kementerian kesehatan republik indonesia …repository.poltekkes-kdi.ac.id/664/1/kti...
Post on 29-Apr-2019
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. ”DG” DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI RUANG
INTERNA RUMAH SAKIT UMUM BOMBANA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratanmenyelesaikanpendidikan program
Diploma III Keperawatan
Oleh:
RAHMANIAR
NIM: 144012017000642
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibwah ini :
NAMA : RAHMANIAR
NIM : 144012017000642
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. ”Dg”
DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI RUANG
INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BOMBANA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan orang lain
yang saya akui sebagai atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 10 Juli 2018
Yang Membuat Pernyataan,
RAHMANIAR
v
vi
vii
ABSTRAK
Rahmaniar, 144012017000462. Asuhan Keperawatan Pada Tn. DG” Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi, Di Ruang Interna Rumah
Sakit umum Bombanai Tahun 2018. Dibimbing oleh bapak Indriono Hadi.
Terdiri dari 5 BAB, halaman, 4 lampiran.
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai bila tekanan darah
tinggi atau melampaui nilai tekanan darah yang normal yaitu > 140/90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi dedefnisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg, dan tekanan diastolik >90 mmHg. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler (Hipertensi) di ruang interna rumah Sakit
umum Bombana. Faktor-faktor keturunan, jenis kelamin, usia, obesitas, stress dan
pola hidup. Studi kasus ini menggunakan pengkajian auto anamnesa dan allo
anamnesa, yang dimulai dari tahap pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Data dari Rumah umum bombana
menunjukan bahwa jumlah penderita Hipertensi pada tahun 2016 sebanyak 33
penderita pada tahun 2017 sebanyak 76 penderita dan tahun 2018 januari sampai
maret 24 penderita. Pada pelaksanaan kasus keperawatan yang ditemukan
meliputi Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, . Dari ke tiga diagnosa keperawatan yang ditegakkan semua
dapat teratasi sesuai dengan waktu yang telah direncanakan sehingga pasien
diperbolehkan untuk pulang. Disarankan kepada pasien dan keluarga dengan
adanya pendidikan kesehatan yang telah diberikan pasien dan keluarga mampu
menerapkan pola hidup yang sehat dan melakukan pencegahan kekambuhan
penyakit yang pernah dialami.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Dengan Gangguann Sistem
Kardiovaskuler : Hipertensi
Daftar Pustaka : 20 Referensi
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................... iii
KEASLIAN PENELITIAN ........................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
HALAMAN MOTO ....................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 5
C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ........................................................................................ 6
B. Anatomi Fisiologi ............................................................................ 6
C. Klasifikasi Hipertensi ...................................................................... 15
D. Etiologi ............................................................................................ 15
E. Manifestasi Klinik ........................................................................... 16
F. Patofiologi....... ................................................................................ 17
G. Komplikasi ...................................................................................... 19
ix
H. Penatalaksanaan ............................................................................... 19
I. Pathway ........................................................................................... 23
J. Fokus Pengkajian ............................................................................. 24
K. Fokus Diagnosa ............................................................................... 30
L. Fokus Intervensi .............................................................................. 31
M. Implemementasi.................................................................................31
N. Evaluasi .............................................................................................31
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................................... 43
B. Data fokus ...................................................................................... 47
C. Perumusan masalah ........................................................................ 49
D. Diagnosa keperawatan ................................................................... 51
E. Perencanaan Keperawatan ............................................................. .53
F. Implementasi dan Evaluasi ............................................................ .58
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...................................................................................... 75
B. Diagnosa keperawatan .................................................................... 77
C. Perencanaan .................................................................................... 79
D. Implemenntasi ................................................................................ 81
E. Evalusi ............................................................................................ 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 88
B. Saran ............................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecendrungan penyakit di Indonesia saat ini mulai bergeser dari penyaki
menular ke arah penyakit degeneratif. Hal ini diakibatkan berubahnya gaya
hidup masyarakat, salah satu penyakit degeneratif yang mendapat perhatian
serius adalah gangguan kardiovaskuler. Kelompok penyakit kardiovaskuler yang
paling banyak adalah hipertensi. Saat ini hipertensi merupakan masalah
kesehatan yang banyak ditemui dimasyarakat karna angka prevalensinya yang
tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya adalah komplikasi yang
bersifat sistemik. (Brunner dan sudarth, 2002)
Hipertensi adalah keadaan dimana meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Depkes,2007)
Hipertensi sangat dipengaruhi berbagai faktor diantara faktor resiko dibagi dalam
dua golongan besar yaitu pertama faktor resiko yang dapat dikurangi, perbaiki
atau dimodifikasi dan kedua yang bersifat alami atau yang tidak bisa dikontrol.
Adapun golongan yang dapat dimodifikasi antara lain : pola makan,
kegemukan/obesitas, kurang aktivitas, merokok, dan komsumsi alkohol dan
golongan resiko alami antara lain : usia, keturunan, jenis kelamin, etnis/suku, jenis
kelami
2
Selanjutnya untuk meminimalkan peningkatan kasus hipertensi maka di
lakukan pengendalian agar kasus hipertensi tidak menimbulkan faktor resiko
seperti jantung koroner, gagal ginjal, stroke, dm, maka tindakan yang
dilakukan yaitu, mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan,
mengurangi asupan garam dalam tubuh, menciptakan keadaan rileks,
melakukan olahraga teratur, dan berhenti merokok khusus untuk hal in metode
yang dapat digunakan untuk menghentikanya yaiitu inisiatif sendiri,
menggunakan permen yang mengandung nikotin dan mendirikan kelompok
program, selanjutnya mengurangi mengonsumsi alkohol.
Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan
Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat
meningkatkan serangan jantung, dan gagal ginjal (Indriyani, 2009). Laporan
Joint National Committe On Detection, Evaluation, and Treathment of Blood
Presure (1993) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai deteksi,
evaluasi dan penanganan hipertensi. Komite ini juga memberikan klasifikasi
tekanan darah pada individu berumur 18 tahun ke atas, yang akan sangat
berguna sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan berdasarkan
pemahamanbahwa diagnosis didasarkan pada rata-rata dua pengukuran yang
dilakukan secara terpisah (Smeltzer & Bare, 2002).
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan.
Tidak hanya di indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu miliar orang di
dunia atau satudari empat orang dewasa menderita penyakit hipertensi.
Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6
3
miliar menjelang tahun 2025. Oleh karena itu, diperlukan penanganan serius
oleh berbagai pihak untuk menekan angka kematian pada penderita hipertensi
(Indriyani, 2009)
Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan
diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk didunia mengidap
hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini
kemungkinan akan terus meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. Dari 972
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya
berada di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi
di Indonesia cukup tinggi, akibat yang ditimbulkan menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadianpenyakit jantung dan pembuluh darah
(Purwanto, 2012).
Menurut WHO, Tekanan darah dianggap normal bila kurang dari
135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg,
dan diantara nilai tersebut dikatakan normal normal tinggi. Namun bagi orang
Indonesia banyak Dokter berpendapat bahwa tekanan darah yang ideal adalah
sekitar 110-120/80-90 mmHg.
Data dari Rumah Sakit Umum Bombana menunjukan bahwa jumlah
penderita Hipertensi pada tahun 2016 sebanyak 33 penderita, selanjutnya pada
tahun 2017 sebanyak 76 penderita, dan data terakhir yang di peroleh pada
tahun 2018 pada bulan januari sampai dengan maret sebanyak 24 penderita.
4
Melihat masih tingginya angka kejadian penyakit Hipertensi tersebut
maka sangatlah diperlukan penanganan yang segera, tepat dan komprehensif
dalam memberikan pelayanan keperawatan ataupun penanganan medis yang
lebih profesional. Makin majunya teknologi dan ilmu keperawatan maka
perawat dituntut pula untuk menerapkan keterampilan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan penuh kreativitas dan
senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas dengan tujuan untuk menjamin mutu
keperawatan.
Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik memberikan asuhan
keperawatan pada penderita hipertensi akan dituangkan dalam bentuk studi
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. DG Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Hipertensi Di Ruang Interna Rumah Sakit Umum
Bombana”
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Tn. DG Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Hipertensi Di Ruang Interna Rumah Sakit Umum
Bombana?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus gangguan sistem cardiovaskuler dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif pada “Tn. DG”dengan gangguan sistim
kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Interna Rumah Sakit UmumBombana.
5
2. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada “Tn. DG”dengan
gangguan sistim kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Interna Rumah
Sakit Umum Bombana.
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada“Tn.
DG”dengan gangguan sistim kardiovaskuler Hipertensi di Ruang
Interna Rumah Sakit Umum Bombana.
3. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada “Tn.
DG”dengan gangguan sistim kardiovaskuler Hipertensi di Ruang
Interna Rumah Sakit Umum Bombana.
4. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada “Tn.
DG”dengan gangguan sistim kardiovaskuler Hipertensi di Ruang
Interna Rumah Sakit Umum Bombana.
5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada “Tn. DG”dengan gangguan
sistim kardiovaskuler Hipertensi di Ruang Interna Rumah Sakit Umum
Bombana.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah
diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.
2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit
hipertensi dan perawatannya.
b. Merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan dapat
menjadi referensi atau kajian empiris untuk peneliti selanjutnya.
c. Bagi petugas kesehatan, dapat dijadikan masukan untuk petugas
kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit
hipertensi dan perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
A. Metode penelitian
1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus
Pengambilan kasus ini dilaksanakan pada bulan juni 2018 di ruang
Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana.
2. Teknik pengumpulan data
Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan data objektif dan relevan
dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan tehnik
pengumpulan data yaitu :
a. Studi kepustakaan : Mempelajari isi literatur-literatur yang
berhubungan dengan karya tulis ini.
b. Studi kasus : Menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien
dan keluarga yang meliputi : pengkajian, analisa data, penerapan
diagnosa keperawatan dan penyusunan rencana tindakan dan evaluasi
asuhan keperawatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan
diastol atau keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner
& Suddarth, 2005).
B. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ muskular berbentuk kerucut yang berongga.
Panjangnya sekitar 10 cm dan berukuran satu kepalan tangan
pemiliknya.Berat jantung sekitar 225 gram pada wanita dan 310gram pada
pria. Jantung berada pada rongga thoraks diarea mediastinum ( rongga antara
paru ). Letak jantung lebih condong ke sisi kiri daripada kanan tubuh, dan
terdiri atas sisi apeks atau bagian atas dan basal atau bagian bawah. Apeks
terletak sekitar 9 cm kekiri garis tegah pada tinggi ruang intercosta kelima,
yakni sedikit dibawah putting susu dan sedikit lebih dekat garis tengah. Basal
berada setinggi iga kedua.
Menurut Watson, (2002) Bagian-bagian jantung adalah sebagai berkut :
a. Lapisan Jantung
Jantung terdiri atas 3 lapisan jaringan yaitu : pericardium, endokardium
dan miokardium.
8
1). Perikardium
Memiliki dua sakus atau kantong pembungkus.Sakus terluar terdiri
atas jaringan fibrosa, sedangkan sakus terdalam terdiri atas lapisan
membrane serosa ganda.Sakus fibrosa terluar melas ketunica
adventisia dari pembuluh darah besar diatasnya dan melekat hingga
diafragma dibawahnya.Sakus ini tidak elastic dan sifat fibrosa
menceggah distensi jantung berlebihan. Lapisan luar membrane
serosa,pericardium parietal, melapisi sakus fibrosa. Lapisan dalam,
pericardium visceral, atau epikardium yang berlanjut ke pericardium
parietal, melekat pada otot jantung. Membrane serosa dilapisi sel epitel
gepeng.Sel ini mensekresi cairan serosa kedalam ruang diantara lapisan
parietal dan viscera, yang memungkinkan gerakan halus antar
keduanya saat jantung berdetak.
2). Endokardium
Endokardium melapisi bilik katub jantung.Lapisan ini merupakan
membrane yang tampak mengkilap, halus dan tipis yang
memungkinkan aliran darah yang lancer kedalam jantung.Lapisan ini
terdiri atas sel epithelium gepeng dan berlanjut kepembuluh darah
yang melapisi endothelium.
3) Miokardium
Miokardium terdiri atas otot jantung. Gerakan otot jantung
involunter.Setiap serat sel memiliki satu inti sel dan satu atau lebih
cabang.Miokardium paling tebal pada bagian apeks dan paling tipis
9
pada bagian basal.Hal ini menunjukkan beban kerja tiap bilik berperan
dalam memompa darah.Miokardium paling tebal dibagian ventrikel
kiri, yang memiliki beban kerja paling besar.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh cicin jaringan vibrosa
yangtidak mengkonduksi inplus listrik.Akibatnya, saat aktivitas
gelombang listrik melalui otot atrium, gelombang ini dapat menyebar ke
ventrikel melalui konduksi system yang menjembatani cicin vibrosa dari
atrium ke ventrikel.
b. Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi sisi kanan dan sisi kiri yang dilapisi oleh
septum. Saat lahir, darah dari satu sisi kesisi lain tidak dapat langsung
menyeberangi septum. Setiap sisi dipisahkan oleh katup atrioventrikular
ke serambi atas yaitu atrium, dan bilik bawah yaitu ventrikel. Katup
atrioventricular di bentuk oleh lipatan ganda endokardium yang diperkuat
oleh jaringan fibrosa mkecil. Katup atrioventrikular kanan (
katuptricuspid) memiliki 3 pintu ( lembar daun katup) , sedangkan katup
atrioventrikular kiri ( katup nitral) memiliki 2 pintu ( lembar daun katup ).
Aliran darah dijantung adalah 1 arah : darah masuk ke jantung via atrium
dan melalui ventrikel dibawahnya.
Katup antara atrium dan ventrikel membuka dan menutup secara
pasif sesuai perubahan tekanan dalam bilik.Katup membuka saat tekanan
10
dalam atrium lebih besar daripada ventrikel. Saat sistol ventricular
(kontraksi ), tekanan diventrikel naik melebihi atrium dan katup menutup,
mencegah aliran balik ke jantung.
Jantung terdiri dari 4 ruang :
1). Atrium Kanan
Terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah
dari seluruh jaringan kecuali paru Vena cava superior dan Inferior
membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung.Sinus koroner
membawa kembali darah dari dindin jantung itu sendiri.
2). Atrium Kiri
Atrium kiri di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih
kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal.Menampung
empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dri
paru-paru.
3). Ventrikel kanan
Ventrikel kanan terletak dibagian inferior kanan pada apeks
jantung.Darah meningalkan ventrikel kanan melalui truncus pulmonal
dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
4). Ventrikel kiri
Ventrikel kiri terletak dibagian inferior kiri pada apeks
jantung.Tebal dinding 3 kali tebal dinding ventrikel kanan.Darah
meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh
bagian tubuh kecuali paru-paru.
c. Katup Jantung
11
Jantung memiliki 3 katup, yaitu :
1). Tricuspid
Terletak antara atrium kanan dan Ventrikel kanan.Memiliki 3
daun katup (kuspis) jaringan ikat fibrosa irreguler yang dilapisi
endokardium. Bagian ujung daun katup yang mengerucut melekat
pada korda tendinae, yang melekat pada otot papilaris. Chorda
tendinae mencegah pembalikan daun katub ke arah belakang menuju
atrium. Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada
tekanan arah atrium kiri, daun katub tricuspid terbuka dan darah
mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan. Jika tekanan darah
dalam ventrikel kanan lebih besar dari tekanan darah di atrium
kanan, daun katup akan menutup dan mencegah aliran balik ke
dalam atrium kanan.
2). Bicuspid ( mitral )
Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini
melekat pada Chorda tendinae dan otot papilaris, fungsinya sama
dengan fungsi katup tricuspid.
3). Semilunar aorta dan pulmonal
Terletak di jalur keluar ventricular jantung sampai ke aorta
dan truncus pulmonalis. Katup semilunar pulmonary terletak antara
ventrikel kanan dan truncus pulmonal. Katup semilunar aorta
terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
d. Peredaran Darah Jantung
12
Peredaran darah jantung dibagi menjadi 2, yaitu :
1). Peredaran darah besar
Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri
jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen
bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah
yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi
kanan (atrium) jantung.
2). Peredaran darah kecil
Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah dari bilik
kanan jantung menuju paru-paru dan akhirnya kembali lagi ke
jantung pada serambi kiri.Pada peredaran darah kecil inilah darah
melakukan pertukaran gas di paru-paru.Darah melepaskan karbon
dioksida dan mengambil oksigen dari alveoli paru-paru.Oleh
karena itu, darah yang berasal dari paru-paru ini banyak
mengandung oksigen.
3). Aliran darah ke jantung
Dua vena besar tubuh, vena cava superior dan vena cava
inferior, memompa darah ke atrium kanan. Darah melalui katup
tricuspid masuk ke ventrikel kanan, dan dari ventrikel kanan
dipompa masuk ke arteri pulmonalis atau trunkus (satu-satunya
arteri yang membawa darah yang miskin oksigen). Lubang arteri
pulmonalis dijaga oleh katup pulmonal, yang dibentuk oleh katup
tricuspid semilunar.Katup ini mencegah aliran balik darah ke
13
ventrikel kanan saat otot ventrikel relaksasi. Setelah meninggalkan
jantung, arteri pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis
kanan dan kiri, yang membawa darah vena kedalam paru paru
dimana pertukaran gas terjadi: karbon dioksida diekskresikan dan
oksigen diabsorbsi.
Dua vena pulmonalis dari setiap paru membawa darah yang
kaya oksigin kembali ke atrium kiri. Kemudian darah mengalir
melalui katup mitral masuk ke ventrikel kiri, dan dari sini darah
dipompa ke aorta, arteri pertama dari sirkulasi umum.Pintu aorta
dijaga oleh katup aortic, yang dibentuk oleh katup tricuspid
semilunar.
Dari rangkaian peristiwa ini dapt dilihat bahwa darah
melewati sisi kanan msuk kesisi kiri jantung melalui paru, atau
sirkulasi pulmonal. Akan tetapi, harus didingat bahwa atrium
bekontraksi pada waktu yang sama dan hal ini diikuti oleh
kontraksi simultan kedua ventrikel.
Lapisan dinding otot atrium lebih tipis daripada
ventrikel.Hal ini sesuai dengan beban kerja yang mereka lakukan,
atrium biasanya dibantu oleh gravitasi men dorong tubuh hanya
melalui katup atrioventrikular ke ventrikel, dimana ventrikel secara
aktif memompa darh ke paru dan keseluruh tubuh.
Trunkus pulmonal keluar meninggalkan jantung dari bagian
atas ventrikel kanan dan aorta keluar meninggalkan jantung dari
bagian atas ventrikel kiri.
4). Suplai darah ke jantung
14
Suplai darah jantung ke jantung berasal dari darah arteri,
yaitu arteri koronaria kanan dan kiri yang bercabang dari aorta
dengan segera kebagian distal katup aortic. Arteri koronaria
menerima sekitar 5% darh yang di pompa dari jantung. Arteri
koronaria terlihat melintasi jantung pada akhirnya membentuk
jaringan kapile yang luas.
Sebagian besar darah vena dikumpulkan ke sebagian vena
kecil yang bergabung membentuk sinus koroner , yang terbuka
hingga ke atrium kanan. Sisanya langsung melalui saluran vena
kecil.
5) Siklus jantung
Fungsi utama jantung adalah mempertahankan sirkulasi
darah yang konstan di seluruh tubuh . Jantung bekerja sebagai
pompa dan kerjanya terdiri dari atas serangkaian kejadian yang
disebut siklus jantung .Jumlah siklus jantung permenit berkisar 60-
80 denyut. Siklus ini terdiri atas : sistol atrial ( kontraksi atrium ),
sistol ventricular ( kontraksi ventrikel), dan diastole jantung
komplet ( relaksasi atrium dan ventrikel.
15
Gambar 2.1 Anatomi Jantung
16
C. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi Menurut American Heart Association (AHA)
yaitu sebagai berikut :
Kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Normal < 120 > 80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Hipertensi Stage 1
Hipertensi Stage 2
140-159
> 160
90-99
> 100
D. Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya, hipertensi
dibagi menjadi dua bagian diantaranya yaitu :
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar
95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin,
efek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dari kalsium instraseluler,
dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,
merokok serta polisitemia.
17
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Terdapat sekitar 5 % kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme dan sindrom cushing hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan dan lain-lain.
E. Manifestasi Klinik
Pada kasus hipertensi komplikasi yang timbul yaitu pada ginjal, mata,
otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epitaksis, marah-marah, telinga berdenging, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing ( Mansjoer, 2001).
Sedangkan menurut Puspitorini (2008), pada sebagian besar penderita
hipertensi, tidak menimbulkan gejala. Masa laten ini mengikuti
perkembangan hipertensi sampai terjadi kerusakan organ yang spesifik,
kalaupun menunjukkan gejala, gejala tersebut biasanya ringan dan tidak
spesifik, misalnya pusing-pusing. Akan tetapi jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain sakit kepala,
kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas pendek, gelisah, pandangan
menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung,
sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah kepala bagian belakang ,
nyeri dada, otot lemah, pembrengkakan pada kaki dan pergelangan kaki,
keringat berlebihan, kulit pucat atau kemerahan, denyut jantung cepat,
impotensi dan mimisan.
18
F. Patofisiologi
Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masi dipenuhi ketidak
pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit
dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Namun, belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan
kondisis inilah yang disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah
mekanisme fisiologi terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang
kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi
esensial.(Elisabeth,Corwin,2007).
Bebrapa faktor yang saling berhunbungan mungkin juga turut serta
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan
peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang
telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi
insulin, sistem renim-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada
beberapa tahun balakang, faktor lainya telah dievaluasi, termasuk genetik,
disfungsi endotel
(yang tampak pada perubahan endotelin dan nitral oksidan).(Elisabeth,Cor
win,2007)
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis ketoraks dan abdomen. Rangsanagan pusat
19
fasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah
melalui saraf simpatis ke ganglia simaptis. Pada titk ini, neuron
preganglion melepaskan asetolkolin, yang akan merangsang serabut saraf
paska ganglion kepembuluh darah, dimana dengan dilepaskanya
norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
dan kecemasan serta ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokontriktor. Ondividu dengan hhpertensi
sangat sesitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistim saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontrikisi. Medulla
adrenal mengsekresi episnefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat meperkuat
respon vasokontriktol yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, mengakibatkan pelepasan renim. Renim merangsang pembentuikan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
fasokontriktor kuat, yang pada giliranya merangsang sekresi aldesteron
oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Penyebab structural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
20
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuanya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth,2005)
G. Komplikasi
Menurut Gunawan L, (2001), komplikasi dari tekanan darah tinggi
ialah perkembangan lambat laun penyakit dinding pembuluh darah arteri,
(arteri otot jantung, aorta pembuluh darah otak, pembuluh darah retina, organ
yang peka di balik mata), atherosclerosis, serangan jantung, dan penyakit
ginjal. Gunawan L, (2001),
H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2001), penatalaksanaan penyakit hipertensi terdiri
atas :
a. Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko
kardiovaskuler dengan biaya sedikit, dan risiko minimal. Tata laksana ini
tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat
menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan
yaitu menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan, membatasi alkohol,
meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-40menit/hari), mengurangi
asupan natrium, mempertahankan asupan kalium, kalsium dan magnesium
21
yang adekuat, berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh serta
kolesterol dalam makanan.
b. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai
dengan umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24
jam, dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik,
lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan
melindungi pasien terhadap berbagai risiko dari kematian mendadak,
serangan jantung atau strok akibat peningkatan tekanan darah mendadak
saat bangun tidur.
Jenis-jenis obat antihipertensi :
1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek
turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada
hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.
2. Penghambat Simpatis Golongan obat ini bekerja denqan menghambat
aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik
adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai
adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya
sel darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat
22
menyebabkan penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang
digunakan.
3. Betabloker Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti
asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol,
propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes
harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana
kadar gula darah turun menjadi sangat rendah sehingga dapat
membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian
obat harus hati-hati.
4. Vasodilatator Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering
terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.
5. Penghambat enzim konversi angiotensin Kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat
meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan
ini adalah kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
23
6. Antagonis kalsium Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa
jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).
Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan
verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat reseptor angiotensin II Kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang munkin
timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, mual
24
1. Pathway Hipertensi
Gambar2.3 bagan Pathway hipertensi (Amin Huda N.,2013)
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin merokok stres, kurang olahraga,
genetik, alkohol, konsentrasi garam, obesitas
HIPERTENSI
Kerusakan vaskuler pembuluh darah Tekanan sistemik darah
meningkat Ansietas Perubahan situasi
Informasi yang minim Perubahan struktur
Beban kerja meningkat
Kurang pengetahuan
Penyumbatan pembuluh darah Aliran darah semakin cepat
keseluruh tubuh sedangkan nutrisi
dalam sel sudah mencukupi kebutuhan
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
retina Pembuluh darah otak ginjal
Spasme
arteriol Suplai oksigen ke otak
menurun
Resistensi pembuluh
darah otak meningkat
Vasokontriksi
pembuluh darah ginjal
Risiko
cedera
koroner sistemik
Iskemia
miokard
vasokontriksi Resiko
Ketidakefektifan
Jaringan Otak
Nyeri Kepala Blood flow darah
menurun
Nyeri
dada
Afterload
meningkat Respon RAA
Merangsang
aldosteron
fatique Penurunan
Curah Jantung Retensi Natrium
edema
Intoleransi Aktivitas
Kelebihan
Volume Cairan
25
J. Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap
ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan
menentukan desain perencanaan yang ditetapkan.(Adib, 2009).
Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu :
a. Biodata
Data lengkap dari klien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi : nama
lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing,
jantung kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan
26
pembuluh retina (hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah
dan epistaksis spontan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : obesitas,
alcohol, merokok, serta polisetemia.
b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria
dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu
jika orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya
memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya.
d. Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah
kronik, factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati,
muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,
penurunan pola bicara.
27
e. Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi
belum dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan
masing-masing individu.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Klien nampak lemah
2) Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga
cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas
90 mmHg.
3) Review of sistem
a) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan-
tung kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
perbedaan denyut.
Denyut apical: titik point of maksimum impuls,
mungki bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi / irama: takikardia, berbagai disritmia.
28
Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada
dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis,
femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda.
b) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub
occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi.
Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori.
Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman
tangan
Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan
arteri ringan-mendatar, edema, papiladema, exudat,
hemoragi.
29
c) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan
jantung).
Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.
Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
d) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap
lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal
paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
e) Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi / cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi
postural.
g. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
tachypnea.
30
2) Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
3) Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi
garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan
kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris,
glikosuria.
h. Pemeriksaan diagnostik
1) BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
2) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-
katkan hipertensi.
3) Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan
disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
4) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola
regangan, gangguan konduksi.
31
i. Penatalaksanaan
1) Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan
dan diet rendah garam.
2) Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri
pada hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE
inhibitor, beta-blocker, antagonis kalsium dan diuretik mengurangi
massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan
pengobatan yang paling efektif.
K. Fokus Diagnosa Keperawatan
Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa-
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial
suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu dimana “P”
diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan
“S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini
dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “berhubungan
dengan”.
Menurut Dongoes (2000), diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada klien hipertensi adalah :
1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan . afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler.
32
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
4. Koping individual inefektif berhubunagn dengan krisis situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung
tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan
yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode
koping tidak efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/
daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa.
L. Fokus Intervensi
Pada fokus intervensi meliputi tujuan, kriteria hasil, intervensi, rasional,
(Doengoes 2000).
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler
Tujuan : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu
yang dapat diterima.
33
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang dan pasien.
Kriteria Hasil :
1. Pasien berpartisipasi dalam akttifitas yang dapat menurunkan
tekanan darah.
2. Mempertahankan tekanan darah dalam rentan individu yang dapat
diterima.
3. Irama dan denyut jantung dalam batas normal.
Intervensi dan rasional :
1) Pantau tekanan darah.
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang
masalah vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis
mungkin diamati atau tekanan palpasi. Denyutan pada
tungkai mungkin menurun: efek dari vasokontraksi.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional : Bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi
berat dan kerusakan fungsi adanya krakels mengi
34
dapat mengindikasi kongesti paru sekunder terhadap
atau gagal jantung kronik.
4) Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau
mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah
jantung.
5) Catat edema umum/tertentu.
Rasional : Mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskuler.
6) Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan
lingkungan dan batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal.
Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
menurunkan relaksasi.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas (jadwal istirahat tanpa
gangguan, istirahat di tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional : Menurunkan stress dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit
hipertensi.
8) Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur).
35
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan
rangsang simpatis.
9) Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.
Rasional : Menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan tekanan darah.
10) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional : Respon terhadap terapi obat tergantung pada individu
dan efek sinergis obat.
11) Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti:
Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid
Rasional : Dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan
membatasi retensi cairan.
Diuretic loop: furosemid, etakrinic, bumetanoid, dan lain-lain.
Rasional : Menghasilkan diuresis kuat dengan menghambat
resorpsi natrium dan klorida.
12) Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.
Rasional : Dapat menangani retensi cairan dengan respon
hipertensi yang dapat melibatkan beban kerja jantung.
13) Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
Rasional : Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokro-
mositoma maka pengangkatan tumor dapat memper-
baiki kondisi.
36
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur, menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda
toleransi fisiologis.
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan peninkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
2. Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi dan rasional:
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas frekuensi nadi, peningkatan
tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktivitas, dyspnea, nyeri
dada, keletihan, dan kelemahan, diasporesis, pusing, dan pingsan.
Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologis stress terhadap aktivitas dan bila ada
merupakan indicator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2) Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat
mandi, duduk, menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan
aktivitas dengan perlahan.
37
Rasional : Dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu
keseimbangan antara suplai antara suplai dan
kebutuhan O2.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah penurunan
kerja jantung tiba.
c. Nyeri (akut), berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan : - Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak
terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
Kriteria Hasil :
1. Pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan
penguranganya.
3. Pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi dan rasional:
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.
2) Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher,
tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.
38
Rasional : Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang
memperlambat / memblok respon simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.
3) Hilangnya / minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan
saat BAB, dan lain-lain.
Rasional : Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan
vaskuler serebral karena aktivitas yang meningkatkan
vaskonotraksi.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala.
5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan
untuk menghentikan perdarahan.
Rasional : Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat
mengganggu menelan atau membutuhkan nafas
dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan mukosa.
39
6) Berikan sesuai indikasi:
Analgesik
Rasional : Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsangan system saraf simpatis.
Antiancietas (diazepam, lorazepam)
Rasional : Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan
yang diperbuat oleh stress.
d. Ketidakefektifan koping individu berhubunagn dengan krisis
situasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem
pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi
buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak
realistik, metode koping tidak efektif
Tujuan : Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan
pribadi.
Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil
langkah untuk menghindari/mengubahnya.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan / metode
koping efektif.
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
40
3. Mengatakan penurunan stres
4. Klien mengatakan menerima tentang keadaanya
5. Mampu mengendifikasi srategi tentang koping
Intervensi dan rasional :
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.
Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin
merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah
diastolic.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasi atau menyelesaikan
masalah.
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama
dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.
41
4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : Memperbaiki keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen teraupetik.
5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
Rasional : Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada
relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang
diinginkan.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/
daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif,
menyangkal diagnosa
Tujuan : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan
- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
42
3. Pasien dan keluaraga mampu menjelsakan kembali apa
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya
Intervensi dan rasional :
1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang
terdekat.
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima
pembelajaran.
2) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,
ginjal, dan otak.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan
darah normal dan efek hipertensi.
3) Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah
terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien
dalam batas yang diinginkan.
Rasional : Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda
tergantung pada banyak faktor.
4) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi
lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, dan minum alcohol,
pola hidup stress.
Rasional : Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan
memperhatikan faktor – faktor resiko.
43
5) Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang
penguapan, penggunaan alcohol yang berlebihan.
Rasional : Dapat menyebabkan tekanan darah berubah – ubah.
6) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan
sebelum menggunakan obat.
Rasional : Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.
7) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau
cairan tinggi kalium.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
44
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari senin tanggal 7 Juli 2018 dengan
metode allo-anamnesa dan auto anamnesa,sumber data berasal dari klien dan
keluarganya, serta berasal dari catatan medikal record. Klien masuk rumah
sakit pada tanggal 7 Juli 2018 data dari ruangan UGD klien masuk dengan
pusing dan sakit kepala, adapun hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan
darah 150/80 mmHg,nadi 72 x/menit, pernapasan 20 x/menit, dan suhu
36,5°C diagnosa medis yang ditemukan oleh dokter yaitu hipertensi, dirawat
diruang perawatan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana. Pada saat
pengkajian data yang ditemukan klien bernamaTn. “DG”dan berumur 49
tahun,suku bangsa Bugis/ Indonesia, agama Islam,pekerjaan Pegawai Negeri
Sipil,pendidikan terakhir S1,alamat Kampung Butung, fasiltas pelaksana
jaminan kesehatan adalah BPJS Kesehatan.
Keluhan utama (P) Tn. “DG” yaitu klien mengalami sakit pada daerah
kepala lemah sisi tubuh,yang menjadi faktor pencetus timbulnya sakit kepala,
(Q) sifat nyeri yang dirasakan yaitu terus menerus, (R) lokasi nyeri terdapat
pada daerah kepala dan skala nyeri yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan
dengan pengukuran skala nyeri (0-10) didapatkan skala nyeri5(sedang),yang
telah dirasakan sejak masuk rumah sakit (T) .Adapun keluhan lain yang
diungkapkan oleh Tn. “DG”antara lain klien mengatakan lemah di sisi tubuh
43
45
sebelah kanan, sejak 1 minggu dan memberat sejak kemarin terutama bagian
kaki kanan, mual, dan pusing.
Genogram
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. “DG”
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
Data pemeriksaan fisik pada tanggal 7 juli 2018 ditemukan keadaan
umum klien tampak lemah,kesadaran komposmentis dengan nilai GCS 15,,
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 150/80 mmHg,nadi
?
2 ?
?
? ? ? ? ? ? ? ?
2
7
0
49
? ? ?
46
72x/menit dan teraba lemah,suhu 36,5°C,pernapasan 20x/menit.Berat badan
54kg yang sebelumnya kien menyatakan berat badannya 55kg.
Pada pemeriksan bodi sistem untuk pernapasan (BI:Breathing), hidung
simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada suara napas tambahan seperti (wheezing, ronchi, stridor, crakles),
tidak ada nyeri, irama pernafasan reguler.
Pengkajian cardiovaskuler (B2:Bleeding) pada saat pemeriksaan palpasi
tidak ada nyeri tekan,suara jantung normal, namun klien mengatakan pusing
dan merasa sakit kepala,capilary refil time < 3 detik dan tidak ada edema
pada ekstremitas dan palpebra,suara jantung mur-mur, irama sinus normal
mengarah pada infark sisi lateral atrium kiri, dan tidak ada tanda terjadinya
edema, klien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat beraktifitas.
Pengkajian persarafan(B3:Brain),Glasgow Coma Scale (GCS) ditemukan
hasil 15 dimana Eye Respon (responmata): 4,Verbal Respon : 5,dan Motorik
Respon : 6,pemeriksaan pada kepala dan wajah, keadaan kepala normal,pada
saat perubahan posisi klien merasa sakitpada daerah kepala, konjungtiva tidak
anemis, telinga simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran normal, fungsi
penciuman normal, fungsi pengecapan normal, fungsi penglihatan terganggu
(pandagan kabur), status mental terorientasi dengan baik waktu, tempat,
maupun orang.
Pengkajian perkemihan dan eliminasi (B4 : Bladder) produksi urine
2500 ml/hari dengan frekuensi 4-5x/hari,warna urine kekuningan,dan bau
47
urine amoniak, tidak adanya retensi urine, frekuensi buang air besar Tn.
“DG” yaitu 2x/hari dengan konsistensi lunak.
Pengkajian sistem pencernaan dan eliminasi(B5:Bowel) pada
mulut,tenggorokan dan abdomen tidak ditemukan adanya masalah seperti
stomatitis, gangguan menelan seperti amandel, namun pada pengkajian status
nutrisi Tn. “DG”mengalami anoreksia,dan mual,tidak ada nafsu makan,porsi
makan tidak dihabiskan dan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang disediakan,
dan perut pada Tn. “DG” nampak hypertimpani setelah di lakukan
perkusi,dan makan sedikit merasa mual di sebabkan karena klien mempunyai
riwayat penyakit Gastritis,
Pada pengkajian aktivitas sehari-hari Tn. “DG”selama dirawat dirumah
Istirahat dan aktifitas: klien mengatakan tidur siangnya mulai jam
13.00WITA , tidur malam : jam 24.00 WITA dan klien mengatakan tidak
ada gangguan tidur , aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat,untuk
memenuhi kebutuhan perorangan klien seperti mandi,menyikat gigi,dan ganti
pakaian klien dibantu oleh anak,hasil pengkajian psikologis klien mengatakan
belum paham dengan komplikasi dari penyakitnya,klien sering menanyakan
tentang diet yang harus di jalaninya. Kegiatan spiritual klien selama dirumah
sakit mengalami gangguan tidak dapat melaksanakan ibadah disebabkan oleh
keterbatasan fisik klien dengan kondisi kelemahan yang dialami oleh Tn.
“DG”.
48
Selama dirawat klien mendapatkan terapi cairan Nacl 0,9 % 14 tpm, dan
obat-obatan antara lain neurobion 1a,piracetam3 gr, dan obat oral amlodipin
10 gr.
Hasil pemeriksaan penunjang yaitu hasil pemeriksaan EKG tidak adanya
pembesaran jantung dan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 juli
2018 ditemukan lymfosit (24,4 g/dL),hemoglobin (8,9 g/dL),hematokrit (20,7
g/dL).
No Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
1
2
3
Lymfosit
Hemoglobin
Hematokrit
24,4 g/dL
8,9 g/dL
20,7 g/dL
20-40%
12-16 g/dL
37-48%
B. Data Fokus
Nama Pasien : Tn.“DG” Nama Mahasiswa : Rahmaniar
No Rekam Medik : 039528 Nim : 144012017000642
Ruang Rawat : Ruang Interna
DATA SUBYEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan lemah sisi
tubuh kanan,
2. sakit kepala dan nyeri lutut.
1. Keadaan sedang
2. TD 150/80 mmHg
3. Nadi 98x/menit
49
3. Aktifitas pasien di bantu oleh
perawat dan keluarga
4. Pasien menyatakan badannya
lemas
5. klien sering menanyakan
tentang diet yang harus di
jalaninya.
6. Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
7. Klien mengatakan makan
sedikit merasa mual
8. Klien mengatakan jantungnya
berdebar-debar saat beraktifitas
4. Denyut nadi teraba lemah
72x/menit
5. Respirasi 20x/menit
6. Suhu 36,50C
7. Kelemahan pada tubuh
8. terapi cairan Nacl 0,9 %
50
C. Analisa data
Nama Pasien : Tn.“DG” Nama Mahasiswa : Rahmaniar
No Rekam Medik : 039528 Nim : 144012017000642
Ruang Rawat : Ruang Interna
NO Masalah
Kemungkinan
penyebab (pohon
masalah)
Data
1. Nyeri Akut Hipertensi
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Penyumbatan
pembuluh
darah
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Otak
Resistensi pembuluh
darah otak
meningkat
Nyeri
DS :
- Pasien mengatakan
lemah sisi tubuh kanan,
sakit kepala, dan nyeri
lutut.
DO :
- Keadaan sedang
- Tanda-tanda vital :
TD : 150/80 mmHg,
N : 72x/menit,
S : 36,5°C,
P : 20x/menit
2. Intoleransi
aktivitas
Gangguan
sirkulasi
Pembuluh darah
Sistemik
Vasokonstriksi
Afterload
Fatigue
Intoleransi
aktivitas
DS :
- pada saat perubahan
posisi klien merasa
sakit pada daerah
kepala
- Klien mengatakan
jantungnya berdebar-
51
debar saat beraktifitas
DO :
- Keadaan umum lemah
- Klien tampak dibantu
dalam beraktivitas
- Denyut nadi lemah
76x/menit
3 Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Hipertensi
Tekanan
intrakranial
meningkat
Mual,muntah
Intake yang tidak
adekuat
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
DS :
- Klien mengatakan
nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan
makan sedikit merasa
mual
- Klien mengatakan porsi
makan tidak
dihabiskan, hanya ¼
dari porsi yang
disediakan.
-
DO :
- Keadaan umum lemah
- Perut klien nampak
hypertimpani
- BB sebelum sakit : 55
kg dan saat sakit BB :
54 kg.
52
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral ditandai dengan:
DS : - Klien mengatakan lemah tubuh kanan
Klien mengatakan sakit kepala
Klien mengatakan nyeri lutut
DO : -Keadaan nampak lemas
-Tekanan darah : 150/80 mmHg
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
DS :
- Pada saat perubahan posisi klien merasa sakit pada daerah kepala
- Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar saat beraktifitas
DO :
- Keadaan nampak meringis
- Klien tampak dibantu dalam beraktivitas
- Denyut nadi lemah 72x/menit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
53
- Klien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan, hanya ¼ dari
porsi yang disediakan
- Klien mengatakan makan sedikit perut terasa mual
DO : - Keadaan nampak lemas
54
E. Rencana keperawatan
Nama Pasien : Tn.“DG” Nama Mahasiswa : Rahmaniar
No Rekam Medik : 039528 Nim : 144012017000642
Ruang Rawat : Ruang Interna
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akutberhubungan
dengan peningkatan
tekanan vascular serebral
ditandai dengan:
DS :
- Klien mengatakan
sakit kepala sejak 3
hari yang lalu
- Skala nyeri 5(sedang)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selam 3x24
jam diharapkan nyeri klien
dapat berkurang/hilang
dengan kriteria hasil :
- Klien melaporkan
nyeri atau
ketidaknyamanan
hilang/terkontrol
1. Kaji skala nyeri, daerah,
kualitas, dan waktu.
2. Observasi tanda-tanda vital :
tekanan darah, nadi,suhu, dan
pernapasan.
3. Pertahankan tirah baring
selama fase akut.
4. Beri tindakan non farmakologi
untuk menghilangkan
1. Pasien biasanya melaporkan nyeri
yang terdapat pada ekstremitas atau
daerah kepala yang dapat terjadi
hilang timbul.
2. Mengetahui perubahan keadaan
klien secara umum.
3. Minimalkan stimulus atau
peningkatan relaksasi .
4. Tindakan yang menurunkan tekanan
55
- Klien mengatakan
merasa pusing
DO :
- Keadaa umum lemah
- Tanda-tanda vital :
Tekanan
darah:160/90 mmHg,
suhu 37°C, nadi
76x/menit,
pernafasan 24x/menit
- Skala nyeri 2 (ringan)
- Klien tampak rileks
nyeri,misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher,tenang,
redupkan lampu
kamar,tehknik relaksasi
imajinasi (pandu imajinasi
distraksi dan aktivitas waktu
senggang).
5. Bantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan .
6. Kolaborasi pemberian
analgetik, antihipertensi dan
sesuai indikasi.
vaskular serebral dan yang
memperlambat/memblok respon
simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
5. Pusing dan penglihatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala.
6. Menurunkan atau mengontrol nyeri
dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji repon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter, membantu
56
berhubungan dengan
Kelemahan
ditandai dengan :
DS :
- pada saat perubahan
posisi klien merasa
sakit pada daerah
kepala
- Klien mengatakan
jantungnya
berdebar-debar saat
beraktifitas
DO :
- Keadaan umum
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan terjadi
peningkatan toleransi
aktivitas kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam
aktivitas yang
dinginkan atau
diperlukan.
- Melaporkan
peningkatan toleransi
aktivitas yang dapat
diukur.
aktivitas, dipsnea atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan
berlebihan, diaphoresis,pusing
atau pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang
tehknik penghematan energi
misalnya, menggunakan kursi
saat mandi,duduk saat
menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan
perlahan.
3. Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas
perawatan diri bertahap jika
mengkaji respon fisiologi terhadap
stress aktivitas dan bila ada
merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan
aktivitas.
2. Tehnik menghemat energi
mengurangi penggunaan energi,
juga membantu, keseimbangan
antarasuplei dan kebutuhan oksigen.
3. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba. Memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam
57
lemah
- Klien tampak dibantu
dalam beraktivitas.
- Denyut nadi lemah
dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
melakukan aktivitas.
3. Nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak
adekuat ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan
tidak nafsu makan
- Klien mengatakan
porsi makan tidak
dihabiskan , hanya ¼
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat
terpenuhi dengan kriteria
hasil :
- Klien mengatakan
nafsu makan baik
- Tidak terjadi
penurunan berat
1. Kaji intake makan klien
perhari.
2. Identifikasi makanan yang
disukai atau dikehendaki agar
dapat disesuaikan dengan
program pembatasan diet
klien.
3. Anjurkanuntuk makan sedikit
tapi sering sesuai dengan
program diet.
1. Mengetahui jumlah intake perhari
sehingga dapat diperhitungkan rasio
intake dan output.
2. Nafsu makan dapat meningkat jika
penyusunan diet disesuaikan dengan
makanan kesukaan klien.
3. Mengurangi rasa bosan pada
makanan dan mememenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
4. Dengan mengetahui dan mengerti
58
dari porsi yang
disediakan
- Klien mengatakan
makan sedikit
merasa mual
DO :
- Perut klien nampak
hypertimpani
- Keadaan umum
lemah.
- BB sebelum sakit :
55 kg dan saat sakit
BB : 54 kg
badan/BB
dipertahankan
- Porsi makan
dihabiskan
4. Beri penjelasan tentang diet
hipertensi.
5. Beri HE tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh.
6. Kolaborasi pemberian vitamin
sesuai indikasi
pola diet klien dan keluarga dapat
kooperatif dalam aturan dietnya.
5. Meningkatkan pengetahuan klien
tentang nutrisi sehingga dan
meningkatkan derajat kesehatan.
6. Membantu meningkatkan daya
tahan tubuh dan meningkatkan nafsu
makan.
59
F. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. “H” Nama Mahasiswa : Rahmaniar
No Rekam Medik : 039528 Nim : 144012017000642
Ruang Rawat : Ruang Interna
Diagnosa
Keperawatan
Hari/tang
gal/jam
Implementasi Paraf
Hari/tanggal
/jam
Evaluasi
Paraf
CI
1. Nyeriakut
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vascular
serebral
Sabtu
7/7-
2015/
09.05
1. Melakukan pengkajian skala,
daerah, kualitas, dan waktu.
nyeri
Hasil : klien mengatakan
nyerinya sudah berkurang
dengan skala nyeri
5(sedang),klien mengatakan
sabtu/
7/7-2018/
14.00
Subyektif :
- Klien mengatakan nyeri sudah
mulai berkurang dengan skala
4 (sedang)
- Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan pijat
punggung dan leher, serta
60
09.10
09.15
lokasi nyeri di kepala, kualitas
nyeri tumpul, dan klien
mengatakan sakit kepalanya
timbul saat duduk.
2. Melakukan observasi tanda-
tanda vital :
Hasil :
Tekanan darah : 160/90 mmhg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 37º C
Pernapasan : 24x /menit
3. Mempertahankan tirah baring
selama fase akut
Hasil : klien mengatakan
tenang
- Klien mengatakan sudah tidak
merasa pusing
Objektif :
- Keadaan umum lemah
- Klien tampak rileks/tenang
- Skala nyeri 4 (sedang)
- Tanda-tanda vital :
tekanan darah : 150/70 mmHg
Asesment : masalah belum
teratasi
Planing : intervensi dilanjutkan
61
09.25
merasa lebih nyaman dan
nyerinya dapat berkurang.
4. Memberikan tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri,misalnya
kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher,tenang,
redupan lampu kamar,tehknik
relaksasi imajinasi (pandu
imajinasi distraksi dan aktivitas
waktu senggang).
Hasil : klien mengatakan nyeri
berkurang dengan tindakan
yang diberikan yaitu pijat
62
09.35
13.00
punggung dan leher serta
tenang.
5. Membantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan.
Hasil : klien merasa lebih
terbantu dan termotivasi.
6. Melakukan penatalaksanaan
dalam pemberian obat
analgetik, antihipertensi,
antiansietas sesuai indikasi.
Hasil :
klien diberikan anlgetik :
ranitidine 2,5 cc/12 jam
ISDN (isosorbit dinitrat) 1
63
tablet dan amlodiphin 1x1
tablet.
2. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
sabtu/
7-07-
2018/
10,00
10,40
1. Melakukan pengkajian
mengenai respon pasien
terhadap aktivitas, dipsnea atau
nyeri dada, keletihan dan
kelemahan berlebihan,
diaphoresis,pusing atau pingsan
Hasil : klien hanya dapat
bangun dari tempat tidurdan
tidak ada dipsnea dan nyeri
dada, klien sedikit pusing.
2. Menginstruksikan pada pasien
tentang tehnik penghematan
sabtu /
7-07-
2018/13.00
Subyektif :
- Klien mengatakan masih
merasa lemah
- Klien mengatakan dapat
berjalan tetapi dibantu oleh
suami/atau perawat
Objektif :
- Keadaan umum lemah
- Klien hanya bisa bangun dari
posisi berbaring
- Klien tampak dibantu oleh
suami
64
10.55
energi misalnya, menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat
menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan
perlahan.
Hasil : klien mau mengikuti apa
yang dianjurkan.
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas /perawatan
diri bertahap jika dapat
ditoleransi.
Hasil : Klien merespon baik apa
yang di katakan perawat.
- Denyut nadi lemah 76x/menit
Asesment : masalah belum
teratasi
Planing : intervensi dilanjutkan
3. Nutrisi kurang sabtu / 1. Melakukan pengakajian intake sabtu/ Subyektif :
65
dari kebutuhan
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat.
7-07-
2018/
12.10
12.15
12.20
makan klien perhari
Hasil : klien mengatakan sudah
nafsu makan, klien makan 3x
sehari dengan menghabiskan
setengah dari porsi yang
disediakan.
2. Mengidentifikasi makanan yang
disukai atau dikehendaki agar
dapat disesuaikan dengan
program pembatasan diet klien.
Hasil : klien mengatakan suka
dengan makanan yang
disediakan dirumah sakit.
3. Menganjurkan untuk makan
7-07-2018/
14.00
- Klien mengatakan nafsu
makannya mulai membaik
- Klien mengatakan porsi
makan 1/2 dari porsi
dihabiskan
Objektif :
- Keadaan umum lemah
- Porsi makan 1/2 dari porsi
dihabiskan
- Klien sudah tidak mual
Asesment : masalah belum
teratasi
Planing : intervensi di lanjutkan
66
12.30
12.50
sedikit tapi sering sesuai dengan
program diet.
Hasil : klien mengikuti apa
yang telah dianjurkan
4. Memberikan HE tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Hasil : klien dapat memahami
dan mau memenuhi kebutuhan
nutrisi tubuh.
5. Melakukan
pentalaksanaandalam
pemberian vitamin sesuai
indikasi.
Hasil : klien diberikan
67
neurosanbe 1cc drips
1. Nyeri akut
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vascular
serebral
minggu/
8-7
2018/
09.10
09.15
1. Melakukan pengkajian skala
nyeri, daerah, kualitas dan
waktu.
Hasil : klien mengatakan
nyerinya berkurang dengan
skala nyeri 2 (ringan), klien
mengatakan daerah nyeri yang
di rasakan di daerah kepala, dan
waktu timbulnya nyeri saat
duduk
2. Melakukan observasi tanda-
tanda vital :
Hasil :
minggu /8-
07/2018/
13.00
Subyektif :
- Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan skala 2
(ringan)
- Klien mengatakan merasa
sangat tenang dengan diberi
tindakan pijat leher dan
tenang.
Ojektif :
- Keadaan umum sedang
- Klien tampak rileks/tenang
- Tekanan darah 130/70 mmHg
Asesment : masalah teratasi.
68
09.25
Tekanan darah : 130/70 mmhg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37,3º c
Pernapasan : 20x /menit
Hasil : klien mengatakan
merasa lebih nyaman dan
nyerinya dapat berkurang.
3. Memberikan tindakan non
farmakologi untuk
menghilangkan nyeri,misalnya
kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan
leher,tenang,redupan lampu
kamar,tehknik relaksasi
Planing : intervensi dihentikan.
69
09.35
13.00
imajinasi (pandu imajinasi
distraksi dan aktivitas waktu
senggang).
Hasil : klien mengatakan nyeri
berkurang dengan tindakan
yang diberikan yaitu pijat
punggung dan leher serta
tenang.
4. Membantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan.
Hasil : klien merasa lebih
nyaman.
5. Melakukan penatalaksanaan
dalam pemberian analgetik,
70
antihipertensi, sesuai indikasi.
Hasil : klien diberikan :
ranitidine 2,5 cc/12 jam, dan
amlodiphin 1x1 tab.
2. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
minggu/
8/7/2018
09.20
09.45
1. Melakukan pengkajian
mengenai repon pasien terhadap
aktivitas, dipsnea atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan
berlebihan , diaphoresis ,pusing
atau pingsan
Hasil : klien mengatakan dapat
berjalan dengan dituntun oleh
suami.
2. Menginstruksikan pada pasien
minggu /8-
7/2018/
14.00
Subyektif :
- Klien mengatakan mulai
bejalan perlahan-lahan.
- Klien mengatakan berjalan
didampingi oleh suami.
Objektif :
- Keadaan umum mulai
membaik
- Klien tampak berjalan dengan
didampingi oleh suami.
71
09.45
09.50
tentang tehknik penghematan
energi misalnya, menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat
menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan
perlahan.
Hasil : klien menerapkan apa
yang dianjurkan.
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas /perawatan
diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
Hasil :klien mulai berusaha
- Klien tampak berjalan berhati-
hati.
Asesment : masalah belum
teratasi
Planing : intervensi
dipertahankan.
72
melatih diri untuk berjalan
tanpa perlahan-lahan.
3. Nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan intake
yang tidak
adekuat.
selasa
/8/08/
2018
12.03
12.10
12.15
1. Melakukan pengakajian intake
makan klien perhari
Hasil : klien mengatakan porsi
makan dihabiskan.
2. Mengidentifikasi makanan yang
disukai atau dikehendaki agar
dapat disesuaikan dengan
program pembatasan diet klien.
Hasil : klien mengatakan suka
dengan makanan yang
disediakan dirumah sakit.
3. Menganjurkan untuk makan
selasa
/8/7/2018
14.00
Subyektif :
- Klien mengatakan nafsu
makannya kembali membaik
sperti biasa
- Klien mengatakan porsi
makan dihabiskan
Objektif :
- Keadaan umum sedang
- Porsi makan dihabiskan
- Turgor kulit baik
Asesment : masalah teratasi.
Planing : intervensi dihentikan.
73
12.20
12.50
sedikit tapi sering sesuai dengan
program diet.
Hasil : klien menerapkan apa
yang telah dianjurkan
4. Memberikan HE tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Hasil : klien dapat memahami
dan mau memenuhi kebutuhan
nutrisi tubuh.
5. Melakukan penatalksanaan
dalam pemberian vitamin sesuai
indikasi.
Hasil : klien diberikan
neurosanbe 1cc drips
74
2.Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
senin/
9/07/
2018
09.40
09.45
1. Melakukan pengkajian
mengenai repon pasien terhadap
aktivitas, dipsnea atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan
berlebihan , diaphoresis ,pusing
atau pingsan
Hasil : klien sudah mampu
berjalan tanpa dibantu
2. Menginstruksikan pada pasien
tentang tehknik penghematan
energi misalnya, menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat
menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan
senin/
9/7/
2018/
12.00
Subyektif :
- Klien mengatakan sudah
mampu berjalan
- Klien mengatakan berjalan
tanpa didampingi oleh isteri
Objektif :
- Keadaan umum baik
- Klien tampak berjalan dengan
tanpa didampingi oleh isteri
Asesment : masalah teratasi.
Planing : intervensi dihentikan
75
09.50
perlahan.
Hasil : klien mau mengikuti apa
yang dianjurkan.
3. Memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan
diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.Hasil :klien
sudah mampu berjalan tanpa
bantuan.
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien TN. “DG”
dengan Hipertensi di Ruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Bombana yang
dilakukan pada hari sabtu tanggal 7 juli sampai dengan 9 juli 2018, maka penulis
akan mengemukakan kesenjangan data antara teori dengan data yang didapatkan
pada tinjauan kasus. Telah diuraikan pula sebelumnya mengenai tinjauan kasus
hipertensi baik ditinjau dari segi medis maupun segi keperawatan.
Di dalam memberikan asuhan keperawatan Tidak menutup kemungkinan
adanya perbedaan kita harus mengakui klien sebagian mahluk Bio Psiko dan
sosial dan spiritual yang utuh dan unik sehingga segala kemampuan kecakapan
yang dimiliki oleh perawat harus dipadukan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan hal itulah tidak menutup kemungkinan munculnya perbedaan
antara teori dan praktek. Penulis akan mengemukakan kesenjangan itu melalui
beberapa tahap sebagai berikut:
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada TN. “DG” maka data
yang ditemukan adalah pasien mengatakan merasakan sakit pada daerah
kepala, skala nyeri yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan dengan
pengukuran skala nyeri (0-10) didapatkan skala nyeri 5 (sedang), pusing, klien
tidak dapat berjalan tanpa dibantu, badan terasa lemas, tidak ada nafsu makan,
makanan tidak dihabiskan hanya dihabiskan ¼ dari porsi yang disediakan,
76
serta makan sedikit merasa mual, perut TN. “DG” nampak hypertimpani, klien
sering mengatakan belum paham tentang komplikasi dari peyakitnya, klien
sering bertanya tentang diet yang harus di jalaninya, tekanan darah 150/80
mmHg, nadi 72x/menit dan teraba lemah, suhu 36,5,0°C , pernapasan
20x/menit.
Sedangkan data yang ditemukan dalam teori yaitu Peningkatan tekanan
darah > 140/90 mmHg, sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual
dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur,
epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang
kunang, lemah dan lelah, muka pucat , suhu tubuh rendah.
Adapun data yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam
kasus yaitu : penglihatan kabur keadaan ini biasanya timbul akibat hipertensi
berat atau menahun dan tidak diobati sehingga merusak organ yang spesifik
yaitu hipertensif pada retina dan menimbulkan gejala penglihatan kabur.
Epistaksis terjadi sebagai suatu kompensasi tubuh terhadap adanya tekanan
darah yang tinggi. pecahnya pembuluh darah hidung dapat mengurangi
tekanan aliran darah keotak sehingga penyakit stroke dapat dicegah. Gejala ini
tidak ditemukan pada Ny. “H” sehingga klien mengalami nyeri kepala yang
tergolong nyeri sedang, sukar tidur, mata berkunang-kunang, muka pucat,
suhu tubuh rendah.
Data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori
yaitu: tidak ada nafsu makan ini karena jika TN. “DG” mengkonsumsi
makanan klien selalu merasakan mual sehingga TN. “DG” tidak nafsu makan
dan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien sehari-hari terganggu, mual pada TN.
77
“DG” ini disebabkan karena peningkatan tekanan darah otak yang
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang merangsang medulla
oblongata sehingga timbul gejala mual.
Gelisah yang dirasakan oleh TN. “DG” akibat kurangnya informasi
mengenai pengobatan dan proses penyakit yang dialami sehingga timbul gejala
gelisah, tekanan darah meningkat 150/80 mmHg ini pencetusnya adalah karena
mengonsumsi daging sapi dan diperburuk dengan banyaknya jumlah daging
yang di konsumsiserta kurangnya beristirahat serta olahraga, nadi teraba lemah.
B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan untuk hipertensi menurut teori adalah :
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan)
ventrikuler.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak
terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak
efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/ daya
ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosa.
78
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus yaitu
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam
kasus yaitu, resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia,
hipertrofi/rigiditas (kekuatan) ventrikuler, koping individual inefektif
berhubungan dengan krisis situasional, perubahan hidup beragam,
relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak
pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja
berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif.Defisiensi
Pengetahuan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan.
Diagnosa yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam
teori yaitu, Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori tidak semua
ditemukan dalam kasus, hal ini karena diagnosa yang diangkat pada kasus
berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien, seperti kita ketahui setiap
manusia memiliki kebutuhan dan persepsi/respon yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya.
79
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini
terjadi karena pasien merasakan mual pada saat lambung terisi oleh
makanan, sehingga dapat beresiko terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi.
C. Perencanaan
Pembuatan rencana pada Tn. “DG” disesuaikan dengan tujuan dan kriteria
hasil, perencanaan ini dibuat berdasarkan keluhan, data subjektif dan data
objektif yang ada, karena data ini sangat mendukung dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral perencanaan yang dilakukan yaitu kaji skala nyeri, daerah, kualitas,
dan waktu hal ini dilakukan karena pasien biasanya melaporkan nyeri yang
terdapat pada ekstremitas atau daerah kepala yang dapat terjadi hilang timbul.
Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan untuk
mengetahui perubahan keadaan klien secara umum. Pertahankan tirah baring
selama fase akut agar dapat meminimalkan stimulus atau peningkatan
relaksasi. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan nyeri,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi
dan aktivitas waktu senggang) sebab tindakan yang menurunkan tekanan
vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan hal ini dilakukan karena pusing dan penglihatan
80
kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Kolaborasi pemberian
analgetik antihipertensi, dan antiansietas sesuai indikasi dengan pemberian
terapi analgetik dapat menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsangan saraf simpatis.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan perencanaan yang
dilakukan yaitu kaji repon pasien terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada,
keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan untuk
mengetahui jumlah intake perhari sehingga dapat diperhitungkan rasio intake
dan output, instruksikan pasien tentang tehknik penghematan energi misalnya,
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan perlahan dengan pengkajian yang dilakukan dapat
menyebutkan parameter, membantu mengkaji respon fisiologi terhadap stress
aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan aktivitas, beri dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi tekhnik ini dapat menghemat energi
mengurangi penggunaan energi, juga membantu, keseimbangan antara suplei
dan kebutuhan oksigen. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dapat memberikan
kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba,
memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat perencanaan yang dilakukan yaitu kaji intake makan klien
perhari hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah intake perhari sehingga
dapat diperhitungkan rasio intake dan output, timbang berat badan klien untuk
81
memberi informasi tentang ketidak adekuatan masukan diet atau penentuan
kebutuhan nutrisi. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki agar
dapatdisesuaikan dengan program pembatasan diet klien karena dengan
tindakan ini nafsu makan dapat meningkat jika penyusunan diet disesuaikan
dengan makanan kesukaan klien. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering
sesuai dengan program diet untuk mengurangi rasa bosan pada makanan dan
mememenuhi kebutuhan nutrisi klien. Beri penjelasan tentang diet hipertensi
dengan mengetahui dan mengerti pola diet klien dan keluarga dapat kooperatif
dalam aturan dietnya. Beri HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dengan
pemberian HE dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga
dan meningkatkan derajat kesehatan. Kolaborasi pemberian vitamin sesuai
indikasi dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
nafsu makan.
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada TN. “DG” sesuai dengan rencana
keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus
dan mencantumkan waktu pelaksanaan, implementasi sesuai dengan respon
dan kondisi pasien.
Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada senin 7 Juli 2018 pukul
yaitu pada pukul 09.05 melakukan pengkajian skala, daerah, kualitas, dan
waktu, nyeri, dan pada pukul 09.10 melakukan observasi tanda-tanda vital,
pukul 09.15 mempertahankan tirah baring selama fase akut, dan pada pukul
09.25 memberikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan nyeri,
82
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,
redupan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu imajinasi distraksi
dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya pukul 09.35 Membantu pasien
dalam ambulansi sesuai kebutuhan, pukul 13.00 melakukan kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgetik, antihipertensi, antiansietas
sesuai indikasi.
Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas berhubungan
dengan kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari sabtu 7 juli 2018
pada pukul 10,00 Melakukan pengkajian mengenai respon pasien terhadap
aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan berlebihan,
diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul 10.40 menginstruksikan
pada pasien tentang tehnik penghematan energi misalnya, menggunakan kursi
saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi, melakukan istirahat
dengan perlahan, selanjutnya pada pukul 10.55 memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Selanjutya pada diagnosa ketiga resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat implementasi yang di
lakukan pada sabtu 7 julil 2018 pada pukul 12.10 melakukan pengakajian
intake makan klien perhari, dan pukul 12.15 mengidentifikasi makanan yang
disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan program pembatasan
diet klien. Selanjutnya pada pukul 12.20 menganjurkan untuk makan sedikit
tapi sering sesuai dengan program diet, kemudian pukul 12.30 memberikan
83
HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul 12.50 melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
Pada diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral, implementasi yang di lakukan pada minggu 8 juli 2018
pukul yaitu pada pukul 09.10 melakukan pengkajian skala, daerah, kualitas,
dan waktu, nyeri, dan pada pukul 09.15 melakukan observasi tanda-tanda
vital, dan pada pukul 09.25 memberikan tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher, tenang, redupan lampu kamar, tehknik relaksasi imajinasi (pandu
imajinasi distraksi dan aktivitas waktu senggang), selanjutnya pukul 09.35
Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan, pukul 13.00 melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik, antihipertensi,
antiansietas sesuai indikasi.
Selanjutnya pada diagnosa kedua yaitu intoleransi aktvitas berhubungan
dengan kelemahan implementasi yang di lakukan pada hari minggu 8 juli
2018 pada pukul 09.20 Melakukan pengkajian mengenai respon pasien
terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan
berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan, dan pada pukul 09.45
menginstruksikan pada pasien tentang tehnik penghematan energi misalnya,
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir atau menyikat gigi,
melakukan istirahat dengan perlahan, selanjutnya pada pukul 09.50
memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
84
Kemudian pada diagnosa ketiga nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat implementasi yang di
lakukan pada minggu 8 julil 2018 pada pukul 12.03 melakukan pengakajian
intake makan klien perhari, dan pukul 12.10 mengidentifikasi makanan yang
disukai atau dikehendaki agar dapat disesuaikan dengan program pembatasan
diet klien. Selanjutnya pada pukul 12.15 menganjurkan untuk makan sedikit
tapi sering sesuai dengan program diet, kemudian pukul 12.20 memberikan
HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, selanjutnya pukul 12.50 melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
Selanjutnya diagnosa yang di implementasikan pada hari ke tiga yaitu
intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan implementasi yang di
lakukan pada hari selasa 14 April 2015 pada pukul 09.40 Melakukan
pengkajian mengenai respon pasien terhadap aktivitas, dipsnea atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan,
dan pada pukul 09.45 menginstruksikan pada pasien tentang tehnik
penghematan energi misalnya, menggunakan kursi saat mandi, duduk saat
menyisir atau menyikat gigi, melakukan istirahat dengan perlahan,
selanjutnya pada pukul 09.50 memberikan dorongan untuk melakukan
aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan
sesuai kebutuhan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat,i dilakukan sesuai dengan perencanaan dan masalah teratasi pada hari
kedua, kemudian diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan
85
kelemahan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga setelah dilakukan pengkajian
dan pemberian asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap
evaluasi ini penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap evaluasi ini
penulis menilai sejauh mana tujuan dapat dicapai. Dari diagnosa yang telah
diangkat dalam kasus ini, yaitu diagnosa nyeri berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam pada hari sabtu 7 juli 2018 pada pukul 14.00 pasien mengatakan
nyeri berkurang dengan skala 4 (sedang), klien mengatakan merasa sangat
tenang dengan diberi tindakan pijat leher dan tenang, klien mengatakan masih
merasa pusing, keadaan umum lemah, klien tampak rileks/tenang dan tekanan
darah 150/70 mmHg. Dari hasil evaluasi assesment masalah belum teratasi
dan intervensi yang mengenai diagnosa nyeri berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral pada hari sabtu 7 juli 2018 dilanjutkan
pada hari minggu tanggal 8 julil 2018.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam pada hari sabtu 7 juli 2018 pada pukul 13.00
klien mengatakan masih merasa lemah, klien mengatakan dapat berjalan tetapi
dibantu oleh suami/atau perawat, dan keadaan umum lemah, klien hanya bisa
bangun dari posisi berbaring, klien tampak dibantu oleh suami, denyut nadi
lemah 76x/menit, Dari hasil evaluasi assesment masalah belum teratasi dan
intervensi yang mengenai diagnosa Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
86
kelemahan pada hari sabtu 7 juli 2018 dilanjutkan pada hari minggu tanggal 8
juli 2018.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, setelah dilakukan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
pada hari sabtu 7 juli 2018 pada pukul 14.00 klien mengatakan nafsu
makannya mulaim membaik, klien mengatakan porsi makan ½ dari porsi yang
di habiskan, keadaan umum lemah, porsi makan ½ dari porsi dihabiskan,
klien sudah tidak mual, Dari hasil evaluasi assesment masalah belum teratasi
dan intervensi yang mengenai diagnosa Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dilanjutkan pada hari minggu
tanggal 8 juli 2018.
Dari diagnosa yang telah diangkat dalam kasus ini, masalah keperawatan
yang telah teratasi pada hari kedua yaitu diagnosa nyeri berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 2 (ringan), klien
mengatakan merasa sangat tenang dengan diberi tindakan pijat leher dan
tenang, keadaan umum sedang, klien tampak rileks/tenang dan tekanan darah
130/70 mmHg. Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan
pada perencanaan dimana klien melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan
hilang/terkontrol, skala nyeri 2 (ringan), klien tampak rileks sehingga
intervensi yang mengenai diagnosa nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral dihentikan pada hari kedua tanggal 8 juli 2018.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien mengatakn mulai
87
berjalan perlahan-lahan, klien mengatakan berjalan di dampingi oleh istri,
selanjutnya keadaan umum mulai membaik, klien tampak berjalan dengan di
dampingi oleh istri, klien tampak berjalan berhati-hati, karena belum sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil sehingga intervensi dari diagnosa intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan di lanjutkan senin 9 juli 2018.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakan
nafsu makannya kembali membaik seperti biasa, porsi makan dihabiskan dan
keadaan umum tampak sedang. Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditentukan pada perencanaan dimana diharapkan kebutuhan nutrisi klien
dapat terpenuhi dan pasien mengatakan nafsu makan baik, tidak terjadi
penurunan berat badan/berat badan dipertahankan, serta porsi makan
dihabiskan telah sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga intervensi yang
diberikan mengenai diagnosa resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dihentikan padi hari kedua
tanggal 8 juli 2018.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengatakan klien
mengatakan sudah mampu berjalan, klien mengatakan berjalan tanpa
didampingi oleh suami, keadaan umum baik, klien tampak berjalan dengan
tanpa dibantu diagnosa ini telah sesuai dengan apa yang telah diharapkan
sehingga intervensi dihentikan pada hari ketiga tanggal 15 April 2015.
88
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien “TN. “DG” Dengan Gangguan
Sistem Cardiovaskuler : Hipertensi Di Ruang Interna Rumah Bombana maka
penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Dalam melaksanakan pengkajian terhadap klien TN “DG” penulis
memperoleh data dari klien melalui pemeriksaan fisik dan keluarga
dengan wawancara. Dimana didapatkan bahwa pada teori hampir seluruh
sistem dalam tubuh mengalami gangguan pada kasus Hipertensi
sedangkan pada kasus hanya didapatkan sebagian sistem yang mengalami
masalah.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan pada teori didapatkan lima masalah
keperawatan sedangkan pada kasus hanya didapatkan masalah
keperawatan yaitu nyeri, intoleransi aktivitas,resiko nurisi kurang dari
kebutuhan
3. Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan
prioritas masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses keperawatan
Hipertensi. Pada tahap ini intervensi yang dilaksanakan disesuaikan
dengan intervensi yang terdapat dalam teori.
4. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan TN. “DG” didasarkan pada
perencanaan yang telah disusun penulis bersama klien dan keluarga.
89
5. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan Hipertensi
selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien. Hasil evaluasi
yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan semua masalah dapat
teratasi.
B. Saran
1. Kepada pihak institusi pendidikan diharapkan untuk kegiatan praktek
klinik Khususnya mahasiswa RPL dimasa akan datang waktunya
ditambah agar peserta dapat lebih memahami proses asuhan keperawatan
khususnya keperawatan medikal bedah.
2. Untuk pihak lahan praktek, supaya membuat model pelayanan
keperawatan profesional yang dapat dijadikan model dalam proses belajar
mahasiswa perawat guna menjamin kualitas asuhan yang diberikan pada
klien.
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien secara komprehensif
perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga
atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai kesehatan
optimal dengan prinsip pendekatan secara terapeutik.
4. Beberapa proses keperawatan perlu kiranya didekomentasikan dan
dilaksanakan secara sistematis mulai dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini berguna untuk menjadikan bahan
pelajaran bagi tenaga kesehatan utamanya bagi perawat guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang optimal.
90
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami Dan Menghindar Hipertensi, Jantung,
Stroke. Lokapustaka : Yogyakarta.
Alim, Baitul.2011. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Binarupa Aksara : Tangerang
Amin & Hardi. 2013, Aplikasi asuhan keperawatan keperawatan.Tamantirto :
Yogyakarta
Brunner & suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Candra .(2013). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Debora. 2011. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik, Salemba Medika :
Jakarta.
Depkes RI (2012); Indonesia Sehat 2014, Departemen Kesehatan Republic
Indonesia, Jakarta.
Dongoes M.E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Indriayani, widian nur. 2009. Deteksi Dini Koletrol, Hipertensi Dan Stroke.
Jakarta : Millestone
Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses
dan Praktis Edisi 7 Volume 1. EGC : Jakarta.
Lukito A.A, dkk, (2008). Ringkasan eksekutif Krisis Hipertensi. Perhimpunan
Hipertensi Indonesia.
Mansjoer Arif, dkk (2000), Kapita Selakta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2, Penebit Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Purwanto, 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bandung: Karya Medika.
Puspitorini. 2008.Hiperetensi, Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi Image Press
: Jogyakarta.
Nursalam. 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan edisi 2. EGC : Jakarta
91
Sari, 2009.Gaya Hidup Sehat Bagi Penderita Hipertensi. http:// www.
Majalahkesehatan.com /content/5-gaya-hidup-sehat-bagi-penderita-
hipertensi, diakses tanggal 5 Februari 2014
Smeltzer, Bare. (2002). Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi
dan Penanganan Hipertensi. EGC : Jakarta
Utaminingsih.2009.Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes Melitus,
Hipertensi, Jantung dan Hipertensi Untuk Hidup Lebih Berkualitas .Media
Ilmu : Jakarta
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC
Yogiantoro (2006),Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
top related