bab ii telaah pustaka dan hipotesis a. telaah …repository.uir.ac.id/819/2/bab2.pdfakuntansi adalah...
Post on 09-Jun-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. TELAAH PUSTAKA
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Sukrisno Agoes (2010:2) memberikan pengertian akuntansi
sebagai berikut:
Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan.
Sedangkan menurut Rudianto (2009:14) dalam pengantar akuntansi
memberikan pengertian akuntansi adalah:
Aktivitas megumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka,
mengklasifikasikan, mencatatat dan melaporkan aktivitas/tranksaksi
perusahaan dalam bentuk informasi keuangan.
Penggunaan informasi akuntansi menurut Winwin yadiati dan Ilham
wahyudi (2010: 8) dibagi kedalam kedua kelompok yaitu:
1. Pemakai intern yaitu:
pihak yang melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian organisasi seperti manajer pemasaran, kepala bagian
produksi,dan direktur keuangan.
2. Pemakai ekstern yaitu:
pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu usaha atau perusahaan,
tetapi merupakan pihak luar perusahaan seperti bank sebagai pemberi
kredit.
Laporan keuangan yang telah diselenggarakan haruslah sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi berterima umum yang secara rinci prinsip-prinsip
11
12
tersebut tercantum dalam standar akuntansi keuangan yang di publikasikan oleh
Ikatan akuntansi Indonesia.
Tujuan pelaporan keuangan yang utama disebutkan dalamAPB Statement
no 4 dalam Ahmed riahi belkaoui (20011:212) adalah:
1. Tujuan khusus dari laporan keungan adalah menyajikan secara wajar
dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai
sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis.
b) Untuk memberikan informasi agar dapat diandalkan mengenai
perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan
bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba.
3. Tujuan kualitatif dari akuntansi keuangan adalah sebagai berikut:
a) Relevansi
b) Dapat mengerti
c) Dapat diverifikasi
d) Netralitas
e) Ketepatan waktu
f) Komprabilitas (daya banding)
g) Kelengkapan
Tujuan-tujuan yang dinyatakan oleh APB statement no 4 memberikan
dasar pemikiran bagi bentuk dan isi dari laporan keuangan konvensional.
Pernyataan tersebut bahkan mengakui bahwa tujuan-tujuan tertentu dinyatakan
atas dasar prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum pada saat laporan
keuangan tersebut dibuat (Ahmed Riahi Belkaoui, 2011: 214)
Pentingnya laporan keuangan dalam menjalankan usaha atau organisasi
maka banyak para pembuat laporan keuangan memanipulasi data laporan
keuangan.Agar laporan keuangan yang disajikan menggambarkan perusahaan
dalam kondisi baik.Padahal, yang sebenarnya kondisi keuangan perusahaan dalam
tidak baik
13
2. Konsep Fraud Triangle
Konsep fraud triangle pertama kali diperkenalkan dalam SAS No. 99 yaitu
standar audit di Amerika Serikat yang terdiri dari: tekanan, kesempatan dan
rasionalisasi. Tiga hal tersebut yang mendorong terjadinya upaya fraud. Tekanan
berhubungan dengan manajemen/pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan, sedangkan opportunity adalah kesempatan yang
muncul sebelum tindak kecurangan dan rasionalisasi berkaitan dengan
pembenaran tindak kecurangan oleh pelaku.
a. Pertama, Tekanan yaitu insentif yang mendorong orang melakukan
kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal
keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem
dan ketidakpuasan kerja. Tekanan ini sesungguhnya mempunyai dua
bentuk yaitu nyata (direct) dan persepsi (indirect). Tekanan nyata
disebabkan oleh kondisi faktual yang dimiliki oleh pelaku seperti orang
sering gambling atau menghadapi persoalan-persoalan pribadi, sedangkan
tekanan karena persepsi merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang
mendorong untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive need.
b. Kedua, Kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara
leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh kontrol yang
lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada
mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling menonjol di sini
adalah dalam hal kontrol. Kontrol yang tidak baik akan memberi peluang
orang untuk melakukan kecurangan.
14
c. Ketiga, Rasionalisasi yaitu sikap yang ditunjukkan oleh pelaku dengan
melakukan justifikasi atas perbuatan yang dilakukan. Hal ini merujuk pada
sikap, karakter atau sistem nilai yang dianut oleh pelakunya. Rasionalisasi
mengacu pada fraud yang bersifat situasional. Pelaku akan mengatakan:
“I’m only borrowing they money; I’ll pay it back”, “Everyone does it”,
“I’m not hurting anyone”, “It’s for a good purpose”, dan“It’s not that
serious”. Sikap dan perilaku rasionalisasi bisa juga akan melahirkan
perilaku serakah.
Di sisi lain fraud triangle mempunyai kelemahan yaitu faktor tekanan dan
rasionalisasi yang tidak bias diobservasi dan juga keterbatasan lainnya dalam
mendeteksi motif kecurangan pelaku. Keterbatasan dalam fraud triangle dapat
disempurnakan dengan model fraud triangle yang kedua yaitu tindakan (Act),
penyembunyian (Concealment), dan Perubahan (Conversion).
3. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Standar Profesional Akuntan Publik SA seksi 316 (2011:316) menjelaskan
bahwa kecurangan akuntansi sebagai berikut:
1. Salah saji yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan yaitu: salah
saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan utnuk mengelabui pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan yang
disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian
laporan keuangan.
b. Repsentasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan
keuangan peristiwa, tranksaksi Atau informasi signifikan.
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya hal ini sering
disebut sebagai penyalah gunanaan atau penggelapan berkaitan dengan
15
pencurian aktiva entitas berakibat laporan keuangan tidak disajikan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi (KKA)
adalah keinginan untuk melakukan segala sesuatu untuk memperoleh keuntungan
dengan cara tidak jujur seperti penutupan kebenaran, penipuan, maipulasi,
kelicikan, atau mengelabui yang berupa salah saji, atas laporan keuangan, korupsi,
dan penyalahgunaan asset.
Jenis-jenis kecurangan akuntansi menurut Ahmed riahi belkahoui
(20011:79-85) adalah sebagai berikut:
1. Kecurangan korporat yaitu:
Kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh pejabat, eksekutif atau
laba dari perusahaan publik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
jangka pendek mereka.
2. Kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu:
Perlakuan yang sengaja atau sembrono, baik tindakan atau
penghilangan yang menghasilkan laporan keuangan yang secara
material menyesatkan.Pelaporan inimenodai integritas dari informasi
keuangan dan dapat merugikan para pemegang saham, kreditor,
karyawan, auditor, dan bahkan kompetitor.
3. Kejahatan kerah putih yaitu:
Suatu pelanggaran atas hukum yang mengatur bisnis yang dilakukan
oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan tersebut atau agen-agennya
dalam pelaksanaan usahanya yang menimbulkan kerugian ekonomi,
fisik, serta merusak susunan dan struktur sosial.
4. Kegagalan audit yaitu:
Kegagalan auditor untuk mendeteksi kesalahan atau penyajian yang
keliruan kesalahan saji keuangan material.
Berikut adalah beberapa tipe-tipe kecurangan akuntansi:
1. Kecurangan eksternal yaitu:
kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu entitas
seperti kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak terhadap
pemerintah.
2. Kecurangan internal yaitu:
tindakan tidak legal yang dilakukan karyawan, manajer, eksekutif
ditempatmereka bekerja yang menimbulkan kerugian yang besarbagi
perusahaan mereka.
16
Menurut Arens (2008: 432) penyebab terjadinya kecurangan disebutkan
dengan segitiga kecurangan (fraud tringgle) yaitu:
1. Intensif/tekanan
Manajemen atau pegawai mungkinmerasa tertekan sehingga mereka
melakukan kecurangan akuntansi, seperti tekanan dalam masalah
finansial atau kebutuhan.
2. Kesempatan
Dengan adanya kesempatan maka inilah waktu yang paling pas untuk
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan kecurangan.
Longgarnya pengendalian internal maka akan memudahkan mereka
untuk berlaku curang.
3. Sikap atau rasionalisasi
Ada sikap atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mereka pada lingkungan yang membuat mereka tertekan
sehinggan mereka mengabaikan rasa rasioanlisasi mereka.
4. Pengendalian Internal
Standar Profesional Akuntan publik SA seksi 319 (2011:319) menjelaskan
pengendalian internal adalah:
Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain entitasyang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. kendala pelaporan keuangan.
b. efektivitas dan efesiensi operasi dan
c. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Mulyadi (2001) menyatakan bahwa pengendalian internal memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Menjaga kekayaan organisasi.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3. Mendorong efesiensi.
17
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Standar profesional akuntan publik SA seksi 319 (2011:319) menjelaskan
pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling terkaitberikut ini:
1. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
internal menyediakan disiplin dan struktur.
2. Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap
resikoyang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar
untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
3. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
4. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan
dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang
memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
5. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kerja
pengendalian internal sepanjang waktu.
Didalam pengendalian internal juga tedapat beberapa keterbatasan. Berikut
adalah beberapa keterbatasan pengendalian internal menurut Mulyadi (2002 :181)
yaitu:
1. Kesalahan dam pertimbangan
Manajemen dan personel lain sering dianggap salah dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil dalam
melaksanakan tugas rutin kerena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu atau tekanan lain.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena personil secara keliru memahami perintah atau membuat
kesalahan kerena kelalaian karena tidak adanya perhatian atau
kelelahan yang bersifat sementara atau permanen dalam dalam
personil atau dalam sistem atau prosedur dapat pula mengakibatkan
gangguan.
3. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut
kolusi.Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal
yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas atau tidak
terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang.
18
4. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan
semu.
5. Biaya lawan mamfaat
Biaya yang dipelukan untuk mengoperasikan pengendalian internal
tidak boleh melebihi mamfaat yang diharapkan dari pengendalian
internal tersebut.Karena pengukuran secara cepat baik biaya maupun
mamfaat tidak dapat dilakukan,Manajemen harus mempertimbangkan
secara kuatitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan mamfaat
suatu pengendalian intern.
Unsur pokok dari sistem pengendalian intern menurut Mulyadi
(2001:164)adalah:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Dengan demikian,dengan adanya pegendalian internal yang efektif
memungkinkan suatu organisasi dapat terhidar dari suatu kecenderungan
kecurangan akuntani (KKA) yang dilakukan dalam suatu organisasi tersebut.
5. Kompensasi
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan organisasi kepada
karyawan, yang bersifat finansial maupun non finansial pada periode yang tetap
(Andi Sopandi:2014). Bagi perusahaan atau para pegawai kompensasi memilik
arti penting karena kompensasi merupakan upaya organisasi dalam
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dengan
diberikannya kompensasi maka diharapkan para pegawai dapat meningkatkan
19
kinerja meraka dan dapat meningkatkan prestasi kerja mereka, kompensasi
diharapkan juga dapat memberikan motivasi agar mereka dapat bekerja lebih giat
lagi. Sebaliknya beberapa pengalaman menunjukkan kompensasi yang tidak
memadai dapat menurunkan prestasi dan motivasi karyawan dalam bekerja.
Dengan demikian kesesuaian kompensasi adalah kecocokan dan kepuasan
karyawan, pegawai, pekerja atas apa yang diberikan pada mereka baik berupa
gaji, upah perjam maupun upah periodik sebagai balasan atas pekerjaan yang
mereka lakukan. Dengan adanya kompensasi diharapkan dapat meminimalkan
kecenderungan kecurangan akuntansi didalam perusahaan maupun instansi.
Menurut Samsudin (2006) dalam Kadarisman (2012:77) tujuan
diberikannya kompensasi yaitu untuk:
a. Pemenuhan kebutuhan ekonomi
Karyawan ataupun pegawai mendapatkan kompensasi dari tempat
mereka bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
mereka.Dengan adanya kepastian mereka mendapatkan gaji atau upah
secara periodik adanya jaminan baginya dan keluarga yang menjadi
tanggung jawabnya.
b. Meningkatkan produktivitas kerja
Pemberian kompensasi dapat meningkatkan kinerja karyawan menjadi
lebih produktif.
c. Memajukan organisasi atau perusahaan
Semakin berani suatu oraganisasi memberikan kompensasi yang
tinggi, menunjukkan suksesnya suatu organisasi, sebab pemberian
kompensasi yang tinggi hanya mungkin apabila pendapatan organisasi
atau perusahaan itu besar.
d. Menciptakan keseimbangan dan keahlian
Ini berartipemberian kompensasi berhubungan dengan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh karyawan pada jabatan sehingga tercipta
keseimbangan input dan output.
Dari tujuan kompensasi diatas dapat diketahui pemberian kompensasi
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi karyawan, meningkatkan produktivitas
20
kerja, memajukan organisasi/perusahaan, menciptakan keseimbangan dan
keahlian.
Ada tiga komponen-komponen komopensasi menurut Veitzal rivai
(2011:744) yaitu:
1. Gaji
Gaji yaitu balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan
sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai karyawan yang
memberikan sumbanga tenaga dan pikiran untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2. Upah
Upah adalah imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada
karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yag dihasilkan atau
banyaknya pelayanan yang diberikan. Tidak seperti gaji yag relative
sama tetapi upah akan selalu berubah-ubah tergantung pada keluaran
yang dihasilkan.
3. Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan atau pekerja karena kinerjanya melebihi standar yang telah
ditentukan.Tujuan utama diberikan insentif adalah untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kinerjanya.Sedangkan bagi perusahan insentif
merupakan strategi untuk meningkatkan profitabilitas dan efesiensi
perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, dimana
produktivitas merupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian
kompensasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para karyawan/pekerja
dan pemberian kompensasi dapat meningkatkan kinerja dan juga dengan adanya
kompensasi dapat meminimalkan kecenderungan kecurangan akuntansi pada
perusahaan maupun instansi.
6. Ketaatan Aturan Akuntansi
Aturan menurut kamus bahasa Indonesia merupakan suatu cara (ketentuan,
patokan, petunjuk, perintah) yang telah ditetapkan supaya dituruti. Selain aturan
juga merupakan tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. SA seksi 377
21
(Institut AkuntanPublik, 2011:337) menjelaskan manajemen bertanggung jawab
untuk menerapkan, mengevaluasi, dan mempertanggung jawabkan litigasi, klaim
dan asasmen sebagai basis untuk pembuatan laporan keuangan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
Tearney (1997:93-95) dalam Wilopo(2006)menjelaskan bahwa kegagalan
penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan
akuntansi, akan menimbulkan kecurangan perusahaan yang tidak dapat dideteksi
oleh auditor.
Aturan akuntansi yang berkualitas akan menjadi faktor penting dalam
mewujudkan transparansi dalam bidang keuangan disebuah organisasi atau
perusahaan. Aturan akuntansi memuat kebijakan dalam penyajian dan penyusunan
laporan keuangan yang harus ditaati dan dipatuhi agar tidak terjadinya
penyimpangan atau penyelewengan yang merugikan berbagai pihak-pihak terkait.
PP RI Nomor 24/25 dalam menjelaskan mengenai aturan yang digunakan
dalam kegiatan akuntansi adalah standar akuntansi keuangan sedangkan ketaatan
akuntansi dipandang sebagai sesuatu tingkat yang sesuai dengan prosedur
pengolahan asset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi dan penyajian
laporan keuangan beserta semua bukti pendukungnya dengan aturan yang sudah
ditentukan oleh BPK atau SAP. Jika suatu perusahaan atau organisasi berpedoman
dengan aturan akuntansi yang berlaku maka kecil kemungkinan akan kecurangan
akuntansi dapat dapat terjadi.
22
7. Asimetri Informasi
Menurut Scoot (2003: 7-8) memberikan pengertian asimetri informasi
sebagai berikut:
Asimetri informasi adalah situasi diamana terjadi ketidak selarasan
informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi (preaper)
dengan pihak yang membutuhkan informasi seperti pemegang saham dan
stockholder.
Manajer sebagai pengelola perusahaan biasanya lebih banyak mengetahui
informasi yang terdapat didalam perusahan dan kinerja maupun rencana
perusahan dimasa yang akan datang dibandingkan pihak pemegang saham. Oleh
karena itu manajer wajib memberitahukan kondisi perusahaan kepada para
pemegang saham atau stockholder melalui pengungkapan informasi akuntansi
yang sebenarnya terjadi didalam perusahaan melalui laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut bertujuan untuk dapat digunakan oleh berbagai
pihak, seperti manajemen perusahaan (pihak internal) dan pihak para pemegang
saham (pihak eksternal) yang berguna untuk mengetahui kondisi yang sedang
terjadi didalam perusahaan. Biasanya pihak eksternal lebih memiliki
ketergantungan terhadap informasi akuntansi dibadingkan dengan pihak internal
karena pihak internal mengetahui seluruh peristiwa yang terjadi didalam
perusahaan. Sehingga situasi ini ini menimbulkan asimetri informasi.
Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pembuat/ pengelola dengan
pihak pengguna atau pemakai maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola
23
laporan keuangan untuk berbuat kecurangan yang merugikan pihak luar
perusahaan.
Berikut adalah bentuk-bentuk asimetri informasi didalam Aranta (2013)
yaitu:
1. Asimetri informasi vertical yaitu:
Informasi yang mengalir dari tingkat rendah (bawahan) ketingkat yang
lebih tinggi (atasan).Setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang
baik kepada yang meminta atau memberi informasi kepada atasan.
2. Asimetri informasi horizontal yaitu:
Informasi yang mengalir dari orang ke orang yang jabatan yang sama
tingkat otoritasnya atau informasi yang bergerak diantara orang-orang
dan jabatan-jabatan yang tidak menjadi atasan maupun bawahan satu
dengan yang lainnya dan mereka menempati bidang fungsional yang
berbeda dalam organisasi tapi dalam level yang sama.
Menurut Scoot (2003) dalam terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection yaitu:
Bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya
mengetahui lebih banyak informasi tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang
mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada
pemegang saham.
2. Moral hazard yaitu:
Bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman, sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang sahamdengan melanggar kontrak yang
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa keberadaan asimetri informasi dimamfatkan
oleh sebagian orang untuk memperoleh keuntungan yang merugikan para
pemangku kepentingan. Salah satu motivasi seseorang untuk berbuat curang
adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi karena terdapat kondisi asimetri
informasi dan lemahnya pengendalin internal sehingga terdapat peluang untuk
berbuat kecurangan.
24
8. Moralitas Manajemen
Moral adalah istilah manusia menyebutkan kemanusian atau orang lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Banyak tindakan manajemen yang
tidak bermoral seperti pemalsuan, manipulasi, mark up dan perbuatan tidak
bermoral lainnya.
Menurut Suseno (2001) moral selalau mengacu pada baik buruknya
manusi sebagai mausia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia
dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Dalam perusahaan semakin tingi
moralitas manajemen maka diharapkan kecenderungan kecurangan akuntansi
dapat dihindarkan.
Dalam Amin widjaja (1992:52) alasan yang melatar belakangi kecurangan
manajeman adalah manajer tidak mengindahkan moral (unscruplulos) mungkin
membantu kepentingan yang bertentangan. Dengan mengetahui sifat dan
karakteristik manusia yang paling mungkin melakukan kecurangan, perusahaan
atau organisasi dapat mengurangi terjadinya kecurangan akuntansi.
Teori Gone dalam wahyudi (2006) kecenderungan fraud juga berasal dari
dalam diri individu itu sendiri salah satunya moralitas. Menurut bartens (1993:7)
kata moralitas berasal dari kata “moralis” mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan moral. Moralitas yaitu suatu perbuatan yang baik maupun buruk.
Teori Gone dalam Simanjuntak (2008:122) terdapat empat faktor
seseorang untuk melakukan kecurangan yaitu: greed (keserakahan), opportunity
(kesempatan), need (kebutuhan) dan exposure (pengungkapan). Opportunity dan
exposure berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan
25
(disebut juga faktor generik/umum). Berdasarkan teori Gone diatas faktor
pendorong seseorang melakukan kecurangan yang disebabkan oleh moral yaitu
greed (keserakahan).
Dengan adanya prilaku serakah yang secara potensial ada dalam diri
seseorang, sifat pribadi yang rakus untuk melalakukan apapun untuk melakukan
kecurangan untuk kepentingan dirinya sendiri yang pada akhirnya membuat
kerugian berbagai pihak didalam perusahaan. Moral dapat dibedakan menjadi dua
macam didalam Petra (2013) yaitu:
1. Moral murni yaitu moral yang terdapatpada setiap manusia. Moral
murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan yaitu moral yang didapat dari berbagai ajaran filosofis,
agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.
Menurut Amrizal (2004) dalam suatu organisasi perbuatan curang dapat
terjadi karena kurangnya kepedulian positif karyawan atau aparat terhadap
perbuatan yang salah tersebut, bahkan dipandang sebagai perbuatan yang biasa
atau pura-pura tidak mengetahuinya. Kepedulian positif dari lingkungan kerja
sangat diperlukan dalam membangun suatu etika dan prilaku dan kultur organisasi
yang kuat. Rendahnya kepedulian dapat meningkatkan tindakan kecurangan
akuntansi yang pada akhirnya dapat merusak bahkan menghancurkan suatu
organisasi atau perusahaan.
Disuatu perusahaaan sangat diharapkan tingginya moralitas manajemen,
karena jika moralitas manajemen tinggi maka diharapkan dapat mengurangi atau
menghindari resiko terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi.
26
9. Hubungan Antar Variabel
a. Hubungan Keefektifan Pengendalian Internal dan kecenderungan
kecurangan Akuntansi
Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun
orang yang diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and
Mitchell, dalam Waworuntu, 2003). Oleh sebab itu, diperlukan sistem
pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan yang tidak etis dan
kecurangan akuntansi.
Sistem pengendalian internal diharapkan mampu mengurangi adanya
tindakan menyimpang yang dilakukan oleh manajemen. Manajemen cenderung
melakukan tindakan menyimpang untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Salah satu contoh tindakan menyimpang yaitu kecenderungan melakukan
kecurangan akuntansi.
Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat terjadi apabila ada peluang
untuk melakukan hal tersebut. Peluang yang besar membuat kecenderungan
kecurangan akuntansi lebih sering terjadi. Peluang tersebut dapat dikurangi
dengan sistem pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal yang baik
dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakuakan
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Smith et al., (1997) menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif
mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini berpendapat
bahwa pengendalian internal yang efektif mempengaruhi kecenderungan
kecurangan akuntansi.
27
b. Hubungan Kesesuaian Kompensasi dan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi
Dalam teori atribusi, tindakan sesorang dalam organisasi dipengaruhi oleh
atribut penyebab (Waworuntu, 2003). Tindakan curang yang dilakukan seseorang
disebabkan oleh keinginan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Tindakan
tersebut didorong oleh ketidakpuasan individu atas imbalan yang mereka peroleh
dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Sistem kompensasi yang sesuai diharapkan
dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga individu tidak melakukan
tindakan yang merugikan organisasi termasuk melakukan kecurangan akuntansi.
Kompensasi yang sesuain diharapkan mampu mengurangi adanya keinginan
untuk melakukan tindakan curang.
c. Hubungan Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi
Pada teori perkembangan moral Kohlberg (1969), moralitas manajemen
yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku. Dalam teori
tersebut pada tahap pasca konvensional, manajemen berorientasi pada peraturan
yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat membentuk moralitas
manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan
akuntansi yang dilakukan oleh manajemen.
Faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk menyediakan informasi
laporan keuangan adalah kekuatan pasar serta kekuatan regulasi (Foster, 1986: 24-
45). Regulasi ini mensyaratkan perusahaan untuk menyampaikan laporan
keuangan yang disusun sesuai aturan atau standar akuntansi kepada para pihak
28
yang membutuhkan. Wolk and Tearney (1997: 93-95) menjelaskan bahwa
kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan
pada aturan akuntansi, akan menimbulkan kecurangan perusahaan yang tidak
dapat dideteksi oleh para auditor.
d. Hubungan Asimetri Informasi dan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi
Teori keagenan (Jensen and Meckling, 1976) sering digunakan untuk
menjelaskan kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua
problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah problem
yang muncul bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen bertentangan, dan
juga disaat prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya
dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya
masing-masing, serta memiliki kenginan dan motivasi yang berbeda, maka agen
(manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (pemegang saham).
Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan
pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan
pemegang saham.
Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan akan menyajikan
laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi untuk
memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan dan lain-
lain (Khang, 2002 dalam Wilopo, 2006). Demikian pula, bila terjadi asimetri
informasi, manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan
29
keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta
ratio-ratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13 dalam Wilopo, 2006).
e. Hubungan Moralitas Manajemen dan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi
Teori perkembangan moral Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral
berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prakonvensional, tahapan
konvensional, dan tahapan pasca konvensional. Moralitas manajemen pada
tahapan pasca konvensional menunjukkan kematangan moral manajemen yang
tinggi. Dalam kematangan moral ini menjadi dasar dan pertimbangan manajemen
dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis.
Moralitas merupakan faktor penting dalam timbulnya kecurangan.
Kecenderungan kecurangan akuntansi juga dipengaruhi oleh moralitas orang yang
terlibat didalamnya. Dalam suatu perusahaan atau instansi moralitas manajemen
sangat berpengaruh terhadap kecenduran kecurangan akuntansi yang mungkin
timbul dalam perusahaan.
Seperti telah dihipotesiskan di atas, bahwa moralitas manajemen
berpengaruh pada perilaku etisnya. Hasil penelitian Wilopo (2006) menunjukan
bahwa dengan meningkatkan moralitas manajemen dapat menurunkan
kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga berpendapat moralitas
manajemen mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya,
semakin tinggi tahapan moralitas manajemen (tahapan pasca-konvensional),
semakin manajemen memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal
daripada kepentingan perusahaan semata, terlebih kepentingan pribadinya. Oleh
30
karenanya, semakin tinggi moralitas manajemen, semakin manajemen berusaha
menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan akuntansi.
10. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi telah dilakukan di Indonesia.
Tinjauan atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, variabel
yang dipergunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel II.1 berikut
ini:
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
NO Peneliti Judul Variabel yang
diteliti
Hasil penelitian
1 Wilopo
(2006)
Analisis
faktor-faktor
yangberpengar
uh terhadap
kecendrungan
kecurangan
akuntansi
Independen
a. Pengendalian
internal
b. Kesesuaianan
kompensasi
c. Asimetri
informasi
d. Ketaatan aturan
akuntansi
e. Moralitas
manajemen
Dependen
Kecendrungan
kecurangan
akuntansi
Keefektifan
pengendalian internal,
kesesuainan
kompensasi,ketaatan
aturanakuntasi, asimetri
informasi,dan moralitas
manajemen
berpengaruh signifikan
terhadap kecendrungan
kecurangan akuntansi
Sedangkan kesesuaian
kompensasitidak
berpengaruh terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntasi
2 Siti
thoyibatun
(2009)
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
perilaku tidak
etis dan
kecenderungan
Independen
a.Pengendalian
internal
b.Kesesuaian
kompensasi
c.Ketaatan aturan
akuntansi
Pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi,
ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh
terhadap perilaku tidak
etis.
31
kecurangan
akuntasi serta
akibatnya
terhadap
kinerja
organisasi
Dependen
Kecenderungan
kecurangan
akuntansi
Intervening
Perilaku tidak
etis
Sedangkan
pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi,
ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi.
3 Fawzi
(2011)
Analisispengar
uh keefektifan
pengendalian
internal,persep
si kesesuaian
kompensasi
moralitas
manajemen
terhadap
prilaku
tidak etis dan
kecendrungan
kecurangan
akuntansi
Independen
a.Keefektifan
pengendalian
internal
b.Kesesuaian
kompensasi
c.Moralitas
manajemen
Dependen
Kecenderungan
kecurangan
akuntansi
Intervening
Perilaku tidak
etis
a. k
e
e
Pengendalian
internal,dan moralitas
manajemen berpengaruh
signifikan terhadap
prilaku tidak etis dan
kecenderungan
kecurangan akuntansi
Sedangkan kesesuaian
kompensasitidak
memiliki pengaruh
terhadap perilaku tidak
etis danterhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi
4 Kusumast
uti
(2012)
Analisis
faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
dengan prilaku
tidak etis
sebagai
variabel
intervening
Independen:
a.Keefektifan
pengendalian
internal,
b.Kesesuaian
kompensasi
c.Ketaatan aturan
akuntansi
d.Asimetri
informasi
e.Moralitas
manajemen
Dependen
Kecenderungan
kecurangan
akuntansi
Moralitas manajemen
berpengaruh signifikan
terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Sedangkan keefektifan
pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi,
ketaatan aturan
akuntansi, asmetri
informasi tidak
berpengaruh terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Keefektifan
pengendalian internal,
32
Intervening
Perilaku tidak
etis
kesesuaian kompensasi,
ketaatan aturan
akuntansi, asimetri
informasi, moralitas
manajemen
berpengaruh terhadap
perilaku tidak etis
5 Petra zulia
aranta
(2013)
Pengaruh
moralitas
aparat dan
asimetri
informasi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
Independen:
a Moralitas aparat
b.Asimetri
informasi
Dependen:
Kecenderungan
kecurangan
akuntansi
Moralitas aparat dan
asimetri informasi
berpengaruh terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi.
6 Prekanida
farizqa
sintadevi
(2015)
Pengaruh
keefektifan
pengendalian
internal,
ketaatan aturan
akuntansi,
kesesuaian
kompensasi,
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi
dengan
perilaku
tidak etis
sebagai
variabel
intervening
Independen
a. Keefektifan
pengendalian
internal
b. Ketaatan aturan
akuntansi
c. Kesesuaian
kompensasi
Dependen
Kecendrungan
kecurangan
akuntansi
Intervening
Perilakutidak
etis
Keefektifanpengendalia
n internal kesesuaian
kompensasi,
ketaatanaturan
akuntansi, berpengaruh
signifikan negatif
terhadap perilaku
tidak etis.
Keefektifan
pengendalian
internal,ketaatan aturan
akuntansi, kesesuaian
kompensasi
berpengaruh signifikan
negatif terhadap
kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Sedangkan
Kecenderungan
kecurangan akuntansi
berpengaruh positif
terhadap perilaku
tidaketis.
(Sumber: Penelitian terdahulu)
33
11. Model Penelitian
Dari uraian hipotesis diatas, maka model penelitian yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1
Model penelitian
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan model penelitian diatas, maka hipotesis penelitian yang
diajukanadalah:
H1: Efektifitas pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi
H2 : Kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi
Keefektifan pengendalian
internal
Kecenderungan kecurangan
akuntansi
Kesesuaian kompensasi
Ketaatan aturan akuntansi
Asimetri Informasi
Moralitas Manajemen
34
H3 : Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi
H4 : Asimetri informasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi
H5: Moralitas manajemen berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi
H6 : Keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan
aturan akuntansi, asimetri informasi dan moralitas manajemen
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
top related