aktivitas antioksidan ekstrak metanol rumput laut …digilib.unila.ac.id/56789/20/skripsi tanpa bab...
Post on 05-Dec-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL RUMPUT LAUT
(Eucheuma cottonii), LAMUN (Enhalus acoroides), DAN TAURIN
TERHADAP HISTOPATOLOGI SERTA KADAR GLUTATION
JANTUNG MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN
YANG DI INDUKSI GLIFOSAT
SKRIPSI
Oleh
SRI RAHMANING TIYAS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRACT
ANTIOXIDANT ACTIVITIES OF SEAWEED (Eucheuma cottonii),
SEAGRASS (Enhalus acoroides), EXTRACTS AND TAURIN ON
HISTOPATHOLOGY AND GLUTHATION HEART MICE
(Mus musculus L.) DUE TO GLYPHOSATE
By
Sri Rahmaning Tiyas
The use of herbicides such as glyphosate, better known as Roundup, can continuously
increase the risk of various diseases, including cardiovascular disease, due to tissue
damage caused by oxidative stress. The purpose of this study was to determine the
antioxidant activity of seaweed extract (Eucheuma cottonii), seagrass (Enhalus
acoroides.) And taurine on histopathology and the gluthation of cardiac levels of
male mice (Mus musculus) induced by glyphosate. The test animals became 2
surgical groups namely on days 7 and 14. Each group consisted of 5 treatments
(positive control, negative control, seagrass, seaweed, taurine) with each of 5
repetitions. Giving glyphosate is carried out every 2 days intra peritoneal (0.5 cc) and
administration of extracts is carried out daily orally (0.2 cc). Doses of glyphosate,
seagrass, seaweed, and taurine were 13.225 mg / BB, 8,4 mg / BB, 15.96 mg / BB
and 15.6 mg / BB. The parameters used were the degree of histological damage, and
the level of gluthation in the heart organ. Data analysis was performed using One
Way ANOVA at 5% significance level (p <0.05%) and further testing with the
Smallest Significant Difference (LSD) at the 5% level. The results showed that
methanol extract of seaweed (Eucheuma cottonii), seagrass (Enhalus acoroides) and
taurine had the ability to repair damage to the histology of the heart of mice induced
by glyphosate.
Key words: Enhalus acoroides, Eucheuma cottonii, glutathione, glyphosate,
cardiac histopathology, Mus musculus
iii
ABSTRAK
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL RUMPUT LAUT
(Eucheuma cottonii), LAMUN (Enhalus acoroides), DAN TAURIN
TERHADAP HISTOPATOLOGI SERTA KADAR GLUTATION
JANTUNG MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN
YANG DI INDUKSI GLIFOSAT
Oleh
Sri Rahmaning Tiyas
Penggunaan herbisida seperti glifosat atau lebih dikenal dengan Roundup yang terus
menerus dapat meningkatkan resiko timbulnya berbagai macam penyakit salah
satunya penyakit kardiovaskualar, akibat kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
stress oksidatif. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui aktivitas antioksidan dari
ekstrak rumput laut (Eucheuma cottonii), lamun (Enhalus acoroides.) dan taurin
terhadap histopatologi dan kadar gluthation jantung mencit (Mus musculus) jantan
yang diinduksi glifosat. Hewan uji dibagi menjadi 2 kelompok pembedahan yakni
pada hari ke 7 dan 14. Tiap kelompok terdiri dari 5 perlakuan (kontrol positif, kontrol
negatif, lamun, rumput laut, taurin) dengan masing masing 5 pengulangan. Pemberian
glifosat dilakukan 2 hari sekali secara Intra peritoneal (0,5 cc) dan pemberian ekstrak
dilakukan tiap hari secara oral (0,2 cc). Dosis glifosat, lamun, rumput laut, dan taurin
adalah 13,225 mg/BB, 8,4 mg/BB, 15,96 mg/BB dan 15,6 mg/BB. Parameter yang
digunakan adalah tingkat kerusakan histologi, dan kadar gluthation pada organ
jantung. Analisis data dilakukan menggunakan One Way ANOVA pada taraf nyata
5% (p<0,05%) dan uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak methanol rumput laut (Eucheuma
cottonii), lamun (Enhalus acoroides) dan taurin memiliki kemapuan memperbaiki
kerusakan histologi jantung mencit yang diinduksi glifosat.
Kata kunci : Enhalus acoroides, Eucheuma cottonii, glutation, glifosat,
histopatologi jantung, Mus musculus L.
iv
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL RUMPUT LAUT
(Eucheuma cottonii), LAMUN (Enhalus acoroides), DAN TAURIN
TERHADAP HISTOPATOLOGI SERTA KADAR GLUTATION
JANTUNG MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN
YANG DI INDUKSI GLIFOSAT
Oleh
SRI RAHMANING TIYAS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, pada tanggal 31 Mei 1998. Penulis merupakan anak
bungsu dari tiga bersaudara oleh pasangan Bapak Sucipto dan Ibu Rosidah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Muslimat NU
Kebumen pada tahun 2003. Pendidikan formal penulis dilanjutkan ke jenjang Sekolah
Dasar di SDN 1 Kebumen dan diselesaikan pada tahun 2009. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikannya di SMPN2 Talangpadang yang berakhir pada tahun 2012.
Pada tahun 2015, penulis menyelesaikan pendidikan wajib belajar 12 tahun di SMAN
1 Talangpadang. Selama masa pendidikan SMA, penulis pernah menjadi anggota
Pasukan Pengibar Duplikat Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) Kab. Tanggamus tahun
2013.
Pada tahun 2015, penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dan berhasil lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN) di Jurusan Biologi Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan.serta Pencemaran
lingkungan
viii
Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai
bendahara Bidang Ekspedisi pada tahun 2016-2017 serta pernah menjadi sekertaris
Aksi Lingkungan Pekan Konservasi Sumber Daya Alam (PKSDA) ke XX HIMBIO
FMIPA Unila. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Putihdoh,
Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus pada Januari hingga Maret 2018
dan melaksanakan Kerja Praktik di Laboratorium Agronomi Untuk Evaluasi
Bioteknologi, Biotechnology Research Center LIPI Cibinong pada September 2018.
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah hirabbil alamin..
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia,
serta ridho-Nya yang selalu Dia berikan, kupersembahkan karya kecilku untuk:
Ibu dan Bapak tercinta yang tiada hentinya menyebutkan namaku dalam tiap
do’nya, yang selalu memberikan pelukan hangat penuh kasih serta beribu cinta
yang tiada hentinya;
Kedua kakak ku, yang selalu memberikan semangat, canda dan tawa serta
bahu untuk bersandar ketika semua terasa berat;
Untuk orang-orang super yang selalu mendukung, memberi banyak pengajaran
dan motivasi dalam tiap perjalananku;
Serta,
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
x
MOTTO
“Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan”
(QS. Al Insyirah :5-6)
“Just because it took longer than others, doesn’t mean you failed. Speed is relative.
Remember that”.
“Of course it’s hard. It’s supposed to be hard. If it was easy, everyone would do it.
Hard is what makes it great”
xi
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi Dengan Judul “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut
(Eucheuma cottonii), Lamun (Enhalus acoroides), Dan Taurin Terhadap
Histopatologi Serta Kadar Glutation Jantung Mencit (Mus Musculus) Jantan
Yang Di Induksi Glifosat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains di Universitas Lampung. Penelitian ini merupakan sebagian dari
penelitian Puslitbang Pesisir dan Kelautan LPPM Universitas Lampung yang didanai
oleh Hibah Institusi tahun 2018.
Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat penulis
menyampaikan ucapan terimaksih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Sucipto dan Ibu Rosidah yang selalu memberikan
kasih sayang serta memberikan dukungan
xii
2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan ilmu, bantuan, saran, serta motivasi selama perkuliahan,
pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi;
3. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M. Sc. selaku dosen pembimbing II atas
saran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama
pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi;
4. Ibu Prof. Ida Farida Rifai selaku dosen pembahas atas ilmu serta saran yang
telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi;
5. Bapak Dr. Sumardi, M. Si. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama perkuliahan;
6. Prof. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;
7. Bapak Drs. Suratman, M.Sc. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung;
8. Bapak Drs. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Lampung;
9. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Kepala Laboratorium Biomolekuler
dan Mba Nunung Cahyawati, A.Md. selaku laboran yang telah banyak
membantu penulis selama penulisan skripsi ini;
10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
11. Kedua kakakku Mas Agung dan Mba Lia yang selalu membagikan canda
tawa bahkan motivasi agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik;
12. Mba Iffa Afiqa Khairani, S.Si. yang telah membimbing penulis selama
penelitian dan telah berbagi ilmu, dorongan serta motivasi kepada penulis;
xiii
13. Teman-teman seperjuangan penelitian serta anggota laboratorium
biomolekuler Kak Yogi, Mba Rizka, Mba Wulan, Yonathan, Lily, Mba Win,
Arra, dan Pak Yoharnes yang telah berbagi ilmu hingga canda tawa dengan
penulis selama masa penelitian dan penyusunan skripsi;
14. Sahabat-sahabatku Winda, Anna, Tia, Inas, Arra, Sundari, Yunita, Nada, Dewi
yang selalu memberikan dukungan, semangat, canda tawa, rasa kekeluargaan
yang terjalin selama ini serta pengalaman dan pengajaran yang diperoleh
bersama;
15. Teman-teman masa kecilku, teman-teman COST SMANTAP atas
kebersamaan selama ini;
16. Teman-teman KKN Desa Putihdoh, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten
Tanggamus;
17. Teman-teman Biologi angkatan 2015, seluruh kakak dan adik tingkat Jurusan
Biologi FMIPA Unila atas kebersamaannya yang telah diberikan;
18. Semua pihak dan instansi yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi;
19. Serta almamater Universitas Lampung tercinta.
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan dan penulisan. Skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu atas kontribusi
serta motivasi dari pihak-pihak terkait.
xiv
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 22 Maret 2019
Sri Rahmaning Tiyas
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN i
ABSTRACT ii
ABSTRAK iii
HALAMAN JUDUL DALAM iv
HALAMAN PERSETUJUAN v
HALAMAN PENGESAHAN vi
RIWAYAT HIDUP vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ix
MOTTO x
SANWACANA xi
DAFTAR ISI xv
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR TABEL xix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penelitian 3
C. Rumusan Masalah 3
xvi
D. Manfaat Penelitian 4
E. Kerangka Pemikiran 4
F. Hipotesis 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput Laut (Eucheuma cottoni) 6
B. Lamun Laut (Enhalus acoroides) 8
C. Taurin 9
D. Glifosat 11
E. Mencit (Mus musculus L.) 12
F. Jantung 14
G. Stres Oksidatif dan Reactive
Oxygen Species (ROS) 14
H. Stres Oksidatif Pada Jantung dan
Kardiovaskular 17
I. Glutation 21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat 25
B. Alat dan Bahan 25
C. Pelaksanaan Penelitian 26
D. Parameter 35
E. Analisis Data 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Fitokimia Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
dan Lamun (Enhalus acoroides) 36
B. Berat Badan dan Indeks Berat Organ 40
C. Histologi Jantung 44
D. Kadar Glutation Jantung Mencit 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 64
B. Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 75
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Eucheuma cottonii 6
Gambar 2. Enhalus acoroides 8
Gambar 3. Mekanisme Kerja Taurin Terhadap Ang-II 10
Gambar 4. Mekanisme Reduksi Taurin Terhadap Stress 10
Gambar 5. Sruktur Kimia Glifosat 11
Gambar 6. Mencit (Mus musculus L.) 13
Gambar 7. Jalur Pembentukan ROS pada Jalur Metabolisme 15
Gambar 8, Efek ROS pada Fungsi Seluler 16
Gambar 9. Progresi Arterosclerosis pada Kardiovascular 18
Gambar 10. Histologi Jantung Kontrol Negative 21
Gambar 11. Histologi Jantung Dengan Paparan Cd. 21
Gambar 12. Sintesis Glutation dan Pemanfaatannya Pada Hewan 23
Gambar 13. Rerata Kerusakan Histologi Jantung Mencit Perlakuan 7
Hari (Mean ± SEM) 45
xvii
xvi
Gambar 14. Rerata Kerusakan Histologi Jantung Mencit Perlakuan 14
Hari (Mean ± SEM) 45
Gambar 15. Gambaran Histologi Jantung Kelompok Normal (K1)
(1) Perlakuan Hari ke-7 dan (2) Perlakuan hari ke-14
Dengan Perbesaran 400X. Ket: (A) infraksi myocardial (B) inti
sel (C) inti sel nekrosis (D) inti sel inflamasi 48
Gambar 16. Gambaran Histologi Jantung Kelompok Glifosat (K2)
(1) Perlakuan Hari ke-7 dan (2) Perlakuan hari ke-14 Dengan
Perbesaran 400X. Ket: (A) infraksi myocardial (B) hipertrofi
otot jantung (C) infltrasi (D) intisel nekrosis 49
Gambar 17. Gambaran Histologi Jantung Kelompok Perlakuaan
Induksi Glifosat + Ekstrak Methanol Lamun (E. acoroides)
(K3). (1) Perlakuan Hari ke- 7 dan (2) Perlakuan Hari ke-14
Dengan Penampang Melintang Pada Perbesaran 400X. Ket: (A)
inti sel piknosit (B) inti sel nekrosis 51
Gambar 18. Gambaran Histologi Jantung Kelompok Dengan Induksi Glifosat
+Ekstrak Methanol Rumput Laut (E. cottonii) (K4), (1)
Perlakuan 7 Hari dan (2) Perlakuan 14 Hari Dengan Penampang
Melintang Pada Perbesaran 400X. Ket: (A) inti sel nekrosis
(B) infraksi myocardial. 52
Gambar 19. Gambaran Histologi Kelompok Perlakuan Induksi
Glifosat + Taurin (K5). (1) Perlakuan Hari ke-7 dan
(2)Perlakuan Hari ke- 14 Dengan Penampang melintang
pada perbesaran 400X. Ket: (A) inti sel nekrosis (B)
infraksi myocardial (C) inti sel inflamasi (D)
hipertrofi otot jantung 53
Gambar 20. Kadar total glutation jantung mencit perlakuan
14 hari (µM) 58
xviii
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kardiokines Sebagai Biomarker CVD 19
Tabel 2. Kandungan MDA, SOD, CAT
dan GSH-Px Jantung Dengan Paparan Cd 20
Tabel 3. Prosedur uji Fitokimia 28
Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia Eucheuma cottonii
dan Enhalus acoroides 36
Tabel 5. Rata-Rata Berat Badan Mencit (gr) 41
Tabel 6. Rata-Rata Indeks Berat Organ Jantung Mencit (%) 41
xix
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan mata pencaharian sebagian
besar penduduknya adalah bertani dan berkebun. Luas lahan pertanian dan
perkebunan di Indonesia sebesar 8,19 juta Ha dan 7,21 juta Ha dengan
jumlah petani 46.466.593 (BPS, 2013; 2014; 2016). Hal tersebut
menyebabkan tingginya konsumsi pupuk, herbisida, pestisida dan
fungisida, baik organik maupun kimia. Kurangnya pengetahuan mengenai
bahaya penggunaan herbisida kimia meyebabkan tingginya kemungkinan
paparan zat kimia. Salah satu herbisida yang banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia ialah glifosat atau lebih dikenal dengan Roundup.
Pada tahun 2010-2014 terdapat 119 kasus tentang penyalahgunaan produk
herbisida yang mengandung glifosat (Ik POM, 2014).
Glifosat atau N-(phosphonomethyl)-glycine merupakan herbisida yang
dapat menghambat pertumbuhan gulma secara tidak selektif. Sebagian
besar produk glifosat mengandung surfaktan, yang mana kombinasi
keduanya dapat meningkatkan efek toksisitas (Cox dan Caroline, 1995).
2
Tidak seperti herbisida lainnya, glifosat tidak memiliki efek anti kolinesterase dan
pada sistem syaraf pusat (Millio dan Beswick, 2011). Glifosat dapat masuk
kedalam tubuh melalui mulut, kulit, mata atau terhirup saat menggunakannya.
Paparan zat kimia seperti glifosat secara terus menerus dapat menyebabkan
timbulnya suatu stress oksidatif.
Stress oksidatif dapat timbul karena adanya respon terhadap radikal bebas yakni
suatu atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan (Clarkson dan
Thomson, 2002). Radikal bebas yang ada dalam sel akan memulai suatu reaksi
berantai dengan mengambil electron pada molekul lain untuk menjaga
kestabilannya. Kerusakan oksidatif yang terjadi, menimbulkan kerusakan pada
sel, jaringan dan organ, sehingga mempercepat proses penuaan dan menimbulkan
berbagai penyakit degeneratif, termasuk kanker (Droge, 2002).
Stress oksidatif juga berpotensi menyebabkan berbagai penyakit kardio vascular.
Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit akibat disfungsi
kardiovaskular (CVD) menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi didunia
(Mendis, dkk., 2011). Beberapa penyakit CDV termasuk penyakit arteri koroner
(CAD), stroke, hipertensi, gagal jantung, rheumatic aetiologies, kelainan jantung
bawaaan dan penyakit vascular peripheral (Karla, dkk., 2017). Persentasi
kematian global 2013 pada penyakit ini sebesar 31% atau kurang lebih 17,5 juta
kematian pertahun, dan hal tersebut berdampak pada perekonomian dunia.
3
Untuk itu, ekspolorasi mengenai potensi sumber antioksidan diperlukan.
Indonesia yang memiliki wilayah lautan yang sukup luas, tentu meyimpan sumber
keanekaragaman tumbuhan laut dan makro alga yang tinggi. Beberapa jenis
tumbuhan beberapa jenis makro alga memiliki potensi mengandung senyawa
antioksidan. Tumbuhan laut dan makro alga seperti rumput laut (Eucheuma
cottonii) dan lamun ( Enhalus acoroides. ) diketahui memiliki kandungan
senyawa antioksidan seperti fenol dan carotenoid. Sedangkan taurin memiliki efek
perlindungan dan pencegahan terhadap keruskan jaringan yang disebabkan oleh
oksidasi.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak
rumput laut (Eucheuma cottonii), lamun (Enhalus acoroides) dan taurin terhadap
histopatologi dan kadar gluthation jantung mencit (Mus musculus) jantan yang
diinduksi glifosat.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah pemberian ekstrak methanol
rumput laut (Eucheuma cottonii), lamun (Enhalus acoroides) dan taurin memiliki
efek antioksidan terhadap histopatologi jantung dan kadar gluthation mencit (Mus
musculus) jantan yang diinduksi glifosat.
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi mengenai potensi ekstrak
methanol rumput laut (Eucheuma cottonii), lamun (Enhalus acoroides), dan taurin
sebagai antioksidan alami dalam mencegah kerusakan histologi dan menaikkan
kadar gluthation pada jantung mencit (Mus musculus) akibat induksi senyawa
radikal bebas seperti glifosat.
E. Kerangka Pemikiran
Herbisida seperti glifosat banyak digunakan di Indonesia. Namun, penggunaannya
yang salah dan berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan serta
mencemari lingkungan. Glifosat yang terkandung dalam Roundup dapat masuk ke
dalam tubuh dengan cara tertelan, terhirup kontak dengan mata dan kulit. Paparan
secara terus menerus dapat memicu timbulnya stress oksidatif dan meningkatnya
kadar ROS (Reactive Oxygen Species). Hal tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan pada lipid, protein, dan asam nukleat dalam sel. Untuk mencegah
dampak negatif tersebut, tubuh perlu suatu senyawa antioksidan. Rumput laut
(Eucheuma cottonii) dan lamun (Enhalus acoroides.), memiliki potensi sebagai
sumber antioksidan alami karena mengandung senyawa seperti fenol dan
carotenoid. Sedangkan taurin diketahui sebagai salah satu senyawa antioksidan
karena dapat mengikat radikal bebas sehingga menurunkan tingkat kerusakan
dalam sel.
5
F. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu pemberian ekstrak methanol rumput laut
(Eucheuma cottonii), lamun (Enhalus acoroides) dan taurin memiliki efek
antioksidan seperti mencegah kerusakan histologi serta menaikkan kadar
gluthation jantung mencit (Mus musculus) jantan akibat induksi senyawa radikal
bebas seperti glifosat.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
Eucheuma cottonii atau yang dikenal dengan rumput laut merah merupakan
salah satu jenis Rhodophyceae. Menurut Dotty (1985) klasifikasi rumput laut
sebagai berikut:
Divisi ; Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieraceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii
Gambar 1. Eucheuma cottonii
7
Eucheuma cottoni memiliki cirri-ciri morfologi thallus silindris, percabangan
berujung runcing, berwarna cokelat kemerahan, percabangan yang terbentuk
berseling (alternates) dan tidak teratur serta tempat hidup pada daerah fotik
laut, yakni pada kedalaman yang memungkinkan sinar matahari dapat masuk.
Pada habitat aslinya Eucheuma cottoni mampu hidup secara berkoloni
(Anggadiredjo, 2006).
Ekstrak polifenol E.cottonii memiliki potensi sebagai suplemen makan untuk
mencegah perkembangan kanker payudara melalui modulasi hormonal dan
oksidatif serta apoptosis. Ekstrak ethanol E.cottonii juga memiliki anti
proliferasi (Farideh, dkk., 2011). Penelitian lain menunjukkan adanya efek
yang signifikan pada asma yang diinduksi oleh loratadin, seperti
berkurangnya rasa gatal pada nasal hidung, histolog paru serta gen.
Ekstrak E.cottonii dapat digunakan sebagai anti inflamasi pada asma dan
mengubah sirkulasi sel darah putih menjadi lebih baik. Kegunaan lainnya
yakni ekstrak E.cottonii dapat meningkatkan sintesa mucin, menurunkan
regulasi faktor alfa yang berperan dalam nekrosi tumor, interleukin, namun
meningkatkan ekspresi interfenon gamma (Nurul’ain, dkk., 2015).
8
B. Lamun Laut (Enhalus acoroides)
Lamun laut (seagrass) merupakan salah satu jenis Angiospermae dan hidup
pada laut dangkal. Akar, batang dan daunnya telah beradaptasi untuk hidup
dalam laut. Pada perairan laut dangkal, vegetasi lamun dapat ditemukan
karena cahaya matahari tersedia dengan baik untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Klasifikasi lamun laut menurut Phillips dan Menez (1988) adalah:
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Oerdo : Holobidae
Famili : Hydrocharitacea
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides.
Gambar 2. Enhalus acoroides (IK Untan, 2017)
9
Faktor lingkungan seperti suhu, intensitas matahari, salinitas, substrat,
kedalaman, arus, serta nutrient mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan lamun (Hemminga dan Duarte, 2000). Lamun dapat tumbuh
pada perairan laut tropis dengan suhu 26-300C. Lamun memiliki bunga, dan
menghasilkan buah.
Ekstraksi Enhalus acoroides. menggunakan ethanol menunjukkan adanya
kandungan fenol serta proanthocyanidhin pada daun serta akar . Penelitian
lain menunjukkan bahwa Enhalus acoroides mengandung komponen senyawa
antioksidan yang tinggi, seperi flavonoid dan sterol (Rengasamy, dkk., 2010;
Hasina, dkk., 2003; Sureda, dkk., 2008; Gokce, dkk., 2008). Pada spesies
lamun lain, terdapat kandungan tanin, saponin, dan triterpenoid serta steroid
(Aulia, dkk., 2013).
C. Taurin
Taurin, atau 2-aminoethanesulfonic acid adalah asam organic yang banyak
ditemukan dalam makhluk hidup. Taurin secara alami disintesi dalam tubuh,
seperti pada empedu, pancreas dan jumah kecil dalam usus (Murray, 2009).
Pemberian taurin dapat memeperbaiki kerusakan hepatosit hati mencit dengan
induksi glifosat (Elfa, dkk., 2016). Taurin diketahui dapa memperbaiki
histopatologi jantung, menghambat apoptosis akibat stress oksidatif pada
hati, menurunkan stress oksidatif akibat akumulasi besi, menurunkan lipid
peroksidase pada hati (Zeyu, dkk., 2014).
10
Beberapa studi menyatakan bahwa taurin dapat membantu sistem
kardiovaskular akibat stress oksidatif. Termasuk memperbaiki profil lipid,
memodulasi Ca+ karena tinggi Ca
+ dalam ruang intraseluler. Selain itu, taurin
juga dapat bekerja secara antagonis terhadap angiotense (Ang-II) sebagai efek
antioksidan. Taurin dapat menurunkan induksi Ang-II pada kardiak hipertrofi
dengan menghabat aktivasi protein kinase C dan asosiasi mitogen kinase C
(Azuma, dkk., 2000). Berikut adalah mekanisme antagonis taurin terhadap
Ang-II dan modulasi Ca+ menurut Yan-Jun, dkk (2008) (Gambar 3 Gambar
4).
Gambar 3. Mekanisme Kerja Taurin Terhadap Ang-II (Yan-Jun, dkk., 2008)
Gambar 4. Mekanisme Reduksi Taurin Terhadap Stress Oksidatif (Yan-Jun,
dkk., 2008)
11
D. Glifosat
Glifosat atau N-(phosphonomethyl)-glycine merupakan kandungan zat kimia
yang terdapat dalam herbisida. Merek dagang yang telah diketahui
mengandung glifosat adalah Roundup. Mekanisme kerja glifosat yaitu cairan
akan terserap oleh daun dan diedarkan keseluruh bagian tanaman. Kemudian
glifosat yang terakumulasi dalam tanaman dan akan mengganggu
pembentukan enzim serta protein pada jalur metabolisme asam sikimat
(Shicimic Acid Pathway). Glifosat termasuk kedalam golongan asam fosfonik
atau organofosfonat (Ik POM, 2016) (Gambar 6).
Gambar 5. Stuktur Kimia Glifosat (Ik POM, 2016)
Tingkat toksikologi glifosat LD50 intraperitonial mencit dan tikus sebesar
134-170 mg/kg bb, LC50 inhalasi tikus sebesar 3180 mg/m3 LD50 oral tikus
sebesar >5000 mg/kg, LD 50 intraperitonial tikus sebesar 235 mg/kg LD50
oral tikus sebesar 5957 mg/kg dan LD50 kulit kelinci sebesar>5000 mg/kg.
Pada kasus keracunan glifosat pada manusia, masalah kesehatan timbul pada
sistem pencernaan, pernafasan dan syaraf. Efek korosif pada gastrointestinal,
mulut, tenggorokan, serta nyeri epigastrium akan menimbulkan gejala nyeri
pada pada dinding perut bagian atas serta disfagia atau kesulitan menelan.
12
Penyakit lain yang ditimbulkan yakni seperti diare, mual dan muntah
(Handerson dkk., 2010). Selain itu pada keracunan berat, glifosat dapat
mengakibatkan gangguan ginjal dan hati, gangguan pernapasan, gangguan
kesadaran, edema paru, shock, aritmia, gagal ginjal, asidosis metabolic dan
hiperklamia (Bradbery, 2015). Roundup diketahui dapat menekan fungsi
sitokrom 450 dan 2 macam enzim yakni gluthation-S-transferase serta G-6-P
dehydrogenase yang berperan dalam produksi toksik dalam tubuh (Acquavella
dkk.,2004)
E. Mencit (Mus musculus L.)
Mencit banyak digunakan sebagai hewan uji pada penelitian biologis dan
kedokteran. Hewan ini banyak digunakan sebagai model hidup pada
penelitian yang nantinya akan diterapkan pada manusia. Mencit mudah
didapat, mudah dikembangbiakkan dan harganya reatif murah, ukuran badan
yang realtif kecil (Yuwono dkk., 1994; Somala, 2006). Mencit digunakan
pada penelitian dan diagnosis dalam bidang farmasi dan tingkah laku.
Klasifikasi mencit menurut Suckow dkk (2006) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
13
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
Gambar 6. Mencit (Mus musculus)
Mencit dapat hidup dalam 1-3 tahun. Berat badan mencit jantan antara 20-30
gdan betina antara 18-35 g dengan berat kelahiran 1-2 g. Laju denyut jantung
310-840 denyut/ per menit. Laju respirasi mencit 80-230 per menit. Mencit
memiliki suhu tubuh 36,5 -380 C dan volume darah 7-8%, 1.5- 2,5 ml.
Mencit merupakan hewan communal. Mencit adalah hewan nocturnal namun
dapat bearadap tasi dengan lingkungannya.
Seekor mencit jantan memiliki volume sirkulasi darah 6-8% dari berat
tubuhnya, dan ketika mencit menua dan bertamabah berat badan (Obese) akan
mengalami penurunan. Pengumpulan darah mencit melalui saluran vena pada
14
ekornya, vena saphenous, sinus retro-orbital, pembuluh branchial, vena cava,
aorta abdominal atau teknik cardiac puncture (JHU, 2016).
F. Jantung
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh. Jantung dapat dirusak
oleh beberapa zat kimia dan zat tersebut bekerja secara langsung pada otot
jantung atau secara tidak langsung melalui susunan syaraf dan pembuluh
darah yang berada pada jantung (Lu, 2010). Morfologi jantung terdiri atas
atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium kiri berfungsi
menerima darah yang berasal dari paru paru melalui vena pulmonalis.
Kemudian ventrikel berfungsi memompakan dara yang diterima dari atrium
ke sirkulasi sistemik dan pulmonary. Ventrikel kanan memiliki kontraksi yang
lebih rendah dibandingkan dengan ventrikel kiri karena digunakan untuk
mengalirkan darah ke arteri pulmonalis. Sedangkan ventrikel kiri digunakan
untuk memompa darah sitemik dan mempertahankan aliran darah ke jaringan
jaringan perifer (Eroschenko, 2003).
G. Stres Oksidatif dan Reactive Oxygen Species (ROS)
Stres oksidatif dapat terjadi ketika terganggunya keseimbangan antara oksidan
dan antioksidan dalam tubuh (Wikana, 2011; Kamiliah, 2018).
Ketidakseimbangan tersebut terjadi karena produksi oksigen reaktif dalam
tubuh meningkat sehingga timbul radikal bebas. Radikal bebas tersebut dapat
berupa paparan zat kimia, polusi bahan bakar fosil, induksi senyawa kimia
15
bakteri atau virus dan lain sebagainya. Terdapat dua bentuk radikal bebas
yang ada dalam tubuh yaitu ROS (Reactive Oxygen Species ) dan RNS
(Reactive Nitrogen Species). ROS (Reactive Oxygen Species ) secara alami
akan diproduksi oleh tubuh apabila terjadi reaksi oksidasi secara belebih
dalam sel (Gambar 7).
Gambar 7. Jalur Pembentukan ROS pada Jalur Melabolisme (Dikalov, 2011)
Mitokondria merupakan tempat utama yang dapat menghasilkan ROS, karena
dalam mitokondria berlangsung reaksi fosforilasi oksidatif tempat sintesi
ATP. CVD – ROS (Cardio Vascular Disease) disebabkan oleh NADPH
Oksidasi pada mitokondria (NOX), xantin oksidase (XO), lyposidase (LO)
dan myeloperoxidase (MPO). Selanjutnya, ROS akan melakukan crosstalk
dengan adanya aktivasi NOX oleh H2O2, yang merupakan penginduksi xantin
dehigrogenase dan merubahnya menjadi XO, OONO- menginduksi produksi
16
–O2 dan pada akhirnya terbentuk suatu siklus oksidatif dalam mitokondria
(Gambar 7) (Dikalov, dkk., 2011).
Dalam dinding vascular, ROS diproduksi oleh semua lapisan, termasuk
endothelium, otot dan adventisia (Lassegue dan Clempus, 2003). 1-2% dari
molekul oksigen digunakan selama proses respirasi diubah menjadi radikal
superoksida. Satu reduksi elektron dari molekul oksigen membentuk O2- atau
anion superoksida, yang merupakan prekursor ROS yang kemudian
berdampak negative pada tingkat seluler (Gambar 8). Dismutase dari anion
superoksida akan menghasilkan H2O2. Kemudian ketika molekul H2O2
berinteraksi dengan ion transisi logam, seperti besi dan tembaga, terbentuklah
molekul ROS yang paling reaktif, yaitu OH-, melalui reaksi yang dikenal
dengan sebutan reaksi Fentons. Fe2+ + H2O2 Fe3+
+ OH- + OH. (Bayu, 2017;
Dalaen dan Aiman, 2014; Noori, 2012).
Gambar 8. Efek ROS pada Fungsi Seluler (Martin, dkk., 2017)
17
Akibat terganggunya respirasi seluler dimitokondria, sel akan mengalami
kekurangan suplai ATP. Hal tersebut akan menggangu viabilitas sel. Selain itu
ROS akan menginduksi DNA lalu akan mengoksidasi protein, dan apabila hal
tersebut terjadi akan mengakibatkan kematian sel (Martin, dkk., 2007).
H. Stres Oksidatif Pada Jantung dan Kardiovaskular
Stres okdiatif dapat terjadi karena tingginya ROS (Reactive Oxygen Species)
dalam tubuh. Peningkatan ROS tersebut dapat memicu timbulnya penyakit
kardiovaskular. ROS dapat terbentuk karena adanya proses bikomia dan
fisologi yang umum terjadi dalam tubuh. Hal tersebut dapat terjadi karena
adaya aktifitas xantine oksidase, NADPH oksidase, lipogenasis, mitokondria
atau terlepasnya nitrit oksida pada sel vaskular (Lakshmi, dkk., 2009).
Dalam keadaan fisiologis, ROS diproduksi dengan konsentrasi rendah dan
berperan sebagai sinyal dalam regulasi Vascular Smooth Muscle Cell (VSMC)
untuk kontraksi, relaksasi dan pertumbuhan (Touyz dan Schiffrin, 1999).
Stres oksidatif dapat menyebabkan disfungsi endothelium (ED) ,
arterosklerosis, hipertensi, dan gagal jantung (Lakshmi, dkk., 2009).
Arterosklerosis menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskular
(CVD). Adanya penyempitan arteri menyebabkan konsekuensi reduksi aliran
darah sebagai alat pengangkut oksigen dalam tubuh. Hal tersebut merupakan
bentuk peringatan dalam dinding arteri koroner, karena terbentuk bagian besar
18
dari LDL cksolesterol dan materi hasil pembuangan aktivitas seluler (Mehta,
dkk., 1998). Arterosklerosis dapat pula disebabkan oleh perubahan molekul
yang diinduksi oleh sitokin, hormone, growth factor, dan senyawa oksidatif.
Endositosis akibat oksidasi LDLs terjadi dalam makrofage dan berlangsung
dalam waktu yang lambat dan kemudian terakumulasi padan intima dan
membentuk arterosklerosis.
Gambar 9. Progresi Arterosclerosis pada Kardiovascular
(Karla, dkk., 2016)
Pada fase arterogenesis yang dipicu oleh reaksi oksidatf, LDL akan
teroksidasi (oxLDL) dan kemudian akan terakumulasi dalam peningkatan
resiko penyakit ini. Aktifitas oxLDL dalam endothelium oleh produksi
molekul adhesi yang dikumpulkan oleh monosit dan T-Cell sebagai kunci
untuk stimulator respon sistem imun (Zwaka, dkk., 2001). Peningkatan
arterosklesrosis dan CVD (Cardiovascular Disease) genesis dimulai dengan
akumulasi dan perubahan molekul menjadi bagian yang berpotensi mengalami
19
kerusakan (Gambar 9.) LDLs pada konsentrasi tinggi akan menghambat
kapasitas endositosis sel endothelial (EC), migrasi dan akumulassi pada
intima. LDLs akan mengalami oksidasi dan menginduksi VCAM (green
square) yang terekspresi pada EC. Monosit akan masuk kedalam intima akibat
interaksi VCAM (Angela, dkk., 2013; Assie, dkk., 2014; Nisha, dkk., 2016)
Pada Tabel 1, menunjukkan beberapa kondisi yang dapat dijadikanp
biomarker untuk membantu dalam menidentifikasi dan menginvestigasi
mekanisme patologi CVD serta tingkat kerusakan CVD, menurut Dewey, dkk
(2016)
Tabel 1. Kardiokines sebagai biomarker CVD
Heart Failur atau gagal jantung disebkan tingginya kadar Melanodialdehid
(MDA) yang merupakan produk lipid peroksidase dalam plasma darah.
20
Pada Tabel 2 menunjukkan kandungan MDA, SOD, CAT, dan GSH-Px pada
jantung dengan paparan Cd (Cadmium) dengan pemberian ekstrak bawang
merah (Allium cepa) dengan kandungan polifenol 20-40 %. (Saref, dkk.
2014).
Tabel 2. Kandungan MDA, SOD, CAT dan GSH-Px jantung dengan paparan
Cd
Control Cd
MDA (nm/mg tissue) 4.89±0.23 7.57±0.49a
SOD (U/mg protein) 4.09±0.33 2.88±0.23a
CAT (k/mg protein) 3.34±0.17 1.98±0.1a
GSH-Px (nm/mg protein) 348.91±26.01 187.15±12.67a
Menurut Saref dkk, (2014) stress oksidativ dapat mempengaruhi sel sel
jantung tikus sehingga mengalami kerusakan histologi, serta apoptosis pada
jaringan kardiak. Pada gambar 10 dan 11 nampak pada histologi jantung
tersebut terjadi adanya miofibril yang hilang dan vakuolisasi sitoplasma.
Selain itu perubahan bentuk myofibril pada jantung hewan uji juga mengalami
perubahan.
21
Gambar 10 Histologi Jantung Kontrol Negatif (1) Inti Sel Normal (Saref,
dkk., 2014)
Gambar 11. Histologi Jantung Dengan Paparan Cd. (2) Vakuolisasi
Sitoplasma, (3) Kerusakan Myofibril (Saref, dkk., 2014)
I. Glutation
Glutation l-γ-glutamyl-cysteinyl-glisin (glutathion) merupakan suatu tripeptida
yang terdiri dari asam glutamat, sistein, glisin dan dapat ditemukan dalam
sitosol, mitokondria dan inti sel. Di dalam inti, glutation berperan dalam
1
2 3
22
menjaga tingkat redoksi dari protein sulfhidryl yang sangat diperlukan untuk
perbaikan DNA dan ekspresi gen. Glutation yang teroksidasi (GSSG) akan
terakumulasi di dalam sel dan merupakan penanda adanya kondisi
stresoksidatif pada suatu organisme (Valko dkk., 2007).
GSSG akan mendetoksifikasi hydrogen peroksida dan lipid peroksidase
dengan mengaktivasi GSH-Px. GSH akan mendonorkan elektronnya ke pada
H2O2 sehinggga tereduksi menjadi menjadi H2O dan O2. GSSG juga akan
mereduksi GSH dengan GSH reudktase dengan menggunakan NAD(P)H
sebagai donor elektronnya.reduksi glutation dengan adanya donor proton pada
membrane lipid akan melindungi sel dari ganguan zat oksidatif (Curello dkk.,
1985).
GSH merupakan kofaktor untuk beberapa enzim detoksifikasi seperti GSH-Px
dan transferase. Langkah yang dilakukan yaitu dengan mengubah vitamin C
dan E kedalam bentuk sisi aktif. GSH akan melindungi sel dari agen penyebab
apoptosis dengan melakukan interaksi proapotosik dan antiapoptosik pada
jalur penghubung. GSH juga akan mengaktivasi dan meregulasi beberapa
faktor transkripsi seperti AP-1, NF-kB, dan Sp-1 ( Esra dkk.,2012).
Gambar 12 menunjukkan proses katalisasi enzim dan indikasi reaksi enzim
yang terjadi dalam proses sintesis glutation dalam tubuh hewan. 1) -glutamyl
transpeptidase, 2) -glutamyl cyclotransferase, 3) 5-oxoprolinase, -
23
4) glutamylcysteine synthetase, 5) glutathione synthetase, 6) dipeptidase, 7)
glutathione peroxidase, 8) glutathione reductase, 9) superoxide dismutase,
10) BCAA transaminase (cytosolic and mitochondrial), 11) glutaminase, 12)
glutamate dehydrogenase, 13) glutamine:fructose-6- phosphate transaminase
(cytosolic), 14) nitric oxide synthase, 15) glutathione S-transferase, 16)
NAD(P)H oxidase dan mitochondrial respiratory complexes, 17) glycolysis,
18) glutathione-dependent thioldisulfide atau thioltransferase atau
nonenzymatic reaction, 19) transsulfuration pathway, 20) deacylase, dan 21)
serine hydroxymethyltransferase. Sedangkan : AA, amino acids; BCKA,
branched-chain _-ketoacids; GlcN- 6-P, glucosamine-6-phosphate; GS-NO,
glutathione–nitric oxide adduct; KG, -ketoglutarate; LOO, lipid peroxy
radical; LOOH, lipid hydroperoxide; NAC, N-acetylcysteine; OTC, L-2-
oxothiazolidine-4- carboxylate; R_, radicals; R, nonradicals; R-5-P, ribulose-
5-phosphate; X, electrophilic xenobiotics (Guoyao, dkk., 2004).
Gambar 12. Sintesis Glutation dan Pemanfaatannya Pada Hewan (Guyaou, dkk.,
2004)
24
Menurut Guyaou Wu, dkk (2004) glutation memiliki beberapa peran dalam
tubuh hewan, terutama mamalia diantaranya sebagai antioksidan, serta dalam
regulasi dan metabolisme. Pada fungsinya sebagai antioksidan, glutation dapat
menangkap radikal bebas dan molekul reactive lainnya, menghilangkan
hydrogen dan lipid peroksidase dan mencegah oksidasi biomolekuler.
Sedangkan pada regulasi dan metabolisme, glutation dapat membantu proses
sintesis leukosit dan prostalgladin, mengubah formaldehida menjadi formate,
memproduksi α-laktat dari methylglyoxal, membentuk mercapturates dari
elektofili, menyimpan dan menyebarkan sistein. Selain itu glutation dapat
membantu proses reaksi redoks pada inntraseluler, sebagai sinyal transduksi
dan ekspresi gen, meregulasi DNA dan sintesi protein serta proteolisis,
proliferasi sel dan apoptosis, produksi sitokin dan respon imun, meregulasi
fungsi dan integritas mitokondria.
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2018 di
Laboratorium Biomolekuler, Laboratorium Bakteriologi Balai Veteriner
Lampung dan Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang mencit, botol
minum mencit, jarum suntik, sonde lambung, alat bedah, botol sampel, neraca
analitik, gelas objek, mikroskop, beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi,
erlenmeyer, corong, mikro pipet, mikro tip, cawan petri, spatula, kaca
penutup, sentrifugator, tube 1,5 ml, kertas saring, blender, vortex, embedding
cassette, pan, slide preparat, inkubator, mikrotom, alat tulis dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain hewan uji berupa
mencit jantan (Mus musculus L.) berumur 3 bulan dengan berat badan
26
± 30-40g, pelet pakan mencit, air minum, lamun (Enhalus acoroides.), rumput
laut (Eucheuma cottonii), taurin, herbisisda glifosat dengan merek dagang
Roundup, kit Glutation Essay, akuadest, methanol for analysis, CMC,
paraffin, Hematoxylin, eosin, paraffin, xylol, alkohol (70%, 80%, 90%, dan
100%), kanada balsam dan larutan buffer formalin 10%.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencit jantan (Mus
musculus L.) ekor berumur 3 bulan sebanyak 30 ekor dengan berat badan
± 30-40 g, diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner
(BPPV) Regional III Bandar Lampung. Mencit dipelihara secara individu
dalam bak plastik berukuran 20x30 cm dengan penutup jaring kawat
dilengkapi wadah pakan, botol minum dan sekam padi.
Aklimatisasi mencit dilakukan selama 7 hari sebelum perlakuan, hal ini
dilakukan agar mencit beradaptasi dengan keadaan kandang. Selama
aklimatisasi berlangsung, mencit diberi dipakan berupa pellet dan air
secara ad libitum (secukupnya). Setiap hari berat badan ditimbang dan
diamati prilakunya. Mencit yang sehat selama aklimatisasi, selanjutnya
dikelompokkan dan diberi perlakuan sesuai dengan rancangan percobaan.
27
2. Persiapan Bahan Uji
2.1 Persiapan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dan Lamun (Enhalus
acoroides.).
Rumput laut (Eucheuma cottonii) yang diperoleh dari BBPBL (Balai
Besar Perikanan dan Budidaya Laut) Lampung dan lamun (Enhalus
acoroides) yang berasal dari Pantai Sari Ringgung Kabupaten
Pesawaran segar dipilih, dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih.
Pelarut yang digunakan yaitu methanol for analysis. Rumput laut
(Eucheuma cottonii) dan lamun (Enhalus acoroides) dikering
anginkan pada suhu ruang hingga kadar airnya berkurang. Kemudian,
dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 30-35 0C.
Lamun (Enhalus acoroides) dan Eucheuma cottoni yang telah kering
dihaluskan menggunakan blender dan dimaserasi dengan pelarut
methanol (1:10) selama 24 jam. Hasil maserat kemudian dievaporasi
menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam oven agar
terbentuk pasta dan dilarutkan dalam CMC 1% (1,0 gr CMC dalam
100 ml aquadest).
28
3. Uji Fitokimia Ekstrak Rumput laut (Eucheuma cottonii) dan Lamun
(Enhalus acoroides)
Pada penelitian ini dilakukan beberapa prosedur uji fitokimia yang akan
menurut Nur, dkk (2014) (Tabel 3).
Tabel 3. Uji Fitokimia Ekstrak Rumput laut (Eucheuma cottonii) dan
Lamun (Enhalus acoroides)
Uji fitokimia Prosedur Indikator
Saponin 0,5 mL sampel + 5 mL
akuades, kemudian dikocok
selama 30 detik
Busa
Flavonoid 0,5 mL sampel + 0,5 g serbuk
Mg + 5 mL HCl pekat
(ditambahkan tetes demi tetes
Perubahan warna
sampel menjadi
merah atau kuning
dan terbentuk busa
Terpenoid 0,5 mL sampel + 0,5 asam
asetat glacial + 0,5 mL H2SO4
Perubahan warna
sampel menjadi
merah atau kuning
Alkaloid 0,5 mL sampel + 5 tetes
kloroform + 5 tetes pereaksi
Mayer (1 g KI dilarutkan
dalam 20 mL akuades dan
ditambahkan 0,271 g HgCl2
hingga larut)
Perubahan warna
sampel menjadi
putih kecokelatan
Tanin 1 mL sampel + 3 tetes larutan
FeCl3
Perubahan warna
sampel menjadi
hitam kebiruan
29
4. Pemberian Perlakuan
Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL), dengan membagi hewan uji menjadi 2 kelompok pembedahan.
Tiap kelompok terdiri dari 5 perlakuan dengan masing masing 5
pengulangan. Pembagian kelompok pembedahan sebagai berikut:
- Kelompok A: Kelompok dengan perlakuan 7 hari pemberian ekstrak
dan 4 kali (tiap 2 hari) penyuntikan glifosat secara intra
peritoneal (IP)
- Kelompok B: Kelompok dengan perlakuan 14 hari pemberian ekstrak
dan 8 kali (tiap 2 hari) penyuntikan glifosat secara intra
peritoneal (IP)
Sedangkan pembagian kelompok perlakuan sebagai berikut:
- Kelompok 1: Kelompok yang hanya diberi perlakuan pemberian
pakan pellet hingga akhir perlakuan (kontrol negatif)
- Kelompok 2: Kelompok yang hanya diberi perlakuan pemberian
glifosat secara Intra Peritonial (IP) sebanyak 0,5 cc
(kontrol positif)
- Kelompok 3: Kelompok dengan pemberian ekstrak lamun
(Enhalus acoroides).secara oral sebanyak 0,2 cc
- Kelompok 4: Kelompok dengan pemberian ekstrak kelompok dengan
pemberian ekstrak rumput laut (Eucheuma cottonii)
secara oral sebanyak 0,2 cc
30
- Kelompok 5: Kelompok dengan pemberian taurin dosis
secara oral sebanyak 0,2 cc
Penentuan dosis glifosat diperoleh melalui perhitungan 52,59 mg/bb x 0,14 x
1,75 (berat badan mencit 35 g) sehingga diperoleh dosis 13,225 mg/BB
(Nahla, 2009). Dosis Eucheuma cottoni yang digunakan sebesar 15,96 mg/BB
(Nurul’ain, dkk., 2015). Dosis Enhalus acoroides. yang diberikan sebanyak
8,4 mg/BB (berat badang mencit 35 g). Sedangkan untuk dosis taurin
sebanyak 15, 6 mg/BB (Annisa, dkk., 2016).
5. Nekropsi dan Penimbangan Organ Jantung
Setelah 7 dan 14 hari pemeberian ekstrak dan taurin, dilakukan nekropsi.
Mencit didiseksi leher kemudian pembedahan dilakukan untuk diambil
organ jantungnya secara hati-hati. Organ ditimbang berat basahnya
menggunakan neraca analitik. Setelah itu organ dimasukkan kedalam
larutan buffer formalin 10%.
6. Pembuatan Preparat Histopatologi Jantung Mencit
Proses pembuatan preparat histopatologi jantung mencit menggunakan
pewarnaan hematoxlyne eosin. Pembuatan preparat terdiri dari beberapa
tahapan yakni
31
a. Fixation
Memfiksasi spesimen berupa organ jantung dengan menggunakan
larutan buffer formalin 10%. Kemudian dicuci dengan air mengalir.
b. Trimming
Memotong organ jatung dengan ukuran ± 3 mm, kemudian dimasukan
ke dalam embedding cassette.
c. Dehidration
Menghilangkan air dengan cara meletakkan embedding cassette pada
kertas tisu. Kemudian organ jantung direndam berturut-turut dalam
alkohol bertingkat 70%, 96%, 96%, dan 96% masing-masing selama
30 menit. Selanjutnya dilakukan perendaman pada alkohol absolut I,
II, III selama 1 jam.
d. Clearing
Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I
dan II masing-masing selama 1 jam.
e. Impregnation
Impregnasi dengan menggunakan parafin selama 1 jam di dalam
inkubator dengan suhu 65OC.
f. Embedding
Parafin dimasukkan ke dalam wadah logam dan dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu di atas 58OC, lalu dituangkan ke dalam pan dan
dipindahkan satu persatu dari embedding cassette. Pan berisi parafin
dimasukkan ke dalam air. Kemudian paraffin yang berisi potongan
32
jantung dilepaskan dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-60C
beberapa saat. Paraffin dipotong sesuai dengan letak jaringan yang ada
dengan menggunakan scalpel hangat dan diletakkan pada balok kayu,
lalu diratakan pinggir dan ujungnya dibuat sedikit meruncing.
g. Cutting
Sebelum memotong, blok parafin didinginkan terlebih dahulu.
Terlebih dahulu pemotongan kasar dilakukan kemudian dilanjutkan
dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. Lembaran
potongan yang paling baik akan mengaapungkan pada air. Apabila
terbentuk kerutan, untuk mengilangkannnya dengan cara menekan
salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi
yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. Kemudian lembaran
jaringan dipindahkan ke dalam water bath dengan suhu 60 OC selama
beberapa detik hingga pita paraffin mengembang sempurna
Setelah itu mengambil lembaran jaringan tersebut dengan gerakan
menyendok menggunakan slide bersih dan menempatkannya di tengah
atau pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada
gelembung udara di bawah jaringan. Mengeringkan slide dan jika
sudah kering, memanaskan slide pada inkubator dengan suhu 37oC
selama 24 jam untuk merekatkan jaringan dan mencairkan sisa parafin
sebelum pewarnaan.
33
h. Staining (Pewarnaan)
Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, selanjutnya secara
berurutan slide dimasukkan ke dalam beberapa zat kimia untuk
dilakukan proses pewarnaan sebagai berikut
1) Deparafinisasi, dengan menggunakan larutan xilol I dan II
masing-masing selama 5 menit serta dihidrasi ke dalam alkohol
absolut selama 1 menit serta alkohol 70%, 80%, dan 96%
masingmasing selama 2 menit lalu dengan air atau aquadest
selama 10 menit.
2) Melakukan pulasan inti dengan zat warna Harris Hematoxylin
selama 15 menit, lalu air mengalir, dan eosin selama maksimal
1 menit.
3) Melakukan dehidrasi dengan menggunakan alkohol 70%, 90%,
96%, dan absolut masing-masing selama 2 menit.
4) Melakukan penjernihan dengan menggunakan larutan xilol I
dan II masing-masing selama 2 menit.
i. Mounting
Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide di atas kertas tisu pada
tempat datar, lalu ditetesi dengan bahan mounting berupa kanada
balsam dan ditutup dengan cover. Selanjutan dilakukan pengamatan
preparat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x.
34
7. Indeks Organ Jantung Mencit
Penghitungan indeks organ jantung dilakukan dengan menimbang berat
organ jantung saat dibedah dibagi berat badan mencit sebelum dibedah.
Perhtungan Indeks organ jantung menurut Katrin dkk (2014) ialah:
Indeks Organ (%): berat organ (gr)
berat badan (gr)
8. Pemeriksaan Kerusakan Organ Jantung
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati 5 lapang pandang secara acak
menggunakan mikroskop dengan perbedasan 100x hingga 400x. Tingkat
kerusakan ditentukan dari tingkat cytoplasmic vacuoalization,
disorganisasi myocardial, inflamasi dan nekrosis pada inti sel serta
hilangnya myofibril serta kerusakan lainnya yang mungkin terjadi. Data
yang diperoleh kemudian dihitung reratanya sehingga didapatkan nilai 1
ulangan dalam setiap perlakuan. Berikut persentase menurut Yanuarti, dkk
(2017):
Jumlah sel yang rusak
Jumlah seluruh sel
9. Pemeriksaan kadar glutathione
Kadar glutathion diperiksa menggunakan metode Ellman. Sebanyak 50 μl
sampel homogenat jaringan jantung, dicampur dengan 200 μl TCA 5 dan
1,75 ml PBS 0,1 ml pH 7,0 dan divorteks hingga homogen. Larutan
kemudian disentrifugasi (3.500 rpm) selama 10 menit. Supernatan yang
X 100% Kerusakan sel % :
X 100 %
35
terbentuk diambil sebanyak 800 μl dan ditambahkan 25 μl DNTB.
Kemudian larutan diinkubasi pada tempat gelap selama 1 jam. Setelah 1
jam, larutan dibaca absorbansi nya pada panjang gelombang 412 nm
(Susantiningsih, 2014).
Pada penelitian ini total GSH dihitung menggunakan rumus menurut
Akerboom dan Sies (1981), Eyer dan Podharsky (1986):
dengan: y= Ax+B
y : 0,0004x + 0,0028
R2 : 0,9789
D. Parameter
Parameter yang diukur pada peneelitian ini yaitu tingkat kerusakan histologi
dan kadar gluthation organ jantung, kandungan fitokimia ekstrak, berat badan
mencit selama perlakuan, dan indeks berat organ jantung.
E. Analisis Data
Data hasil penelitian ini akan dianalisis menggunkan One Way ANOVA pada
taraf nyata 5% (p<0,05) untuk melihat perbedaan pengaruh antar kelompok
perlakuan. Apabila terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.
64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulan bahwa:
1. Induksi glifosat sebanyak 13,225 mg/BB selama 14 hari
bepengaruh secara nyata terhadap kerusakan histologi jantung mencit.
Pemberian ekstrak methanol rumput laut (E. cottonii) sebanyak 15,96
mg/BB dan lamun (E. acoroides) sebanyak 8,4 mg/BB serta
taurin sebanyak 15, 6 g/BB mampu memperbaiki kerusakan
histologi jantung mencit dengan induksi glifosat selama 14 hari
2. Pemberian ekstrak methanol rumput laut (E. cottonii) sebanyak 15,96
mg/BB dan lamun (E. acoroides) sebanyak 8,4 mg/BB serta
taurin sebanyak 15, 6 g/BB belum mampu meningkatkan kadar
glutation pada mencit yang diinduksi glifosat selama 14 hari.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan fitokimia pada
rumput laut (E. cottonii) dan lamun (E. acoroides) serta kadar enzim
antioksidan lainnya pada jantung mencit yang diinduksi glifosat.
65
DAFTAR PUSTAKA
A.Agata., E.L. Widiastuti., G.N. Susanto., Sutiyarso., 2016. Respon Histopatologi
Hepar mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Benzo(α)Piren terhadap
Pemberian Taurindan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata). Jurnal
Natural Indonesia 16(2):54-63
A. Pirillo., G.D. Norata., A.L Catapano., 2013. LOX-1, OxLDL, and
Atherosclerosis. Mediat. Inflam. 152786.
Acquavella, J.F., Bruce, H., Alexander, B.H., Mandel, J.S., Gustin, C., Baker, B.,
2004. Glyphosate Biomonitoring For Farmers and Their Families: Results
From The Farm Family Exposure Study. Environ. Health Perspect. 112, 321–
326.
Akerboom, T.P, dan Sies, H. 1981. Assay of Glutathione, Glutathione Disulfide, and
Glutathione Mixed Disulfides in Diological Samples. Methods Enzymol 77,
373-382.
Amudha, P., Jayalakhsmi, M., Pushpabharathi, N., Vanitha, V., 2018. Identification
of Bioactive Components in Enhalus acoroides Seagrass Extract by Gas
Chromatography-Mass Spectrometry. Asian Journal of Pharmateutical and
Clinical Research Vol 11.
Andreas Baouer-Panskus. 2014. TestBiotech Comment on The German Renewal
Assesment Report (RAR) on The Active Ingredient Glyphosate. Institute for
Independent Impact Assessment in Biotechnology. Frohschammerstr.
Germany.
Anand, V. P., Bhat, J.k., Varghese, J.M., Das S.K., 2011. Supplementation of Vitain
E Improves Cognitive Status and Oxidative Stress in Type 2 Diabetes Melitus.
International Research Journal Of Pharmacy 2(11):169-172
Anggadiredjo, J. T. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
.
66
Aulia, F., Henky, I., Arief, P. 2013. Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Lamun
Thalassodendron ciliatum Pada Pelarut Berbeda. Program Studi Budidaya,
FIKP UMRAH.
Ari Yuniatuti. 2016. Dasar Molekuler Glutation dan Perannya Sebagai Antioksidan.
FMIPA Unnes.
Assies, J., Mocking, R.J., Lok, A., Ruhe, H.G., Pouwer, F., Schene, A.H. 2014.
Effects of Oxidative Stress on Fatty Acidandone-Carbon-Metabolism in
Psychiatric and Cardiovascular Disease Comorbidity. Acta Psychiatr. Scand.,
130, 163–180.
Azuma, M., Takahashi, K., Fukuda, T. 2000. Taurine Attenuates Hypertrophy
Induced By Angiotensin II In Cultured Neonatal Rat Cardiac Myocytes. Eur J
Pharmacol 403; 181-8.
Barenji, K., Drazner, M.H., Rothermal, B.A Hill, JA., 2005. Does Load-Indced
Ventricular Hypertrophy Progress to Systolic Heart Failure?. Am J Physiol
Heart Circ. Physiol 289(1):8-16
Bayu Putra, D., J., 2017. Efek Antioksidan Taurine Dan Jamur Tiram (Pleurotus
Ostreatus (Jacq.) P. Kumm) Terhadap Stres Oksidatif Pada Beberapa Organ
Homeostasis Mencit Yang Diinduksi Paraquat. (Tesis) FMIPA Univesitas
Lampung.
Bekris, L.M., Viernes, Hannah-Malia A. B.S., Farin, Federico M., Maier, Lisa A.,
Kavanagh, Terrance J., Takaro, Tim K. MD., 2006. Chronic Beryllium
Disease and Glutathione Biosynthesis Genes. Journal of Occuoational end
Environtment Medicine. 48:599-606
Bradberry, S. M., Proudfoot, A. T., Vale, J.A. 2004. Glyphosate Poisoning. Toxicol Rev
23(3): 159-67.
Boya, R.D., 2011. Pengaruh Ekstrak psak Bumi (Eurycoma longifolia Jerk) Terhadap
Histologi Sel Hepar Mencit Yang Dipaparkan Parasetamol. (Skripsi).
Universitas Sebelas Maret.
C. G. Karla., L. C. Daniel., H. Holger. 2017. CVD in Oxidative Stress. J Clin. Med.
(6); 22.
C. S. U. Dewi., R. D. Kasitowati., J. A. Siagian., 2017. Phytochemical Compounds of
Enhalus acoroides from Wanci Island (Wakatobi) and Talango Island
(Madura) Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Endvironmental Science
137 (1) 012045.
67
Clarkson, P. M., and Thompson, H.S. 2000. Antioxidant: What Role do They Play in
Physical Activity and Health. Am J Clin Nutr 72; 637-46.
Currello, S., Ceconi, C., Bigoli, C., Ferrari R., Albertini A.,Guarnieri, C. 1985.
Changes in the Cardiac Gluthatione Status After Ischemia and Reperfusion.
Experientia. 41:42-43.
Cox and Caroline. 1995. Glyphosate, Part 1: Toxicology. Journal of Pesticide Reform,
Volume 15 (3).
Dalaen, S.M.A. and Aiman, I.Q. 2014. Oxidative Stress versus Antioxidants.
AmericanJournal of Bioscience and Bioengineering. 2(5):60-71.
Damanik dan Alrasyid, H., 2009. Potensi tempe Kedelai dalam terapi Nutrisi Medik
pada Obesitas Dewasa dengan Komorbid. (Skripsi). Instusional Respository
USU.
David H., Jian H.W., and Gerald B., 2007. Structure-Based Identification of Novel
Human Y-Glutamylcysteine Synthetase Inhibitors. Molecular Pharmacology
71:1140-1147.
Dewey, C.M.,Spitler, K.M., Ponce, J.M., Hall, D.D., Grueter, C.E. 2016. Cardiac-
Secreted Factors as Peripheral Metabolic Regulators and Potential Disease
Biomarkers. J. Am. Heart Assoc.
Dikalov, S. 2011. Crosstalk Between Mitochondria and NADPH Oxidase. Free Radic
Biol, Med. (51); 1289-1301.
Dotty,M. S. 1985. Eucheuma Farming for Carrageenan sea Grant Advisory Report.
Prentice-Hall. New Jersey.
Drog W. 2002. Free Radicals in The Physiologial Control Of Cell Function. Physiol
Rev 82(2); 47-95.
Dwi, M.N.H dan Nour, A., 2017. Profil Histopatologi pada Jaringan Jantung Tikus
Subkronik 90 Hari Menggunakan Ekstrak Metanolik Scurrula atropurpurea (Bl.)
Dans. BIOSAINTROPIS (3): 30-36
E. Katrin., Susanto., H. Winarno., 2014. Keamanan sambiloto (Andrographis paniculata
nees) Kering Yang Diiradiasi Gamma Berdasarkan Aspek Toksisitas Akutnya
Terhadap Mencit Galur Swiss Webster. Jurnal sains dan Teknologi Nuklir
Indonesia 15(2):103-11
68
Eliane,D., Febiana, D.M., Ricardo, S.C., Janaina, D. P., Paulo, R.D., Agusto. L.,
2003. The Teratogenic Potential of The herbicide Glyphosate-Roundup In
Wiatar Rats. Toxicology Letters. 142: 45-52
Elva, V.P., G. N. Susanto., Sumardi., E. L. Widiastuti. 2016. Pengaruh TAurin
Terhadap Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase, Melanoaldehida dan
Histologi Pada Hati Mencit (Mus musculus) Jantan Yang Diberi Herbisida
Glifosat. NATURAL B, Vol 3 226-234.
Emilie, C., Robin, M., Carine, T., Gilles-Eric, S., 2012. A Glyphosate-Baseed
Herbiside Induces Necrosis and Apoptosis in Mature Rat Testicular Cells in
vitro and Testosteron Decrease at Lower Levels. Toxicology in Vitro (26):269-
279
Emilia, K.,. Suvi, M.K., Hanna, L., Anna-Liisa, L., 2013. The Keap1-Nrf2 pathway:
Mechanisms of Activation and Dysregulation in Cancer. Redox Biology 1:45-
49
Endang L. W., Bayu, P.D. J., E. Nurcahyani. 2017. Uji Antioksidan Taurin dan
Ekstrak Jamur Tiram Terhadap Efek Oksidan Paraquat Pada Jaringan Paru
Mencit Jantan (Mus musculus). Prosiding Seminar Nasional Biollogi XXIV
PBI 101-109.
Eroschenko, V. P., 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Rungsional
Edisi 9. ECG. Jakarta.
Esra, B., Umit, M. S., Cansin, S., Serpil, E., dan Omer, K. 2012. Oxidative Stress and
Antioxsidant Defense. WAO Journal 9-19.
Esther, E.C., Arthur,A.W., Yigal, M.P., 2011 Heart Failure: Advances Through
Genomics. Nature Review Genomics (12):357-362
Eyer P, dan Podhradsky D. 1986. Evaluation of The Micromethod For Determination
of Glutathione Using Enzymatic Cycling and ELLman’s Reagent. Anal
Biochem 153, 57-66.
Farideh, N., Suhaila. M., Samaneh, G. F., Javad, B., Nooedin, M. M., Noorjahan, B.
M. A., Fauziah O. 2012. Pholyphenol-rich Seaweed (Eucheuma cottonii)
Extract Suppresses Breast Tumour Via Hormone Modulation and Apoptosis
Induction. J. Food Chemistry 130: 376- 382.
Garbary, D. J., 2007. The Margin of The Sea: Survival at The Top of The Tides. In
Seckbach , J (Ed.) Algae and Cyanobacteria of Extreme Environtments.
Springer. Berlin 173-191
69
Guoyao, W., Yun-Zhong, F., Sheng, Y., Joanne, R. L., Nancy, D. T. 2004.
Glutathione Metabolism and Its Implication for Health. American Society for
Nutritional Science 489-492.
Gokce, G., Haznedaroglu, M. Z. 2008. Evaluation of Antidiabetic, Antioxidant and
Vasoprotective Effect of Posidonia Oceanic Extract. J Ethanolpharmacol 115:
122-30.
Handerson, A.M., Gervais, J. A., Luukinen, B., Buhl,K., Stone, D. 2010. Glyphosate
general Fact Sheet. National Pesticide Information Center. Oregon State
Univesity Extinsion Service.
Hasina El., Kolenchenko, E. A., Sgrebneva, M. N., Kovalev, V. V., Khotimchenko
yu. S. 2003. Antioxidant Activities of a Low Etherifeid Pectin From the
Seagrass Zostera marina. Russian J Mar Biol 29(4): 259-61.
Hemminga, M. A., and C. M. Duarte. 2000. Seagrass Ecology. University Press.
Cambridge.
Howe, C.M., Berril, M., Pauli, B>D., Helbing, C.C., Werry, K., Veldhoen, N., 2004.
Toxicity of Glyphosate-Based Pesticides to Four North American Frog
Species. Environt Toxicol Chem (8): 1928-38
Kehat., Jennifer, D., Malte, T., Federica, A., Marc, K. Saba-El-Leil., Marjorie, M.,
Atlen, J. y., John, N. L., Wolfram,H. Z., Sylvain, M., Jeffery, D.M., 2011.
ERK1/2 Regulate The Balance Between Eccentric and Concentric Cardiac
Growth. Circ Res (2) 108
Ik POM. 2016. Kenali Herbisida yanag Anda Gunakan – Glifosat.
https://ik.pom.go.id/v2016/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.
Ilmu Kelautan Untan. 2017 . Lamun Tumbuhan Laut Ajaib Dengan Kandungan Gizi
Tinggi. https://marinescience.untan.ac.id/tag/enhalus-acoroides/. Diakses pada
4 Januari 2019
Joko, S., Siti, A., Ria, O. R., Aristri, P.P., Nabila, U., Yumiko, Y. S., 2012. Phenol
Content, Antioxidant Acivity and Fibers Profile of Four Tropical Seagrasses
From Indonesia. Journal of Coastal development Vol (15): 189-196.
Kamilia, T., 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ethanol Jahe Merah (Zingiber
officinale Roxb. var Rubrum) Terhadap Histologi Hari dan Paru Mencit Jantan
yang Diinduksi Paraquat. (Skripsi) Biologi FMIPA Universitas Lampung.
70
Karen, L., Roberto, N., Adrian, L., Maria, L.M., Carlos, L., Guilermo, L.V., 2014.
Effects of Sublethal Expossure to a Glyphosate-Based Herbicide
Formulatioan on Metabolic Activities Of Different Xenobotic-Metabilizing
Enzymes in Rats. International Journal of Toxicology 1-12
Lakshmi, S. V., Padmaja, G., Kuppusamy, P., Kutala, V. K. 2009. Oxidative Stress In
Cardiovascular Disease. Indian J Biochem Biophys 46(6); 421-40.
Lassague, B., and R. E. Clempus,. 2003. Vascular NAD(P)H Oxidases: Specific
Features, Expression, and Regulation. J Physiol Regul Integr Comp Physiol
285(2): R277-97.
Lu, dan Frank C., 2010. Toksikologi Dasar. UI Press. Jakarta.
Merk Percival. 1998. Antioxidants. Clinical Nutrions Insight 31:01-04
Martin, O., Vladimir, G., Sten, O., Boris, Z. 2007. Mitohondria , Oxidative Stress and
Cell Death. J Apoptosis 12;913-922.
Manas, F., Peralta, L., Ugnia, L., Weyers, A., Garcia Ovando, H., Gorla, N. (2013)
Oxidative Stress and Comet Assay in Tissues of Mice Administered
Glyphosate and Ampa in Drinking Water for 14 Days. BAG. Journal of basic
and applied genetics, 24(2): 67-75.
Mendis, S., P. Puska , B. Norrving. 2011. Global Atlas on Cardiovascular Disease
Prevention and Control. World Health Organization. Geneva Switzerland.
Metha, J. L., T. G. Saldeen, K. Rand. 1998. Interactive Role Of Infection,
Inflamation and Traditional Risk Factors in Artherosklerosis and Coronanry
Artery Disease. J. Am Coll. Cardiol (31); 1217-1225.
Michael, B., Yano., Barry., Sellers, R. S., Perry, R.,Morton, D., Roomie, N., Johnson,
K. k., Schafer, K., 2007. Evaluation of Organ Weights for Rodent and Non-
Rodent Toxicity Studies: A Review of Regulatory Guidelines and a Survey of
Current Practises. Toxicologic Pathology. Vol 35; 742-750
Millo, J and Beswick, W., 2011, Fatal Poisoning with Glyphosate Surfactant
Herbicide, JICS Vol 2 (1).
Monica, J. C., Diana, A. M., Abilio, I., Oliveira-Neto., Francisco, T. R., Ana, L. K.,
2008. Oxidative Stress Biomarkers and Heart Function in Bullfrog Tadpoles
Exposed to Roundup Original. Ecotoxicology (17): 153-163
Murray, R. K., Granner, D. K., and Rodwell, V. W. 2009. Biokimia Kedokteran
Harper, Edisi 27, Penerbit Buku Kedokteran EG. Jakarta.
71
Nahla,S El-Shenawy. 2009. Oxidative Stress Responses of Rats Exposed to Roundup
and Its Active Ingredients Glyphosate. J Environt Toxicol Pharmacol 28
(3);379-85.
Neil Kaplowitz, 1981. The Importance and Regulation of Hepatic Glutathione. THE
YALE JOURNAL OF BIOLOGY AND MEDICINE 54: 497-502
Nisha P., Keshav, R. P., dan Kalpana, P., 2016. Reactive Oxygen Species: A Key
Hallmark of Cardiovascular Disease. Hindawi Publishing Corporation
Advance in Medicine.
Nurul’Ain, A.B., U.A.Victor, M.S. Noordin, L. Swee-Ling, M . Suhaila. 2015.
Seewed (Eucheuma cottonii) Reduced Inflamation, MUcin Synthesis,
Eosinophil Infiltration and mMP-( Expression In Asthma Induced Rats
Compared to Loratadine. Journal Of Function Foods 19: 710-722.
Nur, S., Erwin., W. K. Irawan. 2014. Identifikasi dan Uji Toksisitas Senyawa
Flavonid Fraksi Klorofom dari Daun Terap ( A. Odorantissimus blanco).
Jurnal Isolasi. Universitas Mulawarman.
Nurjanah, Mala, N., Effionoria, A., Novi, l., Taufik, H., 2017. Identification of
Bioactive Compounds of Seaweed Sargassum sp. and Eucheuma cottonii
Doty as a Raw Sunscreen Cream. Pakistan Academy of Science: B. Life and
Environment 54 (4): 311-318
Noori, S. 2012. An overview of Oxidative Stress and Antioxidant Defensive System.
Open Access Scientific Reports. 1(8):1-9.
Nora, B., dan Gilles-Eric, S., 2009. Glyphosate Formulations Induce Apoptosis and
Necrosis in Human Umbilical, Embryonic, and Placental Cells. Chem Res
Toxicol (1): 97-105
Novita Rina dan Antarsih., 2017. Efek Ekstrak Aetil Asetat Daun Lamun Enhalus
acoroides (L.F) Royle Terhadap Kadar MDA dan GSH Mencit Jantan Tua.
SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 4 (2):56-65
P.S. Fransius., 2008. Penampilan Reproduksi Mencit (Mus musculus) yang Diberi
Daun Torbangun (Caleus ambiocunlour) dan Taraf sop Daun Torbangun
Kering. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. IPB.
Patricia, M., Suhaila, M., Noordin, M. M., Kharidah, M.M., Cheng, H. M., 2008.
Antioxidant Activities and Phenolics Content of Eight Species of Seaweeds
From North Borneo. Journal of Applied Phycology Vol 20:367
72
Patricia, M., Suhaila, M., Noordin, M. M., Kharidah, M.M., 2009. Nutrient Content
of Tropical Edible Seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and
Sargassum polycystum. Journal Of Applied Phycology Vol. 21: 75-80.
Patricia, M., Suhaila, M., Noordin, M. M., Kharidah, M.M., 2010. Comparison of
Cardiovascular Protective Effects of Tropical Seaweeds, Kappaphycus
alvarezii, Caulerpa lentillifera, and Sargassum polycystum, on High-
Cholesterol/High-Fat Diet in Rats. J Med Food (4): 792-800
Pieter, A.D., Mat. J. D., Ebo, D. de Munick., Jos, F.S., 1998. Cardiovascular
Phenotyping in Mice. Cardiovascular Reaserch 39: 34-49
Phillips, R. C. and E. G. Menez. 1988. Seagrass. Smith Sonian Institutions Press.
Washington D. C.
Qi, S. H., Zhang, S., Qian, P.Y., Wang, B.G., 2008. Antifeedant, Antibacterial, and
Antilarval Compunds From thr South China Sea Grass Enhalus acoroides.
Bot- Mar., 51. 441-447.
Raquel J., Gabriel, O.L., Celso, P., Claudriana, L., 2012. Evaluation of Biochemical,
Hematological, and Oxidative Parameters in Mice Exposed to The Herbicide
Glyphosate-Roundup. Interiscrip Toxicol Vol 5(3): 133-140
Reagasamy, R. R. K., Rajasekaran, A., Perumal, A. 2010. In Vitro Antioxidant of
Ethanol Extract from Enhalus acoroides (L.F.) Royle. Asian Pacific Journal
of Tropical Medicine 898-901
Reiss, K., Cheng, W., Ferber , A., 1996. Overxpression of Insulin-Like Growth
Factor-I in the Heart is Coupled with Myocyte Proliferation in Transgenic
Mice. Proc Natl Acad Sci USA 93: 8630-8635
Rice-evans, C.A., Miller, N.J., Panganga, G., 1996. Structure Antioxidant Activity
Relationship of Flavonoids and Phenolic Beverages (Coffe, Cocoa and Tea)
Preapred per Cup Serving. Journal of Agriculture and Food Chemistry (490):
3438-3442
Saref, A., Mehmet,k., Cevat, A., Mustafa, E., Aydin, A., Dursun, C. A., Mustafa, O.
2014. Protective Effect of Onion Extract on Cadmium-Induced oxidative
Stress, Histological Demage, an Apoptosis in Rat Heart. Biol Trace ElemRes
1599;297-303.
Shelly C. L., Jun-Li G., Hai-Ying H., John K., and N., 1993. Thiol-Disulfide Effects
on Hepatic Glutathione Transport Studies in Cultured Rat Hepatocytes and
Perfused Livers. J.Clin.Invest Vol 92
73
Stefan,B., Hans, J.R., Cristoph, B., Michel, T., Gerd, H., Laurence, T., Marek, S.,
Francois,C., Jurgen, M., Karl,J.L., 2003. Gluthation Peroxsidase-1 activity
and Cardiovascular events in Patients With Coronary Artery Disease. The
New England Journal of Medicine 349:17
Suckow, M.A., Weisbroth, S. H.,dan Fanklin, C. L., 2012. The Laboratory Rat 2nd
ed. Elsevier Academic Press. Burlington.
Sureda, A., Box, A., Terrados, J., Deudero, S., Pons, A. 2008. Antioxidant Response
of The Seagrass Posidonia oceanica When Epiphytized by The Invasive
Macroalgae Lophocladia lallemandii. Mar Environ Res 66: 369-63
Susantiningsih, T. 2014. Biokimia stress oksidatif dan prosedur laboratorium. Aura
Printing dan Publishing, Bandar Lampung.
Somala, L., 2016. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Diberi Pakan
Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering. (Skripsi). Institut Pertanian
Bogor.
Stevee, G., Sandrine, L., Paulo_emilio, p., Gilles-Eric, S., Rene, R., 2015.
Cardiotoxic Electrophysiological Effects Of The Herbicide Roundup in Rat
and Rabbit Ventricular Myocardium in Vitro. Cardiovascular Toxicology
(15): 3224-335
T. Wresdiyati., M. Astawaman., V.D. Nurwati., 2008. Pengaruh Pemberian tepung
Buah Pare 9MAmordica charantia L.,) pada Sel beta dan SOD Pankreas Tikus
Diabetes Melitus. J BAhan Alam Ind 6: 193-200
Theodorus P. M., Akerboom, Manfred B, dan Helmut SiesS. 1981. The Relationship
of Biliary Glutathione Disulfide Efflux and Intracellular Glutathione
Disulfide Content in Perfused Rat Liver. THE JOURNAL OF BIOLOGICAL
CHEMISTRY 8: 4248-4252
Touyz, R. M., and Schiffrin , E. L. 1999. Ang II-Stimulated Superoxide Production is
Mediated Via Phospholipase D in Human Vascular Smooth Muscle
Cells.Hypertension. 34 (4 pt 2): 976-82.
Tsutsui H., Kinugawa, S., Matsushima, S., 2009. Mitochondrial Oxidative Stress and
Dysfunction in Myocardial Remodeling. Cardiovasc Res (3): 449-56
Universitas John Hopkins (JHU). 2016. Mouse Biology.
http://web.jhu.edu/animalcare/procedures/mouse.html. Diakses Pada 02
Januari 2019.
74
Valko, M., D. Leibfritz, J. Moncol, M.T. Cronin, M. Mazur, J. Telser. 2007. Free
Radical and Antioxidants in Normal Physiologycal Functions and Human
Disease. The InternationalJournal of Biochemistry and Cell Biology. 39: 44-
48
Wikana, J. 2011. Pemberian Kompleks Buah Berry Menurunkan Stress Oksidatif dan
Meningkatkan Pertahanan Oksidatif Pada Perokok Aktif. (Tesis). Universitas
Udayana. Denpasar.
Yan-Jun, X., Amarajit, S. A., Paramejit, S. T., Naranjan, S.D. 2008. The Potential
Helath Benefits of Taurine in Cardiovascular Disease. Axp Clin Cardiol Vol
12 (2); 57- 67.
Yoshiki, M., Tsuge, Y., Tsuruta, Y., Yoshimura, T., Kogenemaru, K., Sumi, T.,
Matsui, T., Matsumoto, K., 2009. Production of New Antioxidant Compound
from Mycrosporine Like Amino Acid. Food-Chem 113:1127:1132
Yuniarti, T., Noor, Y., dan Findi, W. P., 2017. Gambaran Histopatologi Ventrikel
Kiri Tikus yang Diberi Paparan Rokok Elektrik (Ends) dan Konvensiaonal.
Qanun Medika Vol (1)(2); 83-93.
Yuwono, S. S., Sulaksono., Yekti, R. P., 1994. Keadaan Nilai Normal Baku Mencit
CBR Swiss Derived Di Pusat Penelitian Penyakit Menular.
http://www.kalbefarma.com. Diakses Pada Tanggal 31 Desesmber 2018
Zeyu, Z., Dam, L., Bo Yi., Zhangping, L., Lei, T., Dong, Y., Ming, H. 2014. Taurin
Supplementation Reduces Oxidative Stress And Pretects The Liver In An
Iron-Overload Murine Model. Molecular Medical Reports 10: 2255-2262.
Zwaka, T. P., Hombach, V., Torzewski, J. C. 2001. Reactive Protein Mediated Low
Density Lipoprotein Uptake By Machrophages Implication for
Arherosklerosis. J Circulation (103); 1194-1197.
top related