laporan praktikum ikan
Post on 04-Aug-2015
950 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES EKSTRAKSI MINYAK IKAN
DARI LIMBAH IKAN PATIN DAN PERHITUNGAN
KADAR ALB
OLEH
KELOMPOK 5
KELAS A
1. TRIYANA DEFI (1107120892)
2. VIQRIE WAHYUDI (1107114175)
3. SANTOSO NUGROHO (1107114276)
4. VANY SILVIA PURBA (1107120306)
5. WYDA N SARAGI (1107114336)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
ABSTRAKIkan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang kaya dengan lemak ikan yang
bagus untuk kesehatan kita. Kandungan ikan patin / Dory (Pangasius) kaya akan manfaat seperti jenis ikan lainnya, karena selain merupakan sumber protein juga mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat,diantaranya: asam lemak tak jenuh Omega-3, Selenium, dan Taurin. Potensi kemanfaatan ini juga dilihat dari analisis kandungan gizi ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan lemak sekitar 5,75%, karbohidrat 1,5%, abu 0,97 % dan air 75,7%. Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh. Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang meliputi dua fase . Ekstraksi minyak ikan patin dilakukan dengan cara wet rendering dengan tujuan mengetahui ekstraksi ikan patin,menghitung rendemen dan menghitung kadar ALB . Limbah ikan patin yang sudah dibersihkan sebanyak 1,76 kg dikukus selama 3 jam 30 menit kemudian di pres sehingga didapat minyak ikan patin dengan berat 1 kg dan rendemen 59,8%. Untuk mengetahui kadar ALB pada minyak ikan patin digunakan metode titrasi minyak ikan dengan NaOH sehingga didapat kadar ALB 0,101 % . Pada minyak ikan patin dihasilkan densitas 0,3716. Kata kunci : ALB, densitas, ekstraksi, rendemen, wet rendering
ABSTRACTCatfishis one of the fresh water fish rich in fatty fish are good for our health. The content of catfish / Dory (Pangasius) is rich in benefits as other fish species, because in addition toa source of proteinalso contains many substances that are beneficial, including: unsaturated fatty acids Omega-3, Selenium, and Taurine. The potential benefitis also seen from the analysis of the nutrient content of fish contains 16.08% protein, 5.75% fat content approximately, 1.5% carbohydrate, 0.97% as hand 75.7% water. Fish oil is a nutrient-rich fatty acids benefits because it contains about 25% saturated fatty acids and 75% unsaturated fatty acids. Extraction is a separation process that includes two phases catfish oil extraction is done by rendering with the aim of knowing the wet extraction catfish, calculate the yield and calculate the levels of ALB. Catfish waste was cleaned as much as 1.76 kg of steamed for 3 hours 30 minutes later at pressin order to get oil catfish weighing 1 kg and 59.8% yield. To determine levels of ALB in catfish oil fish oil used titration method with NaOH in order to get the levels of ALB 0.101%. In the oil produced catfish density 0.3716.
Keywords: ALB, density, extraction, yield, wet rendering
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini minyak goreng tidak hanya berasal dari hasil pengolahan sawit
namun dapat dibuat dari minyak ikan dan buah kelapa. Minyak yang dihasilkan
juga tidak jauh berbeda dengan hasil pengolahan sawit. Oleh karena itu kita saat
ini tidak hanya bergantung dengan produksi sawit yang tidak begitu baik di
Indonesia. Sebagai solusinya kita dapat menggunakan minyak yang berasal dari
limbah ikan patin.
Minyak ikan merupakan senyawa lipida yang tidak larut dalam air. Minyak
ikan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan yang terutama
dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D dan golongan lainnya dalah
minyak tubuh ikan.
Sifat minyak ikan yang telah dimurnikan secara organoleptik yaitu cairan
yang berwarna kuning muda, jernih dan berbau khas minyak ikan. Sifat fisiknya
berbentuk cair dengan berat jenis sekitar 0,92 gr/ml dan kadar asam lemak
bebasnya sekitar 0,1 - 13 %.
Pada percobaan yang kami lakukan menggunakan metode wet randering
dimana limbah ikan patin yang telah dibersihkan dikukus selama 3,5 jam dan
kemudian dipress sehingga keluar minyaknya. Minyak inilah yang dinamakan
minyak ikan deari limbah ikan patin.
1.2 Tujuan
Mengekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin
Menghitung rendemen
Menentukan kadar asam lemak bebas dalam minyak ikan dari limbah
ikan patin
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Ikan Patin
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin
dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual
yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan
diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup
responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam
usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga
Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk
“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan
kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan
ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna
putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif
kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri
khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis
pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan perairan Indonesia yang telah
berhasil dibudidayakan. Sebagai ikan unggul dan ekonomis, pengembangan
budi daya ikan ini cukup prospektif. Patin merupakan ikan sungai dan muara-
muara sungai serta danau. Larva patin dapat hidup pada perairan sampai
salinitas 5000 ppm. Patin dikenal sebagai hewan nokturnal, yakni hewan yang
aktif pada malam hari dan sebagai hewan dasar, hal ini dilihat dari bentuk
mulutnya yang agak ke bawah. Penyebaran patin meliputi berbagai negara,
salah satunya di Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan tepatnya di sungai
Mahakam di mana termasuk sungai yang luas di Indonesia. Berbagai jenis ikan
ini berkembang biak dengan baik dan merupakan makanan favorit dikalangan
masyarakat. Di alam, patin memakan ikan kecil, cacing, serangga, biji-bijian,
potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan, udang-udang kecil dan
moluska. Dalam pemeliharaannya, patin dapat memakan pakan buatan
(artificial foods) berupa pelet Ikan patin memiliki karakteristik rasa yang
sangat khas, mempunyai rasa yang enak dan gurih yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat umum, sehingga tergolong ikan unggul, serta memiliki nilai
gizi yang tinggi terutama kandungan protein dan lemak. Akhir-akhir ini
konsumsi lemak dan minyak yang tinggi dihubungkan dengan berbagai
penyakit seperti obesitas, kanker, penyakit empedu, peningkatan kolesterol dan
resiko jantung koroner menyebabkan timbulnya kecenderungan menurunkan
kunsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak jenuh dan
meningkatkan konsumsi lemak dan minyak yang mengandung asam lemak tak
jenuh Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) dan Poly Unsaturated Fatty Acid
(PUFA) yang merupakan asam lemak esensial.
2.1.1 Manfaat ikan patin
Ikan patin merupakan salah satu ikan air tawar yang kaya dengan
lemak ikan yang bagus untuk kesihatan kita. Kandungan ikan patin / Dory (
Pangasius ) kaya akan manfaat seperti jenis ikan lainnya, karena selain
merupakan sumber protein juga mengandung berbagai zat yang sangat
bermanfaat, diantaranya : asam lemak tak jenuh Omega-3, Selenium, dan
Taurin. Potensi kemanfaatan ini juga dilihat dari analisis kandungan gizi
ikan ini mengandung 16,08% protein, kandungan lemak sekitar 5,75%,
karbohidrat 1,5%, abu 0,97 % dan air 75,7%. Kandungan zat gizi yang
terdapat pada ikan antara lain :
Omega 3, untuk proses perkembangan otak pada janin dan penting untuk
perkenbangan fungsi saraf dan penglihatan bayi.
Mengandung serat protein yang pendek sehingga mudah dicerna
Kaya akan asam amino seperti asam taurin untuk merangsang
pertumbuhan sel otak pada bayi
Vitamin A dalam minyak hati ikan untuk pertumbuhan dan kekuatan
tulang.
Vitamin B6, membantu metabolisme asam amino dan lemak serta
mencegah anemia dan kerusakan syaraf.
Vitamin B12, untuk pembentukan sel darah merah, membantu
metabolisme lemak, dan melindungi jantung juga kerusakan syarafZat
besi yang mudah di serap oleh tubuh.
Yodium untuk mencegah terjadinya penyakit gondok , hambatan
pertumbuhan anak.
Selenium untuk membantu metabolisme tubuh dan sebagian anti oksidan
yang melindungi tubuh dari radikal bebas..
Seng yang membantu kerja enzim dan hormon.
Fluor yang berperan dalam menyehatkan gigi anak.
Banyak sekali manfaat yang di peroleh jika kita mengkonsumsi ikan,
terutama untuk masa pertumbuhan bayi dan bagi para ibi yang sedang
hamil. Konsumsi ikan Patin akan memberikan kecukupan lemak harian, dan
lemak dibutuhkan oleh tubuh sebanyak seperempat hingga sepertiga dari
total kalori sehari.
2.2. Lemak/Minyak Ikan
2.2.1 Manfaat Minyak Ikan untuk Kesehatan.
Minyak dan lemak merupakan trigliserida atau triasilgliserol.
Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat
dan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak tersusun oleh asam
lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak
dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air.
Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak
kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75%
asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ganda atau polyunsaturated
fatty acid yang disingkat PUFA, diantaranya DHA dan EPA dapat
membantu proses tumbuh-kembangnya otak (kecerdasan), perkembangan
indra penglihatan, dan sistim kekebalan tubuh bayi balita. Kandungan
minyak di dalam ikan ditentukan beberapa faktor, yaitu jenis ikan, jenis
kelamin, umur (tingkat kematangan), musim, siklus bertelur, letak geografis
perairan dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan tersebut. Asam lemak
linolenat yang termasuk kedalam klas Omega-3, adalah asam lemak
essensial yaitu asam lemak yang dibutuhkan tubuh dan mengandung ikatan
rangkap yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia. Minyak ikan telah
lama digunakan dan dikenal luas di seluruh dunia. Di Skotlandia ekstraksi
minyak ikan digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan
perkembangan syaraf pusat. Di Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda,
minyak hati ikan Cod digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru,
rematik dan penyakit tulang lainnya. Berbagai penyakit tersebut dapat
disembuhkan karena minyak ikan mengandung PUFA khususnya omega-3.
Asam lemak omega-3 yang paling banyak terdapat dalam minyak ikan
adalah EPA, AA, DHA. Asam lemak ini dapat menyembuhkan berbagai
penyakit seperti aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh
darah), thrombosis mellitus, asma, mencegah proses penuaan dan conning.
Kekurangan PUFA akan meningkatkan resiko terkena kanker, menurunkan
kekebalan tubuh meningkatkan resiko thrombosis dan aterosklerosis,
menurunkan HDL, menyebabkan oksidasi dinding pembuluh darah serta
meningkatkan resiko terkena batu empedu.
Tromboksan, prostaksilin, dan leukotrien merupakan hormon eikosanoat
yang mempunyai jumlah atom karbon 20 dan merupakan asam lemak
omega-6. Eikosanoat diproduksi dari asam lemak diet, maka pencegahan
penyakit yang bersifat jangka panjang diperoleh dengan pengaturan diet
sehari-hari.
Manfaat minyak ikan untuk kesehatan antara lain:
a. Mencegah Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner umumnya disebabkan oleh aterosklerosis, dimana
komponen darah yang berperan dalam pembentukan aterosklerosis adalah
trigliserida dan kolesterol. Orang yang mengkonsumsi minyak ikan yang
kaya akan asam lemak omega-3 memiliki kadar total kolesterol dan
trigliserida darah yang lebih rendah (masing-masing 0,36 dan 1,2 mmol/L)
dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi lemak sapi yang kaya akan
asam lemak jenuh (masing-masing 0,87 dan 2,18 mmol/L) dan minyak
kacang yang kaya akan asam lemak omega-6 (masing-masing 0,37 dan 2,20
mmol/L). Kolesterol dibuat oleh tubuh dari asam-asam lemak yang berasal
dari diet. Bila konsumsi asam lemak jenuh berlebih, maka hati akan terus
menimbun kolesterol yang akan ditimbun dalam tubuh dan diedarkan
melalui darah. Substitusi asam lemak jenuh dengan PUFA, khususnya asam
lemak omega-3 akan mengurangi kadar kolesterol darah. Tingkat kolesterol
plasma darah orang sehat yang normal berkisar antara 200-250 mg/100ml
darah atau 5,2-6,4 mmol/L darah.
b. Mengobati Kerontokan Rambut
Di Jepang ditemukan bahwa DHA dapat menyembuhkan kerontokan rambut
akibat kanker. DHA memberikan efek sinergis dengan obat anti kanker tipe
alkil.
c. Sistem Kekebalan Tubuh
Telah diketahui bahwa eiksanoid juga berperan dalam mempertahankan
sifat kekebalan tubuh. Thrombosit maupun limposit yang terbentuk dalam
sumsum tulang berhubungan dengan eiksanoid sebagai fungsi pengatur.
Hingga bsaat ini belum diketahui interaksi seluler antara eiksanoid dengan
prekursor thrombosit atau limposit ini dalam pembentuk sifat kekebalan
tubuh. Oleh karena itu eiksanoid berperan dalam sistem kekebalan tubuh,
maka konsumsi asam lemak omega-3 berpengaruh terhadap sistem imunitas.
d. Penyakit Kanker
Beberapa studi epidermologi telah membahas adanya hubungan antara
konsumsi lemak dengan penyakit kanker tertentu, seperti kanker payudara,
kanker usus dan kanker kelenjar. Diduga komponen penyebab tumor dan
kanker itu adalah asam-asam lemak tak jenuh omega-6. Penambahan 15%
minyak jagung dalam diet tikus-tikus percobaan yang telah diinduksi
dengan tumor dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan tumor tersebut.
Diet dengan ikan “Menhaden” telah terbukti menurunkan induksi dan
pertumbuhan tumor-pada tikus-tikus percobaan. Hal ini diduga disebabkan
oleh asam-asam lemak tek jenuh omega-3 yang berhubungan dengan
modifikasi metabolisme prostaglandin.
2.2.2. Manfaat Minyak Ikan untuk Kecerdasan
Otak merupakan salah satu organ tubuh yang memounyai kandungan
lemaksangat tinggi mencapai 50% berat kering dan 10% berat basah. Lemak
merupakan komponen terbesar kedua setelah jaringan adipose pada otak.
Lemak berperan dalam memodulasi struktur, fluiditas serta fungsi membran
otak. Dalam lemak otak terdiri dari kolesterol dan fosfogliserida yang kaya
akan asam lemak berantai panjang tidak jenuh jamak, khususnya asam
dokosaheksaenoat (DHA) dan asam atakidonat (AA). Asam lemak tidak
jenuh jamak (PolyUnsaturated Fatty Acid. PUFA) seperti asam lemak
omega-3 dan asam lemak omega-6 merupakan asam lemak essensial tidak
jenuh yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan membran sel. Defisiensi
asam lemak tidak jenuh ganda ini akan mempengaruhi komposisi dan
struktur membrane sel, termasuk sel-sel pada sistem syaraf yang selanjutnya
akan mempengaruhi seluruh fungsi syaraf.
2.2.3 Pengaruh Terhadap Retina Mata
Asam lemak DHA telah terbukti berpengaruh terhadap retina mata
hewan percobaan. Komponen asam lemak pada membrane sel otak dan
retina berpengaruh terhadap fluiditas dan sifat-sifat yang berhubungan
lainnya, seperti aktivitas pengikatan dari reseptor sel syaraf, permeabilitas
sel terhadap ion, aktivitas enzim terkait, serta inisiasi dan transmisi impuls
syaraf.
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang meliputi dua fase. Larutan
adalah bahan yang ditambahkan untuk suatu fase yang berbeda dari bahan yang
dipisahkan. Pemisahan tercapai jika komponen yang dipisahkan larut dalam
larutan sementara komponen yang lainnya tetap berada pada bahan asalnya.
Pengertian lain dari ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen
terlarut dari suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Dengan kata lain, ekstraksi merupakan pemisahan dengan
pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Kelarutan zat
dalam pelarut tergantung pada ikatan polar dan non polar. Zat yang polar hanya
larut dalam zat yang polar, sedangkan zat nonpolar hanya larut dalam pelarut
nonpolar. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dalam praktik sehari-hari adalah
air, misalnya dalam pembuatan sari buah dari berbagai buah-buahan dan
pembuatan santan dari kelapa parut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk
memproduksi konsentrat, ekstrak, absolute atau minyak atsiri dari bunga, daun,
biji, akar, dan bagian dalam lainnya dari tanaman adalah etil asetat, heksan,
petroleum, eter, benzene, toluene, etanol, isopropanol, aseton dan juga air.
Contoh ekstrak yang dihasilkan dari kegiatan ekstraksi adalah:
Flavor alami yang diterapkan dalam industri flavor.
Ekstraksi juga dilakukan dalam industri gula bit untuk memisahkan gula
dari gula bit.
Ekstraksi dengan air atau pelarut organik untuk menghilangkan kafein dari
biji kopi
Ekstraksi dengan air untuk menyiapkan kopi dan teh terlarut untuk
dibekukan dan dikeringkan.
Tahap pertama dari proses ekstraksi pada umumnya adalah penghancuran
secara mekanis, yaitu bahan mentah dipotong atau dihancurkan sehingga memiliki
ukuran yang kecil dan dikehendaki, agar didapat permukaan persentuhan yang
luas untuk ekstraksi. Daya ekstraksi akan meningkat dengan semakin kecilnya
ukuran bahan. Namun bahan yang terlalu halus akan dapat membentuk suspensi
dengan bahan pelarut dan dapat terjadi penguapan senyawa volatil yang
berlebihan sebelum proses ekstrasi dimulai. Istilah ekstraksi juga dikenal dalam
pengolahan lemak dan minyak, yaitu suatu cara untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.
2.3.1 Jenis-Jenis Ekstraksi
a. Ekstraksi secara dingin
Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi
sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak,
tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai
berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi maserasi melingkar bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk
Metode Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi secara berkesinambungan.
Pelarut dipanaskan sehingga menguap, lalu uap dari pelarut
terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan
turun kembali menarik komponen pada bahan di dalam selongsong
dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu didih alas bulat setelah
melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini seperti dapat digunakan untuk sampel
dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat
diatur
Sedangkan kerugian dari metode seperti karena pelarut didaur
ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-
menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat
mengendap dalam wadah dan membutuhkan jumlah pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar,
mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih
yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang
berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk
pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya
dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap
pengembangan bahan, maserasi antara, perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai
diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali volum bahan.
Prosedurnya begini: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya
pelarut (baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus menerus sampai
warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah
tidak ada lagi senyawa yang terlarut.
b. Ekstraksi secara panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan
adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian
dibandingkan cara dingin.Metodanya adalah:
Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada
titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut
tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya
dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu
pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna.
Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan
kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus
akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan
dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu
terus. Proses umumnya dilakukan selama satu jam.
Ekstraksi dengan alat Soklet
Ekstraksi dengan alat Soklet merupakan ekstraksi dengan pelarut
yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat Soklet dan tidak
dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang di panaskan,
yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut terdinginkan dalam
kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi
sampel.
Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu)
yang dilakukan pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan, secara
umum dilakukan pada suhu 40ºC – 50ºC.
Infusa
Infusa merupakan proses ekstraksi dengan merebus sampel
(khusunya simplisia) pada suhu 900C.
Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman.Metode destilasi uap
air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
didih tinggi pada tekanan udara normal.
c. Ekstraksi jangka pendek atau disebut juga proses pengocokan
Hampir dalam semua reaksi organik, dalam proses pemurniannya
selalui melalui proses ekstraksi (penarikan senyawa cair yang akan
dimurnikan dari pelarut air oleh pelarut organik dengan cara
mengocoknya dalam corong pisah). Pelarut organik yang biasa dipakai
untuk melarutkan senyawa organik / ekstraksi ialah eter. Hal ini
dikarenakan eter merupakan pelarut yang memiliki sifat inert, mudah
melarutkan senyawa-senyawa organik, dan titik didihnya rendah
sehingga mudah untuk dipisahkan kembali dengan cara destilasi
sederhana.
Cara ekstraksi ini biasa dipergunakan dalam :
o Pembuatan ester, untuk memisahkan ester dari pencampurnya.
o Pembuatan anilin, nitrobenzen, kloroform, dan preparat organik
cair lainnya.Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran
akan terdistribusi diantara pencampurnya dan pelarutnya
membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian ekstraksi jangka
pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan
menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat dengan
mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan larutan akan
membentuk dua lapisan.
Gambar 2.1. Ekstraksi jangka pendek
d. Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan
alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa
organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh
dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan
menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.
2.3.2 Jenis Ekstraksi Minyak
1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air
yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu
hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada
dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga
mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet
rendering dan dry rendering.
a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah
air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel
yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi
serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan
temperature rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor
netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan
pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk, kemudian air
ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu
50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan
kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan
temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet
rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai
dengan tekanan uap air, dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau
lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah
autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan
kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
selama 4-6 jam.
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka
dan dilengkapi dengan mantel pemanas serta alat pengaduk (agitator).
Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan
ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil
diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-
110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari
bagian atas ketel.
2. Pengepresan Mekanik (mechanical expression)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau
lemak,terutama untuk bahan-bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini
dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak
tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.
Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan
dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara umum
dalam pengepresan mekanis,yaitu:
1. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing).
2. Pengepresan berulir (expeller pressing)
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan di pres dengan tekanan sekitar
2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak
yang dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan
yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal.
Sedangkan banyak nyaminyak yang tersisa pada bungkil bervariasi
antara 4 sampai 6 persen,tergantungdari lamanya bungkil ditekan
dibawah tekanan hidra.
b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang
terdiridari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan
berlangsung padatemperatur 240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-
20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar
sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih
mengandung minyak antara 4-5 persen. Cara lain dalam mengekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau
lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan
secara mekanik atau dengan sentrifusi.
3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak
dalampelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan
kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah,dan
mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari
expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut
terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasadigunakan dalam
proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleumeter, gasoline
carbon disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan. Perlu
diperhatikan bahwa jumlah pelarut yang menguap atau hilang tidak boleh
lebih dari 5%. Bila lebih, seluruh system solvent extraction perlu diteliti
lagi. Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi.
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang
dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat
soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan
rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut
dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan
minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan
metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan
1. Alat pengukus
2. Corong Pisah
3. Kain lap
4. Buret
5. Pipet tes
6. Erlenmeyer
7. Gelas kimia
8. Corong
9. Botol
10. Statif
11. Baskom
12. Sarung tangan
13. Penangas air
14. Timbangan
3.2. Bahan :
1. Limbah ikan patin
2. NaOH yang telah distandarisasi
3. Phenolphtalein
4. Alkohol (etanol)
5. Air
3.3. Prosedur percobaan :
a. Pengolahan minyak ikan patin menggunakan metode Wet Rendering
1. Bersihkan limbah ikan patin dan kemudian di timbang.
2. Bentangkan Kain Serbet diatas pengukus.
3. Masukkan Limbah ikan ke dalam pengukus yang telah diisi air hingga
batas yang telah di tentukan
4. Limbah ikan patin dikukus selama 4 jam.
5. Setelah 4 jam, Matikan pengukus dan tunggu hingga dingin.
6. Kemudian Limbah ikan di press menggunakan kain serbet tadi.
7. Timbang minyak yang di peroleh.
b. Penentuan kadar asam lemak bebas
1. Siapkan larutan NaOH di dalam buret.
2. Kemudian ambil sampel minyak sebanyak 20 ml dan masukkan
kedalam Erlenmeyer.
3. Tambahkan 20 ml alkohol sebagai pelarut
4. Tutup mulut erlenmeyer dengan aluminium foil agar tidak menguap dan
teroksidasi.
5. Panaskan dalam Water Batch lebih kurang 5 menit.
6. Tambahkan 2-3 tetes Phenoptalein sebagai indicator warna.
7. Lakukan titrasi sampai warna larutan menjadi tidak berwarna lagi.
8. Catat titik akhir titrasi dan tentukan persentase asam lemak bebas.
c. Uji densitas minyak
1. Timbang berat piknometer kosong
2. Isilah dengan sampel minyak hingga penuh.
3. Kemudian timbanglah piknometer yang telah diisi minyak tadi
4. Selanjutnya uji densitas minyak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat sampel : 1,67 kg
Berat minyak : 1 kg
Rendemen : 59,8%
Massa jenis : 0,3716 gr/cm3
%ALB : 1,01%
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ekstraksi minyak ikan dari limbah ikan patin, kita
menggunakan metode rendering. Metode ini digunakan jika diduga bahan
mengandung minyak/lemak dengan kadar air yang tinggi. Ikan patin mengandung
kadar air sekitar 82,2%. Pada praktikum kali ini, digunakan metode wet rendering
di mana proses rendering dilakukan dengan penambahan air, dengan kata lain
sistemnya mirip dengan pengukusan.
Pertama pengukus diisi air secukupnya lalu diletakkan sekat. Kemudian
dimasukkan limbah ikan patin yang sebelumnya telah dicuci, dibersihkan, dan
ditimbang sebanyak 1670 gram atau 1,67 kg, yang telah dialasi kain lap ke dalam
pengukus. Selanjutnya pengukus ditutup dan dilakukan proses pengukusan selama
3,5 jam dengan api yang cukup besar.
Setelah selesai, hasil pengukusan dimasukkan ke dalam corong pisah untuk
dilakukan pemisahan antara minyak dan air, sedangkan limbah ikan dibuang
setelah dilakukan pengepressan. Tujuan dari dimasukkannya hasil pengukusan ke
dalam corong pisah agar kita bisa mendapatkan minyak ikan tanpa adanya
kandungan air lagi. minyak hasil pemisahan dimasukkan ke dalam botol
kemudian ditimbang dan didapatkan beratnya 1000 gram atau sama dengan 1 kg.
Kemudian dilakukan proses titrasi untuk menentukan kadar ALB minyak
ikan patin. digunakan 20 ml minyak ikan patin dan 20 ml alkohol yang
sebelumnya dipanaskan pada water batch agar larutan homogen. kemudian
ditambahkan phenolphtalein yang digunakan sebagai indikator. kemudian
dilakukan titrasi oleh NaOH 2N. Titrasi berakhir setelah terjadi perubahan warna
menjadi merah muda, dan didapatkan volume NaOH yang digunakan yaitu 3ml.
dari sini, baru dicari %ALB nya dan didapatkan hasilnya 0,101%. diketahui
%ALB secara teoritisnya berkisar antara 0,1%-12%, hal ini menunjukkan bahwa
%ALB yang didapatkan dari praktikum ini masuk rentang tersebut dan
menunjukan kualitas minyak sudah cukup baik. Kelompok sebelumnya
mendapatkan %ALB sebesar 0,05%. Perbedaan ini disebabkan oleh lamanya
rentang waktu perlakuan ekstraksi terhadap bahan dari didapatkannya bahan
tersebut. Dengan kata lain, kesegaran dari bahan mempengaruhi besarnya nilai
%ALB.
Selanjutnya penghitungan rendemen dari hasil praktikum dan didapatkan
rendemennya 59,8%. Kelompok praktikum sebelumnya mendapatkan rendemen
sebesar 54,24%. Perbedaan dari rendemen ini dipengaruhi oleh jumlah sampel
yang digunakan dan minyak hasil ekstraksi berbeda. Jumlah sampel yang
digunakan oleh kelompok sebelumnya adalah 1,23 kg dengan minyak yang
dihasilkan sebesar 667,13 gram. Sementara jumlah sampel yang kami gunakan
adalah 1,67 kg dengan berat minyak hasil 1 kg.
Yang terakhir dilakukan penentuan berat jenis dari minyak ikan patin
dengan menggunakan piknometer. piknometer kosong ditimbang dan didapatkan
beratnya 15,56 gram. sedangkan berat piknometer yang telah diisi minyak hingga
penuh adalah 24,85 gram. Dari data-data tersebut bisa dihitung berat jenisnya
dengan rumus massa minyak/volum piknometer dan didapatkan hasilnya 0,3716
gr/cm3. Kelompok sebelumnya mendapatkan massa jenis sebesar 0,93 gr/ml.
Perbedaan nilai densitas yang cukup besar ini menunjukkan bahwa minyak hasil
praktikum kelompok kami lebih encer daripada kelompok sebelumnya. Kecilnya
nilai densitas ini disebabkan oleh ketidakmurnian minyak yang ditunjukkan oleh
besarnya %ALB yang didapat yaitu 0,101% bila dibandingkan dengan kelompok
sebelumnya yaitu 0,05%.
Setelah 2 hari praktikum, dilihat kembali minyak ikan hasil ekstraksi.
Ternyata terbentuk endapan dan beratnya berkurang menjadi 950 gram.
Pembentukan endapan ini dikarenakan kandungan asam lemak jenuh yang
dikandung minyak ikan patin dan panjangnya rantai karbonnya. Selain itu ada
pembentukan asam lemak bebas disebabkan oleh proses hidrolisa yang
dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya temperatur, waktu penyimpanan, dan
kandungan air. Kadar asam lemak yang paling tinggi didapatkan pada suhu kamar
(25o-27o), karena enzim bekerja optimal pada suhu kamar. Secara alami asam
lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik karena
aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim atau air.
Hidrolisis juga diakibatkan kandungan air dalam minyak, yang bisa berasal dari
pemisahan pada corong pisah yang belum sempurna dan bisa juga berasal dari
udara. Udara mengandung uap air yang berasal dari proses penguapan air yang
ada di permukaan bumi. Reaksi hidrolisis trigliserida terjadi dengan proses
sebagai berikut:
4.1. Reaksi hidrolisis trigliserida
Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan bau tengik
dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat menyebabkan warna
gelap. Hal ini menunjukkan bahwa minyak ikan harus segera digunakan dan tidak
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena semakin lama disimpan
semakin banyak endapan yang dihasilkan sehingga minyak yang dapat digunakan
semakin sedikit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Minyak ikan patin yang didapat 1 kg
2. % Rendemen minyak ikan patin yang di dapat 59,8 %
3. % ALB minyak ikan patin yang dihasilkan 0,101 %
4. Masa jenis minyak ikan patin yang didapat 0,3716
5.2 Saran
1. Pada saat pemilihan limbah ikan patin pilihlah isi perut ikan patin yang
berwarna kuning.
2. Sebaikanya jumlah air yang digunakan memiliki perbandingan yang sama
dengan sampel agar menghasilkan minyak yang bagus dan tidak memiliki
kadar asam lemak bebas yang tinggi.
3. Pada proses pemisahan pada corong pisah upayakan endapan dan air turun
dulu,setelah itu barulah proses pemisahan dilakukan.
4. Pada waktu pemanasan menggunakan water batch sebaiknya labu jangan
sampai menyentuh dasar water batch.
5. Praktikan harus berhati-hati pada saat titrasi sedang berlangsung agar titrasi
tidak melewati titik akhir titrasi.
6. Pada saat melakukan perhitungan berhati-hati agar hasil yang diperoleh
lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Almuslimun, supry (2010). Proses Pengolahan Minyak Ikan.
http://laskarsamudra.blogspot .com/2010/03/proses-pengolahan-minyak-
ikan.html. akses 21 oktober 2012
Hart, Harold (1990). Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Indera, Arbhy. 2011. Isolasi Minyak Ikan dari Limbah Ikan Patin.Laporan
Praktikum Kimia Organik. Universitas Riau.
Irdoni HS & Nirwana HZ. 2012. Modul Praktikum Kimia Organik. Universitas
Riau.
Irianto, H. E (2002). Diversifikasi Pengolahan Produk Perikanan Jakarta :
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jarreau, Emile.(2009). Fungsi Minyak Ikan Pada Kesehatan Anda.
http://sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-pada-
kesehatan-anda/. [23 Oktober 2012]
Ketaren. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Murtiningrum. Ekstraksi Minyak Dengan Metode Wet Randering dari Buah
Pandan. Jurnal Teknologi Industri Pertama Volume 15(1),28-33. Institut
Pertanian Bogor.
Rajayu, Suparni (2009). Ekstraksi. http://www.chem-is-try.org. [23 Oktober 2012]
Winarno (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN A
Gambar A.1. Pemisahan limbah ikan patin Gambar A.2. Limbah ikan patin setelah
dipanaskan
Gambar A.3. Isolasi minyak ikan patin Gambar A.4. Minyak ikan hasil ekstraksi
Gambar A.5. Pengepresan hasil pemanasan Gambar A.6. Hasil isolasi limbah
Gambar A.7. Campuran minyak + alkohol Gambar A.8. Pemanasan minyak + alkohol
Gambar A.9. Uji ALB Gambar A.10. Proses pemanasan
LAMPIRAN B
1. Massa limbah ikan patin : 1670 gram
2. Waktu pengukusan : 3,5 jam
3. Mr minyak : 282
4. Volume NaOH terpakai : 3 ml
5. Normalitas NaOH : 2 N
6. Massa minyak ikan patin : 1000 gram
7. Massa piknometer kosong : 15,56 gram
8. Massa piknometer + minyak : 24,85 gram
a. Rendemen : Berat minyak yang didapat
Berat sampel awal
: 1000
1670
b. % ALB : N NaOH x V NaOH x Mr Asam Oleat
Berat sampel x 1000
: 2 x 3 x 282
1670 x 1000
c. Densitas = Berat Minyak
Volume piknometer
= 9,29 gr¿0,3716 gr /ml
25 ml
x 100
%
x 100 % = 0,101 %
x 100
%
x 100 % = 59,8
top related