kandidosis intertriginosa (ika hardiyanti b c11111272)

Post on 27-Sep-2015

71 Views

Category:

Documents

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANKandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies candida dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru-paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikimia, endocarditis, atau meningitis. Kandidosis Intertriginosa merupakan kandidosis kutis yang diklasifikasikaan menurut lokalisata dimana merupakan penyakit mikosis superfisialis yang terkena pada daerah lipatan kulit.1Penyebab tersering dari penyakit ini Candida albicans yang merupakan jamur berbentuk oval dan berukuran 2-6 3-9 m yang dapat menghasilkan sel tunas, pseudohyphae dan truehyfa. Kemampuan untuk secara bersamaan menampilkan beberapa morfologi Bentuk ini dikenal sebagai polimorfisme. Meskipun hifa cenderung diproduksi selama proses invasi jaringan, jamur tanpa hifa juga dapat terjadi pada penyakit invasif, terutama pada infeksi disebabkan oleh spesies Candida non-albicans. Selain C. albicans, genus Candida mencakup lebih dari 100 spesies, yang sebagian besar adalah parasit pada manusia. Spesies lain Candida, misalnya C. tropicalis, C. dubliniensis, C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaniae, C. zeylanoides dan C. glabrata (sebelumnya Torulopsis glabrata).2Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maaupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat1. Dari peneitian Kasus kandidosis intertriginosa lebih banyak pada perempuan (64,86%) disbanding laki-laki. Kelompok umur yang paling banyak kasus kandidosis intertriginosa adalah kelompok umur 45-64 tahun (45.95%) dan diikuti oleh kelompok umur 65 tahun (21,62%). Distribusi lokasi lipatan kulit yang terkena kandidosis intertriginosa memberikan hasil 16,22% pasien terkena pada lipat paha saja. Jumlah kedua terbanyak ditemukan pada lipat paha + ketiak (13,52%) dimana Paling banyak pasien hanya terkena pada satu lokasi lipatan kulit saja. 3Infeksi penyakit ini terjadi akibat beberapa faktor. Enzim dan racun pada jamur yang produksi suatu proteinase asam tertentu oleh strain C. albicans juga diketahui mempengaruhi patogenisitas. 2 Dalam candidosis mulut dan kulit, kerokan diperiksa secara mikroskopis biasanya menunjukkan Candida baik dalam bentuk tunas dan miselium. Dalam histopatologi kandidosis invasif, biasanya ditemukan hifa. Hal ini menunjukkan bahwa produksi hifa dapat berkontribusi untuk virulensi jamur.2 Kemampuan bentuk ragi untuk menginvasi epitel yang mendasari prasyarat penting untuk invasi jaringan . Kemampuan Candida ke permukaan epitel dimediasi melalui nomor interaksi reseptor. Candida adhesins yang baik berdasarkan dinding sel atau komponen protein . yang terakhir adalah permukaan Candida yang mengikat protein C3d . 2 Faktor-faktor lain yaitu In vivo, menjadi penting dalam merangsang pembentukan miselium. Suhu di atas 35 C, tekanan oksigen rendah, media cair, non-sulphurcontaining asam amino, sumber polisakarida karbon, serum danpH 7,5 adalah faktor yang paling meyakinkan dalam studi eksperimental . Namun, masih terjadi kesulitan untuk menghubungkan hasil eksperimen untuksituasi di vivo. Candida albicans juga memproduksi melanin, factor diketahui mempengaruhi resistensi terhadap respon imunologi. Efek dari tekanan ekologis dari organisme lain cukup penting .2 Faktor endogen : Perubahan fisiologik seperti kehamilan, kegemukan, debilitas, latrogenik, endrokrinopati dan penyakit kronik Umur Faktor eksogen Iklim panas, dan kelembapan menyebabkan perspirasi meningkat. Kebersihan kulit.1 Faktor Imunologi Penurunan Imunitas seluler adalah faktor yang signifikan . Penurunan signifikan dari anti -Candida IgA saliva antibodi dapat menjadi faktor. Defek neutrofil atau fungsi makrofag adalah factor penyebaran invasive dari kandidiasis. 4Diagnosis kandidosis intertriginosa ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Lesi didaerah lipatan berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Selain tu diperlukan juga beberap pembantu diagnosis berupa pemeriksaan penujang.1Prognosis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksiberulang merupakan hal yang umum terjadi.1

BAB II DIAGNOSISII.1 Anamnesis dan Pemeriksaan FisisLesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipatpayudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercakyang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelitberupa vesikel-vesikeldan pustulkecilataubulayangbilapecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.2Awal Pustula berada pada basis eritematosa menjadi terkikis dan berkonfluen . Selanjutnya , lesi tampak berbatas tegas , polisiklik , eritematosa , lesi terkikis dengan lesi pustular kecil di pinggiran ( satelit pustulosis ) 4. Gambaran klinis kandidiasis berupa pruritus, eritema, maserasi pada daerah intertriginosa dengan lesi satelit berupa vesikopustula. Pustul ini pecah meninggalkan dasar eritema dengan koloret dari epidermis yang mengalami nekrosis yang mudah dilepaskan.5

Gambar 1 (dikutip dari kepustakaan 4 )

Gambar (dikutip dari kepustakaan 4)

II.2 Pemeriksaan PenunjangII.2.a. Pemeriksaan Langsung Mounts smear, kerokan dan spesimen biopsy cocok untuk pemeriksaan langsung dari ragi. Laboratorium metode yang mikroskop langsung dengan KOH 10% (Shenoy etal., 2008). KOH berfungsi untuk mencerna protein dan puing-puing membersihkan jaringan keratin dan meningkatkan visibilitas. KOH apat dilengkapi dengan Lactophenol-Cotton Blue stain atau fluorochrome Calcofluor-Putih untuk demonstrasi lebih mudah elemen jamur6. Jamur kandida akan menunjukkan penampakan sel bertunas berbentuk oval, sel-sel dengan filamen yang memanjang berhubungan seperti bentuk sosis atau seperti hifa bersepta (pseudohifa)5.

Gambar 3 (dikutip dari kepustakaan 2) Pemeriksaan stain spesimen . Spesimen diwarnai dengan stain juga digunakan di laboratorium mikologi klinis. 6 Gram stain. Organisme muda Candida adalah Gram-positif, oval atau bentuknya bundar menunjukkan awal sel ragi, psuedohyphae dan elemen pendek hifa sejati.6 Calcofluor putih berfluoresensi bawah disaring sinar UV untuk meningkatkan deteksi jamur karena mengikat polisakarida di kitin dalam dinding sel yang menunjukkan hijau terang. Setetes putih Calcofluor dapat ditambahkan pada saat pemasangan di KOH (Harrington et al., 2007).6II.2.b. Pemeriksaan biakanBahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dextrose glukosa sabouraud, dapat pla agar ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 oC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.1Identifikasi dengan kultur pada media yang berbeda. Beberapa media yang tersedia untuk kultur Candida untuk Contoh: Sabouraud dextrose agar, diusulkan pada tahun 1894, adalah masih media yang paling sering digunakan dalam primary isolasi jamur patogen. Saat ini, kromogenik Media baru-baru ini dikembangkan untuk memfasilitasi cepat identifikasi. Media berkromogen mengandung kromogenik substrat yang bereaksi dengan enzim yang disekresikan yang menargetkan mikroorganisme untuk menghasilkan koloni dari berbagai warna untuk contoh-CHROM agar Candida, Biggy agar, CandiSelect 4. Media lain yang digunakan adalah, ekstrak malt ragi, jagung agar makan, Tween 80 agar .6

Gambar 4 dan 5 (dikutip dari kepustakaan 2)

Gambar 6 (dikutip dari kepustakaan 2 )II.2.c. Pemeriksaan Metode berbasis non-kultur untuk diagnosisTes serologi meliputi pengujian untuk antibodi dan antigen Candida. Polymerase chain reaction (PCR) dan DNA probe memiliki keuntungan untuk dapat mendeteksi jumlah Candida DNA baik darah atau jaringan. PCR amplifikasi dari hypervariable D1 / D2 atau ITS 1 dan dua daerah subunit ribosom besar (26S) diikuti oleh sequencing otomatis (Linton et al., 2007). Lebih Banyak Baru-baru ini, pyrosequencing (Qiagen, Hilden, Jerman) dari hanya sebuah fragmen kecil (20 bp) dari ITS wilayah 2 juga telah terbukti diskriminatif untuk ragi yang paling patogen, termasuk spesies samar (Borman et al., 2009). C.albicans peptida neon asam nukleat in situ hibridisasi (PNA FISH) assay pertama kali diperkenalkan pada 2002 untuk identifikasi cepat ragi langsung dari darah budaya. Pengujian menggunakan probe PNA menargetkan C. albicans khusus rRNA. Tes telah terbukti memiliki spesifisitas tinggi dan sensitivitas (Wilson et al., 2005). lebih canggih kit A sekarang tersedia, C. albicans / C.glabrata PNA FISH, yang membedakan antara C.albicans dan C. glabrata dari botol kultur darah yang telah mengisyaratkan positif dan menunjukkan ragi pada pewarnaan Gram.6II.3. Diagnosa Banding.Diagnosa banding dari kandidosis ini adalah eritrasma berupa lesi dilipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan dengan sinar wood positif. Selain itu ada dermatitis intertriginosa, dermatofitosis (tinea)1, Nonspecific intertrigo, streptococcal intertrigo, dan psoriasis intertriginous4. Paling mungkin Intertriginosa bacterial Dermatofitosis (e.g, tinea cruris) Psoriasis Dermatitis kontak Eritrasma Dermatitis seboroik Dipertimbangkan Familial pemphigus jinak Penyakit Flexural darier Leiner disease. Dikesampingkan Glucagonoma Extramammary paget disease Sifilis sekunder Defesiensi zinc. 7

BAB IIIPENATALAKSANAANKandidoss intertriginosa memerlukan spesifik topikal Terapi (azol atau poliena krim) biasanya berlangsung selama sekitar dua minggu , tetapi pengobatan mungkin diperlukan untuk waktu yang lebih lama , dan cenderung gagal jika perhatian tidak diberikan kepada pengeringan di beberapa daerah yang lembab pada tubuh yang terserang kandidosis intertriginosa , potassium permanganate menyaringnya lebih efektif . Perhatian harus diberikan untuk mengobati bakteri bersamaan, sekali lagi , potassium permanganate berguna untuk tujuan ini2. Pengobatan yang lain adalah :1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi2. Topikal : Larutan ungu gentian -1% untuk selaput lender, 1-2% untuk kulit, dioleskan 2 kali selama 3 hari. Nistatin : berupa krim, salep, emulsi Amfotersin B Grup azol antara lain : Mikonazol 2% berupa krim atau bedak. Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dank rim. Tiokonazol, bufonazol,isokonazol. Siklopiroksolamin 1% larutan, krim. Antimikotik yang lain berspektrum luas.

3. Sistemik Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus. Amfoterisin B intravena (IV) dengan dosis 0,6 mg/kgBB/hari. Ketokonazol 2x200 mg /hari selama 5 hari atau flukonazol 150 mg/hari selama 7 hari.(1,7)

BAB IVKESIMPULANKandidosis Intertriginosa merupakan kandidosis kutis yang diklasifikasikaan menurut lokalisata dimana merupakan penyakit mikosis superfisialis yang terkena pada daerah lipatan kulit. Penyebab tersering dari penyakit ini adala candida albicans. Kasus kandidosis intertriginosa lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Kelompok umur yang paling banyak kasus kandidosis intertriginosa adalah kelompok umur 45-64 tahun dan diikuti oleh kelompok umur 65 tahun.Faktor yang berperan pada penyakit ini ada faktor endogen dan faktor eksogen. Gejala klinis yang muncul berupa Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipatpayudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercakyang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustule kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.Penatalaksanaan paling terpenting dari kandidiasis intertriginosa adalah menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. Menjaga kulit tetap di beberapa daerah yang lembab pada tubuh yang terserang kandidosis intertriginosa, potassium permanganate menyaringnya lebih efektif . Prognosis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksiberulang merupakan hal yang umum terjadi.

DAFTAR PUSTAKA1. Kuswadji. Kandidosis dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, ed. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta : FK-UI. 2013. Hal. 106-109 2. Rook, Disorders of Skin Colour In Textbook Of Dermatology Volume I, 8th Edition. Blackwell Publishing, 2010: Ch 36 P. 36.56-693. Wowor Samuel Rian, Pandaleke Herry E.J, Kapantow Marlyn Grace. Profil Kandidosis Intertriginosa di Poliklinik Kulit dan Kelamin BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode Januari-Desember 2012. Manado; 20124. Wolff K, Johnson A. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. Sixth ed. p.718-7235. Adiguna Swastika Made, Update Treatment Inguinal Intertiginosa and its Defferential Diagnosis, Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar; Surabaya, 2011, P 309-3336. Dabas Surain Parveen, Journal Of Yeast and Fungal Research Review An Approach to Etiology, Diagnosis and Management of Different Types of Candidiasis, academicJournals, Vol. 4(6), PP. 63-74, 2013, Available from http://www.academicjournals.org/JYFR 7. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ et al, Hypomelanoses and Hypermelanoses In Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2009 : Ch 189 P. 1822-1825

11

top related