laporan stabilitas obat
Post on 10-Aug-2015
3.414 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
Nama / NPM : Darwin Kusnadi ( A0112077 ) Dini Yulia H ( A0112081 ) Dita Suryandani ( A0123121 ) Mira Sofa Rahayu ( A0111048 ) Muhlisin ( A0123113 ) Nurul Annisa Komariah ( A0112082 )
Kelas / Kelompok : Karyawan / VTanggal Praktikum : 4 Desember 2012 Tanggal Masuk Laporan : 11 Desember 2012 Asisten Laboratorium : Melvi Sundalian,S.Farm
Wawan Hermawan,S.Farm Rudiyanto,S.Farm
LABORATORIUM FARMASI FISIKASEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH BANDUNG 2012
NILAI PARAF
STABILITAS OBAT
STABILITAS OBAT
I. T ujuan percobaan :
Mampu menentukan tingkat reaksi penguraian zat aktif dan mampu
memperkirakan masa kadaluarsa zat aktif.
II. Prinsip percobaan
Berdasarkan peruraian sediaan farmasi yang disebabkan oleh kenaikan
suhu.
III. Teori
Untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai 2 metode yakni (1)
tes daya tahan waktu panjang yang mengantarkan bahwa obat selama ruang waktu
yang diminati disimpan di bawa persyaratan penyimpanan (suhu, cahaya, udara
dan kelembapan) yang dituntut atau diharapkan di dalam lemari pendingin atau
ruang pendingin dan dalam jarak waktu yang cocok dan pada akhir percobaan
dikontrol kandungan bahan obat atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun
sifat sensoris dan keadaan galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika.
(2) tes daya tahan dipercepat dilakukan dibawah pembebanan panas, dengan ini
digunakan membuat peraturan kinetika reaksi, lagi pula penguraian dipelajari
pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu ruang dan kemudian diekstrapolasikan
pada suhu penyimpanan.
(Voight, 1995)
Degradasi kimia konstituen dalam sebuah produk obat sering menyebabkan
kerugian dalam potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-laktam hasil benzilpenisilin
dalam aktivitas antimikroba yang lebih rendah. dalam contoh beberapa produk
degradasi dari obat mungkin degradasi beracun suatu eksipien dapat menimbulkan
masalah stabilitas fisik atau mikrobiologis. Pada umumnya, reaksi kimia
berlangsung lebih mudah dalam keadaan cair daripada dalam keadaan padat
sehingga masalah stabilitas serius lebih umum ditemui dalam obat cair.
(Walter, 1994)
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien menerima
dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi efek terapi aktif.
farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan ia merupakan produk
yang stabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal kedaluwarsa.
Apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-obatan, pemilihan
wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut, mengantisipasi interaksi
ketika pencampuran beberapa bahan obat, persiapan, dan menginformasikan
kepada pasien setiap perubahan yang mungkin terjadi setelah obat telah diberikan.
Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk mengetahui
urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimental dengan mengukur laju reaksi
sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan. urutan keseluruhan reaksi
adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan
sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari istilah konsentrasi individu
dalam tingkat ekspresi. (Parrot, 1978)
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan
cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis
digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah:
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.
(Anonim, 2010)
Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam rantai
peristiwa ini :
1. Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang
menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui
hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang
diinginkan dari obat tersebut.
2. Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam
bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
3. Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan dengan
laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju
pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor, seperti
metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur
penglepasan.
4. Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat
dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.
Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi
elementer, disebut konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap perubahan
dalam kondisi reaksi seperti temperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu
komponen yang terlibat dalam reaksi akan menyebabkan hukum laju reaksi
mempunyai harga yang berbeda untuk konstanta laju spesifik. Secara eksperimen,
suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan terhadap perubahan dalam
kemiringan garis yang diberikan oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta
spesifik merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena perubahan
dalam konstanta ini menggambarkan suatu perubahan pada tingkat molekul
sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi.
Konstanta laju yang didapat dari reaksi-reaksi yang mengandung sejumlah
langkah molekularita yang berbeda merupakan fungsi konstanta laju spesifik
untuk berbagai bentuk langkah. Setiap perubahan dalam sifat-sifat dari suatu
langkah yang disebabkan modifikasi pada kondisi reaksi itu atau pada sifat-sifat
dari molekul yang terlibat dalam langkah-langkah ini, akan menyebabkan
perubahan harga konstanta laju keseluruhan. Pada saat variasi dalam konstanta
laju keseluruhan dapat digunakan untuk memberikan informasi yang berguna
mengenai suatu reaksi, segala sesuatu yang mempengaruhi konstanta laju spesifik
akan mempengaruhi laju yang lainnya, maka sulit untuk memberikan arti variasi
dalam konstanta laju keseluruhan untuk reaksi ini. (Martin, 1983)
Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat
yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90 % tidak dapat lagi atau
disebut sebagai sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90 % disebut umur
obat. Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya:
1) Metode substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. jika
persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi
percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2) Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi
tersebut. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah
orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan
garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x)
diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t
menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-
mulanya,reaksi adalah orde ketiga.
3) Metode waktu paruh
Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal, a.
Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a; waktu paruh untuk
reaksi orde kedua, dimana a = b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde
ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a². Umumnya berhubungan antar
hasil di atas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh
reaktan sama. (Martin, 1983)
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang
mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barangkali
paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-
bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari
kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut
pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat
dalam wadah tertutup kuat. (Martin, 1983)
Ketidakstabilan yang terpenting adalah secara fisika :
a. Perubahan struktur kristal
Banyak bahan obat menunjukkan sifat polimorf artinya mereka
berkemampuan muntuk muncul dalam modifikasi yang berlainan. Selama
penyimpanan dapat berlangsung perubahan polimorf, yang disebabkan perubhan
lingkungan dalam sediaan obat yang tidak dapat dilihat secara orgaleptik, tetapi
umumnya menyebabkan perubahan dalam sikap pelepasan dan sikap
rebsorbsinya.
b. Perubahan keadaan distribusi
Melalui efektivitas gravitasi pada cairan sistem berfase banyak
memungkinkan terjadi munculnya pemisahan, yang mula-mula terasakan hanya
sebagai pergeseran tingkat dispersitas yang dapat dilihat secara mikroskopis,
tetapi dalam stadium yang lebih maju dapat juga dilihat secara makroskopis
sebagai sedimentasi atau pengapungan.
c. Perubahan konsistensi dan agregat
Sediaan obat semi padat seperti salep dan pasta selama penyimpanannya
seringkali mengeras kemudia yang dalam kasus ekstrim mengarahnya padda suatu
kerugian daya penerapannya
d. Perubahan perbandingan kelarutan
Pada sistem dispersi monokuler misalnya larutan bahan obat dapat
menyebabkan terlampauinya produk kelarutan, dengan demikian terjadi
pemisahan (pengendapan) dari bahan terlarut melampaui perubahan konsentrasi
yang disebabkan oleh penguapan bahan pelarut atau melalui perubahan suhu.
e. Perubahan perbandingan hidratasi
Melalui pengambilan atau pelepasan dari cairan perbandingan hidratasi
senyawa dipengaruhi dan denggan demikian menentukan sifat. Contoh yang jelas
nyata adalah pencairan atau menjadi kotornya ekstrak disebabkan oleh
higroskopisitas yang besar dari sediaan ini. (Ansel, 1985)
Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan faktor yang
harus diperhatikan dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting
mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga
memerlukan waktu yang lama sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya.
Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian
dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi
pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.
(Anonim, 2010).
Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil
daripada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum
diprakarsai oleh percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin
merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya
tidak akan stabil mengubah kestabilan fisik bahan obat dan suatu kestabilan obat
yang sempurna.
Interkonveksi bentuk hidrat dan anhidrat dari Ampicilin dapat memiliki efek
yang berkaitan pada laju pelarutan dari formulasi berarti berkaitan juga dengan
ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat
murni kelarutannya pada suhu 37º C telah ditentukan bagian fungsi dari pil unuk
ke suatu bentuk Kristal.
Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi dilakukan
pengamatan pada kondisi dimana obat tersebut disimpan. Misalnya pada
temperatur kamar. Ternyata metode ini memerlukan waktu yang lama dan tidak
ekonomis. Sekarang waktu mempercepat analisis dapat dilakukan test stabilitas
dipercepat yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi.
Dengan membandingkan dua harga K pada temperatur yng berbeda dapat dihitung
energi aktivasinya sehingga K pada suhu kamarpun dapat dihitung. Harga K pada
suhu kamar dapat juga dihitung dari grafik antara log 1 dengan 1/T. Dengan
demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat.
(Martin, 1983)
Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena
mengalami degradasi. Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang
efektif karena mengalami degradasi. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan
racun oleh produk-produk yang berbahaya bagi pasien. Ketidakstabilan
mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya.
(Anonim, 2010)
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1 ALAT
- Gelas ukur
- Labu ukur
- Vial
- Pipet volume
- Alat pemanas
- Spektrofotometer UV/Vis
IV.2 BAHAN
- Kafein
- Aquadest
V. PROSEDUR
Pembuatan Spektrum Absorpsi
Larutan induk zat aktif dibuat dengan konsentrasi yang
telah ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu, panjang gelombang
maksimum zat aktif diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV/Vis.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
6 seri larutan dibuat dengan variasi konsentrasi dari larutan
induk yang telah dibuat di atas. Kemudian, absorbansi masing –
masing larutan dihitung pada panjang gelombang maksimumnya
dan kurva dibuat antara absorbansi terhadap konsentrasi.
Penentuan Stabilitas Obat
Uji stabilitas dipercepat pada suhu 60º, 80º, dan 100ºC. Vial
sebanyak 16 buah disiapkan untuk masing – masing suhu dan diisi
dengan larutan zat aktif sebanyak 5 ml. Kemudian, dipanaskan ke
16 vial tersebut pada suhu yang telah ditetapkan diatas. Setelah 10
menit pemanasan dari masing – masing suhu diambil 2 vial,
kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang
gelombang maksimum dan tentukan konsentrasinya. Konsentrasi
ini merupakan konsentrasi awal untuk tiap – tiap suhu.
Pengukuran tersebut dilakukan pada (t) = 10, 20, 30, 40, 50,
60 dan 70 menit dimana dihitung setelah pengambilan awal.
Konsentrasi masing – masing waktu (t) ditentukan dengan
memasukkan harga absorbansi ke persamaan kurva kalibrasi.
Setelah itu, kurva konsentrasi dibuat terhadap waktu masing –
masing suhu.
VI. Penentuan Waktu Kadaluarsa
Tingkat reaksi penguraian ditentukan berdasarkan kurva
konsentrasi terhadap waktu. Setelah itu, besar energi aktivasi
dihitung dengan persamaan Arrhenius dan waktu kadaluarsa
ditentukan pada suhu kamar.
VII. DATA PENGAMATAN
1. Pembuatan kurva baku
Kadar uji Serapan (A)
6 ppm 1.295
8 ppm 1.783
10 ppm 1.980
12 ppm 2.365
14 ppm 2.496
16 ppm 2.550
2. Pengamatan kadar sampel uji
a. Suhu 60˚
Waktu
(jam)
pengukuran C Log
CT
1/CT
1 2
0 2.261 2.258 8.492 0 0
0.003 2.247 2.262 8.452 -1.596 -0.627
0.006 2.253 2.250 8.428 -1.296 -0.771
0.008 2.245 2.242 8.364 -1.174 -0.851
0.011 2.238 2.242 8.336 -1.038 -0.964
0.014 2.235 2.239 8.312 -0.934 -1.070
0.017 2.234 2.232 8.280 -0.851 -1.174
0.019 2.224 2.224 8.208 -0.807 -1.239
b. Suhu 80˚
Waktu
(jam)
pengukuran C Log
CT
1/CT
1 2
0 2.258 2.257 8.480 0 0
0.003 2.250 2.260 8.456 -1.596 -0.627
0.006 2.237 2.242 8.332 -1.301 -.0.768
0.008 2.222 2.234 8.240 -1.180 -0.847
0.011 2.235 2.230 8.276 -1.041 -0.961
0.014 2.219 2.213 8.144 -0.943 -1.060
0.017 2.214 2.218 8.144 -0.859 -1.164
0.019 2.204 2.206 8.056 -0.815 -1.227
c. Suhu 100˚
Waktu
(jam)
pengukuran C Log
CT
1/CT
1 2
0 2.260 2.259 8.482 0 0
0.003 2.249 2.256 8.436 -1.597 -0.623
0.006 2.237 2.239 8.320 -1.302 -0.768
0.008 2.228 2.229 8.244 -1.181 -0.847
0.011 2.219 2.231 8.216 -1.044 -0.958
0.014 2.228 2.228 8.240 -0.938 -1.066
0.017 2.226 2.220 8.200 -0.856 -1.168
0.019 2.207 2.209 8.080 -0.814 -1.229
Diketahui y = - 13.91x + 8.494 y = mx+c
Kemiringan (m) = -k / 2.303
-k = m x 2.303
-k = 13.91 x 2.303
k1 = - 32.03473
Diketahui y = -21.88x+ 8.479 y = mx+c
-k = 50.3896
k2 = -50.3896
Diketahui y = -18.35x + 8.456 y = mx + c
k = - 42.2600
Suhu (0C) Suhu K 1/T k Log k
60 333 0,003000 - 32.03473 -1.506
80 353 0,002832 -50.3896 -1.702
100 373 0,002680 - 42.2600 -1.626
Diketahui : y = -0.06x – 1.491 y = mx + c
Kemiringan (m) = -Ea/2.303R
-Ea = m. 2.303R
-Ea = (0.06) (2.303) (- 32.03473)
-Ea = -4.42656
Ea = 4.42656 Joule
Log k1 = Log A – Ea . 1
2.303 R T1
0,925 = Log A – 4.42656 . 0.003000
2.303. -32.03473
Log A = -0.000180 + 0,925
Log A = 0.924282
A = -0.033943
VIII. PEMBAHASAN
Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari
produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan
perubahan fisik (seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase dll) serta
karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi zat).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,
kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang
baik dan menghindari efek toksik.
Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui
kestabilannya, disebabkan oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang
sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien
(masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama tersebut,
obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat
toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan
cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis
digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah :
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, seperti suhu,
kekuatan ion dan pengaruh pH
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan
dari suatu sediaan obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu
yang lama yang disimpan dalam suhu kamar.
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penentuan kestabilan suatu obat, serta menerangkan faktor apa
saja yang mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat, penentuan energi aktivasi
dari reaksi penguraian, dan masa simpan suatu zat (bahan obat).
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil
sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas
diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan
mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu
obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Pada uji stabilitas obat terdapat beberapa pereaksi penguraiaan obat yaitu :
a. Reaksi hidrolisis yaitu reaksi oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion hidrogen
(asam) atau ion hidroksil (basa). Usaha penstabilannya yaitu :
1. Mengatahui pH dimana stabilitas maksimumnya
2. Penggunaan larutan dapar pada konstanta seminimal mungkin
3. Penyimpanan dilakukan pada temperatur kamar
4. Menggunakan pelarut bahan air
b. Reaksi oksidasi yaitu penguraian karena interaksi obat dengan oksigen atau
terbentuk radikal-radikal bebas. Usaha penstabilannya yaitu :
1. Mengganti udara dengan gas inert
2. Pelarut bebas logam
3. Menghindari cahaya
4. Menyimpan pada suhu rendah
c. Reaksi isomerisasi yaitu suatu perubahan suatu zat kimia menjadi isomer
optis atau geometrisnya. Usaha penstabilannya yaitu :
1. Gunakan bentuk aktifnya
2. Cari pH stabil maksimum
3. Memperhatikan jenis buffer yang digunakan
4. Kekuatan ion, gunakan zat-zat yang mudah terion
5. Pelarut
6. penyimpanan
d. Reaksi fotolisis yaitu penguraiaan obat oleh cahaya. Usaha penstabilannya
yaitu :
1. Sifat molekul obat itu sendiri
2. pH suatu sediaan
3. intensitas penyinaran
4. suhu, kemasan serta sumber radiasi
e. Reaksi polimerisasi yaitu proses bergabungnya dua atau lebih molekul obat
menjadi struktur yang lebih rumit. Usaha penstabilannya yaitu :
1. Gunakan pH dan larutan buffer yang sesuai
2. Penggunaan pelarut dan kekuatan ion
3. Cahaya dan temperatur yang sesuai
Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga
terhindar dari pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan
cahaya. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat berisi kapur tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap
air relatif, yaitu perbandingan antara tekanan uap di udara dengan tekanan uap
maksimum pada temperatur tersebut.
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu
produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai
dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi
setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas
waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan adalah asetosal.
Dimana dilakukan penentuan stabilitas obat asetosal menggunakan metode grafik
berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan T90 (waktu
kadaluarsa) untuk penentuan umur simpan asetosal dan menggunakan instrumen
spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 600, 800, dan 1000.Dimana
panjang gelombang untuk asetosal adalah 243 nm, sehingga spektroforometer
ditempatkan pada panjang gelombang antara 200 nm-650 nm agar daerah panjang
gelombang yang diperlukan dapat terliputi.
Spektrofotometri UV-Vis adalah gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 600, 800, dan 1000 adalah
dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat
stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Jika
menggunakan suhu yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat dengan
cepat. Sedangkan jika menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh
waktu yang lama untuk dapat terurai.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas
kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada
jangka waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa
dilakukan karena keterbatasan waktu, sehingga kita menggunakan suhu yang
tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan
suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi suhunya maka akan
semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai.
Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi (Ea) dimana Ea
yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi
aktivasi (Ea) harus ditentukkan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi
pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat
pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan energi
aktivasinya. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat
diketahui dengan tepat.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu
sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya
hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat
sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan
obat terjaga.
IX. KESIMPULAN
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain faktor
utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur
yang tidak sesuai, semakin tinggi suhu maka maka stabilitas obat semakin
menurun, cahaya, kelembaban, oksigen dan faktor lain yang
mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan,
mikroorganisme dan bahan tambahan.
X. DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 2010. PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA. Fakultas
Farmasi UMI. Makassar.
- Ansel, Howard C. 1985. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI
EDISI IV. UI press. Jakarta.
- Martin, Alfred, dkk., 1983. FAMASI FISIKA. UI – Press. Jakarta.
- Voight. R,. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. UGM Press.
Yogyakarta
LAMPIRAN
1. Apa yang dimaksud dengan stabilitas dipercepat ?
Uji stabilitas dipercepat adalah pengujian obat yang disimpan pada kondisi
ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber untuk menjaga
agar suhu ekstrim dan kelembaban terkendali. Obat dalam kemasan
aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 20°C dan kelembaban 75 ± 5% kecuali
untuk obat yang peka terhadap suhu (25°C ± 20°C) dengan kelembaban
ruangan 60±5% dapat dilakukan dengan uji stabilitas jangka panjang.
Rentang waktu pengujian untuk uji stabilitas dipercepat dilakukan pada
bulan 0,1,2,3,dan 6. Biasanya pengujian pada bulan ke-6 hanya untuk
senyawa obat baru. Obat yang disimpan dalam lemari climatic chamber
(pada uji stabilitas dipercepat) dan uji jangka panjang akan diuji kualitas
fisika, kimia maupun mikrobiologinya.
2. Jelaskan mengenai pengaruh suhu terhadap stabilitas suatu obat ?
Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat secara eksponensial
setiap kenaikan 10 derajat suhu. Faktor nyata yg mengakibatkan kenaikan
kecepatan reaksi kimia ini adalah karena aktifasi energi. Waktu simpan
obat pd suhu ruang biasanya akan berkurang ¼ atau 1/25 dari waktu
simpan di dalam refrigrator. Temperatur dingin juga dapat mengakibatkan
ketidakstabilan. Sebagai contoh refrigerator dapat mengkibatkan kenaikan
viskositas pada sediaan cair dan menyebabkan supersaturasi pada kasus
lain, dingin atau beku dapat merubah ukuran droplet pd emulsi, dapat
mendenaturasi protein atau pada kasus tertentu dapat menyebabkan
kelarutan beberapa polimerik obat dapat berkurang.
Sediaan berupa larutan masa simpannya relatif lebih singkat dibandingkan
dengan bentuk sediaan padat, karena sediaan larutan mudah terurai dan
bereaksi dengan keadaan sekitarnya atau lingkungannya (suhu dan
cahaya).
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi stabilitas obat selain suhu
dan cahaya ?
Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas obat yaitu
1. Labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia
masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan.
2. Faktor-faktor luar, seperti Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen,
suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau
mempercepat reaksi degradasi bahan.
3. Faktor biologi : cemaran mikroorganisme
4. pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat
dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan
katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan
tidak mempengaruhi hasil dari reaksi.
top related