dosimeter fricke
Post on 07-Jul-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
1/11
DOSIMETRI FRICKE
A. Tujuan
1. Mengetahui beberapa aplikasi kimia radiasi di bidang dosimetri.
2. Mengetahui induksi radiasi terhadap sistem larutan kimia untuk berbagai keperluan
dosimetri yang diperlukan diberbagai bidang, misalnya industri.
3. Mengetahui prinsip dosimetri Fricke.
B. Dasar Teori
Dosimeter radiasi adalah suatu metode pengukuran kuantitas energi radiasi baik
berupa gelombang elektromagnetik maupun berupa arus partikel bermuatan yang
dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau yang diserap oleh
materi yang terradiasi. Jumlah energi radiasi tiap satuan waktu ini disebut Laju Dosis
Radiasi.
Penentuan dosis radiasi mempunyai peranan yang penting dalam proses radiasi.
Hal ini disebabkan oleh jumlah dosis radiasi yang diterima oleh materi yang disinari oleh
sinar radioaktif itu sangat menentukan jenis perubahan struktur yang terjadi pada materi
itu.
Suatu iradiator sinar ’nuklir’ pada waktu-waktu tertentu laju dosisnya perlu
ditentukan, agar diperoleh data yang tepat tentang penerimaan dosis oleh materi yang
disinari dengan iradiator tersebut. Suatu iradiator yang sumber radiasinya suatu
radionuklida yang telah ditentukan laju dosisnya, maka untuk selanjutnya laju dosis dapat
dihitung dengan menggunakan rumussebagai berikut:
R t = R o . e-λ t ... (1)
Dengan R t = laju dosis yang ingin diketahui, R o = laju dosis yang pernah ditentukan. λ =
tetapan peluruhan radionuklida yang dipakai sebagai sumber iradiasi, dan t = selang waktu
antara penetapan R tdan R o.
Persamaan (1) hanya berlaku untuk sumber iradiasi yang berupa titik sumber atau
sumber iradiasi homogen. Dalam praktek, sumber iradiator biasanya berupa batang-batang,
jadi sukar untuk dikatakan homogen.
Suatu efek kimia senyawa yang disebabkan oleh radiasi pengion dapat digunakan
sebagai pengukur dosis atau laju dosis radiasi tersebut. Dengan demikina proses kimia itu
disebut dosimetri kimia. Ada bermacam-macam dosimeteri kimia diantaranya dosimeteri
Fricke yang menggunakan peristiwa redoks ion Fe (II) menjadi ion Fe (III) akibat
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
2/11
interaksi solut Fe(II) dalam sistem larutan air. Ada dosimetri Ceri-Cero, ada dosimetri
Dikromat, dan dosimetri Alanin.
Gambar Dosimetri Alanin
Setiap jenis dosimeter kimia mempunyai daerah kerja yang berbeda, jadi
digunakan untuk aplikasi industri yang berbeda. Misalnya dosimeter alanin mempunyai
daerah kerja ~ 5 Gy biasanya digunakan untuk radioterapi kanker. Dosismeter dikromat
untuk dosis tinggi antara 100 kGy – 600 kGy yang dapat digunakan untuk degradasi
polimer, cross-linking polimer, dan vulkanisasi. Dosimeter Fricke biasanya digunakan
untuk mengukur dosis sinar Gamma dalam reaktor. Dosimeter celluloce triacetate dapat
digunakan dalam iradiator gamma dan mesin berkas elektron.
Dosimetri Fricke
Dosimeter Fricke pada prinsipnya adalah suatu bahan atau zat yang dapat memberi
tanggapan yang dapat diukur jika bahan atau zat tersebut dikenai radiasi nuklir. Tanggapan
atau berhubungan langsung dengan tenaga yang diserap oleh bahan atau zat itu, seperti
halnya pada kalorimeter. Dosimeter berbasis kalorimeter disebut dosimeter primer,
sedangkan dosimeter yang disebut dosimeter sekunder salah satu diantaranya adalah
dosimeter Fricke, karena tanggapan yang diberikan apabila mendapat radiasi nuklir berupa
reaksi kimia. Contohnya ion Ferro menjadi ion Ferri. Jumlah ion Ferro yang dioksidasi ini
sebanding dengan dosis radiasi yang diabsorpsi oleh larutan dosimeter itu.
Akibat terjadinya proses ionisasi primer, sekunder maupun ionisasi tersier, maka
kerusakan molekul air di dalam sel akan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
Kira-kira dalam orde 10-6 detik, ion-ion terbentuk akan beraksi dengan molekul-molekul
air yang belum terionisasikan. Reaksi ini akan menghasilkan produk-produk baru yang
reaksinya antara lain:
H2O+ → H+ + OH*
H2O + e
-
→ H2O
-
H2O → OH
- + H*
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
3/11
Selain terbentuk ion-ion baru, pada proses kimia fisika ini terbentuk radikal bebas yaitu
OH*dan H*. Radikal bebas secara elektrokimia tidak bermuatan listrik, akan tetapi radikal
bebas sangat reaktif sehingga mudah bereaksi membentuk
OH* + OH* → H2O2
H2O2 adalah peroksida yang bersifat oksidator kuat sehingga akan mudah
menyerang molekul lain. Pengukuran laju dosis radiasi dari suatu iradiator gamma atau
elektron beam menggunakan dosimeter Fricke dapat digunakan rumus pada persamaan
berikut:
=− . ∑ (+)
× × , × − / ... (2)
Dengan D = laju dosis yang dicari dalam rad/jam, DOa = densitas optik ion Fe (III) setelah
sel Fricke diiradiasi, DOs = densitas optik ion Fe (III) sel Fricke sebelum diiradiasi dan Σ
= koefisien ekstinksi molar pada suhu 25oC untuk ion Fe (III) atau dosimeter Fricke
setelah diiradiasi dalam liter/mol.cm. pada grafik densitas optik terhadap konsentrasi ion
Fe (III), harga Σ adalah tangen kurva kalibrasi itu;
ρ = Berat Jenis dosimeter Fricke dalam g/mL.
d = tebal larutan, yaitu diameter sel Fricke.
G(Fe+3) = jumlah molekul, radikal atau ion Fe2+ yang berubah menjadi ion Fe+3
untuk setiap absorbpsi tenaga radiasi 100 eV. Harga G untuk ion Fe(III) = 15,6 untuk larutan feri jenuh diudara.
NA = bilangan Avogadro = 6,023 x 1023 molekul/mol.
1 eV = 1,602 x 10-12 erg
1 rad = 100 erg/g
Larutan standar yang digunakan adalah 1 mM FeSO4 dalam 0,8 N H2SO4. Ketika
diiradiasi Fe (II) berubah menjadi Fe (III). Larutan Fe (III) dapat diidentifikasi warnanya
dengan larutan FCN-. Analisis dapat dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis atau
dengan titrasi. Pengamatan respon kolorimeter atau daerah kerja untuk dosimeter Fricke
ini cukup linier sampai pada dosis 400 Gy. Oksidasi akan mencapai maksimum pada dosis
700 Gy.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada dosimeter Fricke adalah sebagai berikut:
H* + O2 → HO2*
HO2* + Fe2+→ HO2
- + Fe3+
OH* + Fe2+ → OH- + Fe3+
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
4/11
H2O2 + Fe2+→ OH- + Fe3+ + OH*
Bila tidak ada oksigen, maka
H* + H2O → OH* + H2
Setiap H* akan menghasilkan 3 Fe3+, setiap H2O2 akan menghasilkan 2 Fe3+ dan
menghasilkan OH* akan menghasilkan 1 Fe3+. Jadi ketika ada oksigen, reaksi keseluruhan
adalah
G(Fe3+) = 2G(H2O2) + 3G(H*) + G(OH*) ... (3)
Selain untuk mengukur dosis dan laju dosis, dosimeter Fricke diaplikasikan untuk
mempelajari efek Scavenger . Misalnya untuk menguji daya kompetisi Scavenger dan
mendemonstrasikan bahwa tidak akan ada energi deposisi dalam spesi-spesi yang
ditangkap Scavenger.
Penentuan kadar Fe (II) dapat ditentukan dengan cara titrasi konvensional dan
spektroforometri. Bila ditentukan dengan spektrofotometri, perlu diperhatikan beberapa
hal yang terkait dengan pembentukan kompleks Fe (II) dengan senyawa pengkompleks.
Misalnya bila ditentukan dengan senyawa 1,10-fenatroline.
Fe (II) bereaksi dengan 1,10-fenatroline membentuk komplek jingga merah
[(C12H8 N2)3Fe]2+ intensitas warnanya tak bergantung pada keasaman dalam jangka pH 2-9
dan stabil untuk waktu yang lama. Fe(III) dapat direduksi dengan Hidroksilaminium
klorida atau dengan Hidrokuinon. Keberadaan ion logam perak, bismut, tembaga, nikel,
dan kobalt akan mengganggu penentuan, demikian juga anion-anion juga perklorat,
sianida, molibdat, dan tungstat. Kompleks Fe-fenatrolin seperti perklorat dapat diekstrak
dengan nitrobenzen dan diukur pada 515 nm terhadap blanko reagen. Baik Fe (II) maupun
Fe (III) dapat ditetapkan secara spektrofotometri: kompleks Fe (II)-fenatrolin mempunyai
warna jingga-kemerahan menyerap pada 515 nm. Kompleks Fe (II) maupun kompleks Fe
(III) yang berwarna kuning mempunyai absorbpsi identik pada 396 nm dengan absorbans
yang aditif. Larutan yang sedikit bersifat oleh asam sulfat.
Bilan ingin menetukan konsentrasi Fe(III), dapat pula dilakukan dengan
menggunakan metode tiosianat. Fe(III) bereaksi dengan tiosianat untuk menghasilkan
sederet senyawa berwarna merah tua yang tetap dalam larutan sejati: Fe(II) tak bereaksi.
Bergantung pada konsentrasi tiosianat, dapat diperoleh sederet kompleks, kompleks ini
berwarna merah dan dapat dirumuskan sebagai [Fe(SCN)n]2+ (Fe3+ + SCN-→
[Fe(SCN)n]2+ ) dan konsentrasi tiosianat yang sangat tinggi, rumusannya adalah
[Fe(SCN)6]2+
. Dalam penetapan kolorimeteri haruslah digunakan tiosianant yang berlebih
karena kelebihan ini akan meningkatkan intensitas dan juga kemantapan warna. Asam-
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
5/11
asam kuat (asam klorida ataupun asam nitrat-konsentrasi 0,05-0,5 M) harus hadir untuk
menekan hidrolisis:
Fe3+ + 3H2O → Fe(OH)3 + 3H+
Asam sulfat tidak disarankan karena ion sulfat mempunyai kecenderungan untuk
membentuk kompleks dengan ion Fe (III). Perak, tembaga, nikel, kobalt, titanium,
uranium, molibdenum, merkuri (>1 g/dm3), zink, kadmium, dan bismut mengganggu.
Garam merkuri (I) dan timah (II), jika ada, hendaknya diubah menjadi garam merkuri (II)
dan timah (IV), kalau tidak warna merah akan rusak. Fosfat, arsenat, fluorida, oksalat, dan
tartrat menggangu. Karena ion-ion ini membentuk kompleks yang cukup stabil dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Bila terdapat zat-zat pengganggu dengan jumlah besar,
larutan Fe (III) dapat diekstrak dengan dietil murni yang diambil bagian lapisan
organiknya.
Penentuan perubahan Fe(II) menjadi Fe(III) dapat juga dilakukan dengan titrasi
dikrometri. Laju dosis ditentukan dengan cara menghitung jumlah atom Fe (II) yang
berubah dibagi densitas sel dosimeter dan G-Value Fe(III) dan dikali dengan 1,602 x 10-12
erg.
C. Alat dan Bahan
Alat
1. Batang pengaduk
2. Beaker glass
3. Botol reagen
4.
Bulbpipet
5. Corong
6.
Cuvet
7.
Iradiator gamma
8. Kaca arloji
9. Labu ukur
10. Neraca analitik
11.
Pipet gondok
12. Pipet tetes
13.
Pipet ukur
14.
Spektrofotometer UV-Vis
Bahan
1. Aquadest
2.
Asam Sulfat (H2SO4)
3. Besi (III) Klorida (FeCl3)
4. Garam Mohr (FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O)
5.
Kalium tiosianat (KSCN)
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
6/11
D. Langkah Kerja
Iradiasi Cuplikan
1. Larutan dosimeter Fricke dibuat dengan membuat 1 mM garam mohr dalam 0,8 N
H2SO4 sebanyak 250 mL.
2.
Berat jenis larutan tersebut ditentukan dengan menggunakan piknometer.
3. Sebanyak 50 mL larutan ditungkan ke dalam wadah untuk diiradiasi.
4. Cuplikan diiradiasi pada dosis 40 kGy.
5. Konsentrasi Fe (III) ditentukan.
Penentuan Konsentrasi Fe(III) metode Tiosianat
1. Larutan Standar Fe (III) dari FeCl3 dibuat dengan konsentrasi masing-masing 5 ppm,
10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm.
2.
Masing-masing larutan ditambahkan 2 mL larutan KSCN kemudian
ditandabataskan hingga 250 mL pada labu ukur.
3. Sebanyak volume tertentu larutan dosimeter Fricke diambil baik yang diiradiasi dan
tidak diiradiasi. Kemudian ditambahkan larutan KSCN.
4. Setiap larutan ditentukan serapannya pada panjang gelombanag 545 nm.
5. Konsentrasi Fe (III) dihitung.
6.
Laju dosis fasilitas yang diukur dihitung.
E. Data Pengamatan
Data densitas sebelum iradiasi
Massa Fe (II) = 0,0981 gram
Massa piknometer kosong = 10,8395 gram
Massa piknometer + aquades = 21,1511 gram
Massa piknometer + fricke = 21, 4379 gram
T aquades = 29 °C
Data densitas setelah iradiasi
Massa piknometer kosong = 8,0703 gram
Massa piknometer + aquades = 14,1355 gram
Massa piknometer + fricke = 14,2987 gram
T aquades = 29 °C
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
7/11
1. Tabel 1 Larutan Standar Fe(III)
No Konsentrasi Absorbansi
1 5 0,034
2 10 0,038
3 15 0,042
4 20 0,073
5 25 0,083
2. Tabel 2 Absorbansi Sampel
No Sampel Absorbansi
1 Tidak di Iradiasi 0,121
2 Di Iradiasi 0,134
F. Perhitungan
Penentuan Konsentrasi Fe (III)
Berdasarkan data larutan standar Fe (III) pada Tabel 1, kemudian dibuat grafik konsentrasi
Vs absorbansi.
Dari Grafik Konsentrasi Vs Absorbansi diperoleh persamaan y = 0,002x + 0,014, dengan
y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi.
Konsentrasi Fe (III) larutan fricke sebelum iradiasi dengan absorbansi 0,121 adalah0,121 = 0,002x + 0,014
y = 0.0027x + 0.0141
R² = 0.8836
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0 5 10 15 20 25 30
a b s o r b a n s i
konsentrasi
Grafik Konsentrasi Vs Absorbansi
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
8/11
x = 53,5
Konsentrasi Fe (III) larutan fricke setelah diiradiasi dengan absorbansi 0,134 adalah
0,134 = 0,002x + 0,014
x = 60
Jadi, konsentrasi Fe (III) larutan fricke sebelum iradiasi sebesar 53,5 ppm sedangkan
konsentrasi Fe (III) larutan fricke setelah iradiasi sebesar 60 ppm.
Penentuan Densitas
Penentuan densitas sebelum iradiasi
Volume akuades = Volume piknometer = volume larutan fricke
ρ (T= 29 °C) = 0, 995945 gr am/mL
volume =
=,5−,895
,995945 gr/mL
= 10,3536 mL
Densitas larutan fricke =
=,479−,895
,5
= 1,023644 gram/mL
Penentuan densitas setelah iradiasi
Volume akuades = Volume piknometer = volume larutan fricke
ρ (T= 29 °C) = 0, 995945 gram/mL
volume =
=4,55−8,7
,995945 gr/mL
= 6,0899 mL
Densitas larutan fricke =
=4,987−8,7
,899
= 1,022742 gram/mL
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
9/11
Jadi, densitas larutan fricke sebelum iradiasi sebesar 1,023644 gram/mL sedangkan
densitas larutan fricke setelah iradiasi sebesar 1,022742 gram/mL.
Penentuan Laju Dosis Iradiator
=− . ∑ (+)
× × , × − /
DOa = densitas optik ion Fe (III) setelah sel Fricke diiradiasi
DOs = densitas optik ion Fe (III) sel Fricke sebelum diiradiasi
ρ = Berat Jenis dosimeter Fricke dalam g/mL.
d = tebal larutan, yaitu diameter sel Fricke.
G(Fe+3) = jumlah molekul, radikal atau ion Fe2+ yang berubah menjadi ion Fe+3 untuk
setiap absorbpsi tenaga radiasi 100 eV. Harga G untuk ion Fe (III) = 15,6
untuk larutan feri jenuh diudara.
NA = bilangan Avogadro = 6,023 x 1023 molekul/mol.
Σ = koefisien ekstinksi molar pada suhu 25oC untuk ion Fe (III) (2205 M-1Cm-1)
=,4− , .
5,74 5,× 6,023 x 10 × 1,602 × 10− /
= 35654,92 / = 0,3565 KGy/jam
G. Pembahasan
Dosimeter Fricke merupakan salah satu jenis pengukur dosis serap yang dipakai
sebagai dosimeter acuan karena absorbsinya yang tinggi dan mempunyai hubungan yang
linier terhadap dosis serap. Dosimeter Fricke pada prinsipnya adalah suatu bahan atau zat
yang dapat memberi tanggapan (respon) yang dapat diukur jika bahan atau zat tersebut
dikenai radiasi pengion. Tanggapan tersebut berupa reaksi oksidasi ion Fe2+ oleh radiasi
pengion menjadi ion Fe3+. Oksidasi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan rapat
optik pada larutan dosimeter sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengukuran dosis radiasi.
Jumlah ion ferri (Fe3+) yang terbentuk sebanding dengan besar perubahan rapat optik dan
dapat diukur secara teliti dengan metode spektrofotometri.
Pada percobaan ini larutan induk yang mengandung ion ferro (Fe2+) dibuat dengan
konsentrasi sebesar 1 mM dalam 0,8 N H2SO4 sebanyak 250 mL. Larutan ini kemudian
dibagi menjadi larutan yang tidak diiradiasi dan larutan yang diiradiasi.
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
10/11
Proses iradiasi dengan Iradiator Gamma IRKA ini menghasilkan elektron cepat yang
kemudian dapat mengionisasi atau mengeksitasi sistem di sekitarnya. Akibat terjadinya
ionisasi primer, sekunder, dan ionisasi lanjutan yang mungkin terjadi, maka akan
menyebabkan kerusakan molekul air yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Terjadinya proses ionisasi air menghasilkan produk utama e- , H2O.+ , H2O* dan ion-ion
yang terbentuk tersebut akan bereaksi dengan molekul-molekul air lain yang belum
terionisasikan dan menghasilkan ion-ion baru serta dapat terbentuk radikal bebas seperti
H• dan OH•. Radikal bebas ini sifatnya sangat reaktif sehingga mudah bereaksi. Radikal
bebas tersebut juga ada yang bersifat sebagai oksidator kuat, yaitu radikal OH• . Apabila
radikal OH• dan OH• saling bereaksi maka akan terbentuk H2O2.
H2O•+ → H+ + OH•
H2O + e- → H2O-
H2O* → H• + OH•
H• + O2 → HO2•
OH• + OH• → H2O2
H2O2 adalah peroksida yang juga bersifat sebagai oksidator kuat sehingga akan
mudah menyerang molekul lain. Spesies-spesies OH•, H2O•+, dan H2O2 yang merupakan
spesi yang bersifat oksidator tersebut mengoksidasi ion fero (Fe2+) menjadi ion feri (Fe3+)
dengan reaksi berikut.
Fe+2 + OH• → Fe3+ + OH-
HO2• + Fe2+ → Fe3+ + HO2-
HO2- + H+ → H2O2
2 Fe2+ + H2O2 → 2 Fe3+ + 2 OH- + OH•
Dengan demikian, dosimeter Fricke dapat digunakan untuk mengukur dosis
berdasarkan reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri.
Analisis kuantitatif untuk mengetahui perubahan densitas optik, dalam hal ini
absorbansi dari larutan Fricke sebelum dan setelah diiradiasi dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang 545 nm. Analisis kadar
Fe3+ sebelum dan sesudah iradiasi dilakukan menggunakan metode tiosianat. Fe3+ yang
memiliki warna yang tidak begitu kuat bereaksi dengan tiosianat untuk menghasilkan
sederet senyawa berwarna merah tua yang tetap dalam larutan sejati dan dapat dirumuskan
sebagai ([Fe(SCN)n]2+ (Fe3+ + SCN-→ [Fe(SCN)n]
2+) yang intensitas warnanya stabil
-
8/18/2019 Dosimeter Fricke
11/11
untuk waktu yang lama sehingga dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer uv-vis
sedangkan Fe2+ tak bereaksi. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa terjadi perubahan
absorbansi sebelum dan setelah iradiasi. Absorbansi larutan mengalami kenaikan setelah
diiradiasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah ion ferri (Fe3+).
Kenaikan tersebut dikarenakan ion ferro tersebut teroksidasi menjadi ion ferri (Fe3+)
sehingga absorbansinya mengalami kenaikan. Dari perhitungan diperoleh hasil laju dosis
Iradiator Gamma IRKA sebesar 35654,92 / = 0,3565 KGy/jam .
H. Kesimpulan
1.
Dosimetri Kimia dapat digunakan untuk menentukan laju dosis Iradiator.
2. Laju dosis Iradiator Gamma IRKA sebesar 35654,92 / = 0,3565 KGy/jam .
3. Dosimeter Fricke merupakan salah satu jenis pengukur dosis serap yang dipakai
sebagai dosimeter acuan berdasarkan perubahan absorbansi larutan sebelum dan
sesudah iradiasi akibat terjadinya oksidasi ion Fe2+ menjadi ion Fe3+.
I. Daftar Pustaka
Christina, P, Maria dan Megasari, Kartini. 2009. Dasar-dasar Kimia Radiasi, Percobaabn-
Percobaan, dan Contoh Aplikasinya. Yogyakarta : STTN-BATAN.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Asisten,
Maria Christina Prihatiningsih
Yogyakarta, 11 Desember 2013
Praktikan
1. Andri Saputra
2.
Dian Puspita Hapsari
3. Riftanio N. Hidayat
top related