makalah problematika pengelolan kelas
Post on 22-Jul-2015
639 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asumsi yang paling urgen sebagai pendidik yakni profesionalitas
dalam membangun kompetensi anak didik. Salah satu terpengaruhnya pendidik
didunia pendidikan yaitu dalam mengelolah kelas atau bahasa yang biasa
digunakan didunia organisasi sebagai psikologi forum.
Didalam pengelolaan kelas, pendidik pasti akan dibenturkan dengan
berbagai dinamika yang ada dalam kelas dengan berbagai macam karakteristik
peserta didik, mulai dari keefektifan pengelolaan kelas sampai ditemukannya
problematika pengelolaan kelas. Sehingga fungsi utama pendidik secara efektif
dan efisien demi terwujudnya proses pendidikan dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Artinya pengembangan potensi apeserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, cakap, kreatif, dan
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
1.2 Rumusan Masalan
1. Apa yang dimaksud problematika pengelolan kelas ?
2. Sebutkan jenis-jenis problematika pengelolaan kelas !
3. Apa saja pendekatan problematika pengelolaan kelas !
1.3 Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan problematika
pengelolan kelas.
2. Mengetahui berbagai jenis problematika pengelolaan
kelas.
3. Mengetahui berbagai macam pendekatan problematika
pengelolaan kelas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ruang Lingkup problematika pengelolaan kelas
Kegiatan pengembangan profesi guru terkait langsung dengan
tugas utamanya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan
kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis
juga, yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut
pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua
permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat
sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran
dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. pengelolaan
kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-
mengajar. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran
lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik
untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada
di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya.
Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih
menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak
diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah
pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran
2
dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengelolaan.
2.2 Jenis-jenis problematika pengelolaan kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Perorangan
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas
anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada
pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar
untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang
individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya
berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang.
Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu:
1) Attention getting behaviors
2) Power seeking behaviors
3) Revenge seeking behaviors
4) Helplessness
3
2. Masalah Kelompok
Ada tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan
pengelolaan kelas:
1) Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok
2) Reaksi secara negatif terhadap sesama anggota kelompok
3) Penerimaan kelas (kelompok) atau penyimpangan norma-
norma perilaku yang menyimpang
4) Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari
ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan
atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja
5) Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku
agresif atau protes
6) Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan
2.3 Beberapa pendekatan problematika pengelolaan kelas
1. Behavior – Modification Approach (Behaviorism
Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya
memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui
pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan
negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati
demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya
4
dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan
menimbulkan masalah baru.
2. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan
interpersonal yang baik antara peserta didik dan guru menduduki posisi
penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru
(realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta
didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti
dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam
memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan
pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan
rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai
alternatif penyelesaian. Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa
guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai
masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik
agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk
keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta
membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih
baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya
Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan 5
peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
3. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial
dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang
produktif dan kohesif.
Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan
prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses approach,
yaitu :
♣ mutual expectations
♣ leadership
♣ attraction
♣ norm
♣ communication
♣ cohesiveness
6
peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
3. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial
dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang
produktif dan kohesif.
Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan
prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses approach,
yaitu :
♣ mutual expectations
♣ leadership
♣ attraction
♣ norm
♣ communication
♣ cohesiveness
6
top related