makalah new.docx
Post on 30-Nov-2015
69 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH
SISTEM REPRODUKSI
“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN IBU
DENGAN GANGGUAN PSEUDOAMENOORHEA”
Di susun oleh :
Kelompok :
1. Anggi Rizky W.
2. Atika Intan P.
3. Bayu Pratama
4. Krisna A.
5. Wahyu Tri C
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN AJARAN 2013
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe) adalah suatu keadaan haid tetapi
darah haid tersebut tidak dapat keluar, karena tertutupnya traktus genetalis,
servik, vagina, atau hymen.
B. Etiologi
1. Kongenital, kelainan yang sering di temukan ialah atresia himenalis
yaitu suatu keadaan dimana hymen tidak berlubang, menggambarkan
keadaan dimana hymen /selaput dara/selaput keperawanan tidak
memiliki pori/lubang sedikit pun.
Hymen yang normal adalah selaput tipis yang berada di ujung canalis
vaginalis/ lubang vagina yang menutupi lubang vagina tetapi masih
mempunyai pori/lubang kecil untuk mengeluarkan sekret vagina
maupun sisa ovulasi/menstruasi. Lubang dapat terletak ditengah
ataupun sisi samping lingkaran vagina.
2. Acquisita, suatu keadaan dimana terjadi perlekatan saluran servix atau
vagina akibat adanya radang, gonorrhea, diptheri, dan oartus senilitas.
C. Patofisiologi
Secara fisiologis wanita dewasa akan mengalami haid setiap bulannya
tetapi apabila servix, vagina atau himen tertutup, maka darah haid tidak
dapat keluar tetapi tetap akan timbul rasa nyeri siklis kurang lebih 5 hari
setiap bulan. Keadaan ini apabila tidak ditanggulangi lama kelamaan akan
menimbulkan retensio urine dan tumor abdomen.
D. Tanda gejala
1. Nyeri siklis selama kurang lebih 5 hari tanpa pendarahan, Nyeri itu ada
yang ringan dan samar-samar, tetapi ada pula yang berat, bahkan
beberapa wanita sampai pingsan karena tidak kuat menahannya.
Penyebab nyeri bisa bermacam-macam, bisa karena tumor atau
kelainan letak uterus, selaput darah atau vagina tidak berlubang.
2. Pada pemeriksaan inspekulo terlihat hymen yang menonjol berwarna
kebiru biruan karena adanya darah yang berkumpul di belakangnya.
E. Pemeriksaan
1. Radiologi
Untuk menentukan diagnosa pemeriksaan yang dilakukan ialah
inspekulo dengan tujuan untuk melihat keadaan cervix, vagina, hymen.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti
erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri,
varises vuiva, dan trauma apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Prawirohardjo,
Sarwono.2005) Dengan memakai spektrum secara hati-hati dilihat dari
mana asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, atau dari kelainan serviks,
vagina, varises pecah dan lain-lain. (Mochtar, Rustam.1998)
Inspekulo ini biasanya dilakukan pada ibu hamil muda atau ibu yang
pertamakali datang untuk pemeriksaan kandungan. Karena itu pemeriksaan
in spekulo dikatakan pemeriksaan dasar. Pemeriksaan ini menggunakan
spekulum cocor bebek yang dimasukkan kedalam vagina, dan digunakan
untuk melihat keadaan permukaan dileher rahim dan kelainan.
Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam
membantu delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas,
diperlukan pemeriksaan MRI.
USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
apakah ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.
2. Laboraturium
Pemeriksaan darah lengkap, kadar leukosit, albumin, dan serum.
F. Penatalaksanaan
Pada atresia hymanalis dilakukan insisi dan eksisi hymen,yaitu suatu
tindakan operasi untuk membuat lubang hymen dengan tujuan agar darah
haid dapat keluar. Karena darah tua ini merupakan media yang baik untuk
kuman kuman maka operasi ini harus dilakukan dengan steril.
G. Komplikasi
1. Hematokolpos yaitu darah masuk dan terkumpul dalam vagina.
2. Hematomerta darah masuk dan terkumpul dalam uterus.
3. Hematosalping darah masuk dan terkumpul dalam tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENSTRUASIPADA DENGAN PSEUDOAMENORRHOE
A. Pengkajian
1. Identitas
Semua wanita bisa mendapat penyakit ini.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri perut bawah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri perut bawah selama 5 hari dan tidak keluar
darah
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat metruasi : pasien sampai saat ini belum pernah
menstruasi/haid.
5. Riayat penyait keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit yang menurun dan
menular.
6. Riwayat Psikososial
Pasien tinggal dengan orangtua, hubungan dengan keluarga baik,
serta hubungan dengan ktetangganya baik.
7. Riwayat Pengunaan Obat – obatan dan bahan – bahan lain
Pasien mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah minum-
minuman keras, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
serta ibu mengatakan tidak pernah minum jamu-jamuan.
8. Riwayat Menstruasi.
Sampai saat ini pasien belum penah mentruasi.
9. Riwayat Perkawinan : apakah klien sudah menikah atau belum.
10. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas : Pernahkah Klien mengalami
kehamilan dan persalinan.
11. Riwayat Kontrasepsi : Apakah Klien pernah menggunakan atau telah
menggunakan kontrasepsi.
12. Perilaku Seksualitas : pernahkah klien melakukan hubungan seksual.
13. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
Makan.
a. Frekuensi 3 kali sehari.
b. Macam Nasi sayur daging.
c. Jumlah 1 Porsi sedang habis.
d. Keluhan Tidak ada keluhan.
Minum.
a. Frekuensi 7-8 gelas sehari.
b. Macam : Air putih, teh, susu.
c. Jumlah 1 gelas belimbing.
d. Keluhan Tidak ada.
14. Personal Hygiene.
Klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2-3 kali sehari, mencuci rambut 1
kali sehari dan kadang 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari dan ganti
pakaian dalam 2 kali sehari dan atau bila basah, cara membersihkan organ
genitalia setelah BAK dan BAB menggunakan air mengalir.
15. Pola Eliminasi.
BAB.
a. Frekuensi 1 kali sehari.
b. Warna Kuning kecoklatan
c. Bau Khas.
d. Konsistensi Lembek.
e. Keluhan Tidak ada.
BAK
a. Frekuensi 5-6 kali sehari.
b. Warna Jernih
c. Bau Khas
d. Konsistensi Cair.
e. Keluhan Tidak ada Pola Aktivitas.
16. Klien Istirahat teratur yaitu tidur siang 1 jam sehari dan tidur malam 6-7
jam sehari, tidak ada keluhan. Klien jarang melakukan olahraga, hanya
bersih-bersih rumah.
OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum.
a. Keadaan Umum : Cukup .
b. kesadaran : Compos Menthis.
c. Vital sign.
1. suhu : 36o C.
2. nadi : 80 kali / menit.
3. TD : 120/80 mm Hg.
4. respirasi : 26 kali/menit.
d. Antropometri.
1. BB : 45 kg.
2. TB : 155 cm.
B. Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : Tidak ada benjolan, rambut bersih, tidak rontok.
2. Muka : Simetris, tidak ada oedem, muka tidak pucat.
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ikterik.
4. Telinga : Simetris,sejajar, mata bersih, tidak ada infeksi dan serumen.
5. Hidung : Simetris, tidak infeksi, dan tidak ada secret.
6. Mulut : Bibir tidak kering, tidak stomatitis, tidak ada gigi yang berlubang.
7. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tiroid, dan vena jugularis.
8. Payudara : Simetris, areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol.
9. Abdomen : Tidak ada bekas luka.
10. Genetalia : Pada pemeriksaan spekulo terlihat hymen yang menonjol berwarna
kebiru biruan karena adanya darah yang berkumpul di belakangnya.
11. Anus : Tidak ada hemoroid.
12. Ekstrimitas atas dan bawah : Tidak ada oedem dan varises, reflek patella
kanan dan kiri positif.
C. Diagnose keperawatan
1. Pra operasi
a. Nyeri akut b.d faktor biologis (karena penumpukan darah)
b. Resiko tinggi infeksi b.d kontak dengan mikroorganisme/pathogen
akibat penumpukan darah
c. Kecemasan b.d prognosis penyakit dan rencana pembedahan
d. Defisit pengetahuan tentang penyakit b.d kurangnya informasi
mengenai penyakit, kebutuhan pegobatan,dan rencana pembedahan
2. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d tindakan invasi, port de entrée luka pasca bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran. (Edisi-1981). Bagian Obstetric dan
Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.
[INTERNET] akses tanggal 15 junweb.i 2013 jam 18.35 sember alamat web.
<http://lindadewanti.wordpress.com/2010/06/15/gangguan-menstruasi-
pseudoamenorrho.html>
M. Wilkinson, Judith dan Nancy R.Ahem. (2011).buku Saku Diagnosa
Keperawatan Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC.
D. Intervensi dan rasional
1. Pra operasi
No Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a. Nyeri akut
berhubungan dengan
factor biologis(karena
penumpukan darah)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
dalam waktu
1x24 jam pasien
mengatakan nyeri
berkurang.
Secara subjektif
nyeri berkurangatau
teradaptasi, skala
nyeri 3, TTV dalam
batas normal,
pasien dan pasien
terlihat tenang,
memperlihatkan
tehnik relaksasi
secara individu dan
efektif untuk
mencapai
kenyamanan.
1. Observasi TTV, karakteistik
nyeri mulai dari penyebab,
lokasi, skala dan waktu.
2. Observasi isyarat pasien
nonverbal ketidaknyamanan.
3. Ajarkan penggunaan teknik
relaksasi, hipnotis, imajinasi
terbimbing, distraksi dan
kompres dengan air hangat
atau dingin.
4. Berikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab nyeri
dan berapa lama
berlangsung.
5. Kolaborasi pemberian
1. Tindakan observasi ini
digunakan untuk mngetahui
pertimbangan penyakit pasien
dan dapat memberikan
intervensi secara tepat.
2. Wajah mengeringai
mengekspresikan nyeri yang
dialami pasien.
3. Teknik relaksasi dan distraksi
dapat membantu mengurangi
nyeri.
4. Informasi penting diberikan,
agar pasien mengetahui
tentang penyebab nyeri.
5. Pemberian analgesic dapat
membantu menghambat
analgesic dengan tim medis. stimulus nyeri sehingga nyeri
berkurang.
b. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan
kontak dengan
mikroorganisme/path
ogen akibat
penumpukan darah
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selam 1x24 jam
factor infeksi
akan hilang.
TTV dalam batas
normal, tidak ada
tanda-tanda infeksi
( kalor, dolor,
rubor, tomor, dan
fungsio laesa)
1. Observasi TTV.
2. Observasi terhadap tanda dan
gejala infeksi ( misalnya,
suhu tubuh, denyut jantung,
lesi kulit).
3. Observasi hasil laboraturium.
4. Berikan penyuluhan
pemahaman pasien, ulangi
Informasi bu la diperlukan
dan gunakan berbagai
pendekatan penyuluhan.
5. Kolaborasi dengan tim medis
dengan pemberian terapi
antibiotic.
1. Tindakan observasi ini
digunakan untuk mngetahui
pertimbangan penyakit pasien
dan dapat memberikan
intervensi secara tepat.
2. Sejauh mana infeksi yang
dialami paien untuk
penanganan lebih lanjut.
3. Mengetahui kadar leukosit,
albumin, serum kaitannya
daripada tingkat keparahan
infeksi.
4. Pendekatan yang epat yang
dapat diterima dengan mudah
oleh pasien membantu
mencapai tujuan dapa HE .
5. Antibiotic tiberikan untuk
menghambat
mikroorgamisme tumbuh
lebih cepat.
c. Kecemasan b.d
prognosis penyakit
dan rencana
pembedahan.
Setelah dilakukan
tindakan dalam
waktu 1x24 jam
pasien secara
subjektif
meleporkan rasa
cemas berkurang.
Pasien mampu
mengungkapkan
perasaanya kepada
perawat, pasien
dapat
mendemonstrasikan
keterampilan
pemecahan masalah
dan perubahan
koping yang
digunakan sesuai
dengan situasi yang
dihadapi dan
pasien rileks dan
istirahat dengan
baik.
1. Observasi respon fisik,
seperti kelemahan,
penurunan TTV dan gerakan
yang berulang-ulang.
2. Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
mengungkapkan dan
mengekspresikan rasa
takutnya.
3. Berikan privasi untuk pasien
dan keluarga terdekat.
4. Catat reaksi dari
pasien/keluarga dan berikan
kesempatan untuk
mendiskusikan perasaanya.
5. Kolaborasi dengan tim medis
pemberian anticemas.
1. Digunakan dalam
mengevaluasi derajat/tingkat
kecemasan.
2. Meeberikan kesempatan untuk
berkonsentrasi, kejelasan dari
rasa takut dan mengurangi
cemas yang berlebihan.
3. Memberikan waktu untuk
mengekspresikan perasaan,
seta menghilangkan cemas.
4. Anggota keluarga dengan
responya pada apa yang terjadi
dan kecemasan dapat
disampaikan kepada pasien.
5. Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan kecemasan.
d. Defisit pengetahuan
tentang penyakit b.d
kurangnya informasi
Setelah dilakukan
tindakan dalam
waktu 1x24 jam
Menunjukkan
pemehaman akan
proses penyakit,
1. Tentuka kebutuhan belajar
pasien.
1. Menunjang ketepatan dalam
memberikan informasi
pengethuan sesuai kebutuhan
mengenai penyakit,
kebutuhan
pegobatan,dan
rencana pembedahan.
psien akan
mendapat
pengetahuan
tentag penyakit,
pengobatan, dan
rencana
pembedahan
pengobatan , dan
rencana
pembedahan, iku
serta dalam
program
pengobatan.
2. Observasi penilaian terhadap
tingkatan pengetahuan pasien
saat ini dan pemahaman
terdapat materi (misalnya,
pengetahuan tetang prosedur
pembedahan).
3. Bina hubungan aling percaya
dengan pasien.
4. Ciptakan lingkungan yang
kondusif untuk memberikan
informasi dan pengetahuan.
5. Berikan penyuluhan sesuai
dengan tingkat pemehaman
pasien, ulangi informasi bila
diperlukan.
pasien.
2. Membantu menyamakan
persepsi dan meminimalisir
kesalahan pemahaman pasien
tentang penyakit dan prosedur
pembedahan.
3. Pien dan keluarga akan lebih
terbuka dengan apa yag
disampaikan perawat.
4. Lingkungan yang nyaman
dapat membantu dalam
penerimaan masukan informasi
HE.
5. Membantu pasien dalam
mendalami pemahaman
tentang HE tersebut
2. Pasca operasi
No Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a. Resiko infeksi b.d
tindakan invasi, port
de entrée luka pasca
bedah.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selam 1x24 jam
tidak terjadi
infeksi, terjadi
perbaikan pada
integritas jaringan
lunak.
Pada saat jahita
dilepas tidak ada
tanda-tanda infeksi,
leukosit dalam
batas normal, TTV
dalam batas normal
(TD : 120/80
mmHg, T : 370C,
nadi :
60-100x/menit)
1. Observasi TTV.
2. Observasi jenis pembedahan,
hari pembedahan dan apakah
adanya order khusus dari tim
doktr bedah bdalam
melakukan perawatan luka.
3. Buat kondisi balutan dalam
keadaan bersih dan kering.
4. Laukan perawatan luka steril
pada hari keduan pasca
operasi.
5. Kolaborasi untuk pemberian
antibiotic pasca opresi.
1. Tindakan observasi ini
digunakan untuk mngetahui
pertimbangan penyakit pasien
dan dapat memberikan
intervensi secara tepat.
2. Mengindentifikasi kemanjuan
atau penyimpangan dari tujuan
yang diharapkan.
3. Kondidi bersih dan kering aka
menghindari kontaminasi dan
akan menyebabkan respon
inflamasi local dan akan
memperlambat proses
penyembuhan.
4. Perawatan luka sebaiknya tiak
setiap untuk menurunkan
kontak tindakan dengan luka
yang dalm kondisi steril
sehingga mencegah kontainasi
kuman.
5. Antibiotic menurunkan resiko
infeksi.
H . WOC kongenital
Acquisita (radang)
Perlengketan saluran servix/vaginaHymen tidak berlubang
Penumpukan darah pada vagina
Mk : Kecemasan
Mk : Resiko infeksi
Mk : Resiko infeksi
Port de entrée pasca operasi
Mk : Nyeri akut
Luka pasca operasi
Intervensi pembedahan
Darah menjadi tua
Respon psikologis
Terpapar kuman dan mikroorgamnisme
Rusaknya permukaan dinding vagina
Pasca operasi
Darah tidak bisa keluar
PseudoamenorrhoeKurang informasi
Mk : deficit pengetahuan
top related