studi pengaruh gaya hidup konsumen dan strategi promosi terhadap keputusan pembelian konsumen di...
Post on 02-Feb-2023
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI PENGARUH GAYA HIDUP KONSUMEN DAN STRATEGI PROMOSI
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI PAPA RON’S
PIZZA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang
pertumbuhan ekonominya meningkat sejak krisis yang
melanda Amerika tahun 2008 lalu. Data ini terlihat dari
data pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang berkisar di
angka 6,3 % dan pada tahun 2013 ini para ahli
memperkirakan akan naik sebesar 0,3 % menjadi 6,6%
(wartaekonomi.co.id, 5 Maret 2013). Grafik peningkatan
pertumbuhan ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 1
Grafik 1.1Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2008-2012(Diolah dari www.bps.go.id dan www.bi.go.id)
Salah satu imbas dari meningkatnya pertumbuhan
ekonomi adalah meningkatnya jumlah golongan/kelas
menengah di Indonesia. Bank Dunia menilai pertumbuhan
kelas menengah di Indonesia sangat cepat. Setiap tahun
kelas menengah tumbuh 7 juta. "Dibanding negara
sepadannya, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia
tergolong sangat cepat" ujar Kepala Perwakilan Bank
Dunia di Indonesia, Stefen Koeberle. Menurut studi Bank
Dunia, kalangan kelas menangah ini terbagi empat kelas.
Pertama kelas menengah dengan pendapatan US$2-US$4 atau
Rp1-1,5juta per bulan (38,5 persen). Kedua, kelas
menengah dengan pendapatan US$4-6 atau Rp1,5 -2,6 juta
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 2
perkapita perbulan (11,7 persen). Ketiga kelas menengah
dengan pendapatan US$6-US$10 atau Rp2,6-5,2 juta
perbulan (5 persen) serta golongan menengah
berpendapatan US$10-US$20 atau Rp5,2-6 juta perbulan
(1,3 persen). Sementara Chief Economist Bank Danamon
Anton Gunawan mengatakan kelas menengah Indonesia saat
ini memang mendorong naiknya konsumsi
(http://fokus.news.viva.co.id, 14 Maret 2013).
Meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia
tentu sebuah angin segar bagi para pelaku industri yang
mengandalkan kelas menengah sebagai pangsa pasarnya,
termasuk restoran-restoran cepat saji (fast food) dengan
produk makanan khas luar negeri, seperti pizza,
spagheti, hamburger, dan lain-lain. Produk olahan
makanan ini jelas mengandalkan kelas menengah ke atas
sebagai pasngsa pasarnya, karena jenis makanan ini
bukan makanan pokok kita. Selain itu, produk makanan
ini mengandung gengsi tertentu bagi orang yang
menyantapnya.
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 3
Dengan berkembangnya dunia telekomunikasi,
khususnya internet, maka tatanan sosial pun tak
terkecuali terkena imbasnya. Lingkungan yang ikut
mempengaruhi perilaku konsumen pada saat ini bukan
hanya lingkungan sekitar, namun juga lingkungan global.
Pengaruh lingkungan ini berimbas pada gaya hidup
(lifestyle) masyarakat kita sehingga perlahan-lahan
masyarakat kita mengadopsi gaya hidup luar negeri.
Saat ini, kebutuhan makan di kota-kota besar bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik (lapar dan haus)
saja, namun juga untuk memenuhi kebutuhan sosial dan
budaya. Makan di restoran dengan suasana cozy, bukan lagi
sekedar menikmati menu tertentu. Saat ini makanan
dikemas pula dalam sebuah suasana restoran. Sehingga
menu biasa menjadi luar biasa karena merk ataupun
suasana restoran yang tak biasa. Maka dari itu, makan
pun pada zaman sekarang menjadi sebuah lifestyle kehidupan
manusia modern. Pemenuhan kebutuhan dasar menjadi lux
saat kegiatan makan dilakukan di tempat yang menjual
nama dan suasana.
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 4
Beli gengsi menandakan status sosial seseorang
sedang meningkat, dari kelas bawah ke kelas menengah,
dari kelas menengah ke kelas atas. Harga diri seseorang
berubah citranya menjadi lebih baik atau buruk dinilai
dari tempat makannya oleh masyarakat kapitalis.
Pengenalan status sosial dari tempat makan ini
menyebabkan orang lebih memilih tempat makan yang
ngetrend di kalangan tertentu.
Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan
masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food.
Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain
penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu
lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja,
higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan
makanan gaul (Irianto, 2007). Jenis restoran fast food ini
semakin banyak muncul, terutama di kota-kota besar,
terutama di ibukota Jakarta.
DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan negara
Indonesia dan pusat kegiatan bisnis. Daya tarik Kota
Jakarta sebagai pusat bisnis memberi dampak pada
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 5
peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Data Badan
Pusat Statistik DKI Jakarta menunjukkan laju
pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2012 di ibukota
mencapai 1,40 persen per tahun. Persentase ini jauh
lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan dari 1990-
2000 sebesar 0,17 persen per tahun. Jumlah penduduk
Jakarta pada tahun 2012 telah mencapai 10.187.595 jiwa
(BPS Provinsi DKI Jakarta, 2012).
Kepadatan rata-rata penduduk DKI Jakarta pada
tahun 2010 sebesar 14.440 jiwa per kilo meter persegi
dan membuat DKI Jakarta sebagai provinsi terpadat di
Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa, bila dikalkulasi
dari total jumlah penduduk yang baru maka penduduk DKI
Jakarta bisa bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun
(BPS Provinsi DKI Jakarta, 2012).
Peningkatan jumlah penduduk tersebut memberikan
peluang menjanjikan pada sejumlah bidang usaha. Peluang
usaha tersebut terkait dengan kondisi perekonomian
nasional, terutama yang menyangkut daya beli masyarakat
dan perubahan gaya hidup yang terjadi. Perubahan gaya
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 6
hidup dapat terlihat dari perubahan pola konsumsi
masyarakat DKI Jakarta yang semakin praktis dan
dinamis. Pola konsumsi yang praktis dan dinamis saat
ini dapat terlihat dari pemenuhan kebutuhan makan di
luar rumah yang semakin meningkat. Peluang pemenuhan
kebutuhan makanan di luar rumah dimanfaatkan oleh
beberapa pihak untuk mendirikan usaha penyedia makanan
salah satunya adalah restoran.
DKI Jakarta merupakan pusat pertumbuhan bisnis
restoran terbesar, yang memiliki kontribusi 26,1 persen
dari jumlah restoran di Indonesia. Selama tahun 2010,
sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami
pertumbuhan sebesar 8,7 persen serta memberikan
sumbangan terbesar terhadap total pertumbuhan PDB yaitu
sebesar 1,5 persen (BPS 2011). Data Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan terjadi
peningkatan jumlah restoran pada tahun 2006-2012 (Tabel
1.1). Pertumbuhan bisnis restoran yang cepat di DKI
Jakarta menimbulkan persaingan antar restoran untuk
mendapatkan dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 7
Tabel 1.1Pertumbuhan Rata-Rata Usaha Industri Pariwisata BidangPenyedia Makanan dan Minuman di DKI Jakarta Tahun 2006-
2012
No
.
Jenis
Usaha
Tahun Pertumbuh
an Rata-
Rata
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1Restor
an
1849 1779 2014 2215 2481 2742 3523 8,39
2 Bar 504 526 586 600 646 705 746 14,85
3Pusat
Jajan
- - 26 48 54 55 59 -
4Kafeta
ria
- - - 1 7 21 36 -
Jumlah 2353 2305 2626 2864 3188 3525 4364 21225
(Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKIJakarta, 2012)
Fenomena yang menarik untuk ditelaah adalah
perkembangan restoran dengan produk olahan makanan khas
luar negeri. Hal ini karena selain harus bersaing
dengan sesama restoran sejenis, ia juga harus bersaing
dengan restoran dengan menu khas Indonesia yang makin
menjamur. Maka dari itu, restoran jenis ini harus
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 8
pintar mencari strategi promosi untuk menarik
pelanggan.
Kegiatan promosi bisnis merupakan bagian dari
strategi pemasaran yang sangat dibutuhkan sebuah usaha,
baik usaha kecil maupun usaha yang sudah berkembang
besar. Sebelum mengetahui metode ataupun strategi
promosi yang sering digunakan para pelaku bisnis, yang
dimaksud dengan promosi adalah kegiatan pendukung
strategi pemasaran yang sengaja diadakan untuk
mengingatkan para konsumen mengenai produk atau jasa
dengan brand tertentu (Tjiptono, 2009: 7).
Strategi promosi sering digunakan sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan permintaan atau penjualan
barang dan jasa yang ditawarkan, sehingga dapat
meningkatkan laba yang diperoleh. Selain itu kegiatan
promosi juga memberikan kemudahan dalam merencanakan
strategi pemasaran selanjutnya, karena biasanya
kegiatan promosi dijadikan sebagai cara berkomunikasi
langsung dengan calon konsumen. Sehingga kita dapat
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 9
memperoleh informasi akurat dari para konsumen,
mengenai respon produk yang kita tawarkan.
Keadaan di lapangan yang menarik untuk diteliti
adalah bagaimana strategi promosi penjualan yang
dijalankan restoran fast food khas luar negeri agar
menarik pelanggan sebanyk-banyaknya. Strategi promosi
tersebut juga harus tanggap terhadap gaya hidup para
konsumennya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh variabel gaya hidup konsumen dan
strategi promosi penjulaan terhadap keputusan konsumen
untuk membeli produk makanan. Sesuai dengan tema
penelitian, maka penulis membatasi lokasi penelitian di
PT Eatertaniment Indonesia Tbk. yang memegang lisensi
hak usaha Papa Ron’s Pizza.
1.2 Perumusan Masalah
Secara umum rumusan masalah penelitian ini adalah,
apakah struktur hubungan antara variabel gaya hidup
konsumen dan strategi promosi penjualan yang
mempengaruhi variabel keputusan pembelian di restoran
Papa Ron’s Pizza didukung oleh fakta empirik?. Secara
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 10
spesifik rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
(1) Bagaimana deskripsi variabel gaya hidup
konsumen, strategi promosi penjualan, dan
keputusan pembelian di Papa Ron’s Pizza?
(2) Apakah variabel gaya hidup konsumen, strategi
promosi penjualan sebagai variabel independen
berpengaruh terhadap keputusan pembelian di Papa
Ron’s Pizza sebagai variabel dependen?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang pertama adalah untuk
mengetahui gambaran atau deskripsi konsumen yang
menjadi pelanggan restoran Papa Ron’s Pizza ditinjau
dari segi gaya hidup dan tanggapannya terhadap strategi
promosi penjualan restoran. Kedua, penelitian ini ingin
menganalisis besaran pengaruh variabel gaya hidup
konsumen dan strategi promosi penjualan terhadap
variabel keputusan pembelian suatu produk makanan.
1.4 Manfaat Penelitian
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 11
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi ilmiah terhadap pengembangan teori-teori
dalam ilmu manajemen pemasaran, khususnya dalam
manajemen pemasaran pada bisnis restoran cepat saji
(fast food).
b. Manfaat Praktis
(1) Bagi para manajer restoran, hasil kajian ini
bisa menambah wawasan tentang praktek strategi
promosi penjualan dengan mengakomodir gaya
hidup konsumen dengan tanpa mengurangi kualitas
pelayanan terhadap pelanggan.
(2) Bagi para pengambil kebijakan dalam bidang
industri pariwisata di DKI Jakarta, hasil
kajian ini bisa dijadikan acuan pertimbangan
bagi perumusan kebijkan mengenai bisnis
restoran cepat saji yang memang berkontribusi
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD).
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 12
(3) Bagi khalayak umum, hasil kajian ini bisa
memberikan wawasan mengenai strategi yang
dilakukan restoran cepat saji yang olahan
makanannya khas luar negeri dalam bersaing di
dunia industri restoran melalui strategi
promosi penjualan yang memperhatikan gaya hidup
konsumennya.
1.5 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang permasalahan
penelitian, rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian secara
teoritis dan praktis, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 13
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
metode penelitian kuantitatif, teknik
pengumpulan dan analisis data (TPAD).
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini akan membahas hasil dari proses
analisa dan pemberian interpretasi data.
Bab V Kesimpulan dan Saran
BAB IILANDASAN TEORI
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 14
Manajemen pemasaran sebagai ujung tombak sebuah
institusi bisnis tidak bisa terlepas dari analisis
kebutuhan manusia. Hal ini karena, jika sebuah bisnis
ingin meraih keuntungan yang maksimal, maka mau tak mau
ia harus mengerti betul apa yang diinginkan oleh
konsumen atau pelanggan. Hal ini ditegaskan oleh Philip
Kotler (2012: 6), yng menulis bahwa pemasaran adalah
fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan dan
kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengukur
seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana
yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan
menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat
untuk melayani pasar tersebut. Jadi, pemasaran berperan
sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dengan pola jawaban industri yang
bersangkutan.
2.1 Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian Konsumen
Konsep keputusan konsumen dalam membeli produk
makanan dalam penelitian ini diadaptasi dari teori
keputusan pembelian oleh Kotler & Keller (2012: 193).
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 15
Terdapat enam tahap keputusan pembelian dilakukan oleh
konsumen (Pelanggan) yaitu:
1. Pemilihan Produk
Konsumen mengambil keputusan untuk membeli sebuah
produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang
lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan
perhatiannya kepada orang-orang yang berminat
membeli produknya.
2. Pemilihan Merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek
mana yang akan dibeli. Setiap merek mempunyai
perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan
harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah
merek.
3. Pemilihan Saluran Pembelian
Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur
mana yang akan dikunjungi. Setipa konsumen berbeda-
beda dalam hal menentukan penyalur biasanya
dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 16
murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan
belanja, keluasan tempat dan sebagainya.
4. Jumlah Pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak
produk yang akan dibelinya. Dalam hal ini
perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
5. Waktu Pembelian
Keputusan konsumen dalam waktu pembelian bisa
berbeda-beda, misalnya: ada yang membeli setiap
hari, seminggu sekali, dua minggu sekali, bahkan
satu bulan sekali tergantung kebutuhannya.
Dalam tahapannya evaluasi keputusan konsumen
membentuk evaluasi suatu produk, yang akan menimbulkan
niat pembelian yang kemudian dua faktor mempengaruhi
sebelum akhirnya memutuskan dan melakukan keputusan
pembelian. Faktor yang pertama adalah Attitudes of Others
atau sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang akan disukai orang lain akan
bergantung pada dua hal yaitu : (1) intensitas sikap
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 17
negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti
keingin orang lain. Semakin cekatan sikap negatif orang
lain dan semakin dekat orang lain dengan konsumen,
konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya.
Terkait dengan Attitudes of Others atau sikap orang
lain adalah peran yang dimainkan oleh mediasi yang
mepublikasikan evaluasi mereka. faktor kedua yang dapat
mempengaruhi keputusan pembelian adalah Unanticipated
situational factors atau faktor situasi situasi yang tidak
teranrisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat
pembeli.
Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen sangat
bervariasi, ada yang sederhana dan komplek. Kotler &
Keller (2012:184) mengemukakan bahwa proses pengambilan
keputusan pembelian dapat dibagi menjadi lima tahapan
sebagai berikut:
1. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognition)
Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan dapat timbul ketika
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 18
pembeli merasakan adanya rangsangan eksternal atau
internal yang mendorong dirinya untuk mengenali
kebutuhan. Rangsangan internal timbul dari dalam
diri manusia itu sendiri, sedangkan dorongan
eksternal berasal dari luar diri manusia atau
lingkungan. Kebutuhan mempunyai tingkat intensitas
tertentu. Makin besar tingkat intensitasnya, maka
akan semakin kuat dorongan yang timbul untuk
menguranginya dengan jalan mencari obyek baru yang
dapat memuaskan kebutuhannya.
2.Pencarian Informasi (Information Search)
Konsumen yang merasakan rangsangan akan
kebutuhannya kemudian akan terdorong untuk mencari
dan mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya.
Rangsangan tersebut dibagi dalam dua level. Level
pertama adalah penguatan perhatian dimana pada
level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap
informasi produk. Level selanjutnya adalah
pencarian informasi secara aktif dimana pada level
ini orang mulai mencari bahan bacaan, menelepon
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 19
teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari
produk tertentu. Sumber informasi konsumen dapat
digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu sumber
pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan
sumber eksperimental. Melalui pengumpulan informasi
yang didapat dari berbagai sumber tersebut,
konsumen kemudian dapat mempelajari merekmerek yang
bersaing beserta fitur merek tersebut.
3. Evaluasi Alternatif (Evaluation Of Alternatif)
Setelah menerima banyak informasi, konsumen akan
mempelajari dan mengolah informasi tersebut untuk
sampai pada pilihan terakhir. Terdapat banyak
proses evaluasi atau penilaian konsumen terhadap
produk. Namun model yang terbaru adalah orientasi
kognitif yang memandang konsumen sebagai pembuat
pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan
pada pertimbangan yang standar dan rasional. Untuk
mengetahui proses evaluasi yang dilakukan oleh
konsumen perlu dipahami beberapa konsep dasar yaitu
:
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 20
Atribut produk.
Bobot pentingnya ciri bagi konsumen. Pemasar
harus memahami bahwa tidak setiap konsumen
mementingkan suatu atribut produk.
Kepercayaan terhadap merek. Konsumen cenderung
memperoleh keyakinan bahwa setiap merek mempunyai
kelebihan dalam atribut tertentu berdasarkan
pengalaman atau informasi yang diperoleh.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Jika keputusannya adalah membeli, maka konsumen
harus mengambil keputusan menyangkut merek, harga,
penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara
pembayaran. Keputusan tersebut tidak terpaku harus
dilakukan melalui proses urutan seperti diatas, dan
tidak semua produk memerlukan proses keputusan
tersebut. Misalnya barang keperluan sehari-hari
seperti makanan tidak perlu perencanaan dan
pertimbangan membeli
5. Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior)
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 21
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan
mengalami kepuasan atau ketidakpuasan, hal ini akan
mempengaruhi tindakan setelah pembelian. Apabila
konsumen memperoleh kepuasan maka sikap konsumen
terhadap produk tersebut menjadi lebih kuat atau
sebaliknya. Para pemasar dapat melakukan sesuatu
dari konsumen yang merasa puas misalnya dengan
memasang iklan yang menggambarkan perasaan puas
seseorang yang telah memilih salah satu merek atau
lokasi belanja tertentu.bagi konsumen yang tidak
puas, pemasar dapat memperkecil ketidakpuasan
tersebut dengan cara menghimpun saran pembeli untuk
penyempurnaan produk, maupun pelayanan tambahan
terhadap konsumen dan sebagainya. Kotler & Keller
(2012:188).
Dari uraian di atas, maka keputusan pembelian
dapat didefinisikan sebagai hasil pemilihan konsumen
terhadap dua atau lebih alternatif pilihan produk suatu
perusahaan.
2.2 Tinjauan Tentang Gaya Hidup (Lifestyle) Konsumen
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 22
Menurut Philip Kotler (2007: 178) para konsumen
membuat keputusan mereka tidak dalam sebuah tempat yang
terisolasi dari lingkungan sekitar. Perilaku membeli
mereka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Dan dari
faktor pribadi ada faktor gaya hidup konsumen yang ikut
mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk.
Selanjutnya Kotler (2007: 192) mengemukakan bahwa :
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di duniayang diekspresikan dalam aktivitas, minat, danopininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhandiri seseorang dalam berinteraksi denganlingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruhpola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi didunia.
Assael (Caroline Felicia Christine Lawalata 2010 :
16) mengungkapkan bahwa gaya hidup adalah :
A mode of living that is identified by how people spend theirtime(activities), what they consider important in their environment(interest), and what they think of themselves and the world aroundthem (opinions). Secara umum dapat diartikan sebagaisuatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimanaorang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yangpenting orang pertimbangkan pada lingkungan(minat), dan apa yang orang pikirkan tentang dirisendiri dan dunia di sekitar (opini).
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 23
Sedangkan menurut Susanto (Yulia Widiastuti,
2009 : 1) gaya hidup adalah perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya
yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan
status sosialnya. Mowen & Minor (2002: 282)
mengemukakan bahwa gaya hidup (lifestyle) didefinisikan
secara sederhana sebagai bagaimana seseorang hidup.
Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana
mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka
mengalokasikan waktu mereka.
Dari uraian di atas maka yang dimaksud gaya hidup
adalah pola seseorang yang ditunjukkan dalam kegiatan,
minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktunya. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup seseorang menurut Amstrong
(Nugraheni, 2003 dalam Mutia Rahayu, 2011: 11) ada 2,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal) dan faktor yang berasal dari luar individu
(eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman
dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 24
persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok
referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
Sedangkan dalam perspektif ekonomi, gaya hidup
adalah bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya
dan memilih produk atau jasa dan berbagai pilihan
lainnya ketika memilih alternatif dalam satu kategori
jenis produk yang ada (Tatik Suryani, 2008 : 73). Gaya
hidup adalah suatu unsur yang luas dan menyeluruh,
namun menurut Josep Plumer (Tatik Suryani, 2008 : 74)
segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas
manusia dalam:
a)Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.
b)Minat mereka, apa yang dianggap penting di
sekitarnya.
c)Pandangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain.
d)Karakter-karakter seperti daur kehidupan,
penghasilan, pendidikan, tempat tinggal.
Selain itu, dalam penentuan gaya hidup menurut
Susan Fournier, David Antes, dan Glenn Beaumier (dalam
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 25
John C. Mowen dan Michael Minor, 2002): 295) terdapat
sembilan gaya hidup konsumsi :
1) Funcionalists. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang
penting. Pendidikan rata-rata, pendapatan rata-
rata, kebanyakan pekerja kasar (buruh). Berusia
kurang dari 55 tahun dan telah menikah serta
memiliki anak;
2) Nurturers. Muda dan berpendapatan rendah. Mereka
berfokus pada membesarkan anak, baru membangun
rumahtangga dan nilai-nilai keluarga. Pendidikan
diatas rata-rata;
3) Aspirers. Berfokus pada menikmati gaya hidup tinggi
dengan membelanjakan sejumlah uang di atas rata-
rata untuk barang-barang berstatus, khususnya
tempat tinggal. Memiliki karakteristik “Yuppie”
klasik. Pendidikan tinggi, pekerja kantor, menikah
tanpa anak;
4) Experientials. Membelanjakan jumlah di atas rata-rata
terhadap barang-barang hiburan, hobi, dan
kesenangan (convenience). Pendidikan rata-rata,
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 26
tetapi pendapatannya diatas rata-rata karena
mereka adalah pekerja kantor;
5) Succeeders. Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah
baya dan berpendidikan tinggi. Pendapatan
tertinggi dari kesembilan kelompok. Menghabiskan
banyak waktu pada pendidikan dan kemajuan diri.
Menghabiskan uang di atas rata-rata untuk hal-hal
yang berhubungan dengan pekerjaan;
6) Moral majority. Pengeluaran yang besar untuk
organisasi pendidikan, masalah politik dan gereja.
Berada pada tahap empty-nest. Pendapatan tertinggi
kedua. Pencari nafkah tunggal;
7) The golden years. Kebanyakan adalah para pensiunan,
tetapi pendapatannya tertinggi ketiga. Melakukan
pembelian tempat tinggal kedua. Melakukan
pengeluaran yang besar pada produk-produk padat
modal dan hiburan;
8) Sustainers. Kelompok orang dewasa dan tertua. Sudah
pensiun. Tingkat pendapatan terbesar dibelanjakan
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 27
untuk kebutuhan sehari-hari dan alkohol.
Pendidikan rendah, pendapatan terendah kedua;
9) Subsisters. Tingkat sosial ekonomi rendah.
Persentase kehidupan pada kesejahteraan di atas
rata-rata. Kebanyakan merupakan keluarga-keluarga
dengan pencari nafkah dan orang tua tunggal
jumlahnya di atas rata-rata kelompok minoritas.
Gaya hidup juga identik dengan kelas sosial dalam
masyarakat. Kelas sosial adalah suatu kelompok yang
terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan
yang seimbang dalam masyarakat (Anwar Prabu
Mangkunegara, 2002: 42). Dalam hubungannya dengan
perilaku konsumsi, maka gaya hidup dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1) Kelas sosial atas memiliki kecenderungan membeli
barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang
berkualitas dan lengkap (toko serba ada,
supermarket), konservatif dalam konsumsinya,
barang-barang yang dibeli cenderung untuk dapat
menjadi warisan bagi keluarganya;
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 28
2) Kelas sosial menengah cenderung membeli barang
untuk menampakkan kekayaannya, membeli barang
dengan jumlah yang banyak dengan kualitas memadai.
Berkeinginan membeli barang yang mahal dengan
sistem kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah
mewah, apartemen;
3) Kelas sosial rendah cenderung membeli barang
dengan mementingkan kuantitas daripada kualitas.
Pada umumnya mereka membeli barang untuk kebutuhan
sehari-hari, memanfaatkan penjualan barang-barang
yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.
Dari berbagai kelas sosial tersebut, muncul
beberapa kemungkinkan adanya gaya hidup konsumtif. Gaya
hidup konsumtif menurut Jhon A Walker (R. Dendi D,
2009) mempunyai beberapa sifat, yaitu :
Gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu sesuatu yang
dilakukan atau tampil secara berulang-ulang;
Mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada
gaya hidup yang bersifat personal;
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 29
Mempunyai daur hidup (life-cycle), artinya ada masa
kelahiran, tumbuh, puncak, surut, dan mati.
Gaya hidup seorang pengusaha dan pejabat akan
berbeda dengan gaya hidup seorang musisi ataupun
mahasiswa. Gaya hidup mahasiswa dapat ditunjukkan
melalui bagaimana mereka belajar, bagaimana mereka
bermain, bagaimana mereka bergaul di kalangan
masyarakat, kampus atau dimana mereka memenuhi
kebutuhan hidup lainnya.
2.3 Tinjauan Tentang Strategi Promosi Penjualan
Suatu restoran untuk mencapai berbagai tujuan
komunikasi dengan setiap konsumen memerlukan salah satu
elemen dari bauran pemasaran yaitu promosi. Promosi
juga berperan untuk menghasilkan pertukaran yang saling
memuaskan dengan pasar yang dituju melalui penyampaian
informasi mendidik, membujuk, atau mengingatkan
konsumen akan manfaat suatu produk.
Berikut ini adalah pengertiaan promosi dari berbagai ahli : ANo Ahli Definisi
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 30
.1 Willian J. Stanton
dalam SaladinDjaslim (2004:171)
Promotion is the element in aorganization marketingmix that serve to inform, persuade andremind the market of the organizationand or its product.
2 Buchari Alma(2007: 179)
Promosi adalah sejeniskomunikasi yang memberipenjelasan dan meyakinkancalon konsumen tentang suatubarang dan jasa.
3 Rambat Lupiyoadidan Hamdani (2006:120)
Promosi merupakan salah satuvariabel dalam bauranpemasaran yang sangat pentingdilaksanakan oleh perusahaandalam memasarkan produk jasa.
4 Kotler danAmstrong (2012:63)
Promotion is the activity of delivering thebenefit of the product persuadecustomer to buy.
Tabel 3.1Pendapat Para Ahli Mengenai Strategi Promosi
Berdasarkan definisi menurut para ahli dapat
diketahui bahwa promosi adalah aktivitas pemasaran
suatu perusahaan yang mempunyai tujuan untuk meyakinkan
dan menarik pelanggan tentang produk perusahaan. Tujuan
utama dari promosi adalah menginformasikan, membujuk
dan mengingatkan pelanggan tentang sasaran perusahaan
dan bauran pemasarannya. Tujuan yang lebih spesifik
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 31
dikemukakan oleh Julian Cummins and Ruddy Mullin
(2006:17) :
Promotional purposes, namely to increase sales volume of sales,increasing the purchase of try, to improve the re-purchase, increaseloyalty, expand functionaly, create intrest, create awarness, distractattention from the price, get the support from brokers, makingdescrimination of the user.
Menurut Kotler dan Keller (2012:25), promosi
terdiri dari 5 macam, yakni: Iklan, Promosi Penjualan,
Hubungan Masyarakat, Penjualan Personal serta Direct
Marketing & Online Marketing
Promosi penjualan merupakan intensif jangka pendek
untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau
jasa (Kotler dan Amstrong, 2012:204). Promosi penjualan
minimal memiliki tiga manfaat yang berbeda, yaitu :
a) Komunikasi yaitu promosi penjualan menarik
perhatian dan biasanya memberikan informasi yang
dapat mengarahkan konsumen kepada produk.
b) Intensif yaitu promosi penjualan menggabungkan
sejumlah kebebasan, dorongan, atau kontribusi yang
memberi nilai bagi konsumen.
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 32
c) Ajakan yaitu promosi penjualan meruapakan ajakan
untuk melakukan transaksi pembelian sekarang.
Menurut Tjiptono, Candra, Andriana (2008:519),
langkah-langkah dalam promosi penjualan dikenal dengan
6M, yaitu :
1. Menentukan tujuan, terdiri dari tujuan khusus dan
tujuan umum. Tujuan umum bersumber pada tujuan
komunikasi pemasaran, untuk mempercepat respon
pasar yang ditargetkan. Sedangkan tujuan khusus
terdiri dari tujuan bagi konsumen, pengecer dan
wiranaga.
2. Menyeleksi alat-alat, maksudnya memilih alat
promosi penjualan dengan memperhitungkan jenis
pasar, tujuan promosi, keadaan pesaing, dan
strategi biaya untuk setiap produk.
3. Menyusun program promosi.
4. Melakukan pengujian pendahuluan atas program,
dapat dilakukan dengan menyusun berbagai peringkat
promosi atau dilakukan di daerah tertentu yang
luasnya terbatas.
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 33
5. Melaksanakan dan mengendalikan program, dimana
harus memperhatikan waktu persiapan, yaitu mulai
sejak program sampai saat program diluncurkan, dan
waktu penjualan, yaitu mulai saat barang
dikeluarkan sampai pada barang tersebut di tangan
konsumen.
6. Mengevaluasi hasil, evaluasi hasil promosi sangat
penting untuk mengetahui sejauh mana strategi
promosi dan sejauh mana tujuan telah tercapai.
Sales promotion pada industri makanan merupakan
insentif dalam jangka waktu pendek untuk merespon
pasar agar membeli produk makanan tersebut.
2.4 Kerangka Pemikiran
Konsumsi merupakan suatu kegiatan yang tidak akan
pernah lepas dari manusia selaku makhluk hidup yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Manusia sebagai
konsumen selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari dengan cara mengkonsumsi berbagai
barang dan jasa. Baik itu sandang, pangan, pendidikan,
bahkan life style. Sebagai makhluk sosial yang senantiasa
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 34
beradaptasi dengan lingkungan, ada kalanya perilaku
konsumsi yang ditunjukkan oleh seseorang lebih mengacu
pada keinginannya untuk menonjolkan gaya hidup atau
sekedar untuk diterima oleh lingkungan, tanpa
mementingkan aspek-aspek manfaat yang diperolah dari
apa yang dikonsumsinya tersebut.
Untuk mendapatkan keputusan pembelian maka suatu
institusi bisnis membuat strategi pemasaran dengan cara
segmentasi pasar melauli lifestyle atau analisis gaya hidup
(Kotler & Keller 2012: 157). Kasali (2005:225)
menyatakan bahwa “Gaya hidup akan mempengaruhi
keinginan seseorang untuk berpilaku dan akhirnya
menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.” Silvya
(2009:3) mengungkapkan bahwa “Gaya hidup yang merupakan
bagian dari perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian”. Danziger dalam Bernard (2009:43-44)
mengutarakan bahwa “Konsumen termotivasi dalam
berbelanja karena unsur dan dorongan kebutuhan yang
muncul karena lifestyle”. Menurut Kotler & Keller
(2012:172)”Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 35
Ryx1x2
ryx1
Gaya Hidup Konsumen(X1)
Keputusan Pembelian(Y)
karakteristik pribadi. Faktor pribadi meliputi usia dan
tahap dalam siklus hidup pembeli , pekerja dan keadaan
ekonomi, kepribadian dan konsep serta gaya hidup dan
nilai”.
Setelah ditemukan strategi pemasaran melalui
analisis lifestyle, maka langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah membuat rancangan program promosi
penjualan yang down to earth, dalam artian menyentuh
langsung kebituhan dan keinginan pelanggan. Strategi
promosi penjualan tersebut harus dibuat berdasarkan
pangsa pasar yang loyal terhadap produk yang
dihasilkan.
Pada akhirnya, keputusan konsumen untuk membeli
suatu produk dipengaruhi oleh gaya hidup (lifestyle) yang
mendasarkan pada citra merek, kemudian setelah konsumen
tertarik pada suatu produk maka diadakanlah strategi
promosi agar terjadi peningkatan loyalitas pelanggan.
Maka dari itu disusunlah kerangka pemikiran penelitian
ini seperti gambar di 2.1 di bawah.
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 36
Ryx1x2
ryx2
Strategi Promosi Penjualan(X2)
Keputusan Pembelian(Y)
Gambar 2.1Pengaruh Antar Variabel
2.5 Hipotesis Penelitian
Dari asumsi penelitian di atas, maka hipotesis
penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara gaya hidup konsumen dan strategi promosi penjualan
terhadap keputusan pembelian pada restoran Papa Ron’s Pizza”.
Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi
hipotesis kerja atau subsub hipotesis berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara gaya hidup konsumen (X1) terhadap keputusan
pembelian (Y).
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 37
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara strategi promosi penjualan (X2) terhadap
keputusan pembelian (Y).
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara gaya hidup konsumen (X1) dan strategi
promosi penjualan (X2) secara bersama-sama
terhadap keputusan pembelian (Y).
Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi [www.indopustaka.blogspot.com] Page 38
top related