dian adhetya arif-k5408026 - digilib.uns.ac.id/priori... · peta penggunaan lahan, peta kerapatan...
Post on 10-Mar-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRIORITAS PENANGANAN BANJIR
KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI
TAHUN 2012
Skripsi
Oleh:
DIAN ADHETYA ARIF
NIM K5408026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PRIORITAS PENANGANAN BANJIR
KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI
TAHUN 2012
Oleh:
DIAN ADHETYA ARIF
NIM K5408026
Skripsi
Ditul is dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidik an Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diper tahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas S ebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Wakino MS. Pipit Wijayanti S.Si, M.Sc
NIP. 19521103 197603 1 003 NIP. 19761106 200501 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah d ipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Univer sitas Sebelas Maret dan telah diterima untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Inna Prihartini MS. 1. ...............................
Sekretaris : Setya Nugraha S.Si, M.Si 2..............................
Anggota I : Drs. Wakino MS . 3. ...............................
Anggota II : Pipit Wijayanti S.Si, M.Sc 4. ............................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu P endid ikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Dian Adhetya Arif . PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012. S kripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, September 2012.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui persebaran wilayah rawan banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2012, (2) mengetahui persebaran wilayah bahaya banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2012, (3) mengetahui prio ritas penanganan Banji r di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2012
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitat if dengan unit anal isis berupa satuan medan. Wilayah kajian mencakup seluruh wilayah Kecamatan Telanaipura yang terdiri dari 11 kelurahan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik anal isis data untuk mengetahui persebaran wilayah rawan banjir adalah pengskoran dan overlay terhadap parameter yaitu : peta penggunaan lahan, peta kerapatan salu ran drainase, peta kemiringan lereng. Sebelum proses overlay, terlebih dahulu ditentukan faktor penimbang setiap parameter sesuai dengan pengaruh terhadap kerawanan banjir. Persebaran wilayah bahaya banjir menggunakan tekn ik skoring dan over lay terhadap parameter yaitu : peta rawan banjir dan peta penggunaan lahan in tensi f. Wilayah penanganan banji r dianalisis dengan teknik skoring dan overlay terhadap parameter yaitu: peta bahaya banjir dan peta kepadatan penduduk dasimetr ik.
Hasil penelitian yang dipero leh yaitu: (1) Wilayah kerawanan banjir Kecamatan Telanaipura dibag i dalam 5 kelas kerawanan yaitu kelas tidak rawan meliputi sebagian keci l wilayah Kelurahan Legok. Kelas kurang rawan meliputi Kelurahan Legok, Kelurahan Selamat, Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin dan Kelurahan Sungai Putri. Kelas rawan sedang tersebar merata di selu ruh wilayah Kecamatan Telanaipura. kelas rawan tersebar merata diseluruh wilayah Kecamatan Telanaipura. kelas sangat rawan meliputi Kelurahan Sungai Putri, Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Murni dan Kelurahan Legok. (2) Wilayah bahaya banjir Kecamatan Telanaipura dibagi dalam 3 kelas bahaya yaitu kelas tidak bahaya meliputi hampir seluruh wilayah Kecamatan Telanaipura. kelas bahaya sedang meliputi seluruh Kelurahan dalam bagian adm inistrasi Kecamatan Telanaipura, kelas bahaya dengan luas meliputi Kelurahan Legok, Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Mur ni, Kelurahan Buluran Kenal i, dan Kelurahan Teluk Kenali. (3) Prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura terdiri atas 4 kelas prio ritas, semakin rendah kelas maka penanganan semakin didahulukan. Kelas prio ritas I melipu ti Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Simpang IV Sip in, Pematang Sulur, sebagian besar Kelurahan Penyengat Rendah , dan Kelurahan Teluk Kenal i. Kelas prio ritas II meliputi Kelurahan P enyengat Rendah bagian utara, Kelurahan Teluk Kenali bagian utara, Kelurahan Buluran Kenal i, Kelurahan Sungai Putri, dan Kelurahan Selamat. Kelas prio ritas III meliputi Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Legok, dan sebagian Kelurahan Buluran Kenali. Kelas prio ritas IV meliputi Kelurahan Legok tepatnya ditepi Danau Sipin, dan Kelurahan Murni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Dian Adhetya Arif. FLOOD MANAGEMENT P RIORITY IN TELANAIPURA SUBDISTRICT OF JAMBI CITY IN 2012 . Thesis, Surakarta: Teacher Train ing and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, October 2012.
The objectives of research are: (1) to find out the distribution o f vulnerable-to-flood area in Telanaipura Subdistrict of Jambi C ity in 2012, (2) to find out the distribution of flood hazard area in Telanaipura Subdistrict of Jambi City in 2012, and (3) to find out the priority of Flood management in Telanaipura Subdistrict of Jambi City in 2012.
This research used a descriptive qualitative method with terrain unit as the unit analysis. The area o f study included en tire area of Telanaipura Subdistrict consisted of 11 kelurahans. The data obtained included primar y and secondary data. Techniques of col lecting data used were documentation, observation, and interview. Techniques of analyzing data used to find out the distribution of vulnerable-to-flood area were scoring and overlay with the fol lowing parameter s: landuse map, drainage channel density map, and slope declivity map. Before overlay p rocess, each parameter weighing factor was deter mined fi rst according to the effect of flood vulnerability. The distribution of flood hazard area was analyzed using scoring and overlay techn ique with the fo llowing parameters: flood vulnerability map and intensively land use map. The flood management area was analyzed using scoring and overlay techniques with the following parameters: flood danger map and dasimetric population density map.
The result o f research showed that: (1) The flood vulnerability area o f Telanaipura Subdistrict was divided in to 5 classes: non-vulnerable class including a smal l part of Kelurahan Legok area. Less vulnerable class included Kelurahans Legok, Selamat, Telanaipura, So lok Sipin and Sungai P utri. The moder ate vulnerable class was d istributed evenly throughout Telanaipura Subdistrict ar ea. The vulnerable class was distribu ted evenly throughout Telanaipura Subdistrict area. The very vulnerable class included Kelurahans S ungai Putri, Penyengat Rendah, Murni, and Legok. (2) The flood hazard area of Telanaipura Subdistrict was divided into 3 hazard class: non-hazard class including nearly all areas of Telanaipura Subdistrict. Moderate hazardous class included al l kelurahans in administrative area of Telanaipura. Hazardous class included Kelurahans Legok, Penyengat Rendah, Murni , Buluran Kenali, and Teluk Kenali. (3) The prio rity of flood management in Telanaipura subdistrict consisted o f 3 prio rity classes, the lower the class i s, the more priorit ized is the management. Priority class I included Kelurahans Telanaipura, Sim pang IV Sipin , Pematang Sulur, most areas of Kelurahan Penyengat Rendah, and Kelurahan Teluk Kenali . Priority Class II included northern area of Kelurahan Penyengat Rendah, northern area of Kelurahan Teluk Kenali, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Sungai Putr i, Kelurahan Legok, Kelurahan So lok Sipin and Kelurahan Selamat. Priority Class II included Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Legok, and a part o f Kelurahan Buluran Kenali. Priority Class III included Kelurahan exactly on the edge of Danau Sipin and Kelurahan Murni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
- orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu S ebagai
penolongmu, sesungguhnya A llah beserta or ang-
(Al-Baqarah: 153)
Berbakti kepada Orang tua, kunci kesuksesan dunia dan akhirat
Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan,
Istiqomah dalam menghadapi cobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAH AN
Allah SWT yang telah memberikan ridho, kemudahan, dan kelancar an
selama menjalani skripsi ini sampai selesai.
Junjungan K ita Nabi Muhammad SAW.
Karya in i ku persembahkan Ayah dan Ibu tercin ta terima kasih atas
-
hentinya diberikan.
Terima kasih Adek ku tersayang sudah menjadi tempat berbagi, belajar,
cerita, bermain, jalan, dan menjadi teman sahabat .
Bapak Drs. Wakino MS. dan Ibu Pipi t Wijayant i S.Si, M.Sc yang menjad i
Dosen Pembimbing Skripsi saya. Terima kasih atas bimbingan, masukan
dan arahannya.
Ria Kurniawati, ST. terima kasih sudah meluangkan waktu untuk selalu
mengingatkan, mendukung , memberi masukan , perhatian, semangat , dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah-Nya sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak . O leh karenanya,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah , M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendid ikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Bapak Drs. Syaiful Bachr i, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial atas ijin yang diberikan.
3. Bapak Dr. Gamal Rindarjono M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendid ikan
Geografi, Bapak Drs. Djoko S ubandriyo M.Pd selaku Pelaksana Tugas, dan
pembimbing akademik atas ijin serta motivasinya yang telah diberikan .
4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi atas ilmu dan pengalaman
yang telah diberikan.
5. Pemerintah Kota Jambi beserta jajaran instansi dibawahnya yang telah
bersedia memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
6. Ibu, Ayah, dan keluarga besar ku atas doa,dukungan,dan kasih sayangnya.
7. Eirlangga, SP atas bimbingan penggunaan Arcg is
8. Arif Andani Hidayat atas atas bantuan penelitiannya
9. Teman-teman pendidikan Geogr afi 2008
10. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Menyadari banyaknya kekurangan, penulis mengharapkan k ritik serta saran agar
skripsi ini lebih sempurna. Semoga skr ipsi ini bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
Dian Adhetya Arif
K5408026
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
PENGAJUAN ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGES AHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................ ..................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ................................................................ .......................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................ .......................... xv
DAFTAR PETA ............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................ .................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................ .............................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................ .......................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Perumusan Masalah ................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ................................ ..................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ................................ ................................................... 7
F. Batasan Operasional ................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................ ........................................... 10
A. Tinjauan Pustaka ................................ ................................................... 10
1. Konsep Banj ir ................................ ................................................... 10
2. Wilayah Rawan Banj ir................................ ...................................... 13
3. Bahaya ( Hazard) .............................................................................. 14
4. Lahan dan Penggunaan Lahan .......................................................... 15
5. Satuan Medan ................................ ................................................... 15
B. Hasil Penelit ian yang Relevan ............................................................... 16
C. Kerangka Pemiki ran .............................................................................. 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III METODOLOGI PENE LITIAN.......................................................... 23
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 23
1. Tempat Penelitian ............................................................................. 23
2. Waktu Penel it ian .............................................................................. 23
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................. 24
C. Wilayah Kaj ian ...................................................................................... 25
D. Jenis dan Sumber Data ................................ .......................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 26
1. Dokumentas i ................................ ..................................................... 26
2. Observasi .......................................................................................... 26
3. Wawancara ....................................................................................... 26
F. Teknik Sampling ................................ ................................................... 27
1. Populasi ................................ ............................................................ 27
2. Sampel ................................ .............................................................. 27
G. Validitas Data ........................................................................................ 27
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 28
1. Persebar an Wilayah Rawan Banjir ................................................... 28
2. Persebaran Wilayah Bahaya Banjir .................................................. 35
3. Prio ritas Penanganan Banj ir ................................ ............................. 37
I. Prosedur Peneli tian ................................ ................................................ 39
1. Tahap Persiapan ................................ ................................................ 39
2. Penyusunan Proposal ................................ ........................................ 39
3. Penyusunan Instrumen ................................ ...................................... 40
4. Tahap Pengupulan Data .................................................................... 40
5. Tahap Analisis Data................................ .......................................... 40
6. Analisi s Peta ................................ ..................................................... 40
7. Tahap Penggambaran Peta................................................................ 41
8. Penulisan Laporan Penelitian ........................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ................................................................ 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1. Letak ................................................................................................ . 43
2. Luas ................................................................................................ . 43
3. Batas ................................................................................................ . 44
4. Keadaan Fisik ................................ ................................................... 46
5. Penggunaan Lahan ............................................................................ 58
6. Keadaan Penduduk ................................ ........................................... 59
B. Deskripsi Hasi l Penelitian dan Pembahasan ......................................... 62
1. Persebaran Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Telanaipura
Tahun 2012 ....................................................................................... 62
2. Wilayah Bahaya Banjir Kecamatan Telanaipura Tahun 2012 ........ 90
3. Prio ritas Penanganan Banj ir Kecamatan Telanaipura
Tahun 2012 ....................................................................................... 99
BAB V KESIMPULAN, IMP LIKASI DAN SARAN ................................... 108
A. Kesimpulan ................................ .......................................................... 109
B. Implikasi .............................................................................................. 110
C. Saran ............................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 111
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tipologi Daerah Rawan Banjir ..................................................... 14
Gambar 2. Diagram Kerangka Pemiki ran ....................................................... 22
Gambar 3. Diagram alur penelitian ................................................................ . 42
Gambar 4. Diagram Persentase Luas Kecamatan Telanaipura ....................... 44
Gambar 5. Wilayah dataran banj ir di Kelurahan Penyengat Rendah.............. 49
Gambar 6. Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda ...................................... 49
Gambar 7. Ci tra Ikonos Danau Tapal Kuda di Kelurahan Legok ................... 50
Gambar 8. Tipe I klim Lokasi Penelitian Menurut Koppen............................. 56
Gambar 9. Tipe Cur ah Hujan Lokasi Penelitian ............................................. 58
Gambar 10. Foto Daerah Tidak Rawan Banji r (kelas I) ................................... 85
Gambar 11. Foto Daerah Kurang Rawan Banjir (kelas II) ............................... 85
Gambar 12. Foto Daerah Rawan Sedang (kelas III) ......................................... 86
Gambar 13. Foto Daerah Rawan Banjir (kelas IV) ........................................... 87
Gambar 14. Foto Daerah Sangat Rawan Banjir (kelas V). ............................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian yang Relevan ................................................................. 18
Tabel 2. Jadwal Penel itian............................................................................ 24
Tabel 3. Data yang D ibutuhkan ................................ ................................... 25
Tabel 4. Klasif ikasi dan Skoring Kerapatan Saluran Drainase .................... 29
Tabel 5. Klasif ikasi dan Scoring Penggunaan Lahan Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi ................................................................ 31
Tabel 6. Klasif ikasi Kemiringan Lereng ...................................................... 32
Tabel 7. Klasif ikasi dan Skoring Kemiringan Lereng ................................. 32
Tabel 8. Pengharkatan Klasifikasi Kerawanan Banjir Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi .................................................................. 33
Tabel 9. Kriteria Kerawanan Banjir ............................................................. 35
Tabel 10. Klasif ikasi dan Scoring Kerawanan Banjir ................................... 35
Tabel 11. Klasif ikasi dan skor pengunaan lahan Intensif ............................. 36
Tabel 12. Kriteria Bahaya Banjir .................................................................. 37
Tabel 13. Klasif ikasi dan Scoring Bahaya Banjir .......................................... 38
Tabel 14. Klasif ikasi dan Scoring Kepadatan Penduduk Dasimetrik ............ 38
Tabel 15. Kriteria prioritas penanganan Banji r .............................................. 39
Tabel 16. Rincian Administrasi Kecamatan Telanaipura .............................. 43
Tabel 17. Suhu Udara Bulanan Stasiun Klimatologi Sultan Thaha
Tahun 2010 ................................ ...................................................... 54
Tabel 18. Data Curah Hujan Wilayah Penel itian ........................................... 55
Tabel 19. Tipe Cur ah Hujan Di Indonesia ..................................................... 57
Tabel 20. Penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura .................................. 59
Tabel 21. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Kecamatan Telanaipura
Tahun 2010 ................................ ...................................................... 60
Tabel 22. Kepadatan Penduduk Kecamatan Telanaipura Tahun 2010 .......... 61
Tabel 23. Ketinggian Kecamatan Telanaipur a ............................................... 63
Tabel 24. Kemiringan Lereng Kecamatan Telanaipura ................................. 64
Tabel 25. Satuan Medan Kecamatan Telanaipura.......................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 26. Klasif ikasi dan skoring kerapatan saluran drainase
Kecamatan Telanaipura .................................................................... 74
Tabel 27. Klasifikasi dan S koring Penggunaan Lahan Kecamatan
Kecamatan Telanaipura Tahun 2012 ............................................... 78
Tabel 28. Klasif ikasi dan skoring kemiringan lereng
Kecamatan Telanaipura .................................................................... 82
Tabel 29. Skor Tertimbang Param eter Kerawanan Banjir ............................. 83
Tabel 30. Luas Wilayah Rawa n Banjir Kecamatan Telanaipura ................... 84
Tabel 31. Klasifikasi dan S koring Rawan Banji r ........................................... 91
Tabel 32. Skoring Penggunaan Lahan I ntensif Kecamatan Telanaipura ...... 91
Tabel 33. Skor Tertimbang Parameter Bahaya Banjir ................................... 94
Tabel 34. Luas Wilayah Bahaya Banjir Kecamatan Telanaipura .................. 95
Tabel 35. Kepadatan Penduduk dasimetrik .................................................... 100
Tabel 36. Klasifikasi dan Skoring Kepadatan Penduduk Das imetrik ............ 101
Tabel 37. Skor Tertimbang Parameter Prioritas Penanganan Banj ir ............. 103
Tabel 38. Luas Wilayah priori tas penanganan ban jir
Kecamatan Telanaipura .................................................................... 104
Tabel 39. Prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura..................... 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kecam atan Telanaipura .............................................. 45
Peta 2. Geologi Kecamatan Telanaipura ...................................................... 47
Peta 3. Topografi Kecamatan Telanaipura ................................................... 65
Peta 4 . Kemiringan Lereng Kecamatan Telanaipura ................................... 66
Peta 5 . Satuan Medan Kecamatan Telanaipura ............................................ 72
Peta 6 . Drainase Kecamatan Telanaipura..................................................... 76
Peta 7 . Kerapatan Saluran Kecamatan Telanaipura ..................................... 77
Peta 8. Penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura .................................... 81
Peta 9 . Kerawanan Banjir Kecamatan Telanaipura ...................................... 88
Peta 10. Penggunaan Lahan In tensi f Kecamatan Telanaipura ....................... 93
Peta 11. Bahaya Banji r Kecamatan Telanaipura ............................................ 97
Peta 12. Kepadatan Penduduk Dasimetrik Kecamatan Telanaipura .............. 102
Peta Rekomendasi Prio ritas Penanganan Banji r Kecamatan Telanaipura ..... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Skoring Rawan Banji r Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
Lampiran 2. Tabel Skoring Bahaya Banji r Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
Lampiran 3. Tabel Skoring Prioritas Penanganan Banjir Kecamatan
Telanaipura Tahun 2012
Lampiran 4. Pedoman Wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ribuan tahun manusia telah hidup berdampingan dengan alam.
Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai bahan pemenuhan kebutuhan manusia t idak
dapat dihindari. Berkembangnya ma nusia dipermukaan bumi menyebabkan semakin
tinggi pula permintaan akan sumberdaya alam. Tingginya kebutuhan akan
sumberdaya ter sebut menuntun manusia untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi
terhadap sumberdaya alam yang dimulai dar i kawasan potensial terutama di daerah
yang subur.
Pengkonsentrasian permukiman pada kawasan-kawasan potensial mulai
terbentuk sejak manusia memiliki pola hidup menetap . Lokasi konsentrasi
permukiman didasarkan pada lokasi yang potensial dengan mempertimbangkan
lokasi yang subur dan adanya sumber air. Kawasan yang dipilih dapat berupa lembah
sungai, pantai, dan dataran aluvial lainnya. Sejalan dengan perkembangan peradaban
maka terjadilah pemusatan permukiman yang berkembang menjadi perkotaan.
Pemil ihan kawasan permukiman diwilayah potensial tersebut akan disertai dengan
timbulnya resiko lingkungan yang har us ditanggung manusia yang menetap pada
kawasan itu berupa ancaman bencana ban jir.
Lokasi permukiman yang dekat dengan air merupakan ci ri khas
perkembangan permukiman yang ada di Indonesia. Sebagai contoh ko ta-kota yang
berkembang dar i keberadaan sebuah sungai yaitu Kota Solo dengan Bengawan Solo,
Kota Palembang dengan Sungai Musi, dan Kota Jambi dengan Sungai Batanghari.
Perkembangan permukiman yang demikian d i wilayah Indonesia sangat rentan untuk
timbul bencana.
Hal ini disebabkan w ilayah Indonesia terletak di daerah iklim trop is dengan
dua musim yaitu kemarau dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu,
dan arah angin yang ekstrim. Kondisi iklim ini dapat menimbulkan akibat negati f
bagi manusia yaitu terjadinya bencana seperti banj ir. Seiring dengan berkembangnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung
semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadia n dan in tensitas bencana
banjir yang terjadi di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2010 bencana banjir
terjadi di Jakarta, Pati, Brebes, Cilacap, Kota Jambi, Manado, dan beberapa wilayah
lainnya. Kejadian banjir tersebut mengakibatkan kerugian seperti wilayah Brebes
yang mengalami kerugian kerusakan lahan sebesa r 11 Ha, Kabupaten Cilacap
sebesar 518 Ha, serta Kabupaten Pati yang mengalami kerusakan lahan seluas 258
Ha. (sumber: dibi.bnpb.go.id).
Banjir adalah masalah umum yang dihadapi negara-negara di dunia, tidak
terkecual i negara maju sekalipun. Banjir sebenarnya merupakan fenomena alam yang
biasa terjadi pada kawasan dataran banjir (flood pla in) sepanjang sungai. Banjir
muncul sebagai bencana ketika merugikan manusia yang melakukan keg iatan dan
bermukim dikawasan tersebut. Menurut Hasibuan (2004: 1) Banjir adalah aliran
permukaan yang tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga melebar
ke kir i dan kanan serta menimbulkan genangan yang merugikan manusia. Daer ah
rawan banj ir adalah kawasan po tensial timbulnya banjir yang diidenti fikasi dengan
frekuensi terjadinya banjir. Fenomena banjir yang terjadi secara mer ata di berbagai
wilayah di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya, pada dasarnya, merupakan
indikasi yang kuat terjadinya ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang yaitu antara
aktivitas manusia dengan kepentingan ekonominya dan alam dengan kelestarian
lingkungannya.
Dinas Pekerjaan Umum (2003: 2) menyatakan bahwa penyebab terjad inya
bencana banjir secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) hal, yakni: (1) kondisi
alam yang bersifat statis, seperti kondisi geografi, topografi , dan kar akterist ik sungai,
(2) peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti perubahan iklim (pemanasan)
global, pasang surut, land subsidence, sedimentasi, dan sebagainya, serta (3)
aktivitas sosial-ekonomi manusia yang sangat dinamis, sepert i deforestasi (proses
penggundulan hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaatan sempadan
sungai/saluran un tuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banji r, perilaku
masyarakat, keterbatasan prasarana dan sarana pengendali banjir dan sebagainya.
Selain faktor faktor tersebut, pemanasan global (global warming) juga merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
aspek yang perlu mendapatkan perhatian besar karena akan m empengaruhi
peningkatan frekuensi dan intensitas ban ji r dengan pola hujan yang acak dan musim
hujan yang pendek sementara curah hujan sangat t inggi (kejadian ekstrim).
Banjir di kawasan dataran banjir dan dataran al luvial merupakan
permasalahan yang pent ing, mengingat konsentrasi permukiman penduduk mayoritas
berada di wilayah ini. Banjir pada daerah ini akan menimbulkan kerugian yang
sangat besar seperti korban jiwa, kerusakan infrastruktur publik, kerusakan materi
pribadi penduduk, dan terganggunya roda perekonomian kota yang pada akhirnya
akan menimbulkan kerugian dan kesengsaraan bag i penduduk yang terkena bencana.
Kota Jambi merupakan kota yang berkembang karena keberadaan Sungai
Batanghari. Muncul dan berkembangnya Kota Jambi sebagai pusat permukiman dan
kegiatan masyarakat Jambi telah melalui sejarah yang sangat panjang. Bermula dari
didi rikannya sebuah kerajaan oleh Datuk Orang Kayo H itam di tepi Sungai
Batanghari. Lokasi yang dipi lih berkaitan erat dengan fungsi sungai sebagai
pemenuhan kebutuhan akan air dan transportasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa
Kota Jambi berkembang d i lokasi satuan bentuklahan dataran aluvial yang secara
geomorfologi sangat rawan untuk terlanda ban jir.
Daerah yang sering terlanda banjir di Kota Jambi salah satunya adalah
sekitar Danau Sipin yang secara administrasi berada di Kecamatan Telanaipura dan
dekat pusat permukiman di Kota Jambi . Danau Sip in adalah sebuah danau tapal kuda
yang terbentuk ak ibat erosi dan pelurusan sungai secara alami. Saat musim hujan
datang, kawasan ini sering mengalami banjir dan menggenangi permukiman
penduduk sekitarnya.
Kecamatan Telanaipura yang merupakan bagian wilayah administrasi Kota
Jambi dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kecamatan Telanaipura merupakan
wilayah yang mengalami banjir dan frekuensinya meningkat dalam satu dekade
terakhir. Selain itu , kejadian banjir menimbulkan kerugian bagi masyarakat .
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (dibi .bnpb.go.id)
pada tahun 2003 banjir terjadi dua kali dalam setahun dan menimbulkan kerugian
berupa kerusakan lahan seluas 1044 ha, kerusakan fasilitas pendid ikan sebanyak 6
unit sekolah, korban meninggal 5 o rang dan menderita sebanyak 1260 orang, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
penduduk mengungsi sebanyak 11.496 orang. Banj ir kemba li terjadi pada tahun 2004
dengan menimbulkan kerugian kerusakan lahan seluas 409 ha. Frekuensi kejadian
banjir juga mengalami peningkatan diband ing tahun-tahun sebelumnya. Bencana
banjir ter jadi rata-rata dua kali dalam setahun , Namun pada tahun 2010 ban jir terjadi
lima kali.
Pada tahun 2010 banjir telah menggenangi 4 kelu rahan yaitu Kelurahan
Legok, Kelurahan Buluran, Kelurahan Teluk Kenali, dan Kelurahan Penyengat
Rendah. Banjir yang melanda daerah tersebut telah menimbulkan dampak negatif
yang merugikan. Kelurahan Legok merupakan wilayah yang mengalami kerugian
sebanyak 662 rumah tergenang banjir. Selain itu banjir juga merusak fasilitas
pendidikan, serta terganggunya akt ifitas sosial dan ekonomi karena ter genangnya
beberapa ruas jalan bahkan ter ganggunya kesehatan masyarakat. Agar dampak yang
ditimbulkan akibat banjir tidak semakin meluas, sudah semestinya j ika anali sis
bencana banjir di Kecamatan Telanaipura dilakukan. hasil analisis dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan prioritas penanganan banjir dalam usaha penyelamatan
jiwa manusia pada lokasi -lokasi tertentu yang dianggap sangat merugikan.
Kerugian yang dialami penduduk tersebut menjadikan daerah Kecamatan
Telanaipura sebagai daerah yang bahaya jika fenomena banjir melanda. Oleh karena
itu diperlukan tindakan penanganan agar kerugian dapat berkurang. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan yaitu penentuan wilayah rawan ban jir dengan menggunakan
analisis medan . Kejadian banjir berkaitan dengan kondisi medan di suatu wilayah.
Parameter medan yaitu kelerengan dan ketinggian. Banjir akan terjadi dengan
kondisi kelerengan yang datar dan ketinggian tempat yang rendah, karena lokasi
tersebut merupakan tempat akumulasi air yang datang dari wilayah lebih t inggi.
Penggunaan medan sebagai unit analisis dalam mengkaji persebaran wilayah rawan
dan bahaya banjir akan memudahkan dalam penyajian informasi banjir, selanjutnya
akan mempemudah dalam penengambilan keputusan penanganan banjir.
Penyajian informasi mengenai banjir pada saat ini masih sebatas pada data
dalam bentuk angka-angka atau tabel yang belum dipetakan oleh Dinas Peker jaan
Umum (DPU). Penyajian data dalam bentuk ini dapat mudah dibaca dan digunakan
oleh pembaca, namun masih terdapat berbagai kelemahan didalamnya yaitu tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dapat memberikan gambaran mengenai distribusi spasial lokasi banjir. Oleh sebab itu
peneli ti akan menggunakan peta sebagai output akhir penelitian sehingga akan
memudahkan pembaca dalam menginterpretasi dan menyadap informasi yang
terekam di dalam peta. Bintarto dan Surastopo (1978) menyatakan bahwa apabila
menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi mengenai sifat -
sifat penting maka hendaknya informasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk peta,
karena melalui peta dapat disampaikan informasi keruangan dan lokasi penyebaran,
macam serta ni lai data secara tepat dan jelas.
Penyajian data tentang persebaran wilayah banjir ke dalam bentuk peta
tentunya akan sangat membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
ataupun tindakan lebih lanjut terhadap masalah banjir baik waktu sekarang maupun
masa yang akan datang. Karena melalui peta, pemakai peta dapat dengan mudah
membaca dan menangkap ide dari data dan informasi yang disajikan. Peta r awan
banjir yang dihasilkan merupakan salah satu aspek penting dalam usaha pencegahan
dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana ban jir. Identifikasi daerah rawan
banjir akan berguna sebagai bahan anali sis untuk mengetahui wilayah yang
berbahaya bag i keselamatan jiwa penduduk, selanjutnya dapat ditentukan urutan
prioritas penanganan banjir di Kecamatan Telanaipura. kebijakan prioritas
penanganan banjir didasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu upaya penanggulangan
didasarkan pada keselamatan jiwa manusia.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut , penulis tertarik mengadakan
peneli tian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul:
Banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, ter dapat beberapa
permasalahan yang menjadi fokus penelitian, yaitu :
1. Wilayah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi merupakan kawasan yang sering
dilanda banjir dalam satu dekade terakhir. Kondisi demikian akan sangat
mengganggu aktivitas masyarakat Kota Jambi.
2. Wilayah banjir terjadi d i sekitar Danau Sipin yang merupakan bagian dari wilayah
administrasi Kecamatan Telanaipura. Pusat pemerintahan provinsi Jambi juga
berlokasi di wilayah administrasi Kecamatan Telanaipura. Jika terjadi banjir pada
lokasi ini maka akan sangat menggangu kegiatan pemerintahan.
3. Banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat banjir seperti korban meninggal,
kerusakan infrastruk tur publik, dan terganggunya kegiatan perekonomian
penduduk. Dampak yang ditimbulkan merupakan efek dari kurangnya kesiapan
masyarakat dan pemerintah dalam mengantisipasi banjir. Tindakan mitigasi
bencana ban jir diperlukan untuk memperkecil ker ugian yang di alami oleh
masyarakat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang peneli tian di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Dimana persebaran daerah wilayah banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi
tahun 2012?
2. Dimana persebaran daerah wilayah banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi
tahun 2012?
3. Bagaimana prioritas penanganan Banjir di Kecamatan Telanaipur a Kota J ambi
tahun 2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui persebaran wilayah rawan banjir di Kecamatan Telanaipura Kota
Jambi tahun 2012.
2. Mengetahui per sebaran wilayah bahaya banjir di Kecamatan Telanaipura Kota
Jambi tahun 2012.
3. Mengetahui prioritas penanganan Banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi
tahun 2012.
E. Manfaat Penelitian
Penel itian ini d iharapkan akan memberikan beberapa manfaat antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian dalam kajian bidang
ilmu Geografi khususnya untuk pemetaan banjir, dan prioritas penanganan banjir di
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penel iti
Memberikan manfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan latihan
dalam menerapkan teori yang telah dipelajari di bangku perkuliahan. Penelitian
juga bermanfaat dalam meraih gelar sarjana pada Program Studi Pend idikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Bagi Pemerintah Kota
Output yang dihasilkan adalah peta persebaran wilayah rawan banjir dan
peta prioritas penanganan banjir sehingga dapat memberikan gambaran tingkat
kerentanan banjir masa kini dan persebarannya di wilayah Kecamatan Telanaipura
tahun 2012, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penentuan kebijakan perencanaan dan pengembangan wilayah, khususnya
penentuan skala priori tas penanganan banjir di kawasan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
F. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelit ian ini adalah :
1. Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia seh ingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).
2. Bencana alam (natural disaster) adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topa n, dan tanah
longsor (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana).
3. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu terten tu yang mengurangi kemampuan mencegah ,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).
4. Banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang
disebabkan oleh curah hujan yang berleb ihan atau salju yang mencair atau dapat
pula karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir
(Schweb, at.al. : 1981 dalam Lili Soemantri 2008: 3). Banjir juga didefenisikan
sebagai aliran atau genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi bahkan
menyebabkan kehilangan jiwa. Dalam istilah teknis banjir adalah aliran ai r sungai
yang mengalir melampaui kapasitas tampung sungai. Dan dengan de mikian, aliran
air sungai tersebut akan melewati teb ing sungai dan menggenangi daerah sekitar.
(Hewlet: 1982 dalam Lili Soemantri 2008: 3).
5. Pemetaan banjir merupakan usaha mempresentasikan data yang berupa angka atau
tulisan tentang distribusi banjir ke dalam bentuk peta agar persebaran datanya
dapat langsung diketahui dengan mudah dan cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
6. Mitigasi (mitigation) adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. (Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).
7. Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang mel iputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabil itasi . (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Banjir
Banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang
disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula
karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir
(Schweb,at.al.: 1981 dalam Lili Soemantri 2008: 3). Banjir juga didefenisikan
sebagai aliran atau genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi bahkan
menyebabkan kehilangan jiwa. Dalam istilah teknis ban jir adalah aliran air sungai
yang mengal ir melampaui kapasitas tampung sungai. Dan dengan demikian, aliran
air sungai tersebut akan melewati teb ing sungai dan menggenangi daerah sekitar
(Hewlet: 1982 dalam dalam Lili Soeamantri 2008: 3).
Menurut Maryono (2005) dalam Agus Joko (2008: 1) Banji r disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran
Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai , faktor
pendangkalan sungai, dan fak tor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana
dan prasarana.
Banjir adalah perist iwa tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air
yang melebihi kapasitas pembuangan air di tempat tersebut sehingga menimbulkan
kerugian baik fisik, sosial, dan ekonomi (Pusat Mitigasi Bencana ITB, 2009: 3).
Banjir juga dapat d idefinisikan sebagai debit ekstrim dari suatu sungai yang
melampaui kapasitas pengalirannya sehingga meluap dan menggenangi daerah
disekitarnya atau sempadan sungai (Abdul, 2006: 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Banjir bukan merupakan hal yang asing bagi manusia tetapi pengertian
banjir sering rancu disamakan dengan genangan. Banjir merupakan fenomena
alamiah di dataran banjir (flood plain). Banjir merupakan satu bahaya alam (natural
hazard) yang terjadi di alam ini dimana air menggenangi lahan-lahan rendah di
sekitar sungai sebagai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan
mengalirkan air, sehingga air meluap keluar alur melampaui tanggul dan
menggenangi daerah sek itarnya seperti dataran banjir dan dataran alluvial
(Dibyosaputro, 1998). Banjir yaitu genangan yang di timbulkan oleh meluapnya
aliran sungai, sedangkan genangan adalah tertahannya aliran air permukaan ak ibat
tidak berfungsinya d rainase. Banjir dan genangan tersebut sama-sama melanda
daerah permukiman penduduk sehingga menimbulkan kerugian harta maupun jiwa.
Menurut Suripin (2004: 339) Penyebab ban jir dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu:
a. Banjir kiriman
Merupakan aliran banji r yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan
yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi d i daerah hulu
menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasi tas sungainya sehingga terjadi
limpasan di daerah seki tar sungai atau sempadan sungai. Banjir jenis ini biasanya
terjadi secara t iba tiba dan akan kembali normal apabila in tensitas hujan di daerah
hulu sudah menurun.
b. Banjir lokal
Banjir lokal merupakan genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh
di daerah itu sendiri. Hal ini biasanya disebabkan karena hujan yang terjadi
meleb ihi kapasitas sistem drainase yang ada. Banjir jenis ini banyak ter jadi di
daerah perkotaan dengan topografi yang rendah karena selain sistem drainase
yang kurang berfungsi juga karena disebabkan banyaknya alih fungsi lahan
terbuka menjadi pemukiman atau penggunaan lahan perkotaan (urban landuse)
seiring perkembangan kota yang berdampak pada berkurangnya daerah r esapan
air sehingga menyebabkan banjir ketika ter jadi hujan yang lebat. Pada banjir
lokal, ketinggian genangan air antara 0,2-0,7 m dan lama genangan terjadi secara
singkat antara 1-8 jam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Banjir rob
Banjir rob merupakan banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air
pasang dan/atau air balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang.
Contoh dari banjir rob adalah banj ir yang terjadi di kota kota pesisir pantai seperti
Semarang dan Surabaya.
Beberapa daerah di Indonesia mengalami peningkatan jumlah populasi
manusia karena adanya daya 2 pikat yang dapat mempengaruhi manusia untuk
pindah dari desa ke kota. Lahan lahan yang sebenarnya untuk daerah preservasi dan
konservasi untuk menjaga keseimbangan lingkungan setempat, diambil alih untuk
pemukiman, pabrik-pabrik, industri, dan lainnya (Kodoatie, 2002 dalam Prasetyo
2011: 2)
Selain itu, menurut Seyhan ( 1977) dalam Prasetyo (2011: 2) bencana alam
banjir yang terjadi juga di ten tukan oleh aspek yang lain, yaitu: 1) aspek
meteorologis-klimatologis terutama karakteristik curah hujan yang mampu
membentuk badai atau hujan maksimum, 2) karakteristik DAS dari aspek bio-
geofisikal yang mampu memberikan ciri khas tipolog i DAS tertentu , 3) aspek sosial
ekonomi masyarakat terutama karak teristik budaya yang mampu memicu terjadinya
kerusakan lahan DAS, sehingga wi layah DAS ter sebut tidak mampu lagi berfungsi
sebagai penampung, penyimpan , dan penyalur air hujan yang baik. Ketiga aspek
tersebut secara garis besar yang dapat dipakai sebagai dasar penentuan apakah
wilayah DAS ataupun bagian DAS mana (hulu, tengah, hilir) termasuk kritis berat
ataupun potensial kritis. Dengan kata lain, apakah wilayah DAS ataupun bagian DAS
mana yang sudah termasuk k lasifikasi rawan atau sangat rawan banjir. Sehingga
sebelum terjad i bencana banji r di wilayah DAS tersebut sudah diketahui terlebih
dahulu di wilayah DAS atau di bagian DAS mana yang rawan/sangat rawan banjir
atau kritis/sangat kritis, dengan demikian ada waktu untuk mengantisipasi ataupun
berbuat sesuatu sebelum banjir itu datang, dan menjad i bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Wilayah Rawan Banjir
Wilayah adalah suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu dan
bagian-bagiannya tergantung secara internal. Wilayah dapat diidentifikasi dengan
kesamaan cir i tertentu didalamnya. Sedangkan rawan adalah gawat/buruk (keadaan)
tidak aman, lemah. Wilayah rawan banjir merupakan suatu kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana banjir. Faktor- faktor yang mempengar uh i
daerah rawan ban jir adalah daerah dengan topografi yang relatif datar dan daerah
yang memiliki tata ruang yang tidak baik, misalnya tidak mempunyai daerah resapan
air hujan.
Daerah-daerah tersebu t banyak diketemukan di bantaran sungai dan kota-
kota besar. Menurut Isnugroho (2006) dalam Agus Joko (2008: 4), lokasi rawan
banjir dapat dikategorikan menjadi empat tipologi sebagai berikut :
a. Daerah Pantai
Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah
tersebut merupakan dataran rendah yang ketinggian permukaan tanahnya lebih
rendah atau sama dengan ket inggian muka air laut pasang rata-rata (mean sea
level) dan tempat bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai permasalahan
penyumbatan muara. Daerah pantai sangat rawan banjir rob misalnya kota
Semarang di pesisir utara Jawa Tengah
b. Daerah Dataran Banjir (Flood Plain Area)
Daerah dataran banjir (Flood plain area) adalah daerah di kanan-kiri
sungai yang muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air
menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap
banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini
umumnya terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan
daerah pengembangan sepert i perkotaan, pertanian, permukiman dan pusat
kegiatan perekonomian, perdagangan, industri, dan lain lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Daerah Sempadan Sungai
Daerah ini merupakan kawasan rawan banji r, akan tetapi, di daerah
perkotaan yang padat penduduk, daerah sempadan sungai sering dimanfaatkan
oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha sehingga apabila terjadi
banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan j iwa dan harta
benda.
d. Daerah Cekungan
Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Apabila penatan kawasan tidak
terkendali dan sistem drainase yang kur ang memadai, dapat menjadi daerah rawan
banjir.
Gambar 1. Tipologi Daerah Rawan Banjir (Isnugroho, 2006)
3. Bahaya ( Hazard)
Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi
mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan l ingkungan.
Berdasarkan United Nations-International Stra tegy for Disaster Reduction (UN-
SDR), bahaya ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu :
1. Bahaya beraspek geologi, antara lain: gempa bumi, tsunami , gunung api, dan
longsor.
2. Bahaya beraspek hidrometerologi, antara lain: banjir, kekeringan, angin topan,
dan gelombang pasang.
3. Bahaya beraspek biologi, antara lain: wabah penyakit, hama, dan penyakit
tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Bahaya beraspek teknologi, antara lain: kecelakaan transportasi, kecelakaan
industri, dan kegagalan teknologi.
5. Bahaya beraspek l ingkungan, antara lain: kebakaran hutan, kerusakan l ingkungan,
dan pencemaran limbah. (Sumber: Bappenas.go.id)
4. Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan f isik terdiri atas tanah, iklim, relief,
hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada d i atasnya yang se lanju tnya semua
faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga
hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang (Arsyad, 1989 dalam
Anonim 2010: 1).
Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan
manusia terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi
kebutuhan hidup baik material maupun sp iritual (Arsyad, 1989, dalam Anonim
2010).
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan
lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan
berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal
macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun , kebun campuran, lalang,
perkebunan, dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam
penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, dan sebagainya (Arsyad,
2000 dalam A Sofyan 2010: 3 ).
5. Satuan Medan
Satuan medan adalah kelas medan yang menunjukan suatu bentuklahan atau
komplek bentuklahan yang sejenis dalam hubungannya dengan karakteristik medan
dan komponen-komponen medan yang utama (Van Zuidam 1979). Satuan medan
dalam penelitian ini diperoleh dengan menumpangsusunkan (overlay) parameter fisik
berupa peta ketinggian dan peta kemiringan lereng. Setiap satuan medan dilakukan
pengenalan karakteristik lingkungan fisik dengan menggunakan data primer dan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sekunder. Data-data tersebut meliput i ketinggian tempat, kemir ingan lereng, dan
luas daer ah pada setiap satuan medan. Penulisan satuan medan dalam penel itian ini
sebagai berikut :
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Rahratmoko (2005) telah mengadakan peneli tian mengenai pemetaan
kerentanan banjir pada kawasan permukiman di Kota Yogyakarta menggunakan citra
ikonos-2 dan sistem informasi geografis. Tujuan penelit ian ini adalah menentukan
tingkat keren tanan banjir kota mendasarkan pada parameter fisik lahan yang berupa
kemiringan lereng, saluran drainase, penggunaan lahan kota yang diolah dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Teknik yang digunakan adalah pengskoran melalui overlay dari peta lereng,
peta keteraturan permukiman, peta penggunaan lahan kota, dan peta kerapatan
saluran.
Hasil dari penelitian adalah Peta Kerentanan Banjir Kota hasil proses SIG
didapatkan 5 klas kerentanan yaitu tidak r entan dengan luas 0,76 km2 (2,35%),
kurang rentan dengan luas 1,62 km2 (5,02%), rentan sedang dengan luas 66,32 km 2
(19,57%), rentan dengan luas 8 ,92 km2 (27,62%), dan sangat rentan dengan luas
14,89 km2 (45,45%). Analisis dilakukan dengan cara membandingkan Peta
Keren tanan Banjir Kota dengan Peta Sebaran Banjir Genangan dari Dinas Pr asaranan
Kota Yogyakarta, dan dengan data hasil pengamatan lapangan. Analisis dilakukan
untuk mendapatkan data kerentanan banjir ko ta yang lebih akurat .
Asriningrum dan Gunawan (1998) , dalam penelitiannya yang berjudul
akan Sistem Informasi Geografi (Studi
menggunakan beberapa peta tematik. Metode yang digunakan adalah pengskoran,
Satuan Medan
A 1
Kemiringan Lereng (0 3%)
Ketinggian Tempat (0-20 m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembobotan, dan tumpangsusun yang digunakan untuk menentukan zonasi
kerentanan banjir di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggunakan teknik Sistem
Informasi Geografi (SIG). Data yang digunakan adalah peta kemiringan lereng, peta
ketinggian, peta geolog i, peta kepadatan penduduk, peta distribusi curah hujan, dan
peta penggunaan lahan. Dari hasil penelitian, daerah penelitian dikelompokkan
menjadi lima tingkat kerentanan banjir, yaitu tidak rentan, kurang rentan, cukup
rentan, rentan, dan sangat rentan. Daerah rentan banjir dijumpai d i daerah Wates dan
Bantul bagian selatan. Daerah tersebut merupakan dataran alluvial pan tai. Hubungan
antara daerah rentan dengan peta tematik yang digunakan menunjukkan bahwa
kemiringan lereng, ketinggian tempat, dan kondisi geologi mempunyai korelasi erat
dengan daerah rentan banjir.
Agustinus (2009), melakukan penelitian banjir Kota Sur akarta dengan judul
mengetahui penyebab banjir, (3) mengetahui besarnya risiko bencana banjir di Kota
Surakarta. Penelit ian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis
data yang digunakan untuk mengetahui persebaran banji r adalah pengskoran dan
overlay dari tiga parameter yaitu: peta penggunaan lahan , peta kerapatan saluran
drainase, peta kemiringan lereng. Sebelum dilakukan overlay, terlebih dahulu
ditentukan faktor penimbang setiap parameter. Hasil peneli tian dapat disimpulkan
bahwa: (1) Per sebaran Banjir Kota Surakarta dibagi menjadi 5 klas yaitu klas sangat
rawan dengan luas 0,5 km2 (1,14 %), klas rawan dengan luas 3,8 km2 (8,63 %), klas
rawan sedang 3,5 km2 (7,95 %), klas kurang rawan dengan luas 1,6 km2 (3,68 %),
klas tidak rawan 34,64 km2 (78,66 %). (2) Penyebab banjir di Kota Surakarta
diketahui bahwa saluran drainase, kemiringan lereng dan penggunaan lahan sangat
berperan dalam terjadinya banji r yang menyebabkan kota tersebut rawan terhadap
banjir. (3) Dari hasil analisis risiko banjir di Kota Surakarta, dapat dibagi menjadi 3,
yaitu: Risiko Tinggi dengan luas wilayah 0,7 km2, Risiko Sedang dengan luas
wilayah 2,5 km2, Risiko Rendah dengan luas wilayah 5,5 km2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
T
abel
1. P
enel
itian
yan
g R
elev
an
No
P
enel
iti d
an J
udul
Pen
eliti
an
Tuj
ua p
enel
itian
M
etod
e H
asil
1.
Rah
ratm
oko
,
Ker
enta
nan
Banj
ir P
ada
Kaw
asan
Per
mu
kim
an
di
Kot
a
Yog
yaka
rta
Men
gun
akan
C
itra
Ikon
os-2
Dan
Sis
tem
Inf
orm
asi
.
Men
entu
kan
tin
gkat
ke
rent
anan
ban
jir k
ota
men
dasa
rkan
pad
a pa
ram
eter
fisi
k la
han
yan
g be
rupa
ke
miri
ngan
le
reng
, sa
lura
n d
rain
ase,
peng
guna
an
laha
n ko
ta y
ang
diol
ah d
enga
n
men
ggun
akan
Sis
tem
Info
rmas
i Geo
graf
is
Ove
rlay
da
n
peng
sko
ran
Pet
a ke
rent
anan
ya
itu
tidak
ren
tan
deng
an l
uas
0,7
6 km
2
(2,3
5%
), k
uran
g re
ntan
den
gan
lua
s 1,
62 k
m2
(5,0
2 %
), r
enta
n se
dan
g de
ngan
lua
s 66
,32
km
2 (
19,
57%
), r
enta
n de
ngan
lua
s
8,92
km
2 (2
7,62
%),
dan
san
gat
rent
an d
enga
n lu
as 1
4,8
9 km
2
(45,
45%
).
2.
Asr
inin
grum
d
an
Gun
awan
,
Ban
jir
Men
ggu
naka
n S
iste
m
Info
rmas
i G
eogr
afi
(Stu
di K
asu
s
Unt
uk
mem
pela
jari
da
erah
re
ntan
ba
njir
deng
an m
engg
unak
an b
eber
apa
pet
a te
mat
ik.
Pen
gsk
oran
,
pem
bob
otan
da
n
tum
pang
susu
n
Dae
rah
pene
litia
n di
kel
ompo
kkan
m
enja
di
lim
a tin
gka
t
kere
nta
nan
banj
ir,
yait
u ti
dak
ren
tan,
kur
ang
rent
an,
cuku
p
rent
an, r
enta
n da
n sa
ngat
ren
tan.
Dae
rah
rent
an b
anjir
dij
ump
ai
di d
aera
h W
ates
dan
Ban
tul
bagi
an s
elat
an.
Dae
rah
ters
ebut
mer
upak
an
data
ran
allu
vial
pan
tai.
Hub
ung
an a
ntar
a da
era
h
rent
an
deng
an p
eta
tem
atik
ya
ng
dig
unak
an m
enu
njuk
kan
bahw
a k
emir
ing
an l
eren
g, k
etin
ggia
n
tem
pat
dan
kond
isi g
eolo
gi m
empu
nyai
kor
elas
i er
at d
eng
an
daer
ah r
enta
n b
anjir
.
3.
Agu
stin
us,
Raw
an
dan
Risi
ko
Ben
can
a
Ban
jir D
i K
ota
Sur
akar
ta T
ahun
1. l
okas
i per
seba
ran
ban
jir
2. M
enge
tahu
i pe
nyeb
ab b
anji
r 3.
Ser
ta b
esar
nya
ris
iko
yang
dit
imbu
lkan
ole
h ba
njir
Met
ode
desk
ript
if
kual
itat
if
(1)
Per
seba
ran
Ban
jir
Kot
a Su
rak
arta
dib
agi
men
jadi
5 k
las
yaitu
kla
s sa
ngat
raw
an d
enga
n lu
as 0
,5 k
m2 (
1,14
%),
kla
s
raw
an d
enga
n lu
as 3
,8 k
m2 (
8,63
%),
klas
ra
wan
sed
ang
3,5
km
2 (7,
95 %
), kl
as k
uran
g ra
wan
den
gan
luas
1,6
km
2 (3
,68
%),
kla
s ti
dak
raw
an 3
4,6
4 k
m2 (
78,6
6 %
). (
2) P
eny
ebab
ban
jir
di
Kot
a Su
raka
rta
dike
tahu
i ba
hw
a sa
lura
n dr
aina
se,
kem
irin
gan
lere
ng
dan
pe
ngg
unaa
n la
han
sang
at b
erpe
ran
dala
m t
erja
diny
a ba
njir
yan
g m
enye
bab
kan
kot
a te
rseb
ut r
awan
te
rhad
ap b
anjir
. (3
) D
ari
hasi
l an
alis
is r
isik
o b
anjir
di
Ko
ta
Sur
akar
ta, d
apat
dib
agi
men
jadi
3, y
aitu
: R
isik
o T
ingg
i den
gan
luas
wila
yah
0,7
km
2,
Ris
iko
Sed
ang
deng
an l
uas
wil
ayah
2,5
km
2 , R
isik
o R
enda
h d
enga
n lu
as w
ilay
ah 5
,5 k
m2 .
4.
Pen
ulis
, P
riori
tas
Pena
ngan
an
Ban
jir
Kec
amat
an
Tel
anai
pura
Kot
a Ja
mbi
Tah
un
2012
4. M
enge
tahu
i pe
rseb
ara
n
wila
yah
raw
an
banj
ir
di
Kec
amat
an
Tel
anai
pura
K
ota
Met
ode
desk
riptif
kual
itat
if
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Jam
bi T
ahun
20
12
5.
Men
geta
hui
pers
ebar
an
wil
ayah
b
ahay
a
banj
ir
di
Kec
amat
an
Tel
anai
pura
K
ota
Jam
bi ta
hun
201
2.
1.
Men
geta
hui
prio
rita
s pe
nang
anan
Ban
jir d
i K
ecam
atan
Tel
anai
pura
Kot
a Ja
mbi
ta
hun
2012
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Kerangka Pemikiran
Banjir merupakan fenom ena bencana yang selalu terjadi di berbagai kota d i
Indonesia. Frekuensi terjadinya ban jir semakin meningkat dari tahun ke tahun dan
selalu terjadi sehingga menimbulkan anggapan bahwa banjir telah menjadi tradisi di
Indonesia. Contoh pada awal tahun 2012 telah terjadi peristiwa banjir di berbagai
wilayah Indonesia seperti Semarang, Surakarta, dan ibukota Jakarta.
Selain itu peristiwa banjir telah mengak ibatkan banyak kerugian yang d i
alami oleh masyarakat baik dalam segi ekonomi dan sosial.
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi merupakan salah satu wilayah yang
selalu mengalami banjir tahunan. Banjir pada kawasan ini selalu dipengaruhi oleh
sistem drainase yang buruk. Danau Sipin adalah salah satu drainase alami di
Kecamatan Telanaipura yang berupa Danau Tapal Kuda dan saat ini digunakan
masyarakat sekitar untuk membangun keramba bud idaya ikan tawar. Jumlah
keramba yang melebihi batas daya tampung danau mengakibatkan banjir semakin
parah. Selain itu kondisi wilayah yang memiliki ketinggia n permukaan tanah lebih
rendah daripada wilayah sekitarnya menyebabkan daerah ini menjadi sebuah
cekungan tempat terkonsentrasinya air run off. Tambahan debit air juga didapat dari
sungai Batanghari yang menambah parah kondisi banjir Kecama tan Telanaipura.
Kebutuhan penduduk akan lokasi permukiman yang memaksa terjadinya
perkembangan permukiman disekitar danau menyebabkan s emakin sedikitnya daer ah
resapan dan akan berakibat pada semakin banyaknya aliran permukaan menuju
danau. Kondisi demikian memungkinkan terjadinya penumpukan ai r dan akhirnya
meluap menggenangi daerah sekita r danau dan menyebar ke wilayah Kecamatan
Telanaipura lainnya serta menggenangi rumah masyarakat.
Data wilayah banjir masih berupa data dalam bentuk angka-angka atau tabel
yang belum dipetakan. Data yang masih dalam bentuk angka dan tabel dalam
penyajiaannya memang cukup mudah dibaca oleh pembaca akan tetapi data itu
mempunyai kelemahan yai tu data tersebut tidak bisa memberikan gambaran
mengenai distribusi spasialnya. Peneliti akan mengolah data tersebut ke dalam
bentuk peta yang nant inya akan lebih memudahkan pembaca dalam membaca dan
memahami hasil penelitian yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Data persebaran wilayah banj ir dapat disajikan dengan menggunakan peta
dan membentu serta mempermudah dalam perencanaan maupun mengambil
keputusan yang berkai tan dengan penanggulangan banjir baik keputusan untuk
jangka pendek bahkan jangka panjang.
Agihan wi layah banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi dapat
diketahui dari peta wilayah genangan banji r oleh DPU Kota Jambi dan hasi l
observasi lapangan. Selain itu untuk mengetahui tingkat kerawanan banjir dapat
diperoleh dengan cara tekn ik overlay beberapa peta. Dari masing-masing peta yang
berupa peta topografi, peta penggunaan lahan, peta saluran drainase, kemudian
dilakukan pengskoran dan pemberian bobot terhadap parameter yang berpengaruh
terhadap banjir, semakin besar pengaruhnya terhadap banjir maka akan diberi skor
yang lebih besar. Setelah pengskoran dan pemberian bobot kemudian melakukan
overlay, hasi l akhir yang didapatkan berupa peta rawan banjir. Hasil dari pemetaan
akan dilakukan klasifikasi kerentanan banjir.
Penentuan prioritas penanganan banjir merupakan tindakan yang diperlukan
guna mengur angi kerugian masyarakat. Prioritas dalam hal ini berupa penyelamatan
jiwa manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Penanggulangan Bencana
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang berisi prinsip
prioritas, bahwa kegiatan penanggulangan harus mendapatkan prioritas dan
diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia. Pr iori tas penanganan banjir
dapat diperoleh dengan melakukan teknik overlay beberapa peta. Peta yang
digunakan adalah peta kerawanan banjir, peta penggunaan lahan, dan peta kepadatan
penduduk. Peta kerawanan banjir dan peta penggunaan lahan di analisis dengan
dilakukan pengskoran terhadap parameter yang berpengaruh terhadap bahaya banjir,
semakin besar pengaruhnya terhadap bahaya banjir maka akan diberi skor yang lebih
besar. Semakin intensif penggunaan lahan akan semakin besar skor . Setelah
pengskor an kemudian dilakukan overlay sehingga akan menghasilkan peta bahaya
banjir. Selanju tnya peta bahaya banjir di overlay dengan peta kepadatan penduduk
sehingga akan menghasilkan peta p rioritas penanganan banjir. Peta yang dihasi lkan
berguna sebagai bahan pertimbangan wilayah yang dapat diprioritaskan
penanggulangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penel itian
Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Provinsi
Jambi. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 11 kelurahan, yakni:
Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Murni, Kelurahan
Simpang IV Sipin, Kelurahan Selamat, Kelurahan Teluk Kenali, Kelurahan Buluran
Kenali, Kelurahan Legok, Kelurahan Sungai Putri, Kelurahan Penyengat Rendah,
dan Kelurahan Pematang Sulur.
Luas Kecamatan Telanaipura adalah 30,39 km2 dengan jumlah penduduk
pada tahun 2010 adalah 77.203 jiwa, kepadatan penduduk 2.440 jiwa/km2. Jumlah
penduduk laki-laki 38.856 ( 50,33 %) dan perempuan 38.346 (49,67 %) dengan sex
ratio 101. (Sumber: Kecamatan Telanaipura Dalam Angka 2010).
Kecamatan Telanaipura dilalui oleh sungai besar yaitu sungai Batanghari
dan danau tapal kuda yakni Danau Sipin. Kondisi demikian membuat Kecamatan
Telanaipura sangat rawan banj ir karena luapan air sungai dan danau tersebut.
2. Waktu Penel itian
Penel itian tentang analisis banji r dan prioritas penanganan banjir ini
dilaksanakan pada Bulan Februari tahun 2012 sampai dengan Bulan September tahun
2012. Adapun jadwal penelitian dapa t dilihat pada Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 2. Jadwal Penelit ian
Jenis Kegiatan Tahun 2012 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept
Penyusunan Proposal Penel itian Penyusunan Instrumen Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data Penyusunan Laporan Penel itian
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penel itian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian
ini dipi lih karena penelitian yang akan dilakukan lebih mengarah pada pengungkapan
suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta- fakta
yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis. Metode
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan pengumpulan data
dan penyusunan data, pengolahan data dan selanjutnya dianalisis dan dideskripsikan.
Strategi penelitian merupakan cara-cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian. Pemil ihan strategi yang salah dapat berdampak terhadap hasil
peneli tian menjadi kurang relevan dan tidak sesuai dengan keinginan peneli ti
sehingga ditun tut strategi yang sesuai agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Strategi peneli tian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu
peneli tian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995: 3). Unit
analisa dalam penel it ian ini adalah satuan medan yaitu kelas medan yang
menunjukan suatu bentuklahan atau komplek bentuklahan yang sejenis dalam
hubungannya dengan karakteristik medan dan komponen-komponen medan yang
utama (Van Zuidam 1979). Satuan medan dalam penelitian ini diperoleh dengan
menumpangsusunkan (overlay) parameter fi sik berupa peta ketinggian dan peta
kemiringan lereng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Wilayah Kajian
Wilayah yang d ikaji dalam penelitian ini adalah seluruh Wilayah
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Provinsi Jambi yang terdiri atas 11 kelurahan,
yakni : Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Murni, Kelurahan
Simpang IV Sipin , Kelurahan Selamat, Kelurahan Teluk Kenali, Kelurahan Buluran
Kenali, Kelurahan Legok, Kelurahan Sungai Putri, Kelurahan Penyengat Rendah,
dan Kelurahan Pematang Sulur.
D. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian deskrip tif kualitat if dapat ber upa manusia,
kejadian atau peristiwa yang terjad i di masyarakat, dokumen, dan benda benda lain.
Dalam penelitian yang akan dilakukan, data yang dibutuhkan serta jenis dan
sumbernya adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Data yang Dibutuhkan No Jenis Data Jenis Sumb er Data 1 Data Penduduk Kec. Telanaipura Kota Jambi tahun 2012 DS BPS
2 Data Sejarah Terjadinya Banjir di Kec. Telanaipura Kota Jambi
DS Bappeda
3 Administrasi Kecamatan Telanaipura bersumber dari Peta Administrasi Kota Jambi tahun 2012
DS BPN Jambi
4 Data Curah Hujan di Kec. Telanaipura Kota Jambi tahun 2012
DS Stasiun klimatologi Sultan Thaha Jambi
5 Lereng Kecamatan Telanaipura bersumber dari Peta Lereng Kota Jambi Skala 1:35.000
DS Citra SRTM SUmatera
6 Penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura bersumber dari Peta Pengunaan lahan Kota Jambi Tahun 2012 Skala 1:35.000
DS BPN, Bappeda
7 Kerapatan saluran Kecamatan Telanaipura bersumber dari Peta Kerapatan Saluran Drainase Kota Jambi Skala 1:35.000
DS DPU Jambi
8 Karak teristik banjir Kota Jambi, meliput i: Intensitas, Lama Kejadian dan ketinggian air
DP Wawancara dan Observasi lapangan
Keterangan : DS = Data Sekunder
DP = Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunaka n untuk
mendapatkan data atau informasi secara tertulis atau dalam bentuk gambar atau peta
yang didapat dari kantor atau instansi terkait , perpustakaan, ar sip perseorangan yang
berkompeten dan dapat menunjang kelancaran peneli tian. Dalam penelitian ini
sumber data sekunder diperoleh dari kantor Departemen Pekerjaan Umum (DPU)
berupa data salu ran dr ainase, dari kantor Pertanahan Kota Jambi berupa data
penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura, dan dari kantor Bappeda berupa data
penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura serta sejarah banjir Kecam atan
Telanaipura.
2. Observasi
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau
fenomena yang terjadi di lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
peneli ti dalam mengumpulkan data primer tentang karakte rist ik medan dan daerah-
daerah yang sering terjad i banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi. Data
observasi yang akan diperoleh merupakan data karakteristik medan berupa kondisi
topografi dan penggunaan lahan. Alat bantu yang digunakan yaitu daftar isian dan
kamera digital untuk keperluan foto dokumentasi
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data berupa komunikasi
verbal atau percakapan antara dua pihak, yaitu pewancara dan orang yang
diwawancarai, yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai suatu hal atau
perist iwa. Kegiatan ini di lakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan
dengan informan yang berasal dari masyarakat Kecamatan Telanaipura dan
berkompeten serta mengetahui perist iwa yang sedang diteliti. Dalam hal ini data
hasil wawancara berupa data karakteristik banjir, meliputi: lokasi banjir, batas banjir,
intensitas, lama kejadian, dan ketinggian banjir. Pertanyaan yang diajukan kepada
informan sesuai dengan isi pertanyaan dalam pedoman wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
F. Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruh elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian,
atau unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek
peneli tian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bermukim
di wilayah administrasi Kecamatan Telanaipura Kota Jambi, dengan jumlah 77.203
orang. Penel itian ini menggunakan satuan analisis berupa satuan medan, sehingga
satuan medan di Kota Kecamatan Telanaipura juga d ijadikan populasi. Berdasarkan
hasil overlay peta kemiringan lereng dan peta ketinggian, populasi satuan medan
dalam penelitian ini ada 13 satuan medan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewaki li
suatu populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini Purposive Sampling .
Tujuan penggunaan purposive sampling adalah menangkap kelengkapan dan
kedalaman data, sampel mewakili informasi yang mendalam dan generalisasinya
mengarah pada general isasi teoritis. Sampel pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu
sampel penduduk dan sampel medan. Jumlah sampel penduduk (informan) yaitu
sebanyak 35 or ang dan ter sebar di seluruh wilayah genangan banjir, tepatnya di
Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Legok, Kelurahan Buluran Kenali,
Kelurahan Teluk Kenali. Sampel medan yaitu sebanyak 13 satuan medan.
G. Validitas Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
Menggunakan teknik t riangulasi data yang dengan cara memanfaatkan sesuatu di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut. Triangulasi
dilakukan dengan pemeriksaan melalui sumber lain, dalam hal ini melakukan
pembandingan antara data yang didapat dari sumber berbeda maupun pengecekan
dokumen dengan data hasil observasi. Contohnya adalah menggunakan data banjir
dan peta genangan banj ir dari DPU untuk mengetahui daerah rawan banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Persebaran Wilayah Rawan Banjir
Persebaran wilayah rawan banjir diketahui dengan melakukan scoring dan
overlay dari setiap parameter . Parameter tersebu t adalah kerapatan saluran,
penggunaan lahan, dan kemiringan lereng. Hasil skoring dianalisi s menggunakan
satuan medan. Masing-masing parameter dijabarkan sebagai berikut :
a. Satuan Medan Daerah Penelitian
Satuan medan Merupakan unit analisis dalam penelitian ini. Diperoleh
dengan menumpangsusunkan (overlay) parameter fisik berupa peta ketinggian dan
peta kemiringan lereng. Setiap satuan medan dilakukan pengenalan karakte ristik
lingkungan fisik dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
b. Kerapatan Saluran
Kondisi drainase Kecamatan Telanaipura Kota Jambi belum mengalami
pembangunan dan perkembangan yang memadai. Menurut Asdak (1995 : 22)
Kerapatan saluran adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas DAS
seperti tercantum dalam rumus:
Dimana : Dd = kerapatan saluran (km/km2)
L = panjang aliran sungai (km)
A = luas DAS (km2)
Klasifikasi kerapatan saluran (Dd) mengikut i pedoman Linsley (1994),
sebagai berikut:
1) Dd < 1 mil/mile2, kondisi daerah kurang baik, pengatusan kurang sehingga
mengalami genangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Dd 1 . 5 mil/mile2, kondisi daerah baik, pengatusan cukup sehingga tidak
pernah tergenang terlalu lama.
3) Dd > 5 mile/mile2, kondisi daerah kurang baik, pengatusan kuat sekali
sehingga mengalami kekeringan.
Menyesuaikan dengan kondisi pada daerah penelitian, maka dilakukan
perubahan berdasarkan klasifikasi Rahman (2002) sebagai berikut:
1) Dd< 0,62 km/km2, daerah tersebut sangat kurang baik, pengatusan sangat
kurang baik, sering terjadi genangan yang lama.
2) Dd 0,62 1,44 km/km2, daerah tersebut sangat kurang baik, pengatusan sangat
kurang baik, sering terjadi genangan yang lama.
3) Dd 1,45 2,27 km/km2, termasuk daerah tergenang yang agak lama
4) Dd 2,28 3,10 km/km2, termasuk daerah yang tidak pernah tergenang terlalu
lama.
5) Dd > 3,10 km/km2, termasuk daerah yang mempunyai pengaliran sangat cepat
sehingga sering mengalami kekeringan.
Kondisi kerapatan saluran Kecamatan Telanaipura dihitung dengan
membagi panjang sungai per luas wilayah pengaliran sistem drainase kota yang
diperoleh dari peta saluran drainase. Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat
dilakukan skoring seperti pada Tabel 4 . berikut ini.
Tabel 4. Klasifikasi dan Skoring Kerapatan Saluran Drainase No Kerapatan Saluran Dd (km/km2) Skor 1 Sangat Rapat > 3,10 1 2 Rapat 2,28 3,10 2 3 Sedang 1,45 2,27 3 4 Jarang 0,62 1,44 4 5 Sangat jarang < 0,62 5
Sumber: Agust inus (2009: 38)
c. Penggunaan Lahan
Data Penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura diperoleh dari Bappeda
Kota jambi dan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi oleh Sutanto dkk dalam
Rahratmoko (2005 : 27). Klasifikasi penggunaan lahan kota sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1) Pemukiman, dibagi menjadi 4 kelas keteraturan, yaitu:
a) Pemukiman teratur, dici rikan dengan pola jaringan jalan teratur, bentuk dan
ukuran rumah seragam, letak rumah teratur, jarak antar rumah sedang, dan
masing-masing mempunyai jalan terhubung ke jalan yang langsung terletak
di depan setiap rumah , dengan kata lain semua rumah menghadap ke jalan.
b) Pemukiman sedang atau agak teratu r, pola jaringan jalan t idak teratur, tata
letak rumah agak teratu r, bentuk dan ukuran rumah tidak seragam, arah dan
jarak rumah tidak teratur, tidak semua rumah menghadap ke jalan.
c) Pemukiman tidak teratur, pola jaringan jalan tidak teratur, jalan penghubung
ke tiap rumah tidak memadai (jumlah dan lebarnya), tata letak rumah tidak
teratur, bentuk, ukuran dan arah rumah tidak teratur/seragam, tidak semua
rumah menghadap ke jalan, bahan atap beraneka (ada atap gen teng atau
seng), cukup padat.
d) Pemukiman khusus, dalam kategori dapat dimasukkan sebagai jenis rumah
mukim khusus yang dipandang penting, misalnya rumah bangsawan,
asrama, rumah penampungan kelompok penduduk tertentu, pola jaringan
jalan teratur, bentuk umumnya persegi panjang untuk beberapa rumah
(kopel). Beberapa pemukiman khusus biasanya terletak disekitar
perkantoran, daerah industri atau kan tor khusus, ada fasilitas tersendi ri
misalnya: masjid, gereja, lapangan o lah raga atau seko lah.
2) Perdagangan
Perdagangan dapat dibedakan menjadi pasar, pusat perbelanjaan,
pertokoan, rumah makan, dan apotik.
3) Pertanian
Pertanian dapat dibedakan menjadi sawah, tegal, kebun, dan
sebagainya yang secara administrative termasuk kota.
4) Industri
Dibedakan menjadi pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
5) Transportasi
Dibedakan menjadi jalan raya, rel kereta api, stasiun kereta api,
lapangan terbang, dan terminal bus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
6) Jasa
Meliputi: perkantoran, fasilitas pendidikan , fasilitas kesehatan, dan
fasilitas peribadatan.
7) Rekreasi
Meliputi: lapangan olah raga, gedung olah raga, stadion, kebun
binatang, kolam renang, dan gedung pertunjukkan.
8) Lain-lain
Meliputi: kuburan, lahan kosong, dan lahan sedang dibangun.
Pemberian skor pada masing- masing tipe penggunaan lahan berdasarkan
pada penilaian terhadap kemampuan penggunaan lahan dalam meloloskan air.
Nilai skor terdiri atas skor 1 hingga skor 5. Semakin besar nilai skor maka
kemampuan penggunaan lahan dalam meresapkan ai r semakin rendah . Berikut
skoring penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi dan Skoring Penggunaan Lahan
No. Jenis penggunaan Lahan Skor
1 Belukar 1 2 Hutan 1 3 Industri 5 4 Kebun 2 5 Tegalan 2 6 Makam 2 7 Permukiman Teratur 3 8 Permukiman Tidak Teratur 5 9 Sawah 4
10 Taman 1 11 Tanah kosong 1 12 Lain-lain -
Sumber: Agust inus (2009: 36)
d. Peta Kemiringan Lereng
Data kontur yang digunakan adalah data kontur dari pengolahan citra
SRTM (Shuttle Radar Topography Mission). SRTM adalah data elevasi resolusi
tinggi merepresentasikan topografi bumi. Data SRTM dihasilkan oleh satelit yang
diluncurkan oleh NASA (National Aeronautics and Space Administration).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pengolahan citra SRTM untuk ekstrak data kontur menggunakan software Global
Mapper. Data kontur yang telah diperoleh dari hasil pengolahan tersebut diproses
untuk menghasilkan data kemiringan lereng dengan menggunakan software
ArcGIS, pengolahan menggunakan menu 3D Analyst. Data yang diperoleh
kemudian diklasifikasikan berdasarkan metode dari Bakosurtanal (1999), yaitu :
Tabel 6. Klasifikasi Kemiringan Lereng. No Klasi fikasi Kemiringan Lereng (%) 1 Datar 0 3 2 Landai 3 6 3 Miring 6 9 4 Agak Curam 9 12 5 Curam >12
Sumber: Bakosurtanal (1999)
Peta kemiringan lereng yang telah d iperoleh dari proses tersebut
diberikan skor sesuai dengan hubungannya terhadap genangan/banji r. Asumsi
yang digunakan adalah wilayah dengan kemiringan lereng yang datar akan
memiliki per gerakan air limpasan yang lambat untuk menuju drainase terdekat
sehingga memungkinkan menimbulkan genangan dibandingkan wilayah dengan
kemiringan lereng yang lebih curam karena air limpasan akan bergerak cepat
menuju drainase. Klasifikasi dan skoring kemiringan lereng dapat dilihat di bawah
ini:
Tabel 7. Klasifikasi dan Skoring Kemiringan Lereng
No Klasi fikasi Kemiringan Lereng (%) Skor 1 Datar 0 3 5 2 Landai 3 6 4 3 Miring 6 9 3 4 Agak curam 9 12 2 5 Curam > 12 1
Sumber: Agust inus (2009: 36)
Menentukan nilai kerawanan banjir dilakukan dengan menggunakan metode
pengharkatan (scoring), yaitu memberikan ni lai/harkat pada setiap satuan pemetaan
suatu parameter banjir. Setiap parameter kerawanan banjir mempunyai pengaruh
yang berbeda-beda terhadap kerawanan banjir sehingga nilai faktor penimbang/bobot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
akan berbeda. Pemberian bobot pada masing-masing parameter atau variabel
dilakukan dengan memperhat ikan seberapa besar pengaruh parameter-parameter
tersebut terhadap ter jadinya banjir. Semakin besar pengaruh parameter tersebut
terhadap ban jir maka nilai bobo tnya juga besar, sebaliknya jika pengaruhnya kecil
maka nilai bobotnya juga kecil. Pemberian faktor penimbang untuk klasifikasi
Kerawanan Banjir Kecamatan Telanaipura Kota Jambi adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Pengharkatan Klasifikasi Kerawanan Banjir Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
No Paramet er Skor Skor Faktor
minimum maksimum Penimbang 1 Kerapatan Saluran 1 5 3 2 Penggunaan Lahan 1 5 4 3 Kemiringan Lereng 1 5 5
Sumber: Agust inus (2009: 36)
Nilai ker awanan banjir didapatkan dengan cara menjumlahkan skor/harkat
tiap parameter kerentanan banjir yang sebelumnya telah dikalikan dengan faktor
pembobotnya terlebih dahulu. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat
kerawanan banjir tiap satuan pemetaan adalah sebagai berikut:
Kerawanan Banjir = 4*(PL) + 3*(KS) + 5*(KL)
Dimana : PL = Penggunaan Lahan
KS = Kerapatan Saluran
KL = Kemiringan Lereng
4,3,5 = Faktor Penimbang/Bobot
Faktor pembobot paling tingg i yaitu kemiringan lereng sebesar 5 dengan
alasan parameter fisik lahan ini mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
kerawanan banjir. Asumsinya adalah semakin curam suatu lereng maka
kemungkinan ban jir akan semakin kecil karena air permukaannya akan selalu
mengalir untuk mencari permukaan yang rendah hingga ditemukan tempat yang
landai. Penggunaan lahan diberi bobot 4, asumsinya yaitu penggunaan lahan kota
pada umumnya berisi bermacam-macam bangunan dengan kontruksi beton dan aspal
untuk jalan yang mengurangi lahan-lahan terbuka sehingga kemampuan permukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
untuk menyerap air semakin berkurang karena tertutup oleh beton dan aspal.
Dampaknya adalah terjadinya limpasan yang besar sehingga menyebabkan banjir.
Kerapatan salu ran diberi bobot 3 karena faktor ini mempunyai pengaruh yang lebih
kecil sumbangannya terhadap kerawan banj ir dibanding dua parameter lainnya. Di
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi mempunyai kerapatan saluran drainase yang
tidak begitu baik. Sehingga menyebabkan Kecamatan Telanaipura Kota Jambi sering
dilanda banjir.
Masing-masing parameter kerawanan banji r dianalisis berdasarkan satuan
medan. Nilai skor kerapatan saluran tert imbang, skor penggunaan lahan tertimbang
dan skor kemiringan tertimbang diperoleh dengan menggunakan rumus :
Jumlah kelas yang digunakan dalam peneli tian ini adalah lima kelas dengan
alasan untuk lebih jelas dan memudahkan dalam melihat sebaran tingkat kerawanan.
Skor kerawanan yang dihasilkan adalah penjumlahan dari tiap parameter fisik lahan
yang telah dikalikan dengan faktor penimbangnya.
Masing-masing kelas kerawanan memiliki rentang skor yang ditentukan
dengan menggunakan rumus nilai interval. Nilai interval ditentukan dengan
pendekatan relatif yaitu dengan cara melihat nilai maksimum dan ni lai minimum tiap
satuan pemetaan, kelas interval didapatkan dengan cara mencar i selisih an tara data
tertinggi dengan data terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan.
Rumus yang digunakan untuk menentukan kelas interval adalah:
Kriteria nilai skor kerawanan banjir hasil perhitungan tiap-tiap parameter
dapat dilihat pada Tabel 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 9. Kriteria Kerawanan Banjir
No. Tingkat Kerawanan
Banjir Skor Keterangan
1 I 12 - 21 Tidak Rawan
2 II 22 - 31 Kurang Rawan
3 III 32 - 41 Rawan Sedang
4 IV 42 - 51 Rawan
5 V 52 - 60 Sangat Rawan Sumber: Agust inus (2009: 34)
2. Persebaran Wilayah Bahaya Banjir
Bahaya banjir diperoleh dengan cara overlay peta kerawanan ban jir dan peta
penggunaan lahan intensif di analisis dengan dilakukan pengskor an dan pemberian
bobot terhadap parameter yang berpengaruh terhadap bahaya banjir, semakin besar
pengaruhnya terhadap bahaya ban jir maka akan diberi skor yang lebih besar.
Semakin intensif penggunaan lahan akan semakin besar skor.
Berdasarkan parameter bahaya banjir (rawan banjir dan penggunaan lahan)
maka dapat d ijabarkan sebagai berikut :
a. Rawan banjir
Data yang digunakan adalah data r awan banjir Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi. Data rawan banjir merupakan hasil perhitungan scoring terhadap
parameter penggunaan lahan, drainase, dan kemiringan lereng. Data yang telah
diperoleh di klasifikasikan kedalam lima kelas dan diberikan bobot skor. Semakin
tinggi pengaruhnya terhadap bahaya banj ir maka ma ka diberi skor yang lebih
besar.
Tabel 10. Klasifikasi dan Scoring Kerawanan Banjir
Tingkat Kerawanan Banjir Skor Keterangan
I 1 Tidak Rawan II 2 Kurang Rawan III 3 Rawan Sedang IV 4 Rawan V 5 Sangat Rawan
Sumber : Hasil Perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Penggunaan Lahan Intensif
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan yaitu klasifikasi lahan kota
menurut Sutanto dkk (1981) dalam Agustinus (2009 : 34). Pemberian skor
didasarkan pada tingkat keberadaan manusia didalamnya. Semakin tinggi tingkat
keberadaan manusia maka semakin tinggi skor.Pada dasar nya penggunaan lahan
perkotaan berisi bermacam-macam bangunan yang mengurangi daerah resapan
air. Selain itu pengunaan lahan demikian merupakan tempat konsentrasi penduduk
melakukan berbagai kegiatan. Oleh sebab itu semakin intensif penggunaan lahan
dan semakin rawan lokasi tersebut terhadap ban jir, maka semakin tinggi pula
tingkat bahaya banjir kawasan tersebut. Berikut klasifikasi dan skor penggunaan
lahan :
Tabel 11. Klasifikasi dan skor pengunaan lahan In tensif No Penggunaan lahan Skor 1 Permukiman 5 2 Sawah 3 3 Tegalan/ladang 3 4 Industri 4 5 Taman kota 2 6 Kuburan / makam 1 7 Lahan Kosong/lapangan 1 8 Kebun 2 9 Belukar 1 10 Hutan 1
Sumber : Hasil Perhi tungan
Masing-masing parameter kerawanan banji r dianalisis berdasarkan satuan
medan. Nilai skor penggunaan lahan intensif tertimbang diperoleh dengan
menggunakan rumus :
Bahaya banjir di analisis dengan metode overlay dan skoring. Nilai skor
bahaya banjir diperoleh dengan menjumlahkan skor tiap parameter bahaya banjir,
kemudian diklasi fikasikan kedalam 3 kelas tingkat bahaya banji r. Rentang nilai
dalam kelas bahaya banjir di tentukan menggunakan rumus nilai interval.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Rumus yang digunakan untuk menentukan kelas interval adalah:
Kriteria nilai skor kerawanan banjir hasil perhitungan tiap-tiap parameter
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kriteria Bahaya Banjir
No. Tingkat Bahaya Banjir
Skor Bahaya Banjir
Keterangan
1 I 2 - 5 Tidak Bahaya 2 II 6 - 9 Bahaya Sedang 3 III 10 Bahaya
Sumber : Hasil Perhitungan
3. Prioritas Penanganan Banjir
Berdasarkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, prio ri tas penanganan banjir didasarkan pada keselamatan
jiwa manusia. Analisis priori tas penanganan banjir dilakukan dengan teknik skoring
dan overlay parameter berupa peta bahaya banjir dan peta kepadatan penduduk.
Berdasarkan parameter prioritas penanganan banjir (bahaya banjir dan
kepadatan penduduk) maka dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Bahaya Banjir
Data yang digunakan adalah data Bahaya banjir Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi. Data rawan banjir merupakan hasil perhitungan scoring terhadap
parameter rawan banjir dan penggunaan lahan intensif . Data yang telah diperoleh
di klasifikasikan kedalam tiga kelas dan diberikan bobot skor.
Semakin tinggi pengar uhnya terhadap kemungkinan penanganan maka
diberi skor yang lebih besar .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 13. Klasifikasi dan Scoring Bahaya Banjir No. Tingkat Bahaya Banjir Skor Keterangan
1 I 1 Tidak Bahaya 2 II 2 Bahaya Sedang 3 III 3 Bahaya
Sumber : Hasil Perhitungan
b. Kepadatan Penduduk
Data yang digunakan adalah data kepadatan penduduk dasimetrik
Kecamatan Telanaipura. Data kepadatan penduduk diperoleh dengan
membandingkan jumlah penduduk dengan luas permukiman. Tingkat kepadatan
penduduk dasimetrik diklasifikasikan ke dalam tiga kelas dengan rentang nilai per
kelas dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus yang digunakan untuk menentukan kelas interval adalah:
Berikut klasifikasi dan skoring kepadatan penduduk Kecamatan
Telanaipura :
Tabel 14. Klasifikasi dan Scoring Kepadatan Penduduk Dasimetrik Tingkat Kepadat an
Penduduk Skor Keterangan
I 1 Rendah II 2 Sedang
III 3 Tinggi Sumber : Hasil Perhitungan
Masing-masing parameter kerawanan banjir dianali sis berdasarkan satuan
medan. Nilai skor kepadatan penduduk dasimetrik tertimbang d iperoleh dengan
menggunakan rumus :
Langkah dalam menentukan prioritas penanganan banji r adalah parameter
diberikan skor berdasarkan besar pengaruhnya terhadap kemungkinan timbulnya
korban jiwa. Semakin besar pengar uh yang ditimbulkan maka semakin besar skor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Setelah itu dilakukan overlay. Nilai skor prioritas penanganan banjir diperoleh
dengan menjumlahkan skor t iap parameter, kemudian diklasifikasikan kedalam 3
kelas tingkat prioritas penanganan banjir. Ren tang nilai dalam kelas prioritas
penanganan banjir dih itung menggunakan rumus nilai interval.
Rumus yang digunakan untuk menentukan kelas interval adalah:
Peta yang dihasilkan berguna sebagai bahan pertimbangan wilayah yang
dapat diprio ritaskan penanganannya. Kriteria skor prioritas penanganan banjir adalah
sebagai berikut :
Tabel 15. Kriteria prioritas penanganan Banjir
No. Tingkat Prioritas Penanganan Banjir
Skor Prioritas Penanganan Banjir
Keterangan
1 I 6 Prioritas I 2 II 4 - 5 Prioritas II 3 III 2 - 3 Prioritas III
Sumber : Hasil Perhitungan
I. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Kegiatan pada tahap ini melipu ti:
a. Studi literatur, yaitu mempelajari literatur, hasil-hasil penelitian sebelumnya,
laporan-laporan, majalah yang berkaitan dengan masalah penelitian .
b. Orientasi lapangan, yaitu mengetahui jenis dan kelengkapan data lainnya yang
diperlukan dalam penelitian, dengan jalan mendatangi atau menghubungi instansi
yang berkaitan dengan penelitian.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal yaitu semua rencana penelitian yang akan dilakukan
meliputi pendahuluan, landasan teori serta metodologi penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3. Penyusunan Instrumen
Membuat rancangan tabulasi tentang data yang berupa peta agar lebih
mudah dalam melakukan pencatatan atau penyalinan data yang diperlukan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Peta genangan banjir untuk menentukan sampel, yaitu memperoleh inf ormasi
pada wilayah-wilayah genangan banjir melalui wawancara
b. Pedoman wawancara berupa pertanyaan untuk mengetahui karakteristik banjir
c. GPS (Global Posi tioning S ystem) d igunakan untuk mengetahui koordinat dalam
lokasi penelitian
4. Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan dalam tahap ini adalah mengumpulkan data di lapangan yaitu
kantor atau instansi pemerintah yang berkaitan dengan penelitian, dengan c ara
mencatat , mengutip, memfotocopy arsip yang diperlukan.
a. Data Pokok
1) Peta Topografi diperoleh dar i citra SRTM Sumatera
2) Peta Saluran Drainase diperoleh dar i DPU Kota Jambi
3) Peta Penggunaan Lahan diperoleh dari Bappeda Kota Jambi
b. Data Bantu
1) Peta Administrasi Kecamatan Telanaipura Kota Jambi dari BPN
2) Peta Rupa Bumi Kecamatan Telanaipura Kota Jambi diperoleh dari
Bakosurtanal .
5. Tahap Analisis Data
Teknik anal isis data yang digunakan yaitu skoring dan overlay dan
pemetaan dengan Sistem Inf ormasi Geografi (SIG), klasifikasi dan perhitungan
dengan menggunakan microsoft excel, dan pembahasan secara deskriptif.
6. Analisis Peta
Analisis peta dilakukan secara deskriptif kualitati f yaitu menjelaskan ,
menguraikan serta mencari kenampakan-kenampakan yang terdapat di dalam peta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
7. Tahap Penggambaran Peta
Pada tahap penggambaran peta ini meliputi kegiatan mendesaian tata letak,
desain peta dasar dan desain i si peta berdasarkan pada kaidah-kaidah kartografi.
8. Penulisan Laporan Penel itian
Merupakan tahap akhi r setelah tahap-tahap terdahulu selasai dilakukan,
kemudian disusun dalam bentuk skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Letak
Kecamatan Telanaipura merupakan bagian dari wilayah administrasi Kota
Jambi dengan letak astronomis berada diantara 1o 1o
103o 103o 337018 345409 mT
dan 9820714 9826863mU. Berdasarkan posisi astronomis tersebut Kecamatan
Telanaipura berada pada wilayah iklim tropis.
2. Luas
Kecamatan Telanaipura memiliki luas 30,39 km2 yang terbagi dalam 11
kelurahan yaitu: Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Murni,
Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Selamat, Kelurahan Teluk Kenali,
Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Legok, Kelurahan Sungai put ri, Kelurahan
Penyengat Rendah, dan Kelurahan Pematang Sulur. Terbagi dalam 266 rukun
tetangga. Berikut disajikan tabel rincian administrasi Kecamatan Telanaipura.
Tabel 16. Rincian Administrasi Kecamatan Telanaipura No. Kelurahan Luas (km2) RT
1 Telanaipura 1,29 14 2 Simpang IV Sipin 1,53 35 3 Selamat 1,4 32 4 Sungai Putri 1,59 23 5 Legok 3,41 36 6 Murni 0,36 21 7 Solok Sipin 1,12 31 8 Buluran Kenali 2,06 18 9 Teluk Kenali 2,34 4 10 Penyengat Rendah 12,31 28 11 Pematang Sulur 2,98 24
Jumlah 30,39 266 Sumber. Kecamatan Telanaipura dalam Angka Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 4. D iagram Persentase Luas Kecamatan Telanaipura
3. Batas
Secara administratif Kecamatan Telanaipura berbatasan dengan :
a. Sebelah utara dengan Kecamatan Danau Teluk
b. Sebelah selatan dengan Kecamatan Kota Baru
c. Sebelah barat dengan Kabupaten Muaro Jambi
d. Sebelah timur dengan Kecamatan Pasar Jambi
Letak administ rasi Kecamatan Telanaipura dipresentasikan dalam peta 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4. Keadaan Fisik
a. Geologi
Berdasarkan peta geologi lembar 1014 Jambi, satuan batuan dilokasi
peneli tian yaitu :
Aluvium (Qa)
Satuan batuan ini merupakan satuan terluas yang berada di Kecamatan
Telanaipura. Terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Telanaipura
bagian utara disepanjang Sungai Batanghari yaitu berada di Kelurahan Teluk
Kenali, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Legok, sebagian wilayah
Kelurahan Penyengat Rendah bagian timur hingga ke utara, dan Kelurahan
Pematang Sulur bagian barat. Secara astronomis batuan aluvium berada pada
338309 345400 mT dan 9822423 9826881 mU. Luas satuan batuan ini
adalah 1475,76 ha. Terdiri dari kerik il, kerakal, pasir, lanau dan lempung.
Formasi Muaraenim (Tmpm)
Terdapat di bagian tengah Kecamatan Telanaipura yaitu berada di
Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Sungai Putri,
Kelurahan Selamat , Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Pematang Sulur
bagian barat dan Kelurahan Penyengat Rendah bagian timur. Secara astronomis
batuan in i terletak pada 337028 344574 mT dan 9820803 9826333 mU.
Luas satuan batuan ini adalah 1472,45 ha. Terdiri atas perselingan antara
batupasir tufan dan batulempung tufan, per selingan batupasi r kuarsa dengan
batulempung kuarsa, bersisipan batubara dan oksida besi.
Formasi Kasai (Q tk)
Terdapat dibagian timur Kecamatan Telanaipura yaitu berada di
Kelurahan Murni dan Kelurahan Solok Sipin bagian timur laut secara
astronomis berada diantara 344104 345263 mT dan 9822763 9823818 mU.
Luas satuan batuan ini adalah 68 ,32 ha. Terdiri dari perselingan batupasir tufan
dengan batulempung tufan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan
bumi serta proses-proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi
terbentuk sampai sekarang.
Secara umum kondisi geomorfologi lokasi penelitian merupakan
bentuklahan asal proses fluvial yang pembentukannya berkaitan dengan proses
fluvial. Proses fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika,
maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi,
yang disebabkan oleh air permukaan. Proses fluvial akan menghasilkan suatu
bentangalam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di
permukaan. Proses yang berlangsung dalam oleh ai r permukaan dapat berupa
proses erosi, transportasi maupun proses sedimentasi yang erat kaitannya satu
sama lain.
Proses fluvial dimulai dengan proses erosi (pengikisan material),
kemudian mater ial terangkut oleh ai r dan akhirnya diendapkan ditempat lain yang
lebih rendah baik i tu berupa dataran rendah ataupun cekungan. Proses sedimentasi
ini terjadi karena lereng atau ali ran permukaan menjadi kecil sehingga kecepatan
dan ener gi ali ran semakin berkurang. Akibatnya, tenaga mengangkut material
menjadi berkurang sehingga material tersebut mengendap.
Pengendapan di lokasi penel itian terjadi di bagian utara, tepatnya ditepi
Sungai Batanghari . Hal ini disebabkan oleh berkurangnya daya transport air
permukaan akibat perubahan g radien sungai yang besar dibagian hu lu tepatnya di
Pegunungan Bukit Barisan ke gradien kecil d i Kecamatan Telanaipura. Selain itu,
meander Sungai Batanghari juga menyebabkan kecepatan aliran berkurang dan
meterial diendapkan pada kiri kanan sungai saat banjir.
Berdasarkan interpretasi ci tra ikonos lokasi penelitian, satuan
bentuklahan lokasi penelitian d iidentifikasi sebagai berikut :
a. Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan satuan bentuklahan yang berada pada kiri
kanan sungai dan terbentuk oleh sedimen akibat l impasan ban ji r sungai
tersebut. Satuan bentuk lahan ini memiliki topografi datar yaitu sebesar 0-2%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Material pada satuan bentuklahan in i berupa pasir, lanau, dan lumpur. Secara
periodik tergenang oleh air ketika musim hujan. Lokasi dataran banjir ini
terdapat di Kelurahan Penyengat Rendah.
Gambar 5. Wilayah datar an banji r di Kelurahan Penyengat Rendah
b. Danau Tapal Kuda
Danau tapal kuda merupakan bentuklahan yang terdapat pada bagian
utara Kecamatan Telanaipura. danau ini merupakan perkembangan dari
sungai meander. Danau tapal kuda terbentuk bila sungai yang berkelok-kelok
atau sungai meander mel intasi daratan mengambil jalan pintas dan
meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tapal
kuda. Oxbow lake terbentuk dar i wak tu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan
sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander.
Gambar 6. Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Proses terbentuknya danau tapal kuda :
1. Sungai meander yang terben tuk aliran airnya relatif datar karena liku-liku
yang ada belum terlalu melengkung, sehingga arus air sungai masih pelan.
Air mulai mengalir dengan kecepatan yang berbeda, ketika mengalir pada
lekukan pada suatu sungai kelok-kelok.
2. Air yang melewati lekukan yang menjorok keluar menyebabkan terjadinya
erosi terus sehingga menyebabkan lekukan tergerus semakin melebar.
Sementara itu, di sisi lekukan yang lain akan terjadi pengendapan .
3. proses erosi dan pengendapan lekukan sungai yang terus terjadi akan
membentuk lekukan yang semakin tajam dan akan terhubung dengan
ujung lekukan yang lain. Jika terjadi hujan, air akan mampu mengerosi
lekukan tepi sungai yang kemudian akan mampu membentuk aliran sungai
baru yang lebih lurus dan aliran sungai yang lama ditinggalkan.
Danau tapal kuda lokasi penelitian berada pada bagian utara
Kecamatan Telanaipura, tepatnya berada di Kelurahan Legok. Nama lokal
danau tersebut yaitu Danau Dipin dengan luas 90,24 ha.
Gambar 7. Citra Ikonos danau tapal kuda di Kelurahan Legok
Kondisi geomorfologi Kecamatan Telanaipura yang berupa bentuklahan
asal proses fluvial juga dapat diidentifikasi dari kondisi reliefnya. Dilihat dari
topografinya, Kecamatan Telanaipura relatif datar dengan ketinggian antara 2-40
m diatas permukaan laut. Aliran Sungai Batanghari sebagai sungai utama terdapat
dibagian utara Kecamatan Telanaipura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c. Hidrologi
1) Air Tanah
Air tanah merupakan sumber daya alam yang ketersediannya
mencakup kuanti tas maupun kual itasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tempat proses penimbunan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
tersebut berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air tanah
(groundwater basin). Batas cekungan air tanah, yang mencakup batas
horizontal dan vertikal, ditentukan oleh sifat hidraulik ai r tanah dan dikontrol
oleh tataan hidrogeologinya.
Keberadaan cekungan air tanah tidak dibatasi oleh batas administrasi
suatu daerah. Suatu cekungan air tanah dapat berada pada satu wilayah
kabupaten/kota, lintas batas kabupaten/kota, lintas batas p rovinsi, bahkan lintas
batas negara.
Kondisi air tanah bebas pada sumur-sumur gali yang dijumpai pada
jarak 1-2 km di sisi kiri dan kanan Sungai Batanghari, muka air tanah bebasnya
relatif dangkal (berkisar 1 5 m). Hal tersebut disebabkan karena sumur-sumur
tersebut terletak pada dataran banjir atau bekas dataran banjir yang terd iri atas
endapan al luvial. Berdasarkan kondisi geo loginya, jenis batuan wilayah ini
berupa batuan aluvium yang terdir i atas kerikil, kerakal, pasir, lanau dan
lempung. Umumnya jenis batuan ini memiliki porositas dan permeabili tas
tinggi. Hal ini memungkinkan terdapatnya air tanah cukup besar yang berasal
dari air sungai dan danau. (Sumber: masterplan saluran drainase Kota Jambi
tahun 2006)
2) Air Permukaan
Sungai Batanghari merupakan air permukaan utama dan mengali r di
bagian utara Kecamatan Telanaipura. Sungai Batanghari memiliki panjang
total 775 km, hulu sungai terletak di pegunungan bukit barisan di provinsi
Sumatera barat dan hilir di Selat Berhala. Sungai Batanghari mengalir dari
barat ke timur, memper lihatkan morfologi pegunungan disebelah barat dan
dataran serta rawa disebelah timur. S ecara umum 60% morfologi DAS
Batanghari memperlihatkan bentuk perbukitan bergelombang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Bagian utara Kecamatan Telanaipura merupakan Sungai Batanghari
bagian hilir dengan morfologi berupa dataran. Lebar Sungai Batanghari pada
bagian ini mencapai 450 m dengan elevasi yaitu 10 mdpl. Tinggi muka air rata-
rata pada tahun 2010 adalah 11,75 m. Tinggi muka air ekstrim yang pernah
tercatat adalah 15,15 m pada tahun 2003, dan debit terkecil yaitu 6,11 m pada
tahun 2004. ( Sumber : DPU Kota Jambi)
Kecamatan Telanaipura juga memiliki air permukaan berupa danau
yaitu Danau Kenali yang luasnya 38,01 ha terletak di Kelurahan Teluk Kenali ,
dan menerima ali ran air dari Sungai Kenali Besar dan Kenali Keci l. Selain i tu
juga terdapat danau tapal kuda yaitu Danau Sipin yang merupakan danau
terbesar di kota Jambi, dengan panjang 4,5 km, lebar 250 m, seluas 90,24 ha.
Pada bagian tengah Danau Sipin terdapat perkampungan penduduk yang
bermukim di tanah daratan yang oleh penduduk setempat sering disebut dengan
ulau Pandan Pulau Pandan merupakan daratan yang dulunya
berada di dekat lekukan meander Sungai Batanghari . Akibat proses fluviati l
meander terputus, terbentuk al iran sungai yang baru, dan aliran meander yang
lama ditinggalkan sehingga terbentuk danau tapal kuda.
Secara administrasi, Danau Sipin yang menjadi muara beberapa
sungai di wilayah Kota Jambi ini termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Legok .
Danau Sipin menerima aliran air dar i beberapa aliran yakni dari Danau Kenali,
Sungai Kambang, Sugai Sri Sudewi, dan Sungai Telanai. Pada kondisi dimana
Sungai Batanghari meluap, maka air Danau Sipin turut naik, sehingga
menggenangi pulau yang ada ditengahnya. Kondisi Danau Sipin yang selalu
berair sepan jang tahunnya juga difungsikan masyarakat untuk budidaya
perikanan air tawar .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
d. Iklim
1) Tipe Iklim
Tipe iklim lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan Metode
Koppen. Metode Koppen mer upakan metode yang membagi tipe iklim
berdasarkan rata-rata curah hujan dan temparaturnya. Metode ini membagi
permukaan bumi ini menjadi 5 tipe iklim yaitu: ik lim hujan tropika (A), iklim
kering (B), iklim sedang (C), iklim d ingin (D), dan ik lim kutub (E).
Sebag ian besar wilayah Indonesia termasuk kedalam tipe iklim A
karena telah memenuhi syarat suhu udara/temparatur lebih dari 18oC. Dalam
klasifikasi Koppen, tipe iklim A terbagi atas :
a) Tropika Basah (Af)
Wilayah iklim ini memiliki cir i-ciri yaitu pada saat bulan terkering
masih memiliki hujan rata- rata lebih besar dari 60 mm.
b) Tropika Lembab (Am)
Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bulan basah dapat
mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe in i memiliki bulan
basah dan bulan kering, tetapi bulan-bulan kering masih dapat diimbangi
oleh bulan-bulan basah, sehingga pada wilayah ini masih terdapat hutan
yang cukup lebat.
c) Tropika Kering (Aw)
Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada bulan-bulan kering, sehingga vegetasi yang ada
adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang. (Wisnubroto, 1983:
70).
Temparatur bulanan wilayah penelitian disajikan pada Tabel 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 17. Suhu Udara Bulanan Stasiun Klimatologi Sultan Thaha Tahun 2010 No. Bulan Suhu Udara/Temparatur (oC) 1 Januari 26,8 2 Februari 27 3 Maret 27 4 April 27,7 5 Mei 28 6 Juni 27,2 7 Juli 26,7 8 Agustus 26,9 9 September 26,7 10 Oktober 26,9 11 November 26,8 12 Desember 26,9
Rata-rata 27,1 Sumber. Stasiun Klimatologi Sultan Thaha Tahun 2010
Data di atas menunjukkan bahwa wilayah penelitian memiliki nilai suhu
udara rata-rata bulanan sebesar 27,1oC dengan suhu udara tertinggi yaitu sebesar
28oC yang terjadi pada Bulan mei dan suhu udar a terendah sebesar 26,7oC yang
terjadi pada Bulan Juli dan September. Dengan demikian nilai suhu udara rata-rata
wilayah penelitian lebih besar dari 18oC sehingga dapat disimpulkan bahwa wilayah
tersebut berada pada tipe iklim A. Data curah hujan wilayah penelitian disajikan pada
Tabel 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 18. Data Curah Hujan Wilayah Penelitian.
No. Bulan Curah Hujan ( mm)
jumlah rata-rata
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 ( mm )
1 Januari 202 182 231 98 41,6 358,7 124,5 124,1 90 112 1563,9 156,4 2 Februari 231 310 307 27,9 36 393,3 300,9 149,1 239,8 290 2285 228,5 3 Maret 244 205 175 25,1 149,6 199,1 131,3 150,9 68,8 204 1552,8 155,3 4 April 301 183 220 92,8 68,1 206,8 226,5 233,9 230,1 220 1982,2 198,2 5 Mei 144 250 77 120,1 263,9 138,5 151,4 40,8 33,3 279 1498 149,8 6 Juni 112 153 78 34 363,9 254,9 95,9 8 58,5 168 1326,2 132,6 7 Juli 57 171 79 46,2 174,2 101,6 44,1 73,7 152,1 389 1287,9 128,8 8 Agustus 240 31 220 2 253,4 12,9 86,5 169,3 78,7 346 1439,8 143,9 9 September 109 37 189 36,8 468,7 91,9 59,5 142,3 72,2 262 1468,4 146,8 10 Oktober 337 87 284 83,2 290,8 29,2 136 120,2 228 373 1968,4 196,8 11 November 390 195 140 35 414,5 64 33,5 245,2 221,7 334 2072,9 207,23 12 Desember 405 263 347 91,9 295 279,4 190,1 135,8 314,2 230 2551,4 255,1
Jumlah 4773 4069 4350 2697 4825 4136 3587 3601 3796 5217 41051,9 4105,2
Jumlah bulan basah
11 9 9 1 9 8 7 9 6 12 87 8,1
Jumlah bulan lembab
0 1 3 4 1 2 2 1 4 0 18 1,8
Jumlah bulan kering
1 2 0 7 2 2 3 2 3 0 16 2,2
Sumber. Stasiun Klimatologi Sultan Thaha Kota Jambi
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulan terkering
sebesar 128,8 mm yang terajadi pada Bulan Agustus. Rata-rata jumlah hujan tahunan
adalah sebesar 4105,2 mm. Data rata-rata curah hujan tahunan dan curah hujan
bulanan terkering digunakan untuk menentukan tipe iklim Af, Am, atau Aw. Data ini
dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukkan garis batas Tipe Iklim Af, Am,
dan Aw. Analisis tipe iklim lokasi penelitian disajikan pada gambar 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Rata-rata Curah Hujan Tahunan (mm)
Gambar 8 . Tipe Iklim Lokasi Penelitian Menurut Koppen
Berdasarkan hasil diatas, lokasi penelitian memil iki tipe iklim Af. Hal ini
diperkuat dengan besarnya hujan yang turun tiap tahun dan jujmlah bulan basah
dapat menutupi jumlah bulan kering.
2. Tipe Curah Hujan
Penen tuan tipe curah hujan di lokasi penelitian berdasarkan metode
Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi tipe cur ah hu jan berdasarkan metode ini
adalah dengan berdasarkan pada perbandingan rata-rata jumlah bulan basah
dan rata-rata jumlah Bulan kering. Kriteria untuk menentukan bulan basah dan
kering berdasarkan klasif ikasi dari Mohr yaitu :
a) Bulan basah yaitu suatu bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm. Pada
bulan basah, curah hujan lebih besar dari penguapan yang terjadi.
b) Bulan lembab yaitu suatu bulan yang curah hu jannya leb ih besar dari 60
mm tetap i kurang dari 100 mm. Pada bulan ini, curah hujan kur ang lebih
sama dengan penguapan yang terjadi.
c) Bulan kering yaitu suatu bu lan dengan curah hujan kurang dari 60 mm. Pada
bulan basah , curah hujan lebih kecil dari penguapan yang terjadi.
(Wisnubroto dalam Agustinus 1983: 61)
Rat
a-ra
ta C
urah
Huj
an B
ulan
T
erke
ring
(m
m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Penggolongan tipe curah hujan menuru t Schmidt dan Ferguson berdasarkan
pada nilai Q yaitu :
Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi menjadi 8
golongan yai tu :
Tabel 19. Tipe Curah Hujan Di Indonesia No. Tipe Nilai Sifat 1 A Sangat basah (very wet) 2 B Basah (wet ) 3 C Agak basah (fairly wet) 4 D Sedang (fair) 5 E Agak kering (fairly dry ) 6 F Kering (dry) 7 G Sangat kering ( very dry) 8 H ~ Luar biasa kering (extremely dry)
Sumber : Wisnubroto dalam Agustimus (2009: 62)
Data curah hujan yang digunakan untuk mewakili kondisi curah hujan
lokasi penelitian adalah data dari Stasiun Meteorologi Sultan Thaha Jambi. Data
Tabel menunjukkan bahwa jumlah curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2010
sebesar 5217 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember yaitu
sebesar 255,14 mm. Rata-rata curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juli yaitu
sebesar 128,79 mm. Jumlah bulan basah pal ing banyak berada pada tahun 2010 yaitu
sebanyak 12 bulan . Jumlah bulan kering paling banyak terjadi pada tahun 2004 yaitu
sebanyak 7 bulan. Nilai rata-rata bulan kering dalam r entang tahun 2001-2010 adalah
sebesar 2 ,2 dan nilai rata-rata bulan basah dalam rentang tahun 2001-2010 adalah
sebesar 8,1.
Penen tuan tipe curah hujan menurut metode Schmidt -Ferguson yaitu
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Rat
a-ra
ta B
ulan
Ker
ing
Rata-rata Bulan Basah
Gambar 9. Tipe Curah Hujan Lokasi Peneli tian
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tipe curah hujan lokasi penelitian
menurut Schmidt dan Ferguson yaitu termasuk curah hu jan tipe B yang bersifat
basah karena berada pada k isar an nilai
5. Penggunaan lahan
Jenis penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura bervariasi dan masing-
masing jenis penggunaan lahan memilik i luasan areal yang beragam pula. Namun
areal terbangun menempati luasan wilayah terbesar. Informasi Penggunaan lahan
Kecamatan Telanaipura disajikan pada tabel 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 20. Penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
No. Jenis penggunaan Lahan Luas
Km2 % 1 Belukar 4.19 13.77 2 Hutan 2.66 8.77 3 Industri 0.09 0.29 4 Kebun 5.57 18.33 5 Ladang 2.59 8.53 6 Makam 0.05 0.18 7 Permukiman Teratur 0.48 1.58 8 Permukiman Tidak Teratur 7.12 23.42 9 Sawah 1.27 4.18
10 Taman 0.16 0.52 11 Tanah kosong 2.69 7.46 12 Lain-lain 3.53 12.97 Jumlah 30.39 100.00
Sumber : Bappeda Kota jambi
Penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura terbesar adalah permukiman
dengan menempati areal seluas 7,12 km2 (23,42%). Dibandingkan dengan jenis
penggunaan lainnya seperti penggunaan lahan kebun seluas 5,57 km2 (18,33%) dan
Belukar seluas 4,19 km2 (13,77%) yang merupakan wilayah non terbangun, kondisi
ini menunjukkan bahwa masih terdapat banyak lahan yang dapat digunakan apabila
terjadi peningkatan jumlah penduduk sehingga kebutuhan akan lahan untuk
permukiman semakin meningkat dan perubahan penggunaan lahan dari lahan non
terbangun menjadi lahan terbangun tidak terhindarkan.
6. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Penyebaran Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Telanaipura pada tahun 2010 adalah sejumlah
77.203 juwa dengan rincian 38.856 jiwa laki -laki (50,33%) dan 38.346 jiwa
perempuan (49,67%), menempati wi layah administrasi seluas 30,39 km2. Data
jumlah dan persebaran penduduk Kecamatan Telanaipura secara rinci disajikan pada
tabel 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 21. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Kecamatan Telanaipura Tahun 2010
No. Kelurahan Luas Wilayah km² Jumlah Penduduk Jiwa %
1 Penyengat Rendah 12.31 5970 7.73 2 Teluk Kenali 2.34 1155 1.50 3 Legok 3.41 10973 14.21 4 Telanaipura 1.29 4181 5.42 5 Sungai Putri 1.59 8562 11.09 6 Selamat 1.40 8479 10.98 7 Solok Sipin 1.12 10004 12.96 8 Murni 0.36 5087 6.59 9 Simpang IV Sipin 1.53 11776 15.25
10 Pematang Sulur 2.98 6744 8.74 11 Buluran Kenali 2.06 4272 5.53 Jumlah 30.39 77203 100.00
Sumber : Kecamatan Telanaipura dalam Angka 2010
Tabel 21. menunjukkan jumlah penduduk tert inggi berada pada Kelurahan
Simpang IV Sipin dengan jumlah penduduk 11.776 Jiwa atau 15,25% dan jumlah
penduduk terendah ber ada pada Kelurahan Teluk Kenali dengan jumlah penduduk
1.155 atau 1,50%.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk
dengan luas wilayah yang ditempati. Pada umumnya kepadatan penduduk di suatu
kota mengalami peningkatan yang dicirikan dengan tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk di kota tersebut. Kepadatan penduduk Kecamatan Telanaipur a dihitung
dengan metode aritmatik yaitu dengan menghitung jumlah penduduk rata-rata per
kilometer persegi daerah tanpa memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas
penduduk. Kepadatan penduduk Kecamatan Telanaipura d ihitung menggunakan
rumus :
Data kepadatan penduduk Kecamatan Telanaipura disajikan pada tabel 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 22. Kepadatan Penduduk Kecamatan Telanaipura Tahun 2010
Kelurahan Luas Wilayah Jumlah
Penduduk Kepadat an
Km2 ( Jiwa ) (jiwa/km²) Penyengat Rendah 12.31 5970 485 Teluk Kenali 2.34 1155 494 Legok 3.41 10973 3218 Telanaipura 1.29 4181 3241 Sungai Putri 1.59 8562 5385 Selamat 1.40 8479 6056 Solok Sipin 1.12 10004 8932 Murni 0.36 5087 14131 Simpang IV Sipin 1.53 11776 7697 Pematang Sulur 2.98 6744 2263 Buluran Kenali 2.06 4272 2074 Jumlah 30.39 77203 2540
Sumber. Kecamatan Telanaipura Dalam Angka 2010
Tabel 22. menunjukkan jumlah kepadatan penduduk Kecamatan
Telanaipura adalah sebesar 2540 jiwa/km². W ilayah dengan kepadatan penduduk
tertinggi yaitu Kelurahan Murni sebesar 14.131 jiwa/km². Kondisi ini ter jadi karena
luas Kelurahan Murni cukup sempit dibandingkan jumlah penduduk yang bermukim.
Wilayah dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Kelurahan Penyengat Rendah
sebesar 485 jiwa/km².
Wirosuhardjo dalam Agustinus (2009: 67), mengklasifikasikan kepadatan
penduduk menjadi enam go longan:
1. Sangat rendah, jika kepadatan penduduk kurang dari 101 jiwa/km².
2. Rendah, jika kepadatan penduduk mencapai 101 - 500 jiwa/km².
3. Sedang, jika kepadatan penduduk mencapai 501- 1000 jiwa/km².
4. Tinggi, jika kepadatan penduduk mencapai 1001- 2000 jiwa/km².
5. Tinggi sekali, jika kepadatan penduduk mencapai 2001-3000 jiwa/km².
6. Sangat tinggi, jika kepadatan penduduk lebih dari 3000 jiwa/km².
Berdasarkan klasifikasi tersebut, Kepadatan penduduk Kecamatan
Telanaipura adalah tinggi sekali yaitu kepadatan dengan nilai 2001 2000 jiwa/km²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Persebaran Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
Persebaran wilayah rawan banjir Kecamatan Telanaipura diperoleh dengan
melakukan scoring dan overlay terhadap parameter yang berpengaruh terhadap banjir
yaitu kemiringan lereng, penggunaan lahan dan kerapatan saluran. Penentuan nilai
kerawanan banjir dilakukan dengan scoring, yaitu memberikan skor terhadap satuan
pemetaan parameter suatu parameter banjir. Masing-masing parameter memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap banjir sehingga akan ada pembobot untuk masing-
masing parameter. Semakin besar nilai bobot maka semakin besar pengaruhnya
terhadap banjir. Hasil overlay dan skoring d ianalisis berdasarkan satuan medan.
Berikut deskripsi dan parameter dan unit analisis yang digunakan dalam penentuan
nilai kerawanan banjir Kecamatan Telanaipura tahun 2012 :
a. Satuan Medan Daerah Penelitian
Satuan medan adalah kelas medan yang menunjukan suatu bentuklahan
atau komplek bentuklahan yang sejen is dalam hubungannya dengan karakteristik
medan dan komponen-komponen medan yang utama (Van Zuidam 1979 dalam
UPI 2006: 7). Satuan medan dalam penelitian ini diperoleh dengan
menumpangsusunkan (overlay) parameter fisik berupa peta ket inggian dan peta
kemiringan lereng. Satuan medan dipilih sebagai satuan pemetaan karena setiap
satuan medan mencerminkan adanya pengaruh ketinggian tempat dan kemiringan
lereng terhadap wilayah rawan banjir. Parameter penyusun satuan satuan medan
Kecamatan Telanaipura disajikan pada penjelasan berikut :
1) Parameter Penyusun Satuan Medan
a) Ketinggian
Ketinggian tempat merupakan faktor fisik yang sangat berpengaruh
terhadap kerawanan banj ir. Wilayah dengan ketinggian yang rendah mudah
untuk terjadi banjir. Sifat dasar ai r yang mengalir dari tempat yang tinggi
menuju tempat yang rendah akan mengakibatkan terjadinya akumulasi air
diwilayah yang lebih rendah. Akumulasi air yang tidak dapat dialirkan oleh
saluran drainase akan menjadi air genangan. Dibandingkan dengan wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
lainnya yang lebih tinggi, maka w ilayah ini akan lebih dulu mengalami
banjir, lalu perlahan-lahan ban jir meningkat ke tempat yang lebih tinggi jika
debit banjir besar. Informasi ketinggian Kecamatan Telanaipura dapat
disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 23. Ketinggian Kecamatan Telanaipura
No. Wilayah Ketinggian (dpl) Luas km2 %
1 2 - 10 m 8,5 27,96 2 10 - 20 m 11,74 38,64
3 20 - 30 m 6,75 22,22 4 30 - 40 m 3,4 11,67
Jumlah 30,39 100 Sumber : Peta Ketinggian Kecamatan Telanaipura, DPU Kota Jambi
Tabel 23 menunjukkan bahwa wilayah dengan ket inggian 2-10
mdpl dan 10-20 mdpl dengan luas masing-masing yaitu 8,5 km2 (27,96%)
dan 11,74 km2 (38,64%) lebih dominan dibandingkan daerah ketinggian
lainnya. Wilayah ketinggian ini memungkinkan untuk tergenang banjir
karena merupakan wilayah dengan ketinggian yang paling rendah di lokasi
peneli tian. Peta Ketingg ian Kecamatan Telanaipura disajikan pada Peta 3.
b) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng berkaitan erat dengan laju peresapan air
kedalam tanah dan perger akan aliran permukaan. Semakin curam suatu
lereng maka laju peres apan air akan semakin rendah karena air limpasan
akan mengalir menuju tempat yang lebih rendah, sedangkan semakin landai
suatu lereng maka laju peresapan akan semakin tingg i karena pergerakan air
limpasan akan lambat bahkan cenderung d iam dan lama kelamaan akan
menimbulkan genangan jika wilayah tersebut. klasifikasi yang digunakan
yaitu metode bakosurtanal (1999). Informasi kemiringan lereng lokasi
penelitian disajikan pada Tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 24. Kemiringan Lereng Kecamatan Telanaipura
No. Klasi fikasi Kemiringan Lereng (%)
Luas Km2 %
1 Datar 0 - 3 27.48 90 ,42 2 Landai 3 - 6 2.67 8,79 3 Miring 6 - 9 0.22 0,72 4 Agak Curam 9 - 12 0.02 0,07 5 Curam >12
Jumlah 30.39 100 Sumber : Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Telanaipura Skala 1: 35.000
Klasifikasi dan sebaran kemiringan Lereng Kecamatan Telanaipura
disajikan pada Peta 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2) Satuan Medan
Satuan medan diperoleh dengan tekn ik overlay peta ketinggian dan
kemiringan lereng. Berdasarkan hasil analisis overlay atau tumpangsusun peta
ketinggian dan kemiringan lereng dihasilkan 13 satuan medan yang tersebar di
daerah penelitian. Satuan medan digunakan sebagai satuan analisi s sehingga
setiap satuan medan yang ada dilakukan pengamatan di lapangan.
Sifat dan karakteristik setiap satuan medan dijelaskan secara singkat pada
uraian beriku t :
a) Ketinggian Tempat 2 -10 mdpl Kemiringan Lereng 0%-3% (A-1)
Satuan medan ini terbentuk sebagai hasil dari proses f luvial dengan
bukti berupa ditemukannya dataran banjir di bagian utara satuan medan ini.
Wilayah ini merupakan dataran rendah yang datar dengan ketinggian 2-10
mdpl dan kemiringan lereng 0%-3%. Penggunaan lahan di satuan medan in i
adalah permukiman, belukar, industri, kebun, hutan, ladang, sawah dan
tanah kosong. Satuan medan ini meliputi sebagian Kelurahan Telanaipura,
Kelurahan Legok, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan T eluk Kenali,
Kelurahan Penyengat Rendah dan Kelurahan Sungai Putri. Luas satuan
medan ini secara keseluruhan adalah 11,67 km2 (38,41%).
b) Ketinggian Tempat 2 -10 mdpl Kemiringan Lereng 3%-6% (A-2)
Satuan medan ini memilik i luas 0,03 km2 (0,11%) dan berada di
bagian selatan Danau Sipin. Satuan medan ini merupakan dataran aluvial
dengan ketinggian tempat 10-20 mdpl dan kemiringan lereng 3%-6%.
Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah belukar, kebun, ladang,
permukiman, sawah dan tanah kosong. Satuan medan ini meliputi sebagian
Kelurahan Legok, Kelurahan Sungai Putri, Kelurahan Buluran Kenali dan
Kelurahan Telanaipura.
c) Ketinggian Tempat 2 -10 mdpl Kemiringan Lereng 6%-9% (A-3)
Satuan medan ini berada di bagian selatan Danau Sip in , memiliki
ketinggian tempat 10-20 mdpl dan kemiringan lereng 6%-9%. Penggunaan
Lahan di satuan medan ini adalah belukar. Satuan medan ini meliput i
sebagian Kelurahan Telanaipura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d) Ketinggian Tempat 10-20 mdpl Kemiringan Lereng 0%-3% (B-1)
Satuan medan ini memiliki luas 8,51 km2 (34,88%) dan berada di
bagian selatan Danau Sipin. Satuan medan ini merupakan dataran aluvial
dengan ketinggian tempat 10-20 mdpl dan kemiringan lereng 0%-3%.
Penggunaan Lahan di satuan medan in i adalah belukar, hu tan, industri,
kebun , ladang, makam, permukiman, sawah, tama n dan tanah kosong.
Satuan medan ini meliputi sebagian Kelurahan P enyengat rendah,
Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Legok, Kelurahan Solok Sipin,
Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan Teluk Kenali, Kelurahan Sungai
Putri, Kelur ahan Buluran Kenali, Kelurahan Murni dan Kelurahan
Telanaipura.
e) Ketinggian Tempat 10-20 mdpl Kemiringan Lereng 3%-6% (B-2)
Satuan medan ini memiliki luas 1 ,30 km2 (4,26%). Satuan medan
ini memiliki ketinggian tempat 10-20 mdpl dan kemiringan lereng 3%-6%.
Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah belukar, hutan, kebun,
ladang, makam, permukiman, sawah, taman dan tanah kosong. Satuan
medan ini meliputi sebagian Kelurahan Penyengat rendah, Kelurahan
Legok, Kelur ahan Solok Sipin , dan Kelurahan Murni.
f) Ketinggian Tempat 10-20 mdpl Kemiringan Lereng 6%-9% (B-3)
Satuan medan ini memiliki luas 0,14 km2 (0,46%). Satuan medan
ini memiliki ket inggian tempat 10-20 mdpl dan kemiringan lereng 06%-9%.
Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah belukar, kebun, ladang,
makam, permukiman,taman dan tanah kosong. Kelurahan Legok, Kelurahan
Solok Sipin, Kelurahan Sungai Putri, dan Kelurahan Telanaipura.
g) Ketinggian Tempat 10-20 mdpl Kemiringan Lereng 9%-12% (B-4)
Satuan medan ini memiliki luas 0,01 km2 (0,03%) dan berada di
bagian selatan Danau Sipin. Satuan medan ini memiliki ketinggian tempat
10-20 mdpl dan kemiringan lereng curam yaitu sebesar 9%-12%.
Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah belukar, kebun, permukiman,
taman dan tanah kosong. Satuan medan ini meliputi sebagian Kelurahan
Legok, dan Kelurahan Solok Sipin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
h) Ketinggian Tempat 20-30 mdpl Kemiringan Lereng 0%-3% (C-1)
Satuan medan ini memiliki luas 5,50 km2 (18,10%) Satuan medan
ini merupakan dataran aluvial dengan ketinggian tempat 20-30 mdpl dan
kemiringan ler eng 0%-3%. Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah
belukar, hutan, indust ri, kebun, ladang, makam, permukiman, sawah, taman
dan tanah kosong. Satuan medan ini meliputi sebagian Kelurahan Penyengat
rendah, Kelurahan Selamat, Kelurahan Simpang IV S ipin, Kelurahan
Legok, Kelurahan Solok Sipin , Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan
Sungai Putri, Kelurahan Murni dan Kelurahan Telanaipura.
i) Ketinggian Tempat 20-30 mdpl Kemiringan Lereng 3%-6% (C-2)
Satuan medan ini memiliki luas 1,01 km2 (3,33%). Satuan medan
ini memiliki ketinggian tempat 20-30 mdpl dan kemiringan lereng yang
landai yaitu 0%-3%. Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah belukar,
hutan, industri, kebun, ladang, makam, permukiman, taman dan tanah
kosong. Satuan medan ini meliputi sebagian Kelurahan Penyengat rendah,
Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Legok, Kelurahan Solok Sipin,
Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan Sungai Putr i, Kelurahan Selamat,
dan Kelurahan Telanaipura.
j) Ketinggian Tempat 20-30 mdpl Kemiringan Lereng 6%-9% (C-3)
Satuan medan ini memiliki luas 8,51 km2 (34,88%) dan berada di
bagian selatan Danau Sipin. Satuan medan ini merupakan dataran aluvial
dengan ketinggian tempat 10-20 mdpl dan kemiringan lereng 6%-9%.
Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah belukar, kebun, permukiman,
taman dan tanah kosong. Satuan medan ini mel iputi sebagian Kelurahan
Legok, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Sungai Putri , dan Kelurahan
Telanaipura.
k) Ketinggian Tempat 20-30 mdpl Kemiringan Lereng 9%-12% (C-4)
Satuan medan ini memiliki luas 0,07 km2 (0,24%). Satuan medan
ini memiliki ketinggian tempat 20-30 mdpl dan kemiringan lereng curam
yaitu sebesar 9%-12%. Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
belukar, kebun, permukiman, taman dan tanah kosong. Satuan medan in i
meliputi sebagian Kelurahan Legok, dan Kelurahan Solok Sipin.
l) Ketinggian Tempat 30-40 mdpl Kemiringan Lereng 0%-3% (D-1)
Satuan medan ini memiliki luas 1,88 km2 (6,18%). Satuan medan
ini merupakan dataran aluvial dengan ketinggian tempat 30-40 mdpl dan
kemiringan ler eng 0%-3%. Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah
belukar, industri, kebun, ladang, makam, permukiman, taman dan tanah
kosong. Satuan medan ini melipu ti sebag ian Kelurahan Selamat, Kelurahan
Simpang IV Sipin , Sungai Putri, Kelurahan Buluran Kenali, dan Kelurahan
Telanaipura.
m) Ketinggian Tempat 30-40 mdpl Kemiringan Lereng 3%-6% (D-2)
Satuan medan ini memiliki luas 0,25 km2 (0,84%). Satuan medan
ini merupakan dataran aluvial dengan ketinggian tempat 10-20 mdpl dan
kemiringan ler eng 0%-3%. Penggunaan Lahan di satuan medan ini adalah
belukar, industri, kebun, ladang, permukiman , taman dan tanah kosong.
Satuan medan ini meliputi sebagian Kelurahan Selamat, Kelurahan Simpang
IV Sipin, Kelurahan Solok Sipin, dan Kelurahan Sungai Putri.
Macam, simbol, dan luas dar i masing-masing satuan medan di daerah
penelitian disajikan pada Tabel, Sedangkan sebaran satuan medan disajikan
pada Peta 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 25. Satuan Medan Kecamatan Telanaipura
No. Satuan Medan Simbol Luas
km2 %
1 Ketinggian Tempat 2-10 mdpl-Kemiringan Lereng 0%-3%
A-1 11,67 38,41
2 Ketinggian Tempat 2-10 mdpl-Kemiringan Lereng 3%-6% A-2 0,03 0,11
3 Ketinggian Tempat 2-10 mdpl-Kemiringan Lereng 6%-9%
A-3 0,00 0,00
4 Ketinggian Tempat 10-20 mdpl-Kemiringan Lereng 0%-3%
B-1 8,51 27,99
5 Ketinggian Tempat 10-20 mdpl-Kemiringan Lereng 3%-6%
B-2 1,30 4,26
6 Ketinggian Tempat 10-20 mdpl-Kemiringan Lereng 6%-9%
B-3 0,14 0,46
7 Ketinggian Tempat 10-20 mdpl-Kemiringan Lereng 9%-12%
B-4 0,01 0,03
8 Ketinggian Tempat 20-30 mdpl-Kemiringan Lereng 0%-3% C-1 5,50 18,10
9 Ketinggian Tempat 20-30-mdpl Kemiringan Lereng 3%-6% C-2 1,01 3,33
10 Ketinggian Tempat 20-30 mdpl-Kemiringan Lereng 6%-9% C-3 0,07 0,24
11 Ketinggian Tempat 20-30 mdpl-Kemiringan Lereng 9%-12% C-4 0,01 0,03
12 Ketinggian Tempat 30-40 mdpl-Kemiringan Lereng 0%-3% D-1 1,88 6,18
13 Ketinggian Tempat 30-40 mdpl-Kemiringan Lereng 3%-6% D-2 0,25 0,84
Jumlah 30,39 100,00 Sumber : Analisis Peta Satuan Medan Kecamatan Telanaipura
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b. Identifikasi Saluran Drainase
Drainase merupakan ulitilitas perkotaan s ebagai media penyalur air hujan
sehingga wilayah kota terhindar dari acaman banjir. Kondisi eksist ing drainase
Kecamatan Telanaipura terdiri atas sungai-sungai yang berperan sebagai saluran
drainase primer. Salu ran tersier di sepanjang jalan berfungsi menampung aliran
buangan daerah sekitarnya dan sistem sekunder menampung alir an dari saluran
system tersier dan daerah sekitarnya.
Saluran drainase eksisting Kecamatan Telanaipura digunakan sebagai
bahan analisis untuk menghitung nilai kerapatan salurannya. Hasil anali sis akan di
sajikan dalam bentuk peta dan berfungsi sebagai parameter untuk menghitung
nilai kerawanan banjir Kecamatan Telanaipura. Menurut Asdak (1995 : 22) nilai
kerapatan saluran adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi DAS. dapat
diketahui dengan menggunakan rumus :
Dd : Kerapatan Saluran (km/km2)
L : Panjang Sungai (km)
A : Luas DAS (Km2)
Klasifikasi kerapatan saluran (Dd) mengikut i pedoman Linsley (1994),
sebagai berikut:
1) Dd < 1 mil/mile2, kondisi daerah kurang baik, pengatusan kurang sehingga
mengalami genangan.
2) Dd 1 5 mil/mile2, kondisi daerah baik, pengatusan cukup sehingga tidak
pernah tergenang terlalu lama.
3) Dd > 5 mile/mile2, kondisi daerah kurang baik, pengatusan kuat sekali
sehingga mengalami kekeringan.
Menyesuaikan dengan kondisi pada daerah penelitian, maka dilakukan
perubahan berdasarkan klasifikasi Rahman (2002) sebagai berikut:
1) Dd< 0,62 km/km2, daerah tersebut sangat kurang baik, pengatusan sangat
kurang baik, sering terjadi genangan yang lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2) Dd 0,62 1,44 km/km2, daerah tersebut sangat kurang baik, pengatusan sangat
kurang baik, sering terjadi genangan yang lama.
3) Dd 1,45 2,27 km/km2, termasuk daerah tergenang yang agak lama.
4) Dd 2,28 3,10 km/km2, termasuk daerah yang tidak pernah tergenang terlalu
lama.
5) Dd > 3,10 km/km2, termasuk daerah yang mempunyai pengaliran sangat cepat
sehingga sering mengalami kekeringan.
Kerapatan saluran Kecamatan Telanaipura diklasifikasikan berdasarkan
kerapatan saluran (drainage density) menurut Linsley (1949) dengan perubahan.
Peta kerapatan saluran digunakan sebagai parameter kerawanan banjir. Tiap unit
kerapatan salu ran diberikan skor sesuai dengan besaran pengaruhnya terhadap
banjir. Asumsi yang digunakan yaitu kerapatan saluran berpengaruh terhadap
tingkat pengaliran dan penampungan air permukaan disuatu wilayah DAS.
Wilayah dengan nilai kerapatan tinggi akan lebih cepat mengali rkan dan
menampung air permukaan sehingga kemungkinan terjadinya banji r sangat kecil.
Sedangkan wilayah dengan nilai kerapatan saluran yang rendah, tidak memiliki
cukup saluran untuk mngalirkan dan menampung air permukaan sehingga kondisi
ini rentan menimbulkan banjir. Berdasarkan asumsi tersebu t, maka semakin besar
nilai skor (semakin jar ang tingkat kerapatan saluran) maka semakin tinggi
pegaruhnya terhadap banjir. K lasifikasi dan scoring kerapatan saluran Kecamatan
Telanaipura dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Klasi fikasi dan skoring kerapatan saluran drainase Kecamatan Telanaipura
No. Kerapatan Saluran Luas
Skor Km2 %
1 Sangat Rapat 8.16 26.85 1 2 Rapat - - 2 3 Sedang 6.67 21.95 3 4 Jarang 15.56 51.20 4 5 Sangat Jarang - - 5
Jumlah 30.39 100 Sumber : Hasil Perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 26. diatas menunjukkan bahwa kondisi drainase Kecamatan
Telanaipura tidak cukup baik . Kondisi drainase yang masih jarang dengan luas
wilayah 51.20% berada pada bagian Utara wilayah Kecamatan Telanaipura dimana
terdapat Sungai Batanghari sebagai muara dari sungai-sungai saluran drainase primer
kota. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah genangan yang parah, sebab
kerapatan saluran yang jarang t idak cukup memiliki d rainase untuk dapat
mengalirkan dan menampung air permukaan. Selain itu keberadaan Sungai
Batanghari akan menambah parah genangan apabila Sungai Batanghari mengalami
peningkatan debit sehingga akan terjadi backwater. Wilayah bagian selatan
Kecamatan Telanaipura memiliki kond isi drainase yang sangat rapat hingga sedang
dengan luas wilayah 26,85% dan 21,95% . Aliran permukaan pada wilayah ini dapat
disalurkan dengan baik pada saluran drainase yang ada sehingga kemungkinan
terjadinya banjir sangat kecil. Info rmasi drainase dan kerapatan saluran Kecamatan
Telanaipura disajikan pada peta 6 dan 7 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
c. Penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura
Jenis penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura bervariasi antara
penggunaan lahan yang terbangun dan non terbangun. Pemanf aatan r uang di
Kecamatan Telanaipura umumnya masih merupakan lahan non terbangun ,
sehingga masih memadai untuk memenuhi kebutuhan lahan permukiman di masa
yang akan datang.
Pada dasarnya jenis penggunaan lahan tertentu dapat mempengaruhi
kejadian banjir di suatu wilayah. Kondisi ini disebabkan oleh kemampuan suatu
lahan untuk meloloskan air. Semakin besar kemampuan lahan untuk meloloskan
air maka semakin kecil kemungkinan terakumulasinya air limpasan di lahan
tersebut.
Data Penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura d iperoleh dari Bappeda
Kota Jambi dan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi oleh Sutanto dkk dalam
Rahratmoko (2005 : 27). Selanjutnya diberikan skor terhadap masing-masing jenis
penggunaan lahan sesuai dengan besar pengaruhnya terhadap banjir. Klasifikasi
penggunaan lahan dan scoring dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 27. Klasifikasi dan Skoring Penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura
Tahun 2012
No. Jenis penggunaan Lahan Luas Skor Ha %
1 Belukar 418.55 13.77 1 2 Hutan 266.46 8.77 1 3 Industri 8.69 0.29 5 4 Kebun 556.97 18.33 2 5 Tegalan 259.26 8.53 2 6 Makam 5.37 0.18 2 7 Permukiman Teratur 47.99 1.58 3 8 Permukiman Tidak Teratur 711.60 23.42 5 9 Sawah 127.02 4.18 4 10 Taman 15.69 0.52 1 11 Tanah kosong 268.66 8.84 1 12 Lain-lain 352.70 11.61 - Jumlah 3038.96 100.00
Sumber : Hasil Pengolahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 27 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan dengan skor tinggi
memiliki pengaruh yang besar terhadap banjir. Sebaliknya, penggunaan lahan dengan
nilai skor kecil memiliki pengaruh yang kecil pula terhadap banjir. pengskor an
klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan pada asumsi berikut :
Permukiman merupakan tipe penggunaan lahan yang memiliki landcover
berupa bangunan. Kondisi demikian berpotensi menimbulkan banyaknya air
limpasan karena tidak terin filtrasi maksimal kedalam tanah. Air limpasan s ulit untuk
bergerak menuju daerah yang lebih rendah atau drainase terdekat karena terhambat
oleh bangunan seh ingga akan mengakibatkan genangan. Pemberian Skor
permukiman teratur sebesar 3, permukiman agak teratur sebesar 4 dan permukiman
tidak teratur 5 berdasarkan pada tingkat keteraturan, jarak rumah, dan kepadatan
bangunan . Semakin padat dan rapat jarak rumah maka semakin kecil wilayah
infiltrasi dan semakin su lit air limpasan mengalir, sehingga skor akan semakin tinggi .
Sebal iknya, semakin jarang jarak rumah dan teratur maka wilayah infi ltrasi air
semakin besar sehingga skor yang diberikan kecil.
Sawah merupakan penggunaan lahan yang tanahnya imper meabel terhadap
air sehingga air hujan tidak dapat terin fi ltrasi karena tanah telah jenuh oleh air. Air
hujan akan terakumulasi dalam petak sawah dan jika air telah melebihi batas tinggi
petakan maka akan menjadi air limpasan.
Penen tuan skor untuk kebun, dan tegalan/ladang didasarkan bahwa tanah
bervegetasi memiliki air limpasan yang keci l sebab air lebih banyak terinfi ltrasi ke
dalam tanah.
Penggunaan lahan hutan dan belukar sebesar 1 didasarkan bahwa limpasan
pada wilayah hutan kecil sekali karena banyaknya penahan permukaan seperti
penahan oleh vegetasi dan laju infi ltrasi yang besar. Tanah-tanah hutan cenderung
memiliki tingkat infi ltrasi yang tinggi, karena timbunan dan serasah pada lantai
hutan, penetr asi akar, ke dalam sistem tanah , aktivitas organisme tanah yang tinggi
dan jarang terjadi suhu beku. Semakin lebat hutan maka semakin tinggi laju infiltrasi
dan kapasitas serapan serasah sehingga semakin sedikit air limpasan. Apabila terjadi
limpasan pada kawasan hutan, maka aliran akan sangatr lambat sehingga
pengakumulasian limpasan di drainase menjadi lambat pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Lahan kosong merupakan jenis penggunaan lahan yang pemanfaatannya
tidak maksimal. Tipe penggunaan lahan ini akan lebih cepat mengalirkan air ke
saluran drainase terdekat setelah diin filtrasi karena tidak adanya hambatan diatasnya.
Informasi penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura dapat dilihat pada peta
8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
d. Kemiringan Lereng
Data kontur sebagai data utama dalam membuat peta kemiringan lereng
diperoleh memlalui data raster SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission).
Proses anal isis kemiringan lereng menggunakan software GlobalMapper 11 dan
ArcGIS 9.3 sehingga analisis lebih cepat dan mudah. Klasifikasi kemiringan
lereng menggunakan metode bakosurtanal (1999) yaitu aplikasi untuk tata ruang
yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi dilapangan . Metode ini dipilih karena
kondisi lereng Kecamatan Telanaipura yang umumnya landai , sehingga sed iki t
perbedan kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap terjadinya genangan.
Klasifikasi dan scoring kemiringan lereng Kecamatan Telanaipura disajikan pada
tabel 28.
Tabel 28. Klasi fikasi dan skoring kemiringan lereng Kecamatan Telanaipura
No. Klasi fikasi Kemiringan Lereng (%)
Luas Skor
Km2 % 1 Datar 0 - 3 27.48 90,42 5 2 Landai 3 - 6 2.67 8,79 4 3 Miring 6 - 9 0.22 0,72 3 4 Agak Curam 9 - 12 0.02 0,07 2 5 Curam >12 1
Jumlah 30.39 100 Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 2 8 menunjukkan bahwa kondisi kelerengan Kecamatan
Telanaipura sebagian besar berupa datar dengan luas 27,48 km2 (90,42%) yang
menempati hampir selu ruh wilayah Kecamatan Telanaipura. Wilayah lereng
landai seluas 2,67 km2 (8,79%) terdapat pada bag ian barat daya Kecamatan
Telanaipura. wilayah lereng miring dengan luas 0 ,22 km2 (0,72%) dan agak
curam dengan luas 0,02 km2 (0,07%) berada dibagian selatan Danau Sipin.
Kondisi ini memungkinkan untuk timbul terjadinya banjir karena kelerengan yang
lebih dominan yaitu datar.
Informasi kemiringan lereng Kecamatan Telanaipura mengacu pada Peta
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
e. Pengolahan data persebaran wilayah rawan banjir Kecamatan Telanaipura.
Wilayah rawan banjir Kecamatan Telanaipura diperoleh dengan
melakukan scoring dan overlay terhadap parameter-parameter banjir yaitu
kemiringan lereng, penggunaan lahan dan kerapatan salur an. Proses pengolahan
data menggunakan software ArcGIS 9.3. langkah-langkah dalam pengolahan data
yaitu sebagai berikut :
1) Input data scoring parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan
kerawanan banj ir. Parameter kerawanan banjir d ianalisis berdasarkan satuan
medan. Skor diperoleh dengan menghitung skor tertimbang tiap parameter
menggunakan rumus :
Skor tertimbang tiap parameter dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 29. Skor Tertimbang Parameter Kerawanan Banjir
No. Satuan Medan Skor Tertimbang
Kerapatan Saluran
Penggunaan Lahan
Kemiringan Lereng
1 A-1 4 3 5
2 A-2 3 2 4 3 A-3 1 3 3
4 B-1 3 2 5 5 B-2 3 2 4 6 B-3 3 2 3 7 B-4 3 2 2 8 C-1 2 3 5 9 C-2 2 3 4
10 C-3 2 3 3 11 C-4 3 3 2 12 D-1 1 3 5 13 D-2 2 3 4
Sumber : Hasil Perhitungan
2) Melakukan proses overlay terhadap parameter kerapatan saluran, penggunaan
lahan, dan banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
3) Menghitung luasan dan menganalisa sebaran wi layah r awan banjir Kecamatan
Telanaipura. Informasi luasan wilayah rawan banjir Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi disajikan dalam tabel 30 .
Tabel 30. Luas Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Telanaipura
No. Kriteria Tingkat Kerawanan Banjir
Luas km2 %
1 Tidak Rawan 0,09 0,31 2 Kurang Rawan 3,29 10,81 3 Rawan Sedang 6,83 22,47 4 Rawan 8,51 27,99 5 Sangat Rawan 11,67 38,41
Jumlah 30.39 100 Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 30. menunjukkan bahwa menurut kriteria tingkat kerawanan banj ir
wilayah Kecamatan Telanaipura sebagian besar termasuk dalam kategori sangat
rawan sebesar 38,41%, rawan hingga rawan sedang dengan luasan masing-masing
sebesar 27,99% dan 22,47% diikuti dengan wilayah kurang rawan sebesar
10,81%, dan tidak rawan sebesar 0,31%.
Kriteria kerawanan banjir Kelas I (tidak rawan) merupakan wilayah yang
paling kecil di Kecamatan Telanaipura dengan hanya menempati wilayah seluas
0,09 km2. Wilayah ini berada d i Kelurahan Legok dan Solok Sipin dengan
penggunaan lahan berupa lahan kosong, kebun dan belukar. Wilayah ini
merupakan kawasan non terbangun sehingga memil iki kesempatan lebih besar
bagi air untuk infiltrasi ke dalam tanah. Selain itu, tingkat kerapatan saluran di
wilayah ini sangat rapat dan berada pada lereng kelas 5 sehingga air permukaan
yang tidak sempat terinfiltrasi akan langsung dialirkan menuju drainase . meliputi
sebagian kecil wilayah Kelurahan Solok Sipin dan Kelurahan Sungai Putri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 10. Foto Daerah Tidak Rawan Banjir (Kelas I) di Kelurahan Solok Sipin
Kriteria kerawanan banjir Kelas II (kurang rawan) merupakan wilayah
yang penggunaan lahannya berupa tanah kosong, belukar dan kebun di sebagian
daerah Kelurahan Simpang IV Sipin , Kelurahan Selamat, Kelurahan Telanaipura,
Kelurahan Solok Sipin dan Kelurahan sungai putri. Luas wi layah kriteria
kerawanan ini adalah 3,29 km2. Kondisi kemiringan lereng diwilayah ini yaitu
datar hingga landai yang berpotensi menimbulkan genangan. Namun, d rainase
yang sangat r apat dapat mengantisipasi terjad inya kondisi tersebut.
Gambar 11. Foto Daerah Kurang Rawan Banjir (Kelas II) di Kelurahan
Telanaipura
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Kriteria kerawanan banjir Kelas III (rawan sedang) memiliki luas 6,83
km2. wilayah ini tersebar di sebagian Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan
Selamat, Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan sungai putri,
Kelurahan Murni , Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Pematang Sulur, dan
Kelurahan Penyengat Rendah . Jenis penggunaan lahan di wilayah kerawanan
banjir ini yaitu berupa lahan kosong, kebun, ladang, permukiman dan belukar.
Tingkat kemiringan lereng yang datar memungkinkan wilayah ini un tuk tergenang
cukup lama. namun kondisi kerapatan saluran yang sangat rapat, sedang dan
jarang, air permukaan akan cepat d ialirkan. Selain itu air permukaan juga dapat
diinfiltrasi kedalam tanah karena masih terdapat kawasan non terbangun.
Gambar 12. Foto Daerah Rawan Sedang ( Kelas III) di Kelurahan Sungai Putri
Kriteria kerawan banjir Kelas IV ( Rawan ) merupakan w ilayah
kerawanan banjir dengan luas 8,51 km2 yang tersebar di sebagian wilayah
Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan, Legok , Kelurahan Murni, Kelurahan
Buluran Kenali, Kelurahan Pematang Sulur, dan Kelurahan Teluk Kenali .
Dicirikan dengan jenis penggunaan lahan ber upa permukiman, industry dan
kebun . Kondisi kerapatn salu ran yang jarang hingga sedang dan kondisi
kemiringan lereng yang datar memungkinkan wilayah ini untuk terjadi genangan
air atau banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 13. Foto Daerah Rawan Banjir (Kelas IV) di Kelurahan Telanaipura
Kriteria kerawanan banj ir Kelas V (sangat rawan) merupakan wilayah
kerawanan banjir paling luas yaitu 11,67 km2. Terdapat di sebagian daerah
Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Murni, Kelurahan Telanaipura,
Kelurahan Teluk Kenal i, Kelurahan Buluran Kenali dan Kelurahan Legok .
Penggunaan lahan pada wilayah kerawanan banjir ini berupa per mukiman dan
industry. Kondisi kemiringan lereng yang datar dan tingkat kerapatan saluran
yang jarang sangat berpotensi menimbulkan banjir.
Gambar 14. Foto Daerah Sangat Rawan Banjir (Kelas V) di Kelurahan Murni
f. Menyusun Layout Peta
Informasi sebaran wilayah rawan banjir Kecamatan Telanaipura disajikan
dalam peta 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
g. Analisis Kerawanan Banjir Kecamatan Telanaipura
Distribusi wilayah kerawanan banjir Kecamatan Telanaipura
digambarkan pada Peta 9. Tingkat kerawanan yang mendominasi adalah Kelas V
(sangat rawan) yang tersebar di bagian utar a Kecamatan telanaipura. Kondisi yang
digambarkan didalam peta menunjukkan bahwa hampir seluruh w ilayah
Kecamatan merupakan wilayah yang sangat rawan . Hal ini sesuai dengan
karakteristik fisik yang penggunaan lahan berupa permukiman dan industri ,
tingkat kerapatan saluran jarang hingga sedang, serta kondisi kemiringan lereng
yang datar.
Kecamatan Telanaipura yang secara fisik berada pada ketinggian 0 40m
diatas permukaan laut, kemiringan lereng yang sebagian besar datar (0 3%) dan
wilayah daratan alluvial semakin memperkuat hasil analisa bahwa berdasarkan
karakteristik tersebut, wilayah Kecamatan Telanaipura termasuk dalam kawasan
banjir.
Persebaran rawan ban jir di Kecamatan Telanaipura pada umumnya
sesuai dengan informasi wawancara d i lapangan. Wilayah terlanda banjir memang
berada pada kawasan dengan kriteria kerawanan banjir rawan sedang hingga
sangat rawan. Berdasarkan informasi wawancara dan data sekunder, menunjukkan
bahwa persebaran wilayah genangan banjir di tempat-tempat tertentu memiliki
cakupan yang sempit, berbeda dengan peta kerawanan banjir yang menunjukkan
persebaran w ilayah rawan banjir secara luas sesuai dengan karakteristik fisik yaitu
penggunaan lahan, kemiringan lereng dan kerapatan saluran.
Wilayah yang masuk kategori rawan belum tentu terjadi genangan
didalamnya karena masih ada berbagai faktor yang berpengaruh. Wilayah kategori
rawan sedang hingga rawan yang tersebar di wilayah Kecamatan Telanaipura
sebagian besar belum pernah mengalami banjir. Kondisi ini disebabkan oleh
keadaan drainase yang baik dengan tingkat kerapatan saluran sangat rapat , dan
masih banyak wilayah non terbangun berupa kebun, semak belukar, dan lahan
kosong. Air hujan yang jatuh diwilayah ini dapat diserap oleh tanah dan air
permukaan akan dapat cepat dialirkan oleh drainase menuju outlet utama yaitu
Sungai Batanghari dan Danau Sipin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2. Wilayah Bahaya Banjir Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
Menurut Yasin Yusuf (2005: 18) banjir akan disebu t sebagai bahaya jika
banjir sudah mengganggu aktivitas manusia dan bahaya banjir bukan hanya
fenomena fisik, tetapi juga fenomena sosial-ekonomi. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat diasumsikan bahwa bahaya banjir akan muncul jika banjir melanda
wilayah/penggunaan lahan yang digunakan oleh manusia secara intensif untuk
beraktifitas. Maksud penggunaan lahan in tensif dalam hal ini adalah seberapa besar
tingkat keberadaan manusia didalamnya. Semakin itensif suatu lahan digunakan oleh
manusia maka bahaya banji r pun akan meningkat. Dengan demikian parameter-
parameter yang berpengaruh terhadap bahaya banjir adalah penggunaan lahan
intensif dan wilayah rawan banjir.
Wilayah bahaya banjir Kecamatan Telanaipura diperoleh dengan
menggunakan teknik scoring dan overlay terhadap parameter tersebut. Semakin
besar skor parameter maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap bahaya banjir.
Berikut kriteria dan deskripsi masing-masing parameter :
a. Rawan Banjir
Data wilayah rawan ban jir Kecamatan Telanaipura diperoleh dari hasil
scoring,overlay dan analisis terhadap parameter penggunaan lahan , kerapatan
saluran dan kemiringan lereng. Analisis menunjukkan bahwa Kecamatan
Telanaipura sebagian besar memiliki tingkat kerawanan banjir Kelas V (sangat
rawan). Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah tersebut
tidak mengalami banjir. hal ini besar dipengaruhi oleh faktor kondisi drainase
yang masih cukup baik dan masih banyak tersedia lahan bagi air hujan untuk
infiltrasi kedalam tanah.
Parameter rawan banjir diberikan skor yaitu semakin besar pengaruhnya
terhadap bahaya banjir maka skor akan besar pula. Skoring parameter rawan
banjir disajikan dalam tabel 31.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 31. Klasifikasi Dan S koring Rawan Banjir
Tingkat Kerawanan Banjir Skor Keterangan
I 1 Tidak Rawan II 2 Kurang Rawan III 3 Rawan Sedang IV 4 Rawan V 5 Sangat Rawan
Sumber : Hasil Perhitungan
b. Penggunaan Lahan Intensif
Penggunaan lahan intensif dalam kajian terhadap bahaya banjir berkaitan
dengan keberadaan manusia dalam suatu lahan. Rahning Utomowati (2011: 84)
menyatakan bahwa semakin t inggi tingkat keberadaan manusia pada lahan
tertentu, maka semakin meningkat tingkat bahaya banjir.
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan yaitu klasifikasi lahan kota
menurut Sutanto dkk (1981) dalam Rahratmoko (2005 : 27). Skor didasarkan pada
tingkat keberadaan manusia didalamnya. Semakin tinggi tingkat keberadaan
manusia maka semakin tinggi skor. Skoring parameter penggunaan lahan intensi f
disajikan dalam tabel 32.
Tabel 32. Skoring Penggunaan Lahan Intensif Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
No Penggunaan lahan Skor 1 Permukiman 5 2 Sawah 3 3 Tegalan/ladang 3 4 Industri 4 5 Taman kota 2 6 Kuburan / makam 1 7 Lahan Kosong/lapangan 1 8 Kebun 2 9 Belukar 1 10 Hutan 1
Sumber: Hasil Perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 32. diatas menunjukkan skor tipe penggunaan lahan intensif di
Kecamatan Telanaipura. jenis penggunaan lahan permukiman memil iki skor yang
besar. Pemberian skor ini berdasarkan asumsi bahwa permukiman merupakan
tempat tinggal bagi manusia dan juga tempat untuk melakukan aktifitas. dengan
demikian keberadaan manusia didalamnya sangat intensif.
Jenis penggunaan lahan sawah dan ladang diberikan skor 3. Pemberian
skor berdasarkan asumsi bahwa lahan memil iki intensitas keberadaan manusia
pada saat-saat tertentu saja. Biasanya manusia berada pada lahan tersebut untuk
beraktifitas tanpa tinggal di lahan tersebut. selain itu Jenis penggunaan lahan
berupa belukar, hutan, kuburan dan lahan kosong merupakan lahan yang tidak
intensif jika dilihat dari keberadaan manusia didalamnya karena lahan jarang
bahkan tidak pernah dikunjung i oleh manusia, dengan demikian diberikan skor 1.
Informasi penggunaan lahan intensif Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
disajikan pada peta 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
c. Pengolahan Data Wilayah Rawan Banjir Kecamatan Telanaipura
Wilayah bahaya banjir Kecamatan Telanaipura diperoleh dengan
melakukan skoring dan overlay terhadap parameter wilayah rawan banjir dengan
penggunaan lahan intensif. Proses pengolahan data menggunakan software arcgis
9.3. langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :
1) Input data scoring parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan
bahaya banjir. Parameter bahaya banjir d ianalisis berdasarkan satuan medan.
Skor diperoleh dengan menghitung skor tertimbang tiap parameter
menggunakan rumus :
Skor tertimbang tiap parameter dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 33. Skor Tertimbang Parameter Bahaya Banji r
No. Satuan Medan Skor Tertimbang
Kerawanan Banjir Penggunaan Lahan
Intensi f 1 A-1 5 2
2 A-2 3 2 3 A-3 2 1 4 B-1 4 2 5 B-2 3 2 6 B-3 2 2
7 B-4 1 2 8 C-1 3 1 9 C-2 2 3
10 C-3 1 2 11 C-4 1 2
12 D-1 2 3 13 D-2 2 3
Sumber : Hasil Perhitungan
2) Melakukan proses overlay terhadap parameter rawan banjir dan penggunaan
lahan intensif
3) Menghitung luasan dan menganalisa sebaran wilayah bahaya banjir Kecamatan
Telanaipura. Luasan wilayah bahaya banjir Kecamatan Telanaipura Kota Jambi
disajikan pada tabel 34.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 34. Luas Wilayah Bahaya Banjir Kecamatan Telanaipura
No. Kriteria Tingkat Bahaya Banjir Luas km2 %
1 Tidak Bahaya 5,73 18,87 2 Bahaya Sedang 12,98 42,72 3 Bahaya 11,67 38,41
Jumlah 30,39 100 Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 34. menunjukkan bahwa kriteria tingkat bahaya ban jir Kecamatan
Telanaipura sebagian besar merupakan bahaya sedang (Kelas II) dengan luas
wilayah 12,98 km2 (42,72%) diikuti dengan kriter ia bahaya (Kelas III) dengan
luas 11,67 km2 (38,41%) dan kriteria tidak bahaya (Kelas I) dengan luas wilayah
5,73 km2 (18,87%).
Kriteria bahaya banjir Kelas I ( tidak bahaya ) merupakan wilayah yang
sebagian besar penggunaan lahannya adalah tanah kosong, belukar, taman, kebun
dan tingkat rawan banjir pada wilayah ini adalah rawan sedang (Kelas III).
keberadaan manusia pada jen is penggunaan lahan di wilayah ini tidak begitu
intensif dan tingkat kerawanan banj irnya tidak begitu besar sehingga
kemungkinan bagi banjir untuk menimbulkan bahaya bagi manusia menjadi kecil
bahkan tidak ada.
Kriteria bahaya banjir Kelas II (bahaya sedang) merupakan wi layah
dengan penggunaan lahan didalamnya berupa ladang, sawah, kebun dan
permukiman dengan tingkat kerawanan banjir sebagian besar pada Kelas IV
(rawan). Jenis penggunaan lahan pada wilayah dengan kriteria bahaya banjir
Kelas II ini didominasi oleh permukiman. Jenis penggunaan lahan permukiman
pada dasarnya merupakan tempat konsentrasi manusia untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sehingga permukiman merupakan salah satu tipe penggunaan lahan
yang intensif jika dilihat dari keberadaan manusia didalamnya. Selain itu, wilayah
ini merupakan wilayah yang rawan banjir sehingga berpotensi menimbulkan
kerugian bagi manusia yang berkegiatan di dalamnya.
Kritreria bahaya banjir Kelas III ( bahaya ) merupakan wi layah dengan
penggunaan lahan didalamnya berupa permukiman dan industri serta berada pada
tingkat kerawanan Kelas V ( sangat rawan ). Industri dan permukiman merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
tempat konsentrasi manusia melakukan aktifitasnya. Tingkat kerawanan yang
tinggi membuat wilayah ini masuk ke dalam kategori wi layah bahaya banjir.
Selain itu, berdasarkan peta banjir tahun 2009 sebagian besar wilayah pada
kriteria ini merupakan tempat air tergenang. Kondisi ini tentu akan menimbulkan
kerugian bagi masyarakat yang tinggal di wilayah ini.
d. Menyusun Layout Peta
Informasi sebaran wilayah bahaya banjir Kecamatan Telanaipura tahun
2012 disajikan pada peta 11 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
e. Analisis Bahaya Banjir
Wilayah Kecamatan Telanaipura merupakan hasil perkembangan
permukiman kota dengan pemilihan lokasi berada didekat sumber air. Umumnya
permukiman memiliki pola memanjang mengikuti sungai. Perkembangan ini
merupakan per kembangan permukiman yang khas di Indonesia.
Perkembangan permukiman memanjang mengikuti aliran sungai
memiliki kelemahan yai tu rentannya penduduk yang tinggal pada permukiman
tersebut terhadap banjir. Kondisi ini dapat menimbulkan bahaya bagi penduduk
permukiman dan mengakibatkan kerugian seperti timbulnya korban jiwa.
Pada dasarnya jenis penggunaan lahan tertentu memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap tingkat bahaya dan munculnya korban jiwa. Jika suatu
lahan memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap bencana dan semakin
intensif keberadaan manusia didalamnya, maka tingkat bahaya akan semakin
meningkat. Kecamatan Telanaipura memiliki tingkat kerawanan terhadap banjir
yang cukup besar dan wilayah terlanda banji r merupakan wilayah yang in tensif
terhadap keberadaan manusia didalamnya. Kondisi demikian tentunya menjadikan
wilayah Kecamatan Telanaipura berada pada tingkat bahaya yang t inggi.
Peta bahaya banji r menggambarkan wi layah-wilayah yang bahaya,
bahaya sedang, dan tidak bahaya terhadap banjir. Wilayah yang bahaya pada
Kecamatan Telanaipura tersebar d i wilayah pinggiran Sungai Batanghari dan
Danau Sipin tepatnya di Kelurahan Legok, Teluk Kenal i, dan Penyengat Rendah
bagian utara. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilaya h terlanda banjir tiap
tahunnya. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu diadakan penanganan yang
tepat terhadap wi layah-wilayah bahaya sehingga timbulnya korban jiwa dapat
diatasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
3. Prioritas Penanganan Banjir Kecamatan Telanaipura Tahun 2012
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, prioritas penanganan banjir didasarkan pada
keselamatan jiwa manusia. Hal ini bermakna bahwa upaya penanganan dilakukan
dengan terlebih dahulu menyelamatkan manusia dari wilayah-wilayah bahaya
bencana untuk meminimalisir atau menghi langkan kerugian.
Peta bahaya banjir di Kecamatan Telanaipura memberikan informasi
mengenai wilayah-wilayah yang rentan terhadap munculnya kerugian bagi
manusia. Peta ini berfungsi untuk memberikan informasi dan bahan analisis
mengenai wilayah mana yang perlu ditangan i terlebih dahulu jika bencana banjir
datang.
Pemberian prioritas penanganan terhadap suatu wilayah dilakukan
berdasarkan seberapa besar tingkat bahaya diwi layah tersebut dan seberapa besar
kepadatan penduduk didalamnya. Suatu wilayah memiliki tingkat bahaya dan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, maka wilayah tersebut perlu ditangani
terlebih dahulu dibandingkan dengan wilayah yang lainnya. pengambilan
keputusan ini berdasarkan asumsi bahwa semakin besar jumlah penduduk, maka
proses penanganan akan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang sedikit.
Prioritas penanganan banjir dilakukan dengan teknik skoring dan overlay
terhadap parameter prioritas, yaitu parameter bahaya banjir dan kepadatan
penduduk. Semakin besar pengaruh parameter terhadap pengambi lan keputusan
prioritas penanganan banji r, maka semakin besar skor yang diberikan terhadap
parameter tersebut. selain itu, semakin besar tingkat prioritas penanganan disuatu
wilayah maka semakin diprioritaskan pula wilayah tersebu t. Deskripsi parameter
prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
a. Bahaya Banjir
Data bahaya banjir dipero leh dari hasil skoring dan overlay terhadap
parameter bahaya banjir yaitu peta rawan banji r dan peta penggunaan lahan
intensif. Hasi l menunjukkan bahwa bahaya banj ir Kecamatan Telanaipura
sebagian besar merupakan bahaya sedang (Kelas II) dengan luas wilayah 12,98
km2 (42,72%) diikuti dengan kriteria bahaya (Kelas II I) dengan luas 11,67 km 2
(38,41%) dan kriteria t idak bahaya (Kelas I) dengan luas wilayah 5,73 km 2
(18,87%). Parameter bahaya banjir diberikan skor sesuai dengan besar
pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan prioritas penanganan banjir.
Semakin besar skor maka semakin besar pengaruhnya.
b. Kepadatan Penduduk Dasimetrik
Kepadatan penduduk dasimetrik diperoleh dengan membagi antara
jumlah penduduk disuatu administr asi dengan luas wilayah permukiman
administrasi tersebut. pemberian skor berdasarkan pengaruhnya terhadap
pengambilan keputusan prioritas penanganan banjir. Semakin besar skor maka
semakin besar pengaruhnya. Informasi kepadatan penduduk dasimetrik
Kecamatan Telanaipura serta klasifikasi dan skor ing kepadatan penduduk
dasimetrik disajikan pada tabel 35 dan tabel 36.
Tabel 35. Kepadatan Penduduk dasimetrik
No. Kelurahan Jumlah
Penduduk Luas
Permukiman Kepadatan
( Jiwa ) Km2 (Jiwa/Km2) 1 Penyengat Rendah 5970 0,62164 9604 2 Teluk Kenali 1155 0,19540 5911 3 Legok 10973 0,43727 25094 4 Telanaipura 4181 0,36765 11372 5 Sungai Putri 8562 0,49588 17266 6 Selamat 8479 0,46745 18139 7 Solok Sipin 10004 0,41118 24330 8 Murni 5087 0,17589 28921 9 Simpang IV Sipin 11776 1,05725 11138 10 Pematang Sulur 6744 1,45758 4627 11 Buluran Kenali 4272 0,29378 14541
Sumber: Hasil Perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 35 menunjukkan bahwa wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi
berada di Kelurahan Murni sebesar 28.921 jiwa/km2 dan kepadatan terendah berada
di Kelurahan Pematang Sulur sebesar 4.627 jiwa/km2. Perbedaan tingkat kepadatan
yang begitu tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk di Kecamatan
Telanaipura tidak merata. Klasifikasi dan skoring kepadatan penduduk dasimetrik
Kecamatan Telanaipura disajikan pada tabel 33.
Tabel 36. Klasifikasi dan Skoring Kepadatan Penduduk Dasimetrik
Tingkat Kepadatan Penduduk
Kepadat an (jiwa/km2) Skor Keterangan
I 4627 - 12725 1 Rendah
II 12726 - 20824 2 Sedang
III 20825 - 28921 3 Tinggi Sumber: Hasil Perhitungan
Nilai interval kepadatan penduduk Kecamatan Telanaipura pada tiap
tingkat kepadatan penduduk diperoleh dengan menggunakan r umus nilai interval.
Informasi persebaran kepadatan penduduk dasimetrik Kecamatan Telanaipura
disajikan pada peta 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
c. Pengolahan Data Prioritas Penanganan Banjir Kecamatan Telanaipura
Wilayah prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura diperoleh
dengan melakukan skoring dan overlay terhadap parameter wilayah bahaya banjir
dan kepadatan penduduk dasimetrik. Proses pengolahan data menggunakan
software arcgis, langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :
1) Input data scoring parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan
bahaya banjir. Parameter prioritas penanganan banjir d ianali sis berdasarkan
satuan medan. Skor diperoleh dengan menghi tung skor tertimbang t iap
parameter menggunakan rumus :
Skor tertimbang tiap parameter dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 37. Skor Tertimbang Parameter Prio ritas Penanganan Banjir
No. Satuan Medan Skor Tertimbang
Bahaya Banjir Kepadat an Penduduk Dasimetrik
1 A-1 3 2 2 A-2 2 2
3 A-3 1 1 4 B-1 2 2 5 B-2 2 2
6 B-3 1 2 7 B-4 1 3 8 C-1 1 1 9 C-2 2 2
10 C-3 1 3 11 C-4 1 3 12 D-1 2 2 13 D-2 2 2
Sumber: Hasil Perhitungan
2) Melakukan proses overlay terhadap parameter bahaya banjir dan kepadatan
penduduk dasimetrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
3) Menghitung luasan, menganalisa, dan menentukan wilayah yang akan
diprioritaskan penanganannya terhadap bencana banjir. Berikut luasan
wilayah prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura Kota Jambi :
Tabel 38. Luas Wilayah Prioritas Penanganan Banjir Kecamatan Telanaipura
No. Kriteria Prioritas luas
Penanganan Banjir Km2 % 1 III 7,52 24,74 2 II 11,20 36,85 3 I 11,67 38,41
Jumlah 30,39 100 Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel menunjukkan bahwa kriteria prioritas penanganan banjir
Kecamatan Telanaipura sebagian besar merupakan kriteria I dengan luas wilayah
11,67 km2 (38,41%) diikuti dengan kriteria II dengan luas 11,20 km2 (36,85%),
dan kriteria III dengan luas wilayah 7,52 km2 (24,74%).
Kriteria penanganan banjir III menempati sebagian wilayah administrasi
Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Simpang IV Sipin, Pematang Su lur, Kelurahan
Penyengat Rendah, Kelurahan Sungai Putri, Kelurahan Solok Sipin dan
Kelurahan Teluk Kenali. Wilayah ini diberikan perlakuan penanganan yang
rendah. Hal ini didasarkan pada tingkat bahaya yang rendah/sama sekali tidak
bahaya banjir dan kepadatan penduduk yang r endah. Dengan demikian,
kemungkinan banjir memberikan ancaman kerugian bagi masyarakat yang tinggal
diwilayah itu sangat kecil.
Kriteria penanganan banjir II berada dalam wilayah administrasi
Kelurahan Penyengat Rendah bagian timur, Kelurahan Teluk Kenali bagian
selatan, Kelurahan buluran kenali, Kelurahan sungai putri, Kelurahan Legok,
Kelurahan Solok Sipin, dan Kelurahan Selamat. Wilayah ini merupakan wilayah
dengan tingkat bahaya banji r sedang serta tingkat kepadatan penduduk sedang.
kondisi ini dapat mengancam keselamatan jiwa penduduk yang tinggal diwilayah
ini khususnya di Kelurahan Penyengat Rendah bagian utara dan Teluk Kenali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
karena wilayah tersebut berada di tepi Sungai Batanghari yang rawan banj ir
luapan.
Kriteria penanganan banjir I berada di sebagian wilayah administrasi
Kelurahan Legok tepatnya ditepi Danau Sipin dan Kelurahan Murni, Kelurahan
Penyengat Rendah, Kelurahan Buluran kenali , dan Kelurahan Teluk Kenal i.
Tingkat bahaya banjir dan kepadatan penduduk diwilayah ini tinggi sehingga
perlakuan penanganan pada wilayah ini perlu diutamakan. Selain itu w ilayah ini
terlanda banjir tiap tahunnya. Berikut disajikan tabel prioritas penanganan banjir
Kecamatan Telanaipura :
Tabel 39. Prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura
No. Prioritas Tingkat Bahaya Tingkat Kepadatan
Penduduk
Penanganan Banjir (kelas) (kelas) 1 III 1 1 2 III 1 2 3 III 2 1 4 II 1 3 5 II 2 2 6 II 2 3 7 II 3 1 8 II 3 2 9 I 3 3
Sumber: Hasil Perhitungan
d. Layout peta
Informasi sebaran wilayah prioritas penanganan banjir Kecamatan
Telanaipura dapat disaj ikan pada peta rekomendasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
e. Analisis Prioritas Penanganan Banjir
Penanganan banjir di Kecamatan Telanaipura berisi informasi w ilayah
yang perlu ditangani lebih dulu jika bencana banjir datang. Penentuan tingkatan
prioritas penanganan pada suatu wilayah berdasarkan parameter yaitu bahaya
banjir dan tingkat kepadatan penduduk.
Wilayah bahaya banjir merupakan suatu ruang yang memiliki ancaman
untuk menimbulkan kerugian bagi manusia yang tinggal didalamnya melalui
bencana ban jir. Atas dasar Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana, penyelamatan jiwa manusia menjadi prioritas utama.
Oleh sebab itu, wilayah yang padat penduduk serta memiliki tingkat bahaya yang
tinggi perlu dipr ioritaskan penanganannya.
Tabel 39 menunjukkan informasi hubungan parameter dengan tingkat
prioritas penanganan di suatu wilayah. Berdasarkan tabel, wilayah dengan
kategori prioritas III memiliki tingkat parameter bahaya banjir dan kepadatan
penduduk yang kecil, masing-masing paramaeter berada dalam kisaran kelas 1
kelas 2. Berdasarkan kondisi ini, penanganan pada wilayah ini hendaknya kecil
atau bahkan tanpa penanganan karena kecilnya kemungkinan untuk timbulnya
bencana. Penanganan dengan tingkat sedang diberikan pada wilayah dengan
kategori prioritas II. Wilayah ini memiliki tingkat parameter bahaya banjir dan
kepadatan penduduk yang sedang, masing-masing parameter berada dalam kelas 1
kelas 3. Pemberian prioritas sedang dengan alasan bahwa wilayah ini memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi serta tingkat bahaya sedang. Meskipun
bahaya tidak terlalu mengancam penduduk, namun dapat berpotensi menimbulkan
korban. Penanganan dengan tingkat prioritas tinggi diberikan pada wilayah
dengan kategori p rioritas I. Wilayah ini memiliki tingkat par ameter bahaya dan
kepadatan penduduk yang tinggi , masing-masing parameter berada pada kelas 3.
Kondisi ini sangat membahayakan penduduk yang tinggal di wi layah ini sehingga
upaya penanganan penyelamatan jiwa manusia menjadi prioritas utama.
Pada dasarnya upaya penanganan d ilakukan dengan mendahulukan
wilayah dengan tingkat bahaya yang tinggi dibanding dengan wilayah dengan
tingkat bahaya yang lebih rendah. Selain itu upaya penanganan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
mendahulukan wilayah yang memil iki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa semakin tinggi jumlah penduduk disuatu
wilayah, maka semakin sulit pula upaya penanganan. Selain itu penanganan juga
akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Berdasarkan peta prioritas penanganan banjir, wilayah yang perlu
ditangani di Kecamatan Telanaipura umumnya berada di tepi Sungai Batanghari
dan Danau Sipin. Kondisi ini sesuai dengan fakta dilapangan bahwa lokasi
tersebut merupakan kawasan terlanda banjir. Kejadian banjir diwilayah ini
disebabkan oleh luapan sungai dan danau pada musim hujan . Umumnya outlet
tidak dapat menampung besarnya air yang masuk sehingga terjadi ai r limpasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penel it ian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Wilayah kerawanan banjir Kecamatan Telanaipura dibagi dalam 5 kelas
kerawanan yaitu kelas tidak rawan dengan luas 0,09 km2 (0,31%) meliputi
Kelurahan Legok dan Solok Sipin . Kelas kurang rawan dengan luas 3,29 km2
(10,81%) meliputi Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Selamat,
Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin dan Kelurahan sungai putri .
Kelas rawan sedang dengan luas 6,83 km2 (22,47%) meliputi Kelurahan
Penyengat Rendah, Kelurahan, Legok, Kelurahan Murni, Kelurahan Buluran
Kenali, Kelurahan Pematang Sulur, dan Kelurahan Teluk Kenal i. kelas rawan
8,51 km2 (27,99%) meliput i sebagian Kelurahan Penyengat Rendah,
Kelurahan, Legok, Kelurahan Murn i, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan
Pematang Su lur, dan Kelurahan Teluk Kenali. kelas sangat rawan 11 ,67 km2
(38,41%) mel iputi Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Murni,
Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Teluk Kenal i, Kelurahan Buluran Kenali
dan Kelurahan Legok.
2. Wilayah bahaya banji r Kecamatan Telanaipura dibagi dalam 3 kelas bahaya
yaitu kelas tidak bahaya dengan luas 5,73 km2 (18,87%) meliputi Kelurahan
Selamat, Kelurahan Solok Sip in , Kelurahan Murni, Kelurahan Simpang IV
Sipin dan Kelurahan Pematang Sulur. Kelas bahaya sedang dengan luas 12,98
km2 (42,72%) meliputi seluruh Kelurahan administrasi Kecamatan
Telanaipura, kelas bahaya dengan luas 11,67km2 (38,41%) meliputi
Kelurahan Legok, Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Murni ,
Kelurahan Buluran Kenali, dan Kelurahan Teluk Kenali.
3. Prioritas penanganan banjir Kecamatan Telanaipura terdiri atas 3 kelas
prioritas, semakin rendah kelas maka penanganan semakin didahu lukan.
Kelas prioritas III dengan luas 7,52 km2 (24,74%) meliputi Kelurahan
Telanaipura, Kelurahan Simpang IV Sipin, Pematang Sulur, Kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Penyengat Rendah, Kelurahan Sungai Putri, Kelurahan Solok Sipin dan
Kelurahan Teluk Kenali. Kelas prioritas II dengan luas 11,20 km2 (36,85%),
meliputi Kelurahan Penyengat Rendah bagian timur, Kelurahan Teluk Kenali
bagian selatan, Kelurahan buluran kenali , Kelurahan sungai putri, Kelurahan
Legok, Kelurahan So lok Sipin, dan Kelurahan Selamat. Prioritas I dengan
luas wilayah 11,67 km2 (38,41%). meliputi Kelurahan Legok tepatnya di tepi
Danau Sipin dan Kelurahan Murni, Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan
Buluran kenali, dan Kelurahan Teluk Kenali.
B. Implikasi
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
pemerintah Kecamatan telanaipura, sebagai salah satu pertimbangan dalam
perencanaan wi layah dan penanganan bencana, khususnya bencana banj ir
yang terjadi t iap tahunnya.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan wilayah
prioritas penanganan banjir ketika menghadapi bencana ban jir.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan saran sebagai
berikut :
1. Hasil penel itian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
penentuan arah kebijakan dalam penanganan ban jir
2. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab banjir di
Kecamatan telanaipura
3. Diharapkan kesadaran masyarakat yang tinggal di bantaran sungai batanghari
dan danau sipin terhadap bahaya ban jir
top related