bab i pendahuluan 1.1. latar...
Post on 02-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan Pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan satu atau sekelompok
orang ke tempat yang bukan tempat tinggal atau tempat kerjanya dengan maksud
untuk mencari kesenangan dan bukan dengan tujuan melaksanakan pekerjaan.1
Dilihat dari mekanisme supply-demand, penyelenggara wisata harus menampilkan
obyek atau atraksi wisata yang menarik sehingga wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara datang ke obyek atau atraksi wisata tersebut. Obyek atau
atraksi wisata merupakan “products” yang dijual dalam kegiatan Kepariwisataan.
Obyek wisata tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu
wisata budaya, wisata kesehatan, wisata perdagangan, wisata olahraga, wisata
politik, wisata sosial dan wisata relegius.
Sektor pariwisata pada saat ini merupakan sumber penerimaan negara yang
paling diandalkan setelah penerimaan negara dari sektor minyak bumi dan gas
alam. Sehubungan dengan hal ini upaya peningkatan pembangunan sektor
pariwisata sangat diperlukan. Sebagaimana yang tercantum dalam GBHN
dinyatakan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi
kepariwisataan nasional menjadi kegiatan yang diandalkan untuk memperbesar
1 Tussyadiah, I.P, 2002. “Perumusan Kerangka Kebijakan Makro Pengembangan Pariwisata
KotaBandung”. Tesis Magister, Program Studi TMI – ITB, Bandung.
2
penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan
daerah, dan memperkenalkan alam budaya bangsa.2 Pengembangan pariwisata
mampu memberikan dampak positif bagi suatu negara, tidak terkecuali bagi
Indonesia yang banyak menyimpan potensi pariwisata. Menurut World Trade
Organization (WTO), distribusi pasar wisatawan internasional, terutama di
wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia menjadi daerah tujuan wisata yang akan
memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan negara lainnya di
Asia Pasifik.
Aktivitas sektor pariwisata telah didukung dan ditanggapi secara positif oleh
pemerintah Indonesia dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang
selama ini menjadi peringkat pertama dalam penerimaan devisa negara sedangkan
sektor pariwisata menempat posisi lima besar penyumbang devisa terbanyak
dalam beberapa tahun terakhir.3 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
pertumbuhan pariwisata Indonesia mencapai 5,16 % melebihi angka pariwisata
global yang tumbuh 4 % dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
sepanjang 2012 mencapai 8,044 juta orang. Angka ini melampaui target
pemerintah yang mematok kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara
dengan total sekitar 8 juta orang. Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara
per kunjungan sekitar USD 1.130. Sementara pengeluaran rata-rata wisatawan
mancanegara per harinya USD 147,22 dengan rata-rata lama tinggal 5 hari. Atas
2 Waluyo, Harry. 1994/1995. Strategi Adaptasi Masyarakat Terhadap Program Pengembangan
Pariwisata. Jakarta: Depdikbud. Hal. 9 3 BPS, “Perkembangan Pariwisata Dan Transportasi Nasional” , No. 10/02/Th. XVI, 1 Februari
2013, pdf.
3
total kunjungan wisatawan mancanegara ini, negara diperkirakan menerima devisa
sekitar USD 9,1 miliar. Kedatangan wisatawan mancanegara dapat dilihat
melalui beberapa pintu masuk yang berada di berbagai wilayah Indonesia. Seperti
yang disajikan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut.
Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia
No Pintu Masuk 2010 2011 2012 2013
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Soekarno-Hatta
Ngurah Rai
Adi Sucipto
Batam
Polonia
Juanda
Husein Sastranegara
Entikong
Adi Sumarmo
Selaparang
Minangkabau
Sultan Syarif Kasim II
1.823.636
2.546.023
46.987
1.007.446
162.410
168.888
90.278
23.436
22.350
17.288
29.112
21.145
1.933.022
2.788.706
48.160
1.161.581
192.650
185.815
115.285
25.254
23.830
17.938
30 585
21 982
2.053.850
2.902.125
58.926
1.219.608
205.845
197.776
146.736
25.897
21.612
17.032
32 768
21 387
2.143.367
3.102.750
63.977
1.369.807
256.253
201.056
185.237
26.299
21.987
17.185
33.968
21.467
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), diolah
Berdasarkan data tersebut, salah satu pintu masuk di Indonesia yang
mengalami peningkatan signifikan adalah Bandara Husein Sastranegara di
Provinsi Jawa Barat. Meningkatnya wisatawan dari Bandara Husein Sastranegara
dari tahun 2010 sampai 2012 menandakan meningkatnya pariwisata di Jawa
Barat. Salah satu destinasi wisata di Jawa Barat adalah Kota Bandung. Kota
Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi
4
ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan
merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.4
Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri
dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota
Bandung. Selain itu berbagai faktor seperti faktor posisi Kota Bandung sebagai
pusat pemerintahan, pusat perekonomian, pusat perdagangan dan industri atau
dapat dikatakan sebagai pusat kegiatan jasa dan kegiatan perekonomian Jawa
Barat, serta kondisi geografis Kota Bandung mendukung Kota Bandung untuk
menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Barat. Tabel 1.2. dibawah ini
menunjukkan bahwa PAD Kota Bandung menempati nomor satu terbesar
berdasarkan hasil dari pajak hotel,restoran/rumah makan,hiburan serta retribusi.
Tabel 1.2. Data Pendapatan Asli Daerah Di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2009-2012
No Kabupaten/Kota Total PAD Tahun 2009-2012
1 Kabupaten Bogor 35,509,323,990.00
2 Kabupaten Sukabumi 634,445,500.00
3 Kabupaten Cianjur 7,723,025,104.00
4 Kabupaten Bandung 6,519,025,950.00
5 Kabupaten Garut 929,499,424.00
6 Kabupaten Tasikmalaya 2,005,369,034.00
7 Kabupaten Ciamis 4,361,271,168.00
8 Kabupaten Kuningan 3,144,267,578.00
4 Dikutip dari http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php, diakses pada
tanggal 20 Mei 2014, pkl.14.20
5
9 Kabupaten Cirebon 2,006,187,821.00
10 Kabupaten Majalengka 335,000,000.00
11 Kabupaten Sumedang 3,106,696,072.00
12 Kabupaten Indramayu 1,113,458,250.00
13 Kabupaten Subang 11,081,020,013.00
14 Kabupaten Purwakarta 4,562,803,479.00
15 Kabupaten Karawang
16 Kabupaten Bekasi 1,076,509,228.00
17 Kabupaten Bandung Barat 6,155,455,134.00
18 Kota Bogor 19,963,298,703.00
19 Kota Sukabumi 3,651,762,622.00
20 Kota Bandung 162,842,836,941.00
21 Kota Cirebon 6,138,682,085.00
22 Kota Bekasi 16,689,466,356.00
23 Kota Depok 21,949,367,539.00
24 Kota Cimahi 295,311,000.00
25 Kota Tasikmalaya 39,749,500.00
26 Kota Banjar 2,390,000.00
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat
Data diatas menunjukkan bahwa Kota Bandung berpotensi besar dalam hal
pariwisata dimana pendapatan asli daerah dari pajak hotel, restoran/rumah makan,
hiburan serta retribusi untuk provinsi Jawa barat menduduki No.1 dari kota-kota
lain. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kota Bandung
dapat berkembang sebagai “kota jasa dan pariwisata”.5 Salah satu daya tarik
wisata Kota Bandung adalah wisata belanja. Beragam produk yang dijual pada
umumnya berkualitas dan dengan harga yang relatif terjangkau. Mulai dari
5 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah ( RIPPDA ) Kota Bandung Dalam
www.bandungkab.go.id/uploads/Renja_Dispopar.pdf , diakses tanggal 20 Desember 2013,
pkl.19.55
6
fashion hingga boneka menjadi primadona wisatawan. Apalagi setelah demam
Factory Outlet melanda Kota Bandung, ternyata melesat begitu cepat. Kota
Bandung menjadi weekend destination bagi daerah sekitarnya, termasuk
jadebotabek yang merupakan frequent visitor. Mereka yang tertarik tidak saja
datang dari kota–kota lain di Indonesia, tetapi juga wisatawan mancanegara. Hal
ini dapat dilihat dari tabel 1.3. dibawah ini, dimana terdapat peningkatan setiap
tahunnya wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung.
Tabel 1.3. Jumlah Wisatawan Kota Bandung Tahun 2009-2013
Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara
2009 2.641.063 100.730
2010 2.992.208 398.163
2011 3.112.513 473.074
2012 3.540.702 666.830
2013 3.792.664 721.387
Sumber : RIPPDA Kota Bandung
Dilihat dari data Dinas Pariwisata Kota Bandung, dari tahun 2009 – 2013
tercatat peningkatan tingkat kunjungan dari 100.730 orang pada tahun 2009
menjadi 721.387 orang pada tahun 2013. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa
Kota Bandung menjadi magnet paling kuat yang mampu menarik wisatawan
mancanegara berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari total wisatawan
dari mancanegara yang melancong ke Kota Bandung yang terus meningkat setiap
tahunnya. Kunjungan wisatawan mancanegara diprediksi sebagian besar berasal
dari negara Asia khususnya dari Malaysia dan Singapura. Wisatawan asal
Malaysia dan Singapura tercatat sebagai yang paling banyak mengunjungi Kota
7
Bandung disusul wisatawan dari Thailand, Korea Amerika Serikat, Australia,
Eropa dan China.6 Rata-rata lama menginap para wisatawan ini juga terjadi
peningkatan dari 1-2 hari menjadi 2-3 hari . Dari latar belakang masalah, penulis
tertarik untuk meneliti dengan judul “Upgrading Wisatawan Mancanegara Di
Bandung : Analisis GVC (Global Value Chain).
1.2. Rumusan Masalah
Melihat permasalahan yang diangkat diatas, penulis mengambil rumusan
masalah :
1. Bagaimana peran pemerintah dengan stakeholder lainnya dalam
mendorong upgrading wisatawan mancanegara di Kota Bandung ?
2. Faktor – faktor apa yang mendorong upgrading wisatawan mancanegara
di Kota Bandung ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah serta
faktor-faktor apa yang mendukung proses upgrading wisatawan mancanegara di
Kota Bandung. Batasan dalam penulisan ini adalah eksplorasi terhadap peranan
pemerintah sebagai aktor utama dan melalui kebijakan pemerintah, peningkatan
terhadap wisatawan mancanegara di Kota Bandung. Kebijakan dalam pola
governance yang mendukung upgrading terhadap wisatawan mancanegara di Kota
Bandung.
6 Dikutip dari http://travel.kompas.com/read/2014/02/04/1803414/Kunjungan.Wisman.Terus.
Meningkat, diakses tanggal 08 Juni 2014, pkl14.22
8
1.4. Kerangka Teori
Kerangka analisis Global Value Chain menggambarkan suatu rangkaian
panjang aktivitas yang diperlukan untuk membawa suatu produk atau jasa dari
konsepsi, melalui fase-fase produksi yang berbeda-beda (yaitu melibatkan suatu
kombinasi antara transformasi fisik dan input dari produsen- produsen yang
beragam), sampai kepada konsumen akhir dan proses pembuangan setelah
digunakan. Pemetaan rantai nilai dalam aktivitas produksi didasari oleh supply
chain dan interksi antar aktor yang memegang kepentingan didalamnya yang pada
akhirnya akan diidentifikasi keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatifnya. Dalam analisis GVC, tulisan Laplinsky dan Morris menjelaskan
bahwa ada beberapa komponen yang menjadi inti dari GVC sebagai suatu alat
analisa yakni rents, governance dan upgrading.7 Ketiga hal ini sesungguhnya
berkaitan satu sama lain.
1. Rent
Pada dasarnya, proses global value chain adalah proses penambahan nilai
guna mendapatkan hasil yang lebih banyak dibandingkan tanpa melalui proses ini.
Namun, pada kenyataannya pendapatan yang lebih tinggi akan didapatkan oleh
pihak yang mampu melindungi dirinya dari kompetisis. Kemampuan melindungi
diri ini kemudian memunculkan konsep rent, yang mana muncul karena adanya
kelebihan- kelebihan terntentu yang tidak dimiliki semua aktor, yang mana
7 Kaplinsky, Raphael and Morris, Mike.2000. A Handbook for Global Value Chain Research.
IDRC. Diakses dari www.ids.ac.uk/ids/VchNov01.pdf, pada tanggal 25 februari 2014. Hal 25- 35
9
termasuk dengan hambatan masuk bagi competitor asing, sehingga mampu
meningkatkan daya saing aktor tersebut dalam rantai yang terjalin.
Sumber : Laplinsky dan Morris
Kelebihan – kelebihan atau rents tersebut bisa didapatkan dari berbagai hal.
Rent bisa didapatkan dari ketidaksetaraan hak kepemilikan dari sumber daya yang
ada (contoh : hak kepemilikan tanah). Namun Schumpeter menjelaskan bahwa
selain karena bawaan, rent juga dapat diciptakan, yaitu dengan menciptakan
kombinasi baru dari kondisi – kondisi yang ada sebelumnya. Hal ini pada
akhirnya menimbulkan banyaknya jenis rent yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pendapatan dan mendukung terciptanya upgrading.
Guna menciptakan upgrading di sektor industri pariwisata, ada beberapa
rent yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota bandung. Yang pertama
adalah Rent yang berasal dari karunia alam, yaitu akses mudah terhadap sumber
daya alam. Sumber daya alam yang dimiliki Kota Bandung merupakan satu
10
kelebihan bagi pemerintah untuk menciptakan upgrading. Kota ini secara
geografis terletak di tengah–tengah Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian Kota
Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah–daerah di sekitarnya. Kota
Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang menjadikan hawanya sejuk sepanjang
tahun dengan suhu rata–rata 22 derajat. Hawa sejuk yang tak dimiliki kota–kota
besar lainnya di Indonesia ini menjadikan Kota Bandung sebagai destinasi wisata
favorit bagi wisatawan.
Kedua, adalah rent yang diberikan atau disediakan oleh pihak eksternal,
antara lain adalah policy rent, yaitu rent yang didapatkan dari kondisi yang
diciptakan oleh kebijakan – kebijakan pemerintah. Kebijakan ini bisa saja
mengarah pada penciptaan birokrasi yang lebih efisien hingga penciptaan
hambatan bagi kompetitor industri lokal. Namun dalam hal ini, pemerintah Kota
Bandung mampu menciptakan kebijakan yang mengarah pada penciptaan
birokrasi yang lebih efisien sehingga industri pariwisata Kota Bandung semakin
diminati para wisatawan mancanegara. Dalam meningkatkan wisatawan domestik
dan mancanegara, pemerintah Kota Bandung melakukan berbagai kebijakan yang
terbentuk dalam pengembangan vacationscape.8 Pelaksanaan vacationscape yang
dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung terdiri dari tujuah sub variabel yaitu
built and constructed, crowding, vegetation, urban stresors, maintanance and
upkeep, signage dan comfort amenities. Pemerintah Kota Bandung bekerjasama
dengan semua instansi yang mengelola pariwisata Kota Bandung, dengan tujuan
untuk memberikan kemudahaan serta kenyamanan bagi wisatawan yang akan
8 Ramdhani, Dadan, 2013. Pengaruh Vacationscape Terhdap Keputusan Berkunjung Ke Kota
Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, repository.upi.edu
11
berkunjung ke Kota Bandung. Kebijakan dalam bentuk pengembangan
vacationscape berdampak positif bagi peningkatan pariwisata Kota Bandung.
Menurut Dadan Ramdhani, pengembangan vacationscape yang dilakukan
pemerintah Kota Bandung sangat berpengaruh positif terhadap keputusan
wisatawan mengunjungi Kota Bandung.
Selain itu terdapat infrastructural rent, yaitu rent yang didapatkan dari
infrastruktur negara yang baik, yang pada akhirnya mampu membantu kelancaran
proses produksi hingga distribusi, sehingga mampu membantu aktor untuk dapat
berjalan secara efisien dan mampu berkompetisi dengan baik terhadap competitor
asing. Beberapa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kota Bandung adalah
dengan dibukanya tol Cipularang yang mempermudah para wisatawan menuju
Kota Bandung. Kebijakan lainnya, kerjasama pemerintah dengan Air Asia Line
dan Malaysia Airline yang membuka rute langsung Kuala Lumpur-Bandung,
Singapore Airlines yang membuka penerbangan China - Bandung via Singapura,
serta Tiger Airlines yang juga membuka penerbangan Australia - Bandung via
Bali semakin banyak peningkatan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke
Kota Bandung.
2. Governance
Governance secara umum dipahami sebagai model posisi pelaku atau firma
dalam suatu rantai nilai (value chain), dan tipe governance dapat berubah
tergantung pada strategi upgrading yang dijalankan.9 Fokus governance adalah
9 Op.cit, Kaplinsky, Raphael and Morris, Mike.
12
relasi asimetri kekuasaan antar pelaku atau firma dalam suatu rantai nilai. Secara
sederhana, governance sendiri diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara
pemerintah dan warga dalam mengatur sumber daya serta memecahkan masalah –
masalah publik.10
Dalam konteks ini, pemerintah hanya menjadi salah satu aktor
dan tidak menjadi satu-satunya aktor yang paling menentukan. Implikasinya,
peran pemerintah sebagai pembangun maupun sebagai penyedia jasa pelayanan
dan infrastruktur akan bergeser menjadi badan pendorong terciptanya lingkungan
yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas dan sektor swasta untuk ikut
aktif melayani sektor tersebut. Dalam konsep governance paling dasar, terdapat
tiga stakeholder utama yang saling berinteraksi, yakni negara atau pemerintah
(state), dunia usaha atau pihak swasta (private sector), dan masyarakat (society).11
Dalam mengembangkan pariwisata Kota Bandung, pemerintah bekerjasama
dibawah dinas pariwisata dan budaya dengan pelaku usaha serta masyarakat untuk
menciptakan up-grading dalam pariwisata Kota Bandung. Dinas kebudayaan dan
pariwisata Kota Bandung membentuk satu visi yaitu memantapkan Kota Bandung
sebagai kota seni budaya dan tujuan wisata internasional tahun 2013. Dimana
untuk mewujudkan visi ini, ada beberapa hal yang dilakukan oleh aktor-aktor
tersebut, antara lain : mengembangkan sumber daya manusia dan kelembagaan
kepariwisataan yang profesional, berkarakteristik sunda dan berwawasan global;
meningkatkan pelestarian, pemberdayaan, pengembangan dan pemanfaatan
kebudayaan dan kesenian; mengembangkan industri pariwisata yang kreatif,
10
Winarno,Budi. 2010. “Melawan Gurita Neoliberalisme”, Jakarta : Erlangga. Hlm.87 11
S.Sumarto, Hetifiaf. 2003. Inovasi,Partisipasi, dan Good Governance, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. Hlm.3
13
inovatif dengan memperhatikan terlaksananya sapta pesona; meningkatkan
destinasi pariwisata kota yang berdaya saing tinggi baik pada tingkat regional,
nasional maupun internasional; meningkatkan pemasaran melalui kemitraan dan
kerjasama budaya dan pariwisata dengan pemangku kepentingan dan/atau
kab/kota/negara lain.12
Dalam mewujudkan visi misi ini, dinas pariwisata Kota
Bandung telah banyak bekerja sama dengan stakeholder lainnya untuk
meningkatkan pariwisata Kota Bandung.
Dinas Pariwisata bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Perjalanan
Wisata Indonesia (Asita) Jawa Barat yang berperan dalam mempromosikan
tentang berbagai kegiatan yang akan digelar melalui jaringan Asita lain di seluruh
Indonesia.13
Biro perjalanan wisata Kota Bandung menyediakan paket wisata
khusus yang menarik agar diminati wisatawan, baik wisatawan mancanegara
maupun wisatawan nusantara. Selanjutnya begitu juga dengan pengusaha bisnis
seperti perhotelan, restoran dan fashion. Dimana melalui kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan pariwisata Kota Bandung, maka semakin banyak hotel-hotel
dibangun untuk meningkatkan kepuasan para wisatawan. Para pengusaha kuliner
juga terus melakukan promosi melalui festival kuliner yang disponsori oleh
pemerintah untuk meningkatkan pariwisata Kota Bandung.
Pemerintah merupakan pihak yang mendukung produsen dan asosiasi bisnis
untuk memenuhi standar standar yang diperlukan dalam jaringan industri
12
Rencana_Strategis_Disbudpar_2009-2013.pdf, diakses tanggal 24 Februari 2014. Pkl.19.20 13
Diakses dari http://bandung.bisnis.com/read/20120328/5/162337/wisata-jabar-pengusaha-
pemerintah-akan-genjot-kunjungan, tanggal 05 Juni 2014. Pkl.15.00
14
pariwisata. Dengan kata lain, pemerintah memiliki tempat beroperasinya rantai
produksi merupakan bagian dari executive governance sekaligus sebagai rule
making dan rule monitoring. Melalui kebijakan industry yang ditetapkan,
pemerintah menjadi pihak yang membangun lingkungan operasional yang
mendukung atau malah sebaliknya, menghambat perkembangan industry
pariwisata.
3. Upgrading
Upgrading dalam GVC adalah kemampuan untuk melakukan inovasi, agar
meningkatkan daya saingnya dipasar global. Syarat suatu upgrading agar berhasil
antara lain : melakukan perubahan dan perbaikan dalam proses produksi,
kemampuan merespon inovasi pihak lain dalam hal industri pariwisata. Beberapa
cara dalam memulai penyusunan strategi upgrading, yaitu dengan membuat peta
Global Value Chains-nya dan memetakan karakteristik pasar global yang terdiri
dari peta segmentasi pasar dan dapat juga dengan menggunakan peta Critical
Success Factors (CSFs). Critical success factor merupakan peta informasi tentang
faktor-faktor apa yang membuat produk laku. Untuk yang selanjutnya yang
berkaitan dengan peta segmentasi pasar global merupakan kondisi yang
berhubungan dengan siapa yang akan mengunakan semua fasilitas pariwisata serta
kondisi-kondisi yang menunjang dari aktivitas tersebut. Kedua hal tersebut yang
akan memberikan up-grading dalam berbagai hal. Dimana proses up-grading
dalam berbagai bidang dalam kehidupan sangat penting dalam membantu
meningkatkan kualitas sumber-sumber daya yang ada, baik dalam sektor fisik
maupun non-fisik.
15
Dalam mendukung faktor pariwasata dibutuhkan suatu infrastruktur yang
harus dipersiapkan. Dengan melihat kondisi Kota Bandung maka sangat
menguntungkan bagi Kota Bandung, dimana daerah ini menjadi daerah yang
sangat potensial dalam pengembangan pariwisata internasional. Semua ini
memerlukan adanya perencanaan pariwisata dimulai dari pengembangan
pariwisata daerah (Regional Tourism Development), mencakup pembangunan
fisik obyek dan atraksi wisata yang akan dijual, fasilitas akomodasi, restoran,
pelayanan umum, angkutan wisata, hotel dan perencanaan promosi yang akan
dilakukan. Hal ini yang merupakan salah satu faktor penting didalam mendukung
keberhasilan suatu daerah di dalam mengembangkan pariwisatanya.14
Kondisi ini
dibangunnya sebuah fasilitas seperti : fasilitas hotel berbintang, bandar udara
internasional yang panjang landasannya minimal 2600 m, dinas keimigrasian
untuk mengurusi surat-surat dalam perjalanan lintas negara, alat-alat transportasi,
pusat-pusat perbelanjaan, restaurant, biro perjalanan serta fasilitas penunjang.
Hal-hal inilah yang menjadi pendukung pariwisata yang ada di Kota
Bandung. Kondisi ini bisa kita lihat adanya perkembangan yang cukup baik di
daerah. Pembangunan sudah mulai berjalan, dimana infrastruktur sudah
dijalankan. Hal ini kita bisa melihat, dimana Kota Bandung memiliki Bandar
udara Internasional Husein Sastranegara dan stasiun rel kereta api yang bisa
menjadi akses transportasi untuk menuju Kota Bandung. Pada tahun 2010,
Bandara Husein Sastranegara telah melayani penerbangan langsung dari
Singapura dan Kuala Lumpur Malaysia menuju Bandung, hal sangat berdampak
14
A.Yoeti, Oka. 2008. Perencanaan Dan Pembangunan Pariwisata, Jakarta: PT.Pradya Paramita.
Hal 29
16
positif bagi pariwisata Kota Bandung. Dimana terjadinya peningkatan pada
kunjungan wisatawan asal Malaysia dan singapura. Untuk pergerakan di Kota
Bandung, Sistem pergerakan untuk masyarakat Kota Bandung lebih mengarah
pada kawasan-kawasan di pusat kota seperti Diponegoro, Asia Afrika, Dewi
Sartika, Merdeka, Dago, Riau dan berbagai daerah lainnya karena terdapat arus
masuk dari wilayah luar Kota Bandung, khususnya saat akhir pekan dengan tujuan
melakukan pergerakan untuk berwisata maupun hanya untuk lewat (trough
traffic). Dalam hubungannya dengan pergerakan di dalam maupun luar Kota
Bandung, pengaruh rel atau kereta api cukup besar dimana menjadi salah satu
moda transportasi utama bagi penduduk yang ingin melakukan mobilisasi salam
skala regional selain dengan bus. Keberadaan jasa angkutan travel juga menjadi
salah satu pendorong perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung dimana
banyak wisatawan yang datang ke Kota Bandung dengan memanfaatkan jasa
travel tersebut. Untuk kegiatan pariwisata, Kota Bandung memiliki beberapa hotel
yang terdiri dari berbagai tipe mulai dari hotel melati hingga hotel berbintang.
Wisatawan mancanegara yang menginap di Kota Bandung dengan tingkat daya
beli yang relatif beraneka ragam, dapat memanfaatkan jasa hotel melati maupun
hotel berbintang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki wisatawan tersebut.
Kota Bandung dari zaman Kolonial belanda telah dijuluki sebagai kota
“fashion and cuisine”, maka otomatis kegiatan jasa yang bergerak dalam bidang
fashion dan kuliner sangat banyak dan beragam. Dalam hal ini, keanekaragaman
fashion dan kuliner merupakan salah satu daya tarik yang dimiliki Kota Bandung
dalam menarik wisatawan untuk datang dan menikmati Kota Bandung. Pusat
17
perbelanjaan yang terdapat di Kota Bandung dapat dikatakan bervariasi, tidak
hanya terpaku pada ketersediaan mall yang biasa terjadi di kota-kota besar di
Indonesia. Di Kota Bandung, salah satu bentuk sarana perbelanjaan yang
menjadikan Kota Bandung sebagai daya tarik bagi wisatawan adalah keberadaan
Factory Outlet selain berbagai sarana belanja berupa mall yang memiliki daya
tarik tersendiri. Untuk jenis sarana perbelanjaan Factory Outlet dan Mall,
wistawan yang menggunakan sarana tersebut lebih kepada wisatawan yang
memiliki kemampuan lebih, walaupun untuk menikmati kenyamanan yang
diberikan tidak harus mengeluarkan biaya.
Pariwisata internasional diartikan sebagai daerah yang memiliki berbagai
daya tarik serta berbagai macam sarana wisata pokok maupun penunjang yang
lengkap dan cukup berkembang dan telah menjadi tujuan wisata luar negeri bukan
hanya sekedar lewat tetapi tinggal lebih dari 24 jam.15
Wisatawan menjadi suatu
hal yang sangat penting didalam obyek kepariwisataan karena wisatawan akan
memberikan suatu keyakinan tehadap tempat yang akan dituju. Kondisi ini akan
meningkatkan kepercayaan terhadap wilayah Bandung, bahwa daerah ini akan
memberikan kepuasan.bagi pengguna jasa pariwisata. Sehingga segmentasi dalam
pasar global dalam dunia pariwisata sangat berat. Disamping itu, kelebihan dari
segmentasi pasar ini akan memberikan multiple effect. Hal ini berkaitan dengan
jumlah pengunjung yang meningkat di tahun berkutnya serta kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan tidak salah sasaran.
15
R.J Damarjati, 1995. Istilah-istilah Dunia pariwisata, Jakarta : Pradya Paramita, Hlm.107
18
Disisi lain dengan daerah Bandung yang cukup luas, maka daerah ini harus
mampu memetakan jenis-jenis wisata, apakah wisata budaya, alam, kuliner atau
colonial. Hal ini merupakan aspek penting sehingga jangan salah di dalam
memetakan segmen-segmen tempat pariwisata. Dalam kaitannya dengan pasar
global, makan diperlukan suatu system dalam melihat sejauh mana wisatawan
asing yang akan berkunjung. Dimana kegiatan pemasaran ini berkaitan dengan
suatu sistem dalam pemerintahan tersebut. Pemasaran merupakan suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan unutk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
yang potensial. Dalam konteks ini adalah para wisatawan lokal maupun asing.
Dimana pemerintah melakukan promosi-promosi atau pameran-pameran baik di
bidang kuliner ataupun budaya seni yang diperuntukkan untuk meningkatkan
segmen pasar baik dometik maupun mancanegara.
Promosi-promosi yang telah dilakukan pemerintah kota Bandung untuk
meningkatkan wisatawan mancanegara, antara lain :
1) Promosi pariwisata Bandung Week di Mid Valley Exhibition Center, Kuala
Lumpur, Malaysia, pada tahun 2010. Hal ini berdampak positif terhadap
tingkat wisatawan pada tahun 2011 yang rata-rata berasal dari Malaysia dan
singapura.
2) Pada tahun 2010, Bandara Husein Sastranegara telah melayani penerbangan
langsung dari Singapura dan Kuala Lumpur Malaysia menuju Bandung, hal
19
sangat berdampak positif bagi pariwisata Kota Bandung. Dimana terjadinya
peningkatan pada kunjungan wisatawan asal Malaysia dan singapura.
3) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung menyelanggarakan acara
tahunan “Anugerah Pesona Pariwista” di setiap Universitas Kota Bandung.
Acara rutin tahunan ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk
mengapresiasi kiprah insan pariwisata Kota Bandung dalam upayanya
memajukan sektor pariwisata sebagai andalan pembangunan.
4) Melakukan program Wali Kota Bandung, yaitu menjadi pemandu wisata
rombongan wisman setiap bulan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kunjungan turis ke Kota Bandung.
5) Promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha, dimana semakin beragamnya
factory outlet, meningkatnya kualitas fashion yang tidak kalah dari label-label
terkenal dan seni bangunan factory outlet yang semakin kreatif membuat
wisatawan sangat meminati wisata belanja di Kota Bandung
6) Mengundang dan mendatangkan wartawan luar negeri. Disbudpar
memberikan fasilitas dan mendokumentasikan objek dan kesenian Kota
Bandung. Pada saat mereka kembali ke negara mereka, mereka sangat
membantu dalam promosi melalui informasi yang menarik kepada warga
negara disana.
1.5. Argumen Utama
Terdapat hubungan antara governance dan upgrading dalam analisis Global
Value Chain. Dimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap upaya
pengembangan pariwisata Kota Bandung melalui upgrading berbanding lurus.
20
Dilihat dari policy rent, infrastructural rent dan pola governance dapat
disimpulkan bahwa peningkatan dalam wisatawan mancanegara di Kota Bandung
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah serta kerjasama dengan stakeholder
lainnya serta inovasi – inovasi yang dilakukan oleh aktor-aktor tersebut dalam
meningkatkan wisatawan mancanegara ke Kota Bandung.
1.6. Metode Penelitian
Metode yang akan dipergunakan dalam melengkapi data dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses pemahaman
suatu permasalahan social yang bersifat deskriptif. Metode penelitian kualitatif
yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu dengan
mendapatkan referensi penelitian yang diolah melalui literature, buku-buku,
majalah, jurnal berkala, laporan intitusi terkait, situs-situs internet, sumber yang
relevan dengan pokok permasalahan serta sumber-sumber lain yang sekiranya
dapat mendukung dan memiliki relevansi dengan penelitian.
Obyek dari penelitian ini adalah Pemprov Kota Bandung khususnya Dinas
Pariwisata Kota Bandung. Data didukung data dari instansi dinas pariwisata Kota
Bandung dan referensi kepustakaan pendukung lainnya. Pengumpulan data juga
akan dilakukan melalui Focused Group Discussion (FGD) dengan berbagai nara
sumber yang terkait. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis baik
berupa data yang bersifat kuantitatif, kualitatif maupun kombinasi dari keduanya.
Khusus untuk analisis data kualitatif dilakukan proses verifikasi dari berbagai
sumber melalui indepth interview maupun FGD dengan berbagai nara sumber
21
seperti pihak dari Dinas Pariwisata Kota Bandung, Dinas Imigrasi Kota Bandung,
pelaku pariwisata, serta pihak – pihak yang terkait dalam pengembangan sector
pariwisata Kota Bandung. Sedangkan data kuantitaif lebih banyak digunakan
sebagai data pendukung.
1.7. Batasan Penelitian
Penulisan tesis ini dibatasi pada periode tahun 2001-2013. Tahun tersebut
dipilih penulis dengan pertimbangan sebagai tahun yang merepresentasikan
periode maksimalnya implementasi dari kebijakan Pemerintah Kota Bandung
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Selain pembatasan pada
periode tahun, penulisan tesis ini dibatasi pada analisis aktor, kluster jenis wisata,
kerjasama internasional serta faktor-faktor pendukung peningkatan wisatawan
mancanegara ke Kota Bandung. Hal ini dikarenakan luasnya lingkup pembahasan
yang ada pada GVC. Sehingga penulis merasa perlu untuk melakukan
pembahasan agar penulisan tesis ini lebih spesifik pada hal kebijakan pemerintah
dan faktor-faktor yang mendukung peningkatan wisatawan mancanegara ke Kota
Bandung.
1.8. Sistematika Penulisan
Dalam tulisan ini, penulis berusaha membagi tulisan dalam beberapa bab
yang memiliki pembahasan-pembahasan berbeda.
Pada bab pertama, penulis akan menguraikan pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang permasalahan yang diambil penulis untuk diteliti serta
rumusan masalah guna memberikan fokus arahan penelitian. Selain itu, dalam bab
22
ini juga terdapat batasan-batasan penelitian serta kerangka teori dan metode
pengumpulan data.
Pada bab kedua, penulis akan menguraikan gambaran umum tentang
pariwisata Kota Bandung dan perkembangannya. Hal ini berikutnya akan menjadi
dasar dalam menganalisa permasalahan sesuai dengan pertanyaan yang telah
diajukan sebelumnya.
Pada bab ketiga, penulis berusaha untuk menjelaskan bagaimana peran
aktor-aktor dalam mengembangkan pariwisata kota Bandung serta faktor-faktor
apa yang mendorong proses upgrading dalam analisis GVC.
Pada bab keempat, akan dijadikan sebagai penutup dengan menarik
kesimpulan analisa yang telah didapatkan dari bab sebelumnya.
top related