isi makalah the golden age of islam.docx
Post on 10-Dec-2015
96 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Islam mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Masa keemasan Islam yang juga dinilai sebagai fase perkembangan terpenting
bagi peradaban, pendidikan Islam dan perkembangan ilmu umum ini terjadi pada
kurun waktu abad ketiga sampai kelima hijriah. Mengkaji peradaban Islam,
khususnya yang berkaitan dengan perkembangan Islam pada masa masa keemasan
dan kejayaan, perkembangan pendidikan Islam pada masa keemasan,
merupakan salah satu bentuk hal yang bisa membuat kita termotivasi dalam
memajukan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Kita dapat mengetahui
tentang sejarah dan kejayaan umat Islam sebagai cerminan bahwa umat Islam
juga pernah mengalami kejayaan dalam berbagai bidang.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disajikan tentang berdirinya dinasti
Abbasiyah secara singkat, perkembangan Islam pada masa keemasan dan masa
kejayaan, sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan serta perbandingannya
dengan keadaan perkembangan Islam pada Era Modern. Sejarah masa lampau
diharapkan mampu memberikan dorongan dan semangat untuk di masa sekarang
dan di masa depan.
RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah awal mula berdirinya Daulah Abbasiyah (Era Kejayaan) ?
2. Bentuk pola kepemimpinan dan/atau pemerintahan ?
3. Ringkasan sejarah selama masa kejayaan berserta pola pikirnya ?
4. Perkembangan Islam di masa modern ?
1
TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai perjalanan para
pendahulu berserta pola pikir kepemerintahannya hingga mencapai era
kejayaan atau biasa disebut “The Golden Age of Islam”.
2. Untuk memberikan referensi dan motivasi agar umat Islam di era modern
dapat bangkit dan lebih semangat lagi didalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KELAHIRAN DAULAH ABBASIYAH
Secarakronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-
Abbas, Ali bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan
pertalian keluarga antara Bani Abbas dengan Nabi. Itulah sebabnya kedua
keturunan ini sama-sama mengklaim bahwa jabatan khalifah harus berada di
tangan mereka. Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah wafatnya Rasulullah
merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya Dinasti ini sangat panjang yaitu
tahun 132 H/750 M-656 H/1258 M. Sejarah kemunculan Dinasti Abbasiyah
bermula ketika pada saat itu masih Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah,
3
Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, karena menurut
keyakinan Bani Abbasiyah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam
atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan
bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Serta Dinasti
Umayyah yang di pimpin oleh Raja terakhirnya yaitu Marwans elaluh
menghiraukan masalah-masalah keagamaan.
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa. Penyeranggan terhadap bani umayyah di
dasari oleh :
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Abbasiyah
pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan Bangsa Arab sehingga mereka
tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia secara
terang-terangan.
Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani Abbas, seperti Ali bin
Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya
mengalami kegagalan yang disebabkan kuatnya Dinasti Umayyah. Akan tetapi
Bani Abbasiyah dapat menumbangkan kekuatan Dinasti Umayyah ketika kaum
Abbasiyah bersepakat untuk menyusun rencana penyerangan terhadap raja
Marwan dan rencana itupun berhasil, Marwan dapat dibunuh oleh Sholeh salah
satu pengikut Bani Abbasiyah di desa Bunsir, Mesir.
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai
puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain
itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi
dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
4
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang
menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Pemerintah Bani Abbasiyah berkuasa selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-
1258 M. Pada awalnya pusat pemerintahan di kota kufah kemudian pindah ke
Hira lalu ke Abar (Hasyimiyah) dan akhirnya ke Baghdad. Baghdad adalah ibu
kota pemerintah Bani Abbasiyah yang paling strategis, kota ini di bangun oleh
Abu ja’far al Mansur dengan bentuk bulat, arsitek pembangunan adalah Hajjaj bin
Art dan Amron bi Wahdah. Baghdad menjadi kota internasional dan disebut
sebagai kota seribu malam.
B. POLA PEMERINTAHAN PADA MASA BANI ABBASIYAH
5
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode,
diantaranya :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
Dasar pemerintahan Bani abbasiyah dibangun oleh Abu Abbas Al-Saffah
dan Abu Ja’far al-Mansur. Pada periode awal Aapemerintahan Dinasti
Abasiyah masih dipengaruhi oleh Persia sehingga menekankan pada
kebijakan perluasan daerah.
2. Periode kedua (232 H/847 M. – 334 H/945 M.)
Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-842 M.), untuk memilih anasir Turki
dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya
persaingan antara golongan Arab dan Persia, pada masa al-Makmun dan
sebelumnya. Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani
Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah kekuasaan
yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua,
profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka
menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban
pembiayaan tentara sangat besar.
3. Periode ketiga (334 H./945 M.-447 H./1055 M.)
6
Posisi Bani Abasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi
merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk
ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi
menganut aliran Syi’ah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih
sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
4. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1199 M)
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah
Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah untuk melumpuhkan
kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah memang sudah
membaik, paling tidak karena kewibawannya dalam bidang agama sudah
kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syi’ah.
5. Periode kelima (590 H/1199 M – 656 H/1258 M)
Pada periode ini, Khalifah Bani Abbasiyah tidak lagi berada di bawah
kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi
hanya di Bagdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah
menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan
Tartar menghancurkan Bagdad tanpa perlawanan pada tahun 656
H./1256M.
Sistem kekhalifahan Bani Abbasiyah berkembang sebagai sistem politik. Dinasti
ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani
Ummayah di dalam masalah sosial dan politik diskriminasi. Khalifah-khalifah
Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam” pemimpin masyarakat muslim untuk
menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi
Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Beberapa khalifah yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah diantaranya :
7
1. Abu al-Abbas al-Saffah
Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.
Khalifah pertama pemerintahan Daulah Abbasiyah. Beliau dilahirkan di
Hamimah pada tahun 104 H. Ibunya adalah Rabtah binti Abaidullah al
Haritsi, ayahnya Muhammad bin Ali adalah orang yang melakukan
gerakan untuk mendirikan pemerintahan Daulah Abbasiyah dan
menyebarkannya kemana-mana.
Pemerintahan Abul Abbas as affah bersandar pada tiga hal utama yaitu :
1. Keluarganya sebab dia memiliki paman, saudara-saudara, dan anak-
anak saudara dalam jumlah besar. Mereka menyerahkan
kepemimpinan dan pemerintahan wilayah kepadanya, demikian juga
dalam masalah nasihat dan musyawarah.
2. Abu muslim khurasani. Dia adalah panglima perang yang jempolan.
Dengan kekuatan dan tekadnya yang kokoh, dia mampu menaklukan
khurasan dan irak sehingga membuka jalan yang lapang bagi
berdirinya pemerintahan abbasiyah.
3. Fanatisme golongan. Dia muncul pada akhir-akhir dan melemahnya
pemerintahan umayah peluang ini di manfaatkan oleh bani abbasiyah
mereka bersama- sama dengan yamaniyun bergerak melawan qoysiyun
yang berpihak kepada bani umayah.
Abul Abbas as Saffah menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan, dan wafat
dikota Anbar pada hari ahad, setengah pertama dari bulan Dzulhijah tahun
136 h atau 753 m.
2. Abu Ja’far al-Mansyur
8
Abu Ja’far Adullah bin Muhammad dilahirkan di kota Hamimah pada
tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah. Ia menjadi khalifah pada usia 41
tahun. Ia memerintah selama ± 22 tahun (136 – 158 H/ 754 – 775 M).
Sebelum Abu Al- Abbas As-Saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan
siapa bakal menjadi penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far,
kemudian Isa ibn Musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra
mahkota ini meniru cara Umayyah, bukan mencontoh Khulafurrasyidin
yang mendasarkan pemilihan khalifah pada musyawarah dari rakyat.
Di zaman Al Mansur berawal masa kejayaan dan masa perkembangan
ilmu pengetahuan yang oleh karenanya Daulat Abbasiyah mencapai zaman
keemasannya di belakang hari. Di zaman Al Mansur pula berkembang
pengaruh Persia secara jelas, sehingga khalifah-khalifah Bani Abbas
meniru umat Persia tentang adat istiadat istana bahkan sampai kepada
nizam siasat yang terpakai di masa pemerintahan Kisra-kisra Persia. Di
dalam istana orang Persialah yang berpengaruh. Dalam masa pemerintahan
Al Mansur, ibu kota Daulah Bani Abbas dipindahkan ke kota yang baru
dibangunnya yakni Baghdad.
Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan ahli bangunan yang
terdiri dari arsitektur- arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli
pahat dan lain-lain. Mereka didatangkan dari Syiria, Mosul, Basrah, dan
Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Berpindahnya ibukota
kekhalifahan ke Bagdad ikut mempengaruhi perkembangan kebudayaan
dan peradaban Islam. Sebagaimana diketahui bahwa Bagdad terletak di
daerah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Persia dan berarti
semakin jauh dari pengaruh Arab. Kota Bagdad sendiri telah lama
mengenal ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi. Membaurnya
bangsa-bangsa di Bagdad mempunyai pengaruh yang besar.
3. Harun Al-Rasyid
9
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah.
Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah
ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran. Masa kanak-
kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu
pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya
bin Khalid Al-Barmaki. Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada
September 786 M, pada usianya yang sangat muda, 23 tahun. Jabatan
khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa
Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid
didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama,
shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin
Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya
terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk
melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi
dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian
memberikan bantuan.
Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam
yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah
Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas,
membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan
militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.
C. MASA-MASA KEJAYAAN DAULAH ABBASIYAH
10
Dinasti Abbasiyah, pada masa kekuasaannya, memberikan kemajuan bagi
kelangsungan agama Islam, sehingga masa Dinasti Abbasiyah ini dikenal dengan
The Golden Age of Islam. Khilafah di Bagdad yang didirikan oleh Al-Mansyur
mencapai masa keemasannya mulai dari Al-Mansyur sampai Wathiq, dan yang
paling jaya adalah periode Harun dan puteranya, Ma’mun. Istana khalifah Harun
yang identik dengan megah dan penuh dengan kehadiran para pujangga, ilmuwan,
dan tokoh-tokoh penting dunia. Pada masa pemerintahan Harun tercatat buku
legendaris cerita 1001 malam. Di samping itu, berkembang pula ilmu filsafat,
logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, astronomi, musik,
kedokteran, dan kimia. Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh
Dinasti Abbasiyah ialah sebagai berikut :
1. Gerakan Penerjemah
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah
Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota
Baghdad. Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah
Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing
terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami
masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke
daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunani dalam berbagai
ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip
11
di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata Negara
dan sastra.
Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam
bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat
karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan,
karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pramatis seperti
kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan
namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang
diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfaat dan dalam
hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
2. Gerakan di Bidang Filosofi
Di zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang
gemilang bagi Islam. Zaman ini kota Baghdad mencapai puncak
kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat
cinta pada sastrawan, ulama, filosof yang datang dari segala penjuru ke
Baghdad. Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan
12
yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik yang
dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar,
gerak. Ya’kub ibn Ishaq al-Kinl-Farabi, Ibn Bajah, Ibnu Tufaildan Ibn
Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan menggunakan
contoh, metamor, analogi, dan gambaran imajinatif.
3. Gerakan di Bidang Ilmu Agama Islam
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid hidup para ahli baca Al-Qur’an,
dan para ulama di bidang agama. Karya pertama yang diketahui adalah
Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang
fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah
(w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-
karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang
berjudul Fiqh al Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan
Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan
karena ditulis oleh para muridnya.
4. Gerakan di Bidang Perekonomian
Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur dan
kekayaan melimpah. Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh
perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen
di mesir, sutra darisyiria dan irak, kertas dari samarkand, serta berbagai
produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari iraq. Hasil-
hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain. Karena industralisasi yang
muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu,
perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari
Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat
13
penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah,
Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga
hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan
perdagangan dunia.
5. Gerakan di Bidang Peradaban
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-
khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan
ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari
berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan,
diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama muslim yang ahli
dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga
muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga
didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung
dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada
masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban
Islam.
14
6. Gerakan di Bidang Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal
pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali
sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah
meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu
buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj (858-922 M)
menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin, Al-
Thusi menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H)
dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
7. Gerakan di Bidang Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya
dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam yang terkenal
adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal
Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah
Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas
terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
8. Gerakan di Bidang Ilmu Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-
obatan), jami' al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan
makanan bergizi).
15
9. Gerakan di Bidang Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini
terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan
Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal
diantaranya sebagai berikut :
a. Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal sebagai dokter yang ahli
dibidang mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke
bahasa Arab.
b. Ar Razi (809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli di bidang
penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di
Baghdad. Buku karangannya di bidang ilmu kedokteran adalah Al-
Ahwi.
c. Ibnu Sina (980-1036), yang karyanya yang terkenal adalah Al-
Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi
Universitas di Eropa dan negara-negara Islam.
d. Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis di bidang
penelitian pembuluh darah, penyakit cacar, dll.
16
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia
berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan
Rasulullah Saw di Madinah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-
661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-
1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28
Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana
masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak
ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya
luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih
700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa
tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.
Para ilmuwan dan penemu Muslim (Arab, Persia dan Turki) telah berhasil
membuat beberapa penemuan yang luar biasa ratusan tahun lebih dulu dibanding
rekan-rekan mereka di Eropa. Mereka menarik pengaruh dari filsafat Aristoteles
dan Neo-Platonis, termasuk Euclid, Archimedes, Ptolemy dan lain-lain. Kaum
muslimin pada saat itu telah berhasil membuat berbagai penemuan di bidang
kedokteran, bedah, matematika, fisika, kimia, filsafat, astrologi, geometri dan
bidang lainnya.yang tak terhitung jumlahnya dan menuliskan karya-karyanya
dalam berbagai buku.
18
Berikut beberapa ilmuwan dan penemu muslim dengan penemuan luar biasa
mereka dan temuan-temuan mereka masih dipergunakan hingga saat ini.
1. AL-FARABI
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-
Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa
sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi, juga dikenal di dunia barat
sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir). Al-Farabi dianggap
sebagai salah satu pemikir terkemuka dari era abad pertengahan. Selama
19
hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan,
karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:
a. Logika
b. Ilmu-ilmu Matematika
c. Ilmu Alam
d. Teologi
e. Ilmu Politik dan kenegaraan
f. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau
Negara Utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui
kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut
pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.
2. AL-BATANI
Al Battani (sekitar 858-929) juga dikenal sebagai Albatenius adalah seorang ahli
astronomi dan matematikawan dari Arab. Al-Battani dengan nama lengkap Abū
Abdullāh Muhammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Harrani as-Sabi al-Battānī,
lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam
astronomi adalah tentang penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46
menit dan 24 detik. Al-Battani menemukan sejumlah persamaan trigonometri:
20
Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di ar-Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya.
3. IBNU SINA
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter, kelahiran Persia (sekarang sudah
menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana
sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi
banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern dan masih banyak
lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya
di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal Qanun fi Thib
merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
21
4. IBNU BATUTA
Abu Abdullah Muhammad bin Battutah atau juga dieja Ibnu Batutah adalah
seorang pengembara (penjelajah) Berber Maroko. Atas dorongan Sultan
Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada
seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada
di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan
catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14. Lahir di
Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh
tahun Ibnu Batutah berangkat haji - ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia
melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang
dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).
5. IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh
Maroko, wafat tanggal 10 Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes,
22
adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd
meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan,
ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga
kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
6. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI
Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika,
astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar
tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar
tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai
dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Buku pertamanya, al-Jabar,
adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi
kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin
dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian
diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat
pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik
mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
23
7. TSABIT BIN QURRAH
Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 – 18
Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan
dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin.Tsabit lahir di kota Harran,
Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas
ajakan Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid
yang berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia. Ibnu
Qurra membuat penemuan penting dalam aljabar, geometri, dan astronomi.
Dalam astronomi, Thabit dianggap sebagai salah satu dari para reformis
pertama dari sistem Ptolemaic, dan dalam mekanika dia adalah seorang
pendiri statika.
8. MUHAMMAD BIN ZAKARIYA AL-RAZI
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di
dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara
24
tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat
pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia,
matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, Ia berguru kepada
Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, Ia dipercaya untuk
memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin
Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui
sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar
dalam sejarah.
9. ABU MUSA JABIR BIN HAYYAN
Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia
Barat, diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 722 dan wafat pada
tahun 804. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya
ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki Vizier, pada masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik
eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap
eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas
zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap
Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi
lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi,
kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk
melakukan proses-proses tersebut.
25
E. PENYEBAB KEJAYAAN PADA ERA KEEMASAN
Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan
dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat
perdagangan di Jazirah Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang
pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gaagasan dan
barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur
perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya,
peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada
ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India,
dan Cina yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan
kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan
menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada banyaknya penduduk Islam
di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan
etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia tenggara,
dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke
Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu
pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut.
26
F. MENGEMBALIKAN MASA KEEMASAN ISLAM di ERA
GLOBALISASI
Islam dalam sejarahnya pernah menjadi pusat perhatian dari seluruh dunia,
tepatnya pada abad ke-7. Kerajaan Islam pada waktu itu memegang kekuasaan,
yakni kerajaan Umayyah atau Bani Umayyah dan kerajaan Abbasyiah atau Bani
Abbasyiah. Kedua kerajaan besar Islam ini memilki kontribusi yang sangat besar
bagi umat Islam pada saat itu. Bani Umayyah memberikan kontribusi dengan
melakukan ekspansi atau pelebaran wilayah kekuasaan Islam dan mendirikan
bangunan-bangunan dan masjid sebagai pusat kajian dakwah. Berbeda hal dengan
Bani Abbasyiah, mereka lebih memberikan kontribusinya dalam bidang ilmu
pengetahuan, antara lain seperti kedokteran, ilmu astronomi, matematika, saintek,
filsafat, dan lain-lain. Tentu saja semua keberhasilan yang dicapai umat Islam baik
pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasyiah tidak terjadi secara tiba-tiba,
tetapi dengan usaha dan kerja keras, sehingga keberhasilan tersebut dapat diraih.
Sebagai mana Allah berfirman dalam Al-Qur’an,”Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.
27
(Q.S.An-Najm:39). Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya apa yang diperoleh
manusia bukan semata-mata karena pemberian Allah. Demikian pula dengan
kerajaan Islam tersebut, merupakan usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh
kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sehingga bangsa Eropa dapat
ditaklukkan. “Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara
sungguh-sungguh) menuju ke ridhoan Tuhanmu” (Q.S Al-Insyiqaq:6). Allah
sangat senang dengan hambanya yang mau berusaha dan bekerja keras. Terbukti
jelas dan nyata bahwa umat muslim pada saat itu sangat berjaya terutama di
Andalusia, Spanyol. Kejayaan umat Islam pada saat itu dipengaruhi oleh
semangat dan kerja keras para khalifah-khalifah yang telah memberikan
kontribusinya kepada umat Islam.
Semua khazanah tersebut adalah hasil jerih keringat para khalifah
terdahulu yang sekarang lebih dikembangkan oleh bangsa Barat yang dapat dilihat
sekarang ini dunia sudah sangat mewah dan megah akan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun, kemegahan dan kemewahan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ada sekarang ini seakan melupakan dan menghanyutkan pemikiran
seseorang. Mereka tidak menyadari bahwa ada keharusan seorang muslim untuk
menyaring dan mengambil sesuatu yang membawa perubahan ke arah positif
demi mewujudkan kembali masa kejayaan Islam. Mengutip pendapat dari Alwi
28
Alatas. Manusia adalah pembangun peradaban, tapi Ia juga produk dari suatu
peradaban. Namun demikian, manusia tetaplah unsur terpenting dari suatu
peradaban bukan yang lainnya. Dan yang terpenting dari manusia itu adalah
jiwanya.
Oleh karena itu, untuk membangun dan mewujudkan kembali masa
kejayaan Islam, harus dimulai dari manusianya bukan hanya sekedar fisiknya tapi
yang harus juga dirubah adalah pemikirannya dan juga jiwanya. Jika manusianya
kokoh, maka peradabannya pun akan kokoh juga. Untuk membentuk dan
membangun manusia yang kokoh, harus dimulai dari jiwanya. Jika jiwa
manusianya sudah kokoh, maka akan mudah membentuk dan membangun
fisiknya. Begitulah yang diterapkan para khalifah terdahulu dalam dirinya,
sehingga dapat lahirlah masa-masa kejayaan Islam.
29
G. CENDEKIAWAN MUSLIM di ERA GLOBALISASI
Islam telah ada sejak zaman kenabian. Sejak itu Islam terus berkembang
hingga saat ini. Namun, perkembangan islam tidak semudah apa yang kita lihat,
terlebih pada era modern ajaran Islam cenderung mengalami kemunduran hingga
akhirnya tidak secemerlang pada masa dahulu. Namun sesungguhnya masih
terdapat banyak cendekiawan-cendekiawan muslim di era global ini. Mereka seolah
mampu untuk bangkit bersama-sama untuk kembali mewujudkan Masa Keemasan
di Era Modern. Hal tersebut dibuktikan dengan lahirnya cendekiawan-cendekiawan
yang berbakat layaknya cendekiawan-cendekiawan terdahulu.
Berikut beberapa cendekiawan-cendekiawan muslim di Era Modern :
1. AL-TAHTAWI
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran
pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad
ke sembilan belas di Mesir. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta,
suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan, dan meninggal
30
di Cairo pada tahun 1873. Ketika berumur 16 tahun ia pergi
ke Cairo untuk belajar di al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia
selesai dari studinya di al-Azhar pada tahun 1922.
2. IR. SOEKARNO
Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo pada tanggal
6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Raden Sukemi
Sosrodihardjo, seorang guru diSurabaya. Ibunya berasal dari Bali.
Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa
Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama
Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya.
Di sana Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat
Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu.
Soekarno seorang pribadi yang lengkap. Namanya harum di mana-
mana. Soekarno tercacat sebagai salah satu fragmen dari “The founding
father” Indonesia. Sikap revolusioner, berwibawa, tegas dan didukung
pula oleh pemikiran yang brilian menempatkan beliau pada posisi
penting dalam sejarah pemikiran politik Indonesia. Hasilnya, lahir ide
besar “Nasionalisme Indonesia”. Menurut Soekarno, seorang nasionalis
sejati adalah orang yang bersedia berbakti dan memperbaiki nasib kaum
kecil dari segala kemelaratan serta melindungi rakyat dari penindasan.
31
3. JAMALUDDIN AL-AFGHANI
Jamaluddin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam
Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu
negara Islam ke negara Islam lain. Ia lahir di Afghanistan pada tahun
1839 dan meninggal pada tahun tahun 1897 diIstanbul, Turki. Ia
banyak berkiprah dalam pembaharuan yang lebih terfokus pada dalam
bidang politik di samping persoalan keagamaan.
4. KH. AHMAD DAHLAN
32
K.H. Ahmad Dahlan nama kecilnya Muhammad Darwis putra K.H.
Abu Bakar, lahir tahun 1285 H / 1869 di Kauman Yogyakarta.
Kedudukan ayahnya sebagai penghulu Kraton dan khatib Masjid Agung
Yogyakarta. K.H.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang
bertujuan, ‘anyebaraken piwucalipun Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Wonten ing karesidenan Ngayogyokarto”. Sesuai dengan tujuan ini,
nama yang dianggap tepat bagi organisasi ini adalah “Muhammadiyah”
yang artinya umat Muhammad. Organisasi ini didirikan pada tanggal 18
Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan 12 Nopember 1912
M. di Yogyakarta.
Pembaharuan Islam dilakukan melalui agenda perbahan sosial dengan
metode ijtihad dan tajdidnya. Ahmad Dahlan dalam melakukan proses
ijtihad tanpa harus memperhatikan berbagai persyaratan yang ketat bagi
seorang mujtahid. Hal penting dalam berijtihad adalah berpedoman
kepada al-Qur’an dan al-Hadits. Melakukan perbaikan kehidupan
masyarakat Jawa agar sesuai dengan pemahaman Islam yang benar
yaitu kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits, pemurnian ajaran tauhid
dan tidak beriman secara taqlid.
5. KH. HASYIM ASY’ARI
33
K.H. Hasyim Asy’ari nama aslinya adalah Muhammad Hasyim, lahir di
Demak pada tahun 1876 M. Dilihat dari silsilah, dapat diketahui bahwa
M. Hasyim berasal dari keluarga dan keturunan pesantren yang
terkenal. Pendidikan ke berbagai pesantren ditempuh Muhammad
Hasyim mulai beranjak usia lima belas tahun, berpindah dari satu
pesantren ke pesantren lain di Jawa dan Madura. Dikabarkan bahwa
beliau pernah belajar bersama-sama dengan K.H. Ahmad Dahlan di
Semarang.
6. BJ. HABIBIE
7. MUHAMMAD ABDUH
lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M.
Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal
34
dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya menurut riwayat
berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai
kepada Umar bin Khattab.
Pemikiran-pemikirannya untuk memecahkan permasalahan umat Islam
yang harus dilakukan adalah :
a. Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah tertutup.
Dengan ijtihad umat Islam mengembangkan berbagai ilmu
pengetahuan dan peradabannya.
b. Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di kalangan umat
Islam, sebab Allah telah mencipakan akal yang memilki kemauan
bebas (free will) dan bebas berbuat (free act) berdasarkan
hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).
c. Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana pada bangsa
Masa Keemasan terdahulu sehingga umat Islam akan mengalami
kemajuan dan kemenangan.
8. MUSTAFA KEMAL
35
Mustafa lahir pada di Salonika (Turki) pada tahun 1881 M. Ia diberikan
gelar Attartuk yang artinya Bapak Turki. Gelar itu diperoleh karena ia
telah menyelamatkan bangsa Turki dari penjajahan Barat yaitu, Yunani
yang dibantu oleh tentara sekutu (Inggeris, Perancis dan Amerika),
yang mendarat di Turki pada tanggal 15 Mei 1919 M.
Kelahiran Mustafa Kemal merupakan kebangkitan baru bagi bangsa
Turki untuk mengusir penjajah dari bumi Turki. Di samping itu ia telah
mengembalikan kejayaan bagi Kerajaan Turki Usmani yang waktu itu
dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Abdul Hamid II adalah sosok
sultan yang diktator, namun kekuasaannya tidak memiliki pengaruh
apa-apa bagi kemajuan bagi bangsa Turki, sebab ia hanyalah boneka
yang merupakan tangan panjang penjajah bangsa Barat.
36
H. ERA GLOBALISASI SEBAGAI MASA KEBANGKITAN KEMBALI
Periode ke tiga yakni periode modern (1800 M hingga sekarang ). Periode
ini di sebut juga periode pembaharuan karena merupakan zaman kebangkitan dan
kesadaran umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya untuk memperoleh
kemajuan dalam berbagai bidang ,terutama dalam bidang pengetahuan dan
teknologi (menyesesuaikan dengan perkembangan zaman). Pada dasarnya kita
perlu sadar bahwa umat muslim di era modern perlu belajar banyak dari sejarah
yang telah terjadi pada masa lampau. Sehingga umat muslim mendapatkan inspirasi
dan referensi untuk bangkit.
Saat ini Islam mengalami kemunduran, bangsa Eropa justru mengalami
kemajuan luar biasa dalam lapangan kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, Oleh karena itu, pada periode ini kondisi dunia islam berada di bawah
pengaruh kolonialisme dan imperialisme Eropa tersebut.
Dalam perjalanan sejarah, baru pada pertengahan abad 20 M, dunia islam
bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan. Periode ini memang merupakan
zaman kebangkitan kembali Islam setelah mengalami kemundururan di periode
pertengahan. Adapun inspirasi kebangkitan di mulai pada saat Napoleon Bonaparte
menduduki Mesir di tahun 1798M. Meskipun penduduk tersebut tidak berlangsung
lama, tetapi hal itu meninggalkan kesan yang mendalam pada diri umat islam
tentang kemajuan Eropa dan ketertinggalan peradaban kaum muslim. Kesadaran
ino lah yang kemudian berubah menjadi berubah menjadi sebuah upaya dan agenda
besar umat Islam di abad modern ini guna melakukan pembaruan dan modernisasi
(refreshing ilmu).
37
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai
puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain
itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi
dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang
menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Banyak diantara umat Islam sendiri begitu terkagum-kagum dengan
peradaban Eropa saat ini. Hal tersebut dikarenakan belum mengetahui dan
memperdalam wawasan tentang kebenaran sejarah yang melahirkan peradaban
Eropa itu sendiri. Kebenaran sejarah itu seharusnya dipahami oleh semua Umat
Islam sehingga akhirnya nampaklah kebenaran Islam itu sendiri dan munculah
kebanggaan kita yang lahir sebagai umat Islam. Nampaklah pula bukti bahwa
Islam adalah rahmat bagi semesta Alam. Kebenaran itu adalah bahwa Peradaban
Islam telah mengaruniai cahaya kepada Eropa, yaitu tidak hanya sekedar ilmu
pengetahuan tetapi adalah semangat untuk hidup.
Masa moderen ini memberi landasan intelektual bagi pembaruan di
berbagai bidang, termasuk dalam bidang Agama. Dalam istilah Arab, pembaruan
38
di kenal dengan nama Tajdid. Adapun secara istilah, Tajdid di formulasikan
sebagai upaya dan aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam dari keadaan
yang sedang berlangsung kepada keadaan yang hendak di wujudkan demi upaya
kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat, di kehendaki oleh islam. Kata
pembaharuan islam mempunyai makna”modernisasi”, yaitu ajaran islam yang
bersifat relatif dan terbuka untuk perubahan serta pembaruan.
Islam adalah agama yang memberi kebebasan kepada umatnya untuk
mengekspresikan diri asalkan sesuai dengan kaidah ajaran islam Dan sejalan
dengan tujuan penciptanya, yakni untuk beribadah kepada Allah SWT. Perjalanan
sejarah umat islam telah membuktikan bahwa setiap saat ada umat yang
senantiasa berposisi sebagai pemberi motivasi atau pembaru bagi masyarakat.
Sehingga hendaknya umat muslim dapat memaksimalkan kesempatan tersebut
untuk selalu berbuat yang terbaik dengan niat yang ikhlas serta berharap ridho
Allah SWT semata. InshaAllah, Masa Keemasan akan kembali lagi ke tangan
umat Muslim.
SARAN
Penulis berharap setelah kita mempelajari pembahasan makalah ini , kita
sebagai ummat islam akhir zaman bisa mangambil teladan dalam membangkitkan
kembali peradaban islam dengan tetap konsisten terhadap aqidah kita. Kami juga
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak sangat
kami harapkan agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan semakin
mendekati kebenaran.
39
DAFTAR PUSTAKA
http://munsypedia.blogspot.com/2013/08/10-ilmuwan-muslim-terbesar-dan-
terhebat.html
https://andie165.wordpress.com/2012/06/07/the-golden-age-of-islam/
https://id.wikipedia.org/wiki/Zaman_Kejayaan_Islam
http://mukhamadumar.blogspot.com/2013/12/para-tokoh-pembaharuan-dalam-dunia-
islam.html
http://munsypedia.blogspot.com/2013/08/10-ilmuwan-muslim-terbesar-dan-
terhebat.html
40
top related