dampak teknologi terhadap perubahan sosial di bidang pertanian.doc
Post on 15-Feb-2016
85 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL DI LINGKUGAN PERTANIAN
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar
Disusun oleh :
Dwi Noor Cahyo
K2514027
Dosen Pengampu :
Drs. Basuki Haryono, M.Pd.
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap
Perkembangan Sosial di Lingkugan Pertanian” dapat diselesaikan dengan baik.
Harapannya ide ini dapat direalisasikan menjadi sebuah karya yang bermanfaat
serta dapat memajukan wawasan generasi muda.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa
ada halangan.
2. Dosen pembimbing Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bapak Drs.
Basuki Haryono, M.Pd. yang telah membimbing dalam penyusunan
laporan ini.
3. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah.
4. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi lainnya yang telah memberikan
masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 19 Desember 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Urgensi Pertanian Bagi Kehidupan 3
B.Dampak Positif Dan Negatif Teknologi 5
C.Cara Menanggulangi dampak negatif teknologi terhadap perubahan sosial 11
D.Tanaman Organik Yang Menjanjikan 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
Lampiran 16
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yg memiliki banyak sumber daya
alam khususnya dalam bidang pertanian. Permintaan terhadap produk-produk
pertanian tidak akan pernah berhenti selagi manusia masih membutuhkan pangan,
dan akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat pula. Begitu pesatnya perkembangan terknologi di dunia ini,
begitu pula perkembangan teknologi dalam bidang pertanian. Pada zaman
sekarang sudah banyak alat modern yang di gunakan dalam bidang pertanian.
Selain untuk menghemat energi manusia penggunaan teknologi ini juga untuk
mengefisiensikan waktu penanaman, pemanenan dll.
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan
dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-
mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Apabila tidak ada perubahan
dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti
kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau
karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin
merajalela.Dalam penggunaan teknologi pertaniaan ini banyak pula dampak yang
akan berpengaruh baik pada tanaman itu sendiri ataupun pada tanah. Namun di
negara Indonesia penggunaan teknologi pertanian masih sangat sedikit. Hal yang
menyebabkan sedikitnya penggunaan teknologi ini adalah mahalnya harga
teknologi yang digunakan untuk pertanian Di beberapa negara maju sudah banyak
petani yang menggunakan teknologi pertanian yang sangat modern.
Sekarang kita berada pada era informasi dimana semua informasi apapun
dapat kita peroleh dengan mudah melalui media-media pendukung informasi
seperti internet, televisi, media cetak, dan lain-lain. Dalam hal ini dunia pertanian
pun menggunakan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan pembangunan
pertanian berkelanjutan. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki peranan
penting dalam mewujudkan pertanian yang modern secara tepat waktu.
2
B. Rumusan Masalah
1. Urgensi Pertanian Bagi Kehidupan?
2. Bagaimana Dampak Positif Dan Negatif Teknologi terhadap Pertanian?
3. Bagaimana cara penanganan dampak negatif teknologi terhadap perubahan
sosial?
4. Apa itu Pertanian Organik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu urgensii pertanian.
2. Mengetahui dampak negatif dan positif penggunaan teknologi pertanian
3. Mengetahui cara penanganan dampak negatif teknologi terhadap perubahan sosial
4. Mengetahui Arti dari pertanian organik dan apa yang menjanjikan dari pertanian
organik
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui bagaimana
perkembangan teknologi dalam bidang pertanian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Urgensi Pertanian Bagi Kehidupan
Pertanian adalah salah satu sektor vital dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Pertanin juga memiliki peran strategis bagi kehidupan bangsa. Kondisi yang vital
dan dan strategis ini secara keseluruhan tidak dapat digantikan oleh sektor
lainnya.Pertanian adalah penyedia pangan bagi penduduk Indonesia. Pertanian
adalah pabrik alami yang menghasilkan produk-produk pangan yang amat
dibutuhkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Sebagai penyedia pangan, maka
pertanian memiliki peran yang tak tergantikan oleh sektor lainnya.
Pertanian juga merupakan penyedia mayoritas dari bahan baku industri
kecil dan menengah. Sekitar 87% bahan baku dari industry kecil dan menengah
adalah berbasis dari proses pertanian. Pertanian dengan demikian memberikan
potensi bagi dinamika perekonomian bangsa. Relevan dengan kondisi tersebut
sebagaimana dinyatakan oleh Kementerian Pertanian (2014) bahwa pertanian
memberikan sumbangan sekitar 14,72% terhadap PDB. Proses dan dinamika
pertanian juga mampu menghasilkan US $ 43,37 M devisa Negara. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa sektor pertanian memiliki peran signifikan dalam
perekonomian nasional.
Apabila dilihat dari perspektif kepentingannya pada jumlah tenaga kerja,
maka pertanian menyerap sekiar 33,32% total tenaga kerja. Kondisi lainnya
adalah bahwa pada rumah tangga pedesaan bergantung sekitar 70% dari sector
pertanian sebagai sumber utama pendapatan. Dalam konteks ketenagakerjaan,
maka pertanian memiliki peran vital dalam menutup lubang pengangguran terbuka
yang semakin besar. Kondisi tersebut memberikan klarifikasi bahwa pertanian
menjadi faktor penutup bagi potensi pengangguran yang besar. Terdapat fakta
bahwa pertanian adalah suatu keniscayaan bagi keberlanjutan kehidupan manusia,
dalam konteks penyediaan pangan (Luckey, et al: 2013)
Sisi lain dari pertanian adalah sektor ini memiliki peran yang tidak ringan
dari upaya mencegah atau menyelesaikan masalah lingkungan. Sebagai
“organisasi” yang bersandar dari proses alamiah, maka pertanian memiliki peran
4
dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 8 juta ton (Kementerian
pertanian, 2014). Peran terhadap upaya menjaga kelestarian amat vital di tengah
semakin meningkatnya persoalan-persoalan lingkungan dewasa ini. Peran
strategis pertanian memberikan sinyal bahwa peran-peran penting tersebut tidak
dapat digantikan oleh sektor lainnya. Ketetapan peran-peran strategis tersebut,
tentu dapat diupayakan apabila kondisi atau faktor-faktor penyokong tersebut
antara lain adalah SDM pertanian sebagai kelompok pengelola dari “organisasi”
pertanian.
Peran strategis juga secara linear akan berdampak terhadap kemampuan
menerjemahkan tantangan-tantangan dari luar. Tantangan dari luar dalam hal ini
adalah lingkungan global yang memberikan potensi untuk memperbesar peran
pertanian dalam mensejahterakan bangsa ataukah sebaliknya. Artinya peran
pertanian yang lemah tentu akan memberikan dampak yang kurang
menguntungkan pada kondisi ketersediaan pangan bangsa dan juga implikasi
ketergantungan terhadap Negara lainnya. Isu-isu terkait pangan pada masa depan
akan menjadi isu penting dan masuk dalam ranah atau kawasan yang berpotensi
menjadi sumber konflik. Kondisi ini didasarkan pada fakta bahwa ketersediaan
pangan dan jumlah kebutuhan terhadap pangan tidaklah sebanding. Dalam
konteks ketersediaan pangan aspek-aspek terhadap kemampuan produksi
dianggap lemah, sedangkan kebutuhan pasokan atau permintaan dari waktu ke
waktu terus meningkat.
Beberapa kondisi yang kurang menguntungkan memberikan kontribusi
signifikan dalam konteks kemampuan produksi pertanian. Semakin mengecilnya
lahan pertanian, konversi lahan pertanian yang terus berlanjut, kerusakan
lingkungan, dan mutu kelembagaan petani yang dinilai rendah adalah kondisi-
kondisi yang kurang menguntungkan tersebut. Bila terus berlanjut kondisi ini
tentu berdampak negatif terhadap kemampuan produksi dalam negeri sekaligus
menurunnya daya saing.
Salah satu faktor penting bagi upaya melakukan proses produksi yang
tepat, adalah dengan menyiapkan SDM yang memenuhi standar kebutuhan sektor
pertanian. SDM yang tepat yang dibutuhkan adalah sesuai dengan kebutuhan
dalam rangka memenuhi upaya-upaya yan dapat dilakukan dalam memenuhi
5
ekspektasi daya saing yang tepat. Dalam konteks ini para pelaku atau SDM yang
tepat sangat diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pertanian yang sesuai. SDM
pertanian yang tangguh, akan memberikan peran yang sesuai dengan kondisi
persaiangan saat ini. SDM yang memliki kompetensi tentu memberikan kontribusi
pada kemajuan usaha tani. Kesiapan, kualifikasi dan kompetensi yang memadai
sebagai SDM usaha tani akan berkontribusi dalam produktivitas, daya adaptasi
dan keberlanjutan usaha tani. Apabila kondisi atau situasi peran SDM pertanian
dapat diselenggarakan, maka berdampak pada signifikan dalam memfasilitasi
upaya mewujudkan kedaulatan pangan.
B. Dampak Positif Dan Negatif Teknologi Terhadap Perubahan Sosial di Bidang
Pertanian
1.Dampak Positif Teknologi Terhadap Perubahan Sosial di Bidang Pertanian
Teknologi pastinya mempunyai beberapa dampak positif yang mana
diantaranya adalah dapat mempermudah aktifitas pencapaian tujuan, serta
pengaruh teknologi yang menguntungkan bagi manusia, yaitu:
Pengolahan lahan yang luas membuat para petani memerlukan waktu yang lama
tanpa adanya teknologi. Orang dapat menghabiskan waktu 1 hari dalam mengolah
lahan pertanian seluas 3 hetar. Namun dengan adanya teknologi petani akan lebih
mudah dan cepat dalam mengolah lahan mereka. Contohnya saja dengan
mengunakan mesin traktor. Dulu belum ada mesin traktor yang ada hanyalah
mereka menggunakan bantuan hewan seperti kerbau dan sapi untuk menarik garu
atau yang lebih sederhana lagi hanya menggunakan cangkul. Itulah yang membuat
mereka lama dalam mengolah lahan mereka. Selain dari segi waktu yang pastinya
lebih hemat penggunaan teknologi juga hasil yang diperoleh oleh petani lebih
beragam produk dan lebih melimpah. Dulu petani biasa menanam jagung biasa,
sekarang dengan cara pengawinan tanaman (jagung) dapat menghasilkan jagung
hibrida yang lebih banyak hasil dan lebih menarik bentuk fisik dari jagung
tersebut. Dan masih banyak lagi tentunya keuntungan-keuntugan dari penggunaan
tekologi.
6
Banyak informasi-informasi yang sudah tersedia di dunia maya ini. Internet
memberikan infomasi kepada petani tentang cara penanaman, pemupukan,
pemeliharaan tanaman dan hewan, ramalan iklim, irigasi dan harga pasaran.
Internet juga membantu petani dalam kooperasi. nternet memberi informasi
kepada para petani dalam pemeliharaan tanaman dan hewan, pemberian pupuk,
7
irigasi, ramalan cuaca dan harga pasaran. Internet juga bermanfaat untuk
mengkoordinasikan penanaman agar selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur
dan harga jual normal. Teknologi Informasi juga berperan terhadap pemasaran
hasil pertanian
Dampak Negatif Bidang Pertanian:
Buah yang alami merupakan sumber vitamin dan gizi yang sangat baik
untuk tubuh. Ketika zaman dahulu nenek moyang kita menanam tanaman cabe
maupun tomat dan sayuran lainya dengan cara menyiramnya setiap hari dan
memberi pupuk kompos, sekarang karena karena kondisi tanah tidak sama seperti
dulu maka harus menyiraminya dengan pompa dan sekarang hama tanaman yang
bermacam-macam maka di gunakanlah pertisida guna mengusir serta membunuh
hama tanaman. Penggunaan pestisida merupakan bukti kemajuaan teknologi, tapi
tahukah anda bahwa pestisida yang menempel di buah lalu dimakan pastinya akan
sangan berbahaya bila dikosumsi secara rutin. Selain itu penggunaan pestisida
juga akan mebuat hama yang belum jadi terbunuh menjadi laebih kuat. Dampak
lain dari penggunaan teknologi ialah biaya yang relatif tinggi. Dengan biaya tinggi
tentu nilai jual dari hasil panen akan tinggi dan hal ini tidak baik untuk para
penduduk yang masih kurang mampu. Apalagi bila hasil panen yang mahal adalah
bahan kebutuhan pokok dari penduduk seperti padi dan cabe. Penduduk kurang
mampu akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok.
Selain itu, dampak dari teknologi itu sendiri akan memberikan dampak
kepada petani yang menurun jumlahnya yang diakibatkan dari hasil dari pertanian
yang tidak bisa menjamin keuntungan bagi mereka yang melaksanakan proses
pertanian. Oleh sebab itu proses pertanian pada zaman sekarang banyak
ditinggalkan oleh para kaum petani. Sebagaimana data Badan Pusat Statistik
(BPS) bahwa hampir 67 persen angkatan kerja menggantungkan hidupnya di
sektor pertanian. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa peran pertanian cukup
tinggi. Sektor pertanian dengan demikian masih menjadi salah satu media dalam
menutupi potensi pengangguran terbuka.
Apabila dilihat dari penguasaan lahan pertanian, petani memiliki lahan
pertanian yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Sebagaimana ditunjukkan
8
dalam hasil sensus pertanian tahun 1993 menunjukkan penguasaan lahan oleh
keluarga petani adalah sekitar 0,48 ha. Selanjutnya pada hasil sensus pertanian
tahun 2003 penguasaan lahan pertanian oleh petani sekitar 0,3 ha per keluarga,
sementara hasil sensus pertahian tahun 2013 menunjukkan penguasaan lahan yang
dikelola keluarga petani sekitar 0,2 ha. Kondisi tersebut menunjukkan terjadi
penurunan ditandai dengan menyempitnya lahan pertanian. Kepemilikan lahan
oleh petani semakin rendah secara signifikan.
Beberapa masalah lain yang terkait dengan sumberdaya alam dan
lingkungan adalah masalah lain iklim yang tidak menentu, rusak atau adanya
jaringan irigasi sebagai akibat langsung dari adanya konversi lahan,
kecenderungan rusaknya lahan pertanian sebagai akibat laju peningkatan
pelaksanaan intensifikasi pertanian, indikasi meningkatnya serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT) sebagai akibat ketidakseimbangan ekologis (muksin,
2002), meningkatnya persaingan produk pertanian khususnya tanaman pangan
dan hor kultura yang berasal dari luar negeri, dan produk vitas Sumberdaya
Manusia (Wibowo, 2014). Faktor sumberdaya manusia bahkan dianggap yang
paling menonjol apabila dilihat dari karakteristik petani dan potensi persaingan
yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Kehilangan atau adanya jumlah petani sebanyak 5 juta orang adalah
jumlah yang signifikan apabila dikornversi sebagai sumberdaya yang
menghasilkan output pangan. Semakin menurunnya jumlah petani tentu
berkorelasi langsung dengan jumlah output pangan yang dihasilkan, dengan
asumsi bahwa petani yang hilang tersebut adalah sebagian besar adalah petani
tanaman pangan. Berdasarkan penelitian hilangnya 5,04 juta petani tersebut
diindikasikan sebagai meningkatnya jumlah petani yang kehilangan lahan. Artinya
petani gurem melepaskan kepemilikan lahan kepada orang lain. Petani gurem
tersebut dimungkinkan berpindah profesi sebagai tenaga kasar dan buruh tani
sebagai pekerja informal. Selain itu regenerasi petani berjalan sangat lambat.
Artinya petani baru yang masuk menjadi petani jumlahnya sangat tidak signifikan
dibanding dengan yang keluar dari profesi sebagai petani.
Selain jumlah secara kuantitas, faktor umur petani juga kurang
menggembirakan. Apabila dilihat dari umur produktif, saat ini mayoritas petani
9
adalah kelompok menjeleng usia senja yang masih bekerja. Berdasarkan SP 2013
sebagian besar petani berumur diatas 45 tahun atau 50-an tahun. Kategori umur
tersebut mengindikasikan fase memasuki masa pensiun dalam pelaksanaan
pekerjannya. Apabila dianggap umur produktif sampai 55 tahun, maka kelompok
petani yang ada saat ini adalah kelompok yang hanya menyisakan beberapa tahun
saja untuk pensiuan. Artinya pada tahap ini, petani kurang memiliki kemampuan
secara fisik untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha tani.
Pada aspek tingkat pendidikan, mayoritas petani juga memperihatinkan.
Para generasi tua petani berpendidikan Sekolah dasar (SD). Petani yang
berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat jumlahnya cukup kecil
yaitu sekitar 5 persen. Tingkat pendidikan formal memiliki pengaruh langsung
dalam kemampuan berpikir dan ketanggapan merespon dinamikan lingkungan
usaha tani dan penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi petani digolongkan
hanya mengaplikasikan teknologi tradisional. Selain itu kemampuan petani dalam
menerjemahkan tantangan dinamika lingkungan saat ini juga belum memenuhi
harapan yang diinginkan (Muksin, 2007).
Selain faktor tersebut, faktor motivasi para petani umumnya rendah.
Indikasi dari hal tersebut adalah adanya alasan bertani. Sebagian besar alasan
menjalankan usaha karena tidak memiliki kemampuan lain. Para petani
menganggap sebenarnya usaha tani dinilai tidak menguntungkan secara signifi
kan (Muksin, 2007). Apabila dijumpai petani yang saat ini mengusahakan
lahannya, umumnya karena tidak ada yang melanjutkan pekerjaan sebagai petani.
Selain itu persepsi yang negatif terhadap pertanian dikaitkan dengan belum
optimalnya peran penyuluhan dan kebijakan pemerintah dalam memfasilitasi
peran pemuda dalam pertanian (Muksin, 2007). Sementara penyuluhan semakin
kehilangan perannya karena lemahnya anggapan tingkat kepentingannya,
lemahnya dukungan politik terhadap penyelenggaran penyuluhan, dan kesulitan
menghitung secara kuantitatif kontribusi atau keuntungan secara ekonomis atas
penyelenggaraan (Milburn et al., 2010).
Petani adalah manajer dari usaha taninya. Petani adalah SDM yang dengan
segala keterbatasan atau kelebihannya akan melaksanakan usaha tani. Petani
sebagai pengelola adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyelenggarakan
10
proses usaha. SDM dalam usahatani akan menentukan bagaimana produk vitas
usahatani melalui kemampuan menjalankan usaha dan proses pengambilan
keputusan. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana petani melaksanakan
teknis budidaya, pemanenan, pengelolaan pasca panen, dan pemasaran, serta
kemampuan merespon dinamika lingkungan yang terkait dengan usaha tani.
Kemampuan merespon adalah kemampuan petani dalam menerjemahkan
kebutuhan dalam menjalankan usaha taninya, menyikapi dan menerjemahkan
tantangan-tantangan termasuk ancaman-ancaman terhadap usaha taninya.
Kemampuan petani akan mengarahkan petani dalam menjalankan usahataninya
secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Secara faktual tingkat kemampuan kemampuan petani yang menopang
produk vitas usaha tani masih dinilai rendah. Indikator lemahnya kemampuan
petani antara lain jumlah petani yang semakin berkurang. Indikator lainnya adalah
melemahnya kemampuan fisik dan nonfisik yang terkait langsung dengan umur
petani, dan melemahnya motivasi petani dalam menjalankan usaha tani (Muksin,
2014).
Terdapat penilaian yang dikemukakan oleh ahli sosiopolitik bahwa
dinamika ketersediaan pangan bagi penyuplai dan bagi Negara-negara yang
membutuhkan dapat dijadika sebagai alat tukar. Negara-negra yang memiliki
kecukupan atas pangan sangat mungkin akan dapat “mendikte” atau bahkan
mengontrol terhadap Negara-negara yang membutuhkan pangan. Dalam konteks
ini maka interaksi dalam perdagangan pangan dapat menjadi alat tukar politik atas
suatu kepentingan tertentu dari suatu Negara.
Produksi pangan berasal dari proses produksi pertanian. Sementara
produksi dan perdagangan yang terkait langsung dengan sarana produksi hanya
dikuasai atau dikontrol oleh hanya lima Multinational Corporation (MNC),
sehingga petani hanya memiliki peran kecil dalam kontribusi terhadap
perdagangan. Dengan demikian krisis pangan dan ancaman terhadap ketersediaan
pangan disejajarkan dengan konsepsi ancaman tradisional dan non tradisional
pada keamanan nasional. Krisis terhadap keberlanjutan pertanian adalah
konsekuensi logis dari kondisi saat ini. Sebagaimana telah diuraikan bahwa
produktivitas pertanian terus mengalami penurunan. Produktivitas yang menurun
11
memberikan ancaman serius terhadap kedaulatan pangan. Bahkan ancaman
terhadap krisis pangan dimasukkan sebagai ancaman serius terhadap ketahanan
dan kemanan Negara (Bappenas, 2009).
C. Cara Menanggulangi Dampak Negatif Teknologi Terhadap Perubahan
Sosial di Bidang Pertanian
Permasalahan-permasalahan yang muncul dari perubahan sosial akibat teknologi
itu sendiri dapat di antisipasi dengan
1. Mengembalikan struktur dan ekologi dari lingkungan pertanian yang
sekarang ini rusak akibat dari penggunaan pestisida
2. Mengadakan seminar-seminar pertanian untuk menjalin komunikasi antar
petani baik di daerah lokal maupun nasional sehingga dapat tercipta
hubungan yang erat dan terjalin komunikasi pangsa pasar yang di
butuhkan oleh masyarakat pada saaat ini.
3. Menerapkan seleksi yang ketat terhadap pembangunan bangunan
permanen yang akan mendirikan bangunan di lahan yang produktif untuk
pertanian
4. Memberikan bantuan alat teknologi kepada kelompok tani sehingga petani
dapat menggunakan alat pengolahan pertanian tanpa harus memikirkan
untuk mencari utang untuk membeli alat pengolahan pertanian
5. Memberikan gambaran kepada anak muda sebagai penerus bangsa untuk
memperhatikan sektor pertanian yang menjanjikan akan masa depan yang
cerah, sehingga anak-anak muda akan tertarik dan mau meneruskan usaha
tani yang telah di geluti oleh nenek moyang kita terdahulu.
6. Memberikan harapan akan tersedianya pangan yang baik dan berkualitas
dari segi mutu, kesehatan dan harga pasar bagi masyarakat sehingga
masyarakat dapat mempercayai produk-prouk pertanian dari lokal
sehingga akan terjadi pangsa permintaan pasar yang stabil dan kita tidak
bergantung lagi dengan produk-produk impor dari luar negeri yang
selama ini kita lakukan.
7. Memberikan kerangka acuan harga pasar yang lebih menjanjikan kepada
petani sehingga harga jual produk pertanian sendiri tidak akan mengalami
perubahan sewaktu-waktu seperti sekrarang ini
12
8. Memberikan sistem lalu lintas penjualan yang tidak dikuasai oleh
tengkulak, sehingga harga jual dari produk pertanian tidak turun dari harga
semestinya
9. Pentingnya diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk
membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil
usaha tani ke pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota
kecil. Selanjutnya, perangkutan haruslah diusahakan semurah mungkin.
D. Program Pertanian Organik Yang Menjanjikan
1. Pengertian Pertanian Organik
Melalui sistem ini kesuburan tanah dikembalikan sehingga daur-daur ekologis
dapat kembali berlangsung dengan baik dengan memanfaatkan mikroorganisme
tanah sebagai penyedia produk metabolit untuk nutrisi tanaman. Melalui metode
ini kelestarian lingkungan dpaat tetap terjaga dengann baik demikian juga dengan
produk akhir yang dihasilkan yang notabene lebih sehat bagi konsumen karena
terbebas dari paparan zat kimia berbahaya.
2. Keuntungan dari Pertanian Organik
Aspek Lingkungan dengan menghilangkan penggunaan pupuk kimia dan
obat-obatan kimia dan manajemen penggunaan air yang terukur secara tidak
langsung telah membantu konservasi lingkungan
Aspek kesehatan bagi konsumen produk yang dihasilkan akan lebih sehat
dan menyehatkan karena tidak terkandung residu zat kimia berbahya yang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit dalam tubuh manusia
Produktivitas tinggi bagi produsen atau petani penerapan metoe ini bisa
meningkatkan hasil panen yang pada gilirannya menghasilkan keuntungan
maksimal
Kualitas yang tinggi prouk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih
baik dibanding dengan produk konvensional sehingga harganya pun tentunya
akan lebih baik
13
3. Pemaparan Ahli dalam Pertanian Organik
Berikut adalah sedikit dari hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan
seorang petani yang bernama Bapak Sucipto yang merupakan petani padi organik
di daerah Mangkubumen (kampung lele) RT 03 RW 03 Tegalrejo Teras Boyolali
1. Bagaimana untuk pengolahan tanah dari awal proses penanaman padi
rojolele,Pak?
Penanaman dimulai darimembajak sawah yang dilakukan setelah panen,
kemudian lahan di air sampai basah dan di tunggu sampai tanah mengeluarkan
buih-buih busa yang biasanya keluar apabila tanah tersebut dahulunya
menggunakan pupuk kimia. Setelah di genangi air kemudian lahan persawahan
dikeringkan airnya, kemudian di taburkan pupuk “orok-orok’ sejenis polong-
polongan yang di tebarkan dengan jarak satu meter. Kemudian di biarkan sampai
berusia 10 hari, setelah 10 hari tanaman polong-polongan yang telah meninggi
lalu dibajak lagi dan setelah itu dibuat semaian untuk padi rojolele dengan
komposisi 8Kg untuk luas lahan 2000 meter persegi. Kemudian setelah semaian
30 hari lalu di tandur dilahan persawahan dengan jarak 25X20 cm dengan lubang
tanam diisi dengan 2-3 pohon padi.
2. Apakah yang dilakukan ketika proses tanam itu telah dilakukan pak?
Proses perawatan tanaman padi dengan pupuk dan pestisida organik, yaitu dengan
pupuk BVR setiap 2 minggu sekali dan ditambah dengan pestisida POC NASA
yang di semprotkan ke tanaman padi. Untuk penyemprotanpupuk dilakukan
selama setengah umur padi (50 Hari), sedangkan untuk pestisidanya di
semprotkan sampai 2 minggu sebelum masa panen.
3. Untuk Hasil Panen Sendiri mencapai berapa, Pak?
Untuk hasil panen pada musim kering kemarin mendapatkan 11 juta dari total
lahan 2000meter persegi, nah untuk tahun-tahun sebelumnya pada musim tandur
bisa mencapai 14 kwintal beras basah.
4. Untuk Proses selanjutnya dari panen itu sendiri seperti apa, Pak?
Proses selanjutnya kami dari kelompok tani memiliki mitra yang memasarkan
produk padi organik kami ke pasar supermarket dengan cara di packing menarik.
Sehingga kami sendiri tidak kerepotan untuk menjual ke pasar yang biasanya
harga pasar selalu naik turun.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua hal dalam perkembangan teknologi pertanian mempunyai dampak yang
bisa merugikan kepada lingkungan dan makhluk hidup.Dampak penggunaan
mesin pengolah tanah/traktor yaitu bisa berupa dampak pada kebisingan, dan
dampak pada udara,
Dampak penggunaan pupuk kimia dan pestisida yaitu berupa dampak pada
pencemaran tanah dan air, bisa berupa kemasaman (PH) tanah yang lebih yang
bisa berpengaruh pada kesuburan tanah, dampak pada kesehatan yang diakibatkan
penggunaan pestisida yang menempel pada tanaman yang akhirnya ketika dipanen
pestisida itu terbawa pada tanaman.
B. Saran
Agar lingkungan tetap terjaga khususnya lingkungan pertanian hendaklah selalu
memperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada didalamnya.Supaya tidak
terjadi kerusakan yang fatal akibat penggunaan teknologi dalam bidang pertanian,
hendaklah manusia mempersiapkan solusi-solusi yang bisa mengurangi dampak
kerusakan pada lingkungan akibat penggunaannya. Karena tidak bisa dipungkiri
lagi, setiap penggunaan teknologi pengembang pertanian pastinya akan ada
dampak buruk yang akan dirasakan. Serta kurangi penggunaan pupuk kimia dan
pestisida supaya keseimbangan ekosisem tertap terjaga, gunakan lah pupuk kimia
dan pestisida sekedarnya jangan jadikan pupuk kimia dan pestisida sebagai bahan
utama dalam menyuburkan tanaman..
15
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas, 2009. Grand Strategi Keamanan Nasional. Bppenas, Jakarta.
BPS. 2003a. Sta s k Pemuda Indonesia 2003. BPS, Jakarta ____. 2003b. Sensus Pertanian 2003 Angka Nasional hasil Penda aran Rumah Tangga (Angka Sementara). BPS, Jakarta.
Priyowidodo, Titis. “Budidaya padi organik dengan metode SRI” Online http://alamtani.com/budidaya-padi-organik-metode-sri.html
Suswono. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Energi dalam Menyongsong Era Asia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional UNS, 24 April 2014
Wibowo, R., 2014. Masalah Tantangan Indonesia dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan. Seminar Nasional Ketahanan Pangan (15 Maret 2014). Polije, Jember, Hal 5-6.
Muksin. 2007. Kompetensi Pemuda Tani yang Perlu dikembangkan di Jawa
Timur. IPB, Bogor, Hal 154-161
2014. Implikasi Minat Dan Kompetensi Agribisnis Pemuda Pedesaan
Terhadap Kedaulatan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
UNS, 24 April 2014.
top related