3. modul 10 operasi dan pemeliharaan unit iplt ok
Post on 03-Jan-2016
261 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MODUL 10
OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
i
DAFTAR ISI
1. UMUM …………………………………………………………………………… 505
2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT…………………… 505
3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG…………………… 508
4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT ……………………………… 509
4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik/Generator …………………………… 509
4.2 Persiapan Pompa …………………………………………………………… 509
4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi ………………………………………………. 509
4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/dtau Kolam Stabilisasi Anaerobik ………… 510
4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif …………………………………… 510
4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif …………………………………….. 510
4.7 Pengujian Kolam Aerasi ……………………………………………………. 511
4.8 Pengujian Kolam Maturasi ………………………………………………….. 511
5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT................................................ 512
5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja ……………………………………. 512
5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul ………………………………… 516
5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit Dan Sump Well ………. 517
5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring ……………………………….. 518
5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff …………………………………. 519
5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi ………………………… 520
5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur ……………………… 525
5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia ………………………….. 528
6. PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH ….. 528
6.1 Program Pemeliharaan ……………………………………………………… 528
6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya …………… 529
7. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN……………………………………………. 531
8. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT.………………………………………. 533
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Tipe-Tipe Saringan (Screen) ………………………………………. 518
Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja …………………………………… 522
Tabel 5.3. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi ……………… 523
Tabel 5.4 Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT ………………………… 525
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja dari Tangki Septik …………….. 514
Gambar 5.2. Pengolahan Biologis pada IPLT …………………………………….. 524
Gambar 7.1. Metoda Pembersihan Endapan dalam Pipa .................................................. 532
505
OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT
1. UMUM
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis
No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang
lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,
pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah
sebagai berikut:
a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. tersedia influen air Iimbah
e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja
j. masyarakat sudah diberi informasi
2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT
Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan persyaratan
yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang telah
direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air
limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT, waktu retensi (waktu tinggal)
lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.
Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:
Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
506
BOD (KOB) = 5.000 mg/L
TS = 40.000 mg/L
TVS = 2.500 mg/L
TSS = 15.000 mg/L
Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi
tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:
Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air
pengencer lain dengan konsentrasi BOD (BOD5) maksimal 10 mg/L
Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff dengan
kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif dengan BOD
yang melebihi 400 mg/L
Persyaratan teknis untuk pengoperasian tangki imhoff
Zona sedimentasi:
1. Kecepatan aliran horizontal I cm/det
2. Beban permukaan 30 m3/m2.hari
3. Waktudetensi 1,5 jam
4. Efisiensi pemisahan TSS = (40-60)% dan konsentrasi BOD berkisar (30-40)%
pH antara 7-8
Ketinggian zona netral 0,5 m
Slot tidak boleh tersumbat
Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang
Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara
biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada
didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber
nutrien untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup,
maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan
kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba.
507
Lumpur matang mempunyai karakteristik:
1. Kadar air (88-92)%
2. Asam volatil < 2.000 mg/l
3. Lumpur berwarna hitam, berbau ter, kental dan mudah meresap
Laju endapan lumpur 0,06 l/orang/hari dengan waktu retensi satu bulan
Setiap pembuangan lumpur matang, pipa inlet dan distribusi harus digelontor atau
dibersihkan
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik
Permukaan kolam harus tertutup buih
Beban BOD volumetrik berkisar antara (60-100) g BOD/m3. hari
Efisiensi pemisahan BOD 50%
ph influen (8-9)
Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi fakultatif
Permukaan air harus berwarna hijau yang menandakan adanya algae
Beban BOD volumetrik (60-100) g BOD/m3.hari
BOD influen 400 mg/l
Efisiensi pemisahan BOD 70%
pH antara 7-8
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi maturasi
Beban BOD volumetrik (40-60) g BOD/m3.hari
Efisiensi pemisahan BOD 70%
Efisiensi pemisahan E. Coli sebesar 95% (berdasarkan penurunan konsentrasi E. Coli dari
kolam-kolam sebelumnya
508
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi aerasi
Beban BOD volumetrik (400-600) g BOD/m3.hari
Efisiensi pemisahan BOD 70%
Tenaga pengadukan:
1. 6 Watt/m3 untuk kolam aerasi aerobik
2. (2-3) Watt/m untuk kolam aerasi fakultatif
Persyaratan teknis untuk pengoperasian bak pengering lumpur
Kadar air lumpur kering optimal (70-80)%
Tebal lumpur kering di atas pasir (20-30) cm
Tebal lumpur basah di atas pasir (30-45) cm
Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas mempunyai
kriteria seperti berikut:
1. Ukuran efektif = (0,30 — 0,50) mm
2. Koefisien keseragaman 5
3. Tebal pasir (15-22,5) cm
4. Kandungan kotoran 1 % terhadap volume pasir
Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari
3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG
Ketentuan teknis lainnya yang dilakukan pada IPLT adalah sebagai berikut:
Tenaga operator dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift minimal terdiri dari dua orang
yaitu masing-masing operator proses/lab dan operator mekanik/listrik
Tenaga operator mekanik/listrik dengan kualifikasi minimal STM/SMU
Tenaga operator proses/Lab dengan kualifikasi minimal analisis/SMU
Setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya.
509
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut
yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan
kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis
No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam.
4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT
4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik/Generator
Periksa tegangan listrik yang tersedia dan PLN
Periksa semua saklar ada pada posisi “off”
Pindahkan saklar utama pada posisi “on”
4.2 Persiapan Pompa
Pastikan semua skrup dan baut dalam keadaan kencang/ketat
Periksa jumlah bahan bakar yang tersedia
Periksa permukaan minyak pelumas mesin setiap kali akan menjalankan mesin atau
minimal seminggu sekali tambahkan bila ketinggiannya berkurang.
Periksa air radiator harus penuh, tambahkan bila kurang
Pastikan tidak ada benda yang menghalangi aliran udara untuk mesin pendingin
Pastikan baterai dalam kondisi baik
Periksa tegangan V-belt.
4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi
Pastikan unit pompa berada pada kondisi yang stabil dan kokoh
Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik
Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering
510
4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/atau Kolam Stabilisasi Anaerobik
Masukkan air kedalam unit ekualisasi melalui bagian inlet sampai air keluar pada
bagian peluap.
Ukur kedalaman air pada titik outlet, atur ketinggian sesuai ketentuan rancangan
4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar
tidak terjadi pergolakan aliran.
Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis
Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik atau
lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional)
Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan
berkembang, atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu
tersebut tidak boleh ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air
Iimbah masuk dapat di bypass ke saluran terdekat yang direncanakan. Setelah
waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat
dialirkan secara kontinyu dan effluent dapat dibuka.
Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan
endapan lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (rn/rn3)
Arnbil sarnpel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iurnpur rnencapai zona
netral
Lakukan analisis kandungan BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended
Solid (SS) dalam sampel endapan lumpur
4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
Uji coba kolarn fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Metode kultur
Isikan air tawar biasa kedalarn kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan
Tarnbahkan kultur algae sebagai bibit
Jaga ketinggian perrnukaan air setiap hari dengan rnenambah air lirnbah baku
secukupnya ke dalam kolam
511
Setelah pertumbuhan algae cukup banyak ( beberapa han kernudian ), sejurnlah
air limbah baku perlu ditarnbahkan ke dalarn kolam hingga kedalaman operasi
yang direncanakan
Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent
Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku
secara terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet
b) Metode alami:
Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi
penuh
Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam
kolam sesuai dengan ketentuan.
Kolam siap dioperasikan secara kontinyu
4.7 Pengujian Kolam Aerasi
Isi reaktor aerasi dengan air secara perlahan
Hidupkan aerator bila air di reaktor aerasi sudah penuh
Tes semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa
Reaktor aerasi diisi dengan air Iimbah, sehingga aerator dapat mentransfer udara ke
air Iimbah
4.8 Pengujian Kolam Maturasi
Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri
Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam fakultatif
primer/sekunder yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif
agar dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi
Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam
maturasi pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampai pada unit kolam
maturasi yang terakhir
512
Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan sesuai
perancangan yang disusun
5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT
5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja
Truk penguras lumpur tinja ini umumnya terdiri dari tangki tertutup dengan bahan baja
dengan kapasitas antara (4-6) m3 yang dilengkapi atau dihubungan dengan satu unit pompa
penguras baik berupa pompa vakum ataupun pompa sentrifugal. Secara umum model truk
penguras tinja ini mirip dengan truk pembawa air bersih, namun untuk membedakannya
maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda, untuk truk tinja tangki
maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning.
Pengoperasian Truk Tinja
Untuk mengoperasikan vacuum truk yang tepat dan benar adalah penting untuk memperoleh hasil
kerja secara efektif dan efisien. Operasi dan pemeliharaan truk tinja mengacu pada
Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi Dan Pemeliharaan Truk Tinja. Operator (pengemudi
dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan sebelum
memulai operasi.
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain:
a. Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras.
b. Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle.
c. Hidupkan pompa vakum.
Pada saat penyedotan langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari:
a. Lakukan langkah 1,2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
b. Siapkan lubang manhole tangki septik yang akan disedot.
c. Masukan selang penyedot/penghisap ke dalam tangki septik.
d. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan/discharge. Buatlah pompa dalam keadaan
vakum dengan bantuan pompa.
e. Pastikan hubungan antar tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.
513
f. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka vakum (0 bar), atau
minus (-40 psi s/d 0 psi), maka buka valve penyedot/suction valve.
g. Perhatikan tanda masuk lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian sudah
mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot, kemudian matikan pompa vakum.
h. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang penyedot
pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan.
Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut:
Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas
Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul.
Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar.
Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.
Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di atas
nol pada saat pembuangan.
Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan.
Matikan pompa vacuum.
Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang
pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan
Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum, sedangkan
pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi
514
Gambar 5.1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja Dari Tangki Septik
(Sumber: Indah Water, 2011)
Pemeliharaan truk tinja
Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan serta ujung
dari selang yang kotor, maka dapat mengunakan air pada tangki air pembersih yang dapat diisi melalui
lubang pengisian dengan air bersih. Langkah-langkah pencucian truk tangki adalah sebagai berikut:
1. Lakukan langkah 1, 2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
2. Putar valve mesin vakum pada posisi pressure.
3. Putar valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank, ke arah
on.
4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
5. Apabila proses pencucian sudah selesai, injak pedal kopling dan matikan vakum.
Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem vakum seperti cara
pengoperasian dalam langkah penyedotan seperti di atas, hanya pada langkah ke-6, three way
valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan dapat
difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi maupun
pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa yang
besar tekanannya.
Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara
penggulangannya.
1. Pompa Vakum Tidak Berputar
515
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja.
Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja.
Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga
kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug.
Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas).
Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa.
Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan
pada baut-bautnya.
Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan
tersebut melalui plug.
3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya.
4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.
5. Penggantian Suku Cadang, hal ini dilakukan jika terjadi kerusakan bagian-bagian tertentu dari
truk tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang.
Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan kemudahan
memperoleh suku cadang truk tersebut dan di mana saja suku cadang tersebut dapat diperoleh.
Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk tinja yang diketahui mudah rusak
untuk mengantisipasi berhentinya pengoperasian truk tinja. Selain suku cadang tinja perlu pula
diadakan persediaan suku cadang pompa yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja.
516
5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul
Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul
Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung
menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak
pengumpul berfungsi untuk:
Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan
mobil tinja
Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya
Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan
Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe
pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja.
Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring
Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka
harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat
Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan dibuang ke
dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus
Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan penyaring
Pemeliharaan bak pengumpul (Platform)
Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini memerlukan
pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur didalamnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam
anaerobik agar jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam. Buih tersebut
berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke sekitar lingkungan kolam.
517
5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well
Pemompaan limbah dari sump well
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika sudah penuh maka nyalakan
pompa submersible dan perhatikan apakah aliran ke Imhoff Tank telah masuk
Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila
pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya
Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu
Pemeliharaan pompa & sump pit
a. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan terhadap sistem dan peralatannya
akibat masuknya benda-benda besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan. Benda-benda
padat tersebut umumnya masuk dalam unit sump pit melalui tutup manhole yang
rusak/bocor
b. Bila waktu tinggal air limbah di sump pit terlalu lama akan berakibat timbulnya bau yang
berlebihan
c. Waktu kerja pompa efluen dari sump pit dilakukan secara bergiliran dan bekerja bersama-
sama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor
d. Pada pompa sump pit secara periodk harus dilakukan perawatan karena air limbah yang
dipompa dapat mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat mempersingkat umur
pompa yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi pompa.
Pemeliharaan alat ukur debit aliran
a. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran, busa (slum), ganggang/alga yang
mungkin terbentuk karena adanya proses fotosintesa sel, maksudnya agar kebocoran dan
tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran dan sistem pembaca alat ukur
b. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor lingkungan, karena alat ukur
umumnya dibangun secara terbuka
c. Untuk pemeriksaan rutin setiap hari kalibrasi (menentukan ukuran sesuatu) dan
pemeriksanaan kebenaran pengukuran alat ini
518
5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring
Unit penyaringan merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja, yang berfungsi
untuk menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring terdiri dari batangan-batangan
paralel atau kawat, kawat jala, kisi-kisi atau piringan yang berlubang-lubang. Penyaring ini pada
umumnya berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Beberapa tipe saringan yang sering
digunakan pada pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Saringan batang juga digunakan
untuk melindungi pompa, katup, perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat
penyumbatan kotoran.
Tabel 5.1. Tipe-Tipe Saringan (Screen)
Pembagian Tipe
Penyaring
Permukaan Penyaring
Aplikasi
Klasifikasi Rentang
(inci) Materi
Saringan Batang Kasar 0,6 – 1,5 Besi, stainless steel Pra pengolahan
Lengkungan (tetap) Sedang 0,01 – 0,1 Stainless steel, kawat besi
berlubang piringan Pengolahan primer
Lengkungan
(berputar) Kasar
0,03 x 0,09 x
2
Tembaga atau gilingan
perunggu Pra pengolahan
Drum (berputar)
Kasar
Sedang
Halus
Sedang
0,1 x 0,2
0,1 – 0,2
0,01 – 0,1
6-
Stainless steel, kawat besi
berlubang
Stainless steel, kawat besi
berlubang
Stainless steel, kawat besi
berlubang
Stainles steel dan kain
penyaring polyester
Pra pengolahan
Pengolahan primer
Pengendapan residu
materi padatan dari
pengolahan sekunder
Pengolahan primer
Cakram berputar
Sedang
Halus
0,01 – 0,4
0,001 – 0,02
Stainless steel
Stainless steel
Pengolahan primer
Pengolahan primer
Sentrifugal Halus 0,002 – 0,02
Stainless steel dan variasi
penyaring polyester
Pengolahan primer,
pengolahan sekunder
dengan pengendapan
materi padat
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
519
Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama
untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut.
Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:
a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di
kisi-kisinya
b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja
c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur
d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical
screen
5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff
Persiapan pengoperasian (start up)
a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan
biarkan selama 2 (dua) hari
b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga truk
dan biarkan selama (2-5) hari
c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering
d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian kondisi
proses pengeringan lumpur
Tata cara pengoperasian tangki imhoff
Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur tinja
menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian padat
membentuk endapan lumpur di dasar tangki dan sedangkan bagian cair di lapisan atasnya
disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar melalui penyekat (baffle) dari pipa outlet
menuju kolam stabilisasi. Endapan secara periodik dikeluarkan melaui pipa pembuang lumpur
dan mengalir menuju bak pengering lumpur. Upayakan aliran lumpur didistribusikan secara
merata dan hindari gejolak dalam tangki.
520
Pelaksanaan pemeliharaan tangki imhoff
Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam TangkiImhoff melalui pipa ke ruang lumpur
dengan hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Tangki Imhoff
antara lain:
Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan
pemompaan lumpur ke tangki
Pembersihan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada permukaan air di ruang
sedimentasi harus dilakukan setiap hari
Pengikisan/pengerukan zat pada yang menempel pada dinding dan pada bagian dasar yang
landai dari ruang sedimentas dengan sikat atau sapu karet dan harus dilakukan setiap
minggu
Pembersihan celah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan menggunakan keruk rantai
harus dilakukan setiap minggu
Pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang busa dengan menggunakan air bertekanan
dan busa akan keluar setelah ketebalan 0,5m
Pengendapan lumpur dari tangki dilakukan sebelum permukaan lapisan endapan lumpur di
ruang pengendapan mendekati 0,5m ke celah (slot) dasar ruang sedimentasi. Estimasi
volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang
masuk
Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan
penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam
pipa
Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat
Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat
padat
5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi
Sebuah IPLT pada umumnya akan terdiri dari beberapa kolam, yaitu:
1. Kolam/Bak Pengumpul
2. Kolam Anaerobik/Kolam Fakultatif
3. Kolam Maturasi
521
4. Kolam Pengeringan Lumpur
Adapun operasi dan pemeliharaan masing-masing adalah sebagai berikut:
Operasional Kolam/Bak Pengumpul
Bak pengumpul telah dijelaskan pada bagian segingga sehingga tidak akan diuraikan lagi.
Namun, perlu diingatkan agar pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam
anaerobik jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang berfungsi untuk mencegah keluarnya
bau ke lingkungan di sekitar kolam.
Operasional Kolam Anaerobik /Kolam Fakultatif
Kolam anaerobik dapat diletakkan setelah bak pengumpul, atau juga dapat berfungsi sebagai
penerima apabila bak pengumpul tidak ditemukan. Hal yang harus diperhatikan pada kolam ini
adalah:
a. Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksiden terlarut DO (dissolved oxygen)
b. Pembersihan terhadap screen harus dilakukan secara regular agar tidak mengganggu
pengisian kolam
c. Apabila pengoperasian bar screen secara otomatis maka perlu diberikan oli/pelumas pada
alat-alat mekanik
d. Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan jangan sampai
meluas ke dalam kolam
e. Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan
f. Inlet dan outlet dari kolam untuk pengaliran air harus bebas dari akumulasi lumpur
g. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
h. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
Operasional Kolam Maturasi
Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif dengan proses aerobik penuh sehingga kolam
ini relatif dangkal (< 1 m) dan mempunyai waktu tinggal (retention time) selama 5-7 hari.
Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai berikut:
522
a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas dari
lumpur
b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan karena
berpotensi menimbulkan bau
c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun rumput boleh
asalkan disekeliling tanggung
d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat dikontrol dari
segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun kuantitas (kebocoran, dsb)
e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
f. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
Adapun estimasi keperluan tenaga kerja untuk kolam ini akan tergantung dari jumlah populasi
yang dilayani. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan Tenaga Jumlah Penduduk
10.000 25.000 50.000 100.000 250.000
Tenaga Supervisi - - 1 1 1
Tenaga Mekanik (*) - - - 1 1
Tenaga Laboratorium (**) - 1 1 1 2
Asisten Supervisi - 1 2 2 2
Tenaga Penunjang 1 2 4 6 10
Driver (***) - 1 1 1 2
Pengawas (***) 1 1 1 3 5
JUMLAH 2 6 10 15 23
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Catatan:
(*) : tergantung jumlah peralatan yang dipakai
(**) : tergantung ada tidaknya laboratorium di lokasi
(***) : tergantung ada tidaknya fasilitas kendaraan atau mesin pemotong rumput
523
Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang
baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta
penanggulangannya adalah sebagai berikut:
Operasional Aerator Dan Tangki Aerasi
Proses aerasi/penguraian zat organik harus berfungsi secara baik sehingga menghasilkan
efluen yang dapat diendapkan dengan baik pada unit clarifier
Sistem mekanis aeratornya harus berfungsi dengan baik serta pengamatan terus-menerus
terhadap zat/bahan pengganggu proses biologis yang ada pada influent air limbah domestik
Tabel 5.3. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi
No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi
1. Bau pada kolam fakultatif
Biasanya terjadi apabila akumulasi busa (scum) dan peningkatan
alga biru karena proses anaerobik mendominasi proses pada
sistem. Agar segera dibersihkan scum dari permukaan
air/pinggiran kolam. Bila pH < 7 maka tambahkan kapur pada
inletnya
2. Rembesan tinggi pada kolam
Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan
tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi
air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah memakai
penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat
3. Tanaman yang tumbuh Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam sebelum
kolam diisi
4. Lapisan alga tumbuh pada kolam
fakultatif dan maturasi
Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada
permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1
mg/liter
5 Ketinggian tanaman di kolam Pemotongan dilakukan secara periodik untuk menjaga agar
tanaman tersebut dikendali dan tidak tumbuh liar
6. Tumbuhan berkembang sampai
permukaan kolam
Kedalaman kolam ditambah atau ditingkatkan beban untuk
menutup cahaya dari dasar kolam. Rumput liar harus dihilangkan
secara hati-hati dari dasar kolam dengan alat (perahu) agar
lapisan kedap air tidak rusak
7. Lubang hewan dan serangga pada
tanggul kolam
Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan makanan
hewan yang mungkin tumbuh di sekitar fasilitas pengolahan air
limbah. Perangkap atau racun bila diperlukan
524
No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi
8. Gangguan hewan terbang Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari
tumbuhan liar
9. Konsentrasi alga yang tinggi
pada efluen aliran penerima
Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga
rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil
10.
Terjadinya aliran pendek yang
mengakibatkan efisiensi
treatment rendah
Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet atau
outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi arah air
bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Pengukuran Biomasa
Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara manual
dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di laboratorium
sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat keterendapan lumpur
sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index).
Pengolahan lumpur
1. Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M ratio
(rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah ditetapkan
2. Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan
3. Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor
langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi
Gambar 5.2. Pengolahan Biologis Pada IPLT
(Sumber: Dirjen Tata Perkotaan Dan Tata Perdesaan, 2003)
525
5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur
Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan
kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur
sangat kompleks karena:
Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah
Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari materi
organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang berbeda,
dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil
Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat
Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang
menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan
pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.4 Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT
No. Lumpur/Padatan Karakteristik
1. Penyaring/screening Menyangkut semua tipe materi organik and anorganik yang
banyak tersaring pada jaring-jaring
2. Buih dan lemak
Buih mengandung materi-materi terapung yang tersaring
dipermukaan pada proses pengendapan. Buih mengandung lemak
dan minyak yang berasal dari hewan dan tumbuhan
3. Lumpur pada pengolahan
primer
Biasanya tipis, berwarna abu-abu, dan sering berbau menusuk.
Lumpur ini mudah terurai
4. Lumpur aktif/activated
sludge
Umumnya berwarna coklat dan berupa gumpalan-gumpalan. Jika
berwarna hitam maka lumpur tersebut dalam kondisi septik (tidak
mengandung oksigen). Jika berwarna lebih terang maka lumpur
tersebut telah diaerasi. Lumpur aktif akan terurai dengan
sendirinya atau ketika bercampur dengan lumpur primer
5. Lumpur yang terurai
secara aerobik
Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan berupa gumpalan.
Baunya tidak terlalu menusuk dan lumpur yang terurai dengan
baik secara biologi akan mudah dikeringkan pada bak pengering
lumpur
6. Lumpur yang terurai
secara anaerob
Umumnya berwarna kehitaman dan banyak mengandung gas
ketika terjadi proses penguraian sehingga menimbulkan bau
menusuk
7. Lumpur hasil
pengomposan
Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika
terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongan-
golongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk
526
No. Lumpur/Padatan Karakteristik
8. Lumpur tangki septik
Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai
dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau
menusuk karena mengandung gas H2S
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari
90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki
suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur
maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain
sebuah IPLT.
Operasional Pengolahan Lumpur
Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan
bukan biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan.
a) Stabilisasi Lumpur
Tujuannya adalah:
Mereduksi bakteri patogen
Mengurangi bau
Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan
Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat
materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri
patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme
menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi:
Pengurugan meteri organik secara biologi
Oksidasi secara kimia materi organik
Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur
Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur
527
b) Pengkondisian
Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia
maupun metode panas.
c) Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:
Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila telah
dikeringkan
Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan
Lahan yang tersedia
Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain
biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian
khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif
terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit
pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif
dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar
(1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur
adalah:
Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m
Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel)
Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur
menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya
Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan
terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan
sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk
Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada
maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap
terjaga
528
Hasil buangan endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan dengan panas
matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau). Tanah/hasil dari proses pengeringan
dapat dibuang ke TPA atau digunakan sebagai pupuk alam.
5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan imia
Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk
desinfeksi dan mengontrol bau busuk
Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang
menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan
nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah
semua amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus
ditambahkan setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah
Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air
limbah selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme
penyebab penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik.
7. PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH
7.1 Program Pemeliharaan
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah
ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan
dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang
penting adalah sebagai berikut:
Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus
direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal:
pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal:
pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat
seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang
Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi
normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah
rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan
kerusakan fungsi
529
Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan
dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan ada dua
kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem organisasi dan
sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi pelaksanaan dan
pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya
terhadap lingkungan sekitar
7.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya
Permasalah hidrolis
Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang
hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat
mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping itu
emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:
Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter
Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat saringan
pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak kontrol pada
tanah persil
Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out sering
dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan
Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya,
agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa
kotoran yang hanyut
Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang masuk
celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat kasar yang
berpotensi menyebabkan penyumbatan
Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan
pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis
pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan.
530
Permasalah Endapan dan Sampah
Sistem drainasei yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan
suspensi diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran
sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan.
Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas
CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau
lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk
perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:
Perbaikan sistem drainase
Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga
Tutup manhole(lubang kontrol) dikunci sehingga tidak dapat diisi sampah
Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan perlengkapan
Permasalahan Akar Pohon
Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk:
Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser, dan
mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah
Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga
mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat
menyebabkan penyumbatan
Alternatif Penanganan:
Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon
berakar panjang dan serabut
Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat (root
cutting saw)
531
8. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN
Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air
limbah adalah :
Masalah Hidrolis
Belum seluruh saluran kakus (water closet) memakai tangki penggelontor, sehingga air
untuk menggelontor saluran tidak mencukupi dan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya
pengendapan partikel-partikel padat sepanjang saluran
Perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman
berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya
Masalah Endapan
Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki
Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga
jangan sampai terbuka
Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar
tidak membuang sampah ke dalam manhole
Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air
limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin
Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan bak
kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan
Metoda Pembersihan Endapan
Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat
Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2 unit.
Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa yang akan
dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada ujung kawat.
Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan
532
Gambar 7.1. Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa
Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang dilengkapi
dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka dengan alat
penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga
penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle dan
bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah
Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air. Dengan
mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air sehinigga
terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari nozzle khusus
yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah yang berada dalam
pipa saluran keluar melalui manhole
Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi
dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan tinggi
memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang pada kepala
pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir
Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe
yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan tenaga tinggi
Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut:
Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci
Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak
manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat
533
Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi pemeliharaan
sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan
9. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun setempat merupakan
upaya menjamin operasional bangunan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan
yang dilakukan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara
lain:
a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya
b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar dapat melakukan
operasisesuai denganjuklak yang ada
c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah
domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan yang ada dalam
bangunan tersebut
d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi dan
pemeliharaan
e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta harus
diletakkan pada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat
f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan
pengawasan keadaan sehari-hari
top related