bab ii ratifikasi china terhadap paris agreementeprints.umm.ac.id/45008/3/bab ii.pdf · 2019. 3....
Post on 19-Jan-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
28
BAB II
RATIFIKASI CHINA TERHADAP PARIS AGREEMENT
Dalam BAB II penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang poin poin
penting dibentuknya Paris Agreement serta tujuan perjanjian tersebut dibentuk.
Paris Agreement merupakan hasil dari Conference of Parties (COP) ke 21 yang di
selenggarakan pada tahun 2015 di Paris. Selanjutnya penulis akan menjelaskan
bagaimana proses dan alur pemerintah Republik Rakyat China sebagai salah satu
negara industri terbesar dalam meratifikasi perjanjian internasional, khususnya
dalam meratifikasi Paris Agreement. Pada sub bab terakhir penulis akan
memaparkan tentang faktor-faktor yang mendukung pemerintah rakyat China
dalam meratifikasi perjanjian tersebut yang didalamnya termasuk kerjasama iklim
China dan Amerika Serikat yang telah terjalin sejak tahun 2014. Kerjasama iklim
China dengan Amerika Serikat ini bernama China-US joint announcement on
climate change. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah permasalahan
lingkungan China yang telah terpolusi. Terdapat dua permasalahan lingkungan
terbesar yang dihadapi oleh masyarakat Republik Rakyat China yaitu polusi udara
dan pencemaran air.
2.1. Paris Agreement (Conference of Parties 21)
Pada Desember 2015, telah dilaksanakan Conference of Parties (COP) yang
ke-21 yang bertempat di Paris dimana dalam pertemuan tersebut membahas
29
tentang pengurangan emisi gas rumah kaca dibumi serta implementasi apa saja
yang dinilai efektif dalam menangani permasalahan lingkugan global yang
kemudian menghasilkan sebuah perjanjian iklim yang disebut Paris Agreement.31
Paris Agreement secara hukum diberlakukan secara resmi pasca tahun 2020 dan
telah diratifikasi oleh 195 negara di dunia.32
Adapun tujuan dari Paris Agreement
adalah untuk menjaga suhu rata-rata global dibawah 2oC, sesuai dengan yang
tercantum dalam article 2, paragraf 1 :
“...Holding the increase in the global average temperature to well
below 2oC above pre-industrial levels and to pursue effort to limit the
temperature increase 1.5oC above pre-industrial levels, recognizing
that this would significantly reduce the risks and impacts of climate
change...”33
Selain dari yang telah tertera diatas masih terdapat dua tujuan lain dalam
memerangi perubahan iklim yang tercatum dalam article 2, paragraf 1 yaitu
pertama, meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim,
meningkatkan ketahanan iklim, dan pembangunan rendah karbon yang tidak
mengancam produksi pangan. Kedua, membuat konsistensi aliran dana dengan
tujuan tercapainya pembangunan rendah karbon serta ketahanan terhadap
perubahan iklim.34
Paris Agreement menyatakan bahwa setiap negara harus melakukan upaya-
upaya yang ambisisus untuk memerangi perubahan iklim yang mana telah
tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC). NDC adalah aksi
31
Tempo.co, 2015, Lima Hal yang Perlu Anda Tahu tentang CoP 21 di Paris, Loc. Cit. 32
Tempo.co, 2015, “195 negara setujui 5 poin “kesepakatan Paris”Soal Perubahan Iklim”,
diakses pada https://dunia.tempo.co/read/news/2015/12/13/117727294/195-negara-setujui-5-poin-
kesepakatan-paris-soal-perubahan-iklim (16/05/2017, 12:22 WIB) 33
Paris Agreement, diakses pada https://unfccc.int/resource/docs/2015/cop21/eng/l09r01.pdf , hal.
3 (15/05/2017, 13:05 WIB) 34
Paris Agreement, Loc. Cit.
30
perubahan iklim nasional yang telah ditentukan oleh negara-negara yang
meratifikasi Paris Agreement untuk mencapai target suhu rata-rata global dibawah
2oC. Selain itu, negara maju merupakan lead state dalam pencapaian target
penurunan emisi sedangkan negara berkembang terus berupaya meningkatkan
mitigasi di negara mereka.35
Selain membahas tentang perubahan iklim dan upaya penurunan emisi gas
rumah kaca dan penurunan suhu bumi dibawah 2oC, Paris Agreement juga
membahas tentang aturan, prosedur, dan mekanisme pembangunan suatu negara
dimana hal tersebut tercantum dalam Paris Agreement, article 6, paragraf 4 yang
terdiri dari partisipasi secara sukarela oleh berbagai pihak yang terlibat dalam
Paris Agreement, kemudian pembangunan yang nyata dan bersifat jangka panjang
terkait dengan mitigasi perubahan iklim, dan yang terakhir adalah adanya
verifikasi dan sertifikasi tentang pembangunan yang rendah emisi gas rumah
kaca.36
Secara garis besar terdapat lima poin penting dalam Paris Agreement Paris
Agreement37
yaitu :
a) Limit Temperature Rise Well Below 2oC (Menahan suhu dibawah 2
oC)
Pada Paris Agreement, setiap negara sepakat untuk menekan suhu
rata-rata global dibawah 2oC dibandingkan masa pra-industri dan
berupaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5oC dari masa pra-
35
Paris Agreement, Loc. Cit., hal. 3-4 36
Paris Agreement, Loc. Cit., hal. 6 37
Haydn Watters, 2015, 5 Key Points In Paris Agreement On Climate Change, CBC News,
diakses pada https://www.cbc.ca/news/world/paris-agreement-key-climate-points-1.3362500
(10/08/2018, 18:59 WIB)
31
industri. Hal tersebut merupakan tujuan utama dari disepakatinya Paris
Agreement.
b) First Universal Climate Agreement (Perjanjian Iklim Universal Pertama)
Paris Agreement merupakan perjanjian iklim global pertama yang
disepakati oleh 195 negara dimana semua negara bersama-sama
berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim global. Hal yang
membuat Paris Agreement disepakati oleh semua negara adalah karena
pada perjanjian ini setiap negara baik itu negara berkembang maupun
negara diberikan kewajiban untuk berupaya menurunkan emisi gas
karbon, namun dengan porsi tanggung jawab yang berbeda. Sedangkan
pada perjanjian emisi sebelumnya yaitu Protokol Kyoto, negara
berkembang tidak diberi kewajiban untuk menurunkan emisi gas karbon,
sehingga hal tersebut dianggap tidak efektif dan memberatkan sebelah
pihak (negara maju).
c) Helping Poorer Nation (Membantu Negara Miskin)
Paris Agreement juga bertujuan untuk membantu negara-negara
miskin untuk memerangi perubahan iklim serta mendorong ekonomi hijau
dengan cara adanya pendanaan dari negara maju sebesar $100 milyar
setiap tahun hingga tahun 2020.
d) Publishing Greenhouse Gas Reducion Targets (Mencapai Target
Penurunan Gas Rumah Kaca)
Setiap negara harus mempersiapkan diri untuk mencapai target
penurunan gas rumah kaca di negaranya masing-masing. Paris Agreement
32
juga menyatakan bahwa penurunan emisi gas rumah kaca ini harus lebih
besar daripada yang telah ditargetkan sebelumnya. Target-target tersebut
akan di review dan direvisi setiap lima tahun sekali mulai dari tahun 2023.
e) Carbon Neutral by 2050 (Karbon Netral Pada Tahun 2025)
Target perjanjian ialah menjadikan bumi yang netral karbon setelah
tahun 2050 dan sebelum tahun 2100. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
target tersebut maka dibutuhkan komitmen bersama dari seluruh negara di
dunia ini untuk mengurangi kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan
meningkatnya emisi gas rumah kaca.
Salah satu negara industrialisasi maju yang meratifikasi Paris Agreement
ialah China. Menurut China National Climate Change Assessment Report,
pemanasan global yang terjadi secara terus menerus telah menyebabkan seringnya
terjadi peristiwa cuaca ekstrim, mencairnya es gletser, kenaikan permukaan laut,
distribusi air yang tidak seimbang, dan produksi pertanian yang tidak stabil,
sehingga berdampak pada pembangunan sosial ekonomi dan kesehatan
masyarakat.38
Kemudian China memutuskan meratifikasi Paris Agreement pada
tanggal 03 September 201639
mengingat urgensi dari perubahan iklim itu sendiri.
Hal ini juga diperkuat oleh perkataan Presiden Xi Jinping dalam sebuah pidato
pada pertemuan PBB di Geneva yaitu;
“...there is only one Earth in the universe and we mankind have only
one homeland. The Paris agreement is a milestone in the history of
climate governance. We must ensure this endeavor is not derailed. All
38
Zhai Jianqing, 2015, National Assessment Report On Risk Management And Adaptation Of
Climate Extremes And Disasters Released, diakses pada
http://www.cma.gov.cn/en2014/news/News/201503/t20150316_276750.html (18/09/2018, 21:19
WIB) 39
BBC Indonesia, Parlemen China Ratifikasi Traktat Iklim Paris, Loc. Cit.
33
parties should work together to implement the Paris agreement.
China will continue to take steps to tackle climate change and fully
honor its obligations...”40
Komitmen China dalam memerangi perubahan iklim juga tercantum dalam
China’s 13th FiveYear Plan (2016 - 2020) yang mencakup intensitas energi
(konsumsi energi per GDP) sebesar 15% dan target pengurangan intensitas karbon
sebesar 18% pada tahun 2020, melanjutkan upaya Cina untuk menciptakan
perekonomiannya lebih hemat energi dan rendah karbon.41
China’s 13th FiveYear
Energy Development Plan untuk pertama kalinya mengatur tentang pembatasan
penggunaan batubara dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi batubara dalam
negeri dari 64% pada tahun 2015 menjadi 58% pada tahun 2020.42
Dalam sebuah deklarasi yang tercatat dalam United Nations Treaty
Collection, China juga menyebutkan bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Wilayah Administratif Khusus Hongkong dan Makau, pemerintah Republik
Rakyat China memutuskan bahwa Perjanjian ini berlaku untuk Wilayah
Administratif Khusus Hongkong dan Makau.43
40
The Guardians, China’s Xi Jinping Says Paris Climate Deal Must Not Be Allowed to Fail,
diakses pada https://www.theguardian.com/world/2017/jan/19/chinas-xi-jinping-says-world-must-
implement-paris-climate-deal (09/06/2017, 20:22 WIB) 41
Alvin Lin, 2016, How China's 13th Five Year Plan Climate and Energy Targets Accelerate its
Transition to Clean Energy, diakses pada https://www.nrdc.org/experts/alvin-lin/how-chinas-13th-
five-year-plan-climate-and-energy-targets-accelerate-its (20/09/2018, 18:20 WIB) 42
Alvin Lin, 2017, Understanding China's New Mandatory 58% Coal Cap Target, diakses pada
https://www.nrdc.org/experts/alvin-lin/understanding-chinas-new-mandatory-58-coal-cap-target
(20/09/2018, 18/59 WIB) 43
United Nations Treaty Collection, Declaration, diakses pada
https://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=XXVII-7-
d&chapter=27&clang=_en#EndDec (15/09/2018, 09:01 WIB)
34
2.2. Proses dan Alur Pemerintah Republik Rakyat China Dalam Meratifikasi
Paris Agreement
Pada tahun 2015, Conference of Parties yang ke 21 diadakan di Paris yang
menghasilkan Paris Agreement. China sebagai salah satu negara anggota
UNFCCC juga hadir dalam pertemuan yang rutin diadakan setiap tahunnya
tersebut. Xi Jinping selaku presiden Republik Rakyat China menghadiri langsung
acara pembukaan COP ke 21 di Paris. China merupakan negara yang menganut
sistem pemerintahan parlementer, yang artinya parlemen memiliki peran penting
dalam pemerintahan termasuk menunjuk langsung kepala pemerintahan (perdana
menteri). Negara dengan sistem parlementer kepala negara (Presiden) dan kepala
pemerintahan merupakan sebuah jabatan yang terpisah. Perdana menteri China
ialah Li Keqiang, sedangkan badan parlemen di China adalah Kongres Rakyat
Nasional.
Kongres Rakyat Nasional China merupakan badan tertinggi pemerintah dan
memiliki tugas-tugas yang serupa dengan parlemen di negara-negara lain. Komite
Tetap Kongres Rakyat Nasional (KRN) China dipilih langsung Komite Tetap
Kongres Rakyat Nasional China dan memiliki wewenang untuk meratifikasi
ataupun membatalkan perjanjian-perjanjian internasional, hal ini tercantum dalam
pasal 7 Ketetapan Presiden Republik Rakyat China No.37 pada 28 Desember
1990. Dalam pasal 3 disebutkan bahwa Presiden memiliki tugas untuk
meratifikasi atau membatalkan perjanjian internasional sesuai dengan keputusan
yang telah ditetapkan oleh Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China.
Sebelum proses ratifikasi, terdapat proses mentandatangani dokumen perjanjian
35
internasional, yang disebutkan dalam pasal 6, dimana yang memiliki wewenang
untuk menandatangi dokumen tersebut ialah Dewan negara dan Diplomat.44
Pada tanggal 22 April 2016 China menandatangani dokumen Paris
Agreement di Markas Besar PBB di New York, yang dihadiri oleh Wakil Perdana
Menteri China, Zhang Gaoli, yang diutus khusus oleh Presiden Xi Jinping. China
merupakan negara yang ke-21 yang menandatangani perjanjian tersebut.45
Zhang
Gaoli merupakan perwakilan dari Dewan Negara yang memiliki wewenang untuk
menandatangi sebuah perjanjian internasional, sesuai dengan yang telah
dijelaskan sebelumnya dalam proses penandatangan perjanjian internasional
dalam pemerintah Republik Rakyat China.
Selanjutnya pada penutupan bimontly session Komite Tetap Kongres Rakyat
Nasional China mengusulkan untuk mengadopsi dan meninjau kembali proposal
Paris Agreement dan kemudian memutuskan untuk meratifikasi perjanjian
tersebut. Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China menyatakan bahwa
dengan meratifikasi Paris Agreement akan membantu pemerintah China
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Ratifikasi terhadap Paris Agreement
akan membantu China memajukan pembangunan rendah karbon, menjaga
keamanan lingkungan serta membantu China memainkan peran penting dalam
tata kelola iklim global.46
44
Administratif Law, Law of the People's Republic of China on the Procedure of the Conclusion
of Treaties, diakses pada http://www.npc.gov.cn/englishnpc/Law/2007-
12/12/content_1383893.htm (20/09/2018, 12:19 WIB) 45 Xinhua, 2016, China Signs Paris Agreement On Climate Change, diakses pada
http://www.xinhuanet.com/english/2016-04/23/c_135305180.htm (20/09/18, 13:20 WIB) 46
Xinhua, 2016, China's Legislature Ratifies Paris Agreement On Climate Change, diakses pada
http://www.xinhuanet.com/english/2016-09/03/c_135656703.htm (20/09/2018, 14:21 WIB)
36
Setelah mencapai kesepakatan di Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional
China untuk meratifikasi Paris Agreement yang dinilai sejalan dengan kebijakan
perubahan iklim di China maka pada tanggal 03 September 2016, Presiden
Republik Rakyat China, Xi Jinping, secara resmi mengumumkan bahwa China
meratifikasi perjanjian tersebut bersamaan dengan Amerika Serikat pada malam
KTT G20 di Hangzhou.47
Untuk itu China harus melaksanakan INDC yang telah
diserahkannya sebelum pelaksaan COP ke-21 di Paris. Adapun INDC yang
diserahkan kepada UNFCCC, dimana terdapat empat poin rancangan aksi
perubahan iklim China antara lain: (1) menurunkan emisi gas karbon pada tahun
2030; (2) meningkatkan bahan bakar non-fosil sebesar 20% dari total energi di
China; (3) menurunkan intensitas emisi karbon GDP sebesar 60% sampai 65% di
bawah tingkat tahun 2005 pada tahun 2030; dan (4) meningkatkan jumlah hutan
4,5 miliar meter kubik, dibandingkan dengan tingkat tahun 2005.48
INDC tersebut
juga disampaikan dalam pidato Presiden Xi Jinping saat menghadiri pembukaan
COP ke-21 di Paris.
China dan Amerika Serikat merupakan dua negara penyumbang emisi
terbesar. Oleh karenanya, keikutsertaan dua negara besar ini sangatlah berdampak
terhadap kesuksesan tercapainya tujuan Paris Agreement. Hal ini dikarenakan
Paris Agreement hanya dapat berlaku ketika 55 negara yang meratifikasi Paris
47
Tom Phillips, et all, 2016, Breakthrough As US And China Agree To Ratify Paris Climate Deal,
diakses pada https://www.theguardian.com/environment/2016/sep/03/breakthrough-us-china-
agree-ratify-paris-climate-change-deal (20/09/2018, 15:09 WIB) 48
Center for Climate and Energy Solutions, 2015, China’s Contribution to the Paris Climate
Agreement, diterbitkan juli 2015, diakses pada https://www.c2es.org/document/chinas-
contribution-to-the-paris-climate-agreement/ (21/03/2018, 02:19 WIB)
37
Agreement merepresentasikan 55% emisi global, sedangkan Amerika Serikat dan
China menyumbang sebesar 38% emisi gas karbon.49
Ratifikasi terhadap Paris Agreement merupakan suatu momentum sejarah
yang dicetak oleh pemerintah Republik Rakyat China karena hal ini merupakan
pertama kalinya China menyatakan aksi nyata memerangi perubahan iklim yang
dihadiri langsung oleh presiden Republik Rakyat China, Xi Jinping.50
Pada
perjanjian-perjanjian iklim sebelumnya China memiliki previlege atau tidak
memiliki kewajiban dalam mengurangi perubahan iklim dikarenakan statusnya
yang tergolong sebagai negara non-Annex 1. Pada protokol Kyoto China tidak
memiliki kewajiban menurunkan emisi gas karbon, sedangkan pada COP ke-15 di
Kopenhagen, China memveto menolak adanya traktat yang mengikat negara
anggota dalam penurunan emisi global.51
Walaupun China merupakan negara
dengan industri maju yang berdampak kepada pertumbuhan ekonomi yang pesat,
akan tetapi masih banyak pendapatan masyarakat Republik Rakyat China yang
berada dibawah 1,25 dollar per hari. Oleh karena itu, China termasuk ke dalam
negara berkembang yang selanjutnya tergolong dalam negara non-Annex 1.52
49
Tom Phillips et all, Loc. Cit. 50
BBC Indonesia, 2014, KTT Iklim PBB : Cina Janji Kurangi Emisi, Loc. Cit. 51
Syarifudin, Loc. Cit. 52
Action For Our Planet, Top 10 Polutting Countries, Diakses Pada
Http://Www.Actionforourplanet.Com/#/Top-10Polluting-Countries/4541684868. Dikutip Dalam
Ayatullah Komeini, 2017, Diplomasi Tiongkok Terhadap Amerika Serikat Dalam Paris Agreement
Tahun 2015-2016, JOM FISIP Vol. 4 No2 Oktober 2017
38
Skema 2.1. Alur dan Proses Ratifikasi Paris Agreement di China
2.3. Faktor-Faktor Pendukung Pemerintah Republik Rakyat China Dalam
Meratifikasi Paris Agreement
Paris Agreement merupakan perjanjian yang terkait dengan permasalahan
lingkungan, khususnya permasalahan perubahan iklim. Tidak dapat dipungkiri
bahwa dampak dari perubahan iklim dapat dirasakan secara global. Oleh karena
itu, dibentuklah Paris Agreement yang merupakan hasil dari Conference of
Presiden Xi Jinping
Dewan Negara
(Wk. Perdana Menteri
Zhang Gaoli)
Komite Tetap
Kongres Rakyat
Nasional
Kongres Rakyat
Nasional
Presiden Xi Jinping
Menghadiri COP ke 21 di Paris yang menghasilkan
Paris Agreement
Menandatangani Paris Agreement pada tanggal 22
April 2016
Mereview dan meratifikasi Paris Agreement pada
penutupan bimontly session Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China
Meratifikasi Paris Agreement pada tanggal 03
September 2016
39
Parties ke 21 tahun 2015. Sebagai negara penyumbang emisi gas karbon terbesar
di dunia turut serta meratifikasi perjanjian tersebut sehari sebelum pembukaan
agenda G20 di Hangzhou bersamaan dengan Amerika Serikat yang juga berstatus
sebagai salah satu negara penyumbang emisi gas karbon terbanyak. Keputusan
China untuk meratifikasi Paris Agreement juga didorong oleh beberapa faktor,
diantaranya ialah kerjasama iklim China dan Amerika Serikat yang telah dimulai
sejak tahun 2014. Kerjasama iklim ini diberi nama U.S.-China Joint
Announcement on Climate Change. Selain itu, faktor lain yang mendorong China
meratifikasi Paris Agreement ialah permasalahan lingkungan yang telah
mengancam kesejahteraan hidup masyarakat Republik Rakyat China.
2.3.1 Kerjasama iklim China dengan Amerika Serikat dalam Memerangi
Perubahan Iklim
Adanya perbedaan kepentingan setiap negara menjadi salah satu faktor
terhambatnya tercapainya kesepakatan dalam setiap negosiasi iklim. Hal ini juga
terjadi dalam negosiasi iklim di Paris. Adanya perbedaan pendapat terkait makna
dari “common but differentiated responsibility” juga menjadi hambatan dalam
pencapaian kesepakatan negosiasi iklim. Menurut negara berkembang “common
but differentiated responsibility” berarti bahwa setiap negara memiliki tanggung
jawab untuk menurunkan emisi karbon akan tetapi negara maju memiliki
tanggungjawab lebih besar karena mereka lebih banyak menyumbang emisi
karbon. Sedangkan negara maju keberatan dengan hal tersebut, karena dengan
40
demikian maka akan terjadi ketimpangan dalam upaya penurunan emisi gas
karbon yang hanya menitikberatkan kepada negara maju saja.
Kegagalan Protokol Kyoto menjadi teguran keras bagi setiap negara, oleh
karenanya China sebagai bagian dari anggota Non-Annex 1 (negara berkembang)
sekaligus penyandang status the biggest developing country melakukan upaya-
upaya negosiasi iklim dengan Amerika Serikat sebagai negara Annex-1 (negara
maju) sekaligus sebagai the biggest develop country. Amerika Serikat maupun
China merupakan dua negara adidaya yang memiliki tanggungjawab yang besar
dalam mengurangi emisi gas karbon karena China dan Amerika Serikat adalah
dua negara emiter gas karbon terbesar di dunia.
Negosiasi iklim ini mulai dilakukan sejak November 2014, dimana Amerika
Serikat dan China mengadakan pertemuan untuk membahas combat the climate
change yang bertempat di Beijing, China. Pertemuan tersebut menghasilkan 8
poin kesepakatan yang menyatakan sikap dua negara industri sekaligus emiter
terbesar untuk bersama-sama berkomitmen memerangi perubahan iklim.
Pertemuan ini merupakan awal dari tonggak kerjasama iklim Amerika Serikat.
Selanjutnya kerjasama iklim Amerika Serikat dan China ini disebut dengan U.S.-
China Joint Announcement on Climate Change.53
Kerjasama iklim Amerika Serikat dan China ini terus berlanjut ketika
Barack Obama selaku Presiden Amerika Serikat mengundang presiden Republik
Rakyat China, Xi Jinping, pada tanggal 22-25 September 2015, dua bulan
53
The White House Presiden Barack Obama, 2014, U.S.-China Joint Announcement on Climate
Change, diakses pada https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2014/11/11/us-china-
joint-announcement-climate-change (21/09/2018, 20:12 WIB)
41
sebelum diadakannya COP ke-21 di Paris. Dari pertemuan tersebut, menghasilkan
49 point kesepakatan, dimana kedua belah pihak sepakat untuk mensukseskan
agenda Conference of Parties ke-21 (COP21) di Paris serta bersama-sama
berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim global.54
Dalam pertemuan ini
China juga menekankan bahwa diperlukannya kerjasama berskala global dan
membentuk hubungan antar negara yang bersifat win-win cooperation. Artinya
setiap negara saling bekerjasama dan saling mendapatkan keuntungan.
Perundingan tentang perubahan iklim antara Amerika Serikat dan China
berlanjut pada tanggal 31 Maret 2016 di Washington D.C, pada pertemuan ini
menghasilkan 5 poin penting yang berisi tentang komitmen kedua negara untuk
menandatangani Paris Agreement serta meratifikasi perjanjian tersebut sesegera
mungkin. Kemudian kedua negara tersebut juga sepakat untuk memberikan
contoh pembangunan yang rendah karbon terhadap negara lainnya.55
Pada tanggal 03 September 2016 sehari sebelum dilaksanakannya agenda
G20 di Hangzhou, Zheijiang, China bersama dengan Amerika Serikat kembali
mengadakan perundingan yang kemudian berujung pada ratifikasi Paris
Agreement. Dan berkomitmen untuk menginplementasikan INDC menjadi
NDC56
. INDC China terdiri dari 4 poin yaitu menurunkan emisi gas karbon pada
54
Xinhua, 2015, Full Text: Outcome List Of President Xi Jinping's State Visit To The United
States, diakses pada http://www.xinhuanet.com/english/2015-09/26/c_134661037.htm
(21/09/2018, 19:40 WIB) 55
NDRC People’s Republic of China, 2016, China-U.S. Joint Presidential Statement on Climate
Change, diakses pada http://en.ndrc.gov.cn/newsrelease/201604/t20160401_797242.html
(21/09/18, 20:35 WIB) 56
Perbedaan INDC dengan NDC ialah INDC ialah rangkaian rancangan/rencana aksi perubahan
iklim yang akan dilakukan oleh negara dalam upaya penurunan emisi gas karbon dinegaranya.
INDC diserahkan oleh negara kepada UNFCCC sebelum pelaksanaan COP 21 di Paris. Sedangkan
42
tahun 2030, meningkatkan bahan bakar non-fosil sebesar 20% dari total energi di
China, menurunkan intensitas emisi karbon GDP sebesar 60% sampai 65% di
bawah tingkat tahun 2005 pada tahun 2030, dan meningkatkan jumlah hutan 4,5
miliar meter kubik, dibandingkan dengan tingkat tahun 2005.57
Sedangkan INDC
Amerika serikat diumumkan secara formal di China yang menyatakan bahwa
Amerika Serikat akan mengurangi emisi karbon sebesar 26-28% di bawah tingkat
2005 pada tahun 2025 dan semaksimal mungkin akan menguranginya hingga
28%.58
Sebelum Amerika Serikat dan China meratifikasi Paris Agreement telah
terdapat 24 negara yang meratifikasi perjanjian tersebut, akan tetapi hanya
mewakili 1,08 persen dari emisi global. Kemudian setelah ratifikasi yang
dilakukan oleh China dan Amerika Serikat selaku emiter terbesar maka negara
yang meratifikasi Paris Agreement bertambah menjadi 26 negara dengan
representasi emisi sebesar 46,08 persen.59
Kerjasama iklim yang dijalin oleh Amerika Serikat dan China menunjukkan
bahwa setiap negara harus saling bahu membahu mengurangi emisi gas karbon
karbon perubahan iklim merupakan ancaman nyata yang dirasakan oleh setiap
negara di dunia. Setiap negara juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam
NDC adalah aksi perubahan iklim yang akan di implementasikan oleh negara setelah berkomitmen
meratifikasi Paris Agreement 57
Center for Climate and Energy Solutions, Loc. Cit. 58
The White House Presiden Barack Obama, 2015, Fact Sheet: U.S. Reports Its 2025 Emissions
Target To The UNFCCC, diakses pada https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/2015/03/31/fact-sheet-us-reports-its-2025-emissions-target-unfccc (21/09/18, 21:20 WIB) 59
Eliza Northrop & Melisa Krnjaic, 2016, US And China Join Paris Agreement, Bringing It Much
Closer To Taking Effect, diakses pada http://www.wri.Org/2016/09/Us-And-China-JoinParis-
Agreement-Bringing-It-Much-Closer-TakingEffect (21/09/18, 23:34 WIB)
43
menurunkan emisi karbon terlepas dari statusnya sebagai negara Annex-1 maupun
non-Annex 1, namun tetap sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh negaranya.
Ratifikasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan China memberikan pengaruh
dan mendorong negara lainnya untuk ikut serta dalam meratifikasi Paris
Agreement. Hal ini dibuktikan dengan diikutinya ratifikasi oleh 92 negara lainnya
seperti negara-negara Uni Eropa, India, Jepang, dll.60
2.3.2. Permasalahan Lingkungan Mengancam Keberlangsungan Hidup
Masyarakat China
China merupakan salah satu negara yang menyandang predikat sebagai
negara yang tercemar, kabut asap merupakan fenomena yang sangat lazim
dijumpai di negeri tirai bambu ini. Penampakan orang-orang bermasker adalah hal
yang dapat ditemui hampir setiap hari. Kabut asap yang sering melanda China
notabenenya berasal dari asap-asap pabrik. China yang terkenal dengan padatnya
kegiatan industri, telah menyumbang emisi gas karbon terbesar di dunia. Selain
kabut asap yang sangat membahayakan kesehatan masyarakatnya, China juga
memiliki sumber air yang buruk atau terkontaminasi. Oleh karena itu, perlu bagi
pemerintah China untuk segera mengatasi dua permasalahan lingkungan terbesar
di negaranya yaitu polusi udara dan pencemaran air. Salah satu bentuk upaya
pemerintah China dalam menanggulangi permasalahn lingkungan ialah
keaktifannya dalam mengikuti konvensi-konvensi yang berkaitan dengan isu
lingkungan seperti UNFCCC.
60
Eliza Northrop & Melisa Krnjaic, Loc. Cit.
44
Pada September tahun 2016, pemerintah China memutuskan unuk
meratifikasi Paris Agreement yang merupakan hasil dari Conference of Parties61
ke 21 yang bertempat di Paris. Keputusan China dalam meratifikasi perjanjian
tersebut juga tidak lepas dari keadaan domestik China dan juga sebagai upaya
mewujudkan pembangunan berkelanjutan di China. Hal ini tersebut juga
disampaikan oleh presiden Xi Jinping pada pembukaan G20 di Hangzhou:
“...I have said many times that green mountains and clear water are
as good as mountains of gold and silver. To protect the environment is
to protect productivity and to improve the environment is to boost
productivity. We will unwaveringly pursue sustainable development
and stay committed to green, low-carbon and circular development
and to China’s fundamental policy of conserving resources and
protecting the environment...”62
a. Polusi Udara
Setiap makhluk hidup di dunia ini memerlukan udara. Udara adalah hal
mutlak yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Akan
tetapi, pada abad ke 21 saat ini, udara bersih sangat jarang ditemui terutama di
daerah-daerah perkotaan. Hal tersebut dikarenakan oleh semakin meningkatnya
polusi udara yang disebabkan oleh asap-asap pabrik maupun transportasi.
Udara dikatakan bersih ketika mengandung 78% Nitrogen, 20% Oksigen,
0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya yaitu Neon (Ne),
Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Sehingga apabila terjadi
61
Conference of Parties (COP) adalah pertemuan yang diadakan oleh UNFCCC setiap tahun dan
di hadiri oleh para anggota UNFCCC. 62
Tom Philips, 2016, China Ratifies Paris Climate Change Agreement Ahead of G20 , diakses
pada https://www.theguardian.com/world/2016/sep/03/china-ratifies-paris-climate-change-
agreement (16/10/2018, 03:09 WIB)
45
penambahan gas-gas lain ataupun perubahan komposisi dari zat-zat tersebut maka
dapat dikatakan bahwa udara telah tercemar (polusi udara).63
Salah satu negara yang memiliki permasalahan pencemaran udara yaitu
China. China merupakan salah satu negara di Asia Timur yang terkenal dengan
kualitas udara yang buruk. Udara bersih di China menjadi langka, yang ada
hanyalah kondisi kota yang diselimuti oleh kabut asap yang dihasilkan dari
kegiatan industri pabrik dan kendaraan. Menurut Dong Liansai selaku juru
kampanye iklim dan energi yang berbasis di Beijing menyatakan bahwa selimut
asap paling banyak dihasilkan oleh penggunaan batu bara sebagai penghangat
ruangan ataupun pembangkit listrik.64
Gambar 2.1 Presentase penggunaan bahan bakan energi primer di China
*Sumber: http://www.iea.gov/cabs/china/full/html
63
Indah Kastiyowati, 2001, Dampak Dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara, Jakarta:
Staf Puslitbang Tek Balitbang Dephan, dalam Nindi Meliyanto & Bambang Eka, 2014,
Pengendali Kipas Sirkulasi Udara Melalui Deteksi Suhu Udara Dan Kadar Karbondioksida
Berlebih, Jurnal Ilmiah Go Infotech, Volume 20 No. 1, hal. 03 64
Berlianto, 2016, China tetapkan status siaga polusi udara, diakses pada
https://international.sindonews.com/read/1163625/40/china-tetapkan-status-siaga-polusi-udara-
1481941111 (16 /05/2017, 09:10 WIB)
46
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di International Energy Agency,
China merupakan negara konsumen batu bara terbanyak. Selain itu, batu bara
adalah salah satu komoditas yang paling diminati di China. Penggunaan batu bara
akan meningkat ketika musim dingin tiba, batu bara dijadikan bahan bakar untuk
penghangat ruangan di rumah-rumah penduduk.65
Ditambah lagi dengan adanya
pembagian batu baru secara gratis di kota-kota utara sungai Huai dari pemerintah
China saat musim dingin tiba mengurangi harapan hidup masyarakat sebanyak
500 juta jiwa.66
Di kota Beijing tingkat kabut mencapai 993 mikrogram per meter
kubik, yang artinya angka tersebut 40 kali lipat melebihi batas aman yang
ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yaitu sebesar 25 mikrogram
per meter kubik.67
Keadaan China yang terpolusi telah mendorong adanya demonstrasi dari
masyarakat sebagai respon terhadap tercemarnya udara di China. Selain itu,
berdasarkan Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa pada tahun
2010 memburuknya kualitas udara di China telah menjadi penyebab keempat dari
kematian 1,2 juta bayi prematur setelah diet, tekanan darah tinggi dan merokok.68
Polusi udara juga termasuk dalam salah satu faktor kematian dini di negeri tirai
bambu tersebut dan sebanyak 1,6 juta orang pertahun diperkirakan meninggal
65
Ranny Virginia Utami, 2015, Riset Polusi Udara di China Tewaskan 4000 0rang Setiap Hari,
CNN Indonesia, diakses pada http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150814143109-113-
72196/riset-polusi-udara-di-china-tewaskan-4000-orang-setiap-hari/ (16/05/2017, 13:08 WIB) 66
Gabriel Dominguez, 2013, Langkah Keras Cina terhadap Polusi , DW.com, diakses pada
https://www.dw.com/id/langkah-keras-cina-terhadap-polusi/a-16986737 (03/09/2018, 12:22 WIB) 66
Ranny Virginia Utami, Loc. Cit. 67
DW.com, 2013, Polusi Picu Debat Pembangunan di Cina, diakses pada
https://www.dw.com/id/polusi-picu-debat-pembangunan-di-cina/a-16520478 (03/09/2018, 12:40
WIB) 68
Gabriel Dominguez, Loc. Cit.
47
akibat penyakit yang disebabkan oleh polusi udara seperti kanker paru-paru,
jantung, dan struk.69
Selain mengakibatkan kematian dini dan kematian bayi prematur, polusi
udara juga mengakibatkan penundaan penerbangan dikarenakan kabut asap yang
sangat tebal dan mengurangi penglihatan sekitar 100 meter, serta puluhan
bangunan dan pabrik mobil menghentikan aktifitasnya sebagai upaya mencegah
memburuknya kualitas udara di China.70
Akademisi dari Massachusetts Institute
of Technology (MIT) mengeluarkan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa
polusi udara telah mengakibatkan kerugian ekonomi di China, hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya kerugian China dari $22 miliar pada tahun 1975 menjadi
$112 miliar pada tahun 2005.71
b. Pencemaran Air
Pencemaran yang terjadi pada air umumnya disebabkan oleh pembuangan
limbah-limbah pabrik yang mengakibatkan berubahnya sifat-sifat dasar air bersih.
Untuk mengetahui perbedaan air bersih dan tercemar, para peneliti umumnya
melakukan penelitian di laboratorium. Akan tetapi menurut DetikHealth yang
mngutip dari Indiastudychannel, setidaknya terdapat empat sifat air tercemar yang
dapat diidentifikasikan melalui pengamatan fisik,72
yaitu air memiliki warna73
,
69
Ranny Virginia Utami, Loc. Cit. 70
DW.com, Polusi Picu Debat Pembangunan di Cina, Loc. Cit. 71
Gabriel Dominguez, Loc. Cit. 72
DetikHealth, 2010, Tanda-Tanda Air Tanah Yang Tercemar, diakses pada
https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/d-1363735/tanda-tanda-air-tanah-yang-tercemar-
(04/05/2018, 16:00WIB) 73
Warna kuning menandakan tercemar chromium dan materi organic, warna merah kekuningan
menandakan adanya pencemaran dari besi. Sedangkan warna merah kecoklatan terkontaminasi
oleh lumpur.
48
kekeruhan74
pada air, air memiliki rasa pahit75
, dan air memiliki bau. Kasus
pencemaran air seringkali dijumpai atau dialami oleh negara-negara industri
seperti China.
Tidak berbeda jauh dengan keadaan udara di China, kondisi air di negara
tersebut dapat dikatakan sangat buruk. Hal ini terjadi karena pencemaran limbah
industri yang dilakukan oleh pabrik-pabrik di China.76
Air merupakan sumber
utama kehidupan manusia, sehingga apabila air sudah tercemar maka juga akan
berdampak pada kesehatan manusia itu sendiri.
Gambar 2.2 Fenomena Pembuangan Limbah Di Sungai Yangtze
Sumber: http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/pencemaran-sungai-yangtze-dan-delta-pearl-di-
/blog/35805/
Gambar 2.2 menunjukkan proses pembuangan limbah pabrik industri
disalah satu sungai besar di China yaitu sungai Yangtze. Sungai Yangtze
74
Disebabkan oleh koloid atau zat pelekat seperti lem, lumpur, tanah liat dan mikroorganisme
seperti plankton 75
Rasa pahit disebabkan oleh zat pada besi, alumunium, mangaan, sulfat dan kapur, rasa sabun
disebabkan oleh zat alkali. Sedangkan rasa payau disebabkan oleh kandungan garam yang tinggi. 76
Isyana Artharini, 2012, Cara Pemerintah China Petakan Pencemaran Air, diakses pada
http://earthjournalism.net/stories/6496 (16/05/2017, 05:54 WIB)
49
merupakan pusat pembuangan limbah industri negara China, disaat yang sama 20
juta orang di kota Shanghai dan 15 kota lainnya menggunakan air Yangtze
sebagai sumber air minum.77
Dan bahkan pada tahun 2010 investigasi Greenpeace
menemukan bahan kimia berbahaya dalam sampel tubuh ikan yang diambil di
sungai Yangtze.78
Kenyataan tersebut sangat memprihatinkan dan dengan kualitas
air sungai yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat China sendiri.
Pencemaran air telah merusak berbagai ekosistem di China seperti yang
terjadi di sungai Fu di Hebei, dimana lebih dari 100 ribu kilogram ikan ditemukan
mati akibat dari polusi air yang disebabkan oleh limbah kimia dari pabrik, dimana
bangkai-bangkai ikan tersebut memenuhi sungai Fu sepanjang 40 kilometer.79
Selain itu pada awal tahun 2013, telah ditemukan sekitar 20.000 babi mati di
Jiaxing, Zhejiang, kemudian pada tahun yang sama, sungai Huangpu di Shanghai
dipenuhi oleh 3.323 bangkai babi. Sungai Huangpu di Shanghai merupakan aliran
air dari sungai Yangtze yang telah terkenal sebagai sungai yang tercemar oleh
limbah-limbah pabrik.80
Selain berdampak terhadap ekosistem, pencemaran air di
China juga berdampak terhadap kesehatan penduduk. Pemerintah China mendata
bahwa terdapat tiga dari empat danau di China sudah tercemar dan tidak dapat
dikonsumsi, akan tetapi masyarakat China sendiri masih menggunakannya
77 Ahmad Ashof, 2011, Pencemaran Sungai Yangtze dan Delta Pearl di Cina, Apakah Sungai
Citarum akan mengalami hal serupa?, diakses pada
http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/pencemaran-sungai-yangtze-dan-delta-pearl-di-
/blog/35805/ (16/05/2017, 07:44 WIB) 78
Ahmad Ashof, Loc. Cit. 79
DetikNews, 2013, Ratusan Ribu Ikan di Sungai China Mati Akibat Polusi Air, dikases pada
https://news.detik.com/internasional/2349385/ratusan-ribu-ikan-di-sungai-china-mati-akibat-
polusi-air (04/09/2018, 16:20 WIB) 80
Oiwan Lam, 2013, Thousands of Dead Pigs Found Floating in Shanghai River, diakses pada
https://globalvoices.org/2013/03/12/thousands-of-dead-pigs-found-floating-in-shanghai-river/
(04/09/2018, 16:28 WIB)
50
sebagai sumber air minum, sehingga hal ini mengakibatkan 20% kematian di
pedesaan karena kanker disebabkan oleh zat-zat beracun yang terdapat dalam air
yang telah tercemar.81
Pencemaran air di China juga mengakibatkan konflik lintas batas dengan
negara-negara tetangga China. Hal ini dikarenakan China dilalui oleh beberapa
anak sungai yang kemudian mengalir ke perbatasan sehingga secara langsung
maupun tidak langsung juga mengakibatkan permasalahan lingkungan di negara
tetangga. Sungai Heilongjiang dan sungai Songhuajiang yang telah terkontaminasi
dan mengancam kepunahan satwa-satwa yang dilindungi dapat memicu konflik
dengan Rusia, sungai Brahmaputra juga telah terkontaminasi oleh limbah pabrik
dan mengancam habitat lumba-lumba menimbulkan konflik dengan India,
sedangkan sungai Lancang menimbulkan masalah sanitasi dengan Vietnam dan
Thailand karena terkontaminasi akibat saluran DAM industri yang menggunakan
hydropower.82
81DetikFinance, 2014, Ini Dia 'Pembunuh' Nomor Satu di China, diakses pada
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2506934/ini-dia-pembunuh-nomor-satu-di-china
(04/09/02018, 16:40 WIB) 82
Dave, Dore et all, 2010. Water In China: Issues For Responsible Investors. Responsibles
Research Publisher. Hlm. 10-12 Lihat di www.responsibleresearch.com atau di
http://www.syntao.com/Uploads/%7BBE7D448C-9F86-4D6D-
A550055781FD7F52%7D_WATER-IN-CHINA-Issues-for-Responsible-Investors-FEB2010.pdf
Diakses pada tanggal 11 Mei 2011. dilihat dalam skripsi Fandy Asgaff, Loc.Cit.
top related