christopher a.p, s. ked delva swanda, s. ked putrigusti ... · pdf filebillier : duktus...
Post on 01-Feb-2018
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
0
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Authors :
Christopher A.P, S. Ked
Delva Swanda, S. Ked
Putrigusti Admira, S. Ked
Syamsiah Siregar, S. Ked
Faculty of Medicine – University of Riau
Pekanbaru, Riau
2009
1
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kadang-kadang timbulnya mendadak, tetapi sering pula perlahan-lahan.
Rasa sakitnya dapat bervariasi, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dapat
terlokalisir di suatu tempat atau di seluruh perut, bahkan dapat menjalar ke tempat lain. Rasa
sakit dapat pula hanya berupa nyeri tumpul (dull pain), seperti ditusuk-tusuk atau disayat-sayat,
dan dapat seperti dililit-lilit (kolik), yang tidak jarang menyebabkan penderita sampai
berguling-guling. Penyebab nyeri perut dapat bermacam-macam, mulai yang berasal dari dalam
perut sendiri maupun di luar perut. Sebagian besar sakit perut pada anak tidak memerlukan
tindakan bedah, cukup dengan pengobatan medikamentosa.1
Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena
kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik.
Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III.2
Patogenesis nyeri perut non organik atau fungsional belum diketahui secara pasti. Motilitas
saluran cerna dan hipersensitivitas viseral diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri perut
fungsional pada anak. Sebagian besar kasus nyeri perut pada anak merupakan nyeri perut
fungsional, oleh karena itu cukup bijaksana untuk tidak segera melakukan pemeriksaan
penunjang invasif. Nyeri perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan
kelainan organik, sedangkan nyeri perut yang berlangsung kronis atau berulang lebih sering
merupakan suatu kelainan non organik. Pada keadaan yang meragukan, alarm symptoms atau
signal sign dapat digunakan sebagai dasar pendekatan tatalaksana. Pendekatan diagnosis yang
cermat dan tepat sangat diperlukan untuk memberikan tatalaksana yang optimal.2 Apapun
penyebabnya, hanya sebagian kecil dari sakit perut ini, baik akut maupun kronik yang
memerlukan tindakan bedah.1
2
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
I.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi patotofisiologi,
kriteria diagnosis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan nyeri perut fungsional pada
anak.
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Untuk memahami definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patotofisiologi, kriteria
diagnosis, pemiksaan penunjang dan penatalaksanaan nyeri perut pada anak.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Riau- RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.
I.4 Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa
literatur.
3
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan regio inguinalis.4 Akut
abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba
serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.5 Dalam tulisan Markum,
Appley mengatakan sakit perut berulang didefinisikan sebagai serangan sakit perut yang
berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
dan mengganggu aktivitas sehari-hari.1
2.2 Epidemiologi
Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun, dengan frekuensi
tertinggi pada usia 5-10 tahun. Dalam tulisan Boediarso, Appley mengatakan sakit perut terjadi
pada 10 – 12% anak laki-laki usia 5 – 10 tahun dan menurun setelah usia itu. Anak perempuan
cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki ( 5:3). Sakit perut ini
jarang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun.6
2.3 Klasifikasi
Pada garis besarnya, sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan
pediatrik. Selain itu juga dibagi berdasarkan umur penderita, yaitu umur di bawah 2 tahun dan
di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab, yaitu
penyebab yang berasal dari gastrointestinal dan luar gastrointestinal.1
2.4 Etiologi
Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak. Di bawah
ini merupakan tabel yang menyajikan penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak
yang tidak memerlukan tindakan bedah.1
4
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Tabel 1. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut akut pada anak berdasarkan umur yang
tidak memerlukan tindakan bedah.1,7
• Bayi Dan Anak Dibawah Umur 2 Tahun − Dalam perut: infeksi usus halus seperti infeksi oleh Salmonella spp,
Shigella spp., Campylobacter spp. − Luar perut: infeksi traktus urinarius
• Anak diatas umur 2 tahun − Dalam Perut:
� Gastrointestinal � Infeksi usus halus: Salmonella spp, Shigella spp, Campylobacter
spp, Yersinia spp, keracunan makanan : Staphylococcus spp, Clostridium spp, kolitis ulseratif, kolitis amubik, adenitis mesenterikus, ileus mekonium, enteritis regionalis (penyakit Crohn)
� Hepatobiliaris: hepatitis, kolelitiasis � Infeksi mononukleosis � Pankreas: pankreatitis akut sebagai akibat parotitis epidemika � Ginjal: infeksi traktus urinarius, batu, nefritis � Metabolik: intoleransi karbohidrat, hiperlipidemia, ketoasidosis
diabetik � Ginekologik: Salpingitis
− Luar perut:
� Pneumoia � Limfadenitis inguinalis � Osteomielitis (tulang punggung, tulang pinggul) � Hematom otot perut � Herpes zoster � Kompresi susunan saraf spinal
(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)
Tabel 2. Penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut berulang pada anak.1,7
GASTROINTESTINAL Usus
Mekanik Kongenital : malrotasi usus, hernia ingunalis strangualata, ileus mekonium, fibrosis
kistik, divertikulum meckel Didapat : perlekatan pasca bedah, intususepsi, obstipasi kronik, hematom
subserosa (trauma) Radang
Infeksi Bakteri : Yersinia, Camphylobacter, Shigella, Salmonella, Staphylococcus
(toksin), Tuberkulosis
5
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Protozoa : Giardia lamblia Cacing : Ascaris
Lain-lain : Radang usus besar (kolitis), purpura Henoch-Schonlein, gastroenteritis eosinofilik, edema angioneurotik, abses usus
Metabolik : Intoleransi laktosa, porfiria Neoplasma : Limfoma Ulkus : Ulkus peptikum, duodenitis Vaskular : Iskemia usus, migrain abdominal Idiopatik : Sindroma sakit perut berulang, miopati
Hepatobilier Hepatik : hepatitis, abses hati, bendungan (gagal jantung) Billier : duktus koledokus, kolelitiasis, kolesistitis
Pankretik : pankreatitis, pseudokista NON-GASTROINTESTINAL Dalam perut
Traktus urinarius : infeksi, urolitiasis Traktus genitalis : penyakit peradangan panggul, dismenore idiopatik, ruptur kista
ovarium, kehamilan ektopik Splenik : bendungan (hipertensi portal), neoplasma Limfatik : peradangan (inflamasi), infeksi, tumor (limfoma) Metabolik : ketoasidosis diabetik, keracunan timah Peritoneum : peritonitis primer Dinding perut : trauma otot, neurologis (herpes zoster), skeletal (tumor vertebra,
infeksi), osteomielitis panggul Lain-lain : tumor
Luar perut Infeksi : pneumonia, osteomielitis panggul
(Sumber : Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak)
2.5 Patofisiologi
Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu:6
1. Organ viseral
2. Organ di luar abdomen
3. Lesi pada medula spinalis
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin
yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut
saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
6
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari
organ intra abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia
pre dan para vertebra dan memasuki akar dorsal ganglia. Impuls aferen akan melewati medula
spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke korteks serebri.
Impuls aferen dari viseral biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri
pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta
sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari organ viseral atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan
sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan di
daerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus.
Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas
ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinals
segmentalis.1
Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas patofisiologi.
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan
organik) masih sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan
fisiologik dapat berperan sebagai mediator atau moderator. 6
Tabel 3. Mediator dan moderator dari sakit perut berulang fungsional 6
PSIKOLOGIK FISIOLOGIK Faktor stress
Depresi
Ikatan Keluarga
"Operant conditioning"
Somatisasi
Intoleransi
Dismotilitas usus
Konsitipasi
Ketidak stabilan otonom
(Sumber: Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang)
Terdapat hubungan yang kuat antara sakit perut berulang fungsional dengan tipe
7
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
kepribadian tertentu, yaitu seperti cemas/gelisah. Pada anggota keluarga lainnya juga sering
ditemukan kelainan psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel. Hubungan antara sistim
susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat kompleks mungkin dapat membantu
menjelaskan patofosiologi sakit perut berulang fungsional.6
(Sumber: Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang)
8
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
2.6 Kriteria Diagnosis
Pendekatan diagnosis sakit perut pada anak masih merupakan suatu masalah karena
kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non organik.2
Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III. Komite
Rome III mengatakan bahwa kriteria Rome II terbatas dalam beberapa hal, yaitu3 :
1. Kurangnya bukti dalam sub-pembagian sakit perut fungsional yang menjelaskan mengenai
gejala yang lebih menonjol yang dapat membantu dalam mengidentifikasi patofisiologi.
Hal ini menyebabkan sensitifitas dan spesifisitas kriteria Rome II lebih rendah daripada
kriteria Rome III.
2. Penjelasan kriteria Rome II untuk sakit perut fungsional lebih luas.
3. Analisis faktor terhadap gejala sakit perut fungsional yang berhubungan dengan makanan
tidak di perhitungkan dalam kriteria Rome II.
Kriteria diagnosis gangguan fungsional gastrointestinal pada anak-anak menurut kriteria
Rome III :8,9
G. Functional disorders : neonates and toddlers
G1. Infant regurgitation
G2. Infant rumination syndrome
G3. Cyclic vomiting syndrome
G4. Infant colic
G5. Functional diarrhea
G6. Infant dyschezia
G7. Functional constipation
H. Functional disorders : children and adolescents
H1. Vomiting and aerophagia
H1a. Adolescent rumination syndrome
H1b. Cyclic vomiting syndrome
H1c. Aerophagia
H2. Abdominal pain-related FGIDs
H2a. Functional dyspepsia
9
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
H2b. Irritable bowel syndrome
H2c. Abdominal migraine
H2d. Chidhood functional abdominal pain
H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome
H3. Constipation and incontinence
H3a. Functional constipation
H3b. Non retentive fecal incontinence
G. Functional Disorders : Neonates and Toddlers
G1. Infant regurgitation
Regurgitasi adalah bentuk dari gastroeosophageal reflux. Yang membedakan dengan
vomiting adalah keluarnya isi lambung ke dalam mulut tanpa adanya tekanan dan tidak
terjadi nausea dan retching dan tidak ada kontraksi diafragma maupun dinding perut.11
Kriteria diagnosis untuk infant regurgitation8 :
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini pada anak sehat yang berumur 3 minggu –
12 bulan :
− Regurgitasi 2 kali atau lebih per hari selama 3 hari sampai beberapa minggu
− Tidak ada retching (urutan spasmodik dengan penutupan glotis yang terjadi
bersamaan dengan kontraksi ekspiratori otot perut), hematemesis, aspirasi, apnoe,
gagal tumbuh, kesulitan makan dan menelan, atau postur tubuh yang abnormal.
G2. Infant rumination syndrome
Ruminasi adalah kejadian yang secara sadar dan menyenangkan memutahkan
makanan dari lambung, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali. Anak besar atau dewasa
meregurgitasikan makanan dengan cara kontraksi otot abdomen, sedangkan pada bayi
mencolokkan jari ke dalam mulutnya dalam upaya untuk menimbulkan regurgitasi.
Terdapat 2 bentuk ruminasi psikogenik dan self stimulating. Psikogenik biasanya terjadi
pada anak normal dengan gangguan hubungan dengan orang tua, sedangkan self
stimulating sering terjadi pada anak dengan keterlambatan mental.11
10
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Kriteria diagnosis untuk infant rumination syndrome:8
Harus memenuhi semua kriteria selama paling sedikit 3 bulan :
− Kontraksi berulang otot-otot abdominal, diafragma, dan lidah
− Memuntahkan makanan dari lambung ke mulut, dikunyah-kunyah dan ditelan kembali.
− 3 atau lebih dari 4 kriteria berikut :
o Onset antara 3 – 8 bulan
o Tidak respon dengan pegobatan pada gastroesophageal reflux disease atau obat
antikolinergik, hand restrain (kontrol paksa dengan pengekangan tangan untuk
memasukkan makanan), merubah formula makanan, gavage (pemberian makanan
secara paksa melalui pipa yang dimasukkan ke lambung), dan pemberian makan
melalui gastrostomy
o Tidak disertai dengan tanda dari nausea atau distress
o Tidak muncul selama tidur dan ketika anak berinteraksi dengan seseorang di
sekitarnya.
G3. Cyclic vomiting syndrome
Muntah siklik adalah muntah-muntah hebat yang terjadi di antara kondisi yang sehat,
penyebabnya tidak diketahui, diagnosis dengan cara ekslusi, pengobatan biasanya
simptomatik, dan prognosis tidak jelas. Mungkin merupakan diagnosa keranjang sampah
(wastebasket). Hal yang perlu dicermati adalah adanya kelainan organik yang didiagnosa
sebagai muntah siklik, misalnya intususepsi intermiten, volvulus, duplikasi intestinal,
divertikulum, malrotasi, tekanan intrakranial yang meningkat, penyakit metabolik dan
toksik.11
Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome:8
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :
− Dimana mual dan mutah-muntah yang hebat terjadi di antara kondisi yang sehat yang
muncul 2 kali atau lebih atau retching yang berlangsung selama berjam-jam bahkan
sampai berhari-hari.8,11
− Kembali sehat selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
11
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
G4. Infant colic
Kolik infantil didefinisikan rangsangan nyeri tiba-tiba, rewel atau menangis lebih dari 3
jam per hari, dan terjadi lebih dari 3 hari dalam seminggu. Tidak ada suatu bukti bahwa
menangis pada kolik infantil disebabkan nyeri pada abdomen atau bagian tubuh lain. Meskipun
demikian, biasanya orang tua mengasumsikan bahwa penyebab menangis hebat pada anak
adalah nyeri perut yang berasal dari gastrointestinal.8
Kriteria diagnosis untuk infant colic8 :
Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini dari sejak lahir sampai umur 4 bulan :
− Anak tiba-tiba menjadi iritable, rewel, dan menangis yang muncul dan berhenti tanpa
sebab yang jelas.
− Berlangsung selama 3 jam atau lebih per hari dan muncul minimal 3 hari dalam satu
minggu
− Tidak ada gagal tumbuh
G5. Functional diarrhea
Kriteria diagnosis untuk functional diarrhea8 :
Harus memenuhi semua kriteria dibawah ini :
− Buang air besar 3 kali atau lebih dengan konsistensi cair tanpa adanya rasa sakit.
− Berlangsung selama lebih 4 minggu
− Onset mulai antara umur 6 – 36 bulan
− Diare muncul selama waktu terjaga
− Tidak teradapat gagal tumbuh bila kalori yang masuk mencukupi.
G6. Infant Dyschezia
Kriteria diagnosis untuk infant dyschezia8 :
Harus mencakupi kedua kriteria dibawah ini untuk anak kurang dari 6 bulan :
− Anak biasanya menangis dan tegang selama kurang lebih 10 menit sebelum berhasil
buang air besar yang tidak keras
− Tidak ada masalah kesehatan yang lain.
12
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
G7. Functional Constipation
Kriteria diagnosis untuk functional constipation8 :
Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 6 kriteria berikut selama 1 bulan untuk anak
lebih dari 4 tahun :
− Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu
− Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia
− Riwayat menahan buang air besar yang berlebihan
− Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras
− Teraba massa feses yang banyak di dalam rektum
− Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang toilet.
H. Functional Disorders : Children and Adolescents
H1. Vomiting dan Aerophagia
H1a. Adolescent rumination syndrome
Kriteria diagnosis untuk adolescent rumination syndrome9 :
Semua kriteria di bawah ini harus dialami oleh pasien sekurang-kurangnya 1 kali
dalam seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
− Regurgitasi dan muntah yang berulang tanpa rasa sakit yang terjadi :
o Segera setelah makan
o Tidak muncul selama tidur
o Tidak respons terhadap pengobatan standar untuk refluks gastroesofageal
− Tidak ada retching
− Tidak ada bukti adanya inflamasi, kelainan anatomi, kelainan metabolik, atau
neoplasma.
H1b. Cyclic vomiting syndrome
Kriteria diagnosis untuk cyclic vomiting syndrome9 :
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini :
− Mengalami mual yang hebat dan muntah yang tidak berhenti-henti selama 2 kali
atau lebih atau retching selama berjam-jam sampai berhari-hari.
− Kembali ke keadaan sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
13
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
H1c. Aerophagia
Kriteria diagnosis untuk aerophagia9 :
Harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 3 kriteria berikut yang dialami
setidaknya 1 kali seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis
ditegakkan :
− Menelan banyak udara
− Distensi abdomen karena adanya udara intralumen
− Sendawa yang berulang atau peningkatan frekuensi flatus.
H2. Abdominal pain-related Functional GastroIntestinal Disorders (FGIDs)
H2a. Functional dyspepsia
Kriteria diagnosis untuk fuctional dyspepsia9 :
Harus memenuhi semua criteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya 1
kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
− Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari
perut bagian atas (di atas umbilikus)
− Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan dengan suatu
perubahan frekeuensi buang air besar atau konsistensi feses
− Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik,
atau neoplasma.
H2b. Irritable bowel syndrome
Kriteria diagnosis untuk irritable bowel syndrome9 :
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya 1
kali seminggu selama minimal 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
− Perasaan tidak nyaman di bagian perut (tidak dideskripsikan sebagai rasa sakit)
atau nyeri yang berhubungan dengan 2 atau lebih kriteria berikut :
o Nyeri berkurang dengan defekasi
o Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air besar
o Onset berhubungan dengan perubahan bentuk dari feses
14
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
− Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik,
atau neoplasma.
H2c. Abdominal migraine
Abdominal migraine adalah suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik,
terdapat nyeri epigastrik atau periumbilical yang disertai nausea, muntah, diare,
panas dan menggigil, vertigo, iritable serta poliuria. Bilamana gejala abdominal
disertai sakit kepala yang terjadi pada 30-40% pasien dengan migrain kepala maka
diagnosis akan mudah dibuat, tetapi bila kejadian tersebut tersendiri (isolated
abdominal migraine) yang biasanya terdapat pada 3% penderita, diagnosis menjadi
lebih sukar, walaupun akhirnya dapat timbul migraine3. Serangan isolated
abdominal pain biasanya mendadak dan berakhir dalam hitungan jam sampai hari,
dimana ciri-cirinya selalu sama pada setiap serangan dan pasien tampak normal
diluar serangan. Biasanya terdapat pada keluarga dengan riwayat migrain.11
Kriteria diagnosis untuk abdominal migraine9 :
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sebelumnya 2 kali atau
lebih selama 12 bulan :
− Serangan nyeri hebat yang akut di sekitar umbilikus yang berlangsung selama 1
jam atau lebih
− Terdapat periode sehat yang berlangsung selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan
− Nyeri berkurang dengan aktivitas normal
− Nyeri berhubungan dengan 2 atau lebih dari kriteria berikut :
o Anoreksia
o Nausea
o Muntah
o Sakit kepala
o Photophobia
o Pucat
15
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
− Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik, atau
neoplasma.
H2d. Childhood functional abdominal pain.
Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain9 :
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekali seminggu selama
2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
− Nyeri abdomen yang hilang timbul atau terus menerus
− Tidak mencukupi kriteria FGIDs yang lain
− Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik,
atau neoplasma.
H2d1. Childhood functional abdominal pain syndrome
Kriteria diagnosis untuk childhood functional abdominal pain syndrome9 :
Harus memenuhi kriteria childhood functional abdominal pain minimal
25% dan 1 dari 2 kriteria berikut yang dialami minimal sekali seminggu
setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
− Gangguan dalam fungsi aktivitas sehari-hari
− Gejala somatik tambahan seperti sakit kepala, nyeri ekstremitas, atau
kesulitan tidur.
H3. Constipation dan Incontinence
H3a. Functional constipation
Kriteria diagnosis untuk functional constipation9 :
Harus memenuhi 2 atau lebih dari kriteria berikut pada anak minimal umur 4 tahun
yang tidak memenuhi kriteria yang cukup untuk IBS, dialami minimal 1 kali
seminggu selama setidaknya 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan :
− Buang air besar 2 kali seminggu atau kurang
− Mengalami setidaknya 1 kali inkontinensia feses per minggu
− Riwayat retensi feses
− Riwayat nyeri saat buang air besar atau feses yang keras
16
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
− Terdapat massa feses yang besar di rektum
− Riwayat diameter feses yang besar sehingga dapat menyumbat toilet.
H3b. Nonretentive fecal incontinence
Kriteria diagnosis untuk nonretentive fecal incontinence9 :
Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami minimal 2 bulan sebelum
diagnosis ditegakkan pada anak kurang dari 4 tahun :
− Defekasi di tempat yang tidak sesuai dengan konteks sosial minimal 1 kali
sebulan
− Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik,
atau neoplasma
− Tidak ada retensi feses.
Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh hanya berdasarkan
ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Oleh karena itu anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan fisis yang lengkap merupakan hal terpenting dalam melakukan evaluasi anak
dengan sakit perut.2
Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan
fisis ditemukan beberapa hal (alarm symptoms) seperti yang tertulis di bawah ini :2
1. Lokasi nyeri jelas dan jauh dari umbilicus
2. Nyeri berhubungan dengan fungsi saluran cerna (konstipasi, diare, inkontinensia)
3. Muntah
4. Serangan nyeri mendadak dan menetap dalam beberapa menit sampai hari
5. Nyeri menjalar kepunggung, bahu, atau ekstremitas
6. Disuria
7. Perdarahan rectal
8. Usia kurang dari 4 tahun dan di atas 15 tahun
9. Riwayat keluarga menderita penyakit saluran cerna atau sistemik (ulkus peptikum,
inflammatory bowel diseases, Helicobacter pylori.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin lengkap dan tinja lengkap sangat
penting. Ureum dan elektrolit darah penting pada diare dehidrasi. Biakan tinja untuk
17
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
menegakkan ada tidaknya entropatogen, terutama salmonella, shigella, campilobacter dan
yersinita. Amebiasis, infestasi cacing (ascaris, Trichuris, dsb) dengan mudah dapat mengukur
pH tinja dan tes reduksi dalam tinja (Clinitest). Pemeriksaan klirens urea, kreatinin, foto polos
perut dan poielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis infeksi traktus urinarius
dan batu di dalam saluran kemih. Foto polos 3 posisi sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnosis adanya obstruksi dan kelainan di luar traktus digestivus. Foto toraks diperlukan bila
diduga ada pneumonia.1 Pemeriksaan penunjang yang lebih canggih seperti USG abdomen dan
CT abdomen bila benar-benar sangat perlu dikerjakan bila diduga ada kelainan perut dan
hepatobilier1,10. EEG bila diduga terdapat epilepsi perut. Pemeriksaan endoskopi dapat juga
dilakukan terutama untuk mendiagnosis ada tidaknya kolitis.1
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit perut berulang fungsional pengobatan
ditujukan kepada penderita dan keluarga, bukan hanya mengobati gejala. Tujuan pengobatan
ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan
keluarga menjadi normal kembali dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap
keaktifan sehari-hari dapat seminimal mungkin.6 Di bawah ini merupakan bagan diagnosis dan
penatalaksanaan sakit perut mendadak dan berulang pada anak.
18
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Bagan Penatalaksanaan sakit perut akut1
19
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
Sakit Perut Berulang
Bagan Penatalaksanaan sakit perut berulang1
A. Anamnesis
B. Pem.fisik
C. Pemeriksaan laboratorium - Darah lengkap - Urin lengkap - Tinja lengkap
E. Manifestasi luar Usus halus - infeksi - Radang usus - Penyakit ginjal - Keganasan
D. Manifestasi penyerta Dari usus halus - Tinja berdarah - Diare kronik - Muntah - Obstipasi - Ikterus
F.Lokasi
Sakit Pinggul
Adneksitis
Menyebar sekitar pusar/ sebelah kiri
Tidak khas khas
Epigastrik Kuadran kanan atas
Antasid
Respon Balik
Respon Jelek
Esofagitis ulkus
Amilase
Abnormal Normal
Pankreatitis Endoskopi
khas
Intole ransi
laktosa
khas
Tes faal hati USG
Penyakit He patu biller
EMG
Spasmofilia
EEG
Epilepsi perut
Obsti pasi
radang usus
psikis
20
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Sakit perut pada bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Sakit perut berulang didefinisikan sebagai rasa nyeri pada perut yang
berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pendekatan diagnosis nyeri perut pada anak masih sulit
karena kriteria diagnosis yang digunakan belum seragam, terutama untuk nyeri perut non
organik. Kriteria diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah kriteria Rome III.
Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan sakit perut pada anak, dapat
berasal dari dalam perut maupun dari luar perut. Sakit perut akut atau berulang mempunyai
lima sumber, yaitu organ viseral, organ di luar abdomen, lesi pada medula spinalis, gangguan
metabolik, psikosomatik. Kriteria diagnostik sakit perut fungsional dibagi berdasarkan Rome
III, yaitu: infant regurgitation, infant rumination syndrome, cyclic vomiting syndrome, infant
colic, functional diarrhea, infant dyschezia, functional constipation, vomiting dan aerophagia,
abdominal pain-related FGID, constipation dan incontinence.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium darah lengkap, urin
lengkap, foto polos perut dan pielografi intravena dan elektrolit darah, biakan tinja, pH tinja
dan tes reduksi tinja (clinitest), USG abdomen, CT Scan abdomen, EEG, dan endoskopi.
Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta
edukasi kepada penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali
dan dapat mengatasi rasa sakit sehingga efeknya terhadap keaktifan sehari-hari dapat
seminimal mungkin.
3.2 Saran
1. Perlunya pemahaman dalam membedakan jenis sakit perut apakah sakit perut organik
atau fungsional.
2. Perlunya pemahaman mengenai gejala klinis dan kriteria diagnosis agar tidak terjadi
kesalahan dalam penegakan diagnosis sehingga penanganannya menjadi lebih tepat dan
21
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
adekuat mengingat begitu banyaknya penyakit yang memberikan gejala klinis sakit
perut.
3. Perlunya pertimbangan yang lebih tepat untuk menentukan jenis pemeriksaaan
penunjang apa yang diperlukan sesuai dengan kecurigaaan terhadap penyakit penyebab
sakit perut.
4. Perlunya pemahaman mengenai penatalaksanaaan sakit perut sesuai dengan penyakit
penyebab sehingga meningkatkan angka kesembuhan pasien.
5. Perlunya informasi tentang sakit perut terhadap masyarakat.
22
© Files of DrsMed – FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1991. 493-6.
2. Syarif BH. Nyeri Perut Pada Anak. Jakarta : Divisi Gastroenterologi Anak FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2008.
3. Chang L. From Rome to Los Angeles. The Rome III Criteria for the Functional GI Disorders. http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [diakses 22 Juni 2008].
4. Medical Dictionary. Abdominal Pain. http://www.medhelp.org/ [diakses tanggal 22 juli 2008]
5. Wikipedia. Abdominal Pain. http://www.en.wikipedia.org/wiki/abdominal pain/ [diakses tanggal 22 juli 2008]
6. Boediarso A. D. Sakit Perut Berulang. http://www.pdpersi.co.id/ [diakses tanggal 29 Juni 2008]
7. Boediarso A.D. Sakit Perut Pada Anak. Dalam: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1988. 219-30
8. Hyman PE dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Neonate/Toddler. Gastroenterology 2006;130:1519-26.
9. Rasquin dkk. Childhood Functional Gastrointestinal Disorders: Child/Adolescent. Gastroenterology 2006;130:1527-37.
10. Khan S. Funtional Abdominal in Children. http://www.acg.gi.org/ [diakses tanggal 22 Juli 2008]
11. Sudarmo SM. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak (Management of vomiting in infant and children). RSUD Dr. Soetomo/FK Unair : Divisi Gastroenterologi Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak.
top related