manajemen strategik universitas narotama
Post on 16-Apr-2017
325 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN STRATEGI
ANALISA SWOT PENERAPAN VISI DAN MISI FRENCHISE PECEL LELE LELA
ANALISA SWOT FRENCHISE PECEL LELE LELA
Profil Frenchise Pecel Lele Lela Sudirman
1. Sejarah Pendirian
Bentuk kepemilikan pecel lele lela secara keseluruhan adalah PT Lele Lela
Internasional yang berada di Jakarta. Dalam pengembangan usahanya pendiri pecel
lele lela mencari owner yang bersedia membeli franchise miliknya untuk dapat
mengembangkannya menjadi cabang pecel lele lela di berbagai daerah.
Pembentukan cabang Pecel lele lela Jln Sudirman Bogor berawal dari franchise
yang dibeli oleh owner dari pendiri pecel lele lela pusat yaitu Rangga Umara pada
tahun 2009. Merek, resep menu utama, desain resto, SOP pelaksanaan diperoleh
langsung dari pendiri pecel lele lela.
Pemilik/ownerfranchise pecel lele lela membentuk struktur organisasi untuk
menjalankan kegiatan usahanya agar berjalan dengan lancar.Pemilik membentuk
manajer, yang dipilih sesuai dengan syarat yang telah ditentukan. Pemilik melakukan
training kepada manajer, dimana training dilakukan langsung oleh pecel lele lela yang
ada dipusat di Jakarta. Kemudian manajer membentuk karyawan sesuai dengan syarat
penerimaan yang telah ditentukan dan di training langsung ditempat resto pecel lele
lela Jln Sudirman no.22 Bogor.
2. Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi pecel lele lela sudirman adalah organisasi garis/lini. Organisasi
lini adalah organisasi yang semata-mata memiliki hubungan wewenang lini dalam
organisasinya. Dimana;
- Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung melalui suatu
garis wewenang
- Jumlah karyawan tidak terlalu banyak
- Pucuk pimpinannya adalah pemilik usaha
3. Struktur Organisasi
Dari ukuran yang belum terlalu besar maka struktur organisasi Pecel Lele Lela
di Jln Sudirman No 22 Bogor hanya meliputi owner/pemilik, manajer, dan satu level
dibawahnya yaitu karyawan yang terdiri dari koki, pelayan, dan kasir.
Bagan 1 struktur organisasi
Owner/PemilikManajer Restoran chef (koki)delivery Crew(staf Pengantar)Waiters/waiterss(pelayan)cashier (kasir)
Visi dan Misi
Visi
Menjadi Brand Nasional dan Pemimpin pasar usaha pecel lele modern di
Indonesia
Menjadi Brand Nasional kebanggaan Indonesia, dan memberikaan manfaat
yang seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat, mitra usaha dan karyawan
Membawa makanan tradisional khas Indonesia pada dunia internasional
Misi
Menyediakan berbagai variasi produk hidangan lele yang enak dan unik
Memberikan kualitas pelayanan yang sangat baik, dengan mengutamakan
QSV = Quality, Service & Value
Senantiasa berinovasi dan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
memaksimalkan kepuasan pelanggan dan mitra usaha.
Tujuan :
Senantiasa memelihara dan meningkatkan mutu produk, proses dan sistem mutu yang
baik, konsisten, bertanggung jawab dan selalu fokus pada proses, bukan tujuan
Menciptakan dan Menyediakan Produk unggulan yang inovatif
Menempatkan Brand dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan potensi manfaat
Restoran
Strategi :
1. Terus mengembangkan franchise dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan
2. Memperkenalkan variasi baru melalui promo – promo3. Menggunakan internet sebagai salah satu sarana promosi4. Membuka pasar baru dengan minat konsumen yang berbeda5. Mengutamakan citarasa dan kualitas6. Memperolah kepuasan dari pelanggan
7. Memberikan pelayanan yang terbaik
Segmentasi Pasar :
Produk ini dijual pada semua kalangan dan lapisan masyarakat yang diyakini akan menyukai citarasa yang khas dari Pecel Lele Lela sendiri.
Target Pasar :
Seluruh masyarakat Indonesia. Sejauh ini Sejauh ini pecel lele lela sudah membuka 100 Outlet yang tersebar di Indonesia dan bahkan 25 Outlet di luar negeri.
Macam-macam menu yang di tawarkan & Promo :
Analisis Faktor Eksternal Pecel Lele Lela Sudirman
1. Lingkungan Mikro
Bahan baku lele, ayam, beras dan es batu dipasok oleh pemasok langganan
dengan standar mutu dan harga yang telah disepakati. Untuk sayur, bahan-bahan
minuman dan bumbu utama masakan dibelanjakan sendiri di pasar. Rata-rata
kebutuhan lele hidup per hari sebanyak 250 ekor ditampung dalam bak penampungan
ukuran panjang 1,5 m x Lebar 0,5 m x Tinggi 1 m. Lele yang dipergunakan dengan
ukuran rata-rata 2 ons per ekor. Selama ini belum pernah terjadi keterlambatan
pengiriman maupun pasokan terputus. Sasaran pelanggan adalah golongan pendapatan
kelas menengah keatas, karena suasana tempat dan mutu produk yang berkualitas baik.
Konsumen yang berkunjung pun mengatakan tidak mempermasalahkan harga, yang
penting mutu produk dan Kenya-manan tempat dipertahankan atau ditingkatkan lagi.
Pesaing ketat yaitu restoran sejenis seperti pedagang pecel lele tenda yang
berjualan di pinggir jalan sekitar lokasi dan restoran-restoran di sekitar lokasi
Sudirman yang menawarkan produk berbeda dan unik untuk menarik minat konsumen.
2. Lingkungan Makro
Tingginya tingkat inflasi dan kenaikan harga BBM di Indonesia, menyebabkan
kenaikan harga bahan baku berdampak pada naiknya biaya produksi. Kondisi
perekonomian di Indonesia dapat mempengaruhi perkem-bangan restoran, khususnya di
Jakarta. Perkembangan teknologi yang telah dilakukan antara lain di bidang
komunikasi, yaitu penggunaan telepon. Telepon dimanfaatkan dengan baik oleh
perusahaan dalam melakukan transaksi khususnya untuk pembeli-an dan penjualan.
Pembelian dikaitkan dengan transaksi terhadap pemasok sementara pen-jualan
dikaitkan dengan konsumen yang melakukan pembelian melalui pesan antar (delivery
order atau DO). Perkembangan teknologi lainnya yang telah dilakukan restoran dalam
hal keuangan adalah dengan menggunakan laptop untuk mencatat dan menghitung
aliran kas masuk maupun keluar. Pemanfaatan teknologi dalam produksi antara lain
dengan menggunakan mixer (mesin pengaduk adonan), blender (penghancur dan
pengaduk makanan) danlain-lain. Diharapkan dengan adanya beberapa alat tersebut
dapat mempermudah dan mempercepat dalam proses produksi. Pecel Lele Lela telah
mendapat sertifikasi halal dari LP POM MUI, sehingga dengan demikian semua produk
yang dihasilkan dijamin kehalalannya. Dalam melaksanakan usahanya, restoran ini
telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), memiliki akta notaris, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
memperoleh izin dari Instansi terkait. Gaya hidup masyarakat modern cenderung
konsumtif dan sering beraktivitas di luar rumah menyebabkan peningkatan permintaan
akan produk makanan jadi. Peningkatan permintaan makanan ini juga diiringi dengan
perubahan orientasi terhadap makanan yang semula hanya bersifat sebagai pemuas
kebutuhan konsumsi menjadi bersifat peningkatan harga diri (prestige).
3. Lingkungan Industri
Kemampuan pendatang baru, baik dari segi keuangan, format bisnis maupun
teknologi banyak yang lebih baik. Hal ini menimbulkan persepsi konsumen mengenai
mutu produk pendatang baru sangat baik dan dapat menjadi ancaman bagi restoran.
Adanya inovasi, diferensiasi dan diversifikasi produk, serta didukung dengan kualitas
dan kuantitas produk, serta pelayanan yang baik,mutlaksangat diperlukan untuk
membedakan Restoran Pecel Lele Lela Cabang Sudirman, dengan restoran lainnya.
Hidangan lele yang menjadi produk andalan dapat digantikan dengan produk lainnya
yang dianggap lebih sehat dan prestisius. Dengan adanya isu mengenai cara budidaya
lele yang jorok dan makanan kelas rendah dapat mengakibatkan persepsi negatif
konsumen tentang hidangan pecel lele, sehingga dengan mudah konsumen berpindah
ke restoran lain yang menawarkan produk dengan mutu dan harga lebih bersaing.
Kekuatan tawar menawar pemasok di Restoran Pecel Lele Lela ini lemah
dibandingkan pihak restoran. Restoran menggunakan bahan baku yang mudah
diperoleh dari pemasok lokal di wilayah Bogor, sehingga restoran dapat mencari
pemasok lainnya, jika mutu bahan baku yang diberikan pemasok menurun atau
memberikan harga tinggi. Hubungan dengan pemasok terjalin baik, karena tidak
pernah terjadi permasalahan dalam hal mutu produk, man bahan baku.
Hubungan yang baik juga akan menguntungkan pemasok, karena dalam suatu
sistem agribisnis ikan lele, terjaminnya pasokan dan kepastian pemasaran dari produk
yang dihasilkan merupakan salah satu kunci yang sangat berperan dalam menjamin
kesuksesan dan kesinambungan usaha (Nugroho, 2007).
Kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat akan mengakibatkan adanya
persaingan usaha restoran di Jakarta meningkat, sehingga konsumen memiliki banyak
alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini akan berpengaruh pada kinerja
restoran dalam menghasilkan laba. Berdasarkan kenyataan yang ada, maka
diferensiasi dan diversifikasi produk merupakan salah satu hal penting yang harus
dilaksanakan. Keberagaman jenis masakan dan keunikan cita rasa sebagai alternatif
konsumen dalam memilih menu makanan, sehingga konsumen tidak pindah ke restoran
lain. Strategi produk dan harga yang dibuat oleh pihak restoran memiliki pengaruh yang
besar dalam persaingan antar industri sejenis. Pada dasarnya konsumen ingin
mendapatkan produk bermutu, tetapi dengan harga terjangkau. Pihak restoran dalam
mengatasi perma-salahan ini, dapat melakukan pengembangan produk untuk mencegah
kejenuhan konsumen yangada dan juga untuk meraih pangsa pasar yang baru.
Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Pecel Lele Sudirman
1. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula
iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
hendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi
ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju
dalam usahanya. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis kondisi ekonomi suatu daerah atau Negara adalah siklus bisnis,
ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa,
pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita.
Ancaman
a. Inflasi
Inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang, artinya kenaikan harga
barang akan mempengaruhi usaha pecel lele lela. Misalnya bahan pokok seperti
beras dan bahan lain juga akan ikut naik dan tentu akan berpengaruh terhadap
usaha lele lela dimana menyebabkan produsen mau tidak mau harus menaikan
harga produk yang dijual atau memilih mengurangi porsi makanan yang dijual.
b. Perubahan nilai tukar (melemahnya nilai rupiah)
Berdasarkan data Setneg (2008-2012), Pelemahan nilai tukar rupiah yang
semakin berlanjut pada awal tahun 2013 hingga mendekati Rp.10.000/US$ di satu
sisi membuat harga produk ekspor Indonesia bertambah kompetitif dan di sisi lain
dapat menahan pembelian domestik terhadap produk impor yang harganya semakin
tinggi. Namun nilai tukar rupiah harus dijaga agar tidak menembus angka
psikologis tersebut mengingat kondisi perekonomian ke depan masih dibayang-
bayangi dengan ancaman kenaikan harga minyak dunia. Melemahnya nilai tukar
tersebut akan berpengaruh terhadap usaha lele lela.
c. Pengaruh harga barang
Perekonomian yang mengancam kenaikan harga BBM, akan mengakibatkan
harga barang lain juga ikut meningkat, sehingga hal ini akan mempengaruhi biaya
variable usaha lela menjadi meningkat.
Peluang
a. Pendapatan perkapita
Berdasarkan data setnag (2008-2012), Peningkatan pendapatan per kapita
menjadi US$ 3.660 membuat Indonesia masuk ke dalam kategori negara
berpendapatan menengah, hal ini dapat menjadi peluang bagi usaha lela, karena
pendapatan menigkat menjadi menengah ke atas, kemungkinan akan meningkatkan
permintaan pecel lele lela juga.
b. Supply tenaga kerja
Adanya Peningkatan pendapatan per kapita mengharuskan untuk mampu
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dengan memanfaatkan modal fisik
dan sumber daya manusia terampil, hal ini juga akan menyebabkan Meningkatnya
persaingan di dunia pekerjaan, namun ini dapat menjadi peluang bagi usaha lela,
untuk lebih mudah mendapakan tenaga kerja yang terampil.
c. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan dari data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 mengalami
peningkatan sebesar 7,5 % disbanding tahun sebelumnya. Hal ini akan menjadi
peluang bagi usaha lela untuk dapat mengembangkan usahanya.
2. Faktor Politik
Peluang
a. Kestabilan pemerintahan
Kestabilan pemerintah merupakan faktor yang berpengaruh, karena kestabilan
pemerintah merupakan ukuran mutlak terhadap indikator indikator lain dalam suatu
negara. Kestabilan bisa berpengaruh dalam hal ekonomi, dalam hal politik, maupun
hal lain yang turut berpengaruh dalam suatu usaha termasuk usaha pecel lele lela
ini.
b. Kebijakan perkreditan
Kebijakan perkreditan berpengaruh disaat usaha lele lela membutuhkan modal
tambahan, dan salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
pengkreditan dengan bank. Dimana dalam permintaan kredit tentu saja ada hal-hal
yang harus diperhatikan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
c. Kebijakan lingkungan hidup
Limbah yang dihasilkan usaha lele berupa limbah minyak yang berasal dari sisa
penggorengan, limbah yang dihasilkan menjadi peluang usaha lela karena limbah
dijual kembali sebagai bahan bakar pada bus trans pakuan.
Ancaman
a. Kebijakan mengenai upah
Kebijakan upah misalnya saja seperti kebijakan pemerintah dalam menentukan
upah minimum kota/upah minimum regional. Tinggi rendahnya upah otomatis
akan mempengaruhi pembelian/permintaan konsumen, begitupun dengan
permintaan terhadap lele lela. Hal ini menjadi ancaman bagi usaha lela,
mengingat upah yang diberikan masih berada di bawah dari UMR yaitu Rp
850.000,- /bulanya.
b. Kebijakan Penyesuaian Harga
Berdasarkan data setnag, Penyesuaian harga BBM yang dilakukan secara
seksama, baik waktu, tahapan dan besarannya mengingat akan diikuti oleh
kenaikan berbagai harga secara luas. Di sisi lain administered inflation sudah pasti
akan meningkat akibat kebijakan kenaikan harga listrik sebesar 15% (secara
bertahap/triwulan) dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP). ini dapat
menjadi ancaman bagi usaha lela, karena dapat meningkatkan biaya operasional
usaha lela.
3. Faktor Teknologi
Kemajuan teknologi yang pesat tidak hanya mencakup penemuan-penemuan
baru, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam
mengerjakan suatu pekerjaan, artinya bahwa ia memberikan suatu gambaran yang
luas, meliputi mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan. Setiap kegiatan
usaha yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu mengikuti
perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau
jasa yang dihasilkan atau cara operasinya.
Peluang
a. Teknologi di bidang produksi
Penggunaan teknologi yang sesuai dengan produksi menjadi peluang bagi usaha
lele lela untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kepuasan konsumen.
Penggunaan exhaust yang berfungsi sebagai penghisap asap hasil produksi.
b. Temuan-temuan baru
Adanya teknologi baru menjadi peluang bagi usaha lele lela untuk dapat
meningkatkan produktivitas.
c. Perkembangan teknologi informasi
Berkembangnya teknologi informasi, mempermudah usaha lele lela dalam
memasarkan produknya. Lele lela dapat memasarkan produk nya dengan mudah
melalui media social dengan menggunakan biaya yang murah.
Ancaman
a. Adanya teknologi baru
Adanya teknologi baru yang meningkatkan produktivitas pesaing menjadi acaman
bagi usaha lele lela.
4. Faktor Sosial/Budaya
Peluang
a. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang biasanya mempengaruhi permintaan dan konsumsi orang
tersebut. Gaya hidup sendiri dipengaruhi oleh misalnya saja kekayaan atau
pendapatan seseorang. Adanya peningkatan gaya hidup masyarakat menjadi
mengah ke atas merupakan peluang usaha lele lela untuk memperluas dalam
memperoleh pelanggannya.
b. Konsumerisme
Tingkat konsumerisme juga mempengaruhi usaha ini, karena jika konsumerisme
meningkat permintaan juga akan ikut meningkat, begitupun
sebaliknya.Berdasarkan data Republika.co.id (2011) Rata-rata permintaan pecel
lele 100 ton perhari dengan tingkat penawaran yang masih krang dari 100 ton. ini
menunjukkan adanya peluang usaha lele lela untuk dapat meningkatkan
produktivitasnya.
c. Memiliki citra merek yang kuat
Citra merek pecel lele lela dapat menjadi peluang bagi usaha lele lela, di
bandingkan dengan usaha pecel lele sejenis lainnya.
d. Mobilitas sosial
jika mobilitas yang terjadi adalah mobilitas ke atas, misalnya saja dengan
kenaikan jabatan, kenaikan gaju atu hal lain yang sifatnya positif tantu akan
berpengaruh baik dengan usaha karena permintaan akan meningkat.
Ancaman
a. Mobilitas sosial
Namun jika yang terjadi mobilitas ke bawah, seperti penurunan jabatan, bangkrut,
pemecatan dan hal negatif lain tentu akan menjadi ancaman bagi usaha karen
permintaan konsumen yang menurun.
b. Pesaing baru
Munculnya pesaing baru yang lebih unggul dapat menjadi ancaman bagi usaha
lele lela.
Analisis Faktor Internal Pecel Lele Lela Sudirman
1. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Jumlah Pekerja/Karyawan
Jumlah karyawan mempengaruhi faktor internal perushaam. Restoran Pecel Lele
Lela ini memiliki 14 orang jumlah karyawan, terdiri dari;
- 1 orang manajer,
- 1 orang Asisten Manajer,
- 1 orang kepala dan asisten kepala dapur
- 4 orang juru masak
- 1 orang kepala dan asisten kepala frontline
- 6 orang anggota frontline.
Jumlah pekerja yang ada, masih mampu untuk menjalankan kegiatan operasional
dengan lancar pada restoran pecel lele lela sudirman.
b. Job Description
Pada restoring pecel lele lela sudirman, masing-masing pekerja sudah
mempunyai deskripsi pekerjaan sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Deskripsi
pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan pekerjaan,
efektivitas dan juga optimalisasi dalam melakukan pekerjaan.
Tugasdan fungsi dari masing-masing bagian pada struktur organisasi Pecel
Lele Lela di Bogor adalah sebagai berikut:
Pemilik /owner
Pemilik pecel lele lela Jln Sudirman No. 22 merupakan orang yang memiliki
resto pecel lele lela. pemilik membeli franchisee dari pendiri pecel lele lela yaitu
Rangga Umara. Pemilik memiliki hak yang kuat atas restoran Pecel Lele Lela
di Jln Sudirman No 22.
Tugas dan tanggung jawab pemilik;
- Melakukan pemeriksaan pembukuan keuangan
- Melakukan pemeriksaan tindakan yang dijalankan oleh manajer restoran
- Bertanggungjawab dalam melakukan pembayaran PBB, izin usaha dan pembayaran
hutang pada bank (Bank NISP).
- Pemilik tidak diwajibkan selalu ada setiap hari pada restoran Pecel Lele Lela di Jln
Sudirman dikarenakan kesibukannya mengurus bisnis yang lainnya.
Manajer Restoran
Manajer dari pecel lele lela ini merupakan orang yang diangkat langsung oleh
pemilik dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dan menjalankan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan SOP yang telah ditentukan oleh pusat pecel lele lela.
Tugas dan tanggung awab
- Manajer restoran bertanggung jawab atas kelancaran administrasi dan operasional
- Mengkoordinir segala keselarasan kegiatan di unit restoran dan dapur dari segala
aspek operasionalnya, termasuk juga terhadap pengontrolan pembiayaan dari target
hasil usaha yang selaras dengan tujuan perusahaan.
- Manajer bertanggung jawab dalam memberikan gaji dan bonus kepada karyawan
sesuai dengan SOP yang telah disepakati antara pemilik dan manajer.
- Manajer juga bertanggung jawab dalam menerima kritik dan saran yang diberikan
konsumen terhadap pelayanan, produk dan kinerja karyawan.
Chef (Koki)
Koki merupakan orang yang diangkat manajer yang telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya di dapur sesuai
dengan SOP yang telah ditentukan.
Tugas dan tanggung jawab
- Chefbertanggung jawab atas persediaan bahan baku untuk mengolah makanan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan menu, berdasarkan resep standar dan biaya
pembuatan makanan yang telah ditentukan.
- Chef bertanggung jawab dalam menyediakan (memasak) makanan sesuai dengan
pesanan konsumen yang terdapat pada menu yang telah disediakan.
- Chef bertanggung jawab dalam mempertahankan kualitas rasa dan kebersihan
makanan sesuai dengan SOP resep standar yang telah ditentukan.
- Chef bertanggung jawab dalam merawat peralatan dan menjaga kebersihan dapur.
Waiter/waiteress (Pelayan)
Pelayan adalah orang yang diangkat oleh manajer yang telah memenuhi syarat
yang telah ditentukan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
SOP yang telah ditentukan.
Tugas dan tanggung jawab
- Pelayan bertanggung jawab atas tugasnya dalam menyiapkan susunan meja yang
rapih.
- Pelayan bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan resto, meja dan kursi.
- Pelayan bertanggung jawab dalam membersihkan peralatan makan setelah
digunakan oleh konsumen.
- Pelayan bertanggung jawab memberikan pelayanan dalam penghidangan makanan
dan minuman secara ramah, sopan dan efisien terhadap konsumen yang datang ke
restoran sesuai standar pesanan dari konsumen.
Delivery Crew (Staf Pengantar)
Delivery dikerjakan oleh pelayan yang merangkap sebagai Delivery Crew.
Tugas dan tanggung jawab
- Delivery crew bertugas mempersiapkan perlengkapan delivery dan kondisi motor
dalam keadaan baik.
- Delivery crew bertugas memastikan bahwa makanan yang dibawa sesuai pesanan
konsumen, dan menyampaikan laporan keluhan konsumen.
Kasir
Kasir di pecel lele lela dikerjakan oleh pelayan yang merangkap sebagai petugas
kasir.
Tugas dan tanggung jawab
Tugas dan tanggung jawab kasir yaitu memberikan bill kepada konsumen serta
bertanggung jawab untuk menerima pembayaran.
c. Tingkat Pendidikan Pekerja/Karyawan
Jenjang pendidikan yang dimiliki pada pekerja pecel lele lela sudirman
tergolang menengah. Latar belakang pendidikan karyawan paling rendah tingkat
SMP dan paling tinggi tingkat Sarjana (Strata 1). Namun, untuk meningkatkan
kualitas pekerjanya, pecel lele lela sudirman terlebih dahulu melakukan training
sebelum penerimaan karyawan-karyawannya. Semua karyawan baru juga diberikan
waktu untuk di training selama 10 hari untuk teori di pusat Pecel Lele Lela dan
enam hari praktek di tempat kerja.
d. Sistem Gaji
Sistem penggajian yang diterima oleh seluruh karyawan secara bulanan. Setiap
karyawan diberikan gaji pokok, uang transportasi, uang makan, seragam, bantuan
kesehatan, bonus, bantuan pinjaman untuk Down Payment (DP) kendaraan
bermotor, pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) satu kali gaji serta pemberian
parsel pada hari raya.
2. Aspek Pemasaran
a. Market-share Pecel Lele Lela
Market-Share adalah presentase (share) yang dapat kita capai dari jumlah
keseluruhan konsumen (market) yang bisa memakai/atau membeli produk kita pada
suatu wilayah tertentu.
Sedangkan untuk permintaan pecel lele didaerah bogor diperoleh daridata
Jabodetabek = 100.000 kg /hari (Republika.co.id,2011)
Maka, untuk permintaan pecel lele di daerah Bogor (jumlah penduduk 3,39% dari
jumlah jabodetabek) dapat diasumsikan sebesar3,39% x100.000=¿
3390kg/hari.Sedangkan pada pecel lele lela yang berada di Jln. Sudirman No. 22,
mampu menyediakan pecel lele sebesar 53 kg/ hari. Maka untuk market-share pecel
lele lela tersebut untuk daerah bogor, dapat diperoleh sekitar 1,56%
Diperoleh dari: 53 kg/hari
3.390 kg/harix 100 %=1,56 %
Kesimpulannya bahwa Pecel Lele Lela cabang Jl. Sudirman no.22 Bogor mampu
menyediakan 1,56% dari permintaan total Pecel lele di Kota Bogor.
Penentuan Eksternal Dan Internal Pecel Lele Lela Sudirman
Penentuan Variabel Faktor Eksternal
a) Variabel dan Deskriptor Eksternal
1. Variabel politik, deksriptornya;
- Kestabilan pemerintahan
- Kebijakan perkreditan
- Kebijakan lingkungan hidup
- Kebijakan mengenai upah
- Kebijakan penyesuaian harga
- Kebijakan mengenai keamanan makanan
- Kebijakan pajak dan tarif
- Kebijakan mengenai izin usaha
- Kebijakan mengenai keamanan berusaha
1.56%
98.44%
Saleslele lelapermintaan pe-cel lele kota bogor
2. Variabel ekonomi, deksriptornya;
- Pertumbuhan ekonomi
- Kemudahan mendapatkan dana dan kredit
- Nilai tukar mata uang
- Supply tenaga kerja
- Tingkat Inflasi
- Pengaruh harga barang
- Pendapatan perkapitan dan pertumbuhannya
3. Variabel sosial/budaya dan demografi, deksriptornya;
- Gaya hidup
- Tingkat konsumerisme
- Citra merek yang kuat
- Munculnya pesaing
- Sikap terhadap kualitas/mutu produk
4. Variabel teknologi, deksriptornya;
- Kecepatan dalam mengakses informasi
- Perkembangan teknologi dibidang produksi
- Ketepatan penggunaan teknologi
- Perkembangan teknologi dibidang pemasaran
- Temuan teknologi baru
b) Penentuan Variabel Faktor Eksternal
Penentuan variabel faktor eksternal dilakukan berdasarkan teknik Delphi. Teknik
Delphi merupakan Suatu tahapan analisis data yg dikembangkan oleh Rand
Corporation tahun 1950-an
“Delphi technique is forecasting aid based on concensus of a panel expert”, dimana
Teknik Delphi mengembangkan pendapat para ahli mengenai suatu permasalahan
tertentu sampai akhirnya didapat suatu konsensus mengenai permasalahan tersebut.
Dalam penentuan variabel faktor eksternal dengan menggunakan teknik delphi,
memerlukan beberapa dari Ekspert (pakar),dan saya sudah melakukan klasifikasi
ekpert yang terdiri dari praktisi dan akademisi dari beberapa universitas di tempat
saya menenpuh pendidikan.
Ringkasan Data Dari Kuesioner
Ringkasan data dari kuesioner berisi rata-rata, median atau kuartil dari jawaban
para ahli yang disesuaikan dengan kondisi dan teori untuk faktor eksternal pada resto
Pecel Lele Lela.
Dengan ketentuan Pembobotan nilai jawaban :
Sangat Penting = 5
Penting = 4
Sedang/tidak penting = 3
a.Responden Pakar
Kasus ; resto pecel lele lela sudirman
Wawancara ; 11 orang pakar bidang makanan yang berhasil ditemui
Peneliti ; Lisa Amalia
1. Firman Muhammad Basar
Dosen Program Keahlian Gizi
2. Tita Nopitawati, M.Si Dosen Keahlian Perikanan
3. Purana Indrawan Dosen Keahlian MAB
4. Eddy Setyo M Dosen Keahlian Gizi
5. Elah Nurlaela Dosen Keahlian Gizi
6. Rahmat Saleh Dosen Keahlian Akuntansi
7. Tedy Praktisi manajer Pecel Lele Lela Sudirman
8. Murti Praktisi Owner Rumah Makan Malabar
9. Iwan PraktisiOwner Rumah Makan Djogja
10.
Putri Ferayanti Praktisi supervisor Resto Dapur Geulis
11.
Sudarsono Praktisi Owner Pecel Lele Jakarta
Hasil Analisis Gabungan (Setelah Pembobotan)
Variabel dan Deskriptornya
Skor Kepentingan1. Politik
a. Kestabilan pemerintahan 4 Penting
b. Kebijakan perkreditan 4 Penting
c. Kebijakan lingkungan hidup 4 Penting
d. Kebijakan mengenai upah 4,5 Sangat Penting
e. Kebijakan penyesuaian harga 4,2 Penting
f. Kebijakan mengenai keamanan makanan 4,7 Sangat Penting
g. Kebijakan pajak dan tarif 4,4 Penting
h. Kebijakan mengenai izin usaha 4,5 Sangat Penting
i. Kebijakan mengenai keamanan berusaha 4,7 Sangat penting
Rata – Rata Skor 4,33 Penting
Variabel dan Deskriptornya Skor Kepentingan
2. Ekonomi
a. Pendapatan perkapitan dan pertumbuhannya 4,3 Penting
b. Pengaruh harga barang 4,8 Sangat Penting
c. Tingkat Inflasi 4,4 Penting
d. Supply tenaga kerja 4,3 Penting
e. Nilai tukar mata uang 4,1 Penting
f. Kemudahan mendapatkan dana dan kredit 4,1 Penting
g. Pertumbuhan ekonomi 4,3 Penting
Rata - Rata Skor 4,32 Penting
Variabel dan Deskriptornya Skor Kepentingan
3. Teknologi
a. Kecepatan dalam mengakses informasi 4.3 Penting
b. Perkembangan teknologi dibidang produksi 4,5 Sangat Penting
c. Ketepatan penggunaan teknologi 4,2 Penting
d. Perkembangan teknologi dibidang pemasaran 4,5 Sangat penting
e. Temuan teknologi baru 4,2 Penting
Rata – Rata Skor 4,34 Penting
Variabel dan Deskriptornya
Skor Kepentingan4. Sosial/Budaya dan Demografi
a. Gaya hidup 4 Penting
b. Tingkat konsumerisme 4,4 Penting
c. Citra merek yang kuat 4,4 Penting
d. Munculnya pesaing 4,6 Sangat Penting
e. Sikap terhadap kualitas/mutu produk 4,6 Sangat Penting
f. Trend yang berkembang di masyarakat 4 Penting
Rata – Rata Skor 4,33 Penting
Skor Tiap Aspek
Masing – masing skor pada setiap aspek di tabel hasil analisis gabungan di
jumlah dan dibagi dengan jumlah keseluruhan skor dan hasil yang di dapat di hitung
dalam bentuk presentase.
Aspek Skor Bobot (%)
Politik 4,32 (4.32/17.3) = 24.9
Ekonomi 4,33 (4.33/17.3) = 25
Teknologi 4,34 (4.34/17.3) = 25
Sosial/Budaya&demografi 4,33 (4.33/17.3) = 24.9
Jumlah 17,3 100 %
Formulasi Strategi Pecel Lele Lela
1) Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Penentuan eksternal pada pecel lele lela di dasarkan pada teknik Delphi yang
telah dilakukan sebelumnya, berdasarkan pandangan dari praktisi dan akademisi yang
telah berpengalaman dibidangnya. Deskriptor yang yang terdapat pada eksternal
(peluang dan ancaman) di peroleh dari skor tertinggi dengan tingkat kepentingan
“sangat penting” pada masing- masing variabel yang berkaitan dengan keadaan
eksternal pecel lele lela Sudirman saat ini.
a. Peluang (Opportunity)
Variabel sosial/budaya dan demografi
1. (Tingkat konsumerisme dan sikap kualitas mutu)
Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan
2. (Gaya hidup)
Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar
Variabel ekonomi
3. (Supply tenaga kerja)
Tersedianya tenaga kerja
Variabel Teknologi
4. (Perkembangan teknologi dibidang pemasaran)
Kemajuan teknologi dalam informasi, pemanfaatan teknologi informasi dalam
kegiatan pemasaran/promosi.
5. (Perkembangan teknologi dibidang produksi)
Akses teknologi berdampak pada Bahan baku yang mudah didapat.
6. (Kebijakan mengenai keamanan makanan)
Produk aman dan halal dikonsumsi, dan memiliki sertifikat halal.
b. Ancaman (Threat)
Variabel sosial/budaya dan demografi
1. (Munculnya pesaing)
Persaingan usaha sejenis
2. (Trend yang berkembang di masyarakat)
Perubahan selera konsumen
Variabel ekonomi
3. (Pengaruh harga barang)
Kenaikan harga bahan baku
4. (Pertumbuhan ekonomi)
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan menjamurnya usaha makanan.
Variabel Lingkungan
5. (Kebijakan lingkungan hidup)
Adanya isu pencemaran lingkungan
6. (Kebijakan mengenai izin usaha)
Tinggi nya biaya perizinan usaha
Variabel Politik
Kenaikan tarif BBM, listrik dan telepon
2) Internal
Penentuan internal pada pecel lele lela di dasarkan pada hasil wawancara kepada
manajer pecel lele lela sudirman pada beberapa aspek (finansial, manajemen, SDM,
produksi serta pasar dan pemasaran) yang dapat mempengaruhi keadaan internal pecel
lele lela sudirman saat ini.
a. Kekuatan (Strenght)
1. Brand Image
2. Tenaga terlatih
Pegawai yang ada di pecel lele lela sudirman sudah terlatih, karena sebelum masuk
menjadi pegawai, dilakukan training terlebih dahulu, untuk mendidik para calon
pegawai agar lebih terlatih dan siap bekerja dengan baik.
3. Kelezatan dan cita/varian rasa rasa
4. Kebersihan dan kenyamanan tempat
5. Memiliki lokasi yang strategis
6. Keramahan dan kesopanan karyawan
b. Kelemahan (Weakness)
1. Kegiatan Promosi kurang gencar
2. Pengorganisasian kerja kurang teratur
Hal ini disebabkan karena masih ada pekerja yang bertugas merangkap, pelayan
sekaligus menjadi kasir.
3. Tidak ada paket-paket makanan dan diskon khusus
4. Tempat parkir terbatas
Hal ini disebabkan karena frenchise pecel lele lela Sudirman terletak pada ruko-ruko
sehingga penggunaan parkir untuk umum.
5. Kurang menerapkan kemajuan teknologi
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan produksi masih tergolong
sederhana/semi modern.
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal(external strategic factors analysis summary: EFAS)
Penyusunan matriks EFE (External Factor Evaluation)
Identifikasi faktor-faktor yang merupakan peluang dan ancaman
- Pembobotan terhadap masing-masing faktor berkaitan dengan pengaruhnya
terhadap faktor strategis, mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00
(tidak penting). Skor jumlah bobot untuk keseluruhan faktor adalah 1,00.
- Penentuan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruhnya terhadap
kondisi sistem. Nilai rating mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
- Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (semakin besarpeluang
semakinbesar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk ancaman
dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman semakin kecil nilai rating).
- Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor
terbobot untuk masing-masing faktor. Jumlah skor terbobot menentukan kondisi
eksternal sistem. Jika total skor terbobot ≥ 2,5 berarti sistem mampu merespon
kondisi eksternal yang ada.
Identifikasifaktor-faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan
- Pembobotan terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,00 (sangat penting)
sampai dengan 0,00 (tidak penting). Skor jumlah bobot untuk keseluruhan faktor
adalah 1,00.
- Penentuan rating untuk masing-masing faktor berdasarkan pengaruhnya terhadap
permasalahan. Nilai rating mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
- Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (semakin besar kekuatan
semakin besar pula nilai rating yang diberikan), sedangkan untuk kelemahan
dilakukan sebaliknya.
- Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor
terbobot untuk masing-masing faktor.
- Jumlah dari skor terbobot menentukan kondisi internal sistem. Jika nilai total skor
terbobot ≥2,5 berarti kondisi internal sistem memiliki kekuatan untuk mengatasi
situasi.
Penentuan Nilai Bobot Dengan Menggunakan Metode AHP
Penentuan nilai bobot Pecel Lele Lela Sudirman dilakukan dengan menggunakan matriks banding berpasangan metode AHP (Analytic Hierarchy process)
Metode ini digunakan agar nilai bobot yang diperoleh dapat mengurangi tingkat
subjektivitas sehingga hasilnya menjadi lebih objektif. Tingkat objektivitas nilai bobot
dapat dilihat dari nilai rasio inkonsistensinya.
Faktor-faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai terbobot
Kekuatan :Brand Image 0.10 4 0.40Tenaga Terlatih 0.13 3.5 0.45
Kelezatan dan Cita Rasa 0.09 4 0.36Lokasi Strategis 0.05 4 0.19Kebersihan dan Kenyamanan Tempat 0.18 3 0.54Keramahan dan Kesopanan Karyawan 0.18 3.5 0.62
Kelemahan :
Kegiatan Promosi Kurang Gencar 0.07 1 0.07Pengorganisasian Kurang teratur 0.07 2 0.15Tidak Ada Paket Makanan dan Diskon Khusus 0.06 2 0.12Tempat Parkir Terbatas 0.02 1 0.02
Kurang Menerapkan Kemajuan Teknologi 0.06 1.5 0.09
Jumlah 1.00 3.00
Faktor-Faktor Eksternal Kunci Bobot Rating Nilai Terbobot
Peluang:Meningkatnya kesadaran konsumen tentang manfaat lele bagi kesehatan
0.04 3 0.12
Peralihan gaya hidup masyarakat yang cenderung makan diluar
0.05 3.5 0.16
Tersedianya tenaga kerja 0.08 3 0.24Kemajuan teknologi dalam informasi, pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pemasaran/promosi.
0.04 3.5 0.15
Akses teknologi berdampak pada Bahan baku yang mudah didapat.
0.06 3 0.18
Produk aman dan halal dikonsumsi, dan memiliki sertifikat halal.
0.13 4 0.53
Ancaman:Kenaikan tarif BBM, listrik dan telepon 0.09 1.5 0.13 Tinggi nya biaya perizinan usaha 0.01 3 0.04Adanya isu pencemaran lingkungan 0.10 3 0.31Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menyebabkan menjamurnya usaha makanan.
0.12 2 0.24
Perubahan selera konsumen 0.07 1.5 0.11Persaingan usaha sejenis 0.07 1.5 0.10Kenaikan harga bahan baku 0.17 2 0.35
Jumlah 1.04 2.66
Bagan 2 Formulasi Strategi
BAB IIIKESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan EFAS dan IFAS, koordinat dari faktor internal dan
ekstrnal terdapat pada titik (3,00 ; 2,66) yaitu pertumbuhan melalui integrasi horizontal yang
artinya strategi berfokus pada produk. strategi yang sebaiknya dilakukan oleh Pecel Lele Lela
adalah dengan menciptakan varian menu baru, membuat paket paket menu baru dengan
diskon khusus. Selain itu, Pecel Lele Lela bisa juga menjalin hubungan kemitraan dengan
usaha makanan atau minuman lainnya untuk memperbanyak varian menu, sehingga
konsumen tidak merasa bosan.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil-hasil yag didapat dari analisis internal dan eksternal pada table, seperti dituliskan di atas, hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut :
* Skor Total Kekuatan : 2.4 2.56
* Skor Total Kelemahan : -2.2 0.45
* Skor Total Peluang : 2.9 1.38
* Skor Total Ancaman : -1.8 1.28
Berpijak dari total skor tersebut, maka penentuan posisi Meratus Line dapat digambar sebagai Matrik SWOT yang dapat dilihat pada Gambar di bawah. Untuk mencari koordinatnya, dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
Koordinat analiisis Internal:
(skor total kekuatan - skor total kelemahan) : 2 = ?
(2.4 – (-2.2)) : 2 = 2.3 (2.56 – 0.45):2 = 1.06
Koordinat analiisis Eksternal: (skor total peluang - skor total ancaman) : 2 = ?
(2.9 - (-1.8)) : 2 = 2.35 (1.38 – 1.28 = 0.1 :2 = 0.05
Jadi titik koordinatnya terletak pada (2.3 ; 2.35)
Berdasarkan gambar tersebut di atas, maka diketahui posisi unit usaha terletak pada kuadran I namun perlu diadakan penyempurnaan analisis dengan menghitung luasan wilayah pada tiap-tiap kuadran. Hasil perhitungan dari masing-masing kuadran dapat digambarkan pada tabel berikut di bawah ini :
Kuadran I (SO Strategi) strategi umum yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengambil setiap keunggulan pada kesempatan yang ada.
Kuadran II (WO Strategi) perusahaan dapat membuat keunggulan pada kesempatan sebagi acuan untuk memfokuskan kegiatan dengan menghindari kelemahan.
Kuadran III (WT Strategi) Meminimumkan segala kelemahan untuk menghadapi setiap ancaman.
Kuadran IV (ST Strategi) Menjadikan setiap kekuatan untuk menghadapi setiap ancaman dengan menciptakan diversifikasi untuk menciptakan peluang.
DIAGRAM SWOT
POSISI PERUSAHAAN / INSTANSI
Berdasarkan diagram bobot dan rating setiap unsur matrik SWOT sebagaimana disajikan di atas dapat diketahui bahwa posisi perusahaan / Instansi pada saat ini berada pada Kuadran I yaitu kuadran Expansion (Growth) dimana strategi umum yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan kekuatan perusahaan utuk mengambil setiap keunggulan pada kesempatan yang ada.
Penjelasan Kuadran.I Pengembangan pasar = Melakukan tindakan dimana orientasi pelatihan tidak di negeri Indonesia saja tetapi juga Luar negeri.
Kuadran.II Penetrasi pasar = Melakukan penawaran dengan promo terbaru yang berkualitas.
Kuadran.III Pengurangan = Melakukan volatilitas untuk perbaikan keuangan perusahaan yang disebabkan terbatasnya alat-alat medis.
Kuadran.IV Diversifikasikonsentrik = Melakukan penganekaragaman promosi untuk mengatasi quota produk yang mulai menurun.
Startegi Bisnis Unit :
Prioritas Pertama
Orientasi Internasional dari Asia, Eropa dan Australia.
Faktor Penentu Keberhasilan
Banyak Peminat dan Pelayanan yang memuaskan.
Output
Semakin banyak promosi baru yang menjadi target penjualan.
Outcame
Makin meningkatnya jumlah penjualan.
Impact
Citra perusahaan semakin baik.
Prioritas Kedua
Penawaran promo-promo baru kepada pangsa pasar baru dengan gencar.
Faktor penentu keberhasilan
Dukungan pemerintah dan Peralatan alat medis yang Lengkap.
Output
Bertambahnya pelanggan
Outcame
Meningkatnya penjualan Impact Image perusahaan lebih baik.
Pembahasan khususnya untuk Orientasi Pasar Strategi terdiri atas berbagai elemen, dan dalam hal ini akan dititik beratkan pada elemen-elemen pemasaran. Ada 5 konsep yang mendasari suatu strategi pemasaran, yaitu:
Segmentasi pasar Merupakan dasar untuk mengetahui bahwa setiap pasar itu terdiri atas beberapa segmen yang berbeda. Dan dalam setiap segmen terdapat pembeli yang mempunyai :
1. kebutuhan yang berbeda-beda
2. pola pembelian yang berbeda-beda
3. Tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai macam penawaran Penentuan posisi pasar (market positioning) Perusahaan berusaha memilih pola konsentrasi pasar khusus yang dapat memberikan kesempatan maksimum untuk mencapai tujuan sebagai pelopor.
Segmen pasar dianggap menarik bila mempunyai sifat :
1. Segmen pasar tersebut cukup besar
2. Segmen pasar tersebut cukup potensial untuk berkembang lebih lanjut
3. Segmen pasar tersebut tidak dikuasai oleh pesaing pesaing yang ada
4. Segmen pasar tersebut masih membutuhkan sesuatu yang dapat dilayani oleh perusahaan Terdapat 2 strategi dalam penentuan pasar yaitu :
1. Konsentrasi segmen tunggal : merupakan strategi yang dapat ditempuh perusahaan bila ingin mempunyai posisi yang kuat pada satu segmen saja.
2. Konsentrasi segmen ganda : merupakan strategi yang dapat ditempuh perusahaan bila ingin mempunyai posisi yang kuat dalam beberapa segmen. Jadi, pencapaian segmen pasar yang satu dilakukan bersama sama dengan pencapaian segmen pasar lainnya.
Strategi memasuki pasar (market entry strategy) Bererapa cara yang ditempuh perusahaan untuk memasuki segmen pasar yang dituju yaitu dengan :
1. Membeli perusahaan lain Factor yang harus dipertimbangkan untuk cara ini: perusahaan yang membeli tidak banyak mengetahui tentang pasar dari perusahaan yang dibeli, dan sangat menguntungkan untuk memasuki pasar dari perusahaan yang dibeli secepatnya.
2. Berkebang sendiri Factor penghalang untuk memasuki perusahaan yang berkembang sendiri yaitu : memperoleh hak paten, skala produksi yang paling ekonomis, memperoleh saluran distribusi, menentukan supplier yang paling menguntungkan, biaya promosi yang mahal.
3. Kerja sama dengan perusahaan lain Keuntungan yang didapat antara lain : resiko ditanggung bersama-sama, masing-masing perusahaan mempunyai keahlian sendiri-sendiri. Jadi, dapat
melengkapi atau saling menutup kekurangan yang ada. Strategi marketing mix Yaitu kombinasi dari epat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari system pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan system distribusi.
1. Produk Keputusan tentang produk ini mencakup penetuan bentuk penawaran secara fisik , merknya, pembungkus, garansi, dan servis sesudah penjualan.
2. Harga Factor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga yaitu : biaya, keuntungan, praktek saingan, dan perubahan keinginan pasar.
3. Distribusi Aspek yang pokok berkaita dengan keputusan distribusi yaitu : system transportasi , system penyimpanan, pemilihan saluran distribusi.
4. Promosi Yang termasuk dalam kegiatan promosi adalah : periklanan, personall selling, promosi penjualan, dan publisitas. Strategi penentuan waktu (timing strategy) Apabila perusahaan telah menemukan kesempatan yang baik, kemudian menetapkan tujuan dan mengembangkan suatu strategi pemasaran ini tidak berarti bahwa perusahaan tersebut dapat segera beroperasi. Perusahaan dapat megalami kegagalan dalam mencapai tujuan apabila bergerak lambat atau malah terlalu cepat. Pertama, Perusahaan dapat mencoba untuk merangsang konsumen agar mereka meningkatkan pembelianya. Pembelian dapat diuraikan sebagai fungsi dari frekuensi pembelian dikalikan dengan jumlah pembelian yang dilakukan. Suatu perusahaan dapat mendorong konsumenya untuk membelil lebih sering sekaligus untuk membeli lebih banyak setiap pembelian. Promosi harga, iklan, publisitas, dan perluasan jaringan distribusi sangatlah membantu kegiatan ini. secara lebihmendasar, perusahaan dapat mempertimbangkan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan tingkat konsumsi yang ada, yang merupakan dasardari tingkat pembelian yang dihadapi. Tingkat konsumsi adalah fungsi daripenggunaan produk dikalikan dengan jumlah yang digunakan ataudikonsumsi pada setiap kali penggunaan Kedua, Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarikatau mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan tidakberbeda dengan yang telah diuraikan pada butir diatas. Perbedaanya hanyapada sasaran atau target yang akan dicapai, yaitu pada konsumen saingan,sedangkan pada butir yang diatas pada konsumen perusahaan sendiri. Ketiga, Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik yang bukan pemakai (nonusers) atau calon konsumen yang berada dalamlingkungan pasarnya. Sarana sebenarnya tidak berbeda dengan yangdigunakan diatas. Perbedaanya terletak pada sasaran atau target yanghendak dicapai, yaitu para calon konsumen dan yang bukan pemakai. Pemasaran dan penjualan penguasaan pasar (market share) dalam upaya pemasaran dan penjualan RS. Siloam dihitung dari besarnya pasar atau jumlah konsumen yang berhasil dikuasai oleh RS. Siloam dibandingkan dengan total pasar atau jumlah konsumen potensial dalam binis Rumah Sakit, RS. Siloam memasarkan produknya keberbagai kota dan negara Dalam kegiatan pemasaran agar kegiatan penjualan dapat dicapai semaksimal mungkin maka perusahaan akan melakukan berbagai usaha untuk mencapainya. Usaha tersebut bisa berupa produk, harga, distribusi dan promosi (marketing mix). Aktivitas pendukung Pembelian, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia, infrastuktur perusahaan. Pengembangan Teknologi Dengan menyediakan Dokter, Perawat, Analisys, dan Radiologi yang professional , kelengkapan dan perlengkapan alat medis yang sudah modern. Lebih mudah dan cepat cara mengatasi tindakan yang efektif secara akurat. Manajemen sumber daya manusia Meningkatkan profesionalisme pegawai,merupakan salah satu upaya antam adalam meningkatkan manajemen sumber daya manusia, meningkatnya
profesionalisme kerja akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Tolak ukur yang tepat untuk digunakan dalam mengukur profesionalisme pegawai adalah dengan melihat tingkat kepuasan pegawai (employee satisfaction), yang terwujud dalam sesuatu yang diperoleh dari perusahaan seperti kompensasi, iklim kerja dan budaya kerja, selain itu dapat dilihat melalui pengembangan pegawai, tolak ukur ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilihat dari rata-rata tingkat pencapaian sasaran kerja individu, semakin tinggi rata-rata pencapaian kerja individu menandakan makin tingginya kualitas profesionalisme sumber daya perusahaan sehingga perusahaan bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Infrastruktur perusahaan RS. Siloam berusaha terus meningkatkan infrastuktur perusahaannya guna meningkatkan produksi dan memperluas wilayah pemasarannya sesuai dengan visi RS. Siloam dimana RS. Siloam berusaha menjadi perusahaan yang lebih menglobal, pelayanan medis yang cepat dan akurat yang bekerja sama dengan Perusahaan-perusahaan lain untuk menambah infrastukturnya dalam memenuhi pelayanan medis, selain itu RS. Siloam juga membuat proyek-proyek baru tentunya dengan meningkatkan infrastruktur RS. Siloam.
top related