majalah bumi gadjah mada edisi 3
Post on 24-Jul-2016
291 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MEMAHAMI BUMIINDONESIA
-Dari Sabang Sampai Merauke-
DAFTAR ISI
FOKUS
GUNUNG BAGINDE[Pesona Granit Raksasa di Selatan Belitung]
JALUR SESAR NAIK PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA
PESONA GRANIT di EKOR KALIMANTAN
______________5-14
5
7
9
SUNGAI KAPUAS[Kelok Kehidupan di Tanah Borneo]
15
______________15-16
INOVASI
TRANSFORMER JACOB[Jacob Berteknologi Laser dan Digital Klinometer]
KALSIT BERLAPIS DESA JARI[Prospekkah Menjadi Tambang Endapan Logam?]
MENGENAL LEBIH DEKAT BATUAN KARBONAT di BAYAT
______________17-22
17
19
21
INTERAKSI
MUTIARA YANG TERLUPAKAN DI UJUNG BARAT INDONESIA
EKSPEDISI RINJANI
SELAYANG PANDANG TANJUNG KELAYANG
______________23-33
31
23
33
DESA KANDANGSERANG[Perbukitan Lapuk dalam Kondisi Menyerang]
MENGEJAR MATAHARI di GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN
13
29
ORGANISASI ______________42-49
SPEInternational
Universitas Gadjah MadaSPE Student Chapter
R
PUNTHUK SETUMBU[Menikmati Borobudur dari Tepian Telaga Purba]
27
GEOWISATA
GEOWISATA, Membumikan Warisan Geologi
______________34-38
37
AIR TERJUN NUNGNUNG[Sisi Lain Pesona Bali]
36
GEOPARK KALDERA TOBA35
39
SOSOK______________39-41
Rovicky Dwi Putrohari[Bincang Bersama Pakdhe Rovicky]
DARI REDAKSIIndonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki
lebih dari 17.000 pulau. Pulau-pulau di Indonesia ini memiliki karakteristik morfologi yang berbeda-beda,
terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan. Indonesia juga merupakan negara
yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik
Hindia-Australia di bagian Selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur
Laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang kompleks, sehingga menjadikan
Indonesia kaya akan potensi sumber daya geologi.
Setiap daerah di Indonesia memiliki kondisi geologi yang khas dan menarik, misalnya saja terdapat
batuan granit di daerah Belitung dan Kalimantan, adanya gunungapi aktif di sekitar zona subduksi dan jalur
sesar naik di pegunungan tengah Papua. Keberagaman kondisi geologi di masing-masing ini menjadi tema
utama dalam Bumi Gadjah Mada edisi ke-tiga. Pembahasan mengenai informasi geologi, termasuk aspek lain
di berbagai daerah pada edisi ke-tiga ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat umum,
khususnya untuk mahasiswa Teknik Geologi. Dengan terbitnya majalah Bumi Gadjah Mada edisi ke-tiga
diharapkan pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang keindahan Indonesia dan kondisi geologinya
sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air.
M. Riyo HanafiEka Nofiana K.
PENASIHAT Dr. Sugeng Sapto S.
PEMBINA Dr. Agung Setianto
PENANGGUNGJAWAB Hafizhan Abidin S.
PEMIMPINUMUM Eka Nofiana K.
PEMIMPINREDAKSI M. Riyo Hanafi
EDITOR
Nadia Sekarlangit Mayang Pinasthi
Setia Prihatin M. Rivaldi Anwar P.
Nurul Yulanda S. Maghfira Abida
REDAKTUR
Rendy Defriza F. Ferralda Talitha Amir
Hafizh Fatah Nur A. Riefky Prajasa
Ilham Bayu Nur A. M. Rizki Sudirman
Josephine Karenina Yacobus Ekakrismi N.
Taufiq Bakhtiar M. Dwiki Satrio W.
Nico Andreas N. Rafael Kartika J. D.
Imadudin Yazid Ryan Syahputra
Winner Janis S. K. Egy Erzagian
M. Anzja C. I. Endah Sulistiani
DESAINDANLAYOUT
Ghaneswari Yugamaris Ganang Ikhwanushova
Radifan Tamjidi Imam Supriyadi
Fitra Annurhutami M. Rizki Legi H.
Rheva Dwiky Aditya M. Riyo Hanafi
ILUSTRATOR M. Zarfan Bimantoro
Ivy Nur Arinii
FOTOGRAFER Ramadhani Rindra Y.
IKLANDANPROMOSI Arvida Noviana
M. Firdaus Rafqi
PRODUKSI
Berli Sahala S. Luthfi Haritsah
Aldaka Wiguna Izzudin Fathan A.
M. Ilyasa Satyadharma Rr. Diny Putri
KONTRIBUTOR
M. Isnain Al-Rizki Yustisiana Tika H. Clorenda Donella
Sistien Adhaena Arjuna Lubis Yeftamikha
Bramantio Haryo K. M. Krisno M.. Putra Herianto
Kresna Kustrianugroho Luthfi Maulana H. Taslim Maulana
Departemen Teknologi Informasi dan Multimedia
Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UGM
Jalan Grafika No.2, Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta 55281
Email: bumigadjahmada@gmail.com
Sampul Depan Rumah adat yang berkamu�lase dengan alam di
PegununganTengahPapua
Foto: Winner Janis S. Kambu
SampulBelakangPemandanganberhiaskanbatuan granit di daerah
perbatasanIndonesia-Malaysia
Foto: Egy Erzagian
Hil
angn
ya a
ir p
ada
bat
up
asir
kar
bon
atan
saa
t k
emar
au
men
yeb
abk
an f
enom
ena
mu
d cr
ack,
sed
angk
an b
atu
gam
pin
g fo
ram
inif
era
ters
ingk
ap d
enga
n k
okoh
.L
okas
i: P
olam
an, D
esa
Sen
dan
ghar
jo, K
ecam
atan
Kot
a B
lora
, B
lora
, Jaw
a T
enga
hF
oto:
Kw
an W
illi
am
Bat
uan
con
toh
set
anga
n p
ada
gam
bar
mer
up
akan
bat
up
asir
ku
arsa
, li
tolo
gi k
ha
s ya
ng
dit
emu
kan
pad
a F
orm
asi N
gray
ong,
Zon
a R
emb
ang.
Bat
uan
ini m
emil
iki p
oten
si s
ebag
ai r
eser
voar
un
tuk
min
yak
bu
mi.
Lok
asi:
Pol
aman
, Des
a S
end
angh
arjo
, Kec
amat
an K
ota
Blo
ra, B
lora
, Jaw
a T
enga
hF
oto:
Gh
anes
war
i Yu
gam
aris
Ken
amp
akan
Gu
nu
ng
Agu
ng
Lok
asi:
Ban
jar
Iseh
, Kec
. S
idem
en, K
ab. K
aran
gase
m, B
ali
Fot
o: M
uh
amm
ad R
iyo
Han
afi
Kawah, merupakan pusat kegiatan suatu gunungapi, biasanya berupa lubang di puncak. Bila muncul di lereng disebut kawah parasit. Garis tengah kawah bervariasi, antara puluhan meter hingga ratusan meter.Lokasi: Kawah Gunung Papandayan, Jawa BaratFoto: Yuli Nurjanah
Gunung Beginde, begitulah orang menyebut sepasang singkapan granit berukuran raksasa yang tinggi menjulang di Pulau Belitung ini. Walaupun oleh masyarakat disebut gunung, namun secara geomorfologi singkapan granit ini belum tepat bila disebut demikian karena hanya memiliki ketinggian hingga sekitar 120 m di atas permukaan laut. Situs ini merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Propinsi Bangka Belitung. Dari Tanjung Pandan, ibukota Kabupaten Belitung, situs ini berjarak sekitar 70 km ke arah selatan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 – 3 jam. Perjalanan menuju situs ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan mobil atau motor pribadi karena tidak ada kendaraan umum yang melewati situs tersebut.
Mendaki puncak Beginde
Seperti yang telah disebutkan, situs ini terdiri dari dua buah singkapan granit raksasa yang oleh masyarakat disebut sebagai Gunung Beginde Perempuan dan Gunung Beginde Laki-laki. Keduanya dari segi bentuk memiliki perbedaan yakni gunung laki-laki lebih tinggi dan memiliki puncak dengan geometri yang membulat, sedangkan gunung perempuan lebih pendek dengan puncak yang berbentuk lebih pipih. Dari kedua gunung tersebut, hanya Gunung Beginde Perempuan yang memiliki akses jalan dan dapat didaki, sedangkan gunung satunya hanya dapat dinaiki dengan memanjat tebingnya menggunakan peralatan wall climbing. Perjalanan menuju puncak Gunung Beginde Perempuan dilakukan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dengan dua tahapan perjalanan. Tahap pertama adalah berjalan menanjak melewati jalan setapak di tengah hutan dengan trek yang tidak berat namun cukup melelahkan bagi orang yang tidak terbiasa mendaki. Sepanjang perjalanan kita tidak a-
kan bosan karena melewati pepohonan yang rimbun dan indah, serta ditemani kicauan burung-burung liar. Tahap kedua adalah memanjat batu granit raksasa. Tahap yang cukup mendebarkan ini dilakukan dengan bantuan seutas tambang dan tangga buatan dari kayu yang telah tersedia di sana. Meskipun cukup mudah, kita tetap harus berhati hati serta fokus agar tidak tergelincir. Tiba di puncak, rasa lelah selama perjalanan akan sirna ketika kita disuguhi pemandangan yang sangat mempesona. Tengoklah berkeliling, hijaunya hamparan perkebunan sawit serta pepohonan hutan tergelar luas menyejukkan mata. Warna biru kehijauan dari laut menjadi batas kontras dengan warna hijau pepohonan tadi. Tambahan warna dari birunya langit yang berpadu dengan putihnya gumpalan awan, membuat pemandangan dari puncak batu ini begitu luar biasa. Adanya Gunung Beginde Laki-laki yang berdiri ko-koh menjulang diseberang juga menjadi daya tarik keindahan tersendiri yang sangat istimewa. Selain pemandangan, puncak Gunung Beginde juga menyajikan beberapa spot-spot unik. Pertama adalah adanya beberapa jejak kaki manusia berwarna putih seukuran telapak kaki orang dewasa, yang konon katanya merupakan jejak kaki Raja Belitung jaman dahulu kala. Selanjutnya ada genangan air tawar yang kadang ada kadang tidak, namun sering muncul walaupun tanpa adanya hujan di tempat ini. Air ini boleh diminum langsung oleh pengunjung yang ingin mencicipinya. Ada juga batu goyang, yaitu sebuah batu yang dapat digoyangkan dengan mudah dan berada di pinggir tebing yang hampir vertikal, namun tidak bisa dijatuhkan ataupun diangkat walaupun dilakukan oleh beberapa orang dewasa sekaligus.
“Pulau Belitung, negeri laskar pelangi, terkenal dengan obyek wisata pantai dengan granit-granit yang tersusun indah.
Keindahan granit tersebut tidak hanya dapat ditemukan di pantai,namun juga di 'Gunung'.”
Artikel: Imaduddin Yazid, Rafael Alexander K.J., dan Ryan Syahputra W.
Foto: Imaduddin Yazid.
FOKUS
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-5
Geologi Beginde
Secara regional , Pulau Bel i tung merupakan bagian dari Sundaland dan Tin Island yang memiliki batuan penciri berupa granit. Pada Peta Geologi Lembar Belitung, Gunung Beginde termasuk pada Formasi Adamelit Baginda. Umur mutlak formasi ini berdasarkan dating adalah sekitar 160-208 juta tahun. Formasi ini termasuk dalam granit tipe “I”, yang berarti tidak berpotensi sebagai tambang timah karena ketiadaan kandungan mineral kasiterit. Namun demikian, sebetulnya Gunung Beginde sangat berpotensi untuk ditambang granitnya karena volumenya yang luar biasa besar. Secara petrologi, Gunung Beginde tersusun atas granit t ipe adamelit . Bila dideskripsikan, batuan ini memiliki warna putih keabu-abuan, keseluruhan batuannya disusun oleh kristal (holokristralin), dengan ukuran kristal-kristal yang seragam (equigranular). Teksturnya porfiritik dengan butir yang berukuran kasar. Komposisi batuan ini antara lain adalah plagioklas, kuarsa, biotit, hornblenda, feldspar, dan oksida besi. Di tubuh granit Beginde, banyak ditemukan xenolith yang berwarna hitam. Xenolith ini menunjukkan batuan samping yang diintrusi oleh magma hancur dan bercampur namun tidak ikut meleleh sehingga terlihat seperti fragmen. Morfologi Gunung Beginde sangat unik, yakni situs ini terlihat seperti sebuah intrusi raksasa yang kemudian tersingkap. Dari morfologi yang unik tersebut, dapat diperkirakan proses morfogenesa yang mengontrol morfologinya adalah erosi. Singkapan ini diperkirakan terbentuk dari hasil intrusi magmatik bersifat asam yang selama melewati batuan samping terjadi proses partial melting yang mengubah sifat magma menjadi lebih felsik. Intrusi i-
ni kemudian mengalami pengangkatan, dan terjadilah proses denudasional yang menyebabkan batuan di sekitarnya yang tidak resisten mengalami proses erosi dan yang tersisa hanya intrusi granitnya yang resisten.
Lokasi sakral masyarakat Belitung
Masyarakat Belitung menganggap situs ini sebagai 'pasak'nya Pulau Belitung, sehingga masyarakat menyakralkannya. Konon ketika zaman penjajahan, Pulau Belitung aman dari bombardir penjajah dengan tidak tampak dari atas pesawat karena pulau ini dilindungi oleh kekuatan dari Gunung Beginde. Menurut penuturan masyarakat, sejak dahulu banyak pihak-pihak yang ingin menambang gunung ini karena merupakan granit dengan volume yang luar biasa besar, namun tidak ada yang berhasil melakukannya. Konon peralatan yang digunakan untuk menambang selalu rusak dan para pekerjanya selalu tertimpa musibah. Masyarakat percaya hal tersebut karena penunggu gunung tersebut tidak senang rumahnya diganggu dan dirusak. Setiap tahun, menjelang datangnya bulan Ramadhan, diadakan upacara penyucian diri di gunung ini. Semua masyarakat di desa tempat gunung ini berada wajib ikut, temasuk pendatang yang hanya singgah sementara. Orang yang tidak ikut upacara ini atau mengikutinya namun tidak dengan hikmat akan tertimpa musibah. Menurut penuturan warga, seorang mahasiswa UGM yang melaksanakan KKN di desa tersebut di tahun 2013 ada yang kerasukan dan digentayangi banyak roh halus akibat tidak mengikuti upacara tersebut dengan hikmat.
KONDISI GEOLOGI
Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Papua, yaitu Kraton Australia dan Kerak Pasifik. Kerak pertama, yaitu Kraton Asutralia yang mengalasi bagian selatan, sedangkan yang kedua merupakan Kerak Pasifik dan menjadi alas pantai utara (termasuk Teluk Cendrawasih, Dow, drr,. 1982). Daerah Badan Burung merupakan jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami perlipatan. Jalur ini disebut Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Geologi Papua dibedakan dalam tiga kelompok batuan penyusun utama yaitu :
1. Batuan Kraton Australia, tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf, dan berumur Paleozoikum akhir.
2. Batuan Lempeng Pasifik, tersusun oleh batuan ultrabasa, tuf, dan batuan sedimen laut yang berumur Jura.
3. Batuan campuran dari kedua lempeng.
Litologi pada Batuan Kraton Australia dan Batuan Lempeng Pasifik, termasuk batuan bentukan dari Oregen Melanesia. Batuan yang berasal dari Kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini berumur Paleozoikum Akhir, secara selaras ditindih oleh Sedimen Paparan Mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda, batuan vulkanik, dan batuan metamorf hingga Tersier Akhir (Dow, dkk., 1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi utara dan Pegunungan Tengah.
JALUR SESAR NAIK NEW GUINEA (JSNNG)
JSNNG merupakan Jalur Lasak Irian (Jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan Badan Burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus ke arah barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan Pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasi dari kerak benua. JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua. Batuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum, dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat, kelompok batuan ini terlipat kuat.Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m. Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya kompresi yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin yang curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overturned). Proses ini juga menghasilkan sesar naik yang bersudut lebar (reverse fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal Pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.
Artikel dan foto: Winner Janis S. Kambu
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-7
Foto ini salah satu bukti bahwa Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua.
Batuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT
ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.Foto tersebut juga menunjukan kenampakan Bentang Alam Karst. Kenampakan tersebut menunjukan telah terjadi
proses karstifikasi lanjut, ditandai dengan bentukan-bentukan tabular yang relatif meruncing. Kamera menghadap timur laut. Morfologi di sebelah timur berupa dataran berelief rendah, di sebelah selatan berupa
perbukitan karst yang memanjang dari arah timur ke barat.
Lokasi: Kampung Kurulu, Kabupaten Wamena, Papua.Waktu pengambilan foto: 12 Agustus 2013, Pukul 13:14:44
Pegunungan Kelabu merupakan salah satu bukti bahwa adanya keterlibatan Kraton Australia pada Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Batuan Kraton Australia tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf yang berumur Paleozoikum Akhir. Pada Pegunungan Kelabu, tampak dengan sangat jelas batuan metamorf dengan derajat sedang-tinggi. Sedangkan di sebelah timur berupa perbukitan berelief curam, di sebelah selatan berupa perbukitan berelief sedang-curam dengan litologi penyusunnya berupa batugamping (Kelompok Batugamping
Nugini dalam Peta Geologi Lembar Beoga – 3212 , Skala 1 : 250.000) sangat dominan. Pengaruh struktur sangat dominan pula dalam membentuk pegunungan di sekitar Pegunungan Kelabu.
Lokasi : Ilaga, Kabupaten Puncak, PapuaWaktu pengambilan foto: 3 Agustus 2014, Pukul 15:11:08
“Hamparan fragmen granit di Pantai Temajuk yang berpadu dengan laut, pasir, dan langit saat senja”
Artikel dan foto: Egy Erzagian
Desa Temajuk, merupakan desa yang terletak di ekor Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Secara administratif, desa ini berada di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Desa ini merupakan garda terdepan bagi bangsa Indonesia dengan segala potensi alamnya. Potensi alam yang disajikan di ujung negeri ini meliputi keindahan panorama dengan hamparan pasir pantai dan perbukitan yang menjulang, keanekaragaman flora-fauna di hutan tropis, serta potensi sumberdaya geologi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, faktor sosial-budaya juga turut memberikan kekayaan pada desa ini. Desa Temajuk memiliki adat istiadat melayu yang masih kental dengan keramahan yang luar biasa dalam menyambut pendatang dan juga rasa nasionalisme yang tinggi untuk membela negeri.
Diperlukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan untuk dapat mencapai desa Temajuk ini. Apabila perjalanan dimulai dari ibukota Pontianak, maka rute yang akan dilalui adalah Pontianak-Singkawang-Sambas. Pada umumnya perjalanan dapat ditempuh sekitar 5-6 jam dengan menggunakan mobil atau motor. Perjalanan tidak hanya terhenti sampai di situ saja. Masih ada waktu tempuh sekitar 5 jam lagi untuk dapat benar-benar mencapai desa yang jauh dari pusat kota tersebut. Penyeberangan sungai dan jalan bertanah merah adalah sesuatu hal yang harus dilalui oleh pendatang. Menurut sejarahnya, desa Temajuk merupakan markas besar bagi para komunis. Oleh sebab itu, kata “Temajuk” sebenarnya merupakan singkatan dari Tempat Masuk Jalur Komunis. Dalam perkembangan kependudukannya, TNI AD juga membangun markas secara diam-diam di daerah Temajuk untuk menjadi agen rahasia dan memberantas para komunis tersebut. Seiring dengan
berjalannya waktu, anggota TNI AD mulai hidup di daerah Temajuk dengan memanfaatkan segala sumberdaya alam yang ada sehingga berkembang menjadi sebuah desa.
Granit Pueh Batu Nenek
Keberadaan granit di desa Temajuk menjadi obyek geologi yang menarik. Granit di Indonesia hanya dapat dijumpai di tempat tertentu, salah satunya yaitu di desa Temajuk. Granit adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku pada kedalaman tertentu di bawah permukaan bumi. Granit termasuk ke dalam batuan beku dalam atau batuan beku intrusif. Umumnya granit bersifat masif dan keras, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende. Berdasarkan peta geologi lembar Sambas-Siluas (Rusmana, E., dkk., 1993), granit yang ada di desa Temajuk tergolong ke dalam granit Pueh yang berumur Kapur Akhir. Granit Pueh merupakan salah satu jenis granit yang termasuk ke dalam jalur granit orogen kapur di pulau Kalimantan, yaitu dengan tipe granit Kaledonia. Jenis granit ini merupakan granit yang memiliki afinitas kalk-alkali. Granit tersebut merupakan granit tipe-S, yang memberikan dugaan bahwa batuan tersebut terbentuk oleh proses pelelehan sebagian di kerak benua dengan batuan sumber berupa batuan sedimen. Salah satu lokasi ditemukannya granit Pueh di desa Temajuk adalah Batu Nenek. Apabila dipandang dari kejauhan, sekilas batuan yang ada di tengah-tengah laut tersebut terkesan begitu rapi dengan bentuknya yang pipih. Batu Nenek bagaikan sebuah pulau kecil dengan hiasan dua pohon kelapa dan pasir pantai di bagian dasarnya. Meskipun bentuknya seperti pulau kecil, Batu Nenek dapat didatangi ketika laut sedang surut, biasanya pada siang hari. Pada waktu surut, karang-karang yang disembunyikan oleh air laut ketika pasang akan terlihat dan jalan menuju Batu Nenek juga akan terbuka. Menurut informasi dari warga sekitar, Batu Nenek merupakan pusat dari kerajaan gaib yang ada di Kecamatan Paloh. Nama Batu Nenek itu sendiri berasal dari mitos yang menceritakan bahwa ada nenek (gaib) yang menunggu di wilayah tersebut, sehingga apabila pendatang memasuki wilayahnya harus izin terlebih dahulu dengan berkata “Nek, numpang lewat”. Batu Nenek masih dianggap sebagai tempat yang keramat bagi warga desa Temajuk.
Lokasi Batu Nenek
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-11
Bagaimana Batu Nenek dapat terbentuk? Pada awalnya diduga bahwa granit yang ada di Batu Nenek merupakan intrusi batuan beku dan tersingkap di permukaan. Namun setelah melihat kembali granit dengan kondisi air laut saat surut, ternyata granit tersebut merupakan fragmen-fragmen lepas dan bukan merupakan produk intrusi, sehingga proses transportasi menjadi faktor penting dalam proses pembentukannya. Diperlukan energi yang sangat besar untuk dapat membawa bongkahan granit yang besar itu dan terakumulasi di satu tempat. Adanya aliran sungai di daerah sekitar Batu Nenek menunjukkan bahwa proses transportasi memang pernah terjadi. Tidak ada penjelasan yang lebih rinci mengenai pembentukan Batu Nenek karena masih belum banyak penelitian di daerah tersebut.
Selain di Batu Nenek, granit Pueh juga dapat ditemukan di pesisir pantai lainnya dan di Gu-nung Melano yang menjadi batas antara negara Indonesia dan Malaysia. Di gunung itu terdapat granit yang menjulang tinggi atau yang disebut penduduk sebagai Batu Bajulang. Kehadiran granit di Desa Temajuk ini membawa potensi sumberdaya geologi lainnya seperti, emas, timah dan lain-lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut di daerah ini untuk dapat memastikan keberadaan potensi sumberdaya geologi secara nyata sehingga nantinya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitarnya.
Kenampakan Batu Nenek pada Pantai Tamajuk, yang terletak di Desa Tamajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Granit Pueh memiliki komposisi kuarsa, ortoklas, plagioklas,
biotit, muskovit dan hornblende. Bongkahan fragmen granit terakumulasi akibat proses transportasi dan tersebar di
berbagai pesisir Pantai Temajuk.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-12
Mengejar Matahari di Gunungapi Purba Nglanggeran
Artikel dan Foto: Hafiz Fatah Nur Aditya
Kabut tidak datang sepekat biasanya selepas subuh pagi
itu. Langit bersih tanpa mendung meski masih tampak gelap.
Jalanan berkelok basah oleh embun. Kami tiba di kaki Gunung
Nglanggeran saat menyadari semburat tipis sinar matahari pertama
mulai tampak di ufuk timur. Tidak ada pilihan selain mendaki
dengan setengah berlari jika masih ingin menyaksikan matahari
terbit dari puncak Gunung Nglanggeran.
Kami mengunjungi Gunung Nglanggeran di sela-sela
kegiatan kuliah lapangan mandiri Ramadhan 2013 lalu. Target
menikmati suasana terbitnya matahari di puncak Gunung
Nglanggeran telah kami wacanakan sejak minggu pertama
kedatangan namun baru terlaksana di penghujung kegiatan KL
mandiri saat seluruh rangkaian kegiatan sudah kami selesaikan.
Berangkat dari basecamp di Sepat yang merupakan desa sebelah
dari Nglanggeran, hanya perlu waktu sepuluh menit naik motor
untuk mencapai titik awal pendakian di ujung barat Gunung
Nglanggeran.
Gunung Nglanggeran dinamakan sesuai dengan nama
desa lokasinya berada, termasuk wilayah Kecamatan Patuk,
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat yang sudah
sangat terkenal di kalangan wisatawan ini memiliki akses yang
mudah dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari kota Jogja.
Lokasinya dapat dijangkau dengan menyusuri jalan provinsi ke
arah Wonosari dan memperhatikan papan penunjuk jalan yang
banyak ditera dengan jelas di tepi kiri jalan. Jalan kampung pun
cukup memadai dan mulus untuk dilewati. Tenang suasana
perkampungan dengan rumah-rumah sederhana dan sawah yang
menghijau seolah mengantarkan kita bersiap menikmati pesona
alami yang ditawarkan Gunung Nglanggeran.
Dari kejauhan sudah terlihat tebing-tebing batu terjal
dinding gunung yang menjulang membentuk kontras morfologi
dengan bukit bergelombang yang lebih rendah di sekitarnya. Hijau
pepohonan tumbuh di atas bukit asri berpadu dengan hitam
bebatuan besar yang tampak kokoh menyusun tubuh gunung.
Kesan alami dan kearifan lokal di lokasi dapat terasa dari pesan-
pesan sederhana yang disampaikan pengelola wisata di papan-
papan kayu seperti larangan membuang sampah dan corat-coret
serta info mengenai titik-titik tempat tertentu di Gunung
Nglanggeran berikut pernik kisah yang menyertainya.
Dengan ketinggian yang hanya 700 meter, Gunung
Nglanggeran adalah gunung yang sangat ramah bagi siapapun.
Jalan setapak naik sudah berupa tangga buatan. Terdapat alat-alat
bantu di sepanjang jalur pendakian untuk mempermudah
perjalanan ke puncak seperti tali atau jembatan buatan dari kayu.
Perjalanan dari tempat parkir ke puncak dapat ditempuh dalam
waktu sekitar 40 menit.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-13
Namun sensasi berpetualangnya masih cukup terasa karena
adanya tanjakan bebatuan yang terjal serta terbentuknya lorong
sempit pada jalur pendakian dari himpitan dua batu besar.
Kesiapan fisik dan pemanasan tetap diperlukan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan saat menjalani pendakian.
Meski memaksakan mendaki dengan kecepatan
tinggi, kami gagal menyambut matahari terbit dari puncak
gunung. Matahari sudah beranjak melewati batas horizon timur
saat kami terengah-engah mengambil nafas di pos pertama. Pos
ini sendiri sudah memberikan keleluasaan memandang ke nun
jauh di segala arah. Di arah utara kita dapat melihat Gunung
Merapi yang tingginya menjulang menembus awan, seakan
teman yang setia mendampingi geliat kehidupan kota Jogja yang
menjadi pemandangan di sebelah barat dari pos pertama.
Memandang ke arah selatan akan tampak naik-turunnya
topografi daerah Gunungkidul yang hijau berkabut di beberapa
tempat.
Nama “Gunungapi Purba Nglanggeran” mulai
dikenalkan secara masif pada khalayak umum sekitar 2011
sebagai branding tempat wisata ini. Di kalangan ilmuwan
geologi sendiri status gunungapi purba bagi gunung
Nglanggeran masih dalam batas teori atau dugaan yang bisa
diperdebatkan. Batuan yang menyusun tubuh gunung menjadi
lokasi tipe bagi Formasi Nglanggeran yang terdiri dari produk
endapan hasil aktivitas gunungapi pada Miosen Awal atau
sekitar 20 juta tahun yang lalu (Toha dkk, 1992). Berbeda
dengan batuan pada Formasi Semilir yang bersifat asam, batuan
yang menyusun Formasi Nglanggeran lebih bersifat intermediet
hingga basa. Hipotesis mengenai asal mula jadi Gunung
Nglanggeran sebagai sebuah pusat erupsi purba dimunculkan
karena pertimbangan morfologinya yang kontras dengan
sekitarnya padahal masih dalam satu formasi dengan batuan
yang sama.
P e t a t o p o g r a fi d a e r a h N g l a n g g e r a n j u g a
memperlihatkan pola kontur tertutup yang khas pada fitur
geologi gunungapi atau intrusi. Wartono Rahardjo dari Teknik
Geologi UGM pada tahun 2000 melakukan penelitian yang
menghasilkan pengelompokan 12 fasies endapan vulkanik
Nglanggeran yang terdiri dari tipe piroklastik, lava autoklastik,
hingga epiklastik dengan dominasi pengaruh gaya berat pada
material berbutir kasar, menunjukkan lokasi lingkungan
pengendapan yang tak jauh dari pusat erupsi serta memiliki
kelerengan yang cukup terjal. Dalam bagian kesimpulan paper
yang ditulisnya, Pak Wartono menyatakan bahwa masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan pusat
erupsi yang menjadi sumber utama bagi keberadaan batuan yang
menyusun daerah Nglanggeran dan sekitarnya. Dengan kata
lain, beliau belum menyimpulkan bahwa Gunung Nglanggeran
merupakan pusat erupsi dari sebuah gunungapi purba.
Satu lagi yang menarik tentang Gunung Nglanggeran
adalah kondisinya dahulu waktu aktif diduga sebagian berada di
bawah laut dengan ditemukannya fragmen koral pada endapan
breksi epiklastiknya. Dapat dibayangkan jika kondisi gunung
dulu mirip dengan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Sebuah
letusan maha dahsyat yang tak tercatat dalam sejarah
menghilangkan bentuk asli dari tubuh gunung serta menutup
periode vulkanisme Tersier di Pulau Jawa dan kemudian
membentuk endapan vulkanik yang menyusun daerah
Nglanggeran dan sekitarnya saat ini, serta menyisakan bentukan
yang kokoh mengagumkan yang kita kenal sebagai Gunung
Nglanggeran. Berkunjung ke Gunung Nglanggeran membuat
imajinasi kami berlesatan antar dimensi waktu dengan
membayangkan kondisi alam nan indah permai ini merupakan
hasil dari proses yang menakjubkan pada suatu hari di masa
lampau.
Sebagai tempat wisata, Gunung Nglanggeran dengan
pemandangan surgawinya merupakan salah satu tempat terbaik
untuk berburu foto. Pada kesempatan itu kami mengambil foto
siluet memanfaatkan momen matahari yang baru sejengkal naik
dari puncak gunung. Puncak Gunung Nglanggeran terletak di
bagian tengah gunung dengan jurang dalam di sisi timurnya
yang membagi gunung menjadi dua bagian barat dan timur.
Luasnya pandangan ke setiap penjuru menjadi satu hal yang
dapat membuat betah untuk berlama-lama di atas puncak.
Terdapat area camping ground satu tanjakan sebelum
puncak untuk memanjakan pengunjung yang ingin menikmati
malam di atas ketinggian vulkanisme purba. Setelah puas
mencoba berbagai macam pose dan sudut pengambilan foto dan
matahari semakin terasa teriknya, kami turun dari puncak
dengan lebih menikmati perjalanan. Mengucapkan salam
perpisahan pada sang gunungapi purba yang di setiap interaksi
antar fragmen dan matriks butir batuannya seolah sambil
membisikkan gemuruh letusan dan gerakan aliran debris masa
lampau. Membelah batas pemikiran menerima pemahaman
dinamika alam dan kehidupan ketika kemudian hasil proses
dahsyat itu melahirkan legenda rakyat yang hidup sejak jaman
penduduk pertama menghuni kampung Nglanggeran hingga
saat ini masyarakat mencari berkah dari keistimewaan alam
mereka dengan mengembangkan potensi pariwisata daerahnya.
SUNGAI KAPUAS,KELOK KEHIDUPAN DI TANAH BORNEO
Indonesia merupakan negara beriklim
tropis yang memiliki kekayaan air tawar dari curah
hujan yang tinggi. Di Pulau Kalimantan, curah
hujan yang tinggi ini tertampung di sungai-sungai
yang umumnya berukuran panjang dan lebar jika
dibandingkan dengan sungai-sungai di pulau
lainnya. Sungai Kapuas adalah salah satunya.
Sungai yang terletak di Kalimantan Barat ini
merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan
panjang aliran mencapai 1143 km. Alirannya
bermula dari mata air di Pegunungan Muller di
bagian tengah Kalimantan dan mengarah ke barat
bermuara di Selat Karimata. Sungai Kapuas
memiliki badan sungai sepanjang 1.143 km dan
mengalir melintasi kabupaten Kapuas Hulu,
Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak,
Kubu Raya, hingga membelah kota Pontianak,
ibukota Kalimantan Barat.
Ditilik dari dimensi sungai yang rata-
rata berukuran besar, menarik untuk melihat faktor
apa sajakah yang berperan dalam sejarah
perkembangan salah satu jenis bentang alam yang
banyak dijumpai di Pulau Kalimantan ini.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh
sejarah panjang pembentukan Sungai Kapuas yang
dimulai sejak puluhan juta tahun yang lampau.
Selama jutaan tahun berlalu Sungai Kapuas setia
menjalankan tugasnya dalam proses peneplainisasi
daratan Kalimantan hingga memasuki era stadium
tua. Dua faktor yang paling berpengaruh dalam
perkembangan morfologi sungai adalah faktor
iklim dan gradien dataran.
Pulau Kalimantan dalam pembagian
iklim menurut Wladimir Koppen 1918 termasuk
ke dalam iklim Af atau iklim hutan hujan tropis
yang dicirikan dengan kelembaban udara dan
curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan yang
tinggi ini berdampak langsung terhadap debit air
yang masuk ke sungai. Debit air yang besar
tersebut selama puluhan juta tahun aktif mengerosi
batuan penyusun di bawahnya hingga kemudian
ketika gradien daratan telah mengecil, sungai ini
berkembang membentuk morfologi sungai
meander. Perlu untuk diketahui bahwa titik
tertinggi di Pulau Kalimantan yang mempengaruhi
morfologi Sungai Kapuas terletak di Puncak Bukit
Raya (2.278 mdpl), lebih rendah jika
dibandingkan dengan titik tertinggi di Pulau Jawa
yang terletak di Puncak Mahameru dengan
ketinggian 3676 m. Kondisi geografis yang
demikian diakibatkan oleh perbedaan kondisi
tektonik di antara kedua pulau, dimana Pulau Jawa
berasosiasi dengan tektonik aktif yang
menyebabkan daratan terus terangkat dan terjadi
vulkanisme aktif, sedangkan Pulau Kalimantan
terletak dalam tatanan tektonik yang stabil, tidak
ada pengangkatan oleh gaya tektonik, dan tidak
ada kegiatan vulkanisme aktif.
Selain sebagai suatu bentang alam yang berpengaruh dalam dinamika perubahan morfologi daratan Kalimantan, sungai-sungai ini juga memiliki peran yang seakan tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar
alirannya. Aliran sungai-sungai di Kalimantan dalam skala besar telah menjadi tulang punggung perekonomian sejak dulu. Sungai-sungai tersebut
APLIKASI
Artikel: Hafiz Fatah Nur Aditya
umumnya berfungsi sebagai sarana untuk
menjangkau daerah pedalaman yang belum
tersentuh sarana transportasi darat. Selain
penumpang, komoditas hasil perkebunan, hasil
hutan, dan barang-barang pokok didistribusikan
dengan mengandalkan tranportasi melalui sungai
yang menghubungkan daerah-daerah di Pulau
Kalimantan. Hal ini membantu upaya pemerataan
ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Selain itu, sungai di Kalimantan juga memiliki
fungsi ekonomi lain sebagai sumber mata
pencaharian nelayan ikan tawar hingga lahan pusat
kegiatan seperti lokasi pasar terapung. Kota
Pontianak yang terbelah oleh aliran Sungai
Kapuas menjadikan sungai sebagai bagian dari
gaya hidup dan simbol kekhasan kota tersebut.
Dari asimilasi antara budaya manusia dengan alam
bahkan telah tercipta beberapa produk budaya
yang berkaitan dengan sungai tersebut. Salah satu
contohnya adalah lagu daerah berjudul “Ae’
Kapuas” yang menceritakan tentang keistimewaan
Kota Pontianak. Sungai Kapuas sebagai sarana
pariwisata juga telah dikembangkan oleh
masyarakat dengan menampilkan sisi romantisme
Kapuas di waktu malam hari. Konsep rumah ma-
kan terapung dibangun di atas kapal yang akan
bergerak melintasi sungai selama selang waktu
tertentu ketika pengunjung makan. Menikmati
temaram lampu-lampu Kota Pontianak,
mengamati riak kehidupan warga di tepian sungai,
sambil bersantai di atas aliran sungai terpanjang di
Indonesia adalah satu hal yang sangat menarik
untuk dicoba jika kita berkesempatan
mengunjungi Pontianak.
Sebagai suatu bagian dari alam, Sungai
Kapuas tidak terlepas dari ancaman lingkungan.
Beberapa di antaranya yang perlu diperhatikan
adalah adanya pendangkalan sungai di beberapa
tempat tertentu akibat proses sedimentasi yang
terus berlanjut. Pendangkalan pada dasar sungai
menyebabkan gangguan pada aktivitas pelayaran
yang mengandalkan kedalaman minimal enam
meter untuk dapat hilir mudik dan berlabuh
dengan lancar. Selain itu, permasalahan pada
Sungai Kapuas juga disebabkan oleh pencemaran
yang terjadi akibat pembuangan limbah industri
maupun rumah tangga ke dalam aliran sungai.
Suatu hal yang harus sejak dini kita pikirkan
solusinya agar kehidupan masyarakat dapat
senantiasa lestari dan harmoni bersenandung
bersama alam.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-16
Transformer Jacob, salah satu alat yang
berhasil mengantarkan Arkanu Andaru (Teknik
Geologi UGM 2010) dan Hafizhan Abidin
Setyowiyoto (Teknik Geologi 2012) beserta
timnya meraih medali perak pada Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 yang
diselenggarakan di Universitas Diponegoro pada
tanggal 25-29 Agustus 2104.
Teknologi TRANSFORMER-JACOB
melibatkan unit accelerometer, unit
mikrokontroler sebagai pengolah data, dan unit
laser daya rendah. Ketiga unit tersebut
diintegrasikan ke badan fisik yang tangguh dan
bisa dilipat (retractable), sehingga lebih praktis
dibawa ke mana-mana. Adapun tujuan dari
diciptakannya alat ini yaitu untuk mempermudah
pekerja lapangan dalam melakukan akuisisi data
lapangan, penelitian, ataupun pembelajaran di
lapangan bagi bidang geologi, arkeologi dan
mountaineering, selain itu juga membantu pekerja
lapangan untuk mendapatkan data yang
berkualitas dengan waktu seefisien mungkin.
TRANSFORMER-JACOB
Ilustrasi Oleh: TIM PIMNAS UGM 2014
1. Tongkat Jacob
Tongkat Jacob merupakan tongkat
yang berfungsi untuk mengukur kedudukan
perlapisan batuan sedimen. Tongkat Jacob
memiliki peranan vital dalam bidang
geologi/geofisika dan arkeologi sebagai alat
untuk mengambil data pengukuran stratigrafi
dimana artefak, fosil, dan mineral/batuan
tambang didata dan dipetakan. Akan tetapi,
Tongkat Jacob biasa mengandalkan mata
manusia dalam mengestimasi kedudukan
batuan dalam sistem bandul-busur, sehingga
error yang dihasilkan cukup tinggi.
2. Accelerometer
Untuk mengetahui kemiringan dari
tempat, digunakan accelerometer.
Accelerometer adalah alat untuk mengukur
percepatan. Ketika accelerometer diletakkan
dalam posisi yang statis, maka percepatan
yang terukur adalah percepatan accelerometer
terhadap gravitasi bumi.
3. Unit Pengolah Data (Mikrokontroler)
Menurut Fisher (2011),
mikrokontroler adalah komputer dalam bentuk
kecil yang sudah berbentuk dalam sirkuit
terpadu (chip). Dalam mikrokontroler sudah
terdapat prosesor, memory, dan saluran input-
output yang dapat diprogram.
TIM PIMNAS UGM
INOVASI
Jacob Berteknologi Laser dan Digital Klinometer
Gambar Prototip Transformer JacobOleh: TIM PIMNAS UGM 2014.
b) Arkeologi
Arkeologi merupakan ilmu yang
mempelajari peninggalan-peninggalan
sejarah maupun fosil masa lampau (Taylor,
1967). Peninggalan sejarah dan fosil tersebut
lazimnya berada di dalam perlapisan batuan
dan untuk mempelajarinya perlu dilakukan
pendataan perlapisan batuan. Pendataan
perlapisan batuan tersebut menggunakan
Tongkat Jacob sebagai alat untuk mengukur
strike dan dip serta tebal batuan.
c) Mountaineering
Mountaineering meliputi kegiatan
untuk mengeksplorasi morfologi gunung
dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan sekaligus mengasah
keterampilan hidup di alam bebas. Dalam
mountaineering, terkadang dilakukan
studi/pengamatan dalam bidang geologi,
sehingga Tongkat Jacob akan digunakan.
Jadi, dengan adanya modifikasi
TRANSFORMER-JACOB ini, pengukuran
kedudukan batuan dan ketebalan batuan menjadi
lebih cepat dan akurat. TRANSFORMER-JACOB
ini juga dapat menjadi tongkat lipat bagi pelaku
mountaineering yang membantu dalam mendaki
gunung dan juga berguna ketika ingin melakukan
pengamatan geologi. Fitur lasernya juga
membantu ketika anggota tim mountaineering
membutuhkan sinyal di keadaan gelap/berkabut.
4. Laser
Laser adalah alat yang
memancarkan cahaya melewati proses
penguatan optik berdasarkan emisi dari
radiasi elektromagnetik. Laser berbeda dari
sumber cahaya lainnya berdasarkan titik
persebarannya. Persebaran dari sinar laser
sangat kecil, sehingga dapat difokuskan
pada sebuah titik (Townes, 2003).
Ditinjau dari segi penggunanya,
TRANSFORMER - JACOB dapat digunakan oleh
3 bidang keilmuan, antara lain:
a) Geologi/Geofisika
Ilmu geologi/geofisika
menggunakan Tongkat Jacob dalam
pengukuran stratigrafi. Stratigrafi adalah
studi mengenai sejarah, komposisi dan umur
relatif serta distribusi perlapisan tanah dan
interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi (Boggs, 1995).
Tongkat Jacob digunakan untuk mengambil
data kedudukan perlapisan batuan sedimen
dalam penggambaran kolom perekaman
section batuan (measured section).
Pameran Transformer-JacobPada PIMNAS ke 27
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-18
KALSIT BERLAPIS DESA JARIProspekkah Menjadi Tambang Endapan Logam?
Kalsit merupakan mineral yang sangat
umum dikenali oleh seorang geologist. Mineral yang
memiliki rumus kimia CaCO3 ini bisa kita temui
pada daerah dengan litologi gampingan atau
karbonatan. Secara umum, kalsit banyak dijumpai di
batuan karbonat, batugamping atau bisa juga hadir
sebagai urat pada batuan dengan bentuk yang
beragam. Jika hadir sebagai urat, umumnya kalsit
berbentuk kristal yang tumbuh dari sisi rekahan
batuan. Sedangkan pada batuan karbonat, kalsit ini
berbentuk butir-butir sebagai komponen penyusun
batuan tersebut.
Ada hal menarik yang terjadi di salah satu
Kabupaten di Jawa Timur, tepatnya di Desa Jari,
Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Pada
daerah ini, kita dapat menemukan kalsit dalam
bentuk yang berbeda, dimana kalsit berbentuk
menyerupai lapisan-lapisan pada batuan sedimen.
Mungkin diantara kita ada yang sudah pernah
melihat, ada juga yang belum dan mungkin masih
bertanya-tanya, bagaimana cara terbentuknya kalsit
berlapis ini?
Setelah ditelusuri lebih lanjut, proses
terbentuknya kalsit berlapis ini kemungkinkan
tergolong dalam proses epitermal. Desa Jari terletak
di sisi timur laut Gunung Pandan, yang secara
regional banyak terdapat spot-spot intrusi magma
yang ditemukan di lapangan. Salah satu lokasi intrusi
tersebut berada di Desa Jari. Batuan permukaan yang
berupa batugamping yang berasal dari Formasi
Klitik diintrusi oleh magma yang kemungkinan
berasal dari Gunung Pandan. Intrusi tersebut
menyebabkan naiknya larutan hidrotermal. Larutan
hidrotermal ini bertindak sebagai pelarut
batugamping di atasnya, sehingga menghasilkan
larutan karbonat. Kemudian larutan karbonat
terpresipitasi secara periodik membentuk lapisan-
lapisan kalsit seperti yang terlihat di Desa Jari
tersebut.
Lokasi ini dikenal warga sekitar sebagai
lokasi tambang rakyat yang berupa tambang marmer.
Marmer sangat mungkin dijumpai pada daerah ini,
karena batuan karbonat terutama batugamping telah
mengalami metamorfosa kontak sehingga
menyebabkan batugamping terubah menjadi
marmer. Lalu bagaimana dengan keberadaan kalsit
berlapisnya? Apakah itu sebagai marmer atau
sebagai kalsit? Mungkin bisa keduanya, tergantung
dari hasil pengamatan batuan pada sayatan tipis.
Penambangan Kalsit Berlapis olehWarga Desa Jari
Artikel dan Foto: Yacobus Ekakrismi Nugraha
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-19
Lokasi tambang marmer (kalsit) Desa jari oleh warga sekitar.
Tampak ada truk yang siap mengangkut batuan hasil tambang
Desa Jari merupakan satu-satunya lokasi
tambang marmer yang berada di Kecamatan Gondang.
Tambang yang berada di lokasi lainnya hanya berupa
tambang batuan beku, atau biasa disebut warga setempat
sebagai tambang watu kali. Marmer ini ditambang oleh
warga sekitar, namun pengolahannya dilakukan di luar
Desa Jari. Marmer dimanfaatkan oleh warga sekitar
untuk membuat bermacam-macam furniture rumah dan
sebagian dimanfaatkan sebagai material bahan pertanian
dari marmer yang sudah dihancurkan.
Lalu, apakah hanya seperti itu? Tentu saja
tidak. Ada satu hal yang menarik di daerah ini. Memang,
adanya marmer di Desa Jari ini bisa menjadi barang
ekonomis bagi warga sekitar untuk ditambang. Namun,
sebagai geologist, kita harus bisa melihat dari segi
lainnya.
Ketika kita menemukan suatu sistem epitermal
dimana ada larutan hidrotermal yang bekerja, tentunya
kita dapat memastikan bahwa kita akan menemukan
endapan logam di daerah tersebut. Mengapa? Karena
larutan hidrotermal merupakan agen pembawa logam-
logam yang kemudian akan diendapkan di permukaan
pada urat-urat batuan atau diendapkan dalam bentuk
lainnya.
Dimanakah endapan logam-logam tersebut
dapat kita temukan? Kemungkinan besar, endapan
logam-logam tersebut akan menempel di bagian batas
lapisan pada presipitasi kalsit. Setelah dilihat lebih teliti
oleh penulis, pada bagian batas lapisan kalsit tersebut
memperlihatkan warna yang sedikit keruh, dan sebagian
ada yang berwarna kehijauan. Kemungkinan ada sesuatu
di batas lapisan tersebut. Apa isinya? Bisa saja logam-
logam yang dibawa larutan hidortermal seperti logam
Au, Ag, Pb, Zn, Cu, dll. Kemudian, bagaimana prospek
lokasi ini menjadi tambang logam?. Hal ini masih perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan
logam-logam yang terdapat di daerah ini. Karena sejauh
yang penulis ketahui, belum ada orang yang membahas
dan meneliti lebih detail mengenai kanduungan
logamnya.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-20
Sahabat Bumi Gadjah Mada masih kebingungan
memahami batuan karbonat? Ingin ke lapangan untuk bisa
lebih mendalaminya? Sekarang sahabat tidak perlu
kebingungan lagi karena di rubrik ini akan diberikan
rekomendasi tujuan fieldtrip khusus batuan karbonat! Tidak
main-main, rekomendasi ini diberikan langsung oleh Moch.
Indra Novian, dosen Teknik Geologi UGM yang telah
menekuni seluk-beluk batuan karbonat. Mari kita simak
beberapa lokasi singkapan batuan karbonat di sekitar
Yogyakarta.
Gunung Kampak
Secara administratif, Gunung Kampak terletak di
Padukuhan Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi ini memiliki daya
tarik tersendiri, yaitu adanya bangunan yang berdiri di atas
bukit sisa penambangan batugamping. Secara geologi,
daerah Gunung Kampak juga memiliki kisah yang tak kalah
menarik. Gunung Kampak tersusun oleh perlapisan
batugamping yang menunjukkan endapan progradasi,
retrogradasi, maupun agradasi. Sehingga kenampakan
perlapisan horizontal dari batugamping ditemukan
berdekatan dengan perlapisan yang miring! Hmm.. Mengapa
bisa demikian ya?
Mengenal Lebih Dekat: Batuan KarbonatBayat – Pegunungan Selatan
Artikel: Ferralda Talitha Amir
Gunung kampak
Foto: Dokumentasi fieldtrip Prinsip Stratigrafi, 2013
Waktu tempuh: ± 45 menit dari Kota Yogyakarta ke arah
Timur Laut dengan kendaraan bermotor.
Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan
karbonat, stratigrafi sekuen pada batuan karbonat.
Watuprau dan Sekarbolo
Watuprau dan Sekarbolo berada di Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Watuprau terkenal dengan
bentuknya yang menyerupai perahu terbalik. Di kedua tempat ini,
batugamping yang dijumpai merupakan batuan yang berasal dari
Formasi Wungkal-Gamping (Eosen). Namun, di Sekarbolo akan
tampak adanya slump yang mengindikasikan lokasi tersebut
dulunya berada di tepian lereng. Batuan yang berumur Eosen ini
umumnya tersusun oleh banyak cangkang foraminifera yang
menyerupai kepingan disc. Reservoar minyak bumi di Timur
Tengah ternyata banyak yang berasal dari batuan berumur Eosen
yang memiliki porositas moldic akibat larutnya cangkang-
cangkang ini, lho!
· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke arah
Timur Laut dengan kendaraan bermotor.
· Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan
karbonat, paleontologi, soft-sediment deformation.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-21
Gunung Temas
Seperti tidak ada habisnya, daerah Bayat masih
menyimpan singkapan batuan karbonat lainnya yang tidak
kalah menarik yaitu Gunung Temas. Lokasi ini hanya
berjarak sekitar 1 km ke arah Timur dari Watuprau.
Penggalian yang terus berlangsung di lokasi ini mengungkap
berbagai macam fakta baru yang dapat merubah pandangan
lama terhadap kondisi geologi Gunung Temas. Batuan yang
dijumpai di Gunung Temas tidak murni batugamping saja
namun ada yang bercampur dengan material vulkanik. Hal
lainnya yang menarik adalah banyaknya slump akibat adanya
soft sediment deformation.
· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke
arah Timur Laut dengan kendaraan bermotor.
Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi (batuan
karbonatan), soft sediment deformation.
Mulo
Jauh ke arah pantai selatan, jika sahabat Bumi
Gadjah Mada ingin ke deretan pantai di Gunung Kidul,
cobalah menyempatkan diri ke Mulo. Lokasi yang
belakangan ini menjadi lokasi wisata ternyata dari sisi
geologi sangat menarik. Jika jeli, akan tampak adanya inti
dari pertumbuhan terumbu dan hancuran terumbu yang
membentuk perlapisan di kedua sisi inti (flank).
· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke
arah Tenggara dengan kendaraan bermotor.
· Rekomendasi materi field trip: petrologi batuan
karbonat, carbonate factory, fasies batuan
karbonat.
Sodong
Jika sahabat Bumi Gadjah Mada ingin melihat
rekaman perkembangan terumbu di masa lampau, Sodong
adalah tempatnya. Pada lokasi ini terdapat fasies boundstone
dengan terumbu yang berbagai macam bentuk, mulai dari
pipih, bercabang, hingga bulat. Perkembangan ini dapat
diamati dari bawah ke atas sehingga sahabat dapat
menentukan jenis perkembangannya. Kira-kira termasuk
fase start-up, catch-up, keep-up, atau give-up, ya?
· Koordinat UTM: 446540 – 9113298
· Waktu tempuh: ± 50 menit dari Kota Yogyakarta ke
arah Tenggara dengan kendaraan bermotor.
Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan
karbonat (khususnya aneka ragam boundstone),
carbonate factory, fase pertumbuhan karbonat.
Jangan bosan untuk berhenti jika melihat ada aktivitas
penambangan karena bisa jadi ada fakta baru terungkap. Sama
halnya dengan singkapan di Gunung Temas, singkapan di Bedoyo
berada di lokasi pengerukan (quarry). Pada lokasi ini, dapat
ditemukan batugamping dengan struktur silang siur termasuk
struktur hummocky. Bagian yang diambil pada proses pengerukan
tersebut adalah chalky limestone. Batuan jenis ini jika terawetkan
dengan baik di bawah permukaan berpotensi menjadi reservoar
minyak dan gas bumi yang baik, lho!
· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke arah
Tenggara dengan kendaraan bermotor.
Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan
karbonat, carbonate reservoir, struktur silang siur pada
batuan karbonat.
Lokasi yang telah disebutkan di atas hanya beberapa saja
dari sekian banyak lokasi di dekat Yogyakarta yang menarik untuk
dikunjungi, apalagi untuk melihat batuan karbonatnya. Masih ada
Panggang, Kali Plembutan, dan lain-lain. Bahkan, jika ingin
sekaligus berwisata, sahabat Bumi Gadjah Mada bisa berkunjung
ke Kalisuci maupun Gua Pindul, di sana tersedia fasilitas cave
tubing atau caving, tetapi harus menyiapkan dana ekstra, ya!
Bedoyo
[1] Tim UGM, 2006, Field Trip on Reservoir Characterization: West Progo-Bayat-Wonosari Field Trip, Yogyakarta: tidak dipublikasikan.
[2] Hehuwat, Fred., Siregar, M.S., Ascaria, N.A., 2004, Nanggulan – Bayat Eocene and Southern Mountains Miocene Carbonate Sedimentation Models from the Yogyakarta Area: Possible Analogues for the Tertiary of the North East Java Basin, v.2, Yogyakarta: tidak dipublikasikan.
Foto : Josephine Karenina, 2014
Ekspedisi RinjaniArtikel dan Foto: Josephine Karenina
Tertarik untuk menaklukkan gunung indah tersebut,
saya beserta 3 orang perempuan dan 13 laki-laki dari tim KKN
saya melakukan pendakian pada tanggal 24–27 Agustus 2014.
Perjalanan dimulai dengan menuju basecamp Bawak Nao di kaki
gunung dengan menggunakan mini bus, dan kami bermalam di
basecamp tersebut. Keesokan harinya pukul 11 pagi, setelah
semua siap kami berdoa bersama dan siap untuk mendaki.
Awalnya kami sungguh bersemangat, jalan dengan langkah yang
mantap dan cepat, bahkan sambil bernyanyi. Namun hanya
sekitar setengah jam kami sudah kelelahan dan kelompok pun
mulai terbagi dari yang kuat di depan hingga kelompok yang
banyak beristirahat dibagian belakang. Hal ini dikarenakan
hanya beberapa orang yang pernah mendaki gunung, selebihnya
adalah para pendaki pemula (itupun tanpa melakukan latihan
fisik, hanya bermodal nekat, hal yang sangat tidak boleh ditiru!)
Mendaki sebuah gunung merupakan salah satu
kegiatan yang ada dalam “bucket list” saya. Yap, gunung apapun,
bukan naik Jeep atau hanya menaiki tangga seperti Gunung
Bromo atau tracking pemetaan di Gunung Konang Bayat, namun
sungguh-sungguh mendaki gunung-gunung yang besar dan
tinggi. Saat KKN (Kuliah Kerja Nyata, red.), saya sengaja
memilih tempat yang jauh dari Pulau Jawa. Berawal dari ikut-
ikutan teman yang mendaftar KKN di Lombok, saya diterima
dan menjadi berniat sepenuhnya untuk KKN di sana karena
tertarik untuk jalan-jalan ke pantai dan pulau yang sangat
terkenal disana yaitu Gili Trawangan. Kemudian saya sadar, di
Lombok ada gunung ke-3 tertinggi di Indonesia, dengan
ketinggian 3726 mdpl, sebuah gunung yang cantik dan indah
bernama Rinjani.
INTERAKSI
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-23
Warna oranye indah menyembul dibalik bibir gunung,
cahayanya menyinari hamparan awan putih yang luas. Langit
nya berwarna jingga indah, dibarengi dengan udara segar sore
hari yang sangat teduh. Kami menikmati sore hingga matahari
benar-benar tenggelam dan akhirnya malam pun tiba. Gelap
gulita, hanya lampu-lampu dari perkemahan pendaki lain dan
cahaya bintang. Cahaya bintang di gunung sangatlah indah,
Milky Way terlihat jelas. Sayang sekali itu semua hanya dapat
ditangkap memori, tidak dapat ditangkap oleh kamera. Betapa
bersyukurnya saya menjadi manusia yang dapat melihat
keindahan itu. Kami lalu melakukan briefing dan pembagian
kelompok serta barang bawaan untuk menuju puncak,
kemudian segera beristirahat. Hari yang melelahkan namun
kami tetap semangat. Sedikit lagi, batin kami. Sedikit lagi
mencapai puncak Rinjani.
Pukul 1 pagi kami bangun dan bersiap-siap.
Cuacanya sangat dingin, tangan membeku, gigi bergemelutuk,
hidung berair. Kami tidak membawa tas carrier kami, hanya
beberapa sleeping bag, tas dan minum, serta air panas untuk
mengantisipasi apabila ada yang mengalami hipotermia.
Setelah semuanya siap, kami berdoa lalu mulai menuju puncak.
Keadaan sangat gelap, kami memakai headlamp namun tidak
dapat melihat kejauhan, sehingga kami selalu berdekatan.
Kami berjalan dan terus berjalan menyusuri sungai-
sungai kering, hutan, serta bukit-bukit dan padang rumput yang
indah, melewati pos satu dan langsung menuju pos dua. Tiba di pos
2, kami beristirahat, makan perbekalan dan mengisi stok air, karena
mata air hanya ada di pos 2. Setelah beristirahat, kami melanjutkan
perjalanan. Kabut mulai turun dan cuaca semakin dingin, namun
karena terus berjalan, tubuh tetap terasa hangat. Jalan menuju pos 3
mulai sedikit sulit, tanjakan berbatu dan harus memanjat sedikit.
Sore hari akhirnya kami tiba di di pos 3. Dengan berbagai
pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk membangun
kemah di pos 3.
Pagi hari kami disambut oleh sunrise yang indah.
Dinginnya hawa pagi di Gunung Rinjani diimbangi dengan cahaya
kuning-jingga dan pancaran sinar matahari menyelimuti tubuh
kami, hangat dan nyaman. Suasana yang hening, asri dan
menenangkan jiwa. Setelah menikmati pagi, kami bersiap-siap,
briefing, berdoa, berkemas dan melanjutkan perjalanan. Ini dia
perjalanan yang paling ditakuti, perjalanan menuju Plawangan
Sembalun, melewati 7 bukit penyesalan dan penyiksaan. Mengapa
dinamakan Bukit Penyesalan? Karena bukit ini merupakan track
naik dan turun terus menerus sebanyak 7 kali
Kami memulai perjalanan dengan semangat di hari yang
baru. Ritme berjalan dan nafas kami lebih stabil dari hari kemarin,
namun tetap saja, perjalanan ini sangat melelahkan. Kami mulai
lelah dan “menyesal” pada bukit ketiga. Namun yang ada di pikiran
kami bukan “baru bukit ketiga” tetapi “tinggal empat bukit lagi”.
Ya, semangat yang menggebu-gebu diawal tidaklah cukup, perlu
stabilitas semangat yang kuat. Selama perjalanan pun kami
ditemani oleh berbagai perbekalan yang manis seperti madu,
cokelat pasta, wafer, gula jawa, semua yang manis-manis. Cemilan
ringan seperti itu sangat membantu.
Hari semakin siang, kami semakin lelah dan tibalah kami
di bukit terakhir. Bukit terakhir sebelum Plawangan Sembalun (pos
4) sangat terjal dan berpasir, sehingga kami hampir merangkak
untuk menaikinya. Tetapi di tengah perjuangan itu, ketika menolah
ke belakang...kami sudah di atas awan! Pertama kalinya saya di
atas awan, pemandangan yang luar biasa. Semangat kami pun
terpacu kembali. Hingga akhirnya tiba di Plawangan Sembalun 1.
Pemandangannya luar biasa, setiap tetes keringat kembali terbayar
disini. Kami benar-benar sudah berada diatas awan! Kami
mengabadikan momen indah ini sambil beristirahat, kemudian
melanjutkan perjalanan ke Plawangan Sembalun 2, tempat
berkemah.
Tiba di Plawangan Sembalun 2, hari sudah menjelang
sore hari dan tepat sekali dengan waktunya sunset.
Foto bersama sang merah putih di puncak tertinggi Gunung Rinjani
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-24
Dengan kelerangan seperti itu, jalan kami semakin lambat dan
banyak beristirahat. Bahkan sudah ada orang-orang yang turun dari
puncak, namun kami masih saja belum sampai.
Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya kami tiba di
puncak sekitar pukul 8 pagi. Saya dan teman-teman saya yang tiba
dipuncak berpelukan dan menangis, tangis haru, tangis lelah,
tangis bangga. Sambil menyemangati yang masih dibawah, kami
melihat keindahan Lombok dari Puncak Gunung Rinjani. Terlihat
Danau Sagara Anak yang indah dan kami tidak hentinya
mengabadikan momen-momen ini.
Setelah menikmati Puncak Rinjani, akhirnya kami turun.
Jalan turun ternyata lebih sulit dan licin. Akhirnya saya dan teman
saya turun sambil bergandengan dan itu sangat memudahkan, kami
jadi berjalan lebih cepat dan saling memegangi. Kami berpencar
dengan teman-teman lain dan turun lebih dulu ke Plawangan
Sembalun. Kami sampai di Plawangan Sembalun kemudian
menunggu teman-teman lain sambil beristirahat sambil masak dan
makan siang. Tadinya kami berencana untuk turun ke Segara Anak
setelah memuncak, namun ternyata rombongan kami terlalu lelah
dan memutuskan untuk menginap semalam lagi di Plawangan
Sembalun sambil menunggu beberapa teman kami yang masih
belum turun dari puncak.
Menjelang sore hari, salah satu teman saya menyeletuk
dan menantang untuk turun ke Segara Anak. Hanya beberapa orang
yang merespon dan kebanyakan terlalu lelah dan takut tidak
kembali tepat waktu untuk turun gunung keesokkan harinya. Tapi
ternyata teman saya kekeuh untuk ke Segara Anak dan saya
tertantang untuk ikut, mendaki Gunung Rinjani namun tidak ke
Segara Anak sangat disayangkan, batin saya. Akhirnya saya
berempat turun ke Segara Anak dengan hanya membawa
headlamp, kompor, nesting, mie instan, gelas, kopi, air, sebuah
sleeping bag dan sebuah matras. Kami hanya membawa sedikit
barang dengan pertimbangan kami akan segera naik setelah
menikmati sunset di Segara Anak. Betapa sombongnya kami
mengira perjalanan yang ditempuh akan semudah itu.
BUMIGADJHAMADAVol.‘X’-1
Keadaan gelap dan persedian minum yang minim,
ditambah sulitnya track yang berpasir dan berkerikil
membuat kami sering terpeleset serta mengharuskan kami
untuk saling menunggu. Kami sudah merasa berjalan sangat
jauh, sudah berjam-jam namun tidak juga sampai. Dari
kejauhan mulai terlihat barisan lampu didekat puncak,
menandakan bahwa perjalanan masih cukup panjang. Hingga
tiba salah satu teman kami megajak untuk sholat subuh.
Ternyata sudah hampir pagi namun kami masih cukup jauh.
Kami berjalan terlalu lambat dan banyak istirahat, sepertinya
tidak akan sampai puncak tepat saat sunrise, batin kami. Tapi
ya sudahlah, dalam pendakian seperti ini, we leave no man
behind. Akhirnya kami berjalan kembali setelah rombongan
selesai sholat. Lereng semakin terjal, pasir yang
berterbangan karena pendaki lain mulai menyesakkan dada,
ditambah oleh cuaca dingin. Tapi kami terus berjalan. Hingga
dari kejauhan, tampaklah segaris cahaya jingga. Perlahan
cahaya jingga itu menyeruak dari kegelapan. Saya berhenti,
tersenyum, dan menangis. Menangis sambil tertawa.
Tidak pernah saya merasa seperti orang gila yang
bisa tersenyum dan tertawa kecil hingga menangis hanya
karena melihat sebuah pemandangan, tapi cahaya jingga itu
menimbulkan sensasi baru pada diri saya. Ditengah
kelelahan dan kedinginan, cahaya itu muncul sebagai terang
dalam kegelapan, secercah harapan dalam keputusasaan.
Matahari semakin naik, kami mendaki sambil
menikmati sunrise. Danau Segara Anak mulai terlihat, dan
indahnya luar biasa. Danaunya memiliki air yang biru dan
sangat tenang, dan sangat indah. Setelah menikmati semua
keindahan tersebut hingga matahari benar-benar terang, kami
masih dijalur menuju puncak. Setelah terang rombongan
kami mulai terpencar. Ada yang jauh lebih dulu, ada yang
tertinggal dibelakang. Lereng semakin terjal, sekitar 45° atau
mugkin lebih, track-nya sangat melelahkan karena berpasir
dan berkerikil. Lebih nyaman merangkak daripada berjalan
dengan dua kaki.
Sunrise mengiringi perjalanan kami saat menuju puncak Gunung Rinjani
Gunung Rinjani sangat dihormati oleh masyarakat
Lombok, bahkan alang-alang pada gunung ini pun tidak
dicabuti untuk menjadi atap rumah karena dianggap tidak
menghormati Dewi Anjani.
Kami kemudian menangkap ikan dan diberi beberapa
ikan juga dari camper lain. Kami tidak memiliki minyak goreng
dan meminta dari porter yang berkemas akan pergi. Kami
diberikan opor kalengan dan sambal dari camper yang akan
turun gunung, untuk meringankan beban mereka. Sungguh
menyenangkan dapat berbagi dan bercerita dengan camper lain
yang sangat bersahabat, yang ternyata camper tersebut juga
mahasiswa UGM.
Selesai masak-masak dan berkemas, kami menuju
hotspring yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari danau.
Pemandangan yang luar biasa kami temukan ketika menuju ke
hotspring. Dinding-dinding tebing yang tinggi dan indah.
Ketika kami tiba, disana masih cukup sepi dan tidak banyak
yang berendam sehingga kami dapat berenang dengan leluasa.
Hotspring ini mengandung sulfur, airnya hangat berwarna
kuning keruh. Setelah puas berenang, kami ganti baju dan
mengambil air di mata air dekat dengan hotspring untuk
perjalanan kembali ke Plawangan Sembalun.
Kami tiba di Plawangan Sembalun sekitar pukul
15.00 WITA dan pulang melewati jalur berangkat. Awalnya
kami berencana turun lewat jalur yang berbeda yaitu jaur
Senaru, tapi tidak memungkinkan karena kami akan pulang ke
Yogyakarta esok paginya, serta kami belum mengetahui medan
di jalur Senaru. Ternyata sebagian teman sudah turun terlebih
dahulu sejak pukul 12.00 WITA. Kami turun hampir tanpa
berhenti, hanya berhenti beberapa kali dan sekitar 5-10 menit
lalu berjalan lagi. Hari semakin gelap, bintang mulai
bermunculan, beberapa headlamp mulai redup, namun kami
terus berjalan. Kami melewati pos demi pos yang kemarin kami
lewati dan akhirnya tiba di pos pertama. Jalan dari pos pertama
menuju basecamp cukup jauh, terlebih hari mulai gelap dan
jalurnya sudah tidak setapak lagi. Disitu batas fisik saya, kaki
sangat pegal dan bahkan berhenti sejenak tidak membuat
keadaan membaik. Kami melewati lagi sungai kering kemarin
dan akhirnya sampai di basecamp. Rombongan sebelumnya
sudah tiba dan menunggu. Kami disambut oleh mereka dengan
pelukan dan ucapan selamat, dan ya, saya menangis. Tangis
lelah dan lega serta bahagia. Rinjani telah saya taklukan dalam
4 hari dan 4 malam. Setelah semua personil lengkap, kami naik
bus dan pulang. Kami tidak sempat tidur di basecamp KKN,
kami berbenah lalu langsung berangkat ke terminal dan menuju
Yogyakarta.
Kami baru mulai berjalan sekitar setengah empat sore
dengan harapan dapat melihat sunset. Kami berlari dan berjalan
dengan cepat. Dua teman saya bahkan sampai berjalan jauh
didepan, saya dan satu teman saya tertinggal. Hari mulai gelap,
dua teman saya sudah tidak tampak, kami meneriaki mereka
namun tidak ada yang menyahut. Saya dan teman saya mulai
panik dan takut salah jalan, dan akhirnya memutuskan untuk
kembali naik ke Plawangan Sembalun. Persis saat kami akan
bersiap-siap balik arah, kedua teman kami meneriaki kami.
Akhirnya kami mengikuti kode dari senter mereka dan menyusul
mereka. Ketika kami sudah menyusul mereka, ternyata ada jalan
bercabang dan mereka tidak tahu harus lewat mana. Kami
memutuskan untuk menunggu orang yang lewat karena tadi kami
melewati pendaki lain kemudian mengikuti mereka. Hari sudah
gelap dan kami tidak dapat lagi melihat Segara Anak, dan
akhirnya kami baru tiba disana sekitar pukul 10 malam. Kami
sangat lelah dan kedinginan. Karena tidak membawa tenda, kami
berkeliling mencari apa yang dapat digunakan untuk tempat
berkemah, dan suatu kebetulan yang luar biasa kami menemukan
terpal bekas dan tali rafia bekas yang cukup panjang sehingga
kami dapat membuat bivak. Sebelum tidur kami membuat mie
dan menghangatkan badan dengan membakar sampah dan
ranting-ranting pohon. Malam itu dingin sekali, terlebih bivak
tadi tidak tertutup sempurna. Kami tidur sambil bergemetaran
dan sering terbangun, berharap segera pagi.
Pagi yang ditunggu pun tiba, kami melihat sunrise dari
danau Segara Anak. Mataharinya memang tidak terlihat namun
cahayanya menyinari bibir kaldera dan memantulkan
pemandangan indah. Udara segar dan pemandangan yang asri
sungguh mendamaikan. Danau Segara Anak ini merupakan
kawah dari hasil letusan Gunung Rinjani pada tahun 1257, yang
dahulu dikenal dengan nama Gunung Samalas. Gunung Samalas
memiliki ketinggian sekitar 4200 mdpl kemudian meletus, dan
sekarang dikenal sebagai Gunung Rinjani yang memiliki
ketinggian 3726 mdpl. Bayangkan seberapa besar letusan
tersebut hingga ketingiannya berkurang sekitar 500 m. Letusan
Gunung Samalas merupakan letusan yang sangat besar,
mengalahkan letusan Gunung Tambora dan Krakatau. Material
yang dikeluarkan sangatlah banyak hingga mencapai lebih dari
40 km3 batuan dan abu. Material letusan tersebut tersebar ke
seluruh dunia dalam jumlah yang signifikan untuk dilacak sampai
ke Greenland dan lapisan es Antartika. Letusan ini juga berakibat
cukup besar terhadap iklim saat itu. Hasil dari letusan inilah
menyebabkan puncak Gunung Samalas hilang dan menjadi
Kaldera Rinjani. Karena aktifitas Gunung Rinjani yang terus
aktif, terbentuklah gunung baru ditengah kawah tersebut yaitu
Gunung Barujari.Terdapat mitos bahwa Danau Segara Anak ini
merupakan tempat bersemayamnya Dewi Anjani. MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-26
Pada sekelabatan masa kemarin dalam hitungan skala waktu geologi,
seorang arsitek besar menjadikan sebuah bukit di ujung utara
Pegunungan Kulonprogo sebagai tempatnya melempar pandang
merasai alam dan lantas memberi sentuhan pada
karyanya dengan harmoniyang terindera olehnya.
Gunadharma, nama sang arsitek itu, tengah menggarap sebuah mahakarya
yang akan mengabadi sepanjang masa,
Candi Borobudur.
Artikel: Hafiz Fatah Nur Aditya
Foto: http://siskanurifah.files.wordpress.com
Bukit yang sekarang dikenal dengan nama Punthuk
Setumbu ini terletak sekitar 4 km di sebelah barat dari Candi
Borobudur. Lokasinya dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta
dalam waktu 45 menit menggunakan kendaraan pribadi. Sebagai
tempat wisata, bukit ini menawarkan pengalaman menikmati
Candi Borobudur dari sisi lain, yaitu dari kejauhan. Candi
bercorak Budha yang dibangun pada abad ke-9 itu tampak tenang
dan indah di antara rerumpun hijau pepohonan sehingga
memunculkan kesan adanya bayangan teratai di atas sebuah
danau. Waktu berkunjung terbaik untuk menyaksikan eksotisme
candi berbalut kabut dan berlatar semburat jingga cahaya
matahari pertama itu adalah saat matahari terbit.
Dari jalan provinsi Yogyakarta-Magelang, Punthuk
Setumbu dapat dicapai dengan mengambil arah ke Candi
Borobudur, gapura besar di jalan masuk cukup jelas memberikan
petunjuk lokasi bangunan yang pernah menjadi satu keajaiban
dunia tersebut. Setelah sampai di lokasi Candi Borobudur,
perjalanan ke Punthuk Setumbu masih terus berlanjut ke barat.
Jalanan selanjutnya akan melewati perkampungan dan dapat
dituju dengan mengikuti petunjuk arah yang mencantumkan
nama Punthuk Setumbu Nirwana Sunrise. Tiket seharga Rp
15.000 perlu ditebus dulu agar bisa naik ke lokasi gardu pandang.
Tak perlu banyak tenaga dan waktu untuk mencapai titik pandang
yang dimaksud karena letaknya memang tidak jauh dan tidak
terlalu tinggi. Jalan setapak yang dilalui sudah rapi tersusun
bebatuan membentuk anak-anak tangga pendakian.
Hari masih gelap saat kami tiba di titik pandang
Punthuk Setumbu. Gerimis sempat turun di perjalanan
memasuki Magelang. Sesampainya di sana kabut tipis
menyambut kedatangan kami, berarak perlahan menyelimuti
bukit dan bentangan alam seluas mata memandang. Udara subuh
terasa cukup sejuk namun masih dalam taraf normal karena
ketinggian bukit yang hanya 300 meter di atas permukaan laut.
Langit masih gelap, begitupun beberapa tinggian di belantara
perbukitan bergelombang yang satu di antaranya bertahta teratai
nirwana masih serupa bayang-bayang hitam di kejauhan.
Melaksanakan shalat subuh dapat dilakukan di lokasi titik
pandang karena sudah terdapat surau kecil yang dibangun
pengelola di atas bukit.
Bukit Punthuk Setumbu terletak di bagian ujung utara
dari Gunung Menoreh yang merupakan satu di antara tiga
gunungapi tersier yang membentuk Pegunungan Kulonprogo.
Tidak tersingkap batuan segar di sekitar bukit, namun tanah
berwarna coklat kekuning-kuningan yang terlihat di beberapa
tempat kuat dapat diperkirakan sebagai lapukan dari batuan yang
menyusun Formasi Andesit Tua. Formasi ini terdiri dari lava dan
breksi produk aktivitas vulkanisme berumur 30 juta tahun.
PUNTHUK SETUMBU-Menikmati Borobudur dari Tepian Telaga Purba-
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-27
Munculnya kembali aktivitas vulkanik pada zaman
Kuarter yang ditandai dengan terbentuknya Gunung Merapi dan
Merbabu di sebelah timur serta Gunung Sumbing dan Sindoro di
sebelah barat laut menjadikan lembah Borobudur yang
merupakan bagian dari dataran Kedu Selatan dihampari material
batuan dengan kadar kesuburan tinggi. Sungai Progo yang
mengalir memisahkan antar tinggian di sekitarnya menjamin
kenyamanan daerah ini sebagai tempat tinggal manusia. Maka
menjadi hal yang mudah dimaklumi ketika pada tahun 825 M Sri
Maharaja Shmarattungga yang berkuasa di Mataram
membangun sebuah mahakarya peradaban di tempat ini.
Daerah daratan yang sekarang menjadi bagian dari
wilayah kecamatan Borobudur disebutkan dulu pernah berupa
bentangalam danau. Penganut Buddha mempercayai adanya
Maitreya, yaitu Buddha yang akan hadir ke dunia. Buddha akan
lahir dari tengah bunga teratai yang dalam kepercayaan Buddha
merupakan lambang dari kesucian. Hipotesis mengenai
morfologi purba kawasan Borobudur yang berupa danau
pertama kali diungkapkan oleh Niewunkamp yang menyadari
bahwa desain arsitektur Candi Borobudur menyerupai teratai
dan meyakini bahwa penentuan lokasi pembuatan candi ini tidak
akan dilakukan dengan sembarangan.
Pada tahun 1966, Helmy Murwanto seorang ahli
geologi dari UPN Veteran Yogyakarta mengadakan penelitian di
Borobudur dan menyatakan bahwa ditemukan alur sungai yang
bermuara di daerah sekitar Candi Borobudur dari analisis
geomorfologi. Teori ini semakin dikuatkan dengan analisis
pollen (fosil serbuk sari) pada endapan batulempung hitam di
sekitar candi yang menunjukkan kondisi lingkungan
pengendapan berupa rawa. Geolog senior M.M. Purbo
Hadiwijoyo menuturkan bahwa danau yang terdapat di sekitar
Candi Borobudur terbentuk sekitar 22.000 tahun yang lalu akibat
merosotnya dinding Merapi sebelah barat ke arah barat daya
sejauh 17-20 km. Peristiwa longsoran ini mengakibatkan
material penyusunnya terserak di beberapa tempat, menjadi
gundukan tinggian-tinggian yang dapat diamati di sekitar Candi
Hampir sepuluh abad tahun setelah dibangun, Candi
Borobudur ditemukan di era modern dalam keadaan terkubur,
seperti yang ditera oleh Rafles, seorang gubernur pemerintahan
kolonial yang bertugas di Jawa pada tahun 1811-1815 dalam
catatannya, History of Java. Ahli geologi besar Van Bemmelen
pun menuliskan bahwa kondisi Candi Borobudur pada tahun
1814 ialah tertimbun dan tertutupi semak belukar. Ia berpendapat
bahwa letusan Gunung Merapi pada tahun 1006
menggelontorkan material yang menutupi bangunan candi dan
menimbun danau di sekitarnya menjadi daratan. Peristiwa
bencana gunungapi ini pula yang diperkirakan menjadi faktor
utama ditinggalkannya candi di kaki-kaki Gunung Merapi dan
berpindahnya pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur.
Dari sisi kedalaman memaknai sebuah perjalanan, di
Punthuk Setumbu kita dapat mencoba mencari tahu sudut
pandang Gunadarma saat merancang Candi Borobudur. Alam
dengan keteraturannya yang menakjubkan banyak memberikan
ilham padanya dalam pembangunan candi terbesar di Asia
Tenggara tersebut. Demikian pula penempatan dua candi yang
berada di sebelah timur Candi Borobudur, yaitu Candi Pawon
dan Candi Mendut. Kesegarisan terbentuk di antara ketiga candi
yang menggambarkan tahapan menuju nirwana tersebut.
Arahnya tidak lurus ke timur segaris dengan jalur edar matahari,
melainkan agak miring ke utara. Pada papan informasi wisata di
Punthuk Setumbu dicantumkan bahwa kesegarisan tersebut
disejajarkan dengan garis lurus yang terbentuk antara letak
bintang Alnitak, Alnilam, dan Mintaka pada konstelasi Orion,
yaitu jajaran bintang yang oleh orang Jawa dikenal sebagai Rasi
Waluku penanda musim bertanam akan segera tiba.
Sebagai sebuah tempat wisata, Punthuk Setumbu
menawarkan sensasi dan pengalaman yang mengesankan.
Kombinasi antara menikmati keindahan alam dan mengagumi
mahakarya pendahulu bangsa yang dipenuhi nilai dan falsafah
pengetahuan memberikan cita rasa yang eksotis dan memikat.
Kabut pada pagi hari menutupi sebagian besar Punthuk Setumbu yang membuat kenampakan
lembah ini menjadi lebih indah.
Desa Kandangserang, salah satu desa di Kabupaten
Pekalongan (bagian utara Jawa Tengah) yang mempunyai
panorama geologi yang tidak biasa. Desa Kandangserang ini
menurut mitos merupakan suatu daerah yang diserang oleh
para dewa melalui kenampakan perbukitan yang seolah-olah
dalam posisi menyerang, oleh sebab itu diberi nama “Serang”
sedangkan nama “Kandang” di ambil dari salah seorang
penemu pertama daerah tersebut, yaitu Ki Gede Kendang.
Desa Kandangserang sendiri mempunyai luas 2wilayah sebesar 60,55 km dan berada pada ketinggian antara
428 mdpl hingga 1075 mdpl dengan kelerengan berkisar o oantara 5 – 60 dan memiliki jenis tanah latosal 50%, andosal
30% dan gromosal 20%.
Jika dilihat dari sisi geomorfologi di Desa
Kandangserang, perbukitan dengan kemiringan 5–60 derajat
mengindikasikan suatu litologi resisten (breksi dan
batulempung karbonatan) yang ternyata sebenarnya rapuh.
Hal menarik yang akan dibahas dari daerah tersebut adalah
fenomena tanah longsor yang seolah menjadi hantu
penunggu akibat rapuhnya litologi di tempat tersebut. Pada
rentang waktu Januari tahun 2014 hingga Agustus 2014,
terjadi dua kali bencana longsor di tempat yang berbeda,
namun masih dalam satu kecamatan.
Secara teoritis, longsor merupakan suatu gerakan
tanah pada lereng melalui bidang gelincir lurus atau
lengkung. Jika dilihat dari materialnya, longsor bisa terdiri
dari 3 jenis penyusun berbeda, yaitu batuan, debris, atau soil.
Sedangkan untuk cara pergerakannya, longsor itu sendiri bisa
berupa aliran (flows) atau jatuhan (fall).
Beberapa hal lain yang harus diperhatikan terkait
dengan kejadian longsor adalah faktor-faktor yang mempe-
DESA KANDANGSERANGPERBUKITAN LAPUK DALAM KONDISI MENYERANG
ngaruhi kestabilan lereng. Faktor tersebut yaitu geomorfologi,
litologi / tanah, struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna lahan.
Longsor bisa terjadi jika batas kritis kestabilan lereng sudah
terlampui. Beberapa hal yang bisa memicu terjadinya longsor
tersebut adalah getaran, air, dan manusia.
Longsor yang terjadi pada periode awal pada tahun 2014
di Desa Kandangserang dipicu oleh aktivitas hujan (air) yang
menyebabkan tanah mengalami proses pelapukan intensif. Di sisi
lain, pengaruh struktur geologi yang kompleks di tempat tersebut
berupa sesar dan lipatan menyebabkan daerah ini sangat rapuh
terhadap longsor.
Longsor jenis pertama terjadi pada tanah hasil lapukan
breksi andesit, dengan pelamparan mencapai 200 meter dan
ketinggian 100 meter. Warna merah yang mendominasi daerah ini
merupakan hasil pelapukan intensif dan dimanfaatkan sebagai
daerah persawahan. Akan tetapi, karena rendahnya vegetasi
pepohonan di tempat tersebut, air hujan dalam jumlah besar
kemudian tidak mampu terserap dengan baik dan menyebabkan
pengembangan tanah yang diperkirakan mencapai 6 kali volume
sebelumnya. Akan tetapi, ketika tidak terjadi hujan dan tanah
menjadi kering, banyak retakan (crack) yang mulai terbentuk.
Longsor jenis kedua terjadi pada hasil lapukan
batulempung pasiran (karbonatan) yang mengalami pensesaran
dan pengkekaran. Pada litologi ini terdapat kekar-kekar hasil
aktivitas tektonik yang menyebabkan batuan menjadi mudah
hancur. Ketika kondisi lereng sudah mulai tidak stabil, ditambah
massa batuan yang semakin bertambah akibat pengaruh air hujan,
maka terbentuk suatu debris aliran yang menyebabkan daerah
tersebut longsor ke arah dip lapisannya.
Artikel dan Foto: M. Rizki Sudirman
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-29
Soil merah yang berasal dari lapukan breksi andesit. Soil tersebut mengalami liquefaction sehingga menyebabkan massa tanah menjadi mengembang dan memicu terjadinya longsor di desa Kandangserang
B a t u l e m p u n g p a s i r a n (karbonatan) yang mengalami aktivitas tektonik kuat berupa pengkekaran. Akibat struktur geologi tersebut, batulempung menjadi sangat rapuh dan mudah hancur.
Dari fenomena geologi di atas, bumi selalu ingin mengajarkan pelajaran yang berharga bagi manusia. Bahwa kita harus bisa bersahabat dengan bencana. Bersahabat di sini a r t i n y a a d a l a h m a m p u m e n g e n a l i , mengklasifikasi (mengelompokkan), dan membuat suatu prosedur mitigasi. Bencana sendiri pada dasarnya terjadi karena ada manusia di dalamnnya. Oleh sebab itu, dari pelajaran tanah longsor yang ada di Desa Kandangserang, manusia harus bisa m e m i n i m a l i s i r e f e k k e r u g i a n y a n g ditimbulkan oleh bencana tersebut.
Lapukan batuserpih berwarna abu-abu dengan kekar dan sesar yang sangat intensif sehingga menghancurkan batuan tersebut. Jalan ini menghubungkan Pekalongan dengan Purwokerto, akan tetapi semenjak terjadinya bencana longsor jalan tersebut tidak bisa digunakan kembali.
MUTIARA YANG TERLUPAKANDI UJUNG BARAT INDONESIA
“Gampong (re: Desa) Jaboi, salah satu desa di Kota
Sabang, memiliki banyak keindahan alam yang bisa kamu
lihat. Ada pantai dengan terumbu karang yang baik, ada
gunungapi yang mengeluarkan air panas dan bau belerang, dan
tentu ada kopi yang selalu setia menemani disaat apapun
keadaanmu,” ujar Keuchik (re: Kepala Desa) Gampong Jaboi
panjang lebar. Saya lupa, kami sedang berbincang dengan
Keuchik yang eksentrik itu untuk sekian waktu. “Dengan
potensi wisata sebesar itu, sewajarnya Gampong Jaboi menjadi
tujuan wisata yang dikenal oleh kalangan pencinta jalan-jalan
baik itu turis domestik maupun turis mancanegara,”
tambahnya dengan semangat. Saya dan kawan-kawan
mengangguk setuju, lalu kami semua menyeruput kopi
bersama.
Gampong Jaboi adalah salah satu desa yang berada di
Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Pulau Weh. Di sebelah
Desa Jaboi yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kota Sabang merupakan salah satu desa yang berada
di pulau paling barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pulau Weh. Mungkin hanya sedikit orang
yang mengenal baik desa ini, bahkan mungkin mendengarnya saja belum pernah. Tetapi seperti kebanyakan pulau-
pulau di Indonesia, Pulau Weh adalah salah satu pulau yang menyimpan harta karun misterius yang sangat menggoda
untuk dijelajahi oleh para pencinta jalan-jalan. Saya adalah pejalan Indonesia yang tergoda oleh pesona itu.
barat dan utara terdapat tinggian perbukitan, sedangkan
disebelah timur dan selatan berbatasan langsung dengan laut.
Pulau Weh sendiri adalah pulau yang diperkirakan terangkat
akibat adanya proses subduksi yang terjadi disepanjang
wilayah Indonesia. Proses subduksi, secara sederhana,
merupakan peristiwa penunjaman satu lempeng ke bawah
lempeng lainnya akibat perbedaan densitas atau faktor lainnya.
Pada kasus Pulau Weh, Lempeng Indo-Australia menunjam ke
bawah Lempeng Eurasia.
Fenomena subduksi ini secara sederhana dapat diketahui
dengan melihat bukti aktivitas magma di dalam bumi yaitu
gunungapi dan terbentuknya palung di lautan. Di Pulau Weh,
dalam hal ini Gampong Jaboi, ditemukan adanya bukti
aktivitas magma aktif yaitu gunungapi. Gunungapi yang
dimaksud bukan merupakan gunungapi berbentuk gundukan
kerucut tinggi seperti Gunungapi Merapi atau lainnya.
Artikel: Riefky Prajasa
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-31
Foto: Ramadhani Rindra Yudhanto
Gunungapi yang dimaksud berupa manifestasi panasbumi
dengan ditemukannya hasil proses alterasi batuan, mineral
hidrotermal seperti sulfur, dan kepulan uap yang sepanjang
waktu keluar dari dalam bumi terlebih jika dilihat pada pagi
hari.
Selain keindahan sekaligus kedahsyatan yang ada pada
gunungapi, Gampong Jaboi juga memiliki keindahan lain yang
bersembunyi di bawah air laut yang tenang. Siapa sangka, di
bawah laut yang tenang itu, terdapat kehidupan aneh yang kita
sebut terumbu karang. Memang kondisi di pesisir tersebut
sangat memenuhi syarat agar terumbu karang dapat terbentuk.
Sinar matahari yang cukup, air laut yang jernih, suplai sedimen
yang tidak membuat air laut keruh, dan jumlah nutrisi yang
berlimpah. Kondisi karang tersebut sangat indah, tidak heran
teman saya mempunyai ungkapan yang sangat tepat, dan harus
saya akui saya sependapat dengannya. Ungkapan tersebut
berbunyi 'saat surga tidak berada di atas awan, tetapi di bawah
permukaan laut'.
Gunungapi yang Berwarna Putih
Pagi itu saat saya membuka mata, telinga saya langsung
mendengar angin yang terus-menerus dengan cepat membawa
awan mendung sehingga tidak sempat menjatuhkan titik-titik
air yang dibawanya. Sedangkan suara kokok ayam dan sinar
matahari bercampur-aduk menggoda indra pendengaran dan
pengelihatan. Pagi itu terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya
selama saya hidup di ujung Indonesia. Saya dan teman-teman
akan menyusuri jejak batuan berwarna putih menuju puncak
gunungapi. “Jika kalian ingin ikut menyusuri jalan menuju
puncak gunungapi, kalian harus mulai berjalan di pagi hari,
agar siangnya kita sudah dapat kembali ke rumah,” pesanku
sehari sebelumnya pada teman-teman yang ingin mengikuti
perjalanan.
Selama perjalanan itu, saya melihat banyak sekali
fenomena geologi menarik. Batuan teralterasi berwarna putih,
mungkin bertipe argilik hingga argilik lanjut, tersebar luas
menyelimuti kompleks gunungapi. Selain itu, terdapat pula
mineral-mineral hidrotermal seperti sulfur yang umum
ditemukan pada kompleks manifestasi panasbumi. Ditemukan
pula adanya bukti hasil aktivitas tektonik yang tersingkap
dipermukaan. Bukti tersebut berupa struktur geologi yaitu
kekar-kekar pada batuan teralterasi yang pecah akibat gaya
tekan yang telah melebihi batas ketahanan batuan. Sehingga
wajar, jika pada daerah ini terdapat manifestasi panasbumi
yang muncul dipermukaan akibat aktivitas magma yang
memanaskan akuifer airtanah dan uapnya muncul
dipermukaan melalui retakan-retakan atau pori-pori pada
batuan.
“Ini adalah surga untuk orang-orang geologi,” pikir saya.
Bagaimana tidak, fenomena-fenomena menarik seputar
pengetahuan kebumian dapat ditemukan pada satu tempat
wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk orang-orang
yang tidak terlalu mendalami ilmu kebumian tidak perlu
khawatir, tetap datangi tempat ini dan masukkan kedalam
daftar tempat yang ingin anda kunjungi. Pemandangan yang
disuguhkannya tidak kalah dengan gunungapi sejenis yang
berada di Pulau Jawa.
Surga yang Berada di Bawah Permukaan Laut
Masyarakat sekitar menyebutnya Pantai Batee Tamon.
Secara sederhana dapat diterjemahkan, batee yang berarti batu
atau kerikil dan tamon yang berarti banyak atau berserakan,
sehingga Batee Tamon dapat berarti pantai dengan batuan-
batuan berukuran besar maupun kecil yang banyak dan
berserakan disekitarnya. “Nama yang sangat tepat,” pikir saya.
Saat saya mengunjungi tempat itu, memang terlihat
banyak batuan yang berserakan. Tidak ada pasir pantai
berwarna putih menghampar luas. Tidak ada penjual minuman
segar serupa es kelapa muda yang berjualan. Hanya tempat
sepi, terpencil. Berada di ujung jalan, dan saat saya
mengatakan ujung jalan, kenyataannya memang ujung jalan,
jalan buntu yang langsung menantang laut. Sangat mungkin
bagi pengunjung pemula awalnya berpikir bahwa penampilan
pantai itu sangat buruk, tidak menarik, atau kata-kata
merendahkan lainnya yang dapat dipikirkan. Hal tersebut pula
yang saya pikirkan. Dan ketidak-tertarikan saya adalah hal
yang akan saya sesali untuk beberapa saat setelahnya.
Di bawah hamparan laut berwarna biru cerah,
tersembunyi harta karun lain yang disembunyikan oleh alam
Gampong Jaboi. “Sepotong surga ada disini,” ucap salah satu
teman yang ikut melakukan snorkelling disana. Dia tidak
berlebihan. Di bawah permukaan laut itu, tumbuh subur
terumbu karang yang tidak terganggu oleh manusia.
Hamparannya sangat luas hingga saat saya berenang kesegala
arah, saya tidak menemukan ujung kompleks terumbu karang
tersebut. Terumbu di Batee Tamon memiliki bentuk yang
beragam, ada yang membulat, berbentuk bilah pipih, dan
beberapa memiliki bentuk bercabang-cabang. Kebanyakan
berwarna abu-abu kecoklatan, tidak sedikit pula yang
berwarna hijau, merah, dan sebagainya. Selain itu biota laut
lainnya seperti ikan karang, anemon, kerang, bulu babi, dan
ikan-ikan laut berwarna-warni lainnya berkumpul merayakan
indahnya kehidupan bawah laut ini. Saya terdiam, ya, surga
ada disini.
Untuk para pencinta wisata bawah laut, tidak salah jika
anda menyisihkan waktu anda untuk mengunjungi tempat ini.
Tidak dikenakan tarif untuk bisa menjelajahi dunia bawah laut
Batee Tamon, dengan kata lain, gratis. Bagaimana, menarik
bukan?
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-32
SELAYANG PANDANG, TANJUNG KELAYANG
Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung
Belitung, pulau yang terkenal dengan sebutan “Negeri
Laskar Pelangi”, menyimpan sejuta keindahan di dalamnya. Baik
berupa pemandangan alam yang luar biasa hingga kondisi sosial
masyarakat yang mengagumkan. Pulau Belitung sendiri mulai
dikenal oleh masyarakat luas, baik lokal maupun mancanegara,
setelah munculnya film Laskar Pelangi pada tahun 2008. Pengaruh
film tersebut terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
Belitung sungguh luar biasa besar, terutama di bidang pariwisata
yang mana salah satunya adalah wisata pantai dengan tumpukan
bebatuan granit yang khas. Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai
Tanjung Tinggi sendiri merupakan objek pantai wisata utama
Pulau Belitung yang wajib untuk dikunjungi.
SEKILAS CERITA GEOLOGI BELITUNG DAN
GRANIT PANTAI TANJUNG KELAYANG
Bebatuan granit yang terdapat di Pulau Belitung
sejatinya merupakan sebuah tubuh batolith yang seharusnya
terdapat jauh di bawah permukaan bumi pada kedalaman puluhan
kilometer. Namun pada kenyataannya batuan granit tersebut saat
ini tersingkap di permukaan jauh dari lokasi awal terbentuknya.
Beberapa ahli geologi berpendapat bahwa tubuh batuan granit
terangkat ke permukaan oleh suatu proses tektonik kuat sehingga
mampu terangkat hingga jauh ke permukaan.
Berdasarkan hasil dating yang dilakukan, granit yang
berada di Pulau Belitung mempunyai kisaran umur
Trias hingga Kapur (65-200 juta tahun lalu) di mana
granit tertua ditemukan di bagian Barat Laut Pulau
Belitung.
Salah satu ahli geologi Indonesia, Awang
Harun Satyana, dalam tulisannya pada milis IAGI
tahun 2009 mengenai perbedaan granit Bangka dan
Belitung, mengungkapkan bahwa batu-batu granit
yang saat ini muncul di permukaan merupakan hasil
dari tumbukan antara 2 terrane, yaitu terrane kontinen
East Malaya dan terrane kontinen Sibumasu. Terrane
sendiri adalah suatu provinsi geologi yang memiliki
karakter tertentu secara regional dan dapat dibedakan
dengan karakter terrane lain di sebelahnya. Apabila 2
terrane kontinental saling berbenturan, maka akan
merusak kerak oseanik yang semula ada di antara
kedua terrane tersebut melalui proses subduksi hingga
kemudian mencapai proses kolisi dan mengangkat
bebatuan ke permukaan yang sebelumnya berada jauh
di bawah.
Sunrise Pantai Tanjung Kelayang dari UPTD Tanjung Kelayang Foto: RL Adepa dan Muh. Dwiki SW.
Artikel: Muh. Dwiki Satrio Wicaksono
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-33
WISATA ALAM PULAU BELITUNG
EKSOTISME GRANIT PANTAI TANJUNG KELAYANGSalah satu ciri khas utama yang ditampilkan oleh Pulau
Belitung adalah tumpukan bebatuan granit yang terdapat di
permukaan. Granit sendiri merupakan batuan penyusun utama di
Pulau Belitung. Granit tersebut diyakini sebagai bagian dari tubuh
batolit raksasa yang menjadi batuan dasar atau basement di
sebagian wilayah Indonesia Bagian Barat. Keterdapatan granit ini
tidak hanya ditemukan di Pulau Belitung saja, melainkan dapat
ditemukan hingga Semenanjung Malaysia dengan arah kelurusan
relatif Barat Laut – Tenggara.
Tersingkapnya granit ke permukaan oleh proses tekonik
menyebabkan bebatuan tersebut menjadi rentan terkena proses
eksogenik seperti pelapukan, erosi, dan abrasi. Tumpukan
bebatuan granit tersebut saat ini mengalami proses eksogenik yang
bekerja secara intensif yang hasilnya dapat dilihat langsung pada
beberapa pulau di sekitar Pantai Tanjung Kelayang. Proses
eksogenik tersebut seakan mengukir kerasnya granit Belitung
menjadi bentuk-bentuk yang mengagumkan. Beberapa objek
wisata yang dapat dikunjungi di sekitar Pantai Tanjung Kelayang
antara lain : Pulau Burung Garuda, Pulau Batu Berlayar, dan Pulau
Lengkuas.
PULAU BATU BERLAYARPulau Batu Berlayar merupakan salah satu tujuan wisata
di sekitar Pantai Tanjung Kelayang. Pulau ini mendapat julukan
batu berlayar karena bebatuan pada pulau tersebut memiliki
dimensi vertikal yang lebih dominan sehingga menyerupai layar,
terlebih ketika air laut sedang pasang.
Pulau Burung Garuda
PULAU LENGKUASPemandangan alam yang ditawarkan di Pulau
Lengkuas sungguh mengagumkan. Dari atas Mercusuar,
pengunjung dapat melihat hamparan laut luas dan bebatuan
granit yang memiliki orientasi. Orientasi tersebut menunjukkan
bahwa batu granit tersebut mengalami proses tektonik yang
cukup intensif. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati
keindahan bawah laut Belitung dengan melakukan snorkeling
di sekitar Pulau Lengkuas.
Pemandangan granit dari atas
Mercusuar L.I. Einthoven, Pulau Lengkuas
Pulau Batu Berlayar
GEOPARK“KALDERA”
TOBA
Kenampakan Kaldera Toba dipandang dari Menara Pandang Tele.Terlihat bagian paling kiri adalahPulau Samosir dan bagian perbukitan sebelah kanan adalah perbukitan vulkanik.
GEOWISATA
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-35
Artikel dan Foto: Nico Andreas Nainggolan
Bicara tentang Sumatera Utara, tempat wisata yang diingat
adalah danau Toba. Tahukah Anda bahwa danau Toba
tersebut adalah sebuah Kaldera? Apa itu Kaldera?
Kaldera merupakan istilah yang digunakan untuk
mengartikan sebuah kawah yang berukuran sangat besar
(>1km). Danau Toba adalah salah satu contohnya. Kawasan
danau Toba telah diresmikan sebagai Geopark Nasional
oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan
dengan peresmian Bandara Internasional Kualanamu, di
Sumatera Utara.
Suatu daerah dikatakan sebuah geopark apabila
memiliki 3 aspek yaitu Geologi, Biologi, dan Budaya. Dari
aspek geologi, danau Toba menyimpan sejarah yang
terkenal yaitu letusan gunung api Toba atau sering juga
disebut sebagai Super Volcano Toba. Danau Toba dikelilingi
oleh bukit-bukit hasil letusan gunung Toba yang terjadi
75.000 tahun yang lalu. Konon katanya letusan gunung Toba
hanya menyisakan 15.000 manusia di muka bumi. Dari
aspek biologi, kawasan danau Toba memiliki keunikan
tersendiri, yaitu adanya pohon Hariara (sejenis pohon
beringin) yang hanya tumbuh di kawasan danau Toba itu
sendiri. Dari aspek budaya, kawasan danau Toba ditempati
oleh manusia yang terkenal dengan sikap lugas, cekatan, dan
pekerja keras yaitu suku Batak. Sejarah dan budaya suku
Batak terlihat jelas di kawasan danau Toba, yaitu mulai dari
rumah adat, tarian tradisional yang dikenal dengan tari tor-
tor, alat musik, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, pantaslah jika danau Toba
diresmikan menjadi sebuah geopark dengan harapan
nantinya aspek geologi, biologi, dan budayanya dapat
dimanfaatkan dan dijadikan pelajaran bagi manusia pada
umumnya.
Pulau Bali acap kali dianggap sebagai surga,
terutama bagi para peselancar, sehubungan dengan jumlah
pantainya yang sangat melimpah. Selain jumlahnya yang
banyak, ombak di sepanjang pantai Bali sangat bagus dan
cocok untuk berbagai tingkatan peselancar, mulai dari pemula
hingga ahli. Namun, ditengah gempuran para turis untuk
datang ke pulau ini, tidak banyak yang tahu bahwa Bali
memiliki banyak tempat wisata lainnya, salah satunya yaitu Air
Terjun Nungnung. Air terjun yang berada di wilayah Badung,
tepatnya di dusun kecil bernama Nungnung, Desa Plaga,
Kecamatan Petang.
Tidak sulit untuk mencapai tempat ini, aksesnya pun
terbilang cukup baik. Untuk mencapai dasar dari air terjun,
dibutuhkan tenaga yang cukup besar dibarengi dengan niatan
yang besar pula. Selain itu, diperlukan juga kehati-hatian yang
ekstra. Hal ini karena pengunjung harus menuruni ratusan
tangga yang sebagian besar sangat curam dengan jarak
perjalanan mencapai 2 kilometer atau sekitar 20 menit. Namun,
kelelahan pada saat turun ke dasar air terjun sedikit berkurang
lantaran tersedia sebuah gazebo pada dua titik untuk
melepaskan lelah sejenak. Pengunjung juga akan dimanjakan
dengan suasana alam yang indah sepanjang perjalanan, seperti
pemandangan, suara gemercik air, dan udara yang sejuk.
Setibanya di sana, usaha yang telah dilakukan untuk
menuruni tangga demi melihat Air Terjun Nungnung ini akan
terbayar. Hal ini karena air terjun setinggi sekitar 50 meter ini
sangat indah, dikelilingi pemandangan khas alam yang hijau.
Tidak jarang pula pengunjung bermain air di sekitar air terjun
ini untuk merasakan kesegarannya secara langsung.
Air terjun ini dapat terbentuk akibat adanya
penyatuan dari pola-pola penyaluran yang ada. Akibat arah
aliran yang menyatu menurut topografi yang ada, maka jumlah
dan debit air akan bertambah. Disaat itulah pola penyaluran
yang telah bersatu itu akan bertemu dengan tebing yang sangat
terjal sehingga air akan terjun dengan kuat dan dengan jumlah
yang banyak. Hasil erosi dari pola-pola penyaluran tersebut
juga dapat menambah kecepatan dari air.
Perjalanan yang penuh perjuangan harus kembali
dilanjutkan saat telah menikmati keindahan dan kesegaran air
terjun, yaitu dengan menaiki tangga yang sama saat turun,
dengan jumlah yang sama, dan jarak yang sama pula, namun
dengan tenaga yang telah terkuras setelah menuruni tangga.
Butuh perjuangan yang tidak mudah memang, namun
sesampainya di atas, akan ada warung sederhana yang dapat
dijadikan tempat untuk melepas dahaga.
http://picture.triptrus.com/image/2014/06/nungnung.jpeg
AIR TERJUN NUNGNUNG-SISI LAIN PESONA BALI-
Artikel: Rendy Defriza F.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-36
Stone Garden Padalarang
*widyaiswara : istilah untuk pengajar di lingkungan Pusdiklat Geologi Bandung
Ruangan sederhana itu menjadi awal langkah kami melaksanakan Pendidikan Geowisata di Pusdiklat Geologi KESDM, Bandung. Pak Agus mulai memainkan perannya sebagai seorang widyaiswara*, membuat permainan kecil, meminta kami berbaris rapi tiga banjar, menguji kami dengan permainan konsentrasi. Hari ini kami belajar tentang dinamika kelompok. Berdinamika layaknya lempeng bumi, harus seimbang, harus ada keselarasan, harus mengerti satu sama lain, kenal, bukan sekedar tahu. Begitulah semestinya mengenal satu sama lain, seperti mengenal alam, seperti mengenal batuan, detail. Pariwisata dan Geowisata, materi baru ini tersaji sebagai hidangan pertama kami. Geotourism is synergistic, melihat keindahan alam tentu semua orang bisa merasakan, tetapi mengerti bagaimana alam itu tercipta adalah anugerah yang tak ternilai. Disitulah arti penting geowisata, menciptakan pengalaman wisata hingga orang terpesona, melirik dengan sudut pandang berbeda, merasakan keajaiban semesta, karena keindahan itu bukanlah sekedar indah, dimulai dari sebuah proses panjang, proses geologi. Soal geologi ini orang mesti tahu, orang mesti mengerti, hingga keindahan hakiki itu bisa muncul di lubuk hati. “Bumi ini selau dinamis, ada proses endogen dan eksogen. Tanpa proses endogen, mungkin bumi ini hanya akan terlihat datar, tak indah. Tanpa proses eksogen bisa jadi gunung-gunung di dunia ini hanya berbentuk kerucut lancip, tajam, menyolok mata. Keindahan itu muncul akibat perpaduan keduanya, layaknya memadu kasih, alam ini menciptakan pegunungan, lembah, bukit-bukit, danau, pantai dan lautan. Disanalah manusia datang saling berkasih, membuka cakrawala, me-
ngagumi alam di muka bumi ini.” Itulah yang disampaikan Pak Hilman dan Pak Asep, widyaiswara kami di jamuan hari kedua. Bapak T. Bahtiar, seorang ahli geowisata yang sudah tak asing di telinga kita, menjamu kami di hari ketiga dengan materi pengembangan geotrek. Pada dasarnya geotrek merupakan kegiatan wisata untuk mengenal gejala-gejala geologi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi konservasi warisan geologi, melalui jalur geowisata yang telah dirancang sebelumnya. Melalui geotrek, objek geologi, hayati, dan budaya dirangkai menjadi satu sebagai pembelajaran geologi. Sehingga geotrek menjadi salah satu alternatif untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara aman dan lestari, tanpa merusak, sebagai upaya konservasi objek geologi. Melalui kegiatan ini pula, sosialisasi materi kebumian dan kebencanaan geologi menjadi menarik dan menyenangkan. Teknik fotografi dan interpretasi untuk geowisata menjadi jamuan terakhir kami di kelas. Pak Alex, mengajarkan kami bagaimana mengambil objek geowisata di lapangan secara menarik serta dapat melakukan interpretasi objek geowisata secara sederhana, menjelaskan kepada yang awam menjadi paham. Teknik public speaking yang tidak semua orang mampu melakukannya, perlu latihan dan pengalaman. Menyederhanakan bahasan geologi rumit menjadi sangat sederhana, berbobot , beris i , membuat orang-orang mengangguk-angguk tanda sudah mengerti. Perjamuan di hari terakhir melaksanakan geowisata ke daerah Lembang dan daerah Padalarang. Situs Gunung Batu, merupakan situs pertama yang kami kunjungi. Tepat di atas patahan
“Menyongsong era baru geowisata, upaya penyelamatan keragaman geologi, flora, fauna, dan budaya untuk kelangsungan anak cucu di masa yang akan datang.”
GEO WISATAMEMBUMIKAN WARISAN GEOLOGI
Foto: WisnuArtikel: M. Anzja Chabbani Ista’la
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-37
A. Pemberian materi geowisata di kelas oleh widyaiswara Pusdiklat Geologi Bandung
A B
C D
B. Speleothem di Guha Pawon, Padalarang, BandungC. Interpretasi geowisata di Gunung Batu, Lembang, oleh T. BachtiarD. Foto bersama peserta Diklat Geowisata di Kawasan Kars Stone Garden Padalarang
Pemandangan Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Putri dari atas Gunung Batu, Lembang
(foto menghadap utara)
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-38
Lembang kami berdiri. Ditiup semilir angin, menatap keserasian pemandangan Gunung Tangkubanparahu di utara, Gunung Burangrang di sebelah barat Tangkubanparahu, dan Gunung Tunggul di timurnya. Cekungan Bandung tampaklah di selatan, menganga, laksana danau purba. Bentukan geomorfologi yang tak bisa lepas dari kearifan lokal, sejarah dan budaya. Salah satunya Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi, misteri yang tak lekang oleh peradaban, di antara pencakar langit Kota Bandung.
Situs geologi kedua adalah Guha Pawon dan Geopark Stone Garden Padalarang, situs geowisata morfologi kars Formasi Rajamandala. Menyuguhi kita akan beragam bentang alam kars, fosil manusia gua, dan “tambang” batugamping. Sebuah ironi, geowisata menyajikan kehidupan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, dapat diwariskan. Tambang... menghabisi paru-paru perbukitan kars, suatu saat akan berhenti bernafas, pasti. Ekonomi berbasis tambang pun berhenti, mati.
Bincang bersamaPakdhe Rovicky
Pakdhe Rovicky -begitu beliau disapa- adalahsalah satu alumni Departemen Teknik Geologi UGMangkatan 1981. Beliau lahir pada tanggal 12 Maret1963. Sebagai seorang geologist beliau cukupterkenal dengan “Dongeng Geologi” serta karirbeliau di bidang geologi di Indonesia. PakdheRovicky adalah mantan Keua Ikatan Ahli GeologiIndonesia (IAGI) periode 2012 - 2014. Dibalikkesuksesan dari pakdhe kita yang satu ini, adabeberapa fakta yang mungkin tidak banyakdiketahui oleh khalayak umum. Berikut adalahhasil bincang bersama Pakdhe Rovicky.
Pakdhe Rovcky, pertama kali tahu tentanggeologi darimana atau dari siapa Pakdhe?
Saya dari kecil suka petualangan ke alam.Kemudian ketika SMA kelas 3 kenaldengan salah satu mahasiswa TeknikGeologi UGM yang saat itu sedang kosdi rumah kawan.
1.
Sumber Foto : Koleksi Pribadi Pak Rovicky
Apa alasan Pakdhe Rovicky dulu memilihkuliah di Departemen Teknik Geologi? Adaunsur paksaan dari orang lain ataumemang sudah keinginan Pakdhe sendiri?
Sebenernya kepinginnya Teknik Elektro,tetapi matematika. Jadinyanggak bisamasuk Fakultas Teknik yang matematika-nya paling sedikit. Akhirnya memilihDepartemen Teknik Geologi karena tetepkepingin jadi insinyur. Hahahaha
2.
Kenapa Pakdhe memilih kuliah di UGM?Kenapa bukan Universitas lain Pakdhe?
Di Jogja ada beberapa Teknik Geologi,memilih UGM karena keren lah. Waktuitu di SMA berlomba masuk ProyekPerintis 1, proses selesksi mahasiswadi univ ranking 1.
3.
Selama kuliah di Teknik Geologi UGMPakdhe Rovicky aktif dalam organisasiapa saja? Apabila ada, Pakdhe menjabatsebagai apa dan bagaimana cara Pakdhemembagi waktu antara berorganisasi dankuliah? Menurut pendapat PakdheRovicky, seberapa penting sih ikut organisasi itu?
4.
Saya dahulu pernah menjadi salah satup e n g u r u s H M T G , j u g amenjadi anggota beberapa anako r g a n i s a s i n y a H M , m i s a l n y aWentworth English Club, Magmagama,dan Nebula, Majalah HMTG. Kalau dit ingkat fakul tas saya menjadiBendahara di Senat MahasiswaFakultas Teknik UGM. SM FT UGM,itu mirip BEM kalau sekarang.
Berorganisasi itu salah satu latihan sociallife, banyak mengorbankan waktu dantenaga. Berorganisasi itu penting, bagai-manapun kita hidup berorganisasi walau-pun hanya sekedar di RT. Kita harusbelajar untuk menjadi pemimpin ataupunmenjadi pengurus bahkan bagaimanamenjadi warga (anggota) yang baik.Termasuk dalam memberikan usulan,mengkritisi dan lainnya. Berorganisasiselama mahasiswa itu memberikanpandangan atau pengalaman realitasnantinya setelah lulus.
SOSOK
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-39
Wawancara Oleh: Endah Sulistiani
Saya tidak sekedar membagi waktu tetapimalah banyak menciptakan waktu-waktukhusus. Misalnya kalau di rumahnganggur, saya sering ke kampus untukurusan berorganisasi, misalnya rapat.Namun seringkali saya datang terlalucepat dan disempatkan main keperpustakaan untuk membaca, atau ber-diskusi dengan kakak kelas. Justru waktubelajar tercipta karena kesibukanorganisasi tadi, bukan sebaliknya.
Selama kuliah di Teknik Geologi UGMadakah prestasi-prestasi yang pernahPakdhe raih? Atau sebaliknya Pakdhepernah melakukan kenakalan yangmembuat Pakdhe mendapat sanksi?Boleh diceritakan sedikit Pakdhetentang pengalaman yang palingberkesan selama kuliah. Hehe :)
Haddduh, kok tahu saya dapat sanksiakibat kenakalan. Kok tahu darimana?
5.
Saya memang termasuk suka usil. Pernahmelakukan hal tidak terpuji. Yaitumelarikan diri dari kuliah lapangankarena ada kawan seangkatan yangmeninggal akibat kecelakaan. Memang inisebuah pelajaran terbaik buat saya, bahwameninggalkan lapangan saat sedang KLitu bukan hal yang baik. Tentu saja sayakena sanksi “indisipliner”. Yang pasti sayasudah menjalani hukuman ini, danmenerima sanksi ini secara konsekuen.
Banyak hal yang mengesankan dalamperkuliahan, terutama saat menjadiasisten praktikum. Bahkan saya duludiberi kepercayaan mengisi kuliahGeologi Struktur oleh Pak Sudarno,termasuk saat KL. Ini pengalamanmengajar pertama kali di kampus. Danakhirnya keterusan sering mengajarkeliling kampus.
Yang berkesan itu ditanya Pak Ton,“Apa yang disebut breksi vulkanik itu?Tapi anggap saya seorang bupati yanghanya lulus SMA.”
Gandrik! Saya harus menjelaskan apacoba? Yang tentu saja akhirnya mengertimaksud pertanyaan Pak Ton. Bahwaseorang ahli geologi harus mampumenjelaskan hal rumit penuh jargon keorang awam yang nantinya akanmemanfaatkan ilmunya. Menerangkandi depan mahasiswa itu mudah,menjelaskan di depan bupati itu bikinkeder.
Dulu setelah lulus S1 Teknik Geologi UGMPakdhe lanjut kuliah S2 atau kerja dulu?Apa alasan Pakdhe memilih lanjut kuliah/kerja dulu?
Saya kepingin melanjutkan S2 sejak masihsekolah. Namun saya hanya anak guru. Ibusaya guru TK bapak saya guru SMP, jadibukan anak orang kaya, jadi saya setelahlulus mencari pekerjaan dulu kemudianambil kuliah S2 sambil bekerja. Jadi kalaupagi-sore bekerja, malamnya kuliah di UI.Sekolah petang.
6.
Saat ini banyak perusahaan migas yangmensyaratkan pegawainya harus S2untuk menjadi seorang ahli geologi(interpreter). Kalau hanya S1 (Bsc)hanya boleh mejadi technical assistantsaja.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwaPakdhe Rovicky kan terkenal dengan“Dongen Geologi”nya. Nah, apa sihyang melatarbelakangi Pakdhe untukmenulis di blog? Sejak kapan Pakdhemenulis Dongen Geologi itu Pakdhe?Boleh nih Pakdhe dikasih tips-tips buatkami, para maasiswa, supaya mau danrajin menulis :)
Saya menulis “Dongeng Geologi” karenakesukaan mengajar. Hanya saja ketikabekerja saya tidak mungkin tiap hariberhadapan dengan “murid”. Sehinggamelalui media website (BLOG) saya bisaberhadapan dengan “murid-murid” saya.
7.
Awalnya sih dulu sewaktu ada internetpertama kali saya membuat websiteuntuk internal kantor, kemudiansetelah ada koneksi internet mulai
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-40
membuat web, dan akhirnya keterusanmenulis dalam web blog, saat inidikenal dengan BLOG.
Saya menulis di blog ini sudah lebih dari15 tahun. Yang ditulis bukan ilmu yangcanggih. Barangkali ini hanya ilmunyaanak geologi di tahun pertama atau tahunkedua kuliah. Jadi hal-hal sederhana danmudah untuk mahasiswa geologi.Modalnya kan baca buku Geologi Dasar.Dulu bukunya Pak Soetoto yangmengajar. Kemudian ditambah buku-buku “Geologi Fisik” atau geologi dasardalam bahasa inggris. Coba-cobamenerjemahkan sekalian belajar bahasainggris. Jadi jangan berpikir rumit lah.Pikirkan saja dasarnya. Yang rumit biardikerjakan yang sudah jadi doktor-doktoritu.
Menurut Pakdhe Rovicky, bagaimanasih keadaan Indonesia saat ini ditinjaudari sudut pandang “geologist”?Mungkin dari kondisi SDA, SDM, danprospek bagi calon “geologist” nantidi dunia kerja.
Kalau dari SDMnya khususnya geologi,terlihat tren masa pada nanti yangdibutukan di oil and gas industryadalah yang berpendidikan Master, inihasil dar riset yang dilakukanAmerican Geosciences Institute .Gambar terlampir menunjukkan halitu.
8.
Juga akan terjadi gap knowledge di tahun2016 karena akan banyak pekerja migasyang pensiun. Ini merupakan tantanganbagi industri sekaligus peluang untuklulusan baru yang berminat untuk bekerjadi industri migas.
Namun tentu saja tidak hanya industrimigas tempatnya ahli geologi. Masihbanyak posisi lain yang perlu diisioleh ahli-ahli geologi. Termasukpertambangan, lingkungan sertakebutuhan birokrat dan lembagapenelitian, serta jangan lupa perlu jugay a n g m e n j a d i d o s e n u n t u kmeneruskan pengajaran ilmu geologi.
Sejauh ini pencapaian apa sih yang palingmembanggakan buat Pakdhe Rovicky?Bisa diceritakan alasannya Pakdhe.
Belum banyak yang bisa saya banggakandari pencapaian selama ini. Menjadi ketuaIAGI barangkali memang membanggakannamun karena belum banyak kiprahsewaktu menjadi ketua IAGI justrumenyisakan PR yang belum terselesaikan.Satu hal misalnya saya membentuk ForumGeoscientist Muda Indonesia, ini baruakan membanggakan bila kumpulan anakmuda geologi ini berkiprah nantinya.Barangkali baru akan terlihat 5 tahun lagi.
9.
Pakdhe, pertanyaan terakhir, motto/katamutiara apa sih yang selama ini Pakdhepegang atau bahkan untuk memotivasiorang lain? Khususnya untuk kami paracalon “geologist” Pakdhe, hehe :))
Saya baru akan merasa sukses kalaugenerasi di bawah saya MELAMPAUIapa yang telah saya capai.
10.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-41
inggu, 20 September 2015, Departemen Sosial
MTeknik Geologi UGM mengadakan acara
tahunan “Desa Binaan” bersama warga di
Dusun Purwosasono, Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah. Acara yang diketuai Muhammad Arba A.
(2013) ini bertujuan untuk menjalin hubungan persaudaraan dan
sebagai rasa terima kasih kepada warga Bayat. Kegiatan diawali
dengan pembukaan dan sambutan oleh wakil ketua Panitia
(Favian A. B.), ketua HMTG (Hafizhan Abidin S.), dan ketua RT
setempat (Ibu Joko), dilanjutkan rangkaian kegiatan inti berupa: Lomba Masak, Pengobatan Gratis dari TBMM FK UGM,
Games Anak, Sembako Murah, Bazaar Pakaian, Pengumuman Juara, dan ditutup dengan Doa Bersama. Antusias warga terlihat
ketika acara di mulai hingga penutupan. (Rr. Diny N. Putri)
Company Visit HMTG ke ConocoPhillipsahun ini HMTG ada yang berbeda, yaitu HMTG FT
TUGM melaksanakan company visit ke ConocoPhilips.
Acara ini dilaksanakan pada tanggal 30 September
2015 dengan peserta berjumlah 20 orang yang terdiri dari
perwakilan himpunan angkatan 2012, 2013 dan 2014. Disana kami
ternyata tidak sendiri, telah hadir teman – teman dari SPE (Society
Petroleum Engineering) UI yang ikut berpartisipasi dalam cara
company visit ini.
Acara dimulai dengan sarapan, kemudian ada penjelasan
Kegiatan bersama warga di desa binaan HMTG
Desa Binaan
singkat tentang ConocoPhillips yang disampaikan oleh mbak Gita sebagai pembawa acara sekaligus bagian external relationship
& development dari ConocoPhillips. Sesi berikutnya, yaitu subsurface exploration dari Senior Geophysicist yang mengambil S2
di Universited of Stravenger, Norwegia. Materi yang disampaikan berkaitan dengan tahap-tahap eksplorasi dari awal pengerjaan
hingga sampai fase siap produksi. Kuliah kedua diisi oleh Bang Julianta Parlindungan yang merupakan seorang Senior Petrofisik
di ConocoPhillips. Bang Jul / Bang Jupe seperti biasa beliau sering dipanggil merupakan alumni dari Teknik Geologi UGM
angkatan 2007. Beliau menyampaikan mengenai pekerjaan development geologist yang lagi booming saat ini yaitu mengenai
Low Resistivity dan Low Contrast pada sebuat data log.
Setelah makan siang kami sudah di tunggu oleh seorang Reservoir Engineer yang bernama Kak Silvia Yusim, seorang alumni
Teknik Kimia UI. Kak Vivi menjelaskan secara rinci bagaimana peranan seorang Reservoir Engineer dalam sebuah tim
eksplorasi. Sesi berikutnya disambung oleh Kak Wijaya, seorang Completion Engineer yang tugasnya sangat sulit dipahami
namun penting, yaitu mengurus berbagai macam treatment, baik jenis alat yang digunakan hingga metode pengangkatan fluida
dan cara menangani pressure. Pada akhir acara, kami disambut oleh Kepala Divisi Eksternal dan Development dari
ConocoPhillips besertaa Bapak Budiman selaku Manajer bagian eksplorasi yang merupakan alumni dari Teknik Geologi UGM
juga dan dilanjutkan dengan penyerahan momento serta foto bersama. Setelah semua sesi berakhir, rombongan dari HMTG FT
UGM bersama Bang Jul, Pak Budiman dan Mas Riki yang merupakan satu almamater dari Teknik Geologi UGM menyempatkan
untuk berbincang santai sejenak, duduk bersama berbagi pengalaman dan bercerita tentang keadaan HMTG saat ini. Setelahnya,
pada sore hari itu juga, tanpa berpikir untuk pergi kemana-mana, kami pun langsung kembali ke Yogyakarta dengan pertimbangan
adanya kuliah di hari esok. Akhir kata, perjalanan ini memang cepat dan melelahkan, namun bagi kami perjalanan ini sangatlah
bermanfaat dan berkesan. (Arjuna Lubis)
Company Visit HMTG ke ConocoPhillips
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-42
ORGANISASI
merican Association of Petroleum
AGeologists Universitas Gadjah Mada –
Student Chapter (AAPG UGM – SC)
was established in 2000s and was one of 5 AAPG – SC
Pioneers in Indonesia. Under the advisory of Mr. Wartono
Rahardjo, the first faculty advisor of AAPG UGM – SC,
AAPG UGM – SC has shown it's prestige and achievement,
then it was chosen as one of the most active and creative
organization which concerns in Petroleum Sciences and
Industry. Since it have established in 2000s, AAPG UGM –
SC have got one Outstanding Award, 3 times Honorable
Mention and 7 times L-Austin Week Grant Awards. We have
more than 150 members, both for graduated members and
active members who work in 4 (four) divisions, which are:
Course and Workshop Division; Fieldtrip, Research, and
Development Division; Membership Division; and Public
Relation Division.
International Energy Summit 2015 is an annual
event held by AAPG UGM – SC. Bringing the theme, st“Exploring Indonesia's Energy in 21 Century: Strategy,
Innovation, and Challenges”. In this second years IES
consists of three major events which are student energy
conference, one day seminar, and fieldtrip. IES 2015 was
held on 25th – 27th September 2015 and took place in
Yogyakarta.
Student Energy Conference
In this event, delegates were discussing and
elaborating current issues related with energy in various
perspective, and elaborated their discussion result as
solution for the issue. This event was also invited experts
from Energy Study Center of Universitas Gadjah Mada, Mr.
Deendarlianto and Mr. Akmal Irfan Majid as keynote
speakers. The organization that joined on this presentation
and discussion are SEG, SPE, Gama Oil and Gas Club,
Dewan Energi Mahasiswa, ALSA, AAPG, and Kamase.
One Day Seminar
On the second day we're going to one day seminar
with three awesome speakers. First session, Mr. Askury Abd
Kadir from Universiti Teknologi Petronas talked about
tectonic of southeast asia. The second session from Mr. I
Wayan Ardhana Darma from PETRONAS explained about
Stratigraphy of Indonesia and discussed various things
regarding the tectonic framework, sequence stratigraphy,
and exploration strategy in various basins of Indonesia. The
last session of one day seminar we had Mr. Eko Rudi
Tantoro from Pertamina Hulu Energi as speaker. He talks
about the challenges and opportunities of unconventional
hydrocarbon.
Field Trip
This fieldtrip was objected to introduce the
delegates with geological landscape and setting that sets in
some locations around Yogyakarta. There're two major
places that we visit that's Bayat, Klaten, and Wonosari. Two
special speakers that became our field instructor are Mr.
Salahuddin Husein and Mr. Didit Barianto. Both of them are
lecturer in Geological Engineering of Gadjah Mada
University. AAPG UTP – SC also joined this fieldtrip.
See you on the next International Energy Summit 2016!
Artikel: Muhammad Isnain Al-Rizqi
The course was discussing about Unconventional Energy in IndonesiaPhoto: AAPG UGM- SC
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-43
tas nama SPE Universitas
AGadjah Mada Student Chapter,
dengan senang hati kami ingin
memberitahukan bahwa SPE UGM SC telah
diumumkan sebagai penerima penghargaan “2015
Outstanding Student Chapter Award”. Penghargaan
ini merupakan penghargaan paling tinggi untuk
Student Chapter kami, dimana kami menunggu
selama 7 tahun dan hanya sekitar 10 Student Chapter
di dunia ini yang mendapat penghargaan ini.
Kami ingin mendedikasikan penghargaan
ini kepada Mr. Thomas Schievenbusch sebagai SPE
Java Section President, Mr. Hasbi A. Lubis sebagai
SPE Java Section Vice President. Mrs. Mega, Mr.
Julianta P. Panjaitan, Mr. Subihi Eka Prasetya
sebagai Section Officer, dan Mas Titis, Mas Putra,
Putra, Mbak Dini, Mas Dhona, Mas Novi sebagai
SPE Young Professional, yang mana kami percaya
bahwa SPE UGM SC tidak akan berada pada tahap
ini tanpa dukungan beliau semua. Terimakasih
banyak kami ucapkan kepada Faculty Advisor kami
tercinta, Mr. Agung Setianto dan 2014 - 2015 SPE
UGM SC Coordinator Mrs. Hanifatu Avida untuk
usaha tidak terhitungnya dan kerja keras dalam
kontribusi dan pengawasannya terhadap SPE UGM
SC untuk tahun kesuksesan ini dan harapan bahwa
dukungan yang terus menerus akan terjaga
selamanya.
Akan kami jaga persatuan menuju
keunggulan dan sukses SPE UGM SC di masa
depan. Terimakasih.
Penghargaan “2015 Outstanding Student Chapter Awards” Untuk SPE UGM SC
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-44
ukit Menoreh terletak di Kabupaten Magelang,
BProvinsi Jawa Tengah meliputi wilayah
Kecamatan Borobudur dan Salaman. Bukit ini
terletak di ujung utara Pegunungan Kulon Progo dimana
endapan epitermal sulfidasi tinggi dan rendah saling tumpang
tindih. Endapan epitermal adalah hasil aktivitas larutan
hidrothermal yang berkaitan dengan proses vulkanisme pada
kedalaman dangkal dengan temperatur rendah, dengan
kedalaman berkisar 1-1,5 km dan suhu antara 50°C-300°C
(Guilbert,1986).
Perbedaan utama antara endapan epitermal sulfidasi
tinggi dan sulfidasi rendah terletak pada kontrol kimiawinya dan
jenis fluida yang berperan. Pada epitermal sulfidasi tinggi yang
berperan H SO dan didominasi oleh fluida magmatik. 2 4,
Sedangkan pada epitermal sulfidasi rendah yang berperan
adalah H S dan didominasi oleh fluida meteorik. Hal inilah yang 2
menjadi fokus utama fieldtrip Soceiety of Economic Geologist
UGM-SC yang dilaksanakan pada hari sabtu, 12 Oktober 2014.
Dapat terungkap proses kontrol karakteristik alterasi dan
mineralisasi pada batuan di Bukit Menoreh. Dibawah
bimbingan Bapak Iswahyudi Agus Nugroho, S.Si. dan Fahmi
Hakim S.T., secara singkat dapat disimpulkan petrogenesa
batuan di sekitar lokasi sebagai pendukung hasil proses alterasi
dan mineralisasi.
Alterasi hidrotermal di Bukit Menoreh terdiri dari
propilitik, argilik, argilik lanjut, dan silisifikasi. Litologi
peyusun yang dapat ditemukan terdiri dari andesit basaltik
piroksen, andesit kuarsa feldspar porpiritik, andesit breksi
autoklastik, batupasir laminasi, batugamping, dan breksi
andesit. Pada lokasi pengamatan pertama merupakan daerah
tipe endapan epitermal sulfidasi tinggi dengan alterasi
hidrotermal zona propilitik sampai zona argilik lanjut. Zona
argilik lanjut dicirikan dengan adanya mineral kuarsa, dickit,
alunit, dan pirofilit. Terdapat tekstur khas pada batuan yang
ditemukan di zona ini yaitu “vuggy silica”. Vuggy silica
memiliki kenampakan seperti lubang-lubang yang tercetak di
bagian dalam batu andesit kuarsa – feldspar. Proses yang
berperan membentuk vuggy silica adalah leaching (pencucian)
oleh favor berupa meteorit water yang mencuci mineral
plagioklas. Pada satu fase pencucian oleh favor akan membuat
SOCIETY OF ECONOMIC GEOLOGISTUNIVERSITAS GADJAH MADA
STUDENT CHAPTERMELIHAT LEBIH DEKAT PROSPEK ENDAPAN EPITHERMAL SULFIDASI TINGGI
BUKIT MENOREH, MAGELANGArtikel: Taufiq Bakhtiar
mineral tersebut plagioklas terangkut dan ikut bersama larutan
kemudian keluar dari batuan dengan meninggalkan bekas.
Dimana bekas tersebut terpencar di bagian dalam batuan. Fase
berikutnya akan terjadi pada zona alterasi hidrotermal yang
lebih lanjut dimana lubang-lubang yang terlah terbentuk akan
terisi oleh mineral silika.
Pada lokasi pengamatan kedua yang berjarak kurang
lebih 1 km dari STA 1 memiliki tipe alterasi hidrotermal
berupa zona argilik. Zona argilik dicirikan dengan adanya
mineral kaolin, illit, dan pirit. Pada kenampakan di lapangan
terdapat batupasir laminasi dengan mineral pernyusun kaolinit
dan monmorilonit. Keduanya dapat dibedakan dari warna dan
teksturnya, mineral kaolinit mempunyai warna putih dan lebih
licin sedangkan monmorilonit memiliki warna abu – abu dan
lebih kasar. Mineral kaolinit sendiri terbentuk melalui proses
pengendapan epitermal sulfidasi tinggi dimana perbedaan
suhu dan tekanan di bawah permukaan akan menghasilkan omineral yang berbeda. Pada suhu <100 akan menghasilkan
o omineral pirolusit, pada suhu 100 – 200 menghasilkan mineral okaolinit, sedangkan pada suhu >200 menghasilkan mineral
dickit.
Lokasi Pengamatan ketiga berjarak kurang lebih 2
km dari STA 1 memiliki tipe alterasi hidrotermal zona
silisifikasi. Batuan yang ditemukan pada lokasi ini
diperkirakan batu andesit basaltik. Pada tahap lanjut ini
ditemukan urat pirit yang sudah mengalami oksidasi sehingga
menjadi berwarna kehitaman. Urat sulfida tersebut teralterasi
menjadi mineral peciri endapan epitermal sulfidasi tinggi yaitu
goetit, jarosit, limonit, dan hematit. Goetit berwana coklat
kehitaman, jarosit berwarna kuning cerah, limonit berwarna
kuning agak gelap, dan hematit berwarna merah marun. Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Bapak Iswahyudi
menunjukkan bahwa semakin menuju permukaan gas yang
terbentuk dari proses alterasi akan bersifat semakin asam,
berkaitan juga lokasi ditemukannya batuannya akan semakin
terjal. Kontrol utama yang berperan pada epitermal sulfidasi
tinggi adalah litologi dan struktur, dimana perpotongan
patahan Gupit merupakan tempat yang baik untuk naiknya
larutan hidrotermal dan menyebabkan terjadinya alterasi,
sehingga lokasi keterdapatannya pun menjadi terjal.
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-45
eksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi
SIndonesia atau yang dikenal SM-IAGI
adalah organisasi bagi mahasiswa dibidang
ilmu kebumian yang baru dibentuk oleh PP IAGI dalam
Rapat Pleno PP IAGI. Pada tanggal 2 Mei 2013 SM IAGI
UGM dibentuk dan pada tanggal 22 Desember 2013
diresmikan.
S M - I A G I U G M b e r a z a s k a n k r e a t i fi t a s ,
kekeluargaan, kebersamaan dan kegotongroyongan yang
berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
Adapun Teknik Geologi UGM Departemen
memiliki kedudukan sebagai “ ” yang dipilih Departemen
sebagai tempat lembaga resmi yang membawahi SM-
IAGI UGM. SM-IAGI UGM memiliki 3 pilar meliputi
mitigasi, ekstraksi, dan konservasi. Adapun divisi yang
terdapat dalam SM IAGI UGM yaitu divisi Karir dan
Keanggotaan, divisi Seminar dan Pelatihan dan divisi
Hubungan Masyarakat.
Syarat menjadi anggota SM-IAGI UGM yaitu :
1. Badan Independen yang berkoordinasi dengan
HMTG dan HMGF.
2. Berkedudukan di Departemen Teknik Geologi
UGM.
3. Mahasiswa aktif di Departemen Teknik Geologi
Fakultas Teknik (FT) atau mahasiswa Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Universitas Gadjah Mada.
4. Mengikuti alur kaderisasi SM-IAGI UGM.
5. Telah dilantik oleh SM-IAGI UGM.
Artikel: Yustisiana Tika Hapsari
SM - IAGISeksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia
Universitas Gadjah Mada
Malam Keakraban (Makrab) SM-IAGI UGM
Pelatihan Software
Gathering SM Se-YogyakartaFoto: SM-IAGI UGM
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46
agmagama bukanlah sebuah
Mo r g a n i s a s i n a m u n
Magmagama merupakan
nama da r i s ebuah ke lua rga . Magmagama
menghimpun anggota keluarga yang memiliki
ketertarikan di bidang yang sama yaitu bidang
kepecintaalaman. Alam menjadi wadah dan rumah
bagi anggota Magmagama untuk bersatu dan hidup
selaras dengannya. Magmagama bersatu dalam
naungan nama besar Teknik Geologi UGM.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
Magmagama tak jauh dengan kata-kata 'alam'.
Magmagama memiliki 5 divisi yaitu Divisi Caving
atau penelusuran gua (vertikal maupun horizontal),
MAGMAGAMA
“Keluarga adalah satu-satunya hal yang sangat kita butuhkan di dunia ini.
Ia memberi tanpa meminta,
membantu tanpa pamrih,
dan menolong tanpa alasan.
Jadi,
apakah Magmagama salah satu keluarga bagimu?”
Keluarga Pecinta Alam Magmagama
atau penelusuran gua (vertikal maupun horizontal),
Divisi Climbing, Divisi Litbang, Divisi Logistik,
dan Divisi Mountaineering. Setiap divisi memiliki
program kerja masing-masing yang dilaksanakan
selama masa kepengurusan untuk kemudian
diteruskan ke generasi selanjutnya.
Dalam sistem kaderisasi, Magmagama
menerapkan sistem pendidikan dan pelatihan 'calon
anggota keluarga' dengan mengadakan Diklat
Kampus, Diklat Lapangan, dan Diklat Lanjutan.
Hal ini dilakukan agar para 'calon anggota keluarga'
memiliki kemampuan yang mumpuni di lima divisi
Magmagama.
Artikel: Sistien Ardhaena
Foto: Magmagama
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-47
SKI GeosalmaTeknik Geologi UGM
entra Kerohanian Islam (SKI)
SGeosalma merupakan Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) Jurusan
Teknik Geologi FT-UGM. SKI Geosalma dibentuk
pertama kali karena melihat kondisi keislaman
kampus yang membutuhkan sebuah wadah khusus
keislaman, pada tahun 1987 oleh empat mahasiswa,
yakni Ismail Yustanto, Arif Rahmansyah, Aris
Setiawan, dan Ikhsyat Syukur. Dengan visi yaitu
“Terwujudnya Teknik Geologi yang semakin Islami”,
SKI Geosalma selalu mengalami perkembangan
menjadi semakin baik.
Struktur SKI Geosalma terdiri dari Majelis
Syuro, Dewan Konsultatif, Pengurus Harian, Biro
Khusus Kaderisasi, Pengurus Bidang, dan Lembaga
Kemuslimahan. Terdapat lima bidang di SKI
Geosalma, yaitu Syiar, Media Opini, Hubungan
A n t a r l e m b a g a , P e l a y a n a n U m a t , d a n
Kewirausahaan.
Kegiatan yang diadakan oleh SKI
Geosalma yaitu buka puasa Ramadhan bersama,
peringatan Idul Adha di Bayat, Islamic Course,
sosialisasi penggunaan hijab, pengadaan “Buku
Panduan Ibadah di Lapangan”, silaturahmi dosen dan
alumni, silaturahmi LDK dan organisasi luar,
pengadaan jaket “Muslim Geologist”, muktamar, dll.
Adapun kegiatan rutin yang dilaksanakan seperti
kajian mingguan, kajian di sekitar kampus, pengisian
artikel mading, pemeliharaan mushola jurusan,
kajian buka puasa bulanan, dll. Keseluruhan
pergerakan SKI Geosalma berlandaskan pada Al
Quran dan As Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam sesuai pemahaman salafush shalih.
Kajian rutin bersama dosen dan karyawan Peringatan Idul Adha di Bayat, Klaten
Silaturrahmi dosen, Bapak Sugeng Sapto Surjono
Artikel: Yeftamikha
Foto: SKI Geosalma Teknik Geologi UGM
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-48
eoWeek merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen
GTeknik Geologi Universitas Gadjah Mada (DTGL-UGM) dan Himpunan
Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG). Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
dalam satu minggu ini meliputi Pre-Conference Geothermal, Pre-Conference Energy,
International Student Paper Contest (ISPC), Fun-Bike, Gala Dinner, Seminar Nasional,
GeoExpo, Lomba Cerdas Cermat Kebumian (LCCK), Professional Fieldtrip, serta Funtrip.
Tahun 2015 merupakan pelaksanaan GeoWeek yang pertama kali. Acara GeoWeek ini bertujuan untuk
mensinergikan kegiatan DTGL dan HMTG UGM menjadi sebuah rangkaian kegiatan bertemakan geologi yang
terpadu dan komprehensif.
Tema yang diangkat pada pelaksanaan GeoWeek 2015 ini adalah Academia-Industry Linkage. Dengan
mengusung tema ini, diharapkan terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara pihak universitas dan industri.
Harapannya, dapat dihasilkan lulusan-lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri. Akhirnya,
kerjasama antara universitas dan industri dapat bersama-sama mewujudkan kemandirian bangsa. (Clorinda Donella)
Pre-Conference Energy (Seismic & Career Talk) Pre-Conference (Geothermal)
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-49
International Student Paper Contest (ISPC) Funbike
Gala Dinner Seminar Nasional Kebumian
Geoexpo
Profesional Fieldtrip
Lomba Cerdas Cermat Kebumian (LCCK)
Funtrip
MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-50
PRESTASI
Sel
amat
Kep
ada
AD
ITY
A P
RA
TA
MA
(Tek
nik
Geo
logi
UG
M 2
011)
Seb
agai
Ju
ara
I In
tern
atio
nal
Stu
den
t P
aper
Co
nte
st (
ISP
C)
UG
M 2
015
Selamat atas pengukuhan
KAGEOGAMA(Keluarga Alumni Geologi Gadjah Mada)
Pada tanggal 14 Oktober 2015
Kami dari TIM BUMI GADJAH MADAmengucapkan:
Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY
bumigadjahmada@gmail.com
hmtg.ft.ugm.ac.id
Memahami Bumi Memaknai Kehidupan
top related