang ada di lokasi tersebut menggunakan bahasa daerah
sebagaimana yang umumnya digunakan di kabupaten Takalar. Beberapa
masyarakat di tempat tersebut sering melakukan ritual adat yang telah menjadi
kebiasaannya pada waktu-waktu tertentu. Salah satunya adalah pada saat setelah
panen padi dilakukan adat yang dinamakan “ Ka’do’ Bulo” istilah ini di kenal
oleh masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan beberapa
macam ritual seperti, tarian, appasorong, dupa, dan masih banyak lagi lainnya
termasuk hiburan seperti perlombaan dan pada saat kegiatan ini berlangsung
semua warga yang ada disekitar tempat tersebut dating ke sungai tempat
permandian atau lokasi yang memang telah ditentukan bermula oleh nenek
moyang, juga terdapat hari yang khusus ditentukan yakni pada hari jum’at di
mulai dari pagi sampai sore.
f. Keadaan Pendidikan
Kondisi pendidikan yang ada di lokasi ini sudah cukup berkembang karena
sebagian besar orang tua siswa telah mendukung kelanjutan pendidikan bagi
anaknya. Meskipun tidak sedikit dari mereka juga banyak kandas dan berhenti
tidak melanjutkan pendidikannya karena beberapa hal. Salah satu hal yang
menyebabkan pendidikan formal terputus adalah perekonomian yang masih
minim dan kurang memadai untuk kelanjutan pendidikan. Selain daripada itu
banyak orang tua yang berfikir bahwa pendidikan formal ini tidak begitu penting
untuk kelanjutan masa depan anaknya karena berfikir bahwa meskipun mereka
melanjutkan pendidikan yang tinggi banyak yang kembali jadi pengangguran yang
tidak berpenghasilan. Beberapa hal inilah yang menyebabkan banyaknya anak
yang putus sekolah.
Terlepas dari gambaran pendidikan secara umum yang ada di kecamatan
polong bangkeng selatan sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, dapat pula
digambarakan bagaimana pendidikan yang ada di sekolah SMA Negeri 8 Takalar.
Pendidikan pada sekolah ini dapat dikatakan perkembang karena sudah banyak
meraih prestasi meskipun umur dari sekolah ini masih sangat muda khususnya
dalam pencapaian prestasi di non akademik atau ekstrakurikuler.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Adapun yang yang dapat dipaparkan oleh peneliti dari hasil wawancara di
SMA Negeri 8 Takalar, keseluruhan kepemimpinan Kepala Sekolah, serta upaya-
upayanya dalam mengelola sekolah baik dalam bentuk penanganan pada dewan
pendidik, siswa, serta sarana dan prasarana.
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Takalar
Peneliti Sudah berapa lama mata pelajaran Muatan Lokal diterapkan di
sekolah ini?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Baru tahun lalu diterapkan
Peneliti Apakah tenaga pendidik untuk pelajaran Mulok sudah memadai
di sekolah ini?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Kalau berbicara tentang memadai mungkin di sekolah ini
kekurangan guru Mulok, karena gurunya Cuma ada satu orang
Peneliti Bagaimanakah cara mengatasi masalah terkait guru yang tidak
bisa bertanggung jawab atas kewajibannya dalam mendidik?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Ya, itu semua ada penanganan khususnya
Peneliti Bagaimanakah upaya anda dalam menyikapi pelajaran Mulok,
terkait karena baru diterapkan di sekolah tingkat SMA?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Berusaha agar siswa dapat mencerna materi pelajaran yang
disajikan oleh guru itu sendiri
Peneliti Adakah upaya anda dalam mengimplementasikan pendidikan
Muatan Lokal di sekolah ini?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Berupaya agar buku paket siswa dapat terpenuhi
Peneliti Apa saja yang menjadi tantangan anda dalam menyikapi guru
yang mengambil keputusan menghukum siswa, terkait siswa
yang kurang minat belajar Muatan Lokal?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Yang seperti itu agar bisa diselesaikan baik-baik oleh guru,
namun jika permasalahan agak luas maka akan melibatkan saya
selaku kepala sekolah
Peneliti Bagaimanakah langkah anda dalam mengambil keputusan baik
untuk guru atau tenaga pendidik maupun siswa?
Ibrahim, Cara saya dengan membicarakan dengan siswa serta guru yang
S.Pd.,M.Pd bersangkutan, aga dapat diselesaikan dengan baik
Peneliti Bagaimanakah usaha anda dalam memanage control untuk
mencapai keberhasilan sekolah, terutama untuk pelajaran baru
yaitu Muatan Lokal?
Ibrahim,
S.Pd.,M.Pd
Mengupayakan agar selalu memberi motivasi pada guru baik
dalam kurikulum seperti dengan cara mengikut sertakan dalam
pelatihan di makassar
Seperti pada penelitian Utama (2013: 158). Sejak diberlakukannya
kurikulum tahun 1994, Muatan Lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri,
atau tidak lagi diintegrasikan pada pelajaran lainnya, konsep Muatan Lokal tidak
lagi sama seperti tahun 1987, konsep Muatan Lokal disini dimaksudnya adalah
bentuk penyelenggaraan pendidikan bersifat desentralisasi, sebagai upaya
pemerintah untuk lebih meningkatkan relevansi terhadap kebutuhandaerah yang
bersangkutan kurikulum tahun 1994 Muatan Lokal sudah menjadi bidang studi
yang berdiri sendiri, baik bidang studi wajib maupun bidang studi pilihan, atau
lebih dikenal dengan mata pelajaran Muatan Lokal wajib dan mata pelajaran
Muatan Lokal pilihan.
Hasil wawancara Peneliti Dengan Wakasek Kurikulum SMA Negeri 8 Takalar
Peneliti Bagaimanakah sika panda terhadap kepemimpinan kepala
sekolah SMA Negeri 8 Takalar?
Hj.Darliana,
S.si.,M.Pd
Kepemimpinan kepala sekolah di SMA Negeri 8 Takalar ini
sudah dapat dikatakan sudah baik berjalan dengan semestinya
Peneliti Bagaimanakah kinerja kepala sekolah SMA Negeri 8 Takalar?
Hj.Darliana,
S.si.,M.Pd
Kepala sekolah disini baik, juga sangat terbuka sebagai seorang
pemimpin
Peneliti Bagaimanakah tanggapan anda mengenai pengambilan
keputusan oleh kepala sekolah?
Hj.Darliana,
S.si.,M.Pd
Kepala seklah selalu mengadakan rapat dan juga selalu
bermusyawarah terlebih dahulu
Peneliti Bagaimanakah bentuk upaya kepala sekolah dalam
mengimplementasikan pelajaran Muatan Lokal?
Hj.Darliana, Dengan memberikan motivasi pada guru yang bersangkutan
S.si.,M.Pd
dengan pelajaran Muatan Lokal, dengan ketentuan kurikulum
yang berlaku di sekolah ini
Mansur (2012: 78). Umumnya kurikulum di Indonesia disusun secara
nasional, namun begitu guru juga dapat diikutsertakan dalam menyususn
kurikulum atau memberikan saran serta masukan-masukannya. Sehingga dengan
demikian, pengembangan kurikulum dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pendidikan di daerah, sesuai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu,dalam proses
pendidikan sekolah diperlukan adanya kurikulum Muatan Lokal, sesuai dengan
kekayaan masing-masing daerah, baik secara sosial maupun alam. Dalam
penerapannya, kurikulum Muatan Lokal dilaksanakan dengan strategi yang tepat,
dengan mempertimbangkan faktor-faktor, tujuan, materi, guru, siswa, metode,
media dan evaluasi. Dari kesemua faktor tersebut, gurur merupakan sosok yang
paling bertanggung jawab dan menentukan keberhasilan pembelajaran.
Hasil wawancara Peneliti Dengan Guru Muatan Lokal SMA Negeri 8 Takalar
Peneliti Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran Muatan Lokal?
Basri Salam, S.Pd Ya, seperti itulah bermacam-macam, ada yang menanggapi
serius, menyepelehkan ya macam-macam. Tapi kembali lagi
tugas kita adalah mendidik anak-anak yang ada di sekolah, maka
guru tersendiri harus memiliki gaya ataupun skill untuk
menghadapi siswa tersebut yang agak acuh pada pelajaran
Muatan Lokal
Peneliti Bagaimanakah bentuk penjabaran pelajaran Muatan Lokal?
Basri Salam, S.Pd Jadi pada tingkat SMA hanya mempelajari seputas sejarah
lahirnya kota Makassar jadi sebenarnya sangat tidak sulit karena
sudah tidak mempelajari lagi Bahasa aksara lontara’
Peneliti Bagaimanakah tanggapan anda tentang kepemimpinan kepala
sekolah?
Basri Salam, S.Pd Kepemimpinan kepala sekolah disini menurut saya sudah sangat
baik
Peneliti Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengambilan keputusan
oleh kepala sekolah?
Basri Salam, S.Pd Kepala Sekolah disni tidak pernah semerta-merta mengambil
begitu saja keputusan, kepala sekolah biasanya mengadakan
rapat
Peneliti Bagaimanakah cara anda menghadapi siswa yang kurang
antusias menyikapi pelajaran Muatan Lokal?
Basri Salam, S.Pd Sebagai seorang guru kita harus selalu siap menghadapi segala
jenis bentuk karakter siswa di kelas
Peneliti Adakah tantangan yang dihadapi dalam mengajar mata pelajaran
ini?
Basri Salam, S.Pd Sudah pasti ada seperti siswa yang enggan mempelajari
pelajaran ini dan juga sering ada yang membolos
Peneliti Apakah keuntungan dari mempelajari Muatan Lokal?
Basri Salam, S.Pd Pelajaran ini penting agar kita pelajari karena dengan
mempelajari sejarah lahirnya kota makassar kita bisa saling
menghargai satu sama lain terhadap para pejuang yang telah
berhasil
Peneliti Bagaimanakah bentuk kerjasama anda dengan kepala sekolah
dalam mencapai tujuan terkait mata pelajaran baru ini?
Basri Salam, S.Pd Pernah satu kali saya diamanahkan untuk mengikuti pelatihan
guna dapat menjadi tenaga pendidik yang baik kepada siswa, itu
semua tidak terlepas dari usaha kepala sekolah guna dapat
mencapai tujuan, misal siswa-siswa dapat lulus mata pelajaran
Muatan Lokal dengan nilai diatas KKM
Rabiah (2012: 5). Meskipun harus siswa yang menjadi pusat pengajaran,
dalam banyak kasus, guru dan siswa bergantung pada bahan, dan bahan menjadi
pusat pengajaran. Karena banyak guru yang sibuk dan tidak memiliki waktu atau
keinginan untuk menyiapkan bahan tambahan, buku-buku teks dan bahan-bahan
yang diproduksi secara komersial lain yang sangat penting dalam pengajaran
Bahasa. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk tahu bagaimana memilih bahan
terbaik untuk instruksi maupun latihan kepada siswa, bagaimana membuat materi
tambahan untuk siswa di kelas.
Hasil wawancara Peneliti Dengan Siswa SMA Negeri 8 Takalar
Peneliti Bagaimanakah respon anda tentang guru Muatan Lokal?
Dea Alfian Jujur kak saya tidak terlalu suka
Peneliti Apakah anda antusias mengikuti kelas Muatan Lokal?
Dea Alfian Ya kadang, tergantung jamnya juga kak
Peneliti Adakah hal yang menjadi pengganjal anda dalam menerima
pelajaran Muatan Lokal?
Dea Alfian Susah, Karena kebetulan saya pendatang
Peneliti Menurut anda, apa keuntungan dari mempelajari Muatan Lokal?
Dea Alfian Sebenarnya pasti baik karena kita bisa mengetahui sejarah
lahirnya kota asal
Peneliti Adakah kekurangan atau kelebihan yang anda dapat simpulkan
baik dari pelajaran Muatan Lokal itu sendiri serta guru yang
diberikan amanah untuk mendidik?
Dea Alfian Baik kak, bagus juga cara mengajar kak basri
Yogaswara (2010: 62). Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi,
maka dapat dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya.
Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni
keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi ekternal. Tingkat keterampilan
merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja seperti
pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan
teknik. Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan guru dalam
menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh
mana kondisi eksternal mendukung kinerja
Peneliti Bagaimanakah respon anda tentang guru Muatan Lokal?
Miftahul Jannah Suka kak pelajaran ini karena sudah tidak belajar lagi Bahasa
Lontara’ beda saat SD dan juga SMP
Peneliti Apakah anda antusias mengikuti kelas Muatan Lokal?
Miftahul Jannah Antusias kak
Peneliti Adakah hal yang menjadi pengganjal anda dalam menerima
pelajaran Muatan Lokal?
Miftahul Jannah Tidak kak, kendalanya hanya ada pada buku mata pelajaran
Peneliti Menurut anda, apa keuntungan dari mempelajari Muatan Lokal?
Miftahul Jannah Bagus kak agar kita bisa mengetahui sejarah bagaimana terlahir
makassar
Peneliti Adakah kekurangan atau kelebihan yang anda dapat simpulkan
baik dari pelajaran Muatan Lokal itu sendiri serta guru yang
diberikan amanah untuk mendidik?
Miftahul Jannah Hanya terkendala pada buku paket saja kak, dan untuk guru
yang mengajar atau menyampaikan materi sangat bagus
Sopandi (2012: 7). Untuk meningkatkan kualitas pengembangan dan
penerapan kurikulum Muatan Lokal sejarah, budaya, dan Bahasa Makassar maka
dibutuhkan sarana dan prasaran pendukung yang memadai. Untuk itu perlu
adanya upaya untuk mengatasi sarana dan prasarana pendukung masih sangat
terbatas, masalah ini tidak terlepas dari penanganan oleh Kepala Sekolah serta
guru yang bersangkutan.
Peneliti Bagaimanakah respon anda tentang guru Muatan Lokal?
Riswandi Kurang suka kak
Peneliti Apakah anda antusias mengikuti kelas Muatan Lokal?
Riswandi Masuk belajar karena tuntutan nilai
Peneliti Adakah hal yang menjadi pengganjal anda dalam menerima
pelajaran Muatan Lokal?
Riswandi Tergantung jika pelajaran yang tidak saya suaka seperti
pelajaran Muatan Lokal di jam siang, kadang saya membolos
Peneliti Menurut anda, apa keuntungan dari mempelajari Muatan Lokal?
Riswandi Baik kak
Peneliti Adakah kekurangan atau kelebihan yang anda dapat simpulkan
baik dari pelajaran Muatan Lokal itu sendiri serta guru yang
diberikan amanah untuk mendidik?
Riswandi Semuanya baik kak, tidak ada kekurangannya
Azhar (2009: 6). Pembelajaran Bahasa daerah hendaknya berlangsung
tidak sekedar meaning getting, tetapi berupa proses meaning making, sehingga
akan menjadi internalisasi nilai-nilai dalam diri siswa. Dengan pola ini, siswa
tidak dipaksa bekerja keras menggunakan aspek kognitif mereka untuk memahami
seperangkat kaidah. Energy mereka lebih diarahkan kepada pengembangan aspek
afektif, sesuai dengan sifat Bahasa daerah itu sendiri yang sebagian besar
bersubstansikan nuansa afektif.
Konsep pembelajaran seperti ini akan dapat diimplementasikan dengan
baik pada semua pengajaran bahadsa daerah di daerah manapun, karena pada
dasarnya Bahasa-bahasa daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang sama,
yaitu penuh dengan substansi afektif. Untuk mengemas pembelajaran agar lebih
menarik dan tidak membosankan, guru dapat memanfaatkan sarana teknologi
yang ada di sekitar. Pemanfaatan teknologi ini selain membantu guru untuk
menyampaikan materi juga dapat meningkatkan konsentrasi, perasaan ingin tahu
dan kreativitas anak.
1. Sistem Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMAN 8
Takalar
Pada rumusan masalah pertama menjelaskan tentang bagaimana system
manajerial kepemimpinan kepalah sekolah di SMA Negeri 8 Takalar. Dalam hal
ini menjelaskan bahwa system manajerial kepemimpinan kepala sekolah sangat
mempengaruhi adanya perubahan ataupun keberhasilan suatu sekolah. Dengan
adanya pemimpin yang mempunyai cikal bakal dalam hal memanage suatu
langkah kerja serta cara mengambil keputusan.
System kepemimpinan kepala sekolah mempunyai fungsi untuk
mempengaruhi, menggerakkan, member motivasi, dan mengarahkan orang-orang
yang ada dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan bersama. Adapun
system kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah di SMAN 8 Takalar
sebagai berikut:
a. Sistem KepemimpinanTransformatif
System kepemimpinan transformatifdidefenisikan sebagai kepemimpinan
diman para pemimpin menggunakan charisma mereka untuk melakukan
transformasi dan merevitalisasi organisasinya. Para pemimpin transformatif lebih
mementingkan revitalisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh
ketimbang memberikan intruksi-intruksi yang bersifat top down.
Pemimpin transformative lebih memposisikan diri mereka sebagai mentor
yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya. Pemimpin transformative
lebih menekankan pada bagaimana merevitalisasi institusinya, baik dalam level
organisasi maupun Negara. Secara lebih detail, para pemimpin yang transformatif
memiliki ciri-ciri berikut, pertama, mereka memiliki charisma, kedua, mereka
senantiasa menghadirkan stimulasi intelektualnya, artinya mereka selalu
membantu dan mendorong para pengikutnya untuk mengenali ragam persoalan
dan cara-cara untuk memecahkannya, ketiga, pemimpin yang transformative
memiliki perhatian dan kepedulian terhadap setiap individu pengikutnya, untuk
melakukan hal yang terbaik bagi dirinya sendiri dan komunitasnya, keempat,
pemimpin transformatif senantiasa memberikan motivasi yang memberikan
inspirasi bagi pengikutnya dengan cara melakukan komunikasi secara efektif
dengan menggunakan simbol-simbol, tidak hanya menggunakan bahasa verbal,
kelima, mereka berupaya meningkatkan kapasi para pengikutnya agar bisa
mandiri, tidak selamanya tergantung pada sang pemimpin, keenam, para
pemimpin transformative lebih banyak memberikan contoh ketimbang banyak
berbicara. Artinya ada sisi keteladanan yang dihadirkan pada para pengikutnya
dengan lebih banyak bekerja ketimbang berpidato yang berapi-api tanpa disertai
tindakan yang konkrit.
Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak
Basri S.Pd (selaku guru Muatan Lokal di SMAN 8 Takalar) mengatakan bahwa:
“kepemimpinan kepala sekolah di SMAN 8 Takalar ini sudah sangat
berjalan dengan baik, keterkaitan dengan mata pelajaran yang saya
ajarkan di sekolah ini yaitu Muatan Lokal yang lebih focus mempelajari
sejarah bahasa daerah, mengingat ini salah satu program pemerintah
daerah yang baru berlangsung diajarkan ditingkat SMA berjalan selama 1
tahun, ini kemudian menjadi pusat perhatian juga utamanya saya sendiri,
juga kepala sekolah saya mengatakan demikian karena tenaga pendidik
untuk pelajran mulok itu sendiri hanya 1 orang yaitu saya sendiri,
sedangkan kelas yang akan saya ajar ad 6 kelas otomatis ini akan menjadi
sorotan jika saya tidak berhasil, usaha-usaha yang telah diupayakan
kepala sekolah sudah berjalan yaitu mengikutsertakan dalam kegiatan
MGMP atau pelatihan untuk guru. Juga terkait jika ada sebuah
pelanggaran oleh siswa-siswa yang mungkin kurang menyukai pelajaran
ini itu kemudian juga ada pelayanan tersendiri yang ada beberapa orang
terkait didalamnya terutama untuk kepala sekolah sendiri.”(wawancara
24 Oktober 2019).
Dari hasil Wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa menjadi
seorang pemimpin seharusnya memang mempunyai skill tersendiri dan mental
yang kuat dalam memimpin suatu organisasi.
b. Bentuk Pengambilan Keputusan yang Bersifat Musyawarah
Juga dikaitkan dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala
sekolah SMAN 8 Takalar bahwasanya jika terjadi suatau masalah dalam
lingkungan sekolah atau organisasi yang di kuasainya maka tentulah dibutuhkan
yang namnya penyelesaian yang bersifat positif tanpa meninggalkan bekas atau
masalah yang akan mengalami keberlanjutan diluar area atau lingkungan sekolah,
maka dari itu kepala sekolah selaku pemegang hak kuasa penuh dalan rung
lingkup sekolah juga tak lepas dari yanga namnya tanggug jawab.
Cara penyelesaian yang dipakai dalam hal ini yaitu dalam membicarakan
kepada guru yang bersangkutan ataupun dengan dewan guru lainnya. Dalam ruang
lingkup sekolah tentu tak lazim lagi adanya suatu masalah dalam hal siswa yang
acuh pada pelajaran yang tidak disukasinya maka tersorotlah mata pelajaran
Muatan Lokal yang kurang diminati oleh siswa dikarenakan menurut mereka
pelajaran tersebut merupakan pelajaran yang tak perlu untuk dipelajarai lagi. Juga
dalam hal pengembangan kurikulum tidak lepas dari hasil pertimbangan atau
diadakan rapat oleh kepala sekolah dan dewan pendidik lainnya.
Berikut hasil wawancara oleh salah satu tenaga sebagai BK yang ada di
sekolah SMAN 8 Takalar mengatakan bahwa:
“iya kalau disini memang begitu kepala sekolahnya kalau ada masalah baik
itu dari tenaga pendidik ataupun siswa-siswa, itu kemudian kami juga
dilibatkan tergantung dengan guru apa anak itu bermasalah, setiap ada
kendala yang dialami oleh seluruh pihak sekolah ini kepala sekolah selalu
mengadkan perundingan atau musyawarah juga dirapatkan di kantor untuk
diselesaikan atau dituntaskan masalah ini, iya dalam hal kurikulum pun
seperti itu, pasti dirapatkan dan juga tidak lepas dari personel guru yang
sering pula melakukan suatu pelanggaran diantaranya bernmasalh dalam
siswa itu kepala sekolah juga punya penyelesaian tersendiri.”(wawancara
21 Oktober 2019).
Wawancara yang sama oleh wakasek kesiswaan yang ada di SMAN 8 Takalar,
berikut uraiannya:
“mengenai hal pengambilan keputusan mulai dari siswa yang melakukan
pelanggaran, sampai dewan pendidik ya disini kepala sekolah memang ada
cara tersendiri untuk menyelesaikannya kalau untuk dewan pendidik
biasanya oleh kepala sekolah langsung tetapi jika untuk siswa-siwi itu
melibatkan guru yang bersangkiutam di ruang kelas dan juga melibatkan
BK, dan saya tentunya selaku wakasek bagian kesiswaan. Dan hal ini
memang kepala sekolah telah melakukan cara yang benar.”(wawancara 22
Oktober 2019).
Dari hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa cara kerja kepala
sekolah telah berjalan baik yaitu berpatokan pada penyelesaian masalah dengan
adanya rapat oleh dewan guru.
c. Pola Interaksi dan Komunikasi Dengan Baik
Dalam menyampaikan informasi maka tentulah diperlukan adanya pola
interaksi atau komunikasi yang baik, baik siswa kepada siswa, siswa kepada guru,
siswa kepada kepala sekolah, guru kepada guru, serta guru kepada kepala sekolah.
Sifat saling menghargai satu sama lain dibutuhkan jika berada dalam organisasi
yang serumpun yaitu sekolah.
Sesuai dengan pengertiannya interaksi adalah suatu jenis tindakan yang
terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek sama lain.
Ide efek dua arah inti penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari
hubungan satu arah pada sebab akibat. Dari pengertian ineraksi diatas sudah jelas
ada kaitannya dengan penunjang kelancaran atau menjalin kumunikasi antara
yang satu dengan yang lainnya. Tercipatanya konsep komunikasi yang baik
bermula dengan rajin berinteraksi pada sesama dalam ruang lingkup sekolah itu
sendiri. Dalam hal ini ruang lingkup SMAN 8 Takalar sangat menjalin interaksi
baik, juga terdapat sifat toleransi juga mengingat sekolah ini terletak di kampung.
Berikut hasil wawancara dari salah satu dewan pendidik di SMAN 8
Takalar, berikut uraiannya:
“memang kak di wajibakanki selalu menyapa guru-guru, temanta sendiri
sama pokoknya siapa saja yang ada dilingkungan ini
sekolah.”(wawancara 19 oktober 2019).
Hal serupa yang disampaikan oleh salah satu dewan pendidik di SMAN 8
Takalar, mengatakan bahwa:
“interaksi di sekolah atau menjalin komunikasi sangat-sangat perlu
ditingkatkan, ini kan melatih juga dek anak-anak supaya sopan sama
guru-gurunya atau siapa saja itu, kan kalau disapa gurunya enak tong
dirasa ada tong sedeng semangatta mau mangajar manna mamo kadang
anak-anak suka kasih naik darah, tapi kan kembali lagi toh dek walau
bagaimanapun itu anak-anak beda karakternya jadi itumu salah satu cara
na bisa terjaga itu sifat saling mengahrgai.”(wawancara 19 Oktober
2019).
wawancara yang serupa terhadap kepala sekolah, adapun uraiannya:
“saya kira dimana-mana yah, baik itu diluar lingkungan sekolah, ataupun
di sekolah itu sebenarnya memang diwajibakn untuk saling berinteraksi
ini diupayakan agar siswa-siswi lancar berkomunikasi, juga sebaiknya
menggunakan bahasa indonesia, ini akan mengupayakan siswa yang
tinggal di desa juga bisa menggunakan bahasa indonesia yang baik dan
benar, saya kira itu saja."(wawancara 16 November 2019).
Dari hasil wawancara mengenai bagaimana pola interaksi yang ada dalam
ruang lingkup sekolah SMAN 8 Takalar bisa dikatakan bahwa interaksi sangat
diperlukan ini bertujuan agar siswa bisa saling menghargai satu sama lain dan
juga dapat melatih anak-anak yang tinggal di desa agar tidak ketinggalan
menggunakan bahasa Indonesia.
2 .Upaya Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Pendidikan
Muatan Lokal di SMAN 8 Takalar
Dalam hal ini selain dariapada menjadi seorang pemegang hak kuasa
penuh yang memiliki gaya kepemimpinan yang unggul, maka langkkah kepala
sekolah selaku seorang pemimpin juga perlu memperhatikan kurikulum yang
diterapkan di sekolah yang dipimpinnya. Keberhasilan dari seorang kepala
sekolah yaitu paling utama adalah mamu mengibangi semua prosedur atau
program yang ada di sekolah tersebut, sesuai dengan visi dan misi sekolah yang di
pimpinnya. Terkait masalah kurikulum seorang kepala sekolah mampu memange
dan mengarahkan para dewan pendidik agar dapat menjalankan tugasnya sesuai
apa yang diharapkan. Menjadi seorang kepala sekolah tentulah lebih rumit karena
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar yang akan mungkin mengakibatkan
tidak semua program kerja terlaksana atau bisa saja seorang kepala sekolah
membutuhkan tenaga dari pendidik lainnya.
Mengenai kurikulum 2013 yang sedang diterapkan di SMAN 8 Takalar
ada salah mata pelajaran baru yang mucul dikarenakan keinginana pemerintah
yaitu pelajaran Muatan Lokal. Salah satu faktor yang akan mempengaruhi
keberhasialan sekolah dengan siswa yang memperoleh nilai yang sesuai dengan
KKM dalam K13. Maka diperlukan upaya dalam mengatasi pelajaran baru ini
yang sudah berlangsung selama 1 tahun, mengingat untuk memperoleh ilmu
membutuhkan sarana seperti ketersediaan buku terkait mata pelajaran Muatan
Lokal tentunya akan melibatkan kepala sekolah karena mengenai sarana untuk
siswa. Adapun beberapa upaya kepala sekolah dalam mengimplementasikan
pelajaran Muatan Lokal tersebut antara lain:
a. Upaya Implementasi Oleh Kepala Sekolah SMAN 8 Takalar
Kata implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau
adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) implementasi adalah pelaksanaan, atau
penerapan. Selanjutnya yang dimaksud dengan mengimplementasikan adalah
melaksanakan, atau menerapkan. Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke
dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat
jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja,
tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai
(enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang
menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Adapun implementasi yang telah kepala
sekolah lakukan adalah berusaha melaksanakan dan menerapakan sesuai dengan
ketentuan dari dinas pendidikan. Usaha-usaha kepala sekolah dalam hal ini yaitu
menyesuaikan ketentuan yang berlaku dalam kurikulum. Bukan hal mudah dalam
upaya ini, maka kepala sekolah menghimbau kepada tenaga pendidik agar
memperhatikan patokan dalam kurikulum yang digunakan.
Berikut hasil wawancara dengan salah satu dewan pendidik yang ada di
SMAN 8 Takalar:
“kepala sekolah sering mengadakan rapat evaluasi tentang kurikulum, ini
menjadi salah satu bagian dari pengimplementasian pendidika.,”
Wawancara yang sama dengan guru lainnya, berikut pernyataannya:
“ketentuannya memang seperti itu dek, kepala sekolah memang pemegang
hak kuasa penuh di sekolah, akan tetapi dalam hal kurikulum, itu
melibatkan wakasek kurikulum dan juga mengadakan rapat.”(wawancara
18 November 2019).
Dari hasil wawancara diatas oleh salah satu dewan pendidik yang ada di
sekolah dapat dikatakan bahwasanya peran kepala sekolah adalah ganda terkait
mengimplementasikan pendidikan, juga melibatkan wakasek kurikulum dan juga
tak lepas dari pembinaan dan juga mengadakan rapat penyampaian bersama
dengan dewan pendidik lainnya.
b. Tenaga KependidikanPelajaraan Muatan Lokal
Tenaga pendidik adalah salah satu faktor penentu keberhasilan seorang
siswa, dengan adanya kepa;a sekolah dan tenaga pendidik professional maka akan
menentukan keberhasiln di dalam ruang lingkup sekolah serta dengan
memperoleh nilai yang memuaskan. Tinjauan dari seorang tenaga pendidik
berpatokan pada standar criteria minimal atau standar KKM yang telah tercantum
pada kurikulum yang berlaku. Di SMAN 8 Takalar telah menggunakan kurikulum
13 yang mempunyai nilai stndar KKM 75 termasuk untuk pelajaran umum
ataupun pelajaran baru yaitu muatan lokal.
Menurut pusat kurikulum, Muatan Lokal adalah kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan cirri khas daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata
pelajaran yang ada. Sedangkan Muata Lokal umumnya diajarkan pada sekolah
tingkat menenangah keatas serta sekolah dasar. Perbandingan yang terjadi ialah
jika pada tingkat sekolah SD, SMP, mempelajari Mutana Lokal berdasar pada
tulisan aksara lontara. Pada tingkat SMA kemudian hanya mempelajari sejarah
umum daerah yang di tempati yaitu, Makassar.
Dilansir dari pengertian diatas adapun yang menjadi kendala dalam
memajukan pelajaran Muatan Lokal, diantaranya sebagai berikut:
1. Dewan Pendidik Tidak Memadai
Terdapat 2 orang guru Muatan Lokal yang ada di SMAN 8 Takalar, dan
setelah guru Muatan Lokal terangkat menjadi PNS maka tenaga pendidik
berkurang karena telah ditempatkan di salah satu sekolah yang ada di Makassar.
Dengan demikian upaya seorang guru untuk menuntaskan nilai-nilaisi siswa atau
dalam hal mengajar tentu akan merasa kewalahan.
Adapun hasil wawancara bersama guru Muatan Lokal di SMAN 8
Takalar:
“memang iya dek kalo dibilang kewalahan, pastimi ka saya sendirikuji
guru muatan lokal, kan dulu pernahja 2 orang tapi terangkatmi jadi
PNS, baru pas daftarki kan di makassarki memang makanya di Makassar
mi sekarang. Kalo dibilang menjelaskan biasa capek tonga apakah 6
kelas ku ajar, baru satu orangja mengajar, tapi disitu tong diliat dek
upayaku toh bagaimana caraku agar siswa- siswa nda bosan liatka,
kuupayakan agar siswa-siswa bisa senang dan antusias masuk di
kelasku”.(wawancara 24 Oktober 2019).
Maka dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa di SMAN 8
Takalar mempunyai semangat jiwa ketenaga pendidikan akan tetapi masih ada
mata pelajaran yang mempunyai kekurangan tenaga pendidik. Meski dengan
segala upaya telah diupayakan oleh kepala sekolah dan tenaga pendidik mata
pelajaran Muatan Lokal, tetap saja jika hanya 1 oraang guru pastinya
membutuhkan tenaga bantuan.
c. Respon Siswa Terhadap Pelajaran Muatan Lokal
Dari pelajaran Muataan lokal di SMAN 8 Takalar diterapkan pada tahun
2018 lalu, dalam isi pelajaran Muatan Lokal ini, hanya mempelajari seputar
sejarah terbentuknya daerah Makassar. Perbedaan yang sangat menonjol dari
tingkat SD, dan SMP yaitu sudah tidak membahas atau mempelajari tulisan aksara
lontara’. Dari hal ini adapun beberapa siswa yang antusias, tidak suka bahkan
memilih membolos pada saat jam pelajaran Muatan Lokal berlangsung.
Adapun hasil wawancara terhadap siswa, meanggapi pelajaran Muatan
Lokal di SMAN 8 Takalar, diantaranya sebagai berikut:
“saya kak, sebenarnya nda terlalu kusuka soalnya buku paketnya juga 1 ji,
kalo dibilang cara menjelaskannya kak basri iya bagusji kalo belajarki
pasti di dikte terus, bosanki kak apalagi saya kurang ku suka kalo bahaski
sejarah”.
Hal serupa ditanyakan pada siswa yang berbeda:
“iye kak ku suka saya pelajaran mulok soalnya beda sekali pas SD sama
SMP ki, dulu kak nda disuka ka selalu itu di pelajari bahasa lontara’ tapi
kalo sekarang iya gampangmi ka sejarahnya mami Makassar dibahas,
gurunya juga ku suka kak kalo menjelaskan jelaski caranya”.
Wawancara yang sama juga untuk siswa yang berbeda, yang mengatakan
bahwa:
“saya kak selaku pendatang dari Kalimantan, jujur bingungka soalnya
barupa lagi mau pelajari bahasa daerah, tapi untungnya juga bukanji
akasara dipelajari, coba itu kak edede pusinga saya kak”.(wawancara 19
Oktober 2019).
Dari hasil wawancaraa diatas dapat diketahui bahwa ada bebrapa masalaah
yang di hadapi tenaga pendidik maupun siswa itu sendiri dalam pengembangan
ilmu pelajaraan Muatan Lokal, dimulai dari tenaga pendidik yang kurang, juga di
akibatkan oleh siswa ada siswa yang enngan merespon, siswa yang antusias, dan
siswa yang hanya ingin memperoleh nilai yang bagus semata.
B. Pembahasan
Dalam pembahasan menjelaskan terkait dari hasil penelitian menurut
pemahaman oleh peneliti yang dituangkan dalam pembahasan, sehingga dapat
memberikan pemahaman terhadap pembaca terkait apa yang telah diteliti.
1. Sistem Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah SMAN 8 Takalar
Dalam ruang lingkup sekolah tentu tak lazim dengan berbagai macam
gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang kepala sekolah ini diupayakan
agar sekolah lebih baik serta memperoleh predikat sekolah yang memasuki
standar. Kepemimpinan dari seorang kepala sekolah tidak lepas dari penguatan
serta peran pembantu seperti tenaga pendidik, serta orang-orang yang berada
dalam ruang lingkup sekolah yang dipimpinnya.
Seorang kepala sekolah tentu mengharapkan kinerjanya dapat di senangi
oleh pihak bawahannya, seperti wakil-wakil kepala sekolah beserta jajarannya
hingga pada siswa itu sendiri, akibat dari seorang kepala sekolah yang tidak
memperdulikan kondisi sekolah yang dipimpinnya seringkali membawa masalah
pada tingkat pendidikan yang ada di sekolah. Maka dari itu segala upaya yang
telah diupayakan seorang kepala sekolah agar sekolahnya tetap dalam kondisi
baik serta memperoleh predikat yang baik pula juga mencetak anak-anak yang
berprestasi. Uapaya yang telah dilakukan kepala sekolah yang paling utama
adalah bagaimana gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang kepala
sekolah.
Dari uraian penjelasan mengenai keberhasilan suatu sekolah itu sangat
dipengaruhi oleh pemimpin yang ada di dalamnya, yaitu manajer utama atau
pemimpin yang paling berkuasa ialah seorang kepala sekolah. Adapun yang
peneliti dapat ketahui dalam penelitian ini yakni gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh kepala sekolah SMAN 8 Takalar:
a. Sistem Kepemimpinan yang Transformatif
Pemimpin denga gaya tranformatif ialah pemimpin yang tidak hanya
semerta-merta mengambil tindakan sejak terjadi hingga penyelesaian
masalah.Sebagai seorang pemimpin yang mempunyai hak kuasa penuh dalam
sekolah yang dipimpinnya seorang kepala tidak dituntut untuk egois seperti
dengan seenaknya mengambil tindak lanjutan pada siswa yang bermasalah, suatu
ti dakan oleh kepala sekolah adalah cerminan dari isi sekolah atau organisasi yang
dipimpinnya. Maka dalam hal kepemimpinan yang digunakan oleh kepala sekolah
SMAN 8 Takalar adalah dengan menggunakan gaya kepemimpinantransformatif,
pemimpin dengan gaya ini adalah pemimpin yang secara langsung melibatkan
semua pihak yang ada di sekolah dengan artian kepala sekolah selalu melibatkan
dewan pendidik, wakil-wakil kepala sekolah jika terkait masalah kurikulum, juga
pada siswa yang bermasalah kepala sekolah selalu melibatkan guru yang
brsangkutan, kepala BK, serta siswa yang mempunyai masalah yang ada di
lingkungan sekolah.
Tak lepas dari itu, kepala sekolah juga mengupayakan agar jika terjadi
masalah dalam ruang linhkup sekolah agar masalahnya tidak sampai pada pihak
yang berwajib juga sampai pada pihak orang tua, ini diupayakan agara masalah
secepatnya tuntas tanpa menghasilkan masalah baru. Salah satu keistimewaan dari
seorang kepala sekolah adalah disegani oleh pihak bawahan sehingga penguatan
lebih bisa di raih dalam hal menjadi seorang pemimpin.
b. Bentuk Pengambilan Keputusan yang Bersifat Musyawarah
Terlepas dari gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
sekolah, kaitannya dalam mengahdapai permasalah pada siswa yang enggan atau
acuh tak acuh untuk memasuki kelas pokoknya pada mata pelajaran yang tidak
disenangi, dalam hal ini di fokuskan pada pelajaran Muatan Lokal. Dengan hasil
wawancara yang ada beberapa pengakuaan yang terjadi pada siswa SMAN 8
Takalar. Berbagai penjelasan mengapa pelajaran Muatan Lokal di pelajari
diantaranya ada beberapa siswa yang sebelumnya gemar mempelaari sejarah dan
kemudian dengan mudah menyerap ilmu, sedang adapula siswa yang kurang
antusias dikarenakan buku panduan serta karena sebagai seorang pendatang maka
akaan sulit untuk mempelajari Muatan Lokal.
Bahkan waktu juga mempengaruhi sikap atau respon siswa pada pelajarn
Muatan Lokal. Semisal pada proses pembelajaran di pagi hari membuat siswa
yang suka, tidak suka, acuh tak acuh masih mempunyai semangat untuk belajar.
Dan jika pada saat jam siang kemudian siswa yang tidk suka dengan pelajan ini
maka akan melakukan tindakan yang nelanggar yaitu membolos.
Kaitan pada pelajaran Muatan Lokal dengan kepa sekolah sertadewan pendidik
yang bersangkutan maka tentulah mengakibatkan msalah, permasalahan untuk
siswa yang membolos pada saat jam pelajaran berlangsung, kepala sekolah dan
guru tersebut mempunyai takti atau cara tersendiri untuk mengatasinya, kepala
sekolah menyamgkutpautkan utamanya siswa yang bermasalah serta guru yang
yang menajar pada saat pelajaran berlangsung, Adapun tindakan yang dilakukan
oleh pihak sekolah secara musyawarah, tidak semerta-merta memberikan sanksi
yang berat pada siswa yang bermasalah juga pada tindakan kekerasan fisik.
Beranjak dari siswa yang bermasalah pada pelajaran Mutan Lokal,
umunya juga pada masalah kurikulum yang berlaku pada sekolah. Adapun
kurikulum yang digunakan pada sekolah SMAN 8 Takalar yaitu K13, dalam hal
ini tentu kepala sekolah juga yang paling berperan penting beserta pada wakil
kepala sekolah kurikulum, pengambilan keputusan secara musyawarah juga
diterapkan dalam hal ini, penyampain penerapan kurikulum pada sekolah ini tidak
lepas dari pengambilan keputusan hasil rapat yang disampaikan oleh kepala
sekolah dan dewan pendidik lainnya.
c. Pola Interaksi dan Komunikasi Dengan Baik
Keterkaitan atara gaya kepemimpinan, pengambilan keputusan tidak
terlepas dari interaksi yang baik. Keberhasilan suatu sekolah juga sangat
dipengaruhi oleh pola interaksi yang baik. Dengan adanya interaksi yang baik
membuat komunikasi lancar, baik hubungan antara kepala sekolah pada
bawahannya ataupun pada siswa dengan siswa itu sendiri, penyelesaian masalah
juga dapat selesai dengan mudah jika pola intekasi komunikasi baik. Karena pada
hakikatnya segala apa yang dilakukan akan berjalan semestinya apabila hubungan
komunikasi lacar tidak hanya dalam ruang lingkup sekolah saja. Umumnya pola
interaksi dan komunikasi memang telah mengusai seseorang atau pada lingkungan
masyarakat meluas.
2 .Upaya Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Pendidikan
Muatan Lokal di SMAN 8 Takalar
Dalam hal mengimplementasikan maka tentu erat hubungannya dengan
pengmbangan ruang lingkup yang ada di sekolah, tidak terlepas dari
kepemimpinan atau penentu irama sekolah kepala sekolah mempunyai tata atau
cara dalam mengupayakan segala hal yang mungkin akan membuat sekolah
mempunyai predikat baik. Utamanya dalam menuntaskan mata pelajaran baru
yang direpakan pada tahun 2018 lalu yaitu Muatan Lokal. Meskipun pelajaran
baru penguatan dan pemberian motivasi kerja kepada tenaga pendidik oleh kepala
sekolah sudah sangat diupayakan. Diantaranya :
a. Upaya ImplementasiOlehKepala Sekolah SMAN 8 Takalar
Sebagai seorang kepala sekolah tentunya mengupayakan segala cara atau bentuk
untuk mengembangkan pelajaran yang ada di sekolah. Dalam hal
mengimplementasikan pelajaran baru yang ada di SMAN 8 Takalar, maka
tentulah membutuhkan beberpa tenaga bantuan yang paling utama yaitu seorang
tenaga pendidik atau guru. Juga kaitannya pada kurikulum yang terikat yaitu K13,
serta pada hubungan manajemen kepala sekolah dengan manajemen kurikulum.
Tugas kepala sekolah yang harus dimiliki berkenaan dengan manajemen
kurikulum yaitu hubungan dengan kompetensi kepala sekolah dalam memahami
sekolah sebagai system yang harus dipimpin dikelola dengan bik, diantaranya
adalah pengetahuan tentang manajemen itu sendiri, tugas dan peran kepala
sekolah yang berkenaan dengan manajemen kurikulum terdapat pada kompetensi
manajeril yaitu: menyusun perencanaan sekolah untuk meningkatkan
perencanaan, mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan,
memimpin sekolah dalam rangka mendayagunakan sumber daya sekolah secara
optimal, mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajar yang efektif, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif
dan inivatif bagi pmbelajaran peserta didik, mengelola guru dan staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
b. Tenaga KependidikanPelajaraan Muatan Lokal
Jika dalam ruang lingkup sekolah ditentukan oleh kepala sekolah, maka
tentunya kepala sekolah juga membutuhkan tenaga-tenaga untuk mendidik siswa-
siswa yang ada pada sekolah. Guru tidak lepas dari mempunyai tanggung jawab
yang cukup besar, upaya seorang guru untuk membuat siswa-siswa bisa memhami
dan mengerti serta dapat memperoleh nilai yang baik pad siswa yang diajar. Jika
dalam ruang lingkup sekolah mempunyai beberapa mata pelajaran maka tentunya
dibutuhkan pula beberapa tenaga pendidik didalamnya.
Seorang siswa dapat dikatan berhasil memperoleh nilai yang bagus apabila
siswa tekun serta merasa puas pada saat penyajian materi saat mata pelajaran
berlangsung, sikap dan respon siswa juga berbeda-beda tergantung dari kondisi
sarana dan prasarana yang tersdapat pada kelas semisal buku paket, serta peran
guru didalamnya.
Terdapat satu orang tenaga pendidik yang ada di SMAN 8 Takalar pada
mata pelajaran Muatan Lokal. Seperti yang dijelaskan bahwasanya masing-masing
atau setiap mata pelajaran dibutuhkan guru atau tenaga pendidik. Dalam hal ini
pengakuan oleh seorang guru Muatan Lokal mengatakan bahwa tentunya dalam
hal membina, mengajar, mendidik dibutuhkan mental yang kuat juga dikarenakan
tenaga pendidik yang kurang dalam pelajaran Muatan Lokal.
Sebagaimana semestinya seorang guru juga hanyalah manusia biasa yang
memiliki tingkat kesabaran juga kemampuan. Dalam menghadapi siswa yang
jumlahnya cukup banyak, pastinya akan merasa kewalahan. Sikap tekun perlu
ditingkatkan serta sikap yang ekstra sabar, juga pada siswa yang mempunyai
karakter dan kemampuan yang berbeda-beda, guru dituntut untuk bisa
memberikan penguatan serta member ilmu yang baik pada siswa agar sisw
memperoleh nilai tuntas yang diharapkan.
c. Respon Siswa terhadap Pelajaran Muatan Lokal
Berbagai macam respon yang dilontarkan oelh siswa di SMAN 8 Takalar,
diantaranya beberapa siswa yang merasa senang atau antusias mempelajari
Muatan Lokal dengan alasan dapat mengetahui secara dalam sejarah terbentunya
daerah sendiri, beranggapan dengan mempelajari serta menekuni pelajaran ini
dapat menambah wawan mereka, serta dapat memetik hasil dari mempelajari
Muatan Lokal yakni sikap nasionalisme mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah
memperjuangkan daerah sehingga dapat dinikamati hasilnya sanpai sekarang,
beberapa pendapat negative juga yakni siswa yang enggan untuk mempelajari
Muatan Lokal bahkan memilih untuk keluar dari kelas, juga berbagai alas an yang
dilontarkan berterus terang tidak senang pada pelajaran ini, beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya malas, serta kurang minat dengan buku paket yang
tidak memadai.
Dalam hasil wawancara respon siswa terhadap mata pelajaran Muatan
Lokal dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa merepon dengan baik
pelajaran ini serta sebagian besar juga hanya karena tuntutan nilai semata, bahkan
tak sungkan bagi siswa yang tidak merespon pelajaran ini mengambil tindakan
yang bersifat negatif. Tidak terlepas dari karakter yang dimiliki siswa serta
kemampuannya dalam menerima mata pelajaran, tentunya diperlukan cara yang
baik dalam mengatasinya. Bertujuan untuk tingkat keberhasilan sekolah dalam hal
pengembangan, mencetak siswa-siswa yang berprestasi serta lulus dari sekolah
dengan nilai yang memuaskan.
3. Interpretasi Hasil Penelitian
Dalam interpretasi hasil penelitian ini dijelaskan mengenai pendapat atau
tafsiran serta pandangan teori mengenai hasil penelitian yang di dapatkan oleh
peneliti terkait dari manajemen kepala sekolah dan pengimplementasiannya
terhadap pelajaran Muatan Lokal. Adapun table interpretasi hasil penelitian
sebagai berikut:
Dari hasil interpretasi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah selayaknya menyeluruh dalam ruang lingkup sekolah yang
dipimpinnya. Utamanya dalam hal pengembangan kurikulum serta dalam hal
pembinaan pada guru-guru yang ada di sekolah. Pada pelajaran Muatan Lokal di
SMAN 8 Takalar menggunakan kurikulum 13 dengan penambahan mata pelajaran
baru Muatan Lokal yang membahas tentang sejarah Makassar. Sebagai tantangan
guna menuntaskan nilai standar KKM pada pelajaran ini upaya implementasi oleh
kepala sekolah dengan memberiakan pelatihan.
4. Cara Kerja Teori
Dalam penjelasan cara kerja teori ini menjelaskan bagaimana teori yang
digunakan dalam skripsi ini dapat memperkuat dan mendukung terkait hal telah
diteliti oleh peneliti. Sehingga pembahasannya dapat dipertanggungjawabkan
dengan bantuan penguatan teori yang digunakan.
1. Sistem Manajerial Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMAN 8
Takalar
Keterkaitan antara teori dengan masalah yang menjadi fokus penelitian,
dimana pada system kepemimpinan kepala sekolah ini terkait masalah gaya
kepemimpinan dan ditinjau dari tujuan yang ingin dicapai. Sesuai teori yang
digunakan adalah Talcott Parson struktural fungsional dimana pada teori ini
membahas mengenai fungsionalisme structural dimulai dari empat fungsi penting
untuk semua sistem tindakan terkenal dengan skema AGIL ( Adaption, goalb
attainment, integration, dan latency). Agar tetap bertahan, suatu sistem harus
memiliki empat fungsi ini.
Pertama adaptasi, fungsi ini sangat penting disini sistem harus dapat
beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi yang gawat dan sistem harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan menyesuaikan dengan kebutuhan.
Kedua pencapaian tujuan, sangat penting dimana pada sistem ini harus
bisa mendefinisikan dan mencapai tujuan umumnya. Pada dasarnya seorang
pemimpin tentunya berperan sebagai pemegang hak kuasa penuh untuk bisa
menuntaskan permasalahan.
Ketiga integrasi, artinya sebuah sistem harus mampu mengatur dan
menjaga antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu
mengatur dan mengelolah ketiga fungsi (AGIL). Hal ini bahwa structural yang
ada pada kepeimpinan kepala sekolah harus mampu menjaga tugas dan fungsi.
Keempat pemeliharaan pola, sebuah sistem harus memelihara dan
memperbaiki motivasi pola-pola individu dan kultural. Disamping mereka
menjaga pola interaksi dan sistem yang mereka jalankan mereka juga harus
memperbaiki motivasi mereka.
2. Upaya Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Pendidikan
Muatan Lokal di SMAN 8 Takalar
Kata implementasi berasal dari pelaksanaan atau penerapan secara umum
adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat
dan rinci. Kepala sekolah dalam urusan pengembangan kurikulum yaitu dengan
menuntaskan apa yang ada dalam standar kurikulum, di sekolah SMAN 8 Takalar
dengan menggunakan K13 ditambah pelajaran baru yaitu Muatan Lokal
diupayakan agar dapat melesatrikan budaya sendiri dengan mempelajari sejarah
lahir kota Makassar dan tidak lagi membahas tentang aksara lontara’
Yang menjadi tantangan untuk kepala sekolah dalam hal memipin serta
memberikan apresiasi guna menuntaskan mata pelajajaran baru tersebut. Dalam
rumusan masalah dua ini peneliti menemukan teori yang berkaitan didalamnya
yaitu Teori Leadership, Teori AGIL serta Teori Talcot Parson. Yakni pada
hakikatnya seorang kepala sekolah mempunyai gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan lingkungan sekolah, juga terkait masalah pencapaian tujuan serta peran
siswa dalam menyikapi hal atau pelajaran Muatan Lokal tersebut, berbagai macam
karakter pada siswa yang menyikapi mata pelajaran.Behaviorisme tentang
Perilaku Sosial yang menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi dari
lingkungan dan sesuai apa yang mereka lakukan di masa sekarang maka akan
menggambarkan perilaku dimasa yang akan datang.
3. Nilai Kebaharuan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini memiliki banyak hal yang berkaitan dengan penelitian
terdahulu yang membahas tentang kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Tetapi
pada setiap penelitian memiliki beberapa perbedaan atau nilai kebaruan dari
penelitian sebelumnya.
Hal yang menjadi perbedaannya adalah dari judul penelitian yang
sebelumna kebanyakan meneliti tentang perkembangan dari karakter yang
dibentuk oleh kegiatan ekstrakurikuler sedangkan pada penelitian ini mengkaji
tentang bagaimana kegiatan ekstrakurikuler ini membentuk karakter siswa di
sekolah. Selain itu perbedaan juga terdapat pada landasan teori yang digunakan,
peneliti sebelumnya menggunakan teori interaksi simbolik sedangkan penelitian
ini menggunakan teori behaviorisme (perilaku sosial). Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif dibandingkan dengan beberapa hasil
penelitian terdahulu yang menggunakan kuantitatif. Sumber informasi yang
didapatkan terkait kegiatan ekstrakurikuler ini juga menjadi nilai kebaruan karena
berasal pada sumber atau informan yang berbeda.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Keberhasilan suatau sekolah tentunya berpusat pada siapa dan bagaimana
kepemimpinannya dalam memange kontrol baik pada pembinaan terhadap
guru, staf, TU, beserta jajaran dalam ruang lingkup organisasi atau
sekolah. Pemimpin dakatakan berhasil jika mempertanggungjawabkan
jabatannya pada sekolah yang dipimpin. Seorang kepala sekolah dituntut
agar memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat dipercaya dapat
membangun irama pada sekolah, terkait pada pemimpin yang bersifat
menyeluruh atau terbuka pada rekan kerja yang ada di sekolah. Utamanya
dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki sangat berpengaruh pada ruang
lingkup sekolah. Terkait masalah gaya kepemimpinan tentunya seorang
kepala sekolah mempunyai berbagai macam karakter juga berbagai macam
gaya yang menurutnya dapat mempengaruhi secara positif di lingkungan
sekolah, terdapat gaya kepemimpinan yang transformatif diterapkan oleh
kepala sekolah SMAN 8 Takalar, yaitu gaya yang di defenisikan sebagai
kepemimpinan dimana para pemimpin menggunakan khariswa mereka
untuk melakukan transformasi dan revitalisasi organisasinya, pemimpin
yang transformatif lebih menekankan pada bagaimana merivitalisasi
institusinya, baik dalam level organisasi yang dipimpinnya. Gaya
kepeimpinan transformatif erat hubungannya dengan dewan pendidik,
seorang pemimpin transformatif dapat diukur dalam hubungannya dengan
efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya. Para pengikut seorang
pemimpin transformatif merasa adanya kepercayaan, kekaguman,
kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut. Sosok pemimpin dan
gaya kepemimpinan dimiliki sangat mempegaruhi karakter organisasi atau
sekolah yangv dipimpinnya. Begitu pula dalam tercapainya visi dan misi
organisasi. Apabila pemimpin tersebut bagus dalam memimpin maka akan
timbul dalam dampak positif dari kepemimpinannya. Tidak terlepas dari
gaya kepemimpinan transformatif yang melibatkan dewan pendidik atau
tenaga pendidik juga dalam hal pengambilan keputusan yang diterapkan
pada ruang lingkup sekolah juga erat hubungannya pada kepala sekolah
dan guru-guru yang ada di sekolah, kepala sekolah tidak semerta-merta
mengambil keputusan diluar keinginan oleh para dewan pendidik. Kepala
sekolah mengupayakan agar segala sesuatu atau bentuk yang ada di
sekolah dapat diselesaikan dengan baik tanpa mengahsilkan masalah.
Utamanya pada rapat masalah kurikulum dan siswa yang bermasalah pada
ruang lingkup sekolah semisal siswa yang sering melakukan pelanggaran.
Secara garis besar menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan kinerja
yang baik serta sikap terbuka pada bawahannya.
2. Dalam mengimplementasikan pendidikan tentunya membutuhkan
beberapa cara atau aspek agar dapat memperoleh upaya atau dapat
mencapai tujuan. Beberapa hal yang terdapat didalamnya yaitu usaha
seorang kepala sekolah, guru yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
peneliti pusatkan pada mata pelajaran Muatan Lokal yang ada di SMAN 8
Takalar. Pada pelajaran Muatan Lokal yang terbilang baru diterapkan di
sekolah ini maka tentunya membutuhkan banyak perhatian baik pada
seorang guru yang bertanggungjawab didalamnya serta peran kepala
sekolah, yang menjadi tantangan pada pelajaran ini yakni baru diterapkan
pada tahun 2018 lalu, serta yang menjadi rintangan berikutnya yaitu
bepusat pada tenaga pendidik yang kurang memadai, sarana dan prasarana.
Dibutuhkan banyak perhatian pada buku paket yang kurang memadai.
Untuk menuntaskan segala bentuk masalah yang dihadapi kepala sekolah
serta dewan pendidik hal yang paling berpengaruh untuk dapat
menyelesaikan permasalahan ialah upaya memberikan bimbingan MGMP
kepada guru yang bersangkutan. Juga terdapat pola interaksi yang
komunikasi yang baik terhadap siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
siswa dengan kepala sekolah, guru dengan guru, serta guru kepada kepala
sekolah. Jika pola inertaksi terlaksana terjalin dengan baik dalam ruang
lingkup sekolah maka sekolah akan membawa perubahan kecil menjadi
besar.
B. Saran Penelitian
Bersumber pada hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah agar lebih baik lagi dalam memimpin organisisasi
yang dipimpinnya, serta memberikan penguatan bagi dewan pendidik sera
siswa-siswa yang ada, dan memberikan motivasi kerja pada guru serta
lebih mengembangkan lagi perhatian bagi siswa agar tidak sampai
melakukan pelanggaran lagi seperti perilaku menyimpang yaitu menin
ggalkan kelas pada saat jam pelaajaran berlangsung.
2. Bagi sekolah SMA Negeri 8 Takalar agar memperhatikan sarana dan
prasarana yang kurang lengkap dalam proses belajar mengajar, agar
kegiatan dapat berjalan dengan lancar sehingga siswa dapat bersemangat
mengikuti pelajaran Muatan Lokal.
3. Bagi peneliti pembaca apabila mambaca hasil penelitian ini untuk dapat
memberikan kritikan dan masukan yang membangun bagi peneliti.
Bagi peneliti selanjutnya, agar dalam melakukan penelitian terkait
kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplementasiakan pendidikan
Muatan Lokal mampu mencari informasi yang akurat melalui sumber atau
informan yang benar-benar mengetahui apa ingin kita teliti, dan
melakukan observasi langsung ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Andang.(2014). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah Konsep, Strategi,
& Inovasi Menuju Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Anwar, Yesmil & Andang.(2013). Sosiologi untuk Universitas. Bandung: Pt
Refika Aditama.
Aisyah, Nur Iis, dkk.Pengembangan Modul Pembelajaran Muatan Lokal
Etnobotani Masyarakat Using di SMA Negeri 1 Banyuangi.
Ahshar, Ikbal Nur.(2009). Penggunaan Multimedia Dalam Pengajaran Muatan
Lokal Bahasa Daerah: Jembatan Merah. (3)
Arsyad, Azhar.(2009). Media Pembelajaran,Raja Grafindo: Jakarta.
Burns, James Macgreger.1978. Leadership.New York: Harper Publishers.
Bungin, Burhan.(2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi
Metododlogis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: Rajawali
Pers.
Conny R. Semiawan.(2010).Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
Creswell, John W.(2017). Research Design Pendekatan Metode Kulitatif,
Kuantitatif, dan Campuran: Pustaka Pelajar.
Dakir.(2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas.(2000). Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olah Raga bagi
Pelatih Olah Raga Pelajar. Jakarta.
________,(2010). Model Pembelajaran IPS. Malang: Pusat Kurikulum Baltibang
Depdiknas.
Djatmiko, Eko.(2006). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sarana
Prasarana Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Kota Semarang. Focus
Ekonomi. 1(2): 19-30.
Fitrah, Muh.(2017). Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Penjaminan Mutu. 31-42.
Farid, Nur Muhammad.(2012). Peranan Muatan Lokal Materi Batik Tulis Lasem
Sebagai Bentuk Pelestarian Budaya Lokal. Komunitas 4 (1): 91-92.
George R. Terry. Principle Of Management.
Hamalik O.(2013).Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Alfabeta.
Hemphill, J. K, & Coons, A. E.(1957).Development of the Leader Behavior
Description Questionnaire, In R, M. Stodgill and A. E. Coons (Eds),
Leader behavior: Its description and measurement. Colombus, Ohio:
Bureau of Business Research, Ohio State University, pp. 6-38.
https://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2013
Karweti, Engkay.(2010).Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan
Factor Mempengaruhi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SLB di
Kabupaten Subang. Penelitian Pendidikan. 11(2): 77-89.
Kasmiati.(2009). Analisis Tanggung Jawab Kepala Sekolah Terhadap Sistem
Administrasi Sekolah Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 di Kota
Makassar. Makassar UNM.
Mannan, Endang, Fitriyah.(2008). Analisi Kebijakan Kepala Sekolah Terhadap
Eksistensi Perpustakaan Sekolah di Jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Departemen Informasi dan Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga. 1-
10.
Manullang, M.(1983). Dasar-dasar Manaajemen. Bandung: Alumni.
Mansur, Nurdin.(2012). Urgensi Kurikulum Muatan Lokal dalamPendidikan.
Ilmiah Didaktika. X111(1): 68-79.
Musanna.(2009). Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks
Pendidikan di Aceh. Jurnal Penelitian, Vol. 10, No. 2 (2009- 12 Desember,
2017).
Nasir.(2016). Pengaruh Role Stress, Struktur Audit dan Profesionalisme
Terhadap Kerja Auditor BPK. RI Provinsi Riau. Jurnal JOM FEKON.
Nursalam, dkk.(2016). Teori Sosiologi Klasik, Modern, Posmodern, Saintifik,
Hermeneutik, Kritis, Evaluatif dan Integratif. Yogyakarta: Writing
Revolution.
Oktavia, Yanti.(2014). Usaha Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kreativitas
Guru Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. Administrasi Pendidikan.
1(2): 808-831.
Putra Utama, Eka Jaya.(2013). MateriSejarah dalam Buku Teks Muatan Lokal
Pendidikan Multikultural Kalimantan Barat. Socia 10(2): 157-166.
Rachnawati, Yulia.(2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru. Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang. 01(01): 19-
28.
Rabiah, Sitti.(2012). Revitalisasi Bahasa Daerah Makassar Melalui
Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Makassar SebagaiMuatan Lokal.
Rukoyah.(2017). Pengaruh Self-Efficacy dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi. (Study Kasus Pada Siswa Kelas
X1 IS di SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Tasikamalaya Universitas
Pendidikan Indonesia.
Setiyati, Sri.(2014). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja,
dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Teknologi dan Kejuruan.
22(2): 201-207.
Soekanto, Soerjono.(2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Pt Rajagrafindo
Persada.
Sopandi, Andi.(2013). Studi Kebijakan Penerapan Bahasa, Budaya dan Sejarah
Bekasi Sebagai Muatan Lokaldi Sekolah.
Sugiyono.(2010)/. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
________.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Pt Alfabet.
________.(2016). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methos). Bandung:
Alfabeta.
Suparno.(2002). Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Supriyadi.(1988). Restructuring The Shool Book Pravison Sistem in Indonesia:
Some Recent Intratives. Jurnal EPAA,Online, Vol 7, No. 7,March 1, 1988.
Sutrisna.(2007). Komunikasi Bisnis. Edisi 1. Penerbit: C.V Andi Offset. Jakarta.
Syafaruddin.(2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan Konsep, Strategi, dan
Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Pt Rineka
Cipta.
Utama.(2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 1. Cetakan 1.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Utomo.(2000). Pendidikan Lingkungan Hidup untuk SMA Kelas X. Semarang:
Universistas Negeri Malang.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Vebrianto.(1989). The Effect Of Ownershipb Conception On The Earning Quality:
Evidence From Indonesia Compines. Jurnal Riset Akuntansi. Indonesia.
Yogaswara, Atep.(2010). Kontribusi Manajerial Kepala Sekolah dan Sistem
Informasi Informasi Kepegawaian Terhadap Kinerja Mengajar Guru.
Penelitian Pendidikan. 11(2): 60-72.
DOKUMENTASI
Wawancara dengan siswa senin 19-10-2019 pukul 11:30
Wawancara dengan siswa selasa 20-10-2019 pukul 08:30
Wawancara dengan guru Muatan Lokal kamis 24-10-2019 pukul 13:15
Wawancara dengan Kepala Sekolah selasa 16-11-2019 pukul 07:30
RIWAYAT HIDUP
Nur. Fitriana, lahir di Toddosila Desa Lantang,
Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar .
Anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Abdul Basir
dengan Roslina. Penulis mengawali jenjang pendidikan
formal di SD Inpres Moncongkomba pada tahun 2002-2008. Kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 4 Takalar pada tahun 2008−2011 dan pendidikan
lanjutan menengah atas di SMA Negeri 8 Takalar pada tahun 2011−2014. Tahun
yang berbeda tahun 2015 penulis berhasil melanjutkan pendidikan dijenjang
perguruan tinggi, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
top related