caput suksadenum
Post on 02-Dec-2015
75 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
2.1 Caput Succedaneum
2.1.1 Pengertian
Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai area kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3 hari.(Adele Pilliteri.2002)
2.1.2 Etiologi
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir(Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :
1. Persalinan lama
Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
1. Persalinan dengan ekstraksi vakum
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.
2.1.3 Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra
vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :
1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :
1. Adanya edema dikepala2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak3. Edema melampaui sela-sela tengkorak4. Batas yang tidak jelas5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum :
1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :
1) Perawatan tali pusat
2) Personal hygiene baik
1. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :
1) Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
2) Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.
1. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.2. Awasi keadaan umum bayi.
2.2 Cephal Hematom
2.2.1 Pengertian
Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 – 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
Menurut Abdul Bari Saifudin, cephal hematoma adalah pendarahan sub periosteum akibat keruasakan jaringan periosteum karena tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.(Ika Nugroho.2011)
Gambar 2. Cephal hematom
2.2.2 Klasifikasi
Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) :
1. Subgaleal
Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).
Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.
1. Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
2.2.3 Etiologi
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat terjadi karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
1. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
1. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
2.2.4 Patofisiologi
Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)
Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung, peroses perjalanan penyakit cephal hematom adalah :
1. Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan subperiosteum.
2.2.5 Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom.(Menurut Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan):
1. Adanya fluktuasi2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .3. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan
kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006)
2.2.7 Penatalaksanaan
Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan lesi diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi lebih lanjut.
Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal dapat terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar.(Wong.2008)
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba 1998, cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Menjaga kebersihan luka.2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.3. Pemberian vitamin K.4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.5. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.6. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
Mengingat konsep dan perjalanan penyakit yag terjadi pada caput succedaneum dan cephal hematom adalah hampir sama, maka konsep asuhan keperawatan yang dapat diberikan juga hampir sama pula. Akan tetapi tetap dalam koridor penyakit perdarahan ekstrakranial.
2.3.1 Pengkajian
1. Subjektif
1) Identitas
Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera (Caput Succedaneum) dan pada beberapa jam atau hari setelah lahir(Cephal Hematom).
2) Keluhan
Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.
1. Objektif
1) Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.
2) Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)
3) Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)
4) Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.
5) Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)
6) Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)
7) Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.
8) Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.
9) Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.
10) Bersifat soliter / multiple.
11) Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.
12) Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan.
1. c. Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar.
2. Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin, bilirubin, dan faktor pembekuan.
3. 3.1 Kesimpulan4. Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik
dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
5. Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
6. 3.2 Saran7. Pada caput succedaneum dan cephal hematom, perawat bisa menjelaskan kepada ibu dan
keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya caput succedaneum dan cephal hematom bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang
tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi
anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan
faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-
asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak,
sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak
semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan
gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan
memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Dan untuk
masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi
Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian
untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II
memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk
Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD
Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah
benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan
juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan .Jadi
asuhan kebidanan pada neonatus ,bayi ,dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir (neonatus) ,bayi ,dan
balita .Neonatus ,bayi ,dan balita dengan persalinan adalah suatu keadaan
trauma pada neonatus ,bayi dan balita yang terjadi selama proses
persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus ,bayi ,dan
balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar .Ada beberapa
trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya Caput
succedaneum dan Cephalhematoma .
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan
Lahir yang terdiri dari caput suksedaneum, cephalhematoma.
2. Tujuan khusus
a. Mengantisipasi masalah atau resiko yang akan terjadi saat
persalianan
b. Memberikan Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat
c. Melakukan tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas
persalinan
d. Mengevaluasi hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Caput succedaneum
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau
pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa,
pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah,
yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam
jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang
terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui
sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada
kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada
persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat
menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir
yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan
dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar
dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan
dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup
berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas
dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono
Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut
terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.
Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler
dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler.
Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit
darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan
lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat
segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut
Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan
penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang
terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus
jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. Adanya edema
dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah
presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis
tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam
beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan
distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan
tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis
yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih
sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin
menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik
dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum
sebagai berikut:
a. Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya
penggumpalan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi
terlihat bengkak atau oedema.
b. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat
tunggal atau lebih dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut
seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam,
daerah ini akna berdenyut lebih cepat.
c. Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki
daerah lunak di kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan
menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak
belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih banyak
kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.
d. Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah
kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga
disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya
benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi
bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.
e. Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.
Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang
tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi
anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan
faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-
asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak,
sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak
semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan
gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan
memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya. Dan untuk
masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi
Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan
tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian
untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II
memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk
Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD
Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah
benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan
juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan .Jadi
asuhan kebidanan pada neonatus ,bayi ,dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir (neonatus) ,bayi ,dan
balita .Neonatus ,bayi ,dan balita dengan persalinan adalah suatu keadaan
trauma pada neonatus ,bayi dan balita yang terjadi selama proses
persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus ,bayi ,dan
balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar .Ada beberapa
trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya Caput
succedaneum dan Cephalhematoma .
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan
Lahir yang terdiri dari caput suksedaneum, cephalhematoma.
2. Tujuan khusus
a. Mengantisipasi masalah atau resiko yang akan terjadi saat
persalianan
b. Memberikan Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat
c. Melakukan tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas
persalinan
d. Mengevaluasi hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Caput succedaneum
Pengertian Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau
pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa,
pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah,
yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup,
tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam
jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang
terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui
sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada
kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada
persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi,Persalinan lama Dapat
menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir
yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan
dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar
dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan
dengan ekstraksi vakum Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup
berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas
dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan. (Sarwono
Prawiroharjo.2002)
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut
terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.
Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)
Patofisiologi Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler
dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler.
Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit
darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu
upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan
lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat
segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari. Menurut
Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan
penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut : Pembengkakan yang
terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus
jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah. Adanya edema
dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah
presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis
tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam
beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan
distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan
tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis
yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia. Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih
sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin
menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik
dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Gejala ataupun tanda yang sering ditemui pada kasus caput succedaneum
sebagai berikut:
a. Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya
penggumpalan cairan dibawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi
terlihat bengkak atau oedema.
b. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat
tunggal atau lebih dari satu ( multiple ). Tempat lunak ini akan berdenyut
seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam,
daerah ini akna berdenyut lebih cepat.
c. Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki
daerah lunak di kepala mereka ( fontanel ), yang mungkin tidak akan
menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tempat dimana tulang tengkorak
belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih banyak
kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi membenturkan.
d. Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah
kepala dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak rata bisa juga
disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya
benjolan tidak akan melewat garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak bayi
bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.
e. Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa pengobatan.
Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan caput succedaneum :
1. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
2. Pengawasan keadaan umum bayi
3. Berikan lingkungan yang baik ,adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup
4. Pemberian ASI yang adekuat ,bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
menyusui yang benar
5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi
pada benjolan
6. Berikan konseling pada orang tua ,tentang :
a. Keadaan trauma yang dialami bayi
b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya tanpa
pengobatan
c. Perawatan bayi sehari – hari
d. Manfaat dan teknik pemberian ASI
B. Cephalhematoma
Pengertian Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat
kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan
tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang
sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 2 %
dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
Klasifikasi Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika
Nugroho.2011) : Subgaleal Galea merupakan lapisan aponeurotik yang
melekat secara longgar pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-
pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan
hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan
bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu
(Oxorn, Harry, 1996). Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya
antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah
tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan
mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko
terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema
menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat
dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.
Subperiosteal Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-
garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh
sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih
sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi
samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi
oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal. Perjalanan Klinis dan
Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap
lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada
tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
Etiologi Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002,
cephal hematom dapat terjadi karena : Persalinan lama Persalinan yang
lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
Tarikan vakum atau cunam Persalinan yang dibantu dengan vacum atau
cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya
pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan Cephalhematoma
adalah :
1. Kepala tampak bengkak dan bewarna merah
2. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang
tengkorak
3. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak
4. Benjolan tampak jelas kurang lebih 6 sampai 8 jam setelah lahir
5. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
6. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu
Penatalaksanaan pada bayi dengan kelainan Cephalhematoma :
1. Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan caput succedaneum
2. Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering
3. Lakukan pemberian vitamin K jika perlu
4. Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak ,harus dilakukan
pemeriksaan lain seperti foto toraks
5. Lakukan pemeriksaan radiologik apabila dicurigai terdapat gangguan
susunan saraf pusat ,seperti tampak benjolan yang sangat luas .
Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal
hematom terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan
eritema pada kulit kepala. Cephal hematom dapat sembuh dalam waktu 2
minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada
neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu
dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi
dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko
infeksi. Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak,
koagulopati dan perdarahan intrakranial.
BAB III
PERMASALAHAN
Dalam kasus neonatus diduga, hasil otopsi forensik mungkin penting
bagi keyakinan atau pembebasan. Tapi otopsi temuan pada bayi baru lahir
mati sering tidak spesifik dan jarang dapat memberikan bukti-bukti yang
nyata dari cedera yang diakibatkan, karena mereka diketahui terjadi selama
kelahiran normal juga. Dalam penelitian, menguji 59 vagina disampaikan,
bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir untuk tahu lebih
banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari caput
succedaneum. Caput succedaneum terjadi 33,9%. Adapun terjadinya caput
succedaneum. Dalam lingkup penelitian bisa menunjukkan bahwa baik
caput succedaneum adalah temuan langka pada bayi baru lahir sehat.
Dalam penyelidikan neonatus dicurigai sebagai insiden trauma kelahiran
kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada
persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Walaupun insiden telah
menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di
bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan
permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat
sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas
serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan
informatif. ,Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi
kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma
lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian
perinatal.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembengkakan yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan
letaknya diatas poisterium ataukarena adanya timbunan serum dibawah
lapisan aponerose diluar garis periostiu, sehingga kepala bayiterlihat
bengkak / edema.Hal ini terjadi karena adanya tekanan pada kepala oleh
jalan lahir.Yang disebabkan karena partus lama dan persalinan dengan
bantuan alat yaitu facum ekstraksi, bisa juga dengan forcep.Pada umumnya,
caput ini menghilang dalam kurun waktu 1 hari.
Pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-
ubun. Tak perlu kuatir, benjolan ini tidak berbahaya dan akan menghilang
dengan sendirinya. Kepala yang tidak rata bisa jugadisebabkan pecahnya
pembuluh darah akibat proses persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak
akanmelewati garis ubun-ubun. Bila darahnya banyak, bayi bisa kekurangan
darah dan kulitnya menjadikuning. Maka meminimalisasikan penggunaan
alat bantu pada proses persalinan.
Kasus diatas mengatakan bahwa dalam penelitian yang menguji 59
vagina bayi baru lahir sehat dalam 30 menit pertama setelah lahir lebih
banyak tentang prevalensi dan korelasi kemungkinan dari succedaneum
caput dan petechiae wajah. Caput succedaneum terjadi pada 33,9%,
petechiae wajah di 20,3%.
Caput succedaneum sendiri adalah edema kulit kepala anak yang terjadi
karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan
difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak
kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada
kelahiran verteks .Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena
kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah
lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan
benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. Caput
succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan
posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema
sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan
caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala
di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi
untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir.
Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera
setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature
dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari .
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan
pada anak dengan caput succedaneum : Bayi dengan caput succedaneum
diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari
itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan
teratur. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah
edema kepala. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal Mencegah
terjadinya infeksi dengan :Perawatan tali pusat dan personal hygiene baik .
Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : Perawatan bayi sehari-hari,
bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. Keadaan trauma pada bayi ,
agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.
Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi. Awasi keadaan
umum bayi.
Komplikasi caput succedanum antara lain ;
a. infeksi
Infeksi pada caput succedanum bisa terjadi karena kulit kepala luka
b. ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanium dapat menyebabkan ikterus
karena inkompatibiliatas faktor rh atau golongan darah A,B,O antara ibu
dan bayi
c. Anemia
bisa terjadi pada bayai yang terkena caput succedanum karena pada
benjolan terjadi pendarahan hebatatau pendarahan hebat .
Penanganan untuk caput succedaneum :
Untuk melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai
berikut:
a. Bayi dirawat seperti bayi normal
b. Awasi keadaan umum bayi
c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar
matahari (agar tidak terjadi hipotermi).
d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran
untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas
karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
e. Stimulus secara pelan untuk merangsang pembuluh lumfe dibawah kulit.
f. Memberikan konseling kepada orang tua tentang:
1) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena
benjolan akan menghilang dalam 2 – 3 hari.
2) Perawatan bayi sehari-hari.
3) Manfaat can cara pemberian ASI (bisa dengan sendok)
Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
4) Perawatan tali pusat dengan baik.
5) Personal hygiene yang baik pada daerah luka.
6) Pemberian ASI yang adekuat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-
kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai
bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput
succedaneum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan
terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi
fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput
suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis,
tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu. Pada kala II lama
terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan spasme pintu
panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi uterus
sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS
(Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak.Sehingga
CSS menerobos ke jaringan atau intraviber.Sehingga potensial (cairan)
tedorong ke bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah
kulit kepala.Sehingga menyebabkan.
B. Saran
1. Pada caput succedaneum dan cephalhematoma kita bisa menjelaskan
kepada ibu dan keluarga bayi ,bahwa tidak diperlukan tindakan atau
penanganan khusus bila tanpa komplikasi .
2. Bagi tenaga kesehatan untuk memimpin persalinan dengan aman dan
tepat .
3. meningkatkan lagi para tenaga kesehatan baik secara teknis maupun
non teknis dalam memberikan pelayanan kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan,
cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. (YPB,
maternal neonatal. 2007).
Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan
lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal.
Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. ( Helen Varney dkk, 2007 )
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat
dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan
kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak
pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat
perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan
tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma
akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau
resusitasi.
A. Caput Suksedaneum
a. Pengertian
Caput suksedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi
bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran
serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (Sarwono, 2006).
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat
tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum
ekstraksi. ( Abdul Bari Saifuddin, 2001).
Caput suksedaneum adalah Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding
vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan
dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak
ada gejala sisa yang dilaporkan. (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
a. Gejala
Caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang di
garis tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.
Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher
rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua
hari. (www.begaul.com )
b. Patofisiologis
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir
sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke
jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan
sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di
daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan
lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada
sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat
pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
c. Manajemen
Manajemen terdiri dari pengamatan saja lengkap dan cepat pemulihan biasanya akan
terjadi dengan caput succedaneum. Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur normal
harus kembali.
Bayi akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin memerlukan analgesia untuk
sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke minimum untuk beberapa hari pertama.
d. Faktor Predisposisi
1. Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan
2. Sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina
e. Penanganan dan Pencegahan
a) Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal
b) Observasi keadaan umum bayi
c) Pemberian ASI adekuat
d) Cegah terjadinya infeksi
e) Untuk penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat
menghilang dengan sendirinya ( www.anakku.net )
f) Dengan menggendong bayi secara terus menerus agar kelainan pada bayi dapat
disembuhkan
f. Komplikasi
a) Kaput hemorargik
b) Infeksi
c) Ikhterus
d) Anemia
B. Cephalhematoma
a. Pengertian
Cephalhematoma adalah subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena
tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.
Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5%
dari seluruh cephalhematoma). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada
gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan
hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan.
(Sarwono Prawirohardjo,2007).
Kelainan ini disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan terbatas tegas
pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya. Tulang tengkorak
yang sering terkena ialah tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2% dari
kelahiran hidup. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada
persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstra cunam atau
ekstraktor vakum. (Sarwono, 2006).
a) Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang
cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan
intracranial. (Sarwono, 2006)
Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang
agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. (Sarwono, 2006)
b) Patofisiologi
Adapun pathophysiologi cephalhematoma yaitu:
1) Rupture pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum
2) Didalam subperiosteal mengandung banyak darah
c) Faktor Predisposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan. Moulage terlalu keras.
Partus dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi
d) Komplikasi
1. Ikterus
2. Anemia
3. Infeksi
4. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang
disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.
Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan
khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada
kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi.
Cefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cefalhematoma terjadi sangat
lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cefalhematoma
dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya.
Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan
fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan
kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat
disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
Pengertian istilah cephalhematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang
tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang
yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada
tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering
paada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau
vakum.
C. Trauma pada Flexus Brachialis
a) Pengertian
Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya bayi,
sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan letak
sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usahan melahirkan kepala bayi. Pada
persalinan presentasi-kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. Disini kadang-
kadang dilakukan tarikan pada kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan
(Sarwono, 2007).
a) Patofisiologis
Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau
tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada
seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada
penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada
presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi
bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis
Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami
trauma (Sarwono, 2007).
b) Penanganan dan Pencegahan
Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan
penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.
Penanggulangan dengan jalan meletakan lengan atas dengan posisi abduksi 90º dan
putaran keluar. Siku berada dalam pleksi 90º disertai supinasi lengan bawah dengan
ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan. Posisi ini dipertahankan
beberapa waktu. Penyembuhan biasanya terjadi setelah beberapa hari, kadang-kadang
sampai 3-6 bulan (Sarwono, 2007).
D. Fraktur klavikula
a) Pengertian fraktur klavikula
Fraktur ini mungkin terjadi apbila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan.
Klavikula adalah daerah tulang tersering yang mengalami fraktur. Letak tersering adalah di
antara 1/3 tengah dan lateral. Fraktur klavikula dapat sebagai akibat dari cidera lahir pada
neonatus (Sarwono, 2007).
b) Gejala
Hal ini dapat timbul pada persalinan presentasi kepala dengan anak besar atau
kelahiran sungsang dengan membumbung keatas. Gejala yang tampak pada keadaan ini
ialah kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks moro pada
sisi tersebut. Diagnosis pasti di buat dengan palpasi dan jika perlu, dengan foto rontgen.
(Sarwono, 2006).
Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang
terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit
pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro hal ini dapat
timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada
kelahiran sungsang pada sisi tersebut. Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada
bayi baru lahir, yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada
persainan.
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara
lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi
fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot
sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada
daerah fraktur.
c) Penanganan dan Pencegahan
Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi
abduksi 60º dan fleksi 90º dari siku yang terkena (Sarwono, 2006)
Diagnosis dengan mudah dibuat dengan evaluasi fisik dan radiologis. Pasien akan
menderita nyeri pada pergerakan bahu dan leher. Pembengkakan local dan krepitus dapat
tampak. Cidera neurovaskuler jarang terjadi. Radiografi klavikula AP biasanya cukup
untuk diagnosis. Fraktur klavikula pada neonatus biasanya tidak memerlukan terapi lebih
lanjut. Kalus yang teraba dapat dideteksi beberapa minggu kemudian.
Pada anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain
gendongan atau yang mampu menyandang/memfiksasi bagian lengan bawah dalam posisi
horizontal melawan batang tubuh) sebaiknya digunakan untuk mengangkat ekstremitas
atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada klavikula distal. Kalus yang dapat
dipalpasi dapat dideteksi beberapa minggu yang kemudian akan remodel dalam 6-12
bulan. Fraktur klavikula biasanya sembuh dengan cepat dalam 3-6 minggu.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan
sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat
dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
Cukup sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma
pada sendi bahu). Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah).
Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto Rontgen tampak fraktur klavikula. Terapi :
Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.
Operativ : internal fiksasi.
E. Fraktur Humerus
a) Pengertian fraktur humerus
Fraktur humerus adalah Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung
ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks
Moro pada sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan
dilakukannya imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang
bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan
membaik dalam waktu 2-4 minggu. (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
b) Gejala
Fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya
reflek moro.
c) Penanganan dan Pencegahan
Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu
dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.
d) Prevalensi
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita
berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
F. Jenis fraktur
1. Complete fraktur ( fraktur komplet ), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed frakture ( simple fracture ), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit
masih utuh.
3. Open fracture ( compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan
luka pada kulit ( integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus
kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang
6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang
7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang
8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
9. Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada
tulang tengkorak dan wajah )
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang )
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit ( kista tulang, paget,
metastasis tulang, tumor )
12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
13. Epifisial, fraktur melalui epifisis
14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. KASUS I CEPHALHEMATOMA
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB
lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama
islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga
warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya
sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta.
Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai
riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah
Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat
masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan
pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal
bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat
persalinan anak pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah
bergolongan darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik
perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari
dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan
jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan
air ketuban putih yang jumlahnya ± 250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20
lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm , panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak
ada komplikasi saat persalinan dengan apgar score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan
ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan
baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil ada kelainan terdapat cairan
darah yang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedaneum, dan
ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua
lubang hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak
dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah
muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks
menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada
simetris, pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada
bunyi nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung,
abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut
keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak
penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari
lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus
brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek
pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.
Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43
cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi
cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.
2. KASUS II CAPUTSUKSEDANEUM
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB
lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama
islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga
warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya
sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta.
Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai
riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah
Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat
masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan
pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal
bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat
persalinan anak pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah
bergolongan darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik
perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari
dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan
jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan
air ketuban putih yang jumlahnya ± 250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20
lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm , panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak
ada komplikasi saat persalinan dengan apgar score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan
ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan
baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil ada kelainan terdapat cairan
yang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, ada caput suksedameum, tidak ada
cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang
hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata
sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda,
sumbing tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks
menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada
simetris, pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada
bunyi nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung,
abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut
keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak
penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari
lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus
brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek
pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.
Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43
cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi
cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun. Ibu
mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
3. KASUS III FRAKTUR KLAVIKULA
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB
lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama
islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga
warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya
sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta.
Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai
riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah
Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat
masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan
pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal
bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat
persalinan anak pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah
bergolongan darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik
perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari
dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan
jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan
air ketuban putih yang jumlahnya ± 250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20
lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm , panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak
ada komplikasi saat persalinan dengan apgar score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan
ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan
baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil tidak ada kelainan, sutura
normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedameum, tidak ada cephalhematoma. Mata
simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada
pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas
tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada,
palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal,
bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –
paru tambahan, refleks moro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali
pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan.
Ekstremitas atas kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks
moro pada sisi tersebut. Ekstremitas bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Ada
kelainan fraktur klavikula dan tidak ada fraktur humerus serta tidak adanya fleksus
brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek
pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.
Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43
cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi
cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun. Ibu
mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
KASUS IV FRAKTUR HUMERUS
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB
lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama islam,
bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan
ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp
1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa
dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat
kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah Bidan. Dengan
keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam
tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering
periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak pertama ini
37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan darah A, Ibu
mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan, pre/eklamsia tidak
pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening
dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan
tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan jenis persalinan spontan ditolong
oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan air ketuban putih yang jumlahnya ±
250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20 lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm
, panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak ada komplikasi saat persalinan dengan apgar
score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan
fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif,
reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil
tidak ada kelainan, sutura normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedameum, tidak ada
cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang
hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata
sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing
tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal,
bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –
paru tambahan, refleks moro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada pembesaran
hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah
dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan
bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan ada
fraktur humerus serta tidak adanya fleksus brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada
lubang, lubang muara interna terletek pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna
merah. Usia bayi saat ini satu hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang
badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan
warna kehitamaan konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa
pendamping apapun. Ibu mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah
beberapa jam lahir.
KASUS V FRAKTUR BRAHIALIS
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB
lahir secara spontan dengan jenis kelamin Perempuan dengan kedua orang tua beagama islam,
bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan
ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp
1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa
dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat
kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali olah Bidan. Dengan
keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam
tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering
periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak pertama ini
37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan darah A, Ibu
mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan, pre/eklamsia tidak
pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening
dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan
tidak pernah minum alkohol. Riwayat persalinannya dengan jenis persalinan spontan ditolong
oleh bidan dan dengan lama persalinan 18 jam, dan keadaan air ketuban putih yang jumlahnya ±
250 cc. Keadaan plasenta saat lahir lengkap kotiledon 20 lobus, diameter 22cm, ketebalan 1,5 cm
, panjang tali pusat 48 cm dan berat ± 500 gr. Tidak ada komplikasi saat persalinan dengan apgar
score 8/9 dan tidak ada kejadian, gangguan ataupun trauma pada bayi baru lahir. Pemeriksaan
fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif,
reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun – ubun besar dan kecil
tidak ada kelainan, sutura normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedameum, tidak ada
cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang
hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata
sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing
tidak ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal,
bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –
paru tambahan, refleks moro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada pembesaran
hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah
dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan
bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan tidak
ada fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada
lubang, lubang muara interna terletek pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna
merah. Usia bayi saat ini satu hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang
badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan
warna kehitamaan konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa
pendamping apapun. Ibu mengatakan cemas terhadap benjolan dikepala bayinya setelah
beberapa jam lahir.
BAB IV
PEMBAHASAN
SOAP KASUS I CEPHALHEMATOMA
Data Subyektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05
WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan
kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA
bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang
wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di
Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul
15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda
sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang
muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,
kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa
kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak
pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan
darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,
pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan
nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas
terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
Obyektif
Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,
bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala
ubun – ubun besar dan ada , sutura normal dan ada maulage, tidak ada
benjolan/kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir
caputsuksedameum, dan ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada, tidak
ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung. Telingga
simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut
simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refleks
puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi jantung
regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru – paru
tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen simrtris, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali
pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan.
Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada
kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetelia
testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek pada ujung penis.
Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari. Pemeriksaan
antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12
cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan konsistensi cair bau
has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.
Assesment
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa cephalhematoma.
Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan cephalematoma
yaitu adanya kecemasan dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial.
Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1
hari dengan cephalematoma yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua agar
tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan
menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti
terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang cephalhematoma pada bayi baru
lahir yaitu terjadi akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan
lahir ditandai dengan adanya benjolan dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak
tenang. Beritahu ibu untuk tidak menggendong bayi karena dapat menyebabkan proses
penyembuhan yang lama, yang biasanya hilang pada hari ke 1-3 bulan dan ibu mau
melaksanakannya. Bertitahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI segera
setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu
melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi kepelayanan kesehatan
yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada hari ke 1-3 bulan segera hubungi bidan
dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu mengulang perkataan bidan.
SOAP KASUS II CAPUTSUKSEDANEUM
Data Subjektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05
WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan
kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA
bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang
wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di
Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul
15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda
sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang
muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,
kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa
kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak
pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan
darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,
pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan
nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas
terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,
bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala
ubun – ubun besar dan ada kelainan terdapat pembengkakan kulit kepala yang
memanjang di garis tengah ditandai dengan cairan yamg menumpuk, sutura normal dan
ada maulage, ada caput suksedameum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata simetris,
lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasaan
cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang
rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada,
palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan
normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas
jantung dan paru – paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen
simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras
saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak
penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari
lengkap. Tidak ada kelainan fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus
brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek
pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu
hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar
badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan
konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping
apapun.
Assesment
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa caputsuksedaneum.
Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan
caputsuksedaneum yaitu adanya kecemasan dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada
masalah potensial.
Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1
hari dengan caputsuksedaneum yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua agar
tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan
menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti
terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang caputsuksedaneum pada bayi baru
lahir yaitu terjadi akibat pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah
berisi cairan pada kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak tenang.
Beritahu ibu untuk menggendong bayi karena dapat menyebabkan proses penyembuhan
yang cepat, yang biasanya hilang pada hari ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya.
Bertitahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI segera setelah lahir sampai usia
6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan
keluarga untuk merujuk bayi ke pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan
tidak hilang pada hari ke 2-5 segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu
yang mampu mengulang perkataan bidan.
SOAP III FRAKTUR KLAVIKULA
Data Subjektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05
WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan
kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA
bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang
wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di
Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul
15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda
sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang
muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,
kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa
kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak
pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golongan darah ibu A dan Ayah bergolongan darah
A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,
pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan
nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas
terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,
bayi sedikit bergerak, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala
ubun – ubun besar dan tidak ada kelainan, sutura normal dan ada maulage, tidak ada
caputsuksedameum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada,
tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasaan cuping hidung.
Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur.
Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras,
refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada. Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi
jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas jantung dan paru –
paru tambahan, refleks moro tidak ada, perut tidak kembung, abdomen simrtris, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali
pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penonojan dan cekungan.
Ekstremitas atas kelemahan lengan pada sisi yamg terkena disertai menghilangnya refleks
moro pada sisi tersebut dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Ada
kelainan fraktur klavikula dan tidak ada fraktur humerus serta tidak adanya fleksus
brahialis. Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek
pada ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu
hari. Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar
badan 43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan
konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping
apapun.
Assessment
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa fraktur klavikula.
Masalah potensial yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan
fraktur klavikula yaitu adanya kelumpuhan pada lengan bayi tersebut.
Kebutuhan segera yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru
lahir usia 1 hari dengan fraktur klavikula yaitu dengan memberikan penkes kepada orang
tua dan segera merujuk ke dokter spesialis anak.
Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan
menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti
terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang fraktur klavikula pada bayi baru
lahir yaitu terjadi akiba proses persalinan dengan sulit mengeluarkan bahu sehingga
butuh penanganan segera dan ibu mengerti terlihat dapat mengulang kembali perkataan
bidan. Penangan pertama yang dilakukan oleh bidan dengan imobilisasi dalam posisi
abduksi 60º dan fleksi 90º dari siku yang terkena selama 7-10 hari sebelum merujuknya
ke dokter spesialis anak. Bertitahu ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif segera
setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari dan ibu
melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter spesialis anak
dengan diantar oleh bidan dan ibu mengerti dan segera merujuk bayinya.
SOAP IV FRAKTUR HUMERUS
Data Subjektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05
WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan
kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA
bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang
wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di
Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul
15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda
sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang
muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,
kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa
kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak
pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan
darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,
pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan
nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas
terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik bayi KU ; baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x / menit,
bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala
ubun – ubun besar dan ada kelainan terdapat cairan yamg menumpuk, sutura normal dan
ada maulage, tidak ada caputsuksedameum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata
simetris, lobang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada
pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih
atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak
ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris,
pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi
nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks moro tidak ada, perut tidak kembung,
abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical,
perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris,
tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas bergerak aktif dengan jumlah jari
lengkap dan ekstrenitas bawah tidak adanya gerakan tungkai spontan. Tidak ada kelainan
fraktur klavikula dan adanya fraktur humerus serta tidak adanya fleksus brahialis.
Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek pada
ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.
Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan
43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan
konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping
apapun.
Assesment
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa fraktur humeri.
Masalah potensial yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan
fraktur humeri yaitu adanya kelumpuhan pada tungkai.
Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1
hari dengan fraktur humeri yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua dan segera
merujuk ke dokter spesialis anak.
Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan
menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti
terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang fraktur klavikula pada bayi baru
lahir yaitu terjadi akiba proses persalinan dengan sulit mengeluarkan bahu sehingga
butuh penanganan segera dan ibu mengerti terlihat dapat mengulang kembali perkataan
bidan. Penangan pertama yang dilakukan oleh bidan dengan imobilisasi tungkai segera
sebelum merujuknya ke dokter spesialis anak. Bertitahu ibu untuk tetap memberikan ASI
ekslusif segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari
dan ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter
spesialis anak dengan diantar oleh bidan dan ibu mengerti dan segera merujuk bayinya.
SOAP V FRAKTUR BRAHIALIS
Data Subjektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn.X (27) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05
WIB lahir secara spontan dengan vacum forcep dan jenis kelamin Perempuan dengan
kedua orang tua beagama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah terakhir tamat SMA
bekerja sebagai penjaga warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang
wiraswasta. Penghasilan keduanya sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal di
Cimaung Rt 06 Rw 02 , Purwakarta. Anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul
15.30 WIB oleh Bidan, Ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda
sering periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang
muntah 1 – 2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit,
kadang ada pusing dan terasa cepat lelah. Sedangkan pada hamil tua, sering periksa
kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama,
sering BAK saat siang hari dan malam, tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak
pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golonagan darah ibu A dan Ayah bergolongan
darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan,
pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan
nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol. Ibu mengatakan cemas
terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik bayi KU : baik, kesadaran compos metis, denyut nadi 130 x /
menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian
kepala ubun – ubun besar dan ada kelainan terdapat cairan yamg menumpuk, sutura
normal dan ada maulage, tidak ada caput suksedaneum dan tidak ada cephalhematoma.
Mata simetris, lubang hidung ada, tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada
pernafasaan cuping hidung. Telingga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih
atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak
ada, palatum keras, refleks puting susu ada refleks sucking ada, refleks menelan ada.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris,
pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi
nafas jantung dan paru – paru tambahan, refleks moro tidak ada, perut tidak kembung,
abdomen simrtris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical,
perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris,
tidak penonojan dan cekungan. Ekstremitas atas kurang bergerak dengan aktif dan lemah
pada pergelangan tangan dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada
kelainan fraktur klavikula dan tidak ada fraktur humerus tapi adanya fleksus brahialis.
Genetelia testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletek pada
ujung penis. Kulit tidak ada tanda –tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari.
Pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan
43 cm, lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna kehitamaan
konsistensi cair bau has. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping
apapun.
Assesment
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnosa fraktur brachialis.
Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan umur 1 hari dengan fraktur
brachialis yaitu . paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau
tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan
Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru lahir usia 1
hari dengan fraktur brachialis yaitu dengan memberikan penkes kepada orang tua agar
tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik kesadaran
composmetis, denyut nadi 130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan
menelan baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti
terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang fraktur brachialis pada bayi baru
lahir yaitu terjadi akiba proses persalinan dengan sulit mengeluarkan bahu sehingga
butuh penanganan segera dan ibu mengerti terlihat dapat mengulang kembali perkataan
bidan. Penangan pertama yang dilakukan oleh bidan dengan imobilisasi parsial dan
penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur segera
sebelum merujuknya ke dokter spesialis anak. Bertitahu ibu untuk tetap memberikan ASI
ekslusif segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam perhari
dan ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke dokter
spesialis anak dengan diantar oleh bidan dan ibu mengerti dan segera merujuk bayinya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan
difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama
persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga
tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi
untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding
atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat,
sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat
sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada
neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi
untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi
karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur
tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa
paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan.
Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral
dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila
lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan
berlebihan pada bahu.
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi
tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan
ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya
refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai
dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya
reflek moro. Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu
dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Dengan adanya Asuhan Neonatus dengan jalan lahir dapat lebih meningkatkan
lagi para tenaga kesehatan baik secara teknis maupun non teknis dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dalam pembahasan Asuhan Neonatus dengan jalan lahir lebih memberikan ilmu
yang bermanfaat lagi supaya dari pihak pendidikan dapat meningkatkan calon-calon
bidan yang professional.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Dengan adanya pembuatan tugas Asuhan Neonatus dengan jalan lahir ini, mudah-
mudahan mahasiswa dapat lebih mengerti lagi tentang pembahasan mengenai Asuahan
Neonatus. Serta dapat menjadi motivasi dan inspirasi dalam mengembangkan ilmu yang
telah terkuasai, supaya dapat menjalankan praktik dilapangan lebih terampil lagi.
5.2.4 Bagi Masyarakat
Dengan adanya Asuhan Neonatus ini, masyarakat lebih mendukung dan mengerti
tentang Asuhan Neonatus yang diberikan bidan. Karena masyarakat lebih mengandalkan
jasa bidan sebagai tenaga kesehatan yang berpengaruh penting dalam masalah persalinan.
top related