analisis struktur ekosistem

Post on 02-Jul-2015

638 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ANALISIS Struktur Ekosistem Komponen Komunitas: (flora, fauna,

sosial) Komponen fisik (abiotik): tanah, air,land-

form,udara, cahaya dll) terjadi hubungan/kombinasi sebagai

suatu sistem Aneka ragam sub-sub-ekosistem Batas antar ekosistem Batas antar sub-ekosistem Daerah peralihan (ecotone) Daerah pengaruh pinggiran (edge-

effect)

Contoh :Ekosistem Pantai,

Aneka ragam sub-sub ekosistem :Nelayan: pelabuhan, tpi, gudang, fasproPertanian:ladang, tegal, sawah, tumbuhan Peternakan:kandang, padang penggembalaan

(feeding-gound), Permukiman:perumahan, warung, fasos, infrastktPertambangan: penambangan pasir besi,

kalium/potasHutan mangrove: jenis vegetasi, luas, manfaat,Hutan Pantai: jenis vegetasi, luas, manfaat, Muara:luas, vegetasi, pengaruh cakupan air

(denudation)Kolam tambak, kolam alam (estuarin):

pengelolaannyaBentuk hubungan antar ekos, atau sub ekos.

Ekosistem Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.

Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air.

Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau.

Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.

Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan

Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik (algal flora) yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrien).

Bila interaksi keduanya terganggu, maka akan terjadi perubahan atau gangguan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang

Seperti halnya Sungai Ciliwung yang lahan di sekitar bantaran sungainya telah dimanfaatkan untuk permukiman dan aktivitas lainnya yaitu pertanian, industri, perkantoran dan perdagangan.

Kegiatan pada lahan tersebut pada umumnya mengeluarkan limbah dan menghasilkan sampah yang langsung dibuang ke dalam perairan sungai sehingga masuknya sumber-sumber pencemar tersebut menyebabkan penurunan kualitas perairan

Buangan tersebut pada umumnya mengandung zat-zat yang bersifat racun yang menyebabkan deoksigenasi, naiknya temperatur, serta meningkatnya padatan tersuspensi, terlarut dan partikulat bahan organik.

Masuknya limbah ke dalam perairan akan mengubah kondisi ekologi perairan dan komunitas di dalamnya

Salah satu biota alga yaitu fitoplankton merupakan organisme yang mempunyai peranan besar dalam ekosistem perairan dan menjadi produsen primer.

Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat pencemaran.

Analisis struktur, kemelimpahan dan model distribusi kemelimpahan fitoplankton juga dapat memberikan gambaran kondisi perairan Sungai Ciliwung

Sungai tempat air mengalir dan membawa berbagai kebutuhan hidup manusia dan berbagai mahkluk lain yang dilaluinya, merupakan bagian dari ekosistem air tawar.

Meskipun luasan sungai dan jumlah air yang mengalir di dalamnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan luas dan jumlah air yang di laut, namun sungai memiliki peranan penting secara langsung bagi kehidupan manusia dan mahkluk di sekitarnya.

Sungai, dalam sejarahnya, telah memberi manfaat besar bagi umat manusia, hingga kini. Selain sebagai sumber air, sungai juga bermanfaat sebagai sarana perhubungan, sumber tenaga (listrik dengan PLTA), serta juga sebagai sumber pangan, karena menyimpan keragaman plasma nutfah

Struktur ekosistem sungai terdiri atas : (Tockner, 2003) (1) Channel (DAS), mendeskripsikan batas

wilayah sub DAS (2) Foodplain (dataran banjir), seluruh lahan

dimana air akan ditampung atau tempat melimpah air saat terjadi kelebihan air atau banjir. Termasuk didalamnya adalah daerah rendah yang dialiri air yang terbentuk oleh sistem sungai yang ada didalamnya, seperti danau dan rawa-rawa disekitar sungai

Ripariar zone, zona transisi yang membatasi danau, sungai, kolam sungai dan rawa, yang mempunyai pengaruh langsung pada atau dipengaruhi oleh sungai dan kolam di dalam DAS atau danau sehingga mempengaruhi air dan ekosistem tata air didalamnya.

ekosistem sungai disusun atas dua macam elemen, yaitu "dynamic hydrology" dan satu fisik tetap.

Elemen "dynamic hydrology" adalah elemen utama air itu sendiri dan komponen iklim yang berhubungan dengan presipitasi, evaporasi, dan temperatur.

Sementara elemen fisik tetap terdiri atas lahan (topografi, geomorfologi, dan tanah) dan vegetasi, yang keduanya menyajikan seluruh ekosistem dalam ukuran dan bentuk yang berbeda yang seluruhnya mengelilingi dan mengisi tubuh air.

Lingkungan sungai mempunyai batas pengaliran yang biasa disebut dengan daerah pengaliran sungai (DPS atau DAS).

Daerah pengaliran sungai dibatasi oleh igir atau punggung bukit, yang membagi masing-masing daerah pengaliran didasarkan atas laju pengaliran yang akan terjadi, apabila di daerah tersebut teraliri air, baik air hujan ataupun limpasan air sungai yang mengalir dalam daerah pengaliran tersebut.

Gambar . Struktur Pemanfaatan Lahan Kota Palembang

DAS digunakan sebagai unit spasial dalam analisis ekosistem, sebab didalamnya terdapat beberapa batas bagian kecil dari ekosistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, yang biasa disebut subsub DAS

analisis ekosistem sungai akan menggunakan dimensi longitudinal, lateral dan vertikal

Dimensi longitudinal meliputi pemisahan bagian hulu, tengah, dan hilir basin, dari sungai yang berhubungan dengan topografi dan kondisi geomorfologi dari ekosistem.

Secara biogeofisik, daerah hulu DAS akan dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut : merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih rapat, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15 %, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi padaumumnya merupakan hutan tegakan

daerah hilir DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut : merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8 %), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian, kecuali daerah estuira yang didominasi oleh hutan mangrove/gambut

daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakeristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas.

Dimensi lateral termasuk didalamnya bentuk lahan sepanjang DAS, seperti kondisi DAS, parafluvial lands, dataran banjir, zona riparian (teras dan kemiringan bukit) dan dataran banjir backwater untuk dihubungkan dengan kondisi geomorfologi dan ekosistem.

Dimensi vertikal meliputi struktur batuan, tanah dan vegetasi di permukaan dan air tanah.

Ekosistem DAS dibagian hulu merupakan bagian yang penting, karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS.

Perlindungan ini antara lain, dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu, DAS Hulu seringkali menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS, mengingat bahwa dalam suatu DAS, daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi

Keterkaitan antara daerah hulu dan hilir dapat diilustrasikan seperti gambar

Aktivitas perubahan tata guna lahan di daerah hulu, tidak hanya akan memberikan dampak dimana di daerah tersebut berlangsung (hulu DAS), namun juga akan menimbulkan dampak didaerah hilir, yaitu dengan perubahan fluktuasi debit dan tranpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran.

Sementara kegiatan reboisasi di daerah hulu, dapat menurunkan kualitas air (water yield), namun kegiatan tersebut dapat meningkatkan kualitas air permukaan,terutama air tanah. Sementara aktivitas pembalakan lahan , yang dilakukan di daerah hulu DAS, dalam luasan tertentu, juga dapat memberi dampak dalam meningkatnya laju erosifitas

Ekologi fitostruktur wilayah pesisir

Di wilayah pesisir terdapat lahan basah yaitu lahan yang sering atau selalu terendam air baik berasal dari laut, air daratan maupun air hujan.

Terdapat beberapa karakteristik lahan basah yaitu:

a) Lahan berawa campuran air tawar dan air laut (marshes) Terdapat dua jenis lahan basah ini yaitu lahan pasang surut (tidal

marshes) dan lahan nonpasang surut (non-tidal marshes). Lahan basah pasang surut adalah lahan yang secara utama terendam

air dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Lahan pasang surut yang ditumbuhi tumbuhan mangrove dikenal

sebagai rawa mangrove. Stabilitas fisik rawa hutan mangrove ini adalah kemampuan mencegah

erosi dan kerusakan daratan karena gelombang pasang. Sedangkan lahan basah non-pasang surut adalah lahan terendam air

tawar tercampur air laut dan dapat kering terutama musim kemarau. Lahan basah ini mengendapkan sedimen dengan kandungan oksigen

terlarut rendah dan hidrogen sulfida tinggi. Salinitas larutan sedimen lahan basah pasang surut berkisar antara air

tawar hingga 10 ppt. Sedangkan salinitas larutan sedimen lahan basah non-pasang surut

berkisar antara air tawar hingga 5 ppt.

Lahan basah pasang surut dalam tinjauan biologis adalah lahan yang secara utama ditumbuhi tumbuhan mangrove.

Lahan ini berada dekat muara sungai dan daerah pasang

surut sepanjang pantai. Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai

tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur atau berpasir.

Tumbuhan mangrove adalah unik karena mempunyai kemampuan adaptasi terhadap dinamika sifat fisik dan kimia laut.

Sistem perakaran yang menonjol (pneumatophores) merupakan cara adaptasi tumbuhan mangrove terhadap tanah kurang/tanpa oksigen.

Beberapa jenis tumbuhan mangrove yang terkenal adalah mangrove hitam: api-api (Avicennia spp.); mangrove merah: bakau (Rhizopora spp.); pedada (Sonneratia spp.); dan tanjang (Bruguiera spp.).

Dua jenis mangrove pertama adalah paling banyak tumbuh di daerah tropic.

Batang pohon adalah keras, kuat dan berat; sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Selain itu pohon api-api mengandung tannin untuk digunakan dalam penyamakan kulit.

Banyak ragam hewan hidup dalam rawa mangrove karena rawa mangrove secara konstan mendapat nutrient melalui aliran air permukaan dan pasang surut laut maka terdapat banyak kehidupan mulai dari bakteri, protozoa, cacing, barnacles (Ballanus spp.), oyster (Crassostrea spp.), dan invertebrate.

Lahan basah non-pasang surut secara biologis terutama ditumbuhi rumput yang adaptif terhadap air tawar dan bergaram laut.

Yang membedakan antara lahan basah pasang surut dan non-pasang surut, secara biologis adalah tumbuhan Cattail merupakan rumput khas lahan basah non-pasang surut

Lahan berawa campuran ini mempunyai kandungan tinggi nutrient sehingga dapat dikatakan sebagai salah satu ekosistem paling produktif di dunia.

Lahan ini dapat menjaga kesinambungan beragam kehidupan komunitas tumbuhan yang mendukung berbagai kehidupan konsumen.

Lahan itu menjadi tempat perkembangbiakan ikan, udang, mamalia dan burung.

b) Lahan berawa air permukaan (swamps) Lahan basah ini selalu terendam air tawar

yang berasal dari air permukaan. Lapisan tanah setempat adalah sulit lolos air (impermeabel), yang disebabkan endapan sedimen bawaan air permukaan.

Lahan basah ini mempunyai karakteristik kimia sama dengan karakteristik kimia air permukaan.

Komunitas biota di lahan ini terutama tumbuhan berkayu, ikan dan hewan-hewan air tawar, dan burung.

c) Lahan berawa air tanah (fens) Lahan basah ini terendam air tawar

bersumber dari air tanah. Lapisan tanah setempat adalah mudah lolos

air (permeabel). Pengaruh musim terhadap air tanah

menyebabkan fens dapat kering disebabkan penurunan air tanah pada musim kemarau.

Lahan basah ini mempunyai karakteristik kimia sama dengan karakteristik kimia air tanah.

Lahan basah ini secara biologis dicirikan oleh komunitas tumbuhan rumput.

Rumput dengan bunga cukup indah juga hidup di lahan ini.

Tipikal fens dapat ditinjau pada Gambar berikut.

d) Lahan berawa air hujan (bogs) Lahan basah ini selalu terendam air tawar yang

terutama berasal dari air hujan. Lapisan tanah setempat adalah sulit lolos air

(impermeabel). Sesuai sumber asal air maka bogs dapat kering

disebabkan evaporasi pada musim kemarau. Lahan basah ini mempunyai karakteristik kimia

sama dengan karakteristik kimia air tanah. Lahan basah ini dicirikan secara biologis oleh

dominasi tumbuhan rumput yang toleran terhadap nutrien rendah.

Tipikal lahan ini dapat ditinjau pada Gambar 7.

Lahan basah wilayah pesisir, keberadaan lahan basah pasang surut (tidal marshes) dengan tumbuhan mangrove merupakan biostruktur pengendalian pencemaran laut dan pesisir secara ekosistemis.

Demikian juga lahan basah non-pasang surut (non-tidal marshes) Disamping fungsi marshes sebagai biostruktur, dapat difungsikan sebagai waduk penyeimbang beban limbah (equalization tank) atau waduk pengendali pencemaran laut.

e) Lahan basah hipersalin Lahan ini tanpa tumbuhan tetapi merupakan bagian dari lahan basah

wilayah pesisir sehingga tidak dapat diabaikan dalam perencanaan tata ruang secara utuh.

Lahan ini adalah area dangkal air berhubungan dengan laut. Kecepatan evaporasi lebih besar dibanding dengan evaporasi air tawar.

sehingga menyebabkan karakteristik salinitas air kolam melebihi 40 ppt.

Kandungan khlorida tinggi dalam air kolam menjadi keuntungan pengambilan manfaat produksi garam. -- > kolam ini pada prakteknya adalah tambak garam.

Biota kolam hipersalin yang utama adalah ikan bandeng (Chanos chanos forsk).

Pada prakteknya, jika kolam hipersalin ini tidak difungsikan sebagai tambak garam, maka kola mini berfungsi sebagai tambak ikan bandeng.

Jadi lahan basah ini merupakan lahan basah ekonomis untuk mendukung ekonomi wilayah.

top related