bab iv hasil penelitian dan...
Post on 24-May-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian,
perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang
akan disajikan dalam penjabaran sebagai berikut ini.
1.1 Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini akan di bahas deskripsi pelaksanaan tiap siklus
mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi
dengan penjabaran sebagai berikut:
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan pada standar kompetensi
menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi dasar
menjumlahkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus I akan dilaksanakan
pada tanggal 20-23 Maret 2013.
1.1.1.1 Perencanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika
pada materi penjumlahan pecahan, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas
atau kolaboratornya untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan
pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media animasi. Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini
meliputi :
1) Menyusun RPP matematika dengan materi penjumlahan pecahan sesuai
indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.
2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.
3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa.
42
4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru selama mengajar
dengan model pembelajaran NHT berbantuan media animasi.
5) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama mendapat
tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.
6) Menyusun tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil belajar yang telah
dilaksanakan.
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan berdasarkan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) siklus I. Siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu
pada hari Rabu-Sabtu tanggal 20-23 Maret dengan mata pelajaran matematika
materi penjumlahan pecahan.
a. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan
pecahan. Dengan indikator menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan tujuan
pembelajaran menghitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama.
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran
sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan
siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan media animasi tentang menjumlahkan pecahan biasa
berpenyebut sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa
menjadi beberapa kelompok secara acak dan guru memberikan nomor kepada
setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa
menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir
43
bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah
diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.
Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila
ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan
skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara menjumlahkan
pecahan biasa berpenyebut sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan
salam.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan
pecahan. Dengan indikator menghitung penjumlahan pecahan biasa dengan tujuan
pembelajaran menghitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama.
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran
sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan
siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan media animasi tentang menjumlahkan pecahan biasa
berpenyebut tidak sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk
siswa menjadi beberapa kelompok secara acak dan guru memberikan nomor
kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya
44
siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa
berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawabannya.
Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila
ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan
skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara menjumlahkan
pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Kemudian guru menutup dengan
mengucapkan salam.
c. Pertemuan 3
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kompetensi dasar menjumlahkan
pecahan. Dengan indikator mengubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa
dan menerapkan penjumlahan pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
tujuan pembelajaran menyebutkan bentuk pecahan campuran, megubah pecahan
campuran menjadi pecahan biasa, mengubah pecahan biasa menjadi pecahan
campuran dan menerapkan penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan biasa
dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan
ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan
siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
45
2) Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan media animasi tentang mengubah pecahan campuran
dengan pecahan biasa dan mengubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran.
Selanjutnya siswa menyimak saat guru menjelaskan cara menjumlahkan pecahan
campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru membentuk siswa menjadi
beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap
anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa
menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir
bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah
diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.
Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila
ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan
skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengubah pecahan
campuran menjadi pecahan biasa, mengubah pecahan biasa menjadi pecahan
campuran dan cara menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan biasa.
Kemudian guru menutup dengan mengucapkan salam.
b. Pertemuan 4
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat diawali dengan tanya
jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya kemudian
diakhiri dengan tes evaluasi siklus I, dimana setiap siswa secara individu
mengerjakan soal-soal tes yang telah disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang
telah dipelajari.
46
1.1.1.3 Observasi
a. Pengamatan terhadap guru
Pada pengamatan pembelajaran siklus I, guru masih belum sepenuhnya
melaksanakan semua yang sudah direncahakan. Dalam memulai pelajaran guru
tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tanpa memberikan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada pertemuan
pertama guru belum memberikan motivasi. Namun pada pertemuan kedua dan
ketiga guru sudah melaksanakannya dengan baik.
Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan hampir sudah
dilaksanakan, hanya saja dalam penyampaian materi terlalu cepat sehingga ada
beberapa siswa yang tertinggal. Namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru
sudah menjelaskan secara pelan-pelan sehingga siswa dapat menyimak dengan
baik. Pada pertemuan pertama guru belum memberikan bimbingan kepada
kelompok secara merata namun pada pertemuan kedua dan ketiga guru sudah
memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata. Pada kegiatan ahkir guru
lupa untuk memberikan refleksi penguatan, penghargaann kepada kelompok yang
mendapat skor tertinggi dan memotivasi pada siswa yang belum berhasil namun
pada pertemuan kedua dan ketiga guru tidak mengulang kesalahan tersebut dan
mampu melaksanakan dengan baik. Pada pertemuan terakhir pembelajaran siklus
I guru memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa kelas 4 tentang
penjumlahan pecahan.
b. Pengamatan terhadap siswa
Pada pertemuan pertama siklus I, pembagian kelompok dapat berjalan
dengan baik akan tetapi saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa siswa
yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok, hal ini dikarenakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi memang jarang
digunakan oleh guru. Siswa yang sudah terbentuk dalam satu tim atau satu
kelompok tidak menjamin dapat membuat semua anggota kelompok dapat aktif
tetapi ternyata masih ada siswa yang hanya bergurau saja dan tidak
memperhatikan materi yang disampaikan gurunya. Pada saat menyelesaikan tugas
47
yang diberikan oleh guru masih banyak yang mengandalkan hasil pekerjaan teman
yang dianggap mampu. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan
kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Dari pertemuan pertama hingga pertemuan
ketiga pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam
pembelajaran. Melalui hasil observasi siklus I dapat diketahui keberanian siswa
untuk bertanya pada gurunya masih sedikit. Kerja sama antar anggota dalam satu
tim belum tampak. Mereka hanya saling berbicara sendiri dan bergurau. Namun
dengan pantauan dan bimbingan dari guru hal tersebut dapat teratasi.
Sarana dan prasarana siswa sudah cukup memadai yakni dibantu dengan
media animasi yang telah disiapkan maka menarik minat siswa untuk
memperhatikan penjelasan guru. Dengan diberlakukannya tunjuk acak dengan
memanggil nomor kepala siswa dalam menyelesaikan soal dapat mendidik siswa
untuk selalu siap dan melatih konsetrasi siswa agar tidak memikirkan hal lain
selain materi ajar. Dengan bimbingan dari guru, siswa lebih dapat melakukan
tugasnya karena guru selalu memantau perkembangan siswanya. Selain itu
pemberian reward juga menumbuhkan sikap untuk saling bersaing secara positif
dengan yang lain untuk mendapat poin tertinggi, hal tersebut dapat membuat
siswa merasa senang dalam belajar sehingga siswa tidak merasa sangat terbeban
dalam belajar.
1.1.1.4 Hasil Belajar Matematika Siklus I
Hasil belajar matematika pada siklus I diukur melalui tes evaluasi di
akhir siklus. Tes formatif di akhir siklus dilakukan setelah dilakukannya
pembelajaran melalui pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. Dari hasil tes
evaluasi yang telah dilakukan memberikan hasil adanya peningkatan hasil belajar
siswa. Akan tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas. Data hasil belajar matematika
siswa pada siklus I sebelum dianalisa sesuai dengan KKM =70 disajikan dalam
tabel 15 berikut ini.
48
Tabel 15
Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
(%)
1 50-57 3 7
2 58-65 9 21
3 66-73 2 5
4 74-81 17 40
5 82-89 10 23
6 90-97 2 5
Jumlah 43 100
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 95
Rata-Rata 75
Dari tabel destribusi hasil belajar siswa pada siklus I dapat diketahui
adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum dilakukan tindakan dengan hasil
belajar pada siklus I yang diukur melalui tes evaluasi. Dari 43 siswa dengan rata-
rata 75 yang mendapatkan nilai dibawah 75 sebanyak 14 siswa dengan persentase
33% dengan nilai terendah 50. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai diatas 75
sebanyak 17 siswa dengan persentase 67% dengan nilai tertinggi 95. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan hingga siklus
I dilakukan, dengan demikian dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas lebih
banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas. Akan tetapi ketuntasan tersebut
belum sesuai dengan indikator kinerja hasil belajar matematika menyebabkan
perlunya diadakan tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II dengan
memperhatikan hasil dari siklus I dan evaluasi bersama antar guru dan observer.
Berdasarkan tabel 15, maka nilai hasil pembelajaran matematika dapat
digambarkan dalam bentuk diagram batang seberti gambar 2 berikut ini.
49
Gambar 2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I
Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui jumlah siswa yang nilainya
masih di bawah KKM (KKM=70) yakni sebanyak 12 siswa sedangkan 31 siswa
lainnya mendapat nilai diatas KKM. Dengan demikian dapat diketahui adanya
peningkatan dari kondisi awal sebelum diberikan siklus hingga siklus I.
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I dapat dibuat tabel ketuntasan belajar
berikut ini.
Tabel 16
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No. Nilai Jumlah
Siswa
Persentase
(%) Ketuntasan
1 ≥ 70 31 72 Tuntas
2 < 70 12 28 Tidak Tuntas
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 72%. Dengan demikian
dapat dilihat dari kondisi sebelum diberikan tindakan dengan kondisi pada siklus I
kenaikan persentase mencapai 35%. Pada kondisi pra siklus terdapat 27 siswa
yang belum tuntas, dan setelah diberikan tindakan melalui siklus I terjadi
kenaikan dengan jumlah siswa tidak tuntas hanya 12 siswa dengan persentase
28% sedangkan 31 siswa lainnya dapat tuntas dengan nilai melebihi KKM.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
50-57 58-65 66-73 74-81 82-89 90-97
Jumlah Siswa
50
1.1.1.5 Refleksi
Refleksi dilakukan sebagai kegiatan evaluasi dari pertemuan pertama,
kedua, dan ketiga pada siklus I sehingga dapat dibahas kekurangan dan kendala
apa saja yang dihadapi. Berdasarkan observasi pada siklus I, hal-hal yang perlu
diperbaiki dalam pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain :
1) Kurangnya bimbingan guru dalam kelompok.
2) Siswa yang bermain-main sendiri pada saat diskusi.
3) Siswa kurang aktif dalam bertanya.
4) Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi
agar setiap kelompok menjadi aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I maka, untuk itu perlu
dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
1.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperetif tipe
NHT berbantuan media animasi pada siklus II dilaksanakan pada standar
kompetensi menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan kompetensi
dasar mengurangkan pecahan yang terdiri dari 4 pertemuan. Siklus II akan
dilaksanakan pada tanggal 3-6 April 2013.
4.1.2.1 Perencanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran matematika
pada materi pengurangan pecahan, peneliti dibantu guru atau kolaboratornya telah
melakukan diskusi untuk mengidentfikasi dan menemukan permasalahan
pembelajaran matematika pada siklus I dan menentukan langkah-langkah
perbaikan proses pembelajaran siklus II. Kemudian peneliti menuliskan rencana
perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif NHT berbantuan media animasi. Tahap
perencanaan dalam penelitian ini meliputi :
51
1) Menyusun RPP matematika dengan materi pengurangan pecahan sesuai
indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.
2) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.
3) Membuat kelompok secara acak tanpa melihat kepandaian siswa.
4) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru selama mengajar
dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.
5) Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama mendapat
tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.
6) Menyusun tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil belajar yang telah
dilaksanakan.
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan berdasarkan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk tiap siklusnya. Siklus II dilaksanakan empat kali
pertemuan yaitu pada hari Rabu-Sabtu tanggal 3-6 April dengan mata pelajaran
matematika materi pengurangan pecahan.
a. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan
pecahan. Dengan indikator menghitung pengurangan pecahan biasa dengan tujuan
pembelajaran menghitung pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama.
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran
sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan
siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
52
2) Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan media animasi tentang mengurangkan pecahan biasa
berpenyebut sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk siswa
menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada
setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa
menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir
bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah
diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.
Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila
ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan
skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan
pecahan biasa berpenyebut sama. Kemudian guru menutup dengan mengucapkan
salam.
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan
pecahan. Dengan indikator menghitung pengurangan pecahan biasa dengan tujuan
pembelajaran menghitung pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama.
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran
sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan
siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
53
kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan media animasi tentang mengurangkan pecahan biasa
berpenyebut tidak sama dengan bimbingan guru. Kemudian guru membentuk
siswa menjadi beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor
kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya
siswa menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa
berfikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
yang telah diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawabannya.
Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila
ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan
skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan
pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Kemudian guru menutup dengan
mengucapkan salam.
c. Pertemuan 3
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada kompetensi dasar mengurangkan
pecahan. Dengan indikator menerapkan pengurangan pecahan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan tujuan pembelajaran menerapkan pengurangan pecahan
campuran dengan pecahan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah
pembelajaran pada pertemuan ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut ini.
54
1) Kegiatan Awal
Untuk mengawali pelajaran guru mengucapkan salam, mengkondisikan
siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang materi sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara mengurangkan pecahan
campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru membentuk siswa menjadi
beberapa kelompk secara acak dan guru memberikan nomor kepada setiap
anggota kelompok sesuai dengan jumlah kelompoknya. Selanjutnya siswa
menerima pertanyaan berupa kartu soal dari guru. Dalam kelompok siswa berfikir
bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang telah
diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawabannya.
Setelah itu guru memanggil nomor secara acak dan guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas dan kelompok lain memberikan pendapatnya apabila
ada jawaban yang berbeda. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi
tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Guru memberikan
skor kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran ditutup dengan siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu tentang cara mengurangkan
pecahan campuran dengan pecahan biasa. Kemudian guru menutup dengan
mengucapkan salam.
d. Pertemuan 4
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke empat diawali dengan tanya
jawab tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya kemudian diakhiri dengan
tes evaluasi siklus II, dimana setiap siswa secara individu mengerjakan soal-soal
tes yang telah disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang telah dipelajari.
55
4.1.2.4 Observasi
a. Pengamatan terhadap guru
Pada pengamatan pembelajaran siklus II, guru menyadari benar
kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga ketika membuka
pelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tapi lebih
dulu memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menerangkan cakupan matei yang akan dipelajari.
Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan,
guru juga sudah memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata. Pada
siklus II ini guru sudah memberikan refleksi penguatan serta penghargaan kepada
kelompok yang telah berhasil memperoleh skor tertinggi dan memberikan
motivasi kepada kelompok yang belum berhasil. Guru juga tidak mengulang lagi
kesalahannya dan mampu melaksanakan dengan baik. Pada pertemuan terakhir
pembelajaran siklus II guru memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran
siswa kelas 4 tentang pengurangan pecahan.
b. Pengamatan terhadap siswa
Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan
lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan
posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak
pada hasil nilai yang meningkat. Kerja sama antar anggota dalam satu tim sudah
tampak. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan kegiatan berbicara
sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Keadaan lainnya juga mengalami
peningkatan, yaitu dengan keberanian siswa untuk bertanya bertambah. Dengan
adanya peningkatan perilaku siswa ketika proses pembelajaran berlangsung maka
dapat dinilai adanya perubahan yang positif perilaku siswa dan hal ini dapat
berdampak pada hasil belajar. Secara umum siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik, siswa senang, siswa aktif, siswa menunjukkan minat
belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan siswa mampu bekerjasama dalam
kelompoknya.
56
4.1.2.5 Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang diperoleh melalui tes evaluasi yang
diadakan setelah siklus II selesai dilaksanakan. Pada siklus II pembelajaran telah
dapat berjalan dengan baik yang telah digambarkan pada lembar observasi. Hasil
tes evaluasi pada siklus II menunjukkan adanya kenaikan hasil belajar siswa pada
Kompetensi Dasar (KD) mengurangkan pecahan. Siswa telah dapat menjalani dan
menyelesaikan tes evaluasi dengan baik. Melalui tes evaluasi dapat dinilai tingkat
keberhasilan siswa melalui nilai yang diperoleh. Data hasil belajar matematika
siswa pada siklus II sebelum dianalisa sesuai dengan KKM = 70 disajikan dalam
tabel 17 berikut ini.
Tabel 17
Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
(%)
1 70-74 1 2
2 75-79 11 26
3 80-84 8 19
4 85-89 12 28
5 90-94 3 7
6 95-100 8 19
Jumlah 43 100
Nilai Terendah 70
Nilai Tertinggi 100
Rata-Rata 84
Dari tabel destribusi hasil belajar siswa pada siklus II dapat diketahui dari
43 siswa dengan rata-rata 84 yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 1 siswa dengan
persentase 2%, kemudian pada rentang nilai 75-79 sebanyak 11 siswa dengan
persentase 26%, 80-84 sebanyak 8 siswa dengan presentase 19% dan 85-89
sebanyak 12 siswa dengan persentase 28% sedangkan siswa yang mendapat nilai
di atas 90 sebanyak 11 siswa dengan presentase 26%. Dengan demikian dapat
57
diketahui siswa secara keseluruhan mendapat nilai di atas KKM (KKM=70), hal
ini menunjukkan bahwa keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar.
Berdasarkan tabel 17 dapat disajikan nilai hasil pembelajaran matematika melalui
diagram batang berikut ini.
Gambar 3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II
Dari gambar diagram batang di atas maka dapat diketahui jumlah siswa
yang mendapat nilai terendah adalah 1 siswa dengan persentase 2% dan nilai
tertinggi dengan rentang nilai 95-100 sebanyak 11 siswa. Dengan demikian
melalui tes evaluasi pada siklus II, seluruh siswa kelas IV mengalami ketuntasan
belajar dengan standar KKM 70 dengan perolehan nilai paling banyak pada siswa
yang mendapat nilai 85. Berdasarkan hasil belajar pada siklus II dapat dibuat tabel
ketuntasan belajar berikut ini.
Tabel 18
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nilai Jumlah
Siswa
Persentase
(%) Ketuntasan
1 ≥ 70 43 100 Tuntas
2 < 70 0 0 Tidak Tuntas
0
2
4
6
8
10
12
14
70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100
Jumlah Siswa
58
Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa pada siklus II keseluruhan siswa
mengalami ketuntasan belajar dengan nilai yang sangat baik. Berdasarkan
indikator kinerja dengan KKM 70, hasil belajar siswa pada siklus II ini telah
tuntas 100% dan ini berarti indikator kinerja telah tercapai
4.1.2.6 Refleksi
Dalam kegiatan pembelajaran siklus II ini sudah berjalan dengan lancar.
Guru sudah dapat menguasai kelas dengan baik dan siswa sudah cenderung aktif
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
NHT berbantuan media animasi pada mata pelajaran matematika materi
pengurangan pecahan. Hasil pembelajarannya juga mengalami peningkatan
walaupun masih ada satu siswa yang nilainya sama dengan KKM 70. Hasil
pembelajaran dari siklus II sudah mengalami ketuntasan 100%.
4.2 Hasil Analisis Data
Pada bagian ini akan dilakukan analisis hasil penelitian yaitu yang berkaitan
dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan di kelas 4 SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang. Data hasil belajar siswa dilakukan analisis
dengan cara analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar
siswa antar siklus. Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan pelaksanaan
penelitian untuk masing-masing siklus maka pada bagian ini akan dipaparkan
pelaksanaan penelitian semua siklus secara bersamaan dan diperbandingkan
sehingga akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa.
Dalam rangka lebih memperjelas peningkatan hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media animasi
maka dipaparkan hasil pengolahan nilai hasil belajar siswa dalam bentuk tabel 19
berikut ini.
59
Tabel 19
Perolehan Nilai Tes Siswa Antar Siklus
No. Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Nilai terendah 45 50 70
2. Nilai tertinggi 80 95 100
3. Rata-rata nilai 64 75 84
Dari data tabel 19 dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil
belajar pada mata pelajaran matematika dari pra siklus yaitu sebelum penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan
media animasi dan setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media animasi pada siklus I dan siklus II. Terjadi peningkatan nilai
terendah siswa yaitu dari 45 menjadi 70 pada siklus II terjadi kenaikan sebesar 25
point, demikian juga pada nilai tertinggi siswa juga terjadi peningkatan dari 80
pada pra siklus menjadi 100 pada siklus II atau 20 point sedangkan rata-rata nilai
siswa secara klasikal menunjukkan peningkatan yaitu dari 64 pada pra siklus
menjadi 84 pada akhir pembelajaran siklus II atau terjadi peningkatan sebesar 18
point.
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran matematika di kelas 4
SD Negeri Pringapus 03 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Head Together) berbantuan media animasi maka ditetapkan
indikator keberhasilan yaitu 80% siswa tuntas belajar pada materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan dengan KKM 70. Kriteria Ketuntasan Minimal
digunakan sebagai acuan untuk menyatakan siswa tuntas dalam mengikuti
pembelajaran, KKM harus ditetapkan diawal tahun pembelajaran berdasarkan
hasil musyarwarah pendidik dan lembaga pendidikan. KKM pada setiap sekolah
berbeda-beda tergantung dengan karakteristik setiap sekolah. KKM sebagai acuan
bagi seorang guru untuk menilai pencapaian kompetensi siswa sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar suatu mata pelajaran.
Berhasilnya pencapaian kompetensi siswa dilihat dari hasil belajarnya
apakah sudah tuntas atau belum dengan didasarkan pada KKM yang telah
ditentukan setiap sekolah. Peningkatan hasil belajar peserta didik dikatakan
60
meningkat apabila 80% siswa telah berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang ditentukan. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses
pembelajaran maka dapat dilihat pada paparan tabel 20 tentang ketuntasan belajar
siswa berikut ini.
Tabel 20
Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jml % Jml % Jml %
1. Siswa tuntas 16 37% 31 72% 43 100%
2. Siswa tidak tuntas 27 63% 12 28% 0 0%
Jumlah 43 100% 43 100% 43 100%
Dari paparan data pada tabel 20 dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar matematika dari pra siklus sampai
dengan pembelajaran siklus II. Pada pra siklus 37% siswa tuntas dan 63% siswa
tidak tuntas, pada siklus I 72% siswa tuntas dan 28% siswa tidak tuntas.
Sedangkan pada siklus II siswa mengalami ketuntasan belajar sebesar 100%
dengan jumlah 43 siswa mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan.
Peningkatan Ketuntasan belajar pada kondisi pra siklus hingga siklus II pada tabel
20 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini.
Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
27%
12%
0%
16%
31%
43%
0
10
20
30
40
50
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
61
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan Pra Siklus
Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terlebih dahulu sebelum
melaksanakan penelitian siklus I dengan melihat kondisi siswa, kelas dan
mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa proses belajar mengajar belum
sepenuhnya optimal, penyampaian materi masih selalu menggunakan metode
klasikal dan ceramah tanpa diselingi metode dan penggunaan media pembelajaran
yang sesuai. Pada saat pembelajaran siswa hanya duduk, mencatat, dan
mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk
bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif
sehingga siswa menjadi pasif yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hal itu
terlihat dari hasil pretest mata pelajaran matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri
Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun
Pelajaran 2012/2013 yang masih di KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari
jumlah siswa sebanyak 43 hanya 16 siswa atau 37% yang tuntas. Sedangkan yang
tidak tuntas 27 siswa atau 63% dengan nilai rata-rata 64. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih
rendah. Bentuk pemecahan dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi.
4.3.2 Pembahasan Siklus I
Hasil belajar siswa pada siklus I masih belum optimal. Namun, keaktifan
siswa dalam pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dibandingkan sebelum
tindakan kelas dilaksanakan. Meskipun pada awalnya siswa masih belum terbiasa
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi
karena jarang digunakan oleh guru dan pada saat diskusi kelompok masih ada
siswa yang hanya bergurau tidak memperhatikan materi yang disampaikan
gurunya. Dalam menyelesaikan tugas pun masih banyak yang mengandalkan hasil
pekerjaan teman yang dianggap mampu. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa
dengan kegiatan kelompok, hal tersebut dapat teratasi. Lama kelamaan siswa
62
mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Media animasi yang telah
disiapkan juga dapat menarik minat siswa untuk memperhatikan penjelasan guru.
Pada pengamatan pembelajaran siklus I, guru masih belum sepenuhnya
melaksanakan semua yang sudah direncahakan. Dalam memulai pelajaran guru
tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan inti tanpa memberikan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan dalam
penyampaian materi terlalu cepat sehingga ada beberapa siswa yang tertinggal.
Guru juga belum memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata dan
tidak memberikan penghargaann kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi
dan memotivasi pada siswa yang belum berhasil. Namun pada pertemuan II dan
III guru sudah tidak mengulang kesalahan tersebut dan mampu melaksanakan
dengan baik. Guru dan siswa harus bekerjasama lebih baik lagi dalam
pembelajaran di siklus II agar penggunaaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan media animasi ini dapat terlaksana dengan efektif.
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pembelajaran pada siklus I ini
terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi. Hasil belajar pada
pra siklus, ketuntasan belajar mencapai 63%. Pada siklus I ketuntasan belajar
siswa meningkat menjadi 72% dengan nilai rata-rata 75. Walaupun hasil belajar
meningkat, tetapi masih terdapat siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa atau
28%. Sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II karena belum mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas belajar.
4.3.3 Pembahasan Siklus II
Keadaan siswa pada siklus II ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM berjalan
lebih efektif. Masing-masing anggota dalam satu tim sudah bisa menempatkan
posisinya. Kerja sama antar anggota atau antar tim jauh lebih maksimal. Antusias
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak
pada hasil nilai yang meningkat. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya
dan kegiatan berbicara sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi. Secara umum
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, siswa senang, siswa
63
aktif, siswa menunjukkan minat belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan
siswa mampu bekerjasama dalam kelompoknya. Sedangkan pada siklus II, guru
menyadari benar kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga
ketika membuka pelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan
inti tapi lebih dulu memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan cakupan matei yang akan
dipelajari. Semua kegiatan inti yang direncanakan sudah dilaksanakan dan guru
tidak mengulang lagi kesalahannya dan mampu melaksanakan dengan baik
Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Rata-
rata hasil belajar siswa pada siklus I 75 dan ketuntasan belajar sebesar 72%.
Sebanyak 12 siswa yang tidak tuntas atau 28%. Rata-rata hasil belajar siswa siklus
II sebesar 84 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% dengan jumlah 43 siswa
mengalami ketuntasan belajar secara keseluruhan. Menunjukkan bahwa
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari melalui proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 80%.
4.3.4 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Pada kondisi awal (pra siklus) sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas
di SD Negeri Pringapus 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, nilai rata-
rata 64 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus I, nilai rata-rata
menjadi 75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 50. Hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan tingkat keberhasilan ketuntasan
73% dari jumlah siswa sebanyak 43 siswa. Akan tetapi, masih terdapat 12% siswa
yang belum tuntas sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan siklus II. Pada
siklus II, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% dan nilai rata-rata
meningkat menjadi 84 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media animasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan
64
media animasi ini juga membantu guru dalam mengajarkan sebuah materi serta
dapat sesuai dengan perkembangan karakteristik siswa yaitu dengan model belajar
bersama di dalam kelompok dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati
(2012) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa
Kelas 1 Semester 2 SD N Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada pra
siklus ketuntasan belajar 42 % pada siklus 1 menjadi 64 % dan pada siklus 2
menjadi 83% tuntas.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa hasil belajar
matematika dapat ditingkatkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numbered Heads Together) berbantuan media animasi melalui empat tahapan
kegiatan, yaitu : (1) penomoran, (2) mengajukan pertanyaan, (3) berpikir bersama,
dan (4) menjawab pertanyaan pada siswa kelas 4 SD Negeri Pringapus 03
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran
2012/2013.
top related