4. faktor defekasi

Post on 26-Dec-2015

78 Views

Category:

Documents

9 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

faktor defekasi

TRANSCRIPT

Banyak faktor yang mempengaruhi proses eliminasi

fekal. Pengetahuan tentang faktor-faktor ini memungkinkan

perawat melakukan tindakan antisipasi yang diperlukan untuk mempertahankan pola eliminasi

normal.

• Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.

• Seorang bayi memiliki lambung yang kecil• Pertumbuhan usus besar terjadi sangat

pesat selama masa remaja.• Sistem GI pada lansia sering mengalami

perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan eliminasi.

• Makanan yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi.

• Makanan pembentuk masa mengabsorbsi cairan sehingga meningkatkan masa feses

• Mengonsumsi makanan tinggu serat meningkatkan kemungkinan normalnya pola elominasi jika faktor lain juga normal

• beberapa makanan pedas dapat meningkatkan peristaltic

• Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang meyebabkan kehilangan cairan( seperti muntah) mempengaruhi karakter feses.

• Asupan cairan yagng menurun memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus.

• Aktivitas fisik meningkatkan peristaltic, sementara imobilitas menekan motilitas kolon.

• Melemahnya otot-otot dasar panggul dan abdomen merusak kemampuan individu untuk meningkatkan tekanan intraabdomen dan untuk mengontrol sfingter eksterna.

• Apabila individu mengalami kecemasan, ketakutan, atau marah, muncul respons stress, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan

• Untuk menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dalam upaya pertahanan tersebut, proses pencernaan dipercepat dan peristaltic meningkat.

5. Faktor Psikologis

Faktor yang meningkatkan Eliminasi• Lingkungan yang bebas stress• Kemampuan untuk mengikuti pola defekasi

pribadi, privasi• Diet tinggi serat• Asupan cairan normal (jus buah, cairan hangat)• Olahraga ( berjalan)• Kemampuan untuk mengambil posisi jongkok

5. Faktor Psikologis

Faktor yang merusak Eliminasi• Stress emosional• Gagal mencetuskan reflex defekasi, kurang waktu atau kurang

privasi• Diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat• Asupan cairan berkurang• Imobilitas atau tidak aktif• Tidak mampu jongkok akibat imobililtas• Penggunan analgesic narkotik, antibiotic dan anesthesi

• Kebanyakan individu merasa lebih mudah melakukan defekasi di kamar mandi mereka sendiri pada waktu yang paling efektif dan paling nyaman bagi mereka.

• Rasa malu sering membuat klien mengabaikan kebutuhannya untuk berdefekasi, yang dapat memulai siklus rasa tidak nyaman yang hebat.

• Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defekasi.

• Untuk klien imobilisasi ditempat tidur, defekasi sering kali dirasakan sulit. Posisi terlentang tidak memungkinkan klien mengkontraksi otot – otot yang digunakan selam defekasi.

• Dalam kondisi normal, kegiatan defekasi tidak menimbulkan nyeri. Namun, pada sejumlah kondisi, termasuk hemoroid, bedah rectum, fistula rectum , bedah abdomen dan melahirkan anak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika defekasi.

• Pada kondisi – kondisi seperti ini, klien seringkali mensupresi keinginannya untuk berdefekasi guna menghindari rasa nyeri yang mungkin akan timbul.

• Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan dan ukuran fetus, tekanan diberikan pada rectum. Obstruksi sementara akibat keberadaan fetus mengganggu pengeluaran feses.

• Konstipasi adalah masalah umum yang muncul pada trimester terakhir. Wanita hamil sering mengedan selama defekasi dapat menyebabkan terbentuknya hemoroid yang permanen.

Agens anestesi yang digunakan selama proses pembedahan, membuat gerakan peristaltic berhenti untuk sementara waktu. Klien yang menerima anestesi local atau regional beresiko lebih kecil untuk mengalami perubahan eliminasi Karena aktivitas usus hanya dipengaruhi sedikit atau bahkan tidak dipengaruhi sama sekali.

Obat – obatan dapat untuk meningkatkan defekasi telah tersedia. Laksatif dan katartik melunakkan feses dan meningkatkan gerakan peristaltic. Namun, penggunaan katartik dalam jangka waktu lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsive terhadap stimulus yang diberikan oleh laksatif. Penggunaan laksatif yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare berat yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.

Pemeriksaan diagnostic, yang melibatkan visualisasi struktur saluran GI, sering memerlukan dikosongkannya isi di bagian usus.pemeriksaan yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran GI di bagian bawah

TERIMAKASIHSekian…

top related