kartul kimia.docx
Post on 10-Dec-2015
253 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program peningkatan produksi tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan
dan memenuhi swasembada pangan terus dilakukan dengan berbagai cara dan
usaha, baik secara tradisional maupun modern. Peningkatan produksi pangan yang
harus dicapai diharapkan selan dari segi kualitas juga dari segi kuantitas. Dalam
kaitannya dengan hal ini, peran pemupukan pada usaha pertanian sangat penting.
Untuk meningkatkan kualitas produk, penggunaan pupuk kimia organik sebagai
substitusi pupuk kimia sangat diperlukan, karena produk yang dihasilkan bersifat
organik dan bersifat ramah lingkungan.
Selama ini, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pupuk hanya
berasal dari kotoran hewan dan bahan-bahan kimia. Selain membutuhkan biaya
yang mahal, pupuk dari bahan kimia juga dapat mencemari lingkungan. Berkaitan
dengan hal pencemaran tersebut, selama ini populasi tanaman eceng gondok yang
menjadi penghambat arus sungai yang semakin bertambah banyak. Pemanfaatan
eceng gondok selama ini juga hanya sebatas sebagai media tanam budidaya jamur
tiram putih dan sebagai bahan kerajinan tangan. Padahal, eceng gondok yang
merupakan gulma ini sangat mudah berkembang biak sehingga apabila dapat
dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan pupuk, tidak terlalu sulit untuk
mendapatkannya. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian pembuatan pupuk dengan menggunakan bahan baku
tanaman eceng gondok.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.1.1 Dapatkah eceng gondok dijadikan alternatif bahan pembuatan pupuk?
1.1.2 Baik atau tidakkah jika eceng gondok dijadikan pupuk? Jika baik,
kandungan apa yang terdapat didalam eceng gondok tersebut sehingga
baik dijadikan pupuk.
1.2 Batasan Masalah
Pada karya tulis ini, penulis hanya membatasi masalah mengenai dapat atau
tidaknya eceng gondok dibuat menjadi pupuk, tetapi tidak membandingkan
penggunaannya dengan pupuk lainnya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini ialah:
1.3.1 Untuk mengetahui apakah eceng gondok dapat dijadikan sebagai alternatif
bahan pembuatan pupuk.
1.4 Manfaat
Penelitian karya tulis ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Pelajar
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan daya kreatif siswa terhadap
sumber daya alam agar potensinya dapat lebih dimaksimalkan lagi.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Khususnya bagi petani sayur dan buah-buahan, hasil penelitian yang
berupa pupuk eceng gondok dapat mengurangi kelangkaan pupuk, dan dapat
digunakan untuk pengembangan tanaman guna mendapatkan produk organik yang
ramah lingkungan serta dapat mengurangi populasi eceng gondok yang
menghambat arus sungai. Penggunaan pupuk organik juga dimaksudkan sebagai
substitusi penggunaan pupuk kimia yang diharapkan dapat mengurangi dampak
terhadap lingkungan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai kajian awal untuk penelitian lanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eceng Gondok
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah
satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok,
di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di
daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan
nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal
dengan nama Tumpe.
Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang
ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani
berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di
Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan
perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air
lainnya.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam
tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya
tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai
daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk
tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga
dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Penelitian menunjukan bahwa tanaman eceng gondok banyak mengandung
asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu mempercepat
pertumbuhan akar tanaman. Selain itu eceng gondok juga mengandung asam
sianida, triterpenoid, alkaloid dan kaya kalsium.
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran
air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat
mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan
ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.
Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang
mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan
potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan
eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika
Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan
berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya
ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar
kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan
Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu
menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing
sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur.
Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g
berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan
logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat
diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya,
logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat
menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu
pestisida. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian
air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun
dalam air.
Keberadaan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di perairan merupakan
masalah. Eceng gondok yang merupakan tumbuhan air dan lebih sering dianggap
sebagai tumbuhan pengganggu perairan, memiliki tingkat pertumbuhan yang
sangat cepat. Dalam waktu 3–4 bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih
dar 70% permukaan danau. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok dan tingginya
daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan.
Pada beberapa negara, pengendalian eceng gondok secara mekanik, kimia dan
biologi tidak pernah memberikan hasil yang optimal. Eceng gondok berpotensi
menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika dibandingkan dengan
permukaan terbuka. Pertumbuhan populasi eceng gondok yang tidak terkendali
menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan tertutupnya sungai serta
danau (Gopal dan Sharma, 1981).
2.2 Klasifikasi Tanaman Eceng Gondok
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia Kunth
Spesies : E. crassipes
Nama Binomial : Eichhornia crassipes (Mart.) Solms
2.3 Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk
yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.
Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya
deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur
hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk
tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan
unsur hara yang dikandungnya.
2.3.1 Penggolongan Pupuk
A. Pupuk berdasarkan Sumber Bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, pupuk digolongkan menjadi dua, yakni
pupuk organik dan pupuk anorganik.
1) Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk organik
mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis
unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk
ini termasuk tinggi. Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari
sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, contohnya adalah
pupuk kandang dan pupuk kompos.
1. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak.
Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan
ternak, dan cara penampungan pupuk kandang. Pupuk kandang dari ayam atau
unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain.
Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran
cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada
kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu
mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga
turut ditentukan oleh C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin.
Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung
cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi
menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri
fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan
tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan
pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.
2. Kompos
Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya
perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio). Jika C/N rasio
tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna.
Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama
dibanding dengan C/N rasio rendah.
Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15. Bahan
kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki
C/N rasio antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses
pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan
proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme
tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan untuk menambah
pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai sempurna terpaksa
digunakan. Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung
dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan
unsur hara kompos sebagai berikut.
1) Nitrogen 0,1 – 0,6%
2) Fosfor 0,1 – 0,4%
3) Kalium 0,8 – 1,5%
4) Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab,
gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis
tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.
Cara aplikasi pupuk organik lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan
dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang
diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap
digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan.
Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik.
a. Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam
jumlah yang jauh lebih kecil.
b. Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat
meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
c. Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah.
d. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah.
e. Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu
meningkatkan pH tanah.
f. Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
2) Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki
prosentase kandungan hara yang tinggi.
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat
dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
1. Pupuk Tunggal
Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu
macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya
mengandung unsur nitrogen. Hampir seluruh tanaman dapat menyerap
nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk.
Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium
juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada
tembakau dan padi. nitrogen mudah berubah menjadi gas N2.
Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun
tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati. Pupuk Urea
(CO(NH2)2) mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang
tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah
larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. Pupuk majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis
unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu
kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi
harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain
diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk,
kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih
mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih
lengkap.
Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam
dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat
menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang
telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat
pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas
penyerapan hara yang diberikan.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian,
perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK
15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15,
16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang
seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara
lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal
peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase
generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa
faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur
hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan
pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki
kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya
sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal.
Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena
bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.
B. Pupuk berdasarkan Cara Aplikasinya
Menurut cara aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan
pupuk akar.
1) Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar
stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk
mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai
daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman
tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas,
stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk
dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke
permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan
kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih
lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang
tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama
dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia
tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah
manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan
tanaman dan peningkatan hasil panen. Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair.
Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan
endapan.
Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat
higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya
telah dibuka. Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap
tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu,
tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan
aplikasinya dilakukan secara benar.
Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau
kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam
bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan
volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka
konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi
pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan
terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore
hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua
jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan
mengurangi efektifitas penyerapan pupuk.
Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang
panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat
sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran
yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn,
Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom.
2) Pupuk Akar
Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah.
Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan pupuk eceng gondok. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2006:767), metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud tertentu dan untuk menambah ilmu
pengetahuan. Sedangkan eksperimen adalah percobaan. Jadi, metode eksperimen
dapat diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan secara teratur dan terpikir baik
dengan maksud menambah ilmu pengetahuan suatu percobaan.
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan dilakukan di rumah penulis yang beralamat di Jalan Lingkar
Terminal 51 Muara Siban Lahat pada 13 Maret 2011.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
pisau, cobek, karung goni, wadah tertutup.
3.2.2 Bahan:
eceng gondok, dedak, EM-4.
3.3 Prosedur Kerja
1. Eceng gondok dicincang atau digiling halus.
2. Dicampur dengan dedak sebanyak 10%.
3. Dicampur dengan EM-4 dengan perbandingan 1:1 selama seminggu.
Campuran bahan tersebut disimpan tertutup selama +/- 4 hari. Bisa dalam
bak atau wadah tertutup beralaskan plastik dan ditutup karung goni.
4. Kemudian akan terjadi peningkatan suhu campuran bahan tersebut
menjadi +/- 50o celcius. Proses pembuatan pupuk selesai jika suhu telah
turun menjadi +/- 30o celcius
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 13 Maret 2011 dipeoleh data bahwa
eceng gondok dapat dijadikan alternatif bahan pembuatan pupuk. Pada penelitian
awal, sebelum dijadikan bahan pembuatan pupuk, tanaman eceng gondok
berwarna hijau, dan tidak berbau, tetapi sesudah diolah menjadi pupuk, tanaman
eceng gondok mengalami perubahan menjadi berwarna cokelat kehitaman dan
berbau pesing.
Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini
dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Walaupun
eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan
dalam menangkap polutan logam berat. Sehingga logam yang diserap eceng
gondok dapat bermanfaat sebagai unsur hara bagi tanaman.
Selain banyak mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, eceng
gondok banyak mengandung asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon
yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Sehingga eceng gondok
baik untuk dijadikan sebagai pupuk.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kandungan Tanaman Eceng Gondok sehingga Baik untuk Dijadikan
Pupuk
Eceng gondok banyak mengandung asam humat (humic acid). Asam humat
adalah zat organik yang memiliki struktur molekul kompleks dengan berat
molekul tinggi (makromolekul) atau dapat disebut sebagai polimer organik yang
mengandung gugus aktif. Di alam, asam humat terbentuk melalui proses fisika,
kimia, dan biologi dari bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan,
yang disebut proses humifikasi. Oleh karena struktur asam humat terdiri dari
campuran senyawa organik alifatik dan aromatik (diantaranya ditunjukkan dengan
adanya gugus aktif asam karboksilat dan quinoid), maka asam humat memiliki
kemampuan untuk menstimulasi dan mengaktifkan proses biologi dan fisiologi
pada organisme hidup dalam tanah. Beberapa sifat penting lain dari asam humat
yang berhubungan dengan perannya dalam memperbaiki kondisi tanah dan
pertumbuhan tanaman adalah Kapasitas Tukar Kation (Cation Exchange
Capacity) yang tinggi, memiliki kemampuan mengikat air (Water Holding
Capacity) yang besar, sebagai zat pengompleks (Chelating/Complexing Agent),
dan kemampuan untuk mengikat (fiksasi) polutan dalam tanah.
Dari keunggulan sifat-sifat yang dimilikinya, berikut ini beberapa manfaat
yang dapat diperoleh dari penggunaan asam humat :
1) Meningkatkan masukan (uptake) nutrient melalui konversi hara menjadi
bentuk tersedia dan meningkatkan permeabilitas membran tanaman.
2) Mengikat dan mengatur pelepasan hara (slow release) sesuai kebutuhan
tanaman sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk dan
mengurangi kehilangan hara karena terlarut atau menguap.
3) Merangsang pertumbuhan tanaman dan mempercepat pertumbuhan akar
atau tunas muda sehingga tanaman lebih cepat tumbuh serta menambah
hasil dan kualitas tanaman.
4) Memperbaiki struktur tanah secara fisika maupun kimia (kegemburan, pH,
pengikatan air, sifat koloid, katalis organik, dsb.) sehinga mampu
menopang pertumbuhan tanaman dengan baik dan tanaman tidak mudah
stress.
5) Menstimulasi peningkatan aktivitas mikrobiologi tanah yang
menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman.
A. Pengaruh Asam Humat pada Sifat Fisika Tanah
1. Asam humat mempunyai kemampuan arbsorsi air sekitar 80-90%.
Sehingga pergerakan air secara vertikal (infiltrasi) semakin meningkat
dibanding secara horisontal, berguna untuk mengurangi resiko erosi pada
tanah. Selain itu juga meningkatkan kemampuan tanah menahan air.
2. Asam humat berperan sebagai granulator atau memperbaiki struktur
tanah. Terjadi karena tanah mudah sekali membentuk kompleks dengan
humid acid , terjadi karena meningkatnya populasi mikroorganisme tanah,
diantaranya adalah jamur, cendawan dan bakteri. Karena humic acid
digunakan sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Cendawan
tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat.
Sedangkan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat,
sementara jamur dapat meningkatkan fisik dari butir-butir prima. Hasilnya
adalah tanah yang lebih gembur berstruktur remah dan relatif lebih ringan.
3. Meningkatkan aerasi tanah akibat dari bertambahnya pori tanah
(porositas) akibat pembentukan agregat,. Udara yang terkadung dalam pori
tanah tersebut umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, dan CO2. Hal
ini penting bagi pernapasan (respirasi) mikro-organisme tanah dan akar
tanaman.
4. Menggelapkan warna tanah menjadi semakin coklat kehitaman,
sehingga meningkatkan penyerapan radiasi sinar matahari yang akan
meningkatkan suhu tanah menjadi lebih hangat.
B. Pengaruh Asam Humat pada Sifat Kimia Tanah
1. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Peningkatan tersebut
menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara atau
nutrisi. Humic acid membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga
melindingi unsur tersebut dari pencucian oleh air hujan. Unsur N,P, dan K
diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga
dapat dipertahankan dan sewaktu-waktu dapat diserap oleh tanaman.
Sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia.
2. Humic acid mampu mengikat logam berat (membentuk senyawa
khelate) kemudian mengendapkannya sehingga mengurangi keracunan
tanah.
3. Meningkatkan pH tanah asam akibat penggunaan pupuk kimia yang
terus menerus. Terutama tanah yang banyak mengandung alumunium.
Karena humic acid mengikat Al sebagai senyawa kompleks yang sulit larut
dalam air (insoluble) sehingga tidak dapat terhidrolisis
4. Ikatan kompleks yang terjadi antara humic acid dengan Fe dan Al
merupakan antisipasi terhadap ikatan yang terjadi antara unsur P
(phosphorus) dengan Al dan Fe, sehingga unsur P dapat terserap secara
maksimal oleh tanaman.
C. Pengaruh Asam Humat pada Sifat Biologi Tanah
1. Akibat pengaruh humic acid terhadap sifat fisika dan kimia tanah,
sehingga menciptakan situasi tanah yang kondusif untuk menstimulasi
perkembangan mikroorganisme tanah yang berfungsi dalam proses
dekomposisi yang menghasilkan humus (humification).
2. Aktifitas mikroorganisme di atas tanah akan menghasilkan hormon-
hormon pertumbuhan seperti auxin, sitokinin., dan giberillin
a. Auxin, berfungsi :
1) Merangsang proses perkecambahan biji;
2) Memacu proses terbentuknya akar dan pertumbuhannya;
3) Merangsang pucuk tanaman dan akar yang tak mau berkembang
menjadi mampu berkembang kembali.
b. Sitokinin, berfungsi :
1) Memacu pembelahan dan pembesaran sel sehingga mampu
memacu pertumbuhan;
2) Merangsang pembentukan tunas-tunas baru;
3) Mencegah kerusakan pada hasil panenan, sehingga lebih awet.
c. Giberelin, berfungsi:
1) Meningkatkan pembungaan dan pembuahan;
2) Meningkatkan prosentase jadinya bunga dan buah;
3) Mengurangi kerontokan bunga dan buah;
4) Mendorong partenokarpi atau pembuahan tanpa proses
penyerbukan.
Asam Humat juga bermanfaaat untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Terdapat dua proses penting yaitu:
1. Peningkatan energi sel tanaman dan sebagai hasilnya adalah intensifikasi
proses pertukaran ion. Sehingga mempercepat pertumbuhan sistem akar dan
membuat akar lebih panjang.
2. Peningkatan penetrasibilitas (kemampuan penyerapan) membran sel
tanaman. Memudahkan nutrisi untuk terserap ke dalam sel serta mempercepat
proses pernapasan (respirasi) tanaman.
Pembentukan sistem akar yang kuat dan panjang memberikan efek yang
baik tanaman. Daya serap dan jelajah akar semakin maksimal untuk mencari
unsur hara dan nutrisi dalam tanah. Kemampuan sel tanaman dalam menyerap
nutrisi semakin baik, sebagai akibat dari kapasitas tukar kation (KTK) humic acid
sangat tinggi (perlu diketahui bahwa penyerapan nutrisi oleh tanaman melalui
mekanisme pertukaran ion.
(Sumber : teravita.com)
4.2.2 Kandungan Eceng Gondok setelah Dijadikan Pupuk Kompos
Kandungan N, P, K dalam kompos eceng gondok masing-masing adalah
0,4% N, 0,114% P dan 7,53% K sedangkan C-organik adalah 47,61% bahan
kering (Wahyu, 2008). Manfaat dari nitrogen ialah untuk Memacu pertumbuhan
tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, Berperan dalam
pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.
Manfaat dari posfor ialah untuk membantu pertumbuhan protein dan mineral yg
sangat tinggi bagi tanaman. Bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian
tanaman. Merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar. Mempercepat
membungaan dan pembuahan tanaman. Serta mempercepat pemasakan biji dan
buah. Sedangkan manfaat dari kalium ialah untuk membantu pembentukan
protein, karbohidrat dan gula. Membantu pengankutan gula dari daun ke buah.
Memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa tanaman
eceng gondok yang dianggap sebagai gulma di perairan, selain berperan dalam
menangkap polutan logam berat juga dapat bermanfaat sebagai pupuk organik
penyedia unsur hara bagi tanaman. Selain itu, eceng gondok juga banyak
mengandung asam humat yang berpengaruh pada sifat fisika, kimia, dan biologi
tanah sehingga eceng gondok sangat baik untuk dijadikan pupuk.
5.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca yang ingin melakukan penelitian
tentang pupuk eceng gondok mengenai:
1. Pada pembuatan pupuk eceng gondok ini, dedak yang dipakai merupakan
dedak yang umumnya digunakan untuk bahan pakan ternak.
2. EM 4 adalah mikroorganisme yang berbentuk cair didalam botol kuning dan
dapat beli di toko pertanian.
3. Sebaiknya dilakukan perbandingan hasil pemupukan tanaman dengan pupuk
eceng gondok dan pemupukan tanaman dengan pupuk lainnya terhadap
kesuburan tanaman.
top related