dampak sosial ekonomi berdirinya minimarket...
Post on 08-Jul-2019
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAMPAK SOSIAL EKONOMI BERDIRINYA
MINIMARKET TERHADAP
TOKO KELONTONG TRADISIONAL
(ANALISIS DESKRIPTIF TOKO KELONTONG
JL. WARAKAS RAYA JAKARTA UTARA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Sindi Alwiyah
NIM 11140150000055
KONSENTRASI SOSIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sindi Alwiyah
NIM : 11140150000055
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Alamat : Jl. Warakas Raya No.16 RT 001/RW 004, Warakas, Tanjung
Priok, Jakarta Utara, DKI Jakarta
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket
terhadap Toko Kelontong Tradisional (Analisis Deskriptif Toko Kelontong
Jl. Warakas Raya Jakarta Utara) adalah benar hasil karya sendiri dibawah
bimbingan dosen:
Pembimbing I : Anissa Windarti, M.Sc
NIP : 19820802 201101 2 005
Pembimbing II : Cut Dhien Nourwahida, MA
NIP : 19791221 200801 2 016
Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan karya
sendiri.
Jakarta, 11 Oktober 2018
Yang Menyatakan,
Sindi Alwiyah
v
ABSTRAK
Sindi Alwiyah (NIM: 11140150000055), Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya
Minimarket terhadap Toko Kelontong Tradisional (Analisis Deskriptif Toko
Kelontong Jalan Warakas Raya Jakarta Utara), Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini membahas tentang dampak sosial ekonomi berdirinya
minimarket terhadap toko kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya Jakarta
Utara. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai dampak
sosial ekonomi bagi para pemilik usaha kecil terkait maraknya pembangunan
minimarket di wilayah Jakarta Utara tepatnya di Jalan Warakas Raya. Pada
penelitian ini menggunkan metode penelitian kualitatif dengan jenis observasi
nonpartisipatif, peneliti hanya mengamati kegiatan para pelaku usaha toko
kelontong tradisional. Pengumpulan data guna mendapatkan informasi peneliti
lakukan dengan cara wawancara pada pihak terkait seperti pemilik toko kelontong
tradisional, humas komisi pengawas persaingan usaha, dan konsumen. Teknik
analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Pertama mereduksi data
mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Model data yang
diterapkan dalam penelitian ini berupa teks naratif. Peneliti menyusun penelitian
dari data-data yang dihasilkan di lapangan dalam bentuk teks naratif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa maraknya pembangunan
minimarket memiliki dampak sosial maupun ekonomi bagi para pelaku usaha toko
kelontong tradisional. Dari segi sosial terdapat perubahan cara hidup, budaya yang
berkembang di tengah masyarakat, serta terbentuknya sebuah komunitas dalam
rangka menjaga eksistensi keberadaan toko kelontong tradisional. Selain itu, jika
dilihat dari segi ekonomi yaitu berdampak pada segi pendapatan yang menurun
serta terjalinnya aktivitas ekonomi yang dirasa kurang sehat bagi pedagang
kelontong tradisional. Oleh sebab itu, dalam hal ini pemerintah meminta agar
masyarakat ikut serta dalam menjaga situasi ekonomi yang sehat baik bagi pelaku
usaha bermodal besar maupun bermodal seadanya.
Kata Kunci : Dampak Sosial Ekonomi, Minimarket, Toko Kelontong
Tradisional
vi
ABSTRACT
Sindi Alwiyah (ID: 11140150000055), Socio-Economy Impacts of the Increasing
Mini-Markets toward Toko Kelontong (An Analitical Descriptive of Traditional
Convenience Stores on Warakas Street, North Jakarta), A mini-thesis of Social
Science Deparment, Educational and Teachership Faculty, Syarif Hidayatullah
University, Jakarta.
This study is talking about socio-economy impacts of the increasing
number of Mini-Markets (modern convenience stores) toward Toko Kelontong
(traditional convenience stores) on Warakas Street, North Jakarta. This study is
conducted to collect information about the socio-economy impacts toward the
owners of small industry (traditional convenience stores) in concern with the
increasing number of modern convenience stores (Mini-Markets) on Warakas
Street, North Jakarta.This research took qualitative method and using non-
partisipative observation as its approach. Interview form was used as research
instrument to gather required data. The data that has been received then analyzed
by using Miles dan Huberman models.
The result of this study shows: the increasing number of modern
convenience stores has given both social and economy impacts toward the owners
of traditional convenience stores. In the matter of social aspect, it is known that
there is such a significant changed in the way of life society, culture, and the
emerging a sort of community in order to preserve the existence of traditional
convenience stores. Further more, from the matter of economy aspect, it can be
seen that the decreasing income (that happened to the owners of traditional
convenience store) and the emerging economic activity unfairly. Therefore, it is
suggested to government to persuade society to participate in preserving the fair-
and-square economic activity for all entrepreneurs in both medium and small-
sized industry (in this case, modern and traditional convenience stores).
Keyword: Social-Economic Impacts, Modern Convenience Stores, Traditional
Convenience Stores
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT, karena segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan
jahiliyah menuju jalan yang terang benderang dengan Agama Islam yang
dibawanya menjadi penyelamat dan mengantarkan pemeluknya menuju
kedamaian di dunia maupun di akhirat.
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Bapak Drs. H. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.
4. Ibu Anissa Windarti, M.Sc selaku dosem pembimbing skripsi I dan Ibu Cut
Dhien Nourwahida, MA selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
meluangkan wa ktu, tenaga, dan pikiran untuk terus membantu dalam
membimbing sampai selesainya penulisan skripsi.
viii
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut
ilmu semasa perkuliahan berlangsung.
6. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah
bekerja dengan baik melayani mahasiswa.
7. Bapak Ratmawan selaku Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
serta seluruh pemilik toko kelontong tradisional yang telah mengizinkan
peneliti dalam melakukan wawancara guna mencari informasi terkait
penelitian mengenai persaingan usaha.
8. Bapak Herman dan Ibu Dewi, selaku orang tua yang penulis cintai tidak
pernah henti dalam membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap dikala
penulis kesulitan. Serta Fitri Ramadhani selaku adik yang selalu memberi
dukungan.
9. Zulfa Fadhilah, yang telah memberikan dukungan agar peneliti segera
menyelesaikan skripsi dengan cepat serta menghibur dengan banyak candaan
sehingga peneliti semangat dalam menyusun skripsi.
10. Moh. Fauzan H, yang telah memberikan dorongan serta membantu memberi
saran dalam penyusunan skripsi.
11. Kepada sahabat-sahabatku selama di kampus yang biasanya disebut Assobah.
Azhary Pangestu Utami, Alya Fadiyah, Aisyah Az Zahrah, Githa
Ciptaningtyas, Khoerun Nisa, Mauly Nabilah, Melinda Saraswati yang selalu
menghibur dan memberikan motivasi kepada peneliti. Semoga kita semua
selalu kompak hingga tua nanti. Serta Neng Dhea selaku teman kost dan rekan
bisnis.
ix
12. Kepada sahabat-sahabatku semasa SMA yang selalu mengingatkan penulis
agar cepat menyelesaikan skripsi serta mengajak jalan dan menghibur ketika
peneliti sudah mulai terpuruk. Aliyah Munawaroh, Evy Yuli, Lisnawati, Danu
Alif, Syifa Fitriyani, Vivi Nur Avianti.
13. Kepada sahabat-sahabat semasa SMP yang selalu mendukung peneliti untuk
tetap semangat dalam mengerjakan skripsi dan menghibur peneliti. Ana
Fadaniah, Halimah Tusadiah, Herliana Guisela, Nondy Ega, Putri Nuraini,
Vivy Audina.
14. Teman-teman seperjuangan Sosial 2014 terutama jurusan Sosiologi yang
sudah menemani serta berjuang bersama dalam menempuh pendidikan.
15. Serta nama-nama yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan
berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap
skripsi yang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu
persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri,
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan dan
hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta, 11 Oktober 2018
Penulis,
Sindi Alwiyah
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ..................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1. Secara Teoritis .......................................................................................... 9
2. Secara Praktis ......................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ............................. 12
A. Kajian Teori ............................................................................................... 12
1. Dampak Sosial Ekonomi ........................................................................ 12
2. Minimarket ............................................................................................. 18
3. Kelontong Tradisional ............................................................................ 23
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 27
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 33
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 36
1. Tempat Penelitian ................................................................................... 36
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 36
B. Metode Penelitian....................................................................................... 38
C. Teknik Pengambilan Sampel...................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 40
1. Wawancara ............................................................................................. 40
2. Observasi ................................................................................................ 41
3. Dokumentasi ........................................................................................... 43
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 43
1. Wawancara ............................................................................................. 44
2. Lembar Observasi ................................................................................... 50
3. Lembar Dokumentasi ............................................................................. 51
F. Pengujian Keabsahan Data ......................................................................... 51
1. Validitas Data ......................................................................................... 51
2. Uji Reabilitas .......................................................................................... 52
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 53
1. Reduksi Data .......................................................................................... 53
2. Model Data (Data Display) .................................................................... 53
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan ........................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 55
A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 55
1. Keberadaan Minimarket di Jalan Warakas Raya Tanjung Priok Jakarta
Utara............................................................................................................... 55
2. Toko Kelontong di Jalan Warakas Raya Tanjung Priok Jakarta Utara .. 57
3. Deskripsi tentang Narasumber ............................................................... 59
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 62
1. Berdasarkan Hasil Wawancara ............................................................... 62
2. Berdasarkan Hasil Observasi .................................................................. 94
xii
C. Pembahasan ................................................................................................ 99
1. Dampak Sosial Berdirinya Minimarket terhadap Toko Kelontong
Tradisional ..................................................................................................... 99
2. Dampak Ekonomi Berdirinya Minimarket terhadap Toko Kelontong
Tradisional ................................................................................................... 108
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 115
1. Waktu ................................................................................................... 115
2. Jarak ...................................................................................................... 115
3. Narasumber .......................................................................................... 115
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 116
A. Kesimpulan .............................................................................................. 116
B. Implikasi ................................................................................................... 117
C. Saran ......................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 119
LAMPIRAN ....................................................................................................... 123
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 34
Gambar 4.1 Toko Kelontong Tradisional Pak Adi .............................................. 95
Gambar 4.2 Toko Kelontong Tradisional Pak Andre .......................................... 96
Gambar 4.3 Toko Kelontong Tradisional Pak Adi .............................................. 96
Gambar 4.4 Toko Kelontong Tradisional Ibu Sutinah ....................................... 97
Gambar 4.5 Toko Kelontong Tradisional Pak Adi ............................................. 98
Gambar 4.6 Toko Kelontong Tradisional Pak Andre ......................................... 98
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Keberadaan Minimarker di Jakarta ............................................ 3
Tabel 1.2 Jumlah Minimarket berdasarkan Zonasi ................................................ 4
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 30
Tabel 3.1 Time Schedule ...................................................................................... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara ........................................................... 44
Tabel 3.3 Instrumen Wawancara .......................................................................... 45
Tabel 3.4 Pedoman Observasi .............................................................................. 50
Tabel 3.5 Perolehan Dokumentasi ........................................................................ 50
Tabel 4.1 Jumlah Minimarket berdasarkan Zonasi ............................................. 57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi
Lampiran 2 Hasil Observasi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Transkrip Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi
Lampiran 6 Surat-surat Terkait
Lampiran 7 Curriculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya sebuah kemajuan dalam lingkungan masyarakat yang
beriringan dengan kemajuan teknologi membuat kehidupan manusia menjadi
lebih modern. Adanya gaya hidup modern ini menghasilkan sebuah perubahan
dalam kehidupan masyarakat. Negara yang kita huni ini meski tergolong ke
dalam negara yang berkembang tetapi masyarakat Indonesia pun tidak luput
dari kehidupan bergaya modern. Sebuah perubahan yang terjadi dalam
masyarakat merupakan peradaban bagi sistem sosial di lingkungan masyarakat
itu sendiri.
Hakikat peradaban bisa kita mulai dengan definisi peradaban itu
sendiri. Peradaban mengambil padanan kata civilization yang berarti nilai
hidup satu kelompok atau bangsa dalam merespon tantangan masa yang
dihadapinya dalam era tertentu. Peradaban juga sering menunjuk pada
kemajuan ekonomi, teknologi, dan politik.1 Adanya kemajuan dalam bidang
ekonomi, teknologi, dan politik ini mendorong modernisasi di tengah
kehidupan masyarakat.
Teori modernisasi menganggap bahwa negara-negara berkembang
akan menempuh jalan sama dengan negara maju di Barat, sehingga kemudian
akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori ini
berpandang bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu
mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya.2
1 Rusmin Tumanggor, dkk, IlmuSosial dan Budaya Dasar Edisi Revisi, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2012), h.77. 2 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Ketiga), (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h.217.
2
Dalam teori modernisasi itu sendiri merupakan era transisi dari
tradisional ke arah modern maka akan menimbulkan banyak dampak bagi
kehidupan masyarakat. Menurut Etzioni-Halevy dan Etzioni transisi dari
keadaan tradisional ke modernitas melibatkan revolusi demografi yang
ditandai dengan menurunnya angka kematian dan angka kelahiran:
menurunnya ukuran dan pengaruh keluarga; terbukanya sistem stratifikasi;
dan munculnya perekonomian pasar dan industrilisasi.4
Beberapa faktor tersebut ternyata ikut dirasakan oleh negara ini,
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mencoba merespon
tantangan di zaman yang penuh dengan kemajuan ini yaitu dalam bidang
ekonomi. Kemajuan dalam bidang ekonomi di lain sisi memberikan dampak
terhadap pasar tradisional. Dalam hal ini menyangkut tentang bisnis ritel
modern di Indonesia yang mengalami pertumbuhan semakin pesat seiring
kemajuan perekonomian Indonesia.
Ritel modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri atau
swalayan, sistem harga pasti (tanpa tawar-menawar), dan menjual berbagai
jenis produk secara ritel/eceran. Toko modern dapat berbentuk minimarket,
supermarket, department store, hypermarket, speciality store, dan
perkulakan/grosir.5 Adapun keberadaan ritel modern berbentuk minimarket ini
sekarang sangat menjamur keberadaannya di tengah perumahan masyarakat.
Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan
harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut
ternyata membuat para pemilik usaha kecil mengeluh. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pertumbuhan yang pesat akan adanya minimarket ini
memberikan dampak bagi usaha kecil, yaitu toko kelontong.
Seperti yang kita ketahui bahwa Jakarta adalah ibu kota dari negara
Indonesia yang terkenal akan kehidupan bergaya modern sehingga mendorong
munculnya pertumbuhan ritel modern berbentuk minimarket dengan jumlah
yang cukup pesat. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar
4 Kamanto Sunarto, Op. Cit, h. 217-218.
5 R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Sukses Bisnis Ritel Modern, (Jakarta: KOMPAS
5 R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Sukses Bisnis Ritel Modern, (Jakarta: KOMPAS
GRAMEDIA, 2012), h.27
3
modern dewasa ini menjadi tuntutan dari gaya hidup yang berkembang di
masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah merambah di
kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket,
Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita.
Latar belakang pesatnya pertumbuhan di sektor ekonomi semata-mata
karena gaya hidup yang ditunjukkan oleh masyarakat Jakarta tersebut yang
bersifat modernitas, sehingga mendorong para investor untuk mencari laba
dengan memanfaatkan gaya hidup dari masyarakat Jakarta itu sendiri dengan
membuka ritel modern berbasis minimarket franchise dengan berbagai brand
yang ditawarkan baik dari dalam dan luar negeri. Peningkatan jumlah toko
modern berbentuk minimarket franchise ini terbukti dengan adanya data dari
Biro Perekonomian PEMPROV DKI Jakarta menunjukkan bahwa jumlah toko
modern yang mendapat izin resmi untuk beroperasi pada tahun 2012-2014
terdata, seperti terlihat pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Keberadaan Minimarket di Jakarta
Wilayah 2012 2013 2014
Jakarta Pusat 254 321 321
Jakarta Barat 426 482 498
Jakarta Selatan 414 414 442
Jakarta Timur 459 525 525
Jakarta Utara 315 362 362
Data tersebut, belum termasuk dengan minimarket yang telah berdiri
tetapi belum memiliki surat izin mendirikan bangunan. Dari data tersebut
dapat terlihat bahwa setiap tahunnya di wilayah yang berbeda mengalami
peningkatan keberadaan minimarket di wilayah DKI Jakarta. Untuk wilayah
Jakarta Utara sendiri pun mengalami peningkatan jumlah keberadaan
minimarket sebesar 47 buah minimarket dengan persentase kenaikan sebesar
15% dalam jangka waktu 1 tahun, yaitu dari tahun 2012 ke tahun 2013
Sumber: Koran Tempo, 15 Januari 2015 (https://koran.tempo.co/konten/2015/01/15/362180/39-
Gerai-7-Eleven-Beroperasi-tanpa-Izin)
4
sedangkan untuk tahun berikutnya tidak ada perubahan jumlah keberadaan
minimarket di wilayah Jakarta Utara.
Persebaran minimarket di wilayah Jakarta Utara itu sendiri dapat
terlihat dari pembagian wilayah administratif Jakarta Utara. Dalam hal ini,
pada wilayah Jakarta Utara terbagi ke dalam 6 kecamatan, yaitu Kecamatan
Cilincing, Kecamatan Kelapa Gading, Kecamatan Koja, Kecamatan
Pademangan, Kecamatan Penjaringan, serta Kecamatan Tanjung Priok. Dari
keenam kecamatan ini terbagi lagi menjadi beberapa wilayah dalam lingkup
kelurahan. Pada Kecamatan Tanjung Priok itu sendiri kelurahan terbagi
menjadi 7 kelurahan yang diantaranya terdapat Kelurahan Warakas yang akan
menjadi objek penelitian ini.
Jumlah keberadaan minimarket berbasis franchise di wilayah
Kelurahan Warakas ini dapat dibuktikan dengan adanya data yang di dapat
dari kantor Kelurahan Warakas dan menunjukkan bahwa jumlah toko modern
yang mendapat izin resmi untuk beroperasi di wilayah kelurahan Warakas
terdata, seperti terlihat pada tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Jumlah Minimarket berdasarkan Zonasi
No. Zonasi Jumlah
Ritel
Keterangan
1. Jl. Warakas Raya 4 Alfa Mart, Indomart, dan Alfa Midi
2. Jl. Warakas I 3 Alfa Midi, Alfa Mart
3. Jl. Warakas IV 1 Alfa Mart
4. Jl. Warakas VII 2 Alfa Mart, Indomart
Sumber: Data Kantor Kelurahan Warakas
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa di Jalan Warakas Raya
memiliki jumlah minimarket terbanyak. Banyaknya jumlah minimarket dalam
satu wilayah ini terutama di jalan Warakas Raya akan memberikan dampak
bagi usaha-usaha kecil yang berdiri di sekitarnya. Dampak yang ditimbulkan
dapat berupa dampak sosial dan ekonomi bagi si pengusaha toko kelontong
tradisional di wilayah tersebut. Berdasarkan pada observasi awal yang telah
5
dilakukan melalui wawancara pada tanggal 22 Desember 2017 pukul 10 pagi
dengan pemilik toko kelontong tradisional yang berada di Jalan Warakas
Raya, dampak-dampak tersebut dapat berupa timbulnya kecemburuan sosial
yang didasari menurunnya jumlah pembeli pada toko kelontong sehingga
berdampak pada omset para pedagang kelontong tradisional di sekitar wilayah
tersebut. Hasil dari dampak menurunnya omset ini akan mempengaruhi pada
tingkat kesejahteraan pemilik usaha kecil tersebut.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara pelayanan yang diberikan
oleh ritel modern berbentuk franchise (minimarket) dengan toko kelontong
tradisional, seperti yang sudah kita ketahui toko kelontong merupakan sebuah
toko yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat tetapi barang yang
ditawarkan pun tidak sebanyak dengan yang ditawarkan oleh minimarket.
Selain itu, dari fasilitas yang diberikan pun sangat berbeda pembeli dalam
melakukan transaksi dengan pedagang toko kelontong tradisional dilakukan
secara langsung, sedangkan minimarket menawarkan sistem transaksi secara
mandiri pembeli dapat mengetahui harga melalui barcode yang terpasang pada
rak barang tersebut diletakan. Barang yang ditawarkan pun lebih banyak
dibandingkan dengan toko kelontong tradisional.
Oleh sebab itu di sini diperlukan peran pemerintah untuk membantu
pedagang usaha kecil agar dapat bersaing dengan minimarket sehingga
keberadaanya tidak tersingkirkan, seperti yang tertera pada Peraturan Presiden
Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4. Isi pasal tersebut berisi,
Pusat perbelanjaan dan toko modern harus mempertimbangkan kondisi
sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil
dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan,
memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan pasar tradisional
yang ada sebelumnya, menyediakan area parkir paling sedikit seluas
kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60
m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan pusat
perbelanjaan dan atau toko modern yang menyediakan fasilitas yang
6
menjamin pusat perbelanjaan dan toko modern yang bersih, sehat
(hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.6
Dengan adanya pemberlakuan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun
2007 Pasal ini maka diharapkan pedagang usaha kecil mampu bersaing
dengan keberadaan minimarket karena sudah diatur jarak dalam membangun
usaha agar tidak terjadi kesenjangan sosial antara toko modern (minimarket)
dengan toko kelontong tradisional. Selain itu dalam membangun minimarket
pemerintah mengharuskan minimarket tersebut harus memiliki lahan parkir,
sehingga dalam pembangunan minimarket membutuhkan lahan yang luas
dengan begitu sempitnya lahan di Jakarta dapat menekan pertumbuhan
minimarket.
Selain itu, Berdasarkan informasi dari sumber berita satu pada 03
September 2015 menyatakan bahwa, untuk menekan jumlah minimarket di
Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan moratorium
minimarket, yakni menghentikan sementara pemberian izin usaha
minimarket.7 Meski sejak tahun 2015 telah dilakukan pemberlakuan
moratorium minimarket oleh pemerintah. Namun, pada fakta di lapangan
pemberhentian pemberlakuan moratorium ini ditemukan hal yang berbeda
dimana kebijakan Pemerintah PEMPROV DKI menemukan praktik
minimarket liar yang tidak memiliki izin usaha minimarket. Hal ini dilakukan
oleh banyak pengusaha yang tidak taat dalam peraturan.
Hal ini berdasarkan informasi yang terdapat dari sumber Jakarta Raya
pada 05 Juni 2017 menyatakan bahwa Pemprov DKI masih menemukan
praktik minimarket liar di Jakarta yang terus menjamur meskipun sudah
dilakukan penghentian pemberian izin sementara atau moratorium
minimarket. Pemerintah pun tidak mengetahui secara spesifik berapa banyak
6 Peraturan Presiden RI.112, Penataan dan Pembinaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern, 2007. Diakses dari
http://www.bphn.go.id/data/documents/07pr112.pdf, pada tanggal 16 Maret 2018 7 Lenny Tristia Tambun, Berita Satu, DKI Masih Berlakukan Moratorium “Minimarket”,
3 September 2015, diakses dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/304075-dki-masih-
berlakukan-moratorium-mini-market.html, pada tanggal 14 maret 2018.
7
minimarket yang didirikan secara ilegal di wilayah Jakarta.8 Menjamurnya
toko modern di Jakarta bukan tanpa alasan hal ini karena adanya antusiasme
para konsumen beralih berbelanja di minimarket yang disebabkan tertarik oleh
potongan harga yang diberikan. Selain itu, minimarket pun memberikan
pelayanan yang cukup baik dibandingkan dengan toko kelontong. Hal inilah
yang dapat memberikan kecendrungan konsumen beralih dari berbelanja di
toko tradisional menjadi ke minimarket.
Perkembangan bisnis ritel modern yang pesat adalah fenomena yang
wajar jika dikaitkan dengan perkembangan zaman serta meningkatnya jumlah
kelas menengah di tanah air. Pertumbuhan bisnis ritel modern memang
menguntungkan bagi negara dalam bentuk pemasukan pajak bagi pemerintah
pusat dan daerah, menambah lapangan pekerjaan, meningkatkan investasi
asing dan luar negeri. Namun, kemajuan bisnis ini juga harus tetap diawasi
oleh pemerintah agar keberadaannya tidak sampai mematikan usaha kecil.9
Selain dari peran pemerintah dibutuhkan pula strategi dari pemilik usaha toko
kelontong untuk menarik minat pembeli untuk membeli di tokonya tersebut.
Keberadaan minimarket ini memberikan dampak positif dan negatif
terhadap toko kelontong di sekitarnya. Dapat dikatakan dampak negatif yang
diberikan adalah timbulnya pengurangan pendapatan pada penghasilan toko
kelontong, sedangkan dampak positifnya dapat dirasakan oleh masyarakat
pada produk yang dijual di minimarket merupakan produk yang dijual secara
ecer yang berupa barang konsumsi terutama produk makanan dan produk
rumah tangga lainnya yang dijual secara lengkap dibandingkan dengan yang
dijual oleh toko kelontong. Oleh sebab itu disini penulis tertarik untuk
mengkaji dampak sosial ekonomi berdirinya minimarket terhadap toko
kelontong disekitarnya, yang berlokasi di Jl.Warakas Raya Kelurahan
Warakas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
8 Miftahul Khoer, Jakarta Raya, Menjamur, Minimarket Liar di Jakarta, 05 Juni 2017,
diakses dari http://jakarta.bisnis.com/read/20170605/384/659350/menjamur-minimarket-liar-di-
jakarta-, pada tanggal 14 Maret 2018 9 R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op.Cit., h.5
8
Pemilihan wilayah tersebut dikarenakan di sepanjang wilayah tersebut
banyak berbaris toko kelontong serta minimarket franchise. Oleh sebab itu
dari latar belakang di atas penulis ingin meneliti lebih jauh dan membahasnya
dalam skripsi yang berjudul “Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket
Terhadap Toko Kelontong Tradisional (Analisis Deskripstif Toko Kelontong
Tradisional Di Jalan Warakas Raya Jakarta Utara)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Tingginya tingkat pertumbuhan ritel modern membuat usaha toko
kelontong tradisional mengeluh.
2. Lemahnya kebijakan pemerintah dalam menangani maraknya
pertumbuhan minimarket yang cukup pesat.
3. Timbulnya kecemburuan sosial terhadap toko kelontong.
4. Tingkat kesejahteraan berkurang bagi usaha kecil.
5. Masyarakat lebih banyak memilih berbelanja di minimarket daripada ke
toko kelontong tradisional, sehingga keberaradaan toko kelontong
tradisional menjadi tertekan.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, maka penulis
berupaya membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar
sehingga penelitian itu lebih bisa fokus untuk dilakukan dan masalah hanya
dibatasi pada tingginya tingkat pertumbuhan ritel modern membuat usaha toko
kelontong tradisional mengeluh dan lemahnya kebijakan pemerintah dalam
menangani maraknya pertumbuhan minimarket yang cukup pesat secara
khusus peneliti memfokuskan pada Kelurahan Warakas yang berada di
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dan
pembatasan masalah, maka permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak sosial dari berdirinya minimarket terhadap toko
kelontong tradisional?
2. Bagaimana dampak ekonomi dari berdirinya minimarket terhadap toko
kelontong tradisional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui dampak sosial akibat menjamurnya kehadiran
minimarket terhadap toko kelontong tradisional.
2. Untuk mengetahui dampak ekonomi akibat menjamurnya kehadiran
minimarket terhadap toko kelontong tradisional.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya hasanah
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan
isu-isu di dalam problematika masyarakat. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran
fkepada akademisi maupun jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang toko kelontong tradisional.
b. Menjadi acuan untuk bahan penelitian yang berkaitan dengan dampak
sosial ekonomi berdirinya minimarket terhadap toko kelontong
tradisional, selain itu pula dapat menjadi bahan rekomendasi dalam
pembuatan kebijakan pemerintah dalam hal ini.
10
2. Secara Praktis
a. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk memberikan
referensi atau informasi yang berhubungan dengan Sosial Ekonomi
dalam hal ini kaitannya dengan dampak persaingan usaha antara
pemilik usaha ritel modern (minimarket) dengan pemilik usaha kecil
(toko kelontong tradisional).
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan
evaluasi oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta maupun instansi terkait
dalam menangani dampak sosial ekonomi menjamurnya minimarket
terhadap toko kelontong sehingga mampu menentukan kebijakan yang
mampu meminimalisir dampak negatif yang dapat merugikan.
c. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
mencari informasi dan menambah wawasan tentang dampak
persaingan usaha.
d. Bagi Pedagang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau gambaran
bagi para pedagang khususnya pedagang toko kelontong tradisional
untuk melakukan perbaikan-perbaikan seperti perbaikan dalam
pengelolaan toko, penataan tampat atau lahan berjualan, kualitas
produk, kemasan produk, inovasi pelayanan terhadap kosumen, dan
lainnya guna menghadapi persaingan terhadap pasar-pasar modern
(minimarket) yang ada disekitar.
11
e. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
persaingan usaha antara minimarket dengan toko kelontong tradisional
dan memberikan pengalaman peneliti untuk terjun ke masyarakat guna
melakukan penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya.
12
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
Pada penelitian yang berjudul Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya
Minimarket terhadap Toko Kelontong Tradisional sebelum penelitian
dilakukan di daerah Warakas Raya, Jakarta Utara berikut beberapa teori yang
akan menjadi dasar dalam penelitian ini. Hal tersebut akan di bahas pada
kajian teori ini, diantaranya:
1. Dampak Sosial Ekonomi
Berikut ini adalah beberapa teori pendukung yang akan membahas
permasalahan dampak sosial ekonomi akibat menjamurnya pembangunan
minimarket sehingga berdampak bagi pelaku usaha toko kelontong
tradisional.
a. Pengertian Dampak
Dampak merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh sesuatu
dan mempengaruhi keadaan seseorang atau kelompok.9 Jadi, dalam hal
ini dampak memiliki posisi yang bertujuan untuk melihat pengaruh
apakah campur tangan suatu lembaga yang mengatur kegiatan hukum
menghasilkan efek yang diharapkan atau tidak. Efek yang dihasilkan ini
yang nantinya akan menimbulkan perubahan dalam kehidupan
masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat tentu
berpengaruh dalam berbagai hal yang diantaranya adalah sosial dan
ekonomi.
9 Ok Laksamena, Dampak Keberadaan Indomaret terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Journal of
Economic Education, h.5.
13
b. Pengertian Sosial
Sosial merupakan suatu ilmu yang mengambil masyarakat atau
kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya.11
Dalam hal ini
dapat dikatakan sosial mengandung arti kegiatan yang berhubungan
dengan masyarakat.
Sedangkan pada pandangan lain arti sosial memiliki pengertian
yang berbeda yang diantaranya sebab dalam hal ini lebih menekankan
pada proses perubahan sosial sehingga kata social tidak sama dengan
sociental, meskipun keduanya berasal dari akar kata socius. Social
berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam
kehidupan bersama.12
Jadi, secara garis besar pengertian sosial adalah segala sesuatu
yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang
akhirnya menjadi suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Jika kita melihat pengertian dari arti sosial maka dampak
sosial pun timbul akibat dari lahir, tumbuh, serta sesuatu yang
berkembang dalam masyarakat yang menciptakan suatu perubahan.
Berdasarkan pendapat dari Armour perubahan itu memiliki beberapa
aspek diantarnya:
a. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia
dan masyarakat hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan
yang lain. Cara hidup ini disebut sebagai aktifitas keseharian.
b. Budaya termasuk di dalamnya sistem nilai, norma, dan kepercayaan.
c. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas
masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai
fasilitas publik oleh masyarakat bersangkutan.13
11
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Depok : PT. Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 11. 12
A. Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h.15 13
Juanda Yusuf Al Hudan, Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket Terhadap Toko
Kelontong Disekitarnya, FISIP Universitas Negeri Semarang:2016, h.24-25.
14
Sedangkan ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan
masyarakat adalah ilmu Sosiologi. Sosiologi jelas merupakan ilmu
sosial yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat menjadi objek
ilmu-ilmu sosial dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari segi
ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
d. Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah suatu hal yang bersangkutan dengan sistem
produksi, distribusi, dan pengunaan barang-barang dan jasa-jasa
(konsumsi).14
Hal-hal yang bersangkutan dengan sistem ekonomi ini
adalah permasalahan yang dikaji dalam ilmu-ilmu sosial pada
kehidupan masyarakat.
Berikut adalah pendapat para ahli mengenai pengertian
ekonomi, yaitu
1) Albert L Mayers dalam bukunya Grondslagen van de modern
economic mengemukakan bahwa “Ekonomi adalah ilmu
pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuas
kebutuhan manusia.”
2) Adam Smith, mendefinisikan ekonomi sebagai ilmu yang
menyelidiki tentang sifat-sifat dan sebab musabab kemakmuran.
3) J.L. Mey Jr. dalam bukunya Leerboek der bedrijfs economic
mendefinsikan ekonomi sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha manusia kearah kemakmuran.15
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
ekonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
mememuhi kebutuhannya dan dalam memenuhi kebutuhan tersebut
manusia harus memiliki usaha agar mereka dapat memenuhi
14
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Op. Cit, h.14. 15
Lukman dan Indoyama Nasrudin, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2007), Cet.ke-1, h.1.
15
kebutuhannya dalam kata lain manusia diharuskan hidup makmur agar
semua kebutuhannya dapat terpenuhi.
Secara sekilas sosial dan ekonomi merupakan dua hal cabang ilmu
yang berbeda, namun jika ditelaah secara seksama di antara keduanya
memiliki kaitan yang erat. Salah satunya adalah jika kebutuhan ekonomi
tidak dapat terpenuhi oleh masyarakat maka akan timbul dampak sosial
yang terjadi dalam masyarakat dan sebaliknya kondisi sosial masyarakat
akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini dapat
dikatakan bahwa permasalahan dampak sosial ekonomi ini kaitannya dapat
memberikan efek terhadap kondisi sosial ekonomi dalam suatu
masyarakat.
Menurut Sumardi kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan
yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu
dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh pembawa status.16
Kondisi
sosial ekonomi dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu :
1) Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang yang
diterima atau dihasilkan.
2) Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam
bentuk formal yang dikenal sebagai pelajaran.
3) Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
4) Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari hukum
pertukaran barang dan jasa.17
Dapat terlihat bahwa salah satu indikator terjadinya perbedaan
kondisi sosial ekonomi antara masyarakat salah satunya adalah tingkat
16
Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal
Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, 2010, h. 60-62 17
OK. Laksemana Lufti, Loc, Cit.
16
penghasilan. Hal ini sungguh dapat dilihat pada negara Indonesia dewasa
ini, yaitu semakin maraknya pembangunan bisnis baik dalam usaha besar
maupun usaha kecil. Hal itu merupakan bentuk usaha masyarakat dalam
merubah kondisi sosial ekonomi akibat dari adanya kemajuan pada sektor
industri.
Adanya keinginan dalam diri manusia ini untuk memperbaiki taraf
hidupnya untuk meningkatkan penghasilan serta di dukung dengan adanya
kemajuan pada sektor indutri, maka terjadilah perubahan sosial di dalam
masyarakat itu sendiri. Macionis berpendapat bahwa perubahan sosial
adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan
dalam perilaku pada waktu tertentu.18
Adanya kemajuan mendorong sebuah perubahan. Perubahan
tersebut dapat dilihat dari pergeseran masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern. Dalam hal ini adalah adanya perubahan perilaku
masyarakat yang cenderung lebih konsumtif dan modern. Pada dewasa ini
di negara Indonesia, masyarakat lebih suka berbelanja pada toko yang
mengusung konsep modern dibandingkan dengan toko-toko tradisional.
Perubahan sosial ekonomi dimana ada suatu usaha masyarakat
untuk memajukan ekonomi tradisional menjadi modern. Sehingga
menciptakan perubahan pada pola-pola kehidupan masyarakat sehari-hari
dari berbelanja kebutuhan di pasar tradisional berubah menjadi berbelanja
di minimarket maupun supermarket.
Inti perubahan sosial adalah faktor dinamika manusianya yang
kreatif. Anggota masyarakat harus bersikap terbuka, bahkan ia secara
kreatif menciptakan kondisi perubahan, terutama di bidang ekonomi dan
pola kehidupan sehari-hari.19
Secara umum, perubahan sosial yang dialami
manusia disebut era modernisasi, karena adanya perubahan tersebut
18
Syahrial Syarbaini dan Fatkhuri, Teori Sosiologi Suatu Pengantar, (Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia, 2016), h.193. 19
Syahrial Syarbaini dan Fatkhuri, Op.Cit, h.192.
17
mendorong masyarakat memasuki kehidupan yang dapat dikatakan lebih
maju dari kehidupan sebelumnya.
Dalam hal ini, fenomenologi menjamurnya minimarket pun akibat
adanya sebuah perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
guna menjawab kemajuan zaman modernisasi dalam bidang ekonomi.
Seperti pada pembahasan sebelumnya. Perubahan sosial lahir akibat
adanya dampak yang ditimbulkan dari suatu efek lalu merubah suatu
tatanan yang terdapat dalam masyarakat perubahan ini dapat mengarah
pada hal yang positif maupun negatif.
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat juga menimbulkan
dampak secara ekonomi. Dampak ekonomi adalah dampak yang
ditimbulkan akibat adanya pembangunan yang didasari adanya kemajuan
zaman saat ini sehingga pembangunan dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan yang lebih modern. Namun adanya pembangunan ini
menimbulkan dampak terutama dampak ekonomi. Dijelaskan oleh Stynes
dampak ekonomi dikelompokkan dalam tiga indikator, yaitu
1) direct effect meliputi penjualan, kesempatan kerja, pendapatan pajak, dan
tingkat pendapatan,
2) indirect effect, meliputi perubahan tingkat harga, perubahan mutu dan
jumlah barang dan jasa, perubahan dalam penyediaan properti dan variasi
pajak, serta perubahan sosial dan lingkungan,
3) (induced effects, yaitu pengeluaran rumah tangga, dan peningkatan
pendapatan.
Selain itu dampak ekonomi juga dijelaskan oleh Cohen terdiri dari,
1) dampak terhadap pendapatan, maksud dari dampak terhadap pendapatan
adalah untuk melihat perolehan hasil yang di dapat dari hasil kegiatan
berdagang sebelum adanya minimarket hingga sudah berdirinya
minimarket,
18
2) dampak terhadap aktivitas ekonomi, terjadinya perubahan-perubahan
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi diantaranya
produsen, distributor, serta konsumen,
3) dampak terhadap pengeluaran, untuk besarnya biaya yang dikeluarkan dari
adanya perubahan dari akibat yang ditimbulkan oleh maraknya
pembangunan minimarket.20
Dalam hal ini jelas di setiap terjadinya perubahan di dalam
masyarakat memicu terjadinya dampak. Dampak yang ditimbulkan dalam
masalah penelitian ini adalah menjamurnya minimarket di sekitar
lingkungan masyarakat dan lebih memfokuskan pada dampak sosial dan
ekonomi yang ditimbulkan dan akan berimbas kepada pemilik toko
kelontong tradisional.
2. Minimarket
Berikut ini adalah beberapa teori pendukung mengenai
pembahasan seputar pembangunan minimarket.
1. Pengertian Minimarket
Akhir-akhir ini perkembangan usaha dalam bidang franchising
mengalami peningkatan, usaha ini dipelopori oleh pengusaha-
pengusaha Amerika yang memberikan hak kepada partnernya
misalnya di Indonesia untuk menjual atau mendistribusikan produk-
produk di pasaran Indonesia. Menurut Robert T. Justis, franchising
merupakan sebuah peluang bisnis di mana pemilik, produsen atau
distributor sebagai franchisor dari barang dan jasa atau merk tertentu
memberi hak kepada individu atau franchising untuk menjadi agen
lokal dari barang dan jasa dan sebagai imbalannya menerima
pembayaran atau royalti yang telah ditetapkan.21
20
Isna Fitria Agutina dan Ricka Octaviani, Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Kebijakan
Pengembangan Kawasan Mix Use di Kecamatan Jabon, Electronic Jornal, Vol.4, No.2, September
2016, h.155.
21 Buchari Alma, Kewirausahaan: untuk Mahasiswa dan Umum, (Bandung: ALFABETA,
2006), h.143.
19
Keuntungan franchising, diantaranya:
1) Produk yang ditawarkan tekah memasuki pasaran yang luas dan
diterima oleh umum.
2) Franchising tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk
memperkenalkan kredibilitas perusahaan induknya.
3) Pengetahuan tentang pasar. Karena pengetahuan tentang pasar
sudah begitu tinggi maka dengan mudah dilakukan perencanaan
secara detail untuk menghadapi pasar lokal. Hal ini sangat penting
karena pasar lokal ada kesamaan dan juga ada perbedaan. Masalah
persaingan, media promosi, selera masyarakat perlu diperhatikan.
Untuk mengatasi hal ini maka franchisor dapat memberikan
nasihat dan bantuan untuk memecahkan segala masalah yang
dijumpai.22
Minimarket merupakan bentuk franchising atau waralaba
adalah toko modern berukuran lebih kecil dari supermarket yang
menjual berbagai barang (makanan, minumanan, perlengkapan sehari-
hari) namun tidak selengkap dan sebesar supermarket. Minimarket
mempunyai luas lantai penjualan di bawah 400 m2. Berbeda dengan
toko kelontong, minimarket menerapkan sistem pelayanan mandiri, di
mana pembeli dapat mengambil sendiri barang dari rak-rak dagangan
dan membayarnya dikasir. Contoh minimarket berbentuk jaringan
waralaba franchise misalnya Indomaret, Alfamart, Alfamidi, Star
Mart, Circle K, dan lain-lain.23
2. Kebijakan Pemerintah mengenai Minimarket
Kebijakan atau policy berkaitan dengan perencanaan,
pengambilan dan perumusan keputusan, pelaksanaan keputusan, dan
22
Buchari Alma, Op, Cit, h. 144. 23
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Sukses Bisnis Ritel Modern, (Jakarta: KOMPAS
GRAMEDIA, 2012), h.31.
20
evaluasi terhadap dampak dari pelaksanaan keputusan tersebut
terhadap orang banyak yang menjadi sasaran kebijakan (kelompok
target).24
Adapun menurut Perserikatan Bangsa-bangsa, kebijaksanaan
itu diartikan sebagai pedoman untuk bertindak.25
Berikut adalah
beberapa kebijakan dalam mendirikan minimarket:
1) Pendirian Minimarket
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendirikan
ritel modern:
a) Lokasi pendirian
b) Iklim usaha yang sehat
c) Aksesibilitas wilayah
d) Dukungan/ketersedian infrastruktur
e) Perkambangan pemukiman baru.26
Selain itu, penyelenggara usaha mini swalayan
(Minimarket) di Provinsi DKI Jakarta juga harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a) Komoditi/barang dagangan yang dijual merupakan barang-
barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari diutamakan produk
makanan/minuman dalam kemasan yang siap saji;
b) Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara
pelayanannya dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan
menggunakan keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta
dorong yang telah disediakan);
c) Harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh
lebih rendah dengan yang ada di warung dan toko di
sekitarnya;
24
Amri Marzali, Antropologi dan Kebijakan Publik, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012),
h.19. 25
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h.2 26
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op. Cit, h.13
21
d) Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara
jelas dan pasto pada kemasan barang pada suatu tenpat tertentu
yang mudah terlihat konsumen.
e) Luas lantai usahanya paling besar (maksimal) 200 m2.27
2) Syarat Mendapatkan Izin Usaha Toko Modern
Pelaku usaha yang ingin mendirikan pasar tradisional atau
pasar modern (pusat perbelanjaan dan toko modern) harus
mengurus izin usaha ke pemerintah daerah. Tata cara perizinan
usaha ritel di Indonesia saat ini diatur dalam Peraturan Presiden RI
Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Izin usaha ritel
juga diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53/M-
DAG/PER/12/2008 tentang pedoman Penataan dan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Pengusaha yang akan menjalankan usaha toko modern wajib
memiliki surat izin usaha toko modern.28
Persyaratan Izin Usaha Toko Modern (IUTM) toko modern
yang berdiri sendiri melampirkan dokumen:
a) Fotokopi surat izin prinsip dari Bupati/Wali Kota atau
Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta;
b) Hasil analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat; serta
rekomendasi dari instansi yang berwenang;
c) Fotokopi Surat Izin Lokasi dari Badan Pertahanan Nasional
(BPN)
d) Fotokopi Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO)
e) Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
f) Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan dan pengesahannya;
27
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op. Cit h.87. 28
Ibid., h.79.
22
g) Rencana kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha Kecil;
h) Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi
ketentuan yang berlaku.
Sedangkan persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha Toko
Modern (IUTM) bagi toko modern yang terintegrasi dengan pusat
perbelanjaan atau bangunan lain meliputi:
a) Hasil analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat
b) Fotokopi akte pendirian perusahaan dan pengesahannya;
c) Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi
ketentuan yang berlaku;
d) Rencana kemitraan dengan usaha mikro atau usaha kecil untuk
pusat perbelanjaan atau toko modern.29
Pasar modern di wilayah Provinsi DKI Jakarta diatur dalam
Peraturan daerah (PERDA) DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2002
tentang Perpasaran Swasta di Provinsi DKI Jakarta. Selain itu,
pasar modern di DKI Jakarta juga diatur dalam 2 keputusan
Gubernur yaitu:
a) Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 44 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Perpasaran Swasta di DKI
Jakarta;
b) Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 29 Tahun 2004
tentang Tata Cara Permohonan Izin Penyelenggaraan Usaha
Perpasaran Swasta di Provinsi DKI Jakarta.30
Adanya dampak yang ditimbulkan dari berdirinya minimarket
terhadap toko kelontong dirasa dibutuhkan suatu analisis terhadap
kebijakan yang telah dibuat pemerintah agar nantinya baik usaha
mikro dan makro memiliki pemerataan dalam mencari pendapatan
dalam memenuhi kesejahteraan usahanya. Namun, dalam hal
kebijakan pemerintah terhadap toko kelentong tradisional dirasa
29
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op. Cit h.81-82. 30
Ibid., h.85
23
kurang karena tidak ada peraturan yang membahas mengenai
perlindungan bagi usaha toko kelontong tradisional dalam bersaing
dengan toko ritel modern (minimarket).
Pada fakta dalam Putusan dan data ekonomi dari saran yang
dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
menunjukkan bahwa dalam industri ritel terdapat:
a) kondisi perilaku persaingan usaha tidak sehat,
b) ketidakseimbangan retail-pemasok dan,
c) terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan (tradisional).31
Hukum positif memang telah mengatur permasalahan ini yaitu
Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional (Perpres) dan Peraturan Menteri
Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
(Permendag) namun dalam analisis KPPU sebagaimana juga dalam
terdapat Putusan akuisisi No. 09/KPPU-L/2009, kedua hukum positif
ini sulit efektif karena :
a) Tidak memiliki sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku
usaha yang melanggar kedua peraturan itu;
b) Tidak merumuskan siapa penegak hukum bagi pelanggar dua
peraturan itu;
c) Memberi ruang penetapan jenis dan besaran trading terms yang
bersifat sepihak pada retail modern.32
3. Kelontong Tradisional
Toko kelontong tergolong dalam kategori usaha kecil. Usaha kecil
dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas usaha kecil menengah (UKM)
31
A. Junaidi, Memahami Urgensi UU, Retail,
http://www.kppu.go.id/id/blog/2013/02/memahami-urgensi-uu-retail/, diakses pada 14 Desember
2017. 32
Ibid.,
24
maupun industri kecil (IK). Menurut Badan Pusat Statistik, UKM adalah
perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5-19 orang.33 Sebagaimana
yang dikatakan Hubeis usaha kecil dalam arti umum di Indonesia, terdiri
atas usaha kecil menengah (UKM) maupun industri kecil (IK) telah
menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional, yaitu
mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan
lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat.34
Toko kelontong atau yang biasa disebut dengan warung penyedia
kebutuhan sehari-hari merupakan usaha mikro yang kepemilikannya
dimiliki oleh pribadi dan melakukan penjualan barang yang bersifat
melayani pelanggan atau konsumen datang untuk membeli barang tidak
dengan mandiri, yaitu dengan dilayani langsung oleh pelayan toko
kelontong tersebut, dan pada umumnya pada toko kelontong yang skala
kecil pelayan toko merangkap sebagai kasir juga. Jadi, toko kelontong
dapat dikatakan sebagai usaha mikro disesuaikan dengan pengertian
menurut UU No. 20 Tahun 2008, usaha mikro adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang.35
Minimarket dan toko kelontong tradisional merupakan pelaku
kegiatan ekonomi, yaitu pada kegiatan distribusi. Distribusi berdasarkan
Kamus Inggris Indonesia John M, Echols dan Hasan Shadilly, bermakna
membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan
33
Multazam, Analisis Peran Usaha Kecil Menengah (Ukm) terhadap Peningkatan Ekonomi
Keluarga Karyawan (Studi Di Cv. Citra Sari Kota Makassar), Skripsi, Jurusan Ekonomi Islam,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Alauddin Makassar, 2016, h.12. 34
Siti Rahmatia, Analisis Nilai Tambah Produk Kerupuk Udang Pada Industri Rumahan Di
Desa Muara Pantuan Kabupaten Kutai Kartanegara, eJournal Administrasi Bisnis, 2018, h.269. 35
Undang-undang No.20 Tahun 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
25
mengageni. Bagi sosiolog, distribusi dapat dimengerti sebagai suatu
perangkat hubungan sosial yang melaluinya orang mengalokasikan barang
dan jasa yang dihasilkan. Distribusi juga suatu proses alokasi dari produksi
barang dan jasa sampai ke tangan konsumen atau proses konsumsi.
Fokus kajian sosiologi tentang distribusi merupakan fenomena-
fenomena yang terjadi dalam proses antara proses produksi dan proses
konsumsi. Hal tersebut meliputi:
a) Redistribusi
b) Resiprositas
c) Pertukaran
d) Pasar (aktor, mekanismen ruang dan waktu)
e) Transportasi
f) Perdagangan
g) Kewirausahaan
h) Uang
i) Pemberian
j) Perusahaan
k) Ritel
l) Distributor36
Jika dihubungkan dengan penelitian ini dari fenomena distribusi
tersebut, terdapat kata kunci yaitu ritel. Sudah dijelaskan bahwa dalam
fenomena distribusi, ritel menjadi hal penting dalam proses penyaluran
barang kepada konsumen. Indutsri ritel merupakan salah satu industri yang
strategis di Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) dengan membuat perkiraan perumbuhan bisnis ritel
modern di tanah air tahun 2012 mencapai 15%. Dengan begitu, Indonesia
36
Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: PRENADA MEDIA
GROUP, 2011), Ed.2, h.103.
26
berada di urutan ketiga setelah India dan China sebagai negara yang
memiliki pertumbuhan bisnis ritel terbaik di kawasan Asia.37
Adanya pelaku ekonomi distribusi disebabkan karena butuhnya
penyaluran barang maupun jasa untuk disampaikan ke tangan masyarakat
untuk di konsumsi. Salah seorang sosiolog yang yang merumuskan
pengertian konsumsi adalah Don Slater. Menurut Don Slater (1997),
konsumsi adalah bagaimana manusia dan aktor sosial dengan kebutuhan
yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu yang dapat memuaskan
mereka. Adapun fokus kajian sosiologi tentang konsumsi merupakan
fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses kegiatan konsumsi, sebagai
berikut.
a) Masyarakat Konsumsi
b) Budaya dan Konsumsi
c) Perilaku Konsumen
d) Waktu Luang
e) Gaya Hidup
f) Fashion
g) Pariwara
h) Belanja: Sandang, Pangan, Papan, Minuman dan Rumah
i) Turisme
j) Ideolologi Konsumsi (Liberal, Kapitalis, Komunis, Islam)
k) Politik Konsumsi
l) Konsumsi dan Mobilitas Sosial
m) Konsumsi dan Perubahan Sosial38
Jika dilihat dari ilmu sosiologi, hubungan budaya dan konsumsi
memiliki kesinambungan didukung dengan adanya pendapat dari Don
Slater (1997) yang menyatakan bahwa konsumsi selalu dan di manapun
37
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op. Cit, h.1 38
Damsar dan Indrayanti, Op. Cit, h.125
27
dipandang sebagai suatu proses budaya.39
Dari adanya kegiatan konsumsi
ini lahirlah beberapa kebudayaan yang di antaranya adalah budaya
konsumen.
Slater mengidentifikasikan beberapa karakteristik yang dimiliki
oleh budaya konsumen, yaitu antara lain:
a) Budaya konsumen merupakan suatu budaya dari konsumsi
b) Budaya konsumen sebagai budaya dari masyarakat pasar
c) Budaya konsumen adalah, secara prinsip, universal dan impersonal
d) Budaya konsumen merupakan media bagi hak istimewa dari identitas
dan status dalam masyarakat pascatradisonal.
e) Budaya konsumen merepresentasikan pentingnya budaya dalam
pengunaan kekuataan modern
f) Kebutuhan konsumen secara prinsip tidak terbatas dan tidak
terpuaskan.40
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Permatasari mahasiswi jurusan
pendidikan ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Persepsi tentang Minimarket terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tanggerang
Selatan Provinsi Banten”.41
Dalam penelitian ini masalah yang menjadi topik pembahasan
adalah mencari pengaruh persepsi pedagang di pasar tradisional mengenai
pembangunan minimarket yang berimbas terhadap kondisi sosial ekonomi
pedagang di pasar tradisional Ciputat. Untuk mendukung pengolahan data
39
Damsar dan Indrayanti, Op. Cit, h.126 40
Ibid., h.134-138. 41
Wulan Permatasari, Pengaruh Persepsi tentang Minimarket terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tanggerang Selatan Provinsi Banten,
Skripsi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.
28
penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan
menggunakan metode survey yang digunakan untuk mendapatkan data
dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan
mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Total
sampel pada penelitian ini adalah para pedagang yang berada di pasar
tradisional Ciputat, yang dipilih secara acak dengan jumlah (kuota)
sebanyak 30 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi
tentang minimarket berpengaruh signifikan terhadap kondisi sosial
ekonomi pedagang di pasar tradisional Ciputat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Juanda Yusuf Al Hudan mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret dalam
skripsinya yang berjudul “Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya
Minimarket terhadap Toko Kelontong Disekitarnya”42
Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada pencarian dampak
sosial ekonomi yang ditimbulkan dari maraknya pembangunan minimarket
di kota Surakarta Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Dengan menggunakan metode wawancara secara purposional, dan
penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberadaan minimarket memberikan
dampak positif maupun negatif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ani Nur Fadhilah mahasiswi Fakultas
Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Wali Songo dalam skripsinya yang
berjudul “Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi
Kasus di Ngaliyan)”.43
42
Juanda Yusuf Al Hudan, Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket terhadap
Toko Kelontong Disekitarnya, Skripsi, FISIP Universitas Negeri Semarang: 2016. 43
Ani Nur Fadhilah, Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus di
Ngaliyan), Skripsi, Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Wali Songo, Semarang, 2011.
29
Dalam penelitian ini peneliti berfokus mencari dampak minimarket
terhadap keberadaan pasar tradisional di Ngaliyan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode
survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,
wawancara terstruktur dan sebagainya. Sampel pada penelitian ini adalah
para pedagang yang berada di pasar tradisional Ngaliyan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keberadaan minimarket memberikan dampak negatif
sehingga harus ada strategi bagi para pedagang tradisonal untuk
meningkatkan konsumen.
4. Penelitian yang dilakukan oleh R. Masruroh dalam jurnalnya yang berjudul
“The Impact of Modern Retail Minimarket towards the Continuity of
Tradisional Retail Businesses”.44
Dalam penelitian ini peneliti berfokus mencari dampak
pembangunan ritel modern (minimarket) terhadap usaha bisnis ritel
tradisional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Dengan mengambil sampel dari beberapa toko tradisional yang berjarak
100 hingga 500 meter dari minimarket. Dalam pengumpulan data,
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan
sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan minimarket
memberikan dampak negatif.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dalam tesisnya yang berjudul
“Analisis Dampak Keberadaan Minimarket Indomaret dan Alfamart
terhadap UKM dalam kaitannya dengan Peraturan Presiden Nomor
44
R. Masruroh, The Impact of Modern Retail Modern Minimarket towards the Continuity
of Tradisional Retail Businesses, Electronic Journal of Science and Engineering, 2017, IOP Conf.
Mater. Sci. Eng. 180 012005.
30
112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern”45
Dalam penelitian ini peneliti membahas analisis dampak
keberadaan minimarket Indomaret dan Alfamart terhadap UKM dalam
kaitannya dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang
penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern (Studi di Kota Pontianak). Metode pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif-Sosiologis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Peraturan Perundangan yang mengatur
zonasi pasar tradisional dan pasar modern di Kota Pontianak, semuanya
belum mendasarkan pada Perpres No. 112 Tahun 2007.
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
No. Penulis Judul Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Wulan
Permatasari
Pengaruh Persepsi
tentang Minimarket
terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi
Pedagang di Pasar
Tradisional Ciputat
Kota Tanggerang
Selatan Provinsi
Banten
Dari penelitian ini
memiliki kesamaan
dengan penelitian saya
dalam aspek yang
akan diteliti yaitu
melihat kondisi sosial
ekonomi pedagang
akibat berdirinya
minimarket.
Perbedaan penelitian
ini terdapat dalam
objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini
yang menjadi objek
penelitian adalah
pedagang di pasar
tradisional,
sedangkan penelitian
yang akan saya
lakukan objek
penelitiannya
adalah pemilik toko
45
Saraswati, Analisis Dampak Keberadaan Minimarket Indomaret dan Alfamart
terhadap UKM dalam kaitannya dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Moder, Tesis.
31
kelontong di sekitar
rumah masyarakat
yang jaraknya
berdekatan dengan
minimarket.
2. Juanda
Yusuf Al
Hudan
Dampak Sosial
Ekonomi Berdirinya
Minimarket terhadap
Toko Kelontong
Disekitarnya
Dari penelitian ini
memiliki kesamaan
dengan penelitian saya
delam mencari
dampak sosial dan
ekonomi berdirinya
minimarket terhadap
toko kelontong
tradisional.
Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian
saya adalah
perbedaan tempat
penelitian.
3. Ani Nur
Fadhilah
Dampak Minimarket
terhadap Pasar
Tradisional (Studi
Kasus di Ngaliyan)
Dari penelitian ini
memiliki kesamaan
dengan penelitian saya
dalam mencari
dampak berdirinya
minimarket terhadap
toko kelontong.
Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian
saya adalah dalam
melihat sudut
pandang yang
ditimbulkan dari
dampak tersebut,
karena penelitian ini
lebih menekankan
dampak ekonomi
dan tidak mengkaji
dampak sosial yang
32
ditimbulkan dari
keberadaan
minimarket tersebut
terhadap pedagang
toko kelontong
traidisional.
4. R.
Masruroh
The Impact of
Modern Retail
Minimarket towards
the Continuity of
Traditional Retail
Businesses
Dari penelitian ini
memiliki kesamaan
dengan penelitian saya
dalam mencari
dampak berdirinya
minimarket terhadap
toko kelontong.
Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian
saya adalah dalam
mencari dampak
yang ditimbulkan,
pada penelitian
berfokus pada
dampak ekonomi
yaitu dalam hal
omset serta
bagaimana cara
pemilik toko
tradisional mencari
solusi agar toko
tradisionalnya dapat
bersaing, sedangkan
pada penelitian saya
mencari dampak dari
dua sudut pandang
yaitu dalam
pandangan dampak
sosial dan ekonomi
bagi si pemilik toko
tradisional.
33
5. Saraswati Analisis Dampak
Keberadaan
Minimarket
Indomaret dan
Alfamart terhadap
UKM dalam
kaitannya dengan
Peraturan Presiden
Nomor 112 Tahun
2007 Tentang
Penataan dan
Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan
Toko Modern
Dari penelitian ini
memiliki kesamaan
dengan penelitian saya
dalam aspek dampak
yang dimpulkan dari
adanya pembangunan
minimarket.
Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian
saya terdapat pada
aspek yang dikaji,
yaitu dalam
penelitian ini
memfokuskan pada
implementasi hukum
penataan dan
pembinaan pasar
tradisional, pusat
perbelanjaan dan
toko modern,
sedangkan penelitian
saya lebih berfokus
pada dampak sosial
ekonomi yang
ditimbulkan akibat
adanya
pembangunan
minimarket.
C. Kerangka Berpikir
Kebijakan pemerintah adalah aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
sebagai bentuk regulasi dalam hal ini berfokus untuk menjaga persaingan
usaha di Indonesia. Keberadaan minimarket ini sangat dikhawatirkan oleh
pelaku usaha kecil seperti toko kelontong karena bisa berdampak kepada
penghasilan mereka, untuk melindungi pelaku usaha kecil pemerintah
mengatur keberadaan toko modern dan pusat perbelanjaan dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia (Perpres) nomor 112 tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar
34
Modern. Perpres 112/2007 tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Perdagangan RI nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang
Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. Akan, tetapi PERDA tersebut belum sepenuhnya mengatur
perlindungan bagi pelaku usaha kecil (toko kelontong), karena PERDA
tersebut hanya mengatur jarak terhadap pasar tradisional bukan toko
kelontong, sehingga masih dijumpai beberapa minimarket yang bersebelahan
dengan toko kelontong. Keterbatasan ini disebabkan karena pemerintah tidak
mengetahui titik wilayah pendirian toko kelontong di Jakarta karena dalam
pendirian usaha toko kelontong ini pemilik tidak harus melaporkan pendirian
usahanya kepada pemerintah.
Jadi, terkait permasalahan tersebut penelitian ini berfokus pada
dampak yang ditimbulkan akibat berdirinya minimarket. Dalam mencari
dampak yang ditimbulkan peneliti memfokuskan pada dampak sosial dan
dampak ekonomi. Dalam melihat dampak sosial yang ditimbulkan peneliti
menggunakan konsep dari Armour yang digolongkan menjadi tiga bagian,
yaitu
1. Cara hidup, hal ini terkait dengan aktivitas keseharian masyarakat;
2. Budaya, terkait tentang sistem nilai, norma, dan kepercayaan;
3. Komunitas, meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas
masyarakat, estetika serta sarana dan prasarana.
Sedangkan, terkait masalah dampak ekonomi yang ditimbulkan
peneliti menggunakan konsep dari Cohen yang digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu
1. Dampak terhadap pendapatan, yaitu penghasilan yang diperoleh;
2. Dampak terhadap aktivitas ekonomi, terjadinya perubahan aktivitas
ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi (produsen, distributor,
serta konsumen);
3. Dampak terhadap pengeluaran, yaitu besarnya biaya yang dikeluarkan.
Jika digambarkan dengan bagan permasalahan tersebut dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut
35
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Kebijakan Pemerintah
Dampak
Sosial
(Amour)
Cara Hidup
Mengenai aktivitas kesehatian
Budaya
Sistem nilai, norma, dan kepercayaan
Komunitas
Struktur penduduk, kohesi, sarana dan
prasarana
Ekonomi
(Cohen)
Pendapatan
Penghasilan yang diperoleh
Aktivitas Ekonomi
Perubahan kegiatan ekonomi
Pengeluaran
Jumlah yang harus dibayarkan
Toko Kelontong Tradisional
Minimarket
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Jakarta Utara
Tanjung Priok yang bertempat di Jl.Warakas Raya. Pemilihan tempat ini
didasarkan karena pada lingkungan tersebut banyak menjamur minimarket
serta toko-toko kelontong. Menjamurnya persaingan ini dikarenakan
lingkungan tersebut merupakan jalan raya utama yang biasa dilewati oleh
masyarakat banyak.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan
Juni 2018 sampai dengan bulan Agustus 2018. Pemilihan waktu dalam
pelaksanaan penelitian ini memiliki rentang yang cukup lama kurang lebih
sekitar 2 bulan dikarenakan peneliti harus mengamati secara mendalam
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar serta melihat bagaimana
terjadinya persaingan usaha antara toko ritel modern (minimarket) dengan
toko kelontong tradisional. Pelaksanaan waktu penyusunan serta penelitian
ini dapat terlihat pada Tabel 3.1 berikut.
37
Tabel 3.1
Time Schedule
No. Kegiatan Desember
2017
Januari
2018
Febuari
2018
Maret
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal Bab I,
II, dan III.
2. Seminar Proposal
3. Menyusun Bab I,
II, III Skripsi
No. Kegiatan April 2018 Mei 2018 Juni 2018 Juli 2018
4. Revisi Bab I, II,
dan III
5. Membuat
Instrumen
Pengumpulan
Data
6. Penyusunan bab I
7. Penyusunan bab
II
No. Kegiatan Agustus
2018
September
2018
Oktober
2018
November
2018
8. Melakukan
38
Penelitian
9. Mengolah Data
10. Menyusun Bab
IV-V
11. Sidang
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif karena
masalah yang diajukan dalam penelitian ini menekankan pada proses dan
makna persepsi. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln penelitian
kualitatif merupakan suatu aktifitas yang menggunakan pengamatan di lokasi
tempat berbagai fakta, data, bukti atau hal lainnya yang berkaitan dengan riset.
Peneliti atau pengkaji kualitatif akan masuk secara langsung ke lapangan
untuk memunculkan representasi yang didapat dari catatan lapangan,
wawancara, pembicaraan, fotografi, rekaman, dan catatan pribadi.46
Mengingat topik yang penulis akan bahas adalah mengenai analisis
dampak keberadaan minimarket terhadap toko kelontong disekitarnya dengan
menggambarkan keadaan fakta yang ada pada objek penelitian sebagaimana
semestinya. Sehingga dalam penelitian ini, penulis lebih condong
menggunakan bentuk penelitian dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengarah
pada pengeksplorasian dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak
sampai mempersoalkan jalinan hubungan antarvariabel yang ada; tidak
dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabel-variabel
46
Setiawan Santan K, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2010), h.5.
39
anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial. Oleh sebab
itu, pada penelitian ini tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian
hipotesis.47
Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif
kualitatif guna mendapatkan informasi melalui pengamatan secara langsung
untuk menggambarkan permasalahan keberadaan minimarket terhadap toko
kelontong disekitarnya dari segi dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sampling didefinisikan sebagai
pemilihan sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga
dihasilkan sampel yang mewakili populasi tersebut.48
Dengan kata lain,
sampling adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi.49
Mengenai rancangan pengambilan sampel, pada dasarnya ada dua, yaitu
rancangan sampel nonprobabilitas atau probability sampling design dan
rancangan sampel nonprobabilitas atau nonprobability sampling design.50
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan sampel
nonprobabilitas. Teknik yang terdapat di dalam rancangan sampel
nonprobabilitas diantaranya adalah teknik pengambilan sampel purposif,
teknik pengambilan sampel aksidental, teknik pengambilan sampel quota.
Untuk mengkaji permasalahan dampak minimarket terhadap toko kelontong
tradisional penulis menggunakan rancangan sampel purposif. Penggunaan
sampel purposif ini disebabkan karena pengambilan sampel ditetapkan secara
sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria
tertentu.51
47
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2005), Cet.7-1, h.20. 48
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara,2006), Cet.1, h.122 49
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah),
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet.1, h.148. 50
Sanapiah Faisal, Op. Cit, h.58. 51
Ibid., h.67
40
Untuk melihat dampak yang dirasakan akibat adanya pembangunan
minimarket sehingga pada penelitian ini sampel yang dipilih yaitu:
1. Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) selaku pengamat
ekonomi dalam bidang pemerintahan.
2. Tiga pemilik toko kelontong tradisional yang memiliki toko di sekitar
Jalan Warakas Raya.
3. Tiga konsumen baik yang berbelanja di toko kelontong maupun
minimarket.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview),
angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan
Focus Group Discussion (FGD).52
Dari ke lima sumber data tersebut, teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa:
1. Wawancara
Menurut Koentjraningrat metode wawancara atau metode
interview, mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang, untuk
tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang itu. Wawancara dalam suatu penelitian
yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia
dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan
suatu pembantu utama dari metode observasi.53
Lebih lanjut menurut S.Margono, wawancara dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sebagai berikut.
52
Juliansyah Noor, Op. Cit, h.138 53
Koentjraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1980), h.129.
41
a. Wawancara Berstruktur
Dalam wawancara berstuktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang
diberikan kepada interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu.
b. Wawancara Tidak Berstuktur
Wawancara ini lebih bersifat informal.54
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara
berstruktur dikarenakan peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Untuk teknik wawancara peneliti
berencana mewawancarai beberapa narasumber yang memiliki keterkaitan
dengan masalah ini, yaitu:
Pertama, salah satu pegawai di Komisi Perlindungan Persaingan
Usaha di Jl. Ir. H. Juanda No.34, RT.7/RW.2, Kb. Klp., Gambir, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10120.
Kedua, 3 orang pemilik toko kelontong di sekitar Jl. Warakas
Raya. Dari beberapa responden tersebut diharapkan penulis dapat
mengetahui secara detail mengenai topik penelitian ini.
Ketiga, 3 orang konsumen yang berbelanja di toko kelontong
tradisional maupun minimarket di sekitar Jl.Warakas Raya.
Dalam penelitian mengenai dampak sosial ekonomi berdirinya
minimarket terhadap toko kelontong tradisional terdapat beberapa aspek
yang menjadi kisi-kisi dalam pedoman wawancara.
2. Observasi
Menurut S.Margono (1997:158) observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap
objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Observasi dalam
54
Nurul Zuriah, M.Si, Op. Cit, h.180.
42
jenisnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu observasi langsung dan observasi
tidak langsung.55
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis
observasi secara langsung, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung
di toko kelontong yang berada di Jl.Warakas Raya. Dalam pelaksanaan
observasi terbagi menjadi:
a. Observasi partisipatif, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian.
b. Observasi nonpartisipatif, peneliti tidak terlibat langsung dan hanya
sebagai pengamat independen.56
Sedangkan, dari segi instrumentasi, maka observasi dapat
dibedakan menjadi:
a. Observasi terstuktur, observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tenpatnya.
b. Observasi tidak terstuktur, observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.57
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pelaksanaan observasi
secara nonpartisipasi karena peneliti hanya mengamati bukan terlibat
langsung. Sedangkan secara instrumentasi peneliti melalukan observasi
secara terstruktur karena peneliti membuat pedoman observasi sebelum
melakukan observasi di lapangan.
Tujuan dari pelaksanaan observasi adalah untuk memperoleh
informasi dan data baik mengenai kondisi fisik dan non fisik keberadaan
toko kelontong tradisional di tengah menjamurnya keberadaan minimarket
di lingkungan masyarakat.
55
Nurul Zuriah, Op. Cit, h.173. 56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitafif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2014), h.204. 57
Ibid., h.205.
43
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-data yang
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data
sekunder.58
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbagai literatur-literatur baik dalam buku, media massa, maupun jurnal-
jurnal ilmiah yang relevan dengan tujuan penelitian. Serta dokumen-
dokumen tambahan arsip milik pemerintah, seperti data dari kelurahan
setempat. Data kelurahan ini terdiri dari data jumlah minimarket yang di
bangun di wilayah Warakas Tanjung Priok Jakarta Utara.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang
terkumpul. S. Margono menyatakan bahwa pada umumnya penelitian akan
berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah penelitian) dan
menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen.59
Dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian tidak bersifat eksternal
atau objektif melainkan subyektif, yaitu peneliti itu sendiri tanpa
menggunakan tes, angket dan eksperimen. Instrumen dengan sendirinya tidak
berdasarkan definisi operasional. Yang dilakukan ialah menyeleksi aspek-
aspek khas yang berulang-ulang terjadi, berupa pola atau tema.60
Oleh sebab
itu, berdasarkkan jenis penelitian ini yang bersifat kualitatif, maka peneliti
lebih banyak menjadi instrumen sebab dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan kunci dari instrumen itu sendiri.
58
Husaini Usman & Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), Cet. 6, h.73 59
Nurul Zuriah, Op. Cit, h..168 60
I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi¸(Yogyakarta: CV Andi Offset,
2006), h.138
44
Dalam memperoleh fakta-fakta yang representatif, diperlukan data dan
informasi yang objektif. Maka dari itu, penelitian ini demi mengukur dan
menggambarkan keadaan suatu aspek agar sesuai dengan maksudnya untuk
apa instrumen tersebut dibuat, sebagaimana dinyatakan oleh Gay (1983: 110)
sebagai berikut: the most simplistic definition of validity is that it is the degree
to which a test measured what it is test measured what it supposed to
measured.61
Berikut adalah beberapa pedoman dalam pelaksanaan penelitian
dampak sosial ekonomi berdirinya minimarket terhadap toko kelontong
tradisional.
1. Wawancara
Dalam penelitian mengenai dampak sosial ekonomi berdirinya
minimarket terhadap toko kelontong tradisional terdapat beberapa aspek
yang menjadi kisi-kisi dalam pedoman wawancara. Berikut kisi-kisi
wawancara tersebut tertera dalam Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
61
Hamid Darmadi, Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep
Dasar dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 1, h.109-110.
NO. INDIKATOR SUB INDIKATOR NARASUMBER
1. Dampak Sosial 1) Cara Hidup
2) Budaya
3) Komunitas
Pemilik Toko
Konsumen
Pemilik Toko
2. Dampak Ekonomi 1) Penghasilan
2) Aktivitas Ekonomi
Pemilik Toko
KPPU
45
Tabel 3.3
Instrumen Wawancara
No. Narasumber Dampak Pertanyaan
1. Humas Komisi
Pengawas
Persaingan Usaha
(KPPU)
1. Sosial 1. Menurut anda, apakah
menjamurnya minimarket
berasal dari adanya proses
globalisasi?
2. Menurut anda, apakah jumlah
minimarket di Jakarta
keberadaannya cukup banyak?
3. Apa yang dilakukan
pemerintah dalam menekan
jumlah minimarket di Jakarta?
4. Menurut anda, apakah
pendirian minimarket di
Jakarta sudah sesuai dengan
peraturan yang ada?
5. Menurut anda, apakah
penataan pembangunan
minimarket di Jakarta sudah
sesuai dengan peraturan yang
ada?
6. Menurut anda, apakah setiap
minimarket di Jakarta
memiliki surat izin mendirikan
bangunan?
7. Jika tidak, apakah tindakan
tegas pemerintah dalam
menghadapi masalah tersebut?
8. Menurut anda, mengapa
terdapat pengusaha yang
46
mendirikan minimarket tanpa
surat izin?
9. Apakah persyaratan
membangun minimarket di
Jakarta sulit?
10. Bagaimana peran pemerintah
untuk membangkitkan usaha
kecil agar tidak tersaingi
dengan maraknya pendirian
minimarket?
6. Ekonomi 1. Apakah anda setuju jika
perubahan sosial ekonomi
mendorong meningkatnya
jumlah minimarket?
2. Dalam kenyatannya seperti
yang kita ketahui bahwa
terdapat minimarket yang
bersebelahan.
Bagaimna pendapat anda?
3. Menurut anda, apakah
menjamurnya minimarket
dapat mematikan usaha kecil
seperti toko kelontong
tradisional?
2. Pemilik Toko
Kelontong
Tradisional
1. Sosial 1. Bagaimana pendapat anda
tentang pembangunan
minimarket di dekat toko milik
anda?
2. Menurut anda, apakah
47
kehidupan yang semakin maju
ini mendorong masyarakat
untuk bersikap menjadi lebih
modern?
3. Adakah dampak yang anda
rasakan akibat dari maraknya
pendirian minimarket?
4. Apakah ada kecemburuan
sosial terhadap pemilik
minimarket ketika konsumen
anda beralih dari belanja di
toko anda menjadi berbelanja
di minimarket?
5. Apakah berdirinya minimarket
menurunkan motivasi anda
dalam berusaha?
6. Bagaimana sikap anda dalam
menghadapi dampak yang
ditimbul dari adanya
keberadaan minimarket ini?
7. Bagaimana dengan sistem buka
toko anda apakah anda
merubahnya akibat maraknya
pendirian minimarket?
8. Adakah, hal menarik yang anda
lakukan untuk meningkatkan
jumlah pengunjung toko anda?
9. Apakah menurut anda
pemerintah sudah
memperhatikan usaha kecil
seperti toko kelontong
48
tradisional?
2. Ekonomi 1. Adakah perubahan pada sisi
penghasilan?
2. Adakah perubahan jumlah
konsumen yang datang
berbelanja ke toko anda?
3. Bagaimana anda memenuhi
modal ketika penghasilan anda
berkurang?
4. Apakah anda menggunakan
kredit bunga ringan yang
ditawarkan pemerintah dalam
pemenuhan modal guna
memenuhi kebutuhan barang?
5. Jika minimarket menawarkan
promosi dengan potongan
harga. Apakah anda ikut
membeli barang tersebut?
6. Menurut anda, kecendrungan
apa yang membuat konsumen
lebih memilih berbelanja di
toko anda?
7. Menurut anda, kecendrungan
apa yang membuat konsumen
lebih memilih berbelanja di
minimarket?
3. Konsumen 1. Sosial 1. Menurut anda, apakah
kehidupan yang semakin maju
ini mendorong masyarakat
untuk bersikap lebih modern?
49
2. Bagaimana pendapat anda
tentang pembangunan
minimarket di lingkungan
sekitar anda?
3. Apakah anda lebih tertarik
berbelanja bulanan di
minimarket atau toko
kelontong tradisional,
alasannya?
4. Apakah anda lebih tertarik
berbelanja harian di
minimarket atau toko
kelontong tradisional,
alasannya?
5. Seberapa sering dalam sebulan
anda berbelanja di minimarket
atau toko kelontong
tradisional?
6. Bagaimana pendapat anda
tentang pelayanan yang
diberikan oleh toko kelontong
tradisional dekat lingkungan
anda?
7. Adakah keuntungan berbelanja
di toko kelontong tradisional?
8. Adakah keuntungan berbelanja
di minimarket?
9. Adakah kekurangan berbelanja
di toko kelontong tradisional?
10. Adakah kekurangan berbelanja
di minimarket?
50
2. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh informasi dan data baik mengenai fisik dan nonfisik
keberadaan toko kelontong tradisional di tengah menjamurnya keberadaan
minimarket di lingkungan masyarakat. Berikut adalah pedoman dalam
melaksanakan observasi di lapangan tertera pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Pedoman Observasi
No. Aspek Yang Diamati Dampak
1. Jarak minimarket dari toko kelontong
tradisional
Sosial-Ekonomi
2. Letak strategis tidaknya toko kelontong
tradisional
Sosial-Ekonomi
3. Fasilitas yang tersedia (alat hitung, etalase,
ac, dll)
Ekonomi
4. Kebersihan toko kelontong tradisional Sosial
5. Penataan barang yang ditawarkan Sosial
6. Ketersedian barang yang dijual Ekonomi
7. Jumlah Konsumen yang datang Ekonomi
8. Pelayanan yang diberikan (ramah, sabar,
cekatan)
Sosial
11. Item apa saja yang sering anda
beli di minimarket dalam
sebulan?
12. Item apa saja yang sering anda
beli di toko kelontong
tradisional dalam sebulan?
2. Ekonomi 1. Berapa kisaran biaya yang anda
habiskan untuk berbelanja di
toko kelontong?
2. Berapa kisaran biaya yang anda
habiskan untuk berbelanja di
minimarket?
51
3. Lembar Dokumentasi
Dokumetasi dilakukan sebagai penguat hasil/bukti dari penelitian
telah dilakukan. Dokumen ini berupa foto-foto selama penelitian
berlangsung.
Tabel 3.5
Perolehan Dokumentasi
No. Dokumen Yang Diperoleh Sumber
1. Jumlah leberadaan minimarket di
Jakarta
Koran Tempo
2. Jumlah minimarket berdasarkan zonasi Kelurahan Warakas
3. Penekanan jumlah minimarket di
Jakarta
Berita Satu
4. Praktik minimarket liar Jakarta Raya
F. Pengujian Keabsahan Data
1. Validitas Data
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas ini menyangkut akurasi
instrument.62
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan validalitas isi
(content validity) agar memperoleh informasi yang objektif. Dikarenakan
dalam penelitian ini pengambilan keputusan dilakukan dengan
menggunakan dasar-dasar penalaran tertentu, tanpa harus melakukan uji
empiris.63
Dalam menjamin validitas data yang diperoleh maka selama
penelitian digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada.64
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan trianggulasi sumber/data, dimana peneliti
mengumpulkan data yang sama dari beberapa sumber data berbeda. Hal ini
dapat dicapai dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan
isi suatu dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
62
Juliansyah Noor, Op. Cit, h.132. 63
Hamid Darmadi , Op. Cit, h.111 64
Sugiyono, Op. Cit, h.330
52
Susan Stainback mengatakan bahwa “the aim is not to determine
the truth about some social phenomenom, rather the purpose of
triangulation is to increase onse’s understanding of what ever is being
investigated”. Dalam hal ini tujuan dari trianggulasi bukan untuk mencari
kebenaran fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti
terhadap apa yang ditemukan.65
Dapat dikatakan penggunaan trianggulasi
berguna dalam mencari data yang sama atau sejenis, akan lebih relevan
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa
lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang
diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis
maupun sumber berbeda jenis. Dalam penelitian ini penulis memilih
beberapa informan dengan mengajukan pertanyaan yang sama untuk
memperoleh data yang sesungguhnya di lapangan.
2. Uji Reabilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya.66
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji
realibilitas adalah sebagai berikut:
a. Menyimpan catatan-catatan rinci dari wawancara dan observasi serta
dengan mendokumentasikan proses analisis secara mendetail.
b. Kerangka coding bisa dikembangkan untuk mengarakterisasi tiap
ujaran (misalnya, mengenai umur, jenis kelamin, dan peran pembicara
itu; topik pembicaraan, dll), dan transkrip tersebut kemudian bisa
dikodifikasi juga oleh peneliti yang lain.
c. Membuat penilaian tersendiri terhadap transkrip oleh peneliti kualitatif
terlatih lainnya dan kemudian membandingkan kesamaan penilaian
yang diperoleh.
d. Transkrip wawancara tersebut dianalisis untuk mengkaji isi dan
65
Ibid., 66
Juliansyah Noor, Op. Cit, h.130.
53
struktruknya oleh peneliti utama dan oleh komite panel mandiri, dan
kemudian diadakan penilaian erhdap tingkat kesesuaian.67
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dan memerlukan ketelitian serta kekritisan dari peneliti.68
Bogdan
menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching
and arranging the interview transcript, fieldnotes, and other materials that
you accumulate to increase your own understanding of them and to enable
you to enable you to present what you have discovered to others” Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.69
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data menurut Miles
dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1984: 21-23) ada tiga macam
kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian “data mentah” yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.
2. Model Data (Data Display)
Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data dalah model data.
Kita mendefinisikan “model” sebagai suatu kumpulan informasi yang
tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini
adalah teks naratif.
67
Boy S. Sabarguna, Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 2005),
h. 31. 68
Nurul Zuriah, Op. Cit, h.198 69
Sugiyono, Op.Cit, h.334.
54
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan
verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal,
dan proporsi-proporsi.70
70
Emzir, Metodologi Penelitian Analisis Data, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010),
h.129-133
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keberadaan Minimarket di Jalan Warakas Raya Tanjung Priok
Jakarta Utara
Berdasarkan Lembaran Daerah No. 4/1966 DKI Jakarta memiliki 5
wilayah administratif yang diantaranya, Jakarta Selatan, Jakarta Utara,
Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Timur.71
Kota Jakarta Utara
termasuk ke dalam 5 pembagian wilayah administratif yang terdapat di
Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Utara terletak di sekitar daerah pesisir pantai
sehingga banyak ditinggali oleh penduduk pendatang dibandingkan
dengan penduduk asli Jakarta yaitu Betawi.
Dalam lingkup wilayah Jakarta Utara memiliki 6 kecamatan yang
diantaranya, yaitu:
a. Kecamatan Cilincing
b. Kecamatan Koja
c. Kecamatan Kelapa Gading
d. Kecamatan Tanjung Priok
e. Kecamatan Pademangan
f. Kecamatan Penjaringan72
Dari keenam kecamatan tersebut Tanjung Priok menjadi wilayah
tersibuk bagi proses terjadinya transaksi keluar masuknya barang dari
berbagai wilayah maupun negara karena di Tanjung Priok terdapat
pelabuhan yang sudah berdiri dan dimanfaatkan keberadaannya sejak
71
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara, Sejarah Jakarta Utara,
https://utara.jakarta.go.id/srv-5/profile?title=Sejarah%20Jakarta%20Utara, diakses: 16 September
2018. 72
Daftar Desa dan Kelurahan di Kota Jakarta Utara,
http://www.nomor.net/_kodepos.php?_i=desakodepos&sby=000000&daerah=Kota&jobs=Jakarta
%20Utara, diakses: 16 September 2018.
56
zaman kolonial Belanda yang biasa disebut dengan Pelabuhan Tanjung
Priok.
Secara fisik, dari aspek sumber daya alam (dalam arti lokasi), posisi
Tanjung Priok menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan tempat usaha
dikarenakan berada pada jalur strategis dan banyak pula jumlah penduduk
pendatang yang tinggal di Tanjung Priok sebab terdapat beberapa pabrik
yang ada di wilayah tersebut serta aktivitas pelabuhan yang dapat menjadi
daya tarik tersendiri.
Sibuknya wilayah Tanjung Priok pun diimbangi dengan banyaknya
tempat rekreasi serta pusat perbelanjaan. Maka dengan posisi ini tidak
heran wilayah Tanjung Priok dapat dijadikan sebagai peluang bisnis yang
penting bagi daerah sekitarnya.
Wilayah Tanjung Priok dengan luas 25.1255 km2
ini tercatat
memiliki 7 kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Tanjung Priok, dengan kode pos 14310.
b. Keluarahan Kebon Bawang, dengan kode pos 14320.
c. Kelurahan Sungai Bambu, dengan kode pos 14330.
d. Kelurahan Papanggo, dengan kode pos 14340.
e. Kelurahan Warakas, dengan kode pos 14340.
f. Kelurahan Sunter Agung, dengan kode pos 14350.
g. Kelurahan Sunter Jaya, dengan kode pos 14350.73
Dari ketujuh kelurahan yang terdapat di wilayah Tanjung Priok,
kelurahan Warakas dijadikan sebagai objek lokasi penelitian ini, yang
tepatnya berada di Jalan Warakas Raya. Pemilihan Jalan Warakas Raya ini
sebab wilayah Warakas merupakan murni tempat tinggal masyarakat
berbeda dengan wilayah lainnya yang terdapat tempat rekreasi, pusat
bisnis, tempat perbelanjaan, serta lainnya.
Wilayah Warakas merupakan tempat permukiman warga sehingga
banyak terdapat berbagai usaha kecil seperti toko-toko kelontong
73
Daftar Desa dan Kelurahan di Kecamatan Tanjung Priok Kota Jakarta Utara,
http://www.nomor.net/_kodepos.php?_i=desakodepos&sby=000000&daerah=Kecamatan-Kota-
Jakarta%20Utara&jobs=Tanjung%20Priok, diakses: 16 September 2018.
57
tradisional namun pembangunan minimarket di sini pun beriringan dengan
keberadaan toko kelontong tradisional. Dari data yang diperoleh dari
kelurahan jumlah minimarket franchise yang terdapat di Warakas tercatat
sebagai berikut yang tertera pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Minimarket berdasarkan Zonasi
No. Zonasi Jumlah
Ritel
Keterangan
1. Jl. Warakas Raya 4 Alfa Mart, Indomart, dan Alfa Midi
2. Jl. Warakas I 3 Alfa Midi, Alfa Mart
3. Jl. Warakas IV 1 Alfa Mart
4. Jl. Warakas VII 2 Alfa Mart, Indomart
Sumber: Data Kantor Kelurahan Warakas
Jika hanya melihat jumlah pembangunan minimarket di wilayah
Jalan Warakas Raya saja itu terdapat 4 buah minimarket, jalan Warakas
Raya ini memiliki jumlah minimarket yang terbanyak dibandingkan
dengan Jalan Warakas lainnya. Minimarket yang berdiri di Jalan Warakas
Raya terdiri dari Alfa Mart, Alfa Midi, serta Indomaret.
2. Toko Kelontong di Jalan Warakas Raya Tanjung Priok Jakarta
Utara
Berdasarkan hasil observasi toko kelontong yang berada di
sepanjang Jalan Warakas Raya terdapat 10 toko kelontong tradisional dari
yang berdekatan dengan minimarket hingga yang jaraknya agak jauh dari
minimarket. Dari 10 kepemilikan toko kelontong tradisional tersebut
ternyata mereka adalah masyarakat pendatang hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan pemilik toko kelontong yang berdiri di sepanjang
Jalan Warakas Raya diantaranya merupakan masyarakat pendatang dari
Madura, Kalimantan serta Karawang.74
74
Lampiran, Transkip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional.
58
Toko kelontong atau yang biasa disebut dengan warung penyedia
barang kebutuhan sehari-hari merupakan sebuah usaha kecil yang
kepemilikannya dimiliki oleh pribadi namun berdasarkan observasi di
lapangan, ternyata ada beberapa toko yang kepemilikannya dengan sistem
setor kepada pemilik aslinya biasanya hal ini adalah toko milik masyarakat
Madura.
Toko kelontong ini adalah usaha rumahan yang dikelola secara
pribadi namun ada pula dengan sistem setor penghasilan kepada pemilik
aslinya, contohnya adalah toko kelontong milik masyarakat Madura. Jadi
terdapat beberapa toko Madura yang sebenarnya bukan milik pribadi
penjaga toko hanya membantu menjual dan hasilnya pun dibagi dua
kepada pemilik asli biasanya ini adalah toko Madura yang pemilik aslinya
berada di Madura.
Jika kita melihat kondisi toko kelontong di Jalan Warakas Raya
tidak jauh berbeda dengan toko kelontong tradisional pada umumnya.
Terkait pelayanan pun dilakukan dengan bantuan pemilik toko sehingga
konsumen atau pembeli tidak secara mandiri mengambil barang yang
dibutuhkan. Pemilik toko pun sekaligus merangkap sebagai kasir pula.
Selain itu, usaha toko kelontong tradisional ini terkadang lebih
banyak didominasi ibu-ibu karena usaha ini merupakan usaha yang dapat
dikerjakan sebagai pekerjaan sambilan membantu suami dalam
perekonomian rumah tangga dan penelitian ini hanya berfokus pada toko
kelontong tradisional yang hanya menjual barang-barang kebutuhan
sehari-hari seperti bahan pokok, alat cuci serta mandi, makanan dan
minuman serta produk yang dibutuhkan dalam rumah tangga lainnya.
Semakin maraknya pendirian usaha-usaha yang menjual berbagai
kebutuhan membuat beberapa usaha mati. Oleh sebab itu, toko kelontong
yang saat ini masih bertahan merupakan toko-toko yang pendiriannya
sudah cukup lama sebelum era minimarket franchise ini keberadaannya
menjamur di sekitar lingkungan masyarakat di Jalan Warakas Raya
tersebut, hal tersebut didapatkan setelah penulis menanyakan sudah berapa
59
lama berdiri toko kelontong yang anda miliki, dari beberapa narasumber
menjawab seperti Ibu Sutinah tokonya sudah berdiri sejak 35 tahun yang
lalu tepatnya pada tahun 1983.75
Berdasasarkan hasil observasi penulis penampilan setiap toko
yang berada di Jalan Warakas Raya memiliki tampilan yang beraneka
ragam ada yang penataannya seperti minimarket ada pula yang
menggantung semua makanan ringan agar menarik perhatian anak kecil
sehingga mereka menggantung semua makanan ringan di depan toko
kelontong tersebut.
Ada pula yang lebih menonjolkan barang yang menjadi partner
mereka seperti pada toko milik Pak Andre karena berkerja sama dengan
brand Sampoerna jadi tampilan toko milik Pak Andre lebih menonjolkan
produk rokok tersebut. Banyak hal yang dilakukan oleh pemilik toko
kelontong tradisional agar membuat penampilan tokonya menjadi lebih
menarik, sehingga menarik minat masyarakat sekitar untuk berbelanja di
toko milik mereka.
3. Deskripsi tentang Narasumber
Dalam penelitian ini megkaji sebuah masalah yang terjadi di
tengah kehidupan masyarakat yaitu sebuah masalah yang ditimbulkan
akibat adanya perubahan sosial ekonomi di masyarakat. Perubahan ini
terjadi akibat adanya kemajuan di bidang industri, yaitu meluasnya
pembangunan toko modern (minimarket). Dibalik adanya kemajuan
tersebut ternyata memberikan sebuah dampak bagi pedagang usaha kecil,
yaitu pemilik toko kelontong tradisional. Oleh sebab itu, berkaitan dengan
masalah yang terjadi di tengah masyarakat maka penelitian ini mengambil
pokok masalah mengenai Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket
terhadap Toko Kelontong Tradisional. Dalam mencari dampak sosial
ekonomi yang dirasakan oleh pemilik toko kelontong tradisional peneliti
75
Lampiran, Transkip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional.
60
mencari beberapa narasumber yang berkaitan dengan pokok masalah
tersebut, di antaranya:
a. Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Alasan peneliti menjadikan humas Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU), sebab peneliti ingin mengetahui pandangan
aparatur negara mengenai masalah yang sedang terjadi di tengah
masyarakat terutama karena Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) memang termasuk ahlinya dalam permasalahan ini. Berikut
adalah data diri yang peneliti dapat mengenai Humas Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tahun 2018.
Nama : Ratmawan
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Formal : S1 Hukum
Pekerjaan : Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Lama Bekerja : 7 Tahun
b. Pemilik Toko Kelontong Tradisional
Tentu dalam mengetahui dampak yang dirasakan peneliti perlu
mencari data kepada pelaku yang merasakan dampak tersebut akibat
kian pesatnya pembangunan minimarket di wilayah Jakarta Utara
khususnya Jalan Warakas Raya. Berikut adalah beberapa data diri
pemilik toko kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya.
1) Pemilik Toko Kelontong Tradisional di Jalan Warakas Raya
no.170
Nama : Hj. Sutinah
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Formal : SD
Lama Toko Berdiri : 35 Tahun
Kota Asal : Karawang
61
2) Pemilik Toko Kelontong Tradisional di Jalan Warakas Raya
no.60
Nama : Andre Gunawan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Formal : SMP
Lama Toko Berdiri : 17 Tahun
Kota Asal : Kalimantan
3) Pemilik Toko Kelontong Tradisional di Jalan Warakas Raya
no.40
Nama : Adi Sucipto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Formal : SMK
Lama Toko Berdiri : 11 Tahun
Kota Asal : Madura
c. Konsumen
Peran konsumen dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
alasan mereka beralih dari yang biasanya berbelanja di toko kelontong
tradisional menjadi ke minimarket karena perubahan budaya belanja
yang konsumen lakukan memberikan dampak bagi pemilik toko
kelontong tradisional, sehingga peneliti merasa perlu adanya kajian
mengenai latar belakang terjadinya dampak yang dirasakan oleh
pemilik toko kelontong tersebut. Berikut ini adalah beberapa data diri
masyarakat baik yang sering berbelanja di toko kelontong tradisional
maupun minimarket.
1) Konsumen I
Nama : Narni Daemawati
Usia : 48 Tahun
62
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2) Konsumen II
Nama : Gusti Sundari
Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Konsumen III
Nama : Musdalifah
Usia : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Data yang telah dipaparkan di atas merupakan data diri narasumber
yang dijadikan oleh peneliti sebagai data primer dalam menyusun
penelitian mengenai dampak sosial ekonomi berdirinya minimarket
terhadap toko kelontong tradisional.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan membahas hasil temuan di lapangan
berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber maupun melalui hasil
observasi yang peneliti lakkukan di Jalan Warakas Raya.
1. Berdasarkan Hasil Wawancara
a. Pembangunan Minimarket di Jakarta
Dalam hal ini peneliti menanyakan sebab maraknya
pembangunan minimarket yang menerobos masuk ke dalam
lingkungan masyarakat karena pada awalnya toko modern hanya
berfokus pada pusat kota. Mungkinkah hal ini terjadi akibat adanya
63
proses globalisasi sehingga mendorong masyarakat ingin menjalankan
kehidupan yang lebih modern.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Humas Komisi Pengawas
Persaingan Usaha hal ini dapat dikatakan akibat adanya perkembangan
zaman sehingga produsen melakukan pengemasan yang menarik
sehingga menarik minat konsumen karena setiap produsen berinovasi
bahwa usahanya harus memiliki sebuah konsep yang nantinya akan
menjadi nilai jual yang berbeda dari usaha lainnya.
Pada pembahasan ini contohnya Indomaret dan Alfa Mart
hampir sama dari segi warna brand yang di tonjolkan dari hal tersebut
untuk menonjolkan perberbedaan maka mereka membuat hal yang
berbeda dengan cara membuat para konsumen tertarik dan nyaman
berbelanja di toko modern.
“… Kalau kita berbicara minimarket kan itu terkait sistem
kewaralabaan salah satu kemitraan yang diawasi KPPU. …
Kalau mengenai ini apakah dampak globalisassi karena hal ini
adanya perkembangan zaman bagaimana orang memasarkan
agar produknya menarik tentu harus dikemas. Pasti orang
berinovasi ingin menjual barangnya harus dengan konsep
contohnya Indomaret dan Alfa Mart hamper sama bentuknya
catnya gimana caranya masyarakat tertarik untuk belanja di
situ.”76
Berdasarkan wawancara tersebut maka dapat dikatakan adanya
kemajuan zaman mendorong para pelaku usaha melakukan inovasi
sehingga muncul berbagai macam minimarket. Setiap minimarket
memberikan branding sebagai ciri khas sehingga masyarakat mengenal
toko modern tersebut mana yang lebih menarik minat mereka melalui
penawaran yang telah masing-masing minimarket berikan.
Jika dilihat dari perspektif pemilik toko kelontong tradisional
maraknya pembangunan minimarket ini tidak serta merta akibat
adanya perubahan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat sehingga
mereka mengikuti trend yang ada. Namun, menurut pandangan para
76
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
64
pemilik toko kelontong tradisional disebabkan karena minimarket
menawarkan sesuatu yang lebih menarik dan rapi, selain itu para
pemilik toko kelontong tardisional berpandangan bahwa perginya
masyarakat untuk berbelanja di minimarket disesuaikan dengan
keadaan ekonomi maupun kebutuhan terutama jika minimarket
menawarkan promo-promo yang menarik.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara peneliti dari ketiga
pemilik toko kelontong tradisional. Pak Andre pemilik toko kelontong
tradisional di Jalan Warakas Raya no.60
“Iya, karena dia lengkap bahannya bagus-bagus rapi kalau
dikatakan si iya rapi adem punya ac segalanya. Tapi kalau
bicara soal harga lebih mahal”77
Menurut pandangan Pak Andre pembangunan minimarket yang
kian marak ini disebabkan masyarakat tertarik dengan pelayanan yang
diberikan oleh minimarket baik dari barang yang ditawarkan hingga
fasilitas yang diberikan kepada konsumen. Pernyataan dari Pak Andre
pun dibenarkan oleh Ibu Musdalifah selaku konsumen.
“Iya, karena minimarket lebih praktis, mudah, dan nyaman”78
Ibu Narni selaku konsumen pun mengakui bahwa adanya
kemajuan zaman di bidang ekonomi ini mendorong masyarakat untuk
berbelanja ke minimarket.
“Iya betul sih, sebagian banyakan sekarang orang pada belanja
di minimarket kaya Indomaret gitu-gitu.”79
Dari beberapa pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
adanya kemajuan zaman menimbulkan para pelaku usaha bermodal
besar melakukan inovasi-inovasi bagi industri perdagangan dengan
menawarkan serta menciptakan branding yang menarik sehingga
menarik minat masyarakat.
77
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 78
Ibid., 79
Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen
65
Lain halnya pandangan menurut Ibu Sutinah pemilik toko
kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya no.170 keberadan
minimarket bukan karena masyarakat ingin mengikuti trend tapi lebih
disebabkan dengan tergantung pada keadaan ekonomi yang dimiliki
konsumen.
“Ya tergantung keadaan ekonomi, jika mau praktis warung
lebih dekat. Kalau Indomaret kan jauh. Kadang kalau mau
jalan-jalan ya iya ke minimarket"80
Pernyataan dari Ibu Sutinah ini pun dibenarkan adanya oleh
pemilik toko kelontong tradisional lainnya, yaitu Pak Adi pemilik toko
kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya no.40
“Sebagian ya kalau ada promo-promo saja sih, tergantung
kebutuhan”81
Jadi, pembangunan minimarket yang semakin marak pada
dasarnya memang disebabkan akibat dari adanya perubahan sosial
budaya ekonomi yang terjadi di masyarakat sehingga para pelaku
usaha bermodal besar menciptakan inovasi-inovasi. Namun, tidak
sepenuhnya minat konsumen beralih berbelanja ke minimarket
disebabkan oleh adanya kemajuan zaman di tengah kehidupan
bermasyarakat tetapi bisa disesuaikan pula dengan keadaan ekonomi
konsumen serta kebutuhan yang mereka cari.
Dalam hal meningkatnya jumlah minimarket di Jakarta
menurut pandangan Pak Ratmawan selaku Humas Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) harus dilakukan studi ekonomi, sebenarnya
sebab di balik maraknya pembangunan minimarket disebabkan hal
yang alami yaitu tertariknya konsumen akan keberadaan minimarket.
KPPU selaku pemberi dan pertimbangan menyarankan pada
pemerintah agar adanya waralaba minimarket ini ada batasan jarak
80
Ibid., 81 Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
66
untuk menjaga iklim masyarakat yang berjualan dengan modal
seadanya seperti toko kelontong tradisional.
“Kalau ini kan harus ada studi ekonomi apakah minimarket
akan laris atau domonitas konsumen kalau banyak konsumen
yang tertarik kan itu secara alami. Alami untuk berkembang
minimarketnya tapi untuk KPPU sendiri melalui saran dan
pertimbangannya di Pasal 35 UUD 5 tahun 1999 KPPU punya
kewenangan untuk memberi saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah, entah pemerintah Provinsi atau Kabupaten. Kami
sarankan ahgar adanya waralaba minimarket ada ini ada
batasan jaraknya. Itu merupakan saran dari kebijakan KPPU
kepada pemerintah untuk juga menjaga iklim masyarakat yang
ingin berjualan pedagang kelontong agar mereka tetap
bertumbuh kembang karena gak melulu pedagang kelontong
hanya menjual toko kelontong terus buktinya ada beberapa
minimarket dengan merk dagang yang tidak terkenal. Bisa
diambil contoh seperti di daerah Kulon Progo meskipun itu
bentuk kerjasama dengan Alfamart ataupun Indomaret itu ada
namanya Tomira “Toko Milik Rakyat” itu salah satu motivasi
bagaimana produk lokal dapat masuk ke minimarket.”82
Jika dilihat dari pandangan masyakat selaku konsumen seperti
pendapat dari Ibu Musdalifah ini menyatakan bahwa harus ada
penyesuaian antara bangunan minimarket dengan adanya keberadaan
toko-toko kelontong tradisional.
“ya harusnya disesuaikan dengan itulah adanya warung-warung
kecil disekitarnya kalau mematikan ya sama aja bohong.”83
Hal ini di rasa perlu disesuaikan karena menurut Ibu Sundari
selaku konsumen pun merasakan bahwa keberadaan minimarket di
lingkungan sekitar keberadaannya menjamur.
“menjamur sih keberadaannya.”84
Pendapat dari Ibu Sundari dapat dibenarkan karena hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Pak Ratmawan selaku Humas KPPU,
82
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha 83
Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen 84
Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen
67
karena seharusnya kalau di Jakarta izin pendirian minimarket harusnya
sudah di stop.
“Kalau di Jakarta sendiri ya, seharusnya izinnya sudah di stop
menurut saya … Dari unsur kemitraan pun merugikan
mitranya, maksudnya kan kalo kemitraan itu dari perusahaan
besar Indomaret besar itu bekerja sama dengan masyarakat
sekitar yang mem-iliki modal untuk berusaha membangun
merk dagang Indomaret itu ketika yang jaraknya tidak diatur
maka dari penghasilan masyarakat yang berinvestasi untuk
membangun merk dagang tersebut di wilayah tertentu itu kan
akan turun karena akan ada saingannya Indomaret juga
seharusnya ada pengaturan yang jelas untuk pemerintah
Jakarta. Di Juanda ada Indomaret Point itu tidak sesuai dengan
ketentuan jarak yang dipertimbangkan oleh KPPU… seolah-
olah kan masyarakat hanya membeli kesitu selain itu
merugikan mitra yang berjualan dengan waralaba tersebut
karena tidak akan mendapatkan keuntunga yang maksimal.”85
Pak Ratmawan pun secara tidak langsung membenarkan bahwa
keberadaan minimarket di Jakarta sudah terlalu menjamur, sehingga
menyiratkan bahwa dibutuhkannya pemberhentian sementara
pemberian izin pembangunan minimarket, karena jika jumlah
minimarket semakin banyak jumlahnya hal ini bukan hanya
berdampak negatif bagi pemilik toko kelontong tradisional tetapi juga
mitra yang menjadi waralaba franchise tersebut karena harus bersaing
dengan merk dagang yang sama.
Lalu, adanya kerugian yang ditimbulkan akibat maraknya
pembangunan minimarket dimana-mana apakah memang pendiriannya
sudah sesuai dengan peraturan yang ada, sebegitu mudahnya kah
dalam mendirikan minimarket di wilayah Jakarta sehingga
perkembangan minimarket sangat pesat. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Pak Ratmawan selaku Humas KPPU, dalam mendirikan
minimarket terdapat pedoman-pedoman yang harus dipenuhi namun
ada beberapa pedoman yang perlu ditambahkan yaitu analisa dampak
lalu lintas sebelum pendirian minimarket. Jika dilihat secara saksama
85
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
68
Indomaret di Jalan Juanda tidak memiliki lahan parkir sehingga
mengambil bahu jalan sebagai tempat parkir konsumen. Dalam
persyaratan mendirikan minimarket saat ini intinya hanya harus
memiliki lahan.
“… mungkin sedikit tambahan yang perlu ditambahin adalah
analisa dampak lalu lintas sebelum pendirian minimarket.
Indomaret di depan Juanda punya parkir tidak…”86
“Untuk sementara ini intinya harus punya lahan, di Jakarta kan
sulit. Kalau pun ada kan harus modal besar.”87
Berikut adalah penjelasan dari Pak Ratmawan mengenai
pedoman yang perlu diperhatikan dalam mendirikan minimarket
sehingga tidak menimbulkan kerugian yang dirasakan oleh berbagai
pihak. Kerugian yang dirasakan akibat menjamurnya keberadaan
minimarket pun dikarenakan faktor letak sebuah minimarket. Letaknya
minimarket yang memiliki wilayah sangat strategis menjadikan
keuntungan dalam peluang usaha karena mudah dijangkau oleh
masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk
berbelanja di sana. Hal ini pun dirasakan oleh Ibu Narni selaku
konsumen.
“Bagaimana ya, strategis sih letak mereka mudah dijangkau
masyarakat.”88
Keuntungan dari posisi yang strategis tersebut mendorong
banyak investor berbondong-bondong mendirikan minimarket
sehingga terkadang terdapat minimarket yang bangunannya
bersebelahan. Jadi, jika pemerintah mengatakan sudah mengatur jarak
pembangunan minimarket tetapi nyatanya yang terjadi di lapangan
pembangunan minimarket sudah semakin menjamur hal ini pun
dibenarkan oleh beberapa masyarakat selaku konsumen. Jika melihat
dari persoalan jarak menurut Pak Ratmawan selaku Humas KPPU
86
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha 87
Ibid., 88
Lampiran, Transkrip Wawancara Komsumen
69
menyatakan hal ini dikatakan lumrah dari sisi persaingan usaha, namun
jika mereka ingin bersaing harus dengan kompetensi yang sehat.
“Kalau itu hal yang lumrah dari sisi persaingan usaha yang satu
jual bumbu dapur yang satu jual bumbu dapur di pasar. Disuatu
perdagangan hal itu gak menjadi masalah selama ada
persaingan sehat disitu jangan sampai ada pembagian penjualan
seumpama di Toko A jualan air mineral di Toko B tidak
menjual air mineral tetapi menjual air berkarbonisasi (coca
cola). Cuma kan mengapa seperti ini tidak ada distributor yang
mau memasukan ke toko B berarti karena ada pembagian
produk agar mereka tidak bersaing, tetapi jika mereka ingin
bersaing silahkan cuma harus kompetensi yang sehat tapi
KPPU menyadari masyarakat kita masih perlu untuk
berkembang ekonominya.”89
Lalu, adanya persaingan yang ditimbulkan ini memberikan rasa
kecemasan bagi para pelaku usaha toko kelontong tradisional adakah
usaha pemerintah memerhatikan usaha kecil seperti toko kelontong
tradisional dalam hal ini menekan jumlah minimarket yang semakin
banyak jumlahnya di Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketiga pemilik toko kelontong tradisional mereka sependapat bahwa
tidak ada perhatian pemerintah terhadap usaha kecil. Ibu Sutinah
pemilik toko kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya no.170.
“kesini mah tidak sampai, tapi kalau di tv-tv kan ada ya.
Mungkin nanti kali ya neng.”90
Hal ini pun dirasakan oleh Pak Andre pemilik toko kelontong
tradisional di Jalan Warakas Raya No.60.
“tidak ada.”91
Begitu pula dengan Pak Adi pemilik toko kelontong tradisional
di Jalan Warakas Raya no.40.
“menurut saya sih sudah tidak ada ketinggalan.”92
89
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha 90
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 91 Ibid., 92
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
70
Dapat dikatakan maraknya pembangunan minimarket di
lingkungan masyarakat belum ada tindak lanjut dari pemerintah. Hal
ini pun mempunyai alasan tersendiri mengapa pokok permasalahan
tersebut tidak di tindak lanjuti oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Ratmawan selaku Humas KPPU, hal ini dirasa
belum di tindak lanjuti akibat tidak adanya permintaan dari
masyarakat. Sampai saat ini belum ada laporan terkait masalah
maraknya pembangunan minimarket di lingkungan masyarakat. Tidak
adanya peran KPPU dalam hal ini disebabkan karena KPPU ingin
masyarakat aktif dalam melakukan pengawasan karena jika hal ini
dilakukan oleh KPPU dikira ada kepenting dan mengintervensi seolah
menekan pelaku usaha.
“…mungkin ini juga belum ada permintaan dari masyarakat.
Kalau ada permintaan dari masyarakat maka kita akan
melakukan penelitian ini masih ideal gak sih. Tapi sampai
sekarang belum ada laporan jika ada bisa jadi masuk saran
pertimbangan atau penegakan hukum. Sampai sekarang belum
ada khususnya di Jakarta. Kalau di daerah ada sedikit hal yang
menarik mereka meminta saran pertimbangan ke KPPU kita
ingin mendirikan retail-retail itu. Di KPPU juga ada program
checklist peraturan daerah yang disinkronkan dengann UUD 5
tahun 1999 kira-kira bisa timbul motivasi seperti “Tomira”
seperti itu tapi ya di Jakarta sendiri ya kita masih menunggu.
Kalau kita intervensi iyakan seolah menekan pelaku usaha dan
itu yang tidak kita inginkan. Kita juga ingin masyarakat turut
aktif untuk melakukan pengawasan, jika dari KPPU sendirinya
takutnya KPPU dikira ada kepentingan.”93
Oleh sebab itu, terkait permasalahan mengenai maraknya
pembangunan minimarket diharapkan masyarakat dapat ikut turut serta
93
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
71
dalam mengawasi persaingan usaha di antara minimarket dan toko
kelontong tradisional. Jika dirasa sudah kurang sehat alangkah baiknya
dilaporkan kepada aparatur negara agar ditindak lanjuti. Sehingga
tercipta iklim ekonomi dengan persaingan yang sehat dan saling
menguntungkan untuk semua pihak.
b. Kondisi Sosial Ekonomi Pemilik Toko Kelontong Tradisional
Keadaan sosial ekonomi adalah salah satu tinjauan dalam
melihat kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat hal tersebut peneliti
berfokus pada ketiga indikator berikut, yaitu
1) Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang yang
diterima atau dihasilkan.
2) Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar
dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pelajaran.
3) Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari hukum
pertukaran barang dan jasa.94
Pada hasil wawancara aspek kondisi sosial ekonomi terbatas
hanya pada penghasilan dan pendidikan terkait mengenai interaksi
sosial akan dibahas pada hasil observasi peneliti. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pemilik toko kelontong tradisional di wilayah
Warakas Raya kondisi sosial ekonomi jika di lihat dari segi
penghasilan setiap pemilik toko kelontong tradisional meskipun ada
beberapa toko kelontong yang tidak menunjukkan nominalnya tetapi
dapat dikatakan mayoritas pemilik toko kelontong tradisional berada
pada perekonomian menengah. Seperti Pak Andre pemilik toko
kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya no.60 dalam sehari bisa
mendapat laba bersih sebesar Rp 300.000.
“… kalo kita mah 300.000 dipotong kontrakan serta listrik.
Nah kalau diperhitungkan kita masih lumayan sih.”
94
OK. Laksemana Lufti, Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Journal
of Economic Education, hal. 5
72
Sedangkan jika dilihat dari sisi penghasilan berdasarkan
wawancara hanya Pak Andre saja yang terbuka mengenai
penghasilannya. Pemilik toko kelontong lainnya hanya bisa di amati
berdasarkan pandangan peneliti. Namun, jika dilihat dari latar
belakang pendidikan pemilik toko kelontong tradisional memiliki
pendidikan yang beragam ada yang lulusan SD (Ibu Sutinah), SMP
(Pak Andre), serta SMK (Pak Sucipto). Latar belakang mereka dapat
dijadikan alasan mengapa mereka membuka lapangan usaha sendiri
dibandingkan bekerja di tempat usaha orang lain. Kemudahan dalam
mendirikan usaha toko kelontong tradisional pun menjadi alasan
mereka membuka usaha tersebut dibandingkan mencari pekerjaan di
luar sana dengan latar belakang pendidikan yang ada kualifikasi
khususnya.
c. Dampak Sosial Ekonomi terhadap Toko Kelontong Tradisional
Seperti yang sudah kita ketahui keberadaan minimarket pada
masa ini keberadaannya dapat dikatakan menjamur. Lalu, jika kita
melihat adanya perkembangan yang pesat dari pembangunan
minimarket ini merupakan faktor adanya perubahan sosial budaya
ekonomi yang terdapat di lingkungan masyarakat. Adanya perubahan
ini mendorong kemunculan minimarket di lingkungan masyarakat
yang awalnya hanya berada di pusat kota lalu lambat laun
keberadaannya menerobos hingga pada akhirnya berada di tengah
perumahan penduduk.
Latar belakang pesatnya pertumbuhan di sektor ekonomi ini
semata-mata karena perubahan itu sendiri mendorong masyarakat
untuk merubah gaya hidup yang lebih modern. Terutama masyarakat
kota lebih terbuka pemikirannya dalam menerima hal-hal yang baru
sehingga mereka tertarik dengan sesuatu yang ditawarkan. Dari
ketertarikan konsumen itu memicu para investor bermodal besar
73
mencari laba dengan memanfaatkan gaya hidup dari masyarakat
Jakarta itu sendiri dengan membuka ritel modern berbasis minimarket
franchise.
Merambahnya pembangunan minimarket ini ke wilayah
perumahan penduduk nantinya akankah memberikan dampak bagi para
pelaku usaha dengan modal seadanya seperti toko kelontong
tradisional karena pada mulanya minimarket ini keberadaannya tidak
menjamah hingga ke rumpah penduduk tetapi hanya berada pada pusat
kota. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu
Sutinah selaku pemilik toko kelontong tradisional di Jalan Warakas
Raya No.170 ternyata maraknya pendirian minimarket di lingkungan
sekitar memberikan pengaruh.
“Ya, berpengaruhlah neng.”95
Hal yang dirasakan oleh Ibu Sutinah pun dirasakan pula oleh
pemilik toko kelontong tradisional lainnya yaitu Pak Andre pemilik
toko kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya No.60.
“Berdanpak sih, biasa jual segini jadi berkurang. (Menjelaskan
letak Indomaret di sekitar toko kelontong milik Pak Andre)
kalau harga sih pasti lebih mahal kalau warung-warung tidak
mau karena tidak lengkap, tapi kalo orang ngerti di warung
lebih murah...”96
Dampak yang dirasakan oleh kedua pemilik toko kelontong
tradisional juga dirasakan oleh Pak Adi pemilik toko kelontong
tradisional di Jalan Warakas Raya no.40 secara spesifik pak Adi
menjelaskan dampak yang dirasakan menurutnya tidak begitu besar.
“Ya sebenarnya sih tidak ada dampak besar maksudnya tidak
terlalu ngefek. Cuma pendapatan menurun saja sedikit
istilahnya hanya 15% saja.”97
95
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 96
Ibid., 97
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
74
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa maraknya keberadaan
minimarket menimbulkan dampak bagi toko kelontong tradisional
seberapa besar dampak yang ditimbulkan baik besar maupun kecil
adalah relatif sesuai dengan pandangan para pemilik toko kelontong
tradisional. Untuk melihat dampak yang dirasakan oleh pemilik toko
kelontong tradisional peneliti mengklasifikasikan dampak tersebut
menjadi dua kategori yang ditimbulkan, yaitu dampak sosial dan
dampak ekonomi.
1) Dampak Sosial Berdirinya Minimarket terhadap Toko
Kelontong Tradisional
Untuk mengetahui dampak sosial yang ditimbulkan akibat
adanya perubahan yang terjadi di tengah masyarakat yaitu adanya
kemajuan zaman di bidang ekonomi dalam hal ini terkait maraknya
pembangunan minimarket. Peneliti menggunakan pendapat dari
Armour dalam mengklasifikasikan dampak yang dirasakan oleh
pemilik toko kelontong tradisional yaitu cara hidup, budaya, dan
komunitas.98
.
a) Cara Hidup
Cara Hidup yang telah dikemukakan oleh Armour
merupakan termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan
masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu
dengan yang lainnya.99
Dengan kata lain cara hidup ini
merupakan suatu aktifitas yang dilakukan pada keseharian
seseorang. Mengenai cara hidup ada beberapa aspek yang dapat
dilihat dari para pedang toko kelontong tradisional yaitu
berubahnya sistem berjualan, perubahan sikap, pola kehidupan
mereka sendiri akibat dari adanya pendirian minimarket
disekitar toko milik mereka. Namun, bagi beberapa pemilik
toko kelontong pendirian minimarket di dekat toko kelontong
98
Juanda Yusuf Al Hudan, Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket Terhadap
Toko Kelontong Disekitarnya, FISIP Universitas Negeri Semarang:2016, h.24-25. 99
Ibid.,
75
milik mereka bukan menjadi suatu ancaman tetapi disisi lain
ada pula yang menganggap pendirian minimarket di dekat toko
mereka merupakan suatu ancaman bagi keberlangsungan toko
kelontong tradisional mereka. Maka sebab itu, terdapat
narasumber yang sadar akan perubahan tersebut ada pula yang
kurang sadar akan perubahan cara hidup yang mereka miliki.
Hal ini didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang penulis
peroleh dari para pemilik toko kelontong tradisional tesebut.
Penulis menanyakan apakah berdirinya minimarket di sekitar
toko milik anda menurunkan motivasi anda dalam berusaha,
dari beberapa narasumber menjawab kecemasan terhadap
berdirinya minimarket seperti yang diutarakan oleh Ibu Sutinah
pemilik toko kelontong di Jalan Warakas Raya no.170.
“ya mungkin jika keberadaan minimarket di depan toko
saya, saya akan cemas ya, tapi kalo untuk menurunkan
motivasi saya ya tidak. Banyak hal yang bisa saya
lakukan untuk keberlangsungan toko saya dengan
memberikan harga lebih murah terhadap konsumen,
jika kita menjual dengan harga murah ya berarti saya
harus mencari supplier yang menjual barang dengan
harga murah juga.”100
Kecemasan tersebut juga dirasakan oleh pedang toko
kelontong tradisional lainnya, jarak merupakan sebagai penentu
dampak yang akan dirasakan oleh para pemilik toko kelontong
tradisional, selain itu para pedagang pun merasa bahwa
keberadaan minimarket lebih unggul dibandingkan dengan toko
mereka.
Seperti Pak Adi pemilik toko kelontong tradisional di
Jalan Warakas Raya No.16 kecemasan pun mulai dirasakan
akibat baru berdirinya minimarket yang berdekatan dengan
toko miliknya.
100
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
76
“Kita pasrah saja menjalani Tuhan kita yang ngatur
jalani dulu sampai 3 bulanan ini kan Indomaretnya baru
1 bulanan ya. Biasanya kan kalau sudah 3 bulanan
terasa bagaimana dampaknya.”101
Namun terdapat pedagang toko kelontong tradisional
dari hasil kecemasan tersebut memunculkan motivasi semangat
para pedagang untuk bersaing secara sehat, seperti yang
diutarakan oleh Pak Andre pemilik toko kelontong tradisional
di Jalan Warakas Raya no.40.
“Jika orang mengerti sebenarnya di warung lebih
murah, … kita jangan mau kalah harus bisa maju terus
sampai kita turun bangkrut kita harus berjalan terus
seimbangi dengan harga minimarket beda seperti odol,
teh karena emang kita tuh jualnya standar dari agen
sekian kita ambil untungnya 10%.”102
Motivasi para pedagang toko kelontong tradisional di
Warakas Raya cukup beragam, pembangunan minimarket di
dekat toko milik mereka bukan menjadi halangan banyak cara
yang mereka tempuh untuk tetap menjaga keberlangsungan
toko mereka. Hal tersebut didapatkan setelah penulis
menanyakan beberapa narasumber bagaimana dengan sistem
buka toko anda apakah anda merubahnya akibat maraknya
pendirian minimarket, dan beberapa narasumber ada yang
menjawab membuka toko hingga 24 jam seperti yang
diutarakan oleh Pak Adi pemilik toko kelontong tradisional di
Jalan Warakas Raya no.60.
“Saya sih sistem buka tokonya 24 jam, berbeda dengan
Indomaret tidak sampai 24 jam.”103
Namun, meskipun pendirian minimarket berdampak
pada toko kelontong tradisional ada beberapa pemilik toko
101
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 102
Ibid., 103
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
77
kelontong tradisional yang jam membuka tokonya hanya
beberapa jam saja, seperti Ibu Sutinah pemilik toko kelontong
tradisional di Jalan Warakas Raya no.170.
“gak sama, ibu mah ga nentu kalo pagi jam setengah
tujuh buka, tutupnya ibu kalo waktunya sholat nutup,
kalo malam sampai setengah sebelas. Kadang-kadang
ramaian malam sih.”104
Beda halnya yang dilakukan oleh Pak Andre pemilik
toko kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya No.40.
Akibat dari menurunnya jumlah konsumen yang membeli di
tokonya. Pak Andre mengurangi jam buka tokonya.
“Buka mulai pukul 6 dan tutupnya jam 11 kadang
sampai jam 12 sampai malam. Kalau dulu nisa sampai
jam 1 karena sekarang agak sepi jadi tutup lebih
awal.”105
Semangat kerja setiap pemilik toko sungguh sangat
berbeda semangat untuk berusaha tergantung dari setiap
individu. Kesiapan mental juga harus dipersiapan agar tidak
menurunkan semangat pendapat tersebut disampaikan oleh Pak
Andre pemilik toko di Jalan Warakas Raya no.40.
“Jangan salah kita itu harus maju terus jangan sampai
kita bangkrut.”106
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
keberadaan minimarket menimbulkan kecemasan, rasa
khawatir dan ketakutan dari beberapa pendapat kekhawatiran
tersebut meski mereka mengatakan keberadaan minimarket
tidak terlalu berdampak besar tetapi rasa khawatir ettap timbul
dalam diri mereka. Sehingga, menimbulkan efek meningkatnya
104
Ibid., 105
Ibid., 106
Ibid.,
78
semangat bagi para pedagang namun semangat ini berbeda dari
setiap individu dalam menyikapi persaingan antara usaha toko
kelontong tradisional dengan minimarket.
Melihat cara hidup pedagang setelah adanya
minimarket bisa terlihat salah satunya adalah perubahan sistem
penjualan yaitu pada jam sistem jam buka tutup toko. Selain
itu, dampak ekonomi yang mereka rasakan membuat mereka
melakukan inovasi atau perubahan baik dalam mengatur tenpat
jualan maupun dengan menambah barang yang menjadi daya
tarik pembeli. Hal tersebut penulis tanyakan dalam pertanyaan
Bagaimana sikap anda dalam menghadapi dampak yang timbul
dari aanya keberadaan minimarket ini. Hampir semua pedagang
toko kelontong merubah sistem penjualan baik dari segi
kerapian toko, pelayanan toko serta kelengkapan barang yang
ditawarkan agar dapat bersaingan dengan minimarket, seperti
yang diutarakan oleh Ibu Sutinah pemilik toko kelontong
Tradisional di Jalan Warakas Raya no.170.
“ya harus memberikan pelayanan yang ramah sama
konsumen”107
Hal berbeda dilakukan oleh Pak Andre pemilik toko di
Jalan Warakas Raya no.60 dengan melakukan beberapa
penawaran menarik. Hal tersebut dilakukan untuk
mengimbangi minimarket yang biasanya memberikan
penawaran diskon hal ini merupakan cara menarik konsumen.
“ya kita ini, mau tambah ramai ya kalo kita bisa kita
kasih bonus misalkan nih apa nih beli apa bisa di
bonusin apa.”108
107
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 108Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
79
Bagi pedagang yang kurang begitu memiliki modal
lebih cara yang paling mudah untuk menarik konsumen selain
memperbaiki penataan toko adalah dengan meingkatkan
palayanan dengan sikap maupun tindakan, seperti melakukan
perubahan sikap yaitu menjadi lebih ramah, sopan, sabar.
Namun pedagang lebih berfokus pada permainan harga yaitu
menawarkan harga yang murah terhadap pembeli. Pedagang
pun lebih memanfaatkan kedekatan dengan pelanggan yang
masih bertetanggan. Hal tersebut merupakan nilai tambah yang
tidak dimiliki oleh minimarket, seperti yang diutarakan oleh
Ibu Sutinah pemilik toko di Jalan Warakas Raya no.170.
“karena pelanggan dekat dengan rumah bertetanggaan,
menjadi lebih praktis.”109
Selain memanfaatkan kedekatan dengan tetangga, para
pemilik toko pun berusaha memberikan harga yang lebih
murah dibandingkan dengan minimarket, hal ini seperti yang
diutarakan oleh Pak Adi pemilik toko kelontong tradisional di
Jalan Warakas Raya No.40 .
“katanya sih lebih murah dibandingkan dengan
minimarket. Jadi konsumen lebih memilih berbelanja di
toko saya.”110
Mengenai usaha toko kelontong tradisional ini,
sebenarnya juga sebelum maraknya pembangunan minimarket
persaingan pun sudah terasa antara pemilik toko kelontong satu
dengan lainnya karena dalams atu wilayah banyak berderet
dengan jarak yang bisa dikatakan berdekatn hingga berajauhan,
karena usaha ini merupakan usaha yang tergolong mudah untuk
dijalani terutama ibu rumah tangga.
109
Ibid., 110
Ibid.,
80
Dampak berdirinya minimarket dari uraian diatas
memiliki sisi positif maupun negarif dari segi perubahan cara
hidup pedagang toko kelontong, dampak negatifnya adalah
terdapat rasa khawatir bagi keberlangsungan toko milik mereka
dan menurunkan motivasi berusaha karena penurunan
pendapatan akibat persaingan selain itu juga perubahan dalam
waktu yaitu membuat pedagang memaksilkan jam buka
tokonya hingga 24 jam. Hal ini sungguh akan berpengaruh
pada kesehatan fisik pemilik toko kelontong tradisional. Selain
itu di sisi lain terdapat juga dampak positif, hal ini terbukti
dengan adanya persaingan yang memicu rasa khawatir mereka
menyebabkan mereka menciptakan inovasi-inovasi melalaui
kerja sama serta memberikan pelayanan yang lebih baik.
Terdapat juga toko dengan inovasi lainnya seperti toko
Pak Andre dan Ibu Sutinah dalam menarik minat konsumen
membeli ke toko milik mereka, seperti yang dilakukan Pak
Andre ketika bisa memberikan bonus tambahan maka akan
diberikan tambahan. Sedangkan, hal berbeda dilakukan oleh
Ibu Sutinah melakukan perubahan sikap pelayanan sehingga
mendorong konsumen senang untuk berbelanja di toko tersebut
dan memanfaatkan kedekatan dengan tetangga, hal ini
merupakan pendekatan secara kekeluargaan sehingga
menciptakan kenyamanan konsumen dalam berbelanja.
b) Budaya
Budaya dalam hal ini menurut pandangan Armour
termasuk di dalamnya sistem nilai, norma, dan kepercayaan.111
Maka dari itu, dalam penelitian lebih menekankan sistem nilai
dan norma dalam budaya itu sendiri. Hal ini dapat kaji melalui
111
Juanda Yusuf Al Hudan, Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket Terhadap
Toko Kelontong Disekitarnya, FISIP Universitas Negeri Semarang:2016, h.24-25.
81
adanya perubahan budaya berbelanja masyarakat yang beralih
dari toko kelontong tradisional menjadi ke minimarket,
sehingga hal ini pun memunculkan masyarakat lebih cenderung
bersikap konsumtif. Akibat adanya perubahan atmosphere
tersebut para pedagang toko kelontong di dorong untuk
meningkatkan sistem penjualan baik dari segi kualitas barang,
harga yang ditawarkan, hingga memberikan tempat yang
nyaman.
Pada awalnya gerai-gerai toko modern (minimarket)
hanya berada di pusat kota sebagai pemberi kemudahan
masayarakat dalam mendapatkan barang yang dibutuhkan
seperti di tengah-tengah pusat perkantoran. Hal ini terjadi
dikarenakan minimarket ingin memberikan kemudahan bagi
para karyawan ketika ingin menikmati waktu istirahatnya untuk
membeli kebutuhan makanan ringan dan sebagainya sehingga
terjadi efisiensi waktu.
Masalah mulai muncul, ketika minimarket mulai
bergerak bebas tidak lagi berfokus pada pusat kota, tetapi
menerobos ke daerah pinggiran-pinggiran kota yaitu dalam
lingkungan perumahan masyarakat. Makin mennjamurnya
pendirian minimarket yang berada di tengah lingkungan
masyarakat menunjukkan adanya pertumbuhan iklim usaha
ekonomi yang baik, namun jika dilihat dari sisi lain
perkembangan toko modern (minimarket) memberikan dapak
bagi para pemilik toko kelontong tradisional.
Dalam hal ini usaha-usaha mikro seperti pemilik toko
menjadi korban dari adanya persaingan sengit yang awalnya
mereka hanya bersaing dengan toko kelontong lainnya hal ini
malah di tambah dengan keberadaan toko modern (minimarket)
di sekitarnya.
82
Kondisi minimarket yang sangat nyaman, tersedianya
lahan parkir yang baik, serta penerangan ruangan yang cukup
bagus membuat minimarket mampu menarik konsumen
terutama jika minimarket menawarkan diskon untuk barang
tertentu. Hal-hal menarik tersebut dapat menarik konsumen
untuk berbondong-bondong datang ke minimarket.
Ketika masyarakat sudah berbondong-bondong belanja
di minimarket secara tidak sadar dengan ramainya pengunjung
yang datang akan memberikan rasa penasaran bagi orang yang
melewati daerah tersebut sehingga mereka pun tertarik untuk
mampir.
Kondisi tersebut sudah dimaklumi oleh setiap pedagang
toko kelontong tradisional, dengan kondisi tersebut tidak
mematahkan semangat para pedagang toko kelontong
tradisional mereka percaya ada hal yang bisa mereka tonjolkan
dari toko kelontong tradisional yang mereka miliki.
Dalam hal ini penulis menanyakan apakah kehidupan
yang semakin maju ini mendorong masyarakat untuk bersikap
menjadi lebih modern, seperti mendorong masyarakat untuk
berbelanja di minimarket. Pak Andre sebagai pemilik toko di
Jalan Warakas Raya No.40 meyampaikan.
“Iya, karena dia lengkap bahannya bagus-bagus rapi
kalo dikatakan si iya dia rapi adem punya ac segalanya.
Tapi kalau kita bicara soal harga lebih mahal. Kalau
warung-warung tidak mau (berbelanja) karena tidak
lengkap, tapi kalau orang ngerti di warung lebih
murah.”112
Perubahan budaya berbelanja ini disebabkan
terbiasanya golongan masyarakat kelas atas yang berbelanja di
dapartement store. Seiring perkembangan zaman yang maju
mendorong toko modern (minimarket) masuk ke lingkungan
112
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
83
perumahan masyarakat hal ini dilakukan untuk menggait
golongan masyarakat menengah bawah untuk merasakan
suasana belanja yang menawarkan hal yang bersifat lebih
modern dibandingkan dengan toko kelontong tradisional.
Hal ini pun dapat dinyatakan bahwa minimarket
berhasil menarik minat masyarakat untuk berbelanja di
minimarket dibuktikan dengan menjamurnya keberadaan
minimarket yang pesat hampir disetiap wilayah. Meskipun hal
tersebut dinyatakan benar adanya seperti yang sudah
disampaikan oleh Pak Andre tetapi Pak Andre percaya bahwa
harga yang ditawarkan oleh minimarket jauh lebih mahal
dibandingkan toko miliknya.
Pernyataan dari Pak Andre pun didukung oleh beberapa
konsumen yang penulis wawancarai, diantaranya Ibu Sundari.
“Iya juga sih meski lebih modern, ya gak selalu ke
minimarket sih kalau di warung ada ya di warung.
Warung kan juga lebih murah dan lebih dekat (dari
rumah).”113
Hal ini terbukti meskipun minimarket menawarkan
pelayanan yang lebih modern masyarakat tidak melulu
berbelanja di minimarket, karena harga yang ditawarkan oleh
pedagang toko kelontong lebih murah. Alasan masyarakat lebih
memilih berbelanja di minimarket biasanya disebabkan oleh
keberagaman barang yang ditawarkan oleh minimarket. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh Ibu Sundari.
“Di warung kadang barang yang di cari suka tidak ada.
Sedangkan di minimarket barangnya komplit.”
Keberagaman produk yang ditawarkan oleh minimarket
menjadi nilai tambah dalam menarik minat konsumen
berbelanja di minimarket. Sehingga terdapat beberapa
113 Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen
84
konsumen yang beralih belanja ke minimarket untuk beberapa
kebutuhan yang tidak ada. Biasanya konsumen membeli
barang-barang produk kecantikan di minimarket hal ini
dilakukan karena di toko kelontong tardisional tidak
menyediakan barang tersebut.
Dalam hal ini penulis menanyakan kepada konsumen
item apa saja yang sering anda beli di minimarket, Ibu Narni
menyampaikan sebagai berikut.
“hand body, bedak, kapas. Kaya hal-hal yang tidak ada
saja gitu di warung.”114
Setelah berdirinya minimarket di tengah perumahan
masyarakat hal ini memicu masyarakat lebih konsumtif karena
barang-barang yang ditawarkan lebih beragam dan komplit.
Hal ini pun di dasari dengan kebutuhan masyarakat yang
semakin komplek dan beragam tidak pernah puas akan
pemenuhan kebutuhan. Hal ini terbukti dari kisaran uang
belanja yang dihabiskan ketika berbelanja di minimarket dan
toko kelontong tradisional seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Narni.
“Harian sih saya jarang ya berbelanja di minimarket,
kalau misalkan bulanan ya kurang lebih Rp 300.000 kan
kaya sekalian beli bedak kaya gitu-gitu aja sih.”115
Sedangkan uang yang dihabiskan oleh Ibu Narni untuk
berbelanja di toko kelontong tradisional.
“Jika harian kurang lebih sih RP 10.000. Kalau bulanan
ya paling kurang lebih RP 200.000.”116
Dari hal ini dapat kita lihat bahwa masyarakat lebih
banyak menghabiskan biaya konsumsinya lebih besar pada
minimarket dibandingkan ketika berbelanja di toko kelontong
tradisional. Hal ini terjadi dikarenakan ketika berbelanja di
114
Lampiran, Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen 115
Ibid., 116
Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen
85
minimarket konsumen melayani dirinya sendiri dengan
mengambil produk secara mandiri secara tidak sadar
mendorong konsumen untuk membeli barang-barang yang pada
awalnya tidak dibutuhkan menjadi tertarik untuk membeli
sehingga mendorong pembiayan yang dikeluarkan lebih besar.
Perubahan budaya berbelanja masyarakat yang saat ini
terjadi karena kumpulan perubahan perilaku masyarakat yang
mencoba mengikuti arus perubahan dan ingin mencoba hal
baru yang ditawarkan oleh adanya kemajuan zaman tersebut,
sehingga lambat laun hal itu menjadi sebuah kebiasaan dalam
gaya hidup masyarakat kota. Dari hal tersebut timbullah
berbagai di kalangan masyarakat yang saling mempengaruhi
sebagai nilai prestige dimana individu saling mempengaruhi
untuk berbelanja di minimarket.
Terkadang minimarket pun hanya dijadikan sebagai
tempat untuk memenuhi kebutuhan tetapi -jika dijadikan
sebagai tujuan berjalan-jalan Hal ini sependapat dengan
perkataan Ibu Sutinah pemilik toko kelontong di Jalan Warakas
Raya No. 170.
“Kalau Indomaret kan letaknya jauh. Kadang kalau mau
jalan-jalan ya iya ke minimarket sekalian ajak anak
jalan-jalan.”
Dari beberapa pendapat mengenai perubahan budaya
berbelanja ini dapat disimpulkan memberikan dampak negatif
bagi pedagang toko kelontong, perkembangan zaman yang
semakin modern menciptakan terjadinya pergeseran budaya
berbelanja yang dahulunya masyarakat lebih memilih belanja
ke toko kelontong sekarang beralih ke toko modern
(minimarket) dengan alasan barang yang ditawarkan oleh pihak
minimarket lebih beragam.
86
Terjadinya hal ini tidak dapat kita pungkiri merupakan
akibat adanya kebutuhan manusia yang semakin kompleks
membuat minimarket menjamur di lingkungan perumahan
masyarakat sehingga mengakibatkan persaingan yang dirasa
timpang antara pemilik modal besar dengan pemilik modal
yang pas-pasan. Namun, dari sisi positifnya hal ini tidak
menurunkan rasa percaya diri para pemilik toko kelontong
tradisional. Mereka percaya harga yang ditawarkan oleh
minimarket lebih mahal dibandingkan dengan toko kelontong
milik mereka.
c) Komunitas
Perubahan komunitas menurut pandangan Armour
meliputi perubahan struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas
masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai
fasilitas publik oleh masyarakat bersangkutan.117
Dalam hal ini
suatu komunitas dapat berubah ketika terdapat kehadiran
proyek yang menimbulkan suatu dampak di lingkungan
masyarakat.
Sehingga pada penelitian ini difokuskan pada pelaku
atau pedagang toko kelontong tradisional berdasarkan hasil
wawancara mengenai aspek komunitas ini terdapat dampak
positif, karena terdapat pemilik toko kelontong yang memiliki
komunitas untuk membantu tokonya agar tetap dapat bersaing
sehat dengan menjamurnya keberadaan toko modern
(minimarket). Contohnya seperti Pak Andre yang ikut dalam
komunitas pedagang yang dibentuk oleh perusahaan
Sampoerna. Hal ini disampaikan oleh Pak Andre pemilik toko
di Jalan Warakas Raya No. 40.
117
Juanda Yusuf Al Hudan, Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket Terhadap
Toko Kelontong Disekitarnya, FISIP Universitas Negeri Semarang:2016, h.24-25.
87
“ Saya punya itu ko setiap beli Rp 25.000 dapat kupon
gebyar hadiah. Di undi setiap 3 bulan, ini bulan terakhir
ada hadiah motor. Ini kita ada grupan (komunitas) sama
Sampoerna. Kita lomba se Jakarta Utara kita bagian
Tanjung Priok. Untuk mendapatkan kupon 1 konsumen
harus berbelanja Rp 25.000 kupon diisi masukin kotak
nanti kita undi.”118
Dengan adanya komunitas dari Sampoerna ini
membantu para pemilik toko kelontong tidak kehilangan
semangat untuk berwirausaha meskipun dampak dari kehadiran
minimarket mereka rasakan. Kehadiran komunitas tersebut pun
dapat membantu para pemilik toko kelontong tradisional dalam
menarik minat belanja masyarakat dengan adanya kupon yang
diberikan tersebut.
2) Dampak Ekonomi Berdirinya Minimarket terhadap Toko
Kelontong Tradisional
Dampak ekonomi merupakan dampak yang ditimbulkan
akibat adanya pembangunan yang didasari adanya kemajuan zaman
saat ini sehingga pembangunan dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan yang lebih modern. Namun adanya pembangunan ini
menimbulkan dampak jika dilihat dari segi ekonomi maka yang
menjadi korban terhadap dampak tersebut adalah pelaku produsen,
distributor serta konsumen maupun tenaga kerja.
Jika melihat kemajuan suasana ekonomi saat ini di
Indonesia yaitu maraknya pembangunan toko modern (minimarket)
menimbulkan dampak bagi para pelaku usaha bermodal kecil
seperti toko kelontong tradisional. Mengenai dampak ekonomi
berdirinya minimarket terhadap toko kelontong tradisional sudah
banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dampak
ekonomi dirasa sangat berpengaruh bagi para pedagang toko
118
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
88
kelontong tradisional yaitu yang paling terasa adalah penurunan
pendapatan pemilik toko kelontong yang berada di dekat bangunan
minimarket, penurunan pemasukan tersebut diakibatkan karena
jumlah pelanggan berkurang.
Hal ini disebabkan banyak pelanggan beralih dari yang
biasanya berbelanja di toko kelontong tradisional menjadi
berbelanja di toko modern (minimarket). Oleh sebab itu untuk
dapat mengetahui secara rinci dampak ekonomi yang dirasakan
oleh para pedagang toko kelontong tradisional, peneliti mengambil
pendapat dari Cohen yaitu terdiri dari dampak terhadap
pendapatan, dampak terhadap aktivitas ekonomi, dampak terhadap
pengeluaran.119
Pandangan dari Cohen dijadikan sebagai acuan dalam
mencari dampak ekonomi bagi pemilik toko kelontong tradisional.
Namun dalam penelitian ini hanya berfokus pada dampak terhadap
pendapatan serta dampak terhadap aktivitas ekonomi dikarenakan
para pemilik toko kelontong tradisional dalam hal pengeluaran bagi
toko miliknya tertutup soal besar anggaran yang dikeluarkan.
Berikut dampak ekonomi yang dirasakan oleh pemilik toko
kelontong tradisional yang dikelompokkan dalam beberapa
indikator, yaitu:
a) Dampak terhadap pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
seseorang dari hasil kegiatan yang mereka lakukan dalam
penelitian ini yaitu pendpatan yang berasal dari penjualan
produk kepada konsumen. Penurunan jumlah pendapatan bagi
pedagang toko kelontong tradisional berarti berkurangnya
jumlah uang yang diterima oleh pedagang toko kelontong
tradisional dari hasil penjualan.
119
Isna Fitria Agutina dan Ricka Octaviani, Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi
Kebijakan Pengembangan Kawasan Mix Use di Kecamatan Jabon, Electronic Jornal, Vol.4, No.2,
September 2016, h.155.
89
Penurunan pendapatan tersebut dikarenakan adanya
persaingan yang terjadi dengan minimarket. Hal ini terjadi
akibat fasilitas yang menawarkan rasa nyaman bagi konsumen
dan barang-barang yang disediakan pun lebih lengkap
dibandingkan dengan toko kelontong tradisional, sehingga hal
ini lah yang menjadi pemicu turunnya pendapatan para pemilik
toko kelontong tradisional.
Penurunan ini lah yang menjadi dampak negatif yang
sangat berpengaruh bagi pedagang toko kelontong tradisional.
Dari berbagai penelitian penurunan pendapatan adalah yang
menjadi titik terpenting dalam persaingan usaha bila terjadi
persaingan yang tidak sehat di antara keduanya maka satu
pihak akan tersingkir dari usaha retail ini.
Dalam penelitian ini penurunan pendapatan
dikategorikan terlebih dahulu dari jenis barang yang sebagian
besar disediakan oleh kedua retail tersebut, yang pertama
berupa barang sembako (beras, gula, dan sebagainya), yang
kedua adalah berupa makanan ringan serta minuman. Dari
penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa barang yang
sama dijual di toko kelontong dan minimarket mengalami
penurunan jumlah jual, yang berimbas pada penurunan omset,
seperti yang terjadi di toko kelontong tradisional Pak Adi Jl
Warakas Raya No.60 mengalami penurunan pada jumlah
minuman.
“Dampaknya sih apa ya namanya yang membeli
minuman menjadi lebih sedikit, pembeli semakin
mengurangi membeli barang-barang kebutuhan sehari-
hari (telur,beras).”120
Akibat adanya penurunan minat belanja konsumen di
toko kelontong tradisional terhadap beberapa barang
120
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
90
mengakibatkan menurunnya omset pemilik toko kelontong
tardisional. Hal ini dirasakan oleh Pak Adi selaku pemilik toko
kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya No.60.
“Kalau dari penghasilan ya berubah sih. Biasanya saya
pendapatannya 40% menjadi turun 30%.”121
Lain halnya yang dirasakan oleh Pak Andre pemilik
toko kelontong tradisional di Jalan Warakas No.40 dengan
jarak yang agak jauh dari minimarket penghasilannya masih
dapat dikatakan lumayan.
“Alhamdulillah sih lumayan. Kalau saya tidak begitu
terlalu berdampak karena jaraknya pun agak jauh dari
toko saya… kalo kit amah 300.000 di potong kontrakan
serta listrik. Nah kalo diperhitungkan kita masih
lumayan sih.”122
Penurunan omset penghasilan yang dirasakan oleh para
pemilik toko kelontong tradisional memicu semangat mereka
untuk meningkatkan penghasilan dari usaha tersebut sehingga
seperti Pak Andre pemilik toko kelontong di Jl Warakas Raya
No.40 mensiasatinya dengan cara mengurangi barang yang
kurang laku dan meminjam tambahan uang dari bank milik
negara.
“Jika penghasilan saya berkurang dan kekurangan
modal saya mengurangi barang yang kurang laku ambil
barang yang cepat laku. Jika pengambilan bunga kredit
ringan kita ambil dari BRI KUR, bunga miring sih
kalau dikatakan sih lebih murah dibandingkan sama
yang bayarnya sehari-hari itu.”123
Cara lain dilakukan oleh Ibu Sutinah pemilik toko
kelontong tradisional di Jalan Warakas raya No.170, Ibu
Sutinah mensiasati hal tersebut dengan mencari supplier yang
lebih murah lagi dan jika minimarket menawarkan produk
121
Ibid., 122
Ibid., 123
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
91
dengan harga diskon Ibu Sutinah pun mengambil produk
tersebut untuk dijual kembali di tokonya.
“… Berusaha cari agen supplier yang lebih murah lagi.
Kadang-kadang jika minimarket menawarkan harga
dibawah agen ya beli kalau harganya diatas agen ya
gak.”124
Sebenarnya jika dilihat dari kebutuhan konsumen
dampak penurunan penghasilan ini dapat diminimalisir dengan
cara menyediakan barang yang lengkap. Hal ini dirasakan oleh
para konsumen yang beralih belanja dari toko kelontong
tradisional ke minimarket dikarenakan barang yang ditawarkan
toko kelontong tradisional tidak lengkap, peneliti menanyakan
adakah kekuranga yang anda rasakan ketika berbelanja di toko
kelontong tardisional, seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Sundari selaku konsumen.
“Yang dicari barangnya suka tidak ada.”125
Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang
utama mengapa para konsumen beralih dan pemilik toko
kelontong tradisional mengalami dampak penurunan
penghasilan akibat maraknya pembangunan minimarket di
sekitar lingkungan masyarakat. Kurang lengkapnya barang
yang ditawarkan oleh para pemilik toko kelontong tradisional
disebabkan karena menggunakan modal yang pas-pasan
berbeda dengan minimarket yang merupakan partai besar
dengan jumlah modal yang besar pula sehingga barang yang
ditawarkan pun lebih lengkap.
b) Dampak terhadap aktivitas ekonomi
124
Ibid., 125 Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen
92
Aktivitas ekonomi merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh para pelaku ekonomi yang diantaranya
adalah produsen, distributor dan konsumen. Jika ketiga pelaku
ekonomi tersebut dapat menciptakan suasana aktivitas ekonomi
yang baik maka terciptalah hubungan yang harmonis antar
pelaku usaha. Namun nyatanya maraknya pembangunan
minimarket yang menerobos wilayah permukiman warga
memberikan dampak bagi para pelaku usaha kecil.
Keberadaan toko kelontong tradisional yang beriringan
dengan perkembangan minimarket merupakan kemajuan di
bidang industri ekonomi. Semakin maraknya pembangunan
minimarket di permukiman warga dapat dikatakan bukan
persoalan yang dapat dianggap ringan karena jika keberadaan
minimarket terus berkembang pesat seperti ini dapat
mematikan keberadaan toko kelontong. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Ratmawan selaku Humas Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan bahwa
dampak yang ditimbulkan itu sifatnya relatif dapat dilihat
melalui seberapa lama usaha toko kelontong tersebut dapat
bertahan. Namun nyatanya ada beberapa usaha yang mati,
maka sebab itu KPPU bekerja sama dengan beberapa instansi
asosiasi retail agar tercipta sebuah aktivitas ekonomi yang
sehat.
“Tentu ada dampak namun seberapa besarnya itu
dampak tersebut dilihat masih bertahankan toko
kelontong itu kalau seharusnya ya apa minimarket
mengikuti aturan terkait jarak seharusnya tidak ada
masalah terkait perkembangan usaha mandiri di
masyarakat. Namun, kondisi saat ini tidak sesuai
dengan saran dari KPPU makanya banyak juga yang
mati... KPPU biasa bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait kemarin kita abis membuat FGD (Focus Group
93
Discussion) terdapat di website KPPU terdapat
beberapa instansi bahkan asosiasi retail di situ ada.”126
Terjadinya perubahan aktivitas ekonomi yang dirasa
menjadi kurang sehat menimbulkan sebuah dampak namun
seberapa besar dampak yang dirasakan tidak dapat di rinci
secara spesifik. Lalu, seperti yang sudah dijelaskan oleh Pak
Ratmawan bahwa terdapat beberapa usaha kecil yang mati
akibat adanya pembangunan minimarket adakah tindakan
pemerintah untuk membangkitkan usaha kecil agar tidak
tertekan keberadaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pak Ratmawan selaku Humas Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) menyatakan.
“Yang punya kewenangan langsung kan pemerintah
seharusnya pemerintah mengikuti saran kita deh
mencoba dulu. KPPU hanya memberi saran kepada
pemerintah bukan regulator. KPPU adalah penengah
hanya memberikan saranan dan pertimbangan.
Sebenenrnya secara sistem pengawasannya sudah bagus
Cuma penerapannya perlu di kaji ulang.”127
Selain aktivas ekonomi yang tidak sehat ini mematikan
usaha kecil seperti toko kelontong tetapi juga dapat mematikan
pelaku usaha yang bermodal besar. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Ratmawan selaku Humas KPPU.
“…dari unsur kemitraan pun merugikan mitranya,
maksudnya kan kalo kemitraan itu dari perusahaan
besar Indomaret besar itu bekerja sama dengan
masyarakat sekitar yang memiliki modal untuk
berusaha membangun merk dagang Indomaret itu ketika
yang jaraknya tidak diatur maka dari penghasilan
masyarakat yang berinvestasi untuk membangun merk
dagang tersebut di wilayah tertentu itu kan akan turun
karena akan ada saingannya Indomaret juga seharusnya
126
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha 127
Ibid.,
94
ada pengaturan yang jelas untuk pemerintah
Jakarta…”128
Oleh sebab itu dari uraian diatas dapat disimpulkan
dampak yang ditimbulkan dari adanya pembangunan
minimarket ini menciptakan aktivitas ekonomi yang merugikan
baik bagi pihak investor dengan modal besar maupun pedagang
toko kelontong bermodal pas-pasan. Namun, untuk
menciptakan keselarasan dalam menciptakan persaingan usaha
yang sehat masyarakat harus ikut ambil andil dalam mengawasi
persaingan usaha ini agar dapat ditindak lanjuti oleh
pemerintah.
2. Berdasarkan Hasil Observasi
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terkait dampak
sosial ekonomi berdirinya minimarket terhadap toko kelontong tradisional,
peneliti dalam hal ini melakukan pengamatan di Jalan Warakas Raya yang
berfokus pada pengamatan toko kelontong tradisional. Berikut adalah hasil
yang di dapat dari observasi yang peneliti lakukan.
a. Lokasi
Jika dilihat secara seksama, semua toko kelontong tradisional
memiliki lokasi yang strategis karena berada di jalan raya utama,
sehingga banyak masyarakat yang melalui daerah tersebut. Namun,
jika di lihat dari jarak untuk toko milik Ibu Sutinah dan Pak Adi
letaknya agak jauh dari minimarket. Tetapi ada satu toko kelontong
tradisional yang jaraknya sangat berdekatan dengan bangunan
minimarket, yaitu toko milik Pak Adi. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut.
128
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
95
Gambar 4.1
Toko Kelontong Tradisional Pak Adi
b. Fasilitas
Dari segi fasilitas peneliti membagi ke dalam beberapa
kategori, diantaranya:
1) Alat Pendukung Toko Kelontong
Alat pendukung toko kelontong yang dimaksud adalah
berhubungan dengan alat hitung, ac, etalase, dan lainnya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti semua toko kelontong
tradisional memiliki hal tersebut untuk mendukung aktivitas
berdagang mereka.
2) Ketersedian Barang
Jika dilhat dari ketersedian barang, dari ketiga kelontong
tradisional ini sama-sama menawarkan produk Sembilan bahan
pokok (sembako). Namun, pada toko milik Pak Adi dan Pak Andre
mereka menambahkan satu item yaitu menjual bahan bakar
kendaraan bermotor. Hal ini dapat terlihat pada gambar 4.2 dan 4.3
berikut.
96
Gambar 4.2
Toko Kelontong Tradisional Pak Andre
Gambar 4.3
Toko Kelontong Tradisional Pak Adi
3) Pelayanan
Berdasarkan hasil observasi peneliti, membagi pelayanan ini
menjadi dua kategori yaitu pelayanan dari dalam diri manusia mapun
pelayanan yang diberikan dari luar. Pelayanan yang dimaksud dari
dalam adalah pelayanan sifat mereka terhadap konsumen. Dalam hal
ini yang diberikan ketiga pemilik toko kelontong tradisional sangat
97
ramah, sabar dalam menghadapi pembeli. Namun, jika dilihat dari segi
cekatan dalam melayani pembeli toko milik Ibu Sutinah dan Pak
Andre menurut pandangan saya kurang karena hal ini di latar
belakangi usia mereka yang sudah berumur. Begitu pula dalam
menghitung para pemilik toko kelontong tradisional sangat teliti, tetapi
jika dilihat dari segi kecepatan dalam menghitung Pak Adi lah yang
sangat cepat karena mungkin faktor usia yang masih muda.
Selanjutnya, pelayanan dari luar yaitu dalam penyajian
penampilan fisik yang ditawarkan setiap toko kelontong tradisional.
Setiap toko kelontong tradisional memiliki ciri khasnya masing-
masing dalam menata produk yang ditawarkan. Seperti Ibu Sutinah
lebih berfokus menggantung keperluan rumah tangga namun jika
dilihat dari tata kerapian hal ini dirasa masih kurang. Berikut toko Ibu
Sutinah tertera pada gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4
Toko Kelontong Tradisional Ibu Sutinah
Hal berbeda ditawarkan oleh toko milik Pak Adi meskipun Pak
Adi berfokus menggantung makanan ringan tetapi masih terlihat rapi.
Namun, adanya produk-produk yang digantung membuat tata letak
barang yang berada di dalam menjadi tertutup dan terlihat sempit. Hal
ini tertara pada gambar 4.5 berikut.
98
Gambar 4.5
Toko Kelontong Tradisional Pak Adi
Jika melihat dari segi rapi dalam peletakan produk barang yang
ditawarkan berdasarkan hasil observasi peneliti toko milik Pak
Andrelah yang dapat dikatakan menyusun semua produk dengan rapi
dan disusun berdasarkan klasifikasinya baik makanan ringan maupun
minuman.
Gambar 4.6
Toko Kelontong Tradisional Pak Andre
99
4) Konsumen
Berdasarkan hasil observasi peneliti, dari ketiga toko kelontong
tradisional instensitas konsumen datang lebih banyak di toko milik Pak
Andre, lalu urutan kedua adalah toko milik Pak Adi, dan yang terakhir
adalah toko milik Ibu Sutinah. Konsumen yang datang terutama adalah
tetangga mereka.
C. Pembahasan
1. Dampak Sosial Berdirinya Minimarket terhadap Toko Kelontong
Tradisional
Meluasnya keberadaan toko modern di wilayah perkotaan
merupakan bukti adanya kemajuan di bidang ekonomi di negara Indonesia
ini. Mulanya keberadan toko modern hanya berpusat pada wilayah yang
berada di tengah kota yaitu supermarket. Namun, dengan adanya kemajuan
zaman keberadaan toko modern ini merambah hingga ke pelosok-pelosok
daerah di ibukota Jakarta. Ritel menjadi hal penting dalam proses
penyaluran barang kepada konsumen.
Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di
Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
(Aprindo) dengan membuat perkiraan perumbuhan bisnis ritel modern di
tanah air tahun 2012 mencapai 15%. Dengan begitu, Indonesia berada di
urutan ketiga setelah India dan China sebagai negara yang memiliki
pertumbuhan bisnis ritel terbaik di kawasan Asia.129
Strategisnya industri ini di Indonesia mengakibatkan merambahnya
toko modern di sekitar lingkungan masyarakat dengan menawarkan
fasilitas yang berbeda dengan yang berada di pusat kota, toko modern
yang berada di lingkungan masyarakat berbasis pada minimarket franchise
(Alfa Mart, Indomaret, Alfa Midi, dan lainnya).
129
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op. Cit, h.1
100
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan humas
KPPU, meluasnya pembangunan minimarket ini bukan tanpa sebab hal ini
terjadi secara alami dikarenakan ketertarikan konsumen terhadap fasilitas
yang diberikan oleh minimarket tersebut.130
Rasa ketertarikan yang
muncul dari konsumen memicu para investor dengan modal besar
berbondong-bondong membangun minimarket, sehingga kian marak
keberadaan minimarket di kota-kota besar terutama di Jakarta.
Di sisi lain, adanya kemajuan budaya belanja di kalangan
masyarakat memberikan dampak bagi pemilik usaha dengan modal
seadanya seperti toko kelontong tradisional. Dari sisi inilah terjadi
tumpang tindih masalah sosial ekonomi antara pemilik modal besar
dengan pemilik modal seadanya. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil
wawancara yang penulis lakukan dengan Humas KPPU untuk menjaga
iklim ekonomi agar tercipta persaingan yang sehat maka pemerintah
membatasi jarak pembangunan minimarket.131
Pembatasan jarak tersebut guna mengantisipasi maraknya
pembangunan minimarket yang memberikan dampak bagi pemilik usaha
dengan modal seadanya, dalam hal ini dampak sosial. Namun, para
pemilik usaha toko kelontong tradisional ini berdasarlan pengamatan
peneliti mereka tidak tidak terlalu merasakan secara langsung dampak
sosial ini namun tanpa disadari hal tersebut merubah beberapa aspek
dalam kehidupan mereka. Hal ini disebabkan karena mereka lebih
berfokus pada dampak ekonomi yang ditimbulkan yaitu menurunnya
omset hasil berjualan mereka.
Dalam penelitian ini, untuk melihat dampak sosial yang
ditimbulkan akibat maraknya pembangunan minimarket di lingkungan
sekitar masyarakat akan mensinkronikasikan antara pendapat dari Armour
dengan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Berdasarkan pendapat
dari Armour untuk melihat dampak sosial dilihat dari beberapa perubahan
130
Lampiran, Transkrip Wawancara Komisi Pengawas Persaingan Usaha 131
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
101
itu memiliki beberapa aspek diantaranya cara hidup, budaya, dan
komunitas.132
Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di
kalangan pemilik toko kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya.
a. Cara Hidup
Dalam aspek cara hidup ini, penulis menanyakan keseharian
para pemilik toko kelontong tradisional sejak sebelum adanya
minimarket hingga berdirinya minimarket di dekat toko kelontong
milik mereka. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan,
serentak para pemilik toko kelontong merasakan kecemasan atas
keberadaan minimarket di sekitar toko milik mereka.133
Kecemasan itu semakin terasa ketika jarak antara toko milik
mereka berdekatan dengan minimarket hal ini menjadi alasan utama
menurunkan jumlah konsumen yang datang. Sehingga dapat dikatakan
secara tidak langsung keberadaan minimarket ini dianggap suatu
ancaman bagi keberlangsungan toko milik mereka. Rasa kecemasan
tersebut menimbulkan perubahan-perubahan pada cara hidup para
pemilik toko kelontong tradisional.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, kecemasan
yang ditimbulkan mendorong pemilik toko kelontong tradisional
memaksimalkan kinerja mereka seperti yang dilakukan oleh Pak Adi,
Pak Adi memaksimalkan jam buka tokonya hingga 24 jam.134
Hal ini dilakukan karena pemilik toko kelontong tersebut
melihat peluang bahwa jam buka minimarket di dekat tokonya tidak 24
jam, sehingga Pak Adi memaksimalkan jam buka tokonya. Dari sisi ini
terlihat dampak yang ditimbulkan akan berpengaruh pada kualitas cara
hidup Pak Adi. Hal yang dilakukan Pak Adi sungguh akan
memberikan efek pada kesehatan tubuhnya karena berkurangnya
waktu tidur pemilik toko kelontong tradisional tersebut.
132
Juanda Yusuf Al Hudan, Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket Terhadap
Toko Kelontong Disekitarnya, FISIP Universitas Negeri Semarang:2016, h.24-25. 133
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional. 134
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
102
Namun disi lain, berkurangnya jumlah konsumen memberikan
efek penurunan semangat dalam jam buka toko kelontong
tradisionalnya. Dikarenakan sepinya pengunjung yang datang Pak
Andre lebih mempercepat jam buka tokonya yang dahulunya jam 1
dini hari berubah menjadi jam 11 atau jam 12 malam. Dari hal tersebut
dapat ditarik kesimpulan benar adanya pendapat dari Armour
bahwasuatu perubahan yang terjadi di masyarakat dapat membuat
perubahan pada cara hidup individu, seperti yang dialami oleh para
pemilik toko kelontong tradisional. Adanya perubahan cara hidup
mereka dalam sistem jam buka toko miliknya cepat atau lamanya jam
buka toko disesuaikan dengan semangat setiap individu untuk
menjaga keberlangsungan tokonya.
Adanya perubahan tersebut yang mengarah negatif hal ini pun
sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Ani Nur Fadhilah yang
menunjukkan bahwa keberadaan minimarket memberikan dampak
negatif sehingga harus ada strategi bagi para pedagang tradisonal untuk
meningkatkan konsumen.135
Strategi-strategi yang dilakukan setiap
pelaku usaha pun berbeda-beda bukan hanya dari jam buka tokonya
selain itu pula terdapat pada pelayanan yang diberikan bagi konsumen
agar menarik minat konsumen.
Hal yang paling mudah bagi pelaku usaha toko kelontong
tradisional untuk menarik konsumen adalah memberikan pelayanan
yang ramah terhadap konsumen dan memanfaatkan kedekatan dengan
pelanggan yang masih bertetanggaan selain itu para pemilik toko
menjaga kerapian tata letak barang yang ditawarkan agar mudah di
lihat oleh para pembeli.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap
toko kelontong tradisional milik Ibu Sutinah, pemilik toko kelontong
tersebut lebih memajang makanan-makanan ringan serta es cream
135
Ani Nur Fadhilah, Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus di
Ngaliyan), Skripsi, Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Wali Songo, Semarang, 2011.
103
untuk menarik konsumen anak-anak hal ini pula dilakukan oleh Pak
Adi.
Namun, cara lain dilakukan oleh Pak Andre dalam peletakan
barang yang ditawarkan toko Pak Andre ini menyusun dengan rapi
setiap barangnya sehingga pembeli dapat mengambil barangnya sendiri
hampir menyerupai dengan sistem pelayanan yang ditawarkan oleh
minimarket.
Nampak jelas dalam hal ini maraknya pembangunan
minimarket memberikan dampak negatif bagi para pelaku usaha toko
kelontong tradisional, namun disisi lain memberikan pula dampak
yang positif.
Dampak negatifnya adalah terdapat rasa khawatir bagi
keberlangsungan toko milik mereka sehingga mereka melakukan
perubahan pada segi waktu yaitu dengan cara memaksimalkan jam
buka tokonya hingga 24 jam hal ini sungguh akan berdampak bagi
kesehatan si pemilik toko kelontong tradisional karena perubahan pola
hidupnya.
Jika dilihat dari dampak positif, hal ini terbukti dengan adanya
persaingan yang memicu kekhawatiran mereka terhadap
keberlangsungan usaha mereka menjadikan mereka menciptakan
strategi-strategi melalui pemberian pelayanan yang baik terhadap para
konsumen.
b. Budaya
Armour melihat budaya di dalam kehidupan bermasyarakat
dikategorikan menjadi sistem nilai, norma, dan kepercayaan.136
Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti budaya yang berkembang
di kalangan masyarakat yaitu adanya perubahan nilai dalam
masyarakat yaitu peralihan dari kebudayaan tradisional berubah
136
Juanda Yusuf Al Hudan, Loc. Cit.
104
menjadi lebih modern. Hal ini terlihat dari adanya perubahan budaya
belanja yang dilakukan di kalangan masyarakat yaitu peralihan dari
yang biasanya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat
membeli di toko kelontong beralih menjadi ke minimarket.
Adanya perubahan budaya berbelanja pada masyarakat
memunculkan sifat cenderung ke arah konsumtif. Perubahan budaya
berbelanja ini disebabkan terbiasanya golongan masyarakat kelas atas
yang berbelanja di departement store. Seiring perkembangan zaman
yang maju mendorong masyarakat menengah bawah untuk merasakan
suasana belanja yang menawarkan hal modern dibandingkan dengan
toko kelontong tradisional
Bukan hanya itu, para pelaku usaha toko kelontong tradisional
pun sudah memaklumi hal ini karena terkadang para minimarket
memicu kegaduhan konsumen untuk datang berbelanja dengan
memberikan penawaran-penawaran menarik. Sehingga dapat dikatakan
minimarket berhasil menarik minat masyarakat untuk berbelanja di
minimarket dibuktikan dengan menjamurnya keberadaan minimarket
di beberapa wilayah.
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan
bahwa konsumen tidak selalu menghabiskan uang belanjanya ke
minimarket jika di toko kelontong tradisional ada dan lebih murah
harganya maka masyarakat cenderung memilih berbelanja di toko
kelontong tradisional.137
Meskipun minimarket menawarkan pelayanan yang lebih
menarik dibandingkan dengan toko kelontong tradisional ternyata
masyarakat tidak melulu berkeinginan berbelanja di minimarket.
Masyarakat dalam hal ini lebih memilih toko mana yang lebih
menawarkan dengan harga yang lebih murah.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan hal ini
benar adanya bahwa jika ketersedian barang tersebut ada di toko
137
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
105
kelontong tradisional serta toko kelontong tradisional menawarkan
harga yang lebih murah maka konsumen lebih memilih untuk
berbelanja di toko kelontong tradisional.138
Alasan tersebut juga
dilatarbelakangi dengan alasan lebih praktis karena keberadaan toko
kelontong tradisional keberadaannya sangat dekat dengan rumah
masyarakat (bertetanggaan).
Di sisi lain, alasan konsumen beralih pun disebabkan karena
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks sehingga para
konsumen beralih dari berbelanja di toko kelontong tradisional
menjadi ke minimarket. Hal ini sesuai dengan identifikasi oleh Slater
mengenai budaya konsumen, yaitu kebutuhan konsumen secara prinsip
tidak terbatas dan tidak terpuaskan.139
Adanya kebutuhan yang semakin kompleks membuat
konsumen berdalih bahwa minimarket menawarkan barang yang lebih
lengkap dibandingkan dengan toko kelontong tradisional. Berdasarkan
hasil wawancara dengan konsumen, alasan masyarakat membeli
barang di minimarket disebabkan karena barang yang ditawarkan oleh
minimarket barang lebih bervariasi dibandingkan dengan toko
kelontong tradisional.140
Dapat terlihat bahwa berkurangnya konsumen serta pindahnya
minat konsumen untuk berbelanja di toko kelontong tradisional
disebabkan kurangnya variasi barang yang ditawarkan oleh pelaku
usaha toko kelontong tradisional. Kurang beragamnya barang yang
ditawarkan bukan tanpa alasan karena hal ini tidak bisa disamakan
antara pelaku usaha dengan modal besar serta pelaku usaha dengan
modal seadanya.
Dalam melihat dampak yang ditimbulkan akibat dari adanya
menjamurnya pembangunan minimarket dari segi budaya konsumtif
dapat terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen peneliti
138
Lampiran, Transkrip Wawancara Konsumen 139
Damsar dan Indrayani, Op.Cit, h.134-138. 140
Ibid.,
106
memperoleh hasil bahwa masyarakat lebih banyak menghabiskan
biaya konsumsinya di minimarket.141
Bukan tanpa alasan hal ini dapat terjadi karena secara tidak
sadar ketika berbelanja di minimarket konsumen melayani dirinya
sendiri dengan mengambil produk secara mandiri yang pada awalnya
tidak membutuhkan produk tertentu menjadi tertarik untuk membeli
sehingga mendorong pembiayaan yang dikeluarkan lebih besar.
Perubahan budaya berbelanja yang saat ini terjadi di kalangan
masyarakat Indonesia khusunya akibat dari adanya perubahan perilaku
masyarakat yang ingin mencoba hal baru yang ditawarkan oleh adanya
kemajuan zaman tersebut, sehingga lambat laun hal baru ini menjadi
sebuah kebiasaan yang mendarah daging dalam gaya hidup kehidupan
masyarakat kota.
Sehingga, timbullah pengaruh yang saling mempengaruhi di
kalangan masyarakat sebagai nilai prestige dimana individu saling
mempengaruhi untuk berbelanja di minimarket. Maka dari itu,
berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan perubahan
budaya berbelanja ini dapat disimpulkan memberikan dampak negatif
bagi pedagang toko kelontong, perkembangan zaman yang semakin
modern menciptakan terjadinya pergeseran budaya berbelanja.
Dahulunya masyarakat lebih memilih belanja ke toko
kelontong sekarang beralih ke toko modern (minimarket) dengan dalih
barang yang ditawarkan oleh pihak minimarket lebih beragam. Hal ini
terjadi pun tidak dapat kita pungkiri akibat adanya kebutuhan manusia
yang semakin kompleks membuat minimarket menjamur di
lingkungan perumahan masyarakat sehingga mengakibatkan
persaingan yang dirasa timpang antara pemilik modal besar dengan
pemilik modal yang pas-pasan.
Namun, dari sisi positifnya hal ini tidak menurunkan rasa
percaya diri para pemilik toko kelontong tradisional. Mereka percaya
141
Lampiran, Transkrip wawancara Konsumen
107
harga yang ditawarkan oleh minimarket lebih mahal dibandingkan
dengan toko kelontong milik mereka.
c. Komunitas
Keberadaan komunitas ini dirasa keberadaannya sangat
berguna bagi keberlangsungan usaha toko kelontong tradisional karena
dengan adanya sebuah komunitas para pelaku usaha toko kelontong
tradisional dapat membagi keluh kesahnya dalam sebuah forum
terutama dalam menjaga stabilitas keutuhan toko kelontong tradisional
agar tidak tergerus dengan maraknya pendirian minimarket di
lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti terdapat toko kelontong tradisional ditemukan sebuah toko
kelontong tradisional yang bergabung dalam komunitas yang didirikan
oleh perusahaan rokok.142
Perusahaan rokok ini membantu pelaku
usaha serta memberikan arahan kepada pemilik toko kelontong
tradisional melakukan inovasi-inovasi yang menarik agar keberadaan
minimarket tidak mematikan usaha-usaha kecil seperti toko kelontong
tradisional.
Inovasi yang dilakukan yaitu berupa pemberian voucher
undian ketika konsumen berbenja di toko milik Pak Andre dengan
minimal sebesar Rp 25.000 hadiah utama yang ditawarkan pun berupa
sepeda motor. Sungguh hal yang ditawarkan ini akan menarik minat
konsumen dalam berbelanja. Dapat dikatakan dengan adanya
komunitas dari Sampoerna ini membantu pemilik toko kelontong
tradisional tidak kehilangan semangat untuk berwirausaha meskipun
dampak dari kehadiran minimarket mereka rasakan. Dapat dikatakan
adanya komunitas Sampoerna ini memberikan angin segar bagi pelaku
usaha dengan modal seadanya.
142
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
108
2. Dampak Ekonomi Berdirinya Minimarket terhadap Toko Kelontong
Tradisional
Dampak ekonomi adalah efek dari adanya pembangunan yang
didasari adanya kemajuan zaman di kalangan masyarakat saat ini sehingga
pembangunan dibutuhkan untuk menunjang kehidupan agar tidak
tertinggal dengan kemajuan zaman yang terjadi. Kemajuan yang dirasakan
oleh bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi nampak jelas terlihat dari
makin maraknya pembangunan toko modern yang awalnya hanya berada
di pusat kota namun akibat adanya kemajuan zaman mendorong pendirian
toko modern menerobos hingga ke pelosok perumahan masyarakat.
Kemajuan inilah yang menimbulkan dampak bagi para pelaku usaha kecil
seperti toko kelontong tradisional yang hanya memiliki modal pas-pasan.
Berdasarkan dari banyak hasil penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa dampak ekonomi dirasa sangat berpengaruh bagi para pelaku usaha
toko kelontong tradisional yaitu yang paling terasa adalah penurunan
pendapatan pemilik toko kelontong yang berada didekat bangunan
minimarket. Penurunan penghasilan ini jika terus dibiarkan akan
berpengaruh terhadap eksistensi keberadaan toko kelontong tradisional
tersebut. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulan
Pematasari bahwa keberadaan minimarket mengancam keberadaan
eksistensi ritel tradisional.143
Hal ini disebabkan karena banyaknya
konsumen yang beralih dari toko kelontong tradisional menjadi berbelanja
ke minimarket. Oleh sebab itu, dalam mengetahui dampak ekonomi yang
dirasakan oleh para pelaku usaha toko kelontong tradisional peneliti
mengambil pendapat dari Cohen sebagai acuan dalam melihat keterkaitan
antara teori yang ada dengan fakta yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Cohen berpendapat bahwa dampak ekonomi dikategorikan dalam beberapa
143
Wulan Permatasari, Pengaruh Persepsi tentang Minimarket terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota Tanggerang Selatan Provinsi Banten,
Skripsi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.
109
indikator, yaitu (1) dampak terhadap pendapatan, (2) dampak terhadap
aktivitas ekonomi, (3) dampak terhadap pengeluaran.144
Namun dalam pembahasan ini peneliti hanya berfokus pada 2
pendapat dari Cohen yaitu dampak terhadap pendapatan dan dampak
terhadap aktivitas ekonomi terbatasnya pembahasan ini disebabkan tidak
terbukanya narasumber dalam pengeluaran yang dilakukan oleh para
pemilik toko kelontong tradisional. Berikut adalah pembahasan mengenai
dampak ekonomi yang dirasakan oleh para pelaku usaha toko kelontong
tradisional berlandaskan dari teori yang Cohen utarakan.
a. Dampak terhadap Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan
penjualan, dalam hal ini pedagang menjual produk kepada konsumen
sehingga mendapatkan pendapatan. Seperti yang sudah dibahas
sebelumnya menurunnya pendapatan merupakan suatu hal yang sangat
dikhawatirkan oleh para pelaku usaha toko kelontong tradisional.
Penurunan ini disebabkan karena daya tarik masyarakat untuk membeli
di toko kelontong tradisional berkurang diakibatkan munculnya ritel
modern yang lebih menawarkan keberagaman produk serta
memberikan fasilitas yang menawarkan rasa nyaman bagi konsumen.
Hal inilah yang menjadi pemicu utama berkurangnya konsumen toko
kelontong tradisional.
Penurunan pendapatan yang diperoleh oleh para pelaku usaha
toko kelontong tradisional yang disebabkan menurunnya jumlah
konsumen yang datang merupakan dampak negatif yang ditimbulkan
akibat adanya pembangunan minimarket. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh R. Masruroh bahwa modern retail
144
Isna Fitria Agutina dan Ricka Octaviani, Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi
Kebijakan Pengembangan Kawasan Mix Use di Kecamatan Jabon, Electronic Jornal, Vol.4, No.2,
September 2016, h.155.
110
stores provide a decrease in turnover and customers impact for
traditional retail stores145
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan
maraknya pembangunan minimarket serta persaingan yang terjadi
diantara toko kelontong tradisional merupakan hal yang lumrah. Hal
ini dikatakan wajar dikarenakan selama persaingan usaha masih
sehat.146
Jika dilihat dari dampak negatif yang ditimbulkan akibat
maraknya pembangunan minimarket yang dilakukan para investor
dengan modal besar hal ini tidak dapat dikatakan lumrah karena usaha
ini dapat mematikan usaha kecil toko kelontong tradisional. Persaingan
terjadi bukan hanya dengan sesama pemilik toko kelontong tradisional
saja tetapi terjadi pula persaingan dengan keberadaan minimarket yang
dekatnya saling bersebelahan.
Terutama pendapatan toko kelontong tradisional akan lebih
terasa berkurangnya jika minimarket menawarkan penawaran-
penawaran diskon sehingga menciptakan kegaduhan di lingkungan
sekitar. Jika dilihat dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah
seharusnya hal ini tidak dilakukan karena terdapat poin yang
mengharuskan penyelenggara usaha mini swalayan (minimarket) di
Provinsi DKI Jakarta harus memenuhi ketentuan harga jual barang-
barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh lebih rendah dengan yang
ada di warung dan toko di sekitarnya.147
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan
adanya pesta diskon yang dilakukan minimarket memberikan
keuntungan juga terhadap pemilik toko kelontong tradisional jika
produk yang ditawarkan harganya lebih murah dari supplier maka
barang tersebut akan dibeli oleh pemilik toko kelontong lalu di jual
145
R. Masruroh, The Impact of Modern Retail Modern Minimarket towards the Continuity
of Tradisional Retail Businesses, Electronic Journal of Science and Engineering, 2017, IOP Conf.
Mater. Sci. Eng. 180 01 2005. 146
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha 147
R. Serfianto D. Purnomo, dkk, Op. Cit, h.87
111
kembali.148
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wulan Permatasari bahwa mereka tidak jarang
membeli keperluan sehari-hari untuk keperluan pribadi atau rumah
tangga di minimarket terlebih lagi ketika didapatkan ada diskon
(potongan harga) di minimarket.149
Selain itu, dalam penelitian ini penurunan pendapatan
dikategorikan pada persedian barang yang sebagian besar disediakan
oleh kedua ritel tersebut, yang pertama berupa sembilan bahan pokok
(sembako) seperti beras, telur, gula, dan lainnya yang kedua adalah
berupa makanan ringan serta minuman. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti kedua barang tersebut mengalami penurunan
pembeli di toko kelontong tradisional penurunan minat konsumen ini
mengakibatkan menurunnya omset pemilik toko kelontong tradisional
yang biasanya mencapai 40% berubah menjadi 30%.150
Namun, jika di telisik lebih lanjut penurunan omset ini dapat
diminimalisir dengan cara menyediakan barang yang lebih lengkap.
Hal ini dirasakan oleh para konsumen alasan mereka beralih
disebabkan karena barang yang ditawarkan oleh toko kelontong
tradisional persediannya terbatas. Tetapi hal ini dirasa sulit
dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki pemilik toko kelontong
tradisional. Oleh sebab itu terkadang untuk menekan kerugian yang
ditimbulkan para pemilik toko kelontong tradisional mensiasatinya
dengan mengikuti pengambilan bunga kredit ringan salah satunya dari
Bank BRI KUR, berdasarkan hasil wawancara kredit yang ditawarkan
ini memiliki bunga yang miring. Di lain sisi buat pemilik toko
kelontong tradisional lainnya lebih memilih mengurangi barang yang
kurang laku. Ada pula yang mensiasati dengan mencari supplier yang
menawarkan dengan harga yang lebih murah sehingga mereka dapat
menjual barangnya kembali dengan harga yang tetap murah.
148
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 149
Wulan Permatasari, Loc, Cit. 150
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional
112
b. Dampak terhadap Aktivitas Ekonomi
Aktivitas ekonomi pada umumnya merupakan suatu kegiatan
yang dilaksanakan oleh para pelaku ekonomi yang diantaranya adalah
produsen, distributor, konsumen. Jika di antara ketiga pelaku ekonomi
ini menciptakan suasana ekonomi yang baik maka terciptalah
hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dan harmonis antar
pelaku usaha. Namun faktanya pembangunan minimarket yang
menerobos hingga ke wilayah pemukiman warga sungguh memberikan
dampak bagi para pelaku usaha toko kelontong tradisional. Jika terus
dibiarkan masalah ini bukan masalah kecil dikarenakan dapat
mematikan usaha kecil. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti
lakukan seharusnya izin pendirian minimarket di Jakarta izinnya sudah
di stop karena jika semakin maraknya pembangunan minimarket ini
bukan saja merugikan pemilik toko kelontong tradisional tetapi juga
sesama mitra minimarket franchise ini yang biasanya jaraknya
berdekatan.151
Sebenarnya kerugian yang disebabkan oleh maraknya
pembangunan minimarket dapat diperkecil jika implementasi
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
terlaksana dengan baik karena pada peraturan tersebut adanya
peraturan mengenai jarak. Jika pelaksanaan tersebut dapat dilakukan
dengan baik maka diyakini tidak aka nada persaingan yang tidak sehat
baik antara pemilik toko kelontong tradisional dengan mitra
minimarket franchise maupun sesame mitra minimarket franchise.
Kegagalan implementasi Peraturan Presiden Nomor 112
Tahun 2007 sejalan dengan penelitian terdahulu dari Saraswati pada
tesisnya bahwa pengaturan zonasi pasar tradisional dan pasar modern
151
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
113
di Kota Pontianak, semuanya belum mendasarkan pada Perpres No.
112 Tahun 2007. Makah al ini pun menimbulkan persaingan yang
sengit di antara pelaku usaha.
Persaingan yang sengit yang ditimbulkan merupakan akibat
dari berdirinya toko kelontong tradisional yang beriringan dengan
perkembangan minimarket merupakan kemajuan di bidang industri
ekonomi. Terlihat bahwa aktivitas ekonomi yang semakin kompleks
akibat adanya perubahan zaman yang menuntut negara berkembang
seperti Indonesia ini melakukan perubahan di bidang ekonomi.
Namun, di balik sisi positif tersebut timbul dampak negatif yaitu
adanya persaingan usaha yang sengit bukan hanya pada pihak yang
memiliki modal kecil tetapi juga pada pihak pemodal besar. Hal ini
terjadi karena maraknya pembangunan minimarket bukan hanya
menjadi pesaing toko kelontong tradisional tetapi juga para investor
yang memiliki bisnis warala berbasis franchise ini.
Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas ekonomi ini sudah
dirasa kurang sehat, hal ini pun dibenarkan adanya oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada fakta dalam putusan dan
data ekonomi dari saran yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha (KPPU) menunjukkan bahwa dalam industri retail
terdapat:
a) kondisi perilaku persaingan usaha tidak sehat,
b) ketidakseimbangan retail-pemasok dan,
c) terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan (tradisional).152
Seharusnya pemerintah Jakarta turut andil untuk menjaga
keselarasan persaingan usaha antara pelaku usaha di bidang ritel baik
tradisional maupun modern. Berdasarkan hasil wawancara yang yang
dilakukan peneliti kepada pemilik toko kelontong tradisional mereka
152
A. Junaidi, Memahami Urgensi UU, Retail, http:
//www.kppu.go.id/id/blog/2013/02/memahami-urgensi-uu-retail/, diakses pada 14 Desember 2017.
114
merasa tidak ada peran pemerintah dalam menindak lanjuti terkait
masalah maraknya pembangunan minimarket.153
Terkait belum adanya
tindakan tegas dari pemerintah dalam masalah ini disebabkan karena
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) selaku pemberi saran
kepada pemerintah tidak ingin terlalu mencampuri hal ini sementara
masyarakat pun tidak ada yang mengadu atas dampak yang
ditimbulkan. Jika hal ini dilakukan KPPU takut di salah artikan
dikiranya mengintervensi seolah menekan pelaku usaha. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan peneliti jika ada permintaan
masyarakat terkait masalah dampak yang ditimbulkan akibat adanya
pembangunan minimarket yang kian pesat maka akan ditindak lanjuti.
Seperti yang terjadi di Kulon Progo terkait maraknya pembangunan
minimarket di daerah tersebut masyarakat mengeluarkan aspirasi
sehingga timbul inovasi toko modern yang bernama “Tomira”
singkatan dari Toko Milik Rakyat ini merupakan salah satu bentuk
kerja sama antara waralaba franchise (Alfamart atau Indomaret).154
Jadi, dari uraian yang sudah disampaikan diatas dapat
disimpulkan dampak yang ditimbulkan dari adanya pembangunan
minimarket ini menciptakan aktivitas ekonomi merugikan baik bagi
investor dengan modal besar maupun pedagang toko kelontong
tradisional dengan modal seadanya. Untuk menciptakan aktivitas
ekonomi yang selaras dalam menjaga persaingan usaha yang sehat
antara pelaku usaha pemerintah menutut masyarakat harus ikut ambil
andil dalam mengawasi persaingan usaha di lingkungan sekitar mereka
agar dapat ditindak lanjuti jika hal itu dirasakan merugikan maka
pemerintah akan mengambil tindakan tegas terkait permasalahan ini
153
Lampiran, Transkrip Wawancara Pemilik Toko Kelontong Tradisional 154
Lampiran, Transkrip Wawancara Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
115
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan di lapangan
saat penelitian. Adapun keterbatasan tersebut antara lain:
1. Waktu
Terkait kendala dalam waktu penelitian tidak ada kesulitan dalam
menyesuaikan waktu dengan pemilik toko kelontong tardisional, namun
kegiatan wawancara menjadi sedikit terganggu ketika ada pembeli datang.
Kesulitan dalam waktu penelitian mulai dirasakan ketika melakukan
wawancara dengan Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
peneliti harus menunggu waktu satu bulan untuk fiksasi kegiatan jadwal
wawancara.
2. Jarak
Jarak tempuh ke tempat penelitian toko kelontong tradisional
jaraknya dapat dikatakan dekat dengan rumah peneliti tetapi jarak tempuh
untuk ke kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dari tempat
tinggal peneliti dirasa relatif jauh mengakibatkan penelitian harus
dilakukan dengan waktu yang cukup lama dan mengeluarkan dana lebih
banyak.
3. Narasumber
Dalam penelitian ini peneliti merasa cukup sulit untuk mencari
narasumber pemilik toko kelontong tradisional yang memiliki kesedian
untuk di wawancarai, sehingga peneliti merasa data yang disajikan terasa
kurang lengkap karena hanya mewawancarai sebagian kecil pemilik toko
kelontong tradisional di Jalan Warakas Raya. Hal ini menjadi kendala
karena pemilik toko kelontong merasa takut salah menjawab beberapa
pertanyaan yang peneliti ajukan.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti,
dapat disimpulkan bahwa maraknya pendirian minimarket memberikan
dampak bagi para pelaku usaha toko kelontong tradisional, baik dari segi
sosial maupun ekonomi. Dampak sosial itu sendiri terkait pada pandangan
menurut Armour yang diantaranya perubahan cara hidup pedagang jika dilihat
dari segi mental yaitu pedagang lebih semangat dalam memajukan usahanya
dengan inovasi-inovasi yang kreatif agar menarik minat belanja konsumen.
Terkadang inovasi-inovasi yang mereka lakukan berdampak juga pada segi
kesehatan yaitu akibat dari dibukanya toko kelontong tradisional selama 24
jam sungguh hal ini akan berpengaruh pada kondisi kesehatan pemilik toko
kelontong tradisional. Selain itu maraknya pendirian minimarket merubah
budaya berbelanja masyarakat sekitar yaitu peralihan dari berbelanja di toko
menjadi ke minimarket, sehingga hal ini menyebabkan menurunnya jumlah
konsumen toko kelontong tradisional. Namun, keberadaan komunitas ditengah
maraknya pendirian minimarket menjadi angina segar untuk para pemilik
usaha toko kelontong tradisional. Dalam hal ini keberadaan komunitas
memberikan dampak positif yaitu memberikan pengarahan kepada pemilik
toko kelontong agar selalu berusaha memajukan usaha yang mereka miliki.
Selanjutnya dalam melihat dampak ekonomi mengambil konsep dari
Cohen, yaitu adanya pengaruh penghasilan, aktivitas ekonomi, hingga
pengeluaran. Dampak ekonomi merupakan dampak yang begitu terasa bagi
para pemilik toko kelontong yaitu menurunnya jumlah omset penjualan sekitar
30-40 persen. Selain penurunan terhadap pendapatan adanya persaingan dalam
aktivitas ekonomi tersebut mengakibatkan menurunnya kesempatan berusaha
pedagang toko kelontong tradisional karena semakin maraknya keberadaan
minimarket maka semakin menekan jumlah toko kelontong tradisional yang
117
tidak dapat bertahan akibat kekurangan modal. Dari kedua dampak tersebut,
dampak ekonomi yang menjadi pusat perhatian para pemilik toko kelontong
sebab dampak ekonomi mengawali terjadinya dampak lain seperti perubahan
cara hidup. Dari dampak ekonomi inilah yang mendorong pemilik toko
kelontong tradisional melakukan berbagai inovasi-inovasi karena mereka
sadar bahwa pelayanan serta promosi yang dilakukan mereka tidak semenarik
minimarket.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi kepada pemerintah
kota Jakarta serta masyarakat, baik selaku konsumen maupun pedagang akibat
dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari maraknya pembangunan
minimarket.
Pertama, dibutuhkan peran pemerintah untuk meninjau kembali
penerapan peraturan perundang-undangan yang mengatur penataan
pembangunan minimarket. Hal ini dirasa jika tidak segara ditindak lanjuti
maka akan mematikan usaha-usaha kecil di lingkungan masyarakat.
Kedua, peran masyarakat selaku konsumen mempengaruhi juga
maraknya pembangunan minimarket akibat adanya peralihan budaya belanja.
Oleh sebab itu, dalam hal ini konsumen diharapkan tidak prestige karena hal
tersebut dapat memicu persaingan di antara konsumen untuk berbondong-
bondong berbelanja di minimarket.
Ketiga, para pedagang toko kelontong tradisional di Jalan Warakas
merasakan perubahan baik dari segi sosial maupun ekonomi. Adanya dampak
yang dirasakan bagi para pelaku usaha toko kelontong tradisional diharapkan
aktif untuk melaporkan permasalahan terkait agar tercipta hubungan yang baik
antara masyarakat dengan pemerintah sehingga permasalahan tersebut dapat
diatasi sebelum berdampak lebih besar.
118
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa
saran kepada:
1. Pemerintah DKI Jakarta diharapkan untuk lebih memperhatikan dan
meningkatkan penerapan Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2007
tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern terutama mengenai lokasi pendirian, sistem penjualan
dan jenis barang, serta syarat pendirian. Jika melanggar dengan tata hukum
yang berlaku diharapkan adanya tindakan tegas dari pemerintah agar
pembangunan minimarket tidak semakin menjamur.
2. Para pelaku usaha minimarket diharapkan mengkaji seluruh aspek yang
berkaitan dengan pendirian usaha minimarket sehingga tidak
menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat bukan hanya dengan toko
kelontong tradisional tetapi juga dengan mitra minimarket yang letak
bangunannya bersebelahan.
3. Pelaku usaha toko kelontong tradisional diharapkan selalu berinovasi baik
dari segi pelayanan maupun fasilitas. Hal ini perlu dilakukan agar menarik
minat konsumen berbelanja di toko kelontong tradisional sehingga
eksistensi toko kelontong tradisional tidak akan tergerus akibat semakin
maraknya pembangunan minimarket.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih dalam mengkaji pokok
permasalahan tersebut dengan metodologi yang berbeda sehingga
penelitian dapat berkembang.
119
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Wahab, Solichin. 2005. Analisis Kebijaksanaan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Alma, Buchari. 2006. Kewirausahaan: untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung:
ALFABETA.
D. Purnomo, R. Serfianto , dkk. 2012. Sukses Bisnis Ritel Modern. Jakarta:
KOMPAS GRAMEDIA.
Damsar dan Indrayani. 2011. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PRENADA
MEDIA GROUP. Ed.2.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Faisal, Sanapiah. 2005. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. Cet.7-1.
Hamid Darmadi. 2013. Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial:
Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Koentjraningrat. 1980. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Lukman dan Indoyama Nasrudin. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Marzali, Amri. 2012. Antropologi dan Kebijakan Publik. Jakarta: Prenada Media
Group.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
120
Sabarguna, Boy S. 2005. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI
Press.
Salim, A. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Santan K, Setiawan. 2010. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar.
Depok : PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitafif Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Ketiga). Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Syarbaini, Syahrial dan Fatkhuri. 2016. Teori Sosiologi Suatu Pengantar. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Tumanggor, Rusmin, dkk. 2012. IlmuSosial dan Budaya Dasar Edisi Revisi.
Jakarta: Prenada Media Group.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. 2006. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 6.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi
Aksara. Cet.1.
Peraturan Undang-Undang
Undang-undang No.20 Tahun 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
121
Skripsi
Multazam. 2016. Analisis Peran Usaha Kecil Menengah (Ukm) terhadap
Peningkatan Ekonomi Keluarga Karyawan (Studi Di Cv. Citra Sari Kota
Makassar). Skripsi, Jurusan Ekonomi Islam. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Alauddin Makassar.
Nur Fadhilah, Ani. Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus
di Ngaliyan). Skripsi. Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri
Wali Songo. Semarang.
Permatasari, Wulan . 2016. Pengaruh Persepsi tentang Minimarket terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Ciputat Kota
Tanggerang Selatan Provinsi Banten. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Ekonomi. Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Yusuf Al Hudan, Juanda. 2016. Dampak Sosial Ekonomi Berdirinya Minimarket
Terhadap Toko Kelontong Disekitarnya, FISIP Universitas Negeri Semarang.
Jurnal
Basrowi dan Siti Juariyah. 2010 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7
Nomor 1.
Fitria Agutina, Isna dan Ricka Octaviani. 2016. Analisis Dampak Sosial dan
Ekonomi Kebijakan Pengembangan Kawasan Mix Use di Kecamatan
Jabon, Electronic Jornal, Vol.4, No.2.
Laksamena, Ok. Dampak Keberadaan Indomaret terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan. Journal of Economic Education.
122
Masruroh, R. 2017. The Impact of Modern Retail Modern Minimarket towards
the Continuity of Tradisional Retail Businesses. Electronic Journal of
Science and Engineering. IOP Conf. Mater. Sci. Eng. 180 012005.
Rahmatia, Siti. 2018. Analisis Nilai Tambah Produk Kerupuk Udang Pada Industri
Rumahan Di Desa Muara Pantuan Kabupaten Kutai Kartanegara. eJournal
Administrasi Bisnis.
Website
Junaidi, A. Memahami Urgensi UU, Retail. Diakses dari
http://www.kppu.go.id/id/blog/2013/02/memahami-urgensi-uu-retail/,
pada tanggal 14 Desember 2017.
Khoer, Miftahul. Jakarta Raya. 2017. Menjamur Minimarket Liar di Jakarta.
Diakses dari http://jakarta.bisnis.com/read/20170605/384/659350
/menjamur-minimarket-liar-di-jakarta- pada tanggal 14 Maret 2018.
Koran Tempo. 2015. Diakses dari https://koran.tempo.co/konten/2015/01/15
/362180/39-Gerai-7-ElevenBeroperasi-tanpa-Izin pada tanggal 14 Maret
2018.
Peraturan Presiden RI.112. 2007. Penataan dan Pembinaan pasar tradisional,
pusat perbelanjaan dan toko modern. Diakses dari
http://www.bphn.go.id/data/documents/07pr112.pdf, pada tanggal 16
Maret 2018.
Tristia Tambun, Lenny. 2015. Berita Satu, DKI Masih Berlakukan Moratorium
“Minimarket”. diakses dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/304075-
dki-masih-berlakukan-moratorium-mini-market.html pada tanggal 14
maret 2018.
123
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati kegiatan
ekonomi distribusi pada ritel tradisional, yaitu toko kelontong tradisional. Hal ini
dilakukan untuk mencari dampak sosial ekonomi bagi toko kelontong tradisional
akibat dari menjamurnya keberadaan minimarket di lingkungan masyarakat
meliputi:
A. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik dan
non fisik keberadaan toko kelontong tradisional di tengah menjamurnya
keberadaan minimarket di lingkungan masyarakat.
B. Aspek yang Diamati
No. Aspek Yang Diamati Dampak Hasil
1. Jarak minimarket dari toko
kelontong tradisional
Sosial-Ekonomi
2. Letak strategis tidaknya toko
kelontong tradisional
Sosial-Ekonomi
3. Fasilitas yang tersedia (alat hitung,
etalase, ac, dll)
Ekonomi
4. Kebersihan toko kelontong
tradisional
Sosial
5. Penataan barang yang ditawarkan Sosial
6. Ketersedian barang yang dijual Ekonomi
7. Jumlah Konsumen yang datang Ekonomi
8. Pelayanan yang diberikan (ramah,
sabar, cekatan)
Sosial
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
TOKO KELONTONG TRADISIONAL
Fokus observasi : Pengamatan Keadaan Toko Kelontong Tradisional
Jalan Warakas Raya.
Hari/Tanggal : Jum’at, 31 Agustus 2018. Pukul 10.30
Nama Pemilik Toko : Hj. Sutinah
Alamat : Jl. Warakas Raya No.170
No. Aspek yang Diamati
Hasil
1. Jarak minimarket dari toko kelontong
tradisional
Keberadan toko kelontong tradisional
milik Ibu Sutinah jaraknya berjauhan
dengan minimarket.
2. Letak strategis tidaknya toko kelontong
tradisional
Letak toko kelontong tradisional
strategis karena berada di jalan raya
yang banyak dilalui masyarakat.
3. Fasilitas yang tersedia (Alat Hitung,
Ac, Etalase, dll)
Kelengkapan akan peralatan
pendukung dalam memenuhi
kebutuhan toko tersedia baik alat
hitung maupun etalase untuk
menunjukkan barang yang dijual.
Namun, untuk ketersedian alat
pendingin ruangan toko kelontong
milik Ibu Sutinah memakai kipas angin
bukan ac. Kulkas pun tersedia di toko
kelontong tersebut untuk minuman
dingin.
4. Kebersihan toko kelontong tradisonal Kebersihan toko milik Ibu Sutinah
terjaga terlihat bersih tidak ada sampah
Lampiran 2
yang berserakan.
5. Penataan barang yang ditawarkan Dalam penataan barang yang disajikan,
penataannya dapat dikatakan kurang
rapi karena toko tersebut banyak
menggantung barang yang disajikan
penataan pun tidak diklasifikasikan
sehingga terlihat berantakan.
6. Ketersedian barang yang dijual Ketersedian barang yang dijual dapat
dikatakan cukup lengkap dari
ketersedian barang kebutuhan pokok,
sandal karet, tetapi ketersedian barang
untuk kecantikan wanita seperti
parfum, kapas, sabun cuci muka, dll
tidak tersedia.
7. Jumlah konsumen yang datang Dikarenakan peneliti datang di siang
hari konsumen yang datang pun tidak
ada hanya ada beberapa saja.
8. Pelayanan yang diberikan (ramah,
sabar, cekatan, teliti)
Pelayanan yang diberikan oleh Ibu
Sutinah kepada pelanggan sangat
ramah, namun dalam segi cekatan dan
teliti dirasa masih kurang sebab faktor
umur menjadi alasan mengapa kedua
hal tersebut kurang.
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
TOKO KELONTONG TRADISIONAL
Fokus observasi : Pengamatan Keadaan Toko Kelontong Tradisional
Jalan Warakas Raya.
Hari/Tanggal : Jum’at, 31 Agustus 2018. Pukul 09.00
Nama Pemilik Toko : Andre Gunawan
Alamat : Jl. Warakas Raya No.60
No. Aspek yang Diamati
Hasil
1. Jarak minimarket dari toko kelontong
tradisional
Keberadan toko kelontong tradisional
milik pak Andre jaraknya berjauhan
dengan minimarket.
2. Letak strategis tidaknya toko kelontong
tradisional
Letak toko kelontong tradisional
strategis karena berada di jalan raya
yang banyak dilalui masyarakat.
3. Fasilitas yang tersedia (Alat Hitung,
Ac, Etalase, dll)
Kelengkapan akan peralatan
pendukung dalam memenuhi
kebutuhan toko tersedia baik alat
hitung maupun etalase untuk
menunjukkan barang yang dijual.
Namun, untuk ketersedian alat
pendingin ruangan toko kelontong
milik ibu Sutinah memakai kipas angin
bukan ac. Kulkas pun tersedia di toko
kelontong tersebut untuk minuman
dingin.
4. Kebersihan toko kelontong tradisonal Kebersihan toko milik Pak Anddre
terjaga terlihat bersih tidak ada sampah
yang berserakan, namun ada bau yang
Lampiran 2
menyengat disebabkan oleh bau bensin
yang dijual eceren di depan toko
kelontong.
5. Penataan barang yang ditawarkan Dalam penataan barang yang disajikan,
penataannya dapat dikatakan sangat
rapi karena Pak Andre
mengklasifikasikan berbagai barang
dengan jenis yang sama digabungkan
dalam 1 rak sehingga terlihat bersih
dan rapi.
6. Ketersedian barang yang dijual Ketersedian barang yang dijual dapat
dikatakan cukup lengkap dari
ketersedian barang kebutuhan pokok,
sandal karet, hingga bensin tetapi
ketersedian barang untuk kecantikan
wanita seperti parfum, kapas, sabun
cuci muka, dll tersedia namun tidak
beragam.
7. Jumlah konsumen yang datang Konsumen yang datang pun cukup
ramai, konsumen didominasi oleh
warga sekitar.
8. Pelayanan yang diberikan (ramah,
sabar, cekatan, teliti)
Pelayanan yang diberikan oleh Pak
Andre kepada pelanggan sangat ramah,
sangat cekatan sehingga konsumen
tidak menunggu lama dalam proses
pelayanan, dalam menghitung jumlah
barang yang dibeli konsumen juga
dilakukan dengan teliti.
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
TOKO KELONTONG TRADISIONAL
Fokus observasi : Pengamatan Keadaan Toko Kelontong Tradisional
Jalan Warakas Raya.
Hari/Tanggal : Sabtu, 1 September 2018. Pukul 10.30
Nama Pemilik Toko : Adi Sucipto
Alamat : Jl. Warakas Raya No.170
No. Aspek yang Diamati
Hasil
1. Jarak minimarket dari toko kelontong
tradisional
Keberadan toko kelontong tradisional
milik Pak Adi jaraknya sangat
berdekatan dengan minimarket hanya
dibatasi oleh 3 bangunan di antara
kedua pelaku usaha tersebut.
2. Letak strategis tidaknya toko kelontong
tradisional
Letak toko kelontong tradisional
strategis karena berada di jalan raya
yang banyak dilalui masyarakat.
3. Fasilitas yang tersedia (Alat Hitung,
Ac, Etalase, dll)
Kelengkapan akan peralatan
pendukung dalam memenuhi
kebutuhan toko tersedia baik alat
hitung maupun etalase untuk
menunjukkan barang yang dijual.
Namun, untuk ketersedian alat
pendingin ruangan toko kelontong
milik Pak Adi memakai kipas angin
bukan ac. Kulkas pun tersedia di toko
kelontong tersebut untuk minuman
dingin.
4. Kebersihan toko kelontong tradisonal Kebersihan toko milik Pak Anddre
Lampiran 2
terjaga terlihat bersih tidak ada sampah
yang berserakan, namun ada bau yang
menyengat disebabkan oleh bau bensin
yang dijual eceren di depan toko
kelontong.
5. Penataan barang yang ditawarkan Dalam penataan barang yang disajikan,
penataannya dapat dikatakan kurang
rapi karena toko tersebut banyak
menggantung barang yang disajikan
penataan pun tidak diklasifikasikan
sehingga terlihat berantakan.
Banyaknya barang yang di gantung
menyebabkan barang yang berada di
dalam toko menjadi tidak terlihat oleh
konsumen.
6. Ketersedian barang yang dijual Ketersedian barang yang dijual dapat
dikatakan cukup lengkap dari
ketersedian barang kebutuhan pokok,
sandal karet, hingga bensin tetapi
ketersedian barang untuk kecantikan
wanita seperti parfum, kapas, sabun
cuci muka, dll tersedia namun tidak
beragam.
7. Jumlah konsumen yang datang Konsumen yang datang ke toko milik
Pak Adi cukup banyak dan beragam
bukan hanya dari warga sekitar tetapi
juga oleh pengendara yang hanya
sekedar melintas dan membeli bencin
eceran maupun kebutuhan lainnya.
8. Pelayanan yang diberikan (ramah, Pelayanan yang diberikan oleh Pak
Lampiran 2
sabar, cekatan, teliti) Andre kepada pelanggan sangat ramah,
sangat cekatan sehingga konsumen
tidak menunggu lama dalam proses
pelayanan, dalam menghitung jumlah
barang yang dibeli konsumen juga
dilakukan dengan teliti.
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
(Pemilik Toko Kelontong Tradisional)
Identitas Diri
Nama :
Alamat :
Pendidikan :
Lama toko berdiri :
1. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di dekat toko
milik anda?
2. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap menjadi lebih modern?
3. Adakah dampak yang anda rasakan akibat dari maraknya pendirian
minimarket?
4. Apakah ada perubahan pada sisi penghasilan?
5. Adakah perubahan jumlah konsumen yang datang berbelanja ke toko anda?
6. Bagaimana anda memenuhi modal ketika penghasilan anda berkurang?
7. Apakah anda menggunakan kredit bunga ringan yang ditawarkan pemerintah
dalam pemenuhan modal guna memenuhi kebutuhan barang?
8. Apakah ada kecemburuan sosial terhadap pemilik minimarket ketika
konsumen anda beralih dari belanja di toko anda menjadi berbelanja di
minimarket?
9. Apakah berdirinya minimarket menurunkan motivasi anda dalam berusaha?
10. Jika minimarket menawarkan promosi dengan potongan harga. Apakah anda
ikut membeli barang tersebut?
11. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di toko anda?
Lampiran 3
12. Menurut anda, kecenderungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
belanja di minimarket?
13. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi dampak yang ditimbul dari adanya
keberadaan minimarket ini?
14. Bagaimana dengan sistem buka toko anda apakah anda merubahnya akibat
maraknya pendirian minimarket?
15. Adakah, hal menarik yang anda lakukan untuk meningkatkan jumlah
pengunjung toko anda?
16. Apakah menurut anda pemerintah sudah memperhatikan usaha kecil seperti
toko kelontong tradisonal?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
(Konsumen)
Identitas Diri
Nama :
Usia :
Pendidikan :
1. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap menjadi lebih modern?
2. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di lingkungan
sekitar anda?
3. Anda, lebih tertarik belanja bulanan di minimarket atau toko kelontong
tradisional, alasannya?
4. Anda, lebih tertarik belanja harian di minimarket atau toko kelontong
tradisional, alasannya?
5. Seberapa sering anda belanja di minimarket atau toko kelontong tradisional?
6. Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan yang diberikan oleh toko
kelontong tradisional dekat rumah anda?
7. Adakah keuntungan berbelanja di toko kelontong?
8. Adakah keuntungan berbelanja di minimarket?
9. Adakah kekurangan berbelanja di toko kelontong?
10. Adakah kekurangan berbelanja di minimarket?
11. Item apa saja yang sering anda beli di minimarket dalam sebulan?
12. Item apa saja yang sering anda beli di toko kelontong tradisional dalam
sebulan?
13. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di toko kelontong?
14. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di minimarket?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
(Komisi Perlindungan Persaingan Usaha)
Identitas Diri
Nama :
Alamat :
Pendidikan :
Lama bekerja :
1. Menurut anda, apakah menjamurnya minimarket berasal dari adanya proses
globalisasi?
2. Apakah anda setuju jika perubahan sosial mendorong meningkatnya jumlah
minimarket?
3. Menurut anda, dalam kenyatannya seperti yang kita ketahui bahwa terdapat
minimarket yang bersebelahan. Bagaimana pendapat anda?
4. Menurut anda, apakah jumlah minimarket di Jakarta keberadaannya cukup
banyak?
5. Apa yang dilakukan pemerintah dalam menekan jumlah minimarket di
Jakarta?
6. Menurut anda, apakah pendirian minimarket di Jakarta sudah sesuai dengan
peraturan yang ada?
7. Menurut anda, apakah penataan pembangunan minimarket di Jakarta sudah
sesuai dengan peraturan yang ada?
8. Menurut anda, apakah setiap minimarket di Jakarta memiliki surat izin
mendirikan bangunan?
9. Jika tidak, apakah tindakan tegas pemerintah dalam menghadapi masalah
tersebut?
10. Menurut anda, mengapa terdapat pengusaha yang mendirikan minimarket
tanpa surat izin?
Lampiran 3
11. Apakah persyaratan membangun minimarket di Jakarta sulit?
12. Menurut anda, apakah menjamurnya minimarket dapat mematikan usaha kecil
seperti toko kelontong tradisional?
13. Bagaimana peran pemerintah untuk membangkitkan usaha kecil agar tidak
tersaingi dengan maraknya pendirian minimarket?
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 1
( Komisi Pengawas Persaingan Usaha)
Tanggal Wawancara : 29 Agustus 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Kantor KPPU. Pukul 10.00
Identitas Informan 1
1. Nama : Ratmawan
2. Umur : 38 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Formal : S1 Hukum
5. Pekerjaan : Humas Komisi Pengawas Persaingan Usaha
6. Lama Bekerja : 7 Tahun
Hasil Wawancara
1. Menurut anda, apakah menjamurnya minimarket berasal dari adanya proses
globalisasi?
Jawaban : Kalau kita berbicara minimarket kan itu terkait sistem
kewaralabaan salah satu pola kemitraan yang diawasi KPPU,
waralaba berarti ada penjualan. Penjualan nama merk dagang
yang dipakai ke pihak mitra untuk menggunakan nama itu.
Selain itu juga ada terkait desainnya raknya kalau di retail
modern ada arak dan bangkunya seperti apa ada
Lampiran 4
spesialisasinya. Intinya mentransfer identitas. Kalau mengenai
ini apakah dampak globalisasi karena hal ini adanya
perkembangan zaman bagaimana orang memasarkan agar
produk nya menarik tentu harus dikemas. Pasti orang
berinovasi ingin menjual barangnya harus dengan kosnep
contohnya Indomaret dan Alfamart hampir sama bentuknya
catnya gimana caranya masyarakat tertarik untuk belanja disitu
dengan cara acnya di buat dingin, terus raknya dibuat
senyaman mungkin agar pelanggan ngambilnya gampang
disesuaikan dengan SOP sesuai minimarket tersebut.
2. Apakah anda setuju jika perubahan sosial ekonomi mendorong meningkatnya
jumlah minimarket?
Jawaban : Kalau ini kan harus ada studi ekonomi apakah minimarket akan
laris atau domonitas konsumen kalau banyak konsumen yang
tertarik kan itu secara alami. Alami untuk berkembang
minimarketnya tapi untuk KPPU sendiri melalui saran dan
pertimbangannya di Pasal 35 UUD 5 tahun 1999 KPPU punya
kewenangan untuk memberi saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah, entah pemerintah Provinsi atau Kabupaten. Kami
sarankan ahgar adanuya waralaba minimarket ada ini ada batasan
jaraknya. Itu merupakan saran dari kebijakan KPPU kepada
pemerintah untuk juga menjaga iklim masyarakat yang ingin
berjualan pedagang kelontong agar mereka tetap bertumbuh
kembang karena gak melulu pedagang kelontong hanya menjual
toko kelontong terus buktinya ada beberapa minimarket dengan
merk dagang yang tidak terkenal. Bisa diambil contoh seperti di
daerah Kulon Progo meskipun itu bentuk kerjasama dengan
Alfamart ataupun Indomaret itu ada namanya Tomira “Toko
Milik Rakyat” itu salah satu motivasi bagaimana produk lokal
Lampiran 4
dapat masuk ke minimarket. Salah satu inovasi yang diterapkan
oleh pemerintah daerahnya.
3. Menurut anda, dalam kenyatannya seperti yang kita ketahui bahwa terdapat
minimarket yang bersebelahan. Bagaimana pendapat anda?
Jawaban : Kalau itu hal yang lumrah dari sisi persaingan usaha yang satu
jual bumbu dapur yang satu jual bumbu dapur di pasar. Disuatu
perdagangan hal itu gak menjadi masalah selama ada persaingan
sehat disitu jangan sampai ada pembagian penjualan seumpama
di Toko A jualan air mineral di Toko B tidak menjual air mineral
tetapi menjual air berkarbonisasi (coca cola). Cuma kan mengapa
seperti ini tidak ada distributor yang mau memasukan ke toko B
berarti karena ada pembagian produk agar mereka tidak bersaing,
tetapi jika mereka ingin bersaing silahkan cuma harus
kompetensi yang sehat tapi KPPU menyadari masyarakat kita
masih perlu untuk berkembang ekonominya oleh karena itu
memberikan saranan pertimbangan tadi.
4. Menurut anda, apakah jumlah minimarket di Jakarta keberadaannya cukup
banyak?
Jawaban : Kalau di Jakarta sendiri ya, seharusnya izinnya sudah di stop
menurut saya kalau KPPU belum mengirim saran pertimbangan
ke Pemerintah Jakarta karena apa sekarang ini lihat saja kenapa
ko gak digedein aja gerainya agar masyarakat belanja di situ
doing. Dari unsur kemitraan pun merugikan mitranya,
maksudnya kan kalo kemitraan itu dari perusahaan besar
Indomaret besar itu bekerja sama dengan masyarakat sekitar yang
memiliki modal untuk berusaha membangun merk dagang
Indomaret itu ketika yang jaraknya tidak diatur maka dari
penghasilan masyarakat yang berinvestasi untuk membangun
merk dagang tersebut di wilayah tertentu itu kan akan turun
Lampiran 4
karena akan ada saingannya Indomaret juga seharusnya ada
pengaturan yang jelas untuk pemerintah Jakarta. Di Juanda ada
Indomaret Point itu tidak sesuai dengan ketentuan jarak yang
dipertimbangkan oleh KPPU. Kenapa tidak dibesarkan saja
seperti supermarket seolah-olah kan masyarakat hanya membeli
kesitu selain itu merugikan mitra yang berjualan dengan waralaba
tersebut karena tidak akan mendapatkan keuntunga yang
maksimal.
5. Apa yang dilakukan pemerintah dalam menekan jumlah minimarket di
Jakarta?
Jawaban : Seharusnya melihat saran dan pertimbangan, mungkin ini juga
belum ada permintaan dari masyarakat. Kalau ada permintaan
dari masyarakat maka kita akan melakukan penelitian ini masih
ideal gak sih. Bagaimana nanti perkembangan di masyarakat
untuk berusaha dibidang yang sama untuk retail kecil-kecilan
seperti toko kelontong. Tapi sampai sekatamg belum ada laporan
jika ada bisa jadi masuk saran pertimbnagan atau penegakan
hukum. Sampai sekarang belum ada khususnya di Jakarta. Kalau
di daerah ada sedikit hal yang menarik mereka meminta saran
pertimbangan ke KPPU kita ingin mendirikan retail-retail itu. Di
KPPU juga ada program checklist peraturan daerah yang
disinkronkan dengann UUD 5 tahun 1999 kira-kira bisa timbul
motivasi seperti “Tomira” seperti itu tapi ya di Jakarta sendiri ya
kita masih menunggu. Kalau kita intervensi iyakan seolah
menekan pelaku usaha dan itu yang tidak kita inginkan. Kita juga
ingin masyarakat turut aktif untuk melakukan pengawasan, jika
dari KPPU sendirinya takutnya KPPU dikira ada kepentingan.
6. Menurut anda, apakah pendirian minimarket di Jakarta sudah sesuai dengan
peraturan yang ada?
Lampiran 4
Jawaban : Kalau itu kan harus dari PEMKOT Dinas Perdagangan. Mungkin
sedikit tambahan yang perlu ditambahin adalah analisa dampak
lalu lintas sebelum pendirian minimarket. Indomaret didepan
Juanda punya parkir tidak ini cuma saran saya sendiri bukan dari
KPPU.
7. Menurut anda, apakah penataan pembangunan minimarket di Jakarta sudah
sesuai dengan peraturan yang ada?
Jawaban : Pendirian ya, harus di survei satu persatu kami sendiri belum ada
penelitian tentang itu saya tidak bisa menyimpulkan. Nanti mba
sampling aja
8. Menurut anda, apakah setiap minimarket di Jakarta memiliki surat izin
mendirikan bangunan?
Jawaban : Harus dituntut disegel.
9. Jika tidak, apakah tindakan tegas pemerintah dalam menghadapi masalah
tersebut?
Jawaban : Kalau di Jakarta belum ada, kalau di daerah malah ada kaya di
Provinsi Sumatera Barat mereka menolak adanya Indomaret
mereka berusaha untuk membuat minimarket mereka sendiri.
10. Menurut anda, mengapa terdapat pengusaha yang mendirikan minimarket
tanpa surat izin?
Jawaban : Karena terkadang keberadaan minimarket yang mendirikan
usahanya tidak sesuai dengan SOP yang ada seperti contohnya
bisa kita lihat di Juanda 3 kurang lahan parkirnya.
11. Apakah persyaratan membangun minimarket di Jakarta sulit?
Jawaban : Untuk sementara ini intinya harus punya lahan, di Jakarta kan
sulit. Kalau pun ada kan harus modal besar. Tergantung modal
Lampiran 4
juga sih kalo di Jakarta, kalo di daerah masyarakat lebih
cenderung mencari harga yang lebih murah. Di Indomaret kan
cenderung 1 level diatas rata-rata kan ya meskipun dia
mengambil di distributor dengan partai besar cuma harus
diperhatikan pajaknya, sewa gedungnya sehingga menambahkan
pembiayaan dalam pembentukan harga. Kalau di daerah
cenderung seimbang antara pertarungan pasar dan minimarket.
12. Menurut anda, apakah menjamurnya minimarket dapat mematikan usaha kecil
seperti toko kelontong tradisional?
Jawaban : Tentu ada dampak namun seberapa besarnya itu dampak tersebut
dilihat masih bertahankan toko kelontong itu kalau seharusnya ya
apa minimarket mengikuti aturan terkait jarak seharusnya tidak
ada masalah terkait perkembangan usaha mandiri di masyarakat.
Namun, kondisi saat ini tidak sesuai dengan saran dari KPPU
makanya banyak juga yang mati. Kita lihat sampling lagi dari
Juanda 3 ini ke arah Juanda Raya ada gak toko kelontong,
bebrarti kemungkinan mematikan kalau tidak sesuai dengan
pertimbangan KPPU. KPPU biasa bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait kemarin kita abis membuat FGD (Focus Group
Discussion) terdapat di website KPPU terdapat beberapa instansi
bahkan asosiasi retail di situ ada.
13. Bagaimana peran pemerintah untuk membangkitkan usaha kecil agar tidak
tersaingi dengan maraknya pendirian minimarket?
Jawaban : Yang punya kewenangan langsung kan pemerintah seharusnya
pemerintah mengikuti saran kita deh mencoba dulu. KPPU hanya
memberi saran kepada pemerintah bukan regulator. KPPU adalah
penengah hanya memberikan saranan dan pertimbangan.
Sebenenrnya secara sistem pengawasannya sudah bagus Cuma
penerapannya perlu di kaji ulang.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 2.1
( Pemilik Toko Kelontong Tradisional)
Tanggal Wawancara : 31 Agustus 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Jl. Warakas Raya No.170. Pukul 10.30
Identitas Informan 2
7. Nama : Hj. Sutinah
8. Jenis Kelamin : Perempuan
9. Pendidikan Formal : SD
10. Pekerjaan : Wiraswasta
11. Lama Toko Berdiri : 35 Tahun
12. Kota Asal : Karawang
Hasil Wawancara
1. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di dekat toko
milik anda?
Jawaban : Ya berpengaruhlah neng.
2. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap menjadi lebih modern?
Jawaban : Ya tergantung keadaan ekonomi, jika mau praktis warung lebih
dekat. Kalau Indomaret kan jauh. Kadang kalau mau jalan-jalan
ya iya ke minimarket
Lampiran 4
3. Adakah dampak yang anda rasakan akibat dari maraknya pendirian
minimarket?
Jawaban : Penghasilan serta konsumen berkurang sih neng.
4. Adakah perubahan pada sisi penghasilan?
Jawaban : Kalau sekarang sih stabil aja neng gada perubahan yang besar,
kalau misalkan nanti di depan saya ada minimarket mungkin
agak berkurang.
5. Adakah perubahan jumlah konsumen yang datang berbelanja ke toko anda?
Jawaban : Ada neng, penghasilan berkurang kan soalnya pembelinya juga
berkurang.
6. Bagaimana anda memenuhi modal ketika penghasilan anda berkurang?
Jawaban : Uang pribadi neng ibu mah ga ikut ikut macam-macam.
7. Apakah anda menggunakan kredit bunga ringan yang ditawarkan pemerintah
dalam pemenuhan modal guna memenuhi kebutuhan barang?
Jawaban : Tidak pernah ibu mah pakai uang pribadi aja neng.
8. Apakah ada kecemburuan sosial terhadap pemilik minimarket ketika
konsumen anda beralih dari belanja di toko anda menjadi berbelanja di
minimarket?
Jawaban : Cemburu mah adalah ya neng, dih enak banget gitu ramai ya neng.
9. Apakah berdirinya minimarket menurunkan motivasi anda dalam berusaha?
Jawaban : Ya, seharusnya kita ingin ramai harus lebih murah dari minimarket
berusaha cari agen (supplier) yang lebih murah lagi. Sebeneranya
warung mah lebih murah dari minimarket, tetapi kadang kan kalau
di minimarket beli dua gratis satu.
Lampiran 4
10. Jika minimarket menawarkan promosi dengan potongan harga. Apakah anda
ikut membeli barang tersebut?
Jawaban : Kadang-kadang beli, kadang engga. Tergantung harganya masih
dibawah agen gak. Kalau dibawah agen ya beli kalo diatas agen
ya engga.
11. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di toko anda?
Jawaban : Ya inilah dekat dari rumah gitu praktis.
12. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di minimarket?
Jawaban : Karena dia suka ngasih hadiah ya. Kadang kalau cuma mau ajak
anaknya jalan-jalan kan pergi ke minimarket padahal mah gabeli
apa-apa.
13. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi dampak yang ditimbul dari adanya
keberadaan minimarket ini?
Jawaban : Harus ramah dengan konsumen
14. Bagaimana dengan sistem buka toko anda apakah anda merubahnya akibat
maraknya pendirian minimarket?
Jawaban : Engga sama saja sih neng. Tidak nentu, kalo pagi jam setengah 7
tutupnya ibu kalo waktu sholat tutup. Kalau malam sampai jam
setengah 11 kadang-kadang ramaian malam sih.
15. Adakah, hal menarik yang anda lakukan untuk meningkatkan jumlah
pengunjung toko anda?
Jawaban : Es cream untuk menarik anak-anak jajan.
Lampiran 4
16. Apakah menurut anda pemerintah sudah memperhatikan usaha kecil seperti
toko kelontong tradisional?
Jawaban : Kesini mah tidak sampai tapi kalo di tv-tv kan ada ya. Mungkin
nanti kali ya neng.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 2.2
( Pemilik Toko Kelontong Tradisional)
Tanggal Wawancara : 31 Agustus 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Jl. Warakas Raya No.60. Pukul 09.00
Identitas Informan 2
1. Nama : Andre Gunawan
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Pendidikan Formal : SMP
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Lama Toko Berdiri : 17 Tahun
6. Kota Asal : Kalimantan
Hasil Wawancara
1. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di dekat toko
milik anda?
Jawaban : Berdanpak sih, biasa jual segini jadi berkurang. (Menjelaskan
letak Indomaret di sekitar toko kelontong milik Pak Andre)
kalau harga sih pasti lebih mahal kalau warung-warung tidak
mau karena tidak lengkap, tapi kalo orang ngerti di warung lebih
murah. Apalagi kalo kita punya anggota dari Sampoerna punya
grupan lebih enakan, soalnya kita pernah diterangin sama
Sampoerna diajarin karena kan sekarang banyak persaingan
dengan minimarket yang berdempetan. Kita tuh harus
pertimbangin harga di Indomaret tuh segini beda, contohnya
Lampiran 4
odol apa teh, karena kita emang jualnya sekian dari agen segini
paling kita ambil untung 10% sampai 15% ga kaya Indomaret
kita tau posisinya perhari berapa belas juta untuk biaya air,
listrik, gaji sudah diperhitungkan sehari belasan juta, kalo kita
mah 300.000 di potong kontrakan serta listrik. Nah kalo
diperhitungan kita masih lumayan sih.
2. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap menjadi lebih modern?
Jawaban : Iya, karena dia lengkap bahannya bagus-bagus rapi kalo dikatakan
si iya dia rapi adem punya ac segalanya. Tapi kalo bicara soal
harga lebih mahal.
3. Adakah dampak yang anda rasakan akibat dari maraknya pendirian
minimarket?
Jawaban : Emang sih berdampakan tapi kita harus miringin harganya agar
kita bisa bersaing dengan dia.
4. Adakah perubahan pada sisi penghasilan?
Jawaban : Alhamdulillah sih lumayan. Kalau di saya sih tidak begitu terlalu
berdampak karena jaraknya pun agak jauh dari toko saya.
5. Adakah perubahan jumlah konsumen yang datang berbelanja ke toko anda?
Jawaban : Kalau konsumen gak sih masih stabil aja.
6. Bagaimana anda memenuhi modal ketika penghasilan anda berkurang?
Jawaban : Jika penghasilan saya berkurang dan kekurangan modal saya
mengurangi barang yang kurang laku ambil barang yang cepat
laku.
Lampiran 4
7. Apakah anda menggunakan kredit bunga ringan yang ditawarkan pemerintah
dalam pemenuhan modal guna memenuhi kebutuhan barang?
Jawaban : Iya, kita ambil dari BRI KUR, bunganya miring sih kalau
dikatakan sih lebih murah dibandingkan sama yang bayarnya
sehari-hari itu.
8. Apakah ada kecemburuan sosial terhadap pemilik minimarket ketika
konsumen anda beralih dari belanja di toko anda menjadi berbelanja di
minimarket?
Jawaban : Gak biasa saja, namanya bisnis ya. Kalau sama-sama ramai ya
enak kita bisa bersaing sama dia.
9. Apakah berdirinya minimarket menurunkan motivasi anda dalam berusaha?
Jawaban : Tidak sih, kita tuh jangan kalah harus bisa maju terus jangan
sampai kita turun barang kita gak ada sampai bangkrut jangan
harus diimbangi. Kita tuh harus pertimbangin harga di Indomaret
tuh segini beda,
10. Jika minimarket menawarkan promosi dengan potongan harga. Apakah anda
ikut membeli barang tersebut?
Jawaban : Gak, saya juga punya itu ko beli RP 25.000 dapat kupon saya juga
bisa layanin ini ada ko di dalam gebyar hadiah. Kita mulai lagi
setiap 3 bulan, ini bulan terakhir ada hadiah motor. Ini kita ada
grupan sama Sampoerna. Kita lomba se Jakarta Utara kita bagian
Tanjung Priok. Untuk mendapatkan kupon 1 konsumen harus
berbelanja Rp 25.000 kupon diisi masukin kotak nanti kita undi.
11. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di toko anda?
Jawaban : Karena langganan lebih dekat dan praktis gitu lah.
Lampiran 4
12. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di minimarket?
Jawaban : Karena barang tertentu kita mau beli yauda belinya di Indomaret
contohnya cukuran atau parfum yang kaya semacamnya di toko
gak ada kita belinya di minimarket.
13. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi dampak yang ditimbul dari adanya
keberadaan minimarket ini?
Jawaban : Ya, kalau mau tambah ramai ya kalau kita bisa ya kita kasih bonus
sih.
14. Bagaimana dengan sistem buka toko anda apakah anda merubahnya akibat
maraknya pendirian minimarket?
Jawaban : Tidak, buka mulai pukul 6 dan tutupnya kadang jam 11 kadang
sampai jam 12 sampai malam. Kalau dulu bisa sampai jam 1
karena sekarang agak sepi jadi tutup lebih awal.
15. Adakah, hal menarik yang anda lakukan untuk meningkatkan jumlah
pengunjung toko anda?
Jawaban : Kita kan kerja sama ya sama Sampoerna . Ya itu tadi bentuk
pemberian kupon dari belanja RP 25.000 yang kita undi dengan
hadiah utama motor.
16. Apakah menurut anda pemerintah sudah memperhatikan usaha kecil seperti
toko kelontong tradisional?
Jawaban : Tidak ada
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 2.3
( Pemilik Toko Kelontong Tradisional)
Tanggal Wawancara : 31 Agustus 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Jl. Warakas Raya No.40. Pukul 09.00
Identitas Informan 2
1. Nama : Adi Sucipto
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pendidikan Formal : SMK
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Lama Toko Berdiri : 11 Tahun
6. Kota Asal : Madura
Hasil Wawancara
1. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di dekat toko
milik anda?
Jawaban : Ya sebenarnya sih tidak ada dampak besar maksudnya tidak terlalu
ngefek. Cuma pendapatan menurun saja sedikit istilahnya hanya
15% saja.
2. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap menjadi lebih modern?
Jawaban : Sebagian ya kalau ada promo-promo gitu saja sih, tergantung
kebutuhan.
Lampiran 4
3. Adakah dampak yang anda rasakan akibat dari maraknya pendirian
minimarket?
Jawaban : Dampaknya sih apa ya namanya yang membeli minuman menjadi
lebih sedikit, pembeli semakin mengurangi membeli barang-
barang kebutuhan sehari-hari (telur, beras).
4. Adakah perubahan pada sisi penghasilan?
Jawaban: Kalau dari penghasilan ya berubah sih. Biasanya saya
pendapatannya 40% menjadi turun 30%.
5. Adakah perubahan jumlah konsumen yang datang berbelanja ke toko anda?
Jawaban : Kadang waktu Indomaret ini perdana buka ya konsumen sangat
berkurang. Kalau saat ini Alhamdulillah kembali kan kalau
Indomaret tidak 24 jam sedangkan saya 24 jam.
6. Bagaimana anda memenuhi modal ketika penghasilan anda berkurang?
Jawaban : Menambahkan hanya menggunakan uang pribadi
7. Apakah anda menggunakan kredit bunga ringan yang ditawarkan pemerintah
dalam pemenuhan modal guna memenuhi kebutuhan barang?
Jawaban : Tidak saya tidak pernah menggunakan kredit.
8. Apakah ada kecemburuan sosial terhadap pemilik minimarket ketika
konsumen anda beralih dari belanja di toko anda menjadi berbelanja di
minimarket?
Jawaban : Ya namanya sifat manusiawi ya pasti adalah sedikit.
9. Apakah berdirinya minimarket menurunkan motivasi anda dalam berusaha?
Jawaban : Tidak sama sekali. Saya kan bisa memiringkan harga saya pun
juga mengambil untung lebih sedikit.
Lampiran 4
10. Jika minimarket menawarkan promosi dengan potongan harga. Apakah anda
ikut membeli barang tersebut?
Jawaban : Tidak, saya hanya mengambil barang dari supplier.
11. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di toko anda?
Jawaban : Katanya lebih murah sih kalau di toko saya dibandingkan
minimarket.
12. Menurut anda, kecendrungan apa yang membuat konsumen lebih memilih
berbelanja di minimarket?
Jawaban : Ya biasanya sih karena lebih bersih, rapi, dan nyaman sih yakan
dia ruangannya dingin.
13. Bagaimana sikap anda dalam menghadapi dampak yang ditimbul dari adanya
keberadaan minimarket ini?
Jawaban : Kita pasrah saja menjalani Tuhan kita yang ngatur jalani dulu
sampai 3 bulanan ini kan Indomaretnya baru 1 bulanan ya.
Biasanya kan kalau sudah 3 bulanan terasa bagaimana
dampaknya.
14. Bagaimana dengan sistem buka toko anda apakah anda merubahnya akibat
maraknya pendirian minimarket?
Jawaban : Buka 24 jam.
15. Adakah, hal menarik yang anda lakukan untuk meningkatkan jumlah
pengunjung toko anda?
Jawaban : Saya mengambil harga-harga 15% biasanya harganya Rp 5.000
saya ngambilnya RP 4.500. Untuk menarik konsumen.
Memberikan promo dengan tidak mengambil untung banyak agar
saya bisa bersaing dengan Indomaret.
Lampiran 4
16. Apakah menurut anda pemerintah sudah memperhatikan usaha kecil seperti
toko kelontong tradisional?
Jawaban : Menurut saya sih sudah tidak ada ketinggalan.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 3
( Konsumen)
Tanggal Wawancara : 9 September 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Alfa Mart Warakas. Pukul 12.00
Identitas Informan 3.1
13. Nama : Narni Darmawati
14. Umur : 48 Tahun
15. Jenis Kelamin : Perempuan
16. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
17. Alamat : Jl. Warakas III Gg.1
Hasil Wawancara
8. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap lebih modern?
Jawaban : Iya betul sih, sebagian banyakan sekarang orang pada belanja di
minimarket kaya Indomaret gitu-gitu.
9. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di lingkungan
sekitar anda?
Jawaban : Bagaimana ya strategis sih letak mereka mudah di jangkau
masyarakat.
Lampiran 4
10. Apakah anda lebih tertarik berbelanja bulanan di minimarket atau toko
kelontong tradisional, alasannya?
Jawaban : Aku sih toko biasa, apa ya kalo aku kan ibaratnya belanja ketika
apa yang abis baru aku belanja
11. Apakah anda lebih tertarik berbelanja harian di minimarket atau toko
kelontong tradisional, alasannya?
Jawaban : Di toko juga sih kan aku jarang-jarang kalau belanja begitu,
tergantung kebutuhan saja.
12. Seberapa sering dalam sebulan anda berbelanja di minimarket atau toko
kelontong tradisional?
Jawaban : Jarang sih. Aku mah belanja sesuai apa yang kurang saja yang di
rumah sudah abis baru belanja.
13. Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan yang diberikan oleh toko
kelontong tradisional dekat lingkungan anda?
Jawaban : Ramah sih kalau dekat rumah aku mah supel gitu pelayananannya.
14. Adakah keuntungan berbelanja di toko kelontong tradisional?
Jawaban : Keuntungannya kalau kita gapunya uang kan bisa utang, kita bisa
belanja hemat gitu.
15. Adakah keuntungan berbelanja di minimarket?
Jawaban : Apa yaa, menurut aku sih tidak harga sih biasa saja.
16. Adakah kekurangan berbelanja di toko kelontong tradisional?
Jawaban : Tidak sih ditempat aku menurut aku mah gak.
Lampiran 4
17. Adakah kekurangan berbelanja di minimarket?
Jawaban : Ya kalau apa ya paling kaya ngambil barang sendiri
18. Item apa saja yang sering anda beli di minimarket dalam sebulan?
Jawaban : Hand body, bedak, kapas kaya hal-hal yang tidak ada saja gitu
kalau di warung.
19. Item apa saja yang sering anda beli di toko kelontong tradisional dalam
sebulan?
Jawaban : Garam, mie, beras, kebutuhan sehari-harilah pokonya.
20. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di toko kelontong?
Jawaban : Kurang lebih sih antara Rp 10.000 kalau harian, Kalau bulanan ya
paling kurang lebih Rp 200.000
21. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di minimarket?
Jawaban : Harian sih saya jarang ya, kalau misalkan bulanan ya kurang lebih
Rp 300.000 kan kaya sekalian beli bedak kaya gitu-gitu aja sih.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 3
( Konsumen)
Tanggal Wawancara : 9 September 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Toko di Warakas. Pukul 15.00
Identitas Informan 3.2
1. Nama : Musdalifah
2. Umur : 44 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Alamat : Jl. Ganggeng III No.62
Hasil Wawancara
1. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap lebih modern?
Jawaban : Iya, karena minimarket lebih praktis, mudah, dan nyaman.
2. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di lingkungan
sekitar anda?
Jawaban : Ya harus disesuikan dengan itulah adanya warung-warung kecil
disekitarnya kalau mematikan ya sama saja bohong.
Lampiran 4
3. Apakah anda lebih tertarik berbelanja bulanan di minimarket atau toko
kelontong tradisional, alasannya?
Jawaban : Ya di agen atau toko lah karena lebih murah
4. Apakah anda lebih tertarik berbelanja harian di minimarket atau toko
kelontong tradisional, alasannya?
Jawaban : Di toko ajalah dekat soalnya mudah di jangkau.
5. Seberapa sering dalam sebulan anda berbelanja di minimarket atau toko
kelontong tradisional?
Jawaban : Toko-toko kelontong sih
6. Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan yang diberikan oleh toko
kelontong tradisional dekat lingkungan anda?
Jawaban : Baik, hmm ramahlah dan cepat pelayanannya.
7. Adakah keuntungan berbelanja di toko kelontong tradisional?
Jawaban : Ya harga lebih miring lebih murah dekat dari rumah ga jauh-jauh
supermarket jauh.
8. Adakah keuntungan berbelanja di minimarket?
Jawaban : Ya cuma nyaman aja karena ac terus bisa milih-milih barang
sendiri.
9. Adakah kekurangan berbelanja di toko kelontong tradisional?
Jawaban : Kadang barangnya gak lengkap. Hm apalagi ya lama jika banyak
yang beli.
10. Adakah kekurangan berbelanja di minimarket?
Jawaban : Ya apa ya antri kalau bayar di kasir apalagi kalau ramai. Kadang
harga yang tercetak di lemari pajang tidak sesuai dengan barcode.
Lampiran 4
11. Item apa saja yang sering anda beli di minimarket dalam sebulan?
Jawaban : Paling apasih sabun mandi,
12. Item apa saja yang sering anda beli di toko kelontong tradisional dalam
sebulan?
Jawaban : Toko kelontong tuh kaya apa beras, terus apa ya lagi sembako sih
paling.
13. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di toko kelontong?
Jawaban : Kurang lebih sih bisa sampai sejuta kali ya terkadang, kalau harian
ya paling cuma Rp 50.000 kali.
14. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di minimarket?
Jawaban : Harian ya paling ga sampai Rp 100.000 jika bulanan ga sampai
Rp 500.000 lah ya.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
INFORMAN 3
( Konsumen)
Tanggal Wawancara : 9 September 2018
Tempat/Waktu : Jakarta, Toko di Warakas. Pukul 16.00
Identitas Informan 3.3
1. Nama : Gusti Sundari
2. Umur : 43 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Alamat : Jl. Warakas VI Gg.1 22
Hasil Wawancara
1. Menurut anda, apakah kehidupan yang semakin maju ini mendorong
masyarakat untuk bersikap lebih modern?
Jawaban : Gak juga sih meski lebih modern, ya ga selalu ke minimarket sih
kalau di warung ada ya di warung.
2. Bagaimana pendapat anda tentang pembangunan minimarket di lingkungan
sekitar anda?
Jawaban : Menjamur sih keberadaannya.
Lampiran 4
3. Apakah anda lebih tertarik berbelanja bulanan di minimarket atau toko
kelontong tradisional, alasannya?
Jawaban : Ya biasanya sih kalau bulanan minimarket, karena lebih lengkap
barangnya.
4. Apakah anda lebih tertarik berbelanja harian di minimarket atau toko
kelontong tradisional, alasannya?
Jawaban : Kalo harian biasanya toko kelontong, kaya kebutuhan yang
mendadak.
5. Seberapa sering dalam sebulan anda berbelanja di minimarket atau toko
kelontong tradisional?
Jawaban : lebih sering ke toko kelontong sih.
6. Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan yang diberikan oleh toko
kelontong tradisional dekat lingkungan anda?
Jawaban : Bagus, orangnya ramah sih.
7. Adakah keuntungan berbelanja di toko kelontong tradisional?
Jawaban : Kayanya lebih murah, dan karena lebih dekat.
8. Adakah keuntungan berbelanja di minimarket?
Jawaban : Barangnya komplit.
9. Adakah kekurangan berbelanja di toko kelontong tradisional?
Jawaban : Yang di cari barangnya suka tidak ada.
10. Adakah kekurangan berbelanja di minimarket?
Jawaban : Bayarnya antri sih paling.
Lampiran 4
11. Item apa saja yang sering anda beli di minimarket dalam sebulan?
Jawaban : Sabun sih ya paling.
12. Item apa saja yang sering anda beli di toko kelontong tradisional dalam
sebulan?
Jawaban : Sembako sih biasanya.
13. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di toko kelontong?
Jawaban : paling RP 25.000.
14. Berapa kisaran biaya yang anda habiskan untuk berbelanja di minimarket?
Jawaban : Rp 100.000.
Lampiran 5
DOKUMENTASI
Kegiatan wawancara serta observasi
pada toko kelontong milik Pak Andre
Gunawan yang sudah berdiri selama
17 tahun di Jalan Warakas Raya
no.60.
Kegiatan wawancara serta observasi
pada toko kelontong milik Pak Adi
Sucipto yang sudah berdiri selama 11
tahun di Jalan Warakas Raya no.40.
Kegiatan wawancara serta observasi
pada toko kelontong milik Ibu
Sutinah yang sudah berdiri selama 35
tahun di Jalan Warakas Raya no.170.
Lampiran 5
Kegiatan wawancara bertempat di
kantor KPPU di Jl. Ir. H. Juanda
No.34, RT.7/RW.2, Kb. Klp.,
Gambir, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10120 dengan Humas Komisi
Pengawas Persaingan Usaha
bernama Ratmawan.
Kegiatan wawancara
dengan konsumen.
Lampiran 5
Penampilan Toko Milik Ibu Sutinah
Penampilan Toko Milik Pak Adi
Lampiran 5
Penampilan Toko Milik Pak Andre
C O N T A C T
+6282261301329
alwiyahsindi@yahoo.co.id
Jl . Warakas Raya no.16
@sindialwiyah
S O C I A L M E D I A
D A T A P R I B A D I
P E N D I D I K A N
Nama : Sindi Alwiyah.
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Mei 1996
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
2002 - 2008
2008 - 2011
2011 - 2014
2014 - Sekarang
SD Negeri Sungai Bambu 03 Pagi
SMP Negeri 55 Jakarta
SMA Negeri 80 Jakarta
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
O R G A N I S A S I
S K I L L
SINDI ALWIYAH
CURRICULUM VITAE
Teknologi
Kemampuan Diri
Dapat mengaplikasikan MicrosoftOffice.
Mudah dalam bersosialisasi, inginbelajar.
2009
2012
2013
OSIS SMPN 55 Jakarta
OSIS SMAN 80 Jakarta
Anggota POKJA Kesehatan SekolahAdiwiyata
top related