dampak sosial ekonomi pabrik gula takalar terhadap
Post on 16-Oct-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PABRIK GULA TAKALAR
TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR DI DESA BARUGAYA
KECAMATAN POLONGBANGKEN UTARA
KABUPATEN TAKALAR
IRFAN
105960181314
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PABRIK GULA TAKALAR
TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR DI DESA BARUGAYA
KECAMATAN POLONGBANGKEN UTARA
KABUPATEN TAKALAR
IRFAN
105960181314
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Pabrik Gula
Takalar di Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar
Nama : Irfan
Stambuk : 105960181314
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Jumiati, S.P., MM Sitti. Arwati, S.P.,M.Si
NIDN. 0912087504 NIDN. 0901057903
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
H. Burhanuddin, S.Pi., M.P
NIDN.0912066901
Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P
NIDN.0921037003
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada
penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat
1. Dr. Jumiati, S.P., MM. Selaku pembimbing 1 dan St. Arwati, S.P.,M.Si
selaku pembimbing 2 yang senang tiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku ketua Prodi Agribisni Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tua ayahnda M Nasir dan ibunda Hasniati dan Kakak penulis
Irmawati yang terkasih serta segenap keluarga yang senang tiasa
vii
memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Seluruh dosen jurusan agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Polongbangkeng Utara khususnya
Kepala Desa Barugaya dan PTPN XIV Pabrik Gula Takalar beserta
jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
daerah tersebut .
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga
akhir yang penulis tidak dapat disebut satu persatu.
Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat imbalan amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan sehimgga kritikan yang
konstruktif penulis sangat harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.
Makassar, Agustus 2019
Irfan
viii
ABSTRAK
IRFAN. 105960181314. Dampak Sosial Ekonomi Pabrik Gula Takalar
Terhadap Masyarakat Sekitar Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh JUMIATI dan SITTI ARWATI.
Penelitian ini bertujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik masyarakat Sekita PTPN XIV khususnya Desa Barugaya dan
mengetahui dampak keberadaan Pabrik Gula Takalar terhadap kehidupan social
ekonomi masyarakat di sekitar Pabrik Gula Takalar.
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
porpusive sampling (sengaja) dengan mengambil buruh angkut yang sekaligus
sebagai petani sebanyak 15 orang dengan pertimbangan bahwa informan adalah
orang-orang yang tinggal di daerah Pabrik Gula Takalar atau di Desa Barugaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Hasil dari penelitian ini menujukkan banyak petani yang merasakan
peningkatan pendapatan, mata pencaharian yang tepat, dan pendidikan bagi anak-
anak mereka, setelah adanya Pabrik Gula Takalar. Selain itu mereka juga
meningkatkan taraf hidup mereka dengan memiliki barang-barang atau alat-alat
peertanian yang dari awalnya mereka menyewa sampai pada akhirya mereka
memiliki sendiri.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6
2.1.Potensi Gula ................................................................................................... 6
2.2.Industri Gula .................................................................................................. 8
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .......................................................... 12
2.4 Masyarakat dan Pabrik Gula........................................................................ 14
2.5 Kerangka Pikir ............................................................................................. 19
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 21
x
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 21
3.2. Teknik Penentuan Informan ....................................................................... 21
3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 21
3.4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 22
3.5. Teknik Analisis Data .............................................................................. 22
3.6. Definisi Opersional ................................................................................. 22
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................ 24
4.1 Letak Geografis ...................................................................................... 24
4.2 Kondisi Demografis................................................................................ 25
V. PEMBAHASAN .............................................................................................. 34
5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Baruugaya ............................................ 34
5.2 Pabrik Tebu Persero Nusantara (PTPN) Kabupaten Takalar ................. 25
5.2 Dampak Sosial Ekonomi Masayarakat ................................................... 37
VI. PENUTUP....................................................................................................... 47
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 47
6.2 Saran ............................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN .......................................................................................................... 49
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 58
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halamam
1. Sarana Pendidikan……………………………. 25
2. Jumlah Penduduk…………………………...... 27
3. Komponen Utama Pabrik…………………...... 33
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial
Belanda sejak datang ke Indonesia dengan keuntungan yang melimpah. Hal ini
merupakan salah satu sisi sejarah yang mempunyai pengaruh cukup luas bagi
bangsa Indonesia dalam waktu yang cukup panjang. Belanda sebagai salah satu
negara penjajah mempunyai peran dalam sejarah perkebunan terutama yang telah
meletakkan dasar bagi perkebunan di Indonesia. (Moduto, et.al, 2013) tujuan dari
kebijaksanaan perkebunan adalah meningkatkan penghasilan devisa, pendapatan
petani perkebunan, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan hasil-hasil
perkebunan bagi sektor-sektor lain terutama sektor industri.
Usaha perkebunan rakyat di Indonesia melibatkan petani dalam jumlah
yang banyak. Oleh sebab itu, sektor perkebunan khususnya perkebunan rakyat
merupakan lapangan kerja bagi penduduk pedesaan serta menjadi sumber utama
pendapatan penduduk. Perkebunan rakyat sebagai usaha tani keluarga mencakup
berbagai tanaman perdagangan seperti karet, kopi, tebu, lada, tembakau, dan
cengkeh. Jenis-jenis komoditi tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak
sedikit bagi perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu sektor yang diandalkan,
perkebunan dituntut untuk ikut bertanggung jawab dalam menangani masalah
pengangguran yang semakin banyak dari tahun ketahun. Selain tanggung jawab
tersebut, tanggung jawab lain yang harus bawa adalah peningkatan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarga (Moduto, et.al, 2013).
2
Salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk pengembangan
adalah tebu. Indonesia bagian timur selain memiliki areal potensial untuk
pengembangan tebu, juga memiliki 4 pabrik gula, yaitu PG Tolanghula di
Gorontalo serta PG Takalar, PG Camming dan PG Arasoe di Sulawesi Selatan.
Sampai saat ini keempat PG ini cukup eksis berkontribusi terhadap pergulaan
nasional. Industri gula di wilayah ini dalam perjalanannya terus mengalami
dinamika, baik berdasarkan catatan produktivitas gula maupun luas penggunaan
lahannya. Keempat PG yang terdapat di kawasan ini sesungguhnya dapat menjadi
contoh keberhasilan industri gula di masing-masing wilayahnya dalam mendorong
pembangunan perekonomian yang turut membantu mensejahterakan masyarakat
di sekitarnya.
Salah satu pabrik gula yang terletak di Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan adalah pabrik gula PTPN XIV. Areal perkebunan tebu di wilayah PTPN
XIV mencapai antara 40%, dari total areal. Pabrik Gula PTPN XIV memiliki
kapasitas produksi terpasang 18 ribu ton. Dari total luas lahan seluas 4.300
hektare yang efektif hanya sekitar 4000 hektare. Pada 2017 pabrik ini hanya
mampu memproduksi 16.730 ton dan pada 2018 diperkirakan baru akan mencapai
18.000 ton. Adanya potensi ini tentu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat
di sekitar pabrik yang muaranya bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk (Profil
Pabrik Gula Takalar, 2011)
Kehadiran pabrik gula PTPN XIV cepat atau lambat membawa perubahan
terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan ini meliputi berbagai aspek seperti
aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Daerah ini memiliki potensi ekonomi,
sosial dan budaya yang cukup strategis untuk dikembangkan. Potensi ekonomi
3
yang perlu untuk terus dikembangkan berada pada sektor pertanian, industri dan
jasa(administrasi), termasuk sektor perkebunan. Untuk potensi sosial, ketersediaan
berbagai pranata yang cukup lengkap yang dapat digunakan sebagai instrumen
penting dalam menangani berbagai permasalahan sosial (Pudjianto, 2006).
Aspek kesejahtraan masyarakat, pemerintah memiliki program kerakyatan
yang mendukung pemanfaatan sumber daya yang dimiliki demi meningkatkan
pendapatan rakyat di sekitar Pabrik Gula. Adanya dukungan pemerintah,
masyarakat memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pengolahan lahan dan tidak
sedikit pengusaha swasta yang memiliki modal berminat dalam pemanfaatan
teknologi untuk mengolah hasil tanaman.
Bentuk kemitraan yang diterapkan pabrik gula dengan petani tebu rakyat
yaitu pola kemitraan Inti Plasma, dimana Pabrik Gula bertindak sebagai inti dan
petani tebu rakyat sebagai plasma. Pabrik gula sebagai pihak inti berperan dalam
memberikan bantuan kepada pihak plasma. Pengelompokan petani berdasarkan
usaha pertanian yang meraka lakukan yaitu petani pemilik, petani penggarap,
petani, penyewa, buruh tani dan buruh tebang angkut. Hubungan yang tercipta
dari beberapa komponen tersebut yaitu antara petani pemilik, petani tani penyewa
dan buruh tani tersebut dapat kita sebut dengan hubungan saling menguntungkan
dan antara satu dan yang lainnya terdapat saling ketergantungan (Maulida 2011).
Berdasarkan hal tersebut,maka dapat diketahui bahwa keberadaan suatu
pabrik gula dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar pabrik. Dengan
keberadaan pabrik gula tersebut tentunya berdampak pada kehidupan ekonomi
masyarakat sekitar pabrik. Selain itu, dengan adanya pabrik gula tersebut
kebudayaan masyarakat Kecamatan Polongbangkeng Utara semakin berkembang.
4
Atas dasar ini, penulis tertarik untuk mengkaji kehidupan ekonomi dan budaya.
Dimana, hal ini merupakan implikasi keberadaan industri gula terhadap kehidupan
masyarakat Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Takalar di
Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik masyarakat sekitar pabrik gula PTPN XIV Pabrik
Gula Takalar khususnya di Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar?
2. Bagaimana dampak keberadaan pabrik gula PTPN XIV Pabrik Gula Takalar
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Desa Barugaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai
dalam penelitian ini untuk mengetahui :
1. Karakteristik masyarakat sekitar PTPN XIV Pabrik Gula Takalar khususnya di
Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
2. Mengetahui dampak keberadaan pabrik gula PTPN XIV terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat di sekitar pabrik gula
Kegunaan yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :
5
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsi ilmu
pengetahuan dalam sektor pertanian dan dapat dijadikan sebagai sumber
rujukan bagi peneliti berikutnya
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat :
a. Menjadi penambah pengetahuan mengenai kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sekitar PTPN XIV Pabrik Gula Takalar khususnya di Desa
Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
b. Mengetahui dampak keberadaan PTPN XIV Pabrik Gula Takalar terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar pabrik gula khususnya di
Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Gula
Investasi pembangunan industri gula berbasis tebu memerlukan areal
penanaman tebu yang cukup luas. Di Indonesia, sesuai dengan karakteristik
sumberdaya lahan dan persyaratan tumbuh tebu yang spesifik, areal pertanian
yang dapatdikelola untuk perkebunan tebu pada skala cukup luas dengan
aksesibilitas yang memadai menjadi sangat terbatas. Pulau Jawa yang selama ini
dianggap sebagai habitous utama tebu, sudah sulit lagi melakukan pengembangan
areal bagi keperluan pabrik gula (PG) yang ada. Sementara di luar Jawa,
pengembangan komoditas tebu terhambat minimnya informasi potensi
sumberdaya lahan, karakteristik lingkungan maupun aksesibilitasnya. Meskipun
demikian, selaras dengan upaya pemerataan pembangunan nasional,
pengembangan industri gula baru lebih disarankan untuk ekspansi di luar Jawa,
khususnya Indonesia bagian timur (Mulyadi, 2009).
Potensi sumberdaya lahan di Indonesia bagian timur diduga masih cukup
banyak. Di wilayah ini, untuk melacak informasi keberadaan penggunaan dan
kesesuaian lahan pada umumnya masih menggunakan peta dasar skala kecil (skala
tinjau). Namun di beberapa tempat, seperti di Pulau Sulawesi dan Papua,
pelacakan lahan potensial sudah dilakukan verifikasi sampai tingkat skala semi
detil. Pada tingkat survei semi detil, areal sesuai dan siap dikembangkan untuk
tebu sekitar 120 ribu ha, tersebar di Kabupaten Merauke-Papua, Kabupaten
Tinanggea-Sulawesi Tenggara, Kabupaten Wajo-Sulawesi Selatan dan Kabupaten
Sambas-Kalimantan Selatan. Apabila di bandingkan dengan potensi lahan secara
7
keseluruhan, kawasan areal potensial yang siap dikembangkan untuk industri gula
relatif kecil. Selain itu, potensi lahan yang tersedia pada satu hamparan sangat
luas sangat terbatas. Namun demikian, sumberdaya lahan ini tentu memiliki
karakteristik fisik lingkungan yang memiliki daya tarik dan peluang tersendiri
untuk pengembangan industri gula baru.
Potensi lahan sesuai untuk tebu yang tersedia dengan tingkat aksesibilitas
rendah dan situasi pergulaan yang kurang kondusif sering menjadi kendala utama
dalam pengembangan industri gula baru. Situasi ini sering menyebabkan para
investor kurang tertarik untuk mengembangkan industri gula baru. Oleh karena
itu, informasi secara lengkap dari kondisi fisik lingkungan di areal lahan potensial
menjadi penting untuk memberikan gambaran peluang pengembangan. Selain itu
dalam rangka mempercepat realisasi pembangunan industri gula di kawasan
Indonesia bagian timur diperlukan juga dukungan pemerintah (pusat dan daerah)
serta masukan teknologi yang handal yang mampu menjamin efisiensi tinggi
(Mulyadi, 2009).
Indonesia bagian timur selain memiliki areal potensial untuk
pengembangan tebu, juga memiliki 4 pabrik gula, yaitu PG Tolanghula di
Gorontalo serta PG Takalar, PG Camming dan PG Bone di Sulawesi Selatan yang
hingga saat ini cukup eksis berkontribusi terhadap pergulaan nasional. Industri
gula di wilayah ini dalam perjalanannya terus mengalami dinamika, baik
berdasarkan catatan produktivitas gula maupun luas penggunaan lahannya.
Keempat PG yang terdapat di kawasan ini sesungguhnya dapat menjadi contoh
keberhasilan industri gula di masing-masing wilayah dalam mendorong
8
pembangunan perekonomian yang turut membantu mensejahterakan masyarakat
di sekitarnya.
Kebutuhan gula tertinggi terkosentarasi di Sulawesi, diikuti oleh
Kalimantan dan Bali-Nusatenggara. Papua dengan jumlah penduduk yang relatif
lebih sedikit, konsumsi gulanya hanya mencapai 6% dari kebutuhan konsumsi
gula wilayah timur. Meskipun demikian, dapat diperkirakan bahwa harga gula di
Papua dan lokasi lainnya di Indonesia bagian timur yang relatif lebih jauh dari
wilayah asal produksi gula, relatif lebih mahal dibanding dengan lokasi lainnya
yang lebih dekat kesentra produksi. Kebutuhan gula Indonesia bagian timur
utamanya dicukupi oleh PG Tolanghula-Gorontalo dan PG-PG di Sulawesi
Selatan. Pada 2 tahun terakhir, produksi gula diwilayah ini rata-rata 58.393
ton/tahun, dimana sekitar 67% dihasilkan PG Tolanghuladan 33% dari PG-PG di
Sulawesi Selatan. Produksi gula di Indonesia bagian timur khususnya PG-PG di
Sulawesi Selatan 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan yang selaras
dengan kencenderungan penurunan areal dan produktivitas (Mulyadi, 2009).
2.2. Industri Gula
Industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, yaitumencapai kualitas kehidupan yang lebih baiksehingga
pembangunan industri tidak hanyamencapai kegiatan mandiri saja, tetapi
mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkankesejahteraaan masyarakat di
sekitarnya (Oktarinda, 2007). Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian memberikan pengertian industri sebagai berikut:
“Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
9
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri”.
Dari uraian di atas industri dapat dikatakan sebagai sektor pemimpin
(leading sector), yaitu dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu
dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan,
pertanian ataupun sektor jasa. Dengan berkembangnya sektor-sektor lanjutan dari
sektor industri tersebut, maka akan mendukung laju pertumbuhan industri.
Dengan demikian maka akan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli).
Selain itu pembangunan industri juga dapat untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dengan kemampuannya memanfaatkan sumberdaya secara optimal.
Tujuan pembangunan industri yang termaktub dalam Undang-Undang No.
5 Tahun 1984 sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan atau hasil budidaya serta
dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi
pertumbuhan industri pada khususnya;
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional;
10
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi
lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan
industri;
5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,
serta meningkatkan peranan koperasi industri;
6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi
nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan
pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan
kepada luar negeri;
7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang
pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara;
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional.
Industri gula di Indonesia khususnya bagian timur terdapat di Gorontalo
(PG Tolanghula) dan di Sulawesi Selatan (PG Takalar, PG Camming dan PG
Bone). Luasareal perkebunan tebu di wilayah ini mencapai antara 16.058-17.909
ha, terdiri dari di PG. Tolanghula 48%, Takalar 22%, Camming 10% dan Bone
20%, dari total areal. Pada periode 10 tahun terakhir, luasan areal perkebunan
mengalami penurunan sekitar1,1% per tahun. Secara signifikan penurunan areal
dipengaruhi oleh penurunan luas perkebunan tebu untuk 3 PG yang terdapat di
Sulawesi Selatan yang rata-rata mengalami penurunan sekitar 4,7% per tahun.
Sedangkan industri gula di Gorontalo mengalami sebaliknya, luasan areal
perkebunannya rata-rata mengalami peningkatan sekitar 7,8% per tahun. Sebagai
gambaran, luas areal perkebunan tebu di PG Tolanghula pada tahun 1999 sekitar
11
5.292 ha, yang pada tahun 2005 luasannya meningkat 47% menjadi 7.782 ha.
Sedangkan pabrik gula di Sulawesi Selatan pada tahun 1999 untuk PG Takalar,
PG Camming dan PG Bone berturut-turut sekitar 6.000 ha, 3.300 ha dan 3.310 ha,
yang kemudian pada tahun 2005 luasannya berturut-turut menjadi 4.823, 3.214 ha
dan 3.124 ha. Penurunan areal perkebunan tebu di Indonesia bagian Timur tentu
akan berdampak terhadap pencapaian produksi gula di wilayah iniyang menjadi
berkurang dari potensinya. Untuk perencanaan strategis peningkatan produksi
gula di Indonesia bagian timur sesungguhnya berpeluang masih dapat
ditingkatkan dengan mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya lahan
hinterlandnya.
Tim Persiapan Revitalisasi Pergulaan Indonesia dalam Indraningsih
memberikan rekomendasi kebijakan dalam masa transisi untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing industri gula nasional, antara lain:
1. Pengembangan lahan kering yang sesuai untuk usahatani tebu, sebagai
landasan pengembangan industri gula yang berbasis sumberdaya lahan kering
2. Peningkatan efisiensi teknis PG, melalui peningkatan produktivitas gula
hablur pada lahan kering sebesar 6 ton/ha
3. Peningkatan efisiensi ekonomis PG melalui rasionalisasi pembiayaan, dengan
sasaran biaya produksi sebesar Rp. 1.600/kg gula
4. Re-engineering PG melalui penerapan prinsip zero waste dan total value
creation, dengan menerapkan prinsip bagi hasil yang adil antara petani
dengan PG
5. Persiapan pengembangan industri gula di luar Jawa dan pengembangan
sweeteners.
12
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Menurut Dalyono (2005) dalam basrowi dan juariyah (2010) kondisi sosial
adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Kondisi sosial
yang mempengaruhi induvidu melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung.
Secar langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari-hari baik dari keluarga, teman
dan pekerjaan. Secara tidak langsung melalui media massa baik cetak, audio
maupu audio visual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang sangat
berpengaruh pada proes dan hasil pendidikan adalah teman bergaul ligkungan
tetangga dan aktivitas dalam msyarakat.
Linton (2000) dalam basrowi dan juariyah (2010) mengatakan kondisi
sosial masyarakat mempunyai lima indikator yaitu: umur dan jenis kelamin,
pekerjaan, prestise, famly atau kelompok rumah tangga dan keanggotaan dalam
kelompok perserikata. Dari lima indiktor tersebut, hanya indikator umur dan
kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses pendidikan, sehingga hanya empat
indikator yang perlu di ukur tingkat perbaikannya, guna mengetahui tingginya
maknafaat sosial bagi masayarakat.
Menurut Mubyarto (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)
berpendapat tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial budaya, dan
aspek desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan
masyarakat desa. Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat
baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi
keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha-usahanya. Adapun keadaan
sosial ekonomi yaitu sebagai berikut:
13
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari kondisi sosial ekonomi, sebagaimana
menurut (Idris, 2011) menyatakan bahwa dalam kaitan perubahan sosial budaya
dan ekonomi, pendidikan sebagai bagian dari sosial budaya turut berpengaruh
pada perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Keberadaan industri di
tengah masyarakat selain akan meningkatkan pola pikir masyarakatnya juga akan
mendukung bagi peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di daerah tersebut.
b. Mata Pencaharaian
Mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang
sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi
pokok penghidupan baginya. Untuk menunjang hidupnya setiap masyarakat pasti
memiliki mata pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok suku bangsa
memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan suku bangsa lainnya;
seperti suku bangsa minangkabau yang tersebar diberbagai pelosok tanah air
banyak berusaha di bidang perdagangan. Suku bangsa bugis dan Madura banyak
yang ahli dalam hal pelayaran tradisional. Begitu pula suku-suku bangsa lainnya
ada yang khas dalam bidang pertanian atau ada yang bergerak dibidang industri.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah peneriamaan dari gaji atau balas jasa dari hasil usaha
yang doperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam sebulan dan
dugaakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
14
d. Kesehatan
Peningkatan pendapatan dari masyarakat tentunya akan meningkatkan
tingkat kesejahteraan. Salah satu indikator dari kesejahteraan keluarga diantaranya
pemenuhan kebutuhan atas kesehatan. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap kesehatannya, apabila dia mengalami sakit maka
pemilihan tempat untuk berobat akan disesuaikan dengan pendapatannya.
e. Kepemilikan fasilitas hidup
Kepemilikan fasilitas hidup seperti kepemilikan alat elektronik dan jenis
kendaraan seseorang biasanya berbanding lurus dengan pendapatan, ketika
pendapatan melebihi pengeluaran maka kesempatan untuk memiliki fasilitas
hidup pun lebih tinggi.
f. kondisi Budaya (Gotong Royong)
keberadaan industri ditengah masyarakat memberikan pengaruh kondisi
sosial ekonomi masyarakat, akan tetapi belum tentu mempengaruhi kondisi
budaya khusunya kegiatan gotong royong masayarakat.
2.4 Masyarakat dan Pabrik Gula
Pergaulan ini terjadi karena adanya nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan
prosedur serta harapan dan keinginan yang merupakan kebutuhan bersama. Hal-
hal yang disebut terakhir inilah merupakan tali pengikat bagi sekelompok orang
yang disebut masyarakat (Indraningsih dan Malian, 2007). Masyarakat merupakan
wadah untuk membentuk kepribadian diri setiap warga kelompok manusia atau
suku yang berbeda satu dengan yang lainnya. Selain itu, masyarakat adalah
kelompok manusia yang tinggal menetap dalam suatu wilayah yang tidak terlalu
jelas batas-batasnya, berinteraksi menurut kesamaan pola tertentu, diikat oleh
15
suatu harapan dan kepentingan yang sama, yang keberadaannya berlangsung
kontinyu, dengan suatu rasa identitas yang sama.
“Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama-sama untuk
mendiami wilayah tertentu dan saling bergaul serta mempunyai kebudayaan, dan
memiliki pembagian kerja, dalam waktu relatif lama, saling tergantung
(interdependent), memiliki sistem sosial budaya yang mengatur kegiatan para
anggota, serta memiliki kesadaran akan kesatuan dan perasaan memiliki, mampuh
untuk bertindak dengan cara yang teratur, dan bekerja sama dalam melakukan
aktivitas yang cukup lama pada kelompok tersebut” (Indraningsih dan Malian,
2007).
Pendapat lain dikemukakan oleh Pongtuluran dan Brahim (2002) yang
menyatakan bahwa:
“Masyarakat adalah sebuah kelompok yang hidup dalam daerah khusus (bisa
bersifat setempat/lokal/regional atau nasional) yaitu orang-orang yang memiliki
harapan dan dampak terhadap upaya pendidikan di Indonesia walaupun mereka
mempunyai perbedaan dalam status sosial, peranan dan tanggung jawab”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tahun 2013
tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan menjelaskan defenisi perkebunan
sebagai berikut:
“Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanahdan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat”.
16
Kemudian dalam Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2014 Tentang Perkebunan juga dijelaskan defenisi perkebunan sebagai berikut:
Perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumberdaya
manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budi daya, panen, pengolahan dan
pemasaran terkait tanaman perkebunan atau perkebunan merupakan kegiatan
mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kesejahteraan
masyarakat khususnya sekitar berkebunan.
Perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan
sektor lainnya yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan
transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan
dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Menurut Badan usaha pasar modal kegiatan
perkebunan pada umumnya dapat digolongkan menjadi:
1. Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar siap
untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.
2. Pemeliharaan, berupa pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan dan
pemupukan hingga dapat menghasilkan produk.
3. Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas produksi
tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali.Pengemasan dan
pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan agar produk tersebut
siap dijual.(Anonim, 2002).
Perusahaan perkebunan seringkali bekerjasama dengan masyarakat
setempat dan pihak terkait lainnya. Bentuk kerjasama meliputi pengadaan proyek
kebun plasma di atas lahan milik masyarakat atau penyediaan lahan perusahaan
yang dikelola oleh masyarakat. Kerjasama tersebut merupakan karakteristik
17
tambahan sektor perkebunan yang tercermin dalam penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan perusahaan.
Masyarakat sekitar perkebunan besar dibantu secara insidentil sesuai
dengan kesanggupan perusahaan dan keinginan masyarakat. Bantuan tersebut
untuk kebutuhan masyarakat, seperti perbaikan musholla, sekolah, sarana olahraga
dan lain-lain. Keinginan masyarakat untuk memiliki kebun sendiri sulit
diwujudkan karena tidak ada kredit perkebunan untuk petani plasma atau anak
angkat, kecuali dengan tingkat bunga komersial. Secara umum, masyarakat sekitar
telah diuntungkan oleh adanya perkebunan besar dengan tersedianya infrastruktur,
fasilitas informasi, kesempatan kerja, peningkatan unit usaha masyarakat,
pengembangan organisasi, serta adanya alokasi dana untuk masyarakat sekitar.
Dampak positif bagi masyarakat/petani disekitar perkebunan besar
sebagaimana dikemukakan Syarfi (2003) yaitu sebagai berikut:
a. Tumbuh dan berkembangnya kelompok tani mandiri sebagai pilar utama dari
organisasi petani
b. Petani dengan kesadaran tinggi mau membiayai semua kegiatan kelompok
dalam bentuk membayar biaya group manajemen dan kewajiban lainnya
c. Terjaminnya produktivitas tanaman pokok serta terjaminnya pendapatan
petani (2-3 juta/bln).
Dampak positif bagi masyarakat sekitar sebagaimana dikemukakan Syarfi
(2003) yaitu sebagai berikut:
a. tumbuhnya beberapa kelompok tani perkebunan di daerah sekitar
b. Adanya transfer keberhasilan PIR Ophir ke masyarakat sekitar
c. Memfasilitasi petani kader koperasi lain untuk magang dan study banding
18
tentang teknik pembinaan kelompok dan KUD
d. Terbukanya daerah yang terisolir informasi dan transportasi
e. Membuka peluang kerja
Sedangkan dampak negatif dari keberhasilan pembangunan perkebunan
sebagaimana dikemukakan Syarfi (2003) yaitu sebagai berikut:
a. Petani plasma yang berhasil cenderung bersifat konsumtif
b. Adanya kecemburuan sosial dari penduduk yang hanya bekerja sebagai buruh
c. Penjualan hasil oleh petani ke pihak lain yang berakibat kredit macet
d. Masih ditemukannya sistem ijon
e. Adanya pengambilan keputusan yang tidak transparan
f. Terdapatnya lahan yang tidak dapat digarap PTP sesuai dengan HGU yang
telah diperoleh karena klaim tanah oleh masyarakat.
Selanjutnya juga ditemukan dampak positif dari pembangunan Perusahaan
Besar Perkebunan Swasta Nasional menurut Syarfi (2003) terlihat dari:
a. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha
b. Terbukanya keterisoliran daerah
c. Peninatan pendapatan dan standar hidup
d. Pembinaan teknis untuk petani plasma
e. Bantuan insidentil untuk masyarakat sekitar.
Ditemukan dampak negatif dari pembangunan Perusahaan Besar
Perkebunan Swasta Nasional menurut Syarfi (2003) terlihat dari:
a. Tuntutan masyarakat sekitar akan kesempatan kerja
b. Pencurian hasil perkebunan
c. Pemasaran hasil ke luar perusahaan perkebunan besar
19
d. Kecemburuan sosial
e. Tidak adanya kepastian hukum pada saat terjadi klaim pemilikan tanah oleh
petani untuk lahan inti atau pabrik.
Masalah pelaksanaan pembangunan masyarakat bagi masyarakat lebih
tepat disebut sebagai masalah hubungan kerja antara pihak inti dan plasma
menurut Syarfi (2003) sebagai berikut:
a. Keragaman latar belakang petani
b. Pemahaman anggota terhadap fungsi dan tujuan penumbuhan koperasi belum
sesuai dengan prinsip koperasi
c. Kurang transparan dalam pengambilan keputusan
d. Pola pikir bahwa kemandirian petani akan meng-hambat kelangsungan
produksi dan proses pengembalian kredit
e. Perbedaanpersepsi antar instansi pembina dalam menjabarkan konsep
pembinaan dan penumbuhan organisasi
f. Asuransi peremajaan kebun plasma belum mampu menutupi biaya replanting
2.5 Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui implikasi keberadaan industri
gula terhadap kehidupan masyarakat di sekitar pabrik gula. Langkah awal yang
dilakukan adalah mengkaji keadaan atau kondisi kehidupan masyarakat Desa
Barugaya. Kondisi masyarakat yang dikaji ditinjau dari aspek ekonomidan aspek
budaya masyarakat sekitar pabrik gula. Setelah masing - masing aspek kehidupan
masyarakat ini kaji maka akan ditarik suatu kesimpulan mengenai implikasi
keberadaan industri gula terhadap kehidupan masyarakat.
20
Kerangka Pemikiran
PTPN
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Sosial
Pendidikan
Mata pencaharaian
Kesehatan
Gotong Royong
Ekonomi
Pendapatan
Kepemilikan
Fasilitas Hidup
PTPN
Masyarakat Sekitar
PTPN
Dampak Sosial Ekonomi
Terhadap Masyarakat Sekitar
Pabrik Gula
21
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar. Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan, mulai dari bulan
Mei-Juli 2019
3.2. Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling (sengaja) dengan mengambil buruh angkut sebanyak 15 orang dengan
pertimbangan bahwa informan adalah orang-orang yang tinggal di daerah pabrik
gula PTPN XIV atau di Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder.
1. Data primer adalah data diperoleh melalui survey lapangan dan wawancara
terhadap responden bagaiamana dampak keberadaan pabrik gula PTPN XIV
terhadap kehidupan ekonomi masyarakat di sekitar pabrik gula
2. Data sekunder adalah data diperoleh melalui studi pustaka yaitu : dengan
membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, serta
dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data sekunder juga diperoleh dari BPS
(Badan Pusat Statistik) Kabupaten Takalar.
22
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
1. Obeservasi awal guna memperoleh data tentang kondisi desa kaitannya
dengan komunikasi informan. Selanjutnya dilakukan pengamatan lapangan
untuk memperoleh lokasi pelaksanaan kegiatan yang dimaksud.
2. Melakukan wawancara pada petani responden dengan menggunakan alat
bantu kusioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Dokumentasi adalah dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu dengan
mengadakan survei data yang telah ada dan menggali teori-teori yang telah
berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, mencari metode-
metode serta teknik penelitian baik dalam mengumpulkan data atau dalam
menganalisa data yang telah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti.
3.5. Teknik Analisis Data
Pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Proses pengumpulan dan analisis
datanya menggunakan model analisis interaktif seperti yang dikembangkan oleh
Miles dan Haberman (1994).
3.6. Definisi Opersional
Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini mencakup
pengertian-pengertian yang digunakan agar memudahkan pengambilan data dan
informasi serta menyamakan persepsi. Adapun definisi operasional tersebut
sebagai berikut :
23
1. PT Perkebunan Nusantara atau dapat dikatan PTPN adalah badan usaha
milik negara yang bergerak dibidang agribisnis perkebunan.
2. Masyarakat sekitar adalah sekelompok orang yang berinteraksi antar
individu atau perorangan dengan orang lain yang berada pada satu kelompok
atauberada pada satu daerah hasil.
3. Keadaaan sosial ekonomi masyarakat adalah keadaan yang benr-benar
terjadi dikehidupan masyarakat ada beberapa keadan sosial masyarakat
yaitu:
a. Pendidikan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka keadaan sosialnya akan menjadi
lebih baik.
b. Mata pencaharian semakin tinggi pendidikan seseorang maka mata
pencaharian atau peluang kerja bagi masyarakat akan lebih besar.
c. Pendapatan jika pendapatan masyarakat tinggi keadaan sosial seseorang
akan meningkat karena mereka mampu membayar atau membeli sesuatu
yang dia inginkan.
d. Kepemilkan kapasitas hidup adalah banyaknya alat-alat pertanian yang
dimiliki seseorang utnuk meningkatkan keadaan sosialnya.
e. Kesehatan keadaan sosial yang tinggi dan pendapatan yang tinggi
membuat masyarakat ketika sakit langsung berobat.
f. Gotong royong yaitu partisispasi masyarkat dalam sebelum dan setelah
adanya industi tersebut
4. Dampak keadaan sosial ekonomi terhadp masyarakat sekitar adalah
penyebab yang ditimbulkan oleh industri tersebut.
24
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Desa Barugaya merupakan salah satu desa yang berada di dalam wilayah Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Secara umum Desa Barugaya dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Letak
Adapun batas-batas wilayah administrative wilayah Desa Barugaya yaitu
sebagai berikut:
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa
b. Sebelah Barat berbatasan denganDesa Kampung Beru dan Desa Timbuseng
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Towata
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ko’mara
2. Administrasi Desa
Secara administrasi, Desa Barugayaterdiri dari 6 dusun yaitu :
- Dusun Je’ne Maeja
- Dusun Karemanepasa
- Dusun Karepattoddo
- Dusun Borongkaramasa
- Dusun Ballaborong
- Dusun Pangkaje’ne
3. Topografi
Desa Barugaya merupakan daerah pegunungan, dengan luas wilayah 42km2
dan ketinggian dari permukaan laut 800-1400 km.
25
4.2 Kondisi Demografis
1. Agama
Penduduk Desa Barugaya 100% memeluk agama Islam, yaitu
sebanyak 3,118 jiwa. Terdapat 6 masjid dan 2 musholla sebagai sarana
peribadatan untuk masyarakat setempat.
2. Pendidikan
Profil pendidikan memberikan gambaran potensi sumber daya
manusia. Pendidikan maupun skill penduduk, khususnya di Desa
Barugaya dapat dikatakan masih kurang lengkap. Hal ini disebabkan
karena sarana prasarana pendidikan yang ada di Desa ini hanya untuk
anak-anak. Rincian Sarana pendidikan yang ada di Desa Barugaya dapat
dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 1 Distribusi Sarana Pendidikan Desa Barugaya, Kec.
Polongbangkeng Utara, Kab. Takalar Tahun 2018
Sarana Pendidikan Jumlah
TK/ KB 2
SD 4
SMP/MTS 1
SMA/MIN -
Total 7
Sumber : Data sekunder Kantor Desa Barugaya,2017
26
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa jumlah sarana pendidikan di Desa
Barugaya sebanyak 7 buah, yang terdiri dari 4 SD, 2 KB (Kelompok Bermain),
dan 1 SMP.
Pada umumnya penduduk usia sekolah yang akan melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, dalam hal ini SMA, SMP, dan Perguruan
Tinggi/Universitas pada umumnya mereka melanjutkan ke Kabupaten Takalar
maupun Kota Makassar. Karena keberadaan SMA dan Perguruan
Tinggi/Universitas di Desa Barugaya belum tersedia.
3. Kondisi Perumahan dan Pemukiman Penduduk
Pada umumnya kondisi perumahan dan pemukiman dari setiap Rumah
tangga/Keluarga di Desa Barugaya merupakan rumah panggung (rumah kayu) dan
semi permanen.
4. Adat Istiadat
Suku yang berada di Desa Barugaya adalah 100% suku Bugis Makassar
sehingga budaya yang ada dan bertahan hingga kini masih bertumpu pada adat
Bugis Makassae, begitu pula dalam melaksanakan aktivitasnya. Penduduk di Desa
Barugaya mayoritas berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Bugis Makassar
sebagai bahasa sehari-hari.
5. Transportasi dan Komunikasi
Jalan utama di Desa Barugaya merupakan jalanan berbatu mulai dari
pertengahan Dusun Je’ne Maeja sampai ke Dusun Ballaborong. Terdapat jalanan
cor di awal dusun Je’ne Maeja tetapi hanya beberapa meter saja. Tidak terdapat
lampu penerangan di jalan sehingga pada malam hari masyarakat hanya
27
mengandalkan lampu dari kendaraan masing – masing untuk melintas dan senter
untuk pejalan kaki.
Sarana Transportasi menuju Desa Barugaya belum cukup memadai karena
lokasi dan jarak tempuhnya yang sangat jauh dari jalan poros. Alat transportasi
yang digunakan oleh penduduk setempat antara lain kendaraan pribadi berupa
motor dan angkutan umum.
Ada kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga
masyarakat menimkati informasi langsung melalui siaran TV dan radio serta bisa
berkomunikasi melalui telepon dan telepon genggam/Hand Phone tetapi jaringan
hanya terdapat di lokasi tertentu. Pada umumnya rumah tangga yang berada di
Desa Barugaya sudah menikmati fasilitas penerangan listrik dari PLN.
6. Jumlah Penduduk / Mata Pencaharian
Jumlah penduduk desa Barugaya seluruhnya yaitu 3,118 berdasarkan data
yang diperoleh dari Kantor Desa Barugaya, penduduk desa ini berjumlah 3,118
jiwa yang tersebar di 6 dusun yang terdapat di wilayah Desa Barugaya dengan
rincian sebagai berikut:
28
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan di Tiap Dusun DI Desa Barugaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara,Kabupaten Takalar, Tahun 2017
N0. Nama Dusun Jumlah
Penduduk Keterangan
1 Pangkajene 636
Laki-laki : 1531
Perempuan : 1587 2 Ballaborong 603
3 Borongkaramasa 594
4 Karepato’do 370
5 Karemanepasa 315
6 Jenemaeja 600
Total 3,118 3,118
Sumber : Data sekunder Kantor Desa Barugaya,2017
Berdasarkan table 2 yang didapatkan dari data sekunder, Desa Barugaya
terdiri dari 1531 jiwa penduduk laki laki dan 1587 jiwa penduduk perempuan
dengan total keseluruhan 3,118 jiwa penduduk.
4.3 Pabrik Tebu Persero Nusantara (PTPN) Kabupaten Takalar
4.3.1 Sejarah Berdirinya Pabrik Gula Takalar
Pabrik Gula Takalar terletak di Desa Pa’rappunganta kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pabrik
Gula Takalar di dirikan dalam rangka melaksakan kebijakan pemerintah untuk
swasembada gula nasional berdasarkan surat keputusan menteri pertanian R.I
Nomor 668/org/8/1981 tanggal 11 agustus 1981. Studi pelayanan di susun oleh
PT AGRICOSULT INTERNATIONAL pada tahum 1975,di lanjutkan oleh
PT.TANINDO pada tahun 1981 dengan menggunakan fasilitas credit ekspor dari
Taiwan.
29
Pelaksanaan pembangunan di serahkan pada tashing co.(ptc) Ltd.Agency
of Taiwan machinery manufacturing co (TMCC) , sebagai main contractor dengan
parnert dalam negeri yakni PT Sarang tehnik, PT multi mas corp, PT.barata
Indonesia. Pembangunan Pabrik Gula Takalar menhabiskan dana sebesar Rp.63,5
milyar dan selesai di bangun pada tanggal 27 nopember 1984. Performance test di
laksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 11 agustus 1985 dengan hasil baik.
Pabrik Gula Takalar di bangun dengan kapasitas giling 3.000 ton tebu
perhari (TTH), yang dengan mudah di kembangkan menjadi 4.000 TTH. Pabrik
Gula Takalar giling perdana tahun 1984 dan di resmikan oleh presiden rRepublik
Indonesia pada tanggal 23 desember 1987.
STRUKTUR ORGANISASI
30
Karyawan Tetap : Pimpinan : 1 Orang
Staf : 20 Orang
Non Staf : 301 Orang
Karyawan Tidak Tetap : Bulanan : 289 Orang
Musiman*) : 293 Orang
Buruh Tebang*) : ± 2000 Orang
*) = Tenaga kerja berasal dari penduduk setempat dan dari luar daerah
31
a. Gambaran Umum
1. Alamat pabrik
Desa : Pa,rampunganta
Kelurahan : -
Kecamatan : Polongbangkeng utara
Kabupaten : Takalar
Provinsi : Sulawesi selatan
Kode pos : 92201
Terletak di : ± 35 km dari ibu kota provinsi
Telepon/fax :-
Alamat email : pgula.takalar@gmail.com
2. Jarak
Dari pabrik ke kota kecamatan ±5 km, kondisi jalan aspal.
Dari pabrik ke kota kabupaten ±15 km, kondisi jalan aspal
Dari pabrik ke kota provinsi ±35 km, kondisi jalan aspal.
3. Wilayah kerja
Wilayah kerja meliputi areal 9.794,12 ha, meliputi 1.642,00 ha di
Kabupaten Gowa, 6,732,12 ha di Kabupaten Takalar, 1,420,00 di Kabupaten Je’ne
Ponto.
4. Pemilikan lahan
Pemilikan lahan HGU:9,256,19 ha, HGB 181,93 ha dan kerjasama dengan
petani 356,00 ha.
5. Topografi
Tinggi diatas permukaan laut 45 m-125 m di atas permukaan laut
32
Jenis tanah
Kabupaten gowa : Maditeran, Grumusol, Latosol.
Kabupaten takalar :Maditeran,Grumusol,Latosol,Padsolik kuning.
Kabupaten jeneponto : Grumusol, Vertisol.
b. Prasarana Pendukung
Sumber Air untuk pabrik/tanaman : Bendungan Bissua
Sumber bahan baku pendukung :
Kelas jalan
- Kelas I = 115 Km
- Kelas II = 145 Km
- Kelas III = 180 Km
- Kelas IV = 80 Km
Fasilitas Sosial
- Poliklinik = 1 unit
- Balai Pertemuan = 2 unit
- Lapangan Tenis = 2 unit
- Lapangan bulutangkis = 3 unit
- Sekolah dasar = 1 unit
- Taman Kanak-kanak = 1 unit
- Masjid = 1 unit
- Musholla = 3 unit
- Mess = 1 unit
Pembangunan Embung/penampungan Air : ± 35 Embung
Kondisi Pabrik
33
a. Tahun pembuatan : 1982
b. Kepemilikan : Persero
c. Jenis prosesing : Sulfitasi
d. Jenis gula yang dihasilkan : SHS I
e. Kapasitas Giling : 3000 TCD
f. ICUMSA/Mutu GulaRata-rata tahun 2010 250-300 IU; 2012 250-300
IU; 2013 250-300 IU; 2014 250-300 IU; 2015 250-300 IU,
g. PG Takalar belum memperoleh sertifikat SNI
h. Pencapaian rata-rata Efisiensi Pabrik (Overall Recovery) dalam %:
2010 64,58%, 2011 66,37%, 2012 60,17%, 2013 55,95%, 2014 55,53%,
2015 64,35%.
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Baruugaya
5.1.1 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Strata Sosial
No Nama Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin
L/P
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Pengalaman
Berusahatani
Luas
Tanaman
Yang
Diusahakan
1 Yusuf Dg Sarro 55 L SD 4 Orang 30 Tahun 2 Hektar
Sebelum adanya Pabrik Gula Takalar menurut Yusuf Dg Sarro kemampuan
masyarakat sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti, dengan Yusuf Dg Sarro sebagai berikut:
“Riolo wattunna tena pabere gollaya sanna ni sawalana talasaka, ka iyaji
anjo asea ni pattoang, allo-alloa lagi nadi sawala lakbi-lakbi napasikola.
Ingka tolongna niak pabere gollaya akkulle tommaki akbalanja na pasikola
ana’ singkama todong anjo mae tawwa”
“Dulu sebelum adanya pabrik gula hidup sangat susah, karena hanya padi
yang diandalkan, kebutuhan sehari-hari saja sangat susah terlebih lagi
untuk menyekolahkan, akan tetapi setelah adanya pabrik gula kita juga
sudah bisa membeli kebutuhan dan menyekolahkan anak, sebagaimana
orang lain”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan dari aspek peluang sosial, dimensi kehormatan dan perbedaan
kemampuan setelah adanya Pabrik Gula. Sebelum adanya Pabrik Gula masyarakat
sulit untuk memenuhi kebutuhan. Namun setelah adanya pabrik gula masyarakat
menjadi memiliki persamaan peluang yang lebih tinggi karena mengalami
peningkatan dari faktor lain seperti pendidikan dan peningkatan ekonomi.
35
5.1.2 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Budaya
No Nama
Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin
L/P
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Pengalaman
Berusahatani
Luas
Tanaman
Yang
Diusahakan
1 Dg Bani 44 L SMP 2 Orang 20 Tahun 2 Hektar
Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Budaya Sebelum dan setelah adanya
pabrik gula tidak mengalami perubahan, sebagaimana hasil wawancara peneliti
dengan Dg Bani, sebagai Berikut:
“tenaja sisalana pakbiasa-biasang rioloa siagang rikamma-kammaya anne,
iyaji anjo tenaya na sirurungan agamaya nipela, ingka pattarangannaja
kamma punna niak paralluta akpala tulung, situlung-tulung jaki, naki
massing-massing akpaenteng siri na pacce ilalanna anne tallasaka, nani
katutui ada’ na pangadakkanga”
“tidak ada perbedaan antara kebiasan yang dulu dan sekarang, adapun
yang dihilangka adalah yang tidak sesuai dengann syariat Islam, akan
tetapi hal lain seperti jika ada yang meminta tolong, maka akan saling
membantu, saling menjaga rasa malu dan kepdulian dalam kehidupan ini,
serta menjaga adat dan budaya”
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat masih
menjungjung tinggi budaya yang terdapat dalam masyarakat. Baik sebelum
adanya Pabrik Gula Takalar maupun setelah adanya Pabrik Gula Takalar. Adat
istiadat, Gotong royong dan musyawarah masih menjadi kearifan lokal yang
diterapkan dalam masyarakat. Masyarakat masih mejaga hal tersebut karena
merupakan hal positif yang tidak mempengaruhi hubungan dalam masyarakat.
Meskipun dari aspek adat ada berapa hal yang mengalami peningkatan atau
36
perubahan karena masyarakat mengetahui bahwa hal tersebut tidak sesaui dengan
syariat Islam.
5.1.3 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Pendidikan
No Nama
Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin
L/P
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Pengalaman
Berusahatani
Luas
Tanaman
Yang
Diusahakan
1 M Dg Ngewa 49 L SMP 3 Orang 33 Tahun 2 Hektar
Sebelum adanya pabrik gula Takalar banyak orang tua yang tidak
melanjutkan pendidikan anaknya karena terkendala biaya, sebagaimana hasil
wawancara peneliti ddengan Bapak M Dg Ngewa, sebagai berikut:
“riolo okalaki lappasikolaya kamanna balanjaya ni sawalaji, bellai
sikolaya, tena poeng dongkokang langngantaraki anak-anaka. Ingka
tolongna niak pabere gollaya niak tommo panggappang mareang assala
erok jaki akkareso, akkulle tommaki ammali motoro, akpasikola”.
“dulu sangat sulit untuk menyekolahkan anak sedangkan untuk belanja saja
sangat susah, sekoalah jauh dan tidak ada kendaraan untuk mengantar
anak-anak. Tapi setelah adanya pabrik gula ada tambahan penghasilan
asal lita ingin bekerja, kita sudah bisa membeli motor dan menyekolahkan
anak.”
Berdasarkan wawancara di atas, sebelum adanya Pabrik Gula Takalar
banyak anak yang putus sekolah. Namun setelah adanya Pabrik Gula Takalar
terjadi peningkatan hal ini disebabkan meningkatkannya strata sosial dalam
masyarakat karena banyaknya masyarakat yang bekerja di Pabrik Gula Takalar
37
sehingga menambah penghasilan mereka. Anak-anak dapat melanjutkan sekolah
bahkan sampai ke Perguruan Tinggi yang terdapat di Kota Makassar.
5.1 Dampak Sosial Ekonomi Masayarakat Sekitar Pabrik Gula Di
Kabupaten Takalar
Menurut Mubyarto (2001) dalam basrowi dan juariyah (2010) berpendapat tinjauan
sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial budaya, aspek desa dan peluang kerja
yang berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat desa.
5.2.1 Masyarakat sekitar PTPN (Pabrik Tebu Persero Nusantara)
Masyarakat sekitar pabrik tebu adalah masyarakat yang awalnya menanam
padi, jagung kini beralih menjadi petani tebu semenjak adanya pabrik tebu
tersebut. Banyak petani yang merasakan peningkatan mengenai pendapatan, mata
pencaharian yang tepat, pendidikan bagi anak-anak mereka, setelah adanya pabrik
gula petani yang awalnya tidak mampu menyekolahkan adanya sampai masa
SMA kini bisa menyekolahkannya sampai SMA dan seterusnya, mereka juga
meningkatkan kehidupan mereka dengan memiliki barang-barang atau alat-alat
pertanian yang dari awalnya mereka menyewa sampai pada akhirya mereka
memeliki sendiri, sebagian petani juga lebih memperioritaskan kesehatannya
karena pendapatannya yang telah meningkat.
5.2.2 Keadaan Sosial Masyarakat Sekitar Pabrik Gula di Kabupaten Takalar.
Keadaan atau dampak Sosial Ekonomi Pabrik Gula Takalar terhadap
masyarakat yang berada di Sekitar Pabrik Gula atau desa Barugaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dapat dilihat dari 6 aspek yaitu:
38
a. Pendidikan
Pendidikan bagi masyarakat sekitar khususnya daerah Takalar adalah hal
yang penting bagi anak-anak mereka untuk membuat anak-anak mereka menjadi
lebih baik mereka. Menurut Idris (2011: 220) perubahan sosial budaya dan
ekonomi, pendidikan sebagai bagian dari sosial budaya turut berpengaruh pada
perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Keberadaan industri di tengah
masyarakat selain akan meningkatkan pola pikir masyarakatnya juga akan
mendukung bagi peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di daerah tersebut.
Sebelum adanya pabrik gula banyak anak yang putus sekolah karena tidak
adanya biaya untuk melanjutkan sekolah, hanya orang-orang tertentu saja yang
bisa menyekolahkan anaknya. Sebagaimana hasil wawancara buruh angkut
mengenai pendidikan yang ada di masyarakat Takalar sebagai berikut:
Bapak R
“Riolo wattuna uru nia paberek gollaya tenama dikana tammatang apaki
pokok ia eroka anjama ri pabereka nialle ngaseng, ingka rikamma
kammaya anne punna erok tawwa anjama baji-baji bajiki punna nia sikola
nasaba baji tongi tallasaka punna baji sikolayya”
“Dulu awal pabrik gula berdiri tidak ada yang dikatakan anda tamatan
apa, petani yang ingin bekerja di pabrik gula semuanya diterima, tetapi
dijaman sekarang ini ketika orang ingin bekerja dengan bagus maka
pendidikan juga harus lebuh ditingkatkan”
Bapak B
“Niak sikolah nabangun pabrik gula sikolah SD siagan TK bakleang
kamma anjo ri perumahanga,biasa punna anrasa rangking anak-anaka atau
niak akkuliah anakna di sarei biasa beasiswa battu ri pabrik gula.”
“Pabrik gula membangun sekolah SD dan TK didalam perumahan,
biasanya anak-anak yang mendapat ranking dari sekolah tersebut setelah
kuliah diberi beasiswa oleh pihak pabrik gula”
39
Bapak M
“Niak antu sikolanna iya pabereka na bangun tp SD siagan TK punna
baribbasa antu niak oto biasa jemputki ri ballakna ngaseng nampa na
antara mange assikola punna ammoterek mangei poeng di alle.
“Pabrik gula membangun sekolah SD dan TK setiap pagi ada mobil yang
mengantar jemput siswa-siwa dan anak-anak yang sekolah disekolah pabrik
gula tersebut”.
Bapak
“Tena nakke anakku mange kuliah ka anjo anak pertamaku tettereki erok
baine ka ammarina assikola ri esempe erok dudumi baine jari ku
pakbuntingi.na tetterekmo mae tallappasa tenamo di kapakrisan.”
“tidak ada anak saya yang pergi kuliah dikarenakan akan pertama saya
ingin cepat menikah, berhentinya sekolah di SMP mau sekalii menikah jadi
saya menikahkan supaya cepat lepas dan tidak ada beban”
Bapak
“Assikola memang pentingngi sanna erokko pasikolai anakku ingka tena
kumampu pasikolai katena doekku, semata-mata bawang nikanrea allo-allo,
jadi tammana anakku ri SMP na SMA maemi anjama ripaberek gulayya.
“Sekolah memang penting saya sangat ingin anakku bersekolah tetapi saya
tidak mampu menyekolahkannya karena tidak memeliki uang, semata-mata
hanya untuk makan hari-hari, jadi anak saya sewaktu tamat di SMP dan
SMA ia bekerja di pabrik gula”.
Setelah adanya pabrik Gula Takalar pabrik membangun sekolah TK dan
SD bagi masyarakat sekitar, banyak siswa yang telah dibiayai untuk melanjutkan
pendidikannya di jenjang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi agar mereka
mendapatkan pendidikan yang layak.
40
b. Kesehatan
kesehatan merupakan hal yang harus dijaga didalam diri kita,
meningkatnya pendapatan masyarakat membuat mereka lebih memperhatikan
kesehatannya karena mereka menganggap kesehatan penting.
Sebelum adanya Pabrik Gula Takalar banyak masyarakat yang terkendala
dalam mengaksek layanan kesehatan karena biaya dan akses untuk itu. Namun
setelah adanya pabrik gula masyarakat lebih mudah mengakses fasilitas kesehatan
karena pabrik menmbangun klinik untuk masyarakat. Sebagaimana hasil
wawancara buruh angkut mengenai kesehatan masyarakat sekitar pabrik gula
adalah sebagai berikut:
Bapak
“Niak poeng ballak garrinna pokokna punna dannga-dangalak uluwa (sakit
kepala) nadi antama anjoeng langsungki nasare pakballe manna nai
pokokna punna danngalakmo ulua nadi antamamo anjoeng nasaremaki
pakballe”
“Ada rumah sakitnya pokoknya kalau sakit kepala baru masukki disana
langsungki nakasi obat biar siapa kalau sakit kepala nakasi maki obat”
Bapak
“Niak tong poeng ballak garringna mingka punna garring biasaja tenaja ku
mange anjoeng apparessa,jai biasa poeng tau mange anjoeng nyumbang
cerak nampa di sare susu”
“Ada juga rumah sakitnya tetapi kalau sakit biasaja tidak pergija kesana
periksa, banyak biasa pergi menyumbang darah baru dikasiki susu”.
Bapak
“Niak poeng ballak garringna mingka tena kubiasa nakke mange paressa
anjoeng”
“Ada rumah sakitnya tetapi saya tidak biasa pergi periksa disana”.
41
Bapak
“Manna ballak garringna niakja tapi tena tong naku lekba mange anjoeng
apparessa ka punna danngala ulu biasaja mangeja ri gaddea malli
pakballe.”
“Di pabrik gula Rumah sakit saja ada, tetapi saya tidak pernah kesana
untuk periksa kalau hanya sakit kepala saya hanya pergi di warung untuk
membeli obat”.
c. Gotong Royong
Gotong royong adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarkat secara
berkelompok yang memiliki tujuan. Gotong royong juga memperat tali
silaturrahmi antara invidu/perorang.
Sebelum dan setelah adanya pabrik gula Takalar tidak ada perbedaan
dalam gotong royong, masyarakat masih mengedepankan gotong royong,
sebagaimana hasil wawancara buruh tentang gotong royong masyarakat sekitar
pabrik gula di Kabupaten Takalar sebagai berikut:
Bapak
“Kammaji biasa anne nasyarakatka carana gotong royong punna niak erok
di bali mange asengki sede ambali. Tenaja na amminra wattunna niak
siagan tenana paberek gulaya.”
”Cara masyarakat bergotong royong seperti biasa kalau ada yang ingin
dibantu kami pergi membantunya, tidak ada perubahan sewaktu ada dan
tidak adanya pabrik gula”.
Bapak
“Tenaja anne perubahan kusakring punna dikana assama sama ri
pakrasanga.kammai injai riolo wattunna niak siagan ri tenana pabrik
gula.”
“Tidak ada perubaan yang saya rasakan kalau dikatakan gotong royong di
desa sama seperti dulu sewaktu tidak ada dan adanya pabrik gula”
42
5.2.3 Keadaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Pabrik Gula di Kabupaten Takalar.
a. Mata Pencaharian
Mata pencaharaian masyarakat sekitar pabrik gula adalah kegiatan invidu
atau sekelom pok orang guna untuk memenuhi kebutuhuhan hidup dan menunjang
kehidupan keluarga mereka. Untuk menununjang hidupnya setiap keluarga
memiliki mata pencaharaian utama seperti masyarakat sekitar pabrik gula yang
mata pencaharaiannya adalah menanam tebu.
Sebelum adanya pabrik gula Takalar masyarakat hanya mengandalkan
bercocok tanam dengan padi saja. Namun setelah adanya pabrik gula Takalar
banyak masyarakat yang bekerja di pabrik gula Takalar, Sebagaimana hasil
waancara buruh angkut mengenai mata pencaharian masyarakat sekitar pabrik
gula sebagai berikut:
Bapak A
“Salloma iya nak nakke bungasaki pabereka lakbi injai sisakbu riolo
sisakbu injai allima sekre tong,tena kulekba mantang-mantang yek pokokna
setiap paknabbanngan mangea punna setiap paklamungan mangea lamung
tena nakke ku lekba ngallaki mange ri tabbua jari naisseng asenga antu
manna mandoro towaya h.awing iyarak.salloma iya mange nakbang
lakbima tallu pulo tahun ka labbimi tallu pulo tahun pabereka,nampa rua
memangmo anakku nakumange nakbang tabbu ka gassing-gassinganku
anjia .gajiku riolo sisakbu injai allima punna tabbu muat riolo toh punna
oto bisi-bisi di bonei riolo, oto raksasa.
“Saya sudah lama bekerja dipabrik gula saya yang pertama bekerja di
pabrik tersebut dari gaji Rp.1500/ton, saya tidak pernah berhenti setiap
penebangantebu, penanaman tebu saya selalu pergi, saya tidak pernah
melewatkan kegiatan tersebut, karena dari itu banyak orang-oran dari
pabrik tebu mengenali saya, mandor tua juga yang namanya Hj. Awing
mengenal saya. Saya sudah lama pergi menebang tebu lebih ari 30 tahun
sejak berdirinya pabrik gula, saya sudah memiliki 2 anak lalu pergi
menebang tebu saya masih sehat disaat itu, saya dulu diberi gaji Rp.1500”.
43
Bapak
“Nakke berupa mange nakbang tabbu ri pabrik gula mingka sallomi
kukasiak pammajikinna ri tawwa ka riolo manngeku mangeji anjama ri
tabbua naku anrasa balanja waktungku inja caddi, Punna mangeja tawwa
anjama ri pabereka iya pasti di ringankangi bebanga mingka punna iya
tenaja perubahan.”
“Saya orang baru yang bekerja sebagai penebang tebu di pabrik gula tetapi
sudah lama saya merasakan kebaikan-kebaikan pabrik gula terhadap
masyarakat sekitar, dulu saat saya masih kecil jika saya ingin berbelanja
saya hanya pergi menenbang tebu, kalau kita ingin bekerja di pabrik gula
pasti bisa meringankan beban”.
Bapak
“Punna wattu penebangan kamma anne biasa ka tenaja jamang-jamang
maraeng ri ballakja jari mangea sede nakbang tabbu ri anunna pabrik
gula,ka iya mami anjo biasa di panggappai doek ka tena lamung-lamung
nadi parakai.”
“kalau waktu penebangan seperti sekarang ini biasanya tidak ada
pekerjaan lain selain saya tinggal dirumah, jadi saya pergi menebang tebu
yang dipunya oleh pabrik gula, hanya itu yang biasa mendapatkan uang
karena tidak ada tanaman lain yang saya pelihara”
Bapak
“Jai iya jamang-jamang na sareangki pabrik gula mingka kebanyakan
masyarakat anrinnia bagian lapangan kammaya mange lamung
tabbu,mange pupuk tabbu siagan mange nakbang sanna tong bajikna
wasselekna anne pabrik gula ka selama niak jai tommi lekba ku balli. “
“Banyak pekerjaan yang nakasiki pabrik gula tetapi kebanyakan
masayarakat didaerah sini dibagian lapangan seperti pergi menanam tebu
yang dipunya oleh pabrik gula dan pergi menebang tebu karena
penghasilannya yang lumayan karena selama ada pabrik gula banyak yang
sudah saya beli”.
b. Pendapatan
Pendapatan adalah suatu upah atau gaji yang di daptkan dari hasil jerih
payah kita bekerja dalam suatu perusahaan.
Sebelum adanya pabrik gula takalar pendapatan masyarakat sekitar sangat
rendah namun setelah adanya pabrik gula takalar pendapatan mereka menjadi
44
bertambah, sebagaimana hasil wawancara buruh angkut mengenai pendapatan
masyarakat sekitar pabrik gula adalah sebagai berikut:
Bapak
“Nakke jai tanahna bappkku na ammakku nabiasa punna wattu bosi
nginranga punna anu di kanre,mingka selama niak paberek tabbua tenaja
anjo di annganu iya nak ka tulusuk mangeki nakbang mangeki nganre gaji
ri tabbua,tena tommo poeng naku lekba nginrang.mingka riolo iya punna
nganu jai ase kugappa naku annginrang kasaika anjo biasa di
panngalleang memangi doek kodong,punna lekbamaki nganu riolo akkatto
ka akkatto injai tawwa riolo nak eee gassingan injai riolo anak-anaka
addengka nampa mae baluk ka riolo tenapa paberek golla,tolonna niak
paberek jai tommi jamang-jamang tassungke,jadi selama niak tabbu iya nak
tena naku lekba nginrang berasak nak,riolo ri tenana tabbu eee mangeki
anjoeng ri tau jaiyya berasakna punna barak nak,nginrangki ta sijaian rua
pikuluk ka sai jai tongki annganre kamanakang,bajiki iya nakke kusakring
tabbua iya tenaja nakuissengi panngodina ka pammajikinna iya jai accare-
caremaki poeng,tenaa di annginrang kamma anjo poeng akbalanjajaki
poeng.”
“saya banyak tanahna bapakku sama mamakku biasa kalau waktu hujan
meminjamka kalau mauki makan, tetapi selama adaki pabrik tebu baru
pergiki menebang tebu makan jaki ka dapatki gaji dari situ, tidak pernahma
juga meminjam. Tetapi dulu banyak padi saya dapat tetapi meminjamka
karena biasanya diambilkan memang uang, dulu setelah sudah memanen
padi masih sehatka anak-anak juga masih sehat untuk menumbuk padi
setelah ditumbuk dijual karena belum ada pabrik gula, setelah ada pabrik
gula banyak pekerjaan yang terbuka, jadi setelah ada tebu saya tidak
pernah meminjam beras lagi, dulu tidak adanya pabrik gula saya masih
meminjam beras kepada orang yang memiliki banyak beras biasanya saya
meminjam berasa 200 liter karena keluarga saya banyak, setelah adanya
pabrik gula yang saya rasakan baik karena saya tidak meminjam lagi dan
lebihnya saya belanjakan”
Bapak
“Selama niak pabrik gula kurangmi pengangguran anrinni mae ka jai
jaman-jaman na sungkeangki kammayami pupuk tabbu, lamung tabbu,kepra
tabbu siagan mange luring tabbu jari anjo mae eroka di balli niak tommi ka
anrasaki doek ri pabrik gula punna erokjaki mange anjama karena rata-
rata masyarakat anrinnia na aging kerjasama punna niakja nadi jama tena
na anngalle pantara punna jai inaji sekitar anrinni erok anjama”.
45
“selama adanya pabrik gula pengangguran sudah kurang disini karena
sudah banyak pekerjaan yang dibuka seperti mepupuk tebu, menanam tebu.
Sesuatu yang mau dibeli bisami diapatkan karena saya sudah mendapatkan
uang dari hasil bekerja di pabrik tebu kalau kita mau bekerja karena rata-
rata masyarakat disini mau bekerja sama mereka tidak ambil orang lain
jika masyarakat sekitar mau bekerja”
Bapak
“Punna wattu penebangan kamma anne biasa ka tenaja jamang-jamang
maraeng ri ballakja jari mangea sede nakbang tabbu ri anunna pabrik
gula,ka iya mami anjo biasa di panggappai doek ka tena lamung-lamung
nadi parakai.anakku 2 assikola”
“kalau waktu penebangan seperti sekarang ini bisa saya tidak punya
pekerjaan selain dirumah jadi biasanya saya pergi menebang tebu milik
pzbrik gula itu karena pekerjaan itu saya mendapatkan uang karena tidak
ada tanaman lain yang saya pelihara dan anak saya dua orang masih
sekolah”.
c. Kepemilikan Fasilitas Hidup
Kepemilikan fasilitas hidup seperti kepemilikan alat elektronik dan jenis
kendaraan seseorang biasanya berbanding lurus dengan pendapatan, ketika
pendapatan melebihi pengeluaran maka kesempatan untuk memiliki fasilitas
hidup pun lebih tinggi.
Sebelum adanya pabrik gula kebetuhan sehari-hari saja sulit untuk
dipenuhi , namun setelah adanya pabrik gula masyarakat dapat membeli barang-
barang dari hasil bekerja di pabrik gula takalar, sebagimana hasil wawancara
buruh angkut mengenai kepemilikan fasilitas hidup masayarakat sekitar pabrik
gula sebagai berikut:
46
Bapak
“Selama mangea nakbang tabbua anrasaya ammalli oto dompeng iya
poeng biasa kupakai bangun ballak siagan ongkoso balla,naggala mange
tanah ka jai wasselekna iya.punna anjo mae ammari tawwa nakbang naniak
tong anjo aknassa wasselekna na niak anjo mae kemanakan di sarei sede
“Selama saya pergi menebang tebu saya sudah bisa membeli mobil
dompeng, hasil dari itu biasa saya pakai juga untuk membangun rumah
saya, saya juga sudah bisa memengang (gadaikan) sawah orang lain,
setelah selesai penebangan terus ada sisa dari hasil penebangan saya
membaginya ke keponakan saya”.
Bapak
“Punna mangeja tawwa anjama ri pabereka iya pasti di ringankangi
bebanga mingka punna iya tenaja perubahan,punna mangeki anjama iya jai
wasselekna ,niakmo iya wasselekna kammaya motor kurasa ku balli”.
“kalau orang pergi bekerja di pabrik pasti beban akan diringkan tetapi
kalau tidak bekerja pasti tidak ada perubahan. Kalau orang bekerja saya
mendapatkan hasil, hasilnya sekarang saya sudah bisa membeli motor”.
47
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Masyarakat sekitar pabrik tebu adalah masyarakat yang awalnya menanam
padi, jagung kini beralih menjadi petani tebu semenjak adanya pabrik tebu
tersebut. Banyak petani yang merasakan peningkatan mengenai pendapatan, mata
pencaharian yang tepat, pendidikan bagi anak-anak mereka, setelah adanya pabrik
gula petani yang awalnya tidak mampu menyekolahkan adanya sampai masa
SMA kini bisa menyekolahkannya sampai SMA dan seterusnya, mereka juga
meningkatkan kehidupan mereka dengan memiliki barang-barang atau alat-alat
peertanian yang dari awalnya mereka menyewa sampai pada akhirya mereka
memiliki sendiri, sebagian petani juga lebih memperioritaskan kesehetannya
karena pendapatannya yang telah meningkat.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini adapun saran dari penulis yaitu
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat sekitar Pabrik Gula Takalar perlu memanfaatkan dengan baik
keberadaan Pabrik Gula Takalar untuk meningkatkan taraf hidup mereka baik
dari aspek social maupun aspek ekonomi.
2. Bagi Pabrik Gula Takalar agar menyampaikan secara luas kepada masyarakat
setiap kegiatan-kegiatan ataupun rekrutmen Pabrik Gula agar masyarakat turut
berpastisipasi aktif dalam pengembangan industri lokal.
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Badan Usaha
Pasar Modal
Indraningsih, Suci., Malian, A. Husni. 2007. Perspektif Pengembangan Industri
Gula di Indonesia. (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Bogor),
Maulidiah, Fadila. 2011. Perkembangan Kemitraan Petani Tebu dengan PG.
Krebet Baru: Perilaku Ekonomi Petani Tebu. (Prodi Pendidikan
Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang)
Miles, B. Mattew dan A. Michael Haberman, 1994. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press
Mooduto, Rudin., Une, Darwin., Katili, Lukman D. 2013. Perusahaan Tebu dan
Dampak Sosial Ekonomi Tolangohula. (Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo,)
Mulyadi, Mohamad., Toharisman, Aris., Mirzawan. 2009. Identifikasi Potensi
Lahan untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Tebu di Wilayah
Timur Indonesia.
Oktarinda, Rizki. 2007. Dampak Perkembangan Industri Besar terhadap Sosial
Ekonomi di Kabupaten Temanggung. (Skripsi: Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang).
Pongtuluran, Aris., Brahim, Theresia K. 2002. Pendekatan Pendidikan
Berbasiskan Masyarakat. (Jurnal Pendidikan Penabur No.01/Th.I/
Maret 2002)
Pudjianto, Bambang. 2006. Peta Masalah Sosial di Bone: Potensi, Problem dan
Strategi Penanganannya. (Puslitbang Kesos).
Sangadji, Etta Manang, Sopiah. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Syarfi, Ira Wahyuni. 2003. Pelaksanaan Pembangunan Masyarakat (Community
Development) oleh Perusahaan Perkebunan Besar. Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
49
LAMPIRAN
Kuisioner Penelitian
KUESIONER
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PABRIK GULA TAKALAR TERHADAP
MASYARAKAT SEKITAR DI DESA BARUGAYA KECAMATAN
POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :..............................
Umur :..............................
Jenis Kelamin :..............................
Pendidikan Terakhir :..............................
Jumlah Tanggungan Keluarga :..............................
Pengalaman Berusahatani :..............................
Luas Tanaman yang diusahakan :..............................
Keterangan :
Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat
bapak/ibu!
B. Dampak sosial pabrik gula takalar
1. Apakah Pabrik Gula Takalar membangun sekolah untuk masyarakat?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
2. Apakah Pabrik Gula Takalar memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat sekitar ?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
50
3. Apakah di dalam masyarakat terjadi perubahan gotong royong setelah adanya
Pabrik Gula Takalar ?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:
............................................................................................................................
4. Apakah Pabrik Gula Takalar memberikan beasiswa kepada pelajar sekitar
Pabrik Gula Takalar ?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
5. Apakah Pabrik Gula Takalar memberikan modal usaha kepada masyarakat
sekitar?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
C. Dampak ekonomi
6. Apakah bapak/ibu di berikan pekerjaan oleh pabrik gula takalar?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
7. Apakah pabrik gula meringankan beban ekonomi masyarakat sekitar?
a. Ya (1) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
8. Barang-barang apa saja yang bapak/ibu dapat setelah bekerja di pabrik gula
takalar?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:……………………………………………………………………
9. Apakah Pabrik Gula Takalar bekerja sama dengan masyarakat sekitar ?
51
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
10. Apakah Pabrik Gula Takalar ?
a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)
Alasannya:..........................................................................................................
52
Peta Lokasi Penelitian
53
Identitas Responden
No Nama
Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin
L/P
Pendidikan
Terakhir
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Pengalaman
Berusahatani
Luas
Tanaman
Yang
Diusahakan
1 Yusuf Dg Sarro 55 L SD 4 Orang 30 Tahun 2 Hektar
2 Dg Bani 44 L SMP 2 Orang 20 Tahun 2 Hektar
3 M Dg Ngewa 49 L SMP 3 Orang 33 Tahun 2 Hektar
4 Dg Siala 42 L SMP 2 Orang 21 Tahun 1 Hektar
5 Dg Mangung 48 L SD 2 Orang 20 Tahun 2 Hektar
6 Dg Nanga 61 L SD 2 Orang 38 Tahun 2 Hektar
7 Dg Kulle 55 L - 4 Orang 40 Tahun 3 Hektar
8 Rusdi Dg Naba 45 L SMP 2 Orang 30 Tahun 2 Hektar
9 Dg Buang 57 L SD 4 Orang 30 Tahun 3 Hektar
10 Dg Bani 34 L SD 2 Orang 15 Tahun 2 Hektar
11 Dg Raba 66 L SD 4 Orang 40 Tahun 3 Hektar
12 Januddin Dg Sija 54 L SMP 4 Orang 40 Tahun 3 Hektar
13 Panda Dg Bella 55 L SD 3 Orang 20 Tahun 3 Hektar
14 Dg Naro 40 L SMP 4 Orang 20 Tahun 3 Hektar
15 Kamal Dg Lau 38 L SD 2 Orang 18 Tahun 2 Hektar
54
Rekapitulasi Data
Dampak Sosial Pabrik Gula Terhadap Masyarakat Desa Barugaya
No
Nama Pertanyaan
Jumlah Skor
1 2 3 4 5
1 Yusuf Dg Sarro 3 3 3 2 1 12 2,4
2 Dg Bani 3 3 3 1 2 12 2,4
3 M Dg Ngewa 3 3 3 1 2 12 2,4
4 Dg Siala 3 3 3 1 1 11 2,2
5 Dg Mangung 3 3 3 1 1 11 2,2
6 Dg Nanga 3 3 3 2 3 14 2,8
7 Dg Kulle 1 3 3 2 1 10 2
8 Rusdi Dg Naba 2 3 3 2 2 12 2,4
9 Dg Buang 3 3 3 2 3 14 2,8
10 Dg Bani 3 3 3 3 3 15 3
11 Dg Raba 3 3 3 3 3 15 3
12 Januddin Dg Sija 3 3 3 2 2 13 2,6
13 Panda Dg Bella 3 3 3 2 1 12 2,4
14 Dg Naro 3 3 3 1 2 12 2,4
15 Kamal Dg Lau 3 3 3 1 2 12 2,4
Keterangan:
Rendah : 1,00 – 1,66
Sedang : 1,67 – 2,33
Tinggi : 2,34 – 3,00
55
Dampak Sosial Pabrik Gula Terhadap Masyarakat Desa Barugaya
No Nama Pernyataan
Jumlah Skor
1 2 3 4 5
1 Yusuf Dg Sarro 3 3 3 2 1 12 2,4
2 Dg Bani 3 3 2 2 2 12 2,4
3 M Dg Ngewa 3 2 3 1 2 11 2,2
4 Dg Siala 3 3 3 2 2 13 2,6
5 Dg Mangung 3 3 3 1 1 11 2,2
6 Dg Nanga 3 3 3 2 3 14 2,8
7 Dg Kulle 1 3 2 2 2 10 2
8 Rusdi Dg Naba 2 3 3 2 1 11 2,2
9 Dg Buang 3 3 3 2 3 14 2,8
10 Dg Bani 3 3 3 3 3 15 3
11 Dg Raba 3 2 3 3 3 14 2,8
12 Januddin Dg Sija 3 3 3 1 2 12 2,4
13 Panda Dg Bella 3 3 3 2 1 12 2,4
14 Dg Naro 3 3 3 1 2 12 2,4
15 Kamal Dg Lau 3 3 3 2 2 13 2,6
Keterangan:
Rendah : 1,00 – 1,66
Sedang : 1,67 – 2,33
Tinggi : 2,34 – 3,00
56
Dampak Sosial Ekonomi Pabrik Gula Terhadap Masyarakat Desa Barugaya
No Nama Dampak Sosial Dampak Ekonomi Jumlah Skor
1 Yusuf Dg Sarro 2,4 2,4 4,8 2,4
2 Dg Bani 2,4 2,4 4,8 2,4
3 M Dg Ngewa 2,4 2,4 4,8 2,4
4 Dg Siala 2,4 2,6 5 2,5
5 Dg Mangung 2,2 2,2 4,4 2,2
6 Dg Nanga 2,8 2,8 5,6 2,8
7 Dg Kulle 2 2 4 2
8 Rusdi Dg Naba 2,4 2,4 4,8 2,4
9 Dg Buang 2,8 2,8 5,6 2,8
10 Dg Bani 3 3 6 3
11 Dg Raba 3 3 6 3
12 Januddin Dg Sija 2,6 2,4 5 2,5
13 Panda Dg Bella 2,4 2,4 4,8 2,4
14 Dg Naro 2,4 2,4 4,8 2,4
15 Kamal Dg Lau 2,4 2,4 4,8 2,4
Keterangan:
Rendah : 1,00 – 1,66
Sedang : 1,67 – 2,33
Tinggi : 2,34 – 3,00
57
Dokumnentasi Penelitian
58
59
60
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Takalar, tanggal 29 mei
1995 dari ayah M Nasir dan ibu Hasniati. Penulis
merupakan anak kedua dari 2 bersaudara.
Pendidikan formal yang di lalui penulis adalah
SDN Lassang 1 No. 50 dan lulus pada tahun 2008, SMPN
2 POLUT dan lulus pada tahun 2011, SMKN 6 Takalar dan lulus tahun 2014.
Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan,penulis pernah magang di desa di
Timbuseng Pada Tahun 2018.
Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus himpunan mahasiwa
agribisnis periode 2016-2017. Pengurus badan eksekutif mahasiswa pertanian
periode 2017-2018. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan
menulis skripsi yang berjudul “Dampak Sosial Pabrik Gula Takalar Terhadap
Masyarakat Sekitar Desa Barugaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar”
top related