disgrafia
Post on 21-Jan-2016
132 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DISGRAFIA
Definisi Disgrafia
Disgrafia adalah masalah pembelajaran spesifik yang berdampak terhadap kesulitan
dalam menyampaikan hal yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk tulisan karena tidak bisa
menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan tangan untuk menulis sehingga bentuk
tulisan menjadi buruk.
Masalah ini belum dapat ditentukan penyebabnya dengan jelas. Apabila seorang anak
memiliki masalah yang serius dalam hal tulisan maka anak tersebut dapat dianggap sebagai
penderita disgrafia, tetapi mungkin tidak memerlukan penanganan pendidikan yang khusus.
Disgrafia adalah learning disorder dengan ciri perifernya berupa ketidakmampuan
menulis, terlepas dari kemampuan anak dalam membaca maupun tingkat intelegensianya.
Disgrafia diidentifikasi sebagai keterampilan menulis yang secara terus-menerus berada di
bawah ekspektasi jika dibandingkan usia anak dan tingkat intelegensianya.
Penyebab Disgrafia
Secara spesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila
disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang dewasa maka diduga disgrafia
disebabkan oleh trauma kepala yang mungkin disebabkan kecelakaan, penyakit, dan yang
lainnya. Selain itu para ahli menemukan bahwa anak dengan gejala disgrafia terkadang
mempunyai anggota keluarga yang memiliki gejala serupa sehingga ada kemungkinan faktor
herediter ikut berperan.
Seperti halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan faktor neurologis, yakni adanya
gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan
menulis. Anak mengalami kesulitan dala harmonisasi secara otomatis antara kemampuan
mengingat dan menguasai gerakan oto emnulis huruf dan angka. Kesulitan ini tidak terkait
dengan masalah kemapuan intelektual, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau
belajar.
Anak-anak dengan masalah disgrafia biasanya mempunyai masalah sampingan lain
seperti masalah dalam memproses informasi yang dapat menyebabkan terjadinya masalah
dalam pengamatan, yaitu sang anak menulis secara terbalik, tidak menulis dalam susunan
yang benar, dan bentuk tulisan yang buruk. Mereka menghadapi masalah dalam memahami
huruf dan penjelasan lisan yang berurutan sehingga anak menulis dengan perlahan dan
lambat. Disamping itu, anak juga kesulitan dalam membaca struktur tulisan seperti ejaan,
tanda baca dan sebagainya.
Anak yang memiliki masalah dalam konsentrasi biasanya mengalami kesulitan dalam
menulis karena mereka juga mengalami masalah dalam mengatur dan menyusun informasi,
dan proses pengolahan informasi mereka juga terlalu cepat dan tidak dapat berkoordinasi
dengan fungsi motorik halus.
Anak-anak yang mengalami disgrafia juga disebabkan karena kelemahan dalam
proses pendengaran dan bahas. Hal ini disebabkan oleh kesulitan belajar dan memahami
bahasa. Mereka biasanya menghadapi masalah dalam ekspresi bahasa yang selanjutnya akan
menyulitkan mereka untuk mengekspresikannya dalam bentuk tulisan.
Ciri-ciri Disgrafia
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan disgrafia, diantaranya adalah:
1. Anak dapat berkomunikasi dengan baik namun bermasalah dalam kemampuan
menulis
2. Menggunakan tanda baca yang tidak benar, ejaan yang salah, mengulang kalimat atau
perkataan yang sama
3. Salah dalam mengartikan pertanyaan yang diberikan
4. Sulit menulis nomor dalam urutannya
5. Tidak konsisten dalam membuat tulisan yang bervariasi dalam kemiringan huruf dan
ukuran tulisan
6. Kalimat atau kata ditulis tidak lengkap dan sering terdapat huruf atau kata yang
terlewat
7. Garis dan batas halaman kertas tidak sama antara satu halaman dengan halaman yang
lain
8. Jarak antar kata tidak konsisten
9. Menggenggam alat tulis dengan sangat erat, biasanya anak dengan disgrafia menulis
dengan bertumpu pada pagkal lengan dan memegang pensil hingga menempel di
kertas
10. Sering berbicara sendiri saat menulis
11. Selalu memperhatikan tangan yang sedang menulis
12. Lambat dalam menulis
Penanganan Anak dengan Disgrafia
Anak penderita disgrafia harus didorong untuk membuat abstraksi kasar tentang apa
yang mereka pikirkan dengan mencatatnya dikertas tanpa harus memedulikan ejaan, tanda
baca, dan lainnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan
gangguan ini. Di antaranya:
1.Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan
keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan
anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah
pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika
memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja setiap hari. Atau bisa
juga orang tua dari si anak meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes
kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar
menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari
dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan
menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia
mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali
menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri
dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar
terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat
kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan
memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu
pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan
kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak
tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Adapun penanganan secara terstruktur dapat dilakukan melalui beberapa hal berikut:
1. Faktor kesiapan menulis
Menulis membutuhkan kontrol maskular, koordinasi mata-tangan, dan
diskriminasi visual. Aktivitas yang mendukung kontrol muskular antara lain:
menggunting, mewarnai gambar, finger painting, dan tracing. Kegiatan koordinasi
mata-tangan antara lain: membuat lingkaran dan menyalin bentuk geomteri.
Sementara itu, pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan
membedakan bentuk, ukuran, dan detailnya, sehingga anak menyadari bagaimana cara
menulis suatu huruf.
2. Aktivitas lain yang mendukung
- Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas
serta bawah, dan jari
- Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik
- Menyambungkan titik
- Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan
- Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas
- Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva
- Membuat garis miring secara vertikal
- Menyalin bentuk-bentuk sederhana
- Membedakan bentuk huruf yang mirip bentuknya dan huruf yang hampir sama
bunyinya
3. Menulis huruf lepas/cetak
- Perlihatkan sebuah huruf yang akan ditulis
- Ucapkan dengan jelas nama huruf dan arah garis untuk membuat huruf itu
- Anak menelusuri huruf itu dengan jarinya sambil mengucapkan dengan jelas
arah garis untuk membuat huruf itu
- Anak menelusuri garis tersebut dengan pensilnya
- Anak menyalin contoh huruf itu di kertas/bukunya
Sumber:
Muhammad, Jamila K. A. 2007. Special Education for Special Children. Jakarta: PT Mizan
Publika.
top related