makalah psikologi.docx
Post on 17-Feb-2015
26 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI
TEORI BELAJAR DAN KEPRIBADIAN
dosen pembimbing: Tri Lestari M.Kep., Sp.Mat
oleh:
FIRDHA APRILLIA (09060140)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan yang
membahas tentang “teori belajar dan kepribadian”,
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, khususnya para mahasiswa
keperawatan. Kami ucapkan maaf jika makalah ini belum sempurna. Kami sadar, bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangatlah
kami harapkan.
Malang, 9 Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
.
A. Latar belakang masalah
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah
laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi
belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada. Belajar
merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang
ada.
Memasuki abad ke-19 beberapa ahli mengadakan penelitian eksperimental tentang teori
belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya.
Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila
binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka
sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada
manusia, karena manusia lebih cerdas daripada binatang.
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk
belajar antara lain sebagai berikut:
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman;
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru,
baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari belajar?
2. Apa yang dimaksud kegiatan belajar?
3. Apa saja ciri dari kegiatan belajar?
4. Apa saja teori belajar?
5. Apa yang dimaksud dengan kepribadian?
6. Apa saja teori kepribadian?
7. Apa manfaat dari teori belajar bagi perawat pendidik?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui definisi belajar dari beberapa ahli
2. Mengetahui pengertian dari kegiatan belajar
3. Mengetahui ciri-ciri dari kegiatan belajar
4. Mengetahui teori-teori belajar dari berbagai ahli
5. Mengetahui pengertian kepribadian
6. Mengetahui teori-teori kepribadian dari berbagai ahli
7. Mengetahui manfaat teori belajar dan dapat mengaplisikasinya
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Dampak dari setiap perbuatan belajar adalah terjadinya perubahan dalam aspek fisiologis dan
psikologis. Perubahan dalam aspek fisiologis, misalnya dapat berjalan, berlari, dan mengendarai
kendaraan, sedangkan aspek psikologis berupa diperolehnya pemahaman, pengertian tentang apa
yang dipelajari, seperti pemahaman dan pengertian tentang ilmu pengetahuan, nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.
Dalam kegiatan belajar melibatkan aspek fisiologis atau struktur, yaitu otak dan aspek psikologis
atau fungsi (berpikir). Beberapa pengertian belajar dapat diketengahkan sebagai berikut:
a) Pengertian tradisional, “Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan”(Nasution, 1980).
b) Mengutip pendapat Ernest H. Hilgard, “Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang
dilakukannya sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya
menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu” (Sumadi S., 1984).
c) Dalam pengertian singkat belajar adalah “ A change behavior” atau perubahan perilaku
(Sumadi S., 1984).
d) Mengutip pendapat Cronbach, “Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan
dalam mengalami itu menggunakan pancaindranya” (Sumadi S., 1984).
e) Belajar adalah “Bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan”
(Oemar H., 1983).
Kegiatan Belajar
Setiap kegiatan belajar akan ada perubahan pada diri individu, seperti dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tidak dapat mengerjakan menjadi dapat
mengerjakan, dan semula tidak paham menjadi paham
Perubahan yang terjadi pada diri individu tidak selalu diakibatkan perbuatan belajar, tetapi dapat
disebabkan oleh proses pematangan, misalnya dapat berjalan, duduk, dan dapat berlalu. Namun,
ada perubahan yang terjadi bukan karena perbuatan belajar, yaitu pada saat keadaan terjepit,
misalnya Si A karena dikejar anjing lati dan serta-merta memanjat pohon, padahal sebelumnya Si
A sama sekali tidak bisa memanjat pohon.
Ciri-ciri kegiatan belajar
a) Terjadi perubahan baik actual maupun potensial pada diri individu yang belajar
b) Perubahan diperoleh karena usaha dan perjuangan
c) Perubahan didapat karena kemampuan baru yang berlangsung relative lama
Teori belajar
Teori belajar atau konsep belajar, yaitu suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai
bagaimana proses belajar itu terjadi. Menurut Notoatmodjo (1997) bahwa teori belajar dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Teori yang hanya memperhitungkan faktor yang datang dari luar individu (faktor
eksternal), dikenal dengan teori stimulus dan respon
b) Teori yang memperhitungkan faktor yang berasal dari dalam individu (faktor internal),
dikenal sebagai teori transformasi
Teori belajar yang termasuk ke dalam teori stimulus dan respon adalah teori asosiasi. Dalam
teori ini belajar tidak lain adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan (respon) karena
rangsangan (stimulus), dengan jalan mengulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan,
makin banyak respon yang diperoleh. Teori belajar yang termasuk ke dalam teori trnasformasi,
yaitu:
a) Teori transformasi yang berlandaskan psikologi kognitif menurut Neisser (Notoatmodjo
1997) bahwa proses belajar merupakan transformasi dari input, reduksi input, analisis
input, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan
b) Awal individu belajar adalah interaksi individu dengan dunia luar, masukan sensoris,
diseleksi, masuk dalam memori, dan menyangkut dominan kognitif, afektif, dan
psikomotor
Beberapa teori belajar yang banyak dikemukakan para ahli, yaitu:
1. Behavioristik
Pelopornya adalah Watson. Pendapatnya dikemukakan sebagai berikut:
a) Teori stimulus dan respon apabila kita menganalisis tingkah laku yang
kompleks, akan ditemukan rangkaian unit stimulus dan respon yang
disebut reflex. Stimulus merupakan situasi objektif (suara dan sinar) dan
respon adalah reaksi subjektif individu terhadap stimulus (mengambil
makanan karena lapar atau menutup pintu karena ada angin kencang)
b) Pengamatan dan kesan adanya kesan motoris yang ditujukan terhadap
berbagai stimulus
c) Perasaan, tingkah laku, dan afektif – Ditemukan tiga reaksi emosional
yang dibawa sejak lahir, yaitu: takut, marah, dan cinta. Perasaan senang
dan tidak senang adalah reaksi senso motoris
d) Teori berpikir Berpikir harus merupakan tingkah laku sensomotoris dan
berbicara dalam hati adalah tingkah laku berpikir
e) Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu Reaksi instinktif
atau kodrati yang dibawa sejak lahir jumlahnya sedikit sekali, sedangkan
kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perkembangan disebabkan oleh
latihan dan belajar.
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi
atau respon,menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh
adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut
S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran
atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku
adalah hasil belajar. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak
mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh
faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
member respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :
Obyek psikologi adalah tingkah laku
Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-
apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John
Locke (1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak
mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman
adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah
produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia,
kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory
experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu. Kesulitan
empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan
apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang
manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya,
mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme
perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme
digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut
dengan behaviorisme. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala
pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah
dibentuk menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.
Classical Conditioning
Dinamakan juga Pavlonisme karena peletak teori ini adalah Pavlov. Inti
penelitiannya sebagai berikut:
a) Eksperimennya menggunakan anjing yang telah dioperasi kelenjar
ludahnya sehingga air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur.
Apabila ada makanan, keluarlah air liur sebagai respon
b) Percobaan selanjutnya adalah membunyikan bel terlebih dahulu sebelum
diberikan makanan
c) Percobaan dilakukan berulang kali dan ternyata hasilnya bunyi bel saja
tanpa member makanan sudah dapat menimbulkan keluarnya air liur
secara reflek
Kesimpulan teori ini adalah segala sesuatu yang dipelajari dapat dikembalikan
kepada stimulus dan respons. Mendidik pada dasarnya adalah memberikan
stimulus tertentu yang menimbulkan respon yang kita inginkan. Hail ini hendaknya
dilakukan berulang kali agar hubungan stimulus dan respon semakin kuat
Operant Conditioning
Pelopornya adalah Skinner. Dalam teori ini disebutkan bahwa ada dua macam
respon, yaitu:
a) Respondent response (reflexitive response atau respondense behavior)
Respons ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang dibuat
electing stimuli yang sifatnya relative tetap dan terbatas serta hubungan
antara stimulus dan respons sudah pasti sehingga kemungkinan
dimodifikasi kecil, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air
liur
Operant respons (instrumental response atau instrumental behavior) Respon yang
timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu yang biasanya disebut
reinforcing stimuli atau reinforce. Perangsang teersebut memperkuat respon yang
telah dilakukan oleh organisme sehingga sifatnya mengikuti misalnya: seorang
anak belajar, kemudian memperoleh hadiah sehingga ia akan lebih giat lagi
belajarnya, berarti responsnya menjadi lebih kuat. Respon ini merupakan bagian
terbesar daripada tingkah laku manusia dan kemungkinannya untuk dimodifikasi
tak terbatas. Titik berat teori Skinner terletak pada respons kedua ini.
2. Teori kognitif
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu
sendiri. Bagi penganut teori ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses berpikir yang komplek. Teori ini
sangat erat hubungannya dengan teori sibernetik. Pada awal diperkenalkannya
teori ini para ahli mencoba menjelaskan bagaimana mahasiswa mengolah
stimulus dan bagaimana mahasiswa tersebut sampai pada respon tertentu. Namun
lambat laun perhatian tersebut mulai tergeser. Saat ini perhatian mereka terpusat
pada proses bagaimana suatu ilmu yang bbaru dapat berasimilasi dengan ilmu
yang sebelumnya lebih dikuasai oleh mahasiswa. Menurut teori ini, ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan sendiri atau
terpisah-pisah tetapi proses ini merupakan suatu rangkaian yang saling terkait.
Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara
mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa
mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai
tambahan bagi proses peniruan interpersonal, proses modelingdapat juga terlihat
pada narasumber yang ditampilkan oleh media. Misalnya orang bisa meniru
bagaimana cara memasak kue bika dalam sebuah acara kuliner di televisi. Meski
demikian tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak, meski contoh
yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika. Di dalam
kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and
punishments" -- imbalan dan hukuman-- tetapi menempatkannya dalam konteks
belajar sosial.
3. Teori humanistic
Bagi penganut teori ini proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar, teori humanistic inilah yang
paling abstrak dan paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan.
Meskipun teori ini sangat menekankan pada pentingnya isi daripada proses belajar
namun pada kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih
tertarik pad aide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada seperti apa
adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalm kehidupan sehari-hari. Dalam
praktiknya, teori ini anatara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh
Ausubel yang disebut belajar bermakna. Pendekatan humanisme dalam
pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati
keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si
siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Ada salah satu
ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa
mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat
memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana
mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat
dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme
memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang
meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan
pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki
oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada
upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para
pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai
kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses
pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai
siswa.
4. Teori sibernetik
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi.
Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses
memang peranan penting dalam teori ini. Namun yang lebih penting lagi adalah
sistem informasi yang diproses. Asumsi lain dari teori ini tidak ada satupun proses
belajar yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk mahasiswa. Sebuah
informasi mungkin akan dipelajari oleh mahasiswa dengan satu macam proses
belajar dan informasi yang sama yang mungkin akan dipelajari mahasiswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Landa. Ia membedakan ada
dua macam proses berpikir, yaitu proses berpikir algoritmik dan proses berpikir
heuristik. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap
demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Contoh-
contoh proses algoritmik misalnya kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil,
dan lain-lain. Sedangkan cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen,
menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang
mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk
menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik misalnya
operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan
lain-lain.
Definisi kepribadian
Kepribadian memiliki banyak arti karena perbedaan sudut pandang para ahli yang didasarkan
dari hasil penelitian, cara pengukuran maupun teori yang dikemukakan. Demikian juga tentang
definisi kepribadian belum ada kesepakatan dari para ahli. Menurut Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey (2000) bahwa Allport (1937) dalam penelitiannya menemukan hampir 50 definisi
kepribadian yang saling berbeda dan digolongkan ke beberapa kategori. Beberapa batasan
pengertian atau definisi kepribadian dapat dikemukakan menurut:
a) Koswara (1997) dalam pengertian sehari-hari. Kepribadian adalah “bagaimana individu
menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain”
b) Allport (1937) sebagaiman dikutip oleh Gunarso.S.D dan Ny Gunarsa.S.D (1989).
Kepribadian adalah “suatu organisasi yang dinamis dari sistem-sistem psikofisis di dalam
individu yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya”
c) Maramis (1999) kepribadian adalah “keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku
yang sering digunakan oleh seorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus terhadap
hidupnya”
d) Freud yang dikutip oleh Koswara (1991). Kepribadian adalah “suatu struktur yang terdiri
dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego”
e) Kusumanto Setyonegoro kepribadian adalah “segal corak kebiasaan manusia yang
terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan terhadap
segala rangsang, baik yang datang dari dalm dirinya maupun lingkungannya sehingga
corak dan cara kebiasaannya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk
manusia itu”
f) Soeharto Heerdjan (1987) kepribadian adalah “himpunan segala fungsi kejiwaan
seseorang sebagai suatu kesatuan dinamis dengan mengusahakan penyesuaian diri orang
tadi terhadap tuntutan hidup sambil menjaga keseimbangan diri, baik secara fisik maupun
psikis”
g) Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (2000) kepribadian adalah “sesuatu yang member
tata tertib dan keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang
dilakukan individu”
Jadi, kepribadian mengikuti meliputi segala corak tingkah laku individu yang terhimpun
dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang,
baik yang datang dari luar dirinya atau lingkungannya maupun dari dalam diri sendiri sehingga
corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
Dengan kata lain segala tingkah laku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang
dimiliknya sebagai perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya.
Teori kepribadian
Teori pengertiannya berlawanan dengan fakta. teori yang telah dibuktikan kebenarannya
menjadi fakta. Pengertian teori adalah hipotesis (dugaan sementara) yang belum terbukti atau
spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti (Calvin S.Hall dan Gardner
Lindzey, 2000). Menurut Calvin S.Hall dan Gardner lindzey (2000) teori kepribadian dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) Teori umum tentang tingkah laku, yaitu teori yang berusaha menjelaskan semua gejala
tingkah laku yang dianggap penting (misal teori belajar dan motivasi)
b) Teori ranah tunggal, yaitu teori yang membatasi perhatiannya pada peristiwa-peristiwa
tingkah laku golongan tertentu (misal teori tentang persepsi, proses sensoris, dan belajar
ketrampilan menyuntik)
Manfaat teori belajar bagi perawat pendidik
a) Sebagai landasan dalam penerapan materi pembelajaran bagi perawat pendidik yang
bersifat pembentukan kepribadian
b) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan dinamis
c) Memberi dorongan kepada mahasiswa agar menjadi manusia yang bebas tidak terikat
oleh pendapat orang lain
d) Dapat mengetahui berbagai macam perilaku dan cirri-ciri mahasiswanya dan menemukan
cara menyikapinya
e) Membantu menyalurkan dan mengoptimalkan potensi masing-masing mahasiswa
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan teori belajar secara umum dapat dikelompokkan dalam empat
kelompok atau aliran meliputi: Aliran Behavioristik (Tingkah Laku), Aliran Kognitif,
Aliran Humanistik, Aliran Sibernetik
Pandangan teori belajar menurut aliran Behavioristik (Tingkah Laku) adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut aliran Kognitif adalah proses belajar , belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses berpikir yang komplek. Menurut aliran
Humanistik adalah teori ini sangat menekankan pada pentingnya isi daripada proses
belajar namun pada kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Menurut aliran Sibernetik adalah
ada dua macam proses berfikir yaitu berfikir algoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen,
lurus menuju ke suatu target tertentu, berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen,
menuju ke beberapa target sekaligus, menurut Landa.
Kepribadian mengikuti meliputi segala corak tingkah laku individu yang
terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
terhadap segala rangsang, baik yang datang dari luar dirinya atau lingkungannya maupun
dari dalam diri sendiri sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu.
B. Saran
Dengan mengetahui macam-macam teori belajar diharapkan agar nantinya dapat
menerapkan teori tersebut sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi lingkungan
belajar, sehingga tercipta kenyamanan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz, A S.Kep. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto, 2002.
Nursalam. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba, 2008.
Sunaryo Drs.M.Kes. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004
Zulfan, Saam Prof.Dr Psikologi Keperawatan, Jakarta: Rajawali Pers, 2012
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-behaviourisme.html
top related