eksplorasi persepsi dan karier siswa tentang science ...digilib.unila.ac.id/60920/3/skripsi tanpa...
Post on 29-Oct-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EKSPLORASI PERSEPSI DAN KARIER SISWA TENTANG SCIENCE,
TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS
(STEM) PADA SISWA KELAS X SMA
DI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
RAGIL NUR IRFIANDARU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Ragil Nur Irfiandaru
ABSTRAK
EKSPLORASI PERSEPSI DAN KARIER SISWA TENTANG SCIENCE,
TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS
(STEM) PADA SISWA KELAS X SMA
DI BANDARLAMPUNG
Oleh
Ragil Nur Irfiandaru
Pemahaman siswa tentang STEM yang meningkat merupakan suatu kunci
keberhasilan dalam meningkatkan prestasi siswa dan lapangan pekerjaan STEM
akan meningkat dalam sepuluh tahun ke depan. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang STEM education dan STEM
career. Metode penelitian yang digunakan yaitu mixed method, dengan
menggunakan explanatory design. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
Juli sampai Agustus 2019, dengan menggunakan 315 siswa dari sembilan SMA
di Bandar Lampung sebagai sampel. Instrumen penelitian yang digunakan
yaitu lembar angket persepsi, pedoman wawancara, dan alat perekam suara.
Tahap pengelolaan data yang dilakukan yaitu pengelompokan data, tabulasi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan data hasil
penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa lokasi sekolah yang
berbeda-beda tidak menunjukan perbedaan persepsi siswa tentang STEM
education. Namun, ditinjau dari gender dan gaya belajar siswa menunjukan
Ragil Nur Irfiandaru
perbedaan persepsi siswa tentang STEM education pada indikator minat belajar
STEM.. Selain itu, Lokasi sekolah dan gaya belajar yang berbeda-beda tidak
menunjukan perbedaan persepsi siswa tentang STEM career. Namun, ditinjau
dari gender, terdapat perbedaan persepsi siswa pada indikator keinginan untuk
berkarier di bidang STEM. Pendidikan STEM harus ditanamkan kepada siswa,
terutama pada mata pelajaran fisika akan berdampak pada persepsi mereka
tentang kesadaran pentingnya STEM dalam karier mereka ke depan.
Kata kunci: Persepsi siswa, STEM career, STEM education.
EKSPLORASI PERSEPSI DAN KARIER SISWA TENTANG SCIENCE,
TECHNOLOGY, ENGINEERING, AND MATHEMATICS
(STEM) PADA SISWA KELAS X SMA
DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
RAGIL NUR IRFIANDARU
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta pada tanggal 11
September 1997. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis
mengawali pendidikan formal di SDS 01 Gula Putih Mataram, Mataram Udik,
Bandar Mataram yang diselesaikan pada Tahun 2009, kemudian melanjutkan di
SMP Gula Putih Mataram yang diselesaikan pada tahun 2012, dan melanjutkan
pendidikan ke SMAS Bhineka Karya 2 Boyolali, Kab. Boyolali yang diselesaikan
pada Tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi
anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) tahun 2015,
selain itu penulis pernah menjadi anggota Aliansi Mahasiswa Pendidikan Fisika
(Almafika).
Penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi
(KKN-KT) di Suka Agung Barat, Kecamatan Bulog, Kabupaten Tanggamus pada
tahun 2018 dan melaksanakan Pengalaman Praktik Lapangan (PPL) di SMP
Negeri Satu Atap 1 Bulog di tahun yang sama.
MOTTO
Berserah dirilah, pasrahlah hanya kepada Allah semata, maka Allah akan mencintai kita
(Al Imran ayat 152)
”Begitu anda mengucapkan selamat tinggal pada
kedisiplinan, saat itu juga anda mengucapkan
selamat tinggal pada kesuksesan”
(Sir Alex Ferguson)
i
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata’ala yang selalu memberikan
limpahan rahmat-Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi
revolusioner sejati kita yakni Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallaam.
Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih
cinta yang tulus dan mendalam kepada:
1. Orang tua ku tercinta, Ibu Tutik Purwatmi dan Alm. Bapak Bowo Pangripto
yang tanpa lelah merawat, mendidik, dan mendoakan yang terbaik untuk
adinda selama ini. Semoga adinda bisa menjadi anak yang berbakti dan
terima kasih untuk kasih sayangnya selama ini.
2. Kakak-kakak ku tersayang, Nurul Aini Kurnia Puspita Sari dan Purbo Nur
Yudistiro, yang telah memberikan doa, masukan dan semangatnya untuk
keberhasilanku.
3. Almamater tercinta Universitas Lampung.
ii
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah subhanahu wata’ala, karena
atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Eksplorasi persepsi dan karier siswa tentang Science, Technology, Engineering,
and Mathematics (STEM) pada siswa kelas X SMA di Bandar Lampung”. Penulis
menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika atas bimbingan dan arahannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si.. selaku Pembimbing I dan pembimbing
akademik yang dengan penuh kesabaran telah memberikan saran dan kritik
yang bersifat positif dan membangun.
5. Ibu Novinta Nurulsari, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan saran dan kritik yang bersifat positif dan
membangun.
iii
6. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembahas atas keikhlasannya
memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA Universitas Lampung.
8. Bapak/Ibu guru serta Staf SMA Negeri 2 Bandar Lampung, SMA Negeri 4
Bandar Lampung, SMA Negeri 5 Bandar Lampung, SMA Negeri 9 Bandar
Lampung, SMA Negeri 14 Bandar Lampung, SMA Negeri 15 Bandar
Lampung, SMA Negeri 17 Bandar Lampung, SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung, SMA Gajah Mada, dan SMA YP Unila yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di sekolah.
9. Teman ku Tikungan Tajam Lorena Br Ginting, Siti Faradila Suardi Putri,
Reny Widyanti, Nurma Apriyana, dan Ani Latifatun Naj’iyah, yang dari awal
kuliah bersama dan berjuang menyelesaikan skripsi untuk masa depan serta
semoga pertemanan dan persahabatan kita tetap terjaga sampai usia tua.
10. Teman ku Sayang Opo Koe Krungu, Novi Dwi Lestari, Novia Anggraini, dan
Siti Sa’diyah, yang dari awal kuliah bersama dan mengajari ku untuk rajin
sholat 5 waktu, puasa senin-kamis, ikut pengajian dan hidup hemat.
11. Teman awet ku sejak TK, Ilmaida Nurmaliya, Gerry Pramasta, dan Dimas Eka
Darmawan yang selalu ada di saat aku merasa susah dan senang, serta pandai
memberikan nasehat dan motivasi, I love you all.
12. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2015 yang senantiasa
membantu dalam kesulitan di kampus.
iv
13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan
dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandarlampung, Desember 2019
Ragil Nur Irfiandaru
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Science, Technology, Engineering, and Mathematics
(STEM) ................................................................................ 8
2. Persepsi Siswa ...................................................................... 12
3. Karier STEM ......................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 20
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 20
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .............................................. 21
E. Instrumen Penelitian ................................................................ 21
F. Analisis Instrumen
1. Uji Validitas ........................................................................ 22
2. Uji Reliabilitas .................................................................... 24
G. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 25
H. Teknik Analisis Data ................................................................ 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Persepsi Siswa tentang STEM Education
a. Persepsi Siswa Ditinjau dari Lokasi Sekolah ................ 28
b. Persepsi Siswa Ditinjau dari Gender ............................ 31
c. Persepsi Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar .................... 34
2. Persepsi Siswa tentang STEM Career
a. Persepsi Siswa Ditinjau dari Lokasi Sekolah .................. 36
b. Persepsi Siswa Ditinjau dari Gender .............................. 39
c. Persepsi Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar ....................... 43
B. Pembahasan
1. Persepsi Siswa tentang STEM Education ............................ 46
2. Persepsi Siswa tentang STEM Career................................... 51
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................... 56
B. Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 57
LAMPIRAN ........................................................................................... 62
Kisi-kisi Intrumen Lembar Angket ........................................................ 62
Pedoman Wawancara Persepsi STEM .................................................... 64
Lembar Angket Persepsi dan Karier Siswa tentang STEM ..................... 66
Lembar Wawancara Persepsi dan Karier Siswa tentang STEM .............. 68
Intrumen Gaya Belajar ........................................................................... 74
Data Angket di SMA Negeri 17 Bandar Lampung ................................ 77
Uji Validitas Angket .............................................................................. 79
Uji Reliabilitas Angket ........................................................................... 82
Data Angket dan Wawancara Siswa SMA di Bandar Lampung ............ 84
Pengelompokan Angket Berdasarkan Lokasi Sekolah .......................... 107
Pengelompokan Angket Berdasarkan Gender ....................................... 116
Pengelompokan Angket Berdasarkan Gaya Belajar .............................. 124
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sampel Penelitian .......................................................................... 20
2. Patokan Hasil Perhitungan Korelasi ............................................. 23
3. Interpretasi Ukuran Kemampuan Nilai Alpha .............................. 24
4. Persepsi Siswa tentang STEM Education Berdasarkan Lokasi
Sekolah ......................................................................................... 29
5. Persepsi Siswa tentang STEM Education Berdasarkan Gender.... 31
6. Persepsi Siswa tentang STEM Education Berdasarkan Gaya
Belajar ........................................................................................... 34
7. Persepsi Siswa tentang STEM Career yang Berdasarkan Lokasi
Sekolah ......................................................................................... 36
8. Persepsi Siswa tentang STEM Career Berdasarkan Gender ......... 39
9. Persepsi Siswa tentang STEM Career Berdasarkan Gaya
Belajar ........................................................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Explanatory Design ...................................................................... 19
2. Grafik Persepsi Siswa tentang STEM Education Berdasarkan
Lokasi Sekolah .............................................................................. 31
3. Grafik Persepsi Siswa tentang STEM Education Berdasarkan
Gender ........................................................................................... 33
4. Grafik Persepsi Siswa tentang STEM Education Berdasarkan
Gaya Belajar .................................................................................. 36
5. Grafik Persepsi Siswa tentang STEM Career Berdasarkan
Lokasi Sekolah .............................................................................. 39
6. Grafik Persepsi Siswa tentang STEM Career Berdasarkan
Gender ........................................................................................... 42
7. Grafik Persepsi Siswa tentang STEM Career Berdasarkan
Gaya Belajar .................................................................................. 46
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal di Indonesia terbagi ke dalam empat jenjang, salah satunya
yaitu pendidikan menengah atas. Pada tingkatan ini terdapat tiga tingkatan
sekolah, salah satunya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dimana
siswa-siswa tersebut dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Penjurusan dan peminatan yang dilakukan pada jenjang SMA
ini dilakukan sejak siswa duduk di bangku kelas X melalui sebuah seleksi.
Seleksi tersebut dilakukan berdasarkan nilai rapor yang diperoleh siswa sejak
duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga melalui
wawancara oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK).
Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipadu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau
ilmiah. Pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran
merupakan ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan
kurikulum 2013. Salah satu pendekatan saintifik yaitu pendekatan Science,
Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). California Departement
of Education (2018) mengungkapkan bahwa peningkatan pemahaman siswa
2
tentang pendidikan STEM merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan
sekolah dan prestasi siswa di California.
Jobstreet (2018) mengemukakan bidang STEM sangat penting untuk
pembangunan berkelanjutan karena memungkinkan kita menemukan solusi
untuk ancaman yang ditimbulkan oleh tantangan global seperti perubahan
iklim, epidemi kesehatan global, dan peningkatan ketimpangan pendapatan.
Kompas (2015) mengungkapkan bahwa di lingkup global dalam 10 tahun ke
depan lapangan pekerjaan STEM akan meningkat sebanyak 17%, sementara
lapangan pekerjaan lainnya hanya meningkat sebanyak 10%. Oleh sebab itu,
pendidikan berbasis STEM dipercaya mampu menciptakan generasi muda
penerus bangsa yang mampu berdaya saing lebih di skala global.
Penelitian terkait STEM sering menyinggung adanya perbedaan jawaban antara
siswa laki-laki dan perempuan. Seperti hal yang diungkapkan oleh Cheryan
(2017) bahwa kurang dari setengah laki-laki di U.S. memiliki gelar sarjana
pada bidang sains. Hal tersebut menandakan bahwa adanya perbedaan persepsi
antara siswa laki-laki dan perempuan. Selain meninjau dari perbedaan gender,
perbedaan sekolah dan gaya belajar juga bisa menunjukan perbedaan persepsi
siswa tentang STEM. Hasil penelitian Arylien (2014) menunjukan bahwa gaya
belajar audio, visual, dan kinestetik memiliki hubungan positif dengan prestasi
belajar siswa. Selain itu, Meng (2014) mengungkapkan bahwa hasil
penelitiannya menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan tentang
persepsi siswa pada mata pelajaran terkait STEM. Hasil lain menunjukan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tentang persepsi siswa pada mata
3
pelajaran terkait STEM dalam hal kategori sekolah Secara keseluruhan,
perbedaan persepsi tidak hanya ditinjau berdasarkan gender saja, namun dapat
ditinjau berdasarkan sekolah dan gaya belajar siswa.
Hasil penelitian yang dimuat dalam Indotelko (2017) menyatakan bahwa 30%
remaja-remaja perempuan yang berusia 17-19 tahun mengatakan bahwa
mereka tidak akan memilih pekerjaan di bidang STEM walaupun mereka
mempelajari mata pelajaran di bidang tersebut. Hasil penelitian Christensen
(2014) mengungkapkan bahwa siswa perempuan di Amerika Serikat memiliki
persepsi yang lebih positif dibandingkan siswa laki-laki. Namun, dibandingkan
dengan negara-negara lain, Indonesia menjadi negara yang paling mendekati
untuk menutup adanya kesenjangan gender.
Penelitian pendahuluan telah dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
Kelas yang digunakan sebagai penelitian ini yaitu kelas X IPA 1, dengan
menggunakan 31 siswa di kelas tersebut sebagai sampel penelitian. Penelitian
dilakukan dengan cara membagikan 31 angket tertutup yang berisikan delapan
pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka didapatkan persentase
sebanyak 29% siswa tidak menyukai mata pelajaran IPA secara menyeluruh,
yang berarti siswa hanya menyukai beberapa mata pelajaran IPA saja, 42%
siswa memilih jurusan IPA karena tidak suka menghafal, 19% siswa memilih
jurusan IPA karena permintaan dari orangtuanya, 23% siswa mengaku tidak
memahami konsep-konsep IPA yang telah disampaikan oleh guru mata
pelajaran, 13% siswa tidak berniat untuk mempelajari IPA lebih mendalam,
4
29% siswa tidak berencana untuk melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi
pada bidang IPA, 39% siswa berencana untuk tidak berkarier di bidang IPA.
Hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa siswa-siswa di SMA Negeri 5
Bandar Lampung, tepatnya kelas X IPA 1 memiliki permasalahan terkait
dengan pembelajaran serta pemilihan jurusan, baik itu dari dirinya sendiri
maupun orang lain. Permasalahan tersebut seperti memilih jurusan karena
permintaan orangtua, tidak memahami konsep-konsep yang disampaikan oleh
guru, tidak ingin melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi pada bidangnya,
bahkan tidak berencana untuk berkarier di bidangnya. Hal ini dapat merugikan
siswa itu sendiri karena kurang memahami dan menekuni bidangnya. Jika
permasalahan tersebut tidak segera ditemukan solusinya, maka kemampuan
pada bidang IPA yang didapatkan setelah lulus SMA menjadi kurang
maksimal.
Hasil penelitian pendahuluan di atas, peneliti dapat menemukan bahwa
permasalahan siswa mulai dari penjurusan, pembelajaran, hingga perencanaan
karier siswa, namun permasalahan tersebut hanya diperoleh dari satu sekolah
dan belum dilakukan penelitian secara mendalam. Oleh karena itu, maka
peneliti mencoba memaparkan deskripsi mengenai persepsi siswa tentang
pendidikan STEM dan karier di bidang STEM secara lengkap dan mendalam.
Objek penelitian yang digunakan akan diperluas yaitu sembilan SMA Negeri
kelas X di Bandar Lampung, untuk menelusuri berbagai permasalahan siswa
kelas X IPA dalam kegiatan belajar di sekolah yang dapat menimbulkan
kurang maksimalnya kompetensi siswa yang berkarier di bidang STEM di
5
Indonesia. Melalui penelitian ini telah diidentifikasi dan permasalahan-
permasalahan siswa dalam pembelajaran IPA dan perencanaan karier di bidang
STEM yang akan mendorong mereka berkarier di bidang STEM yang handal
dan mampu berdaya saing lebih di tingkat global.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana persepsi siswa tentang pendidikan STEM (STEM education)
berdasarkan lokasi sekolah, gender, dan gaya belajar?
2. Bagaimana persepsi siswa tentang karier di bidang STEM (STEM career)
berdasarkan lokasi sekolah, gender, dan gaya belajar?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mendeskripsikan persepsi siswa tentang pendidikan STEM (STEM
education) berdasarkan lokasi sekolah, gender, dan gaya belajar.
2. Mendeskripsikan persepsi siswa tentang karier di bidang STEM (STEM
career) berdasarkan lokasi sekolah, gender, dan gaya belajar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengungkapkan bagaimana persepsi
dan karier siswa tentang STEM jika ditinjau berdasarkan perbedaan lokasi
sekolah, gender, dan gaya belajar siswa, sehingga guru dapat mendorong siswa
di sekolah untuk belajar supaya mampu menciptakan lulusan yang berkarier di
6
bidang STEM yang handal dan sebagai alternatif pemecahan masalah untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu berdaya saing lebih di
tingkat global.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini menghasilkan persepsi siswa tentang STEM education dan
career.
2. Persepsi siswa mengenai STEM education merupakan tanggapan atau
penerimaan langsung dari siswa terhadap penerapan pembelajaran STEM
melalui sudut pandang siswa.
3. Persepsi siswa mengenai STEM career merupakan tanggapan atau
penerimaan langsung dari siswa terhadap ekspektasi siswa dalam memilih
karier di bidang STEM.
4. Karier di bidang STEM dalam penelitian ini lebih merujuk pada ekspektasi
siswa dalam pemilihan karier yang berorientasi pada disiplin ilmu science,
technology, engineering, and mathematics.
5. STEM adalah integrasi antara empat disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,
rekayasa, dan matematika dalam pendekatan interdisipliner dan diterapkan
dengan berdasarkan konteks dunia nyata dan pembelajaran berbasis
masalah.
6. Objek penelitian ini yaitu sebanyak 315 siswa dari sembilan SMA di Bandar
Lampung, khususnya kelas IPA. Penelitian dilakukan dengan cara menyebar
7
angket ke satu kelas di masing-masing sekolah, kemudian mengambil satu
siswa setiap sekolah untuk dilakukan wawancara.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dasar
1. Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)
Terjadinya perkembangan teknologi yang pesat ini sudah mengubah cara
manusia berinteraksi, berkomunikasi, dan sebagainya, tentunya terjadi
perubahan pula pada kegiatan belajar. Pendekatan pembelajaran yang
populer di tingkat dunia diungkapkan oleh Sukmana (2017) yang
menyatakan bahwa STEM merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang efektif karena menggabungkan empat bidang pokok dalam
pendidikan, yaitu ilmu sains, teknologi, teknik, dan matematika.
Definisi STEM juga diungkapkan oleh Zamista (2018) yang menyatakan
bahwa pendidikan STEM merupakan suatu bentuk pendidikan yang
paling sesuai untuk menciptakan generasi yang literasi terhadap STEM
dengan meningkatkan minat siswa, sehingga nantinya dapat mendukung
keberhasilan siswa dalam bidang pekerjaan yang berkaitan dengan
STEM. Keberhasilan dengan menerapkan STEM dalam pembelajaran
juga diungkapkan oleh Hamidah et al (2016) di dalam jurnalnya yang
menyatakan bahwa peningkatan literasi sains siswa dengan pembelajaran
STEM lebih tinggi daripada pembelajaran non-STEM. Jadi pembelajaran
9
STEM berpengaruh terhadap peningkatan literasi sains siswa karena
dapat meningkatkan minat belajar siswa, sehingga jika pembelajaran ini
diterapkan terus-menerus maka literasi ilmiah akan terus meningkat.
Upaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa diungkapkan oleh
California Department of Education (2018) menyatakan bahwa:
“Agar berhasil, upaya California untuk meningkatkan sekolah dan
meningkatkan prestasi siswa harus mencakup peningkatan
pemahaman siswa tentang STEM: sains, teknologi, teknik, dan
matematika. Melalui pendidikan STEM, siswa belajar untuk menjadi
pemecah masalah, inovator, pencipta, dan kolaborator dan terus
mengisi jalur kritis para insinyur, ilmuan, dan inovator yang sangat
penting bagi masa depan California dan bangsa.”
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman
siswa tentang pendidikan STEM merupakan kunci keberhasilan dalam
meningkatkan sekolah dan prestasi siswa di California.
Pendekatan STEM saat ini mewakili gerakan pendidikan di banyak
pendidikan di dunia. Seperti hal nya diungkapkan oleh Li (2018) bahwa
sebagai contoh yaitu Australia telah mengembangkan strategi pendidikan
STEM untuk mempersiapkan keterampilan dan kemampuan dasar yang
kuat dalam STEM. Di China juga pendidikan STEM dijadikan sebuah
gerakan untuk mempersiapkan siswa di masa depan, dan dengan
pendidikan STEM, pendidik dapat melihat potensi siswa. Di Indonesia
pun pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STEM dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, seperti sebuah penelitian oleh
Yanni (2018) yang mengungkapkan bahwa penerapan strategi TAPPS
10
menggunakan pendekatan STEM dapat melatih siswa untuk berperan
aktif dan terampil dalam melakukan pemecahan masalah.
Tantangan dalam pendidikan STEM di ungkapkan oleh Bybee (2013)
yang menyatakan bahwa pendidikan STEM menyajikan beberapa
tantangan yang signifikan. Salah satu tantangannya yaitu secara aktif
melibatkan teknologi dan teknik dalam program sekolah. Meningkatkan
kelas teknologi dan teknik dalam pendidikan sains dan matematika
sepertinya menjadi cara yang masuk akal untuk menghadapi tantangan
tersebut. Penerapan STEM di sekolah tentunya tidak hanya menjadi
tantangan bagi siswa saja, melainkan tantangan bagi guru juga. Seperti
halnya diungkapkan oleh Benken dan Stevenson (2014) bahwa
pendekatan dan desain baru dibutuhkan untuk pendidikan guru dalam
menekankan pendidikan dan integrasi STEM, serta peran yang dapat
dimainkan oleh pendidikan STEM harus ada dalam perkembangan
kurikulum nasional dan persiapan guru. Jadi, tantangan dalam pendidikan
STEM tidak pada keterbatasan teknologi saja, melainkan guru pun harus
siap dalam menggunakan pendekatan STEM.
Efektivitas pendekatan STEM telah teruji dalam beberapa hasil
pendidikan. Adnan et al (2016) mengungkapkan bahwa berbagai
penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa STEM sangat
efektif dalam meningkatkan minat siswa dalam sains dan matematika,
dan sukses di bidang pekerjaan STEM. Kecenderungan saat ini adalah
menggabungkan empat disiplin STEM menjadi satu mega-disiplin
11
(integrasi STEM) yang dianggap menjadi lebih praktis dan realistis untuk
menumbuhkan minat siswa dalam ilmu sains dan matematika di sekolah-
sekolah. Perkembangan masa depan dalam pengajaran dan pembelajaran
STEM terintegrasi diungkapkan oleh Seifert dan Nadelson (2017) yang
menyatakan bahwa masa depan pengajaran dan pembelajaran STEM
terintegrasi kemungkinan bergantung kepada model implementasi yang
sukses, sehingga dapat secara efektif diakui sebagai bagian dari
pendidikan siswa. Jadi, dengan menggunakan integrasi STEM terbukti
dalam meningkatkan minat belajar dan pendidikan siswa di sekolah.
Keserasian penerapan STEM diungkapkan oleh Permanasari (2016)
bahwa pembelajaran berbasis STEM dapat melatih siswa dalam
menerapkan ilmu pengetahuannya seperti melakukan pemecahan
masalah terkait lingkungan dengan memanfaatkan teknologi. Sehingga
penerapan STEM yang awalnya hanya untuk meningkatkan minat peserta
didik terhadap bidang STEM menjadi meluas, seperti dapat meningkatkan
penguasaan pengetahuan, pengaplikasian pengetahuan, dan mendorong
peserta didik untuk membuat sesuatu yang baru. Dilanjutkan oleh
Winarni (2016) bahwa untuk memenuhi harapan tersebut, maka
pendidikan STEM dapat diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia agar
Indonesia mampu menghasilkan tenaga kerja yang kompetitif dengan
Negara-negara yang telah memimpin perekonomian global.
12
Hal senada ditunjukan oleh penelitian Wang et al (2011) mengungkapkan
bahwa integrasi STEM adalah cara berpikir inovatif dalam mengajar
matematika dan sains di K-12 yang memiliki potensi untuk
mempengaruhi pendidikan dengan cara yang positif. Kasus studi ini telah
memberikan bukti awal bahwa integrasi STEM dapat diimplementasikan
dengan sukses dan para guru percaya bahwa cara mengajar ini dapat
mendorong pembelajaran dan kepercayaan siswa dalam mata pelajaran
matematika dan sains. Cara mengajar guru dengan menggunakan
pendekatan STEM membutuhkan persiapan, seperti yang diungkapkan
oleh Knowles dan Kelley (2016) bahwa kunci untuk mempersiapkan
pendidik STEM dimulai dengan menanamkan pemahaman konsep yang
kuat dan pengalaman pengembangan profesional guru. Sehingga,
kesuksesan dalam menggunakan integrasi STEM tidak hanya dari
kemampuan siswa, melainkan kesiapan guru juga.
2. Persepsi Siswa
Pengambilan kesimpulan akan suatu objek bisa didapatkan dengan
mengumpulkan persepsi. Pengertian persepsi menurut Mustari dkk
(2018) persepsi merupakan suatu pengalaman tentang objek, hubungan,
atau peristiwa yang didapatkan dengan cara menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Hamdani dan
Gunawan (2018) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan semua
sinyal dalam sistem saraf. Jadi secara umum pengertian persepsi menurut
13
KBBI yaitu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindranya.
Tiga komponen utama proses persepsi diungkapkan oleh Shabrina (2018)
yaitu seleksi, interpretasi, dan reaksi. Seleksi merupakan suatu proses
pemilahan yang dilakukan oleh panca indra terhadap rangsangan dari
luar. Interpretasi merupakan suatu proses menafsirkan atau
mengorganisasikan informasi-informasi, sehingga memiliki arti bagi
seseorang. Interpretasi sangat bergantung terhadap kemampuan yang
dimiliki seseorang agar bisa mengkategorikan informasi tersebut,
kemudian terbentuklah tingkah laku yang disebut sebagai reaksi. Hal
yang senada diungkapkan oleh Aji (2017) yang menyatakan bahwa tahap
seleksi merupakan proses penyaringan, interpretasi yaitu
pengorganisasian, dan reaksi yaitu tingkah laku. Jadi, persepsi yaitu suatu
kegiatan melakukan seleksi, interpretasi, dan reaksi.
Slameto (2010) mengungkapkan bahwa bagi seorang guru, mengetahui
dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut paut dengan persepsi
sangat penting karena beberapa hal, yaitu:
1. Semakin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat
diingat,
2. Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang
harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab,salah pengertian akan
menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan,
dan
14
3. Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang
sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru
harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat
agar tidak terjadi persepsi yang keliru.
Penelitian mengenai persepsi siswa diungkapkan oleh Gusrianto (2018)
yang menyatakan bahwa minat mahasiswa tamatan IPA memilih masuk
jurusan sosiologi dipengaruhi oleh minat, motivasi, orangtua, pekerjaan,
lingkungan, serta persepsi mereka yang menganggap bahwa jurusan
sosiologi lebih mudah dari jurusan IPA. Hal berbeda terkait penelitian
persepsi siswa juga diungkapkan oleh Roberts et al (2018) dimana siswa
menyatakan pengalaman belajar STEM saat musim panas menjadikannya
lebih kreatif dan dapat membangun siswa dimana sebelumnya merasa
tidak memadai atau tidak mahir. Kedua persepsi di atas menunjukan
adanya perbedaan dan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
dengan menggunakan STEM dapat membuat siswa menjadi lebih kreatif.
Persepsi siswa tentang STEM education diungkapkan oleh Meng (2014)
bahwa hasil penelitiannya menunjukan tidak ada perbedaan yang
signifikan tentang persepsi siswa pada mata pelajaran terkait STEM.
Hasil lain menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tentang
persepsi siswa pada mata pelajaran terkait STEM dalam hal kategori
sekolah. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Cheryan (2017) bahwa
kurang dari setengah laki-laki di U.S. memiliki gelar sarjana pada bidang
15
sains. Persepsi yang berbeda tersebut ditimbulkan oleh beberapa faktor,
seperti budaya.
3. Karier STEM
Siswa yang sedang duduk di bangku SMA merupakan individu berusia
remaja hingga dewasa yang dianggap lebih siap untuk masuk ke dunia
kerja atau karier. Di dalam jurnalnya, Atmaja (2014) menyatakan bahwa
siswa di sekolah menengah merupakan individu yang masih berada
dalam tahap perkembangan dalam perencanaan karier. Definisi karier
diungkapkan oleh Yuniawati dan Mardiyati (2015) bahwa karier
merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang hidup manusia
terkait kegiatan seperti pekerjaan, peran, atau pendidikan. Maka dapat
disimpulkan bahwa remaja SMA merupakan individu yang sudah siap
untuk merencanakan suatu pekerjaan.
Perencanaan karier sangat penting bagi setiap individu yang akan
memasuki dunia karier. Menurut Sora (2015 perencanaan karier adalah
suatu proses dimana seorang individu dapat mengidentifikasi maupun
mengambil langkah-langkah dalam mencapai tujuan karier nya.
Dilanjutkan oleh Atmaja (2014) yang mengungkapkan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan dalam perencanaan karier dapat memanfaatkan
waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Perencanaan karier dapat
disimpulkan sebagai langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai
tujuan karier nya dengan cara memanfaatkan waktu luang dengan baik.
16
Pemantapan perencanaan karier sangat diperlukan saat manusia akan
terjun ke dunia karier. Pemantapan karier ini biasanya dilakukan dengan
bimbingan karier, seperti bimbingan karier kolaboratif. Bimbingan karier
kolaboratif dinyatakan oleh Uman dkk (2014) bahwa kerjasama yang
dilakukan oleh konselor dan orangtua atau klien untuk memahami
individu dalam proses pemilihan karier. Sebuah kegiatan pelaksanaan
bimbingan karier dalam penelitian Bakhtiar dan Aryani (2018) yaitu
Career Day sudah berjalan dengan baik, dimana siswa sudah mampu
membuat perencanaan masa depannya secara rasional sesuai dengan
minat dan potensi yang dimilikinya. Keberhasilan kegiatan career day di
sekolah juga diungkapkan oleh Fajarwati (2018) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kegiatan career day dapat meningkatkan pemahaman
siswa mengenai sekolah lanjutan. Oleh karena itu, dengan adanya
bimbingan karier kolaboratif dan Career Day diharapkan dapat
membantu siswa dalam merencanakan kariernya.
Kemajuan teknologi zaman sekarang dapat mempermudah siswa dalam
melakukan kegiatan belajar di sekolah, seperti hal nya diungkapkan oleh
Yulkifli (2018) bahwa dengan adanya kemajuan teknologi saat ini dapat
membantu memperbaiki praktikum fisika di sekolah, salah satunya
menggunakan software edukasi analisis video yaitu Video Based
Laboratory (VBL). Fisika merupakan salah satu matapelajaran pada
bidang IPA. Salah satu bidang karir IPA yang diperkirakan meningkat
dalam sepuluh tahun mendatang. Sebuah artikel yang dimuat dalam
Kompas (2015) menjelaskan bahwa karier di bidang STEM pada satu
17
dekade mendatang diperkirakan meningkat dibandingkan karier di bidang
lainnya. Sekitar 80% pekerjaan akan memerlukan sumber daya manusia
dengan kompetensi STEM. Kemajuan teknologi dalam pendidikan,
diharapkan dapat memajukan karier STEM di Indonesia.
Karier di bidang IPA diperkirakan akan meningkat, namun pada
kenyataannya tidak semua siswa lulusan SMA yang menekuni bidang
IPA berkeinginan untuk melanjutkan studi nya pada bidang yang telah
ditekuni nya semasa SMA. Berdasarkan hasil penelitian yang ditulis oleh
Saehu (2018) menyatakan bahwa fenomena lintas program studi dapat
disaksikan dengan mudah, terutama saat program persiapan SBMPTN
dan bahkan telah terjadi peningkatan lintas program studi pada dua tahun
terakhir. Alasan-alasan yang diungkapkan oleh siswa yaitu karena
prospek kerja yang lebih menjamin, latar belakang keluarga yang berada
pada dunia bisnis, tidak mampu mengerjakan soal-soal saintek. Alasan-
alasan tersebut menunjukan kurangnya dukungan untuk konsisten
terhadap bidang yang ditekuni nya. Penelitian mengenai cara untuk
mendukung siswa dalam STEM diungkapkan oleh Hansen dan Martin
(2018) yang menyatakan terdapat tanda-tanda kuat bahwa konteks
pembelajaran sains memiliki dampak besar pada identitas atau kosistensi
siswa dan partisipasi selanjutnya dalam sains.
Sebuah penelitian terkait STEM Career milik Shoffner et al (2015)
mengungkapkan bahwa dalam penelitiannya menggunakan teori SCCT
sebagai kerangka kerja untuk memahmi tentang temuan penelitian.
18
Investigasi pengembangan karier, secara perkembangan banyak anak
muda yang berusia 10 dan 14 tahun berpikir secara konkret membuatnya
lebih fokus kepada hasil nyata, seperti pendapatan, beasiswa, dan
perguruan tinggi. Namun, siswa perempuan lebih fokus dari siswa laki-
laki untuk fokus pada hasil proksimal seperti berprestasi di sekolah,
gagal, atau menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan tugas. Minat
siswa dalam STEM Career diungkapkan dalam penelitian milik
Christensen et al (2017) bahwa diantara siswa sekolah menengah yang
menyelesaikan survey bahwa 45-47% siswa sekolah menengah
menyatakan bahwa mereka berencana untuk berkarier di STEM ketika
dihadapkan dengan pilihan untuk memilih salah satu dari empat bidang
STEM tersebut. Dari beberapa ulasan di atas, dalam penelitian ini dapat
dikatakan bahwa persepsi siswa tentang karier STEM merupakan suatu
tanggapan atau penerimaan langsung dari siswa ekspektasi siswa dalam
pemilihan karier yang berorientasi pada disiplin ilmu science,
technology, engineering, and mathematics.
19
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu metode campuran
kuantitatif dan kualitatif (Mixed Method). Desain yang digunakan adalah
explanatory design, yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Explanatory Design
(Creswell dan Clark, 2007)
Pada tahap pertama dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Data tersebut didapatkan dengan cara menyebarkan angket skala persepsi
kepada siswa-siswa kelas X. Jawaban dari angket tersebut menghasilkan data
berupa angka atau persentase (kuantitatif). Pada tahap kedua yaitu tahap
kualitatif yang terhubung dengan hasil data kuantitatif yang diperoleh.
Sehingga dapat diperoleh data berupa narasi.
Quantitative Qualitative Interpretation based on
quantitative-qualitative
results
20
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sembilan SMA kelas X di Bandar Lampung.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2019.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu menggunakan sembilan SMA di Bandar
Lampung, tepat nya siswa kelas X IPA. Peneliti memilih kelas X IPA karena
pemilihan jurusan sudah dilakukan sejak siswa duduk di kelas X dan
perencanaan karier sangat penting dilakukan sejak dini. Sampel yang
digunakan yaitu sebanyak 315 siswa. Sekolah yang digunakan untuk penelitian
ini dipilih berdasarkan lokasi atau letak sekolah yang berbeda-beda, seperti
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Sampel Penelitian
No. Lokasi Sekolah Nama Sekolah
1
Pusat kota
SMAN 2 Bandar Lampung
2 SMAN 9 Bandar Lampung
3 SMA YP Unila
4
Tengah kota
SMAN 5 Bandar Lampung
5 SMA Gajah Mada
6 SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung
7
Pinggir kota
SMAN 4 Bandar Lampung
8 SMAN 15 Bandar Lampung
9 SMAN 17 Bandar Lampung
Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan lokasi sekolah digunakan
purposive sampling, sedangkan untuk menentukan sampel yaitu random
sampling. Teknik random sampling yaitu teknik penentuan sampel secara acak,
sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi anggota sampel.
21
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Melakukan penelitian pendahuluan terhadap siswa. Penelitian pendahuluan
tersebut dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, yaitu dengan
menyebarkan angket kepada siswa kelas X IPA (satu kelas), kemudian
melakukan analisis data. Penelitian pendahuluan tersebut digunakan untuk
memperoleh gambaran secara umum terkait persepsi siswa tentang STEM.
2. Melakukan penelitian ke siswa kelas X SMA di Bandar Lampung. Pertama,
peneliti harus menyebarkan angket terlebih dahulu ke masing-masing
sekolah (satu kelas setiap sekolah). Setelah angket diisi oleh siswa,
kemudian langkah kedua yaitu menyeleksi angket. Angket yang sudah diisi
harus dikembalikan kepada peneliti, selanjutnya melakukan langkah ke tiga
yaitu wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan persepsi siswa
secara jelas, tentunya melakukan dokumentasi juga. Langkah selanjutnya
yaitu menarasikan hasil wawancara terkait persepsi dan karier siswa tentang
STEM.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, yaitu:
1. Lembar angket persepsi (angket tertutup) yang digunakan untuk mengetahui
persepsi siswa terkait STEM dan karir STEM, dengan menggunakan skala
Likert. Skala yang diberikan yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju,
(3) setuju, (4) sangat setuju. Lembar angket yang digunakan untuk
22
penelitian persepsi siswa mengadopsi dan mengadaptasi dari jurnal milik
Christensen et al. (2014) dan Fadzila (2014).
2. Instrumen gaya belajar digunakan untuk menentukan gaya belajar siswa,
apakah audio, visual, atau kinestetik. Untuk menentukan gaya belajar siswa,
dibutuhkan instrument gaya belajar yang diadopsi dari buku milik Martian
(2010).
3. Pedoman wawancara, yang berisikan susunan pertanyaan terkait STEM
education dan STEM career yang akan dipertanyakan kepada siswa,
sehingga informasi yang didapatkan menjadi lebih mendalam (indepth
interview).
4. Seperangkat alat dokumentasi, seperti alat perekam suara yang digunakan
sebagai alat penyimpan suara yang dapat mempermudah dalam penulisan
narasi, sekaligus menjadi bukti bahwa telah melakukan penelitian.
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen tersebut digunakan dalam melakukan penelitian, maka
harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen terlebih dahulu. Uji
instrumen ini mencakup validitas isi yang ditentukan atas dasar pertimbangan
atau pendapat dari pakar yaitu oleh dosen pembimbing. Uji validitas dan
reliabilitas ini menggunakan SMAN 17 Bandar Lampung sebagai sampelnya,
dan menggunakan aplikasi SPSS untuk mengujinya.
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur valid tidaknya
suatu instrumen penelitian yang akan digunakan. Data harus diukur
23
kevalidannya dengan menggunakan suatu alat. Untuk mendapatkan data
yang valid maka digunakan instrumen yang valid untuk mengukurnya.
Valid merupakan instrumen yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen yang diuji
dapat menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson dengan rumus:
rxy =N ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
√{N ∑ X2 − (∑ X2)} − {N ∑ Y2 − (∑ Y2)}
Sumber: Arikunto (2012 : 87)
Keterangan:
XYr : koefisien korelasi yang menyatakan validitas
X : Skor butir soal
Y : Skor total
N : jumlah sampel
Kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total (correlated
item – total correlation) lebih dari 0,3, maka instrumen tersebut
dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor
total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Jika
𝑟hitung > 𝑟tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut
signifikan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Patokan Hasil Perhitungan Korelasi
Angka Korelasi Makna
< 0,20 Hubungan dianggap tidak ada
0,20 – 0,39 Hubungan ada tetapi rendah
0,40 – 0,59 Hubungan cukup
0,60 – 0,79 Hubungan tinggi
0,80 -1,00 Hubungan sangat tinggi
Sumber: Arikunto (2012 : 108)
24
2. Uji Reliabilitas
Instrumen dapat diakatakan reliabel apabila instrumen yang digunakan
beberapa kali untuk mengukur suatu objek yang sama, akan menghasilkan
sebuah data yang sama. Perhitungan yang digunakan untuk mencari harga
reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2012: 109) yang
menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus
alpha, yaitu :
𝑟11 (𝑛
𝑛 − 1) (1 −
∑ 𝜎12
𝜎12 )
Dimana :
𝑟11 = reliabilitas yang dicari
∑ 𝜎12 = jumlah varians tiap item
𝜎12 = varians total
Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka
digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan dalam Tabel
3:
Tabel 3. Interpretasi Ukuran Kemampuan Nilai Alpha
Nilai Alpha Cronbach’s Kategori
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0, 40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2012: 112)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan
kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
25
G. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Kuesioner (Angket)
Angket dalam penelitian ini diberikan kepada siswa kelas X untuk
memperoleh informasi mengenai persepsi siswa tentang STEM dan karier di
bidang STEM. Setelah siswa menerima angket yang dibagikan oleh peneliti,
siswa tersebut diminta untuk mengisi identitas siswa secara lengkap dan
jelas. Selanjutnya siswa diminta untuk membaca petunjuk pengisian angket,
kemudian memberi tanda checklist (√) pada salah satu pilihan jawaban dari
pertanyaan yang telah tersedia yang dianggap benar dan sesuai dengan
keadaan dirinya sendiri. Metode angket ini dilakukan terlebih dahulu
sebelum dilakukannya wawancara, karena sangat tidak memungkinkan jika
peneliti mewawancarai semua siswa kelas X.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara dalam penelitian ini bermaksud untuk menggali
informasi sedalam-dalamnya dari siswa secara langsung mengenai persepsi
dan karier siswa tentang STEM. Penentuan siswa yang akan diwawancarai
dilakukan secara acak atau random. Setelah siswa selesai mengisi angket,
selanjutnya guru meminta salah satu siswa yang bersedia untuk melakukan
wawancara di luar kelas. Secara keseluruhan, jumlah siswa yang
diwawancarai yaitu sembilan siswa, sehingga jumlah siswa yang akan
diwawancarai yaitu sebanyak satu siswa di setiap SMA. Wawancara
dilakukan secara personal, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan
26
jawaban yang sebenar-benarnya. Ketika mencatat jawaban dari siswa,
selanjutnya peneliti menuliskan inti pembicaraannya saja, karena sudah
terdapat alat perekam suara. Alat perekam suara ini digunakan untuk
merekam informasi yang didapatkan dari siswa pada saat wawancara supaya
hasil wawancara dapat tersimpan. Setelah mendapatkan catatan dan
rekaman hasil wawancara, barulah catatan dan rekaman tersebut
dikembangkan oleh peneliti dengan menggunakan tulisan yang baik dan
informatif.
I. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan pengelolaan data penulis menempuh empat tahap analisis
data,yaitu:
1. Pengelompokan Data (Categorizing Data)
Langkah pertama adalah mengelompokkan data. Data yang telah
didapatkan dari lapangan harus diperinci dan digolongkan berdasarkan
kebutuhan. Pengelompokan data ini sangat dibutuhkan karena dapat
mempermudah proses tabulasi data.
2. Tabulasi Data (Tabulating Data)
Langkah kedua adalah tabulasi data. Tabulasi data yaitu pembuatan tabel
berisikan data yang didapatkan berdasarkan penelitian lapangan yang
didapatkan. Pembuatan tabulasi data ini peneliti menggunakan aplikasi
Microsoft excel. Tabulasi data ini dibuat dengan mengelompokkan sekolah
dan siswa berdasarkan perbedaan lokasi sekolah, jenis kelamin (gender),
27
dan gaya belajar siswa. Tujuan dibuatnya tabulasi data yaitu supaya data
lebih mudah disusun, dijumlah, dan dianalisis.
3. Penyajian data (Display Data)
Langkah ketiga adalah menyajikan data untuk mempermudah memahami
apa yang terjadi. Penyajian data dilakukan dengan memindahkan jawaban
dari angket dan hasil wawancara yang terdapat dalam dokumentasi
(rekaman) ke dalam bentuk narasi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
mengutip hasil wawancara kemudian memperjelas, hingga
menganalisisnya. Angket yang telah ditabulasi, selanjutnya disusun ke
dalam tabel dan jika terdapat perbedaan persepsi maka dibuat sebuah
grafik untuk lebih mudah melihat perbedaannya.
4. Penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah terakhir dalam teknik analisis data pada penelitian ini adalah
menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Data dari
angket dan wawancara disimpulkan secara deskriptif atau dalam bentuk
narasi mengenai persepsi siswa tentang STEM education dan STEM career
jika ditinjau dari perbedaan lokasi sekolah, gender, dan gaya belajar.
56
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Lokasi sekolah yang berbeda-beda tidak menunjukan perbedaan persepsi
siswa tentang STEM education. Namun, ditinjau dari gender dan gaya
belajar siswa pada indikator minat belajar STEM menunjukan perbedaan
persepsi siswa tentang STEM education. Sebagian besar siswa dengan
gender laki-laki dan gaya belajar kinestetik cenderung memiliki minat
belajar STEM yang lebih sedikit.
2. Lokasi sekolah dan gaya belajar yang berbeda-beda tidak menunjukan
perbedaan persepsi siswa tentang STEM career. Namun, ditinjau dari
gender, siswa laki-laki memiliki keinginan untuk berkarier di bidang STEM
yang lebih sedikit dibandingkan dengan siswa perempuan.
B. Saran
Peneliti mengalami kendala seperti memerlukan waktu yang cukup lama dalam
melakukan pengambilan data ke sembilan sekolah. Peneliti memberikan saran
kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa supaya
dapat mempersingkat waktu pengambilan data.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Sitti Rahmaniar. 2011. Pelaksanaan Bimbingan Career Bagi Siswa
SMA Sebagai Persiapan Awal Memasuki Dunia Kerja. Selami IPS 34(1),
137-144.
Adnan, M., Ayob, A., Tek, O. E., Ibrahim, M. N., Ishak, N., dan Sheriff, J. 2016.
Memperkasa pembangunan modal insan Malaysia di peringkat kanak-
kanak: Kajian kebolehlaksanaan dan kebolehintegrasian pendidikan STEM
dalam kurikulum PERMATA Negara. Malaysian Journal of Society and
Space 29(1), 29-36.
Aji, Kusumo Haryo. 2017. Youtube dan Kebhinekaan (Persepsi Akademisi
terhadap Youtube sebagai Media Alternatif Penyampai Pesan
Kebhinekaan). E-journal research fair unsri. 1-11.
Amrullah, F., Jufri, M., dan Karim, H. 2016. Hubungan Gaya Belajar, Fasilitas
Belajar di Sekolah dan Sikap Belajar dengan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Pinrang. Online. Diakses pada 22
November 2019.
Bakhtiar dan Aryani. 2018. Career Day bagi Siswa dan Guru SMA Bimbingan
Konseling. Jurnal pengabdian kepada masyarakat. 1(1), 12-17.
Benken, B. M., dan Stevenson, H. J. 2014. STEM Education: Educating Teachers
for a New World. In Teacher Education Journal. 23(1), 3-9.
Bire, A.L., Geradus, U., dan Bire J. 2014. Pengaruh Gaya Belajar Visual,
Auditorial, dan Kinestetik terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Kependidikan 44(2), 168-174.
Bybee, Rodger W. 2013. The case for STEM Education: Challenges and
Opportunities. United States of America: NSTA
California Department of Education. 2018. Defining Science, Technology,
Engineering, and Mathematics (STEM): STEM Education in California.
Online. https://www.cde.ca.gov/pd/ca/sc/stemintrod.asp, diakses pada 20
November 2018.
58
Cheryan, S., Ziegler, S. A., Montoya, A. K., dan Jiang, L. 2016. Why Are Some
STEMFields More Gender Balanced Than Others?. Psychological Bulletin.
Advance online publication, 1-35.
Christensen, R., Knezek, G., dan Wood, T. T. 2014. Student perceptions of
Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) content and
careers. Computers in human behaviour. 34, 173-186.
Christensen, R. dan Knezek, G. 2017. Relationship of Middle School Student
STEM Interest to Career Intent. Journal of Education Science, Environment
and Health (JESEH). 3(1), 1-13.
Creswell dan Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.
United States of America: Sage Publications.
Fadzila, Efi Baity. 2014. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Mata Pelajaran
Akuntansi, Lingkungan Teman Sebaya, dan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1
Sewon Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Fakultas Ekonomi 2014 UNY.
Online. http://eprints.uny.ac.id/15558/1/SKRIPSI%20FULL.pdf. Diakses
pada 29 Desember 2018.
Fajarwati, Lastri. 2018. Pelaksanaan Kegiatan Career Day dalam Bidang
Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Sekolah
Lanjutan pada Siswa Kelas 9.4 SMP Negeri 19 Kota Bekasi Tahun Ajaran
2016/2017. Jurnal bimbingan dan konseling. 7(1), 107-115.
Gusrianto, Gilang. 2018. Minat Mahasiswa Tamatan IPA Masuk Jurusan
Sosiologi FISIP Universitas Riau. Jurnal online mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 5(2), 1-13.
Hamidah, I., Khaeroningtyas, N., dan Permanasari, A. 2016. STEM Learning in
Material of Temperature and Its Change to Improve Scientific Literacy of
Junior High School Students. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 5(1), 94-
100.
Hamdani dan Gunawan. 2018. Persepsi Siswa terhadap Mata Pelajaran Mekanika
Teknik dan Elemen Mesin. Journal of mechanical engineering education.
5(1), 66-70.
Hansen dan Martin. 2018. Examining Ways to Meaningfully Support Students in
STEM. International journal of STEM education 5(53), 1-6.
Hariandja. 2002.Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan, Pengembangan,
Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai). Jakarta:
Grasindo.
59
Indotelko. 2017. 72% Pekerja di Bidang STEM Sangat Puas dengan Karirnya.
Online. https://www.indotelko.com/kanal?c=pi&it=72-pekerja-bidang-
STEM. Diakses pada 28 Mei 2018.
Jgantara, I.M.W., Adnyana, P.B., dan Widiyanti, N.L.P.M. 2014. Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil
Belajar Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. E-Jiurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha 4(1), 1-13.
Knowles, J. G., dan Kelley, T. R. 2016. A Conceptual Framework for Integrated
STEM Education. International journal of STEM education 3(11), 1-11.
Kompas. 2015. Masa Depan Karier di Bidang Sains dan Teknologi. Online.
https://biz.kompas.com/ Diakses pada 28 Mei 2018.
Kuenzi, Jeffrey J. 2008. Science, Technology, Engineering, and Mathematics
(STEM) Education: Background,Federal Policy, and Legislative Action.
Congressional Research Service Reports (University of Nebraska-Lincoln).
Li, Yeping. 2018. Promoting the Development of Interdisciplinary Research in
STEM Education. Journal for STEM education research. 1, 1-6.
Marchand, G. C., Nardi N. M., Reynolds D., dan Pamoukov S. 2014. The Impact
of the Classroom Built Environment on Student Perception and Learning.
Journal of Environmental and Psychology 40, 187-197.
Marpaung, D.N., dan Yulandari, N. 2016. Kematangan Karier Siswa SMU Banda
Aceh Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah. Jurnal Psikoislamedia
1(2), 311-324.
Martian, Ryan. 2010. Funtastic Learning. Yogyakarta: Pro-You.
Mau W. J., Perkins V. J., and Mau, Y. H. 2016. Gender and Racial Difference in
Career Decision-Making Dispositions of College Students Enrolled in
STEM Majors. Universal Journal of Psycology 4(6), 254-260.
Meng, C.C., Idris, N., dan Eu, L.K. 2014. Secondary Students’ Perceptions of
Assesments in Science, Technology, Engineering, and Mathematics
(STEM). Eurasia Journal of Mathematics, Science, & Technology
Educations 10(3), 219-227.
Mu’min, A.N., Sarwi, dan Akhlis I. 2015. Efektivitas Pembelajaran Kontekstual
Berbantuan Media Simulasi Virtual untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Minat Belajar. Unnes Physics Eductation Journal 4(3), 66-72.
Mustari, Hadriyanti, dan Haris, H. 2018. Persepsi Guru dan Siswa terhadap
Penerapan Lima Hari Sekolah (Full Day School) di SMAN 1 Pinrang.
60
Jurnal pemikiran, penelitian, hukum dan pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan (PPKn) 5(1), 123-130.
Nadelson, L. S., dan Seifert, A. L. 2017. Integrated STEM define: Contexts,
Challenges, and the Future. The journal of educational research 110(3),
221-223.
Permanasari, Ana. 2016. STEM Education: Inovasi Pembelajaran Sains. Online.
Seminar Nasional Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Diakses
pada 14 Oktober 2019.
Price, C. A., Kares, F., Segovia, G., dan Loyd, A. B. 2018. Staff Matter: Gender
Differences in Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)
Career Interest Development in Adolescent Youth. Applied Developmental
Science.
Roberts, T., Jacson, C., Margaret, J., Schroeder, M., Bush, S. B., Maiorca, C.,
Calvalcanti, M., Schroeder, D. C., Delaney, A. Putnam, L., dan Cremeans,
C. 2018. Students’ Perceptions of STEM Learning After Participating In a
Summer Informal Learning Experience. Internationl journal of STEM
education. 5(35), 1-14.
Rozikin, S., Amir, H., dan Rohiat, S. 2018. Hubungan Minat Belajar Siswa
dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia di SMA Negeri 1
Tebat Karai dan SMA Negeri 1 Kabupaten Kepahiang. Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Kimia 2(1), 78-81.
Sadler P. M., Sonnert G., Hazari, Z., dan Tai, R. 2012. Stability and Volatility of
STEM Career Interestin High School: A Gender Study. Science Education
96(3), 411-427.
Saehu, Rahmat. 2018. Rasionalitas Pemilihan Program Studi Rumpun Sosial-
Humaniora pada SBMPTN oleh Siswa IPA Bimbingan Belajar BTA
Ciledug. Dialektika masyarakat: jurnal sosiologi. 2(1), 73-81.
Shabrina, Reza. 2018. Macam-Macam Persepsi dalam Psikologi. Online.
https://dosenpsikologi.com/. Diakses pada 21 November 2018.
Shoffner M.F., Newsome D., Minton C.A.B., dan Morris C.A.W. 2015. A
Qualitative Exploration of the STEM Career-Related Outcome Expectations
of Young Adolescents. Journal of Career Development 42(2), 102-116.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukmana, Rika Widya. 2017. Pendekatan Science, Technology, Engineering, ad
Mathematic (STEM) Sebagai Alternatif dalam Mengembangkan Minat
61
Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar. Pendas. Jurnal ilmiah pendidikan
dasar 2(2), 191-199.
Tsotsos et al. 2018. Revisiting Active Perception. Autonomous Robots. 42(2), 177-
196.
Uman, Afdal, Suya, M., dan Syamsu. 2014. Bimbingan Karir Kolaboratif dalam
Pemantapan Perencanaan Karir Siswa SMA. Jurnal konseling dan
pendidikan. 2(3), 1-7.
Wang, H. H., Moore, T. J., Roehrif, G. H., dan Park, M. S.. 2011. STEM
Integration: Teacher Perceptions and Practice. Journal of Pre-College
Engineering Education Research. 1(2), 1-13.
Winarni, J., Zubaidah, S., dan Koes H.S. 2016. STEM: Apa, Mengapa,
Bagaimana. Pros. Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM 1, 976-984.
Yanni, Meri Hari. 2018. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
melalui Strategi Pembelajaran TAPPS Berbasis Pendekatan (STEM). Jurnal
pendidikan matematika (Judika Education). 1(2), 117-125.
Yulkifli, Ramli. 2018. The Use of Tracker Application to Enhance Physics
Teachers in Senior High School to Making Laboratory Video. Journal of
mathematics and sciences community engagement. 1(1), 31-36.
Yuniawati dan Mardiyati. 2015. Perbedaan Adaptabilitas Karir Ditinjau dari Jenis
Sekolah (SMA dan SMK). Jurnal Fakultas Psikologi. 3(1), 31-41.
Zamista, Adelia Alfama. 2018. Increasing Persistence of Collage Students in
Science Technology Engineering and Mathematic (STEM). Journal
Curricula. 3(1), 22-31.
top related