kehidupan manusia praaksara indonesia.doc
Post on 05-Jan-2016
174 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. Masa Sebelum Mengenal Tulisan
Memahami Lingkungan
Pernahkah anda melihat saat berangkat sekolah sebuah tembok yang penuh
dengan coretan dari cat semprot dan sejenisnya. Apakah anda pernah melihat sendiri
seseorang melakukan aksi corat-coret yang bersih. Tindakan tersebut janganlah ditiru.
Apabila kita ingin menulis dapt menggunakan kertas, buku, atau menulis secara online di
blok internet dan media sosial lainnya. Kebiasaan corat-coret pada tembok seperti
kebiasaan manusia purba pada gua-gua tempat tinggalnya untuk meninggalkan bekas
jejaknya. Berikut ini kamu akan mempelajari masa sebelum manusia mengenal tulisan
atau masa praaksara.
Memahami Teks
Dalam pengungkapan sejarah kehidupan manusia pada umumnya dikenal dua
masa yaitu masa praaksara dan masa aksara. Masa Praaksara adalah masa sebelum
manusia mengenal tulisan, sedangkan masa aksara adalah masa setelah mengenal tulisan.
Praaksara berasal dari dua kata yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara artinya tulisan.
Jadi masa praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Nama
lain dari masa praaksara adalah Nirlekha, berasal dari dua kata nir artinya tidak dan lekha
artinya tidak.
Karena manusia masa praaksara belum mengenal tulisan, maka untuk
mempelajari kehidupan masa praaksara sangat sulit. Apakah yang digunakan untuk
mengungkap kehidupan manusia pada masa praaksara? Untuk mengungkap kehidupan
manusia masa praaksara, sumber sejarah yang digunakan berupa fosil dan artefak. Fosil
adalah sisa-sisa kehidupan yang terpendam dalam bumi dan sebagian telah mengeras
seperti batu karena proses kimiawi. Fosil bermacam-macam jenisnya, ada fosil manusia,
fosil hewan, dan fosil tumbuhan. Artefak adalah sisa-sisa peninggalan berupa alat-alat
manusia masa praaksara yang terbuat dari bahan batu, kayu, duri ikan atau bahan logam.
Untuk mempelajari masa praaksara, maka diperlukan cabang ilmu pengetahuan
lain:
1. Paleontologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sisa-sisa manusia,
hewan, dan tumbuhan yang telah membatu.
2. Paleo-antropologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk manusia dari yang
paling sederahana hingga manusia sekarang.
3. Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan bumi.
Masih banyak ilmu bantu lain untuk mempelajari kehidupan masa praaksara
antara lain arkeologi, filologi, stratifigrafi, dan tipologi. Coba kamu jelaskan ilmu-ilmu
tersebut?
Sejak kapan masa praaksara berlangsungnya masa praaksara? Zaman pra
aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga
manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan
menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman sejarah. Zaman pra aksara di
Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia
Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang
terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun prasasti tersebut tidak berangka
tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan menunjukkan bahwa prasasti
tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.
B. Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Memahami Lingkungan
Kita sering melihat dalam media berbagai media terutama televisi adanya
bencana alam berupa gempa bumi dan gunung meletus yang melanda wilayah Indonesia.
Bencana tersebut sering menimbulkan korban baik harta maupun nyawa. Tahukah kamu
mengapa di Indonesia sering terjadi bencana alam berupa gempa bumi dan gunung
meletus? Sering terjadinya bencana alam gunung meletus dan gempa bumi karena
Indonesia berada dalam pertemuan tiga lempeng aktif di dunia yaitu lempeng Indo
Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng pasifik. Pergerakan lempeng tektonik tersebut
sampai sekarang masih berlangsung di berbagai wilayah dunia dan Indonesia. Pergerakan
lempeng tektonik merupakan peristiwa yang telah terjadi pada awal terbentukya berbagai
wilayah dunia termasuk wilayah Indonesia. Berikut ini kita akan mempelajari tentang
proses terbentuknya kepulauan Indonesia.
Memahami Teks
Alam semesta termasuk di dalamnya adalah bumi merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Sebagai manusia, kita harus bersyukur bahwa hanya bumilah tempat
manusia dapat hidup. Di bumi pula diciptakan berbagai makhluk hidup dan benda mati
yang semuanya diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia.
1. Tarikh Bumi
Kapankah bumi itu mulai ada? Untuk usia bumi, dapat diketahui dengan
bantuan ilmu fisika dan geologi. Menurut penelitian fisika dan geologi, diperkirakan
bahwa bumi kita berusia sekitar 2.500 juta tahun. Proses terbentuknya planet bumi
tidak dapat dipisahkan dengan sejarah terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan
bumi merupakan salah satu anggota tata surya, di samping planet-planet lain, komet,
asteroid, dan meteor. Salah satu teori terbentuknya tata surya yang teori Nebula yang
dikemukakan oleh seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang bernama Immanuel
Kant.
Menurut Kant, tata surya berasal dari nebula, yaitu gas atau kabut tipis
yang sangat luas dan bersuhu tinggi berputar sangat lambat. Perputaran yang lambat
tersebut menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang memiliki berat jenis
tinggi yang disebut inti massa pada beberapa tempat yang berbeda. Inti massa yang
terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya. Akibat
terjadinya proses pendinginan inti-inti massa yang lebih kecil maka berubahlah
menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar
dan bersuhu tinggi disebut matahari.
Teori nebula lainnya yang berkembang dikemukakan oleh seorang
astronom berkebangsaan Prancis bernama Pierre Simon de Laplace. Menurut Laplace,
tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Oleh
karena perputaran yang terjadi sangat cepat, maka terlepaslah bagian-bagian dari bola
gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang
terlepas tersebut berputar dan pada akhirnya mendingin membentuk planet-planet,
sedangkan bola gas asal menjadi matahari.
Untuk mengetahui perkembangan bumi, ilmu yang digunakan adalah ilmu
geologi yaitu ilmu yang mempelajari kulit bumi. Berdasarkan ilmu geologi,
perkembangan bumi dapat dibagi menjadi empat zaman, antara lain sebagai berikut:
a. Arkaikum ( zaman yang tertua )
Zaman arkaikum berlangsung kira-kira 2500 juta tahun. Kulit bumi masih
panas sekali. Pada zaman ini bumi belum ada kehidupan. Baru pada akhir zaman ini
mulai tampak ada hidupwalaupun hanya sedikit.
b. Palaeozoikum ( zaman hidup tua )
Zaman palaeozoikum berlangsung kira-kira 340 juta tahun. Pada zaman ini
bumi sudah ada kehidupan, mulai dari bintang-bintang terkecil yang tak bertulang
belakang sampai kepada jenis ikan dan permulaan amfibi atau reptil. Zaman ini
juga dinamakan zaman primer (zaman pertama).
c. Mesozoikum (zaman hidup pertengahan)
Zaman mesozoikum berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Selama zaman
ini, kehidupan di bumi sudah berkembang pesat. Jumlah bangsa ikan, amfibi dan
reptil semakin banyak. Dalam pertengahan zaman ini bangsa reptil mencapai
bentuk yang sangat besar (raksasa). Bekas-bekas dari reptil raksasa ini banyak
ditemukan di berbagai tempat di dunia, antara lain Dinosaurus dan
Atlantosaurus.Pada zaman ini, jenis burung sudah mulai nampak, begitu juga
binatang menyusui walaupun masih rendah sekali tingkatannya. Namun sebagian
besar binatang yang hidup pada zaman ini adalah reptil.
d. Neozoikum atau Kainozoikum ( zaman hidup baru )
Zaman neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun lalu sampai
sekarang. Zaman ini terbagi atas dua zaman yaitu:
1) Tersier
Dalam zaman Tersier ini, binatang-binatang menyusui telah
berkembang. Sedangkan bangsa reptil raksasa lambat laun semakin lenyap.
Primata dalam zaman ini sudah mulai nampak. Berbagai jenis kera sudah
banyak. Jenis kera manusia sudah ada dalam akhir zaman tersier ini.
2) Quarter
Zaman ini adalah zaman terpenting, karena menurut pendapat umum
manusia telah ada pada zaman Quarter ini. Zaman ini berlangsung sejak kurang
lebih 600.000 tahun yang lalu. Zaman Quarter terbagi atas dua zaman yaitu :
a) Pleistosen
Pada zaman pleistosen es di kutub bumi berkali kali mencair
sehingga menutupi sebagian bbesar daratan Eropa Utara, Asia utara dan
Amerika Utara. Zaman ini disebut juga zaman es. Kejadian mencairnya
es di kutub bumi disebabkan suhu panas bumi tidak tetap,kadang naik
dan kadang turun. Jika suhu panas bumi turun, maka es mencapai luas
yang sebesar-besarnya. Akibatnya air laut menjadi turun. Kejadian ini
dinamakan dengan zaman glasial . Sedangkan jika panas bumi naik,
maka es banyak yang mencair. Daerah yang diliputi es menjadi
berkurang akibatnya permukaan air laut akan naik. Kejadian ini disebut
dengan zaman Interglasial.
Zaman glacial dan interglasial tersebut berlangsung terus silih
berganti selama zaman diluvium. Hal ini menimbulkan berbagai
perubahan iklim di seluruh dunia yang mempengaruhi keadaan tanah
serta kehidupan di bumi.
b) Holosen
Zaman holosen berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu
hingga sekarang ini. Dari zaman ini terdapatlah nenek moyang dari
manusia yang hidup sekarang ini. Malahan manusianya sudah sebangsa
dengan manusia sekarang ini yaitu Homo Sapiens.
2. Terbentuknya Pulau-Pulau di Indonesia
Bumi yang kita tempati merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kita
harus bersyukur bahwa manusia ditempatkan oleh Tuhan pada lapisan bumi yang
sangat mendukung kehidupan manusia yaitu lapisan paling atas (kerak bumi). Bumi
yang kita tempati ini pada dasarnya terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan litosfer (kerak
bumi), lapisan astenosfer (lapisan mantel), dan lapisan barisfer (inti bumi).
Kulit bumi merupakan lapisan yang padat, dingin, dan terapung di atas
lapisan mantel. Kerak bumi yang membentuk dasar samudra di sebut lempeng
samudra., sedang kerak bumi yang membentuk benua disebut lempeng benua. Di
bawah lapisan lempeng terdapat lapisan mantel berupa massa cair pijar yang sangat
panas.
Pemanasan yang terus-menerus pada lapisan inti bumi menyebabkan
terjadinya arus konveksi pada lapisan mantel dan menumbuk kerak bumi yang
terapung di atasnya sehingga lama-kelamaan bengkok, retak, dan menimbulkan
patahan. Magma akan menerobos lempeng benua di atasnya melalui celah atau retakan
atau patahan, dan terbentuklah gunung api. Gejala semacam ini disebut vulkanisme.
Apabila dua lempeng yang berbeda sifat tersebut saling mendekat,
umumnya lempeng samudera akan ditekuk ke bawah lempeng benua hingga jauh ke
dalam lapisan astenosfer. Bertemunya antara dua lempeng seperti ini dinamakan
gerakan bertumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan
lempeng-lempeng disebut subduction zone. Jika tumbukan energi di daerah
penunjaman sangat besar, akan menggetarkan lempeng dan menimbulkan gempa.
Terjadinya peristiwa tabrakan antarlempeng di sebut gejala tektoisme.
Selain saling mendekat kemudian bertumbukan, gerakan lempeng juga ada
yang saling menjauh dengan lempeng lainnya, dinamakan gerak divergent atau disebut
juga sebagai proses pemekaran. Hasil pemekaran lempeng yang berada di atas benua
disebut rifting, sedangkan pemekaran yang berada di samudera disebut spreading.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar dunia
yaitu lempeng Indo-Australia di sebelah selatan, lempeng Lempeng Eurasia di sebelah
utara, dan lempeng Pasifik di sebelah timur. Lempeng-lempeng itu selalu bergerak 5-9
cm per tahun dan karena massa batuan yang bergerak besar maka energi yang
dihasilkan besar pula. Hal tersebut berdampak bukan hanya pada banyaknya aktivitas
vulkanisme dan tektonisme di Indonesia, tapi juga tenaga besar yang terjadi pada
fenomena-fenomena tersebut.
a. Proses Pembentukan Pulau Sumatra, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
Pulau-pulau seperti Sumatra, Jawa, Bali, Lombok hingga kepulauan
Nusa Tenggara terbentuk karena adanya aktivitas vulkanisme di bawah
permukaan bumi. Hasil yang dapat dirasakan di permukaan bumi adalah adanya
lava yaitu cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi).
Lama kelamaan lava tersebut memadat bertambah besar membentuk sebuah busur
pulau. Proses seperti ini dikenal sebagai Island Arc.
Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan
lempeng ke atas (subduksi), pergerakan lempeng ke bawah (obduksi) dan
pergerakan tumbukan (kolisi). Adanya pergerakan subduksi antara dua lempeng
kemudian menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudera.
Subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan
terbentuknya deretan gunung berapi antar lain Bukit Barisan di Pulau Sumatera,
deretan gunung berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali dan Lombok. Sedangkan
parit samudra yang terbentuk akibat subduksi antara lempeng Indo-Australia dan
lempeng Eurasia adalah Parit Jawa (Sunda).
b. Proses Pembentukan Pulau Sulawesi
Dalam sejarah geologi yang panjang, Sulawesi terbentuk sebagai hasil tumbukan 2 jalur
daratan yang mengapung. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju
Kalimantan. Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua
daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru. Proses penumbukan kedua
daratan itu terus berlangsung pada zaman pliosen yaitu sekitar 15 juta tahun yang lalu.
Apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan.
Pada zaman plitosen sekitar 4 juta tahuan yang lalu, berlangsung fenomena baru yaitu
proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi (sekarang
dikenal dengan selat Makasar). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal
pulau Sulawesi purba. Akiabt pemerkaran dasar samudra, Pulau Sulawesi purba ini
kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. Kecepatan gerakan apungan di atas
lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju
beberapa centimeter pertahun.
c. Proses Terbentuknya Pulau Kalimantan
Pulau Kalimantan terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya
permukaan bumi. Teori tektonik lempeng menyebutkan bahwa dahulu seluruh daratan di
muka bumi ini adalah satu daratan yang sangat luas bernama Pangea, kemudian induk
benua ini terpecah menjadi dua yaitu Godwana (di Utara) dan Laurasia (di Selatan).
Seiring berjalannya waktu kedua lempeng besar tersebut terpecah-pecah kembali menjadi
benua-benua seperti sekarang. Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang
terbentuk melalui proses tersebut.
d. Proses Terbentuknya Pulau Papua
Secara umum terbentuknya Pulau Papua (dulunya Irian Jaya) dipengaruhi oleh tiga
lempeng yang dominan yaitu lempeng benua Australia di bagian selatan dan lempeng
Pasifik di bagian utara dan lempeng Eurasia di sebelah barat. Pulau Papua pada awalnya
diperkirakan merupakan semenanjung utara dari Australia. Adanya pergerakan lempeng
benua Australia ke arah utara mendekati Asia kira – kira 45 juta tahun yang lalu
memungkinkan membanjirnya lautan ke daratan sehingga sejak saat itu hubungan Papua
dan Australia menjadi terpisah.
Pada awal terbentuknya, suhu permukaan bumi seringkali berubah dengan cepat.yang
mengakibatkan seluruh permukaan bumi tertutupi es. Zaman tersebut dikenal dengan
nama zaman es atau zaman glacial. Pada zaman es, aut-laut berubah menjadi es dan
mengakibatkan daratan-daratan serta benua-benua menjadi tersambung. Kepulauan
Indonesia juga mengalami hal yang sama dengan daratan yang lainnya. Pada saat zaman
es tersebut, wilayah Indonesia bagian barat (Jawa, Sumatra, Kalimantan dan pulau-pulau
di sekitarnya) merupakan daratan yang menyatu dengan Benua Asia yang disebut dengan
Paparan Sunda. Sedangkan wilayah Indonesis bagian timur (Pulau Papua dan sekitarnya)
merupakan daratan yang menyatu dengan Benua Australia yang disebut Paparan Sahul.
Pada saat Indonesia bagian barat menyatu dengan Asia, maka binatang-binatang yang
berada di Asia bermigrasi tanpa menyeberang lautan ke wilayah Indonesia bagian barat
(Paparan Sunda). Pada saat Indonesia bagian timur menyatu dengan Australia binatang
yang tinggal di Australia bermigrasi dengan bebas tanpa harus menyeberang ke wilayah
Indonesia bagian timur (Paparan Sahul). dengan Australia. Oleh karena itu, binatang yang
hidup di Asia mempunyai kemiripan dengan binatang yang tinggal di Indonesia bagian
barat, seperti badak jawa, harimau jawa dan masih banyak lagi yang lainnya. Jenis-jenis
fauna di wilayah Indonesia bagian barat kemudian disebut sebagai fauna Asiatis. Hewan-
hewan yang berada di Indonesia bagian timur juga mempunyai kemiripan dengan hewan
yang hidup di Australia seperti kangguru, burung Cendrawasih, dan masih banyak lagi
yang mirip. Jenis-jenis fauna di wilayah Indonesia bagian barat kemudian disebut sebagai
fauna Asiatis.
Setelah zaman glacial (zaman es berakhir), terjadi zaman Interglasial. Pada zaman
interglasial, suhu di permukaan bumi kembali normal seperti biasa yang mengakibatkan
es-es di permukaan bumi mencair dan kembali menggenangi wilayah daratan ynag
rendah. Setelah terjadi zaman interglasial es-es yang telah menghubungkan antara
Indonesia dengan Asia (Paparan Sunda dan Indonesia dengan Australia (Paparan Sahul)
menjadi laut kembali. Pada saat itu terjadi binatang-binatang yang sudah bermigrasi ke
Indonesia tidak dapat kembali lagi ke daerah asalnya sehingga para binatang tersebut
harus menetap di Indonesia. Dengan demikian, terjadinya zaman interglasial menjadi
penyebab persebaran fauna dan flora di dunia termasuk Indonesia.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai proses terbentuknya kepulauan Indonesia. Hal
yang dapat dipetik adalah bagaimana kita dapat menjaga keindahan alam yang ada ini
sebagai sebuah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa melalui proses pembentukan muka bumi.
Kekayaan mineral yang ada di dalamnya bukanlah benda tak berharga yang dapat
digunakan tanpa pertimbangan keseimbangan kehidupan. Selain itu semoga proses yang
telah dijelaskan di atas menyadarkan kita untuk senantiasa siap menghadapi berbagai
bencana alam yang memang menjadi bagian tak terpisahkan dari kepulauan Indonesia.
Uji Kompetensi
Bagaimana cara kamu mempelajari masa praaksara di masa modern sekarang ini?
Tulsilah jawaban anda dalam selembar kertas! Sebelum dikumpulkan kepada guru
tukarkan dengan teman sebangku untuk saling mengoreksi.
Terjadinya Paparan Sunda dan Paparan Sahul pada zaman es menyebabkan munculnya
keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia. Bagaimana wujud syukur atas
keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia tersebut?
Menurut kamu nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari kegiatan vulkanisme dan
tektonisme?
Indonesia merupakan negara kepulauan. Banyak teori yang mengemukakan tentang
terjadinya pulau-pulau di Indonesia. Coba kamu cari teori-teori tentang terjadinya pulau-
pulau di Indonesia kemudian tulis dalam bentuk cerita 3 – 4 halaman! Kumpulkan
hasilnya kepada guru kalian!
Kegiatan vulkanisme dan tektonisme menimbulkan dampak positif dan negatif. Coba
kamu diskusikan tentang dampak positif dan negative kegiatan vulkanisme dan
tektonisme!
Perkembangan Teknologi
Pemahaman Teks
Manusia yang hidup pada masa praaksara disebut sebagai manusia purba. Manusia pada
masa praaksara sudah mengenal teknologi waluupun masih sederhana. Bukti bahwa
manusia purba sudah mengenal teknologi adalah berkembangnya alat-alat yang
digunakan. Pada awalnya, manusia purba masih menggunakan alat-alat dari batu yang
masih kasar. Seiring dengan dengan perkembangan pemikirannya, alat-alat dari batu
yang masih kasar berkembang menjadi batu yang sudah halus dengan cara diasah.
Kemampuan manusia membuat alat-alat berkembang pesat dengan pada zaman logam.
Salah satu hasil teknologi yang yang berhasil ditemukan adalah nekara yang terbuat dari
logam perunggu. Berikut ini kita akan mempelajari tentang perkembangan teknologi yang
dikembangkan oleh manusia purba.
Pemahaman Materi
Meskipun belum mengenal tulisan, manusia purba sudah mengenal teknologi.
Hal ini dapat dilihat dari alat-alat yang ditemukan. Pada awalnya manusia purba membuat
peralatan dari batu yang masih kasar. Seiring dengan perkembangan pemikirannya,
peralatan dari batu tersebut kemudian diasah sehingga hasilnya halus. Teknologi dari batu
kemudian berkembang menjadi teknologi dari logam. Berdasarkan hasil kebudayaannya,
masa praaksara dibagi menjadi beberapa zaman antara lain zaman paleolithikum (batu
tua), mesolithikum (batu tengah), neolithikum (batu muda), dan zaman logam.
1. Tradisi Paleolithik
Kehidupan manusia pada masa paleolithik masih nomaden atau berpindah-
pindah dari satu tempatk tempat lainnya. Mereka berpindah-pindah untuk berburu dan
mengumulkan makanan yang disebut sebagai food gathering. Alat-alat yang
digunakan pada masa paleoltihik masih sederhana yang bahannya dari batu, tulang,
duri ikan, dan kayu. Alat-alat dari kayu sukar ditemukan bekas-bekasnya karena kayu
tidak tahan lama. Alat-alat dari batu yang dipergunakan pada masa palaeolithik masih
berupa batu kasar yang belum dihaluskan. Alat-alat yang digunakan pada masa
paleolithik meliputi kapak perimbas, alat serpih, dan alat-alat dari tulang.
a. Antara Kapak Perimbas dan Alat Serpih
Penelitian terhadap alat-alat masa berburu dan mengumpulkan makanan
mula-mula dilakukan oleh von Koningswald di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur. Alat-alat itu berupa kapak perimbas, yaitu kapak batu yang tidak bertangkai
dan cara menggunakannya dengan menggenggam dengan tangan. Karena alat-alat
semacam itu banyak ditemukan di Pacitan, maka disebut sebagai “Budaya Pacitan”.
Oleh von Koningswald alat-alat batu semacam itu digolongkan sebagai alat-alat
paleolithik. Kapak perimbas digunakan untuk memotong daging buruan dan
menggali tanah untuk mencari umbi-umbian.
Alat-alat dari batu pada masa paleolithik, selain kapak perimbas juga
terdapat alat-alat serpih (flake). Alat-alat Serpih (Flake) digunakan untuk menguliti
hewan buruan, mengiris daging, dan memotong umbi-umbian. Alat-alat serpih
banyak ditemukan di pulau Jawa, Sulawesi selatan, Flores, Sumatera Selatan, dan
Pulau Timor.
b. Alat-Alat dari Tulang dan Tanduk
Kapak perimbas dan alat serpih merupakan alat-alat masa paleoltihik
yang terbuat dari batu. Selain dari batu, alat-alat yang digunakan manusia purba
pada masa paleoltihik terbuat dari tulang dan tanduk yang berasal dari tulang
binatang dan tanduk rusa. Alat-alat dari tulang digunakan sebagai alat penusuk atau
pisau. Alat-alat dari tulang dan tanduk banyak ditemukan di daerah Ngandong,
Ngawi, Jawa timur.
2. Tradisi Mesolithik
Manusia pada masa mesolithik telah bertempat tinggal tetap. Para ahli
purbakala menyebutkan bahwa masa ini berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam.
Alat-alat yang digunakan pada masa mesolithik meliputi serpih bilah, alat tulang, dan
kapak genggam.
a. Tradisi Serpih Bilah
Tradisi serpih bilah berkembang di beberapa daerah di Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Tradisi serpih bilah berlangsung dalam kehidupan di gua-gua di
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Tokoh yang berhasil mengungkap
tradisi serpih bilah adalah Fritz dan Paul Sarasin. Gua-gua yang diteliti antara lain
Gua Uklaba, Tomatua, Bola Batu, Cadang dan Kang Burung. Tradisi serpih bilah di
Nusa Tenggara Timur ditemukan di Flores oleh Verhoren dan Van Hekeeren.
Penelihan terutama di Flores yaitu di Gua Liang Paras, Liang Mamer, Liang
Rundung dan Liang Soki.
b. Tradisi Alat Tulang
Tradisi alat tulang di Asia Tenggara pusatnya di Tonkin, Vietnam.
Sedangkan di Indonesia tradisi ini banyak ditemukan di gua-gua daerah Jawa Timur,
seperti Gua Lawa di Ponorogo dan Bojonegoro. Berdasarkan hasil penelitian Van
Stein Callenfels, tradisi alat tulang Indonesia berasal dari Tonkin, Vietnam kemudian
menyebar ke daerah-daerah lain termasuk ke Indonesia. Alat-alat tulang ini secara
perlahan-lahan mendesak pemakaian alat-alat dari batu.
c. Tradisi Kapak Genggam
Penelitian terhadap kapak genggam ditemukan oleh von Stein Callenfals di
bukit kerang daerah Sumata Timur. Bukit kerang tersebut dinamakan
Kyokkenmoddinger, istilah dari bahasa Denmark kjokken berarti dapur dan modding
berarti dapur. Kapak genggam yang ditemukan dari jenis pebble. Karena tempat
penemuannya banyak terdapat di Sumatera, maka sering disebut kapak Sumatera.
Kapak genggam ini terbuat dari batu yang dipecah atau dibelah, sisi luarnya sudah
dihaluskan, sedangkan sisi dalamnya dibuat sesuai dengan keperluan. Di Indonesia
kapak genggam banyak ditemukan di daerah pantai Sumatera Utara terutama di gua-
gua dan daerah pesisir pantai.
Selain kapak genggam, alat-alat yang digunakan pada masa mesolithik
adalah kapak pendek (hache courte). Bentuknya kira-kira setengah lingkaran.
Pembuatannya dilakukan dengan memukuli dan memecahkan batu. Tajamnya
terdapat pada sisi lengkungnya.
Selain kapak genggam dari jenis pebble, dari bukit kerang
(Kyokkenmoddinger) ditemukan pula pipisan yaitu batu penggiling dan landasannya.
Alat ini tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga untuk manghaluskan cat
merah. Cat merah ini biasanya di ulaskan keseluruh badan dengan tujuan untuk
menambah kekuatan dan tenaga hidupnya.
3. Tradisi Neolithik
Masa neolithik merupakan suatu masa revolusi pada jaman pra aksara. Pada
masa ini masyarakat sudah tidak lagi bergantung pada alam. Manusia mulai hidup
menetap dalam perkampungan-perkampungan kecil. Manusia telah menghasilkan
makanan sendiri yang disebut sebagai food producing. Alat-alat yang digunakan pada
masa neolithik meliputi kapak persegi dan kapak lonjong.
a. Kapak Persegi
Nama kapak persegi berasal dari von Heine Geldern. Bentuknya adalah
ada yang berbentuk persegi panjang dan ada yang berbentuk trapezium. Kapak
persegi bukan hanya berupa kapak saja, melainkan alat-alat lain dari berbagai
macam ukuran dan keperluan seperti beliung persegi (cangkul) dan tarah. Beliung
persegi berukuran besar, sedangkan tarah berukuran kecil. Alat-alat tersebut
bentuknya semua sama yaitu agak melengkung dan diberi tangkai yang diikatkan
pada lengkungnya.Di Indonesia kapak persegi banyak didapatkan di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan.
Bahan pembuatan kapak persegi adalah dari batu api dan chalcedon.
Pembuatan kapak-kapak dari batu api ternyata dilakukan di pabrik yang kemudian
diangkut ke tempat-tempat lain untuk diperjualbelikan. Kapak persegi di pabrik
pembuatannya masih dibuat secara kasar. Kapak persegi tersebut dihaluskan sendiri
oleh pemakainya. Pabrik-pabrik yang membuat kapak persegi antara lain ditemukan
di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Kerawang dan Tasik Malaya (Jawa
Barat), Pacitan, Madiun dan lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur).
Alat-alat dari batu calcedorn ini rupanya tidak pernah dipergunakan.
karena barangnya yang sangat indah. Alat-alat tersebut dianggap sangat berharga
sebagai tanda kebesaran atau sebagai alat upacara.
b. Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong didasarkan atas bentuk penampangnya yang
lonjong. Bentuk kapaknya sendiri adalah bulat telur. Ujung yang agak lancip
ditempatkan di tangkai dan ujung yang bulat diasah sehingga tajam.Bagian pangkal
kapak lonjong biasanya runcing, dan melebar pada bagian tajamnya. Bagian tajam
diasah dari kedua permukaan sehingga bentuk tajannya adalah simetris. Kapak
lonjong mempunyai berbagai ukuran. Ukuran yang besar disebut Walzenbeil dan
yang kecil disebut Kleinbeil. Daerah penemuan kapak lonjong sebagian besar di
Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Talaud, Flores, Maluku dan Papua.
4. Teknologi Zaman Logam
Setelah zaman batu berakhir, dimulailah zaman logam. Pada zaman logam,
teknologi pembuatan benda-benda makin meningkat setelah ditemukannya suatu
campuran antara timah dan tembaga yang menghasilkan logam perunggu. Pada zaman
logam ini, di Indonesia hanya mengenal alat-alat yang terbuat dari perunggu dan besi.
a. Kebudayaan Perunggu
Di Indonesia tradisi logam dimulai beberapa abad sebelum Masehi. Tradisi
membuat alat-alat dari perunggu merupakan ciri khas pada zaman logam. Alat-alat
Alat-alat utama dari kebudayan perunggu antara lain nekara, kapak corong, dan
barang perhiasan.
1) Nekara
Nekara adalah sejenis genderang yang bidang pukul dan tubuhnya
dihiasi berbagai macam motif hias. Bentuk nekara seperti dandang (tempat
menanak nasi) yang terbalik. Gambar motif hias pada nekara antara lain hiasan
binatang, perahu dan rumah. Hiasan pada nekara biasanya menunjukan fungsi
benda tersebut. Misalnya hiasan perahu dihubungkan dengan upacara kematian,
karena ada anggapan bahwa arwah seorang yang meninggal seperti pergi dengan
perahu. Di Indonesia nekara banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur
seperti Sumbawa, Bali, Roti, Leti, Selayar, Alor, kepulauan Kei dan Irian Jaya. Di
Alor banyak terdapat nekara, tetapi bentuknya lebih kecil dan ramping daripada
yang ditemukan di tempat lain. Nekara tersebut di Alor biasa disebut dengan
Moko.
2) Kapak Corong
Kapak corong bagian atasnya berbentuk corong. Pada bagian yang
berbentuk corong itulah dimasukkan tangkai kayu yang menyiku pada bidang
kapak. Bentuk kapak seolah-olah disamakan dengan sepatu dan tangkainya
dengan kaki orang. Oleh karena itu kapak corong sering disebut dengan kapak
sepatu. Kapak corong banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali,
sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan Irian.
3) Perhiasan
Jenis perhiasan perunggu antara lain gelang, binggel (gelang kaki),
anting-anting, kalung dan cincin. Umumnya barang-barang tersebut tidak diberi
hiasan sedikitpun. Terdapat pula cincin yang sangat kecil dimana tidak dapat
dimasuki jari anak-anak. Benda ini kemungkinan digunakan sebagai alat tukar
(uang).
b. Kebudayaan Besi
Di Indonesia, zaman logam selain dari perunggu adalah terbuat dari besi.
Sebenarnya zaman logam secara umum juga ada zaman tembaga, tetapi zaman
tembaga tidak dikenal dalam sejarah masa praaksara di Indonesia. Penemuan benda-
benda pada zaman besi di Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Penemuan biasanya
terdapat dalam kubur batu. Kemungkinan alat-alat tersebut dikubur bersama dengan
orang atau pemiliknya yang telah meninggal. Penemuannya antara lain di Wonosari
(Jawa Tengah) dan Bojonegoro (Jawa Timur). Dalam penemuan di kedua daerah
tersebut alat-alat dari besi dipakai sebagai bekal kubur. Adapun alat-alat dari tradisi
besi yang banyak ditemukan antara lain mata kapak, mata pisau, mata sabit, mata
pedang, dan gelang besi.
Cara mengelola logam berbeda dengan cara mengelola batu untuk di bentuk
sedemikian rupa agar menjadi sesuatu yang dihendaki. Batu lebih mudah dibentuk,
sedangkan loham harus melakukan cara-cara atau teknik-teknik tertentu untuk
membentuk logam itu sesuai dengan apa yang dihendaki. Teknik pembuatan benda
logam atau perunggu ada dua macam :
a. Teknik Setangkup (Bivalve)
Teknik cetakan setangkup menggunakan dua cetakan yang dapat di
tangkupkan. Cetakan diberi lubang pada bagian atas, dari lubang itu dituangkan
logam cair. Bila sudah dingin, maka cetakan di buka dan selesailah pengerjaannya.
Pembuatan benda-benda perunggu dari cara seperti ini dapat dikatakn praktis dan
benda atau alat-alatnya bersifat tahan lama, sehingga dapat dipergunakan kembali.
Namun hanya dapat mencetak satu jenis saja atau tidak bervariasi.
b. Teknik Cetakan Lilin (à cire perdue)
Teknik cetakan lilin mempergunakan bentuk benda yang terlebih dahulu
terbuat dari lilin yang berisi tabah liat sebagai inti. Lilin di bentuk sesuai dengan
keinginan. Setelah lengkap lilin dibungkus dengan tanah liat yang lunak, agar tanah
liat mengikuti bentuk dari lilin tersebut. Pada bagian atas dan bawah diberi lubang,
dari atas tuangkan perunggu cair dan dari bawah akan mengalir lilin yang meleleh.
Bila telah dingin maka cetakan di pecah dan selesai. Teknik ini lebih sukar
dibandingkan dengan teknik setangkup karena banyak langkah yang harus dilakukan,
namun benda yang dihasilkan lebih bervariasi.
Perkembangan teknologi manusia purba pada masa praaksara dapat dilihat
alat-alat yang dipakai oleh manusia purba dan proses pembuatannya. Pada awalnya
peralatan yang digunakan masih berasal dari batu dengan proses pembuatan masih
sederhana. Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, peralatan dari batu
kemudian berkembang menjadi peralatan yang terbuat dari perunggu dan besi pada
zaman logam. Apakah teknik pembuatan peralatan yang digunakan manusia purba
masih digunakan untuk pembuatan peralatan manusia pada masa sekarang ini? Apabila
masih coba jelaskan teknik pembuatan peralatan tersebut pada kehidupan masyarakat
sekarang melalui studi pustaka atau mencari informasi melalui internet.
Uji Kompetensi
Perkembangan teknologi manusia sejak manusia purba sampai sekarang ini telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bagaimana bentuk rasa syukur kepada
Tuhan atas perkembangan teknologi manusia tersebut?
Hikmah apa yang dapat diambil dari alat-alat yang ditemukan oleh manusia purba?
Coba kamu diskusikan tentang perkembangan cara pembuatan alat-alat pada zaman batu
tua ke zaman batu muda!
Carilah informasi tentang alat-alat pada masa manusia purba yang masih digunakan pada
masa kini! Buatlah dalam bentuk laporan dan hasilnya kumpulkan kepada gurumu!
C. Kehidupan Ekonomi Masa Praaksara
Memahami Lingkungan
Kehidupan ekonomi berhubungan dengan kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia purba sangat
tergantung pada alam sekitarnya. Pada awalnya manusia purba berburu binatang dan
mengumpulkan makanan dari hutan (food gathering). Kegiatan berburu binatang dan
mengumpulkan kemudian berkembang menjadi kegiatan bercocok tanam. Bagaimana
pola dan cara manusia purba bercocok tanam? Apakah kegiatan bercocok tanam manusia
purba sama dengan kegiatan bercocok tanam manusia modern pada saat ini? Berikut ini
kita akan mempelajari kegiatan ekonomi manusia purba di Indonesia termasuk
diantaranya adalah kegiatan bercocok tanam.
Memahami Materi
Kehidupan ekonomi manusia purba di Indonesia dapat dilihat dari cara mereka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia purba yang utama adalah
mencari makanan untuk mempertahankan hidupnya. Jika dilihat dari kehidupan ekonomi,
tahapan kehidupan ekonomi manusia purba di Indonesia dibagi menjadi empat tahap
yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana,
manusia Indonesia hidup dari berburu dan meramu. Berburu artinya mencari
binatang-binatang dari hutan untuk dijadikan sebagai makanan. Meramu artinya
mencari dan mengumpulkan makanan yang berasal dari hutan. Hewan-hewan yang
hidup pada masa berburu dan meramu antara lain gajah, kerbau liar, badak, banteng,
kancil, babi, rusa monyet berekor panjang, hewan pemakan daging, hewan pemakan
serangga, trenggiling, dan hewan pengerat. Dari sekian banyak hewan-hewan
tersebut, yang menjadi hewan buruan antara lain banteng, kerbau liar, babi rusa dan
burung.
Selain alat-alat untuk berburu dan meramu, manusia purba membutuhkan
api untuk memasak makanan, penerangan pada malam hari, menghalau binatang
buas dan penghangat badan. Api dibuat dengan cara membenturkan dua keping batu.
Dari benturan tersebut keluarlah percikan api. Percikan api tersebut kemudian
membakar lumut kering yang telah dipersiapkan. Api juga dibuat dengan cara
menggosokkan dua ranting kayu yang kering. Akibat gesekan yang keras dan lama,
kayu kemudian terbakar. Api yang dibuat kemudian dijaga dengan hati-hati agar
tidak cepat mati.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Kehidupan ekonomi manusia Indonesia masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat masih dipengaruhi oleh kehidupan masa sebelumnya. Faktor-faktor
alam seperti iklim, kesuburan tanah dan keadaan binatang sangat berpengaruh dan
menentukan cara hidup mereka sehari-hari. Hidup mereka masih sepenuhnya
tergantung pada alam sekitarnya. Mereka hidup berburu binatang di dalam hutan,
menangkap ikan, mencari kerang, dan siput di laut atau sungai. Mereka juga
mengumpulkan makanan dari alam sekitarnya seperti umbi-umbian, buah-buahan
dan daun-daunan. Umbi-umbian diambil, dibersihkan dan dilepas kulitnya dengan
memakai golok dari tanduk, sudip tulang, dan penggaruk dari kulit kerang. Mereka
memakan kerang, siput, dan ikan. Karena lamanya mereka bertempat tinggal,
terbentuklah bukit-bukit kerang di Sumatera dan gua-gua di Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan. Bukit-bukit kerang tersebut sering dinamakan Kyokkenmoddinger.
Tempat tinggal manusia pada masa ini adalah di dalam gua-gua alam atau
gua-gua payung. Gua-gua tersebut biasanya tidak jauh dari sumber air atau dekat
sungai yang terdapat sumber-sumber makanan seperti ikan, kerang dan siput. Tempat
tinggal tersebut akan ditinggalkan apabila bahan-bahan makanan sudah makin
berkurang. Gua-gua tempat tinggal manusia pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut disebut abris sous rocche.
3. Masa Bercocok Tanam
Cara bercocok tanam pada awalnya dengan berhuma yaitu menebang
hutan dan menanaminya. Dengan pengolahan tanah yang sederhana, mereka
menanami ladag. Kalau lading yang mereka Tanami mulai berkurang kesuburannya,
mereka membuka lading baru dengan cara menebang dan membakar bagian-bagian
hutan yang lain. Pada tingkat permulaan, kegiatan bercocok tanam telah dapat
menghasilkan keladi, sukun, durian, manggis, rambutan, duku, salak dan kelapa.
Tanaman yang banyak memerlukan air saat itu adalah tanaman keladi. Untuk itu
dibuatlah pematang-pematang dan di daerah pegunungan dibuat sawah-sawah yang
berundak dengan di lengkapi saluran-saluran air. Pada tingkat permulaan, irigasi
kemungkinan digunakan untuk tanaman keladi yang pada masa itu menjadi makanan
pokok.
Disamping keladi, bahan makanan penting lainnya adalah sukun, karena
sukun yang telah dikeringkan akan tahan lama dan sangat berguna untuk bekal
makanan dalam perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan. Tanaman yang
dikenal selanjutnya adalah tanaman jewawut dan padi gaga yang ditanam di sawah
kering. Untuk jenis sayuran mulai dikenal adalah jenis labu air.
Jenis hewan pun semakin banyak dikenal antara lain ayam, kerbau, anjing
dan babi hutan. Ayam dan kerbau biasanya dipergunakan sebagai binatang korban.
Anjing dipelihara untuk berburu binatang Babi hutan dimakan dagingnya dan untuk
korban dalam upacara keagamaan.
Kegiatan industri juga mulai ada pada masa bercocok tanam terutama di
tempat-tempat yang tanahnya kurang subur karena alamnya berbatu. Industri yang
berkembang waktu itu adalag industri yang menghasilkan alat-alat kerja untuk
kepentingan masyarakat. Bukti-buktinya dapat ditemukan di beberapa tempat seperti
Punung, Wonogiri, Bogor, Purwakarta dan Lahat (Sumatera Selatan).
Waktu senggang antara masa tanam dan masa panen digunakan untuk
kegiatan lain di luar sektor pertanian. Para wanita dan anak-anak pada waktu luang
melakukan aktivitas yang dapat menghasilkan seperti kerajinan anyam-menganyam,
membuat gerabah dan mengasah alat-alat kerja. Sedangkan kaum lelaki waktu luang
digunakan untuk membangun tempat tinggal atau membuat perahu dan rakit.
Kegiatan tersebut biasanya dilakukan secara gotong-royong.
Pada masa bercocok tanam, diperkirakan telah muncul bentuk
perdagangan yang bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan tersebut
diangkut dalam jarak yang jauh melalui sungai, laut dan darat. Perahu dan rakit-rakit
bambu mempunyai peranan penting sebagai sarana lalu lintas perdagangan dan
sekaligus penyebar budaya. Dengan perahu-perahu itu, jarak yang jauh dengan
mudah dapat dicapai.
Barang-barang yang ditukarkan pada waktu itu adalah hasil-hasil cocok
tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung dan perhiasan). Selain itu adapula
garam dan ikan laut yang telah diasinkan atau dikeringkan. Ikan laut dan garam
dihasilkan oleh penduduk pantai dan sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat
tinggal di pedalamann. Gerabah juga diangkut dengan perahu dan rakit-rakit bambu
dalam jumlah yang banyak.
4. Masa Perundagian
Mata pencaharian tetap masa perundagian adalah pertanian dalam bentuk
perladangan atau persawahan. Untuk menyempurnakan usaha pertanian diciptakan
alat-alat dari logam, terutama untuk pengolahan sawah. Irigasi unntuk sawah telah
diadakan sehingga pertanian tidak tergantung paga hujan. Untuk menjaga kesuburan
tanah, pada waktu tertentu diadakan upacara-upacara yang melambangkan
permintaan akan kesuburan tanah dan kesejahteraan masyarakat. Binatang-binatang
seperti babi, kerbau, kuda, anjing, dan jenis-jenis unggas telah dipelihara untuk
persediaan bahan makanan dan untuk keperluan-keperluan lain dalam pertanian,
pengangkutan dan upacara-upacara.
Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan mungkin juga untuk
diperdagangkan di tempat lain. Perdagangan dilakukan antar pulau di Indonesia dan
antara kepulauan Indonesia dengan daratan Asia Tenggara. Perahu bercadik
memainkan peranan yang besar dalam hubungan-hubungan perdagangan.
Perdagangan dilakukan dengan cara barter yaitu tukar menukar barang yang
diperlukan masing-masing pihak. Benda-benda yang ditukarkan terutama benda-
benda yang mengandung arti magis dan bersifat khas antara lain nekara perunggu,
moko dan benda-benda perhiasan seperti manik-manik. Perdagangan dengan daratan
Asia Tenggara telah berkembang pesat dan barang-barang yang diperdagangkan
terutama rempah-rempah, jenis-jenis kayu dan hasil bumi lainnya. Jalan perdagangan
ini dapat ditemukann sesuai dengan tempat-tempat penemuan benda-benda perunggu
yaitu di sepanjang jalan perdagangan antara Sumatera Selatan menuju ke timur
sampai di pantai Barat Pulau Irian.
Kehidupan ekonomi manusia purba dimulai dengan kegiatan berburu dan
mengumpulkan makanan dengan tempat tinggal berpindah-pindah. Dari kegiatan berburu
dan mengumpulkan makanan kemudian berkembang menjadi kegiatan bercocok tanam
dengan tempat tinggal yang sudah tetap. Pada awalnya kegiatan pertanian hanyalah
sawah berladang tanpa adanya sistem pengairan. Kegiatan pertanian kemudian
berkembang dengan menggunakan sistem irigasi atau pengairan? Apakah sistem
pertanian yang berkambang pada masa praaksara masih digunakan oleh manusia pada
masa sekarang ini? Coba kamu diskusikan dengan teman sebangkumu!
Uji Kompetensi
Manusia purba dalam hidupnya sangat tergantung pada alam sekitarnya. Mereka sangat
menjaga alam sekitarnya agar tidak rusak agar ketersediaan makanan dapat mencukupi
kebutuhan hidupnya. Bagaimana bentuk rasa syukur kamu terhadap Tuhan agar alam
tidak mengalami kerusakan?
Kegiatan ekonomi manusia purba berkembang dari masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat sederhana sampai masa perundagian. Coba kamu diskusikan mengenai
kegiatan pertanian dari masa berburu dan mengumpulkan makanan sampai masa
perundagian?
Perkembangan industri manusia purba sangat pesat pada masa perundagian. Carilah
informasi perkembangan industri pada masa perundagian! Buatlah dalam bentuk laporan
tertulis 3 – 4 halaman! Kumpulkan hasilnya kepada guru kalian!
Sistem Kepercayaan
Memahami lingkungan
Pada masa praaksara manusia sudah mempunyai kepercayaan tentang kehidupan setelah
mati. Kepercayaan tersebut bukan seperti agama dan kepercayaan yang berkembang pada
saat ini. Kepercayaan yang berkembang masih berupa pemujaan terhadap arwah-arwah
nenek moyang mereka. Manusia purba mendirikan bangunan-bangunan yang
berhubungan dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pemujaan terhadap arwah-
arwah nenek moyang berkembang pesat pada masa bercocok tanam. Pada masa itu
muncul banyak bangunan-bangunan yang berasal dari batu besar yang disebut sebagai
tradisi megalithikum. Salah satu contoh bangunan megalithikum adalah kubur batu yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan mayat orang yang telah mati. Berikut ini kamu
akan mempelajari tentang sistem kepercayaan manusia purba di Indonesia.
Memahami Materi
Manusia purba telah mengenal kepercayaan tentang kehidupan setelah mati. Bukti bahwa
manusia purba telah mengenal kepercayaan berdasarkan hasil-hasil budaya yang
ditemukannya. Adanya kepercayaan tentang kehidupan setelah mati sudah ada pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sampai dengan masa perundagian.
Kepercayaan Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Bukti adanya kepercayaan pada masa berubur dan mengumpulkan makanan dapat
diketahui dari lukisan pada dinding gua-gua dan dinding karang tempat tinggal manusia
purba. Penemuan lukisan pada dinding gua pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut tersebar di daerah Sulawesi Selatan, kepulauan Maluku dan Pulau
Irian (Papua).
Penemuan lukisan dinding gua untuk pertama di daerah Sulawesi Selatan untuk pertama
kalinya dilakukan oleh van Heekeren pada tahun 1950. Di dalam gua tersebut ditemukan
cap-capa tangan dengan jari-jari yang tak lengkap dengan ditaburi cat merah. Di tempat-
tempat lain, lukisan pada dinding-dinding karang atau gua-gua juga menggunakan cat
merah, hitam, dan putih. Cap-cap tangan denga ndasar warna merah, kemungkinan
mengandung arti kekuatan sebagai pelindung untuk mencegah roh-roh jahat. Sedangkan
cap tangan dengan jari yang tidak lengkap dianggap sebagai tanda adat berkabung.
Selain lukisan pada dinding gua dan karang, kepercayaan pada masa itu terlihat juga
dalam upacara penguburan mayat. Bukti-bukti tentang penguburan mayat ditemukan di
Gua Lawa dan Gua Sodong (Ponorogo) serta di bukit kerang Sumatera Utara. Mayat-
amayat tersebut ada yang ditaburi dengan cat-cat merah yang berupa butiran. Cat-cat
merah tersebut berhubungan dengan suat uupacara penguburan dengan maksud
memberikan kehidupan baru di alam baka.
Penemuan peninggalan sejarah dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
lanjut yang berupa kuburan menurut pendapat para ahli membuktikan bahwa pada masa
itu sudah mempunyai anggapan tentang kematian. Orang menganggap bahwa orang yang
sudah mati itu pindah ke tempat lain dan masih dapat berhubungan dengan orang yang
masih hidup. Inti kerpecayaan tersebut adalah pemujaan kepada orang-orang yang telah
meninggal, terutama penghormatan dan pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang.
Kepercayaan Masa Bercocok Tanam
Pemujaan terhadap arwah nenek moyang ini pada masa bercocok tanam dengan
mendirikan bangunan megalithic. Untuk memuja roh nenek moyang, manusia purba
mendirikan bangunan batu besar (megalith) sebagai lambang memuja roh nenek moyang.
Bangunan megalithic tersebar hamper di seluruh kepulauan Indonesia. Bentuk-bentuk
megalithik dapat berupa tempat penguburan seperti dolmen, peti batu, bilik batu,
sarkofagus, dan waruga. Di tempat-tempat kuburan itu kadang-kadang ditemukan
bangunan besar lainnya seperti menhir, patung nenek moyang, batu saji, batu lesung atau
lumping, punden berundak, dan pelinggih batu.
Berbagai jenis bentuk kuburan mengalami perkembangan pada fungsinya. Misalnya
dolmen mengalami berbagai variasi bentuk yaitu dibuat pelinggih roh atau tempat sesaji.
Dolamen yang berkembang menjadi pelinggih pada masyarakat yang telah maju
digunakan sebagai tempat duduk kepala suku atau raja-raja yang masih hidup.
Kepercayaan Masa Perundagian
Kepercayaan kapada arwah nenek moyang pada masa perundagian
sangatlah menonjol. Karena itu arwah nenek moyang harus selalu diperhatikann dan
dipuaskan melalui upacara. Demikian pula terhadap oarng-orang yang telah
meninggal, diberikan penghormatan dan persajian selengkap mungkin dengan
maksud mengantar arwah dengan sebaik-baiknya ke tempat tujuannya. Pada masa itu
telah dilakukan penguburan orang yang telah meninggal. Penguburan dilaksanakan
dengan cara langsung atau primer dan tidak langsung atau sekunder.
Penguburan Langsung
Pada penguburan langsung (primer), mayat langsung dikuburkan ke
dalam tanah atau diletakkan dalam suatu wadah di dalam tanah. Penguburan ini
biasanya dilakukan di sekitar tempat kediaman. Posisi mayat diletakkan
mengarah ke tempat yang dipandang sebagai tempat asal-usul suatu kelompok
penduduk atau ke tempat yang diangggap bersemayamnya arwah nenek moyang.
Sebelum penguburan, terlebih dahulu diadakan upacara sesuai dengan kedudukan
orang yang meninggal dalam masyarakat. Dalam penguburan langsung, orang
yang sudah meninggal diberikan bekal kubur yang lengkap. Bekal kubur yang
biasa diberikan antara lain jenis unggas, anjing, periuk, benda-benda perunggu
dan besi, manik-manik dann perhiasan-perhiasan lain. Penguburan langsung ini
dapat ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Sumba
dan Flores.
Penguburan Tidak langsung
Penguburan ini dilakukan dengan mengubur mayat terlebih dahulu
dalam tanah Kuburan ini dianggap sebagai kuburan sementara karena upacara
yang terpenting dan terakhir belum dapat dilaksanakan. Setelah semua persiapan
untuk upacara disediakan, mayat yang sudah jadi rangka tersebut diambil,
dibersihkan, dibungkus lagi kemudian dikuburkan di tempat yang disediakan.
Penguburan tidak langsung ini dilakukan dalam tempayan, kubur batu atau tanpa
wadah dalam tanah.
Peranan kepercayaan kepada arwah nenek moyang dan upacara-upacara
religius sangat penting dalam masa perundagian ini. Hal ini dibuktikan dengan
penemuan suatu tempat yang khusus untuk keperluan pemujaan di Pasir Angin,
Leuwiliang, Jawa Barat. Di atas bukit tersebut ditemukan gerabah, benda-benda
perunggu (kapak, perhiasan dan tongkt upaccara) serta beberapa beliung persegi.
Benda-benda tersebut tersusun dalam deretan yang menghadap ke sebuah monolit.
Sebagai tanda berbakti ditanamlah benda-benda tertentu di pelataran tempat
pemujaan tersebut.
Kepercayaan yang berkembang pada masa praaksara berkembang adalah
kepercayaan yang memuja arwah-arwah nenek moyang yang disebut dengan
animisme. Selain itu berkembang pula kepercayaan dinamisme yaitu kepercayaan
terhadap suatu benda yang memiliki kekuatan gaib sehingga benda-benda tersebut
dihormati dan dikeramatkan. Apakah kepercayaan animisme dan dinamisme tersebut
masih terdapat pada masyarakat sekarang ini? Coba kamu beri contoh lainnya
apabila tidak bisa coba diskusikan dengan teman sebangkumu!
Uji Kompetensi
1. Kepercayaan yang dianut oleh manusia purba masih dapat ditemui dalam berbagai upacara
keagamaan yang berkembang pada suku-suku bangsa di Indonesia. Coba kamu diskusikan
berbagai upacara keagamaan pada suku-suku bangsa di Indonesia pada saat ini yang masih
mempunyai hubungan dengan kepercayaan pada masa praaksara!
2. Adanya kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang mengakibatkan munculnya berbagai
bangunan megalithikum. Carilah informasi tentang hasil-hasil kebudayaan pada masa
megalithic. Buatlah dalam bentuk karya tulis! Buatlah kesimpulan tentang keunggulan yang
dicapai manusia purba pada masa megalithikum! Kumpulkan hasilnya kepada guru untuk
dinilai!
3. Kepercayaan yang berkembang pada masa purba berupa anismisme dan dinamisme. Buatlah
analisis tentang kepercayaan animism dan dinamisme! Buatlah dalam bentuk tulisan 3 – 4
halaman!kemudian diskusian bersama teman sebangkumu!
D. Dari Vietnam ke Kepulauan Indonesia
Pemahaman Lingkungan
Coba kamu amati gambar di atas! Gambar di atas merupakan gambar patung
yang terbuat dari perunggu. Sampai saat ini masih banyak barang-barang dan peralatan
yang dibuat dari perunggu. Kebudayaan perunggu pada dasarnya bukan merupakan
kebudayaan asli Indonesia. Kebudayaan perunggu Indonesia menurut penelitian berasal
dari kebudayaan Dongson di daerah Tonkin Vietnam. Dari daerah Tonkin tersebut,
kebudayaan perunggu kemudian menyebar ke Indonesia. Sebelum kedatangan
kebudayaan Dongson, di Indonesia berkembang kebudayaan mesolithikum yang berasal
dari Bacson Hoabinh di Vietnam. Berikut ini kamu akan mempelajari hubungan antara
kebudayaan kebudayaan Hoabinn, Dongson, dan Sahuynh pada masyarakat awal
Indonesia.
Pemahaman Materi
Di wilayah Vietnam sekarang ini, pada masa praaksara berkembang kebudayaan
Hoa-bin, Bacson,dan Dongson. Kebudayaan-kebudayaan tersebut kemudian menyebar
ke berbagai wilayah di Indonesia.
1. Penyebaran Kebudayaan Bacson dan Hoa-Bin ke Indonessia
Istilah Bacson Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis
yang bernama Madeleine Colani pada tahun 1920. Kedua tempat tersebut berada di
wilayah Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Bacson Hoabinh merupakan pusat
kebudayaan zaman Mesolitikum di Asia Tenggara.
Kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkirakan berasal dari tahun 10.000 -
4000 Sebelum Masehi, kira-kira tahun 7000 Sebelum Masehi. Kebudayaan ini
berlangsung pada kala Holosen. Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya
menggunakan alat dari gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu Pada
tahun 600 SM mengalami perubahan dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak
yang berfungsi sebagai alat pemotong.
Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari
gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM
dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat
pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang
berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai
ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan
dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah.
Dari Tonkin, kebudayaan Bacson-Hoabinh menyebar ke wilayah Asia
Tenggara lainnya. Persebaran kebudayaan tersebut bersamaan dengan masa
perpindahan masyarakat di wilayah Vietnam ke Asia Tenggara. Ras yang masuk ke
Indonesia pada zaman Mesolitikum adalah ras Papua Melanosoid. Ras ini umumnya
sekarang bertempat tinggal di Papua.
Ras Papua Melanosoid sampai ke Indonesia pada zaman holosen
(Aluvium). Ras Papua Melanosoid datang ke Indonesia dengan menggunakan
transportasi berupa perahu bercadik. Pada awalnya, mereka mendiami Sumatera dan
Jawa. Namun, karena terdesak oleh ras Melayu yang datang kemudian, mereka
berpindah ke wilayah Indonesia Timur.
Pengaruh utama budaya Bacson Hoabihn terhadap perkembangan budaya
masyarakat awal kepulauan Indonesia adalah berkaitan dengan tradisi pembuatan alat
terbuat dari batu. Ciri pokok budaya Bacson-Hoabinh adalah pembuatan alat
kelengkapan hidup manusia yang terbuat dari batu. Batu yang dipakai pada
umumnya berasal dari batu kerakal sungai. Alat batu ini telah dikerjakan dengan
teknik penyerpihan menyeluruh pada satu atau dua sisi batu. Hasil penyerpihan
menunjukkan adanya keragaman bentuk. Ada yang berbentuk lonjong, segi empat,
segi tiga dan beberapa diantaranya ada yang berbentuk berpinggang.
Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh
dapat ditemukan pada daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi
sampai ke Papua. Di daerah Sumatera, alat-alat batu sejenis kebudayaan Bacson-
Hoabinh ditemukan di Lhokseumawe dan Medan. Benda-benda itu berhasil
ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang yang disebut kjokkenmoddinger. Tempat
penemuan bukit kerang ini pada daerah dengan ketinggian yang hampir sama dengan
permukaan air laut sekarang dan pada kala Holosen daerah tersebut merupakan garis
pantai. Kebanyakan tempat-tempat penemuan alat-alat dari batu di sepanjang pantai
telah terkubur di bawah endapan tanah, sebagai akibat terjadinya proses pengendapan
yang berlangsung selama beberapa ribuan tahun. Banyak benda-benda peralatan
budaya dari batu yang berhasil dikumpulkan oleh para ahli dari bukit sampah kerang
di Sumatera. Sebagian besar dari peralatan yang berhasil ditemukan berupa alat-alat
batu yang diserpih pada satu sisi dengan lonjong atau bulat lonjong.
Di daerah Jawa, alat-alat kebudayaan batu sejenis dengan kebudayaan
Bacson-Hoabinh berhasil ditemukan di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo.
Penemuan alat-alat dari batu ini dilakukan ketika penggalian untuk menemukan fosil-
fosil (tulang belulang) manusia purba. Peralatan batu yang berhasil ditemukan
memiliki usia jauh lebih tua dari peralatan batu yang ditemukan pada bukit-bukit
sampah kerang di Sumatera. Hal ini terlihat dari cara pembuatannya. Peralatan batu
yang berhasil ditemukan di daerah Lembah Sungai Bengawan Solo (Jawa) dibuat
dengan cara sangat sederhana yaitu batu kali yang dibelah langsung digunakannya
dengan cara menggenggam. Berdasarkan penelitiannya, peralatan-peralatan dari batu
itu berasal dari daerah Bacson Hoabinh.
Di daerah Cabbenge (Sulawesi Selatan) berhasil ditemukan alat-alat batu
yang berasal dari kala pleistosen dan holosen. Penggalian dalam upaya untuk
menemukan alat- alat dari batu juga dilakukan di daerah pedalaman sekitar Maros.
Dari beberapa tempat penggalian, berhasil menemukan alat-alat dari batu termasuk
alat serpih berpunggung dan mikrolit yang dikenal dengan Toalian. Alat-alat batu
Toalian diperkirakan berasal dari 7000 tahun lalu. Perkembangan peralatan dari batu
dari daerah Maros ini diperkirakan kemunculannya bertumpang tindih dengan
munculnya tembikar di kawasan itu.
Di samping daerah-daerah tersebut di atas, peralatan batu kebudayaan
Bacson-Hoabinh juga berhasil ditemukan pada daerah-daerah seperti daerah
pedalaman Semenanjung Minahasa (Sulawesi Utara), Flores, Maluku Utara dan
daerah-daerah lain di Indonesia.
2. Penyebaran Kebudayaan Dongson ke Indonesia
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia
Tenggara. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
Kebudayaan Dongson diperkirakan berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM.
Kebudayaan Dongson diambil dari salah satu nama daerah di Tonkin (Vietnam). Di
daerah ini ditemukan bermacam-macam alat yang dibuat dari perunggu. Pengolahan
logam menunjukkan taraf kehidupan yang semakin maju, sudah ada pembagian kerja
yang baik, masyarakatnya sudah teratur. Teknik peleburan logam merupakan teknik
yang tinggi. Pendukung kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia yang juga
pendukung kapak persegi.
Pengaruh kebudayaan Dongson ini juga berkembang menuju Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai masa kebudayaan Perunggu sekitar 1000 SM sampai 1 SM.
Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dong Son sangat penting karena benda-
benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia umumnya bercorak Dong Son,
dan bukan mendapat pengaruh budaya logam dari India maupun Cina.
Budaya perunggu bergaya Dong Son tersebar luas di wilayah Asia Tenggara
dan kepulauan Indonesia. Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan dan bahan-
bahan yang dipergunakannya. Misalnya nekara, menunjukkan pengaruh yang sangat
kuat. Nekara dari tipe Heger 1 memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus
dan tertua di Vietnam. Benda-benda perunggu lainnya yang berhasil ditemukan di
daerah Dong Son serta beberapa kuburan seperti daerah Vie Khe, Lang Cha, Lang
Var. Satu nekara yang ditemukan yang besar berisi 96 mata bajak perunggu
bercorang. Dari penemuan itu terdapat alat-alat dari besi, meskipun jumlahnya sangat
sedikit.
Budaya Dong Son sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan budaya
perunggu di Indonesia. Bahkan tidak kurang dari 56 nekara yang berhasil ditemukan
di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara ditemukan di Sumatera, Jawa,
Maluku Selatan. Nekara yang penting ditemukan di wilayah Indonesia dari pulau
Sangeang dekat Sumbawa yang berisi hiasan gambar orang yang menyerupai pakaian
dinasti Han. Hiasan seperti itu diperkirakan belum dikenal oleh penduduk pulau
tempat nekara tersebut ditemukan. Heine Goldem meneliti nekara yang ditemukan
dan menyatakan bahwa nekara yang ditemukan di daerah Sangeang diperkirakan
diceak di daerah funan yang telah terpengaruh oleh budaya india pada 250 SM.
Pengamatan menarik dari Berner Kempres menunjukkan bahwa semua nekara
yang ditemukan di Bali memliki 4 patung katak pada bagian pukulnya. Selain itu
pola-pola hiasan nekara tersebut tidak begitu terpadu antara gambar satu dengan yang
lainnya. Berners kempers memberikan gambaran cara nekara tipe heger I di cetak
secara utuh. Awalnya lembaran lilin ditempelkan pada inti tanah liat (menyerupai
bentuk nekara dan berfungsi sebagai cetakan bagian dalam), lalu di hias dengan cap-
cap dari tanah liat atau batu yang berpola hias perahu dan iring-iringan manusia.
Untuk menambah hiasan yang lebih naturalistik, seperti gambar rumah, lembaran lilin
tadi langsung ditambah goresan gambar yang dikehendakinya. Kemudian lembaran
lilin yang telah di hias itu ditutup dengan tanah liat yang barfungsi sebagai cetakan
bagian luar, setelah terlebih dahulu diberi paku-paku penjaga jarak. Setelah itu di
bakar dan lilin meleleh keluar rongga yang di tinggalkan lilin tersebut diisi dengan
cairan logam. Selain nekara, di wilayah Indonesia juga ditemukan benda-benda
perunggu lainnya seperti patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani
maupun perhiasan-perhiasan.
3. Kebudayaan Sa Huynh
Kebudayaan Sa Huynh ada di pantai Vietnam dari akhir zaman logam..
Kebudayaan ini muncul pertama kali pada 600 Sebelum Masehi di Vietnam Utara.
Artefak-artefak awal di Vietnam Utara kebanyakan terdiri atas kapak lubang
(socketed axes), mata tombak dan panah, pisau, belati, gelang dan lain-lain.
Jumlahnya yang besar menunjukkan sebagian darinya pastilah diproduksi secara
massal dalam bengkel-bengkel tertentu. Barang-barang yang dihasilkan awalnya
terdiri dari campuran tembaga dan timah. Dengan berjalannya waktu, ditambahkan
elemen lain semacam timah hitam.
Pada tahun 1909 sekitar 200 kuburan tempayan ditemukan di Sa Huynh.
Tes karbon menunjukkan kebudayaan Sa Huynh bersamaan waktunya dengan zaman
kebudayaan Dongson, yaitu sekitar abad pertama sebelum Masehi. Kebudayaan ini
menghasilkan alat perunggu yang memiliki corak tersendiri. Pendukung kebudayaan
ini juga memiliki keahlian tinggi dalam bidang kerajinan, bahkan besi sudah
digunakan masyarakat Sa Huynh ketika orang-orang Dongson masih memakai
perunggu. Ragam hiasnya juga ditemukan di Taiwan, Thailand, Philipina dan
Indonesia. Ragam hias gerabah Indonesia mendapat pengaruh dari tradisi gerabah Sa
Huynh-Kalanay (Vietnam-Filipina) dan tradisi Bau-Melayu (Malaysia Timur). Tradisi
pembuatan gerabah ini berlangsung sejak zaman Mesolitikum.
Kebudayaan Indonesia masa praaksara di Indonesia dari masa mesolithikum
sampai masa logam mempunyai hubungan dengan kebudayaan Bacson Hoabin, Dongson,
dan Sahuynh yang berasal dari daratan Asia Tenggara (Vietnam). Ketiga kemudian
tersebut sangat berpengaruh terhadap penyebaran berbagai kebudayaan di Indonesia.
Apakah penyebaran kebudayaan Bacson Hoabin, Dongson, dan Sahuynh masih dapat kita
kita temui pada masa sekarang? Coba kamu jelaskan dengan mencari sumber dari buku-
buku, internet dan lainnya!
Uji Kompetensi
1. Coba kamu diskusikan tentang pengaruh kebudayaan Dongson terhadap kebudayaan
Indonesia pada masa praaksara!
2. Penyebaran kebudayaan Bacson- Hoabin dan Dongson ke Indonesia erat kaitannya
dengan kedatangan bangsa Austronesia dari kelompok Proto Melayu dan Deutro Melayu.
Carilah informasi mengenai kedatangan bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu ke
Indonesia pada masa praaksara! Buatlah analisis tentang penyebaran bangsa Proto
Melayu dan Deutro Melayu ke Indonesia!
3. Buatlah karya tulis dengan judul penyebaran bangsa Austronesia dilihat dari penyebaran
bahasanya!
4. Coba kamu identifikasi hasil-hasil kebudayaan bangsa Bacson – Hoabinh, Dongson dan
Sahuynh?
No Nama Alat KegunaanDaerah Penemuan di
Indoensia
Rangkuman
1. Masa sebelum mengenal tulisan disebut sebagai masa praaksara. Sumber sejarah
untuk mengetahui kehidupan masa aksara adalah melalui peninggalannya berupa fosil dan
artefak.
2. Perkembangan manusia Indonesia tidak dapat dilepaskan dari adanya tarikh bumi
dan munculnya manusia di dunia ini. Berdasarkan ilmu geologi, maka bumi terbagi atas-
zaman-zaman antara lain zaman arkaikum, zaman paleozoikum, zaman mesozoikum dan
zaman neozoikum.
3. Perkembangan teknologi pada masa prakasara dapat dilihat dari alat-alat yang
digunakan. Berdasarkan alat-alat yang pembagian zaman pada masa praaksara dapat dibag
ike dalam zaman batu dan zaman logam. Zaman batu terbagi atas tiga zaman yaitu batu tua
(Palaeolithikum), batu tengah (mesolithikum) dan batu muda (neolithikum). Sedangkan
zaman logam terbagi atas zaman perunggu dan zaman besi.
4. Pada masa praaksara tradisi yang berkembang yaitu tradisi palaeolitik, tradisi
mesolithik, tradisi neolithik, dan tradisi megalithik. Tradisi yang berkembang pada tradisi
palaeolithik antara lain tradisi kapak perimbas dan tradisi alat-alat serpih. Tradisi yang
berkembang pada masa mesolithik yaitu antara lain tradisi alat-alat tulang, tradisi kapak
genggam Sumatera dan tradisi serpih bilah. Tradisi yang berkembang pada masa tradisi
neolithik antara lain tradisi kapak persegi dan kapak lonjong.
5. Tahap-tahap perkembangan kehidupan awal masyarakat Indonesia dimulai dari masa berburu
dann mengumpulkan makan tingkat sederhana, masa berburu dan menggumpulkan makanan
tingkat lanjut, masa bercocok tanam dan masa perundagian.
EVALUASI
A. Berillah tanda silang (X) di depan jawaban a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling
benar!
1. Sumber sejarah masa praaksara yang berupa sisa-sisa tumbuh-
tumbuhan, binatang dan manusia yang telah membatu disebut ….
a. Fosil
b. artefak
c. Geologi
d. arkeologi
e. tipologi
2. Kapak perimbas merupakan salah satu teknologi yang digunakan pada
masa praaksara. Kapak perimbas merupakan jenis alat yang digunakan pada masa tradisi ….
a. paleolithik
b. neolithik
c. mesolithik
d. megalitik
e. logam
3. Menurut penyelidikan geologi kepulauan Indonesia terbentuk dari
lempeng-lempeng tektonik. Kepulauan Indonesia telah terjadi pada zaman ….
a. Quarter
b. Tersier
a. Batu
c. Sekunder
a. Aluvium
4. Pusat kebudayaan logam dari bahan perunggu pada masa praaksara
berasal dari daratan Asia Tenggara. Pusat kebudayaan tersebut berasal dari ….
a. India
b. Tibet
c. Dongson
d. Yunan
e. Indonesia
5. Kapak genggam Sumatera merupakan alat yang digunakan pada masa
tradisi ….
a. mesolithikum
b. Paleolithikum
c. neolithikum
d. megalithikum
e. perunggu
6. Perwujudan adanya kepercayaan pada masa praaksara adalah
munculnya bangunan-bangunan besar yang disebut sebagai tradisi megalithik. Bangunan
berupa tiang atau tugu batu yang digunakan sebagai pemujaan terhadap arwah nenek moyang
disebut ….
a. Menhir
b. Dolmen
c. Sarkofagus
d. Punden berundak
e. Kubur batu
7. Salah satu kebudayaan dari daratan Asia Tenggara adalah kebudayan
Bacson dan Hoabinh. Hasil kebudayaan Bacson dan Hoabinh adalah ….
a. Kapak perimbas
b. Kapak lonjong
c. Kapak persegi
d. Kapak corong
e. Nekara
8. Bangsa yang mendapat sebutan sabagai pendukung kebudayaan
mesolithikum di Asia Tenggara adalah ….
a. Dongson
b. Bacson - Hoabinh
c. Sahuynh
d. Tonkin
e. Cham
9. Alat-alat yang dibuat dari batu sudah diassah sehingga tampak halus,
merupakan salah satu ciri-ciri dari masa tradisi ….
a. Batu Tua
b. Logam
c. Batu Muda
d. Besi
e. Batu Tengah
10. Tahap kehidupan ekonomi pada masa praaksara salah satu diantaranya
adalah masa bercocok tanam. Berikut ini merupakan alat-alat pada masa bercocok tanam
adalah….
a. kapak persegi
b. kapak perimbas
c. kapak genggam
d. Kapak corong
e. Kapak pendek
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Apa yang dimaksud dengan masa praaksara?
2. Jelaskan ilmu-ilmu bantu dalam mengungkap kehidupan masa praaksara!
3. Sebutkan tradisi yang berkembang pada masa tradisi paleolithik?
4. Apa yang disebur dengan menhir?
5. Sebutkan tradisi yang berkembang pada masa tradisi mesolithik?
6. Sebutkan tradisi yang berkembang masa neolitihik?
7. Apa yang dimaksud dengan kyokkemoddinger?
8. Jelaskan penyebaran kebudayaan Dongson ke Indonesia!
9. Jelaskan alat-alat hasil peninggalan pada zaman logam!
10. Bagaimana kepercayaan yang berkembang pada masa bercocok tanam?
C. Skala Sikap
Berilah tanda cek () pada salah satu kolom sesuai dengan sikapmu ( S= Setuju dan TS= Tidak
Setuju), kemudian kemukakan alasanmu!
No Pernyataan S TS Alasan
1 Masa praaksara perlu dipelajari untuk
mengetahui kehidupan manusia masa lalu.
2 Teknologi pada masa praaksara sangat masih
bermanfaat pada masa sekarang.
3 Sistem pertanian pada masa praaksara apabila
diterapkan pada masa sekarang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup
4 Manusia pada masa praaksara belum
mengenal adanya kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
5 Industri dan perdagangan sudah ada pada
masa praaksara yaitu masa perundagian
D. Tugas Portofolio
Di daerahmu apakah ada benda-benda peninggalan masa praaksara? Carilah keterangan
tentang usaha-usaha pemugaran benda-benda peninggalan masa praaksara! Bagaimana
keadaan atau kondisi benda-benda peninggalan tersebut? Buatlah laporan disertai dokumntasi
terkait kondisi atau keadaan peninggalan tersebut pada masa sekarang! Kumpulkan pada
gurumu pada pertemuan mendatang.
top related